A. Mata Kuliah Nursing Theorist B. Capaian Pembelajaran Praktikum Setelah menyelesaikan pembelajaran ini mahasiswa mampu: 1. Menganalisis komunikasi terapeutik dan helping relationship dalamkonteks hubungan perawat-pasien 2. Melakukan simulasi helping relationship dalam membantu memecahkan masalah yang sedang dihadapi pasien C. Referensi 1. Kozier. Erb. Berman. Snyder. 2010. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, & Praktik. Edisi 7. Vol. 1. Jakarta: EGC. 2. Varcarolis, E.M., Halter, M.J. 2010. Foundation of Psychiatric Mental Health Nursing: A Clinical Approach. Edisi 6.St. Louis: Saunders Elsevier. 3. Sheldon, L.K. 2010. Komunikasi untuk Keperawatan: Berbicara dengan pasien. Edisi 2. Jakarta: Penerbit Erlangga.
MODUL | Praktikum Nursing Theorist
9
D. Dasar Teori 1. Komunikasi terapeutik Komunikasi terapeutik meningkatkan pemahaman dan dapat membantu membina hubungan yang konstrktif antara perawat dan pasien. Hubungan terapeutik diarahkan pada pasien dan tujuan yang ada. Perawat perlu merespon tidak hanya isi pesan verbal pasien, tetapi juga perasaan yang diekspresikan. Isi dari komunikasi pasien adalah kata-kata atau pemikiran yang berbeda dari perasaan. Terkadang pasien perlu waktu untuk mengatasi perasaannya. Emosi yang kuat menyebabkan pasien mengalami kelelahan. Manusia harus mengatasi berbagai perasaan yang ada sebelum mampu menghadapi masalah yang lain. Sebagian orang memerlukan beberapa jam, hari, atau bahkan minggu sebelum mereka siap memulai tugastugas yang lain. Beberapa orang hanya perlu waktu untuk sendiri sedangkan yang lain memerlukan orang lain untuk mendengarkan, membutuhkan bantuan untuk mengidentifikasi dan menyatakan perasaannya, dan ada yang memerlukan bantuan untuk membuat keputusan tentang tindakan selanjutnya. Hubungan
perawat-pasien
disebut
juga
sebagai
hubungan
interpersonal, hubungan terapeutik ataupun hubungan saling membantu (helping relationship). Dalam mata ajar ini, istilah yang digunakan yaitu helping relationship. Membantu merupakan proses yang memfasilitasi pertumbuhan untuk mencapai dua tujuan dasar (Egan, 1998 dalam Kozier, 2010). Tujuan pertama yaitu membantu pasien mengatasi berbagai masalah yang dihadapi dalam hidup dengan lebih efektif dan mengembangkan peluang yang tidak atau kurang digunakan secara lebih utuh. Tujuan kedua yaitu membantu pasien menjadi lebih baik dalam menolong diri sendiri pada kehidupan mereka sehari-hari. a. Mendengar aktif
MODUL | Praktikum Nursing Theorist
10
Mendengar aktif adalah mendengarkan secara aktif menggunakan semua indra. Mendengar aktif merupakan sebuah proses aktif yang memerlukan energi dan konsentrasi. Tehnik ini meliputi tindakan menyimak pesan, baik verbal maupun non verbal secara keseluruhan dan memperhatikan apakah komunikasi tersebut kongruen. Mendengar aktif berarti menyerap isi pesan berikut perasaan yang disampaikan individu tanpa terkecuali. Pendengar tidak meilih atau mendengarkan hal ingin didengar saja, perawat berfokus pada kebutuhan pasienm bukan pada kebutuhannya sendiri. Mendengar aktif menunjukkan sikap caring dan minat, sehingga mendukung pasien untuk berbicara. Mendengar aktif meliputi tindakan mendengarkan untuk menemukan tema kunci dalam komunikasi yang dilakukan. Perawat harus berhati-hati agar tidak bereaksi terlalu cepat terhadap pesan yang disampaikan. Pembicara tidak boleh diganggu dan perawat (pemberi respon) harus berpikir sejenak tentang pesan yang disampaikan sebelum memberi respon. Sebagai pendengar perawat harus mengajukan sejumlah pertanyaan, baik untuk memperoleh informasi tambahan atau untuk mengklarifikasi. Perawat harus waspada dengan pendapat mereka sendiri. Sebuah pesan mencerminkan nilai atau keakinan yang berbeda tidak boleh didiskreditkan karena alasan tersebut. Pasien harus menentukan waktu kapan percakapan perlu diselesaikan. Saat perawat menutup percakapan, pasien dapat mengira bahwa perawat menganggap pesannya tidak penting. Mendengar aktif merupakan keterampilan tingkat tinggi namun dapat dipelajari
dengan
latihan.
Seorang
perawat
dapat
menyampaikan
keaktifannya dalam mendengarkan pasien melalui banyak cara. Respon yang paling umum adalah menganggukkan kepala, mengatakan “ya” atau “mm”, mengulang kata yang yang diucapkan pasien, atau mengatakan “Saya mengerti maksud Anda”. Setiap perawat memiliki cara-cara yang khusus
MODUL | Praktikum Nursing Theorist
11
dalam berespon, dan juga harus berhati-hati agar tidak terdengar berpurapura atau tidak tulus. b. Kehadiran fisik Egan (1998 dalam Kozier, 2010) menguraikan lima cara khusus untuk menunjukkan kehadiran secara fisik. Kehadiran secara fisik didefinisikan sikap hadir untuk orang lain atau sikap bersama orang lain. Menyimak merupakan apa yang individu lakukan saat hadir. Tindakan yang menunjukkan kehadiran secara fisik diuraikan berikut ini. 1) Ambil posisi berhadapan dengan pasien. Posisi ini mengatakan,”Saya hadir untuk Anda.” Menggeser posisi ke samping akan mengurangi tingkat keterlibatan. 2) Perlihatkan sikap terbuka. Posisi non defensif salah satunya ditunjukkan dengan tidak melipat tangan atau kaki. Posisi ini menyatakan bahwa perawat mendukung jalannya komunikasi dan keterbukaan terhadap lawan bicara. 3) Condongkan tubuh ke arah pasien. Umumnya individu akan bergerak ke depan secara alamiah saat mereka ingin mengatakan atau mendengarkan sesuatu, misalnya berjalan ke depan kelas, menarik kursi ke dekat teman, atau mencondongkan tubuh ke seberang meja dengan menumpukkan lengan bawah ke depan. Perawat mencongdongkan tubuh ke depan, lebih dekat ke pasien. 4) Pertahankan kontak mata yang baik. Kontak mata dua arah terutama pada level yang sejajar, menunjukkan penghargaan terhadap orang lain dan kesunggulan untuk melanjutkan komunikasi. Kontak mata tidak dengan membelalakkan mata atau menatap ke bawah orang lain merupakan hal yang wajar.
MODUL | Praktikum Nursing Theorist
12
5) Bersikap relaks. Relaksasi total mungkin akan sulit dicapai jika perawat mendengarkan dengan tegang, tetapi perawat dapat menunjukkan sikap relaks dengan tidak terburu-buru saat berespon yang memungkinkan jeda saat dibutuhkan menyeimbangkan periode ketegangan dengan relaksasi dan menggunakan gestur yang wajar. Lima faktor yang menunjukkan kehadiran harus disesuaikan dengan kebutuhan setiap pasien dalam waktu tertentu. Misalnya, mencondongkan tubuh tidak tepat dilakukan di awal interaksi. Tindakan ini dapat dilakukan sampai hubungan terapeutik perawat-pasien terbina. c. Hambatan komunikasi Perawat harus mengenali berbagai kendala atau respon non terapeutik
terhadap
komunikasi
efektif.
Kegagalan
mendengarkan,
ketidaksesuaian dalam melakukan dekode terhadap pesan yang disampaikan oleh pasien, dan menempatkan kebutuhan perawat di atas kebutuhan pasien adalah beberapa kendala utama dalam komunikasi. 2. Helping Relationship Helping relationship dapat terjalin setelah merawat pasien selama beberapa minggu atau beberapa menit. Kunci untuk mencapai hubungan tersebut adalah tumbuhnya rasa percaya dan penerimaan antara perawat dan pasien serta keyakinan yang mendasari bahwa perawat peduli dan ingin membantu pasien. Helping relationship dipengaruhi oleh berbagai karakteristik personal dan profesional perawat dan pasien. Usia, jenis kelamin, penampilan, diagnosis, pendidikan, nilai-nilai, latar belakang etnik dan budaya, kepribadian, harapan, dan tempat dapat mempengaruhi perkembangan helping relationship perawat-pasien.
MODUL | Praktikum Nursing Theorist
13
Fase helping relationship terdiri dari empat fase berurutan yang masing-masing ditandai dengan tugas-tugas dan keterampilan yang dapat diidentifikasi. Hubungan tersebut harus melewati seluruh tahap dengan baik, karena masing-masing fase merupakan landasan untuk fase berikutnya. Perawat
dapat
mengidentifikasi
perkembangan
hubungan
dengan
memahami fase prainteraksi, fase perkenalan, fase kerja, dan fase terminasi. a. Fase prainteraksi Fase prainteraksi serupa dengan tahap perencanaan sebelum melakukan wawancara. Perawat memiliki informasi tentang pasien sebelum bertatap muka untuk pertama kali. Informasi meliputi nama, alamat, usia, riwayat medis, dan/atau riwayat sosial pasien. Perencanaan untuk kunjungan pertama dapat menimbulkan perasaan cemas pada diri perawat. Jika perawat menyadari perasaan tersebut dan mengidentifikasi informasi yang spesifik untuk dibahas, akan diperoleh hasil yang positif. b. Fase orientasi Fase orientasi disebut juga sebagai fase perkenalan yang penting dalam mengatur keseluruhan sifat hubungan. Selama pertemuan awal, klien dan perawat mengamati dengan cermat dan membuat penilaian tentang perilaku mereka satu sama lain. Tiga tahap yang terdapat dalam fase perkenalan adalah membuka hubungan, mengklarifikasi masalah, dan membuat serta memformulasi kontrrak (Brammer, 1988 dalam Kozier 2010). Tugas penting lain di dalam fase perkenalan meliputi mengenal satu sama lain dan membina saling percaya. c. Fase kerja Selama fase kerja, perawat dan klien mulai memandang satu sama lain sebagai individu yang unik. Mereka mulai menghargai keunikan tersebut dan
MODUL | Praktikum Nursing Theorist
14
saling peduli. Sikap caring menunjukkan kepedulian yang dalam dan tulus terhadap kesejahteraan orang lain. Saat sikap caring tumbuh, kemungkinan munculnya sikap empati juga semakin besar. d. Fase terminasi Fase terminasi dalam hubungan terapeutik biasanya sulit dan diliputi kebimbangan. Akan tetapi, jika fase sebelumnya berjalan secara efektif, klien umumnya memiliki pandangan yang positif serta merasa mampu untuk mengatasi masalah secara mandiri. Di sisi lain karena perasaan caring telah tumbuh, sangat wajar jika muncul perasaan kehilangan, dan setiap individu perlu mengembangkan cara untuk mengucapkan selamat tinggal. Di semua tatanan praktik, perawat membina beberapa jenis helping relationship yang mencakup penetapan tujuan bersama pasien, atau jika pasien tidak dapat berpartisipasi, dengan orang yang mendukung pasien. Berikut ini langkah-langkah dalam membina helping relationship. a. Mendengar aktif b. Membantu mengidentifikasi apa yang dirasakan oleh pasien. c. Tempatkan diri dalam posisi pasien (empati). d. Bersikap jujur e. Bersikap tulus dan dapat dipercaya f. Gunakan keterampilan perawat. g. Waspada terhadap perbedaan budaya yang dapat mempengaruhi makna dan pemahaman. h. Jaga kerahasiaan pasien. i.
Sadari peran dan keterbatasan perawat.
MODUL | Praktikum Nursing Theorist
15
E. Praktikum 1. Bentuk kelompok terdiri dari 3 orang, masing-masing berperan sebagai pasien, perawat, dan pengamat. Masing-masing tugas dijelaskan berikut ini. a. Perawat: menciptakan hubungan b. Pasien: berperan dalam skenario c. Pengamat: memberikan umpan balik mengenai penciptaan hubungan perawat pasien serta komunikasi verbal dan nonverbal. 2. Lakukan bermain peran pada tiga skenario berikut. a. Pasien: ibu tunggal berusia 20 tahun yang membawa bayinya yang berusia 2 bulan untuk menjalankan serangkaian imunisasi. Perawat bekerja penuhwaktu di poli spesialis anak tetapi tidak selalu dengan dokter spesialis yang sama. b. Pasien: pria berusia 38 tahun datang ke poli rawat jalan untuk menjalani artroskopi. Perawat akan berada bersama pasien sebelum dan setelah operasi. c. Pasien: perempuan berusia 28 tahun, hamil pertama kali, tiba di ruang bersalin pada tahap awal persalinan. Perawat akan bersama pasien selama shift ini dan besok pada shift sore.
MODUL | Praktikum Nursing Theorist
16