Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN ACTIVE KNOWLEDGE SHARING TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS V SD GUGUS PELIATAN UBUD TAHUN AJARAN 2013/2014 I Kd. Ariasa1, I Km. Ngr. Wiyasa2, MG Rini Kristiantari3 1,2,3
Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, FIP Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia
e-mail:
[email protected],
[email protected],
[email protected] Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan yang signifikan hasil belajar matematika antara siswa yang mengikuti pembelajaran Active Knowledge Sahring dengan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional pada siswa kelas V SD Gugus Peliatan Ubud. Jenis penelitian yang dipergunakan adalah quasi experiment atau eksperimen semu dengan desain Nonequivalent Control Group Design. Populasi yang dipergunakan adalah seluruh siswa kelas V SD Gugus Peliatan Ubud tahun ajaran 2013/2014. Sampel penelitian diperoleh dengan teknik random sampling. Setelah dirandom, diperoleh sampel yaitu kelas V SDN 3 Peliatan sebagai kelompok eksperimen dan kelas V SDN 4 Peliatan sebagai kelompok kontrol. Data penelitian berupa hasil belajar matematika pada ranah kognitif dikumpulkan menggunakan tes hasil belajar. Data yang terkumpul selanjutnya dianalisis menggunakan uji-t. Dari analisis hasil belajar siswa diperoleh t hitung sebesar 4,62 sedangkan ttabel 1,99 yang artinya terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar matematika antara siswa yang mengikuti pembelajaran Active Knowledge Sharing dengan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional pada siswa kelas V SD Gugus Peliatan Ubud. Selain itu dilihat dari perolehan rata-rata nilai posttest, hasil belajar kelompok eksperimen yang mengikuti pembelajaran Active Knowledge Sharing lebih baik dibandingkan dengan hasil belajar kelompok kontrol yaitu 69,02 untuk kelompok eksperimen dan 60,73 untuk kelompok kontrol. Atas hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh signifikan model pembelajaran Active Knowledge Sharing terhadap hasil belajar matematika pada siswa kelas V SD Gugus Peliatan Ubud tahun ajaran 2013/2014. Kata kunci: Active Knowledge Sharing, hasil belajar, matematika Abstract This study aimed to know the significant difference of learning result in mathematics between the students who had been taught through Active Knowledge Sharing learning model and the students who were taught through conventional learning in the fifth grade of SD Gugus Peliatan Ubud in academic year 2013/2014. This study belongs to quasi experiment with Nonequivalent Control Group Design. The study populations were the students in the fifth grade in SD Gugus Peliatan Ubud in academic year 2013/2014. The samples were taken by random sampling technique and obtained class V SDN 3 Peliatan and class V SDN 4 Peliatan. The data which had been collected was the learning result that obtained by multiple choices test method. The data that collected was analyzed by t-test. This finding result show that t-result= 4,62 while t-table = 1,99 which means there is a significant difference of learning result in mathematics between the students who had been taught through Active Knowledge Sharing learning model and the students who were taught through conventional learning in the fifth grade in SD Gugus Peliatan Ubud in school year 2013/2014. Besides, it could be proved by the average of experiment group's posttest result that had been taught by Active Knowledge Sharing model was better than the control
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014) group's posttest result. It was 69,02 for the experiment group and 60,73 for the control group.Based on the study result can be concluded that Active Knowledge Sharing learning model affects the mathematics learning result in the fifth grade students of SD Gugus Peliatan Ubud in academic year 2013/2014. Keywords: Active Knowledge Sharing, learning result, mathematics
PENDAHULUAN Pendidikan merupakan hal yang sangat penting dalam hidup dewasa ini seperti yang tercermin dalam pendapat Hasbullah (2011:1) yang menyatakan "pendidikan merupakan usaha yang dijalankan oleh seseorang atau kelompok orang lain agar mencapai tingkat hidup atau penghidupan yang lebih tinggi dalam arti mental". Pendapat tersebut menyiratkan bahwa pendidikan dapat menanamkan nilai-nilai yang positif dalam kehidupan sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup. Melalui pendidikan kita dapat memperoleh ilmu pengetahuan, mengembangkan karakter dan nilai-nilai yang positif dalam diri. Berkaitan dengan pendidikan matematika untuk siswa SD sangat penting diberikan karena membekali siswa kemampuan berpikir yang baik. Depdiknas (2006:1) menyebutkan "mata pelajaran matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai dari sekolah dasar untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerjasama. Kompetensi tersebut diperlukan agar peserta didik dapat memiliki kemampuan memperoleh, mengelola, dan memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti, dan kompetitif". Pembelajaran matematika harus memberikan kesempatan pada siswa untuk secara aktif mencari dan menemukan solusi permasalahan yang dikemukakan guru, namun sampai saat ini pembelajaran matematika masih cenderung didominasi guru melalui kegiatan ceramah dan siswa kurang ingin menemukan sendiri jawaban atas permasalahan apabila guru tidak memberikan penjelasan terlebih dahulu. Ceramah juga membuat siswa cepat melupakan informasi atau materi yang dijelaskan. Hal ini sesuai dengan pendapat Silberman (2007:xxi) yang menyatakan
"you can tell students what they need to know very fast. But they will forget what you tell them even faster". Yang artinya guru dapat memberitahu pada siswa tentang apa yang perlu mereka ketahui dengan sangat cepat. Tetapi siswa bahkan akan lebih cepat melupakan apa yang guru beritahukan. Selain itu, pembelajaran matematika yang demikian terkadang membuat siswa merasa bosan dan kurang dapat memahami matematika dengan baik. Pembelajaran matematika yang masih didominasi oleh guru juga terjadi pada pembelajaran matematika di SD Gugus Peliatan Ubud, guru lebih sering memberikan contoh soal melalui ceramah pada siswa, sehingga siswa tidak berperan aktif mengkonstruksi pengetahuan. Siswa lebih banyak belajar dari menghafal sehingga kemampuan pemecahan masalahnya kurang berkembang, salah satu contohnya apabila siswa diberikan permasalahan yang berbeda dengan contoh soal yang dijelaskan guru, siswa bingung dalam memecahkan permasalahan tersebut dan berdampak negatif terhadap hasil belajarnya. Berdasarkan observasi awal di seluruh SD Gugus Peliatan Ubud yang dilakukan pada tanggal 28 Januari 2013 dan 29 Januari 2013 ditemukan pembelajaran matematika di sekolah tersebut lebih didominasi oleh guru melalui ceramah dan pemberian contoh soal sehingga peran aktif siswa dalam membangun pengetahuan sendiri belum terlalu besar. Selain itu wawancara dengan narasumber yaitu seluruh guru kelas V SD Gugus Peliatan Ubud yaitu bapak I Wayan Wara, A.Ma.Pd, bapak I Ketut Wira, S.Pd, ibu Ni Nyoman Suastini, S.Pd dan bapak I Kadek Santika, S.Pd menyatakan pembelajaran matematika lebih banyak menggunakan metode ceramah oleh karena metode seperti ini dirasa praktis dan cepat sehingga seluruh materi dapat disampaikan tepat pada waktunya. Proses belajar seperti ini membuat siswa kurang
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
aktif dan hasil belajar siswa masih ada yang di bawah kriteria ketuntasan minimal. Data hasil belajar matematika menunjukkan bahwa nilai rata-rata siswa SD Gugus Peliatan Ubud belum optimal yaitu 61,95. Kemampuan siswa dalam menguasai konsep pembelajaran matematika juga masih terbilang belum optimal, terutama pada materi bilangan bulat. Guru yang diwawancarai menjelaskan materi bilangan bulat cukup sulit dipahami oleh siswa, terkadang siswa bingung dalam menyelesaikan permasalahan guru dan tidak bisa mempergunakan media garis bilangan dengan baik. Materi bilangan bulat merupakan materi yang sering muncul di kelas tinggi, materi ini mulai muncul pada kelas IV semester 2 dan selanjutnya juga muncul di kelas V dan VI. Bilangan bulat merupakan bilangan yang terdiri dari bilangan asli, nol dan lawan dari bilangan asli. Bilangan asli adalah bilangan yang dimulai dari satu sampai seterusnya dan bilangan lawan dari bilangan asli dapat dicontohkan: -1, -2, 3,… Bilangan nol merupakan bilangan netral. Bilangan bulat digolongkan menjadi 3 yaitu bilangan bulat positif atau biasa disebut bilangan asli, bilangan bulat netral atau 0 dan bilangan bulat negatif yaitu bilangan lawan dari bilangan asli. Bilangan bulat sangat penting untuk siswa karena bilangan bulat seperti bilangan bulat negatif dapat menjadi simbol dari keadaan suhu dipermukaan bumi dibawah nol misalnya suhu di gurun pasir pada malam hari sangat dingin mencapai minus 8o sehingga dapat dijelaskan dengan simbol matematika menjadi -8o. Bilangan bulat dapat memberikan pengetahuan yang lebih luas pada siswa namun menurut guru terkait, siswa kelas V dari tahun ke tahun masih banyak belum memahami konsep bilangan bulat sehingga mempengaruhi hasil belajar matematikanya. Hal tersebut seharusnya diperbaiki karena materi bilangan bulat di kelas V merupakan dasar dari materi bilangan bulat di kelas yang lebih tinggi. Bilangan bulat atau pelajaran matematika secara umum memang merupakan mata pelajaran yang dianggap sulit oleh siswa, hal ini disebabkan oleh konsep matematika yang abstrak sehingga mempengaruhi hasil belajarnya. Oleh
sebab itu, dalam setiap pembelajaran matematika harus memperhatikan faktorfaktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan pembelajaran sehingga pembelajaran yang dilakukan oleh siswa memperoleh hasil yang baik dan siswa dapat mencapai kompetensi yang diharapkan. "Keberhasilan pencapaian kompetensi satu mata pelajaran bergantung pada beberapa aspek. Salah satu aspek yang sangat mempengaruhi adalah bagaimana cara seorang guru dalam melaksanakan pembelajaran" (Uno, 2011:75). Salah satu model pembelajaran yang dapat memberikan kesempatan pada siswa untuk berperan aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran yaitu Active Knowledge Sharing. Menurut Silberman (2007:82) "Active Knowledge Sharing (berbagi pengetahuan secara aktif) adalah sebuah teknik yang bagus untuk menarik para peserta didik dengan segera kepada materi pelajaran. Guru dapat menggunakannya untuk mengukur tingkat pengetahuan para peserta didik, pada saat yang sama, membentuk beberapa bangunan tim (team building)". Hal tersebut diperkuat dengan pendapat Zaini (2008:22) mengemukakan "Active Knowledge Sharing dapat membawa peserta didik untuk lebih siap belajar materi pelajaran dengan cepat, ini dapat digunakan untuk melihat tingkat kemampuan peserta didik disamping untuk membentuk kerjasama tim". Hal ini sangat baik digunakan pada siswa yang mempunyai sifat individualisme yang kurang bekerjasama dalam diskusi. Active Knowledge Sharing memiliki beberapa kelebihan yaitu adanya kolaborasi melibatkan siswa bukan hanya mental tetapi juga melibatkan fisik, memberikan efek sosial dari belajar aktif melalui model pembelajaran Active Knowledge Sharing, adanya motivasi siswa untuk berinteraksi sesama siswa secara langsung yang dapat membantu meningkatkan prestasi. Menurut Nafi’a (2012:31) "Active Knowledge Sharing membuat siswa merasa senang mengikuti pembelajaran, suasana pembelajaran aktif lebih hidup (aktif). Selain itu, Active Knowledge Sharing juga dirasakan oleh
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
siswa dapat membantu mereka lebih percaya diri dalam menjawab pertanyaan dengan cara saling bertukar pengetahuan (Sharing)". Berdasarkan teori tentang kelebihan model pembelajaran Active Knowledge Sharing dengan pembelajaran konvensional, untuk itu dilakukan penelitian tentang pengaruh model pembelajaran Active Knowledge Sharing terhadap hasil belajar matematika pada siswa kelas V semester 1 SD Gugus Peliatan Ubud tahun ajaran 2013/2014. Penelitian ini adalah untuk membuktikan secara empirik ada tidaknya perbedaan yang signifikan hasil belajar siswa antara yang mengikuti pembelajaran Active Knowledge Sharing dengan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional pada siswa kelas V semester 1 SD Gugus Peliatan Ubud tahun ajaran 2013/2014.
METODE Penelitian ini merupakan jenis penelitian eksperimen semu atau quasy experiment. Hal ini diakibatkan oleh karena peneliti tidak dapat mengontrol semua variabel di luar penelitian secara ketat, selain itu penelitian ini juga tidak dapat membentuk kelas baru atau melaksanakan random subjek sehingga hanya mempergunakan random kelompok atau yang dirandom adalah kelas. Setyosari (2010:36) menyatakan, "penelitian eksperimen semu atau eksperimen kuasi pada dasarnya sama dengan penelitian eksperimen murni. Penelitian eksperimen murni dalam bidang pendidikan, subjek, atau partisipan penelitian dipilih secara random dimana setiap subjek memperoleh peluang yang sama dijadikan subjek penelitian. Peneliti memanipulasi subjek sesuai dengan rancangannya. Berbeda dengan penelitian kuasi, peneliti tidak memiliki keleluasaan untuk memanipulasi subjek, artinya random kelompok biasanya dipakai sebagai dasar untuk menetapkan sebagai kelompok perlakuan dan kontrol". Adapun rancangan eksperimen semu yang dipergunakan yang dipergunakan adalah "Nonequivalent Control Group Design" yaitu eksperimen yang mempunyai satu kelompok sebagai kelompok eksperimen
dan satu kelompok sebagai kelompok kontrol. Kedua kelompok memperoleh pretes dan postes. Menurut Dantes (2012:97) "pemberian pretest pada desain nonequivalent control group design biasanya digunakan untuk mengukur ekuivalensi atau penyetaraan kelompok". Untuk mengukur equivalensi kedua kelompok penelitian, data pretest yang dianalisis diperoleh dari hasil ulangan umum siswa. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V SD Gugus Peliatan Ubud tahun ajaran 2013/2014. Untuk menentukan sampel dipergunakan teknik acak atau random sampling. "Pada teknik ini, secara teoretis, semua anggota dalam populasi mempunyai probabilitas atau kesempatan yang sama untuk dipilih menjadi sampel" (Sukardi, 2011:58). Pada penelitian ini random sampling dipergunakan hanya sebatas random kelas dan bukan random individu. Sebelum menentukan sampel dengan random kelas dilakukan observasi dan wawancara dengan kepala Gugus Peliatan Ubud. Berdasarkan informasi dari kepala Gugus Peliatan Ubud diketahui populasi penelitian memiliki kesetaraan kemampuan akademik. Langkah berikutnya dilakukan random yang mengikut sertakan empat SD di Gugus Peliatan Ubud dan terpilihlah sampel penelitian yaitu kelas V SD Negeri 3 Peliatan dan kelas V SD Negeri 4 Peliatan. Setelah diperoleh sampel penelitian, selanjutnya dilakukan uji kesetaraan sampel penelitian secara empirik untuk membuktikan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol benar-benar setara secara akademik dengan uji-t. Apabila kedua kelompok penelitian setara, selanjutnya dilakukan undian untuk menentukan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Dari hasil undian, terpilih sampel penelitian yaitu kelas V SD Negeri 3 Peliatan sebagai kelompok eksperimen dan kelas V SD Negeri 4 Peliatan sebagai kelompok kontrol. Adapun uji kesetaraan sampel penelitian dengan mempergunakan hasil pretest yaitu nilai ulangan umum siswa, dilakukan dengan uji-t. Sebelum mempergunakan uji-t terlebih dahulu dilakukan pengujian prasyarat analisis. Uji
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
prasyarat analisis meliputi uji normalitas data dan uji homogenitas varians kedua kelompok penelitian. Uji normalitas data dilakukan untuk menyelidiki bahwa frekuensi observasi atau frekuensi yang diperoleh (ƒo) dari gejala yang diselidiki tidak menyimpang dari frekuensi yang diharapkan (ƒe). Sehingga dapat diketahui sebaran data berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas data dilakukan dengan menggunakan rumus uji Chi-Square. Kriteria pengujian adalah jika X2hitung<X2(1-ɑ )(k-1), maka ho diterima (gagal ditolak) yang berarti data berdistribusi normal. Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh harga X2hitung pada kelompok eksperimen sebesar 5,229. Harga tersebut kemudian dibandingkan dengan X2tabel , yaitu sebesar 11,07. Terlihat bahwa X2hitung< X2tabel (5,229<11,07) sehingga Ho diterima dan Ha ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa hasil belajar matematika siswa pada kelompok eksperimen berdistribusi normal. Untuk harga X2hitung pada kelompok kontrol sebesar 4,962. Hal ini juga menunjukkan X2hitung< X2tabel (4,962<11,07), sehingga Ho diterima dan Ha ditolak, yang berarti bahwa hasil belajar matematika siswa pada kelompok kontrol juga berdistribusi normal. Berdasarkan paparan di atas dapat disimpulkan bahwa sebaran data pada kelompok eksperimen maupun pada kelompok kontrol berdistribusi normal. Karena sudah diketahui data berdistribusi normal, dilanjutkan uji homogenitas varians. Uji homogenitas dilakukan untuk menunjukkan bahwa perbedaan yang terjadi pada uji hipotesis benar-benar terjadi akibat adanya perbedaan antar kelompok, bukan sebagai akibat perbedaan dalam kelompok. Homogenitas varians diuji dengan menggunakan uji F. Kriteria pengujian homogenitas varians adalah jika Fhitung
Selanjutnya setelah data pretest diketahui berdistribusi normal dan homogen pengujian dengan uji-t dapat dilanjutkan. Uji signifikansinya adalah jika t hitung ttabel, maka Ho diterima (gagal ditolak) dan Ha ditolak, sebaliknya jika t hitung ttabel , maka Ho ditolak dan Ha diterima. Pengujian dilakukan pada taraf signifikan 5% ( =0,05) atau taraf kepercayaan 95% dengan dk = (n1+ n2) - 2. Setelah diketahui kedua kelompok penelitian setara, kemudian kelompok penelitian dirandom dengan hanya menyertakan dua kelas yaitu kelas V SD Negeri 3 Peliatan dan kelas V SD Negeri 4 Peliatan sehingga sampel pada penelitian ini adalah kelas V SD Negeri 3 Peliatan sebagai kelompok eksperimen dan kelas V SD Negeri 4 Peliatan sebagai kelompok kontrol, dengan jumlah anggota 82 siswa. Berdasarkan peranan dan fungsi variabel dalam penelitian, penelitian ini menggunakan dua variabel yaitu variabel bebas atau variabel penyebab (independent variable) dan variabel terikat atau variabel tergantung (dependent variable). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah model pembelajaran Active Knowledge Sharing yang diberikan pada kelompok eksperimen sedangkan sebagai pembanding yaitu pembelajaran konvensional yang diberikan pada kelompok kontrol. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah hasil belajar matematika pada ranah kognitif. Pengumpulan data dilaksanakan pada siswa kelas V SD Negeri 3 Peliatan dan kelas V SD Negeri 4 Peliatan yang menjadi sampel penelitian. Dalam penelitian ini, data yang diperlukan adalah data tentang hasil belajar matematika dalam materi bilangan bulat. Untuk mendapatkan data tersebut digunakan instrumen berupa tes dengan pertanyaan sebanyak 30 Tes yang dipergunakan berupa tes pilihan ganda dengan empat pilihan jawaban dan satu kunci jawaban yang paling tepat. Butir soal yang dipergunakan sudah divalidasi sehingga sudah memenuhi kriteria validitas baik validitas isi maupun validitas empirik, memiliki reliabel tinggi, berdaya pembeda cukup baik dan mencakup tingkat kesukaran mudah,
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
sedang dan sukar. Validitas butir soal berkaitan dengan validitas isi dan validitas empirik. Sugiyono (2012:182) menjelaskan "secara teknis pengujian validitas isi dapat dibantu dengan menggunakan kisi-kisi instrumen, atau matrik pengembangan instrumen. Dalam kisi-kisi itu terdapat variabel yang diteliti, indikator sebagai tolak ukur dan nomor butir (item) pertanyaan atau pernyataan yang telah dijabarkan dari indikator". Pendapat serupa juga dikemukakan oleh Surapranata (2009:51) yang menjelaskan "validitas isi (content validity) sering pula dinamakan validitas kurikulum yang hendak diukur yang mengandung arti bahwa suatu alat ukur dipandang valid apabila sesuai dengan isi kurikulum yang hendak diukur". Arikunto (2010:185) mengemukakan "tabel spesifikasi dapat disebut juga sebagai grid, kisi-kisi atau blue-print. Wujudnya adalah sebuah tabel yang memuat tentang perperincian materi dan tingkah laku beserta imbangan/proporsi yang dikehendaki oleh penilai. Tiap kotak diisi dengan bilangan yang menunjukkan jumlah soal". Untuk validitas empirik diuji dengan menguji cobakan soal dengan beberapa orang testee dan hasilnya dianalisis menggunakan rumus point biserial karena tes pilihan ganda bersifat dikotomi. Variabel butir soal dinamakan dikotomi karena skorskor yang terdapat pada butir soal hanya ada satu dan nol. Dari hasil analisis diperoleh 32 soal yang valid. Selanjutnya soal yang valid harus diuji reliabilitasnya. Menurut Arikunto (2010: 100), "reliabilas berhubungan dengan kepercayaan atau keandalan sebuah tes. Suatu tes dapat dikatakan mempunyai taraf kepercayaan yang tinggi apabila tes tersebut dapat memberikan hasil yang tetap". Uji reliabilitas dilakukan setelah dilakukan uji validitas. Uji reliabilitas tes yang bersifat dikotomi dianalisis dengan menggunakan rumus Kuder Richardson 20 (K-R 20). Patokan reliabilitas tes yang digunakan yaitu apabila r11 sama dengan atau lebih besar dari pada 0,70 berarti tes hasil belajar yang sedang diuji reliabilitasnya dinyatakan telah memiliki reliabilitas yang tinggi, apabila r11 lebih kecil dari pada 0,70 berarti tes hasil belajar yang
sedang diuji reliabilitasnya dinyatakan belum memiliki reliabilitas yang tinggi (unreliable). Sementara itu, lebih lanjut Candiasa (2011:80) menjelaskan "batasan koefisien reliabilitas atara lain :0,00 < r < 0,20 derajat reliabilitas sangat rendah; 0,20 < r < 0,40 derajat reliabilitas rendah; 0,40 < r < 0,60 derajat reliabilitas sedang; 0,60 < r < 0,80 derajat reliabilitas tinggi; 0,80 < r < 1,00 derajat reliabilitas sangat tinggi". Hasil perhitungan reliabilitas tes menggunakan rumus KR-20 dengan bantuan Microsoft Exel 2010 adalah sebesar 0,908. Dengan demikian tes sudah memiliki derajat reliabilitas sangat tinggi karena nilai r11 lebih besar dari 0,80 dan kurang dari 1,00. Soal yang telah memiliki reliabel sangat tinggi, kemudian diuji tingkat kesukarannya. Arikunto (2010:207) berpendapat bahwa "soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak terlalu sukar. Soal yang terlalu mudah tidak merangsang siswa untuk mempertinggi usaha memecahkannya. Sebaliknya soal yang terlalu sukar akan menyebabkan siswa menjadi putus asa dan tidak mempunyai semangat untuk mencoba lagi karena diluar jangkauannya. Bilangan yang menunjukkan sukar dan mudahnya suatu soal disebut indeks kesukaran. Besarnya indeks kesukaran antara 0,00 sampai dengan 1,00. Indeks kesukaran menunjukkan taraf kesukaran soal. Soal dengan indeks kesukaran 0,00 menunjukkan bahwa soal terlalu sukar, sebaliknya indeks 1,00 menunjukkan soalnya terlalu mudah". Sudjana (2005:137) menyebutkan "kriteria yang dipergunakan adalah makin kecil indeks yang diperoleh, makin sulit soal tersebut. sebaliknya makin besar indeks yang diperoleh makin mudah soal tersebut. Kriteria indeks kesulitan soal adalah 0-0,30 = soal kategori sukar,0,310,70 = soal kategori sedang, 0,71-1,00 = soal kategori mudah. Berdasarkan perhitungan tingkat kesukaran untuk soal posttest didapat 9 soal mudah, 20 soal yang sedang dan 3 soal yang sukar. Indeks kesukaran perangkat tes menunjukkan angka 0,545 sehingga termasuk kategori sedang. Agar tes yang dipergunakan dapat membedakan kemampuan siswa yang pintar dengan siswa yang kurang, tes harus
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
diuji daya pembedanya. "Daya pembeda item adalah kemampuan suatu butir item tes hasil belajar untuk dapat membedakan (mendiskriminasi) antara testi yang berkemampuan tinggi dengan testi berkemampuan rendah. Sebagian besar testi berkemampuan tinggi (kelompok atas) akan menjawab tes dengan benar, sedangkan sebagian besar testi berkemampuan rendah (kelompok bawah) akan menjawab tes dengan salah" (Sudijono, 2011:388). Dari hasil perhitungan didapat 18 soal dengan daya pembeda cukup, 12 soal dengan daya pembeda baik dan 2 soal dengan daya pembeda jelek. Berdasarkan hasil uji validitas, reliabilitas, indeks kesukaran dan daya pembeda tes dari 32 soal yang valid, soal yang dipergunakan untuk mengumpulkan data adalah 30 butir soal. 2 soal yang dibuang atau tidak dipergunakan disebabkan karena soal tersebut memiliki daya pembeda yang jelek. Setelah memperoleh data hasil belajar matematika mempergunakan tes yang telah divalidasi, data tersebut dianalisis menggunakan statistik inferensial. Analisis inferensial digunakan untuk menguji hipotesis penelitian. Sebelum dilakukan analisis inferensial data terlebih dahulu dilakukan uji analisis prasyarat yaitu uji normalitas data uji Chi-Square dan uji homogenitas varians menggunakan uji F. apabila data tersebut dinyatakan berdistribusi normal dan homogen uji hipotesis dilanjutkan dengan mempergunakan uji-t. HASIL DAN PEMBAHASAN Setelah melakukan penelitian diperoleh data hasil belajar matematika dari kelompok eksperimen yang mengikuti pembelajaran Active Knowledge Sharing dan data hasil belajar matematika dari kelompok kontrol yang mengikuti pembelajaran konvensional. Adapun data yang diperoleh yaitu nilai rata-rata posttest kelompok eksperimen adalah 69,02 sedangkan nilai rata-rata posttest kelompok kontrol 60,73. Hal ini berarti rata-rata posttest kelompok eksperimen lebih besar daripada rata-rata posttest kelompok
kontrol. Skor maksimum yang diperoleh kelompok eksperimen yaitu 86,67 dan skor minimumnya adalah 53,33. Untuk kelompok kontrol skor maksimum yang diperoleh adalah 76,67 dan skor minimumnya adalah 43,33. Adapun standar deviasi untuk kelompok eksperimen yaitu 8,14 dengan varians 66,25, sedangkan standar deviasi untuk kelompok kontrol yaitu 8,11 dengan varians 65,83. Setelah mengetahui gambaran awal hasil belajar matematika kelompok eksperimen dan kontrol, pengujian dilanjutkan dengan menguji hipotesis penelitian. Hipotesis penelitian diuji dengan menggunakan uji-t. Uji hipotesis pada penelitian ini dilakukan dengan menganalisis hasil posttest pada kedua kelompok. Sebelum dilakukan pengujian hipotesis penelitian, terlebih dahulu dilakukan pengujian prasyarat analisis. Uji prasyarat analisis meliputi uji normalitas data dan uji homogenitas varians kedua kelompok penelitian Uji prasyarat analisis meliputi uji normalitas sebaran data dan uji homogenitas varians. Uji normalitas data dilakukan pada dua kelompok data, yaitu data kelompok eksperimen yang mengikuti pembelajaran Active Knowledge Sharing dan data kelompok kontrol yang mengikuti pembelajaran konvensional. Uji normalitas ini dilakukan untuk mengetahui sebaran data nilai posttest kelompok eksperimen dan kelompok berdistribusi normal atau tidak. X2hitung yang diperoleh dibandingkan X2tabel dengan derajat kebebasan (dk) = (banyak klasifikasi-1) = (6-1) = 5 dan taraf signifikansi 5%, yaitu sebesar 11,07. Kriteria pengujian adalah jika X2hitung<11,07, maka ho diterima (gagal ditolak) yang berarti data berdistribusi normal sedangkan X2hitung>11,07, maka ha diterima yang berarti data tidak berdistribusi normal. Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh harga X2hitung pada kelompok eksperimen sebesar 8,02. Harga tersebut kemudian dibandingkan dengan X2tabel, yaitu sebesar 11,07. Terlihat bahwa X2hitung< X2tabel (8,02<11,07) sehingga Ho diterima dan Ha ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa hasil belajar matematika siswa pada kelompok eksperimen berdistribusi normal. Untuk harga X2hitung pada kelompok kontrol sebesar 1,46. Hal ini juga menunjukkan
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014) X2hitung< X2tabel (1,46<11,07), sehingga Ho diterima dan Ha ditolak, yang berarti bahwa hasil belajar matematika siswa pada kelompok kontrol juga berdistribusi normal. Berdasarkan paparan di atas dapat disimpulkan bahwa sebaran data pada kelompok eksperimen maupun pada kelompok kontrol berdistribusi normal. Karena sebaran data kelompok eksperimen dan kontrol berdistribusi normal, untuk itu pengujian dilanjutkan dengan uji homogenitas varians. Uji homogenitas dilakukan untuk menunjukkan bahwa perbedaan yang terjadi pada uji hipotesis benar-benar terjadi akibat adanya perbedaan antar kelompok, bukan sebagai akibat perbedaan dalam kelompok. Homogenitas varians diuji dengan menggunakan uji F. Kriteria pengujian untuk mengetahui data yang mempunyai varians yang homogens yaitu jika Fhitung > Ftabel (n1−1, n2−1) maka sampel tidak homogen dan jika Fhitung < Ftabel (n1−1,n2−1) maka sampel homogen. Pengujian dilakukan pada taraf signifikan 5% dengan derajat kebebasan untuk pembilang n1-1 dan derajat kebebasan untuk penyebut n2-1. Berdasarkan perhitungan, diperoleh Fhitung sebesar 1,006, sedangkan Ftabel pada taraf signifikan 5% dengan dk pembilang = 40 dan dk penyebut = 40 adalah 1,69. Ini berarti Fhitung < Ftabel, maka Ho diterima (gagal ditolak), sehingga varians homogen. Berdasarkan hasil pengujian normalitas dan homogenitas diperoleh
bahwa data hasil posttest pada kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol berdistribusi normal dan varians homogen. Untuk itu pengujian hipotesis dapat dilakukan dengan statistik parametrik, yaitu uji-t. Adapun hipotesis yang diuji adalah sebagai berikut. Ho menyatakan tidak terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar matematika antara siswa yang mengikuti pembelajaran Active Knowledge Sharing dengan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional pada siswa kelas V semester 1 SD Gugus Peliatan Ubud tahun ajaran 2013/2014. Ha menyatakan terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar matematika antara siswa yang mengikuti pembelajaran Active Knowledge Sharing dengan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional pada siswa kelas V semester 1 SD Gugus Peliatan Ubud tahun ajaran 2013/2014. Kriteria pengujian hipotesisnya adalah jika t-hitung
ttabel, maka Ho ditolak (gagal diterima) dan Ha diterima. Pengujian dilakukan pada taraf signifikansi 5% (α = 0,05) atau taraf kepercayaan 95% dengan dk = (n1+ n2)- 2 = 80. Hasil perhitungan uji-t dengan mempergunakan rumus separated varians disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Tabel Uji Hipotesis Kelompok Penelitian Eksperimen Kontrol
ttabel
thitung
Interpretasi
1,99
4,62
Ho ditolak
Berdasarkan tabel hasil uji-t di atas menunjukkan t-hitung sebesar 4,62 dan t-tabel dengan dk = 80 dan taraf signifikansi 5% adalah 1,99 sehingga t-hitung>t-tabel (4,62>1,99). Ini menandakan t hitung >ttabel yang artinya hipotesis alternatif diterima dan hipotesis nol ditolak. Diinterpretasikan terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar matematika antara siswa yang mengikuti pembelajaran Active Knowledge
Sharing dengan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional pada siswa kelas V semester 1 SD Gugus Peliatan Ubud tahun ajaran 2013/2014. Berdasarkan hasil analisis posttest kelompok eksperimen dan kelompok kontrol setelah diberi perlakuan menunjukkan kelompok eksperimen memperoleh ratarata posttest 69,02 sedangkan kelompok kontrol yaitu 60,73. Ini menggambarkan
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014) bahwa hasil belajar kelompok eksperimen lebih baik dibandingkan dengan hasil belajar kelompok kontrol. Untuk uji prasyarat yaitu perhitungan normalitas dan homogenitas data menunjukkan kedua kelompok penelitian baik kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol memiliki data yang berdistribusi normal dan variansnya homogen. Berdasarkan uji hipotesis menggunakan uji-t diperoleh thitung sebesar 4,62, sedangkan ttabel dengan taraf signifikansi 5% dan derajat kebebasan 80 yaitu 1,99. Apabila thitung dibandingkan dengan ttabel, maka thitung > ttabel, hal tersebut berarti bahwa hipotesis alternatif yang diajukan dalam penelitian ini diterima. Terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar matematika antara siswa yang mengikuti pembelajaran Active Knowledge Sharing dengan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional. Dengan demikian model pembelajaran Active Knowledge Sharing memberikan pengaruh terhadap hasil belajar matematika pada siswa kelas V SD Gugus Peliatan Ubud. Faktor yang mempengaruhi perbedaan hasil belajar antara kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol, salah satunya dipengaruhi oleh perbedaan model pembelajaran yang diberikan pada kedua kelompok penelitian. Active Knowledge Sharing merupakan model pembelajaran yang berpatokan pada pembelajaran aktif yang dapat membuat siswa aktif sejak awal melalui aktivitasaktivitas kerja kelompok. Hal ini mendorong siswa berpikir secara kreatif untuk memecahkan permasalahan yang diajukan guru tentang materi bilangan bulat dan membuat siswa lebih bersemangat dalam pembelajaran. Hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian Aprilianti (2013:6) yang menjelaskan "Active Knowledge Sharing dapat membangun minat awal untuk menimbulkan semangat belajar siswa terhadap materi pelajaran yang akan di ajarkan dan mempengaruhi serta menigkatkan hasil belajar sesuai dengan tujuan pembelajaran". Ketika siswa belajar dengan aktif, berarti siswa yang mendominasi aktivitas pembelajaran, siswa secara aktif menggunakan berpikir, memecahkan permasalahan serta
mengaplikasikan apa yang dipelajari dalam kehidupan nyata. Active Knowledge Sharing lebih baik dibandingkan pembelajaran konvensional juga disebabkan karena model pembelajaran ini dapat membuat siswa lebih siap belajar materi-materi pelajaran matematika sehingga siswa dapat belajar dengan lebih cepat dan materi dapat lebih dipahami oleh siswa. Model pembelajaran Active Knowledge Sharing dapat digunakan untuk melihat tingkat kemampuan siswa dan dapat membuat siswa lebih aktif untuk berbagi pengetahuan sehingga tidak ada siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar di kelas. Pembelajaran matematika dengan mengikuti prosedur model Active Knowledge Sharing memiliki langkahlangkah yaitu "(1) menjelaskan tujuan pembelajaran dan garis besar materi yang akan dipelajari dan memberikan motivasi belajar, (2) menyajikan informasi kepada siswa tentang materi pelajaran yang diajarkan dengan demonstrasi atau lewat bahan bacaan atau handout, (3) guru membentuk 3-4 orang tiap kelompok belajar dan menjelaskan cara diskusi, (4) guru menyediakan lembar pertanyaan yang terkait dengan materi pelajaran, (5) guru memberikan waktu siswa untuk menjawab lembar pertanyaan secara tertulis yang telah disediakan dengan cara setiap siswa bertanya pada siswa dalam kelompok, dan bertanya antar kelompok yang diwakili oleh satu orang, (6) sebagian siswa diminta untuk melakukan presentasi jawabannya di depan kelas, dengan aturan siswa dalam kelompok hanya boleh memberikan bantuan atau masukan pada temannya yang presentasi dan siswa kelompok lain bisa menyangkal dan membuat pertanyaan baru yang terkait dengan materi untuk dijawab siswa yang presentasi, (7) guru mengorganisasikan siswa untuk kembali ke tempat duduk dan mengarahkan siswa untuk menganalisis terjadinya perbedaan pendapat tentang topik yang dibahas" (Sudarmawanto, 2012:123) Langkah-langkah pembelajaran Active Knowledge Sharing membuat siswa lebih aktif, berani bertanya, berani mengemukakan pendapat dan lebih berani mempertanggungjawabkan jawaban yang
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014) mereka. Apabila siswa mengalami kesulitan dalam menyelesaikan permasalahan yang diberikan guru, siswa diberikan kesempatan untuk bertanya pada kelompok lain sehingga siswa lebih mandiri tanpa harus menunggu jawaban guru. Berdasarkan hasil penelitian, presentasi jawaban yang dilakukan siswa di depan kelas, dengan aturan siswa dalam kelompok hanya boleh memberikan bantuan atau masukan pada temannya yang presentasi membuat siswa belajar untuk memahami setiap jawaban yang mereka tulis. Selain itu dengan kegiatan kerja kelompok siswa dapat lebih bertoleransi dan saling berbagi pengetahuan satu dengan yang lain serta meningkatkan kepercayaan diri. Hasil temuan ini sesuai dengan pendapat Nafi’a (2012:31) yang mengemukakan "Active Knowledge Sharing membuat siswa merasa senang mengikuti pembelajaran, suasana pembelajaran aktif lebih hidup (aktif). Selain itu, Active Knowledge Sharing juga dirasakan oleh siswa dapat membantu mereka lebih percaya diri dalam menjawab pertanyaan dengan cara saling bertukar pengetahuan (Sharing)". SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil dari pembahasan diketahui bahwa rata-rata nilai yang diperoleh siswa kelompok eksperimen adalah 69,02 dan rata-rata yang diperoleh siswa kelompok kontrol adalah 60,73. Hal ini menunjukkan adanya perbedaan hasil belajar antara kedua kelompok. Perbedaan yang signifikan hasil belajar matematika antara kedua kelompok diuji dengan mengunakan uji-t. Dari hasil pengujian hipotesis diperoleh harga t-hitung= 4,62 dan ttabel = 1,99 ( pada taraf signifikansi 5% dan dk = 80). Sehingga Ho ditolak dan Ha diterima. Hal ini berarti terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar siswa antara kelompok ekperimen dan kelompok kontrol. Dengan demikian, model pembelajaran Active Knowledge Sharing berpengaruh terhadap hasil belajar Matematika pada siswa kelas V semester 1 SD Gugus Peliatan Ubud tahun ajaran 2013/2014. Berdasarkan hasil penelitian, pembahasan dan simpulan, diajukan beberapa saran. Pertama bagi guru, dalam
menyampaikan materi pembelajaran harus memperhatikan kemampuan siswa agar materi pembelajaran dapat tersampaikan secara bermakna. Selain itu dalam pembelajaran juga harus memperhatikan adanya variasi dalam pembelajaran yaitu variasi model pembelajaran, metode pembelajaran maupun media pembelajaran sehingga guru tidak membuat siswa menjadi jenuh dalam mengikuti pembelajaran, salah satunya dapat mempergunakan model pembelajaran Active Knowledge Sharing. Bagi siswa, disarankan lebih aktif dalam pembelajaran, melalui kegiatan belajar kelompok dan belajar dari sumber belajar yang beragam sehingga dengan demikian siswa dapat memahami materi yang sedang dipelajari, sehingga dapat mengoptimalkan hasil belajar. Bagi sekolah, sebaiknya dapat memberi fasilitas belajar yang lebih lengkap bagi siswa sehingga siswa lebih antusias dalam kegiatan pembelajaran sehingga dapat meningkatkan kualitas mutu pendidikan utamanya sekolah dasar dan bagi peneliti lain disarankan untuk untuk melakukan penelitian dengan materi lain selain materi bilangan bulat, sehingga dapat dibuktikan bahwa model pembelajaran Active Knowledge Sharing cocok diterapkan dalam mata pelajaran matematika DAFTAR RUJUKAN Aprilianti, Fitria, dkk. "Upaya Meningkatkan Hasil Belajar PKn melalui Metode Active Knowledge Sharing". Program Studi PPKN FIS Universitas Negeri Jakarta, Volume 1, Nomor 2. Arikunto, Suharsimi. 2010. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Candiasa, I Made. 2011. Pengujian Instrumen Penilaian Disertai Aplikasi ITEMAN dan BIGSTEPS. Singaraja : Undiksha. Dantes, Nyoman. 2012. Metode Penelitian. Yogyakarta: Andi Offset.
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014) Depdiknas. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Sekolah Dasar. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. Hasbullah. 2011. Dasar-Dasar Pendidikan. Jakarta : PT Grafindo Persada.
Ilmu Raja
Nafi'a, Dewi dkk. 2012."Pengaruh Penggunaan Model Active Knowledge Sharing Terhadap Hasil Belajar Ditinjau Dari Minat Belajar Siswa SMA N 2 Karanganyar". Seminar Nasional IX Pendidikan Biologi FKIP UNS (hlm. 29-33). Setyosari, Punaji. 2010. Metode Penelitian Pendidikan dan Pengembangan. Jakarta : Prenada Media Group. Silberman, Mel. 2007. Active Learning 101 Strategi Pembelajaran Aktif. Diterjemahkan oleh Sarjuli dkk. Yogyakarta: Pustaka Insan Madani dan Yappendis. Sudarmawanto. 2012. "Pengaruh Pembelajaran Aktif dengan Pendekatan Active Knowledge Sharing dan Active Debate Terhadap Hasil Belajar ditinjau dari Motivasi Belajar Siswa". Jurnal Pendidikan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Surabaya ,Volume 1 Nomor 2. Sudijono, Anas. 2011. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : PT Rajagrafindo Persada. Sudjana, Nana. 2005. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT.Remaja Rosdakarya. Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D). Alfabeta. Sukardi. 2011. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara. Surapranata, Sumarna. 2005. Analisis, Validitas, Reliabilitas dan Interpretasi
Hasil Tes. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Uno, Hamzah dan Nurdin Mohamad. 2011. Belajar dengan Pendekatan PAILKEM. Jakarta : Bumi Aksara. Zaini,
Hisyam, dkk. 2008. Strategi Pembelajaran Aktif. Yogyakarta : Pustaka Madani.