Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN MIND MAPPING TERHADAP KETERAMPILAN MEMBACA SISWA KELAS V SD GUGUS IV SUKAWATI GIANYAR TAHUN AJARAN 2013/2014 I Made Suka Somartana 1, I Wayan Darsana12, Ni Wayan Suniasih2 3 1,2,3
Jurusan PGSD, FIP Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia e-mail :
[email protected],
[email protected],
[email protected] Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan yang signifikan keterampilan membaca siswa yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran Mind Mapping dengan siswa yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran Konvensional kelas V SD Gugus IV Sukawati Gianyar Tahun Ajaran 2013/2014. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V SD Gugus IV Sukawati Gianyar tahun ajaran 2013/2014, yang banyaknya 272 orang siswa yang terdiri dari 7 Sekolah. Sampel diproleh menggunakan teknik random sampling sehingga mendapatkan SD Negeri 3 Guwang sebagai kelompok eksperimen dan SD Negeri 2 Guwang sebagai kelompok kontrol. Data tentang keterampilan membaca Bahasa Indonesia dikumpulkan dengan instrumen berupa tes pilihan ganda biasa berjumlah 30 butir soal yang telah di validasi. Data yang terkumpul kemudian dianalisis dengan t-test. Hasil penelitian menunjukkan, terdapat perbedaan yang signifikan keterampilan membaca siswa yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran Mind Mapping dengan siswa yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran Konvensional ( thit = 7,867 > ttabel = 2,000 ) dengan db = 61 ( n-2 = 63 – 2 = 61 ) dan taraf signifikansi 5%. Serta didukung oleh nilai rata-rata X = 84,24 ˃ X = 74, 67. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran Mind Mapping berpengaruh terhadap keterampilan membaca dengan model pembelajaran Konvensional pada siswa kelas V SD Gugus IV Sukawati Gianyar tahun ajaran 2013/2014. Kata-kata kunci : Model Pembelajaran Mind Mapping, Keterampilan Membaca, Bahasa Indonesia.
Abstract This study aims to determine significant differences of students that learned reading skills using Mind Mapping learning model with the students that learned using conventional learning model class IV Cluster fifth SD Sukawati Gianyar Academic Year 2013/2014 . The study population was all students in the fifth grade elementary Cluster IV Sukawati Gianyar academic year 2013/2014. The number of 272 students consisting of 7 School . Diproleh sample using random sampling techniques so as to get the SD Negeri 3 Guwang as the experimental group and 2 Guwang Elementary School as a control group . Data on reading
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
skills Indonesian collected with instruments in the form of multiple choice tests commonly numbering 30 items that had been validated . The collected data were analyzed by t - test . The results showed that there are significant differences that learned reading skills of students using Mind Mapping learning model with the students that learned using conventional learning model ( t count = 7.867 > t table = 2.000 ) with db = 61 ( n - 2 = 63-2 = 61 ) and a significance level of 5 % . And supported by the mean value X = 84.24 ˃ X = 74 , 67 . It can be concluded that the model of learning Mind Mapping effect on reading skills learning model in class fifth Conventional Cluster IV Sukawati Gianyar elementary school year 2013/2014 . Keywords : Mind Mapping Models of Learning , Reading Skills , Indonesian. PENDAHULUAN Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek) menuntut setiap orang untuk mengetahui dan mengikuti perkembangan yang ada. Hal ini bertujuan untuk menghindari ketertinggalan informasi dan komunikasi. Keterampilan membaca sangat penting peranannya dewasa ini. Dengan membaca siswa akan dapat mengetahui dan mengikuti perkembangan yang ada. Membaca merupakan suatu hal yang harus dipenuhi oleh semua anggota komunitas yang membuka diri dalam cakrawala pemikiran positif, berpikir luas, dan ke arah depan demi kemajuan kualitas hidup dan kehidupan manusia (Aleka. & H. Achmad H.P, 2010: 77). Kemampuan membaca pemahaman merupakan bekal dan kunci keberhasilan siswa dalam menjalani proses pendidikan. Sebagian besar pemerolehan ilmu dilakukan siswa melalui aktivitas membaca. Ilmu yang diperoleh siswa tidak hanya didapat dari proses belajar mengajar di sekolah, tetapi juga melalui kegiatan membaca dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, kemampuan membaca dan kemampuan memahami bacaan menjadi bagian penting dalam penguasaan dan peningkatan ilmu pengetahuan siswa. Keterampilan membaca juga ditunjukkan oleh siswa memahami bacaan, baik tersurat maupun tersirat untuk berbagai tujuan. Di kelas siswa tidak memahami bacaan secara utuh karena siswa hanya mencari jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang ada dalam LKS sehingga berdampak pada pengetahuan, dan pemahaman yang buruk
terhadap bacaan. Untuk memproleh pemahaman bacaan, seseorang pembaca memerlukan pengetahuan baik kebahasaan maupun non kebahasaan. Bahkan, keluasan latar belakang pengetahuan dan pengalaman pembaca sangat berguna sebagai bekal untuk mencapai keberhasilan membaca. Sebab, pembaca harus mengenali konsep, kosa kata, serta latar yang terdapat dalam bacaan. ( Haryadi, 1996 : 32 ). Model membaca sebagai proses memperoleh pemahaman ada tiga, yaitu bawah ke atas (botton up), atas ke bawah (top down), dan interaktif (interactive) (Haryadi, 1996 : 32). Tarigan (1979:7) mengatakan, Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan, yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata/bahasa tulis. Membaca juga dapat diartikan suatu proses untuk memahami yang tersirat dalam yang tersurat, melihat pikiran yang terkandung di dalam kata-kata yang tertulis, Anderson (dalam Aleka. & H. Achmad H.P, 2010: 74). Penekanan membaca pada proses ini ada pada proses perseptual, yaitu pengenalan hubungan atau korespondensi rangkaian huruf-huruf dengan bunyi-bunyi bahasa. Ini artinya membaca merupakan suatu aktivitas perseptual dan kognitif atau disebut proses psikolinguistik. Oka (dalam Aleka. & H. Achmad H.P, 2010: 79) mengatakan bahwa membaca ialah Proses pengolahan bacaan secara kritis dan kreatif yang dilakukan dengan tujuan memperoleh
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
pemahaman yang bersifat menyeluruh tentang bacaan itu, penilaian terhadap bacaan, nilai, fungsi, dan dampak bacaan itu. Jika ditinjau dari segi linguistik, membaca adalah suatu proses penyajian kembali dan pembacaan sandi (a recording and decoding process), berlainan dengan berbicara dan menulis yang justru melibatkan penyandian (encoding). Sebuah Aspek Pembacaan Sandi (Dekoding) adalah menghubungkan kata-kata tulis (written word) dengan makna bahasa lisan yang mencangkup pengubahan tulisan/cetakan menjadi bunyi yang bermakna. Anderson (dalam Tarigan 1979 : 7) Tujuan utama dalam membaca adalah untuk mencari serta memperoleh informasi, mencakup isi, memahami makna bacaan. Makna, arti (meaning) erat sekali berhubungan dengan maksud tujuan, atau intensif kita dalam membaca. Adapun tujuan membaca adalah: a. Membaca untuk menemukan atau mengetahui penemuan-penemuan yang telah dilakukan oleh seorang tokoh ; apa yang telah dibuat oleh sang tokoh; apa yang telah terjadi pada tokoh khusus atau untuk memecahkan masalah-masalah yang dibuat oleh sang tokoh.membaca seperti ini disebut membaca untuk memproleh perincian-perincian atau fakta-fakta (reading for details or facts). b. Membaca untuk mengetahui mengapa hal itu merupakan topik yang baik dan menarik, masalah yang terdapat dalam cerita, apa yang dipelajari atau yang dialami sang tokoh, dan merangkumkan hal-hal yang dilakukan oleh sang tokoh untuk mencapai tujuannya. Membaca seperti ini disebut membaca untuk memperoleh ide-ide utama (reading for main ideas). c. Membaca untuk menemukan atau mengetahui apa yang terjadi pada setiap bagian cerita, apa yang terjadi mula-mula pertama, kedua, dan ketiga, seterusnya setiap tahap dibuat untuk memecahkan suatu masalah, adeganadegan dan kejadian, kejadian buat dramatisasi. Ini disebut membaca untuk mengetahui urutan atau
susunan, organisasi cerita (reading for sequence or organization). d. Membaca untuk menemukan serta mengetahui mengapa para tokoh merasakan seperti cara mereka itu, apa yang hendak diperlihatkan oleh sang pengarang kepada para pembaca, mengapa para tokoh berubah, kualitas-kualitas yang dimiliki para tokoh yang membuat mereka berhasil atau gagal. Ini disebut membaca untuk menyimpulkan, membaca inferensi (reading for inferenc ). e. Membaca untuk menemukan serta mengetahui apa yang tidak bisa, tidak wajar mengenai seseorang tokoh, apa yang lucu dalam cerita, atau apakah cerita itu benar atau tidak benar. Ini disebut membaca untuk mengelompokkan, membaca untuk mengklasifikasikan (reading to classify). f. Membaca untuk menemukan apakah sang tokoh berhasil atau hidup dengan ukuran-ukuran tertentu, apakah kita ingin berbuat seperti apa yang diperbuat sang tokoh, atau bekerja seperti cara sang tokoh bekerja dalam cerita itu. Ini disebut membaca menilai, membaca mengevaluasi (reading to evaluat). g. Membaca untuk menemukan bagaimana caranya sang tokoh berubah, bagaimana hidupnya berbeda dari kehidupan yang kita kenal, bagaimana dua cerita mempunyai persamaan, bagaimana sang tokoh menyerupai pembaca. Ini disebut membaca untuk memperbandingkan (reading to compare or contraste). Anderson (dalam Tarigan 1972 : 214 ). Membaca dapat dibedakan menjadi 7 (tujuh) jenis, Aminuddin (2002:17-22). Ketujuh jenis membaca yang dimaksudkan oleh Aminuddin adalah (1) membaca dalam hati, (2) membaca cepat, (3) membaca teknis, (4) membaca bahasa, (5) membaca estetis, (6) membaca kritis, dan (7) membaca kreatif. Ketujuh jenis membaca tersebut dapat diuraikan seperti di bawah ini. a. Membaca dalam hati
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
b.
c.
d.
e.
Membaca dalam hati adalah kegiatan membaca yang berusaha memahami keseluruhan isi bacaan secara mendalam sambil menghubungkan isi bacaan itu dengan pengalaman ataupun pengetahuan yang dimiliki oleh pembaca tanpa diikuti oleh gerak lisan atau suara. Apabila ditinjau dari proses serta tujuan yang melatarinya, membaca dalam hati juga disebut membaca intensif. Membaca intensif adalah kegiatan membaca yang dilaksanakan secara cermat dan bertahap mulai dari aspek yang paling kecil sampai pemahaman keseluruhan wacana. Tujuan membaca intensif adalah memahami paparan yang diungkapkan oleh pengarang, memahami tujuan serta sikap pengarang sejalan dengan gagasan yang ditampilkannya. Membaca cepat Membaca cepat adalah ragam membaca yang dilaksanakan dalam waktu yang relatif singkat dan cepat untuk memahami isi bacaan secara garis besar saja. Ragam membaca cepat atau speed reading ini, berhubungan dengan teknik membaca secara skimming serta membaca secara ekstensif. Membaca teknis Istilah membaca teknis sering juga disebut oral reading „ membaca lisan‟ atau „reading aloud„ membaca nyaring. Membaca teknis adalah membaca yang dilaksanakan secara bersuara sesuai dengan aksentuasi, intonasi, dan irama yang benar selaras dengan gagasan serta suasana penuturan dalam teks yang dibaca. Membaca bahasa Membaca bahasa adalah kegiatan membaca yang bertujuan memperkaya kosakata, mengembangkan kemampuan menyusun kalimat yang dapat dimanfaatkan untuk mengembangkan kemampuan berbahasa pembacanya. Membaca estetis Membaca estetis mempunyai kaitan dengan kegiatan mengapresiasikan karya sastra. Membaca estetis/indah adalah kegiatan membaca dengan
tujuan menikmati serta menghargai unsur-unsur keindahan yang terpapar dalam suatu teks sastra. Sementara itu, untuk mampu menikmati dan menghayati, terlebih dahulu pembaca harus memahami isi serta suasana penuturan dalam teks yang dibaca. Membaca estetis juga sering disebut membaca emotif. f. Membaca kritis Membaca kritis adalah kegiatan membaca dengan menggunakan pikiran dan perasaan secara kritis untuk menemukan dan mengembangkan suatu konsep dengan jalan membandingkan isi teks (sastra) yang dibaca dengan pengetahuan, pengalaman, serta realitas lain yang diketahui pembaca untuk memberikan identifikasi, perbandingan, penyimpulan, dan penilaian. g. Membaca kreatif Membaca kreatif adalah kegiatan membaca yang bertujuan menerapkan perolehan pemahaman dari membaca untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu yang bersifat aplikatif. Membaca merupakan hal proiritas dan modal awal untuk bisa mengikuti pembelajaran dan menggali informasi pada sumber-sumber belajar yang membutuhkan kemampuan membaca yang baik namun masih banyak siswa memiliki sikap yang pasif dan tidak antusias ketika membaca bacaan. Hal ini ditunjukkan dari interaksi pembelajaran yang tidak muncul, ada pertanyaan yang tidak terjawab, ada permasalahan tetapi siswa tidak mau mengungkapkan, materi tidak variatif dan kurang menarik perhatian siswa. Permasalahan - permasalahan yang muncul tersebut mengakibatkan kemampuan membaca pemahaman siswa masih rendah. Mereka hanya mencari jawaban sesuai pertanyaan yang ada dalam LKS atau kuis, semestinya siswa membaca bacaan secara utuh dan menyeluruh. Ini menyebabkan pemikiran siswa tidak terbuka. Ketidak terbuka pemikiran siswa itu menyebabkan siswa tidak kritis. Siswa hanya mampu mencari atau menemukan jawaban, akan tetapi apa maksud mengapa
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
bisa terjadi demikian, dan proses terjadinya sesuatu itu, tidak diketahui secara tepat. Ketidak aktifan siswa sangat berpengaruh terhadap wawasan non visual ( wawasan nonvisual merupakan wawasan tentang sesuatu hal atau topik yang berhubungan dengan bacaan, sebelum ia membaca teks. Wawasan non visual itu akan mendukung pemahaman terhadap keterampilan membaca) yang dimiliki siswa. Hal ini sudah dapat dipastikan siswa tidak memiliki wawasan terhadap isu aktual yang tertulis pada bacaan. Sukses dalam membaca sangat penting bagi para pelajar dalam rangka pengembangan kemampuan akademik, keahlian, dan kecerdasan. Membaca pemahaman merupakan salah satu kegiatan yang penting dalam rangka memperoleh ilmu pengetahuan, informasi, serta memperoleh hiburan. Banyak informasi direkam dan dikomunikasikan melalui media tulis. Oleh karena itu, membaca pemahaman merupakan salah satu cara meningkatkan pengetahuan dan informasi. Anderson (dalam Tarigan, 1972 : 117) menyatakan bahwa tanpa kemampuan membaca keunggulan sekolah tidak akan tercapai. Selain keterampilan membaca siswa yang rendah, siswa juga menunjukkan sikap yang kurang disiplin di kelas. Mereka ribut atau bercanda dengan teman sebangkunya. Mereka juga terpengaruh dengan suasana di luar kelas. Hal itu menunjukkan bahwa siswa tidak memiliki respons positif terhadap kegiatan pembelajaran yang sedang berlangsung. Ini adalah masalah, terutama masalah terhadap keterampilan membaca pemahaman siswa. Oleh karena itu, penggunaan model pembelajaran keterampilan membaca pada siswa kelas V SD gugus IV Sukawati Gianyar sangat diperlukan. Salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan untuk keterampilan membaca pada siswa kelas V SD gugus IV Sukawati Gianyar adalah model pembelajaran Mind Mapping atau peta pikiran pada saat siswa membaca bacaan. Mind mapping adalah cara termudah untuk menempatkan informasi ke dalam otak dan mengambil informasi itu ketika dibutuhkan. ( Buzan.2007 : 4 ). Lebih lanjut dijelaskan ada beberapa keunggulan
Mind Mapping. 1) Mind Mapping dapat mempertajam proses memahami bacaan. Pembuatan Mind Mapping akan menuntut pembaca untuk terus mengingat apa yang telah dibaca sekaligus mengingat pokok pokok pikiran dalam bacaan agar dapat dituangkan dalam peta pikiran atau Mind Mapping. Ini dapat mempertajam daya ingat pembaca terhadap isi bacaan. 2) Mind Mapping juga akan membuat seorang pembaca menjadi senang. Kegiatan membaca akan disertai dengan kegiatan menulis sekaligus. Setelah membaca, siswa akan menuliskan butir-butir atau pokok-pokok bacaan. Mereka akan menggunakan warna, garis, dan simbol yang menarik sesuai dengan pilihan masing-masing. Kegiatan ini akan membuat mereka senang. Kesenangan ini diperoleh karena mereka akan merasakan kebebasan dalam berkreativitas. 3) Mind Mapping atau peta pikiran akan melatih siswa menggunakan pikiran secara efektif. Membaca bacaan tidak akan dilakukan secara berulang-ulang. Ini disebabkan oleh pokok-pokok pikiran dalam bacaan sudah tertuang dalam peta pikiran. Siswa hanya perlu membaca peta pikiran saja dengan pemahaman yang lengkap seperti isi bacaan. Intensitas pemahaman juga akan diperoleh siswa. Ini tidak terlepas dari fungsi Mind Mapping menuntut siswa “mengingat” terus apa yang telah dibaca. Mind Mapping Merupakan suatu model pembelajaran yang dapat menyelaraskan proses belajar dengan cara kerja alami otak, Otak tidak dapat langsung mengolah informasi menjadi bentuk rapi dan teratur melainkan harus mencari, memilih, merumuskan, dan merangkainya dalam gambar-gambar, simbol-simbol, suara, citra, bunyi, dan perasaan sehingga informasi yang keluar satu per satu dihubungkan oleh logika, diatur oleh bahasa, dan menghasilkan arti yang dipahami (Alamsyah, 2009: 20). Pembelajaran ini sangat cocok untuk mereview pengetahuan awal siswa. Sintaknya adalah: informasi kompetisi, sajian permasalahan terbuka, siswa berkelompok untuk menanggapi dan membuat berbagai alternatif jawaban, presentasi hasil diskusi kelompok, siswa membuat kesimpulan dari
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
hasil setiap kelompok, evaluasi, dan refleksi. ( Suyatno, 2009 : 73 ). Buzan (2007) menyatakan bahwa Mind Mapping memiliki fungsi yang sama seperti peta jalan, yakni (1) memberi pandangan menyeluruh pokok masalah atau area yang luas, (2) memungkinkan kita merencanakan rute atau membuat pilihanpilihan dan mengetahui ke mana kita akan pergi dan di mana kita berada, (3) mengumpulkan sejumlah besar data di suatu tempat, (4) mendorong pemecahan masalah dengan membiarkan kita melihat jalan-jalan terobosan kreatif baru, dan (5) menyenangkan untuk dilihat, dicerna, dan diingat. Michalko (dalam Tony Buzan, 2007: 6) menyatakan fungsi Mind Mapping yaitu; (1) mengaktifkan seluruh otak, (2) membereskan akal dari kekusutan mental, (3) memungkinkan kita pada pokok bahasan, (4) membantu menunjukkan hubungan antara bagian-bagian informasi yang saling terpisah, (5) memberi gambaran yang jelas pada keseluruhan dan perincian, (6) memungkinkan kita mengelompokkan konsep, membantu kita membandingkannya, dan (7) mensyaratkan kita untuk memusatkan perhatian pada pokok bahasan yang membantu mengalihkan informasi tentangnya dari ingatan jangka pendek ke ingatan jangka panjang. Selain fungsi yang beragam model ini juga memiliki sintaks yang jelas dan konsisten. Buzan (2007:15) menyampaikan sintak model pembelajaran Mind Mapping, yaitu ; (a) Mulailah dari tengah kertas kosong. Siapkan kertas kosong, bisa berbentuk persegi, persegi panjang maupun yang lainnya, yang penting polos dan tidak bergaris. Jika bentuknya persegi panjang, maka kertas diposisikan landscape atau posisi tidur. (b) Gunakan gambar atau simbol untuk ide utama. Kita ketahui bahwa bahasa otak adalah bahasa gambar yang mudah diingat dan tahan lama, sehingga gambar dan simbol tersebut bisa melengkapi maupun menggantikan kata kunci. (c) Gunakan berbagai warna. Selain gambar otak kita juga menyukai sesuatu yang berwarna-warni, dan ini akan memperkuat memori daya ingat otak kita. Dalam penggunaan warna ini sebaiknya menggunakan pensil warna minimal tiga macam. (d) Hubungkan cabang-cabang
utama ke pusat ( buatlah ranting-ranting yang berhubungan ke cabang dan seterusnya). Maksudnya, dari pusat ide dibuat cabang-cabang utama dan ke cabang-cabang selanjutnya. (e) Buat garis hubung yang melengkung. Hubungkan antar cabang atau antar kata kunci dengan garis penghubung yang melengkung ( hindari berupa garis lurus ). (f) Gunakan satu kata kunci untuk setiap garis. (g) Gunakan gambar. Mind Mapping (peta pikiran) ini bersifat individu. Artinya, peta pikiran yang telah dibuat hanya akan dapat dipahami oleh seseorang yang membuat peta pikiran tersebut. Jadi, peta pikiran yang dibuat tidak ada yang sama dari segi bentuk, segi penggunaan garis, warna atau simbol. Oleh karena itu, diskusi sangat berperan dalam pembelajaran keterampilan membaca. Diskusi ini dilakukan setelah siswa membaca bacaan dan membuat Mind Mapping. Proses meningkatkan pengetahuan, pemahaman, dan pengevaluasian bacaan dapat dilakukan pada tahap tersebut. jauh berbeda dengan pembelajaran konvensional yang hanya mentransfer pengetahuan guru ke siswa, guru hanya berceramah membuat siswa hanya diam menerima materi, tidak aktif menggali sendiri pemahamannya dan hanya terjadi pembelajaran satu arah saja. Rohimah, (2012) menyatakan pembelajaran konvensional adalah metode pembelajaran yang bersifat tradisional yang didominasi oleh metode ceramah bervariasi. Proses belajar lebih banyak didominasi oleh guru tanpa memberikan peluang kepada siswa untuk mengungkapkan pandangannya tentang permasalahan yang dihadapi.Model pembelajaran seperti ini lebih berpusat kepada guru (teacher oriented), sedangkan siswa sebagai pengikut atau penerima pasif. Ciri-ciri pembelajaran konvensional: a. Pembelajaran didominasi oleh guru, sedangkan peserta didik bersifat pasif b. Bahan belajar terdiri dari konsepkonsep dasar yang tidak dikaitkan dengan pengetahuan awal siswa. c. Pembelajaran tidak dilakukan secara kelompok
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
d.
Pembelajaran tidak dilaksanakan melalui kegiatan laboratorium.
Keunggulan model pembelajaran konvensional adalah: (a) bahan ajar dapat diselesaikan secara tuntas, (b) dapat diikuti oleh peserta didik dalam jumlah besar, (c) konvensional adalah pembelajaran yang dapat dilaksanakan sesuai dengan alokasi waktu yang telah disediakan, (d) target materi relatif mudah dicapai, Sedangkan kelemahannya : (a) sangat membosankan karena mengurangi motivasi dan kreatifitas siswa, (b) keberhasilan perubahan sikap dan prilaku anak didik relatif sulit diukur, (c) kualitas pencapaian tujuan belajar yang telah diterapkan relatif rendah. Berdasarkan teori yang dikemukakan maka dapat diajukan suatu hipotesis sebagai berikut. Terdapat perbedaan yang signifikan Keterampilan Membaca siswa yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran Mind Mapping dengan siswa yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran Konvensional kelas V SD Gugus IV Sukawati Gianyar Tahun Ajaran 2013/2014.
METODE Pada dasarnya penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan yang signifikan keterampilan membaca siswa yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran Mind Mapping dengan siswa yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran konvensional kelas V SD Gugus IV Sukawati Gianyar Tahun Ajaran 2013/2014. dengan memanipulasi variabel bebas model pembelajaran Mind Mapping dan variabel terikat yaitu keterampilan membaca yang tidak dapat dikontrol secara ketat sehingga jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen semu (quasy eksperiment). Desain eksperimen semu yang digunakan dalam penelitian ini adalah Non Equivalent Control Group Design. Dalam penelitian ini populasi yang digunakan adalah seluruh siswa kelas V SD Gugus IV Sukawati Gianyar Tahun Ajaran 2013/2014. Untuk pengambilan sampel
menggunakan teknik Random Sampling. Didapatkan SD N 3 Guwang yang banyaknya 33 orang siswa sebagai kelompok eksperimen dan SD N 2 Guwang yang banyaknya 30 orang siswa sebagai kelompok kontrol. Untuk pengumpulan data keterampilan membaca digunakan metode tes, yaitu tes objektif bentuk pilihan ganda biasa dengan 4 pilihan jawaban yang jumlahnya 30 butir yang telah divalidasi. Untuk uji prasyarat analisis menggunakan uji normalitas sebaran data dengan uji ChiKuadrat, uji homogenitas varians menggunakan uji F, dan uji hipotesis menggunakan uji-t polled varians. Dalam proses analisis data menggunakan bantuan Microsoft Office Excel 2007.
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil setelah perhitungan diperoleh rata-rata nilai keterampilan membaca yaitu kelompok eksperimen yang dibelajarkan dengan menerapkan model pembelajaran Mind Mapping adalah X = 84,24 dengan varian S = 27,55 dan standar deviasi S = 5,14. Sedangkan rata-rata nilai keterampilan membaca untuk kelompok kontrol yang dibelajarkan dengan menerapkan pembelajaran konvensional adalah X = 74,67 dengan varian S2 = 27.88, dan standar deviasi S = 5,28. Dan data tersebut menunjukkan bahwa kelompok eksperimen yang dibelajarkan dengan menggunakan model pembelajaran Mind Mapping memiliki nilai rata-rata tinggi dari kelompok kontrol yang dibelajarkan melalui pembelajaran konvensional. Sebelum melakukan uji hipotesis terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat analisis yaitu uji normalitas sebaran data dan uji homogenitas varians. Uji normalitas data dilakukan pada dua kelompok data, meliputi data kelompok eksperimen yang dibelajarkan dengan menggunakan model pembelajaran Mind Mapping dan data kelompok kontrol yang dibelajarkan dengen menggunakan
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
pembelajaran konvensional. Uji normalitas ini dilakukan untuk mengetahui sebaran data skor akhir keterampilan membaca yang digunakan dalam pengujian hipotesis. Uji normalitas sebaran data dilakukan dengan menggunakan Chi Kuadrat (X2) pada taraf signifikansi 5% dan derajat kebebasan db = k-1. Untuk IangkahIangkah uji Chi-Kuadrat (X2) kelompok eksperimen yang dibelajarkan dengan menggunakan model pembelajaran Mind Mapping diuraikan seperti berikut ini: terlihat bahwa untuk x2 dengan taraf signifikansi 5% diperoleh (α = 0,05) dan derajat kebebasan (db) = 5 diperoleh x2tabel (ἁ=0,05:63) = 11,07, karena x2hit ˃ x2tabel berarti sebaran data nilai akhir keterampilan membaca kelompok eksperimen yang dibelajarkan dengan menggunakan model pembelajaran Mind Mapping berdistribusi normal. Untuk kelas yang dibelajarkan dengan pembelajaran konvensional terlihat bahwa untuk x2 dengan taraf signifikansi 5% (α = 0,05) dan derajat kebebasan (db) = 5 diperoleh x2hit=4.15 dan x2tabel(ἁ=0,05:63) = 11,07, karena x2thitung = 4,15 ˃ x2 tabel = 11,07, berarti sebaran data nilai akhir keterampilan membaca kelompok kontrol yang dibelajarkan dengan menggunakan pembelajaran konvensional berdistribusi normal. Uji homogenitas varian ini dilakukan berdasarkan data nilai keterampilan membaca yang meliputi data kelompok eksperimen yang dibelajarkan dengan menggunakan model pembelajaran Mind Mapping dan data kelompok kontrol yang dibelajarkan dengan menggunakan pembelajaran konvensional. Jumlah kelompok eksperimen adalah 33 dan jumlah kelompok kontrol adalah 30. Uji
Kelas
Varians
N
Kelas Eksperimen
27.55
33
27.88
30
Kelas Kontrol
homogenitas varian menggunakan uji F. Kriteria pengujian jika Fhitung < Ftabel maka sampel homogen. Pengujian dilakukan pada taraf signifikansi 5% dengan derajat kebebasan untuk pembilang n1 – 1 (30 1=29) dan derajat kebebasan untuk penyebut n2 – 1 (33-1=32). Hasil uji homogenitas varians menunjukkan hasil bahwa Fhitung = 1.03 < Ftabel =1.82. lni berarti bahwa varians antar kelompok eksperimen dan kelompok kontrol adalah homogen. Hipotesis penelitian yang diuji adalah Ha: Terdapat perbedaan yang signifikan Keterampilan Membaca siswa yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran Mind Mapping dengan siswa yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran Konvensional kelas V SD Gugus IV Sukawati Gianyar Tahun Ajaran 2013/2014. H0: Tidak terdapat perbedaan yang signifikan Keterampilan Membaca siswa yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran Mind Mapping dengan siswa yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran Konvensional kelas V SD Gugus IV Sukawati Gianyar Tahun Ajaran 2013/2014. Uji statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah t-test , dengan kriteria pengujian adalah dengan kriteria pengujian adalah H0 ditolak jika thit t(1 ) , di mana
t (1
)
di dapat dari tabel distribusi t pada
taraf signifikan ( ) 5% dengan derajat kebebasan dk = (n1 + n2 - 2) dan Ha ditolak jika t hit t (1 ) .
Tabel 1. Tabel Uji Hipotesis Db t hitung
Berdasarkan tabel 1, terlihat thitung = 7,867 ˃ ttabel ((ἁ=0,05:63) = 2,000. D e n g a n hasil tersebut m ak a d a p at
61
7.867
t tabel l 2.000
Kesimpulan Ha diterima
disimpulkan H0: tidak terdapat perbedaan yang signifikan Keterampilan Membaca siswa yang dibelajarkan menggunakan
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
model pembelajaran Mind Mapping dengan siswa yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran Konvensional kelas V SD Gugus IV Sukawati Gianyar Tahun Ajaran 2013/2014.", ditolak dan Ha: Terdapat perbedaan yang signifikan Keterampilan Membaca siswa yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran Mind Mapping dengan siswa yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran Konvensional kelas V SD Gugus IV Sukawati Gianyar Tahun Ajaran 2013/2014. Hal ini disebabkan karena model pembelajaran Mind Mapping merupakan model pembelajaran yang secara penuh melibatkan seluruh siswa dalam proses pembelajaran, guru hanya sebagai fasilitator dan mediator. Model pembelajaran Mind Mapping menempatkan siswa dalam kondisi pembelajaran yang menyenangkan dan kreatifitas yang tinggi sehingga dapat menambah semangat belajar siswa untuk belajar pada pembelajaran Bahasa Indonesia yang dapat diserap secara optimal oleh siswa. Kenyataan ini didukung dari temuan dilapangan selama proses pembelajaran menggunakan model pembelajaran Mind Mapping. Beberapa temuan dilapangan dari penerapan model pembelajaran Mind Mapping adalah; (1) Mind Mapping dapat mempertajam proses memahami bacaan. Pembuatan Mind Mapping akan menuntut siswa untuk terus mengingat materi yang telah dibaca sekaligus mengingat pokok pikiran-pokok pikiran dalam bacaan agar dapat dituangkan dalam peta pikiran atau Mind Mapping. Ini dapat mempertajam daya ingat siswa terhadap isi bacaan. (2) Mind Mapping juga akan membuat seorang siswa menjadi senang. Kegiatan membaca akan disertai dengan kegiatan menulis sekaligus. Setelah membaca, siswa akan menuliskan butir-butir atau pokok-pokok bacaan. Mereka akan menggunakan warna, garis, dan simbol yang menarik sesuai dengan pilihan masing-masing. Kegiatan ini akan membuat mereka senang. Kesenangan ini diperoleh karena mereka akan merasakan kebebasan dalam
berkreativitas. (3) Mind Mapping atau peta pikiran akan melatih siswa menggunakan pikiran secara efektif. Membaca bacaan tidak akan dilakukan secara berulang-ulang. Ini disebabkan oleh pokok-pokok pikiran dalam bacaan sudah tertuang dalam peta pikiran. Siswa hanya perlu membaca peta pikiran saja dengan pemahaman yang lengkap seperti isi bacaan. Intensitas pemahaman juga akan diperoleh siswa. Ini tidak terlepas dari fungsi Mind Mapping menuntut siswa “mengingat” terus apa yang telah dibaca. Berbeda dengan pembelajaran Bahasa Indonesia yang menggunakan pembelajaran Konvensional, selama proses pembelajaran siswa terlihat kurang aktif dan inovatif. Kenyataan ini terlihat karena pembelajaran masih menggunakan pembelajaran yang sedang berlangsung di sekolah tersebut yaitu masih menggunakan metode seperti ceramah dan diskusi kelas dengan sintak yang masih belum jelas dan tertata. Siswa hanya mendengarkan penjelasakan guru semata dan mencatat materi yang dipaparkan oleh guru lalu menyelesaikan soal-soal latihan dari guru. Pembelajaran seperti itu membuat siswa cepat bosan dan jenuh dalam menyelesaikan soalsoal dari guru, akibatnya dalam pembelajaran melumpuhkan keinginan siswa dalam membangun pengetahuannya sendiri, sehingga siswa hanya menjadi pendengar yang cenderung membuat siswa jenuh, kurang inisiatif dan selalu bergantung pada guru. Dalam pembelajaran Bahasa Indonesia menggunakan model pembelajaran Mind Mapping siswa bisa membangkitkan semangat belajar siswa. Hasil dan temuan ini juga telah mendukung penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh “Wirahatiningsih (2011). Hasil penelitian terhadap Siswa Kelas V SD Negeri 1 Sobangan menunjukkan bahwa keterampilan membaca pemahaman siswa yang diajar dengan pembelajaran Mind Mapping lebih baik daripada keterampilan membaca siswa yang diajar dengan pembelajaran konvensional”. Dengan cara
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
pembelajaran seperti ini siswa akan memperoleh informasi maupun pengetahuan serta pemahamannya yang berasal dari sesama teman dan guru. Hal ini mendukung hipotesis yang menyatakan bahwa Terdapat perbedaan yang signifikan Keterampilan Membaca siswa yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran Mind Mapping dengan siswa yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran Konvensional kelas V SD Gugus IV Sukawati Gianyar Tahun Ajaran 2013/2014. SIMPULAN DAN SARAN Hasil analisis data dan pembahasan penelitian menunjukkan thitung = 7,867 > ttabel (ἁ 0,05: 61 ) = 2,000 dan didukung oleh perbedaan skor rata – rata yang diperoleh antara siswa yang mendapat treatment model pembelajaran Mind Mapping yaitu X = 84,24 ˃ X = 74, 67 siswa dengan pembelajaran konvensional. Oleh karena itu terdapat perbedaan yang signifikan keterampilan membaca siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran Mind Mapping dengan siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran Konvensional. Dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran mind mapping berpengaruh terhadap keterampilan membaca pemahaman. Berdasarkan hasil penelitian ini, maka dapat diajukan beberapa saran yaitu : (1) Bagi Siswa dapat lebih kreatif, karena model pembelajaran Mind Mapping memberikan kebebasan kepada siswa untuk menuliskan kembali hasil dari kegiatan membacanya. Siswa akan membuat Mind Mapping dengan cara menuliskan ide dengan garis, warna, dan simbol yang mereka sukai. Hal ini dapat menyeimbangkan kerja otak kanan dan otak kiri. (2) Bagi Guru Pembelajaran dapat menjadi lebih inovatif, guru tidak lagi mendominasi kelas. Ini artinya, pengajaran yang dilakukan oleh guru akan lebih ekfektif dan efisien. Selain waktu yang digunakan lebih bermanfaat, keterampilan membaca
pada siswa lebih meningkat. Ini akan memberikan suatu kesuksesan kepada guru ketika mengajar. (3) Bagi Sekolah, Sekolah memiliki model model pembelajaran yang inovatif, salah satunya model Mind Mapping, model pembelajaran ini dapat diterapkan oleh guru-guru dalam mengembangkan dan meningkatkan pembelajarannya di kelas. (4)Bagi Peneliti Lain, Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan banding bagi penelitian lain.
DAFTAR RUJUKAN Alamsyah, Maurizal. 2009. Kiat Jitu Meningkatkan Pristasi dengan Mind Mapping. Jogjakarta: Mitra Pelajar. Aleka & Achmad. 2010. Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi. Cetakan I. Jakarta: Kencana. Aminudin. 2002. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung : Algensindo. Buzan, Tony. 2007. Buku Pintar Mind Map. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Haryadi, 1996. Peningkatan keterampilan berbahasa Indonesia. Yogyakarta : Depdikbud. Sudjana. 2002. Metode Bandung: Tarsito.
Statistika.
Suyatno. 2009. Menjelajah Pembelajaran Inovatif. Surabaya : Dampriyanto. Tarigan, Hary Guntur. Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung : Angkasa 1979.