CAMPUR KODE PADA KETERAMPILAN BERBICARA SISWA KELAS X SMA NEGERI 87 JAKARTA TAHUN PELAJARAN 2013/2014
Skripsi Diajukan kepada Fakutas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan
Disusun oleh: Ayu Annisa NIM 1110013000063
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2014
1
ABSTRAK Ayu Annisa, 1110013000063, 2014, Campur Kode pada Keterampilan Berbicara Siswa Kelas X SMA Negeri 87 Jakarta Tahun Pelajaran 2013/2014, Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Pembimbing Dr. Nuryani, M.A. Di era globalisasi ini pergaulan anak berkembang pesat. Mereka mudah menerima bahasa-bahasa asing dan mudah pula menerapkannya ketika berbicara sehingga mereka menjadi masyarakat yang bilingual. Oleh karena itu, banyak siswa ketika berbicara memasukkan serpihan-serpihan bahasa asing atau bahasa daerah. Masalah yang dibahas dalam penelitian ini adalah bagaimana wujud campur kode yang terdapat pada negosiasi siswa kelas X SMA Negeri 87 Jakarta dan latar belakang yang mempengaruhi terjadinya campur kode. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui wujud campur kode siswa kelas X SMA Negeri 87 Jakarta dan menjelaskan latar belakang yang mempengaruhi terjadinya campur kode. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik observasi dan dokumentasi. Teknik penganalisisan data dibuat dengan menggolongkan campur kode tersebut sesuai dengan wujud campur kode dari masing-masing kelompok. Sumber data dari penelitian ini adalah rekaman tuturan siswa pada saat melakukan dialog negosiasi. Hasil penelitian ini mengemukakan bahwa wujud campur kode terbanyak yang dilakukan oleh siswa kelas X SMA Negeri 87 Jakarta banyak menggunakan dalam bentuk kata, frasa, klausa, singkatan, kalimat, dan idiom. Beberapa hal yang melatarbelakangi terjadinya campur kode yaitu kesantaian penutur, kebiasaan penutur, dan tidak ada padanan kata yang tepat untuk menggantikan bahasa tersebut. Kesantaian penutur merupakan faktor utama yang mempengaruhi siswa melakukan campur kode dalam negosiasinya.
Kata kunci: negosiasi, campur kode.
i
ABSTRACT Ayu Annisa, 1110013000063, 2014, Code-mixing in Speaking Proficiency Class X Students of 87 State Senior High School, Jakarta Academic Year 2013/2014. Indonesia Language and Literature Education Department, Faculty of Tarbiyah and Teacher Training, Syarif Hidayatullah State Islamic University, Jakarta. Advisor Dr. Nuryani, M.A. In globalization era the social life in teenage are growing so fast. They can learn and use foreign language easier in their life which at the end turns them into bilingual speaker. Because of that reason, there are many students put some elements of the foreign language or native language in the way the speak. Problem that become foundation in this research is how the form of code-mixing in the negotiation process for students class X of State SMA 87 Jakarta and the background of why the code-mixing happen. The goal of this research is to know the form of code-mixing in students class X of state SMA 87 Jakarta and the background of why the code-mixing happen. Method of research use in this study is qualitative descriptive. Data collecting technique is observation and documentation. Technique of analysiz is made by categorized each code-mixing into their group. Source of data is the record of students’ oral negotiation dialogue. The result of this research is to present the data of the most done codemixing form for students class X state SMA 87 Jakarta whether in form of words, phrases, clauses, abbreviations, sentences, and idiom. Several factors that become the background of code-mixing are the feeling of comfortable, habit, and the lack of word synchronization to represent in the other language. The comfortable feeling is the main reason of why the speakers do code-mixing in their negotiation.
Key words: negotiation, code-mixing.
ii
KATA PENGANTAR Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sesuai dengan waktu yang telah direncanakan. Shalawat dan salam tercurahkan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW, para keluarga, sahabat dan pengikutnya hingga akhir zaman. Skripsi berjudul “Campur Kode pada Keterampilan Berbicara Siswa Kelas X SMA Negeri 87 Jakarta Tahun Pelajaran 2013/2014”, disusun untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulis
menyadari
bahwa
dalam
penyusunan
skripsi,
penulis
membutuhkan bimbingan, dukungan dan doa dari berbagai pihak. Sebagai ungkapan rasa hormat, penulis ucapkan terima kasih kepada 1. Dra. Nurlena Rifa‟i, M.A., Ph.D. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Dra. Mahmudah Fitriyah ZA., M.Pd. Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan yang selalu memberikan semangat. 3. Dra. Hindun, M.Pd. Sekretaris Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan yang selalu memberikan semangat. 4. Dr. Nuryani, M.A. sebagai dosen pembimbing yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, pengarahan, saran, dan motivasi saat berjalannya penyusunan skripsi ini. 5. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang telah memberikan semangat untuk belajar. 6. Orangtua tercinta, yaitu Bapak Syamsul Bachri dan Ibu Ainah yang telah memberikan doa dan motivasi yang selalu diberikan untuk anaknya.
iii
7. Adik tersayang, yaitu Indah Maharani, Anggun Alsabila, dan Muhammad Al Fachri Saputra yang selalu memberikan dukungan. 8. Kekasih tersayang, Negara Abdi yang telah memberikan doa, semangat, dan meluangkan waktunya untuk membantu mencarikan referensi skripsi ini. 9. Keluarga besar Pendidikan Bahasa dan Satra Indonesia khususnya kelas B angkatan 2010 yang selalu kompak dan memberikan semangat untuk penulis. 10. Sahabat-sahabat terbaik, yaitu Rike Rahmalia, Nurmah, Syafrida, Kurnia Dewi Nurfadillah, Mohammad Indra Kusuma, Fahmi Nur Muzaki, Zaki Mubarok (BTR), Uyee (Holida, Yanti, Sigit, Ival, dll), Fajar Setio Utomo, yang selalu memberikan bantuan dalam mencari referensi dan selalu memotivasi penulis. 11. Keluarga besar SMA Negeri 87 Jakarta khususnya Ibu Widarti S. Pd., dan siswa-siswi kelas X IPA 2 yang membantu terselenggaranya dialog negosiasi dan semua orang yang telah berjasa dalam pembuatan skripsi ini yang tidak bisa disebutkan satu persatu. Penulis berharap semoga semua pihak yang telah membantu mendapat balasan yang lebih baik dari Allah SWT. Demikianlah yang dapat penulis sampaikan, penulis mohon maaf apabila terdapat kekurangan dalam skripsi ini. penulis menerima kritik dan saran untuk membangun skripsi ini. Semoga kehadiran skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan para pembaca.
Jakarta, 14 Juli 2014
Penulis
iv
DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN SURAT PERNYATAAN ABSTRAK.................................................................................................. i ABSTRACT................................................................................................. ii KATA PENGANTAR............................................................................... iii DAFTAR ISI.............................................................................................. v DAFTAR TABEL...................................................................................... vii DAFTAR LAMPIRAN.............................................................................. vii BAB I PENDAHULUAN........................................................................... 1 A. Latar Belakang Masalah.................................................................... 1 B. Identifikasi Masalah.......................................................................... 4 C. Pembatasan Masalah......................................................................... 4 D. Rumusan Masalah............................................................................. 4 E. Tujuan Penelitian............................................................................... 4 F. Manfaat Penelitian............................................................................. 5 G. Tempat dan Waktu Penelitian........................................................... 5 H. Metode Penelitian............................................................................. 5 I.
Sumber Data..................................................................................... 7
J.
Subjek Penelitian............................................................................... 7
K. Teknik Pengumpulan Data................................................................ 7 L. Teknik Pengolahan Data................................................................... 8 M. Instrumen Penelitian…………………………………………......... 9
BAB II KERANGKA TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN .... 10 A. Kerangka Teori...................................................................................... 10 1.
Sosiolinguistik................................................................................ 10
2.
Campur Kode................................................................................. 11
3.
Berbicara........................................................................................ 25
4.
Negosiasi........................................................................................ 27 v
B. Penelitian yang Relevan........................................................................ 30 BAB III PEMBAHASAN………………………………………………....... 32 A. Profil Sekolah........................................................................................ 32 B. Klasifikasi Wujud Campur Kode.......................................................... 35 C. Analisis Data......................................................................................... 40 D. Latar Belakang Terjadinya Campur Kode............................................ 89 BAB IV PENUTUP……………………………………………………….... 90 A. Simpulan............................................................................................... 90 B. Saran..................................................................................................... 90 DAFTAR PUSTAKA UJI REFERENSI LAMPIRAN-LAMPIRAN
vi
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1
: Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Lampiran 2
: Trakskripsi dialog negosisasi kelompok 1 siswa kelas X IPA 2 SMA Negeri 87 Jakarta
Lampiran 3
: Trakskripsi dialog negosisasi kelompok 2 siswa kelas X IPA 2 SMA Negeri 87 Jakarta
Lampiran 4
: Trakskripsi dialog negosisasi kelompok 3 siswa kelas X IPA 2 SMA Negeri 87 Jakarta
Lampiran 5
: Trakskripsi dialog negosisasi kelompok 4 siswa kelas X IPA 2 SMA Negeri 87 Jakarta
Lampiran 6
: Trakskripsi dialog negosisasi kelompok 5 siswa kelas X IPA 2 SMA Negeri 87 Jakarta
Lampiran 7
: Trakskripsi dialog negosisasi kelompok 6 siswa kelas X IPA 2 SMA Negeri 87 Jakarta
Lampiran 8
: Trakskripsi dialog negosisasi kelompok 7 siswa kelas X IPA 2 SMA Negeri 87 Jakarta
Lampiran 9
: Trakskripsi dialog negosisasi kelompok 8 siswa kelas X IPA 2 SMA Negeri 87 Jakarta
Lampiran 10 : Trakskripsi dialog negosisasi kelompok 9 siswa kelas X IPA 2 SMA Negeri 87 Jakarta Lampiran 11 : Trakskripsi dialog negosisasi kelompok 10 siswa kelas X IPA 2 SMA Negeri 87 Jakarta Lampiran 12 : Trakskripsi dialog negosisasi kelompok 11 siswa kelas X IPA 2 SMA Negeri 87 Jakarta Lampiran 13 : Surat Bimbingan Skripsi Lampiran 14 : Surat Keterangan Penelitian vii
DAFTAR TABEL Tabel 1
: Klasifikasi Wujud Campur Kode Negosiasi Kelompok 1 Kelas X IPA 2 SMA Negeri 87 Jakarta Tahun Pelajaran 2013/2014.
Tabel 2
: Klasifikasi Wujud Campur Kode Negosiasi Kelompok 2 Kelas X IPA 2 SMA Negeri 87 Jakarta Tahun Pelajaran 2013/2014.
Tabel 3
: Klasifikasi Wujud Campur Kode Negosiasi Kelompok 3 Kelas X IPA 2 SMA Negeri 87 Jakarta Tahun Pelajaran 2013/2014.
Tabel 4
: Klasifikasi Wujud Campur Kode Negosiasi Kelompok 4 Kelas X IPA 2 SMA Negeri 87 Jakarta Tahun Pelajaran 2013/2014.
Tabel 5
: Klasifikasi Wujud Campur Kode Negosiasi Kelompok 5 Kelas X IPA 2 SMA Negeri 87 Jakarta Tahun Pelajaran 2013/2014.
Tabel 6
: Klasifikasi Wujud Campur Kode Negosiasi Kelompok 6 Kelas X IPA 2 SMA Negeri 87 Jakarta Tahun Pelajaran 2013/2014.
Tabel 7
: Klasifikasi Wujud Campur Kode Negosiasi Kelompok 7 Kelas X IPA 2 SMA Negeri 87 Jakarta Tahun Pelajaran 2013/2014.
Tabel 8
: Klasifikasi Wujud Campur Kode Negosiasi Kelompok 8 Kelas X IPA 2 SMA Negeri 87 Jakarta Tahun Pelajaran 2013/2014.
Tabel 9
: Klasifikasi Wujud Campur Kode Negosiasi Kelompok 9 Kelas X IPA 2 SMA Negeri 87 Jakarta Tahun Pelajaran 2013/2014.
Tabel 10
: Klasifikasi Wujud Campur Kode Negosiasi Kelompok 10 Kelas X IPA 2 SMA Negeri 87 Jakarta Tahun Pelajaran 2013/2014.
Tabel 11
: Klasifikasi Wujud Campur Kode Negosiasi Kelompok 11 Kelas X IPA 2 SMA Negeri 87 Jakarta Tahun Pelajaran 2013/2014.
viii
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Bahasa dibentuk oleh kaidah aturan serta pola yang tidak boleh dilanggar agar tidak menyebabkan gangguan pada komunikasi yang terjadi. Kaidah, aturan, dan pola-pola yang dibentuk mencakup tata bunyi, tata bentuk, dan tata kalimat. Agar komunikasi yang dilakukan berjalan dengan baik, penutur dan petutur harus menguasai bahasanya. Ragam berbahasa terbagi menjadi dua, yaitu bahasa tulisan dan bahasa lisan. Bahasa tulisan adalah bahasa sekunder. Contoh bahasa tulis seperti bahasa undang-undang, catatan, surat, majalah dan lain sebagainya. Ciri dari bahasa tulisan adalah dengan menggunakan Ejaan yang disempurnakan (EYD). Bahasa lisan merupakan bahasa primer. Contoh bahasa lisan seperti bahasa dalam percakapan, berpidato, berdiskusi, dan lain sebagainya. Bahasa lisan lebih ekspresif karena mimik, intonasi, dan gerakan tubuh dapat bercampur menjadi satu untuk mendukung komunikasi yang dilakukan. Bahasa lisan terbagi menjadi dua, yaitu bahasa lisan formal dan bahasa lisan nonformal. Komunikasi dalam bahasa lisan terjadi secara langsung atau bertatap muka sehingga terikat oleh kondisi, waktu, dan situasi. Setiap keterampilan berbahasa, sangat berhubungan erat dengan proses berpikir seseorang. Semakin terampil seseorang berbahasa, semakin jelas bahasa yang ingin disampaikan oleh lawan tuturnya. Dalam bahasa Indonesia,
ada
empat
keterampilan
berbahasa,
menyimak, berbicara, membaca dan menulis.
yaitu
keterampilan
Dalam memperoleh
keterampilan berbahasa, kita harus melalui suatu urutan yang teratur.
1
2 Mula-mula pada saat masih kanak-kanak, seseorang belajar menyimak bahasa. Kemudian setelah proses menyimak tersebut berjalan dengan baik, seorang anak akan belajar berbicara dan selanjutnya seorang anak belajar membaca dan menulis.1 Kehidupan manusia tidak lepas dari kebutuhan interaksi atau berhubungan dengan orang lain. Manusia memerlukan komunikasi untuk memecahkan permasalahannya. Dalam komunikasi lisan, orang memerlukan keterampilan berbicara agar orang lain memahami hal yang dibicarakan. Hal tersebut mendasari adanya penekanan kemampuan berkomunikasi siswa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia. Keterampilan berbicara yang baik sangat dibutuhkan agar pemahaman yang diterima oleh pendengar bisa disampaikan dengan bahasa yang komunikatif. Berbicara memiliki peranan sosial yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Keterampilan berbicara sangat dibutuhkan, baik di sekolah maupun diluar sekolah. Di sekolah, keterampilan berbicara diperlukan untuk menyatakan suatu gagasan, pendapat, menggali informasi, dan berinteraksi dengan orang yang ada di lingkungan sekolah. Di luar sekolah keterampilan berbicara diperlukan untuk menunjang keberhasilan berinteraksi dengan orang-orang sekitar yang ada di lingkungan tersebut. Kemahiran
berbicara
seseorang
ditentukan
oleh
tingkat
pemahamannya terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kebahasaan. Pembicara menyampaikan pikiran dan perasaan kepada pendengar melalui suara. Pembicara dapat memperjelas pengertian yang ingin disampaikannya dengan menggunakan intonasi, gerak-gerik dan mimik sesuai dengan pikiran dan perasaan yang ingin dikemukakan. Seseorang harus memiliki kemampuan berkomunikasi agar pendengar dapat memahami maksud dan tujuan yang diutarakan oleh pembicara. Kebiasaan berbicara dengan bahasa yang baik perlu diajarkan sejak seorang anak masih belajar berbicara. Pada
1
Henry Guntur Tarigan, Berbicara Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa, (Jakarta: Angkasa, 2008), h.1
3 saat memasuki sekolah pun seorang anak mulai diajarkan untuk berbicara dengan menggunakan ekspresi dan bahasa yang dimengerti oleh lawan bicaranya. Di Indonesia pada umumnya adalah masyarakat bilingual, yang menggunakan bahasa Indonesia dan bahasa daerah sebagai bahasa pertama. Tetapi, banyak juga terdapat masyarakat yang menggunakan banyak bahasa (multilingual). Kemampuan menggunakan lebih dari satu bahasa tergantung pada situasi dan kondisi yang melingkupinya. Seorang penutur bilingual secara tidak sadar sering mencampur kedua bahasa yang ia kuasai, sehingga dapat dikatakan bahwa ia melakukan campur kode dalam berkomunikasi. Faktor ini disebabkan karena penutur tidak dapat menemukan padanan kata untuk bahasa yang ia pakai, perpindahan penduduk, percampuran pernikahan, dan faktor pendidikan yang mengajarkan siswa memakai bahasa asing sehingga mereka terbiasa menggunakan lebih dari satu bahasa. Di era globalisasi ini pergaulan anak berkembang pesat. Mereka mudah menerima bahasa-bahasa asing dan mudah pula menerapkannya ketika berbicara sehingga mereka menjadi masyarakat yang bilingual, misalnya dengan mencampurkan serpihan bahasa asing ke dalam bahasa Indonesia ketika berbicara. Permasalahan ini dapat ditemukan di SMA Negeri 87 Jakarta. Sebagian murid di SMA tersebut menggunakan percampuran bahasa dalam pembelajaran di sekolah. Hal ini disebabkan karena kurangnya membiasakan siswa agar berbicara dengan menggunakan bahasa Indonesia dengan benar. Untuk menerapkan pemakaian bahasa Indonesia dengan baik tidaklah mudah. Guru sangat berperan penting untuk mengajarkan keterampilan berbicara pada siswanya. Seorang guru harus mampu membiasakan berbicara dengan menggunakan bahasa Indonesia tanpa ada percampuran bahasa asing atau daerah di sekolah agar murid terbiasa dan bertambah lancar dalam berbicara bahasa Indonesia. Untuk mengetahui bahasa yang diujarkan oleh siswa, hal ini akan diuraikan tentang campur kode pada keterampilan berbicara siswa kelas X SMA Negeri 87 Jakarta tahun pelajaran 2013/2014.
4
B.
Identifikasi Masalah 1.
Rendahnya kemampuan berbahasa Indonesia dengan benar pada siswa SMA Negeri 87 Jakarta.
2.
Kosa kata yang sering diucapkan dengan menggunakan campur kode.
3.
Banyaknya
pengaruh
bahasa
lain
ketika
melakukan
praktik
keterampilan berbicara.
C.
Pembatasan Masalah Agar penelitian ini tidak menyimpang dari materi, maka batasan penelitian yang berjudul Campur Kode pada Keterampilan Berbicara Siswa Kelas X SMA Negeri 87 Jakarta Tahun Pelajaran 2013/2014, fokus pada pembahasan mengenai campur kode yang diujarkan siswa dalam materi negosiasi kelas X IPA 2 semester genap tahun pelajaran 2013/2014 di sekolah SMA Negeri 87 Jakarta yang beralamat di Jalan Mawar II Bintaro, Jakarta Selatan, dengan jumlah siswa 36 orang.
D.
Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah, dapat dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini sebagai berikut 1.
Bagaimana wujud campur kode yang terjadi pada keterampilan berbicara siswa kelas X SMA Negeri 87 Jakarta?
2.
Apa yang melatarbelakangi siswa menggunakan campur kode dalam berbicara?
E.
Tujuan Penelitian Berdasarkan uraian perumusan masalah tujuan penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui bentuk campur kode siswa kelas X SMA Negeri 87 Jakarta. 2. Untuk menjelaskan latar belakang siswa menggunakan campur kode dalam berbicara di sekolah.
5
F.
Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini terbagi menjadi dua manfaat yaitu manfaat teoritis dan manfaat praktis yang dijelaskan sebagai berikut:
1. Manfaat Teoretis Penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi untuk perkembangan
ilmu
sosiolinguistik
khususnya
dapat
membantu
penelitian-penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan campur kode. 2. Manfaat Praktis Penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi bagi dunia pendidikan dalam meningkatkan kegiatan belajar mengajar pada diskusi, pidato, meningkatkan kosakata, menelaah pemakaian bahasa sehari-hari, dan sebagainya.
G. Tempat dan Waktu Penelitian 1.
Tempat Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 87 Jakarta, Jalan Mawar II Bintaro, Rempoa, Jakarta Selatan. Peneliti melakukan tindakan berupa pengamatan, merencanakan tindakan, mengumpulkan dan menganalisis data, serta melaporkan hasil penelitian.
2.
Waktu Penelitian dilaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2013/2014 dimulai dari bulan Februari sampai Mei 2014.
H. Metode Penelitian Fokus kajian dalam penelitian ini ingin melihat campur kode pada keterampilan berbicara siswa di SMA Negeri 87 Jakarta. Peneliti akan merekam tuturan siswa pada saat pembelajaran bahasa Indonesia di kelas, tepatnya saat melakukan kegiatan teks bernegosiasi.
6 Penelitian ini termasuk dalam penelitian deskriptif kualitatif dengan metode analisis isi. Sebagaimana pengertian penelitian kualitatif, yaitu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata dan simbol-simbol bahasa tertulis dan lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati, serta mampu memperoleh data yang akurat terhadap fenomena tertentu. “Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, pengambilan sampel, sumber data dilakukan secara purposive dan snawball, teknik pengumpulan data dengan trianggulasi (gabungan) analisis bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna pada generalisasi.”2 Penelitian kualitatif dituntut dapat menggali data berdasarkan apa yang diucapkan, dirasakan, dan dilakukan oleh partisipan atau sumber data. Seorang peneliti kualitatif harus bersifat “perspective emic” artinya memperoleh data bukan “sebagaimana seharusnya”, bukan berdasarkan apa yang dipikirkan peneliti, melainkan berdasarkan sebagaimana adanya yang terjadi di lapangan. Kirk dan Miller menjelaskan, penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung pada pengamatan manusia dalam kawasannya sendiri dan berhubungan dengan orang-orang tersebut dalam bahasanya dan dalam peristilahannya.3 Artinya, yang dihasilkan dalam penelitian kualitatif adalah bentuk deskriptif dari hasil yang diamatinya selama kurun waktu yang telah ditentukan. Penelitian kualitatif akan menghasilkan data akurat apabila disajikan katakata narasumber secara langsung. Peneliti menyuguhkan data dalam bentuk
2
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2010), h. 15. 3 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1997), h. 3.
7 dokumen resmi dan rekaman wawancara langsung dengan narasumber terkait yang sudah dalam bentuk transkripsi.
I.
Sumber Data Sumber data dalam penelitian adalah subjek dari mana data dapat diperoleh. Apabila peneliti menggunakan kuesioner atau wawancara dalam pengumpulan datanya, maka sumber data disebut responden. Apabila peneliti menggunakan teknik observasi, maka sumber datanya bisa berupa benda gerak atau proses sesuatu. Apabila peneliti menggunakan dokumentasi, maka sumber datanya adalah dokumen atau catatan yang berisi variabel penelitian.4 Sumber data dalam penelitian ini adalah rekaman tuturan siswa pada saat melakukan dialog negosiasi. Penulis mengumpulkan data campur kode dari rekaman tuturan siswa, kemudian menganalisis wujud campur kode dan latar belakang terjadinya campur kode.
J.
Subjek Penelitian Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas X IPA 2 SMA Negeri 87 Jakarta Selatan tahun pelajaran 2013/2014 yang berjumlah 36 orang.
K. Teknik Pengumpulan Data Dalam penelitian ini, digunakan beberapa teknik yang akan digunakan untuk mengumpulkan data. Adapun teknik pengumpulannya adalah sebagai berikut: 1.
Observasi Pengamatan dilakukan di SMA Negeri 87 Jakarta yaitu pada saat siswa kelas X berinteraksi dengan lawan tuturnya. Peneliti mengamati ketika kegiatan belajar mengajar sedang berlangsung maupun ketika istirahat. Dalam pengamatan tersebut, banyak ditemukan siswa yang berbicara dengan menggunakan campur kode.
4
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), h. 172.
8 Pengamatan ini bertujuan untuk mengetahui campur kode dalam berbahasa yang diujarkan siswa selama berinteraksi. 2.
Dokumentasi Dokumentasi merupakan upaya untuk memberikan gambaran bagaimana sebuah penelitian dilakukan. Data yang dihasilkan dari kegiatan ini berupa hasil rekaman praktik negosiasi antara siswa dengan siswa. Peneliti melakukan dokumentasi dengan cara memberikan tugas terlebih dahulu kepada siswa untuk melakukan praktik negosiasi. Kemudian dibagi menjadi dua belas kelompok dan satu kelompok terdiri atas tiga orang. Setelah itu, peneliti langsung mendokumentasikan dengan merekam video saat praktik negosiasi berlangsung.
L.
Teknik Pengolahan Data Teknik pengolahan data yang digunakan dalam penelitian ini berupa analisis data yang memuat negosiasi siswa kelas X SMA Negeri 87 Jakarta. Berikut ini langkah-langkah pengolahan data yang dilakukan penulis secara lebih rinci: 1.
Mengidentifikasi Data Langkah awal mengidentifikasi data yaitu mentranskripsikan data dengan cara mengetik dialog dari hasil rekaman video negosiasi siswa kelas X IPA 2. Seluruh dialog dari kelompok satu hingga kelompok dua belas ditranskripsikan agar lebih mudah diketahui campur kode yang diujarkan siswa.
2.
Mengklasifikasi Data Setelah diperoleh hasil dari proses identifikasi data dialog negosiasi siswa, tahap selanjutnya yaitu mengklasifikasi data sesuai dengan wujud campur kodenya dengan cara membuat tabel bagian kata, frasa, klausa, singkatan, kalimat idiom pada masing-masing kelompok.
9 3.
Menganalisis Data Selanjutnya dianalisis dengan prinsip kebahasaan pembicara dalam dialog negosiasi. Peneliti menganalisis tipe campur kode, maksud dialog, latar belakang terjadinya campur kode, fungsi campur kode, batasan campur kode, struktur dan kaidah campur kode pada masingmasing dialog yang terdapat campur kode.
4.
Menyimpulkan Data Setelah melakukan analisis data, selanjutnya menyimpulkan data sehingga dapat diketahui wujud dan latar belakang campur kode yang digunakan siswa kelas X SMA Negeri 87 Jakarta Tahun Pelajaran 2013/2014.
M. Instrumen Penelitian Instrumen penelitian ini adalah diri penulis sendiri karena dalam penelitian ini penulis mengerjakan penelitian dengan teknik observasi dan dokumentasi. Adapun tabel analisis yang digunakan sebagai berikut:
Tabel 1.1 Klasifikasi Wujud Campur Kode Negosiasi Siswa Kelas X SMA Negeri 87 Jakarta Tahun Pelajaran 2013/2014 No.
Data
Analisis Kata
Frasa
Klausa
Singkatan Kalimat
Idiom
1. 2. 3.
Tabel di atas merupakan tabel untuk mengetahui wujud campur kode yang diujarkan siswa kelas X IPA 2 SMA Negeri 87 Jakarta. Peneliti mengklasifikasikan wujud campur kodenya dengan membuat kolom kata, frasa, klausa, singkatan, kalimat, idiom, yang kemudian akan peneliti analisis.
BAB II KERANGKA TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN
A.
Kerangka Teori 1.
Sosiolingusitik Sosiolinguistik merupakan ilmu antardisiplin antara sosiologi dan linguistik. Sosiologi adalah kajian objektif dan ilmiah mengenai manusia di dalam masyarakat, mengenai lembaga-lembaga, dan proses sosial yang ada di dalam masyarakat. Sosiologi berusaha mengetahui bagaimana masyarakat itu terjadi, berlangsung, dan tetap ada. Sedangkan linguistik adalah bidang ilmu yang memperlajari bahasa, atau bidang ilmu yang mengambil bahasa sebagai objek kajiannya. J.A Fishman menyatakan sosiolinguitik adalah kajian tentang ciri khas bahasa, variasi bahasa, fungsi-fungsi variasi bahasa, dan pemakai bahasa karena ketiga unsur ini selalu berinteraksi, berubah, dan saling mengubah satu sama lain dalam satu masyarakat tutur.5 Artinya, sosiolinguistik mengkaji unsur-unsur bahasa dalam masyarakat terkait dengan pengguna bahasa dalam suatu tempat. Pengertian lain menurut pandangan Appel yaitu sosiolinguistik tidak terlepas dalam kehidupan masyarakat karena sosiolinguistik merupakan bagian dari interaksi sosial masyarakat. “Sosiolingusitik memandang bahasa sebagai sistem sosial dan komunikasi serta merupakan bagian dari masyarakat dan kebudayaan tertentu sedangkan yang dimaksud dengan pemakaian bahasa adalah bentuk interaksi sosial yang terjadi dalam situasi konkret. Dengan demikian dalam linguistik, bahasa tidak dilihat internal, tetapi dilihat sebagai sarana interaksi/komunikasi di dalam masyarakat.”6 Dengan demikian, sosiolinguistik merupakan bagian dari masyarakat dan tidak pernah terlepas dari masyarakat karena bagian
5
Sumarsono, Sosiolinguistik, (Yogyakarta: Sabda bekerjasama dengan Pustaka Pelajar, Cet. Ke-2), h. 2. 6 Aslinda dan Leni Syafyahya, Pengantar Sosiolinguistik, (Bandung: Refika Aditama, 2007), h. 6.
10
11 sarana
interaksi
dalam
masyarakat.
Nababan
menyatakan,
sosiolinguistik adalah studi atau pembahasan dari bahasa sehubungan dengan penutur bahasa itu sebagai anggota masyarakat atau dapat juga dikatakan bahwa sosiolinguistik itu mempelajari dan membahas aspek-aspek kemasyarakatan bahasa, khususnya perbedaan-perbedaan (variasi) yang terdapat dalam bahasa yang berkaitan dengan faktorfaktor kemasyarakatan (sosial).7 Sosiolinguistik membahas aspek bahasa yang berkaitan dengan penuturnya seperti variasi bahasa, dialek dalam masyarakat. Sedangkan menurut R. Kunjana Rahardi dalam bukunya menyatakan bahwa sosiolinguistik mengkaji bahasa dengan memperhitungkan hubungan antara bahasa dan masyarakat, khususnya
masyarakat
penutur
bahasa
itu.
Sosiolinguistik
mempertimbangkan keterikatan dua hal, yaitu linguistik untuk segi kabahasaan dan sosiologi untuk segi kemasyarakatan.8 Dari beberapa pendapat menurut para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa sosiolinguistik adalah bidang ilmu yang mempelajari dan membahas aspek-aspek kebahasaan baik ciri maupun variasinya serta hubungannya dalam masyarakat.
2.
Campur Kode a.
Pengertian Campur Kode Seseorang yang belum bisa berbahasa Indonesia dengan benar, biasanya masih memasukkan unsur-unsur bahasa lain ke dalam bahasa percakapan sehari-harinya, terutama pada masayarakat daerah seperti di Jawa, Sunda, dan lain sebagainya. Masyarakat di darah tersebut biasanya masih mencampurkan dua bahasa, yaitu bahasa Indonesia dengan bahasa daerahnya dalam berinteraksi. Sebelum membahas campur kode, sebaiknya kita mengetahui pengertian kode. Kode biasanya berbentuk
7
P. W. J Nababan, Sosiolingusitik, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 1993), h. 3. R. Kunjana Rahardi, Kajian Sosiolinguistik Ihwal Kode dan Alih Kode, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2010), h. 16. 8
12 variasi bahasa yang secara nyata dipakai berkomunikasi anggota suatu masyarakat bahasa. Kode bahasa ialah sistem bahasa dalam suatu masyarakat. Campur kode merupakan terjemahan dan padanan istilah code mixing dalam bahasa Inggris. Nababan menjelaskan campur kode adalah suatu keadaan berbahasa lain yaitu bilamana orang mencampur dua (atau lebih bahasa) atau ragam dalam suatu tindak berbahasa (speech act atau discourse) tanpa ada sesuatu dalam situasi berbahasa itu menuntut percampuran bahasa tersebut.9 Campur kode terjadi apabila seorang penutur bahasa, misalnya bahasa Indonesia memasukkan unsur-unsur bahasa daerahnya ke dalam pembicaraan bahasa Indonesia. Dengan kata lain, seseorang yang berbicara dengan kode utama bahasa
Indonesia
yang
memiliki
fungsi
keotomiannya,
sedangkan kode bahasa daerah yang terlibat dalam kode utama merupakan
serpihan-serpihan
saja
tanpa
fungsi
atau
keotonomian sebagai sebuah kode. Seorang penutur misalnya, yang dalam berbahasa Indonesia banyak menyelipkan kata-kata atau sedikit kalimat bahasa daerahnya, bisa dikatakan telah melakukan campur kode. Akibatnya, akan muncul satu ragam bahasa Indonesia yang kejawa-jawaan (jika bahasa daerahnya adalah bahasa Jawa), kesunda-sundaan (jika bahasa daerahnya adalah bahasa Sunda), dan lain sebagainya. Thalender berpendapat, perbedaan alih kode dan campur kode yaitu bila di dalam suatu peristiwa tutur terjadi peralihan dari satu klausa suatu bahasa ke klausa lain, maka peristiwa yang terjadi adalah alih kode, tetapi apabila di dalam suatu peristiwa
tutur,
klausa-klausa
maupun
frasa-frasa
yang
digunakan terdiri dari klausa dan frasa campuran (hybrid cluses, hybrid phrases), dan masing-masing klausa atau frasa itu tidak 9
P. W. J Nababan, op. cit., h. 32.
13 lagi mendukung fungsi sendiri-sendiri, maka peristiwa yang terjadi adalah campur kode, bukan alih kode. Fasold juga menjelaskan
perbedaan
alih
kode
dan
campur
kode.
Menurutnya, jika seseorang menggunakan satu kata atau frasa dari satu bahasa, dia telah melakukan campur kode. Tetapi apabila satu klausa jelas-jelas memiliki struktur gramatikal satu bahasa, dan klausa berikutnya disusun menurut struktur gramatikal bahasa lain, maka peristiwa yang terjadi adalah alih kode.10 Artinya, campur kode terjadi apabila dalam berbicara terdapat dua bahasa dalam satu kalimat atau menggunakan beberapa kata bahasa lain dalam satu kalimat. Wardaugh menjelaskan bahwa campur kode terjadi ketika seseorang menggunakan dua bahasa dengan sama fasihnya sehingga mereka dapat menggunakan kedua bahasa tersebut secara bergantian dalam sebuah tuturan tunggal.11 Hudson mendifinisikan campur kode sebagai cara untuk melambangkan situasi yang ambigu di mana tidak dapat dikatakan secara tepat dalam bahasa lainnya, sehingga untuk memperoleh efek yang tepat penutur menyeimbangkan bahasanya sebagai semacam “koktail bahasa” (linguistic cocktai).12 Campur kode juga bisa terjadi apabila tidak ada ungkapan yang tepat atau padanan kata yang lain, sehingga seseorang memasukkan unsur-unsur bahasa lain kedalam tuturannya. Beberapa wujud campur kode adalah dapat berupa kata, frasa, klausa, singkatan, kalimat, dan penyisipan ungkapan atau idiom.
10
Abdul Chaer dan Leonie Agustina, Sosiolinguistik Perkenalan Awal, (Jakarta: Rineka Cipta, 2004), h. 115. 11 Ronald Wardaugh, An Introduction to Sosiolinguistics, (Oxford: Basil Blackwell, 1986), h. 101. 12 R. A Hudson, Sociolinguistics, (Cambridge: Cambridge University Press, 1983), h. 53.
14 1). Kata Kata dalam tataran morfologi adalah satuan gramatikal yang bebas dan terkecil. Dalam tataran sintaksis kata dibagi dua yaitu kata penuh (leksikal) dan kata tugas (gramatikal). Kata penuh adalah kata yang termasuk kategori nomina, verba, adjektiva, adverbial,
dan
numeralia,
memiliki
makna
leksikal
sebagai
kata
masing-masing
penuh dan
mengalami proses morfologi. Sebaliknya, kata tugas adalah kata yang berkategori preposisi dan konjungsi, tidak mengalami proses morfologi dan merupakan kelas tertutup, dalam peraturan tidak dapat berdiri sendiri.13 Dalam bahasa Indonesia, terdapat beberapa kelas kata. Kelas kata adalah perangkat kata yang sedikit banyak berperilaku sintaktis sama. Pembagian kelas kata dalam bahasa Indonesia yaitu: a).
Verba, dapat diketahui dengan mengamati perilaku semantis, perilaku sintaksis, dan bentuk morfologisnya. Contoh verba yaitu mati, jatuh, mengering, mengecil, dan meninggal.
b).
Adjektiva
adalah
kata
yang
memberikan
keterangan lebih khusus tentang sesuatu yang dinyatakan oleh nomina dalam kalimat. Contoh adjektiva yaitu aman, bersih, berat, ringan, merah, dan putih.14 c).
Nomina adalah kategori yang secara sintaksis tidak mempunyai potensi untuk bergabung dengan partikel tidak, dan mempunyai potensi untuk didahului oleh partikel dari. Contoh
13
Abdul Chaer, Linguistik Umum, (Jakarta: Rineka Cipta, 2003), Cet. Ke-2, h.222. Hasan Alwi, Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia, (Jakarta: Pusat Bahasa dan Balai Pustaka, 2010), h. 91-177. 14
15 nomina yaitu batu, kertas, radio, udara, dan ketela. d).
Pronomina adalah kategori yang berfungsi untuk menggantikan nomina. Contoh pronomina yaitu kami-kami, dia, Pak Karta, memilikinya, dengannya, dan aku.
e).
Numeralia
adalah
mendampingi sintaksis,
kategori
nomina
yang
dalam
mempunyai
dapat
konstruksi
potensi
untuk
mendampingi numeralia lain, dan tidak dapat bergabung dengan tidak atau dengan sangat. Contoh Numeralia yaitu Dua tambah dua sama dengan empat, gunung Semeru lebih dari 1000 kaki tingginya. f).
Adverbia
adalah
kategori
yang
dapat
mendampingi ajektiva, numeralia, atau proposisi dalam konstruksi sintaksis. Contoh adverbia yaitu alangkah, agak, akan, amat, bisa, dan belum. g).
Introgativa adalah kategori dalam interogatif yang berfungsi menggantikan sesuatu yang ingin
diketahui
mengukuhkan
apa
oleh yang
pembicara telah
atau
diketaui
pembicara. Contoh introgativa yaitu apa, bila, kapan, mana, apakah, bagaimana, dan lain sebagainya. h).
Demonstrativa adalah kategori yang berfungsi untuk menunjukkan sesuatu di dalam maupun di luar wacana. Contoh demostrativa yaitu di sana, di sini, di situ, ini, dan lain sebagainya.
16 i).
Artikula adalah kategori yang mendampingi nomina dasar (misalnya si kancil, sang dewa, para pelajar), nomina deverbal (misalnya si terdakwa, si tertuduh), pronomina (misalnya si dia, sang aku), dan verba pasif (misalnya kaum tertindas,
si
tertindas)
dalam
konstruksi
ekosentris yang berkategori nominal. j).
Preposisi adalah kategori yan terletak di depan kategori
lain (terutama nomina) sehingga
terbentuk frase eksosentis direktif. Contoh preposisi yaitu ia tinggal dalam rumah, di antara mereka terjalin cinta kasih yang tulus, dan lain sebaginya. k).
Konjungsi adalah kategori yang berfungsi untuk meluaskan satuan yang lain dalam konstruksi hipotaktis dan selalu menghubungkan dua satuan lain atau lebih dalam konstruksi. Contoh konjungsi yaitu karena, maka, tetapi, dan lain sebagainya.
l).
Kategori Fatis adalah kategori yang bertugas memulai, mempertahankan, atau mengukuhkan komunikasi antara pembicara dan kawan bicara. Contoh kategori fatis yaitu kok, deh, selamat, lah, dan pun.
m).
Interjeksi
adalah
kategori
yang
bertugas
mengungkapkan perasaan pembicara, dan secara sintaksis tidak berhubungan dengan kata-kata lain dalam ujaran.15 Jenis-jenis interjeksi adalah: (1). Interjeksi kejijikan: bah, cih, cis, ih, idih. 15
Harimurti Kridalaksana, Kelas Kata dalam Bahasa Indonesia, (Jakarta: PT. Gramedia, 2007), h. 51-124.
17 (2). Interjeksi kekesalan: brengsek, sialan, buset, keparat, wah, yaa. (3).
Interjeksi
kekaguman
atau
kepuasan:
aduhai, amboi, asyik, astaga, ai, hm, wah, yahud. (4). Interjeksi
kesyukuran:
syukur,
Alhamdulillah, nah. (5). Interjeksi harapan: Insya Allah (6). Interjeksi keheranan: aduh, aih, ai, loh, duilah, eh, oh, ah. (7). Interjeksi
kekagetan:
astaga,
astaghfirullah, masyaAllah. (8).
Interjeksi ajakan: ayo, mari.
(9).
Interjeksi panggilan: hai, he, eh, halo.
(10). Interjeksi simpulan: nah.16
2). Frasa Frasa adalah satuan gramatikal yang berupa gabungan kata yang bersifat nonpredikatif, atau lazim juga disebut gabungan kata yang mengisi salah satu fungsi sintaksis di dalam kalimat. Pembentukan frasa itu harus berupa morfem bebas, bukan berupa morfem terikat. Contoh belum mandi dan tanah tinggi adalah frasa, sedangkan tata boga dan interlokal bukan frasa, karena boga dan inter adalah morfem terikat.17 3). Klausa Klausa
adalah
satuan
sintaksis
berbentuk
rangkaian kata-kata yang berkontruksi predikatif, di dalam klausa ada kata atau frasa yang berfungsi sebagai predikat, dan yang lain berfungsi sebagai 16 17
Hasan Alwi, op. cit., 309. Abdul Chaer, Linguistik Umum, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2007), h. 222.
18 subjek, sebagai objek, dan sebagai keterangan. Selain fungsi predikat yang harus ada dalam kontruksi klausa ini, fungsi subjek boleh dikatakan bersifat wajib, sedangkan yang lainnya bersifat tidak wajib.18 4). Singkatan Singkatan ialah bentuk yang dipendekkan yang terdiri atas satu huruf atau lebih. Misalnya: a). Sdr.
: Saudara.
b). S. Pd : Sarjana Pendidikan. c). DPR : Dewan Perwakilan Rakyat. d). Dll
: Dan lain-lain.
e). Dsb
: Dan sebagainya.19
5). Kalimat Kalimat adalah satuan bahasa terkecil dalam wujud lisan ataupun tulisan yang mengungkapkan pikiran yang utuh. Dalam wujud lisan, kalimat diucapkan dengan suara naik turun dan keras lembut, disela jeda, dan diakhiri dengan intonasi akhir yang diikuti oleh kesenyapan yang mencegah terjadinya perpaduan ataupun asimilasi bunyi ataupun proses fonologis lainnya.20 6). Idiom Idiom adalah bahasa yang teradatkan, artinya bahasa yang sudah biasa dipakai seperti itu dalam suatu bahasa oleh para pemakainya. Idiom ini sudah tidak dapat lagi menanyakan mengapa kata itu begitu dipakai, mengapa begitu susunannya, atau mengapa begitu artinya. Hubungan makna idiom itu bukanlah
18
Ibid., h. 231. Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia, Ejaan Bahasa Indonesia yang di Sempurnakan, (Bandung: Pustaka Setia, 2009), h. 23. 20 Hasan Alwi, op. cit., h. 317. 19
19 makna sebenarnya kata itu, idiom tidak dapat diartikan secara harfiah ke dalam bahasa lain. Misalnya, idiom duduk perut dalam bahasa Indonesia yang artinya „hamil‟ (Wanita itu sedang duduk perut) tak dapat diterjemahkan ke dalam bahasa lain dengan mencari kamus kata duduk
lalu perut, kemudian
menjajarkannya seperti bahasa Indonesia itu.21 Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa pada fenomena campur kode adalah seorang penutur pada dasarnya menggunakan sebuah varian suatu bahasa. Pada penggunaan itu, dia menggunakan serpihan-serpihan kode dari bahasa yang lain atau terjadinya peristiwa campur kode. Wujud campur kode tersebut dapat berupa kata, frasa, klausa, singkatan, kalimat, maupun idiom. Campur kode merupakan fenomena yang terjadi karena masuknya serpihan unsur suatu bahasa ke dalam bahasa yang lain. Hal ini tidak berarti bahwa tidak ada sebab terjadinya campur kode. Ada kemungkinan campur kode terjadi karena faktor individu, seperti ingin menunjukkan status, peran, dan kepakaran. Ada juga kemungkinan sebab kurangnya unsur bahasa yang digunakan.
Jadi, dapat disimpulkan campur kode adalah percampuran dua bahasa atau percampuran satu unsur kode ke kode lain yang digunakan oleh seseorang dalam berinteraksi yang berlatarbelakang kesantaian penutur atau situasi informal, tidak ada ungkapan yang tepat, dan ingin memamerkan kedudukannya atau keterpelajarannya.
b.
Tipe Campur Kode Suwito
menyatakan,
campur
kode
diklasifikasikan
menjadi dua macam, yaitu campur kode bersifat ke dalam (intern) dan campur kode bersifat keluar (ekstern). Campur 21
J. S Badudu, Inilah Bahasa Indonesia yang Benar III, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 1996), h. 47-48.
20 kode ke dalam (intern) apabila
bersumber dari bahasa asli
dengan segala variasi-variasinya. Contoh campur kode ke dalam (intern) dalam dialog, sebagai berikut: “nanti masnya matur dulu aja ke orangtua, kalo biayanya kurang lebih Rp. 300.000” Kata matur dalam teks di atas adalah bentuk campur kode, penggunaan kata matur sebenarnya bisa dihindari sebab kata tersebut sudah ada padanannya dalam bahasa Indonesia, penggunaan kata matur sesuai dengan budaya yang berlaku di daerah tempat tuturan terjadi. Kata matur menunjukkan perwujudan kedaerahan, yaitu Jawa. Bahasa Jawa adalah bahasa yang hidup dalam wilayah politik sama dengan bahasa Indonesia. Bahasa Jawa juga memiliki hubungan genetis dengan bahasa Indonesia. Dengan demikian, teks di atas merupakan campur kode intern atau ke dalam. Campur kode ke luar (ekstern) yaitu apabila serpihan bahasa tersebut bersumber dari bahasa asing. Dengan demikian, hubungan campur kode tipe ini adalah keasingan antar bahasa yang terlibat.
Contoh campur kode ekstern dalam dialog: “data-data yang ada di phone memory kemungkinan akan hilang seperti nomor-nomor telepon, pesan, kalender, dan catatan.” Kata Phone memory dalam teks tersebut berasal dari bahasa Inggris. Bahasa Inggris tidak memiliki hubungan kekerabatan dengan bahasa Indonesia, antara kedua bahasa tersebut juga tidak ada hubungan genetis. Oleh sebab itu tipe campur kode pada kata tersebut adalah tipe campur kode keluar atau ekstern.22 22
Suwito, Sosiolinguistik Pengantar Awal, (Solo: Henary Offset, 1985). h 76.
21 Jadi dapat disimpulkan, tipe campur kode terbagi menjadi dua yaitu campur kode ke dalam (intern code mixing), dan campur kode ke luar (ekstern code mixing). Campur kode ke dalam yaitu apabila bahasa tersebut masih memiliki hubungan kekerabatan secara geografis, seperti bahasa daerah dicampur dengan bahasa daerah yang lain. Campur kode ke luar yaitu apabila bahasa tersebut tidak memiliki hubungan kekerabatan secara geografis, seperti bahasa Indonesia dicampur dengan bahasa asing.
c.
Latar Belakang Terjadinya Campur Kode Ada empat faktor yang mempengaruhi terjadinya campur kode, yaitu: 1). Partisipan. Penutur yang melakukan campur kode terhadap lawan bicaranya adalah kerena mereka memiliki tujuan dan maksud tertentu. Apabila sekelompok orang berbicara dalam bahasa mereka, lalu kemudian masuk penutur dalam bahasa lain, maka mereka (kelompok bahasa pertama) akan mengalihkan kode (bahasa), topik atau bahkan keduanya. Melihat kepada sifat penutur bahasa pertama, ada maksud dan tujuan dari campur kode tersebut sebagaimana kelompok bahasa pertama akan mengubah situasi seketika tanpa ada jeda atau jarak waktu. Contoh: A
: Well I‟m glad I met you. Ok?
M
: Andale pues and do come again. (That‟s alright than, and do come again) “Ok kalau begitu, datanglah lagi” (Campur kode antara bahasa Spanyol dan Inggris).
Dengan menggunakan kutipan bahasa Spanyol, M memberi tanda kepada A bahwa dia menyadari relevansi dari percampuran latar belakang etnik mereka yang berbeda.
22 Kutipan tersebut menunjukkan penanda keakraban antara dua anggota kelompok etnis yang berbeda dimana percakapan sebelumnya dituturkan dalam bahasa Inggris.23 2). Solidaritas. Penutur dapat melakukan alih kode/campur kode ke dalam bahasa lain sebagai penanda dari kelompok tertentu
dan
percampuran
etnis
dengan
pendengar.
Walaupun penutur tidak memiliki kemampuan yang memadai
dalam
bahasa
kedua,
namun
ia
mampu
menggunakan kata-kata atau frasa-frasa yang singkat untuk tujuan tertentu yang dimilikinya. Contoh: Sarah : I think everyone‟s here except Mere. John
: She said she might be a bit late but actually I think that‟s her arriving now.
Sarah : You‟re right. Kia ora Mere. Haere mai. Kie te pehea koe? (Hi Mere. Come in. How are you?) “Kamu benar. Hi Mere. Masuklah. Apa kabar?” Mere : Kia ora hoa. Kei te pai. Have you started yet? (Hello my friend. I‟m fine) “Hai temanku. Saya baik-baik saja. Sudahkah anda mulai?” Pada percakapan di atas, campur kode terjadi dalam percakapan bahasa Inggris sebagai bahasa utama, dan Maori sebagai kode yang dicampurkan. Beberapa orang terkadang melakukan campur kode dalam sebuah situasi sosial atau wilayah tertentu. Ketika terjadi suatu perubahan yang jelas dalam sebuah situasi, seperti datangnya seseorang yang baru, maka mudah dijelaskan mengapa campur kode tersebut terjadi.24
23 24
Janet Holmes, An Inroduction to Sociolinguistics, (New York: Longman, 1993), h. 42 Ibid, h. 42
23 3). Status. Peralihan kode juga dapat merefleksikan perubahan kepada dimensi yang berbeda, seperti hubungan status antara beberapa orang atau keformalitasan interaksi mereka. Semakin formal suatu hubungan, yang terkadang juga melibatkan
perbedaan
administrator-klien,
status,
seperti
guru-murid.
dokter-pasien,
Status
kedekatan
menimbulkan kesenjangan sosial yang minim, seperti tetangga atau teman. Contoh: Jan
: Hello Petter. How is your wife now?
Petter : Oh she‟s much better thank you Jan. She‟s out of hospital and convalesching well. Jan
: That‟s good I‟m pleased to hear it. Do you think you could help me with this Pesky from? Iam having a great deal of difficult with it.
Petter : Of course. Give it there... Percakapan
tersebut
terjadi
di
sebuah
tempat
di
Hemnesberget, antara dua orang yang bertetangga, Jan dan Petter. Dalam percakapan tersebut terjadi perubahan topik diskusi yang pada akhirnya juga menimbulkan pengalihan kode. Kenyataannya perubahan topik di sini menyimbolkan hubungan
yang
berbeda
antar
laki-laki.
Mereka
mengalihkan peran dari seseorang yang saling bertetangga kepada peran mereka sebagai birokrat dan anggota masyarakat. Mereka merubah interaksi pribadi mereka kepada transaksi yang lebih formal.25 Dari pendapat Janet Holmes di atas, dapat disimpulkan latar belakang terjadinya campur kode yang pertama adalah partisipan, yaitu beberapa orang yang sedang berbicara, kemudian muncul seseorang dengan menggunakan bahasa lain, maka mereka akan mencampurkan kedua bahasa agar saling 25
Ibid, h. 42
24 mengerti maksud pembicaraan keduanya. Campur kode ini memiliki tujuan dan maksud tertentu. Kedua solidaritas, yaitu untuk menandakan seseorang dari kelompok tertentu. Ketiga status, yaitu karena kesenjangan sosial yang mengakibatkan pembicaraan semakin formal sehingga terjadinya campur kode. Nababan menyatakan latar belakang terjadinya campur kode adalah sebagai berikut: 1). Kesantaian penutur dan kebiasaan penutur dalam situasi informal, 2). Tidak ada ungkapan yang tepat dalam bahasa yang sedang dipakai, dan 3). Ingin memamerkan keterpelajarannya/ kedudukannya.26 Dari penjelasan Nababan di atas, latar belakang terjadinya campur kode yaitu yang pertama adalah kesantaian penutur, hal ini disebabkan santainya penutur ketika berbicara dengan lawan tutur, sehingga terjadinya campur kode ketika mengucapkan beberapa kata atau kalimat dalam menggunakan bahasa asing atau bahasa daerah, yang tidak menuntut harus menggunakan satu bahasa saja. Kedua adalah situasi informal, yaitu situasi yang tidak resmi seperti di pasar, rumah, sekolah, dan lain sebagainya yang tidak mengharuskan untuk menggunakan bahasa resmi sehingga seseorang bebas untuk menggunakan dua bahasa (bilingual). Ketiga adalah kebiasaan penutur, yaitu seseorang terbiasa menggunakan serpihan bahasa asing atau bahasa daerah karena bahasa tersebut sering diucapkan dalam kehidupan
sehari-hari,
dalam
pergaulan
di
lingkungan
masyarakat maupun di lingkungan dalam rumah. Terakhir, tidak ada ungkapan yang tepat untuk menggantikan bahasa yang sedang dipakai, maksudnya adalah seseorang memakai beberapa kata menggunakan bahasa Inggris atau bahasa daerah karena 26
Nababan. loc. cit.
25 tidak ada padanan kata yang tepat dalam bahasa Indonesia, sehingga penutur memakai beberapa serpihan bahasa asing atau bahasa daerah ketika berkomunikasi dengan lawan tuturnya. Dari beberapa pendapat di atas mengenai latar belakang terjadinya campur kode, peneliti menggunakan latar belakang terjadinya campur kode menurut Nababan yaitu kesantaian penutur, situasi informal, kebiasaan penutur, dan tidak ada ungkapan atau padanan kata yang tepat untuk menggantikan bahasa tersebut.
3.
Berbicara a.
Pengertian Berbicara Kemampuan seseorang dalam berbicara dapat dilihat melalui bahasa. Pentingnya bahasa sebagai alat komunikasi dan memperthatikan wujud bahasa itu sendiri, kita dapat membatasi pengertian bahasa adalah alat komunikasi antara anggota masyarakat berupa simbol bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia.27
Berbicara
merupakan
bentuk
kemampuan
komunikasi antar manusia dalam bentuk verbal. Gagasan yang ingin disampaikan seseorang kepada orang lain disampaikan melalui media berbicara. Berbicara merupakan kemampuan manusia yang tidak datang dengan sendirinya. Kemampuan berbicara ditunjang oleh berbagai faktor, dari mulai faktor imitasi terhadap lingkungan sekitar sampai pada faktor upaya pelatihan. Ujaran (speech) merupakan suatu bagian yang integral dari keseluruhan personalitas atau kepribadian, mencerminkan lingkungan
sang
pembicara,
kontak-kontak
sosial,
dan
pendidikannya. Berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan, 27
Gorys Keraf, Komposisi, (Jakarta: Nusa Indah, 1994), h. 1
26 menyatakan atau menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa berbicara merupakan suatu sistem tanda-tanda yang dapat didengar dan yang kelihatan yang memanfaatkan sejumlah otot dan jaringan otot tubuh manusia demi maksud dan tujuan gagasan-gagasan atau ide-ide yang dikomunikasikan. Pada hakikatnya, keterampilan berbicara merupakan keterampilan memproduksi arus sistem bunyi artikulasi untuk menyampaikan kehendak, kebutuhan perasaan, dan keinginan kepada orang lain.28Berbicara adalah beromong, bercakap, berbahasa mengutarakan isi pikiran, melisankan sesuatu yang dimaksudkan.29 Artinya, berbicara untuk mengutarakan pikiran dan sesuatu yang ingin disampaikan kepada orang lain. Jadi, dapat disimpulkan bahwa berbicara adalah bentuk komunikasi dengan menggunakan media bahasa dan proses penuangan gagasan dalam bentuk ujaran-ujaran.
b.
Batasan dan Tujuan Keterampilan Berbicara Tujuan utama dari berbicara adalah untuk berkomunikasi., agar dapat menyampaikan pikiran secara efektif, seyogyanyalah sang pembicara memahami makna segala sesuatu yang ingin dikomunikasikan. Pada dasarnya, berbicara mempunyai tiga maksud umum, yaitu: 1). Memberitahukan dan melaporkan (to inform); 2). Menjamu dan menghibur (to entertain); dan 3). Membujuk, mengajak, mendesak, dan meyakinkan (to persude).30
28
Iskandar Wassid, Strategi Pembelajaran Bahasa, (Bandung: Remaja, 2008), h.241. Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2008), h. 188. 30 Tarigan, op. cit., h. 17. 29
27 Jadi, dapat disimpulkan tiga maksud umum dalam berbicara melaporkan.
yang
pertama
Seseorang
adalah
berbicara
memberitahukan untuk
dan
memberitahukan
informasi atau melaporkan sesuatu kepada orang lain sehingga lawan tuturnya mengerti informasi yang disampaikan oleh penutur. Kedua, berbicara bertujuan untuk menjamu dan menghibur lawan tutur, maksudnya adalah memberikan suatu hidangan, suatu suguhan atau mempersilahkan kepada lawan tutur. Terakhir, berbicara untuk membujuk, mengajak, mendesak dan meyakinkan lawan tutur agar mengerti dan melaksanakan sesuatu yang diinginkan oleh penutur.
4.
Negosiasi Negosiasi memiliki peranan penting dalam kehidupan. Dalam menyelesaikan suatu permasalahan, terkadang muncul perbedaan pendapat dengan seseorang. Salah satu cara untuk menyatukan perbedaan tersebut adalah dengan melakukan negosiasi. Jadi, kemampuan negosiasi diperlukan untuk mencapai tujuan bersama. Secara umum, negosiasi dapat berlangsung di antara dua pihak yang memiliki kepentingan. Keinginan kedua pihak dinegosiasikan untuk mencapai keputusan yang saling menguntungkan. a.
Pengertian Negosiasi Negosiasi didefinisikan sebagai suatu bentuk interaksi sosial
untuk mengompromikan keinginan yang berbeda ataupun yang bertentangan. Negosiasi juga dapat diartikan sebagai upaya untuk mencapai suatu kesepakatan melalui suatu bentuk diskusi atau percakapan. Negosiasi adalah proses penetapan keputusan secara bersama antara beberapa pihak yang memiliki keinginan berbeda. Negosiasi merupakan suatu cara untuk menetapkan keputusan yang
28 dapat disepakati oleh dua pihak atau lebih untuk mencapai kepuasan pihak-pihak yang berkepentingan.31 Negosiasi merupakan bentuk interaksi sosial yang terdiri dari dua orang atau lebih untuk menetapkan suatu keinginan dan berujung pada kesepakatan di antara keduanya. Negosiasi dikatakan berjalan dengan baik apabila kedua pihak tidak ada yang merasa dirugikan. Negosiasi adalah bentuk interaksi sosial yang berfungsi untuk mencapai kesepakatan di antara pihak-pihak yang mempunyai kepentingan
berbeda.32
Dalam
negosiasi,
seseorang
memiliki
kepentingan berbeda. Misalnya seorang mahasiswa ingin membeli buku untuk keperluan perkuliahannya, sedangkan penjual, menjual buku untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Keduaya melakukan negosiasi jual beli. Si pembeli menawar dengan harga yang diinginkannya, tetapi si penjual tetap mempertahankan harga jualnya. Akhirnya mereka mengambil jalan tengah agar harga tersebut sesuai oleh keduanya dan tidak ada pihak yang merasa dirugikan. Gary Goodpaster mengungkapkan bahwa negosiasi adalah proses bekerja untuk mencapai suatu perjanjian dengan pihak lain, suatu proses interaksi dan komunikasi yang sama dinamis dan variasinya, serta halus dan bernuansa, sebagaimana keadaan atau yang dapat dicapai orang.33 Artinya, negosiasi dilakukan agar suatu perjanjian dengan orang lain tercapai dengan baik dan kedua belah pihak mencapai kesepakatan bersama. Colin Robinson menyatakan, negosiasi adalah suatu kecakapan tertentu yang dapat diterapkan dalam setiap kesempatan. Negosiasi merupakan sarana kedua belah pihak yang mempunyai minat dalam masalah finansil dan hasil yang memuaskan dalam diskusi. Maksud negosiasi umumnya adalah untuk membujuk pihak lawan agar sedikit bergeser dari tujuan mereka. Setelah masing31
Engkos Kosasih, Cerdas Berbahasa Indonesia untuk SMA/ MA Kelas X, (Jakarta: Erlangga, 2013), h. 164-165. 32 Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, Bahasa Indonesia Ekspresi Diri dan Akademik, (Jakarta: Politeknik Negeri Media Kreatif, 2013), h. 134. 33 Gary Goodpaster, Panduan Negosiasi dan Mediasi, (Jakarta: Proyek ELIPS, 1999), h. 1.
29 masing bergeser dari posisi mereka, mereka akan berada dalam posisi baru, maka masing-masing pihak akan mencoba meraih tujuan baru, baik yang lebih baik maupun yang lebih buruk dari tujuan semula.34 Maksudnya, setiap orang memiliki keinginan, tujuan dan keperluan yang berbeda. Negoasiasi dilakukan agar kedua belah pihak tidak ada yang merasa dirugikan, sehingga keduanya mencapai kesepakatan bersama. Jadi, negosiasi adalah interaksi sosial atau tawar-menawar antara kedua belah pihak untuk mencapai kesepakatan bersama.
b.
Struktur Negosiasi Ada beberapa struktur dalam bernegosiasi, di antaranya: 1). Negosiator 1 menyampaikan maksudnya. 2). Negosiator 2 menyanggah dengan alasan tertentu. 3). Negosiator 1 mengemukakan argumentasi untuk mempertahankan tujuan awalnya untuk disetujui negosiator 2. 4). Negosiator 2 kembali mengemukakan penolakan dengan alasan tertentu pula. 5). Terjadinya kesepakatan.35 Dalam melakukan negosiasi, negosiator 1 harus menyampaikan maksudnya terlebih dahulu agar orang lain mengerti. Kemudian negosiator 2 menyanggah apabila hal tersebut kurang berkenan bagi dirinya. Negosiator 1 berhak mempertahankan argumennya agar disetujui oleh negosiator tetapi negosiator 2 pun berhak untuk menolak apabila memiliki alasan yang kuat terhadap penolakan tersebut. Terakhir, keduanya mencari jalan keluar agar memperoleh kesepakatan bersama yaitu dengan mengambil jalan tengah di antara keinginan keduanya.
34 35
Colin Robinson, Bagaimana Memenangkan Negosiasi, (Jakarta: Gunung Mulia, 1993), h. 4-5. Kosasih. loc. cit.
30
B.
Penelitian yang Relevan Penelitian tentang bahasan campur kode sebagai bahan panduan, peneliti mengacu pada penelitian skripsi Rini Maryani mahasiswa Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, (2011), berjudul “Analisis Campur Kode dalam Novel Ketika Cinta Bertasbih Karya Habiburrahman El Shirazy” untuk meneliti campur kode bahasa asing (Arab dan Inggris). Perbedaan penelitian Rini Maryani dengan skripsi ini yaitu peneliti melakukan penelitian tentang campur kode bahasa daerah dan bahasa asing melalui ujaran pada siswa SMA Negeri 87 Jakarta. Tahun penelitian yang dilakukan Rini Maryani yaitu 2011, sedangkan peneliti melakukan penelitian pada tahun 2014. Skripsi Annisa Ramadhani mahasiswa Universitas Indonesia, (2011), yang berjudul “Campur Kode Bahasa Indonesia-Bahasa Inggris dalam Acara Welcome to BCA di Metro TV”. Penelitian yang dilakukan saudari Annisa Ramadhani, yaitu mengidentifikasi jenis campur kode dan unsurunsur bahasa Inggris yang masuk dalam ujaran. Perbedaan penelitian Annisa Ramadhani dengan skripsi ini yaitu peneliti melakukan penelitian campur kode bentuk bahasa dialog lisan yang diujarkan oleh siswa SMA Negeri 87 Jakarta bahasan campur kode bahasa daerah dan bahasa asing. Tahun penelitian yang dilakukan Annisa Ramadhani yaitu 2011, sedangkan peneliti melakukan penelitian pada tahun 2014. Skripsi Ratna Maulidini mahasiswa Universitas Diponegoro Fakultas Sastra, (2007), yang berjudul “Campur kode sebagai Strategi Komunikasi Costumer Service (Studi kasus Nokia Care Center Bimasakti Semarang)”, penelitian yang dilakukan saudari Maulidini berupa studi kasus, yaitu campur kode bentuk dialog lisan berupa bahasan campur kode yang berkaitan dengan istilah pada telepon seluler yang dilakukan oleh para Costumer Service kepada para calon pelanggan Nokia.
31 Perbedaan penelitian Ratna Maulidini dengan skripsi ini yaitu peneliti melakukan penelitian dengan menggunakan subjek siswa kelas X SMA Negeri 87 Jakarta. Tahun penelitian yang dilakukan Ratna Maulidini yaitu 2007, sedangkan peneliti melakukan penelitian pada tahun 2014.
BAB III PEMBAHASAN
A.
Gambaran Umum SMA Negeri 87 Jakarta 1.
Profil Sekolah VISI: Unggul dalam prestasi, menguasai IPTEK berdasarkan IMTAQ, berbudi luhur dan berkarakter kebangsaan yang kuat.
MISI: a. Meningkatkan pengembangan isi kurikulum. b.Meningkatkan pengembangan tenaga pendidik dan kependidikan c. Meningkatkan standar proses d. Meningkatkan pengembangan fasilitas sekolah e. Meningkatkan standar kelulusan f. Meningkatkan mutu kelembagaan dan manajemen g. Mengembangkan standar pembiayaan pendidikan h. Mengembangkan standar penilaian
Nama Sekolah
: SMA Negeri 87 Jakarta
Alamat
: Jl. Mawar II - Desa/Kelurahan Bintaro
Kecamatan
: Pesanggrahan
Kabupaten / Kota
:
Provinsi
: DKI Jakarta
Kode Pos
: 12330
Telepon
: 73881969
Fax
: 73887855
e-Mail
:
[email protected]
Situs Web
: www.sman87jakarta.sch.id
32
Jakarta Selatan
33 2.
Pengajar dan Karyawan SMA Negeri 87 Jakarta NO
NAMA GURU
BIDANG STUDI
1
Drs. E. Awaluddin, M.Pd.
Sosiologi
2
DR. Kidam, MS. Ed.
Bahasa Inggris
3
Dra. Hj. Siti Zahrotunisa, MM.
Ekonomi/Akuntansi
4
Dra. Hermastuti MR.
Biologi
5
Drs. Basuki Prayitno
Biologi
6
Drs. H. Salimin
Pendidikan Agama Islam
7
Dra. Mariam Rosita Pepe
Bahasa Indonesia
8
Drs. Sudarto, MM.
Geografi
9
Drs. Kukuh Hadi Sasmito, MM.
BK
10
Tuti Robiatul Hasanah, S.Pd
BK
11
Dra. Hj. Ratih
Kimia
12
Dra. Irdawati
Matematika
13
Hambali, S. Pd.
Sejarah
14
Dra. Bakti Utami
Sosiologi
15
Hj. Dwi Waluyanti, S. Pd.
Kimia
16
Budi Hartana, S. Pd.
Penjaskes
17
Dra. Nurdiati
Pendidikan Agama Islam
18
Ma‟mum, S. Pd.
Bahasa Indonesia
19
Drs. Supardi
PKn
20
H. Dadi Supriadi, S.Pd
PKn
21
Dra. Hj. Yetti Husna
Geografi
22
Dra. Rista Nababan
PKn
23
Hj. Winarti, S. Pd., MM
Matemtika
24
Padli, SH., S. Pd.
Pendidikan Seni Musik
25
Nuryanto, S. Pd., MM.
Bahasa Inggris
26
Ahmad Junaidi, S. Pd.
Mulok Elektronika
27
Hj. Erwati, S. Pd.
Bahasa Inggris
28
Setyo Warjanto, S. Pd.
Fisika
29
Suhadi, S. Pd.
Matematika
30
Siti Komariyah, S. Pd.
Fisika
31
Agus Heri, SE., MM.
Ekonomi / Akuntansi
32
Widarti, S. Pd.
Bahasa Indonesia
33
Eko Ardiawati, S. Pd.
Bahasa Inggris
34
Rosintan P., S. Th.
Pendidikan Agama Kristen
35
Dra. Sundus Elly
Bahasa Indonesia
36
Supadi, S.Pd
Ekonomi / Kewirausahaan
37
Suprayitno, S. Kom.
TIK
38
Nurhayati, S. Pd., M. Pd.
Kimia Lingkungan Mulok (KLM)
39
Irma Rianti Dewi, S. Pd.
BK
40
Amy zahrawan
Pendidikan Seni Budaya
41
Melani, S. Kom.
TIK
42
Suprapti, S.Pd
Matematika
43
Asih Widayati, S. Pd.
Bahasa Jerman
44
Yuni Astuti, S. Pd.
Bahasa Inggris
45
Ummu Sahlah, S. Pd.
Bahasa Jerman
46
M. Suhfan, S. Pd.
Penjaskes
47
Jimmi, S. Pd.
Sejarah
48
Ivan Herdiansyah, S.Pd
BK
35 B.
Klasifikasi Wujud Campur Kode Dari hasil transkripsi negosiasi siswa, peneliti mengklasifikasikan wujud campur kode yang telah ditemukan dalam negosiasi siswa kelas X IPA 2 SMA Negeri 87 Jakarta dengan paparan sebagai berikut:
Tabel 3.1 Klasifikasi Wujud Campur Kode Negosiasi Kelompok 1 Kelas X IPA 2 SMA Negeri 87 Jakarta Tahun Pelajaran 2013/2014 No.
Data
Analisis Kata
Frasa
Klausa
Singkatan Kalimat
Idiom
√
1.
Hp
2.
Handphone
√
3.
Mbak
√
4.
Falling in Love
5.
Mas
√
6.
Deal
√
√
Tabel 3.2 Klasifikasi Wujud Campur Kode Negosiasi Kelompok 2 Kelas X IPA 2 SMA Negeri 87 Jakarta Tahun Pelajaran 2013/2014 No.
Data
Analisis Kata
1.
Sis
√
2.
Sweater
√
Frasa
Klausa Singkatan Kalimat
Idiom
36 Tabel 3.3 Klasifikasi Wujud Campur Kode Negosiasi Kelompok 3 Kelas X IPA 2 SMA Negeri 87 Jakarta Tahun Pelajaran 2013/2014 No.
Data
Analisis Kata
Frasa
Klausa
Singkatan
Kalimat
Idiom
√
1.
Tv
2.
Pancake
3.
RAM
√
4.
GB
√
5.
Notebook
√
6.
Deal
√
√
Tabel 3.4 Klasifikasi Wujud Campur Kode Negosiasi Kelompok 4 Kelas X IPA 2 SMA Negeri 87 Jakarta Tahun Pelajaran 2013/2014 No.
Data
Analisis Kata
1.
Mbak
√
2.
Mas
√
Frasa
Klausa
Singkatan
Kalimat
Idiom
Tabel 3.5 Klasifikasi Wujud Campur Kode Negosiasi Kelompok 5 Kelas X IPA 2 SMA Negeri 87 Jakarta Tahun Pelajaran 2013/2014 No.
Data
Analisis Kata
1.
Mas
√
Frasa
Klausa
Singkatan
Kalimat
Idiom
37 Tabel 3.6 Klasifikasi Wujud Campur Kode Negosiasi Kelompok 6 Kelas X IPA 2 SMA Negeri 87 Jakarta Tahun Pelajaran 2013/2014 No.
Data
Analisis Kata
1.
Ape
√
2.
Ade
√
3.
La mahal
√
4.
Alamak
√
5.
Atuh neng
6.
Aya jeruk teu
Frasa
Klausa
Singkatan
Kalimat
√ √
kang? √
7.
Aya atuh
8.
Sabaraha atuh
√
sakilona? 9.
√
Dalapan ribu sakilona, bonus biji jeung kulitna, dapet karesek pula √
10.
Atuh
11.
Nini jeung aki
12.
Nini teh
13.
Meserna
√ √ √
sabaraha kilo? 14.
Teu
√
bisa
dikurang atuh kang? 15.
teu aya
√
Idiom
16.
Kurangin
√
17.
Palingan
√
18.
Kang
√
19.
Teu
√
20.
Jerukna
√
21.
Sami-sami
√
Tabel 3.7 Klasifikasi Wujud Campur Kode Negosiasi Kelompok 7 Kelas X IPA 2 SMA Negeri 87 Jakarta Tahun Pelajaran 2013/2014 No.
Data
Analisis Kata
1.
Frasa
Klausa
Singkatan
Kalimat
Idiom
√
Club
Tabel 3.8 Klasifikasi Wujud Campur Kode Negosiasi Kelompok 8 Kelas X IPA 2 SMA Negeri 87 Jakarta Tahun Pelajaran 2013/2014 No.
Data
Analisis Kata
1.
Internet
2.
Mas
3.
Best seller
4.
List-nya
5.
DHL
Frasa
Klausa
Singkatan √
√ √ √ √
Kalimat
Idiom
39 Tabel 3.9 Klasifikasi Wujud Campur Kode Negosiasi Kelompok 9 Kelas X IPA 2 SMA Negeri 87 Jakarta Tahun Pelajaran 2013/2014 No.
Data
Analisis Kata
1.
Mbak
√
2.
Mas
√
3.
Sorry
√
Frasa
Klausa
Singkatan
Kalimat
Idiom
Tabel 3.10 Klasifikasi Wujud Campur Kode Negosiasi Kelompok 11 Kelas X IPA 2 SMA Negeri 87 Jakarta Tahun Pelajaran 2013/2014 No.
Data
Analisis Kata
Frasa
Klausa
Singkatan
1.
Internet
√
2.
DP
√
Kalimat
Idiom
Tabel 3.11 Klasifikasi Wujud Campur Kode Negosiasi Kelompok 12 Kelas X IPA 2 SMA Negeri 87 Jakarta Tahun Pelajaran 2013/2014 No.
Data
Analisis Kata
Frasa
Klausa Singkatan
√
1.
Handphone
2.
Hp
3.
Mbak
√
4.
Mas
√
5.
Second
√
√
Kalimat
Idiom
40 Berdasarkan tabel tersebut, terdapat 54 campur kode dialog dari kelompok 1 sampai kelompok 12. Dari 54 campur kode yang ada, terdapat 23 campur kode bahasa Inggris, 10 campur kode bahasa Jawa, 15 campur kode bahasa Sunda, 2 campur kode bahasa Betawi, 3 campur kode bahasa Malaysia, dan 1 campur kode bahasa Medan. Selanjutnya dari 54 data campur kode yang ada, sebanyak 23 campur kode dengan bahasa Inggris berupa 12 campur kode dalam wujud kata, 1 campur kode dalam wujud frasa, 9 campur kode dalam wujud singkatan, 1 campur kode dalam wujud idom. Lalu,
10 campur kode bahasa Jawa
berwujud kata. 15 campur kode bahasa Sunda, 6 berwujud kata, 4 berwujud frasa, dan 5 berwujud kalimat. Selanjutnya, 2 campur kode bahasa Betawi berwujud kata, 3 campur kode bahasa Malaysia berwujud kata, dan
1
campur kode bahasa Medan berwujud kata.
C.
Analisis Data Analisis data berdasarkan tabel tersebut sebagai berikut: 1.
Analisis wujud campur kode kelompok 1 pada negosiasi tahun pelajaran 2013/2014 a. Analisis Wujud Campur Kode Kata 1). Handphone Peristiwa campur kode dijumpai pada kata handphone dengan kutipan sebagai berikut: : “Mau beli handphone apa?” : “Hmm saya mau beli handphone dong.” : “Handphone apa mba?” : “Handphone apa ya? Bagus-bagus ya modelnya. Jadi bingung saya. Milih handphone aja saya bingung apalagi milih doi.” Peristiwa campur kode yang terjadi pada kata handphone Nina Pridiska Nina Pridiska
tersebut merupakan campur kode dialog. Campur kode kata handphone merupakan peristiwa campur kode keluar (ekstern code-mixing) karena kata handphone berasal dari bahasa asing
41 yaitu bahasa Inggris. Handphone berasal dari dua kata yaitu hand dan phone. Hand memiliki arti „tangan/genggam‟, sedangkan phone memiliki arti „telepon‟. Jadi, handphone berarti „telepon genggam‟
yang berfungsi
sebagai
alat
komunikasi dengan antena tanpa kabel yang dapat dibawa kemana-mana. Walaupun terdiri dari dua kata namun penulisan kata handphone harus ditulis gabung karena kata tersebut dikenal dengan istilah kata majemuk. Kelas kata yang terdapat dalam kata handphone adalah kelas kata nomina dan pada dialog “Hmm saya mau beli handphone dong” terdapat kelas kata ketegori fatis pada kata „dong‟ yang digunakan untuk menghaluskan perintah. Maksud dari dialog pertama pada kata handphone yaitu seorang penjual menanyakan kepada pembeli pertama tentang merek telepon genggam yang akan dibeli. Dialog
kedua,
pembeli
kedua
memberitahukan
maksud
kedatangannya ke toko tersebut untuk membeli telepon genggam. Dialog ketiga, penjual menanyakan kepada pembeli kedua tentang merek telepon genggam yang akan dibeli, kemudian dialog keempat, seorang pembeli kedua bermaksud untuk memberitahukan kepada penjual bahwa ia bingung untuk membeli telepon genggam merek lain. Latar belakang terjadinya campur kode pada kata handphone yaitu kesantaian dan kebiasaan penutur ketika berbicara dalam situasi informal. Fungsi campur kode dalam dialog
tersebut
adalah
kebutuhan
kosakata,
penutur
menyebutkan benda umum yang biasa digunakan dalam kehidupan sehari-hari, sehingga lawan bicara mengerti maksud dan maknanya dalam sendirinya. Batasan dan tujuan berbicara menggunakan kata handphone yaitu untuk memberitahukan dan melaporkan kepada lawan tutur tentang sesuatu yang dimaksud, misalnya si pembeli memberitahukan kepada penjual maksud
42 kedatangannya di toko tersebut, begitu juga dengan penjual yang hendak melaporkan kepada pembeli merek apa yang akan dibeli. Struktur dan kaidah negosiasi berjalan dengan baik melalui kompromi hingga mencapai kesepakatan harga di antara keduanya . 2). Mbak Peristiwa campur kode dijumpai pada kata mbak dengan kutipan sebagai berikut: Vega : “Selamat siang mbak.” Vega : “Kira-kira yang bagus apa ya mbak?” Vega : “Yah mbak, saya uangnya kurang nih mbak.” Vega : “Oh iya mbak. Ya udah deh mbak, 2.000.000 ya.” Vega : “Nih mbak, itung dulu duitnya.” Vega : “Iya. makasih mbak.” Peristiwa campur kode yang terjadi pada kata mbak tersebut merupakan campur kode dialog. Campur kode kata mbak merupakan peristiwa campur kode ke dalam (intern codemixing) karena kata mbak berasal dari bahasa daerah yang terdapat di wilayah Republik Indonesia, yaitu bahasa Jawa. Kata mbak memiliki arti „kata sapaan terhadap wanita yang dianggap lebih tua‟ yang berfungsi sebagai panggilan untuk wanita. Kata mbak termasuk ke dalam kelas kata nomina. Maksud kata mbak tersebut adalah untuk menyapa seorang penjual di toko. Latar belakang terjadinya campur kode pada kata mbak yaitu kesantaian dan kebiasaan penutur ketika berbicara dalam situasi informal. Fungsi campur kode tersebut adalah penutur sebagai pembeli (Vega dan Pridiska) menghormati lawan tuturnya sebagai penjual (Nina). Batasan dan tujuan berbicara adalah untuk menyapa seseorang jika tidak menyebutkan atau tidak mengetahui namanya. Struktur dan kaidah negosiasi berjalan dengan baik melalui kompromi hingga mencapai kesepakatan harga di antara keduanya.
43 3). Mas Peristiwa campur kode dijumpai pada kata mas dengan kutipan sebagai berikut: : “Ini bukannya kaya yang mas-mas tadi ya?” : “Iya, mas-mas tadi juga beli sama. Soalnya ini yang terbaru mba.” Pridiska : “Tapi saya denger sama mas-mas yang tadi harganya Rp 2.000.000. Masa sama cowo Rp 2.000.000 sama cewe mahalan.” Nina : “Yaudah deh, karena mba udah dengar tadi negosiasi saya sama mas tadi, boleh lah saya kasih Rp 2.000.000.” Peristiwa campur kode yang terjadi pada kata mas tersebut Pridiska Nina
merupakan campur kode dialog. Campur kode kata mas merupakan peristiwa campur kode ke dalam (intern codemixing) karena kata mas berasal dari bahasa daerah yang terdapat di wilayah Republik Indonesia, yaitu bahasa Jawa. Kata mas memiliki arti „kata sapaan terhadap laki-laki yang dianggap lebih tua‟ yang berfungsi sebagai panggilan untuk laki-laki. Kata mas termasuk ke dalam kelas kata nomina. Maksud kata mas dari dialog tersebut adalah untuk menyebutkan seorang pembeli pertama yang tidak disebutkan namanya. Latar belakang terjadinya campur kode pada kata mas yaitu kesantaian dan kebiasaan penutur ketika berbicara dalam situasi informal. Fungsi campur kode tersebut adalah penutur (Pridiska dan Nina) mencari jalan termudah menyampaikan maksud. Batasan dan tujuan berbicara adalah untuk menyapa seseorang jika tidak menyebutkan atau tidak diketahui namanya. Struktur dan kaidah negosiasi berjalan dengan baik melalui kompromi hingga mencapai kesepakatan harga di antara keduanya.
44 4). Deal Peristiwa campur kode dijumpai pada kata deal dengan kutipan sebagai berikut: Pridiska
: “Baik. Ini deal ya 2.000.000?”
Peristiwa campur kode yang terjadi pada kata deal tersebut merupakan campur kode dialog. Campur kode kata deal merupakan peristiwa campur kode keluar (ekstern code-mixing) karena kata deal berasal dari bahasa asing yaitu bahasa Inggris. Kata deal memiliki arti „perjanjian‟ yang berarti kesepakatan perjanjian jual-beli di antara keduanya. Kata deal termasuk ke dalam kelas kata verba. Maksud dari dialog tersebut adalah setelah melalui tawar-menawar, pembeli melakukan perjanjian harga kepada penjual bahwa harga yang ditentukan adalah Rp 2.000.000. Latar belakang terjadinya campur kode pada kata deal yaitu kesantaian dan kebiasaan penutur dalam mengucapkan bahasa asing. Fungsi campur kode tersebut adalah penutur sebagai pembeli (Pridiska) mempertegas maksud tuturan kepada lawan tutur sebagai penjual (Nina). Batasan dan tujuan berbicara menggunakan kata deal yaitu untuk memberitahukan dan melaporkan kepada lawan tutur tentang perjanjian yang telah disepakati keduanya, misalnya dalam dialog di atas pembeli mengucapkan kata deal kepada penjual untuk menetapkan perjanjian harga yang telah disepakati. Struktur dan kaidah negosiasi berjalan dengan baik melalui kompromi hingga mencapai kesepakatan harga di antara keduanya.
45 b. Analisis Wujud Campur Kode Singkatan 1). Hp Peristiwa campur kode dijumpai pada singkatan hp dengan kutipan sebagai berikut: : “Ini biasa, saya mau membeli hp.” : “Ini mah kaya hp anak saya nih. Ini kayaknya bagus nih. Ini berapaan nih?” Peristiwa campur kode yang terjadi pada singkatan hp
Vega Vega
tersebut merupakan campur kode dialog. Campur kode pada singkatan hp merupakan peristiwa campur kode keluar (ekstern code-mixing) sebab hp merupakan singkatan yang berasal dari bahasa Inggris, dari singkatan handphone yang artinya telepon genggam. Latar belakang terjadinya campur kode pada singkatan hp yaitu kesantaian dan kebiasaan penutur dalam menggunakan bahasa asing sehingga lebih sering mengucapkan hp untuk mempersingkat pengucapan kata handphone. Fungsi campur kode terebut adalah kebutuhan kosakata, penutur menyebutkan benda umum yang biasa digunakan dalam kehidupan sehari-hari, sehingga lawan bicara mengerti maksud dan maknanya dengan sendirinya.
Batasan
dan
tujuan
berbicara
menggunakan
singkatan hp yaitu untuk memberitahukan dan melaporkan kepada penjual bahwa pembeli ingin membeli telepon genggam dan memberitahukan kepada penjual bahwa telepon genggam yang ditunjukkan oleh penjual tersebut sama dengan telepon genggam milik anaknya. Struktur dan kaidah negosiasi berjalan dengan baik melalui kompromi hingga mencapai kesepakatan harga di antara keduanya.
46 c. Analisis Wujud Campur Kode Idiom 1). Falling in Love Peristiwa campur kode dalam wujud idiom terdapat pada idiom falling in love dengan kutipan sebagai berikut: : “Yah, saya maunya yang ini. Saya sudah falling in love sama yang ini.” Peristiwa campur kode yang terjadi pada idiom falling in
Pridiska
love tersebut merupakan campur kode dialog. Campur kode idiom falling in love merupakan peristiwa campur kode keluar (ekstern code-mixing) sebab idiom falling in love berasal dari bahasa Inggris yang artinya jatuh cinta. Sementara itu, dalam kutipan dialog di atas falling in love yang berarti jatuh cinta pada suatu telepon genggam yang akan dibeli. Artinya, seorang pembeli sudah sangat tertarik pada telepon genggam tersebut sehingga ia akan membelinya. Latar belakang terjadinya campur kode pada idiom falling in love yaitu kesantaian dan kebiasaan penutur ketika berbicara dalam situasi informal. Fungsi campur kode tersebut adalah penutur (Pridiska) menunjukkan keterpelajaran di depan lawan tuturnya (Nina). Batasan dan tujuan berbicara menggunakan idiom falling in love yaitu untuk memberitahukan dan melaporkan kepada penjual bahwa si pembeli sudah sangat tertarik atau jatuh cinta kepada telepon genggam tersebut. Struktur dan kaidah negosiasi berjalan dengan baik melalui kompromi hingga mencapai kesepakatan harga di antara keduanya.
47 2.
Analisis Wujud Campur Kode Kelompok 2 pada Negosiasi Tahun Pelajaran 2013/2014 a. Analisis Wujud Campur Kode Kata 1). Sis Peristiwa campur kode dijumpai pada kata sis dengan kutipan sebagai berikut: Hanum : “Kaos lengan panjangnya ada, Sis?” Hanum : “Ya udah. Eh ini sweaternya lucu, Vin.” “Eh Sis, berapaan?” Peristiwa campur kode yang terjadi pada kata sis tersebut merupakan campur kode dialog. Campur kode kata sis merupakan peristiwa campur kode ke luar (ekstern code-mixing) karena kata sis berasal dari bahasa Inggris. Kata sis memiliki arti „kata sapaan terhadap wanita yang lebih muda/tua‟ yang berfungsi sebagai panggilan untuk wanita. Kata sis termasuk ke dalam kelas kata nomina. Maksud kata sis dari dialog tersebut adalah untuk menyapa seorang penjual di toko. Latar belakang terjadinya campur kode pada kata sis yaitu kesantaian dan kebiasaan penutur ketika berbicara dalam situasi informal. Fungsi campur kode tersebut adalah penutur sebagai pembeli (Hanum dan Vintha) menghormati lawan tuturnya (Almira). Batasan dan tujuan berbicara adalah untuk menyapa seseorang jika tidak menyebutkan atau tidak mengetahui namanya. Struktur dan kaidah negosiasi berjalan dengan baik melalui kompromi hingga mencapai kesepakatan harga di antara keduanya . 2). Sweater Peristiwa campur kode dijumpai pada kata sweater dengan kutipan sebagai berikut: Hanum Hanum
: “Ya udah. Eh ini sweaternya lucu, Vin.” “Eh sis, berapaan?” : “Tapi, mending sweater aja deh Vin, soalnya lebih murah.”
48 Peristiwa campur kode yang terjadi pada kata sweater tersebut merupakan campur kode dialog. Campur kode kata sweater merupakan peristiwa campur kode keluar (ekstern codemixing) karena kata sweater berasal dari bahasa asing yaitu bahasa Inggris. Kata sweater memiliki arti „kemeja dari wol‟ yang berfungsi sebagai pakaian yang terbuat dari bahan wol (rajut). Kata sweater termasuk ke dalam kelas kata nomina. Maksud dari dialog tersebut adalah Vintha dan Hanum berkompromi untuk membeli antara kaos lengan panjang atau sweater yang ingin dipakai untuk acara besok. Ketika mereka melihat-lihat pakaian di butik tersebut, Hanum menemukan sweater yang lucu sehingga ia ingin membelinya. Latar belakang terjadinya campur kode pada kata sweater yaitu tidak ada ungkapan yang tepat dalam bahasa yang sedang dipakai. Seseorang akan menyebutkan sweater karena dalam bahasa Indonesia tidak ada padanan kata atau sinonimnya. Fungsi campur kode tersebut adalah kebutuhan kosakata, penutur menyebutkan benda umum yang digunakan dalam kehidupan (pakaian), sehingga lawan bicara mengerti maksud dan maknanya dengan sendirinya. Batasan dan tujuan berbicara menggunakan kata sweater yaitu untuk memberitahukan dan membujuk lawan tutur tentang sesuatu yang dimaksud, misalnya Hanum memberitahukan kepada Vintha bahwa ada pakaian berbahan dari wol yang lucu dengan harga yang lebih murah dan membujuk Vintha untuk memilih sweater, kemudian pembeli menanyakan kepada penjual harga pakaian tersebut. Struktur dan kaidah negosiasi berjalan dengan baik melalui kompromi hingga mencapai kesepakatan harga di antara keduanya.
49 3.
Analisis Wujud Campur Kode Kelompok 3 pada Negosiasi Tahun Pelajaran 2013/2014 a. Analisis Wujud Campur Kode Kata 1). Pancake Peristiwa campur kode dijumpai pada kata pancake dengan kutipan sebagai berikut: Ibu : “Ya sudah, Ibu sudah membuatkanmu Pancake. Segera dimakan lah sebelum itu dingin.” Peristiwa campur kode yang terjadi pada kata pancake tersebut merupakan campur kode dialog. Campur kode kata pancake merupakan peristiwa campur kode keluar (ekstern codemixing) karena kata pancake berasal dari bahasa asing yaitu bahasa Inggris. Kata pancake memiliki arti „kue dadar‟ yang berfungsi sebagai sebutan untuk suatu makanan yang ada di luar Indonesia. Kata pancake termasuk ke dalam kelas kata nomina. Maksud dari dialog tersebut adalah seorang ibu memberitahu anaknya bahwa ia telah membuat kue dadar dan menyuruh anaknya untuk segera memakan kue buatannya sebelum dingin. Latar belakang terjadinya campur kode pada kata pancake yaitu tidak ada ungkapan yang tepat dalam bahasa yang sedang dipakai karena pancake merupakan sebutan untuk nama kue khas dari negara luar Indonesia, jadi orang Indonesia menyebut kue tersebut dengan nama pancake bukan dengan sebutan „kue dadar‟. Fungsi campur kode tersebut adalah kebutuhan kosakata karena kata tersebut sudah umum digunakan dan tidak ada padanan kata yang tepat dalam bahasa Indonesia. Batasan dan tujuan berbicara menggunakan kata pancake yaitu untuk memberitahukan dan menjamu kepada lawan tutur tentang sesuatu yang dimaksud, misalnya seorang ibu memberitahukan kepada anaknya bahwa ia telah membuat kue dan menjamu anaknya untuk memakan kue buatannya. Struktur dan kaidah negosiasi berjalan dengan baik
50 melalui kompromi hingga mencapai kesepakatan perjanjian hadiah di antara keduanya . 2). Notebook Peristiwa campur kode dijumpai pada kata notebook dengan kutipan sebagai berikut: : “Oh kalo yang ini notebook. Kalo notebook harganya lebih murah. Ini I5 juga sama seperti yang disampingnya. Cuma karena ini notebook, harganya lebih murah kira-kira Rp 4.000.000.” Peristiwa campur kode yang terjadi pada kata notebook Penjual
tersebut merupakan campur kode dialog. Campur kode kata notebook merupakan peristiwa campur kode keluar (ekstern codemixing) karena kata notebook berasal dari bahasa asing yaitu bahasa Inggris. Kata notebook memiliki makna yang sama seperti laptop yang berfungsi sebagai komputer pribadi yang dapat dibawa-bawa tetapi memiliki layar yang agak kecil dibandingkan dengan laptop, yaitu 10 atau 11 inci. Kata notebook termasuk ke dalam kelas kata nomina. Maksud dari dialog tersebut yaitu penjual memberitahukan kepada pembeli tentang spesifikasi notebook dan harganya yang lebih murah dari laptop. Latar belakang terjadinya campur kode pada kata notebook yaitu tidak ada ungkapan yang tepat dalam bahasa yang sedang dipakai, sehingga perlu memakai kata notebook. Fungsi campur kode tersebut adalah kebutuhan kosakata karena kata tersebut sudah umum digunakan dan tidak ada padanan kata yang tepat dalam
bahasa
Indonesia.
Batasan
dan
tujuan
berbicara
menggunakan kata notebook yaitu untuk memberitahukan dan melaporkan kepada lawan tutur tentang sesuatu yang dimaksud, misalnya penjual memberitahu kepada Peter tentang spesifikasi dan harga notebook tersebut. Struktur dan kaidah negosiasi berjalan dengan baik melalui kompromi hingga mencapai kesepakatan harga di antara keduanya.
51 3). Deal Peristiwa campur kode dijumpai pada kata Deal dengan kutipan sebagai berikut: Penjual : “Saya cek dulu ya.” “Ya, cukup uangnya Bu. Jadi, Anda setuju membeli ini. Deal?” Ibu : “Deal.” Peristiwa campur kode yang terjadi pada kata deal tersebut merupakan campur kode dialog. Campur kode kata deal merupakan peristiwa campur kode keluar (ekstern code-mixing) karena kata Deal berasal dari bahasa asing yaitu bahasa Inggris. Kata Deal memiliki arti „perjanjian/sepakat‟ yang berarti kesepakatan perjanjian jual-beli di antara keduanya. Kata deal termasuk ke dalam kelas kata verba. Maksud dari dialog tersebut adalah setelah melalui tawar-menawar, penjual dan pembeli melakukan perjanjian bahwa harga yang ditentukan adalah Rp 4.500.000. Latar belakang terjadinya campur kode pada kata deal yaitu kesantaian dan kebiasaan penutur dalam menggunakan bahasa asing. Fungsi campur kode tersebut adalah penutur (penjual) mempertegas maksud tuturan kepada lawan tutur (ibu). Batasan dan tujuan berbicara menggunakan kata deal yaitu untuk memberitahukan dan melaporkan kepada lawan tutur tentang perjanjian yang telah disepakati keduanya, misalnya dalam dialog di atas pembeli mengucapkan kata deal kepada penjual untuk menetapkan perjanjian harga yang telah disepakati. Struktur dan kaidah negosiasi berjalan dengan baik melalui kompromi hingga mencapai kesepakatan harga di antara keduanya.
52 b. Analisis Wujud Campur Kode Singkatan 1). TV Peristiwa campur kode dijumpai pada singkatan TV dengan kutipan sebagai berikut: : “Sedang apa kamu Peter? Tumben, biasanya kamu kan nonton doraemon di TV.” Peristiwa campur kode yang terjadi pada singkatan TV Ibu
tersebut merupakan campur kode dialog. Campur kode singkatan TV merupakan peristiwa campur kode keluar (ekstern code-mixing) sebab TV merupakan singkatan yang berasal dari bahasa Inggris, yaitu Television yang artinya televisi. Latar belakang terjadinya campur kode pada singkatan TV yaitu kesantaian dan kebiasaan penutur ketika berbicara dalam situasi informal. Fungsi campur kode tersebut adalah kebutuhan kosakata, penutur menyebutkan benda umum yang biasa digunakan dalam kehidupan sehari-hari, sehingga lawan bicara mengerti maksud dan maknanya dengan sendirinya. Batasan dan tujuan berbicara menggunakan singkatan TV yaitu untuk memberitahukan bahwa Ibunya heran melihat Peter yang biasa menonton film Doreaemon, tetapi kali ini Peter tidak menonton. 2). RAM Peristiwa campur kode dijumpai pada singkatan RAM dengan kutipan sebagai berikut: : “Oh yang itu. Ini laptop Lenovo. Processornya I5. RAMnya 4 GB. Harganya cukup murah cuma Rp 5.700.000 saja.” Peristiwa campur kode yang terjadi pada singkatan RAM Penjual
tersebut merupakan campur kode dialog. Campur kode singkatan RAM merupakan peristiwa campur kode keluar (ekstern code-mixing) sebab RAM merupakan singkatan yang berasal dari bahasa Inggris, RAM berasal dari singkatan Random Access Memory yang artinya memori utama dalam komputer
53 yang berfungsi untuk menyimpan berbagai data dan instruksi program. Latar belakang terjadinya campur kode pada singkatan RAM yaitu tidak ada ungkapan atau sebutan yang tepat dalam bahasa yang sedang dipakai, artinya seseorang mengucapkan RAM karena tidak ada lagi sebutan selain itu dan sebutan tersebut digunakan dalam dunia komputer. Fungsi campur kode tersebut adalah kebutuhan kosakata karena singkatan tersebut sudah umum digunakan dan tidak ada padanan kata yang tepat dalam bahasa Indonesia. Batasan dan tujuan berbicara menggunakan singkatan RAM yaitu untuk memberitahukan dan melaporkan kepada Peter bahwa komputer jinjing tersebut memiliki kapastitas yang cukup banyak untuk menyimpan data. Struktur dan kaidah negosiasi berjalan dengan baik melalui kompromi hingga mencapai kesepakatan harga di antara keduanya 3). GB Peristiwa campur kode dijumpai pada singkatan GB dengan kutipan sebagai berikut: : “Oh yang itu. Ini laptop Lenovo. Processornya I5. RAMnya 4 GB. Harganya cukup murah cuma Rp 5.700.000 saja.” Peristiwa campur kode yang terjadi pada singkatan GB Penjual
tersebut merupakan campur kode dialog. Campur kode singkatan GB merupakan peristiwa campur kode keluar (ekstern code-mixing) sebab GB merupakan singkatan yang berasal dari bahasa Inggris, GB berasal dari singkatan Giga Byte merupakan istilah yang paling umum untuk menggambarkan ukuran perangkat keras dan berfungsi untuk menggambarkan ruang penyimpanan data dan memori sistem dalam komputer. Latar belakang terjadinya campur kode pada singkatan GB yaitu tidak ada ungkapan atau sebutan yang tepat dalam bahasa
54 yang sedang dipakai, artinya seseorang mengucapkan GB karena tidak ada lagi sebutan selain itu dan sebutan tersebut digunakan dalam dunia komputer. Fungsi campur kode tersebut kebutuhan kosakata karena singkatan tersebut sudah umum digunakan dan tidak ada padanan kata yang tepat dalam bahasa Indonesia. Batasan dan tujuan berbicara menggunakan singkatan GB yaitu untuk memberitahukan dan melaporkan kepada Peter bahwa komputer
jinjing
tersebut
memiliki
kapastitas
ruang
penyimpanan yang cukup banyak untuk menyimpan data. Struktur dan kaidah negosiasi berjalan dengan baik melalui kompromi hingga mencapai kesepakatan harga di antara keduanya .
4.
Analisis wujud campur kode kelompok 4 pada negosiasi tahun pelajaran 2013/2014 a. Analisis Wujud Campur Kode Kata 1). Mbak Peristiwa campur kode dijumpai pada kata mbak dengan kutipan sebagai berikut: : “Oke, saya cari dulu ya.” (Fathur mencari buku). “Kebetulan mbak, tinggal satu.” Fathur : “Oh ada mba. Kebetulan tinggal satu, mba yang ini mau beli.” (Menunjuk Gita). Kania : “Maaf mba bila saya lancang, saya ingin membeli buku ini. Buku ini penting untuk saya. Saya sudah mencarinya kemana-mana namun tidak ada.” Gita : “Wah, saya juga harus membelinya mba. Saya juga telah mencarinya keman-mana, namun hanya toko ini yang ada.” Peristiwa campur kode yang terjadi pada kata mbak Fathur
tersebut merupakan campur kode dialog. Campur kode kata mbak merupakan peristiwa campur kode ke dalam (intern codemixing) karena kata mbak berasal dari bahasa daerah yang
55 terdapat di wilayah Republik Indonesia, yaitu bahasa Jawa. Kata mbak memiliki arti „kata sapaan terhadap wanita yang dianggap lebih tua‟ yang berfungsi sebagai panggilan untuk wanita. Kata mbak termasuk ke dalam kelas kata nomina. Maksud kata mbak tersebut adalah untuk menyapa seorang kedua wanita yang ingin membeli buku. Latar belakang terjadinya campur kode pada kata mbak yaitu kesantaian dan kebiasaan penutur ketika berbicara dalam situasi informal. Fungsi campur kode tersebut adalah penutur menghormati lawan tuturnya. Batasan dan tujuan berbicara adalah untuk menyapa seseorang jika tidak menyebutkan atau tidak mengetahui namanya. Struktur dan kaidah negosiasi berjalan dengan baik melalui kompromi hingga mencapai kesepakatan harga di antara keduanya. 2). Mas Peristiwa campur kode dijumpai pada kata mas dengan kutipan sebagai berikut: Gita : “Wah, berapa harganya mas?” Gita : “Wah, mahal sekali ya. Sepertinya saya harus menghubungi orang tua saya terlebih dahulu. Sebentar ya mas.” Peristiwa campur kode yang terjadi pada kata mas tersebut merupakan campur kode dialog. Campur kode kata mas merupakan peristiwa campur kode ke dalam (intern codemixing) karena kata mas berasal dari bahasa daerah yang terdapat di wilayah Republik Indonesia, yaitu bahasa Jawa. Kata mas memiliki arti „kata sapaan terhadap laki-laki yang dianggap lebih tua‟ yang berfungsi sebagai panggilan untuk laki-laki. Kata mas termasuk ke dalam kelas kata nomina. Maksud kata mas dari dialog tersebut adalah untuk menyapa seorang penjual pertama yang tidak disebutkan namanya. Latar belakang terjadinya campur kode pada kata mas yaitu kesantaian dan kebiasaan penutur ketika berbicara dalam
56 situasi informal. Fungsi campur kode tersebut adalah penutur menghormati lawan tuturnya. Batasan dan tujuan berbicara adalah untuk menyapa seseorang jika tidak menyebutkan atau tidak diketahui namanya. Struktur dan kaidah negosiasi berjalan dengan baik melalui kompromi hingga mencapai kesepakatan harga di antara keduanya . 5.
Analisis Wujud Campur Kode Kelompok 5 pada Negosiasi Tahun Pelajaran 2013/2014 a. Analisis Wujud Campur Kode Kata 1). Mas Peristiwa campur kode dijumpai pada kata mas dengan kutipan sebagai berikut: Utin : (Mencoba sepatu). “Mas ini harganya berapa?” Alya : “Kok mahal banget sih mas. kemarin aja saya beli di sini cuma Rp 250.000.” Alya : “Rp 400.000 deh, mas.” Peristiwa campur kode yang terjadi pada kata mas tersebut merupakan campur kode dialog. Campur kode kata mas merupakan peristiwa campur kode ke dalam (intern codemixing) karena kata mas berasal dari bahasa daerah yang terdapat di wilayah Republik Indonesia, yaitu bahasa Jawa. Kata mas memiliki arti „kata sapaan terhadap laki-laki yang dianggap lebih tua‟ yang berfungsi sebagai panggilan untuk laki-laki. Kata mas termasuk ke dalam kelas kata nomina. Maksud kata mas dari dialog tersebut adalah untuk menyapa seorang pembeli pertama yang tidak disebutkan namanya. Latar belakang terjadinya campur kode pada kata mas yaitu kesantaian dan kebiasaan penutur ketika berbicara dalam situasi informal. Fungsi campur kode tersebut adalah penutur menghormati lawan tuturnya. Batasan dan tujuan berbicara adalah untuk menyapa seseorang jika tidak menyebutkan atau tidak diketahui namanya. Struktur dan kaidah negosiasi berjalan
57 dengan baik melalui kompromi hingga mencapai kesepakatan harga di antara keduanya.
6.
Analisis Wujud Campur Kode Kelompok 6 pada Negosiasi Tahun Pelajaran 2013/2014 a. Analisis Wujud Campur Kode Kata 1). Ape Peristiwa campur kode dijumpai pada kata ape dengan kutipan sebagai berikut: Malvin
: “Mau beli ape dik?”
Peristiwa campur kode yang terjadi pada kata ape tersebut merupakan campur kode keluar (ekstern code-mixing) karena kata ape berasal dari bahasa Malaysia. Kata ape memiliki arti „apa‟. Kata apa termasuk ke dalam kelas kata interogativa. Maksud dari dialog di atas adalah seorang penjual yang bernama Malvin menanyakan kepada pembeli hendak membeli apa. Latar belakang terjadinya campur kode pada kata ape yaitu kesantaian dan kebiasaan penutur dalam menyebutkan „apa‟ menjadi ape dalam menggunakan bahasa Malaysia di kehidupan sehari-hari. Fungsi campur kode dalam dialog tersebut adalah mempertegas maksud tuturan, yaitu pembeli menanyakan kepada penjual apa yang ingin dibelinya. Batasan dan tujuan berbicara menggunakan kata ape yaitu untuk menjamu lawan tuturnya, misalnya si penjual menanyakan kepada pembeli hendak mencari dan membeli apa. Struktur dan kaidah negosiasi tidak berjalan dengan baik karena pembeli tidak menyepakati harga yang ditentukan oleh penjual sehingga ia pergi dan membeli di tempat lain.
58 2). Ade Peristiwa campur kode dijumpai pada kata ape dengan kutipan sebagai berikut: Malvin
: “Ade, mau yang manis apa yang asem?”
Peristiwa campur kode yang terjadi pada kata ade tersebut merupakan campur kode keluar (intern code-mixing) karena kata ade berasal dari bahasa asing yaitu bahasa Malaysia. Kata ade memiliki arti „ada‟. Kata ade termasuk ke dalam kelas kata adverbia. Maksud dari dialog di atas adalah seorang penjual yang bernama Malvin memberitahu kepada Tina (pembeli) bahwa ia menjual jeruk dengan rasa asam dan manis. Latar belakang terjadinya campur kode pada kata ade yaitu kesantaian dan kebiasaan penutur dalam menyebutkan „ada‟ menjadi ade karena penutur biasa menggunakan bahasa Malaysia di kehidupan sehari-hari. Fungsi campur kode tersebut adalah membicarakan topik tertentu, yaitu membahas tentang tersedianya jeruk. Batasan dan tujuan berbicara menggunakan kata ade yaitu untuk memberitahu dan menjamu lawan tuturnya, misalnya si penjual memberitahukan bahwa ia memiliki jeruk yang dicari oleh pembeli kemudian menanyakan kepada pembeli hendak membeli yang rasanya asam atau manis. Struktur dan kaidah negosiasi tidak berjalan dengan baik karena pembeli tidak menyepakati harga yang ditentukan oleh penjual sehingga ia pergi dan membeli di tempat lain. 3). La mahal Peristiwa campur kode dijumpai pada kata la mahal dengan kutipan sebagai berikut: : “Oh kalo yang manis la mahal. 10 ringgit 1 kilo.” Peristiwa campur kode yang terjadi pada kata la mahal Malvin
tersebut merupakan campur kode keluar (ekstern code-mixing) karena kata la mahal berasal dari bahasa Malaysia. Kata la
59 mahal memiliki arti „agak mahal‟. La mahal termasuk ke dalam kelas kata adjektiva. Maksud dari dialog di atas adalah harga buah yang agak mahal. Latar belakang terjadinya campur kode pada kata la mahal yaitu kesantaian dan kebiasaan penutur dalam menyebutkan „agak mahal‟ menjadi la mahal dalam menggunakan bahasa Malaysia di kehidupan sehari-hari. Fungsi campur kode tersebut adalah membicarakan topik tertentu yaitu tentang harga jeruk. Batasan dan tujuan berbicara menggunakan kata la mahal yaitu untuk memberitahu dan melaporkan lawan tuturnya, misalnya si penjual memberitahukan bahwa harga jeruk sekarang sudah naik dan mahal dari harga sebelumnya, yaitu satu ringgit perkilo. Struktur dan kaidah negosiasi tidak berjalan dengan baik karena pembeli tidak menyepakati harga yang ditentukan oleh penjual sehingga ia pergi dan membeli di tempat lain. 4). Alamak Peristiwa campur kode dijumpai pada kata alamak dengan kutipan sebagai berikut: Ina
: “Alamak, mahal kali, tak bisa lah dikurang?”
Peristiwa campur kode yang terjadi pada kata alamak tersebut merupakan campur kode ke dalam (intern code-mixing) karena kata alamak berasal dari bahasa daerah yang terdapat di wilayah Republik Indonesia yaitu bahasa Medan. Kata alamak memiliki arti „aduh ibu‟ yang berfungsi sebagai ungkapan kaget/ terkejut. Alamak termasuk ke dalam kelas kata interjeksi kekagetan. Maksud dari dialog di atas adalah seorang pembeli yang kaget ketika mengetahui harga jeruk yang sudah semakin mahal. Latar belakang terjadinya campur kode pada kata alamak yaitu kesantaian dan kebiasaan penutur dalam menyebutkan „aduh ibu‟ menjadi alamak dalam situasi informal dengan
60 menggunakan bahasa Medan. Fungsi campur kode tersebut adalah
kebutuhan
kosakata,
yaitu
penutur
menyebutkan
ungkapan terkejut sehingga lawan bicara mengeerti maksud dan maknanya dengan sendirinya. Batasan dan tujuan berbicara menggunakan kata alamak yaitu untuk mendesak lawan tuturnya, karena dalam kutipan dialog di atas pembeli terkejut dengan harga jeruk yang mahal kemudian mendesak penjual untuk mengurangi harga jeruk tersebut. Struktur dan kaidah negosiasi tidak berjalan dengan baik karena pembeli tidak menyepakati harga yang ditentukan oleh penjual sehingga ia pergi dan membeli di tempat lain. 5). Teu Peristiwa campur kode dijumpai pada kata teu dengan kutipan sebagai berikut: : “Haha. Akang ini bercanda aja atuh. Teu bisa kurang?” Peristiwa campur kode yang terjadi pada kata teu tersebut Ina
merupakan campur kode dialog. Campur kode kata teu merupakan peristiwa campur kode ke dalam (intern codemixing) karena kata teu berasal dari bahasa daerah yang terdapat di wilayah Republik Indonesia, yaitu bahasa Sunda. Kata teu memiliki arti „tidak‟ yang berfungsi sebagai penolakan terhadap sesuatu. Kata teu termasuk ke dalam kelas kata adverbia. Maksud kata teu dari dialog tersebut adalah untuk menawar dan meminta agar harga jeruk lebih murah. Latar belakang terjadinya campur kode pada kata teu yaitu kesantaian dan kebiasaan penutur dalam menyebutkan „tidak‟ menjadi teu. Fungsi campur kode tersebut adalah penutur (Ina) mencari jalan termudah menyampaikan maksud. Batasan dan tujuan berbicara adalah memberitahu harga tersebut terlalu mahal dan meminta penjual agar menurunkan harga buah yang ingin dibelinya. Struktur dan kaidah negosiasi berjalan dengan
61 baik melalui kompromi hingga mencapai kesepakatan harga di antara keduanya. 6). Nini teh Peristiwa campur kode dijumpai pada kata nini teh dengan kutipan sebagai berikut: Ina
: “Buat nini jeung aki. Nini teh lagi sakit.”
Peristiwa campur kode yang terjadi pada kata nini teh tersebut merupakan campur kode dialog. Campur kode kata nini teh merupakan peristiwa campur kode ke dalam (intern codemixing) karena kata nini teh berasal dari bahasa daerah yang terdapat di wilayah Republik Indonesia, yaitu bahasa Sunda. Kata nini memiliki arti „nenek‟ sedangkan teh hanya sebagai pelengkap untuk mengucapkan kata nini yang berfungsi sebagai panggilan untuk seorang nenek. Kata nini termasuk ke dalam kelas kata nomina. Maksud kata nini dari dialog tersebut adalah untuk menyebutkan kata nenek. Latar belakang terjadinya campur kode pada kata nini teh yaitu kesantaian dan kebiasaan penutur dalam menyebutkan „nenek‟ menjadi nini. Fungsi campur kode tersebut adalah penutur (Ina) mencari jalan termudah menyampaikan maksud. Batasan dan tujuan berbicara adalah untuk memberitahu untuk siapa ia membeli buah itu dan memberitahu keadaan neneknya yang sedang sakit. Struktur dan kaidah negosiasi berjalan dengan baik melalui kompromi hingga mencapai kesepakatan harga di antara keduanya. 7). Palingan Peristiwa campur kode dijumpai pada kata
palingan
dengan kutipan sebagai berikut: Ina
: “Palingan tiga kilo.”
Peristiwa campur kode yang terjadi pada kata palingan tersebut merupakan campur kode ke dalam (intern code-mixing)
62 karena kata palingan berasal dari bahasa daerah yang terdapat di wilayah Republik Indonesia yaitu bahasa Betawi. Seharusnya penutur menyebutkan paling karena kata paling+an menjadi palingan tersebut merupakan bahasa Betawi. Kata palingan memiliki arti „kira-kira‟ yang berati perkiraan atau menunjukkan kemungkinan banyaknya sesuatu
yang diinginkan. Kata
palingan termasuk ke dalam kelas kata adverbia. Maksud dari dialog tersebut adalah seorang pembeli mengira-ngirakan ingin membeli buah sebanyak tiga kilogram. Latar belakang terjadinya campur kode pada kata palingan yaitu kesantaian dan kebiasaan penutur dalam menyebutkan „kira-kira‟ menjadi palingan. Fungsi campur kode tersebut adalah kebutuhan kosakata, seseorang sudah mengerti maknanya dengan sendirinya. Batasan dan tujuan berbicara menggunakan kata palingan yaitu untuk memberitahukan kepada lawan tutur tentang
sesuatu
yang
dimaksud,
misalnya
pembeli
memberitahukan bahwa ia akan membeli buah kira-kira sebanyak tiga kilo. Struktur dan kaidah negosiasi berjalan dengan baik melalui kompromi hingga mencapai kesepakatan harga di antara keduanya. 8). Kurangin Peristiwa campur kode dijumpai pada kata kurangin dengan kutipan sebagai berikut: Ina
: “Kurangin lagi atuh bang.”
Peristiwa campur kode yang terjadi pada kata kurangin tersebut merupakan campur kode ke dalam (intern code-mixing) karena kata kurangin berasal dari bahasa daerah yang terdapat di wilayah Republik Indonesia yaitu bahasa Betawi. Seharusnya penutur menyebutkan kurangin karena kata kurang+in menjadi kurangin tersebut merupakan bahasa Betawi. Kata kurangin memiliki arti „dikurang” yang berarti mengurangi sesuatu yang
63 diinginkan. Kata kurangin termasuk ke dalam kelas kata adjektiva. Maksud dari dialog tersebut adalah seorang pembeli meminta kepada penjual untuk mengurangi harga jeruk. Latar belakang terjadinya campur kode pada kata kurangin yaitu kesantaian dan kebiasaan penutur dalam menyebutkan „kurangi‟ menjadi kurangin. Fungsi campur kode tersebut adalah kebutuhan kosakata, artinya kata umum yang biasa digunakan sehinga orang-orang sudah mengerti maknanya dengan sendirinya. Batasan dan tujuan berbicara menggunakan kata kurangin yaitu untuk memberitahu dan mendesak kepada lawan tutur tentang sesuatu yang dimaksud, misalnya pembeli meminta kepada pedagang untuk mengurangi harga buah jeruk. Struktur dan kaidah negosiasi berjalan dengan baik melalui kompromi hingga mencapai kesepakatan harga di antara keduanya. 9). Atuh Peristiwa campur kode dijumpai pada kata atuh dengan kutipan sebagai berikut: Ina
: “Kurangin lagi atuh bang.”
Peristiwa campur kode yang terjadi pada kata atuh tersebut merupakan campur kode ke dalam (intern code-mixing) karena kata atuh berasal dari bahasa daerah yang terdapat di wilayah Republik Indonesia yaitu bahasa Sunda. Kata atuh memiliki arti „dong' termasuk ke dalam kelas kata kategori fatis yang digunakan untuk menghaluskan perintah. Kata atuh termasuk ke dalam kelas kata kategori fatis menyatakan perintah. Maksud dari dialog tersebut adalah seorang pembeli memerintahkan kepada penjual untuk mengurangi harga jeruk. Latar belakang terjadinya campur kode pada kata atuh yaitu kesantaian dan kebiasaan penutur ketika berbicara dalam situasi informal. Fungsi campur kode tersebut adalah kebutuhan
64 kosakata, artinya lawan tutur sudah mengerti maknanya dengan sendirinya. Batasan dan tujuan berbicara menggunakan kata atuh yaitu untuk memberitahu dan mendesak kepada lawan tutur tentang sesuatu yang dimaksud, misalnya pembeli memberitahu bahwa harga tersebut terlalu mahal sehingga ia meminta untuk dikurangi harga buah jeruk kepada pedagang. Struktur dan kaidah negosiasi berjalan dengan baik melalui kompromi hingga mencapai kesepakatan harga di antara keduanya. 10). Kang Peristiwa campur kode dijumpai pada kata kang dengan kutipan sebagai berikut: Ina
: “Yah, kang...”
Peristiwa campur kode yang terjadi pada kata kang tersebut merupakan campur kode ke dalam (intern code-mixing) karena kata kang berasal dari bahasa daerah yang terdapat di wilayah Republik Indonesia yaitu bahasa Sunda. Kata kang memiliki arti „akang‟ yang berarti sebutan untuk kakak laki-laki. Kata kang termasuk ke dalam kelas kata nomina dan dalam dialog “Yah, kang...” terdapat kelas kata interjeksi yang menyatakan kekecewaan. Maksud dari dialog tersebut adalah pembeli kecewa karena harga yang dikurangi pedagang hanya sedikit. Latar belakang terjadinya campur kode pada kata kang yaitu kesantaian dan kebiasaan penutur ketika berbicara dalam situasi informal. Fungsi campur kode tersebut adalah penutur (Ina) menghormati lawan tuturnya (Imam). Batasan dan tujuan berbicara menggunakan kata kang yaitu untuk memberitahukan rasa kekecewaan kepada lawan tutur, misalnya pembeli kecewa karena harga jeruk hanya bisa diturunkan sedikit. Struktur dan kaidah negosiasi berjalan dengan baik melalui kompromi hingga mencapai kesepakatan harga di antara keduanya.
65 11). Jerukna Peristiwa campur kode dijumpai pada kata jerukna dengan kutipan sebagai berikut: Imam : “Ini jerukna.” Peristiwa campur kode yang terjadi pada kata jerukna tersebut merupakan campur kode dialog. Campur kode kata jerukna merupakan peristiwa campur kode ke dalam (intern code-mixing) karena kata jerukna berasal dari bahasa daerah yang terdapat di wilayah Republik Indonesia, yaitu bahasa Sunda. Kata jerukna memiliki arti „jeruknya‟ yang berfungsi sebagai kepemilikan. Kata jerukna termasuk ke dalam kelas kata pronomina. Maksud dari dialog tersebut adalah penjual memberikan jeruk kepada pembeli. Latar belakang terjadinya campur kode pada kata jerukna yaitu kesantaian dan kebiasaan penutur dalam menyebutkan „jeruknya‟ menjadi jerukna karena menggunakan bahasa Sunda dalam kehidupan sehari-hari. Fungsi campur kode tersebut adalah mempertegas sesuatu, yaitu pedagang memberikan jeruk yang sudah dibeli Ina. Batasan dan tujuan berbicara adalah untuk memberitahu bahwa jeruk tersebut sudah diberikannya. Struktur dan kaidah negosiasi berjalan dengan baik melalui kompromi hingga mencapai kesepakatan harga di antara keduanya. 12). Sami-sami Peristiwa campur kode dijumpai pada kata sami-sami dengan kutipan sebagai berikut: Imam : “Sami-sami.” Peristiwa campur kode yang terjadi pada kata sami-sami tersebut merupakan campur kode dialog. Campur kode kata sami-sami merupakan peristiwa campur kode ke dalam (intern code-mixing) karena kata sami-sami berasal dari bahasa daerah
66 yang terdapat di wilayah Republik Indonesia, yaitu bahasa Sunda. Kata sami-sami memiliki arti „sama-sama‟ yang berfungsi sebagai balasan ucapan terima kasih seseorang. Kata sami-sami termasuk ke dalam kelas kata adverbia. Maksud kata sami-sami dari dialog tersebut adalah membalas ucapan terima kasih kepada pembeli. Latar belakang terjadinya campur kode pada kata samisami
yaitu
kesantaian
dan
kebiasaan
penutur
dalam
menyebutkan „sama-sama‟ menjadi sami-sami karena penjual terbiasa menggunakan bahasa Sunda dalam kehidupan seharihari. Fungsi campur kode tersebut adalah kebutuhan kosakata, yaitu balasan ucapan terima kasih kepada lawan tutur. Batasan dan tujuan berbicara adalah untuk menjamu lawan tutur dengan membalas ucapan terima kasih. Struktur dan kaidah negosiasi berjalan dengan baik melalui kompromi hingga mencapai kesepakatan harga di antara keduanya.
b. Analisis Wujud Campur Kode Frasa 1). Atuh neng Peristiwa campur kode dijumpai pada frasa atuh neng dengan kutipan sebagai berikut: Imam : “Ayo beli beli beli. Buah segar segar segar.” “Beli atuh neng, murah ini mah.” Peristiwa campur kode yang terjadi pada frasa atuh neng tersebut merupakan campur kode dialog. Campur kode frasa atuh neng merupakan peristiwa campur kode ke dalam (intern code-mixing) karena frasa atuh neng berasal dari bahasa daerah yang terdapat di wilayah Republik Indonesia, yaitu bahasa Sunda dan termasuk frasa nomina. Frasa atuh neng memiliki arti „dong dek‟ yang berfungsi sebagai permintaan untuk membeli. Atuh neng merupakan frasa kategori fatis. Maksud dari dialog
67 tersebut adalah penjual meminta pembeli untuk membeli buahnya. Latar belakang terjadinya campur kode pada frasa atuh neng
yaitu
kesantaian
dan
kebiasaan
penutur
dalam
menyebutkan „dong dek‟ menjadi atuh neng karena penutur biasa menggunakan bahasa Sunda dalam kehidupan sehari-hari. Fungsi campur kode tersebut adalah ingin mencari jalan termudah menyampaikan maksud, yaitu penutur meminta lawan tutur untuk membeli buah tersebut. Batasan dan tujuan berbicara adalah untuk membujuk lawan tutur, misalnya
meminta
pembeli untuk membeli buah. Struktur dan kaidah negosiasi berjalan dengan baik melalui kompromi hingga mencapai kesepakatan harga di antara keduanya. 2). Aya atuh Peristiwa campur kode dijumpai pada frasa aya atuh dengan kutipan sebagai berikut: Imam : “Aya atuh, yang manis kan?” Peristiwa campur kode yang terjadi pada frasa tersebut merupakan campur kode dialog. Campur kode frasa aya atuh merupakan peristiwa campur kode ke dalam (intern codemixing) karena klausa aya atuh berasal dari bahasa daerah yang terdapat di wilayah Republik Indonesia, yaitu bahasa Sunda. frasa aya atuh memiliki arti „ada dong‟. Aya atuh termasuk ke dalam frasa adverbia. Maksud dari dialog tersebut adalah penjual memberitahukan bahwa terdapat buah jeruk yang diinginkan pembeli. Latar belakang terjadinya campur kode pada frasa aya atuh
yaitu
kesantaian
dan
kebiasaan
penutur
dalam
menyebutkan „ada dong‟ menjadi aya atuh karena penutur biasa menggunakan bahasa Sunda dalam
kehidupan sehari-hari.
Fungsi campur kode tersebut adalah kebutuhan kosakata,
68 penutur (Imam) menunjukkan keakraban dalam situasi santai kepada lawan tutur (Ina). Batasan dan tujuan berbicara adalah untuk
memberitahu
lawan
tutur,
misalnya
penjual
memberitahukan kepada pembeli bahwa ia menjual jeruk yang diinginkan pembeli. Struktur dan kaidah negosiasi berjalan dengan baik melalui kompromi hingga mencapai kesepakatan harga di antara keduanya. 3). Nini jeung aki Peristiwa campur kode dijumpai pada frasa nini jeung aki dengan kutipan sebagai berikut: : “Buat nini jeung aki. Nini teh lagi sakit.”
Ina
Peristiwa campur kode yang terjadi pada frasa nini jeung aki tersebut merupakan campur kode dialog. Campur kode frasa nini jeung aki merupakan peristiwa campur kode ke dalam (intern code-mixing) karena frasa nini jeung aki berasal dari bahasa daerah yang terdapat di wilayah Republik Indonesia, yaitu bahasa Sunda dan termasuk frasa nomina. Frasa nini jeung aki memiliki arti „nenek dan kakek‟. Nini jeung aki merupakan frasa nomina. Maksud dari dialog tersebut adalah pembeli memberitahukan bahwa ia akan membeli buah untuk nenek dan kakeknya. Latar belakang terjadinya campur kode pada frasa nini jeung aki yaitu kesantaian dan kebiasaan penutur dalam menyebutkan „nenek dan kakek‟ menjadi nini jeung aki. Fungsi campur kode tersebut adalah kebutuhan kosakata, unsur tersebut merupakan hal yang umum yang biasa digunakan untuk menyebut nenek dan kakek. Batasan dan tujuan berbicara adalah untuk
memberitahu
lawan
tutur,
misalnya
pembeli
memberitahukan kepada penjual bahwa ia ingin membeli buah jeruk untuk nenek dan kakeknya. Struktur dan kaidah negosiasi
69 berjalan dengan baik melalui kompromi hingga mencapai kesepakatan harga di antara keduanya. 3). Teu aya Peristiwa campur kode dijumpai pada frasa teu aya dengan kutipan sebagai berikut: : “Hmmm kurangin lagi deh. Nanti teu aya uang buat pulang, kan nanti harus naik angkot.” Peristiwa campur kode yang terjadi pada frasa teu aya
Ina
tersebut merupakan campur kode dialog. Campur kode frasa teu aya merupakan peristiwa campur kode ke dalam (intern codemixing) karena frasa teu aya berasal dari bahasa daerah yang terdapat di wilayah Republik Indonesia, yaitu bahasa Sunda. frasa teu aya memiliki arti „tidak ada‟. Teu aya merupakan frasa adjektiva. Maksud dari dialog tersebut adalah pembeli memberitahu bahwa uangnya tidak cukup jika harga jeruk tidak bisa dikurangi. Latar belakang terjadinya campur kode pada klausa teu aya yaitu kesantaian dan kebiasaan penutur dalam menyebutkan „tidak ada‟ menjadi teu aya. Fungsi campur kode tersebut karena ingin mencari jalan termudah dalam menyampaikan maksud. Batasan dan tujuan berbicara adalah memberitahu lawan tutur, misalnya pembeli memberitahu kepada penjual bahwa uang yang ia miliki tidak mencukupi, maka itu ia meminta kepada penjual untuk mengurangi harga jeruk. Struktur dan kaidah negosiasi berjalan dengan baik melalui kompromi hingga mencapai kesepakatan harga di antara keduanya.
c. Analisis Wujud Campur Kode Kalimat 1). Aya jeruk teu, kang? Peristiwa campur kode dijumpai pada kalimat aya jeruk teu kang dengan kutipan sebagai berikut: Ina
: “Aya jeruk teu, kang?”
70 Peristiwa campur kode yang terjadi pada kalimat aya jeruk teu kang tersebut merupakan campur kode dialog. Campur kode kalimat aya jeruk teu kang merupakan peristiwa campur kode ke dalam (intern code-mixing) karena kalimat aya jeruk teu kang berasal dari bahasa daerah yang terdapat di wilayah Republik Indonesia, yaitu bahasa Sunda. kalimat aya jeruk teu kang memiliki arti „ada jeruk tidak, kak?‟. Maksud dari dialog tersebut adalah pembeli menanyakan kepada penjual apakah ia menjual jeruk. Latar belakang terjadinya campur kode pada kalimat aya jeruk teu kang yaitu kesantaian dan kebiasaan penutur dalam menyebutkan „ada jeruk tidak kak?‟ menjadi aya jeruk teu kang. Fungsi campur kode tersebut adalah membicarakan topik tertentu, yaitu penutur mencari buah yang diinginkannya dengan bertanya kepada lawan tutur. Batasan dan tujuan berbicara adalah untuk memberitahu lawan tutur, misalnya pembeli memberitahukan kepada penjual bahwa ia sedang mencari buah jeruk. Struktur dan kaidah negosiasi berjalan dengan baik melalui kompromi hingga mencapai kesepakatan harga di antara keduanya. 2). Sabaraha atuh sakilona? Peristiwa campur kode dijumpai pada kalimat sabaraha atuh sakilona? dengan kutipan sebagai berikut: Ina : “Yaiyalah, masa yang asem. Buat apa? Sabaraha atuh sakilona?” Peristiwa campur kode yang terjadi pada kalimat sabaraha atuh sakilona
tersebut merupakan campur kode ke dalam
(intern code-mixing) karena kalimat sabaraha atuh sakilona tersebut berasal dari bahasa daerah yang terdapat di wilayah Republik Indonesia yaitu bahasa Sunda. Kalimat sabaraha atuh sakilona tersebut memiliki arti „berapa dong sekilonya?‟ yang berfungsi untuk menanyakan harga jeruk. Maksud dari dialog
71 tersebut adalah seorang pembeli menanyakan harga jeruk sekilo kepada penjual. Latar belakang terjadinya campur kode pada kalimat sabaraha atuh sakilona tersebut yaitu kesantaian dan kebiasaan penutur ketika berbicara dalam situasi informal. Fungsi campur kode tersebut adalah membicarakan topik tertentu, yaitu tentang harga jeruk. Batasan dan tujuan berbicara menggunakan kalimat sabaraha atuh sakilona yaitu untuk memberitahukan dan melaporkan kepada lawan tutur tentang sesuatu yang dimaksud, misalnya pembeli memberitahukan bahwa ia ingin jeruk yang manis bukan yang asam dan menanyakan harga jeruk perkilo. Struktur dan kaidah negosiasi berjalan dengan baik melalui tawar menawar dan kompromi hingga mencapai kesepakatan harga di antara keduanya. 3). Dalapan ribu sakilona, bonus biji jeung kulitna, dapet karesek pula. Peristiwa campur kode dijumpai pada kalimat dalapan ribu sakilona, bonus biji jeung kulitna, dapet karesek pula dengan kutipan sebagai berikut: Imam : “Dalapan ribu sakilona, bonus biji jeung kulitna, dapet karesek pula” Peristiwa campur kode yang terjadi pada kalimat dalapan ribu sakilona, bonus biji jeung kulitna, dapet karesek pula tersebut merupakan campur kode dialog. Campur kode kalimat dalapan ribu sakilona, bonus biji jeung kulitna, dapet karesek pula merupakan peristiwa campur kode ke dalam (intern codemixing) karena kalimat dalapan ribu sakilona, bonus biji jeung kulitna, dapet karesek pula berasal dari bahasa daerah yang terdapat di wilayah Republik Indonesia, yaitu bahasa Sunda. kalimat dalapan ribu sakilona, bonus biji jeung kulitna, dapet karesek pula memiliki arti „delapan ribu sekilonya, bonus biji
72 dan kulitnya, dapet kantong plastik juga‟. Maksud dari dialog tersebut adalah penjual memberitahu harga jeruk sekilonya. Latar belakang terjadinya campur kode pada kalimat tersebut yaitu kesantaian dan kebiasaan penutur dalam menyebutkan „delapan ribu sekilonya, bonus biji dan kulitnya, dapet kantong plastik juga‟ menjadi Dalapan ribu sakilona, bonus biji jeung kulitna, dapet karesek pula karena penutur biasa menggunakan bahasa Sunda dalam kehidupan sehari-hari. Fungsi campur kode tersebut adalah membicarakan topik tertentu, yaitu penutur membicarakan harga buah jeruk. Batasan dan tujuan berbicara adalah untuk memberitahu lawan tutur, misalnya penjual memberitahukan kepada pembeli bahwa harga jeruk sekilonya yaitu Rp 8.000. Struktur dan kaidah negosiasi berjalan dengan baik melalui kompromi hingga mencapai kesepakatan harga di antara keduanya. 4). Meserna sabaraha kilo? Peristiwa campur kode dijumpai pada kalimat meserna sabaraha kilo dengan kutipan sebagai berikut: Imam : “Meserna sabaraha kilo?” Peristiwa campur kode yang terjadi pada kalimat meserna sabaraha kilo tersebut merupakan campur kode dialog. Campur kode kalimat meserna sabaraha kilo merupakan peristiwa campur kode ke dalam (intern code-mixing) karena kalimat meserna sabaraha kilo berasal dari bahasa daerah yang terdapat di wilayah Republik Indonesia, yaitu bahasa Sunda. kalimat meserna sabaraha kilo memiliki arti „belinya berapa kilo?‟ Maksud dari dialog tersebut adalah menanyakan kepada pembeli akan membeli berapa kilo. Latar belakang terjadinya campur kode pada kalimat tersebut yaitu kesantaian dan kebiasaan penutur dalam menyebutkan „belinya berapa kilo?‟ menjadi meserna sabaraha
73 kilo? karena penutur biasa menggunakan bahasa Sunda dalam kehidupan sehari-hari. Fungsi campur kode tersebut adalah membicarakan topik tertentu, yaitu penutur membicarakan dan menanyakan pembeli akan membeli jeruk berapa banyak. Struktur dan kaidah negosiasi berjalan dengan baik melalui kompromi hingga mencapai kesepakatan harga di antara keduanya. 5). Teu bisa kurang atuh, kang? Peristiwa campur kode dijumpai pada kalimat teu bisa kurang atuh, kang dengan kutipan sebagai berikut: Ina
: “Teu bisa kurang atuh, kang?”
Peristiwa campur kode yang terjadi pada kalimat teu bisa kurang atuh, kang? tersebut merupakan campur kode dialog. Campur kode kalimat teu bisa kurang atuh, kang? merupakan peristiwa campur kode ke dalam (intern code-mixing) karena kalimat Teu bisa kurang atuh, kang? berasal dari bahasa daerah yang terdapat di wilayah Republik Indonesia, yaitu bahasa Sunda. kalimat teu bisa kurang atuh, kang? memiliki arti „tidak bisa dikurang dong, kak?‟. Maksud dari dialog tersebut adalah pembeli meminta kepada penjual untuk mengurangi harga jeruk. Latar belakang terjadinya campur kode pada kalimat tersebut yaitu kesantaian dan kebiasaan penutur ketika berbicara dalam situasi informal. Fungsi campur kode tersebut adalah membicarakan topik tertentu, yaitu tentang tawar-menawar harga buah Batasan dan tujuan berbicara adalah untuk memberitahu dan meminta, misalnya pembeli memberitahu bahwa ia meminta penjual untuk mengurangi harga jeruk. Struktur dan kaidah negosiasi berjalan dengan baik melalui kompromi hingga mencapai kesepakatan harga di antara keduanya.
74 7.
Analisis Wujud Campur Kode Kelompok 7 pada Negosiasi tahun Pelajaran 2013/2014 a. Analisis Wujud Campur Kode Kata 1). Club Peristiwa campur kode dijumpai pada kata club dengan kutipan sebagai berikut: Sony : “Selamat, Anda telah bergabung di club Manchester City.” Peristiwa campur kode yang terjadi pada kata club tersebut merupakan campur kode dialog. Campur kode kata club merupakan peristiwa campur kode keluar (ekstern code-mixing) karena kata club berasal dari bahasa asing yaitu bahasa Inggris. Kata
club
memiliki
arti
„perkumpulan‟
yang
berarti
perkumpulan para pemain sepak bola. Kata club termasuk termasuk ke dalam kelas kata nomina. Maksud dari dialog di atas pada kata club yaitu seorang manager sepak bola yang ingin mengontrak pemain sepak bola bernama Bagas untuk bermain di perkumpulan sepak bolanya yang bernama Manchester City. Latar belakang terjadinya campur kode pada kata club yaitu kesantaian dan kebiasaan penutur dalam menyebutkan „perkumpulan‟ menjadi club dalam situasi informal. Fungsi campur kode tersebut adalah kebutuhan kosakata karena kata tersebut sudah umum digunakan dan tidak ada padanan kata yang tepat dalam bahasa Indonesia. Batasan dan tujuan berbicara menggunakan kata club yaitu untuk memberitahukan serta mengajak lawan tutur tentang sesuatu yang dimaksud, misalnya Sony memberitahukan bahwa Bagas telah bergabung di Manchester City. Struktur dan kaidah negosiasi berjalan dengan baik melalui kompromi dan tawar-menawar hingga mencapai kesepakatan harga di antara keduanya.
75 8.
Analisis Wujud Campur Kode Kelompok 8 pada Negosiasi Tahun Pelajaran 2013/2014 a. Analisis Wujud Campur Kode Kata 1). Listnya Peristiwa campur kode dijumpai pada kata list dengan kutipan sebagai berikut: Vidi : “Kalo misalnya yang ada sama yang gak ada saya tau dari mana ya? Bapak bawa listnya gak Pak?” Said : “Bawa listnya sebentar, saya cek dulu ya.” “Ini Bu listnya.” Peristiwa campur kode yang terjadi pada kata list tersebut merupakan campur kode dialog. Campur kode kata list merupakan peristiwa campur kode keluar (ekstern code-mixing) karena kata list berasal dari bahasa asing yaitu bahasa Inggris. Kata list memiliki arti „daftar‟ yang berarti daftar-daftar nama buku. Kata list termasuk ke dalam kelas kata nomina. Maksud dari dialog di atas pada kata list yaitu seorang pembeli bernama Vidi yang ingin melihat daftar nama-nama buku perusahaan Bapak Adam. Latar belakang terjadinya campur kode pada kata list yaitu kesantaian dan kebiasaan penutur dalam menyebutkan „daftar‟ menjadi list dalam situasi informal. Fungsi campur kode tersebut adalah kebutuhan kosakata karena unsur tersebut merupakan hal yang
umum
yang
biasa
digunakan
orang-orang
untuk
menyebutkan sesuatu yang disebut daftar nama-nama barang sehingga orang-orang sudah mengerti maknanya dengan sendirinya. Batasan dan tujuan berbicara menggunakan kata list yaitu untuk memberitahukan dan menjamu lawan tutur tentang sesuatu yang dimaksud, misalnya Vidi meminta kepada Said daftar buku yang ada pada Said, kemudian Said memberikan daftar nama-nama judul buku pada Vidi. Struktur dan kaidah negosiasi berjalan dengan baik melalui kompromi dan tawar-
76 menawar hingga mencapai kesepakatan harga di antara Adam, Said, dan Vidi. 2). Mas Peristiwa campur kode dijumpai pada kata mas dengan kutipan sebagai berikut: Vidi : “Liat dulu ya mas.” Peristiwa campur kode yang terjadi pada kata mas tersebut merupakan campur kode dialog. Campur kode kata mas merupakan peristiwa campur kode ke dalam (intern codemixing) karena kata mas berasal dari bahasa daerah yang terdapat di wilayah Republik Indonesia, yaitu bahasa Jawa. Kata mas memiliki arti „kata sapaan terhadap laki-laki yang dianggap lebih tua‟ yang berfungsi sebagai panggilan untuk laki-laki. Kata mas termasuk ke dalam kelas kata nomina. Maksud kata mas dari dialog tersebut adalah untuk menyapa seorang penjual. Latar belakang terjadinya campur kode pada kata mas yaitu kesantaian dan kebiasaan penutur ketika berbicara dalam situasi informal. Fungsi campur kode tersebut adalah penutur mengohormati lawan tuturnya. Batasan dan tujuan berbicara adalah untuk menyapa seseorang jika tidak menyebutkan atau tidak diketahui namanya. Struktur dan kaidah negosiasi berjalan dengan baik melalui kompromi hingga mencapai kesepakatan harga di antara keduanya.
b. Analisis Wujud Campur Kode Frasa 1). Best Seller Peristiwa campur kode dijumpai pada frasa best seller dengan kutipan sebagai berikut: Said : “Namanya juga best seller Bu, jadi cepet habis Bu.” Vidi : “Yah, namanya best seller mah harusnya ada stoknya dong mas.”
77 Peristiwa campur kode yang terjadi pada frasa best seller tersebut merupakan campur kode dialog. Campur kode frasa best seller merupakan peristiwa campur kode keluar (ekstern code-mixing) karena frasa best seller berasal dari bahasa asing yaitu bahasa Inggris. Kata list memiliki arti „daftar‟ yang berarti daftar-daftar nama buku. Best seller merupakan frasa adjektiva. Maksud dari dialog di atas pada kata list yaitu seorang pembeli bernama Vidi yang ingin melihat daftar nama-nama buku perusahaan Bapak Adam Latar belakang terjadinya campur kode pada frasa best seller
yaitu
kesantaian
dan
kebiasaan
penutur
dalam
menyebutkan „penjualan terbaik‟ menjadi best seller dalam situasi informal. Fungsi campur kode tersebut adalah kosakata karena unsur tersebut merupakan hal yang umum yang biasa digunakan orang-orang untuk menyebutkan sesuatu yang disebut penjualan terbaik
sehingga orang-orang sudah mengerti
maknanya dengan sendirinya. Batasan dan tujuan berbicara menggunakan frasa best seller yaitu untuk memberitahukan pembeli bahwa buku tersebut merupakan penjualan terbaik. Struktur dan kaidah negosiasi berjalan dengan baik melalui kompromi dan tawar-menawar hingga mencapai kesepakatan harga di antara Adam, Said, dan Vidi.
c. Analisis Wujud Campur Kode Singkatan 1). Internet Peristiwa campur kode dijumpai pada singkatan internet dengan kutipan sebagai berikut: Vidi : “Ini Pak, saya melihat iklan di internet Bapak jual buku William Shake Spare ya. Saya Vidi.” Peristiwa campur kode yang terjadi pada singkatan internet tersebut merupakan campur kode dialog. Campur kode singkatan internet merupakan peristiwa campur kode keluar
78 (ekstern code-mixing) karena singkatan internet berasal dari bahasa Inggris, internet berasal dari singkatan Interconnectionnetworking
yang artinya
„jaringan
internasional‟
berarti
kumpulan dari jutaan komputer di seluruh dunia yang terkoneksi. Maksud dari dialog di atas pada singkatan internet yaitu seorang pembeli bernama Vidi melihat pada sebuat situs penjualan bahwa Bapak Adam menjual buku-buku. Latar belakang terjadinya campur kode pada singkatan internet yaitu tidak ada ungkapan lain yang tepat dalam bahasa yang sedang dipakai. Fungsi campur kode tersebut adalah kebutuhan kosakata karena singkatan tersebut merupakan hal yang umum yang biasa digunakan dan tidak ada padanan kata yang tepat dalam bahasa Indonesia. Batasan dan tujuan berbicara
menggunakan
singkatan
internet
yaitu
untuk
memberitahukan lawan tutur tentang sesuatu yang dimaksud, misalnya Vidi memberitahu kepada Adam bahwa ia melihat usaha Bapak Adam yang tertera di internet. Struktur dan kaidah negosiasi berjalan dengan baik melalui kompromi dan tawarmenawar hingga mencapai kesepakatan harga di antara Adam, Said, dan Vidi. 2). DHL Peristiwa campur kode dijumpai pada singkatan DHL dengan kutipan sebagai berikut: : “Hmmm sebenarnya bisa lebih cepat lagi pakai DHL itu bisa 1-2 minggu ditambah bea cukai mungkin harganya lebih mahal Bu. Jadi gimana Bu?” Peristiwa campur kode yang terjadi pada singkatan DHL Said
tersebut merupakan campur kode dialog. Campur kode singkatan DHL merupakan peristiwa campur kode keluar (ekstern code-mixing) karena singkatan DHL berasal dari bahasa Inggris, DHL berasal dari singkatan Dalsey, Hillblom, dan Lynn yaitu nama pendiri DHL yang merupakan perusahaan
79 multinasional dalam bidang kurir ekspres dan logistik yang bermarkas di Bonn, Jerman dan Plantation, Florida, serta Amerika Serikat. Maksud dari dialog di atas pada singkatan DHL yaitu Said memberitahu kepada Vidi cara pengiriman barang yang cepat. Latar belakang terjadinya campur kode pada singkatan DHL yaitu tidak ada ungkapan lain yang tepat dalam bahasa yang sedang dipakai. Fungsi campur kode tersebut adalah kebutuhan kosakata karena singkatan tersebut merupakan hal yang umum yang biasa digunakan dan tidak ada padanan kata yang tepat dalam bahasa Indonesia. Batasan dan tujuan berbicara
menggunakan
singkatan
DHL
yaitu
untuk
memberitahukan lawan tutur tentang sesuatu yang dimaksud, misalnya Said memberitahu kepada Vidi cara pengiriman yang cepat walaupun dengan biaya yang agak mahal. Struktur dan kaidah negosiasi berjalan dengan baik melalui kompromi dan tawar-menawar hingga mencapai kesepakatan harga di antara Adam, Said, dan Vidi.
9.
Analisis Wujud Campur Kode Kelompok 9 pada Negosiasi Tahun Pelajaran 2013/2014 a. Analisis Wujud Campur Kode Kata 1). Mbak Peristiwa campur kode dijumpai pada kata mbak dengan kutipan sebagai berikut: Arvin : “Iya mba, permisi.” Revy : “Oh ya, kita mau cari-cari gitar nih mba. Kira-kira merk yang bagus apa ya, mba?” Peristiwa campur kode yang terjadi pada kata mbak tersebut merupakan campur kode dialog. Campur kode kata mbak merupakan peristiwa campur kode ke dalam (intern codemixing) karena kata mbak berasal dari bahasa daerah yang
80 terdapat di wilayah Republik Indonesia, yaitu bahasa Jawa. Kata mbak memiliki arti „kata sapaan terhadap wanita yang dianggap lebih tua‟ yang berfungsi sebagai panggilan untuk wanita. Kata mbak termasuk ke dalam kelas kata nomina. Maksud kata mbak tersebut adalah untuk menyapa seorang penjual di toko. Latar belakang terjadinya campur kode pada kata mbak yaitu kesantaian dan kebiasaan penutur ketika berbicara dalam situasi informal. Fungsi campur kode tersebut adalah penutur menghormati lawan tuturnya. Batasan dan tujuan berbicara adalah untuk menyapa seseorang jika tidak menyebutkan atau tidak mengetahui namanya. Struktur dan kaidah negosiasi berjalan dengan baik melalui kompromi hingga mencapai kesepakatan harga di antara keduanya. 2). Mas Peristiwa campur kode dijumpai pada kata mas dengan kutipan sebagai berikut: : “Mau cari apa ya, mas? gitar? Senar? Buku musik juga ada.” Peristiwa campur kode yang terjadi pada kata mas tersebut Natasha
merupakan campur kode dialog. Campur kode kata mas merupakan peristiwa campur kode ke dalam (intern codemixing) karena kata mas berasal dari bahasa daerah yang terdapat di wilayah Republik Indonesia, yaitu bahasa Jawa. Kata mas memiliki arti „kata sapaan terhadap laki-laki yang dianggap lebih tua‟ yang berfungsi sebagai panggilan untuk laki-laki. Kata mas termasuk ke dalam kelas kata nomina. Maksud kata mas dari dialog tersebut adalah untuk menyapa seorang pembeli. Latar belakang terjadinya campur kode pada kata mas yaitu kesantaian dan kebiasaan penutur ketika berbicara dalam situasi informal. Fungsi campur kode tersebut adalah penutur menghormati lawan tuturnya yang ingin membeli gitar. Batasan dan tujuan berbicara adalah untuk menyapa seseorang jika tidak
81 menyebutkan atau tidak diketahui namanya. Struktur dan kaidah negosiasi berjalan dengan baik melalui kompromi hingga mencapai kesepakatan harga di antara keduanya . 3). Sorry Peristiwa campur kode dijumpai pada kata sorry dengan kutipan sebagai berikut: Revy : “Yah, sorry Vin. Kurang berapa ya, mbak?” Peristiwa campur kode yang terjadi pada kata sorry tersebut merupakan campur kode dialog. Campur kode kata sorry merupakan peristiwa campur kode keluar (ekstern codemixing) karena kata sorry berasal dari bahasa asing yaitu bahasa Inggris. Kata sorry memiliki arti „maaf‟ yang berfungsi sebagai permintaan maaf seseorang kepada orang lain atas sesuatu yang telah diperbuat. Kata sorry termasuk ke dalam kelas kata adverbia. Maksud dari dialog tersebut adalah Revy meminta maaf kepada Arvin bahwa uang yang ia bawa untuk membeli gitar ternyata tidak cukup. Latar belakang terjadinya campur kode pada kata sorry yaitu kesantaian dan kebiasaan penutur dalam menyebutkan „maaf‟ menjadi sorry karena kata tersebut lebih sering diucapkan
sehingga
menjadi
suatu
kebiasaan
berbicara
menggunakan bahasa asing. Fungsi campur kode tersebut adalah penutur (Revy) menunjukkan keakraban dalam situasi santai kepada lawan tutur (Arvin). Batasan dan tujuan berbicara menggunakan kata sorry yaitu untuk memberitahukan serta membujuk lawan tutur tentang sesuatu yang dimaksud, misalnya Revy meminta maaf kepada Arvin bahwa uangnya tidak cukup, kemudian ia membujuk Arvin untuk membayar dengan uangnya. Struktur dan kaidah negosiasi berjalan dengan baik melalui kompromi hingga mencapai kesepakatan harga di antara keduanya .
82 10.
Analisis Wujud Campur Kode Kelompok 11 pada Negosiasi Tahun Pelajaran 2013/2014 a. Analisis Wujud Campur Kode Singkatan 1). Internet Peristiwa campur kode dijumpai pada singkatan internet dengan kutipan sebagai berikut: Gani : “Saya lihat di internet, ini rumah yang menjual furniture itu ya?” Peristiwa campur kode yang terjadi pada singkatan internet tersebut merupakan campur kode dialog. Campur kode singkatan internet merupakan peristiwa campur kode keluar (ekstern code-mixing) karena singkatan internet berasal dari bahasa Inggris, internet berasal dari singkatan Interconnectionnetworking yang artinya Singkatan internet memiliki arti „jaringan internasional‟ yang berarti kumpulan dari jutaan komputer di seluruh dunia yang terkoneksi. Maksud dari dialog di atas pada singkatan internet yaitu seorang pembeli bernama Gani melihat pada sebuah situs jejaring sosial bahwa di rumah Ibu Anita menjual mebel. Latar belakang terjadinya campur kode pada singkatan internet yaitu tidak ada ungkapan lain yang tepat dalam bahasa yang sedang dipakai. Fungsi campur kode tersebut adalah kebutuhan kosakata karena singkatan tersebut merupakan hal yang umum yang biasa digunakan dan tidak ada padanan kata yang tepat dalam bahasa Indonesia. Batasan dan tujuan berbicara
menggunakan
singkatan
internet
yaitu
untuk
memberitahukan lawan tutur tentang sesuatu yang dimaksud, misalnya Bapak Gani memberitahu kepada Bapak Andi bahwa ia melihat penjualan mebel di rumah tersebut lewat situs jejaring sosial. Struktur dan kaidah negosiasi berjalan dengan baik melalui kompromi dan tawar-menawar hingga mencapai kesepakatan harga di antara mereka.
83 2). DP Peristiwa campur kode dijumpai pada singkatan DP dengan kutipan sebagai berikut: : “Iya, kalau gitu nanti Bapak tanda tangan di sini, terus nanti tulis alamat Bapak. Selama dua hari ke depan mungkin barangnya akan diantar. Tapi barangnya akan diantar kalau bapak sudah bayar DP uangnya.” Peristiwa campur kode yang terjadi pada singkatan DP Bu Anita
tersebut merupakan campur kode dialog. Campur kode singkatan DP merupakan peristiwa campur kode keluar (ekstern code-mixing) karena singkatan DP berasal dari bahasa Inggris, DP berasal dari singkatan Down Payment yang artinya „uang muka‟, berarti seseorang harus membayar uang muka terlebih dahulu ketika melakukan transaksi jual beli. Maksud dari dialog di atas pada singkatan DP yaitu Bu Anita meminta kepada Bapak Gani untuk membayar uang muka terlebih dahulu, setelah itu barang akan di antar ke rumah Bapak Gani. Latar belakang terjadinya campur kode pada singkatan DP yaitu kesantaian dan kebiasaan penutur dalam mengucapkan singkatan DP dibandingkan dengan „uang muka‟. Fungsi campur kode tersebut adalah kebutuhan kosakata, penutur menyebutkan singkatan umum yang biasa digunakan dalam kehidupan sehari-hari, sehingga lawan bicara mengerti maksud dan maknanya dengan sendirinya. Batasan dan tujuan berbicara menggunakan singkatan DP yaitu untuk memberitahukan lawan tutur tentang sesuatu yang dimaksud, misalnya Ibu Anita memberitahukan
kepada
Bapak
Gani
bahwa
ia
akan
mengantarkan barang mebel ke rumah Bapak Gani jika ia sudah membayar uang muka. Struktur dan kaidah negosiasi berjalan dengan baik melalui kompromi dan tawar-menawar hingga mencapai kesepakatan harga di antara mereka.
84 11.
Analisis Wujud Campur Kode Kelompok 12 pada Negosiasi Tahun Pelajaran 2013/2014 a. Analisis Wujud Campur Kode Kata 1). Handphone Peristiwa campur kode dijumpai pada kata handphone dengan kutipan sebagai berikut: Nindy : Wah, handphone baru tuh. Febry: “Ini Mas teman saya katanya dia pengen beli handphone promo kaya saya. Masih ada nggak?” Peristiwa campur kode yang terjadi pada kata Handphone tersebut merupakan campur kode dialog. Campur kode kata handphone merupakan peristiwa campur kode keluar (ekstern code-mixing) karena kata Handphone berasal dari bahasa asing yaitu bahasa Inggris. Handphone berasal dari dua kata yaitu hand dan phone. Hand memiliki arti „tangan/genggam‟, sedangkan phone memiliki arti „telepon‟. Jadi, handphone berarti „telepon genggam‟
yang berfungsi
sebagai
alat
komunikasi dengan antena tanpa kabel yang dapat dibawa kemana-mana. Walaupun terdiri dari dua kata namun penulisan kata handphone harus ditulis gabung karena kata tersebut dikenal dengan istilah kata majemuk. Kelas kata yang terdapat dalam kata handphone adalah kelas kata nomina dan pada dialog “wah, handphone baru tuh” terdapat kelas kata interjeksi pada kata „wah‟. Maksud dari dialog pertama pada kata Handphone yaitu Nindy menyindir Febry ketika Febry memiliki telepon genggam baru. Dialog kedua, Febry memberitahu kepada penjual (Iswara) bahwa temannya (Nindy) ingin membeli telepon genggam promo sama seperti kepunyaannya. Latar belakang terjadinya campur kode pada kata handphone yaitu kesantaian dan kebiasaan penutur dalam menyebutkan „telepon genggam‟ menjadi handphone. Fungsi campur kode dalam dialog tersebut adalah kebutuhan kosakata,
85 penutur menyebutkan benda umum yang biasa digunakan dalam kehidupan sehari-hari, sehingga lawan tutur mengerti maksud dan maknanya dengan sendirinya. Batasan dan tujuan berbicara menggunakan kata handphone yaitu untuk memberitahukan dan melaporkan kepada lawan tutur tentang sesuatu yang dimaksud, misalnya si pembeli memberitahukan kepada penjual maksud kedatangannya di toko tersebut, begitu juga dengan penjual yang hendak melaporkan kepada pembeli merek apa yang akan dibeli. Struktur dan kaidah negosiasi berjalan dengan baik melalui kompromi hingga mencapai kesepakatan harga di antara keduanya . 2). Mbak Peristiwa campur kode dijumpai pada kata mbak dengan kutipan sebagai berikut: Iswara : “Permisi, mba. Ada yang bisa saya bantu?” Iswara : “Yang ada di meja ini saja, mba.” Peristiwa campur kode yang terjadi pada kata mbak tersebut merupakan campur kode dialog. Campur kode kata mbak merupakan peristiwa campur kode ke dalam (intern codemixing) karena kata mbak berasal dari bahasa daerah yang terdapat di wilayah Republik Indonesia, yaitu bahasa Jawa. Kata mbak memiliki arti „kata sapaan terhadap wanita yang dianggap lebih tua‟ yang berfungsi sebagai panggilan untuk wanita. Kata mbak termasuk ke dalam kelas kata nomina. Maksud kata mbak tersebut adalah untuk menyapa seorang pembeli yang ingin membeli telepon genggam. Latar belakang terjadinya campur kode pada kata mbak yaitu kesantaian dan kebiasaan penutur ketika berbicara dalam situasi informal. Fungsi campur kode tersebut adalah penutur menghormati lawan tuturnya. Batasan dan tujuan berbicara adalah untuk menyapa seseorang jika tidak menyebutkan atau tidak mengetahui namanya. Struktur dan kaidah negosiasi
86 berjalan dengan baik melalui kompromi hingga mencapai kesepakatan harga di antara keduanya. 3). Mas Peristiwa campur kode dijumpai pada kata mas dengan kutipan sebagai berikut: Febry: “Ini mas teman saya katanya dia pengen beli handphone promo kaya saya. Masih ada nggak?” Nindy : “Iya mas, yang mana aja yang masih promo?” Peristiwa campur kode yang terjadi pada kata mas tersebut merupakan campur kode dialog. Campur kode kata mas merupakan peristiwa campur kode ke dalam (intern codemixing) karena kata mas berasal dari bahasa daerah yang terdapat di wilayah Republik Indonesia, yaitu bahasa Jawa. Kata mas memiliki arti „kata sapaan terhadap laki-laki yang dianggap lebih tua‟ yang berfungsi sebagai panggilan untuk laki-laki. Kata mas termasuk ke dalam kelas kata nomina. Maksud kata mas dari dialog tersebut adalah untuk menyapa seorang penjual di toko. Latar belakang terjadinya campur kode pada kata mas yaitu kesantaian dan kebiasaan penutur ketika berbicara dalam situasi informal. Fungsi campur kode tersebut adalah penutur menghormati lawan tuturnya. Batasan dan tujuan berbicara adalah untuk menyapa seseorang jika tidak menyebutkan atau tidak diketahui namanya. Struktur dan kaidah negosiasi berjalan dengan baik melalui kompromi hingga mencapai kesepakatan harga di antara keduanya. 4). Second Peristiwa campur kode dijumpai pada kata second dengan kutipan sebagai berikut: : “Pasti KW. Ini udah asli Mba. Yang lain mah pasti second atau nggak KW-KWan.” Peristiwa campur kode yang terjadi pada kata second Iswara
tersebut merupakan campur kode dialog. Campur kode kata
87 second merupakan peristiwa campur kode keluar (ekstern codemixing) karena kata second berasal dari bahasa asing yaitu bahasa Inggris. Kata second memiliki arti „kedua‟ yang berfungsi sebagai barang kedua/bekas. Kata second termasuk ke dalam kelas kata adjektiva. Maksud dari dialog tersebut adalah Iswara seorang penjual memberitahu kepda Nindy dan Febry bahwa telepon genggam tersebut produk asli, bukan barang bekas. Latar belakang terjadinya campur kode pada kata second yaitu kesantaian dan kebiasaan penutur dalam menyebutkan „barang bekas‟ menjadi second karena kebiasaan penutur dalam menggunakan bahasa asing. Fungsi campur kode tersebut adalah kebutuhan kosakata, penutur menyebutkan istilah umum yang biasa digunakan dalam kehidupan sehari-hari, sehingga lawan bicara menegerti maksud dan makna dengan sendirinya. Batasan dan tujuan berbicara menggunakan kata second yaitu untuk memberitahu bahwa barang yang Iswara jual merupakan barang asli, bukan barang bekas. Struktur dan kaidah negosiasi berjalan dengan baik melalui kompromi hingga mencapai kesepakatan harga di antara ketiganya.
b. Analisis Wujud Campur Kode Singkatan 1). Hp Peristiwa campur kode dijumpai pada singkatan hp dengan kutipan sebagai berikut: Nindy : “Oh promo? Beli dimana? Mau tuh, gue juga pengen beli hp baru nih.” Peristiwa campur kode yang terjadi pada singkatan hp tersebut merupakan campur kode dialog. Campur kode pada singkatan hp merupakan peristiwa campur kode keluar (ekstern code-mixing) sebab hp merupakan singkatan yang berasal dari bahasa Inggris, dari singkatan handphone yang artinya telepon
88 genggam. Maksud dari dialog di atas adalah Nindy ingin membeli telepon genggam baru. Latar belakang terjadinya campur kode pada singkatan hp yaitu kesantaian dan kebiasaan penutur dalam menggunakan bahasa asing sehingga lebih sering mengucapkan hp untuk mempersingkat pengucapan kata handphone. Fungsi campur kode terebut adalah kebutuhan kosakata, penutur menyebutkan benda umum yang biasa digunakan dalam kehidupan sehari-hari, sehingga lawan bicara mengerti maksud dan maknanya dengan sendirinya.
Batasan
dan
tujuan
berbicara
menggunakan
singkatan hp yaitu untuk memberitahukan dan melaporkan kepada penjual bahwa Nindy telepon genggam baru yang sedang promo. Struktur dan kaidah negosiasi berjalan dengan baik melalui kompromi hingga mencapai kesepakatan harga di antara keduanya.
D.
Latar Belakang Terjadinya Campur Kode Latar belakang siswa menggunakan campur kode adalah sebagai berikut: 1.
Kesantaian dan kebiasaan penutur dalam situasi informal. Siswa mengujarkan beberapa serpihan campur kode secara santai dan terbiasa karena bahasa tersebut sering diucapkan dalam kehidupan sehari-hari, dalam pergaulan di lingkungan masyarakat maupun di lingkungan dalam rumah.
2.
Tidak ada ungkapan yang tepat untuk menggantikan bahasa tersebut. Siswa memakai beberapa kata menggunakan bahasa Inggris atau bahasa daerah karena, tidak ada pandanan kata yang tepat dalam bahasa Indonesia, seperti kata internet, RAM, GB, dan lain sebagainya sehingga penutur memakai beberapa serpihan bahasa asing atau bahasa daerah ketika berkomunikasi dengan lawan tuturnya.
BAB IV PENUTUP
A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian tentang campur kode dalam negosiasi siswa kelas X SMA Negeri 87 Jakarta Tahun Pelajaran 2013/2014, dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Wujud campur kode dalam bentuk kata, frasa, klausa, singkatan, kalimat, dan idiom dalam negoasiasi siswa kelas X SMA Negeri 87 Jakarta. Dari 54 data campur kode yang ada, sebanyak 34 campur kode berwujud kata, 5 campur kode berwujud frasa, 9 campur kode berwujud singkatan, 5 campur kode berwujud kalimat, 1 campur kode berwujud idiom. 2. Campur kode dalam negosiasi siswa dilatarbelakangi oleh kesantaian dan kebiasaan penutur dalam situasi informal, tidak ada ungkapan yang tepat dalam bahasa yang sedang dipakai, dan ingin memamerkan keterpelajarannya/ kedudukannya. Tetapi, yang lebih dominan yaitu karena kesantaian dan kebiasaan penutur dalam situasi informal ketika berbicara, terdapat sebanyak 46 data dan latar belakang terjadinya campur kode karena tidak ada kata, frasa, klausa, kalimat, singkatan, dan idiom yang tepat untuk menggantikan bahasa tersebut, terdapat sebanyak 8 data.
B. Saran 1. Hendaknya berhati-hati dalam menggunakan campur kode ketika berbicara, agar fungsi bahasa Indonesia tidak bergeser dan tetap menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar. 2. Diharapkan pada penelitian yang berikutnya agar meneliti kajian tentang campur kode lebih luas lagi.
89
DAFTAR PUSTAKA Alwi, Hasan. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Bahasa dan Balai Pustaka, 2011. Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta, 2010. Aslinda dan Leni Syafyahya. Pengantar Sosiolinguistik. Bandung: Refika Aditama, 2007. Badudu, J. S. Inilah Bahasa Indonesia yang Benar III. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 1996. Chaer, Abdul. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta, 2003. Chaer, Abdul dan Leonie Agustina. Sosiolinguistik Perkenalan Awal. Jakarta: Rineka Cipta, 2004. Goodpaster,Gary. Panduan Negosiasi dan Mediasi. Jakarta: Proyek ELIPS, 1999. Holmes, Janet. An Inroduction to Sociolinguistics. New York: Longman, 1993. Hudson, R. A. Sociolinguistics. Cambridge: Cambridge University Press, 1983. J. Moleong, Lexy. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1997. Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2008. Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. Bahasa Indonesia Ekspresi Diri dan Akademik. Jakarta: Politeknik Negeri Media Kreatif, 2013. Keraf, Gorys. Komposisi. Jakarta: Nusa Indah, 1994. Kosasih, Engkos. Cerdas Berbahasa Indonesia untuk SMA/ MA Kelas X. Jakarta: Erlangga, 2013. Kridalaksana, Harimurti. Kelas Kata dalam Bahasa Indonesia. Jakarta: PT. Gramedia, 2007. Nababan, P. W. J. Sosiolingusitik: Suatu Pengantar. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 1993. Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia. Ejaan Bahasa Indonesia yang di Sempurnakan. Bandung: Pustaka Setia, 2009. Rahardi, R. Kunjana. Kajian Sosiolinguistik Ihwal Kode dan Alih Kode. Bogor: Ghalia Indonesia, 2010. Robinson, Colin. Bagaimana Memenangkan Negosiasi. Jakarta: Gunung Mulia, 1993.
Sitompul, Awii, Royke Rawung dan Sammy Oppier. http://worddialect.blogspot.com/2011/08/dialek-medan.html. Diunduh pada tanggal 2 Juli 2014.pukul 19.35 WIB. Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta, 2010. Sumarsono, Sosiolinguistik. Yogyakarta: Sabda bekerja sama dengan Pustaka Pelajar, 2012. Suwito. Sosiolinguistik Pengantar Awal. Solo: Hendri Offset, 1985. Tarigan, Henry Guntur. Berbicara Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Jakarta: Angkasa, 2008. Wardaugh, Ronald. An Introduction to Sosiolinguistics. Oxford: Basil Blackwell, 1986. Wassid, Iskandar. Strategi Pembelajaran Bahasa. Bandung: Remaja, 2008.
L A M P I R A N
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Satuan Pendidikan
: SMA NEGERI 87 JAKARTA
Mata pelajaran
: Bahasa Indonesia
Kelas/Semester
: X/2
Tema
: Seni Bernegosiasi dalam Kewirausahaan
Materi Pokok
: Teks Negosiasi
Alokasi Waktu
: 1 X Pertemuan (4x45 menit)
A. Kompetensi Inti KI 1 Menghayati dan mengamalkan agama yang dianutnya KI 2
Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan pro-aktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia
KI 3
Memahami, menerapkan, menganalisis dan mengevaluasi pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah
KI 4
Mengolah, menalar, menyaji, dan mencipta dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri serta bertindak secara efektif dan kreatif, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.
B. Kompetensi Dasar dan Pencapaian Indikator Kompetensi 1.3 Mensyukuri anugerah Tuhan akan keberadaan bahasa Indonesia dan menggunakannya sebagai sarana komunikasi dalam mengolah, menalar, dan menyajikan informasi lisan dan tulis melalui teks negosiasi.
2.4 Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, peduli, dan santun dalam menggunakan bahasa Indonesia untuk bernegosiasi merundingkan masalah perburuhan, perdagangan, dan kewirausahaan. 3.5 Mengevaluasi teks negosiasi baik melalui lisan maupun tulisan 1. mengevaluasi teks negosiasi berdasarkan struktur isi 2. mengevaluasi teks negosiasi berdasarkan kaidah kebahasaannya 4.5 Mengonversi teks negosiasi ke dalam bentuk yang lain sesuai dengan struktur dan kaidah teks baik secara lisan maupun tulisan 1. mengonversi teks negosiasi menjadi teks monolog 2. mengonversi teks negosiasi menjadi teks drama pendek
C. Tujuan Pembelajaran Setelah proses mengamati berbagai fakta , menanya konsep, mencoba, mengasosiasi, dan mengomunikasikan peserta didik dapat: 1. mensyukuri anugerah Tuhan akan keberadaan bahasa Indonesia dan menggunakannya sebagai sarana komunikasi dalam mengolah, menalar, dan menyajikan informasi lisan dan tulis melalui teks negosiasi. 2. menunjukkan perilaku jujur, disiplin, peduli, dan santun dalam menggunakan bahasa Indonesia untuk bernegosiasi merundingkan masalah perburuhan, perdagangan, dan kewirausahaan. 3. mengevaluasi teks negosiasi berdasarkan struktur isi dengan benar. 4. mengevaluasi teks negosiasi berdasarkan kaidah kebahasaannya dengan benar. 5. mengonversi teks negosiasi menjadi teks monolog dengan benar. 6. mengonversi teks negosiasi menjadi teks drama pendek dengan benar. D. Materi Pembelajaran 1. Fakta Teks negosiasi dari berbagai sumber 2. Konsep Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, konversi adalah perubahan dari satu bentuk (rupa dan sebagainya) ke bentuk (rupa dan sebagainya) yang lain. 3. Prinsip Kegiatan mengonversi teks negosiasi merupakan kegiatan mengubah tulisan kedalam jenis teks yang lain. Kegiatan tersebut dilakukan tanpa mengubah isi pokok teks negosiasi, misalnya mengubah teks negosiasi menjadi teks monolog dan teks drama pendek.
1. Jenis negosiasi a. Negosiasi lisan Negosiasi dilaksanakan dengan bahasa ragam lisan. Contoh: negosiasi yang dilakukan ketika kedua belah pihak saling bertemu dan melakukan negosiasi secara langsung (berdialog), negosiasi melalui telepon, b. Negosiasi tulisan Negosiasi dilaksanakan dengan ragam bahasa tulis. Contoh: proposal kegiatan, surat resmi. Proposal Kegiatan a. Halaman judul g. Penyelenggara b. Latar belakang h. Susunan panitia c. Tujuan kegiatan i. Susunan panitia d. Tema dan nama kegiatan j. Rencana anggaran e. Jenis kegiatan k. Penutup f. Peserta Surat resmi 1. Bagian-bagian surat resmi a. Kepala surat b. Tempat dan tanggal surat c. Nomor surat d. Lampiran e. Hal/perihal f. Alamat surat g. Salam pembuka h. Isi surat i. Salam penutup j. Nama pengirim dan tanda tangan k. Tembusan l. Inisial 2. Jenis-jenis surat a. Surat dinas (surat keterangan, surat permohonan) b. surat perjanjian (surat perjanjian utang piutang, surat perjanjian sewa menyewa, surat perjanjian jual beli, c. surat niaga (surat penawaran, surat pesanan, surat permintaan
E. Pendekatan dan Metode Pembelajaran Pendekatan : saintifik Metode
: learning community dan inquiry
F. Media, Alat, dan Sumber Pembelajaran
Media: Power Point, Alat: LCD, laptop, teks laporan hasil observasi, Sumber Belajar: Bahasa Indonesia: Ekspresi Diri dan Akademik . 2013. Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.
G. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran Kegiatan
Pendahuluan
Inti
Deskripsi
Alokasi waktu
1. Peserta didik merespons salam tanda mensyukuri 20 menit anugerah Tuhan dan pertanyaan dari guru berhubungan dengan pembelajaran sebelumnya. 2. Peserta didik menerima informasi dengan proaktif tentang keterkaitan pembelajaran sebelumnya dengan pembelajaran yang akan dilaksanakan. 3. Peserta didik menerima informasi kompetensi, materi, tujuan, manfaat, dan langkah pembelajaran yang akan dilaksanakan. 4. Peserta didik mengambil undian bertuliskan nomor 1,2,3,4. 5. Peserta didik bekelompok sesuai dengan nomor yang sama dengan jujur. Mengamati
Peserta didik membaca teks tentang kaidah-kaidah penulisan teks negosiasi. Peserta didik mencermati uraian yang berkaitan dengan kaidah-kaidah penulisan teks negosiasi. Mempertanyakan
Peserta didik bertanya jawab tentang hal-hal yang berhubungan dengan isi bacaan. Mengeksplorasi
Peserta didik mencari dari berbagai sumber informasi tentang kaidah-kaidah penulisan teks negosiasi. Mengasosiasikan
Peserta didik mendiskusikan kaidah-kaidah penulisan teks negosiasi.
Peserta didik menyimpulkan hal-hal terpenting dalam kaidah-kaidah penulisan teks negosiasi. Mengomunikasikan
Penutup
1. 2. 3.
Peserta didik menuliskan laporan kerja kelompok tentang kaidah-kaidah penulisan teks negosiasi. Peserta didik membacakan hasil kerja kelompok di depan kelas dan peserta didik lain memberikan tanggapan. Peserta didik mengonversi teks negosiasi ke dalam bentuk yang lain sesuai dengan struktur dan kaidah teks baik secara lisan maupun tulisan. Siswa menyimpulkan materi yang telah dipelajari 30 menit Siswa melakukan evaluasi pembelajaran. Siswa saling memberikan umpan balik hasil evaluasi pembelajaran yang telah dicapai.
H. Penilaian Autentik 1. Penilaian proses Penilaian Sikap No
Aspek yang dinilai
1.
Religius
2.
Tanggung jawab
3.
Disiplin
4.
Proaktif
5.
Jujur
Teknik Penilaian Pengamatan
Waktu Penilaian Proses
Instrumen Penilaian Lembar Pengamatan
2. Penilaian Hasil a. Penilaian Pengetahuan No Indikator Pencapaian Kompetensi
Teknik Penilaian
Bentuk Penilaian
Instrumen
1.
mengevaluasi teks Tes negosiasi berdasarkan tertulis struktur isi
Uraian
Evaluasilah teks negosiasi yang kalian cari berdasarkan struktur isi!
2.
mengevaluasi teks Tes negosiasi berdasarkan tertulis kaidah kebahasaannya
uraian
Evaluasilah teks negosiasi yang telah kalian cari berdasarkan kaidah kebahasaannya!
b. Penilaian Keterampilan 3.
mengonversi teks negosiasi menjadi teks monolog
Tes tertulis
Uraian
Konversilah teks negosiasi yang telah kalian buat menjadi teks monolog!
4.
mengonversi teks negosiasi menjadi teks drama pendek dengan benar
Tes tertulis
Uraian
Konversi teks negosiasi yang telah kalian buat menjadi teks drama pendek!
I. Pedoman Penskoran 1. penilaian pengetahuan No. Soal 1.
2.
Petunjuk Penskoran Tepat Kurang tepat Tidak tepat Tepat Kurang tepat Tidak tepat
Skor 50 40 30 50 40 30
2. penilaian keterampilan No. Soal 3.
4.
Petunjuk Penskoran
Skor
Tepat Kurang tepat Tidak tepat Tepat Kurang tepat Tidak tepat
50 40 30 50 40 30
Keterangan Nilai = Perolehan skor
x 100
Jumlah skor maksimal
lampiran Lembar Pengamatan Sikap
MATA PELAJARAN : BAHASA INDONESIA KELAS
: X IPA/ IPS
KD
: 1.
Bubuhkan tanda (√) pada kolom-kolom sesuai hasil pengamatan.
No.
Nama Peserta Didik
Religius
Tanggung jawab
Disiplin
Proaktif
Jujur
S B C K S B C K S B C K S B C K S B C K B B B B B 1.
2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26.
.
Transkripsi Dialog Negosiasi Kelas X IPA 2 SMA Negeri 87 Tahun Ajaran 2013/2014 Kelompok 1 Negosiasi jual beli handphone Nina Diana sebagai penjual handphone Pridiska sebagai pembeli Raina Vega sebagai pembeli
Vega : “Selamat siang mbak.” Nina
: “Selamat siang. Ada yang bisa saya bantu?”
Vega : “Ini biasa, saya mau membeli hp.” Nina
: “Mau beli handphone apa?”
Vega : “Kira-kira yang bagus apa ya mbak?” Nina
: “Hu banyak banget di sini. Kita menyediakan model-model terbaru. Hmm banyak sih ada Nokia, ada Samsung, ada Advance. Kamu pilih yang mana?”
Vega : “Kira-kira sih kata temen saya yang bagus Samsung.” Nina
: “Tunggu sebentar ya.” “Ini ada Nokia, ada Samsung, mau pilih yang mana?”
Vega : “Ini mah kaya hp anak saya nih. Ini kayaknya bagus nih. Ini berapaan nih?” (menunjuk handphone Samsung). Nina
: “Kalo ini sih Rp 2.500.000.”
Vega : “Wah bisa nego?”
Nina
: “Boleh lah, kan kamu kan kenal sama keponakan saya, jadi boleh lah.”
Vega : “Rp 1.500.000 ya mbak?” Nina
: “Yah, jangan lah. Naikan lagi.”
Vega : “Ya udah deh, Rp 1.700.000?” Nina
: “Jangan, saya kasih Rp 2.300.000.”
Vega : “Yah mbak, saya uangnya kurang nih mbak.” Nina
: “Ya karena kamu teman keponakan saya, saya kasih deh hmm Rp 2.000.000.”
Vega : “Oh 2.000.000.” Nina
: “Boleh dilihat-lihat, nih bisa dibuka dulu.” (Sambil membantu membuka segelnya)
Vega : “Oh iya mbak. Ya udah deh mbak, 2.000.000 ya.” Nina
: “Iya.”
Vega : (Mengeluarkan uang dari kantong celananya). “Nih mbak, itung dulu duitnya.” Nina
: “Oh iya.” (menerima uang kemudian menghitungnya). “Oh iya, makasih ya. Kalau ada keperluan, silahkan datang lagi.”
Vega : “Iya. makasih mbak.” Nina
: “Iya.”
Kemudian pembeli lain bernama Pridiska datang dan melihat-lihat handphone sejak negosiasi antara Nina dan Vega berlangsung. Nina
: “Ada yang cocok mbak?”
Pridiska
: “Hmm saya mau beli handphone dong.”
Nina Pridiska
: “Handphone apa mba?” : “Handphone apa ya? Bagus-bagus ya modelnya. Jadi bingung saya. Milih handphone aja saya bingung apalagi milih doi.”
Nina
: “Mba bisa aja. Samsung mau mbak?”
Pridiska
: “Hmm coba deh lihat.”
Nina
: “Nanti dulu ya, saya ambilkan dulu.” “Nih, mba bisa lihat-lihat. Tuh.”
Pridiska
: “Kalo ini apa mbak?”
Nina
: “Iya silahkan mbak di buka. Ini masih bergaransi loh.”
Pridiska
: “Ya.”
Nina
: “Dilihat-lihat dulu mbak silahkan.”
Pridiska
: “Ini bukannya kaya yang mas-mas tadi ya?”
Nina
: “Iya, mas-mas tadi juga beli sama. Soalnya ini yang terbaru mbak.”
Pridiska
: “Oh yang terbaru. Coba saya lihat ya.”
Nina
: “Iya.”
Pridiska
: (Membuka segel)
Nina
:”Nah, tuh.”
Pridiska
: “Oh... ya ya. Saya pilih yang mana ya?”
Nina
: “Tapi ini harganya lebih mahal mbak.”
Pridiska
: “Kalo ini berapa?” (menunjuk handphone Samsung)
Nina
: “Rp 2.500.000.”
Pridiska
: “Kemahalan lah, masa Rp 2.500.000.”
Nina
: “Ya kan ini model baru mbak. Saya juga baru stok baru.”
Pridiska
: “Ya udah gimana kalau Rp 1.200.000?”
Nina
: “Rp 1.200.000 mah yg ini aja mbak.” (Menunjuk handphone yang lain).
Pridiska
: “Yah, saya maunya yang ini. Saya sudah falling in love sama yang ini.” (Menunjuk handphone Samsung)
Nina
: “Ini 2.500.000 mbak. Kalau mau Rp 1.200.000 yang ini.” (Menunjuk handphone yang lain).
Pridiska
: “Yah, yaudah ini saya tawar Rp 1.500.000?”
Nina
: “Yah, ini aja harganya Rp 2.500.000 masa mau ditawar segitu.”
Pridiska
: “Ya udah mbak-nya nego berapa?”
Nina
: “Rp 2.300.000.”
Pridiska
: “Tapi saya denger sama mas-mas yang tadi harganya Rp 2.000.000. Masa sama cowo Rp 2.000.000 sama cewe mahalan.”
Nina
: “Ya kan itu dia temannya keponakan saya, jadi saya kenal ya saya kasih segitu.”
Pridiska
: “Ya udah, kan kita sesama umat muslim, jadi seharusnya harganya sama dong harga saudara.”
Nina
: “Yaudah deh, karena mbak udah dengar tadi negosiasi saya sama mas tadi, boleh lah saya kasih Rp 2.000.000.”
Pridiska
: “Baik. Ini deal ya 2.000.000?”
Nina
: “Iya.”
Pridiska
: “Ini uangnya Rp 2.000.000.” (Memberikan uang kepada penjual).
Nina
: “Saya hitung dulu ya.”
Pridiska
: “Iya.”
Nina
: “Oh iya mbak, sudah.”
Pridiska
: “Makasih.”
Nina
: “Ya.”
Akhirnya Pridiska dan Vega sudah membeli hp antara penjual dan pembeli seharga 2.000.000 dengan melalui proses tawar-menawar.
Kelompok 2 Jual Beli Baju Adissa Vintha Junilla sebagai pembeli Almira Reyhan sebagai penjual Dwi Harnum sebagai pembeli Vintha dan Hanum sedang berjalan-jalan di Tanah Abang mencari kaos lengan panjang untuk acara besok. Setelah beberapa butik dikunjungi, sampailah mereka di butik Almira. Almira : “Selamat datang di butik Almira. Ada yang bisa saya bantu?” Hanum : “Kaos lengan panjangnya ada, sis?” Almira : “Oh ada tuh dibagian sana.” (Menunjuk tempat kaos). Hanum : “Yaudah. Eh ini sweaternya lucu, Vin.” “Eh sis, berapaan?” Almira : “Rp 80.000” Hanum : “Oh...” Vintha : “Num, ini juga Num lucu deh. “ “Ini kaos lengan panjang kan, sis?” Almira : “Iya.” Hanum : “Harganya berapaan, sis kalo yang itu?” Almira : “Rp 110.000.” Hanum : “Loh kok lebih mahal?” Almira : “Coba dipegang aja, sis bahannya. Bahan kaos itu lebih bagus, adem tapi gak tipis.”
Vintha : (Memegang kedua baju itu). “Oh iya Num, kayaknya yang adem yang itu.” Hanum : “Tapi, mending sweater aja deh Vin, soalnya lebih murah.” Vintha : “Tapi kan besok bakalan panas Num.” Hanum : “Tapi Rp 30.000 bedanya.” Vintha : “Daripada kita beli, terus besok gak dipake kepanasan.” Hanum : “Tapi tetap aja Rp 30.000 itu lumayan.” Vintha : “Ngapain dibeli kalo besok gak dipake.” Hanum : “Tapi kemahalan, Vin.” Vintha : “Sis, turunin lah, sis.” Almira : “Paling Cuma bisa Rp 100.000.” Vintha : “Gimana Num?” Hanum : “Gak mau gue kalo segitu.” Almira : “Kualitas bahannya lebih bagus.” Vintha : “Gimana Num?” Almira : “Emang maunya berapa, sis?” Hanum : “Rp 75.000 deh.” Almira : “Gak bisa, sis. Gimana kalau Rp 170.000 dua?” Vintha : “Gimana Num? Beda sedikit doang.” Hanum : “Hmm ya udah deh.” Vintha : “Oke, sis. Kes atau debit?” Almira : “Kes aja, sis.”
Vintha : (Memberikan uang). Almira : “Makasih, sis.” Vintha : “Sama-sama, sis.” Vintha dan Dwi meninggalkan butik Almira dengan dua potong kaos seharga Rp 85.000.
Kelompok 3 Jual Beli Laptop Muhammad Fariza Ibrahim sebagai Peter Parker (Anak) Nabila sebagai Ibu Peter Parker M. Fikry Raka sebagai Penjual Diceritakan, Peter Parker seorang anak SMA yang bertubuh tinggi dan kurus dikenal pintar di kelasnya. Peter saat ini menduduki bangku kelas X. Tepatnya 9 bulan yang lalu ia memilih jurusan IPA pada peminatan di sekolah yang diadakan di awal tahun. Dengan kemampuan akademiknya yang cenderung di atas rata-rata, ia sering sekali mendapatkan nilai yang bagus dan memuaskan. Tetapi Peter tidak seperti anak lainnya, ia bukanlah anak pintar, tapi anak pintar yang cupu atau anak pintar tapi sombong. Ia dikenal sebagai orang yang rendah diri, mudah bergaul dan pastinya memiliki banyak teman. Suatu hari, Peter sedang duduk di bangku meja belajar di kamarnya. Ibunya merasa ada yang aneh pada dirinya. Hari itu, hari Minggu pagi. Peter biasanya sedang duduk manis menonton kartun kesayangannya di depan televisi. Akhirnya, Ibunya masuk ke kamarnya dan menghampirinya. Ibu
: “Sedang apa kamu Peter? Tumben, biasanya kamu kan nonton Doraemon di tv.”
Peter : “Ini Bu, aku sedang belajar. Minggu depan soalnya ada UTS.” Ibu
: “Oh ulangan toh, bagus lah kalau begitu.”
Peter : “Iya Bu.” Ibu
: “Peter, selama ini Ibu lihat nilai kamu bagus-bagus ya.”
Peter : “Ah biasa aja Bu.” Ibu
: “Sudahlah, kamu tidak perlu merendahkan dirimu terus menerus. Ibu tahu, kamu ini berbeda kan dengan anak yang lainnya.”
Peter : “Berbeda apanya Bu?” Ibu
: “Ya berbeda saja. Biasanya anak lainnya saat mereka mendapatkan nilai yang bagus, mereka meminta hadiah kepada orang tuanya. Nah, sedangkan kamu tidak meminta apapun kepada Ibu. Hmm, mungkin cuma buku. Buku itupun untuk keperluan sekolah.”
Peter : “Ibu, aku ini memang suka Sains, jadi wajar aja kalau aku belajar. Paling cuma baca-baca buku doang.” Ibu
: “Kamu ini. Ibu ada ide.”
Peter : “Ide apa Bu?” Ibu
: “Kan kamu akan menghadapi UTS, kalau kamu dapat nilai 100 lagi, Ibu akan membelikanmu laptop. Mungkin laptop itu akan berguna untukmu. Lagi pula, laptop itu gampang dibawa kemana-mana, tidak seperti komputermu itu. Bagaimana?”
Peter : “Mau mau Bu. Tapi, nilai 100? Aku kurang yakin Bu.” Ibu
: “Ya kamu harus yakinlah. Ibu yakin kamu pasti bisa.”
Peter : “Iya, akan aku usahakan Bu.” Ibu
: “Ya sudah, Ibu sudah membuatkanmu Pancake. Segera dimakan lah sebelum itu dingin.”
Peter : “Ya sudah. Ayo Bu.” Peter dan Ibunya pun meninggalkan kamar. Singkat cerita, UTS pun telah usai dan satu persatu nilai pun telah dibagikan hasilnya. Akhirnya, seperti yang diduga Peter berhasil mendapatkan nilai 100. Setelah mengetahui kabar itu, Ibunya pun merasa bangga. Pada hari itu juga Ibunya menepati janjinya. Ia mengajak Peter untuk memilih laptop barunya. Ia mengajak Peter ke toko elektronik di dekat rumahnya. Toko elektronik itu berbeda dari toko-toko elektronik lainnya yang berada di mall atau dimanapun. Toko tersebut memperbolehkan untuk tawar-menawar. Jadi, Ibunya memilih toko tersebut
dengan tujuan untuk mendapatkan laptop dengan harga yang relatif lebih murah. Toko tersebut berada 100 meter dari rumahnya. Jadi, mereka tidak perlu memakai kendaraan apapun. Setelah sampai, seperti biasa toko tersebut ramai dari pembeli. Peter dan Ibunya langsung disambut oleh pria tua yang bertubuh tinggi dan gemuk. Penjual
: “Selamat pagi Bu, Dik. Silahkan masuk. Oh ya, Anda yang tadi menelpon saya ya?”
Ibu
: “Iya Pak, betul.”
Penjual
: “Anda ingin membeli laptop kan? Perkenalkan, nama saya Dr. Heri pemilik toko ini. Silahkan saya antar ke tempat yang Anda inginkan.”
Ibu
: “Boleh, terima kasih Pak.”
Peter
: “Yang ini kayaknya bagus, Bu.” “Pak yang ini harganya berapa ya?”
Penjual
: “Oh yang itu. Ini laptop Lenovo. Prosesornya I5. RAMnya 4 GB. Harganya cukup murah cuma Rp 5.700.000 saja.”
Peter
: “Oh, begitu ya. Kalo yang ini berapa ya?” (Menunjuk laptop yang lain).
Penjual
: “Oh kalo yang ini notebook. Kalo notebook harganya lebih murah. Ini I5 juga sama seperti yang disampingnya. Cuma karena ini notebook, harganya lebih murah kira-kira Rp 4.000.000.”
Peter
: “Wah mahal juga ya.”
Penjual
: “Tenang saja, di toko ini pembelinya bisa tawar-menawar kok.”
Peter
: “Oh gitu ya.”
Penjual
: “Iya.”
Ibu
: “Jadi Peter, kamu mau membeli yang mana?”
Peter
: “Yang ini saja deh Bu.”
Ibu
: “Kamu yakin? Ibu tau kamu pasti lebih suka yang ini kan”. (Menunjuk laptop yang lain).
Peter
: “Iya Bu.”
Ibu
: “Ya udah gak apa-apa. Jadi harganya Rp 5.000.000 Pak? Gak bisa kurang?”
Penjual
: “Oh bisa kok Bu, boleh diturunkan asal harganya pas saja.”
Ibu
: “Bagaimana kalau Rp 3.500.000?”
Penjual
: “Wah kalau Rp 3.500.000 kayaknya terlalu murah. Ini laptop keluaran baru loh Bu.”
Ibu
: “Oh gitu. Kalau Rp 4.000.000 deh gimana?”
Penjual
: “Kalau Rp 4.000.000 masih belum Bu. begini deh saya turunkan harganya bagaimana kalau Rp 4.800.000.”
Ibu
: “Masih terlalu mahal Pak. Rp 4.200.000 deh, gimana?”
Penjual
: “Wah, masih tidak bisa Bu. Ini penawaran terakhir saya, laptop ini saya jual seharga Rp 4.500.000. Bagaimana?”
Peter
: “Tapi Bu, harganya terlalu mahal.”
Ibu
: “Gak apa-apa Peter, Ibu sudah menabung.”
Peter
: “Terima kasih ya Bu.”
Penjual
: “Jadi kalian setuju? Oke baiklah. Pembayaran mari ke kasir.”
Ibu
: “Ini Pak, uangnya kes ya. di cek lagi.”
Penjual
: “Saya cek dulu ya.” (Menghitung uang). “Ya, cukup uangnya Bu. Jadi, Anda setuju membeli ini. Deal?”
Ibu
: “Deal.”
Penjual
: “Silahkan, boleh diambil barangnya.”
Peter
: “Biar aku saja bu yang membawa.”
Ibu
: “Terima kasih Pak.”
Penjual
: “Iya sama-sama. hati-hati ya Bu. Jangan lupa kembali lagi ke sini mungkin jika ada yang Ibu inginkan toko ini menjual keperluan yang lainnya.”
Ibu
: “Oke, kami duluan ya Pak Heri.”
Penjual
: “Iya.”
Peter
: “Assalamu’alaikum Pak.”
Penjual
: “Waalaikumsalam.”
Setelah negosiasi mencapai kata sepakat, mereka pun pulang ke rumah dengan perasaan yang gembira. Peter mendapat laptop barunya dan Ibunya bangga atas prestasi anaknya. Keesokan harinya, Peter menggunakan laptop tersebut dan digunakan dengan baik. Ibunya juga ikut senang, dan itu lah hasil dari cerita laptop baru Peter ini.
Kelompok 4 Negosiasi Pembelian Buku M. Fathurrahman Aria Bisma sebagai penjual Febiana Gita. M sebagai pembeli Kania Nur Ainiyah sebagai pembeli Pada suatu hari, ada seorang gadis yang bernama Gita yang berkuliah di Jurusan Sastra Indonesia. Ketika itu Gita harus mencari buku untuk mempersiapkan seminar satu minggu yang diadakan Universitasnya. Dia telah pergi ke berbagai toko buku untuk mencari buku itu, namun hasilnya nihil. Akhirnya salah satu toko buku terdapat buku yang ia cari. (Gita masuk ke toko buku) Fathur : “Hallo selamat pagi. Ada yang bisa saya bantu?” Gita
: “Selamat pagi. Saya ingin membeli Kamus Linguistik edisi ketiga. Apakah ada?”
Fathur : “Oh kalau boleh tau, penerbit sama pengarangnya siapa ya?” Gita
: “Hmm... Gramedia Pustaka.”
Fathur : “Oke, saya cari dulu ya.” (Fathur mencari buku). “Kebetulan mbak, tinggal satu.” Gita
: “Wah, berapa harganya mas?”
Fathur : “Rp 200.000.” Gita
: “Wah, mahal sekali ya. Sepertinya saya harus menghubungi orang tua saya terlebih dahulu. Sebentar ya mas.”
Fathur : “Baik.”
(Gita menghubungi orang tuanya). Kemudian datang pembeli yang lain bernama Kania. Fathur : “Selamat pagi. Ada yang bisa saya bantu?” Kania : “Saya mencari buku Lingusitik penerbit Gramedia Pustaka. Apakah ada?” Fathur : “Oh ada mba. Kebetulan tinggal satu, mba yang ini mau beli.” (Menunjuk Gita). Gita
: “Mas, saya jadi membeli buku itu.”
Kania : “Maaf mba bila saya lancang, saya ingin membeli buku ini. Buku ini penting untuk saya. Saya sudah mencarinya kemana-mana namun tidak ada.” Gita
: “Wah, saya juga harus membelinya mba. Saya juga telah mencarinya keman-mana, namun hanya toko ini yang ada.”
Fathur : “Maaf kalau boleh saran, bagaimana jika kalian berunding saja daripada tidak jelas akhirnya bagaimana.” Akhirnya mereka memutuskan untuk bernegosiasi dan menyepi agar tidak mengganggu pengunjung lainnya. Kania : “Bagaimana mba? Saya ingin menegaskan buku ini. Ini penting untuk saya.” Gita
: “Buku itu juga penting untuk saya mba. Saya harus memilikinya, untuk seminar saya nanti. Hmm dosen saya juga telah menyuruh saya untuk membawa buku ini saat seminar.”
Kania : “Namun, buku ini penting tidak untuk Anda?” Gita
: “Dalam kenyataannya, seminar itu wajib oleh seluruh mahasiswa Jurusan Sastra di Universitas saya dan berarti buku ini juga harus saya miliki untuk memenuhi tuntutan dosen saya.”
Kania : “Tapi mbak, buku ini penting untuk saya. Saya akan menggunakannya pada semester depan.” Gita
: “Yah, maaf sekali mbak.”
Kania : “Bagaimana jika kita membelinya bersama? Kita membelinya dengan cara patungan.” Gita
: “Hmm sepertinya itu ide yang bagus. Kita dapat memakainya secara bergantian, bukan?”
Kania : “Ya. makasih.” Gita
: “Saya boleh meminta kontak kamu?”
Kania : (Memberikan kartu nama kepada Gita). “Ini nomor saya.” Gita
: “Oke.”
Akhirnya mereka berhasil memutuskan keputusan mereka. Akhirnya mereka pun kembali menemui penjaga toko dan membeli buku tersebut. Fathur : “Jadi, bagaimana keputusan kalian?” Kania : “Kami bersepakat untuk membeli buku ini.” Fathur : “Tapi kan bukunya Cuma satu. Jadi siapa yang ingin membeli buku?” Gita
: “Hmm kita telah bernegosiasi dan kita akan membeli buku ini bersamaan.”
Fathur : “Oh kalau begitu bagus deh.” Kania : “Ini uangnya.” (Memberikan kepada Fathur). Fathur : “Oke, kalau begitu ini bukunya mba.” (Memberikan buku kepada Gita). Gita
: “Iya.”
Fathur : “Makasih ya. Jangan segan-segan datang kembali.”
Gita
: “Iya.”
Mereka pun akhirnya berpisah setelah keluar dari toko buku itu. Mereka berjalan menuju tujuan yang berbeda, pergi ke rumahnya masing-masing. Tak lupa mereka juga mengucapkan sampai jumpa.
Kelompok 5 Negosiasi Jual Beli Sepatu Arengga Dian. P sebagai penjual Austina Khadijah sebagai pembeli Raden Ajeng A. A. M sebagai pembeli
Pada Rabu pagi di sekolah, Alya dan Utin sedang berbincang. Utin
: “Al, sepatu lu bagus. Baru ya?”
Alya
: “Iya dong.”
Utin
: “Beli dimana?”
Alya
: “Toko Arengga.”
Utin
: “Berapa harganya?”
Alya
: “Rp 250.000 murah kan ya?”
Utin
: “Oh... Tar anterin gue pulangnya ya beli sepatu.”
Alya
: “Oke.”
Bel pulang sekolah berbunyi. Utin dan Alya bergegas menuju toko Arengga. Sesampainya mereka di sana, Arengga selaku pemilik toko menyambut Alya dan Utin dengan ramah. Arengga
: “Selamat siang.”
Utin dan Alya : “Siang.” Arengga
: “Ada yang bisa saya bantu?”
Utin
: “Ada sepatu olahraga gak?”
Arengga
: “Ada. Yang warna apa?”
Utin
: “Yang warna hitam gimana?”
Arengga
: “Merknya apa?”
Utin
: “Kalo Adidas gimana?”
Arengga
: “Ukurannya?”
Utin
: “Ukuran 41 yang kaya gini ada?” (Sambil menunjuk salah satu model sepatu).
Arengga
: “Ada.”
Alya
: “Ini bagus Tin kaya gue tuh.”
Arengga
: “Silahkan dicoba.”
Utin
: (Mencoba sepatu). “Mas ini harganya berapa?”
Arengga
: “Rp 500.000.”
Utin
: “Wah mahal banget. Gak bisa kurang?”
Alya
: “Kok mahal banget sih mas. kemarin aja saya beli di sini cuma Rp 250.000.”
Arengga
: “Gak bisa Kak. Kemarin emang lagi diskon, tapi sekarang udah nggak.”
Alya
: “Gimana, mau?”
Utin
: “Ya udah deh gak apa-apa. Berapa sih?”
Arengga
: “Ya udah deh buat Kakak gini aja, Rp 450.000 aja.”
Alya
: “Rp 450.000 Tin, mau? Mahal tau.”
Utin
: “Ya udah gimana lagi.”
Alya
: “Rp 400.000 deh, mas.”
Arengga
: “Gak bisa.”
Alya
: “Ya udah deh, terserah lu.”
Utin
: “Rp 450.000 kan?” (Mengeluarkan uang dari dompetnya).
Arengga
: “Iya.”
Utin
: “Nih.” (Memberikan uang).
Arengga
: “Makasih ya.”
Utin
: “Iya sama-sama.”
Akhirnya Untin pun menyetujui dan membeli sepatu di toko Arengga seharga Rp 450.000. Alya dan Utin pun meninggalkan toko Arengga.
Kelompok 6 Negosiasi Jual Beli Buah di Pasar Imam Nududdin sebagai pedagang buah Malvin Audriansyah sebagai pedang buah Sakinatun Nufus sebagai pembeli Pada suatu hari, Ina baru saja pulang dari sekolahnya. Ia berniat untuk menjenguk nenek dan kakeknya yang ada di Papua. Sebelum pulang ke rumah, ia mampir terlebih dahulu ke pasar tradisional yang ada di dekat sekolahnya untuk membelikan nenek dan kakeknya buah-buahan. Malvin : “Ayo ayo dibeli. Murah meriah... Murah meriah... Murah meriah...” Ina
: (Datang meghampiri pedagang jeruk).
Malvin : “Mau beli ape dik?” Ina
: “Ada jeruk gak bang?”
Malvin : “Ade, mau yang manis apa yang asem?” Ina
: “Yang manis lah.”
Malvin : “Oh kalo yang manis la mahal. 10 ringgit 1 kilo.” Ina
: “Alamak, mahal kali, tak bisa lah dikurang?”
Malvin : “Ya sudahlah kalo tak cukup, tak usah kau beli di sini.” Ina
: “Ya sudahlah, abang ni nolak rejeki.”
Kemudian Ina menghampiri pedang buah yang lain. Imam : “Ayo beli beli beli. Buah segar segar segar.” “Beli atuh neng, murah ini mah.” Ina
: “Aya jeruk teu kang?”
Imam : “Aya atuh, yang manis kan?” Ina
: “Ya iyalah, masa yang asem. Buat apa? Sabaraha atuh sakilona?”
Imam : “Dalapan ribu sakilona, bonus biji jeung kulitna, dapet karesek pula.” Ina
: “Haha. Akang ini bercanda aja atuh. Teu bisa kurang?”
Imam : “Emang buat apa?” Ina
: “Buat nini jeung aki. Nini teh lagi sakit.”
Imam : “Meserna sabaraha kilo?” Ina
: “Palingan tiga kilo.”
Imam : “Oh... yaudah, Rp 25.000 aja.” Ina
: “Teu bisa kurang atuh kang?”
Imam : “Rp 23.000, mau?” Ina
: “Hmmm kurangin lagi deh. Nanti teu aya uang buat pulang, kan nanti harus naik angkot.”
Imam : “Ya udah, Rp 22.000.” Ina
: “Kurangin lagi atuh bang.”
Imam : “Wah bisa palingan Rp 21.000.” Ina
: “Yah, kang...”
Imam : “Mau teu?” Ina
: “Ya udah deh.” (Mengeluarkan uang di dompetnya). “Ini kang uangnya.”
Imam : “Ini jerukna.” Ina
: “Makasih ya kang.”
Imam : “Sami-sami.” Akhirnya Ina pulang dengan gembira karena ia telah membelikan nenek dan kakaeknya tiga kilogram jeruk. Keesokan harinya, Ina pun menjenguk nenek dan kakeknya dan mereka tersenyum bahagia bersama. Tak lupa nenek dan kakeknya berterimakasih kepada Ina yang telah membawakan mereka jeruk.
Kelompok 7 Negosiasi Transfer Pemain Bola Bagas Priambodo sebagai pemain bola Kenia. D sebagai Agen Sony Arianto sebagai pembeli pemain bola Suatu hari, di dalam sebuah kantor di gedung ada seorang perwakilan club sepak bola ternama yang sedang berbincang-bincang dengan pemain bola yang sedang naik daun akhir-akhir ini. Sony : “Assalamu’alaikum.” Bagas : “Wa’alaikumsalam.” Sony : “Selamat sore.” Bagas : “Iya selamat sore. Ada perlu apa, Pak?” Sony : “Apakah kontrak Anda akan berakhir musim ini?” Bagas : “Ya, sangat benar sekali. Memangnya kenapa Bapak menanyakan ini?” Sony : “Saya sangat tertarik dengan permainan sepak bola Anda.” Bagas : “Wah saya sangat berterimakasih atas penilaian Bapak.” Sony : “Saya akan membawa Anda ke Etihad Stadium.” Bagas : “Wah saya sangat senang sekali. Tetapi Anda harus membicarakan hal ini kepada agen saya.” Sony : “Oh, siapa namanya?” Bagas : “Oh itu namanya Kenia, Pak.” Sony : “Oh, tolong hubungi dia sekarang.” Bagas : “Baik Pak, saya akan menghubunginya untuk membicarakan hal ini.”
Kemudian Bagas menelpon Kenia dan meminta untuk datang ke tempatnya.
Bagas : “Halo Bu, saya Bagas. Tolong ibu datang ke sini ya sekarang, secepatnya karena ada hal penting. Iya bu.”
Bagas menutup pembicaraannya di telpon. Setelah dihubungi, beberapa saat kemudian agen pun datang ke kantor
Kenia : “Maaf, apakah saya datang terlalu lama?” Sony : “Oh tidak tidak, silahkan duduk.” Kenia : “Terima kasih.” “Jadi, Anda sangat tertarik dengan pemain saya?” Sony :
“Iya
saya
sangat
tertarik
dengan
permainannya
dan
ingin
mempromosikan dia menjadi gelandang atau sayap kiri.” Kenia : “Jadi, Anda ingin mengontraknya?” Sony : “Iya.” Kenia : “Oke, saya kasih harga 40.000.000 poundsterling” Sony : “Oh, itu terlalu mahal untuk pemain muda yang pengalamannya belum terlalu banyak.” Kenia : “Hmmm yaudah, Bapak ingin menawarnya berapa?” Sony : “Bagaimana kalau 25.000.000 poundsterling?” Kenia : “25? Itu terlalu murah Pak. Bagaimana kalau 30.000.000?”
Sony : “Hmmm okelah, saya setuju.” Kenia : “Oke, kalau begitu Anda tinggal transfer ke rekening saya.”
Kemudian Pak Sony menghampiri Bagas
Sony : “Bagas.” Bagas : “Iya Pak?” Sony :
“Saya
telah
berbicara
dengan
Agen
Anda.
Silahkan
Anda
menandatangani kontrak ini.” Bagas : “Iya pak.” Sony : “Selamat, Anda telah bergabung di club Manchester City.” Bagas : “Wah saya mengucapkan terima kasih juga dan sangat senang sekali bisa bergabung dengan tim Manchester City. Semoga saya dalam club ini bisa memberikan permainan terbaik saya dalam permainan bola ini.” Sony : “Aamiin...”
Akhirnya negosiasi berjalan dengan sukses dan bagas semakin bersemangat di karir sepak bolanya.
Kelompok 8 Negosiasi Jual Beli Buku
Ahmad Said sebagai asisten Adam M. Adam Sultansyah sebagai penjual Vidi Raisa sebagai pembeli Pada suatu senggang, Vidi seorang pengusaha toko buku sedang melakukan searching di internet. Dia melihat-lihat barang-barang yang dijual di internet. Tanpa sengaja ia melihat sebuah iklan di internet yang menjual sebuah buku dari William Shake Spare yang best seller dari kalangan Jakarta. Vidi pun tertarik untuk membeli buku tersebut untuk dijual kembali dari tempat yang lebih murah. Vidi pun mencari informasi tentang buku itu. Dia pun mendapatkan nomor telepon penjual buku tersebut lalu menelponnya. Vidi
: “Hallo, dengan Bapak Adam ya?”
Adam : “Hallo, iya betul sekali. Maaf, ini dengan siapa?” Vidi
: “Ini Pak, saya melihat iklan di internet Bapak jual buku William Shake Spare ya. Saya Vidi.”
Adam : “Oh betul sekali. Ibu tertarik untuk membelinya, Bu?” Vidi
: “Iya saya tertarik untuk membeli dalam jumlah yang banyak. Saya boleh tau rincian harganya gak?”
Adam : “Oh, boleh sekali. Bagaimana kalau kita ketemu langsung aja biar jelas. Saya kerja di Rempoa. Ibu tinggal di daerah mana?” Vidi
: “Oh, saya tinggal di Tebet. Bagaimana kalau misalnya besok kita ketemu di daerah Tebet? Soalnya hari ini saya nggak bisa.”
Adam : “Ya sudah, jam berapa bisa bertemu?”
Vidi
: “Bagaimana kalau jam 4?”
Adam : “Oh ya udah, saya tunggu di sana ya jam 4.” Vidi
: “Iya, terima kasih.”
Keesokan harinya, mereka datang ke cafe yang mereka janjikan. Tapi saat diperjalanan, Adam ditelpon isterinya bahwa anaknya tiba-tiba sakit. Maka Adam menelpon karyawannya untuk mampir bertemu dengan Vidi. Adam : “Hallo, saya bisa minta tolong bertemu dengan klien di daerah Tebet?” Said
: “Oh oke Pak. Tapi, saya bisa ketemunya di daerah mana Pak kalau boleh tau?”
Adam : “Cafe Tebet jam 4. Tepat waktu ya.” Said
: “Cafenya Pak?”
Adam : “Cafe Doang.” Said
: “Oh Cafe Doang Pak. Oke Pak, saya akan ke sana sebentar lagi.”
Said pun bergegas mewakili Adam bertemu dengan Vidi di Cafe tersebut. Ia mengendarai sepeda motor untuk sampai ke sana. Setelah satu jam, akhirnya Said sampai di sana. Klien Vidi sudah duduk sambil minum teh. Said
: “Vidi, benar?”
Vidi
: “Oh iya, Bapak Adam ya?”
Said
: “Maaf, saya bukan Bapak Adam. Saya asistennya. Bapak Adam sedang ada keperluan keluarga. Senang bertemu dengan Anda.”
Vidi
: “Oh iya saya juga senang bertemu dengan Anda. Silahkan duduk.”
Said
: “Jadi, langsung saja ke inti, langsung saja ke pembahasan kita. Bukubuku yang kami jual itu merupakan best seller dan sudah langka di Jakarta. Buku-buku itu kami impor dari Inggris, jadi kualitasnya jauh.”
Vidi
: “Oh, begitu ya.”
Said
: “Untuk pengiriman, jika stoknya habis kami akan memesannya dan akan datang dalam waktu 3 atau 4 minggu.”
Vidi
: “Wah, lama juga ya kalau 3 sampai 4 minggu.”
Said
: “Ya, namanya barang langka, sekarang kan lagi susah Bu.”
Vidi
: “Oh gitu ya.”
Said
: “Iya Bu.”
Vidi
: “Kalo misalnya yang ada sama yang gak ada saya tau dari mana ya? Bapak bawa listnya gak Pak?”
Said
: “Bawa listnya sebentar, saya cek dulu ya.” “Ini Bu listnya.”
Vidi
: “Liat dulu ya mas.”
Said
: “Ibu berencana mau menjual buku yang bagus-bagus kan?”
Vidi
: “Iya. Kok ini yang bagus-bagus malah gak ada ya?”
Said
: “Namanya juga best seller Bu, jadi cepet habis Bu.”
Vidi
: “Yah, namanya best seller mah harusnya ada stocknya dong mas.”
Said
: “Ya, mau gimana lagi Bu, namanya juga best seller. Minggu kemarin kami sudah menstocknya mulai banyak, atpi minggu ini langsung terjual habis oleh toko buku Fathur.”
Vidi
: “Oh, ya terus itu harganya berapa ya mas?”
Said
: “Untuk satu buku harganya Rp 150.000. Tapi kalau Ibu belinya di atas 10, Ibu dapat diskon deh Bu.”
Vidi
: “Oh iya dong pasti dapat diskon, saya kan belinya banyak mas.”
Karena urusannya sudah selesai, Adam pun memustuskan untuk bertemu dengan Vidi. Adam pun langsung datang ke cafe dengan mobil. Setelah sampai Adam langsung masuk ke cafe menemui Said dan Vidi. Adam : “Selamat sore Bu Vidi.” Vidi
: “Selamat sore Pak Adam.”
Said
: “Ini atasan saya, Bapak Adam. Silahkan duduk Pak.”
Adam : “Hmm maaf, ada keperluan tadi.” Vidi
: “Iya gak apa-apa kok. Saya baru saja dikasih list stoknya sama Said. Itu gimana, anaknya sudah sembuh?”
Adam : “Oh, lumayan baik lah semuanya. Lanjutkan saja, jadi rencananya Ibu membeli berapa buku?” Vidi
: “Saya rencananya mau beli 70 buku sih, terus kira-kira harganya berapa ya?”
Adam : “Kalau harganya itu Rp 160.000 satu buku. Karena Ibu membeli banyak, kami diskon jadi Rp 150.000.” Vidi
: “Itu udah di diskon? Loh tadi kan harganya Rp 150.000 sama Mas Said. Masa harganya sama sih Pak dengan sebelum didiskon?”
Adam : “Kamu ngasih harga ke Ibu ini Rp 150.000?” (Berbicara kepada Said). Said
: “Oh sebentar ya, sebentar mas ya, saya cek dulu listnya.” “Oh... Maaf Bu, Pak. Ini list yang sudah lama Bu. Kalo sekarang harganya sedang naik karena Dollar sedang mahal-mahalnya. Sekarang harganya Rp 180.000.”
Vidi
: “Rp 180.000?”
Said
: “Iya Bu.”
Vidi
: “Wah, mahal ya. Kalo begitu saya bisa rugi dong.”
Adam : “Kalo yang lain biasa jual Rp 200.000 per buku.” Vidi
: “Terus itu saya juga nunggu ya?”
Adam : “Iya.” Vidi
: “Oh ya, itu nunggunya sampai berapa lama?”
Adam : “Nunggunya 3-4 minggu.” Vidi
: “Itu nggak bisa lebih cepat lagi?”
Adam : (Bertanya pada Said) “Gimana? Bisa cepat lagi gak?” Said
: “Hmmm sebenarnya bisa lebih cepat lagi pakai DHL itu bisa 1-2 minggu ditambah bea cukai mungkin harganya lebih mahal Bu. Jadi gimana Bu?”
Vidi
: “Kok jadi lebih mahal mas? Ada-ada aja orang saya nyari yang lebih murah, masa Mas kasih yang mahal.”
Said
: “Wah, bisa saja kan Bu.”
Vidi
: “Ya udah deh saya minta 40 buku 99 Cahaya di langit Eropa, 20 buku Insurgent, dan 15 buku Midnight Summer Dream. Itu jadi berapa ya?”
Adam : “Coba kamu itung dulu.” (Menyuruh Said). Said
: “Sebentar ya Pak.” “Sudah saya itung, 40 buku 99 Cahaya di langit Eropa 160.000 karena kebetulan stoknya lagi ada. Kemudian, sekarang Insurgent itu adanya 15 stock bukunya cuma ada Rp 150.000. Jadi, untuk bisa 20, beli lagi.”
Vidi
: “Saya harus pesan lagi?”
Said
: “Iya, nah untuk 15 bukunya harganya Rp 150.000, karena Ibu mesen lagi jadi Rp 200.000 dan satu lagi Midnight Summer Dream sudah abis jadi Ibu harus memesan lagi dari sana jadi harganya Rp 200.000.”
Vidi
: “Lebih mahal ya, saya rugi dong jualnya.”
Adam : “Ya sudah deh karena awal agar jadi langganan saya diskon deh Rp 50.000 jadi Rp 11.450.000 deh Bu. Kalo Ibu mau nambah jadi 100 buku, saya diskon lagi deh Bu.” Vidi
: “Masa saya 75 aja baru mulai masa kok langsung 100.”
Said
: “Bisa saja kan Bu.”
Adam : “Yasudah tak apa Bu.” Vidi
: “Jadi, saya harus bayar berapa ya?”
Said
: “Ibu bisa membayar 50% sekarang, 50%nya lagi nanti kalo stock bukunya yang itu sudah sampai ke sini di tempat Ibu.”
Vidi
: “Itu datangnya pasti 3-4 minggu aja kan gak lebih?”
Said
: “Hmmm bisa lebih sih Bu, kan saya sudah bilang kalau berdasarkan bea cukai karena sekarang Dollar naik jadi bea cukai agak susah Bu harus menunggu. Paling bisa 2-3 hari setelah pengiriman.”
Vidi
: “2-3 hari atau 3-4 minggu?”
Said
: “Eh maksudnya 3-4 minggu.”
Vidi
: “Tapi, gak sampe seminggu kan?”
Adam : “Nggak lah Bu, ga sampe sehari. Kalo seminggu nanti saya kabari, tenang aja.” Vidi
: “Oh ya udah, saya bisa mengambil bukunya di mana nanti?”
Adam : “Hmmm Ibu bisa mengambil bukunya di kantor saya. Saya kasih alamatnya.” Vidi
: “Ya udah nanti saya lakukan pembayarannya, saya tunggu bukunya juga ya. Ya udah, terima kasih Pak. senang bekerjasama dengan Anda.”
Adam dan Said: Iya Bu.
Mereka pun pulang ke rumahnya masing-masing. Mereka senang karena sudah berbisnis. Vidi senang karena buku tersebut akan dijual lagi dan mendapatkan keuntungan. Adam dan Said juga senang karena mendapatkan keuntungan juga.
Kelompok 9 Negosiasi Jual Beli Gitar Maghfira Azzania sebagai penjual yang bernama Natasha M. Azmi Rabbani Suryo sebagai pembeli yang bernama Arvin Ricky Rialdi Chandra sebagai pembeli yang bernama Revy Suatu hari, ada dua gitaris yang ingin membeli gitar baru. Mereka sedang mencari gitar yang memiliki kualitas bagus dan harga yang terjangkau. Mereka pun mengunjungi sebuah toko musik dengan kualitas alat musik yang baik dan harga terjangkau. Toko musik itu dimiliki oleh seorang perempuan bernama Natasha. Toko Natasha sudah dikenal dengan alat-alat gitar, dengan kualitas baik seperti gitar dan aksesorisnya. Kebetulan sekali, toko Natasha baru mndapatkan gitar baru untuk di jual. Natasha
: “Selamat datang di toko musik kami. Ada yang bisa saya bantu?”
Arvin
: “Iya mba, permisi.”
Natasha
: “Mau cari apa ya, mas? gitar? Senar? Buku musik juga ada.”
Revy
: “Oh ya, kita mau cari-cari gitar nih mba. Kira-kira merk yang bagus apa ya, mba?”
Natasha
: “Oh ya, ada merek terbaru. Mau saya ambilkan?”
Revy
: “Oh ya mba, boleh.”
Natasha
: “Silahkan, boleh dilihat-lihat dulu.” (Memberikan gitarnya kepada Revy).
Revy
: “Oh ya, diliat-liat dulu ya mba.”
Arvin
: “Oh ya mba, kalau aksesoris atau bonus-bonus lainnya dapat gak mba kalau beli ini?”
Natasha
: “Karena ini merek terbaru, jadi tidak dapat. Hanya dapat gitarnya saja.”
Arvin
: “Oh, gitu ya mba.”
Revy
: “Oh ya Vin, bagus nih gitarnya.” “Jadi ini harganya berapa ya mba?”
Natasha
: “Karena itu jenis akustik, jadi kenanya 1,2.”
Revy
: “Wah mahal banget mba.”
Arvin
: “Iya mahal banget. Bisa turun dikit gak mba?”
Natasha
: “Bisa, mau berapa?”
Revy
: “Rp 1.000.000 bisa gak mba?”
Natasha
: “Yah, kejauhan mas.”
Arvin
: “Iya jauh banget Rp 1.000.000. Ya kali.” “Rp 900.000 bisa gak mba?”
Natasha
: “Di pasaran aja Cuma Rp 1.450.000.”
Revy
: “Hmmm gitu ya mba. Kalo misalkan turun dikit, boleh gak mba? Rp 1.200.000 bisa nggak?”
Natasha
: “Oh coba saya hitung dulu ya.”
Revy
: “Oh iya.”
Natasha
: “Yah, gak bisa mas. bisaya Rp 1.400.000 lah.”
Revy
: “Ya udah, tunggu sebentar ya mba.”
Revy berunding dengan Arvin Revy
: “Jadi gimana Vin?”
Arvin
: “Gitarnya sih bagus, tapi harganya ga terjangkau gitu lah.”
Revy
: “Gue adanya Rp 1.300.000.”
Arvin
: “Ya udah coba tawar aja.”
Natasha
: “Gimana mas?”
Revy
: “Ya udah deh mba, harga mati Rp 1.300.000 mau gak?”
Natasha
: “Coba saya hitung dulu ya.” “Boleh deh mas.”
Arvin
: “Nah gitu dong mba.”
Natasha
: “Mau kes atau kredit?”
Revy
: “kes aja. ini mba uangnya.”
Natasha
: “Saya hitung dulu ya.”
Revy
: “Iya.”
Natasha
: “Yah mas, uangnya kurang.”
Arvin
: “Ah, lu gimana sih udah nawar.”
Revy
: “Yah, sorry Vin. Kurang berapa ya mba?”
Natasha
: “Rp 200.000. Gimana sih mas? jadi apa nggak?”
Arvin
: “Oh ya, bentar ya mba. Saya ada kok mba.” “Yah Vin, uang gue kurang gocap nih.”
Revy
: “Lu gimana sih.”
Natasha
: “Ya Allah mas, jadi apa nggak nih?”
Arvin
: “Nggak mba, saya bercanda kok. Nih uangnya.”
Natasha
: “Jadi uangnya pas ya mas.”
Revy
: “Iya.”
Natasha
: “Ada bonusnya, sebentar saya ambilkan dulu.”
Revy
: “Oh ada bonusnya ya mba.”
Natasha
: “Ini kwitansinya. Silahkan tanda tangan.” “Diambil aja (memberikan bonnya). Ini gitarnya, terima kasih ya.”
Revy
: “Makasih ya mba.”
Arvin dan Revy pun telah mendapatkan gitar baru yang mereka beli di toko musik milik Natasha dengan gitar berkualitas baik dan harganya terjangkau walau harus melakukan negosiasi terlebih dahulu. Kini gitar Natasha sudah terjual dan Revy serta Arvin telah mempunyai gitar baru. Mereka mendapat keuntungan masingmasing. Negosiasi mereka berhasil untuk membeli gitar tersebut.
Kelompok 10 Negosiasi Jual Beli Parfum Amin Nur Ambarwati sebagai pembeli Firdha Utami sebagai pembeli M. Azmi Rabbani sebagai penjual dan pemilik toko. Suatu hari, Firdha pengusaha kaya ingin membeli parfum impor dari berbagai negara-negara terkenal. Firdha juga sangat suka dengan mengoleksi parfumparfum dari berbagai negara. Dengan keinginannya itu, iamendatangi sebuah perusahaan parfum yang diimpor langsung dari berbagai negara. Azmi : “Selamat pagi. Selamat datang. Ada yang bisa saya bantu?” Firdha : “Pak, saya ingin membeli parfum yang langsung diimpor dari paris. Apakah ada?” Azmi : “Oh iya ada. Mari saya antar untuk memilih parfum yang Ibu cari.” Firdha : “Baiklah.” Firdha dan Azmi menuju ke tempat parfum yang diimpor dari Negara Perancis. Azmi : “Ini merupakan parfum yang terkenal di Negara Perancis. Parfum ini juga banyak digunakan oleh artis-artis terkenal diberbagai negara. Wanginya sangat begitu sedap, Bu.” Firdha : “Boleh saya mencium aromanya?” Azmi : “Iya, Bu silahkan.” Firdha : “Hmm, wanginya sama seperti parfum saya yang dari Singapura kemarin ya.” “Apa bapak ada persediaan yang lain?” Azmi : “Oh ada, Bu. Sebentar ya saya cari.”
Firdha : “Iya.” Pelayan toko mencari parfum yang lain. Namun, saat menemukannya parfum itu sudah ingin dibeli oleh pelanggan lainnya. Amin : “Permisi Pak, maaf. Saya mau nanya, berapa harga parfum ini? Wanginya sangat segar sekali.” Azmi : “Oh itu harganya Rp 180.000, Bu.” Amin : “Wah, apakah bisa kurang Pak seharga Rp 130.000?” Azmi : “Wah tidak bisa itu, Bu. itu udah murah Bu.” Amin : “Hmm bagaimana jika Rp 150.000? Bisa kan, Pak?” Azmi : “Hmm yaudah nanti coba saya bicarakan dahulu kepada pemilik toko ini ya, Bu.” Amin : “Baik.” Tiba-tiba tak lama datang Firdha untuk menanyakan kepada pelayan toko. Firdha : “Hmmm gimana, Pak? Ada gak parfum dari Parisnya?” Azmi : “Oh iya. Maaf Bu, saya sudah menemukannya namun parfumnya tinggal satu dan sudah ingin dibeli oleh Ibu ini.” Firdha : “Tapi tidak bisa Pak, saya kan sudah memesannya duluan.” “Maaf Ibu, saya boleh cium aromanya ga?” Amin : “Oh silahkan.” Firdha : “Hmmm wanginya segar. Ini harganya berapa Pak?” Amin : “Maaf Bu, ini parfum sudah saya beli seharga Rp 150.000. jadi sebaiknya Ibu membeli parfum yang lainnya saja.” Azmi : “Maaf Bu, mari saya tunjukkan parfum dari Italia.”
Firdha : “Oh tidak bisa begitu dong Pak, saya kan sudah memesannya duluan dan saya ingin membayarnya Rp 200.000, tidak seperti Ibu ini yang membayar hanya Rp 150.000.” Amin : “Tidak bisa begitu dong, Bu. Saya sudah menawarnya Rp 150.000 dari harga aslinya. Jadi, saya sudah mendapatkannya terlebih dahulu.” Firdha : “Memang berapa harga aslinya Pak?” Azmi : “Harga aslinya Rp 180.000.” Firdha : “Baik, saya akan membelinya dengan harga yang lebih tinggi yaitu Rp 200.000.” Azmi : “Aduh Bu, tapi...” Amin : “Tidak bisa seperti itu dong Bu. Ibu boleh membayar dengan harga yang tinggi, tapi saya telah mendapatkannya duluan.” Firdha : “Terus gimana Pak?” Tanpa disadari, Azmi meninggalkan kedua pelanggannya untuk menemui pemilik toko. Tak lama pemilik toko datang dan menghampiri mereka Pemilik Toko : “Maaf Ibu-ibu, ada apa sampai ribut-ribut seperti ini?” Amin
: “Oh Bapak pemilik toko ini? Saya ingin membeli parfum ini, tapi Ibu ini juga ingin membeli parfumnya, sedangkan parfumnya hanya tinggal satu.”
Pemilik Toko : “Maaf ya Bu, parfum ini memang banyak yang mecari. Tapi, kalau saya boleh tahu siapa yang lebih dulu mendapatkannya?” Amin
: “Saya Pak.”
Firdha
: “Tapi saya memesannya lebih dulu Pak, dan saya ingin membayar lebih dari harga aslinya.”
Pemilik Toko : “Oke, jadi itu permasalahannya. Baik, saya akan menaikkan harganya sebesar Rp 300.000. Apakah ada yang tertarik?”
Amin
: “Tidak bisa seperti itu dong, Pak. Bapak bisa saja memberi harga yang segitu besarnya, tapi saya?”
Pemilik Toko : “Maaf Bu, harga yang ditetapkan bisa saja saya ubah dengan kehendak saya. Jika Ibu keberatan, sebaiknya Ibu mengambil parfum yang lainnya saja, seharga Rp 150.000.” Firdha
: “Baik, saya tidak akan keberatan mengambilnya dengan harga Rp 300.000.”
Amin
: “Baiklah, saya akan membeli parfum yang ini saja (mengambbil parfum yang lain).” “Tapi lan kali jangan mengambil harga seenaknya saja dong, Pak.”
Pemilik Toko : “Iya Bu. Saya minta maaf, karena ini cara satu-satunya agar tidak terjadi keributan di toko ini.” Amin
: “Saya mengerti kok Pak.”
Pemilik Toko : “Oke, ini parfumnya Bu.” (Memberikan kepada Firdha). Firdha
: “Iya. Makasih ya Pak.” “Maaf ya Ibu.”
Amin
: “Iya, tidak apa-apa.”
Akhirnya Firdha mendapatkan parfum yang dicarinya dengan harga yang lebih tinggi dari biasanya, sebesar Rp 300.000.
Kelompok 11 Negosiasi Jual Beli Furniture Aisy Afiya sebagai Bu Anita Abdul Ghaffar. S sebagai Gani Ozananda F. A. Sebagai Pak Andi Pada suatu hari, Bu Anita mendapat musibah kehilangan anak satu-satunya meninggal dunia karena terkena demam berdarah. Anaknya mempunyai barangbarang banyak sekali dan masih bagus karena baru dibeli. Terlintas dipikiran Bu Anita untuk membuka toko furniture, Bu Anita langsung mempromosikannya lewat internet dan menyerahkan kepada Pak Andi untuk mengurus jika ada yang berminat. Gani
: (Mengetuk pintu).
Pak Andi
: “Silahkan Pak, pintu tidak saya kunci.”
Gani
: “Siang Pak.”
Pak Andi
: “Oh ya, siang. Ada perlu apa, Pak?”
Gani
: “Saya lihat di internet, ini rumah yang menjual furnitur itu ya?”
Pak Andi
: “Oh ya Pak, benar.”
Gani
: “Oh ya, bisa saya lihat barang-barangnya?”
Pak Andi
: “Iya, sini.”
Gani
: “Ini ya?” (Menunjuk salah satu meja). “Ini kira-kira semuanya berapa?”
Pak Andi
: “Kata Ibunya sih Rp 3.250.000.”
Gani
: “Hah yang bener tuh? Gak kemahalan tuh? Ah kemahalan itu mah...”
Pak Andi
: “Saya sih gak tau Pak, kata Ibunya sih gitu.”
Gani
: “Rp 2.500.000 aja lah, diusahakan dulu.”
Pak Andi
: “Hmmm sebentar saya tanya Ibunya dulu ya Pak.”
Gani
: “Iya.”
Pak Andi segera menghampiri Ibu Anita untuk menginformasikan harga yang telah Gani tawar untuk barang-barang furniturenya. Pak Andi
: “Ibu, ada yang mau beli barangnya tuh.”
Bu Anita
: “Bagus, suruh tunggu sekarang.”
Pak Andi
: “Tapi dia minta turunin harga.”
Bu Anita
: “Yah saya kira sudah sepakat sama harganya. Gini aja deh, saya bisa turunkan harga Rp 2.900.000.”
Pak Andi
: “Yah tapi dia maunya 2.500.000.”
Bu Anita
: “Suruh cari di toko lain aja deh, saya sudah kasih murah banget.”
Pak Andi
: “Hmmm saya coba tanyakan Bapaknya dulu deh.”
Setelah meminta konfirmasi kepada Bu Anita, Pak Andi menghampiri Gani untuk menginformasikan harga yang bisa Bu Anita berikan untuk barang-barang furniturenya setelah melakukan penawaran. Pak Andi
: “Pak, kata Ibunya boleh ditawar Rp 2.900.000.”
Gani
: “Hah Rp 2.900.000? Gak boleh Rp 2.700.000?”
Pak Andi
: “Katanya sih gitu, nggak boleh.”
Gani
: “Ya udah deh gak apa-apa Rp 2.900.000.”
Pak Andi
: “Bapak mau nanya Ibunya dulu?”
Gani
: “Ya udah boleh.”
Setelah menyepakati harga tersebut, mereka ke ruangan Bu Anita untuk menyepakati secara resmi. Pak Andi
: “Bu ini ada yang mau beli furniturnya tadi.”
Gani
: “Iya Bu, saya Gani. Saya ingin membeli furnitur yang tadi.”
Bu Anita
: “Sudah setuju dengan harganya Pak?”
Gani
: “Sudah, Rp 2.900.000 kan?”
Bu Anita
: “Iya, kalau gitu nanti Bapak tanda tangan di sini, terus nanti tulis alamat Bapak. Selama dua hari ke depan mungkin barangnya akan diantar. Tapi barangnya akan diantar kalau bapak sudah bayar DP uangnya.”
Gani
: “Oh ya, saya bawa kok Bu uangnya.” (Memberikan sejumlah uang kepada Bu Anita).
Bu Anita
: “Sisanya Rp 2.000.000 ya Pak. Nanti Bapak bisa melunasi pas barangnya sudah sampai.”
Gani
: “Oh iya.”
Bu Anita
: “Terima kasih Pak atas kerjasamanya. Senang bekerja sama dengan Bapak.”
Pak Andi
: “Saya mau mengantar Bapak ini keluar Bu.”
Bu Anita
: “Iya.”
Gani
: “Mari Bu.”
Bu Anita
: “Iya Pak.”
Setelah lima hari ditunggu, barang akhirnya sampai di rumah Pak Gani. Saat anaknya pulang sekolah dan melihatnya, ia sangat senang karena barang-barang dikamarnya sekarang sangat bagus dan unik sehingga ia tidak bosan belajar dan bermain di kamar. Ia tidak lagi meminta ditemani tidurnya karena ia sudah merasa terhibur dengan barang-barang bertokoh kartun yang ia sukai di kamarnya. Pak
Gani pun merasa senang karena anaknya sangat menyukai furniture-furniture yang telah ia beli. Walaupun second, tetapi kualitasnya masih sangat bagus dan sangat disukai.
Kelompok 12 Negosiasi Jual Beli Handphone Anindia Alhumaira sebagai pembeli Febryana Rizki Amalia sebagai negosiator Iswara Dendy Arta sebagai penjual Di sekolah saat sedang istirahat, Nindy dan Febry pergi ke kantin sambil memainkan hadphonenya, Febri mendengarkan dan merespon pembicaraannya dengan Nindy. Nindy : Wah, handphone baru tuh. Febry : “Iya nih, kenapa? Mumpung lagi promo.” Nindy : “Oh promo? Beli dimana? Mau tuh, gue juga pengen beli hp baru nih.” Febry : “Beli di toko elektronik langganan gue. Kenapa? Mau dianterin?” Nindy : “Boleh deh ayo. Tapi nanti abis pulang sekolah ya.” Febry : “Oke deh.” Sepulang sekolah, Nindy dan Febry sudah siap untuk pergi ke toko elektronik tersebut. Sesampainya di sana, Nindy dan Febry sedang melihat-lihat berbagai macam handphone yang dalam masa promo. Iswara : “Permisi, mba. Ada yang bisa saya bantu?” Febry : “Ini mas teman saya katanya dia pengen beli handphone promo kaya saya. Masih ada nggak?” Nindy : “Iya mas, yang mana aja yang masih promo?” Iswara : “Yang ada di meja ini saja, mba.” Febry : “Yang ini kan handphone promo yang aku beli kemarin. Kamu mau beli yang ini gak?”
Nindy : “Wah boleh nih bagus. Ini harganya berapa mas?” Iswara : “Itu harganya Rp 1.900.000.” Febry : “Wah mahal banget mas, kemarin saya beli Rp 1.600.000.” Iswara : “Pasti KW. Ini udah asli mba. Yang lain mah pasti second atau nggak KW-Kwan.” Nindy : “Yah, kurangin lah mas, Rp 1.600.000 deh.” Iswara : “Wah, nggak bisa mba. Rp 1.600.000 yang ini nih yang second dan KW lagi.” Febry : “Yah, terus gimana dong mas? Kalau Rp 1. 650.000 gimana, mau nggak?” Iswara : “Yah, saya rugi dong mba.” Nindy : “Yah, gini aja deh Rp 1.730.000, gimana?” Iswara : “Naik dikit lah.” Febry : “Hmm kalau Rp 1.780.000 gimana mau gak mas?” Iswara : “Nggak bisa mba.” Febry : “Yah terus berapa dong mas? Rp 1.800.000?” Iswara : “Mba maunya berapa?” Nindy : “Yang tadi itu aja Rp 1.780.000.” Febry : “Iya, Rp 1.780.000 aja. Kalo Rp 1.900.000 kemahalan mas.” Iswara : “Yaudah deh.” Febry : “Makasih ya mas.” Nnidy : “Oh ya mas, ini uangnya. Makasih ya mas.”
Akhirnya, Nindy mendapatkan handphone yang ia inginkan dengan harga promo dibantu oleh Febry dengan tawar menawar yang sengit.
BIODATA PENULIS
Ayu Annisa dilahirkan pada 2 Mei 1992 di Tangerang. Anak pertama dari pasangan Syamsul Bachri dan Ainah. Putri pertama dari empat bersaudara ini memulai pendidikannya di Taman Kanak-Kanak Al Hidayah. Selanjutnya pernah duduk di bangku Sekolah Dasar Al Mubarak, Sekolah Menengah Pertama Negeri 3 Tangerang, Sekolah Menengah Atas Negeri 3 Tangerang, dan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia pada tahun 2010. Sejak kecil penulis gemar sekali menulis, membaca novel dan bermain bulu tangkis. Penulis ingin sekali bercita-cita menjadi seorang pendidik sejak kecil. Bahkan, penulis pernah membuat perpustakaan kecil saat kelas 5 SD bersama temannya. Moto hidup penulis yaitu “Penggerak hidup seseorang adalah diri sendiri. Membiasakan diri untuk terus hidup dengan rajin, karena orang yang pintar pun akan kalah dengan orang yang rajin.”