PENGARUH KONSELING REALITA TERHADAP PEYESUIAN DIRI SISWA KELAS VIII DI SMPN 2 BUER Kab. SUMBAWA BESAR TAHUN PELAJARAN 2013/2014 Dimas Satriawan, I Made Gunawan, dan Nuraeni Bimbingan dan Konseling, FIP IKIP Mataram Email:
[email protected] Abstrak: Pendekatan realita dalam proses pemberian layanan konseling individu sangat penting bagi siswa untuk membantu dalam mengartikan dan memperluas tujuan-tujuan hidup mereka dan membantu dalam proses pemenuhan kebutuhan psikologis tunggal yang disebut kebutuhan akan identitas. Tujuan dari penelitian ini adalah ingin mengetahui pengaruh konseling realitas terhadap penyesuaian diri siswa kelas VIII di SMPN 2 Buer Kab. Sumbawa Besar tahun pelajaran 2014. Populasi dalam penelitian ini sebanyak 88 orang siswa dan teknik pengambilan sampel menggunakan tehnik purposive random sampling. Teknik pengambilan sampelnya diperoleh melalui angket pre-test, dengan jumlah sampelnya sebanyak 5 orang siswa. Penelitian ini menggunakan model one grup design yang menggunakan metode angket sebagai metode pokok sedangkan metode dokumentasi, dan observasi sebagai metode pelengkap dalam pengumpulan data. Teknik analisis data yang digunakan adalah rumus t-test. Dengan hasil analisis yang diperoleh adalah nilai t-hitung 13.550 dan t-tabel 2,776 dengan taraf signifikan 5% yang berarti menolak hipotesis nihil (Ho), dan hipotesis alternatif (Ha) yang berbunyi: ada pengaruh konseling realita terhadap penyesuian diri siswa kelas VIII SMPN 2 Buer Kab. Sumbawa Besar tahun pelajaran 2014 diterima. Bedasarkan hasil analisis data tersebut maka di peroleh hasil penelitian yaitu nilai t-hitung lebih besar dari nilai t-tabel (13.550 > 2,776) dan dengan kenyataan ini menunjukkan bahwa nilai t-hitung yang di peroleh adalah signifikan,maka ada pengaruh Konseling Realita Terhadap Penyesuian Diri Siswa Kelas VIII di SMP Negeri 2 Buer Kab. Sumbawa Besar Tahun Pelajaran 2013/2014
Kata Kunci: Koseling Realita dan Penyesuaian Diri PENDAHULUAN Komponen pemberian bantuan yang lazimnya disebut dengan Bimbingan dan Konseling yang merupakan salah satu komponen yang sangat diperlukan dalam melaksanakan program disekolah. Secara khusus bertujuan membantu siswa untuk bias bertanggung jawab dan bisa menghadapi segala permasalahan yang dihadapinya serta mampu menjadi pribadi yang mandiri. Dikatakan mandiri, artinya individu mampu berfikir dan bertindak secara sadar sehingga mampu memilih jalan hidupnya untuk dapat berkembang dengan lebih mantap dan memiliki penghargaan terhadap diri sendiri, mampu mengatur diri sendiri yang tentunya tidak bergantung kepada orang lain dan dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Dalam hal ini siswa harus memiliki penyesuaian diri pribadi dan sosial yang baik agar dapat menyeimbangkan kebutuhannya dengan lingkungannya sehingga tercipta suasana yang harmonis baik antar pribadi dan lingkungan. Layanan konseling individu dengan pendekatan konseling realita dalam proses pelaksanaan bimbingan dan konseling disekolah dapat dimanfaatkan sebagai pelayanan untuk membantu menyelesaikan permasalahan siswa yang berkaiatan dengan penyesuaian diri. Berdasarkan hasil observasi awal yaitu berkaitan dengan fenomena lapangan yang terjadi di SMP Negeri 2 Buer masih banyak ditemukan siswa yang sulit dalam menyesuaikan dirinya dengan lingkungannya. Hal ini di tunjukkan dengan banyaknya siswa yang menyendiri, siswa yang minder untuk bergaul, dan masih takut untuk mengemukakan pendapatnya di depan umum. Dari hasil observasi tersebut maka, pendekatan realita dalam proses pemberian layanan konseling individu sangat penting bagi siswa untuk membantu dalam mengartikan dan memperluas tujuan-tujuan hidup mereka dan membantu dalam proses pemenuhan kebutuhan psikologis tunggal yang disebut kebutuhan akan identitas. Kebutuhan ini meliputi kebutuhan akan merasa adanya keunikan, perbedaan dan kemandirian.
Berdasarkan keterangan di atas, pemberian layanan berupa konseling realitas terhadap peyesuaian diri siswa disekolah sangat menarik untuk diteliti. Sehingga dengan alasan inilah peneliti mengambil penelitian tentang: Pengaruh Konseling Realitas Terhadap Penyesuaian Diri Siswa Kelas VIII Di SMPN 2 Buer Kab. Sumbawa Besar Tahun Pelajaran 2013/2014. KAJIAN LITERATUR Terapi realitas adalah sebuah metode konseling dan psikoterapi prilaku kognitif yang sangat berfokus dan interaktif, dan merupakan salah satu yang telah diterapkan dengan sukses dalam berbagai macam lingkup. Karena fokusnya pada problem kehidupan saat ini yang dirasakan klien (“realitas terbaru”klien) dan penggunaan teknik mengajukan pengajuan pertanyaan oleh terapis realistis, terapi realitas terbukti sangat efektif dalam jnagka pendek, meskipun tidak terbatas pada itu saja. (Direktur Pusat Manjemen Stress, London dan Honorary visiting Profchology di City University, 2011: 525). Konseling realita atau terapi pada hakikatnya menentang pendekatan konseling lain yang memperlakukan klien sebagai individu yang sakit. Diketahui bahwa konseling ini sangat populer dikalangan petugas bimbingan sekolah dan tempat-tempat rehabilitasi. Disamping itu konseling realita memerankan konselor sebagai guru yang menciptakan kondisi yang kondusif mengajar, dan memberi contoh serta mengajak klien untuk menghadapi realita. Oleh karena setiap orang, termasuk siswa, selalu dihadapkan pada kenyataan (realita) hidup, maka pendekatan ini tepat untuk dipelajari dan dikuasai untuk diterapkan oleh konselor. Konselor mengajarkan tingkah laku yang bertanggung jawab. Dengan demikian konselor yang berkesempatan mempelajarinya akan memiliki kemampuan untuk melaksanakan konseling individual berdasarkan pada pendekatan realita (Fauzan, 2004: 27). Konseling realita dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu: 1) Konseling realita mengidealkan tingkah laku sebagai individu yang tercukupi kebutuhannya akan cinta dan harga diri; 2) Mengembangkan tingkah laku yang normal yakni yang bertanggung jawab dan berorientasi pada realita; 3) Mengidentifikasi diri sebagai individu yang berhasil atau sukses (Fauzan, 2004: 30). Selain itu Konseling realita mempunyai beberapaa ciri dalam konseling yang menentukan terapi, yaitu: 1) Konseling Realita Menolak Konsep tentang penyakit mental; 2) Koseling Realita berfokus pada tingkah laku sekarang alih-alih pada perasaan-perasaan dan sikap; 3) Konseling Realita berfokus pada saat sekarang, bukan kepada masa lampau; 4) Konseling Realita menekankan pertimbangan–pertimbangan nilai; 5) Konseling Realita tidak menekankan transferensi; 6) Konselig Realita menekankan aspek-aspek ketidaksadaran, teori psikoanalitik, yang berasumsi bahawa pemahaman dan kesadaran atas proses-proses ketaksadaran sebagai suatu prasyarat bagi perubahan kepribadian; 7) Konseling Realita mengahapus hukum; 8) Konseling Realita menekankan tanggung jawab (Fauzan, 2004: 30). Dalam proses terapinya konseling realita menggunnakan prinsip 3 R (Right, Responsibility, Reality), yang mempunyai arti: 1) Right, yang dimaksud Glasser ada ukuran atau norma yang diterima secara umum diamana tingkah laku dapat diperbandingkan; 2) Responsibility, Prinsip ini merupakan kemampuan untuk mencapai sesuatu kebutuhan dan untuk berbuat dalam cara yang tidk merampas keinginan orang lain dalam memenuhi kebutuhan mereka; 3) Reality, Dalam hal ini orang harus memahami bahwa ada dunia nyata dari bahwa mereka harus memenuhi kebutuhan-kebutuhannya dalam kerangka kerja tertentu (Fauzan, 2004: 30-32). Berdasarkan prinsip tersebut konseling realita mempunyai penilaian tersendiri mengenai konsep perilaku menyimpang adalah: 1) identitas gagall; 2) perbuatan tidak pas; 3) keterlibatan dengan diri; 4) kegagalan orangtua atau orang yang bermakna; 5) individu tidak belajar. Selain itu pandangan konseling realita terhadap manusia adalah: 1) Konselor umumnya memandang individu atas dasar tingkah lakunya; 2) Manusia memiliki kebutuhan psikologis tunggal yang disebut kebutuhan akan identitas; 3) Dalam merumuskan identitas, orang lain memerankan peranan penting dalam membantu melihat diri sendiri sebagai seorang yang
sukses dan gagal; 4) Pandangan terhadap hakikat manusia mencakup pernyataan bahwa manusia memiliki 3 kekuatan untuk tumbuh yang mendorong menuju identitas sukses; 5) Konseling realita tidak terikat pada filsafat deterministic dalam memandang manusia; 6) Realisasi untuk tumbuh dalam rangka memuaskan kebutuhan harus dilandasi oleh prinsisp 3 R: Right, Responsibility, dan Reality (Fauzan, 2004: 29). Berdasarkan pandangan tersebut konseling realita mempunyai dalam terapi yaitu: 1) Konseling realita membantu individu mencapai otonomi; 2) Konseling ini juga membantu individu dalam mengartikan dan memperluas tujuan-tujuan hidup mereka; 3) Menekankan tujuan konseling realita dari sudut pandang konselor (Fauzan, 2004: 36). Seperti halnya pendekatann-pendekatn konseling lainnya yang mempunyai pprosedur dalam pelaksanaannya konseling realita juga mempunyai prosedur dalam melakukan konseling. Glasser dalam Fauzan (2004: 35) mengungkapkan prosedur konseling realita yang didasarkan pada delapan prinsip yaitu: (involvement: focus on personal), berpusat pada tingkahlaku (focus on behavior, pertimbangan nilai (value judgment), perencanaan tingkah laku yang bertanggung jawab (planning responsible behavior), kesepakatan (commitment), tiada ampunan (no-excuse), dan membatasi hubungan (eliminate punishment). Sedangkan Ivey membagi konseling menjadi 3 fase yakni keterlibatan (involvement), anda adalah tingkahlaku (you are behavior), dan belajar kembali (relearning). Dalam melakukan konseling selain dibutuhkan prosedur dibutuhkan juga teknik-teknik yang digunakan dalam melakukan konseling, begitu pula halnya dengan konseling realita, konseling realita mempunyai beberapa yang digunakan dalam pelaksanaan konseling. Corey (1982) mengatakan teknik-teknik yang digunakan dalam konseling realita adalah: 1) Melakukan Main peran dengan klien; 2) Menggunakan humor; 3) Mengkonfrontasi klien dan tidak memberi ampunan; 4) Membantu klien merumuskan rencana perubahan; 5) Melayani klien sebagai model peranan guru; 6) Menentukan batas-batas dan struktur konseling yang pas; 7) Menggunakan verbal shock atau sarkasme yang tepat untuk memnetang klien dengan tingkah lakunya yang tidak realistis; 8) Terlibat dengan klien dalam mencari hidup yang lebih efektif. Sesuai dengan itu berdasarkan observasi masalah yang dihadapi siswa adalah penyesuaian diri masalah tersebut yang akan nantinya ingin diteliti. Penyesuaian diri merupakan suatu proses yang mencakup respon–respon mental dan tingkah laku, yang merupakan usaha individu agar berhasil mengatasi kebutuhan, ketegangan, konflik dan prustasi yang dialami dalam dirinya (Agustiani, 2009: 146). Menurut Charles Darwin dalam Agustiani (2009: 146) penyesuaian diri (adaptasi) pada awalnya berasal dari perngertian yang didasarkan pada ilmu biologi yaitu “organisms to survive, reproduce, and, in animals, raise offspring, disproces is called adaptation” yang artinya tingkah laku manusia dapat dipandang sebagai reaksi terhadap berbagai tuntutan dan tekanan lingkungan tempat dia hidup, seperti cuaca dan berbagai unsur alamiah lainnya. Sedangkan Davidoff (1991: 194) mengatakan bahwa manusia dituntut untuk menyesuaikan diri dengan ligkungan sosial, kejiwaan dan lingkungan alam sekitarnya. Proses penyesuaian diri dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti: 1) Faktor Fisiologis; 2) Faktor psikologis; 3) Faktor perkembangan dan kematangan; 4) Faktor lingkungan; 5) Faktor Budaya dan Agama (Enung, 2008: 199). Penyesuaian diri berlangsung secara terus-menerus dalam diri individu dan lingkungan. Kriteria individu dengan penyesuaian diri yang baik, yaitu sebagai berikut: 1) Pengetahuan tentang kekurangan dan kelebihan dirinya; 2) Objektivitas diri dan penerimaan diri; 3) Kontrol dan perkembangan diri; 4) Integrasi pribadi yang baik; 5) Adanya tujuan dan arah yang jelas dari perbuatannya; 6) Adanya perspektif, skala nilai, filsafat hidup yang kuat; 7) Mempunyai rasa humor; 8) Mempunyai rasa tanggung jawab; 9) Menunjukkan kematangan respon 10. Adanya perkembangan kebiasaan yang baik; 11) Adanya adaptabilitas; 12) Bebas dari respon-respon yang simtomatis atau cacat (Agustiani, 2009: 148).
Dari uraian tersebut dan berdasarkan observasi yang telah dilakukan, konnseling realita cocok untuk mengatasi masalah siswa tentang penyesuaian diri. Dengan demikian siswa diharapkan mampu mmenyesuaikan dirinya dan bersikap mandiri secara optimal. METODE PENELITIAN Pengaruh Konseling realita terhdap penyesuaian diri siswa kelas VIII di SMP Negeri 2 Buer Kab. Sumbawa Besar tahun pelajaran 2013//2014 merupakan jenis penilitian kuantitatif yang menggunakan metode eksperimen yang merupakan suatu pendekatan di mana situasi atau gejala dibuat dengan sengaja (Arikunto, 2010: 95). Adapun menurut Sugiyono (2014: 107) metode eksperimen adalah metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendali. Berdasarkan penjelasan tersebut dapat disimpulkann metode eksperimen adalah penelitian yang dilakukan untuk mencari pengaruh perlakuan terhdap yang lain dengan gejala atau situasinya dibuat sengaja namun kondisinya terkendali. Dengan design penelitiannya adalah one-group design.
Keterangan: X = Perlakuan (Sugiyono, 2014: 111) Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII di SMP Negeri 2 Buer Kab. Sumbawa Besar tahun pelajaran 2013/2014 yang berjumlah 88 orang siswa. Dari siswa tersebut dipilih 5 orang siswa sebagai sampelnya, dengan teknik pengambilan sampelnya menggunakan teknik purposive random sampling. Siswa yang dipilih adalah siswa yang mempunyai masalah dengan penyesuaian dirinya yang dilihat dari hasil angket pre-testnya yang terendah. Dalam suatu penelitian dibutuhkan teknik untuk mengumpulkan datanya, untuk mengumpul data yang diperlukan peneliti menggunakan metode angket sebagai metode utamanya dan observasi serta dokumentasi sebagai metode pelengkapnya. Instrument yang digunakan adalah angket yang digunakan untuk mengetahui: Apakah ada pengaruh konseling realita terhadap penyesuain diri siswa kelas VIII di SMP Negari 2 Buer Kab. Sumbawa Besar tahun pelajaran 20013/2014? Dengan jumlah soal yang diberikan 30 butir soal dengan alternatif jawaban ada tiga yaitu A. Sangat Sesuai (3), B. Kadang-kadang (2), dan C. Tdak Sesuai (1). Setelah didapatkan hasil dari angket tersebut, selanjut adalah menganalisis hasil pengumppulan data tersebut. Dalam hal ini peneliti menggunakan teknik analisis data t—test, dengan rumus sebagai berikut:
√
Keterangan: Md = Mean dari perbedaan Post-test dan pre-test (Pre-test dan Post-test) Xd = Deviasi masing-masing subjek (d-Md) ∑ = Jumlah Kuadarat deviasi N = Jumlah Subyek d.b = ditentukan dengan N-1 (Arikunto, 2010: 306)
HASIL PENELITIAN Untuk memperoleh data yang dibutuhkan dalam penelitian ini, sebelumnya dilakukann langkah-langkah sebagai berikut: 1) persiapan penelitian dengan mengurus berbagai macam administrrasi yang diperlukan dalam penelitian ini, seperti mengurus dan mengantarr suratsurat sebagai persyaratan untuk melakukan penelitian; 2) Pelaksanaan penelitian dalam tahap ini yang dilakukan adalah menentukan subyek penalitian dan membuat jadwal pelaksanaan penelitian; 3) Setelah melaksanakan penelitian selanjutnya adalah merumuskan hipotesis nol; 4) membuat tabel kerja; 5) memasukkan data ke dalam rumus; 6) menguji data dengan rumus t-test; 7) Menarik kesimpulan. Hipotesiss nol dalam penelitian ini berbunyi: “tidak ada pengaruh konseling realita terhadap penyesuaian diri siswa kelas VIII di SMP Negeri 2 Buer Kab. Sumbawa Besar tahun pelajaran 2013/2014. Setelah itu adalah menganalisis data yang yang didapatkan dengan menggunakan rumus t-test. Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan didapatkan nilai thitung= 13,550. Sedangkan untuk nilai t-tabelnya dengan taraf signifikansi 5% dan db = 5-1= 4 adalah 2,776. Dengan demikian nilai t—hitung lebih besar dari t-tabel (13,550 > 2,776) yang berarti penelitian ini “signifikan”. SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian dan hasil analisis data yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa Ha yang berbunyi: “ ada pengaruh konseling realita terhadap penyesuaian diri siswa kelas VIII di SMP Negeri 2 Buer Kab. Sumbawa Besar tahun pelajaran 2013/2014”, diterima, sedangkan Ho yang berbunyi: “ tiidak ada pengaruh konseling realita terhadap penyesuaian diri kelas VIII di SMP Negeri 2 Buer Kab. Sumbawa Besar tahun pelajaran 2013/2014” ditolak. Ini dibuktikan dengan nilai t-hitung dengan taraf signifikansi 5% dan db=5-1=4, lebih besar dibandingkan dengan nilai t-tabel (13,550 > 2,776). Dan penelitian ini signifikan. Berdasarkan pada hasil analsis data dan simpulan yang telah dibuat, maka saran yang daapat diajukan pada penelitian ini adalah: 1) Kepada Kepala Sekolah ,hendaknya selalu menjalin kerjasama yang baik dengan orang tua/Wali murid, guru pembimbing,guru bidang studi, wali kelas serta pihak-pihak yang lain dalam meningkatkan kemampuan penyesuaian diri siswa SMPN 2 Buer Kab. Sumbawa Besar; 2) Kepada Guru BK, hendaknya pelaksanaan Konseling Realita di lakukan secara continue (terus menerus) dan terprogram, serta lebih memperhatikan bagaimana intraksi Penyesuaian diri siswa khususnya dilingkungan sekolah; 3) Kepada Siswa hendaknya memanfaatkan layanan Konseling Realita yang telah di programkan oleh guru bimbingan konseling di sekolah serta lebih memperhatikan dan meningkatkan diri agar mampu menyesuaikan diri khusus nya di lingkungan sekolah dan masyarakat; 4) Kepada orang tua/wali murid, hendaknya menunjukkan dan mencontohkan kepada anak didik bagaiamana menyesuiakan diri yang baik dan dapat di lakukan dalam kehidupan sehari-hari; 5) Bagi peneliti selanjutnya di harapkan hasil penelitian ini dapat di lakukan penelitian lebih luas mengeneai asfek-asfek yang belum terungkap dalam penelitian ini. DAFTAR REFERENSI Agustiani Hendriati. 2009. Psikologi Perkembangan. Bandung: Repika Adhitama Arifin, Zainal. 2012. Penelitian Pendidikan Metode dan Paradigma Baru. ` Bandung: Remaja Rosdakarya Arikunto, Suharsimi. 2002. Metode Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Rineka Cipta : Jakarta. Asrori. 2008. Psikologi Pembelejaran. Bandung : Wacana Prima. Burks, H. & Stefflre, B. 1979. Theories of Counseling. New York: McGraw-Hill Book Company.
Corey, G. 1982. Theory and Practice of Counseling and Psychotherapy. California : Cole Publishing Company. -----------. 2010. Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi. Bandung: Refika Aditama. Debora K. Parker. 2006. Developing Children Indepedency and Estemm, Diterjemahkan oleh Bambang Wibisono. Jakarta : Prestasi Pustaka. Depdikbud,DirjenDikti PPIPT. 1982. Proses Penyesuaian Diri. Jakarta: Universitas Terbuka Direktur Pusat Manjemen Stress, London dan Honorary visiting Profchology di City University. 2011. Konseling Psikoterapi. Celeban Timur: Pustaka Pelajar. Djumhur dan Surya Moh. 1975. Bimbingan dan Penyuluhan disekolah. Bandung: CV Ilmu Enung, Fatimah. 2008. Psikologi Perkembangan. Bandung: Pustaka Setia Hansen, J.C. et al. 1982. Counseling: Theory and Process. Massachusetts, Boston : Allyn and Bacon, Inc. Kamil Mustofa. 2010. Model Pendidikan Dan Pelatihan (Konsep dan Aplikasi). Bandung: Alfabeta Lutfi Fauzan. 2004. Pendekatan-Pendekatan Konseling Individual. Malang: Elang Mas Margono, S. 2003. Psikologi. Metode Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta. Nazir. 1988. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia Narbuko, Cholid dan Ahmadi, Abu. 2007. Metodologi Penelitian. Jakarta: Bumi Aksara Poerwadarminta, W.J.S 1991. Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. Jakarta: Balai Pustaka. Riduan, 2003. Dasar-Dasar Statistika. Bandung: Alfabeta. Soepomo 1994. Pengantar Statistik 1. Yogyakarta: Fakultas Psikologi UGM. Surakhmad. 2006. Metode Penelitian. Yogyakarta: Yayasan Fakultas Psikologi UGM. Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D). Bandung: Alfabeta. Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D). Bandung: Alfabeta Surya, M. 1998. Dasar-dasar Penyuluhan (Konseling). Jakarta: Proyek Pengembangan LPTK. Surya, Muh.1997. Kesehatan Mental. Bandung: Jurusan BP FIP-IKIP. Winarno, Surakhmad. 1990. Pengantar Penelitian Ilmiah dasar Metode Tehnik. Bandung: Tarsito.