Edisi198TahunXIII/2014
ISSN 1412-2170
MITRA WACANA
MediaUsahaKecilMenengahMakananBerbasisTepung
Evaluasi, Sebagai Acuan Perencanaan Bisnis KirimanGRATISdari: PT ISM Tbk. bogasari �our mills PORTODIBAYAR/TAXEPERCUE Nomor:05/PRTD/JKU/DIVREIV/2014 Berlaku:s.d.31Desember2014
LAGANSA(LayananPelangganBogasari):0807-1800-888,
[email protected],www.bogasari.com,@KreasiBogasari
Jendela Rencanakan Usaha Secermat Mungkin........Hal. 7 Agar terhindar dari risiko yang fatal, rencana usaha harus dibuat sesederhana mungkin, masuk akal, realistis namun rinci, serta dapat dilaksanakan berdasarkan tujuan yang jelas, sehingga bisa fokus untuk mencapai tujuan
Reza Setiawan: Sukses Meneruskan Usaha 3 Generasi Hal. 10 Keputusan Zabur Utomo memilih kata Shuang Xi yang berarti kebahagiaan ganda, sungguh tepat, usaha pia yang dirintisnya sejak tahun 1959 benar-benar memberikan kebahagiaan berlipat ganda, dan kini di teruskan oleh generasi ketiganya, Reza Setiawan.
Menjaga Reputasi dalam Bisnis ............ Hal. Dalam menjalankan bisnis, reputasi sangat penting. Sekali saja reputasi seorang pengusaha cacat, akibatnya akan fatal.
SajianUtama......................................................4-9 Profil.......................................................................10-11 Manajemen...........................................................13 Tips..........................................................................14 Resep......................................................................15 Serba-serbi.............................................................16 InfoUKM.................................................................17
Tekat salah satu pengusaha roti di Tangerang untuk melakukan perubahan
P
embaca yang budiman, tahun 2014 adalah tahun yang khusus, tahun tantangan, tahun perubahan karena akan terjadi banyak perubahan. Dunia akan berubah, lingkungan di sekitar kita akan berubah terus. Bagaimana kita harus menyikapinya? “Dunia dan orang lain tidak bisa merubah diri kita kecuali kita sendiri yang akan merubahnya agar bisa memanfaatkan perubahan itu secara positif.” Selain itu di tahun 2014 ini banyak terjadi even nasional. Orang mengatakan sebagai tahun politik. Dimulai sejak bulan Januari, ada Tahun Baru, dan imlek, Februari sampai Maret masa kampanye, April ada pemilihan legislatif, dilanjutkan, pelantikan legislatif. Bulan Mei, Juni, Juli persiapan lebaran, kemudian ada Pilpres. Setelah Pilpres terpilih presiden baru. Artinya dibutuh makanan yang lebih dibanding biasanya. Pasar menjadi menggeliat lagi, semoga bisa terkendali dan stabil. Dengan demikian tahun 2014 ini situasinya akan terus ramai, mau tidak mau kita akan ikut melihat dan mengamati keramaian tersebut tetapi perlu diingat, jangan terlarut dalam keramaian itu karena kita harus bisa konsentrasi untuk memanfaatkan peluang keramaian itu. Melihat perkembangan situasi belakangan ini rasanya tidak perlu ada kekhawatiran jika kita mengetahui dan memahami seperti apa arah usaha yang akan kita jalankan. Untuk itu agar usaha kita bertumbuh di tahun 2014 beberapa hal bisa dilakukan. Salah satunya adalah dengan melakukan perencanaan usaha yang cermat sesuai dengan hasil evaluasi terhadap kinerja tahun lalu.
Foto Cover: BBC
Semoga di tahun 2014 usaha kita semakin bertumbuh dan sukses.M
PENERBIT: PT. Indofood Sukses Makmur Tbk, Divisi Bogasari Flour Mills. ISSN: 1412-2170 Penasihat: Franciscus Welirang, Herman Djuhar, Pembina: Hans R. Aditio, P. Soegiono D, Budi Sugianto, Koko Santosa, Ivo Ariawan, Penanggungjawab: Beatrix Sudibyo, Pemimpin Redaksi: M.R. Pamungkas Redaksi: Louis M. Djangun, Rudianto Pangaribuan, Kontributor: Effendi Lie; Ahmad Hadiyanto; Uluan DP. Manurung; J .M. Qayyuum; Roy Hudiana, Sylvia, Joko Pramono, Josaphat S. Wijaya, Julius Ronadi. Desain & Lay-out: Melcky. Sekretariat, & Distribusi: SME Relations Department Alamat Redaksi: PT. Indofood Sukses Makmur tbk. Divisi Bogasari Flour Mills, Jln. Raya Cilincing, Tanjung Priok, Jakarta - 14110, PO. Box 2000 JKU 14013. Telp : (021) 43900170-174, Fax : (021) 43920049, e-mail:
[email protected], http//www.bogasari.com DISTRIBUSI TERBATAS UNTUK KALANGAN SENDIRI, TIDAK DIPERJUALBELIKAN
Bagi Anggota BMC (Bogasari Mitra Card): Daftarkan nomor HP anda dan Informasikan setiap perubahan nomor telepon/HP Anda ke 0807-1-800-888, karena setiap informasi BMC akan disampaikan melalui SMS. Wacana Mitra * Edisi 198/Tahun XII/2014
Sajian Utama
Teliti dalam Evaluasi, Cermat dalam Perencanaan Agar jalannya perusahaan berkesinambungan dan perkembangannya tidak semata-mata bergantung pada keberuntungan, kegiatan evaluasi mutlak dilakukan. Kemudian, rancanglah perencanaan dengan target yang menantang tapi masih realistis.
S
ebagai pengusaha, bagaimana perasaan Anda di awal tahun seperti sekarang ini? Bingung, pusing, atau senangsenang saja? Apapun perasaan Anda, ini adalah saat yang tepat untuk melakukan evaluasi, sekaligus merancang rencana bisnis tahun berjalan. Nah, dalam melakukan evaluasi, sedikitnya ada dua hal yang harus diperhatikan. Pertama, soal evaluasi terhadap pencapaian kinerja usaha. Ingat, kalau kinerja buruk, jangan langsung menyalahkan karyawan atau faktor lingkungan (misalnya persaingan). Sebab, tidak tertutup kemungkinan, justru Anda sendiri yang menjadi penyebab utamanya.
Kedua, soal rencana perusahaan Anda pada tahun 2014 ini. Sebagai pemilik, Anda tentu punya rencana dan target tersendiri. Tapi, sebaiknya, jangan dulu diutarakan. Simpan saja dalam hati, atau dalam catatan pribadi. Kemudian, mintalah seluruh karyawan (atau yang ada di level tertentu) untuk menyampaikan usulannya. Dari situ, barulah dipadukan dengan rencana yang Anda miliki. Sekarang, marilah kita mulai dengan evaluasi. Jika kinerja perusahaan Anda sepanjang 2013 baik-baik saja, atau bahkan cenderung meningkat, Anda mungkin tidak pusing atau uringuringan. Tapi, sebaliknya, Anda bisa pusing tujuh keliling kalau
kinerja usaha buruk, dengan omset penjualan yang anjlok drastis dibanding tahun sebelumnya. Wajar kalau Anda pusing. Itu manusiawi. Masalahnya, hidup usaha harus terus berjalan. Dalam menjalankan usaha, risiko kegagalan selalu terbuka. Kita boleh pusing tujuh keliling, tapi jangan terus larut di dalamnya. Kalau ini yang terjadi, sangat mungkin kegagalan serupa bakal dialami lagi pada tahun-tahun ke depan. Artinya kita pasti tidak mau disebut seperti keledai yang terperosok dua kali di lubang yang sama, bukan? Cermat dan Objektif Karena itu, setelah pusingnya reda, segeralah cari cara untuk
Edisi198/TahunXII/2014* Wacana Mitra
Sajian Utama
Kalau kinerja buruk, jangan langsung menyalahkan karyawan atau faktor lingkungan (persaingan). Sebab, tidak tertutup kemungkinan, justru Anda sendiri yang menjadi penyebab utamanya.
pemecahannya. Pertama-tama, tentu saja, harus dilacak dulu faktor penyebab penurunan kinerja itu, secara teliti. Jangan asal main duga-gugaan. Kalau penurunan kinerja itu menyangkut aspek-aspek konvensional seperti menurunnya (atau pencapaian di bawah target) omset, perolehan laba, banyaknya pengeluaran biaya dan sebagainya, tidak terlalu sulit melacaknya, asalkan, laporan atau catatan yang diterima merupakan kumpulan informasi yang jujur dan obyektif. Dari situ, bisa melakukan perbandingan, baik terhadap pencapaian tahun silam maupun target yang akan dipatok pada tahun berjalan. Di situ, biasanya akan kelihatan ada yang melenceng. Persoalannya, mengapa hal itu bisa terjadi? Apa penyebab-
nya? Di sinilah perlu melakukan semacam analisa yang cermat dan obyektif. Jika, misalnya, ditemukan perolehan laba yang menurun dibanding tahun lalu, atau melenceng jauh dari target, jangan langsung memvonis karyawan tidak becus kerja. Penurunan laba, bisa disebabkan oleh banyak faktor. Faktor paling menyolok, memang penurunan omset. Tapi, itu tidak mutlak. Bisa saja omset menurut, tapi perolehan laba tetap tinggi. Misalnya, karena menerapkan strategi menaikkan harga secara tepat, atau berhasil mengubah bidikan pasar dari konsumen kelas bawah ke konsumen menengah atas. Kenaikan biaya, juga bisa menggerus perolehan laba. Di sini perlu dicermati, apakah ke-
Wacana Mitra * Edisi 198/Tahun XII/2014
naikan biaya itu semata-mata karena untuk produksi (misalnya, karena harga bahan baku yang baik) dan belum bisa dikompensasikan pada kenaikan harga jual, atau oleh sebab lain. Nah, kenaikan karena sebab lain inilah yang mesti mendapat perhatian khusus. Siapa tahu, misalnya, peningkatan pengeluaran itu disebabkan oleh berubahnya perilaku pelaku bisnis, dari berhemat menjadi boros. Misalnya, gemar menjamu tamu atau relasi secara berlebihan. Atau, mengganti kendaraan yang biaya operasionalnya lebih mahal, dan sebagainya. Tentu saja, faktor karyawan pun, terutama di bagian pemasaran, tak bisa diabaikan. Perhatikan baik-baik, siapa tahu mereka mulai malas-masalan. Tapi, pemecahannya bukan langsung menghardik mereka. Sedapat mungkin, cari tahu dulu, apa yang menjadi penyebab mereka malas. Mungkin karena ada tuntutan mereka yang belum dipenuhi, atau mereka merasa kecewa karena lama tidak ada kenaikan gaji. Lantas, ajak mereka bicara secara terbuka. Jika benar mereka menuntut sesuatu seperti kenaikan gaji atau peningkatan fasilitas, tunjukkan bahwa perusahaan sangat memaklumi dan memperhatikan tuntutan itu. Beri penjelasan yang tepat, apabila perusahaan memang benarbenar belum bisa memenuhinya. Tapi, kalau seluruh atau sebagian
Sajian Utama
itu sebetulnya bisa dipenuhi, apa salahnya dikabulkan, setelah itu, beri mereka target yang lebih tinggi. Perencanaan: Pasang Target yang Realistis Kegiatan evaluasi, tidak akan banyak gunanya jika tidak diikuti dengan pembuatan perencanaan untuk tahun depan. Sama dengan evaluasi, kegiatan ini pun sebaiknya melibatkan karyawan. Sebagai pemilik perusahaan, seseorang tentu ingin memasang target setinggi-tingginya. Sementara karyawan cenderung sebaliknya (kalau mereka berani berkata jujur, dan tidak bersikap Asal Bapak Senang). Nah, perpaduan target perusahaan dan karyawan, bisa melahirkan target yang lebih realistis. Percuma saja memaksakan target tinggi, jika tidak didukung oleh karyawan. Kecuali jika mereka diajak bicara dan memahami alasan penetapan target itu. Lebih bagus lagi, kalau mereka juga bisa diyakinkan, bahwa pencapaian target akan mereka nikmati, misalnya, dengan kenaikan gaji atau insentif dan bonus. Lantas, bagaimana agar bisa membuat target bisnis yang menantang tapi sekaligus realistis? Di sinilah perlunya pandangan pihak ketiga, yang bisa memberikan penilaian dan pandangan “dari luar”. Jika memungkinkan, undanglah orang luar yang dinilai cukup berkompeten, dan mengetahui peta bisnis yang sedang digeluti. Bisa juga minta bantuan konsumen yang loyal, untuk memberikan penilaian dan
Percuma saja memaksakan target �nggi, jika �dak didukung oleh karyawan. Perpaduan target perusahaan dan karyawan, bisa melahirkan target yang lebih realis�s menyampaikan harapan-harapannya. Jangan Andalkan Keberuntungan Perencanaan bisnis yang disusun secara cermat, niscaya akan lebih menjamin usaha mengalami perkembangan secara berkelanjutan. Sebagai pengusaha yang hidup di jaman modern, sebaiknya jangan mengandalkan faktor keberuntungan. Benar, di mana pun dan kapan pun, keberuntungan bisa saja muncul. Tapi, tidak ada kepastian. Pengusaha yang selalu mengandalkan keberuntungan, biasanya mudah tergoda untuk beralih pada bidang atau produk lain. Misalnya, pengusaha roti tiba-tiba beralih membuat kue kering, karena pasarnya sedang meledak. Dia tergoda untuk memperoleh keuntungan sesaat, dengan mengabaikan produk utamanya. Padahal, dengan mengurangi apalagi menyetop sama sekali produk utama, akan sangat mengganggu kesinambungan pasar. Ketika si pengusaha balik lagi memproduksi roti karena masa panen kue
kering sudah selesai, seakan-akan dia harus melangkah dari awal lagi. Evaluasi Setiap Hari Kegiatan evaluasi bisnis, sebaiknya tidak hanya dilakukan setiap akhir tahun. Sebab, kenyataannya, sekarang ini kita menghadapi iklim usaha yang cepat berubah. Begitu pun dengan perencanaan. Penyusunan rencana yang ditetapkan dalam setahun, cukup dijadikan sebagai panduan secara garis besar saja. Kalau perlu, lakukan evaluasi setiap hari, Misalnya setiap malam hari. Malam hari biasanya kondisi pikiran sudah tenang, sehingga bisa lebih objektif, Selain evaluasi, juga sekaligus membuat perencanaan untuk produksi esok harinya, dengan mempertimbangkan permintaan pasar. Dari kegiatan evaluasi yang sering itu, bisa memantau perkembangan usaha, dan membuat langkah tepat yang diperlukan. Misalnya, soal efisiensi peralatan atau perlu tidaknya menambah alat baru, dan sebagainya. Bisa juga melakukan evaluasi setiap minggu, atau setiap bulan. Soal frekuensi evaluasi, sangat tergantung pada jenis produknya, dengan melihat perkembangan dan peta persaingannya di pasar. Kegiatan evaluasi di luar yang tahunan, juga bermanfaat untuk melakukan perubahan-perubahan target secara cepat. Bisa dengan menurunkan, atau lebih meninggikan. Tergantung perkembangan mutakhir saat itu.M
Edisi198/TahunXII/2014* Wacana Mitra
Sajian Utama
Hindari Risiko, Rencanakan Usaha Secermat Mungkin Jika hendak membuka sebuah usaha, terlepas besar ataupun kecil, membuat rencana usaha adalah mutlak. Kemampuan dalam membuat rencana usaha yang baik sesuai dengan kondisi riil, bisa dijadikan ukuran bagaimana kesiapan kita untuk mulai terjun ke dunia usaha menghadapi persaingan yang berat dan penuh risiko.
Keberhasilan usaha berawal dari perencanaan yang matang dan realistis
K
eberanian mengambil risiko menjadi modal pertama. Tetapi, seperti dikatakan praktisi bisnis Rhenald Kasali, “Keberanian mengambil risiko tanpa diiringi kemampuan membuat analisis terhadap risiko sama saja dengan memasuki pintu kegagalan.
Penyebab utama pengusaha atau calon pengusaha gagal pada tahap pertama membuka usaha adalah mereka hanya berencana untuk mendapat keuntungan semata saja. timbulnya risiko memang mereka takuti, namun mereka tidak merencanakan dengan baik bagaimana menghadapai
Wacana Mitra * Edisi 198/Tahun XII/2014
segala macam risiko yang bisa timbul dikemudian hari. Agar terhindar dari risiko yang fatal, rencana usaha harus dibuat sesederhana mungkin, masuk akal, realistis namun rinci, serta dapat dilaksanakan berdasarkan tujuan yang jelas, berorientasi pada masa depan yang berkesinambungan serta didukung dengan fakta serta sesuai dengan kondisi yang ada, sehingga bisa fokus untuk mencapai tujuan. Rencana usaha ini penting dibuat sebagai pedoman untuk mengambil langkah yang akan dilaksanakan sesuai dengan perubahan lingkungan usaha yang dihadapi. Artinya, aktivitas usaha dapat dilakukan secara teratur dengan tujuan yang jelas sehingga terhindar dari aktivitas yang tidak produktif serta penggunaan sumber daya yang lebih efisien, selain tersedianya alat evaluasi untuk menentukan keberhasilan usaha, serta dasar untuk pengawasan dan upaya perbaikan. Dengan demikian ada jaminan tujuan yang telah ditetapkan akan tercapai. Ada 3 hal yang perlu diingat dalam membuat perencanaan usaha; 1. Lebih baik bertahan dengan se-
Sajian Utama
Keterbatasan bahan baku, kesulitan transportasi jangan sampai berakibat pada kelangsungan produksi
jumlah tujuan jangka pendek dan memodivikasi rencana itu selagi usaha berjalan. Sering, rencana jangka panjang tidak bermakna apa-apa karena realitas usaha dapat berbeda dari konsep awal. 2. Gunakan bahasa yang sederhana mudah dibaca dan dimengerti dalam menjelaskan segala persoalan. 3. Jangan sepenuhnya tergantung pada keunikan usaha. Keberhasilan mendatangi mereka yang memulai usaha tidak selalu dari penemuan yang hebat. Sebagaimanan telah disebutkan bahwa rencana usaha yang baik harus didasari latar belakang yang sesuai dengan kondisi dan kemampuan semua pihak serta faktor lain yang terlibat dalam
menjalankan usaha. Maka sebelum membuat rencana usaha, lakukan dahulu langkah-langkah berikut : 1. Indentifikasi Peluang Usaha Ide usaha banyak disekeliling kita. Jangan latah dalam memilih peluang usaha. Tapi lakukanlah pengamatan pasar khususnya kondisi disekitar lokasi usaha, Pada umumnya suatu produk berpotensi laku dijual dan menguntungkan apabila penawaran produk tersebut masih lebih kecil dari permintaan. Peluang usaha timbul ketika permintaan pasar lebih besar dari penawaran. Sebaiknya peluang usaha yang demikianlah yang menjadi pilihan Anda. 2. Pilih Peluang Sesuai dengan Kepribadian Anda Kriteria utama dalam menentukan peluang usaha adalah apakah
usaha itu mampu memberi keuntungan yang memadai. Namun dari segi kepribadian Anda sebagai pemilik usaha apakah jenis usaha tersebut bisa diterima? Pilihlah ide usaha selain keuntungan juga kesenangan, hobi, waktu, tenaga, dan tentunya dorongan hati nurani yang dibutuhkan dalam mengelola usaha tersebut. 3. Ketersedian Bahan Baku Faktor ketersediaan bahan baku adalah merupakan faktor penting, artinya tanpa bahan baku tentunya usaha tidak akan jalan atau tidak dapat berproduksi. Keterbatasan persediaan dipasar, kesulitan transportasi, volume dll. Berpotensi menghambat usaha. Jangan sampai hal ini berakibat tertahannya produksi dan biaya produksi meningkat, harga jual menjadi tidak dapat bersaing lagi. 4. Kemampuan Mendapatkan Konsumen Pada prinsipnya jika ingin membuat usaha apa saja, yang pertama ditanyakan adalah adakah konsumen yang mau membeli atau memakai produk kita. Mampukah kita mencari dan meyakinkan agar konsumen mau membeli atau memakai produk kita. Untuk perlu dilakukan survey terlebih dahulu. Misalnya buatlah contoh makanan dan tawarkan kepada orang-orang terdekat dan seterusnya di luar orang yang Anda kenal, pelajari bagaimana tang-
Edisi198/TahunXII/2014* Wacana Mitra
Info Produk
gapan mereka. Jika tanggapan kurang, perbaiki sesuai saran yang mereka berikan. Jika sudah yakin carilah pasar yang lebih luas namun jangan buru-buru produksi terlalu banyak. Tetap tanggapi keluhan dan saran konsumen. Jangan sampai produk Anda tidak dilirik konsumen. 5. Siapkan Ketrampilan dan Mental Kemampuan Anda dan orangorang yang terlibat dalam menjalankan usaha (SDM) harus diukur atau dinilai. Jangan salah atau berlebihan dalam menilai kemampuan dan kesiapan mental mereka. Kesalahan dalam menilai SDM, sebuah rencana usaha yang baik tetap saja tidak akan berjalan sesuai rencana tersebut, bisa jadi malah gagal.
6. Faktor external yang terlibat Inventarisir pihak-pihak yang akan terlibat langsung dan tidak langsung dalam usaha. Hubungi mereka, cari tahu apa yang mereka butuhkan dari Anda dan apa yang Anda butuhkan dari mereka, kalau perlu lakukan negosiasi untuk kemudahan dan penekanan biaya demi efisiensi usaha Anda. Faktor external misalnya lembaga hukum atau notaris, pajak,
izin usaha, pemilik lokasi usaha, bank, pemilik modal, PLN, keamanan, pengerah tenaga kerja, lembaga pelatihan. Semakin kenal baik dengan mereka semakin mudah dan jelas Anda berhubungan dan bernegosiasi. Yang terpenting adalah kemudahan dalam penentuan biaya-biaya agar sesuai dengan isi rencana usaha. Jangan sampai terjadi biaya tak terduga yang melampaui anggaran.
Jika ingin membuat usaha, yang pertama ditanyakan: Adakah konsumen yang mau membeli atau membutuhkan produk kita..?
7. Siapkan Modal Hitung besarnya modal, biaya, dan pengeluaran yang dibutuhkan. Kurang teliti dalam perhitungan ini akan menghambat jalannya usaha. Ketiadaan atau kekurangan modal sering dijadikan kambing hitam untuk tidak segera memulai usaha. Sebaiknya pelajari dan lakukan indentifikasi dengan cermat sumber-sumber pemodalan yang ada untuk bisa memperoleh modal usaha. Kalau perlu lakukan negosiasi dengan baik, karena ini menyangkut biaya dan kelengkapan dokumen yang harus disiapkan.
Kesalahan dalam menilai kemampuan dan kesiapan mental karyawan, sebuah rencana kerja tidak akan berjalan sesuai dengan rencana
Wacana Mitra * Edisi 198/Tahun XII/2014
Setelah melakukan langkahlangkah di atas, selanjutnya rangkum semua data di atas ke dalam sebuah rencana usaha berdasarkan hasil identifikasi, hasil survey, hasil negosiasi, hasil wawancara untuk mencapai tujuan usaha. M (diolah dari berbagai sumber)
Pro�l
Reza Setiawan, Pengusaha Pia Cap Mangkok:
Sukses Meneruskan Usaha 3 Generasi Keputusan Zabur Utomo memilih kata Shuang Xi yang berarti kebahagiaan ganda pada brand produknya, sungguh tepat. Saat ini, usaha pia Cap Mangkok yang dirintisnya tahun 1959, benar-benar memberikan kebahagiaan berlipat ganda, termasuk bagi anak dan cucunya.
B
isa dibilang, Zabur termasuk salah satu pioner dalam bisnis pia. Ketika ia merintis usaha ini di Malang, 54 tahun silam, pia belum menjadi tren seperti sekarang. Kala itu bahan baku terigu pun masih harus impor dari Australia. Belum ada terigu produksi dalam negeri. Namun, Zabur berani menjajal usaha ini karena harus menafkahi keluarga. Meski masa itu orang-orang belum peduli soal desain logo dan merek, ia seakan sudah merancang jauh ke depan. Ia pun memilih logo mangkok untuk pia buatannya. “Saya hanya tertarik dengan logo salah satu bumbu penyedap makanan, berupa mangkok, makanya saya kasih nama Pia Cap Mangkok,” kenang pria kelahiran 85 tahun silam ini. Tak lupa, Zabur mencantumkan unsur filosofi dalam merek tersebut. Dalam desainnya, gambar mangkok diapit dua tulisan yang diambil dari bahasa Mandarin, yakni Shuang Xi yang berarti Kebahagiaan Ganda. Nah, dalam perjalanannya, makna kebahagiaan benar-benar berlipat ganda. Terbukti, hingga kini, Pia Cap Mangkok masih eksis meski muncul
10
banyak pesaing. Tiga Kota Ada semacam pameo yang berkembang di dunia bisnis bahwa generasi pertama merintis usaha, generasi kedua yang membesarkannya, dan di tangan generasi ketiga bisnis bakal hancur. Tapi, hal itu tak berlaku di Pia Cap Mangkok yang tetap eksis hingga generasi ketiga. Nama Pia Cap Mangkok pun bahkan tak cuma populer di Malang, melainkan telah melebar sampai Bandung dan Bali. Total, saat ini ada enam pabrik yang dioperasikan di ketiga daerah itu. Dua di antaranya di Malang, sebagai lokasi pusat. Generasi Ketiga Adalah Reza Setiawan, salah seorang cucu Zabur, yang dipercaya memimpin toko dan dua pabrik di Malang yang mempekerjakan 87 karyawan. Sarjana lulusan Universitas Maranatha Bandung ini memang punya ketertarikan khusus dengan dunia kue pia yang dirintis kakeknya. Sejak masih duduk di bangku kelas 5 SD, Reza sudah belajar mem-
buat pia dari sang kakek. Dia justru lebih suka menghabiskan libur kuliah untuk membuat pia. Agar usaha keluarga ini kian berkembang, Reza dan sang adik, Vikky Setiawan, terus mencari inovasi, termasuk berlajar resep pia. “Saat ini yang ada kan baru rasa keju, cokelat, kacang ijo, labu dan durian. Ke depan, kami ingin ada variasi lain,” ucap pria kelahiran 30 tahun lalu tersebut. Salah satu inovasinya, Reza sengaja mencantumkan logo terigu Bogasari di kemasan Pia Cap Mangkok. Ini demi meyakinkan pelanggan akan kualitasnya. “Kami memang puas dan bangga bermitra dengan Bogasari,” ucap anggota Bogasari Mitra Card (BMC) ini. Reza pun tak segan mengikuti pameran di luar daerah demi memperluas pasar. Salah satunya mengikuti Bogasari Expo Jakarta pada akhir Juni 2013 lalu. “Kami menjajaki pasar di Jakarta sekaligus promosi produk,” tandas Reza. (RAP)
Edisi198/TahunXII/2014* Wacana Mitra
Pro�l
Siska Mayasari: Alumnus BBC Medan
Beralih ke CKE agar Produknya Berkualitas, Sehat dan Bergizi
I
bu satu anak yang sudah lama gemar bereksperimen dengan kue ini mulai mengembangkan hobinya lewat pelatihan di Bogasari Baking Center. Siska, begitu panggilan akrabnya. Sejak pertengahan tahun 2012, mengawali usahanya dengan belajar secara otodidak melalui media online. Untuk menambah rasa percaya dirinya, di awal tahun 2013 Ibu rumah tangga berusia 29 tahun ini mengikuti beberapa kali pelatihan di Bogasari Baking Center (BBC) Medan. Dengan visi berbisnis makanan berkualitas,sehat dan bergizi, istri dari seorang PNS ini pun mengambil langkah cepat dengan mutu produk dan pelayanan. Oleh karena itu tak heran jika Siska Mayasari, memilih terigu Cakra Kembar Emas: CKE Roti, CKE Oriental, dan CKE Pao sebagai bahan baku cake dan ba-kery produk andalannya, yang sa-ngat digemari para pelanggannya. Banyaknya pelanggan yang mengeluhkan harga roti yang cukup tinggi, ditambah dengan semangat dan keinginan kuat untuk menciptakan jajanan murah dan sehat, dalam hitungan bulan, Siska sudah bisa membuka toko “Cake Room” yang beralamat di Krueng Geukueh jalan Medan – Banda Aceh. Di tengah masyarakat yang cenderung menyukai makanan murah meriah, Lulusan D3 Kimia Industri ini berani membuat terobosan dalam mengubah pola konsumsi pangan masyarakat. Wanita kelahir-
an 1984 ini tetap bertahan dalam mutu produk yang akan membawa dampak positif bagi warga sekitar Bireuen, Aceh Tengah. Untuk produk unggulan, Siska mematok cake dari harga Rp 30.000 sampai Rp 500.000, roti bun Rp 1.500 sampai Rp 11.000, pizza Rp10.000 hingga Rp.80.000 dan pao Rp10.000. Diawali dengan mengenalkan produk-produknya kepada kerabat dan kawan-kawan dekatnya terlebih dahulu, Fancy Pao, yang menjadi tren di Indonesia dengan cepat dipasarkan ke masyarakat sekitar, terutama untuk anak-anak usia sekolah dasar. Bertutur tentang awal usahanya Siska mengaku menghabiskan 2
Wacana Mitra * Edisi 198/Tahun XII/2014
sak terigu Segitiga Biru dan 1 sak, Cakra Kembar setiap bulannya. Lalu sejak ada produk Cakra Kembar Emas (CKE), Siska beralih menggunakan CKE roti, CKE Mantao, dan CKE Oriental masing-masing 2 pack kemasan 5 kg setiap harinya, belum lagi kalau ada pesanan khusus. Kesibukan Siska sebagai ibu rumah tangga, tidak mempengaruhi perkembangan usahanya, terbukti semakin hari pesanan untuk roti dan cake semakin bertambah, berkat dukungan dari seluruh keluarga, baik suami, orang tua, mertua, dan family, serta tidak kalah pentingnya peran Bogasari Baking Center (BBC) dalam mengantarkan sukses “Cake Room”. BBC yang dianggap sebagai dapur kedua bagi Siska menjadi bagian penting bagi perkembangan usahanya. Pengalaman mendapat ilmu dan motivasi mengiringi langkah suksesnya bersama Bogasari. “BBC sudah seperti dapur kedua dengan program pelatihan yang sangat kompeten, dan bervariatif,” tambahnya. Siska menuturkan bahwa sejak pertama kali mengenal BBC ia merasa bahwa Bogasari Baking Center tempat terbaik untuk memperdalam ilmu khususnya melalui program pelatihan yang up to date, dan menjadi trendsetter produk cake dan bakery, karena dilengkapi dengan peralatan dan fasilitas yang lengkap serta instruktur yang sangat kompeten. (Jupiter)
11
Pemasaran
Menjaga Reputasi dalam Bisnis seribu kali untuk berbisnis dengan kita. Reputasi buruk ini, misalnya, kita pernah “ngemplang” (tidak mengembalikan) utang yang dipinjam dari teman, menggunakan kas perusahaan untuk kepentingan pribadi. Bahkan sekadar “meminjam dulu” kas perusahaan untuk keperluan kita, tanpa seizin lebih dahulu ke pengurus lainnya, sudah cukup untuk menjatuhkan nama kita. Lebih gawat lagi, sekali kita pernah tercatat mempunyai reputasi buruk di lingkungan pergaulan, seringkali selamanya hal itu akan terbawa. Percayalah, bahwa jaringan di dunia bisnis sangatlah luas, sehingga isu buruk apa pun tentang kita akan dengan mudah tersebar dari telinga ke telinga. Jadi, hati-hati dan jaga reputasi baik-baik karena itu modal utama kita. (dari berbagai sumber)
Dalam menjalankan bisnis, reputasi sangat penting. Sekali saja reputasi seorang pengusaha cacat, akibatnya bisa fatal. MODAL uang saja, belum cukup. Dalam bisnis, reputasi si pengusaha, seringkali memiliki pengaruh besar. Bahkan, reputasi menjadi mutlak diperlukan, ketika pengusaha berniat membangun jaringan atau relasi bisnis yang kuat. Dengan reputasi yang baik, seorang pengusaha bisa lebih mudah membangun jaringan relasi (network) dengan banyak pihak, untuk melancarkan bisnisnya. Sebaliknya, reputasi yang tidak baik bisa menjadi ganjalan. Reputasi ini dapat dinilai dari berbagai macam aspek, seperti kehidupan pribadi yang mungkin mencakup aspek moral religiusitas (di Indonesia biasanya hal ini masih cukup diperhatikan), kehidupan keluarga, riwayat keluarga, dan lain sebagainya. Selain kehidupan pribadi, reputasi yang akan sangat diperhatikan dari sosok seorang pengusaha, adalah prestasi atau track record-nya dalam hal bisnis, atau secara lebih umum adalah mengenai masalah uang! Jangan pernah main-main dengan masalah uang. Pepatah lama yang mengatakan: “Sekali lancung ke ujian, seumur hidup orang tak percaya”, sungguh benar terjadi apabila menyangkut masalah uang. Sekali kita pernah terdengar mempunyai reputasi buruk dalam masalah uang, maka orang akan berpikir
Sikap Profesional Reputasi yang baik, bisa dibangun dengan selalu mengembangkan sikap profesional, dalam berinteraksi dengan lingkungan. Tidak terbatas pada lingkungan bisnis. Sikap profesional, antara lain dapat tercermin dalam hal berikut: - Selalu tepat waktu pada setiap kegiatan yang telah dijanjikan/ dijadwalkan. Misalnya, menghadiri pertemuan, mengantar barang ke pelanggan, menyelesaikan pesanan pelanggan, dsb).
- Tidak ceroboh, dan teliti untuk menghindari kesalahan sekecil apapun. - Bertanggung jawab atas setiap kesalahan yang dibuat, dan bersedia memperbaikinya sesegera mungkin. - Berpakaian rapi dan pantas, sesuai dengan kondisi yang dihadapi. - Menepati janji-janji yang diucapkan.
Edisi198/TahunXII/2014* Wacana Mitra
Manajemen
Jangan Abaikan keluhan Konsumen Menghadapi konsumen yang mengeluhkan produk atau pelayanan, kadang memang bikin pening. Tapi, jangan coba-coba mengabaikannya. KETIKA sedang sibuk bekerja, tiba-tiba ada seorang konsumen yang nyerocos mengeluhkan kualitas produk atau pelayanan. Situasi semacam ini, kadang membuat jengkel. Tapi, sungguh berbahaya jika keluhan itu tidak ditanggapi, atau diladeni secara asal-asalan. Akibatnya, bisa fatal. Konsumen yang kecewa atas penanganan keluhan mereka, dapat mendatangkan kesulitan bagi perusahaan yang bersangkutan. Mereka bisa bertindak sebagai pembawa citra buruk bagi produk atau perusahaan. Seperti diutarakan ahli pemasaran, seorang pelanggan yang kecewa akan menceriterakan kekecewaannya kepada 9 sampai 20 orang lain. Dengan perkataan lain, kalau ada 20 orang pelanggan kecewa terhadap cara perusahaan menangani tuntutan mereka, akan ada 400 orang lain yang mendengar hal itu. Karena itu, mestinya, dalam keadaan bagaimanapun, sedapat mungkin keluhan itu ditanggapi dengan serius dan penuh simpati. Pelanggan yang mengajukan tuntutan ingin didengarkan. Mendengarkan secara efektif sangat penting peranannya dalam komunikasi bisnis, termasuk
berdialog dengan pelanggan yang mengajukan tuntutan. Agar dapat mendengarkan secara efektif, karyawan yang ditugaskan menangani tuntutan wajib mendengarkan pelanggan dengan penuh perhatian. Hendaknya mereka dapat membedakan antara fakta dan opini
yang diutarakan pelanggan. Semua fakta tentang masalah yang ditemukan selama berdialog, hendaknya dicatat. Selanjutnya diusahakan tercapai persetujuan dengan pelanggan bagaimana cara mengatasi tuntutan yang mereka ajukan serta jadwal penyelesaian masalah.
Wacana Mitra * Edisi 198/Tahun XII/2014
Langkah berikutnya adalah memenuhi pelaksanaan tuntutan yang telah disetujui kedua belah pihak. Kalau produk yang dibeli pelanggan berupa barang, setelah tuntutan dipenuhi hendaknya segera dikembalikan dalam kondisi baik. Betsey Sanders, ahli pemasaran yang juga penulis buku ‘Fabled Service’, mengutarakan hal-hal yang perlu diperhatikan perusahaan selama mereka menangani tuntutan pelanggan, sebagai berikut: - Hanya 4 persen pelanggan yang kecewa mengajukan tuntutan. Selebihnya begitu saja pindah ke produk atau perusahaan lain. - Kalau perusahaan menghadapi seorang pelanggan mengajukan tuntutan, mereka boleh mengharapkan masih ada 26 pelanggan kecewa, yang lain memilih diam. - Kalau perusahaan menanggapi tuntutan seorang pelanggan dengan baik dan cepat, mereka boleh berharap 96 persen pelanggan mereka yang kecewa tetap kembali. - Secara rata-rata setiap orang pelanggan yang kecewa atas cara pimpinan dan karyawan perusahaan menangani tuntutan mereka akan menceriterakan kekecewaan itu kepada 9 sampai 20 orang yang dikenalnya.M
Tips
Jika Anda Seorang Sales,
Hindari Kata dan Kalimat ini: Sering kita mendengar kata atau kalimat yang dilontarkan oleh seorang sales untuk “merayu” calon konsumen agar mau membeli porduk yang dijualnya. Namun ada beberapa kata atau kalimat yang justru akan berefek negatif atau malah merugikan karena akan mendapat respons negatif dari calon konsumen. Paling tidak, persepsi konsumen terhadap apa yang disampaikan tidak sesuai dengan harapan kita. Berikut kata atau kalimat yang harus dihindari: 1. Sementara… Kata yang satu ini dibidang lain tidak bermasalah. Namun di dunia pemasaran, sebaiknya penggunaan kata ini dihindarkan. Misal, seorang calon pelanggan menanyakan tentang apakah ada kenaikan harga roti. Apa yang sebaiknya kita jawab? Salah jika kita menjawab, “Sementara ini tidak naik!” Jika kita menjawab sementara, ini berarti roti tersebut suatu kali nanti kemungkinan akan naik harganya. Sebaliknya dengan jawaban “saat ini”, kita mengatakan suatu fakta bahwa roti tersebut memang harganya tidak naik saat kita menjualnya dan di kemudian hari kita tidak mengetahui apakah akan naik atau tidak. 2. Mungkin… barangkali… Pilihan kata ini juga sering terlontar dari para sales. Bahkan, kata yang satu ini menjadi kata yang favorit. Setiap kali mendapatkan pertanyaan dari konsumen, jawaban sales selalu “mungkin”. Alasannya, agar mereka aman kata mungkin bermakna ganda: mungkin ya, mungkin tidak. Padahal ini sesuatu kekeliruan besar! hindari kata “mungkin” dan mengganti dengan kata yang bermakna lebih positif, misalnya “sepengetahuan saya, setahu saya,” dan lain sebagainya. Jawaban tersebut lebih bisa diterima daripada kata “mungkin.”
3. Siapa tahu… Ini merupakan salah satu frasa yang bermakna berandai-andai. Dunia sales adalah dunia yang pasti, bukan khayalan. Jika kita suka berandai-andai, tempat Anda bukan dibidang ini. Sejumlah tenaga sales sering menggunakan kata ini. Misal, ketika menawarkan sebuah produk, mereka mengatakan, “Siapa tahu tahun depan nilai produk ini meningkat, pasti ini menguntungkan buat bapak/ ibu!” Ini merupakan sebuah iming-iming yang sama sekali tidak pasti, hanya pengandaian belaka. Anda sebaiknya mengganti kata tersebut dengan kata yang lebih bernilai dan layak di percaya, seperti “Berdasarkan pengalaman…” atau “Berdasarkan catatan kami…”. Kalimat pengandaian lainnya yang harus dihindari adalah barangkali, kalau-kalau, dan banyak lagi. Semua kalimat pengandaian ini bisa dihindari jika kita sering berlatih berinteraksi dengan konsumen. 4. Jadi beli atau tidak ? Kalimat tersebut merupakan kalimat tanya yang tampak wajar di sales. Namun, sesungguhnya, kalimat semacam ini adalah kalimat yang menyesatkan dan keliru serta akan menghasilkan kekecewaan bagi kita. Apa jawaban yang akan muncul dari pertanyaan tersebut? Hanya dua kemungkinan: jadi atau tidak. Jika
mereka memutuskan membeli, kita sangat bersyukur; jika tidak, kita bernasib malang! Oleh karena itu agar kita mendapat jawaban yang lebih pasti, berikan pertanyaan yang pasti-pasti saja. Buatlah suatu pertanyaan yang membuat konsumen seolah-olah sudah membeli, misal dengan bertanya, “Anda mau yang isi cokelat atau isi keju?” Dari pertanyaan tersebut ada dua kemungkinan jawaban: cokelat atau keju. Namun kedua jawaban tersebut mencerminkan konsumen sudah pasti membeli. Pertanyaan semacam ini juga berlaku ketika akan membuat janji bertemu sales. Pertanyaannya bukan bersedia atau tidak, melainkan telah memastikan tempat dan waktu bertemu. 5. Barang sisa Hati-hati menyebut kata “barang sisa” atau “sisa barang”. Secara rasional tidak ada seorang pun yang bersedia membeli barang sisa sales. Namun, kita sering menyebut stok yang ada sebagai stok sisa atau sisa stok ketika menjawab perta-nyaan pelanggan. Misal, sebuah promo sudah berlangsung beberapa hari yang lalu, kemudian seorang pelanggan menanyakan apakah produk promo masih ada. Seorang sales lalu menjawab, “Oh, masih ada satu lagi sisa promo kemarin” Sisa? Siapa yang menginginkan barang sisa? Jawaban seharusnya adalah ”persediaan masih ada”. 6. Dijual rugi Jangan pernah mengatakan kepada calon pelanggan dengan kata “ini saja sudah dijual rugi” untuk meyakinkan bahwa harga barang kita sangat murah. Selain akan menurunkan nilai barang juga konsumen pasti tidak akan percaya. Akan lebih baik mengatakan “kami hanya mengambil untung sedikit.” Dari berbagai sumber
Edisi198/TahunXII/2014* Wacana Mitra
Resep Cara Membuat:
Blackpaper Burger Pao Bahan Filling :
Bahan: 500 gram 8 gram 8 gram 60 gram 15 gram 60 gram 300 gram
Terigu Cakra kembar Emas Baking powder Ragi Instan Gula pasir Susu bubuk Shortening putih Air
100 gram 20 pcs 5 gram 100 gram 50 gram 30 gram 50 gram
BBQ Rosette Roll
Bahan: 1000 gram 10 gram 10 gram 50 gram 20 gram 100 gram 420 gram 100 gram 500 gram
Terigu Cakra Kembar Garam Ragi instan Gula pasir Susu bubuk Telur utuh Air es Margarin Shortening pastry
Bahan Isian Daging Sapi: 250 gram 10 gram 50 gram 3 gram 5 gram 10 gram
Daging sapi cincang Bawang putih Bawang bombay (1) Lada hitam Garam Gula pasir
Bahan Topping: 50 gram 100 gram 200 gram 100 gram
BBQ Sauce Paprika hijau dan merah Keju mozarella Bawang bombay (2) potong dadu
Cara Membuat Isian Daging Sapi: 1. Tumis bawang putih cincang hingga harum, tambahkan bawang bombay (1) masak hingga harum.
Mayonaise Sosis sapi goreng Black papper tumbuk kasar Keju slice Saus tomat Bawang bombay, (potong dadu) Selada keriting
1. Aduk bahan kering dengan kecepatan rendah, kemudian masukkan dan air. 2. Matikan mixer, masukkan shortening putih aduk dengan kecepatan medium sampai adonan kalis. 3. Potong timbang @ 50 gram, bulatkan lalu istirahatkan ± 10 menit, tutupi plastik. 4. Roll adonan lalu gulung atau lipat jadi 2 bagian sama besar (poles minyak di antara adonan agar gampang untuk penataan isi). 5. Istirahatkan adonan selama 30-45 menit. 6. Kukus adonan selama 10-15 menit lalu didinginkan. 7. Siapkan bahan isian lalu tata isi di bagian tengah pao. 8. Siap disajikan.
2. Masukkan daging sapi cincang aduk hingga berubah warna 3. Tambahkan sedikit air, lada hitam, garam, gula hingga rasa sesuai selera dan masak hingga kering, dinginkan. 4. Siap digunakan sebagai bahan isian.
Cara Membuat: 1.
2.
3. 4.
5.
6.
Aduk bahan kering dengan kecepatan rendah, kemudian masukkan telur dan air. Matikan mixer, masukkan margarin aduk dengan kecepatan sedang sampai adonan ¾ kalis. Istirahatkan ± 10 menit. Siapkan shortening pastry yang telah dipipihkan. Isi 2/3 bagian adonan dengan shortening pastry, lipat sedemikian hingga terbentuk 3 bagian adonan, 2 bagian shortening pastry (metode Inggeris). Pipihkan lagi dan lipat dengan lipatan single lalu istirahatkan ± 10 menit. Lakukan pelipatan ini 3 kali. Pipihkan hingga ketebalan adonan ± 3 mm.
Wacana Mitra * Edisi 198/Tahun XII/2014
7.
Poles tipis dengan BBQ Sauce, lalu taburi dengan daging sapi cincang yang sudah dimasak, paprika potong dadu, bawang bombay (2), keju mozarella lalu gulung 8. Potong dengan ketebalan ± 2-3 cm lalu susun di loyang. 9. Biarkan mengembang selama 30 - 45 menit, poles dengan bahan olesan. 10. Panggang dengan suhu 190-2000C selama 15 menit atau hingga matang.
Serba-Serbi
Rahasia Menjadi Penjual yang Handal Pemasaran sebuah produk, seringkali ditentukan oleh kepiawaian penjualnya. Untuk menjadi penjual yang handal, perlu memiliki sikap mental positif.
S
ebagai pengusaha kecil, kita bukan cuma dituntut untuk mampu memproduksi produk yang kualitasnya bagus, tetapi juga memiliki kemampuan menjual yang baik. Kemampuan seperti ini, sangat dipengaruhi oleh sikap mental. Jika kita memiliki sikap mental yang positif, niscaya akan lebih mudah untuk tampil sebagai penjual yang ulung. Sikap mental positif tersebut, antara lain terdiri: - Memiliki perasaan bangga - Selalu merasa gembira - Tinggi tatakramanya Perasaan Bangga Perasaan bangga sangat diperlukan, untuk menimbulkan rasa percaya diri ketika berhadapan dengan konsumen. - Bangga terhadap dirinya sendiri. - Bangga terhadap produk yang mereka dijual atau sajikan kepada pembeli. - Bangga terhadap tugasnya menjaga hubungan baik dengan pelanggan. - Bangga terhadap usaha yang dimiliki. Pengusaha yang tidak dapat mem-punyai kebanggan pada dirinya sendiri, produk yang mereka jual, pekerjaaannya sebagai pengusaha dan perusahaan yang dimiliki, niscaya tidak akan
bergairah menjalankan tugasnya. Harapan atau optimismenya untuk dapat berhasil dalam menjual pun, tidak besar.
Bersikap Gembira Ketika menjalankan kegiatan penjualan, pengusaha harus selalu merasa gembira dan menyebarkan perasaan itu kepada orang-orang yang mereka temui, dan orangorang di sekelilingnya. Dia selalu menebar senyuman kepada orang lain, terutama para pembeli dan pelanggan. Dia tetap tersenyum walaupun calon pembeli atau pelanggan yang sedang dihadapi bermuka masam, cemberut, tidak ramah atau tidak bersahabat.
Tatakrama Tinggi Pengusaha yang memiliki tata krama tinggi, ditandai oleh hal-hal yang berikut: - Selalu mengingat-ingat nama para pelanggan satu per satu. Menyebut nama itu pada saatsaat pertemuan dengan mereka. Pelanggan lebih merasa akrab apabila nama mereka disebutsebut selama pertemuan. - Mengucapkan salam pada saat bertemu pelanggan, dan mengucapkan terima kasih pada saat perpisahaan. - Berpakaian rapi selama berkunjung atau meladeni calon pembeli atau pelanggan. - Bersikap ramah dan penuh perhatian. - Tidak bersikap dingin selama meladeni pembeli, tetapi juga tidak bersikap terlalu bebas atau sok akrab. Misalnya, menepuk bahu, mengguncangguncang tangan sewaktu bersalaman, menggandeng tangan pelanggan, merokok atau sewaktu berbicara memasukan tangan ke saku celana. - Tidak mengajak berdebat tentang perbedaan pendapat. - Hanya menjanjikan hal-hal tertentu yang diyakini dapat dia penuhi.
Edisi198/TahunXII/2014* Wacana Mitra
Info UKM
UKM Beromzet di Bawah Rp 4,8 Miliar Tidak Kena Pajak
P
emerintah resmi menaikkan batasan omzet pengusaha kecil yang wajib dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak (PKP) atau menjadi wajib PPN menjadi Rp 4,8 miliar setahun. Sebelumnya omzet pengusaha kecil yang kena pajak minimal Rp 600 juta setahun. Perubahan ini tercantum dalam Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor : 197/PMK.03/2013 yang ditetapkan tanggal 20 Desember 2013 dan mulai berlaku efektif sejak 1 Januari 2014. Sebelumnya, sebagaimana disebutkan dalam Pasal 3A UU PPN, bahwa pengusaha yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak dan atau Jasa Kena Pajak, kecuali pengusaha kecil yang batasannya ditetapkan oleh Menteri Keuangan, wajib melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai PKP dan wajib memungut, menyetor, dan melaporkan PPN yang terutang. Dengan adanya PMK ini, pengusaha dengan omzet tidak melebihi Rp 4,8 miliar setahun dan memilih menjadi Non PKP, tidak diwajibkan menjadi PKP dan menjalankan kewajiban perpajakan yang melekat Peraturan Menteri Keuangan ini diterbitkan dengan maksud untuk mendorong Wajib Pajak dengan omzet tidak melebihi Rp 4,8 miliar setahun lebih banyak berpartisipasi
menggunakan Skema Pajak Penghasilan (PPh) Final menurut Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 46 Tahun 2013 yang telah berjalan sejak Juli 2013 lalu karena tidak kuatir lagi dengan efek perpajakan PPN-nya. Dengan naiknya batasan omzet ini, maka bagi PKP dengan omzet tidak melebihi Rp 4,8 miliar dan memilih untuk menjadi non PKP, tidak diwajibkan lagi untuk membuat Faktur Pajak dan tidak perlu lagi melaporkan Surat Pemberitahuan (SPT) Masa PPN sehingga biaya kepatuhan perpajakan (cost of compliance) menjadi lebih rendah.
Wacana Mitra * Edisi 198/Tahun XII/2014
Secara umum, dengan adanya aturan ini akan memudahkan Wajib Pajak untuk menjalankan kewajiban perpajakannya. Sehingga, dengan adanya kemudahan ini ditambah kemudahan lain yang telah ada, maka Wajib Pajak akan menjadi lebih patuh dalam menjalankan kewajiban perpajakannya. Dengan demikian untuk outlet yang omzet setahun tidak melebihi Rp 4,8 milyar dan telah berstatus Pengusaha Kena Pajak (PKP) dapat mengajukan permohonan untuk dicabut pengukuhan PKP nya. ***
Info Bogasari
Wacana Mitra * Edisi 196/Tahun XII/2013