perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PENGARUH PEMBELAJARAN CTL DENGAN INKUIRI BEBAS TERMODIFIKASI DAN INKUIRI TERBIMBING TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA DITINJAU DARI KREATIVITAS SISWA DAN KEMAMPUAN VERBAL (Pembelajaran Materi Sistem Peredaran Darah Kelas XI IPA Semester Gasal SMA Negeri 1 Kudus Tahun Pelajaran 2013/2014)
TESIS Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Magister Pendidikan Sains
Oleh :
NURKHAMID S831208066
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET commit to user 2014
i
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERNYATAAN ORISINALITAS DAN PUBLIKASI ISI TESIS
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa :
1.
Tesis yang berjudul: PENGARUH PEMBELAJARAN CTL DENGAN INKUIRI BEBAS TERMODIFIKASI DAN INKUIRI TERBIMBING TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA DITINJAU DARI KREATIVITAS SISWA DAN KEMAMPUAN VERBAL (Pembelajaran Materi Sistem Peredaran Darah Kelas XI IPA Semester Gasal SMA Negeri 1 Kudus Tahun Pelajaran 2013/2014) ini adalah karya penelitian saya sendiri dan bebas plagiat, serta tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar akademik serta tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain kecuali secara tertulis digunakan sebagai acuan dalam naskah ini dan disebutkan dalam sumber acuan serta daftar pustaka. Apabila dikemudian hari terbukti terdapat plagiat dalam karya ilmiah ini, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan (Permendiknas nomor 17, tahun 2010). 2. Publikasi sebagian atau keseluruhan isi Tesis pada jurnal atau forum ilmiah lain harus seijin dan menyertakan tim pembimbing sebagai author dan PPsUNS sebagai institusinya. Apabila dalam waktu sekurang-kurangnya satu semester (enam bulan sejak pengesahan Tesis) saya tidak melakukan publikasi dari sebagian atau keseluruhan Tesis ini, maka Program Studi Pendidikan Sains PPs UNS berhak mempublikasikannya pada jurnal ilmiah yang diterbitkan oleh Program Studi Pendidikan Sains UNS. Apabila saya melakukan pelanggaran dari ketentuan publikasi ini, maka saya bersedia mendapat sanksi akademik yang berlaku. Surakarta, Juli 2014 Mahasiswa
Nurkhamid commit to user
iv
S 831208066
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
MOTTO
Demi masa, sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan kesabaran. (QS Al „Asr : 1 - 3)
Hidup memerlukan pengorbanan, pengorbanan memerlukan perjuangan, perjuangan memerlukan ketabahan, ketabahan memerlukan keyakinan, keyakinan memberi arah hidup untuk mencapai kebahagiaan. Kebahagiaan di dunia dan akhirat, Amin. (Pengalaman hidupku)
commit to user
v
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSEMBAHAN
Dengan segenap hatiku, tesis ini kupersembahkan untuk: 1. Istri tercinta Heni Sofiya, S.Pd. yang senantiasa memberikan doa, kasih sayang, pengertian, serta perjuangan dan pengorbanan yang sangat luar biasa yang tidak pernah tergantikan. 2. Anak-anakku (Melati
Nur Arummega, Maulidiya Nur Laili Sofi. dan
Novia Ihdatsa Aulia Rizki) yang senantiasa memahami, memaklumi dan mendukung serta doanya. 3. Para dosen yang telah memberikan ilmu dengan segenap jiwa, senantiasa mengingatkan. 4. Teman-teman seperjuangan, terimakasih atas ukhuwahnya.
commit to user
vi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis dengan judul “Pengaruh
Pembelajaran
Ctl Dengan Inkuiri Bebas
Termodifikasi Dan Inkuiri Terbimbing Terhadap Prestasi Belajar Siswa Ditinjau Dari Kreativitas Siswa Dan Kemampuan Verbal ( Pembelajaran Materi Sistem Peredaran Darah Kelas XI IPA Semester Gasal SMA Negeri 1 Kudus Tahun Pelajaran 2013/2014 )”. Dalam menyusun dan menyelesaikan tesis ini penulis mendapatkan banyak bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Prof. Dr. M. Furqon Hidayatulloh, M.Pd., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan ijin kepada penulis. 2. Dr. Mohammad Masykuri, M.Si., selaku Ketua Program Studi Magister Pendidikan Sains yang telah memberikan ijin dalam penyusunan tesis ini serta memberikan bimbingan, pengarahan, dan motivasi. 3. Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd., selaku pembimbing I yang dengan kesabarannya memberikan bimbingan, pengarahan, dan motivasi. 4. Prof. Dr. Sugiyarto, M.Si selaku pembimbing II yang dengan kesabarannya commit dan to user memberikan bimbingan, pengarahan, motivasi.
vii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
5. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Magister Pendidikan Sains FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta yang dengan kesabaran hati dan senantiasa membagi ilmunya. 6. Mas‟ut, S.H, M.Hum selaku Kepala Bappeda Kabupaten Kudus, atas ijin, dan dorongannya untuk belajar. 7. Drs. H. Su‟ad, M.Pd., selaku Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Kudus atas kesempatan yang diberikan untuk menyelesaikan studi. 8. Drs. Sunarya, M.Pd., selaku Kepala SMA Sekolah Negeri 1 Pati atas kesempatan yang diberikan untuk menyelesaikan studi. 9. Rekan-rekan Mahasiswa FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta angkatan September 2012 yang senantiasa saling memberi semangat. 10. Rekan-rekan Guru SMA Negeri 1 Kudus yang selalu memberi dukungan dan semangat. 11. Semua pihak yang belum penulis sebutkan yang turut membantu dalam penyusunan tesis ini. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan tesis ini masih banyak kekurangannya, oleh karena itu saran dan kritik yang bersifat membangun sangat penulis harapkan. Penulis berharap semoga tesis ini bermanfaat bagi dunia pendidikan.
Surakarta, Juli 2014 Penulis commit to user
viii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL ................................................................................................i LEMBAR PERSETUJUAN ………......................................................................... ii LEMBAR PENGESAHAN ………. ........................................................................ iii PERNYATAAN ........................................................................................................ iv MOTTO..................................................................................................................... v PERSEMBAHAN ..................................................................................................... vi KATA PENGANTAR .............................................................................................. vii ABSTRAK ............................................................................................................... ix ABTRACT ................................................................................................................x x DAFTAR ISI ............................................................................................................. xi DAFTAR TABEL .................................................................................................... xiv DAFTAR GAMBAR ............................................................................................... xix DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................ xx BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................... 1 A. Latar Belakang Masalah ........................................................................... 1 B. Identifikasi Masalah .................................................................................. 6 C. Pembatasan Masalah ................................................................................. 7 D. Perumusan Masalah .................................................................................. 8 E. Tujuan Penelitian ....................................................................................... 9 F. Manfaat Penelitian ..................................................................................... 10 commit to user
ix
perpustakaan.uns.ac.id
x digilib.uns.ac.id
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................... 13 A. Kajian Teori ............................................................................................. 13 B. Bahan Ajar Sistem Peredaran Darah .............................................
55
C. Penelitian yang Relevan ........................................................................... 63 D. Kerangka Berpikir .................................................................................... 65 E. Hipotesis ................................................................................................... 66 BAB III METODOLOGI PENELITIAN ................................................................. 67 A. Tempat dan Waktu Penelitian .................................................................. 67 B. Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel ............................................... 68 C. Rancangan dan Variabel Penelitian .......................................................... 70 D. Teknik Pengumpulan Data ........................................................................ 75 E. Instrumen Penelitian ................................................................................. 77 F. Uji Validitas .............................................................................................. 80 G. Uji Reliabilitas ......................................................................................... 84 H. Uji Taraf Kesukaran ................................................................................. 86 I. Uji Daya Pembeda Soal ............................................................................ 88 J. Tes Kreatifitas ........................................................................................... 89 K. Angket Kemampuan Verbal .................................................................... 90 L. Teknik Analisis Data ................................................................................ 91 M. Uji Hipotesis ............................................................................................ 93 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ......................................... 97 A. Deskripsi Data .......................................................................................... 97 commit to user
xi digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
B. Pembahasan ............................................................................................... 124 C. Keterbatasan Penelitian ............................................................................ 135 BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN .................................................. 138 A. Simpulan ................................................................................................. 138 B. Implikasi .................................................................................................... 141 C. Saran .......................................................................................................... 141 DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 143 LAMPIRAN .............................................................................................................. 134
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL Tabel ............................................................................................................ Halaman 2.1.
Tahapan Pembelajaran Inkuiri Terbimbing ............................................................... 33
2.2.
Langkah-langkah Pembelajaran Metode Inkuiri Terbimbing .................................... 34
2.3.
Tahapan Pembelajaran Metode Inkuiri Bebas Termodifikasi ................................... 40
2.4.
Langkah-langkah Pembelajaran Metode Inkuiri Bebas Termodifikasi ..................... 41
3.1.
Jadwal Kegiatan Penelitian ........................................................................................ 67
3.2.
Data Populasi Penelitian ...............................................................
3.3.
Desain Faktorial Penelitian ........................................................................................ 71
3.4.
Hasil Validitas Butir Soal Kognitif ............................................................................ 83
3.5.
Hasil Validitas Butir Angket Afektif ......................................................................... 83
3.6.
Hasil Uji Reliabilitas Soal Kognitif ........................................................................... 85
3.7.
Hasil Uji Reliabilitas Afektif ..................................................................................... 86
3.8.
Kriteria Tingkat Kesukaran Soal ............................................................................... 87
3.9.
Klasifikasi Daya Pembeda ......................................................................................... 89
3.10.
Hasil Uji Validitas Tes Kreatifitas ............................................................................. 90
3.11.
Hasil Uji Reliabilitas Tes Kreatifitas ......................................................................... 85
3.12.
Hasil Uji Validitas Tes Kemampuan Verbal ............................................................. 91
3.13.
Hasil Uji Reliabilitas Tes Kemampuan Verbal .......................................................... 91
4.1.
Deskripsi Data Prestasi Kognitif Ditinjau dari Penggunaan Metode
68
98
Pembelajaran .............................................................................................................. 4.2.
Distribusi Frekuensi Prestasi Kognitif Berdasarkan Penggunaan Metode Pembelajaran................................................................................................. 98 commit to user
xii
perpustakaan.uns.ac.id
xiii digilib.uns.ac.id
4.3.
Diskripsi Data Prestasi Afektif Berdasarkan Metode Pembelajaran ........................ 100
4.4.
Distribusi Frekuensi Prestasi Afektif Berdasarkan Metode Pembelajaran ............................................................................................................. 100
4.5.
Deskripsi Data Prestasi Psikomotor Ditinjau dari Penggunaan Metode
102
Pembelajaran ............................................................................................................. 4.6.
Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Psikomotor pada Metode Pembelajaran ............................................................................................................. 102
4.7.
Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Kognitif pada Kreativitas Siswa ..................... 104
4.8.
Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Kognitif pada Kreatifitas ............................... 104
4.9.
Deskripsi Data Prestasi Belajar Afektif Ditinjau dari Kreatifitas ............................. 105
4.10.
Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Afektif pada Kreatifitas ................................. 106
4.11.
Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Psikomotor pada Kreativitas
107
Siswa ......................................................................................................................... 4.12.
Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Psikomotor pada Kreativitas Siswa ......................................................................................................................... 107
4.13.
Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Kognitif pada Kemampuan
109
Verbal ........................................................................................................................ 4.14.
Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Kognitif pada Kemampuan
109
Verbal ........................................................................................................................ 4.15.
Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Afektif pada Kemampuan
110
Verbal ........................................................................................................................ 4.16.
Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Afektif pada Kemampuan
111
Verbal ........................................................................................................................ commit to user
xiv digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
4.17.
Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Psikomotor pada Kemampuan Verbal ........................................................................................................................ 112
4.18.
Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Psikomotor pada Kemampuan
113
Verbal ........................................................................................................................ 4.19.
Hasil Uji Normalitas Prestasi Belajar Kognitif ......................................................... 114
4.20.
Hasil Uji Normalitas Prestasi Belajar Afektif ........................................................... 115
4.21.
Hasil Uji Normalitas Prestasi Belajar Psikomotor .................................................... 116
4.22.
Hasil Uji Homogenitas Prestasi Belajar Kognitif ..................................................... 117
4.23.
Hasil Uji Homogenitas Prestasi Belajar Afektif ....................................................... 117
4.24,
Hasil Uji Homogenitas Prestasi Belajar Psikomotor ................................................ 118
4.25.
Rangkuman Anava Tiga Jalan Prestasi Kognitif ...................................................... 119
4.26.
Rangkuman Anava Tiga Jalan Prestasi Afektif .................................
121
4.27.
Rangkuman Anava Tiga Jalan Prestasi Pskomotor .............................
123
4.28.
Rerata Prestasi Psikomotor, Afektif, dan Kognitif berdasar Kemampuan Verbal dan Kreatifitas .................................................
132
4.29.
Rerata Prestasi Kognitif berdasar Kemampuan Verbal dan Kreatifitas
134
4.30.
Rerata Prestasi Afektif berdasar Kemampuan Verbal dan Kreatifitas
134
4.31.
Rerata Prestasi Psikomotor berdasar Kemampuan Verbal dan
135
Kreatifitas ..................................................................................................................
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR Gambar ........................................................................................................ Halaman 2.1.
Diagram Komposisi Darah Manusia ........................................................................ 56
2.2.
Struktur Anatomi Jantung .......................................................................................... 58
2.3.
Diagram Penggolongan Darah Manusia .................................................................. 60
2.4.
Diagram Mekanisme Pembekuan Darah ................................................................. 63
2.5
Kerangka Berpikir ........................................
4.1.
Histogram Prestasi Belajar Kognitif Berdasarkan Penggunaan
66 99
Metode Pembelajaran ................................................................................................ 4.2.
Histogram Prestasi Belajar Afektif Berdasarkan Penggunaan Metode
101
Pembelajaran ............................................................................................................. 4.3.
Histogram Prestasi Belajar Psikomotor Berdasarkan Penggunaan Metode Pembelajaran ............................................................................................... 103
4.4.
Histogram Prestasi Belajar Kognitif Berdasarkan Kreativitas Siswa ........................ 104
4.5.
Histogram Prestasi Belajar Afektif Berdasarkan Kreativitas .................................... 106
4.6.
Histogram Prestasi Belajar Psikomotor Berdasarkan Kreativitas ............................. 108
4.7.
Histogram Prestasi Belajar Kognitif Berdasarkan Kemampuan
110
Verbal ....................................................................................................................... 4.8.
Histogram Prestasi Belajar Afektif Berdasarkan Kemampuan Verbal...................... 112
4.9.
Histogram Prestasi Belajar Psikomotor Berdasarkan Kemampuan Verbal ........................................................................................................................ 113 commit to user
xv
29
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Nurkhamid, 2014. “Pengaruh Pembelajaran CTL Dengan Inkuiri Bebas Termodifikasi dan Inkuiri Terbimbing Terhadap prestasi belajar siswa Ditinjau Dari Kreativitas Siswa Dan Kemampuan Verbal” (Pembelajaran Materi Sistem Peredaran Darah Kelas XI IPA Semester Gasal SMA Negeri 1 Kudus Tahun Pelajaran 2013/2014). TESIS: Pembimbing I: Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd. Pembimbing II: Prof. Dr. Sugiyarto, M.Si. Program Studi Magister Pendidikan Sains, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta. ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan prestasi kognitif, afektif dan psikomotor pada pembelajaran CTL melalui metode Inkuiri Bebas Termodifikasi dan Inkuiri Terbimbing, kreativitas siswa, kemampuan verbal dan interaksinya. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental. Populasi penelitian ini adalah semua siswa kelas XI IPA SMA Negeri 1 Kudus tahun pelajaran 2013/2014. Sampel diambil dengan teknik cluster random sampling sejumlah 2 kelas. Data dikumpulkan dengan metode tes untuk prestasi belajar kognitif, kemampuan verbal, angket untuk prestasi afektif dan kreativitas siswa dan hasil observasi untuk prestasi psikomotor. Teknik analisis data menggunakan analisis anava 2x2x2. Hasil pada penelitian ini adalah 1) tidak ada perbedaan prestasi belajar kognitif antara pembelajaran CTL melalui metode Inkuiri Bebas Termodifikasi dan Inkuiri Terbimbing, namun ada perbedaan prestasi belajar afektif dan psikomotor antara pendekatan inkuiri melalui metode Inkuiri Bebas Termodifikasi dan Inkuiri Terbimbing. 2) ada perbedaan prestasi belajar kognitif dan psikomotor antara kreativitas tinggi dan rendah, namun tidak ada perbedaan prestasi belajar afektif antara kreativitas siswa tinggi dan rendah. 3) ada perbedaan prestasi belajar kognitif, afektif dan psikomotor antara kemampuan verbal tinggi dan rendah. 4) ada interaksi antara pembelajaran CTL melalui metode Inkuiri Bebas Termodifikasi dan Inkuiri Terbimbing dengan kreativitas siswa terhadap prestasi belajar kognitif namun tidak ada interaksi antara pembelajaran CTL melalui metode Inkuiri Bebas Termodifikasi dan Inkuiri Terbimbing dengan kreativitas terhadap prestasi belajar afektif dan psikomotor. 5) tidak ada interaksi antara pembelajaran CTL melalui metode Inkuiri Bebas Termodifikasi dan Inkuiri Terbimbing dengan kemampuan berpikir kritis terhadap prestasi belajar kognitif, afektif dan psikomotor 6) tidak ada interaksi antara kreativitas siswa dan kemampuan verbal terhadap prestasi kognitif, afektif dan psikomotor 7) tidak ada interaksi antara pembelajaran CTL melalui Inkuiri Bebas Termodifikasi dan Inkuiri Terbimbing dengan kreativitas siswa dan kemampuan verbal terhadap prestasi belajar kognitif, afektif dan psikomotor. Kata Kunci: pembelajaran CTL, Inkuiri Bebas Termodifikasi dan Inkuiri Terbimbing, kreativitas siswa, kemampuan verbal, prestasi belajar dan sistem commit to user peredaran darah.
xvi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Nurkhamid,, 2014 “Effect of Learning CTL With Modified Free Inquiry and Guided Inquiry Against Science Students prestation study Seen From Creativity And Verbal Ability” (Learning Material Circulatory System Class XI Science SMAN 1 Odd Semester Academic Year 2013/2014 Holy). THESIS: Supervisor I: Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd. Supervisor II: Prof. Dr. Sugiyarto, M.Si. Master of Science Education, Faculty of Teacher Training and Education, University March Surakarta. ABSTRACT This study aimed to determine differences in cognitive achievement, affective and psychomotor learning through methods CTL Modified Free Inquiry and Guided Inquiry, student creativity, verbal skills and interaction. This study was an experimental study. The population of this study were all students of class XI Science SMAN 1 academic year 2013/2014 Holy. Samples were taken with a random cluster sampling technique number 2 grade. Data collected by the test method for cognitive learning achievement, verbal ability, affective and achievement questionnaire for student creativity and observation results for psychomotor achievement. Analysis using ANOVA analysis 2x2x2. The results in this study were 1) there is no difference in learning achievement between the cognitive learning through methods CTL Modified Free Inquiry and Guided Inquiry, but there are differences in affective and psychomotor learning achievement between the approaches of inquiry through the inquiry method and the Modified Free Guided Inquiry. 2) there are differences in the cognitive and psychomotor learning achievement between high and low creativity, but there were no differences in affective learning achievement between students of high and low creativity. 3) there are differences in learning achievement of cognitive, affective and psychomotor between high and low verbal ability. 4) there is an interaction between the CTL learning through methods Modified Free Inquiry and Guided Inquiry by the creativity of the students to learn cognitive achievement, but there is no interaction between the CTL learning through methods Modified Free Inquiry and Guided Inquiry by the creativity of the affective and psychomotor learning achievement. 5) there is no interaction between the CTL learning through methods Modified Free Inquiry and Guided Inquiry with critical thinking skills to the learning achievement of cognitive, affective and psychomotor 6) there is no interaction between the students' creativity and verbal skills to achievement of cognitive, affective and psychomotor 7) no learning through interaction between CTL Modified Free Inquiry and Guided Inquiry with students' creativity and verbal skills to the learning achievement of cognitive, affective and psychomotor.
Keywords: learning CTL, Modified Free Inquiry and Guided Inquiry, student creativity, verbal ability, academic achievement and circulatory system.
commit to user
xvii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Pendidikan merupakan suatu aspek kehidupan yang cukup mendasar dalam pembangunan suatu bangsa dan negara. Dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah yang melibatkan guru sebagai pendidik dan siswa sebagai peserta didik, perlu diwujudkan adanya interaksi belajar mengajar yang baik. Pada penyelenggaraan pembelajaran di kelas guru selalu merencanakan kegiatan pembelajaran secara sistematis dan berpedoman pada aturan dan rencana pendidikan yang dikemas dalam bentuk kurikulum. Biologi sebagai bagian dari sains terdiri dari tiga aspek yang tidak terpisahkan yaitu biologi sebagai proses, produk dan sikap. Proses yang dimaksud disini adalah proses melalui kerja ilmiah, yaitu kritis terhadap masalah, mengembangkan hipotesis, merancang percobaan dan melakukan pengamatan serta menarik kesimpulan. Produk sains beupa konsep-konsep azas, prinsip, teori, dan hukum. Sikap dan watak ilmiah yang dikembangkan di dalam sains misalnya rasa ingin tahu, jujur, kritis, terbuka, disiplin, teliti, logis, serta antusiasme yang tinggi untuk memecahkan masalah. Pembelajaran biologi yang ideal akan berakibat pada berkembangnya ketrampilan proses sains siswa, tumbuhnya sikap ilmiah serta meningkatnya hasil belajar. Melakukan kegiatan sains dilandasi oleh pengembangan sikap ilmiah akan menjadikan belajar menjadi lebih bermakna. commit to user Konsep-konsep yang diperoleh melalui pengalaman akan mengendap di dalam
1
2 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
memori jangka panjang siswa. Kenyataannya, pembelajaran biologi selama ini masih berorientasi pada produk bukan pada proses. Keberhasilan
suatu
pembelajaran hanya di ukur dari sebernapa banyak konsep-konsep yang mampu dihapalkan
oleh
siswa.
Susanto
(2002:15)
menyatakan
permasalahan
pembelajaran biologi selama ini adalah: 1) Pengajaran biologi hanya berorientasi pada produk, bukan pada proses;
2) Pengajaran biologi hanya mencurahkan
pengetahuan tanpa didasarkan hasil kerja praktek; 3) pengajaran biologi berfokus pada menjawab pertanyaan yang telah diajarkan atau tertulis dalam bahan ajar. Untuk itu diperlukan suatu upaya dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan dan pengajaran salah satunya adalah dengan memilih strategi atau cara dalam menyampaikan materi pelajaran agar diperoleh peningkatan prestasi belajar siswa khususnya pelajaran Biologi. Misalnya dengan membimbing siswa untuk bersama-sama terlibat aktif dalam proses pembelajaran dan mampu membantu siswa berkembang sesuai dengan taraf intelektualnya akan lebih menguatkan pemahaman siswa terhadap konsep-konsep yang diajarkan. Pemahaman ini memerlukan minat dan motivasi. Tanpa adanya minat menandakan bahwa siswa tidak mempunyai motivasi untuk belajar. Untuk itu, guru harus memberikan suntikan dalam bentuk motivasi sehingga dengan bantuan itu anak didik dapat keluar dari kesulitan belajar. Permasalahan yang terjadi dalam pembelajaran biologi di SMA 1 Kudus yang semula sekolah SMA-RSBI sekarang menjadi SMA yang SSN sama dengan SMA negeri lainnya, Ternyata dalam proses pembelajarannya pada umumnya masih di dominasi dengan Teacher contered dan teoritis, biologi dianggap sebagai mata commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
3 digilib.uns.ac.id
pelajaran hapalan. Proses pembelajaran belum melatihkan siswa untuk menghubungkan pengetahuan yang diperoleh dengan kehidupan nyata di lapangan. Pembelajaran di sekolah belum mengajak siswa untuk membangun konsep sendiri berdasarkan pengalaman langsung sehingga hasil kemampuan diri siswa rendah. Beban materi yang banyak dengan waktu pembelajaran terbatas, menyebabkan guru kurang berinovasi mengembangkan model pembelajaran yang mampu menggali tiga aspek ilmiah dari siswa. Dampaknya adalah kemampuan siswa dalam membangun konsep belum maksimal , memori jangka panjang siswa rendah dan hasil akhir belajar siswa belum maksimal. Materi sistem peredaran darah merupakan salah satu materi biologi yang diajarkan pada siswa SMA kelas XI IPA pada semester Gasal. Hasil belajar siswa secara kuantatif masih belum maksimal meskipun nilai rerata sudah diatas KKM karena kesenjangan nilai tertinggi dengan terendah terpaut jauh. Berdasar data daftar nilai ulangan harian biologi siswa kelas XI IPA selama 2 tahun terlihat ada peningkatan dalam penentuan KKM dan rerata yang dicapai siswa. Tahun pelajaran 2011/2012 dengan KKM 77 siswa yang mencapai KKM 54% dengan rerata 76,25. Tahun pelajaran 2012/2013 nilai batas KKM 78 dinaikkan 1 angka, siswa yang mencapai KKM 57% dengan rerata 77,63. Materi sistem peredaran darah sangat kompleks, organ-organ yang terlibat peredaran darah juga bersifat abstrak sehingga siswa sulit menguasai konsep dengan cepat, Selama ini materi sistem peredaran darah membutuhkan alokasi waktu yang lebih lama dibanding materi pelajaran lain menyebabkan alokasi untuk materi lain dan pengayaan sangat terbatas. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
4 digilib.uns.ac.id
Berdasarkan uraian tersebut di atas penulis mencoba menerapkan salah satu model pembelajaran, yaitu metode pembelajaran Inkuiri baik Inkuiri terbimbing dan inkuiri bebas termodifikasi dapat mengungkapkan apakah dengan model tersebut dapat meningkatkan motivasi belajar dan prestasi Biologi. Penulis memilih model pembelajaran ini mengkondisikan siswa untuk terbiasa menemukan, mencari, mendikusikan sesuatu yang berkaitan dengan pengajaran. (Siadari, 2001: 4). Dalam metode pembelajaran Inkuiri siswa lebih aktif dalam memecahkan untuk menemukan sedang guru berperan sebagai pembimbing atau memberikan petunjuk cara memecahkan masalah itu. Pemilihan model Contxstual Teaching Learning (CTL) dengan di padu model pembelajaran Inkuiri terbimbing dan Inkuiri Bebas termodifikasi diharapkan pembelajaran dapat berlangsung lebih efektif dan efisien. Alokasi waktu pembelajaran sistem peredaran darah menggunakan model inkuiri terbimbing dan inkuiri bebas termodifikasi adalah 9 jam pelajaran. Tidak semua materi sistem peredaran darah disampaikan, hanya di pilih materi-materi yang esensiil yang di anggap mewakili seluruh materi. Pemilihan materi-materi esensiil dapat mengurangi alokasi waktu 50-70% dari alokasi
waktu semula.Model
Pembelajaran Contextual Teaching Learning (CTL) akan lebih efektif apabila di padu dengan metode pembelajaran yang sesuai dengan seperti Inkuiri terbimbing dan inkuiri bebas termodifikasi. Inkuiri terbimbing adalah pendekatan inkuiri saat guru membimbing siswa melakukan kegiatan dengan memberi pertanyaan awal dan mengarahkan kepada suatu diskusi. Gurupun mempunyai peran aktif dalam menentukan permasalahan dan tahap-tahap pemecahannya. Pendekatan inkuiri commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
5 digilib.uns.ac.id
terbimbing digunakan bagi siswa yang kurang berpengalaman belajar dengan pendekatan inkuiri. Dengan pendekatan ini, siswa belajar lebih berorientasi kepada bimbingan dan petunjuk dari guru, sehingga ia mampu memahami konsep-konsep pelajaran. Pada pendekatan itu, siswa akan dihadapkan kepada tugas-tugas yng relevan untuk diselesaikan, baik melalui diskusi kelompok maupun individual, agar bisa menyelesaikan masalah dan menarik suatu kesimpulan secara mandiri. Pembelajaran Biologi dengan model Contextual Teaching Learning (CTL) melalui Inkuiri terbimbing dan inkuiri bebas termodifikasi adalah pembelajaran yang diperkuat dengan sintaks yang dapat meningkatkan proses sains bagi siswa disertai membangun konsep-konsep yang diperoleh melalui pengalaman. Pengetahuan yang diperoleh dari pengalaman menjadi lebih bermakna dan kuat dalam memori jangka panjang, sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar kognitif. Proses untuk menemukan fakta dan konsep melaui kegiatan observasi dan eksperimen dapat meningkatkan ketrampilan proses sains siswa serta dapat menumbuhkan sikap ilmiah yang diperlukan dalam pembelajaran. Oleh karena itu medel Contextual Teaching Learning (CTL) yang dipadu dengan metode Inkuiri terbimbing dan inkuri bebas termodifikasi di duga dapat meningkatkan prestasi belajar kognitif, afektif dan psikomotor siswa. Peningkatan prestasi belajar siswa juga dipengaruhi oleh faktor internal. Faktor internal siswa yang perlu dikembangkan antara lain kreativitas dan kemampuan verbal. Kreativitas dan kemampuan verbal yang dimiliki oleh siswa bervariasi, tetapi selama ini guru kurang memperhatikan kedua aspek tersebut. commit to user
6 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Kreativitas yang terdapat pada diri siswa secara alamiah perlu ditingkatkan dan diberdayakan dengan iklim dan lingkungan yang disesuaikan dengan keberadaan diri siswa dalam mendukung dan tercapainya kegiatan pembelajaran. Kemampuan verbal sangat diperlukan dalam pembelajaran biologi agar siswa mampu merespon bahan ajar yang disampaikan oleh guru dan menuangkan kembali konsep-konsep yang dipelajarai secara lisan maupun tulisan sehingga dalam pembelajarannya akan tercapai efektif dan semua siswa akan mudah mempelajarinya. Siswa dengan kreativitas dan kemampuan verbal tinggi lebih mudah menyerap materi pembelajaran dan dapat memanggil kembali pengetahuan yang diperoleh dikemudian hari sehingga siswa yang kreatif dan berkemampuan verbal tinggi memiliki prestasi belajar lebih baik. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dilakukan penelitian tentang “Pengaruh Pembelajaran CTL Dengan Inkuiri Terbimbing dan Inkuiri Bebas Termodifikasi Terhadap Prestasi Belajar Siswa Ditinjau Dari Kreatifitas dan Kemampuan Verbal Siswa”.
B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka masalah yang timbul
dapat
diidentifikasi sebagai berikut: 1.
Pelaksanaan pembelajaran biologi di SMA 1 Kudus pada umumnya masih bersifat
teoritis
dan
belum
memberikan
mengembangkan ketrampilan proses sains. commit to user
ruang bagi
siswa
untuk
perpustakaan.uns.ac.id
2.
7 digilib.uns.ac.id
Orientasi pembelajaran biologi lebih terfokus pada produk pengetahuan bukan pada proses dalam memperoleh konsep pengetahuan baru.
3.
Guru kurang berani berinovasi mengembangkan model pembelajarn yang mampu menggali kemampuan diri siswa.
4.
Penyampaian materi sistem peredaran darah manusia membutuhkan waktu yang relatif lama agar dapat dipahami secara keseluruhan oleh siswa sehingga kurang efisien dalam waktu
5.
Kreativitas siswa dan kemampuan verbal siswa sangat bervariasi, tetapi guru belum memperhatikan pengembangan kedua aspek tersebut.
6.
Rata-rata nilai siswa kelas XI IPA SMA 1 Kudus pada materi sistem peredaran darah manusia belum maksimal karena masih di sekitar KKM dan sebagian masih dibawahnya.
C. Pembatasan Masalah Berdasarkan Identifikasi masalah di atas, permaasalahan yang muncul pada pembelajaran biologi sangat kompleks sehingga diperlukan pembatasan agar penelitian mempunyai arah dan fokus yang jelas. Pembatasan masalah da;am penelitian ini meliputi : 1. Model pembelajarn yang digunakan adalah model CTL 2. Metode pembelajaran yang digunakan adalah Inkuiri bebas termodifikasi dan inkuiri terbimbing 3. Proses pembelajaran yang disampaikan pada siswa menggunakan Ketrampilan Proses Sains yang diharapkan siswa aktif dan inovatif. commit to user
8 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
4. Kreativits siswa yang digunakan adalah kreativitas verbal, dibatasi atpada katagori tinggi dan rendah. Pengukuran kreativitas siswa menggunakan tes kreativitas verbal dari Munandar (1995). 5. Kemampuan verbal
siswa dibatasi dengan katagori tinggi dan rendah.
Pengukuran tes kemampuan verbal siswa menggunakan tes kemamurpuan verbal dari Sunarno (2009) 6. Materi bahan ajar yang digunakan adalah Sistem Peredaran Darah untuk kelas XI IPA semester gasal dengan Kompetensi Dasar (KD) menjelaskan keterkaitan stuktur, fungsi dan proses serta kelainan yang terjadi pada sistem peredaran darah. 7. Hasil belajar meliputi aspek kognitif, afektif dan psikomortor, pengukuran dilakukan sebagai berikut : a. Aspek kognitif, melalui tes evaluasi setiap pertemuan dan tes prestasi belajar b. Aspek Afektif, mengunakan lembar observasi dan angket. c. Aspek Psikomotor, menggunakan lembar observasi dan tes prestasi psikomotor.
D. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan masalah dalam penelitian ini sebageai berikut :
commit to user
9 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
1. Apakah terdapat pengaruh model pembelajaran CTL melalui Inkuiri bebas termodifikasi dan Inkuiri terbimbing terhadap prestasi belajar biologi siswa kelas XI IPA SMA 1 Kudus? 2. Apakah terdapat pengaruh kreativitas siswa terhadap prestasi belajar biologi siswa? 3. Apakah terdapat pengaruh Kemampuan memori verbal terhadap prestasi belajar biologi siswa? 4. Apakah terdapat interaksi model pembelajaran CTL melalui Inkuiri bebas termodifikasi dan Inkuiri terbimbing dengan kreativitas siswa terhadap prestasi belajar biologi siswa? 5. Apakah terdapat interaksi model pembelajaran CTL melalui Inkuiri bebas termodifikasi dan Inkuiri terbimbing kemampuan memori verbal siswa terhadap prestasi belajar biologi siswa? 6. Apakah terdapat interaksi antara kreativitas dengan
kemampuan memori
verbal siswa terhadap prestasi belajar biologi siswa? 7. Apakah terdapat interaksi antara pembelajaran model CTL melalui Inkuiri bebas termodifikasi dan Inkuiri terbimbing dengan kreativitas dan kemampuan memori verbal siswa terhadap prestasi belajar biologi siswa?
E. Tujuan Penelitian Sesuai dengan perumusan masalahan di atas, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: commit to user
10 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
1.
Pengaruh model pembelajaran CTL melalui Inkuiri bebas termodifikasi dan Inkuiri terbimbing terhadap prestasi belajar biologi siswa kelas XI IPA SMA 1 Kudus
2.
Pengaruh kreativitas siswa terhadap prestasi belajar biologi siswa
3.
Pengaruh Kemampuan memori verbal terhadap prestasi belajar biologi siswa
4.
Interaksi model pembelajaran CTL melalui Inkuiri bebas termodifikasi dan Inkuiri terbimbing dengan kreativitas siswa terhadap prestasi belajar biologi siswa
5.
Interaksi model pembelajaran CTL melalui Inkuiri bebas termodifikasi dan
6.
Inkuiri terbimbing kemampuan memori verbal siswa terhadap
prestasi
belajar biologi siswa antara kreativitas dengan kemampuan memori verbal siswa terhadap prestasi belajar biologi siswa 7.
Interaksi antara pembelajaran
model
CTL melalui Inkuiri bebas
termodifikasi dan Inkuiri terbimbing dengan kreativitas dan kemampuan memori verbal siswa terhadap prestasi belajar biologi siswa.
F. Manfaat Penelitian Hasil penelitian diharapkan dapat dimanfaatkan oleh fihak-fihak yang berkaitan dalam dunia pendidikan. Adapun manfaat penelitian teorini sebagai berikut:
commit to user
11 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
1.
Manfaat teoritis a.
Dapat memberikan sumbangan positif bagi pengembangan ilmu pengetahuan pad umumnya,khususnya dalam bidang pendidikan serta bahan acuan penelitian sejenis di masa yang akan datang.
b.
Dapat memberi masukan bagi para pendidik dalam memilih model dan metode pembelajaran yang memberikan efektivitas dalam pembelajaran.
2.
Manfaat praktis a. Bagi siswa Dapat menambah motivasi agar lebih aktif dan berprestasi dalam mata pelajaran biologi serta menerapkannya dalam kehidupan di masyarakat. b. Bagi guru 1) Memotivasi guru mengembangkan berbagai model pembelajaran yang mampu memberikan pengalaman belajar nyata bagi siswa. 2) Dapat memberikan gambaran penerapan model accelerated learning melalui concept mapping dan mind mapping di kelas. c. Bagi sekolah 1) Hasil penelitian ini dapat memberi inovasi proses pembelejaran di sekolah sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran biologi. 2) Dapat digunakan sebagai salah satu sarana untuk pegembangan kurikulum di sekolah. 3) Dapat meningkatkan prestasi sekolah. commit to user
12 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
d. Bagi peneliti Dapat
dijadikan
sebagai
salah
satu
bahan
pertimbangan
pengembangan penelitian yang relevan di masa yang akan datang.
commit to user
dan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori 1.
Belajar Belajar adalah merupakan kegiatan sehari-hari. Belajar adalah suatu proses
yang kompleks yang terjadi pada semua orang dan berlangsung seumur hidup, kegiatan belajar yang berupa perilaku kompleks itu telah lama menjadi objek penelitian ilmuwan. Karena kompleksnya masalah belajar, banyak sekali teori yang berusaha untuk menjelaskan bagaimana proses belajar itu terjadi (Miarso, 2004:550).Meskipun banyak teori belajar, namun ada kesamaan umum dalam mendefinisikan belajar. Empat rujukan yang terkandung dalam definisi belajar adalah: a) adanya perubahan atau kemampuan baru; b) perubahan atau kemampuan baru itu tidak berlangsung sesaat, tetapi menetap dan dapat disimpan (permanen); c) perubahan atau kemampuan baru tidak hanya timbul karena adanya usaha; dan d) perubahan atau kemampuan baru tidak hanya timbul karena faktor pertumbuhan (Miarso, 2004:550-551). Para guru perancang pembelajaran dan pengembang program-program pembelajaran yang profesional perlu memilih teori belajar yang relevan dan tepat untuk diterapkan dalam kegiatan pembelajaran yang akan dikembangkan. Galloway dalam Sukamto (1997:27) mmmengemukakan pendapat yang sama yaitu belajar merupakan suatu proses internal yang mencakup ingatan, retensi, commit to user
13
perpustakaan.uns.ac.id
14 digilib.uns.ac.id
pengolahan informasi, emosi dan faktor-faktor lain berdasarkan pengalamanpengalaman sebelumnya. Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan belajar adalah suatu perubahan di dalam kepribadian yang merupakan pola baru dari reaksi berupa kepandaian, kecakapan, sikap, kebiasaan atau suatu pengertian yang dihasilkan dari proses terjadinya hubungan antara stimulus dengan unsur di luar individudan potensi yang dimiliki oleh individu itu sendiri. 2.
Teori Belajar Kognitivisme
a.
Teori Belajar Ausubel Ausubel berpendapat pembelajaran haruslah bermakna. Pembelajaran
bermakna dapat diartikan sebagai suatu proses mengkaitkan informasi baru pada konsep-konsepyang relevan yang terdapat pada struktur kognitif seseorang. Ausubel menyatakan bahwa belajar dapat diklasifikasikan menjadi dua dimensi. Dimensi pertama berhubungan dengan cara informasi atau materi pelajaran disajikan pada siswa melalui penerimaan atau penemuan.
Dimensi kedua
menyangkut cara siswa mengkaitkan informasi dengan struktur kognitif yang dimiliki oleh siswa. Bermakna disini adalah apabila siswa mampu mengkaitkan informasi baru ke dalam konsep yang relevan pada struktur kognitif yang ada sebelumnya (Dahar, 1989). Tiga kondisi yang diperlukan dalam belajar bermakna yaitu: 1) materi yang harus dipelajari oleh siswa harus konseptual, jelas dan disajikan dengan bahasa dan contoh-contoh yang dapat diterima sesuai deangan pengetahuansiswa sebelumnya; 2) siswa harus memiliki pengetahuan yang commit to user
relevan dengan
15 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
pengetahuan yang akan diperoleh; 3) siswa harus memilih cara belajar penuh arti. Satu syarat terakhir guru hanya memiliki kontrol secara tidak langsung yaitu memotivasi siswa untuk belajar dengan mencoba memasukkan makna-makna baru ke dalam pengetahuan mereka, bukan hanya sekedar menghafal definisi konsep. Gagasan yang relevan dalam hal ini harus memperhakat pengalaman, tingkat perkembangan, intelegensia dan usia anak. b.
Teori Belajar Gagne Gagne dalam Indrawati (2001:35) menyatakan hasil-hasil belajar yang
diharapkan dapat tercapai bila dalam pembelajaran kondisi internal dan eksternal yang diciptakan oleh guru berhasil. Kondisi internal berupa pernyataanpernyataan internal siswa dan proses kognitif, hasil belajar yang diharapkan adalah informasi verbal, keterampilan intelektual, keterampilan motorik, sikap dan teknik kognitif.Guru harus mengetahui struktur kognitif anak dan teknik untuk memproses informasi baru dalam kondisi interna. Sebaliknya dalam kondisi eksternal, tujuan belajar harus jelas dan materi baru disajikan secara bermakna sehingga siswa dapat memprosesnya. Ketrampilan intelektual memungkinkan seseorang berinteraksi dengan lingkungannya melalui penggunaan simbol-simbol atau
gagasan-gagasan.
Ketrampilan
motorik
adalah
kemampuan
untuk
memperagakan kegiatan-kegiatan fisik dan keterampilan intelektual (Dahar, 1989) c.
Teori Belajar Piaget Piaget dalam Dahar (1989:152) memandang bahwa perkembangan kognitif
sebagai suatu proses ketika anak secara aktif membangun sistem makna dan pemahaman realitas melalui pengalaman-pengalaman dan interaksi-interaksi commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
16 digilib.uns.ac.id
mereka. Pemikiran Piaget tentang rekontruksi pengetahuan individu adalah proses belajar sebenarnya terdiri dari tiga tahapan, yaitu asimilasi, akomodasi dan keseimbangan kognitif. Asimilasi adalah proses penyatuan (pengintegrasian) informasi baru ke struktur kognitif yang sudah ada dalam benak siswa. Akomodasi adalah penyesuaian struktur kognitif ke dalam situasi baru. Sedangkan keseimbangan kognitif adalah penyesuaian berkesinambungan antara asimilasi dan akomodasi. Menurut Piaget, paling sedikit ada empat faktor utama yang mempengaruhi perkembangan kognitif anak, yaitu: (1) perkembangan organik dan perkembangan fisik; (2) latihan dan pengalaman; (3) interaksi sosial dan transmisi; (4) ekuilibrasi dan mekanismeny. Faktor yang paling penting dari keempatnya adalah faktor ekuilibrasi dan mekanismenya, dalam proses ini anak senantiasa dituntut untuk mengembangkan pemikiran dan pengetahuannya (Suparno, 2001). Menurut Piaget, setiap individu mengalami tingkat-tingkat perkembangan intelektual sebagai berikut: 1) Periode sensori motor (0-2 tahun) Pada periode ini anak mengatur alamnya dengan indra-indranya (sensori) dan tindakan-tindakannya (motor). Konsep-konsep yang tidak ada pada waktu lahir seperti konsep-konsep ruang, waktu, berkembang dan tercermin ke dalam pola-pola perilaku anak. 2) Periode pra-operasional (2-7 tahun) Periode ini disebut pra-operasional, karena pada umur ini anak belum mampu melaksanakan operasi-operasi mental.anak pada tingkat pra-operasional tidak commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
17 digilib.uns.ac.id
dapat berpikir reversible, mempunyai sifat egosentris yaitu sulit untuk menerima pandapat orang lain serta lebih menfokuskan diri pada aspek status tentang suatu peristiwa daripada transformasi dari suatu keadaan kepada keadaan lain. 3) Periode operasional konkret (7-11 tahun) Periode ini merupakan permulaan proses berfikir rasional yang berarti anak memiliki operasi-operasi logis yang dapat diterapkannya pada masalahmasalah konkret. Bila menghadapi suatu pertentangan antara pikiran dan persepsi, anak dalam periode ini memilih pengambilan keputusan secara logis. 4) Periode operasional formal (lebih dari 11 tahun) Pada periode ini anak akan dapat menggunakan operasi-operasi konkretnya untuk membantu operasi-operasi yang lebih kompleks dan mempunyai kemampuan untuk berfikir abstrak. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa kemampuan yang harus dimiliki oleh siswa yang dapat mencerminkan pengawasan konsep IPA adalah meliputi kemampuan intelektual, mengklasifikasi, menghubungkan, menganalisis dan menerapkan konsep yang diajarkan untuk memecahkan masalah, soal, atau kejadian. Siswa SMA atau yang sederajatnya menurut
Piaget masuk ke dalam
perkembangan kognitif pada tahap operasional formal karena berada pada rentang umur 11 atau 12 sampai 18 tahun. Usia 11-18 tahun anak telah dapat dikatakan menginjak usia remaja. Tahap operasional formal merupakan tahap terakhir dalam commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
18 digilib.uns.ac.id
perkembangan kognitif Piaget. Anak pada tahap operasional formal telah mampu berpikir secara logis, berpikir teoritis formal berdasarkan preposisi-preposisi dan hipotesis, serta dapat mengambil keputusan lepas dari yang diamati saat itu. Anak dapat berpikir abstrak dan dapat berpikir tidak hanya terikat oleh tempat dan waktu tetapi dapat pula berpikir mengenai sesuatu yang akan datang karena mampu berhipotesis (Suparno, 2001:26) d.
Teori Belajar Jerome Bruner Teori belajar Jerome Bruner menekankan bahwa dalam belajar yang
terpenting adalah cara-cara bagaimana orang memilih, mempertahankan dan mentranformasikan informasi secara aktif. Lebih jauh Bruner mengemukakan bahwaoses itu belajar melibatkan tiga proses yang berlangsung dalam waktu bersamaan. Ketiga proses itu adalah: (1) Memperoleh informasi baru, (2) Tranformasi informasi, dan (3) menguji relevansi dan ketepatan pengetahuan. Menurut Bruner dalam Ratna Wilis Dahar (1989:106) dikatakan bahwa: “We teach a subject not to produce little living libraries on that rather to get a student to think mathematicallyfor himself, to consider matters as an historian does, to take part in the process of knowledge-getting. Knowing is a process, not a product”. Ungkapan itu dapat dijabarkan: Dalam mengajarkan sains misalnya, kita bukan akan mengahsilkan catatan-catatan tentang sains melainkan kita ingin mengarahkan siswa agar berfikir secara matematis, berperan dalam proses perolehan pengetahua. Mengetahui itu suatu proses, bukan suatu produk. Lebih lanjut Bruner mengungkapkan bahwa belajar bermakna hanya dapat terjadi commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
19 digilib.uns.ac.id
melalui belajar penemuan. Pengetahuan yang diperoleh melalui belajar penemuan akan bertahan lama dan mempunyai efek transfer lebih baik. Belajar penemuan meningkatkan penalaran dan kemampuan fikir secara beas dan melatih ketrampilant kognitif untuk menemukan dan memecahkan masalah. 3.
Proses Belajar Mengajar Biologi Proses dalam pengertian disini merupakan interaksi semua komponen atau
unsur yang terdapat dalam belajar mengajar yang satu sama lainnya saling berhubungan (inter independent) dalam ikatan untuk mencapai tujuan (Usman, 2000: 5).Belajar diartikan sebagai proses perubahan tingkah laku pada diri individu berkat adanya interaksi antara individu dengan lingkungannya. Hal ini sesuai dengan yang diutarakan Burton bahwa seseorang setelah mengalami proses belajar akan mengalami perubahan tingkah laku, baik aspek pengetahuannya, keterampilannya, maupun aspek sikapnya. Misalnya dari tidak bisa menjadi bisa, dari tidak mengerti menjadi mengerti. (dalam Usman, 2000: 5). Mengajar merupakan suatu perbuatan yang memerlukan tanggungjawab moral yang cukup berat. Mengajar pada prinsipnya membimbing siswa dalam kegiatan suatu usaha mengorganisasi lingkungan dalam hubungannya dengan anak didik dan bahan pengajaran yang menimbulkan proses belajar.Proses belajar mengajar merupakan suatu inti dari proses pendidikan secara keseluruhan dengan guru sebagai pemegangn peran utama. Proses belajar mengajar merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi eduaktif untuk mencapai tujuan tertentu. Interaksi atau hubungan timbal balik antara guru dan siswa itu commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
20 digilib.uns.ac.id
merupakan syarat utama bagi berlangsungnya proses belajar mengajar yang sedang dilaksanakan (Usman, 2000: 4). 4.
Metode Pembelajaran CTL (Contextual Teaching Learning) Pendekatan pembelajaran merupakan jalan yang ditempuh oleh guru dan
siswa dalam mencapai tujuan instruksional untuk suatu satuan instruksional tertentu (Sagala, 2009: 69).Menurut Muhibin Syah (2004: 139) pendekatan pembelajaran didefinisikan sebagai segala cara atau seperangkat langkah operasional yang direkayasa untuk memecahkan atau mencapai tujuan belajar dalam menunjang efektifitas dan efisensi proses pembelajaran.Contextual Teaching and Learning (CTL) disebut juga pembelajaran kontekstual merupakan suatu pendekatan yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa dapat menerapkannya dalam kehidupan nyata (Sanjaya, 2008: 109). Pendekatan kontekstual merupakan konsep belajar yang membantu guru mengkaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya denga penerapannya dalam kehidupan sehari-hari sebagai anggota keluarga dan masyarakat (Wenno, 2008: 12).Hanafiah dan Cucu S. (2009: 67) mendefinisikan CTL sebagai suatu proses pembelajaran holistik yang bertujuan untuk membelajarkan siswa dalam memahami bahan ajar secara bermakna (meaningfull) yang dikaitkan dengan konteks kehidupan nyata, baik berkaitan dengan lingkungan pribadi, agama, sosial, ekonomi, maupun kultural.Menurut Johnson commit to user
21 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
(2007: 35) Pembelajaran dan pengajaran kontekstual melibatkan para siswa dalam aktivitas penting yang membantu
pelajaran akademis dengan konteks
kehidupanre nyata yang mereka hadapi sehingga menemukan makna atas apa yang dipelajari. Berdasarkan pengertian di atas, ada tiga konsep pembelajaran kontekstual. Pertama, CTL metenekankan pada keterlibatan siswa untuk mencari dan menemukan materi melalui pengalaman secara langsung.
Kedua, CTL
mendorong siswa menemukan hubungan antara materi yang dipelajari dengan situasi kehidupan nyata. Ketiga, CTL mendorong siswa menerapkan materi yang dipelajari dalam kehidupan nyata (Sanjaya, 2008: 109-110).Pembelajaran menggunakan model Contekstual Teaching Learning (CTL) pada materi sistem peredaran darah manusia dapat dilakukan pada siswa SMA karena sudah memiliki kemamppuan
kognitif secara simultan maupun berurutan. Inkuiri bebas
termodifikasi dan Inkuiri terbimbing merupakan metode yang dapat diterapkan untuk membantu model CTL. Pertimbngannya adalah siswa SMA (usia 15-18 tahun) sudah dapat melakukan analisis dan berpikir abstrak dan logis dengan menggunakan pola pikir, mengkaitkan konsep-konsep serta bekerja secara sistematis dan efektif serta dapat memadukan antara faktor internal dan eksternal. a. Karakteistik dalam CTL CTL memiliki beberapa karakteristik yang perlu diperhatikan oleh guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran.Menurut Sanjaya (2008:110) terdapat lima karakteristik dalam CTL yaitu:1)Pembelajaran harus memperhatikan pengetahuan yang sudah dimiliki oleh peserta didik.2)Belajar dalam rangka memperoleh dan commit to user
22 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
menambah pengetahuan baru dengan cara deduktif yaitu pembelajaran dimulai dengan
mempelajari
secara
keseluruhan
menuju
ke
bagian-bagian
khusus.3)Pembelajaran harus ditekankan pada pemahaman siswa.4)Pengetahuan dan pengalaman
yang diperoleh harus diaplikasikan dalam kehidupan
siswa.5)Adanya refleksi terhadap strategi pengembangan pengetahuan. b. Prinsip dalam CTL Pembelajaran kontekstul memiliki 3 prinsip melandasi pelaksanaan proses pembelajaran.Menurut Johnson (2007:69-85) ketiga prinsip tersebut antara lain kesaling-bergantungan/intedependensi (prinsip ini mengajak para pendidik untuk mengenali keterkaitan mereka dan bekerja sama dengan pendidik lain,peserta didik,masyarakat,dan lingkungannya).Prinsip perbedaan/diferensiasi (mendorong peserta
didik
menghasilkan
keberagaman,perbedaan,dan
keunikan).Prinsip
pengaturan diri (proses pembelajaran diatur,dipertahankan,dan disadari oleh peserta didik sendiri dalam rangka mengeluarkan seluruh potensinya). c. Komponen dalam CTL Menurut Sanjaya (2008:118-123) pembelajaran CTL mempuyai tujuh komponen yaitu:konstruktivisme (constructivism),menemukan (inquiri),bertanya (questioning),masyarakat (modeling),refleksi
belajar
(reflection),dan
(learning penilaian
yang
community),pemodelan sebenarnya
(authentic
assesment). 1) Konstruktivisme (constructivism) Konstruktivisme adalah teori belajar yang ,menyatakan bahwa pengetahuan yang di bangun siswa sedikit demi sedikit dari pengalaman-pengalaman baru commit to user
23 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
melalui penemuan dan mentransformasikan informasi ke dalam situasi lain secara kontekstual.Bukan sekedar menerima pengetahuan sebab siswa sebagai pusat dalam pembelajaran. Pewmbelajaran konstruktivisme berfokus pada proses menyusun arti, baik dari sudut pandang mereka sendiri atau dari interaksi dengan orang lain. Untuk teori belajar konstruktivisme dibedakan dua bentuk, yaitu konstruktivisme individu dan konstruktivisme sosial. Konstruktivisme Individu fokus pada “inner psikologi” manusia, yaitu mengartikan sesuatu dengan menggunakan pengetahuan dan keyakinan secara individu. Pengetahuan bukan cerminan dari luar walaupun pengalaman mempengaruhi pemikiran
dan pemikiran mempengaruhi pengetahuan.
Pengetahuan disusun dengan mentranformasikan, mengorganisasikan dan mereorganisasikan pengetahuan sebelumnya. Sedangkan untuk konstruktivisme sosial, Vygotsky meyakini bahwa interaksi sosial, unsur-unsur budaya dan aktivitasnya adalah yang membentuk pengembangan dan pembelajaran individu, atau dengan kata lain, pengetahuan disusun berdasarkan interaksi sosial dalam konteks sosial budayanya. Pengetahuan merefleksikan dunia luar yang disaring dan dipengaruhi oleh budaya, bahasa, keyakinan dan interaksi antar sesama, pengajaran klasikal dan role modelling (Salvin, 2008). 2) Menemukan (inquiri) Inquiri berarti proses pembelajaran didasarkan pada pencarian dan penemuan melalui proses berfikir secara sistematis.Proses inquiri terdiri atas merumuskan masalah,mengajukan membuat kesimpulan.
hipotesis,mengumpulkan commit to user
data,menguji
hipotesis,dan
24 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3) Bertanya (questioning) Bertanya dapat dipandang sebagai refleksi dari keingintahuan setiap individu.Guru dalam pembelajaran CTL tidak menyampaikan informasi begitu saja tetapi memancing agar siswa dapat menemukan sendiri.Kegiatan bertanya akan sangat berguna untuk menggali informasi tentang kemampuan siswa dalam penguasaan materi,membangkitkan motivasi belajar,merangsang keingintahuan siswa,memfokuskan siswa,dan membimbing siswa untuk menemukan dan menyimpulkan materi. 4) Masyarakat belajar (learning community) Konsep masyarakat belajar dalam CTL menyarankan agar hasil pembelajaran diperoleh melalui kerja sama dengan orang lain.Kerja sama itu dapat dilakuan dalam bentuk belajar kelompok baik formal maupun nonformal.Hasil belajar dapat diperoleh dari hasil sharing tukar pengalaman tau informasi antar teman maupun antar kelompok. 5) Pemodelan (modeling) Pemodelan dapat diartikan bahwa proses pembelajaran dilakukan dengan memperagakan sesuatu sebagai contoh yang dapat ditiru oleh setiap siswa.Proses memperagakan tidak hanya terbatas pada guru saja tetapi juga dapat memanfaatkan siswa yang dianggap memiliki kemampuan.Proses memperagakan juga dapat dilakukan dengan cara mendatangkan nara sumber dari luar yang dapat membantu memahamkan siswa.
commit to user
25 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
6) Refleksi (reflection) Refleksi adalah proses pengendapan pengalaman yang telah dipelajari yang dilakukan
dengan
cara
mengurutkan
kembali
kejadian
atau
peristiwa
pembelajaran yang telah dilalui. Refleksi dapat dilakukan dengan cara memberi kesempatan di akhir pembelajaran pada siswa untuk mengingat kembali apa yang telah dipelajari kemudian siswa diberi kebebasan menafsirkan dan menyimpulkan pengalamannya sendiri. 7) Penilaian yang sebenarnya (authentic assement) Penilaian yang sebenarnya merupakan proses yang dilakukan guru untuk mengumpulkan informasi tentang perkembangan belajar yang dilakukan siswa. Penilaian autentik dilakukan dengan cara terintegrasi dengan proses pembelajaran. Penilaian dilakuakan secara terus-menerus selama kegiatan pembelajaran berlangsung sehingga penekananya pada proses belajar bukan hasil belajar.Peran guru dalam CTL adalah sebagai fasilitator untuk siswa menemukan makna (pengetahuan). Setiap siswa memiliki potensi keinginan untuk menemukan makna segala sesuatu yang dipelajari. Tugas utama pendidik adalah memberdayakan potensi kodrati siswa untuk menemukan makna dari materi yang diajarkan. Setiap materi yang disajikan mempunyai makna dengan kualitas yang beragam. Makna yang berkualitas adalah makna konstektual yaitu dengan menghubungkan materi ajar dengan lingkungan personal dan sosial (Johnson, 2007:_20).
commit to user
26 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
5.
Inkuiri Terbimbing (Guided Inquiry Approach) Pendekatan Inkuiri Terbimbing adalah pendekatan inkuiri saat guru
membimbing siswa melakukan kegiatan dengan memberi pertanyaan awal dan mengarahkan kepada suatu diskusi. Gurupun mempunyai peran aktif dalam menentukan permasalahan dan tahap-tahap pemecahannya. Pendekatan inkuiri terbimbing digunakan bagi siswa yang kurang berpengalaman belajar dengan pendekatan inkuiri . Dengan pendekatan ini, siswa belajar lebih berorientasi kepada bimbingan dan petunjuk dari guru, sehingga ia mampu memahami konsep-konsep pelajaran. Pada pendekatan itu, siswa akan dihadapkan kepada tugas-tugas yng relevan untuk diselesaikan, baik melalui diskusi kelompok maupun individual, agar bisa menyelesaikan masalah dan menarik suatu kesimpulan secara mandiri.Pada dasarnya, selama proses belajar, siswa akan memperoleh pedoman sesuai dengan yang diperlukan. Pada tahap awal, guru banyak memberikan bimbingan. Kemudian pada tahap-tahap berikutnya bimbingan tersebut dikurangi sehingga siswa mampu melakukan proses inkuiri secara mandiri.Bimbingan yang diberikan dapat berupa pertanyaan-pertanyaan dan diskusi multiarah
yang menggiring siswa agar bisa memahami konsep
pelajaran matematika. Selain itu, bimbingan dapat pula diberikan melalui lembar kerja siswa yang terstruktur. Selama berlangsungnya proses belajar, guru harus memantau kelompok diskusi siswa, sehingga guru sanggup memberikan petunjukpetunjuk kepada siswa.
commit to user
27 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
a) Strategi Pembelajaran Guided Inquiry Ada berbagai macam metode mengajar yang baik, namun tidak ada satu metode mengajar yang baik untuk semua pengajaran, Suatu strategi pembelajaran akan berjalan efektif dalam mencapai tujuan tergantung pada kondisi masingmasing
unsur
yang
terlibat
dalam
proses
belajar
mengajar
secara
faktual.Kemampuan siswa, kemampuan guru, sifat materi, sumber belajar, media pengajaran, faktor logistik, tujuan yang ingin dicapai, adalah unsur-unsur pengajaran yang berbeda-beda di setiap tempat dan waktu (Gulo, 2002).Standar kompetensi yang dikembangkan dalam kurikulum berbasis kompetensi, merupakan standar minimal pengetahuan, ketrampilan dan sikap yang harus dicapai dan mampu dilakukan oleh siswa pada setiap tingkatan dalam suatu mata pelajaran.Sedangkan standar kompetensi dalam bidang Biologi pada jenjang SMA ditekankan pada kemampuan bekerja ilmiah, dan kemampuan memahami konsepkonsep sains serta kemampuan dalam menerapkannya dalam kehidupan (Amri, 2010). Dengan mengimplementasikan Guided Inquiry, ada bebarapa kriteria sasaran belajar yang dapat dicapai oleh guru biologi sebagian bagian dari sains (IPA) menyediakan berbagai pengalaman belajar untuk memahami konsep dan proses sains. Oleh karena itu, pembelajaran biologi harus mengutamakan keterlibatan penngalaman langsung sehingga dapat mengembangkan sejumlah ketrampilan proses seperti melakukan observasi, menyusun hipotesis, menggunakan bahanbahan dan peralatan secara tepat dan benar, mengajukan pertanyaan, menggolonggolongkan, menafsirkan data dan mengkomunikasikan hasil temuannya. Dengan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
28 digilib.uns.ac.id
kata lain, inkuiri sangat penting diterapkan dalam proses belajar mengajar, karena dengan Guided Inquiry akan melibatkan peserta didik secara langsung dalam proses pembelajaran, sehingga peserta didik akan lebih mempunyai ketrampilan proses dan penguasaan konsep yang lebih baik (Amri, 2010). Hal itu diperkuat juga oleh Michal Zion dalam jurnalnya menyatakan bahwa pembelajaran Guided Inquiry menghasilkan peningkatan pemahaman konsep melalui mengajukan pertanyaan, mengajukan hipotesis, mengumpulkan data, menganalisis data dan mengkomunikasikan data. Selain itu, Guided Inquiry juga membuat siswa melakukan aktivitas kognitif seperti ilmuan. Pengembangan Guided Inquiry merupakan salah satu komponen penting dari pendekatan pembelajaran kontekstual dan kontruk tivistik yang telah berkembang pesat dalam proses pembaharuan pendidikan di Indonesia dewasa ini. Teori kontruktivisme menegaskan bahwa siswa harus membangun pengetahuannya sendiri. Dengan belajar melalui strategi pembelajaran inkuiri siswa akan terlibat dalam proses membangun dan mereorganisasi struktur pengetahuannya melalui penggabungan konsep-konsep yang sudah dimiliki sebelumnya dengan ide-ide baru yang didapatkan (Trianto, 2007). Hasil belajar yang diperoleh siswa dapat ditunjukkan dari perubahan tingkah laku siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Rustaman (2002) menyatakan bahwa pandangan kontrutivisme adalah keberhasilan belajar tergantung tidak hanya pada lingkungan atau kondisi belajar, tetapi juga pada pengetahuan awal siswa. Pengetahuan yang dibangun oleh seseorang bergantung pada pengalamannya dan hasil persepsi yang berbedabeda. Oleh karena itu, makna yang dihasilkan bisa berbeda pula. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
29 digilib.uns.ac.id
Pendekatan kontekstual merupakan pendekatan pembelajaran yang lebih menekankan pada upaya guru untuk membuat kaitan antara materi pembelajaran dengan situasi dunia nyata siswa serta mendorong siswa untuk menghubungkan pengetahuan yang sudah dimilikinya dengan penerapan dalam kehidupannya sehari-hari. Oleh karena itu, pendekatan kontekstual sangat erat kaitannya dengan inkuiri yang menekankan kegiatan pada proses belajar dengan melakukan sehingga siswa tidak hanya belajar untuk sebanyak mungkin menghafal fakta dan kosep yang sudah ada di buku-buku teks saja, melainkan terlibat dalam kegiatan mempelajari proses pencarian dan penemuan fakta-fakta dan konsep-konsep berdasarkan masalah-masalah kontekstual yang ada di sekitarnya.(Amri, 2010) Inquiry dalam bahasa Inggris yang berarti pertanyaan, pemeriksaan atau penyidikan. Guided Inquiry merupakan suatu rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, analitis, sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penyidikannya dan menemukan konsep dengan penuh rasa percaya diri (Gulo, 2002).Strategi Guided Inquiry dalam sains adalah sesuatu yang sangat manantang dan melahirkan interaksi antara siswa yakni sebelumnya terhadap suatu bukti baru untuk mencapai pemahaman yang lebih baik, melalui proses dan metodeeksplorasiuntuk menguji gagasan-gagasan baru. Hal ini melibatkan sikap-sikap untuk mencari penjelasan dan menghargai gagasan orang lain, terbuka terhadap gagasan baru, berpikir kritis, jujur, kreatif, dan berpikir lateral (Wenno, 2008). Guided Inquiry bertujuan untuk mengembangkan kemampuan intelektual seluruh potensi peserta didik termasuk pengembangan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
30 digilib.uns.ac.id
emosional dan pengembangan ketrampilan.Pada hakikatnya, Guided Inquiry merupakan suatu proses. Proses ini bermula darimerumuskan masalah, mengembangkan hipotesis, mengumpulkan bukti, menguji hipotesis, dan menarik kesimpulan sementara, menguji kesimpulan sementara supaya sampai pada kesimpulan yang pada taraf tertentu diyakini oleh peserta didik yang bersangkutan.(Gulo, 2002). Hampir senada dengan pernyataan gulo, menurut Opara dalam jurnalnya mengatakan bahwa metode pembelajaran Guided Inquiry memberikan efek yang signifikan tentang pemahaman siswa, selain itu juga memberikan efek terhadap minat, sikap dan prestasi siswa.Pembelajaran Guided Inquiry, siswa berkesempatan belajar dalam hal menginvestigasi masalah, mengkonstruk pemahamannya dan mencari pemecahan masalah. Menurut Tessier (2010) menyatakan bahwa penggunaan Guided Inquiry menghasilkan peningkatan terhadap kualitas pembelajaran sains dan membuat siswa lebih tertarik dalam pelajaran biologi. Dilihat dari sudut pandang lain, Guided Inquiry terdiri dari banyak proses belajar yang meliputi beberapa kegiatan ilmlah, diantaranya adalah : 1) Mengobservasi, yaitu suatu kegiatan mengamati obyek untuk mendapatkan informasi yang sebanyak-banyaknya tentang obyek tersebut. 2) Merumuskan pertanyaan yang relevan, setelah mendapatkan banyak informasi dari kegiatan observasi, kemudian muncullahpertanyaan yang berhubungan untuk mendapat pengetahuan baru. 3) Mengkaji literatur dari buku-buku atau sumber-sumber lain yang relevan. Untuk mendapatkan jawaban sementara atas pertanyaan yang dirumuskan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
31 digilib.uns.ac.id
maka perlu mengkaji sumber informasi yang mendukung dan relevan.hasil kajian juga dapat dijadikan deduksi atau penguat/dasar untuk melaksanakan percobaan. 4) Merencanakan penyelidikan, setelah mengumpulkan informasi sebagai dasar yang kuat, kegiatan dilanjutkan dengan merencanakan penyelidikan dimana rencana ini akan menjadi panduan dalam melaksanakan penyelidikan. 5) Mereview pengetahuan yang dimiliki, setelah mantap dalam perencanaan dan dasar teori perlu mempersiapkan pengetahuan yang dimilikiuntuk persiapan diri melaksanakan penyelidikan. 6) Melaksanakan penyelidikan menggunakan perencanaan yang telah disusun menggunakan alat dan bahan yang tersedia untuk mendapatkan data yang diinginkan. 7) Menganalisis dan menginterprentasikan data pengamatan hasil penyelidikan kemudian membuat prediksi. 8) Menyusun laporan untuk mengkomunikasikan hasil atau kesimpulan. (Amri, 2010). Pelaksanaan pembelajaran Guided Inquiry, Gulo (2002) menyatakan bahwa kemampuan yang diperlukan untuk melaksanakan pembelajaran Guided Inquiry adalah sebagai berikut: 1) Mengajukan pertanyaan atau permasalahan Kegiatan inkuiri dimulai ketika pertanyaan atau permasalahan diajukan. Untuk meyakinkan bahwa pertanyaan sudah jelas, pertanyaan tersebut dituliskan di papan tulis, kemudian siswa diminta untuk merumuskan hipotesis. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
32 digilib.uns.ac.id
(a) Merumuskan hipotesis Hipotesis adalah jawaban sementara atas pertanyaan atau solusi perma salahan yang dapat diuji dengan data. Untuk memudahkan proses ini, guru menanyakan kepada siswa gagasan mengenai hipotesis yang mungkin. Dari semua gagasan yang ada, dipilih salah satu hipotesis yang relevan dengan permasalahan yang diberikan. (b) Mengumpulkan data Hipotesis digunakan untuk menuntut proses mengumpulan data. Data yang dihasilkan dapat berupa tabel, matrik, atau grafik. (c) Analisis data Siswa bertanggung jawab menguji hipotesis yang telah dirumuskan dengan menganalisis data yang telah diperoleh. Faktor penting dalam menguji hipotesis adalah pemiiran “ benar atau salah “.Setelah memperoleh kesimpulan, dari data percobaan, siswa dapat menguji hipotesis yang telah dirumuskan. Bila ternyata hipotesis itu salah atau ditolak, siswa dapat menjelaskan sesuai dengan proses inkuiri yang telah dilakukannya. (d) Membuat kesimpulan Langkah penutup dari pembelajaran inkuiri adalah membuat kesimpulan sementara berdasarkan data yang diperoleh siswa. Pembelajaran akan lebih bermakna jika siswa diberi kesempatan untuk tahu dan terlibat secara aktif dalam menemukan konsep dari fakta-fakta yang dilihat dari lingkungan dengan diberikan guru. Tahapan pembelajaran Guided Inquiry dikemukakan oleh Eggen & Kauchak (1996) sebagai berikut : commit to user
33 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 2.3 Tahapan Pembelajaran Guided Inquiry (Inkuiri Terbimbing).
Fase
Perilaku Guru
1. Menyajikan
Dalam kegiatan ini guru membimbing siswa
pertanyaan
atau mengidentifikasi masalah yang ada dan
masalah
dituliskan dipapan tulis. Guru membagi siswa dalam kelompok
2. Membuat hipotesis
Guru memberikan kesempatan pada siswa untuk berpendapat dan membimbing siswa menentukan hipotesis yang relevan
3. Merancang Percobaan
Guru memberikan kesempatan pada siswa untuk menemukan dan mengurutkan langkahlangkah yang sesuai dengan hipotesis yang akan dilakukan
4. Melakukan percobaan
Guru membimbing siswa mendapat informasi untuk melalui percobaan
memperoleh informasi 5. Mengumpulkan
dan Guru
menganalisis data
memberi
kelompok
untuk
kesempatan
pada
menyampaikan
tiap hasil
pengolahan data yang terrkumpul 6. Membuat kesimpulan
Guru membimbing siswa dalam membuat kesimpulan
commit to user
34 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 2.4 Tahapan Pembelajaran menggunakan CTL yang dimodifikasi dengan Guided Inquiry (Inkuiri Terbimbing). Fase 1. Menyajikan pertanyaan atau masalah
CTL bertanya (questioning)
2. Membuat hipotesis
menemukan (inquiri)
3. Merancang Percobaan
masyarakat belajar (learning community) masyarakat belajar (learning community)
4. Melakukan percobaan untuk memperoleh informasi 5. Mengumpulka n dan menganalisis data 6. Membuat kesimpulan
Perilaku Guru Dalam kegiatan ini guru membimbing siswa mengidentifikasi masalah yang ada dan dituliskan dipapan tulis. Guru membagi siswa dalam kelompok Guru memberikan kesempatan pada siswa untuk berpendapat dan membimbing siswa menentukan hipotesis yang relevan Guru memberikan kesempatan pada siswa untuk menemukan dan mengurutkan langkah-langkah yang sesuai dengan hipotesis yang akan dilakukan Guru membimbing siswa mendapat informasi melalui percobaan
menemukan (inquiri)
Guru memberi kesempatan pada tiap kelompok untuk menyampaikan hasil pengolahan data yang terrkumpul
menemukan (inquiri)
Guru membimbing siswa dalam membuat kesimpulan
Menurut Amri (2010) pembelajaran dengan pendekatan Guided Inquiry ditandai dengan beberapa ciri sebagai berikut: a) dalam kegiatan, inkuiri menekankan ketrampilan proses, b) siswa mencari sendiri jawaban dari permasalahan yang ada, c) siswa aktif dan antusias dalam memecahkan masalah yang ada, d) masalah yang ditemukan ditemakan dan dipecahkan siswa, e) siswa merumuskan hipotesis sebagai jawaban sementara atas permasalahan, f) siswa merencanakan cara pengumpulan data dengan melakukan pengamatan dan mengkaji literatur, g) siswa melakukan percobaan secara individu atau kelompok commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
35 digilib.uns.ac.id
untuk mendapatkan data yang digunakan dalam uji hipotesis, h) siswa mengolah data hingga pada kesimpulan. Berdasarkan ciri-ciri model pembelajaran Guided Inquiry diatas, guru berusaha membimbing dan membiasakan siswa untuk terampil berpikir secara logis, kritis dan analitis karena mereka mengalami keterlibatan secara mental maupun secara fisik seperti terampil menggunakan alat, terampil untuk merangkai peralatan percobaan dan sebagainya. Sasaran utama kegiatan mengajar dengan strategi ini adalah: 1) keterlibatan siswa secara maksimal dalam proses kegiatan belajar. Kegiatan belajar melibatkan kegiatan mental intelektual dan social emosional, 2) keterarahan kegiatan secara logis dan sistematis pada tujuan pengarahan, 3) mengembangkan sikap percaya diri siswa tentang apa yang ditemukan dalam proses Guided Inquiry, 4) untuk menyusun strategi yang terarah pada siswa agar dapat berinkuiri secara maksimal sasaran yang perlu diperhatikan adalah kondisi-kondisi yang memungkinkan siswa dalam memperoleh dan memproses informasi. Joyce mengemukakan kondisi-kondisi umum yang merupakan syarat bagi timbulnya kegiatan Guided Inquiry bagi siswa. Kondisi tersebut ialah: a) aspek sosial didalam kelas dan suasana terbuka yang mengundang siswa berdiskusi. Hal ini menuntut adanya Suasana bebas di dalam kelas, dimana tidak adanya tekanan pada siswa. Adanya rasa takut atau rasa rendah diri, atau rasa malu dan sebagainya, baik terhadap teman, siswa maupun terhadap guru adalah faktor-faktor yang menghambat terciptanya suasana bebas di kelas. Kebebasan berbicara dan pemberian peng hargaan walaupun pendapat tidak relevan atau tepat, perlu selalu dipelihara dalam commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
36 digilib.uns.ac.id
batas-batas disiplin anda, b) Guided Inquiry pada dasarnya berfokus pada hipotesis.Siswa perlu menyadari bahwa pada dasarnya semua pengetahuan bersifat tentatif yang berarti tidak ada kebenaran yang bersifat mutlak. Dengan kata lain, kebenaran selalu bersifat sementara. Sikap terhadap pengetahuan yang demikian perlu dikembangkan. Dengan demikian, maka penyelesaian hipotesis merupakan fokus strategi Guided Inquiry. Apabila pengetahuan dipandang sebagai hipotesis, maka kegiatan belajar berkisar sebagai sekitar pengujian hipotesis. Dengan pengajuan berbagai informasi yang relevan. Dengan adanya sudut pandang yang berbeda di antara siswa maka sedapat mungkin dimungkinkan adanya variasi penyelesaian masalah sehingga inkuiri bersifat open ended. Inkuiri bersifat open ended jika ada berbagai kesimpulan yang berbeda dari siswa masing-masing dengan argument yang benar. Di samping inkuiri terbuka terkenal pula inkuiri tertutup, yaitu jika hanya ada satu-satunya kesimpulan yang benar sebagai hasil proses Inquiry, c) penggunaan kata sebagai evidensi yang berarti penggunaannya di dalam kelas dibicarakan validitas dan reabilitas tentang fakta sebagaimana dituntut dalam pengujian hipotesis pada umumnya. Melalui pembelajaran yang berbasis Guided Inquiry, siswa belajar sains sekaligus juga belajar metode sains.Proses Guided Inquiry memberi kesempatan kepada siswa untuk memiliki pengalaman belajar yang nyata dan aktif, siswa dilatih bagaimana memecahkan masalah sekalipun membuat keputusan. Pembelajaran berbasis Guided Inquiry memungkinkan siswa belajar sistem karena disini memungkinkan terjadinya integrasi dari berbagai disiplin ilmu. Ketika siswa melakukan eksplorasi akan muncul pertanyaan-pertanyaan matematika, commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
37 digilib.uns.ac.id
bahasa, ilmu social, seni atau teknik.Peran guru dalam pembelajaran inkuiri lebih dari sebagai pemberi bimbingan, arahan jika diperlukan siswa. Dalam proses Guided Inquiry siswa dituntut bertanggung jawab terhadap proses belajarnya, sehingga guru harus menyesuaikan diri dengan kegiatan yang dilakukan oleh siswa agar tidak mengganggu proses belajar siswa. (Amri, 2010). Adapun keunggulan lain menurut Sanjaya (2006) yang berhubungan dengan gaya belajar bahwa strategi pembelajaran inkuiri memberikan ruang kepada siswa untuk belajar sesuai dengan gaya belajar mereka. Oleh karena itu, dengan menggunakan strategi pembelajaran inkuiri maka akan terakomodasi beranekaragamnya gaya belajar dan dimilik tiap siswa. 6.
Inkuiri Bebas yang Dimodifikasi (Modified Free Inquiry Approach) Pendekatan ini merupakan kolaborasi atau modifikasi dari kedua pendekatan
inkuiri sebelumnya yaitu pendekatan inkuiri terbimbing dan pendekatan inkuiri bebas. Meskipun begitu, permasalahan yang akan dijadikan topik untuk diselidiki tetap diberikan atau tetap mempedomani acuan kurikulum yang telah ada artinya, dalam pendekatan ini siswa tidak dapat memilih atau menentukan masalah untuk diselidiki secara secara sendiri, namun ia belajar dengan pendekatan ini dalam menerima masalah dari gurunya untuk dipecahkan dan tetap memperoleh bimbingan. Tetapi bimbingan yang diberikan lebih sedikit daripada inkuiri terbimbing dan tidak terstruktur. Dalam pendekatan inkuiri jenis ini, guru membatasi memberi bimbingan agar siswa berupaya terlebih dahulu secara mandiri, dengan harapan ia bisa menemukan sendiri penyelesaiannya. Namun, apabila ada siswa yang tidak mampu menyelesaikan permasalahannya maka commit to user
38 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
bimbingan dapat diberikan secara tidak langsung dengan memberikan contohcontoh yang relevan dengan permasalahan yang dihadapi atau melalui diskusi dengan siswa dalam kelompok lain. Selain ketiga jenis pendekatan inkuiri berdasarkan besarnya intervensi guru terhadap siswa tersebut, masih terdapat beberapa jenis pendekatan inkuiri lainnya. Achmad A. Hinduan, dkk., k Edi Hendri M.
mengemukakan empat jenis
pendekatan untuk mengembangkan model inkuiri. Keempat pendekatan tersebut adalah pendekatan rasional (rational approach), pendekatan penemuan murni (pure discovery approach), pendekatn penemuan terbimbing (guided discovery approach) dan pendekatn eksperimental (eksperimental approach). a.
Strategi Pembelajaran Inkuiri Bebas Termodifikasi (Free Modified Inquiry) Strategi pembelajaran ini dimana guru hanya berperan sebagai pendorong,
nara sumber dan bertugas memberikan bantuan yang diperlukan untuk menjamin kelancaran proses belajar siswa. Pada saat siswa melakukan proses belajar untuk mencari pemecahan atau jawaban dari masalah yang diajukan oleh guru, bantuan yang dapat diberikan diberikan oleh guru berupa teknik-teknik pertanyaan dan bukan berupa penjelasan ataupun bimbingan dapat diberikan secara tidak langsung dengan memberikan contoh-contoh yang relevan dengan permasalahan yang dihadapi. Hal ini dimaksudkan agar siswa tetap dirangsang berpikir untuk mencari dan menemukan cara-cara penelitian yang tepat. Belajar bermakna bagi siswa apabila mereka mendapat kesempatan untuk mengajukan pertanyaan, melaksanakan penyelidikan, mengumpulkan data, membuat kesimpulan dan berdiskusi. Dengan kata lain siswa terlibat secara langsung dalam pembelajaran commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
39 digilib.uns.ac.id
aktif yang ada pada gilirannya akan membimbing atau mengarahkan mereka pada pembelajaran inkuiri. Bruner (dalam Dahar, 1978) mengemukakan bahwa penggunaan pendekatan inkuiri menghasilkan aspek yang baik. Pertama meningkatkan potensi intelektual siswa karena mereka mendapat kesempatan untuk mencari dan menemukan keteraturan dan aspek lainnya melalui observasi dan eksperimen mereka sendiri, kedua siswa memperoleh keputusan intelektual, ketiga seorang siswa dapat belajar bagaimana melakukan proses penemuan, dan ke empat belajar melalui inkuiri mempengaruhi siswa mengingat lebih lama. Menurut Sudirman (2007) menjelaskan dalam inkuiri bebas termodifikasi ini guru hanya memberikan permasalahan saja. Biasanya disediakan pula alat-alat atau bahan yang dipperlukan, kemudian siswa diajak untuk memcahkan masalah melalui pengamatan, eksplorasi dan melalui prosedur penelitian untuk memperoleh jawabannya. Pemecahan masalah dilakukan atas inisiatif dan caranya sendiri secara berkelompok atau berpasangan. Strategi inkuiri ini merupakan kolaborasi atau modifikasi dua strategi inkuiri yaitu strategi inkuiri terbimbing dengan strategi inkuiri bebas, meskipun demikian permasalahan yang akan dijadikan topik untuk diselidiki tetap diberikan atau berpedoman pada acuan kurikulum yang telah ada. Artinya, dalam strategi pembelajaran ini siswa tidak memilih atau menentukan masalah untuk diselidiki secara sendiri, namun siswa yang belajar dengan pendekatan ini menerima masalah dari gurunya untuk dipecahkan dan tetap memperoleh bimbingan, namun bimbingan yang diberikan lebih sedikit dari pembelajaran inkuiri terbimbing dan tidak terstruktur. Adapun sintaks strategi pembelajaran inkuiri bebas termodifikasi dan penerapannya dapat commit to user
40 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dilihat
Sintaks Pembelajaran Inkuiri Bebas Termodifikasi (Free Inquiry
Modified) sebagai berikut : Tabel 2.5. Tahapan Sintaks Pembelajaran Free Inquiry Modified (Inkuiri Bebas Termodifikasi). Tahap Pembelajaran a. Aktivitas Guru b.Aktivitas Siswa
c.Tahap Penyajian Masalah d.Tahap Pengumpulan dan Verifikasi Data
Jenis – jenis Kegiatan 1. 2. 1. 2.
Guru membagi siswa dalam beberapa kelompok. Guru Memberikan sebuah permasalahan kepada siswa Siswa duduk berdasarkan kelompoknya. Siswa menerima respon positif terhadap masalah yang dikemukakan oleh guru. 1. Siswa mengidentifikasi masalah. 2. Siswa mengemukakan ide awal
1. Guru meminta kepada siswa untuk mengumpulkan berbagai informasi yang berhubungan dengan permasalahan yang telah diajukan dilanjutkan dengan membuat hipotesis. 2. Siswa mengumpulkan informasi dengan berdiskusi untuk menjawab pertanyaan yang diajukan guru. 3. Siswa membuat dan mengemukakan hipotesis. e. Tahap 1. Guru membagikan LKS percobaan pada setiap kelompok. Eksperimen 2. Siswa menentukan alat dan bahan. 3. Siswa melakukan percobaan. 4. Siswa melakukan pengamatan dan kerja sama dalam pengumpulan data. 5. siswa mencatat hasil percobaan. 1. Guru meminta siswa untuk mengolah dan menganalisis data f.Tahap hasil percobaannya berdasarkan pada LKS. Merumuskan 2. Siswa mendiskusikan hasil penyelidikannya. Kesimpulan 3. Siswa merumuskan dan menarik kesimpulan dari hasil percobaannya. g. Tahap Analisis 1. Guru meminta siswa untuk membuat dan mengemukakan kesimpulan yang sekaligus dapat menjawab pertanyaan sesuai dalam LKS. 2. Siswa mempresentasikan hasil percobaannya. 3. Siswa terlibat aktif dalam diskusi kelas.
Tabel 2.6. Tahapan Pembelajaran menggunakan CTL yang dimodifikasi dengan commit to user Free Inquiry Modified (Inkuiri Bebas Termodifikasi).
41 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Fase 1. Menyajikan pertanyaan atau masalah
2. Membuat hipotesis
3. Merancang Percobaan
4. Melakukan percobaan untuk memperole h informasi 5. Mengumpu lkan dan menganalisi s data
CTL Aktivitas Guru bertanya 3. Guru membagi (questioning siswa dalam ) beberapa kelom pok. 4. Guru Memberikan sebuah permasalahan kepada siswa menemukan 1.Guru memotivasi (inquiri) untuk menemukan dan menentukan masalah atau suatu ide. masyarakat 2. Guru membagi belajar LKS percobaan (learning pada setiap community) kelompok. masyarakat belajar (learning community)
Aktivitas Siswa 1.Siswa duduk berdasarkan kelompoknya. 2.Siswa menerima res pon positif terhadap masalah yang dikemu kakan oleh guru.
1.Siswa mengidentifika si masalah. 2.Siswa mengemukakan ide awal
1. .Siswa bahan.
menentukan
alat
dan
3. Guru menentukan 1.Siswa melakukan percobaan. percobaan pada 2..Siswa melakukan pengamatan dan setiap kelompok. kerja sama dalam pengum pulan data. 3. siswa mencatat hasil percobaan. menemukan 4. Guru meminta 1. Siswa mengumpul kan informasi (inquiri) kepada siswa deng an berdiskusi untuk untuk mengum menjawab pertanya an yang pulkan berbagai diajukan guru. infor masi yang 2. Siswa membuat dan berhubung an mengemukakan hipotesis dengan permasa lahan yang telah diaju kan dilanjutkandengan membuat hipotesis.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
6. Membuat kesimpulan
menemukan 2. (inquiri)
3.
7.
Kreativitas
a.
Pengertian Kreativitas
42 digilib.uns.ac.id
1.Guru meminta1.1.Siswa mendiskusikan hasil siswa untuk penyelidikannya 2.Siswa mengolah dan merumuskan dan menarik kesim menganalisis data pulan dari hasil percobaannya.. hasil percobaannya 3.Siswa mempresenta sikan hasil berdasar kan pada percoba annya. LKS. 4.Siswa terlibat aktif dalam diskusi 2.Guru meminta kelas. siswa untuk membuat dan mengemukakan kesim pulan yang sekaligus dapat menjawab perta nyaan sesuai dalam LKS.
Menurut Treffinger yang dikutip oleh Hawadi (2002), menjelaskan bahwa “Tidak ada seorangpun manusia yang tidak memiliki kreativitas”. Kreativitas sangat penting bagi manusia. Kreativitas merupakan sebuah konsep yang majemuk dan dimensional sehingga sulit untuk didefinisikan secara operasional. Semiawan (1992:8), menyatakan bahwa kreativitas adalah kemampuan membuat kombinasi baru atau melihat hubungan-hubungan baru antar unsur, data,atau halhal yang sudah ada sebelumnya.Ditinjau dari kemampuan aktivitas otak dalam kaitannya dengan kreativitas, ternyata potensi tersebut memang telah tersedia. Buzan (2006:16) fungsional antar konsep, berupa peta konsep, sehingga terjalin kaitan antar konsep yang satu dengan konsep yang lain. Inilah yang dimaksud dengan struktur kognitif yaitu skemata baru akan terbentuk dalam sistem kerja otak dan terkait dengan skemata lain yang sudah terbentuk. Proses belajar siswa commit to user
43 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
diusahakan tidak hanya berasimilasi (menyerap pengetahuan) akan tetapi dikombinasikan dengan akomodasi (mengkonstruksi pengetahuan). Salah satu tafsiran tentang hakikat kreatifitas dikemukakan oleh Ausubel, sebagai berikut: Creative achievement ... reflects a rare capacity for developing insights, sensitivities, ang appreciations in a circumscribed content area of intelectual or artistic activity. Berdasarkan rumusan itu, maka seseorang yang kreatif adalah yang memiliki kemampuan pemahaman, sensitivitas, dan apresiasi melebihi seseorang yang tergolong intelegen. Berdasarkan eksperimen Maltzman, ternyata latihan (belajar) menambah kreativitas, baik aspek keluwesan maupun aspek keaslian dan jumlah, dari jenjang yang rendah sampai pada jenjang yang tinggi. Banyak pakar yang mendiskusikan kreativitas sebagai hasil berfikir kreatif atau pemecahan masalah. Thorrance misalnya, mendefinisikan berfikir kretif sebagai proses penyadaran adanya gap, gangguan atau unsur- unsur yang keliru, pembentukan gagasan- gagasan atau hipotesis, pengujian hipotesis tersebut, pengkomunikasian hasil- hasil, mungkin juga pengujian kembali atau perbaikan hipotesis. Kreativitas itu merupakan produk pada level berpikir tertinggi. Itu sebabnya, teori Bloom yang baru menempatkan to create atau berkreasi menjadi bagian penting penyempurnaannya sehingga ranah kognitif tidak diakhiri dengan evaluasi, melainkan kreasi. diperlukan
guru-guru
yang
Untuk mengembangkan siswa yang kreatif memiliki
kompetensi
sebagai
berikut:
berpengetahuan tentang karakater dan kebutuhan siswa kreatif, mengembangkan
kemampuan
berpikir tingkat commit to user
tinggi,
1.
2. terampil 3.
terampil
44 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
mengembangkan
kemampuan
mengembangkan bahan ajar
siswa
memecahkan
masalah,
4.
mampu
sehingga menantang siswa lebih kreratif. 5.
mengembangkan strategi pembelajaran individual dan kolaboratif. 6. memberi toleransi dan memberi kebebasan kepada siswa sekali pun hal itu tidak dikehendakinya jika ternyata prilaku berbeda itu menghasilkan produk belajar yang lebih kreatif. Menurut hasil studi Utami Munandar (1997) ciri-ciri siswa kreatif adalah: 1) terbuka terhaadap pengalaman baru; 2) kelenturan dalam sikap; 3) kebebasan dalam ungkapan diri; 4) menghargai fantasi; 5) minat dalam kegiatan kreatif; 6) memiliki tingkat kepercayaan diri terhadap gagasan sendiri;
7)mandiri dan
menunjukkan inisiatif; 8) kemandirian dalam memberi pertimbangan. Seperti dijelaskan Jeff DeGraff dan Khaterine dapat dikembangkan ihtisar ringkas profil kreativitas individu sebagai berikut: 1) Imajinatif
(imagine)
pertumbuhan.
mementingkan
pencapaian
tujuan
inovasi
dan
Karakter : generalis, senang bereksplorasi, menyukai
perubahan dan menyukai keragaman. 2) Penanam Modal (Invest) mementingkan kecepatan dan keuntungan. Karakter: berorientasi pada kinerja, mengandalkan daya pikir, disiplin, dan menyukai tantangan. 3) Pembaharu (improve) mementingkan kualitas dan optimalisasi. Karakter sistematik, menyukai teknik, praktis, dan memiliki perhatian terhadap proses.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
45 digilib.uns.ac.id
4) Penggagas (Incubate) mementingkan peran minat dan kelapangan ide-ide. Karakter: menyukai curah ide, berorientasi pada kekuatan komunikasi, bersifat komunikatif dan menyukai belajar. b.
Ciri-ciri Perilaku Kreatif Menurut Munandar (2004:35) ciri dari perilaku kreatif adalah sebagai berikut:
“Memepunyai daya imajinasi yang tinggi, mempunyai insiatif, mempunyai minat yang luas,mandiri dalam berpikir,bersifat ingin tahu, selalu ingin mendapatkan pengalaman-pengalaman baru, memiliki kepercayaan diri yang kuat,penuh semangat,berani mengambil resiko,berani mengemukakan pendapat dan memiliki keyakinan”. Parnes dalam Munandar (2004:10-11) mengungkapkan kemampuan kreativitas dapat dibangkitkan melalui masalah yang mengacu pada 5 macam perilaku kreatif,yaitu(1) Kelancaran, yaitu kemampuan mengungkapkan ide-ide yang serupa untuk memecahkan suatu masalah. (2) Keluesan, yaitu kemampuan untuk menghasilkan berbagai manfaat guna memecahkan suatu masalah di luar kategori biasa.(3) keaslian,yaitu kemampuan memberikan respon yang unik atau luar biasa. (4) keterperincian,kemampuan menyatakan pengarahan ide secara terperinci untuk mewujudkan ide menjadi kenyataan. (5) Kepekaan, yaitu peka menangkap dan menghasilkan masalah sebagai tanggapan terhadap situasi. Lahirnya kreativitas dalam bentuk gagasan maupun karya nyata merupakan hasil perpaduan antara fungsi kedua otak manusia. Menurut Clark yang dikutip oleh Hawadi (2002:24) dalam karyanya dalam konsep otak mengenalkan perbedaan fungsi otak menurut belahannya yaitu: “Left hemisphere,adalah belahan otak kiri yang berkenan dengan kempuan berpikir ilmiah, kritis, logis, commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
46 digilib.uns.ac.id
linier, Right hemisphere, adalah belahan otak kanan,yang berkenan dengan fungsifungsi pemikiran yang non linier,non verbal, holistik, humanistik, dan mistik. Keterkaitan fungsi otak terlihat pada aktivitas belahan otak kiri untuk menerima masukaan berupa data dan informasi dari lingkungan yang berupa tahap persiapan, kemudian dilanjutkan otak kanan untuk mengerami (inkubasi). Pada saat ini sublimasi berlangsung sebagai kelanjutan proses menuju tahap iluminasi dan vertifikasi.” c.
Pengukuran Kreativitas Kreativitas dapat diukur melalui tes dan non tes Munandar (2004:59)
menyatakan pendekatan yang dilakukan untuk mengukur kreativitas melalui tes dengan non tes adalah dengan daftar periksa atau check list, kuesioner, atau daftar pengalaman.Pengukuran kreativitas menggunakan tes, dapat dilakukan melalui cara yaitu: 1) Tes Kreativitas Verbal Tes kreativitas verbal terdiri atas 6 sub tes yaitu: 1). Permulaan kata:tes permulaan kata bertujuan mengukur kelancaran dengan kata yaitu kemampuan menemukan kata yang memenuhi persyaratan struktual tertentu; 2). Menyusun kata:tes menyusun kata hampir sama dengan sub tes pertama, tetapi subyek diminta untuk mereorganisasi persepsi atau menyusun sebanyak mungkin kata menggunakan huruf dan satu kata yang diberikan; 3). Membentuk kalimat tiga kata: pada sub ini subyek harus mampu menyusun kalimat tiga kata.Kata diawal kalimat sebagai rangsangan untuk mengurutkan kata dengan susunan yang berbeda-beda; 4). Sifat-sifat yang sama:tes ini menemukanmengukur kelancaran commit to user
47 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
menemukan gagasan yang memenuhi persyaratan tertentu,menemukan sebanyakbanyaknya obyek yang semuanya memiliki sifat-sifat sama; 5). Macam-macam penggunaan:bertujuan
untuk
mengukur
kelenturan
dalam
berpikir
dan
orisinalitasnya; 6). Apa akibatnya: tes ini bertujuan mengukur kelancaran, dalam memberi gagasan digabungkan dengan “elaborasi” diartikan sebagai kemampuan untuk mendapatkan kemampuan mengembangkan suatu gagasan, merinci, dengan mempertimbangkan macam-macam implikasi (Munandar,2004:62). 2) Tes Kreativitas Figural (TKF) Tes kreativitas figural merupakan tes kreativitas yang diadaptasi circle test of torrance. Standarisasi TKF dilakukan pada tahun 1976 (Munandar,2004:69). Tes kreativitas figural memiliki manfaat yang hampir sama dengan tes kreativitas verbal yaitu digunakan untuk mengukur kelancaran, kelenturan, orisinalitas, serta elaborasi dari kemampuan berpikir kreatif. Hubungan antara Kreativitas dengan Peningkatan Prestasi Belajar setiap manusia pada dasarnya memiliki kreativitas yang dibawa oleh masing-masing manusia sejak lahir. Tinggi rendahnya kreativitas seseorang berbeda kadarnya, ada yang memiliki kreativitas tinggi dan ada yang memiliki kreativitas rendah. Berdasarkan ciri-ciri perilaku kreatif yang dingkapkan oleh Munandar (2004:35), kreativitas dapat dikatakan merupakan faktor internal dari seseorang yang dapat dilatih dan dikembangkan melalui proses pembelajaran. Siswa yang kreatif akan mampu mengungkapkan ide-ide untuk memecahkan suatu masalah, menemukan konsep-konsep, teori, dan fakta melalui serangkaian kegiatan ilmiah, serta mencari keterkaitan antar konsep-konsep yang ada. Siswa dengan kreativitas commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
48 digilib.uns.ac.id
tinggi lebih mudah untuk menyerap materi pembelajaran dibandingkan siswa yang memiliki kreativitas rendah.Penyerapan materi pembelajaran secara maksimal menyebabkan siswa dengan kreativitas tinggi cenderung memiliki prestasi belajar yang lebih baik. 8.
Kemampuan Verbal
a.
Pengertian Kemampuan Verbal Kemampuan verbal merupakan salah satu potensi yang dimiliki peserta didik
yang dapat mendukung tercapainya peningkatan prestasi belajar. Menurut Winkel (1997: 99) kemampuan verbal adalah kemampuan yang dimiliki seseorang dalam menuangkan pengetahuan dan pengalaman yang dimillikinya dalam bentuk bahasa yang memadahi, sehingga dapat dikomunikasikan kepada orang lain. Kemampuan tersebut dapat berupa sebuah informasi yang berupa fakta, data, konsep, dan kaidah-kaidah yang disimpan dalam ingatan. Kemampuan verbal adalah kemampuan dalam perbendaharaan kata, pemahaman bacaan, analogi verbal dan mencocokkan kesamaan arti dalam bahasa. Kemampuan verbal melalui pengamatan media serta kemampuan mengkomunikasikan baik secara lesan maupun tulisan makna dari pesan berupa simbol, gambar, skema maupun sumber pembelajaran lain, peserta didik yang dapat mendukung tercapainya peningkatan prestasi belajar. Menurut Winkel (1997:99) kemampuan verbal kemampuan yang dimiliki seseorang dalam menuangkan pengetahuan dan pengalaman yang dimilikinya dalam bentuk bahasa yang memadai, sehingga dapat dikomunikasikan kepada orang lain. Kemampuan tersebut dapat berupa sebuah informasi yang berupa fakta, data, konsep, dan kaidah-kaidah yang disimpan dalam ingatan. commit to user
49 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Lwin dkk. (2008: 11) mendefenisikan kemampuan verbal sebagai kemampuan untuk menyusun pikiran dengan jelas dan mampu menggunakan kemampuan ini secara kompeten melalui kata-kata untuk mengungkapkan pikiran. Kemampuan verbal penting untuk berkomunikasi, mengungkapkan pikiran, keinginan, dan pendapat seseorang. Salah satu jenis kemampuan yang diperoleh dari kegiatan belajar adalah kemampuan informasi verbal. Seperti yang diungkapkan oleh Gagne dalam Dimyati dan Mudjiono (2006: 11) bahwa “kemampuan verbal yaitu kapabilitas untuk mengungkapkan pengetahuan dalam bentuk bahasa, baik lisan maupun tulisan”. Pengetahuan verbal dapat diperoleh dari sumber-sumber yang menggunakan bahasa, lisan, tertulis, data, fakta, kata-kata yang diucapkan seseorang, bacaan, radio, televisi, dan dari sumber-sukmber yang lain. Lebih lanjut Gagne yang dikutip Winkel (1997: 322) menyatakan bahwa dalam mengolah informasi baru dan mengaitkannya dengan informasi lama selama informasi tersebut berda dalam ingatan jangka pendek, siswa harus mengadakan organisasi mental yang diekspresikan dalam bentuk verbal (perumusan bahasa yang memadahi). Berdasarkan
pendapat-pendapat
tersebut
dapat
disimpulkan
bahwa
kemampuan verbal merupakan kemampuan yang dimiliki seseorang dalam mengolah informasi yang didapatkan dan mengungkapkan kembali ide ,gagasan,pendapat, dan pikiran kedalam bentuk bahasa verbal, baik lisan maupun tulisan.Rustaman (2007:263) berpendapat bahwa “Bernalar verbal dalam berbagai bentuk dapat dikembangkan melalui pembelajaran sains yang sesuai dengan commit to user
50 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
karakteristik materinya”. Kemampuan verbal sangat berperan ketika pembelajaran terutama
dalam
mengembangkan
keterampilan
proses
sains,
misalnya
keterampilan bertanya, menjawab, menginterpretasi data, menuangkan konsepkonsep dalam ide-ide pokok, serta mengkomunikasikan data, hasil pengamatan dalam bentuk tabel dan data. b.
Pengukuran Kemampuan Verbal Pengukuran kemampuan verbal siswa dilakukan melalui tes mencakup
delapan aspek yaitu kemampuan berpikir verbal, kemampuan numerik, kemampuan berpikir abstrak, kecepatan dan keakuratan, pemikiran mekanis, hubungan jarak, ejaan, dan penggunaan bahasa.Delapan aspek dalam tes perbedaan kemampuan tidak diukur semuanya tetapi hanya tes kemampuan berpikir verbal yang digunakan sebagai salah satu instrumen. Tes kemampuan verbal berfungsi untuk mengukur kemampuan memahami pola-pola konsep dalam suatu kalimat serta mengevaluasi kemampuan siswa dalam berpikir konnstruktif dalam permasalahan abstrak atau umum. Tes kemampuan verbal diharapkan dapat memprediksi ketercapaian pembelajaran biologi yang berhubungan dengan konsep-konsep sistem peredaran darah. c.
Hubungan antara Kemampuan Verbal dengan Peningkatan Prestasi Belajar Kemampuan
verbal
berkaitan
dengan
kapabilitas
seseorang
untuk
mengungkapkan pengetahuan dalam bentuk bahasa, baik lisan maupun tulisan. Siswa dengan kemampuan verbal tinggi mampu menyusun dan mengolah informasi yang didapatkan dengan jelas sehingga siswa berkemampuan verbal tinggi lebih mudah mengungkapkan jalan pikirannya dalam bentuk kata-kata commit to user
51 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
maupun ide-ide dalam tulisan. Seseorang yang pernah menulis atau mengucapkan suatu pengetahuan secara verbal akan lebih mudah mengingat kembali di waktu yang akan datang. Tinggi rendahnya kemampuan verbal berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa. Siswa dengan kemampuan verbal tinggi memiliki prestasi belajar yang lebih baik dibandingkan siswa dengan kemampuan verbal rendah. 9.
Prestasi Belajar
a.
Pengertian Prestasi Belajar Menurut Azwar (2007:11) prestasi belajar adalah “Hasil belajar yang telah
dicapai siswa dalam proses belajar mengajaryang dinyatakan dalam bentuk simbol, angka, atau huruf melalui suatu proses evaluasi”. Gunarso (1981:75) berpendapat, yang dinamakan prestasi belajar adalah “Hasil maksimum yang dapat dicapai seseorang setelah
melakukan usaha belajar”. Keller dalam
Abdurrohman (2003:38) mengatakan bahwa “Hasil belajar adalah keluaran dari suatu sistem pemrosesan berbagai masukan yang berupa informasi.Berdasarkan pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah hasil belajar yang telah dicapai siswa setelah terjadi proses pmbelajaran melalui proses evaluasi. b.
Pengukuran Prestasi Belajar Prestasi belajar adalah tujuan pembelajaran yang dapat diaktualisasikan atau
dicapai oleh siswa. Menurut Bloom dalam Winkel (1997:149-154) ada tiga ranah (domain) hasil belajar yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik. Selanjutnya tiga ranah Bloom tersebut diklasifikasikan sebagai berikut: 1) Ranah Kognitif
commit to user
52 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Pengukuran ranah kognitif digunakan untuk : 1). Mengetahui tingkat penguasaan siswa terhadap materi yang telah disampaikan melalui
proses
pembelajaran, 2). Menentukan ketercapaian tujuan, 3). Memperoleh nilai. Ada dua jenis tes yang dapat digunakan oleh guru untuk mengukur prestasi belajar siswa, yaitu tes subyektif yang pada umumnya berbentuk tes essay serta tes obyektif yang dapatberbentuk tes pilihan ganda. Soal benar-salah (B-S), tes menjodohkan dan tes isian/melengkapi jawaban. Menurut Anderson dalam Nuryani (2005:155), kemampuan yang termasuk ranah kognitif oleh Bloom dikategorikan ke dalam enam jenjang, yakni jenjang menghafal, memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi dan mencipta. 2) Ranah Afektif Pengukuran
ranah afektif tidaklah semudah mengukur ranah kognitif
Pengukuran ranah afektif tidak dapat dilakukan setiap saat karena pengubahan sikap seseorang memerlukan waktu yang relatif lama. Sasaran penilaian kawasan afektif adalah perilaku anak didik, bukan pengetahuannya. Penilaian ranah afektif bertujuan untuk: a. mendapatkan umpan balik bagi guru maupun bagi siswa sebagai dasar untuk memperbaiki proses belajar-mengajar dan mengadakan program perbaikan bagi anak didik yang dicapai,
b. mengetahui tingkat
perubahan tingkah laku anak didik yang dicapai, c. menempatkan anak didik dalam situasi belajar-mengajar yang tepat, d. mengetahui latar belakang kegiatan belajar dan kelainan tingkah laku anak didik (Depdikbud dalam Arikunto, 1996:180-181). commit to user
53 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Pertanyaan afektif tidak menuntut jawab benar atau salah tetapi jawaban khusus tentang dirinya mengenai sikap, minat dan internalisasi nilai. Ada beberapa bentuk skala yang dapat digunakan untuk mengukur sikap antara lain; Skala
Likert,
skala
pilihan
ganda,
skala
Thurstone,
skala
Guttman.
Pengklasifikasian ranah afektif adalah penerimaan, partisipasi, penilaian, penentuan sikap, organisasi dan pembentukan pola hidup (Arikunto, 1996:181). 3) Ranah Psikomotor Pengukuran ranah psikomotor dilakukan terhadap hasil-hasil belajar yang berupa penampilan. Pengukuran ranah psikomotor biasanya disatukan atau dimulai dengan pengukuran ranah kognitif sekaligus (Arikunto, 1996:185). Taksonomi ranah Psikomotor adalah persepsi,
kesiapan, gerakan terbimbing,
gerakan yang terbiasa, gerakan yang kompleks, penyesuaian pola gerakan dan kreativitas. c.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar Prestasi belajar sebagai cerminan dari hasil belajar seseorang dapat dilihat
dari perubahan tingkah laku yang ditampilkan dan dapat diamati pada siswa sebelum dan sesudah terjadinya proses pembelajaran. Prestasi belajar siswa dipengaruhi oleh faktor intern dan ekstern. Faktor intern antara lain: 1) motivasi; 2) minat; 3) kemampuan verbal; 4) kreativitas; 5) intelegensi. Sedangkan faktor ekstern antara lain: 1) sarana dan prasarana belajar; 2) kondisi pembelajaran; 3) metode pembelajaran; 4) lingkungan sosial siswa. Faktor eksternal adalah faktor yang berada di luar individu yang meliputi faktor keluarga yaitu cara mendidik orang tua, hubungan antar anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi commit to user
54 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
keluarga, pengeertian orang tua dan latar belakang kebudayaan. Faktor sekolah yaitu metode mengajar, kurikulum, hubungan antara guru dan siswa, hubungan antara siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran, keadaan gedung, metode belajar dan tugas rumah (Indrawati, 2001). d.
Manfaat Pengukuran Prestasi Belajar Assesment/penilaian sebagai bagian dari program pembelajaran mempunyai
peran yang sangat penting dalam pencapaian hasil belajar siswa. Assesment adalah
proses
pengumpulan
data
yang
dapat
memberikan
gambaran
perkembangan siswa. Gambaran perkembangan belajar siswa perlu diketahui oleh guru untuk memastikan bahwa siswa mengalami proses pembelajaran dengan benar. Tes prestasi belajar bertujuan untuk mengukur prestasi atau hasil belajar yang telah dicapai oleh siswa dalam belajar. Selain it, tes prestasi belajar juga dapat digunakan sebagai upaya untuk mengetahui tingkat keberhasilan guru menyelenggarakan proses pembelajaran agar dapat melakukan evaluasi program pembelajaran yang sudah di susun dan selanjutnya menjadikan hal tersebut sebagai acuan untuk penyelengaraan proses pembelajaran selanjutnya (Arikunto, 1996). Prinsipnya adalah pengungkapan hasil belajar ideal meliputi segenap domain psikologis yang berubah sebagai akibat pengalaman dan proses belajar siswa untuk menangkap isi dan pesan belajar maka dalam belajar tersebut individu menggunakan kemampuan pada ranah-ranah diantaranya ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotorik. commit to user
55 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Pembelajaran
pokok bahasan sistem peredaran darah manusia di SMA
Negeri 1 Kudus, prestasi yang di ukur berupa tingkah laku pada ranah kognitif, afektif dan psikomotorik. Jenis penilaian yang digunakan dalam penelitian ini berupa penilaian formatif yang dilaksanakan pada akhir pembelajaran pokok bahasan sistem peredaran darah manusia. Alat penilaian dalam bentuk tes maupun non tes. Penilaian non tes digunakan untuk mengukur keberhasilan siswa dalam aspek afektif, sedangkan untuk mengukur keberhasilan siswa dalam aspek kognitif dan psikomotorik dilakukan melalui tes obyektif. Alat penilaian mempunyai kualitas yang baik apabila alat tersebut memenuhi dua hal yaitu ketepatan atau validitasnya dan keajegan atau reliabilitasnya (Sudjana, 1999).
B. Bahan Ajar Sistem Peredaran Darah Sistem peredaran darah manusia dikenal sebagai sistem peredaran darah ganda dan tertutup. Dalam pembelajaran sistem peredaran darah ini yang diambil sebagai konsep esensiil antara lain fungsi darah, komponen darah, alat peredaran darah, mekanisme peredaran darah, golongan darah, tekanan darah, hubungan antara frekuensi denyut jantung terhadap aktivitas manusia yang berbeda, sistem peredaran getah bening, kelainan pada sistem peredaran darah dan sistem peredaran darah hewan.
commit to user
56 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
1. Komposisi Darah Manusia dar plasma darah zat terlarut1 0%
sel-sel darah air
eritro
leuko
tromb
1. Protein 2.
Gambar 2.1. Komposisi darah manusia. 2. Fungsi Darah Fungsi darah bagi tubuh yaitu a) Mengangkut oksigen dari paru-paru ke seluruh sel tubuh, b) pembawa zat makanan dari sistem pencernaan ke seluruh tubuh, c) mengangkut sisa-sisa metabolisme misalnya sisa karbon dioksida, d) mengangkut hormon dari kelenjar hormon ke sasaran, e) memelihara keseimbangan cairan tubuh,
f) mempertahankan tubuh dari serangan
mikroorganisme oleh sel darah putiih, g) memelihara suhu tubuh. 3. Komponen darah Volume darah manusia adalah sekitar 8% dari berat tubuh. Darah tersusun atas plasma darah (sekitar 55% dari volume darah) serta sel-sel darah dan kepingkeping darah (sekitar 45% dari volume darah). Fungsi Plasma darah antara lain: a. Sebagai pelarut bahan kimia, b. Membawa bahan mineral terlarut seperti glukosa commit to user
57 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dan asam amino, c. Menyebarkan suhu panas keseluruh tubuh, d. Menjaga keseimbangan cairan di dalam dan di luar sel tubuh. Darah tersusun atas sel darah merah (eritrosit), sel darah putih (Leukosit) dan keping-keping darah (Trombosit). Fungsi Eritrosit mengangkut oksigen dari paruparu untuk diedarkan ke seluruh tubuh, karena eritrosit memiliki Hemoglobin (Hb) yaitu protein yang mengandung zat besi dan mampu mengikat oksigen. Eritrosit di buat di dalam sumsum merah pada tulang-tulang tertentu dan di rombak dalam hati. Jumlah Eritrosit pada laki-laki berkisar 4,2 juta -5,4 juta/ml dan pada perempuan berkisar 3,6 juta – 5,0 juta/ml. Leukosit berfungsi dalam pertahanan tubuh dari serangan mikroorganisme. Ukurannya lebih besar dari eritrosit tetapi jumlahnya lebih sedikit sekitar 5 ribu – 10 ribu/ml. Berdasarkan ada tidaknya granula dibedakan leukosit bergranula dan tidak bergranula. Leukosit granulosit sitoplasmanya bergranula dan inti berlobus, terdapat tiga jenis yaitu neutrofil, eosinofil dan basofil. Sedangkan yang agranulosit sitoplasmanya tidak bergranula dan intinya berbentuk bulat sperti ginjal, terdapat dua Keping darah (trombosit) berasal dari fragmentasi sel megakariosit di sumsum tulang merah. Bentuknya tidak teratur, berukuran kecil, tidak berwarna dan tidak berinti. Trombosit hidup kurang lebih 10 hari dan berperan penting dalam proses pembekuan darah. Ketika terjadi luka dibagian tubuh tertentu, trombosit menyentuh permukaan luka yang kasar akan pecah dan mengeluarkan enzim trombokjenis yaitu limfosit dan monosit.Enzim ini menyebabkan perubahan protombin menjadi trombin, yang dipercepat dengan commit to user
58 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
kehadiran ion kalsium dan vitamin K. Selanjutnya trombin mengubah fibrinogen manjadi benang-benang fibrin yang akan menutup luka. 4. Alat-alat Peredaran Darah a.
Jantung
Gambar 2.2. Struktur anatomi jantung. Jantung berfungsi untuk memompa darah agar tidak terus beredar.Jntung manusia berukuran kira-kira sekepalan tangan dan memiliki tiga lapisan,yaitu: perikardium,miokardium, endokardium. Jantung manusia terbagi menjadi empat ruang (Gambar 2.4), yaitu ventrikel dekster dan sinister,atrium dekster dan sinister.Diantara bilik kanan dan kiri terdapat sekat septum interventrikularis. Antara bilik dan serambi dipisahkan oleh sekat septum atrioventrikularis. Diantara bilik dan serambi terdapat katup yang berfungsi menjaga agar darah yang masuk dari serambi ke bilik tidak kembali lagi ke serambi saat dipompa oleh bilik. Antara bilik dan dan serambi kiri disebut katup valvula bilkuspidalis, antara bilik dan serambi kanan disebut katup valvula trikuspidalis. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
59 digilib.uns.ac.id
b. Pembuluh darah Arteri disebut juga pembuluh nadi.Pembuluh nadi adalah pembuluh yang membawa darah meninggalkan jantung menuju seluruh tubuh.Ciri-ciri arteri adalah: tebal dan kuat, letaknya di bagian dalam jauh dari permukaan tubuh,jika diraba akan terasa ada denyutan, jika arteri terpotong maka darah akan memancar keluar,arteri membawa darah yang kaya akan oksigen.Vena disebut pembuluh balik karena membawa aliran darah menuju jantung.Ciri-ciri pembuluh vena adalah: tipis, umumnya terletak di permukaan tubuh, memiliki banyak katup di sepanjang pembuluh darah yang berfungsi menahan darah tetap mengalir menuju ke jantung, jika pembuluh va terpotong darah tidak memancar hanya menetes,membawa darah yang kaya karbondioksida. Kapiler/pembuluh rambut merupakan pembuluh yang sangat
kecil.
Dindingnya tersusun atas selapis sel. Diameter pembuluh vena sangat sempit sehingga darah harus lewat satu persatu. Kapiler berhubungan langsung dengan sel tubuh.Fungsinya sebagai tempat pertukaran zat yang dibawa oleh arteri dan vena. c. Mekanisme Peredaran Darah Darah manusia selalu beredar di dalam pembuluh darah.Sekali beredar, darah manusia dua kali melewati jantung sehingga peredaran darah manusia disebut peredaran darah ganda. Peredaran darah ganda meliputi peredaran darah paru-paru atau peredaran darah kecil dan peredaran darah tubuh atau peredaran darah besar. Peredaran darah kecil dimulai dari jantung (ventrikel kanan) menuju ke paru-paru dan kembali lagi ke jantung (atrium kiri). Sedangkan peredaran darah besar darah commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
60 digilib.uns.ac.id
keluar dari jantung (ventrikel kiri) menuju ke seluruh tubuh dan kembali lagi ke jantung melalui atrium kanan. 5.
Golongan Darah
Gambar 2.3. Penggolongan darah sistem ABO. Beberapa sistem penggolongan darah,misalnya sistem ABO, sistem Rh, atau sistem MN. Penggolongan darah sistem ABO dikemukakan oleh Karl Landsteiner pada tahun 1901. Berdasarkan sistem ABO, darah manusia dapat dikelompokkan menjadi empat macam golong darah. Penggolongan sistem ABO didasarkan pada adanya senyawa aglutinogen dan aglutinin dalam darah. Aglutinogen merupakan senyawa protein darah yang terdapat pada sel-sel darah merah dan berfungsi sebagai antigen. Aglutinogen ada dua macam, yaitu aglutinogen A dan aglutinogen B. Aglutinin adalah suatu protein darah yang terdapat pada plasma darah, dan berfungsi sebagai antibodi. Aglutinin ada dua macam, yaitu aglutinin a (anti-A) dan aglutinin B (anti-B). Aglutinogen A dapat digumpalkan oleh aglutinin a dan aglutinogen B dapat digumpalkan aglutinin b. Cara aglutinogen dan aglutinin tersebut bereaksi satu dengan yang lain menentukan golongan darah seseorang.Menurut sitem ABO, darah digolongkan menjadi empat,yaitu: 1) commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
61 digilib.uns.ac.id
Golongan darah A,yaitu darah yang memiliki aglutinogen A dan aglutinin a, 2) Golongan darah B,yaitu darah yang memiliki aglutinogen B dan aglutinin B, 3) Golongan darah AB, yaitu darah yang memiliki aglutinogen A dan B, tetapi tidak memiliki aglutinin a dan b, dan 4) Golongan darah O, yaitu darah yang tidak memiliki aglutinogen A dan B, tetapi memiliki aglutinin a dan b. 6.
Tekanan Darah Sistole – Diastole Tekanan darah memiliki dua nilai,yaitu tekanan sistole dan diastole.Tekanan
sistole adalah tekanan di dalam pembuluh darah yang terjadi saat bilik menguncup sehingga darah dipompa ke seluruh tubuh. Tekanan sistole normal adalah sekitar 120 mmHg untuk laki-laki dewasa dan 110 mmHg untuk perempuan dewasa. Tekanan distole adalah tekanan di dalam pembuluh darah yang terjadi saat bilik mengembang maksimum sehingga darah dari serambi masuk ke bilik.Tekanan distole normal adalah sekitar 80 mmHg untuk laki-laki dewasa dan 70 mmHg untuk perempuan dewasa. Tekanan darah dapat naik atau turun selama melakukan aktivitas yang berbeda-beda. Tekanan darah cenderung meningkat sesuai dengan usia,ras,serta jenis kelamin. Tekanan darah yang jauh melebihi nilai 120/80 mmHg, dinamakan tekanan darah tinggi (hipertensi). Tekanan darah yang jauh dibawah nilai 120/80 mmHg, dinamakan tekanan darah rendah (hipotensi). 7.
Hubungan antara Frekuensi Denyut Jantung terhadap Aktivitas Manusia yang Berbeda Denyut nadi dapat digunakan sebagai tolok ukur kondisi jantung.Frekuensi
denyut nadi pada umumnya seirama dengan frekuensi denyut jantung. Denyut nadi orang yang sedang beristirahat pada umumnya adalah sekitar 60-80 permenit commit user pada orang dewasa, 80-100 permenit padatoanak-anak, dan 100-140 permenit pada
62 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
bayi. Frekuensi denyut jantung tergantung dari faktor ras, jenis kelamin, usia, berat badan, kondisi kesehatan, serta aktivitas tubuh.Seseorang yang melakukan aktivitas tinggi seperti olahraga atau bekerja kasar akan memacu kerja jantung lebih cepat dibandingkan dengan orang yang sedang duduk diam atau sedang tidur. 8.
Sistem Peredaran Getah Bening ( Limfatik) Pembuluh darah bukanlah satu-satunya pembuluh yang terdapat di dalam
tubuh. Ada sistem pembuluh lain yang dinamakan pembuluh getah bening merupakan bagian dari sistem limfatik. Sistem limfatik tersusun atas pembuluh Fungsi sistem limfatik antara lain: a) menarik kelebihan cairan tubuh dan mengembalikan ke dalam darah, b) mengambil sisa-sisa metabolisme sel, dan c) menyerap emulsi lemak dari jonjot (villi) usus halus dan membawanya ke sistem peredaran darah. 9.
Pembekuan darah Proses pembekuan darah, dimulai trombosit pecah dibantu dengan anti
hemofilia akan membentuk trombokinase sedang trombokinase akan membantu mereaksikan protrombin menjadi trombin dibantu dengan vitamin K dan ion Ca+ lalu trombin akan membantu mereaksikan fibrinogen menjadi hasil akhir fibrin yang bentuknya seperti lendir sehingga darah akan membeku. Seperti yang digtambarkan dalam skema tabel dibawah ini ( gambar 2.4 ).
commit to user
63 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Gambar 2.4. Skema proses pembekuan pembekuan darah
C. Penelitian yang Relevan Dalam
pembuatan
tesis
ini,
acuan
sebagai
bahan
kelengkapannya
menggunakan hasil penelitian yang relevan sebagai berikut : 1. Pembelajaran IPA Menggunakan Pendekatan Inkuiri Terbimbing Melalui Metode Eksperimen Dan Demonstrasi Ditinjau Dari Kemampuan Analisis Dan Sikap Ilmiah Siswa oleh Ika Candra Sayekti. Rekomendasi dari hasil penelitian yang telah dilakukan adalah sebagai berikut: (a) Peneliti dapat mengembangkan penelitian serupa dengan mengukur prestasi belajar aspek psikomotorik, sehingga mengetahuiperbedaan psikomotorik siswa yang diberikan pembelajaran melalui metode eksperimen dan metode demonstrasi. (b) Perlu dilakukan penelitian tentang faktor internal lain misalkan tentang kecerdasan siswa dari siswa yang dimungkinkan mempengaruhi prestasi belajar siswa. (c) Jika mengkaji sikap ilmiah dan prestasi belajar afektif, commit to user sebaiknya komponen yang dijadikan pedoman penilaian kedua aspek
64 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dibedakan. (d) Sebaiknya dalam menentukan pengkategorian variabel moderator dilihat terlebih dahulu skor yang diperoleh siswa, sehingga diharapkan dapat menampilkan perbedaan yang signifikan. 2. Pembelajaran Kimia Menggunakan Inkuiri Terbimbing Dengan Media Modul Dane – Learning Ditinjau Dari Kemampuan Pemahaman Membaca Dan Kemampuan Berpikir Abstrak oleh Endah Dwi Yuniyanti, Berdasarkan hasil penelitian ini direkomendasikan: (a). Pembelajaran yang optimal dapat dilakukan dengan pemilihan pendekatan, strategi, metode, dan media yang sesuai dengan karakteristik materi dan karakteristik siswa. (b). Pembelajaran inkuiri terbimbing dengan media modul dan e- learningdapat digunakan sebagai strategi pembelajaran alternatif untuk meningkatkan kualitas pendidikan. (c). Dalam pembelajaran kimia sebaiknya guru memperhatikan kemampuan pemahaman membaca siswa dan kemampuan berpikir abstrak, karena sangat berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa. (d). Pemanfaatan media
e-learningsebagai
media
pembelajaran
dapat
mempermudah
pemahaman 3. Pengaruh
penerapan
metode
inkuiri
terbimbing
dan
inkuiri
bebas
termodifikasi terhadap motivasi dan hasil belajar biologi siswa kelas VIII di SMP Negeri 11 Balikpapan oleh Nur Ana Masruro. Berdasarkan hasil analisis data ditemukan bahwa: (1) terdapat pengaruh penerapan metode inkuiri terbimbing dan bebas termodifikasi terhadap motivasi belajar siswa dengan materi memahami sistem dalam kehidupan tumbuhan, (2) terdapat pengaruh penerapan metode inkuiri terbimbing dan bebas termodifikasi terhadap hasil commit to user
65 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
belajar biologi siswa, (3) siswa memiliki respon positif terhadap pembelajaran inkuiri terbimbing dan inkuiri bebas termodifikasi sehingga prosesnya berjalan baik. D. Kerangka Berfikir. Dalam kerangka berfikir ini dimana hasil pengamatan dilapangan terdapat permasalahan pembelajaran dimana prestasi belajar siswa rendah maka dilakukan tindakan untuk mengatasinya dengan melihat fakta hasil belajar dilapangan dan tujuan yang baik secara ideal untuk memecahkan permasalahan guru dan siswa tersebut. Pemecahannya proses belajar tersebut dengan model CTL menggunakan teori belajar kognitivisme dan konstruktivisme dengan disertai sintaks inkuiri bebas termodifikasi dan inkuiri terbimbing untuk menggali hasil kreativitas siswa dan kemampuan verbal sehingga akan menghasilkan produk hasil belajar kognitif, afektif dan psikomotor meningkat, maka yang paling tepat dalam pemecahan masalah pembelajaran tersebut menggunakan penelitian Pengaruh Pembelajaran CTL dengan Inkuiri Bebas Termodifikasi dan Inkuiri Terbimbing Terhadap Ketrampilan Proses Sains Ditinjau Dari Kreativitas Siswa dan Kemampuan Verbal.
commit to user
66 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Bagan kerangka pemikiran yang divisualisasikan sebagai berikut: Permasalahan
Guru
Siswa Masalah nasional: Prestasi Sains internasional rendah
1.
2. 3. 4.
Fakta Ideal 1. Kemampuan siswa 1. Siswa sudah mampu dalam menghubungmenghubungkan anSiswatar konsep dengan kan antar konsep kurang baik baik. 2. Siswa pasif, KPS tidak 2. Siswa aktif, KPS suTerarah dengan baik dah terarah baik. 3. Tidak mengkonstruksi 3. Pengetahuan sudah Pengetahuan terkontruksi baik 4. Kreativitas dan kemam- 4. Kreativitas dan kepuan verbal siswa bermampuan verbal variasi siswa tetap 5. Prestasi belajar kurang 5. Prestasi belajar seBerkembang lalu meningkat.
Fakta Ideal Pembelajaran ber1. Pembelajaran ber sifat teacher centesifat Student cen red dan teoritis. tered dan inkuiri Kurang memperhati- 2. Selalu mengguna kan KPS. kan KPS Pembelajaran belum 3. Pembelajaran sudah sesuai hakikat sains sesuai hakikat sains Pembelajaran berori 4. Pembelajaran berentasi pada produk orientasi pada propembelajaran ses pembelajaran
1. 2. 3. 4.
Teori Kognitivisme: Teori belajar D. Ausubel Teori belajar Gagne Teori Belajar Piaget Teori Belajar J. Bruner
Model CTL
Sintaks Inkuiri Terbimbing 1.Menyajikan pertanyaan atau masalah 2. Membuat hipotesis 3. Merancang percobaan 4. Melakukan percobaan 5. Mengumpulkan dan menganalisa data 6. Meembuat kesimpulan
Kreativitas siswa
Teori Konstruktivisme 1. Kontruktivisme individu 2. Kontruktivisme Sosial
Sintaks Inkuiri bebas dimodifikasi 1.Menyajiikan pertanyaan atau masalah 2.Membuat hipotesis 3. Merancang percobaan 4. Melakukan percobaan 5. Mengumpulkan danmenganalisa data 6. Membuat kesimpulan
Hasil Belajar Kognitif, Afektif dan Psikomotor meningkat
Kemampuan verbal
Pengaruh Pembelajaran CTL (Contextual Teaching Learning) Dengan Inkuiri Bebas Termodifikasi Dan Inkuiri Terbimbing Terhadap ketrampilan Proses Sains Ditinjau Dari Kreativitas Siswa Dan Kemampuan Verbal
Gambar 2.5. Kerangka Pemikiran. commit to user
67 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
E. Hipotesis Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah , tujuan penelitian dan kajian teori sebagaimana diuraikan di atas, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.
Terdapat pengaruh model pembelajaran CTL melalui Inkuiri bebas termodifikasi dan Inkuiri terbimbing terhadap prestasi belajar biologi siswa kelas XI IPA SMA 1 Kudus.
2.
Terdapat pengaruh kreativitas siswa terhadap prestasi belajar biologi siswa.
3.
Terdapat pengaruh Kemampuan memori verbal terhadap prestasi belajar biologi siswa.
4.
Terdapat interaksi model pembelajaran CTL melalui Inkuiri bebas termodifikasi dan Inkuiri terbimbing dengan kreativitas siswa terhadap prestasi belajar biologi siswa.
5.
Terdapat interaksi model pembelajaran CTL melalui Inkuiri bebas termodifikasi dan Inkuiri terbimbing kemampuan memori verbal siswa terhadap prestasi belajar biologi siswa
6.
Terdapat interaksi antara kreativitas dengan
kemampuan memori verbal
siswa terhadap prestasi belajar biologi siswa 7.
Terdapat interaksi antara pembelajaran model CTL melalui Inkuiri bebas termodifikasi dan Inkuiri terbimbing dengan kreativitas dan kemampuan memori verbal siswa terhadap prestasi belajar biologi siswa.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB III METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 1 Kudus yang beralamat di Jl. Pramuka N0. 41, Kecamatan Kota, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, .Dengan beberapa pertimbangan bahwa SMA Negeri 1 Kudus dahulu merupakan sekolah Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional dan sekarang menjadi Sekolah Standar Nasional, memiliki sebanyak 8 kelas XI program IPA serta sarana prasarana yang memadai untuk penelitian.Penelitian ini dilaksanakan pada semester gasal tahun pelajaran 2013/2014 dengan rencana jadwal kegiatan penelitian tercantum pada Tabel 3.1. Tabel 3.1. Tahap-tahap Penelitian No
Tahapan Penelitian Juni
1 2 3 4 5 6 7 8. 9
Juli Agt
Pengajuan judul tesis Penyusunan proposal Seminar proposal Pengumpulan data Menganalisis data Membahas hasil penelitian Menulis laporan hasil penelitian Seminar Hasil tesis Ujian tesis
commit to user
67
Bulan Sept Okt Apr
Juli
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
B. Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel 1.
Populasi Penelitian Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Suharsimi Arikunto, 2006:
130). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI program IPA SMA Negeri 1 Kudus tahun pelajaran 2013/2014 yang masing-masing terdiri dari 32 siswa. Adapun rincian jumlah siswa pada masing-masing kelas tercantum pada Tabel 3.2. Tabel 3.2. Data Populasi Penelitian No.
Kelas
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
XI IPA 1 XI IPA 2 XI IPA 3 XI IPA 4 XI IPA 5 XI IPA 6 XI IPA 7
2.
Jumlah Laki-laki 14 11 13 13 14 12 16 Total =
Jumlah Perempuan 18 20 19 19 18 21 18
Jumlah 32 31 32 32 32 33 34 226
Nilai rata-rata raport kelas X 86,94 84,90 87,94 90,50 91,59 90,10 90,29
Sampel Penelitian Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Suharsimi
Arikunto, 2006: 131).Dalam penelitian ini sampel penelitian diambil dari populasi siswa kelas XI IPA SMA Negeri 1 Kudus tahun pelajaran 2013/2014. 3.
Teknik Sampling Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini dengan menggunakan teknik
Cluster Random Sampling. Teknik ini menghendaki adanya kelompok-kelompok dalam pengambilan sampel berdasarkan atas kelompok-kelompok yang ada dalam populasi. Jadi, populasi sengajacommit dipandang berkelompok-kelompok kemudian to user
68
69 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
kelompok tersebut tercermin dalam sampel. Masing-masing kelas dari keseluruhan kelas XI program IPA dipandang sebagai kelompok-kelompok yang akan dipilih dua kelas secara random (acak) untuk dijadikan sebagai kelompok sampel. Sebelum penentuan sampel maka dilakukan pengujian kesamaan rerata prestasi siswa yaitu dengan cara uji t terhadap nilai raport kenaikan kelas X IPA . Pengukuran dilakukan pada kelas eksperimen dan bukan eksperimen. Uji statistik yang digunakan adalah uji t-matching. Dihitung dengan menggunakan software PASW versi 18. Uji kesamaan rerata digunakan untuk mengetahui kesamaan prestasi siswa dari pengukuran nilai raport kenaikan kelas X IPA dengan menggunakan uji t 2 pihak. Uji kesamaan rerata dilakukan dalam pengambilan sampel dari populasi yang ada dengan menggunakan uji independent samples ttest. Dari hasil pengujian independent samples t-test didapatkan signifikansi 0.740 (Sig.>0.5) yang hasilnya dapat dilihat pada Lampiran 18. Dari uji t menunjukkan bahwa sampel (7 kelas populasi) tidak memiliki perbedaan prestasi belajar, berarti sampel memiliki keadaan awal yang sama.Ini menunjukkuan sampel yang akan diambil dari populasi adalah representatif (mewakili). Setelah diundi secara acak, kelas XI IPA4 sebagai kelas eksperimen pertama menggunakan metode pembelajaran Inkuiri bebas Termodifikasi dan kelas XI IPA5 sebagai kelas eksperimen kedua menggunakan metode pembelajaran Inkuiri Terbimbing.
commit to user
70 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
C. Rancangan dan Variabel Penelitian 1.
Rancangan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan pengaruh penerapan
metode Inkuiri Terbimbing dan Inkuiri Bebas Termodifikasi terhadap prestasi belajar biologi siswa. Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen (experimental research). Menurut Donald Ary et.al (2005: 337) penelitian eksperimen adalah kegiatan yang direncanakan dan dilaksanakan oleh peneliti untuk mengumpulkan bukti-bukti yang ada hubungannya dengan hipotesis. Kedua kelompok itu diasumsikan sama dalam semua segi yang relevan dan hanya berbeda dalam penggunaan metode pembelajaran, kreativitas dan kemampuan verbal.Penelitian ini bersifat eksperimental karena hasil penelitian ini akan menegaskan perbedaan variabel yang diteliti. Penelitian ini menggunakan Anava tiga jalan dengan rancangan desain faktorial 2x2x2. Faktor pertama adalah metode Inkuiri Terbimbing dan Inkuiri Bebas Termodifikasi. Faktor kedua adalah kreativitas siswa dikategorikan dalam kreativitas tinggi dan rendah. Faktor ketiga adalah kemampuan verbal siswa dikategorikan tinggi dan rendah. Berkaitan dengan hal tersebut maka rancangan penelitian ini dapat disajikan seperti Tabel 3.3.
commit to user
71 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 3.3. Rancangan Penelitian Model Pembelajaran CTL Inkuiri Bebas
Inkuiri
Termodifikas
Terbimbing (A2)
(A1) Kreativitas
KemampuanVerbal Tinggi
Tinggi (B1)
(C1) KemampuanVerbal Rendah
A1B1C1
A2B1C1
A1B1C2
A2B1C2
A1B2C1
A2B2C1
A1B2C2
A2B2C2
(C2) Kreativitas
KemampuanVerbal Tinggi (C1)
Rendah (B2) KemampuanVerbal Rendah (C2)
Keterangan : A1B1C1 : Penggunaan metode Inkuiri bebas termodifikasi pada siswa dengan kreativitas tinggi dan kemampuan verbal tinggi. A1B1C2 : Penggunaan metode Inkuiri bebas termodifikasi pada siswa dengan kreativitas tinggi dan kemampuan verbal rendah A1B2C1 : Penggunaan metode Inkuiri bebas termodifikasi pada siswa dengan kreativitas rendah dan kemampuan verbal tinggi. A1B2C2 : Penggunaan metode Inkuiri bebas termodifikasi pada siswa dengan kreativitas rendah dan kemampuan verbal rendah. A2B1C1 : Penggunaan metode Inkuiri committerbimbing to user pada siswa dengan kreativitas
perpustakaan.uns.ac.id
72 digilib.uns.ac.id
tinggi dan kemampuan verbal tinggi. A2B1C2 : Penggunaan metode Inkuiri terbimbing pada siswa dengan kreativitas tinggi dan kemampuan verbal rendah. A2B2C1 : Penggunaan metode Inkuiri terbimbing pada siswa dengan kreativitas rendah dan kemampuan verbal tinggi. A2B2C2 : Penggunaan metode Inkuiri terbimbing pada siswa dengan kreativitas rendah dan kemampuan verbal rendah.
Pada tabel 3.3 di atas menunjukkan tata letak rancangan penelitian. Variabel bebas dalam penelitian ini masing-masing dikelompokkan menjadi dua bagian. Variabel bebas tersebut antara lain: metode pembelajaran Inkuiri bebas termodifikasi (A1) dan metode pembelajaran Inkuiri
terbimbing (A2) ,dan
variabel moderatornya adalah kreativitas (B), dan kemampuan verbal (C). Metode pembelajaran yang digunakan ada dua macam, yaitu metode Inkuiri bebas termodifikasi (A1) dan Inkuiri terbimbing (A2); kreativitas yang digunakan adalah kreativitas tinggi (B1) dan kreativitas rendah (B2); serta Kemampuan verbal dikelompokkan menjadi dua kategori, yaitu kategori tinggi (C1) dan rendah (C2). 2.
Variabel Penelitian Variabel independen (bebas) adalah variabel yang menjelaskan atau
mempengaruhi variabel yang lain, sedangkan variabel dependen (tergantung) adalah variabel yang dijelaskan atau yang dipengaruhi variabel independen. Variabel yang mempengaruhi disebut variabel penyebab, variabel bebas atau independent variabel, sedangkan variabel akibat disebut variabel tidak bebas atau commit to user
73 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
variabel tergantung, variabel terikat atau dependent variabel. Variabel dalam penelitian ini dikelompokkan menjadi 3 yaitu: a.
Variabel bebas( independent variabel ): metode pembelajaran Inkuiri bebas termodifikasi dan metode pembelajaran Inkuiri terbimbing. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pembelajaran berbasis masalah dengan menggunakan metode pembelajaran Inkuiri bebas termodifikasi dan metode pembelajaran Inkuiri
terbimbing. Metode Inkuiri Bebas Termodifikasi
merupakan suatu kegiatan belajar mengajar dimana dalam pemilihan masalahnya ditentukan oleh siswa dengan didampingi guru, tetapi dalam penemuan konsep oleh siswa dengan cara guru memberikan pertanyaan yang mengarah pada penemuan konsep yang hasilnya kemudian akan ditampilkan atau dipresentasikan.Sedangkan metode nkuiri terbimbing merupakan suatu kegiatan belajar mengajar dimana dalam pemilihan masalahnya ditentukan oleh siswa dan guru dengan didampingi guru dalam prosesnya, tetapi dalam penemuan konsep oleh siswa dengan cara guru memberikan pengarahan dan pertanyaan yang mengarah pada penemuan konsep yang hasilnya kemudian akan ditampilkan atau dipresentasikan dalam kelompok. b.
Variabel moderator : kreativitas dan Kemampuan verbal siswa. Variabel moderator dalam penelitian ini adalah kreativitas dan kemampuan verbal. 1) Variabel moderator I Kreativitas Kreativitas merupakan usaha yang dilakukan siswa dalam mempelajari bidang tertentu berdasarkan atas daya cipta yang dimilikinya. Kreativitas commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
74 digilib.uns.ac.id
merupakan kemampuan seseorang untuk menghasilkan suatu produk yang baru ataupun kombinasi dari hal-hal yang sudah ada sebelumnya, yang berguna, serta dapat dimengerti. a) Skala pengukuran : ordinal dengan dua kategori yaitu kreativitas tinggi dan rendah. b) Indikator: kreativitas tinggi jika ≥ X (rerata) dan kreativitas rendah jika < X (rerata). 2) Variabel moderator II Kemampuan Verbal Kemampuan verbal dapat didefinisikan sebagai Kemampuan individu untuk bertindak atau berperilaku dalam memecahkan suatu masalah secara sistematis melalui langkah-langkah ilmiah serta mampu untuk divisualisasikan dan bisa diterima secara ilmiah. a) Skala pengukuran : ordinal dengan dua kategori yaitu Kemampuan verbal tinggi dan rendah. b) Indikator: Kemampuan verbal tinggi jika ≥ X (rerata) dan Kemampuan verbal rendah jika< X (rerata). 3) Variabel terikat Variabel terikat dalam penelitian ini adalah prestasi belajar biologi materi Sistem Peredaran Darah. Prestasi belajar yang dimaksud disini adalah hasil yang diperoleh sebagai akibat dari aktivitas selama mengikuti pelajaran Biologi materi Sistem Peredaran Darah. dinyatakan dalam bentuk skor hasil tes kemampuan belajar ranah kognitif, afektif, dan psikomotorpada mata pelajararan Biologi materi Sistem Peredaran Darah. Materi tersebut disampaikan dengan model commit to user
75 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
pembelajaran CTL dengan menggunakan metode pembelajaran Inkuiri bebas termodifikasi dan metode pembelajaran Inkuiri terbimbing.. (a) Skala pengukuran: interval (b) Indikator: nilai tes prestasi belajar Biologi pada materi Sistem Peredaran Darah aspek kognitif, angket untuk aspek afektif dan lembar observasi untuk psikomotor. Aspek kognitif adalah domain belajar sesuai taksonomi
Bloom
(Situmorang,
2005:
218)
aspek
pengetahuan,pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan evaluasi. Aspek afektif adalah perilaku yang tercermin dalam bentuk bahasa tubuh yang merupakan aktualisasi sikap, minat, nilai, konsep diri dan moral yang muncul saat terjadi proses interaksi. Aspek psikomotor yaitu hasil belajar dalam bentuk ketrampilan proses sains yang meliputi merangkai alat, melakukan percobaan, mengamati, menafsirkan hasil pengamatan, berkomunikasi dan menyimpulkan.
D. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan dua cara yaitu dengan tes dan non tes. Tes adalah himpunan pertanyaan yang harus dijawab dengan tujuan untuk mengukur aspek tertentu. Teknik non tes dengan menggunakan angket dan observasi. Data tes berupa nilai kognitif siswa pada materi pokok Sistem Peredaran Darah menggunakan perangkat tes berupa obyektif tes dengan 5 pilihan jawaban sedangkan data moderator kreativitas verbal diperoleh dengan tes. Data moderator kemampuan verbal diperoleh dari commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
76 digilib.uns.ac.id
angket, data nilai afektif diperoleh dari angket dan data observasi kemampuan psikomotor di peroleh dari observasi kegiatan siswa saat melakukan eksperimen di laboratorium. Data yang diungkap dalam penelitian dapat berupa fakta, pendapat, dan kemampuan. Metode pengumpulan data dari ketiga jenis data tersebut berbeda satu dengan yang lain. Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data tersebut antara lain berupa teknik angket, teknik tes, teknik observasi dan dokumentasi. 1.
Teknik Angket Angket atau kuesioner adalah sejumlah pernyataan atau pertanyaan tertulis
yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal-hal yang di ketahui. Dalam penelitian ini, angket digunakan untuk mengetahui kemampuan verbal, dan prestasi belajar Biologi siswa pada ranah afektif. Bentuk angket yang digunakan berupa angket tertutup dengan empat alternatif jawaban. Sebelum angket ini digunakan untuk mengambil data penelitian, terlebih dahulu angket diujicobakan untuk mengetahui validitas dan reliabilitas angket. 2.
Teknik Tes Tes adalah sejumlah pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan
untuk mengukur keterampilan, pengetahuan intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki individu atau kelompok. Teknik tes ini digunakan untuk memperoleh data prestasi belajar biologi siswa pada ranah kognitif dan kreativitas. Bentuk soal tes berupa tes objektif pilihan ganda dengan lima alternatif jawaban dan hanya ada satu jawaban yang benar. Sedang tes kreativitas commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
77 digilib.uns.ac.id
berupa tes tertulis yang dilakukan oleh siswa dengan menuliskan jawaban sebanyak-banyaknya sesuai waktu yang telah ditentukan. Soal-soal tersebut disesuaikan dengan kisi-kisi soal dan indikator yang telah disusun.Sebelum diujikan pada sampel penelitian, terlebih dahulu soal tes diujicobakan untuk menentukan validitas dan reliabilitas yang pada akhirnya dapat digunakan untuk mengambil data penelitian. 3.
Teknik Unjuk kerja Unjuk kerja yang dimaksud adalah unjuk kerja siswa untuk hasil prestasi
belajar pada aspek psikomotorik.Dalam penelitian ini bentuk unjuk kerja yang yang digunakan adalah pengamatan terhadap siswa saat melaksanakan proses eksperimen secara langsung. 4.
Teknik Dokumentasi Dalam melaksanakan pengumpulan data dokumentasi, pada penelitian ini
didapatkan dari menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku-buku,notulen, catatan harian, gambar, foto, dan sebagainya. Metode ini digunakan untuk mengetahui proses pembelajaran yang sedang berlangsung. Adapun jenis dokumentasi yang diperlukan adalah foto proses pembelajaran siswa dengan metode pembelajaran Inkuiri Bebas termodifikasi dan Inkuiri Terbimbing.
E. Instrumen Penelitian. Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap, dan sistematis sehingga lebih mudah commit to user
78 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
diolah.Berdasarkan variabel-variabel yang akan diteliti, instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari instrumen pelaksanaan pembelajaran dan instrumen pengambilan data. 1.
Instrumen Pelaksanaan Pembelajaran Proses pembelajaran dapat berjalan lancar dan kondusif sesuai dengan
rencana dan hasil yang diharapkan maka perlu adanya instrumen pembelajaran dalam penelitian ini, yang meliputi: a.
Silabus yaitu rencana pembelajaran pada suatu kelompok mata pelajaran dengan tema tertulis yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pembelajaran, indikator, alokasi waktu, dan sumber belajar yang dikembangkan dalam setiap satuan pendidikan.
b.
Rencana
pelaksanaan
pembelajaran
(RPP)
adalah
rencana
yang
menggambarkan prosedur dan manajemen pembelajaran untuk mencapai satu atau lebih kompetensi dasar yang ditetapkan dalam standar isi yang dijabarkan dalam silabus. c.
Lembar kegiatan siswa (LKS) adalah alat bantu dalam kegiatan belajar mengajar agar pelaksanaan pembelajaran dapat berjalan dengan lancar dan efektif.
2.
Instrumen Pengambilan Data Instrumen pengambilan data terdiri dari instrumen tes prestasi belajar
kognitif, instrumen angket prestasi belajar afektif, instrumen kreativitas siswa, instrumen angket Kemampuan verbal
serta lembar observasi pelaksanaan
kegiatan praktikum untuk prestasi belajar psikomotorik. commit to user
79 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
a. Tes prestasi belajar kognitif. Soal tes dalam bentuk pilihan ganda sebanyak 50 soal dengan 5 pilihan jawaban. Soal pilihan ganda diberi skor 1 jika jawaban benar dan skor 0 jika jawaban salah. Skala penilaian menggunakan skala 100. b.
Tes kreativitas Instrumen tes kreativitas siswa disusun sesuai kisi dan indikator yang telah
dibuat.Tes kreativitas verbal berupa pertanyaan yang harus dijawab siswa dengan menuliskan
jawaban
sebanyak-banyaknya
sesuai
batasan
waktu
yang
diberikan.Tes diberikan di awal sebelum pembelajaran di mulai. c. Angket kemampuan verbal dan prestasi belajar afektif. Instrumen angket kemampuan verbal dan prestasi belajar afektif disusun dengan memilih salah satu jawaban diantara empat jawaban yang tersedia. Penyusunan item angket meliputi pembuatan pertanyaan, alternatif jawaban dan petunjuk pengisian angket. Item-item disesuaikan dengan indikator yang telah dirumuskan. Kriteria penilaian tiap item pernyataan dengan skala 1 sampai 4. Instrumen yang berupa angket sebelum digunakan untuk mengambil data penelitian, instrumen tersebut diujicobakan terlebih dahulu untuk mengetahui kualitas item angket. Soal angket prestasi belajar afektif berjumlah 20 butir. d.
Lembar Unjuk kerja siswa. Lembar Unjuk kerja siswa dibuat untuk memperoleh data tentang prestasi
psikomotorik siswa selama eksperimen berlangsung didapat melalui pengamatan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
e.
80 digilib.uns.ac.id
Uji Coba Instrumen Dalam penelitian, data mempunyai kedudukan yang paling tinggi karena
data merupakan penggambaran variabel yang diteliti dan berfungsi sebagai alat pembuktian hipotesis. Benar tidaknya data, sangat menentukan bermutu tidaknya hasil penelitian. Sedang benar tidaknya data, tergantung dari baik tidaknya instrumen pengumpulan data. f.
Instrumen Penilaian Kognitif dan Afektif Instrumen yang baik memenuhi 5 kriteria, yaitu: 1) validitas, yaitu sejauh
mana data yang ditampung pada suatu tes atau kuesioner akan mengukur yang ingin diukur; 2) reliabilitas,yaitu sejauh mana suatu hasil pengukuran relatif konsisten apabila alat ukur digunakan berulang kali;
3) sensitivitas, yaitu
kemampuan suatu instrumen untuk melakukan diskriminasi; 4) objektivitas, yaitu data yang diisikan pada kuesioner terbebas dari penilaian yang subjektif; dan 5) fisibilitas, yaitu berkenaan dengan teknis pengisian kuesioner serta penggunaan sumber daya dan waktu. Sebelum digunakan, instrumen penelitian ini akan diuji dengan uji validitas dan uji reliabilitas yang diujicobakan kepada responden populasi peserta didik kelas XI IPA pada SMA Negeri 1 Kudus tahun pelajaran 2013/2014.
F. Uji Validitas Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan butir soal instrumen. Instrumen yang dimaksud antara lain: angket kreativitas, Kemampuan verbal, afektif, dan tes kognitif. Suatu instrumen yang commit to user
81 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
valid atau sahih mempunyai validitas tinggi. Sebaliknya, instrumen yang kurang valid berarti memiliki validitas rendah (Arikunto, 2010: 168). Uji validitas instrumen dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh instrumen penelitian mampu mencerminkan isi sesuai dengan hal dan sifat yang diukur. Perhitungan
uji
validitas dilakukan dengan menggunakan program microsoft excel. Hasil uji validitas instrumen penilaian kognitif yang dilakukan terangkum dalam tabel. Sebuah instrumen tes dikatakan valid apabila tes tersebut mengukur apa yang hendak diukur (Suharsimi Arikunto, 2010 : 65). Validitas yang diuji dalam penelitian ini adalah validitas item atau validitas butir. Validitas item adalah ketepatan mengukur yang dimiliki oleh sebuah butir item. Pada validitas item sebuah item dikatakan valid bila mempunyai dukungan yang besar terhadap skor total (Suharsimi Arikunto, 2010 : 76). Dalam penelitian ini salah satu bentuk soal yang digunakan adalah bentuk soal pilihan ganda. Pada bentuk soal pilihan ganda skor terhadap jawaban setiap soal atau item hanya terdiri atas angka 1 jika siswa menjawab benar dan angka 0 jika siswa menjawab salah. Untuk menilai apakah soal tes mempunyai validitas isi tinggi, maka dilakukan validasi oleh ahli (dosen Biologi). Dalam hal ini untuk menilai apakah kisi-kisi yang dibuat oleh pembuat tes telah menunjukkan klasifikasi kisi-kisi yang mewakili isi yang akan diukur. Setelah dinilai oleh validator, selanjutnya untuk menguji konsistensi internal soal (validitas empirik) pada tes prestasi belajar, digunakan rumus korelasi Point Biserial dengan rumus: ̅
̅
rcommit to user √ pbis =
82 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Keterangan: rpbis = koefisien korelasi point biserial ̅ = mean skor dari jawaban benar bagi item yang dicari korelasinya ̅ = mean skor total (skor rata-rata seluruh pengikut tes) = standar deviasi skor total p = proporsi siswa yang menjawab benar suatu item q = proporsi siswa yang menjawab salah (1-p) Sedangkan
untuk
menghitung
validitas
angket
dilakukan
dengan
menggunakan rumus korelasi product moment dari Karl Pearson sebagai berikut: rxy =
N
N N 2
2
2
2
Keterangan: X
: skor item untuk masing-masing responden.
Y
: skor total dari keseluruhan item masing-masing responden.
rxy
: koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y, dua variabel yang
N
dikorelasikan.
: jumlah sampel.
Kriteria item: jika rxy ≥ rtabel maka item tersebut valid, jika rxy< rtabel maka item tersebut tidak valid untuk taraf signifikansi 5%. Hasil uji validitas instrumen tes prestasi belajar Biologi yang telah dilakukan terangkum dalam Tabel 3.4 berikut ini. commit to user
83 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 3.4. Hasil Uji Validitas Tes Prestasi Belajar Aspek Kognitif Variabel
Nomor Soal
Total
Soal Materi Valid
1,2,3,6,7,8,9,10,11,12,13,14,15,16,18,19,
41
Sistem
20,21,23,24,25,26,27,28,29,31,32,33,34,
Peredaran
35,37,38,39,41,42,43,44,46,47, 48,49,50
Darah
Kriteria
Tidak
4, 5, 9, 17, 22, 30, 36, 40, 45
9
Valid Jumlah
50
Dari hasil ini digunakan untuk pengambilan data yaitu 41 soal yang 9 soal tidak di pakai, karena tidak valid dan semua indikator sudah terwakili. Sedangkan uji validitas instrumen angket penilaian prestasi belajar afektif terangkum dalam Tabel 3.5 Tabel 3.5 Hasil Uji Validitas Angket Prestasi Belajar Aspek Afektif Variabel Angket
Kriteria Valid
Nomor Soal
Total
1, 2,3, 4, 5, 6, 7, 8, 9,10, 11, 12,
20
Penilaian
13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20
Prestasi Belajar Tidak Valid
-
Aspek Afektif
0 Jumlah
20
Dari 20 soal yang diujicobakan semua valid sehingga digunakan semuanya.
commit to user
84 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
G. Reliabilitas Reabilitas soal menunjukkan tingkat keterandalan atau keajekkan soal. Suatu soal dikatakan mempunyai taraf reliabilitas yang tinggi jika memberikan hasil yang sama saat dilakukan pengukuran kembali pada subyek yang berlainan dan waktu yang berlainan.Untuk Pengujian reliabilitas instrument tes kognitif dan sikap ilmiah menggunakan rumus Kuder-Richardson sebagai berikut: 2 n s pq r11 s2 n 1
r11
= Reliabilitas instrument
n
= Banyaknya butir pertanyaan
S
= Deviasi standar
p
= Indeks kesukaran
q
=1–p
Hasil perhitungan tingkat reliabilitas tersebut kemudian dikonsultasikan dengan r product moment. Apabila harga rtt > rtabel maka tes instrument tersebut adalah reliabel. Klasifikasi reliabilitas adalah sebagai berikut: 0,91-1,00
: Sangat Tinggi
0,71- 0,90
: Tinggi
0,41- 0,70
: Cukup
0,21-0,40
: Rendah
>0,00-0,20
: Sangat Rendah
(Suharsimi Arikunto, 2010: 227)
Untuk mengukur reliabilitas instrumen kreativitas digunakan rumus Alpha. Rumus alpha digunakan untuk mencari reliabilitas instrumen yang skornya bukan commit to user
85 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
1 dan 0, misalnya untuk angket dan soal uraian (Suharsimi Arikunto, 2010:227). Rumus Alpha adalah sebagai berikut: r11 = (
)(
∑
)
Keterangan: r11 : reliabilitas instrumen
K : banyak butir pertanyaan atau banyaknya soal ∑
: jumlah varians butir : varians total
Kriteria reliabilitas adalah sebagaiberikut : 0,91-1,00
: Sangat Tinggi
0,71-0,90
: Tinggi
0,41-0,70
: Cukup
0,21-0,40
: Rendah
0,00 -0,20
: Sangat Rendah
Hasil uji reliabilitas instrumen tes prestasi belajar kognitif Biologi yang telah dilakukan terangkum dalam Tabel 3.6 Tabel 3.6 Hasil Uji Reliabilitas Tes Prestasi Belajar Kognitif Variabel
Jumlah Soal
Reliabilitas
Kriteria
Soal Materi Sistem
50
0.955
Reliabilitas sangat
Peredaran Darah
tinggi
commit to user
86 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Reliabilitas soal materi Sistem Peredaran Darah diperoleh angka 0,955 yang berarti reliabilitasnya tinggi. Sedangkan hasil uji reliabilitas angket prestasi belajar aspek afektif yang telah dilakukan terangkum dalam Tabel 3.7 Tabel 3.7 Hasil Uji Reliabilitas Prestasi Belajar Aspek Afektif Variabel
Jumlah Soal
Reliabilitas
Kriteria
20
0,78
Reliabilitas
Angket Penilaian Prestasi Belajar Aspek
tinggi
Afektif
Reliabilitas prestasi belajar aspek afektif sebesar 0,78 yang berarti reliabilitasnya tinggi.
H. Uji Taraf Kesukaran Taraf Kesukaran soal dapat ditunjukkan dengan indeks kesukaran yaitu suatu bilangan yang menunjukkan sukar mudahnya suatu soal, yang harganya dapat dicari dengan rumus sebagai berikut: IK
JB A JB B JS A JS B
Keterangan: IK = indeks kesukaran JBA = jumlah jawaban benar butir soal pada kelompok atas JBB = jumlah jawaban benar butir soal pada kelompok bawah JSA = Banyaknya siswa pada kelompok atas commit to user JSB = Banyaknya siswa pada kelompok bawah
87 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Menurut
ketentuan
yang
sering
diikuti,
indeks
kesukaran
sering
diklasifikasikan sebagai berikut: IK = 0,00
terlalu sukar
0,10 < IK ≤ 0,30
sukar
0,31 < IK ≤ 0,70
sedang
0,71 < P ≤ 1,00 IK = 1
mudah
terlalu mudah (Suharsimi Arikunto, 2010: 235)
Hasil uji taraf kesukaran soal tes prestasi belajar Biologi yang telah dilakukan terangkum dalam Tabel 3.8. Tabel 3.8. Hasil Uji Taraf Kesukaran Soal Tes Prestasi Belajar Taraf Kesukara n
Jumlah soal
Mudah
18
Sedang
16
Sukar
16
Nomor soal
1,2,7,8,9,11,12,14,15,1, 25,26,28,30,31,34,35,3 9 3,10,13,16,17,20,22,23, 29,36,40,41,43,44,46,4 9 4,5,6,19,21,24,227,32,3 3, 37,38,42,45,47,48,50
Jumlah Soal yang dipakai
Nomor Soal yang tidak dipakai
16
Jumlah Soal yang tidak dipakai 2
12
4
17,22,36,4 0
13
3
4.5,45
9,30
Setelah diuji taraf kesukaran dari 50 dengan tingkat kesukaran soal sukar 18 ,sedang 16 dan mudah 16 soal yang diuji cobakan setelah dihitung menggunakan program microsoft excel 2007 terdapat 41 soal valid dan 9 soal tidak valid di lihat dari tingkat kesukaran soal terdiri sukar to16user ,sedang 12 dan mudah 13. Dengan commit
88 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
mempertimbangkan sebaran materi 41 soal yang valid digunakan untuk tes prestasi belajar .
I.
Uji Daya Pembeda Soal Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara
siswa yang kemampuan tinggi dan siswa yang kemampuannya rendah. Rumus untuk menentukan daya pembeda soal adalah sebagai berikut: DP
JBA JB B JSA
Keterangan: DP = Daya Pembeda JBA= Jumlah jawaban benar butir soal pada kelompok atas JBB= Jumlah jawaban benar butir soal pada kelompok bawah JSA= Banyaknya siswa pada kelompok atas Klasifikasi daya pembeda: D < 0,00 : soal sangat jelek =Negatif = tidak baik (butir soal dibuang). Kualifikasi daya pembeda adalah sebagai berikut : 0,00≤ D ≤ 0,20 : soal jelek (poor) 0,20< D ≤ 0,40 : soal cukup (satisfactory) 0,40< D ≤ 0,70 : soal baik (good) 0,70< D ≤ 1,00 : soal baik sekali (excellent) (Suharsimi Arikunto, 2010: 236) Hasil uji daya beda yang telah dilakukan terangkum dalam Tabel 3.9. commit to user
89 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 3.9. Hasil Uji Daya Beda Soal Tes Prestasi Belajar aspek Kognitif Daya Beda
Jumlah soal
Total
Sangat Membedakan ( baik sekali)
3
3
Lebih Membedakan (baik)
12
12
Cukup Membedakan (cukup)
26
26
Kurang Membedakan (jelek)
9
9
Sangat kurang membedakan (jelek sekali)
-
-
Jumlah
50
Jadi dari 50 soal yang diujicobakan, 3 soal sangat membedakan dipakai, 12 soal lebih membedakan dipakai, 26 soal cukup membedakan dipakai. Dan semua soal yang kurang membedakan tidak dipakai.
J.
Tes Kreativitas Tes kreativitas berupa tes uraian. Sebelum digunakan untuk mengambil hasil
data diujicobakan terlebih dahulu untuk mengetahui kualitas soal. Uji coba dilakukan untuk mengetahui validitas dan reliabilitas soal. Untuk mengetahui validitas soal digunakan rumus Product Moment dan reliabilitas menggunakan rumus alpha. Hasil uji coba yang telah dilakukan terangkum dalam tabel 3.10
commit to user
90 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 3.10. Hasil Uji Validitas Tes Kreativitas Siswa Variabel Kreativit as Siswa
Kriteria Valid
Nomor Soal 1,2,3,4,5,6,7,9,11,12,14,15,16,17,18,20, 21,22,23,24,25,27,28,29,30,31,32,33,34, 35,36,37,38,39,40 8.10,13,19,26 Jumlah
Tidak Valid
Total 35
5 40
Hasil uji coba tes kreativitas terdapat 35 soal valid, semua soal yang valid dipakai untuk tes kreativitas siswa. 5 soal yang tidak valid yaitu nomor 8,10,13,19,26 tidak dipakai.
Sedangkan hasil uji reliabilitas tes kreativitas
terangkum pada Tabel 3.11 Tabel 3.11. Hasil Uji Reliabilitas Tes Kreativitas Siswa Variabel Kreativitas Siswa
Jumlah Soal 40
Reliabilitas 0,908
Kriteria Reliabilitas tinggi
Hasil uji reliabilitas tes kreativitas diperoleh angka 0,908 yang berarti reliabilitasnya
tinggi.
K. Angket Kemampuan Verbal, Angket
Kemampuan
Verbal
berupa
soal
pilihan
ganda.
Sebelum
menggunakan untuk penelitian instrumen tersebut diujicobakan terlebih dahulu untuk mengetahui validitas dan reliabilitasnya. Untuk menguji validitas digunakan korelasi point biserial, sedangkan untuk reliabilitasnya menggunakan rumus Kuder Richardson (K-R 20). Hasil uji coba instrumen Kemampuan Verbal yang telah dilakukan terangkum dalam Tabel 3.12. commit to user
91 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 3.12. Hasil Uji Validitas Tes Kemampuan verbal Variabel Kemampuan Verbal
Kriteria Valid
Nomor Soal 1,2,3,4,5,6,7,8,9,10,12,13,14,16,17, 18,19,20,21,22,24,25,26,27,28,29,3 0,31,32,33,35, 36,37,39,40 Tidak Valid 11, 15, 23, 34, 38 Jumlah
Total 35
5 40
Dari 40 soal yang diujicobakan 35 soal valid dan memenuhi sebaran indikator yang akan diukur, sehingga 35 soal tersebut dipakai, dan 5 soal yang tidak valid tidak dipakai. Hasil uji reliabilitas soal tes kemampuan berpikir analisis yang telah dilakukan terangkum dalam Tabel 3.13 Tabel 3.13. Hasil Uji Reliabilitas Tes Kemampuan verbal Siswa Variabel
Jumlah Soal
Reliabilitas
Kriteria
Kemampun verbal
40
0,908
Reliabilitas tinggi
Hasil uji reliabilitas tes Kemampuan verbal siswa sebesar 0,908 berarti reliabilitasnya
tinggi.
L. Teknik Analisis Data Dalam penelitian ini untuk menganalisis data digunakan analisis varian (Anava) tiga jalan 2x2x2 dengan sel tak sama. Namun sebelum dilakukan analisis data terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat analisis yaitu uji normalitas dan uji homogenitas.
commit to user
92 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
1.
Uji Prasyarat Hipotesis a) Uji Normalitas Uji normalitas dilakukan untuk menguji apakah sampel penelitian berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak, uji normalitas ini dihitung menggunakan sofware PASW versi 18. Adapun prosedur yang dilakukan sebagai berikut : (1) Prosedur penentuan Hipotesis : Ho: sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal H1: sampel berasal dari populasi yang berdistribusi tidak normal (2) Keputusan Uji Statistik uji menggunakan normality test dengan pendekatan Ryan –Joiners.
Uji
normalitas
variabel
terikat
prestasi
belajar
aspek
kognitif,afektif dan psikomotor dengan menggunakan uji Ryan Joiners (RJ) , yang perhitungannya dilakukan dengan programsoftware PASWversi 18.Ketentuan
pengambilan
kesimpulan
.
Ho
ditolak
ketika
p-
Value>0,05selain itu H1 tidak ditolak. Jika p-Value < 0,05 maka Ho tidak ditolak (diterima). Tingkat signifikansi (α) yang digunakan 0,05. b) Uji Homogenitas Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah sampel berasal dari populasi yang homogen atau tidak. Jika populasi memiliki variansvarians yang sama dikatakan homogen. Uji homogenitas ini dihitung menggunakan sofware PASW versi 18. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
93 digilib.uns.ac.id
(1) Prosedur Penentuan Hipotesis : Ho: tidak semua variansi sama (tidak homogen) H1: semua variansi sama (homogen) (2) Keputusan Uji Statistik uji menggunakan test for equal variances. Ketentuan pengambilan keputusan, Ho ditolak ketika p-Value > 0,05 artinya semua variansi sama ( homogen) dan jika p-Value < 0,05 maka Ho tidak ditolak. Tingkat signifikansi yang digunakan (α) = 0,05. M. Uji Hipotesis 1) Uji Anava Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis variansi tiga jalan dengan sel tak sama. Tujuan dari analisis ini untuk menguji signifikansi efek tiga variabel bebas terhadap satu variabel terikat dan interaksi ketiga variabel bebas terhadap variabel terikat. Statistik uji dengan bantuan software program PASW versi 18menggunakan GLM (General Linier Model). Taraf signifikasi (α) yang digunakan 0,05. 2) Menentukan Hipotesis: a) HoA: Tidak ada perbedaan prestasi belajar antara siswa yang diberi pembelajaran metode Inkuiri bebas termodifikasi dengan siswa yang diberi metode Inkuiri terbimbing pada materi Sistem Peredaran Darah. b) H1A: Ada perbedaan prestasi belajar antara siswa yang diberi pembelajaran metode Inkuiri bebas termodifikasi dengan siswa yang diberi metode Inkuiri terbimbing pada materi Sistem Peredaran Darah. commit to user
94 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
c) HoB: Tidak ada perbedaan prestasi belajar antara siswa yang memiliki kreativitas tinggi dengan siswa yang memiliki kreativitas rendah dalam mempelajari materi Sistem Peredaran Darah.. d) H1B: Ada perbedaan prestasi belajar antara siswa yang memiliki kreativitas tinggi dengan siswa yang memiliki kreativitas rendah dalam mempelajari materi Sistem Peredaran Darah. e)
HoC: Tidak ada perbedaan prestasi belajar antara siswa yang memiliki
Kemampuan verbal tinggi dengan siswa yang memiliki Kemampuan verbal rendah dalam mempelajari materi Sistem Peredaran Darah. f)
H1C: Ada perbedaan prestasi belajar antara siswa yang memiliki
Kemampuan verbal tinggi dengan siswa yang memiliki kreativitas rendah dalam mempelajari materi Sistem Peredaran Darah.. g) HoAB: Tidak ada interaksi antara metode Inkuiri bebas termodifikasi dan Inkuiri terbimbing dengan kreativitas terhadap prestasi belajar siswa pada materi Sistem Peredaran Darah. h) H1AB: Ada interaksi antara metode Inkuiri bebas termodifikasi dan Inkuiri terbimbing dengan kreativitas terhadap prestasi belajar siswa pada materi Sistem Peredaran Darah. i)
HoAC: Tidak ada interaksi antara metode Inkuiri bebas termodifikasi dan
Inkuiri terbimbing dengan Kemampuan verbal terhadap prestasi belajar siswa pada materi Sistem Peredaran Darah.
commit to user
95 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
j)
H1AC: Ada interaksi antara metode Inkuiri bebas termodifikasi dan Inkuiri
terbimbing dengan Kemampuan verbal terhadap prestasi belajar siswa pada materi Sistem Peredaran Darah. k) HoBC: Tidak ada interaksi antara kreativitas dengan Kemampuan verbal terhadap prestasi belajar siswa pada materi Sistem Peredaran Darah. l)
H1BC: Ada interaksi antara kreativitas dengan Kemampuan verbal terhadap
prestasi belajar siswa pada materi Sistem Peredaran Darah. m) HoABC: Tidak ada interaksi antara metode Inkuiri bebas termodifikasi dan Inkuiri terbimbing dengan kreativitas
dan Kemampuan verbal terhadap
prestasi belajar siswa pada materi Sistem Peredaran Darah. n) H1ABC: Ada interaksi antara metode Inkuiri bebas termodifikasi dan Inkuiri terbimbing dengan kreativitas dan Kemampuan verbal, terhadap prestasi belajar siswa pada materi Sistem Peredaran Darah. 3) Keputusan Uji Keputusan uji menggunakan GLM(General Linier Model). Ketentuan pengambilan kesimpulan, H0 ditolak ketika p-Value < 0,05 dan jika p-Value > 0,05maka Ho tidak ditolak (diterima). Tingkat signifikansi (α) yang digunakan 0,05. 4) Uji Lanjut Anava Apabila diperoleh Ho ditolak maka diperlukan uji lanjut Anava. Sebagai tindak lanjut dari analisis variansi tiga jalan adalah menggunakan uji Mean dan Interaction Plot. Tujuannya untuk mengetahui besarnya pengaruh terhadap prestasi belajar siswa. Selain dengan menggunakan metode Mean commit to user
96 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dapat juga menggunakan uji Scheffe. Ketentuan pengambilan kesimpulan, ada pengaruh yang signifikan jika melewati garis merah. Sedangkan tujuan dari Interaction Plot adalah untuk mengetahui besarnya interaksi terhadap prestasi belajar. Ketentuan pengambilan keputusan ada interaksi jika terjadi perpotongan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data Data dalam penelitian ini diperoleh dari SMA Negeri 1 Kudus sebagai kelompok eksperimen. Data yang diperoleh meliputi: nilai tes kognitif prestasi belajar, angket afektif, angket Kemampuan verbal , dan tes kreativitas verbal dan lembar pengamatan psikomotor prestasi belajar siswa mata pelajaran Biologi materi Sistem Peredaran Darah. 1. Data Prestasi Belajar Data nilai dari metode Inkuiri Bebas termodifikasi dan metode Inkuiri Terbimbing didapat dari tes materi Sistem Peredaran Darah pada masingmasing kelas. Rentang skor penilaian aspek kognitif 0 – 100. Kelas XI IPA-4 dengan siswa sebanyak 32 diterapkan metode Inkuiri Bebas termodifikasi, sedangkan kelas XI IPA5 dengan siswa sebanyak 32 diterapkan metode Inkuiri Terbimbing. Data prestasi nilai dari kedua metode tersebut terdiri dari prestasi kognitif, afektif dan psikomotor. Data kognitif diperoleh dari tes prestasi kognitif pada akhir pembelajaran. Data afektif diperoleh dari angket afektif, sedangkan data psikomotor didapat dari pengamatan terhadap unjuk kerja siswa saat kegiatan praktikum.
commit to user
97
98 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
a. Data Kognitif
Tabel 4.1 Deskripsi Data Prestasi Belajar Kognitif Penerapan metode Inkuiri Bebas termodifikasi dan metode Inkuiri Terbimbing
Metode Inkuiri Bebas termodifikasi Inkuiri Terbimbing
Jumlah Data 27
Ratarata 45,283
Standar Deviasi 0,814
Nilai Terendah 43,467
Nilai Tertinggi 46,919
30
51,069
0,799
49,463
52,675
Berdasarkan tabel diatas terlihat prestasi belajar Biologi aspek kognitif pada kelas Metode Inkuiri Bebas termodifikasi
memiliki nilai
terendah 43,47, nilai tertinggi 46,92, nilai rata-rata 45,28 dengan standar deviasi sebesar 0,81. Sedangkan prestasi belajar aspek kognitif pada kelas metode Inkuiri Terbimbing memiliki nilai terendah 49,46, nilai tertinggi 52,68; nilai rata-rata 51,07 dengan standar deviasi sebesar 0,80.Distribusi frekuensi nilai tes prestasi belajar aspek kognitif disajikan pada Tabel 4.2. Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Kognitif Siswa Penerapan Metode inkuiri Bebas Termodifikasi dan Metode Inkuiri Terbimbing. Interval Metode inkuiri Bebas Termodifikasi Metode Inkuiri Terbimbing
36 - 43
Frekuensi
Frekuensi (%)
Frekuensi
Frekuensi (%)
7
25,93
1
3,33
commit to user
99 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
44 - 51
18
66,67
14
46,67
52 - 59
2
7.41
15
50
Perbandingan prestasi belajar aspek kognitif antara kelas Metode inkuiri Bebas Termodifikasi dan Metode Inkuiri Terbimbing. disajikan pada Gambar 4.1.
Gambar 4.1 Histogram Perbandingan Prestasi Belajar Kognitif Siswa Penerapan metode inkuiri Bebas Termodifikasi dan Metode Inkuiri Terbimbing.
Dari Tabel maupun gambar histogram perbandingan prestasi belajar aspek kognitif pada kelas metode Inkuiri Bebas Termodifikasi memiliki frekuensi tertinggi pada interval 44 - 51 yang dicapai oleh 18 siswa (66,67%), sedangkan pada interval tersebut kelas metode Inkuiri Terbimbing memiliki frekuensi tertinggi yang dicapai oleh 14 siswa (46,67%), kedua kelas metode tersebut menunjukkan perbedaan yang cukup besar, akan tetapi pada interval 52 - 59 pada metode Inkuiri Bebas commit to user sedangkan pada kelas penerapan Termodifikasi terdapat 2 siswa (7,41%),
100 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
metode Inkuiri Terbimbing 15 siswa (50%). Ini menunjukkan pembelajaran dengan menggunakan metode Inkuiri Bebas Termodifikasi sebaran nilai kognitifnya lebih baik.
b. Data Afektif Tabel 4.3 Deskripsi Data Prestasi Belajar Afektif Penerapan metode Inkuiri Bebas Termodifikasi dan metode Inkuiri Terbimbing. Metode Inkuiri Bebas Termodifikasi Inkuiri Terbimbing
Jumlah data 27
Ratarata 35,583
Standar Deviasi 2,162
Nilai Terendah 31,238
Nilai Tertinggi 39,929
30
50,663
2,123
46,398
54,929
Berdasarkan Tabel 4.3 diatas terlihat prestasi belajar Biologi aspek afektif pada kelas Metode Inkuiri Bebas Termodifikasi memiliki nilai terendah 31,24, dan nilai tertinggi 39,93; nilai rata-rata 35,58 dengan standar deviasi sebesar 2,16. Sedangkan prestasi belajar aspek afektif pada kelas metode Inkuiri Terbimbing memiliki nilai terendah 46,40, nilai tertinggi 54,93, nilai rata-rata 50,66 dengan standar deviasi sebesar 2,12.Distribusi frekuensi nilai tes prestasi belajar aspek afektif disajikan pada Tabel 4.4 Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Afektif Penerapan metode Inkuiri Bebas Termodifikasi dan metode Inkuiri Terbimbing.
Interval 20 - 27 28 - 35
Metode Inkuiri Bebas Metode Inkuiri Terbimbing Termodifikasi Frekuensi Frekuensi ( % ) Frekuensi Frekuensi ( % ) 8 29,63 to user 1 3,33 commit 8 29,63 3 10
101 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Interval 36 - 43 44 - 51 52 - 59 60 - 67 68 - 75
Metode Inkuiri Bebas Termodifikasi Frekuensi Frekuensi ( % ) 4 14,82 5 18,52 1 3,70 1 3,70 0 0,00
Metode Inkuiri Terbimbing Frekuensi 1 11 5 8 1
Frekuensi ( % ) 3,33 36,67 16,67 26,67 3,33
Perbandingan prestasi belajar aspek afektif antara kelas Metode Inkuiri Bebas Termodifikasi dan metode Inkuiri Terbimbing disajikan pada Gambar 4.2
12
Frekuensi
10
inkuiri bebas termodifikasi
8 6
inkuiri terbimbing
4 2 0 20 - 27 28 - 35 36 - 43 44 - 51 52 - 59 60 - 67 68 - 75 Nilai Interval
Gambar 4.2 Histogram Perbandingan Prestasi Belajar AfektifPenerapan Metode Inkuiri Bebas Termodifikasi dan metode Inkuiri Terbimbing
Dari tabel maupun gambar histogram perbandingan prestasi belajar aspek afektif pada kelas metode Inkuiri Bebas Termodifikasi
memiliki
frekuensi tertinggi pada interval 20 -27 dan 28 - 35 yang dicapai oleh 8 siswa commit to user (29,63%), sedangkan pada interval tersebut kelas metode Inkuiri Terbimbing
102 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
memiliki frekuensi tertinggi yang dicapai oleh 1 siswa (3,33%) dan 3 siswa (10%), kedua kelas menunjukkan perbedaannya , akan tetapi pada interval 68 75 pada kelas Inkuiri Bebas Termodifikasi tidak ada , sedangkan pada kelas metode Inkuiri Terbimbing terdapat 1 siswa. Ini menunjukkan pada metode Inkuiri Bebas Termodifikasi sebaran nilai afektif lebih baik.
c. Data Psikomotor Tabel 4.5 Deskripsi Data Prestasi Belajar Psikomotor Siswa Penerapan Metode Inkuiri Bebas Termodifikasi dan metode Inkuiri Terbimbing Jumlah Rata- Standar Nilai Nilai Metode data rata Deviasi Terendah Tertinggi Inkuiri Bebas 27 64,635 1,981 60,655 68,616 Termodifikasi Inkuiri 30 70,248 1,944 66,341 74,155 Terbimbing
Berdasarkan tabel diatas terlihat prestasi belajar Biologi aspek psikomotor pada kelas yang menggunakan pembelajaran dengan penerapan metode Inkuiri Bebas Termodifikasi memiliki nilai terendah 60,66, dan nilai tertinggi 68,62, nilai rata-rata 64,64 dengan standar deviasi sebesar 1,98. Sedangkan prestasi belajar aspek psikomotor pada kelas yang diterapkan metode Inkuiri Terbimbing memiliki nilai terendah 66,34, nilai tertinggi 74,16; nilai rata-rata commit to user
103 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
70,248 dengan standar deviasi sebesar 1,94. Distribusi frekuensi nilai tes prestasi belajar aspek psikomotor disajikan pada tabel 4.6 Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Psikomotor Penerapan Metode Inkuiri Bebas Termodifikasi dan metode Inkuiri Terbimbing
Interval 43 - 50 51 - 58 59 - 66 67 - 74 75 - 82 83 - 90 91 - 98
Metode Inkuiri Bebas Termodifikasi Frekuensi Frekuensi ( % ) 6 22,22 3 11,11 5 18,52 6 22,22 7 25,93 0 0,00 0 0,00
metode Inkuiri Terbimbing Frekuensi 3 3 5 6 11 1 1
Frekuensi ( % ) 10 10 16,67 20 36,67 3,33 3,33
Perbandingan prestasi belajar aspek psikomotor antara kelas yang diterapkan Metode Metode Inkuiri Bebas Termodifikasi
dan metode Inkuiri
Terbimbing disajikan pada Gambar 4.3.
12
Frekuensi
10 Inkuiri Bebas Termodifikasi
8 6
inkuiri Terbimbing
4 2 0 43 - 5051 - 5859 - 6667 - 7475 - 8283 - 90 91 98 Nilai interval
Gambar 4.3 Histogram Perbandingan Prestasi Belajar Psikomotor Menggunakan Metode Inkuiri Bebas Termodifikasi dan metode Inkuiri Terbimbing
commit to user
104 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Dari tabel maupun gambar histogram perbandingan prestasi belajar aspek psikomotor pada kelas metode Inkuiri Bebas Termodifikasi memiliki frekuensi tertinggi pada interval 43 - 50 yang dicapai oleh 6 siswa (22,22%), sedangkan pada interval tersebut kelas metode Inkuiri Terbimbing memiliki frekuensi tertinggi yang dicapai oleh 3 siswa (10%), kedua kelas menunjukkan perbedaan yang besar, akan tetapi pada interval 83 - 90 pada kelas Inkuiri Terbimbing terdapat 1 siswa (3,33), sedangkan pada kelas metode Inkuiri Bebas Termodifikasi tidak ada. Ini menunjukkan pada metode Inkuiri Bebas Termodifikasi sebaran nilainya lebih baik. 2.
Data Kreativitas Data nilai tes kreativitas dikelompokkan dalam 2 kategori yaitu kreativitas
tinggi bagi siswa yang mempunyai nilai tes kreativitas ≥ rata-rata nilai tes kreativitas seluruh kelas dan kategori kreativitas rendah bagi siswa yang mempunyai nilai tes kreativitas < rata-rata nilai tes kreativitas seluruh kelas. Dengan menggunakan kriteria tersebut dari 57 siswa, terdapat 30 siswa mempunyai kreativitas tinggi dan 27 siswa mempunyai kreativitas rendah. a. Data Kognitif Tabel 4.7 Deskripsi Data Prestasi Belajar Kognitif dengan Kreativitas Rendah dan Tinggi Kreativitas Rendah Tinggi
Jumlah data 30 30
Rata-rata 47,94 48,17
Standar Deviasi 0,73 0,88
Nilai Terendah 46,47 46,66
Nilai Tertinggi 49,40 50,18
Berdasarkan tabel diatas terlihat prestasi belajar Biologi aspek kognitif commit to user pada siswa dengan kreativitas tinggi memiliki nilai terendah 46,66 dan nilai
105 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
tertinggi 50,18; nilai rata-rata 48,17 dengan standar deviasi sebesar 0,88. Sedangkan prestasi belajar aspek kognitif pada siswa dengan kreativitas rendah memiliki nilai terendah 46,47 dan nilai tertinggi 49,40; nilai rata-rata 47,94 dengan standar deviasi sebesar 0,73. Distribusi frekuensi nilai tes prestasi belajar aspek kognitif disajikan pada Tabel 4.8. Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Kognitif Kreativitas Rendah dan Tinggi Interval
Kreativitas Rendah Kreativitas Tinggi Frekuensi Frekuensi (%) Frekuensi Frekuensi (%) 4 11,43 4 18,18 36 - 43 22 73,33 10 45,46 44 - 51 9 25,71 8 36,36 52 - 59 Perbandingan prestasi belajar aspek kognitif antara siswa yang mempunyai
Kreativitas rendah dan tinggi disajikan pada Gambar 4.4.
Frekuensi
25 20 15 10
Rendah
5
Tinggi
0 36 - 43
44 - 51
52 - 59
Nilai Interval
Gambar 4.4 Histogram Perbandingan Prestasi Belajar Kognitif Siswa Kreativitas Rendah dan Tinggi Berdasarkan tabel dan gambar histogram diatas terlihat bahwa frekuensi tertinggi prestasi belajar aspek kognitif siswa dengan kreativitas tinggi pada interval 44 - 51 yang dicapai oleh 10 siswa (45,46%), sedangkan pada interval yang sama siswa dengan kreativitas rendah dicapai oleh 22 siswa (73,33%). Prestasi kognitif siswa dengan kreativitas commit torendah user tertinggi pada interval 52 - 59
106 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
yang dicapai oleh 9 siswa (25,71%), sedangkan siswa dengan kreativitas tinggi pada interval yang sama sebanyak 8 siswa (36,36%). Dari sini terlihat bahwa kreativitas ternyata berpengaruh terhadap prestasi belajar kognitif siswa. b. Data Afektif Tabel 4.9 Deskripsi Data Prestasi Belajar Afektif Berdasarkan Kreativitas Rendah dan Tinggi Kreativitas
Jumlah
Rata-
Standar
Nilai
Nilai
data
rata
Deviasi
Terendah
Tertinggi
Rendah
30
43,79
1,94
39,89
47,69
Tinggi
30
42,46
2,33
37,78
47,13
Berdasarkan tabel diatas terlihat prestasi belajar kimia aspek afektif pada kreativitas tinggi memiliki nilai terendah 37,78 dan nilai tertinggi 47,13; nilai rata-rata 42,46 dengan standar deviasi sebesar 2,33. Sedangkan prestasi belajar aspek afektif pada kreativitas rendah memiliki nilai terendah 39,89 dan nilai tertinggi 47,69; nilai rata-rata 43,79 dengan standar deviasi sebesar 1,94. Distribusi frekuensi nilai tes prestasi belajar aspek afektif disajikan pada Tabel 4.10.
Tabel 4.10 Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Afektif Siswa dengan Kreativitas Rendah dan Tinggi Interval
Kreativitas commit Rendahto user
Kreativitas Tinggi
107 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Frekuensi
Frekuensi ( % )
Frekuensi
Frekuensi ( % )
20 - 27
6
17,14
3
13,64
28 - 35
8
22,86
3
13,64
36 - 43
2
5,71
3
13,64
44 - 51
7
20
9
40,91
52 - 59
3
8,57
3
13,64
60 - 67
8
22,86
1
4,55
68 - 75
1
2,86
0
0,00
Perbandingan prestasi belajar aspek afektif dengan kreativitas rendah dan tinggi disajikan pada gambar 4.5 10 Frekuensi
8 6 4 2 0 20 - 27 28 - 35 36 - 43 44 - 51 52 - 59 60 - 67 nilai interval
Gambar 4.5 Histogram Perbandingan Prestasi Belajar Afektif dengan Kreativitas Rendah dan Tinggi Dari tabel maupun gambar histogram menunjukkan perbandingan prestasi belajar aspek afektif pada kreativitas tinggi memiliki frekuensi tertinggi pada interval 44 - 51 yang dicapai oleh 9 siswa (40,91%), sedangkan pada interval tersebut kreativitas rendah memiliki frekuensi tertinggi yang dicapai oleh 7 commit to user
108 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
(20%), kedua kelas menunjukkan perbedaan yang kecil, akan tetapi pada interval 68 - 75 pada kreativitas rendah terdapat 1 siswa (2,86%), sedangkan pada kelas kreativitas tinggi tidak ada. Ini menunjukkan pada kreativitas tinggi sebaran nilainya lebih baik. c. Data Psikomotor Tabel 4.11 Deskripsi Data Prestasi Psikomotor dengan Kreativitas Rendah dan Tinggi Kreativitas Rendah Tinggi
Jumlah data 30 30
Ratarata 62,18 72,71
Standar Deviasi 1,78 2,13
Nilai Terendah 58,60 68,43
Nilai Tertinggi 65,75 76,99
Berdasarkan tabel diatas terlihat prestasi belajar kimia aspek psikomotor pada kelas kreativitas tinggi memiliki nilai terendah 68,43 dan nilai tertinggi 76,99
nilai rata-rata 72,71 dengan standar deviasi sebesar 2,13. Sedangkan
prestasi belajar aspek psikomotor pada kelas kreativitas rendah memiliki nilai terendah 58,60 dan nilai tertinggi 65,75; nilai rata-rata 62,18 dengan standar deviasi sebesar 1,78. Distribusi frekuensi nilai tes prestasi belajar aspek psikomotor disajikan pada tabel 4.12. Tabel 4.12 Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Psikomotor dengan Kreativitas Rendah dan Tinggi Interval 43 - 50 51 - 58 59 - 66 67 - 74 75 - 82 83 - 90 91 - 98
Kreativitas Rendah Kreativitas Tinggi Frekuensi Frekuensi (%) Frekuensi Frekuensi (%) 9 25,71 0 0,00 5 14,29 1 4,55 7 20,00 3 13,64 5 14,29 7 31,82 9 25,71 9 40,91 0 0,00 1 4,55 0 0,00 to user 1 4,55 commit
109 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Perbandingan prestasi belajar aspek psikomotor antara siswa dengan kreativitas rendah dan tinggi disajikan pada histogram Gambar 4.6.
Frekuensi
10 9 8 7 6 5 4 3 2 1 0
43 - 51 - 59 - 67 - 75 - 83 - 91 50 58 66 74 82 90 98 Niali Interval
Gambar 4.6 Histogram Perbandingan Prestasi Belajar Psikomotor dengan Kreativitas Rendah dan Tinggi Dari tabel maupun gambar histogram dapat diketahui perbandingan prestasi belajar aspek psikomotor pada siswa dengan kreativitas tinggi memiliki frekuensi tertinggi pada interval 75,82 yang dicapai oleh 9 siswa (40,91%), sedangkan pada interval tersebut kreativitas rendah memiliki frekuensi tertinggi yang dicapai oleh 9 (25,71%), kedua kelas menunjukkan perbedaan yang besar, akan tetapi pada interval 43 - 50 pada kreativitas rendah terdapat 9 siswa (25,71%), sedangkan pada kelas kreativitas rendah tidak ada. Ini menunjukkan pada kreativitas tinggi sebaran nilainya lebih baik. 3. Data Kemampuan verbal Data sikap ilmiah dikelompokkan dalam 2 kategori yaitu Kemampuan verbal tinggi bagi siswa yang mempunyai nilai angket Kemampuan verbal ≥ ratarata nilai angket Kemampuan verbal commitseluruh to user kelas dan kategori Kemampuan
110 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
verbal rendah bagi siswa yang mempunyai nilai angket Kemampuan verbal < ratarata nilai angket Kemampuan verbal seluruh kelas. Dengan menggunakan kriteria tersebut dari 64 siswa, terdapat 32 siswa mempunyai Kemampuan verbal tinggi dan 32 siswa mempunyai Kemampuan verbal rendah. a. Data Kognitif Tabel 4.13 Deskripsi Data Prestasi Kognitif dengan Kemampuan verbal Rendah dan Tinggi
Kemampuan verbal Rendah Tinggi
Jumlah data 30 30
Rata-rata 47,94 48,42
Standar Deviasi 0,73 0,88
Nilai Terendah 46,47 46,66
Nilai Tertinggi 49,40 50,18
Berdasarkan tabel diatas terlihat prestasi belajar Biologi aspek kognitif pada siswa dengan kreativitas rendah memiliki nilai terendah 46,47 dan nilai tertinggi 49,40; nilai rata-rata 47,94 dengan standar deviasi sebesar 0,73. Sedangkan prestasi belajar aspek kognitif pada siswa dengan kreativitas tinggi memiliki nilai terendah 46,66 dan nilai tertinggi 50,18; nilai rata-rata 48,42 dengan standar deviasi sebesar 0,88. Distribusi frekuensi nilai tes prestasi belajar aspek kognitif disajikan pada Tabel 4.14. Tabel 4.14 Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Kognitif dengan Kemampuan verbal Rendah dan Tinggi Kemampuan verbal Rendah Kemampuan verbal Tinggi Interval Frekuensi Frekuensi ( % ) Frekuensi Frekuensi ( % ) 36 - 43
7
20,59%
1
4,35%
44 - 51
19
55,88%
13
56,52%
52 - 59
8
23,53%to user commit
9
39,13%
111 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Perbandingan prestasi belajar aspek kognitif antara siswa yang mempunyai Kemampuan verbal rendah dan tinggi disajikan pada Gambar 4.7.
20
12 10 Frekuensi
15 Frekuensi
14
10
8 6
5
4 2
0 36 - 4344 - 5152 - 59 Nilai Interval
0 36 - 43 44 - 51 52 - 59 Nilai Interval
Gambar 4.7 Histogram Perbandingan Prestasi Belajar Kogintif dengan Kemampuan verbal Rendah dan Tinggi
Berdasarkan gambar diatas terlihat bahwa frekuensi tertinggi prestasi belajar aspek kognitif siswa dengan Kemampuan verbal tinggi pada interval 44 51 yang dicapai oleh 13 siswa (56,52%), sedangkan pada interval yang sama siswa dengan Kemampuan verbal rendah dicapai oleh 19 siswa (55,88). Prestasi kognitif siswa dengan Kemampuan verbal rendah yang tertinggi pada interval 36 – 43 di capai 7 siswa (20,59%) sedangkan siswa dengan kemampuan verbal commit to user
112 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
tinggi hanya 1 siswa (4,35%). Dari data yang didapat terlihat bahwa Kemampuan verbal mempengaruhi prestasi belajar kognitif siswa. b. Data Afektif Tabel 4.15
Kemampuan verbal Rendah Tinggi
Deskripsi Data Prestasi Afektif dengan Kemampuan verbal Rendah dan Tinggi
Jumlah data 30 30
Rata-rata 41,29 44,96
Standar Deviasi 2,00 2,27
Nilai Terendah 37,26 40,39
Nilai Tertinggi 45,31 49,53
Berdasarkan tabel data diatas terlihat prestasi belajar Biologi aspek afektif pada siswa dengan Kemampuan verbal rendah dengan nilai terendah 37,26 dan nilai tertinggi 45,31; nilai rata-rata 4,29 dengan standar deviasi sebesar 2,00. Sedangkan prestasi belajar aspek afektif pada siswa dengan Kemampuan verbal tinggi dengan nilai terendah 40,39 dan nilai tertinggi 49,53; nilai rata-rata 44,96 dengan standar deviasi sebesar 2,27. Adapun distribusi frekuensi nilai tes prestasi belajar aspek afektif dengan Kemampuan verbal tinggi dan rendah disajikan pada Tabel 4.16. Tabel 4.16 Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Afektif Kemampuan verbal Rendah dan Tinggi Kemampuan verbal Rendah
Kemampuan verbal Tinggi
Interval Frekuensi
Frekuensi (%)
Frekuensi
Frekuensi (%)
20 - 27
6
17,65
3
9,09
28 - 35
8
23,53
3
9,09
36 - 43
3
2
6,06
8,82 commit to user
113 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
44 - 51
7
20,59
9
27,27
52 - 59
4
11,77
2
6,06
60 - 67
5
14,71
4
12,12
68 - 75
1
2,94
0
0,00
Perbandingan prestasi belajar aspek kognitif antara siswa dengan Kemampuan verbal rendah dan tinggi disajikan pada Gambar 4.8.
10 Frekuensi
8 6 4
Renda h
2 0 20 27
28 35
36 43
44 51
52 59
60 67
68 75
Nilai Interval
Gambar 4.8 Histogram Perbandingan Prestasi Belajar Afektif dengan Kemampuan verbal Rendah dan Tinggi
Dari tabel maupun gambar histogram menunjukkan bahwa perbandingan prestasi belajar aspek afektif pada Kemampuan verbal tinggi memiliki frekuensi tertinggi pada interval 44 - 51 yang dicapai oleh sebanyak 9 siswa (27,27%), sedangkan pada interval yang sama Kemampuan verbal rendah memiliki commit to user frekuensi yang dicapai sebanyak 7 siswa (20,59%), kedua kelas menunjukkan
114 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
perbedaan yang kecil, akan tetapi pada interval 68,75 pada Kemampuan verbal rendah terdapat sebanyak 1 siswa (2,94%), sedangkan pada siswa dengan Kemampuan verbal tinggi tidak ada. Ini menunjukkan pada Kemampuan verbal berpengaruh terhadap prestasi afektif. c. Data Psikomotor Tabel 4.17
Deskripsi Data Prestasi Psikomotor dengan Kemampuan verbal Rendah dan Tinggi
Kemampuan verbal Rendah Tinggi
Jumlah data 30 30
Rata-rata 65,14 69,74
Standar Deviasi 1,84 2,08
Nilai Terendah 61,46 65,56
Nilai Tertinggi 68,83 73,92
Berdasarkan tabel 4.17 diatas terlihat prestasi belajar Biologi aspek psikomotor pada kemampuan verbal tinggi memiliki nilai terendah 65,56 dan nilai tertinggi 73,92; nilai rata-rata 69,74 dengan standar deviasi sebesar 2,08. Sedangkan prestasi belajar aspek psikomotor pada kelas kemampuan verbal rendah memiliki nilai terendah 61,46 dan nilai tertinggi 68,83; nilai rata-rata 65,14 dengan standar deviasi sebesar 1,84. Distribusi frekuensi nilai tes prestasi belajar aspek psikomotor disajikan pada Tabel 4.18. Tabel 4.18 Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Psikomotor dengan Kemampuan verbal Rendah dan Tinggi
Interval 43 - 50 51 - 58 59 - 66 67 - 74 75 - 82 83 - 90
Kemampuan verbal Rendah Frekuensi Frekuensi ( % ) 6 12,50 5 11,46 7 14,58 6 12,50 10 22,92 to user commit 0 0,00
Kemampuan verbal Tinggi Frekuensi Frekuensi ( % ) 3 6,25 1 2,08 3 6,25 6 12,50 8 16,68 1 2,08
115 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
0
91 - 98
0,00
1
2,08
Perbandingan prestasi belajar aspek psikomotor antara siswa dengan Kemampuan verbal tinggi dan rendah disajikan pada Gambar 4.9.
Frekuensi
12 10 8 6 4 2 0
Rendah Tinggi
43 - 50 51 - 58 59 - 66 67 - 74 75 - 82 83 - 90 91 - 98 Nilai Interval
Gambar 4.9 Histogram Perbandingan Prestasi Belajar Psikomotor dengan Kemampuan verbal Rendah dan Tinggi Dari tabel maupun gambar histogram menunjukkan bahwa perbandingan prestasi belajar aspek psikomotor pada siswa dengan kemampuan verbal tinggi memiliki frekuensi tertinggi pada interval 75 - 82 yang dicapai oleh 8 siswa (16,68%), sedangkan pada interval yang sama pada siswa dengan kemampuan verbal rendah frekuensi yang dicapai oleh 10 siswa (22,92%), kedua kelas menunjukkan perbedaan yang kecil, akan tetapi pada interval 51 - 58 pada siswa dengan kemampuan verbal rendah terdapat 5 siswa (11,46%), sedangkan pada kelas kemampuan verbal tinggi frekuensi yang dicapai oleh 1 siswa (2,08%), . Ini menunjukkan pada kemampuan verbal tinggi mempengaruhi prestasi belajar psikomotor siswa. 4. Pengujian Persyaratan Analisis Pada penelitian ini menggunakan beberapa uji persyaratan analisis antara commit to user lain: uji normalitas, dan uji homogenitas. Berikut ini uraian pengujian tersebut:
116 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
a. Uji Normalitas Tujuan dari uji normalitas adalah untuk mengetahui sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Hasil uji normalitas data prestasi belajar kognitif, afektif dan psikomotor pada masing-masing kelompok dapat dilihat Tabel 4.19, 4.20dan 4.21. Tabel 4.19 Hasil Uji Normalitas Data Prestasi Belajar Aspek Kognitif
Kriteria Pengelompokan Data
signifikansi
Kesimpulan Uji
Metode Inkuiri Bebas termodifikasi
0,200
Normal
Metode Inkuiri Terbimbing
0,200
Normal
Kreativitas Rendah
0,195
Normal
Kreativitas Tinggi
0,200
Normal
Kemampuan verbal Rendah
0,117
Normal
Kemampuan verbal Tinggi
0,143
Normal
Inkuiri Bebas termodifikasi _KR_KVR
0,200
Normal
Inkuiri Bebas termodifikasi _KR_KVT
0,200
Normal
Inkuiri Bebas termodifikasi _KT_KVR
0,200
Normal
Inkuiri Bebas termodifikasi _KT_KVT
0,057
Normal
Inkuiri Terbimbing _KR_ KVR
0,200
Normal
Inkuiri Terbimbing _KR_ KVT
0,200
Normal
Inkuiri Terbimbing k_KT_ KVR
0,200
Normal
Inkuiri Terbimbing k_KT_ KVT
0,200
Normal
commit to user
117 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 4.20 Hasil Uji Normalitas Data Prestasi Belajar Aspek Afektif Kriteria Pengelompokan Data Metode Inkuiri Bebas termodifikasi Metode Inkuiri Terbimbing Kreativitas Rendah Kreativitas Tinggi Kemampuan verbal Rendah Kemampuan verbal Tinggi Inkuiri Bebas termodifikasi _KR_KVR Inkuiri Bebas termodifikasi _KR_KVT Inkuiri Bebas termodifikasi _KT_ KVR Inkuiri Bebas termodifikasi _KT_ KVT Inkuiri Terbimbing _KR_ KVR Inkuiri Terbimbing _KR_ KVT Inkuiri Terbimbing _KT_ KVR Inkuiri Terbimbing _KT_ KVT
signifikansi 0,200 0,200 0,067 0,089 0,146 0,135 0,200 0,200 0,161 0,200 0,052 0,200 0,200 0,200
Kesimpulan Uji Normal Normal Normal Normal Normal Normal Normal Normal Normal Normal Normal Normal Normal Normal
Tabel 4.21 Hasil UjiNormalitas Data Prestasi Belajar Aspek Psikomotor Kriteria Pengelompokan Data Metode Inkuiri Bebas Termodifikasi Metode Inkuiri Terbimbing Kreativitas Rendah Kreativitas Tinggi Kemampuan verbal Rendah Kemampuan verbal Tinggi Inkuiri Bebas Termodifikasi _KR_KVR Inkuiri Bebas Termodifikasi KR_KVT Inkuiri Bebas Termodifikasi _KT_ KVR Inkuiri Bebas Termodifikasi _KT_ KVT Inkuiri Terbimbing _KR_ KVR Inkuiri Terbimbing _KR_ KVT Inkuiri Terbimbing _KT_ KVR Inkuiri Terbimbing _KT_ KVT
Signifikansi 0,073 0,132 0,142 0,077 0,130 0,058 0,200 0,200 0,200 0,094 0,200 0,200 0,200 0,200
commit to user
Kesimpulan Uji Normal Normal Normal Normal Normal Normal Normal Normal Normal Normal Normal Normal Normal Normal
118 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Berdasarkan hasil di atas, untuk setiap uji normalitas diperoleh signifikansi > 0,05, sehingga diperoleh kesimpulan Ho tidak ditolak. Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa data terdistribusi normal. b. Uji Homogenitas Uji homogenitas juga digunakan untuk mengetahui variansi-variansi dari sejumlah populasi sama atau tidak. Rangkumannya disajikan pada Tabel 4.22 untuk aspek kognitif, Tabel 4.23 untuk aspek afektif dan Tabel 4.24 untuk aspek psikomotor berikut :
Tabel 4.22 Hasil Uji Homogenitas antar Kelompok Data Prestasi Belajar Aspek Kognitif Kriteria Perbandingan Metode Inkuiri bebas termodifikasi –
signifikansi Kesimpulan 0,696
Homogen
0,435
Homogen
Kreativitas Tinggi – Kreativitas Rendah
0,396
Homogen
Metode inkuiri – Kemampuan verbal
0,679
Homogen
Metode inkuiri - Kreativitas
0,628
Homogen
Kemampuan verbal - Kreativitas
0,792
Homogen
Setiap Sel
0,497
Homogen
Metode Inkuiri terbimbing Kemampuan verbal Tinggi – Kemampuan verbal Rendah
commit to user
119 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 4.23 Hasil Uji Homogenitas antar Kelompok Data Prestasi Belajar Aspek Afektif Kriteria Perbandingan
signifikansi
Kesimpulan
Metode Inkuiri bebas termodifikasi –
0,711
Homogen
0,147
Homogen
Kreativitas Tinggi – Kreativitas Rendah
0,056
Homogen
Metode inkuiri – Kemampuan verbal
0,988
Homogen
Metode inkuiri - Kreativitas
0,704
Homogen
Kemampuan verbal - Kreativitas
0,110
Homogen
Setiap Sel
0,865
Homogen
Metode Inkuiri terbimbing Kemampuan verbal Tinggi – Kemampuan verbal Rendah
Tabel 4.24 Hasil Uji Homogenitas antar Kelompok Data Prestasi Belajar Aspek Psikomotor
Kriteria Perbandingan
signifikansi
Kesimpulan
Metode Inkuiri bebas termodifikasi –
0,821
Homogen
0,958
Homogen
Kreativitas Tinggi – Kreativitas Rendah
0,163
Homogen
Metode inkuiri – Kemampuan verbal
0,841
Homogen
Metode inkuiri - Kreativitas
0,285
Homogen
Kemampuan verbal - Kreativitas
0,280
Homogen
Setiap Sel
0,527
Homogen
Metode Inkuiri terbimbing Kemampuan verbal Tinggi – Kemampuan verbal Rendah
commit to user
120 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Berdasarkan hasil di atas, untuk setiap uji perbandingan dua varian diperoleh signifikansi > 0,05, sehingga diperoleh kesimpulan Ho tidak ditolak. Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa sampel mempunyai varians yang sama atau homogen. 5. Pengujian Hipotesis Pada penelitian ini pengujian dilakukan dengan menggunakan anava tiga jalan. Sebagai variabel bebas adalah Metode Inkuiri bebas termodifikasi , Metode Inkuiri terbimbing, kreativitas dan kemampuan verbal siswa. Sebagai variabel terikat adalah prestasi belajar siswa. Uji lanjut dilakukan untuk mengetahui karakteristik pada variabel bebas dan variabel terikat. 6. Analisis variansi Uji yang dilakukan menggunakan analisis variansi tiga jalan dengan sel tak sama menggunakan PASWversi 18. Adapun rangkuman hasil analisis variansi tiga jalan untuk prestasi belajar kognitif disajikan pada Tabel 4.25,untuk prestasi belajar afektif pada Tabel 4.26 dan untuk prestasi belajar psikomotor pada Tabel 4.27 berikut : a.
Prestasi Belajar Kognitif
Tabel 4.25 Rangkuman ANAVA Tiga Jalan Terhadap Prestasi Kognitif Perhitungan Metode Kreativitas Kemampuan verbal Metode* Kreativitas Metode* Kemampuan verbal Kreativitas * Kemampuan verbal Metode* Kreativitas * Kemampuan verbal commit to user
Signifikansi 0,000 0,675 0,020 0,940 0,376 0,967 0,118
121 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Deskripsi hipotesis: 1) signifikansi metode = 0,000 < 0,05 atau (signifikansi < α) artinya Ho ditolak, sehingga dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan prestasi belajar kognitif antara siswa yang diberi pembelajaran menggunakan Metode Inkuiri bebas termodifikasi dengan siswa yang diberi pembelajaran menggunakan Metode inkuiri terbimbing pada materi Sistem Peredaran Darah. 2) signifikansi kreativitas = 0,675 > 0,05 atau (signifikansi > α) artinya Ho diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan prestasi belajar kognitif antara siswa yang memiliki kreativitas tinggi dengan siswa yang mempunyai kreativitas rendah pada materi Sistem Peredaran Darah. 3) signifikansi kemampuan verbal = 0,020 < 0,05 atau (signifikansi < α) artinya Ho ditolak sehingga dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan prestasi belajar kognitif antara siswa yang memiliki Kemampuan Verbal tinggi dengan siswa yang mempunyai Kemampuan verbal rendah pada Sistem Peredaran Darah. 4) signifikansi interaksi metode dan kreativitas = 0,940 > 0,05 atau (signifikansi > α) artinya Ho diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat interaksi antara Metode Inkuiri bebas termodifikasi dan Metode inkuiri terbimbing dengan kreativitas terhadap prestasi belajar kognitif pada materi Sistem Peredaran Darah. 5) signifikansi interaksi metode dan kemampuan verbal = 0,376 > 0,05 atau (signifikansi > α) artinya Ho diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat interaksi antara Metode Inkuiri bebas termodifikasi dan Metode inkuiri commit to user
122 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
terbimbing dengan kemampuan verbal terhadap prestasi belajar kognitif pada materi Sistem Peredaran Darah. 6) signifikansi interaksi kreativitas dan kemampuan verbal = 0,967 > 0,05 atau (signifikansi > α) artinya Ho diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat interaksi kreativitas dan kemampuan verbal terhadap prestasi belajar kognitif pada materi Sistem Peredaran Darah. 7) signifikansi interaksi metode, kreativitas dan kemampuan verbal = 0,118 > 0,05 atau (signifikansi > α) maka Ho diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat interaksi antar metode, kreativitas dan kemampuan verbal terhadap prestasi belajar kognitif pada materi Sistem Peredaran Darah. b/ Prestasi Belajar Afektif Tabel 4.26 Rangkuman ANAVA Tiga Jalan Terhadap Prestasi Afektif
Perhitungan
signifikansi
Metode
0,000
Kreativitas
0,663
Kemampuan verbal
0,232
Metode* Kreativitas
0,254
Metode* Kemampuan verbal
0,744
Kreativitas * Kemampuan verbal
0,222
Metode* Kreativitas * Kemampuan verbal
0,111
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
123 digilib.uns.ac.id
Deskripsi Hipotesis: 1) signifikansi metode = 0,000 < 0,05 atau (signifikansi < α) artinya Ho ditolak, sehingga dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan prestasi belajar afektif antara siswa yang diberi pembelajaran dengan Metode Inkuiri bebas termodifikasi dengan siswa yang diberi pembelajaran dengan Metode Inkuiri Terbimbing pada materi Sistem Peredaran Darah. 2). signifikansi kreativitas = 0663 > 0,05 atau (signifikansi > α) artinya Ho diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan prestasi belajar afektif antara siswa yang memiliki kreativitas tinggi dengan siswa yang memiliki kreativitas rendah pada materi Sistem Peredaran Darah 1) signifikansi kemampuan verbal = 0,232 > 0,05 atau (signifikansi > α) artinya Ho diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan prestasi belajar afektif antara siswa yang memiliki kemampuan verbal tinggi dengan siswa yang memiliki Kemampuan verbal rendah pada materi Sistem Peredaran Darah 1) signifikansi interaksi metode dan kreativitas = 0,254 > 0,05 atau (signifikansi >α) maka Ho diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat interaksi antara Metode Inkuiri Bebas Termodifikasi dan Metode Inkuiri Terbimbing dengan kreativitas terhadap prestasi belajar afektif pada materi Sistem Peredaran Darah 2) signifikansi interaksi metode dan sikap ilmiah = 0,744 > 0,05 atau (signifikansi > α) maka Ho diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat interaksi antara Metode Inkuiri Bebas Termodifikasi dan commit to user
124 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Metode Inkuiri Terbimbing dengan Kemampuan verbal terhadap prestasi belajar afektif pada materi Sistem Peredaran Darah 3) signifikansi interaksi kreativitas dan Kemampuan vebal = 0,222 > 0,05 atau (signifikansi > α) maka Ho diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat interaksi antara kreativitas dengan Kemampuan verbal terhadap prestasi belajar afektif pada materi Sistem Peredaran Darah 4) signifikansi interaksi metode, kreativitas serta kemampuan verbal = 0,111 > 0,05, (signifikansi > α) maka Ho diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat interaksi antara metode, kreativitas dan kemampuan verbal terhadap prestasi belajar afektif pada materi Sistem Peredaran Darah. c.
Prestasi Belajar Psikomotor Tabel 4.27 Rangkuman ANAVA Tiga Jalan Terhadap Prestasi
Psikomotor Perhitungan
signifikansi
Metode
0,049
Kreativitas
0,000
Kemampuan verbal
0,104
Metode* Kreativitas
0,762
Metode* Kemampuan verbal
0,579
Kreativitas * Kemampuan verbal
0,161
Metode* Kreativitas * Kemampuan verbal commit to user
0,685
125 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Deskripsi Hipotesis: 1) signifikansi metode = 0,049 < 0,05 atau (signifikansi < α) maka Ho ditolak, sehingga dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan prestasi belajar psikomotor antara siswa yang diberi pembelajaran dengan Inkuiri Bebas Termodifikasi dan dengan siswa yang diberi pembelajaran dengan Metode Inkuiri Terbimbing pada materi Sistem Peredaran Darah. 2) signifikansi kreativitas = 0,000 < 0,05 atau (signifikansi < α) maka Ho ditolak sehingga dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan prestasi belajar psikomotor antara siswa yang memiliki kreativitas tinggi dengan siswa yang memiliki kreativitas rendah pada materi Sistem Peredaran Darah 3) signifikansi kemampuan verbal = 0,104 > 0,05 atau (signifikansi > α) maka Ho diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan prestasi belajar psikomotor antara siswa yang memiliki Kemampuan verbal tinggi dengan siswa yang memiliki kemampuan verbal rendah pada materi Sistem Peredaran Darah 4) signifikansi interaksi metode dan kreativitas = 0,762 > 0,05 atau (signifikansi > α) maka Ho diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat interaksi antara Metode Inkuiri Bebas Termodifikasi dan Metode Inkuiri Terbimbing
dengan kreativitas terhadap prestasi belajar psikomotor pada
materi Sistem Peredaran Darah 5) signifikansi interaksi metode dan kemampuan verbal = 0,579 > 0,05 atau (signifikansi > α) artinya Ho diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat interaksi antara Metode Inkuiri Bebas Termodifikasi dan Metode commit to user
126 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Inkuiri Terbimbing dengan sikap ilmiah terhadap prestasi belajar psikomotor pada materi Sistem Peredaran Darah. 6) signifikansi interaksi kreativitas dan kemampuan verbal = 0,161 > 0,05 atau (signifikansi > α) maka Ho diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat interaksi antara kreativitas dengan Kemampuan verbal
terhadap
prestasi belajar psikomotor pada materi Sistem Peredaran Darah 7) signifikansi interaksi metode, kreativitas serta kemampuan verbal = 0,685 > 0,05, (signifikansi > α) maka Ho diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat interaksi antara metode, kreativitas serta kemampuan verbal terhadap prestasi belajar psikomotor pada materi Sistem Peredaran Darah. B. Pembahasan Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan pengaruh penggunaan Metode Inkuiri Bebas Termodifikasi dan Metode Inkuiri Terbimbing terhadap prestasi belajar siswa, pengaruh kreativitas tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar siswa,pengaruh Kemampuan verbal tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar siswa, interaksi antara metode dan kreativitas terhadap prestasi belajar siswa, interaksi antara metode dan Kemampuan verbal
terhadap prestasi belajar siswa, interaksi
antara Kemampuan verbal dan kreativitas terhadap prestasi belajar siswa, dan ada atau tidaknya interaksi antara metode, Kemampuan verbal , dan kreativitas terhadap prestasi belajar siswa pada materi Sistem Peredaran Darah. Sampel dalam penelitian ini diambil dengan teknik cluster random sampling. Hasil pengundian diperoleh kelas sebagai kelompok eksperimen pertama adalah XI commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
127 digilib.uns.ac.id
IPA4 dikenai metode pembelajaran Inkuiri Bebas Termodifikasi dan kelas sebagai kelompok eksperimen kedua adalah kelas XI IPA5 dikenai metode Inkuiri Terbimbing. 1. Hipotesis Pertama Hasil pengujian hipotesis pertama menggunakan anava tiga jalan dengan sel tak sama pada prestasi kognitif, afektif dan psikomotor menunjukkan harga signifikansi berturut-turut sebesar 0,000; 0,000 dan 0,0049 berarti Ho ditolak. Dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan prestasi belajar kognitif, afektif dan psikomotor antara siswa yang diberi pembelajaran dengan metode Inkuiri Bebas Termodifikasi dan siswa yang diberi pembelajaran dengan menggunakan metode Inkuiri Terbimbing pada materi Sistem Peredaran Darah. Gagne dalam Ratna Wilis Dahar (1989: 34) menyatakan bahwa prestasi siswa ditentukan dari interaksi kondisi internal siswa dan kondisi eksternal siswa. Dalam penelitian ini yang dimaksud kondisi internal siswa adalah kreativitas dan Kemampuan verbal sedangkan kondisi eksternal yang dimaksud adalah metode belajar. Seorang guru harus menyesuaikan metode yang digunakan dengan materi yang diajarkan sehingga interaksi kondisi internal dan eksternal siswa dapat maksimal dan hasil prestasi siswa sesuai dengan yang diharapkan. Materi Sistem Peredaran Darah merupakan materi yang bersifat empiris dan faktual artinya materi ini dapat diberikan dengan cara eksperimen. Siswa dapat mengamati. Pembelajaran adalah usaha sadar guru untuk commit to user
128 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
menginteraksikan siswa dengan sumber belajar dalam lingkungan belajarnya. Salah satu usaha guru untuk memaksimalkan interaksi antara siswa dengan sumber belajaranya adalah dengan menerapkan metode pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik materi. Dalam penelitian ini digunakan metode Inkuiri Bebas Termodifikasi dan Inkuiri Terbimbing yang keduanya menuntut kemampuan siswa dalam menyelesaikan masalah dengan cara melakukan eksperimen, mempresentasikan hasil eksperimennya kepada kelompok lain dan mengkonstruk pengetahuan secara bersama. Dari hasil rata-rata prestasi belajar kognitif, siswa yang menggunakan metode Inkuiri Bebas Termodifikasi yaitu sebesar 80,43 dan yang menggunakan metode Inkuiri Terbimbing sebesar 71,06. Sedangkan rata-rata prestasi belajar afektif siswa yang menggunakan metode Inkuiri Bebas Termodifikasi sebesar 46,25 dan yang menggunakan metode Inkuiri Tebimbing
r sebesar 43,719. Dari data prestasi diatas dapat disimpulkan
bahwa penggunaan metode Inkuiri Bebas Termodifikasi lebih baik daripada metode Inkuiri Terbimbing. Hal ini menunjukkan bahwa siswa pada proses mengkostruksi
pengetahuan
barunya,
membutuhkan
fasilitator
untuk
merangsang sistematika berpikirnya khususnya pada fase search. Siswa memerlukan penguatan konsep yang mereka dapatkan dari materi sebelumnya. Berkebalikan dengan hasil prestasi kognitif dan afektif, rata-rata prestasi psikomotor siswa yang menggunakan metode Inkuiri Terbimbing yaitu 15,719 lebih baik dibandingkan siswa yang belajar dengan menggunakan metode Inkuiri Bebas Termodifikasi sebesar 14,313. Hal ini dapat dijelaskan bahwa commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
129 digilib.uns.ac.id
tahapan metode Inkuiri Terbimbing mendorong siswa lebih aktif untuk berkreasi dalam melakukan eksperimen sehingga memicu keterampilan motoriknya untuk menjadi lebih terasah. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Halizah Awang dan Ishak Ramly (2008: 20) yang menyatakan bahwa metode Inkuiri Bebas Termodifikasi sesuai diterapkan untuk materi-materi yang membutuhkan pembuktian empiris seperti halnya materi Sistem Peredaran Darah. Selain itu disebutkan pula bahwa Inkuiri Bebas Termodifikasi merangsang siswa untuk mendayagunakan segala kreativitasnya untuk memecahkan masalah.. Sama halnya dengan penelitian ini, penerapan metode Inkuiri Bebas Termodifikasi memicu siswa untuk memecahkan masalah dengan mendayagunakan kemampuannya mengkaitkan materi yang telah dimiliki dengan hasil pengetahuan baru yang didapatkan melalui kegiatan eksperimen, diskusi dan presentasi. Proses pembelajaran menggunakan Inkuiri Bebas Termodifikasi akan membentuk pola pikir siswa lebih sistematis sehingga pengetahuan baru yang sudah terkonstruk di dalam memori jangka pendek kemudian dapat tersimpan dalam memori jangka panjang yang siap di-recall kembali. 2.
Hipotesis Kedua Hasil pengujian hipotesis kedua menggunakan anava tiga jalan
dengan sel tak sama pada prestasi kognitif dan afektif masing-masing menunjukkan harga signifikansi sebesar 0,675 dan 0,663 sehingga Ho diterima, artinya tidak ada perbedaan prestasi belajar kognitif dan afektif antara siswa yang memiliki kreativitas tinggi dengan siswa yang mempunyai kreativitas commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
130 digilib.uns.ac.id
rendah pada materi Sistem Peredaran Darah. Sedangkan pada prestasi psikomotor menunjukkan harga signifikansi sebesar 0,000 sehingga Ho ditolak, artinya ada perbedaan prestasi belajar psikomotor antara siswa yang memiliki kreativitas tinggi dengan siswa yang mempunyai kreativitas rendah pada materi Sistem Peredaran Darah Hal ini menunjukkan bahwa tinjauan kreativitas tinggi dan rendah tidak memberikan perbedaan prestasi belajar pada materi Sistem Peredaran Darah baik kognitif maupun afektif, tetapi memberikan perbedaan terhadap prestasi psikomotor. Kreativitas berasal dari kata kreatif yang berarti memiliki daya cipta. Karena itu kreativitas belajar adalah usaha yang dilakukan siswa dalam mempelajari bidang tertentu berdasarkan atas daya cipta yang ia miliki. Guru dapat memberi pengaruh yang lebih proaktif dan mendorong siswa agar menjadi kreatif dalam proses pembelajaran. Ciri-ciri siswa kreatif adalah senang mengkaji hal-hal yang baru, mempunyai banyak ide, mampu memberi makna dari suatu konsep, menghubungkan antar konsep dan dapat menjelaskan secara sistematik. Berdasarkan ciri–ciri tersebut siswa yang mempunyai kreativitasnya tinggi akan cenderung menyenangi hal-hal yang bersifat eksperimen karena mereka telah memiliki konsep yang kuat. Sementara itu materi Sistem Peredaran Darah diberikan oleh guru dengan menggunakan eksperimen. Eksperimen tersebut merangsang siswa yang kreatif untuk mencoba. Menurut Bruner belajar penemuan sesuai dengan pencarian pengetahuan secara aktif oleh siswa dengan sendirinya memberi hasil yang paling baik, berusaha sendiri commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
131 digilib.uns.ac.id
untuk mencari pemecahan masalah serta pengetahuan yang menyertainya sehingga menghasilkan konsep pengetahuan yang akan tersimpan kuat dalam memori jangka panjang dan siap di recall kembali. Dilihat dari deskripsi data pada awal bab ini, bisa dilihat bahwa siswa mempunyai prestasi yang bisa dikatakan baik, untuk siswa mempunyai kreativitas tinggi maupun rendah. Ada perbedaan yang signifikan dari prestasi belajar kognitif dan prestasi belajar afektif siswa yang kreativitasnya tinggi dengan siswa yang memiliki kreativitas rendah. Hal ini sesuai dengan teori Piaget karena siswa yang memiliki kreativitas tinggi akan cenderung lebih dapat memaksimalkan interaksinya dengan sumber belajar sehingga siswa dapat mengkonstruk konsep secara utuh. Jafar Hoseinifar et.al (2010: 2038) mengungkapkan bahwa siswa yang memiliki kreativitas tinggi cenderung percaya diri, memiliki keinginan untuk bekerjasama, menyenangi hal-hal yang baru dan ketiga faktor tersebut berpengaruh kuat dalam proses belajar dan kreativitas berkorelasi kuat dengan prestasi siswa. 3.
Hipotesis Ketiga Hasil pengujian hipotesis ketiga menggunakan anava tiga jalan dengan
sel tak sama pada prestasi kognitif menunjukkan harga signifikansi masingmasing sebesar 0,020 sehingga Ho ditolak, artinya ada perbedaan prestasi belajar kognitif antara siswa yang memiliki Kemampuan verbal tinggi dengan siswa yang mempunyai Kemampuan verbal rendah pada materi Sistem Perdaran Darah. Sedangkan prestasi afektif dan psikomotor menunjukkan harga signifikansi sebesar 0,232 dan 0,104 sehingga Ho diterima artinya tidak commit to user
132 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
ada perbedaan prestasi belajar afektif dan psikomotor antara siswa yang memiliki Kemampuan verbal tinggi dengan siswa yang mempunyai Kemampuan verbal rendah pada materi Sistem Peredaran Darah. Kemampuan verbal adalah sikap yang ditunjukkan dalam bekerja dan berfikir untuk mendapatkan pengetahuan dalam sains. Siswa yang memiliki Kemampuan verbal cenderung berpikir secara konseptual dalam memecahkan suatu masalah melalui langkah-langkah ilmiah yaitu sikap ingin tahu, sikap kritis, sikap terbuka, sikap obyektif, sikap menghargai karya orang lain, sikap berani mempertahankan kebenaran dan sikap menjangkau ke depan. Kemampuan verbal sangat dibutuhkan untuk mempelajari ilmu pengetahuan alam khusunya Biologi. Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh Kemampuan verbal memberikan kontribusi terhadap prestasi belajar. Menurut Piaget dalam Ratna Wilis Dahar (1989: 23) bentuk pengetahuan dapat dibagi menjadi tiga yaitu bentuk pengetahuan fisik, logiko matematik dan psikologi sosial. 4.
Hipotesis Keempat Hasil pengujian hipotesis kelima menggunakan anava tiga jalan
dengan sel tak sama pada prestasi belajar kognitif, afektif dan psikomotor menunjukkan harga signifikansi sebesar 0,940; 0,254 dan 0,762 sehingga Ho diterima, maka hipotesis yang menyatakan bahwa tidak terdapat interaksi antara metode pembelajaran dan Kemampuan verbal terhadap prestasi belajar kognitif, afektif dan psikomotor. commit to user
133 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Metode pembelajaran adalah usaha sadar seorang guru untuk mengemas media dan metode sedemikian sehingga interaksi siswa dengan siswa, siswa dengan guru, siswa dengan sumber belajar dalam lingkungan belajarnya dapat terjadi secara maksimal. Penentuan metode pembelajaran yang akan digunakan harus disesuaikan dengan karakteristik siswa. Salah satu karkteristik siswa yang diperhatikan dalam penelitian ini adalah kemampuan verbal. Sejalan dengan penelitian Sesuai dengan indikator Kemampuan verbal yang digunakan dalam penelitian ini yaitu kesukaan memeriksa kembali hasil pekerjaanya dan rasa ingin tahu yang tinggi memberikan kontribusi terhadap prestasi belajar siswa. Siswa yang memiliki Kemampuan verbal tinggi akan lebih tertantang mempelajari konsep Sistem Peredaran Darah melalui pemecahan masalah. Rerata prestasi psikomotor dan standar deviasi siswa yang memiliki Kemampuan verbal tinggi dan kreativitas tinggi yang dikenai Inkuiri Bebas Termodifikasi dan Inkuiri Terbimbing berturut-turut 73,96; 6,15 dan 80,00; 10,27 sedangkan rerata siswa yang memiliki Kemampuan verbal rendah dan Kreativitas Rendah
yang dikenai metode Inkuiri Bebas
Termodifikasi dan Inkuiri Terbimbing berturut-turut 58,13; 10,64 dan 65,58; 11,44. Dari data dapat disimpulkan bahwa siswa yang memiliki Kemampuan verbal tinggi dan rendah cocok dikenai
Inkuiri Terbimbing. Inkuiri
Terbimbing.memberikan kebebasan kepada siswa untuk berinteraksi dengan sumber belajar lebih banyak yaitu siswa mengeksplor kemampuan internalnya sehingga diperoleh hasil eksperimen yang lebih beragam. commit to user
134 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
5.
Hipotesis Kelima Hasil pengujian hipotesis keenam menggunakan anava tiga jalan
dengan sel tak sama pada prestasi belajar kognitif, afektif dan psikomotorik menunjukkan harga signifikansi sebesar 0,376; 0,744 dan 0,579 sehingga Ho diterima. Hal ini menunjukkan bahwa tidak terdapat interaksi antara sikap ilmiah dan kreativitas terhadap prestasi belajar kognitif, afektif dan psikomotor. Hasil rerata prestasi kognitif, afektif, dan psikomotor disajikan pada Tabel 4.34. Tabel 4.28 Rerata Prestasi Kognitif, Afektif, dan Psikomotor Siswa Berdasarkan Kemampuan verbal dan Kreativitas Kreativitas
Kemampuan verbal
Kemampuan
Tinggi
verbal Rendah
Tinggi
49,77
47,07
Rendah
49,33
46,54
Tinggi
46,17
38,75
Rendah
43,75
43,83
Tinggi
76,98
68,44
Rendah
62,50
61,85
Prestasi
Kognitif
Afektif
Psikomotor
Dari Tabel 4.34 diatas menunjukkan bahwa urutan rerata prestasi kognitif, afektif dan psikomotor berturut-turut dari tinggi ke rendah adalah kelompok siswa yang memiliki kreativitas tinggi-Kemampuan verbal
tinggi,
siswa yang memiliki kreativitas commit tinggi- Kemampuan verbal rendah, kreativitas to user
perpustakaan.uns.ac.id
135 digilib.uns.ac.id
rendah- Kemampuan verbal tinggi dan Kemampuan verbal rendah-kreativitas rendah. Torrance dalam Muhammdad Asrori (2008: 63) mengungkapkan bahwa kreativitas berkembang didasari oleh potensi dari dalam dirinya dan ditunjang oleh pengalaman selama berinteraksi dengan sumber belajar dalam lingkungan belajarnya. Sejalan dengan penelitian Munandar (1977) dalam Munandar (2009: 9) bahwa kreativitas sama absahnya seperti intelegensi dimana kreativitas sebagai prediktor dari prestasi sekolah. Sama halnya dengan hasil penelitian ini bahwa siswa yang memiliki kreativitas tinggi dan Kemampuan verbal tinggi mempunyai kemampuan untuk berinteraksi dengan sumber belajar lebih baik dalam lingkungan belajarnya tinggi sehingga prestasi siswa menjadi lebih baik dibandingkan siswa yang memiliki kreativitas dan Kemampuan verbal rendah.
6. Hipotesis Keenam Berdasarkan tabel test between subject effect, hasil pengujian hipotesis ketujuh pada prestasi belajar kognitif, afektif dan psikomotor berturut-turut menunjukkan harga signifikansi sebesar 0,967; 0,222 dan 0,161 sehingga Ho diterima berarti tidak terdapat interaksi antara metode pembelajaran dengan kreativitas dan Kemampuan verbal
terhadap prestasi kognitif, afektif dan
psikomotor. Menurut teori konstruktivisme guru tidak hanya sekedar memberikan pengetahuan kepada siswa, tetapi siswa juga harus membangun sendiri pengetahuan di dalam dirinya. Hal ini sejalan dengan metode Inkuiri Bebas commit to user
136 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Termodifikasi dan Inkuiri Terbimbing. Selain itu menurut Piaget perolehan pengetahuan merupakan hasil kostruksi pengetahuan yang masuk dengan menghubungkan informasi yang masuk tersebut dengan informasi yang telah diperoleh sebelumnya. Belajar penemuan melalui metode Inkuiri Bebas Termodifikasi dan Inkuiri Terbimbing sesuai dengan pencarian pengetahuan secara aktif, dan kreatif serta membutuhkan Kemampuan verbal
yang tinggi
sehingga akan diperoleh prestasi yang paling baik. Begitu pula Teori belajar social Vygotsky yang menyatakan bahwa proses pembelajaran akan terjadi dengan baik jika materi yang diberikan diatas sesuai zone of proximal development siswa dan scaffolding siswa. Hasil rerata prestasi kognitif, afektif, dan psikomotor disajikan pada Tabel 4.35, 4.36 dan 4.37.
Tabel 4.29 Rerata Prestasi Kognitif Berdasarkan Metode, Kemampuan verbal dan Kreativitas Inkuiri Bebas
Inkuiri Terbimbing
Termodifikasi
Kemampuan verbal
Kreativitas
Kreativitas
Kreativitas Kreativitas
Tinggi
Rendah
Tinggi
Rendah
48,33
52,67
51,20
52,67
42,80
44,00
51,33
49,08
Tinggi Kemampuan verbal Rendah
Tabel 4.30 Rerata Prestasi Afektif Siswa Berdasarkan Metode, Kemampuan verbal dan Kreativitas commit to user
137 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Inkuiri Bebas
Inkuiri Terbimbing
Termodifikasi
Kemampuan verbal
Kreativitas
Kreativitas
Kreativitas
Kreativita
Tinggi
Rendah
Tinggi
s Rendah
43,33
32,50
49,00
55,00
30,00
36,50
47,50
51,15
Tinggi Kemampuan verbal Rendah
Tabel 4.31 Rerata Prestasi Psikomotor Siswa Berdasarkan Metode, Kemampuan verbal dan Kreativitas
Inkuiri Bebas
Inkuiri Terbimbing
Termodifikasi
Kemampuan verbal
Kreativitas
Kreativitas
Kreativitas
Kreativita
Tinggi
Rendah
Tinggi
s Rendah
73,96
61,46
80,00
63,54
65,00
58,13
71,88
65,58
Tinggi Kemampuan verbal Rendah
Dalam penelitian ini, didapat kesimpulan bahwa tidak ada interaksi antara metode pembelajaran, kreativitas sikap ilmiah siswa terhadap prestasi commit dan to user
138 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
belajar kognitif, afektif dan psikomotor. Hal ini dikarenakan masih ada faktor internal dan faktor eksternal yang mempengaruhi prestasi belajar siswa. Mengingat keterbatasan penulis, tidak semua faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa diteliti. Namun metode pembelajaran, kreativitas dan Kemampuan verbal memberikan pengaruh terhadap prestasi belajar secara parsial. 7. Keterbatasan Penelitian Penelitian ini dikendalikan oleh sistem sekolah yang membatasi alokasi waktu penelitian, silabus dan RPP yang digunakan. Instrumen pelaksanaan pembelajaran (silabus dan RPP) dan sistem penilaian KTSP disesuaikan dengan aturan Depdiknas (2007). Dalam penelitian ini pun masih terdapat beberapa kekurangan antara lain instrumen yang digunakan untuk menilai prestasi afektif siswa yang hanya berupa angket. Menurut Andersen (Depdiknas, 2003) ada dua metode yang dapat digunakan untuk mengukur ranah afektif yaitu metode observasi dan laporan diri. Penggunaan metode observasi didasarkan pada asumsi bahwa karakteristik afektif dapat dilihat dari perilaku yang ditampilkan. Metode laporan diri didasarkan pada asumsi bahwa yang mengetahui keadaan afektif seseorang adalah dirinya sendiri. Penggunaan angket sebagai salah satu bentuk metode laporan diri menuntut adanya kejujuran dalam pengisian untuk mengungkap karakteristik afektif diri sendiri. Selain itu angket hanya mampu mengukur kecenderungan perilaku (behavioral tendency) belum sampai pada tahapan (behavioral performance). Jawaban siswa dalam angket perlu dicocokan dengan hasil observasi perilaku siswa, sehingga kondisi afektif siswa dapat lebih diketahui dengan tepat.
commit to user
139 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Selain itu Donald Ary (2007:30) menyatakan “penelitian di bidang pendidikan, pengendalian subyek manusia jauh lebih terbatas daripada penelitian di bidang IPA”. Pada tahap uji coba instrumen, peneliti tidak bisa menjamin bahwa respon yang diberikan siswa merupakan respon sebenarnya. Selain itu tidak digunakannya reliabilitas rating untuk mengetahui konsistensi rater (observer) saat melakukan penilaian psikomotor siswa saat eksperimen berlangsung. Dalam uji instrumen penelitian yang berupa tes kreativitas dan tes prestasi serta nilai angket Kmampuan verbal dan afektif peneliti berusaha agar jawaban siswa yang dituangkan dalam kuisioner benar-benar independen dan jawabanjawaban tersebut diungkapkan secara jujur artinya sesuai dengan suara hati dan pikiran yang ada dalam diri siswa. Peneliti juga sudah berusaha untuk bersikap obyektif dan senantiasa mengatur jarak fisik dan mental supaya siswa tidak merasa tertekan. Namun tidak dipungkiri bahwa pengisian angket tersebut sifatnya sangat subyektif sehingga ada celah yang memungkinkan mereka untuk bekerja sama dengan temannya atau jawaban tersebut tidak sesuai dengan suara hati mereka, kejadian inilah tentu di luar kemampuan peneliti dalam menjaga sikap obyektivitas.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A.
Simpulan Dari analisis data dan pembahasan yang telah ada, maka dapat ditarik
simpulan antara lain: 1.
Hasil penelitian ini memberikan hasil data bahwa ada perbedaan secara signifikan prestasi belajar kognitif, afektif dan psikomotor antara siswa yang diajar dengan menggunakan metode Inkuiri Bebas Termodifikasi dan metode Inkuiri Terbimbing pada pembelajaran materi Sistem Peredaran Darah Siswa yang diberi pembelajaran dengan metode Inkuiri Bebas Termodifikasi mempunyai prestasi yang lebih baik dibandingkan siswa yang diberi pembelajaran dengan metode Inkuiri Terbimbing. Penerapan metode Inkuiri Bebas Termodifikasi dan Inkuiri Terbimbing keduanya menuntut kemampuan siswa dalam menyelesaikan masalah dengan cara melakukan eksperimen, mempresentasikan
hasil
eksperimennya
kepada
kelompok
lain
dan
mengkonstruk pengetahuan secara bersama, namun penerapan metode Inkuiri Terbimbing ini harus didukung dengan kreativitas siswa yang cukup tinggi. 2.
Pada siswa yang memiliki kreativitas tinggi dan kreativitas rendah saat proses pembelajaran memberikan perbedaan yang signifikan pada prestasi belajar kognitif dan afektifnya untuk pembelajaran materi Sistem Peredaran Darah tetapi tidak ada perbedaan prestasi belajar psikomotor. Kreativitas merupakan faktor internal yang ada dalam diri siswa yang dapat mempengaruhi prestasi commit to user
140
141 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
belajar siswa. Kreativitas sangat terkait dengan aspek pribadi, pendorong, proses dan produk. Eksperimen pada materi Sistem Peredaran Darah merangsang
siswa
yang
kreatif
untuk
melakukan
inovasi
dalam
bereksperimen sehingga kreativitas sangat berpengaruh pada hasil belajar siswa pada prestasi belajar kognitif dan afektifnya. 3.
Pada siswa yang memiliki Kemampuan verbal tinggi dan Kemampuan verbal rendah tidak memberikan hasil prestasi belajar yang berbeda secara signifikan terhadap aspek kognitif dan afektif, tetapi ada perbedaan secara signifikansi terhadap aspek psikomotor pada pembelajaran materi Sistem Peredaran Darah.Hal ini karena Kemampuan verbal
berakibat langsung terhadap
ketrampilan siswa saat melakukan eksperimen. Kemampuan verbal merupakan faktor internal yang ada dalam diri siswa yang mempengaruhi prestasi belajar siswa. 4.
Pembelajaran menggunakan metode Inkuiri Bebas Termodifikasi dan Inkuiri Terbimbing dengan kreativitas tinggi dan rendah ada interaksi yang signifikan terhadap prestasi belajar kognitif dan afektif, tetapi tidak ada interaksi terhadap prestasi psikomotor untuk pembelajaran materi Sistem Peredaran Darah. Metode Inkuiri Bebas Termodifikasi dan Inkuiri Terbimbing membutuhkan kreativitas dari diri siswa. Pada pembelajaran materi Sistem Peredaran Darah
dengan menggunakan Inkuiri Bebas
Termodifikasi dan Inkuiri Terbimbing, kreativitas siswa yang tinggi mempengaruhi saat proses pembelajaran dan akan merubah prestasi belajar menjadi lebih baik. Hal ini disebabkan karena pada tahapan pembelajaran commit to user
142 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Inkuiri Bebas Termodifikasi dan Inkuiri Terbimbing, menggunakan tahapan eksperimen sehingga siswa terlatih menggunakan keterampilan merangkai alat, mengamati dan menganalisis hasil data eksperimen. 5. Tidak ada interaksi yang signifikan antara metode Inkuiri Bebas Termodifikasi dan Inkuiri Terbimbing dengan Kemampuan verbal tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar kognitif dan afektif, tetapi ada interaksi antara metode Inkuiri Bebas Termodifikasi dan Inkuiri Terbimbing dengan Kemampuan verbal tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar psikomotor untuk pembelajaran materi Sistem Peredaran Darah.. 6. Tidak terdapat interaksi secara signifikan antara kreativitas dan Kemampuan verbal
untuk prestasi belajar kognitif, afektif maupun psikomotor pada
pembelajaran materi Sistem Peredaran Darah. Dapat disimpulkan siswa yang mengikuti pembelajaran dengan menggunakan metode Inkuiri Bebas Termodifikasi dan Inkuiri Terbimbing, mempunyai kreativitas tinggi dan rendah serta memiliki Kemampuan verbal
tinggi dan rendah prestasi
belajarnya baik aspek kognitif maupun afektif tidak terdapat perbedaan yang signifikan 7.
Tidak terdapat interaksi secara signifikan antara metode Inkuiri Bebas Termodifikasi dan Inkuiri Terbimbing dengan kreativitas dan Kemampuan verbal siswa terhadap prestasi belajar kognitif, afektif dan psikomotor pada pembelajaran materi Sistem Peredaran Darah..
commit to user
143 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
B. Implikasi 1.
Implikasi Teoritis a. Pembelajaran Biologi metode Inkuiri Bebas Termodifikasi dan Inkuiri Terbimbing, dapat diterapkan pada siswa dengan kreativitas siswa tinggi maupun pada siswa dengan kreativitas rendah. b. Pembelajaran Biologi metode Inkuiri Bebas Termodifikasi dan Inkuiri Terbimbing, dapat diterapkan pada siswa dengan Kemampuan verba tinggi maupun siswa dengan Kemampuan verbal rendah.
2.
Implikasi Praktis 1. Metode Inkuiri Bebas Termodifikasi memberikan prestasi belajar yang baik dibandingkan metode Inkuiri Terbimbing, sehingga metode tersebut dapat menjadi alternatif dalam proses belajar mengajar untuk materi Sistem Peredaran Darah . 2. Kreativitas dan Kmampuan verbal siswa perlu mendapatkan perhatian dari guru dalam upaya untuk mendapatkan prestasi belajar yang baik.
C.
Saran Berdasarkan simpulan dan implikasi dalam penelitian ini, maka penulis
mengajukan saran-saran sebagai berikut: 1.
Guru Dalam penggunaan metode Inkuiri Bebas Termodifikasi dan Inkuiri Terbimbing,,
perlu
dilakukan
persiapan
secara
matang,
pembelajaran dapat berjalan lancar sesuai dengan rencana. commit to user
sehingga
144 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Perlu diadakan penelitian lebih lanjut tentang penggunaan metode Inkuiri Bebas Termodifikasi dan Inkuiri Terbimbing,
dibandingkan dengan
penggunaan metode pembelajaran yang lain untuk mengetahui pengaruh metode tersebut dengan prestasi belajar. Hendaknya, guru memperhatikan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kreativitas
dan Kemampuan verbal
siswa dalam menyampaikan materi
pelajaran, khususnya materi Sistem Peredaran Darah. 2. Peneliti Perlu dilakukan penelitian tentang faktor-faktor lain dan variabel yang berbeda dan berpengaruh terhadap prestasi belajar, sehingga dapat menambah pengetahuan guru dalam upaya meningkakan prestasi belajar siswa
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR PUSTAKA
Amien, Moh. 1979. Apakah Metode Discovery-Inquiry itu?. Jakarta: Departemen Pendidikan Tinggi Proyek Normalisasi Kehidupan Kampus. Amin, Moh. 1979. Orthopedagogik Anak Tunagrahita., Jakarta: Dekdikbud. Dikti, Proyek Tenaga Guru Arifin, Mulyati. 1995. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Maulana. Arikunto, Suharsimi. 1998. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bina Aksara. Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta. Candra, Julius. Kreativitas: Bagaimana Menanam, Mengembangkannya, ogyakarta: Kanisius, 1994.
Membangun
dan
Csikszentnihalyi, Mihaly. 2006. A Systems Perspective on Creativity. Journal Reading. Cambridge: Cambridge University Press. Dahar, Ratna Wilis. 1989. Teori-Teori Belajar. Jakarta: Erlangga. Depdiknas. 2008. Pengembangan Perangkat Penilaian Afektif. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Menengah Umum Departemen Pendidikan Nasional. Evanson M. Muriithi, dkk (2013). Project Method and Learner Achievement in Physics in Kenyan Secondary Schools. Department of Educational Communication and Technology. University of Nairobi. International Journal of Education and Research. Vol. 1 No. 7 July 2013 Fasko, Daniel Jr. 2000. Education and Creativity. Creativity Research Journal. 2000-2001, vol. 13, No 3 dan 4, 317-327. Bowling Green State University. Fisher, Alec. 2007. Berpikir Kritis. Jakarta: Erlangga. Gulo.2009. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Grasindo. Ismo T. Koponen and Terhi Mäntylä. 2004. Generative Role of Experiments in Physics and in Teaching Physics: A Suggestion for Epistemological Reconstruction. Finland: Department of Physical Sciences, University of Helsinki. commit to user
145
perpustakaan.uns.ac.id
146 digilib.uns.ac.id
Kuslan dan Stone, H.A. 1992. Teaching Children Science, An Inquiry Approach. California, Wordsworth Pub. Co. Margono. 1998. Pengantar Strategi Belajar Mengajar. Surakarta: Universitas Sebelas Maret. Masidjo, 2007. Penilaian Pencapaian Hasil Belajar Siswa di Sekolah. Yogjakarta: Kanisius. Munandar, Utami. 2009. Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta: Rineka Cipta. Nancy Lampert. 2011. A study of an after-school art programme and critical Thinking. Virginia Commonwealth University. International Journal of Education through Art. Volume 7 Number 1. © 2011 Intellect Ltd Article. English language. doi: 10.1386/eta.7.1.55_1 Nikerson, Raymond S. 1985. The Teaching of Thinking. United States of America: Lawrence Erlnaum Associates. Olatoye, R.A dan Adekoya, Y. M. 2010. Effect Project-Based, Demotration, and lecture Teaching Strategies on Senior Secondary Students’ Achievement in an Aspect of Agricultural Science. Nigeria: Osun State University, Osogbo, Osun. International Journal of Education Research and Technology, Volume 1, June 2010: 19-29 Poerwadarminta. 1984. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Pratiwi, dkk. 2012. Biologi 2 untuk SMA Kelas XI KTSP. Jakarta:. Erlangga. Rusyan dkk. 1989. Proses Belajar Mengajar yang Efektif Tingkat Pendidikan Dasar. Bandung: Bina Budhaya. Sagala, Syaiful. 2010. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta. Santrack, John W. (2008). Perkembangan Remaja. Edisi Keenam. Jakarta: Erlangga. Setyoningsih . 2010. Biologi 2 untuk SMA Kelas XI. Jakarta:. Bailmu. Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, R&D. Bandung: Alfabeta CV. Suparno, Agus. 2007. Penerapan Metode Belajar Aktif dan Pembelajaran commit to user Berbasis Proyek. Jakarta: PT Rineka Cipta.
147 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Suparno, Paul. 2006. Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan. Yogyakarta: Kanisius. Suparno, Paul. 2013. Metodologi Pembelajaran Fisika. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma. Trianto. 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Cetakan kelima. Jakarta. Prestasi Pustaka. Trianto. 2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Cetakan kedua. Jakarta. Kencana Prenada Media Group. Uno, Hamzah B. 2009. Model Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang Kreatif dan Efektif. Cetakan keempat. Jakarta. PT Bumi Aksara. Jakarta: PT Rineka Cipta, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI. Winataputra, Udin S. dkk. 2008. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Universitas Terbuka.
commit to user