1 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN TWO STAY TWO STRAY (TSTS) TERHADAP PRESTASI BELAJAR FISIKA KELAS X SMKN 5 MALANG TAHUN PELAJARAN 2013/2014 Anis Lailatul Ulya1, Sumarjono2, Kadim Masjkur3 Jurusan Fisika FMIPA, Universitas Negeri Malang 1
Mahasiswa Fisika Universitas Negeri Malang 2
Dosen Fisika Universitas Negeri Malang
3
Dosen Fisika Universitas Negeri Malang E-mail:
[email protected]
ABSTRAK: Model Two Stay Two Stray merupakan salah satu pembelajaran kooperatif yang dikembangkan oleh Spancer Kagan. Model ini memberi kesempatan siswa terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Jenis penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu (quasi experimental) dengan desain penelitian menggunakan pola pretest-posttest control group design. Sampel yang diambil dari populasi dibagi menjadi dua yaitu kelas X RPL 2 sebagai kelas eksperimen dan kelas X RPL 3 sebagai kelas kontrol. Teknik pengambilan sampel menggunakan random sampling. Uji hipotesis menggunakan ANAVA satu jalur dan dilanjutkan dengan uji Tukey. Hasil penelitian menunjukkan bahwa prestasi Fisika siswa yang belajar dengan model TSTS lebih tinggi daripada siswa yang belajar secara konvensioanl. Kesimpulan dari penelitian ini adalah prestasi belajar Fisika siswa yang belajar dengan model TSTS lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang belajar secara konvensional. Kata kunci: model pembelajaran TSTS dan prestasi belajar fisika
Pendidikan merupakan salah satu faktor penting dalam memajukan dan mencerdaskan kehidupan bangsa sekaligus sarana membangun manusia Indonesia seutuhnya. Kemajuan sebuah Negara dapat dilihat dari keberhasilan pendidikan yang dilaksanakan oleh suatu bangsa. Belajar merupakan proses interaksi edukatif yang terikat pada tujuan, terarah pada tujuan, dan dilaksanakan khusus untuk mencapai tujuan (Suastra, 2009). Rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia dapat terlihat dari data hasil studi internasional, diantaranya: Indeks pembangunan pendidikan untuk semua atau education for all, Indonesia belum juga beranjak dari kategori medium atau sedang. Berdasarkan laporan Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan PBB (UNESCO) tahun 2012, Indonesia berada di peringkat ke-64 dari 120 negara. Tahun 2011, Indonesia berada di peringkat ke-69 dari 127 negara (Kompas, 2012).
2 Rendahnya prestasi belajar siswa juga dibuktikan dari hasil beberapa penelitian yang menunjukkan bahwa pembelajaran sains belum terfokus pada pemahaman dan konsep sains yang sebenarnya, pengajaran didominasi oleh metode ceramah yang merupakan salah salah satu model pembelajaran konvensional (Agustiana, 2013). Pembelajaran sains yang dilakukan oleh para guru masih menggunakan metode informatif atau konvensional, yaitu guru berbicara atau bercerita dan siswa hanya mendengarkan dan mencatat (Suastra, 2009). Pembelajaran fisika di SMKN 5 Malang masih menggunakan teacher centered. Pembelajaran yang dilakukan sehari-hari masih berpusat pada guru. Dari hasil observasi, siswa cenderung ramai saat guru sedang menerangkan suatu materi dan ketika diberikan pertanyaan siswa hanya pasif. Keadaan seperti ini tidak hanya terjadi pada satu kelas saja, melainkan sebagian besar kelas. Dengan pembelajaran tersebut terdapat 75% siswa dalam ulangan harian mendapat nilai yang masih belum sesuai dengan Kriteria Ketuntasan Minimal. Hal ini menyatakan bahwa siswa masih kurang bisa memahami materi dengan baik sehingga prestasi belajar mereka rendah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa model Two Stay Two Stray (TSTS) efektif digunakan untuk pembelajaran. Hasil penelitian (Eka, 2010), menunjukkan bahwa efektivitas pembelajaran model TSTS dikategorikan sangat efektif. Ketuntasan belajar siswa dan ketuntasan materi dinyatakan tuntas. Begitu juga dengan penelitian (Handrayani, 2012), yang menunjukkan bahwa rata-rata daya serap keterampilan psikomotor siswa melalui penerapan pembelajaran kooperatif dengan model TSTS pada materi pokok kalor dengan kategori baik. Pada penggunaan model pembelajaran Two Stay Two Stray diharapkan dapat mengangkat prestasi belajar siswa. Selain itu sekolah akan mendapatkan alternatif beberapa model pembelajaran yang ditetapkan pada proses pembelajaran di sekolah (SMK Negeri 5 Malang) khususnya mata pelajaran Fisika. Guru juga akan mengetahui model pembelajaran yang akan berpengaruh terhadap prestasi belajar dan paling tepat digunakan dalam proses pembelajaran, jadi variasi model pembelajaran yang dilakukan guru lebih banyak.
3 METODE Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu (Quasy experimental design). Desain penelitian ini menggunakan pola pretest-posttest control group design. Sampel yang diambil dari populasi dibagi manjadi dua kelompok yaitu kelompok kelas eksperimen dan kelas kontrol. Kelompok eksperimen mendapatkan perlakuan dengan penerapan model pembelajaran Two Stay Two Stray (TSTS) sedangkan untuk kelas kontrol dengan penerapan pembelajaran konvensional. Kemudian dari kelompok tersebut dikenai pengukuran yang sama, baik sebelum maupun sesudah diberi perlakuan dan dibandingkan hasilnya. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X di SMK Negeri 5 Malang, sedangkan teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik random sampling yaitu pengambilan sampel secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi. Setelah diundi diperoleh 2 kelas sebagai sampel penelitian yaitu kelas X RPL 2 sebagai kelas eksperimen (kelompok siswa yang belajar dengan model Two Stay Two Stray) dan X RPL 3 sebagai kelas kontrol (kelompok siswa yang belajar secara konvensional). Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif sehingga analisis data yang digunakan untuk mengolah data dalam penelitian menggunakan metode statistik yaitu dengan uji ANAVA satu jalur. Pada analisis data ini terdapat dua tahapan yaitu uji prasyarat analisis data dan uji hipotesis penelitian. Uji prasyarat tersebut meliputi uji normalitas dan homogenitas. Uji hipotesis digunakan untuk menguji hipotesis awal apakah diterima atau ditolak.Uji hipotesis ini menggunakan ANAVA satu jalur dan dilanjutkan dengan uji Tukey.
HASIL Hasil ANAVA satu jalur antara model pembelajaran terhadap prestasi belajar adalah, Tabel 1.1 Ringkasan ANAVA Satu Jalur Sumber Variansi Antar grup Dalam grup
Derajat bebas (Db) 1 70
Jumlah Kuadrat (JK) 2058.681 28912.913
Rerata Kuadrat (RK) 2058.681 213.0416
Fhitung
Ftabel
9.663282
3.98
4 Kemudian dilanjutkan dengan uji Tukey yang hasil perhitungannya dapat dilihat pada tabel 1.2. Tabel 1.2 Hasil Perhitungan Uji Tukey ̅̅̅̅ 80.55556
̅̅̅̅ 69.96111
RKD 213.0416
n1 36
n2 36
Dbpembilang 1
Dbpenyebut 70
Fhitung 4.3555093
Dari hasil uji Tukey didapatkan Fhitung>Ftabel, atau 4.35>3.98. Jadi prestasi belajar fisika siswa yang belajar dengan model TSTS lebih tinggi daripada siswa yang belajar secara konvensional. Berdasarkan nilai rata-rata siswa, kelompok siswa yang belajar dengan model pembelajaran TSTS memiliki nilai yang lebih tinggi dibanding dengan yang belajar secara konvensional yaitu 80.56 > 69.96. Hal ini berarti model pembelajaran TSTS berpengaruh terhadap prestasi belajar fisika siswa.
PEMBAHASAN Dari hasil penelitian ini dapat diketahui bahwa siswa lebih senang belajar berkelompok. Hal ini karena siswa lebih leluasa bertanya kepada temannya jika merasa kesulitan, mereka juga merasa lebih nyaman dan tidak malu jika bertanya kepada teman. Dengan demikian pengaruh pembelajaran dengan model Two Stay Two Stray (TSTS) telah dirasakan siswa yaitu siswa merasa bersama-sama dalam menghadapi suatu masalah, saling bertukar pendapat dan saling melengkapi. Dengan diterapkannya pembelajaran dengan model Two Stay Two Stray (TSTS), mempermudah siswa untuk mengingat materi-materi. Karena siswa diberi kebebasan untuk menuangkan kreativitasnya pada saat berdiskusi. Hal ini sesuai dengan pendapat Santoso (2011:47) yang menyatakan bahwa model pembelajaran Two Stay Two Stray (TSTS) dapat meningkatkan daya ingat siswa. Penggunaan model pembelajaran Two Stay Two Stray (TSTS) memberikan banyak manfaat bagi siswa di SMKN 5 Malang. Dapat dilihat dari prestasi belajar siswa yang lebih tinggi pada kelompok siswa yang belajar dengan model pembelajaran Two Stay Two Stray (TSTS). Hal ini sesuai dengan kelebihankelebihan model pembelajaran TSTS antara lain: dapat diterapkan pada semua kelas/tingkatan, kecenderungan belajar siswa menjadi lebih bermakna, lebih
Ftabel 3.98
5 berorientasi pada keaktifan siswa, diharapkan siswa akan berani mengungkapkan pendapatnya, menambah kekompakan dan rasa percaya diri siswa, kemampuan berbicara siswa dapat ditingkatkan, membantu meningkatkan minat dan prestasi belajar (Santoso, 2011). Temuan penelitian ini memberikan gambaran bahwa penggunaan model pembelajaran Two Stay Two Stray (TSTS) dapat memberikan kontribusi yang baik bagi pelaksanaan kegiatan pembelajaran di sekolah, khususnya terhadap prestasi belajar siswa. Hal ini karena model pembelajaran Two Stay Two Stray (TSTS) mempunyai banyak kelebihan dibandingkan dengan metode konvensioanal yang sudah dijelaskan pada kajian pustaka. Temuan penelitian ini juga memperkuat hasil penelitian sebelumnya yang pernah dilakukan oleh Mufidatus Shoimah (2011) yang berjudul “Penerapan Model Two Stay Two Stray (TSTS) untuk meningkatkan Keaktifan Belajar IPS Geografi Pada Siswa Kelas VII B SMP Negeri 9 Malang”. Selain itu juga penelitian oleh Andi Yusuf (2009) yang berjudul “Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Model Dua Tinggal Dua Bertamu (Two Stay Two Stray) terhadap Prestasi Belajar Matematika Siswa Kelas VII SMP Negeri 10 Malang”.
PENUTUP Kesimpulan dari penenlitian ini adalah prestasi belajar siswa kelas X yang belajar dengan menerapkan model Two Stay Two Stray (TSTS) lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang belajar secara konvensional pada mata pelajaran Fisika di SMKN 5 Malang. Pengunaan model pembelajaran Two Stay Two Stray (TSTS) berpengaruh lebih efektif terhadap prestasi belajar.
DAFTAR RUJUKAN Andi, Yusuf. 2009. Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Dua Tinggal Dua Bertamu (Two Stay Two Stray) terhadap Prestasi Belajar Matematika Siswa Kelas VIII SMP Negeri 10 Malang. Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran, 2 (2). (Online), (http://portalgaruda.org/index.php?ref=browse&mod=viewarticle&article= 33133), diakses 1 Januari 2014.
6 Suharsimi, Arikunto. 2009. Manajemen penelitian. Jakarta: Bumi Aksara. Gall, dkk. 2003. Educational Research: An Introduction Seventh Edition. USA: Pearson Education. Inc Handrayani, Dwi. 2012. Penerapan Model Two Stay Two Stray (TSTS) untuk Meningkatkan Keaktifan Belajar IPS Geografi pada Siswa Kelas VII B SMP Negeri 9 Malang. (Online), (http://www.perpustakaan.ikipbudiutomo.ac.id/index.php?option=com_con tent&view=section&layout=blog&id=1&Itemid=18), diakses 3 Januari 2014. Santoso, 2011. Cooperative Learning. Bandung: Alfabeta. Slavin, Robert E. 2009. Cooperative Learning Teori, Riset, dan Praktik. Bandung: Remaja Rosdakarya. Sugiyono, 2008. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta. Tim Olah dan Analisis Data. 2009. Hasil Perhitungan-Olah dan Analisis Data Secara Manual Beserta Penjelasannya, (online), (http://www.myenglish01.wordpress.com ), diakses 7 Desember 2013.