SKRIPSI PROBLEM DAN STRATEGI PENANGGULANGAN KENAKALAN SISWA DI MTS MUHAMMADIYAH CEKELAN KAUMAN KEMUSU BOYOLALI TAHUN 2013/2014
Disusun guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Agama Islam (S. Pd.I.)
Oleh: ACHMAD SUROJI NIM : 121 09 001
JURUSAN TARBIYAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA 2014
1
2
3
4
5
MOTTO
“Janganlah menilai orang dari kepandaiannya, cukup nilailah dari kebaikannya”
6
PERSEMBAHAN
Skripsi ini penulis persembahkan untuk: 1. Alloh SWT yang telah menjadikan alam semesta ini menjadi indah dan bermakna. 2. Bapakku (Sukarwan) & Ibuku (Sriatun) tercinta yang telah memberikan segalanya bagi saya. Baik dari segi moril maupun materiel. 3. Dosen pembimbing saya Ibu Muna yang selalu membimbing saya untuk membentuk skripsi ini. 4. Adikku tersayang ( Wahyu Puji Utami dan Tri Yuliyanti Sauna) yang selalu mensuport saya, ke empat simbah saya (Markiman-Karsiyem dan KurdiWahyuni) yang selalu memberi motivasi dan inspirasi, kepada Paklek dan Bulek, anaknya paklik bulek yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu. 5. Seluruh anggota dan Pengurus HMI Cabang Salatiga, jazakumullah khoiron katsir telah menghadirkan semangat dan menjadi bagian sarana tarbiyah. 6. Seluruh Mahasiswa STAIN Salatiga terutama PAI tahun 2009 dan lebih terutama lagi mantan-mantan, Wipp, Utomo, Taufiq, Moh, Kopet, Anwar (juragan), Lia, Nandya, dan semua teman yang telah mensuport hidupku, Selain itu Pak Peno dan Bu Peno yang menjadi tempat saya singgah saat lapar. 7. Semua pihak yang telah membantu terselesainya skripsi ini.
7
KATA PENGANTAR
Segala puji hanya bagi Allah swt yang memuliakan kita dengan risalah mulia Dinul Haq, sebuah risalah yang memberikan jaminan kemuliaan bagi siapa saja yang mengamalkannya secara kaffah. Sholawat & salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad saw sang pembawa risalah yang mulia ini, sahabat dan orang-orang yang tetap istiqomah menegakkan agama ini. Skripsi ini disusun guna memenuhi persyaratan untuk memperoleh gelar kesarjanaan dalam ilmu Tarbiyah STAIN Salatiga. Dengan terselesaikannya skripsi ini tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada: 1. Bapak Dr. Imam Sutomo, M.Ag. selaku Ketua STAIN Salatiga yang telah banyak berjasa dan berkenan memberikan persetujuan/pengesahan terhadap skripsi ini. 2. Ibu Dra. Siti Asdiqoh, M. Si. selaku Ketua Program Studi PAI yang telah memberikan banyak bimbingan serta motivasi dalam pengambilan judul skripsi ini. 3. Ibu Muna Erawati, M.Si. sebagai dosen pembimbing yang dengan ikhlas mencurahkan pikiran dan tenaganya serta telah berkenan meluangkan waktunya dalam upaya membimbing penulis untuk menyelesaikan tugas ini. 4. Bapak dan Ibu Dosen serta karyawan perpustakaan dan bagian administrasi yang telah banyak membimbing dan membantu dalam penyelesaian skripsi.
8
5. Bapak, kakak, adik, dan seluruh keluargaku di rumah yang telah mendo‟akan dan membantu dalam bentuk materi untuk membiayai penulis dalam menyelesaikan studi di STAIN Salatiga dengan penuh kasih sayang dan kesabaran. 6. Bapak kepala MTs Muhammadiyah Cekelan beserta jajarannya yang telah membantu terselesainya skripsi ini. 7. Siswa MTs Muhammadiyah Cekelan yang sukarela menjadi tujuan saya. 8. Seluruh mahasiswa angkatan 2009 STAIN Salatiga Harapan penulis, semoga amal baik yang telah diberikan mendapatkan balasan kebaikan yang berlipat ganda di sisi Allah SWT dan semoga Allah meridhoi persaudaraan ini. Akhirnya dengan tulisan ini semoga dapat bermanfaat bagi pembaca dalam menambah khasanah keilmuannya serta dapat mengambil hikmahnya dalam kehidupan sehari-hari. Salatiga, 14 Maret 2014 Penulis
ACHMAD SUROJI
9
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ....................................................................................i PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................................ ii PENGESAHAN KELULUSAN ................................................................iii PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ................................................ iv MOTTO ........................................................................................................v PERSEMBAHAN .......................................................................................vi KATA PENGANTAR ...............................................................................vii ABSTRAK ...................................................................................................ix DAFTAR ISI ................................................................................................x DAFTAR TABEL ................................................................................... xii DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................... xiii BAB I PENDAHULUAN A. B. C. D. E.
Latar Belakang Masalah.............................................................................1 Rumusan Msalah…....................................................................................6 Tujuan Penelitian .......................................................................................6 Manfaat Penelitian .....................................................................................6 Metode Penelitian ......................................................................................7 1. Pendekatan dan Jenis Penelitian .........................................................7 2. Lokasi dan Waktu Penelitian ..............................................................9 3. Sumber Data Penelitian........................................................................9 4. Tehnik Pengumpulan data................................................................ 10 5. Analisis Data penelitian......................................................................12 6. Pengecekan Keabsahan Data..............................................................13 7. Tahap-tahap Penelitian………………………………………………15 F. Sistematika Penulisan Skripsi ....................................................................17
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Karagteristik Siswa……………………………….. .................................20 1. Dari Aspek Perilaku Sosial, Moralitas dan Religius…………….…..22 2. Dari Aspek Afektif, Kognitif dan Kepribadian……………………..22 B. Perilaku Kenakalan Siswa………………………………………………..23 1. Pengertian Kenakalan………………………………………………..23 2. Jenis-jenis Kenakalan ……………………………………………….27 C. Faktor-faktor yang Menyebabkan Kenakalan…………………………...32 1. Faktor Intern…………………..……………………………………….32 2. Faktor Ekstern……………………...………………………………..32 a. Lingkungan Keluarga…………………………………………...35 b. Lingkungan Sekolah…………………………………………….36 c. Lingkungan Masyarakat………………………………………...37 D. Akibat dari Kenakalan…………………………………………………..38 1. Perasaan……………………………………………………………..38 2. Kecerdasan………………………………………………………….39 3. Kesehatan Badan……………………………………………………40 E. Usaha-usaha Penanggulangan Kenakalan……………………………….41 1. Usaha Preventif……………………………………………………..41 2. Usaha Represif……………………………………………………...48
10
3. Usaha Kuratif…………………………………………………...…51
BAB III PAPARAN DATA HASIL PENELITIAN A. Gambaran umum lingkungan sekolah……………………………80 B. Keadaan lingkungan sekolah….………………………………….89 C. Profil siswa………………………………………………………..90 D. Bentuk-bentuk kenakalan………………………………………...91 E. Faktor-faktor yang menyebabkan kenakalan……………………96 F. Upaya penanggulangan kenakalan……………………………….99 1. Upaya yang dilakukan…………………………………….…..99 2. Strategi sekolah dalam penanggulangan…………………….104 3. Progam bimbingan dan penyuluhan…………………………106 4. Kendala dalam penanggulangan kenakalan…………………107 BAB IV ANALISIS DATA A. Bentuk-bentuk kenakalan yang dilakukan siswa....................................109 B. Faktor-faktor yang menyebabkan kenakalan siswa……………………117 C. Upaya penanggulangan kenakalan siswa………………………………120
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan.............................................................................................128 B. Saran-saran ............................................................................................130
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN
ABSTRAK Suroji, Achmad. 2013. Problem dan Strategi Penanggulangan Kenakalan Siswa (Studi di MTs Muhammadiyah Cekelan Kauman Kemusu Boyolali). Jurusan Tarbiyah. Program Studi Pendidikan Agama Islam. Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga. Dosen Pembimbing Muna Erawati, M.Si. Kata kunci: Bentuk-bentuk kenakalan, Faktor-faktor penyebab kenakalan, Strategi penaggulangan kenakalan siswa MTs. Penelitian ini membahas tentang problem dan strategi penanggulangan kenakalan siswa di MTs Muhammadiyah Cekelan di Desa Kauman Kecamatan Kemusu Kabupaten Boyolali. Rumusan masalah yang dikaji dalam penelitian ini adalah apa saja bentuk kenakalan yang dilakukan siswa, faktor apa saja yang menyebabkan kenakalan siswa, dan bagaimana strategi penanggulangan kenakalan siswa di MTs Muhamadiyah Cekelan Desa Kauman Kecamatan Kemusu Kabupaten Boyolali. Rumusan tersebut bertujuan untuk mengetahui bentuk kenakalan, faktor apa saja penyebab terjadinya kenakalan, dan strategi penanggulangan kenakalan siswa di MTs Muhammadiyah Cekelan. Kehadiran peneliti di lapangan sangat penting mengingat skripsi ini adalah kualitatif. Peneliti bertindak langsung sebagai instrumen langsung dan sebagai pengumpul data dari hasil observasi yang mendalam serta terlibat aktif dalam
11
penelitian. Data yang berbentuk kata-kata diambil dari para informan atau responden pada waktu mereka diwawancarai. Dengan kata lain data-data tersebut berupa keterangan dari para informan, sedangkan data tambahan berupa dokumen. Keseluruhan data tersebut selain diperoleh dari wawancara, juga didapatkan dari observasi dan dokumentasi. Analisa data dilakukan dengan cara menelaah data yang ada, lalu mengadakan reduksi data, penyajian data, menarik kesimpulan dan tahap akhir dari analisa data ini adalah mengadakan keabsahan data dengan menggunakan member check berdiskusi triangulasi. Hasil penelitian sebagai berikut: Hasil penelitian ini menunjukakan bahwa kenakalan siswa di lingkungan sekolah masih sering dijumpai baik dalam katagori bentuk kenakalan ringan sampai yang berat. Penyebab terjadinya perilaku nakal sangat komplek, baik itu dari dalam diri siswa (intern) maupun dari luar diri siswa (ekstern). Penanggulangan terhadap perilaku nakal bisa ditekan dengan adanya upaya tindakan preventif, refresif maupun kuratif. Adanya koordinasi yang baik antara kepala sekolah dengan guru BK, guru agama dan lingkungan sekitar serta mayoritas responden menujukkan arah positif terhadap upaya penanggulangan yang dilakukannya.
12
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Banyaknya masalah yang dihadapi oleh dunia pendidikan yang menimbulkan banyak ekses negatif yang sangat merisaukan masyarakat. Ekses tersebut antara lain makin maraknya berbagai penyimpangan norma kehidupan agama dan sosial masyarakat yang terwujud dalam bentuk kenakalan siswa atau kenakalan remaja. Kenakalan tersebut di sebabkan adanya arus informasi yang masuk pada masa kini, baik melalui media cetak maupun elektronik, untuk itu semakin mengkhawatirkan semua kalangan, baik orang tua, para pendidik dan masyarakat pada umumnya. Setiap masyarakat di manapun mereka berada pasti mengalami perubahan, perubahan itu terjadi akibat adanya interaksi antar manusia. Perubahan sosial tidak dapat dielakkan lagi, berkat adanya kemajuan ilmu dan teknologi membawa banyak perubahan antara lain perubahan norma, nilai, tingkah laku dan pola-pola tingkah laku baik individu maupun kelompok (Fairuz, 2009:21). Di kalangan masyarakat sendiri sudah sering terjadi kejahatan seperti pembunuhan, penganiayaan, pemerkosaan, pemerasan, gelandangan, dan pencurian. Bagi anak remaja keinginan berbuat jahat kadang timbul karena bacaan, gambar-gambar dan film. Kebiasaan membaca buku yang tidak baik (misal novel pornografi), pengaruh tontonan gambar-gambar porno serta
13
tontonan film yang tidak baik dapat mempengaruhi jiwa anak untuk berperilaku negatif. Pada dasarnya kenakalan remaja menunjuk pada suatu bentuk perilaku remaja yang tidak sesuai dengan norma-norma yang hidup di dalam masyarakatnya. Kartini Kartono bahwa secara tegas dan jelas memberikan batasan kenakalan remaja merupakan gejala sakit secara sosial pada anak-anak dan remaja yang disebabkan oleh bentuk pengabaian sosial, sehingga mereka itu mengembangkan bentuk tingkah laku yan menyimpang (Kartono, 2003:6). Perilaku anak-anak ini menunjukkan kurang atau tidak adanya masukan atau pengaruh terhadap norma-norma sosial. Dalam Inpres no : 6/1997 buku pedoman 8, dikatakan bahwa kenakalan remaja adalah kelainan tingkah laku/tindak remaja yang bersifat anti sosial, melanggar norma sosial, agama serta ketentuan hukum yang berlaku di masyarakat. Fuad Hasan merumuskan definisi kenakalan sebagai perilaku anti sosial yang dilakukan oleh anak remaja yang bila mana dilakukan oleh orang dewasa dikualifikasikan sebagai tindak kejahatan (Sudarsono, 1999:3). Keputusan Menteri Sosial (Kepmensos RI No. 23/HUK/1996) menyebutkan anak nakal adalah anak yang berperilaku menyimpang dari norma-norma sosial, moral dan agama, merugikan keselamatan dirinya, mengganggu dan meresahkan ketenteraman dan ketertiban masyarakat serta kehidupan keluarga dan atau masyarakat. (Subadi, 2009:4). Tekhnologi yang semula bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan umat manusia, ternyata berdampak negatif bagi perkembangan generasi muda.
14
Keadaan ini dipengaruhi lagi dengan semakin minimnya pengalaman agama dan kendornya nilai-nilai moral, nilai agama, nilai sosial dan nilai budaya bagi kebanyakan para remaja. Sekat-sekat antar bangsa seakan-akan telah kabur. Apa yang terjadi diberbagai belahan dunia dapat disaksikan dalam waktu yang hampir bersamaan, lebih dari itu internet maupun HP sudah menjamur sampai ke tingkat pedesaan, sehingga filter-filter yang berbentuk agama maupun budaya seakan tidak berdaya dalam penyaringannya. Gambaran kenakalan remaja dapat kita lihat di media cetak maupun elektronik atau bahkan dapat diketahui langsung oleh kita, tawuran antara pelajar, pengrusakan gedung-gedung sekolah oleh pelajar, penghadangan terhadap guru, perkelahian antar pelajar, sering ditemukannya senjata tajam, buku-buku atau gambar porno, obat-obat terlarang, minuman keras yang dibawa pelajar baik di sekolah maupun di luar sekolah. Siswa pada tingkat Madrasah Tsanawiyah sudah digolongkan pada kelompok remaja masa puberitas. Masa ini merupakan masa penuh kegoncangan jiwa (gejolak jiwa) yang berada antara masa peralihan yang menjembatani antara masa kanak-kanak yang penuh ketergantungan dengan masa dewasa yang matang dan mandiri. Pada masa ini mereka sering mengalami problem, kesulitan pergaulan yang kadang-kadang menyebabkan terganggunya jiwa dengan bentuk cemas dan gelisah yang direfleksikan dalam perilaku yang tidak diharapkan, sering disebut kenakalan remaja. Perilaku remaja demikian dapat dinamakan berlawanan norma yang berlaku, sehingga mencari jalan keluar yang menyimpang dari ajaran agama, maka pendidikan
15
agama untuk mengarahkan perilaku baik pedoman hidup sehari-hari perlu diberikan dengan seksama. Kenyataan sering ditemui siswa-siswi yang enggan mengamalkan ajaran agama bahkan sering terjadi perilaku yang mereka perbuat berlawanan tidak sesuai dengan aturan normatif ajaran Islam, padahal dari segi usia, mereka sudah termasuk akil baligh yang telah berkewajiban melaksanakan ajaran/normatif secara penuh. Penulis memilih MTs Muhamadiyah Cekelan Kauman Kemusu Boyolali sebagai objek penelitian karena beberapa hal, antara lain : 1) MTs Muhamadiyah Cekelan Kauman Kemusu Boyolali merupakan salah satu sekolah umum tingkat dasar 9 tahun yang berciri khas agama Islam yang berada di Kabupaten Boyolali, 2) Masih perlunya penanganan terhadap tingkah laku kenakalan siswa di MTs Muhamadiyah Cekelan Kauman Kemusu Boyolali. Yang dimaksud dengan kenakalan siswa yaitu tindak perbuatan remaja yang melanggar norma-norma agama, sosial, hukum yang berlaku di masyarakat di mana perbuatannya itu dapat merugikan dirinya sendiri maupun orang lain, dan tindakan itu bila dilakukan oleh orang dewasa dikategorikan tindak kriminal. Yang termasuk kenakalan siswa atau remaja meliputi: a) perbuatan awal pencurian meliputi perbuatan berkata bohong dan tidak jujur; b) perkelahian antar siswa termasuk juga tawuran antar pelajar; c) mengganggu teman; d) memusuhi orang tua dan saudara, meliputi perbuatan berkata kasar dan tidak hormat pada orang tua dan saudara; e) menghisap
16
ganja, meliputi perbuatan awal dari menghisap ganja yaitu merokok; f) menonton pornografi; dan g) corat-coret tembok sekolah. Proses sosialisasi yang tidak sempurna atau tidak berhasil karena seseorang mengalami kesulitan dalam hal komunikasi ketika bersosialisasi. Artinya individu tersebut tidak mampu mendalami norma- norma masyarakat yang berlaku. Kenakalan juga dapat terjadi apabila seseorang sejak masih kecil mengamati bahkan meniru perilaku menyimpang yang dilakukan oleh orang-orang dewasa. Terbentuknya perilaku nakal juga merupakan hasil sosialisasi nilai sub kebudayaan menyimpang yang di pengaruhi oleh beberapa faktor seperti faktor ekonomi dan faktor agama. Contoh karena kekurangan biaya seorang pelajar mencuri dan seseorang yang tidak memiliki dasar agama hidupnya tanpa arah dan tujuan. Kenakalan merupakan gejala umum yang dapat muncul pada siapa saja, kapan saja dan dimana saja. Bila hal tersebut tidak diusahakan langkahlangkah
penanggulangannya,
maka
dapat
berakibat
fatal.
Karena
menanggulangi kenakalan tidak sama dengan mengobati penyakit, hal ini disebabkan karena kenakalan adalah perilaku yang sangat komplek dan banyak ragam dan jenis penyebabnya. Dengan berlandaskan paparan di atas, dapat dipahami bahwa kenakalan remaja dapat di tanggulangi dengan pemahaman agama.
17
B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian tersebut di atas, dapat dirumuskan beberapa permasalahan yang muncul dengan topik penelitian yaitu : 1. Apa sajakah bentuk-bentuk kenakalan yang dilakukan siswa di MTs Muhamadiyah Cekelan Kauman Kemusu Boyolali? 2. Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan kenakalan pada siswa MTs Muhamadiyah Cekelan Kauman Kemusu Boyolali? 3. Bagaimana
strategi
penanggulangan
kenakalan
siswa
di
MTs
Muhamadiyah Cekelan Kauman Kemusu Boyolali? C. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk : 1.
Mengetahui intensitas kenakalan yang dilakukan oleh siswa MTs Muhammadiyah Cekelan Kauman Kemusu Boyolali
2.
Mengetahui faktor-faktor penyebab kenakalan yangdilakukan oleh siswa MTs Muhammadiyah Cekelan Kauman Kemusu Boyolali
3.
Mengetahui usaha yang dilakukan untuk menanggulangi dan menangani terjadinya kenakalan pada siswa MTs Muhammadiyah Cekelan Kauman Kemusu Boyolali
D. Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang diberikan dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut: a. Manfaat teoritis Untuk menambah khasanah keilmuan dan pengetahuan dalam pendidikan akhlak siswa MTs.
18
b. Manfaat praktis Sebagai pijakan untuk melaksanakan upaya penanggulangan kenakalan siswa. E. Metode Penelitian Penelitian dapat berhasil dengan baik atau tidak tergantung dari data yang diperoleh, juga didukung dari proses pengolahan yang dilakukan terhadap permasalahan. Metode penelitian dianggap paling penting dalam menilai kualitas hasil penelitian. Hal ini mutlak ada dan tidak dapat dipisahkan dari keabsahan penelitian. Adapun metode penelitian yang digunakan oleh penulis, sebagai berikut : 1. Pendekatan dan jenis penelitian Berdasarkan jenisnya, penelitian ini menggunakan metode deskriptif analistik, yaitu mendeskripsikan dan menganalisis masalah-masalah yang berkaitan dengan objek atau situasi yang diteliti. Berkaitan dengan judul skripsi, maka penelitian yang akan penulis lakukan bertujuan untuk membuat deskripsi atau gambaran secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta fenomena mengenai problem dan strategi penanggulangan kenakalan siswa di MTs Muhammadiyah Cekelan Kauman Kemusu Boyolali. Pendekatan ini bersifat kualitatif, dimana data-data yang penulis kumpulkan dituangakan dalam bentuk laporan dan uraian. Tidak mengutamakan angka-angka statistik, walaupun tidak menolak data
19
kuantitatif. Seperti yang ditegaskan oleh Bogdan dan Taylor dalam Moleong bahwa “penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan dan diskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orangorang dan perilaku yang diamati (Moleoang, 1998:3). Beberapa pertimbangan atau alasan mengapa penulis menggunakan pendekatan kualitatif, seperti yang diungkapkan oleh (Moleong, 1998:8) Adalah: (a) untuk menanggulangi banyaknya informasi yang hilang seperti yang dialami oleh penelitian kuantitatif, sehingga intisari konsep yang ada dalam data dapat diungkap; (b) untuk menanggulangi kecenderungan menggali data empiris dengan tujuan membuktikan kebenaran hipotesis, akibat dari adanya hipotesis yang disusun sebelumnya, berdasarkan berfikir deduktif seperti dalam penelitian kuantitatif; (c) untuk menanggulangi kecenderungan pembatasan variabel yang sebelumnya, seperti dalam penelitian kuantitatif, padahal permasalahan dan variabel dalam masalah sosial sangat komplek; dan (d) untuk menanggulangi adanya kata-kata yang masih belum jelas. Penelitian sebagai insrumen utama berhubungan langsung dengan orang dan situasi yang diteliti. Dalam hal ini akan sering berhubungan dengan siswa sebagai objek yang diteliti, para guru, situasi penyelenggara pendidikan serta informasi tentang penanggulangan tingkah laku menyimpang yang dilakukan fihak guru ataupun Madrasah. Untuk melengkapi data tersebut akan dilakukan pula observasi kelas dan
20
pemeriksaan berbagai dokumen yang berkaitan dengan tujuan penelitian ini. Dalam penelitian ini, juga dilakukan menentukan objek penelitian yaitu siswa MTS MUHAMADIYAH CEKELAN KAUMAN KEMUSU BOYOLALI yang akan menjadi subjek penelitian, Kepala Madrasah serta para guru dan karyawan terkait. 2. Lokasi penelitian Penelitian ini dilakukan di MTs Muhamadiyah Cekelan Kauman Kemusu Boyolali yang beralamat di kelurahan KAUMAN, kecamatan KEMUSU, kabupaten BOYOLALI 3. Sumber Data Penelitian ini menggunakan dua sumber yaitu : a) Data primer Merupakan sebuah keterangan atau fakta yang secara langsung diperoleh melalui penelitian lapangan. Data primer diperoleh dari informan. Informan adalah orang yang dilibatkan untuk memberikan informasi tentang situasi dan kondisi latar belakang penelitian. Jadi seorang informan harus mempunyai banyak pengalaman tentang latar belakang penelitian. Seorang informan berkewajiban secara suka rela menjadi anggota tim penelitian walaupun hanya bersifat informal. Dalam penelitian ini yang menjadi informan adalah kepala madrasah, siswa serta para guru dan karyawan terkait.
21
Data yang dicari dari para informan tersebut adalah tentang problem dan strategi penanggulangan kenakalan siswa di MTs Muhamadiyah Cekelan Kauman Kemusu Boyolali. Informan diperoleh melalui tekhnik bola salju (snowball technique). b) Data sekunder Data sekunder yang dimaksud dalam penelitian ini meliputi profil sekolah dan catatan mengenai pelanggaran yang pernah dilakukan siswa siswa. Data tersebut diperoleh dari arsip yang dimiliki sekolah. 4. Teknik Pengumpulan Data Untuk memperoleh data dan informasi yang diperlukan terdapat masalah yang akan diteliti, maka penulis menggunakan metode berupa: a. Metode Observasi Observasi adalah metode pengumpulan data dengan cara mengamati secara langsung tentang kegiatan, keadaan umum kejadiankejadian yang ada dalam obyek penelitian dengan secara sistematis. Secara umum observasi berarti pengamatan, penglihatan. Sedangkan secara khusus, dalam dunia penelitian, observasi adalah mendengar dalam rangka memahami, mencari jawab, mencari bukti terhadap fenomena sosial keagamaan (perilaku, kejadian-kejadian, keadaan, benda, dan simbol-simbol tertentu) selama beberapa waktu tanpa mempengaruhi fenomena yang diobservasi, dengan mencatat, merekam, mempotret fenomena tersebut guna penemuan data analisis
22
(Suprayogo dan Tabroni, 2001:167). Metode observasi dalam penelitian ini dimanfaatkan untuk mengamati kondisi dan mengetahui bentukbentuk kenakalan siswa di MTs Muhammadiyah Cekelan Kauman Kemusu Boyolali yang diharapkan dapat membantu untuk melengkapi data yang diperlukan dengan cara mengamati aktivitas kehidupan sehari-hari siswa tersebut. b. Metode Wawancara Wawancara adalah proses tanya jawab dalam penelitian yang berlangsung secara lisan yang terdiri atas dua orang dengan cara bertatap muka secara langsung untuk mendapatkan informasi yang diperlukan oleh peneliti. Wawancara yang dilakukan adalah wawancara mendalam.
Wawancara
mendalam
adalah
proses
memperoleh
keterangan untuk tujuan penelitian dengan tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan informan dimana keduanya terlibat dalam kehidupan sosial yang relatife lama (Bugin, 2007:108). Wawancara mendalam digunakan untuk mengetahui bentuk kenakalan, factor penyebab kenakalan dan strategi penanggulangan kenakalan siswa di MTs Muhammadiyah Cekelan Kauman Kemusu Boyolali. c. Metode Dokumentasi Dokumentasi adalah salah satu metode pengumpulan data kualitatif dengan melihat atau menganalisis dokumen-dokumen yang dibuat oleh subjek sendiri atau oleh oran lain tentang subjek. Metode
23
dokumentasi digunakan sebagai proses pencarian data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa berupa catatan relevan pada BP dan guru tentang kenakalan yang dilakukan siswa. Studi dokumentasi digunakan untuk
keperluan
penelitian
karena
alasan-alasan
yang
dapat
dipertanggungjawabkan sebagai berikut : (1) Dokumentasi digunakan karena merupakan sumber yang stabil, kaya dan mendorong; (2) Berhubungan sebagai bukti untuk pengujian; (3) keduanya berguna dan sesuai dengan penelitian kualitatif karena sifatya sangan ilmiah, sesuai konteks, lahir dan berada dalam kontek; (4) Recore relatif murah dan tidak suka diperoleh; tetapi dokumen harus dicari dan temukan; (5) keduanya tidak reaktif sehingga tidak sukar ditemukan dengan terakhir kajian isi; (6) Hasil pengkajian isi akan membukan kesempatan untuk lebih memperluas tubuh pengertian terhadap sesuatu yang diselidiki (Moleong, 2009:161). 5. Analisis Data Analisis data penelitian adalah proses mengatur urutan data, mengorganisasikannya kedalam suatu pola kategori dan suatu uraian dasar. Ia membedakan dengan penafsiran, yaitu memberikan arti yang signifikan terhadap analisis, menjelaskan pola uraian dan mencari hubungan diantara dimensi-dimensi uraian (Moleong, 2009:103). Dalam penelitian ini menggunakan langkah-langkah yang dicetus oleh Miles dan Huberman, yaitu sebagai berikut:
24
a. Reduksi Data Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya serta membuang yang tidak perlu. Reduksi data yang dilakukan dengan mengkaji strategi dan penanggulangan kenakalan siswa di MTs Muhammadiyah Cekelan Kauman Kemusuk Boyolali, dari data kasar yang muncul di lapangan. Dari bentuk ini kemudian direduksi. b. Data Display Data display yaitu mensistematiskan data secara jelas dalam bentuk yang jelas untuk mengungkap strategi dan penanggulangan kenakalan siswa di MTs Muhammadiyah Cekelan Kauman Kemusuk Boyolali. Hal ini dilakukan dengan cara mengkaji data yang diperoleh kemudian mensistematisi dokumen aktual tentang topik yang bersangkutan. c. Pengambilan Kesimpulan Kesimpulan
awal
yang
dikemukakan
masih
bersifat
sementara, kemudian diverifikasikan dengan cara mencari data yang lebih mendalam dengan mempelajari kembali data yang telah terkumpul. 6. Pengecekan keabsahan data Validitas dapat dibedakan menjadi dua, yaitu validitas internal yang mengacu pada seberapa jauh apa yang diamati, diukur dan dianalisis
25
sesuai kenyataan, dan validitas eksternal yang mengacu pada kemampuan generalisasi hasil serta kesimpulan dapat diterapkan untuk memahami populasi serta seting yang lebih luas (Hajar, 1999:106). Validitas internal mengupayakan tercapainya aspek kebenaran hasil penelitian sehingga dapat dipercaya. Untuk mencapai hal tersebut, maka dalam penelitian ini dilakukan : a. Triangulasi Triangulasi diartikan sebagai tehnik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari beberapa tehnik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada (Sugiyono, hal:330). Triangulasi ini digunakan untuk mengecek krdibilitas data dangan berbagai tehnik pengumpulan data dan berbagai sumber data yang ada. Triangulasi dapat dilakukan dengan menggunakan teknik yang berbeda (Nasution, 2003:115) yaitu wawancara, observasi dan dokumen b.Mengadakan member check Setiap akhir wawancara atau pembahasan suatu topik diusahakan melakukan diskusi agar diperoleh persepsi tentang suatu masalah. Dengan membandingkan informasi yang diperoleh dari siswa dan guru maka diharapkan kebenaran informasi sehingga kesimpulan yang diambil tidak meragukan. c. Berdiskusi dengan pihak-pihak yang berkompeten mengenai problem dan strategi penanggulangan kenakalan siswa di MTs Muhammadiyah Cekelan Kauman Kemusu Boyolali.
26
7. Tahap-tahap Penelitian Tahap-tahap yang dimaksudkan dalam penelitian kualitatif dibagi ke dalam tiga tahap, yaitu: tahap pra-lapangan, tahap pekerjaan lapangan, dan tahap analisis data (Moleong, 2009:148) a. Tahap Pra-lapangan Tahap pra-lapangan adalah sebelum berada di lapangan. Sebagaimana yang dikutip (Moleong, 2009:147). ada enam kegiatan yang harus dilakukan oleh peneliti. Dalam tahap ini di tambah satu pertimbangan yang perlu dipahami yaitu etika penelitian lapangan. Kegiatan dan pertimbangan antara lain: pertama, menyusun rancangan penelitian, kedua, memilih lapangan penelitian, ketiga, mengurus perizinan, keempat, menjajaki dan menilai lapangan, kelima, memilih dan memanfaatkan informan, keenam, menyiapkan perlengkapan penelitian. b. Tahap Pekerjaan Lapangan Pada tahap ini merupakan tahap penelitian yang sebenarnya. Tahap ini di bagi atas tiga bagian, yaitu: pertama, memahami latar penelitian dan persiapan diri, kedua, memasuki lapangan, ketiga, berperan serta sambil mengumpulkan data. c. Tahap Analisis Data Analisis data adalah tahap kegiatan sesudah kembali dari lapangan. Pada tahap ini analisis data yang sudah tersedia dari sumber
27
yaitu dari wawancara, pengamatan yang sudah dituliskan dalam catatan lapangan, dokumen pribadi dan sebagainya. Dalam analisis data, terdapat beberapa alur kegiatan yang terjadi secara bersamaan, yaitu: 1) Pengumpulan Data Adalah kegiatan analisis yang mengantisipasi kegiatan atau dilakukan sebelum penelitian lapangan, ketika penelitian di rancang. 2) Reduksi Data Adalah proses pemilihan, pemusatan perhatian data kasar yang muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan. Reduksi data bukanlah suatu hal yang terpisah dari analisis. Reduksi data merupakan bagian dari analisis. 3) Penyajian Data Adalah sekumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Dengan melihat data kita akan memahami apa yang sedang terjadi dan apa yang harus dilakukan untuk lebih jauh menganalisis
atau
mengambil
tindakan
berdasarkan
pemahaman yang di dapat dari penyajian tersebut. 4) Kesimpulan atau Verifikasi Data
28
atas
Kegiatan analisis ketiga adalah menarik kesimpulan atau verifikasi. Dari permulaan pengumpulan data, seorang penganalisis kualitatif mencari makna, penjelasan, dan sebab akibat. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pertahapan dalam penelitian ini adalah bentuk urutan atau berjenjang yakni dimulai dari tahap pra-penelitian, tahap pekerjaan lapangan, dan tahap pasca penelitian. Namun walau demikian, sifat dari kegiatan yang dilakukan pada masing-masing tahap tersebut tidaklah bersifat ketat, melainkan sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada. F. Sistematika Pembahasan Penelitian ini direncanakan terdiri atas lima bab yang masing-masing saling berkaitan satu sama lain. Penelitian ini diawali dengan Bab I: membahas tentang pendahuluan, yang berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, penegasan istilah, metode penelitian, dan sistimatika pembahasan. Bab II: problem dan strategi penanggulangan kenakalan mengupas problem dan strategi penanggulangan kenakalan,
faktor-faktor yang
mempengaruhi timbulnya kenakalan siswa yang dibahas secara rinci, akibat dari kenakalan siswa dan usaha-usaha penanggulangan kenakalan siswa. Bab III: mengupas tentang temuan hasil penelitian. Pada bagian ini diuraikan ekplorasi data untuk masing-masing aspek dari variabel yang diteliti. Pada penelitian ini, subjek dipilih secara purposive, artinya penelitian
29
subjek didasarkan pada tujuan tertentu atau memiliki karakteristik tertentu khususnya responden yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. Sebagai responden utamanya adalah siswa sedang responden lainnya dalam penelitian ini adalah guru dan karyawan. Penyajian hasil penelitian diawali dengan deskrepsi kontek penelitian, yang meliputi gambaran tempat penelitian. Selain itu dipaparkan pula tabel-tabel hasil penelitian yang berkaitan dengan kenakalan yang dilakukan siswa. Bab IV: yang keempat merupakan pembahasan hasil penelitian dengan memberikan pemahaman terhadap hasil penelitian yang dilakukan. Upaya ini didasarkan pada satu persepsi bahwa tujuan utama penelitian kualitatif adalah untuk memperoleh pemahaman makna atas realita yang terjadi. Pada bab ini juga dilakukan analisis dengan cara mencari hubungan yang mungkin terjadi antara kenyataan kenyataan yang ditemukan sehingga hasil penelitian menjadi lebih bermanfaat. Sistimatika analisisnya diuraikan berdasarkan hasil penelitian yang diurutkan sesuai dengan permasalahannya. Bab V: Merupakan penutup yang berisi kesimpulan, saran-saran dan kata penutup.
30
BAB II KAJIAN PUSTAKA
Dampak modernisasi dan kemajuan dibidang informasi dan teknologi (IT), berakibat semakin kompleknya permasalahan muncul ditengah-tengah masyarakat hingga banyak muncul masalah-masalah sosial dan gangguan mental. Banyak masyarakat diantaranya remaja tidak mampu melakukan penyesuaian diri dengan cepat terhadap macam-macam perubahan sosial. Individu yang tidak mampu melakukan penyesuaian itu selalu tidak conform tindakannya dengan normanorma agama dan kebiasaan sosial. Mereka selalu mengalami banyak ketegangan dan tekanan batin disebabkan oleh sanksi batin sendiri ataupun oleh sanksi-sanksi sosial. Remaja dewasa ini sangat sulit dalam menentukan arah pijakan yang tepat, bila pengetahuan keagamaan mereka minim, tidak heran mereka banyak tidak terkendali dalam bertingkah laku. Tidak jarang bahkan mereka sengaja berbuat menyimpang
untuk
memperlihatkan
eksistensi
dirinya
ditengah-tengah
kelompoknya. Tuntutan sosial dari lingkungan sosial dan proses modernisasi menjadi semakin banyak dan berat. Misalnya teknologi informasi yang semakin canggih membuat setiap individu harus mengikuti kebutuhan informasi yang kian hari kian banyak mengalami kemajuan, rumah dan kendaraan dengan berbagai macam pilihan, belum lagi dengan hiruk pikuk kehidupan kota yang selalu
31
berpacu dan bersaing dalam “ perlombaan hidup “. Suasana kompetitif ini banyak diwarnai oleh tingkah laku yang tidak wajar. Kenakalan siswa saat ini sudah cenderung pada perbuatan kriminal yang cukup meresahkan masyarakat. Di sekolah kenakalan siswa menjadi tanggung jawab sekolah dalam mengelolanya. Hal ini dimaksudkan untuk membantu siswa dalam mencapai keberhasilannya. Mengingat semakin kompleknya permasalahan yang timbul akibat kenakalan siswa, dalam pemecahannya sekolah perlu melibatkan instansi-instansi terkait seperti lembaga swadaya masyarakat, kepolisian dan dinas-dinas terkait, upaya ini dimaksudkan untuk mendapatkan pemecahan masalah yang optimal. A. Karakteristik Siswa Manusia adalah mahluk yang paling sempurna, bila dibandingkan dengan mahluk-mahluk yang lain. Manusia memiliki kelebihan-kelebihan dalam segi cipta, rasa, karsa, estetika, sosial dan susila serta hal yang lain. Dalam
kehidupannya
manusia
mengalami
suatu
perkembangan dan
pertumbuhan. Menurut Kartini Kartono yang dimaksud dengan perkembangan yaitu: Perkembangan merupakan perubahan-perubahan psikofisis sebagai hasil proses pematangan fungsi-fungsi psikis dan fisik anak, yang ditunjang oleh faktor lingkungan dan proses belajar dalam proses waktu tertentu menuju kedewasaan (Kartono, 2003:29). Menurut Abin Syamsudin bahawa menuliskan batasan remaja awal berkisar antara 11-13 tahun sampai 14-15 tahun. Batasan usia remaja awal
32
tersebut, usia remaja awal merupakan usia sekolah tingkat SMP (Makmun, 2000:130). Conger dalam Abin Syamsudin bahwa memberikan penafsiran sebagai ciri remaja sebagai suatu masa yang amat kritis yang mungkin dapat merupakan tipe of time and the worst of time (Makmun, 2000:132). Kalau individu mampu mengatasi berbagai tuntutan yang dihadapinya secara integratif, ia akan menemukan identitasnya yang akan dibawa menjelang masa dewasanya. Sebaliknya, kalau gagal ia akan berada pada kritis identitas yang berkepanjangan. Menurut Zakiah Daradjat yang dimaksud dengan masa remaja yaitu: Satu tingkat umur, di mana anak-anak tidak anak-anak lagi, akan tetapi belum bisa dipandang dewasa. Jadi remaja adalah umur yang belum dapat menjembatani antara anak-anak dan umur dewasa. Remaja adalah usia dimana seorang anak mengalami masa transisi atau masa peralihan dalam mencari identitas diri. Masa peralihan yang dimaksudkan disini adalah peralihan masa kanak-kanak menuju ke masa dewasa atau merupakan perpanjangan masa kanak-kanak sebelum mencapai masa dewasa (Daradjat, 1992:28). Pada masa ini seakan-akan remaja berpijak antara dua kutub yaitu kutub yang lama (masa anak-anak) yang akan ditinggalkan dan kutub yang baru (masa dewasa) yang masih akan dimasuki. Dengan keadaan yang belum pasti inilah remaja sering menimbulkan masalah bagi dirinya dan pada masyarakat sekitarnya, sebab pribadinya belum stabil dan matang.
33
Abin Syamsudin menyebutkan ciri-ciri umum remaja awal dilihat beberapa aspek, meliputi:
1. Dari aspek perilaku sosial, moralitas dan religius meliputi : a. diawali dengan kecenderungan ambivalensi keinginan menyendiri dan keinginan bergaul dengan banyak teman tetapi bersifat temporer b. adanya kebergantungan yang kuat kepada kelompok sebaya disertai semangat konformitas yang tinggi. c. adanya ambivalensi antara keinginan bebas dominasipengaruh orang tua dengan kebutuhan bimbingan dan bantuan orang tua d. dengan sikap dan cara berfikirnya yang kritis mulai menguji kaidahkaidah atau sistem nilai etis dengan kenyataannya dalam perilaku sehari-hari oleh para pendukungnya (orang dewasa) e. mengidentifikasi
dirinya
dengan
tokoh-tokoh
moralitas
yang
dipandang tepat dengan tipe idolanya. f. mengenai keberadaan dan sifat kemurahan dan keadilan Tuhan mulai dipertanyakan secara kritis dan spektis. g. penghayatan kehidupan keagamaan sehari-hari dilakukan mungkin didasarkan pertimbangan asanya semacam tuntutan yang memaksa luar dirinya; dan h. masih mencari dan mencoba menemukan pegangan hidup. 2. Dari aspek afektif, kognitif dan kepribadian meliputi:
34
a. lima kebutuhan dasar (fisik, rasa aman, afiliasi sosial, penghargaan, perwujudan
diri)
mulai
menunjukkan
arah
kecenderungan-
kecenderungan b. reaksi, reaksi dan ekspresi emosinya masih labil dan belum terkendali seperti pernyataan marah, gembira atau kesedihannya mungkin masih dapat berubah-ubah silih berganti dalam tempo yang cepat c. kecenderungan-kecenderungan arah sikap mulai tampak (teoritis, ekonomis, estetis, politis, sosial dan religius) meskipun masih dalam taraf eksplorasi dan coba-coba; dan d. merupakan masa kritis dalam rangka menghadapi kritis identitasnya yang sangat dipengaruhi oleh kondisi psikososialnya yang akan membentuk kepribadiannya (Makmun, 2000:133). Dengan karakter seperti di atas siswa yang tergolong usia remaja apabila tidak mendapatkan bimbingan yang baik mudah terjerumus pada perbuatan yang merugikan dirinya sendiri atau terjerumus dalam kenakalan remaja. Secara umum tidak dapat berkembang dengan baik sesuai dengan kebutuhannya akan menimbulkan perilaku menyimpang yang kita kenal dengan kenakalan remaja. B. Perilaku kenakalan siswa 1. Pengertian kenakalan Dalam kehidupan masyarakat, semua tindakan manusia dibatasi oleh aturan (norma) untuk berbuat dan berperilaku sesuai dengan sesuatu yang dianggap baik oleh masyarakat. Namun demikian di tengah
35
kehidupan masyarakat kadang-kadang masih kita jumpai tindakantindakan yang tidak sesuai dengan aturan (norma) yang berlaku pada masyarakat, misalnya seorang siswa menyontek pada saat ulangan, berbohong, mencuri, dan mengganggu siswa lain. Penyimpangan terhadap norma-norma atau nilai-nilai masyarakat disebut deviasi (deviation), sedangkan pelaku atau individu yang melakukan menyimpang disebut devian (deviant). Kebalikan dari perilaku menyimpang adalah perilaku yang tidak menyimpang yang sering disebut dengan konformitas. Konformitas adalah bentuk interaksi sosial yang di dalamnya seseorang berperilaku sesuai dengan harapan kelompok. Kenakalan yang juga biasa dikenal dengan norma penyimpangan adalah perilaku yang tidak sesuai dengan nilai-nilai kesusilaan atau kepatutan, baik dalam sudut pandang kemanusiaan (agama) secara individu maupun pembenarannya sebagai bagian daripada makhluk sosial. Definisi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia prilaku kenakalan diartikan sebagai tingkah laku, perbuatan, atau tanggapan seseorang terhadap lingkungan yang bertentangan dengan norma-norma dan hukum yang ada di dalam masyarakat (Novia, 2006:528). Menurut Lemert kenakalan dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu kenakalan primer dan kenakalan sekunder. Kenakalan primer adalah suatu bentuk perilaku nakal yang bersifat sementara dan tidak dilakukan terus-menerus sehingga masih dapat
ditolerir
masyarakat
seperti
melanggar rambu lalu lintas, buang sampah sembarangan. Sedangkan
36
Kenakalan sekunder yakni perilaku nakal yang tidak mendapat toleransi dari masyarakat dan umumnya dilakukan berulang kali seperti merampok, menjambret, memakai narkoba, menjadi pelacur, dan lain-lain. Menurut A.K. Cohen disebutkan bahwa kenakalan adalah tingkah laku yang melanggar atau bertentangan, atau menyimpang dari aturanaturan normatif, dari pengertian normatif (Satdli, 1977:35). Dalam hal ini Saparinah Sadli mengemukakan bahwa “kenakalan “ adalah tingkah laku yang menyimpang dari norma-norma sosial. Kartono Menjelaskan batasan tingkah laku abnormal/menyimpang ialah tingkah laku yang tidak adekwat, tidak bisa diterima oleh masyarakat pada umumnya, dan tidak sesuai dengan norma sosial yang ada (Kartono, 1983:13). Agar remaja tidak melakukan kenakalan, dibutuhkan norma atau etika yang mengajarkan tentang apa yang baik dan buruk. Ukuran bagi sesuatu yang baik dan buruk adalah kata hati, dimana kata hati ini dipengaruhi faktor-faktor bawaan, lingkungan, agama dan usia. Norma etika adalah norma-norma yang merupakan keharusan bagi individu misalnya tidak boleh berbuat jahat, tidak boleh mencuri, tidak boleh berbohong dan sebagainya. Norma yang dipergunakan pada tesis ini adalah norma yang didasarkan pada aturan normatif. Yang berlaku yaitu aturan normative berdasarkan ajaran agama islam. Dimana ajaran Islam itu sendiri, seperti disebutkan pada Bab I, Islam memiliki beberapa pembahasan mengenai norma dari berbagai aspek yaitu aspek aqidah,
37
ibadah dan akhlak. Aspek yang dipakai untuk menyelesaikan sifat kenakalan adalah khusus aspek akhlak, mengingat tingkah laku remaja banyak disoroti dari segi akhlak. Ahmad Amin berpendapat bahwa “ Akhlak atau etika diartikan suatu ilmu yang menjelaskan baik dan buruk, menerangkan apa yang seharusnya dilakukan oleh manusia kepada yang lainnya, menyatakan tujuan yang harus dituju oleh manusia didalam perbuatan mereka dan menunjukkan jalan untuk melaksanakan apa yang harus diperbuat (Amin, 1988:3). Bila cakupan akhlak menjelaskan tentang baik buruknya suatu perbuatan yang dilakukan individu, selanjutnya perlu menentukan normanorma yang bisa kita pakai untuk menentukan hakikat perbuatanperbuatan, mana perbuatan baik, mana perbuatan buruk. Paspoprodjo mengemukakan bahwa Norma adalah aturan, standart, ukuran. Norma adalah sesuatu yang sudah pasti yang dapat kita pakai untuk membandingkan sesuatu yang lain yang kita ragukan hakikatnya, ukurannya atau kualitasnya. Norma moralitas adalah aturan, standar atau ukuran yang dapat kita gunakan untuk mengukur kebaikan atau keburukan suatu perbuatan. Sesuatu perbuatan yang secara positif sesuai ukurannya dapat disebut moral baik. Apabila secara positif tidak sesuai ukurannya dapat disebut moral buruk. Dan disebut secara moral indeferen apabila netral terhadap ukuran tadi.
38
Karena begitu luasnya cakupan akhlak atau norma tersebut, maka dalam meninjau dan menelaah masalah ini, penulis membatasinya kedalam beberapa masalah saja, dengan pertimbangan keseriusan terhadap pembahasan sifat kenakalan yang setingkat dengan usia sekolah dasar menengah dalam hal ini Madrasah Tsanawiyah. Meskipun di setiap sekolah sudah memiliki tata tertib dalam arti norma yang dibuat dan diberlakukan disekolah, penulis memadukan atau norma yang ada dengan norma akhlak yang dipergunakan sebagai acuan pembahasan tesis ini. 2. Jenis kenakalan pada Siswa Pembatasan yang penulis maksud adalah terbatas pada masalahmasalah sebagai berikut: a. Membolos Sekolah Membolos bagi anak sekolah bukan hal asing, hampir disetiap sekolah terdapat kejadian siswa membolos sekolah. Berbagai macam alasan yang mereka kemukakan, karena kepentingan, karena lelah, karena malas atau ogah-ogahan dalam mengikuti pelajaran tertentu. b. Merokok Menurut beberapa pendapat ulama, ada yang menghukumi haram ada pula yang menghukumi makruh, ada pula yang mengatakan tidak ada larangan merokok. Namun bila dilihat dari tingkatan usia remaja yang masih menduduki bangku sekolah dasar menengah, hal semacam itu tidak pantas untuk dilakukan, karena usia remaja merupakan usia menuju perkembangan selanjutnya. Bila dalam perkembangan mereka
39
terganggu kesehatannya akibat dari merokok maka si anak tersebut mengidap penyakit paru-paru, sesak nafas, batuk dan gangguan kesehatan lainnya.
c. Perkelahian kenakalan dalam hal perkelahian, marak dilakukan remaja saat ini, mula-mula diawali dengan pertengkaran-pertengkaran kecil, yang kemudian berkembang menjadi lebih serius dan lebih komplek. Bahkan sering terjadi perkelahian yang mereka lakukan berkembang menjadi perkelahan antar kelompok atau geng, mengapa hal ini bisa terjadi? tentu karena pada diri remaja memiliki dorongan-dorongan primitive dan sentimen-sentimen hebat yang kemungkinan mereka salurkan lewat perbuatan kejahatan, kekerasan dan agresi keras yang dianggap mengandung nilai lebih. Mereka merasa perlu memamerkan energi dan semangat hidupnya dalam aksi bersama atau perkelahian masal. Gejala yang terjadi pada remaja tersebut pada hakekatnya telah melanggar nilai-nilai terpuji (mahmudah), kasih sayang (ar-rahmah), perlakuan
baik
(ihsan)
dan
penyantun
(hilm).
Ajaran
Islam
menganjurkan berbuat kasih sayang antar sesama, yaitu pada Surah Al Hujurat ayat 10 :
Artinya : orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara. Sebab itu damaikanlah ( perbaikilah hubungan ) antara kedua
40
saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat ( QS. Al-Hujuraat 49: 10..)
Penganiayaan, melukai orang lain, didalam ajaran Islam dipandang sebagai perbuatan-perbuatan yang membahayakan jasmani, Firman Allah:
Artinya : Barangsiapa yang menyerang kamu, Maka seranglah ia, seimbang. Dengan serangannya terhadapmu. Al-Baqarah (2) : 194 ( QS. Al-Baqarah 2: 194). Dalam ayat yang lain juga dijelasakan dalam surat An-Nisa' ayat 93:
Artinya : Dan barangsiapa yang membunuh seorang mukmin dengan sengaja Maka balasannya ialah Jahanam, kekal ia di dalamnya. Dan Allah murka kepadanya, dan mengutukinya serta menyediakan azab yang besar baginya. (QS. AnNisa‟ 4: 93) d. Pencurian Kenakalan remaja dilakukan sebagai ungkapan dari ketegangan perasaan, kegelisahan dan kecemasan atau tekanan batin. Adanya pencurian dikalangan remaja merupakan salah satu bukti dari kenakalan remaja. (Juvenile delinquency). Jika seorang remaja berasal dari keluarga kaya dan berpangkat mencuri atau melakukan kejahatan tertentu, maka kejahatan atau kenakalannya yang dilakukan bukan karena kekurangan uang, akan tetapi adalah ungkapan rasa tidak puas,
41
kecewa atau rasa tertekan, merasa kurang mendapat perhatian dan mungkin kurang kasih sayang dari orang tuanya. Sebab yang lain dari perilaku mencuri karena yaitu karena factor ekonomi yang parah, keinginan foya-foya atau pemenuhan kebutuhan yang tidak mencukupi karena mereka kurang bisa mengatur keuangan yang telah diberikan orang tua, misalnya harus beli pulsa, bensin, jajan dan sebagainya. e. Minum-minuman Keras dan Narkoba Minuman keras dan narkoba termasuk perbuatan menyimpang norma, penilaian tersebut didasarkan kepada
bahaya buruk yang
diakibatkan bagi kehidupan fisik dan mental yang akan menimpa peminumnya.ajaran islam menilai minum minuman keras atau minuman
yang
memabukan
merupakan
perbuatan
keji
yang
disejajarkan dengan perbuatan judi dan berkurban untuk berhala.. Surat Al–Maidah (5): 90:
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi, (berkorban untuk)berhala,mengundi nasib dengan panah,adalah termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan ( QS. Al–Maidah (5): 90). Pada dasarnya celaan minuman keras/memabukan ataupun narkoba dititik beratkan pada penderitaan yang akan menimpa peminumnya yaitu mengakibatkan penyakit jiwa, syaraf otak dan jantung lemah. Hampir mayoritas remaja dewasa ini mengenal
42
minuman keras,mereka mencoba atau mengkonsumsi pada umumnya untuk pemuasan nafsu belaka, atau untuk memenuhi dorongan mental yang tidak sehat. f. Pergaulan bebas Melihat tayangan TV, CD, HP maupun internet bukan hal yang sulit ditemukan bagi remaja sekarang ini, mereka bisa melihat kapan sajadia inginkan. Kurangnya perhatian orang tua atau tidak adanya pendampingan orang tua saat melihat TV, CD ataupun internet, menjadikan mereka dengan sesuka hati mengakses ataupun menonton tayangan-tayangan yang semestinya tidak mereka lihat,seperti video porno ataupun gambar porno. Mulanya dari melihat,kemudian memiliki, yang kemudian mereka ingin mencoba apa yang mereka pikirkan. Kesalahan yang banyak terjadi, mereka belum memiliki pemahaman yang kuat tentang bagaimana berinteraksi kepada lawan jenis secara sehat dan direstui oleh norma Islam. Remaja sekarang mayoritas telah mengenal pacaran, melalui media yang mereka lihat,pacaran seolah menjadi trend bagi remaja. Pacaran yang tidak dikendalikan norma, cenderung mengarah pada pergaulan bebas. Tidak hanya itu,remaja cenderung mudah meniru atau mencontoh tayangantayangan yang mereka lihat misalnya cara berpakaian yang ketat dengan memperlihatkan lekuk badan, busana yang memperlihatkan aurat sehingga mengundang lawan jenis untuk menggoda.
43
Keselamatan pergaulan mereka, sangat mendukung kelancaran dalam menempuh studi, oleh karena itu dalam pergaulan mereka,perlu diwujudkan kondisi lingkungan yang islami. Bagi wanita, cara berbusana sopan, menjauhkan diri dari berbicara kotor,bertingkah laku akhlakul karimah merupakan sumbangan positif bagi terwujudnya kondisi lingkungan yang damai. C. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi kenakalan remaja Masa remaja adalah masa dimana mereka mengalami perubahan fisik maupun mental. Tak jarang pada masa perubahan ini mereka mengalami banyak permasalahan, kegoncangan, sering pula dalam menghadapi permasalahan mereka merasa mengalami kekecewaan, kegagalan. Untuk menghilangkan dan kegelisahan atau tekanan perasaan yang dideritanya diekpresikan dalam bentuk penyimpangan prilaku, yang dapat menarik perhatian dan mencemaskan orang-orang disekelilingnya terutama orang tua. Namun keadaan kenakalan tersebut bukanlah merupakan suatu yang berdiri sendiri, keadaan tersebut akan muncul karena beberapa sebab: 1. Kemungkinan faktor dari diri anak (intern) a. Kekurangan penampungan emosional b. Kelemahan
dalam
mengendalikan
dorongan-dorongan
kecenderungannya. c. Kegagalan prestasi sekolah dan pergaulan. d. Kekurangan dalam pembentukan hati nurani. 2. Kemungkinan berpangkal pada lingkungan (ekstern)
44
dan
a. Lingkungan Keluarga b. Lingkungan Sekolah c. Lingkungan Masyarakat 1) Perkembangan tekhnologi yang menimbulkan kegoncangan pada remaja yang belum memiliki kekuatan mental untuk menerima perubahan-perubahan baru. 2) Factor sosial politik, sosial ekonomi dengan mobilisasi-mobilisasi sesuai dengan kondisi secara keseluruhan atau kondisi-kondisi setempat seperti di kota-kota besar dengan ciri khasnya. 3) Kepadatan penduduk yang menimbulkan persoalan demografis dan bermacam kenakalan remaja (Gunarsa, 2007:23). Ada beberapa teori mengenai sebab terjadinya penyimpangan prilaku (juvenile delinquency). Para sarjana menggolongkan menurut beberapa teori, yaitu: 1. Teori Biologis Tingkah laku sosiopatik atau delinkuen pada anak dan remaja dapat muncul karena faktor-faktor fisiologis dan struktur jasmanilah seseorang, juga dapat oleh cacat jasmanilah yang dibawa sejak lahir. 2. Teori Psikogenesis Teori ini menekankan sebab-sebab tingkah laku delinkuen anak-anak dari aspek psikologis atau isi kejiwaannya. Antara lain factor intelegensi, ciri kepribadian, motivasi, sikap-sikap yang salah, fantasi, rasionalisasi,
45
internalisasi diri yang keliru, konflik batin, emosi yang kontroversal, kecenderungan psikopatologis dan lain-lain.
3. Teori Sosio Intelegensi Para sosiolog berpendapat penyebab tingkah laku delinkuen pada anakanak
remaja
adalah
murni
sosiologis
atau
sosial
psikologis
sifatnya.misalnya disebabkan oleh pengaruh struktur sosial yang deviatif, tekanan kelompok, peranan sosial, status sosial atau oleh internalisasi simbolis yang keliru. 4. Teori Subkultur Delinkuensi Menurut teori subkultur ini, sumber juvenile deliquency ialah sifat-sifat suatu struktur dengan pola budaya (subkulture) yang khas dari lingkungan familial,tetangga dan masyarakat yang didiami oleh para remaja delinquen tersebut (Kartono, 1986:25). Dari beberapa pendapat tentang kenakalan pada anak-anak remaja pada prinsipnya dapat dibedakan menjadi dua yaitu: sebab yang datang dari individu dan sebab yang datang diluar individu. Faktor yang datang dari individu diantaranya : adanya faktor kelainan yang dibawa sejak lahir baik cacat keturunan fisik maupun psikis (seperti memiliki kebiasaan untuk meniru dan mengikuti orang lain), lemahnya pengawasan diri terhadap pengaruh lingkungan, kurangnya kemampuan menyesuaikan diri terhadap lingkungan bahkan mungkin kurangnya dasar-dasar keagamaan didalam diri, sehingga
46
sukar mengukur norma luar atau memilih norma yang baik dilingkungan masyarakat. Keadaan individu yang demikian akan mudah terpengaruh oleh lingkungan yang kurang baik. Tidak lepas dari pendapat tersebut, terjadinya kenakalan dapat disebabkan oleh beberapa faktot dari luar individu (ekstern) antara lain: 1. Lingkungan Keluarga Keluarga merupakan lingkungan terdekat untuk membesarkan, mendewasakan dan didalamnya anak mendapatkan pendidikan yang pertama kali. Keluarga memiliki peranan yang penting bagi perkembangan anak, keluarga yang baik akan memberikan pengaruh positif bagi perkembangan anak, sebaliknya keluarga yang jelek atau tidak harmonis akan memberi pengaruh negatif bagi perkembangan anak. Jika dikaji lebih lanjut, tentang peran keluarga berkaitan dengan penyimpangan prilaku, salah satu yang menonjol yang menjadi sebab timbulnya tingkah laku menyimpang adalah kurangnya pendidikan agama didalamnya. Yang dimaksud dengan didikan agama bukanlah pelajaran agama yang diberikan secara sengaja dan teratur oleh guru sekolah saja. Akan tetapi yang terpenting adalah penanaman jiwa agama yang dimulai dari rumah tangga, sejak sianak masih kecil, dengan jalan membiasakan anak kepada sifat-sifat dan kebiasaan yang baik (seperti sholat, dan perbuatan amal ma‟ruf nahi munkar). Akan tetapi kita sayangkan, melihat kenyataan banyak orang tua tidak mengerti ajaran agama yang dianutnya, bahkan banyak pula yang memandang rendah ajaran agama itu, sehingga
47
pendidikan agama itu praktis tidak pernah dilaksanakan dalam banyak keluarga. Dengan tidak kenalnya si anak akan jiwa agama yang benar, akan lemahlah hati nuraninya (super ego). Karena tidak terbentuk dari nilai-nilai masyarakat atau agama yang diterimanya waktu kecil. Jika hati nuraninya lemah, atau unsur pengontrol dalam diri si anak kosong dari nilai-nilai yang baik, maka sudah barang tentu akan mudah mereka terperosok kedalam kelakuan-kelakuan yang tidak baik dan menurut apa yang menyenangkannya waktu itu saja, tanpa memikirkan akibat selanjutnya (Daradja, 1989:113). Selain kebutuhan pendidikan agama, orang tua perlu mengetahui kebutuhan-kebutuhan anaknya, baik yang bersifat biologis misalnya makan, minum, pakaian dan sebagainya, maupun kebutuhan psikologis seperti kebutuhan cita kasih, rasa aman dalam keluarga, perlakuan adil dari kedua orang tua sangat diharapkan. Keluarga juga memiliki peranan untuk menanamkan disiplin bagi anak-anaknya sejak kecil agar setelah dewasa hal tersebut dapat menjadi kebiasaan. 2. Lingkungan Sekolah Sekolah
merupakan
lingkungan
pendidikan
kedua
setelah
lingkungan keluarga bagi anak remaja. Pada masa remaja, umumnya mereka masih duduk dibangku sekolah menengah pertama. Selama mereka menempuh pendidikan formal di sekolah terjadi interakaksi antara remaja dengan sesamanya, juga interaksi remaja dengan pendidik. Interaksi yang mereka lakukan disekolah antar sesama, kadang-kadang menimbulkan
48
dampak negatif bagi perkembangan mental sehingga terjadi perilaku menyimpang. Fenomena yang sering muncul misalnya adanya anak-anak yang berasal dari keluarga yang kurang memperhatikan dan mementingkan pendidikan anak, biasanya mereka akan bersikap acuh terhadap tugastugas sekolah, bersikap masa bodoh terhadap peraturan atau tata tertib sekolah dan kehilangan rasa tanggungjawab didalamnya. Sikap tersebut biasanya mudah ditiru oleh anak-anak lain. Fenomena lain yang sering terjadi bila terjadi jam kosong, atau karena pendidik tidak bisa hadir dan dialihkan dengan mengerjakan tugas, sering anak mengalihkannya dengan kegiatan-kegiatan yang kurang mendukung kemajuan belajar, terkadang mereka mengisinya dengan kegaduhan dan menganggu kelas lain yang sedang melangsungkan proses pembelajaran. Dengan keadaan tersebut, maka sekolah sebagai tempat atau ajang pendidikan anak dapat pula menjadi
sumber
terjadinya
konflik-konflik
kejiwaan,
sehingga
memudahkan anak-anak menjadi berperilaku delinquent atau menyimpang. 3. Lingkungan Masyarakat Keadaan masyarakat dalam berbagai bentuk dan coraknya akan berpengaruh baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap anak remaja dimana mereka hidup didalamnya. Kondisi ekonomi global memiliki hubungan erat dengan timbulnya kejahatan, remaj yang berasal dari kondisi keluarga miskin, memiliki perasaan rendah diri dalam masyarakat sehingga anak-anak tersebut melakukan perbuatan melawan norma terhadap hak milik orang lain, seperti mencuri, penipuan dan
49
penggelapan. Tingkah laku meresahkan tersebut lebih muda terjangkit pada remaja yang memiliki lingkungan masyarakat yang kurang sekali dalam melaksanakan ajaran-ajaran agama yang dianutnya, bahkan melupakan ajaran agama dalam hidup sehari-hari. Dengan demikian bahwa penyimpangan yang dilakukan oleh anak-anak remaja juga menjadi tanggung jawab semua anggota masyarakat. D. Akibat Melakukan kenakalan. Setiap perbuatan selalu membawa dampak, baik untuk dirinya maupun yang berkaitan disekitarnya. Demikian pula dengan penyimpangan prilaku norma agama yang dilakukan anak-anak remaja. Beberapa hal yang berkaitan dengan akibat yang ditimbulkan dari penyimpangan prilaku yang dilakukan antara lain: 1. Perasaan Tidak seorangpun yang tidak ingin menikmati ketenangan dan kebahagiaan hidup, seseorang akan berusaha mencarinya, meskipun tidak semua dapat tercapai apa yang diinginkannya. Syari‟at Islam yang bertujuan mewujudkan kebahagiaan dan kemaslahatan umum nampak dalam dasar hukum mu‟amalat, sistem sosial ekonomi maupun politik negaranya. Kebahagiaan umat akan terwujud jika didalamnya tidak terjadi pertumpahan darah, penganiayaan, penipuan, peralihan hak milik yang
melanggar
hukum
maupun
penyimpangan-penyimpangan
kesusilaan dan lainnya. Kejahatan-kejahatan atau perilaku menyimpang yang sering dilakukan anak-anak remaja ditengah-tengah masyarakat
50
dapat
mengakibatkan
hilangnya
kebahagiaan,
ketentraman
dan
kedamaian hidup. Suasana hati tersebut sangat jauh dari tujuan syari‟at Islam yang tujuan utamanya yang ingin dicapai oleh metode Islam dalam jaminan sosial adalah menghilangkan kemiskinan dan kekurangan, menjaga
kehormatan
manusia,
mengeratkan
tali
persaudaraan,
menggagalkan cara-cara penyalah gunaan, mengeratkan kasih sayang, setia kawan dan rasa senasib antara anggota-anggota dan kelompokkelompok dalam masyarakat. 2. Kecerdasan Banyak penelitian mengatakan bahwa keturunan atas kecerdasan dapat diwarisi (dipengaruhi) oleh kecerdasan orang tuanya (ibu bapaknya), akan tetapi jika tidak mendapatkan kesempatan dan lingkungan yang baik untuk berkembang, maka kecerdasan tidak akan mencapai kemampuan yang maksimal. Timbulnya kenakalan remaja bukan hanya berakibat pada keresahan masyarakat, akan tetapi juga berakibat pada diri remaja yaitu terhadap kecerdasannya, sehubungan dengan hal tersebut, delinquency pada remaja terjadi bersamaan dengan masa usia sekolah, dimana mereka pada saat itu sangat membutuhkan banyak bimbingan dan pengarahan. Keadaan yang berlawanan itu (situasi delikuensi) sangat berpengaruh terhadap kecerdasan mereka misalnya kebiasaan terhadap minuman keras, mengkonsumsi narkoba, senang membawa gambar porno, yang memberikan kesan sangat kuat terhadap kehidupan yang serba bebas, keadaan remaja yang demikian biasanya
51
kurang mengutamakan atau mementingkan belajar, mereka biasanya acuh tak acuh terhadap tugas sekolah dan kehilangan rasa tanggung jawab didalamnya. Kepentingan dalam mencerdaskan diri menjadi hilang karena mereka disibukkan dengan tingkah laku yang membuat dirinya terjerumus pada dunia kebebasan, sehingga banyak remaja yang terlibat dalam dunia bebas tersebut menjadi pemalas belajar dan bodoh. 3. Kesehatan Badan Banyak kenakalan yang dilakukan remaja usia sekolah, maraknya perkelahian antar pelajar menjadi penyebab timbulnya hal-hal yang membahayakan keselamatan jasmani, bahkan perbuatan tersebut banyak menjurus pada perbuatan yang tidak manusiawi mengingat tidak hanya melukai bahkan sampai berakibat hilangnya jiwa. Bentuk penyimpangan prilaku yang sering pula terjadi pada remaja seperti minuman memabukkan dapat merusak jiwa, rusaknya syaraf otak bahkan jantung. Demikian pula dengan pecandu narkotik yang bisa menyebabkan pengguna berpotensi terhadap timbulnya beberapa jenis kejahatan lain seperti pencurian, pembunuhan, pemerasan bahkan kejahatan terhadap kehormatan (pemerkosaan) yang kesemuanya berakibat mengancam keselamatan atau kesehatan badan individu yang terlibat dalam perbuatan tersebut. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa berbagai macam bentuk penyimpangan prilaku yang dilakukan remaja banyak membawa dampak negatif, baik dari segi jasmani maupun rohaninya, bahkan
52
kenakalan tersebut membuat keresahan bagi keluarga dan masyarakat umum.
E. Usaha-usaha Penanggulangan kenakalan pada siswa Keresahan yang ditimbulkan oleh anak-anak remaja sebenarnya menjadi tanggungjawab seluruh anggota masyarakat. Ditinjau dari segi penyebabnya, masyarakat terlibat didalamnya dan jika dilihat dari segi lain masyarakat yang memikul beban kerugian. Akan tetapi menanggulangi kenakalan remaja atau penyimpangan prilaku tidak sama dengan mengobati suatu penyakit, hal ini disebabkan karena kenakalan merupakan permasalahan yang komplek dan banyak ragam serta jenis penyebabnya. Maka usaha penanggulangannya tidak dapat dilakukan oleh tenaga ahli saja seperti psikologdan pendidik, melainkan perlu kerja sama semua pihak antara lain guru, orang tua, lembaga pendidikan, pemerintah, masyarakat tenaga ahli dan remaja itu sendiri. Sehubungan dengan hal tersebut, maka usaha penanggulangan penyimpangan prilaku dapat dilakukan dengan tiga bagian yaitu : 1. Usaha Preventif Usaha preventif adalah segala tindakan yang bertujuan mencegah timbulnya kenakalan-kenakalan (Singgih, 2007:140). Usaha pencegahan ini bisa dilakukan secara sistematis terencana dan terarah kepada tujuan untuk menjaga agar kenakalan itu tidak terjadi. Usaha secara preventif
53
lebih besar manfaatnya karena sebelum kenakalan itu meluas dan mempengaruhi yang lain, dapat ditekan semaksimal mungkin. Kartini Kartono menyebutkan beberapa tindakan preventif yang dilakukan antara lain: a. Meningkatkan kesejahteraan keluarga b. Perbaikan lingkungan, yaitu daerah slum, kampung-kampung miskin c. Mendirikan klinik bimbingan psikologis dan edukatif untuk memperbaiki tingkah laku dan membantu dari kesulitan mereka d. Menyediakan tempat rekreasi yang sehat bagi remaja e. Membentuk badan kesejahteraan anak-anak f. Mengadakan panti asuhan g. Mengadakan lembaga reformatif untuk memberikan latihan korektif, pengoreksian dan asistensi untuk hidup mandiri dan susila kepada anak-anak dan para remaja yang membutuhkan h. Membuat badan supervisi dan mengontrol terhadap kegiatan anakanak delinkuen, disertai program yang korektif i.
Mangadakan pengadilan anak
j.
Menyusun undang-undang khusus untuk pelanggaran dan kejahatan yang dilakukan oleh anak-anak remaja
k. Mendirikan sekolah bagi anak miskin ( gembel ) l.
Mengadakan rumah tahanan khusus untuk anak dan remaja
m. Mengadakan diskusi kelompok dan bimbingan kelompok untuk membangun kontak manusiawi diantara para remaja delinkuen dengan
54
masyarakat luar. Diskusi tersebut akan sangat bermanfaat bagi pemahaman kita mengenai jenis kesulitan dan gangguan pada diri remaja n. Mendirikan tempat untuk menyalurkan kreativitas para remaja delinkuen dan yang non delinkuen. Misalnya berupa latihan vokasional, latihan hidup bermasyarakat, latihan persiapan untuk bertransmigrasi dan lain-lain (Kartono, 2003:98). Usaha preventif terhadap penyimpangan prilaku atau kenakalan tersebut masih perlu dijabarkan lagi dan dikelompokkan menjadi tiga bagian, mengingat remaja memiliki tiga lingkungan yang turut membesarkannya dan mempengaruhi segala aktivitasnya, yaitu : a. Usaha yang dilakukan dilingkungan keluarga Jika lingkungan keluarga merupakan tempat dimulainya pendidikan, sangatlah efektif jika tindakan preventif terhadap penyimpangan prilaku dapat diupayakan dari lingkungan keluarga, yaitu: 1) Menciptakan kehidupan keluarga yang beragama, artinya membuat suasana keluarga orang menjadi kehidupan yang taat dan taqwa kepada Allah SWT. Didalam kegiatan sehari-hari. Orang tua hendaknya membimbing anak sejak lahir kearah hidup yang sesuai dengan ajaran agama, sehingga anak akan terbiasa hidup sesuai dengan nilai-nilai akhlak yang diajarkan agama.
55
Pendidikan akhlak berkaitan erat dengan pendidikan agama. Tidak berlebihan kalau dikatakan bahwa pendidikan akhlak dalam pengertianIslam adalah bagian yang tidak dapat dipisahkan dari pendidikan agama, yang baik menurut akhlak adalah apa yang baik menurut ajaran agama, dan yang buruk adalah apa yang dianggap buruk oleh ajaran agama. Hampir sepakat para filosof pendidikan Islam bahwa pendidikan akhlak adalah jiwa pendidikan Islam, sebab tujuan tertinggi pendidikan Islam adalah mendidik jiwa dan akhlak (Langgulung, 1989:373). 2) Menciptakan
kehidupan
keluarga
yang
harmonis,
dimana
hubungan antara ayah, ibu dan anak tidak terdapat percekcokan atau pertengkaran. Setiap orang tua akan menjaga keutuhan keluarga, maka saling mengerti, menghargai dan mencintai antara ibu dan bapak harus terujud secara nyata, agar bisa dirasakan anak sejak lahirnya. Suasana yang penuh kasih sayang dan keserasian akan memberikan rasa hangat kepada anak-anak sehingga anak merasa bahagia berada dalam keluarga. 3) Memberikan perhatian yang memadai terhadap kebutuhan anakanak. 4) Memberikan pengawasan secara wajar terhadap pergaulan anak remaja di lingkungan masyarakat. Hal-hal yang perlu diawasi antara lain teman-teman sebaya dalam pergaulan, disiplin waktu, pemakaian uang dan ketaatan melakukan ibadah kepada tuhan.
56
b. Usaha dilakukan dilingkungan sekolah Sekolah
merupakan
lingkungan
yang
menengahi
antara
lingkungan keluarga dan lingkungan masyarakat. Harapan orang tua, lingkungan sekolah dapat ikut membentuk kepribadian anak dengan baik, orang tua memilihkan lembaga pendidikan yang dipercaya dapat meningkatkan kemampuannya. Karena hal tersebut, usia preventif sekolah untuk mencegah timbulnya penyimpangan prilaku antara lain: 1) Pendidik hendaknya memahami aspek-aspek psikis murid dengan memiliki ilmu-ilmu tertentu antara lain : psikologi perkembangan anak, bimbingan penyuluhan serta ilmu mengajar. Dengan usaha tersebut diharapkan dapat mengenal dan mengetahui ciri umum dan khs remaja, juga mengetahui kesulitan-kesulitan yang secara umum dialami oleh remaja, sebab kesulitan-kesulitan yang secara umum dialami remaja, sebab kesulitan-kesulitan biasanya dapat menjadi sebab timbulnya penyaluran dalam bentuk kenakalan atau penyimpangan prilaku. 2) Mengintensifkan pelajaran pelajaran agama dan mengadakan tenaga guru agama yang ahli dan berwibawa serta mampu bergaul secara harmonis dengan guru-guru lain 3) Mengintensifkan guru bimbingan dan penyuluhan Sekolah / Madrasah dengan jalan mengadakan tenaga ahli atau penataran
57
guru-guru untuk mengelola bagian ini. Mengingat tugas bimbingan dan penyuluhan tidak mudah, sedang hal itu sangat diperlukan khusunya bagi golongan remaja baik dilingkungan sekolah maupun luar sekolah. Karena hal tersebut maka para counselor dituntut memiliki syarat-syarat mental pribadi tertentu antara lain: a) Memiliki pribadi yang menarik serta rasa berdedikasi tinggi dalam tugasnya b) Meyakini tentang mungkinnya anak bimbingan c) Memiliki rasa comited dengan nlai-nilai kemanusiaan d) Memiliki kemampuan untuk mengadakan komunikasi baik dengan anak bimbing maupun lainya e) Bersikap terbuka artinya tidak memiliki watak yang suka menyembunyikan sesuatu maksud yang tidak baik f) Memiliki keuletan dalam lingkungan tugasnya termasuk pula lingkungan sekitarnya g) Memiliki rasa cinta terhadap orang lain dan suka bekerja sama dengan orang lain h) Memiliki rasa sensitif (peka) terhadap kepentingan anak bimbing i) Memiliki
kecekatan
berfikir,
cerdas
sehingga
mampu
memahami yang dikehendaki client j) Memiliki personality yang sehat dan bulat,tidak terpecah-pecah jiwanya (frustasi)
58
k) Memiliki
kematangan
jiwa
(kedewasan)
dalam
segala
perbuatan lahiriyah dan batiniyah l) Memiliki sikap mental suka belajar dalam ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan tugasnya m) Bila
concelor
tersebut
agama,maka
dia
bertugas
harus
dibidang
memiliki
pembinaan pengetahuan
agama,berakhlakul mulia serta aktif menjalankan agama,dan sebagainya (Arifin, 1978:49). Dari
beberapa
menyelesaikan
syarat
permasalahan
tersebut, yang
conselor
dihadapi
siswa
dalam perlu
mengadakan dekatan secara agama,dimana proses pemecahan lewat potensi keimanan akan memberikan pengaruh yang kuat dalam pribadi siswa. Beberapa ahli kedokteran jiwa menyakini bahwa penyembuhan penyakit pasien dapat dilakukan lebih cepat jika digunakan metoda yang
berdasarkan
mrmbangkitkan
pendekatan
potensi
keagamaan,yaitu
keimanan
kepada
dengan Tuhan,lalu
menggerakkannyakearah pencerahan batinnya yang pada akhirnya menimbulkan kepercayaan diri bahwa Tuhan Yang Maha Kuasa adalah satu-satunya kekuatan penyembuhan dari penyakit yang di derita (Arifin, 2003:63). 4) Adanya kesamaan norma-norma yang dipegang guru-guru, sehingga menimbulkan kekompakkan dalam membimbing siswa
59
5) Melengkapi fasilitas pendidikan seperti gedung, laboratorium, masjid, alat-alat pelajaran, alat-alat olah raga, kesenian, alat ketrampilan dan sebagainya, hal ini akan dapat digunakan untuk mengisi luang siswa kearah yang mendidik 6) Perbaikan ekonomi guru yaitu menyelaraskan gaji guru dengan kebutuhan hidup sehari-hari, agar guru tidak banyak absen mengajar hanya karena mengurus keperluan honor tambahan c. Usaha yang dilakukan dilingkungan masyarakat Masyarakat adalah tempat pendidikan setelah keluarga dan sekolah,
ketiganya
haruslah
mempunyai
keseragaman
dalam
mengarahkan anak untuk mencapai tujuan pendidikan. Keterlibatan masyarakat didalam menanggulangi delinquent anak dapat berupa : 1) Memberikan
nasehat
secara
langsung
kepada
anak
yang
bersangkutan agar anak tersebut meninggalkan kegiatannya yang tidak sesuai dengan seperangkat norma yang berlaku 2) Membicarakan dengan orang tua/wali yang bersangkutan dan membicarakan jalan keluarnya 2. Usaha Represif Usaha represif adalah tindakan untuk menindas dan menahan kenakalan remaja sering mungkin atau menghalangi timbulnya peristiwa kenakalan yang lebih hebat (Singgih, 2007:140). Dirumah atau lingkungan keluarga, remaja seusia siswa MTs harus mentaati peraturan dan tata tertib yang berlaku, apabila peraturan itu tidak
60
diindahkan maka orang tua perlu memberikan hukuman atas pelanggaran tersebut. Di sekolah atau lingkungan sekolah, kepala sekolah berwenang dalam melaksanakan hukuman terhadap pelanggaran tata tertib sekolah. Dalam penanganan ini guru BP maupun guru lain berhak menindak siswa yang melanggar tata tertib sesuai ketentuan yang telah disepakati pihak sekolah. Pendidik dalam menjatuhkan hukuman kepada subjek didik diharapkan agar anak jera untuk mengulangi perbuatan yang diinginkan dengan tujuan agar anak mau memperbaiki dan mengubah tingkah laku yang tidak sesuai dengan aturan yang berlaku, serta menumbuhkan sikap disiplin bagi remaja lain untuk tidak ikut serta terlibat dalam tingkah laku melanggar aturan tersebut. Tindakan ini harus dijiwai dengan rasa kasih sayang dan bersifat mendidik terhadap mereka, contohnya jika siswa terlambat masuk kelas 10 menit di luar waktu toleransi, maka waktu untuk istirahat siswa dipotong 10 menit untuk mencatat atau mengejar pelajaran yang hilang selama ia terlambat akan tetapi selama memberikan hukuman, guru tidak boleh berkesan menghakimi. Oleh karena perilaku menyimpang yang mereka perbuat adalah akibat dari berbagai faktor, baik intern maupun ekstern remaja yang tidak disadari dapat berakibat merugikan pribadinya sendidi dan masyarakat. Syarat-syarat memberikan hukuman: a. Hukuman harus selaras dengan kesalahannya; b. Hukuman harus seadil-adilnya;
61
c. Hukuman harus lekas dijalankan agar anak mengerti benar apa sebabnya ia dihukum dan apa maksud hukuman itu; d. Memberi hukuman harus dalam keadaan yang tenang, jangan dalam keadaan yang emosional (marah); e. Hukuman sesuai dengan umur anak; f. Hukuman harus diikuti dengan penjelasan, sebab bertujuan untuk memberikan kata hati, tidak hanya menghukum saja; g. Hukuman harus diakhiri dengan ampunan; h. Hukuman kita gunakan jika terpaksa, atau hukuman merupakan alat pendidikan yang terakhir karena menggunakan alat-alat pendidikan yang lain sudah tidak dapat lagi; i.
Yang berhak memberikan hukuman hanyalah mereka yang cinta pada anak saja, sebab jika tidak berdasarkan cinta, maka hukuman akan bersifat balas dendam;
j.
Hukuman harus menimbulkan penderitaan pada yang dihukum dan yang menghukum ( sebab yang menghukum terpaksa ) (Suwarno, 1998:116). Sanksi yang diberikan oleh guru tanpa terasa membuat siswa jera dengan tidak melakukan pelanggaran tatatertib sekolah lagi, akan tetapi pada waktu proses pemberian sanksi tersebut tiada niatan dari guru untuk menghakimi. Hukuman merupakan salah satu usaha pembinaan terhadap siswa
yang telah melakukan penyimpangan prilaku norma agama, hukuman
62
memiliki tiga tingkatan sesuai dengan perkembangan anak, W. Stern mengemukakan hal tersebut sebagai berikut: a.
Hukuman Asosiatif. Hukuman yang ditimbulkan akibat hukuman ada sesuai dengan kesalahan anak
b.
Hukuman Logis. Dimana anak yang dihukum hingga mengalami penderitaan yang ada hubungan logis dengan kesalahannya, hukuman ini dilakukan pada anak-anak yang sudah agak besar yang sudah mampu memahami hubungan antara kesalahan yang diperbuat dengan hukuman yang diterima
c.
Hukuman Moril. Tingkatan ini tercapai pada anak-anak yang lebih beasar, anak tidak hanya sekedar menyadari hubungan logis antara kesalahan dan hukumannya, tetapi tergugah perasaan kesusilaannya atau terbangun kata hatinya, ia harus menerima hukuman sebagai sesuatu yang harus dialaminya (Suwarno, 1998:117). Dari uraian tersebut, kita dapat melaksanakan hukuman sebagai
upaya penanggulangan kenakalan siswa dengan baik, yaitu dengan memperhatikan syarat-syarat memberikan hukuman dan cara memberi hukuman secara bijaksana, sehingga dapat menghasilkan keberhasilan dalam usaha menanggulangi kesalahan yang diperbuat mereka. Tindakan represif harus bersifat paedagogis, bukan hanya bersifat menghukum saja terhadap mereka yang melakukan kenakalan atau melanggar tata tertib. 3. Usaha kuratif
63
Usaha kuratif adalah usaha dalam menanggulangi masalah kenakalan remaja/penyimpangan prilaku. Pencegahan ini dimaksudkan agar kenakalan tidak meluas dan merugikan baik pribadi maupun masyarakat sekitarnya. Tindakan kuratif dilakukan setelah tindakan pencegahan lainnya dilaksanakan dan dianggap perlu mengubah tingkah laku si pelanggar dengan memberikan pendidikan lagi. Pendidikan dilakukan secara khusus yang ditangani oleh lembaga khusus maupun perorangan yang ahli dalam bidang ini, misalnya BP atau psikolog. Tindakan kuratif yang bisa dilakukan dalam usaha penyembuhan antara lain: a.
Menghilangkan semua sebab musabab timbulnya kejahatan remaja, baik yang berupa pribadi, familial, sosial ekonomi dan kultural.
b.
Melakukan perubahan lingkungan dengan jalan mencarikan orang tua angkat/orang tua asuh dan memberikan fasilitas yang diperlukan bagi perkembangan jasmani dan rohani yang sehat bagi anak-anak remaja.
c.
Memindahkan anak-anak nakal ke sekolah yang lebih baik, atau ke tengah lingkungan sosial yang baik.
d.
Memberikan latihan bagi remaja untuk hidup teratur, tertib dan disiplin.
e.
Memanfaatkan waktu senggang di kamp latihan, untuk membiasakan diri bekerja, belajar dan melakukan rekreasi sehat dengan disiplin tinggi.
64
f.
Menggiatkan organisasi pemuda dengan program-program latihan vokasional untuk mempersiapkan anak remaja delinkuen itu bagi pasar kerja dan hidup di tengah masyarakat.
g.
Memperbanyak lembaga latihan kerja dengan program kegiatan pembangunan.
h.
Mendirikan klinik psikologi untuk meringankan dan memecahkan konflik emosional dan gangguan kejiwaan lainnya. Memberikan pengobatan medis dan terapi psikoanalitis bagi mereka yang menderita gangguan jiwa (Kartono, 1998:98). Penanggulangan terhadap kenakalan ini ditekankan pada usaha
tercapainya kepribadian yang mantap, serasi dan dewasa. Remaja atau siswa yang masih mengenyam pendidikan dipersiapkan menjadi orang dewasa yang berkepribadian kuat, sehat jasmani dan rohani, teguh dalam kepercayaan dan keimanan. Dari beberapa cara usaha yang dilakukan untuk menanggulangi kenakalan remaja, pembinaan akhlak siswa harus dilakukan secara terus menerus oleh pihak sekolah/madrasah, bisa dilakukan oleh guru-guru agama, meskipun dalam usaha preventif telah disebutkan, namun pentingnya akhlak siswa merupakan hal yang sangat urgen/pokok. Dalam dunia pendidikan telah dikemukakan bahwa pendidikan merupakan kegiatan yang membentuk sikap mental dan kepribadian anak (subjek) didik. Sedangkan kegiatan mengajar (instruction) dan latihan (training) sebagai salah satu bentuk yang lebih erat hubunganya dengan
65
aspek intelektual dan ketrampilan. Akan tetapi harus di akui bahwa mengajar yang baik pada dasarnya berararti juga sebagai kegiatan mendidik . Kondisi itu dapat terjadi terutama jika dalam situasi terutama jika dalam situasi belajar mengajar, guru dengan mengunakan materi yang harus diajarkan atau ketrampilan yang harus di aplikasikan, sehingga mampu menciptakan sentuhan pendidikan dan kepribadian dalam berinteraksi terhadap anak sejak anak berada di usia di bawah lima tahun. Dalam situasi seperti itu berarti anak berusia dini, tidak sekedar mengalami perubahan, perkembangan dan berhubungan dengan ranah kognitif,tetapi juga dalam cara berfikir, sikap dan tingkah laku. Sebagai wujud dari perubahan berkembangan ranah affektif dan psikomotor. Dengan kata lain situasi belajar mengajar itu, mampu melatih sikap mental dan kepribadian anak yang baru mengalami perkembangan. Kalau dikaji tujuan pendidikan adalah untuk mendidik dari kebodohan sehingga anak dapat memahami suatu persoalan, pendidikan dapat diartikan mengarahkan manusia dari yang tidak tahu menjadi tahu. Tujuan pendidikan
berfungsi
untuk
mengarahkan,mengontrol dan
memudahkan evaluasi suatu aktivitas (Zaini, 1986:35). Pendidikan yang baik memberikan sumbangan pada semua bidang pertumbuhan individu, baik dalam pertumbuhan jasmani structural dan fungsional, ia juga membantunya menumbuhkan bakat ketrampilan,dan kekuatan jasmaninya, untuk memperoleh pengetahuan ketrampilan,sikap yang betul dan memperbolehkanya mencapai kesehatan jasmani yang wajar (Langgulung,
66
2000:35). Maka dalam kerangka teori Islam pendidikan haruslah dapat mengarahkan anak didikanya untuk memahami pengetahuan dari konsep jasmani dan rohani.Pendidik harus dapat memberikan penanaman akhlak dengan berbagai metode, dalam Al-Qur‟an telah banyak disebutkan yaitu:
a. Metode Teladan (Uswatun Hasanah) Dapat dilihat dalam kehidupan manusia sehari-hari bahwa manusia diciptakan oleh Allah tidak lepas dari keterkaitan antara manusia yang satu dengan manusia yang lain. Menurut Muhammad Qutub, metode teladan itu memberikan isyarat pada diri Nabi Muhammad SAW,
karena Allah membentuk kepribadian Nabi
Muhammad menjadi teladan sepanjang sejarah kehidupan manusia (Qutub, 1984:183). Metode ini sangat penting untuk dilaksanakan dalam pembinaan akhlak siswa karena aspek agama yang terpenting adalah akhlak yang termasuk ranah afektif yang diwujudkan dalam bentuk tingkah laku (behavioral). Sebagai contoh uswatun hasanah adalah Nabi Muhammad SAW, Nabi Ibrahim dan kaum yang beriman dan taat kepada Allah SWT. Kecenderungan mencontoh itu sangat besar perananya pada anak apalagi pada usia masih dibawah umur kecenderungan untuk mencontoh sangatlah besar sehingga sangat besar pengaruhnya bagi perkembangan. Sesuatu yang di contoh, ditiru atau di teladani itu
67
mungkin bersifat baik dan mungkin juga bernilai buruk. Untuk itu bagi umat Islam, keteladanan yang paling baik dan utama, terdapat dalam diri pribadi Rosulullah Muhamad SAW. Seperti didalam Al-Quran disebutkan: Artinya:“Sesungguhnya Telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah”. (Q.S. Al-Ahzab (33): 21.). Potret keteladanan pada diri Rosulullah merupakan petunjuk bagi kaum muslim dalam rangka menjalankan peranan mereka dalam melakukan amanah untuk mendidik anaknya (Nawawi, 2005:214). Jika dikaji lebih dalam proses pendidikan berarti setiap pendidik harus berusaha menjadi teladan bagi anak didiknya. Teladan dalam semua kebaikan bukan teladan yang mengarah dalam hal keburukan, dalam pembinaan anak. Keteladanan sangat penting, karena dalam interaksi pendidikan, anak tidak sekedar menangkap atau memperoleh makna suatu ucapan pendidikan, akan tetapi justru melalui keseluruhan pribadi, yang tergambar pada sikap dan tingkah laku para pendidiknya. b. Metode Kisah-kisah melalui nasehat dan cerita Nasehat dan cerita merupakan cara mendidik yang mengandalkan bahasa, baik lisan maupun bahasa tulisan dalam mewujudkan interaksi antara pendidik dengan anak didik (Nawawi, 2005:221). Kedua cara ini
68
banyak di ketemukan didalam Al-Qur‟an, karena nasihat dan cerita pada dasarnya menyampaikan pesan (message/informasi) dari sumber kepada pihak yang memerlukan atau di pandang memerlukan. Didalam Al-Quran banyak nasehat mengenai para rosul atau nabi terdahulu sebelum nabi Muhamad SAW, yang bermaksud menimbulkan kesadaran
bagi
yang
mendengarkan
atau
membacanya,agar
meningkatkan iman dan berbuat amal kebaikan dalam menjalani kehidupan
masing-masing
sehingga
dia
dapat
mengisi
atau
menggunakan waktunya dengan melakukan perbuatan-perbuatan yang baik sebagaimana di tegaskan dalam surat Al-Ashr 3:
Artinya:“Kecuali orang yang beriman dan mengerjakan amal soleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran” ( QS, AlAshr, 103: 3). Demikian banyaknya cerita yang banyak mengandung nasehat sehingga efektif digunakan bagi terjadinya interaksi pendidikan. Cerita dan nasehat bila disampaikan dengan baik akan berpengaruh besar terhadap perkembangan psikologis anak yang nantinya dapat di jadikan contoh dan dapat di aplikasikan dalam kehidupan sehari-hari misal cerita dan nasehat para nabi dan rosul sebelum Muhamad SAW, kapal Nabi Nuh, Mu‟jizat Nabi Ibrahim, dan cerita tokoh-tokoh yang dzalim:, sepetri Fir‟aun, cerita Habil dan Khobil, kebodohan dan ketamakan Qorun dan lain sebagainya.
69
Kesemua cerita ini dapat dipetik sebagai tuladan bagi kita, cerita dan nasehat tidak terbatas pada anak-anak saja tapi juga untuk orang dewasa dalam melakukan belajar se umur hidup, karena setiap orang masih mempunyai kesempatan untuk mengoreksi mengevaluasi kekurangan dan kelemahan dirinya sehingga dia dapat melakukan perbaikan atau penyempurnaan bagi proses kehidupanya. Mendidik dengan nasehat dan cerita sangatlah tinggi nilainya dalam proses pendidikan Islam, yang di gunakan untuk membantu dan mengarahkan anak didik agar tumbuh sifat kedewasaan dalam kehidupannya, juga menjadi orang yang beriman dan bermanfaat bagi agama dalam mengerjakan sesuatu yang di ridloi oleh Allah Swt untuk menuju kebahagiaan dunia maupun kebahagiaan akherat. Didalam mendidik anak sangatlah penting adanya suatu cerita yang dapat di sajikan kepada anak didik terutama. Dalam Al-Quran Surat Ali Imran 138:
Artinya:“Al-Quran itu adalah penerangan bagi seluruh manusia,petunjuk serta pelajaran bagi orang-orang yang bertaqwa” ( QS. Ali Imran, 3: 138). Dari ayat di atas jelas bahwa cerita yang dapat di manfaatkan untuk pendidikan adalah cerita yang mengandung nasehat agar tumbuh kesadaran anak didik untuk meningkatkan keimanannya dan untuk berbuat amal kebaikan di dalam kehidupannya. Sedangkan nasehat tak selamanya harus di sampaikan dalam bentuk cerita. Oleh karena itulah
70
didalam firman Allah Swt tersebut di atas adalah sebagai penerang, yang isinya dapat besifat nasihat tanpa cerita dan dapat pula berupa cerita yang berisi nasihat, yang disebut petunjuk dan pelajaran bahkan juga peringatan-peringatan. Contoh dalam nasihat dan cerita Luqman kepada anaknya itu mengungkapkan bagaimana Luqman dalam menasehati dan mendidik anaknya. Agar anaknya tidak menyekutukan Allah, karena menyekutukan Allah adalah kedholiman yang besar dan azab Allah sangatlah pedih bila ia menyekutukannya. Surat Luqman ayat 13:
Artinya:“Dan ingatlah ketika Luqman berkata kepada anaknnya, diwaktu ia memberi pelajaran kepadannya” hai anakku janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah nyata-nyata kezaliman yang besar”. (QS. Luqman 31: 13). Demikian inilah kenyataan bahwa cerita dan nasihat selalu dapat di gunakan dalam dunia pendidikan dalam proses mendidik anak-anak yang belum dewasa dan bahkan untuk mewujudkan kesadaran berbobot yang diiringi dengan kesadaran proses belajar bagi orang dewasa dalam mewujudkan kehidupan yang lebih baik. c. Metode Nasihat Ayat-ayat Al Qur‟an banyak menyebutkan kalimat-kalimat yang dapat menyentuh hati untuk mengarahkan manusia kepada tujuan yang dikehendakinya, yakni agar manusia selalu berpegang teguh pada
71
ajaran islam. Metode nasihat ini harus disertai dengan panutan atau teladan dari orang yang memberikan nasihat. Sebagaimana nasihat Nabi Salih As. Kepada kaumnya, Al-A‟raf (7) : 79
Artinya : Maka Shaleh meninggalkan mereka seraya berkata : “Hai kaumku Sesungguhnya aku telah menyampaikan kepadamu amanat Tuhanku, dan aku telah memberi nasehat kepadamu, tetap kamu tidak menyukai orang-orang yang memberi nasehat” ( QS.., Al A‟raaf , 7: 78). Ayat tersebut menjelaskan bahwa tidak semua orang itu dapat menerima nasihat, sejak Zaman Nabi sampai sekarang ini. Pelaksanaan pembinaan akhlak siswa pada umumnya lebih banyak menggunakan metode nasihat, tetapi ada kelemahan membosankan siswa. Demikian juga orang tua dirumah juga hampir setiap hari menggunakan metode nasihat. Namun akan lebih diperhatikan dan ditaati oleh anak bila metode nasihat itu disertai dengan teladan dari guru dan orang tua yang memberikan nasihat. d. Metode Pembiasaan Pembinaan akhlak dengan cara membiasakan peserta didik untuk melakukan ajaran Islam di sekolah, misalnya menjalankan shalat sebelum pulang sekolah, shalat dhuha, mentaati tata tertib sekolah, sopan santun terhadap semua guru dan berbuat baik terhadap siswa lain. Metode pembiasaan dapat juga diterapkan untuk meninggalkan perbuatan yang melanggar ajaran agama Islam dan tata tertib sekolah.
72
Peranan guru dan orang tua dalam menerapkan pembiasaan adalah sebagai pengawasan dan bimbingan terhadap perilaku peserta didik sehari-hari. Metode pembiasaan ini dapat dilakukan secara bertahap, baik dalam melaksanakan ajaran agama Islam, tata tertib sekolah maupun dalam meninggalkan perbuatan yang melanggar ajaran Islam, kebiasaan merokok dan minuman keras. Apabila dikaji lebih dalam kehidupan kita sehari-hari banyak kebiasaan yang berlangsung baik kebiasaan bersifat lidah/berbicara maupun dalam bertingkah laku. Dikalangan masyarakat kebiasaan itu sudah membudaya tapi antara masyarakat satu dengan yang lain itu berbeda (Nawawi, 2005:216). Beragamnya masyarakat itu membentuk kebiasaan di antara mereka dan membangun penguasaan kebiasaan dari generasi ke generasi yang berikutnya, sebagian besar diturunkan menjadi proses pendidikan, sehingga membudaya dalam kehidupan manusia. Dalam konteks kehidupan manusia ada kebiasaan hidup yang baik dan juga ada kebiasaan hidup yang buruk itu dapat merugikan dan dapat menguntungkan didalam kehidupan masyarakat. Pendidikan kebiasaan haruslah dapat ditanamkan kepada anak didik oleh para pendidiknya, terutama orang tua. Sejak kecil anak harus dibiasakan berbuat kebaikan baik dalam bidang pendidikan maupun dalam bidang moral, misalnya menghormati orang yang lebih tua, Menghormati ayah ibu menghormati guru ataupun orang luar dari keluarga. Kalau dalam kehidupan beragama yang perlu dibentuk agar
73
menjadi tingkah laku yang dapat dilakukan secara otomatis. Misalnya mengucapkan salam waktu masuk atau meninggalkan rumah ataupun dengan orang lain. Demikian pula didalam diri anak harus ditanamkan kebiasaan bangun pagi dan segera meninggalkan tempat tidur, berwudlu dan menunaikan sholat subuh. Kebiasaan melafalkan “basmalah”
setiap
akan
memulai
pekerjaan
dan
melafalkan
“Alhamdulillah setelah selesai melakukan pekerjaan atau setiap mendapat nikmat dari Allah SWT. Sehubungan dengan semua itu Allah berfirman didalam surat An Nuur ayat 27 berbunyi;
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman janganlah kamu memasuki rumah yang bukan rumahmu sebelum meminta izin dan memberi salam kepada penghuninya demikianlah yang sebaiknya untukmu semoga kamu mendapatkan pelajaran” (QS. An Nur, 24: 27). Dari penjelasan di atas menunjukkan bahwa kebiasaan akan terbentuk jika dilatih berulang-ulang untuk itu setiap pendidik dan orang tua harus mampu menanamkan kebiasaan yang baik dan mampu menjadi panutan bagi anak-anaknya didalam keluarga dan masyarakat karena kebiasaan akan tertanam ketika anak itu masih kecil. Hal ini sangat relevan dengan perkataan Ibnu Mas‟ud tentang pendidikan anak beliau Mengatakan biasakanlah anak-anakmu berbuat kebaikan karena kebaikan itu terbentuk karena kebiasaan (Hafizh, 2005:316). e. Metode Hukuman dan Penghargaan
74
Pemberian hukuman dan penghargaan terhadap siswa perlu dilaksanakan, namun hukuman dan penghargaan itu perlu diperhatikan unsur pendidikannya. Artinya
hukuman dapat mendorong siswa
mengubah dirinya menjadi baik, sedang penghargaan dapat mendorong siswa lebih bersemangat untuk meningkatkan kebaikan prestasi yang telah dicapai. Dalam Al Qur‟an hukuman bisa dikenal dengan kata azab dan disebutkan sebanyak 347 kali (Al-baqy, 1987:455). Berarti Al Qur‟an sangat memperhatikan metode hukuman. Demikian pula dengan ganjaran atau penghargaan yang sering disebut ajrun. Contoh hukuman dalam surat At –Taubah (9) : 75
Artinya : dan jika mereka berpaling, niscaya Allah akan mengazab mereka dengan azab yang pedih di dunia dan akhirat, dan mereka sekali-kali tidaklah mempunyai pelindung dan tidak (pula) penolong di muka bumi (QS. At –Taubah 9: 75).
Surat Al Maidah (5): 38
Artinya : laki-laki yang mencuri dan perempuan yang mencuri, potonglah tangan keduanya ( sebagai ) pembalasan bagi apa yang mereka kerjakan dan sebagai siksaan dari Allah. Dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana ( QS. AlMaidah, 5: 38).
Surat Hud (11): 11
75
Artinya : kecuali orang-orang yang sabar ( terhadap bencana ), dan mengerjakan amal-amal saleh, mereka itu beroleh ampunan dan pahala yang besar ( QS. Hud 11: 11). Surat Ali Imran (3): 136
Artinya : Mereka itu balasannya ialah ampunan dari Tuhan mereka dan surga yang di dalamnya mengalir sungai-sungai, sedang mereka kekal di dalamnya, dan itulah Sebaikbaiknya pahala orang-orang yang beramal ( QS. Ali Imran 3: 136). Dengan demikian bahwa pemberian hukuman dan ganjaran tetap sah dan diakui dalam Islam dan dapat digunakan dalam mendidik kedisiplinan dan pembinaan akhlak siswa. hukuman dan penghargaan diberikan secara adil bukan atas dendam atau karena senang saja. hukuman diberikan bagi peserta didik yang melanggar peraturan dan tata tertib, sedangkan ganjaran diberikan bagi mereka yang mentaati peraturan dan tata tertib sekolah. f. Metode melalui disiplin Dalam kegiatan yang dilakukan secara rutin, itu terdapat nilainilai atau norma-norma yang menjadi tolak ukur benar atau tidaknya, sebuah norma-norma yang menjadi nilai tentang benar tidaknya atau efektif atau tidaknya palaksanaanya oleh seseorang (nawawi, hal:228).
76
Norma-norma terhimpun menjadi aturan yang harus di patuhi, karena setiap penyimpangan atau pelanggaran, akan menimbulkan keresahan, keburukan dalam kehidupan yang berlangsung tidak efektif atau bahkan tidak kondusif. Dengan demikian berarti manusia di tuntut untuk mampu mematuhi berbagai ketentuan atau hidup secara berdisiplin, sesuai dengan nilai-nilai yang berlaku di masyarakatnya. Nilai-nilai yang membatasi hidup itu ternyata merupakan kebutuhan manusia agar dapat menjalani kehidupan secara manusiawi. Dalam keterkaitan dalam nilai-nilai yang harus di patuhi itu. Justru manusia menjadi manusia yang merupakan bagian dari aspek-aspek yang membedakannya dari makhluk lain di muka bumi ini. Dalam mendidik haruslah di kenalkan atau di tanamkan sifat kedisiplinan. Agar anak menjadi sadar akan tanggung jawab terhadap dirinya sendiri dan orang lain sehingga ia mampu dan mau mentaati, mematuhi ketentuan-ketentuan yang berlaku di dalam lingkungan keluarga, masyarakat, sekolah, bangsa dan Negara serta mampu mentaati dan mematuhi kententuan-ketentuan yang di atur oleh Allah SWT di dalam beribadah dan ketentuan lain yang lebih bersifat fundamental. Ketentuan dan kepatuhan dalam menjalankan tata tertib kehidupan, tidak akan terasa berat bila dilaksanakan dengan kesadaran akan kepentingan dan manfaatnya sehingga secara tidak langsung dia telah melaksanakan disiplin kehidupan.
77
Disiplin dan tata tertib di tanamkan pada anak-anak akan membawa kehidupannya menjadi manusia yang sempurna jika di rinci secara khusus dari aspek demi aspek akan menghasilkan etika sebagai norma-norma yang berlaku dalam pergaulan, termasuk juga dalam hubunganya dengan lingkungan sekitar, misalnya; etika pergaulan antara anak dengan orang tua, cara makan, berpakaian di samping itu anak menjadi patuh terhadap peraturan-peraturan, disiplin waktu, tidur di malam hari, bangun di pagi hari belajar, bermain dan lain-lain. Sedangkan mentaati peraturan yang bersifat fundamental dari Allah adalah belajar membaca ayat suci Al-Quran, menjauhi laranganlarangannya, dan melaksanakan sholat lima waktu tepat pada waktunya seperti yang telah di tegaskan dalam surat Luqman ayat 17:
Artinya:“Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu.Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah).” ( QS., Luqman 31: 17). Semua menjadi penjelas bahwa Allah mengatur umatnya dari hal-hal yang bersifat kecil sehingga Allah mengharapkan umatnya untuk memiliki kedisiplinan yang tinggi dalam segala hal. Pada kenyataannya
proses
pendidikan
melalui
disiplin
memerlukan
ketegasan dan kebijaksanaan. Ketegasan mengharuskan pendidik
78
memberikan sangsi atau hukuman pada anak didik yang tidak patuh atau melanggar tata tertib sebagaimana janji Allah bagi manusia yang melanggar larangannya dan tidak melaksanakan perintahnya telah di sediakan siksaan yang pedih. Manivestasi dari semua itu tidaklah mudah. Karena di satu pihak di upayakan pembuktian kekeliruannya kemudian harus di pikirkan juga sangsi yang bersifat mendidik latar belakang dan kondisi anak
(sering tidaknya ia melakukan
pelanggaran). Namun tujuan menjatuhkan hukuman dan sangsi itu tidak lain hanyalah menumbuhkan kesadaran pada anak bahwa perbuatan melanggar disiplin adalah tidak baik. Untuk mewujdkan disiplin yang akan menumbuh suburkan iman, serta sekaligus mengambarkan pentingnya pendidikan agama sejak kecil. Rosulullah membenarkan memukul anak sebagai hukuman terhadap kelalaianya. Hukuman fisik (Badan) di benarkan oleh rosulullah untuk pelanggaran disiplin yang bersifat prinsipil. Kalau dikaji pendidikan melalui disiplin akan menyadarkan anak pada hak dan kewajibannya atau tanggung jawabnya dalam kehidupannya bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan beragama. Dengan demikian di harapkan anak akan mampu ikut berpartisipasi dalam meningkatkan kwalitas hidup bersama. g. Mendidik melalui partisipasi Manusia hidup di dunia tidak mungkin bisa hidup sendiri pasti membutuhkan uluran tangan orang lain. Sehingga perlu bekerja sama
79
agar terwujud kehidupan yang harmonis yang didasari oleh saling percaya mempercayai dan saling menghormati di antara mereka. Kehidupan seperti itu diharuskan manusia untuk mereka dalam ber partisipasi antara satu dengan yang lainnya agar menjadi persatuan yang kukuh. Demikian pula dalam interaksi penedidikan terutama antara orang tua dengan anaknnya. Di satu pihak anak tidak boleh di perlakukan sebagai manusia dewasa dalam bentuk kecil. Anak-anak tidak patut ikut serta (berpartisipasi) dalam semua kegiatan orang dewasa apalagi ikut memikul tanggung jawab yang begitu besar, karena hal ini akan merusak perkembangan psikis anak. Dalam rangka tercapainya proses interaksi pendidikan anak sebaiknya di ajak ikut serta (berpartisipasi) dalam proses pendidikan,misalnya melalui tukar fikiran, menghadiri pengajian dan lain-lain. Seorang pendidik atau orang tua harus memberikan pendidikan kepada anaknya sesuai dengan tingkatan usia dan perkembangan agar agama Islam di muka bumi ini sinergis baru dalam dunia pendidikan. Kalau dilihat bahwa agama kepercayaan yang terdahulu lebih pada kepercayaan Hinduisme dan Budiisme. Kehidupan agama islam membawa pencerahan kepada manusia dalam menjalankan ibadah dan kehidupan yang setiap harinya bernafaskan keislaman semua itu membawanya kepada konsep Islam sebagai agama yang rahmatal lil’alamin bagi umat yang meyakininya. Dalam kerangka kehidupan
80
orang islam dengan berpedoman wahyu Allah (Al-Quran yang di turunkan kepada para Rosul-Nya untuk di sampaikan kepada umat manusia agar mereka selamat dalam hidup di dunia maupun di akhirat (Achmadi, 1992:17). dalam pembelajaran anak perlu ditanamkan kebiasaan untuk membaca dengan giat agar menjadi orang yang pandai dan mengerti dari apa yang ia pelajari dalam kehidupanya (Nawawi, 2005:217). Dalam Al-Qur‟an Surat Al Alaq: 1 di jelaskan:
Artinya:“Bacalah atas nama tuhanmu yang menciptakan” ( QS.. Al „Alaq, 96: 1). Seperti yang telah penulis kemukakan di atas ayat ini menjadi penegas bahwa manusia di tuntut untuk selalu membaca agar ia menjadi pandai dan berpendidikan. Kajian pendidikan sangat penting bagi dunia lembaga Islam karena lembaga pendidikan islam dituntut sebagai wahana untuk membangun, nantinya anak dapat mengerjakan suatu hal dan mengatasi kesulitan-kesulitannya, disamping anak mendapatkan pengalaman yang berharga. Orang tua atau pendidik harus selektif dalam memilih jenis kegiatan untuk mengikut sertakan anak (subjek). Sebagaimana dimaksud firman Allah swt dalam surat An Nahl 125:
81
Artinya: "Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk ( QS. An Nahl, 16: 125). Dalam dunia pendidikan ada interaksi antara orang tua dengan anaknya (Nawawi, 2005:235). dalam proses pendewasaan anak orang tua haruslah dapat ikut peran dalam dunia kegiatan yang bersifat mendidik, proses itu muncul karena anak sering diajak dalam kegiatan yang baik partisipasi ini sangat penting dalam membantu anak mempergunakan waktu senggangnya secara bermakna (Nawawi, 2005:238). Karena akan menjadi kreatif disamping sikap menghargai waktu
dalam
proses
ini
cenderung
mendorong
anak
untuk
mengefektifkan waktu yang dia miliki dalam proses belajarnnya. Melaksanakan pendidikan Islam sangatlah penting bagi kehidupan manusia, karena dalam proses pendidikan bertanggung jawab dan menentukan arah pendidikan tersebut (Zuhairin, 1986:167). Itulah sebabnya Islam sangat menghormati dan menghargai orangorang yang berilmu pengetahuan yang bertugas sebagai pendidik, karena memiliki ilmu pengetahuan sama saja dengan melaksanakan tugas yang mulia, sehingga Islam memandang pendidik mempunyai
82
derajat yang lebih tinggi daripada orang-orang yang tidak berilmu. Tetapi di samping itu orang-orang yang berilmu tidak boleh menyembunyikan atau menyimpan ilmunya yang dimilikinya itu untuk dirinya sendiri, melainkan menerima dan menolong orang yang tidak berilmu
sehingga menjadi berilmu (pandai), kalau mengacu pada
tujuan pendidikan Islam berarti
berbicara mengenai tujuan hidup,
karena pendidikan bertujuan untuk memelihara kehidupan manusia (Langgulung, 1986:33). Berbicara mengenai pendidikan Islam kemungkinan besar akan berbicara masalah kehidupan manusia di dunia dan akherat, untuk itu belajarlah dengan orang pandai dapat mengetahui dan memahami apa yang belum dapat di ketahuinya. Penghormatan dan penghargaan islam terhadap orang-orang yang mempunyai pengetahuan telah di perjelas didalam Al-Qur‟an (Q. S. Al Mujadilah 11):
Artinya: “Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", Maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan”( QS. Al Mujadilah 58: 11).
83
Dunia pendidikan sebenarnya dapat ditinjau dari tiga segi. Pertama adalah dari sudut pandang masyarakat atau lingkungan ia bermain. Kedua adalah dari sudut pandang individu dan yang ketiga dari sudut pandang agama. Dari segi masyarakat, pendidikan berarti pewarisan kebudayaan dari generasi tua kepada generasi muda, agar hidup masyarakat tetap berkelanjutan (Laggulung, hal:3). yang mempunyai nilai-nilai budaya dalam masyarakat dapat disalurkan dari generasi ke generasi agar identitas masyarakat tersebut tetap terpelihara. Nilai-nilai ini bermacam-macam, ada yang bersifat intelektual, seni, politik, ekonomi dan lain-lain yang terbina dari sebuah rumah, bangsa atau Negara. Setiap masyarakat berusaha mewariskan keahlian dan ketrampilan yang di punyainya itu kepada generasi muda agar masyarakat tersebut tetap memelihara kepribadian yang berarti memelihara kelanjutan hidup masyarakat tersebut. Dilihat
dari
kacamata
individu
pendidikan
berarti
pengembangan potensi-potensi yang terpendam dan tersembunyi. Individu itu laksana lautan dalam yang penuh mutiara dan bermacammacam ikan, tetapi tidak tampak (Langgulung, 2000:3). Ia masih berada didasar laut. Ia perlu disaring dan digali supaya dapat menjadi makanan dan perhiasan bagi manusia. Manusia mempunyai berbagai bakat dan kemampuan, kalau pandai dapat menjadi kekayaan yang melimpah. Kemampuan intelek saja beraneka ragam, kemampuan bahasa, menghitung, mengingat, berfikir, berdaya cipta dan lain
84
sebagainya. Dari segi agama pendidikan adalah sebagai langkah awal manusia untuk mengingat kepada sang pencipta. Dalam Bahasa Arab din artinya agama yang benar (Al-Naquib, 1984:22). Islam adalah agama yang memberikan cara hidup kepada manusia dalam kehidupanya di muka bumi. Dalam kerangka agama, agama adalah proses manusia dalam mendapatkan keridhoan untuk menuju proses ketaqwaan. Karena dengan mengingat dan bertaqwa kepada Allah SWT itu dapat menciptakan motivasi dalam dirinya untuk melakukan perbuatan yang terpuji. Didalam Islam pendidikan merupakan proses manusia untuk mengentaskan dari kebodohan, agar manusia menjadi tahu dan mampu mengaplikasikan ilmu dalam kehidupan. Berkaitan dengan siswa menyimpang dari norma yang tersebut di atas Islam mempunyai 4 konsep penanggulangannya yaitu sebagai berikut: 1) Menanamkan rasa ketaqwaan Kalau tidak kita pungkiri bahwa manusia dilahirkan kedunia adalah sebagai mahluk yang sempurna diantara makhluk yang lain, karena manusia di anugerahi akal pikiran dan perasaan yang tinggi. Dengan ketiga hal tersebut manusia dituntut untuk melakukan apa yang telah digariskan oleh Allah SWT. Sehingga manusia hidup dengan berbagai kemampuan kewenangan sesuai dengan Asma‟ul Husna dalam batas-batas kemakhlukkannya (Ahmadi, 1992:32).
85
Didalam pendidikan anak di usia balita haruslah dikenalkan tentang kebesaran Allah, melalui segala yang menjadi ciptaannya, mendidik untuk melaksanakan sholat ketika masih kecil sehingga akan menambah ketaqwaan pada diri anak tersebut. Oleh sebab itu Islam
menjunjung
tinggi
kepada
ketauhidan
agar
proses
pendidikan dapat menyelamatkan umatnya dalam kaca keakraban yang kita sebut adalah alam fana, ketika kita akan menemui kematian. 2) Mendidik dengan orang lain Dalam dunia pendidikan haruslah dapat memberikan arah kepada anaknya sejak usia balita untuk berafiliasi (kebutuhan untuk bersama orang lain), karena orang yang berafiliasi tinggi terdorong akan membentuk persahabatan. Berafiliasi antara satu dengan orang lain akan muncul saling menghormati dan memehami. Disatu sisi manusia membutuhkan orang lain karena manusia hidup bisa dikatakan saling ketergantungan antara manusia satu dengan manusia yang lain (Soekanto, 2001:67). Didalam mendidik anak sejak usia balita ini Islam menganjurkan kepada pendidik untuk mendidik anaknya dengan kepekaan sosial karena proses pembelajaran akan muncul lebih baik dan efektif dalam menumbuhkan sikap kedewasaan bagi anak jika sudah ditanamkan kepekaan sosial. Apalagi jika dia mulai menjalin proses
86
pendidikanya akan bisa menghormati gurunya yang memberikan pelajaran. Dari uraian di atas berarti alat pendidikan bukanlah benda atau sesuatu yang bersifat materiil namun hubungan itulah yang paling penting, sehingga antara keduanya saling ada kebersamaan dan keterkaitan antara satu sama lainya. Sehingga dengan pendidikan itulah terjadi proses hubungan antara orang tua (pendidik) dengan anak tersebut dengan didasari rasa cinta, hormat menghormati, dan saling menghargai sejalan dengan sabda Rosulullah Muhamad Saw: Artinya : “Kamu melihat orang yang beriman itu saling kasih mengasihi, saling cinta mencintai dan saling tolong menolong seperti satu tubuh kalau ada Tubuh yang sakit seluruh tubuh ikut menderita tidak dapat tidur dan menderita panas" (Nawawi, 2005:127). Demikianlah
seharusnya
didalam
pendidikan
timbul
keakraban yang di upayakan dan di kembangkan pendidikan dalam relasinya dengan anak (subyek) didik atau anak didik dengan anak didik yang didasari oleh saling pengertian dan saling menyayangi satu sama lainya. Model tersebut tercermin dari cara orang tua dalam mendidiknya, karena anak bisa di didik untuk bersikap baik terhadap orang lain dengan mengamati perilaku baik orang tua atau pengasuh (Rimm, 2003:32). dengan penjelasan yang lebih spesifik
87
dari orang tua, untuk itulah orang tua menjadi tumpuhan pertama dalam pendidikan perilaku anaknya. 3) Mendidik berbuat baik (berakhlak mulia) Akhlak
bisa
berarti
tabiat,perangai,dan
budipekerti.
Sebagaimana yang telah disebutkan dalam kitab-kitab yang mengupas masalah akhlak terpuji atau mahmudah dan akhlak tercela atau mazmumah. Menurut Imam Ghozali akhlak adalah menerangkan tentang keadaan jiwa yang menetap didalamnya (Zainiddin, 1991:222). Dari dalam jiwa tersebut akan terbit semua perbuatan yang
mudah tanpa memerlukan pemikiran dan
penelitian. Jika perbuatan yang muncul itu perbuatan yang baik atau terpuji hal itu disebut akhlak mahmudah atau akhlak yang baik dan jika yang muncul itu perbuatan-perbuatan yang jelek maka dinamai akhlak mazmumah atau akhlak yang jelek. Dalam situasi lain, akhlak disebut dengan etika. Yang berasal dari bahasa Yunani etos berarti adab kebiasaan. Didalam kamus pendidikan dan umum dikatakan bahwa etika adalah bagian dari filsafat yang mengajarkan keluhuran budi (baik dan buruk) (Sastrapraja,
1981:144).
Didalam
Dictionary
of
education
dikatakan: “Etics the study of humant behavior not only tofind the truth of things as they are but also leanguare into the worth of
88
goodness of humant action” (Carter, 1973:219). (Etika ialah study tentang tingkahlaku manusia, tidak hanya menentukan kebenaranya sebagaimana adanya, tetapi juga menyelidiki manfaat atau kebaikan dari seluruh tingkah laku manusia). Dari pengertian ilmu ahlak yang telah ditentukan di atas dapat diketahui bahwa pokok pembahasanya adalah tingkah laku manusia untuk menetapkan nilai yang baik atau yang buruk. Dalam hubungan ini Ahmad Amin mengatakan bahwa etika itu menyelidiki segala perbuatan manusia,kemudian menetapkan hukum baik atau buruk. Dalam hubungan ini maka dengan pengetahuan dan pengalaman seseorang dapat membentuk kebiasaan yang baik dan dapat merubah tingkahlakunya agar sesuai dengan yang ada dalam ketentuan sar‟i. Akhlak juga merupakan ekspresi jiwa seseorang, jika jiwa seseorang tersebut di didik dan dilatih dengan pengendalian akhlak yang baik dan didasarkan pada bimbingan ajaran agama yang benar maka akan muncul dalam jiwa tersebut akhlak yang baik. Namun sebaliknya jika akhlak seseorang rusak dan tidak mengikuti pertunjuk Allah maka mereka akan banyak melakukan hal-hal yang dilarang oleh islam atau akhlak yang tercela
atau
mazmummah.
Akhlak
mahmudah kan dapat
menguntungkan pada seseorang yang menjalankanya/orang lain,
89
sedangkan akhlak mazmumah dapat merugikan dirinya sendiri dan orang lain. Didalam ajaran agama Islam umat manusia selalu di ajarkan agar selalu beribadah kepada Allah dan selalu menjalankan segala perintah Nya dan meninggalkan semua yang dilarang Allah SWT. Dengan membentuk akhlak yang mulia ini tujuan yang ingin dicapai adalah terbentuknya manusia yang ideal anak yang bertaqwa
pada
Allah
SWT
dan
cerdas
sehingga
dapat
menyempurnakan akan nilai-nilai kemanusiaan sesuai ajaran islam yaitu tekun beribadah dan sanggup beribadah dan sanggup hidup bermasyarakat dengan baik dan juga mampu melakukan peran dirinya dalam masyarakat, sehingga dapat di akui didalam masyarakat. 4. Menggali bakat Dalam dunia pendidikan bakat adalah kemunculan potensi pada diri anak sejak usia dini kemudian dapat disalurkan dalam dunia pendidikan. Bakat merupakan perasaan dan perhatian, ia merupakan salah satu metode pikir (Paulson, 1982:12). Manusia dilahirkan dalam keadaan lemah,fisik maupun psikis, walaupun dalam keadaan yang demikian ia telah memiliki kemampuan bawaan yang bersifat laten (bakat alam). Potensi bawaan ini memerlukan pengembangan melaui bimbingan dan pemeliharaan yang mantab lebih-lebih pada usia dini. Sesuai
90
dengan prinsip pertumbuhan anak menjadi dewasa memerlukan bimbingan sesuai prinsip yang dimilikinya yaitu: a. Prinsip biologis (secara fisik anak dilahirkan dalam keadaan lemah dan ia membutuhkan bantuan orang lain). b. Prinsip tanpa daya (sejalan belum sempurna pertumbuhan fisik dan psikis anak maka sejak lahir anak lahir menginjak usia dewasa yang membutuhkan orang lain terutama orang tua). c. Prinsip eksplorasi (kemantapan dan kesempurnaan yang dibawa sejak
lahir
baik
jasmani
maupun
rohani
memerlukan
pengembangan melalui pemeliharaan dan latihan sehingga dapat diarahkan kepada pengeksplorsian perkembangannya (Alaludin, 1996:64). Mengarahkan
bakat
atau
kecenderungan
anak
pada
bidangnya merupakan proses pendidikan yang sangat tepat dimana anak akan mempelajari apa yang Ia suka dengan penuh semangat. Sebagai mana kita ketahui dari sebuah hadis bahwa Rosulullah begitu berhasrat untuk meminta Zaid bin Tsabit mempelajari bahasa asing setelah beliau mengetahui bahwa Zaid memang memiliki bakat dalam penguasaan bahasa (Hafizh, 1997:242). Paparan konsep di atas menunjukan bahwa pendidikan Islam harus memberikan kematangan peran bagi dunia ilmu dan pengetahuan, dalam rangka memajukan zaman haruslah dapat membawa pendidikan silam kearah yang lebih baik bagi anak
91
didiknya. Proses perkembangan itu akan mengakibatkan peran dan fungsi pendidikan semakin menantang bagi dunia pendidikan Islam. Maka pendidikan haruslah mempersiapkan anak-anak didiknya
kearah
yang
baik,
maju
berlandaskan nilai keislaman yang luhur.
92
dan berwawasan
luas
BAB III PAPARAN DATA HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Lingkungan Sekolah 1. Sejarah Berdirinya MTs Muhammadiyah Cekelan Kauman Kemusu Boyolali MTs Muhammadiyah Cekelan Kauman Kemusu Boyolali di dirikan pada tahun 1995 oleh warga desa kauman, dan selama bergulirnya waktu MTs Muhammadiyah Cekelan Kauman Kemusu Boyolali sudah mengalami tiga pergantian kepala sekolah, berikut nama kepala sekolah yang pernah menjabat di MTs Muhammadiya Cekelan Kauman Kemusu Boyolali : Abdul Aziz,S.Pd Triyana,S.Pd Sarifuddin,S.PdI. 2. Letak Geografis a. Lokasi Jalan
: Ds Kauman
Kelurahan
: Kauman
Kecamatan
: Kemusu
Kode pos
: 57383
Alamat surat
: MTs Muhammadiyah Kel. Kauman, Kec. Kemusu, Kab. Boyolali
Telepon
: (0298)321685
Faksimale
: (0298)321685
Email
:
[email protected]
Kepala sekolah
: Sarifuddin, S.Pd.I
93
b. Batas wilayah 1)
Sebelah Utara
: Dsn. Cekelan
2)
Sebelah Selatan
: Dsn. Kedung Rawa
3)
Sebelah Barat
: Dsn. Kauman
4)
Sebelah Timur
: Persawahan Warga
Dengan
batas-batas
wilayah
serta
letak
gedung
MTs
Muhammadiyah Cekelan Boyolali tersebut, dapat dikatakan bahwa lingkungan MTs Muhammadiyah Cekelan Boyolali memiliki suasana yang kondusif dalam pelaksanaan proses belajar mengajar, letak yang strategis dan suasana tidak terlalu bising, sebab letaknya jauh dari pusat keramaian dan kebisingan. 3. Visi dan Misi a. Visi Visi yang diemban MTs Muhammadiyah Cekelan Boyolali adalah Unggul dalam iman dan taqwa, Optimal dalam ilmu pengetahuan dan teknologi serta peduli terhadap lingkungan. b. Misi 1.Iman dan takwa sebagai pedoman utama dalam menjalani kehidupan berbansa dan bernegara. 2.Mampu mentransfer pengetahuan dan ketrampilan secara optimal. 3.Menjaga kelestarian dan mencipatakan keseimbangan lingkungan sebagai
sarana
utama
94
dalam
kelangsungan
hidup
bermasyarakat.Menyiapkan tamatan yang berkompeten di bidang keahliannya 4. Tata Tertib Siswa a. Kewajiban 1)
Menjunjung nama baik di dalam maupun di luar sekolah serta menghormati Kepala sekolah,Guru, Karyawan dan sesama siswa
2)
Mengikuti program diklat di sekolah maupun di luar sekolah
3)
Mematuhi aturan dikelas dengan ketentuan: a)
Hadir 10 menit sebelum bel masuk minta ijin guru piket jurnal hadir setelah bel masuk dan hadir setelah melewati pukul 07.15 menit maka siswa di pulangkan.
b)
Bila keluar ruangan dan minta keterangan Guru BK/BP bila meninggalkan sekolahan sebelum dikelas selesai.
c)
Menyerahkan surat izin dari orang tua atau keterangan dari dokter bila sakit lebih dari 2 hari diberikan kepada guru BK/BP.
4)
Memakai seragam sekolah dan a3butnya dengan rapi dan sopan ketentuan sebagai berikut: a)
Senin, Selasa
: Seragam OSIS
b)
Rabu, Kamis
: Seragam Khusus
c)
Jum‟at, Sabtu
: Seragam Pramuka
d)
Memakai seragam olah raga pada saat mengikuti mata diklat olah raga.
95
e)
Model celana tidak boleh model
jeans, sedangkan ukuran
lebar celana minimal 18 cm dan maksimal 22 cm. f)
Memakai sepatu warna hitam polos, kaus kaki putih, ikat pingang hitam lebar 3 cm, mengenakan dasi saat mengenakan seragam OSIS, dan bagi siswi wajib mengenakan jilbab dan pakaian tidak boleh transparan.
5)
Menjaga potongan rambut dengan ketentuan bagi siswa BROS (3,2,1)
6)
Mengikuti kegiatan upacara bendera, senam, bakti kampus dan kegiatan lainnya dengan akfir dan tertib serta mengikuti kegiatan ekstra kurikuler bagi siswa tingkat I dan II.
7)
Menggunakan dan merawat fasilitas sekolah dengan benar sesuai fungsinya serta menjaga keamanannya.
8)
Masuk dan keluar area sekolah harus melewati gerbang.
b. Larangan Setiap siswa MTs Muhammadiyah dilarang: 1) Melakukan perbuatan yang mencemarkan nama baik diri sendiri, kepala sekolah, guru, karyawan, instansi/lembaga terkait serta tidak melakukan atau perbuatan yang menganggu kegiatan disekolah. 2) Meninggalkan sekolah sebelum kegiatan diklat berakhir, kecuali dengan ijin dari Guru BK/BP. 3) Berpakaian dan berdandan berlebihan, bertato, rambut disemir, memanjangkan dan mengecat kuku, memakai kalung, gelang, cincin
96
dan tindik anting-anting bagi siswa laki-laki dan bagi Perempuan dilarang memakai pakaian ketat dan lipstik. 4) Membawa atau menggunakan barang-barang terlarang disekolah maupun di luar sekolah, antara lain: rokok, narkoba, obat terlarang, Senjata tajam, gambar/buku/VCD porno dan peralatan perjudian. 5) Berkelahi dengan sesama siswa/siswi MTs Muhammadiyah Cekelan dan atau dengan siswa lain. 6) Merusak fasilitas dan lingkungan sekolah. 7) Memakai pakaian yang tidak pada tempatnya (kaos, celana jeans, jaket dan sandal) pada saat mengikuti kegiatan diklat. 8) Mengikuti
kelompok
atau
organisasi
yang
dilarang
oleh
sekolah/pemerintah. c. Sanksi 1) Peringatan lesan 2) Peringatan tertulis 3) Sekorsing 4) Dikembalikan kepada orang tua 5) Perbuatan kriminal dan asusila (berjudi, mencuri, berkelahi, kasus NARKOBA dan hamil diluar nikah) langsung dikembalikan kepada orang tua. 5. Struktur Organisasi Sekolah Bagan 1 Struktur Organisasi MTs Muhammadiyah Cekelan Kauman Kemusu Boyolali 2014 Kepala Sekolah Sarifuddin. S.Pd 97
DU/DI
Komite Sekolah
WMM Nazillatul S.Pd.
Waka Kurikulum Surati,SPdI
Perpustakaan
Tata Usaha Sumadi
Waka Humas Sri Widyaningsih S.Pd.I
Waka Sarana dan Ketenagaan Asri Pamungkas,SPd
Waka Kesiswaan Zulham Efendy,S.Pd.
Bimbingan Konseling (BK)
VIIA. Wardi,SPd VIIB. Darwati,SPdI
Wali Kelas
VIII. Sri Wahyuni,SPd IX. Diah Ikaningsih,SPd
Guru Siswa
6. Sarana dan Prasarana Tabel 3.1 Sarana dan Prasarana MTs Muhammadiyah Cekelan Kauman Kemusu Boyolali 2014 Jumlah No Nama Barang 1.
Ada
Daya Lis3k
98
PAM
2.
Air
3.
Telepon
1
4.
Ruang Kepala Sekolah
1
5.
Ruang Tata Usaha
1
6.
Ruang Guru
1
7.
UKS
1
8.
Mushola
1
9.
Aula
1
10.
Gudang
2
11.
Ruang Kelas
5
12.
Lab. Komputer
1
13.
Perpustakaan
1
14.
Tempat Parkir Guru
1
15.
Lapangan
1
Berdasarkan dari tabel di atas untuk sarana dan prasarana di MTs MU antara lain : Keberadaan daya listrik yang memadahi, saluran air sudah pam, adanya telfon khusus untuk sekolah, ruang kepala sekolah, ruang tata usaha, ruang guru, ruang UKS, mushola, aula, gudang, ruang kelas, lab. komputer, perpustakaan, tempat parkir, dan lapangan untuk kegiatan-kegiatan sekolah.
99
7. Keadaan Tenaga Pengajar dan Karyawan Tabel 3.2 Daftar Guru dan Karyawan Mapel/Tugas Yang No
Nama Guru
Jab/Gol Diampu
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19.
SArifuddin,S.PdI Wardi,S.Pd Joko Susanto,S.PdI Munandar,S.Pd Zulham Efendy,S.Pd Asri Pamungkas,S.Pd Surati,S.PdI Awaliyah Mustika, S.Pd Diah ningsih,S.Pd Sri Wahyuni,S.Pd Aulia Richwana,S.Pd Sukino,S.PdI Darwati,S.Pd Rubangi Surya Arjuna Giharto Dian Rosyidah,S.Pd Sumadi Saebani
Kamad III d III c III b GTT GTT GTT GTT GTT III a III a GTT III a III a III a GTT GTT KTT KTT
Qur‟an Hadist Bhs Indonesia Ski Fiqih Penjaskes B.Inggris Aqidah TIK MTK SBK B.Jawa Bahasa Arab IPS PKN IPA TIK Sejarah Tata Usaha Penjaga Madrasah
Sumber : Buku Besar Profil MTs Muhammadiyah Cekelan Boyolali. Berdasarkan dari tabel diatas, keberadaan guru dan karyawan di MTs MU untuk nama dan mata pelajaran yang diampu antara lain : Sarifuddin, S.PdI (Qur‟an Hadist), Wardi, S.Pd (Bahasa Indonesia), Joko Susanto, S.Pd (SKI), Munandar,S.Pd (Fiqih), Zulham Efendy, S.Pd (Penjaskes), Asri Pamungkas, S.Pd (B. Inggris), Surati, S.PdI (Aqidah), Awaliyah Mustika, S.Pd (TIK), Diah Ningsih, S.Pd (MTK), Sri Wahyuni, S.Pd (SBK), Auliya Rihwana, S.Pd (B. Jawa), Sukino, S.PdI (B. Arab),
100
Darwati, S.Pd (IPS), Rubangi (PKN), Surya Arjuna (IPA), Gihato (TIK), Diah Rosida, S.Pd (Sejarah), Sumadi (TU), Saebani (Penjaga Madrasah). 8. Keadaan siswa a. Jumlah Rombongan Belajar
: 5 kelas
b. Jumlah Siswa
: 115 Siswa
No
Tabel 3.3 Jumlah Siswa MTs Muhammadiyah Tahun 2014 Jumlah Siswa Kelas Laki-laki Perempuan
Jumlah
1
VII
22
29
51
2
VIII
17
17
34
3
IX
14
16
30
Jumlah
53
62
115
Sumber : Buku Jurnal Perkembangan Siswa MTs Muhammadiyah Cekelan
Berdasar tabel tersebut keberadaan jumlah siswa di MTs MU terdapat 115 siswa yang terbagi kedalam beberapa kelas yang mana kelas VII terdapat 22 siswa dan 29 siswi, kelas VIII terdapat 17 siswa dan 17 siswa dan kemudian di kelas IX terdapat 14 siswa dan 16 siswi. B. Keadaan Lingkungan Sekolah MTs Muhammadiyah Cekelan merupakan satu-satunya Madrasah (sekolah) yang berada di ds. kauman kec. Kemusu kab. Boyolali yang di dirikan oleh masyarakat desa kauman pada tahun 1995, dimana di madrasah tersebut terdapat 10 ruangan yang terdiri dari 5 kelas untuk kelas VIIa dan VIIb, VIIIa dan VIIIb kemudian kelas XI yang kesemua ruang kelas tersebut
101
menghadap keselatan disamping kela XI terdapat ruangan untuk guru yang berhadapan dengan perpustakaan dan lab komputer yang membelakangi kantin sebagi tempat jajanan siswa-siswai pada waktu istirahat, didepan dari kesemua ruangan tersebut terdapat lapangan kecil-kecilan yang digunakan sebagai tempat pada jam olah raga oleh siswa-siswi. Selain
dari
berbagai
ruangan-ruangan
dan
tempat
di
MTs
Muhammadiyah tersebut juga terdapat lokasi strategis yang digunakan sebagai tempat siswa untuk menogkrong yaitu rumah warga, lokasi tersebut berjarak 20 meter dari madrasah dengan menyeberangi jalan. Disekitar lokasi tersebut hanya ada pepohonan jati dan pohon pisang yang membuat lokasi itu sangat teduh dan disukai siswa untuk nongkrong baik pada jam-jam sekolah ataupun tidak pada jam sekolah.
C. Profil Siswa Dalam snowball technique profil siswa yang menjadi responden utama dalam penelitian problem dan strategi penanggulangan kenakalan di MTs Muhammadiyah 1. Ab Siswa Kelas VIIIb Siswa Aa adalah siswa kelas VIIIb di MTs MU yang bertempat tinggal di Desa Kauman, Kecamatan Kemusu, Kabupaten Boyolali. Lahir pada 13 Juni 2000 empat belas tahun yang lalu, anak pertama dari tiga bersaudara dan memiliki Ayah bernama SU berasal dari Boyolali dan Ibu
102
bernama KAR berasal dari Boyolali. Pekerjaan dari kedua orang tuanya sebagai pedagang di Jakarta. 2. Bb Siswa Kelas IX Siswa Bb adalah siswa kelas IX di MTs MU yang bertempat tinggal di Desa Kauman, Kecamatan Kemusu, Kabupaten Boyolali. Lahir pada 28 Februari 1999 lima belas tahun yang lalu, anak semata wayang dan memiliki Ayah bernama JUM berasal dari Klaten dan Ibu bernama MUN berasal dari Boyolali. Pekerjaan dari kedua orang tuanya Ayah sebagai pedagang di Jakarta dan Ibu menjadi tenaga kerja di Arab Saudi. 3. Cc Siswa Kelas VIIIb Siswa Cc adalah siswa kelas VIIIb di MTs MU yang bertempat tinggal di Desa Kauman, Kecamatan Kemusu, Kabupaten Boyolali. Lahir pada 20 Juni 2000 empat belas tahun yang lalu, anak kedua dari tiga bersaudara dan memiliki Ayah bernama Wan berasal dari Boyolali dan Ibu bernama Bae berasal dari Boyolali. Pekerjaan dari kedua orang tuanya Ayah sudah tidak ada dan Ibu menjadi pedagang di Jakarta. 4. Dd Siswa Kelas VIIIb Siswa Dd adalah siswa kelas VIIIb di MTs MU yang bertempat tinggal di Desa Kauman, Kecamatan Kemusu, Kabupaten Boyolali. Lahir pada 14 Agustus 2000 empat belas tahun yang lalu, anak kedua dari dua bersaudara dan memiliki Ayah bernama Jml berasal dari Boyolali dan Ibu bernama Wat berasal dari Boyolali. Pekerjaan dari kedua orang tuanya,
103
Ayah sebagai pedagang di Jakarta dan Ibu menjadi tenaga kerja di Arab Saudi. D. Bentuk-bentuk Kenakalan 1. Data Penelitian Hasil Observasi Perilaku nakal dikalangan siswa terjadi, karena beberapa sebab yang muncul, baik yang berpangkal dari dalam individu maupun yang berpangkal dari pada lingkungan keluarga dan masyrakat, bila dicermati kenakalan pada remaja dapat terkelompok sebagai berikut : Berdasarkan observasi yang dilakukan peneliti pada tanggal 10 Desember 2013 sampai 15 Februari 2014 yang dilakukan di kelas dan di lingkungan sekolah tersaji sebagai berikut :
Tabel 3.4 Data Hasil Observasi Penelitian Pelanggaran yang dilakukan Siswa di MTs MU Boyolali Tahun 2014 Fokus Indikator Hasil Observasi Siswa penelitian Pelanggar- an yang dilakukan siswa
Merokok di lingkungan sekolah Membolos Sering Terlambat Pacaran
TT, TK, TB, TA, SE, SH, SI, SS, A. A2,KK,KU,TT SE,SH,A. TK,TB,TA,A,C,CK,KU,TT,C M,KK,KR,A2,MM,MK,DD. TK-FT,A-CW,DD-RH,A2SR,RK-3,RZ-FR.
Tidak memakai/membawa (kaoskaki,bet,alqur‟an,m ukena,dasi) Mencontek Saat Ulangan
MD,CK,RZ,SE,SH,DD,KU,TT ,KK,PT,AY,WD,SP,DI,VN,PT ,YT.
104
Membantah Guru, Berkata Kurang Sopan Berkelahi Kekantin saat jam pelajaran dan ngemil pd jam pelajaran
Tidak membawa ikat pinggang
Bermain hp saat pelajaran
Tidur saat jam pelajaran
Rambut dan kuku (panjang)
A,MD,CK,RZ,SE,SH,DD,KU, TT,KK,PU,AY,WD,SP,TK,TB ,MS. MS,SP,A2,KK,CW. A,A2,DD. A,KK,MS,CK,RZ,BB,IN,KR. A,MD,CK,RZ,SE,SH,DD,KU, TT,KK,PU,AY,WD,SP,DI,VN ,PT,YT. FU,A,DD,PU,FJ,FT,NU. A, DI, RK, PI, MF. IH, AD PR, AL, FA, SE, HAR, JM, SAN WB, SO, LL NVSR, MS, AIS, AA. AA, A2, DD A,KK,MS,CK,RZ,BB,IN,KR. A,MD,CK,RZ,SE,SH,DD,KU, TT,KK,PU,AY,WD,SP,DI,VN ,PT,YT.
Sumber : Hasil Observasi di MTs Muhammadiyah Cekelan Berdasarkan observasi yang dilakukan peneliti pada tanggal 10 Desember 2013 sampai 15 Februari 2014 yang dilakukan di kelas dan di lingkungan sekolah bentuk-bentuk pelanggaran yang dilakukan siswa MTs MU Boyolali yaitu merokok di lingkungan sekolah, membolos, sering terlambat mengikuti jam pelajaran, beracaran, tidak memakai/membawa (kaos kaki, bet, alqur‟an, mukena, dasi), mencontek saat ulangan, membantah guru, berkata kurang sopan, berkelahi, kekantin saat jam pelajaran dan ngemil pd jam pelajaran, tidak membawa ikat pinggang,
105
bermain hand phone saat pelajaran, tidur saat jam pelajaran, rambut dan kuku (panjang). 2. Data Penelitian Hasil Wawancara Data hasil wawancara dengan warga MTs MU Boyolali tentang bentuk-bentuk kenakalan yang dilakukan siswa diuraikan sebagai berikut : a. Aa (siswa/subjek penelitian) Mendengar keterangan dari Aa bahwasannya pelanggaran yang dilakukan antara lain : Membolos, masalahnya yang paling siswa malesin itu disuruh membawa-bawa dan diatur-atur, seperti disuruh membawa kaos kaki, bet (logo sekolah), upacara. Apalagi ketika waktu ada ulangan pelajaran, mereka tinggal tidur alasannya ngantuk dan lemas, akan tetapi ketika bel istirahat berbunyi tiba giliran kegiatan rutin mereka yaitu merokok, itu mereka lakukan di tempatnya simbah Mkm disana lokasinya sepi, simbah Mkm lebih sering di sawah dari pada di rumah, alasan mereka merokok itu supaya tidak ngantuk dan kelihatan lebih keren, alasan mereka merokok bukan hal yang membuat dosa, waktu kumpul bersama teman didepan rumahnya mbahxx selain merokok sesekali kmereka pernah rujakan mangga dan ketimun, ketimunya mereka dapatkan dari sawah warga dan mangganya mereka dapatkan dari samping rumah warga. b. Rd (Ketua Osis di MTs Muhammadiyah Cekelan Kauman Kemusu Boyolali)
106
Berdasarkan keterangan Rd, pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan oleh siswa Aa dan teman-temannya seperti merokok, perilaku tersebut sudah dianggap sepele bagi mereka. bagaimana tidak, setiap jam istirahat mereka pasti tidak ada dilokasi madrasah (mencari tempat yang kondusif) untuk merokok supaya tidak ketahuan atau kepergok para guru. Kemudian membolos tapi sepengetahuan Rd mereka melakukannya ketika ada jam-jam pelajaran tertentu saja yang dianggap meraka tidak mengasikkan. Selain itu, mereka melakukan pelanggaran berupa, pakaian tidak ada betnya (logo madrasah) diseragam sekolah, tidak memakai kaos kaki, tidak mengikuti upacara setiap seninnya, tidak mengikuti jama‟ah sholat, sampai pencurian mangga milik warga c. Ze (guru BK) Keterangan dari Ze menyatakan bahwa di MTs MU Boyolali 80% siswa relatif masih mentaati tatatertib peraturan sekolah. Sebagian kecil siswa (20%) diketahui dari yang kecil sampai yang cukup berat. Pelanggaran yang dilakukan siswa MTs MU Boyolali untuk tahun ajaran 2013/2014 antara lain, tidak masuk sekolah tanpa keterangan izin (bolos), tidak membawa kaos kaki, tidak memakai bet (logo sekolah), telat memasuki kelas, tidak membawa mukena bagi yang putri, tidak mengikuti jama‟ah sholat dzuhur, dan mencuri beras. Menurut Ze, kasus pencurian beras yang dilakukan siswa ini ternyata milik orang tuanya sendiri. Berasnya dijual kemudian uangnya
107
digunakan bermain play station dan bermain game di warnet. Ketika pihak sekolah mengetahuinya, langsung diberi sanksi yang berat, yaitu dikeluarkan dari MTs. Sebelum memberikan keputusan tersebut pihak sekolah mengajukan pilihan untuk pindah sekolah, tetapi pihak murid dan keluarganya tidak bersedia dan ingin berhenti sekolah saja. d. Mm (Masyarakat/Warga) Berdasarkan keterangan dari Simbah Mkm kenakalan yang pernah dilakukan siswa MTs MU Boyolali seperti membolos, akan tetapi pada waktu siswa tersebu melakukannya mereka melepas bajunya (seragam sekolah), sering Mkm temui siswa merokok (baik ketika waktu istirahat ataupun membolos), mengambil mangga milik warga, jalan berdua antara siswa dan siswa (pacaran), itu saja.
E. Faktor-faktor yang Menyebabkan Siswa Melakukan Pelanggaran 1. Data Penelitian Hasil Observasi Berdasarkan observasi yang dilakukan peneliti pada Tanggal 10 Desember 2013 sampai 15 Februari 2014 yang dilakukan di kelas dan di lingkungan sekolah tersaji sebagai berikut :
Table 3.5 Data Hasil Observasi Penelitian Faktor Penyebab Terjadinya Kenakalan pada siswa MTs Muhammadiyah Fokus Penelitian Aspek Fokus Indikator
108
Penelitian Problem dan strategi penanggulangan kenakalan siswa di MTs Muhammadiyah Cekelan Kauman Kemusu Boyolali
Faktor penyebab terjadinya kenakalan siswa di MTs Muhammadiyah Cekelan Kauman Kemusu Boyolali
1. Faktor dari dalam diri siswa : -Kerena tidak bisa menyesuaikan diri dengan keadaan/lingkungan sekolah -Timbulnya rasa ingin melakukan 2. Faktor dari luar diri siswa : -pengaruh kawan(teman) -longgarnya disiplin sekolah -pemberian sanksi yang belum sesuai dengan ketentuan yang ada (kurang tegas) -bangunan sekolah yang belum memenuhi persaratan (pagar tdk sesuai ketentuan) -karena mengamati kenakalan yang dilakukan oleh teman -kurang perhatian dari keluarga (keluarga kebanyakan merantau)
Sumber : Hasil Observasi di MTs Muhammadiyah Cekelan Faktor penyebab terjadinya kenakalan pada siswa MTs MU Boyolali berasal dari faktor dari dalam diri siswa (faktor internal) yaitu : siswa tidak bisa menyesuaikan diri dengan lingkungan, keadaan serta aturan yang ada pada madrasah (sekolah). Factor dari luar diri siswa
109
(faktor eksternal) yaitu : karena pengaruh kawan (teman), longgarnya disiplin sekolah, pemberian sanksi yang belum sesuai dengan ketentuan yang ada, bangunan sekolah yang kurang memadahi, karena mengamati perilaku kenakalan yang dilakukan oleh teman, kurangnya perhatian dari keluarga. 2. Data Penelitian Hasil Wawancara Data hasil wawancara dengan warga MTs MU untuk faktor penyebab terjadinya kenakalan diuraikan sebagai berikut : a. Aa (Siswa/Subjek Penelitian) Berdasarkan ungkapan Aa Hal-hal apa saja yang menyebabkan siswa melanggar tatatertib sekolah yaitu karena bosan, panas juga di kelas jadi malas mau mengikuti proses belajar di sekolah, selain itu juga penyebab melakukan pelanggaran sekolah mula-mula mereka ikut-ikut teman kemudian yang lain diajak juga, selain itu di sekolah kalau ingin jajan di kantin tidak sempat kerena keburu bel masuk, lokasi kantin kecil jadi kalau jajan ngantri panjang, walaupun dilarang keras keluar area sekolah oleh guru-guru siswa tetap keluar secara diam-diam, memang di sekolah ada gerbangnya akan tetapi siswa melompat pagar. Pernah beberapa kali ketangkap BK tetapi tidak siswa dengarkan omongannya, alasannya ngapain siswa dengarkan yang penting disini orang tau mereka tidak tahu, orang tua mereka tidak setiap saat ada di rumah. b. Rd (Ketua Osis di MTs MU)
110
Berdasarkan keterangan dari Rd yang menyebabkan siswa Aa dan teman-temannya melanggar tatatertib madrasah itu karena diajak oleh teman yang lain, ikut-ikut hal yang dilakukan orang lain, tidak bisa beradaptasi dengan keadaan dan tatatertib sekolah, yang terakhir karena mereka malas-malasan. c. Ze (Guru BK) Melihat keterangan dari Ze Faktor yang menyebabkan siswa melakukan pelanggaran tatatertib sekolah yaitu : karena diajak oleh teman dan ikut-ikutan sama teman (baik dalam konteks teman sekolah ataupun tidak), kurangnya perhatian dari keluarga karena keluarga itu proses tahapan pertama siswa memulai proses belajarnya maka keluarga sangat dikedepankan dalam proses penyuluhan anak, siswa tidak bisa beradaptasi dengan lingkungan dan tatatertib sekolah, dan yang terakhis siswa tersebut karena malas-malasan. d. Simbah Mkm (Masyarakat/Warga) Berdasarkan keterangan dari simbah Mkm yang menyebabkan siswa melakukan kenakalan itu karena keseringan mereka berkumpul berarti mereka itu antara diajak teman dan ikut-ikutan sama teman yang lain, karena siswa tersebut malas-malasan untuk belajar, karena keinginan untuk melakukan kenakalan tersebut, kurangnya perhatian dari keluarga, keberadaan pagar sekolahan yang kurang memadahi jadi siswa bisa keluar masuk area sekolah dengan seenaknya tanpa melalui
111
pintu gerbang yang tersedia, dan keberadaan kantin yang kurang nyaman dan memadahi. F. Upaya Penanggulangan Kenakalan Siswa (Data Penelitian Hasil Observasi Dan Wawancara) 1. Upaya yang di lakukan dalam penanggulangan kenakalan a. Hasil Observasi Berdasarkan observasi yang dilakukan peneliti pada tanggal 10 Desember 2013 sampai 15 Februari 2014 yang dilakukan di kelas dan di lingkungan sekolah tersaji sebagai berikut : Tabel 3.6 Data Hasil Observasi Penelitian Upaya yang dilakukan dalam Penanggulangan Kenakalan di MTs Muhammadiyah Indikator Fokus Aspek Fokus Penelitian Penelitian Problem dan Upaya yang dilakukan preventif -jama‟ah sholat strategi dalam penanggulangan dzuhur, dzuha penanggulangan kenakalan siswa di MTs -menjalin hubungan kenakalan siswa di MU yang baik dengan MTs MU masyarakat dan orang tua -kepemilikan visi dan misi yang baik -mewajibkan siswa untuk mentaati tatatertib sekolah represif -Diberi Peringatan -Memberikan sanksi yang jelas dan mendidik -Sanksi dalam penilaian -Melakukan razia mendadak -Penahanan barang hasil pelanggaran
112
-Dicatat dibuku pelanggaran -Membuat surat pernyataan tertulis -Menguatkan peran guru BK Panggilan orang tua siswa kuratif -memberikan nasehat dan arahan Hasil Observasi di MTs Muhammadiyah Cekelan Upaya warga sekolah dalam menanggulangi kenakalan pada siswa yaitu usaha preventif : jama‟ah sholat dzuhur, dzuha, menjalin hubungan yang baik dengan masyarakat dan orang tua, kepemilikan visi dan misi yang baik, mewajibkan siswa untuk mentaati tatatertib sekolah. Usaha represif : member peringatan, memberikan sanksi yang jelas dan mendidik, sanksi dalam penilaian, melakukan razia mendadak, penahanan barang hasil pelanggaran, dicatat dibuku pelanggaran, membuat surat pernyataan tertulis, menguatkan peran guru BK, penggilan orang tua siswa. Usaha kuratif : memberikan bimbingan dan penyuluhan (dengan memberikan nasehat dan arahan) supaya siswa sadar. Menanggapi masalah kenakalan tidak sama dengan mengobati suatu penyakit, jika suatu penyakit dapat diobati dengan tablet, kapsul atau suntikan tertentu. Namun lain halnya dengan penyimpangan prilaku atau kenakalan yang belum mempunyai tablet, kapsul atau suntikan tertentu untuk menyembuhkannya. Misalnya obat untuk anak yang suka mencuri, membolos belum ada. Hal ini disebabkan
113
kenakalan adalah hal yang kompleks dan amat beragam jenis penyebabnya. Kenakalan yang sama yang dilakukan dua orang anak, belum tentu sebab-sebabnya sama sehingga cara-cara mengatasinya pun juga berbeda-beda pula. b. Hasil Wawancara 1. Kepala Sekolah (Sf) Berdasarkan ungkapan Kepala Sekolah upaya yang sudah dilakukan madrasah/sekolah untuk menanggulangi supaya siswa terhindar dari perilaku-perilaku yang tidak sesuai dengan aturan-aturan sekolah MTs MU Boyolali yaitu memberikan peringatan, dicatat dibuku pelanggaran, membuat surat pernyataan tertulis untuk tidak mengulanginya lagi, penahanan barang hasil pelanggaran (seperti : HP, sepatu, kaos kaki, dan ikat penggang yang tidak sesuai prosedur dari sekolah), panggilan orang tua siswa yang berperilaku nakal, selain yang tertulis di peraturan tatatertib sekolah, kami sebagai warga sekolah juga membuat kesepakatan yang tidak tertulis untuk
menanggulangi
kenakalan
pada
siswa,
dengan
memberikan sanksi yang jelas dan mendidik (contohnya : siswa yang terlambat mesuk sekolah akan disuruh memungut sampah dilingkungan sekolah dan disuruh membersihkan WC) kemudian melakukan razia mendadak setiap hari senin setelah selesai upacara dan dihari-hari yang tidak ditentukan.
114
2. Guru BP (Ze) Mendengar ungkapan dari Guru BK upaya yang sudah dilakukan oleh madrasah/sekolah untuk menanggulangi supaya siswa terhindar dari perilaku-perilaku yang tidak sesuai dengan aturan-aturan sekolah Setiap terjadi kasus penyimpangan atau kenakalan siswa yang dianggap merugikan dan membahayakan siswa dan orang lain atau mencemarkan nama baik Madrasah, maka penyeleisaiannya menjadi tangungjawab BP. Untuk menangani masalah siswa yang
melakukan
kenakalan, guru BP melakukan pemanggilan anak yang bersngkutan kekantor BP, untuk dimintai keterangan dan selanjutnya diberi pengarahan atau
nasehat
agar
tidak
mengulangi perbuatannya. Untuk memantau perkembangan selajutnya, kadang-kadang BP melakukan pemanggilan atau mengundang wali murid untuk berkunjung ke Madrasah atau BP melakukan kunjungan ke rumah siswa bila dipandang perlu. 3. Aa (siswa Berdasarkan keterangan siswa Aa di MTs MU jika ada siswa
yang
ketahuan
melakukan
pelanggaran,
dikasih
peringatan dulu kemudian dicatat dibuku pelanggaran, disuruh memungut sampah dan membersihkan WC apabila ada siswa terlambat datang ke sekolah, siswa disuruh membuat surat pernyataan untuk tidak akan mengulangi kenakalan-kenakala
115
tersebut, sering juga diberikan bimbingan dan konseling oleh Guru BK, kalau ada rambut yang melebihi standar ketentuan sekolah juga pernah dipotong oleh Guru BK, kalau siswa membawa handphone juga pernah disita oleh para guru,dan pernah juga dapat surat panggilan untuk orang tua siswa.
2. Strategi Sekolah dalam Penanggulangan kenakalan (Kepala Sekolah, Guru BK, Guru Bidang Studi) Berdasarkan keterangan Kepala Sekolah, Guru BK dan Guru Bidang Studi bahwasannya strategi yang dilakukan sekolah dalam usaha menanggulangi kenakalan siswa yaitu dengan menjalin kerja sama masyarakat sekitar, kepemilikan visi dan misi, melakukan deteksi sedini mungkin terhadap kenakalan yang dilakukan siswa, memberikan pembinaan terhadap siswa yang berperilaku nakal, mewajibkan siswa untuk mentaati tata tertib madrasah, mengadakan kegiatan keagamaan dan pembinaan remaja, memberikan
kesempatan kepada siswa
mengikuti kegiatan ekstra kurikuler untuk mengisi waktu luang, baik berupa ekstra olah raga, ketrampilan maupun mata pelajaran, mengadakan konferensi kusus terhadap perilaku nakal yang telah di nilai
berat,
mengembalikan
siswa
memungkinkan untuk dibina kembali.
116
kepada
wali,
jika
tidak
Penanganan terhadap kenakalan siswa diperlukan strategi secara tepat, agar diperoleh hasil yang optimal. Berapa Strategi yang di lakukan dalam penanggulangan kenakalan siswa adalah: a. Berdasarkan analisis lingkungan baik eksternal maupun internal Diketahui bahwa hubungan madrasah dengan masyarakat sekitar cukup baik, demikian pula hubungan antar guru di lingkungan madrasah. Hal ini merupakan modal atau peluang untuk melakukan penanggulangan kenakalan pada siswa. Bisa ditunjukkan
dengan
adanya
kerjasama
masyarakat
dalam
memberikan informasi tentang perilaku nakal dan informasi antar guru madrasah tentang perilaku nakal, hal ini mendukung pihak madrasah untuk cepat dan segera menangani kenakalan yang terjadi, sehingga tidak mempengaruhi pada siswa lain. b. Kepemilikan visi misi dan tujuan yang hendak dicapai madrasah Dalam
perannya
melaksanakan
penganggulangan
kenakalan siswa, Hasil penelitian menunjukkan bahwa visi madrasah adalah mewujudkan Madrasah Unggul dalam bidang IMTAQ dan IPTEK, salah satu indikatornya unggul iman dan taqwa. Selain visi tersebut, misi yang dirumuskan berkaitan dengan penanggulangan kenakalan siswa adalah mengembangkan fitrah siswa agar menjadi muslim yang berakhlak mulia memiliki aqidah Islamiyah yang benar dan kuat serta memiliki wawasan nasionalisme yang kuat. Untuk merealisasikan visi misi tersebut
117
diperlukan kerja sama pihak madrasah dengan komite, guru, masyarakat maupun orang tua wali. c. Menentukan strategi yang tepat, agar penanggulangan kenakalan dapat berjalan dengan efektif dan efisien, dengan cara: a. Melakukan deteksi sedini mungkin terhadap kenakalan yang dilakukan siswa. b. Memberikan pembinaan terhadap siswa yang berperilaku nakal. c. Mewajibkan siswa untuk mentaati tata tertib madrasah. d. Mengadakan kegiatan keagamaan dan pembinaan remaja. e. Memberikan
kesempatan kepada siswa mengikuti kegiatan
ekstrakurikuler untuk mengisi waktu luang, baik berupa ekstra olah raga, ketrampilan maupun mata pelajaran. f. Mengadakan konferensi kusus terhadap perilaku nakal yang telah di nilai berat. Mengembalikan siswa kepada wali, jika tidak memungkinkan untuk dibina kembali 3. Program Bimbingan dan Penyuluhan Setiap terjadi kasus penyimpangan atau kenakalan siswa yang dianggap merugikan dan membahayakan siswa dan orang lain atau mencemarkan nama baik Madrasah, maka penyeleisaiannya menjadi tangungjawab BP. Berdasarkan keterangan dari Ze Untuk menangani masalah siswa yang melakukan kenakalan, guru BP melakukan pemanggilan anak yang bersngkutan kekantor BP, untuk dimintai keterangan dan selanjutnya
118
diberi pengarahan atau nasehat agar tidak mengulangi perbuatannya. Untuk memantau perkembangan melakukan
pemanggilan
atau
selajutnya, kadang-kadang BP mengundang
wali
murid
untuk
berkunjung ke Madrasah atau BP melakukan kunjungan kerumah siswa bila dipandang perlu. 4. Kendala dalam Penanggulangan Kenakalan Siswa (Guru BK, Kepala Sekolah, Guru Bidang Studi) Melihat ungkapan dari Guru BK, Kepala Sekolah dan Guru Bidang Studi bahwasannya kendala yang muncul ketika melakukan upaya penanggulangan kenakalan kepada siswa yaitu siswa tidak mendengarkan arahan BP, adanya jam-jam tambahan (seperti : sholat dzuha dan sholat dzuhur jama‟ah) mempermudah siswa untuk membolos dan adanya jam tersebut membuat berkurangnya jam mapel, lingkungan yang semakin gaul yang membuat siswa selalu meniru-niru gaya yang setiap saat muncul, pengaruh kawan dari luar sekolah yang membuat pihak sekolah kurang mengetahuinya, kurangnya interaksi antara pihak sekolah dengan pihak masyarakata (warga), kurangnya perhatian dari keluarga yang membuat pihak sekolah harus bekerja keras dalam penyuluhan terhadap siswa, Kemajuan iptek yang begitu pesat berpengaruh terhadap merebaknya
kenakalan yang dilakukan
oleh para siswa, kesibukan orang tua pada pekerjaannya menjadikan anak kurang mendapatkan perhatian, kurangnya keteladanan orang tua terhadap ketaatan beribadah dan perilaku anak yang baik sehingga
119
memungkinkan anak kurang memiliki tanggung jawab terhadap kewajiban yang seharusnya dimiliki seorang muslim, Jumlah BK yang belum memenuhi standar pendidikan yang dimiliki, Jumlah guru BK yang belum memenuhi ukuran standar
ideal, adanya kegiatan
keagamaan yang masih kurang mengenai sasaran.
120
BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
Dalam bab ini akan di kemukakan pembahasan hasil penelitian dengan mencoba memberikan intepretasi atau pemahaman terhadap hasil penelitian yang dilakukan. Upaya ini didasarkan pada persepsi bahwa tujuan utama dari penelitian kualitatif adalah untuk memperoleh pemahaman makna atas realitas yang terjadi. Bersamaan dengan langkah ini, penulis juga berusaha melakukan analisis dengan cara mencari hubungan yang mungkin terjadi antara kenyataan-kenyataan yang ditemukan sehingga hasil penelitian menjadi lebih bermakna. Berdasarkan hasil penelitian tentang problem dan strategi penanggulangan kenakalan siswa di MTs Muhammadiyah Cekelan Boyolali, maka dapat dijelaskan bahwa penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bentuk-bentuk kenakalan
siswa,
dilanjutkan
dengan
pembahasan
faktor-faktor
yang
mempengaruhi kenakalan siswa, bagaimana penanganan kenakalan siswa yang dilakukan dalam penanganan kenakalan pada siswa MTs Muhammadiyah Cekelan Boyolali. Uraian secara rinci sebagai berikut: A. BENTUK-BENTUK KENAKALAN SISWA Dalam kehidupan masyarakat, semua tindakan manusia dibatasi oleh aturan (norma) untuk berbuat dan berperilaku sesuai dengan sesuatu yang dianggap baik oleh masyarakat. Namun demikian di tengah kehidupan masyarakat kadang-kadang masih kita jumpai tindakan-tindakan yang tidak sesuai dengan aturan (norma) yang berlaku pada masyarakat, misalnya seorang siswa menyontek pada saat ulangan, berbohong, mencuri, dan mengganggu siswa lain. Penyimpangan terhadap norma-
121
norma atau nilai-nilai masyarakat disebut deviasi (deviation), sedangkan pelaku atau individu yang melakukan menyimpang disebut devian (deviant). Kebalikan dari perilaku menyimpang adalah perilaku yang tidak menyimpang yang sering disebut dengan konformitas. Konformitas adalah bentuk interaksi sosial yang di dalamnya seseorang berperilaku sesuai dengan harapan kelompok.
kenakalan yang juga biasa dikenal dengan norma penyimpangan adalah perilaku yang tidak sesuai dengan nilai-nilai kesusilaan atau kepatutan, baik dalam sudut pandang kemanusiaan (agama) secara individu maupun pembenarannya sebagai bagian daripada makhluk sosial. Definisi Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia prilaku kenakalan diartikan sebagai tingkah laku, perbuatan, atau tanggapan seseorang terhadap lingkungan yang bertentangan dengan norma-norma dan hukum yang ada di dalam masyarakat (Novia, 2006:528). Berdasarkan observasi yang dilakukan peneliti pada tanggal 10 Desember 2013 sampai 15 Februari 2014 yang dilakukan di kelas dan dilingkungan sekolah bahwasannya, pelanggaran yang dilakukan oleh siswa MTs MU Merokok dilingkungan sekolah, membolos, sering Terlambat, pacaran,
tidak
memakai/membawa
(kaoskaki,bet,alqur‟an,mukena,dasi),
mencontek Saat Ulangan, membantah Guru, Berkata Kurang Sopan, berkelahi, kekantin saat jam pelajaran dan ngemil pada jam pelajaran, tidak membawa ikat pinggang, bermain hp saat pelajaran, tidur saat jam pelajaran, rambut dan kuku (panjang). Menurut RO yang berstatus sebagai ketua osis di MTs mengatakan tentang
122
“Bentuk-bentuk kenakala yang terjadi diMTs merokok, bolos, berkelahi tapi itu tidak sering terjadi dan pelakunya pun itu-itu saja, mengambil barang-barang milik teman, berbohong kepada guru, baju tidak ada betnya (pakaian seragam), tidak ikut upacara, menyontek saat ulangan, terlambat datang ke sekolah” (W1.RO, 1-2 : 27-41). Diperkuat jawaban dari AA (subjek) tentang kenakalan yang pernah mereka lakukan ungkapannya sebagai berikut “Banyak mas seperti: dilarang merokok, baju keluar, rambut semiran, bawa HP dll” dan “Kalau waktu pramuka enakan tidur dirumah mas, kalau waktu jama‟ah enakan dikantin saja kalau kami bolos sekolah itu antara warnet dan play station mas”(W1.AA, 13 : 114-118). Selain dari pendapat tersebut ZE guru BK juga mengemukakan “Kalau namanya anak/sisawa itu kan identik dengan kenakalannya ya mas, tapi di madrasah sini masalah kenakalannya masih dalam jangkauan umum dan dikatagorikan masih standar siswa. Kalau bentuk-bentuk pelanggarannya saya sebutkan pelanggaran yang dilakukan siswa untuk tahun ajaran ini. Tidak masuk tanpa keterangan, tidak bawa kaos kaki, tidak bawa bet(logo), telat masuk kelas, tidak bawa mukena, alqu‟an, tidak ikut upacara dan sholat jama‟ah, tapi pernah sekali ada siswa yang melakukan pelanggaran mengambil beras dan uangnya dibuat main game”(W1.ZE, 17:29-50).
Tidak jauh beda dengan yang diungkapka oleh MM (warga) “Iya mas, kemaren saja waktu ada siswa yang membolos, merokok pada waktu istirahat, mengambil mangga milik warga, itu sumber informasinya kebanyakan dari kami mas”(W1.MM, 8:54-60).
Batasan tentang kenakalan tidak begitu jelas dan sangat luas, sebagai acuan bahwa perilaku dapat dikatakan nakal, maka Gunarsa (1986:146) berpendapat tentang bentuk-bentuk perilaku menyimpang: (a) Kenakalan tingkah laku yang bersifat amoral dan asoaial yang tidak diatur dalam undangundang, sehingga tidak dapat digolongkan kedalam pelanggeran hokum.
123
Contohnya berbohong, membolos, kabur dari rumah, berpakaian tidak pantas dll, (b) penyimpangan tingkah laku yang sifat melanggar hukum dengan penyelesaian sesuai dengan undang-undang dan hokum, yang biasa disebut dengan kenakalan remaja (deliquency). Misalnya berjudi, membunuh, merampok,memperkosa.
Dari
beberapa
padapat
diatas
dapat
ditarik
kesimpulan bahwa perilaku nakal yang sering terjadi pada siswa yaitu Suka bolos/cabut sebelum pelajaran berakhir, tidak membawa kaos kaki, bet, mukena, suka berbohong kepada guru dan orang lain, suka berkelahi atau mengganggu temannya pada waktu belajar, suka merusak fasilitas sekolah dan lain-lainnya, sering mengambil barang-barang kepunyaan orang lain, suka curi perhatian, ugal-ugalan dijalan sehingga mengganggu lalu lintas, merokok, berpacaran, melakukan perjudian (taruhan dengan menggunakan uang atau barang yang lain sebagai taruhan), pakaian tidak ada bet (logo) sekolah, suka melawan (membantah) kepada guru ataupun orang lain, berpikiran atau bersifat dan berperilaku radikal atau ekstrim. 1. Ciri-ciri perilaku nakal
Perilaku nakal tidaklah terjadi secara mendadak, tetapi melalui suatu proses yang lama dan kadang-kadang menunjukkan suatu gejala. Menurut Sunarto (2002:58) siswa yang mengalami perilaku nakal mempunyai ciri-ciri yang dapat terlihat pada dirinya, yaitu (a) kegelisahan, keadaan yang tidak tenang menguasai diri remaja, (b) pertentangan yaitu pertentangan yang ada dalam diri mereka yang menimbulkan kebingungan baik pada diri mereka maupun pada orang lain, (c) berkeinginan besar
124
untuk mencoba segala hal yang belum diketaahui, (d) keinginan menjelajahi alam sekitar yang lebih luas, (e) berfantasi, (f) aktifitas kelompok. “Berdasarkan keterangan Ze sebagai guru BK, ”Kalau ciri-ciri siswa nakal itu kurang lebihnya sering mengganggu temannya, biasanya urang menyukai pada guru dan pelajarannya, siswa tersebut tidak bisa bertanggung jawab, dihindari dari teman-teman yang tekun”(W2.ZE, 17-18:61-69). Dapat ditarik kesimpulan bahwa Beberapa ciri-ciri yang tampak antara lain: 1. Remaja tersebut tidak disukai oleh teman-temannya, akibatnya sering menyendiri. 2. Remaja yang menghindari diri dari tanggung jawab baik dirumah maupun di sekolah. 3. Remaja yang sering mengeluh, ini berarti ia tidak mampu mengatasi masalahnya. 4. Remaja yang suka berbohong. 5. Remaja yang sering mengganggu atau menyakiti teman atau orang lain. 6. Remaja yang tidak menyenangi guru atau mata pelajaran disekolah.
125
2. Akibat perilaku nakal
Setiap perbuatan selalu membawa dampak, baik untuk dirinya maupun
yang
berkaitan
disekitarnya.
Demikian
pula
dengan
penyimpangan prilaku norma agama yang dilakukan anak-anak remaja. Beberapa hal yang berkaitan dengan akibat yang ditimbulkan dari penyimpangan prilaku yang dilakukan antara lain: 4. Perasaan Tidak seorangpun yang tidak ingin menikmati ketenangan dan kebahagiaan hidup, seseorang akan berusaha mencarinya, meskipun tidak semua dapat tercapai apa yang diinginkannya. Syari‟at Islam yang bertujuan mewujudkan kebahagiaan dan kemaslahatn umum nampak dalam dasar hukum mu‟amalat, sistem sosial ekonomi maupun politik negaranya. Kebahagiaan umat akan terwujud jika didalamnya tidak terjadi pertumpahan darah, penganiayaan, penipuan, peralihan hak
milik
yang
melanggar
hukum
maupun
penyimpangan-
penyimpangan kesusilaan dan lainnya. Kejahatn-kejahatan atau perilaku menyimpang yang sering dilakukan anak-anak remaja ditengah-tengah
masyarakat
dapat
mengakibatkan
hilangnya
kebahagiaan, ketentraman dan kedamaian hidup. Suasana hati tersebut sangat jauh dari tujuan syari‟at Islam yang tujuan utamanya yang ingin dicapai oleh metode Islam dalam jaminan sosial adalah menghilangkan kemiskinan
dan
kekurangan,
menjaga
kehormatan
manusia,
mengeratkan tali persaudaraan, menggagalkan cara-cara penyalah
126
gunaan, mengeratkan kasih sayang, setia kawan dan rasa senasib antara anggota-anggota dan kelompok-kelompok dalam masyarakat. 5. Kecerdasan Banyak
penelitian
mengatakan
bahwa
keturunan
atas
kecerdasan dapat diwarisi (dipengaruhi) oleh kecerdasan orang tuanya (ibu bapaknya), akan tetapi jika tidak mendapatkan kesempatan dan lingkungan yang baik untuk berkembang, maka kecerdasan tidak akan mencapai kemampuan yang maksimal. Timbulnya kenakalan remaja bukan hanya berakibat pada keresahan masyarakat, akan tetapi juga berakibat pada diri remaja yaitu terhadap kecerdasannya, sehubungan dengan hal tersebut, delinquency pada remaja terjadi bersamaan dengan masa usia sekolah, dimana mereka pada saat itu sangat membutuhkan banyak bimbingan dan pengarahan. Keadaan yang berlawanan itu (situasi delikuensi) sangat berpengaruh terhadap kecerdasan mereka misalnya kebiasaan terhadap minuman keras, mengkonsumsi narkoba, senang membawa gambar porno, yang memberikan kesan sangat kuat terhadap kehidupan yang serba bebas, keadaan remaja yang demikian biasanya kurang mengutamakan atau mementingkan belajar, mereka biasanya acuh tak acuh terhadap tugas sekolah dan kehilangan rasa tanggung jawab didalamnya. Kepentingan dalam mencerdaskan diri menjadi hilang karena mereka disibukkan dengan tingkah laku yang membuat dirinya terjerumus pada dunia
127
kebebasan, sehingga banyak remaja yang terlibat dalam dunia bebas tersebut menjadi pemalas belajar dan bodoh. 6. Kesehatan Badan Banyak kenakalan yang dilakukan remaja usia sekolah, maraknya perkelahian antar pelajar menjadi penyebab timbulnya halhal yang membahayakan keselamatan jasmani, bahkan perbuatan tersebut banyak menjurus pada perbuatan yang tidak manusiawi mengingat tidak hanya melukai bahkan sampai berakibat hilangnya jiwa. Bentuk penyimpangan prilaku yang sering pula terjadi pada remaja seperti minuman memabukkan dapat merusak jiwa, rusaknya syaraf otak bahkan jantung. Demikian pula dengan pecandu narkotik yang bisa menyebabkan pengguna berpotensi terhadap timbulnya beberapa jenis kejahatan lain seperti pencurian, pembunuhan, pemerasan bahkan kejahatan terhadap kehormatan (pemerkosaan) yang kesemuanya berakibat mengancam keselamatan atau kesehatan badan individu yang terlibat dalam perbuatan tersebut. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa berbagai macam bentuk penyimpangan prilaku yang dilakukan remaja banyak membawa dampak negatif, baik dari segi jasmani maupun rohaninya, bahkan kenakalan tersebut membuat keresahan bagi keluarga dan masyarakat umum.
Keterangan dari Ze (guru BK) “Perilaku nakal sangat merugikan siswa itu sendiri. Ia bisa kehilangan masa depannya sebagai remaja. Ia juga
128
dapat mengalami kesalahan dalam menentukan perilaku dalam hidupnya. Di sisi lain, ia akan mendapatkan cap yang buruk dari lingkungan. Sangat disayangkan apabila potensi fisik yang dimiliki remaja tersebut yang berupa kekuatan, dorongan-dorongan untuk beraktifitas tidak dikembangkan dengan baik. Apabila itu terjadi maka, kekuatan dan dorongandorongan itu akan mencari jalan penyalur sendiri kearah yang tidak baik seperti merusak lingkungan, melanggar tatatertib dan lain-lain”. dan “ Dari segi potensi psikis berupa ide-ide, bakat khusus yang mendorong siswa untuk merealisasikannya dalam kehidupan. Bakat khusus itu seperti olah raga yang tidak tersalurkan menyebabkan siswa suka berkelahi, merusak alam, merusak bangunan, membunuh binatang dan sebagainya”(W2.ZE, 18-19:100-120 ). Berdasar pendapat-pendat diatas mengungkapkan ketidakpuasan remaja dalam menyalurkan bakat dan minatnya, dan mengarahkannya kearah yang negatif. Hal inilah yang menyebabkan remaja melakukan perilaku nakal. Remaja sangat membutuhkan seseorang yang dapat membimbing dan mengarahkannya sesuai dengan bakat dan minatnya tersebut.
B. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KENAKALAN SISWA Yang menjadi faktor penyebab terjadinya kenakalan pada siswa MTs MU Boyolali secara umum karena pemahaman dan pengamalan beragama pada siswa masih minim. Kondisi kelurga dan masyarakat yang beraneka ragam menjadikan siswa membawa pengalaman hidupnya ke lingkungan Madrasah. Ada yang memiliki kebiasaan baik, namun ada pula yang memiliki kebiasaan buruk sementara kebiasaan buruk atau ahklak tercela sangat mudah
129
berpengaruh pada siswa lain. Ada yang berawal dari diajak teman, coba-coba atau sekedar iseng. Berdasarkan observasi yang dilakukan peneliti pada tanggal 10 Desember 2013 sampai 15 Februari 2014 yang dilakukan dikelas dan dilingkungan sekolah bahwasannya factor-faktor yang menyebabkan siswa melakukan pelanggaran Faktor penyebab terjadinya kenakalan pada siswa MTs MU berasal dari faktor dari dalam diri siswa (faktor internal) yaitu : siswa tidak bisa menyesuaikan diri dengan lingkungan, keadaan serta aturan yang ada pada madrasah (sekolah). Factor dari luar diri siswa (faktor eksternal) yaitu karena pengaruh kawan (teman), longgarnya disiplin sekolah, pemberian sanksi yang belum sesuai dengan ketentuan yang ada, bangunan sekolah yang kurang memadahi, karena mengamati perilaku kenakalan yang dilakukan oleh teman, kurangnya perhatian dari keluarga. Ungkapan Ze (guru BK) ”Kalau masalah faktor penyebab siswa melakukan pelanggaran kebanyakan karena ikut2an dari temenya selain itu karena dari faktor keluarga juga tidak mendukung juga, kebanyakan merantau masyarakat sini mas, oh iya dari faktor individu juga, biasanya siswa belum bisa beradaptasi dengan tatatertib sekolah dan selain itu siswa malas2an”(W1.ZE, 19-20:129-141). Selain dari faktor tersebut ada juga faktor yang lain ”Apa ya, Oh iya ada mas, faktor penyebab siswa melakukan pelanggaran sekolah selain dari yang tadi saya sebutkan ada juga karena faktor lingkungan siswa yang tidak mendung”(W2.ZE, 20:144160). Diperkuat oleh penjelasan Ro (ketua osis) dan Mm (warga) bahwasannya faktor yang menyebabkan siswa melakukan pelanggaran sebagai berikut
130
”Kalau soal itu kami kurang paham jaga ya mas, tapi setahu kami sih mereka diajak teman-teman yang lain, ikut-ikutan teman selain itu juga mereka itu males-malesan kok mas”.dan ” Nengok bagaimana, orang kebanyakan dari keluarga mereka itu merantau mas, jadi tidak ada waktu buat menengok anaknya di sekolah” (W1.RO, 2 : 58-72). ”Satahu dari pengamatan kami (masyarakat) penyebabnya ya ikutikutan teman, dari diri siswa sendiri karena keinginan mendapatkan mangga secara mudah, malas-malasan untuk belajar dan Ya mungkin juga karena factor keluarga yang kurang mendukung pribadi anak” (W1.MM, 2 : 83-95). Dari data tersebut menunjukkan kenakalan pada siswa dapat terjadi karena kondisi keluarga yang kurang memperhatikan kreatifitas siswa. Kondisi tersebut dapat memicu timbulnya kenakalan anak. Anak dibiarkan menentukan arah sendiri sehingga tak jarang keputusan anak justru berbuat nakal yang di anutnya dalam kehidupan sehari-hari. Selain hal tersebut kenakalan anak dapat terjadi Karena faktor intern anak misalnya mereka melakukan membolos sekolah karena berawal dari alasan malas belajar, ada keinginan tidak mau susah-susah belajar, enggan terhadap tugas-tugas terhadap belajar atau adanya kecenderungan sifat malas yang dimiliki siswa. Dijumpai pula siswa merokok mula pertama, mereka melakukan hal tersebut karena coba-coba, dan mendapat peluang atau kesempatan untuk melakukanya. Dapat pula dimungkinkan karena faktor ekstern siswa diantaranya kondisi keluarga yang kurang nyaman, tidak ada tauladan dari orang dewasa yang baik, tidak ada suasana kehidupan religi yang mendukung kehidupan yang baik, atau masyarakat yang jah dari tatanan norma agama, hal tersebut dapat menjadi penyebab anak melakukan perilaku nakal.
131
C. Upaya Penanggulangan Kenakalan Siswa Keresahan yang ditimbulkan oleh anak-anak remaja sebenarnya menjadi tanggungjawab seluruh anggota masyarakat. Ditinjau dari segi penyebabnya, masyarakat terlibat didalamnya dan jika dilihat dari segi lain masyarakat yang memikul beban kerugian. Akan tetapi menanggulangi kenakalan remaja atau penyimpangan prilaku tidak sama dengan mengobati suatu penyakit, hal ini disebabkan karena kenakalan merupakan permasalahan yang komplek dan banyak ragam serta jenis penyebabnya. Maka usaha penanggulangannya tidak dapat dilakukan oleh tenaga ahli saja seperti psikolog dan pendidik, melainkan perlu kerja sama semua pihak antara lain guru, orang tua, lembaga pendidikan, pemerintah, masyarakat tenaga ahli dan remaja itu sendiri. 1. Dalam Upaya Penanggulangan Kenakalan Berdasarkan observasi yang dilakukan peneliti pada tanggal 10 Desember 2013 sampai 15 Februari 2014 yang dilakukan di kelas dan di lingkungan sekolah tersaji sebagai berikut : Upaya warga sekolah dalam menanggulangi kenakalan pada siswa yaitu dari usaha preventif : jama’ah sholat dzuhur dan dhuha, menjalin hubungan yang baik dengan masyarakat dan orang tua siswa, kepemilikan visi misi yang baik dan mewajibkan siswa mentaati tatatertib dari awal. usaha represif : member peringatan, memberikan sanksi yang jelas dan mendidik, sanksi dalam penilaian, melakukan razia mendadak, penahanan barang hasil pelanggaran, dicatat dibuku pelanggaran, membuat surat pernyataan tertulis, menguatkan peran guru BK, penggilan orang tua siswa. Usaha kuratif : memberikan nasehat dan arahan kepada siswa.
132
Sehubungan dengan hal tersebut, maka usaha penanggulangan kenakalan dapat dilakukan dengan tiga bagian yaitu : 5. Usaha Preventif Usaha preventif adalah segala tindakan yang bertujuan mencegah timbulnya kenakalan-kenakalan (Singgih, hal:140). Usaha pencegahan ini bisa dilakukan secara sistematis terencana dan terarah kepada tujuan untuk menjaga agar kenakalan itu tidak terjadi. Tindakan yang dilakukan guru sebelum kenakalan terjadi supaya tindakan kenakalan dapat direndam atau dicegah yaitu dengan cara melalui bimbingan, pengarahan dan ajakan. 6. Usaha Represif Usaha represif adalah tindakan untuk menindas dan menahan kenakalan remaja sering mungkin atau menghalangi timbulnya peristiwa kenakalan yang lebih hebat (Singgih, hal:140). Tindakan yang dilakukan guru pada saat kenakalan terjadi dan supaya dapat dihentikan yaitu dengan guru memberi hukuman kepada siswa yang melanggar tatatertib di sekolah. Hukuman ini dimaksudkan agar tindakan kenakalan siswa tidak berulang lagi. 7. Usaha Kuratif Usaha kuratif adalah usaha dalam menanggulangi masalah kenakalan remaja/penyimpangan prilaku. Pencegahan ini dimaksudkan agar kenakalan tidak meluas dan merugikan baik pribadi maupun masyarakat sekitarnya. Tindakan yang dilakukan guru setelah terjadinya kenakalan yaitu dengan memberikan penyadaran kepada para siswa yang melanggar tatatertib
133
sekolah supaya dapat menyadari kesalahannya dan mau serta mampu memperbaiki perilakunya, sehingga dikemudian hari tidak lagi mengulangi kesalahannya.
Di rumah atau lingkungan keluarga, remaja seusia siswa MTs harus mentaati peraturan dan tata tertib yang berlaku, apabila peraturan itu tidak diindahkan maka orang tua perlu memberikan hukuman atas pelanggaran tersebut. Di sekolah atau lingkungan sekolah, kepala sekolah berwenang dalam melaksanakan hukuman terhadap pelanggaran tata tertib sekolah. Dalam penanganan ini guru BP maupun guru lain berhak menindak siswa yang melanggar tata tertib sesuai ketentuan yang telah disepakati pihak sekolah. Pendidik dalam menjatuhkan hukuman kepada subjek didik diharapkan agar anak jera untuk mengulangi perbuatan yang diinginkan dengan tujuan agar anak mau memperbaiki dan mengubah tingkah laku yang tidak sesuai dengan aturan yang berlaku, serta menumbuhkan sikap disiplin bagi remaja lain untuk tidak ikut serta terlibat dalam tingkah laku melanggar aturan tersebut. Tindakan ini harus dijiwai dengan rasa kasih sayang dan bersifat mendidik terhadap mereka. Oleh karena kenakalan yang mereka perbuat adalah akibat dari berbagai faktor, baik intern maupun ekstern remaja yang tidak disadari dapat berakibat merugikan pribadinya sendiri dan masyarakat. 1. Lingkungan keluarga
134
lingkungan keluarga merupakan tempat dimulainya pendidikan, sangatlah efektif jika tindakan preventif terhadap penyimpangan prilaku dapat diupayakan dari lingkungan keluarga. Sesuai dengan keterangan saudara Aa (keluarga) sebagai berikut “Kalau dari keluarga usaha kita itu begini mas, menciptakan hubungan yang harmonis dan terbuka diantara angggota keluarga, orang tua jangan menuntut berlebihan kepada anak untuk berprestasi dan memaksakan kehendaknya untuk mengambil jurusan/bidang studi tertentu bila mana tidak sesuai dengan kemampuan /potensi yang dimiliki anak, membantu mengstasu berbagai kesulitan yang dialami remaja”(W1.AA, 56:69-89).
2. Usaha dilakukan dilingkungan sekolah
Sekolah
merupakan
lingkungan
yang
menengahi
antara
lingkungan keluarga dan lingkungan masyarakat. Harapan orang tua, lingkungan sekolah dapat ikut membentuk kepribadian anak dengan baik, orang tua memilihkan lembaga pendidikan yang dipercaya dapat meningkatkan kemampuannya Melihat keterangan dari ZE (guru BK), AA (subjek) dan SF (kepala sekolah) usaha yang dilakuka adalah sebagai berikut : “Setiap terjadi kasus penyimpangan atau kenakalan siswa yang dianggap merugikan dan membahayakan siswa dan orang lain atau mencemarkan nama baik Madrasah, maka penyeleisaiannya menjadi tangungjawab BP. Untuk menangani masalah siswa yang melakukan kenakalan, guru BP melakukan pemanggilan anak yang bersngkutan kekantor BP, untuk dimintai keterangan dan selanjutnya diberi pengarahan atau nasehat agar tidak mengulangi perbuatannya. Untuk memantau perkembangan selajutnya, kadang-kadang BP melakukan pemanggilan atau mengundang wali murid untuk berkunjung ke Madrasah atau BP melakukan kunjungan kerumah siswa bila dipandang perlu”(W2.ZE, 23-24:57-84).
135
Diperkuat oleh keterangan Sf (kepala sekolah) “Hal-hal yag sudah kami lakukan dalam upaya penanggulangan kenakalan siswa di MTS Muhammadiyah ini biasanya kami memberikan peringatan, dicatat dibuku pelanggaran, membuat surat pernyataan tertulis untuk tidak mengulanginya lagi, penahanan barang hasil pelanggaran (seperti : HP, sepatu, kaos kaki, dan ikat penggang yang tidak sesuai prosedur dari sekolah), panggilan orang tua siswa yang berperilaku nakal, selain yang tertulis di peraturan tatatertib sekolah, kami sebagai warga sekolah juga membuat kesepakatan yang tidak tertulis untuk menanggulangi kenakalan pada siswa, dengan memberikan sanksi yang jelas dan mendidik (contohnya : siswa yang terlambat mesuk sekolah akan disuruh memungut sampah dilingkungan sekolah dan disuruh membersihkan WC) kemudian melakukan razia mendadak setiap hari senin setelah selesai upacara dan dihari-hari yang tidak ditentukan”(W1.SF, 22-23:8-49). Mendapat keterangan dari Aa (subjek) “Kalau kami ketahuan biasanya dikasih peringatan dulu mas kemudian dicatat dibuku pelanggaran, disuruh memungut sampah dan membersihkan WC apabila kami terlambat datang ke sekolah, pernah juga kami disuruh membuat surat pernyataan untuk tidak akan mengulangi kenakalan-kenakala tersebut, sering juga diberikan bimbingan dan konseling oleh guru BK, rambut kami juga pernah dipotong sama guru BK, terus HP saya jga pernah disita oleh para guru,dan pernah juga dapat surat panggilan untuk orang tua kami”(W1.AA, 14:145-165). 3. Usaha yang dilakukan dilingkungan masyarakat Masayarakat adalah tempat pembentukan kepribadia siswa setelah keluarga dan sekolah, maka upaya yang dilakukan warga dalam penanggulangan kenakalan harus ada.
Melihat ungkapan dari Mm (warga) sebagai berikut : “Memberikan nasehat secara langsung kepada anak yang bersangkutan agar anak tersebut meninggalkan kegiatannya yang tidak sesuai dengan seperangkat norma yang berlaku, membicarakan dengan orang tua/wali yang bersangkutan dan
136
membicarakan jalan keluarnya, masyarakat (warga) secara bersama-sama ikut mengontrol dan menegur bila ada siswa yang tidak masuk kelas pada jam pelajaran berlangsung, misalnya duduk di warung, berkeliaran di luar sekolah dan sebagainya, melaporkan kepada pihak sekolah bila mengetahui ada siswa dari sekolah itu melakukan kenakalan, ikut menjaaga ketertiban sekolahserta menciptakan suasana yang aman dan nyaman untuk terwujudnya proses belajar-mengajar yang baik”(W1.MM, 910:108-136). 2. Strategi dalam Penanggulangan Kenakalan
dalam penanggulangan kenakalan, pihak sekolah seharusnya memiliki strategi khusus dalam proses penanggulangan kenakalan tersebut. Adapun strategi sekolah untuk menanggulangi kenakalan sebagai berikut : Mendapat keteragan dari Sf (kepala sekolah) dan Ze (guru BK) “Strategi yang dilakukan sekolah dalam usaha menggulangi kenakalan siswa yaitu dengan menjalin kerja sama masyarakat sekitar, kepemilikan visi dan misi, Melakukan deteksi sedini mungkin terhadap kenakalan yang dilakukan siswa, Memberikan pembinaan terhadap siswa yang berperilaku nakal, Mewajibkan siswa untuk mentaati tata tertib madrasah, Mengadakan kegiatan keagamaan dan pembinaan remaja, memberikan kesempatan kepada siswa mengikuti kegiatan ekstrakurikuler untuk mengisi waktu luang, baik berupa ekstra olah raga, ketrampilan maupun mata pelajaran,mengembalikan siswa kepada wali, jika tidak memungkinkan untuk dibina kembali”(W1.SF dan ZE, 25-26:430). Kendala dalam Penanggulangan Kenakalan Dalam penanggulangan kenakalan pasti menemui suatu kendala yang menghambat proses penanggulangan tersebut. Adapun kendala yang didapat dalam penanggulangan kenakalan di MTs MU sebagai berikut : Mendapatan keterangan dari Sf (kepala sekolah) dan Ze (guru BK)
137
” Kendala yang muncul ketika kita melakukan upaya penanggulangan kenakalan kepada siswa yaitu siswa tidak mendengarkan arahan BP, adanya jam-jam tambahan (seperti : sholat dzuha dan sholat dzuhur jama‟ah) mempermudah siswa untuk membolos dan adanya jam tersebut membuat berkurangnya jam mapel, lingkungan yang semakin gaul yang membuat siswa selalu meniru-niru gaya yang setiap saat muncul, pengaruh kawan dari luar sekolah yang membuat pihak sekolah kurang mengetahuinya, kurangnya interaksi antara pihak sekolah dengan pihak masyarakata (warga), kurangnya perhatian dari keluarga yang membuat pihak sekolah harus bekerja keras dalam penyuluhan terhadap siswa, Kemajuan iptek yang begitu pesat berpengaruh terhadap merebaknya kenakalan yang dilakukan oleh para siswa, kesibukakan orang tua pada pekerjaannya menjadikan anak kurang mendapatkan perhatian, kurangnya keteladanan orang tua terhadap ketaatan beribadah dan perilaku anak yang baik sehingga memungkinkan anak kurang memiliki tanggung jawab terhadap kewajiban yang seharusnya dimiliki seorang muslim, Jumlah BK yang belum memenuhi standar pendidikan yang dimiliki, Jumlah guru BK yang belum memenuhi ukuran standar ideal, adanya kegiatan keagamaan yang masih kurang mengenai sasaran”(W1.ZE dan SF, 26-27:3483). Dari beberapa cara usaha yang dilakukan untuk menanggulangi kenakalan remaja, pembinaan akhlak siswa harus dilakukan secara terus menerus oleh pihak sekolah/madrasah, bisa dilakukan oleh guru-guru agama, meskipun dalam usaha preventif, represif dan kuratif telah disebutkan, namun pentingnya akhlak siswa merupakan hal yang sangat urgen/pokok. Dalam dunia pendidikan telah dikemukakan bahwa pendidikan merupakan kegiatan yang membentuk sikap mental dan kepribadian anak (subjek) didik. Sedangkan kegiatan mengajar (instruction) dan latihan (training) sebagai salah satu bentuk yang lebih erat hubunganya dengan aspek intelektual dan ketrampilan. Akan tetapi harus di akui bahwa
138
mengajar yang baik pada dasarnya berararti juga sebagai kegiatan mendidik . Kondisi itu dapat terjadi terutama jika dalam situasi terutama jika dalam situasi belajar mengajar, guru dengan mengunakan materi yang harus diajarkan atau ketrampilan yang harus di aplikasikan, sehingga mampu menciptakan sentuhan pendidikan dan kepribadian dalam berinteraksi terhadap anak sejak anak berada di usia di bawah lima tahun. Dalam situasi seperti itu berarti anak berusia dini, tidak sekedar mengalami perubahan, perkembangan dan berhubungan dengan ranah kognitif, tetapi juga dalam cara berfikir, sikap dan tingkah laku. Sebagai wujud dari perubahan perkembangan ranah afektif dan psikomotor. Dengan kata lain situasi belajar mengajar itu, mampu melatih sikap mental dan kepribadian anak yang baru mengalami perkembangan.
139
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Kenakalan yang dilakukan siswa yang terjadi di sekolah-sekolah makin hari makin saja bertambah. Berbagai macam alasan yang mereka kemukakan untuk membela diri mengapa hal tersebut dilakukannya. Kemajuan iptek juga menjadikan suatu penyebab terjadinya peluang bagi anak untuk melakukan perilaku negatif, mereka dimanjakan dengan adanya fasilitas internet, Hp dan media
elektronik
lainnya.
Penanggulangan terhadap
kenakalan
siswa
merupakan tanggung jawab bersama dari pihak kelurga, sekolah maupun masyarakat. Dari uraian di atas dan dari hasil penelitian
pada bab-bab
sebelumnya dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut. 1. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bentuk kenakalan yang dilakukan siswa di MTs MU BOYOLALI, menunjukkan keberadaannya yaitu : membolos, merokok, pakaian seragam sekolah (baju dikeluarkan), terlambat datang kesekolah, mencontek saat ulangan harian, bergurau / tidak memperhatikan guru saat proses pembelajaran, bermain HP saat proses pembelajaran, sepatu dan ikat pinggang tidak sesuai prosedur sekolah, kuku panjang, ke kantin saat jam pembelajaran, ngemil pada waktu proses pembelajaran, tidak mengikuti upacara senin pagi dan alpa (tidak masuk sekolah tanpa keterangan).
140
2. Faktor penyebab kenakalan siswa di MTs MU Boyolali disebabkan oleh berbagai hal yang sangat komplek, yaitu
faktor dari dalam diri siswa
(faktor internal) siswa tidak bisa menyesuaikan diri dengan lingkungan atau keadaan sekolah. Faktor dari luar diri siswa (faktor eksternal), yaitu : pengaruh kawan, longgarnya disiplin sekolah, pemberian sanksi yang belum sesuai dengan ketentuan yang ada, bangunan sekolah yang tidak memenuhi persyaratan (pagar masih bisa diterobos siswa), karena mengamati kenakalan yang dilakukan orang lain (siswa lain) dan gaya pembelajaran yang diterapkan guru kurang menarik. 3. Upaya warga sekolah dalam menangani kenakalan yang dilakukan siswa MTs MU Boyolali kurang efektif, meskipun telah dilakukan berbagai kegiatan yang bertujuan menekan terjadinya perilaku nakal, adapun penanganan dalam hal preventif, seperti jama‟ah sholat dzuhur, dzuha, menjalin hubungan yang baik dengan masyarakat dan orang tua, kepemilikan visi dan misi yang baik, mewajibkan siswa untuk mentaati tatatertib sekolah. Represif, seperti diberi peringatan, memberika sanksi yang jelas dan mendidik, memberikan sanksi dalam penilaian, melakukan razia mendadak, penahanan barang hasil pelanggaran, dicatat dibuku pelanggaran, membuat surat pernyataan tertulis, menguatkan peran guru BK dan panggilan kepada orang tua siswa yang melanggar tatatertib sekolah. Dan kuratif seperti progam bimbingan dan penyuluhan dengan memberikan nasehat dan arahan supaya siswa sadar dan tidak mengulangi kenakalannya.
141
B. Saran-saran 3. Bagi orang tua untuk mengantarkan anak berperilaku baik, hendaknya para orang tua senantiasa memberikaan penanaman beragama sejak dini dengan memberikan pembiasaan-pembiasaan berahlak baik, demikian pula pihak sekolah hendaknya senantiasa memberikan perhatian serius terhadap perilaku anak,
baik
dengan cara
melakukan tindakan
preventif,
representative maupun kuratif terhadap perilaku nakal yang terjadi pada siswa. 4. Bagi Kepala Madrasah Tsanawiyah hendaknya Madrasah memperhatikan visi misi yang telah dirumuskan yaitu Iman dan takwa sebagai pedoman utama dalam menjalani kehidupan berbangsa dan bernegara. Untuk membentuk siswa unggul dalam iptek akan lebih mudah diraih jika keunggulan iman dan takwa telah dimiliki. Oleh karena itu Madrasah harus mampu mengendalikan
atau
meminimalkan terjadinya kenakalan pada siswa.
5. Mengoptimalkan kerja sama sebagai unsur terkait untuk berupaya bersama-sama dalam penanggulangan perilaku nakal dan meningkatkan, mengembangkan, dan membina ahklak siswa. 6. Madrasah perlu memperhatikan kurikulum agama sebagai ciri khas (MTs) yang memiliki jam mata pelajaran agama lebih banyak, dengan mengedepankan penerapan nilai-nilai akhlak
mulia,
mengupayakan
fasilitas bagi mata pelajaran agama yang lengkap dan menarik sehingga anak lebih bergairah dalam mendalami mata pelajaran agama.
142
7. Mengefektifkan kegiatan agama yang telah diprogramkan dengan memanfaatkan guru agama, wali kelas maupun guru BK untuk memantau pelaksanaan kegiatan keagamaan pada setiap harinya.
143
DAFTAR PUSTAKA
Abd Al-Baqy, Muhamad Fuad. 1987. Al Mu’jam Al-Mufhris Al-Qur’an Al-Karim Dar Al Fikr. Ahmadi, Abu. 1991. Psikologi Perkembangan. Jakarta : Rineka Cipta. Amin, Ahmad. 1995. Etika (Ilmu Akhlak). Jakarta : Bulan Bintang. Amin, Widjaya Tungga. 2009. Manajemen Strategi. Jakarta : Harvarindo. Ancok, Jamaludin. 1995. Psikologi Islam, Solusi Islam Problem-problem Psikologis. Yogykarta : Pustaka Pelajar. Anselm Strauss, Juliet Corbin. 1997. Basic of Qualitative Research. Terjemah Djunaidi Ghony. Surabaya : Bina Ilmu Ofset. Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktik. Jakata: PT Rineka Cipta. Arifin, H.M. 1976. Psikologi dan Beberapa Aspek Kehidupan Rohaniah Manusia. Jakarta : Bulan Bintang. --------------------. 2003. Teori-teori Konseling Umum dan Agama. Jakarta : Golden Terayon Press. Bungin, Burhan. 2003. Analisis Data Penelitian Kualitatif. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada. Branen, Julia. 2002. Memandu Metode Penelitian Kualitatif dan Kuatitatif. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Darajat, Zakinah. 1982. Pembinaan Remaja. Jakarta : Bulan Bintang. -----------, 2004. Metodologi Pengajaran Agama Islam. Jakarta: Bumi Aksara. Departemen Agama RI. 2004, Sejarah Madrasah, Pertumbuhan, Dinamika dan Perkembangannya. Direktorat Jendral dan Kelembagaan Agama Islam. Departemen Agama RI. 1984. Al-Qur’an dan Terjemahnya, Jakarta. El-Qusy, Abdul Aziz. 1974. Pokok-pokok Kesehatan Mental II. Jakarta : Bulan Bintang.
144
Fahima, Zulkifli. 2006. Psikologi Perkembangan Remaja. Bandung : Rosdakarya. Faisal, Sanapiah. 1990. Penelitian Kualitatif Dasar-dasar dan Aplikasi. Malang: Yayasan Asih Asah Asuh. Ghony, Djunaidi. 1997. Dasar-dasar Penelitian Kualitatif. Surubaya : Bina Ilmu. Grochowski. 2002. Human Development. New York : Mc Graw – Hill Companies. Gunarsa, Singgih. 2007. Psikologi untuk Keluarga. Jakarta Gunung Mulia. ------------. 2007. Psikologi Remaja. Jakarta : Gunung Mulia. Hadi, Sutrisno. 2001. Metodologi Research. yogyakarta Andi Ofset. Patenono Hajar, Ibnu. 1999. Dasar-dasar Metodologi Penelitian dalam Pendidikan. Jakarta : Raja Grafindo Persada. Hakim, Atang Abd. 2006. Metodologi Studi Islam. Bandung : Remaja Rosdakarya. Hasan, Aliah Purwakania. 2006. Psikologi Perkembangan Islami : Menyingkap Tentang Kehidupan Manusia dari Pra Kelahiran Hingga Pasca Kematian. Jakarta Raja Grafindo Persada. Ilyas, Asnely. 1998. Mendambakan Anak Saleh : Prisip-prinsip Pendidikan Anak. Bandung : Albayan. Kartono, Kartini. 1998. Patologi Sosial I. Jakarta Rajawali. -------------. 1998. Patologi Sosial II Kenakalan Remaja. Jakarta : Rajawali. Langgulung, Hasan. 2000. Azas-Azas Pendidikan Islam. Jakarta : Pustaka Al Husnadi Dzakra. Meitasari, Tjandrasa. 1978 Perkembangan Anak. Jakarta : Erlangga. Migdad, Yaljan. 2004. Daurut Tarbiyah, Al Akhlaqiyah, Al Islamiyah, fi Bina’il Fardi wal Mujtama’ wal Hadharah Al Insaniyah. Yogyakarta : Pustaka Terj. Tulus Musthofa. Muhibbin, Syah. 2004. Psikologi Pendidikan Dengan pendekatan Baru. Bandung : Rosdakarya.
145
Muhadjir, Noeng. 2000. Metodologi Penelitian Kualitatif. Yogyakarta : Rake Sarasin. Moleong, Lexy J. 1998. Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung : Remaja Rosdakarya. Mukhtar, Maksum. 2001. Madrsah Sejarah dan Perkembangannya. Jakarta : Logos Wacana Ilmu. Mapiare, Andi. 1982. Psikologi Remaja. Surabaya : Usaha Nasional. Mahfush, Jamaludin. 2005. At Tarbiyah Al Islamiyah li Tifli Wal Marahiq/Psikologi Anak dan Remaja Muslim. Jakarta : Pustaka Al Kautsar. Mujib, Abdul. 2001. Nuansa-nuansa Psikologi Islam. Jakarta : Raja Grafindo Persada. Nawawi. 2005. Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta : Gajah Mada Universiti Pres. Qutub, Muhammad.1984. Sistem Pendidikan Islam. Bandung Al Ma‟arif. Rakhmad, Jalaludin. 1998. Psikologi Agama. Jakarta : Raja Grafindo Persada. Soekaji, Soetarlinah. 1983. modofikasi Perilaku : Penerapan Sehari-hari dan Penerapan Profesional. Yogyakarta : Liberty. Soekanto, Soerjono. 1988. Sosiologi Penyimpangan. Jakarta : Rajawali. Sudarsono. 1995. Kenakalan Remaja. Jakarta : Rineka Cipta. Suryabrata, Sumadi. 1995. Psikologi Pendidikan. Jakarta PT Raja Grafindo Persada. Sudarasono. 1989. Etika Islam Tentang Kenakalan Remaja. Jakarta : Bina Aksara. -------------.1990. Kenakalan Remaja. Jakarta : Rineka Cipta. Sunarto & Hartono, Agung. 2002. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta : Rineka Cipta. Suwarno. 1998. Pengantar Umum Pendidikan. Jakarta : Aksara Baru. Tafsir, Ahmad. 2006. Filsafat Pendidikan Islam. Bandung : Remaja Rosdakarya.
146
TAHAPAN (PROSEDUR) WAWANCARA 1. Observasi a. Kepala Sekolah, Guru BK, Karyawan Sekolah b. Kantin c. Lokasi (tempat) berkumpul pada jam istirahat d. Jam-jam Kosong e. Kegiatan-kegiatan Belajar 2. Dokumen Guru BK -
Dokumen/Catatan Kenakalan/Tindakan Kenakalan Tatatertib
-
Absensi (Catatan keaktifan siswa)
-
Wawancara Kepada Bk Tentang Kenakalan Siswa di MTs Muhammadiyah Cekelan Kemusu Boyolali
3. Wawancara A. Bentuk-bentuk kenakalan dan faktor penyebab terjadinya kenakalan siswa a. Siswa(subjek) -
Apa yang mendorong anda memasuki sekolah/madrasah ini?
-
Bagaimana kegiatan belajar mengajar di sekolah/madrasah ini?
-
Bagaimana sikap anda ketika ada kegiatan yang diprogamkan oleh sekolah (spt pramuka, sholat berjama‟ah, baca Qur‟an bareng) ?
-
Pernahkah keluarga anda bertanya tentang kegiatan anda di madrasah?
147
-
Apakah ada jam pelajaran yang membuat anda bosan ?
-
Ketika ada teman yang mengejek, terus bagaimana sikap anda kepada teman anda ?
-
Kalau ada teman anda yang mengajak anda untuk melanggar tatatertib sekolah, bagaimana sikap anda ?
-
Yang paling anda tidak suka dari tatatertib sekolah apa saja ?
-
Berikan alasannya tentang ketidak sukaan anda terhadap tatatertib di MTs Muhammadiyah ?
b. Teman/Ketua kelas/Sahabat -
Bagaimana Keadaan teman-teman anda di sekolah/madrasah ini?
-
Bagaimana sikap teman-teman anda ketika ada kegiatan-kegiatan yang diprogamkan oleh sekolah ini ?
-
Apa yang dilakukan Teman-teman anda ketika ada jam kosong ?
-
Sepengetahuan anda, siswa yang bernama xx itu melakukan pelanggaran apa saja yang tidak sesuai dengan prosedur sekolah ini ?
-
Sepengetahuan anda, apa saja yang dilakukan saudara xx ketika diluar sekolah ?
-
Apakah pernah ada dari teman anda yang kehilangan barang ?
-
Sepengetahuan anda perilaku nakal apa yang sering dilakukan siswa ?
-
Dalam pergaulannya setiap hari saudara xx, bagaimana dan siapa saja teman-temannya ?
148
-
Biasanya yang paling teman-teman anda tidak sukai dari tatatertib madrasah apa saja ?
-
Sepengetahuan anda, alasan teman anda tidak menyukai tatatertib dari sekolah itu bagaiamana ?
c. Kerabat (Saudara) -
Seperti apa saja kegiatan saudara xx pada saat dirumah ?
-
Siapa saja teman xx pada kesehariannya ?
-
Jam berapa xx berangkat dan pulang sekolah ?
-
Jam berapa saudara xx tidur malam ?
-
Apakah saudara xx ikut berpartisipasi dalam kegiatan di Masjid/Mushola (spt: ngaji, sima‟an, tadarus, dsb) ?
d. Masyarakat -
Bagaimana interaksi masyarakat dengan siswa MTs Muhammadiyah Cekelan Kemusu Boyolali ?
-
Apakah ada siswa yang pada saat jam pelajaran masih belum mengikuti KBM di madrasah ?
-
Apa yang siswa lakukan ketika belum mengikuti KBM di kelas ?
-
Sepengetahuan anda, perbuatan nakal apa saja yang dilakukan siswa ketika sedang berkumpul (tongkrong) ?
-
Sepengetahuan anda, Apa penyebab timbulnya perilaku nakal pada siswa ?
e. Guru -
Seberapa sering guru melekukan evaluasi terhadap siswa ?
149
-
Menurut bapak, siswa yang nekal itu seperti apa ?
-
Apakah bapak siswa yang terlambat/bolos ketika mengikuti proses KBM ?
-
Sepengetahuan bapak, Apa penyebab terbentuknya siswa bisa melakukan pelanggaran tatatertib sekolah ?
B. Upaya Penanggulangan Kenakalan Siswa Kalau dilihat dari perkembangan zaman, banyak kalangan siswa yang terjerumus ke perilaku yang negatif Kepalasekolah, Guru BK, Guru bidang study 1. Upaya apa saja yang sudah dilakukan madrasah/sekolah untuk menanggulangi supaya siswa terhindar dari perilakuperilaku yang tidak sesuai dengan aturan sekolah ? 2. Strategi apa yang digunakan dalam penanggulangan kenakalan? 3. Kendala apa yang menghambat proses upaya penanggulangan kenakalan tersebut ?
150
Keadaan MTs Muhammadiyah
151
Visi dan Misi MTs Muhammadiyah
152
Wawancara Kepala Sekolah, BK, dan Guru
Wawancara BP/BK
153
Keadaan Siswa
Keadaan Siswi
154
Verbatim Hari/Tgl : Sabtu/15 Tempat : MTs MU Informan : RO Status : Ketua Osis Baris Dialog Tema 1 (R).Assalamu‟alaikum ? (J).Walaikum salam. (R).Bagaimana kabarnya dek ? (J).Baik Mas. 5 (R).Sekarang sibuk tidak ya, soalnya saya ingin tanya-tanya sama sampean. (J).Iya mas mau nanya apa, (R).Santai aja yah dek, ini tidak 10 masuk nilai raport atau nilainilai yang berkaitan sama sekolahan kok, gini dek, keadaan teman-teman kalian di sekolah sini itu seperti apaya,? 15 (J).Ya seperti begini lah mas, seperti sekolahan-sekolahan yang lainnya, ada yang baik dan juga ada yang kurang baik, (R).maksudnya yang kurang 20 baik itu seperti apa ya, tolong diperjelas dong? Pelanggaran tata (J).Maksud kami ya ketentuan tertib siswa yang dilarang dari ketetapan dari sekolah itu tidak 25 dijalankan. (R).Lha yang dilanggar anakanak sini itu seperti hal apa saja ? (J).Seperti merokok, bolos, 30 berkelahi tapi itu tidak sering terjadi dan pelakunya pun ituitu saja, mengambil barangbarang milik teman, baju tidak ada betnya (pakaian seragam), 35 tidak ikut upacara, menyontek saat ulangan, terlambat datang ke sekolah. (R).Tadi soal bolos, dimana biasanya teman kalian Kebiasaan siswa 40 membolos?
155
Interpretasi
Merokok, bolos, berkelahi, mengambil barang milik teman, tdk pakai bet, menyotek dll.
hobi : bermain play station, warnet.
beli rokok, warnet, bermain Play Station.
Ikut-ikutan sama teman, diajak teman malas.
45
50
55
60
65
70
75
80
85
Biasanya kalau mereka bolos sekolah, lokasinya kalau tidak di warnet ya direntalan Play station. (R).Apa saja yang diakukan kalau saat membolos? (J).Ya tadi to mas, (R).Maksudnya saku dari orang tuanya itu selain dibuat warnet dan Play station itu dibuat apa lagi ? (J).Ya buat jajan to mas bro, selain itu juga paling buat mambeli rokok mas bro. (R).Biasanya yang membuat teman-teman kalian seperti itu apa to dek, biasanya seperti kalian-kalian gini kan paham, kan kalian itu anak teladan plus ganteng-ganteng? (J).Kalau soal itu kami kurang paham jaga ya mas, tapi setahu kami sih mereka diajak temanteman yang lain, ikut-ikutan teman selain itu juga mereka itu males-malesan kok mas. (R).Emang dari keluarganya tidak pernah nengok-nengok keadaan anaknya di sekoah ya dek? (J).Nengok bagaimana, orang kebanyakan dari keluarga mereka itu merantau mas, jadi tidak ada waktu buat menengok anaknya di sekolah. (R).Kalau dari keluarga kalian sendiri, merantau atau tidak ? (J).Kalau keluarga kami yang merantau ayah saja, sedang ibuk saya dirumah jadi petani saja mas. (R).Oh begitu ya, yaudah dek terimakasih atas informasi yang diberikan tadi, (J).Iya mas sama-sama sudah ditraktir heheee.
156
Uang jajan
Penyebab terjadinya pelanggaran
Pantauan keluarga
Kebanyakan dari siswa yang melakukan kenakalan masih kurangnya pantauan dari keluarga (keluar kota untuk bekerja).
(R).Wassalamu‟alaikum ? (J).Wa‟alaikum salam.
Hari/Tgl Tempat Informan Status
: Sabtu/15 : Desa K : KA : Keluarga
157
Baris Dialog 1 (R).Assalamu‟alaikum warohmatullohi wabarokatuh mas ? (J).Walaikum salam 5 warohmatullohi wabarokatuh. (R).Maaf mas, saya datang kesini ada keperluan nanyananya kepada mas yang bertujuan memenuhi 10 penelitian priadi saya, ini tidak pengaruh sama nilainilai yang ada di sekolah muhammadiyah atau yang lainnya. 15 (J).Iya boleh, sampean mau nanya-nanya apa. (R).Begini mas, saya mau nanya tetang latar belakang dari arif, seperti apa saja 20 kegiatan arif saat di rumah ? (J).Ya begitu-begitu saja. (R).Maksudnya begitu-begitu saja apa to mas ? (J).Kalau di rumah ya makan, 25 tidur, terus maen kesini, kalau tidak ya maen sama temantemannya. (R).Oh gitu ya, terus siapa saja teman2 arif pada 30 kesehariannya? (J).Temen-temennya setahu saya, anton, topek, riki, zenudin, susilo. (R).Kalau pada saat biasanya 35 berkumpul, hal-hal apa saja yang biasanya dilakukan arif dan teman-temannya ? (J).Yang mereka lakukan saat kumpul begitu ya nyewa40 nyewa play station ditempatnya mas bulhadi yang dikampung situ. (R).Owalah itu to, Kalau berangkat kesekolah 45 sepengetahuan anda jam
158
Tema
Kegiatan Siswa di Rumah
Kebiasaan Siswa di rumah dengan teman
Interpretasi
Kebanyakan waktu dihabiskan untuk bermain
Ketika bersama teman-temannya mereka bermain Play station (game)
Sesekali guru
50
55
60
65
70
75
80
85
90
berapa arif berangkat nya mas? (J).Kalau masalah berangkat sekolah saya kurang tahu ya mas, tp biasanya jarang sampai sekolahan, tidak tahu berheti dimana, kemaren saja kayaknya gurunya datang kerumahnya kok Itupun tidak sekali. (R).Oh begitu ya, memangnya arif tidak mengikuti kegiatankegiatan di mushola atau dimasjid gitu? (J).Boro-boro mengikuti dek, tapi dulu pernah ikut tapi sekarang sudah malesan orangnya, katanya capek. (R).Kegiatan apa ya mas yang pernah arif ikuti di mushola ? (J).Dulunya ya paling ikut kegiatan ngaji sama sema‟an alqur‟an, udah itu saja kok. (R).Kalau usaha keluarga sendiri untuk mengatasi kenakalan pada anak itu seperti apa ya mas? (J). Kalau dari keluarga usaha kita itu begini mas, menciptakan hubungan yang harmonis dan terbuka diantara angggota keluarga, orang tua jangan menuntut berlebihan kepada anak untuk berprestasi dan memaksakan kehendaknya untuk mengambil jurusan/bidang studi tertentu bila mana tidak sesuai dengan kemampuan /potensi yang dimiliki anak, membantu mengstasu berbagai kesulitan yang dialami remaja. (R).Oh begitu ya mas, yaudah mas terimakasih banyak atas informasinya semoga
159
Perilaku nakal siswa
Kegiatan jam2 di rumah siswa
medatangi rumah siswa karena jarang masuk sekolah(membolos)
Dulu pernah mengikuti (mengaji dan sema‟an alqur‟an) sekarang tidak, alasan capek
kebaikannya diberi balasan oleh alloh swt dan diberikan kehidupan yang lebih cerah lagi (J).Iya mas sama-sama. (R).Yaudah mas segitu saja pertanyaan dari saya, Assalamu‟alaikum warohmatullohi wabarokatuh? (J).Walaikumsalam warohmatullohi wabarokatuh.
Hari/Tgl : Sabtu/15 Tempat : Lingkungan Madrasah Informan : MM Status : Masyarakat/warga Baris Dialog 1 (R).Assalamu‟alaikum warohmatullohi wabarokatuh pak? (J).Walaikumsalam
160
Tema
Interpretasi
5
10
15
20
25
30
35
40
45
50
warohmatullohi wabarokatuh. (R).Bagaimana kabarnya bapak? (J).Baik2 saja. (R).Maaf ya pak, saya menyita waktunya sebentar? (J).Iya tidak apa, ada keperluan apa. (R).Begini pak, saya punya tugas penelitian untuk skripsi saya, berhubung tugasnya tentang perilaku siswa, saya bisa Tanya-tanya sama bapak, kan bapak sebagai masyarakat (warga) yang dekat dengan lingkungan sekolah pasti kurang lebihnya bapak tahu banyak tentang siswa MTs sini? (J).Iya tidak apa-apa, orang nanya kan tidak ada larangannya, ntar kalau saya tahu pastu saya jawab. (R).Iya pak terimakasih. sebelumnya maaf ya pak, sebenarnya seperti apa to pak Interaksi antara interaksi masyarakat dengan sekolah dengan siswa? masyarakat (J)Wah, kalau kami berinteraksi dengan siswa jarang mas, tapi kalau dengan guru malah sering. (R).Kok bisa seperti itu ya pak? (J).Soalnya dari pihak guru meminta kita untuk memantau tingkah laku siswa diluar sekolah, jadi guru seringsering konsul kepada pihak kita (masyarakat). (R).Kenapa ya pak guru kok minta informasi dari masyarakat, memangnya apa yang dilakukan siswa? (J).Begini mas, kalau dari pihak sekolah saja untuk
161
Antara sekolah dengan masyarakat masih belum terjalin iteraksi yang bagus, disbanding siswa, guru lebih bermasyarakat.
55
60
65
70
75
80
85
90
95
memantau siswa itu belum mampu mas. (R).Kok seperti itu ya pak? (J).Iya mas, kemaren saja waktu ada siswa yang membolos, merokok pada waktu istirahat, mengambil mangga milik warga, itu sumber informasinya kebanyakan dari kami mas. (R).Sepengetahuan bapak Kalau siswa yang melakukan pelanggara seperti itu banyak tidak pak? (J).Lumayan banyak mas. (R).Kira-kira saja pak, ada berapa gitu? (J).Kurang lebih ada 7 siswa tapi tidak tahu nama-namanya mas, kalaupun ditemukan wajah-wajahnya masih ingat betul saya. (R).Berarti siswa tersebut tidak sendirian ya pak, berkelompok gitu? (J).Iya mas, mereka berkelompok tapi kelompoknya setahu saya cuman itu-itu saja. (R).Setahu bapak biasanya penyebab timbulnya perilaku nakal siswa seperti itu apa ya? (J).Satahu dari pengamatan kami (masyarakat) penyebabnya ya ikut-ikutan teman, dari diri siswa sendiri karena keinginan mendapatkan mangga secara mudah, malas-malasan untuk belajar. (R).Selain itu apa lagi pak? (J)Ya mungkin juga karena factor keluarga yang kurang mendukung pribadi anak. (R).Oh begitu ya pak ? (J).Iya mas.
162
Kenakalan yang Membolos, dilakukan siswa merokok, mengambil mangga milik warga. Banyaknya siswa yang melakukan
Ada tujuh anak, itu sebagai kelompok.
Factor yang membuat anak nakal
Ikut-ikutan teman, dari diri sendiri karena ingin mendapatkan mangga secara mudah, siswa malas-malasan untuk belajar, kurangnya perhatian dari keluarga.
100
105
110
115
120
125
130
135
140
(R).Kalau usaha dalam penangan kenakalan siswa, masyarakat ikut andil juga tidak ya pak? (J).Wah ya jelas kalau itu mas, kalau seratus persen guru yang aksi belim bisa. (R).Apa saja pak usaha masyarakat dalam penanganan perilaku nakal siswa? (J). Memberikan nasehat secara langsung kepada anak yang bersangkutan agar anak tersebut meninggalkan kegiatannya yang tidak sesuai dengan seperangkat norma yang berlaku, membicarakan dengan orang tua/wali yang bersangkutan dan membicarakan jalan keluarnya, masyarakat (warga) secara bersama-sama ikut mengontrol dan menegur bila ada siswa yang tidak masuk kelas pada jam pelajaran berlangsung, misalnya duduk di warung, berkeliaran di luar sekolah dan sebagainya, melaporkan kepada pihak sekolah bila mengetahui ada siswa dari sekolah itu melakukan perilaku menyimpang, ikut menjaaga ketertiban sekolahserta menciptakan suasana yang aman dan nyaman untuk terwujudnya proses belajar-mengajar yang baik. (R).yaudah segitu saja pak pertanyaan-pertanyaan dari saya, apabila ada kesalahan kata atau tingkah saya, saya minta maaf yg sebesarbesarnya pak dan saya tidak
163
145
150
155
akan lupa mengucap terimakasih banyak pak atas pemberian informasinya, karena sedikit kata dari bapak sangat berarti buat saya. Terimakasih banyak bapak, assalamu‟alaikum warohmatullohi wabarokatuh? (J).Iya sama-sama, saya juga terimakasih tadi sudah bantu ngangkatin beras saya, walaikum salam warohmatullohi wabarokatuh.
Hari/Tgl : Sabtu/15 Tempat : MTs MU Informan : AA Status : Subjek Baris Dialog 1 (R).Assalamu‟alaikum warohmatullohi wabarokatuh? (J).Walaikum salam warohmatullohi wabarokatuh. 5 (R).Begini dek, saya kan sekarang ada tugas dari kampus saya, dan tugasnya ditujukan untuk bertanyatanya sama kalian yang utama 10 saya temui sekarang. Sebelumnya maaf ya dek mengganggu waktu kalian sebentar, pertanyaan yang saya tanyakan kepada kalian 15 ini tidak ada sangkut paute sama sekolahan sini kok jadi dibuat slow aja ya ? (J).Iya mas tidak apa-apa, mas mau nanya dengan kami 20 tentang apa, kalau kami bisa pasti kami jawab.
164
Tema
Intepretasi
25
30
35
40
45
50
55
60
65
(R).Begini dek, sebenernya yang mendorong kalian sekolah sini itu apa saja ? (J).Ya tinggal milih-milih saja mas, disuruh orang tua, yang murah disini, teman-teman saya juga banyak yang sekolah disini kok mas. (R).oh begitu ya, iya tidak apa-apa nyantai dan tetep slow saja ya, terus kalian senang tidak dengan kegiatan belajar di MTs ini ? (J).Ya senang tidak senang ya harus senang mas, orang inikan sekolahan saya kok. (R).Tapi sering juga saya temui biasanya siswa itu ada yang tidak senang dengan progam pembelajaran sekolahannya sendiri lho, ada tidak dek? (J).Oh nek itu jelas ada mas, banyak malahan. (R).Sebutkan Apa saja tidak apa-apa kok ? (J).Ya seperti : PAI, MTK B.Arab, B.Inggris dan banyak yang lainnya mas. (R).Kenapa kok tidak senang? (J).Ya karena malas aja, guru nya kurang menyenangkan, panas di kelas, ngantuk. (R).Di sekolahan sini kan ada progam seperti pramuka, sholat berjama‟ah, baca qur‟an bersama, kalian pada ikut tidak? (J).Males mas, ikutpun itu jarang. (R).kenapa ? (J).Kalau waktu pramuka enakan tidur dirumah mas, kalau waktu jama‟ah enakan dikantin saja. (R).Pernah tidak orang tua
165
Latarbelakang memilih madrasah
Hanya memilihmilih saja, disuruh orang tua, sekolah sini lebih murah disbanding sekolah yang lain.
Mata pelajaran
Alasan dari siswa yang melakuka kenakalan kebanyakan berpendapat bahwa saat mapel MTK, b.inggris, PAI, B.arab itu gurunya membosakan, ngantuk dikelas, dikelas panas.
Progam sekolahan
Progam yang ada di sekolah seperti pramuka, sholat berjamaah, baca qur‟an sering tidak mengikuti karena males, waktu jam pramuka enakan tidur dirumah, waktu jam jama‟ah sholat enakan dikantin
70
75
80
85
90
95
100
105
110
kalian nanya2 pada kalian masalah apa gitu tentan sekolah kalian ? (J).Ketemu saja jarang mas apalagi bertanya kegiatan kami sekolah, sesekali bertanya masaah sekolah paling masalah regestrasi dan uang saku. (R).Oh begitu ya, Teman2 kalian disini baik2 tidak ya dek pada kalian? (J).Ya baiklah mas, kan sama2 satu madrasah. (R).Masak, terus seandainya ada teman kalian mengejek kalian terus reaksi kalian bagaimana? (J).Ya tergantung mas. (R).Maksudnya? (Y).Kalau sampai buat kami marah ya ntar ada urusan saat diluar sekolah. (R).Oh iya lupa tadi mau nanya ini. Kalian kan siswa sini, setidaknya kalian kan tahu dimana lokasi atau yang dilakukan teman2 kamu ketika membolos ? (J).Iya mas kami tahu, biasanya kalau anak2 pada bolos paling di warnet kalau tidak ya di rentalan PS. (R).Dimana itu tempanya? (J).Di guwo deket pasar mas. (R).Padahal jauh lho, naik apa kesana? (J).Boncengan naik motor to mas. (R).Yang paling kalian tidak sukai dari tatatertib madrasah ini apa dek? (J).Semuanya mas. (R).Lho semua kan ada hitungannya, sebutkan saja tidak dosa kok, apa saja?
166
saja. Orang tua bertanya tentang kegiatan sekolah
Orang tua siswa jarang bertanya tentang kegiatan siswa di sekolah karena orang tua siswa kebanyakan mencari nafkah diluar kota.
Keadaan teman
Semua baik dimata AA tapi ketika ada siswa yang mengejek sedikit itu sudah menjadi masalah lain dibelakang
Lokasi ketika membolos
Tempat AA dan teman-temannya membolos diwarnet dan di rentalan play station didesa guwo deket pasar.
Kenakalan yang Seperti : dilakukan AA merokok, membolos, baju keluar, dilarang memakai semiran rambut, membawa hand
115
120
125
130
135
140
145
150
155
(J).Banyak mas seperti: dilarang merokok, baju keluar, rambut semiran, bawa HP dll (R).Oh begitu ya, baru paham saya. Lha terus kalau ada teman kalian yang mengajak kalian untuk melanggar tatatertib, bagaimana reaksi kalian ? (J).ya kalau lagi gag males kami tidak mau dan itu juga jakau kami dibosin siap mas. (R).Maksudnya bagaimana? (J).Kalau bolos biasanya kan pengeluaran uang tidak sedikit mas. Saat diwarnet, play station, itupun tidak berhenti disitu saja, kami juga beli minuman dan rokok, kadang iuran bensin juga kalau habis. (R).Kok bisa hoby seperti itu awal mulanya bagaimana ? (J).itu bukan hoby mas, saya diajak temen dan ikut2 temen ternya enak juga bolos hehe. (R).Dek kalau kalian pada saat melanggar tatatertib sekolah biasanya diberi sanksi apa oleh guru ? (J).Kalau kami ketahuan biasanya dikasih peringatan dulu mas kemudian dicatat dibuku pelanggaran, disuruh memungut sampah dan membersihkan WC apabila kami terlambat datang ke sekolah, pernah juga kami disuruh membuat surat pernyataan untuk tidak akan mengulangi kenakalankenakala tersebut, sering juga diberikan bimbingan dan konseling oleh guru BK, rambut kami juga pernah
167
phone.
Ajakan dari teman
Biasanya siswa siap kalau ada teman yang mengajak untuk membolos dan ditraktir.
Kegiatan AA ketika membolos
Hobby : bermain warnet dan bermain play satation
Factor (kedua) penyebab melakukan pelanggaran
Awalnya diajak oleh teman kemudian ikutikutan teman dan ternyata pribadi siswa merasa nyaman ketika melakukan pelanggaran tatatertib sekolah
Sanksi yang diberikan oleh guru kepada siswa yang melakukan pelanggaran
Diacatat dibuku pelanggaran, memungut sampah, membersihkan WC, dan membuat surat pernyataan untuk siswa supaya tidak melakukannya lagi
160
165
170
dipotong sama guru BK, terus HP saya jga pernah disita oleh para guru,dan pernah juga dapat surat panggilan untuk orang tua kami. (R). oh begitu yaa. yaudah terimakasih jawabannya dek, sampai jumpa lagi dan sehat selalu. Wassalamu‟alaikum warohmatullohi wabarokatuh ? (J).Walaikum salam warohmatullohi wabarokatuh.
Hari/Tgl : Sabtu/15 Lokasi : MTs MU Informan : ZE Status : Guru BK Baris Dialog 1 (R).Assalamu‟alaikum Wr,wb? (J).Walaikum salam. Ada Keperluan apa mas, (R).Begini pak, tujuan saya datang kesini yang pertama silaturrohmi, yang kedua ya ingin mencari informasi tenteng kondisi siswa di MTs Muhammadiyah sini, dari beberapa pertanyaan yang saya ajukan kepada bapak sekiranya bapak menjawab, tapi sebelumnya maaf ya pak mengganggu aktivitas dan menyita waktu bapak, ? (J).Iya mas tidak apa2, ini juga sedang tidak sibuk kok. (R).Maaf pak, sebelumnya saya melihat data2 catatan BK? (J).Iya mas sebentar tak
168
Tema
Pelanggaran yang dilakukan
Interpretasi
Tidak masuk tanpa keterangan,
ambilkan. (R).Dari beberapa catatan kenakalan yang dilakukan siswa, memangnya kenakalan apa saja ya pak yang dilakukan oleh siswa ? (J).Kalau namanya anak/sisawa itu kan identik dengan kenakalannya ya mas, tapi di madrasah sini masalah kenakalannya masih dalam jangkauan umum dan dikatagorikan masih standar siswa. Kalau bentuk-bentuk pelanggarannya saya sebutkan pelanggaran yang dilakukan siswa untuk tahun ajaran ini. Tidak masuk tanpa keterangan, tidak bawa kaos kaki, tidak bawa bet(logo), telat masuk kelas, tidak bawa mukena, alqu‟an, tidak ikut upacara dan sholat jama‟ah. Tapi pernah sekali ada siswa yang melakukan pelanggaran mengambil beras dan uangnya dibuat main game, itu seketika langsung dikeluarkan dari sekolah. sebelumnya siswa kami berikan pilihan untuk pindah sekolah tapi siswa dan orang tuanya memilih untuk putus sekolah saja. (R2).Kalau ciri-ciri siswa yang melakukan kenakalan itu seperti apa ya pak? (J2).kalau ciri-ciri siswa nakal itu kurang lebihnya sering mengganggu temannya, biasanya urang menyukai pada guru dan pelajarannya, siswa tersebut
169
siswa
Penyebab siswa melakukan pelanggaran
tidak bawa kaos kaki, tidak bawa bet(logo), telat masuk kelas, tidak bawa mukena, alqu‟an, tidak ikut upacara dan sholat jama‟ah. Tapi pernah sekali ada siswa yang melakukan pelanggaran mengambil beras dan uangnya dibuat main game.
Iku-ikutan sama teman, minimnya pantauan darikeluarga, siswa belum bisa beradaptasi dengan sekolahan, siswa males-malesan.
tidak bisa bertanggung jawab, dihindari dari temanteman yang tekun. (R2).Maaf pak, saya masih kurang paham dengan hakekat berperilaku itu apa ya? (J2).Perilaku merupakan realitas penghayatan dan aktifitas yang merupakan hasil akhir jalinan dan dimana terjadi saling mempengaruhi antara berbagai macam kemampuan jiwa yang sering berdiri sendiri. (R2).Kalau perilaku nakal sendiri itu apa ya pak? (J2). Perilaku nakal siswa juga disebut dengan tingkah laku bermasalah. Tingkah laku bermasalah yang masih dianggap wajar dan dialami oleh remaja, yaitu tingkah laku yang masih dalam batas ciri-ciri pertumbuhan dan perkembangan sebagai akibat adanya perubahan secara fisik dan psikis, serta masih dapat diterima sepanjang tidak merugikan dirinya sendiri dan masyarakat sekitarnya. (R2).Kalau dilihat dari segi akibat utuk kenakalan itu seperti apa pak? (J2). Perilaku nakal sangat merugikan siswa itu sendiri. Ia bisa kehilangan masa depannya sebagai remaja. Ia juga dapat mengalami kesalahan dalam menentukan perilaku dalam hidupnya. Di sisi lain, ia akan mendapatkan cap yang buruk dari lingkungan.
170
Sangat disayangkan apabila potensi fisik yang dimiliki remaja tersebut yang berupa kekuatan, dorongandorongan untuk beraktifitas tidak dikembangkan dengan baik. Apabila itu terjadi maka, kekuatan dan dorongan-dorongan itu akan mencari jalan penyalur sendiri kearah yang tidak baik seperti merusak lingkungan, melanggar tatatertib dan lain-lain. (R).Dari berbagai bentuk pelanggaran yang dilakukan siswa tadi, yang menyebabkan siswa melakukannya apa pak ? (J).Kalau masalah faktor penyebab siswa melakukan pelanggaran kebanyakan karena ikut2an dari temenya selain itu karena dari faktor keluarga juga tidak mendukung juga, kebanyakan merantau masyarakat sini mas, oh iya dari faktor individu juga, biasanya siswa belum bisa beradaptasi dengan tatatertib sekolah dan selain itu siswa malas2an. (R2).Selain dari faktorfaktor tadi, apakah ada faktor yang lain penyebab siswa melakukan pelanggaran tatatertib sekolah? (J2).Apa ya, Oh iya ada mas, faktor penyebab siswa melakukan pelanggaran sekolah selain dari yang tadi saya sebutkan ada juga karena faktor lingkungan siswa yang tidak mendung.
171
(R2).Maksudnya tidak mendukung itu seperti apa ya pak? (J2).Ini terletak pada diri siswa kalau masalah lingkungan mas. jadi kurangnya kemampuan menyesuaikan diri terhadap lingkungan bahkan mungkin kurangnya dasar-dasar keagamaan didalam diri, sehingga sukar mengukur norma luar atau memilih norma yang baik dilingkungan masyarakat. Keadaan individu yang demikian akan mudah terpengaruh oleh lingkungan yang kurang baik. (R2).Kalau dilihat dari akibat kenakalan, apa saja akibatnya pak ya? (J2). Perilaku nakal sangat merugikan siswa itu sendiri. Ia bisa kehilangan masa depannya sebagai remaja. Ia juga dapat mengalami kesalahan dalam menentukan perilaku dalam hidupnya. Di sisi lain, ia akan mendapatkan cap yang buruk dari lingkungan. Dari segi potensi psikis berupa ide-ide, bakat khusus yang mendorong siswa untuk merealisasikannya dalam kehidupan. Bakat khusus itu seperti olah raga yang tidak tersalurkan menyebabkan siswa suka berkelahi, merusak alam, merusak bangunan, membunuh binatang dan sebagainya (R).Oh begitu ya, yaudah sementara segitu dulu pak pertanyaan dari saya
172
(J).iya mas, mungkin jika nanti ada pertanyaanpertanyaan lagi bisa ditanyakan sama kami lagi tidak apa-apa kok mas. (R).Iya pak, besok kalau ada yang kurang dari semua tadi saya akan datang kesini lagi Yaudah kalau begitu pak, assalamu‟alaikum warohmatullohi wabarokatuh? (J). Walaikum salam warohmatullohi wabarokatuh.
173
Upaya, Strategi dan Hambatan Penanggulangan Kenakalan Siswa Hari/Tgl : Sabtu/15 Lokasi : MTs MU Informan : ZE (Guru BP), SF (Kepala Sekolah) Baris dialog Tema 1 (R).Kalau dilihat dari perkembangan zaman (modernisasi) banyak dari kalangan siswa yang terjerumus ke perilaku yang negatif. Kepala Sekolah (P) Upaya apa saja yang sudah dilakukan madrasah/sekolah untuk menanggulangi supaya siswa terhindar dari perilakuperilaku yang tidak sesuai dengan aturan-aturan sekolah ? (J) Hal-hal yag sudah kami lakukan dalam upaya penanggulangan kenakalan siswa di MTS Muhammadiyah ini biasanya kami memberikan peringatan, dicatat dibuku pelanggaran, membuat surat pernyataan tertulis untuk tidak mengulanginya lagi, penahanan barang hasil pelanggaran (seperti : HP,
174
Intepretasi
sepatu, kaos kaki, dan ikat penggang yang tidak sesuai prosedur dari sekolah), panggilan orang tua siswa yang berperilaku nakal, selain yang tertulis di peraturan tatatertib sekolah, kami sebagai warga sekolah juga membuat kesepakatan yang tidak tertulis untuk menanggulangi kenakalan pada siswa, dengan memberikan sanksi yang jelas dan mendidik (contohnya : siswa yang terlambat mesuk sekolah akan disuruh memungut sampah dilingkungan sekolah dan disuruh membersihkan WC) kemudian melakukan razia mendadak setiap hari senin setelah selesai upacara dan dihari-hari yang tidak ditentukan. Guru BP (Pertanyaan) Upaya apa saja yang sudah dilakukan madrasah/sekolah untuk menanggulangi supaya siswa terhindar dari perilakuperilaku yang tidak sesuai
175
dengan aturan-aturan sekolah ? (Jawaban) kasus
Setiap
terjadi
penyimpangan
atau
kenakalan
siswa
yang
dianggap
merugikan
dan
membahayakan
siswa
dan
orang lain atau mencemarkan nama baik Madrasah, maka penyeleisaiannya
menjadi
tangungjawab BP. Untuk menangani masalah siswa yang melakukan kenakalan, guru BP melakukan pemanggilan anak yang bersngkutan kekantor BP, untuk dimintai keterangan dan selanjutnya diberi pengarahan atau nasehat agar tidak mengulangi perbuatannya. Untuk memantau perkembangan selajutnya, kadang-kadang BP melakukan pemanggilan atau mengundang wali murid untuk berkunjung ke Madrasah atau BP melakukan kunjungan kerumah siswa bila dipandang perlu.
176
Hari/Tgl : Sabtu/15 Lokasi : MTs Muhammadiyah Cekelan Kauman Informan : ZE (Guru BK), SF (Kepala Sekolah) Baris Dialog Tema (R).Bagaimana strategi sekolah dalam penanggulangan kenakalan siswa ? (J).Strategi yang dilakukan sekolah dalam usaha menggulangi kenakalan siswa yaitu dengan menjalin kerja sama masyarakat sekitar, kepemilikan visi dan misi, Melakukan deteksi sedini mungkin terhadap kenakalan yang dilakukan siswa, Memberikan pembinaan terhadap siswa yang berperilaku nakal, Mewajibkan siswa untuk mentaati tata tertib madrasah, Mengadakan kegiatan keagamaan dan pembinaan remaja. Memberikan kesempatan kepada siswa mengikuti kegiatan ekstrakurikuler untuk mengisi waktu luang, baik berupa ekstra olah raga, ketrampilan maupun mata pelajaran,mengembalikan siswa kepada wali, jika tidak memungkinkan untuk dibina kembali. (R).Kendala apa saja yang menghambat proses upaya penanggulangan kenakalan siswa ? (J). Kendala yang muncul ketika kita melakukan upaya penanggulangan kenakalan kepada siswa yaitu siswa tidak mendengarkan arahan BP, adanya jam-jam tambahan (seperti : sholat dzuha dan
177
Intepretasi
sholat dzuhur jama‟ah) mempermudah siswa untuk membolos dan adanya jam tersebut membuat berkurangnya jam mapel, lingkungan yang semakin gaul yang membuat siswa selalu meniru-niru gaya yang setiap saat muncul, pengaruh kawan dari luar sekolah yang membuat pihak sekolah kurang mengetahuinya, kurangnya interaksi antara pihak sekolah dengan pihak masyarakata (warga), kurangnya perhatian dari keluarga yang membuat pihak sekolah harus bekerja keras dalam penyuluhan terhadap siswa, Kemajuan iptek yang begitu pesat berpengaruh terhadap merebaknya kenakalan yang dilakukan oleh para siswa, kesibukakan orang tua pada pekerjaannya menjadikan anak kurang mendapatkan perhatian, kurangnya keteladanan orang tua terhadap ketaatan beribadah dan perilaku anak yang baik sehingga memungkinkan anak kurang memiliki tanggung jawab terhadap kewajiban yang seharusnya dimiliki seorang muslim, Jumlah BK yang belum memenuhi standar pendidikan yang dimiliki, Jumlah guru BK yang belum memenuhi ukuran standar ideal, adanya kegiatan keagamaan yang masih kurang mengenai sasaran.
178
DAFTAR NILAI SKK Nama
: ACHMAD SUROJI
Nim
: 12109001
Jurusan/ Progdi
: Tarbiyah/ PAI
Dosen PA
: H. Muh. Irfan Helmy, Lc., M.A.
No
Jenis Kegiatan
Pelaksanaan
Status
Skor
1. OPAK
20 Agustus 2009
Peserta
3
2. ESIQ
21 Agustus 2009
Peserta
3
25-29 Agustus 2009
Peserta
3
18 – 21 Oktober
Peserta
3
7 – 13 Januari 2010
Peserta
4
22 – 24 Oktober
Peserta
4
10 September 2009
Panitia
2
08 Mei 2011
Peserta
3
9. Workshop Penelitian
26 November 2012
Peserta
3
10. Praktikum Etika Profesi
25 November 2010
Peserta
3
3. User Education 4. Pelatihan dan Latihan Calon Pramuka Pandega 5. Intermediate Training
2009
(LK 2) 6. Basic Training (LK 1)
2010 7. Panitia Pelaksana Buka Bersama HMI Cabang Salatiga 8. Training Jurnalistik Tingkat Dasar
Keguruan
179
11. Praktikum Kepramukaan 12. Seminar Radikalisme
22-27 Juli 2011
Peserta
3
1 Juni 2011
Peserta
3
3 Mei 2012
Peserta
3
6-8 April 2012
Peserta
4
Peserta
4
25 Juni 2011
Peserta
3
2 Nopember 2010
Peserta
2
Keagamaan di Indonesia 13. Seminar Regional 14. Workshop Leadership 15. Pelatihan di Biro Konsultasi Psikologi
29 Januari 2012
(TAZKIA) 16. Public Hearing 17. Praktikum Baca Tulis AlQur‟an (BTA) Oleh STAIN Salatiga JUMLAH
53
Salatiga, 4 Maret 2014 Pembantu Ketua Bidang Kemahasiswaan
H. Agus Waluyo, M.Ag NIP:19750211 200003 1 001
180