Pemeriksaan Keandalan dan Kelaikan Bangunan Gedung Di Kota Semarang Tahun 2010
4.
Bab ini memaparkan dasar-dasar hukum yang berkaitan dengan bangunan gedung dan teknis pelaksanaan bangunan gedung serta peraturan yang digunakan dalam proses pelaksanaan pemeriksaan keandalan bangunan gedung. Selain itu dalam bab ini menjelaskan tentang pendekatan dan metodologi dalam pelaksanaan pemeriksaan keandalan dan kelaikan bangunan gedung di Kota Semarang tahun 2010.
Kegiatan Pemeriksaan Keandalan dan Kelaikan Bangunan Gedung merupakan salah satu pekerjaan yang harus dilaksanakan berdasarkan metode dan pendekatan teknis yang tepat dan sesuai dengan standard an aturan yang ada, Penilaian andal atau tidaknya sebuah bangunan gedung tentunya akan dilihat dari beberapa aspek. Pendekatan teknis dan metodologi memegang peran penting dan utama untuk terlaksananya sebuah output yang dapat dipertanggungjawabkan. Dalam hal ini pendekatan teknis (technical approach) mempunyai pengertian terutama dikaitkan pada langkah-langkah
seperti
halnya
penapisan
(screening),
pelingkupan
(scoping),
pelaksanaan (processing) serta manajemen pelaksanan dan pengelolaan. Sedangkan metode kerja (methodology) mempunyai pengertian yang lebih mengarah pada kriteria, prinsip dan formulasi analisis dalam masing-masing langkah penanganan tersebut. Pendekatan teknis dan metodologi kerja dalam kegiatan Pemeriksaan Keandalan dan Kelaikan Bangunan Gedung di Kota Semarang yang akan dibahas dan dijabarkan di sini hanya akan menekankan pada aspek-aspek secara makro sebelum menginjak ke pelaksanaan di lapangan.
4.1.
DASAR HUKUM PEMERIKSAAN KEANDALAN BANGUNAN Dalam pelaksanaan Kegiatan Pemeriksaan Keandalan dan Kelaikan Bangunan
Gedung di Kota Semarang tahun 2010, tentunya memiliki pedoman-pedoman dan acuan yang dijadikan sebagai dasar dari seluruh konsep dan metode pelaksanaan. Dasar hukum tersebut adalah sebagai berikut:
Laporan Pendahuluan
4-1
Pemeriksaan Keandalan dan Kelaikan Bangunan Gedung Di Kota Semarang Tahun 2010
4.1.1. Dasar Hukum Pemeriksaan Keandalan Bangunan Dasar hukum yang digunakan adalah: 1.
PERMEN
PU No. 29/PRT/M/2006 tentang Pedoman Persyaratan Teknis
Bangunan Gedung 2.
UU RI no 28 tahun 2002 tentang Bangunan Gedung
3.
PP no 36 tahun 2005 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 Tentang Bangunan Gedung
4.1.2. Dasar Hukum Terhadap Aksesibilitas Penyandang Cacat 1.
PP no 30/ PRT/M/2006 tentang Pedoman Teknis Fasilitas dan Aksesibilitas pada Bangunan Gedung dan Lingkungan
2.
PERMEN PU No 38/ PRT/ 2007 tentang Pedoman Teknis Fasilitas dan Aksesibilitas pada Bangunan Gedung dan Lingkungan
4.1.3. Dasar Hukum Tentang Pengamanan Kebakaran 1.
KEPMENEG PU No. 10/KPTS/2000 tentang Ketentuan Teknis Pengamanan terhadap Bahaya Kebakaran pada Bangunan Gedung dan Lingkungan
2.
SK MEN PU No 11/KPTS/2000 tentang Ketentuan Teknis Manajemen Penaggulangan Kebakaran di Perkotaan
3.
SK Dirjen Perumahan dan Permukiman tentang Petunjuk Teknis Rencana Tindakan Darurat Kebakaran pada Bangunan Gedung
4.
Keputusan Direktur Jenderal Perumahan dan Permukiman Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah No 58/KPTS/DM/2002 tentang Petunjuk Teknis Rencana Tindakan Darurat Kebakaran pada Bangunan Gedung
5.
PERMEN PU no 26/PRT/M/2008 tentang Persyaratan Teknis Sistem Proteksi Kebakaran pada Bangunan Gedung dan Lingkungan
4.1.4. Dasar Hukum Tentang Persyaratan Ijin dan Sertifikasi 1. PERMEN PU No 24/PRT/M/2007 tentang Pedoman Teknis Ijin Mendirikan Bangunan 2. PERMEN PU No 26/ PRT/M/2007 Pedoman Tim Ahli Bangunan Gedung 3. PERMEN PU no 24/ PRT/M/2008 tentang Pedoman Pemeliharaan dan Perawatan Gedung
Laporan Pendahuluan
4-2
Pemeriksaan Keandalan dan Kelaikan Bangunan Gedung Di Kota Semarang Tahun 2010
4. PERMEN PU No 29/PRT/M/2006 tentang Pedoman Persyaratan Teknis Bangunan Gedung 5. PERMEN PU No 25/ PRT/M/2007 Tentang Pedoman Sertifikasi Laik Fungsi Bangunan Gedung
4.2.
KERANGKA PIKIR Kegiatan Pemeriksaan Keandalan dan Kelaikan Bangunan Gedung dimulai
pemaharnan akan latar belakang, perlunya penyusunan permasalahan yang ada, tujuan serta manfaat penyusunan yang telah dirumuskan sebelumnya. Proses pernahaman ini kernudian diteruskan dengan perumusan konsep, penentuan metode pelaksanaan dan penentuan tahapan - tahapan pelaksanaan kegiatan.
4.2.1. Pengertian Umum Keandalan Bangunan Gedung adalah keadaan bangunan gedung yang memenuhi persyaratan keselamatan, kesehatan, kenyamanan dan kemudahan bangunan gedung sesuai dengan kebutuhan fungsi yang ditetapkan. Pemeriksaan Keandalan Bangunan yang merupakan tolok ukur dimana sebuah bangunan gedung dinyatakan laik fungsi, tentunya akan diuji secara teknis apakah bangunan
tersebut
memenuhi persyaratan
seperti
yang telah
ditentukan
oleh
pemerintah. Persyaratan teknis bangunan diatur dalam PERMEN PU NO 29 TAHUN 2006. Peraturan tersebut merupakan dasar hukum dari persyaratan teknis yang harus dimiliki sebuah bangunan gedung.
4.2.2. Proses Pemeriksaan Keandalan Bangunan secara Umum Untuk mengevaluasi keandalan sebuah bangunan gedung, maka diperlukan sebuah proses yang secara umum akan dituangkan dalam diagram alur pikir berikut:
Laporan Pendahuluan
4-3
Pemeriksaan Keandalan dan Kelaikan Bangunan Gedung Di Kota Semarang Tahun 2010 TAHAP PERSIAPAN
PENDALAMAN & PEMAHAMAN KAK
KAJIAN KEPUSTAKAAN & PERATURAN TERKAIT
PERUMUSAN LANGKAH KEGIATAN & PENYIAPAN ALAT KERJA
PENGUMPULAN DATA BANGUNAN YANG AKAN DIPERIKSA
TAHAP SURVEY DAN ANALISA
OUTPUT DAN REKOMENDASI
PERSIAPAN KEBUTUHAN DATA, ALAT BANTU & TEKNIK PENGUMPULAN DATA
KOORDINASI TIM TENTANG HASIL ANALISA PEMERIKSAAN KEANDALAN BANGUNAN
MEMPELAJARI PENGGUNAAN SOFTWARE KEANDALAN BANGUNAN
REKOMENDASI PERMASALAHAN
PENGUMPULAN KELENGKAPAN GAMBAR BANGUNAN YANG AKAN DIPERIKSA. KOORDINASI TIM TENTANG PERSIAPAN KEGIATAN SURVEY SURVEY AWAL, PEMERIKSAAN DAN PENGUMPULAN DATA LAPANGAN
PENENTUAN STANDAR DAN BATASAN KEGIATAN PEMERIKSAAN
INPUT DATA HASIL SURVEY KE DALAM SOFTWARE KEANDALAN BANGUNAN
KOORDINASI DENGAN TIM TEKNIS, PAKAR AKADEMIS DAN INSTANSI TERKAIT UNTUK PENYEMPURNAAN REKOMENDASI
PENYUSUNAN DRAFT LAPORAN AKHIR
PRESENTASI LAPORAN DAN PERBAIKAN
PROSES PENGOLAHAN DATA PROGRAM KEANDALAN DAN KELAIKAN BANGUNAN GEDUNG KOORDINASI DENGAN TIM TEKNIS HASIL PENGOLAHAN DATA PROGRAM KEANDALAN DAN KELAIKAN BANGUNAN GEDUNG
DRAFT LAPORAN PENDAHULUAN
DRAFT LAPORAN ANTARA
PRESENTASI LAPORAN DAN PERBAIKAN
PRESENTASI LAPORAN DAN PERBAIKAN
LAPORAN PENDAHULUAN
LAPORAN AKHIR
LAPORAN ANTARA
Gambar 4-1 diagram alur pikir proses kegiatan pemeriksaan keandalan dan kelaikan bangunan gedung
Laporan Pendahuluan
4-4
Pemeriksaan Keandalan dan Kelaikan Bangunan Gedung Di Kota Semarang Tahun 2010
1. Tahap Persiapan Sebelum proses pemeriksaan dilaksanakan, akan diakukan persiapan halhal berikut: a. Perlu dilakukan survei awal untuk melihat kondisi awal bangunan gedung yang akan dilakukan pemeriksaan keandalannya dan pengumpulan data berupa gambar as built drawings dan data umum bangunan gedung, seperti: -
Gambar Perencanaan Teknis.
-
Gambar As Built Drawings.
-
Gambar IMB.
b. Konsolidasi satu tim tenaga terlatih yang dipimpin oleh seorang koordinator sesuai
yang
dibantu
oleh
beberapa
tim
ahli
dalam
jumlah
dan
kemampuannya sesuai disiplin ilmu dan tingkat kesulitan seluruh / bagian gedung yang akan diperiksa keandalannya. Setiap tenaga ahli akan dibantu oleh seorang atau lebih tenaga pelaksana lapangan sesuai dengan kebutuhannya. Pra survei dan data awal ini sangat penting untuk menentukan langkah-langkah pengambilan data pada saat survei dan pada saat penilaian. Untuk bisa mendapatkan data-data gedung sesuai dengan point a, maka yang perlu dilakukan adalah: a. Berkoordinasi dengan Pemerintah Kota Semarang dalam Penetapan Bangunan Gedung sebagai Obyek Pemeriksaan Keandalan Bangunan Gedung. b. Berkoordinasi dengan instansi dan pemilik/pengelola bangunan gedung yang akan disurvei, untuk membantu dalam proses perolehan data. c.
Mempelajari dan menggunakan Model Teknis Pemeriksaan Keandalan Bangunan Gedung, dan melakukan penyesuaian terhadap aspek teknis seperti yang diamanatkan dalam Permen PU No. 29/PRT/M/2006.
d. Menyusun form isian / questioner yang ditujukan kepada masing-masing pemilik bangunan guna mempermudah perolehan data pada saat survey di lapangan
Sedangkan isi dari formulir daftar isian secara umum yang juga akan digunakan sebagai acuan dan sasaran pemeriksaan adalah sebagai berikut:
Laporan Pendahuluan
4-5
Pemeriksaan Keandalan dan Kelaikan Bangunan Gedung Di Kota Semarang Tahun 2010
a. Data Umum i. Nama Bangunan ii. Lokasi/alamat iii. Fungsi iv. Luas/jumlah lantai v. Pemilik
b. Data Penunjang i. Tahun Pembangunan ii. Sejarah kepemilikan, kerusakan, dan fungsi bangunan gedung iii. Perencana iv. Kontraktor v. Pengawas vi. Gambar Bangunan vii. Nomor IMB (Ijin Membangun Bangunan)
c. Data Arsitektur Pemeriksaan arsitektur dibatasi pada finishing bangunan baik yang berada pada bagian dalam bangunan gedung, maupun yang berada pada bagian luar bangunan gedung, mencakup: i. Fungsi bangunan gedung terhadap kesesuaian peruntukan lahan. ii. Interior,
antara
lain:
finishing
lantai/selubung
bangunan,
dinding,pintu, jendela, plafon, kaca, dan mebel terpasang. iii. Eksterior,
antara
lain:
finishing
dinding,
lantai,
pagar,
dan
lingkungan penduduk.
d. Data Struktur Pemeriksaan dilakukan terhadap -
sistem struktur (bearing wall, shear wall, rigid frames, rangka kombinasi, rangka tabung dalam tabung dan rangka campuran)
-
Bahan Struktur (kayu, pasangan batu, pasangan bata, beton bertulang, beton precast, prestressed, baja, komposit, dll)
-
Laporan Pendahuluan
Keselamatan Struktur
4-6
Pemeriksaan Keandalan dan Kelaikan Bangunan Gedung Di Kota Semarang Tahun 2010
Harus menjamin terciptanya kondisi aman dan tercegahnya kondisi berbahaya serta timbulnya bencana yang dapat diakibatkan oleh: Kegagalan
o
struktur
bangunan
(akibat
kesalahan
perencanaan, atau kesalahan pelaksanaan terkena beban sementara yang melampaui kapasitas struktur)
-
o
Kegagalan atau tidak berfungsinya utilitas
o
Kegagalan akibat bencana alam ( gempa, angin , longsor)
o
Kegagalan akibat kelalaian manusia (kebakaran, ledakkan)
Kerutuhan Bangunan (akibat kelemahan struktur bangunan, akibat bencana)
e. Data Utilitas Pemeriksaan dilakukan terhadap -
Sistem transportasi vertikal lift (konstruksi lift, panel inspeksi, panel operator, motor penggerak).
-
Sistem transportasi vertical escalator (badan escalator, panel kelistrikan, mesin penggerak).
-
Sistem instalasi plumbing (sumber air bersih, penampungan dan distribusi air bersih, air kotor dan limbah, air hujan, dan drainase ke lingkungan).
-
Sistem instalasi listrik (Sumber daya PLN, sumber daya genset).
-
Sistem Instalasi tata udara /AC (sistem AC sentral, AC non sentral).
-
Sistem instalasi penangkal petir (instalasi proteksi petir eksternal dan internal).
-
Sistem instalasi komunikasi (telepon, PABX, instalasi tata suara).
-
Sistem
pembuangan
sampah,
(shaft
sampah,
bak
sampah
setempat, TPS, container sampah). -
Laporan Pendahuluan
Sistem Building Automation System (BAS).
4-7
Pemeriksaan Keandalan dan Kelaikan Bangunan Gedung Di Kota Semarang Tahun 2010
f. Data Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran Pemeriksaan dilakukan pada sistem proteksi pasif dan aktif yang terdapat pada obyek bangunan gedung, termasuk pemeriksaan terhadap peralatan pemadam kebakaran, material insulator kebakaran. Sistem pencegahan dan penanggulangan kebakaran ini dikelompokkan dalam: -
Lingkungan dan bangunan (persyaratan lingkungan, klasifikasi bangunan, persyaratan bangunan).
-
Bahan bangunan (persyaratan bahan lapis penutup dan bahan komponen struktur bangunan).
-
Struktur bangunan (persyaratan ketahanan terhadap api).
-
Utilitas (alarm kebakaran, hydrant, sprinkler, pompa, sumber daya listrik darurat, penangkal petir).
-
Upaya penyelamatan (tangga kebakaran, koridor, pintu kebakaran, lift
kebakaran,
penunjuk
arah
keluar,
komunikasi
darurat,
pengendalian asap, dll).
g. Aksesibilitas penyandang cacat Evaluasi dilakukan pada sistem elemen aksesibiltas yang terdapat pada obyek bangunan gedung, sesuai dengan ketentuan pada Permen PU No. 30/PRT/M/2006 tentang Pedoman Teknis Fasilitas dan Aksesibilitas pada Bangunan Gedung dan Lingkungan. Antara lain: Ukuran dasar ruang, Jalur pedestrian, jalur pemandu, area parkir, pintu, ramp, tangga, lift, escalator, toilet, pancuran/ shower, wastafel, telepon, perlengkapan dan peralatan control, perabot, rambu, marka. 2. Tahap Pemilihan Lokasi Kegiatan Bangunan umum yang akan diperiksa keandalannya akan ditetapkan oleh Dinas Tata Kota dan Perumahan Kota Semarang, sesuai dengan yang tertera pada Bab I, lingkup wilayah kegiatan.
Laporan Pendahuluan
4-8
Pemeriksaan Keandalan dan Kelaikan Bangunan Gedung Di Kota Semarang Tahun 2010
3. Tahap Pelaksanaan dan Pengumpulan Data Lapangan Proses Pemeriksaan Keandalan Bangunan Gedung dilaksanakan dalam beberapa tahap. Pada tahap awal berupa pengumpulan data primer dan sekunder baik berupa data gambar bangunan dan wawancara dengan pemilik atau
pengguna
mengidentifikasi permasalahan
bangunan, kondisi
yang
serta
bangunan
kiranya
perlu
observasi
visual
gedung.
Apabila
dibuktikan
dan
di
lapangan
didapatkan diuji
untuk temuan
kembali,
baik
permasalahan dari aspek arsitektural, struktural, mekanikal elektrikal maupun aksesibilitas, maka akan dilakukan pengecekan, pengukuran, pengujian dan pengetesan dengan alat kerja sesuai permasalahan dan bagian aspeknya masing-masing terhadap titik studi permasalahan tersebut. 4. Tahap Pengolahan Data dan Penentuan Penilaian Keandalan Kondisi fisik yang dicatat dalam formulir
isian untuk masing-masing
komponen digunakan untuk proses pengolahan dan penentuan nilai keandalan dari segi arsitektur, struktur, utilitas, kebakaran, dan aksesibiltas, dengan langkah-langkah sebagai berikut: a. Pemeriksaan dari kesesuaian dan penyimpangan hasil pemeriksaan kondisi fisik terhadap komponen yang yang terkait. b. Menginput data hasil pemeriksaan dari masing-masing komponen ke dalam software pemeriksaan keandalan bangunan gedung c.
Melakukan pembobotan terhadap data hasil pemeriksaan dari masingmasing komponen hasil pemeriksaan.
d. Analisis keandalan dan kelaikan bangunan gedung hasil pemeriksaan dengan cara penilaian total dari hasil pembobotan, dengan mengacu angka standar yang telah ditentukan sehingga dapat disimpulkan andal atau tidaknya bangunan tersebut. 5. Tahap Penyusunan Laporan Laporan hasil pelaksanaan pemeriksaaan keandalan bangunan gedung, termasuk dokumentasi, meliputi: a. Foto-foto kegiatan pemeriksaan keandalan. b. Foto-foto sebagian/seluruh bangunan gedung yang terindikasi memerlukan tindakan yang diperlukan untuk memenuhi aspek keandalan. Misal: struktur
Laporan Pendahuluan
4-9
Pemeriksaan Keandalan dan Kelaikan Bangunan Gedung Di Kota Semarang Tahun 2010
bangunan gedung, sistem plumbing, air hujan, elektrikal, dll yang tidak andal. c.
Gambar/foto-foto lain yang diperlukan.
4.2.3. Alur Studi dan Format Penelitian Dalam studi ini alur penelitian tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 4-2 Diagram Alur Penelitian
Data-data yang dikumpulkan diolah dengan menggunakan format yang disusun oleh Dirjen Penataan Bangunan dan Lingkungan (PBL). Piranti lunak berbasis Excel tersebut memuat lima aspek utama yang dinilai yaitu Arsitektur, Struktur, Utilitas clan proteksi kebakaran, aksesibilitas dan tata bangunan serta lingkungan.
4.3.
PENDEKATAN PENILAIAN DAN KINERJA BANGUNAN
4.3.1. Pendekatan Arsitektur Dan Kinerja Bangunan Perancangan sebuah bangunan gedung merupakan hasil dari proses penciptaan karya arsitektural yangg bertujuan mewadahi manusia untuk melakukan berbagai aktivitasnya. Oleh sebab itu hasil dari rancangan tersebut yaitu bangunan gedung yang sudah dibangunan dan dihuni seharusnya mencitrakan kreativitas yang unik dan spesifik dalam aspek fungsi, tata ruang, penampilan dan kinerjanya. Melalui pendekatan ilmiah (scientific approach), wujud arsitektur sebuah bangunan gedung dapat dievaluasi kualitasnya dengan pendekatan objective yang mengacu pada aspek-aspek terukur berdasarkan standar-standar yang berlaku secara nasional maupun internasional. Berdasarkan Permen PU No 29/PRT/M/2006, penelitian kinerja bangunan
Laporan Pendahuluan
4-10
Pemeriksaan Keandalan dan Kelaikan Bangunan Gedung Di Kota Semarang Tahun 2010
merupakan penyelidikan teradap tingkat pemenuhan terhadap persyaratan kenyamanan dan kesehatan bangunan gedung. Kinerja yang balk dari sebuah bangunan gedung akan menentukan tingkat pemakaian dan produktivitas penghuni bangunan sesuai dengan tujuannya masing-masing. Salah satu faktor yang menentukan kelancaran pekerjaan dalam bangunan adalah tata ruang bangunan. Tata ruang bangunan ialah penentuan mengenai kebutuhan-kebutuhan ruang dan tenang penggunaan secara terperinci dari ruang ini yang timbul karena aktifitasnya untuk menyiapkan suatu susunan yang praktis dan efisien serta faktor-faktor fisik yang dianggap perlu bagi pelaksanaan kerja perkantoran dengan biaya yang layak. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa untuk mendapatkan tata ruang bangunan dapat d i l a k ukan melalui beberapa pendekatan terhadap : −
Kebutuhan jenis ruang
−
Sifat dan hubungan kelompok ruang
−
Standar besaran ruang
−
Jenis dan besaran ruang
−
Penyusunan ruang
Untuk tujuan penelitian tingkat keandalan bangunan gedung, sampling bangunan diperiksa dua komponennya.
4.3.2. Komponen Ruang Dalam Pammeter kinerja ruang dalam (interior): 1)
Spacial / Keruangan (spatial performance) − Layout ruang individu: ukuran, macam perabot, tempat duduk, faktor ergonomic. − Layout ruang kelompok: pengelompokan ruang, sirkulasi, pencapaian, orientasi, penandaan − Pelayanan dan kesesuaian: sanitasi, alat-alat listrik, keamanan, telekomunikasi, sirkulasi/transportasi. − Fasilitas kemudahan (amenities). − Faktor-faktor pemakaian dan control.
2)
Termal (thermal performance) − Suhu udara. − Suhu radiant. − Kelembaban udara. − Kecepatan udara. − Faktor-faktor pemakaian dan kontrol.
Laporan Pendahuluan
4-11
Pemeriksaan Keandalan dan Kelaikan Bangunan Gedung Di Kota Semarang Tahun 2010
3)
4)
Akustik (acoustic performance) −
Sumber bising (noise source).
−
Jalur rambat suara (sound path).
−
Penerima suara (sound receiver).
Visual (visual performance) − Latar belakang dan fokus cahaya (ambient and task levels): alami dan buatan. − Contrast dan brightness. − Warna − Informasi-informasi visual dan pemandangan − Faktor-faktor pemakaian dan kontrol.
5)
Kualitas udara dalam ruang (indoor air quality) − Suplai udara segar (fresh air). − Pergerakan dan distribusi udara segar. - Material pollutant. − Energy pollutant. − Faktor-faktor pemakaian dan kontrol. Tabel 4-1 Batas-batas penerimaan (limit of acceptability)
Parameter
Sub parameter
Persyaratan
Spasial
Was ruang
Sesuai luas aktivitas dasar
Termal
Suhu
18 - 28 oC
Kelembaban
40-60%
Pergerakan udara rata-rata
0,15 - 0,25 m/det
Akustik
Sound pressure level (SPQ
<85 dB (A)
Visual
Tingkat pencahayaan
>100 lux
Kualitas udara
Tingkat karbondioksida (CO2)
1000 ppm
Debu
0,15 mg/m3
Peraturan / Standar
Kep Menkes RI No. 1405/Menkes/SK/XI/2002
Komponen bangunan yang diamati: - Plesteran lantai - Pelapis muka dinding - Pelapis dinding - Pintu / jendela - Pelapis muka langit-langit
Laporan Pendahuluan
4-12
Pemeriksaan Keandalan dan Kelaikan Bangunan Gedung Di Kota Semarang Tahun 2010
4.3.3. Komponen ruang luar Parameter kinerja komponen pelingkup bangunan (enclosure): −
Ketahanan bangunan (building integrity)
−
Antisipasi beban: beban hidup, beban mati, getaran.
−
Kelembaban: hujan atau uap yang menyebabkan karat, kebocoran atau pengembunan
−
Suhu: perbedaan panas, isolasi panas, perbedaan pemuaian dan penyusutan akibat panas.
−
Pergerakan udara: infiltrasi atau exfiltrasi, perbedaan tekanan udara
−
Radiasi dan cahaya: radiasi matahari, radiasi lingkungan, visible light spectrum
−
Penanggulangan bahaya api
Komponen bangunan yang diamati −
Penutup atap
−
Pelapis muka dinding luar
−
Pelapis muka lantai luar
−
Pelapis lantai luar
−
Pelapis muka langit-langit luar
Beberapa aspek fisik yang sangat penting untuk diperhatikan dalam studi evaluasi karena sangat menentukan kenyamanan bagi pemakai di dalamnya. Faktor-faktor yang mempengaruhi fisik ruang adalah: 1. Warna Sebagai bangunan gedung yang memiliki fungsi sebagai bangunan rumah sakit, bangunan perkantoran, bangunan olah raga maka pemilihan warna untuk ruang-ruang dalam bangunan akan sangat berpengaruh terhadap penciptaan suasana ruang, terutama yang berkaitan dengan psikis pemakai bangunan. Pemilihan warna dapat berupa warna penerangan buatan yang digunakan maupun warna yang dipakai sebagai bahan pelengkap ruangan seperti bahan penutup dinding, furniture, bahan dekoratif ruangan dan sebagainya. Penyelesaian warna pada masing-masing banguna, baik untuk eksterior ataupun interior menggunakan warna-warna cerah. Kondisi ini telah sesuai dan sangat mendukung fungsi ataupun jenis kegiatan yang berlangsung, sehingga penyelesaian warna ini perlu ditindak lanjuti.
Laporan Pendahuluan
4-13
Pemeriksaan Keandalan dan Kelaikan Bangunan Gedung Di Kota Semarang Tahun 2010
Penerangan buatan di dalam ruang sebagaian besar menggunakan penerangan umum yang bersifat langsung dengan menggunakan jenis lampu daylight yang mempunyai efek perubahan warna relatif kecil. 2. Penghawaan Suhu yang nyaman dan optimum untuk suatu ruang adalah 22 – 25° C dengan kelembaban 40 % - 60 %.Penyimpangan dari standard tersebut
akan
mempengaruhi
kelangsungan
aktivitas
dalam
ruang,
penyimpangan ini dapat menimbulkan kelelahan, kegerahan, dsb. Oleh sebab itu perlu dipikirkan mengenai pemecahan untuk memperoleh suhu dan kelembaban yang sesuai dengan standard sehingga ruang menjadi nyaman. Ketidaknyamanan ruang dipengaruhi oleh : −
Radiasi dinding, atap, oleh sinar matahari
−
Panas karena suhu badan manusia
−
Peralatan dan bahan yang dapat menimbulkan panas
Salah satu Usaha yang dilakukan untuk menghindari ketidaknyamanan, adalah : −
Mengatur
tata
letak
bangunan
clan
ruang
sehingga
dapat
mengurangi pengaruh langsung sinar matahari. −
Penggunaan peralatan/bahan yang dapat mengurangi panas.
−
Mengkondisikan udara, balk dengan ventilasi alam maupun buatan (AC). Untuk mencapai kondisi ruang yang diinginkan yaitu dengan suhu
sekitar 22 - 25° C dan nilai kelembaban 40 % - 70 % dan kebutuhan udara bersih 20 - 50 m3/jam per orang maka perlu pengkondisian ruang, yaitu dengan cara pemasangan AC Pakage clan Split. Pemilihan sistem tergantung pada kekhususan ruang clan kebutuhan ruang. Pada kondisi bangunan eksisting secara umum luasan pelubangan Binding untuk fungsi jendela sebagai tempat pertukaran udara berlangsung telah memenuhi persyaratan apabila dibandingkan dengan luas ruangan di dalamnya, kondisi ini didukung dengan sumbu akses bangunan. Penggunaan sistem AC pada bangunan eksisting tentu saja akan sangat membantu dalam menciptakan suasana kerja yang nyaman. Sebagai konsekuensinya biaya
operation maintenance perlu ditambahkan. 3. Penerangan Dalam usaha untuk menunjang aktivitas yang terjadi maka dibutuhkan sistem penerangan yang tepat. Sistem penerangan ini dibedakan menjadi
Laporan Pendahuluan
4-14
Pemeriksaan Keandalan dan Kelaikan Bangunan Gedung Di Kota Semarang Tahun 2010
2 yang disesuaikan dengan kebutuhan, yaitu : a) Penerangan alami
Penerangan alami pada siang hari dapat dimanfaatkan untuk ruang-ruang yang langsung berhubungan dengan luar. Penerangan alam ini memiliki jarak jangka mencapai 6 kali tinggi bukaan sedangkan selebihnya dapat diupayakan penerangan buatan. b) Penerangan buatan
Sebagai
bangunan
perkantoran,
pengadaan
penerangan
buatan
disesuaikan dengan aktivitas clan fungsi masing-masing ruang, yaitu : Penerangan umum untuk memberikan iluminasi yang tersebar merata ke seluruh ruangan, penerangan, penerangan khusus untuk ruang-ruang yang membutuhkan ketelitian kerja yang cukup tinggi, selain itu juga untuk menciptakan suasana yang diinginkan. Penerangan buatan pada siang hari diupayakan hanya sebagai tambahan penerangan dari terang alami atau untuk mengatasi permasalahan apabila kondisi tidak memungkinkan, sehingga zonasi perletakan dari tata lampu yang ada perlu untuk direncanakan secara seksama. Perletakan tata lampu dari penerangan buatan yang terdapat pada bangunan eksisting, umumnya sebagai penerangan umum dengan jenis penerangan langsung dan merata pada seluruh ruang. Jumlah titik lampu clan jenis penerangan yang ada secara umum telah memenuhi persyaratan. Pada perencanan nantinya perlu direncanakan zonasi dari tata letak lampu yang mengacu pada terang alami yang diterima oleh ruangan. c) Penerangan campuran (alam dan buatan )
Pemanfaatan penerangan alami clan buatan, dimana terdapat suatu aktivitas yang mempersyaratkan digunakannya sistem penerangan tersebut. Adapun kebutuhan penerangan untuk tiap-tiap ruangan sesuai dengan fungsinya dapat dikemukakan sebagai berikut : − Ruang umum yang meliputi ruang kerja pegawai membutuhkan iluminasi sebesar 300 lux, koriclor membutuhkan 50 lux ( sekurang-kurangnya 1/5 daripada iluminasi ruangan kantornya ) (Standard Penerangan buatan, Dirjen Cipta Karya, tahun 1985). − Ruang khusus yang meliputi ruang sidang dan ruang pertemuan membutuhkan iluminasi sebesar 200 lux terutama dimanfaatkan untuk diskusi. Penerangan ini harus dapat diredupkan atau dikurangi untuk menunjukkan
Laporan Pendahuluan
4-15
Pemeriksaan Keandalan dan Kelaikan Bangunan Gedung Di Kota Semarang Tahun 2010
slide, film, dsb. 4. Suara / Akustik Untuk memperoleh kenikmatan suara/akustik terutama pada ruangruang yang memeriukan persyaratan akustik tertentu, maka perlu diketahui adanya sumber bunyi yang dalam hal ini dapat dibedakan menjadi : −
Sumber bunyi yang berasal dari dalam bangunan seperti : suara yang ditimbulkan oleh kegiatan manusia dan peralatan di dalamnya.
−
Sumber bunyi dari luar bangunan, seperti suara yang ditimbulkan oleh lalu lintas dari jalan sekitar bangunan. Untuk mengatasi menjalarnya bunyi, salah satu yang dapat dilakukan
adalah dengan memberhentikan suara, pemisahan suara dengan memisahkan sumber bunyi dari ruang-ruang yang membutuhkan ketenangan, pencegahan suara dengan jalan memasang bahan penyerap langsung pada sumber bunyi, masking dengan menutup suara atau bunyi dan memberikan background musik lembut. Pada kondisi eksisting ruang-ruang yang membutuhkan perencanaan akustik umumnya berupa ruang sidang clan rapat. Secara umum penyelesaian akustik pada ruang-ruang tersebut belum memenuhi persyaratan, sehingga untuk perencanaan nantinya perlu dilakukan pembenahan pada ruangan tersebut agar dapat difungsikan secara maksimal. Metode pengumpulan data adalah salah satu cara yang paling tepat dalam melakukan identifikasi dan menganalisis data. Metode pengumpulan data yang akan dilakukan adalah dengan menggunakan beberapa indikator. Beberapa indikator yang dapat dilakukan dalam metode pengumpulan data adalah sebagaimana tercantum dalam tabel di bawah ini. Tabel 4-2 Indikator pengumpulan data No. 1
Tingkatan data pengukuran
Data yang diperlukan
yang dipilih Analisis arsip perencanaan
• Gambar-2 denah, spesifikasi, rencana anggaran biaya, catatan manajemen penggunaan
• Syarat: dokumen tersedia. Digunakan untuk memastikan 2
Analisis hunian dan penggunaan
3
Penyusunan instrumen sederhana
• •
4
Evaluasi
Laporan Pendahuluan
• •
apakah parameter kinerja dijaminkan bagi para pengguna dan aktivitasnya. Observasi perilaku, rekaman jejak fisik, wawancara dan kuisoner Syarat: prosedur mudah dan sumber tersedia Intrumen yang dibutuhkan tersedia Syarat: Metode kajian dilakukan dapat dilakukan secara cepat, instrument tersedia Ambang batas (threshold) dibandingkan dengan standar
• • Guidelines
4-16
Pemeriksaan Keandalan dan Kelaikan Bangunan Gedung Di Kota Semarang Tahun 2010
Sedangkan instrumen sederhana yang digunakan adalah menggunakan alat yang dapat mendeteksi beberapa parameter suhu, kelembaban suatu ruang, kandungan kadar karbondioksida. Gambar di bawah ini adalah alat yang akan dipakai untuk melakukan pengujian pads kegiatan studi ini.
gambar 4-3. Alat Ukur Komponen Ruang Dalam Keterangan: • Testo 435-2 untuk mengukur suhu, kelembaban , karbondioksida • Sound level meter LUTRON SL-4012 untuk mengukur tingkat kebisingan • Anemometer probe YK-200PAL-LUTRON + Intelligent Thermometer YK-2001TM untuk mengukur laju kecepatan udara. • Light level meter LUTRON YK-200PLX untuk mengukur tingkat pencahayaan. • Distance meter - DISTO untuk mengukur jarak, lugs dan volume ruang
Sedangkan untuk mengumpulkan informasi yang dapat dipercaya (reliable data) dan faktual, maka tahap awal yang penting untuk dilakukan adalah pemeriksaan lapangan.
a. Kesepakatan pemeriksaan (Inspection Agreement) Pemahaman tujuan inspeksi
1)
-
Perlu ada kesepakatan tertulis antara pemeriksa dan pemilik/pengelola bangunan gedung
-
Tujuan dari kesepakatan adalah untuk menghindari perselisihan dan ketidaksepahaman yang tidak perlu
2)
Identifikasi kondisi fisik
3)
Tahapan pengamatan visual dalam kondisi pencahayaan normal atau khusus
4)
Testing dengan peralatan tertentu
5)
Batasan (limitation)
Laporan Pendahuluan
4-17
Pemeriksaan Keandalan dan Kelaikan Bangunan Gedung Di Kota Semarang Tahun 2010
b. Pemeriksaan (Inspection) 1)
Nama pemilik/pengelola bangunan
2)
Alamat lokasi bangunan yang diamati
3)
Tanggal dan waktu pemeriksaan
4)
Identitas dari pemeriksa yang melakukan pemeriksaan
5)
Kondisi ambien pada saat dilakukan penyelidikan yang dinilai relevan dengan tujuan penyelidikan
6)
Deskripsi dan identifikasi kondisi struktur bangunan
7)
Identifikasi area tertentu yang tidak bisa diselidiki (meskipun termasuk dalam lingkup peneyelidikan) dengan alasan tertentu.
8)
c.
Observasi dari hasil pemeriksaan.
Pelaporan (inspection records) 1)
2)
Identifikasi semua pihak yang terlibat −
Nama dan alamat lembaga pemeriksa
−
Identitas personil yang melakukan pemeriksaan
−
Identitas pemilik/pengelola bangunan gedung.
Detail properti −
Alamat bangunan gedung yang diperiksa
−
Deskripsi dan identifikasi bangunan, bagian dari bangunan atau struktur lainnya.
3)
4)
Detail pemeriksaan −
Tanggal pemeriksaan
−
Detail tentang tujuan, lingkup dan kriteria-kriteria yang disepakati
−
Kondisi ambien pada saat dilakukan pemeriksaan.
Batasan-batasan, berupa identifikasi beberapa area atau item yang tidak diperiksa karena alasan tertentu dan jika diperlukan diberikan rekomendasi untuk pemeriksaan lebih lanjut.
5)
Observasi
6)
Item-item penting
7)
Kesimpulan
Laporan Pendahuluan
4-18
Pemeriksaan Keandalan dan Kelaikan Bangunan Gedung Di Kota Semarang Tahun 2010
4.3.4. Pendekatan Struktur 1. Konsep Perencanaan Struktur yang didesain pada dasarnya harus memenuhi kriteria-kriteria sebagai berikut: a.
Kesesuaian dengan lingkungan sekitar
b.
Ekonomis
c.
Kuat dalam menahan beban yang direncanakan
d.
Memenuhi persyaratan kemampuan layanan
e.
Mudah dalam hal perawatan (durabilitasnya tinggi)
Ada 2 filosofi dalam merencanakan elemen struktur beton bertulang yaitu: a.
Metoda Tegangan Kerja Unsur struktur direncanakan terhadap beban kerja sedemikian rupa sehingga tegangan yang terjadi lebih kecil daripada tegangan yang diijinkan, dimana:
b.
Metoda Kekuatan Ultimit Dengan metoda ini, unsur struktur direncanakan terhadap beban kekuatan ultimit yang diinginkan, yaitu:
2. Kondisi Batas Struktur Dalam evaluasi elemen beton bertulang ada beberapa kondisi batas yang dapat dijadikan pedoman, yaitu: a.
Kondisi batas ultimit dapat disebabkan oleh beberapa faktor dibawah ini yaitu: - Hilangnya keseimbangan lokal atau global - Rupture, yaitu hilangnya ketahanan lentur clan geser elemen-elemen struktur keruntuhan progresif akibat adanya keruntuhan lokal pads daerah sekitarnya − Pembentukan sendi plastis − Ketidakstabilan struktur − Fatigue
b.
Kondisi batas kemampuan layanan yang menyangkut berkurangnya fungsi struktur, dapat berupa: −
defleksi yang berlebihan pada kondisi layan
−
lebar retak yang berlebih
Laporan Pendahuluan
4-19
Pemeriksaan Keandalan dan Kelaikan Bangunan Gedung Di Kota Semarang Tahun 2010
vibrasi yang mengganggu
− c.
Kondisi batas khusus, yang menyangkut kerusakan/keruntuhan akibat beban abnormal, dapat berupa: −
keruntuhan pada kondisi gempa ekstrim
−
kebakaran, ledakan atau tabrakan kendaraan
−
korosi atau jenis kerusakan lainnya akibat lingkungan
Konsep perencanaan batas dan evaluasi kondisi batas digunakan sebagai prinsip dasar Peraturan Eeton Indonesia (SNI 03-2847-2002). 3. Prosedur Desain Berdasarkan Peraturan Beton Indonesia Elemen struktur dan struktur harus selalu didesain untuk dapat memikul beban berlebih dengan besar tertentu, diluar beban yang diharapkan terjadi dalam
kondisi
mengantisipasi
normal.
Kapasitas
kemungkinan
adanya
cadangan
tersebut
faktor-faktor
diperlukan
“overload"
dan
untuk faktor
“undercapacity".
Overload dapat terjadi akibat: −
Perubahan fungsi struktur
−
Underestimate pengaruh beban karena penyederhanaan perhitungan
−
Urutan dan metoda konstruksi
Undercapacity dapat terjadi akibat: −
Variasi kekuatan material
−
Workmanship
−
Tingkat pengawasan Berdasarkan prosedur desain yang baku, kekuatan (resistance) elemen struktur
harus lebih besar Dada pengaruh beban, sehingga:
Resistance ≥ Penqaruh Beban Untuk mengantisipasi kemungkinan lebih rendahnya resistensi (kekuatan) elemen struktur daripada yang diperhitungkan/direncanakan dan kemungkinan lebih besarnya pengaruh beban daripada yang direncanakan maka diperkenalkan faktor reduksi kekuatan, yang nilainya <1, dan or beban yang nilainya > 1, sehingga:
Laporan Pendahuluan
4-20
Pemeriksaan Keandalan dan Kelaikan Bangunan Gedung Di Kota Semarang Tahun 2010
Prosedur desain yang memperhitungkan adanya faktor-faktor beban dan resistance diatas disebut sebagai desain kekuatan ultimit. Prosedur desain ini pada dasarnya merupakan metoda perencanaan kondisi batas dimana perhatian utama ditekankan pada kondisi batas ultimit. Kondisi batas serviceabilitas (kemampuan layanan) kemudian dicek setelah desain awal diperoleh. Filosofi clasar metoda perencanaan ini terdapat pada SNI 03-2847-2002 yang bunyinya adalah: a.
Struktur dan komponen struktur harus direncanakan hingga semua penampang mempunyai kekuatan rencana minimum same dengan kuat perlu, yang dihitung berdasarkan kombinasi beban dan gaya terfaktor yang sesuai dengan ketentuan tata cara ini. Dalam butir a diatas, kuat rencana adalah identik dengan
ORn;
sedangkan kuat perlu mengacu pada pengaruh beban terfaktor, yaitu a1S1 + a2S2 + .... b.
Komponen struktur juga harus memenuhi ketentuan lain yang tercantum dalam tata cara ini untuk menjamin tercapainya perilaku struktur yang cukup balk pada tingkat beban kerja. Butir 2 diatas mengharuskan adanya pengontrolan lendutan dan lebar retak pada komponen struktur yang sudah didesain.
Beban Terfaktor dan Kuat Perlu SNI 03-2847 menguraikan tentang faktor-faktor beban dan kombinasi beban terfaktor untuk perhitungan pengaruh beban. Kombinasi beban terfaktor tersebut adalah: −
Kombinasi beban coati dan beban hidup: U = 1,2 D + 1,6 L Jika pengaruh angin ikut diperhitungkan: U = 0,75 (1,2 D + 1,6 L + 1,6 W)
atau
U = 0,9 D + 1,3 W −
Jika pengaruh gempa harus diperhitungkan: U= 1,05 ( D + LR ± E ) atau U = 0,9 ( D ± E ) Kuat perlu atau pengaruh beban terfaktor (seperti momen, geser, torsi
dan gaya aksial) dihitung berdasarkan kombinasi beban terfaktor U diatas. Kuat perlu atau pengaruhpengaruh beban terfaktor tersebut ditulis dengan simbol-
Laporan Pendahuluan
4-21
Pemeriksaan Keandalan dan Kelaikan Bangunan Gedung Di Kota Semarang Tahun 2010
simbol M, V, T, dan u, dimana subscript u menunjukkan bahwa nilai-nilai M, V, T dan u tersebut didapat dari beban terfaktor U. 4. Investigasi Penanganan Struktur Gedung Yang Mengalami Retak-Retak Dan Penurunan Penyelidikan terhadap Bangunan Gedung dilakukan untuk mengetahui Kelayakan dan Keamanan Bangunan dan segi kekuatan strukturnya. Penyelidikan yang akan dilakukan meliputi penyelidikan lapangan can laboratonium. Hal ini dilakukan untuk mengetahui Kelayakan dan Keamanan bangunan struktur eksisting. Disamping itu, penyelidikan ini juga diharapkan dapat memberikan rekomendasi tentang metoda perbaikan atau perkuatan bilamana diperlukan. Sebagai
tahapan
pertama
sebelum
dilakukannya
analisis
faktor
keamanan struktur, perlu dilakukan terlebih dahulu evaluasi yang mendalam mengenai kondisi aktual struktur, termasuk pengukuran geometri struktur dan karakteristik material bangunan eksisting. Hal ini perlu dilakukan mengingat tidak tersedianya as built drawing bangungan eksisting. Untuk tujuan ini akan dilakukan
serangkaian
pengujian
yang
sifatnya
tidak
merusak
dengan
menggunakan alat-alat non destruktif seperti covermeter, pulse echolgeoraclar,
ultrasonic dan serangkaian pengujian yang sifatnya semi-merusak seperti core drill, breaking out dan test sondir. Dengan pengujian-pengujian tersebut akan dapat diketahui kondisi, diameter dan jumlah tulangan terpasang, kualitas material beton dan kondisi struktur beton serta kedalaman pondasi dan daya dukung pondasi. Tahap selanjutnya adalah melakukan analisis struktur eksisting dengan menggunakan data material dan struktural yang telah diperoleh. Analisis struktur ini bertujuan untuk mengetahui tingkat faktor keamanan struktur eksisting. Bilamana tingkat faktor keamanan struktur tidak memadai maka struktur perlu diperkuat. Bentuk-bentuk perkuatan yang sesuai akan direkomendasikan untuk mengembalikan fungsi struktur kembali seperti semula, Bentuk-bentuk perkuatan yang direkomendasikan tersebut kemudian dituangkan dalam gambar rencana, spesifikasi teknis dan BOQ.
Laporan Pendahuluan
4-22
Pemeriksaan Keandalan dan Kelaikan Bangunan Gedung Di Kota Semarang Tahun 2010
Tabel 4-3
Lingkup Pekerjaan (Waktu Pelaksanaan Berdasarkan Lingkup Pekerjaan) Tahapan Pekerjaan Studi Awal
Tujuan
Metodologi, Kerja, dan Pendekatan Teknis
Keluaran Laporan
Untuk mengumpulkan sebanyak mungkin
1. Pengumpulan data sekunder:
a. Kumpulan dokumen data/informasi mengenai gec
data yang diperlukan agar studi yang akan dilakukan nantinya dapat berjalan dengan efisien dengan memanfaatkan seoptimal mungkin data yang tersedia tersebut.
a. Data desain terdahulu kriteria desain gambar dan perhitungan spesifikasi b. Data pelaksanaan
struktur dan material
- as built drawing - catatan perubahan dan desain awal dan Spesifikasi - data material c. Data kajian terdahulu survai/Pemerik
Untul memahami kondisi eksisting
1. Pemeriksaan visual dan pengambilan dokumentasi
a. Peta kerusakan
sawn
struktur
sehubungan dengan kondisi struktur:
b. Kondisi geometri aktual struktun
Global
Untuk menentukan teknik dan metoda pengujian yang optimal
a. Pengamatan geometri struktur b. Pengamatan kerusakan/retak path komponen struktur/nonstruktural c. Deformasi berlebth d. Sarang tawon (honey comb) e. pengambilan foto
C. Dokumentasi
2. Pengukuran geometri elernen-elemen struktur
a Geometni aktual elemen-elemen struktur
Pemeriksaan
Untuk mendapatkan
1. Pengukuran kondisi aktual material pada struktur
a
Detail
karakteristik material eksisting, kondisi penulangan dan
a. Core test b. Covermeter test/Rebar detection
b. Perkiraan lokasi dan ukuran tulangan c. Tebal selimut beton
kondisi kerusakan
c. Breaking out
d. Kondisi kerusakan
Untuk mendapatkan kedalaman
d. Ultrasonic
e. Daya dukung tanah
pondasi clan perkiraan daya dukung
2. Pengukuran pondasi dengan menggunakan georadan/pulse echo
f. Perkiraan sistem pondasi
Analisis Kondisi
Untuk menentukan tingkat keamanan
a. Analisis struktur Eksisting
a. Kondisi eksisting struktur
eksisting
struktur eksisting terhadap kondisi
b. Kajian faktor keamanan struktur
b. Faktor keamanan struktur
Struktur
pembebanan rencana dan mencari penyebab kerusakan pada struktur
c. Analisis daya dukung pondasi dan settlement
c. Kapasitas cadangan struktur d. Penyebab kerusakan
Kesimpulan
Untuk menentukan langkah- langkah
a. Analisis struktur
a. Rekomendasi mengenai metoda pethaikan atau
dan Saran
selanjutnya yang dianggap perlu.
b. Analisis pondasi
perkuatan struktur bilaniana diperlukan b. Gambar rencana perbaikanlperkuatan c. spesifikasi teknis d. BOQ
Properties aktual material
3. Pengukuran daya dukung tanah (Tes Sondir)
Laporan Pendahuluan
4-23
Pemeriksaan Keandalan dan Kelaikan Bangunan Gedung Di Kota Semarang Tahun 2010
5. Penilaian Material/Struktur Beton Bertulang Eksisting a. Pendahuluan Penilaian struktur beton bertulang eksisting (struktur yang sudah berdiri) diperlukan jika ada kekuatiran mengenai tingkat keamanan struktur atau bagian-bagian struktur tersebut akibat adanva faktor-faktor yang sebelumnya tidak diperhitungkan seperti: 1). Kesalahan perencanaan/pelaksanaan Hal yang berhubungan dengan kemungkinan kesalahan perencanaan/pelaksanaan dapat terdeteksi dari: − Hasil pengamatan lapangan dimana terlihat adanya retak-retak
lendutan yang berlebihan pada bagian-bagian struktur. − Sifat material yang diuji selama pelaksanaan pembangunan struktur,
yang menunjukkan hasil-hasil yang tidak memenuhi syarat balk clan segi kekuatan maupun durabilitas (misal sifat kekedapan terhadap air yang di syaratkan untuk bangunan seperti kolam renang). − Hasil perhitungan (dengan memakai kekuatan material yang aktual)
yang menunjukkan adanya penurunan kapasitas kekuatan struktur atau komponenkomponen struktur. 2). Penurunan kinerja material/struktur ekisisting yang diakibatkan oleh pengaruh internal-eksternal seperti: − Adanya pelapukan material pada struktur karena usianya yang sudah
tua. Atau karena serangan zat-zat kimia tertentu yang merusak (seperti jenis-jenis senyawa asam). − Adanya
kerusakan pada struktur/bagian-bagian struktur karena
bencana kebakaran, banjir atau gempa atau karena struktur mengalami pembebanan tambahan akibat adanya leclakan di sekitar struktur ataupun beban berlebih lainnya yang belum diantisipasi dalam perencanaan. 3). Rencana redesain/perubahan peruntukan struktur yang menimbulkan konsekuensi pada perubahan : − Perubahan fungsi/penggunaan strukur − Penambahan tingkat (pengembangan struktur)
4). Sarat untuk proses jual-beli atau asuransi suatu struktur bangunan. Untuk hal ini biasanya cukup dilakukan penyelidikan secara visual kecuali jika ada tanda-tanda yang mencurigakan pada struktur.
Laporan Pendahuluan
4-24
Pemeriksaan Keandalan dan Kelaikan Bangunan Gedung Di Kota Semarang Tahun 2010
Pada umumnya, tujuan penilaian struktur adalah untuk menentukan salah satu di bawah ini: (1) Kemampuannya untuk tetap berfungsi sebagaimana yang diharapkan
berdasarkan desain awal. (2) Jika kemampuannya sudah berkurang, maka perlu ditentukan
fungsi/beban yang cocok untuk kondisi struktur saat ini. (3) Sisa umur layananya. (4) Kemampuannya untuk menerima beban yang lebih besar atau melayani
fungsi yang lain. (5) Kelayakan untuk memodifikasi struktur sehingga sesuai dengan
peraturan/code yang berlaku (6) Kondisi/tingkat kerusakan yang dialami struktur
Selain itu, penilaian struktur eksisting merupakan bagian terpenting dari tahapan perencanaan pekerjaan perbaikan/perkuatan struktur. b. Prosedur Penilaian Struktur Beton Eksisting Tujuan
utama penilaian
struktur
adalah
untuk
rnendapatkan
gambaran yang realistik mengenai kondisi struktur yang sedang dikaji. Halhal yang dinilai diantaranya adalah kapasitas pembebanan struktur, kemampuan layanan dan durabilitas. Prosedur penilaian dapat dilakukan sesuai dengan kebutuhan teknis pada pekerjaan penilaian yang sedang dilakukan, Secara umum, ada enam tahapan utama yang harus dilalui (lihat Tabel 4.4)
Laporan Pendahuluan
4-25
Pemeriksaan Keandalan dan Kelaikan Bangunan Gedung Di Kota Semarang Tahun 2010
Tabel 4-4 Prosedur Penilaian Struktur Eksisting Tahapan
Tujuan
Studi awal
Aktivitas
Untuk mengkonfirmasi kualitas material yang digunakan atau data-data penting lainnya yang berkaitan dengan struktur yang sedang dikaji
Survei Pemeriksaan Global
Mengumpulkan/mereveiw data skunder seperti as built drawing, data material, laporan perhitungan/clesain. konstruksi dll. Site observations. Pemeriksaan visual Pengambilan clokumen video Pengukuran geometry, defleksi, dan kerusakan lainnya Pengujian NDT terbatas Pengambilan Sampel Uji beban Pengujian NDT yang efektif p engujian fisik kimiawi
Untuk memahami karakteristik struktur, memilih area yang akan diperiksa secara detail dan menentukan teknik pengujian yang cocok/optimal
Pemeriksaan Detai
Untuk mengurnpulkan data yang cukup clan terpercaya sehingga pemeriksaan struktur dapat dilakukan dengan tingkat keyakinan yang tinggi
Presentasi Hasil
Untuk mempermudah penilaian
Interpretasi Hasil
Untuk menilai kinerja struktur eksisting saat ini clan yang akan dating dan membandingkannya dengan persyaratan yang ada
Rekomendasi
Plot Analisis stasistik Analisis struktur Analisis kerusakan pengalaman sebelumnya
dengan
Data
retak
bantuan
Untuk menentukan aksi selanjutnya yang diperlukan seperti perbaikan/perkuatan, treatment untuk pencegahan, demolisi atau survey lanjut yang lebih komprehensif
Dari keenam tahapan tersebut, tahapan survey/pemeriksaan global clan pemeriksaan detail merupakan tahapan-tahapan yang terpenting dalam prosedur penilaian material/struktur beton bertulang eksisting. Bagian selanjutnya dari makalah ini akan lebih difokuskan pada pembahasan mengenai
pemeriksaan/pengujian
material/struktur
beton
bertulang
eksisting. c.
Pemeriksaan/Pengujian Struktur Eksisting Pemeriksaan informasi
yang
struktur
mendalam
biasanya mengenal
bertujuan kondisi
untuk
mendapatkan
rnaterial/struktur
dalam
bangunan. Hal-hal yang dilakukan dalam pemeriksaan struktur diantaranya adalah: −
Meng identif i kasi semua cacat dan kerusakan
−
Mendiagnosa penyebabnya
−
Mengevaluasi kerusakan/cacat yang sudali diidentifikasi Beberapa bentuk metoda pengujian dapat digunakan untuk hal
tersebut, diantaranya pengujan-pengujian setempat yang bersifat tidak
Laporan Pendahuluan
4-26
Pemeriksaan Keandalan dan Kelaikan Bangunan Gedung Di Kota Semarang Tahun 2010
merusak seperti pengujian ultrasonik, hammer dan lain-lain. Hasil pengujian tersebut (yang merupakan parameter struktur yang aktual) kemudian dapat dimanfaatkan untuk analisis kapasitas struktur atau komponen-komponen struktur. Bentuk lainnya dapat berupa 'load test" (pengujian pembebanan) yang dapat bersifat setengah merusak ataupun merusak total komponenkomponen bangunan yang diuji. Pada kebanyakan Situasi biasanya hasil yang didapat dan "load test" lebih meyakinkan dibanding hasil dari bentukbentuk pengujian lainnya. Namun walaupun begitu, bentuk "load test" memerlukan waktu dan biaya yang besar dan tidak mudah untuk di lakukan. Informasi—informasi yang diperoleh dan pemeriksaan/pengujian struktur eksisting tersebut dapat digunakan untuk menentukan apakah tindakan perbaikan/perkuatan struktur yang perlu dilakukan atau layak secara ekonomis untuk dilakukan (dibandingkan misalnya dengan biaya demolisi/penghancuran) Seiain itu. berdasarkan intormasiinformasi tersebut juga dapat ditentukan metoda terbaik jika perbaikan/perkuatan tersebut memang diperlukan. 6. Tahapan Dalam Pemeriksaan/Pengujian Struktur Eksisting Secara garis besar, pemeriksaan/pengujian struktur eksisting terdiri atas tiga tahapan. yaitu: a. Tahapan Perencanaan Tahapan ini mencakup pendefinisian masalah, pemilihan metoda pengujian yang akan dilakukan yang tentunya sesuai dengan masalah yang dihadapi, penentuan banyaknya pengujian yang akan dilakukan, dan pemlihan lokasi pengujian pada struktur/komponen struktur yang tentunya diharapkan dapat mewakili kondisi struktur yang sebenarnva. Tahapantahapan yang umumnya dilakukan pada tahapan perencanaan ini diuraikan pada bagian berikut ini: 1). Penyelidikan Visual Pengamatan visual diperlukan sebagai tahapan awal untuk mendefinisikan permasalahan yang ada di lapangan. Berdasarkan pengamatan visual ini bisa didapatkan informasi mengenai tingkat kemampuan layanan (service ability) komponen struktur (seperti lendutan),
Laporan Pendahuluan
baik-tidaknya
pengerjaan
pada
saat
pembangunan
4-27
Pemeriksaan Keandalan dan Kelaikan Bangunan Gedung Di Kota Semarang Tahun 2010
struktur/komponen struktur (misal ada tidaknya bagian keropos dan "
honeycombing" pada beton) dan jenis kerusakan yang dialami baik pada tingkat material (misal pelapukan beton) maupun tingkat struktural (seperti retak-retak akibat lenturan pada struktur beton). Untuk tahapan ini diperlukan adanya tenaga ahli yang terlatih yang dapat mendeteksi hal-hal yang tidak normal yang terjadi pada struktur dan dapat membedakan jenis-jenis kerusakan yang terjadi dan penyebabnya. Sebagai contoh tenaga ahli tersebut harus mampu membedakan jenis-jenis retak yang mungkin terjadi pada struktur beton (Gambar 4.3). Untuk
dapat
membedakan
jenis—jenis
retak
tersebut
beserta
penyebabnya, perlu diIakukan penyelidikan yang mendalam mengenai pola retak yang terjadi. berdasarkan penyelidikan tersebut bisa didapat dugaan-dugaan awal mengenai penyebab retak. Tabel 4.5 di bawah ini memperlihatkan bentuk-bentuk gejaIa yang dapat timbul yang biasanya berhubungan deangan jenis-jenis kerusakan tertentu. Pada session sebelumnya telah diberikan secara detail bentuk-bentuk kerusakan yang umum pada material/struktur beton bertulang eksisting beserta penyebabnya.
gambar 4-4. Diagnosis Kerusakan Yang Teriadi pada Beton
Laporan Pendahuluan
4-28
Pemeriksaan Keandalan dan Kelaikan Bangunan Gedung Di Kota Semarang Tahun 2010
Tabel 4-5 Diagnosis Kerusakan Yang Teriadi pada Beton Jangka Waktu Pemunculan
Gejala
Penyebab Retak
Pengelupasan
X
X
Defisiensi struktur Korosi Tulangan
Pengikisan
Segera
Lama
X
X
X
Serangan Kimiawi
x
X
Kebakaran
X
X
Reaksi Internal
X
X
Pengaruh Suhu
X
x
Susut
X
Rangkak
X
Proses Pengeringan yang Abnormal
X
Kerusakan Fisik
x
X x
x x x x
X
X
X
x
x
x x
x
x
x
Diadaptasi dari artikel D D. Higggins berjudul "Diagnosing the Causes of Detects or
Deterioration in Cocrete Structures" 2). Pemilihan Jenis Pengujian Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemilihan jenis metoda pengujian untuk struktur eksisting terdiri atas: −
Tingkat kerusakan struktur eksisting yang diizinkan
−
Waktu pengerjaan
−
Biaya yang tersedia
−
Tingkat keandalan hasil pengujian
−
Jenis permasalahan yang dihadapi
−
Peralatan yang tersedia Kemungkinan besar jenis pengujian yang tersedia tidak dapat
memenuhi semua hal diatas secara optimal, sehingga perlu adanya suatu kompromi. Sebagai ilustrasi disampaikan disini bahwa metoda-metoda pengujian beton yang sifatnya tidak merusak (seperti halnya ultrasonik can hammer test yang dapat digunakan untuk mengetahui kuat tekan beton pada struktur) biasanya merupakan bentuk pengujian yang sangat sederhana,
cepat
can
murah.
Namun,
tingkat
kesulitan
dalam
mengkalibrasi hasil pengujian, misalnya untuk proses interpretasi nilai kuat tekan beton, adalah tergolong tinggi. Disamping itu, jika kalibrasi ini tidak dilakukan secara balk can benar, maka tingkat keandalan hasil pengujian dengan menggunakan alatalat tersebut akan menjadi rendah.
Laporan Pendahuluan
4-29
Pemeriksaan Keandalan dan Kelaikan Bangunan Gedung Di Kota Semarang Tahun 2010
Sementara itu jenis pengujian lain yang tersedia seperti pengambilan sampel core can struktur beton eksisting yaitu kemudian dilanjutkan dengan pengujian tekan dapat memberikan informasi yang lebih akurat mengenai nilal kuat tekan beton. Jadi, tingkat keandalan hasil pengujian core tersebut adalah tergolong tinggi. Namun, cara ini membutuhkan biaya yang sangat tinggi dan memerlukan waktu pengerjaan yang relatif lebih lama. Selain itu, cara ini juga menimbulkan kerusakan pada struktur. 3adi dapat dilihat disini bawa sebagai langkah awal dalam memilih jenis pengujian yang paling sesuai dengan situasi clan kondisi yang ada perlu disusun terlebih dahulu tingkat prioritas hal-hal yang akan clijaclikan sebagai clasar pemilihan. Namun perlu diperhatikan bahwa biasanya tingkat akurasi hasil pengukuran merupakan kriteria yang paling penting dalam pemilihan jenis pengujian. Biasanya, untuk mengatasi kelemahan pengujian-pengujian yang disebutkan
pada
ilustrasi
diatas,
dapat
dilakukan
penggabungan
beberapa jenis/metoda pengujian. Sebagai contoh, karena dapat memberikan hasil yang akurat, pengujian core dapat digabungkan dengan bentuk-bentuk pengujian yang lain seperti pengujian ultrasonic atau
hammer.
Disini,
pengujian
core
dapat
dilakukan
untuk
mengkalibrasi hasil pengujian ultrasonic clan hammer. Karena sifatnya yang hanya mengkalibrasi, jumlah sample core yang diperlukan tentu saja dapat diperkecil. Sehingga kerusakan yang timbul pun dapat diminimumkan. 3). Jumlah dan Lokasi Pengujian −
Jumlah pengujian yang dibutuhkan ditentukan oleh
−
Tingkat akurasi yang diinginkan (hubungannya dengan statistic)
−
Biaya yang dibutuhkan
−
Tingkat kerusakan yang ditimbulkan Sebagai contoh, pada pengujian hammer, untuk mengetahui nilai
kuat tekan beton dengan tingkat akurasi yang tinggi biasanya diperlukan dalam jumlah yang besar yang lokasi pengujiannya dapat disebarkan sehingga mencakupi semua daerah komponen struktur yang kan diuji.
Laporan Pendahuluan
4-30
Pemeriksaan Keandalan dan Kelaikan Bangunan Gedung Di Kota Semarang Tahun 2010
b. Tahapan Pelaksanaan Pada tahap pelaksanaan perlu diperhatikan tingkat kesulitan dalam mencapai lokasilokasi yang telah ditentukan sebagai lokasi pengujian. System perancah dapat digunakan, namun sistemnya harus direncanakan clan dipersiapkan dengan baik. Penanganan peralatan pengujian harus dilakukan dengan baik selama pelaksanaan. Selain itu, keselamatan tenaga pelaksana harus benar-benar diperhatikan (tenaga pekerja perlu dilengkapi dengan peralatan keselamatan seperti topi pengaman ("hard hat"), tali pengikat can lain-lain). Pada saat pelaksanaan, perlu diperhatikan pengaruh gangguan yang mungkin timbul dari pengujian tersebut terhadap lingkungan (baik terhadap orang maupun terhadap gedung-gedung struktur-struktur disekitar lokasi struktur yang sedang diuji).
gambar 4-5. Instrumen Dan Pelaksanaan Pengujian Kekuatan Beton
c. Tahapan interpretasi Tahap interpretasi dapat dibagi menjadi tiga tahapan yang berbeda. -
Kalibrasi
-
Peninjauan variasi hasil pengukuran
-
Analisis Perhitungan
Laporan Pendahuluan
4-31
Pemeriksaan Keandalan dan Kelaikan Bangunan Gedung Di Kota Semarang Tahun 2010
7. Metoda Pengujian Metoda pengujian untuk mengevaluasi kerusakan beton pads umumnya dapat dibagi menjadi dua yaitu: −
Metoda langsung Sebagai contoh: pengamatan visual, analisis dan pengujian bahan.
−
Metoda tidak langsung Pada metoda ini, dilakukan pengukuran parameter-parameter yang dapat dikorelasikan dengan kekuatan, perilaku elastik atau kondisi kerusakan bahan Selain itu metoda pengujian dapat jugs dikelompokkan atas dasar tingkat
kerusakan yang ditimbulkan pads struktur, yaitu pengujian Non-Destructive, pengujian Semi-Destructive, dan pengujian Destructive. Metoda pengujian non-destruktive adalah metode pengujian yang tidak merusak struktur/komponen struktur yang ditinjau. Yang tergolong dalam jenis pengujian ini diantaranya adalah pengujian hammer, ultrasonic, dan kain-lain. Metoda pengujian semi-destruktive adalah pengujian yang menimbulkan kerusakan minor sampai sedang pads struktur/komponen struktur yang diuji. Contoh dari pengujian ini diantaranya adalah pengujian pull-out, pengujian core, pengujian beban batas (ultimatelcollapase load test) pada komponen-komponen struktur. a. Metoda Pengujian Kekerasan Permukaan (Schmidt Hammer) Metoda pengujian ini dilakukan deangan memberikan beban impact (tumbukan) pada permukaan beton dengan menggunakan suatu massa yang diaktifkan dengan memberikan energi yang besarnya tertentu. Jarak pantulan yang timbul dari massa tersebut pada saat terjadi tumbukan dengan permukaan beton benda uji dapat memberi indikasi kekerasan dan juga, juga setelah kalibrasi, dapat memberikan indikasi nilai kuat tekan beton benda uji. Jenis hammer yang umum dipakai untuk pengujian ini adalah
"Schmidt rebound hammer" (Gambar 4.5). Alat ini sangat berguna untuk mengetahui
keseragaman
kesederhanaannya,
material
pengujian
beton
deangan
pada
menggunakan
struktur.
Karena
alat
dapat
ini
dilakukan dengan cepat, sehinggadapat mencakup area pengujian yang luas dalam waktu yang singkat. Alat ini sangat peka terhadap variasi yang ada pada permukaan beton, misalkan keberadaan partikal batu pada bagian-
Laporan Pendahuluan
4-32
Pemeriksaan Keandalan dan Kelaikan Bangunan Gedung Di Kota Semarang Tahun 2010
bagian tertentu dekat permukaan. Oleh karena itu, diperlukan pengambilan beberapa kali pengukuran di sekitar setiap lokasi pengukuran, yang hasilnya kemudian dirata-ratakan. British Standarts (BS) mengisyaratkan pengambilan antara 9 sampai 25 kali pengukuran untuk setiap daerah pengujian seluas maksimum 300 mm2 (jarak antara 2 lokasi pengukuran tidak boleh dari pada 20 mm). Secara umum alat yang digunakan untuk : −
Memeriksa keseragaman kualitas beton pada struktur
−
Mendapatkan perkiraan nilai kuat tekan beton
−
Mendapatkan informasi mengenai ketahanan beton terhadap abrasi Spesifikasi mengenai penggunaan alat ini bisa dilihat pada BS4408
pt. 4 atau ASTM C805-89.
gambar 4-6. Alat Ukur Schmidt Rebound Hammer
1). Kelebihan dan kekurangan "Schmidt Rebound Hammer" Kelebihan −
Murah
−
Pengukuran bisa dilakukan dengan cepat
−
Praktis (mullah digunakan)
−
Tidak merusak
Kekuranqan : −
Hasil
Laporan Pendahuluan
pengujian
dipengaruhi
oleh
kerataan/kehalusan
permukaan.
4-33
Pemeriksaan Keandalan dan Kelaikan Bangunan Gedung Di Kota Semarang Tahun 2010
Kelembaban beton. Sifat-sifat dan jenis agregat kasar, drajad karbonasi, ukuran dan umur beton. Oleh karena itu perlu diingat bahwa beton yang akan diuji haruslah dari jenis dan denngan kondisi sama. −
Sulit mengkalibrasi hasil pengukuran
−
Tingkat keandalan rendah
−
Hanya memberikan informasi mengenai karakteristik beton pada permukaan.
2). Kalibrasi Seperti yang disebutkan sebelumnya. banyak sekali variabel yang berpengaruh terhadap basil pengukuran dengan menggunakan "Schmidt
Rebound Hammer". Oleb karena itu sangat sulit untuk mendapakan diagram kalibrasi yang bersifat umum yang dapat menghubungkan parameter tegangan heton sebagai fungsi nilai Skala pemantulan "rebound hammer" dan dapat diaplikasikan untuk sembarang beton. Jadi dengan kata lain diagram Kalibrasi sebaiknya berbeda untuk setiap jenis campuran beton yang berbeda. Oleh karena itu untuk setiap jenis beton yang berbeda, perlu diperoleh diagram kalibrasi tersendiri. Untuk mendapatkan diagram kalibrasi tersebut perlu dilakukan pengujian tekan sample hasil Coring untuk setiap jenis beton Yang berbeda pada struktur yang sedang ditinjau. Hasil uji coring tersebut kemudian dijadikan sebagai konstanta untuk mengkalibrasi bacaan yang didapat dari peralatan hammer tersebut. Perlu diberi catatan disini bahwa penggunaan diagram kalibrasi yang dibuat oleh produsen alat uji hammer sebaiknya dihindarkan. karena diagram kalibrasi tersebut diturunkan atas dasar pengujian beton dengan jenis dan ukuran agregat tertentu. bentuk benda uji yang tertentu dan kondisi test tertentu. Tabel 4-6 Diagram Kalibrasi alat uji Hammer Angka Pantulan Rata—rata
Kualitas Selimut Beton
>40
Baik, Lapisan keras
Laporan Pendahuluan
30-40
Cukup Baik
20-30
Kurang Baik
<20
Ada Retak/Delaminasi dekat permukaan
4-34
Pemeriksaan Keandalan dan Kelaikan Bangunan Gedung Di Kota Semarang Tahun 2010
b. Metoda Pengujian Ultrasonik Metoda pengujian ini dikembangkan berdasarkan prinsip bahwa kecepatan rambat gelombang yang melalui suatu media padat bergantung pada sifat-sifat elastik media padat tersebut. Jika digunakan dengan balk dan benar, alat ini dapat memberikan informasi yang banyak mengenai kondisi bagian permukaan ataupun bagian dalam beton. Alat ini secara talk langsung juga dapat memberikan informasi mengenai nilai kuat tekan beton jika hubungan antara sifat-sifat elastik suatu bench padat dengan nilai kuat tekannya diketahui. Alat ini pada dasarnya terdiri atas pembangkit signal gelombang, transducer pengirim (transmitter) dan transducer penerima (receiver). Alat ini juga dilengkapi oleh alat pengukur dan perekam waktu yang dibutuhkan oleh gelombang untuk merambat dan transmitter Le receiver (Gambar 4.6). Jika panjang lintasan jarak antara transmitter dan receiver) diketahui, maka kecepatan rambat gelombang yang terjadi bisa dihitung. 3enis transducer yang sesuai untuk aplikasi pada material beton adalah transducer dengan frekuensi pribadi berkisar antara 20 Khz dan 150Khz. Standar metoda pengujian ultrasonik ini dapat dilihat pada BS 4408 pt.5 atau ASTM C 597. 1). Prinsip Pengukuran Alat ini seperti disebutkan sebelumnya memanfaatkan prinsip perambatan gelombang pada media padat. Seperti diketahui ada tiga jenis gelombang yang timbul pada saat suatu massa padat diberikan suatu impulse (getaran) yaitu, gelombang permukaan, gelombang
transversal dan gelombang longitudinal. Dari ketiga gelombang tersebut, gelombang
longitudinal
merupakan
gelombang
yang
mempunyai
kecepatan tinggi dan yang memberikan banyak informasi mengenai sifatsifat fisik bahan padat yang dilaluinya. Dari teori fisika diketahui bahwa
Laporan Pendahuluan
4-35
Pemeriksaan Keandalan dan Kelaikan Bangunan Gedung Di Kota Semarang Tahun 2010
Jika kecepatan perambatan gelombang longitudinal dan berat jenis bench padat yang dilaluinya diketahui, maka harga modulus elastik dinamik dari bahan padat tersebut bisa dihitung berdasarkan persarnaan diatas. Seperti diketahui untuk beton-beton yang terbuat dari jenis batuan alam, nilai berat jenis dan poisson's rationya relatif mirip satu sama lain. Sehingga untuk setiap beton untuk campuran yang berbeda (namun menggunakan batuan alam) hubungan antara kecepatan gelombang dan nilai modulus elastis betonnya dapat diasumsikan tetap.
gambar 4-7. Alat Ultrasonic Pulse velocity 2). Penempatan Transduncer Sesuai dengan kondisi yang ada dilapangan tiga macam cara yang bisa dilakukan untuk menempatkan transducer penyampai dan penerima pads bends uji. Hal ini bisa dilihat pads Gambar 4.7 dan ketiga cara-cara tersebut cara langsung (direct) merupakan pilihan yang terbaik. Sedangkan cara tidak langsung (indirect) merupakan cara yang kurang balk. Pads cara yang tidak langsung tingkat kepekaan gelombang yang terbaca oleh receiver jauh lebih kecil daripada yang dihasilkan dengan cara langsung. Oleh karena itu gelombang tersebut bersifat sangat rentan terhadap ganggguan yang mungkin didapat selama perambatannya. Hal ini tentunya dapat memperkecil tingkat akurasi basil pengukuran. Selain itu, pads cara yang tidak langsung. karena pola penempatan transducernya, kecepatan gelombang akan dipengaruhi secara dominan oleh kondisi permukaan solid. sehingga hasil yang didapat tentunya tidak akan mewakili kondisi solid yang sebenarnya.
Laporan Pendahuluan
4-36
Pemeriksaan Keandalan dan Kelaikan Bangunan Gedung Di Kota Semarang Tahun 2010
Kelemahan lain pads cara yang tidak langsung ini adalah sulitnya mengetahui secara pasti berapa sebenarnya panjang lintasan yang diialui oleh perambatan gelombang yang diukur. Untuk mengatasi hal ini perlu dilakukan pengukuran yang berulan-ulang dengan cara memindahmindahkan
posisi
transducer
p
enerima.
sedang
posisi
transducer
penyampai dijaga tetap (sehingga didapat jarak antara transducer yang berubah-ubah). Hasil pencatatan waktu perambatan gelombang untuk masing-masing
pengukuran
kemudian
diplot
pads
grafik
yang
mengambarkan hubungan waktu perambatan sebagai fungsi jarak antara transducer. Dengan regresi linear bisa didapat persamaan yang linear untuk kedua parameter tersebut. Kemiringan (slope) persamaan tersebut merupakan kecepatan rata-rata perambatan gelombang yang dicari. Namun, cara ini sangat bergantung pads kondisi permukaan solid di sepanjang penempatan transducer penerima. Jika, sebagai contoh ada suatu diskontinuitas (retak-retak) maka ketelitian hasil yang didapat menjadi berkurang.
gambar 4-8. Konfigurasi Transducer
Laporan Pendahuluan
4-37
Pemeriksaan Keandalan dan Kelaikan Bangunan Gedung Di Kota Semarang Tahun 2010
3). Kalibrasi untuk Penukuran Nilai Kuat Tekan beton Seperti
disebutkan
sebelumnya,
pengukuran
dengan
menggunakan alat ultrasonik ini hanya memberikan informasi mengenai modulus elastisitas beton. Untuk bisa mengkorelasikan hasil pengukuran dengan nilai kuat tekan beton, maka diperlukan suatu diagram kalibrasi. Seperti diketahui hubungan modulus elastisitas beton dengan nilai kuat tekannya sangat sulit dimodelkan. Banyak variabel-variabel dalam campuran beton yang berpengaruh. Sehingga ada kemungkinan bahwa beton yang memiliki nilai kuat tekan yang sama ternyata memiliki modulus elastisitas yang berbeda. Oleh karena itu, sama seperti halnya dengan pengukuran hammer, diperlukan diagram kalibrasi tersendiri untuk setiap jenis campuran beton.
gambar 4-9. Hubungan antara Nilai Kuat Tekan Beton dan Kecepatan Rambat Gelombang
Untuk pengujian lapangan, kalibrasi ini bisa dilakukan dengan mengambil sample core yang dapat mewakili kondisi beton pada lokasi yang hendak diuji. Sebelum diuji tekan. sample tersebut terlebih dahulu diuji ultrasonik. Korelasi yang didapat dari uji ultrasonic dan uji tekan sample core ini kemudian dijadikan dasar untuk pembuatan diagram kalibrasi untuk jenis beton tersebut. Gambar 4.8 menunjukkan contoh hubungan antara nilai kuat tekan beton dan kecepatan rambat gelombang ultrasonic.
Laporan Pendahuluan
4-38
Pemeriksaan Keandalan dan Kelaikan Bangunan Gedung Di Kota Semarang Tahun 2010
4). Faktor-Faktor yang Berpengaruh terhadap Hasil Pengukuran Ada beberapa faktor yang berpengaruh terhadap hasil pengukuran dengan menggunakan Ultrasonik. Yaitu − suhu − kelembaban beton − posisi tulangan pada beton bertulang
Faktor-faktor tersebut diatas harus diperhatikan dalam menginterprestasikan hasilhasil pengujian. Kondisi lain yang berpengaruh terhadap rambatan gelombang dalam beton dapat dilihat pada Gambar 4.7. Untuk pengukuran nilai kuat tekan beton hasil pengujian ultrasonic sangat dipengaruhi oleh umur beton, kondisi kandungan kadar air rasio agregat semen, jenis agregat dan lokasi tulangan. Tabel 4.6 memberikan kriteria penilaian basil pengujian ultrasonic.
gambar 4-10.
Kondisi-kondisi yang Berpengaruh terhadap Rambatan Gelombang di Dalam Beton
Laporan Pendahuluan
4-39
Pemeriksaan Keandalan dan Kelaikan Bangunan Gedung Di Kota Semarang Tahun 2010
5). Aplikasi Banyak aplikasi yang dapat dilakukan dengan alat ukur ultrasonik terutama
yang
berkaitan
dengan
pemeriksaan
retak/kerusakan,
diantarnya: − Memeriksa keseragaman kualitas bahan − Mendeteksi retak-retak dan honeycombing.
Karena pulse tidak bisa merambat melaui udara. adanya retak atau rongga kosong pada lintasan rambatan dapat memperbesar panjang lintasan (karena gelombang akan menjalar mengelilingi retak-retak atau rongga kosong tersebut) sehingga waktu rambatan untuk sampai ke
transducer penerima menjadi lebih lama. Berdasarkan prinsip ini, retakretak atau rongga kosong pada beton atau benda padat lainnya dapat dideteksi dan dapat di perkirakan dimensinya (misal, kedalaman retakannya ) (gambar F.9). − Memperkirakan nilai kuat beton − Memperkirakan
ketebalan
beton
yang
sudah
lapuk
dibawah
permukaan pelat lantai. Alat ultrasonik juga dapat digunakan untuk memperkirakan tingkat tenal pelapukan yang sudah dialami pelat beton yang timbul akibat kebakaran atau serangan zat kimiawi dengan cara penempatan transducer yang tidak langsung (gambar 9) − Mengukur ketebalan − Mengukur modulus elastis bahan − Memonitor proses pengerasan beton − Memperkirakan ketebalan bagian yang lapuk pada balok kolom
Untuk aplikasi ini perlu diasumsikan bahwa kecepatan rambat gelombang dipermukaan paling luar pada bagian betcn yang sudah lapuk akibat serangan kimia kebakaran adalah nol. Sedangkan kecepatan rambat gelombang pada bagian/lapisan dalam (interior) yang masih baik diasumsikan dapat cliwakih oleh kecepatan rambat gelombang
p
ada
bagian-bagian struktur lainnya yang kondisi betonnya masih baik (tidak terkena pengaruh kebakaran dan serangan zat kimia). Sebagai contoh jika diperoleh waktu T yang diperlukan gelombang berjalan pada lintasan L (termasuk tebal bagian yang lapuk) maka tebal bagian elemen struktur
Laporan Pendahuluan
4-40
Pemeriksaan Keandalan dan Kelaikan Bangunan Gedung Di Kota Semarang Tahun 2010
yang lapuk/rusak. Adalah : t = (TV — L) Dimana Vc = kecepatan rambat gelombang pada bagian beton yang kondisinya masih baik. Cara ini sudah terbukti memberikan estimasi yang cukup baik pada investigasi kerusakan beton bertulang akibat kebakaran. Tabel 4-7
Kriteria Penilaian Hasil Ultrasonic Kecepatan Gelombang Kualitas Selimur Beton
Laporan Pendahuluan
>4
Baik
3-4
Cukup Baik
<3
Kurang Baik
4-41
Pemeriksaan Keandalan dan Kelaikan Bangunan Gedung Di Kota Semarang Tahun 2010
gambar 4-11. Penentuan Kedalaman Retakan
c. Uji Pembebanan (load test) Uji pembebanan (load test) perlu dilakukan jika ternyata hasil pengujian material, baik non-destructive maupun semi-destructive yang kemudian diikuti dengan perhitungan analitis dengan menggunalan dimensi dan sifat-sifat bahan yang sebenarnya, belum memuaskan pihak-pihak terkait. Tujuan load test pada dasarnya adalah untuk membuktikan bahwa tingkat keamanan suatu struktur atau bagian struktur sudah memenuhi persyaratan peraturan bangunan yang ada, yang tujuannya untuk menjamin keselamatan umum. Oleh karena itu biasanya load test hanya dipusatkan pada bagian-bagian struktur yang dicurigal tidak memenuhi persyaratan tingkat keamanan berdasarkan data-data hasil pengujian material dan pengamatan. Uji pembebanan biasanya
p
erlu dilakukan untuk kondisi-kondisi
berikut ini:
Laporan Pendahuluan
4-42
Pemeriksaan Keandalan dan Kelaikan Bangunan Gedung Di Kota Semarang Tahun 2010
−
Perhitungan
analitis
tidak
memungkinkan
untuk
dilakukan
karena
keterbatasan informasi mengenai detail dan geometri struktur. −
Kenerja struktur yang sudah menurun karena adanya penurunan kualitas bahan, akibat serangan zat kimia, ataupun karena adanya kerusakan fisik yang
dialami
bagian-bagianstruktur,
akibat
kebakaran,
gempa,
pembebanan yang berlebihan, dan lain-lain. −
Tingkat keamanan struktur yang sangat rendah akibat jeleknya kualitas pelaksanaan ataupun akibat adanya kesalahan pada perencanaan yang sebelumnya tidak terdeteksi.
−
Struktur direncanakan dengan metoda-metoda yang non standart, sehingga menimbulkan kekuatiran mengenaitingkat keamanan struktur tersebut.
−
Perubahan fungsi struktur, sehingga menimbulkan pembebanan tambahan yang belum diperhitungkan saat perencanaan.
−
Diperlukannya pembuktian mengenai kinerja suatu struktur yang barn saja direnivasi/diperkuat.
(1) Jenis-Jenis Load Test Uji pembebanan dikategorikan dalam 2 kelompok, yaitu − Pengujian di tempat (in-situ) yang biasanya bersifat non-destructive − Pengujian bagian-bagian struktur yang diambil dari struktur utamanya.
Pengujian biasanya dilakukan di laboratorium yang bersifat merusak. Pemilihan jenis uji pembebanan ini bergantung pada situasi dan kondisi. Tetapi biasanya cara kedua dipilih jikacara pertama tidak praktis (tidak mungkin) untuk dilaksanakan. Selain itu pemilihan jenis pengujian pembebanan ini bergantung pada tujuan diadakannya lod test. Kalau tujuannya hanya ingin mengetahui tingkat layanan struktur, maka pillhan pertama tentunya paling baik. Tetapi jika ingin mengetahui kekuatan batas dari suatu bagian struktur, yang nantinya akan digunakan sebagai kalibrasi untuk bagian-bagian struktur lainnya yang mempunyai kondisi yang sama, maka cara kedualah yang dipilih. (2) Pengujian Pembebanan di Tempat (In-Situ Load Test) Ujian utama dan pengujian ini adalah untuk memperlihatkan apakah perilaku suatu struktur pada saat diberi beban kerja (working load) memenuhi persyaratan bangunan yang ada yang pada dasarnya dibuat
Laporan Pendahuluan
4-43
Pemeriksaan Keandalan dan Kelaikan Bangunan Gedung Di Kota Semarang Tahun 2010
agar keamanan masyarakat umum terjamin. Perilaku struktur tersebut dinilai
berdasarkan
pengukuran
lendutan
yang
terjadi.
Selain
itu
penampakan struktur pada saat dibebani juga diukur/dievaluasi. sebagai contoh, apakah retak-retak yang terjadi selama pengujian masih dalam batas-batas yang wajar. Beberapa hal yang patut men jadi perhatian dalam pelaksanaan loading test akan diberikan dalam uraian berikut ini. a) Persiapan dan Tatacara Pengujian ACI-318-'89 mengisyaratkan bahwa uji pembebanan hanya bisa dilakukan jika struktur beton sudah berumur lebih dan 56 hari. Pemilihan
bagian
struktur
yang akan diuji dilakukan dengan
mempertimbangkan: - permasalahan yang ada - tingkat keutamaan bagian struktur yang akan diuji - kemudahan pelaksanaan Bagian struktur yang akan memikul bagian struktur yang akan diuji dan beban ujinya juga harus pertimbangkan/dilihat apakah kondisinya balk dan kuat. Selain itu "scaffolding" juga harus dipersiapkan untuk mengantisipasi behan-beban yang timbul jika terjadi keruntuhan pada bagian struktur yang diuji. Beban
pengujian
harus
direncanakan
sedemikian
rupa
sehingga bagian struktur yang dmaksud benar-benar mendapatkan beban yang sesuai dengan yang direncanakan. Hal ini kadangkala sulit dilaksanakan. terutama untuk pengujian struktur lantai. Hal mi dikarenakan adanya keterkaitan antara bagian struktur yang diuji dengan bagian struktur lain yang ada disekitarnya. sehingga timbul apa yang disebut pengaruh pembagian pembebanan ("load sharing effect'). Pengaruh ini juga bisa ditimbulkan oleh elemen-elemen non struktural yang menempel pada bagian struktur yang akan diuji, sebagai contoh "ceiling board". Elemen non struktural ini dapal berfungsi mend istri busikan beban pada komponen-komponen struktur dibawahnya yang sebenarnya tidak Baling berhubungan, untuk menghinclan terjadinya distribusi beban yang tidak diingini, maka bagian struktur yang akan diuji sebaiknya disolasikan dari bagian struktur yang ada di sekitarnya. ACI 318-'89 mengisyaratkan bahwa besarnya beban yang harus
Laporan Pendahuluan
4-44
Pemeriksaan Keandalan dan Kelaikan Bangunan Gedung Di Kota Semarang Tahun 2010
diaplikasikan selama "load test" (termasuk beban mati yang sudah ada pada struktur) adalah: Beban total ? 0,85 ( 1,4D+1.L) Dimana
D=beban mati
L=benda hidup (termasuk faktor reduksinya) Beban mati harus diaplikasikan selama 48 jam sebelum 'load test' dimulai. sebelum beban diterapkan terlebih dahulu di dahului pembacaan lendutan awal yang nantinya dijadikan sebagai acuan untuk pembacaan lendutan setelah penerapan beban harus di Lakukan secara bertahap dan perahan-lahan. Sehingga tidak menimbulkan beban kejutan pada
struktur. Setelah beban-beban yang direncanakan berada pada struktur yang diuji selama 24 jam, pembacaan lendutan bisa dilakukan, setelah pembacaan, beban-beban bisa di lepaskan dari struktur. Dua puluh empat jam setelah itu, pembacaan lendutan di lakukan kembali. Kriteria minimum yang harus dipenuhi dan hasil load test ini adalah struktur tidak boleh memperlihatkan tanda-tanda kerumuhan seperti terbentuknya retak-retak yang berlebihan atau terjadi lendutan yang besar yang bisa terlihat oleh mata atau terjadi lendutan yang melebihi
persyaratan
keamanan
yang
telah
ditetapkan
dalam
peraturan-peraturan bangunan. (b) Teknik Pembebanan
Pembebanan harus diiakukan sedemikian rupa sehingga laju dan distribusi pembebanan dapat dikontrol. Beban-beban yang bisa digunakan
diantaranya
air,
bata/batako,
kantong
semen/pasir.
pemberat baja dan lainlain. Pemilihan beban yang akan digunakan tergantung dengan distribusi pembebanan yang diinginkan, besarnya total
beban
yang
dibutuhkan,
ketersediaan,
dan
kemudahan
pemindahannya. (c) Pengukuran
Parameter yang biasanya di ukur dalam "load test" adalah lendutan, lebar retak dan renggangan. Lebar retak yang terjadi biasanya a diukur dengan menggunakan mikroskop tangan yang dilengkapi dengan lampu dan mempunyai lensa yang diberi garis-garis berskala yang ketebalannya berbeda-beda. cara pengukuran adalah dengan rnembandingkan lebar retak yang terjadi lewat pencropongan dengan
Laporan Pendahuluan
4-45
Pemeriksaan Keandalan dan Kelaikan Bangunan Gedung Di Kota Semarang Tahun 2010
miikroskop, dengan lebar garis-garis berskala tersebut, pola retakretak yang terjadi biasanya ditandai dengan menggambarkan garisgaris yang meingikuti pola retak yang ada dengan menggunakan spidol
berwarna
(diujung
garis-garis
retak
tersebut
kemudian
dituliskan informasi mengenai tingkat pembebanan dan lebar retak yang sudah terjadi). Pengukuran lendutan hiasanya di lakukan dengan menggunakan LVDT ( Linear Variable Displacement Transducer) Sedangkan pengukuran regangan di lakukan dengan menggunakan
strain gage. 3)
Uji Beban Merusak (Beban Batas) Uji merusak biasanya ditempuh jika pengujian di tempat (in-situ) tidak mungkin di lakukan atau jika tujuan utama pengujian adalah mengetahui kapasitas suatu bagian struktur yang nantinya akan dijadikan sebagai acuan dalam menilai bagianbagian struktur lainnya yang identik dengan bagian yang diuji. Pengjian jenis ini biasanya memakan waktu dan biaya yang besar, terutama untuk pemindahan dan penggantian bagian struktur yang akan diuji dilaboratorium. Namun, walaupun begitu hasil yang bisa diharapkan dari pengujian jenis ini tergolong sangat akurat dan informatif.
4.3.5. PENDEKATAN UTILITAS BANGUNAN Bangunan - bangunan gedung yang telah dirancang oleh para arsitek, pada akhirnya harus digunakan dan tempati oleh penggunanya. Pengguna bangunan gedung ticlak hanya sekedar memakai can menempati gedung, tetapi harus pula menikmatinya. Sehinga bangunan gedung tersebut harus memberikan rasa nyaman clan berfungsi dengan balk, ticlalk hanya sekedar indah cipandang mata dari sudut karya seni. Untuk itu bangunan gedung harus dilengkapi dengan sarana dan prasarana bangunan yang mendukung fungsi dari gedung tersebut. Utilitas bangunan sangat diperiukan untuk melengkapi suatu gedung, terutama untuk gedung bertingkat yang memiliki lantai lebih dari satu. Kelengkapan dan berfungsinya utilitas dari suatu gedung, akan memberikan jaminan keselamatan clan kenyamanan penghuni yang menggunakan gedung tersebut. Utilitas bangunan suatu gedung terdiri dari beberapa komponen, di mana setiap komponen sating mendukung fungsi gedung serta kenyamanan dan keselamatan orangorang yang menggunakan gedung tersebut. Komponen-komponen utilitas bangunan
Laporan Pendahuluan
4-46
Pemeriksaan Keandalan dan Kelaikan Bangunan Gedung Di Kota Semarang Tahun 2010
tersebut antara lain adalah sistem instalasi pencegahan kebakaran, sistem transportai vertikal, sistem plumbing, sistem instalasi listrik, sistem tata udara, sistem instalasi penangkal petir dan sistem instalasi komunikasi. 1. Komponen Utilitas Bangunan Untuk tujuan penelitian tingkat keandalan utilitas bangunan gedung, sampling bangunan diperiksa berdasarkan tujuh komponennya, yaitu : a. Utilitas pencegahan kebakaran : 1). Sistem deteksi alarm kebakaran : alat-alat deteksi, titik panggil manual,
panel kontrol kebakaran, catu daya, alarm kebakaran, kabel instalasi 2). Sprinkler otomatis pompa air, kepala sprinkler, kran uji, pipa instalasi 3). Gas pemadam api kumpulan tabung gas, alarm kebakaran, stater
otomatis, catu daya panel kontrol, kotak operasi manual, alat-alat deteksi, nose) gas, kran pillih otomatis 4). Hidran : pompa air, pipa instalasi, tangki penekan, hidran kotak, hidran
pilar, sumber air, tangki penampungan air 5). Tabung pemadam api ringan : tabung gas tersegel, selang
b. Utilitas transportasi vertikal : 1).
Lift : motor penggerak, sangkar & alat kontrol, motor penggerak pintu, kabel dan panel listrik, strik, rel', alat penyeirnbang, peredam. Berdasarkan peraturan nasional: garis tengah kabel-kabel harus sekurangkurangnya 12 mm, banyaknya kabel minimal 3 buah, dan plat lantai pemikul lift terbuat dari beton. Untuk keamanan, kabin lift harus tahan api dan tertutup. Namun demikian harus ada lubang yang dapat digunakan untuk menolong penumpang dalam keadaan darurat. Tabel 4-8
Klasifikasi penggunaan lift Lift untuk manusia
Tinggi gedung
Kecepatan lift
4 - 10 lantai 10 - 15 lantai
Lift khusus
Jenis gedung
Kecepatan lift
1.0 - 2.5 m/det
Rumah sakit
2.5 - 3.5 m/det
3.0 - 3.5 m/det
Rumah tinggal
1.0 - 1.3 m/det
15 - 20 lantai
3.5 - 4.0 m/det
Lift barang
20 - 50 lantai
4.0 - 6.0 m/det
2-3 lantai
0.5
> 50 lantai
6.0 - 7.5 m/det
4-5 lantai
0.8 m/det
m/det
2). Eskalator : motor penggerak, alat kontrol, kabel & panel listrik, rantai
penarik, roda gigi penarik, badan eskalator, anak tangga
Laporan Pendahuluan
4-47
Pemeriksaan Keandalan dan Kelaikan Bangunan Gedung Di Kota Semarang Tahun 2010
c. Utilitas plumbing 1). Air bersih : sumber air, tangki penampungan atas, pompa penampungan &
alat kontrol, pompa distribusi, listrik untuk panel pompa, pompa instalasi, kran 2). Air kotor : kloset, saluran ke tangki septik, kran air gelontor, tangki septik,
bak cuci, saluran dari bak cuci ke saluran terbuka, lubang pengurasan, pipa air hujan d. Utilitas instalasi listrik 1). Sumber daya PLN : panel tegangan menengah, trafo, panel distribusi,
lampu, armatur, kabel instalasi 2). Sumber daya genset : motor penggerak, alternator, alat pengisian aki,
radiator, kabel instalasi, AMF, daily tank, panel e. Utilitas instalasi tata udara 1 ) . Sistem tata udara sentral : sistem pendinginan langsung (media air),
sistem pendinginan tidak langsung (media udara) 2 ) . Sistem tata udara non sentral : sistem AC windows, sistem AC split
f. Utilitas instalasi penangkal petir 1). Instalasi proteksi petir eksternal : kepala penankal petir, hantaran
pembumian elektroda pembumian 2). Instalasi proteksi petir internal : arester tegangan lebih, pengikat
ekuipotensial hantaran pembumian, elektroda pembumian g. Utilitas Instalasi komunikasi 1). Instalasi telepon : pesawat telepon, PABX, kabel instalasi 2). Instalasi tata suara : mikropon, panel system tata suara, speaker, kabel
instalsi 2. Pengumpulan Data a. Observasi Obeservasi adalah pengamatan visual yang dilakukan dengan survey lapangan
pada
mendapatkan
objek
gambaran
yang
diteliti.
secara
Observasi
langsung
ini
objek
diperlukan yang
dan
untuk untuk
mendapatkan informasi dari pengguna bangunan terhadap komponen utlitas yang terdapat pada gedung tersebut. Berdasarkan pengamatan visual ini akan diperoleh data-data mengenai kualitas, kuantitas Berta kelengkapan dari komponen-komponen utilitas bangunan.
Laporan Pendahuluan
4-48
Pemeriksaan Keandalan dan Kelaikan Bangunan Gedung Di Kota Semarang Tahun 2010
b. Pengukuran dan Pengujian Pengukuran dan pengujian dilakukan untuk mendukung data-data yang diperoleh dari pengamatan visual. Pengukuran dan pengujian dilakukan terhadap komponen utilitas instalalsi listrik dan instalasi penangkal petir. Peralatan-peralatan pengukuran yang digunakan adalah :
gambar 4-12. Alat ukur mekanikal elektrikal Tabel 4-9 Batas Nilai Parameter Yang Diinginkan No 1 2 3
Parameter Tegangan Listrik Frekuensi Total Harmonic Distorsion
4
Pf dan cos Φ
5 6
Voltage unbalanced Current unbalanced Resistansi pentanahan Resistansi isolasi
7 8
Laporan Pendahuluan
Nilai Yang Diinginkan 198 - 240 V 49,5 -50,5 Hz < 5% < 10% 0,8 -1,0
Keteransan max 5 % min 10 % Untuk saluran fasa Untuk saluran netral Sifat lagging
< 5% < 5% < ion ~
4-49
Pemeriksaan Keandalan dan Kelaikan Bangunan Gedung Di Kota Semarang Tahun 2010
4.3.6. PENDEKATAN ASPEK LINGKUNGAN Sarana dari bangunan umum merupakan tempat dan atau alat yang dipergunakan oleh masyarakat umum untuk melakukan kegiatannya, untuk itu perlu dikelola demi kelangsungan kehidupan dan penghidupannya untuk mencapai keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial, yang memungkinkan penggunanya hidup dan bekerja dengan produktif secara sosial ekonomis. Untuk itu sarana dan bangunan umum tersebut harus memenuhi persyaratan kesehatan. Hal ini telah diamanatkan pada UU No 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan. Sarana dan bangunan umum dinyatakan memenuhi syarat kesehatan lingkungan apabila memenuhi Kebutuhan fisiologis, psikologis clan dapat mencegah penularan penyakit antar pengguna, penghuni dan masyarakat sekitarnya, selain itu harus memenuhi persyaratan dalam pencegahan terjadinya Kecelakaan. Dalam rangka melindungi, memelihara clan mewujudkan lingkungan yang sehat pada sarana dan :angunan umum perlu dilakukan berbagai upaya pengendalian faktor risiko penyebab timbulnya penyakit sebagai bagian dari kegiatan surveilans epidemiologi. 1. Komponen Lingkungan Indikator
penilaian
Sarana
Sanitasi
bangunan
meliputi
beberapa
parameter sebagai berikut
a.
a.
Sarana air bersih
b.
Drainase gedung
c.
Sarana pembuangan air limbah
d.
Sarana pembuangan sampan.
Sarana air bersih Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari balk domestik (rumah tangga) maupun non domestik (perkantoran, industri, komersial dan fasilitas umum lainnya) yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan clan dapat diminum apabila telah dimasak. Air minum adalah air yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan clan dapat langsung diminum. Air yang diperuntukkan bagi konsumsi manusia harus berasal dari sumber yang bersih clan aman, karena pencemaran air minum/air bersih dapat terjadi mulai dari sumber air, selama proses pengolahan maupun selama pengaliran di dalam pipa distribusi. Beberapa sarana air bersih yang umum digunakan untuk keperluan domestik ataupun non domestik diantaranya: sumur dangkal (sumur gall, sumur pompa tangan dangkal), sumur dalam (sumur artesis), terminal air,
Laporan Pendahuluan
4-50
Pemeriksaan Keandalan dan Kelaikan Bangunan Gedung Di Kota Semarang Tahun 2010
PDAM. Demikian pula dalam suatu bangunan, pencemaran dalam sumber air bersihnya pun dapat terjadi, oleh karena itu, sumber/sarana air bersih dalam suatu bangunan perlu direncanakan. Misalnya jika menggunakan sarana air bersih dari sumur, maka persyaratan konstruksi bangunan sumur harus aman terhadap polusi yang disebabkan pengaruh luar, sehingga harus dilengkapi dengan
pagar
keliling,
selain
itu
bangunan
pengambilan
harus
dapat
dikonstruksikan secara mudah dan ekonomis Berta dimensi sumur harus memperhatikan kebutuhan maksimum harian. Persyaratan kualitatif menggambarkan mutu atau kualitas dari air bersih. Persyaratan ini meliputi persyaratan fisik, kimia, biologic dan radiologis. Syarat kualitas air ini menunjukkan bahwa kandungan unsur fisik, kimia,biologi dan radiologi harus berada dibawah ambang batas yang diatur menurut Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI No.907/Menkes/SK/VII/2002, sehingga tidak membahayakan tingkat kesehatan manusia.
Batasan-batasan air yang bersih dan aman antara lain 1. Bebas dari kontaminasi kuman atau bibit penyakit. 2. Bebas dari substansi kimia yang berbahaya dan beracun. 3. Tidak berasa dan tidak berbau. 4. Dapat digunakan untuk mencukupi kebutuhan domestik dan rumah tangga. 5. Memenuhi standar minimal yang ditentukan oleh WHO atau Departemen
Kesehatan RI. Adapun syarat-syarat Kualitas Air Minum diantaranya seperti terlihat pada tabel berikut
Laporan Pendahuluan
4-51
Pemeriksaan Keandalan dan Kelaikan Bangunan Gedung Di Kota Semarang Tahun 2010
Tabel 4-10 Persyaratan Kualitas Air Minum
b.
Drainase Gedung Bangunan yang dilengkapi dengan sistem plambing harus dilengkapi degan sistem drainase untuk pembuangan air hujan yang berasa) dari atap maupun jalur terbuka yang mengalirkan air. Air hujan yang dibawa dalam sistem plambing ini harus disalurkan ke dalam lokasi pembuangan untuk air hujan. Hal ini karena tidak boleh air hujan disalurkan ke dalam sistem plambing air buangan yang hanya bertujuan untuk menyalurkan air buangan saja atau disalurkan ke suatu tempat sehingga air hujan tersebut akin mengalir ke jalan umum, menyebabkan erosi atau genangan air. Bila terdapat sistem plambing air buangan dan air hujan dalam satu gedung maka tidak dianjurkan untuk digabungkan kecuali hanya pada lantai paling bawah saja. Sistem plambing air hujan yang digabung dengan air buangan pada lantai terbawah harus dilengkapi dengan perangkap untuk mencegah keluarnya gas dan bau tidak enak dari sistem tersebut.
Laporan Pendahuluan
4-52
Pemeriksaan Keandalan dan Kelaikan Bangunan Gedung Di Kota Semarang Tahun 2010
Setiap
gedung
yang
direncanakan/dibangun
harus
mempunyai
perlengkapan drainase untuk menyalurkan air hujan dari atap dan halaman (dengan pengerasan) di dalam persil ke saluran pembuangan campuran kota. Adapun sistem pengaliran air hujan dapat dilakukan dengan 2 Cara: 1.
Sistem Gravitasi : yaitu melalui pipa dari atap dan balkon menuju lantai dasar dan dialirkan langsung ke saluran kota
2.
Sistem Bertekanan (Storm Water) : yaitu aiir hujan yang masuk ke lantai
basement melalui ramp dan air buangan lain yang berasal dari cuci mobil dan sebagainya dalam bak penampungan sementara (sump pit) di lantai basement terendah untuk kemudian dipompakan keluar menuju saluran kota. Gutter (talang atap) dan leader (talang tegak) air hujan digunakan untuk menangkap air hujan yang jatuh ke atas atap atau bidang tangkap lainnya di atas tanah. Dari leader kemudian dihubungkan ke titik-titik pengeluaran, umumnya ke permukaan tanah atau sistem drainase bawah tanah (underground
drain). Tidak diperkenankan menghubungkannya dengan system saluran saniter. Talang tegak dapat ditempatkan di dalam ruangan (conductor) maupun di luar bangunan (leader). Berdasarkan rekomendasi dari Copper & Brass Research Association beberapa prinsip berkenaan dengan penentuan ukuran gutter & leader adalah :
1. Ukuran leader dibuat sama dengan outletnya, untuk menghindari kemacetan aliran yang ditimbulkan oleh daun dan kotoran lainnya. 2. Jarak maksimum antar leader adalah 75 ft (22,86 m). Aturan yang paling aman adalah untuk 150 ft2 (13,94 m2) luas atap dibutuhkan I inci luas leader. Angka-angka tersebut dapat berubah akibat kondisi-kondisi local. 3. Ukuran outlet tergantung pada jumlah & jarak antar outlet, kemiringan atap dan bentuk gutter. 4. Jenis gutter terbaik adalah jika punya kedalaman minimal sama dengan setengah kali lebarnya dan tidak lebih dari 3/4 lebarnya. Gutter berbentuk setengah lingkaran merupakan bentuk yang paling ekonomis dalam kebutuhan materialnya dan menjamin adanya proporsi yang tepat antara kedalaman dan lebar gutter. ukuran gutter tidak boleh lebih kecil dari leadernya dan tidak boleh lebih kecil dari 4 inci. c.
Sarana Pembuangan Air Limbah
Air limbah atau air buangan adalah sisa air yang dibuang yang berasal dari rumah tangga, industri, maupun tempat - tempat umum lainnya.
Laporan Pendahuluan
4-53
Pemeriksaan Keandalan dan Kelaikan Bangunan Gedung Di Kota Semarang Tahun 2010
Jenis dan macam air limbah dikelompokkan berdasarkan sumber penghasil, yang terdiri dari:
1). Air limbah domestic : berasal ari kegiatan penghunian, seperti rumah tinggal, hotel, sekolah, Derkantoran, pertokoan, pasar dan fasilitas pelayanan umum. Air limbah domestik dapat dikelompokkan menjadi: −
air buangan kamar mandi
−
air buangan WC : air kotor/tinja
−
air buangan dapur clan cucian
2). Air limbah Industri : berasal dari kegiatan industri, seperti pabrik tekstil, pabrik pangan, industri kima, dll. 3). Air limbah limpasan hujan : berasal dari air hujan yang melimpas di atas permukaan tanah dan meresap ke dalam tanah. Pada umumnya air limbah menganclung bahan-bahan atau zat - zat yang dapat membahayakan kesehatan manusia serta mengganggu lingkungan hidup Meskipun merupakan sisa air , namun volumenya besar, karena lebih kurang 80 % dari air yang digunakan kegiatan manusia sehari - hari dibuang dalam bentuk yang sudah kotor (tercemar ). Untuk kemudian air limbah ini akan mengalir ke sungai dan laut dimana air ini digunakan manusia kembali. Oleh sebab itu air buangan ini harus dikelola dan atau diolah secara balk. Buruknya kualitas sanitasi juga tercermin dari rendahnya persentase penduduk yang terkoneksi dengan sistem pembuangan air limbah (sewerage system). Sistem pengolahan air limbah dapat dilakukan melalui proses pengolahan secara: 1). Pengolahan individual : pengolahan yang dilakukan sendiri-sendiri oleh masingmasing rumah terhadap limbah domestic yang dihasilkan. Secara diagramatis penanganan air limbah secara individual ditunjukkan dalam gambar berikut:
gambar 4-13. Pengelolaan Individual
Laporan Pendahuluan
4-54
Pemeriksaan Keandalan dan Kelaikan Bangunan Gedung Di Kota Semarang Tahun 2010
2). Pengolahan Individu pada Lingkungan Terbatas : dilakukan secara terpadu dalam wilayah yang kecii, seperti hotel, rumah sakit, bandara dan fasilitas umum. Secara diagramatis penanganan air limbah secara individual pada lingkungan terbatas ditunjukkan dalam gambar berikut:
gambar 4-14. Pengelolaan Individu Pada Lingkungan Terbatas 3). Pengolahan Komunal : dilakukan pada suatu kawasan pemukiman, industri, perdagangan, yang pada umumnya dibuang melalui jaringan riooi kota untuk kemudian dialirkan ke suatu Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL). Secara diagramatis penanganan air limbah secara komunal ditunjukkan dalam gambar berikut:
gambar 4-15. Pengelolaan Komunal d.
Sarana Pernbuangan Sampah
Sampah merupakan sisa hasil kegiatan manusia, yang keberadaannya banyak menimbulkan masalah apabila tidak dikelola dengan baik. Apabila dibuang dengan cara ditumpuk saja maka akan menimbulkan bau dan gas yang berbahaya bagi kesehatan manusia. Apabila dibakar akan menimbulkan
Laporan Pendahuluan
4-55
Pemeriksaan Keandalan dan Kelaikan Bangunan Gedung Di Kota Semarang Tahun 2010
pengotoran udara. Kebiasaan membuang sampah disungai dapat mengakibatkan pendangkalan sehingga menimbulkan banjir. Dengan demikian sampah yang tidak dikelola dengan baik dapat menjadi sumber pencemar pada tanah, badan air dan udara. Selain itu juga sudah hares dimulai penerapan prinsip-prinsip pengurangan volume sampah dengan menerapkan prinsip 4 R yaitu (Reduce, Reuse, Recycle dan Replace ). Secara umum system pengelolaan sampah ditinjau dari aspek teknis operasional dapat ditunjukkan pads gambar berikut:
gambar 4-16. Pengelolaan Sampah Berdasarkan gambar tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa sistem pengelolaan sampah dapat dilakukan dengan berbagai jalur, misalnya timbulan wampah masuk ke pewadahan kemudian di bawa oleh kendaraan pengumpul langsung dibuang ke tempat pembuangan akhir, atau jalur lain, misalnya setelah melalui bagian pengumpulan kemudian dibawa ke bagian pemilahan dan pengolahan, setelah itu dibuang ke tempat pembuangan akhir.
Laporan Pendahuluan
4-56
Pemeriksaan Keandalan dan Kelaikan Bangunan Gedung Di Kota Semarang Tahun 2010
2. Pengumpulan Data, Peralatan dan Analisis Data a. Pengumpulan Data Data yang terkait dengan aspek lingkungan terdiri dari data sekunder maupun data primer. Data sekunder yang akan dipergunakan dikumpulkan dari berbagai sumber yang representative dan mewakili, terutama dokumen yang berkaitan dengan upaya pengelolaan lingkungan yang telah dilakukan dari masing-masing pemilik bangunan. Data primer dikumpulkan dari hasil observasi lapangan dan pengambilan sampel serta pengukuran di lokasi yang telah ditetapkan. Untuk sarana air bersih, drainase dan air limbah, sampel air diamati dan diambil sampelnya di titik-titik antara lain pads sumber air, saluran air/drainase dan outlet Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL). Sarana pembuangan sampah diamati terutama mengenai sistem pengelolaan sampah secara
umum
yang
meliputi:
pewadahan/penyimpanan,
pengangkutan,
pengolahan dan pembuangan akhir. b. Peralatan Untuk menunjang kegiatan monitoring penyehatan sarana dan bangunan umum diperlukan instrumen berupa formulir pengamatan dan peralatan yaitu i. Formulir Pengamatan 1) Formulir pemeriksaan 2) Formulir Inspeksi Sanitasi
ii. Peralatan pengukuran kualitas lingkungan antara lain 1) Pengukur kualitas air 2) Sanitarian Kit 3) Peralatan lain yang dipergunakan untuk mengukur kualitas lingkungan pada
penyehatan sarana dan bangunan umum. c. Analisis Data Metode analisis yang digunakan untuk sampel air mengacu pada Keputusan Gubernur KDH Tingkat I Jawa Tengah Nomor: 660.1/26/1990 tentang Baku Mutu Lingkungan di Provinsi Jawa Tengah. Analisis aspek sanitasi mengacu pada KepMenkes No. 288/Menkes/SK/III/2003 tentang Pedoman Penyehatan Sarana dan Bangunan Umum.
Laporan Pendahuluan
4-57
Pemeriksaan Keandalan dan Kelaikan Bangunan Gedung Di Kota Semarang Tahun 2010
4.4.
KEBUTUHAN, PEROLEHAN DAN PENYAJIAN DATA
4.4.1. Kebutuhan dan Teknik Pengumpulan Data Kegiatan yang dilakukan pada tahapan ini berupa survei pengumpulan data sekunder dan primer di lapangan untuk mengidentifikasi kondisi bangunan gedung dan menganalisis guna memperoleh temuan-temuan dilapangan. Teknik pengumpulan data tersebut adalah dengan cara: 1. Data Primer a. Observasi visual di lapangan dengan tim ahli. Tim ahli secara spontan dengan sense dan pengalaman yang dimilikinya dapat dijadikan pedoman awal bagaimana kondisi bangunan tersebut. b. Melakukan pemotretan dan pengukuran untuk mendapatkan foto kondisi lapangan dan beberapa penyimpangan-penyimpangan yang ada. c.
Melakukan wawancara dengan kuisioner dan wawancara bebas untuk mendapatkan gambaran umum dan sejarah mengeai bangunan terkait.
d.
Melakukan uji lab bila diperlukan.
2. Data Sekunder a. Dengan melakukan studi pustaka contoh kajian teoritis. b. Mengkopi dan mempelajari peraturan-peraturan yang terkait. c.
Mengkopi dan mempelajari gambar teknis bangunan gedung (gambar IMB, gambar arsitektur, gambar struktur, dan gambar mekanikal elektrikal bangunan gedung terkait, serta gambar as built drawing) yang akan dilakukan pemeriksaan keandalan dan kelaikan bangunan.
d. Browsing data-data peraturan terkait melalui internet.
4.4.2. Jenis Perolehan Data Jenis data yang diperlukan untuk
pemeriksaan keandalan bangunan
meliputi beberapa aspek. Masing-masing akan dinilai dengan memberikan
Laporan Pendahuluan
4-58
Pemeriksaan Keandalan dan Kelaikan Bangunan Gedung Di Kota Semarang Tahun 2010
parameter angka sesuai dengan kondisi item yang dinilai tersebut. Data-data yang akan diobeservasi adalah sebagai berikut: 1. Data Umum Bangunan Gedung a. Data utama : • Nama Bangunan : (menunjukkan bangunan yang akan dilakukan pemeriksaan) •
Lokasi / Alamat : (menunjukkan bangunan yang akan dilakukan pemeriksaan)
•
Fungsi : (menjelaskan fungsi / kriteria bangunan tersebut)
•
Total luas: (menginformasikan luasan total bangunan tersebut)
•
Jumlah lantai: (menjelaskan bangunan yang akan diperiksa terdiri atas berapa lantai)
2. Aspek Arsitektural a. Kesesuaian penggunaan fungsi : (apakah bangunan tersebut masih sesuai dengan fungsi awal saat bangunan tersebut berdiri, masih sesuai dengan fungsi, atau sudah tidak sesuai). b. Pelapis muka lantai : (apakah pelapis muka lantai masih dalam kondisi baik, mengalami retak rambut, terbelah, pecah atau terkelupas). c.
Pelapis lantai : (apakah pelapis lantai masih dalam kondisi baik, mengalami
retak, terbelah, pecah, terkelupas atau pelapis lantai
tersebut licin/ slip yang dapat menyebabkan terpelesetnya pengguna). d. Plesteran lantai : (apakah plesteran lantai masih dalam kondisi baik, buram, mengalami retak, pecah/ rusak, terkelupas, ambles, berlumut, atau hal lain yang dapat membahayakan pengguna). e.
Pelapis dinding : (apakah pelapis dinding /cat masih dalam kondisi baik, luntur, pudar/ busam, mengapur, terkelupas atau berjamur ).
f.
Plesteran dinding : (apakah plesteran dinding masih dalam kondisi baik, mengalami retak, pecah atau terkelupas).
g. Pintu dan Jendela : (apakah pintu dan jendela masih dalam kondisi baik bisa difungsikan sesuai fungsinya, atau dalam kondisi rusak, macet, hilang dan tidak berfungsi) h. Langit-langit dalam : (apakah kondisi langit-langit dalam pada posisi baik, kusam, lembab, berlubang atau rusak) i.
Pelapis lantai luar : (apakah pelapis lantai luar masih dalam kondisi baik, atau sudah kusam, retak, pecah,
Laporan Pendahuluan
4-59
Pemeriksaan Keandalan dan Kelaikan Bangunan Gedung Di Kota Semarang Tahun 2010
j.
Plesteran lantai luar :(apakah plesteran lantai luar masih dalam kondisi baik, buram, mengalami
retak, pecah/ rusak, terkelupas, ambles,
berlumut, atau hal lain yang dapat membahayakan pengguna). k. Pelapis dinding luar : (apakah pelapis dinding /cat masih dalam kondisi baik, luntur, pudar/ busam, terkelupas atau berjamur ). l.
Pelapis langit-langit :(apakah kondisi langit-langit dalam posisi baik, kusam, lembab, berlubang atau rusak)
m. Penutup atap: (apakah penutup atap dalam keadaan baik, atau terlepas, tanpa pengikat, retak, pecah, berlubang, bocor, rapuh) 3. Aspek Struktural Sebelum dilakukan survey ke lapangan, akan dilakukan klasifikasi form isian terlebih dahulu, apakah bangunan menggunakan : a. Struktur rangka beton dan dinding pasangan b. Struktur rangka baja dan dinding pasangan c. Struktur rangka beton dan dinding geser d. Struktur dinding pasangan dan rangka beton praktis Item yang akan diperiksa adalah sebagai berikut: a. Pondasi, kepala pondasi, balok pondasi : (apakah masih kuat, kaku, atau terjadi penurunan dan patah struktur) b. Join balok-kolom: ( apakah masih kuat, kaku, atau terjadi patahan, pecah pada beton, atau hanya retak rambut pada pelapis plesteran saja) c.
Kolom (baja/beton) : ( apakah masih kaku, kuat menopang beban di atasnya, jika dari besi apakah terjadi karat, melengkung, ikatan sambungan mur baut terlepas, jika dari beton apakah terjadi patah, pecah, miring)
d. Balok (baja/beton) : ( apakah masih kaku, kuat menyalurkan beban, jika dari besi apakah terjadi karat, melengkung, ikatan sambungan mur baut terlepas, jika dari beton apakah terjadi patah, pecah, lendut, retak rambut) e. Pengaku silang : (apakah pengaku silang masih dalam keadaan kuat atau hilang, hilang mur dan baut, lapuk/ berkarat) f.
Dinding geser : (apakah dinding geser masih dalam kondisi baik, mampu menopang/ menahan beban, atau muncul retak, beton terkelupas, bocor pada basement)
Laporan Pendahuluan
4-60
Pemeriksaan Keandalan dan Kelaikan Bangunan Gedung Di Kota Semarang Tahun 2010
g. Slab lantai : (apakah dalam keadaan baik atau terjadi cekungan/ lendutan, patah, retak struktur, retak rambut, beton mengelupas) h. Slab atap : (apakah dalam keadaan baik atau terjadi cekungan/ lendutan, patah, retak struktur, retak rambut, beton mengelupas, lembab, berjamur) i.
Rangka atap, ikatan angin-gording : (apakah masih dalam kondisi baik mampu menahan beban penutup atap, apakah terdapat beban benda yang menggantung dibawahnya seperti AC ducting atau rangka penutup atap, atau terjadi lengkung, patah, atau hal-hal yang menghawatirkan jika terjadi keruntuhan)
j.
Penggantung langit-langit : (apakah penggantung langit-langit kuat, kokoh, mampu menarik beban langit-langit yang ada di bawahnya, apakah ikatan ke penghubung atasnya masih baik)
k. Penutup langit-langit : (apakah penutup langit-langit dalam kondisi baik, lembab, atau rusak, terlepas ikatannya dengan rangka penggantungnya) l.
Dinding pasangan (bata/batako) : (apakah pasangan bata/ batako dalam kondisi baik, atau rapuh, mudah hancur, kuat dalam penataan siarnya, kuat dalam campuran semen ikatannya)
m. Balok anak, leufel, canopy:
(apakah balok anak dalam kondisi bagus
atau patah, retak struktur, retak rambut, ikatannya menyatu dengan balok induk, apakah leufel & kanopi masih kuat, tegak, atau miring, meliuk, lendut, retak rambut) n. Tangga (beton/baja/kayu) : ( apakah masih bisa berfungsi dengan baik, mampu menahan beban pengguna yang melaluinya, atau terjadi retak, lendut, pecah, hilang komponen pengikatnya, lapuk, berkarat) o. Lantai bawah tanah : (apakah dalam kondisi baik, atau terjadi pecah, retak, bocor, rembes, retak rambut, berjamur) 4. Utilitas dan Proteksi Kebakaran a. Sistem deteksi alarm (meliputi alat deteksi, titik panggil manual, panel control kebakaran, catu daya, alarm, kabel instalasi) : : (apakah tersedia atau tidak, apakah dalam kondisi berfungsi sebagaimana mestinya, ataukah rusak, komponen tidak lengkap, tidak terawat, hilang, tidak berfungsi)
Laporan Pendahuluan
4-61
Pemeriksaan Keandalan dan Kelaikan Bangunan Gedung Di Kota Semarang Tahun 2010
b. Sprinkler otomatis (meliputi pompa air, kepala sprinkler, kran uji, tangki air, pipa instalasi) : : (apakah tersedia atau tidak, apakah dalam kondisi berfungsi sebagaimana mestinya, ataukah rusak, komponen tidak lengkap, tidak terawat, hilang, tidak berfungsi) c.
Gas pemadam api (Kumpulan tabung gas pemadam api, alarm kebakaran, stater otomatis, catu daya, panel control, kotak operasi manual, alat deteksi kebakaran, Nosel gas, kran pemilih otomatis) : : (apakah
tersedia
atau
tidak,
apakah
dalam
kondisi
berfungsi
sebagaimana mestinya, ataukah rusak, komponen tidak lengkap, tidak terawat, hilang, tidak berfungsi) d. Hydrant (meliputi pompa air, pipa instalasi, tangki penekan atas/ alat kontrol, hydrant box/ pillar, sumber air, tangki penampungan air) : : (apakah
tersedia
atau
tidak,
apakah
dalam
kondisi
berfungsi
sebagaimana mestinya, ataukah rusak, komponen tidak lengkap, tidak terawat, hilang, tidak berfungsi) e. Tabung pemadam api (tabung gas tersegel, selang) : : (apakah tersedia atau tidak, apakah dalam kondisi berfungsi sebagaimana mestinya, ataukah sudah expired, rusak, hilang segel, tidak terawat, tidak berfungsi) 5. Utilitas Transportasi vertikal a. Lift
/ elevator ( meliputi motor penggerak, sangkar dan alat control,
motor penggerak pintu, kabel dan panel listrik, rel, alat penyeimbang sangkar, peredam sangkar) : (apakah terdapat lift atau tidak, apakah masih dalam kondisi berfungsi dengan baik, atau terjadi permasalahan yang kiranya membahayakan bagi pengguna lift) b. Escalator (meliputi motor penggerak, alat control, kabel dan panel listrik, rantai penarik, roda-roda gigi penarik, badan escalator, anak tangga/ lantai) : : (apakah terdapat escalator atau tidak, apakah masih dalam kondisi berfungsi dengan baik, atau macet, tidak berfungsi, rusak salah satu komponen, dan permasalahan yang kiranya membahayakan bagi pengguna escalator)
Laporan Pendahuluan
4-62
Pemeriksaan Keandalan dan Kelaikan Bangunan Gedung Di Kota Semarang Tahun 2010
6. Utilitas Plumbing a. Air Bersih (sumber air, tangki penampungan air, tangki air atas, pompa penampung air dan control, pompa distribusi dan tangki hidrofor, listrik untuk panel pompa, pompa instalasi, kran) : (apakah terdapat semua komponen tersebut atau hanya beberapa, apakah semua komponen masih berfungsi dengan baik atau dalam kondisi rusak, tidak terawat, hilang) b. Air kotor (Kloset, bidet, urinoir, saluran ke septictank, kran air gelontor, septictank, bak cuci, wastafel, saluran dari wastafel ke saluran terbuka, lubang saluran pengurasan lantai, pipa air hujan) : (apakah terdapat semua komponen tersebut atau hanya beberapa, apakah semua komponen masih berfungsi dengan baik atau dalam kondisi rusak, tidak terawat, hilang) 7. Utilitas Instalasi listrik a. Sumber daya PLN (Panel tegangan menengah, trafo, panel distribusi, lampu TL/pijar/halogen/SL, lampu amatur, kabel instalasi) : (apakah masih dalam kondisi baik, terawat, kering, bersih, atau rusak salah satu komponen, tidak berfungsi dengan baik, hilang, tidak berfungsi) b. Sumber daya Genset (Motor penggerak, altermator, alat pengisi aki, radiator, kabel instalasi, AMF, Daily tank, panel) : (apakah masih dalam kondisi baik, terawat, kering, bersih, atau rusak salah satu komponen, tidak berfungsi dengan baik, hilang, tidak berfungsi) 8. Utilitas Instalasi tata udara a. Sistim pendingin langsung (sentral dengan pendingin air) (meliputi kompresor, evaporator, kondensor, panel distributor, kipas udara evaporator, kipas udara kondensator, media pendingin, alat control, diffuser grill, cerobong udara, menara pendingin, pipa instalasi air pendingin kondensor, pompa sirkulasi air pendingin kondensor, panel control) : :
(apakah masih dalam kondisi baik, terawat, bersih, atau
rusak salah satu komponen, tidak berfungsi dengan baik, hilang, tidak berfungsi)
Laporan Pendahuluan
4-63
Pemeriksaan Keandalan dan Kelaikan Bangunan Gedung Di Kota Semarang Tahun 2010
b. Sistim pendingin tidak langsung (sentral dengan media udara) (meliputi kompresor, evaporator, pipa instalasi air es, pipa sirkulasi air es, kondensor, kipas udara kondensor, media pendingin, media pendingin air es, unit pengelola udara, alat control cerobong udara, diffuser grill, pipa instalasi air pendingin kondensor, pipa sirkulasi pendingin kondensor, panel control) : : (apakah masih dalam kondisi baik, terawat, bersih, atau rusak salah satu komponen, tidak berfungsi dengan baik, hilang, tidak berfungsi) c.
Sistim AC window (non sentral) (Kompresor, evaporator, kondensor) : : (apakah masih dalam kondisi baik, terawat, bersih, atau rusak salah satu komponen, tidak berfungsi dengan baik, hilang, tidak berfungsi)
d. Sistim AC split/ FCU (non sentral) (Kompresor, evaporator, pipa instalasi, kondensor) : :
(apakah masih
dalam kondisi baik, terawat, bersih, atau rusak salah satu komponen, tidak berfungsi dengan baik, hilang, tidak berfungsi) 9. Utilitas Penangkal petir a. Instalasi proteksi petir eksternal (meliputi kepala penangkal petir, hantaran pembumian, elektroda pembumian) : : (apakah masih dalam kondisi baik, terawat, bersih, atau rusak salah satu komponen, tidak berfungsi dengan baik, hilang, tidak berfungsi) b. Instalasi proteksi petir (meliputi arrester tegangan rendah, stri pengikat ekuipotensial, hantaran pembumian, elektroda pembumian) : : (apakah masih dalam kondisi baik, terawat, bersih, atau rusak salah satu komponen, tidak berfungsi dengan baik, hilang, tidak berfungsi) 10. Utilitas instalasi komunikasi a. Instalasi telepon (meliputi pesawat telepon, PABX, kabel instalasi) : : (apakah terdapat komponen tersebut atau tidak, apakah masih dalam kondisi baik, terawat, bersih, atau rusak salah satu komponen, tidak berfungsi dengan baik, hilang, tidak berfungsi) b. Instalasi tata suara (meliputi mikropon, panel system tata suara, speaker, kabel instalasi) : :
(apakah terdapat komponen tersebut atau tidak,
apakah masih dalam kondisi baik, terawat, bersih, atau rusak salah satu komponen, tidak berfungsi dengan baik, hilang, tidak berfungsi)
Laporan Pendahuluan
4-64
Pemeriksaan Keandalan dan Kelaikan Bangunan Gedung Di Kota Semarang Tahun 2010
11. Aspek Aksesibilitas a. Ukuran dasar ruang : (apakah ukuran dasar ruang dan luasan masih sesuai dengan standar minimal kebutuhan ruang, atau tidak sesuai) b. Jalur pedestrian dan ramp : (apakah terdapat jalur khusus untuk pedestrian dan ramp, apakah dalam kondisi baik atau rusak) c.
Area parkir : (apakah terdapat area parkir yang mencukupi kebutuhan, ataukah tidak mencukupi)
d. Perlengkapan dan peralatan kontrol : (semua peralatan control, baik alarm, saklar lampu dll, apakah dapat dipakai dan dijangkau oleh semua orang tanpa terkecuali orang cacat/ sehat, atau tidak memenuhi persyaratan) e. Toilet : (apakah dapat dipakai oleh semua orang tanpa terkecuali orang cacat/ sehat, atau tidak memenuhi persyaratan) f.
Pintu : (apakah memenuhi persyaratan ukuran, apakah dapat dilalui oleh semua orang tanpa terkecuali orang cacat/ sehat, atau tidak memenuhi persyaratan)
g. Lift aksesibilitas : (apakah dapat dipakai oleh semua orang tanpa terkecuali orang cacat/ sehat, atau tidak memenuhi persyaratan) h. Lift tangga : (apakah dapat dipakai oleh semua orang tanpa terkecuali orang cacat/ sehat, atau tidak memenuhi persyaratan) i.
Telepon : (apakah dalam perletakan dan posisinya dapat dipakai oleh semua orang tanpa terkecuali orang cacat/ sehat, atau tidak memenuhi persyaratan)
4.4.3. Penyajian data Berdasarkan hasil dari proses pemeriksaan di lapangan, dan data yang telah diperoleh dari pengisian daftar isian pemeriksaan keandalan bangunan, Penyajian data dituangkan dalam sebuah perangkat lunak/ software keandalan bangunan gedung sesuai dengan pembagian aspek masing-masing. Gambaran penilaian teknik penyajian data dapat dilihat pada table berikut:
Laporan Pendahuluan
4-65
Pemeriksaan Keandalan dan Kelaikan Bangunan Gedung Di Kota Semarang Tahun 2010
1. Form Penilaian Keandalan Bangunan Aspek Arsitektur (Tabel 4-11) FORM - ARS NILAI KEANDALAN KELOMPOK KOMPONEN : ARSITEKTUR Nama Bangunan Lokasi/Alamat Fungsi Luas
12000
m2
Jumlah lantai
8
lantai
Pemilik
K R I T E R I A P E N I L A I A N (dalam %)
NILAI KOMPONEN
MAKSIMUM
KONDISI
N.K.
KURANG
N.K.
TIDAK
KOMPONEN
KEANDALAN
ANDAL
(%)
ANDAL
(%)
ANDAL
95 - 100
(%) (1)
NILAI
SUB
(2) Kesesuaian penggunaan
(3)
(4)
15
Sesuai
fungsi Pelapis muka lantai
fungsi 10
100,00%
100
75 - <95 (5)
(6)
100 masih sesuai
N.K.
KEANDALAN
(%)
TOTAL
<75 (7)
(8)
(%) (9)
(10)
(11) 15
Tidak sesuai
dengan fungsi
baik
100 retak rambut
- belah, pecah
-
10
baik
100 retak rambut
- retak, belah,
-
10
-
10
-
10
0 Plesteran lantai
10
100,00%
100 0
RUANG DALAM
Pelapis muka dinding
10
100,00%
100
pecah baik
0
(80%) Plesteran dinding
10
100,00%
100
100 buram, ter‐ kelupas <10%
baik
100 terkelupas <10%
0 Pintu/jendela
Pelapis muka langit‐
15
10
100,00%
100,00%
100
- hilang, tidak
Berfungsi baik
100
baik
100 Masih berfungsi
- Tidak berfungsi
-
15
100 terkelupas <10%
- Terkelupas
-
10
-
10
0
>=10%
SUB TOTAL
80
Penutup atap
10
1,00
100
Pelapis muka dinding
2,5
100,00%
100
baik
100 Tidak berlubang
- berlubang,
baik
100 buram <50%
- buram >=50%
-
2,5
baik
100 aus, bergelombang
- terbelah, pecah
-
3
-
2,5
-
2
0 RUANG LUAR
luar Pelapis muka lantai luar
hancur
0 3
100,00%
100 0
Plesteran lantai luar
2,5
100,00%
100
2
100,00%
100
buram, kasar baik
100 retak, terkelupas
baik
100 terkelupas <10%
0 (20%)
Pelapis muka
berlubang <5%
langit‐langit luar
- terbelah, pecah terlepas - terkelupas >=10%
20
TOTAL
Kesimpulan : 1. Bangunan secara keseluruhan dapat dinilai
20
terlepas
SUB TOTAL
100
ANDAL
Saran agar arsitektur bangunan secara keseluruhan andal : 1 2 3 4 5 Pemeriksa
Nama NIP Tanggal Pemeriksaan Tanda Tangan
Laporan Pendahuluan
80
tampak
tampak
0
langit
- hilang, tidak
4-66
Pemeriksaan Keandalan dan Kelaikan Bangunan Gedung Di Kota Semarang Tahun 2010
2. Form Penilaian Keandalan Bangunan Aspek Struktur a. Struktur rangka beton dan dinding pasangan (Tabel 4-12) Jumlah lantai Pemilik
lantai
: :
Nilai Nilai Sub keandala Kondisi Maks Kompone N.K Kompone n Keandala n Andal (%) n kompone n (%) 95 - 100 (1) (2) (3) (4) (5) Pondasi, Kepala Kuat, Kaku, 100 25 100 Struktur Pondasi, Stabil Balok Bawah Pondasi Sub Total
Faktor Reduksi N.K Kurang Andal (%) 85 - <95 (6) (7)
N.K (%)
Tidak Andal
Nilai Keandalan Total (%)
< 85 (8)
(9)
(10)
Kuat, Kurang Kaku, Stabil
Tidak stabil, retak, tidak kuat, pecah
30,00
25
25,00
Dinding Pasangan Bata/Bata ko
30
100
Bahan/dimen si OK Bebas retak, stabil
100
Kuat, kaku, retak, lentur kecil
Kurang kuat, retak diagonal/ melintang
Kolom, Balok Praktis
20
100
Kuat, Kaku, berfungsi baik
100
Kuat, kurang kaku, fungsi baik
Kurang kuat/kaku, kurang stabil
20,00
Slab Lantai
4,5
100
Kuat, kaku, bebas retak, rata
100
Kuat, kurang kaku, retak halus/bocor
Retak, bocor, tidak dapat dipakai
4,50
Slab Atap
0,5
100
Kuat, kaku, bebas bocor, mulus
100
Kuat, kurang kaku, retak rambur
Kurang kuat, lendutan besar
0,50
5
100
Rangka dan tumpuan kuat, kaku, stabil
100
Kuat, kurang kaku, awet, ada lendut
Lendut, lapuk, pecah, kropos/ karat
5,00
3,00
Rangka Atap, Ikatan Angin, Gording Sub Total
(11)
60,00
Rangka Langitlangit
3
100
Kuat, kaku, rata
100
Kuat, kaku, kurang rata
Lendut, lapuk, pecah, tidak rata
Penutup langitlangit
2
100
Bahan/dimen si OK, rata, kuat
100
Rata, kurang mulus, ada retak
Kusam dan retak.rusak tak berfungsi
2,00
6
100
Kuat, Kaku, berfungsi baik
100
Kuat, kurang kaku, fungsi baik
Kurang kuat/kaku, kurang stabil
6,00
4
100
Kuat, rata, padat, kedap air
100
Rata, padat, kedap air, retak-retak
Retak, basah, amblas, tidak rata
4,00
Struktur Pelengka p Tangga
Lantai bawah Sub Total
15,00
TOTAL NILAI KEANDALAN BANGUNAN
100,00
Kesimpulan:
Struktur gedung secara keseluruhan adalah ANDAL Saran agar struktur secara keseluruhan
1. 2. 3. Pemeriksa
Nama NIP Tanggal Pemeriksaan Tanda Tangan
: : : :
Laporan Pendahuluan
4-67
Pemeriksaan Keandalan dan Kelaikan Bangunan Gedung Di Kota Semarang Tahun 2010
b. Struktur rangka baja dan dinding pasangan (Tabel 4-13)
Kompone n
Sub Komponen
(1) Struktur Bawah
Nilai Nilai keandala Kondisi Maks N.K n Keandala Andal (%) kompone n (%) 95 - 100
(2)
(3)
Pondasi, Kepala Pondasi, Balok Pondasi
25
(4) 100
Kuat, Kaku, Stabil
Faktor Reduksi N.K Kurang Andal (%) 85 - <95 (7)
N.K Tidak Andal (%) < 85 (8)
(9)
Nilai Keandalan Total (%)
(5)
(6)
100
Kuat, Kurang Kaku, Stabil
Tidak stabil, retak, tidak kuat, pecah
(10)
Tidak kaku, retak sudah tampak
15,00
25
Sub Total
Struktur Atas
(11)
25,00
Join Kolom - Balok
15
100
Kuat, Kaku, Daktail
100
Kuat, lebar retak 0,1 0,5
Kolom Baja
20
100
Kuat, Kaku, Daktail
100
Kuat, retak lentur
Retak lentur/geser
20,00
Balok Baja
13
100
Kuat, Kaku, Daktail
100
Kuat, retak lentur
Retak lentur/geser
13,00
Pengaku Silang
2
100
Kuat, kaku, menyatu
100
Kuat, retak lentur
Retak terlihat
2,00
Slab Lantai
5
100
Kuat, Awet, Aman
100
Retak < 0,5 mm
Retak 1-3 mm
5,00
Rangka Atap, Ikatan Angin, Gording
5
100
Rata dan baik
100
Lendut > L/300
Retak, bocor
5,00
100
Kuat, Rata/Datar
100
Kuat, kurang rata
Kurang rata, ada lendutan
1,00
Tanpa jangkar dinding pasangan belah
2,00
Sub Total
60,00
Penggantung Langitlangit
1
2
100
Kuat, tanpa retak
100
Batang jangkar lemah, retak rambut
2
100
Kuat, tanpa retak
100
Batang jangkar lemah, dinding retak
Tanpa jangkar dinding pasangan belah
2,00
Balok Anak, Leufel, Canopy
5
100
Kuat, kaku, daktail
100
Kuat, retak lentur
Retak lentur/geser
5,00
Tangga beton/baja/kayu
5
100
Kuat, kaku
100
Retak rambut, kuat, lendut
Rusak, tidak kaku, melendut
5,00
Dinding Pasangan Bata/Batako
Struktur Shotcrete Panel Pelengka Precast p
Sub Total
15,00
TOTAL NILAI KEANDALAN BANGUNAN
#####
Kesimpulan:
Struktur gedung secara keseluruhan adalah
ANDAL
Saran agar struktur secara keseluruhan
1. 2. 3. Pemeriksa
Nama NIP Tanggal Pemeriksaan Tanda Tangan
Laporan Pendahuluan
: : : :
4-68
Pemeriksaan Keandalan dan Kelaikan Bangunan Gedung Di Kota Semarang Tahun 2010
c.
Struktur rangka beton dan dinding geser (Tabel 4-14)
PENILAIAN KEANDALAN STRUKTUR BANGUNAN GEDUNG RANGKA BETON DAN DINDING GESER Nama Bangunan Lokasi/Alamat Fungsi Luas Jumlah lantai Pemilik
Komponen
Sub Komponen
(1)
(2)
Struktur Bawah
m2 lantai
12000 8
Nilai Nilai Maks keandalan Keandalan komponen (%) struktur (3)
Pondasi, Kepala Pondasi, Balok Pondasi
25
Faktor Reduksi Kondisi Andal
N.K (%)
Kurang Andal
(5)
(6)
95 - 100 (4)
N.K (%)
Tidak Andal
(7)
(8)
85 - <95
N.K (%)
Nilai Keandalan Total (%)
< 85 (9)
(10)
100
Kuat, Kurang Kaku, Stabil
Tidak stabil, retak, tidak kuat, pecah
Tidak kaku, retak sudah tampak
10,00
100
Kuat, Kaku, Stabil
100
Kuat, tetapi telah retak rambut
100
Kuat, retak lentur
Retak lentur/geser
15,00
Retak lentur/geser
15,00
(11)
25
Sub Total
25,00
Join Kolom - Balok
10
100
Kuat, Kaku, Daktail
Kolom
15
100
Kuat, Kaku, Daktail
100
Kuat, Kaku, Daktail
100
Kuat, retak lentur
Retak geser, belah
10,00
Balok Struktur Atas
15
Dinding Geser
10
100
Kuat, Kaku, Menyatu
100
Kuat, retak lentur
Slab Lantai
4,5
100
Kuat, Awet, Aman
100
Retak rambut
Retak 1-3 mm
4,50
100
Kuat, Awet, Aman
100
Retak rambut
Retak, bocor
0,50
100
Kuat, Kaku, Aman
100
Lendut > L/300
Retak, bocor
5,00
100
Kuat, kurang rata
Kurang rata, ada lendutan
1,00
Slab Atap
0,5
Rangka Atap, Ikatan Angin, Gording Sub Total
Struktur Pelengkap
5
60,00
Penggantung Langitlangit
1
100
Kuat, Rata/Datar
Dinding Pasangan Bata/Batako
2
100
Kuat, tanpa retak
100
Batang jangkar lemah, retak rambut
Tanpa jangkar ikat dinding retak/belah
2,00
Balok Anak, Leufel, Canopy
6
100
Kuat, kaku, daktail
100
Kuat, retak lentur
Retak lentur/geser
6,00
Tangga beton/baja/kayu
6
100
Kuat, kaku
100
Retak rambut, kuat, lendut
Rusak, tidak kaku, melendut
6,00
Sub Total
15,00
TOTAL NILAI KEANDALAN BANGUNAN Kesimpulan: Struktur gedung secara keseluruhan adalah
100,00
ANDAL
Saran agar struktur secara keseluruhan 1. 2. 3. Pemeriksa Nama NIP Tanggal Pemeriksaan Tanda Tangan
Laporan Pendahuluan
: : : :
4-69
Pemeriksaan Keandalan dan Kelaikan Bangunan Gedung Di Kota Semarang Tahun 2010
3. Form Penilaian Keandalan Bangunan Aspek Utilitas (Tabel 4-15) Form – A Uraian Analisa Nilai Keandalan Utilitas Bangunan Gedung No. Komp.
Jenis Komponen Utilitas Gedung
Nilai Maks.
Util.
Instalasi:
Keandalan
i
µ ku (%)
Andal
KA
TA
99 -100
95 - <99
<95
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
20
100,00
100
x
x
(%)
(1)
(2)
Keandalan N ku
Kondisi Andal, Kurang Andal, Tidak Andal (%)
1
Intalasi Pencegahan Kebakaran
2
Transportasi Vertikal
15
100,00
100
x
x
3
Plambing
15
100,00
100
x
x
4
Instalasi Listrik
20
100,00
100
x
x
5
Tata Udara, AC
15
100,00
100
x
x
6
Instalasi Penangkal Petir
5
100,00
100
x
x
7
Instalasi Komunikasi
10
100,00
100
x
x
Total Nilai Keandalan seluruh Komponen Utilitas (µku.i) Keterangan : Andal : µku = 99 – 100 %;
Σ
Kurang andal ; µku = 95 – 99 %;
Pemeriksa
: ……………………….
Nama
: ……………………….
NIP
: ……………………….
Tanggal Pemeriksaan
: ……………………….
Tanda Tangan
: ……………………….
Laporan Pendahuluan
100,00
Tidak andal
Maka Utilitas gedung secara keseluruhan : Andal/ Kurang/Tidak Andal
(%) (8)
ANDAL
: µku = < 95 %
4-70
Pemeriksaan Keandalan dan Kelaikan Bangunan Gedung Di Kota Semarang Tahun 2010
a. Form Penilaian Utilitas Instalasi Pencegahan Kebakaran (Tabel 4-16) Form Utl-1 Nilai Keandalan Utilitas : Pencegahan Kebakaran Nomor
Bobot
Kelompok
Komponen Utilitas
Fungsi
Utilitas
Pencegahan Kebakaran
(100%)
(1)
(2)
(3)
SISTEM DETEKSI ALARM KEBAKARAN 1. Alat-alat deteksi
NF = 20
(4)
(5)
(6)
Tingkat keandalan
<95 %
(7)
(8)
100
100
x
x
3
3
100
100
x
x
3
4
4. Catu daya
3
100
100
x
x
4
100
100
x
x
3
3
100
100
x
x
3
4
100
100
x
x
4
NF = 20 4
100
100
x
x
4
4
100
100
x
x
4
3. kran Uji
4
100
100
x
x
4
4. Tangki Air
4
100
100
x
x
4
4
100
100
x
x
4
100
100
x
x
3
5. Pipa Instalasi
NF = 20
2
100
100
x
x
2
3. Stater Otomatis
2
100
100
x
x
2
4. Catu Daya
2
100
100
x
x
2
5. Panel Kontrol
2
100
100
x
x
2
3
6. Kotak Operasi Manual
2
7. Alat-alat Deteksi kebakaran 8. Nosel Gas
3 2
9. Kran Pemilih Otomatis
2
100
100
x
x
2
100
100
x
x
3
100
100
x
x
2
100
100
x
x
2
100
100
x
x
3
NF = 15
1. Pompa Air
3
2. Pipa Instalasi
2
3. Tangki Penekan Atas/Alat Kontrol 4. Hidran Kotak
2 2
100,00 100
100
x
x
2
100
100
x
x
2
x
2
5. Hidran Pilar
2
100
100
x
x
2
6. Sumber Air
2
100
100
x
x
2
7. Tangki Penampung Air
2 100
100
x
x
2
8
100
100
x
x
8
7
100
100
x
x
7
TABUNG PEMADAM API RINGAN 1. Tabung Gas Tersegel 2.Selang
Laporan Pendahuluan
(9)
100,00
1.Kumpulan Tabung Gas Pemadam Api 2. Alarm Kebakaran
HIDRAN
Ф
100,00
1. Pompa Air 2. Kepala Sprinkler
GAS PEMADAM API
F. Reduksi
(%)
3. Panel control Kebakaran
5. Alarm Kebakaran
1E
100%
Tidak Andal
3
6. Kabel Instalasi
1D
(%)
Kurang Andal 95 -<100%
2. Titik Panggil manual
SPRINKLER OTOMATIS
1C
Termasuk Kategori Andal
100,00
1A
1B
Nilai Tingkat Keandalan NKU (µ) Tingkat keandalan
100
100
x
NF = 15 100,00
4-71
Pemeriksaan Keandalan dan Kelaikan Bangunan Gedung Di Kota Semarang Tahun 2010
b. Form Penilaian Utilitas Transportasi Vertikal (Tabel 4-17) Form Utl-2 Nilai Keandalan Utilitas : Transportasi Vertikal Nomor
Bobot
Kelompok Utilitas
Transportasi Vertikal
(1)
(100%)
(2)
Termasuk Kategori Andal
(%)
100%
Kurang Andal 95 -<100%
(4)
(5)
(6)
Tingkat
<95 %
(8)
(9) 100,00
8
100
100
x
x
2. Sangkar dan alat Kontrol
7
100
100
x
x
3. Motor Penggerak Pintu
7
100
100
x
x
4. Kabel dan Panel Listrik
7
100
100
x
x
5. Rel
7
100
100
x
x
6. Alat Penyeimbang Sangkar
7
100
100
x
x
7. Peredam Sangkar
7
100
100
x
x
8
100
100
x
x
2. Alat Kontrol
7
100
100
x
x
3. Kabel dan Panel Listrik
7
100
100
x
x
4. Rantai Penarik
7
100
100
x
x
5. Roda-roda gigi Penarik
7
100
100
x
x
6. Badan Eskalator
7
100
100
x
x
7. Anak Tangga/lantai
7
100
100
x
x
8 7 7 7 7 7 7
NF = 50
1. motor Penggerak
Ф (%)
(7)
1. Motor Penggerak
c.
F. Reduksi
Tidak Andal keandalan
NF = 50
ESKALATOR
2B
Nilai Tingkat Keandalan NKU (µ) Tingkat keandalan
(3)
LIF (LIFT)
2A
Fungsi
Komponen Utilitas
100,00
8 7 7 7 7 7 7
Form Penilaian Utilitas Plambing (Tabel 4-18)
Form Utl-3 Nilai Keandalan Utilitas : Plambing Nomor
Bobot
Kelompok
Komponen Utilitas
Fungsi
Utilitas
Plumbing
(100%)
(1)
(2) AIR BERSIH
3A
Termasuk Kategori Andal
(%)
100%
Kurang d l 95A-<100%
(4)
(5)
(6)
Tingkat
Tidak Andal keandalan <95 %
(7)
(8)
NF = 50
Ф
(9) 100,00
1.Sumber air dari PAM *) dan Meter Air
5
100
100
x
x
5
5
100
100
x
x
5
6
100
100
x
x
6
4. Tangki Air Atas : Menara
6
100
100
x
x
6
5. Pompa Penampung air dan alat kontrol
6
100
100
x
x
6
6. Pompa Distribusi dan Tangki Hidrofor dan alat control
6
100
100
x
x
6
7. Listrik untuk Panel Pompa
5
100
100
x
x
5
8. Pompa Instalasi
6
100
100
x
x
6
9. Kran
5
100
100
x
x
5
NF = 50
100,00
1. Kloset/ bidet/ Urinoir
7
100
100
x
x
7
2. saluran ke Tangki Septik
6
100
100
x
x
6
3. Kran Air gelontor
6
100
100
x
x
6
4. Tangki Septik
7
100
100
x
x
7
5. Bak cuci, tempat cuci tangan
6
100
100
x
x
6
6. saluran dari Bak cuci ke saluran terbuka
6
100
100
x
x
6
7. Lobang/ saluran pengurasan lantai
6
100
100
x
x
6
8. Pipa Air Hujan
6
100
100
x
x
6
*) Bila hanya ada satu dari sumber air tersebut, maka jenis sumber air yang tidak ada diberikan
Laporan Pendahuluan
F. Reduksi (%)
2. Sumber Air dari sumur dala, pompa air, alat control, M t Ai Penampung *) 3.Tangki Air
AIR KOTOR
3B
(3)
Nilai Tingkat Keandalan NKU (µ) Tingkat keandalan
4-72
Pemeriksaan Keandalan dan Kelaikan Bangunan Gedung Di Kota Semarang Tahun 2010
d. Form Penilaian Utilitas Instalasi listrik (Tabel 4-19) Form Utl-4 Nilai Keandalan Utilitas : Instalasi Listrik Nomor
Bobot
Kelompok
Komponen Utilitas
Fungsi
Utilitas
Instalasi Listrik
(100%)
(1)
(2)
(3)
Tingkat keandalan (%)
SUMBER DAYA PLN
4A
(5)
<100%
(6)
(7)
(8)
NF = 50 8
100
100
x
x
8
2. Trafo
7
100
100
x
x
7
3. Panel Tegangan Tengah
7
100
100
x
x
7
4. Panel Distribusi
7
100
100
x
x
7
5. Lampu TL/ Pijar/ Halogen/ SL
7
100
100
x
x
7
6. Armatur
7
100
100
x
x
7
7. Kabel Instalasi
7
100
100
x
x
7
7
100
100
x
x
7
2. Altermator
7
100
100
x
x
7
3. Alat pengisi aki
4
100
100
x
x
4
4. Radiator/ pendingin
6
100
100
x
x
6
5. Kabel Instalasi
7
100
100
x
x
7
6. AMF
7
100
100
x
x
7
7. Daily Tank
6
100
100
x
x
6
1. motor Penggerak
Laporan Pendahuluan
(9) 100,00
1. Panel Tegangan Menengah
SUMBER DAYA GENSET
4B
(4)
Nilai Tingkat Keandalan NKU (µ) TingkatF. Reduksi Termasuk Kategori keandal Tidak Kurang Andal Ф an A95d- l A d%l 100% <95 (%)
NF= 50
100,00
4-73
Pemeriksaan Keandalan dan Kelaikan Bangunan Gedung Di Kota Semarang Tahun 2010
e. Form Penilaian Utilitas Instalasi Tata Udara sentral (Tabel 4-20) Form Utl-5a Nilai Keandalan Utilitas : Instalasi Tata Udara (Sentral) Nomor
Bobot
Kelompok
Komponen Utilitas
Fungsi
Utilitas
Instalasi Tata Udara (Sentral)
(100%)
(1)
(2)
(3)
(%)
(4)
1. Kompresor
NF=50 4
2. Evaporator
4
3. Kondensor 4. Panel Distributor 5. Kipas Udara Evaporator
Tingkat F. Reduksi keandalan Ф
100%
Kurang d l 95A-<100%
Tidak A d%l <95
(5)
(6)
(7)
(8)
100
100
x
x
100
100
x
x
4
100
100
x
x
3
100
100
x
x
3
100
100
x
x
6. Kipas Udara Kondensator
3
100
100
x
x
7. Media Pendingin
3
100
100
x
x
8. Pipa Instalasi Media Pendingin
3
100
100
x
x
9. Alat Kontrol
3
100
100
x
x
10. Difuser gril
4
100
100
x
x
11. Cerobong Udara
3
100
100
x
x
12. Menara Pendingin
4
100
100
x
x
13. Pipa Instalasi air pendingin kondensor
3
100
100
x
x
14. Pompa sirkulasi air pend kondensor
3
100
100
x
x
15. Panel Kontrol
3
100
100
x
x
4 4 4 3 3 3 3 3 3 4 3 4 3 3 3
NF = 50 4
100
100
x
x
2. Evaporator
4
100
100
x
x
3. Pipa Instalasi Air Es
4
100
100
x
x
4. Pipa Sirkulasi Air Es
3
100
100
x
x
5. Kondensor
3
100
100
x
x
6. Kipas Udara Kondensor
3
100
100
x
x
7. Media Pendingin
3
100
100
x
x
8. Media Pendingin Air Es
3
100
100
x
x
9. Unit Pengolah Udara
5
100
100
x
x
10. Alat Kontrol Cerobong Udara
3
100
100
x
x
11. Difuser gril
5
100
100
x
x
12. pipa instalasi air pendingin Kondensor
3
100
100
x
x
13. pompa sirkulasi Pendingin Kondensor
4
100
100
x
x
14. Panel Kontrol
3
100
100
x
x
SISTEM PENDINGIN TIDAK LANGSUNG 1. Kompresor
5B
Termasuk Kategori Andal
SISTEM PENDINGIN LANGSUNG
5A
Nilai Tingkat Keandalan NKU (µ) Tingkat keandalan
Laporan Pendahuluan
(%)
(9) 100,00
100,00
4 4 4 3 3 3 3 3 5 3 5 3 4 3
4-74
Pemeriksaan Keandalan dan Kelaikan Bangunan Gedung Di Kota Semarang Tahun 2010
f.
Form Penilaian Utilitas Instalasi Tata Udara non sentral (Tabel 4-21)
Form Utl-5b Nilai Keandalan Utilitas : Instalasi Tata Udara (Non Sentral) Nomor
Bobot
Kelompok
Komponen Utilitas
Fungsi
Utilitas
Instalasi Tata Udara (Non Sentral)
(100%)
(1)
(2) SISTEM AC WINDOW
5A
(3)
Termasuk Kategori Andal
(%)
100%
Kurang d l 95A-<100%
(4)
(5)
(6)
F. Reduksi
Tingkat
Tidak Andal keandalan <95 %
(7)
(8)
(9)
NF = 50
100,00
18
100
100
x
x
18
2. Evaporator
16
100
100
x
x
16
3. Kondensor
16
100
100
x
x
16
13
100
100
x
x
13
2. Evaporator
13
100
100
x
x
13
3. Pipa Instalasi
12
100
100
x
x
12
4. Kondensor
12
100
100
x
x
12
NF = 50
1. Konpresor
Ф (%)
1. Konpresor
SISTEM AC SPLIT /FCU
5B
Nilai Tingkat Keandalan NKU (µ) Tingkat keandalan
100,00
Catatan: Dipilih salah satu sesuai dengan kondisi sistem yang terpasang
g. Form Penilaian Utilitas Penangkal Petir (Tabel 4-22) Form Utl-6 Nilai Keandalan Utilitas : Penangkal Petir Nomor
Bobot
Kelompok
Komponen Utilitas
Fungsi
Utilitas
Penangkal Petir
(100%)
(1)
(2) INSTALASI PROTEKSI PETIR
6A
Termasuk Kategori Andal
(%)
100%
Kurang d l 95A-<100%
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
16 16 18
<95 %
16
100
100
x
x
16
100
100
x
x
18
100
100
x
x
13
100
100
x
x
2. Stri Pengikat Ekuipotensial
12
100
100
x
x
3. Hantaran Pem-bumi-an
12
100
100
x
x
4. Elektroda Pem-bumi-an
13
100
100
x
x
1. Arester Tegangan Lebih
Ф (%)
NF = 50
2. Hantaran Pem-bumi-an INSTALASI PROTEKSI PETIR
F. Reduksi
Tingkat
Tidak Andal keandalan
1. Kepala Penangkal Petir 3. Elektroda Pem-bumi-an
7B
(3)
Nilai Tingkat Keandalan NKU (µ) Tingkat keandalan
NF = 50
(9) 100,00
100,00
13 12 12 13
Catatan: Dipilih salah satu sesuai dengan kondisi sistem yang terpasang
Laporan Pendahuluan
4-75
Pemeriksaan Keandalan dan Kelaikan Bangunan Gedung Di Kota Semarang Tahun 2010
h. Form Penilaian Utilitas Instalasi Komunikasi (Tabel 4-23) Form Utl-7 Nilai Keandalan Utilitas : Instalasi Komunikasi Nomor
Bobot
Kelompok
Komponen Utilitas
Fungsi
Utilitas
Instalasi Komunikasi
(100%)
(1)
(2)
(3)
Nilai Tingkat Keandalan NKU (µ) Nilai F. Reduksi Termasuk Kategori tingkat Kurang Andal Tidak Andal Ф keandalan d l 100% 95A-<100% <95 % (%)
Tingkat keandalan (%)
INSTALASI TELEPON
7A
(5)
(6)
(7)
(8)
1. Pesawat telepon
16
100
100
x
x
16
2. PABX
18
100
100
x
x
18
3.Kabel Instalasi
16
100
100
x
x
16
INSTALASI TATA SUARA
7B
(4)
(9) 100,00
NF = 50
NF = 50
100,00
1. Mikropon
12
100
100
x
x
12
2. Panel system tata suara
13
100
100
x
x
13
3. Speaker
13
100
100
x
x
13
4. Kabel Instalasi
12
100
100
x
x
12
4. Aspek Aksesibilitas (Tabel 4-24) PENILAIAN KEANDALAN KOMPONEN AKSESIBILITAS LAINNYA Nama Bangunan Lokasi/Alamat Fungsi Luas
12000
m2
Jumlah lantai
8
lantai
Pemilik Nilai Keandalan Kelompok : AKSESIBILITAS
No. Kode Komponen
Kondisi Kefungsian Komponen Perlengkapan & Peralatan Kontrol (2)
(1)
PERLENG ada tidak KAPAN & X PERALAT Stop Kontak, tombol & perlengkapan k t l laksesibilitas i b d d i i Rambu
Ya
Tidak
x
Rusak Sedang
100>Ka≥95 95>Ka≥75
Rusak Berat
Nilai Keandalan Parsial
75>Ka>0
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
40
40
100,00
100,00
x
x
50
5
5
100,00
100,00
x
x
50
5 40
X
5
5
Peringatan berbentuk visual
x
4
4
Peringatan berbentuk getaran
X
1
1
Tidak
Baik
(5)
5
Ya
Kondisi Eksisting Elemen Aksesibilitas
(3)
40
Perlengka ada tidak pan x peralatan Peringatan berbentuk suara
x
Kondisi Nilai Keandalan Eksisting Maksimum Elemen Terfaktor Keandalan Pedestrian (%) (%)
100
SUB TOTAL Keterangan : Andal : µku = 95 – <100%; Kurang andal ; µku = 75 – <95%; Tidak andal : µku = <75 %
KESIMPULAN : X
ANDAL KURANG ANDAL TIDAK ANDAL
Rekomendasi
1 2 3 4
Laporan Pendahuluan
4-76
Pemeriksaan Keandalan dan Kelaikan Bangunan Gedung Di Kota Semarang Tahun 2010
5. Tata Bangunan dan Lingkungan (Tabel 4-25) PENILAIAN KESESUAIAN TATA BANGUNAN DAN LINGKUNGAN Nama Bangunan : Alamat
:
Fungsi Bangunan : Pemilik
:
Nilai Keandalan Kelompok : TATA BANGUNAN DAN LINGKUNGAN
No. Kode Komponen
Nilai Keandalan Nilai Maksimum Terfaktor Keandalan Keandalan (%)
Kondisi Kefungsian Komponen Parkir
(1)
(2)
(3)
(5)
(10)
KESESUAIAN DENGAN DOKUMEN RENCANA KOTA Kesesuaian dengan dokumen rencana kota
5
5
Kesesuaian KDB
x
2
2
Kesesuaian KLB
x
2
2
x
1
1
Kesesuaian GSB
Ya
Tidak
SUB TOTAL
100
100
Keterangan : Andal : µku = 95 – <100%; Kurang andal ; µku = 75 – <95%; Tidak andal : µku = <75 %
Laporan Pendahuluan
4-77
Pemeriksaan Keandalan dan Kelaikan Bangunan Gedung Di Kota Sematang Tahun 2010
FORM PENILAIAN KEANDALAN BANGUNAN (Tabel 4-26) Bobot
Nilai Keandalan
NK
Penilaian
Total
Kategori Penilaian Kurang Andal
Tidak Andal
No
Aspek Yang dinilai
Andal
(%)
(%)
(%)
(%)
(%)
(1)
(2)
(3)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
100.00
NK
1
Arsitektur
2
Struktur Rangka Beton dan Dinding Pasangan
95% 100% 95% 100%
3
Utilitas & Proteksi Kebakaran
100%
100.00
4
Aksesibilitas
100.00
5
Tata Bangunan & Lingkungan
95% 100% 95% 100%
-
100.00
75% <95% 85% <95% 95% <100% 75% <95% 75% <95%
NK
-
<75%
-
10
10.00
89.92
<85%
-
30
30.00
-
<95%
-
50
50.00
-
<75%
-
5
5.00
-
<75%
-
5
5.00
100
100.00
Jumlah Total
Bangunan yang diperiksa masuk kategori
ANDAL
Interpretasi : a. Nilai suatu bangunan "Andal" jika nilai keandalan suatu komponen bangunan (arsitektur/struktur/utilitas) atau nilai keandalan suatu segi dalam bangunan (arsitektur=NKA, struktur=NKS, dan utilitas=NKU) tidak kurang dari nilai batas terendah kategori andal sebagaimana tersebut dibawah Nilai suatu bangunan "Kurang andal" jika nilai keandalan suatu komponen bangunan (arsitektur/struktur/utilitas) b. atau nilai keandalan suatu segi dalam bangunan (arsitektur=NKA, struktur=NKS, dan utilitas=NKU) tidak kurang dari nilai batas terendah kategori krang andal sebagaimana tersebut dibawah
Laporan Pendahuluan
4-78
Pemeriksaan Keandalan dan Kelaikan Bangunan Gedung Di Kota Sematang Tahun 2010
c.
d.
Nilai suatu bangunan "Kurang andal" jika nilai keandalan suatu komponen bangunan (arsitektur/struktur/utilitas) atau nilai keandalan suatu segi dalam bangunan (arsitektur=NKA, struktur=NKS, dan utilitas=NKU) tidak kurang dari nilai batas terendah kategori krang andal sebagaimana tersebut dibawah 1. Tingkat Keandalan Struktur dianggap : Andal, bila NKA tidak kurang dari 95% atau a. (95%<=NKA<=100%) b. Kurang andal, bila NKA bernilai : 85%<=NKA<=95% Tidak andal, bila NKA bernilai dibawah 85 c. % 2. Tingkat Keandalan Arsitektur dianggap Andal, bila NKA tidak kurang dari 90% atau a. (90%<=NKA<=100%) b. Kurang andal, bila NKA bernilai : 75%<=NKA<=90% Tidak andal, bila NKA bernilai dibawah 75 c. % 3. Tingkat Keandalan Utilitas dianggap Andal, bila NKA tidak kurang dari 99% atau a. (99%<=NKA<=100%) b. Kurang andal, bila NKA bernilai : 95%<=NKA<=99% Tidak andal, bila NKA bernilai dibawah 95 c. % Untuk menjamin keselamatan dan kenyamanan gedung secara keseluruhan, NKA, NKS, dan NKU tidak boleh kurang dari 95 %
Laporan Pendahuluan
4-79
Pemeriksaan Keandalan dan Kelaikan Bangunan Gedung Di Kota Sematang Tahun 2010
4.5.
TAHAPAN KOMPILASI DATA INTERPRETASI DAN ANALISA
4.5.1. Kompilasi Data Setelah proses pemeriksaan suatu bangunan sudah selesai maka didapatkan data lapangan. Data yang nantinya telah diperoleh tersebut akan dikelompokkan berdasarkan aspek masing-masing sesuai tabel
di atas. Setelah dikelompokkan akan di tabulasi atau
di entry ke dalam format pemeriksaan keandalan dan kelaikan bangunan gedung. Data tersebut akan digunakan untuk: 1. Menentukan nilai keandalan suatu komponen dari salah satu aspek bangunan 2. Menentukan tingkat kelaikan atau keandalan yang telah dianalisa 3. Menginterpretasikan nilai keandalan yang telah dianalisa menjadi makna fisik dari bangunan yang telah diperiksa
4.5.2. Interpretasi •
Suatu bagunan bapat disebut Andal bila nilai keandalan suatu bangunan (komponen arsitektur, struktur, utilitas, aksesibilitas dan tata bangunan dan lingkungan) atau nilai keandalan suatu segi dalam bangunan (arsitektur, struktur, utilitas, aksesibilitas dan tata bangunan dan lingkungan) tidak kurang dari nilai batas terendah kategori Andal.
•
Suatu bangunan dapat disebut kurang andal bila nilai keandalan suatu segi dalam bangunan ( arsitektur, struktur, utilitas, aksesibilitas dan tata bangunan dan lingkungan) termasuk dalam kategori kurang andal
•
Suatu bangunan dapat disebut tidak andal bila nilai keandalan suatu segi dalam bangunan (arsitektur, struktur, utilitas, aksesibilitas dan tata bangunan dan lingkungan) termasuk dalam kategori tidak andal
Tingkat keandalan Arsitektur dianggap: 1. Andal. Bila bobot nilainya tidak kurang dari 95% atau >95% - 100% 2. Kurang Andal, bila bobot nilai diantara > 75% sampai < 95% 3. Tindak Andal, bila bobot nilai diantara < 75% Tingkat keandalan Struktur dianggap: 1. Andal. Bila bobot nilainya tidak kurang dari 95% atau >95% - 100% 2. Kurang Andal, bila bobot nilai diantara > 85% sampai < 95% 3. Tindak Andal, bila bobot nilai diantara < 85%
Laporan Pendahuluan
4-80
Pemeriksaan Keandalan dan Kelaikan Bangunan Gedung Di Kota Sematang Tahun 2010
Tingkat keandalan Utilitas dianggap: 1. Andal. Bila bobot nilainya tidak kurang dari 99% atau >99% - 100% 2. Kurang Andal, bila bobot nilai diantara > 95% sampai < 99% 3. Tindak Andal, bila bobot nilai diantara < 95% Tingkat keandalan Aksesibilitas dianggap: 1. Andal. Bila bobot nilainya tidak kurang dari 95% atau >95% - 100% 2. Kurang Andal, bila bobot nilai diantara > 75% sampai < 95% 3. Tindak Andal, bila bobot nilai diantara < 75% Tingkat keandalan Tata Bangunan dan Lingkungan: 1. Andal. Bila bobot nilainya tidak kurang dari 95% atau >95% - 100% 2. Kurang Andal, bila bobot nilai diantara > 75% sampai < 95% 3. Tindak Andal, bila bobot nilai diantara < 75% Untuk menjamin keselamatan dan kenyamanan gedung secara keseluruhan, nilai keandalan Arsitektural, nilai keandalan struktural nilai keandalan aksesibilitas dan nilai keandalan tata bangunan dan lingkungan tidak boleh kurang dari 95%. Namun untuk nilai keandalan utilitas, khususnya keselamatan terhadap bahaya kebakaran, tidak boleh kurang dari 99%. Tabel 4-27 Penentuan nilai Keandalan Bangunan ASPEK KEANDALAN ARSITEKTUR STRUKTUR UTILITAS AKSESIBILITAS
NILAI DAN KATEGORI KEANDALAN KONDISI ANDAL KURANG ANDAL TIDAK ANDAL >95%-100% >75% - 95% < 75% >95%-100% >85% - 95% < 85% >99%-100% >95% - 99% < 95% >95%-100% >75% - 95% < 75%
CATATAN
4.5.3. Analisa Analisa dilakukan dalam beberapa tahap, yaitu tahap pembobotan masing-masing komponen dan sub komponen, tahap perhitungan terhadap kondisi yang diakibatkan adanya kerusakan (penurunan kondisi awal akibat kerusakan). Tahap penilaian keandalan lantai masing-masing bangunan bila bangunan lebih dari satu lantai. Penilaian per masing masing komponen diperoleh dari volume awal elemen yang ada dikurangi dengan elemen yang rusak (factor reduksi). Nilai keandalan masing-masing lantai dikalikan dengan bobot penilaian keandalan awal masing-masing komponen
Laporan Pendahuluan
4-81
Pemeriksaan Keandalan dan Kelaikan Bangunan Gedung Di Kota Sematang Tahun 2010
Tabel 4-28 Teknik pengisian analisa software Keandalan Bangunan
volume Lantai
(i) (1) 1 2 3 4 5 6 7 8
(2)
volume elemen yg rusak
Faktor reduksi rusak
(3)
(4)
Kategori Nilai Keandalan
Faktor Nilai Nilai reduksi KeandalanKeandalan posisi Tingkat Awal
(5)
(6)
(7)
(8)
A
KA
TA
(9)
(10)
(11)
Tahap selanjutnya adalah tahap penilaian kondisi keandalan bangunan saat ini. Setelah diperoleh kondisi keandalan saat ini, tahap berikutnya adalah melakukan penilaian atau pengelompokan berdasarkan kategori nilai keandalan, yaitu Andal, Kurang ndal dan Tidak andal. Setelah kondisi keandalan saat ini masing-masing sub komponen diperoleh kemudian dilakukan penilain total keandalan bangunan masing-masing komponen. Dari hasil akhir penilaian total keandalan bangunan akan diperoleh kondisi bangunan saat ini andal, kurang andal atau tidak andal. Tabel 4-29 Rekapitulasi total nilai Keandalan Bangunan Kategori Penilaian No
Aspek Yang dinilai
Andal
(1)
(2)
(3)
1 2 3 4 5
Arsitektur Struktur Rangka Beton dan Dinding Utilitas & Proteksi Kebakaran Aksesibilitas Tata Bangunan & Lingkungan Jumlah Total
95% - 100% 95% - 100% 100% 95% - 100% 95% - 100%
NK (%) (3)
Kurang Anda
NK (%) (4)
Tidak Andal
NK (%) (5)
100,00 100,00 100,00 100,00
75% - <95%
89,92 -
<75%
-
85% - <95% 95% - <100% 75% - <95% 75% - <95%
<85% <95% <75% <75%
Bobot ilai Keandala Penilaian Total (%) (%) (6) (7)
10 30 50 5 5 100
Jumlah Total nilai semua komponen diberi bobot 100%, sedangkan nilai masing-masing komponen dibagi berdasarkan tingkat urgensinya.
Laporan Pendahuluan
4-82
10,00 30,00 50,00 5,00 5,00 100,00
Pemeriksaan Keandalan dan Kelaikan Bangunan Gedung Di Kota Sematang Tahun 2010
4.6.
TAHAPAN KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Rekomendasi yang dihasilkan tergantung dari hasil pemeriksaan fisik bangunan
dan nilai keandalan bangunan gedung tersebut. Hasil dari rekomendasi tersebut dapat diajukan oleh tim pemeriksa yang bertujuan untuk mengembalikan kondisi kurang andal atau tidak andal menjadi bangunan yang berkondisi Andal. 1. Perumusan kesimpulan terhadap hasil pemeriksaan yang dapat menggambarkan secara umum bagaimana penyelenggaraan pembangunan dan kondisi bangunan negara/kantor pemerintah dan bangunan gedung untuk fungsi pelayanan umum pada kab/kota. 2. Membuat surat rekomendasi/surat pernyataan pemeriksaan keandalan bangunan terhadap masing-masing obyek bangunan gedung yang diperiksa dan disetujui oleh Kepala Dinas/Instansi Teknis Pembina Penyelenggaraan Bangunan Gedung. 3. Melakukan konsultasi dan pembahasan secara intensif dengan tim teknis, pakar, akademisi, dan instansi terkait, serta unsur Pemerintah Kota guna memperoleh masukan penyempurnaan rekomendasi.
4.7.
KELUARAN/OUPUT Keluaran akhir pekerjaan Pemeriksaan Keandalan Bangunan Gedung ini:
1. Laporan Laporan hasil pelaksanaan pemeriksaaan keandalan bangunan gedung, termasuk dokumentasi, meliputi: a. Foto-foto kegiatan pemeriksaan keandalan. b. Foto-foto
sebagian/seluruh
memerlukan
tindakan
bangunan
yang
diperlukan
gedung untuk
yang
terindikasi
memenuhi
aspek
keandalan. Misal: struktur bangunan gedung, sistem plumbing, air hujan, elektrikal, dll yang tidak andal. c.
Gambar/foto-foto lain yang diperlukan.
2. Rekomendasi Rekomendasi yang berisi penanganan lebih lanjut terhadap bangunan gedung yang telah
diperiksa dalam bentuk surat peryataan pemeriksaan
keandalan bangunan gedung yang dibuat oleh konsultan pemeriksa dan disetujui oleh
instansi
teknis
pembina
penyelenggara
bangunan
gedung
di
Kabupaten/Kota.
Laporan Pendahuluan
4-83