BAB II KAJIAN TEORI
A. OLAHRAGA BULU TANGKIS 1.
Olahraga Tidak mudah merumuskan pengertian sport (olahraga) itu sendiri, istilah sport
berasal dari kata desport yang berarti dalam bahasa Prancis kuno, yaitu seluruh sarana yang memberikan ruang waktu yang menyenangkan baik dalam bentuk percakapan, hiburan, senda gurau, dan permainan. Kata kerja sport adalah se desporter yang berarti melompat-lompat kegirangan atau bersenang-senang. Kata desport diambil oleh bangsawan inggris dan berubah menjadi disport pada abad ke-14 dan kemudian mendapatkan bentuknya seperti saat ini, yaitu sport. Pada masa itu sport diartikan sebagai aktifitas yang sangat menyenangkan dari golongan bangsawan sebagai bagian dari gaya hidupnya yang khusus. Selanjutnya sport mencakup beberapa permainan yang lebih populer dengan tetap mempertahankan acuannya kepada jiwa aristokratik dan untuk kesenangan. Di Prancis pada tahun 1820an, istilah sport pada mulanya berarti pacuan kuda, serta beberapa permainan yang bersifat konfrontasi seperti tinju. Tahun 1873, pengertian sport dipakai untuk menunjukkan latihan di alam terbuka, seperti pacuan kuda, dayung, berburu, memancing, panahan, senam, dan anggar (Pandjaitan Hinca IP, 2011:129). Sementara itu di Indonesia sendiri pengertian olahraga (sport) dirumuskan dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2005 Tentang Sistem Keolahragaan Nasianal pasal 1 ayat 4 dijelaskan bahwa definisi olahraga, adalah segala kegiatan yang sistematis untuk mendorong, membina, serta mengembangkan potensi jasmani, rohani, dan sosial. Rumusan dari pengertian ini sangat luas maknanya, karena tidak disebutkan apakah aktivitas yang dimaksudkan sebagai olahraga. Kata kuncinya adalah segala kegitan yang sistematis. Dengan demikian rumusan ini memperlihatkan bahwa aktivitas olahraga yang dimaksud sepanjang tujuannya yaitu tujuanya untuk mendorong, membina, serta mengembangkan potensi jasmani, rohani, dan sosial. Olahraga saat ini sudah menjadi sebuah trend atau gaya hidup bagi sebagian orang, bahkan untuk sebagian orang yang lain olahraga menjadi sebuah kebutuhan mendasar dalam hidupnya. Olahraga yang sebelumnya dipandang sebelah mata dan
9
10
merupakan sebuah aktivitas rekreasi semata, seiring perkembangan zaman dan kemajuan ilmu pengetahuan olahraga menjelma menjadi sesuatu yang memiliki nilai vital dalam kehidupan sehari-hari umat manusia. Olahraga menjadi sangat penting karena tidak terlepas dari kebutuhan mendasar manusia itu sendiri yang pada prinsipnya selalu bergerak. Olahraga itu sendiri merupakan serangkaian gerak raga yang teratur dan terencana untuk memelihara dan meningkatkan kemampuan gerak yang bertujuan untuk mempertahankan hidup serta meningkatkan kualitas hidup seseorang. Tujuan seseorang berolahraga adalah untuk meningkatkan derajat sehat dinamis (sehat dalam gerak), dan sehat statis (sehat dikala diam). Prestasi melalui kegiatan olahraga pun menjadi suatu alasan sesorang menekuni olahraga. Hal tersebut sejalan dengan isi Undang-undang RI nomor 3 tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan Nasional yang menyatakan bahwa “Olahraga adalah segala kegiatan yang sistematis untuk mendorong, membina, serta mengembangkan potensi jasmani, rohani, dan sosial”. Olahraga bisa dilakukan oleh siapapun, kapanpun, dan dimanapun tanpa memandang dan membedakan jenis kelamin, suku, agama, ras, dan sebagainya. Olahraga mempunyai peran penting dan strategis dalam pembangunan bangsa. Hal tersebut sejalan dengan pendapat (Mutohir, 2005) yaitu hakekat olahraga
adalah
sebagai refleksi kehidupan masyarakat suatu bangsa. Di dalam olahraga tergambar aspirasi serta nilai-nilai luhur suatu masyarakat, yang terpantul
lewat hasrat
mewujudkan diri melalui prestasi olahraga. Kita sering mendengar kata-kata bahwa kemajuan suatu bangsa salah satunya dapat tercermin dari prestasi olahraganya. Harapannya adalah olahraga di Indonesia dijadikan alat pendorong gerakan kemasyarakatan bagi lahirnya insan manusia unggul, baik secara fisikal, mental, intelektual, sosialnya serta mampu membentuk manusia Indonesia yang sehat jasmani dan rohani seutuhnya. Pemahaman tentang konsep olahraga dipengaruhi oleh ilmu pengetahuan dan teknologi. Menurut (Engkos Kosasih, 1980:20) istilah sport berasal dari bahasa Latin ”disportare” atau ”deporate” didalam bahasa Itali menjadi ”diporte” yang artinya penyenangan, pemeliharaan atau menghibur untuk bergembira. Istilah olahraga dan sport itu berubah sepanjang waktu, namun mempunyai pengertian yang sama yaitu esensi pengertiannya kebanyakan berkaitan dengan 3 unsur pokok yaitu bermain,
11
latihan fisik, dan kompetisi. Sedangkan menurut (Ratal Wirjasantosa, 1984:21) olahraga berarti memperkembangkan, memasak, mematangkan, menyiapkan manusia sedemikian rupa, sehingga dapat melaksanakan gerakan-gerakan dengan efektif dan efisien”. Nuansa usaha keras mengandung ciri permainan dan konfrontasi melawan tantangan tercermin dalam definisi UNESCO tentang sport, yaitu setiap aktifitas fisik berupa permainan yang berisikan perjuangan melawan unsur-unsur dan orang lain ataupun diri sendiri. Dari beberapa uraian di atas dapat ditarik kesimpulan. Olahraga (sport) tidak digunakan dalam pengertian olahraga kompetitif yang sempit, karena pengetiannya bukan hanya sebagai himpunan aktifitas fisik yang resmi terorganisasi (formal) dan tidak resmi (informal) yang tampak dalam kebanyakan cabang-cabang olahraga namun juga dalam bentuk yang mendasar seperti senam, latihan kebugaran jasmani atau aerobik. Olahraga juga memiliki keterbatasan. Keterbatasan dalam
olahraga yang
dimaksud adalah adanya aturan-aturan yang harus dipatuhi, baik itu dalam olahraga yang bersifat play (bermain), games maupun
sport. Aturan dalam olahraga yang
bersifat play, tidak terlalu ketat, karena play merupakan aktivitas fisik yang bersifat sukarela dan dilakukan secara bebas. Misalnya ketika kita lari di sore hari atau jogging, yang kita perhatikan adalah kita harus menggunakan pakaian dan lari di tempat yang tidak mengganggu aktivitas orang lain. Kemudian, olahraga yang bersifat games, aturannya sudah mulai ketat. Karena dibuat oleh pemain yang akan melakukan permainan untuk ditaati bersama. Misalnya, pada waktu kita ingin bermain bola bulutangkis dengan teman yang lain, sebelum permainan dimulai, kita sudah menentukan kesepakatan atas aturan yang akan kita gunakan, baik itu penentuan set, skor, jumlah pemain dan lain sebagainya. Olahraga dalam bentuk sport, aturan yang harus dipatuhi sudah sangat kompleks, dibuat secara formal oleh organisasinya. Misalnya dalam permainan sepak bola atau pun permainan lainnya, semua sudah ada ketentuannya. Di situ sudah ada peraturan atau pembatasan ruang, luas, jumlah pemain dan aturan-aturan lain yang harus dipakai sesuai dengan kesepakatan yang telah ditentukan sebelumnya. Di dalam olahraga, aturan-aturan yang telah dibuat bukan merupakan suatu hal yang dapat menghambat pengembangan kemampuan dalam berekspresi atau juga bukan merupakan pengekang kebebasan, melainkan suatu bentuk
12
tindakan untuk menjadikan olahraga itu menjadi lebih baik, penuh dengan seni dan etika. Pada zaman modern ini manusia telah berhasil mengembangkan berbagai macam teknologi termasuk mengembangkan beberapa teknik olahraga, namun dengan semakin berkembangnya teknologi justru sebagian manusia menjadi korban dari perkembangan teknologi tersebut karena dengan semakin berkembangnya teknologi maka akan mempermudah kinerja seseorang, dengan kata lain teknologi akan mengurangi aktifitas fisik seseorang. Dengan berkurangnya aktifitas fisik seseorang, maka akan berpengaruh terhadap kebugaran tubuhnya dan nantinya akan berpengeruh juga terhadap aktifitas fisik lainnya. Oleh karena hal tersebutlah disarankan untuk tetap menjaga kesehatan dan kebugaran dengan berolahraga secara baik dan benar. Aktivitas gerak sangat penting baik untuk kelangsungan hidup maupun komunikasi dengan dewa, maka aktivitas fisik tersebut merupakan yang terpenting untuk eksistensi manusia. Oleh karena itu, mereka mulai menyusun struktur geraknya ke dalam bentuk-bentuk yang bermanfaat, tepat dan sadar. Semua peristiwa penting dalam siklus kehidupan orang primitif yang memiliki makna praktis dan religius disimbolkan dalam gerakan-gerakan tubuh yang terstruktur. Di seluruh periode evolusinya, aktivitas fisik sangat penting untuk kelangsungan hidup dan tetap penting untuk
pertumbuhan
dan
perkembangan
yang
optimum.
(Harrow,
1977:5)
mengemukakan bahwa ada tujuh pola gerak yang sangat penting untuk eksistensi orang primitif yang merupakan dasar gerakan keterampilan. Aktivitas gerak ini adalah inheren dalam diri manusia, yakni lari, lompat atau loncat, memanjat, mengangkat, membawa, menggantung, dan melempar. Hingga kini aktivitas fisik atau gerak, juga tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia, karena gerak dipandang sebagai kunci untuk hidup dan untuk keberadaan dalam semua bidang kehidupan. Jika manusia melakukan gerakan yang memiliki tujuan tertentu, maka ia mengkoordinasikan aspekaspek kognitif, psikomotor, dan afektif. Olahraga juga sebagai sarana untuk pertukaran budaya dari berbagai negara, berbagi informasi dan mengembangkan pemahaman budaya timbal balik. Ini berarti olahraga sering menjadi barang ekspor budaya dari Negara maju dan menyatu dengan hidup sehari-hari orang di negara lain. Partisipasi even olahraga internasional sering bermakna bahwa negara lemah harus mencari negara tangguh atau yang disebut
13
adikuasa dalam olahraga untuk mendapat bimbingan dan sumber daya. Menurut Adolf Ogi, mantan Presiden Swiss yang kini bertugas sebagai penasehat khusus Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengenai olahraga untuk pembangunan dan perdamaian menyatakan bahwa, “Nilai-nilai olahraga identik dengan nilai-nilai PBB. Kegiatan olahraga perlu terus dipromosikan demi keselamatan umat manusia”. Lebih lanjut Piere De Cerbertin dalam beberapa tulisannya menyatakan bahwa, “Olympic Games bukan hanya event atletik saja, tetapi Olympic Games merupakan inti dari gerakan sosial yang luas. Melalui kegiatan olahraga akan meningkatkan pengembangan kualitas sumberdaya
manusia dan saling pengertian secara
Internasional” IOC, 2002; Tode, 2002; Ian Seagrave, 1995 dalam (Maksum, 2004). Moto Olimpik “Citius, Altius, fortius” (lebih cepat, lebih tinggi, lebih kuat) telah menjadi suatu filsafat hidup, mengagungkan dan mengkombinasi suatu keseluruhan yang seimbang, kualitas tubuh, akal dan pikiran serta mencampur olahraga dengan kultur dan pendidikan sedangkan Olympism mencari untuk menciptakan suatu jalan hidup berdasar pada kegembiraan, nilai bidang pendidikan dari contoh dan rasa hormat yang baik untuk prinsip etis pokok yang universal. 2.
Sejarah Bulutangkis Olahraga bulutangkis yang dimainkan dengan kok dan raket, kemungkinan berkembang
di Mesir kuno sekitar 2000 tahun lalu tetapi juga disebut-sebut di India dan Republik
Rakyat Cina. Nenek moyang terdininya diperkirakan ialah sebuah permainan Tionghoa, Jianzi yang melibatkan penggunaan kok tetapi tanpa raket. Alih-alih, objeknya dimanipulasi dengan kaki. Misi permainan ini adalah untuk menjaga kok agar tidak menyentuh tanah selama mungkin tanpa menggunakan tangan. Olahraga kompetitif bulutangkis diciptakan oleh petugas Tentara Britania di Pune, India pada abad ke-19 saat mereka menambahkan jaring dan memainkannya secara bersaingan. Oleh sebab kota Pune dikenal sebelumnya sebagai Poona, permainan tersebut juga dikenali sebagai Poona pada masa itu. Para tentara membawa permainan itu kembali ke Inggris pada 1850-an. Dikatakan oleh (James Poole, 2006:7) Asal mula olahraga bulu tangkis, sampai kini masih diragukan. Ada bukti-bukti yang menyatakan bahwa permainan ini terdapat di beberapa negara yang berada sejak puluhan tahun yang lalu. Salah satu permainan
14
yang mirip yang di mainkan di Cina, disana digunakan alat pemukul yang berbentuk dayung dari kayu dengan bola sebagai sasaran pukulannya. Permainan ini juga telah ada sekitar abad ke-12 di lapangan olahraga kerajaan Inggris. Juga ada bukti-bukti yang menyatakan bahwa anggota-anggota kerajaan di Polandia memainkan olahraga ini pada akhir abad ke-17 atau permulaan abad ke-18. Di India, olahraga ini dinamakan Poona, dan sampai tahun 1890 permainan ini di sana dikenal dengan nama Poona. Di Indonesia, badminton dikenal juga sebagai
bulutangkis. Perkembangan
bulutangkis di Indonesia terkait dengan adanya kesadaran bahwa bahwa olahraga dapat membawa nama harum bangsa Indonesia di dunia. Di Jakarta, berdiri perkumpulan bulutangkis yakni Persatuan Olahraga Republik Indonesia (PORI) pada tanggal 20 Januari1947. PORI pusat saat itu berkedudukan di Yogyakarta. Ketua pori adalah Tri Tjondokusumo. Pada zaman belanda, persatuan bulutangkis tersebut dinamakan BBL (Bataviasche Badminton Leaque) yang kemudian di lebur menjadi BBU (Bataviasche Badminton Unie). BBU secara umum diikuti oleh orang-orang keturunan Tionghoa yang mempunyai kesadaran nasional tinggi. Kemudian, BBU diubah lagi menjadi Perbad (Persatuan Badminton Djakarta) yang diketuai oleh Tjong Seng Tiang. Pada tahun 1949 Perbed bertukar pikiran dengan para tokoh bulutangkis di Indonesia, antara lain Sudirman Liem Soei Liong, E. Sumantri, Ramli Rakin, Ang Bok Sun, dan Khow Dji Hoe. Agar organisasi ini menjangkau seluruh Indonesia, Sudirman dan rekan-rekan menghubungi teman-temannya di seluruh Indonesia untuk mendirikan perkumpulan bulutangkis. Pada 5 Mei 1951 barulah dapat dibentuk Persatuan Bulutangkis Seluruh Indonesia (PBSI). Indonesia mulai masuk secara resmi di IBF pada tahun 1953. Emapat tahun kemudian Indonesia baru mengikuti piala Thomas tahun 1957-1958. Pada tahun 1950an, bulutangkis sudah menjadi permainan tingkat Nasional dan dimainkan diseluruh Indonesia. Khususnya di Jawa, Sumatra, Sulawesi, dan Kalimantan. Setelah berhenti pada masa penjajahan Jepang, olahraga ini kembali dimainkan tidak lama setelah Indonesia merdeka. Pertandingan antar kota sudah mulai diadakan, walau hanya antar perkumpulan. Penyebaran bulutangkis di tanah air, antara lain dapat dilihat dalam Pekan Olahraga Nasional (PON) I di Surakarta tahun 1948yang diikuti banyak wilayah dan (Karisidenan).
15
3.
PERMAINAN Bulutangkis
a.
Bentuk Permainan Bulu Tangkis Bulu tangkis merupakan olahraga permainan yang sangat banyak peminatnya di
Indonesia. Menurut (Subardjah, 2000) “permainan bulu tangkis merupakan bentuk permainan bola kecil yang bersifat individual yang dapat dilakukan dengan cara melakukan satu orang melawan satu orang (single) atau dilakukan oleh dua orang melawan dua orang (double)“. Permainan bulu tangkis menggunakan raket sebagai alat pemukul dan shuttlecock sebagai obyek yang dipukul. Lapangan permainan berbentuk segi empat dan dibatasi oleh
net untuk memisahkan anatara dua daerah permainan sendiri dan daerah
permainan lawan. Tujuan permainan bulu tangkis adalah berusaha menjatuhkan shuttlecock di daerah permainan lawan dan berusaha lawan tidak dapat memukul shuttlecock dan menjatuhkannya di daerah permainan sendiri. Pada saat permainan berlangsung, masing-masing pemain berusaha agar shuttlecock tidak menyentuh lantai di daerah permainannya sendiri. Apabila shuttlecock jatuh di lantai atau menyangkut net, maka permainan berhenti dan dimulai dengan melakukan servis. Permainan dilaksanakan dengan sistem penilaian relly poin. Pemain atau regu yang memperoleh nilai 21 dinyatakan menang. Dan apabila terjadi nilai sama 20 lawan 20 dicari selisih dua angka. Untuk dapat bermain bulu tangkis dengan baik, maka seorang pemain bulutangkis harus memiliki teknik permainan yang baik. b.
Perlengkapan Bulu Tangkis
1.
Raket Raket sebagai alat pemukul dalam olahraga bulutangkis dapat diperoleh dengan
harga yang bervariasi, pada masa awal perkembangannya hingga tahun 1970an, dikenal raket yang rangkanya dari kayu. Setelah itu, dikenal raket yang rangkanya terbuat dari almunium atau logam-logam ringan lainnya. Saat ini, hampir semua raket yang beredar dipasaran (di toko-toko olahraga) terbuat dari bahan campuran serat karbon dan beberapa diantaranya campuran titanium. Pemanfaatan bahan campuran serat karbon atau campuran titanium sebagai rangka raket, memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan bahan kayu, antara lain :
16
a.
Bentuknya tidak mudah berubah (tidak mudah melengkung), sehingga tidak perlu menjepitnya dengan rangka pengepres pada saat tidak digunakan.
b.
Lebih ringan, sehingga lebih mudah untuk diayunkan sesuai dengan jenis dan arah pukulan yang diinginkan pemakainya.
c.
Tegangan senarnya dapat lebih tinggi, sehingga mampu menghasilkan laju shuttlecocks yang lebih kencang.
d.
Relatif lebih tahan terhadap perubahan cuaca, sehingga dapat lebih awet dan tahan lama.
2.
Shuttletcock Shuttlecocks (biasa disingkat penyebutannya menjadi „shuttle‟ atau „cocks‟.
Dalam pertandingan-pertandingan bulu tangkis biasanya menggunakan jenis shuttlecock yang berbahan dari bulu angsa, dengan berat 4,8-5,6gram (73-85 grain) dan mempunyai 14-16 helai bulu. Sedangkan dalam pertandingan pertandingan resmi, baik berskala Nasional maupun Internasinal, pemilihan berat shuttle bulu angsa didasarkan atas suhu ruangan tempat pertandingan itu diselenggarakan. Untuk lapangan dengan suhu relatif tinggi, umumnya digunakan shuttle yang beratnya 4,7-4,9 gram, sedangkan untuk ruangan yang memiliki suhu relatif rentah digunakan shuttle yang beratnya 5,2-5,4 gram (James Poole, 2006:13-14). Shuttlecocks dari bahan bulu angksa ini harus di simpan dalam ruangan yang agak lembab, untuk menjaga supaya bulu-bulunya tetap kering yang menyebabkan mudah rusak dan patah. 3.
Lapangan Pada prinsipnya, permainan bulutangkis dapat dilakukan di dalam ruangan
maupun di luar ruangan. Meskipun demikian, semua turnamen resmi sampai saat ini dilakukan di dalam ruangan. Hal ini dikarenakan laju Shuttlecock relatif tidak terpengaruh oleh angin ruangan untuk permainan bulutangkis mempunyai langit-langit minimal setinggi 7,62 meter (25 kaki). Sedangkan taraf Internasional mempunyai langit-langit berketinggian diatas 9,14 meter (30 kaki) (James Poole, 2006:14). Bentuk lapangan bulu tangkis yang resmi yaitu semua garis batas lapangan bulu tangkis, dibuat dengan ketebalan atau lebar 3,8 cm (11/2 inci). Garis pada lapangan dapat digambar dengan cat atau dibuat dengan menempelkan pita di atas lantai. Jaring yang melintang di tengah lapangn, yang membatasi kedua sisi lapangan, terbuat dari
17
bahan katun atau nilon. Tinggi jaring yaitu 155 cm (5 kaki 1 inci) di tiang dan 152 cm (5 kaki) ditengah lapangan.
Gmbar 2.1 Lapangan BuluTangkis c.
Teknik Dasar Permainan Bulu Tangkis Untuk dapat bermain bulutangkis dengan baik, maka seorang pemain bulutangkis
harus menguasai teknik dasar. Penguasaan keterampilan teknik merupakan modal dasar untuk mencapai prestasi permainan bulutangkis yang optimal. Keterampilan merupakan kecakapan melakukan tugas gerakan keterampilan. “gerakan keterampilan merupakan salah satu jenis gerakan yang dalam melaksanakannya memerlukan koordinasi beberapa bagian tubuh atau bagian-bagian tubuh secara keseluruhan”. Orang dikatakan memiliki keterampilan jika dirinnya terampil melakukan suatu gerakan tertentu. “gerakan yang terampil pada dasarnya gerakan yang efisien”. Berdasarkan uraian tersebut dapat dirumuskan bahwa, keterampilan bermain bulu tangkis merupakan suatu tindakan efisiensi dalam melakukan gerakan teknik, untuk memperoleh keberhasilan dalam permainan bulutangkis (Sugiyanto, 1995:36-40).
18
Setiap cabang olahraga memiliki spesifikasi tersendiri yang berbeda antara satu dengan yang lainnya. Dalam permainan bulutangkis memiliki teknik khusus yang berbeda dengan cabang olahraga lain. Menguasai teknik dasar bulutangkis merupakan salah satu bagian yang dapat mendukung keterampilan bermain bulutangkis. Berkaitan dengan teknik dasar bulutangkis (Tohar, 1992:95) menyatakan bahwa, “Teknik dasar dalam permainan bulutangkis adalah penguasaan pokok yang harus dipahami dan dikuasai oleh setiap permain dalam melakukan kegiatan bermain bulutangkis”. Menurut (Suharsimi Arikunto, 1990:12) bahwa, “Teknik bermain bulu tangkis adalah suatu proses gerakan dalam praktek untuk menyelesaikan tugas pegangan raket yang sesuai, langkah kaki lincah, menerima bola dengan baik dan memukul bola dengan terarah”. Berdasarkan dua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa, teknik dasar bulutangkis merupakan suatu proses gerakan terkoordinasi yang meliputi cara memukul bola dan gerakan-gerakan khusus yang mendukung gerakan memukul bola. Sedangkan macam-macam
teknik
dasar
bulutangkis
menurut
(Soemarno,
1995:489)
mengklasifikasikan teknik dasar bulutangkis menjadi empat macam, yaitu: “(1) Teknik memegang raket (grips), (2) Teknik mengatur kerja kaki (footwork), (3) Teknik menguasai pukulan (strokes), dan (4) Teknik menguasai pola-pola pukulan”. d.
Taktik Dalam Bulutangkis Taktik dalam permainan bulu tangkis merupakan salah satu hal penting dalam
permainan bulu tangkis. Strategi atau taktik dalam permainan merupakan keterampilan gerak atlet sebagai suatu cara yang fair untuk memperoleh keuntungan dari lawan dalam suatu permainan. Dengan kata lain, rencana bentuk-bentuk strategi bermain yaitu merencanakan suatu metode atau cara yang bertujuan dari periode waktu yang berbeda dan mengatur tempo kompetisi dari setiap pertandingan. beberapa aspek penting dalam permainan bulu tangkis yaitu konsep taktik atau susunan sebelum suatu kompetisi dan yang kedua tindakan taktif yang efektif. e.
Peraturan Nomor Bulutangkis Olahraga bulutangkis adalah suatu olahraga yang dimainkan oleh dua orang
(tunggal) atau dua pasangan (ganda). Permainan ini bertujuan memukul bola permainan (shuttlecock) melewati jaring agar jatuh di area lawan dan mencegah lawan melakukan hal yang sama. Peraturan permainan ditentukan dan diterapkan oleh sidang tahunan Organisasi Olahraga Bulutangkis Internasional (IBF). Peraturan permainan ini mulai
19
berlaku tanggal 1 Agustus 1998 dan berlaku sampai sekarang. Antara lain peraturannya sebagai berikut: bentuk permainan (permainan tunggal dan permainan ganda), jumlah nilai poin, bola (Shuttlecock) pengundian, peraturan lapangan bulu tangkis, dan jaring net. 4.
Pemanduan Bakat Atlet Bulu Tangkis
a)
Potensi Atlet Sumber daya atlet memiliki peran yang sangat strategis dalam pembinaan prestasi
khususnya olahraga bulutangkis, karena atlet merupakan objek yang sangat berpengaruh terhadap berhasil atau tidaknya suatu cabang olahraga. memiliki prestasi yang optimal merupakan suatu tujuan utama dari setiap cabang olahraga. atlet adalah seseorang yang telah melakukan pelatihan dari salah satu cabang olahraga secara kontinyu dalam waktu tertentu serta telah menunjukkan peningkatan prestasi secara bertahap (Harsuki, 2012:104). pencapaian prestasi suatu cabang olahraga yang tinggi diperlukan beberapa hal selain bentuk latihan atau metode yang terprogram dengan baik, namun harus ada juga proses identifikasi pemanduan bakat yang akan menentukan apakah atlet sesuai dengan cabang olahraga tersebut. Penelitian bakat dalam cabang olahraga bulutangkis memerlukan cara tertentu dalam menentukan atlet yang akan di bina untuk mencapai prestasi tertinggi sesuai yang diharapkan dan dapat tampil maksimal dalam setiap kompetisi. b)
Bakat Bakat merupakan dasar kepandaian, sifat dan pembawaan yang dibawa sejak
lahir. Bakat pada umumnya diartikan sebagai sebagai suatu kemampuan bawaan yang merupakan potensi yang masih perlu untuk dikembangkan lebih lanjut dan dilatih, yaitu agar bakat tersebut bisa terwujud secara maksimal. Dikatakan (Yudiana, 2007:53) bahwa Tujuan identitifikasi bakat adalah untuk memprediksikan suatu derajat yang tinggi tentang kemungkinan sarana talet akan mampu menyesuwaikan dan menyelesaikan program latihan junior dengan baik dalam olahraga yang di pilih, agar ia dapat dan layak mengukur secara pasti, kemudian dapat melakukan tahap selanjutnya. Tujuan umum dari identifikasi bakat anak dan remaja adalah meningkatkan standar prestasi olahraga, yakni peningkatan standar prestasi pada kompetisi Nasional dimaksimalkan melalui
bakat yang dimiliki atlet pada cabang
20
olahraga tertentu agar menjadi sukses dikompetisi tingkat Internasional. Sedangkan tujuan khusus dari identifikasi bakat anak dan remaja antara lain sebagai berikut: (a) memetakan bakat anak dan remaja dengan kesempatan untuk berkembang pada keterampilan olahraga yang ditekunininya, (b) Optimis terhadap potensi seluruh individu pada kesuksesan prestasi olahraga, (c) meningkatkan rangsangan yang cukup untuk partisipasi secara berkelanjutan, (d) mengendalikan ketidaksesuaian cabang olahraga yang ditekuni oleh anak dan remaja sehingga mengurangi kemungkin cedera saat olahraga. Proses identifikasi bakat untuk mendapatkan calon atlet yang kelak diharapkan dapat meraih prestasi diperlukan upaya dengan beberapa tahapan. Ada beberapa tahapan yang harus disiapkan atlet yaitu: (a) Mencari calon atlet berbakat, (b) Memilih calon atlet yang usia muda (c) Memonitor calon atlet secara terus menerus dan teratur, (d) Membantu calon atlet agar dapat meraih prestasi puncak. Metode yang digunakan dalam mengidentifikasi bakat pada calon atlet adalah pertama seleksi alam, merupakan pendekatan yang normal dan cara pengembangan alam olahraga dalam olahraga tertentu. Seleksi ini menganggap bahwa atlet mengikuti olahraga tertentu sebagai hasil dari pengaruh setempat, misal tradisi sekolah, harapan orang tua, teman sebaya dan lingkungan sekitar. Dengan demikian evolusi prestasi atlet ditentukan oleh seleksi alam yang bergantung pada beberapa faktor. Pendekatan pada seleksi alam ini sering kali berjalan lambat. Seleksi alam lebih sedikit memerlukan persyaratan tinggi atau berat badan misalnya: Bola baskte, Bola voli, Sepakbola dan sebagainya. Demikian juga olahraga yang memerlukan kecepatan, waktu reaksi, koordinasi dan power seperti: Lari cepat, Judo, Hockey, Nomor lompat, dan sebagainya. Kedua adalah seleksi ilmiah yaitu suatu pendekatan untuk mengidetifikasi bakat anak dengan cara menyeleksi prospek kemampuan alami yang telah dimiliki anak untuk diarahkan pada olahraga yang sesuai dengan potensinya dan dilakukan dalam bentuk tes ilmiah oleh para ilmuan. Seperti untuk cabang olahraga yang memerlukan tinggi badan dan berat badan seperti olahraga Bola basket, Bola voli, Sepakbola, atau even-even melempar pada cabang olahraga atletik. Seleksi ilmiah menjadi penguat untuk betul dipertimbangkan. Begitupula, untuk olahraga yang didominasi oleh unsur percepatan seperti waktu reaksi, koordinasi dan power. Misalnya: Lari cepat, Gulat, Sepakbola, Bola voli, atau Nomor lompat pada olahraga atletik.
21
Kriteria pemilihan atlet berbakat adalah sebagai berikut: (a) Aspek biologis (potensi atau kemampuan dasar tubuh, fungsi organ tubuh, postur dan struktur tubuh), (b) Aspek psikologis (intelektual, kecerdasan atau IQ, motivasi, kepribadian dan kerja syaraf), (c) Umur (usia secara kronologis dan usia secar psikologis), (d) Keturunan, (e) Aspek lingkungan. c)
Pembinaan atlet (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2008: 193) disebutkan bahwa pembinaan adalah
usaha kegiatan yang dilakukan secara efisien dan efektif untuk memperoleh hasil yang lebih baik. Sedangkan menurut (Tohar, 2004:31) untuk mencapai prestasi optimal atlet, juga diperlukan usaha dan daya melatih yang dituangkan dalam rencana progam latihan tertulis yang tersusun secara sistematis sebagai pedoman arah kegiatan untuk mencapai tujuan secara efektif dan efisien. Strategi yang paling mendasar dalam upaya mewujudkan peningkatan sumber daya manusia Indonesia, khususnya dibidang olahraga adalah memusatkan perhatian dan orientasi pembangunan olahraga sedini mungkin, yaitu dengan melakukan pembinaan dan pengembangan olahraga bagi generasi muda sejak usia dini. Konsep pembinaan olahraga sedini mungkin adalah kalu kita ingin mencapai prestasi yang tinggi, maka perlu diterapkan konsep sedini mungkin. Karena saat itulah yang paling tepat untuk memberikan dasar keterampilan dan membentuk karakter bermain bulutangkis, menumbuhkan sportivitas, dan semangat pantang menyerah, sehingga prestasi yang dihasilkan benar-benar maksimal (Koni, 2000:65). Menurut (Harsuki, 2003:308) tanpa pembibitan jangan diharapkan akan diperoleh olahraga prestasi. Konsep tersebut jelas mengacu kepada pembinaan anak-anak usia dini. Oleh karena periode umur anak-anak tersebut merupakan periode yang potensial, guna memungkinkan pembinaan prestasi setinggi mungkin. Terciptanya prestasi puncak adalah hasil dari persiapan atlet yang cermat, berdasarkan progam latihan yang terorganisasi secara rinci, direncanakan secara bertahap, obyektif dan diterpakan secara berkesinambungan. Pola pembinaan dalam olahraga bulu tangkis di daerah bisa dibilang cukup baik dilihat dari beberapa atlet yang berasal dari Kabupaten Tegal. Dilihat dari tahun ke tahun klub atau persatuan bulu tangkis di setiap desa dan jumlah setiap tahun meningkat. Prestasi bulutangkis di Kabupaten Tegal dapat dikatakan tidak ada peningkatan atau stabil.
22
5.
Perkembangan Bulutangkis Kabupaten Tegal Desa-desa yang ada di Kabupaten Tegal terdapat satu perkumpulan yang sering
disebut dengan persatuan bulutangkis (PB) dengan tujuan nenumbuhkan atlet-atlet baru, mengisi waktu dengan berolahraga dan menyalurkan hobi. Persatuan bulutangkis di Kabupaten Tegal dapat dikatakan sangat banyak, dengan adanya persatuan bulutangkis disetiap desa dan beberapa desa memiliki Klub bulutangkis resmi dan melakukan pembinaan atlet-atlet dari usia dini.
B. PRESTASI BULUTANGKIS Bicara soal prestasi bulutangkis perlu diperhatian proses dari awal atau pembinaan dari usia dini yang diharapkan dapat meningkatkan prestasi yang telah dimiliki oleh pemain. Dengan adanya pola pembinaan yang baik merupakan suatu usaha untuk membina dan mendidik secara berdaya guna, diharapkan akan ada atlet-atlet yang bisa menjadi juara dan meraih prestasi serta mengharumkan nama bangsa dan negara, baik dievent-event tertentu maupun multievent seperti sea game, asian game bahkan olimpiade. Saat pembinaan tersebut dapat dilatih berupa latihan-latihan yang berupa keterampilan bermain bulutangkis dan faktor kondisi fisik merupakan hal yang melekat atau bawaan dari lahir tetapi semua itu bisa dilatih. Keterampilan Bermain bulutangkis menurut (Subardjah, 2000:13) “bulutangkis merupakan bentuk permainan bola kecil yang bersifat individual yang dapat dilakukan dengan cara melakukan satu orang melawan satu orang (single) atau dilakukan oleh dua orang melawan dua orang (double)”. Apabila ingin menjadi pemain bulutangkis yang baik dan berprestasi, maka harus menguasai bermacam-macam teknik pukulan dengan benar. Oleh karena itu, untuk menjadi pemain yang baik mempunyai keharusan untuk berlatih tekun, disiplin, dan terarah di bawah bimbingan pelatih yang berkualifikasi baik, dapat menguasai berbagai teknik dasar dan teknik pukulan bermain bulutangkis secara benar. (Sapta Kunta Purnama, 2010:13), mengatakan bahwa “Teknik dasar keterampilan bermain bulutangkis yang harus dikuasai oleh seorang pemain bulutangkis antara lain : sikap berdiri (stance), teknik memegang raket, teknik memukul bola, teknik langkah kaki (foot work)” dan melatih teknik.
23
Di samping penyediaan alat dan fasilitas, dalam proses latihan juga dipengaruhi oleh lingkungan, baik lingkungan keluarga, lingkungan sekolah maupun lingkungan sekitar/masyarakat. Keluarga merupakan kelompok sosial kecil yang terdiri atas ayah, ibu dan anak yang berhubungan dan dijiwai oleh suasana afeksi, rasa tanggung jawab dan berfungsi untuk memelihara, merawat dan melindungi anak agar mampu mengendalikan diri. Lingkungan keluarga mempunyai pengaruh yang paling besar, khususnya orang tua, motivasi yang kuat dari orang tua sangatlah berpengaruh terhadap proses sosialisasi pembentukan anak. Lingkugan sekitar atau masyarakat juga dapat mempengaruhi prestasi olahraga bulutangkis, seperti di Kabupaten Tegal ada beberapa desa yang memiliki industri rumahan shuttlecock otomatis masyarakatnya akan sering melakukan aktivitas bulutangkis. Faktor Kemampuan Fisik yang Mempengaruhi Prestasi Bermain Bulutangkis. Kemajuan ini dipengaruhi oleh kemajuan teknologi dan dunia modern yang sangat memperhatikan kecepatan dan akurasi. Perubahan tipe permainan ini berpengaruh pada pandangan dasar dari jiwa dan tipe atau karakteristik permainan bulutangkis. Sebagai konsekuensinya, hal ini berpengaruh terhadap pandangan orang terhadap aspek-aspek yang perlu diutamakan pengembangannya untuk mencapai prestasi bulutangkis secara maksimal. faktor yang menjadi mempengaruhi prestasi bermain bulutangkis adalah faktor fisik dari itu peneliti tertarik untuk melalukan penelitian tersebut yaitu faktor fisik dominan power otot lengan, power otot tungkai, fleksibilitas, koordinasi mata tangan, kecepatan reaksi dan kelincahan penentu prestasi bermain bulutangkis. Faktor yang mempengaruhi prestasi antara lain sebagai berikut: 1.
Power Otot Lengan (Suharno H P, 1993:32) mendefinisikan, bahwa strength atau kekuatan
merupakan “salah satu unsur kesegaran jasmani, yang bisa digunakan untuk mengatasi beban, gerakan meledak dalam suatu irama, serta ketahanan yang tinggi dalam waktu yang relatif lama”. Berikut adalah pembagian strength atau kekuatan berdasarkan kegunaannya atas tiga macam, yaitu: a.
Maximum strength, adalah kekuatan otot dalam kontraksi maksimal, serta dapat melawan beban yang maksimal pula.
b.
Explosive power, adalah kemampuan sebuah otot atau segerombolan otot untuk mengatasi tahanan beban dengan kecepatan yang tinggi dalam satu gerakan.
24
c.
Power endurance, adalah kemampuan tahan lamanya kekuatan otot untuk melawan beban yang tinggi intensitasnya. Demikian juga dalam permainan bulutangkis, unsur kekuatan memegang peranan
yang sangat penting, terutama kekuatan otot lengan dalam upaya membantu seorang dalam memukul shuttlecock (smash). “Semakin kuat lengan seorang atlet, maka akan menghasilkan pukulan yang semakin kuat dan cepat” (Nurhasan, 2001:34). 2.
Power Otot Tungkai Kekuatan adalah kemampuan otot atau sekelompok otot untuk mengatasi tahanan
(Irianto, 2002), sedangkan (Tudor O. Bompa, 2000) kekuatan didefinisikan sebagai kemampuan untuk menggunakan tenaga untuk mengatasi tahanan. Setiap aktivitas olahraga, otot merupakan komponen tubuh yang dominan dan tidak dapat dipisahkan. Semua gerakan yang dilakukan oleh manusia karena adanya otot, tulang, persendian, ligamen, serta tendon sehingga gerakan dapat terjadi melalui gerakan tarikan otot serta jumlah serabut otot yang diaktifkan. Power otot tungkai sangat membantu dalam melakukan gerakan melompat. Dengan memiliki power otot tungkai yang besar, maka kemampuan melompat ke atas (vertical jump) pun lebih tinggi dan sangat berpengaruh untuk keterampilan bermain bulutangkis. 3.
Fleksibilitas “Fleksibilitas adalah kemampuan untuk bergerak dalam ruang gerak sendi”
(Harsono, 1988:25), dalam hal ini fleksibilitas dipengaruhi oleh tulang otot dan sendi. Tulang berfungsi untuk alat gerak pasif, bagian dari kerangka dihubungkan satu dengan yang lainnya melalui perantara berupa persendian, dan otot merupakan alat gerak aktif. (Suharno H P, 1993:35) mengatakan bahwa ada dua (2) macam fleksibilitas, yaitu: a.
Fleksibilitas umum; yaitu kemampuan seseorang dalam gerak dengan amplitudo yang keras dimana sangat berguna.dalam gerakan olahraga pada umumnya dan menghadapi dunia kerja dalam kehidupan sehari-hari.
b.
Fleksibilitas khusus; yaitu kemampuan seseorang dalam gerak amplitudo yang luas dan berada dalam suatu cabang olahraga.
4.
Koordinasi Mata-Tangan Mata adalah indera yang dipakai untuk melihat dan tangan adalah anggota badan
dari siku sampai ujung jari atau dari pergelangan sampai ke ujung jari (Yandianto, 2000:603), jadi yang dimaksud dengan koordinasi mata tangan dalam penelitian ini
25
adalah mengkoordinasikan indera penglihatan “mata” dan tangan sebagai anggota badan dari pergelangan sampai ujung jari. Koordinasi didefinisikan sebagai hubungan yang harmonis dari hubungan saling pengaruh di antara kelompok-kelompok otot selama melakukan kerja, yang ditunjukkan dengan berbagai tingkat keterampilan. Koordinasi ini sangat sulit dipisahkan secara nyata dengan kelincahan, sehingga kadang-kadang suatu tes koordinasi juga bertujuan mengukur kelincahan (Ismaryati, 2009:54). Koordinasi pada umumnya sering dilakukan pada gerakan-gerakan keterampilan pada suatu cabang olahraga. Hal ini karena gerakan keterampilan selalu melibatkan beberapa unsur gerakan untuk kemudian dirangkaikan menjadi satu pola gerakan tertentu. Disamping tinggi badan dan kecepatan reaksi, peranan koordinasi mata-tangan juga sangat penting pada saat melakukan tembakan lompat, karena dengan koordinasi matatangan yang bagus, maka akan menghasilkan tembakan lompat yang akurat. 5.
Kecepatan Reaksi Mengenai kecepatan reaksi ini, (Dangsina Moeloek, 1989:13) menyatakan, bahwa
“kecepatan reaksi adalah waktu tersingkat yang dibutuhkan untuk memberi jawaban kinetis, setelah menerima suatu rangsangan”. Kemampuan seseorang untuk dapat melakukan kecepatan reaksi dengan cepat, ternyata dipengaruhi oleh beberapa faktor, menurut (Dangsina Moeloek, 1989:25), faktor-faktor tersebut meliputi : Usia, Jenis kelamin, Kesiapan, Intensitas stimulus, Latihan, Diet, Kelelahan. 6.
Kelincahan Seseorang yang mampu merubah posisi yang berbeda dalam kecepatan yang
tinggi dengan koordinasi yang baik berarti kelincahannya cukup baik. (A. Hamidah Noer, 1990:36) menjelaskan bahwa sesuai dengan fungsinya kelincahan dibedakan menjadi dua, yaitu : 1.
Kelincahan umum (General Agility), merupakan kelincahan gerak secara umum untuk menghadapi aktifitas olahraga secara umum pula dan dapat pula diartikan kelincahan untuk menghadapi lingkungan hidup dengan segala problematikanya.
2.
Kelincahan khusus (Special Agility). Merupakan kemampuan seseorang untuk menjalankan cabang olahraga khusus sesuai dengan pilihannya seperti : bulutangkis, hokey, renang, tinju dan sebagainya. Dengan demikian kelincahan sangat besar manfaatnya untuk peningkatan prestasi yang maksimal dalam cabang
26
bola efisien, dengan gerakan yang efisien maka tenaga yang dikeluarkan akan sedikit, sehingga gerakan akan efektif dan sesuai dengan keinginan.
C. KLUB OLAHRAGA BULUTANGKIS 1.
Pengertian Klub Olahraga (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2008:44) menyatakan bahwa klub adalah
perkumpulan yang menyelenggarakan kegiatan di bidang tertentu bagi para anggotanya. Masyarakat dalam hidupnya selalu membutuhkan waktu yang disebut dengan waktu luang. Waktu luang sering banyak dilakukan sekelompok orang maupun secara individu dalam berbagai hal yang bersifat menyenangkan, salah satunya adalah olahraga. Olahraga ini dilakukan secara individu maupun berekelompok, dengan tujuan dan maksud yang sama diantara kelompoknya. Kegiatan yang dilakukan oleh beberapa orang dengan tujuan yaitu aktivitas olahraga biasanya masyarakat ikut dalam suatu wadah yang disebut klub olahraga. Seperti tercantum dalam Undang-Undang Republi Indonesia Sistem Keolahragaan Nasional tahun 2008 pasal 23 ayat 2 dan ayat 3 bahwa: “pembinaan dan pengembangan olahraga oleh masyarakat dilakukan oleh perkumpulan olahraga di lingkungan masyaraakat setempat, masyarakat dalam melakukan pembinaan dan pengembangan olahraga dapat membentuk organisasi cabang olahraga yang tidak bertentangan dengan Undang-undang ini”. 2.
Pembinaan Klub Olahraga Pembinaan olahraga berawal dari aktivitas keluarga yang kontruksi dasarnya
adalah keluarga kecil yang kemudian berkembang ke arah masyarakat yang luas dan melalui kegiatan sekitar, aktivitas di sekolah dan perkumpulan-perkumpulan olahraga di masyarakat. Dalam masyarakat kita mengenal berbagai pembinaan yang mengutamakan olahraga yang hanya di untuk kegiatan rekreasi semata dalam arti bahwa kegiatan tersebut tidak mengutamakan kompetisi, sedangkan ada olahraga yang lebih berpedoman dengan tujuan pada peningkatan prestasi. Hal tersebut banyak dipengaruhi pada hasil dari pada olahraga itu sendiri yaitu apakah olahraga tersebut melalui sebuah proses panjang yang terprogram atau tidak. Seperti yang disampaikan (Mutohir, dan Maksum, 2007: 27) bahwa di negara maju di kenal dengan dua sistem pembinaan olahraga yaitu pembinaan olahraga dengan menonjolkan pada olahraga elit (elit sport)
27
dan pembinaan olahraga yang memfokuskan pada budaya gerak (sport and movement culture). 3.
Klub Olaharaga Bulu Tangkis Organisasi olahraga yang mengurusi tentang segala hal keperluan pada sebuah
klub resmi, selayaknya memiliki organisasi yang standar proses pelaksanaan pelatihan agar dapat menuju pada tujuan utamanya dengan diadakannya pusat pelatihan cabang olahraga tertentu. Manajer, asisten manajer, pelatih dan asistennya, trainer pun juka diperlukan yang bertugas sebagai pelatih fisik utama atlet saat pelaksanaan program latihannya, serta yang tidak kalah pentingnya adalah adanya fasilitas gedung dan peralatan-peralatan yang mendukung pada cabang tersebut sangat vital dibutuhkan untuk mencapai prestasi yang maksimal dan optimal. Mengelola sebuah organisasi atau klub yang baik harus memperhatikan berbagai faktor, salah satunya adalah adanya manajerial yang baik dan berkualitas untuk mencapai tujuan yang ingin di capai klub atau organisasi tersebut. Manajemen adalah sebagai kemampuan atau ketrampilan untuk memperoleh suatu hasil dalam rangka pencapaian tujuan melalui kegiatan-kegiatan orang lain. Setiap kombinasi dari keterampilan yang berkaitan dengan perencanaan planning), pengorganisasian (organizing), pengarahan (dicecting), pengawasan (controlling), penganggaran (budgeting), kepemimpinan (leading), dan penilaian (evaluating), di dalam konteks dari suatu organisasi atau departemen yang produk utamanya atau servisnya dikaitkan dengan olahraga atau kegiatan fisik menurut (Harsuki, 2013:62-63) Klub bulu tangkis yang layak untuk sebuah latihan harus memenuhi beberapa persyaratan tersebut. Lapangan bulu tangkis in door, peralatan net dan shuttlecock serta lapangan yang standar dari sisi luas bangunan termasuk area bebas permainan dari segala gangguan benda-benda di luar lapangan permainan. Langit-langit atau atap permukaan lapangan harus diatur sebaik mungkin oleh seorang pemimpin atau orangorang yang memahami tentang manajerial sebuah organisasi dalam rangka tujuan jangka panjang, baik penggunaan, perawatan, maupun rehabilitasi atau perbaikanperbaikan untuk ketahanan usia fasilitas organisasi yang lebih baik.
28
D. INDUSTRI RUMAHAN SHUTTLECOCK Industri rumahan atau sering disebut dengan industri kecil rumah tangga merupakan sebuah usaha yang dilakukan oleh seseorang yang dilakukan di rumah sebagai tempat usahanya. Perkembangan industri sangat berkembang secara pesat seiring kebutuhan manusia dan perubahan pola hidup manusia yang semakin kompleks tidak seimbang dengan pasokan akan adanya sumber daya yang ada di bumi ini. Pembangunan yang sekarang ini dilakukan dibanyak negara terutama negara berkembang kebanyakan memprioritaskan pembangunan di bidang ekonomi. Hal seperti ini menuntut masyarakat untuk memahami aspek-aspek atau segala sesuatu yang berhubungan dengan ilmu ekonomi, utamanya di lingkungan masyarakat pedesaan dengan sumber daya alam yang ada dan banyak mengambil dari alam harus memahami tentang ekonomi kemasyarakatan. Menurut (Irsan, 1986:1) industri kecil mempunyai definisi sebagai usaha-usaha yang menyerap tenaga kerja antara 5 sampai dengan 49 tenaga kerja. Di luar dari negara indonesia pemahan industri kecil juga berbeda berdasar dari tingkat perkembangannya khususnya negara-negara anggota ASEAN di Singapura menyatakan bahwa industri kecil merupakan suatu unit usaha industri yang dilakukan atau mempekerjakan antara 10 sampai dengan 99 orang tenaga kerja. Di Malaysia dan Muangthai di definisikan sebagai unit usaha industri yang mempekerjakan tidak lebih dari 50 orang tenaga kerja. Sementara di Indonesia dan Filipina sebagai unit usaha industri yang mempekerjakan antara 5 sampai dengan 19 orang tenaga kerja. Industri rumahan saat ini telah berkembang baik dalam Kota maupun luar Kota. Bisnis ini telah dilaksanakan secara turun temurun oleh masyarakat Tegal, kini jumlahnya mencapai 210 unit usaha kecil dan menengah, serta 10 unit lainnya merupakan unit perusahaan besar atau pabrik. Menjamurnya potensi industri rumah tangga di Kabupaten Tegal, menjadi salah satu faktor pertumbuhan ekonomi didaerah tersebut, jadi Kabupaten Tegal mendapat julukan sebagai Jepangnya Indonesia. Di Kecamatan Dukuhturi (Desa Lawatan, Desa Kepandean), Kecamatan Talang (Desa Dukuhmalang dan Tegalwangi), Kecamatan Pagerbarang (Desa Pesarean) terdapat industri rumahan berkembang dan dalam pembuatannya kebanyakan di kerjakan oleh sekelompok orang dan biasa di lakukan oleh pekerja yang masih ada hubungannya dengan satu keluarga yang memiliki keahlian dalam membuat shuttlecock.
29
E. SHUTTLECOCK Shuttlecocks biasa disingkat penyebutannya menjadi „shuttle‟ atau „cocks‟. Dalam pertandingan-pertandingan bulu tangkis biasanya menggunakan jenis shuttlecock yang berbahan dari bulu angsa, dengan berat 4,8-5,6gram (73-85 grain) dan mempunyai 1416 helai bulu. Sedangkan dalam pertandingan pertandingan resmi, baik berskala Nasional maupun Internasinal, pemilihan berat shuttle bulu angsa didasarkan atas suhu ruangan tempat pertandingan itu diselenggarakan. Untuk lapangan dengan suhu relatif tinggi, umumnya digunakan shuttle yang beratnya 4,7-4,9 gram, sedangkan untuk ruangan yang memiliki suhu relatif rentah digunakan shuttle yang beratnya 5,2-5,4 gram (James Poole, 2006:13-14). 1.
SHUTTLECOCKS BULU ANGSA Jenis shuttlecock yang berbahan dasar dari bulu angsajarang diproduksi di industri
rumahan yang ada di Kabupaten Tegal, ini disebabkan karena bahan baku dari bulu angsa susah didapatkan dan mahal. Beberapa impor bahan bulu angsa banyak dihentikan karena salah satunya sejak kasus flu burung. Jadi saat ini Shuttlecocks berbahan dari bulu angsa sangat sedikit dan susah ditemukan.
Gambar 2.2 Shuttlecock Bulu Angsa
30
2.
SHUTTLECOCKS BULU AYAM Shuttlecocks berbahan dari bulu ayam cukup menjadi primadona pada pemain-
pemain bulu tangkis karena banyak dibutuhkan pada berbagai event diluar pertandingan resmi. Bahan baku Shuttlecocks ini diambil dari bulu ayam petelur dan ayam potong. Pembuatan satu buah Shuttlecocks dibutuhkan 16 bulu ayam. Bahan dasar bulu ayam ini mudah didapakan dengan beberapa tingkat kwalitas.
Gambar 2.3 Shuttlecock Bulu Ayam
F. 1.
SARANA DAN PRASARANA
Pengertian sarana dan prasarana Sarana adalah segala sesuatu yang dapat dipakai sebagai alat dalamn mencapai
maksud atau tujuan (Depdikbud, 1990:78). Menurut (Suharno, 1981:3), fasilitas, alat dan perlengkapan latihan diusahakan dapat memadai kebutuhan latihan, agar dapat membantu tercapainya sasaran latihan. Sedangka menurut (Imam Suyudi, 1998:34), sarana dan prasarana belajar merupakan pendukung keberhasilan pembinaan olahraga, yang harus tersedia bagi setiap upaya peningkatan prestasi sebagai tujuan utama pembinaan olahraga. Pentingnya alat dan fasilitas olahraga dalam kegiatan prestasi. Tanpa adanya fasilitas olahraga, pelaksanaan pembinaan olahraga akan mengalami gangguan atau bahkan tidak berkembang. Sarana dan prasarana olahraga adalah suatu bentuk permainan baik di dalam ruangan atau di luar ruangan. Semua lapangan dan bangunan olahraga beserta perlengkapannya
untuk
melaksanakan
program
(http//rosi46nelly.wordpress.com, Aceessed 28/09/2015).
latihan
atau
kegiatan
31
2.
Sarana Olahraga Sarana olahraga terjemahan dari “facilities”, yaitu sesuatu yang dapat digunakan
dan dimanfaatkan dalam pelaksanaan kegiatan olahraga atau pendidikan jasmani. Sarana olahraga dapat dibedakan menjadi dua kelompok yaitu: a.
Peralatan (apparatur), ialah sesuatu yang digunakan, contoh: peti loncat, palang sejajar, dan lain-lain.
b.
Perlengkapan (device), yaitu Sesuatu yang melengkapi kebutuhan prasarana misalnya: net, bendera untuk tenda, garis batas dan lain-lain Sesuatu yang dapat dimainkan atau dimanipulasi dengan tangan atau kaki, misalnya: bola, raket pemukul dan lain-lain. Seperti halnya prasarana olahraga, sarana yang dipakai dalam kegiatan olahraga pada masing-masing cabang olahraga tersebut dipakai sebagai materi kegiatan (Soepartono, 2000: 6).
3.
Prasarana Olahraga Prasarana berarti segala sesuatu yang merupakan penunjang terselenggaranya
suatu proses (usaha atau pembangunan). Dalam olahraga prasarana didefinisikan sebagai sesuatu yang mempermudah atau memperlancar tugas dan memiliki sifat yang relatif permanen (Soepartono, 2000: 5). Berdasarkan definisi dapat disebutkan beberapa contoh prasarana olahraga ialah: lapangan bola basket, lapangan tenis, gedung olahraga (hall), stadion olahraga, stadion atletik dan lain-lain. Gedung olahraga merupakan prasarana berfungsi serba guna yang secara berganti-ganti dapat digunakan untuk pertandingan beberapa cabang olahraga. gedung olahraga dapat digunakan sebagai prasarana pertandingan bola voli, pertandingan bulutangkis dan lain-lain. Pengertian prasarana sebenarnya bukan hanya terbatas pada hal-hal terkait dengan arena kegiatan olahraga saja. Tetapi segala sesuatu di luar arena ikut memperlancar jalannya aktivitas olahraga juga disebut prasarana. 4.
Sarana Dan Prasarana Terhadap Prestasi Setiap cabang olahraga prestasi yang maksimal merupakan tujuan utama yang
harus dicapai oleh setiap klub atau atlet. Kenyataan menunjukkan bahwa prestasi yang dicapai oleh atlet akan mengharumkan nama atlet itu sendiri serta klub dan juga pelatih yang menanganinya. Pengertian prestasi olahraga itu sendiri merupakan puncak
32
penampilan atlet yang dicapai dalam suatu pertandingan atau perlombaan, setelah melalui berbagai macam latihan maupun uji coba. Kompetisi tersebut biasanya dilakukan secara periodik dan dalam waktu tertentu. Prestasi tinggi dalam suatu cabang olahraga, membutuhkan prasyarat berupa karakteristik yang sesuai dengan tuntutan cabang olahraga yang bersangkutan. Setiap cabang olahraga memiliki sifat yang spesifik, dan karena itu pula pembinaan olahraga merupakan bantuan secara sengaja dan sistematik untuk memenuhi tuntutan tersebut agar dapat dicapai prestasi yang lebih tinggi. Secara umum dapat diklasifikasi 3 faktor utama yang mempengaruhi pencapaian prestasi. Pertama, faktor yang melekat pada diri atlet seperti karakteristik fisik dan sifatsifat psikologis tertentu. Kedua, faktor lingkungan sekitar atlet. Ketiga, faktor mutu pelatihan. Ketiga faktor itu berinteraksi sebagai sebuah sinergi sehingga terbentuk efisiensi teknis dan kemampuan psikologis. Membangun prestasi atlet memang tidak mudah, semua unsur pembinaan dan faktor pendukung harus saling melengkapi. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi dalam olahraga prestasi yaitu, kemenangan dan pemecahan rekor adalah tujuan yang diharapkan oleh semua atlet. Untuk mencapai tujuan itu, seorang atlet harus mengandalkan kemampuan fisik dan keterampilannya, baik secara individu maupun tim. Kemampuan fisik yang prima dan keterampilan yang tinggi hanya dapat diperoleh dengan melakukan latihan. Menurut Lenk yang dikutip oleh (Lutan, 2000:14) dikatakan bahwa, “Dorongan berprestasi atau mencapai hasil yang lebih baik merupakan ciri hakiki pada manusia. Karena itulah, manusia dapat bertahan dan terus kian maju melalui proses aktif dalam membentuk dirinya dan dunia sekitarnya.” Dengan demikian, maka dalam pencapaian suatu prestasi, potensi diri dan pengembangan diri dalam suatu aktivitas tertentu merupakan faktor-faktor yang menentukan tingkat pencapaian suatu prestasi. Tentang hal ini, Lutan menjelaskan sebagai berikut: Faktor-faktor yang mempengaruhi pencapaian prestasi digolongkan menjadi dua katagori yaitu: 1) Faktor endogen dan, 2) Faktor eksogen. Yang dimaksud faktor endogen ialah atribut atau ciri-ciri yang melekat pada aspek fisik dan psikis seseorang, sementara faktor eksogen diartikan semua faktor di luar diri individu baik yang terdapat di lingkungan tempat berlatih maupun di lingkungan yang lebih umum. Proses pembinaan atlet dalam suatu cabang olahraga perlu memperhatikan kondisi dari faktor endogen dan eksogen atlet. Seperti dikemukakan di atas bahwa faktor
33
eksogen adalah semua hal di luar diri individu, maka bagi seorang atlet faktor eksogen ini dapat berupa latihan-latihan, sarana dan prasarana latihan, keadaan lingkungan, penghargaan dan lain sebagainya. Dalam proses pembinaan atlet hendaknya fungsi faktor eksogen harus benar-benar optimal, artinya kondisi dari pelatihan yang ada dapat memberikan kontribusi yang positif dan menunjang terhadap pencapaian tujuan. Latihan merupakan salah satu faktor eksogen yang berpengaruh langsung terhadap prestasi yang dicapai oleh atlet, karena itu latihan-latihan yang dilakukan harus mencakup segala aspek yang dibutuhkan oleh tuntutan dari olahraganya. Pengoptimalan fungsi faktor eksogen dalam pengembangan faktor endogen atlet adalah hal utama bagi usaha peningkatan dan pencapaian suatu prestasi. Faktor eksogen lainnya yang memberikan pengaruh secara langsung kepada atlet adalah sarana dan prasarana yang ada, dalam hal ini adanya dukungan industri rumahan shuttlecock terhadap prestasi bulu tangkis di Kabupaten Tegal.
Keadaan saran dan prasarana dan peralatan olahraga
Keadaan psikologis atlet rasa aman percaya diri motivasi disipilin
Fisik atlet
Sistem pembinaan
Prestasi tinggi
Faktor pelatih
Rutinitas latihan
Keterampilan teknik dan skill atlet
Gambar 2.5 Faktor Peningkatan Prestasi
34
G. FASILITAS OLAHRAGA Fasilitas olahraga ialah semua prasarana olahraga yang meliputi semua lapangan atau bangunan olahraga beserta perlengkapnnya untuk melaksanakan program kegiatan olahraga.berdasarkan batasan diatas, istilah fasilitas olahraga sudah mencakup pengertian sarana dan prasarana perlengkapan.Dalam pembicaraan sehari-hari istilah fasilitas olahraga ini sudah populer, sehingga tidak ada kesulitan jika pada pembicaraan selanjutnya istilah ini kadang-kadang digunakan (Soepartono, 2000: 6).
H. PENELITIAN YANG RELEVAN Penelitian
yang
berkaitan
dengan
keberadaan
industri
rumahan
untuk
meningkatkan prestasi olahraga. hasil penelitian Abdian Asgi Sukmana menyatakan bahwa eksistansi keberadaan industri rumahan (home Industri) bola sepaktakraw dan perkembangan klub-klub olahraga sepaktakraw di Kabupaten Trenggalek. Hasil penelitian ini disimpulkan bahwa, 1) Keberadaan industri rumahan di desa Wonoanti, Kecamatan Gandusari, Kabupaten Trenggalek masih ada dengan data survay dilapangan pada tahun 2010 terdapat 25 orang pengrajin yang masih aktif sampai sekarang, 2) Perkembangan klub-klub bulutangkis yang ada di Kabupaten Trenggalek menggalami penurunan dari 197 sampai dengan sekarang, dengan jumlah klub yang terdata 1979 sebayak 67 klub, pada tahun 1985 terdapat 58 klub, pada tahun 1999 terdapat 45 klub, pada tahun 1996 terdapat 32 klub, pada tahun 2000 terdapat 30 klub, pada tahun 2005 terdapat 28 klub yang masih aktif, pada tahun 2010 terdapat 30 klub sedikit ada peningkatan 2 klub yang berdiri, dan pada 2012 turun menjadi 27 klub yang masih aktif melakukan latihan, 3) Adanya industri rumahan bola sepaktakraw di desa Wonoanti, Kecamatan Gandusari.
I. KERANGKA BERFIKIR Kabupaten Tegal terkenal dengan berbagai industri rumahan, salah satunya adalah industri rumahan shuttlecock. Di Kabupaten Tegal terdapat tiga kecamatan yang menjadi sentra pembuatan shuttlecocok, yaitu Kecamatan Dukuhturi (Desa Lawatan dan Desa Kepandean), Kecamatan Talang (Desa Dukuhmalang dan Tegalwangi), dan Kecamatan Pagerbarang (Desa Pesarean). Industri rumahan yang ada di Kabupaten Tegal memiliki berbagai macam produk shuttlecock.
35
Berdasarkan tinjauan pustaka yang telah dikemukakan diatas, dapat dirumuskan kerangka pemikiran sebagai berikut: 1.
Pembangunan dan perkembangan industri mengakibatkan terjadi perubahanperubahan di berbagai aspek sosial ekonomi masyarakat, perubahan tersebut meliputi: Perubahan mata pencaharian yaitu sebelum bekerja pada industri bermata pencaharian di sektor pertanian setelah adanya industri masyarakat beralih ke sektor industri dan jasa. Perubahan jumlah kesempatan kerja yaitu setelah berkembangnya industri maka peluang kesempatan kerja semakin luas. Perubahan tingkat pendapatan yaitu adanya perubahan pendapatan masyarakat setelah berkembangnya industri. Perubahan jumlah sarana dan prasarana. Animo masyarakat terhapat industri rumahan sangat besar, masyarakat berharap
bahwa industri rumahan shuttlecock dapat maju pesat dan berkembang dengan baik. Adanya industri olahraga tersebut masyarakat sekitar memiliki keinginan untuk bermain bulutangkis. Olahraga bulutangkis merupakan rutinitas bagi masyarakat sekitar. Akan tetapi masyarakat sekitar tidak memiliki keinginan untuk berprestasi atau mendapatkan prestasi puncaknya pada cabang olahraga bulutangkis melainkan masyarakat lebih fokus pada industri olahraga. Masyarakat di Kabupaten Tegal sangat mendukung program pemerintah yaitu dengan menjadikan industri rumahan sebagai kampung wisata industri. Kampung wisata yang berlatar belakang pada sentra kerajinan saat ini terus digalakkan. Melalui pengembangan konsep kampung wisata industri akan mengangkat produksi industri lokal yang dihasilkan. Apabila produk tersebut telah dikenal oleh masyarakat luas, secara otomatis daerah penghasil produk tertentu ikut terangkat pula. Konsep wisata kampung industri itu juga akan mampu menambah Pendapatan Asli Daerah (PAD), baik sektor pembuatan barang atau pariwisata. Di Kabupaten Tegal, khususnya di Kecamatan Dukuhturi, desa Lawatan merupakan salah satu sentra penghasil shuttlecock terbesar di Kabupaten Tegal. Produk shuttlecock yang dihasilkan telah tersebar di berbagai wilayah di Indonesiaterutama Sumatera, Jawa, Kalimantan dan lain sebagainya dengan berbagai tingkat kualitas.
36
Dengan potensi yang dimiliki desa tersebut, pengelola
dan pengembangan sentra
tersebut masih dapat dimaksimalkan. Muhamad Sumitro Daut mengatakan bahwa jenis produk terkenal yang dihasilkan di Lawatan adalah shuttlecock. “Dari industri tersebut mampu menyerap tenaga kerja hingga ribuan orang sehingga mampu menjadi penopang ekonomi masyarakat”. Kampung tersebut selama ini secara alamiah menjadi sentra pembuatan kerajinan shuttlecock. “Apabila potensi yang ada dikelola dengan baik, otomatis desa itu lebih maju lagi. Produk hasil kerajinan tangan dengan bahan dasar bulu unggas khas lawatan telah menyebar keseluruh wilayah Indonesia. Dengan kondisi sekarang ini Desa Lawatan dapat dikembangkan menjadi salah satu kampung wisata industri yang berbasis pembuatan shuttlecock. Jumlah perusahaan besar ada sekiatar 10, untuk tinggkat menengah ada sekitar 50 rumah produksi, kelas kecil mencapai 50 rumah produksi. Perbedaan kelas tersebut berdasarkan jumlah produksinya per bulan. Pengusaha besar dalam satu bulan bisa menyelesaikan 8.000 slop, kelas menengah ratarata mampu memproduksi 1.500 slop sampai 2.500 slop per bulan, sedangkan pengusaha kecil hanya mampu memproduksi sekitar 500 slop per bulan. Dengan melihat potensi yang ada, sebenarnya Lawatan bisa dijadikan sebagai kampung wisata industri, sehingga bisa memberi nilai tambah bagi masyarakat sekaligus mengangkat nama Kabupaten Tegal. 2.
Industri rumahan shuttlecock yang ada di Kabupaten Tegala khususnya Kecamatan Dukuhturi (Desa Lawatan, Desa Kepandean), Kecamatan Talang (Desa Dukuhmalang dan Tegalwangi), Kecamatan Pagerbarang (Desa Pesarean) memberikan sponsor dalam setiap kompetisi yang diadakan baik di Kabupaten Tegal dan luar Kabupaten Tegal. Sponsor diberikan dalam bentuk shuttlecock, kaos panitian, uang dan peralatan yang dibutuhkan.
3.
Industri rumahan di Kabupaten Tegal mengadakan kompetisi setiap tahunnya. Seperti Larissa Cup II yang direncanakan pada tanggal 27 April 2016. Adanya kompetisi yang diadakan pada setiap industri rumahan shuttlecock diharapkan dapat meningkatkan industri rumahan tersebut dan menyalurkan bakat anak-anak, pemuda pemudi di Kabupaten Tegal.
37
Industri Rumahan Shuttlecock
SARANA
DANA
bulutangkis 2.Prestasi 1 Kerangka konsep Gambar 2.6 Kerangka berfikir
KOMPETISI