1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Instalasi farmasi rumah sakit adalah bagian yang tidak terpisahkan dari sistem pelayanan kesehatan rumah sakit, merupakan suatu unit atau bagian yang menyelenggarakan
pelayanan
kefarmasian
yang
mencakup
perencanaan;
pengadaan; produksi; penyimpanan perbekalan kesehatan/sediaan farmasi; dispensing obat berdasarkan resep bagi penderita rawat inap dan rawat jalan; pengendalian mutu; pengendalian distribusi dan penggunaan seluruh perbekalan kesehatan di rumah sakit serta pelayanan farmasi klinik umum dan spesialis. Pelayanan farmasi mencakup pelayanan langsung pada penderita dan pelayanan klinik yang merupakan program rumah sakit secara keseluruhan (Siregar & Amalia, 2003). Pelayanan farmasi mempunyai arti yang sangat penting di rumah sakit karena merupakan pelayanan penunjang yang menjadi cost centre dan diharapkan dapat menjadi revenue centre bagi rumah sakit. Penyediaan obat-obatan yang merupakan bagian dari pelayanan farmasi rumah sakit membutuhkan perhatian khusus agar dapat dikelola dengan baik karena obat-obatan adalah salah satu hasil dari tekhnologi kesehatan yang paling sering digunakan baik untuk pencegahan maupun pengobatan penyakit (WHO, 2011; Stephens, 2011). Obat bisa dikatakan merupakan pusat dari segala intervensi pelayanan kesehatan, khususnya di rumah sakit karena sekitar 97% pasien yang ke rumah sakit menggunakan obat-obatan (Stephens, 2011; Tetteh, 2007). Obat merupakan salah satu komponen yang menyerap biaya terbesar dari anggaran kesehatan, yaitu lebih dari 15,2% dari total anggaran kesehatan dunia pada tahun 2000 (WHO, 2011). Menurut Khurana, et al., (2011) dan Mahatme, et al., (2012) sekitar 35% dari anggaran belanja rutin rumah sakit dihabiskan untuk pembelian perbekalan farmasi termasuk di dalamnya adalah obat-obatan. Data penelitian di Thailand yang dilakukan oleh Laeiddee (2010), didapatkan bahwa biaya instalasi farmasi adalah sebesar 25% sampai 27% dari total biaya 1
2
pengeluaran rumah sakit. Di negara-negara berkembang seperti Indonesia belanja obat menyerap 40-50% biaya keseluruhan rumah sakit atau dapat dikatakan merupakan komponen terbesar dari pengeluaran rumah sakit (Depkes RI dan JICA, 2008). Di Amerika dan di negara-negara maju, pembiayaan belanja obat mencapai 10-20% dari total anggaran kesehatan (WHO, 2011). Di Inggris dalam tahun 2009, National Health Service (NHS) menghabiskan dana 12,3 Billion £ atau sekitar 187 Trilyun Rupiah untuk belanja obat-obatan (Stephens, 2011). Peningkatan biaya obat di rumah sakit di Iowa adalah sebesar 3% rata-rata per tahunnya dan bahkan di rumah sakit tersebut biaya obat onkologi meningkat 6% pada tahun 2012 (Bates & Richards, 2013). Dari data di atas dapat dilihat betapa besarnya anggaran yang harus dikeluarkan untuk pembiayaan perbekalan farmasi khususnya obat-obatan. Namun, sesungguhnya selain sebagai pelayanan penunjang yang merupakan cost centre bagi rumah sakit, pelayanan farmasi sebenarnya juga merupakan salah satu revenue centre karena lebih dari 90% pelayanan kesehatan di rumah sakit menggunakan perbekalan farmasi dan 50% dari seluruh pendapatan rumah sakit berasal dari Farmasi, dan oleh karenanya jika perbekalan farmasi ini tidak dikelola secara tepat dapat diprediksi akan menyebabkan penurunan pada pendapatan rumah sakit (Suciati & Adisasmito, 2006; Khurana, et al., 2011). Pengelolaan perbekalan farmasi haruslah menjadi perhatian khusus bagi pihak manajemen rumah sakit untuk dapat dikelola secara baik dan benar. Pentingnya pengelolaan perbekalan farmasi yang baik juga disadari betul oleh pihak manajemen RSUD Kabupaten Temanggung, karena sebagai rumah sakit yang didirikan sejak tahun 1907 yang merupakan milik dari pemerintah kabupaten Temanggung, rumah sakit ini diharapkan mampu menjalankan perannya untuk menjamin kelangsungan dan mutu pelayanan kesehatan bagi seluruh masyarakat Temanggung. Rumah Sakit yang memiliki visi “Bersatu untuk maju dan sejahtera dalam bidang pelayanan dan pendidikan kesehatan” ini merupakan pusat rujukan di wilayah kabupaten Temanggung, dan memiliki poliklinik lengkap untuk pasien dari bayi sampai lansia.
3
Dari segi manajemen dan pengelolaan, RSUD Kabupaten Temanggung telah memiliki kemampuan yang cukup tinggi karena terbukti pada tahun 2011 rumah sakit ini telah memperoleh akreditasi penuh pada 16 jenis pelayanan. Pada 1 Januari 2012, RSUD Kabupaten Temanggung menerapkan Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah (PPK-BLUD), dan perubahan dalam era asuransi kesehatan BPJS yang sudah mulai berjalan pada tahun 2014 ini, perubahan ini tentu saja menuntut pihak rumah sakit untuk lebih responsif dan agresif dalam menghadapi tuntutan masyarakat dengan cara melaksanakan prinsip-prinsip ekonomi yang efektif dan efisien, namun tidak meninggalkan jati dirinya dalam mengemban misi sosial dalam memenuhi kebutuhan masyarakat. RSUD Kabupaten Temanggung merupakan rumah sakit tipe C dengan jumlah tempat tidur sebanyak 203 tempat tidur. Perkembangan kunjungan terhadap pelayanan yang dilakukan di RSUD Kabupaten Temanggung selama 5 tahun terakhir, dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 1. Jumlah kunjungan RSUD kabupaten Temanggung Tahun 2008-2012 Segmen Pasar
Jumlah Kunjungan 2008
2009
2010
2011
2012
IGD
8095
9630
11398
8029
14140
Rawat Inap Rawat Jalan Total
9205
10384
10897
10897
13620
66853
66525
67010
72803
75993
84153
86539
89305
92928
103753
Sumber: RSUD Kabupaten Temanggung Tahun 2012
Data di atas menunjukkan bahwa terjadi peningkatan yang cukup berarti dalam jumlah kunjungan sepanjang tahun 2010-2012 di RSUD Kabupaten Temanggung. Hal ini tentu saja perlu disikapi dengan memberikan pelayanan yang efektif dan efisien termasuk juga di pelayanan farmasi, karena dengan angka kunjungan yang tinggi tentu saja akan menimbulkan cost yang cukup tinggi dalam belanja obat,
4
namun jika dikelola secara benar akan memberikan revenue yang memberikan dampak cukup berarti bagi kelangsungan pelayanan di RSUD Kabupaten Temanggung. Pelayanan yang diberikan oleh Instalasi Farmasi RSUD Kabupaten Temanggung meliputi : 1. Peracikan dan pendistribusian obat 2. Informasi dan pelayanan obat 3. Penyimpanan obat 4. Formularium Obat RS 5. Pelayanan One day dose (ODD) 6. Visite pasien 7. Konseling pasien. Instalasi Farmasi RSUD (IFRSUD) Kabupaten Temanggung sampai tahun 2014 ini memiliki tenaga sebanyak 22 orang dengan latar belakang pendidikan sebagai berikut: -
Apoteker: 4 orang
-
Asisten apoteker: 13 orang
-
SMK/sederajat SMA: 5 orang Berdasarkan Standar Prosedur Operasional (SPO) RSUD Kabupaten
Temanggung tentang Perencanaan Perbekalan Farmasi Tahun 2013 dalam kebijakannya disebutkan bahwa agar pelayanan kesehatan di RSUD Kabupaten Temanggung terjangkau seluruh lapisan masyarakat, diutamakan penggunaan obat generik di samping obat paten yang sudah dipilih secara seksama mengingat mutu dan harganya; perencanaan untuk obat Farmasi dilakukan untuk 1 tahun anggaran dengan pelaksanaan pengadaan tiap bulan agar penggunaan biaya lebih efisien; perencanaan dibuat berdasarkan dengan metode konsumtif, ABC dan VEN menyesuaikan anggaran belanja dan sisa stok. Isi kebijakan SPO ini menurut Kepala IFRSUD kabupaten Temanggung sama dengan yang tertuang pada SPO tahun 2010-2012. Pada kenyataannya pihak IFRSUD kabupaten Temanggung sendiri mengakui bahwa mereka belum pernah melakukan perhitungan perencanaan dengan menggunakan metode ABC dan VEN.
5
Prosedur
perencanaan
perbekalan
farmasi
di
RSUD
Kabupaten
Temanggung sebagaimana tertuang dalam SPO Intalasi Farmasi rumah sakit dapat digambarkan dalam alur pada gambar 4.
Sumber: SPO IFRSUD Kabupaten Temanggung Gambar 1. Alur Proses Perencanaan Perbekalan Farmasi di IFRSUD Kabupaten Temanggung Usulan perencanaan perbekalan farmasi dilakukan oleh Instalasi farmasi, Instalasi Radiologi dan gudang farmasi dengan melihat laporan pemakaian bulanan yang kemudian diusulkan ke Kepala Instalasi Farmasi. Kepala Instalasi Farmasi melakukan analisa kebutuhan kemudian mengajukan hasilnya ke Pejabat Pengadaan, Pejabat Pembuat Komitmen/Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan, Komite Farmasi dan terapi serta Pengguna Anggaran/Direktur. Setelah disetujui oleh Direktur, proses pengadaan pun dilakukan sesuai instruksi direktur RS. Selama tahun 2012, biaya yang dikeluarkan untuk belanja obat dan alat kesehatan (alkes) dan bahan medis habis pakai (BMHP) di RSUD Kabupaten Temanggung menelan anggaran sekitar 11,1 Milyar Rupiah. Dengan jumlah pelayanan resep perhari yaitu sekitar 235 resep. Pihak Instalasi Farmasi RSUD Kabupaten Temanggung menyadari bahwa dengan biaya obat yang cukup besar sesungguhnya membutuhkan pengelolaan yang tepat. Permasalahan yang sering terjadi di RSUD Kabupaten Temanggung, menurut informasi dari pihak farmasi adalah sering terdapat obat yang overstock atau sebaliknya juga tidak jarang terjadi obat yang out of stock. Informasi yang didapat ini tidak didukung oleh data
6
yang akurat karena pihak farmasi mengakui bahwa mereka tidak memiliki arsip data obat yang overstock dan out of stock. Keadaan ini tentu saja menyebabkan terjadinya kehilangan pendapatan karena pasien akan membeli obat-obat yang diresepkan yang tidak tersedia (out of stock) di apotik luar rumah sakit, sementara untuk obat-obat yang overstock akan menyebabkan pengendapan dana. Permasalahan lain yang juga disampaikan oleh pihak Farmasi RSUD kabupaten Temanggung adalah banyaknya permintaan jenis item obat oleh dokter yang melakukan pelayanan, yang sebagian besar merupakan obat branded, yang beberapa di antaranya tidak termasuk dalam formularium padahal dalam Standar Prosedur Operasional (SPO) Farmasi disebutkan bahwa dasar perencanaan obat adalah harus sesuai dengan formularium rumah sakit. Hal ini berakibat pada banyaknya item obat yang ada di rumah sakit ini. Selama ini RSUD Kabupaten Temanggung menggunakan metode konsumsi dalam proses perencanaan jumlah kebutuhan obat. Metode ini merupakan metode standar yang dapat memberikan prediksi keakuratan yang baik terhadap perencanaan obat, namun tidak selalu dapat memberikan hasil yang memuaskan karena metode ini tidak dapat memberikan informasi tentang perencanaan obat berdasarkan prioritas nilai investasinya (Quick, 2012). Dengan pengelolaan yang tepat yaitu melalui evaluasi terhadap ketersediaan obat maka instalasi farmasi dapat merencanakan obat yang memang dibutuhkan, disediakan dengan jumlah yang cukup, dengan pemilihan jenis obat yang terjangkau harganya serta dapat mengurangi jumlah obat yang hampir atau tidak dibutuhkan, sehingga hal ini diharapkan dapat menurunkan anggaran belanja obat namun tetap menjamin ketersediaan obat bermutu dengan harga terjangkau yang pada akhirnya dapat meningkatkan mutu pelayanan. Dalam penelitian ini, analisis yang dilakukan terhadap ketersediaan obat adalah dengan menggunakan metode ABC dan VEN di mana hal ini belum pernah dilakukan di RSUD Kabupaten Temanggung, yang hasilnya diharapkan dapat digunakan oleh pihak rumah sakit sebagai dasar perencanaan obat periode berikutnya. Analisis dengan menggunakan metode ABC dan VEN terhadap ketersediaan obat sangat sesuai untuk dilakukan oleh instalasi farmasi karena
7
dapat memberikan penghematan untuk biaya obat dan dapat merencanakan jenis obat yang tepat dan dibutuhkan (Suciati & Adisasmito, 2006; Gupta, et al., 2006; Thawani, et al., 2004).
B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka dirumuskan masalah penelitian ini adalah bagaimana hasil analisis ABC dan VEN terhadap ketersediaan obat di Instalasi Farmasi RSUD Kabupaten Temanggung tahun 2010, 2011 dan 2012?
C. Tujuan Penelitian 1.
Tujuan Umum Tujuan umum dari penelitian ini adalah mendeskripsikan pengelolaan obat di Instalasi Farmasi RSUD Kabupaten Temanggung tahun 2010, 2011 dan 2012 dengan analisis ABC dan VEN .
2.
Tujuan Khusus a. Mendeskripsikan ketersediaan obat di Instalasi Farmasi RSUD Kabupaten Temanggung yang dianalisis dengan metode ABC tahun 2010, 2011 dan 2012. b. Mendeskripsikan ketersediaan obat di Instalasi Farmasi RSUD Kabupaten Temanggung yang dianalisis dengan metode VEN tahun 2010, 2011 dan 2012. c. Mengidentifikasi perbandingan harga obat 10 besar kategori A tahun 2010, 2011 dan 2012 d. Mendeskripsikan analisa VEN dan tingkat ketersediaan terhadap 10 besar kategori A, B dan C tahun 2010, 2011 dan 2012 e. Mengidentifikasi jumlah generik dan branded tahun 2010, 2011 dan 2012 f. Mengidentifikasi kesesuaian item obat dengan formularium RS dan DOEN tahun 2011
8
D. Manfaat Penelitian
1.
Hasil penelitian ini bermanfaat bagi RSUD Kabupaten Temanggung untuk pertimbangan melakukan perencanaan obat periode berikutnya berdasarkan hasil analisis ABC dan VEN terhadap ketersediaan obat periode sebelumnya. Selain itu, penelitian ini juga menjadi masukan bagi pihak manajemen untuk melakukan supervisi dan pemantauan terhadap pola peresepan staf medik dalam hal ini dokter sehingga dalam pelayanannya berupa pemberian obat bagi pasien adalah yang rasional bukan saja hanya menguntungkan secara ekonomis, namun yang juga benar-benar bermanfaat bagi pasien.
2.
Bagi Ilmu Kesehatan Masyarakat khususnya minat Manajemen Rumah Sakit, penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi untuk kepentingan penelitian ataupun pendidikan.
3.
Bagi peneliti, penelitian yang dilakukan menambah pengetahuan dan meningkatkan kemampuan mengidentifikasi permasalahan, menganalisa dan memecahkannya sesuai dengan keilmuan dan metode yang didapatkan selama masa pembelajaran dan penelitian.
9
E.
Keaslian Penelitian
Tabel 2. Keaslian Penelitian Nama
Tujuan
Lokasi
Priyono (2005)
Melakukan analisa terhadap pengelolaan obat, meliputi perencanaan, penyimpanan, distribusi dan penggunaan dan menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi pengelolaan obat dan penyusunan upaya perbaikan pengelolaan obat. Mengetahui proses perencanaan dan pengendalian persediaan obat serta mengetahui dampak metode ABC indeks kritis dan EOQ dalam proses tersebut Mengetahui proses perencanaan obat dan gambaran kebutuhan obat berdasarkan metode ABC di RSUD Yogyakarta tahun 2010
Sudarsono (2011)
Peneliti (2013)
Sari (2009)
Puspasari (2011)
RSAD Gatot Soebroto Jakarta
Rancangan penelitian Studi kasus non eksperimental yang bersifat deskriptif eksploratif
Subyek Penelitian Instalasi Farmasi Rumah Sakit
Pengumpulan data Penelusuran data sekunder, kuesioner dan wawancara mendalam
RS Pertamina Jaya
Studi kasus deskriptif
Sub Unit Apotik
RSUD Kota Yogyakarta
Studi kasus Pengelolaan pendekatan logistik instalasi kualitatif deskriptif farmasi
Mengevaluasi pola penggunaan obat sebelum dan sesudah penerapan BLU serta kepuasan pasien terhadap pelayanan obat di Instalasi Farmasi RSUD Panembahan Senopati Bantul
RSUD Panembahan Senopati Bantul
Deskriptif analitik
Pasien Rawat Jalan
Mendeskripsikan ketersediaan obat dengan menggunakan analisis ABC dan VEN tahun 2010, 2011 dan 2012
RSUD Kabupaten Temanggung
Observasional dengan rancangan Cross sectional
IFRSUD kabupaten Temanggung
Pengamatan dan pengisian kuesioner serta data sekunder Penelusuran dan observasi data sekunder serta wawancara mendalam Observasi dokumen, kuesioner serta wawancara mendalam Observasi dokumen dan analisa data