6
STATUS PEMANFAATAN SUMBER DAYA IKAN DI WILAYAH PESISIR DAN LAUT CIREBON Pada dasarnya pengelolaan perikanan tangkap bertujuan untuk mewujudkan
usaha perikanan tangkap yang berkelanjutan. Untuk itu, laju penangkapan ikan harus tidak melebihi potensi produksi lestari (Maximum Sustainble Yield, MSY) dari sumberdaya ikan dalam suatu wilayah perairan. Namun, otoritas pengelola perikanan di Indonesia umumnya berpandangan, bahwa menentukan MSY dan hasil tangkapan ikan di laut susah dan mahal. Metoda SPM (Surplus Production Model) dengan beberapa tambahan analisis ternyata dalam penelitian ini dapat digunakan untuk mengetahui status pemanfaatan sumber daya ikan berdasarkan pada zona penangkapan ikan, jenis alat tangkap, dan jenis ikan secara lebih mudah dan murah di wilayah perairan laut Kabupaten Cirebon. 6.1
Status Pemanfaatan Sumberdaya Ikan Berdasarkan Zona Penangkapan Di perairan Laut Jawa, termasuk perairan laut Kabupaten Cirebon,
aktivitas penangkapan ikan di suatu zona penangkapan ikan pada umumnya menggunakan berbagai jenis alat tangkap yang menangkap berbagai macam jenis ikan (Potier and Sadhotomo, 1995). Dengan perkataan lain, perikanan di Laut Jawa bersifat multigears dan multispecies. Sementara itu, satu jenis alat tangkap biasanya dapat beroperasi di beberapa zona. Jenis-jenis alat tangkap yang beroperasi pada masing-masing zona penangkapan ikan di daerah peneilitian disajikan pada Tabel 9. Kemudian, jika informasi tentang status tingkat pemanfaatan sumberdaya ikan berdasarkan alat tangkap dari Tabel 12 dimasukkan ke Tabel 9, maka secara indikatif dapat kita ketahui status sumber daya ikan laut di zona-I, zona-II, dan zona-III perairan laut Cirebon seperti tercantum pada Tabel 10.
Atas dasar
informasi dari Tabel 10, maka dapat diketahui bahwa overfishing telah terjadi baik di zona-I, zona II, maupun zona-III. Selain itu, aktivitas nelayan paling banyak berlangsung di zona-I, dimana delapan jenis alat tangkap beroperasi, yakni dogol, pukat arad, jaring insang tetap, trammel net, bagan tancap, anco, perangkap kerang, dan perangkap lain. Kemudian diikuti di zona-II, dimana tujuh jenis alat
100
tangkap beroperasi, yaitu pukat tarik, payang, pukat arad, jaring insang hanyut, jaring insang lingkar, trammel net, dan rawai tetap. Sementara itu, di zona-III hanya beroperasi satu jenis alat tangkap, yaitu jaring insang hanyut, yang statusnya juga sudah overfishing. Tabel 9
No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13
Sebaran Operasi Setiap Jenis Alat Tangkap di Zona-1, Zona-II, dan Zona-III di Perairan Laut Kabupaten Cirebon (UU No.32/2004 Tentang Pemerintahan Daerah) Alat Tangkap
Pukat tarik Payang Dogol Pukat arad /apolo Jaring Insang Hanyut Jaring Insang Lingkar Jaring Insang Tetap Trammel Net Bagan Tancap Anco Rawai Tetap Perangkap Kerang Perangkap Lainnya
I (0 – 4 mil)
√ √
√ √ √ √ √ √
Zona II (4 – 12 mil) √ √ √ √ √
III (>12 mil)
√
√
√
Sumber : Data Primer Hasil Penelitian (2010)
Tabel 10
No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13
Status Sumber Daya Ikan Laut di Tiga Zona Penangkapan Ikan di Perairan Laut Kabupaten Cirebon Alat Tangkap
Pukat tarik ikan Payang Dogol Pukat arad /apolo Jaring Insang Hanyut Jaring Insang Lingkar Jaring Insang Tetap Trammel Net Bagan Tancap Anco Rawai Tetap Perangkap Kerang Perangkap Lainnya
I (0 – 4 mil)
Overfishing Overfishing
Underfishing Underfishing Overfishing Underfishing
Zona II (4 – 12 mil) Underfishing Overfishing Overfishing Overfishing Overfishing Underfishing
Underfishing Underfishing Underfishing
Sumber : Data Primer Hasil Penelitian (2010)
III (>12 mil)
Overfishing
101
Gambaran ini juga sesuai dengan hasil wawancara dengan para responden, yang menyatakan bahwa hampir semua nelayan (98,25 persen) di wilayah penelitian beroperasi menangkap ikan di zona-I dengan rata-rata waktu melaut 2,83 jam, atau bersifat one-day fishing dan hanya 1,75 persen nelayan beroperasi menengkap ikan di zona lainnya dengan rata-rata waktu melaut selama tiga hari (Tabel 11). Tabel 11
Lama Operasi Nelayan Melaut dan Zona Penangkapan Ikan
1 Hari Melaut
> 1 Hari Melaut
Jumlah Responden
%
Rata-rata Waktu melaut (jam)
Fishing Ground
Jumlah Responden
%
Rata-rata Waktu melaut (hari)
Fishing Ground
393
98,25
2,83
Zona 1
7
1,75
3
*)
Sumber
: Data Primer Hasil Penelitian (2010)
Keterangan *) : Karimun Jawa, Surabaya, Laut Sumatera, Jakarta, Muara Bendera (Bekasi), Lampung, Karimun (Semarang), P. Keramean (Semarang), Belitung, Tg. Kalimantan, Sampit, Mandalika
6.2
Status Sumberdaya Ikan Berdasarkan Jenis Alat Tangkap Berdasarkan perhitungan SPM (Schaefer, 1954; 1957), jumlah alat tangkap
optimum yang dapat dioperasikan (fopt) di wilayah perairan laut daerah penelitian agar kelestarian sumber daya ikan tetap terpelihara untuk setiap jenis alat tangkap disajikan pada Tabel 12. Sementara itu, menurut Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Cirebon (2010), jumlah unit setiap alat tangkap yang beroperasi atau digunakan oleh nelayan di daerah penelitian pada tahun 2009 juga disajikan pada Tabel 12. Selanjutnya, status tingkat pemanfaatan sumber daya Ikan (SDI) atas dasar suatu jenis alat tangkap dikatakan berlebih, apabila jumlah alat tangkap yang beroperasi pada tahun 2009 lebih besar dari pada tingkat upaya optimum (fopt). Sebaliknya, apabila jumlah alat tangkap yang beroperasi pada tahun 2009 lebih kecil dari pada fopt, maka statusnya adalah kurang. Berdasarkan kriteria ini, maka dapat diketahui, bahwa dari 13 jenis alat tangkap yang digunakan oleh nelayan di daerah penelitian, tujuh diantaranya yakni payang, dogol, pukat arad (apolo), jaring insang hanyut, jaring insang lingkar, bagan tancap, dan rawai tetap statusnya sudah berlebih Sedangkan, enam jenis alat tangkap lainnya, yaitu pukat tarik, jaring insang tetap, jaring kantong (trammel net), anco, perangkap kerang,
102
dan perangkap lainnya statusnya masih kurang. Berdasarkan hasil wawancara dengan 400 responden nelayan, bahwa ketujuh alat tangkap yang telah mengalami kondisi berlebih tersebut memang secara umum lebih efisien dari pada keenam alat tangkap lainnya yang masih kurang. Artinya, para nelayan Cirebon seperti nelayan lain di berbagai belahan dunia pada umumnya memang melakukan kegiatan penangkapan ikan sesuai dengan naluri ekonominya, yakni menggunakan alat tangkap yang lebih efisien atau menguntungkan (Berkes, et al., 2001). Namun, jika kegiatan perikanan tangkap tidak dibatasi atau bersifat terbuka (open access), maka cepat atau lambat akan terjadi tangkap lebih (overfishing). Tabel 12
Status Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan Berdasarkan Jenis Alat Tangkap di Perairan Laut Kabupaten Cirebon.
No.
Jenis Alat Tangkap
fopt (unit)
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13.
Pukat tarik ikan Payang Dogol Pukat arad /apolo Jaring Insang Hanyut Jaring Insang Lingkar Jaring Insang Tetap Trammel Net Bagan Tancap Anco Rawai Tetap Perangkap Kerang Perangkap Lainnya
2.395 510 8 74 379 33 4.861 3.495 48 1.881 15 328 2.463
Jumlah Alat Tangkap Beroperasi Status Pemanfaatan SDI Th. 2009 (unit) 622 Kurang 793 Berlebih 138 Berlebih 206 Berlebih 472 Berlebih 592 Berlebih 1.475 Kurang 2.014 Kurang 192 Berlebih 64 Kurang 233 Berlebih 277 Kurang 667 Kurang
Sumber : Data Primer Hasil Penelitian (2010)
Oleh sebab itu, untuk memelihara kelestarian sumberdaya ikan dan juga keberlanjutan usaha perikanan tangkap yang menguntungkan nelayan di daerah penelitian, maka jumlah unit ketujuh jenis alat tangkap yang berstatus berlebih itu harus dikurangi sampai jumlahnya sama dengan fopt atau lebih kecil dari pada fopt, tepatnya 80 persen dari fopt (FAO, 1995). 6.3
Status Pemanfaatan Sumberdaya Ikan Berdasarkan Jenis Stok Ikan Nilai MSY sumber daya ikan di wilayah penelitian sebesar 52.718,4 ton per
tahun (Tabel 13). Sementara itu, hasil tangkapan ikan menurut jenis alat tangkap
103
yang beroperasi di daerah penelitian pada tahun 2009 sebesar 36.029,90 ton (Tabel 14). Tabel 13
Nilai MSY Sumber Daya Ikan Laut Berdasarkan Model Schaefer di Perairan Laut Kabupaten Cirebon Parameter a b f msy MSY R2 TAC
Schaefer Value 2,690,200 -0,3432 391,93 52.718,36 0,5661 42.174,69
Sumber : Data Primer Hasil Penelitian (2010)
Tabel 14
Volume Hasil Tangkapan Menurut Jenis Alat Tangkap Tahun 2009
No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13
Alat Tangkap Pukat tarik ikan Payang Dogol Pukat arad/apolo Jaring Insang Hanyut Jaring Insang Lingkar Jaring Insang Tetap Trammel Net Bagan Tancap Anco Rawai Tetap Perangkap Kerang Perangkap Lainnya Total
Produksi Tahun 2009 (ton) 2.257,40 1.022,80 11.888,50 228,90 9.676,40 86,30 840,20 1.534,20 90,20 30,40 4.047,20 3.627,30 700,10 36.029,90
Sumber : Data Primer Hasil Penelitian (2010)
Selanjutnya, dengan memasukkan informasi dari Tabel 14 ke Tabel 9, maka diperoleh hasil tangkapan ikan di masing-masing zona penangkapan seperti disajikan pada Tabel 15.
104
Tabel 15
Volume Ikan Hasil Tangkapan di Zona-I, Zona-II, dan Zona-III Tahun 2009
No.
Alat Tangkap
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13
Pukat tarik ikan Payang Dogol Pukat arad/apolo Jaring Insang Hanyut Jaring Insang Lingkar Jaring Insang Tetap Trammel Net Bagan Tancap Anco Rawai Tetap Perangkap Kerang Perangkap Lainnya Total
IKan Hasil Tangkapan per Zona (ton) I (0 - 4 mil) II (4 - 12 mil) III (>12 mil) 2.257,40 1.022,80 11.888,50 228,90 4.798,10 4.878,30 86,30 840,20 727,00 807,20 90,20 30,40 4.047,20 3.627,30 700,10 17.903,70 13.247,90 4.878,30
Sumber : Data Primer Hasil Penelitian (2010)
Berdasarkan pada jumlah upaya tangkap yang beroperasi pada masingmasing zona, maka didapatkan nilai MSY pada masing-masing zona seperti tercantum pada Tabel 16. Tabel 16
Nilai MSY dan Hasil Tangkapan Tahun 2009 Pada Setiap Zona Penangkapan Ikan di Perairan Laut Kabupaten Cirebon.
Zona
MSY (ton/tahun)
Hasil Tangkapan Tahun 2009 (ton)
I (0 – 4 mil)
26.998,00
17.903,70
II (4 - 12 mil)
22.656,80
13.247,90
III (>12 mil)
3.063,60
4.878,30
Total
52.718,40
36.029,90
Sumber : Data Primer Hasil Penelitian (2010)
Dari Tabel 16 tampak bahwa volume produksi (hasil tangkapan) ikan pada tahun 2009 di zona-I dan zona-II nilainya lebih rendah dari pada MSYnya. Namun, volume hasil tangkapan yang lebih rendah dari pada nilai MSY tersebut bukan hanya memiliki arti underfishing, tetapi juga bisa berarti overfishing tergantung pada nilai f nya (model parabolik Schaefer) (Charles, 2001). Apabila nilai fsaat ini tersebut lebih kecil daripada fopt , maka status sumber daya ikan masih underfishing. Sebaliknya, apabila nilai fsaat ini nya lebih besar daripada fopt, maka
105
status sumber daya ikan sudah overfishing. Mengingat sebagian besar hasil tangkapan tahun 2009 baik berdasarkan alat tangkap maupun zona penangkapan itu lebih besar dari pada fopt (Tabel 10 dan 12), maka dapat disimpulkan, bahwa status sumber daya ikan berdasarkan stok ikan di daerah penelitian secara umum sudah mengalami tangkap lebih (overfishing). Status sumber daya ikan di daerah penelitian yang telah overfishing tersebut juga sesuai dengan hasil wawancara dengan 400 responden (Tabel 17), dimana sebagian besar mereka (69,75 persen) menyatakan bahwa volume tangkapan ikan semakin sedikit, dan sebanyak 68,25 persen responden menyatakan ukuran ikan yang tertangkap semakin kecil dalam lima tahun terakhir. Selain itu, mayoritas (71,25 persen) responden merasakan bahwa waktu yang diperlukan untuk menangkap jumlah ikan yang sama itu semakin lama. Tabel 17
Persepsi Nelayan Tentang Kecenderungan Volume, Ukuran Ikan, dan Waktu yang diperlukan Untuk Mendapatkan Hasil Tangkapan dalam Lima Tahun Terakhir Volume Tangkapan
Deskripsi
Semakin Sedikit/Kecil/ Pendek Semakin Banyak/ Besar/Lama Sama Saja Jumlah
Ukuran Ikan
Waktu Yang Diperlukan Jumlah Responden % (orang)
Jumlah Responden (orang)
%
Jumlah Responden (orang)
%
279
69,75
185
68,25
62
15,5
43
10,75
35
8,75
285
71,25
78
19,5
180
23
53
13,25
400
100
400
100
400
100
Sumber: Primer Hasil Penelitian 2010
Setelah diketahui sebaran operasi masing-masing alat tangkap pada zonasi yang ada, maka kemudian dapat ditentukan sebaran jenis-jenis ikan pada setiap zona berdasarkan informasi komposisi hasil tangkapan pada setiap alat tangkap yang beroperasi di masing-masing zona tersebut (Tabel 18 dan Gambar 9). Dari Tabel 18 dan Gambar 9 dapat diketahui status pemanfaatan jenis-jenis ikan yang ada di perairan laut Kabupaten Cirebon pada masing-masing zona.
106
Tabel 18
Sebaran Jenis-Jenis Ikan dan Jenis Alat Tangkapnya Pada MasingMasing Zona dan Status Pemanfaatannya di Perairan Laut Kabupaten Cirebon. Zona
Alat Tangkap
Status I (0 - 4 mil)
II (4 - 12 mil)
III (>12 mil)
Pukat tarik
Layur, Bloso, Kakap Merah, Blambangan
Underfishing
Payang
Teri, Bawal Hitam, Teri Nasi
Overfishing
Dogol
Sunglir, Gurita, Bijinangka, Kapaskapas, Slanget, Sotong, Kurisi, Kuniran, Petek, Karau
Pukat arad/apolo
Peperek, Sebelah, Cumi-cumi
Overfishing
Peperek, Sebelah, Cumicumi
Jaring Insang Hanyut
Manyung, Tetengkek, Bawal, Talang, Kakap, Kuro, Tongkol, Tenggiri, Cucut
Jaring Insang Lingkar
Japuh, Tembang, JulungJulung, Siro, Bilis
Overfishing Manyung, Tetengkek, Bawal, Talang, Kakap, Kuro, Tongkol, Tenggiri, Cucut
Overfishing
Overfishing
Jaring Insang Tetap
Golok-golok, Belanak, Tigawaja, Kembung, Bentong, Banyar, Selar, Bawal Putih, Bandeng, Ekor Kuning
Trammel Net
Lidah, Udang Putih, Udang Dogol, Udang Krosok, Rajungan, udang Lain, Kakap Putih, Udang Windu
Bagan Tancap
Teri Besar
Overfishing
Anco
Rebon, Ikan Lainnya
Underfishing
Rawai Tetap
Underfishing
Lidah, Udang Putih, Udang Dogol, Udang Krosok, Rajungan, udang Lain, Kakap Putih, Udang Windu
Pari, Alu-alu, Remang
Underfishing
Overfishing
Perangkap Kerang
Kerang Dara
Underfishing
Perangkap Lainnya
Kerang Hijau, Binatang Air Lainnya
Underfishing
Sumber : Data Primer Hasil Penelitian (2010)
Dari Tabel 18 dapat disimpulkan bahwa berdasarkan jenis-jenis ikan, sebagian besar sudah mengalami overfishing. Beberapa jenis ikan yang belum mengalami overfishing adalah jenis-jenis ikan yang ditangkap dengan alat tangkap
107
sederhana seperti pukat tarik, jaring insang tetap dan trammel net. Selain itu, jenis-jenis ikan tersebut merupakan jenis-jenis ikan yang mempunyai habitat di perairan pasang surut atau perairan pantai yang cukup subur, sehubungan dengan Perairan Pesisir Cirebon yang merupakan muara dari 30 sungai. Akan tetapi jenisjenis ikan yang ditangkap menggunakan alat tangkap yang cukup modern seperti payang, dogol, pukat arad/apolo, jaring insang hanyut, jaring insang lingkar dan bagan tancap sudah mengalami tangkap lebih (overfishing). Metoda SPM (Schaefer, 1954; 1957) mempunyai beberapa kelemahan sebagaimana yang diungkapkan oleh Conrad dan Clark (1987) antara lain adalah: sifatnya tidak stabil, hanya berlaku pada kondisi steady state (keseimbangan), tidak memperhitungkan nilai ekonomi jika stok ikan tidak dipanen, dan mengabaikan aspek interdependensi dari sumberdaya ikan. Namun demikian, sampai sekarang di seluruh belahan dunia penentuan MSY masih menggunakan model Schaefer dengan asumsi bahwa: penyebaran ikan setiap periode dalam wilayah perairan dianggap merata, masing-masing unit penangkapan ikan memiliki kemampuan yang sama, dan data volume ikan hasil tangkapan (catch) dan upaya tangkap (effort) cukup akurat dan absah (Azis, 1989). Kelebihan dari metoda SPM adalah pada tekniknya relatif mudah dan murah untuk dikerjakan, karena hanya memerlukan data tentang volume ikan hasil tangkapan dan upaya tangkap dalam jangka waktu minimal sepuluh tahun secara berurutan (time series).
108 Gambar 9. Status Pemanfaatan Sumberdaya Ikan Berdasarkan Zonasi dan Jenis Alat Tangkap
Gambar 9 Status Pemanfaatan Sumberdaya Ikan Berdasarkan Zonasi dan Jenis Alat Tangkap