MENINGKATKAN EMPATI MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN TEKNIK SOSIODRAMA SISWA KELAS X.2 SMA NEGERI 1 BRINGIN TAHUN PELAJARAN 2013/2014
Ida Nur Kristianti
Kata Kunci : Empati, Layanan Bimbingan Kelompok Dengan Teknik Sosiodrama, Siswa kelas X.2 SMA Negeri 1 Bringin. Penelitian eksperimen ini dilakukan pada siswa kelas X.2 SMA Negeri 1 Salatiga yang memiliki empati rendah. Subyek dalam penelitian ini adalah 12 siswa yang dibagi dalam dua kelompok, yaitu 6 siswa sebagai kelompok eksperimen atau kelompok yang mendapat perlakuan dan 6 siswa sebagai kelompok kontrol atau kelompok yang tidak mendapatkan perlakuan. Penelitian eksperimen ini bertujuan untuk meningkatkan empati melalui layanan bimbingan kelompok dengan teknik sosiodrama pada siswa kelas X.2 SMA Negeri 1 Bringin tahun pelajaran 2013/2014. Teknik pengumpulan data menggunakan alat ukur berapa skala empati yang diadaptasi dari Eiseneberg (1987). Desain eksperimen pada penelitian ini menggunakan pretest-posttest Control Group Design. Kelompok eksperimen mendapatkan perlakuan dengan layanan bimbingan kelompok dengan teknik sosiodrama selama 8 kali sesi pertemuan. Sedangkan untuk kelompok kontrol tidak mendapat perlakuan. Analisis data untuk melihat melihat peningkatan empati digunakan uji Mann-Whitney yang diolah menggunakan program SPSS for Windows versi 16.0. Hasil analisis diperoleh hasil p = Asymp Sig 0,003 < 0,050, sehingga ada perbedaan yang signifikan empati antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol setelah kelompok eksperimen diberi layanan bimbingan kelompok dengan teknik sosiodrama. Berdasarkan rata-rata mean rank sebelum dan sesudah treatment ternyata ditemukan adanya peningkatan yang signifikan pada empati siswa kelas X.2 SMA Negeri 1 Bringin melalui layanan bimbingan kelompok dengan teknik sosiodrama. Terbukti dari hasil mean rank sebelum eksperimen 6,75dan setelah eksperimen menjadi 9,50. Berdasarkan hasil analsis data tersebut, maka layanan bimbingan kelompok dengan teknik sosiodrama dapat meningkatkan empati siswa kelas X.2 SMA Negeri 1 Bringin tahun pelajaran 2013/2014.
1
PENDAHULUAN Dalam rentang kehidupan manusia, terjadi proses pertumbuhan dan perkembangan yang dimulai dari lahir sampai meninggal dunia. Dari semua fase perkembangan manusia tersebut, salah satu yang paling penting dan paling menjadi pusat perhatian adalah masa remaja (Hurlock, 1999). Masa remaja adalah sebuah masa yang indah dalam serangkaian jalur kehidupan yang harus dilalui oleh setiap individu untuk akhirnya mencapai suatu kedewasaan. Dikatakan sebagai masa untuk menuju suatu kedewasaan karena remaja sudah tidak termasuk dalam golongan anak-anak, tetapi belum juga dapat diterima secara penuh untuk masuk dalam golongan orang dewasa (Asrori & Ali, dalam Niken 2005). Menurut Hurlock (1999) masa remaja terjadi pada usia 13-18 tahun yang merupakan usia matang secara hukum. Tugas perkembangan pada masa remaja yang berhubungan dengan kehidupan sosial menurut Havighurst (Hurlock, 1980) adalah mencapai hubungan yang lebih matang dengan teman sebaya baik pria dan wanita. Dalam menyelesaikan tugas perkembangan tersebut remaja harus melakukan interaksi sosial (sosialisasi). Tentunya dalam bersosialisasi dibutuhkan empati. Kata empati sudah didengar dalam kehidupan sehari-hari. Sementara yang lain menganggap empati sama dengan simpati, dimana anggapan tersebut jelas-jelas berbeda. Simpati mengandung arti ikut merasakan apa yang dirasakan orang lain. Sedangkan empati menunjukkan perasaan yang lebih dalam dari simpati. Hoffman (dalam Goleman, 2002) melihat adanya proses empati sejak bayi dan masa perkembangan selanjutnya. Empati merupakan akar moralitas yang ada pada setiap manusia. Namun tidak semua individu mampu memunculkan empati dalam berinteraksi dengan individu lain. Ketidakmampuan individu tidak memunculkan empati ini akan semakin mengurangi empati dan lambat laun akan hilang. Sebagai contoh ketika individu lain yang sedang kesusahan atau mengalami suatu musibah, individu bersikap biasa saja bahkan acuh dan tidak mau tahu apa yang terjadi dan dirasakan orang lain. Hal tersebut menunjukkan kurangnya empati dalam diri individu. Padahal sebagai makhluk sosial, individu dituntut untuk saling mengerti dan memahami satu sama lain. Mengerti dan memahami apa yang
2
terjadi dan apa yang dirasakan individu lain, untuk itu perlu ditumbuhkan empati sejak dini dari mulai lingkungan keluarga dan sekolah sebagai institusi pertama dan utama yang penting dalam pengembangan empati. Menurut Taufik (2012), empati merupakan suatu aktivitas untuk memahami apa yang sedang dipikirkan dan dirasakan orang lain, serta apa yang dipikirkan dan dirasakan oleh yang bersangkutan terhadap kondisi yang sedang dialami orang lain, tanpa yang bersangkutan kehilangan control dirinya. Ketrampilan berempati siswa dikatakan rendah apabila tidak ada perilaku menolong dan tidak menghargai orang lain. Sedangkan ciri-ciri empati menurut Eisenberg (1987) adalah bahwa dalam proses individu berempati melibatkan aspek afektif dan kognitif. Aspek afektif merupakan kecenderungan seseorang untuk mengalami perasaan emosional orang lain yang ikut merasakan ketika orang lain merasa sedih, menangis, terluka, menderita bahkan disakiti.Sedangkan aspek kognitif dalam empati difokuskan pada proses intelektual untuk memahami perspektif orang lain dengan tepat dan menerima pandangan mereka, misalnya membayangkan perasaan orang lain ketika marah, kecewa, senang, memahami keadaan orang lain dari: cara berbicara, raut wajah, cara pandang dan berpendapat. Sekolah sebagai lembaga pendidikan yang mengupayakan individu menjadi manusia yang berguna dalam masyarakat tidak selamanya tanpa kendala, tidak terkecuali di SMA NEGERI 1 BRINGIN terdapat siswa yang masih saling mengejek, kurang memperdulikan teman yang sedang kesusahan, serta masih ada siswa yang tidak suka atau membenci siswa lain. Peneliti memilih siswa kelas X karena dinilai pada siswa kelas X merupakan masa peralihan perkembangan sebagai siswa SMP memasuki perkembangan sebagai siswa SMA. Dimana pada masa peralihan tersebut siswa rentan mengalami gangguan atau masalah dalam perkembangan (Hurlock, 1999) Dari saran guru BK kelas X peneliti memilih kelas X.2 sebagai objek untuk penelitian. Menindaklanjuti saran dari guru BK, peneliti melakukan observasi didapatkan beberapa siswa yang terindikasi memiliki empati yang rendah. Seperti saat teman tidak bisa melakukan apa yang disuruh oleh guru teman yang lainnya
3
hanya menertawakan, ada siswa yang bersikap egois (mau menang sendiri), cenderung merasa minder, pendiam serta bersikap acuh dengan teman yang lainnya. Melihat kondisi ini, kegiatan layanan BK sangat diperlukan untuk terus memberi solusi, agar siswa-siswi SMA Negeri 1 Bringin khususnya kelas X.2 dapat meningkatkan empati dengan teman sebayanya. Supaya layanan BK dapat tercapai dengan baik dan sesuai harapan, maka diperlukan perbaikan metode layanan BK agar dapat dengan mudah diterima oleh siswa salah satunya yaitu layanan bimbingan kelompok. Dalam layanan bimbingan kelompok terdapat beberapa macam teknik, salah satu diantaranya yaitu sosiodrama. Menurut Romlah (2001) sosiodrama adalah permainan peran yang ditujukan untuk memecahkan masalah sosial yang timbul dalam hubungan antar manusia. Sosiodrama merupakan teknik dalam bimbingan kelompok dengan melibatkan siswa atau anggota kelompok untuk memainkan peran-peran tertentu sesuai dengan topik dan permasalahan yang dimainkan. Pemain peran diharapkan dapat memperagakan konflik-konflik yang terjadi, mengekspresikan perasaan dan memperagakan sikap-sikap tertentu sesuai dengan peran yang dimainkan. Sosiodrama merupakan kegiatan yang sesuai untuk mengembangkan ketrampilan berempati siswa karena sosiodrama merupakan kegiatan yang memiliki tujuan untuk memahami dan menghargai perasaan orang lain, bagaimana bertindak dalam situasi sosial dan mengatasi permasalahan sosial. Empati siswa yang rendah dapat dikembangkan dengan teknik sosiodrama, karena sosiodrama bertujuan untuk mengembangkan ketrampilan siswa dalam interaksi sosial sehingga dapat membantu siswa memahami perasaan orang lain dan menempatkan diri bersama orang lain. Oleh karena itu Guru Pembimbing memiliki peranan penting dalam memberikan layanan bimbingan kelompok dengan teknik sosiodrama. Untuk penelitian awal peneliti menggunakan inventori empati yang diadopsi dari Pramuaji (2012) yang diadaptasi dari teori
Eisenberg (1987) untuk
mengetahui tingkat empati siswa. Penulis menentukan kelas X.2 dengan jumlah
4
31 siswa sebagai subjek dan hasil prapenelitian dari instrument inventori empati yang telah dibagikan. Dari hasil tabel pra penelitian siswa kelas X.2 SMA Negeri 1 BRINGIN, jumlah kelas X.2 ada 31 siswa yang mempunyai empati tinggi sebesar 35%, yang mempunyai empati sedang sebesar 26 % dan yang mempunyai empati rendah sebesar 39 %. Maka dari hasil itu menimbulkan keyakinan bagi penulis untuk akhirnya memilih siswa kelas X.2 sebagai objek penelitian karena di kelas X.2 ditemukan empati siswa yang masih rendah. Diperkuat dengan penelitian yang dilakukan oleh Setyaningsih (2011) dengan judul Upaya Meningkatkan Empati Melalui Layanan Bimbingan Kelompok pada Siswa kelas X.B. MA Al-Asror Gunungpati Semarang Tahun Ajaran 2010/2011, menunjukkan adanya
peningkatan empati
setelah mendapatkan
layanan
bimbingan kelompok. Dari hasil penelitian menunjukkan empati siswa sebelum memperoleh layanan bimbingan kelompok 59,44%, masuk dalam kategori sedang, dan setelah memperoleh layanan bimbingan kelompok 63,09% masuk dalam kategori sedang. Perbedaan tingkat penyesuaian diri kelayakan sebelum dan sesudah bimbingan kelompok sebesar 3,065%. Penelitian yang dilakukan oleh Pujiastuti (2012) dengan judul Efektivitas Teknik Sosiodrama untuk Meningkatkan Empati Siswa Sekolah Menengah Pertama. Skripsi, Jurusan Bimbingan dan Konseling, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Malang. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa teknik sosiodrama efektif untuk meningkatkan empati siswa SMP SMP Negeri 5 Malang kelas VII.1. Hal ini ditunjukkan oleh peningkatan skor empati kelompok eksperimen setelah diberikan treatment dengan menghasilkan nilai wilcoxon sebesar (z = -3.182a) dengan nilai Asymp. Sig. (2-tailed) 0,001 pada derajat signifikan. Dari uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul : “Meningkatkan Empati Melalui Layanan Bimbingan Kelompok Dengan Teknik Sosiodrama Siswa kelas X.2. SMA Negeri 1 Bringin Kabupaten Semarang Tahun Ajaran 2013/2014”.
5
Berdasarkan uraian latar belakang di atas permasalahan dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut : “Apakah penggunaan layanan bimbingan kelompok dengan teknik sosiodrama dapat meningkatkan empati siswa kelas X.2. SMA Negeri 1 Bringin?” Empati Eisenberg (2002) menyatakan empati adalah sebuah respon afektif, yaitu sebagai situasi orang lain tersebut. Aspek-aspek yang mempengaruhi empati Menurut Eisenberg (dalam Pramuaji 2012) menyatakan bahwa dalam proses individu berempati melibatkan aspek kognitif dan afektif. a. Aspek afektif Aspek afektif merupakan kecenderungan seseorang untuk mengalami perasaan emosional orang lain yang ikut merasakan ketika orang lain merasa sedih, menangis, terluka, menderita bahkan disakiti. b. Aspek kognitif Aspek kognitif dalam empati difokuskan pada proses intelektual untuk memahami perspektif / sudut pandang orang lain dengan tepat dan menerima pandangan mereka, misalnya membayangkan perasaan orang lain ketika marah, kecewa, senang, memahami keadaan orang lain dari; cara berbicara, raut wajah, dan cara pandang dalam berpendapat. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan dalam bentuk eksperimen semu. Menurut Azwar (1999) penelitian eksperimental ini meniru kondisi penelitian eksperimental murni semirip mungkin, akan tetapi tidak semua variabel yang relevan dapat dikendalikan dan dimanipulasi. Subjek penelitian diambil dari kelas X.2 SMA Negeri 1 Bringin yang hasil pre-test skala empatinya rendah.Terdapat 12 siswa yang dinyatakan memiliki empati dalam kategori rendah. Siswa dibagi menjadi 2 secara random, 6 siswa masuk dalam kelompok eksperimen (KE), dan 6 siswa masuk ke dalam kelompok kontrol (KK).
6
Teknik pengumpulan data menggunakan skala empati yang diadopsi dari skripsi Pramuaji(2012) yang diadaptasi dari Eisenberg. Inventori empati yang disusun oleh Eisenberg terdiri dari 22 item pernyataan. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis statistik non parametris dengan menggunakan Uji Mann Whitney dengan bantuan program
SPSS
16,0
yaitu
untuk
melihat
perbedaan
nilai
kelompok
eksperimen/percobaan pada tes awal (Pre test) dan tes akhir (Post Test) pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN Berdasarkan hasil analisis data yang membandingkan hasil posttest kelompok eksperimen dan kelompok kontrol yang menghasilkan Asymp. Sig (2-tailed) sebesar 0,003 < 0,05 sehingga dinyatakan signifikan, sehingga dinyatakan ada perbedaan yang signifikan antara hasil posttest kelompok kontrol dengan kelompok eksperimen. Selain itu ada peningkatan empati yang signifikan, dibuktikan dengan hasil analisis data hasil pretest dan posttest
kelompok
eksperimen dengan hasil Asymp. Sig (2-tailed) 0,003 < 0,05 sehingga dinyatakan signifikan. Setelah kedelapan sesi dilaksanakan, penulis menyebarkan skala empati kepada kedua kelompok, baik kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol sebagai posttest. Hasil posttestakan menjadi pembanding antara kedua kelompok tersebut. Berdasarkan hasil posttest, diketahui bahwa terjadi peningkatan empati pada kelompok eksperimen. Hal tersebut diketahui dari hasil analisis data skor pretest dan posttest pada kelompok eksperimen. Sedangkan pada kelompok kontrol tidak terjadi peningkatan yang signifikan. Namun, kelompok kontrol pada penelitian ini juga mengalami peningkatan empati. Hal tersebut dapat dipengaruhi oleh faktorfaktor yang mempengaruhi empati, diluar pengaruh dari treatment penelitian ini. Dengan demikian, layanan bimbingan kelompok dengan teknik sosiodrama dapat meningkatkan empati siswa kelas X.2 SMA Negeri 1 Bringin Tahun Pelajaran 2013/2014.
7
KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: empati siswa kelas X.2 SMA Negeri 1 Bringin mengalami peningkatan secara signifikan setelah diberikan layanan bimbingan kelompok dengan teknik sosiodrama. DAFTAR PUSTAKA Azwar, S. 1997. Reliabilitas dan Validitas.Yogyakarta : Putaka Belajar Azwar, S. 1998. Metode Penelitian.Yogyakarta : Pustaka Belajar Eisenberg, N. 2002. Empathy and itsdevelopment. Newyork: Cambridge University. Goleman, Daniel. 2001. EmotionalIntelligence (Kecerdasan Emosi Untuk Mencapai Puncak Prestasi). Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Goleman, D. (2002). EmotionalIntelligence kecerdasan emosional mengapa EI lebih penting dari IQ. Alih Bahasa: T. Hermaya. Jakarta: Gramedia. Goleman, Daniel. 2007. EmotionalIntelligence. Alih Bahasa:T. Hermaya. Jakarta: Gramedia PustakaUtama. Hurlock. 1999. Psikologi Perkembangan (Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan). Edisi kelima. Jakarta: Erlangga. Pramuaji (2012). Penggunaan Metode Bermain Peran (Role Play) Dalam Meningkatkan Empati Teman Sebaya Siswa Kelas XII.D Jurusan Administrasi Perkantoran Di SMK PGRI 02 Salatiga. Prayitno.1995. Layanan Bimbingan dan Konseling Kelompok (Dasar dan Profil). Jakarta: Ghalia Indonesia. Setyaningsih (2011). Upaya MeningkatkanEmpati Melalui Layanan Bimbingan Kelompok (Penelitian pada Siswa Kelas X.B MA AlAsror Gunungpati Semarang Tahun Ajaran 2010/2011). Sugiyono. 2009. Metode penelitianPendidikan(Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R & D). Bandung: CV. Alfabeta. Taufik. 2012. EmpatiPendekatan\ Psikologi Sosial. Jakarta: Rajawali Pers.
8