2014

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 20/PUU-XII/2014

PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG HORTIKULTURA TERHADAP UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945

ACARA MENDENGARKAN KETERANGAN DPR, PIHAK TERKAIT, DAN AHLI/SAKSI PEMOHON (IV)

JAKARTA KAMIS, 24 APRIL 2014

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA -------------RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 20/PUU-XII/2014 PERIHAL Pengujian Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2010 tentang Hortikultura [Pasal 100 ayat (3) dan Pasal 131 ayat (2)] terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 PEMOHON 1. 2. 3. 4.

Fahruddin Jaenudin A.M. Sukra bin Jasmita Afrizal Gindow

ACARA Mendengarkan Keterangan DPR, Pihak Terkait, dan Ahli/Saksi Pemohon (IV) Kamis, 24 April 2014, Pukul 14.06 – 15.44 WIB Ruang Sidang Panel Gedung Mahkamah Konstitusi RI, Jl. Medan Merdeka Barat No. 6, Jakarta Pusat SUSUNAN PERSIDANGAN 1) 2) 3) 4) 5) 6) 7) 8) 9)

Hamdan Zoelva Arif Hidayat Aswanto Anwar Usman Muhammad Alim Patrialis Akbar Anwar Usman Wahiduddin Adams Maria Farida Indrati

Achmad Edi Subiyanto

(Ketua) (Anggota) (Anggota) (Anggota) (Anggota) (Anggota) (Anggota) (Anggota) (Anggota) Panitera Pengganti

i

Pihak yang Hadir: A. Kuasa Hukum Pemohon: 1. Taufik Basari 2. Albert Aries 3. Virza Roy Hizal B. Ahli Pemohon: 1. Bungaran Saragih 2. Sumarno 3. Karen Tambayong C. Saksi Pemohon: 1. Rastono bin Tama D. Pemerintah: 1. Boediono 2. Yul Bahar 3. Suharyanto E. Pihak Terkait: 1. 2. 3. 4. 5.

Beny Dikti Sinaga Priyadi Talman Arif Suherman Janses E. Sihaloho Ridwan Darmawan

ii

SIDANG DIBUKA PUKUL 14.06 WIB 1.

KETUA: HAMDAN ZOELVA Sidang Mahkamah Konstitusi dalam Perkara Nomor 20/PUUXII/2014 dibuka dan dinyatakan terbuka untuk umum. KETUK PALU 3X Pemohon, hadir, ya. Pemerintah?

2.

PEMERINTAH: BUDIJONO Hadir, Yang Mulia.

3.

KETUA: HAMDAN ZOELVA Hadir. Dari DPR? Tidak hadir, ya. Baik. Hari ini kita akan melanjutkan sidang untuk mendengarkan keterangan saksi dan ahli dari Pemohon, ya. Saksi dari Pemohon … oh, sebentar, ya enggak apa-apa diambil sumpah dulu, diambil sumpah.

4.

KUASA HUKUM PIHAK TERKAIT: JANSES E. SIHALOHO Mohon izin, Yang Mulia, kami dari Pihak Terkait berdasarkan undangan yang kami terima, Yang Mulia, pada hari ini seyogianya mendengar keterangan Pihak Terkait, Yang Mulia.

5.

KETUA: HAMDAN ZOELVA Ya, ya, akan didengarkan. Saya undang dulu saksi untuk diambil sumpah dulu bersama ahli. Saksi, ya, Rastono bin Tama, ya, agama Islam? Agama Islam, ya.

6.

HAKIM ANGGOTA: ANWAR USMAN Mohon ikuti saya. “Bismillahirrahmaanirrahiim. Demi Allah, saya bersumpah sebagai Saksi akan memberikan keterangan yang sebenarnya, tidak lain dari yang sebenarnya.”

1

7.

SAKSI BERAGAMA ISLAM DISUMPAH: Bismillahirrahmaanirrahiim. Demi Allah, saya bersumpah sebagai Saksi akan memberikan keterangan yang sebenarnya, tidak lain dari yang sebenarnya.

8.

HAKIM ANGGOTA: ANWAR USMAN Terima kasih.

9.

KETUA: HAMDAN ZOELVA Selanjutnya dari Ahli, Profesor Bungaran Saragih, Profesor Sumarno, dan Karen Tambayong. Silakan ke depan. Karen Tambayong … yang agama Kristen, Bu Karen, ya? Pak Bungaran? Kristen. Sini, ya, sebelah sini lagi, agak jalan lagi sedikit, ya. Ya, silakan yang Kristen dulu.

10.

HAKIM ANGGOTA: MARIA FARIDA INDRATI Mohon ikuti saya. “Saya berjanji sebagai Ahli akan memberikan keterangan yang sebenarnya sesuai dengan keahlian saya. Semoga Tuhan menolong saya.”

11.

AHLI BERAGAMA KRISTEN DISUMPAH: Saya berjanji sebagai Ahli akan memberikan keterangan yang sebenarnya sesuai dengan keahlian saya. Semoga Tuhan menolong saya.

12.

HAKIM ANGGOTA: MARIA FARIDA INDRATI Terima kasih.

13.

HAKIM ANGGOTA: ANWAR USMAN Prof. Sumarno, mohon ikuti saya. “Bismillahirrahmaanirrahiim. Demi Allah, saya bersumpah sebagai Ahli akan memberikan keterangan yang sebenarnya sesuai dengan keahlian saya.”

2

14.

AHLI BERAGAMA ISLAM DISUMPAH: Bismillahirrahmaanirrahiim. Demi Allah, saya bersumpah sebagai Ahli akan memberikan keterangan yang sebenarnya sesuai dengan keahlian saya.

15.

HAKIM ANGGOTA: ANWAR USMAN Terima kasih.

16.

KETUA: HAMDAN ZOELVA Silakan kembali ke tempat. Kita mendengarkan dulu keterangan dari Pihak Terkait. Saya persilakan.

17.

KUASA HUKUM PIHAK TERKAIT: BENY DIKTI SINAGA Terima kasih, Yang Mulia Hakim Majelis Mahkamah Konstitusi. Keterangan Pihak Terkait dalam Perkara Nomor 20/PUU-XII/2014 tentang Uji Materiil Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2010 tentang Hortikultura terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Untuk nama-nama Pihak Terkait dianggap dibacakan dan pendahuluan juga dianggap dibacakan. Dalam pokok perkara, memasukkan usaha perbenihan dalam skema Pasal 100 ayat (3) dan Pasal 131 ayat (2) Undang-Undang Hortikultura konstitusional dengan Pasal 27 ayat (2) Undang-Undang Dasar Tahun 1945. Bahwa Para Pemohon pada halaman 19 permohonannya mendalilkan, norma undang-undang mengakibatkan turunnya kualitas buah dan sayuran yang dikonsumsi rakyat Indonesia, serta mengganggu kondisi pasar yang sehat di bidang hortikultura yang berdampak pada kelangsungan pekerjaan dan penghidupan bagi para petani, maka Para Pemohon mengalami kerugian konstitusional. Bahwa Pemohon I, Pemohon II, dan Pemohon III dan para pekerja yang bekerja di perusahaan-perusahaan yang tergabung dalam Pemohon IV akan kehilangan pekerjaan dan penghasilan yang selama ini diperolehnya sebagai penunjang kehidupan yang layak. Kesempatan bagi para petani lainnya untuk mendapatkan hasil produksi yang optimal karena ketiadaan benih yang unggul, turunnya hasil produksi akibat ketiadaan bibit unggul lokal, ketiadaan kesempatan untuk meningkatkan kemampuan dalam hal mengolah benih menjadi produk hortikultura yang unggul, tingginya harga benih karena harus impor, serta terganggunya perekonomian nasional tentunya akan mengganggu juga penghasilan dan jaminan kelangsungan kehidupan yang layak bagi para petani, yakni Pemohon I, Pemohon II, dan Pemohon III.

3

Bahwa pembatasan modal asing di sektor hortikultura sebesar 30% akan melindungi dan memenuhi penghidupan dan kehidupan petani, dan pekerja industri perbenihan nasional. Bahwa secara temurun petani telah melakukan pemuliaan tanaman semenjak adanya pertanian. Ketergantungan petani terhadap benih perusahaan justru diciptakan oleh kebijakan negara melalui revolusi hijau, pemberlakuan Undang-Undang Sistem Budidaya Tanaman, serta adanya liberalisasi pertanian dan pangan. Bawah … bahwa hal tersebut di atas mengakibatkan terjadinya monopoli oleh segelintir perusahaan benih transnasional di bidang benih, yaitu antara lain East West Seed, Monsanto, Cargill, Syngenta, DuPont, Bayer, dan lain-lain. Bahwa pasar global perdaganan benih di tahun 2009 diperkirakan bernilai US$27 triliun. Sepuluh perusahaan benih teratas menguasai 73% pasar global. Persentase ini meningkat dari 67% di tahun 2007. Tiga perusahaan benih terbesar, yaitu Monsanto, DuPont, dan Syngenta menguasai 53% pasar benih di dunia. Bahkan Monsanto perusahaan benih terbesar di dunia menguasai lebih dari seperempat pasar benih komersial, yaitu 27%. Benih-benih yang dijual perusahaan-perusahaan tersebut juga dilindungi oleh hak kekayaan intelektual, baik oleh paten atau juga perlindungan varietas tanaman. Bahwa di masa lalu, benih berada di tangan para petani. Saat ini perusahaan-perusahaan benih multinasional telah menggunakan hukum hak kekayaan internasional … intelektual, seperti paten dan perlindungan varietas tanaman untuk memperdagangkan, mengendalikan peredaran, dan menguasai benih. Ini merupakan strategi untuk memaksimalkan profit sekaligus menguasai benih dari tangan petani dengan mengeliminasi hak-hak tani. Bahwa sebelumnya upaya para petani dalam pemuliaan benih untuk memenuhi kebutuhan benih pertanian keluarga skacu … skala kecil, terhalangi oleh praktik diskriminasi dan kriminal … kriminalisasi yang dilakukan negara berdasarkan Undang-Undang Sistem Budidaya Tanaman. Bahwa Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 99/PUU-X/2012 atas Uji Materiil Undang-Undang Sistem Budidaya Tanaman telah memberikan kesempatan kepada para petani untuk menciptakan dan mengedarkan benih (suara tidak terdengar jelas) bagi pertanian keluarga skala kecil. Bahwa adanya anggaran APBN yang mencapai lebih dari Rp1 triliun per tahun untuk perbenihan nasional lebih banyak dialokasikan untuk membeli benih kepada perusahaan transnasional, tidak dialokasikan untuk pemberdayaan perbenihan nasional berbasis usaha kerak … kerakyatan. APBN terkait anggaran perbenihan sebaiknya dialokasikan untuk mendukung para petani pemuliaan tanaman dan pembangunan lumbung benih nasional.

4

Bahwa di setiap daerah, bahkan pada setiap rumah tangga petani, para petani mempunyai kemampuan untuk memuliakan benih sesuai dengan kebutuhan daerahnya masing-masing. Sehingga apabila perusahaan asing di bidang perbenihan hengkang dari Indonesia, dipastikan Indonesia tidak akan kekurangan benih. Bahwa apabila perusahaan transnasional atau penanaman modal asing di bidang perbenihan hengkang, tidak akan berdampak serius terhadap keseter … ketersediaan benih di kalangan petani karena: 1. Indonesia mempunyai keanekaragaman hayati yang luar biasa banyaknya dan bisa dikembangkan menjadi benih. 2. Petani terbiasa tukar-menukar benih. 3. Petani memiliki kemampuan untuk mengembangkan benih sendiri. Bahwa kebijakan impor hortikultura selama ini juga bersumber dari kebijakan pemerintah, bukan akibat dari ketidakmampuan petani dalam memproduksi benih dan menghasilkan produk hortikultura berkualitas. Bahwa sudah saatnya negara memberikan dukungan kepada para petani pemuliaan tanaman dan membatasi perusahaan transnasional di bidang benih. Bahwa tidak benar selama perusahaan transnasional telah melakukan transfer teknologi di bidang perbenihan. Justru yang ada adalah sebaliknya, yaitu mereka mengambil plasma nutfah dan benih, serta pemuliaan tanaman dari petani untuk dikembangkan sendiri oleh perusahaan dan didaftarkan sebagai varietas baru milik mereka. Bahkan pembangunan benih dan usaha perbenihan yang dilakukan oleh perusahaan dalam praktik lapangannya, sesungguhnya dikerjakan oleh petani. Jadi, perusahaan perbenihan lebih banyak menjalankan kegiatan pengemasan dan pemasaran produk perbenihan, serta memengaruhi kebijakan perbenihan nasional. Bahwa impor produk hortikultura juga pernah menimbulkan insiden politik di Indonesia. Contohnya pada tahun 2011 telah mengakibatkan demonstrasi petani kentang dan menyebabkan terjadinya pergantian Menteri Perdagangan. Bahwa industri nasional di bidang benih juga tidak akan mati karena ditinggal hengkang investasi asing selama mereka mau berkerja sama dengan para petani pemulia tanaman. Bahwa berdasarkan uraian di atas, tidak terbukti dan tidak beralasan Pasal 100 ayat (3) dan Pasal 131 ayat (2) undang-undang a quo inkonstitusional, justru akan melindungi dan lebih meningkatkan peran serta petani dan pelaku usaha pangan nasional dalam mewujudkan kedaulatan pangan. Kemudian memasukkan usaha perbenihan dalam skema Pasal 100 ayat (3) dan Pasal 131 ayat (2) Undang-Undang Hortikultura konstitusional dengan Pasal 28D ayat (1) Undang-Undang Dasar Tahun 1945. 5

Bahwa dominasi dan monopoli perusahaan transnasional dalam perbenihan telah mengakibatkan ketiadaan kedaulatan nasional atas perbenihan. Oleh karenanya negara perlu melakukan pengaturan untuk membatasi penanaman modal asing dalam bidang perbenihan untuk melindungi para petani dan merupakan mayoritas rakyat Indonesia. Bahwa pengaturan pembatasan penanaman modal asing di ... hortikultura maksimal 30% merupakan upaya untuk melindungi kepentingan petani hortikultura dan pelaku usaha perbenihan nasional. Bahwa pembatasan tersebut tidak berlaku mendadak, tetapi diberi kesempatan selama 4 tahun sejak Undang-Undang a quo diundangkan. Hal ini dilakukan dalam rangka memberikan jaminan kepastian hukum bagi pelaku penanaman modal asing di bidang perbenihan beserta mitranya. Bahwa pembatasan terhadap penanaman modal asing dan perlindungan terhadap petani adalah upaya mewujudkan keadilan dalam pemanfaatan kekayaan alam. Bahwa Pasal 131 ayat (2) Undang-Undang a quo merupakan ketentuan peralihan dalam Undang-Undang a quo yang bertujuan menjadi pandungan tentang masa transisi peraturan permodalan asing dalam hortikultura termasuk di dalam perbenihan. Dengan memberikan jangka waktu 4 tahun masa transisi sejak Undang-Undang a quo diundangkan. Bahwa berdasarkan Pasal 131 ayat (2) Undang-Undang a quo telah sesuai dengan ketentuan pembentukan peraturan sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan, Lampiran 2 UndangUndang Nomor 12 Tahun 2011 angka 127. Bahwa berdasarkan asas kedaulatan, Undang-Undang a quo harus meletakkan kepentingan Bangsa dan Negara Republik Indonesia dalam pelaksanaan dan penerapan Undang-Undang a quo, sehingga penanaman modal asing memang harus dibatasi dalam rangka menjamin kepentingan bangsa dan negara dalam penguasaan usaha perbenihan. Bahwa berdasarkan asas kemandirian, Undang-Undang a quo harus mengutamakan penggunaan dan pemanfaatan produk dan jasa hortikultura dalam negeri, sehingga pembatasan permodalan telah sesuai dengan asas kemandirian ini. Bahwa berdasarkan asas keberlanjutan, penyelenggaraan hortikultura harus dilaksanakan secara konsisten dan berkesinambungan dengan cara-cara pemanfaatan sumber daya yang menjamin peningkatan kesejahteraan masyarakat untuk masa kini dan masa depan, sehingga telah sesuai pembatasan permodalan asing dalam bidang hortikultura. Bahwa berdasarkan asas kearifan lokal, dengan adanya pembatasan modal asing telah sesuai karena melihat adanya pertimbangan terhadap karakteristik sosial, ekonomi, dan budaya, serta 6

nilai-nilai luhur yang berlaku dalam tata kehidupan masyarakat setempat yang telah melakukan usaha perbenihan semenjak adanya pertanian. Bahwa dalam salah satu pertimbangan Mahkamah Konstitusi dalam Putusan Nomor 002/PUU-I/2003 tentang Pengujian UndangUndang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menyatakan bahwa dengan memandang .. maaf saya ulangi. Bahwa dengan memandang Undang-Undang Dasar 1945 sebagai sebuah sistem sebagaimana dimaksud, maka penguasaan oleh negara dalam Pasal 33 Undang-Undang Dasar 1945 memiliki pengertian yang lebih tinggi atau lebih luas daripada kepemilikan dalam konsepsi hukum perdata. Konsepsi penguasaan oleh negara merupakan konsepsi hukum publik yang berkaitan dengan prinsip kedaulatan rakyat yang dianut dalam Undang-Undang Dasar 1945, baik di bidang politik maupun ekonomi. Dalam paham kedaulatan rakyat itu, rakyatlah yang diakui sebagai sumber, pemilik, dan sekaligus pemegang kekuasaan tertinggi dalam kehidupan bernegara sesuai dengan doktrin dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat. Bahwa berdasarkan Putusan Mahkamah Konstitusi di atas, jelas bahwa kepentingan rakyat Indonesia harus diutamakan daripada kedudukan-kedudukan perusahaan transnasional atau pun penanaman modal asing. Bahwa berdasarkan semua uraian di atas, terbukti alasan Para Pemohon dalam permohonannya tidak beralasan secara hukum, justru terbukti Undang-Undang a quo telah menjamin kepastian hukum masyarakat Indonesia. Memasukkan usaha perbenihan dalam skema Pasal 100 ayat (3) dan Pasal 131 ayat (2) Undang-Undang Hortikultura tidak berpotensi melanggar hak konstitusional yang dilindungi dalam Pasal 28C UndangUndang Dasar 1945. Bahwa Para Pemohon dalam permohonannya mendalilkan sebagai berikut. Bahwa Para Pemohon khususnya Pemohon I, Pemohon II, dan Pemohon III akan berpotensi kehilangan jaminan dan kesempatan untuk mengembangkan dirinya guna memenuhi kebutuhan dasarnya, serta untuk memperoleh manfaat dari ilmu pengetahuan dan teknologi dari perusahaan-perusahaan benih sebagaimana yang diperoleh saat ini. Penerapan Pasal 100 ayat (3) Pasal 131 ayat (2) Undang-Undang Hortikultura yang dapat menyebabkan investor asing di bidang perbenihan akan memindahkan investasinya ke negara lain, dan berdampak pada hilangnya benih unggul yang selama ini di kelola. Tentunya jelas-jelas merugikan para petani dan pekerja sektor ini. Terlebih lagi karena pengembangan benih memiliki hak kekayaan intelektual maka untuk benih-benih yang sebenarnya sumber gennya tidak ada di Indonesia dan merupakan hasil pengembangan, maka 7

benih-benih tersebut harus diimpor. Para petani yang tadinya pengelola benih unggulnya yang diproduksi di negeri sendiri meskipun oleh Perusahaan PMA, terpaksa harus mengelola benih impor. Segala ilmu pengetahuan dan kemampuan mengenali karakteristik tanaman yang dimiliki petani menjadi tidak berguna. Dengan hilangnya kesempatan para petani untuk mengembangkan diri dan memperoleh manfaat dari ilmu pengetahuan dan teknologi demi meningkatkan kualitas hidupnya, akibat hilangnya investasi dan hilangnya benih unggul yang selama ini diolah dan dikelola para petani dapat menimbulkan kerugian konstitusional bagi Para Pemohon, khususnya Pemohon I, Pemohon II, dan Pemohon III. Kerugian ini semakin membesar dengan adanya dampak tambahan yang ditimbulkan, ya, ini kemunduran langkah-langkah riset pembenihan yang selama ini dijalankan. Riset perbenihan untuk pemuliaan benih di Indonesia akan terhenti dan tidak berlanjut karena perusahaan-perusahaan di sektor perbenihan memindahkan investasinya ke negara lain. Bahwa alasan dari Para Pemohon tersebut tidak beralasan sebagaimana telah kami sebutkan sebelumnya. Bahwa Mahkamah Konstitusi dalam Putusan Nomor 99/PUU-X/2012 halaman 125 menyatakan, ”Lebih dari itu, sebagai petani kecil warga negara Indonesia, pemerintah yang berkewajiban antara lain untuk memajukan kesejahteraan umum harus membimbing dengan melakukan pendampingan kepada mereka, bukan malahan mempersulit mereka dengan keharusan mendapatkan izin. Selain itu petani kecil sebetulnya telah melaksanakan pencarian dan pengumpulan plasma nutfah dalam kegiatan pertanian semenjak lama. Bahkan dalam ... dapat dikatakan juga menjadi pelestari karena dengan pola pemuliaan tanaman sebetulnya petani telah memilih varietas tertentu yang dianggap menguntungkan.” Bahwa dalam putusannya, Mahkamah Konstitusi mengakui petani telah melakukan pencarian dan pengumpulan plasma nutfah sejak dahulu dan bahkan melestarikannya. Plasma nutfah ini dikembangkan menjadi berbagai jenis bibit-bibit berkualitas sesuai dengan keinginan para petani. Bahwa jelas petani juga mempunyai teknologi yang terintegrasi ke dalam budi dan budi dayanya yang mana telah ikut menjaga dan melestarikan lingkungan hidup. Kemudian memasukkan usaha perbenihan dalam skema Pasal 100 ayat (3) dan Pasal 131 ayat (2) Undang-Undang Hortikultura, tidak berpotensi melanggar hak konstitusional yang dilindungi dalam Pasal 33 ayat (4) Undang-Undang Dasar Tahun 1945. Bahwa pertanian berkelanjutan ialah suatu cara bertani yang mengintegrasikan secara komprehensif aspek lingkungan hingga sosial ekonomi masyarakat pertanian. Suatu mekanisme bertani yang dapat memenuhi kriteria, pertama, keuntungan ekonomi. Kedua, keuntungan 8

sosial bagi keluarga petani dan masyarakat. Dan ketiga, konserfasi lingkungan secara berkelanjutan. Bahwa pertanian berkelanjutan bertujuan untuk memutus ketergantungan petani terhadap input eksternal dan penguasa pasar yang mendominasi sumber daya agraria. Pertanian berkelanjutan merupakan tahapan penting dalam menata ulang struktur agraria dan membangun sistem ekonomi pertanian yang sinergis antara produksi dan distribusi dalam kerangka pembaruan agraria. Bahwa pelaksanaan pertanian berkelanjutan bersumber dari tradisi pertanian, keluarga yang menghargai, menjamin, dan melindungi keberlanjutan alam untuk mewujudkan kembali budaya pertanian sebagai kehidupan. Bahwa Van Der Heig memberikan kriteria berkelanjutan dari suatu perkembangan pola tanam dengan menitikberatkan pada usaha pengendalian masalah lingkungan pada tingkat lokal, regional, dan nasional. Yang menyatakan, tingkat lokal: a. Dapat mempertahankan sumber alam sebagai penunjang produksi tanaman untuk jangka panjang dengan cara. Pertama, mengontrol erosi dan memperbaiki struktur tanah. Kedua, mempertahankan kesuburan tanah dengan cara menjaga keseimbangan hara. Ketiga, mengusahakan diversifasi tanaman di lahannya. b. Dapat mempertahankan produktifitas lahan dengan tenaga kerja yang cukup. Pertama, swasembada penyediaan pangan, kayu bakar, dan hasil sampingan lainnya. c. Mengatasi risiko gagal panen akibat musim yang kurang cocok, hama, penyakit gulma, dan turunan harga pasar melalui, pertama, mempertahankan diversifikasi. Dua, mampu bertahan bila mengalami kegagalan dalam produksi. d. Dapat menyediakan dan memberikan peluang untuk perbaikan dan pengembangan. Penelitian pada tingkat petani untuk mendapatkan teknologi yang dibutuhkan. Yang kedua, pakai teknologi yang cocok untuk berbagai kondisi. e. Di tingkat regional, tidak ada efek negatif terhadap lingkungan. Misalnya, tidak ada erosi atau pengendapan dan pendangkalan pada sungai dan danau. Yang kedua, tidak ada pencemaran air tanah maupun air permukaan. Yang ketiga, tidak terjadi pencemaran dan berkaitan dengan agro industri. f. Tidak terdapat kelaparan tanah. Tidak ada perambahan terhadap sumber daya hutan dan suaka alam. g. Di tingkat nasional atau global. Tidak ada ketergantungan terhadap sarana produksi yang berasal dari industri maupun bahan impor. h. Tidak menimbulkan masalah emisi gas yang dapat berubah komponen iklim. Bahwa keberlanjutan dari perbenihan nasional dan pertanian hortikultura hanya bisa bertumpu pada pertanian keluarga skala kecil

9

yang tidak tergantung dari benih dan pupuk yang dihasilkan industri atau perusahaan pertanian dan pangan. Bahwa prinsip dari demokrasi ekonomi di Indonesia bersumber dari hak menguasai negara atas kekayaan alam untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat. Yang artinya, negara harus merumuskan kebijakan, melakukan pengaturan, melakukan pengurusan, melakukan pengelolaan, dan melakukan pengawasan atas perbenihan untuk melindungi tujuan sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Bahwa selanjutnya Mahkamah Konstitusi dalam Putusan Nomor 99/PUU-X/2012 berpendapat, ”Potensi petani kecil tersebut sangatlah besar sehingga pemerintah wajib melindungi. Apabila ada usaha-usaha petani yang tujuannya untuk mendapatkan varietes atau benih yang baik. Pemerintah wajib untuk memberikan bimbingan sejak dini. Supaya upaya tersebut dapat berhasil dengan baik dan tidak hanya terlibat dalam proses akhir, yaitu pemberian sertifikasi saja. Petani menanggung sepenuhnya atas usaha-usaha yang dilakukan dan risiko atas gagalnya usaha tersebut. Dengan demikian, pemerintah harus aktif untuk membantu petani yang berusaha untuk menemukan varietas yang baik, tidak terbatas pada perencanaan yang dilepas saja. Bahwa berdasarkan kutipan putusan Mahkamah Konstitusi tersebut, terlihat pembatasan investasi asing di bidang perbenihan sangat diperlukan untuk menghindari monopoli, dan dominasi perusahaan internasional atas perbenihan nasional, serta justru akan melindungi kesejahteraan para petani. Bahwa pembatasan penanaman modal asing di bidang hortikultura adalah bentuk dari pengaturan negara untuk melindungi pertanian berkelanjutan sebagai soko guru perekonomian nasional Indonesia, yang merupakan negara agraris, keberlanjutan dan keberhasilan pertanian akan mampu memenuhi tujuan besar kemakmuran rakyat. Kesimpulan. Berdasarkan uraian di atas dan daftar bukti yang diserahkan kepada Yang Mulia Ketua Majelis Hakim Mahkamah Konstitusi, dapat disimpulkan bahwa: 1. Para Pihak Terkait mempunyai kedudukan hukum dan legal standing terhadap Perkara Nomor 20/PUU-XII/2014. 2. Pasal 100 ayat (3) dan Pasal 131 ayat (2) Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2010 tentang Hortikultura konstitusional terhadap UndangUndang Dasar Tahun 1945 karena tidak berpotensi merugikan penghidupan dan kehidupan petani, tidak melanggar prinsip hak menguasai negara untuk melindungi tujuan sebesar-besar kemakmuran rakyat, dan demokrasi ekonomi, dan telah memenuhi jaminan, kepastian hukum bagi seluruh rakyat Indonesia. Permohonan: 1. Menolak permohonan Para Pemohon Pengujian Pasal 100 ayat (3) dan Pasal 131 ayat (2) Undang-Undang Hortikultura (Lembaran 10

Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 132) terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. 2. Menyatakan Pasal 100 ayat (3) dan Pasal 131 ayat (2) UndangUndang Hortikultura (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 132) tidak bertentangan dengan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan karenanya mengikat secara hukum atau apabila Majelis Hakim Konstitusi berpendapat lain, mohon putusan yang seadil-adilnya. Terima kasih, Yang Mulia. 18.

KETUA: HAMDAN ZOELVA Saudara Pihak Terkait mengajukan PT-1 sampai dengan bukti PT11, benar ya? Benar? Ya, sudah diverifikasi dan saya sahkan. KETUK PALU 1X Selanjutnya saksi Pemohon, saksi dulu kita mau dengarkan.

19.

KUASA HUKUM PEMOHON: TAUFIK BASARI Ya, Yang Mulia. Mohon izin apabila diperkenankan dapat diberikan kesempatan untuk ahli dulu agar alurnya umum-umum, dan kemudian lebih khusus.

20.

KETUA: HAMDAN ZOELVA Ya.

21.

KUASA HUKUM PEMOHON: TAUFIK BASARI Terima kasih, Yang Mulia.

22.

KETUA: HAMDAN ZOELVA Silakan siapa yang lebih dulu? Prof. Bungaran?

23.

KUASA HUKUM PEMOHON: TAUFIK BASARI Benar, Yang Mulia.

24.

KETUA: HAMDAN ZOELVA Ya, silakan ambil tempat di mimbar.

11

25.

AHLI DARI PEMOHON: BUNGARAN SARAGIH Pertama-tama saya merasa terhormat di sidang yang mulia ini diundang oleh Advokat Pemohon untuk menyampaikan pendapat secara ahli. Saya sudah baca naskah yang sudah dipersiapkan oleh Pemohon dan barusan saya dengarkan penjelasan atau pun saya tidak mengerti apa istilah hukumnya pikiran dari Pihak Terkait. Yang Mulia Ketua Mahkamah Konstitusi, walaupun saya ahli, tapi saya hanya ahli di bidang saya. Mengenai soal-soal hukum yang tadi, saya mengerti dan memang saya bisa kaitkan dengan kehadiran saya. Oleh karena itu, izinkanlah saya untuk menyampaikan pikiran-pikiran saya sebagai ahli agribisnis hortikultura yang bukan ahli hukum, tapi mengerti hukum. Yang Mulia Ketua Mahkamah Konstitusi, hortikultura adalah salah satu pangan penting. Pangan ini menjadi persoalan yang sangat rumit selalu, tidak hanya pada level nasional tapi juga pada level global. Tambahan penduduk, penambahan income membuat permintaan terhadap pangan meningkat sepanjang masa dan kalau kita lihat sejarah, banyak terjadi kelaparan di mana-mana pada waktu-waktu yang lalu karena kegagalan pertanian. Tadi saya dengarkan kritik terhadap revolusi hijau, kritik terhadap modernisasi pertanian dari Pihak Terkait ada benarnya, tapi tidak benar semua. Tanpa revolusi hijau, tanpa modernisasi pertanian, sebagian besar penduduk di Afrika dan di Asia barangkali sudah tidak ada lagi. Kalau kita mau pertahankan cara bertani yang diwariskan oleh nenek moyang kita, tidak akan mampu menjawab tantangan peningkatan kebutuhan pangan karena peningkatan penduduk dan juga peningkatan pendapatan. Dengan segala hormat, belajar dari sejarah dan pengalaman pribadi juga, kita menghormati yang lalu tapi tidak bisa kita pakai cara yang lalu untuk menyelesaikan masa sekarang dan masa yang akan datang. Kelaparan bisa kita cegah adalah karena benih, benih yang unggul, benih yang modern, benih yang dihasilkan dengan teknik-teknik yang menggunakan ilmu dan teknologi yang terus berkembang yang lebih baik, yang lebih baik, yang lebih baik. Dan kalau kita gunakan dengan cara yang lama, kita ideolisasi … idealisasi masa lalu, nampaknya heroik, tapi dalam realita hidup banyak orang yang akan mati kelaparan. Jadi benih itu sangat penting sekali dalam pengembangan pangan dan termasuk apalagi untuk itu. Sesudah kemerdekaan, bangsa kita berusaha untuk menyiapkan biji-bijian, sereal, padi, jagung, dan lain-lain. Itu sudah hampir bisa kita kuasai dengan baik. Kemudian kita meningkat kepada peternakan dan perikanan. Kalau sereal untuk kalori, peternakan dan perikanan untuk protein dan lemak. Sekarang kita karena sudah meningkat, maka kebutuhan kita tidak cukup hanya untuk kalori, protein dan lemak, kita 12

membutuhkan lebih banyak lagi vitamin dan mineral. Dan vitamin dan mineral ini kita peroleh lebih banyak dari hortikultura, dari sayuran, buah-buahan, dari herbal, dan lain-lain. Oleh karena itu, saya melihat bahwa pada masa-masa yang akan datang akan ada permintaan yang luar biasa besarnya terhadap produkproduk hortikultura di dalamnya ini. Karena penduduk kita masih tambah, kemudian pendapatan kita makin tambah, dan elastisiti pendapatan terhadap hortikultura jauh lebih tinggi daripada untuk tanaman pangan dan peternakan. Oleh karena itu, pertumbuhan terhadap permintaan hortikultura akan luar biasa besarnya pada masa-masa yang tidak terlalu dekat. Dan sekarang sudah kelihatan impor yang berjubel untuk negeri kita karena permintaan yang luar biasa besarnya dalam negeri. Sama dengan tanaman pangan, kalau kita mau (suara tidak terdengar jelas), benih juga menjadi sangat penting sekali. Yang Mulia Ketua, saya sudah baca Undang-Undang Hortikultura, excellent. Saya kagum terhadap orang-orang yang mempersiapkan itu, cuma ada yang kurang. Dalam penjelasan sudah detail, tetapi sewaktu dalam pasal-pasal ada hal-hal yang kurang pas seolah-olah hortikultura itu salah saja semuanya, padahal hortikultura ini terdiri dari suatu sistem yang terdiri dengan subsistem-subsistemnya. Ada subsistem hulu, on farm, hilir dan jasa penunjangnya. Kalau on farm itulah yang pertanian, kalau hilir itu pabrik/processing, kalau hulunya itu ada macam-macam juga, pupuk, obat-obatan, alat-alat dan yang paling penting itu adalah perbenihannya. Karakter dari setiap subsistem ini berbeda, kalau kita buat undang-undangnya sama untuk semua subsistem itu, kita akan mengalami kesulitan, kita akan mengalami kesulitan. Saya pikir memang kita harus buat peraturan untuk on farmer agribisnis tidak perlu lagi perusahaan asing, tidak perlu, kita mampu dan kita bisa buat itu, untuk servis bisa juga. Tapi, Yang Mulia, saya ingatkan berdasarkan pengalaman saya yang ini sudah sebenarnya saya tidak mau lagi ikut di publik seperti ini, tapi saya diundang lagi dan saya merasa terpanggil untuk menyampaikan pikiran saya, untuk benih tidak bisa atau tidak bijaksana pada saat sekarang ini, enggak tahu 25 tahun yang akan datang, tapi pada saat sekarang ini kalau kita terapkan ini, ini akan merugikan kita sendiri. Yang kita tolong itu bukan hanya petani, yang kita tolong bukan hanya para pengusaha, yang kita tolong adalah konsumen Indonesia yang jumlahnya 240 juta itu. Mereka butuh produk-produk hortikultura yang bermacam-macam yang jumlahnya terus meningkat. Kalau itu kita lakukan dengan cara yang tradisional, maaf saja, dengan cara yang modern, dengan cara yang pakai teknologi yang mutakhir saja, kita selalu kedodoran apalagi kalau kita paksakan. Saya dengarkan dari Pihak Terkait itu barangkali dalam masa yang akan datang itu sudah benar, 13

tapi dalam jangka masa sekarang ini, kalau kita salah membuat kebijakan dalam perbenihan ini maka kita akan kesulitan, kita akan menjadi pasar yang luar biasa dari negara lain dan kita menjadi tidak mandiri nampaknya. Tadi dikatakan soal kemandirian, soal kedaulatan. Ya, kita semua untuk mandiri, kita semua untuk kedaulatan, tapi kita tidak mau kemandirian dan kedaulatan yang membuat kita tetap miskin, sengsara, dan terbelakang. Kita mau kemandirian dan kedaulatan yang membawa kita kepada kemajuan, kesejahteraan, dan keadilan. Rupanya kita hanya terlalu menekankan kepada kemandirian dan kedaulatan, tapi terlalu mengabaikan soal-soal tadi kemajuan itu. Memang kita harus kerja keras. Tadi Pihak Terkait sudah mengatakan bagaimana peranan pemerintah, itu sudah benar, saya setuju itu, tetapi kalau untuk perbenihan, ini saya melihat untuk jangka menengah kalau salah policy kita dengan melarang penanaman modal asing atau pun itu sudah melarang itu kalau kita katakan hanya 30% sama dengan melarang itu sebenarnya itu untuk benih ya … untuk benih. Mereka hengkang, mereka pergi Vietnam ke Kamboja, kita nanti pengimport benih, kalau pengimport benih masih mending, kalau kita menjadi pengimport produk akhir itu yang luar biasa buruknya. Oleh karena itu, menurut saya usulan Pemohon itu masuk akal menurut saya. Paling sedikit katakanlah 25 tahun yang akan datang. Saya masuk akal juga dengan Pihak Terkait, tapi bukan sekarang … bukan sekarang. Kalau sekarang itu bunuh diri. Kita mau kemandirian dan kedaulatan yang maju, yang progresif. Oleh karena itu, kita tidak perlu melarang-larang. Kita justru harus bisa bekerja sama dengan siapa pun untuk memecahkan masalah kita jangka pendek ini dan kita harus yakin sebagai orang yang mandiri dan yang berdaulat bahwa kita bisa kerja sama dan belajar dari orang lain. Saya ingat ajarannya almarhum Jenderal Simatupang. Kita mengalahkan Belanda bukan dengan cara yang tradisional. Sisingamaraja cara tradisional, Diponegoro cara tradisional, kita kalah katanya. Kita Mengalahkan Belanda dengan cara yang modern, dengan cara yang maju. Begitu juga dalam soal teknologi pertanian, begitu juga dengan perbenihan ini. Kita mau menang dalam perbenihan bukan dengan cara yang lama, tapi cara baru yang sama sekali dan yang lebih penting lagi dikatakan itu kalau kita mau mengalahkan Belanda, kita harus tahu cara Belanda. Kalau kita mau mengalahkan negara lain, kita harus tahu cara itu. Tidak hanya tahu bikin cara yang lebih baik. Yang Mulia, perbenihan ini pemuliaan alat bidang yang sangat rendah. Saya dari universitas. Pemuliaan bukanlah bidang studi yang disukai waktu generasi saya, enggak ada orang yang mau belajar pemuliaan. Makanya perbenihan kita seperti ini terus. Sekarang sudah mulai baik, tapi kita harus menunggu beberapa tahun lagi supaya anakanak muda ini benar-benar bisa tidak hanya menguasai teknologi itu … 14

pengetahuan itu, tapi juga bisa menggunakan itu di dalam bisnis. Ini masih jangka menengah. Jangka pendek, itu belum bisa kita harapkan. Oleh karena itu, jangan kita tidak izinkan itu. Mari kita kerja sama, mari kita belajar bersama-sama. Nanti kalau yang muda-muda ini sudah ikut di dalam proses itu, akan bersama-sama dengan perusahaan asing. Perusahaan asing itu perlu persaingan itu juga terbuka. Kalau dia tidak terbuka juga, kalau anak-anak kita sudah pintar, dia lihat saja, dia sudah tahu tanpa diajari. Tapi kalau tidak ada di sini, ya tidak bisa dia belajar. Oleh karena itu, menurut pendapat saya, apa yang diminta oleh Pemohon itu sudah benar dari kacamata orang yang bertanggung jawab bagaimana menyediakan pangan yang lebih baik dan lebih cukup buat bangsa dan negara. Ada ketakutan terhadap penanaman modal asing di bidang benih. Saya pikir, tidak benar. Dikatakan tadi monopoli. Enggak mungkin monopoli itu. Dia memang monopoli untuk produk yang dihasilkan, tapi benih itu bukan hanya produk yang dihasilkan. Di antara pengusaha juga banyak yang menghasilkan benih, mereka ada bersaing. Contohnya jagung. Ini perusahaan jagung ini dari multinasional juga. Mereka bersaing satu sama lain, terpaksa menghasilkan jagung yang bermutu tinggi dengan harga yang kompetitif. Begitu juga untuk hortikultura, tidak usah kita takutkan. Dan mengenai pemulia petani, dan mengenai perusahaan nasional, dalam pemilihan, ini mari kita bantu sebagai bangsa dan negara. Tadi sudah jelas, sudah bagus disampaikan oleh Pihak Terkait bagaimana pemerintah bertanggung jawab dan memang benar … memang benar itu tanggung jawab pemerintah untuk membantu para pemulia, petani pemulia dan juga pengusaha multinasional karena itu adalah bidang yang sangat strategis sekali, bidang yang sangat strategis sekali, daripada beli bibit seperti dikatakan tadi, lebih baik dibantu saja pemulia dan pengusaha-pengusaha ini. Saya setuju 100% sebagai seorang ahli mengenai bagaimana mengembangkan industri (suara tidak terdengar jelas). Kita bantu petani pemulia … maksud saya, pemerintah bantu. Pengusaha nasional dibantu, tapi enggak usah diganggu-ganggu dulu (suara tidak terdengar jelas). Terima kasih, Yang Mulia. 26.

KETUA: HAMDAN ZOELVA Terima kasih, Pak Bungaran. Selanjutnya, saya persilakan Prof. Sumarno.

27.

AHLI DARI PEMOHON: SUMARNO Yang Mulia Majelis Hakim, assalamualaikum wr. wb. Perkenankanlah saya sebagai Ahli pemulia tanaman dan perbenihan menyampaikan pendapat mengenai perusahaan benih hortikultura, 15

penanaman modal asing yang ada di Indonesia sebanyak 12 butir sebagai berikut. 1. Bahwa petani hortikultura Indonesia dalam usaha memproduksi sayuran yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan pasar dan konsumen yang memerlukan persyaratan kualitas prima, hanya dapat dipenuhi dengan penanaman varietas unggul atau hibrida, hasil dari pemuliaan tanaman pada perusahaan benih atau balai penelitian. 2. Bahwa oleh tersedianya benih varietas unggul hortikultura sayuran yang bermutu internasional telah mendorong tumbuhnya agribisnis hortikultura sayuran nasional, sejajar dengan produksi sayuran di negara-negara lainnya dan bahkan Indonesia telah mampu mengekspor produksi sayuran ke pasar internasional. Hal yang demikian tidak dimungkinkan apabila petani hanya menanam benih dari hasil ladangnya sendiri. 3. Bahwa oleh tersedianya benih hortikultura yang bermutu tinggi dan menguntungkan petani, maka agribisnis hortikultura, sayuran khususnya di dalam negeri telah berkembang dengan pesat, sehingga mampu menyediakan sayuran bagi 240.000 penduduk Indonesia. Kemajuan ini telah didorong oleh adanya penyediaan benih oleh perusahaan benih hortikultura, PMA. Dengan konsumsi rata-rata 30 kg sayuran per kapita per tahun, Indonesia memerlukan sekitar 7.200.000 ton sayuran setahun yang bernilai Rp22 triliun. Perusahaan benih hortikultura PMA diperkirakan menyediakan sekitar 50% dari benih sayuran yang ditanam petani, yang berarti ikut menggerakkan ekonomi produktif pedesaan yang bernilai sekitar Rp11 triliun per tahun. 4. Bahwa kemajuan agrobisnis hortikultura, 75%-nya ditentukan oleh mutu benih dan varietas yang digunakan. Untuk menghadapi persaingan pasar bebas internasional, petani hortikultura sayuran harus menanam benih varietas yang bermutu internasional yang pada waktu kini disediakan oleh perusahaan benih hortikultura PMA. Dengan demikian, perusahaan benih hortikultura PMA telah berperan nyata dalam membantu petani sayuran dalam bersaing dalam pasar internasional. 5. Bahwa perusahaan benih hortikultura PMA telah merintis tumbuhnya industri perbenihan modern hortikultura di Indonesia sehingga petani berkesempatan untuk menggunakan benih unggul sejajar dengan petani hortikultura di negara-negara lain. Hal tersebut telah berkonstribusi nyata dalam memajukan agribisnis hortikultura di Indonesia khususnya pada komoditas sayuran. 6. Bahwa perusahaan benih hortikultura PMA telah memberikan inspirasi untuk tumbuhnya industri perbenihan hortikultura nasional oleh PMDN yang mengakibatkan pelayanan benih terhadap petani menjadi semakin baik atas dasar kompetisi mutu dan pelayanan. 16

7.

8.

9.

10.

Penggunaan benih oleh petani semata-mata atas dasar keuntungan yang mereka peroleh dan kepercayaan atas kualitas benih dan bukan atas dasar monopoli. Bahwa Indonesia tidak kaya plasma nutfah untuk semua jenis tanaman, termasuk tanaman hortikultura sayuran yang banyak dikonsumsi masyarakat karena tanaman sayuran tersebut memang bukan tanaman asli Indonesia. Keberadaan perusahaan benih hortikultura PMA telah banyak memasukkan plasma nutfah sayuran dari luar negeri, untuk dirakit menjadi varietas-varietas modern yang dapat ditanam petani, termasuk varietas hibrida, varietas unggul tahan penyakit virus, seperti pada tomat, kacang panjang, melon, dan lain-lain. Plasma nutfah baru tersebut selain menghasilkan varietas unggul yang sesuai untuk kondisi Indonesia, juga menambahkan kekayaan sumber daya genetik atau plasma nutfah nasional. Bahwa dalam industri perbenihan, pemilikan sumber daya genetik unggul berasal dari hasil penelitian berpuluh-puluh tahun yang berfungsi sebagai parents stock atau calon varietas unggul, merupakan hak atas kekayaan intelektual pada perusahaan benih hortikultura PMA, ketersediaan sumber daya genetik unggul tersebut selain diperoleh dari penelitian yang sudah berjalan sangat lama, juga didapatkan dari jaringan penelitian internasional yang dilakukan bekerja sama dengan perusahaan induk atau parent company di luar negeri, dengan diperolehnya plasma nutfah unggul yang berasal dari seluruh dunia, hal ini merupakan menguntungkan bagi Indonesia. Bahwa perusahaan benih hortikultura atau PMA sepenuhnya menggunakan tenaga ahli dari dalam negeri, mendidik tenaga kerja tersebut dengan berbagai keahlian khusus di luar negeri dan mendatangkan konsultan ahli dari luar negeri secara berkala, serta melatih budaya kerja cermat, jujur, tekun, bertanggung jawab, yang menjadi persyaratan keberhasilan industri perbenihan. Perusahaan benih hortikulutura PMA juga menjadi tempat praktik magang bagi para mahasiswa. Di lapangan, perusahaan benih hortikultura PMA melatih petani untuk teknik budaya sayuran yang benar dan menjadi konsultan gratis bagi petani sayuran. Dengan demikian, perusahaan benih hortikulturan PMA telah ikut aktif meningkatkan keahlian di bidang hortikultura sayuran yang sangat bermanfaat bagi kemajuan agribisnis hortikultura di Indonesia dalam menghadapi persaingan pasar bebas. Bahwa industri perbenihan hortikultura di Indonesia tergolong masih sangat muda bila dibandingkan dengan industri benih hortikultura di negara-negara lain seperti Thailand, Jepang, Korea, China, atau Belanda, yang mereka itu telah berkembang lebih dari 100 tahun lamanya, sejak sekitar tahun 1890-1900. Sebelum adanya benih perusahaan hortikultura PMA pada awal tahun 1980-an, kebutuhan 17

benih sayuran harus diimpor dari luar negeri dengan resiko membawa bibit hama penyakit, setelah berkembang perusahaan benih hortikultura PMA yang kemudian diikuti juga oleh perusahaan benih hortikultura PMDN, impor benih sayuran menurun secara signifikan. 11. Bahwa industri perbenihan bukanlah suatu industri yang bersifat ekstraktif atau eksploitatif sebagaimana halnya industri pertambangan atau penangkapan ikan di laut. Pembuatan benih unggul sayuran, menggunakan hanya satu atau dua biji plasma nutfah yang tersedia di seluruh dunia, termasuk juga dari Indonesia, dirakit menjadi varietas unggul atau hibrida yang sesuai dengan kondisi Indonesia, yang kemajuan … untuk kemajuan agribisnis sayuran Indonesia. Namun demikian, apabila ada petani yang tetap memilih untuk menanam benihnya sendiri, tidak ada sesuatu hal pun yang menghalanginya. Keberadaan perusahaan benih hortikultura PMA dan PMDN akan berkompetisi secara sehat dalam melayani kebutuhan benih unggul petani, sehingga petani justru pada pihak yang diuntungkan. 12. Bahwa dari hal-hal yang dikemukakan tersebut, dapat disimpulkan keberadaan perusahaan benih hortikultura PMA memberikan dukungan terhadap perkembangan agribisnis hortikultura Indonesia, dalam menghadapi persaingan pasar internasional, memberikan keuntungan bagi petani, dan berperan nyata dalam mencapai kemandirian dan kedaulatan pangan nasional berasal dari hortikultura sayuran. Oleh karena itu, perusahaan benih hortikultura PMA perlu diberikan hak yang layak bagi kemajuan perusahaannya agar dapat meningkatkan lagi pelayanaan benih dengan mutu internasional. Saya berpendapat bahwa beroperasinya perusahaan benih hortikulutura PMA seperti yang telah berjalan selama ini tidak ada pihakpihak yang dirugikan, justru memberikan keuntungan bagi petani, masyarakat, bangsa, dan negara. Jakarta, 24 April 2014. Hormat saya Sumarno Ahli (suara tidak terdengar jelas). Terima kasih, Majelis Hakim. 28.

KETUA: HAMDAN ZOELVA Ya, terima kasih, Pak Sumarno. Selanjutnya saya persilakan Ibu Karen Tambayong.

29.

AHLI DARI PEMOHON: KAREN TAMBAYONG Yang Mulia Majelis Hakim. Assalamualaikum wr. wb. Dan salam sejahtera bagi kita semua.

18

Perkenankan saya membawakan beberapa hal mengenai hortikultura bahwa akhir-akhir ini sangat memprihatinkan angka impor hortikultura yang mencapai Rp17 triliun yang akan naik terus dengan adanya (suara tidak terdengar jelas) di tahun 2015. Kebutuhan akan produk hortikultura meningkat terus dan gaya hidup masyarakat berubah untuk hidup lebih sehat. Konsumsi buah dan sayur Indonesia saat ini masih di bawah standar FAO, yaitu konsumsi sayur sebesar 73 kg/kapita per tahun, yang distandarkan oleh FAO. Buah 65 kg/kapita per tahun, sementara di Indonesia saat ini masih berada pada 40,66 kg/kapita per tahun, untuk sayur dan untuk buah baru 32,59 kg/kapita per tahun, artinya di situ terjadi suatu kelangkaan. Melihat kebutuhan tersebut, dibutuhkan effort yang luar biasa untuk membangun industri dalam negeri hortikultura yang kuat dan berkelanjutan, agar Indonesia tidak tergantung pada produk segar impor dan dapat menghasilkan produk hortikultura yang berkualitas dengan harga yang terjangkau. Yang Mulia, untuk membangun industri hortikultura lokal dibutuhkan penelitian, pengembangan, dan investasi yang sangat besar terutama di industri benihnya, agar dapat memproduksi benih yang berkualitas dan mempunyai daya saing. Adapun untuk memproduksi benih yang baik dan berkualitas dibutuhkan teknologi yang tinggi, dan SDM yang terlatih, dan untuk mendapatkan teknologi atau transfer of technology, saat ini kami harapkan yaitu dari PMA yang sedang berada di Indonesia. Di lain pihak, produksi dalam negeri saat ini masih belum bisa memenuhi kebutuhan domestiknya dan sebagai informasi, petani yang terserap untuk buah dan sayur di hortikultura kurang-lebih 57 juta dan 50.000 petani, kurang-lebih. di antaranya 8 juta petani yang terlatih, yang telah mendapatkan pendampingan dari PMA, dalam kurun waktu kurang-lebih 10 sampai 15 tahun. Petani hortikultura rata-rata mempunyai pendapatan lebih besar daripada petani padi, sepuluh kali lebih besar dari petani yang menggunakan ... maaf, sepuluh kali lebih besar daripada petani padi. Kemudian petani yang menggunakan benih PMA mempunyai pendapatan lebih besar 149% daripada petani yang menggunakan benih lokal. Ini hasil riset dari Balitsa, Februari 2014. Selama ini seluruh perusahaan benih multinasional juga menggunakan 100% sumber daya manusianya dari dalam negeri. Yang Mulia, pada tanggal 4 April yang lalu tahun 2014, ada petani sayuran dari sejumlah sentra produksi saat itu tengah resah dengan rencana pemberlakuan pembatasan investasi asing di industri benih hortikultura. Asosiasi Produsen Perbenihan Hortikultura saat itu Hortindo dalam keterangannya tertulis Jumat, 4 April 2014, mengungkapkan bahwa mereka khawatir akan aturan tersebut yang justru akan membuat

19

produksi sayurannya anjlok karena pasar benih unggul berkualitas akan menjadi langka. Petani cabai asal Majalengka mengaku khawatir akan ketersediaan benih unggul yang berkualitas akan terbatas, padahal selama ini petani merasakan bahwa penggunaan varitas unggul dapat meningkatkan produksi hingga tiga sampai empat kali. Sebagai petani awalnya hanya mampu memproduksi cabai sebesar 3 ton/hektare dan seragam. Sekarang hasilnya jauh bertambah. Para petani di Majalengka juga mendapat bimbingan teknis dari petugas lapangan perusahaan asing (PMA) untuk menjamin produksi yang lebih optimal. Lain dari itu, di dalamnya yang kita ketahui bahwa PMA ini mempunyai genetic resources. Dan di dalam pengembangan varietasnya, mereka mempunyai … ada hak kekayaan intelektual dalam bentuk pemilikan sumber daya genetik. Apabila peraturan ini diberlakukan, negara-negara tetangga seperti Vietnam, Malaysia, dan Thailand akan lebih diuntungkan dan mereka akan siap masuk ke Indonesia sebagai pengimpor. Selama ini perusahaan asing telah membawa … atau PMA telah membawa teknologi dan memperkenalnya kepada petani. Sebagai informasi bahwa sebagian-sebagian dari pemilik perusahaan benih lokal adalah mantan pekerja di PMA. Jadi, transfer of technology itu ada. Sehingga jika ketentuan Undang-Undang Nomor 13, Pasal 100 diberlakukan, industri ini akan hengkang dan yang jelas kami akan merasa sangat dirugikan, terutama Indonesia dengan 250 … 247 juta jiwa penduduk akan merasa kehilangan sumber daya sayur yang baik, yang berkualitas, dan terutama yang harus kita perhitungkan yaitu gizi masyarakat kita, pengembangan bangsa kita. Hal tersebut akan berdampak juga pada hilangnya kesempatan kerja para petaninya. Kita baru berbicara petani, kita belum berbicara penjual dihilirnya, pedagangnya. Dan juga kita akan kehilangan pengembangan teknologi benih yang berdampak pada pengembangan jenis varietasnya. Hilangnya lapangan pekerjaan petani, ekspor hortikultura yang diharapkan padinya naik menjadi salah satu primadona dari sub sektor pertanian akan hilang. Terbukanya pasar impor fresh product … dan ini yang harus kita hindari. Dan importasi benih dari berbagai penjuru dunia tanpa dapat diseleksi kualitasnya yang akan membahayakan mutu pangan nasional, kesenjangan produksi sayur dalam negeri seperti yang saya sebutkan tadi, dan yang jelas adalah hilangnya peluang ekonomi dalam negeri. Yang Mulia, demikian hal yang perlu saya sampaikan, wassalamualaikum wr. wb. terima kasih.

20

30.

KETUA: HAMDAN ZOELVA Baik, terima kasih Ibu Karen. Kepada Ibu Ahli, Ibu Karen dan Prof. Saragih kalau bisa keterangan tertulisnya disampaikan kepada Mahkamah, untuk bahan atau bisa digandakan lewat … lewat Pemohon, ya. Ya, kepada saksi … ya, silakan apakah dipandu atau langsung? Pemohon.

31.

KUASA HUKUM PEMOHON: TAUFIK BASARI Dipandu sedikit, setelah itu dilanjutkan.

32.

KETUA: HAMDAN ZOELVA Ya, silakan.

33.

KUASA HUKUM PEMOHON: TAUFIK BASARI Baik. Yang Mulia, saksi ini adalah seorang petani yang mempunyai pengalaman yang cukup panjang juga untuk membina kelompok tani lainnya dan mempunyai pengalaman juga dalam hal menggunakan bibit hibrida atau bibit unggul. Dan dapat menceritakan pengalamannya secara singkat bagaimana perbedaan ketika menggunakan bibit non unggul dengan bibit hibrida keuntungan dan kerugian apa yang dialami selama ini, silakan.

34.

SAKSI DARI PEMOHON: RASTONO BIN TAMA Assalamualaikum wr. wb. Yang Mulia. Saya atas nama Rasnoto bin Tama dari Sumur Adem, Kecamatan Sukra, Kabupaten Indramayu. Saya sebagai petani, saya sebagai petani awalnya petani ya … penanaman pengembangan atau petani biasa itu, penanaman kacang, terong, ketimun itu awalnya. Karena saya itu … karena benih belum tahu benih yang berkualitas, masih awam, saya bikin sendiri itu yang kacangkacang sudah tua itu … itu, saya ambili, nah ternyata kacang-kacang itu: 1. Saya … karena enggak ada yang bina, jadi perkecambahnya kurang maksimal, ya sekitar 60%-an. Bahkan setelah tumbuh, dia kena virus, kadang-kadang sampai pembuahan, pembuahannya juga enggak maksimal, Pak. Terlalu kecil itu, maka saya banyak resiko dan banyak ruginya. Nah, sampai tahun 2007 saya kebingungan. Saya … niatnya saya nganggur saja atau alih profesi karena saya enggak ada yang bina. Ternyata, saya di lapangan itu ada petugas dari Panah Merah itu mutermuter keliling-keliling di lapangan saya. 21

Ternyata di kebun saya, “Pak, kok ininya … terongnya jelek sekali atau kacang jelek sekali”, gitu. “Pak ikut studi banding dengan saya, yuk, supaya bapak itu ada pengalaman.” Nah, saya ikut di Kediri, Jawa Timur, Pak. Itu kalau kurang-lebih saya … sekitar dua harian itu sampai pulang ke rumah lagi. Nah, ternyata saya di situ dari awal pertama dari pembibitan, penyemai, petani penyemai itu studi bandingnya sampai petani melon teknologi di lapangan. Nah, ternyata saya punya ide, punya khayalan seperti orang itu, bisa enggak saya itu teknologinya atau bikin jadi petani penyemai itu. Nah, ternyata saya tahun 2008, saya coba merintis jadi petani penyemai, coba mencoba itu. Nah, ternyata saya praktikkan di situ ternyata sekitar 1.000 batang, ternyata itu karena petani, khususnya di area atau di lokasi patrol itu daerah perkebunan, itu enggak ada yang mau karena dia nyemai sendiri karena kebanyakan benih lokal. Jadi saya buang lagi, Bu, atau … maaf, Bang, maaf nih. Terus ternyata saya itu dibuang lagi, itu kalau benih itu umurnya 25 hari saya buang lagi. Saya prosesnya … saya berani spekulasi atau kesabaran saya itu prosesnya satu tahun. Ternyata satu tahun, itu ada orang satu di petani biasa itu umumnya kekurangan benih itu, terutama dari petani terong. “Itu, Pak, ini boleh enggak ini saya beli 50 biji? 50 pohon?” Ternyata dia ya boleh karena saya jual intinya itu. Ternyata dia dibawa itu langsung ditanam karena kekurangan itu ada sekitar 100 bata, dia kurang. Karena nyemai sendiri kurang karena benih lokalnya itu, jadi saya … saya kan dari benih cap Panah Merah itu, terongnya itu. Ternyata dia mengambil, beli 50 pohon. Ternyata lama, makin lama dari pertumbuhan sampai pembungaan, sampai pembuahan itu prosesnya benar-benar berbeda jauh. Ternyata si orang itu lama kelamaan itu panen, dia ngambil lagi, ngambil lagi, ternyata enggak tanggungtanggung 2.000. Alhamdulillah saya … rezeki saya, ternyata itu sukses lagi petani itu saja, petani luarnya enggak pada mau. Nah, ternyata dia ngambil lagi 5.000 lagi, Alhamdulillah berarti saya rezeki saya ada barokahnya. Saya perjuangkan tahun 2007 sampai 2010 itu baru sukses. Sekarang Alhamdulillah saya permintaan dari daerah Kabupaten Indramayu kurang sampai … bahkan sampai Karawang. Sampai Karawang ternyata saya juga bingung itu, kalau dari benih berkualitas, itu kadang-kadang saya bingung kalau kehabisan dari pasar-pasar, dari dealer, atau dari (suara tidak terdengar jelas). Saya cari-cari terutama dari benih bunga kol yang PM 126 itu, saya juga sulit ini carinya. Ternyata daripada saya kepercayaan saya 7 tahun kemudian, kalau saya asal nyemai saja, saya itu kurang kepercayaan kepada petani. Sekarang kan sudah dipercaya ke petani. Nah kalau benihnya enggak … enggak milih benihnya asal-asalan saja, saya ketakutan sendiri, takutnya 22

kurang dipercaya petani. Ternyata saya berhenti daripada saya enggak dapat benih yang benar-benar berkualitas. Karena saya menjual benih yang siap tanam, itu harus dicoba dulu, bukan siap jual langsung saya itu dicoba dulu. Dicoba bagaimana per kecambahannya berapa persen, dari tanam sampai pembuahan, sampai umurnya saya itu harus ditelitiin. Penyakitnya juga apa, itu apakah kena virus, apa kena layu itu, baru saya diterangkan ke petani bahwa ini kalau musim kemarau itu kuat. Judulnya contoh gambar saya ini PM (suara tidak terdengar jelas). Kalau musim rendengan itu karena kebusukan daun atau buah, banyak berisiko. Jadi saya enggak boleh tanam kalau musin penghujan banyak risiko, saya tawarin dulu itu kalau siap jual itu. Nah, petani sekarang sudah pintar semua, kalau musim kemarau itu kebanyakan tanam bunga kol PM 126 seperti tomat itu. Jadi ada itunya, ada kolom-kolomnya, musim-musimnya. Kalau musim rendengan itu beda lagi tanamnya itu. Jadi tanamnya cocoknya cabe, itu terong itu. Kalau musim kemarau itu enggak kuat karena saya di daerah saya itu di Indramayu itu terlalu panas. Terlalu panas, jadi kebanyakan kena kerapak, daunnya itu merah, kena virusnya juga masuk. Jadi saya sebagai penyemai, jadi petani penyemai harus bisa membagi pada sasarannya waktu … apa namanya itu … musim kemarau atau musim penghujan itu, harus ada ide-idenya. 35.

KUASA HUKUM PEMOHON: TAUFIK BASARI Pak Rastono? Untuk mempersingkat, Pak Rastono memperoleh pengetahuan dan pendidikan dalam hal mengolah benih itu apakah ada yang membimbing atau dapatnya darimana pengetahuan-pengetahuan itu?

36.

SAKSI DARI PEMOHON: RASTONO BIN TAMA Itu dapat saya terutama dari pembimbing dari petugas Panah Merah, setelah itu kalau saya kekurangan pengalaman itu dibawa studi banding, Pak. Dibawa studi banding, jadi pengalaman saya itu menambah itu.

37.

KUASA HUKUM PEMOHON: TAUFIK BASARI Panah Merah itu apa, Pak? Perusahaan apa?

38.

SAKSI DARI PEMOHON: RASTONO BIN TAMA Perusahaan ... katanya sih East West Seed... Panah Merah saya enggak tahu itu, urusan apa benih luar atau apa itu? Kurang tahu, Pak. 23

Kalau saya kan orang petani, jadi kurang jelas. Yang penting saya mah ada mereknya Panah Merah, ya sudah Panah Merah yang dikejar, yang dicari itu. Jadi kalau itunya enggak tahulah benih dari mana, yang penting saya kemasan Panah Merah, East West Seed Panah Merah. Kalau enggak salah itu. 39.

KUASA HUKUM PEMOHON: TAUFIK BASARI Pak Rastano, Pask Rastano kan pernah melakukan uji coba ya, mempergunakan benih unggul, pernah juga menggunakan benih hibrida, pernah juga menggunakan benih lokal. Sejauh mana Pak Rastono ... pengalaman Pak Rastono ini perbandingannya ketika menggunakan benih hibrida dengan menggunakan benih lokal, seperti apa pengalaman, Pak?

40.

SAKSI DARI PEMOHON: RASTONO BIN TAMA Sebenarnya saya sudah dicoba, terutama kalau kekurangan benih, kadang petani itu, saya ibaratnya pesannya itu, saya kan harus pesan dulu (..)

41.

KUASA HUKUM PEMOHON: TAUFIK BASARI Maaf, Pak, saya potong sedikit. Maksudnya hasil yang Bapak dapatkan, kalau Bapak membandingkan ketika Bapak menggunakan benih hibrida dengan benih lokal, bagaimana perbandingannya, hasilnya?

42.

SAKSI DARI PEMOHON: RASTONO BIN TAMA Jadi, hasilnya itu karena saya kekosongan benih … kalau ibaratnya gambarnya begini, punten, ya, Pak, ya. Contohnya begini, ibaratnya petani itu pesannya terong, nah terong saat itu kehabisan, stok saya kehabisan, cari-cari ke kios-kios itu susah, nah petani itu bawa sendiri kadang-kadang. Benih enggak tahu itu dari identitasnya itu, kadang-kadang petani itu, awam itu dari pasar langsung diambil bijinya, langsung diambil bijinya titip ke saya, kalau saya orang kerja enggak apa-apa. Tapi saya enggak bertanggung jawab kalau benih ini enggak berkualitas. Kalau petani bawa biji sendiri dari lokal, saya tetap kalau saya orang kerja tetap saya semai. Tapi kalau kurang bagus, kurang berkualitas, jangan menyalahkan saya. Tapi kalau dari saya, saya ketakutan, takutnya kurang kepercayaan, begitu. Jadi, saya sudah coba antara benih berkualitas atau benih lokal bikinan sendiri para petani. Itu jauh berbeda sekitar 50% atau 40%. Itu jauhnya dari … dibandingkan benih berkualitas, itu.

24

Jadi, saya sebenarnya sampai sekarang kalau benih petani bawa sendiri, saya ketakutan, suruh semai sendiri karena saya berisiko kurang kepercayaan petani. Kalau petani bisa saja benih dari sendiri, bikin sendiri, “Ini benih dari mana (suara tidak terdengar jelas)? Oh, jelek, enggak berkualitas sekarang. Saya berisiko. 43.

KETUA: HAMDAN ZOELVA Ya, cukuplah, cukup jelas.

44.

KUASA HUKUM PEMOHON: TAUFIK BASARI Sekian saja Maha Wassalamualaikum wr. wb.

45.

Agung.

Sekian

dan

terima

kasih.

KETUA: HAMDAN ZOELVA Waalaikumsalam. Kita ada waktu 10 menit, ada pertanyaan untuk ahli atau cukup?

46.

KUASA HUKUM PEMOHON: TAUFIK BASARI Dari kami cukup.

47.

KETUA: HAMDAN ZOELVA Cukup. Pemerintah, cukup?

48.

PEMERINTAH: BUDIJONO Cukup, Yang Mulia.

49.

KETUA: HAMDAN ZOELVA Pihak Terkait, ada?

50.

KUASA HUKUM PIHAK TERKAIT: JANSES E. SIHALOHO Ada satu, Yang Mulia.

51.

KETUA: HAMDAN ZOELVA Satu.

25

52.

KUASA HUKUM PIHAK TERKAIT: JANSES E. SIHALOHO Terima kasih, Yang Mulia atas kesempatannya. Pertanyaan ini kami tujukan khusus untuk Bapak Prof. Bungaran Saragih, ya. Tadi, Ahli menjelaskan bahwa sepakat sama keterangan Pihak Terkait untuk kemandirian pangan diperlukan pembatasan, tapi sayangnya harus menunggu 25 tahun lagi, ya, kalau enggak salah. Nah, kebetulan Ahli merupakan akademisi dan pernah juga sebagai pembuat kebijakan menteri. Nah, pertanyaan kita adalah apakah Ahli mempunyai data atau pernah melakukan penelitian sebanyak kemampuan petani dan pelaku usaha nasional itu sebenarnya berapa persen kira-kira untuk mencukupi pembenihan? Yang kedua, tadi Ahli menyampaikan itu karena kita tidak mampu. Walaupun kita menganggap bahwa itu semua klise karena hampir semua … Ahli menyatakan semua bidang kita enggak mampu, mau tambang, mau perkebunan, dan sebagainya. Nah, pertanyaan kita adalah, sebenarnya ketidakmampuan kita di bidang apa? Apakah permodalan, teknologi, atau apakah itu di sumber daya manusianya? Sebagaimana kita ketahui sumber daya manusianya jelas-jelas adalah lulusan terbaik di negeri ini. Terima kasih.

53.

KETUA: HAMDAN ZOELVA Catat dulu, Pak, ada pertanyaan lain.

54.

HAKIM ANGGOTA: PATRIALIS AKBAR Terima kasih, Pak Ketua. Saya mau mendalami pada Pak Saragih, ini senior kita. Tadi saya menyimak bahwa Pak Saragih dengan berapiapi menyampaikan nilai-nilai positif terhadap penanaman modal asing ini kalau itu diberikan kesempatan. Bisa dibatasi tapi 30 tahun lagi, kan begitu kira-kira. Saya ingin mendapat gambaran dari Ahli, kalau kita tetap memberikan kesempatan kepada asing untuk bebas menanamkan modalnya di dalam bidang hortikultura ini, khususnya dalam bidang pembenihan, ada enggak kira-kira sisi negatifnya, Pak? Jadi, kita kan harus melihat dari beberapa sisi, nih, kalau Pihak Terkait tadi mencoba mengungkap hal-hal kebangsaan, pemerintah juga demikian. Nah, tentu kita juga ingin dapat gambaran dari Ahli tentang ini. Yang kedua, kira-kira menurut Bapak apa yang diharapkan oleh asing untuk bisa menanamkan modal sebesar-besarnya di dalam bidang hortikultura ini? Kira-kira apa harapan mereka? Kok mereka mau? Kan begitu. Padahal di sisi lain nanti mereka akan rugi, ada ahli teknologi, ya kan, dan lain-lain. Itu satu ... itu berkenaan dengan Pak Saragih. Kemudian untuk Profesor Sumarno, dapatkah Bapak memberikan satu gambaran singkat saja contoh di negara-negara lain yang memang 26

memberikan kesempatan untuk seluas-luasnya kebebasan asing di dalam bidang hortikultura ini, sehingga memang mereka membawa satu kemajuan yang luar biasa pertaniannya. Itu, Pak. Terakhir, buat Pak Rastono, coba tolong ditegaskan tadi Pak Rastono itu berkomunikasi dengan orang Indonesia juga yang membimbing Bapak sampai sukses atau ada orang asingnya? Atau memang ini dinyatakan bibit dari asing? Atau ini memang bibit asli Indonesia? Silakan! 55.

SAKSI DARI PEMOHON: RASTONO BIN TAMA Ya, ya, Pak. Jadi, bibit ini, saya yang penting jadi sekarang sudah jadi petani penyemai. Jadi, enggak tahu benih dari asing atau tidak, yang penting saya memilih benih walaupun dari perusahaan mana saja yang penting saya cek dulu, yang penting benih itu berkualitas. Jangan sampai mengecewakan petani, tujuan saya. Yang penting saya (…)

56.

KETUA: HAMDAN ZOELVA Ya.

57.

SAKSI DARI PEMOHON: RASTONO BIN TAMA Benih lokal maupun benih perusahaan lain, benih … benih siapa saja yang penting saya coba dulu mana berkualitasnya.

58.

KETUA: HAMDAN ZOELVA Ya.

59.

SAKSI DARI PEMOHON: RASTONO BIN TAMA Saya mencari benih yang berkualitas. Gitu saja, Pak.

60.

KETUA: HAMDAN ZOELVA Ya, ya, oke. Satu ini saya mau tanya terkahir kepada Ibu Karen. Ini sebenarnya total perbandingan antara produksi PNA … PMA baik benih maupun produksi akhir dari hortikultura dengan non-PMA berapa sebenarnya sekarang ini di Indonesia? Ini PMA berapa persen gitu penguasaannya, kemudian yang non-PMA baik lokal maupun PMDN itu berapa? Dan Pak Saragih, sebenarnya sampai tahun kapan kita bisa apa … mandiri itu, secara anu … hitungan secara akademi? Ya, silakan Pak Saragih dulu.

27

61.

AHLI DARI PEMOHON: BUNGARAN SARAGIH Terima kasih, Yang Mulia. Pertanyaan pertama, kemampuan petani. Petani pemulia kita itu, mereka mampu hanya untuk memenuhi kebutuhan sendiri dan juga untuk kawan-kawan. Dan memang undangundang kita juga menghambat itu kalau itu untuk dijual ke pasar karena tidak ada jaminan kualitas. Jadi, dengan cara yang seperti itu, dengan negara yang besar seperti ini, maka sangat sulit kita harapkan akan tumbuh industri hortikultura yang besar dengan mengandalkan sistem itu. Tapi itu bisa benih yang baik. Kalau seperti permintaan Saudara-Saudara, justru mereka dimampukan dong, diberikan sekolah, diberikan teknologi, diajari organisasi, bisa meng-cover area yang lebih luas, dan memenuhi persyaratan sertifikasi dari pemerintah, maka ini menjadi sumber yang besar. Oleh karena itu, memang di sini menjadi peranan pemerintah dan juga peranan dari NGO juga bisa mempunyai peranan untuk membantu orang-orang yang seperti ini. Kemudian, kenapa mereka tidak mampu? Mereka tidak mampu itu sebaik … dia mampu kalau untuk kebutuhan sendiri. Tapi kalau untuk pasar yang lebih luas, apalagi kalau mau untuk ke luar negeri, ya dia tidak mampu. Satu, skala usahanya terlalu kecil. Kemudian produknya juga tidak konsisten secara terus-menerus, jadi tidak bisa di … diandalkan. Kenapa seperti itu? Ya, satu adalah SDM-nya masih sederhana sekali. Kemudian yang kedua, modalnya juga tidak cukup kuat dan tidak punya organisasi dan jaringan yang bisa pergi ke pasar. Itulah yang kita alami. Oleh karena itu, kalau membantu mereka ini nanti pemerintah atau NGO bermaksud membantu mereka-mereka ini masih banyak usaha yang kita lakukan. Makanya kalau kita hanya mengandalkan ini, sangat berbahaya sekali buat kemajuan hortikultura di dalam negeri ini. Tapi di samping petani-petani ini, ada juga sudah pengusaha bibit nasional, dan kebanyakan tadi seperti dikatakan, mereka ini sebenarnya mantan-mantan pejabat atau petugas dari perusahaan-perusahaan perbenihan internasional ini. Jadi, mereka belajar. Sesudah mereka belajar, mereka pikir, “Wah, aku tahu juga kalau begini. Aku bisa, aku ajak universitas untuk membuat seperti ini.” Ini adalah benih yang menurut saya jauh lebih potensial lagi untuk mengisi agribisnis perbibitan hortikultura yang modern pada masa-masa yang akan datang. Sekarang kalau kita biarkan cuma mereka juga, tidak akan cukup juga, tidak akan cukup juga. Dia bisa menyediakan bibit, tapi bukan bibit yang unggul. Karena dia bukan bibit yang unggul, maka produktivitasnya dan kualitasnya tidak terlalu tinggi, maka dia akan selalu kalah dari nanti

28

produk-produk impor … dari produk-produk impor. Itulah penjelasan yang saya bisa sampaikan. Mengenai apakah ada hal yang negatif? Tapi satu hal lagi tadi dikaitkan dengan pertanyaan Yang Mulai Ketua itu, sebenarnya kita tidak meng … menganjurkan sebebas-bebasnya untuk pe … pemodalan … penanaman modal asing. Yang di … yang kita anjurkan itu adalah buatlah mereka itu comfortable dengan share modal yang diizinkan mereka miliki. Sedangkan aturan-aturan mengenai perbenihan, itu sudah dibuat oleh Departemen Pertanian, Departemen Perdagangan, Departemen Perindustrian, mereka harus tunduk untuk itu. Dan di situlah kita sebenarnya menjinakkan, memanfaatkan modal asing ini untuk kemajuan kita, begitu. Jadi bukan sebebas-bebasnya, salah juga Yang Mulia, kalau dia enggak sebebas-bebasnya. Hanya biarlah dia mempunyai share modal sedemikian rupa supaya dia bisa mem-protect hak intelektual yang dia miliki dalam ... apa namanya itu ... rahasia pembuatan benih yang unggul itu, gitu, tapi dia hanya untuk itu saja dia berhak, yang lain-lain dia tidak berhak makanya tidak seperti dikatakan bahwa dia punya monopoli, dia punya monopoli mengenai benih itu sama dengan kalau misalnya pabrik mobil Toyota Yaris itu, ya, miliknya Toyota enggak bisa Ford ambil itu, gitu toh. Ya, kalau orang enggak bisa nebak Yaris, ya, bisa ambil Ford Wagon, begitu toh, begitu juga jadi tidak terjadi monopoli itu. Kemudian hal yang negatif tadi itu tergantung kita, tapi saya pikir dia sama saja dengan perusahaan yang lain, perusahaan nasional, petani juga, dia punya tugas dan tanggung jawab yang sama. Kalau ada di situ yang negatif, ya, di situ juga akan ada yang negatif, tapi yang negatif itu adalah ada potensi kita memang nanti keenakan bahwa ah, sudahlah biarkan saja mereka terus di situ kita enggak usah repot-repot untuk menguasai, memperbaiki diri dalam soal perbenihan. itu yang negatif. Ada rasa ... apa namanya itu ... ketergantungan menyerah, gitu, itu soal ketergantungan bukan karena dia kan? Karena kita, gitu toh. Kita mau tergantung, ya, jadi tergantung, tapi kalau kita bilang, “Saya enggak mau tergantung, aku mau mandiri, bahkan aku mau rebut ... kalau suatu ketika nanti saya bayar kerugianmu karena saya sudah ambil perusahaanmu.” Itulah yang adil toh? Jadi kita bukan dengan cara ... apa namanya itu ... bikin aturan, aturan masih lebih bagus daripada merampok, ya, dulu kan bisa dirampok, gitu toh, sekarang dibikin aturan tapi sebenarnya akibatnya sama saja. Jadi hanya itu saja bahayanya, hanya itu saja bahayanya, kita menjadi tidak berusaha lagi, sudah keenakan, begitu toh, keenakan, terlena, tapi untuk ada Pihak Terkait yang ada semangat kemandirian, ada semangat ingin berdaulat, tapi yang saya tidak setuju semangat mandiri dan berdaulat yang mau memproteksi dirinya. Semangat mandiri dan berdaulat yang mau maju, yang mau modern, yang tidak mau kalah 29

dengan orang asing sekalipun, dan kita sudah buktikan di tempat lain, maka di bidang hortikultura kenapa kita tidak bisa? Mengusir Belanda saja kita bisa, masa menguasai perusahaan itu saja engak bisa kita. Harus ada semangat seperti itu, tekad seperti itu, saya ingin anak muda seperti itu, begitu toh, jangan mau mandiri dan berdaulat dengan cara yang mudah, dengan cara yang malas, begitu toh, enggak ada itu, mimpi itu. Itu, Yang Mulia, pendapat saya. 62.

KETUA: HAMDAN ZOELVA Ya, silakan selanjutnya, Pak Sumarno.

63.

AHLI DARI PEMOHON: SUMARNO Baik, Yang Mulia. Benih ini memang sudah menjadi semacam komoditi perdagangan internasional, dimana perusahaan-perusahaan besar melakukan usaha di berbagai negara. Namun demikian secara persis, Yang Mulia, saya mohon maaf tidak tahu persis untuk sayuran dimana saja yang telah dikembangkan, yang saya tahu, seperti enza zaden atau enza seed yang juga nampaknya satu rumpun dengan east west ini ada di Thailand, dan kita tahu bahwa Thailand juga merupakan negara yang sudah sangat maju dalam produksi hortikulturanya, dan juga sudah melakukan eksport ke seluruh dunia. Jadi ini salah satu contoh, tapi seperti yang kita lihat untuk tanaman-tanaman bukan hortikultura, seperti halnya jagung terutama, kita tahu sendiri di Indonesia banyak perusahaan-perusahaan asing yang juga beroperasi di Indonesia, dan itu telah membawa kemajuan produksi jagung karena mereka itu mampu memproduksi hibrida. Pertanyaannya, kenapa bahwa industri perbenihan itu banyak dikuasai oleh asing? Karena memang industri perbenihan ini agak unik. Dalam industri perbenihan itu dipersyaratkan untuk majunya itu dibarengi dengan suatu research, kalau bukan dibarengi dengan research itu namanya hanya penangkaran benih, kalau penangkaran benih, orang-orang kita sudah sangat lihat dimana di setiap mungkin kecamatan selalu ada penangkar benih, tetapi untuk industri atau perusahaan benih secara formal itu di samping memproduksi benih juga melakukan research untuk membuat varietas unggul menggunakan ilmu pemuliaan tadi. Kita termasuk ketinggalan itu dan yang mulai dulu itu adalah negara-negara dari eropa khususnya dari Belanda. Jadi beberapa negara memang ada saja perusahaan-perusahaan asing yang mengembangkan perusahaan benihnya di situ dan ikut memajukan (suara tidak terdengar jelas) di negara yang bersangkutan seperti tadi yang saya sebutkan. Terima kasih, Yang Mulia. 30

64.

KETUA: HAMDAN ZOELVA Ya, terima kasih. Silakan Ibu Karen.

65.

AHLI DARI PEMOHON: KAREN TAMBAYONG Terima kasih, Yang Mulia. Perbandingan Yang Mulia, pertanyakan adalah PMA 30% dan non-PMA 70. Terima kasih.

66.

KETUA: HAMDAN ZOELVA Itu benih? Benih. Kalau produksi akhir hortikulturanya?

67.

AHLI DARI PEMOHON: KAREN TAMBAYONG Produksi akhirnya saya tidak ada data.

68.

KETUA: HAMDAN ZOELVA Tidak ada data.

69.

AHLI DARI PEMOHON: KAREN TAMBAYONG Ya.

70.

KETUA: HAMDAN ZOELVA Saksi?

71.

Baik, baik terima kasih. Pemohon apakah masih ada Ahli atau

AHLI DARI PEMOHON: BUNGARAN SARAGIH Yang Mulia, tadi ada pertanyaan tadi satu lagi yang lupa saya.

72.

KETUA: HAMDAN ZOELVA Ya, silakan.

73.

AHLI DARI PEMOHON: BUNGARAN SARAGIH Tadi pertanyaan Yang Mulia ini. Kenapa mereka mau datang ke sini? Kira-kira begitu itu. Ya, memang kita tidak punya data yang kuantitatif. Tapi kalau menurut pembicaraan saya, pengalaman saya di mana-mana dampaknya common sense. Mereka memang datang umumnya mau cari untung, manusiawi sebagai pengusaha. Tapi dari 31

perhitungan saya, dalam industri benih ini dia beruntung tapi sistem dari hulu ke hilir juga beruntung. Jadi nilai tambah yang diperoleh itu hanya sebagian kecil dari nilai tambah yang dihasilkan karena benih ini menjadi produk akhir. Jadi semuanya kita beruntung bukan dia saja dan dia kalau kita izinkan juga mereka bersaing satu sama lain. Apalagi dengan pengusaha nasional bersaing, maka dia hanya mendapatkan untung yang normal-normal saja. Ya, sama dengan Bapak Yang Mulia. Simpan uang di bank itu berapa persen, begitu. Itu juga yang akan dia peroleh. Itu alasan utama, tapi ada juga yang kedua yang saya ketemu karena orang pemulia ini bukan … benih ini bukanlah pengusaha biasa ini. Ini pengusaha yang berbasis ilmu pengetahuan dan teknologi. Jadi ada juga semacam kepuasan profesional dari invention dan tidak dia puas hanya invention. Kalau sudah invention, bagaimana ini berguna buat masyarakat. Jadi ada juga unsur ini, akan lebih kuat ini terjadi di bidang industri perbinihan dibandingkan di industri katakanlah on farm (perkebunan), dan juga di apa lagi … di bidang pabrik. Tapi ada yang ketiga lagi, Yang Mulia. Dan ini suasana yang baru dan ini adalah peristiwa post capitalist society, post capitalist business. Ada keinginan untuk membantu. Kita ini sudah kaya, kita ini sudah berlimpah ruah, kita ini tidak tahu lagi menggunakan apa … uangnya. Makanya dia sediakan uang membantu saya, membantu orang utan pengusaha-pengusaha itu. Tapi ini aku mau bikin membantunya itu bukan mempunyai dampak kecil tapi mempunyai dampak yang lebih besar. Ini sudah mulai timbul dan ini harus dikembangkan, dibujuk pada masa-masa yang akan datang. Timbul generasi entrepreneur yang baru di mana bukan profit saja yang menjadi tujuan. Tapi arti daripada hidup itu, dampak daripada hidup itu kepada orang lain. Ini sudah datang generasi baru, ada juga itu, tapi masih sedikit yang kebanyakan masih mau dapat untung yang normal itu dan pada masa permulaan bukan hanya untung normal yang dapatkan. Dia juga bisa mendapatkan abnormal profit karena dia sendirian kan. Oleh karena itu, jangan kita izinkan hanya satu PMA, biarkan saja mereka. Biarkan saja supaya mereka satu bersaing. Apa kalau boleh jangan hanya dari satu negara. Biarkan dari Jepang datang, biarkan Cina datang, biarkan dari Belanda datang. Tapi hanya untuk benih, kalau di on farm-nya kami bisa lakukan sendiri. Kira-kira begitu, Yang Mulia. Terima kasih. 74.

KETUA: HAMDAN ZOELVA Baik, ya terima kasih. Kalau semakin banyak yang post capitalist itu, capitalism itu enggak perlu berjuang dapat saham mereka. Mau kasih saham justru. Ya, baik terima kasih. Pemohon apa masih ada Ahli atau Saksi? 32

75.

KUASA HUKUM PEMOHON: TAUFIK BASARI Kami masih ada Ahli dan Saksi untuk sidang berikutnya.

76.

KETUA: HAMDAN ZOELVA Berapa lagi?

77.

KUASA HUKUM PEMOHON: TAUFIK BASARI Ada satu saksi dan maksimal dua ahli.

78.

KETUA: HAMDAN ZOELVA Pemerintah ada ahli?

79.

PEMERINTAH: SUHARYANTO Dari Pemerintah ada, Yang Mulia.

80.

KETUA: HAMDAN ZOELVA Ya, berapa?

81.

PEMERINTAH: SUHARYANTO Ada empat ahli dan empat saksi, Yang Mulia.

82.

KETUA: HAMDAN ZOELVA Empat ahli dan empat saksi. Pihak Terkait ada juga?

83.

PIHAK TERKAIT: Ada, Yang Mulia. Tiga ahli, tiga saksi.

84.

KETUA: HAMDAN ZOELVA Kalau begitu kita selesaikan dahulu dari Pemohon. Satu … dua ahli ya. Dua ahli?

85.

KUASA HUKUM PEMOHON: TAUFIK BASARI Dua ahli ya.

33

86.

KETUA: HAMDAN ZOELVA Satu saksi?

87.

KUASA HUKUM PEMOHON: TAUFIK BASARI Satu saksi.

88.

KETUA: HAMDAN ZOELVA Nanti tambah dengan satu ahli dahulu dari Pemerintah, dari Pemerintah. Jadi tiga ahli, satu saksi ya nanti disidangkan yang akan datang. Baik, sidang selanjutnya akan dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 14 Mei 2014, pukul 11.00 WIB. Untuk mendengarkan keterangan Ahli dari Pemohon dan Pemerintah satu tadi. Dua dari Pemohon dan keterangan saksi dan mendengar keterangan DPR yang sampai sekarang belum sempat hadir. Dan saya perlu sampaikan bahwa jadwal sidang ini sewaktu-waktu bisa berubah. Akan diberitahukan oleh kepaniteraan karena kemungkinan pada saat yang bersamaan kita mengadakan sidang PHPU Pemilu Legislatif dan harus konsentrasi karena terbatasnya waktu. Baik. Dengan demikian, sidang hari ini selesai dan sidang saya nyatakan ditutup. KETUK PALU 3X SIDANG DITUTUP PUKUL 15.44 WIB Jakarta, 24 April 2014 Kepala Sub Bagian Risalah, t.t.d Rudy Heryanto NIP. 19730601 200604 1 004

Risalah persidangan ini adalah bentuk tertulis dari rekaman suara pada persidangan di Mahkamah Konstitusi, sehingga memungkinkan adanya kesalahan penulisan dari rekaman suara aslinya.

34