A. PENDAHULUAN Bagi umat Islam, Hadis merupakan sumber pokok ajaran agama Islam setalah Al-Qur‟an. Ia identik dengan segala sesuatu yang berasal atau yang disandarkan pada Nabi SAW, baik ucapan, perbuatan, ataupun penetapan. Dengan mempelajarinya, akan dapat diketahui telah sesuai atau belumnya kita dalam menjalankan syari‟at Islam seperti yang telah dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW. Para ahli hadis telah membuat berbagai klasifikasi dalam ilmu hadis. Sebagai suatu disiplin ilmu, Ilmu Hadis juga memiliki cabang-cabang sebagaimana ilmu yang lain. Mempelajari cabang-cabang ilmunya merupakan langkah awal dalam memahami hadis lebih lanjut. Dalam makalah ini akan membahas tentang pembagian ilmu hadis dan cabang-cabangnya. Semoga dengan makalah ini kita dapat lebih mengenal hadis Nabi Muhammad SAW secara lebih baik. Sehingga dalam menjalankan ketentuan Islam lebih yakin karena kita mengetahui dasar atau dalilnya.
B. PEMBAHASAN Dalam buku Ilmu Hadis, Suparta (2002: 23-27) menjelaskan pengertian ilmu hadis sebagaimana berikut: 1. Pengertian Ilmu Hadis Menurut ulama mutaqaddimin, yang dimaksud dengan Ilmu Hadis ialah:
ِِع ْ ٌْل يُ ْب َح ُث ِف ْي ِه َع ْن َك ْي ِفيَ ِة ات ََّصالِ ا َأل َحا ِديْ ِث ِِب َّلر ُس ْول هللا عَلَ ْي ِه َو َس َّ َْل ِم ْن َح ْي ُث َم ْع ِرفَ ِة َأ ْح َوالِ ُر َّواتِ َا ُ َص ََّّل ً َ ضَ ْب ًطا َوعَد الس نَ ِداتِ ّ َصا ًال َواهْ ِق َطاعًا َّ ًاَل و ِم ْن َح ْي ُث َك ْي ِف َي ِة
“Ilmu pengetahuan yang membicarakan cara-cara persambungan hadis sampai kepada Rasulullah SAW dari segi ihwal para perawinya, kedabitan, keadilan, dan dari bersambungtidaknya sanad dan sebagainya”.
1
Dalam perkembangan selanjutnya, ulama mutaakhirin membagi Ilmu Hadis menjadi dua, yaitu ilmu Hadis Riwayah dan Ilmu Hadis Dirayah. a. Ilmu Hadis Riwayah Kata sebagian ulama Tahqiq:
ِ ِع ْ ٌْل يُ ْب َح ُث ِف ْي ِه َع ْن َك ْي ِفيَّ ِة ِاتِ ّ َصال: ِع ْ ُْل الْ َح ِديْ ِث ِر َوي َ ًة الْ َح ِديْ ِث ِِب َّلر ُس ْولِ ص م ِم ْن َح ْي ُث َأ ْح َوالِ ُر َواتِ ِه الس نَ ِد َّ ضَ ْب ًص َاوعَدَ َ ًاَل َو ِم ْن َح ْي ُث َك ْي ِفيَّتِ ِه َ ِ ِاتِ ّ َصا ًال َواهْ ِق َطاعً َاو َ َْن َو ذل
Ilmu Hadis Riwayah ialah: “Ilmu yang membahas cara kelakuaan persambungan hadis kepada Shahibur Risalah, junjungan kita Muhammad SAW, dari sikap para perawinya, mengenai kekuatan hafalan dan keadilan mereka, dan dari segi keadaan sanad, putus dan bersambungnya”, dan yang sepertinya. Obyek ilmu Hadis Riwayah adalah cara penerimaan, penyampaian kepada orang lain, dan pemindahan atau pembukuan dalam suatu kitab. Dalam hal menyampaikan dan membukukan hadis, hanya disebutkan dan dituliskan apa adannya, baik dari matan maupun sanadnya. Adapaun faedah mempelajari ilmu Hadis Riwayah yaitu untuk menghindari kesalahan pengutipan dari sumber yang pertama, Nabi SAW.
b. Ilmu Hadis Dirayah Ilmu Hadis Dirayah ialah:
َالْ ِع ْ ُْل َّ ِاَّلي ي َ ْب َح ُث ِِف ال َق َوا ِع ِد َو ْ َاأل َس ِس َوالقَ َوا ِه ْ َْي ِ َ َوا ُأل ُص ْولِ َال َّ ِِت و َ ْس َت ِط ْي ُع َا ْن ه ُ َم ِ ّ َّي ِبِ َا ب ْ َِْي َما ه َُو َص ْي ُح هللا عَل َّ ْي ِه َو َس َّ َْل َو َماه َُو َم ْش ُك ْو ٌك ُ الن َّ ْس َب ِة َّللر ُس ْولِ َص ََّّل هللا عَلَ ْي ِه َو َس َّ َْل ُ ِِف ِو ْسبَ ِت ِه الَ ْي ِه َص ََّّل ِ
“Ilmu pengetahuan yang membahas tentang kaidahkaidah, dasar-dasar, peraturan-peraturan, yang
2
dengannya kami dapat membedakan antara hadis yang sahih yang disandarkan kepada Rasulullah SAW dan hadis yang diragukan penyandarannya kepadanya”. Yang menjadi obyek ilmu Hadis Dirayah yaitu keadaan perawi dan marwinya (sanad dan matannya). Dengan mempelajari ilmu Hadis Dirayah ini, kita dapat mengetahui maqbul (diterima) dan mardud (ditolak) suatu hadis, dan selanjutnya kita dapat mengamalkan yang maqbul dan meninggalkan yang mardud.
2. Cabang-Cabang Ilmu Hadis a. Ilmu Rijalil Hadis Ilmu Rajalil Hadis ialah (Ulumul Hadis, 2000:57):
الص َحا ِب ِة َوالتَّا ِب ِع ْ َْي َّ ِع ْ ٌْل يُ ْب َح ُث ِف ْي ِه َع ْن ُر َوا ِة الْ َح ِديْ ِث ِم ْن َو َم ْن ب َ ْعدَ ُ ْه
“Ilmu yang membahas tentang para perawi hadis, baik dari sahabat, tabi‟in, maupun dari angkatan sesudahnya.”
Melalui ilmu ini kita dapat mempelajari persoalan-persoalan di sekitar sanad –baik para perawi yang langsung menerima hadis dari Rasulullah SAW maupun yang menerima hadis dari sahabat dan seterusnya- dan matan. Ilmu ini juga menerangkan tarikh ringkas dari riwayat hidup para perawi, mahzab yang dipegang, dan keadaankeadaan para perawi dalam menerima hadis. b. Ilmu Jarh wat Ta‟dil Secara bahasa, Al-Jarh berarti luka, cacat, atau cela; sedangkan at-Ta‟dil berarti menyamakan (Suparta, 2002: 31). Maka, ilmu Jarh wat Ta‟dil adalah ilmu yang membahas tentang keadaan para perawi, baik yang dapat mencacatkan atau membersihkan mereka, dengan ungkapan tertentu dan untuk menerima atau menolak riwayat mereka.
3
Ilmu Jarh wat Ta‟dil dipergunakan untuk menetapkan apakah riwayat dari para perawi dapat diterima atau ditolak sama sekali. Jika seorang rawi telah di-tajrih sebagai rawi yang cacat maka periwayatannya ditolak dan jika seorang rawi di-ta‟dil sebagai orang yang adil maka riwayatnya bisa ditrima selama syarat yang lain telah terpenuhi. Kecacatan rawi dapat diketahui melalui perbuatan-perbuatan yang dilakukannya, yaitu (Suparta, 2002: 32-33):
Bid‟ah, yaitu melakukan tindakan di luar ketentuan syari‟ah.
Mukhalafah, yaitu berbeda dengan periwayatan dari rawi yang lebih tsiqqah (kuat).
Ghalath, yaitu melakukan banyak kekeliruan dalam meriwayatkan hadis.
Jahalat, yaitu identitas tidak diketahui secara jelas dan lengkap.
Da‟wat al-Inqitha‟, yaitu diduga penyandaran sanadnya terputus. Sementara itu, syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh
seseorang yang men-jarh dan men-ta‟dil perawi, adalah (Suparta, 2002: 33):
Berilmu pengetahuan
Takwa
Wara‟, yaitu menjauhi perbuatan maksiat, syubhat, dosa-dosa kecil, dan makruhat (makalah magister pada Mata Kuliah Studi Hadis bab Al Jarhu wa Al Ta‟dilu, 2011: 2 )
Jujur
Menjauhi sifat fanatik terhadap golongan
Mengetahui ruang lingkup ilmu jarh dan ta‟dil.
c. Ilmu Tarikh ar-Ruwah Ilmu ini mempelajari tentang para perawi dalam usahanya meriwayatkan hadis. Ilmu ini mengkhususkan pembahasannya dari aspek sejarah orang-orang yang terlibat dalam periwayatan, seperti
4
kelahirannya, wafatnya, guru-gurunya, masa atau waktu mereka mendengar hadis dari gurunya, siapa orang yang meriwayatkan hadis darinya, tempat tinggal mereka, tempat mereka mengadakan lawatan, dan lain-lain (Suparta, 2002: 34). d. Ilmu „Ilal al-Hadis Dalam Suparta (2002: 36) diterjemahkan definisinya sebagai berikut: “Ilmu ini membahas sebab-sebab tersembunyi yang dapat mencacatkan kesahihan hadis. Seperti mengatakan bersambung terhadap yang terputus (sanadnya), menyebut hadis yang sanadnya tidak sampai kepada Nabi SAW sebagai hadis yang sampai kepada Nabi SAW, atau memasukkan hadis ke dalam hadis lain”.
e. Ilmu an-Nasikh wa al-Mansukh Ilmu yang mempelajari tentang hapus-menghapus hadis. Yang dimaksud adalah hadis yang datang kemudian, menghapus hadis yang datang terlebih dahulu. Seperti hadis tentang nikah mut‟ah (kawin kontrak) yang pernah diperbolehkan, kemudian dilarang sampai hari kiamat. Untuk mengetahui nasikh dan mansukh melalui beberapa cara, yaitu (Suparta, 2002: 38):
Penjelasan dari nash atau syari‟ sendiri, yaitu Rasul SAW.
Penjelasan dari para sahabat.
Mengetahui sejarah keluarnya hadis serta asbabul wurud hadis.
f. Ilmu Asbab Wurud al-Hadis Tidak semua hadis memiliki asbabul wurud. Meski demikian asbabul wurud penting untuk memahami suatu hadis. Ilmu Asbabul Wurud adalah ilmu untuk menganalisa lebih dalam suatu hadis berkaitan
konteks
historis,
baik
berupa
peristiwa-peristiwa,
pernyataan-pernyataan, atau lainnya yang terjuadi pada saat hadis itu
5
disampaikan oleh Nabi SAW. Ilmu ini berfungsi sebagai alat analisa untuk menentukan umum-khususnya suatu hadis, muthlaq atau muqayyad, nasikh atau mansukh, dan lain sebagainya (makalah magister pada Mata Kuliah Studi Hadis bab Asbabul Wurud Hadis, 2011: 4 ).
g. Ilmu Gharib al-Hadis Ilmu ini mempelajari tentang tafsir lafadz-lafadz pada matan hadis yang sulit dipahami karena jarang digunakan. Beberapa cara dalam menafsirkan, yaitu:
Menghadapkan hadis yang matannya mengandung lafadz gharib dengan hadis dari sanad lain yang tidak mengandung lafadz gharib pada matannya.
Penjelasan dari sahabat –baik yang meriwayatkan langsung maupun yang tidak- yang paham makna lafadz gharib yang dimaksud.
Penjelasan rawi selain sahabat.
h. Ilmu at-Tashhif wat Tahrif Dalam buku Ilmu Hadis (Suparta, 2002: 41-42) ilmu pengetahuan ini berusaha menerangkan tentang hadis-hadis yang sudah diubah titik atau syakalnya (mushahhaf) dan bentuknya (muharraf). Suatu contoh, dalam suatu riwayat disebutkan bahwa salah seorang yang meriwayatkan hadis dari Nabi SAW dari Bani Sulaiman, adalah „Utbah ibn Al-Bazr, padahal yang sebenarnya adalah „Utbah bin Al-Nazhr. Dalam hadis ini terjadi perubahan sebutan AlNazhr menjadi Al-Bazr.
i. Ilmu Mukhtalif al-Hadis Ilmu ini mempertemukan hadis-hadis yang menurut lahirnya saling bertentangan maknanya, untuk kemudian pertentangan tersebut
6
dihilangkan karena adanya kemungkinan dapat dikompromikan. Adapun cara mengkompromikan hadis-hadis tersebut adalah (Suparta, 2002: 43):
Dengan men-taqyid kemutlakan hadis.
Dengan men-takhshish keumumannya.
Dengan memilih sanad yang lebih kuat atau yang lebih banyak datangnya.
Dengan membawanya kepada beberapa kejadian yang relevan dengan hadis tersebut.
C. KESIMPULAN 1. Pokok ilmu hadis ada dua, yaitu Ilmu Hadis Riwayah dan Ilmu Hadis Dirayah. 2. Pembahasa Ilmu Hadis Riwayah menitikberakan pada periwayatan hadis, sedangkan Ilmu Hadis Dirayah memfokuskan pada para periwayat hadis. 3. Dari kedua pokok ilmu tersebut di atas muncul sembilan cabang ilmu, yaitu Ilmu Rijal Al-Hadis, Ilmu Al-Jarh wa At-Ta‟dil, Ilmu Tarikh ArRuwah, Ilmu „Ilal Al-Hadis, Ilmu An-Nasikh wa Al-Mansukh, Ilmu Asbabul Wurud Al-Hadis, Ilmu Gharib Al-Hadis, Ilmu Tashhif wa Tahrif, dan Ilmu Mukhtalif Al-Hadis.
7
DAFTAR PUSTAKA
Anidi, 2011, Asbabul Wurud Hadis, tugas makalah magister tidak diterbitkan, Yogyakarta: Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. http://readonekurangapa.blogspot.com/2010/02/pembagian-ilmu-hadits-dancabang.html Muhammad Ahmad dan M. Mudzakir, 2000, Ulumul Hadis untuk Fakultas Tarbiyah, Bandung: CV. Pustaka Setia. Munzier Suparta, 2002, Ilmu Hadis, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. T. M. Hasbi Ash Shiddieqy, 1999, Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadis, Semarang: PT. Pustaka Rizki Putra. Tutik Husniati, 2011, Al Jarhu wa Al Ta‟dilu, tugas makalah magister tidak diterbitkan, Yogyakarta: Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
8