PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS PASKA OPERASI FRAKTUR TIBIA-FIBULA 1/3 DISTAL SINISTRA DENGAN EXTERNAL FIXATOR UNILATERAL FRAME DI RUMAH SAKIT ORTHOPEDI PROF.DR SOEHARSO SURAKARTA
PUBLIKASI ILMIAH Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Diploma III pada Jurusan Fisioterapi
Oleh : ULFA NOVIYANA J100 130 056
PROGRAM STUDI FISIOTERAPI FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2016
HALAMAN PERSETUJUAN
PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS PASKA OPERASI FRAKTUR TIBIA-FIBULA 1/3 DISTAL SINISTRA DENGAN EXTERNAL FIXATOR UNILATERAL FRAME DI RUMAH SAKIT ORTHOPEDI PROF.DR SOEHARSO SURAKARTA
PUBLIKASI ILMIAH
Oleh :
ULFA NOVIYANA J100130068
Telah diperiksa dan disetujui untuk diajukan oleh :
Dosen Pembimbing
Wahyuni, S.Fis., M.Kes
i
HALAMAN PENGESAHAN
PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS PASKA OPERASI FRAKTUR TIBIA-FIBULA 1/3 DISTAL SINISTRA DENGAN EXTERNAL FIXATOR UNILATERAL FRAME DI RUMAH SAKIT ORTHOPEDI PROF.DR SOEHARSO SURAKARTA
OLEH ULFA NOVIYANA J1001300056
Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta Pada hari Selasa, 29 Juni 2016 Dan dinyatakan telah memenuhi syarat Dewan Penguji : 1. Wahyuni, S.Fis., M.Kes
(
)
(
)
(
)
(Ketua Dewan Penguji) 2. Isnaini Herawati, S.Fis., S.Pd., M.Kes (Anggota I Dewan Penguji) 3. Arif Pristianto, SST. FT.,M.Fis (Anggota II Dewan Penguji)
Dekan
Dr. Suwaji, M.Kes NIK 195311231983031002
ii
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam naskah publikasi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar Diploma III di suatu Perguruan Tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka. Apabila ternyata kelak dikemudian hari terbukti ada ketidakbenaran dalam pernyataan saya di atas, maka saya bertanggung jawab sepenuhnya dan bersedia menerima sanksi yang diberikan.
Surakarta, 29 Juni 2016 Yang menyatakan,
Ulfa Noviyana J100130056
iii
PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS PASKA OPERASI FRAKTUR TIBIA-FIBULA 1/3 DISTAL SINISTRA DENGAN EKSTERNAL FIXATOR UNILATERAL FRAME DI RUMAH SAKIT ORTHOPEDI PROF.DR SOEHARSO SURAKARTA (Ulfa Noviyana, 2016, 13 halaman) Abstrak Post OREF fraktur cruris 1/3 distal sinistra adalah suatu jenis operasi untuk pemasangan eksternal fixasi yang dilakukan pada tulang tibia dan fibula sepertiga bagian distal sebelah kiri. Tujuan dari karya tulis ini yaitu ntuk mengetahui adanya pengaruh terapi latihan terhadap penurunan nyeri, penurunan odema, meningkatkan lingkup gerak sendi dan meningkatkan aktivitas fungsional berjalan pada kondisi post fraktur tibia-fibula 1/3 distal sinistra dengan ekstenal fiksator unilareral frame. Setelah dilakukan terapi sebanyak 4 kali didapat hasil penurunan pada nyeri diam T 0: 4,3cm menjadi T4: 1,1cm ,nyeri tekan T0: 6,2cm menjadi T4: 5cm dan nyeri gerak T0:6,4cmmenjadi T4: 4,2cm. Pengurangan oedem dengan selisih pada condylus T 0: 1,6cm menjadi T4: 0,7cm, condylus 5cm ke distal T0: 2,5cm menjadi T4: 1,5cm, Condylus10cm ke distal T0: 2,5cm menjadi T4: 1,7cm, Condylus 5 cm ke proksimal T0= 0,4cm menjadi T4: 0,2cm, condylus 10cm ke Proksimal T 0= 0,7cm menjadi T4: 0,4cm, maleolus medialis: T0= 1,7cm menjadi T4: 1cm. Peningkatan LGS aktif knee T0: S= 0-0-50menjadi T4: S= 0-0-95, LGS pasif knee T0:S= 0-0-60 menjadi T4:S= 0-0135, LGS aktif ankle T0: S= S= 0-0-5menjadi T 4:S= 0-0-35, LGS pasif ankle T0: S= S= 0-05menjadi T4:S= 0-0-45. Penurunan tingkat ketergantungan dari T 0: 35 menjadi T4:29. Terapi latihan dapat mengurangi nyeri, mengurangi odema, meningkatkan LGS dan meningkatkan aktivitas fungsional knee pada post operasi fraktur cruris 1/3 distal dengan eksternal fiksator. Kata Kunci: Fraktur cruris,open reduction external fixator (OREF), terapi latihan.
THERAPY MANAGEMENT TRAINING PASCAOPERATION FRACTURE TIBIA-FIBULLA 1/3 DISTAL SINISTRA WITH EKSTERNAL FIXATOR UNILATERAL FRAME IN ORTHOPEDI PROF.DR SOEHARSO HOSPITAL SURAKARTA (Ulfa Noviyana, 2016, 13 pages) Abstract Post OREF fraktur cruris 1/3 distal sinistra is kind of surgery to of moutingan external fixasi conducted on the tibia one-third distal part distal next to the left. To know the influence of therapy exercise against a decrease in the pain, the declines odema, increase range of motion and increasing the activity of the funcional walked on the post fraktur tibia-fibula one-third distal sinistra with eksternal fixator unilateral frame. After therapy for about four times the obtained result of the assesment of motion pain T0: 4,3cm to T4: 1,1cm, pressure pain T0: 6,2cm to T4: 5cm and motion pain T0:6,4cm to T4: 4,2cm. Reduce odema with the difference condylus T 0: 1,6cm to T4: 0,7cm, distal ofcondylus 5cm T0: 2,5cm to T4: 1,5cm, distal of condylus 10cm T 0: 2,5cm to T4: 1,7cm, proksimal of condylus 5 cm T 0= 0,4cm to T4: 0,2cm, proksimal of condylus 10cm T0= 0,7cm to T4: 0,4cm, maleolus medialis: T0= 1,7cm to T4: 1cm. Increase active range of motion knee joint T0: S= 0-0-50 to T4: S= 0-0-95, passive range of motion knee joint T 0:S= 0-0-60 to T4:S= 0-0-135, active range of motion ankle joint T0: S= S= 0-0-5 to T4:S= 0-0-35, passive range of motion ankle joint T 0: S= S= 0-0-5to T4:S= 0-0-45. Therapy exercise can reduce pain, reduce odema, improve range of motion and increasing the activity of the functional knee surgery on the post fraktur cruris one-third distal with fixator extenal. Key Words: Fraktur cruris, open reduction external fixator (OREF), therapy exercise.
1
1. PENDAHULUAN Angka kacelakaan lalu lintas banyak dijumpai pada beberapa negara dan menjadi salah satu penyebab kecacatan baik kecacatan menetap maupun kecacatan sementara (WHO, 2007 dalam Malau, 2014). Di Indonesia kecelakaan lalu lintas meningkat dari tahun ketahun. Pada tahun 2011 korban meninggal akibat kecelakaan lalu lintas di Indonesia sebanyak 32.657 jiwa sedangkan pada tahun 2012 sebanyak 25.157 jiwa. Data WHO menunjukan bahwa setiap tahunnya kecelakaan lalu lintas telah mengakibatkan 1.24 juta jiwa meninggal dunia serta 50 juta jiwa mengalami fraktur, lainnya menderita luka berat dan cacat tetap, dimana kejadian fraktur atau patah tulang menjadi akibat terbanyak dari kasus kecelakaan lalu lintas (Malau, 2014). Menurut data Polri (2015) penyebab kecelakaan lalulintas terbesar yaitu pengendara tidak disiplin. Allah SWT memerintahkan kita untuk menaati peraturan dan disiplin terhadap peraturan. Akibat dari kecelakaan lalulintas bermacam-macam, hingga dapat menyebabkan fraktur. Fraktur merupakan suatu istilah dari hilangnya kontinuitas tulang, tulang rawan, baik yang bersifat sebagian maupun keseluruhan (Helmi, 2011). Hal ini bisa disebabkan karena: trauma tunggal, trauma yang berulang-ulang, kelemahan pada tulang atau keadaan patologi (Apley & Solomon, 2010). Pananganan fraktur dapat dilakukan dengan cara konservatif dan operatif. Penanganan operatif fraktur ada dua macam yaitu; open reduction internal fixator (ORIF) dan open reduction external fixator (OREF). Pada fraktur cruris bisa dilakukan pemasangan OREF maupun ORIF. Pemasangan dengan OREF
memberikan dukungan stabil untuk fraktur
komunitif. Pada fraktur dapat terjadi komplikasi-komplikasi tertentu, seperti odema pada pergelangan kaki dan tungkai bawah terjadi karena suatu reaksi radang atau respon tubuh terhadap cidera jaringan, adanya nyeri gerak pada tungkai bawah akibat luka sayatan operasi yang menyebabkan ujung-ujung saraf sensoris teriritasi dan karena adanya oedema pada daerah sekitar fraktur, maka terjadi penurunan luas gerak sendi. Fisioterapis berperan dalam memelihara, memperbaiki dan mengembalikan kemampuan fungsional
2
penderita seperti semula.Tingkat gangguan akibat terjadinya fraktur dapat digolongkan kedalam berbagai tingkat dari impairment yang dirasakan misalnya adanya nyeri, penurunan kekuatan otot dan bengkak yang menyebabkan keterbatasan range of motion (ROM). Dampak selanjutnya functional limitation serta participation restriction. Adapun peran fisioterapi adalah untuk mengurangi gangguan yang muncul akibai OREF dalam penanganan kondisi paska fraktur cruris 1/3 distal sinistra. Setelah dilakukan OREF akan muncul permasalahan seperti oedema, nyeri, penurunan kekuatan otot dan keterbatasan lingkup gerak sendi. Untuk mengatasi hal tersebut banyak modalitas fisioterapi yang dapat digunakan antara lain: terap ilatihan. Menurut Heppenfeld (2011) sasaran terapi fraktur tungkai adalah menyembuhkan fraktur sehingga fungsi mekanis tulang, kemampuannya untuk menanggung berat badan tubuh dan memungkinkan mempertahankan gerakan sendi. Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka penulis akan membahas mengenai penatalaksanaan fisioterapi pada kasus paska operasi fraktur tibia fibula 1/3 distal sinistra dengan external fixator unilateral frame di rumah sakit orthopedi prof.dr Soeharso Surakarta
2. METODE Pengkajian fisioterapi yang dilakukan dimulai dari anamnesis yang terdiri dari: anamnesis umum dan anamnesis khusus (keluhan utama, riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit dahulu, riwayat penyakit penyerta, riwayat pribadi
dan keluarga, dan anamnesis sistem). Setelah itu dilanjutkan
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan spesifik. pemeriksaan fisik terdiri dari; pemeriksaan gerak, palpasi, inspeksi, vital sign, pemeriksaan kognitif, interpersonal dan intrapersonal, dan pemeriksan kemampuan fungsional dan lingkungan aktivitas. Pemeriksaan spesifik berupa pemeriksaan nyeri, pemeriksaan kekuatan otot, pemeriksaan anthropometri, pengukuran ROM. Anamnasis dan pemeriksaan dilakukan mengetahui problematika pasien, dari problematika pasien dapat ditetapkan diagnosa pasien dan dilakukan tindakan fisioterapi kepada pasien. Tindakan fisioterapi yang diberikan kepada pasien
3
berupa Terapi Latihan yang terdiri dari: (1) Latihan gerak pasif (passive movement): (gerak pasif (passive movement) dan gerak pasif dengan tekanan (forced passive movement), (2) Latihan gerak aktif (active movement): latihan gerak aktif dengan bantuan (assisted active movement) dan latihan gerak aktif tanpa bantuan (free
active movement) hold relax, dan (3) Berjalan
menggunakan crutch.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil Pasien dengan diagnosa paska operasi fraktur tibia fibula 1/3 distal sinistra dengan external fixator unilateral frame, dengan umur 14 tahun setelah dilakukan tindakan fisioterapi sebanyak empat kali terapi dengan modalitas terapi latihan diperoleh perkembangan sebagai berikut. 3.1.1 Penurunan nyeri yang diukur dengan menggunakan VAS 7 6
Nilai nyeri
5 4
Nyeri Tekan
3
Nyeri diam Nyeri Gerak
2 1 0 T0
T1
T2
T3
T4
Grafik 3.1. Nyeri dengan Skala VAS
4
3.1.2 Pengurangan odema pada tungkai sinistra 3
Condylus
2.5
Condylus ke distal 5 cm
2
Condilus ke Distal 10 cm
1.5
Condylus ke Proksimal 5 cm
1
Condilus ke Porksimal 10 cm
0.5
Maleolus Medialis
0 T0
T1
T2
T3
T4
Grafik 3.2. Odema tungkai bawah dengan anthropometri. 3.1.3 Penambahan ROM flexi extensi knee dan flexi extensi ankle Tabel 3.1 Evaluasi range of motion T4
Sendi
T0
Aktif knee
S= 0-0-50
S = 0- 0- 95
Aktif ankle
S= 0-0-5
S = 0- 0- 35
Pasif knee
S= 0-0-60
S = 0- 0- 135
Pasif ankle
S= 0-0-5
S = 0- 0- 45
3.1.4 Pengukuran kekuatan otot tungkai bawah sinistra 3.5 3 2.5
Dorsi fleksi ankle
2
Plantar fleksi ankle
1.5
Ekstensi knee
1
Fleksi knee
0.5 0 T0
T1
T2
T3
T4
Grafik 3.3. MMT otot tungkai
5
3.1.5 Penilaian indeks fungsional dengan mengunakan 6
Nyeri 5
Berdiri
4
Toleransi jalan
3
Tangga Pembengkakan
2
kerja 1
Mengemudi
0 T0
T1
T2
T3
T4
Tidur
Grafik 3.4. Kemampuan fungsional dengan foot ankle disability index 3.2 Pembahasan 3.2.1 Nyeri Setelah dilakukan terapi sebanyak empat kali, terdapat penurunan nyeri. Menurut Kisner & Colby (2007) nyeri merupakan adanya
kerusakan
jaringan,
dimana
jaringan
yang
rusak
mengeluarkan zat kimia seperti brakidin, serotin, histamine sebagai reaksi dari kerusakan jaringan, zat tersebut akan merangsang nocicepik yang akan menamba nyeri pada daerah tersebut. Dengan latihan kontraksi statis maka dapat meningkatkan aliran darah pada area tersebut sehingga produk-produk penghasil nyeri dapat diangkut oleh pembuluh darah balik dan nyeri berkurang, untuk mengurangi nyeri dapat dilakukan terapi active movement, pada prinsipnya memanfaatkan sifat vena yang dipengaruhi oleh pumping action otot tungkai. 3.2.2 Odema Pada kasus ini terapi latihan yang digunakan untuk mengurangi odema yaitu: static contraction, active movement, dan elevasi. Pada prinsipnya pengurangan nyeri menggunakan active movement yaitu dengan memanfaatkan sifat vena yang dipengaruhi
6
oleh kontraksi statik otot sehingga dengan kontraksi otot yang kuat akan menekan vena dan cairan inflamasi dibawa menuju proksimal dan ikut dalam peredaran darah sehingga odema berkurang (Thomas, 2011). 3.2.3 Peningkatan ROM Peningkatan ROM dapat terjadi seiring dengan menurunnya nyeri serta odema, maka pasien lebih mudah untuk menggerakan sendi yang semula terbatas karena nyeri dan odema. Terapi latihan yang di gunakan untuk meningkatkan gerak sendi yaitu: active movement, passive movement, dan hold relax. Hold relax dapat meningkatkan juga dapat meningkatkan ROM. Hold relax yang diterapkan yaitu pada quadriceps, karena posisi immobilisasi yang cenderung ekstensi sehingga kemungkinan terjadi spasme otot quadriceps akan cukup besar. Sehingga hold relax diharapkan spasme otot quadriceps dapat berkurang dan ROM dapat bertambah (Kisner & Colby, 2007).
Latihan passive movement dan active
movement yang dilakukan sedini mungkin dapat mencegah perlengketan
jaringan,
menjaga
elastisitas
otot,
menjaga
konyraktilitas otot serta mencegah pementukan inflamasi dalam rongga persendian (Kisner & Colby, 2007). 3.2.4 Peningkatan Kekuatan Otot Akibat rasa nyeri padat membatasi gerakan, sehingga ROM akan terbatas yang dapat mempengaruhi kekuatan otot. Sehingga dapat menurunkan kekuatan otot. Kontraksi otot tergantung pada motor point-nya.
Apabila
yang diberikan pada
otot
yang
berkontraksi, otot akan beradaptasi dan memaksa otot bekerja sehingga bergerak melawan gerakan tersebut dan secara tidak langsung kekuatan otot akan meningkat. Hal ini juga didukung dengan nyeri yang sudah berkurang, maka kerja otot untuk berkontraksi semakin kuat (Kisner & Colby 2007). Setelah dilakukan latihan gerak aktif, pasif, dan hold relax ada peningkatan kekuatan
7
otot. Jika suatu tahanan diberikan pada otot yang berkontraksi maka otot tersebut akan beradaptasi dan lebih menjadi kuat (Kisner & Colby, 2007). 3.2.5 Kemampuan Fungsional Kisaran gerak fungsional adalah luas kisaran gerak yang diperlukan pada sendi tertentu untuk melakukan aktivitas sehari-hari. Peningkatan kemampuan fungsional dipengaruhi oleh berkurangnya nyeri, motivasi pasien, dorongan dari keluarga dan terapis, serta lingkungan di rumah sakit tersebut yang mendukung kesembuhan pasien. Fungsi utama dari ekstermitas bawah adalah ambulasi (berjalan).
4. PENUTUP 4.1 Simpulan Fraktur cruris 1/3 distal sinistra yaitu adanya perpatahan tulang tibia dan fibula bagian bawah pada tungkai kiri. Pada kasus ini dilakukan tindakan operasi dengan pemasangan open reduction external fixator unilateral frame. Terapi latihan yang diberikan kepada pasien berdasarkan pada landasan teori dan sumber yang mendukung kesembuhan pasien. Setelah dilakukan tindakan. Fisioterapi berupa terapi latihan sebanyak empat kali terapi maka didapatkan hasil berupa; (1) Penurunan nyeri, (2) Menurunan odema, (3) Peningkatan kekuatan otot, dan (4) Peningkatan kemampuan fungsional.
4.2 Saran Pada kasus paska fraktur cruris 1/3 distal sinistra telah dilakukan terapi sebanyak empat kali namun hasil yang didapatkan belum maksimal, maka disarankan kepada pasien dan keluarga pasien untuk tetap melanjutkan perawatan pengobatan dan fisioterapi di rumah atau di Rumah Sakit guna memperoleh penyembuhan yang optimal yakni dimana pasien mampu melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri. Pasien belum
8
diperkenankan untuk weight bearing hingga pada fraktur mulai terbentuk aktivitas osteobalstic, setelah konsultasi dengan dokter orthopedi. Untuk mendapatkan kepercayaan dari pasien terhadap prifesi fisioterapi, maka diharapkan fisioterapi memiliki pengetahuan yang memadai disamping kesungguhan dalam memberikan pelayanan dan motivasi bagi pasien. Diharapkan kepada masyarakat untuk dapat berpartisipasi apabila menemukan pasien dengan kondisi patah tilang agar segera dibawa ke instalasi medis terdekat untuk mendapat penanganan yang tepat. Penulis berharap semoga penyajian penulis ini dapat bermanfaat dalam memberikan pelayanan fisioterapi pada kasus paska cruris 1/3 distal
dengan pemberian terapi latihan. Penulis menyadari
bahwa karya tulis ilmiah ini mempunyai kekurangan-kekurangan dan perlu disempurnakan, oleh karena itu saran dan kritik yang bersifat membangun senantiasa penulis.
Daftar Pustaka 1. 2. 3. 4. 5.
6. 7.
Apley, AG & Solomon. 2010. Apley’s of Orthopedic and Fractures. United Kingdom: Hodder Arnold. Helmi, ZN. 2011. Buku Ajar Gangguan Muskuloskeletal. Banjarmasin: Salemba Medika. Hoppenfeld, S & Murthy, VL. 2011. Terapi & Rehabilitasi Fraktur. Jakarta : Buku Kedokteran EGC. Kisner, C & Colby, LA. 2007. Therapeutic Exercise Fuondation and Technique. Fifth Edition, F. A Davis Company, Philadelpia. Polri. 2015. Data Analisa dan Evaluasi Tingkat Kecelakaan Selama Operasi Zebra 2015. Diakses tanggal 21 Januari 2016. http://lantas.polri.go.id:81/wps/portal/!ut/p/c4/04_SB8K8xLLM9MSSzPy8x Bz9CP0os3gXEwNPVzcPIwN3ZzdHA8dAX1NX46BQQwtXM_2CbdFAP3 S7yQ!/?WCM_GLOBAL_CONTEXT=/wps/wcm/connect/testnewthemes/ko rlantas/sa.berita/dataanalisadanevaluasitingkatkecelakaanselamaoperasizebra2 015. Thomas, AM. 2011. Terapi & Rehabilitasi Fraktur. Jakarta: Buku Kedokteran EGC. Malau. 2014. Jumlah Korban Tewas Akibat Kecelakaan Lalu Lintas Tahun 2013 menurun. Diakses tanggal 21 Januari 2016. http://www.tribunnews.com/nasional/2014/01/26/jumlah-korban-tewasakibat-kecelakaan-lalu-lintas-tahun-2013-menurun.
9