PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATERI POKOK IBADAH HAJI MELALUI MODEL PICTURE TO PICTURE PESERTA DIDIK KELAS V MIM WONOSARI SIMO BOYOLALI SEMESTER I TAHUN PELAJARAN 2009/2010 SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam Jurusan Pendidikan Agama Islam
Disusun Oleh:
ASPARI NIM: 073111212
FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG 2011
i
NOTA PEMBIMBING
ii
KEMENTERIAN AGAMA R.I. INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO FAKULTAS TARBIYAH Jl. Prof. Dr. Hamka (Kampus II) Ngaliyan Telp. 024-7601295 Fax 7615387 Semarang
PENGESAHAN Naskah skripsi dengan: Judul
: PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATERI POKOK IBADAH HAJI MELALUI MODEL PICTURE TO PICTURE PESERTA DIDIK KELAS V MIM WONOSARI SIMO BOYOLALI SEMESTER I TAHUN PELAJARAN 2009/2010. Nama :ASPARI NIM : 073111212 Jurusan : Pendidikan Agama Islam Program Studi : Pendidikan Agama Islam telah diujikan dalam sidang munaqasyah oleh Dewan Penguji Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang dan dapat diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar sarjana dalam Ilmu Pendidikan Islam. Semarang, 14 Juni 2012 DEWAN PENGUJI Penguji I,
Penguji II,
Dr. Musthofa, M.Ag. NIP. 19710403 199603 1002
Dwi Mawanti, M.A. NIP. 19761207 200501 2002
Penguji III,
Penguji IV,
H. Machfudz Siddiq, Lc. MA. NIP. 19680227 200301 1001
H. Ahmad Maghfurin, M.A. M.Ag NIP. 19750120 200003 1002
Pembimbing
Dr. Hj. Nur Uhbiyati, M.Pd. NIP. 19520208 197612 2001
iii
ABSTRAK ASPARI (NIM: 073111212). “Peningkatan Hasil Belajar Materi Pokok Ibadah Haji Melalui Model Picture to Picture Peserta Didik Kelas V MIM Wonosari Simo Boyolali Semester I Tahun Pelajaran 2009/2010”. Skripsi. Semarang: Program Strata I Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang 2010. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik Kelas V MIM Wonosari Simo Boyolali dalam mata pelajaran Fiqih khususnya pada materi pokok Ibadah Haji dengan penerapan model Picture to Picture. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (classroom action research) yang melibatkan 16 siswa sebagai sampel. Pengumpulan data dilakukan dengan metode observasi langsung, yaitu pengamatan saat terjadi interaksi belajar mengajar, baik antara siswa dengan siswa, maupun siswa dengan guru. Penelitian dilakukan melalui 3 siklus, yaitu: (1) Pra Siklus, (2) Sikuls I, dan (3) Siklus II. Hasil penelitian menunjukkan, pada kondisi Pra Siklus, kemampuan proses pembelajaran dalam kriteria rendah mencapai 6,25%, kriteria cukup mencapai 75%, dan kriteria tinggi mencapai 18,75%. Hasil ini memberikan gambaran tentang proses pembelajaran bahwa proses pembelajaran masih didominasi pada kriteria cukup sehingga proses pembelajaran belum bisa maksimal. Pada Kondisi Siklus I, kemampuan proses pembelajaran dalam kriteria rendah mencapai 6,25%, kriteria cukup mencapai 50%, dan kriteria tinggi mencapai 43,75%. Hasil ini memberikan gambaran tentang proses pembelajaran masih didominasi pada kriteria cukup sehingga proses pembelajaran belum bisa maksimal. Pada Siklus II didaptkan hasil, bahwa kemampuan proses pembelajaran dalam kriteria rendah mencapai 0%, kriteria cukup mencapai 12,50%, dan kriteria tinggi mencapai 87,50%. Hasil ini memberikan gambaran bahwa proses pembelajaran di siklus kedua berada dalam kriteria tinggi sehingga proses pembelajaran sudah maksimal. Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa metode picture to picture dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas V MIM Wonosari, Simo, Boyolali, khususnya pada materi pokok Ibadah Haji.
Kata Kunci: Hasil belajar, Picture to Picture, Siklus.
iv
ABSTRACT
ASPARI (NIM: 073111212)."Learning Outcomes Improvement In Hajj Subject Matter Through Picture to Picture Model In Class V Students of MIM Wonosari Simo Boyolali Semester I Lesson Year 2009/2010". Thesis. Semarang: Study Program of Strata I, Islamic Education Department, Tarbiyah Faculty, IAIN Walisongo of Semarang 2010. This research aims are to improve the Class V MIM Wonosari Simo Boyolali students learning outcomes in Fiqh lesson, especially in Hajj subject matter through Picture to Picture (P to P) model application. This research is classroom action research that involved 16 students as sample. Data was collected through direct observation method, which is observed during the teaching and learning interactions, both between students and students, and students with teachers. The study was conducted through 3 cycles, namely: (1) Pre-Cycle, (2) Cycle I, and (3) Cycle II. The results showed, on the condition of Pre Cycle, the ability of learning process is in low criterion reached 6.25%; adequate reach the 75%, and high achieving 18.75%. These results provide an overview of the process of learning that the learning process is still dominated by the less adequate criterion, so that the learning process can’t be maximized yet. At Cycle I condition, the ability of the learning process in low criterion reaches 6.25%, adequate criterion reaches 50%, and high criterion reaches 43.75%. These results provide an overview of learning process still dominated by adequate criterion, so that the learning process can’t be maximized yet. Be obtained on the Cycle II results, the ability of the learning process in the low criterion reaches 0%, adequate criterion reaches 12.50%, and high criterion reaches 87.50%. These results illustrate that the learning process in the Cycle II was in higher criterion, so, that the learning process has been maximum. Based on these results, the writer may concludes that, Picture to Picture model be able to improve learning outcomes in Class V students of MIM Wonosari, Simo, Boyolali, especially in Hajj subject matter.
Keywords: Learning outcomes, Picture to Picture, Cycle.
v
DEKLARASI
Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab penulis menyatakan bahwa skripsi ini tidak berisi materi yang pernah ditulis orang lain atau diterbitkan. Demikian juga skripsi ini tidak berisi pikiran-pikiran orang lain, kecuali informasi dalam referensi yang penulis jadikan pedoman dan bahan rujukan.
Semarang, 30 Maret 2012 Deklarator,
ASPARI 073111212
vi
MOTTO
... “Dan sempurnakanlah ibadah haji dan 'umrah karena Allah......” (Qs. Al Baqarah, 196)
vii
PERSEMBAHAN
Skripsi ini sebagai sebuah karya sederhana yang penulis persembahkan kepada: 1. Ayah dan Ibu 2. Saudara-saudaraku se-Iman dan sejalan 3. Seseorang yang selama ini mengisi hatiku 4. Almamaterku
viii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah segala puji penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat dan salam yang selalu penulis curahkan kepada Rasulullah, Muhammad SAW sebagai Nabi yang syafaatnya selalu ditunggu-tunggu oleh semua ummat,sahabat dan para pengikutnya. Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan pengarahan, bimbingan, dan saransaran, sehingga penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Sekali lagi penulis mengucapkan terima kasih yang tiada tara kepada yang terhormat: 1. Prof. Dr. H. Muhibbin, M.Ag, Rektor IAIN WAlisongo Semarang. 2. Dr. Suja'i, M.Ag., Selaku Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo yang telah memberikan ijin dan restunya atas penulisan skripsi ini. 3. Nasirudin, M.ag., selaku Ketua Jurusan PAI yang telah memberikan dosen pembimbing yang tepat bagi penulis. 4. Drs. H. Sudiyono, M.Pd. selaku dosen Wali yang selalu memberikan bimbingan, pengarahan, serta dukungan moril bagi penulis. 5. Dr. Hj. Nur Uhbiyati, M.Pd. yang telah mengorbankan waktu, tenaga dan pikiran beliau demi memberikan bimbingan, pengarahan, dan saran-saran kepada penulis 6. H.M. Tasim, A.Ma. Selaku Kepala Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah (MIM) Wonosari, Bendungan, Simo, Boyolali, yang telah memberikan izin bagi penulis untuk melakukan penelitian pada Madrasah yang beliau pimpin. 7. Kedua orang tua penulis yang selalu memberikan dukungan tulus ikhlas, baik materiil maupun spirituil kepada penulis. ix
8. Teman-teman Guru MIM Wonosari, atas kebersamaan dan kemudahankemudahan yang diberikan kepada penulis selama ini. 9. Teman-teman Kelas B Mahasiswa Kualifikasi Guru Madrasah dan RA Fakulktas Tarbiyah Angkatan 2007 Jurusan PAI – IAIN Walisongo. 10. Teman-teman Tim PPL MI Al Khoiriyah Bulu (Kota Semarang). 11. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebut satu-persatu. Kepada semua pihak yang terkait, penulis tidak dapat memberikan sesuatu apapun, selain hanya ucapan terima kasih dengan tulus dan iringan doa, semoga Allah SWT membalas semua amal kebaikan mereka dan selalu melimpahkan Rahmat, Taufiq serta HidayahNya. Penulis menyadari bahwa skripsi ini belum mencapai kesempurnaan, ibarat tiada gading yang tak retak. Oleh karena itu penulis menerima segala kritik dan saran yang membangun, demi langkah perbaikan bagi penulis. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya, dan pembaca yang budiman, pada umumnya. Amin.
Semarang, Maret 2012
Penulis
x
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL .......................................................................................
i
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................
ii
NOTA PEMBIMBING ....................................................................................
iii
ABSTRAK ......................................................................................................
iv
DEKLARASI .................................................................................................
vi
MOTTO ..........................................................................................................
vii
PERSEMBAHAN ...........................................................................................
viii
KATA PENGANTAR ....................................................................................
ix
DAFTAR ISI ...................................................................................................
xi
DAFTAR TABEL ...........................................................................................
xiii
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................
xiv
BAB I.
BAB II.
PENDAHULUAN .........................................................................
1
A. Latar Belakang .........................................................................
1
B. Perumusan Masalah .................................................................
8
C. Tujuan Penelitian .....................................................................
8
D. Manfaat Penelitian ...................................................................
8
LANDASAN TEORI ..................................................................
9
A. Kajian Pustaka ..........................................................................
9
1. Pengertian Belajar ...............................................................
10
2. Prestasi Belajar ....................................................................
11
3. Penegasan Istilah .................................................................
12
4. Teori-teori Belajar ...............................................................
16
5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi hasil Belajar ................
17
6. Pengertian Fiqih ..................................................................
20
7. Sejarah Fiqih .......................................................................
20
8. Ruang Lingkup Bidang Studi Fiqih ....................................
22
xi
9. Tujuan Kurikuler .................................................................
22
10. Indikasi Keberhasilan .........................................................
22
11. Fungsi ................................................................................
23
12. Karakterisik Mata Pelajaran Fiqih ....................................
24
13. Model Picture to Picture ....................................................
24
B. Hipotesis Tindakan ......................................................................
29
BAB III METODE PENELITIAN ...........................................................
03
A. Materi Penelitian ......................................................................
30
B. Setting Penelitian ....................................................................
30
C. Rancangan Penelitian ..............................................................
30
D. Teknik Pengumpulan dan Pengolahan Data ...........................
33
E. Indikator Penelitan ..................................................................
35
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...........................
36
A. Hasil Penelitian .......................................................................
36
B. Hasil Tindakan ........................................................................
49
C. Pembahasan ............................................................................
50
PENUTUP ......................................................................................
51
A. Simpulan ................................................................................
51
B. Saran .......................................................................................
51
BAB IV
BAB V
DAFTAR KEPUSTAKAAN LAMPIRAN-LAMPIRAN DAFTAR RIWAYAT HIDUP
xii
DAFTAR TABEL
Tabel
Halaman
01
Keadaan Guru di MIM Wonosari ..........................................................
37
02
Hasil Tes Kondisi Awal Materi Ibadah Haji .........................................
39
03
Hasil Tes Siklus I ...................................................................................
43
04
Hasil Tes Siklus II .................................................................................
47
05
Deskripsi Hasil Tindakan ......................................................................
51
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar
Halaman
01
Model Dasar Penelitian Tindakan Kelas ...............................................
35
02
Hasil Proses Pembelajaran di Kondisi Awal .........................................
41
03
Hasil Proses Pembelajaran di Siklus I ...................................................
45
04
Hasil Proses Pembelajaran di Siklus II ..................................................
49
xiv
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Belajar atau pembelajaran adalah merupakan sebuah kegiatan yang wajib kita lakukan dan kita berikan kepada anak-anak kita. Karena ia merupakan kunci sukses untuk menggapai masa depan yang cerah, mempersiapkan generasi bangsa dengan wawasan ilmu pengetahuan yang tinggi, yang pada akhirnya akan berguna bagi bangsa, negara, dan agama. Pendidikan Agama selain sebagai mata pelajaran tersendiri, maka setiap mata pelajaran yang lain juga perlu di beri muatan keagamaan yang mendukung peningkatan keimanan dan ketakwaan para siswa. Bahan pengajaran pendidikan agama di Madrasah Ibtidaiyah meliputi beberapa mata pelajaran; seperti fiqih, Al Qur’an, Aqidah Akhlak, Sejarah Kebudayaan islam, dan Bahasa Arab. Fiqih merupakan salah satu mata pelajaran pendidikan Agama Islam yang berguna untuk kesempurnaan amalan ajaran Islam bagi siswa. Fiqih dapat diartikan sebagai ilmu tentang hukum-hukum syar’i yang bersifat amaliah yang digali dan ditemukan dari dalil-dalil yang khusus. Ruang lingkup hukum fiqih mencakup segala bentuk perbuatan, perkataan dan tindakan para mukallaf dari segi hukum, termasuk hukum-hukum yang mensyifati perbuatan para mukallaf itu, seperti wajib, haram, sunah, makruh, dan mubah. Secara garis besar fiqih terdiri dari dua bagian yaitu ibadah dan muamalah. Ibadah meliputi tata aturan mengenai hubungan manusia dengan Allah dalam rangka mendekatkan diri kepada-Nya. Dalam bagian ini antara lain di bahas mengenai pelaksanaan rukun Islam, seperti syahadat, sholat, puasa, zakat, haji, aqiqah, qurban, dan lain-lain. Sedangkan muamalah meliputi tata aturan yang berkaitan dengan perbuatan, perkataan, dan tindakan para mukallaf dalam berhubungan dengan masyarakat sekitarnya. 1
2
Imam Syafi’i1 menjelaskan bahwa fiqih secara istilah mengandung dua arti, yaitu: pengetahuan tentang hukum-hukum syari’at yang berkaitan dengan perbuatan dan perkataan mukallaf (mereka yang sudah terbebani menjalankan syari’at agama), yang diambil dari dalil-dalilnya yang bersifat terperinci, berupa nash-nash al Qur’an dan As sunnah serta yang bercabang darinya yang berupa ijma’ dan ijtihad. Yang kedua yaitu, hukum-hukum syari’at itu sendiri. Jadi perbedaan antara kedua definisi tersebut bahwa yang pertama di gunakan untuk mengetahui hukum-hukum (Seperti seseorang ingin mengetahui apakah suatu perbuatan itu wajib atau sunnah, haram atau makruh, ataukah mubah, ditinjau dari dalil-dalil yang ada), sedangkan yang kedua adalah untuk hukumhukum syari’at itu sendiri (yaitu hukum apa saja yang terkandung dalam shalat, zakat, puasa, haji, dan lainnya berupa syarat-syarat, rukun-rukun, kewajiban-kewajiban, atau sunnah-sunnahnya). Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa mata pelajaran fiqih merupakan materi yang sangat penting bagi siswa, karena menyangkut segala perbuatan yang mereka lakukan dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam berhubungan dengan Allah Sang Pencipta, maupun berhubungan dengan sesama manusia. Oleh sebab itu mata pelajaran fiqih ini harus diajarkan pada siswa di semua jenjang pendidikan termasuk di Madrasah Ibtidaiyah. Akan tetapi, ruang lingkup fiqih yang sangat luas namun jam pelajaran yang sedikit dalam seminggu (2 jam) menyebabkan kurangnya pengetahuan tentang fiqih bagi anak didik, sehingga menyebabkan anak didik belum mampu memahami dan mengamalkan pelajaran fiqih. Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia No 2 tahun 2008 tentang Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi Pendidikan Agama Islam dan Bahasa Arab di Madrasah menyebutkan bahwa mata pelajaran fiqih mempunyai
standar kompetensi
lulusan yaitu siswa mengenal
dan
melaksanakan hukum Islam yang berkaitan dengan rukun Islam mulai dari ketentuan dan tata cara pelaksanaan taharah, salat, puasa, zakat, sampai dengan pelaksanaan ibadah hají, serta ketentuan tentang makanan dan 1
Imam Syafi’i. 1999. Majalah Fatawa. Dipublikasikan kembali oleh www.muslim.or.id
3
minuman, khitan, kurban, dan cara pelaksanaan jual beli dan pinjam meminjam. Dengan demikian, siswa perlu menambah pengetahuan fiqih dengan cara membaca. Memperdalam pengetahuan agama (seperti mempelajari fiqih ini) sangat dianjutkan oleh Islam, bahkan dalam situasi dan kondisi apapun. Hal ini tertulis dalam sebuah ayat yang berbunyi.
Artinya: Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka Telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya (Qs. At Taubah, 122). (Depag RI, 1990.301-302). Ayat di atas menekankan bahwa dalam situasi perang sekalipun, fiqih (dan ilmu agama pada umumnya) harus tetap dipelajari dan diajarkan kepada umat Islam. Sebab dengan memperdalam ilmu agama (fiqih) itulah mereka dapat menjaga diri baik dalam keadaan perang maupun setelah perang. Oleh karena itu fiqih harus diajarkan kepada generasi muda Islam sejak mereka masih duduk di sekolah. Setiap anak didik datang ke sekolah tidak lain kecuali untuk belajar di kelas agar menjadi orang berilmu pengetahuan di kemudian hari. Sebagian besar waktu yang tersedia harus digunakan oleh anak dididik untuk belajar, tidak mesti di sekolah, di rumah pun harus ada waktu yang disediakan untuk kepentingan belajar. Tidak ada hari tanpa belajar adalah ungkapan yang tepat bagi anak didik. Dalam proses belajar mengajar, baik guru maupun siswa pasti mengharapkan agar mencapai hasil yang sebaik-baiknya. Guru mengharapkan agar siswa berhasil dalam belajarnya, dan siswa pun mengharapkan guru dapat mengajar dengan baik sehingga siswa memperoleh hasil belajar yang baik.
4
Dalam kenyataan, harapan itu tidak selalu terwujud, sebab masih banyak siswa yang tidak memperoleh hasil belajar yang memuaskan. Ada siswa yang mendapatkan nilai tinggi, ada pula yang mendapatkan nilai rendah, dan bahkan ada pula siswa yang harus tinggal dalam mencapai tujuan belajar. Prestasi belajar adalah “hasil yang dicapai setelah siswa mendapat pengajaran dalam waktu tertentu dan hasil pengajaran dapat dikatakan berhasil apabila pengajaran itu mencapai tujuan yang ingin diraih yaitu tujuan belajar" Prestasi belajar juga sangat ditentukan oleh materi pelajaran yang diberikan oleh guru. Tujuan pendidikan pada umumnya adalah menghasilkan keluaran (output) lulusan dengan kualitas yang baik dan berusaha mempertahankan kelangsungannya dalam waktu jangka panjang. “Prestasi belajar sebagai perubahan tingkah laku yang meliputi tiga domain yaitu kognitif (pemahaman), afektif (sikap), psikomotor (ketrampilan)” (Hudi, 2005:15). Prestasi belajar adalah hasil penilaian, hasil usaha kegiatan belajar yang dinyatakan dalam bentuk simbol, angka maupun huruf yang mencerminkan hasil yang sudah dicapai anak dalam periode tertentu (Tirtonegoro, 1994:43). Belajar merupakan suatu proses di mana siswa berada didalamnya. Keberhasilan siswa dalam belajar di samping dipengaruhi oleh dirinya sendiri (internal) maupun dari luar diri (eksternal) individu. Pengenalan terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar penting sekali artinya dalam rangka membantu murid dalam mencapai prestasi belajar yang sebaik-baiknya (Ahmadi 2004:138). Prestasi belajar yang memuaskan dapat diraih oleh setiap anak didik jika mereka dapat belajar secara aktif, terhindar dari berbagai ancaman, hambatan dan gangguan. Sesuai dengan kebijakan pengembangan kurikulum baru yang memberikan
keleluasaan
pada
satuan
pendidikan
(Madrasah)
untuk
mengembangkan diri sesuai dengan kondisi dan kebutuhan masyarakat setempat, maka materi Fiqih yang dikembangkan adalah materi esensial atau materi pokok. Oleh karena itu, para guru di Madasah bersama Komite Madrasah dapat memperdalam, memperluas, atau mempertajam bahasan yang
5
tersaji sesuai dengan kondisi dan kebutuhan masyarakat setempat. 2 Dalam penyampaian materi tersebut tidak lepas dari penggunaan metode pengajaran yang tepat dan menarik. Mata pelajaran Fiqih sebagai mata pelajaran esensial pada Pendidikan Agama Islam di Madrasah Ibtidaiyah, khususnya di Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah Wonosari, Simo, Boyolali. Kurikulum Madrasah tersebut mengharuskan para peserta didik untuk dapat menghafal masalah-masalah terkait dengan materi pokok Ibadah Haji. Metode yang digunakan untuk menyampaikan materi tersebut adalah ceramah dan mencatat. Keberhasilan proses pembelajaran merupakan hal utama yang didambakan dalam melaksanakan pendidikan di sekolah. Sebagai upaya meningkatkan keberhasilan dalam pembelajaran pada masa sekarang, telah banyak
dikembangkan
metode-metode
yang
bersifat
behavioristik
(memanusiakan manusia), seperti: student active learning, quantum learning, quantum teaching, dan accelerated learning.3
Seluruh
metode
tersebut
digunakan dalam rangka revolusi belajar yang melibatkan guru dan siswa sebagai satu kesatuan yang mempunyai hubungan timbal balik. Peran guru sebagai pengajar/fasilitator, sedangkan siswa merupakan individu yang belajar. Ayat yang terkait secara langsung tenang dorongan untuk memilih metode secara tepat dalam proses pembelajaran adalah.
Artinya: “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa
2
Muchsan, H. S.Ag., dkk., Fiqih untuk Kelas V Madrasah Ibtidaiyah, Jakarta: Yudhistira. 2007, Hlm. 25 3 Mel Siberman, 2009. Active Learning. Yogyakarta: Insan Madani
6
yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.” (Qs. An Nahl, 125)4 Selain ayat tersebut di atas, landasan metode pembelajaran yang didasarkan oleh Hadis Nabi adalah sebagai berikut:
Artinya: “Dari Anas RA bahwa Nabi SAW bersabda: Mudahkanlah dan jangan kamu persulit. Gemberikanlah dan janganlah kamu membuat lari.” (HR. Bukhari)5 Sebagai pengatur sekaligus pelaku dalam proses belajar mengajar, gurulah yang mengarahkan bagaimana proses belajar mengajar itu dilaksanakan. Karena itu guru harus dapat membuat suatu pengajaran menjadi lebeh efektif juga menarik sehingga bahan pelajaran yang disampaikan akan membuat siswa merasa senang dan merasa perlu untuk mempelajari bahan pelajaran tersebut. Akan tetapi, guru masih dalam sekedar penyampai materi saja, belum lebih dari sentral pembelajaran. Hal ini disebabkan karena guru jarang menggunakan alat bantu pembelajaran. Menurut para tenaga pendidik di Madrasah tersebut, model pembelajaran diatas memiliki kelemahan, sehingga dinyatakan kurang berhasil, salah satu penyebabnya adalah siswa yang bermalas-malasan ketika mencatat dan mendengarkan ceramah guru. selain itu, dilihat dari segi kemampuan siswanya akan menimbulkan hasil yang berbeda antar satu siswa dengan siswa yang lain, sehingga hasil pembelajaran kurang maksimal. Hambatan
lain
yang
muncul
yaitu
masalah
durasi
waktu
pembelajaran aktif di Kelas V untuk mata pelajaran Fiqih hanya 35 menit untuk setiap pertemuan, menurut keterangan salah satu guru, hal tersebut menambah kekurang efektifan dalam hasil belajar, termasuk prestasi hasil 4
Terjemah Al Qur’an, 2002. Depag RI. Muhammad Ibn Ismail al-Bukhari, Shahih al-Bukhari, (Indonesia, Maktabah Dahlan, tt), juz I, hlm. 43 5
7
belajar Fiqih. Padahal dari kurikulum yang berlaku di Madrasah tersebut materi yang wajib untuk dikuasai bukan hanya pokok-pokok Ibadah Haji, melainkan permasalahan-permasalahan lain yang terkait dengan pelaksanaan ibadah haji. Meski demikian para guru masih mengupayakan untuk menambah proses kegiatan belajar dengan memberikan tugas tambahan berupa pekerjaan rumah (PR), akan tetapi hal tersebut masih belum dapat memberikan hasil yang maksimal. Berdasarkan observasi awal peneliti terhadap proses pembelajaran Fiqih di MIM Wonosari Simo, menunjukkan bahwa pembelajaran ditempat tersebut masih kurang efektif, karena menjenuhkan, suasana kelas gaduh dan membosankan, sehingga siswa jadi malas untuk menghafal, hal tersebut dikarenakan metode yang digunakan masih bertumpu pada kemandirian siswanya untuk mencatat atau mendengar ceramah Guru tanpa bimbingan yang baik. Padahal siswa kelas V Madrasah
masih memerlukan
pembelajaran yang menarik dan menyenangkan. Menurut peneliti kegiatan belajar mengajar tersebut akan lebih maksimal apabila ada variasi metode pembelajaran, dalam metode ini bukan hanya siswa saja yang mencatat, akan tetapi guru juga ikut berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran. Hal tersebut akan coba peneliti terapkan dengan menerapkan metode pembelajaran teknik Picture to Picture (P to P). Menurut Soeparno (1988), metode pembelajaran adalah suatu alat yang dipakai sebagai saluran untuk menyampaikan suatu pesan (message) atau informasi dari suatu sumber (resource) kepada penerimanya (receiver).6 Melihat peran yang begitu vital, maka menerapkan metode yang efektif dan efisien adalah sebuah keharusan. Dengan harapan proses belajar mengajar akan berjalan menyenangkan dan tidak membosankan. Metode pembelajaran sebagai jembatan yang akan membantu peserta didik menemukan di dalamnya. Metode yang digunakan peneliti dalam pembelajaran Fiqih adalah metode Picture to Picture (P to P). yang berupa urutan gambar-gambar yang merupakan rangkaian urutan peristiwa. 6
Soeparno, Media Pembelajaran. Klaten: Intan Pariwara, 1988. hlm. 1.
8
B. Perumusan Masalah Permasalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: Bagaimanakah peningkatan hasil belajar materi pokok ibadah Haji melalui
model Picture to Picture pada peserta didik Kelas V MIM Wonosari Simo Boyolali?
C. Tujuan Penelitian Penelitian tindakan berbasis kelas yang akan dilaksanakan ini memiliki tujuan sebagai berikut: a. Untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik Kelas V MIM Wonosari Simo Boyolali dalam mata pelajaran Fiqih. b. Untuk meneapkan model Picture to Picture pada materi pokok Ibadah Haji.
D. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian yang diharapkan adalah sebagai berikut: 1. Manfaat Teoritis a. Sebagai sebuah sumbangan pemikiran dan pengabdian guru dalam turut serta mencardaskan kehidupan bangsa. b. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pengetahuan untuk meningkatkan kwalitas pendidikan. 2. Manfaat Praktis a. Kompetensi peserta didik pada mata pelajaran Fiqih, khususnya materi pokok Ibadah Haji dapat dicapai. b. Adanya inovasi model pembelajaran Fiqih dari dan oleh guru yang menitik beratkan pada penerapan model pembelajaran Picture to Picture (P to P). c. Siswa mendapatkan pembelajaran dengan kwalitas yang lebih baik. d. Membantu guru untuk dapat memperbaiki media pembelajaran yang sesuai dengan kondisi siswa.
9
BAB II LANDASAN TEORI
A. Kajian Pustaka Kajian Pustaka, merupakan fase yang tidak bisa ditinggalkan dalam penelitian,
penelusuran
Pustaka
dimaksudkan
untuk
mempertajam
metodologi, memperkuat kajian teoritis, dan memperoleh informs mengenai penelitian sejenis yang telah dilakukan oleh peneliti lain. Penelitian di tempat yang sama, yaitu pada MI Wonosari, Bendungan, Simo, Boyolali, telah dilakukan oleh Muntianah, (2009) UNU Surakarta dengan judul: Penerapan Model Pembelajaran Jig Saw untuk meningkatkan prestasi belajar Aqidah Akhlaq pada siswa kelas IV tahun pelajaran 2008/2009. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan penerapan model pembelajaran Jig Saw dapat meningkatkan prestasi belajar siswa, dengan ratarata nilai 6,2 pada Siklus pertama, kemudian meningkat menjadi 7,4 pada Sikluis kedua. Sedangkan penelitian sejenis juga dilakukan oleh Wagimin (2008), Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) Surakarta dengan judul: Upaya Peningkatan Minat Belajar Bahasa Indonesia dengan model pembelajaran Picture to Picture pada siswa Kelas VI MIM Congol, Simo, Boyolali. Penelitian ini berupa penelitian tindakan kelas (Class Action Research), dilakukan dengan dua siklus, dengan hasil bahwa penerapan model pembelajaran P to P dapat meningkatkan minat belajar siswa kelas VI pada mata pelajaran Bahasa Arab. Hanya dengan melihat deretan skor yang masih berserakan, belum dapat menentukan ranking atau prestasi seseorang dalam kelompoknya. Untuk itu maka skor tersebut harus terlebih dahulu disusun, urut dari skor tertinggi sampai ke skor yang paling rendah, dengan urutan ke bawah.11 Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata „prestasi‟ adalah hasil yang telah dicapai. Jadi prestasi belajar siswa, adalah hasil yang telah dicapai 11 Arikunto, Suharsimi. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, Edisi Revisi, Yogyakarta: Bumi Aksara, 2006. Hlm. 260
9
10
oleh peserta didik, setelah siswa tersebut menempuh proses belajar mengajar pada mata pelajaran tertentu.12 1. Pengertian Belajar Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh perubahan tingkahlaku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.13 Perubahan yang terjadi dalam diri seseorang banyak sekali baik sifat maupun jenisnya karena itu sudah tentu tidak setiap perubahan dalam diri seseorang merupakan perubahan dalam arti belajar. Ernest R. Hilgard yang di kutip oleh Abu Ahmadi memberikan definisi belajar sebagai berikut: “learning is the procedures (wheter in the laboratory o in the natural environ ment) as distinguished from changes by factors not atribut able to training”.14 Dalam definisi ini dikatakan bahwa seseorang yang belajar kelakuanya akan berubah dari pada sebelum itu. jadi belajar tidak hanya mengenai bidang intelektual, akan
tetapi ikatakan mengenai seluruh
pribadi anak. Dalam kamus pedagogik dikatakan bahwa belajar adalah berusaha memiliki pengetahuan atau kecakapan baru. Seseorang telah mempelajari sesuatu dengan perbuatanya. Ia baru dapat melakukan sesuatu hanya dari hasil proses belajar sebelumnya. Proses belajar/kegiatan belajar dapat di hayati (dialami) oleh orang yang sedang belajar. Selain itu kegiatan belajar juga dapat di amati oleh orang lain. Belajar yang di hayati oleh seorang pembelajar (guru). Pada satu sisi, belajar yang dialami oleh pembelajar
terkait dengan
pertumbuhan jasmani yang siap berkembang. Pada sisi lain, kegiatan belajar yang juga perkembangan mental tersebut juga di dorong oleh Suharso, Retnoningsih, Kamus Besar bahasa Indonesia, Semarang: CV. Widya Karta, 2009. hlm. 390. 13 Slamet, Belajar dan Faktor-faktor yang mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta, 1995, hal.2. 14 Abu Ahmadi, Psikologi Sosial, Jakarta: PT.Rineka Cipta Cetakan Kedua, 1999, hal.280. 12
11
tindakan pendidikan atau pembelajaran. Dari segi siswa, belajar yang dialaminya sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan mental akan menghasilkan hasil belajar sebagai dampak pengiring. Selanjutnya dampak pengiring tersebut akan menghasilkan program belajar sendiri sebagai perwujudan emansipasi
siswa menuju kemandirian. Dari segi guru.
kegiatan belajar siswa merupakan akibat dari tindakan pendidikan atau pembelajaran.proses belajar siswa tersebut menghasilkan perilaku yang di kehendaki, suatu hasil belajar sebagai dampak pengajaran. Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan amat tergantung pada proses belajar yang di alami oleh peserta didik baik ketika ia berada di sekolah ataupun di lingkungan rumah atau keluarga sendiri. Hal ini sesuai pada surat Al Mujadalah ayat 11 di sebutkan sebagai berikut:
Artinya :
Niscaya Allah akan meniggikan orang- orang yang beriman di antaramu
dan orang- orang yang di beri pengetahuan
beberapa derajat”.15
2. Prestasi Belajar Proses belajar menurut kamus umum Bahasa Indonesia adalah penguasaan pengetahuan atau ketrampilan yang di kembangan oleh mata pelajaran, lazimnya di tunjukan dengan nilai tes atau angka nilai tes atau angka nilai yang di berikan oleh guru.16 Prestasi adalah suatu bukti keberhasilan usaha yang di capai.17 Adapun yang di maksud dengan prestasi belajar dalam penelitian ini yaitu 15
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, Jakarta: Depag RI, hal. 910 Tim Penyusun Kamus Pusat dan Pengembangan Bahasa, OP. Cit. hal.51. 17 Dewa Ketut Sukardi, Op. Cit. hal.51 16
12
kemampuan siswa dalam mengusai materi pelajaran yang di berikan guru setelah mengikuti proses belajar mengajar selama periode tertentu. Robert Gegne meninjau prestasi belajar yang harus di capai oleh siswa dalam kategori: 1.
Informasi Verbal Yaitu tingkat pengetahuan yang di miliki seseorang yang di ungkapkan melalui bahasa lisan maupun tertulis kepada orang lain. Siswa harus mempelajari berbagai bidang ilmu pengetahuan baik yang bersifat praktis maupun teoritis.
2.
Kemahiran Intelektual Kemahiran intelektual menunjuk pada pada “knowing how”, yaitu bagaimana seseorang berhubungan dengan lingkungan hidup dan dirinya sendiri. Gagne membagi kemahiran intelektual menjadi empat kategori yaitu di urutkan secara hearkis, yaitu sub kemampuman yang di bawah menjadi landasan bagi sub kemampuan yang di atasnya. Adapun empat sub kemampun tersebut adalah: a. Diskriminasi jamak (Multiple discrimination), yaitu kemampuan seseorang dalam membedakan objek yang satu dengah objek yang lain. b. Konsep (Concept), yaitu satuan arti yang mewakili sejumlah objek yang mempunyai ciri-ciri yang sama, yang dapat di lambangkan dalam bentuk kata. c. Kaidah (Rule), dua konsep atau lebih yang jika di huhungkan satu sama lain, maka terbentuk suatu ketentuan yang mewakili suatu keteraturan. d. Prinsip (Higher-order-rule), yaitu terjadinya kombinasi dari beberapa kaidah yang lebih tinggi dan lebih kompleks.
3. Penegasan Istilah Agar tidak terjadi kesalahpahaman dalam penafsiran pada istilahistilah dalam judul: “Peningkatan Hasil Belajar Materi Pokok Ibadah Haji melalui model Picture to Picture Peserta Didik Kelas V MIM Wonosari
13
Simo Boyolali Semester II Tahun Pelajaran 2009/2010” maka perlu adanya penegasan istilah atau arti dari penegasan judul tersebut. Adapun istilah yang perlu ditegaskan antara lain: a. Peningkatan Dalarn kamus besar bahasa Indonesia, kata “Meningkatkan” adalah menaikkan (derajat atau taraf, mempertinggi, memperhebat, dsb) adapun dalam penelitian ini “Upaya Meningkatkan” akan diartikan sebagai usaha dalam rangka meningkatkan prestasi belajar siswa kelas V MI Wonosari. b. Hasil Belajar Menurut bahasa hasil belajar adalah penguasaan pengetahuan keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, yang lazimnya ditunjukan dengan tes dan nilai yang diberikan guru18. Hasil ini merupakan bukti dari usaha yang dicapai19. Dalam penelitian ini yang dimaksud mengerjakan sesuatu adalah pada saat menyelesaikan soalsoal evaluasi di bidang studi fiqh dan pada saat ulangan harian. c. Bidang Studi Fiqih Fiqih adalah salah satu pelajaran pada Pendidian Agama Islam Kelas V Madrasah Ibtidaiyah. Pemilihan materi Ibadah Haji pada penelitian ini berdasarkan pada alasan sebagai berikut: a. Siswa kelas V belum ada yang menguasai materi Ibadah Haji. b. Ibadah Haji merupakan salah satu rukun Islam yang wajib dilaksanakan oleh kaum Muslimin yang mampu. c. Penyampaian materi pokok Ibadah Haji masih memiliki hambatan, terutama dalam hal metode pembelajaran yang tepat. d. Model Picture to Picture (P to P) Model Picture to Picture (P to P) merupakan strategi pembelajaran dengan menyusun gambar, yang mana strategi ini dapat membantu peserta didik untuk memfokuskan perhatian secara mental, 18
Ibd. Hal 51
19
Dewa Ketut Sukardi, Bimbingan dan Konseling, Bina Aksara, Jakarta, 1988, Hal. 51.
14
menimbulkan pertanyaan-pertanyaan serta merangsang minat untuk berdiskusi. Strategi ini mempunyai efek pada pemusatan perhatian dan membuat suatu kelompok yang kohesif (saling berhubungan). Adapun prosedur pelaksanaan teknik Picture to Picture adalah sebagai berikut: 1) Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai Pada langkah ini guru menyampaiakan Kompetensi Dasar mata pelajaran yang bersangkutan. Disamping itu guru juga harus menyampaikan indikator-indikator ketercapaian KD. 2) Guru Menyajikan materi sebagai pengantar Penyajian materi sebagai pengantar sesuatu yang sangat penting, dari sini guru memberikan momentum permulaan pembelajaran. Motivasi dan teknik yang baik dalam pemberian materi akan menarik minat siswa untuk belajar lebih jauh tentang materi yang dipelajari. 3) Guru
menunjukkan/memperlihatkan
gambar-gambar
kegiatan
berkaitan dengan materi Dalam proses penyajian materi, guru mengajar siswa ikut terlibat aktif dalam proses pembelajaran dengan mengamati setiap gambar yang ditunjukan oleh guru atau oleh temannya. Ingatlah bahwa “jika dapat divisualkan” kenapa harus memakai kata-kata. Dengan Picture/gambar guru akan menghemat energy, dan siswa akan lebih mudah memahami materi yang diajarkan. 4) Guru menunjuk/memanggil siswa secara bergantian memasang/ meng-urutkan gambar-gambar menjadi urutan yang logis. Gambar-gambar yang sudah ada diminta oleh siswa untuk diurutan, dibuat, atau dimodifikasi. Jika menyusun, bagaiaman susunananya, jika melengkapi gambar, mana gambar atau bentuknya yang harus dilengkapi. 5) Guru menanyakan alasan/dasar pemikiran urutan gambar tersebut.
15
e. Peserta Didik Kelas V MI Wonosari Simo Boyolali Peserta didik/siswa berasal dari satu rombongan belajar (Rombel), yaitu kelas V MI Wonosari, dengan jumlah siswa 16 anak (10 Laki-laki dan 6 Perempuan). f. Pengaruh Kegiatan Kognitif Kemampuan yang dapat menyalurkan dan mengarahkan aktivitas kognitifnya sendiri, khususnya bila sedang belajar dan berfikir. Orang yang mampu mengatur dan mengarahkan aktivitas mentalnya sendiri dalam bidang kognitif akan dapat menggunakan semua konsep dan kaidah yang pernah di pelajari jauh lebih efisien dan efektif, dari pada orang yang tidak berkemampuan demikian. g. Sikap Sikap tertentu seseorang terhadap objek. h. Ketrampilan Motorik Ketrampilan motorik yaitu seseorang yang mampu melakukan suatu rangkaian gerak-gerik berbagai anggota badan secara terbagai anggota badan secara terpadu.20 Bloom mengemukakan ada tiga tipe prestasi belajar, yaitu: 1) Kognitif Adalah
keberhasilan
belajar
yang
diukur
oleh
taraf
penguasaan intelektualitas, keberhasilan ini biasanya dilihat dengan bertambahnya pengetahuan siswa . 2) Afektif Adalah keberhasilan belajar yang di ukur dalam taraf sikap dan nilai. Tipe hasil belajar efektif tampak pada siswa dalam berbagai tingkah laku seperti berakhlak mulia, disiplin, menaati norma - norma yang baik.
20
Sri Esti Wuryanti Djiwandono, Psikologi Pendidikan, Jakarta: Grasindo, 2008, hal. 217
16
4. Teori - teori Belajar Belajar sebagai proses psikologi terjadi dalam diri seseorang, oleh karena itu sukar di ketahui secara pasti bagaimana terjadinya. Karena prosesnya begitu kompleks, maka timbul beberapa teori tentang belajar. Abu Ahmadi secara global mengklasifikasikan ada tiga teori belajar yakni: a.
Teori belajar menurut Faculty Psychology (Ilmu Jiwa Daya) Menurut teori ini, jiwa manusia terdiri dari berbagai daya berpikir, mengenal, mengingat dan lain - lainya. Daya – daya ini dapat berkembang dan berfungsi apabila di latih dengan bahan – bahan dan cara – cara tertentu. Berdasarkan pandangan ini, maka yang di maksud dengan belajar ialah usaha melatih daya - daya itu agar berkembang, sehingga kita dapat befikir, mengingat dan sebagainya. Cara yang digunakan ialah menghafal, memecahkan soal - soal dan berbagai kegiatan lainya.
b.
Teori belajar menurut Ilmu Jiwa Asosiasi Menurut teori ini,jiwa manusia terdiri dari asosiasi dari berbagai tanggapan yang masuk ke dalam jiwa kita. Asosiasi itu biasanya terbentuk berkat adanya hubungan stimulus-response, disingkat S-R. Menurut pandangan ini,belajar berarti membentuk hubunganhubungan stimulus response dan melatih hubungan itu agar pertalian erat, Belajar sifatnya mekanis, seperti mesin dan akhirnya akan terbentuk kebiasaan – kebiasaan dan sejumlah ilmu pengetahuan, Penyelidik aliran ini ialah E.I. Thorndike.
c.
Teori belaajar menurut Ilmu Jiwa Gestalt (organis) Menurut teori ini jiwa manusia merupakan satu keseluruhan yang bulat, bukan tanggapan – tanggapan (elemen – elemen). Jiwa manusia bersifat hidup dan aktif, berinteraksi dengan lingkungan, karena itu belajar menurut pandangan ini berarti mengalami, bereaksi perbuatan berfikir secara kritis.
17
Beberapa asas belajar yang di kemukakan teori ini adalah : 1) Keseluruhan lebih dari jumlah bagian - bagian 2) Belajar adalah suatu proses perkembangan. 3) Belajar adalah reorganisasi pengalaman 4) Belajar lebih berhasil apabila berhubungan dengan minat, keinginan dan tujuan anak . Belajar adalah suatu proses yang berlangsung terus menerus.21 5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar. Dalam pembelajaran banyak faktor yang mempengaruhinya, baik faktor internal yang datang dari indifidu maupun faktor eksternal yang datang dari lingkungan individu. Faktor eksternal yang mempengaruhi hasil belajar terdiri dari dua aspek, yaitu fisiologis (yang bersifat jasmaniah) dan aspek psikologis. Faktor – faktor psikis memiliki peran yang sangat menentukan di dalam belajar. Faktor – faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar a.
Faktor Intern Faktor yang berasal dari anak itu sendiri, yang meliputi: 1) Faktor Psikologis a) Tingkat intelegensi Intelegensi adalah kecakapan yang terdiri dari tiga jenis yaitu kecakapan untuk menghadapi dan menyesuaikan ke dalam situasi yang baru dengan cepat dan efektif, mengetahui/ menggunakan konsep - konsep yang abstrak secara efektif, mengetahui relasi dan mempelajarinya dengan cepat. Intelegensi besar pengaruhnya terhadap kemajuan belajar, tinggi rendahnya intelegensi siswa akan mempengaruhi hasil belajar. b) Minat Minat merupakan kecenderungan untuk memperhatikan dan berbuat sesuatu, minat siswa terhadap pelajaran akan banyak pengaruhnya terhadap keberhasilan belajarnya.
21
Abu Ahmadi, Op. Cit., hal. 281
18
c) Bakat Merupakan kemampuan potensi pada anak, yang akan menjadi actual jika melalui proses belajar/ latihan. Dengan adanya bakat membuat anak hanya memerlukan waktu sedikit dalam menyelesaikan sesuatu, termasuk dalam hal pencapaian prestasi belajar. d) Motivasi Motivasi merupakan dorongan yang mendasari dan mempengaruhi dalam setiap usaha dan kegiatan seseorang. Hal ini akan memperbesar kegiatan dan usahanya dalam belajar yang pada akhirnya akan memungkinkan pencapaian prestasi belajar yang tinggi. e) Kematangan Kematangan merupakan kondisi siap baik jasmani maupun rohani untuk melakukan aktivitas belajar. Tanpa adanya kematangan akan menyulitkan proses belajar. Kematangan tiap anak untuk melakukan aktifitas belajar tidaklah sama, di samping faktor umur juga karena faktor pembawaan. f) Konsentrasi dan perhatian Hanya dengan perhatian dan konsentrasi anak dapat memahami dan menyerap pelajaran. Anak dengan kemampuan konsentrasi tinggi dan perhatian yang terfokus terhadap belajar akan lebih mudah sukses, dari pada anak yang kurang mempunyai daya konsentrasi dan kekuatan perhatian. g) Kepribadian Kepribadian seseorang seperti ketekunan, daya saing, ketabahan, atau kondisi pribadi yng mudah putusasa, takut gagal, cemas, rendah diri, besar pengaruhnya terhadap keberhasilan belajar.
19
2) Faktor Fisik Faktor fisik yang berpengaruh terhadap keberhasilan belajar diantaranya adalah: a) Kesehatan, penyakit kronis b) Cacat fisik c) Gangguan pancaindera d) Kelelahan Keadaan tubuh yang sehat merupakan kondisi yang memungkinkan seorang anak untuk dapat belajar, dan sangat besar pengaruhnya terhadap keberhasilan belajar, karena belajar tidak hanya melibatkan aspek piker dan psikologis lainya, namun yang tak kalah penting adalah adanya keterlibatan aspek fisik. b.
Faktor Ekstern Merupakan faktor yang bersal dari luar diri anak, yang termasuk faktor ekstern adalah: 1) Keadaan keluarga Keadaan
keluarga
yang
turut
berpengaruh
terhadap
keberhasilan belajar antara lain kondisi ekonomi, status anak dalam keluarga, pendidikan orang tua, hubungan antar anggota keluarga dan sebagainya. 2) Faktor sekolah Banyak faktor dari sekolah yang berperan mempengaruhi keberhasilan belajar, diantaranya adalah kualitas guru, pengajar, hubungan antar anggota sekolah, kurikulum yang di pakai, kedisiplinan yang di tegakkan di sekolah, kondisi gedung dan fasilitas sekolah, suasana lingkungan sekolah dan sebagainya. 3) Lingkungan masyarakat Anak sebagai makhluk sosial tidak akan lepas dari interaksi dengan orang lain beserta lingkungan. Lingkungan yang turut mempengaruhi belajar antara lain, teman pergaulanya, kebiasaan
20
masyarakatnya, kondisi alam tempat tinggalnya serta tata tertib yang berlaku di masyarakat. 6. Pengertian Fiqh Bidang studi Fiqh adalah suatu proses pendidikan yang di arahkan untuk mendorong, membimbing, mengembangkan dan membina murid untuk mengetahui memahami, menghayati dan mengamalkan hukum islam, baik yang bersifat ibadat (hubungan manusia dengan alam sekitar) 7. Sejarah Fiqih a. Masa Nabi Muhammad saw Masa Nabi Muhammad saw ini juga disebut sebagai periode risalah, karena pada masa-masa ini agama Islam baru didakwahkan. Pada periode ini, permasalahan fiqih diserahkan sepenuhnya kepada Nabi Muhammad saw. Sumber hukum Islam saat itu adalah al-Qur'an dan Sunnah. Periode Risalah ini dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu periode Makkah dan periode Madinah. Periode Makkah lebih tertuju pada permasalah akidah, karena disinilah agama Islam pertama kali disebarkan. Ayat-ayat yang diwahyukan lebih banyak pada masalah ketauhidan dan keimanan. Setelah hijrah, barulah ayat-ayat yang mewahyukan perintah untuk melakukan sholat, zakat dan haji diturunkan secara bertahap. Ayat-ayat ini diwahyukan ketika muncul sebuah permasalahan, seperti kasus seorang wanita yang diceraikan secara sepihak oleh suaminya, dan kemudian turun wahyu dalam surat Al-Mujadilah. Pada periode Madinah ini, ijtihad mulai diterapkan, walaupun pada akhirnya akan kembali pada wahyu Allah kepada Nabi Muhammad saw.22 b. Masa Khulafaur Rasyidin Masa ini dimulai sejak wafatnya Nabi Muhammad saw sampai pada masa berdirinya Dinasti Umayyah ditangan Mu'awiyah bin Abi Sufyan. Sumber fiqih pada periode ini didasari pada Al-Qur'an dan 22
hal. 43
Dr. Muhammad Salam Madkur, Manahij Al Ijtihad Fi Al Islam, (Kuwait : Univ. Kuwait),
21
Sunnah juga ijtihad para sahabat Nabi Muhammad yang masih hidup. Ijtihad dilakukan pada saat sebuah masalah tidak diketemukan dalilnya dalam nash Al-Qur'an maupun Hadis. Permasalahan yang muncul semakin kompleks setelah banyaknya ragam budaya dan etnis yang masuk ke dalam agama Islam. Pada periode ini, para faqih mulai berbenturan dengan adat, budaya dan tradisi yang terdapat pada masyarakat Islam kala itu. Ketika menemukan sebuah masalah, para faqih berusaha mencari jawabannya dari Al-Qur'an. Jika di Al-Qur'an tidak diketemukan dalil yang jelas, maka hadis menjadi sumber kedua . Dan jika tidak ada landasan yang jelas juga di Hadis maka para faqih ini melakukan ijtihad. Menurut penelitian Ibnu Qayyim, tidak kurang dari 130 orang faqih dari pria dan wanita memberikan fatwa, yang merupakan pendapat faqih tentang hukum.23 c. Masa Awal Pertumbuhan Fiqih Masa ini berlangsung sejak berkuasanya Mu'awiyah bin Abi Sufyan sampai skeitar abad ke-2 Hijriah. Rujukan dalam menghadapi suatu permasalahan masih tetap sama yaitu dengan Al-Qur'an, Sunnah dan Ijtihad para faqih. Tapi, proses musyawarah para faqih yang menghasilkan ijtihad ini seringkali terkendala disebabkan oleh tersebar luasnya para ulama di wilayah-wilayah yang direbut oleh Kekhalifahan Islam. Mulailah muncul perpecahan antara umat Islam menjadi tiga golongan yaitu Sunni, Syiah, dan Khawarij. Perpecahan ini berpengaruh besar pada ilmu fiqih, karena akan muncul banyak sekali pandangan-pandangan yang berbeda dari setiap faqih dari golongan tersebut. Masa ini juga diwarnai dengan munculnya hadis-hadis palsu yang menyuburkan perbedaan pendapat antara faqih. Pada masa ini, para faqih seperti Ibnu Mas'ud mulai menggunakan nalar dalam berijtihad. Ibnu Mas'ud kala itu berada di 23
Ibnu Al Qayyim, I’lam Al Muwaqqi’in, (Kairo : Dar Al Kutub Al Haditsah), I, hal. 12
22
daerah Iraq yang kebudayaannya berbeda dengan daerah Hijaz tempat Islam awalnya bermula. Umar bin Khattab pernah menggunakan pola yang dimana mementingkan kemaslahatan umat dibandingkan dengan keterikatan akan makna harfiah dari kitab suci, dan dipakai oleh para faqih termasuk Ibnu Mas'ud untuk memberi ijtihad di daerah di mana mereka berada.24 8. Ruang Lingkup Bidang Studi Fiqh Ruang lingkungan Bidang Studi Fiqh untuk Madrash Ibtidaiyah meliputi Syahadad, Thoharoh, Sholat, Puasa, Zakat, Ibadah Haji, Makanan dan Minuman, Muamalat, Jenazah dan Mawaris. Pengarahan Bidang Studi Fiqh di madrasah menganut sistem Spiral, yakni semua pokok- pokok hukum Islam di ajarkan, namun pendalaman dan keluasan materi di sesuaikan dengan tingkat perkembangan anak dan jenjang pendidikan. 9. Tujuan Kurikuler Setelah menyelesaikan seluruh program bidang studi Fiqh pada Madrasah Ibtidaiyah, siswa diharapkan dapat mengetahui, memahami, menghayati hukum-hukum Islam serta mampu melaksanakannya dalam kehidupan sehari-hari. 10. Indikasi Keberhasilan Keberhasilan pendidikan bidang studi Fiqh di Madrasah Ibtidaiyah dalam mencapai tujuanya dapat di ukur dari indikator sebagai berikut: 1. Siswa memahami pengetahuan dasar dan cara- cara melaksanaan Rukun Islam serta mampu mengamalkannya dalam kehidupan. 2. Siswa memahami Pokok-pokok pengajaran Islam tentang hukum makanan
dan
minuman
serta
penyembelihan
dan
mampu
menerapkannya dalam kehidupan. 3. Siswa memahami pokok-pokok syariat Islam tentang Muamalat dan bersedia serta mampu menerapkan dalam kehidipan.
24
Ibnu Al Qayyim, Ibid.,
23
4. Siswa memahami pokok- pokok syariat Islam tentang penyelenggaraan jenazah dan pembagian warisan serta terdorong menaatinya. 11. Fungsi Dalam pendidikan agma Islam bidang Studi Fiqh berfungsi: 1. Menumbuhkan pembentukan kebiasaan (Habit Vorming) dalam melaksanakan ibadah kepada Allah SWT dan terlaksananya ketentuan ketentuan agama dengan ikhlas dan tuntunan akhlak mulia. 2. Mendorong tumbuh dan menebalnya Iman. 3. Mendorong tumbuhnya semangat untuk mengolah alam sekitar yang merupakan anugerah dari Allah. 4. Mendorong untuk mensyukuri nikmat Allah 5. Mendorong terlaksananya ibadah kepada Allah dan terlaksananya syariat Islam untuk diri pribadi, keluarga dan masyarakat. 6. Sebagai kumpulan pelaksanaan materi syariat yang bersumber dari Al Quran dan Hadist. Hal sesuai dengan Hadist Rasulullah SAW :
) (البخاري.ِ َو اِ َّنمَاا ْلعِ ْل ُم بِالّتَعَ ْلم,ِن ُيرِ دِاهلل ُبِهِ خَ ْيرًا يُفَ ّقِهْ ُه فِي اِل َذ يْن ْ َم Artinya : Apabila Allah menginginkan kebaikan bagi seseorang, maka dia di beri pendalaman dalam ilmu agama, Sesungguhnya memperoleh ilmu hanya dengan belajar. (HR.Bukhari)25 Fiqih sebagai salah satu ilmu-ilmu Islam yang dipelajari di sekolah, baik SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA, maupun di tingkat Perguruan Tinggi. Di MIM Wonosari Simo Boyolali mata pelajaran Fiqih di ajarkan 1 jam pelajaran (1 x 35 menit) dalam seminggu. Sebagai bentuk pengembangan kurikulum Pendidikan Agama Islam di tingkat sekolah dasar.
25
Muhammad Faiz Almath, Qobasun Min Nuri Muhammad saw, Darul Kutub Alaarbiyah Damsik, Syiria, 1974, hal. 36
24
Berdasarkan uraian di atas maka prestasi belajar fiqih adalah hasil akhir dari suatu proses belajar fiqih yang dijalani oleh siswa akan yang dinilai dengan angka atau huruf. Jika seseorang anak melakukan belajar dengan sungguh-sungguh dalam proses belajarnya maka akan diperoleh nilai yang tinggi. Sebaliknya jika seseorang anak dalam proses belajarnya tidak sungguh-sungguh dan hanya bermalas-malasan maka nilai yang diperolehnya akan kurang memuaskan. 12. Karakteristik Mata Pelajaran Fiqih Fiqih sering juga diartikan sebagai mata pelajaran ibadah. Ibadah artinya menghambakan diri kepada Allah. Ibadah merupakan tugas hidup manusia di dunia, karena itu manusia yang beribadah kepada Allah disebut „abdullah atau hamba Allah. Tujuan ibadah adalah membersihkan dan menyucikan jiwa dengan mengenal dan mendekatkan diri serta beribadat kepada Allah. Arif Furqan26 menyatakan bahwa ibadah (fiqih) terdiri dari ibadah khusus dan ibadah umum. Ibadah secara khusus adalah bentuk ibadah langsung kepada Allah yang tata cara pelaksanaannya telah diatur dan ditetapkan oleh Allah dan telah dicontohkan oleh Rasulullah. Macammacam ibadah khusus adalah taharah, salah, puasa, zakat dan haji. Sedangkan ibadah umum dalam bentuk hubungan manusia dengan manusia atau manusia dengan alam yang memiliki makna ibadah. 13. Metode Picture to Picture (P to P) Peran
guru
sebagai
pengajar/fasilitator,
sedangkan
siswa
merupakan individu yang belajar. Ayat yang terkait secara langsung tenang dorongan untuk memilih metode secara tepat dalam proses pembelajaran adalah.
26
2002:173
Arif Furqan. Buku Teks Pendidikan Agama Islam pada Perguruan Tinggi Umum. Tp.
25
Artinya: “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.” (Qs. An Nahl, 125)27 Selain ayat tersebut di atas, landasan metode pembelajaran yang didasarkan oleh Hadis Nabi adalah sebagai berikut:
Artinya: “Dari Anas RA bahwa Nabi SAW bersabda: Mudahkanlah dan jangan kamu persulit. Gemberikanlah dan janganlah kamu membuat lari.” (HR. Bukhari)28 Sebagai pengatur sekaligus pelaku dalam proses belajar mengajar, gurulah yang mengarahkan bagaimana proses belajar mengajar itu dilaksanakan. Karena itu guru harus dapat membuat suatu pengajaran menjadi lebeh efektif juga menarik sehingga bahan pelajaran yang disampaikan akan membuat siswa merasa senang dan merasa perlu untuk mempelajari bahan pelajaran tersebut. Akan tetapi, guru masih dalam sekedar penyampai materi saja, belum lebih dari sentral pembelajaran. Hal ini disebabkan karena guru
27Terjemah
Al Qur’an, 2002. Depag RI. Ibn Ismail al-Bukhari, Shahih al-Bukhari, (Indonesia, Maktabah Dahlan,
28Muhammad
tt), juz I, hlm. 43
26
jarang menggunakan alat peraga sehingga siswa manjadi pasif. Padahal, pada hakekatnya, KTSP mengedepankan siswa manjadi aktif dalam belajar. Belajar aktif adalah satu cara untuk mengikat informasi yang baru kemudian menyimpannya dalam otak. Karena, salah satu faktor yang menyebabkan informasi cepat dilupakan adalah kelemahan otak manusia. Belajar yang hanya mengandalkan indera pendengaran mempunyai beberapa kelemahan, padahal hasil belajar seharusnya disimpan sampai waktu yang lama. Kenyataan ini sesuai dengan kata-kata mutiara yang diberikan seorang filosof Cina bernama Konfusius, Dia mengatakan: “Apa yang saya dengar, saya lupa, apa yang saya lihat, saya ingat, apa yang saya lakukan, saya paham.” (Hisyam, dkk., 2008:xiv). Metode Picture to Picture (P to P) merupakan strategi pembelajaran dengan menyusun gambar, yang mana strategi ini dapat membantu peserta didik untuk memfokuskan perhatian secara mental, menimbulkan pertanyaanpertanyaan serta merangsang minat untuk berdiskusi. Strategi ini mempunyai efek pada pemusatan perhatian dan membuat suatu kelompok yang kohesif (saling berhubungan). Adapun prosedur pelaksanaan teknik Picture to Picture adalah sebagai berikut: 1. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai Pada langkah ini guru menyampaiakan Kompetensi Dasar mata pelajaran
yang
bersangkutan.
Disamping
itu
guru
juga
harus
menyampaikan indikator-indikator ketercapaian KD. 2. Guru Menyajikan materi sebagai pengantar Penyajian materi sebagai pengantar sesuatu yang sangat penting, dari sini guru memberikan momentum permulaan pembelajaran. Motivasi dan teknik yang baik dalam pemberian materi akan menarik minat siswa untuk belajar lebih jauh tentang materi yang dipelajari. 3. Guru menunjukkan/memperlihatkan gambar-gambar kegiatan berkaitan dengan materi Dalam proses penyajian materi, guru mengajar siswa ikut terlibat aktif dalam proses pembelajaran dengan mengamati setiap gambar yang
27
ditunjukan oleh guru atau oleh temannya. Ingatlah bahwa “jika dapat divisualkan” kenapa harus memakai kata-kata. Dengan Picture/gambar guru akan menghemat energi dan siswa akan lebih mudah memahami materi yang diajarkan. 4. Guru menunjuk/memanggil siswa secara bergantian memasang/mengurutkan gambar-gambar menjadi urutan yang logis. Gambar-gambar yang sudah ada diminta oleh siswa untuk diurutan,
dibuat,
atau
dimodifikasi.
Jika
menyusun,
bagaiaman
susunananya, jika melengkapi gambar, mana gambar atau bentuknya yang harus dilengkapi. 5. Guru menanyakan alasan/dasar pemikiran urutan gambar tersebut. Sajian informasi kompetensi, sajian materi, perlihatkan gambar kegiatan berkaitan dengan materi, siswa (wakil) mengurutkan gambar sehingga sistematik, guru mengkonfirmasi urutan gambar tersebut, guru menanamkan konsep sesuai materi bahan ajar, penyimpulan, evaluasi dan refleksi. Adapun kebaikan metode ini adalah (a) Guru lebih mengetahui kemampuan masing-masing siswa, (b) Melatih berpikir logis dan sistematis. Sementara itu, kekurangannya adalah (a) Memakan banyak waktu, (b) Banyak siswa yang pasif.29 Hasil belajar fiqih merupakan hasil akhir dari suatu proses belajar fiqih yang dijalani oleh siswa akan yang dinilai dengan angka atau huruf. Jika seseorang anak melakukan belajar dengan sungguh-sungguh dalam proses belajarnya maka akan diperoleh nilai yang tinggi. Sebaliknya jika seseorang anak dalam proses belajarnya tidak sungguh-sungguh dan hanya bermalas-malasan maka nilai yang diperolehnya akan kurang memuaskan. Fiqih dapat diartikan sebagai ilmu tentang hukum-hukum syar‟i yang bersifat amaliah yang digali dan ditemukan dari dalil-dalil yang khusus. Ruang lingkup hukum fiqih mencakup segala bentuk perbuatan, perkataan dan tindakan para mukallaf dari segi hukum, termasuk hukum29
Wijaya Kusumah, Model-model Pembelajaran. April 2008. http://gurupkn.wordpress.com/category/pembelajaran/model-model/page/3/
28
hukum yang mensyifati perbuatan para mukallaf itu, seperti wajib, haram, sunah, makruh, dan mubah. Secara garis besar fiqih terdiri dari dua bagian yaitu ibadah dan muamalah. Ibadah meliputi tata aturan mengenai hubungan manusia dengan Allah dalam rangka mendekatkan diri kepada-Nya. Dalam bagian ini antara lain di bahas mengenai pelaksanaan rukun Islam, seperti syahadat, sholat, puasa, zakat, haji, aqiqah, qurban, dan lain-lain. Sedangkan muamalah meliputi tata aturan yang berkaitan dengan perbuatan, perkataan, dan tindakan para mukallaf dalam berhubungan dengan masyarakat sekitarnya. Hasil belajar secara nyata dapat dilihat dalam bentuk kuantitatif yaitu nilai hasil belajar untuk dalam periode tertentu diperoleh dengan mendapatkan raport prestasi belajar siswa, kenyataannya antara siswa yang satu dengan yang lain tidak sama, siswa yang mendapat perhatian dari orang tua lebih, maka akan cenderung untuk mendapatkan prestasi yang tinggi, sebaliknya apabila siswa kurang mendapatkan perhatian dari orang tua maka akan cenderung untuk mendapatkan prestasi yang rendah. Prestasi belajar merupakan hasil kegiatan belajar yang kita kehendaki pada suatu proses belajar mengajar. Berhasil atau tidaknya proses belajar dapat dilihat dari prestasi belajar yang dicapai. Belajar dikatakan berhasil apabila siswa didalam kegiatan belajarnya dapat memberikan suatu hasil yang tinggi, hal ini ditentukan oleh sikap dan kelambanan atau kesungguhan minat dan faktor lain seperti faktor lingkungan keluarga dan masyarakat. Ibadah Haji merupakan salah satu materi Pokok dari mata pelajaran Fiqih. Indikator pencapaian kompetensi pada materi Ibadah Haji meliputi:
Menyebutkan pengertian haji
Menunjukkan hukum haji
Menyebutkan waktu pelaksanaan haji
Menyebutkan syarat haji
Menyebutkan rukun haji
Menyebutkan wajib haji
Menyebutkan sunnah haji
29
Memperagakan cara memakai kain ihram
B. Hipotesis Tindakan Hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah: Model Picture to Picture dapat meningkatkan hasil belajar belajar materi pokok ibadah haji pada peserta didik Kelas V MIM Wonosari Simo Boyolali.
30
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Materi Penelitian Sesuai dengan tujuan penelitian dan permasalahan yang hendak diteliti, dalam penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian tindakan kelas (classroom action research), seperti yang dikemukakan oleh Suharsimi Arikunto18 bahwa penelitian tindakan kelas merupakan suatu tindakan yang secara khusus diamati terus menerus, dilihat plus minusnya, kemudian diadakan pengubahan terkontrol sampai pada upaya maksimal dalam bentuk tindakan yang paling tepat. Sedangkan menurut Rochiati Wiriaatmadja19 bahwa penelitian tindakan kelas adalah suatu tindakan mengorganisasikan kondisi praktek pembelajaran dengan mencobakan suatu gagasan perbaikan dalam praktek pembelajaran dan melihat pengaruh nyata dari upaya itu. Secara umum penelitian tindakankelas adalah suatu bentuk penelitian yang berulangulang dan bersifat sistematis dengan tujuan untuk memperbaiki kondisi pembelajaran yang terjadi. B. Setting Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada awal Semester Genap tahun 2009/ 2010, tepatnya awal Juli 2009 hingga Mei 2010. Sedangkan objek penelitian adalah siswa MIM Wonosari, kelurahan Bendungan, Kecamatan Simo, Kabupaten Boyolali. C. Rancangan Penelitian 1. Prosedur Tindakan Pada Siklus I a. Perencanaan Pada tahap ini, selain menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran juga membuat media, instrumen tes, dan lembar observasi. 18
Arikunto, Suharsimi, Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta: Rineka Cipta, 2006. Hlm. 3. 19 Wiriaatmadja, Rochiati. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Remaja Rosdakarya. 2008. Hlm. 13
30
31
b. Tindakan Tindakan
merupakan
pelaksanaan
terhadap
rencana
pelaksanaan pembelajaran yang sudah dipersiapkan. c. Observasi Observasi atau pengamatan dilakukan dengan mengamati kegiatan peserta didik selama pembelajaran berlangsung dan respon peserta didik terhadap pembelajaran yang dilaksanakan. d.
Refleksi Hasil yang diperoleh dari siklus I digunakan sebagai dasar perbaikan pada siklus II. Tahap refleksi ini peneliti mengamati dan mempertimbangkan hasil dan dampak pembelajaran Fiqih dengan metode Picture to Picture tersebut.
2. Prosedur Tindakan Pada Siklus II a. Perencanaan Pada tahap perencanaan siklus II ini peneliti menyiapkan halhal yang akan dilaksanakan pada siklus II, dengan memperbaiki hasil refleksi pada siklus I. b. Tindakan Pada pembelajaran siklus II ini lebih ditekankan pada peningkatan penguasaan materi Fiqih dan lebih baik dari siklus I. Langlah-langkah pembelajaran yang dilakukan pada siklus II adalah: (1) Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai. Pada langkah ini guru diharapkan untuk menyampaikan apakah yang menjadi Kompetensi Dasar mata pelajaran yang bersangkutan. (2) Menyajikan materi sebagai pengantar. Penyajian materi sebagai pengantar sesuatu yang sangat penting, dari sini guru memberikan momentum permulaan pembelajaran, (3) Guru menunjukkan/memperlihatkan gambar-gambar kegiatan berkaitan dengan materi. Dalam proses penyajian materi, guru mengajar peserta didik ikut terlibat aktif dalam proses pembelajaran dengan mengamati setiap gambar yang ditunjukan oleh guru, atau memvisualkan materi. (4) Guru menunjuk/memanggil peserta didik
32
secara bergantian memasang/mengurutkan gambar-gambar menjadi urutan yang logis, (5) Guru menanyakan alasan/dasar pemikiran urutan gambar tersebut. Setelah itu mengajak peserta didik menemukan jalan cerita, atau tuntutan KD dengan indikator yang akan dicapai, (6) Dari alasan/urutan gambar tersebut guru memulai menanamkan konsep/ materi sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai c. Observasi Observasi pada siklus II juga masih sama dengan siklus I, yaitu dilakukan melalui data tes dan lembar observasi. Pengamatan melalui data tes dilakukan satu kali. Peserta didik menjawab pertanyaan yang berhubungan materi dan telah diterapkan metode Picture to Picture (P to P). Kemajuan-kemajuan yang dicapai peserta didik, maupun kelemahan-kelemahan yang masih muncul juga menjadi data sasaran dalam observasi. d. Refleksi Refleksi pada siklus II dilakukan dengan menganalisis hasil tes dan observasi pada siklus I, yaitu untuk mengetahui keberhasilan pelaksanaan perbaikan tindakan pada siklus
II. Kekurangan-
kekurangan pada siklus I, dapat di atasi atau tidak pada siklus II, hasil tes sudah memenuhi nilai target yang ditentukan atau belum. Apabila semua telah tercapai maka pembelajaran Fiqih dengan metode Piture to Picture (P to P) telah berhasil karena mencapai target yang ditentukan. Keterkaitan keempat komponen tersebut dapat dipandang sebagai suatu siklus yang digambarkan sebagai berikut:
33
planning (perencanaan)
reflecting (refleksi)
acting (tindakan)
observing (observasi) Gambar 01. Model Dasar Penelitian Tindakan Kelas D. Teknik Pengumpulan dan Pengolahan Data 1. Teknik Pengumpulan Data a. Sumber Data Menurut Arikunto, sumber penelitian adalah subjek dari mana data penelitian diperoleh.20
Sumber data dari Penelitian Tindakan
Kelas ini adalah peserta didik Kelas V Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah (MIM) Wonosari, Simo, Boyolali. Untuk memperoleh data sesuai apa yang diharapkan dalam memecahkan masalah, maka penulis menggunakan berbagai macam metode. yaitu: 1) Metode Tes Tes adalah alat ukur yang dipergunakan untuk mengukur kemampuan dasar dan pencapaian atau prestasi.21 Instrumen yang digunakan untuk mengukur prestasi belajar bidang studi fiqih adalah tes tertulis.
20
Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian. Suatu Pendekatan Praktek. Edisi revisi, Jakarta: Rineka Cipta, 2009. Hlm. 107. 21 Suharsimi Arikunto, Ibid., 2003:198
34
2) Studi Dokumen Obyek dari metode ini berupa catatan transkrip buku-buku tentang sekolah yang telah didokumentasikan. 3) Metode Observasi Observasi merupakan suatu penyelidikian yang dijalankan secara sistematik dan sengaja dengan menggunakan alat indera (terutama mata) terhadap kejadian-kejadian yang langsung ditangkap pada waktu kejadian itu terjadi.22
Metode ini untuk
mendapatkan keadaan umum sekolah dan data-data yang diperlukan dalam penelitian ini. 2. Teknik Analisis Data Teknik analisis yang digunakan untuk menganalisis data-data yang dikumpulkan adalah. a. Secara Kualitatif Data kualitatif diperoleh dari data nontes yaitu observasi. Hasil analisis data kualitatif ini akan memberikan gambaran mengenai siswa. Kegiatan ini dapat mengatasi kesulitan siswa serta untuk melihat efektivitas penggunaan metode picture to picture untuk meningkatkan pemahaman siswa dalam pelajaran fiqih materi ibadah haji. b. Secara Kuantitatif Analisi data tes secara kuantitatif atau deskriptif presentase ini dengan langkah-langkah sebagi berikut. a. Menghitung nilai masing-masing aspek; b. Merekap nilai siswa; c. Menghitung nilai rata-rata; d. Mengitung presentase nilai. 22
hal. 49
Bimo Walgito, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah, Andi Offset, Yogyakarta, 1995,
35
Presentase ini dihitung menggunakan rumus berikut. NP =
R x100% SM
Keterangan: NP
: nilai dalam persen
R
: skor yang dicapai siswa
SM
: skor maksimal ideal
Hasil perhitungan dengan pendekatan picture to picture dari masing-masing siklus dibandingkan. Hasil ini akan memberikan gambaran mengenai presentase peningkatan pemahaman siswa dalam pembelajaran fiqih materi pokok ibadah haji dengan menggunakan metode picture to picture.
E. Indikator Penelitian Indikator dalam penelitian ini adalah meningkatnya hasil belajar Materi Pokok haji peserta didik Kelas V, yang ditandai dengan: 1. Rata-rata Kelas di atas 65 2. Ketuntasan Klasikal di atas 75
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum MIM Wonosari Simo Boyolali Berdirinya MI Wonosari, Bendungan, Simo, Boyolali adalah atas inisiatif para tokoh masyarakat di Wilayah Kecamatan Simo khususnya di Dusun Wonosari Desa Bendungan dan belum adanya lembaga pendidikan tingkat Dasar, maka timbullah ide untuk mendirikan MI Wonosari. MI Wonosari adalah singkatan dari Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah Wonosari. Para tokoh masyarakat yang mempelopori berdirinya MI Wonosari, Bendungan, Simo, Boyolali adalah: 1. Bp. Iman Sari 2. Bp. Darmorejo 3. Bp. Makmuri 4. Bp. Muhson 5. Bp. Rohman MI Wonosari didirikan di Dusun Wonosari Desa Bendungan Kecamatan Simo Kabupaten Boyolali, tepatnya pada tahun 1972, dengan beaya gotong-royong dan donatur para putra daerah. Tanah yang ditempati MI Wonosari adalah tanah Wakaf dari Bp. Iman Sari, dengan luas ± 900m2. Pertama berdiri, bangunan Madrasah masih sangat seserhana, namun sudah dapat berjalan proses belajar mengajar dengan baik. Pada tahun 2006, oleh Departemen Agama Kabupaten Boyolali, MI Wonosari Simo telah terakreditasi dengan nilai B. Hingga sekarang MI Wonosari telah mengalami banyak kemajuan dan proses belajar mengajar dapat berjalan dengan lancar. Jumlah tenaga pendidik sejumlah 6 orang guru. Jumlah siswa sebanyak 98 siswa, terdiri dari laki-laki = 45 siswa dan perempuan 53 siswa. 1. Letak Geografis Berdasarkan letak geografis, MI Wonosari, Bendungan, Simo, Boyolali terletak di sebelah tenggara desa Bendungan, dengan lingkungan 36
37
yang kondusif serta masyarakat yang mendukung untuk berlangsungnya proses belajar mengajar. Letak MI Wonosari: a. Sebelah Barat berbatasan dengan kecamatan Sambi b.
Sebelah Selatan berbatasan dengan kecamatan Sambi
c. Sebelah Timur berbatasan dengan kecamatan Nogosari d. Sebelah Utara berbatasan dengan kecamatan Klego (Peta Terlampir) 2. Keadaan Guru di MIM Wonosari Tabel 01 Keadaan Guru di MIM Wonosari No 1 2 3 4 5 6 7 8
Nama H. M. TASIM, A.Ma MUHSON, A.Ma. ASPARI WIDODO, S.Pd.I MUNTIANAH, S.Pd.I SUWARNI, S.Pd.I ACEP HARYANTO SUNARDI, S.Pd.I
Status Guru
Bidang Studi/Mapel yang diampu
Non PNS Non PNS PNS Non PNS Non PNS Non PNS Non PNS Non PNS
KA.MI WA KA MI Guru Kelas V Guru Kelas IV Guru Kelas II Guru Kelas I Guru Kelas III Guru Kelas VI
Berdasarkan data tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar guru di MI Wonosari, Bendungan, Simo, Boyolali masih Non PNS. 3. Sarana dan Prasarana Dalam rangka untuk menunjang tujuan pendidikan di MI Wonosari,
diperlukan
sarana
dan
prasana
yang
memadai
serta
pemanfaatannya secara optimal. Adapun sarana dan prasaran yang dimiliki Wonosari, Bendungan, Simo, Boyolali, antara lain: a. 6 Ruang kelas b. 1 Ruang kepala Sekolah c. 1 Ruang Kantor Guru d. 1 Ruang Tamu e. 1 Ruang Tata Usaha
38
f. 3 Kamar Mandi / WC Siswa g. 1 Kamar mandi / WC Guru h. Tempat Ibadah / Mushola i. 1 Ruang Pepustakaa Sarana yang dimiliki Wonosari, Bendungan, Simo, Boyolali selain ruangan sebagaimana tersebut di atas, ditambah peralatan olahraga, sarana ibadah dan alat administrasi seperti ketik manual, komputer dan lain sebagainya. 4. Pembelajaran Fiqih di Kelas V MIM Wonosari Pembelajaran fiqih di kelas V MIM Wonosari saat ini masih menggunakan metode ceramah. Sehingga dinyatakan kurang berhasil, salah satu penyebabnya adalah siswa yang bermalas-malasan ketika mencatat dan mendengarkan ceramah guru. selain itu, dilihat dari segi kemampuan siswanya akan menimbulkan hasil yang berbeda antar satu siswa dengan siswa yang lain, sehingga hasil pembelajaran kurang maksimal. 5. Deskripsi Data dan Analisis Tahap Pra Siklus Penelitian tindakan kelas ini dilakukan dalam rangka untuk mengetahui apakah dengan menggunakan metode picture to picture dapat meningkatkan prestasi hasil belajar bidang studi fiqih pada materi pokok ibadah haji. Adapun kondisi awal sebelum diadakan penelitian tindakan kelas bahwa dalam kesehariannya proses pembelajaran dilakukan dengan cara konvensional melalui metode ceramah dan tanya jawab, serta pemberian tugas. Metode ini belum efektif untuk meningkatkan prestasi hasil belajar bidang studi fiqih pada materi pokok ibadah haji pada siswa, sehingga memerlukan metode baru. Metode yang dipergunakan peneliti untuk mengatasi masalah tersebut adalah metode picture to picture. 6. Deskripsi hasil belajar Pada pembelajaran mata pelajaran PAI khususnya fiqih terdapat satu hal yang saat ini menjadi momok bagi siswa yaitu ibadah haji karena sulit sekali di demonstrasikan, sehingga pada akhir pelajaran nilai anak selalu rendah. Saat ini, dalam pelaksanaan pembelajaran, masih
39
mengandalkan metode konvensional seperti ceramah dan pemberian tugas. Namun pada akhirnya, siswa masih belum bisa mengembangkan materi ibadah haji Hal ini dapat dilihat pada hasil tes tentang materi ibadah haji sebagai berikut: Tabel 02 Hasil Tes Kondisi Awal Materi Ibadah Haji NO
NIS
Nama Siswa
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
1523 1554 1567 1550 1574 1575 1577 1578 1579 1580 1581 1582 1627 1628 1637 1655
Adi Sartono David Catur S. Putri Widiana Indah Setiani Fatur Andra R. Galang Wahyu S. Ismail Asidik Joko Susilo Febri Setyawan Sri Nur Hidayati Ardi Bagus Saputro Habib Nur Rohman Didik Setyawan Ayu Dwi Ria Hayuti Lusiana Indah Lestari Sherlin Windiana S. Jumlah Rata-rata Nilai Tertinggi Nilai Terendah Perolehan KKM Persentase KKM
L/P
Kondisi Awal
L L P P L L L L L P L L L P P P
60 70 50 80 40 60 40 50 40 60 50 60 60 70 30 50 870 54.375 80 30 3 18.75%
Berdasarkan tabel 02 di atas ditunjukkan bahwa nilai rata-rata pada kondisi awal sebelum dilakukan penelitian dengan menggunakan metode ceramah adalah sebesar 54,375 dengan nilai tertinggi 80 dan terendah 30 sehingga siswa yang berada di dalam standar KKM (65) mencapai 18,75%. Hasil ini masih sangat kurang.
40
Dengan bepijak kenyataan yang ada pada siswa, peneliti melakukan langkah-langkah untuk meningkatkan kemampuan siswa tentang materi ibadah haji. 7. Deskripsi proses pembelajaran Pengukuruan kemampuan siswa pada kondisi awal adalah penilaian siswa sebelum dilakukan tindakan penelitian. Hasil tes kondisi awal digunakan untuk mengetahui keadaan awal kemampuan siswa. Tes awal/pre test yang dilakukan adalah tes tertulis tentang materi ibadah haji. Pada pelaksanaan proses pembelajaran di awal pertemuan, peneliti memasuki ruang kelas. Ketua kelas memimpin doa. Peneliti melakukan presensi. Peneliti mengadakan tes awal yang digunakan untuk mengetahui kemampuan siswa sebelum proses pembelajaran dengan cara pre test. Dalam kondisi ini, peneliti tidak memberikan penjelasan terlebih dahulu bagaimana cara membaca dengan benar, sehingga hasil dalam proses pembelajaran ini merupakan hasil murni dari para siswa. Adapun hasil dalam proses pembelajaran ini adalah sebagai berikut:
80.00% 70.00% 60.00% 50.00% 40.00% 30.00% 20.00% 10.00% 0.00% Rendah
Cukup
Tinggi
Gambar 02 Hasil Proses Pembelajaran di Kondisi Awal
41
Gambar di
atas menunjukkan bahwa kemampuan proses
pembelajaran dalam kriteria rendah mencapai 6,25%, kriteria cukup mencapai 75%, dan kriteria tinggi mencapai 18,75%. Hasil ini memberikan gambaran tentang proses pembelajaran bahwa proses pembelajaran masih didominasi pada kriteria cukup sehingga proses pembelajaran belum bisa maksimal. Dengan hasil ini maka perlu adanya metode untuk mendukung kemampuan siswa dalam materi ibadah haji. 8. Deskripsi Hasil Siklus I 1. Perencanaan Tindakan a. Tahap Persiapan Dalam tahap ini peneliti menyiapkan kelas, siswa, gambargambar tentang ibadah haji (manasik haji) b. Tahap Tindakan Peneliti melaksanakan pembelajaran menggunakan metode picture to picture dengan
memberikan penjelasan
materi dengan baik dan murid memperhatikannya c. Tahap Observasi Peneliti
mengamati
kegiatan
belajar
siswa
dalam
menggunakan membuat catatan untuk diolah sebagai data yang digunakan acuan tahap berikutnya. d. Tahap Refleksi Mengumpulkan dan memberikan hasil penelitian, mengolah data yang berhasil dikumpulkan kemudian menyusun data tersebut yang digunakan pada perencanaan berikutnya. 2. Pelaksanaan Tindakan Dalam pelaksanaan tindakan pada siklus I, peneliti memberikan penjelasan tentang pokok-pokok ibadah haji seperti ihram, mabit, musdalifah, wukuf, melempar jumroh, tahallul, dll. yang perlu diketahui oleh siswa, tentunya dengan menggunakan gambar-gambar. Hal ini dimaksudkan agar siswa mengetahui dan memahami serta mengerti tentang kegiatan ibadah haji.
42
Kegiatan tersebut terus dilakukan sampai siswa betul-betul mengerti dan memahami serta dapat menunjukkan secara benar nama gambar-gambar tersebut. Dalam hal ini, guru terus membimbinng dan membantu siswa secara benar. Kemudian di akhir pembelajaran siswa diberi post test. 3. Hasil Pengamatan a. Hasil belajar Dari putaran pertama ini diperoleh data sebagai berikut: Tabel 03 Hasil Tes Siklus I NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
NIS 1523 1554 1567 1550 1574 1575 1577 1578 1579 1580 1581 1582 1627 1628 1637 1655
Nama Siswa Adi Sartono David Catur S. Putri Widiana Indah Setiani Fatur Andra R. Galang Wahyu S. Ismail Asidik Joko Susilo Febri Setyawan Sri Nur Hidayati Ardi Bagus Saputro Habib Nur Rohman Didik Setyawan Ayu Dwi Ria Hayuti Lusiana Indah Lestari Sherlin Windiana S. Jumlah Rata-rata Nilai Tertinggi Nilai Terendah Perolehan KKM Persentase KKM
L/P L L P P L L L L L P L L L P P P
Siklus I 60 80 80 90 60 50 30 50 60 60 80 70 40 100 50 70 1030 64.375 100 30 7 43.75%
Berdasarkan tabel 03 di atas menunjukkan nilai tertinggi 100 dan terendah 30 sehingga siswa yang berada di dalam standar KKM (65) mencapai 43,75%. Pada siklus I ini terjadi peningkatan nilai ratarata sebesar 10%, (dari 54,375 pada Pra siklus, menjadi 64,375 pada
43
Siklus I).
Masih rendahnya ketuntasan mengajar pada siklus I
disebabkan karena siswa belum banyak memahami dan mengetahui tentang materi pelajaran yang telah disampaikan dalam pembelajaran, sehingga perlu pendalaman materi lagi pada siklus II. b. Proses pembelajaran Pembelajaran pada putaran pertama ini dimulai dengan salam dan peneliti juga menjelaskan materi yang akan dipelajari hari ini. Walaupun tidak secara gamblang, peneliti memotivasi siswa dengan menyampaikan tujuan dari pembelajaran dan gambaran umumnya. Dalam pembelajaran, peneliti menggunakan kegiatan yang menarik yaitu dengan membagi kelas menjadi beberapa kelompok diskusi kecil. Dalam menyampaikan materi ajar, peneliti tidak mengalami kesulitan. Penyampaiannya juga telah sesuai RPP yang telah dibuat. Setelah selesai menyampaikan tujuan pembelajaran dan materi yang dipelajari, peneliti membentuk kelompok diskusi yang terdiri dari tiga orang setiap kelompoknya. Pembentukan kelompok didasarkan pada kemampuan awal. Setiap kelompok di beri gambar-gambar tentang ibadah hajio (manasik haji). Masing-masing kelompok diberi kesempatan untuk mendiskusikan gambar-gambar tersebut. Kegiatan pembelajaran untuk kegiatan pertama berlangsung selama kurang lebih lima belas menit. Saat berkelompok ada sebagian siswa yang aktif dan ada pula yang diam saja. Pada menit-menit pertama sebagian siswa masih berbicara sendiri sehingga suasana kelas menjadi
gaduh.
Peneliti
berkeliling menenangkan
siswa
dan
memberikan bimbingan kepada siswa yang mengalami kesulitan. Saat peneliti berkeliling tidak ada siswa yang bertanya kepada peneliti dan kebanyakan mereka bertanya kepada teman masing-masing. Selain mereka bertanya dengan teman sekelompoknya, para siswa juga bertanya dengan kelompok diskusi yang lain. Kebanyakan mereka bertanya tentang maksud gambar tersebut.
44
Setelah selesai berkelompok, lembar gambar dikumpulkan dan dibahas bersama-sama dengan peneliti. Peneliti membahas bersama dengan memberikan penjelasan terkait materi. Kemudian, peneliti menyuruh siswa maju satu per satu untuk mendeskripsikan gambar tersebut. Setelah selesai semua siswa untuk maju, kemudian peneliti menyimpulkan kembali materi pelajaran. Di akhir proses pembelajaran peneliti memberikan post tes untuk siklus I. Adapun hasil dalam proses pembelajaran pada siklus pertama ini adalah sebagai berikut:
50.00% 45.00% 40.00% 35.00% 30.00% 25.00% 20.00% 15.00% 10.00% 5.00% 0.00% Rendah
Cukup
Tinggi
Gambar 03 Hasil Proses Pembelajaran di Siklus I Gambar di atas menunjukkan bahwa kemampuan proses pembelajaran dalam kriteria rendah mencapai 6,25%, kriteria cukup mencapai 50%, dan kriteria tinggi mencapai 43,75%. Hasil ini memberikan gambaran tentang proses pembelajaran bahwa proses pembelajaran masih didominasi pada kriteria cukup sehingga proses pembelajaran belum bisa maksimal. Dengan hasil ini maka perlu
45
adanya meningkatkan bimbingan untuk meningkatkan kemampuan siswa tentang materi ibadah haji. 4. Refleksi Dari putaran pertama diidentifikasi permasalahan yang dihadapi oleh siswa, berkaitan dengan keaktifan yang masih cenderung rendah sehingga sebagian besar nilai siswa berada dalam kategori cukup. Permasalahan tersebut adalah perasaan malu dengan peneliti dan juga teman sekelas. Rasa malu ini timbul karena khawatir jika salah. 9. Deskripsi Hasil Siklus II 1. Perencanaan Tindakan Perencanaan kegiatan siklus II dibuat dengan memperhatikan hasil tes siklus I. Tahap perencanaan siklus II ini meliputi: (1) menyempurnakan RPP
pada
siklus
I,
(2)
memperbaiki
pedoman
observasi,
(3)
mempersiapkan alat evaluai, (4) mempersiapkan alat dokumentasi. 2. Pelaksanaan Tindakan Pada tindakan siklus II ini, peneliti mengawali pembelajaran dengan memberikan salam dan mempresensi siswa serta mengkondisikan siswa agar tidak ramai. Peneliti menyampaikan apersepsi pembelajaran sama seperti pada siklus I. Kemudian, peneliti bertanya pada siswa mengenai materi pertemuan kemarin. Peneliti bersama siswa mengulas kembali sedikit materi pertemuan yang lalu. Dengan tujuan untuk memancing ingatan siswa mengenai materi ibadah haji yang telah diajarkan oleh peneliti.
46
3. Hasil Pengamatan a. Hasil belajar Dari putaran kedua ini diperoleh data sebagai berikut: Tabel 04 Hasil Tes Siklus II NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
NIS 1523 1554 1567 1550 1574 1575 1577 1578 1579 1580 1581 1582 1627 1628 1637 1655
Nama Siswa Adi Sartono David Catur S. Putri Widiana Indah Setiani Fatur Andra R. Galang Wahyu S. Ismail Asidik Joko Susilo Febri Setyawan Sri Nur Hidayati Ardi Bagus Saputro Habib Nur Rohman Didik Setyawan Ayu Dwi Ria Hayuti Lusiana Indah Lestari Sherlin Windiana S. Jumlah Rata-rata Nilai Tertinggi Nilai Terendah Perolehan KKM Persentase KKM
L/P L L P P L L L L L P L L L P P P
Siklus II 70 70 70 90 60 80 70 60 80 70 90 80 70 80 70 70 1180 73.75 90 60 14 87.50%
Berdasarkan tabel 04 di atas menunjukkan nilai tertinggi 90 dan terendah 60. Diketahui jumlah siswa yang berada di dalam standar KKM (65) mencapai 87,50%. Pada sikuls ini terjadi peningkatan nilai rata-rata sebesar 9% (dari 64,375 pada Siklus I menjadi 73,375 pada Siklus II). Hasil ini menunjukkan bahwa terdapat peningkatan yang signifikan daripada hasil siklus I.
47
b. Proses pembelajaran Pembelajaran pada putaran kedua diawali dengan menyapu ruang kelas karena masih dalam keadaan kotor. Pembelajaran dimulai dengan penyampaikan tujuan pembelajaran dan bagaimana proses pembelajaran
pada
hari
ini.
Setelah
menyampaikan
tujuan
pembelajaran, peneliti mengingatkan siswa untuk mencatat di buku masing-masing dan mengingatkan bahwa buku akan dikumpulkan diakhir pembelajaran. Pada bagian pendahuluan ini peneliti memberikan apersepsi pembelajaran. Dengan tujuan untuk mengkondisikan siswa agar siap menerima pelajaran dengan baik. Setelah itu peneliti menjelaskan materi, siswa diminta memperhatikan dan mencatat hal-hal yang disampaikan. Saat peneliti menjelaskan, terdapat siswa yang aktif mencatat, konsentrasi mendengarkan, ada yang ramai sendiri, dan ada pula yang mengantuk. Oleh karena itu peneliti memberikan perhatian khusus kepada siswa yang ramai dan mengantuk dengan cara diminta untuk mengungkapkan kembali materi yang telah disampaikan atau peneliti memanggil namanya untuk sekedar bertanya sekilas mengenai materi yang telah disampaikan. Dengan begitu siswa kemudian akan memperhatikan karena takut tidak bisa menjawab saat ditanya. Pada kegiatan inti ini, peneliti menyampaikan materi ibadah haji
dengan
cara
seperti
siklus
I.
Setelah
peneliti
selesai
menyampaikan materi, siswa diberi kesempatan bertanya tentang materi yang belum jelas. Siswa tidak ada yang bertanya dan mereka bilang sudah jelas. Adapun hasil dalam proses pembelajaran pada siklus kedua ini adalah sebagai berikut:
48
90.00% 80.00% 70.00% 60.00% 50.00% 40.00% 30.00% 20.00% 10.00% 0.00% Rendah
Cukup
Tinggi
Gambar 04 Hasil Proses Pembelajaran di Siklus II Gambar di atas menunjukkan bahwa kemampuan proses pembelajaran dalam kriteria rendah mencapai 0%, kriteria cukup mencapai 12,50%, dan kriteria tinggi mencapai 87,50%. Hasil ini memberikan gambaran tentang proses pembelajaran bahwa proses pembelajaran di siklus kedua ini berada dalam kriteria tinggi sehingga proses pembelajaran sudah maksimal. Dengan demikian, metode picture to picture mampu mendukung kemampuan siswa dalam memahami materi ibadah haji. 4. Refleksi Refleksi pada siklus II merupakan tahap akhir dalam penelitian ini. Peneliti dapat melihat respon siswa terhadap pembelajaran materi ibadah haji dengan baik. Hal ini dilihat dari hasil pembelajaran yang sudah berada dalam kriteria tinggi. Selain peningkatan hasil tes tentang materi ibadah haji ini diikuti pula adanya perubahan perilaku pada siswa kearah positif. Siswa sudah tidak ada lagi yang bersikap negatif.
49
Dari kegiatan refleksi ini diperoleh beberapa hal yang dapat dicatat sebagai berikut. a. Pembelajaran siklus II lebih baik jika dibandingkan dengan pembelajaran tindakan kelas siklus I. Hal ini dapat dilihat meningkatkan nilai rata-rata siswa. b. Keaktifan siswa lebih meningkat dari putaran I. Hal ini terlihat dengan adanya siswa yang mendapat nilai kategori sangat baik. c. Bimbingan peneliti kepada siswa lebih menyeluruh. Hal ini membuat siswa merasa diperhatikan dan tidak dibeda-bedakan. d. Kemandirian siswa dalam mengerjakan tugas mulai nampak. e. Pemusatan perhatian peserta didik dalam pembelajaran lebih optimal dari siklus I.
B. Hasil Tindakan Hasil tindakan dari penelitian ini menunjukkan peningkatan yang signifikan dari nilai rata-rata tiap siklus. Dimana pada kondisi awal sebelum diadakan penelitian, nilai rata-rata dalam materi pelajaran ibadah haji diperoleh sebesar 54,375 dengan siswa yang memenuhi standar KKM sebanyak 3 orang (18,75%). Hal ini menunjukkan nilai rata-rata yang masih rendah. Di siklus pertama, sudah terjadi peningkatan pada nilai rata-rata siswa yakni sebesar 64,375 dengan siswa yang memenuhi standar KKM sebanyak 7 orang (73,75%). Di dalam siklus pertama ini peneliti perlu mengembangkan metode Picture to Picture dengan lebih berinovasi lagi. Hasilnya, di dalam siklus kedua diperoleh nilai rata-rata yang lebih tinggi daripada siklus pertama yaitu sebesar 73,75 dengan siswa yang memenuhi standar KKM sebanyak 14 orang (87,50%). Hasil pada siklus kedua ini menunjukkan bahwa metode Picture to Picture mampu meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami materi ibadah haji.
50
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 05 Deskripsi Hasil Tindakan Keterangan Rata-rata Nilai Tertinggi Nilai Terendah Perolehan KKM Persentase KKM
Kondisi Awal 54.375 80 30 3 18.75%
Siklus I 64.375 100 30 7 43.75%
Siklus II 73.75 90 60 14 87.50%
C. Pembahasan Dalam proses belajar mengajar, baik guru maupun siswa pasti mengharapkan agar mencapai hasil yang sebaik-baiknya. Guru mengharapkan agar siswa berhasil dalam belajarnya, dan siswa pun mengharapkan guru dapat mengajar dengan baik sehingga siswa memperoleh hasil belajar yang baik. Dalam kenyataan, harapan itu tidak selalu terwujud, sebab masih banyak siswa yang tidak memperoleh hasil belajar yang memuaskan. Ada siswa yang mendapatkan nilai tinggi, ada pula yang mendapatkan nilai rendah, dan bahkan ada pula siswa yang harus tinggal dalam mencapai tujuan belajar. Hasil di atas menunjukkan bahwa dengan menggunakan metode picture to picture, terdapat peningkatakan hasil belajar. Hasil penelitian ini mendukung penelitian sejenis
dilakukan oleh Wagimin (2008) bahwa
penerapan model pembelajaran P to P dapat meningkatkan minat belajar siswa kelas VI pada mata pelajaran Bahasa Arab.
51
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Model picture to picture dapat meningkatkan hasil belajar materi pokok ibadah haji siswa kelas V MIM Wonosari Simo Boyolali Semester I Tahun Pelajaran 2009/2010. Hasil ini dapat diketahui dari peningkatan nilai rata-rata. Di dalam Pra Siklus diperoleh sebesar nilai rata-rata 54,375 dengan siswa yang memenuhi standar KKM sebanyak 3 orang (18,75%). Di Siklus I, terjadi peningkatan nilai rata-rata siswa sebesar (10%) dari 54,375 (Pra Siklus) menjadi 64,375 (Siklus I) dengan siswa yang memenuhi standar KKM sebanyak 7 orang (73,75%). Pada Siklus II diperoleh peningkatan nilai ratarata yang lebih tinggi (9%) dari siklus pertama (64,375), menjadi 73,75 (Siklus II) dengan siswa yang memenuhi standar KKM sebanyak 14 orang (87,50%). B. Saran Saran-saran yang berkaitan dengan kesimpulan di atas adalah sebagai berikut: 1. Bagi Siswa Siswa perlu mendapatkan materi dengan metode-metode pembelajaran yang lain selain picture to picture baik di mata pelajaran Pendidikan Agama Islam maupun yang lain. 2. Bagi Guru Guru perlu menerapkan model picture to picture maupun model-model pembelajaran lain dalam mengajarkan hal-hal yang bisa di mediakan. Jadi tidak hanya mengandalkan metode konvensional yang berupa ceramah, mengingat model picture to picture mampu mengantarkan siswa memahami materi sehingga siswa mempunyai daya kualitas dan handal dalam bidang ilmi pengetahuan khususnya Pendidikan Agama Islam.
51
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Model picture to picture dapat meningkatkan hasil belajar materi pokok ibadah haji siswa kelas V MIM Wonosari Simo Boyolali Semester I Tahun Pelajaran 2009/2010. Hasil ini dapat diketahui dari peningkatan nilai rata-rata. Di dalam Pra Siklus diperoleh sebesar nilai rata-rata 54,375 dengan siswa yang memenuhi standar KKM sebanyak 3 orang (18,75%). Di Siklus I, terjadi peningkatan nilai rata-rata siswa sebesar (10%) dari 54,375 (Pra Siklus) menjadi 64,375 (Siklus I) dengan siswa yang memenuhi standar KKM sebanyak 7 orang (73,75%). Pada Siklus II diperoleh peningkatan nilai ratarata yang lebih tinggi (9%) dari siklus pertama (64,375), menjadi 73,75 (Siklus II) dengan siswa yang memenuhi standar KKM sebanyak 14 orang (87,50%). B. Saran Saran-saran yang berkaitan dengan kesimpulan di atas adalah sebagai berikut: 1. Bagi Siswa Siswa perlu mendapatkan materi dengan metode-metode pembelajaran yang lain selain picture to picture baik di mata pelajaran Pendidikan Agama Islam maupun yang lain. 2. Bagi Guru Guru perlu menerapkan model picture to picture maupun model-model pembelajaran lain dalam mengajarkan hal-hal yang bisa di mediakan. Jadi tidak hanya mengandalkan metode konvensional yang berupa ceramah, mengingat model picture to picture mampu mengantarkan siswa memahami materi sehingga siswa mempunyai daya kualitas dan handal dalam bidang ilmi pengetahuan khususnya Pendidikan Agama Islam.
3651
DAFTAR PUSTAKA
Abu Ahmadi, Psikologi Sosial, Jakarta: PT.Rineka Cipta Cetakan Kedua, 1999. Arif Furqan. Buku Teks Pendidikan Agama Islam pada Perguruan Tinggi Umum. Tp. 2002. Arikunto, Suharsimi, Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta: Rineka Cipta, 2006. Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian. Suatu Pendekatan Praktek. Edisi revisi, Jakarta: Rineka Cipta, 2009. Arikunto, Suharsimi. Dasar-dasar Evaluasi Yogyakarta: Bumi Aksara, 2006.
Pendidikan,
Edisi
Revisi,
Bimo Walgito, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah, Andi Offset, Yogyakarta, 1995. Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, Jakarta: Depag RI. Dewa Ketut Sukardi, Bimbingan dan Konseling, Bina Aksara, Jakarta, 1988. Dr. Muhammad Salam Madkur, Manahij Al Ijtihad Fi Al Islam, (Kuwait : Univ. Kuwait). Ibnu Al Qayyim, I’lam Al Muwaqqi’in, (Kairo : Dar Al Kutub Al Haditsah), I. Imam
Syafi’i. 1999. Majalah www.muslim.or.id
Fatawa.
Dipublikasikan
kembali
oleh
Mel Siberman, 2009. Active Learning. Yogyakarta: Insan Madani Muchsan, H. S.Ag., dkk., Fiqih untuk Kelas V Madrasah Ibtidaiyah, Jakarta: Yudhistira. 2007. Muhammad Faiz Almath, Qobasun Min Nuri Muhammad saw, Darul Kutub Alaarbiyah Damsik, Syiria, 1974 Muhammad Ibn Ismail al-Bukhari, Shahih al-Bukhari, (Indonesia, Maktabah Dahlan, tt), juz I Slamet, Belajar dan Faktor-faktor yang mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta, 1995 Soeparno, Media Pembelajaran. Klaten: Intan Pariwara, 1988.
Sri Esti Wuryanti Djiwandono, Psikologi Pendidikan, Jakarta: Grasindo, 2008. Suharso, Retnoningsih, Kamus Besar bahasa Indonesia, Semarang: CV. Widya Karta, 2009. Wijaya
Kusumah, Model-model Pembelajaran. April http://gurupkn.wordpress.com/category/pembelajaran/modelmodel/page/3/
2008.
Wiriaatmadja, Rochiati. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Remaja Rosdakarya. 2008.