BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Salah satu tradisi agung di Indonesia adalah tradisi pengajaran agama Islam seperti yang muncul di pesantren, alasan munculnya pesantren ialah untuk mentransmisikan Islam tradisional sebagaimana yang terdapat dalam kitab-kitab klasik yang ditulis berabad-abad yang lalu. Kitab-kitab ini dikenal di Indonesia sebagai “Kitab Kuning”. Ilmu yang bersangkutan di dalamnya dianggap sesuatu yang sudah bulat dan tidak dapat ditambah, hanya bisa diperjelas dan dirumuskan kembali, meskipun terdapat karya-karya baru, namun kadungannya tidak berubah.1 Perubahan wawasan tentang hakekat belajar dan mengajar mendorong pula terjadinya perubahan penggunaan istilah yang berkaitan dengan terminelogi mengajar, perubahan makna tentang hakekat belajar mengajar dilatari oleh perubahan guru dalam proses pembelajaran. Dalam menjalankan peranannya disamping menyampaikan informasi, tugas guru adalah mendiagnosis kesulitan belajar siswa, menyeleksi material belajar dan kegiatan belajar, menstimulasi belajar siswa, memberikan bimbingan belajar, dan menggunakan strategi dan metode.2
1
Martin van Bruinessen, Kitab Kuning dan Tarekat Tradisi-Tradisi Islam di Indonesia,
Cet. Ke- III (Bandung: Mizan, 1999), hlm. 17. 2
Suprihadi Saputro, Strategi Pembelajaran, Cet. Ke-1 (Malang: Laboratorium Teknologi
Pendidikan, 2006), hlm. 1.
1
2
Dalam proses pendidikan di pondok pesantren, kyai berperan sebagai pengajar yang berorientasi kepada pemimpin belajar, Ia harus merencanakan, melakasanakan, mengorganisasi, dan mengawasi proses belajar, Ia harus dapat memilih dan menetapkan strategi belajar mengajar yang tepat agar dapat tercapai maksud dan tujuan pembelajaran yang di inginkan.3 Meskipun materi yang dipelajari terdiri dari teks tertulis, namun penyampaiannya secara lisan oleh para kyai adalah penting, kitab dibacakan keras-keras oleh kyai didepan kelompok santri, sementara para santri yang memegang buku atau kitabnya sendiri memberikan harakat sebagaimana bacaan sang kyai, dan mencatat penjelasannya, baik segi lughawi (bahasa) maupun ma’nawi (makna).4 Lembaga pendidikan di pesantren melaksanakan kegiatan belajar mengajar yakni dengan melalui pembelajaran kitab kuning yang diajarkan oleh kyai kepada santri-santri sebagai cara untuk mencapai kegiatan belajar para santri dan agar dapat mencapai tujuan pendidikan di pondok pesantren, seperti yang ada di pondok pesantren Darul Ishlah Pisang Sari Panjang Wetan yang melakasanakan kegiatan belajar mengajar dengan mengkaji kajian kitab kuning baik di dalam kelas maupun di Musholla atau di Aula yang ada di pondok pesantren tersebut.
3
Mahmud, Pemikiran Pendidikan Islam, Cet. Ke-1 (Bandung: CV PUSTAKA SETIA,
2011 ), hlm. 105. 4
Martin van Bruinessen, op. cit., hlm. 18.
3
Kajian kitab kuning yang dimaksud ialah pelajaran-pelajaran yang ada di pondok pesantren Darul Ishlah Pisang Sari Panjang Wetan yaitu pelajaran Nahwu dan Shorof, pelajaran Fiqih, Hadits, Tafsir dan beberapa pelajaran lainya yang semua itu dipelajari oleh santri-santri. Adapun pelajaranpelajaran yang diajarkan yaitu diantaranya pelajaran fiqih seperti kitab Fathul Qorib, kitab Safinatu Naja kemudian pelajaran tauhid seperti kitab Nurul Dholam, kitab Sulamun Thaufik, pelajaran hadits seperti kitab Bulughul Marom dan kitab-kitab yang lainya yang diajarkan di pondok pesantren Darul Ishlah Pisang Sari Panjang Wetan. Santri-santri di pondok pesantren Darul Ishlah Pisang Sari Panjang Wetan baik itu santri putra maupun santri putri yang mempelajari pelajaranpelajaran di pondok pesantren merupakan suatu kewajiban dan amanah yang harus dilakukan oleh para santri supaya bisa mengetahui dan memahami isi dari kitab-kitab yang sedang dipelajarinya agar dapat dikembangkan untuk diri sendiri dan diamalkan untuk orang lain. Pelajaran-pelajaran yang diajarkan oleh kyai kepada para santri di pondok pesantren Darul Ishlah Pisang Sari Panjang Wetan dilakukan dengan menggunakan berbagai cara dan metode, namun masih ada sebagian santri yang belum bisa mengetahui dan memahami keterangan-keterangan pada pelajaran dalam pembelajaran kitab kuning yang dipelajarinya, sehingga masih
ada
beberapa
santri
yang
kesulitan
dalam
belajarnya
dan
pemahamannya. karena perlu adanya penguasaan dan kesungguhan secara maksimal untuk bisa menguasai tatacara dalam membaca dan memahami
4
kitab kuning, hal ini menjadikan permasalahan bagi santri-santri dalam proses belajar di pondok pesantren Darul Ishlah Pisang Sari Panjang Wetan, oleh karena itu perlu adanya bimbingan dan pengarahan yang dilakukan oleh pengasuh pondok pesantren agar para santri dapat mengetahui dan memahami dari materi yang telah dipelajarinya, karena seorang kyai merupakan pemimpin belajar di dalam pendidikan pondok pesantren. Maka strategi pengasuh pondok pesantren sangat dibutuhkan dalam pembelajaran kitab kuning agar kemampuan santri-santri dalam belajar di pondok pesantren dapat berkembang dan meningkat sesuai yang diharapkan. Dengan demikian lembaga pendidikan non-formal yakni di pondok pesantren Darul Ishlah Pisang Sari Panjang Wetan yang merupakan tempat untuk menimba ilmu bagi santri-santri, maka strategi pembelajaran yang seperti apa yang diterapkan di pondok pesantren Darul Ishlah Pisang Sari Panjang Wetan dalam pembelajaran kitab kuning supaya dalam kegiatan belajar mengajar dapat membuahkan hasil secara maksimal, hal ini menjadikan penulis mencoba untuk mengangkat permasalahan ini dengan judul:
“STRATEGI PENGASUH PONDOK PESANTREN
DARUL
ISHLAH PISANG SARI PANJANG WETAN DALAM PEMBELAJARAN KITAB KUNING”.
B. Perumusan Masalah Fokus penelitian disini adalah tentang strategi pengasuh pondok pesantren Darul Ishlah Pisang Sari Panjang Wetan dalam pembelajaran kitab
5
kuning, Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka yang menjadi rumusan masalah adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana Strategi Pengasuh Pondok Pesantren Darul Ishlah Pisang Sari Panjang Wetan dalam Pembelajaran Kitab Kuning? 2. Apa Saja Faktor Pendukung dan Penghambat dalam Pembelajaran Kitab Kuning di Pondok Pesantren Darul Ishlah Pisang Sari Panjang Wetan?
C. Tujuan Penelitian Dalam suatu penelitian pasti mempunyai suatu tujuan, begitu juga dengan penelitian yang penulis lakukan, yaitu mempunyai tujuan sebagai berikut: 1. Untuk Mengetahui Strategi Pengasuh Pondok Pesantren Darul Ishlah Pisang Sari Panjang Wetan dalam Pembelajaran Kitab Kuning. 2. Untuk
Mengetahui
Faktor
Pendukung
dan
Penghambat
dalam
Pembelajaran Kitab Kuning di Pondok Pesantren Darul Ishlah Pisang Sari Panjang Wetan.
D. Kegunaan Penelitian 1. Secara Teoritis a. Untuk menambah dan memperkaya pengetahuan serta mendalami khasanah
keilmuan
dalam
dunia
pendidikan
Islam
tentang
pembelajaran yang dilakukan oleh pengasuh pondok pesantren dalam
6
pembelajaran kitab kuning dan mendidik santri-santrinya di pondok pesantren. b. Sebagai bahan pelajaran dalam mengadakan penelitian tentang strategi pengasuh pondok pesantren dalam pembelajaran kitab kuning yang dilakukan kepada para santri sehingga akan mendapatkan pengalaman yang menjadi bahan perbandingan di masa yang akan datang. c. Sebagai masukan terhadap pembelajaran yang dilakukan oleh pengasuh
pondok
pesantren
dalam
rangka
membina
dan
meningkatakan mutu pendidikan di pondok pesantren. 2. Secara Praktis a. Sebagai refrensi pengasuh pondok pesantren dalam pelaksaan pembelajaran kitab kuning yang diberikan kepada santri-santri. b. Sebagai bahan pengetahuan bagi santri tentang strategi pembelajaran yang diterapkan oleh seorang kyai atau pengasuh pondok pesantren dalam pembelajaran kitab kuning.
E. Tinjauan Pustaka 1. Analisis Teoritis Dalam penulisan penelitian ini, penulis menggali informasi dari buku-buku literatur yang relevan dengan teori yang akan diteliti, kaitannya dengan strategi pembelajaran dan tentang pembelajaran kitab kuning dan penerapannya dalam pembelajaran di pondok pesantren diantaranya:
7
Teori yang mengatakan bahwa strategi yang diterapkan dalam kegiatan pembelajaran disebut strategi pembelajaran. Pembelajaran itu sendiri ialah upaya pendidik untuk membantu peserta didik melakukan kegiatan belajar. Tujuan strategi pembelajaran adalah terwujudnya efisiensi dan efektifitas kegiatan belajar yang dilakukan peserta didik.5 Teori
selanjutnya
menjelaskan
bahwa
mayoritas
pesantren
sekarang menjalankan sistem madrasah, ada kenaikan kelas, kurikulum yang baku dan ijazah, namun terdapat juga banyak pesantren penting yang masih menerapkan metode tradisional, beberapa santri membaca kitab tertentu di bawah bimbingan seorang kyai. Setelah santri menamatkan kitab yang dipelajarinya, mereka mendapatkan ijazah (biasanya diberikan secara lisan).6 Kebanyakan kyai hanya mengajarkan kitab kuning, tetapi tidak sedikit juga yang telah menambah khazanah Islam tradisional dengan mengarang kitab sendiri, tradisi kitab kuning jelas bukan berasal dari Indonesia, semua kitab klasik yang dipelajari di Indonesia berbahasa Arab, sejumlah kitab yang dipejari di pesantren relatif baru, tetapi tidak ditulis di Indonesia, melainkan di Makkah atau Madinah (meskipun pengarangnya boleh jadi orang Indonesia sendiri).7
5
Abdul
Majid,
Strategi
Pembelajaran,
ROSDAKARYA, 2013), hlm. 6. 6
Martin van Bruinessen, op. cit., hlm. 19.
7
Ibid., hlm. 22.
Cet.
Ke-II
(Bandung:
PT
REMAJA
8
Pengajian dasar di rumah, langgar dan masjid diberikan secara individual. Seorang murid mendatangi seorang guru yang membacakan beberapa
baris
Al-Qur’an
atau
kitab-kitab
bahasa
Arab
dan
menerjemahkannya ke dalam bahasa dearah masing-masing di seluruh wilayah
Indonesia.
Pada
gilirannya
murid
mengulangi
dan
menerjemahkan kata demi kata persis seperti yang dilakukan oleh gurunya. Sistem penerjemahan dibuat sedemikian rupa sehingga para murid diharapkan mengetahui baik arti maupun fungsi kata dalam suatu kalimat bahasa Arab. Dengan demikian para murid dapat belajar tata bahasa Arab langsung dari kitab-kitab tersebut dan murid diharuskan menguasai pembacaan dan terjemahan tersebut.8 2. Analisis Penelitian yang Relevan Penulis juga menggali informasi dari penelitian terdahulu sebagai bahan pertimbangan diantaranya: Dedi Anandiawan dengan judul penelitian “Peran Pengasuh Pondok Pesantren dalam Membentuk Budi Pekerti Santri (Studi Kasus di Pondok Pesantren Al-Mansyuriyah Mengori Pemalang)”. Penelitian ini membahas tentang peranan kyai atau pengasuh dalam membentuk budi pekerti santri, dengan tujuan mengatahui kondisi budi pekerti santri di
8
Zamakhsyari Dhofier, Tradisi Pesantren Studi Pandangan Hidup Kyai dan Visinya
Mengenai Masa Depan Indonesia (Jakarta: LP3ES, 2011), hlm. 53.
9
pondok pesantren al Mansyuriyah mengori Pemalang, dan untuk mengetahui peran pengasuh dalam membentuk budi pekerti santri.9 Muhammad Ghozali dengan judul penelitian “Peran Kepala Madrasah dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan di MtsN Model Pemalang”. Penelitian ini membahas tentang usaha yang dilakukan oleh kepala Madrasah sebagai pemimpin pendidikan agar usaha-usaha yang dilakukanya dapat berpengaruh terhadap meningkatnya taraf atau kualitas pendidikan khususnya pendidikan di MTsN Model Pemalang dengan tujuan untuk menambah wawasan ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang pendidikan.10 3. Kerangka berpikir Kerangka berpikir adalah gambaran pola hubungan antara variabel atau kerangka konseptual yang akan digunakan untuk memecahkan masalah yang sedang diteliti disusun berdasarkan kajian teoritis yang telah dilakukan.11
9
Dedi Anandiawan, “Peran Pengasuh Pondok Pesantren dalam Membentuk Budi Pekerti
Santri (Studi Kasus di Pondok Pesantren Al Mansyuriyah Mengori Pemalang)”, Skripsi Sarjana Pendidikan Islam (Pekalongan: Perpustakaan STAIN Pekalongan, 2013), hlm. 6. 10
Muhamad Ghozali, Peran Kepala Madrasah dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan di
MTsN Model Pemalang, Skripsi Sarjana Pendidikan Islam (Pekalongan: STAIN Pekalongan, 2013), hlm. 5. 11
Tim penyusun, Pedoman Penulisan Skripsi Jurusan Tarbiyah Prodi PAI (Pekalongan:
STAIN press, 2007), hlm. 15.
10
Unsur-unsur kunci Islam tradisional adalah lembaga pendidikan pesantren sendiri, peranan dan kepribadian kyai (ajengan, tuan guru, dan lain sebagainya tergantung daerahnya) yang sangat menentukan dan karismatik-karismatik, sikap hormat, takzim dan kepatuhan mutlak kepada kyai adalah salah satu nilai pertama yang ditanamkan pada setiap santri,
kepatuhan
itu
diperlukan
lagi,
sehingga
mencangkup
penghormatan kepada para ulama sebelumnya, ulama yang mengarang kitab-kitab yang dipelajarinya, kepatuhan ini bagi pengamat luar tampak lebih penting dari pada usaha menguasai ilmu, tetapi bagi seorang kyai hal itu merupakan bagian integral dari ilmu yang akan dikuasai.12 Dalam pendidikan di pondok pesantren ialah memadukan penguasaan sumber ajaran yang Ilahi (bersumber dari Allah SWT) menjadi peragaan individual untuk disampaikan ke dalam hidup bermasyarakat, selain mengenal ranah kognitif (Pengetahuan), afektif (Sikap), dan psikomotorik (Perilaku) dalam pengajarannya, sejak lama pesantren mendasarkan diri pada tiga ranah itu: yaitu faqahah (kecukupan atau kedalaman pemahaman agama), tbabi’ah (watak atau karakter), dan kafa’ah (kecakapan operasional). Jika pendidikan merupakan upaya perubahan, maka yang berubah dan diubah adalah ketiga ranah itu, tentu saja peubahan ke arah yang lebih baik.13
12
Martin van Bruinessen, loc. cit.
13
Dian Nafi, at al, Praktis Pembelajaran Pesantren, Cet. Ke-1 (Yogyakarta: Instite for
Training and Development (ITD), 2007), hlm. 33.
11
Dari analisis tersebut dapat dibuat kerangka berfikir bahwa dalam pembelajaran di pondok pesantren, seorang kyai memiliki peranan penting untuk mencapai keberhasilan pemebelajaran yang diterapkan di pondok pesantren dalam kegiatan belajar mengajar yang diberikan kepada santri-santrinya, yaitu pelajaran-pelajaran yang diajarkan di pondok pesantren dengan melalui pembelajaran kitab kuning sebagai cara penyampaian atau mentransfer ilmu pengetahuan agama yang telah diperolehnya. Proses kegiatan adalah langkah-langkah atau harapan yang dilalui oleh pendidik dan peserta didik dalam pembelajaran, sumber pendukung kegiatan pembelajaran mencangkup fasilitas dan alat-alat bantu pembelajaran. Dengan demikian strategi pembelajaran mencangkup penggunaan pendekatan, metode dan teknik, sumber belajar, pengelompokan peserta didik, untuk mewujudkan interaksi edukasi antara peserta didik dengan lingkungannya, serta upaya pengukuran terhadap proses.14 Dengan mengetahui strategi maka dalam melakukan suatu tindakan atau kegiatan yang akan dilakukan terlebih dahulu seseorang membuat perencanaan yang matang sehingga akan membuahkan hasil yang maksimal dengan sesuai yang diharapkan.
14
Abdul Majid, loc. cit.
12
F. Metode Penelitian 1. Desain Penelitian a. Pendekatan Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif, yaitu pendekatan yang dimaksudkan untuk memahami suatu fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian, misalnya seperti perilaku, persepsi, tindakan, dan lain- lain. Pendekatan kualitatif dilakukan dengan cara deskripsi dan kata-kata bahasa dan suatu konteks khusus yang alamiyah dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah.15 b. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian lapangan yang bertujuan untuk memecahkan masalah-masalah praktis.16 Khususnya masalah-masalah yang ada dalam pendidikan di pondok pesantren yang berkaitan
dengan
pembelajaran
kitab
kuning
sehingga
dalam
pemecahan ini menggunakan bantuan data yang ada di lapangan, yaitu di pondok pesantren Darul Ishlah Pisang Sari Panjang Wetan.
15
Lexi J. Moeloeng, Metodologi Penelitian Kualitatif, Cet. 1 (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2004), hlm. 6. 16
Mardalis, Metode Penelitian (Jakarta: PT. Bumi Askara, 2003), hlm. 28.
13
2. Sumber Data Sumber data adalah subyek asal data yang dapat diperoleh. Sumber data penelitian merupakan faktor penting yang menjadi pertimbangan dalam menentukan metode penulisan data.17 a. Sumber Data Primer Sumber data primer adalah sumber data yang diperoleh langsung dilapangan melalui narasumber.18 Dalam penelitian ini data primernya ialah dari pengasuh pondok pesantren, guru pengajar, pengurus dan santri-santri di pondok pesantren Darul Ishlah Pisang Sari Panjang Wetan. b. Sumber Data Sekunder Sumber data sekunder adalah sumber data yang diperoleh dari buku-buku dan sumber data lain yang berkaitan dengan penelitian ini yang dapat dijadikan sebagai rujukan dalam penelitian.19 Data sekunder disini ialah mata pelajaran yang diajarkan di pondok pesantren, jadwal kegiatan belajar mengajar, aktivitas para santri, dan hasil pembelajaran kitab kuning di pondok pesantren Darul Ishlah Pisang Sari Panjang Wetan.
17
Etta Mamang Sangadji & Sopiah, Metodologi Penelitian Pendekatan Prektis dalam
Penelitian, Cet.1 ( Yogyakarta: Andi Offset, 2010), hlm. 169. 18
Misbahudin, Analisis Penelitian dengan Statistika (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2013),
hlm. 21. 19
Ibid., hlm. 21-22.
14
3. Teknik Pengumpulan Data a. Metode Observasi Metode observasi adalah suatu teknik pengumpulan data yang diambil di lapangan untuk melakukan penelitian.20 Penulis melakukan pengamatan di lapangan (obyek penelitian) untuk mengamati bagaimana strategi pembelajaran yang diberikan oleh pengasuh di pondok pesantren serta seberapa jauh peningkatan ilmu pengetahuan atau kemampuan santri-santri dalam mengkaji kitab kuning di pondok pesantren Darul Ishlah Pisang Sari Panjang Wetan. b. Metode Wawancara Metode wawancara adalah suatu teknik pengumpulan data dengan cara melakukan tanya jawab langsung kepada narasumber.21 Dalam metode ini penulis mengajukan beberapa pertanyaan kepada kyai, guru pengajar, pengurus dan santri-santri di pondok pesantren Darul Ishlah Pisang Sari Panjang Wetan untuk dimintai keterangan atau data-data yang berkaitan dengan pembelajaran kitab kuning. c. Metode Dokumentasi Metode dokumentasi adalah suatu teknik pengumpulan data dengan cara melihat atau mencatat suatu laporan yang sudah tersedia.22 metode ini digunakan untuk mengetahui gambaran umum yang ada di pondok pesantren seperti: sejarah berdirinya pondok 20
Ahmad Tanzeh, Metodologi Penelitian Praktis (Yogyakarta: Teras, 2011), hlm. 83.
21
Ibid., hlm. 89.
22
Ibid., hlm. 92.
15
pesantren, struktur organisasi, visi dan misi pondok pesantren, kegiatan belajar mengajar di pondok pesantren Darul Ishlah Pisang Sari Panjang Wetan. d. Teknik Analisis Data Setelah data-data diperoleh dengan beberapa teknik-teknik diatas maka penulis melakukan analisis data, yaitu agar data-data yag telah diperoleh dapat memberikan suatu kepahaman dan diketahui, sehingga penemuan yang dihasilkan dapat memberikan manfaat kepada orang lain. Untuk menganalisis dan interprestasi data, penelitian menggunakan model analisis interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas. Dalam analisis kualitatif ini, teknik analisis datanya dengan cara mendiskripsikan bagaimana sistem pembelajaran yang diterapkan di pondok pesantren dan usahausaha apa saja yang dilakukan oleh pengasuh pondok pesantren dalam pembelajaran atau kegiatan belajar mengajar di pondok pesantren, serta menganalisis faktor pendukung dan penghambat dalam pembelajaran kitab kuning di pondok pesantren Darul Ishlah Pisang Sari Panjang Wetan. Langkah-langkahnya yaitu sebagai berikut: 1) Pengumpulan Data Yaitu
proses
pencarian
data
wawancara, observasi, dan dokumentasi.
yang
dilakukan
melalui
16
2) Penyajian Data Adalah
deskripsi
kumpulan
informasi
tersusun
yang
memungkinkan untuk melakukan interprestasi data, penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Data dalam penelitian ini akan disajikan dalam bentuk teks naratif.23 3) Penarikan Kesimpulan Sejak permulaan pengumpulan data, peneliti akan mencari makna dari setiap gejala yang diperoleh di lapangan, pencatatan keteraturan. Selama penelitian masih berlangsung, setiap kesimpulan yang ditetapkan akan terus menerus diverifikasikan hingga dapat diperoleh solusi yang validitasnya dapat dipertanggung jawabkan.24
G. Sistematika Penulisan Penelitian ini, penulis menguraikan sistematika penulisan yang menggambarkan isi secara singkat yang diklasifikasikan dalam lima bab dan dari masing-masing bab terdiri dari beberapa sub bab. BAB I Pendahuluan, meliputi: latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, tinjauan pustaka, metode penelitian dan sistematika penulisan. BAB II Strategi Pembelajaran Kitab Kuning. Sub bab pertama tentang strategi dan pengasuh pondok pesantren, meliputi: pengertian strategi,
23
Ibid., hlm. 250-251.
24
Ibid., hlm. 253.
17
pengertian pembelajaran, pengertian pengasuh pondok pesantren, tugas dan tanggung jawab pengasuh pondok pesantren, pengertian pondok pesantren, tujuan pondok pesantren, sistem pendidikan pondok pesantren, fungsi dan peran pondok pesantren, jenis-jenis pondok pesantren, kurikulum pesantren. Sub bab kedua tentang pembelajaran kitab kuning, meliputi: pengertian kitab kuning, materi pembelajaran kitab kuning, metode-metode pembelajaran kitab kuning, evaluasi pembelajaran kitab kuning. BAB III Strategi Pembelajaran Kitab Kuning di Pondok Pesantren Darul Ishlah Pisang Sari Panjang Wetan. Pada bab ini terdiri dari tiga sub bab. Sub bab pertama tentang gambaran umum pondok pesantren Darul Ishlah Pisang Sari Panjang Wetan, meliputi: sejarah berdirinya pondok pesantren, visi dan misi pondok pesantren, sarana dan prasarana, pelaku pendidikan, struktur organisasi pondok pesantren, program pendidikan, jadwal pembelajaran kitab kuning dan jadwal kegiatan di pondok pesantren. Sub bab kedua tentang strategi pengasuh pondok pesantren Darul Ishlah Pisang Sari Panjang Wetan dalam pembelajaran kitab kuning. Sub bab ketiga tentang faktor pendukung dan penghambat dalam pembelajaran kitab kuning di pondok pesantren Darul Ishlah Pisang Sari Panjang Wetan. BAB IV Analisis strategi pengasuh pondok pesantren Darul Ishlah Pisang Sari Panjang Wetan dalam pembelajaran kitab kuning, berisi analisis tentang strategi pengasuh pondok pesantren Darul Ishlah Pisang Sari Panjang Wetan dalam pembelajaran kitab kuning, analisis faktor-faktor pendukung
18
dan penghambat dalam pembelajaran kitab kuning di pondok pesantren Darul Ishlah Pisang Sari Panjang Wetan. BAB V Penutup : Meliputi Kesimpulan dan Saran.