BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH Kebutuhan
masyarakat
akan
pelayanan
kesehatan
semakin
meningkat. Hal itu terbukti dengan tidak pernah kosongnya rumah sakit yang ada di Indonesia. Rumah sakit merupakan satu diantara fasilitas pelayanan kesehatan yang memiliki peran strategis dalam upaya mempercepat peningkatan derajat kesehatan masyarakat Indonesia (Hatta, 2008). Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 56 Tahun 2014 tentang Klasifikasi dan Perizinan Rumah Sakit menyatakan bahwa rumah sakit adalah institusi pelayanan
kesehatan
yang
menyelenggarakan
pelayanan
kesehatan
perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. Rumah sakit tidak sekedar memberikan pelayanan kepada pasien, tetapi juga mencatat semua pelayanan yang diberikan kepada pasien dalam rekam medis. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 55 Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Pekerjaan Perekam Medis menyatakan bahwa rekam medis adalah berkas yang berisi catatan dan dokumen tentang identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain kepada pasien pada fasilitas pelayanan kesehatan. Selain mencatat semua pelayanan yang diberikan, rumah sakit juga melakukan manajemen rekam medis. Manajemen pelayanan rekam medis adalah kegiatan menjaga, memelihara dan melayani rekam medis baik secara manual maupun elektronik sampai menyajikan informasi kesehatan di rumah sakit, praktik dokter klinik, asuransi kesehatan, fasilitas pelayanan kesehatan dan lainnya yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan dan menjaga rekaman. Manajemen pelayanan rekam medis memiliki sistem dan subsistem, satu diantaranya yaitu subsistem penerimaan pasien rawat inap. Menurut Budi (2011) penerimaan pasien rawat inap adalah penerimaan pasien untuk mendapatkan pelayanan lanjutan setelah mendapatkan surat pengantar dirawat dari pihak yang berwenang. Pada subsistem penerimaan pasien rawat inap terdapat kegiatan penomoran rekam medis sebagai bentuk identifikasi pasien. Menurut Budi (2011) penomoran adalah proses
pemberian nomor kepada pasien yang datang ke rumah sakit. Sistem penomoran dalam pelayanan rekam medis yaitu tata cara penulisan nomor yang diberikan kepada pasien yang datang berobat sebagai bagian dari identitas pribadi pasien yang bersangkutan. Nomor rekam medis merupakan sesuatu yang sangat penting terutama sebagai pengidentitasian yang unik. Pengidentitasian yang unik pada nomor rekam medis bermaksud setiap pasien harus memiliki nomor rekam medis yang berbeda atau tidak sama antara satu pasien dengan yang lainnya. Menurut Hatta (2008) nomor identifikasi unik adalah elemen yang paling penting untuk dicatat secara seragam. Namun, penomoran yang tidak tepat pada rekam medis pasien masih dapat ditemukan di beberapa rumah sakit
di
Indonesia.
Sehingga
dari
hal
tersebut
muncul
berbagai
permasalahan. Berdasarkan
hasil
studi
pendahuluan
melalui
observasi
dan
wawancara tanggal 27 Juli 2015 di Rumah Sakit Bhayangkara Anton Soejarwo Pontianak, diketahui bahwa sistem penomoran rekam medis di rumah sakit ini adalah sistem penomoran unit (Unit Numbering System). Pada penerimaan pasien rawat inap, pasien selalu dibuatkan rekam medis baru bedasarkan nomor rekam medis yang telah dimiliki pasien sebelumnya untuk pasien lama. Banyak pasien yang tidak membawa kartu berobat bahkan lupa bila sudah pernah berobat sehingga petugas langsung membuatkan rekam medis dengan nomor baru. Oleh sebab itu banyak ditemukan pasien yang memiliki nomor ganda pada rekam medisnya dan satu nomor rekam medis yang digunakan untuk lebih dari satu pasien. Masalah-masalah
tersebut
sangat
dirasakan
oleh
petugas
pengentrian data klaim JKN. Dikarenakan hal tersebut pengajuan klaim JKN tidak dapat diproses. Setiap hari pada saat pengentrian data klaim petugas selalu menemui nomor rekam medis ganda dan satu nomor rekam medis dengan nama yang berbeda sehingga untuk dapat memproses klaim, petugas harus memeriksa ulang ke bagian pendaftaran untuk mengetahui nomor rekam medis pasien yang tepat. Penelitian Maharani (2015) menyatakan bahwa ketidaklengkapan data administrasi dan kesalahan dalam menginputkan nomor ke sistem INA-CBG’s merupakan salah satu alasan klaim JKN dikembalikan oleh verifikator.
Masalah lain juga menimpa bagian petugas koding. Hal tersebut mengakibatkan data rekam medis tidak berhubungan sehingga sulit untuk mengetahui riwayat penyakit pasien ketika pasien tersebut merupakan pasien kontrol ulang. Penelitian Nurjanah (2014) menyatakan bahwa penomoran rekam medis yang tidak tepat menyebabkan ketidaksinambungan data medis seorang pasien sehingga tidak dapat dipertahankan, karena berkas rekam medis pasien yang bersangkutan bukan merupakan satu catatan tunggal tentang riwayat penyakit pasien. Dikarenakan terdapat berbagai pihak yang mengalami dampaknya, hal ini menjadi masalah bersama yang harus segera diselesaikan. Oleh sebab itu peneliti tertarik mengambil permasalah tersebut menjadi tugas akhir dengan judul “Hubungan Ketepatan Penomoran Rekam Medis Pasien Rawat Inap dengan Klaim JKN di Rumah Sakit Bhayangkara Anton Soejarwo Pontianak”. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, pada penelitian ini maka rumusan masalah: 1. Apakah ada hubungan antara ketepatan penomoran rekam medis pasien rawat inap dengan keterlambatan pengajuan klaim JKN? 2. Bagaimana faktor-faktor penyebab ketidaktepatan penomoran rekam medis pasien rawat inap? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengetahui hubungan antara ketepatan penomoran rekam medis pasien rawat inap dengan keterlambatan pengajuan klaim JKN dan faktor-faktor penyebab ketidaktepatan penomoran rekam medis pasien rawat inap di Rumah Sakit Bhayangkara Anton Soejarwo Pontianak. 2. Tujuan Khusus a. Mengetahui hubungan antara ketepatan penomoran rekam medis pasien rawat inap dengan keterlambatan pengajuan klaim JKN di Rumah Sakit Bhayangkara Anton Soejarwo Pontianak. b. Mengetahui faktor-faktor penyebab ketidaktepatan penomoran rekam medis pasien rawat inap di Rumah Sakit Bhayangkara Anton Soejarwo Pontianak.
D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Praktisi a. Bagi Rumah Sakit Penelitian ini dapat digunakan sebagai pengetahuan untuk bahan masukan dan pertimbangan pengambilan keputusan rumah sakit dalam meningkatkan pelayanan di masa yang akan datang. b. Bagi Peneliti 1) Menjadikan tantangan untuk mengetahui masalah-masalah yang ada di rumah sakit dan cara dalam mengatasinya. 2) Mengetahui pelaksanaan pelayanan rekam medis yang ada di rumah sakit dan membandingkannya dengan teori-teori yang diperoleh di bangku perkuliahan. 2. Manfaat Teoritis a. Bagi Institusi Pendidikan Memperluas materi pembelajaran mengenai sistem penomoran rekam medis dan pengaruhnya di bidang lain. b. Bagi Peneliti Lain Sebagai referensi dalam mengembangkan penelitian yang lebih lanjut dengan materi yang bersangkutan. E. Keaslian Penelitian Bedasarkan hasil pengamatan mengenai judul-judul tugas akhir yang pernah ada, penelitian dengan judul “Hubungan Ketepatan Penomoran Rekam Medis Pasien Rawat Inap dengan Klaim JKN di Rumah Sakit Bhayangkara
Anton
Soejarwo
Pontianak”
belum
pernah
dilakukan
sebelumnya. Namun penelitian dengan tema yang serupa pernah dilakukan, antara lain: 1. Wahyuningrum (2015) dengan judul “Tinjauan Pelaksanaan Identifikasi Pasien Terkait Keselamatan Pasien di RS PKU Muhammadiyah Unit II Yogyakarta” Tujuan penelitian Wahyuningrum (2015) adalah mengetahui sistem identifikasi pasien, mengetahui persentase ketepatan identifikasi pasien, mengetahui faktor-faktor penyebab ketidaktepatan identifikasi pasien di RS PKU Muhammadiyah Unit II Yogyakarta. Jenis penelitiannya adalah deskriptif menggunakan pendekatan kualitatif.
Persamaan antara penelitian Wahyuningrum (2015) dengan penelitian ini adalah meneliti mengenai ketidaktepatan. Perbedaannya adalah penelitian Wahyuningrum (2015) meneliti mengenai identifikasi pasien dan menggunakan jenis penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Sedangkan penelitian ini meneliti mengenai penomoran rekam medis pasien rawat inap dan menggunakan jenis penelitian kombinasi. 2. Nurjanah (2014) dengan judul “Upaya Penyelesaian Masalah Duplikasi Nomor Rekam Medis di Rumah Sakit Umum Daerah Wates” Tujuan penelitian Nurjanah (2014) adalah mengetahui persentase jumlah kasus duplikasi nomor rekam medis, faktor–faktor penyebab terjadinya duplikasi nomor rekam medis dan upaya penyelesaian masalah duplikasi nomor rekam medis di RSUD Wates. Jenis penelitiannya adalah deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Persamaan antara penelitian Nurjanah (2014) dengan penelitian ini adalah meneliti mengenai duplikasi nomor rekam medis. Perbedaanya adalah tujuan penelitian Nurjanah (2014) mengenai upaya penyelesaian masalah duplikasi nomor rekam medis di RSUD Wates. Sedangkan tujuan pada penelitian ini adalah mengetahui hubungan ketepatan penomoran rekam medis pasien rawat inap dengan keterlambatan klaim JKN di Rumah Sakit Bhayangkara Anton Soejarwo Pontianak. 3. Maharani (2015) dengan judul “Penatalaksanaan Kelengkapan Data dalam Dokumen Persyaratan Klaim Asuransi BPJS Pasien Rawat Inap di RSU PKU Muhammadiyah Purworejo” Tujuan penelitian Maharani (2015) adalah mengetahui mekanisme pelaksanaan klaim asuransi BPJS pasien rawat inap, mengetahui dokumen pendukung persyaratan pengajuan klaim asuransi BPJS pasien rawat inap, mengetahu faktor penyebab klaim dikembalikan oleh verifikator BPJS Kesehatan, serta mengetahu upaya yang dilakukan petugas rekam medis dan administrasi klaim untuk menyelesaikan ketidaklengkapan dokumen persyaratan pengajuan klaim asuransi BPJS pasien rawat inap di RSU PKU Muhammadiyah Purworejo. Jenis penelitiannya adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif dengan rancangan penelitian cross sectional.
Persamaan antara penelitian Maharani (2015) dengan penelitian ini adalah mengenai klaim JKN. Perbedaan penelitian ini adalah bahwa penelitian
Maharani
(2015)
bertujuan
mengetahui
mekanisme
pelaksanaan klaim asuransi BPJS pasien rawat inap, mengetahui dokumen pendukung persyaratan pengajuan klaim asuransi BPJS pasien rawat inap, mengetahu faktor penyebab klaim dikembalikan oleh verifikator BPJS Kesehatan, serta mengetahu upaya yang dilakukan petugas rekam medis dan administrasi klaim untuk menyelesaikan ketidaklengkapan dokumen persyaratan pengajuan klaim asuransi BPJS pasien rawat inap di RSU PKU Muhammadiyah Purworejo. Sedangkan penelitian ini ingin mengetahui hubungan ketepatan penomoran rekam medis pasien rawat inap dengan keterlambatan klaim JKN. F. GAMBARAN UMUM 1. Gambaran Umum Rumah Sakit a. Sejarah Singkat Rumah
Sakit
Bhayangkara
Anton
Soejarwo
Pontianak
merupakan instansi pemerintah yang berada dibawah koordinasi Kepolisian Daerah Kalimantan Barat (Polda Kalbar). Rumah sakit ini memberikan pelayanan kesehatan bagi masyarakat Polisi RI (Polisi RI, PNS Polisi RI, dan Keluarga) dan masyarakat umum. Rumah Sakit Bhayangkara Anton Soejarwo Pontianak dalam menyelenggarakan kegiatannya dibawah pembinaan Kabid Dokkes Polda Kalbar dan bertanggung jawab kepada Kapolda Kalbar. Rumah Sakit Bhayangkara Anton Soejarwo Pontianak di resmikan oleh Kapolda Kalimantan Barat pada tanggal 28 Mei 2002. Rumah sakit ini terletak di Jl. K.S. Tubun Pontianak Selatan. Sebelumnya pada tahun 2002 sampai dengan tahun 2004 Karumkit Bhayangkara di jabat oleh AKBP Dr. TRI SUHARJONO dan sekaligus menjabat sebagai Kepala Biddokkes Polda Kalbar. Setelah itu jabatan Karumkit Bhayangkara mengalami beberapa kali pergantian antara lain: 1) Tahun 2004 sampai dengan tahun 2005 di jabat oleh AKP. Drg. SUGIYATO.
2) Tahun 2005 sampai dengan bulan Februari 2010 di jabat oleh KOMPOL. Dr. SUGENG KRISMAWANTO , Sp.OT. 3) Dari bulan Februari tahun 2010 sampai dengan sekarang di jabat oleh AKBP drg. SUGIYATO. Rumah
Sakit
Bhayangkara
Anton
Soejarwo
Pontianak
melaksanakan kegiatan operasionalnya dengan berpedoman kepada peraturan
Kapolri
Nomor
2
tahun
2010
tentang
pedoman
Penyelenggaraan Rumah Sakit Bhayangkara. Pada bulan Mei 2011 Rumah Sakit Bhayangkara Pontianak terakreditasi penuh lima bidang pelayanan. Rumkit Bhayangkara Pontianak menjadi Satker pada tahun 2014 yang sebelumnya merupakan bagian dari Biddokkes Polda Kalbar. b. Visi dan Misi a) Visi Terwujudnya Rumah Sakit kebanggaan masyarakat Polri di Kalimantan Barat melalui pelayanan Kedokteran Kepolisian, Kesehatan Kepolisian dan kesehatan masyarakat. b) Misi a) Memberikan
pelayanan
Kedokteran
Kepolisian
dengan
Kepolisian
dengan
tanggap, handal dan obyektif. b) Memberikan
pelayanan
Kesehatan
tanggap, ramah, tulus dan handal kepada pasien dinas dan masyarakat sekitar guna meningkatkan derajat kesehatannya. c) Mewujudkan sumber daya manusia pembelajar, bermoral dan bermartabat. d) Selalu menyesuaikan dengan perkembangan pengetahuan, teknologi dan manajerial terkini guna mendekatkan kepada harapan pelanggan. e) Meningkatkan kepuasan pelayanan dengan meminimalisir keluhan pelanggan. c. Tugas Pokok dan Fungsi Tugas pokok dan fungsi Rumah Sakit Bhayangkara Anton Soejarwo Pontianak sebagai berikut:
1) Menyelenggarakan pembinaan dan pelayanan kesehatan bagi masyarakat Polri. 2) Memberikan dukungan kesehatan bagi pelaksanaan tugas operasional Polri. d. Fasilitas Pelayanan 1) Rawat Jalan a) Poli Umum b) Poli Gigi c) Poli Spesialis Kandungan d) Poli Spesialis Bedah Tulang/Orthopedi e) Poli Spesialis Bedah Umum f)
Poli Spesialis Anak
g) Poli Spesialis Syaraf h) Poli Spesialis Gigi i)
Poli Spesialis Penyakit Mulut
j)
Poli Spesialis Urologi
k) Poli Spesialis Penyakit Dalam l)
Instalasi Gawat Darurat (IGD) 24 Jam
2) Rawat Inap 3) Kompartement Dokpol 4) Fungsi Penunjang a) Apotik 24 Jam b) Laboratorium dan Medical Check Up c) Fisioterapi d) Unit Radiologi e) USG f)
EKG
g) Layanan Ambulance 24 Jam h) Kamar Operasi dengan Kemampuan: i.
Bedah Umum
ii.
Kandungan
iii.
Orthopedi
iv.
Urologi
v.
Bedah Tulang
vi.
Bedah Anak
5) Pusat Pelayanan Terpadu e. Performance Tabel 1. Performance Rumah Sakit Bhayangkara Anton Soejarwo Pontianak No. Indikator Pelayanan 2013 2014 1. BOR(%) 59,34 47,3 2. LOS (hari) 4,00 5,00 3. TOI (hari) 2,21 4,00 4. BTO (kali) 67,20 48,00 5. NDR (‰) 3,26 4,30 6. GDR(‰) 4,17 4,30 7. Jumlah Hari 366 366 8. Jumlah Tempat Tidur 83 83 9. Jumlah Pasien Masuk 5.361 3.865 10. Jumlah Pasien Keluar 5.511 3.969 11. Meninggal <48 Jam 5 0 12. Meninggal >48 Jam 18 17 13. Lama Dirawat 22.014 17.678 14. Hari Perawatan 17.810 14.340 Sumber: Urusan Rekam Medis Rumah Sakit Bhayangkara Anton Soejarwo Pontianak 2. Gambaran Umum Pendaftaran Pasien Rawat Inap Pasien yang mendaftar untuk pelayanan rawat inap terlebih dahulu mendaftar sebagai pasien IGD atau rawat jalan. Namun biasanya pasien yang mendaftar lebih banyak berasal dari IGD. Pada saat itu kegiatan pelaksanaan penomoran rekam medis dilakukan. Sistem penomoran yang digunakan di Rumah Sakit Bhayangkara Anton Soejarwo Pontianak yaitu sistem penomoran unit (unit numbering system). Sistem tersebut berarti setiap pasien diberikan satu nomor rekam medis yang akan digunakan untuk setiap kunjungan berikutnya. Keluarga pasien yang mendaftarkan pasien ke loket pendaftaran dengan mengisi data identitas pasien. Lalu petugas membuatkan rekam medis rawat jalan atau rawat darurat dan menyerahkannya ke IGD. Setelah mendapat surat keterangan rawat inap dari dokter IGD, keluarga pasien kembali ke loket pendaftaran. Lalu petugas membuatkan rekam medis rawat inap. Petugas meminta tanda tangan keluarga pasien untuk persetujuan rawat inap dan juga sebagai penanggung jawab pasien.
Kemudian keluarga pasien kembali ke IGD dengan membawa rekam medis rawat inap dan menyerahkannya ke dokter rawat inap. Setelah dari IGD pasien langsung dapat menempati ruangan. Petugas pendaftaran Rumah Sakit Bhayangkara Anton Soejarwo Pontianak berjumlah lima orang dengan kualifikasi dan kondisi sebagai berikut: Tabel 2. Kualifikasi dan Kondisi Informan Utama No 1.
2.
3.
4.
5.
Identitas Jabatan a. Honor b. PHL (Pekerja Harian Lepas) Waktu Jabatan a. Satu Tahun b. Dua Tahun c. Tiga Tahun Jenis Kelamin a. Laki-laki b. Perempuan Pendidikan a. SMA b. D3 Kebidanan c. S1 Keperawatan Usia a. 15-19 tahun b. 20-39 tahun c. 40-45 tahun
Jumlah (Orang) 2 3 2 2 1 1 4 3 1 1 1 3 1