KLASIFIKASI PERUBAHAN PERUNTUKAN LAHAN DALAM RENCANA DETAIL TATA RUANG KOTA (RDTRK) SURABAYA UNIT PENGEMBANGAN (UP) VIII SATELIT MENGGUNAKAN CITRA SATELIT QUICKBIRD Widi Restu Ginanjar1, Teguh Hariyanto1 Abstract
West Surabaya is a densely populated residential areas, either residential or industrial settlement, with land-use change happened so quickly from year to year. In this research, I tried using remote sensing technologies such as Quickbird satellite imagery to provide a clear interpretation of landuse and ease in reviewing and monitoring the spatial planning of landuse. In addition, this study also uses the Map of Surabaya at scale 1:5000 in 2002 and the Map of Detailed Urban Spatial Plan of the City (RDTRK) Unit Development (UP) VIII Satelit in 1991. Analytical method used is by stacking overlap (overlay) between UP Landuse Map Satellite VIII in 2008 with UP RDTRK Map Satellite VIII in 1991, which produced a Map of Classification Landuse change that have Satellite VIII UP is divided into 4 (four) zone. In this Quickbird image processing result of geometric correction with an average rating of 0,38 and RMS error Sof value of 0,000513. Results obtained in this study showed changes in landuse in the largest green open space (RTH), which decreased by 460,76 hectares or 23,49% of the total area of UP Satellite VIII. Changes to green space is the largest settlement of approximately 409,26 hectares. As a result, an increase of the settlement area of 233,187 hectares or 11,89%. On the other hand designation of trade-service area also increased by 51,79 hectares or 2,64% and also increases for public facilities amounting to 62,716 hectares or 3,2%. Keywords: Quickbird images, Detailed Urban Spatial Plan (RDTRK), Landuse, Overlay
PENDAHULUAN Latar Belakang Wilayah Surabaya Barat merupakan daerah permukiman yang padat baik berupa permukiman penduduk maupun permukiman industri, dengan perubahan lahan yang terjadi sangatlah cepat dari tahun ke tahun. Pada saat ini kegiatan perdagangan, jasa dan permukiman sangat dominan di kawasan ini, baik yang telah dibangun maupun yang masih dalam taraf membangun. Perdagangan dan jasa ditandai dengan adanya pusat-pusat perdagangan baik skala regional seperti mall dan ruko, serta skala lokal dan lingkungan yang menyatu dengan perumahan. Demikian halnya dengan pusat perkantoran yang berada di sepanjang koridor Mayjend Sungkono dan HR Muhammad (BAPPEKO Surabaya, 2008). Perkembangan teknologi penginderaan jauh terutama citra Quickbird sangat memudahkan dalam mengkaji perencanaan tata ruang kota dan monitoring penggunaan lahan. Sejak kemunculannya yang pertama kali di Indonesia, Quickbird segera mendapat
respon positif dari berbagai institusi pemerintah. Didorong pula oleh pemberian otonomi yang lebih luas kepada pemerintah daerah, maka Quickbird telah dimanfaatkan untuk menyusun peta penggunaan lahan yang paling up to date. Perumusan Masalah Dari latar belakang di atas, maka permasalahan yang timbul adalah : “ Seberapa jauh Citra Quickbird Multispektral dapat digunakan untuk mengklasifikasikan perubahan peruntukan lahan yang terjadi Wilayah Surabaya Barat, Unit Pengembangan VIII Satelit (Kecamatan Dukuh Pakis dan Kecamatan Sukomanunggal)”. Batasan Masalah Batasan masalah yang akan di bahas dalam penelitian adalah sebagai berikut : a. Wilayah studi yang digunakan dalam penelitian ini adalah wilayah Surabaya Barat, Unit Pengembangan VIII Satelit (Kecamatan Dukuh Pakis dan Kecamatan Sukomanunggal).
1Program Studi Teknik Geomatika, FTSP, ITS-Sukolilo, Surabaya-60111
1
penduduk sebesar ± 4227 Jiwa/Km2 serta dengan fungsi utama sebagai tempat pemukiman, perdagangan, jasa dan kawasan khusus. (BAPPEKO Surabaya, 2008)
b. Citra yang digunakan adalah citra satelit Quickbird Surabaya Barat tahun 2008. Tujuan Tugas Akhir Tujuan dari penelitian Tugas Akhir ini adalah mengklasifikasikan perubahan peruntukan lahan yang terjadi di wilayah Surabaya Barat, Unit Pengembangan VIII Satelit (Kecamatan Dukuh Pakis dan Kecamatan Sukomanunggal) dan apa saja yang mempengaruhinya. Manfaat Tugas Akhir Manfaat yang ingin diperoleh dari penelitian ini adalah suatu informasi mengenai perubahan peruntukan lahan yang terjadi di wilayah Surabaya Barat, Unit Pengembangan VIII Satelit (Kecamatan Dukuh Pakis dan Kecamatan Sukomanunggal).
= Lokasi Penelitian Gambar 1. Lokasi Daerah penelitian
METODOLOGI PENELITIAN Lokasi Penelitian Secara khusus lokasi yang dijadikan studi kasus dalam penelitian ini adalah Unit Pengembangan (UP) VIII Satelit yang merupakan bagian dari wilayah Surabaya Barat. Unit Pengembangan (UP) VIII Satelit terdiri dari Kecamatan Dukuh Pakis dan Kecamatan Sukomanunggal. Dengan batas administrasi, yaitu : • sebelah utara : UP XI Tambak Osowilangun, wilayah Kecamatan Asemrowo. • sebelah timur : UP VII Wonokromo, wilayah Kecamatan Wonokromo, dan Kecamatan Sawahan. • sebelah selatan : UP IX Ahmad Yani, wilayah Kecamatan Jambangan, dan UP X Wiyung, wilayah Kecamatan Wiyung • sebelah barat : UP X Wiyung, wilayah Kecamatan Wiyung, UP XII Sambikerep, wilayah Kecamatan Wiyung, UP XI Tambak Osowilangun, wilayah Kecamatan Tandes.
Peralatan Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Perangkat keras (Hardware) a. Laptop dengan spesifikasi sebagai berikut: • Intel Core 2 Duo CPU T5500 @1.66GHz(2 CPUs) • VGA 512 MB • Memori DDR2 512 Mb • Hard disk 80 Gb b. Printer 2. Perangkat Lunak (Software) a. Sistem Operasi Windows XP Professional. b. Microsoft Word 2007 untuk pembuatan laporan. c. Microsoft Excel 2007 untuk pengolahan data tabular. d. Autodesk Land Desktop 2004 untuk pengolahan data. e. Er Mapper 7.0 untuk pengolahan citra satelit Quickbird. f. ArcView 3.2 untuk pembuatan tampilan peta.
UP VIII Satelit memiliki luas wilayah 1961,86 Ha dengan jumlah penduduk pada tahun 2008 ± 151.105 jiwa dan kepadatan
Bahan Bahan atau data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 2
a. Data spasial Data Spasial yang digunakan yaitu: 1. Citra satelit Quickbird wilayah Surabaya Barat Tahun 2008. 2. Peta garis hasil foto udara skala 1:5000 Tahun 2002/2003 daerah Kecamatan Sukomanunggal dan Kecamatan Dukuh Pakis. 3. Peta hasil RDTRK Surabaya Barat skala 1:5000 tahun 1991. 4. Peta hasil RDTRK UP Dukuh Kupang skala 1:5000 tahun 1991. b. Data non spasial Data non spasial yang digunakan adalah Laporan Pendataan dan Identifikasi Rencana Detail dan Tata Ruang Kota Unit Pengembangan Satelit produk BAPPEKO Surabaya.
tentang penggunaan lahan, pengolahan citra Quickbird dan mengenai RDTRK. b.Pengadaan data dan studi pendahuluan Pada tahapan ini dilakukan pengumpulan data antara lain : Citra Satelit Quickbird Surabaya Barat tahun 2008; dan Peta Garis Surabaya skala 1:5000 tahun 2003 dan Peta Rencana Detail Tata Rang Kota (RDTRK) UP VIII Satelit tahun 1991, dilakukan studi pendahuluan untuk mencari informasi secara langsung dari objek studi, salah satunya adalah dengan melihat secara langsung kondisi yang ada di lapangan. Mencari atau mengumpulkan data-data yang berkaitan dengan perubahan penggunaan lahan di Kecamatan Sukomanunggal dan Kecamatan Dukuh Pakis dan keterkaitannya dengan RDTRK. 3. Tahap pengolahan dan analisa data Pada tahapan ini dilakukan pengolahan dari data-data yang telah diambil dari lapangan dan data penunjang lain untuk selanjutnya dilakukan analisa hasil. Berikut ini adalah gambar diagram alir pengolahan data :
Metodologi Penelitian
Gambar 2. Diagram Alir Penelitian
Berikut adalah penjelasan diagram alir metode penelitian: 1. Tahap identifikasi dan perumusan masalah 3 Pada tahap identifikasi dan perumusan masalah ini dilakukan suatu peninjauan awal terhadap permasalahan yang ada sehingga dapat ditentukan maksud dan tujuan yang jelas dari kegiatan penelitian ini. 2. Tahap pengumpulan data a. Tinjauan pustaka Pada tahap ini dilakukan suatu kegiatan untuk menentukan metode pemecahan permasalahan yang ada dengan mencari informasi serta landasan teori yang terkait dari permasalan tersebut yaitu materi
Gambar 3. Diagram Alir Pengolahan Citra
3
•
•
•
•
•
Penjelasan diagram alir pengolahan citra: Melakukan pengolahan citra Quickbird tahun 2008. Penggunaan citra Quickbird ini dalam penelitian karena citra tersebut memiliki resolusi yang tinggi dan dapat merekam data secara detail sehingga dapat memetakan penggunaan lahan dengan jelas sehingga memudahkan interpretasi setiap kenampakan obyek pada citra. Selanjutnya adalah pembuatan desain jaring untuk perhitungan Strength of Figure (SoF) pada citra dengan menggunakan metode perataan parameter. Citra satelit Quickbird tahun 2008 di desain menggunakan 12 titik dengan jumlah baseline 25 buah. Dilakukan koreksi geometrik pada citra Quickbird tahun 2008 hal ini dilakukan untuk mendapatkan sistem koordinat dan sistem proyeksi yang sama. Dalam koreksi geometrik ini menggunakan acuan peta garis Surabaya Barat tahun 2002 produk Dinas Tata Kota Surabaya yang memiliki koordinat TM-30. Jika nilai RMS error ≤ 1 (Purwadhi, 2001) maka koreksi geometrik yang telah dilakukan tersebut sudah benar. Citra yang sudah terkoreksi geometrik tersebut kemudian di ekspor ke dalam software AutoCad Land Desktop 2004 untuk melakukan interpretasi citra dengan cara melakukan digitasi dan membagi objek-objek tersebut menjadi beberapa kelas. Penginterpretasian citra menggunakan metode interpretasi secara visual, yaitu interpretasi data penginderaan jauh yang mendasarkan pada pengenalan ciri (karakteristik) objek secara keruangan (spasial). Karakteristik objek yang tergambar pada citra dapat dikenali berdasarkan unsur-unsur interpretasi seperti rona atau warna, bentuk, pola ukuran, letak dan asosiasi kenampakan objek (Purwadhi, 2001). Selanjutnya melakukan ground truth yaitu cek lapangan untuk mengetahui kebenaran hasil interpretasi visual dengan keadaan di area penelitian dengan menggunakan 21 titik pada semua kelas. Dalam kegiatan
•
•
• •
•
ground truth ini disertai dengan melakukan pencatatan hasil survei serta pengambilan dokumentasi di lapangan. Hasil ground truth digunakan sebagai data uji ketelitian. Melakukan uji ketelitian interpretasi yaitu dengan menggunakan rumus : KI = JKI x 100%........Pers(1) JSL Keterangan : KI = Ketepatan Interpretasi JKI = Jumlah Kebenaran Interpretasi JSL = Jumlah Sampel Lapangan Apabila hasilnya ≥ 80% (Anderson dalam Atmapradana, 2010), maka klasifikasi tersebut dianggap benar. Tetapi apabila hasilnya tidak memenuhi syarat di atas maka dilakukan interpretasi kembali. Jika klasifikasi tersebut sudah benar maka akan dihasilkan peta penggunaan lahan tahun 2008. Melakukan proses editing peta RDTRK UP VIII Satelit tahun 1991. Setelah itu, dapat dilakukan proses input peta ke ArcView. Namun sebelumnya, peta berformat dwg harus diubah menjadi format dxf agar dapat ditampilkan pada ArcView. Setelah proses input peta ke ArcView, maka peta tersebut dikonversi dalam format shapefile untuk mendapatkan peta rencana penggunaan lahan UP VIII Satelit tahun 1991. Melakukan overlay peta penggunaan lahan UP VIII Satelit tahun 2008 dengan peta rencana penggunaan lahan UP VIII Satelit tahun 1991 untuk mendapatkan klasifikasi perubahan peruntukan lahan.
4. Tahapan Analisa peta penggunaan lahan UP VIII Satelit tahun 2008
peta rencana penggunaan lahan UP VIII Satelit tahun 1991
overlay
Peta klasifikasi perubahan peruntukan lahan UP VIII Satelit yang terbagi dalam 4 zona
Gambar 4. Diagram Alir Analisa Data
4
Penjelasan diagram alir analisa data : Dilakukan klasifikasi perubahan penggunaan lahan dengan cara tumpang susun sus (overlay) peta penggunaan lahan tahun 2008 dengan peta RDTRK UP VIII Satelit, Satelit sehingga dapat diketahui besarnya perubahan penggunaan lahannya. Dalam penelitian ini dihasilkan peta klasifikasi perubahan peruntukan lahan UP VIII Satelit yang terbagi kedalam 4 zona.
= 19 x 100% 21 = 90.48 % Rencana Penggunaan Lahan UP VIII Satelit tahun 1991 Rencana penggunaan lahan UP Satelit yang dituangkan dalam Peta RDTRK UP Satelit tahun 1991 dapat dilihat dalam tabel ta 2 berikut ini : Tabel 2. Perhitungan Rencana Luas Penggunaan Lahan UP VIII Satelit tahun 1991
HASIL DAN ANALISA Hasil Perhitungan SoF dan RMSe RMS • Besar SoF = trace {( [A] x [A] T)’} Pers(2) U = 0,000513 0 • Nilai rata-rata RMS error sebesar : 0,38 Tabel 1. RMS Error
titik
RMS error 1 0.3589 2 0.5443 3 0.4396 4 0.5096 5 0.3645 6 0.3626 RMS total RMS rata-rata
RMS error 7 0.0495 8 0.4785 9 0.5053 10 0.2508 11 0.3627 12 0.3089 4.5352 0.3779333
titik
Penggunaan Lahan
Luas(Ha)
Luas(%)
Ruang terbuka hijau
929,665
47,39
Permukiman
759,033
38,69
Perdagangan dan jasa
176,945
9,02
Fasilitas umum
31,055
1,58
Saluran, sungai
24,097
1,23
Kolam air
27,809
1,42
Lain-lain (jalan)
13,256
0,68
Total jumlah
1961,86
100
Sumber : Hasil Perhitungan
Grafik dapat dilihat pada gambar 5 berikut ini :
Sumber : Hasil Perhitungan
Dengan nilai RMS error sebesar 0,38 berarti sudah dianggap memenuhi toleransi. Nilai dari RMS error menunjukkan nilai kesalahan yang terjadi dalam proses koreksi geometrik yang telah dilakukan. Hasil Peta − Peta penggunaan lahan tahun 2008 200 − Peta RDTRK UP VIII Satelit tahun 1991 − Peta klasifikasi perubahan peruntukan lahan 1991-2008 ( Peta Terlampir)
Gambar 5. Komposisi Rencana Luas Penggunaan Lahan UP VIII Satelit tahun 1991
Pada tahun 1991 atau sekitar 20 tahun yang lalu UP VIII Satelit di desain dengan penggunaan lahan yang terbesar adalah masih berupa ruang terbuka hijau (area belum termanfaatkan) yaitu sebesar 929,665 Ha atau 47,39 % dari total luas. Selanjutnya berturutberturut turut urut adalah permukiman sebesar 759,033 Ha (38,69 %); perdagangan dan jasa sebesar 176,945 Ha (9,02 %); fasilitas umum sebesar 31,055 Ha (1,58 %); kolam air sebesar 27,809
Analisa Analisa Uji Ketelitian Jumlah titik sampel berjumlah 21 dan terdapat kesalahan pada 2 titik sehingga : KI = JKI x 100% JSL
5
Ha (1,42 %); saluran/sungai sebesar 24,097 Ha (1,23 %); dan lain-lain sebesar 13,256 Ha (0,68 %).
Dalam penelitian ini kawasan UP VIII Satelit dibagi dalam 4 zona, yaitu :
Penggunaan Lahan UP VIII Satelit tahun 2008 Berikut merupakan kondisi existing kawasan UP VIII Satelit tahun 2008.
Zona 1 Zona 3 Zona 2
Tabel 3. Perhitungan Luas Penggunaan Lahan UP Satelit tahun 2008
Penggunaan Lahan
Luas(Ha)
Luas(%)
Permukiman
992,220
50,57
Fasilitas Umum
93,771
4,78
Perdagangan dan jasa
228,735
11,66
Industri dan Gudang
144,772
7,38
Ruang terbuka hijau
468,905
23,90
Sungai, saluran
16,763
0,85
Jalan
16,694
0,85
1961,86
100
total jumlah
Zona 4
Gambar 6. Pembagian Zona Klasifikasi
a. Zona 1 Merupakan daerah utara dari kawasan UP VIII Satelit, meliputi Kelurahan Sukomanunggal, Kelurahan Tanjung Sari. Dengan batas-batas : • Sebelah utara : Jl. Tanjungsari, Kecamatan Asemrowo. • Sebelah selatan : dibatasi oleh Jl. Raya Sukomanunggal dan Jl. Raya Simomulyo. • Sebelah timur : Jl. Simo Margorejo Timur, Jl. Simomargorejo. • Sebelah barat : Kecamatan Tandes.
Sumber : Hasil Perhitungan
Kondisi penggunaan lahan di UP VII Satelit saat ini didominasi oleh permukiman yaitu sebesar 992,220 Ha atau 50,57 % dari total luas, selanjutnya berturut-turut adalah ruang terbuka hijau (tanah kosong, sawah, ladang, Jalur hijau, kuburan, sempadan sungai dan taman) sebesar 468,905 Ha (23,90 %); perdagangan dan jasa (ruko, rukan, hotel, apartemen, hypermarket) sebesar 228,735 Ha (11,66 %); industri dan gudang sebesar 144,772 Ha (7,38 %); fasilitas umum (masjid, mushola, gereja, sekolah internasional, pelayanan kesehatan) sebesar 93,771 Ha (4,78 %); saluran, sungai sebesar 16,763 Ha (0,85 %); dan jalan sebesar 16.694 Ha (0,85 %).
Tabel 4. Klasifikasi Perubahan Penggunaan Lahan Zona 1
perubahan penggunaan lahan Perdajas(sesuai) perdajas industri/gudang permukiman RTH(sesuai) fasum RTH perdajas industri/gudang permukiman industri/gudang saluran/sungai permukiman RTH total luas
Klasifikasi perubahan penggunaan lahan Pengklasifikasian perubahan penggunaan lahan ini didasarkan pada perubahan kelas penggunaan lahan dan besarnya perubahan luasan yang didapat dari overlay atau tumpang susun anatar Peta Penggunaan Lahan UP VIII Satelit tahun 2008 dengan Peta RDTRK UP VIII Satelit tahun 1991.
luas (Ha) 0.01 0.24 0.13 78.4 3.39 11.27 144.37 74.97 1.68 0.64 1.85 316.95
Sumber : Hasil Perhitungan
Perubahan yang paling mencolok dari Zona 1 adalah perubahan dari Ruang Terbuka Hijau menjadi industri dan
6
pergudangan yaitu sebesar 144,37 Ha. Dengan cluster industri yang berada ditengah-tengah permukiman seperti terdapat di Simo Pomahan VIII, Simomulyo Baru V, Simo Gunung Barat Tol, Simo Mager Sari II, Simorejo Sari A VI dan A VIII, dan Simorejo Sari B (BAPPEKO SURABAYA, 2008), dapat disimpulkan bahwa terjadi ketidaksesuaian antara rencana penggunaan lahan dengan kondisi existing yaitu ruang terbuka hijau yang berubah menjadi industri dan pergudangan sebesar 144,37 Ha atau 45,55 % dari luas area zona 1.
Terdapat kesesuaian penggunaan lahan dengan RDTRK untuk permukiman sebesar 343,62 Ha atau 82,61 % dari luas rencana permukiman zona 2. Disisi lain juga terdapat perubahan yang cukup signifikan dari blok permukiman menjadi perdagangan dan jasa sebesar 41,44 Ha. Perubahan terbesar sepanjang koridor Jalan HR. Muhammad dan Mayjend Sungkono. Permukiman juga bertambah sebesar 60,98 Ha akibat berubahnya ruang terbuka hijau (lahan belum termanfaatkan) menjadi permukiman, terbesar di Kelurahan Dukuh Pakis.
b. Zona 2 Merupakan zona yang berada disekitar Segitiga 8 Satelit, berbatasan pada : • Sebelah utara : Zona 1. • Sebelah selatan : Zona 3, Jl. HR. Muhammad, Jl. Raya Darmo Permai, Jl. Mayjend Sungkono. • Sebelah timur : Jl. Simogung III, Jl. Raya Dukuh Kupang, Jl. Dukuh Kupang Utara. • Sebelah barat : Jl. Raya Simpang Darmo Permai Utara, Jl. Darmo Harapan IX, Jl. Raya Satelit Barat.
c. Zona 3 Merupakan zona yang berbatasan pada: • Sebelah utara : Zona 2. • Sebelah selatan : Jl. Raya Lontar. • Sebelah timur : Zona 4, Jl. Abdul Wahab Siamin. • Sebelah barat : Jl. Lingkaran Dalam, Jl. Bukit Darmo Boulevard. Tabel 6. Klasifikasi Perubahan Penggunaan Lahan Zona 3
perubahan penggunaan lahan Fasum(sesuai) perdajas fasum permukiman RTH Perdajas(sesuai) fasum perdajas permukiman RTH Permukiman(sesuai) fasum permukiman kolam air perdajas RTH RTH(sesuai) fasum RTH kolam air perdajas permukiman saluran Saluran(sesuai) total luas
Tabel 5. Klasifikasi Perubahan Penggunaan Lahan Zona 2
perubahan penggunaan lahan Perdajas(sesuai) industri/pergudangan perdajas Permukiman RTH Permukiman(sesuai) Fasum permukiman Perdajas RTH RTH(sesuai) Fasum RTH Perdajas industri/pergudangan permukiman saluran/sungai Saluran(sesuai) total luas
luas (Ha) 20.23 0.00 38.27 34.87 343.62 15.29 41.44 15.59 0.50 6.45 18.04 0.00 60.98 3.33 598.61
Sumber : Hasil Perhitungan
Sumber : Hasil Perhitungan
7
luas (Ha) 1.19 0.1 2.61 2.86 2.2 7.27 19.61 10.84 65.08 2.47 0.38 17.38 23.47 349.13 17.09 14.79 32.71 164.12 3.26 736.56
Pembangunan permukiman formal oleh developer selama kurun waktu tahun 1991 sampai dengan 2008 mengakibatkan berkurangnya ruang terbuka hijau di zona 3 ini. Diantaranya pembangunan Kompleks Perumahan Graha Family, Kompleks Perumahan Darmo Sentosa Raya, dan Perumahan Villa Bukit Emas sisi barat jalan Abdul Wahab Siamin.
Analisa Perubahan Peruntukan Lahan Berikut ini merupakan tabel yang menyajikan luas perubahan peruntukan lahan dari peta RDTRK UP VIII Satelit tahun 1991 dengan peta peruntukan lahan tahun 2008 hasil interpretasi citra satelit tahun 2008. Tabel 4.10 Perubahan Peruntukan Lahan
No
d. Zona 4 Merupakan zona yang berbatasan pada : • Sebelah utara : Jl. Mayjend Sungkono. • Sebelah selatan : Jl. Gunungsari, Jl. Raya Menganti. • Sebelah timur : Kecamatan Wonokromo. • Sebelah barat : Zona 3.
Permukiman(sesuai)
luas (Ha) 7.09
permukiman
fasum
6.15
perdajas
0.01
RTH
4.44
RTH(sesuai))
87.33
fasum
26.04
kolam air
0.02
RTH
perdajas
44.01
industri/pergudangan
1.41
permukiman
109.19
saluran
24.04
total luas
309.73
1
Ruang terbuka hijau
-460.760
-23.49
2
Permukiman Perdagangan dan jasa
233.187
11.89
51.790
2.64
4
Fasilitas umum
62.716
3.20
5
Saluran, sungai
-7.334
-0.37
6
Lain-lain (jalan)
3.438
0.18
3
Sumber : Hasil Perhitungan
Tabel 7. Klasifikasi Perubahan Penggunaan Lahan Zona 4
perubahan penggunaan lahan
Penggunaan Lahan
Luas Perubahan Peruntukan Lahan Tahun 1991-2008 Dalam Ha Dalam %
Perubahan fungsi peruntukan lahan yang terbesar adalah ruang terbuka hijau (RTH) yang berkurang sebesar 460,76 Ha atau 23,49 % dari luas keseluruhan UP VIII Satelit. Luas RTH yang berkurang tersebut dikarenakan adanya peralihan pemanfaatan lahan menjadi areal terbangun seperti lahan pemukiman, perdagangan-jasa berupa ruko, rukan dan departement store/pusat perbelanjaan, fasilitas umum berupa sekolah, pelayanan kesehatan, masjid dan lainnya. Perubahan RTH menjadi permukiman adalah yang terbesar yaitu sekitar 409,26 Ha. Akibatnya luas permukiman bertambah sebesar 233,187 Ha atau 11,89 %. Dilain pihak luas peruntukan perdagangan dan jasa juga bertambah sebesar 51,79 Ha atau 2,64 % serta bertambah juga untuk fasilitas umum sebesar 62,716 Ha atau 3,2 %.
Sumber : Hasil Perhitungan
Zona 4 hampir setipe dengan zona 3 yaitu banyak terjadi perubahan lahan ruang terbuka hijau menjadi perumahan/permukiman, baik formal (developer) maupun informal berupa perumahan kampung. Diantaranya adalah pembangunan Perumahan Villa Bukit Emas di Kelurahan Dukuh Pakis.
PENUTUP Kesimpulan 1. Dari hasil koreksi geometrik citra Quickbird diperoleh RMS erorr rata-rata dari 12 titik adalah sebesar 0,38 dan nilai kekuatan jaringan (SoF) sebesar 0,000513. Sehingga
8
telah memenuhi nilai yang diperbolehkan (yaitu mendekati nol). 2. Uji ketelitian klasifikasi yang didapatkan adalah 90,48 % dengan menggunakan 21 buah titik sampel; 19 sampel terbukti sesuai dengan keadaan di lapangan dan 2 buah titik dinyatakan tidak sesuai dengan kondisi di lapangan. Nilai tersebut telah memenuhi standar ketelitian yang diharapkan. 3. Penggunaan lahan pada wilayah UP Satelit di tahun 2008 antara lain : permukiman sebesar 992,220 Ha atau 50,57 % dari total luas, selanjutnya berturut-turut adalah ruang terbuka hijau (tanah kosong, sawah, ladang, jalur hijau, kuburan, sempadan sungai dan taman) sebesar 468,905 Ha (23,90 %); perdagangan dan jasa (ruko, rukan, hotel, apartemen, hypermarket) sebesar 228,735 Ha (11,66 %); industri dan gudang sebesar 144,772 Ha (7,38 %); fasilitas umum (masjid, mushola, gereja, sekolah internasional, pelayanan kesehatan) sebesar 93,771 Ha (4,78 %); saluran, sungai sebesar 16,763 Ha (0,85 %); dan jalan sebesar 16.694 Ha (0,85 %). 4. Perubahan fungsi peruntukan lahan yang terbesar adalah ruang terbuka hijau (RTH) yang berkurang sebesar 460,76 Ha atau 23,49 % dari luas keseluruhan UP VIII Satelit. Luas RTH yang berkurang tersebut dikarenakan adanya peralihan pemanfaatan lahan menjadi areal terbangun seperti lahan pemukiman, perdagangan-jasa berupa ruko, rukan dan departement store/pusat perbelanjaan, fasilitas umum berupa sekolah, pelayanan kesehatan, masjid dan lainnya. Perubahan RTH menjadi permukiman adalah yang terbesar yaitu sekitar 409,26 Ha. Akibatnya luas permukiman bertambah sebesar 233,187 Ha atau 11,89 %. Dilain pihak luas peruntukan perdagangan dan jasa juga bertambah sebesar 51,79 Ha atau 2,64 % serta untuk fasilitas umum bertambah sebesar 62,716 Ha atau 3,2 %.
Saran 1. Lebih mengoptimalkan lagi pembangunan khususnya lahan pemukiman serta perlu adanya pengawasan dari pemerintah daerah karena dalam kurun waktu 20 tahun pembangunan pemukiman dan perdagangan dan jasa telah berkembang sangat pesat.. 2. Perlu adanya tindakan tegas oleh setiap pihak yang terkait dalam hal ini Dinas Tata Kota Surabaya, BAPPEKO Surabaya dan Kantor Pertanahan Kota Surabaya jika terjadi penggunaan lahan yang tidak sesuai dengan RDTRK. DAFTAR PUSTAKA Abidin, HZ, 2000. Penentuan Posisi dengan GPS dan Aplikasinya. Jakarta : Pradnya Paramita. Ariastita, G. P. , dan Navastara, A. M. 2009. Buku Ajar Tata Guna dan Pengembangan Lahan. Surabaya : Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota ITS. Atmapradana, Tedi. 2010. Evaluasi Rencana Detail Tata Ruang Kota (RDTRK) Surabaya Unit Pengembangan (UP) Satelit Menggunakan Citra Satelit Quickbird. Surabaya : Tugas Akhir Program Studi Teknik Geomatika ITS. BAPPEKO Surabaya. 2008. Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang Kota (RDTRK) Unit Pengembangan Satelit : Laporan Pendataan dan Identifikasi. Surabaya : Pemerintah Kota Surabaya. BAPPEKO Surabaya._____ . Laporan Akhir Rencana Detail Tata Ruang Kota Surabaya Unit Pengembangan Satelit. Surabaya : Pemerintah Kota Surabaya. Lillesand, T.M., dan Kiefer, R.W. 1994. Remote Sensing and Image Interpretation. New York.: John Wiley&Son, Inc,. Mahriyar, M. Z. 2006. Konsep Compact City Sebagai Solusi Masalah Transportasi Perkotaan di Surabaya. Surabaya : Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota ITS. Nurawan, A. A. 2006. Evaluasi Kebijakan Tata Ruang Terhadap Peruntukan
9
Perumahan Menjadi Perdagangan dan Jasa Komersial di Kota Surabaya. Dalam Jurnal Penataan Ruang Vol. 1 No. 2 Nov 2006. Surabaya: Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota ITS. Purwadhi, Sri Hardiyanti. 2001. Interpretasi Citra Digital. Jakarta : Grasindo. Sutanto 1994. Penginderaan Jauh Jilid 2. Gajah Mada University Press, Jogjakarta. Undang-Undang Republik Indonesia No. 24 Tahun 1992 Tentang Penataan Ruang. Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 1994. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Kedua Cetakan Ketiga. Jakarta : Balai Pustaka Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. http://en.wikipedia.org/wiki/Quick Bird. Dikunjungi pada tanggal 11 Maret 2010, Jam 19.20 BBWI http://www.digitalglobe.com Dikunjungi pada tanggal 11 Maret 2010, Jam 19.20 BBWI. http://www.skma.org-quickbird Dikunjungi pada tanggal 12 Februari 2010, pukul 22:30 BBWI. http://www.digitalglobe.com/index.php/37/Sea rch+Results. Dikunjungi pada tanggal 12 Februari 2010, pukul 22:30 BBWI. http://landinfo.com/images/rome_vaticancity_ aug24_04_dg_260x210.jpg. Dikunjungi pada tanggal 12 Februari 2010, pukul 22:30 BBWI.
3. Peta Klasifikasi Perubahan Peruntukan Lahan • Zona 1
•
Zona 2
•
Zona 3
•
Zona 4
Lampiran-Lampiran 1. Peta Penggunaan Lahan 2008 UP VIII Satelit Surabaya Barat
2. Peta RDTRK UP VIII Satelit tahun 1991
10