HUBUNGAN INTELEGENSI DENGAN RASA INGIN TAHU SISWA KELAS X DI SMA MUHAMMADIYAH MATARAM TAHUN PELAJARAN 2013/2014 Bambang Irawansyah, Made Widnya, Hariadi Ahmad. Bimbingan dan Konseling, FIP IKIP Mataram Email:
[email protected] Abstrak: Intelegensi adalah kemampuan dasar yang bersifat umum dimiliki oleh individu yang dibawa sejak lahir dan dapat dipergunakan untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan, serta untuk memecahkan problem- problem dengan cepat dan tepat.sedangkan Rasa ingin tahu” merupakan dorongan untuk tahu hal-hal baru. Rumusan penelitian dalam penelitian ini adalah : Apakah ada hubungan Antara Intelegensi dengan rasa ingin tahu siswa kelas X di SMA Muhammadiyah Mataram Tahun Pelajaran 2013/2014?. Instrument penelitian yang digunakan adalah dokumentasi dan angket, untuk memperoleh data tentang Antara Intelegensi dengan rasa ingin tahu siswa kelas X di SMA Muhammadiyah Mataram Tahun Pelajaran 2013/2014. Rumusan masalah yang diangkat dalam penelitian skripsi ini adalah Apakah ada hubungan Antara Intelegensi dengan rasa ingin tahu siswa kelas X di SMA Muhammadiyah Mataram Tahun Pelajaran 2013/2014. Sedangkan tujuan dari penelitian ini adalah ingin mengetahui Apakah ada hubungan Antara Intelegensi dengan rasa ingin tahu siswa kelas X di SMA Muhammadiyah Mataram Tahun Pelajaran 2013/2014. teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini mengunakan random sampling. Untuk memperoleh data dalam penelitian ini, digunakan teknik pengambilan data dengan metode Dokumentasi dan angket sebagai Metode pokok dan Metode Dokumentasi sebagai metode pelengkap. Selanjutnya analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis statistik dengan menggunakan rumus korelasi product moment. Berdasarkan hasil tabel kerja diperoleh nilai r hitung sebesar 0,610. Selanjutnya adalah nilai r hitung tersebut dikonsultasikan dengan nilai r product moment pada taraf signifikansi 5 % dengan N = 24. Berdasarkan taraf signifikansi 5% dengan N = 24 batas angka penolakan Hipotesis Nihil (Ho) yang ditujukan pada Tabel Nilai r Product Moment adalah 0,404. Dengan demikian, Nilai r Hitung sebesar 0,610. Lebih besar dari nilai r Tabel sebesar 0,404 (0,610 > 0,404). Hal ini berarti bahwa hasil penelitian ini adalah Signifikan. Oleh karena itu, kesimpulan yang dapat diperoleh dalam penelitian ini adalah Ada Hubungan Antara Intelegensi Dengan Rasa Ingin Tahu Siswa Kelas X Di SMA Muhammadiyah Mataram Tahun Pelajaran 2013/2014. Kata kunci: Intelegensi Dan Rasa Ingin Tahu
Latar Belakang Tujuan pendidikan Nasional seperti yang termuat dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 pasal 3 adalah untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis dan bertanggung jawab. Untuk mencapai tujuan Pendidikan Nasional tersebut maka dibutuhkan sumber daya manusia yang cerdas, kecerdesan setiap orang berbeda – beda, ada yang cepat memahami apa yang dipelajari dan ada juga yang lamban dalam memahami apa yang dipelajari. Seperti yang terlihat setiap individu memiliki rasa ingin tahu dan tidak ada seorangpun yang tidak memiliki rasa igin tahu sama sekali, seorang anak akan terlihat rasa keingintahuannya di saat ia mulai bertanya hal-hal yang ia lihat, dengar, amati dan sebagainya. Jika rasa ingintahu anak tinggi maka ia akan lebih aktif bertanya, anak yang rasa ingin tahunya sedang maka ia hanya akan bertanya tentang hal tertentu yang menarik baginya sedangkan anak yang rasa ingin tahunya rendah ia hanya akan bertanya di saat keadaan memaksanya unutk bertanya karena ia lebih banyak diam atau tidak begitu aktif Hurlock (1988:23). Hurlock (1993) menekankan pentingnya rasa ingin tahu, bahwa rasa ingin tahu menjadi sumber motivasi yang kuat bagi seseorang untuk belajar. sedangkan David Wechster (1986) mengatakan bahwa intelegensi adalah kemampuan untuk bertindak secara terarah, berfikir secara rasional dan menghadapi lingkungannya secara efektif. Walters dan Gardber (1986) mengemukakan bahwa intelegensi adalah sebagai suatu kemampuan atau serangkai
kemampuan-kemampuan yang memungkinkan individu memecahkan masalah, atau produk sebagai konsekuensi eksestensi suatu budaya tertentu. Menurut Alfret Binet (1857) bahwa intelegensi terdiri dari tiga komponen, yaitu kemampuan untuk mengarahkan pikiran atau tindakan, kemampuan untuk mengubah arah tindakan bila tindakan itu telah dilaksanakan, dan kemampuan untuk mengkritik diri sendiri (autocriticism). Hasil obeservasi di SMA Muhammadiyah Mataram di jumpai bahwa siswa yang memiliki intelegensi yang tinggi, dikarenakan adanya faktor pendukung seperti fasilitas sekolah yang memadai sehingga dapat mendukung para siswa terhadap tingginya rasa keiingin tahuan siswa. Adapun langkah- langkah untuk meningkatkan rasa ingin tahu siswa yaitu, Menerapkan ilmu pengetahuan baru tentang teknologi modern atau Mengajar dan membiasakan siswa kreatif dengan cara mengadakan sesi tanya jawab dalam proses pembelajaran di kelas atau Menerapkan sistem belajar kelompok baik di lingkungan sekolah maupun di luar lingkungan sekolah. Kriteria IQ siswa, siswa dikatakan lulus jika memperoleh nilai 6 pada skala 0-10 atau 60 pada skala 0-100. Siswa berbakat akademik seharusnya tidak cukup hanya memperoleh nilai minimal kelulusan. Mereka hendaknya mampu berprestasi sesuai dengan tingkat IQ yang tinggi, sedangkan ktiteria dari Rasa ingin tahu siswa apabila seorang siswa mau mengikuti pelajaran dan aturan- aturan yang sudah dibuat oleh sekolah tentang jadwal pelajaran dan selalu mengikuti pelajaran berarti siswa tersebut memiliki rasa ingin tahunya tingi, sedangkan siswa yang tidak mau mengikuti pelajaran dan malas dalam proses pembelajaran maupun kerja kelompok, dikelas maupun dilingkungan sekolah berarti rasa ingin tahunya rendah Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa intelegensi merupakan dasar untuk mencapai tujuan yang diharapkan siswa maupun oleh guru. Berdasarkan hal tersebut di atas peneliti ingin mengetahui sejauh mana Hubungan Intelegensi Dengan rasa ingin tahu Siswa Kelas X di SMA Muhammadiyah Mataram Tahun Pelajaran 2013/2014. Kajian Literatur Intelegensi berasal dari bahasa Inggris “Intelligence” yang juga berasal dari bahasa Latin yaitu “Intellectus dan Intelligentia. Alfred Binet tokoh perintis pengukuran intelegensi mendefinisikan intelegensi terdiri dari tiga komponen yaitu: a). Kemampuan untuk mengarahkan pikiran dan tindakan, b). kemampuan untuk mengubah arah tindakan setelah tindakan tersebut dilaksanakan, sedangkan kemampuan untuk mengkritik diri sendiri atau melakukan (auto criticism) Freeman (1959) memandang intelegensi sebagai Kemampuan untuk menyatukan pengalaman – pengalaman, kemampuan untuk belajar dengan lebih baik, kemamapuan untuk menyelesaikan tugas – tugas yang sulit dengan memperhatikan aspek psikologis dan intelektual, dan kemampuan untuk berpikir abstrak. Heidenrich (1970) mendefinisikan kemampuan untuk belajar dan menggunakan apa yang telah dipelajari dalam usaha untuk menyesuaikan terhadap situasi-situasi yang kurang dikenal atau dalam pemecahan masalah. Dalam buku anak supernormal dan program pendidikannya dijelaskan bahwa Faktorfaktor yang mempengaruhi IQ seseorang adalah : a ). Faktor keturunan, b). Faktor lingkungan yang meliputi gizi dan pendidikan (Tirtonegoro, 2001). Faktor keturunan adalah proses penurunan sifat-sifat atau ciri-ciri dari suatu generasi ke generasi berikutnya melalui plasma benih. Sifat yang dibawa anak sejak lahir merupakan perpaduan antara chromosom ayah dan chromosom ibu. Dalam hal ini yang diturunkan adalah strukturnya. Artinya bukan bentuk-bentuk tingkah lakunya melainkan ciri-ciri sifat yang ditentukan oleh keturunan. Antara lain struktur otak, Intellegence/ kecerdasan sangat bergantung kepada ciri-ciri anatomi otak dan fungsi otak. Apabila kedua orang tua itu memiliki faktor keturunan cerdas, kemungkinan sekali dapat menurunkan anak-anak yang cerdas pula. Faktor lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekeliling anak yang mempengaruhi perkembangannya. Berikut diuraikan beberapa faktor lingkungan antara lain,
Dalam buku anak super normal dan program pendidikan dikemukakan bahwa IQ seseorang sagat ditentukan oleh kadar gizi yang terkandung dalam makanan mempunyai pengaruh yang besar terhadap perkembangan jasmani, rohani dan intelegensi serta menentukan produktifitas kerja seseorang. Seandainya terjadi kekurangan pemberian makanan yang bergizi, maka pertumbuhan dan perkembangan anak yang bersangkutan akan terhambat, terutama perkembangan secara normal, maka fungsinyapun akan kurang normal pula akibatnya anak menjadi kurang cerdas pula. Pendidikan, Di samping pemberian gizi yang baik faktor pendidikan sangat mempengaruhi perkembangan mental anak, misalnya anak lahir dengan potensi cerdas, maka dia akan berkembang dengan baik apabila mendapatkan pendidikan yang baik pula, sebaliknya meskipun anak memiliki potensi cerdas tetapi tidak mendapatkan pendidikan, maka perkembangan kecerdasannya mengalami hambatan. Faktor-faktor tersebut diatas tidak dapat berdiri sendiri-sendiri tetapi saling mempengaruhi, sebab meskipun pendidikan baik tetapi kalau potensi anak kurang cerdas, maka tidak akan sempurna bila disertai dengan potensi yang baik juga begitu juga potensi yang cerdas tetapi lingkungan kurang menguntungkan maka perkembangan kecerdasannya mengalami hambatan. Hubungan faktor dalam kecerdasan dan faktor luar (lingkungan) adalah saling mempengaruhi yaitu terjadi konvergensi diantara keduannya. Individu yang memiliki potensi kecerdasan yang tinggi, tidak akan dapat berkembang sampai semaksimal mungkin bila lingkunganya tidak menguntungkan bagi perkembangan intelegensi, tidak akan dapat membentuk seseorang menjadi cerdas faktor potensi dasar kecerdasan anak tersebut memang rendah. Dalam menggambarkan secara sepintas tentang intellegece sebagai suatu kemampuan dasar yang bersifat umum telah berkembang berbagai teori intelegensi di antaranya : Teori Dwi Faktor (Two Faktor Theory) Teori dwi Faktor ini dikembangkan oleh Charles Sperman adalah seorang ahli spikologi inggris. Charles spearmen mendasarkan teorinya pada analisis faktor intellegence. Menurut Charles Sperman bahwa kecakapan intelektual terdiri dari dua macam kemampuan mental yaitu (a).intelegensi umum (yang disebut general Faktor =Faktor “g”), (b).kemampuan spesifik (special Faktor = Faktor “s”). kedua Faktor ini baik Faktor “g” dan Faktor “s” bekerja bersama-sama sebagai suatu kesatuan. Sperman berpendapat bahwa kemampuan seorang bertindak dalam setiap situasi sangat bergantung pada kemampuan maupun kemampuan khusus, jadi setiap Faktor “g” maupun Faktor “s” memberi sumbangan pada setiap perilaku seseorang.”(Martini Jamaris, (2010) Teori Multi Faktor (Multiple Faktor Theory)Teori multi faktor ini dikembangkan oleh E.L.Thorndike. Menurut Thorndike Intelegensi itu menyatakan pertalian actual maupun potensial yang khusus antara stimulus dan respon. Torndike mengemukakan empat atribut intelegensi yaitu : Tingkatan, Rentang, Daerah dan Kecepatan. Dengan demikian thorndike adalah penentang utama dari teori intelegensi umum.“(Martini Jamaris, 2010) Teori Struktur Intelek (Structure-Of-Intellect Model) Teori struktur intelek dikembangkan oleh Guilford. Dalam teorinya Guilford mengklasifikasikan intelegensi menjadi tiga dimensi, yaitu dimensi operasi, isi dan produk. Masing-masing dimensi terdiri dari kecakapan intelek. Dimensi yang dimaksud di antaranya : a. Operasi adalah proses atau tindakan yang dilakukan yaitu: b. Dimensi Isi adalah Materi Atau Isi Kegiatan Intelektual. c. Dimensi Produk adalah Semacam produk/hasil dari penerapan tindakan-tindakan tertentu pada suatu materi tertentu. Martini Jamaris, ( 2010 ) Teori primary Mental Ability Teori dikembangkan oleh L.L. Thusrtone, berdasarkan analisis faktor, dengan jalan mengkorelasikan 60 tes, yang akhirnya disusun adanya kecakapan-
kecakapan primer. Menurut teori ini intelegensi tidak terdiri dari dua Faktor atau multi Faktor, akan tetapi dari sejumlah kecakapan mental yang primer.”(Martini Jamaris, ( 2010 ) Ada beberapa faktor primer dalam Intelegensi yaitu : V. Verbal Comperhension (Kemampuan verbal) atau Faktor verbal adalah merupakan kemampuan menggunakan bahasa. W. Word Fluency (Kefasihan kata-kata), yaitu faktor kelancaran atau kefasian menggunakan kata, dan faktor ini secara umum dianggap sesuatu indikator mudah tidaknya seseorang mengubah rasionya dan mengalihkan rasionya sesuai dengan kebutuhan. N. Number Facility atau faktor bilangan, yaitu kemampuan untuk bekerja dengan bilangan (kecakapan hitung-hitung) S. Spetial Relation (Relasi ruang), adalah merupakan suatu kemampuan untuk mengadakan orientasi dalam ruangan. M. Associaty memooory atau faktor ingatan yaitu merupakan kemampuan untuk mengingat. P. Perceptual Speed atau kecapakan persepsi yaitu faktor persepsi merupakan suatu kemampuan untuk mengamati dengan cermat dan tepat. Untuk mengetahui status seorang anak yang mempunyai tingkat intelegensi tertentu,maka perlu diketahui kriteria yang dipergunakan untuk mengklasifikasi tingkat intelegensi, Jamaris, ( 2010) Adapun peringkat kategori berdasarkan tes SPM (Standard Progressive Matrices). adalah : IQ 120 ke atas disebut siswa yang mempunyai kemampuan intelektual superior, (2) IQ 110 sampai dengan 119 di sebut siswa yang mempunyai kemampuan intelektual diatas rata- rata, (3) IQ 90 sampai dengan 109 disebut siswa yang mempunyai kemampuan intelektual rara – rata, (4) IQ 80 sampai dengan 89 disebut siswa yang mempunyai kemampuan intelektual di bawah rata – rata, (5) IQ di bawah 70 siswa yang mempunyai kemampuan intelektual rendah. Marini Jamaris (2010) Metode pengukuran Intellegence Seperti telah diuraikan dalam sejarah pengukuran intelegensi, metode yang dapat dipergunakan untuk mengadakan pengukuran inteligensi adalah metode tes, yang disebut tes intelegensi. Berdasarkan hasil-hasil tes inteligensi akan dapat diketahui tingkat inteligens seseorang. Karena inteligensi mempunyai korelasi yang cukup tinggi dengan prestasi belajar yang dicapai di sekolah, maka tes intelegensi ini dapat dipergunakan untuk meramalkan sukses tidaknya seorang anak dalam pelajaran-pelajaran di sekolah pada umumnya. Dengan demikian tes intelegensi juga dapat di pergunakan untuk mengadakan seleksi dalam penerimaan calon siswa. Oleh sebab itu tes intelegensi juga disebut tes bakat akademis. “(Nurkancana, 1981) Tes Standard Progressive Matrices (SPM) The Standard Progressive Matrices (SPM) merupakan salah satu contoh bentuk skala intelegensi yang dapat diberikan secara individual maupun secara kelompok. Skala inidirancang oleh J.C. Raven(1960). SPM merupakan tes yang bersifat non verbal, artinya materi soal-soalnya diberikan tidak dalam bentuk tulisan atau gambar-gambar. Karena instruksi pengerjaannya diberikan secara lisan maka skala ini dapat digunakan untuk subjekyang buta huruf sekalipun. Penyusunan SPM didasarkan oleh konsep intelegensi Spearman, yaitu konsepsinya mengenai edukasi hubungan dan edukasi korelasi.”(J.C Raven 1960). Kelebihan dari Tes SPM, Tes SPM dapat di anilisis mengunakan statistic( analisis factor) untuk menentukan daerah korelasi diantara prestasi- prestasi dalam berbagai tugas, Adapun kekurangan dari Tes SPM yaitu SPM menekankan pada kecerdasan umum(G) bukan kecerdasan spesifik(S), Penekanannya hanya mengukur kemampuan Kognitif. Analisis faktor
adalah suatu bentuk teknik statistik yang digunakan untuk menemukan hubungan yang ada diantara dua jenis variabel yang kelihatannya ada hubungan. Dalam faktor analisis dapat diketahui korelasi di antara variabel atau dua faktor. Hubungan tersebut dapat berbentuk; (1) hubungan positif, (2) hubungan negatif, (3) tidak ada hubungan. Apabila hubungan diantara dua faktor tersebut adalah positif dan negatif maka hubungan kedua faktor tersebut sangat tinggi. Spearman menggunakan teknik ini untuk mengukur kemampuan kognitif anak. Rasa ingin tahu adalah suatu emosi yang berkaitan dengan perilaku ingin tahu seperti eksplorasi, investigasi, dan belajar, terbukti dengan pengamatan pada spesies hewan manusia dan banyak. Istilah ini juga dapat digunakan untuk menunjukkan perilaku itu sendiri disebabkan oleh emosi rasa ingin tahu. Seperti emosi “Rasa ingin tahu” merupakan dorongan untuk tahu hal-hal baru, rasa ingin tahu adalah kekuatan pendorong utama di balik penelitian ilmiah dan disiplin ilmu lain dari studi manusia. (http://id.shvoong.com). Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kuantitatif. Jenis penelitian yang digunakan adalah Koefisien Korelasi Product Moment”. Untuk memperoleh data yang dibutuhkan dalam suatu kegiatan penelitian diperlukan alat pengumpulan data. Dalam buku prosedur penelitian suatu pendekatan praktik dijelaskan bahwa: “instrument adalah alat bantu waktu penelitian menggunakan suatu metode”(Arikunto, 2006). Instrument dalam penelitian ini adalah alat yang digunakan yaitu dokumentasi dan angket untuk mengetahui: Apakah Ada Hubungan Antara Intellegence Dengan Rasa Ingin Tahu Siswa Kelas X di SMA Muhammadiyah Mataram Tahun Pelajaran 2013/2014. Untuk mengetahui data tentang Intellegence yaitu dengan membuat tabel nilai hasil tes Intellegence Quotient SPM yang terdapat pada dokumentasi sekolah yakni hasil tes Intelegensi yang dilakukan oleh konselor sekolah pada siswa Kelas X di SMA Muhammadiyah Mataram Tahun Pelajaran 2013/2014. Dan untuk mendapatkan data tentang Rasa ingin tahu digunakan instrument yang berupa angket dalam bentuk tertutup. untuk memperoleh data tentang Rasa ingin tahu yaitu dengan membuat kisi- kisi angket yang meliputi a) Variabel, b) Indikator, c) jumlah nomor item, sedangkan dalam butir- butir pertanyaan dibuatkan juga berdasarkan kisi- kisi yang diprsiapkan setiap item pertanyaan disediakan tiga alternatif jawaban yang sesuai dengan skala lichert. Tiga alternatif tersbut terdiri dari : ya,(1) kadang- kadang,(2) dan tidak,(3). Adapun rumus “Koefisien Korelasi Product Moment” sebagai berikut :
rxy
xy
x y 2
2
Keterangan : = Koefisien Korelasi Product Moment
rxy
x y
2
= Jumlah dari variabel x kuadrat
2
xy
= Jumlah dari variabel y kuadrat 2
= Jumlah dari hasil kalil x dan y Adapun langkah-langkah yang ditempuh dalam menganalisa data pada penelitian ini sebagai berikut : 1). Merumuskan hipotesis nihil (Ho), 2). Membuat tabel kerja, 3). Merumuskan data ke dalam rumus, 4). Menguji Koefisien Korelasi Product Moment dan, 5). Menarik kesimpulan (Arikunto, 2011).
Dalam suatu penelitian ilmiah sudah tentu melalui proses analisa data untuk mendapatkan hasil penelitian yang representatif. Dalam memproses data memerlukan beberapa langkah terutama yang berkaitan dengan masalah subjek dan objek penelitian yang diperoleh dari hasil pengumpulan data melalui pengisian.Sudahvalidkah data tersebut apakah data tersebut representatif dan apakah metode analisa datanya sudah tepat sehingga dapat terhindar dari kesalahan analisa datanya. Setelah data terkumpul maka langkah selanjutnya adalah mengolah data/menganalisa data tersebut secara statistik. Dalam buku pengatar metodologi Research Sosial dijelaskan mengolah data berarti menimbang, menyaring, mengatur dan mengklasifikasikanya. Menimbang dan menyaring berarti memilih yang diteliti. Mengatur dan mengklasifikasikan data berarti menggolongkan data tersebut menurut aturan tertentu”(Nasir, 2001). Metode analisis data adalah merupakan tata cara yang harus diikuti atau digunakan oleh peneliti dalam rangka menganalisa data yang sudah dikumpulkan untuk memperoleh kesimpulan. Dalam penelitian ini, data yang akan diperoleh adalah data tentang Hubungan Antara Intelegensi Dengan Rasa ingin Tahu Siswa Kelas X di SMA Muhammadiyah Mataram Tahun Pelajaran 2013/2014. Maka data yang diperoleh adalah data yang bersifat kuantitatif yang berupa angka-angka. Kemudian langkah-langkah pelaksanaan metode analisa statistik sebagai cara untuk mengolah data/untuk memperoleh hasil yang sesuai dengan yang diharapkan. Dalam penelitian ini metode analisa data yang akan digunakan adalah anaslisis dengan rumus Koefisien Korelasi Product Moment. Hasil Penelitian Adapun langkah- langkah yang ditempuh dalam pengujian hipotesis ini sesuai dengan yang telah dicantumkan pada Bab sebelumnya adalah sebagai berikut 1) Merumuskan Hipotesis Nihil (H0), 2) Membuat tabel kerja, 3) Memasukan data ke dalam rumus, 4) Menguji data dengan product Moment, 5) menarik kesimpulan. Merumuskan Hipotesis Nihil (H0) Sehubungan dengan analisis data yang mengunakan analisis statistik, maka Hipotesis Alternatif (Ha) yang diajukan yang berbunyi “Ada Hubungan antara Intelegensi dengan Rasa Ingin tahu siswa kelas X di SMA Muhammadiyah Mataram Tahun Pelajaran 2013/2014. Untuk manguji signifikansi nilai r product moment hasil penelitian, setelah diperoleh nilai r hitung dengan N = 24 dalam penelitian ini adalah sebesar = 0.610, sedangkan r tabel dengan taraf signifikansi 5% pada N= 24 menunjukkan harga r tabel = 0.404, ini menunjukkan bahwa nilai r tabel, atau (r hitung > r tabel) yaitu (0.610 > 0.404 ) yang berarti hasil penelitian ini adalah “signifikan”. Dapat disimpulkan bahwa hasil penelitian ini adalah hubungan antara variable kuat. a. 0,00 : tidak ada hubungan antara variable b. > 0,00 – 0,25 Hubungan antara variabel sangat lemah c. > 0,25 – 0,50 Hubungan antara variabel cukup d. > 0,50 – 0,75 Hubungan antara variabel Kuat e. > 0,75 – 0,99 Hubungan antara variabel sangat kuat f. 1 : Korelasi Sempurna (Sarwono, 2006) Pembahasan Rasa ingin tahu manusia akan sesuatu hal terus berkembang, sedangkan makhluk yang lain rasa keingintahuannya tidak akan berkembang/monoton. Rasa penasaran dan keingintahuan adalah sifat alamiah yang mendasar pada diri seorang manusia. Jika tidak ada rasa penasaran dan keingintahuan ini, maka kemajuan dunia mungkin saja hanya keniscayaan. Dan salah satu faktor adanya berbagai teknologi saat ini karena adanya rasa keingintahuan dari para penemunya.
Rasa ingin tahu yang terus berkembang dan seolah-olah tanpa batas itu menimbulkan perbendaharaan pengetahuan pada manusia itu sendiri. Hal ini tidak saja meliputi kebutuhankebutuhan praktis untuk hidupnya sehari-hari seperti bercocok tanam atau membuat panah atau lembing yang lebih efektif untuk berburu, tetapi pengetahuan manusia juga berkembang sampai kepada hal-hal yang menyangkut keindahan. Belajar bersama yang dimaksud yaitu suatu proses kelompok yang didorong oleh angota- angota kelompok, di mana ada ketergantungan satu dengan yang lain untuk mencapai suatu tujuan yang disepakati, sedangkan yang dimaksud dengan belajar sambil membaca dan mendengarkan cerita yaitu belajar dimana pada saat membaca dan juga mendengarkan cerita dan berusaha untuk memahami dan mengerti dari bacaan tersebut, sedangkan belajar lewat benda yaitu seorang siswa mampu mengetahui apa- apa yang belum ia tau lewat sebuah benda atau praktek. Sedangkan belajar memahami yaitu kemampuan seseorang untuk memahami dan menyerap pelajaran sudah pasti berbeda tingkatnya, ada yang cepat dan ada pula yang sangat lambat karenanya mereka seringkali harus menempuh cara berbeda untuk bisa memahami suatu informasi atau pelajaran. Berdasarkan hasil analisis data di atas diperoleh nilai r hitung sebesar = 0,610 sedangkan batas angka penolakan hipotesis nihil yang ditunjukkan dalam tabel r product moment pada taraf signifikansi 5% dengan N = 24 adalah sebesar 0,404. Hal ini berarti bahwa nilai r-hitung lebih besar dari nilai r-tabel (r hitung > r-tabel) yang berarti signifikan. Karna penelitian ini signifikan maka dapat disimpulkan bahwa ada Hubungan intelegensi dengan rasa ingin tahu siswa kelas X di sma muhammadiyah mataram tahun pelajaran 2013/2014. Karena hasil analisis data dalam penelitian ini signifikan, maka hipotesis alternatif (Ha) yang menyatakan bahwa: Ada Hubungan Antara Intelegensi dengan Rasa Ingin Tahu Siswa Kelas X di SMA Muhammadiyah Mataram Tahun Pelajaran 2013/2014. Simpulan dan Saran Berdasarkan hasil analisis data pada Bab IV diketahui nilai x2 13983.00 sedangkan nilai y2 427.83 sedangkan nilai xy 1493.92 dan diketahui nilai r-hitung yang diperoleh dalam penelitian ini sebesar 0,610, sedangkan batas angka penolakan hipotesis nihil yang ditunjukkan dalam tabel r product moment pada taraf signifikansi 5% dengan N = 24 adalah sebesar 0,404. Hal ini berarti bahwa nilai r-hitung lebih besar dari nilai r - tabel (r - hitung > rtabel) yang berarti hasil penelitian ini signifikan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa : Ada Hubungan yang kuat Antara Intelegensi dengan Rasa Ingin Tahu Siswa Kelas X di SMA Muhammadiyah Mataram Tahun Pelajaran 2013/2014. Adapun saran dalam penelitian ini : 1. Bagi siswa supaya lebih memperhatikan waktu dan mengatur waktu belajarnya agar prestasinya meningkat. 2. Bagi guru bimbingan dan konseling dalam upaya mengadakan tes intelegensi agar dapat membangkitkan siswa untuk dapat melanjutkan Studi. 3. Bagi orang tua supaya memberikan motivasi pada anaknya, supaya dapat mencapai nilai yang sempurna disekolah. Referensi Suharsimi A. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Suharsimi A. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Azwar. 2010. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta : Raja Grapindo Persada. . Ahmadi, A. 2007. Psikologi Sosial. Jakarta : PT. Rineka Cipta. Bungin, B. 2011. Metodologi Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Prenada Media Group. Chaplin. J. P. 2005. Kamus Lengkap Psikologi. PT. Rajagrafindo Persada: Jakarta Enung. 2006. Psikologi Perkembangan. Badung : Pustaka Setia. David W , 1986. Pengukuran Intelegensi : Jakarta : Rineka Cipta
Gerungan. 2009 : Psikologi Sosial. Bandung: Refika Aditama. Ghufron & Rini. 2010. Teori-teori Psikologi. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media Gorup. Hasan, I, M. 2005. Pokok-pokok Statistik 2 (Statistik Inferensif). Jakarta: PT Bumi Aksara. Alexa, http://selaluberbagi2.blogspot.com. Diakses tanggal 23 januari 2013, jam 11 Wita. Matnuh, http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2134795 - faktor - faktor- yang mempengaruhi - disiplin. Diakses tanggal 26 januari 2013, jam 12 wita IKIP Mataram, 2011. Pedoman bimbingan Dan Karya Ilmiah. Mataram: IKIP Mataram. Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan r&d. Bandung: Alfabeta