BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH Media massa saat ini tidak bisa dilepaskan oleh kehidupan manusia dan telah menjadi konsumsi sehari-hari. Televisi sebagai bagian dari media massa elektronik telah mengambil bagian dan mendominasi komunikasi dalam masyarakat. Kekuatan media televisi sebagai media penyampai pesan sudah diakui pengaruhnya terhadap masyarakat oleh berbagai penelitian komunikasi yang pernah dilakukan. Daya jangkau yang luas dan kemampuan penyampaian pesan secara audio visual, membuat hal-hal yang ditampilkan dalam televisi memiliki pengaruh yang besar dalam dimensi kognisi dan afeksi khalayak. Semakin berkembangnya zaman, semakin berkembang pula pemikiran masyarakat. Hal ini yang menjadi pemicu stasiun-stasiun televisi untuk melakukan perubahan dan menyesuaikan diri dengan keinginan masyarakat. Dinamika yang terjadi di dalam media penyiaran tidak bisa dihindari. Apapun dilakukan agar pesan tetap dapat tersalurkan dengan baik. Salah satu bentuk dari pesan adalah kritik. Kritik muncul akibat adanya tindakan sosial yang menyimpang dari nilai-nilai yang ada di dalam masyarakat. Tindakan kritik sosial dapat dilakukan dengan berbagai cara, seperti aksi demonstrasi di jalan, pertunjukan seni, membuat karya tulis, lirik lagu, hingga membuat program acara di media elektronik. Kekuatan penyampaian pesan melalui televisi sangat baik, dan masyarakat dengan pemikiran kritis semakin banyak di Indonesia. Melihat hal ini, sejak September 2011 stasiun televisi swasta berbasis news yang menampilkan tayangan berita sepanjang harinya yaitu Metro TV dengan berani mengangkat Stand Up Comedy Show sebagai salah satu program acara hiburan namun juga berisi kritik terhadap isu-isu yang sedang hangat diperbincangkan oleh masyarakat. Stand Up Comedy Show tidak seperti acara lawak yang sudah ada lebih dulu, yang 1
berpenampilan
konyol
untuk
memancing
tawa,
cenderung
slapstick
atau
mengintimidasi lawan main. Stand Up Comedy adalah sebuah genre komedi yang menampilkan pelawak tunggal di atas panggung yang melakukan monolog. Pelakunya dinamakan stand up comedian, atau biasa disebut comic. Seni komedi ini dikatakan cerdas tanpa bermaksud mendiskreditkan yang lain, karena memuat hal-hal lucu dari lingkungan sekitar yang luput dari pengamatan. Humor didapat dengan mengamati fenomena sosial, menganalisa, menyusun, lalu menyampaikannya lewat humor. Materi yang disampaikan cenderung berisi tentang kritik terhadap masalah yang sedang terjadi saat itu. Stand Up Comedy memerlukan banyak referensi sebagai bahan canda. Teknik dan persiapan terstruktur benar-benar mutlak diperlukan sebelum beraksi. 1 Stand Up Comedy merupakan bagian dari pertunjukan seni tunggal yang berakar dari pertunjukan komedi namun mengangkat tema kritik sosial di dalamnya. Hal tersebut menjadikan Stand Up Comedy Show di Metro TV layak menjadi kajian dalam penelitian ini untuk melihat bagaimana pesan kritik sosial dibangun dalam sebuah pertunjukan komedi untuk masyarakat. Umumnya khalayak yang menikmati acara ini berasal dari kalangan mahasiswa. Hal ini juga didukung oleh banyaknya komunitas-komunitas Stand Up Comedy yang terbentuk di beberapa universitas di Indonesia.2 Mengingat mahasiswa merupakan generasi penerus bangsa maka tak heran jika tema seperti politik, pemerintah, korupsi, narkoba, cinta, homosexual, hingga film sangat digemari, karena mereka dituntut untuk lebih peka terhadap masalah-masalah di sekitarnya. Melalui Stand Up Comedy Show, Metro TV memberikan kesadaran kepada masyarakat untuk lebih peka terhadap masalah yang terjadi di sekitarnya. Isu yang diangkat berkaitan erat dengan situasi yang sedang terjadi di Indonesia saat itu, dan isu politik yang berkaitan dengan pemerintah adalah yang paling menonjol pada 1
Kurniawan, Arif. Dalam artikel: Stand-up Comedy Menghibur dengan Cerdas, (Part 1). Terarsip di: http://the-marketeers.com/archives/standup-comedy-menghibur-dengan-cerdas-part-1.html 2 Pragiwaksono, Pandji. Merdeka Dalam Bercanda. 2012. Bentang. Hal. 184
2
rentang waktu September 2011 hingga April 2012. Hal ini membuat beberapa comic mengangkatnya sebagai materi untuk pertunjukan Stand Up Comedy Show, dengan begitu Metro TV telah memberikan wadah bagi para pelaku untuk bisa menyalurkan kritik dan pemikiran mereka kepada penonton melalui saluran televisi. Cara penyampaian pesan yang berbeda, dengan muatan kritik dan sindiran terhadap pemerintah ini telah membuktikan bahwa Stand Up Comedy Show berani mengambil resiko dan menjunjung nilai demokrasi yang ada di Indonesia. Hal ini menjadi daya tarik tersendiri bagi Stand Up Comedy Show karena memiliki konsep berbeda dari tayangan lain di Metro TV maupun di stasiun televisi lainnya. Berangkat dari ketertarikan peneliti melihat keterkaitan antara pesan kritik yang disuguhkan dengan komedi di televisi ini membuat peneliti kemudian berusaha mencari tahu bagaimana cara Metro TV menyampaikan pesan kritik dalam program acara Stand Up Comedy Show.
B. RUMUSAN MASALAH Berangkat dari latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka rumusan masalah dari penelitian ini adalah: Bagaimana Metro TV mempresentasikan pesan kritik mengenai isu politik dalam Stand Up Comedy Show?
C. TUJUAN PENELITIAN 1. Untuk melihat bagaimana Stand Up Comedy Show di Metro TV menyampaikan pesan kritik mengenai isu politik. 2. Untuk melihat isi pesan kritik dalam Stand Up Comedy Show di Metro TV.
D. KERANGKA PEMIKIRAN Penelitian yang menitikberatkan pembahasan pada pemaparan pesan kritik melalui program acara Stand Up Comedy Show ini akan berhubungan juga dengan aspek-aspek lain dari suatu media. Kerangka pemikiran yang menjadi bayangan untuk melakukan penelitian ini adalah sebagai berikut: 3
Media Televisi Media Televisi Konstruksi Media Media Konstruksi
Ideologi Media Media Ideologi
Pesan Kritik Kritik di di Media Media Pesan
Muatan Isu Politik dalam Pesan Kritik
Stand Up Comedy Show sebagai Penyalur Pesan Kritik
Analisis Isi Kualitatif Pesan Kritik mengenai Isu Politik dalam Stand Up Comedy Show
Penampang I.1 : Kerangka Pemikiran Peneliti Dari penampang kerangka pemikiran di atas, peneliti memberikan pandangan secara umum ke khusus untuk menganalisa pesan kritik yang dipaparkan melalui Stand Up Comedy Show. Lebih mendalam mengenai kerangka pemikiran ini akan dijelaskan melalui beberapa poin di bawah ini.
1. Media Massa: Televisi sebagai Media Penyebaran Pesan Sebelum membahas lebih lanjut mengenai media massa dan televisi, peneliti akan membahas sedikit mengenai komunikasi massa sebagai bagian dari media massa. Menurut John Bittner, komunikasi massa secara sederhana dirumuskan sebagai pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar
4
orang.3 Sementara itu, Pool mendefinisikan komunikasi massa sebagai komunikasi yang berlangsung dalam situasi di mana antara sumber dan penerima tidak terjadi kontak secara langsung, pesan-pesan komunikasi mengalir kepada penerima melalui saluran-saluran media massa seperti surat kabar, majalah, radio, film, atau televisi.4 Komunikasi massa juga dapat mempengaruhi masyarakat, hal ini dinyatakan oleh Gurevitch dan Blumer sebagai berikut: ”(mass) communication influences on people‟s political opinions and attitudes”.5 Dengan kata lain, pesan-pesan yang disampaikan oleh komunikator melalui media massa cenderung bersifat persuasif karena tujuannya untuk mempengaruhi opini dan perilaku publik dalam jumlah besar. Media massa bekerja di dunia yang menjadikan bahasa, ekspresi non-verbal, ilustrasi, gambar gerak, foto, ikon grafis, audio sebagai materi utama untuk menghasilkan produk-produknya. Media massa merupakan agen konstruksi realitas melalui ekspresi bahasa verbal maupun non-verbal yang ia gambarkan tersebut.6 Ibnu Hamad (2004) menguraikan beberapa aspek dari media massa yang membuatnya penting dalam kehidupan politik. Aspek-aspek tersebut adalah sebagai berikut: a. Daya jangkaunya (coverage) yang sangat luas dalam menyebar-luaskan informasi politik; yang mampu melewati batas wilayah (geografis), kelompok umur, jenis kelamin dan sosial-ekonomi-status (demografis) dan perbedaan paham dan orientasi (psikografis). b. Kemampuannya melipat-gandakan pesan (multiplier of message) yang luar biasa.
3
th
Bittner, John R. 1986. Mass Communication: An Introduction, 4 Edition. New Jersey: Prentice-Hall. Hal. 12. 4 Wiryanto. 2000. Teori Komunikasi Massa. Jakarta: PT Grasindo. Hal. 3. 5 Curran, James. et. al. Mass Communication and Society. 1977. California: Sage. Hal: 270 6 Parahita, Gilang Desti. 2007. Konstruksi Pembaruan Etnis Cina-Yogya dalam Suplemen Komunitas Jogja Harian Umum Bernas. Yogyakarta: Jurusan Ilmu Komunikasi UGM, Skripsi S-1, Hal. 5
5
c. Setiap media bisa mewacanakan sebuah peristiwa politik sesuai pandangannya masing-masing. Kebijakan redaksional yang dimilikinya menentukan penampilan isi peristiwa politik yang diberitakan. d. Tentu saja dengan fungsi agenda setting yang dimilikinya, media memiliki kesempatan yang sangat luas (bahkan hampir tanpa batas) untuk memberitakan sebuah peristiwa politik. e. Pemberitaan peristiwa politik oleh suatu media lazimnya berkaitan dengan media lainnya sehingga membentuk rantai informasi (media as links in other chains). Hal ini akan menambah kekuatan tersendiri pada penyebaran informasi politik dan dampaknya terhadap publik.
Perkembangan teknologi yang sangat pesat di dunia ini berdampak besar pada ilmu komunikasi dan kehidupan manusia. Perkembangan teknologi telah melahirkan televisi sebagai salah satu alat untuk berkomunikasi. Televisi merupakan bagian dari media massa yang tergolong dalam media elektronik yang bersifat audio visual, direct, dan dapat membentuk sikap tertentu. Kata televisi berasal dari kata tele yang berarti jauh dan vision yang berarti tampak. Jadi televisi berarti dapat tampak dari jarak jauh. Sebagai bagian dari media massa, televisi merupakan alat penyampai pesan yang paling ampuh saat ini. Hal ini sesuai dengan prinsip komunikasi massa yang dinyatakan oleh McQuail: “The term „mass media‟ is shorthand to describe means of communication that operate on large scale, reaching and involving virtually everyone in society to a greater and lesser degree. It refers to a number of media that are now long-established and familiar, such as newspaper, magazines, film, radio, television, and the phonograph (recorded music)”. (McQuail, 2000:4) Televisi sebagai media massa selain sebagai penyampai informasi ternyata memiliki banyak fungsi, Anton Mabruri (2010) menyebutkan ada 4 poin utama fungsi siaran televisi yaitu: a. Menginformasikan (information), televisi memiliki fungsi sebagai penyampai informasi kepada masyarakat. Kegiatan jurnalistik dalam 6
siaran televisi memiliki peran yang besar karena tugas jurnalistik sendiri yang mencari, mengumpulkan, mengedit dan menyiarkan informasi kepada khalayak. b. Menghibur (entertainment), fungsi televisi sebagai hiburan mungkin menjadi fungsi utama saat ini, dimana masyarakat memilih untuk menonton televisi sebagai sarana untuk refreshing. c. Mendidik (education), fungsi selanjutnya adalah sebagai sarana untuk mendidik masyarakat melalui program acara yang disiarkan. Televisi harusnya mengedukasi penonton melalui program acaranya dengan penuh tanggung jawab, sayangnya saat ini fungsi mendidik masih kurang diperhatikan oleh pihak televisi. d. Ruang kontrol masyarakat, televisi secara nyata telah mengontrol masyarakat melalui pemberitaan yang disiarkan, dan dapat mempengaruhi cara berpikir masyarakat atas suatu fenomena. Antonio Gramci, menilai media merupakan suatu ruang dimana ideologi disampaikan, hal ini menunjukkan bahwa di sisi lain, media dapat menjadi sarana penyebaran ideologi penguasa, alat legitimasi dan kontrol atas wacana publik (Sobur, 2006). Tidak dapat dipungkiri apabila media juga menjadi sumber kekuatan bagi beberapa pihak, karena peran media yang cukup signifikan bagi masyarakat. Demikian pula halnya dengan televisi yang lebih berpengaruh bagi masyarakat. Ideologi media ini juga yang kemudian berusaha disampaikan kepada masyarakat dengan cara media masing-masing. Kekuatan media televisi dalam menyampaikan pesan kepada masyarakat memberikan peluang bagi pihak-pihak terkait di suatu media untuk bisa menyelipkan ideologi-ideologi yang dianut oleh media tersebut. Kekuatan dan teknik penyampaian televisi juga dirasa lebih efektif dan efisien dibandingkan dengan media-media lain. Karena itulah, pengaruh yang disampaikan oleh televisi kepada masyarakat jauh lebih cepat dan mendominan. Hanya dengan menonton televisi saja, pemikiran masyarakat dapat terdistorsi untuk kemudian memiliki ideologi yang sama dengan apa yang disampaikan oleh televisi. 7
Selain mempengaruhi sistem idealisme penonton, tingkat kebutuhan masyarakat akan televisi juga semakin meninggi. Seiring dengan kemajuan pemikiran masyarakat, televisi dianggap menjadi suatu media yang sempurna dalam penyampaian informasi dan hiburan. George Gerbner, dalam teori kultivasinya menyatakan bahwa televisi membangun suatu ideologi kebutuhan bagi masyarakat. Teori Kultivasi adalah teori yang populer sejak tahun 1960-an. Menurut teori ini, televisi menjadi media atau alat utama dimana para penonton televisi itu belajar tentang masyarakat dan kultur di lingkungannya. Dengan kata lain, persepsi apa yang terbangun di benak kita tentang masyarakat dan budaya sangat ditentukan oleh televisi.7 Hal ini menunjukkan bahwa, televisi mampu memberikan efek dramatisasi yang lebih maksimal kepada masyarakat. Visualisasi yang menarik ditambah dengan audio yang mencukupi, menjadi satu paket media yang berhasil membawa masyarakat kepada “dunia” yang dibawa oleh televisi, sehingga mampu mencetak pemikiran masyarakat berdasarkan dari pola penyampaian komunikasi televisi. Jurnalisme televisi menjadi hal yang penting ketika masyarakat mulai mempercayakan televisi sebagai media informasi yang akurat. Kebenaran akan sebuah pesan dan informasi menjadi tuntutan bagi pihak televisi dan juga media lainnya. Sebagai media yang memberikan banyak pengaruh bagi masyarakat, tentunya perhatian dalam penyampaian pesan dan informasi di televisi haruslah benar-benar sesuai dengan peraturan, sehingga tidak menimbulkan pengertian yang salah di mata masyarakat dalam melihat pesan dan informasi yang disampaikan tersebut.
2. Pesan Kritik di Media Massa Media massa pada umumnya memberitakan peristiwa-peristiwa yang dapat mempengaruhi perilaku khalayak. Oleh karena itu, intensitas pesan dalam media 7
Hadi, Ido Prijana. 2007. Jurnal Ilmiah Cultivation Theory: Sebuah Perpektif Teoritik dalam Analisis Televisi. ISSN 1978-385X Vol. 1 No.1. Hal.8.
8
massa memiliki pengaruh yang sangat besar. Berikut ini tiga karakteristik pesan media massa yang ditulis Shirley Biagi. (1) A message is sent out using some form of mass media (such as newspapers or television); (2) The message is delivered rapidly; (3) The message reaches large groups of different kinds of people simultaneously or within a short period of time.8 Pesan atau informasi dalam media massa biasanya berupa berita, menurut Teun Adrianus van Dijk, istilah „berita‟ mengandung ambiguitas, ia bisa bermakna, (1) informasi baru tentang peristiwa, benda, atau orang, (2) tipe program televisi/radio dimana di dalamnya berita-berita tersebut dipresentasikan, (3) artikel berita atau laporan berita, contohnya teks atau wacana dalam radio, televisi, atau surat kabar, yang memberikan informasi baru tentang peristiwa terkini.9 Berita sendiri menurut Abrar disebut sebagai salah satu laporan yang mengkonstruksi realitas. Selanjutnya Abrar juga mendefinisikan bahwa berita adalah hasil rekonstruksi tertulis dari realitas sosial yang terdapat dalam kehidupan. Itulah sebabnya ada orang yang beranggapan bahwa penulisan berita lebih merupakan pekerjaan merekonstruksi sosial ketimbang gambaran dari realitas itu sendiri.10 Adapun peran media massa dalam mengkonstruksi sebuah realitas dijelaskan oleh Jalaluddin Rakhmat. Pertama, menampilkan realitas kedua. Informasi atau realitas yang ditampilkan media massa pada dasarnya sudah diselesaikan oleh lembaga media yang bersangkutan sehingga menghasilkan realitas kedua. Hal ini mengakibatkan khalayak membentuk citra tentang lingkungannya berdasar realitas kedua yang ditampilkan media massa. Kedua, memberikan status. Di sisi lain, media juga memberikan status (status conferral). Seseorang atau kelompok bisa mendadak terkenal karena diliput secara besar-besaran oleh media. Sebaliknya, orang terkenal mulai dilupakan karena tidak pernah diliput media. Ketiga, menciptakan stereotip. Adanya proses seleksi informasi dalam media, maka media massa turut 8
Biagi, Shirley. 1990. Media Impact. Wadsworth, California. Hal. 13 Van Dijk, Teun A. 1988. News as Discourse. Hillsdale, NJ: Lawrence Erlbaum Associates. Hal.4. 10 Abrar, Ana Nadhya. 2005. Penulisan Berita. Yogyakarta: Universitas Atmajaya Yogyakarta. Hal. 2. 9
9
mempengaruhi pembentukan citra yang bias dan tidak cermat sehingga menimbulkan stereotip. Secara singkat stereotip diartikan sebagai gambaran umum tentang individu, kelompok, profesi atau masyarakat yang tidak berubah-ubah, bersifat klise dan seringkali timpang dan tidak benar.11 Berkaitan dengan pesan, ada dua jenis pesan yang paling umum yaitu pesan verbal yang menggunakan kata-kata sehingga dapat dipahami maksudnya oleh penerima dengan cara melihat atau mendengarnya, dan pesan non-verbal adalah jenis pesan yang tidak menggunakan kata-kata secara langsung, penerima memahami pesan mengandalkan penglihatannya melalui gerak-gerik, mimik wajah, tingkah laku, dan ekspresi muka pembuat pesan. Pesan yang dibuat oleh manusia sangatlah beragam, dalam penelitian ini fokus utama adalah pesan kritik yang termasuk ke dalam jenis pesan verbal. Dalam buku berjudul Manusia dan Kritik, R.C. Kwant menuliskan bahwa kritik menentukan nilai suatu kenyataan yang dihadapinya.12 Dalam melontarkan kritik, tidak cukup hanya mengetahui kenyataan yang ada, namun orang yang melancarkan kritik harus berusaha menentukan apakah yang dihadapinya itu benarbenar seperti yang seharusnya. Oleh karenanya, orang tersebut harus mengetahui sebelumnya bagaimana seharusnya.13
3. Produksi Pesan dalam Televisi Televisi dapat mengkomunikasi pesan-pesan yang dikandungnya, termasuk mengenai suatu isu politik dengan cara yang sangat sederhana. Sifat televisi yang demikian, disebut sebagai penyampaian pesan sepintas atau transitory, karena itulah maka pesan pun dapat mudah dipahami dalam sekilas.14 Tujuan akhir dari
11
Rakhmat, Jalaluddin. 2004. Psikologi Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya. Hal. 224-227 Kwant, R.C. 1975. Manusia dan Kritik. Yogyakarta: Yayasan Kanisius. Hal. 12 13 Ibid. Hal. 90 14 Tabrani, Primadi. 1992. Semiotika dan Bahasa Rupa Gambar. Pusat Penelitian Kemasyarakatan dan Budaya LPUI dan Lingkaran Peminat Semiotika. 12
10
penyampaian pesan media televisi bisa menghibur, mendidik, kontrol sosial, menghubungkan atau sebagai bahan informasi. Melihat perkembangan pemikiran dan persaingan yang semakin ketat antar pelaku media, televisi dituntut untuk lebih kreatif dan atraktif untuk menarik hati masyarakat. Faktor kepentingan ekonomi juga tidak bisa dilepaskan dari media, orientasi bisnis terkait dinamika dan logika komersial memang lebih didahulukan industri media saat ini tidak terkecuali televisi. Apalagi bisnis penyiaran televisi adalah bisnis yang padat modal. Lewat berbagai macam program acara yang disuguhkan, mulai dari berita hingga hiburan, televisi menyalurkan pesan kepada audiens. Naratama (dalam Mabruri, 2010) mendeskripsikan format acara televisi sebagai sebuah perencanaan dasar dari suatu konsep acara televisi yang akan menjadi landasan kreativitas dan desain produksi yang akan terbagi dalam berbagai kriteria utama yang disesuaikan dengan tujuan dan target pemirsa acara tersebut. Format acara televisi dibagi menjadi tiga kategori yaitu drama (fiksi), non drama (non fiksi), dan berita. Dalam merencanakan sebuah produksi program televisi, seorang produser professional akan dihadapkan pada lima hal sekaligus yang memerlukan pemikiran mendalam, yaitu meteri produksi, sarana produksi, (equipment), biaya produksi (financial), organisasi pelaksana produksi, dan tahapan pelaksanaan produksi. Berpikir tentang produksi program televisi, bagi seorang produser professional, berarti mengembangkan gagasan bagaimana materi produksi itu selain menghibur, dapat menjadi suatu sajian yang bernilai dan memiliki makna.15 Program acara yang dijadikan objek dalam penelitian ini adalah Stand Up Comedy Show. Melihat dari format dan isi tayangan, program acara ini termasuk kedalam kategori non drama (non fiksi). Dikatakan demikian karena semua materi yang disampaikan diproduksi melalui proses pengolahan imaji kreatif dan berdasarkan realitas kehidupan sehari-hari tanpa dibuat-buat. Format program acara 15
Wibowo, Fred. 2009. Teknik Produksi Program Televisi. Yogyakarta: Pinus Book Publisher
11
non drama merupakan sebuah runtutan pertunjukan kreatif yang mengutamakan unsur hiburan yang dipenuhi dengan aksi, gaya dan musik. Contoh: Talk show, Konser Musik, dan Variety show.16 Produksi pesan merupakan cara penyampaian pesan dalam konteks interaksi dan kultural. Elemen ini menjelaskan bagaimana seseorang menciptakan tulisan, ucapan dan ekspresi kepada orang lain. Selain itu, tujuan dari produksi pesan juga menjadi hal yang penting, karena di balik produksi pesan biasanya ada kepentingankepentingan (politis) yang mempengaruhinya. John Fiske (2004:10) juga menegaskan bahwa tujuan (intention) merupakan faktor yang krusial dalam memutuskan apa yang membentuk sebuah pesan. Ia juga menambahkan tujuan pengirim mungkin dinyatakan atau tidak dinyatakan, disadari atau tidak disadari. Tujuan ini bisa bersifat informatif, persuasif, kontrol, dan lain-lain tergantung kepentingan apa yang melatarbelakanginya.
4. Kemasan Pesan Kritik di Televisi Konstruksi
konten
media
menjadi
hal
yang
diperhatikan
dalam
menyampaikan pesan. Tidak hanya untuk melakukan pembingkaian informasi, melainkan juga menunjukkan perspektif media dalam melihat suatu isu, informasi dan berita. Pengkonstruksian yang terjadi sedikit banyak tentu saja juga dipengaruhi dengan idealisme dan ideologi media itu sendiri. Televisi menjadi salah satu bentuk media yang efektif dan efisien dalam menyampaikan pesan. Berita televisi merupakan laporan tentang fakta peristiwa atau pendapat manusia, atau kedua-duanya yang disertai audio-visual, gambar yang menarik, aktual, berguna dan disiarkan melalui media massa televisi secara periodik. Penyampaian konteks berita di televisi cenderung lebih khusus. Berita yang disampaikan melalui televisi tentunya akan lebih ekspresif karena masyarakat tidak 16
Mabruri, Anton. 2010. Manajemen Produksi Program Acara Televisi: Program Acara Televisi Nondrama, News & Sport. Depok: Mind 8 Publishing House. Hal.32.
12
hanya mendengar tetapi juga melihat ekspresi pembawa berita dalam menyampaikan berita yang dibawanya. Semua kemajuan lahir dari kritik, karena tanpa kritik, bangsa manusia tidak akan mungkin bisa mencapai hasil yang kini telah dicapainya itu. (Kwant dalam Sobur, 2001:193). Pesan kritik mengenai politik di pemerintahan, menjadi suatu informasi yang paling berpengaruh bagi keadaan masyarakat suatu negara. Pemerintah dan segala yang berhubungan dengan Negara menjadi suatu bahan pemberitaan yang banyak disorot oleh media-media di Indonesia, karena kasus-kasus politik tidak pernah ada habisnya seiring dengan dinamika yang terjadi di dalam Negara tersebut. Kejenuhan akan pemberitaan seperti ini mungkin saja terjadi dan dirasakan oleh masyarakat. Berita yang tiada habisnya tentang keburukan yang dilakukan oleh pemerintah menjadikan masyarakat jengah. Sebagian dari mereka melihat hal ini dan memanfaatkan media televisi untuk melakukan kritik terhadap apa yang menjadi keresahan mereka. Kritik adalah sesuatu bentuk kebebasan yang mesti „disesuaikan dengan situasi dan kondisi‟ pada masa kebudayaan transisi ini. Sementara itu, Muladi menilai, “Dinegara berkembang, kritik sering dilihat sebagai sesuatu yang tidak loyal (disloyality). Padahal, masyarakat yang maju, kritik justru merupakan sesuatu yang penting, sebagai masukan agar system politik menjadi lebih baik.“17 Stasiun televisi melihat fenomena ini dan membentuk suatu wadah yang dapat menampung opini masyarakat melalui sebuah program acara. Dengan begitu, televisi tidak hanya menyiarkan informasi namun dapat juga sebagai media penyalur pesan kritik kepada khalayak. Sebagai media penyalur pesan kritik, televisi tentunya juga memiliki kemampuan untuk membentuk opini publik. Dalam kerangka pembentukan opini publik, media massa umumnya melakukan tiga kegiatan sekaligus. Pertama,
17
Sobur, Alex. 2001. Analisis Teks Media. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Hal. 194.
13
menggunakan simbol-simbol politik (language of politic). Kedua, melaksanakan strategi pengemasan pesan (framing strategies). Ketiga, melakukan fungsi-fungsi agenda media (agenda setting function). Ketika melakukan tiga tindakan tersebut, boleh jadi sebuah media dipengaruhi oleh berbagai faktor internal berupa kebijakan redaksional tertentu mengenai suatu kekuatan politik, kepentingan politik para pengelola media, relasi media dengan sebuah kekuatan politik tertentu, dan faktor eksternal seperti tekanan pasar pembaca atau pemirsa, sistem politik yang berlaku, dan kekuasaan-kekuasaan luar lainnya. Dengan demikian, boleh jadi satu peristiwa politik bisa menimbulkan opini publik yang berbeda-beda tergantung dari cara masing-masing media melaksanakan tiga tindakan tersebut.
18
Media massa dalam menjalankan fungsinya sebagai pembentuk opini publik, selalu dikaitkan dengan fungsi agenda setting. Teori yang dikemukakan oleh Maxwell Mc Combs dan Donald Shaw ini menyebutkan bahwa “mass media have the ability to transfer the salience of items on their news agendas to the public agenda.”19 Dengan kata lain, jika media memberi tekanan pada suatu peristiwa, maka media itu akan mempengaruhi khalayak untuk menganggapnya penting.
5. Muatan Isu Politik dalam Pesan Kritik di Televisi Informasi politik menjadi suatu informasi yang paling berpengaruh bagi keadaan masyarakat suatu negara. Politik menjadi suatu bahan pemberitaan yang cukup banyak disorot oleh media-media di Indonesia, karena keadaan politik Indonesia yang tidak pernah “tidur” dari kasus-kasus yang berkaitan dengan dunia politik. Peristiwa politik selalu menarik perhatian media massa sebagai bahan liputan. Hal ini terjadi karena dua faktor yang saling berkaitan. Pertama, dewasa ini politik berada di era mediasi yakni media massa, sehingga hampir mustahil 18
Hamad, Ibnu. 2004. Konstruksi Realitas Politik dalam Media Massa: Sebuah Studi Critical Discourse Analysis terhadap Berita-berita Politik. Yayasan Obor Indonesia. Hal. 2. 19 Griffin, EM. 2003. A First Look At Communication Theory (Fifth Edition). Singapura: McGraw-Hill Co. Inc. Hal. 390.
14
kehidupan politik dipisahkan dari media massa. Kedua, peristiwa politik dalam bentuk tingkah laku dan pernyataan para aktor politik lazimnya selalu mempunyai nilai berita sekalipun peristiwa politik itu belangsung rutin belaka.20 Pemberitaan ataupun penginformasian politik di berbagai media di Indonesia pun semakin banyak dan semakin mengembangkan program-program di medianya. Tayangan-tayangan seputar informasi politik yang disampaikan di media pun dilakukan dengan cara dan teknik penyampaian yang berbeda-beda sehingga masingmasing media memiliki identitas masing-masing. Demikian pula halnya dengan media televisi yang semakin banyak dan semakin memperluas jaringan penontonnya dengan berbagai program penyampaian informasi yang dibuat semenarik mungkin. Program-program informasi yang mayoritas dikemas dengan konsep berita ini disampaikan dengan memperhatikan banyak hal sehingga dapat memperluas jaringan dan antusiasme masyarakat untuk menonton program acara mereka. Melihat hal tersebut, maka kemunculan Stand Up Comedy Show tentu merupakan cara Metro TV untuk mencuri perhatian masyarakat dan sebagai penyeimbang program acara lainnya yang cenderung bersifat lebih formal dan serius. Walaupun format acara termasuk dalam genre komedi namun tidak menghilangkan nilai berita yang terkandung di dalamnya. Pesan kritik yang disampaikan oleh Stand Up Comedy Show menjadi wadah yang baik bagi isu politik yang kemudian digunakan oleh Metro TV untuk menyebarkan informasi kepada khalayak. E. KERANGKA KONSEP Setelah melakukan penjabaran atas kerangka pemikiran untuk penelitian ini, selanjutnya akan lebih dikerucutkan dalam sebuah kerangka konsep yang berakitan dengan objek penelitian yaitu pesan kritik mengenai isu politik pada Stand Up Comedy Show di Metro TV. Hal ini agar menjadi pedoman bagi peneliti untuk
20
Hamad, Ibnu. 2004. Konstruksi Realitas Politik dalam Media Massa. Jakarta: Granit. Hal. 1.
15
melakukan penelitian. Adapun kerangka konsep dari penelitian ini akan dijelaskan pada poin-poin berikut: 1. Media Massa Media massa memiliki peranan yang sangat penting dalam menyalurkan pesan kepada khalayak. Dalam penelitian ini, bentuk media massa yang dimaksud adalah televisi. Televisi diyakini sebagai media massa yang paling besar dampaknya dalam kehidupan. Kemampuan televisi dalam menyampaikan pesan secara audio dan visual lebih menarik perhatian khalayak. Selain itu, daya jangkau siaran yang lebih luas juga membuat televisi menjadi media massa yang lebih unggul diantara media elektronik lainnya. Di sisi lain, televisi merupakan payung besar yang menaungi banyak format pesan yang disampaikan melalui sebuah program acara televisi. Dalam penelitian ini, format yang dimaksud adalah program acara Stand Up Comedy Show. 2. Pesan Kritik Pesan kritik merupakan suatu pesan yang berisi mengenai kecaman atau tanggapan yang disertai uraian dan pertimbangan baik buruk atas suatu kejadian. Berdasarkan pengertian tersebut, pesan kritik tentunya terdapat dalam naskah Stand Up Comedy Show. Akan tetapi, pengertian pesan kritik sendiri masih terlalu luas jika kita mengaitkannya dengan penelitian ini. Untuk itu diperlukan pengerucutan atas pesan kritik yang terdapat dalam naskah Stand Up Comedy Show. Isu politik yang terjadi di Indonesia termasuk ke dalam pesan kritik dan akan di jelaskan pada poin selanjutnya. 3. Isu Politik Isu menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah masalah yang dikedepankan (untuk ditanggapi), pengertian selanjutnya adalah kabar yang tidak jelas asal usulnya dan tidak terjamin kebenarannya (kabar angin, desas-desus). Merujuk pada pengertian tersebut, isu bisa disimpulkan sebagai suatu masalah yang sedang ramai ditanggapi oleh banyak orang dan bersifat temporer. Dalam penelitian ini, isu yang diangkat adalah isu politik yang berkaitan dengan pemerintah di Indonesia. Berdasarkan pada pengertian isu sebelumnya, maka isu politik ialah suatu 16
masalah yang sedang ramai ditanggapi oleh masyarakat berkaitan dengan politik. Isu tersebut menjadi menarik ketika disampaikan oleh Stand Up Comedy Show mengingat program acara tersebut disiarkan oleh Metro TV dimana isu serupa memang lekat dengan pemberitaannya dan pemilik Metro TV juga berkecimpung di dalam dunia politik. 4. Komedi di Televisi Komedi merupakan sandiwara ringan yang penuh dengan kelucuan yang bertujuan untuk menyenangkan khalayak, tidak jarang kelucuan tersebut memuat sindiran. Sebagai salah satu program acara televisi yang bersifat komedi, Stand Up Comedy Show belakangan menjadi salah satu hiburan alternatif bagi masyarakat di tengah program hiburan yang membosankan. Program acara ini juga menjadi cara baru dalam menyampaikan pesan kritik kepada khalayak.
F. METODOLOGI PENELITIAN 1. Objek Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pesan kritik mengenai isu politik disampaikan oleh comic
21
di Metro TV melalui acara Stand Up Comedy
Show. Acara tersebut disiarkan oleh Metro TV setiap hari Rabu pukul 22.30 WIB. Adapun alasan mengapa Stand Up Comedy Show dipilih sebagai objek penelitian adalah: a. Eksistensi Sejak dikenalnya Stand Up Comedy Show di Indonesia, acara ini telah mengambil tempat sendiri di masyarakat dan menjadi alternatif hiburan di tengah pusaran hiburan yang cenderung bersifat slapstick. Dengan mengusung jargon “hiburan yang cerdas”, Stand Up Comedy Show memang memberikan suguhan yang berbeda dari acara hiburan lainnya, tidak hanya mengundang 21
Comic adalah sebutan bagi para pelaku Stand Up Comedy. Biasa disebut juga dengan stand up comedian atau komika. Sumber: Wikipedia. Pelawak Tunggal. Terarsip di: http://id.wikipedia.org/wiki/Pelawak_tunggal
17
tawa namun diselipkan dengan informasi atau kritik atas suatu kejadian. Eksistensi dari program acara ini kian digemari oleh masyarakat Indonesia, terutama di kalangan mahasiswa. b. Karakter Sebuah situs pencarian informasi di internet menjelaskan mengenai karakteristik Stand Up Comedy di Indonesia, yaitu: “Characteristic of Stand Up Comedy in Indonesia there are innuendos that appear in the joke, sarcasm typically theme of politics, culture, education, and can also appear in allusions which aimed at a wellknown figure, that's the difference between Stand Up Comedy Indonesia with other countries.”22 Melihat dari karakteristik yang dimiliki Stand Up Comedy Indonesia, kritik sosial dengan sindirian dan sarkasme menjadi ciri utama dalam performa para comic yang dibalut dengan lelucon agar dapat diterima oleh audiens. Format acara Stand Up Comedy Show di Metro TV adalah satu orang comic berdiri dengan memegang microphone dan berbicara di depan penonton dalam waktu 5 sampai 10 menit per segmen. Dalam satu episode biasanya terdapat tiga segmen dengan tiga comic yang berbeda. Materi yang disampaikan biasanya tidak fokus terhadap satu isu tetapi dalam satu kali pertunjukan bisa mengangkat beberapa isu yang berbeda. Alasan-alasan tersebut yang mendorong peneliti memilih Stand Up Comedy Show menjadi objek penelitian. Sementara itu, objek spesifik dari penelitian ini adalah naskah dengan tema yang menyangkut isu politik. Naskah merupakan „jiwa‟ dari program Stand Up Comedy Show, atas subjektifitas peneliti telah terpilih empat segmen dari empat episode berbeda yang ditayangkan sejak awal mula keberadaan Stand Up Comedy di Metro TV yaitu bulan September sampai dengan April 2012. Pada rentang waktu tersebut isu politik di pemerintahan tengah marak
22
Wikipedia. 2012. Stand Up Comedy. Terarsip di: http://en.wikipedia.org/wiki/Stand-up_comedy.
18
diperbincangkan dan menjadi pemberitaan di segala media di Indonesia khususnya di Metro TV itu sendiri. Keempat segmen ini dilakukan oleh empat orang comic yang berbeda, yaitu, Sammy dari episode tanggal 25 April 2012, Temon dari episode tanggal 16 November 2011, Soleh Solihun dari episode tanggal 4 April 2012 dan Rindra dari episode 1 Februari 2012. Naskah-naskah tersebut dipilih karena mengandung isu-isu politik yang menjadi objek dalam penelitian ini. Keempat naskah yang terpilih akan diteliti dengan menggunakan metode yang akan dijelaskan pada poin selanjutnya.
2. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis isi kualitatif. Menurut Budd, analisis isi adalah suatu teknik sistematis untuk menganalisis isi pesan dan mengolah pesan atau suatu alat untuk mengobsevasi dan menganalisis isi perilaku komunikasi yang terbuka dari komunikator yang dipilih23. Lebih detail mengenai analisis isi kualitatif, Krippendorf menyebutkan, analisis isi memiliki prosedur-prosedur khusus untuk pemrosesan data ilmiah. Analisis isi merupakan suatu alat untuk memberikan pengetahuan, membuka wawasan baru, menyajikan fakta dan panduan praktis pelaksanaannya 24. Sedangkan Barcus menyebutkan, secara teknis analisis isi mencakup upaya25: Klasifikasi tanda-tanda yang dipakai dalam komunikasi Menggunakan kriteria sebagai dasar klasifikasi Menggunakan teknik analisis tertentu untuk membuat prediksi Pada mulanya, analisis isi kuantitatif memang lebih dikenal dalam penelitian. Analisis isi kuantitatif yang pertama dikenal adalah penelitian mengenai surat kabar.
23
Kriyantono, Rakhmat. 2007. Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta : Kencana Prenada Media Group. Hal 228. 24 Krippendorf, Klaus. 1991. Analisis Isi: Pengantar Teori dan Metodologi. Jakarta: Rajawali Pers. Hal. 15. 25 Muhadjir, Noeng. 1990. Metodologi Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Rake Sarasin. Hal 76.
19
Saat itu fakta-fakta yang digunakan dalam penelitian analisis isi harus bersifat kuantitatif. Seiring dengan perkembangan media elektronik, ranah penelitian analisis isi kemudian juga merambah pada bidang siaran radio, film, dan televisi. Selanjutnya, analisis isi kini juga digunakan untuk meneliti buku ajar, serial komik, pidato, dan periklanan26. Perkembangan analisis isi kualitiatif kemudian terjadi karena banyak pihak menganggap terdapat kekuarangan dalam penelitian analisis isi kuantitatif. Tidak semua persoalan dapat dilihat secara kuantitatif. Akhirnya, pertanyaan terbuka mulai digunakan dalam analisis isi kualitatif. Metode ini terus berkembang hingga dimanfaatkan pula untuk menganalisis mitos, cerita rakyat, dan teka-teki27. Analisis isi kualitatif dapat diaplikasikan karena memang pesan/teks sendiri mempunyai makna ganda yang bersifat ”terbuka”. Artinya, penerimaan pesan satu orang dengan yang lainnya bisa saja berbeda. Oleh karena itu, analisis isi kuantitatif yang bersifat ketat dan sangat obyektif menurut angka-angka pun tidak selalu dapat digunakan28. Terdapat beberapa macam unit dalam analisis isi. Berelson menuliskan unit-unit analisis isi sebagai berikut 29: a. Words, merupakan unit terkecil dalam analisis isi. b. Theme, unit yang sedikit lebih luas daripada word. Merupakan kalimat sederhana yang terdiri dari subyek dan predikat. c. Character, unit ini kerap digunakan untuk menganalisis cerita, drama, dan biografi. d. Item, merupakan unit yang paling sering digunakan dalam penelitian analisis isi. Kata ataupun kalimat dapat digunakan bersamaan dan saling berhubungan. e. Space-and-Time Measures, unit analisis ini mempertimbangkan konteks waktu dan tempat ketika pesan dibuat. 26
Krippendorf. Op. Cit. Hal 2-5. Ibid. Hal 11. 28 Ibid. Hal 17. 29 Berelson, Bernard. 1952. Content Analysis in Communication Research. New York: Hafner Press. Hal 136-146. 27
20
f. The Inter-Relation of Units, gabungan dari unit-unit yang ada dalam penelitian analisis isi. Beberapa unit digunakan secara bersamaan dalam sebuah penelitian.
3. Unit Analisis dan Definisi Konsep Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan tipe unit analisis milik Berelson yang disesuaikan dengan konten Stand Up Comedy Show. Untuk membantu proses penelitian, peneliti akan membagi kajian dalam dua garis besar, yakni substansi dan teknis. Setiap unit kajian memiliki poin-poin untuk memperjelas bagian yang ditekankan dalam penelitian. Lebih detailnya akan dijelaskan sebagai berikut:
Tabel 1.1 Unit Analisis dan Definisi Konsep No. 1.
Unit Analisis Substansi
Karakteristik Tema
Definisi Konsep Tema dipahami sebagai ide utama dalam naskah. Penelitian ini akan melihat bagaimana penyampaian pesan kritik dalam Stand Up Comedy
Show.
pengetahuan
Peristiwa
seperti
atau
apa
yang
dipilih oleh seorang comic untuk dimasukkan dalam naskah mereka. Isi
Isi
naskah
berkaitan
dengan
cerita.
Dalam
akan
dilihat
pengembangan penelitian
ini,
bagaimana cara seorang comic dalam mengemas isu politik.
21
Latar
Terdapat tiga latar dalam sebuah naskah yakni tempat, waktu, dan sosial
budaya.
Ketiga-tiganya
sama penting untuk membangun pemahaman
yang
khalayak.
utuh
Melalui
pada unit
karakteristik ini, peneliti akan melihat
apakah
ketiga
latar
tersebut ada dalam naskah yang disampaikan, dan bagaimana latar tersebut diceritakan. Tokoh
Tokoh dalam konteks ini dipahami sebagai oknum yang berkaitan dengan isu yang sedang diangkat. Oleh karena itu, menjadi penting untuk mengetahui bagaimana latar belakang tokoh yang diangkat ke dalam naskah, mulai dari profesi hingga lingkup geografisnya.
Pemilihan Diksi
Poin ini akan melihat kata apa saja yang digunakan seorang comic dalam naskah Stand Up Comedy Show.
2.
Teknis
Gaya Bicara
Gaya bicara adalah pendekatan
(Visual Image)
verbal yang digunakan seorang comic
dalam
menyampaikan
pesannya kepada khalayak. Gerak Tubuh
Gerak tubuh adalah perwujudan
22
aksi tertentu yang dilakukan oleh seorang
comic
dalam
menyampaikan pesan. Ekspresi
Ekspresi
merupakan
proses
pengungkapan maksud tertentu, hal ini bisa sebagai representasi atas
pesan
keakraban,
tentang kekesalan,
keriangan, bahkan
kemarahan yang dirasakan oleh comic dalam pertunjukannya. Setting
Setting merupakan ruang atau tempat dilaksanakannya produksi program acara Stand Up Comedy Show.
4. Definisi Operasional Karakteristik yang telah dituliskan dalam unit analisis merupakan sudut pandang yang akan digunakan untuk menganalisis naskah dalam Stand Up Comedy Show. Adapun bagian ini akan menjelaskan lebih lanjut hubungan antara karakteristik dengan naskah dan rekaman video yang akan diteliti. Tema Tema yang diangkat dalam naskah Stand Up Comedy Show merupakan representasi atas situasi yang sedang terjadi saat itu. Penelitian ini akan mencoba melihat pendekatan yang dilakukan oleh comic dalam membawakan materinya.
23
Isi Isi merupakan bagian dari naskah yang berkaitan dengan pesan kritik yang disampaikan oleh comic dalam Stand Up Comedy Show. Isi memiliki peran yang cukup krusial dalam penelitian ini, isi di sini adalah pengembangan cerita mengenai isu-isu yang menjadi perbincangan di masyarakat. Latar Latar digunakan oleh comic sebagai keterangan untuk menjelaskan situasi yang terjadi di dalam naskah. Latar sangat penting perannya dalam membangun pemahaman bagi penonton. Latar yang digunakan dalam naskah Stand Up Comedy Show tentunya merupakan peristiwa yang berkaitan dengan isu politik yang terjadi di Indonesia kurun waktu September 2011 hingga April 2012. Tokoh Adapun yang dimaksud dengan tokoh dalam penelitian ini adalah oknumoknum yang menjadi sasaran kritik oleh para comic. Tokoh di sini berasal dari berbagai kalangan, tidak hanya pemerintah namun masyarakat sendiri juga bisa menjadi bahan kritikan. Pemilihan Diksi Pemilihan diksi ini akan melihat kata apa saja yang digunakan seorang comic dalam Stand Up Comedy Show. Selain itu, penggunaan bahasa juga termasuk ke dalamnya, apakah menggunakan bahasa asing atau bahasa daerah dalam naskah mereka. Gaya Bicara Gaya bicara merupakan cara comic dalam berbicara kepada penonton dalam membawakan pertunjukan Stand Up Comedy Show. Gaya bicara berhubungan dengan penekanan yang dilakukan seorang comic dalam menyampaikan pesan, meliputi: pemilihan kata, pemilihan kata sapa, dan pemilihan gaya bicara formal atau informal.
24
Gerak Tubuh Gerak tubuh meliputi perwujudan aksi tertentu yang dibarengi oleh ekspresi dan ucapan seorang comic. Gerak tubuh juga menjadi penekanan atas suatu pesan dalam Stand Up Comedy Show. Ekspresi Ekspresi di sini merupakan ekspresi wajah comic dalam membawakan materi Stand Up Comedy Show. Ekspresi juga berkaitan dengan gerak tubuh, namun dalam pesan tertentu ekspresi wajah comic akan lebih jelas terlihat hal ini dapat diketahui melalui teknik pengambilan gambar dalam rekaman video. Setting Setting atau ruang yang digunakan dalam produksi acara Stand Up Comedy Show memiliki andil dalam penyampaian pesan kepada penonton. Sebagian besar program ini memang diproduksi di dalam studio Metro TV, tapi ada juga rekaman yang dilakukan di luar studio tergantung situasi yang sedang terjadi dan tujuan yang dimiliki stasiun televisi tersebut.
5. Teknik Pengumpulan Data Sumber data primer dalam penelitian ini adalah video taping tayangan Stand Up Comedy Show. Sedangkan data sekunder berasal dari studi pustaka yang dilakukan untuk memperoleh data pendukung dari literatur atau buku-buku, laporan studi terdahulu, makalah, ensiklopedia, dan sumber-sumber tertulis baik cetak maupun elektronik, yang dibutuhkan dan berhubungan dengan objek penelitian. Berdasarkan uraian sumber data di atas, secara umum langkah-langkah pengumpulan data dapat dijelaskan sebagai berikut: Mengumpulkan
materi
rekaman
video
(video
taping)
yang
menyangkut isu politik yang berkaitan dengan pemerintah selama
25
bulan September 2011 hingga April 2012 yang didapat peneliti dari website Metro TV (www.metrotvnews.com). Mengubah materi video menjadi naskah teks (transkrip). Menentukan materi naskah yang menarik dan kontributif dalam penelitian untuk dianalisis. Mengkaji materi yang telah dipilih
6. Teknik Analisis Data Analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan menghitung data-data yang telah didapat dari tayangan Stand Up Comedy Show. ”Menghitung” dalam arti kuantitatif memang didasarkan pada frekuensi, sedang dalam arti kualitatif menyangkut pemaknaan dan mencari arti, diangkat dari intensitas kejadiannya30. Jadi, bisa dikatakan penghitungan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pemaparan mengenai kecenderungan yang ditemukan dalam tiap unit penelitian. Dalam penelitian ini, penggunaan analisis isi secara kualitatif akan lebih banyak ditekankan pada bagaimana simbol-simbol yang ada dalam tayangan Stand Up Comedy Show terbaca dalam interaksi sosial serta bagaimana simbolsimbol itu terbaca dan dianalisis oleh peneliti. Peneliti akan melakukan analisis secara objektif serta menggunakan pendekatan sistematis, sehingga tidak keluar dari koridor unit analisis yang telah ditentukan.
30
Muhadjir. Op. Cit. Hal 77-78.
26