METODE MEMBACA SUKU KATA BERPENGARUH TERHADAP KEMAMPUAN MEMBACA AWAL PADA ANAK KELOMPOK B TK. PERTIWI JUWIRING KLATEN TAHUN PELAJARAN 2013/2014
NASKAH PUBLIKASI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Anak Usia Dini
Disusun Oleh: TRININGSIH KRISNAWATI A. 520100182
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2014
ABSTRAK PENGARUH METODE MEMBACA SUKU KATA TERHADAP KEMAMPUAN MEMBACA AWAL PADA ANAK KELOMPOK B TK PERTIWI JUWIRING KLATEN TAHUN PELAJARAN 2013/2014
Triningsih Krisnawati. A. 520 100 182. Program Studi Pendidikan Anak Usia Dini. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Muhammadiyah Surakarta. 2014. 53 halaman. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui pengaruh metode membaca suku kata terhadap kemampuan membaca awal anak Kelompok B di TK Pertiwi Juwiring Klaten Tahun Pelajaran 2013/2014. Jenis penelitian ini merupakan penelitian dengan metode eksperimen jenis Pre-Eksperimen. Subjeknya adalah anak kelompok B TK Pertiwi Juwiring Klaten. Variabelnya meliputi variabel bebas dan terikat. Variabel bebasnya yaitu metode membaca suku kata, sedangkan variabel terikatmya kemampuan membaca awal. Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode observasi atau pengamatan. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis deskriptif dan regresi sederhana. Berdasarkan hasil penelitian ini dapat ditarik kesimpulan bahwa metode membaca suku kata berpengaruh terhadap perkembangan kemampuan membaca awal anak kelompok B TK Pertiwi Juwiring Klaten Tahun Pelajaran 2013/2014. Hasil analisis data penelitian yang telah dilakukan diperoleh skor kemampuan membaca awal sebelum eksperimen sebesar 206, yaitu 6 anak dengan kategori mulai berkembang, 11 anak dengan kategori berkembang sesuai harapan dan 1 anak dengan kategori berkembang sangat baik. Hasil observasi akhir skor kemampuan membaca awal anak setelah eksperimen sebesar 254, 10 anak dengan kategori berkembang sesuai harapan dan 8 anak masuk ke dalam kategori berkembang sangat baik. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kemampuan membaca awal anak mengalami peningkatan setelah diberikan eksperimen. Dalam rangka uji hipotesis dari data tersebut dapat diperoleh Y= 6,943 + 0,626X, thitung = 4,103 , karena thitung > -ttabel = 4,103 > 2,120 maka Ho ditolak dan Ha diterima. Kesimpulan penelitian ini yaitu metode membaca suku kata berpengaruh terhadap kemampuan membaca awal anak kelompok B TK Pertiwi Juwiring Klaten Tahun Pelajaran 2013/2014. Kata kunci : Metode membaca suku kata, kemampuan membaca awal anak
PENDAHULUAN Usia dini merupakan masa keemasan (golden age), oleh karena itu pendidikan pada masa ini merupakan pendidikan yang sangat fundamental dan sangat menentukan perkembangan anak selanjutnya (Hartati, 2005: 11). Pada periode ini hampir seluruh potensi anak mengalami masa peka untuk tumbuh dan berkembang secara cepat. Pada masa ini anak sangat membutuhkan stimulasi dan rangsangan dari lingkungannya. Apabila anak mendapatkan stimulus yang baik, maka seluruh aspek perkembangan anak akan berkembang secara optimal. Penyelenggaraan sekolah Taman Kanak-kanak (TK) atau Raudhatul Athfal (RA) berfokus pada peletakkan dasar-dasar pengembangan sikap, pengetahuan,
ketrampilan dan
daya
cipta
sesuai dengan pertumbuhan
dan
perkembangan anak. Maka dari itu sebaiknya pendidikan di TK tidak hanya dijadikan pelengkap saja, karena peranannya sama pentingnya dengan pendidikan yang diberikan selanjutnya. Menurut Hartati (2005: 17) pembelajaran pada masa golden age merupakan wahana untuk memfasilitasi pertumbuhan dan perkembangan anak guna mencapai tahapan sesuai dengan tugas perkembangannya. Berdasarkan KTSP yang mulai diterapkan pada tahun 2006/2007 memuat program kegiatan belajar di Taman Kanakkanak yang mencakup tiga bidang pengembangan, yaitu pengembangan moral dan nilai agama, pengembangan sosial dan emosional dan pengembangan kemampuan dasar, antara lain pengembangan berbahasa, kognitif, fisik dan akademik. Kemampuan bahasa anak merupakan kemampuan yang sangat penting untuk distimulasi sejak dini, yaitu sejak usia prasekolah yang selanjutnya akan memberikan keterampilan kepada anak untuk dapat berbahasa dan berkomunikasi dengan baik dan benar kepada semua orang. Selain itu kemampuan membaca memegang peranan yang sangat
penting
karena
kemampuan
membaca
menjadi
aspek
dasar
untuk
mengembangkan kemampuan yang lain. Hal ini diperkuat dengan pendapat Abdurrahman (2003: 200) yang menyatakan bahwa kemampuan membaca merupakan dasar untuk menguasai berbagai bidang studi. Pada anak usia dini keterampilan membaca difokuskan pada pembelajaran membaca awal atau membaca dini. Menurut Tampubolon (1993: 62) membaca awal sudah perlu diberikan, sebagai salah satu usaha menumbuhkan minat dan kebiasaan membaca pada anak, dan
2
sekaligus mempersiapkannya memasuki pendidikan dasar. Selanjutnya Tampubolon (1993: 63) menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan membaca awal adalah membaca yang diajarkan secara terprogram (secara formal) kepada anak prasekolah. Anak yang diajarkan membaca awal umumnya lebih maju di sekolah daripada anak-anak yang belum pernah memperoleh
membaca awal. Berdasarkan pendapat tersebut dapat
disimpulkan bahwa idealnya anak membaca awal adalah anak mampu membaca atau menyuarakan huruf-huruf yang disajikan kepada anak. Hal ini dimaksudkan pengajaran membaca awal tersebut digunakan sebagai bekal untuk belajar membaca di sekolah dasar. Menurut Dhieni (2005: 5.2), anak-anak yang mendapatkan pelajaran membaca anak umumnya lebih maju di sekolah. Anak-anak yang tidak mendapatkan pelajaran membaca awal atau yang tidak dapat membaca akan kesulitan mengikuti pembelajaran di kelas. Jika anak pada usia sekolah awal tidak segera memiliki kemampuan membaca maka ia akan mengalami banyak kesulitan dalam mempelajari berbagai bidang studi pada kelas-kelas berikutnya. Oleh karena itu, anak harus belajar membaca agar ia dapat membaca untuk belajar. Ketidakmampuan anak dalam membaca terkait dengan buta aksara yang saat ini masih tergolong cukup tinggi. Buta aksara juga menyebabkan kurangnya produktivitas masyarakat. Oleh karena itu, upaya pemerintah sangatlah kuat dalam pemberantasan buta aksara. Adapun usaha-usaha yang dilakukan pemerintah untuk menanggulangi buta aksara dilakukan dengan cara bekerjasama dengan dinas pendidikan dimana upaya pemberantasan buta aksara dilaksanakan oleh perguruan tinggi, utamanya oleh mahasiswa. Hal ini dikarenakan: para mahasiswa dapat dijadikan sebagai tutor yang telah mempunyai bekal kemampuan akademis dan usia yang masih muda sehingga mempunyai idealisme yang tinggi dalam rangka pencapaian tugas yang akan dibebankan, mahasiswa akan lebih intens bertemu dengan warga belajar karena berada di lingkungan warga belajar, dengan
pendekatan ini diharapkan waktu
untuk pemberantasan akan empat kali lebih cepat dibanding dengan y ang ditangani oleh
Dinas
Pendidikan
Kabupaten/ Kota dan organisasi lain. Adanya
fakta bahwa nilai mahasiswa di mata masyarakat masih sangat tinggi diharapkan kepercayaan
masyarakat terhadap program ini
3
juga
sebuah sehingga
meningkat.
Selain itu Pemerintah juga mengeluarkan Instruksi Presiden Nomor 5 tahun 2006 tentang Gerakan Nasional Percepatan Penuntasan Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun dan Pemberantasan Buta Aksara. Berdasarkan observasi yang peneliti lakukan di TK Pertiwi Juwiring Klaten, fasilitas yang dapat mendukung untuk melatih kemampuan membaca anak sangat minim. Keterbatasan ini mendorong guru untuk melakukan kreativitas agar anak tidak jenuh. Akan tetapi kendala tetap saja terjadi karena banyak anak yang merasa bosan dan kehilangan konsentrasi.
Dalam hal baca tulis, lemahnya konsentrasi dapat
berpengaruh pada kemampuan membaca anak karena motivasi perlu ditumbuhkan untuk mengembangkan kemampuan membaca anak. Selain itu, di kelas juga tidak ditemukan huruf-huruf yang di tempel atau gambar-gambar yang disertai tulisan di bawahnya, dimana hal ini mampu merangsang kemampuan membaca anak. Metode membaca dengan cara mengeja yang dilakukan guru dirasa kurang efektif. Di kelas anak-anak lebih banyak belajar membaca dengan cara menirukan suara guru atau hanya menebalkan huruf-huruf yang sudah dicetak tipis, sehingga kemampuan membaca anak tidak mengalami kemajuan yang signifikan. Karena itu diperlukan praktik pengajaran membaca yang cocok untuk anak. Salah satu metode membaca yang digunakan sebagai alternatif untuk mengembangkan kemampuan membaca awal anak adalah metode suku kata. Pembelajaran metode suku kata dilakukan dengan cara mengurai dan merangkaikan, sehingga anak-anak mudah mempelajarinya. Pembelajaran membaca awal
melalui
metode membaca suku kata dapat dilakukan dengan mengenalkan huruf-huruf vokal dan konsonan, membaca gabungan huruf dalam suku kata, dan membaca suku kata dalam sebuah kata sederhana. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh metode membaca suku kata terhadap kemampuan membaca awal anak Kelompok B di TK Pertiwi Juwiring Klaten Tahun Pelajaran 2013/2014. METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini merupakan penelitian dengan metode eksperimen jenis PreEksperimen. Menurut Nazir (1997: 74), penelitian eksperimen yaitu penelitian yang dilakukan dengan mengadakan manipulasi terhadap objek penelitian serta adanya
4
kontrol. Dalam penelitian ini peneliti tidak menggunakan pretest dan postest, tetapi menggunakan observasi awal dan observasi akhir. Hal ini dikarenakan subjek yang peneliti gunakan untuk penelitian adalah anak usia dini yang belum mampu membaca. Berdasarkan gambar desain penelitian di atas. Subjek penelitian adalah anak kelompok B TK Pertiwi Juwiring Klaten. Adapun variable-variabel yang terdapat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Variabel bebas penelitian ini adalah metode membaca suku kata dan Variabel terikat penelitian ini adalah kemampuan membaca awal. Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode observasi atau pengamatan. Menurut Arikunto (2002: 204) dalam menggunakan metode observasi, cara yang paling efektif adalah melengkapinya dengan format atau blangko pengamatan sebagai instrumen. Format yang disusun berupa item-item tentang kejadian atau tingkah laku yang digambarkan akan terjadi. Sugiyono (2011: 204) membedakan observasi menjadi dua, yaitu: observasi berperan serta dan observasi nonpartisipan. Observasi yang digunakan pada penelitian ini adalah observasi nonpartisipan. Hal ini dikarenakan peneliti tidak terlibat dalam kegiatan, tapi hanya sebagai observer saja. Penelitian ini menggunakan teknik analisis statistik. Hal ini dikarenakan data yang disajikan dalam penelitian ini berupa angka-angka. Sedangkan uji prasyarat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu uji normalitas dan homogenitas. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian adalah: Analisis Deskriptif dan Analisis Regresi Sederhana HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. Deskripsi Data Kemampuan Membaca Awal Anak Sebelum Eksperimen Data dalam penelitian ini adalah data tentang kemampuan membaca awal anak Dalam penelitian ini data kemampuan membaca awal diperoleh dengan cara teknik observasi dengan 3 indikator. Jenis penelitian yang dipakai adalah metode eksperimen model one group pretest posttest design, yaitu penggunaan observasi awal sebelum diberi perlakuan dan pengukuran kemampuan membaca awal pada observasi akhir (setelah perlakuan). Perlakuan yang diberikan menggunakan metode membaca suku kata.
5
Sebelum diberi perlakuan, dilakukan observasi kemampuan awal dengan cara bantuan gambar dan kata yang menyertainya, kemudian melakukan percakapan dengan anak secara individual maupun kelompok untuk mengetahui kemampuan membaca awal anak sesuai indikator. Hasil observasi awal adalah diketahui bahwa skor observasi kemampuan membaca awal berjumlah 206, dengan skor minimal 8, dan skor maksimal 15. Berdasarkan kriteria tersebut maka diperoleh pengkategorian kemampuan membaca awal pada observasi awal pada tabel 4.1 : Tabel 4.1 Pengkategorian kemampuan membaca awal pada observasi awal Interval Frekuensi Persentase Kategori <6
0
0.00%
Belum Berkembang
6 – 10
6
33.33%
Mulai Berkembang
11 – 14
11
61.11%
Berkembang Sesuai Harapan
> 15
1
5.56%
Berkembang Sangat Baik
Jumlah
18
100.00%
Sumber : Data primer yang diolah 2. Deskripsi Data Kemampuan Membaca Awal Anak Setelah Eksperimen Sesuai dengan rancangan, perlakuan dalam penelitian ini menggunakan metode membaca suku kata. Kegiatan pembelajaran dengan metode suku kata dimulai dengan guru menyiapkan huruf-huruf berupa 5 vokal (a, i, u, e, o), dan 8 konsonan (b, d, k, l, m, p, s dan t) yang berwarna warni. Pada pertemuan pertama guru mengenalkan huruf vokal kepada anak. Huruf vokal meliputi huruf a, i, u, e, o. Guru memberikan huruf vokal yang dicetak berwarna warni dengan tujuan agar anak tertarik untuk memperhatikan. Guru menyebut dan mengulang huruf tersebut sampai anak fasih. Anak kemudian diminta menyebutkan huruf-huruf tersebut secara mandiri. Pada kegiatan ini, anak-anak tidak mengalami kesulitan. Mayoritas anak mampu menyebutkan dan menghafalkan huruf dengan baik dan benar.
6
Pada pertemuan kedua guru mengenalkan huruf konsonan kepada anak. Huruf konsonan yang diperkenalkan bukan huruf konsonan secara keseluruhan dalam abjad, tetapi hanya huruf konsonan yang menjadi indikator dalam kemampuan membaca awal anak yaitu b, d, k, l, m, p, s dan t. Seperti pada huruf vokal yang diajarkan beberapa waktu lalu, huruf konsonan yang diajarkan kali ini juga dicetak berwarna warni agar anak merasa tertarik untuk memperhatikan dan mempelajarinya. Secara keseluruhan anak-anak tidak mengalami kesulitan dalam menyebutkan dan menghafalkan ke – 8 huruf konsonan tersebut. Pada pertemuan ketiga, guru pertama-tama menyebutkan kembali huruf vokal dan konsonan yang telah diajarkan pada pertemuan kemarin. Tujuannya untuk mengingatkan kembali pada pelajaran pada pertemuan kemarin. Guru kemudian menggabungkan antara satu huruf dengan huruf lain menjadi sebuah suku kata. Guru kemudian meminta anak untuk melakukan hal yang dicontohkan oleh guru. Dalam kegiatan ini, anak menemui kesulitan dalam membaca gabungan huruf tersebut. Anak menemui kesulitan dalam membaca gabungan huruf yang menggunakan konsonan b dan d. Guru memberi contoh berulang kali hingga anak berhasil. Pada pertemuan keempat guru menerapkan metode membaca suku kata dengan cara menggabungkan satu suku kata dengan satu suku kata lainnya kemudian dibaca menjadi sebuah kata sederhana. Pada pertemuan ini guru membagikan kertas berisi kata-kata sederhana yang sudah dipisah-pisah sesuai dengan pola membaca suku kata. Guru memberi contoh cara membaca gabungan suku kata menjadi kata, kemudian meminta anak untuk mengikuti. Pada pertemuan ini anak juga mengalami kesulitan, terutama jika membaca gabungan suku kata yang memiliki huruf konsonan tidak sama, misalnya: ta-di, ta-mu. Anak juga mengalami kesulitan ketika membaca gabungan suku kata yang memiliki huruf vokal yang berbeda, misalnya: sa-te, tamu. Guru memberi contoh berulang kali hingga anak berhasil. Setelah eksperimen selesai dilaksanakan, maka dilakukan observasi untuk melakukan pengukuran terhadap kemampuan membaca awal anak. Adapun hasil observasi akhir kemampuan membaca awal setelah eksperimen dapat diketahui
7
bahwa skor observasi kemampuan membaca awal berjumlah 254, dengan skor maksimal 16 dan skor minimal 11. Berdasarkan kriteria tersebut maka diperoleh kriteria pengkategorian kemampuan membaca awal anak pada observasi akhir pada tabel 4.2 : Tabel 4.2 Pengkategorian kemampuan membaca awal pada observasi akhir Interval Frekuensi Persentase Kategori <6
0
0.00%
Belum berkembang
6 – 10
0
0.00%
Mulai Berkembang
11 – 14
10
55.56%
Berkembang Sesuai Harapan
> 15
8
44.44%
Berkembang Sangat Baik
Jumlah
18
100.00%
Setelah dilakukan eksperimen dengan metode membaca suku kata kemudian dilakukan observasi akhir. Observasi akhir dimaksudkan untuk mengetahui perkembangan kemampuan membaca awal anak setelah eksperimen yaitu setelah diterapkan metode membaca suku kata. Observasi akhir dilakukan dengan memperkenalkan gambar-gambar hewan yang disertai nama dibawahnya kepada anak. Guru meminta anak-anak membaca nama gambar hewan yang ditunjukkan. Guru meminta anak untuk mencari gambar lain dan membaca nama gambar hewan yang didapatkannya. Setelah selesai mengobservasi kemudian diberikan skor dengan memberikan tanda check list (√) pada pedoman observasi kepada masingmasing anak sesuai dengan perkembangan anak. Dari hasil observasi akhir yang telah dilakukan kemudian ditabulasikan datanya. Hasil Perbadingan skor tabulasi observasi sebelum eksperimen dan observasi akhir eksperimen.
8
Tabel 4.3 Perbadingan rata-rata status perkembangan sebelum eksperimen dan sesudah eksperimen Tahap Total Status Minimal Maksimal Rata-rata Perkembangan Skor Perkembangan Sebelum 8 15 206 11,44 BSH eksperimen Sesudah 11 16 254 14,56 BSB eksperimen
Tabel 4.4 Perbadingan status perkembangan sebelum eksperimen dan sesudah eksperimen Interval <6 6 – 10 11 – 14 > 15
Status Perkembangan BB MB BSH BSB
Sebelum Eksperimen 0 6 11 1
Sesudah Eksperimen 0 0 10 8
3. Uji Prasyarat Analisis Penelitian ini menggunakan teknik analisis statistik. Hal ini dikarenakan data yang disajikan dalam penelitian ini berupa angka-angka. Sedangkan uji prasyarat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu uji normalitas dan homogenitas. Hal ini dikarenakan analisis varian mempersyaratkan bahwa data berasal dari populasi yang berdistribusi normal dan kelompok-kelompok yang dibandingkan homogen. a. Uji Normalitas Uji normalitas dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui apakah data dari masing-masing variabel memiliki distribusi normal. Model regresi yang baik adalah yang datanya berdistribusi normal atau mendekati normal. Untuk menguji normalitas data dalam penelitian ini digunakan uji Kolmogorov-Smirnov, untuk menerima atau menolak hipotesis dengan cara membandingkan p-value dengan taraf signifikasi ( ) sebesar 0,05. Jika p-value >0,05,maka data berdistribusi normal. Dalam asumsi kenormalan regresi, uji
normalitas dilaksanakan terhadap data kemampuan membaca awal
9
anak pada periode sebelum dan sesudah diberikan eksperimen dengan metode mambaca suku kata. Hasil pengujian normalitas data dengan KolmogorovSmirnov dapat dilihat pada Lampiran 13 dan secara ringkas ditunjukkan pada tabel 4.5 Tabel 4.5 Hasil Uji Normalitas Data Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Statistic Kemampuan Membaca Anak Awal Sebelum Eksperimen Kemampuan Membaca Anak Awal Sesudah Eksperimen
Df
Sig.
Shapiro-Wilk Statistic
df
Sig.
.114
18
.200*
.973
18
.854
.148
18
.200*
.897
18
.051
a. Lilliefors Significance Correction *. This is a lower bound of the true significance.
Sumber: Data primer yang diolah Dari hasil perhitungan uji Kolmogorov-Smirnov dapat diketahui bahwa p-value dari masing-masing data lebih besar dari
(p>0,05) yaitu p value pada
kemampuan membaca awal anak sebelum eksperimen 0,200 >0,05, dan p value pada kemampuan membaca awal anak sesudah eksperimen 0,200>0,05, sehingga dapat disimpuilkan data tersebut dinyatakan memiliki distribusi normal atau memiliki sebaran data yang normal. b. Uji Homogenitas Penelitian ini menggunakan uji homogenitas Levene Test. Tabel 4.4 menunjukkan hasil uji homogenitas sebesar 0,133 (lampiran 14) sehingga dapat disimpulkan data penelitian ini memiliki varian yang homogen.
10
Tabel 4.6 Uji Homogenitas Test of Homogeneity of Variances Kemampuan Membaca Anak Awal Sesudah Eksperimen Levene Statistic
df1
df2
Sig.
2.220
5
10
.133
Sumber: Data primer yang diolah
c. Analisis Data dan Pengujian Hipotesis Sebelum melakukan pengujian hipotesis guna mengetahui pengaruh metode membaca suku kata terhadap kemampuan membaca awal anak TK Pertiwi Juwiring Klaten anak Kelompok B terlebih dahulu dilakukan analisis regresi linear sederhana. Adapun ringkasan analisis regresi linear berganda yang dilakukan dengan alat bantu program SPSS 15.0 adalah: Tabel 4.7 Rangkuman Hasil Uji Regresi Linear Sederhana Variabel
Koefisien Regresi
Konstanta
T
Sig
6,943
Metode membaca suku kata Sumber: Data primer yang diolah
0,626
4,103 0,000
Berdasarkan Tabel 4.6. diperoleh persamaan regresi linear berganda sebagai berikut: Y = 6,943 + 0,626 X. Adapun interpretasi dari persamaan regresi linear sederhana tersebut adalah sebagai berikut: 1) Konstanta
sebesar
6,943
menyatakan
bahwa
jika
tidak
ada
penambahan/peningkatan kemampuan membaca anak, maka skor kemampuan membaca awal adalah sebesar 6,943. 2) Koefisien regresi metode membaca suku kata sebesar 0,626 menyatakan bahwa setiap penambahan/peningkatan 1 metode membaca suku kata, skor kemampuan membaca awal sebesar 0,626. Hasil analisis regresi sederhana menggunakan T-test diperoleh hasil thitung = 4,103 (lampiran 16). Karena thitung > -ttabel = 4,103> 2,120 maka Ho ditolak dan
11
Ha diterima. Dengan demikian hipotesis penelitian yang berbunyi terdapat pengaruh yang signifikan metode membaca suku kata terhadap kemampuan membaca awal anak TK Pertiwi Juwiring Klaten Kelompok B Tahun Pelajaran 2013/2014 diterima kebenarannya. Dapat dikatakan bahwa kemampuan membaca awal anak setelah dilakukan eksperimen lebih berkembang optimal daripada sebelum dilakukan eksperimen dengan menggunakan metode membaca suku kata.
SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan analisis hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa metode membaca suku kata berpengaruh terhadap perkembangan kemampuan membaca awal anak TK Pertiwi Juwiring Klaten Tahun Pelajaran 2013/2014. Hasil analisis data penelitian yang telah dilakukan diperoleh skor kemampuan membaca awal sebelum eksperimen sebesar 206, yaitu 6 anak dengan kategori mulai berkembang, 11 anak dengan kategori berkembang sesuai harapan dan 1 anak dengan kategori berkembang sangat baik. Hasil observasi akhir skor kemampuan membaca awal anak setelah eksperimen sebesar 254, 10 anak dengan kategori berkembang sesuai harapan dan 8 anak masuk ke dalam kategori berkembang sangat baik. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kemampuan membaca awal anak mengalami peningkatan setelah diberikan perlakuan. Dalam rangka uji hipotesis dari data tersebut dapat diperoleh Y= 6,943 + 0,626X, thitung = 4,103 , karena thitung > -ttabel = 4,103 > 2,120 maka Ho ditolak dan Ha diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa metode membaca suku kata berpengaruh terhadap kemampuan membaca awal anak kelompok B TK Pertiwi Juwiring Klaten Tahun Pelajaran 2013/2014. Berdasarkan kesimpulan di atas, maka dapat diberikan saran-saran sebagai berikut. 1. Bagi Guru Guru dapat meningkatkan perkembangan kemampuan membaca awal anak dengan memadukan metode membaca suku kata dengan media pembelajaran misalnya media gambar.
12
2. Bagi Orangtua Anak Masa anak – anak adalah masa bermain. Karenanya Pendidikan Anak Usia Dini dirancang untuk mengembangkan sistem belajar sambil bermain. Sebaiknya orang tua tidak terlalu memaksakan suatu metode belajar kepada anak sebagai alat untuk mencapai harapan pribadi. Suatu paksaan terhadap anak akan berdampak buruk, dan anak tentunya akan lebih menikmati materi apapun yang diajarkan jika diberikan secara menyenangkan dan dalam suasana yang akrab. 3. Bagi Peneliti yang akan datang Penelitian ini dapat dijadian sebagai acuan bagi peneliti lain yang akan melakukan penelitian yang sejenis. Hasil penelitian dapat lebih lengkap dan akurat dibanding penelitian ini. DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, Mulyono. 2003. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: Rineka Cipta. Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Pratek. Jakarta: Rineka Cipta. Dhieni, Nurbiana. 2005. Metode Pengembangan Bahasa. Jakarta: UT. Hartati, Sofia. 2005. Perkembangan Belajar Pada Anak Usia Dini. Jakarta: Depdiknas. Nazir. 1997. Metode Penelitian Cetakan Kelima. Jakarta: Ghalia Indonesia. Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung :Alfabet. Tampubolon. 1993. Mengembangkan Minat dan Kebiasaan Membaca Pada Anak. Bandung: Angkasa.
13