Gambar 4.11 Konfigurasi dasar Router PE-D2-JT-BRAS
4.4
Konfigurasi Traffic Engineering Setelah selesai membuat konfigurasi dasar, maka dapat dimulai penerapan traffic engineering pada jaringan MPLS. Hal ini harus melewati beberapa langkah yaitu, : 1. Konfigurasi OSPF 2. Konfigurasi BGP 3. Konfigurasi MPLS 4. Konfigurasi VPN 5.
Konfigurasi MPLS-Traffic Engineering.
95 4.4.1
Konfigurasi OSPF Pemilihan routing protocol ini disebabkan OSPF membagi-bagi jaringan
menjadi
beberapa
tingkatan
dan
menggunakan
sistem
pengelompokan area. Sehingga sistem penyebaran informasinya menjadi tersegmentasi. OSPF juga dengan cepat mendeteksi perubahan dan membuat routing kembali konvergen dalam waktu singkat dengan sedikit pertukaran data. Selain itu OSPF bersifat multivendor (dapat support ke vendor yang berbeda-beda) sehingga sesuai jaringan PT. Telkom, Tbk. yang terdiri router dengan vendor yang berbeda-beda. Dalam membuat routing protocol OSPF harus membentuk hubungan dahulu dengan router tetangganya untuk dapat saling berkomunikasi bertukar informasi routing dengan mengandalkan Hello packet. Namun uniknya cara kerja Hello packet pada OSPF berbeda-beda pada setiap jenis media. Ada beberapa jenis media yang dapat meneruskan informasi OSPF, masing-masing memiliki karakteristik sendiri, sehingga OSPF pun bekerja mengikuti karakteristik mereka. Secara garis besar, proses routing protokol OSPF ada 3 langkah. Berikut ini adalah langkah-langkahnya: 1. Setiap router mengenali seluruh tetangganya. 2. Router saling bertukar informasi. 3. Router saling menghitung jarak terpendek ke setiap tujuan dan Berikut ini adalah konfigurasi OSPF yang dibangun : Pada OSPF dilakukan
pemberian ID OSPF dan mengatur network
address pada tiap interface pada tiap router di dalam area yang sama .
96 1. Konfigurasi pada router PE-D2-SM2-GW
Gambar 4.12 Konfigurasi OSPF pada Router PE-D2-SM2-GW
2. Konfigurasi pada router C2-D2-SM2
Gambar 4.13 Konfigurasi OSPF pada Router C2-D2-SM2
3. Konfigurasi pada router C-D2-SM2
Gambar 4.14 Konfigurasi OSPF pada Router C-D2-SM2
97 4. Konfigurasi pada router PE-D2-JT-SS
Gambar 4.15 Konfigurasi OSPF pada router PE-D2-JT-SS
5. Konfigurasi pada router P3-D2-JT
Gambar 4.16 Konfigurasi OSPF pada router P3-D2-JT
98 6. Konfigurasi pada router PE2-D2-JT-BRAS
Gambar 4.17 Konfigurasi OSPF pada router PE-D2-JT-BRAS
4.4.2
Konfigurasi BGP Sebuah koleksi end-system routers yang di bawah kendali sebuah manajemen atau authority tunggal sering disebut dengan istilah autonomous system (AS). BGP memiliki kelebihan karena merupakan routing protocol jenis EGP sehingga memiliki kemampuan pertukaran rute dari dan keluar autonomous system organisasi atau kelompok tertentu. Sehingga rute-rute yang dimiliki oleh sebuah AS dapat juga dimiliki oleh AS lain yang berbeda kepentingan dan otoritas. Begitu juga dengan AS tersebut dapat memiliki rute-rute yang dipunyai oleh organisasi lain. Karena kelebihan inilah dipakai BGP juga sebagai routing protocol. Pada BGP dilakukan pemberian ID BGP dan membentuk relasi dengan BGP router lainnya. Konfigurasi BGP hanya diterapkan pada router PE-D2-JT-BRAS dan PE-D2-SM2-GW, karena kedua router
99 tersebut adalah penghubung antara AS yang berbeda. Setelah itu kedua router agar dapat berkomunikasi dengan router lainnya dalam AS yang sama, melakukan peer (suatu model komunikasi dua arah melalui jaringan komputer atau Internet tanpa melalui sebuah server) yang bersifat full mesh (tiap-tiap node jaringan memiliki koneksi fisik atau virtual yang menghubungkannya dengan semua node jaringan lainnya). 1. Konfigurasi pada router PE-D2-JT-BRAS
Gambar 4.18 Konfigurasi BGP pada router PE-D2-JT-BRAS
2. Konfigurasi pada router PE-D2-SM2-GW
Gambar 4.19 Konfigurasi BGP pada Router PE-D2-SM2-GW
4.4.3
Konfigurasi MPLS MPLS telah digunakan sebelumnya pada backbone network Telkom Speedy, PT.Telkom,Tbk. Asas kerjanya menggabungkan beberapa kelebihan dari sistem komunikasi circuit-switched dan packetswitched yang melahirkan teknologi yang lebih baik dari keduanya MPLS
100 menyederhanakan routing paket dan mengoptimalkan pemilihan jalur yang melalui core network. Pengaturan setting ldp (pemetaan tiap label masukan ke label keluaran packet pada tiap node) pada tiap interface: 1. Konfigurasi pada router PE-D2_SM2-GW
Gambar 4.20 Konfigurasi MPLS pada Router PE-D2-SM2-GW 2. Konfigurasi pada router C2-D2-SM2
Gambar 4.21 Konfigurasi MPLS pada Router C2-D2-SM2 3. Konfigurasi pada C-D2-SM2
Gambar 4.22 Konfigurasi MPLS pada Router C-D2-SM2
101 4. Konfigurasi pada router PE-D2-JT-SS
Gambar 4.23 Konfigurasi MPLS pada Router PE-D2-JT-SS
5. Konfigurasi pada router P3-D2-JT
Gambar 4.24 Konfigurasi MPLS P3-D2-JT
6. Konfigurasi pada router PE-D2-JT-BRAS
Gambar 4.25 Konfigurasi MPLS PE-D2-JT-BRAS
102 4.4.4
Konfigurasi VPN .
Salah satu feature MPLS adalah kemampuan membentuk tunnel
atau virtual circuit yang melintasi jaringannya. Kemampuan ini membuat MPLS berfungsi sebagai platform alami untuk membangun virtual private network (VPN). VPN pada MPLS lebih mirip dengan virtual circuit dari FR atau ATM, yang dibangun dengan membentuk isolasi trafik. Berikut ini adalah konfigurasi VPN yang dibuat. 1. Konfigurasi pada Router PE-D2-SM2-GW
Gambar 4.26 Konfigurasi VPN pada Router PE-D2-SM2-GW 2. Konfigurasi pada Router PE-D2-JT2-BRAS
Gambar 4.27 Konfigurasi VPN pada Router PE-D2-JT2-BRAS
103 4.4.5
Konfigurasi Traffic Engineering Proses pemilihan saluran data traffic digunakan untuk menyeimbangkan beban trafik pada berbagai jalur dan titik dalam network. Tujuan akhirnya adalah memungkinkan operasional network yang cepat dan efisien, sekaligus mengoptimalkan penggunaan router device dan performansi trafik. Berikut ini konfigurasi Traffic Engineering yang dilakukan.
Gambar 4.28 Konfigurasi MPLS Traffic-Engineering pada Router PE-D2-SM2-GW
104
Gambar 4.29 Konfigurasi Traffic-Engineering pada Router PE-D2-JT
Sesudah diterapkan MPLS-Traffic Engineering jalur komunikasi data berubah, karena jalur alternatif sudah dapat digunakan untuk mengurangi beban trafik pada jalur utama. Jalur komunikasi data dapat dilihat pada gambar 4.30.
105
Gambar 4.30 Jalur Komunikasi Data Backbone Telkom Speedy Pasca MPLS-TE Pada gambar diatas ini pertukaran data atau informasi yang terjadi antar router melewati interface tunnel yang dibangun pada masing-masing router tersebut. Tabel 4.2 Tabel LSP Sesudah TE Source node
Destination Node
Network Address
PE-D2-SM2
C2-D2-SM2
118.98.0.124/30
C2-D2-SM2
C - D2-SM2
61.5.118.208/30
C – D2-SM2
PE-D2-JT-SS
11.94.30.92/30
PE-D2-JT-SS
P3-D2-JT
61.5.119.72/30
P3-D2-JT
PE-D2-JT-BRAS
61.5.119.68/30
Untuk melihat verifikasi atas berjalannya simulasi dan emulasi yang dilakukan, berjalan.
dilampirkan hasil verifikasi sesuai routing protocol yang
106 4.5
Evaluasi 4.5.1
Evaluasi Berdasarkan Nilai Utilisasi Pengambilan nilai utilisasi pada tiap routing path sebagai bahan evaluasi. Ditampilkan dalam jangka waktu 10 hari pasca diterapkannya MPLS-TE (20 Mei), (21 mei 2009 – 30 mei 2009) sehingga dapat menggambarkan perubahan nilai utilisasi sebelum dan sesudah penerapan MPLS-TE. Selain itu juga dijumlahkan utilisasi selama 10 hari paska penerapan MPLS-TE .
Gambar 4.31 Nilai utilisasi incoming dan outgoing untuk router path C-D2-SM2 TRUNK_P-D2-JT pasca MPLS-TE
107 Nilai utilisasi rata-rata router path ini pasca MPLS-TE: Incoming
:
25,3 %
Outgoing
:
13,4 %
Gambar 4.32 Nilai utilisasi incoming dan outgoing untuk routing
path
PE-D2-JT-BRAS-TRUNK_P-D2-JT
MPLS-TE Nilai utilisasi rata-rata router path ini : Incoming