1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Tantangan yang dihadapi oleh rumah sakit pada saat ini adalah bagaimana meningkatkan daya saing agar dapat bertahan dan berkembang. Untuk itu rumah sakit harus dapat memberikan pelayanan kepada masyarakat secara maksimum. Disisi lain rumah sakit juga mengahadapi tantangan dari lingkungan eksternal. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan meningkatkan efiesiensi pada berbagai aspek manajemen antara lain: manajemen pengelolaan keuangan, manajemen kinerja pelayanan, manajemen SDM, manajemen logistik medis dan nonmedis, manajemen infrastruktur sampai manajemen aset. Oleh karena itu rumah sakit perlu menerapkan strategi efisiensi yang akan mampu meningkatkan pelayanan tanpa mengurangi kualitas mutu layanan. Efisiensi adalah salah satu prinsip yang harus diterapkan juga pada Badan Layanan Umum Daerah (BLUD). Rumah Sakit Umum Haji Surabaya (RSHS) yang telah ditetapkan sebagai BLUD per tanggal 30 Desember 2008 melalui keputusan
Gubernur
Jawa
Timur
Nomor
188/441/KPTS/013/2008
juga
menerapkan strategi efisiensi. Salah satunya adalah dengan dikeluarkannya SK Direktur pembentukan tim pengendalian biaya (cost containment). Tim ini dibentuk dengan latar belakang bahwa banyak sekali penggunaan dan inefisiensi yang terjadi pada berbagai aspek manajemen rumah sakit. Data di RSHS menunjukkan bahwa biaya operasional rumah sakit meningkat 24% per tahun. Komponen biaya operasional tersebut antara lain meliputi biaya operasional tagihan listrik, biaya opersional tagihan air, biaya operasional tagihan BBM, biaya operasional tagihan obat, dan biaya operasional tagihan reagen.
2
Tabel 1: Biaya pemakaian dana operasional listrik, air, BBM, obat dan reagen 4 tahun terakhir Biaya
2010
2011
2012
2013
Keterangan
1.464.921.020
2.136.279.760
2.338.345.565
2.749.280.465 Meningkat
Air
134.151.250
262.126.250
558.693.000
588.357.000 Meningkat
BBM
170.775.000
331.500.000
284.431.265
374.948.150 Meningkat
Operasional
Listrik
Obat Reagen
25.185.431.458 26.785.421.478 30.053.240.771 31.002.025.549 Meningkat 2.770.975.700
3.500.000.000
4.403.674.103
5.616.575.192 Meningkat
Sumber: Bagian Keuangan dan sub bag perlengkapan RSUHS, rekap laporan evaluasi tahun 2013 Dengan kondisi tersebut di atas, Direktur RSUHS memutuskan untuk menerapkan strategi cost containment sebagai upaya mengendalikan biaya dengan membentuk tim. Sesuai dengan SK Direktur No: 445/224/304/2010 tentang pengangkatan tim pengendalian biaya dan telah diperbarui lagi dengan SK Direktur No: 445/892/304/2012, tim ini mempunyai tugas antara lain: 1. Menyusun perencanaan pelaksanaan cost containment RSUHS 2. Melaksanakan sosialisasi cost containment 3. Memantau pelaksanaan dan evaluasi cost containment RSUHS 4. Secara berkala melaporkan tugas-tugasnya kepada direktur RSUHS Didalam era globalisasi ini, Rumah Sakit Umum Haji Surabaya sebagai Badan Layanan Umum Daerah dihadapkan pada kondisi bisnis yang kompetitif dimana banyak sekali berdiri Rumah Sakit Swasta disekitarnya. Tantangan global ini harus disikapi oleh Rumah Sakit dengan cepat dan tepat supaya bisa memberikan pelayanan yang efektif dan efisien. Tantangan tersebut juga menuntut adanya perubahan manajemen yang pada akhirnya akan berdampak pula pada budaya organisasi. Salah satu masalah yang dihadapi rumah sakit untuk memberikan pelayanan yang efektif dan efisien, terutama dalam menghadapi kompetisi bisnis rumah sakit yang semakin terbuka, adalah bagaimana melakukan penghematan biaya energi. Dalam melaksanakan proses operasionalnya rumah
3
sakit membutuhan energi baik energi listrik, suplai air dan suplai gas. Dalam rangka mengoptimalkan penggunaan energi, pemerintah telah mengeluarkan kebijakan energi nasional yang meliputi kebijakan penyediaan energi yang optimal dan pelaksanaan konservasi, melaksanakan diversifikasi pemanfaatan energi, menetapkan harga energi ke arah harga keekonomian, serta pelestarian lingkungan. Kebijakan
konservasi
energi
dimaksudkan
untuk
meningkatkan
penggunaan energi secara efisien dan rasional tanpa mengurangi kuantitas energi yang memang benar-benar diperlukan. Upaya konservasi energi dapat diterapkan pada seluruh tahap pemanfaatan, mulai dari pemanfaatan sumber daya energi sampai pada pemanfaatan akhir, dengan menggunakan teknologi yang efisien dan membudayakan pola hidup hemat energi (Balai Besar & Teknologi Energi 2012). Penerapan teknologi efisiensi energi di Indonesia hingga saat ini masih belum seperti yang diharapkan. Meskipun beberapa jenis usaha komersial dan industri telah melakukan usaha-usaha penghematan energi dan revitalisasi, secara nasional hasilnya masih belum cukup untuk meredam laju konsumsi energi yang cukup tinggi. Penghematan energi adalah suatu tindakan atau upaya yang dilakukan untuk melakukan penghematan energi, sesuai dengan Undang Undang No.30 tahun 2007 tentang Energi (UU No.30 tahun 2007) dan juga instruksi Presiden Republik Indonesia No. 30 Tahun 2011 tentang Penghematan Energi dan Air (RI Presiden 2011) yang ditindaklanjuti dengan beberapa Peraturan Menteri ESDM (ESDM Menteri 2012). Dalam rangka mengoptimalkan penggunaan energi, pemerintah telah mengeluarkan kebijakan energi nasional yang meliputi kebijakan penyediaan energi yang optimal dan melaksanakan konservasi, melaksanakan diversifikasi dalam memanfaatkan energi, menetapan harga energi ke arah harga keekonomian, dan pelestarian lingkungan (ESDM Menteri 2012). Menurut (Peraturan Pemerintah RI 2009) No. 70 Tahun 2009 tentang Konservasi Energi, definisi konservasi energi adalah upaya sistematis, terencana, dan terpadu guna melestarikan sumber daya energi dalam negeri serta meningkatkan efisiensi pemanfaatannya. Efisiensi merupakan salah satu langkah dalam pelaksanaan
4
konservasi energi. Efisiensi energi adalah istilah umum yang mengacu pada penggunaan energi lebih sedikit untuk menghasilkan jumlah layanan atau output berguna yang sama (Balai Besar & Teknologi Energi 2012). Pemerintah saat ini sedang menjadi perhatian publik sehubungan dengan kebijakan publik. Alasan yang mengemuka diantaranya kritik bahwa pemerintah terlihat tidak bekerja. Pegawai negeri terlihat bekerja serampangan, inefisien, memberikan pelayanan dengan kurang maksimum dan kadang-kadang tidak mau melaksanakan perintah atasan. Berbedanya fungsi antara orang-orang yang menentukan kebijakan publik dengan mereka yang melaksanakannya, disadari menjadi ruang bagi kesalahpahaman dan penyimpangan dari keinginan pembuat kebijakan. Kebanyakan kebijakan membutuhkan seperangkat dan rangkaian tindakan
positif
yang
berbelit-belit
dari
bagian
masyarakat
untuk
diimplementasikan. Studi mengenai implementasi kebijakan sangat penting bagi studi administrasi publik dan kebijakan publik. Implementasi kebijakan merupakan tahapan dari pembuatan kebijakan antara membangun kebijakan seperti disetujuinya undang-undang oleh legislatif, dikeluarkannya perintah oleh eksekutif, penyerahan keputusan pengadilan, atau pengumuman mengenai peraturan dan konsekuensi dari kebijakan bagi orang-orang yang terpengaruh akan kebijakan tersebut. Jika sebuah kebijakan tidak sesuai atau tidak dapat mengurangi masalah yang ada, maka kebijakan tersebut menjadi gagal, bagaimanapun baiknya kebijakan tersebut, bagitu juga kebijakan yang luar biasa baiknya akan menjadi gagal untuk mencapai tujuan yang telah dibuat, apabila diimplementasikan dengan cara yang buruk. Implementasi kebijakan publik dapat termasuk dalam beragam tindakan: mengeluarkan dan menjalankan perintah, mengeluarkan menandatangani
pembayaran,
membuat
pinjaman,
kontrak,
mengumpulkan
data,
memberikan menyebarkan
bantuan, informasi,
menganalisa masalah, menugaskan dan menyewa pekerja, menciptakan unit organisasi, mengajukan alternatif, merencanakan masa depan, bernegosiasi dengan pihak swasta, bisnis, komite legislatif, unit birokrasi, dan bahkan dengan negara lain (M. Aziz Satriya Jaya n.d.).
5
Cost containment merupakan cara atau upaya mengendalikan pembiayaan atau penekanan biaya sampai ke titik Cost effectiveness, bukan ke titik efficiency. Artinya berapa besaran biaya yang secara rasional dibutuhkan untuk pelayanan tertentu dan berapa besar pembiayaan untuk perawatan atau pemeliharaan peralatan secara rasional (Permana 2010). Strategi cost containment in Hospital adalah strategi atau metode penekanan biaya di rumah sakit, sebagai bahan acuan bagi seluruh unit pelayanan didalam melaksanakan dan menerapkan penekanan biaya (Permana 2010), maka dari itu pimpinan puncak Rumah Sakit Haji Surabaya menetapkan dan mencanangkan tentang strategi cost containment yang penerapannya melalui budaya hemat energi atau perilaku sumber daya manusia, namun sejauh ini belum ada evaluasi yang mendalam terhadap kebijakan tersebut. Didalam laporan dan penelitian yang dilakukan di luar negeri banyak sekali ditemukan tentang hal-hal yang berkaitan dengan upaya penghematan energi yang berujung pada upaya penekanan biaya atau strategi cost containment, semisalnya saja laporan dari Universitas Pittsburgh tentang upaya cost containment sampai dengan tahun 2012, dimana Universitas Pittsburgh membandingkan pengeluaran biaya yang dilakukan di tahun 2009 dibandingkan dengan pengeluaran biaya yang dikeluarkan pada tahun 2012, strategi hasil dari cost containment menghasilkan penghematan kumulatif $ 98.000.000 atau setara dengan Rp.960.400.000.000,- (kurs 1$ = Rp.9.800,-). Strategi Cost Containment universitas telah memungkinkan dapat mendanai kenaikan biaya dan membuat investasi strategis di fakultas, memfasilitasi, siswa, dan melindungi bisnis inti universitas. Laporan ini menguraikan cost containment dengan pendekatan unit dalam universitas telah diambil sejak tahun fiskal 2009, dengan penambahan beberapa contoh yang menonjol dari tahun-tahun sebelumnya yang terus berkelanjutan, sehingga universitas mendapatkan tambahan penghematan pada saat tahun yang sedang berlangsung (Universitas Pittsburgh 2012). Laporan ini (Universitas Pittsburgh 2012) memberikan ringkasan deskriptif, strategi biaya universitas seperti yang diarahkan oleh prinsip-prinsipnya dan diselingi dengan contoh-contoh deskriptif dan tindakan penekanan biaya tertentu,
6
terdapat penambahan yang mengikuti contoh ratusan daftar terbaru dan langkahlangkah tepat penekanan biaya dalam unit dengan dana simpanan dan perkiraan yang tepat, berasal dari dana yang sesuai. Dipandu dengan prinsip-prinsip inti, universitas terus
mencapai efisiensi tanpa mengorbankan keunggulan, dan
langkah-langkah yang di tempuh oleh Universitas Pittsburgh melalui Strategi Cost Containment dengan pendekatan antara lain: menjalin kontrak kerjasama, melakukan program pengeluaran untuk pembelian kebutuhan secara ekonomis, melakukan pelayanan dan operasional dengan menggunakan sistem satu pintu, memanfaatkan kecanggihan sistem teknologi informasi, pemanfaatan energi listrik dengan sistem otomatis, pemanfaatan energi-energi alternatif, memaksimalkan kinerja dan produksi staf dengan pemberian reward, melakukan kerjasama yang baik dengan pihak ketiga untuk memberikan asuransi kesehatan, asuransi jiwa, ataupun pensiun kepada karyawan, membatasi
pengeluaran untuk perjalanan
dinas dan rapat. Semua yang dilakukan oleh. Universitas Pittsburgh juga didukung oleh pemerintah setempat dengan memberikan beberapa pedoman dan petunjuk antara lain: memberikan dorongan kepada universitas untuk melanjutkan investasi dalam pendidikan sebagai kekuatan inti dari universitas, mendorong universitas untuk melakukan penelitianpenelitian dan penggunaan sumber daya manusia secara maksimum, melakukan peningkatan kualitas sumber daya manusia untuk pengajaran dan pelayanan publik,
berusaha melakukan efisiensi
tanpa mengorbankan keunggulan,
menggunakan teknologi terbaik yang tersedia untuk penekanan biaya (Universitas Pittsburgh 2012). Begitu juga yang dilakukan oleh Universitas dan Rumah Sakit Thomas Jefferson di Philadelphia dengan menetapkan tujuan mengurangi konsumsi energi pencahayaan setidaknya 30 persen, tanpa mengorbankan kualitas pencahayaan. Untuk tujuan tersebut Universitas dan Rumah Sakit Thomas Jefferson menjalin kemitraan dengan Encelium Technologies. Penggunaan Encelium’s Energy Control System (ECS) disesuaikan dengan inovasi sistem kontrol pencahayaan dan solusi manajemen energi untuk Jefferson, yang memiliki luas 4 juta kaki persegi atau 371.612,16 meter persegi (1 kaki persegi = 0,09 meter persegi), baik
7
untuk pelayanan klinis, penelitian, pengajaran dan properti perumahan. "Hasilnya jauh melebihi harapan kami," kata Randy Haines, manajer energi untuk kompleks Jefferson. "Dengan memberikan kita kontrol yang optimal dan sesuai dengan yang kita inginkan, ECS telah dapat memotong pengeluaran energi pencahayaan sampai 51 persen, memberikan pengeluaran yang di hemat ECS selama empat tahun telah menutup investasi untuk implementasinya. ECS menggunakan sistem network yang dihubungkan dengan perangkat yang terhubung ke komputer utama yang bisa di kendalikan melalui personal kontrol, lewat personal kontrol pengguna dapat mengatur penggunaan cahaya matahari disiang hari, sehingga dapat mengatur jadwal dengan baik, dengan menggunakan sensor hunian dan pembagian beban atau daya dalam strategi manajemen energi. Haines memperkirakan bahwa energi listrik yang diperlukan dapat memberikan penghematan sekitar 15 persen listrik fasilitas kesehatan, yang biayanya hampir $ 1.700.000 atau setara dengan Rp.16.000.000.000,- (kurs 1$ = Rp.9.800) per tahun (Penton Media 2011). Selama beberapa tahun, ia mengembangkan sistem metering canggih untuk fasilitas yang mendukung program tersebut, yang memungkinkannya untuk membandingkan informasi energi dengan perbandingan dan membuat kesimpulan berdasarkan data sebelum penggunaan ECS dan saat ini (setelah penggunaan ECS). Dengan hanya informasi ini, Haines menentukan seberapa efektif sistem kontrol pencahayaan canggih yang diterapkan di Jefferson, dalam mengurangi energi pencahayaan dan memberikan pengembalian yang cepat pada pemodal (Penton Media 2011). Keinginan Puncak RSUHS untuk hal ini menetapkan suatu kebijakan strategi cost containment ditujukan untuk penekanan biaya yang pada akhirnya rumah sakit sebagai Badan Layanan Umum Daerah dapat melakukan pengendalian biaya, yang tertuang dalam SK Direktur dalam pembentukan tim pengendalian biaya (Direktur RSHaji 2012). Setelah bertugas selama 4 tahun, tim ini belum pernah melakukan evaluasi yang lengkap dan berkala. Untuk itulah peneliti mencoba melihat faktor-faktor yang berpengaruh pada pelaksanaan kebijakan cost containment di RSUHS.
8
B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti merumuskan masalah diatas sebagai berikut : ” Bagaimana hubungan antara komunikasi manajemen, sumber daya, fasilitas, dan struktur birokrasi dalam manajemen, dengan sikap dan perilaku karyawan dalam penerapan strategi cost containment listrik dan air di RSUHS”
C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi penerapan strategi cost containment terhadap penggunaan listrik dan air di RS Umum Haji Surabaya. 2. Tujuan Khusus a. Mengetahui hubungan antara komunikasi, sumber daya, dan struktur birokrasi pada penerapan strategi cost containment listrik dan air di RSUHS. b. Mendeskripsikan bagaimana sikap dan perilaku karyawan terhadap strategi cost containment listrik dan air c. Mendeskripsikan bagaimana komunikasi manajemen mempengaruhi sikap dan perilaku karyawan dalam penerapan strategi cost containment listrik dan air di RSUHS. d. Mendeskripsikan
bagaimana
faktor
sumber
daya
dan
fasilitas
mempengaruhi sikap dan perilaku karyawan dalam penerapan strategi cost containment listrik dan air di RSUHS. e. Mendeskripsikan bagaimana sistem birokrasi manajemen, terhadap sikap dan perilaku karyawan dalam penerapan strategi cost containment listrik dan air di RSUHS.
9
D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Rumah Sakit a. Dapat dijadikan sebagai salah satu contoh terhadap suatu penerapan kebijakan yang telah ditetapkan dan dicanangkan. b. Mengetahui
seberapa
besar
pengaruh
kebijakan
manajemen
dan
implementasi dari karyawan. c. Sebagai bahan kajian bagi rumah sakit lain yang ingin menerapkan strategi cost containment untuk mengurangi penggunaan listrik dan air.
2. Bagi Peneliti a. Memperoleh pengalaman yang berguna untuk mendalami dan menerapkan teori yang didapat dari studi manajemen keuangan di MMR UGM. b. Dapat mengetahui tentang penerapan suatu teori strategi cost containment yang memiliki dampak dapat menekan pembiayaan di rumah sakit. c. Menggali dan menganalisis tentang perilaku karyawan terhadap penerapan suatu kebijakan manajemen puncak, sehingga dapat diketahui respon dari karyawan pelaksana di lapangan. 3. Bagi Institusi Pendidikan dan Penelitian selanjutnya Penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah satu contoh upaya penekanan biaya di RS dengan menerapkan budaya hemat energi melalui perubahan perilaku karyawan yang dapat dimanfaatkan untuk penelitian selanjutnya.
E. Keaslian Penelitian
1. Penelitian pernah dilakukan oleh Patrick C Thompson dkk (2010) EnergyWorks, Inc berjudul Buying Down the Cost of Renewable Energy with Efficiency: Making Money by Saving Energy and the Environment (EBSCO, Cogeneration and Distributed Generation Journal Vol. 25, No. 3
10
2010). Dengan metode case study dan
dalam penelitian ini dijelaskan
berbagai upaya konservasi energi yang berakibat pada penurunan pembiayaan listrik sampai 75%, dan penurunan terhadap polusi emisi gas CO2 sampai sekitar 11 juta pound emisi gas rumah kaca per tahunnya (Thompson & Yealdhall 2010). 2. Penelitian lain dilakukan oleh Siniša Stanković dkk (2009) berjudul Evaluation of Energy Efficiency Measures Applied in Public Buildings, Scholls & Hospitals (SPATIUM International Review, Original scientific paper, No. 20, September 2009, p. 1-8). Dalam penelitian ini dijelaskan tentang pengukuran terhadap 12 rumah sakit dan 16 sekolah di Serbia pada tahun 2005 – 2009 dengan cara melakukan perbaikan pada dinding luar (penggantian pintu dan jendela), sistem pemanas dan penerangan di dalam gedung, meningkatkan kenyamanan pengguna dari aspek efisiensi energi dan kenyamanan internal, serta meningkatkan kesadaran pengguna mengenai efisiensi energi dan penggunaan energi secara wajar (Stankovic Siniša et al. 2009). 3. Penelitian lain dilakukan oleh Julius Ueckermann (2011) berjudul Green Initiatives in Hospital in Ontario: in There a Business Case (Research report presented in partial fulfillment of requirements for the degree of Master of Business Administration at University of Stellenbosch). Penelitian ini mengukur bagaimana beberapa RS (survey pada 33 RS di Ontario) dalam mengimplementasikan inisiatif hijau
(efisiensi energi, lingkungan binaan,
energi alternatif, transportasi, limbah, air, dan makanan) dengan tujuan mendapatkan penghematan biaya (Ueckermann 2011) 4. Penelitian lain dilakukan oleh S.C. Hu, J.D. Chen and Y.K. Chuah (2003) berjudul Enery Cost and Consumption in a Large Acute Hospital (Department of Air-Conditioning and Refrigeration Engineering, National Taipei University of Technology 1, Section 3, Chung-Hsiao East Road, Taipei 106, Taiwan ROC). Penelitian ini mengukur penggunaan listrik dan biaya di salah satu rumah sakit besar di kota Taiwan dari Agustus 2001 sampai dengan Juli 2002, dimana ditemukan pemakaian listrik terbesar di AC dengan
11
mencapai 52% total dari penggunaan bangunan, 12% lampu penerangan, dan dari penggunaan fasilitas listrik yang lain seperti alat-alat kedokteran, lift, pemanas air yang mencapai 36% (Hu et al. 2004)