UNIVERSITAS INDONESIA
LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ARAFAH JL. ARAFAH I NO. F/8 VILLA ILHAMI ISLAMIC - TANGERANG PERIODE 8 APRIL – 17 MEI 2013
LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER
SERUNI PUSPA RAHADIANTI, S. Farm. 1206313702
ANGKATAN LXXVI
FAKULTAS FARMASI PROGRAM PROFESI APOTEKER DEPOK JUNI 2013
Laporan praktek...., Seruni Puspa, FF, 2013
UNIVERSITAS INDONESIA
LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ARAFAH JL. ARAFAH I NO. F/8 VILLA ILHAMI ISLAMIC - TANGERANG PERIODE 8 APRIL – 17 MEI 2013
LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Apoteker
SERUNI PUSPA RAHADIANTI, S. Farm. 1206313702
FAKULTAS FARMASI PROGRAM PROFESI APOTEKER DEPOK JUNI 2013
ii Laporan praktek...., Seruni Puspa, FF, 2013
iii Laporan praktek...., Seruni Puspa, FF, 2013
KATA PENGANTAR Segala puji bagi Allah Tuhan yang Maha Pengasih dan Penyayang, karena atas segala kuasaNya, penulis dapat menyelesaikan tugas akhir pada Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Barat ini. Penulisan laporan praktek profesi apoteker ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Apoteker pada Fakultas Farmasi Universitas Indonesia. Penulis menyadari bahwa laporan praktek profesi apoteker ini dapat terselesaikan berkat bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, saya mengucapkan terima kasih kepada: a. Prof. Dr. Yahdiana Harahap, MS., Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi UI. b. Dr. Harmita, Apt., selaku Ketua Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi UI yang telah memberikan dukungan selama penulis menempuh pendidikan serta pembimbing dari Fakultas Farmasi UI yang telah memberikan bimbingan selama penulis menempuh Praktek Kerja Profesi Apoteker ini. c. Ibu Lily Komiarsih, S. Farm., Apt., selaku pembimbing, yang telah banyak memberikan bimbingan kepada penulis selama melaksanakan PKPA di Apotek Arafah, d. Seluruh
staf
Apotek
Arafah
atas
bimbingannya
selama
penulis
melaksanakan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Apotek Arafah, e.
Seluruh staf pengajar Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi yang telah mendidik dan mengajar penulis selama penulis menempuh pendidikan di Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi.
f.
Rekan yang turut menempuh Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Apotek Arafah, Novia; serta teman-teman Apoteker UI angkatan 76.
g. Orangtua dan keluarga tercinta atas kasih sayang serta dukungan moril dan materi sehingga penulis dapat menyelesaikan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) serta menyelesaikan pendidikan di Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi. h. Pihak lain yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu.
iv Laporan praktek...., Seruni Puspa, FF, 2013
Akhir kata, saya berharap Allah SWT berkenan membalas segala kebaikan semua pihak yang telah membantu. Saya juga meminta maaf atas segala kekhilafan yang pernah saya lakukan selama proses pendidikan serta penyusunan laporan praktek profesi apoteker ini. Besar harapan saya agar laporan praktek profesi apoteker ini dapat berguna bagi perkembangan dunia farmasi.
Penulis
2013
v Laporan praktek...., Seruni Puspa, FF, 2013
100
ii Laporan praktek...., Seruni Puspa, FF, 2013
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................... LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................ KATA PENGANTAR………………………………………………..... LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH………… DAFTAR ISI ………………………………………………………….. DAFTAR GAMBAR ………………………………………………..... DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................
ii iii iv vi vii viii ix
1. PENDAHULUAN ............................................................................... 1.1 Latar Belakang ................................................................................ 1.2 Tujuan ………………………………………………....................
1 1 2
2. TINJAUAN UMUM …………………………………………........... 2.1 Definisi Apotek ................................................................................ 2.2 Landasan Hukum Apotek ................................................................ 2.3 Tugas dan Fungsi Apotek ................................................................ 2.4 Tata Cara Pemberian Izin Apotek .................................................... 2.5 Kelengkapan Apotek ........................................................................ 2.6 Apoteker Pengelola Apotek ............................................................. 2.8 Pengalihan Tanggung Jawab Apoteker ........................................... 2.9 Pencabutan Surat Izin Apotek .......................................................... 2.10 Sediaan Farmasi ............................................................................. 2.11 Pelayanan Kefarmasian di Apotek ................................................. 2.12 Pengelolaan Narkotika ................................................................... 2.13 Pengelolaan Psikotropika ...............................................................
3 3 3 4 4 6 8 10 11 12 16 18 21
3. TINJAUAN KHUSUS ...................................................................... 3.1 Lokasi ........................................................................................... 3.2 Bangunan dan Tata Ruang ........................................................... 3.3 Sumber Daya Manusia ................................................................. 3.4 Kegiatan Apotek ...........................................................................
23 23 23 24 26
4. PEMBAHASAN ...............................................................................
32
5. KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................... 5.1 Kesimpulan.................................................................................. 5.2 Saran ............................................................................................
37 37 37
DAFTAR ACUAN ................................................................................
38
vii Laporan praktek...., Seruni Puspa, FF, 2013
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Pendanaan obat bebas................................................................... Gambar 2.2 Pendanaan obat bebas terbatas ..................................................... Gambar 2.3 Penandaan obat keras ................................................................... Gambar 2.4 Penandaan obat narkotika.............................................................
viii Laporan praktek...., Seruni Puspa, FF, 2013
13 13 14 14
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Lampiran 2. Lampiran 3. Lampiran 4. Lampiran 5. Lampiran 6. Lampiran 7. Lampiran 8. Lampiran 9. Lampiran 10. Lampiran 11. Lampiran 12. Lampiran 13. Lampiran 14.
Contoh Formulir APT-1 ........................................................... Contoh Formulir APT-2 ........................................................... Contoh Formulir APT-3 ........................................................... Contoh Formulir APT-4 ........................................................... Contoh Formulir APT-5 ........................................................... Contoh Formulir APT-6 ........................................................... Contoh Formulir APT-7 ........................................................... Denah Lokasi Apotek Arafah ................................................... Foto Apotek Arafah .................................................................. Layout Ruang Apotek Arafah .................................................. Surat Pemesanan Barang .......................................................... Kartu Stok Apotek Arafah ........................................................ Etiket Obat Apotek Arafah ....................................................... Kuitansi Apotek Arafah ............................................................
ix Laporan praktek...., Seruni Puspa, FF, 2013
40 42 43 49 50 53 54 55 56 58 59 60 61 62
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual,
maupun yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Negara telah menjamin kesehatan sebagai hak asasi setiap warga Negara Indonesia sebagaimana tertuang dalam Undang-Undang Dasar 1945 hasil Amandemen kesatu sampai keempat pasal 28A-J, yakni “Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir batin, bertempat tinggal dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan” (Ayat 1), dan “Setiap orang berhak atas jaminal sosial yang memungkinkan pengembangan diri secara utuh sebagai manusia yang bermartabat” (Ayat 3). Secara lebih lengkap, hak WNI atas kesehatan dijelaskan dalam Undang-Undang Kesehatan No. 36 Tahun 2009 pasal 4-8 (Presiden Republik Indonesia, 2009). Salah satu bentuk pelayanan kesehatan yang dijamin oleh pemerintah adalah keterjangkauan masyarakat untuk mengakses perbekalan kesehatan dan sediaan farmasi melalui suatu sarana kesehatan yakni Apotek. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1332/MENKES/SK/ X/2002, apotek adalah suatu tempat tertentu, tempat dilakukan pekerjaan kefarmasian dan penyaluran sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan lainnya kepada masyarakat. Fungsi apotek adalah sebagai tempat pengabdian apoteker yang telah mengucapkan sumpah jabatan, dan sebagai saranan farmasi untuk melakukan peracikan, pengubahan bentuk, pencampuran dan penyerahan obat, dan saranan penyaluran perbekalan farmasi yang harus menyebarkan obat yang diperlukan masyarakat secara meluas dan merata. Apotek merupakan suatu sarana yang memiliki fungsi bisnis yakni sebagai tepat terjadinya transaksi jual beli sediaan farmasi dan alat kesehatan kepada masyarakat sesuai dengan peraturan yang berlaku (drug-oriented). Namun, fungsi apotek kini telah meluas mencakup fungsi sosial, yaitu memberikan pelayanan kepada pasien (patient-oriented) yang berazaskan kepada asuhan kefarmasian (Pharmaceutical Care). Oleh karena itu, Apoteker, khususnya sebagai Apoteker
1 Laporan praktek...., Seruni Puspa, FF, 2013
Universitas Indonesia
2
Penanggung Jawab Apotek, dituntut memiliki kemampuan manajemen usaha serta kemampuan pelayanan kefarmasian yang baik. Apoteker perlu dipersiapkan agar dapat menjalankan fungsinya dalam masyarakat. Oleh karena itu, sebagai pelatihan untuk menerapkan ilmu yang telah didapatkan selama perkuliahan serta dapat mempelajari segala kegiatan dan permasalahan yang ada di suatu apotek perlu dilakukan praktik kerja di apotek. Hal tersebut diwujudkan melalui kerja sama antara Program Pendidikan Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Indonesia dengan Apotek Arafah berupa Pelatihan Praktik Kerja Profesi Apoteker di Apotek Arafah. Kegiatan ini diharapkan dapat mempersiapkan para calon apoteker agar dapat mengenal dan memahami peran dan tanggung jawab seorang apoteker di apotek serta menambah pengetahuan dan meningkatkan keterampilan dalam pekerjaan kefarmasian.
1.2.
Tujuan Tujuan dari Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) yang diselenggarakan
di Apotek Arafah adalah: a. Mengetahui dan memahami peranan apoteker dalam mengelola apotek dari segi teknis farmasi maupun nonteknis farmasi. b. Mengetahui dan memahami kegiatan yang berlangsung di apotek, baik kegiatan kefarmasian, maupun kegiatan non kefarmasian.
Universitas Indonesia Laporan praktek...., Seruni Puspa, FF, 2013
BAB 2 TINJAUAN UMUM
2.1 Definisi Apotek Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1027/Menkes/SK/IX/2004 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek, apotek adalah tempat dilakukannya pekerjaan kefarmasian dan penyaluran sediaan farmasi, serta perbekalan kesehatan lainnya kepada masyarakat. Sediaan farmasi adalah obat, bahan obat, obat tradisional dan kosmetika, sedangkan perbekalan kesehatan adalah semua bahan selain obat dan peralatan yang diperlukan untuk menyelenggarakan upaya kesehatan. Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian, apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktek kefarmasian oleh Apoteker. Pekerjaan kefarmasian adalah pembuatan termasuk pengendalian mutu sediaan farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusian obat atau penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat, serta pengembangan obat, bahan obat, dan obat tradisional. Pelayanan kefarmasian merupakan suatu pelayanan langsung dan bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi dengan tujuan untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien. Sediaan farmasi adalah obat, bahan obat, obat tradisional dan kosmetika.
2.2 Landasan Hukum Apotek Apotek memiliki landasan hukum yang diatur dalam : a.
Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian.
b.
Keputusan Pemertintah Kesehatan RI No. 1027/MENKES/SK/X/2004 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek.
c.
Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1332/MENKES/SK/X/2003 tentang perubahan
atas
Peraturan
No.922/MENKES/PER/X/1993
tentang
Menteri
Kesehatan
Ketentuan
dan
Tata
RI Cara
Pemberian Izin Apotek.
3 Laporan praktek...., Seruni Puspa, FF, 2013
Universitas Indonesia
4
d.
Undang-Undang No. 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika.
e.
Undang-Undang No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika.
f.
Peraturan Menteri Kesehatan No. 922/MENKES/PER/X/1993 tentang Kententuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek.
g.
Undang-Undang Kesehatan RI No.39 tahun 2009 tentang Kesehatan.
h.
Peraturan
Menteri
Kesehatan
Republik
Indonesia
No.
889/MENKES/PER/V/2011 tentang Registrasi, Izin Praktik, dan Izin Kerja Tenaga Kefarmasian. i.
Peraturan Pemerintah No. 25 Tahun 1980 tentang perubahan atas PP No.26 Tahun 1965 tentang Apotek.
2.3 Tugas dan Fungsi Apotek Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 25 tahun 1980, tugas dan fungsi apotek adalah sebagai berikut: a. Tempat pengabdian profesi seorang Apoteker yang telah mengucapkan sumpah jabatan. b. Sarana farmasi yang melaksanakan peracikan, pengubahan bentuk, pencampuran, dan penyerahan obat atau bahan obat. c. Sarana penyaluran perbekalan farmasi yang harus menyebarkan obat yang diperlukan masyarakat secara luas dan merata.
2.4 Tata Cara Pemberian Izin Apotek Sesuai
dengan
Keputusan
Menteri
Kesehatan
RI
No.
1332/Menkes/SK/X/2002 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 922/MENKES/PER/X/1993, Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek adalah sebagai berikut : a. Permohonan izin apotek diajukan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan menggunakan contoh Formulir Model APT-1 (Lampiran 1). b. Dengan menggunakan Formulir APT-2 (Lampiran 2) Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota selambat-lambatnya 6 (enam) hari kerja setelah menerima permohonan dapat meminta bantuan teknis kepada
Universitas Indonesia Laporan praktek...., Seruni Puspa, FF, 2013
5
Kepala Balai POM untuk melakukan pemeriksaan terhadap kesiapan apotek melakukan kegiatan. c. Tim Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota atau Kepala Balai POM selambatlambatnya 6 (enam) hari kerja setelah permintaan bantuan teknis dari Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota melaporkan hasil pemeriksaan setempat dengan menggunakan contoh Formulir APT-3 (Lampiran 3). d. Dalam hal pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dan (3) tidak dilaksanakan, Apoteker Pemohon dapat membuat surat pernyataan siap melakukan kegiatan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat dengan tembusan kepada Kepala Dinas Propinsi dengan menggunakan contoh Formulir Model APT-4 (Lampiran 4). e. Dalam jangka waktu 12 (dua belas) hari kerja setelah diterima laporan pemeriksaan sebagaimana dimaksud ayat (3) atau pernyataan ayat (4) Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat mengeluarkan SIA dengan menggunakan contoh Formulir Model APT-5 (Lampiran 5). f. Dalam hal hasil pemeriksaan Tim Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota atau Kepala Balai POM dimaksud ayat (3) masih belum memenuhi syarat, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat dalam waktu 12 (dua belas) hari kerja mengeluarkan Surat Penundaan dengan menggunakan contoh Formulir Model APT-6 (Lampiran 6). g. Terhadap surat penundaan, Apoteker diberi kesempatan untuk melengkapi persyaratan yang belum dipenuhi selambat-lambatnya dalam jangka waktu 1 (satu) bulan sejak tanggal surat penundaan. h. Terhadap permohonan izin apotek yang ternyata tidak memenuhi persyaratan, atau lokasi yang tidak sesuai dengan permohonan, maka Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dalam jangka waktu selambatlambatnya 12 (dua belas) hari kerja wajib mengeluarkan surat penolakan disertai dengan alasannya dengan menggunakan formulir model APT-7 (Lampiran 7).
Universitas Indonesia Laporan praktek...., Seruni Puspa, FF, 2013
6
Bila Apoteker menggunakan sarana milik pihak lain dalam pendirian apotek, maka harus memenuhi ketentuan sebagai berikut: a. Penggunaan sarana apotek yang dimaksud, wajib didasarkan atas perjanjian kerja sama antara Apoteker dan pemilik sarana. b. Pemilik sarana yang dimaksud harus memenuhi persyaratan tidak pernah terlibat dalam pelanggaran peraturan perudang-undangan di bidang obat sebagaimana dinyatakan dalam surat pernyataan yang bersangkutan.
2.5 Kelengkapan Apotek Untuk mendapatkan izin apotek, seorang apoteker atau apoteker yang bekerja sama dengan pemilik sarana yang telah memenuhi persyaratan, harus siap dengan tempat, perlengkapan termasuk sediaan farmasi dan perbekalan farmasi yang lain yang merupakan milik sendiri atau milik pihak lain. Beberapa kelengkapan yang harus diperhatikan dalam pendirian sebuah apotek adalah tempat atau lokasi, bangunan, perlengkapan apotek, tenaga kerja apotek, dan perbekalan farmasi (Umar, 2011).
2.5.1 Lokasi Apotek dapat didirikan pada lokasi yang sama dengan kegiatan pelayanan komoditi lainnya di luar sediaan farmasi. Persyaratan jarak minimum antar apotek tidak dipermasalahkan lagi, akan tetapi ketentuan ini dapat berbeda, sesuai dengan kebijakan/peraturan daerah masing-masing. Lokasi apotek dapat dipilih dengan mempertimbangkan segi pemerataan dan pelayanan kesehatan, jumlah penduduk, jumlah praktek dokter, sarana dan pelayanan kesehatan lain, sanitasi dan faktorfaktor lainnya.
2.5.2 Bangunan Suatu apotek harus mempunyai luas bangunan yang cukup sehingga dapat menjamin kelancaran pelaksanaan tugas dan fungsi apotek. Bangunan apotek yang baik hendaknya memiliki ruang tunggu pasien, ruang peracikan dan penyerahan obat, ruang administrasi, ruang kerja apoteker, tempat pencucian alat dan kamar kecil. Bangunan apotek sebaiknya juga memiliki sumber air yang memenuhi
Universitas Indonesia Laporan praktek...., Seruni Puspa, FF, 2013
7
syarat kesehatan, sumber penerangan yang dapat memberikan penerangan yang memadai, alat pemadam kebakaran, serta ventilasi dan sanitasi yang baik. Papan nama apotek dipasang di depan bangunan dengan ketentuan memenuhi ukuran minimal panjang 60 cm, lebar 40 cm dengan tulisan hitam diatas dasar putih, tinggi huruf minimal 5 cm, umumnya terbuat dari papan seng yang pada bagian mukanya memuat nama apotek, nama APA, nomor SIA, alamat apotek, nomor telepon.
2.5.3 Peralatan Apotek Suatu apotek baru yang ingin beroperasi harus memiliki peralatan apotek yang memadai agar dapat mendukung pelayanan kefarmasiannya. Peralatan apotek yang harus dimiliki antara lain : a. Peralatan pembuatan, pengolahan dan peracikan seperti timbangan, lumpang, alu,gelas ukur, dan lain-lain. b. Peralatan dan tempat penyimpanan alat perbekalan farmasi seperti lemari obat, lemari pendingin (kulkas), dan lemari khusus untuk narkotika dan psikotropika. Lemari narkotik harus memenuhi persyaratan yang ada dalam Undang-Undang Narkotika Nomor 35 Tahun 2009. c. Wadah pengemas dan pembungkus. d. Perlengkapan administrasi seperti blanko pesanan, salinan resep, buku catatan penjualan, buku catatan pembelian, kartu stok obat, dan kuitansi. e. Buku-buku dan literatur standar yang diwajibkan, serta kumpulan perundang-undangan yang berhubungan dengan kegiatan apotek.
2.6 Tenaga Kerja Apotek Berdasarkan Permenkes RI No. 1322/MENKES/SK/X/2002, apotek harus dikelola oleh seorang Apoteker Pengelola Apotek (APA), yaitu apoteker yang telah diberi Surat Izin Apotek (SIA). Apotek juga dapat mempekerjakan tenaga pengganti bila diperlukan. Apabila Apoteker Pengelola Apotek berhalangan melakukan tugasnya pada jam buka apotek, APA tersebut harus menunjuk Apoteker Pendamping, yaitu apoteker yang bekerja di apotek di samping Apoteker Pengelola Apotek dan/atau menggantikan pada jam-jam tertentu pada hari buka
Universitas Indonesia Laporan praktek...., Seruni Puspa, FF, 2013
8
apotek. Apabila Apoteker Pengelola Apotek dan Apoteker Pendamping berhalangan melakukan tugasnya karena hal-hal tertentu, Apoteker Pengelola Apotek harus menunjuk Apoteker Pengganti, yaitu apoteker yang menggantikan Apoteker Pengelola Apotek selama Apoteker Pengelola Apotek tersebut tidak berada di tempat lebih dari 3 (tiga) bulan secara terus-menerus, telah memiliki Surat Izin Kerja dan tidak bertindak sebagai Apoteker Pengelola Apotek di apotek lain. Tenaga kerja di setiap apotek dapat berbeda-beda jumlahnya, tergantung pada kebutuhan masing-masing apotek. Sumber daya manusia yang dapat bekerja di apotek selain Apoteker Pengelola Apotek di antaranya adalah Asisten Apoteker, yaitu mereka yang berdasarkan peraturan perundang-undangan berhak melakukan pekerjaan kefarmasian sebagai Asisten Apoteker dan bertugas membantu Apoteker Pengelola Apotek dalam melakukan pekerjaan teknis kefarmasian. Tenaga kerja di apotek yang tidak diatur dalam Keputusan Menteri Kesehatan dan perundang-undangan dapat bermacam-macam jenis dan jumlahnya sesuai dengan kebutuhan apotek tersebut, contohnya adalah juru resep, kasir, dan petugas keamanan.
2.7 Apoteker Pengelola Apotek Permenkes RI No. 1322/MENKES/SK/X/2002 menjelaskan Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus dan telah mengucapkan sumpah jabatan Apoteker. Apoteker Pengelola Apotek (APA) adalah Apoteker yang telah diberi surat Izin Apotek (SIA). Sebelum melaksanakan kegiatannya, seorang APA wajib memiliki Surat Izin Apotek (SIA) yang berlaku untuk seterusnya selama apotek masih aktif melakukan kegiatan dan APA dapat melakukan pekerjaannya serta masih
memenuhi
persyaratan.
Seorang
APA
bertanggung
jawab
akan
kelangsungan hidup apotek yang dipimpinnya, dan juga bertanggung jawab kepada pemilik modal apabila bekerja sama dengan pemilik sarana apotek (PSA). Apoteker yang akan menjalankan pekerjaan kefarmasian harus memenuhi persyaratan-persyaratan sebagai berikut (Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 2009 Pasal 35,37,52,54) : a. Memiliki keahlian dan kewenangan.
Universitas Indonesia Laporan praktek...., Seruni Puspa, FF, 2013
9
b. Menerapkan Standar Profesi. c. Didasarkan pada Standar Kefarmasian dan Standar Operasional d. Memiliki sertifikat kompetensi profesi. e. Memiliki Surat Tanda Registrasi Apoteker (STRA). f. Wajib memiliki Surat Izin Praktek Apoteker (SIPA) bagi Apoteker Pengelola. g. Apotek (APA) dan Apoteker Pendamping di Apotek. h. Apoteker Pengelola Apotek (APA) hanya dapat melaksanakan praktek di satu apotek sedangkan Apoteker Pendamping hanya dapat melaksanakan praktek paling banyak di tiga Apotek. Surat Tanda Registrasi (STRA) merupakan bukti tertulis yang diberikan oleh Menteri kepada Apoteker yang telah diregistrasi. STRA berlaku 5 (lima) tahun dan dapat diperpanjang untuk jangka waktu lima tahun selama masih memenuhi persyaratan. Untuk memperoleh STRA, Apoteker harus memenuhi persyaratan (Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 2009 Pasal 40): a. Memiliki ijazah Apoteker. b. Memiliki sertifikat kompetensi profesi. c. Mempunyai surat pernyataan telah mengucapkan sumpah/janji Apoteker. d. Mempunyai surat keterangan sehat fisik dan mental dari dokter yang memiliki surat izin praktek. e. Membuat pernyataan akan mematuhi dan melaksanakan ketentuan etika profesi. Surat Izin Praktek Apoteker (SIPA) adalah surat izin yang diberikan kepada Apoteker dan Apoteker Pendamping untuk dapat melaksanakan pekerjaan kefarmasian pada Apotek atau Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS). SIPA dikeluarkan oleh Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota tempat pekerjaan kefarmasian dilakukan. SIPA dapat dibatalkan demi hukum apabila pekerjaan kefarmasian dilakukan pada tempat yang tidak sesuai dengan yang tercantum dalam surat izin. Untuk mendapatkan SIPA, Apoteker harus memiliki (Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 2009 Pasal 55) : a. Surat Tanda Registrasi Apoteker (STRA)
Universitas Indonesia Laporan praktek...., Seruni Puspa, FF, 2013
10
b. Tempat atau ada tempat untuk melakukan pekerjaan kefarmasian atau fasilitas kesehatan yang memiliki izin. c. Rekomendasi dari organisasi profesi Tugas dan kewajiban apoteker di apotek adalah sebagai berikut : a. Memimpin seluruh kegiatan apotek, baik kegiatan teknis maupun non teknis kefarmasian sesuai dengan ketentuan maupun perundangan yang berlaku. b. Mengatur, melaksanakan, dan mengawasi administrasi. c. Mengusahakan agar apotek yang dipimpinnya dapat memberikan hasil yang optimal sesuai dengan rencana kerja dengan cara meningkatkan omset, mengadakan pembelian yang sah dan penekanan biaya serendah mungkin. d. Melakukan pengembangan usaha apotek
Wewenang dan tanggung jawab APA meliputi (Umar, 2011): a. Menentukan arah terhadap seluruh kegiatan b. Menentukan sistem (peraturan) terhadap seluruh kegiatan c. Mengawasi pelaksanaan seluruh kegiatan d. Bertanggung jawab terhadap kinerja yang dicapai.
2.8 Pengalihan Tanggung Jawab Apoteker Pengalihan tanggung jawab apoteker diatur dalam Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1332/MenKes/SK/X/2002 (Pasal 19 dan 24) yaitu : a. Apabila Apoteker Pengelola Apotek (APA) berhalangan melakukan tugasnya pada jam buka apotek, APA harus menunjuk apoteker pendamping. b. Apabila APA dan Apoteker pendamping karena hal-hal tertentu berhalangan melakukan tugasnya, APA menunjuk apoteker pengganti. c. Apabila APA meninggal dunia, dalam jangka waktu dua kali dua puluh empat jam, ahli waris APA wajib melaporkan kejadian tersebut secara tertulis kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
Universitas Indonesia Laporan praktek...., Seruni Puspa, FF, 2013
11
d. Apabila pada apotek tersebut tidak terdapat Apoteker pendamping, pelaporan oleh ahli waris wajib disertai penyerahan resep, narkotika, psikotropika, obat keras, dan kunci tempat penyimpanan narkotika dan psikotropika. e. Pada penyerahan resep, narkotika, psikotropika dan obat keras serta kunci tersebut, dibuat berita acara serah terima dengan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat. Penunjukkan Apoteker Pendamping dan Apoteker Pengganti harus dilaporkan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan tembusan kepada Kepala Dinas Kesehatan Propinsi setempat. Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No. 922/MENKES/PER/X/1993 menjelaskan jika pengalihan tanggung jawab pengelolaan kefarmasian yang disebabkan karena penggantian Apoteker Pengelola Apotik kepada Apotek Pengganti, wajib dilakukan serah terima resep, narkotika, obat dan perbekalan farmasi lainnya serta kunci-kunci tempat penyimpanan narkotika dan psikotropika. Serah terima tersebut dibuat Berita Acara Serah Terima yang dibuat rangkap empat dan ditandatangani kedua belah pihak yang melakukan serah terima.
2.9 Pencabutan Surat Izin Apotek Menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI No.1332/Menkes/SK/X/2002 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek, Kepala Suku Dinas Kesehatan Kota/Kabupaten dapat mencabut Surat Izin Apotek apabila: a. Apoteker tidak lagi memenuhi kewajibannya untuk menyediakan, menyimpan dan menyerahkan sediaan farmasi yang bermutu baik dan keabsahannya terjamin. b. Apoteker Pengelola Apotek berhalangan melakukan tugasnya lebih dari dua tahun secara terus menerus. c. Terjadi pelanggaran terhadap Undang-Undang tentang Narkotika, UndangUndang Obat Keras, dan Undang-Undang tentang Kesehatan. d. Surat Izin Praktek Apoteker Pengelola Apotek dicabut.
Universitas Indonesia Laporan praktek...., Seruni Puspa, FF, 2013
12
e. Apotek tidak dapat lagi memenuhi persyaratan mengenai kesiapan tempat pendirian apotek, serta kelengkapan sediaan farmasi dan perbekalan lainnya baik merupakan milik sendiri atau pihak lain. Pelaksanaan pencabutan surat izin apotek dilaksanakan setelah dikeluarkan: a. Peringatan secara tertulis kepada APA sebanyak 3 (tiga) kali berturut-turut dengan
tenggang
waktu
masing-masing
2(dua)
bulan
dengan
menggunakan contoh Formulir Model APT-12. b. Pembekuan izin apotek untuk jangka waktu selama-lamanya 6 (enam) bulan sejak dikeluarkannya penetapan pembekuan kegiatan Apotek dengan menggunakan Formulir Model APT-13. Pembekuan Izin Apotek sebagaimana dimaksud dalam huruf (b) di atas, dapat dicairkan kembali apabila apotek telah membuktikan memenuhi seluruh persyaratan sesuai dengan ketentuan dalam Peraturan ini dengan menggunakan contoh Formulir Model APT-14. Pencairan Izin Apotek yang dimaksud dilakukan setelah
menerima
laporan
pemeriksaan
dari
Tim
Pemeriksaan
Dinas
KesehatanKabupaten/Kota setempat. Apabila Surat Izin Apotek dicabut, Apoteker Pengelola Apotek atau Apoteker Pengganti wajib mengamankan perbekalan farmasi sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pengamanan yang dimaksud wajib mengikuti tata cara sebagai berikut : a. Dilakukan inventarisasi terhadap seluruh persediaan narkotika, obat keras tertentu, dan obat lain serta seluruh resep yang tersedia di apotek. Narkotika, psikotropika dan resep harus dimasukkan dalam tempat yang tertutup dan terkunci. b. Apoteker Pengelola Apotek wajib melaporkan secara tertulis kepada Kepala Wilayah Kantor Kementeriaan Kesehatan atau petugas yang diberi wewenang olehnya, tentang penghentian kegiatan disertai laporan inventarisasi yang dimaksud dalam huruf (a).
2.10 Sediaan Farmasi Sediaan farmasi adalah obat, bahan obat, obat tradisional dan kosmetik. Untuk menjaga keamanan penggunaan obat oleh masyarakat, maka pemerintah
Universitas Indonesia Laporan praktek...., Seruni Puspa, FF, 2013
13
menggolongkan obat menjadi obat bebas, obat bebas terbatas, obat keras, serta narkotik dan psikotropik.
2.10.1 Obat bebas (Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor : 2380/A/SK/VI/83) Obat bebas adalah obat tanpa peringatan, yang dapat diperoleh tanpa resep dokter. Tanda khusus yang terdapat pada obat bebas adalah lingkaran bulat berwarna hijau dengan garis tepi hitam.
Gambar 2.1 Penandaan obat bebas
2.10.2 Obat bebas terbatas (Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor : 2380/A/SK/VI/83) Obat bebas terbatas adalah obat dengan peringatan, yang dapat diperoleh tanpa resep dokter. Tanda khusus yang terdapat obat bebas terbatas adalah lingkaran bulat berwarna biru dengan garis tepi hitam.
Gambar 2.2 Penandaan obat bebas terbatas
2.10.3 Obat keras daftar G (Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 2396/A/SK/VII/86) Obat keras adalah obat yang dapat diperoleh dengan resep dokter. Tanda pada obat keras berupa lingkaran bulat berwarna bulat merah dengan garis tepi hitam dengan huruf K yang menyentuh garis tepi dan harus mencantumkan kalimat “Harus dengan resep dokter”.
Universitas Indonesia Laporan praktek...., Seruni Puspa, FF, 2013
14
Gambar 2.3 Penandaan obat keras
2.10.4 Narkotika (Undang-undang nomor 35 Tahun 2009) Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis maupun semisintetis, yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan. Tanda pada obat golongan narkotika adalah palang medali berwarna merah.
Gambar 2.4 Penandaan obat narkotika
Narkotika dibagi ke dalam tiga golongan, yaitu : a. Narkotika Golongan I Narkotika Golongan I adalah narkotika yang memiliki potensi sangat tinggi dalam mengakibatkan ketergantungan. Narkotika golongan ini dilarang digunakan untuk kepentingan pelayanan kesehatan. Narkotika Golongan I dalam jumlah terbatas hanya digunakan untuk kepentingan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk reagensia diagnostik dan reagensia laboratorium setelah mendapatkan persetujuan Menteri atas rekomendasi dari Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan. Contoh : Tanaman Papaver somniferum (kecuali bijinya), opium, kokain, heroin, psilosibin, amfetamin.
b. Narkotika Golongan II Narkotika Golongan II adalah narkotika yang dapat digunakan sebagai pilihan terakhir dalam terapi dan/atau untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan,
serta
mempunyai
potensi
tinggi
dalam
mengakibatkan
ketergantungan. Contoh : Difenoksilat, metadon, morfin, petidin.
Universitas Indonesia Laporan praktek...., Seruni Puspa, FF, 2013
15
c. Narkotika Golongan III Narkotika Golongan III adalah narkotika berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi dan/atau pengembangan ilmu pengetahuan, serta mempunyai potensi yang ringan dalam mengakibatkan ketergantungan. Contoh : Kodein, dihidrokodein, norkodein. Menurut Undang-undang nomor 5 Tahun 1997, psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku. Psikotropika digolongkan menjadi empat golongan. a. Psikotropika Golongan I Psikotropika Golongan I adalah psikotropika yang memiliki potensi dalam mengakibatkan sindroma ketergantungan. Psikotropika golongan ini hanya digunakan untuk pengembangan ilmu pengetahuan, contohnya psilosibin, dan lisergida. b. Psikotropika Golongan II Psikotropika
Golongan
II
adalah
psikotropika
yang
berkhasiat
untukpengobatan dan dapat digunakan dalam terapi dan/atau untuk pengembangan ilmu pengetahuan, serta mempunyai potensi kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan, contohnya amfetamin, deksamfetamin, metamfetamin, dan sekobarbital. c. Psikotropika Golongan III Psikotropika Golongan III adalah psikotropika yang berkhasiat untuk pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi dan/atau untuk pengembangan ilmu pengetahuan, serta mempunyai potensi sedang mengakibatkan sindroma ketergantungan,
contohnya
amobarbital,
pentazosin,
pentobarbital,
dan
siklobarbital. d. Psikotropika Golongan IV Psikotropika Golongan IV adalah psikotropika yang berkhasiat untuk pengobatan dan sangat luas digunakan dalam terapi dan/atau untuk pengembangan ilmu pengetahuan, serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan sindroma
Universitas Indonesia Laporan praktek...., Seruni Puspa, FF, 2013
16
ketergantungan, contohnya alobarbital, alprazolam, barbital, diazepam, dan fenobarbital.
2.11 Pelayanan Kefarmasian di Apotek Berdasarkan
Keputusan
Menteri
Kesehatan
RI
Nomor
1027/MENKES/SK/IX/2004 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek, Pelayanan Kefarmasian (Pharmaceutical care) adalah bentuk pelayanan dan tanggung jawab langsung profesi apoteker dalam pekerjaan kefarmasian untuk meningkatkan kualitas hidup pasien. Pelayanan kefarmasian pada saat ini telah bergeser orientasinya dari obat ke pasien yang mengacu kepada pelayanan kefarmasian (pharmaceutical care). Kegiatan pelayanan kefarmasian yang semula hanya berfokus pada pengelolaan obat sebagai komoditi, sekarang menjadi pelayanan yang komprehensif dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas hidup dari pasien. Pelayanan kefarmasian di dalam Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004, terdiri dari pelayanan resep, pemberian informasi obat, konseling, pemantauan penggunaan obat, promosi dan edukasi, serta Pelayanan Residensial (Home Care).
2.11.1 Pelayanan Resep a. Skrining resep Apoteker melakukan skrining resep meliputi persyaratan administrative (nama,SIP dan alamat dokter, tanggal penulisan resep, tanda tangan/paraf dokter penulis resep, nama, alamat, umur, jenis kelamin, dan berat badan pasien), kesesuaian farmasetik (bentuk sediaan, dosis, potensi, stabilitas, inkompatibilitas, cara dan lama pemberian), pertimbangan klinis (adanya alergi, efek samping, interaksi, kesesuaian dosis, durasi, jumlah obat dan lain-lain). b. Penyiapan obat Penyiapan obat terdiri dari peracikan, penulisan etiket, pengemasan, serta penyerahan obat. Peracikan merupakan kegiatan menyiapkan, menimbang, mencampur, mengemas dan memberikan etiket pada wadah. Dalam melaksanakan peracikan obat harus dibuat suatu prosedur tetap dengan memperhatikan dosis,
Universitas Indonesia Laporan praktek...., Seruni Puspa, FF, 2013
17
jenis dan jumlah obat serta penulisan etiket yang benar. Penulisan etiket harus jelas dan dapat dibaca. Obat hendaknya dikemas dengan rapi dalam kemasan yang cocok sehingga terjaga kualitasnya. Sebelum obat diserahkan pada pasien, harus dilakukan pemeriksaan akhir terhadap kesesuaian antara obat dengan resep. Penyerahan obat dilakukan oleh apoteker disertai pemberian informasi obat dan konseling kepada pasien.
2.11.2 Pemberian Informasi Obat Apoteker harus memberikan informasi yang benar, mudah dimengerti, akurat, tidak bias, etis, bijaksana, dan terkini. Informasi obat pada pasien sekurang-kurangnya meliputi cara pemakaian obat, cara penyimpanan obat, jangka waktu pengobatan, aktivitas serta makanan dan minuman yang harus dihindari selama terapi.
2.11.3 Konseling Konseling adalah suatu proses komunikasi dua arah yang sistematik antara apoteker dan pasien untuk mengidentifikasi dan memecahkan masalah yang berkaitan dengan obat dan pengobatan. Apoteker harus memberikan konseling mengenai sediaan farmasi, pengobatan dan perbekalan kesehatan lainnya, sehingga dapat memperbaiki kualitas hidup pasien atau yang bersangkutan terhindar dari bahaya penyalahgunaan atau penggunaan salah sediaan farmasi atau perbekalan kesehatan lainnya. Untuk penderita penyakit tertentu seperti kardiovaskular, diabetes, TBC, asma, dan penyakit kronis lainnya, apoteker harus memberikan konseling secara berkelanjutan.
2.11.4 Pemantauan Penggunaan Obat Setelah penyerahan obat kepada pasien, apoteker harus melaksanakan pemantauan penggunaan obat, terutama untuk pasien tertentu seperti penyakit cardiovascular, diabetes , TBC, asma, dan penyakit kronis lainnya. Pemantauan dilakukan terhadap khasiat obat serta efek samping yang kemungkinan dapat terjadi.
Universitas Indonesia Laporan praktek...., Seruni Puspa, FF, 2013
18
2.11.5 Promosi dan Edukasi Dalam rangka pemberdayaan masyarakat, apoteker harus berpartisipasi secara aktif dalam promosi dan edukasi. Apoteker ikut membantu diseminasi informasi, antara lain dengan penyebaran leaflet / brosur, poster, penyuluhan, dan lain-lainnya.
2.11.6 Pelayanan Residensial (Home Care) Pelayanan residensial (Home care) adalah pelayanan apoteker sebagai care giver dalam pelayanan kefarmasian di rumah-rumah khususnya untuk kelompok lansia dan pasien dengan pengobatan terapi kronis lainnya. Apoteker sebagai care giver diharapkan juga dapat melakukan pelayanan kefarmasian yang bersifat kunjungan rumah, khususnya untuk kelompok lansia dan pasien dengan pengobatan penyakit kronis lainnya. Untuk aktivitas ini apoteker harus membuat catatan berupa catatan pengobatan (medication record).
2.12 Pengelolaan Narkotika Pengelolaan narkotika bertujuan untuk kepentingan pelayanan kesehatan dan/atau pengembangan ilmu pengetahuan. Menurut Undang-undang Nomor 22 tahun 1997 tentang Narkotika, pengaturan narkotika bertujuan untuk menjamin ketersediaan narkotika untuk kepentingan pelayanan kesehatan dan/atau perkembangan ilmu pengetahuan, mencegah terjadinya penyalahgunaan narkotika, serta memberantas peredaran gelap narkotika. Apotek merupakan salah satu sarana kesehatan yang dapat melakukan penyerahan narkotika. Apotek dapat menyerahkan narkotika kepada rumah sakit, puskesmas, apotek lainnya, balai pengobatan, dokter dan pasien. Apotek hanya dapat menyerahkan narkotika kepada pasien berdasarkan resep dokter. Pengelolaan
narkotika
di
apotek
meliputi
pemesanan,
penyimpanan,
pelayanan/penyerahan, pemusnahan, pencatatan dan pelaporan serta dokumentasi.
2.12.1 Pengadaan/Pemesanan Narkotika Apoteker hanya dapat memesan narkotika melalui Pedagang Besar Farmasi (PBF) yang telah ditunjuk khusus oleh Menteri, yaitu PT. Kimia Farma
Universitas Indonesia Laporan praktek...., Seruni Puspa, FF, 2013
19
dengan tujuan untuk memudahkan pengawasan peredaran narkotika. Pemesanan narkotika dilakukan dengan menggunakan surat pesanan narkotika asli yang ditandatangani oleh Apoteker Penanggungjawab Apotek yang dilengkapi dengan nama, nomor Surat Izin Apotek (SIA), nomor Surat Izin Praktek Apoteker (SIPA), tanggal dan nomor surat, alamat lengkap dan stempel apotek. Satu surat pesanan hanya untuk satu jenis narkotika. Surat pesanan dibuat 4 rangkap, dengan ketentuan 3 rangkap (termasuk yang asli) diserahkan pada PBF dan 1 rangkap disimpan sebagai arsip di apotek.
2.12.2 Penyimpanan Narkotika (Departemen Kesehatan, 1978) Berdasarkan
Permenkes
Nomor
28/MENKES/PER/V/1978
tentang
penyimpanan narkotika, apotek harus memiliki tempat khusus untuk penyimpanan narkotika yang memenuhi persyaratan sebagai berikut : a. Harus dibuat seluruhnya dari kayu atau bahan lain yang kuat. b. Harus mempunyai kunci yang kuat. c. Dibagi dua masing-masing dengan kunci yang berlainan; bagian pertama dipergunakan untuk menyimpan morfina, petidina, dan garam-garamnya, sedangkan bagian kedua dipergunakan untuk menyimpan narkotika lainnya yang dipakai sehari-hari. d. Apabila tempat khusus tersebut berupa lemari berukuran kurang dari 40 x 80 x 100 cm, maka lemari tersebut harus dibaut pada tembok atau lantai. e. Lemari harus dikunci dengan baik. f. Lemari khusus tidak boleh dipergunakan untuk menyimpan barang lain selain narkotika. g. Anak kunci lemari khusus harus dikuasai oleh penanggung jawab atau pegawai lain yang dikuasakan. h. Lemari khusus harus ditaruh di tempat yang aman dan tidak terlihat oleh umum.
2.12.3 Pelayanan/ penyerahan Narkotika Menurut Undang-undang nomor 35 tahun 2009 pasal 43, Apotek hanya dapat melakukan penyerahan narkotika kepada rumah sakit, pusat kesehatan
Universitas Indonesia Laporan praktek...., Seruni Puspa, FF, 2013
20
masyarakat, apotek lainnya, balai pengobatan, dokter, dan pasien. Apotek hanya dapat menyerahkan narkotika kepada pasien berdasarkan resep dari dokter. Apotek dilarang mengulangi menyerahkan narkotika atas dasar resep yang sama dari seorang dokter atau atas dasar salinan resep dokter (Undang-Undang Nomor 9 tahun 1976 Pasal 7). Pada resep narkotika yang baru dilayani sebagian, apotek boleh membuat salinan resep tetapi salinan resep tersebut hanya boleh dilayani di apotek yang menyimpan resep asli.
2.12.4 Pemusnahan Narkotika Tujuan dilakukannya pemusnahan narkotika adalah untuk menghapus pertanggungjawaban
apoteker
terhadap
pengelolaan
narkotika,
menjamin
narkotika yang sudah tidak memenuhi persyaratan dikelola sesuai dengan standar yang berlaku, dan mencegah penyalahgunaan bahan narkotika serta mengurangi resiko terjadinya penggunaan obat yang substandar (Departemen Kesehatan RI, 2008). Berdasarkan Undang-undang nomor 22 tahun 1997 tentang Narkotika Pasal 60, pemusnahan narkotika dilakukan dalam hal diproduksi tanpa memenuhi standar dan persyaratan yang berlaku dan/atau tidak dapat digunakan dalam proses produksi, kadaluarsa, tidak memenuhi syarat untuk digunakan pada pelayanan kesehatan dan/atau berkaitan untuk pengembangan ilmu pengetahuan, atau berkaitan dengan tindak pidana. Pemusnahan yang dilakukan oleh apotek dengan membuat berita acara pemusnahan narkotika dan dilaporkan kepada pihka-pihak yang terkait. Berdasarkan
Peraturan
Menteri
Kesehatan
Republik
Indonesia
No.28/MENKES/PER/I/1978 Tentang Penyimpanan Narkotika dan UndangUndang nomor 22 tahun 1997 tentang Narkotika, berita acara pemusnahan memuat : a. Keterangan tempat, jam, hari, tanggal, bulan, dan tahun pemusnahan. b. Nama pemegang izin khusus, apoteker pimpinan apotek dan dokter pemilik narkotika. c. Nama seorang saksi dari pemerintah dan seorang saksi dari perusahaan atau badan tersebut.
Universitas Indonesia Laporan praktek...., Seruni Puspa, FF, 2013
21
d. Nama dan jumlah narkotika yang dimusnahkan. e. Cara pemusnahan. f. Tanda tangan penanggung jawab apotek/ pemegang izin khusus, serta saksi-saksi. Berita acara pemusnahan tersebut dikirimkan kepada dibuat rangkap empat untuk ditujukan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, Kepala Dinas Kesehatan Propinsi, Kepala Balai Pengawasan Obat dan Makanan, dan satu disimpan sebagai arsip di apotek.
2.12.5 Pencatatan dan Pelaporan Narkotika Berdasarkan Undang-Undang Nomor 35 tahun 2009 tentang Narkotika, apotek wajib membuat, menyampaikan, dan menyimpan laporan berkala mengenai pemasukan dan/atau pengeluaran narkotika yang berada dalam penguasaannya. Pelaporan penggunaan narkotika telah dikembangkan dalam bentuk perangkat lunak atau program Sistem Pelaporan Narkotika dan Psikotropika (SIPNAP) sejak tahun 2006 oleh Kementerian Kesehatan. Sistem Pelaporan Narkotika dan Psikotropika (SIPNAP) adalah sistem yang mengatur pelaporan penggunaan Narkotika dan Psikotropika dari Unit Layanan (Puskesmas, Rumah Sakit dan Apotek) ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan menggunakan pelaporan elektronik, selanjutnya Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota melaporkan ke Ditjen Binfar dan Alkes di Kementerian Kesehatan melalui mekanisme pelaporan online yang menggunakan fasilitas internet.
2.13 Pengelolaan Psikotropika Menurut Undang-undang No. 5 tahun 1997 psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku. Psikotropika hanya dapat digunakan untuk kepentingan pelayanan kesehatan dan atau ilmu pengetahuan. Tujuan pengaturan di bidang psikotropika adalah untuk menjamin ketersediaan psikotropika guna kepentingan pelayanan kesehatan dan ilmu pengetahuan,
Universitas Indonesia Laporan praktek...., Seruni Puspa, FF, 2013
22
mencegah terjadinya penyalahgunaan psikotropika, serta memberantas peredaran gelap psikotropika.
2.13.1 Pemesanan Psikotropika Pemesanan psikotropika dilakukan dengan menggunakan Surat Pesanan Psikotropika yang ditandatangani oleh APA dengan mencantumkan nomor SIK. Surat pesanan tersebut dibuat rangkap tiga, dua rangkap (termasuk yang asli) diserahkan pada PBF, dan satu rangkap disimpan sebagai arsip. Setiap surat dapat digunakan untuk memesan beberapa jenis psikotropika.
2.13.2 Penyimpanan Psikotropika Penyimpanan psikotropika belum diatur di dalam perundang-undangan atau peraturan lainnya. Untuk mencegah terjadinya penyalahgunaan psikotropika maka sebaiknya obat golongan psikotropika disimpan pada rak atau lemari khusus. Penyerahan psikotropika oleh apotek hanya dapat dilakukan kepada apotek lain, rumah sakit, puskesmas, balai pengobatan, dokter dan pasien. Penyerahan psikotropika oleh apotek dilaksanakan berdasarkan resep dokter.
2.13.4 Pemusnahan Psikotropika Pada Undang-undang No. 5 tahun 1997 pasal 53disebutkan bahwa pemusnahan psikotropika dilaksanakan dalam hal berhubungan dengan tindak pidana, diproduksi tanpa memenuhi standar dan persyaratan yang berlaku dan/atau tidak dapat digunakan dalam proses produksi psikotropika, kadaluwarsa, dan tidak memenuhi syarat untuk digunakan pada pelayanan kesehatan dan/atau untuk kepentingan ilmu pengetahuan. Setiap pemusnahan psikotropika, wajib dibuatkan berita acara.
2.13.5 Pelaporan Psikotropika Apotek berkewajiban menyusun dan mengirimkan laporan bulanan melalui perangkat lunak atau program Sistem Pelaporan Narkotika dan Psikotropika (SIPNAP). Mekanisme pelaporan psikotropika sama dengan pelaporan narkotika.
Universitas Indonesia Laporan praktek...., Seruni Puspa, FF, 2013
BAB 3 TINJAUAN KHUSUS
Apotek Arafah merupakan apotek profesi yang dikelola oleh seorang Apoteker Pengelola Apotek, Ibu Lily Komiarsih, S.Si., Apt. Dengan SIK No. KP .01.03.1.3.3367. Apotek Arafah berdiri pada tahun 2011 oleh Ibu Lily Komiarsih, S.Si., Apt. Beliau merupakan Apoteker Pengelola Apotek (APA) sekaligus Pemilik Sarana Apotek (PSA) dari Apotek Arafah. Hingga saat laporan ini disusun, Apotek Arafah melayani penjualan obat bebas, obat bebas terbatas, obat keras, obat kontrasepsi, dan psikotropika. Selain itu, Apotek Arafah juga menjual alat kesehatan, obat tradisional, supplemen, kosmetik, perbekalan kesehatan rumah tangga dan makanan. Namun hingga laporan ini disusun, Apotek Arafah belum menyediakan pelayanan obat golongan narkotika.
3.1. Lokasi Apotek Arafah terletak di Jalan Arafah I No.F/8 Villa Ilhami Islamic Tangerang yang berbatasan dengan Jalan Mina dan Jalan Qadr Raya. Ditinjau dari segi lokasi, letak apotek ini cukup strategis di antara pemukiman padat penduduk dan belum terdapat apotek lain sehingga mudah dijangkau oleh masyarakat sekitar. Denah Apotek Arafah dapat dilihat pada Lampiran 8 serta foto Apotek Arafah dapat dilihat di Lampiran 9.
3.2. Bangunan dan Tata Ruang Apotek Arafah menempati ruang sebesar 2 x 3 m. Di dalam area tersebut, terdapat ruang penyimpanan sediaan farmasi dan perbekalan lainnya, ruang tunggu, ruang pelayanan pelanggan dan penyerahan obat, dan kasir. Apotek juga dilengkapi dengan papan nama yang terlihat dengan jelas, penerangan yang memadai, pendingin ruangan, serta perlengkapan apotek lainnya seperti alat peracikan; wadah, pengemas, dan pembungkus; dan alat administrasi. Layout ruangan Apotek Arafah dapat dilihat pada Lampiran 10.
23 Laporan praktek...., Seruni Puspa, FF, 2013
Universitas Indonesia
24
Sebagai ruang penyimpanan sediaan farmasi dan perbekalan lainnya, Apotek Arafah memiliki 4 lemari utama, yakni etalase obat OTC likuid, OTC semi solid, kosmetik, dan alat kesehatan; etalase OTC padat, supplemen, dan produk body care; etalase produk pangan dan perbekalan kesehatan rumah tangga; serta lemari obat ethical. Selain itu, Apotek Arafah memiliki sebuah lemari pendingin untuk menyimpan sediaan farmasi yang bersifat termolabil seperti suppositoria. Walaupun tidak menjual sediaan Narkotik, Apotek Arafah tetap memiliki lemari penyimpanan narkotika. Ruang tunggu Apotek Arafah berada di depan etalase OTC padat, supplemen, dan produk body care, dan tepat berada di depan pintu masuk. Di area tunggu ini terdapat sebuah bangku panjang berkapasitas dua orang. Ruang pelayanan pelanggan dan penyerahan obat sendiri menempati ruang di antara etalase dan lemari penyimpanan. Di area tersebut, APA ataupun asisten apoteker menerima resep, melakukan pemberian informasi obat kepada pelanggan, dan melakukan penyerahan obat. Kasir terletak di depan pintu dua Apotek Arafah, yakni di sebelah kiri ruang tunggu.
3.3 Sumber Daya Manusia 3.3.1 Struktur Organisasi Apotek Arafah dipimpin oleh seorang apoteker yang sekaligus pemilik sarana apotek/PSA yaitu Ibu Lily Komiarsih, S. Si., Apt. Dalam menjalankan kegiatan teknis kefarmasian di apotek, apoteker dibantu oleh dua orang asisten apoteker. Mengingat volume penjualan Apotek Arafah yang tidak terlalu besar, kegiatan non kefarmasian seperti administrasi dan keuangan juga dijalankan oleh kedua orang asisten apoteker tersebut. Selain itu terdapat satu orang tenaga sebagai pengantar untuk layanan delivery. Jumlah total karyawan di Apotek Arafah adalah 4 orang yakni 1 orang Apoteker Pengelola Apotek, 2 orang Asisten Apoteker, dan 1 orang tenaga pembantu.
3.3.2 Tugas dan Fungsi Jabatan 3.3.2.1 Apoteker Pengelola Apotek Tugas dan tanggung jawab seorang Apoteker Pengelola Apotek adalah:
Universitas Indonesia Laporan praktek...., Seruni Puspa, FF, 2013
25
a.
Menyelenggarakan pelayanan kefarmasian yang sesuai dengan fungsinya (apotek sebagai tempat pengabdian profesi) dan memenuhi segala kebutuhan perundang-undangan di bidang perapotekan yang berlaku.
b.
Memimpin
seluruh
kegiatan
manajerial
apotek
termasuk
mengkoordinasikan dan mengawasi dinas kerja karyawan lainnya antara lain mengatur daftar giliran kerja, menetapkan pembagian beban kerja, dan tanggung jawab masing-masing karyawan. c.
Secara aktif berusaha sesuai dengan bidang tugasnya untuk meningkatkan omset penjualan dan mengembangkan hasil usaha apotek dengan mempertimbangkan masukan dari karyawan lainnya untuk perbaikan pelayanan dan kemajuan apotek.
d.
Melayani permintaan obat bebas dan resep dokter, mulai dari penerimaan resep, menyiapkan obat, meracik, menulis etiket, mengemas, sampai dengan menyerahkan obat.
e.
Memberikan Pelayanan Informasi Obat (PIO) kepada pasien untuk mendukung penggunaan obat yang rasional.
f.
Melaksanakan pelayanan swamedikasi
g.
Memeriksa kebenaran obat yang akan diserahkan kepada pasien meliputi bentuk sediaan obat, jumlah obat, nama obat, nomor resep, nama pasien kemudian menyerahkan obat kepada pasien dan memberikan informasi tentang penggunaan obat tersebut serta informasi tambahan lain yang diperlukan.
h.
Membuat salinan resep bila dibutuhkan.
i.
Mengatur dan mengawasi pengamanan hasil penjualan tunai harian.
3.3.2.2 Asisten Apoteker Tugas dan tanggung jawab seorang Apoteker Pengelola Apotek adalah: a.
Melakukan pendataan kebutuhan barang.
b.
Mengatur, mengontrol dan menyusun obat pada tempat penyimpanan obat di ruang peracikan.
Universitas Indonesia Laporan praktek...., Seruni Puspa, FF, 2013
26
c.
Melayani permintaan obat bebas dan resep dokter, mulai dari penerimaan resep, menyiapkan obat, meracik, menulis etiket, mengemas, sampai dengan menyerahkan obat.
d.
Memberi harga untuk resep-resep yang masuk dan memeriksa kelengkapan resep.
e.
Memeriksa kebenaran obat yang akan diserahkan kepada pasien meliputi bentuk sediaan obat, jumlah obat, nama obat, nomor resep, nama pasien kemudian menyerahkan obat kepada pasien dan memberikan informasi tentang penggunaan obat tersebut serta informasi tambahan lain yang diperlukan.
f.
Mencatat keluar masuk barang.
g.
Melakukan pengecekan terhadap obat-obat yang mempunyai kadaluarsa.
h.
Menyusun daftar masuknya barang dan menandatangani faktur obat yang masuk setiap harinya.
i.
Melakukan fungsi keuangan dan administrasi apotek
3.3.2.3 Tenaga Pembantu Tugas dan tanggung jawab tenaga pembantu adalah sebagai berikut: a.
Menjaga kebersihan dan kerapian apotek
b.
Mengantar obat dan sediaan farmasi untuk pelayanan pesan antar.
c.
Menjamin obat yang tepat sampai kepada pasien yang tepat.
d.
Menerima uang hasil pembayaran obat.
3.4 Kegiatan Apotek Apotek Arafah buka setiap hari dari jam 08.00 – 22.00. Kegiatan di Apotek Arafah dikelompokkan menjadi dua, yaitu kegiatan di bidang teknis kefarmasian dan kegiatan non teknis kefarmasian.
3.4.1 Kegiatan teknis kefarmasian 3.4.1.1 Pengadaan Sediaan Farmasi dan Perbekalan Kesehatan Pengadaan sediaan farmasi dan perbekalan lainnya di Apotek Arafah dibagi menjadi dua macam, yaitu mengadakan komoditas baru yang belum dijual
Universitas Indonesia Laporan praktek...., Seruni Puspa, FF, 2013
27
di Apotek Arafah serta mengadakan kembali komoditas yang sudah ada (existing) yang berada kondisi stok minimum. Pengadaan komoditas baru di Apotek Arafah biasanya didasarkan pada obat atau barang yang hendak dibeli oleh pelanggan namun belum disediakan oleh Apotek. Selain itu, komoditas baru juga dapat dijual di apotek berdasarkan epidemiologi atau penyakit yang sedang banyak diderita oleh pasien dan produkproduk branded yang sedang digemari oleh masyarakat, promosi iklan yang sedang booming. Dilakukan pembelian terbatas terhadap komoditas baru tersebut karena belum dapat diperkirakan pola konsumsinya di masyarakat. Pengadaan kembali komoditas existing dilakukan jika barang telah berada dalam kondisi stok minimum. Hal tersebut dapat diketahui dari status jumlah stok yang tercatat dalam kartu stok. Pembaharuan data kartu stok (stok opname) dilakukan setiap sore hari, sehingga pengadaan kembali barang yang telah hampir habis dapat dilakukan pada pagi keesokkan harinya. Jumlah barang yang dipesan disesuaikan dengan pola konsumsi obat tersebut, yakni tergolong sebagai obat fast moving atau slow moving, serta kondisi keuangan Apotek Arafah.
A. Pemesanan Barang Obat dipesan kepada distributor (PBF) menggunakan surat pemesanan yang diisi oleh Asisten Apoteker dan ditandatangani oleh APA. Tiap pagi hari, asisten apoteker memberitahukan PBF melalui telepon bahwa apotek akan melakukan pemesanan barang. Salesman PBF akan tiba pada pagi hari dan asisten apoteker menyerahkan surat pemesanan. Barang biasanya akan tiba sore hari di hari yang sama. Surat pemesanan barang dapat dilihat di Lampiran 11.
B. Penerimaan Barang Barang yang diserahkan oleh salesman kepada apotek terlebih dulu diperiksa jumlah dan jenis barangnya sesuai dengan faktur pemesanan, serta waktu kadaluarsa dari masing-masing barang. Jika kondisi barang semuanya baik, pihak apotek menandatangani faktur pembelian serta menberi cap apotek sebagai bukti bahwa barang telah diterima. Faktur asli diambil oleh PBF dan faktur kopi diserahkan kepada pihak apotek untuk dilakukan tukar faktur. Pada faktur tersebut
Universitas Indonesia Laporan praktek...., Seruni Puspa, FF, 2013
28
tertera waktu jatuh tempo pembayaran yang harus dilakukan oleh apotek kepada PBF. Pembayaran biasanya dilakukan secara kredit sesuai dengan waktu jatuh tempo yang disepakati, namun pada beberapa kondisi, pembayaran juga dapat secara Cash On Delivery (COD) yakni dilakukan ketika salesman distributor akan menyerahkan barang yang dipesan. Jumlah uang yang dibayarkan, yakni harga pokok obat dan pajak sebesar 10%, harus sesuai dengan yang tertera pada Faktur Pembelian.
C. Penyimpanan Barang Barang yang telah diterima kemudian disimpan
menggunakan sistem
FIFO dan FEFO sesuai dengan jenisnya, yakni obat ethical, obat OTC, kosmetik, atau alat kesehatan. Obat ethical kemudian diletakkan di lemari ethical sesuai dengan bentuk sediaannya yaitu sediaan padat, semisolid, dan cair. Obat-obat tersebut dikelompokkan lagi berdasarkan abjad. Obat golongan tertentu, seperti obat kontrasepsi dan obat psikotropik, diletakkan secara terpisah. Obat yang memerlukan suhu khusus, seperti suppositoria, diletakkan di dalam lemari pendingin. Obat OTC disusun di etalase OTC berdasarkan bentuk sediaannya dan kemudian berdasarkan fungsi farmakologisnya, seperti analgesik-antipiretik, obat saluran pernafasan, obat saluran pencernaan, dan vitamin dan mineral. Seluruh barang yang diterima kemudian dicatat di dalam kartu stok. Kartu stok Apotek Arafah dapat dilihat di Lampiran 12.
3.4.1.2 Pelayanan Obat Resep Pelayanan atau penjualan dengan resep diberikan kepada pasien yang membeli obat dengan resep dokter secara tunai, proses pelayanan resepnya sebagai berikut : a.
Apoteker menerima resep dari pasien, kemudian dilakukan pengecekan ketersediaan obat di apotek, skrinning resep, dan diberi harga.
b.
Pasien diberi tahu tentang harga obat, kemudian bila pasien menyetujui harga obat yang dibutuhkan, maka dilakukan pembayaran obat pada kasir dan diminta menunggu selama obat disiapkan. Bila pasien merasa
Universitas Indonesia Laporan praktek...., Seruni Puspa, FF, 2013
29
keberatan dengan harga obat, maka apoteker dapat menawarkan obat generik. c.
Apoteker kemudian mengambil obat-obat sesuai dengan yang diresepkan. Obat yang telah selesai disiapkan kemudian dimasukkan ke dalam pembungkus, diberi etiket dan diperiksa oleh Apoteker baik bentuk sediaan, nama pasien, etiket, dan kesesuaian jumlah obat dengan resep. Contoh etiket Apotek Arafah dapat dilihat di lampiran 13.
d.
Penyerahan obat diberikan kepada pasien dengan pemberian informasi kemudian dicatat alamat dan nomor telepon pasien, jumlah dan harga resep ke dalam buku resep.
e.
Salinan resep atau kuitansi dapat dibuat atas permintaan pasien.
3.4.1.3 Swamedikasi Pelayanan swamedikasi yang diberikan oleh Apotek Arafah hanya dilakukan untuk kondisi-kondisi penyakit ringan tertentu seperti demam dan nyeri, gangguan saluran nafas dan tenggorokan (batuk dan pilek), gangguan saluran cerna (diare dan konstipasi), serta gangguan pada kulit. Obat yang diberikan adalah obat bebas, obat bebas terbatas dan obat wajib apotek. Pembayarannya dilakukan di kasir secara tunai kemudian barang dan bukti pembayaran diserahkan kepada pembeli.
3.4.1.4 Pelayanan Informasi Obat Di Apotek Arafah setiap penyerahan obat disertai dengan pemberian informasi obat (PIO) kepada pasien yang diberikan oleh apoteker. PIO dilakukan baik pada pasien yang membeli obat maupun yang tidak membeli obat. Pertanyaan mengenai informasi obat yang biasa ditanyakan di Apotek Arafah meliputi indikasi, cara pemakaian, efek samping obat, interaksi dengan obat lain dan makanan, serta hal yang harus dihindari selama menggunakan obat.
3.4.1.5. Pengelolaan Psikotropika Sediaan psikotropika dipesan menggunakan surat pemesanan Apotek Arafah dan disimpan secara terpisah dari sediaan ethical lainnya. Setiap bulan,
Universitas Indonesia Laporan praktek...., Seruni Puspa, FF, 2013
30
dilakukan pelaporan kepada suku dinas kesehatan dan balai POM yakni pelaporan Narkotika dan Psikotropika.
3.4.2 Kegiatan Teknis Non Kefarmasian a. Administrasi Personalia Apotek Arafah melakukan administrasi personalia yang berkaitan dengan semua hal mengenai urusan pegawai yang meliputi absensi, gaji, hak cuti, dan fasilitas lain yang berhubungan dengan pegawai.
b. Administrasi Umum Apotek Arafah melakukan administrasi umum yang meliputi laporan penggunaan narkotika, laporan penggunaan psikotropika dan segala hal yang berhubungan dengan urusan administrasi.
c. Administrasi Penjualan Apotek Arafah melakukan kegiatan administrasi penjualan dengan melakukan pencatatan terhadap semua penjualan resep ke dalam buku Pencatatan Penjualan Resep dan penjualan bebas secara tunai ke dalam buku Penjualan. Pelanggan dapat meminta kuitansi jika diperlukan. Contoh kuitansi Apotek Arafah dapat dilihat di lampiran 14.
d. Administrasi Pembelian Apotek Arafah melakukan kegiatan administrasi pembelian dengan melakukan pencatatan terhadap semua pembelian sediaan farmasi dan perbekalan lainnya di buku pembelian dan pengumpulan faktur-faktur berdasarkan debitur. Terdapat 11 informasi yang harus diisi dalam buku tersebut yakni nomor, nama distributor, nomor faktur, tanggal pemesanan, jumlah sebelum diskon dan PPN, persen diskon, jumlah retur, besar PPN, total, tanggal jatuh tempo, dan tanggal pelunasan. Pembelian sendiri dilakukan menggunakan surat pesanan apotek.
e. Administrasi Pajak
Universitas Indonesia Laporan praktek...., Seruni Puspa, FF, 2013
31
Apotek Arafah melakukan administrasi pajak dengan melakukan pencatatan dan pengumpulan faktur pajak serta menghitung jumlah pajak yang harus dibayarkan oleh apotek.
f. Administrasi Pergudangan Apotek Arafah melakukan administrasi pergudangan dengan melakukan pencatatan pemasukan dan pengeluaran obat menggunakan kartu stok yang tersedia untuk setiap obat sehingga dapat diketahui sisa persediaan. Kartu stok memuat informasi nama barang, harga jual, tanggal masuk barang, jumlah barang masuk, tanggal kadaluarsa, nomor batch, tanggal keluar barang, jumlah barang keluar, dan sisa stok barang pada lemari.
Universitas Indonesia Laporan praktek...., Seruni Puspa, FF, 2013
BAB IV PEMBAHASAN
Kualitas kesehatan masyarakat merupakan salah satu hal yang dapat menjadi parameter keberhasilan pembangunan masyarakat Indonesia. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kualitas masyarakat adalah terjaminnya kemudahan masyarakat untuk mengakses perbekalan kesehatan. Hal tersebut dapat diwujudkan dengan hadirnya apotek di tengah masyarakat. Selain berperan dalam menjamin aksesibilitas obat ke masyarakat, Apotek juga berperan besar dalam meningkatkan pemahaman masyarakat akan pengobatan serta menciptakan penggunaan obat yang rasional melalui kegiatan konseling, informasi dan edukasi. Apotek juga merupakan sebuah sarana pengabdian profesi apoteker melalui kegiatan pelayanan kefarmasian. Apotek Arafah merupakan sebuah apotek yang didirikan oleh Lily Komiarsih, S.Si, Apt. sebagai bentuk pengabdian profesinya sebagai seorang apoteker. Apotek ini berlokasi di dalam Perumahan Villa Ilhami, Islamic – Tangerang yakni di Jalan Arafah I No. F/8. Pemilihan lokasi apotek yang berada di tengah sebuah perumahan ternyata membawa keuntungan bagi Apotek Arafah karena dapat menargetkan penduduk perumahan sebagai pelanggan utamanya. Lokasi Apotek Arafah juga diuntungkan dengan keberadaan beberapa sarana pelayanan kesehatan yakni sebuah klinik dokter dan juga beberapa rumah sakit tujuan penduduk perumahan (RS Al Qadr, RS Siloam Karawaci, dan RS Mayapada Karawaci), sehingga banyak pelanggan yang menebus resepnya di Apotek Arafah. Selain itu, Apotek Arafah juga belum memiliki apotek kompetitor yang terletak di sekitar apotek. Keadaan tersebut menjadikan Apotek Arafah sebagai apotek pilihan utama bagi penduduk sekitar dalam memenuhi kebutuhan obat dan perbekalan kesehatan lainnya. Keberadaan Apotek Arafah cukup mudah dikenali melalui sign box yang tergantung di depan apotek. Sign box tersebut dengan mudah dilihat dari kedua ujung Jl. Arafah I, bahkan dari persimpangan Jl. Arafah. Penduduk yang melintas di jalan tersebut pun dapat segera mengidentifikasi adanya apotek tersebut. Posisi
32 Laporan praktek...., Seruni Puspa, FF, 2013
Universitas Indonesia
33
yang cukup strategis ini menambah kemungkinan adanya drop in customer yang melewati apotek. Apotek Arafah menempati ruang bangunan yang cukup kecil jika dibandingkan dengan apotek pada umumnya, yaitu hanya sekitar 2 x 3m. Bangunan tersebut sebenarnya adalah bagian dari halaman rumah Pemilik Sarana Apotek. Walaupun berukuran kecil, Apotek Arafah mampu mengakomodasi hampir seluruh fungsi ruang utama yang harus dimiliki sebuah apotek, yakni ruang tunggu, ruang penyimpanan obat dan sediaan, serta ruang pelayanan. Salah satu keunggulan dari bentuk bangunan apotek ini adalah pemanfaatan kaca transparan pada sebagian besar dinding bangunan yang menghadap ke jalanan. Pemakaian kaca menyebabkan orang yang melintas menuju arah apotek serta yang melintas di depan apotek dapat melihat komoditas apotek. Penataan seperti itu tentu saja sangat menarik pelanggan untuk datang ke apotek tersebut. Penataan etalase dan lemari pun cukup menarik. Ruang apotek yang kecil ternyata dapat dimanfaatkan dengan baik untuk menampung komoditas apotek yang terdiri dari obat bebas, obat bebas terbatas, obat keras, kosmetik, perbekalan kesehatan rumah tangga dan produk pangan. Obat OTC, yaitu bebas dan obat bebas terbatas dipajang di dalam tiga buah etalase kaca yang berhadapan dengan jendela samping apotek sehingga dari luar apotek pun, pelanggan dapat melihat jejeran obat-obat tersebut. Obat OTC di lemari tersebut disusun berdasarkan bentuk sediaannya, yakni sediaan padat, cair dan sediaan semisolid, dan kemudian dikelompokkan lagi berdasarkan efek farmakologisnya. Penataan dengan sistem seperti ini memungkinkan pelanggan dan apoteker untuk memilih obat yang tepat ketika melakukan swamedikasi. Ruang tunggu apotek terletak di sebelah kiri pintu masuk. Di ruang tersebut, terdapat sebuah bangku kayu yang cukup nyaman untuk diduduki. Terdapat sebuah etalase kaca setinggi dada di depan ruang tunggu apotek tempat menaruh obat OTC padat, produk body care, dan perbekalan kesehatan rumah tangga. Etalase tersebut tidak memiliki kaca di bagian depannya, sehingga pelanggan yang sedang duduk di ruang tunggu, dapat secara swalayan mengambil sediaan yang hendak dibeli.
Universitas Indonesia Laporan praktek...., Seruni Puspa, FF, 2013
34
OTC cair, semi solid, dan kosmetik diletakkan di sebuah etalase kaca yang menempel pada dinding sebelah kanan apotek. Komoditas tersebut diletakkan pada ketinggian mata manusia sehingga sangat menarik pandangan pelanggan. Di bawah etalase kaca tersebut, terdapat sebuah lemari tempat menyimpan obat keras dan psikotropik. Obat pada golongan tersebut dikelompokkan sesuai bentuk sediaan dan kemudian ditata sesuai abjadnya. Sementara itu, obat golongan kontrasepsi, diletakkan tersendiri di dalam sebuah rak. Obat yang termolabil seperti suppositoria, diletakkan di dalam sebuah lemari pendingin. Di dalam ruang bangunan tersebut juga terdapat area kasir yang berada di dekat pintu samping apotek. Dalam
melaksanakan
kegiatannya
sehari-hari,
Apotek
Arafah
mempekerjakan 4 orang yakni 1 orang Apoteker Pengelola Apotek, 2 orang Asisten Apoteker, dan 1 orang Tenaga Pembantu. Kedua asisten apoteker tersebut bekerja dalam 2 shift, yakni shift I pada pukul 08.00 – 17.00 dan shift II pada pukul 17.00 – 22.00. Apotek ini buka setiap hari untuk melayani pelanggannya. Terdapat 3 pelayanan kefarmasian utama di Apotek Arafah, yakni pelayanan obat resep, swamedikasi, dan pelayanan pesan antar. Obat resep yang dibawa oleh pelanggan, akan diterima oleh Apoteker untuk dikaji kesesuaian administrasi, farmasetik dan klinisnya. Setelah dinyatakan memenuhi kesesuaian, asisten apoteker akan mengambil obat sesuai dengan permintaan pada resep dan dikemas dalam kemasan yang sesuai. Apoteker kemudian memberikan etiket pada obat dan menyerahkan kepada pasien diiringi dengan pemberian informasi penggunaan obat. Resep yang diterima kemudian direkapitulasi dalam buku resep dan lembar resep disimpan selama 3 tahun. Jika pelanggan membutuhkan salinan resep, maka asisten apoteker akan membuatkan salinannya dengan ditandatangani oleh APA. Pelayanan swamedikasi dapat diberikan baik oleh apoteker maupun oleh asisten apoteker. Mereka akan membantu pelanggan yang datang untuk memilihkan obat sesuai dengan gejala yang dideskripsikan. Pelayanan swamedikasi yang biasa dilakukan adalah untuk mengobati penyakit gangguan saluran nafas dan tenggorokan, demam dan nyeri, serta gangguan pencernaan.
Universitas Indonesia Laporan praktek...., Seruni Puspa, FF, 2013
35
Informasi obat juga diberikan, terutama edukasi mengenai cara pemakaian obat serta hal-hal yang harus diperhatikan selama pengobatan. Salah satu keunggulan Apotek Arafah adalah pelayanan pesan antar obat. Pemesanan obat OTC, alat kesehatan, suplemen, dan kosmetik dapat dilakukan melalui telepon atau melalui pesan singkat kepada apoteker. Apoteker kemudian menyiapkan barang pesanan, dan barang akan diatar menuju tempat tujuan oleh tenaga pembantu apotek. Konsultasi dan konseling oleh dengan apoteker juga dapat dilakukan secara tatap muka ataupun tidak dengan menggunakan bantuan telepon, e-mail, atau melalui pesan singkat (SMS maupun Blackberry Messenger). Kemudahan yang ditawarkan oleh Apotek Arafah merupakan salah satu poin unggulan apotek ini dibandingkan dengan apotek lainnya. Manajemen pengelolaan persediaan obat merupakan hal yang kritis yang harus dilakukan dengan baik oleh sebuah apotek. Apotek Arafah selalu berusaha untuk menjaga agar persediaan sediaan berada dalam jumlah yang memadai setiap harinya. Untuk mencapai hal tersebut, setiap sore hari, Asisten Apoteker Apotek Arafah memeriksa dan memperbaharui jumlah stok sediaan sehingga dapat diketahui sediaan mana yang stoknya sudah sedikit. Obat dan sediaan lain yang jumlah stoknya sudah minimum akan dipesan keesokkan harinya menggunakan Surat Pesanan kepada PBF langganan apotek sehingga barang dapat diterima sore pada hari yang sama. Jumlah obat yang dipesan disesuaikan dengan sifat barang, apakah bersifat slow moving atau fast moving, serta sesuai dengan keuangan apotek. Pembayaran sediaan yang dipesan oleh Apotek Arafah disesuaikan dengan kesepakatan antara apotek dengan PBF tersebut. Sistem pembayaran yang sering digunakan adalah kredit dengan tempo 30 hari, namun tidak jarang juga Apotek melakukan sistem pembayaran di tempat (Cash On Delivery). Pembayaran dengan kredit dilakukan setelah barang diterima dan Asisten Apoteker mendapatkan copy faktur pembelian dari PBF. Pada saat pembayaran, faktur tersebut akan ditukarkan dengan faktur yang asli dan seluruh transaksi direkapitulasi dalam Buku Pembelian Barang. Selain menjaga ketersediaan barang dari segi jumlah, Apotek Arafah juga selalu menjaga agar sediaan yang dijual memiliki kualitas yang terjamin. Oleh
Universitas Indonesia Laporan praktek...., Seruni Puspa, FF, 2013
36
karena itu, setiap barang yang diantarkan oleh PBF akan diperiksa terlebih dahulu kondisinya sebelum diterima untuk dijual kembali di apotek. Pemeriksaan tersebut mencakup kondisi barang dan masa kadaluarsa serta kesesuiannya dengan Surat Pesanan serta Faktur Pesanan. Sediaan yang telah dinyatakan memiliki kondisi yang baik kemudian akan direkapitulasi di dalam kartu stok dan di dalam Buku Penerimaan Barang serta diberikan label harga. Apotek Arafah memberlakukan kebijakan bahwa harga obat yang ditawarkan di apotek harus lebih rendah dari HET agar pelanggan tidak memberikan keluhan terkait harga. Sediaan yang telah direkap di dalam kartu stok dan diberi label harga kemudian diletakkan pada tempat yang sesuai dengan menggunakan sistem FEFO – FIFO. Untuk sediaan Psikotropika, penerimaan dan pengeluaran obat harus dicatat dengan baik karena penggunaannya akan dilaporkan pada Suku Dinas Kesehatan serta Balai POM setiap bulannya. Praktek Kerja Profesi Apoteker di Apotek Arafah berlangsung selama 2 bulan. Selama melaksanakan program ini, mahasiswa mendapatkan pelajaran melalui pengamatan dan praktek langsung mengenai peran seorang apoteker di apotek dalam melaksanakan pelayanan kefarmasian serta dalam melakukan kegiatan managerial. Mahasiswa belajar banyak baik dari apoteker, asisten apoteker, juru resep maupun petugas administrasi. Sangat tampak bahwa praktek kerja langsung di Apotek dengan bimbingan para praktisi pelayanan apotek sangat bermanfaat bagi mahasiswa apoteker.
Universitas Indonesia Laporan praktek...., Seruni Puspa, FF, 2013
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan a. Apoteker Pengelola Apotek Arafah telah melaksanakan pengelolaan di apotek berdasarkan peraturan dan perundangundangan yang berlaku, baik yang bersifat teknis maupun non teknis kefarmasian. Apoteker memiliki peran dan tanggung jawab yang penting sebagai pelaksana fungsi teknis, meliputi
pelayanan
resep,
pemberian
informasi
obat,
konseling,
pemantauan pemantauan obat, promosi, edukasi dan pelayanan residensial; maupun non-teknis, meliputi mengatur, melakukan dan mengawasi kegiatan perapotekan serta mengembangkan usaha apotek. b. Apotek Arafah merupakan sebuah sarana pelayanan kefarmasian yang telah melayani masyarakat sebagai tempat praktek kefarmasian sesuai dengan peraturan yang berlaku. Selain itu, pengelolaan Apotek Arafah dalam
kegiatan
administrasi,
manajemen
keuangan,
pengadaan,
penyimpanan, dan penjualan perbekalan farmasi telah dilaksanakan dengan baik oleh Apoteker Pengelola Apotek, dengan dibantu oleh dibantu oleh asisten apoteker, juru resep dan tenaga pembantu sesuai tanggung jawabnya masing-masing. 5.2. Saran a. Untuk meningkatkan jenis pelayanan kefarmasian, Apotek Arafah sebaiknya memberikan pelayanan terhadap obat golongan narkotika. b. Menggunakan sistem komputerisasi bagi administrasi keuangan dan pengelolaan barang untuk meminimalisasi kesalahan pencatatan data yang selama ini dilakukan secara manual. c. Menyediakan media informasi kepada pasien yang berisi tentang panduan pengobatan yang rasional serta cara pemakaian alat kesehatan. d. Melakukan evaluasi terhadap tingkat kepuasan pelanggan terhadap pelayanan dan kinerja apotek.
37 Laporan praktek...., Seruni Puspa, FF, 2013
Universitas Indonesia
38
DAFTAR ACUAN
Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik. (2006). Pedoman Penggunaan Obat Bebas dan Bebas Terbatas. Jakarta: Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan. (2008). Pedoman Pengelolaan Perbekalan Farmasi di Rumah Sakit. Jakarta: Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Menteri Kesehatan Republik Indonesia. (1993). Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 922/Menkes/Per/X/1993 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Menteri Kesehatan Republik Indonesia. (2002). Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1332/MenKes/SK/X/2002 Tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.922/MenKes/Per/X/1993 Tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Menteri Kesehatan Republik Indonesia. (2004). Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1027/Menkes/SK/IX/2004 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Presiden Republik Indonesia. (1997). Undang Undang Nomor 5 Tahun 1997 Tentang Psikotropika. Jakarta: : Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia. Presiden Republik Indonesia. (2009). Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 51 Tahun 2009 Tentang Pekerjaan Kefarmasian. Jakarta: Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia. Presiden Republik Indonesia. (2009). Undang-undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika. Jakarta: Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia. Presiden Republik Indonesia. (2009). Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan. Jakarta: Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia.
Universitas Indonesia Laporan praktek...., Seruni Puspa, FF, 2013
39
Quick, J. (1997). Managing Drug Supply, The selection, Procurement, Distribution, and Use of Pharmaceuticals, 2nd ed. Revised and Expanded. Kumarian Press. Seto, S., Yunita, N., & T, L. (2004). Manajemen Farmasi. Jakarta: Airlangga University Press. Umar, M. (2011). Manajemen Apotek Farmasi. Jakarta : Wira Putra Kencana.
Universitas Indonesia Laporan praktek...., Seruni Puspa, FF, 2013
LAMPIRAN
Laporan praktek...., Seruni Puspa, FF, 2013
40
Lampiran 1. Contoh Formulir APT-1
Laporan praktek...., Seruni Puspa, FF, 2013
41
(Lanjutan)
Laporan praktek...., Seruni Puspa, FF, 2013
42
Lampiran 2. Contoh Formulir APT-2
Laporan praktek...., Seruni Puspa, FF, 2013
43
Lampiran 3. Contoh Formulir APT-3
Laporan praktek...., Seruni Puspa, FF, 2013
44
(Lanjutan)
Laporan praktek...., Seruni Puspa, FF, 2013
45
(Lanjutan)
Laporan praktek...., Seruni Puspa, FF, 2013
46
(Lanjutan)
Laporan praktek...., Seruni Puspa, FF, 2013
47
(Lanjutan)
Laporan praktek...., Seruni Puspa, FF, 2013
48
(Lanjutan)
Laporan praktek...., Seruni Puspa, FF, 2013
49
Lampiran 4. Contoh Formulir APT-4
Laporan praktek...., Seruni Puspa, FF, 2013
50
Lampiran 5. Contoh Formulir APT-5
Laporan praktek...., Seruni Puspa, FF, 2013
51
(Lanjutan)
Laporan praktek...., Seruni Puspa, FF, 2013
52
(Lanjutan)
Laporan praktek...., Seruni Puspa, FF, 2013
53
Lampiran 6. Contoh Formulir APT-6
Laporan praktek...., Seruni Puspa, FF, 2013
54
Lampiran 7. Contoh Formulir APT-7
Laporan praktek...., Seruni Puspa, FF, 2013
55
Lampiran 8. Denah Lokasi Apotek Arafah
Keterangan: Sumber: gambar diambil melalui situs maps.google.com
Laporan praktek...., Seruni Puspa, FF, 2013
56
Lampiran 9. Foto Apotek Arafah
Keterangan: Tampak depan Apotek Arafah
Laporan praktek...., Seruni Puspa, FF, 2013
57
(lanjutan)
Keterangan: Tampak samping Apotek Arafah
Laporan praktek...., Seruni Puspa, FF, 2013
58
Lampiran 10. Layout Ruang Apotek Arafah
Laporan praktek...., Seruni Puspa, FF, 2013
59
Lampiran 11. Surat Pemesanan Barang
Laporan praktek...., Seruni Puspa, FF, 2013
60
Lampiran 12. Kartu Stok Apotek Arafah
Laporan praktek...., Seruni Puspa, FF, 2013
61
Lampiran 13. Etiket Obat Apotek Arafah
Laporan praktek...., Seruni Puspa, FF, 2013
62
Lampiran 14. Kuitansi Apotek Arafah
Laporan praktek...., Seruni Puspa, FF, 2013
UNIVERSITAS INDONESIA
TUGAS KHUSUS PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ARAFAH JL. ARAFAH I NO. F/8 VILLA ILHAMI ISLAMIC - TANGERANG PERIODE 8 APRIL – 17 MEI 2013
PERSIAPAN PEMENUHAN PERSYARATAN DALAM RANGKA PEMERIKSAAN APOTEK OLEH DINAS KESEHATAN UNTUK MEMPEROLEH IZIN APOTEK RIZKI
SERUNI PUSPA RAHADIANTI, S. Farm 1206313702
ANGKATAN LXXVI
FAKULTAS FARMASI PROGRAM PROFESI APOTEKER DEPOK JUNI 2013
Laporan praktek...., Seruni Puspa, FF, 2013
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ………………………………………………………….. DAFTAR LAMPIRAN ..............................................................................
i ii
1. PENDAHULUAN ............................................................................... 1.1 Latar Belakang ................................................................................ 1.2 Tujuan ………………………………………………....................
1 1 2
2. TINJAUAN PUSTAKA …………………………………………..... 2.1 Tata Cara Perizinan Pendirian Apotek ........................................... 2.2 Persyaratan Apotek ......................................................................... 2.2.1 Persyaratan Tempat ............................................................... 2.2.2 Persyaratan Perlengkapan ...................................................... 2.2.3 Persyaratan Tenaga Kesehatan .............................................. 2.3 Pemeriksaan Kesiapan Apotek .......................................................
3 3 5 5 7 9 10
3. METODOLOGI ............................................................................... 3.1 Waktu dan Lokasi ........................................................................... 3.2 Tahapan ...........................................................................................
11 11 11
4. PEMBAHASAN ............................................................................... 4.1Perizinan Pendirian Apotek Rizki ................................................... 4.2 Persyaratan Apotek ......................................................................... 4.2.1 Persyaratan Tempat................................................................ 4.2.2 Persyaratan Perlengkapan ...................................................... 4.2.3 Persyaratan Tenaga Kesehatan .............................................. 4.3 Pemeriksaan Kesiapan Apotek .......................................................
12 12 13 13 17 22 25
5. KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................... 5.1 Kesimpulan.................................................................................. 5.2 Saran ............................................................................................
26 26 26
DAFTAR ACUAN ................................................................................
27
i Laporan praktek...., Seruni Puspa, FF, 2013
Universitas Indonesia
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Lampiran 2. Lampiran 3. Lampiran 4. Lampiran 5. Lampiran 6. Lampiran 7. Lampiran 8. Lampiran 9. Lampiran 10. Lampiran 11. Lampiran 12. Lampiran 13. Lampiran 14. Lampiran 15. Lampiran 16. Lampiran 17. Lampiran 18. Lampiran 19. Lampiran 20. Lampiran 21. Lampiran 22. Lampiran 23.
Contoh Formulir APT-1 ........................................................... Contoh Formulir APT-2 ........................................................... Contoh Formulir APT-3 ........................................................... Contoh Formulir APT-4 ........................................................... Contoh Formulir APT-5 ........................................................... Contoh Formulir APT-6 ........................................................... Contoh Formulir APT-7 ........................................................... Denah Lokasi Apotek Rizki ..................................................... Tampak depan bangunan ruko Apotek Rizki ......................... Layout Ruang Lantai Satu Apotek Rizki.................................. Rancang ruang lantai 1 Apotek Rizki....................................... Layout dan rancang area Apotek Rizki .................................... Rancangan Area Meracik ......................................................... Rancang Panan Nama Apotek .................................................. Skema pembagian lemari Apotek Rizki ................................... Rancangan Lemari OTC ........................................................... Rancang Lemari Obat Ethical dan Kotak Obat Ethical ............ Rancang Letak Lemari Narkotika dan Lemari Pendingin ........ Rancangan Etiket Apotek Rizki. .............................................. Rancangan Surat Pesanan Apotek Rizki .................................. Rancangan Kartu Stok Obat Apotek Rizki............................... Rancangan Salinan Resep Apotek Rizki. ................................. Rancangan Nota Penjualan Apotek Rizki. ...............................
ii Laporan praktek...., Seruni Puspa, FF, 2013
29 31 32 38 39 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59
Universitas Indonesia
BAB I PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang Apotek
merupakan
sarana
pengabdian
profesi
apoteker
kepada
masyarakat. Apotek memiliki dua fungsi yang tidak dapat terpisahkan, yakni fungsi bisnis retail dan fungsi pelayanan masyarakat. Di dalam sebuah apotek, melalui transaksi jual beli, masyarakat dapat memperoleh sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan. Di waktu yang sama, masyarakat secara komprehensif juga mendapatkan pelayanan kefarmasian sehingga pemahaman masyarakat terhadap pengobatan yang dijalani, serta kepatuhan masyarakat terhadap pengobatan akan semakin meningkat. Dengan demikian, apotek memiliki posisi yang strategis dalam membantu meningkatkan mutu kesehatan masyarakat yang berada di sekitarnya. Membuka sebuah apotek di suatu lingkungan dapat menjadi jawaban dari tantangan bisnis serta tantangan pengabdian masyarakat. Namun tidak seperti bisnis retail lainnya, pendirian usaha apotek diatur dengan sangat tegas oleh pemerintah melalui berbagai regulasi. Hal tersebut disebabkan karena usaha apotek memiliki komoditas berbeda dengan komoditas bisnis retail consumer goods. Penanganan Sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan, seperti pada tahap pendistribusian dan penyimpanan, menuntut kehati-hatian agar mutu serta kualitas barang tidak mengalami perubahan yang berarti. Oleh karena itu, pemerintah harus memastikan bahwa apotek yang akan beroperasi telah memenuhi peryaratan dan ketentuan yang berlaku, baik dari segi sarana dan prasarana, sumber daya manusia, serta manajemen operasionalnya. Peraturan pendirian apotek tercantum dalam Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 1332/MENKES/SK/X/2002 Tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor. 922/MENKES/PER/X/1993 Tentang Ketentuan Dan Tata Cara Pemberian Izin Apotik. Setiap apotek yang dinyatakan telah mememenuhi ketentuan yang tertera dalam regulasi tersebut akan mendapatkan Surat Izin Apotik (SIA). Surat inilah yang menjadi bukti bahwa sebuah apotek dinyatakan legal dan layak untuk beroperasi. 1
Laporan praktek...., Seruni Puspa, FF, 2013
Universitas Indonesia
2
Salah satu titik kritis dalam proses pendirian apotek adalah dilakukannya kegiatan Pemeriksaan Apotek. Dalam kegiatan tersebut, Tim Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota atau Balai POM setempat mengunjungi apotek pemohon izin untuk memeriksa kesiapan apotek sesuai dengan perincian yang tertera pada Form APT-3. Jika berdasarkan hasil pemeriksaan, apotek dinyatakan siap untuk beroperasi, maka dalam jangka waktu 12 (dua belas) hari kerja setelah diterima laporan hasil pemeriksaan, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat mengeluarkan Surat Izin Apotek. Namun jika dinyatakan masih belum memenuhi syarat, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota akan menerbitkan Surat Penundaan dan apoteker diberikan kesempatan selama 1 bulan untuk melengkapi persyaratan yang belum dipenuhi. Surat penolakan izin dapat diterbitkan apabila apotek tidak memenuhi persyaratan Apoteker Pengelola Apotek (Pasal 5), persyaratan Apotek (Pasal 6) atau lokasi apotek yang tidak sesuai dengan permohonan (Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2002). Apotek Rizki merupakan sebuah apotek yang akan beroperasi di Vila Rizki Ilhami Blok A10 No. 12 Tangerang, Banten. Apotek ini didirikan oleh Ibu Lily Komiarsih, S.Si., Apt. selaku Pemilik Sarana Apotek (PSA) dan Ibu Netti Yuliani, Apt. selaku Apoteker Pengelola Apotek (APA) sebagai jawaban tantangan menyediakan layanan kefarmasian di daerah tersebut. Saat penulisan laporan ini, Apotek Rizki berada dalam tahap permohonan perizinan yakni mempersiapkan sarana dan prasarana apotek berdasarkan daftar pemeriksaan Apotek oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Diharapkan, sarana dan prasarana apotek dapat dipenuhi dengan baik sehingga dinyatakan siap untuk melaksanakan kegiatan dan memperoleh Surat Izin Apotek.
1.2.Tujuan a. Mengetahui dan memahami sistematika permohonan pengajuan izin apotek. b. Mengetahui dan memahami aspek penilaian pada saat pemeriksaan kesiapan apotek. c. Menilai kemajuan apotek dalam memenuhi persyaratan dalam rangka pemeriksaan kesiapan apotek.
Universitas Indonesia Laporan praktek...., Seruni Puspa, FF, 2013
3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tata Cara Perizinan Pendirian Apotek Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian, Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktek kefarmasian oleh apoteker. Apotek dapat didirikan oleh apoteker dengan modal sendiri dan/atau modal dari pemiliki modal baik perseorangan maupun perusahaan. Jika apotek didirikan melalui kerja sama apoteker dengan pemilik modal, maka pekerjaan kefarmasian harus tetap dilakukan sepenuhnya oleh apoteker yang bersangkutan. Pemilik modal kemudian disebut sebagai Pemilik Sarana Apotek (PSA) sementara apoteker yang memimpin serta mengelola apotek disebut sebagai Apoteker Pengelola Apotek (APA). Tata cara perizinan pendirian apotek diatur pada Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 1332/MENKES/SK/X/2002
Tentang
Perubahan
Atas
Peraturan
Menteri
Kesehatan RI Nomor. 922/MENKES/PER/X/1993 Tentang Ketentuan Dan Tata Cara Pemberian Izin Apotik. Sesuai
dengan
Keputusan
Menteri
Kesehatan
RI
No.
1332/Menkes/SK/X/2002 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 922/MENKES/PER/X/1993, Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek adalah sebagai berikut : a. Permohonan izin apotek diajukan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan menggunakan contoh Formulir Model APT-1 (Lampiran 1). b. Dengan menggunakan Formulir APT-2 (Lampiran 2) Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota selambat-lambatnya 6 (enam) hari kerja setelah menerima permohonan dapat meminta bantuan teknis kepada Kepala Balai POM untuk melakukan pemeriksaan terhadap kesiapan apotek melakukan kegiatan. c. Tim Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota atau Kepala Balai POM selambatlambatnya 6 (enam) hari kerja setelah permintaan bantuan teknis dari
Universitas Indonesia Laporan praktek...., Seruni Puspa, FF, 2013
4
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota melaporkan hasil pemeriksaan setempat dengan menggunakan contoh Formulir APT-3 (Lampiran 3). d. Dalam hal pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dan (3) tidak dilaksanakan, Apoteker Pemohon dapat membuat surat pernyataan siap melakukan kegiatan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat dengan tembusan kepada Kepala Dinas Propinsi dengan menggunakan contoh Formulir Model APT-4 (Lampiran 4). e. Dalam jangka waktu 12 (dua belas) hari kerja setelah diterima laporan pemeriksaan sebagaimana dimaksud ayat (3) atau pernyataan ayat (4) Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat mengeluarkan SIA dengan menggunakan contoh Formulir Model APT-5 (Lampiran 5). f. Dalam hal hasil pemeriksaan Tim Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota atau Kepala Balai POM dimaksud ayat (3) masih belum memenuhi syarat, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat dalam waktu 12 (dua belas) hari kerja mengeluarkan Surat Penundaan dengan menggunakan contoh Formulir Model APT-6 (Lampiran 6). g. Terhadap surat penundaan, Apoteker diberi kesempatan untuk melengkapi persyaratan yang belum dipenuhi selambat-lambatnya dalam jangka waktu 1 (satu) bulan sejak tanggal surat penundaan. h. Terhadap permohonan izin apotek yang ternyata tidak memenuhi persyaratan, atau lokasi yang tidak sesuai dengan permohonan, maka Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dalam jangka waktu selambatlambatnya 12 (dua belas) hari kerja wajib mengeluarkan surat penolakan disertai dengan alasannya dengan menggunakan formulir model APT-7 (Lampiran 7). Bila Apoteker menggunakan sarana milik pihak lain dalam pendirian apotek, maka harus memenuhi ketentuan sebagai berikut: a. Penggunaan sarana apotek yang dimaksud, wajib didasarkan atas perjanjian kerja sama antara Apoteker dan pemilik sarana. b. Pemilik sarana yang dimaksud harus memenuhi persyaratan tidak pernah terlibat dalam pelanggaran peraturan perudang-undangan di bidang obat sebagaimana dinyatakan dalam surat pernyataan yang bersangkutan.
Universitas Indonesia Laporan praktek...., Seruni Puspa, FF, 2013
5
2.2. Persyaratan Apotek Menurut Peraturan Menteri Kesehatan No. 922 Tahun 1993 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotik pasal 6 tentang Persyaratan Apotik, untuk mendapatkan izin, apotik, Apoteker atau Apoteker yang bekerja sama dengan pemiliki sarana yang telah memenuhi persyaratan harus siap dengan tempat, perlengkapan, termasuk sediaan farmasi dan perbekalan lainnya yang merupakan milik sendiri atau milik pihak lain. Selain itu, apotek juga harus memenuhi persyaratan yang berkaitan dengan tenaga kesehatan.
2.2.1
Persyaratan Tempat
2.2.1.1 Sarana Apotek Apotek dapat didirikan pada lokasi yang sama dengan kegiatan pelayanan komoditi lainnya di luar sediaan farmasi. Persyaratan jarak minimum antar apotek tidak
dipermasalahkan
lagi
sejak
tidak
dicabutnya
Kepmenkes
RI
No.278/Menkes/SK/V/1981 tentang Persyaratan Apotek dan digantikan dengan Permenkes
No.
922
Tahun
1993.
Lokasi
apotek
dipilih
dengan
mempertimbangkan segi pemerataan dan pelayanan kesehatan, jumlah penduduk, jumlah praktek dokter, sarana dan pelayanan kesehatan lain, sanitasi dan faktorfaktor lainnya. Proses pertimbangan tersebut dilakukan pada tahap Studi Kelayakan pendirian apotek.
2.2.1.2 Bangunan Apotek Apotek sekurang-kurangnya memiliki ruangan khusus untuk meracik dan menyerahkan resep, ruangan administrasi dan kamar kerja apoteker, dan WC (Kepmenkes No. 1332 Tahun 2002). Ruang khusus untuk meracik hendaknya memadai serta dilengkapi pelatanan peracikan yang sesuai dengan peraturan dan kebutuhan. Tempat penyerahan obat dilakukan pada tempat yang memadai, sehingga memudahkan untuk melakukan pelayanan informasi obat. Ruangan administrasi, kamar kerja apoteker, dan WC harus ada sesuai dengan kebutuhannya. Selain itu, untuk meningkatkan kualitas pelayanan, apotek harus mempertimbangkan untuk memiliki:
Universitas Indonesia Laporan praktek...., Seruni Puspa, FF, 2013
6
a. Ruang tunggu Ruang tunggu haruslah nyaman bagi pasien, yaitu bersih, ventilasi yang memadai cahaya yang cukup, tersedia tempat duduk dan ada tempat sampah. b. Tempat informasi obat Tersedia tempat untuk mendisplai obat bebas dan obat bebas terbatas serta informasi bagi pasien berupa brosur, leaflet, poster atau majalah kesehatan yang berisi informasi terutama untuk meningkatkan pengetahuan dan perilaku pasien. c. Ruang konseling bagi pasien Ruang untuk memberikan konseling bagi pasien hendaknya terdapat fasilitas maupun sarana dan prasarana yang memadai sehingga memudahkan apoteker untuk memberikan informasi dan menjaga kerahasiaan pasien. Diperlukan juga lemari untuk menyimpan catatan pengobatan pasien serta terdapat sumber informasi dan literature yang memadai dan up to date. d. Ruang/tempat penyimpanan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan lainnya. Di tempat ini terdapat serangkaian kegiatan yang meliputi: penerimaan, penyimpanan, pengawasan, pengendalian persediaan dan pengeluaran obat. Faktor-faktor yang harus dipertimbangkan untuk mendukung kegiatan tersebut adalah: -
Kemudahan dan efisiensi gerakan manusia dan sediaan farmasi, termasuk aturan penyimpanan.
-
Sistematika penyusunan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan lainnya, sehingga dibutuhkan rak-rak penyimpanan yang sesuai dan memudahkan keluar masuk sediaan farmasi.
e. Tempat pencucian alat.
2.2.1.3 Kelengkapan Bangunan Calon Apotek Bangunan calon apotek harus memiliki: a. Sumber air
Universitas Indonesia Laporan praktek...., Seruni Puspa, FF, 2013
7
Sumber air harus memenuhi persyaratan kesehatan dan dapat berasal dari sumur PAM / sumur pompa, dll. b. Penerangan Ruangan harus cukup terang sehingga dapat njamin pelaksanaan tugas dan fungsi apotek. Listrik dapat bersumber dari PLN / generator. Jika tidak terdapat aliran listrik, penerangan dapat menggunakan lampu petromak. c. Alat pemadam kebakaran Alat pemadam kebakaran harus berfungsi dengan baik sekurangkurangnya dua buah. d. Ventilasi Ventilasi berupa jendela harus memadai dan memperhatikan persyaratan hygiene. e. Sanitasi Sanitasi harus baik serta memenuhi persyaratan hygiene lainnya. Selain itu, harus diperhatikan saluran pembuangan limbah serta bak/tempat pembuangan sampah.
2.2.1.4 Papan Nama Papan nama paotek harus dapat terlihat dengan jelas, terbuat dari bahan yang memadai dan memuat nama apotek, nama apoteker pengelola apotek, nomor izin apotek dan alamat apotek. Papan nama berukuran minimal panjang 60 cm dan lebar 40 cm dengan tulisan hitam di atas dasar putih dan huruf berukuran minimal tinggi 5cm dan tebal 5cm.
2.2.2
Persyaratan Perlengkapan
2.2.2.1 Alat Pembuatan, Pengolahan dan Peracikan. Alat untuk pembuatan, pengolahan dan peracikan terdiri atas: a. Timbangan milligram dan timbangan gram dengan anak timbangan yang sudah ditera masing – masing minimal 1 set, b. Perlengkapan lain disesuaikan dengan kebutuhan, seperti: -
Gelas ukur 10 ml, 100 ml, dan 250 ml masing-masing minimal 1 buah,
Universitas Indonesia Laporan praktek...., Seruni Puspa, FF, 2013
8
-
Labu Erlenmeyer 100 ml, 250 ml, dan 1000 ml masing-masing minimal 1 buah,
-
Gelas piala 100ml, 500ml, dan 1000 ml masing-masing minimal 1 buah,
-
Corong berbagai ukuran,
-
Thermometer berkala 100°C
-
Mortar garis tengah 5-10 cm dan 10-15 cm beserta alu masing-masing minimal 1 buah,
-
Spatel tanduk dan porselen masing-masing minimal 1 buah,
-
Cawan penguap porselen garis tengah 5cm, 10cm, dan 15cm masingmasing minimal 1 buah,
-
Batang pengaduk sesuai kebutuhan
-
Penangas air
-
Kompor atau alat pemanas yang sesuai dengan kebutuhan
-
Panci sesuai kebutuhan, dan
-
Rak tempat pengeringan alat.
2.2.2.2 Perlengkapan dan Alat Perbekalan Farmasi Perlengkapan dan alat perbekalan farmasi yang diperlukan adalah: a. Lemari dan rak untuk menyimpan obat dengan sistematika penyusunan yang baik dan ergonomis. b. Lemari pendingin untuk sediaan khusus seperti supositoria dan vaksin, c. Tempat penyimpanan narkotika yakni lemari terkunci dengan ukuran minimal 40x80x100 cm. d. Tempat penyimpanan psikotropika dan bahan berbahaya lainnya. e. Masing-masing ada dengan jumlah sesuai dengan kebutuhan.
2.2.2.3 Wadah Pengemas dan Pembungkus Wadah pengemas dan pembungkus yang diperlukan adalah: a. Etiket b. Wadah pengemas dan pembungkus untuk penyerahan obat seperti perkamen, pot, botol, plastik, dll.
Universitas Indonesia Laporan praktek...., Seruni Puspa, FF, 2013
9
2.2.2.4 Alat Administrasi Alat administrasi yang diperlukan adalah: a. Blanko pesanan obat, b. Blanko kartu stok obat, c. Blanko salinan resep, d. Blanko faktur, e. Blanko nota penjualan, f. Buku pembelian, g. Buku penerimaan, h. Buku penjualan, i. Buku pengiriman, j. Buku pembukuan keuangan, k. Buku pencatatan narkotika dan psikotropika, l. Buku pesanan narkotika dan psikotropika, dan m. Form laporan narkotika dan psikotropika.
2.2.2.5 Literatur Literatur dan sumber informasi yang harus ada di apotek adalah: a. Kumpulan peraturan perundang-undangan yang berhubungan dengan apotek, b. Buku standar yang diwajibkan, seperti Farmakope Indonesia edisi terakhir c. Buku lain, seperti Informasi Spesialite Obat (ISO), MIMS terkini, dll.
2.2.3 Persyaratan Tenaga Kesehatan Tenaga kesehatan yang harus ada di apotek adalah: a. 1 orang Apoteker Pengelola Apotek b. Apoteker Pendamping (jika diperlukan), dan c. Asisten Apoteker, sesuai kebutuhan. Apoteker Pengelola Apotek adalah Apoteker yang telah diberi Surat Izin Apotik (SIA). Apoteker Pendamping adalah Apoteker yang bekerja di Apotik di samping Apoteker Pengelola Apotik dan/atau menggantikannya pada jam-jam tertentu pada hari buka Apotik.Asisten Apoteker adalah mereka yang berdasarkan
Universitas Indonesia Laporan praktek...., Seruni Puspa, FF, 2013
10
peraturan perundang-undangan yang berlaku berhak melakukan pekerjaan kefarmasian sebagai Asisten Apoteker. Selain itu, apotek dapat mempekerjakan tenaga non farmasi seperti kasir, petugas administrasi, petugas juru resep dan petugas kebersihan, dan petugas keamanan.
2.3 Pemeriksaan Kesiapan Apotek Untuk membuktikan kesiapan apotek untuk melakukan kegiatan, kepala Dinas
Kesehatan
Kabupaten/Kota
menugaskan
Tim
Dinas
Kesehatan
Kabupaten/Kota atau Balai POM untuk melakukan pemeriksaan setempat. Pemeriksaan ini dilakukan ketika PSA/APA telah melakukan mengajukan permohonan izin apotek yang dilengkapi dengan penyerahan berkas-berkas yang dibutuhkan. Perintah penugasan tersebut diberikan menggunakan formulir APT-2. Tim yang ditugaskan kemudian akan datang mengunjungi apotek tersebut dan memeriksa kelengkapan dan kesiapan apotek berdasarkan persyaratan apotek di atas. Seluruh hasil pemeriksaan tercantum dalam Berita Acara Pemeriksaan menggunakan formulir APT-3. Kegiatan pemeriksaan apotek merupakan salah satu titik kritis penerbitan izin apotek. karena jika berdasarkan pemeriksaan ditemukan hal yang masih belum memenuhi syarat, penerbitan izin apotek dapat ditunda menggunakan formulir APT-5 dan PSA/APA diberikan jangka waktu 1 bulan untuk melengkapi kekurangan tersebut. Surat penolakan izin juga dapat diterbitkan apabila apotek dinyatakan tidak memenuhi persyaratan Apoteker Pengelola Apotek (Pasal 5), persyaratan Apotek (Pasal 6) atau lokasi apotek yang tidak sesuai dengan permohonan. Namun jika berdasarkan pemeriksaan apotek dinyatakan telah siap beroperasi, maka Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dapat menerbitkan Surat Izin Apotek.
Universitas Indonesia Laporan praktek...., Seruni Puspa, FF, 2013
BAB 3 METODOLOGI
3.1 Waktu dan Lokasi Pengambilan data dan penulisan dilakukan tanggal 8 April sampai dengan 17 Mei 2013 yang bertempat di Apotek Rizki yaitu Vila Rizki Ilhami Blok A10 No. 12 Tangerang, Banten.
3.2 Tahapan Tahapan penyusunan tugas khusus ini adalah: 1. Melakukan penelusuran literatur dari berbagai pustaka serta regulasi mengenai apotek, 2. Melakukan wawancara dan diskusi dengan Pemilik Sarana Apotek dan Apoteker Pengelola Apotek Rizki, 3. Merancang desain interior apotek menggunakan software CorelDraw X4 dan Google SketchUp, serta 4. Merancang dan menyiapkan segala persyaratan Apotek Rizki yang beralamat di Vila Rizki Ilhami Blok A10 No. 12 Tangerang, Banten selama periode 8 April – 17 Mei 2013.
11 Laporan praktek...., Seruni Puspa, FF, 2013
Universitas Indonesia
BAB IV PEMBAHASAN
4.1.Perizinan Pendirian Apotek Rizki Apotek Rizki merupakan sebuah calon apotek yang didirikan oleh Ibu Lily Komiarsih, S.Si., Apt. selaku Pemilik Sarana Apotek. Apotek ini berlokasi di salah satu ruko di komplek ruko perumahan Vila Rizki Ilhami, Blok A10 No. 12, Tangerang Banten. Status kepemilikan bangunan adalah milik pribadi. Pendirian apotek ini telah dicanangkan pada bulan Desember 2012, di mana pada bulan Januari hingga Februari 2013, dilakukan tahap penyiapan berkas lampiran pengajuan permohonan izin apotek, yakni: a. Salinan/Foto copy Surat Izin Kerja Apoteker b. Salinan/Foto copy Kartu Tanda Penduduk c. Salinan/Foto copy denah bangunan d. Surat yang mengatakan status bangunan dalam bentuk akta hak milik/sewa/kontrak e. Daftar Asisten Apoteker dengan mencantumkan nama, alamat, tanggal lulus, dan nomor surat izin kerja f. Asli dan salinan/fotocopy daftar terperinci alat perlengkapan apotik g. Surat pernyaataan dari Apoteker Pengelola Apotek bahwa tidak bekerja tetap pada perusahaan farmasi lain dan tidak menjadi Apoteker Pengelola Apotek di apotek lain h. Akte perjanjian kerja sama Apoteker Pengelola Apotek dengan Pemilik Sarana Apotek i. Surat pernyataan Pemilik Sarana tidak terlibat pelanggaran peraturan perundang-undangan di bidang obat. Pada bulan April hingga Mei 2013 dilakukan persiapan melengkapi sarana dan prasarana yang dibutuhkan untuk operasional apotek sesuai dengan persyaratan yang berlaku. Diharapkan saat dilakukan pemeriksaan setempat oleh Tim Dinas Kesehatan Kota Tangerang, kelengkapan sarana dan prasarana Apotek Rizki dinyatakan memenuhi persyaratan dan Surat Izin Apotek dapat diterbitkan 12
Laporan praktek...., Seruni Puspa, FF, 2013
Universitas Indonesia
13
dengan segera sehingga apotek dapat beroperasi dan melayani masyarakat pada pertengahan tahun 2013.
4.2. Persyaratan Apotek Terdapat 4 aspek yang dipersiapkan sesuai dengan persyaratan apotek yang tertera dalam PerMenKes No. 922 Tahun 1993 Pasal 6 dan formulir APT-3 pada KepMenKes No. 1332 Tahun 2002, yakni persyaratan tempat, kelengkapan, tenaga kesehatan, dan sediaan farmasi dan perbekalan lainnya.
4.2.1. Persyaratan Tempat 4.2.1.1. Sarana Apotek Apotek terletak di dalam kompleks ruko perumahan Vila Rizki Ilhami Tangerang Banten, yakni pada Blok A10 No. 12. Lokasi ini dipilih karena memiliki pangsa pasar yang jelas yakni penghuni dari lebih dari 1000 unit rumah perumahan Vila Rizki Ilhami. Selain itu, 500m dari gerbang Vila Rizki Ilhami juga terdapat sebuah perumahan dengan penghuni 500 unit rumah. Lokasi tersebut juga diuntungkan dengan letak apotek kompetitor yang berjarak cukup jauh dari target pelanggan (penduduk perumahan), sehingga diharapkan Apotek Rizki menjadi apotek pilihan utama. Denah lokasi Apotek Rizki dapat dilihat di Lampiran 8. Apotek Rizki menempati sebuah ruko dua lantai yang berukuran 500cm x 700cm. Dalam rancangan bisnisnya, lantai satu ruko difungsikan sebagai apotek dan praktek dokter umum, sementara itu lantai dua ruko difungsikan sebagai praktek dokter gigi atau perawatan kecantikan. Pemilik Sarana Apotek memang merencanakan sebuah konsep pusat pelayanan kesehatan yang terpadu bagi target pelanggan, yang terdiri dari apotek, dokter, dan pusat perawatan kecantikan. Namun karena modal yang masih terbatas, PSA baru dapat memfungsikan lantai pertama dari ruko sebagai apotek dan praktek dokter umum. Apotek akan menempati ruang sebesar 350cm x 300cm sementara ruang praktek menempati ruang sebesar 300cm x 200cm Untuk sementara, lantai dua difungsikan sebagai gudang apotek. Tampak depan dari bangunan ruko dapat diliat di Lampiran 9 dan Layout pembagian ruang lantai satu ruko dapat dilihat di Lampiran 10.
Universitas Indonesia Laporan praktek...., Seruni Puspa, FF, 2013
14
4.2.1.2. Bangunan Apotek Apotek Rizki menempati ruang dengan ukuran 350cm x 300cm dalam sebuah ruko dua lantai yang berukuran 500cm x 700cm. Ruang yang tersedia harus dimaksimalkan sehingga semua fungsi dasar apotek dapat terakomodasi yakni area meracik, penyerahan resep, ruangan administrasi, kamar kerja apoteker, dan WC. Selain itu, dalam ruang apotek juga harus mengakomodasi ruang tunggu untuk pelanggan, tempat informasi obat, konseling bagi pasien, ruang/tempat penyimpanan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan, dan tempat pencucian alat. Gambaran rancang ruang di lantai 1 dapat dilihat di lampiran 11. Dalam ruang apotek yang berukuran 350cm x 300cm dibagi menjadi tiga area utama, yaitu di bagian depan terdapat area penerimaan resep dan pelayanan pembelian obat OTC; di bagian samping kiri terdapat area pembayaran, penyerahan obat, dan informasi obat; dan di bagian belakang terdapat area peracikan dan penyimpanan obat ethical. Gambar layout beserta rancang area apotek dapat dilihat di Lampiran 12.
A. Area Meracik Area
meracik
mempersiapkan
resep
merupakan yang
sebuah diterima
area
yang
sebelum
digunakan diserahkan
untuk kepada
pelanggan/pasien. Kegiatan yang dilakukan dapat berupa peracikan (membuat sediaan baru seperti puyer dan menyiapkan sirup dari sirup kering) atau mempersiapkan obat ethical yang diresepkan dokter kepada pasien. Letak area meracik diapit oleh bagian belakang lemari OTC dan di depan lemari ethical dan bahan obat. Di area tersebut, terdapat sebuah meja kecil dengan tinggi 100 cm dan dilapisi oleh batu granit. Meja tersebut digunakan untuk melakukan pekerjaan peracikan. Pekerjaan mengemas dan memberikan label juga dilakukan di area ini. Seluruh peralatan meracik diletakkan di sebuah lemari gantung yang berada di atas meja racik. Di dalam lemari gantung juga diletakkan kotak kecil yang berisi plastik pembungkus, kertas perkamen, etiket dan label, serta alat tulis. Namun karena keterbatasan ruang, pekerjaan yang membutuhkan bantuan penangas air atau pemanas dilakukan di lantai 2. Rancangan area meracik dapat dilihat di lampiran 13.
Universitas Indonesia Laporan praktek...., Seruni Puspa, FF, 2013
15
B. Ruang Penyerahan Obat Resep Area penyerahan obat resep berada di sebelah kanan area apotek, yaitu di depan area kasir dan di samping kasir. Area tersebut dipilih karena dekat dengan tempat meracik, kasir dan area konseling sehingga memudahkan alur penanganan pelanggan.
C. Kamar kerja apoteker dan Ruang Administrasi Kamar kerja apoteker dan ruang administrasi untuk sementara waktu menggunakan ruang praktek dokter karena dokter tidak berpraktek setiap saat dalam satu hari sehingga sisa waktu dapat dipergunakan sebagai kamar kerja apoteker dan ruang administrasi.
D. WC WC berada di lantai 2 ruko yang dapat diakses melalui tangga di belakang area ruang praktek dokter.
E. Ruang Tunggu Ruang tunggu bagi pasien berada di sebelah kiri area apotek. Terdapat 4 bangku dan satu meja kecil. Area tunggu untuk pasien dokter berada di depan ruang praktek dokter dan juga dapat digunakan oleh pelanggan apotek untuk menunggu pelayanan obat.
F. Tempat informasi obat dan area konseling bagi pasien Tempat informasi obat dan area konseling berada di depan suatu lemari dorong kecil yang terletak di samping kanan area penyerahan obat (di dekat area racik. Lemari kecil tersebut berisi buku-buku pegangan seperti MIMS, ISO dan Farmakope. APA nantinya akan standby di area tersebut untuk melayani pelanggan dalam memberikan konseling, informasi dan edukasi obat. Selain itu, di atas meja kecil serta di atas meja kasir juga akan diletakkan brosur/pamphlet yang berisi informasi kesehatan untuk diambil oleh pelanggan yang datang.
Universitas Indonesia Laporan praktek...., Seruni Puspa, FF, 2013
16
G. Ruang/Tempat Penyimpanan Sediaan Farmasi dan Perbekalan Lainnya Dalam rancangan ruang Apotek Rizki, terdapat 2 area utama untuk menyimpan sediaan farmasi dan perbekalan lainnya, yaitu area OTC (Over-TheCounter / Obat Bebas), dan area ethical dan bahan obat. Skema pembagian lemari dapat dilihat di Lampiran 14. Area OTC merupakan area yang terletak di bagian depan area apotek tepat di belakang kaca depan bangunan sehingga memungkinkan pelanggan untuk melihat barang apa saja yang dijual dari luar apotek. Di dalam area OTC, terdapat 6 kabinet kaca yang digunakan untuk menyimpan sediaan OTC seperti obat bebas, obat bebas terbatas, suplemen dan multivitamin, obat tradisional, kosmetik, susu bayi, alat kesehatan, dan PKRT. Area ethical merupakan area yang terletak di bagian belakang area apotek dan tersembunyi di balik lemari OTC. Di area tersebut, terdapat dua lemari kayu tempat menyimpan obat keras dan bahan obat.
H. Tempat Pencucian Alat. Tempat pencucian alat di wastafel di pojok kiri belakang bangunan di depan tangga. Tempat pencucian alat ini sebenarnya adalah wastafel sehingga dapat digunakan pengunjung untuk mencuci tangan.
4.2.1.3. Kelengkapan Bangunan Calon Apotek A. Sumber Air Sumber air berasal dari pompa air listrik yang di tempatkan di bawah tanah di bagian depan bangunan ruko. Sumber air tersebut mengaliri wastafel serta WC yang berada di lantai 2.
B. Penerangan Terdapat 2 titik lampu downlight yang berada di langit-langit lantai satu dan dirasakan cukup untuk melakukan aktifitas sehari – hari. Selain itu, bagian depan apotek yang menggunakan jendela kaca yang lebar juga dapat membantu penerangan melalui sinar matahari.
Universitas Indonesia Laporan praktek...., Seruni Puspa, FF, 2013
17
C. Alat Pemadam Kebakaran Terdapat dua fire extinguisher yang akan ditempatkan. Satu berada di bawah meja racik dan satu lagi berada di dekat tangga.
D. Ventilasi Terdapat dua titik jendela yang menjadi lokasi pertukaran udara secara alami, yakni di dekat tangga dan di bagian atas pintu masuk apotek. Untuk menjaga suhu di dalam apotek, digunakan 2 unit AC ½ PK.
E. Sanitasi Terdapat sebuah wastafel di depan tangga dan sebuah WC di lantai dua. Saluran pembuangan limbah berada di bagian belakang ruko. Tempat sampah tersebar di dekat area racik, di dekat kasih dan di dekat wastafel. Sampah kemudian dikumpulkan di bak penampungan sampah utama apotek di bagian belakang untuk selanjutnya dibuang ke tempat penampungan akhir.
4.2.1.4. Papan Nama Terdapat dua macam papan nama apotek, yakni papan nama apotek yang bersifat komersil (sebagai media promosi), dan papan nama apotek yang bersifat informatif. Papan nama bersifat komersil terbuat dari papan berukuran 400 cm x 50 cm yang diletakkan persis di dinding depan bagian atas lantai 1. Sementara itu, papan nama apotek yang bersifat informatif berukuran 60 cm x 40 cm dan bertuliskan informasi apotek yakni nama apotek, nama apoteker pengelola apotek, nomor izin apotek dan alamat apotek. Desain papan nama tersebut dapat dilihat di Lampiran 15.
4.2.2. Persyaratan Perlengkapan 4.2.2.1. Alat Pembuatan, Pengolahan dan Peracikan Apotek Rizki telah mempersiapkan alat pembuatan, pengolahan dan peracikan yang seluruhnya didapatkan melalui membeli dari toko peralatan laboratorium. Alat-alat yang telah disiapkan adalah seperti yang tertera pada poin
Universitas Indonesia Laporan praktek...., Seruni Puspa, FF, 2013
18
2.2.2.1. seluruh alat tersebut diletakkan di dalam lemari gantung di area peracikan, kecuali penangas air dan pemanas yang diletakkan di lantai 2.
4.2.2.2.Perlengkapan dan Alat Perbekalan Farmasi Seperti yang sudah dijelaskan pada poin 4.2.1.2.G tentang Ruang/Tempat Penyimpanan Sediaan Farmasi dan Perbekalan Lainnya, terdapat dua area untuk menyimpan sediaan farmasi di area apotek, yaitu area OTC dan area ethical. Di dalam area OTC, terdapat 6 kabinet kaca yang digunakan untuk menyimpan sediaan OTC seperti obat bebas, obat bebas terbatas, suplemen dan multivitamin, obat tradisional, kosmetik, susu bayi, alat kesehatan, dan PKRT. Sediaan dan perbekalan yang dipamerkan di dalam display diletakkan sesuai dengan kelompoknya (fungsi farmakologis) sehingga memudahkan pelanggan untuk memilih obat yang diinginkan. Kabinet kaca tersebut terletak 100cm dari permukaan tanah (di bawahnya terdapat cabinet kayu setinggi 100 cm) dan memiliki tinggi yakni 120 cm, sehingga barang yang berada di rak paling atas (200 cm di atas permukaan tanah), masih bisa dijangkau dengan tangan Di bawah tiap kabinet kaca, terdapat kabinet yang terbuat dari kayu. Kabinet tersebut digunakan untuk memuat dokumen administrasi apotek, alat kesehatan yang berukuran besar dan/atau obat ethical. Rancangan kabinet OTC dapat dilihat di Lampiran 16. Di dalam area ethical, terdapat 2 lemari yang digunakan untuk menyimpan obat keras dan bahan obat. Obat keras yang diletakkan di dalam lemari disusun berdasarkan bentuk sediaannya yaitu padat, cair, dan semisolid, kemudian disusun berdasarkan abjadnya. Khusus untuk sediaan oral padat, sebelum diletakkan di dalam lemari, obat diletakkan terlebih dahulu ke dalam kotak plastik yang berukuran 10cm x 10cm x 20cm. Kotak plastik tersebut menggantikan fungsi kemasan sekunder tiap obat agar menghemat tempat, namun di dalam kotak tersebut tetap dimasukkan flyer informasi obat yang disertakan dalam kemasan. Tiap kotak memuat satu jenis obat dengan satu kekuatan. Di depan bagian kotak, ditempel label yang berisi nama obat, zat aktif dan kekuatannya. Rancang lemari ethical dan kotak plastik dapat
Universitas Indonesia Laporan praktek...., Seruni Puspa, FF, 2013
19
dilihat di Lampiran 17. Sediaan psikotropika diletakkan di dalam lemari ethical namun terpisah dari sediaan oral padat lainnya. Sediaan farmasi yang bersifat termolabil seperti suppositoria dan vaksin diletakkan di dalam lemari pendingin. Sementara itu, sediaan narkotika diletakkan di dalam lemari narkotika. Kedua lemari tersebut berada di dalam ruang praktek dokter, tepatnya adalah berada di bawah tangga. Rancang letak lemari pendingin dan lemari narkotika dapat dilihat di Lampiran 18.
4.2.2.3.Wadah Pengemas dan Pembungkus Terdapat dua macam etiket Apotek Rizki, yaitu etiket putih untuk sediaan oral dan etiket yang berlatar biru untuk obat luar. Etiket tersebut terbuat dari kertas stiker berukuran 7cm x 7cm. Pada etiket putih, informasi yang harus ditulis oleh apoteker/asisten apoteker adalah nomor resep, tanggal, nama pasien, umur pasien, nama obat, frekuensi minum obat, banyaknya minum obat, bentuk sediaan (dicoret yang tidak sesuai), waktu minum obat (dicoret yang tidak sesuai), perhatian penggunaan obat (seperti “Harus Dihabiskan” pada antibiotik, atau “Kocok Sebelum Minum” pada suspensi), serta tanggal kadaluarsa. Sementara itu, pada etiket biru, informasi yang harus ditulis adalah nomor resep, tanggal, nama pasien, umur pasien, nama obat, frekuensi pemakaian, cara pemakaian, perhatian terhadap pemakaian obat, serta tanggal kadaluarsa. Pada kedua etiket, terdapat kop yang berisi info apotek yakni alamat, no telpon dan faks, nama apoteker serta SIPA apoteker. Etiket stiker tersebut kemudian ditempelkan pada plastik klip, pot plastic, ataupun botol obat. Rancangan etiket dapat dilihat di Lampiran 19. Wadah pengemas yang telah disiapkan untuk mengemas obat adalah adalah perkamen, plastik klip, pot plastik serta kantong kresek.
4.2.2.4.Alat Administrasi Alat administrasi yang telah disiapkan untuk Apotek Rizki adalah: A. Blanko Surat Pesanan Obat Blanko surat pesanan obat merupakan sebuah formulir rangkap dua yang digunakan ketika akan melakukan pemesanan obat. Lembar asli diberikan kepada
Universitas Indonesia Laporan praktek...., Seruni Puspa, FF, 2013
20
PBF sementara salinannya disimpan oleh apotek sebagai arsip. Informasi yang harus dicatat pada surat pesananan obat adalah nomor surat, tanggal pemesanan, PBF tujuan, nama barang, jumlah yang akan dibeli, serta tanda tangan salesman dan tanda tangan pihak apotek. Rancangan blanko surat pesanan obat Apotek Rizki dapat dilihat di Lampiran 20.
B. Blanko kartu stok obat Blanko kartu stok obat merupakan sebuah kartu yang terbuat dari karton yang digunakan untuk mencatat pemasukan serta pengeluaran obat sehari-hari. Pemasukan dicatat ketika terjadi penambahan stok melalui pembelian pada PBF sementara pengeluaran dicatat ketika ada pembelian yang dilakukan oleh pasien atau sarana lain atau ketika terjadi pengeluaran obat dari stok akibat rusak/kadaluwarsa. Rancangan kartu stok obat Apotek Rizki dapat dilihat di Lampiran 21.
C. Blanko salinan resep Blanko salinan resep merupakan sebuah formulir rangkap satu yang digunakan untuk menulis dan mencatat kembali resep yang telah dikeluarkan oleh dokter kepada pasien dan secara sah menjadi salinan dari resep asli tersebut sehingga dapat digunakan layaknya resep asli. Informasi yang harus dicatat dalam selembar salinan resep adalah nama dokter, tanggal penulisan resep, nomor resep, nama pasien, umur pasien, nama serta jumlah obat yang diresepkan, tanggal salinan resep, dan tanda tangan apoteker. Rancangan blanko salinan resep Apotek Rizki dapat dilihat di Lampiran 22.
D. Blanko nota penjualan Blanko nota penjualan merupakan sebuah formulir (nota) rangkap dua yang digunakan sebagai tanda bukti resmi transaksi dari penjual (apotek) kepada pembeli. Nota penjualan Apotek Rizki mengakomodasi dua macam pembelian yaitu pembelian obat resep dan non resep dalam satu nota. Rancangan blanko salinan resep Apotek Rizki dapat dilihat di Lampiran 23.
Universitas Indonesia Laporan praktek...., Seruni Puspa, FF, 2013
21
E. Buku Pembelian Buku pembelian merupakan sebuah buku yang didalamnya tercatat transaksi pembelian obat Apotek Rizki kepada distributor. Terdapat 13 kolom yang harus diisi dalam buku tersebut yakni nomor, nama distributor, nomor surat pesanan, nomor faktur, tanggal pemesanan, jumlah sebelum diskon dan PPN, persen diskon, jumlah retur, besar PPN, total, tanggal jatuh tempo, tanggal pelunasan, dan paraf staf yang melakukan pelunasan.
F. Buku Penerimaan Barang Buku penerimaan barang merupakan sebuah buku yang didalamnya tercatat barang-barang yang diterima oleh Apotek Rizki melalui mekanisme pemesanan kepada distributor. Terdapat 10 kolom yang harus diisi dalam buku tersebut yakni nomor, tanggal penerimaan, nama distributor, nomor faktur, nama barang, jumlah barang, no batch, tanggal kadaluwarsa, kondisi barang, paraf staf yang menerima barang.
G. Buku Penjualan Buku penjualan merupakan sebuah buku yang didalamnya tercatat transaksi penjualan obat Apotek Rizki kepada pasien. Terdapat 10 kolom yang harus diisi dalam buku tersebut yakni nomor, tanggal penjualan, nomor nota, pembelian resep (nomor resep, harga resep), pembelian non resep (nama barang, jumlah, harga), total pembelian, paraf kasir.
H. Buku Defekta Buku defekta merupakan sebuah buku yang didalamnya tercatat daftar obat yang harus dibeli dari distributor karena stoknya yang akan habis. Terdapat 7 kolom yang harus diisi dalam buku tersebut yakni nomor, nama barang, jumlah barang, nama distributor, tanggal pemesanan, nomor surat pemesanan, dan paraf staf yang melakukan pemesanan.
I. Buku Pencatatan Resep
Universitas Indonesia Laporan praktek...., Seruni Puspa, FF, 2013
22
Buku pencatatan resep merupakan sebuah buku yang didalamnya tercatat resep yang telah diterima dan dilayanin oleh apotek. Terdapat 8 kolom yang harus diisi dalam buku tersebut yakni nomor, tanggal pelayanan, nomor resep, dokter yang meresepkan, nama pasien, nama obat/bahan obat, jumlah, dan harga.
J. Buku pencatatan narkotika dan psikotropika Buku pencatatan narkotika dan psikotropika merupakan sebuah buku yang didalamnya tercatat setiap transaksi pembelian dan pemakaian narkotika dan psikotropika. Terdapat 9 kolom yang harus diisi dalam buku tersebut yakni nama obat, saldo awal, pemasukan (tanggal, jumlah, paraf), pengeluaran (tanggal, jumlah, paraf), dan saldo akhir.
4.2.2.5.Literatur Literatur yang telah disiapkan oleh Apotek Rizki adalah Farmakope Indonesia Edisi IV tahun 1995, ISO edisi terbaru, MIMS edisi terbaru, dan kumpulan perundang-undangan yang berhubungan dengan apotek, yakni: a. Undang-Undang No. 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika. b. Undang-Undang No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika. c. Undang-Undang Kesehatan RI No.39 tahun 2009 tentang Kesehatan. d. Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian. e. Keputusan Pemertintah Kesehatan RI No. 1027/MENKES/SK/X/2004 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek. f. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1332/MENKES/SK/X/2003 tentang perubahan
atas
Peraturan
No.922/MENKES/PER/X/1993
tentang
Menteri
Kesehatan
Ketentuan
dan
Tata
RI Cara
Pemberian Izin Apotek. g. Peraturan
Menteri
Kesehatan
Republik
Indonesia
No.
889/MENKES/PER/V/2011 tentang Registrasi, Izin Praktik, dan Izin Kerja Tenaga Kefarmasian.
Universitas Indonesia Laporan praktek...., Seruni Puspa, FF, 2013
23
4.2.3. Persyaratan Tenaga Kesehatan Dalam operasionalnya, Apotek Rizki mempekerjakan 1 orang apoteker pengelola apotek, 2 orang asisten apoteker, 1 orang kasir, 1 orang staf keuangan, dan 1 orang tenaga kebersihan.
4.2.3.2 Tugas dan Tanggung Jawab A. Apoteker Pengelola Apotek Apoteker Pengelola Apotek memiliki tugas dan tanggung jawab: a. Menyelenggarakan pelayanan kefarmasian yang sesuai dengan fungsinya (apotek sebagai tempat pengabdian profesi) dan memenuhi segala kebutuhan perundang-undangan di bidang perapotekan yang berlaku. b. Memimpin
seluruh
kegiatan
manajerial
apotek
termasuk
mengkoordinasikan dan mengawasi dinas kerja karyawan lainnya antara lain mengatur daftar giliran kerja, menetapkan pembagian beban kerja, dan tanggung jawab masing-masing karyawan. c. Secara aktif berusaha sesuai dengan bidang tugasnya untuk meningkatkan omset penjualan dan mengembangkan hasil usaha apotek dengan mempertimbangkan masukan dari karyawan lainnya untuk perbaikan pelayanan dan kemajuan apotek. d. Melayani permintaan obat bebas dan resep dokter, mulai dari penerimaan resep, menyiapkan obat, meracik, menulis etiket, mengemas, sampai dengan menyerahkan obat. e. Memberikan Pelayanan Informasi Obat (PIO) kepada pasien untuk mendukung penggunaan obat yang rasional. f. Melaksanakan pelayanan swamedikasi. g. Memeriksa kebenaran obat yang akan diserahkan kepada pasien meliputi bentuk sediaan obat, jumlah obat, nama obat, nomor resep, nama pasien kemudian menyerahkan obat kepada pasien dan memberikan informasi tentang penggunaan obat tersebut serta informasi tambahan lain yang diperlukan. h. Membuat salinan resep bila dibutuhkan. i. Mengatur dan mengawasi pengamanan hasil penjualan tunai harian.
Universitas Indonesia Laporan praktek...., Seruni Puspa, FF, 2013
24
B. Asisten Apoteker Asisten Apoteker memiliki tugas dan fungsi sebagai berikut: a. Melakukan pendataan kebutuhan barang. b. Mengatur, mengontrol dan menyusun obat pada tempat penyimpanan obat di ruang peracikan. c. Melayani permintaan obat bebas dan resep dokter, mulai dari penerimaan resep, menyiapkan obat, meracik, menulis etiket, mengemas, sampai dengan menyerahkan obat. d. Memberi harga untuk
resep-resep
yang masuk dan memeriksa
kelengkapan resep. e. Memeriksa kebenaran obat yang akan diserahkan kepada pasien meliputi bentuk sediaan obat, jumlah obat, nama obat, nomor resep, nama pasien kemudian menyerahkan obat kepada pasien dan memberikan informasi tentang penggunaan obat tersebut serta informasi tambahan lain yang diperlukan. f. Mencatat keluar masuk barang. g. Melakukan pengecekan terhadap obat-obat yang mempunyai kadaluarsa. h. Menyusun daftar masuknya barang dan menandatangani faktur obat yang masuk setiap harinya. i. Melakukan fungsi kasir, pembukuan, dan administrasi sehari-hari.
C. Tenaga Pembantu Tugas dan kewajiban tenaga pembantu adalah sebagai berikut: a. Menjaga kebersihan dan kerapian apotek. b. Membantu petugas apotek lain yang memerlukan bantuan non-teknis kefarmasian. c. Mengantar obat dan sediaan farmasi untuk pelayanan pesan antar. d. Menjamin obat yang tepat sampai kepada pasien yang tepat. e. Menerima uang hasil pembayaran obat.
Universitas Indonesia Laporan praktek...., Seruni Puspa, FF, 2013
25
4.3. Pemeriksaan Kesiapan Apotek Saat tugas khusus ini dibuat (29 Mei 2013), Apotek Rizki masih berada pada tahap persiapan apotek, yakni tahap persiapan sarana apotek berupa pembuatan lemari, pembuatan bilik ruang praktek dokter, pemasangan pendingin ruangan, perombakan instalasi listrik, perombakan pintu dan jendela, dll. Tahap persiapan sarana tersebut membutuhkan waktu selama 2 bulan. Selain itu, apotek juga dalam tahap mempersiapkan sistem basis data keuangan dan stok barang menggunakan sistem komputerisasi (menggunakan barcode dan mesin). Selagi hal tersebut berjalan, Apotek Rizki juga berada dalam tahap memesan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan lainnya yang akan dijual di apotek, serta sedang dalam tahap perekrutan Asisten Apoteker. Prasarana yang telah selesai dipersiapkan oleh Apotek Rizki adalah alat pembuatan, pengolahan, dan peracikan, serta alat administrasi. Berdasarkan kemajuan persiapan apotek tersebut, diperkirakan Suku Dinas Kesehatan Kota Tangerang dapat melaksanakan pemeriksaan kesiapan Apotek Rizki di bulan Agustus.
Universitas Indonesia Laporan praktek...., Seruni Puspa, FF, 2013
26
BAB V KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan a. Secara garis besar, terdapat 2 tahap permohonan pengajuan izin apotek, yakni penyerahan berkas administrasi dan pelaksanaan pemeriksaan kesiapan apotek. Permohonan izin apotek disampaikan kepada Suku Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat. b. Pemeriksaan kesiapan apotek dilakukan oleh Tim Suku Dinas Kesehatan Kota untuk menilai apakah suatu apotek telah siap untuk beroperasi berdasarkan 3 aspek persyaratan apotek yakni persyaratan tempat, persyaratan perlengkapan, dan persyaratan tenaga kesehatan. Persyaratan tempat meliputi sarana, bangunan apotek, kelengkapan bangunan, dan papan nama. Persyaratan perlengkapan meliputi alat pembuatan, pengolahan, dan peracikan, perlengkapan dan alat perbekalan farmasi, wadah pengemas dan pembungkus, alat administrasi, dan literatur. Persyaratan tenaga kesehatan meliputi Apoteker Pengelola Apotek, dan Asisten Apoteker. c. Pada akhir penulisan tugas khusus (29 Mei 2013), Apotek Rizki telah selesai
memenuhi
persyaratan
kelengkapan.
Tahap
yang
tengah
berlangsung adalah persiapan pemenuhan persyaratan tempat dan persyaratan tenaga kesehatan.
5.2 Saran a. Pemilik sarana apotek harus selalu mengikuti perkembangan tahap persiapan sarana dan prasarana apotek sehingga dapat selesai dengan tepat waktu dan Suku Dinas Kesehatan dapat melaksanan pemeriksaan kesiapan apotek pada waktu yang telah direncanakan. b. Pada Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) selanjutnya, sebaiknya dilakukan tahap mempersiapan sediaan farmasi dan perbekalan yang akan diperjualbelikan
di
Apotek
Rizki,
serta
mempersiapkan
Sistem
Operasional Prosedur (SOP) untuk kegiatan administrasi di Apotek.
Universitas Indonesia Laporan praktek...., Seruni Puspa, FF, 2013
27
DAFTAR ACUAN
Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik. (2006). Pedoman Penggunaan Obat Bebas dan Bebas Terbatas. Jakarta: Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan. (2008). Pedoman Pengelolaan Perbekalan Farmasi di Rumah Sakit. Jakarta: Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Menteri Kesehatan Republik Indonesia. (1993). Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 922/Menkes/Per/X/1993 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Menteri Kesehatan Republik Indonesia. (2002). Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1332/MenKes/SK/X/2002 Tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.922/MenKes/Per/X/1993 Tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Menteri Kesehatan Republik Indonesia. (2004). Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1027/Menkes/SK/IX/2004 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Presiden Republik Indonesia. (1997). Undang Undang Nomor 5 Tahun 1997 Tentang Psikotropika. Jakarta: : Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia. Presiden Republik Indonesia. (2009). Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 51 Tahun 2009 Tentang Pekerjaan Kefarmasian. Jakarta: Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia. Presiden Republik Indonesia. (2009). Undang-undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika. Jakarta: Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia. Presiden Republik Indonesia. (2009). Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan. Jakarta: Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia.
Laporan praktek...., Seruni Puspa, FF, 2013
28
Quick, J. (1997). Managing Drug Supply, The selection, Procurement, Distribution, and Use of Pharmaceuticals, 2nd ed. Revised and Expanded. Kumarian Press. Seto, S., Yunita, N., & T, L. (2004). Manajemen Farmasi. Jakarta: Airlangga University Press. Umar, M. (2011). Manajemen Apotek Farmasi. Jakarta : Wira Putra Kencana.
Laporan praktek...., Seruni Puspa, FF, 2013
LAMPIRAN
Laporan praktek...., Seruni Puspa, FF, 2013
30
Lampiran 1. Contoh Formulir APT-1
Laporan praktek...., Seruni Puspa, FF, 2013
31
(Lanjutan)
Laporan praktek...., Seruni Puspa, FF, 2013
32
Lampiran 2. Contoh Formulir APT-2
Laporan praktek...., Seruni Puspa, FF, 2013
33
Lampiran 3. Contoh Formulir APT-3
Laporan praktek...., Seruni Puspa, FF, 2013
34
(Lanjutan)
Laporan praktek...., Seruni Puspa, FF, 2013
35
(Lanjutan)
Laporan praktek...., Seruni Puspa, FF, 2013
36
(Lanjutan)
Laporan praktek...., Seruni Puspa, FF, 2013
37
(Lanjutan)
Laporan praktek...., Seruni Puspa, FF, 2013
38
(Lanjutan)
Laporan praktek...., Seruni Puspa, FF, 2013
39
Lampiran 4. Contoh Formulir APT-4
Laporan praktek...., Seruni Puspa, FF, 2013
40
Lampiran 5. Contoh Formulir APT-5
Laporan praktek...., Seruni Puspa, FF, 2013
41
(Lanjutan)
Laporan praktek...., Seruni Puspa, FF, 2013
42
(Lanjutan)
Laporan praktek...., Seruni Puspa, FF, 2013
43
Lampiran 6. Contoh Formulir APT-6
Laporan praktek...., Seruni Puspa, FF, 2013
44
Lampiran 7. Contoh Formulir APT-7
Laporan praktek...., Seruni Puspa, FF, 2013
45
Lampiran 8. Denah Lokasi Apotek Rizki
Keterangan: Sumber: gambar diambil melalui situs maps.google.com
Laporan praktek...., Seruni Puspa, FF, 2013
46
Lampiran 9. Tampak depan bangunan ruko Apotek Rizki
Laporan praktek...., Seruni Puspa, FF, 2013
47
Lampiran 10. Layout Ruang Lantai Satu Apotek Rizki
Laporan praktek...., Seruni Puspa, FF, 2013
48
Lampiran 11. Rancang ruang lantai 1 Apotek Rizki
Keterangan: Tampak depan area apotek
Keterangan: Tampak samping kiri area apotek
Laporan praktek...., Seruni Puspa, FF, 2013
49
Lampiran 12. Layout dan rancang area Apotek Rizki
Keterangan: Layout area Apotek Rizki
Area Penerimaan Resep
Keterangan: Rancang area Apotek Rizki (tampak Atas)
Laporan praktek...., Seruni Puspa, FF, 2013
50
Lampiran 13. Rancangan Area Meracik
Laporan praktek...., Seruni Puspa, FF, 2013
51
Lampiran 14. Rancang Panan Nama Apotek
Keterangan: Papan Nama Komersil Apotek Rizki
Keterangan: Papan Nama Informatif Apotek Rizki
Laporan praktek...., Seruni Puspa, FF, 2013
52
Lampiran 15. Skema pembagian lemari Apotek Rizki
Laporan praktek...., Seruni Puspa, FF, 2013
53
Lampiran 16. Rancangan Lemari OTC
Keterangan: Lemari OTC 1
Keterangan: Lemari OTC 2
Laporan praktek...., Seruni Puspa, FF, 2013
54
Lampiran 17. Rancang Lemari Obat Ethical dan Kotak Obat Ethical
Keterangan: Lemari Obat Ethical
Keterangan: Kotak Obat Ethical
Laporan praktek...., Seruni Puspa, FF, 2013
55
Lampiran 18. Rancang Letak Lemari Narkotika dan Lemari Pendingin
Laporan praktek...., Seruni Puspa, FF, 2013
56
Lampiran 19. Rancangan Etiket Apotek Rizki.
Laporan praktek...., Seruni Puspa, FF, 2013
57
Lampiran 20. Rancangan Surat Pesanan Apotek Rizki.
Laporan praktek...., Seruni Puspa, FF, 2013
58
Lampiran 21. Rancangan Kartu Stok Obat Apotek Rizki.
Laporan praktek...., Seruni Puspa, FF, 2013
59
Lampiran 22. Rancangan Salinan Resep Apotek Rizki.
Laporan praktek...., Seruni Puspa, FF, 2013
60
Lampiran 23. Rancangan Nota Penjualan Apotek Rizki.
Laporan praktek...., Seruni Puspa, FF, 2013