KEMANDIRIAN, PENYESUAIAN DIRI, DAN STRES MAHASISWA TINGKAT PERSIAPAN BERSAMA (TPB) INSTITUT PERTANIAN BOGOR TAHUN AKADEMIK 2011/2012
PUTRI WIKA SARI
DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012
PERNYATAAN MENGENAI SRIPSI DAN SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi Kemandirian, Penyesuaian Diri, dan Stres Mahasiswa Tingkat Persiapan Bersama (TPB) Institut Pertanian Bogor Tahun Akademik 2011/2012 adalah karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Bogor, Desember 2012
Putri Wika Sari NIM I24080076
ABSTRACT PUTRI WIKA SARI. Autonomy, Self-Adjustment, and Stress of The First-Year Students of Bogor Agricultural University Academic Year 2011/2012. Supervised by EUIS SUNARTI. The purpose of this study is to examine the autonomy, self-adjustment, and stress of the first-year students, Bogor Agricultural University (IPB) academic year 2011/2012. This study use cross-sectional and retrospective designs. Sampling method use stratified propotional random based on sex and involving 205 students who selected with (85 male students and 120 female students). The data was collected on May 2012 at dormitory of TPB IPB, Dramaga. The different test results show that the autonomy of male students higher compared to the autonomy of female students. The regression test result show that the student mother’s education had positive effect to the autonomy of students. Autonomy students and father’s income had positive effect to the self-adjustment of students. The autonomy of students, self-adjustment’s students, and maternal age had negative effect to the stress of students. Based on the results, parents and the other support systems such as counselors, should be provide support for students in order to adapting and can deal with stress in the first-year. Keywords: autonomy, self-adjustment, students, stress
ABSTRAK PUTRI WIKA SARI. Kemandirian, Penyesuaian Diri, dan Stres Mahasiswa Tingkat Persiapan Bersama (TPB) Institut Pertanian Bogor Tahun Akademik 2011/2012. Dibimbing oleh EUIS SUNARTI. Tujuan dari penelitian ini adalah mengkaji kemandirian, penyesuaian diri, dan stres mahasiswa Tingkat Persiapan Bersama (TPB) Institut Pertanian Bogor (IPB) tahun akademik 2011/2012. Pengumpulan data dilakukan pada bulan Mei 2012 di asrama TPB IPB, Dramaga. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional dan retrospektif. Teknik pemilihan contoh menggunakan stratified proporsional random sampling berdasarkan jenis kelamin dengan melibatkan 205 mahasiswa TPB (85 mahasiswa dan 120 mahasiswi). Hasil uji beda menunjukkan bahwa mahasiswa lebih mandiri dibandingkan mahasiswi. Hasil uji regresi menunjukkan bahwa lama pendidikan ibu berpengaruh positif terhadap kemandirian mahasiswa TPB. Kemandirian dan pendapatan ayah berpengaruh positif terhadap penyesuaian diri mahasiswa TPB. Kemandirian, penyesuaian diri, dan umur ibu berpengaruh negatif terhadap stres mahasiswa TPB. Berdasarkan hasil penelitian, orang tua serta support system lainnya seperti konselor sebaiknya memberikan dukungan kepada mahasiswa agar dapat melakukan penyesuaian diri dan menghadapi stres di tingkat pertama
Kata kunci: kemandirian, mahasiswa, penyesuaian diri, stres
RINGKASAN PUTRI WIKA SARI. Kemandirian, Penyesuaian Diri, dan Stres Mahasiswa Tingkat Persiapan Bersama (TPB) Institut Pertanian Bogor Tahun Akademik 2011/2012. Dibimbing oleh EUIS SUNARTI. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji kemandirian, penyesuaian diri, dan stres mahasiswa Tingkat Persiapan Bersama (TPB) Institut Pertanian Bogor tahun akademik 2011/2012. Tujuan khusus dari penelitian ini adalah: 1) mengidentifikasi kemandirian, penyesuaian diri, dan stres mahasiswa TPB; 2) menganalisis perbedaan kemandirian, penyesuaian diri, dan stres contoh laki-laki dan perempuan; 3) menganalisis pengaruh karakteristik individu dan keluarga terhadap kemandirian contoh saat lulus SMA; 4) menganalisis pengaruh karakteristik individu, karakteristik keluarga, dan kemandirian terhadap penyesuaian diri contoh; dan 5) menganalisis pengaruh karakteristrik individu, karakteristik keluarga, kemandirian, dan penyesuaian diri terhadap stres contoh. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional dan retrospektif, dilakukan di asrama Tingkat Persiapan Bersama (TPB) Institut Pertanian Bogor (IPB) Dramaga. Penentuan lokasi dilakukan secara purposive dengan pertimbangan mahasiswa TPB sebagai mahasiswa baru tentunya memerlukan penyesuaian diri untuk beradaptasi dengan dunia perkuliahan serta dengan keragaman mahasiswa TPB yang berasal dari seluruh Indonesia, sehingga akan menghasilkan data yang bervariasi dalam karakteristik individu, karakteristik keluarga, kemandirian, penyesuaian diri, dan stres. Teknik pemilihan contoh menggunakan stratified random sampling berdasarkan jenis kelamin. Jumlah contoh yang terpilih sebanyak 205 mahasiswa TPB yang terdiri dari 85 mahasiswa dan 120 mahasiswi. Data primer diperoleh melalui pengisian kuesioner oleh contoh, meliputi karakteristik individu, karakteristik keluarga contoh, kemandirian emosi (Cronbach’s alpha 0,754), kemandirian perilaku (Cronbach’s alpha 0,817), kemandirian nilai (nilai Cronbach’s alpha 0,654) yang mengacu pada Ruhidawati (2005), penyesuaian diri (Cronbach’s alpha 0,794) yang mengacu pada McCubbin & Grochowski (1984), dan gejala stres (Cronbach’s alpha 0,882) yang mengacu pada Astuti (2007) modifikasi dari McCubbin & Thomson (1987). Data sekunder diperoleh dari Badan Pengelola Asrama berupa jumlah keseluruhan mahasiswa TPB tahun akademik 2011/2012. Data yang telah terkumpul dari kuesioner diolah melalui proses editing, coding, scoring, entry, cleaning data, dan analisis data. Data dan informasi yang diperoleh dikategorikan berdasarkan Slamet (1993) kemudian dianalisis secara deskriptif untuk melihat rata-rata. Selain analisis deskriptif, pengolahan data juga menggunakan analisis inferensia meliputi uji independent-samples t-test, dan uji regresi linear berganda dengan metode backward. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa umur mahasiswa TPB berkisar antara 17 hingga 21 tahun. Hampir setengah mahasiswa (41,2%) dan mahasiswi (45%) merupakan anak sulung. Rataan uang saku per bulan mahasiswa sebesar Rp662.000 dan mahasiswi sebesar Rp673.000. Umur ayah-ibu mahasiswa TPB secara keseluruhan berada pada kategori dewasa madya (41-65 tahun). Sebagian besar mahasiswa TPB memiliki ayah-ibu yang masih utuh. Sebagian besar ayahibu menamatkan pendidikan hingga SMA/sederajat. Mahasiswa TPB memiliki
ayah yang bekerja sebagai pegawai, guru, dan dosen yang tergolong sebagai pegawai negeri sipil (PNS), sedangkan ibu mahasiswa TPB umumnya tidak bekerja atau sebagai ibu rumah tangga (IRT). Pendapatan ayah mahasiswa TPB berada di kisaran Rp1.000.001-Rp2.000.000, sedangkan pendapatan ibu kurang dari Rp1.000.000. Besar keluarga mahasiswa TPB berdasarkan BKKBN (1996) berada pada kategori keluarga sedang (5-7 orang). Hasil penelitian mengenai kemandirian mahasiswa TPB menunjukkan bahwa masih terdapat kurang dari sepertiga (31%) mahasiswa TPB merasa belum mampu merencanakan sendiri hal-hal penting yang menyangkut masa depannya. Lebih dari seperlima (22%) mahasiswa TPB belum dapat mengambil keputusan sendiri dalam menentukan pilihan perguruan tinggi. Lebih dari setengah mahasiswa TPB belum mampu menentukan pilihan sendiri tanpa bantuan orang tua atau teman (55%). Hasil penelitian mengenai penyesuaian diri mahasiswa TPB menunjukkan bahwa masih terdapat sepertiga (33%) mahasiswa TPB yang mengalami kesulitan untuk konsultasi atau curhat. Lebih dari dua per lima (43%) mahasiswa TPB mengalami kesulitan mendapatkan bantuan dari dosen pembimbing akademik atau konselor. Lebih dari setengah mahasiswa (54,1%) dan lebih dari sepertiga mahasiswi (38,3%) merasa bahwa masalah yang menjadi sumber stres utama bagi dirinya adalah masalah akademik, seperti ujian, nilai yang kurang memuaskan, dan banyaknya tugas kuliah. Rata-rata skor jawaban untuk gejala stres dari 20 pernyataan dengan skala 0-4 adalah mahasiswa 1,4 dan mahasiswi 1,5. Hal ini berarti, mahasiswa jarang sedangkan mahasiswi hampir kadang-kadang mengalami gejala stres. Lebih dari setengah mahasiswa TPB (57,6%) mengalami stres dengan kategori sedang. Berdasarkan uji beda, mahasiswa lebih mandiri dibandingkan mahasiswi (p>0,05). Hasil uji regresi menunjukkan bahwa lama pendidikan ibu berpengaruh terhadap kemandirian mahasiswa TPB. Semakin tinggi pendidikan ibu, maka remaja akhir akan memiliki kemandirian yang lebih baik. Pendapatan ayah dan kemandirian berpengaruh terhadap penyesuaian diri mahasiswa TPB. Semakin besar pendapatan ayah dan semakin mandiri remaja saat SMA, maka makin mudah baginya untuk melakukan penyesuaian diri saat memasuki dunia perkuliahan. Kemandirian, penyesuaian diri, dan umur ibu dapat menjelaskan sebesar 27,3% variabel yang berpengaruh negatif terhadap stres mahasiswa TPB, sedangkan sisanya 73,3% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak diteliti. Berdasarkan hasil penelitian, lebih dari seperlima mahasiswa TPB memiliki stres yang tinggi meskipun telah melewati enam bulan pertama di tingkat pertama. Oleh karena itu, disarankan kepada mahasiswa untuk memaksimalkan potensi dan kemampuannya dalam melakukan penyesuaian diri agar dapat meminimalisir stres. Selain itu, disarankan kepada orang tua untuk mendukung dan memotivasi mahasiswa TPB dalam melakukan penyesuaian diri. Kepada instansi perguruan tinggi yang terkait, disarankan untuk meningkatkan support system lainnya, seperti fungsi layanan konselor dan pendekatan secara intensif oleh Senior Resident (SR) kepada mahasiswa TPB untuk meminimalisir stres yang dihadapi. Kepada peneliti, disarankan untuk menambah variabel lain yang bisa diteliti, diantaranya motivasi, alokasi waktu belajar, dan goal orientation yang diduga juga memiliki pengaruh terhadap stres mahasiswa TPB. Kata kunci: kemandirian, mahasiswa, penyesuaian diri, stres
© Hak Cipta milik IPB, Tahun 2012 Hak Cipta dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB
KEMANDIRIAN, PENYESUAIAN DIRI, DAN STRES MAHASISWA TINGKAT PERSIAPAN BERSAMA (TPB) INSTITUT PERTANIAN BOGOR TAHUN AKADEMIK 2011/2012
PUTRI WIKA SARI
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains Pada Departemen Ilmu keluarga dan Konsumen
DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012
Judul Penelitian : Kemandirian, Penyesuaian Diri, dan Stres Mahasiswa Tingkat Persiapan Bersama (TPB) Institut Pertanian Bogor Tahun Akademik 2011/2012 Nama
: Putri Wika Sari
NIM
: I24080076
Disetujui,
Prof. Dr. Ir. Euis Sunarti, MS. Pembimbing
Diketahui,
Dr. Ir. Hartoyo, M.Sc. Ketua Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen
Tanggal Lulus:
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena atas karuniaNya sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi yang berjudul Kemandirian, Penyesuaian Diri, dan Stres Mahasiswa Tingkat Persiapan Bersama (TPB) Institut Pertanian Bogor Tahun Akademik 2011/2012. Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan terima kasih dan penghargaan atas semua bantuan yang ditujukan kepada: 1. Prof. Dr. Ir. Euis Sunarti, MS. selaku dosen pembimbing skripsi atas saran, arahan, waktu, kesabaran, dan ilmu pengetahuan yang begitu luas yang diberikan kepada penulis selama penyusunan skripsi ini. 2. Dr. Ir. Diah Krisnatuti, MS. serta Dr. Ir. Lilik Noor Yuliati, M.FSA. selaku dosen penguji skripsi dan Ibu Alfiasari SP., M.Si. selaku dosen pemandu seminar yang telah bersedia memberikan kritik, saran, dan masukan kepada penulis. 3. Dr. Ir. Istiqaliyah Muflikhati, MS. selaku pembimbing akademik yang telah memberikan motivasi dan nasehat selama masa perkuliahan di IKK. Seluruh Dosen dan staf Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen, beserta staf Dekanat Fakultas Ekologi Manusia. 4. Seluruh staf Badan Pengelola Asrama, adik-adik mahasiswa TPB angkatan 48, khususnya teman-teman lurah putra dan putri (Silmi, Niar, Wardah, Nanda, Uswah, Amir, Lukman, Galih, dan Yodi) yang telah bersedia membantu pada saat pelaksanaan penelitian. 5. Keluarga tercinta, Ayahanda Dr. Ir. Suwarto, MS. (Alm.) dan Ibunda Ir. Ermina Muhayati, serta kakak, Radityo Andi Dharma, STP., Putri Widha Sari, juga adik, Rofif Tyo Zaidan Fajar, Farhan Tyo Zahid Akbar, Om Ir. Heri Dwi Basuki, MM., Om Suryana, Tante Renny Damayanti, dan Putri Diyaah Bulan Tsabitah, serta seluruh keluarga besar yang telah memberikan dukungan, motivasi, dan cinta kasih yang sangat berarti bagi penulis. 6. Seluruh Mahasiswa Fakultas Ekologi Manusia, Mahasiswa Ilmu Keluarga dan Konsumen angkatan 45, khususnya teman-teman satu bimbingan tim scripcute (Intan Islamia, Nisrina Kharisma, R. Ifah Kholifah P., dan Fasih Vidiastuti) atas bantuan dan kerjasamanya hingga penyelesaian studi. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, namun demikian besar harapan penulis semoga dapat bermanfaat bagi para pembaca.
Bogor, Desember 2012
Putri Wika Sari
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL ...........................................................................................
iii
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................
iv
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................
iv
PENDAHULUAN ..........................................................................................
1
Latar Belakang ..................................................................................
1
Perumusan Masalah ..........................................................................
3
Tujuan Penelitian ..............................................................................
4
Kegunaan Penelitian .........................................................................
4
TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................
7
Remaja Akhir ....................................................................................
7
Kemandirian .......................................................................................
8
Penyesuaian Diri ................................................................................
9
Stres....................................................................................................
12
Penelitian Terdahulu ………………………………………………..
14
KERANGKA PEMIKIRAN ...........................................................................
17
METODE PENELITIAN ………………………………………………….. ..
19
Desain, Lokasi, dan Waktu …………………………………………
19
Jumlah dan Cara Pemilihan Responden ….……………………… ...
19
Jenis dan Cara Pengumpulan Data …………………………………
21
Pengolahan dan Analisis Data …………………………………… ..
22
Definisi Operasional ……………………………………………… .
25
HASIL DAN PEMBAHASAN …………………………………………… ...
29
Gambaran Umum Lokasi Penelitian ……………………………… .
29
Karakteristik Individu ………….………………………………… ..
30
Karakteristik Keluarga Contoh .………………………………….. ..
33
Kemandirian ……………………………….……………………….
38
Penyesuaian Diri ……………………………………………………
42
Stres ………………………………………………………………...
44
Uji Beda Variabel ………………………………………………… .
46
Uji Pengaruh Antar Variabel ………………………………………… 47
Pembahasan ……………………………………………………… ...
49
SIMPULAN DAN SARAN …………………………………………….. ......
55
Simpulan ………………………………………………………… ....
55
Saran ……………………………………………………………… ..
55
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................
57
LAMPIRAN ....................................................................................................
59
DAFTAR TABEL HALAMAN 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35
Sebaran contoh berdasarkan angkatan dan jenis kelamin ……………..... 21 Variabel Data, Skala Data, dan Kategori data …………………………… 22 Sebaran contoh berdasarkan umur dan jenis kelamin …………………… 30 Sebaran contoh berdasarkan urutan kelahiran dan jenis kelamin ……..... 30 Sebaran contoh berdasarkan uang saku dan jenis kelamin ……………… 31 Sebaran contoh berdasarkan jalur masuk dan jenis kelamin ……………. 31 Sebaran contoh berdasarkan indeks prestasi dan jenis kelamin ………… 32 Sebaran contoh berdasarkan organisasi/ kegiatan ekstra kurikuler dan jenis kelamin ……………………………………………………………. 32 Sebaran contoh berdasarkan fakultas dan jenis kelamin ………………… 32 Sebaran contoh berdasarkan kategori umur ayah dan jenis kelamin ……. 33 Sebaran contoh berdasarkan kategori umur ibu dan jenis kelamin ……… 33 Sebaran contoh berdasarkan kelengkapan ayah-ibu dan jenis kelamin ...... 34 Sebaran contoh berdasarkan kategori pendidikan terakhir ayah dan jenis kelamin …………………………………………………………………… 34 Sebaran contoh berdasarkan kategori pendidikan terakhir ibu dan jenis kelamin …………………………………………………………………… 35 Sebaran contoh berdasarkan kategori pekerjaan ayah dan jenis kelamin … 35 Sebaran contoh berdasarkan kategori pekerjaan ibu dan jenis kelamin …. 36 Sebaran contoh berdasarkan kategori pendapatan ayah dan jenis kelamin 36 Sebaran contoh berdasarkan kategori pendapatan ibu dan jenis kelamin ... 37 Sebaran contoh berdasarkan besar keluarga dan jenis kelamin ………… 37 Sebaran contoh yang menyetujui pernyataan kemandirian emosi ……………. 38 Sebaran contoh berdasarkan kemandirian emosi dan jenis kelamin …….. 39 Sebaran contoh yang menyetujui pernyataan kemandirian perilaku ….......... 40 Sebaran contoh berdasarkan kemandirian perilaku dan jenis kelamin …… 40 Sebaran contoh yang menyetujui pernyataan kemandirian nilai ……………. 41 Sebaran contoh berdasarkan kemandirian nilai dan jenis kelamin ………. 42 Sebaran contoh berdasarkan tingkat kemandirian dan jenis kelamin …… 42 Sebaran contoh berdasarkan jawaban pernyataan penyesuaian diri ….……….. 43 Sebaran contoh berdasarkan penyesuaian diri dan jenis kelamin ……….. 44 Sebaran contoh berdasarkan sumber stres dan jenis kelamin ……………. 43 Sebaran contoh berdasarkan gejala stres dan jenis kelamin ……………… 45 Sebaran contoh berdasarkan tingkat stres dan jenis kelamin …………….. 46 Hasil uji beda kemandirian, penyesuaian diri, dan tingkat stress contoh … 46 Hasil uji regresi pengaruh karakteristik individu dan karakteristik keluarga terhadap kemandirian contoh …………………………………………….. 47 Hasil uji regresi pengaruh karakteristik individu, karakteristik keluarga, kemandirian, terhadap penyesuaian diri contoh ………………………….. 48 Hasil uji regresi pengaruh karakteristik individu, karakteristik keluarga, kemandirian, dan penyesuaian diri terhadap tingkat stres contoh ……….. 48
iii
DAFTAR GAMBAR HALAMAN 1 2
Kerangka pemikiran penelitian ............................................................. Kerangka pengambilan contoh ..............................................................
18 19
DAFTAR LAMPIRAN HALAMAN 1 2 3 4 5 6
Hasil uji reliabilitas variabel kemandirian emosi, kemandirian perilaku, kemandirian nilai, kemandirian total, penyesuaian diri, dan gejala stres ........... Hasil uji validitas variabel kemandirian emosi .............................................. Hasil uji validitas variabel kemandirian perilaku ........................................... Hasil uji validitas variabel kemandirian nilai ................................................. Hasil uji validitas variabel penyesuaian diri ................................................... Hasil uji validitas variabel gejala stres ..........................................................
61 62 63 64 65 66
1
PENDAHULUAN Latar Belakang Stres sudah menjadi bagian dari kehidupan manusia. Stres dapat dialami oleh siapa saja, tak terkecuali mahasiswa tingkat persiapan bersama (TPB). Mahasiswa TPB merupakan status yang disandang oleh mahasiswa Institut Pertanian Bogor (IPB) pada tahun pertama kuliahnya. Sebagai mahasiswa yang baru memasuki dunia perkuliahan, tentunya mahasiwa TPB akan mengalami suatu perubahan besar dalam hidupya. Perubahan-perubahan tersebut antara lain, perubahan lingkungan belajar, tempat tinggal, dan teman-teman yang berbeda latar belakang sosio-demografi. Sistem pendidikan perguruan tinggi yang lebih menuntut mahasiswa untuk lebih mandiri dalam proses pembelajaran sistem pendidikan di sekolah menengah atas (SMA), tuntutan akademik dimana evaluasi tahun pertama mahasiswa TPB harus memperoleh Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) TPB minimal 1,51 agar tidak mengalami drop out (dikeluarkan), serta adanya kewajiban tinggal di asrama yang mengharuskan mahasiswa harus berpisah dari orang tuanya merupakan masalah tersendiri bagi mahasiswa TPB. Perubahan-perubahan yang dialami oleh mahasiswa TPB tersebut dapat menjadi kondisi yang dapat menimbulkan stres (stressors). Stressors yang dimiliki oleh mahasiswa yang baru memasuki dunia perkuliahan setelah lulus dari SMA yaitu perubahan gaya hidup (masa transisi dari SMA ke universitas), nilai, jumlah mata kuliah yang diambil, masalah pertemanan, cinta, rasa malu, dan kecemburuan (Greenberg 2002). Masalah yang dihadapi oleh mahasiswa TPB setelah 2 bulan tinggal di asrama diantaranya yaitu terlalu banyak teman sekamar dimana satu kamar dihuni oleh 4 orang mahasiswa, kesulitan beradaptasi dengan teman sekamar, masalah pribadi, kesulitan berteman dan memahami materi kuliah, masalah kesehatan, homesick (rindu rumah), dan masalah keuangan (Hernawati 2006). Hal ini menyebabkan mahasiswa TPB dituntut untuk mampu melakukan penyesuaian diri. Penyesuaian diri merupakan suatu proses dinamika yang memiliki tujuan untuk mengubah tingkah laku seseorang agar terjadi kesesuaian antara individu dan lingkungannya. Penyesuaian diri termasuk reaksi seseorang Karena adanya
2
tuntutan yang dibebankan pada dirinya (Lazarus, 1961). Kemampuan penyesuaian diri diperlukan oleh mahasiswa TPB dalam menghadapi masa transisi yang dihadapinya sebagai mahasiswa baru. Adanya perbedaan latar belakang sosiodemografi mahasiswa TPB menyebabkan perbedaan penyesuaian diri yang dimiliki. Selain itu, salah satu faktor yang diduga memengaruhi proses penyesuaian diri mahasiswa diantaranya adalah kemandirian. Kemandirian merupakan salah satu ciri kualitas hidup manusia yang memiliki peran penting bagi kesuksesan hidup bangsa maupun individu (Nashori 1999 dalam Patriana 2007). Kemandirian seseorang menunjukkan bahwa individu tersebut mampu mempunyai inisiatif dalam mengatasi suatu masalah atau hambatan, serta memiliki rasa percaya diri dan mampu melakukan sesuatu tanpa bantuan orang lain selama hal tersebut dapat dikerjakannya sendiri. Terdapat tiga aspek yang mencakup kemandirian mahasiswa, yaitu aspek emosional, aspek perilaku, dan aspek nilai (Steinberg 1993). Mahasiswa tingkat pertama sebagai remaja akhir yang memasuki tahap dewasa awal tentunya diharapkan telah memiliki kemandirian yang mencirikan kedewasaan diri. Hal yang mencirikan tercapainya kemandirian individu diantaranya adalah kemampuan untuk tidak bergantung terhadap dukungan emosional orang lain, terutama orang tua. Selain itu, kapasitas yang dimiliki individu dalam menentukan pilihan dan mengambil keputusan serta kemampuan menolak tekanan untuk mengikuti tuntutan orang lain tentang keyakinan dalam bidang nilai juga menjadi syarat untuk mencapai kemandirian. Keberagaman kondisi sosio-demografi mahasiswa TPB menyebabkan perbedaan mengenai ketiga aspek kemandirian yang memengaruhi kemandirian mahasiswa TPB. Adanya perbedaan kemandirian dan kemampuan penyesuaian diri yang dimiliki oleh mahasiswa TPB, maka diasumsikan stres yang dirasakan pun akan berbeda. Penelitian yang dilakukan oleh Putri (2011) menunjukkan bahwa semakin mandiri seseorang maka akan semakin rendah stresnya. Berdasarkan gambaran di atas, maka menarik untuk diteliti mengenai kemandirian, penyesuaian diri, dan stres mahasiswa TPB IPB tahun akademik 2011/2012.
3
Perumusan Masalah Berdasarkan informasi terpisah dari berbagai sumber serta penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Womble (2001), Frassrand (2005), dan Hernawati (2006) menjelaskan bahwa stres menjadi masalah tersendiri bagi mahasiswa baru di tingkat pertama. Adanya perubahan-perubahan yang terjadi selama masa transisi dari sekolah menengah atas (SMA) ke dunia perkuliahan dapat menimbulkan stres pada mahasiswa TPB. Masalah-masalah yang dihadapi oleh mahasiswa TPB tentunya berbeda-beda, hal ini disebabkan oleh perbedaan kondisi sosial-demografi mahasiswa TPB yang berasal dari berbagai daerah di seluruh penjuru nusantara. Dalam menghadapi berbagai macam masalah-masalah yang dapat menjadi sumber stres, terutama dalam menghadapi tuntutan akademik perguruan tinggi yang lebih menuntut mahasiswa untuk melakukan proses pembelajaran secara mandiri, dibutuhkan kemampuan penyesuaian diri yang baik. Penyesuaian diri yang baik, tentunya dipengaruhi oleh berbagai faktor, salah satunya adalah kemandirian. Kemampuan mahasiswa TPB sebagai mahasiswa baru untuk melepaskan ketergantungannya terhadap orang tua dan lingkungan sekitarnya akan berpengaruh terhadap kemampuan mahasiswa TPB dalam menghadapi dunia perkuliahan dan berbagai permasalahan yang akan dihadapi. Kemandirian dan kemampuan mahasiswa TPB dalam melakukan penyesuaian diri erat kaitannya dengan stres yang dimilikinya. Perbedaan kondisi sosio-demografi, kemandirian, dan kemampuan penyesuaian diri menyebabkan stres yang dimiliki mahasiswa TPB pun berbeda-beda. Oleh karena itu, perlu diteliti apakah kemandirian merupakan faktor yang memengaruhi penyesuaian diri dan adakah kaitannya dengan stres mahasiswa TPB Institut Pertanian Bogor tahun akademik 2011/2012. Dari rumusan masalah tersebut, maka permasalahan yang akan diangkat pada penelitian ini, yaitu : 1. Bagaimana kemandirian, penyesuaian diri, dan stres mahasiswa tingkat persiapan bersama (TPB)? 2. Adakah perbedaan kemandirian, penyesuaian diri, dan stres contoh laki-laki dan perempuan? 3. Adakah pengaruh karakteristik contoh dan keluarga contoh terhadap kemandirian mahasiswa TPB saat lulus SMA?
4
4. Adakah pengaruh karakteristik contoh, karakteristik keluarga contoh, dan kemandirian contoh terhadap penyesuaian diri mahasiswa TPB? 5. Adakah pengaruh karakteristrik contoh, karakteristik keluarga contoh, kemandirian, dan penyesuaian diri contoh terhadap stres mahasiswa TPB?
Tujuan Penelitian Tujuan umum Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mengkaji kemandirian, penyesuaian diri, dan stres mahasiswa Tingkat Persiapan Bersama (TPB) Institut Pertanian Bogor tahun akademik 2011/2012. Tujuan Khusus Adapun tujuan khusus penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. mengidentifikasi kemandirian, penyesuaian diri, dan stres contoh; 2. menganalisis perbedaan kemandirian, penyesuaian diri, dan stres contoh laki-laki dan perempuan; 3. menganalisis pengaruh karakteristik contoh dan keluarga contoh terhadap kemandirian contoh saat lulus SMA; 4. menganalisis pengaruh karakteristik contoh, karakteristik keluarga contoh, dan kemandirian contoh terhadap penyesuaian diri contoh; 5. menganalisis pengaruh karakteristrik contoh, karakteristik keluarga contoh, kemandirian, dan penyesuaian diri contoh terhadap stres contoh.
Kegunaan Penelitian Dengan adanya penelitian ini diharapkan akan bermanfaat bagi: 1. masyarakat, khususnya mahasiswa dan orang tua yang memiliki anak sebagai mahasiswa tingkat pertama memiliki gambaran mengenai kemandirian penyesuaian diri, dan stres yang diperoleh sehingga dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi; 2. dunia pendidikan, khususnya instansi perguruan tinggi yang terkait memiliki gambaran mengenai kemandirian, penyesuaian diri, dan stres mahasiswa tingkat persiapan bersama;
5
3. bidang ilmu keluarga diharapkan dapat memperkaya literatur serta memperkuat teori yang telah ada tentang kemandirian, peyesuaian diri, dan stres; 4. penelitian selanjutnya sebagai bahan perbandingan dan pengembangan lebih lanjut bagi para peneliti lainnya yang ingin melakukan penelitian sejenis.
7
TINJAUAN PUSTAKA Remaja Akhir Istilah adolescence atau remaja berasal dari bahasa latin yang kata bendanya, Adolescentia yang berarti “tumbuh” atau ”tumbuh menjadi dewasa” (Mighwar 2006). Remaja akhir (Late Adolescence) adalah individu yang berada pada kisaran umur 18-21 tahun (Santrock 2002). Mahasiswa jika dilihat dari umur terbagi kedalam dua kategori, yaitu kategori remaja akhir (18-21 tahun) dan kategori dewasa awal (22-28 tahun) (Monks et al. 2001). Oleh karena itu, mahasiswa TPB masih termasuk kedalam kategori remaja akhir. Tahap ini adalah masa konsolidasi menuju periode kedewasaan yang ditandai dengan pencapaian lima hal, yaitu: minat yang makin mantap terhadap fungsi-fungsi intelek, egonya mencari kesempatan untuk bersatu dengan orang lain dan dalam pengalaman baru, terbentuknya idensitas seksual yang tidak akan berubah lagi, egosentrisme diganti dengan keseimbangan antara kepentingan diri sendiri dengan orang lain, dan tumbuh dinding yang memisahkan pribadinya dengan masyarakat umum (Santrock 2002). Havighurst (1953) dalam Hurlock (1980) menyatakan bahwa setiap tahap kehidupan mempunyai tugas-tugas tertentu yang harus dilakukan individu. Tugas setiap tahap disebut sebagai tugas perkembangan (developmental task). Apabila individu
berhasil
melaksanakan
tugas-tugas
perkembangan
selanjutnya.
Kegagalan pada tugas tersebut dapat mengakibatkan persaan kurang bahagia, penolakan dari masyarakat dan kesulitasn dalam melaksanakan tugas-tugas selanjutnya. Menurut Havighurst (1953) dalam Hurlock (1980), terdapat sepuluh tugas perkembangan pada masa remaja, yaitu: membina hubungan dengan teman sebaya dari kedua jenis kelamin, menerima peranan sosialnya sebagai laki-laki atau perempuan, menerima keadaan jasmaninya dan mampu menggunakan secara efektif, mencapai kemandirian emosi dari orang tua dan orang dewasa lain, mencapai kemandirian ekonomi, mampu memilih serta mempersiapkan diri untuk suatu pekerjaan, mempersiapkan diri untuk membina perkawinan dan rumah tangga, memiliki kemampuan intelektual serta konsepsi yang dibutuhkan untuk menjadi anggota masyarakat yang berhasil, memiliki keinginan serta usaha untuk
8
berperilaku yang bertanggung jawab secara sosial, dan memiliki serangkaian nilai serta sistem etika sebagai asas perilaku. Pada dasarnya, kesepuluh tugas perkembangan masa remaja tersebut adalah penyesuaian terhadap segala aspek kehidupannya.
Kemandirian Definisi kemandirian Mandiri merupakan salah satu ciri utama kepribadian yang dimiliki oleh seseorang yang telah dewasa dan matang. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1996), mandiri merupakan keadaan seseorang yang telah mampu berdiri sendiri serta tidak bergantung kepada orang lain. Namun, seorang individu tidak dengan mudah begitu saja untuk dapat mencapai sifat kemandirian. Seseorang
harus
melalui
proses-proses
tertentu
untuk
dapat
mencapai
kemandirian. Menurut Masrun et al. (1986) dalam Patriana (2007), kemandirian adalah suatu sikap yang memungkinkan seseorang untuk berbuat bebas, melakukan sesuatu atas dorongan diri sendiri untuk kebutuhan sendiri, mengejar prestasi, penuh ketekunan, serta berkeinginan untuk melakukan sesuatu tanpa bantuan orang lain, mampu berpikir dan bertindak original, kreatif dan penuh inisiatif, mampu memengaruhi lingkungannya, mempunyai rasa percaya diri terhadap kemampuan diri sendiri, menghargai keadaan diri sendiri, dan memperoleh kepuasan dari usahanya. Steinberg (1999) menyatakan bahwa kemandirian merupakan salah satu karakteristik yang dimiliki oleh seseorang dimana tidak bergantung pada orang tua maupun lingkungan luar dan lebih banyak mengandalkan potensi serta kemampuan yang dimiliki. Awal kemandirian individu dimulai pada masa remaja. Pada masa ini, ketergantungan seorang individu terhadap orang tuanya yang merupakan simbol dari masa kanak-kanak mulai terlepas. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kemandirian merupakan salah satu indikator kedewasaan seseorang yang ditandai dengan kemampuannya dalam melakukan segala sesuatu sendiri tanpa harus bergantung dengan orang lain.
9
Aspek-Aspek kemandirian Steinberg (1999) membedakan kemandirian atas tiga aspek, yaitu kemandirian emosional (emotional autonomy), kemandirian tingkah laku (behavioral autonomy), dan kemandirian nilai (value autonomy). Kemandirian emosional merupakan aspek kemandirian yang menyatakan perubahan kedekatan hubungan emosional antar individu, seperti hubungan emosional remaja dengan orang tua. Menurut Steinber & Silverberg (1986) dalam Steinberg (2001), terdapat 4 komponen kemandirian emosi pada remaja, yaitu: 1.) “de-idealized”, pada tingkatan ini remaja memiliki kemampuan untuk tidak mengidealkan orang tua; 2.) parent as people, remaja memiliki kemampuan untuk memandang orang tua sebagai orang lain pada umumnya; 3.) non-dependency, remaja lebih bersandar pada kemampuan sendiri daripada membutuhkan bantuan orang tua; dan 4.) individuated, remaja berperilaku untuk bertanggung jawab terhadap hubungannya dengan orang tua. Kemandirian tingkah laku, yaitu suatu kemampuan untuk membuat keputusan-keputusan tanpa tergantung pada orang lain dan melakukannya secara bertanggung jawab terhadap konsekuensi yang ada. Terdapat 3 komponen kemandirian perilaku pada remaja, yaitu: 1.) memiliki kemampuan mengambil keputusan; 2.) memiliki kekuatan terhadap pengaruh pihak lain; 3.) dan memiliki self reliance, rasa percaya diri Steinberg (2001). Kemandirian nilai adalah kemampuan memaknai seperangkat prinsip tentang hal yang benar dan salah, serta tentang hal apa saja yang penting dan apa yang tidak penting. Terdapat 3 komponen perubahan kemandirian nilai pada remaja, yaitu: 1.) abstrack belief, keyakinan akan nilai-nilai semakin abstrak; 2.) principle belief, keyakinan akan nilai-nilai semakin mengarah kepada hal yang bersifat prinsip; 3.) independent belief, keyakinan akan nilai-nilai semakin terbentuk dalam diri remaja sendiri dan bukan hanya dalam sistem nilai yang diajarkan oleh orang tua atau orang dewasa lainnya.
10
Penyesuaian Diri Definisi penyesuaian diri Penyesuaian diri dengan kata lain adaptasi, merupakan tingkah laku manusia yang dipandang sebagai suatu reaksi terhadap berbagai tekanan dan tuntutan lingkungan tempat tinggalnya. Penyesuaian diri adalah suatu proses alamiah dan dinamis yang bertujuan mengubah perilaku individu agar tercipta hubungan yang lebih sesuai antara kondisi diri dengan kondisi lingkungannya (Fatimah 2006). Seorang ahli lainnya Hurlock (1972) dalam Gunarsa dan Gunarsa (1989) menjelaskan bahwa bilamana seseorang mampu menyesuaikan diri terhadap orang lain secara umum ataupun terhadap kelompoknya, dan ia memperlihatkan sikap serta tingkah laku yang menyenangkan, berarti ia diterima oleh kelompok atau lingkungannya. Penyesuaian diri individu merupakan suatu kondisi yang terdapat suatu ancaman atau situasi yang membahayakan keberadaan, kenyamanan, maupun kesejahteraan diri individu (Baum 1985). Sementara itu Fahmi (1982), mendefinisikan penyesuaian diri adalah suatu proses dinamika yang memiliki tujuan untuk mengubah tingkah laku seseorang agar terjadi kesesuaian antara individu dan lingkungannya. Schneiders (1964) dalam Gunarsa dan Gunarsa (1989) mengemukakan bahwa penyesuaian diri merupakan suatu proses mental dan tingkah laku yang mendorong seseorang untuk menyesuaiakan diri sesuai dengan keinginan yang dapat diterima oleh lingkungan. Jadi, penyesuaian diri adalah reaksi seseorang terhadap rangsangan-rangsangan dari dalam diri sendiri maupun reaksi seseorang terhadap situasi yang berasal dari lingkungannya. Aspek-aspek penyesuaian diri Menurut Fatimah (2006) pada dasarnya penyesuaian diri memiliki dua aspek, yaitu: penyesuaian pribadi dan penyesuaian sosial. Penyesuaian pribadi adalah kemampuan individu untuk menerima dirinya sendiri sehingga tercapai hubungan yang harmonis antara dirinya dengan lingkungan sekitarnya. Individu menyadari sepenuhnya tentang siapa dirinya, mengetahui tentang siapa dirinya, mengetahui kelebihan dan kekurangan yang dimilikinya, serta mampu bertindak
11
objektif sesuai dengan kondisi dirinya tersebut. Keberhasilan penyesuaian diri pribadi ditandai dengan tidak adanya rasa benci, menghindar dari kenyataan ataupun tanggung jawab serta tidak ada rasa kecewa dan tidak percaya pada kemampuan yang dimiliki oleh dirinya. Penyesuaian sosial merupakan proses saling memengaruhi yang terjadi dalam kehidupan bermasyarakat serta tingkah laku yang mendorong seseorang untuk menyesuaikan diri dengan keinginan yang berasal dari dalam diri sendiri yang dapat diterima oleh lingkungannya sehingga membuat manusia mengetahui jika penyesuaian sosial merupakan tingkah laku yang mendorong seseorang untuk menyesuaikan diri dengan orang lain dan kelompok sesuai dengan keinginan dari dalam dan tuntutan lingkungan. Kriteria penyesuaian diri yang baik, salah satunya yaitu adanya kesesuaian antara norma yang berlaku di dalam kelompok dengan sikap serta tingkah laku yang nyata. Seseorang dapat menyesuaikan diri dengan setiap kelompok yang dimasukinya. Pada penyesuaian diri yang baik, seseorang memperlihatkan sikap yang sikap yang menyenangkan terhadap orang lain, mau berpartisipasi, dan dapat menjalankan peranannya dengan baik dalam suatu kelompok. Adanya rasa puas dan bahagia karena dapat turut mengambil bagian dalam aktivitas kelompoknya ataupun hubungannya dengan teman atau orang dewasa. Faktor-faktor yang memengaruhi penyesuaian diri Faktor-faktor yang memengaruhi penyesuaian diri menurut Fatimah (2006) baik internal maupun eksternal dapat dikelompokkan sebagai berikut: faktor fisiologis, psikologis, faktor perkembangan dan kematangan, faktor lingkungan, serta faktor budaya dan agama. Faktor fisiologis, yaitu kondisi fisik yang dapat memengaruhi kualitas penyesuaian diri. Struktur jasmani seseorang merupakan kondisi yang utama bagi tingkah laku dan merupakan faktor yang penting bagi proses penyesuaian diri. Faktor psikologis juga memengaruhi kemampuan dalam penyesuaian diri individu meliputi: faktor pengalaman, faktor belajar, determinasi diri, dan faktor konflik. Faktor pengalaman, yakni pengalaman tertentu mempunyai makna dalam penyesuaian diri. Pengalaman yang menyenangkan cenderung akan menimbulkan
12
proses penyesuaian diri yang baik, sebaliknya pengalaman traumatik akan cenderung menimbulkan penyesuaian diri yang salah. Faktor belajar merupakan suatu dasar yang fundamental serta proses modifikasi tingkah laku yang berlangsung sepanjang hayat dan diperkuat dengan kematangan yang akan membentuk perkembangan kepribadian. Determinasi diri, yaitu faktor kekuatan yang mendorong untuk mencapai taraf penyesuaian yang tinggi dan atau merusak diri serta berperan dalam pengedalian arah dan pola penyesuaian diri. Faktor konflik, yakni pandangan seseorang terhadap konflik yang dialaminya. Cara individu dalam mengatasi konflik dapat memengaruhi penyesuaian dirinya. Faktor perkembangan dan kematangan, yakni dalam proses perkembangan diperoleh melalui proses belajar, serta kematangan individu dalam melakukan respon dan hal ini juga menentukan pola penyesuaian dirinya. Faktor lingkungan yang berpengaruh kuat terhadap penyesuaian diri seseorang adalah sebagai berikut: pengaruh lingkungan keluarga, pengaruh hubungan dengan orang tua, hubungan saudara, lingkungan masyarakat, dan lingkungan sekolah. Pengaruh lingkungan keluarga adalah faktor yang sangat penting karena keluarga merupakan media sosialisasi bagi anak. Lingkungan keluarga merupakan wadah pembentukan proses sosialisasi dan interaksi sosial yang pertama dan utama bagi individu, yang kemudian hasil sosialisasi tersebut dikembangkan di lingkungan dan masyarakat. Pengaruh hubungan dengan orang tua, positif terhadap proses penyesuaian diri anak remaja. Beberapa pola hubungan yang dapat memengaruhi penyesuaian diri, yaitu menerima (acceptance), menghukum dan disiplin yang berlebihan, memanjakan dan melindungi anak secara berlebihan, serta penolakan. Hubungan saudara, sangat memengaruhi anak remaja dalam penyesuaian dirinya. Hubungan saudara yang penuh persahabatan, saling menghormati dan mengasihi, berpengaruh terhadap penyesuaian diri yang lebih baik, begitu pun sebaliknya. Lingkungan masyarakat, yakni keadaan tempat dimana seseorang berada yang menentukan proses dan pola-pola penyesuaian diri. Hasil penelitian menunjukkan bahwa gejala tingkah laku yang menyimpang bersumber dari pergaulan yang salah dan terlalu bebas di kalangan remaja. Lingkungan sekolah,
13
berperan sebagai media sosialisasi yang memengaruhi kehidupan intelektual, sosial, dan moral anak remaja dengan pendidikan yang diterima oleh remaja akhir pada saat SMA sebagai bekal bagi proses penyesuaian diri mereka di perguruan tinggi. Faktor terakhir yang memengaruhi penyesuaian diri adalah faktor budaya dan agama, yakni tempat individu berada dan berinteraksi sesuai kultur dan tata cara kehidupan keagamaan. Hal ini merupakan salah satu faktor yang memegang peranan penting dalam proses penyesuaian diri seseorang.
Stres Definisi Stres Stres merupakan hubungan antara individu dengan lingkungannya, dimana individu merasa bahwa situasi tidak menguntungkan atau mengancam dirinya (Atkinson et al. 1999). Lazarus dalam Greenberg (2002) mendefinisikan stres sebagai “a whole spectrum of factors (stimulus, response, cognitive appraisal of threat, coping styles, psychological defenses, and the social milieu)” Stres merupakan akumulasi dan keterlibatan dari berbagai faktor, yaitu stimulus, respon, penilaian kognitif dari sebuah ancaman, gaya koping, pertahanan psikologis, dan lingkungan sosial. Mason dalam Greenberg (2002) dengan mendefinisikan stres dalam beberapa cara yang berbeda, yaitu pertama, the stimulus merupakan definisi orang kebanyakan mengenai stressor. Kedua, the response merupakan definisi orang kebanyakan mengenai stress reactivity. Ketiga, the whole spectrum of interacting factors, merupakan definisi stres dari Lazarus. Dan yang terakhir the stimulusresponse interaction. Sehingga dapat disimpulkan bahwa stres merupakan akumulasi dari suatu kondisi dimana seseorang merasakan ketidaknyamanan terhadap individu lain atau lingkungan yang ada disekitarnya. Sumber Stres Sumber stres adalah semua kondisi stimulasi yang berbahaya dan menghasilkan reaksi stres, misalnya jumlah semua respons fisiologik non-spesifik yang menyebabkan kerusakan dalam sistem biologis. Stress reaction acute (reaksi
14
stres akut) adalah gangguan sementara yang muncul pada seorang individu tanpa adanya gangguan mental lain yang jelas, terjadi akibat stres fisik dan atau mental yang sangat berat, biasanya mereda dalam beberapa jam atau hari. Kerentanan dan kemampuan koping (coping capacity) seseorang memainkan peranan dalam terjadinya reaksi stres akut dan keparahannya (Sriati 2008). Gejala Stres Stres yang dimiliki oleh setiap orang tentunya berbeda-beda. Hal ini dapat dilihat dari gejala-gejala stres yang dialami oleh individu berdasarkan keadaan fisik maupun emosional. Menurut Sriati (2008), gejala-gejala stres pada diri seseorang seringkali tidak disadari karena perjalanan awal tahapan stres timbul secara lambat, dan baru dirasakan bilamana tahapan gejala sudah lanjut dan mengganggu fungsi kehidupannya sehari-hari. Gejala-gejala yang dialami oleh seseorang dalam keadaan stres dapat ditunjukkan secara fisik maupun emosional (Wilkinson 1989 dalam Hernawati 2006). Gejala stres secara fisik dapat meliputi pusing, mual, badan pegal-pegal, jantung berdetak cepat, dab bertambahnya berat badan. Secara emosional, gejala stres yang timbul meliputi lemas, perasaan sensitif, tertekan, tegang, cepat marah, dan sulit untuk berkonsentrasi (Mccubbin 1987 dalam Astuti 2007). Tingkat Stres Tingkat stres dapat diprediksi berdasarkan kerentanan seseorang terhadap stres yang dapat diukur dengan melihat gejala-gejala stres yang dimilikinya (Sunarti 2005). Selye (1956) dalam Putri (2011) menyatakan bahwa rendah tingginya stres dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu sumber stres (stressor), frekuensi paparan stres, dan intensitas reaksi fisik dan emosi yang disebabkan oleh stressor. Stres pada Mahasiswa Baru Stres yang dihadapi oleh mahasiswa baru menurut Syofia (2010) dalam Abbas (2011) diantaranya yaitu perubahan gaya hidup, tekanan untuk mendapatkan nilai yang tinggi, tugas yang menumpuk, relasi dengan orang, serta penyakit. Perubahan gaya hidup dapat terjadi ketika seseorang yang memasuki tahap remaja akhir menjadi mahasiswa dan dituntut untuk mandiri. Keadaan yang menuntut untuk tidak seperti halnya ketika masih berada di bangku sekolah yang
15
semua kebutuhan masih diurus oleh orang tua. Selain itu, tekanan nilai tinggi yang ingin diraih juga termasuk menjadi sumber stres pada mahasiswa. Tugas yang menumpuk menjadi beban kuliah yang menjadi tuntutan akademis di kampus. Hal yang dapat menjadi salah satu penyebab stres pada mahasiswa ialah terkait dengan relasi atau pertemanan, perasaan kesepian (sendiri), serta penyakit. Penelitian Terdahulu Greenberg (2002) mengemukakan bahwa terdapat salah satu hasil penelitian mengenai “College Chronic Life Stress Survey” oleh Towbes dan Cohen pada tahun 1996. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa mahasiswa cenderung mudah untuk berada dalam tingkatan stres yang kronis. Hal ini disebabkan oleh pengalaman dan kemampuan mahasiswa dalam mengatur perubahan perkembangan yang terjadi dalam dirinya. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Hernawati (2006) menunjukkan bahwa terdapat tiga kategori tingkatan stres yang dialami oleh mahasiswa tingkat perisapan bersama (TPB), yaitu stres tingkat tinggi, stres tingkat sedang, dan stres tingkat ringan. Tingkat stres yang dimiliki oleh mahasiswa TPB tahun akademik 2005/2006 baik laki-laki maupun perempuan sama-sama berada pada kategori tinggi. Hasil penelitian Herawati (2007) mengenai hubungan penyesuaian diri dengan tingkat stres pada narapidana di lembaga pemasyarakatan Lamongan menunjukkan bahwa stres merupakan reaksi psikologis dan fisiologis terhadap suatu stimulus sehingga dapat menimbulkan perasaan tidak enak serta ketidak seimbang yang diakibatkan oleh adanya harapan serta tuntutan yang tidak sesuai dengan kemampuan. Narapidana yang mampu untuk menyesuaikan diri dengan baik maka tingkat stresnya rendah, sebaliknya jika narapidana tidak mampu melakukan penyesuaian diri dengan baik maka stresnya tinggi. Penelitian yang dilakukan oleh Wulandari (2005) mengenai hubungan kemandirian dengan penyesuaian diri pada Siswi Mu’allimaat Muhammadiyah Yogyakarta menunjukkan bahwa faktor kemandirian memberikan sumbangan efektif terhadap penyesuaian diri sebesar 67,1% sisanya 32,9% adalah faktor lain di luar kemandirian. Hal ini berarti kemandirian memiliki peranan yang cukup besar dalam penyesuaian diri siswi.
17
KERANGKA PEMIKIRAN Stres mahasiswa TPB meliputi sumber stres, gejala stres, dan tingkat stres. Ada banyak faktor yang memengaruhi stres, diantaranya kemandirian dan penyesuaian diri. Kemandirian mahasiswa TPB sejak SMA turut memengaruhi penyesuaian diri dan stresnya saat menghadapi masa transisi ke dunia perkuliahan. Kemandirian merupakan salah satu karakteristik yang dimiliki oleh mahasiswa TPB dengan tidak selalu bergantung kepada lingkungan sekitarnya maupun kepada orang tua, serta mengandalkan lebih banyak kemampuan dan potensi berdasarkan aspek emosi, perilaku, dan nilai sejak SMA. Kemandirian emosi adalah aspek kemandirian yang berkaitan dengan perkembangan dan perubahan hubungan emosi mahasiswa TPB dengan orang lain, terutama dengan ayah-ibu. Kemandirian perilaku adalah aspek kemandirian yang berkaitan dengan kemampuan mahasiswa TPB dalam mengambil dan menjalankan suatu keputusan dengan sendiri. Kemandirian nilai adalah aspek kemandirian yang berkaitan dengan seperangkat prinsip-prinsip yang dimiliki oleh mahasiswa TPB tentang mana yang benar dan mana yang salah, mana yang penting dan mana yang tidak penting. Aspek lain yang dianggap turut memengaruhi stres mahasiswa TPB adalah kemampuan penyesuaian dirinya. Penyesuaian diri merupakan usaha mahasiswa TPB untuk dapat menyesuaikan diri dan bertahan agar memperoleh kesejahteraan baik fisik maupun mental serta mampu berhubungan baik dan tanpa bergantung dengan orang lain. Menurut penelitian terdahulu, semakin tinggi penyesuaian diri maka stres yang dimiliki mahasiswa TPB semakin rendah. Untuk lebih jelas, kerangka penelitian disajikan pada Gambar 1.
18
Karakteristik Individu • Umur • Jenis kelamin • Urutan kelahiran • Uang saku • Sumber stres utama
Karakteristik Keluarga • Umur ayah-ibu • Kelengkapan ayah-ibu • Pendidikan terakhir ayah-ibu • Pekerjaan ayah-ibu • Pendapatan ayah-ibu • Besar keluarga
Kemandirian mahasiswa TPB saat SMA • Kemandirian emosional • Kemandirian perilaku • Kemandirian nilai
Penyesuaian diri mahasiswa TPB
Stres mahasiswa TPB
Keterangan:
: Pengaruh secara langsung
Gambar 1 Kerangka pemikiran kemandirian, penyesuaian diri, dan stres mahasiswa Tingkat Persiapan Bersama (TPB) Institut Pertanian Bogor tahun akademik 2011/2012
19
METODE PENELITIAN Desain, Lokasi, dan Waktu Penelitian ini menggunakan desain cross sectional karena pengumpulan data hanya dilakukan pada satu waktu dan tidak berkelanjutan, serta retrospektif karena menanyakan peristiwa yang telah terjadi bertujuan untuk mencari faktor yang berhubungan dengan penyebab. Penelitian ini juga menggunakan teknik pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner yang
diberikan kepada
responden individu yang disebut dengan metode survei. Penelitian ini dilakukan di asrama Tingkat Persiapan Bersama (TPB) putra dan putri Institut Pertanian Bogor (IPB) Dramaga. Penentuan lokasi dilakukan secara purposive dengan pertimbangan mahasiswa TPB sebagai mahasiswa baru tentunya memerlukan penyesuaian diri untuk beradaptasi dengan dunia perkuliahan serta dengan keragaman mahasiswa TPB yang berasal dari seluruh Indonesia, sehingga akan menghasilkan data yang heterogen dalam karakteristik individu, keluarga, kemandirian, penyesuaian diri, dan stres. Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Mei sampai November 2012. Jumlah dan Cara Pemilihan Responden Populasi penelitian ini ialah mahasiswa Tingkat Persiapan Bersama (TPB) program sarjana Strata Satu (S1) Institut Pertanian Bogor (IPB) tahun akademik 2011/2012 yang berjumlah 3.494 mahasiswa. Dikarenakan populasi yang begitu besar maka dipilih sejumlah contoh yang akan mewakili populasi. Dalam mencari contoh, peneliti menggunakan probability sample, yaitu teknik penarikan contoh secara acak dari populasi, bukan berdasarkan pertimbangan pribadi namun bergantung pada aplikasi kemungkinan (probabilitas). Probability sample yang digunakan proporsional random sampling berdasarkan jenis kelamin (Gambar 2). Mahasiswa TPB-IPB 2011/2012 (N= 3494)
Laki-laki (N1= 1449)
Perempuan (N2= 2045)
L= 146
P= 214
Purposive
Proporsional random sampling
Gambar 2 Kerangka pengambilan contoh penelitian
20
Dalam menentukan jumlah penarikan contoh dari secara keseluruhan, digunakan rumus Slovin berikut ini:
Keterangan:
n = Jumlah contoh N = Jumlah populasi mahasiswa S1 TPB IPB tahun akademik 2011/2012 e = error (5%)
Dengan menggunakan rumus Slovin tersebut, maka jumlah contoh yang didapat adalah
Dengan demikian, jumlah contoh yang seharusnya diteliti sebanyak 360 mahasiswa. Setelah diperoleh pembagian jumlah contoh antara laki-laki dan perempuan melalui sistem acak komputer, kuesioner dibagikan kepada contoh yang namanya terpilih. Dengan bantuan lurah setiap gedung kuesioner dikumpulkan selama 2 minggu. Secara keseluruhan, tidak semua kuesioner dikembalikan dari setiap gedung. Hal ini karena beberapa tidak mengumpulkan disebabkan mahasiswa yang sudah diberi kuesioner sulit ditemui atau telah keluar dari asrama. Kuesioner yang telah terkumpul kemudian dilakukan pengecekan dan penyeleksian terkait kelengkapan data. Contoh yang kuesionernya beberapa tidak lengkap ditanyakan kembali, dan kuesioner lainnya yang dianggap tidak memenuhi syarat, dipisahkan dan tidak digunakan. Hal ini menyebabkan contoh akhir menjadi berkurang dari contoh yang direncanakan (257 contoh), tersisa 205 contoh yang terdiri dari 85 mahasiswa 120 mahasiswi sehingga error menjadi sebesar 0,07 (Tabel 1). Dalam menentukan contoh tiap sub-populasi digunakan rumus sebagai berikut:
Dengan: ni= banyaknya contoh tahun 2011 n = banyaknya contoh
Ni = Total subpopulasi tahun 2011 N= Total populasi
21
Tabel 1 Sebaran contoh berdasarkan angkatan dan jenis kelamin Jenis Kelamin Sub Contoh Contoh Persentase populasi (slovin) terpakai (%) Laki-laki 1449 146 85 41,5 Perempuan 2045 214 120 58,5 Total 3494 360 205 100,0 (Sumber: Badan Pengelola Asrama (BPA) TPB IPB, 2012)
Jenis dan Cara Pengumpulan Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini ada dua, mencakup data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari pengisian kuesioner oleh contoh. Data sekunder berupa jumlah dan data mahasiswa TPB tahun akademik 2011/2012 diperoleh dari Badan Pengelola Asrama (BPA). Kuesioner terdiri atas lima bagian, yaitu kuesioner karakteristik contoh dan karakteristik keluarga contoh, kemandirian (emosi, perilaku, nilai), penyesuaian diri, gejala stres, serta pertanyaan terbuka. 1.
Karakteristik contoh, meliputi umur, jenis kelamin, urutan kelahiran, uang saku per bulan. Karakteristik keluarga contoh meliputi umur ayah-ibu, kelengkapan ayah-ibu, pendidikan terakhir ayah-ibu, pekerjaan ayah-ibu, pendapatan ayah-ibu per bulan, dan besar keluarga.
2.
Kemandirian, digunakan untuk melihat kemandirian dari tiga aspek, yaitu emosi, perilaku, dan nilai pada contoh saat SMA. Pernyataan yang digunakan mengacu pada Ruhidawati (2005) sebanyak 30 item (Cronbach’s alpha 0,820) dengan pernyataan tambahan dari peneliti menjadi sebanyak 44 item dengan Cronbach’s alpha 0,853 (Lampiran 1). Selain itu juga telah dilakukan uji validitas per item pertanyaan (Lampiran 2, 3, 4). Contoh diharuskan memilih salah satu dari beberapa alternatif jawaban, yaitu sangat sesuai, sesuai, tidak sesuai, sangat tidak sesuai.
3.
Penyesuaian diri, digunakan untuk melihat bagaimana kemampuan contoh dapat melakukan penyesuaian diri. Pernyataan yang digunakan mengacu pada Young Adult Family Inventory of Life Events and Changes, McCubbin & Grochowski (1984) sebanyak 23 item pernyataan dengan Cronbach’s alpha 0,795 (Lampiran 1). Selain itu juga telah dilakukan uji validitas per item pertanyaan (Lampiran 5). Contoh diharuskan untuk memilih salah satu jawaban, Ya atau Tidak.
22
4.
Gejala stres, digunakan untuk melihat seberapa besar tingkat stres yang dimiliki oleh contoh melalui gejala-gejala yang dialaminya. Pernyataan yang digunakan mengacu pada Astuti (2007) modifikasi dari McCubbin & Thomson (1987) sebanyak 20 item dengan Cronbach’s alpha 0,8302 (Lampiran 1). Selain itu juga telah dilakukan uji validitas per item pertanyaan (Lampiran 6). Contoh dibatasi dalam memberikan pernyataan satu dari beberapa alternatif, yaitu tidak pernah, jarang, kadang-kadang, sering, dan sangat sering (Skala Likert).
5.
Pertanyaan terbuka, mengenai hal yang paling membuat stres (sumber stress utama) contoh.
Pengolahan dan Analisis Data Data yang telah terkumpul dari kuesioner diolah melalui proses editing, coding, scoring, entry, cleaning data dan analisis data. Pengolahan data dilakukan dengan bantuan program komputer yang sesuai. Data dan informasi yang diperoleh dikategorikan kemudian disajikan dalam bentuk tabulasi silang (cross tabulation) dan dianalisis secara deskriptif untuk menghitung rata-rata serta jumlah minimal dan maksimal. Selain analisis deskriptif, pengolahan data juga menggunakan uji independent-samples t-test, uji beda-t, uji korelasi, dan uji regresi linear. Cara pengkategorian variabel disajikan pada Tabel 2. Tabel 2 Variabel data, skala data, dan kategori data Variabel Karakteristik Contoh Umur contoh
Skala
Kategori
Rasio
0. 1. 2. 3. 4.
Jenis Kelamin
Nominal
Urutan kelahiran
Rasio
Uang saku (Rp/Bulan)
Rasio
0. 1. 0. 1. 2. 3. 0. 1. 2. 3.
Usia 17 tahun Usia 18 tahun Usia 19 tahun Usia 20 tahun Usia 21 tahun (sebaran data) Laki-laki Perempuan Tunggal Bungsu Tengah Sulung ≤ 500,000 500,001-1,000,000 1,000,001-1,500,000 > 1,500,000 (sebaran data)
23 Tabel 2 Variabel data, skala data, dan kategori data (lanjutan) Variabel
Skala
Karakteristik Keluarga Umur ayah-ibu
Rasio
Kelengkapan ayah-ibu
Ordinal
Pendidikan terakhir ayah-ibu (lama pendidikan)
Rasio
Pekerjaan Ayah-ibu
Ordinal
Pendapatan Ayah-ibu
Ordinal
Besar Keluarga
Rasio
Kemandirian: Kemandirian emosi Kemandirian perilaku Kemandirian nilai (mengacu pada Ruhidawati 2005) Penyesuaian Diri (mengacu pada YA-FILES, McCubbin & Grochowski 1987)
Ordinal
Sumber Stres (pertanyaan terbuka)
Ordinal
Gejala Stres Gejala stres secara fisik Gejala stres secara emosional (mengacu pada Astuti (2007) modifikasi dari McCubbin & Thomson (1987)
Ordinal
Ordinal
Kategori 0. Dewasa Muda (18-40 tahun) 1. Dewasa Madya (41-65 tahun) 2. Tua (>65 tahun) Hurlock (1980) 0. Tidak utuh 1. Utuh 0. Tidak Tamat SD (0 tahun) 1. SD/ sederajat (6 tahun) 2. SMP/ sederajat (9 tahun) 3. SMA/ sederajat (12 tahun) 4. Diploma (15 tahun) 5. Sarjana/ S1 (16 tahun) 6. Pascasarjana S2 (18 tahun) 7. Pascasarjana S3 (21 tahun) 0. Tidak Bekerja 1. Bekerja: 1.a PNS/Guru/Dosen 1.b Polisi/ Polri/TNI (AD,AL, AU) 1.c Pegawai/Karyawan Swasta/ BUMN/Honorer 1.d Wiraswasta/ Wirausaha/ Pedagang 1.e Buruh Tani/ Buruh Non-Tani 1.f Lainnya (ojek, supir, pendeta, dokter) (sebaran data) 0. ≤ 1,000,000 1. 1,000,001-2,000,000 2. 2,000,001-3,000,000 3. 3,000,001-4,000,000 4. 4,000,001-5,000,000 5. > 5,000,000 (sebaran data) 0. Keluarga Kecil (≤ 4 orang) 1. Keluarga Sedang (5-7 orang) 2. Keluarga Besar (≥ 8 orang) (BKKBN 1996) 0. Rendah 1. Sedang 2. Tinggi (interval kelas) 0. Kurang 1. Cukup Baik 2. Baik (interval kelas) Tidak menjawab Tidak merasa stres Masalah akademik (ujian, nilai, tugas) Masalah keluarga Masalah dengan teman Masalah kesehatan Masalah keuangan Masalah pribadi Homesick (rindu keluarga) Masalah terkait Asrama Manajemen waktu (sebaran data) 0. Rendah 1. Sedang 2. Tinggi (interval kelas)
24
Uji independent-samples t-test Uji independent-samples t-test digunakan untuk melihat perbedaan karakteristik contoh (umur, uang saku), karakteristik keluarga contoh (umur ayahibu, kelengkapan ayah-ibu, pendidikan terakhir ayah-ibu, pekerjaan ayah ibu, pendapatan ayah-ibu, besar keluarga), kemandirian (emosi, perilaku, nilai, dan total), penyesuaian diri, dan tingkat stres antara contoh laki-laki dan perempuan. Perbedaan rata-rata pada variabel karakteristik ditunjukkan dengan nilai signifikansi yang rendah (sig<0,05). Uji regresi linear Uji regresi linear digunakan untuk menganalisis pengaruh karakteristik contoh dan karakteristik keluarga contoh terhadap kemandirian contoh; pengaruh karakteristik contoh dan karakteristik keluarga contoh terhadap kemandirian contoh; serta pengaruh karakteristik contoh, karakteristik keluarga contoh, kemandirian, dan penyesuaian diri terhadap stres contoh, dilakukan uji analisis regresi menggunakan metode backward berdasarkan model terbaik yang terpilih dengan nilai adjusted R2 terbesar dan yang paling fit dengan data, yaitu:
Keterangan: ŷ = peubah tak bebas b0 = konstanta
x1, x2, …, xn = peubah bebas b1, b2,…, bn = koefisien peubah bebas
ε = error 1) uji regresi linear terhadap kemandirian
Keterangan: ŷ = kemandirian (emosi, perilaku, nilai, total)
ε = error
b0 = konstanta
x2 = urutan kelahiran
b(1-4) = koefisien regresi
x3 = uang saku
x1 = jenis kelamin
x4 = lama pendidikan ibu
2) uji regresi linear terhadap penyesuaian diri
Keterangan: ŷ = penyesuaian diri b0 = konstanta
x4 = lama pendidikan ibu
b(1-7) = koefisien regresi
x5 = pendapatan ayah
x1 = uang saku
x6 = besar keluarga
25
x2 = usia ayah
x7 = kemandirian perilaku
x3 = kelengkapan ayah-ibu
ε = error
3) uji regresi linear terhadap stres
Keterangan: ŷ = stres b0 = konstanta
x4 = umur ayah
b(1-7) = koefisien regresi
x5 = umur ibu
x1 = umur
x6 = kemandirian
x2 = jenis kelamin
x7 = penyesuaian diri
x3 = uang saku
ε = error
Untuk mengkategorikan skor kemandirian (emosi, perilaku, nilai, total), penyesuaian diri, dan gejala stres menggunakan interval kelas (Slamet 1993) yang dapat dihitung dengan cara berikut:
Definisi Operasional Contoh mahasiswa tingkat persiapan bersama (TPB) program sarjana Strata Satu (S1) tahun akademik 2011/2012. Karakteristik contoh adalah ciri-ciri yang melekat pada contoh berupa umur, jenis kelamin, urutan kelahiran, uang saku per bulan. Jenis Kelamin adalah contoh dibedakan menjadi laki-laki dan perempuan. Umur adalah lama hidup yang dijalani oleh contoh yang dinyatakan dalam tahun sampai dengan saat penelitian ini dilakukan. Urutan kelahiran adalah status yang dimiliki oleh contoh berdasarkan urutan anak-anak yang ada di dalam keluarga contoh, dibedakan menjadi anak tunggal, sulung, tengah, dan bungsu. Uang saku per bulan adalah jumlah pemasukan yang diperoleh contoh dalam satu bulan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dalam nilai rupiah. Karakteristik keluarga contoh adalah ciri-ciri aspek sosial demografi yang melekat pada ayah-ibu berupa berupa umur ayah-ibu, status ayah-ibu,
26
pendidikan terakhir ayah-ibu, pekerjaan ayah-ibu, pendapatan ayah-ibu per bulan, dan besar keluarga. Umur ayah-ibu adalah lama hidup yang dijalani oleh ayah dan ibu contoh yang dinyatakan dalam tahun sampai dengan saat penelitian ini dilakukan. Kelengkapan ayah-ibu adalah status yang disandang oleh ayah dan ibu kandung contoh sampai dengan penelitian ini dilakukan, apakah bercerai, salah satu meninggal, atau utuh. Pendidikan terakhir ayah-ibu adalah pendidikan formal terakhir yang diikuti dan ditamatkan oleh ayah dan ibu contoh. Pekerjaan ayah-ibu adalah setiap kegiatan yang dilakukan ayah-ibu yang menghasilkan uang sebagai sumber penghasilan utama. Pendapatan ayah-ibu adalah akumulasi dari gaji, upah, maupun hasil yang diperoleh dari pekerjaan ayah dan atau ibu contoh yang dinilai dalam rupiah selama satu bulan. Besar keluarga adalah jumlah anggota keluarga inti yang terdiri dari contoh, ayah, ibu, serta kakak dan adik yang dimiliki oleh contoh. Kemandirian adalah karakteristik yang dimiliki oleh contoh sejak SMA berdasarkan aspek emosi, perilaku, dan nilai. Kemandirian emosi adalah aspek kemandirian yang berkaitan dengan perkembangan dan perubahan hubungan emosi contoh dengan orang lain, terutama dengan ayah-ibu. Kemandirian perilaku adalah aspek kemandirian yang berkaitan dengan kemampuan contoh dalam mengambil dan menjalankan suatu keputusan dengan sendiri. Kemandirian nilai adalah aspek kemandirian yang berkaitan dengan seperangkat prinsip-prinsip yang dimiliki oleh contoh tentang mana yang benar dan mana yang salah, mana yang penting dan mana yang tidak penting. Penyesuaian diri adalah kemampuan yang dimiliki oleh contoh dalam menghadapi masa transisi yang dihadapinya sebagai mahasiswa baru dengan kategori kurang, cukup, atau baik.
27
Stres adalah hal yang dialami oleh contoh berdasarkan sumber stres yang didapat dari
pengelompokan
jawaban
pertanyaan
terbuka,
gejala
stres
berdasarkan segi fisik dan emosional, serta tingkat stres yang dimiliki. Sumber stres adalah masalah yang dianggap sebagai pemicu stres utama yang dirasakan oleh contoh. Tingkat stres adalah perbedaan stres yang dirasakan oleh contoh yang diukur dari gejala stres baik secara fisik maupun emosional dengan kategori rendah, sedang, atau tinggi. Gejala stres secara fisik adalah kondisi stres yang dirasakan oleh contoh yang dapat memengaruhi fisik contoh. Gejala stres secara emosional adalah kondisi stres yang dirasakan oleh contoh yang dapat memengaruhi kestabilan emosi contoh.
29
HASIL PENELITIAN Gambaran Umum Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan di Asrama Putra dan Putri Institut Pertanian Bogor (IPB) yang terletak di daerah Dramaga, Bogor. Asrama Putra terdiri dari 4 gedung, C1, C2, C3, dan C4, sementara Asrama putri terdiri dari 5 gedung, A1, A2, A3, A4, dan A5. Satu gedung yang dipantau oleh lurah asrama, terdiri dari 10 lorong yang setiap lorongnya terdiri dari 13-14 kamar dengan diawasi oleh ketua RW di tiap lorongnya. Setiap kamar dihuni oleh maksimal 4 orang dari berbagai daerah yang berstatus sebagai mahasiswa Tingkat Persiapan Bersama (TPB) IPB setelah menandatangani Surat Perjanjian Penghunian dan bersedia mematuhi Tata Tertib Asrama yang telah ditetapkan (berdasarkan Pasal 1 ayat 1 mengenai Tata Tertib Asrama TPB IPB-Penghuni Asrama). Program tingkat persiapan bersama yang dibentuk sejak tahun 1873 ini merupakan bentuk kepedulian Institut Pertanian Bogor (IPB) terhadap pembangunan bangsa yang dilakukan melalui penerimaan mahasiswa baru dengan berbagai jalur penerimaan mahasiswa dari seluruh pelosok tanah air. Selain itu juga untuk memberikan landasan yang relatif sama dan cukup dengan keragaman latar belakang pengetahuan mahasiswa yang berbeda-beda, sebelum melanjutkan pendidikan selanjutnya di fakultas masing-masing. Direktorat TPB IPB bekerjasama dengan Badan Pengelola Asrama TPB IPB menyelenggarakan program wajib asrama. Mahasiswa diwajibkan untuk tinggal di asrama selama satu tahun. Hal ini sebagai salah satu upaya IPB dalam membantu mahasiswa baru dalam beradaptasi dengan dunia kampus dan perkuliahan selama tingkat pertama. Dengan adanya program wajib asrama ini, mahasiswa mendapatkan pembinaan akademik dan multibudaya, serta mempunyai kesempatan untuk mengikuti program-program pengembangan diri. Mahasiswa juga mempunyai peluang berinteraksi dengan berbagai latar belakang kondisi sosio-demografi yang berbeda.
30
Karakteristik Individu Umur dan Jenis Kelamin. Mahasiswa jika dilihat dari umur terbagi kedalam dua kategori, yaitu kategori remaja akhir (18-21 tahun) dan kategori dewasa awal (22-28 tahun) (Monks, et al., 2001). Umur mahasiswa TPB dalam penelitian ini bekisar antara 17 hingga 21 tahun dengan rataan umur 18,5 tahun. Lebih dari setengah (50,6%) mahasiswa berumur 19 tahun dan setengah (50,0%) mahasiswi berumur 18 tahun. Rata-rata umur mahasiswa adalah 18,6 tahun dan mahasiswi 18,4 tahun. Hasil uji rata-rata menunjukkan tidak ada perbedaan karakteristik umur antara mahasiswa dan mahasiswi dengan nilai signifikansi 0,281 (Tabel 3). Tabel 3 Sebaran berdasarkan umur dan jenis kelamin Umur (tahun) 17 18 19 20 21
Laki-laki (%) 3,5 38,8 50,6 5,9 1,2 100,0
Total
Perempuan (%) 4,2 50,0 44,2 1,7 0,0 100,0
Total (%) 3,9 45,4 46.8 3,4 5,0 100,0
Urutan Kelahiran. Urutan kelahiran merupakan salah satu faktor yang memengaruhi kepribadian dan pola perilaku seseorang (Hurlock, 1980). Hampir setengah mahasiswa (41,2%) dan mahasiswi (45,0%) merupakan anak sulung atau anak pertama didalam keluarganya. Hanya sebagian kecil mahasiswa (3,5%) dan mahasiswi (2,5%) yang merupakan anak tunggal (Tabel 4). Tabel 4 Sebaran berdasarkan urutan kelahiran dan jenis kelamin Urutan kelahiran Sulung Tengah Bungsu Tunggal Total
Laki-laki (%) 41,2 28,2 27,1 3,5 100,0
Perempuan (%) 45,0 30,0 22,5 2,5 100,0
Total (%) 43,4 29,3 24,4 2,9 100,0
Uang saku per bulan. Lebih dari setengah (51,7%) mahasiswa TPB secara keseluruhan memiliki uang saku per bulan antara Rp500.001-Rp1000.000 dan hampir setengahnya lagi (43,9%) mahasiswa TPB secara keseluruhan memiliki uang saku ≤ Rp500.000. Lebih dari separuh mahasiswa (50,6%) memiliki uang saku ≤ Rp500.000 dan lebih dari separuh mahasiswi(57,5%)
31
memiliki uang saku per bulan antara Rp500.001-1.000.000. Rataan uang saku per bulan mahasiswa adalah Rp662.000 dan mahasiswi adalah Rp673.000. Kisaran uang saku mahasiswa antara Rp300.000-Rp1.500.000 dan uang saku mahasiswi antara Rp300.000-Rp2.000.000. Hasil uji rata-rata menunjukkan tidak ada perbedaan karakteristik uang antara saku mahasiswa dan mahasiswi dengan nilai signifikansi 0,492 (Tabel 5). Tabel 5 Sebaran berdasarkan uang saku per bulan dan jenis kelamin Uang saku (rupiah/ bulan) ≤ 500.000 500.001-1.000,000 1.000.001-1.500.000 > 1.500.000 Total
Laki-laki (%) 50,6 43,5 5,9 0,0 100,0
Perempuan (%) 39,2 57,5 2,5 0,8 100,0
Total (%) 43,9 51,7 3,9 0,5 100,0
Jalur Masuk. Mulai tahun akademik 2011/2012, terdapat dua macam pola penerimaan mahasiswa baru IPB, yaitu penerimaan mahasiswa baru secara nasional (SNMPTN jalur undangan dan SNMPTN jalur ujian tertulis), serta penerimaan mahasiswa baru yang dikelola secara mandiri oleh IPB yang terdiri dari tiga jalur seleksi, yaitu Prestasi Internasional dan Nasional (PIN), Beasiswa Utusan Daerah (BUD), dan ujian Talenta Masuk IPB (UTMI) (PMB 2012). Berdasarkan jalur penerimaaan, lebih dari separuh mahasiswa (65,9%) dan hampir seluruh mahasiswi (81,7%) diterima menjadi mahasiswa baru di IPB melalui SNMPTN Undangan (Tabel 6). Tabel 6 Sebaran berdasarkan jalur masuk dan jenis kelamin Jalur masuk SNMPTN Undangan SNMPTN Tertulis UTMI BUD PIN Total
Laki-laki (%) 65,9 22,4 4,7 7,1 0,0 100,0
Perempuan (%) 81,7 8,3 6,7 3,3 0,0 100,0
Total (%) 73,1 14,1 5,9 4,9 0,0 100,0
Indeks Prestasi. Lebih dari sepertiga mahasiswa (36,5%) dan mahasiswi (35,8%) memiliki indeks prestasi antara 3,0-3,5. Rentang indeks prestasi mahasiswa TPB secara keseluruhan antara 1,2-4,0 dengan rata-rata 3,3. Hasil uji rata-rata menunjukkan tidak ada perbedaan karakteristik indeks prestasi antara mahasiswa dan mahasiswi dengan nilai signifikansi 0,243 (Tabel 7).
32
Tabel 7 Sebaran berdasarkan indeks prestasi dan jenis kelamin Indeks prestasi ≤ 2,00 2,01-2,50 2,51-3,00 3,01- 3,50 > 3,50 Total
Laki-laki (%) 3,5 9,4 23,5 36,5 27,1 100,0
Perempuan (%) 3,3 7,5 27,5 35,8 25,8 100,0
Total (%) 3,4 8,3 25,9 36,1 26,3 100,0
Organisasi/ Kegiatan Ekstrakurikuler. Lebih dari setengah mahasiswa (69,4%)
dan
mahasiswi
(68,3%)
mengikuti
organisasi
atau
kegiatan
ekstrakurikuler. Sisanya lebih dari seperempat mahasiswa (30,6%) dan mahasiswi (31,7%) tidak mengikuti organisasi atau kegiatan ekstrakurikuler (Tabel 8). Tabel 8 Sebaran berdasarkan organisasi/ kegiatan ekstrakurikuler dan kelamin Organisasi/ Kegiatan Ekstrakurikuler Ikut Tidak ikut Total
Laki-laki (%) 69,4 30,6 100,0
Perempuan (%) 68,3 31,7 100,0
jenis Total (%) 68,8 31,2 100,0
Fakultas. Berdasarkan fakultas, paling banyak (23,9%) mahasiswa TPB secara keseluruhan berasal dari Fakultas Matematika dan IPA dan paling sedikit berasal dari Fakultas Peternakan (3,4%). Paling banyak (20,0%) mahasiswa berasal dari Fakultas Matematika dan IPA dan paling sedikit (3,5%) berasal dari Fakultas Ekologi Manusia. Paling banyak (26,7%) mahasiswi berasal dari Fakultas Matematika dan IPA dan paling sedikit (0,8%) berasal dari Fakultas Peternakan (Tabel 9). Tabel 9 Sebaran berdasarkan fakultas dan jenis kelamin Fakultas FAPERTA FKH FPIK FAPET FAHUTAN FATETA FMIPA FEM FEMA Total
Laki-laki (%) 11,8 4,7 11,8 7,0 11,8 18,8 20,0 10,6 3,5 100,0
Perempuan (%) 9,2 3,3 10,0 0,8 15,8 7,5 26,7 14,2 12,5 100,0
Total (%) 10,2 3,9 10,7 3,4 14,2 12,2 23,9 12,7 8,8 100,0
33
Karakteristik Keluarga Mahasiswa TPB Umur Ayah-Ibu. Pengkategorian umur ayah-ibu pada penelitian ini mengacu pada Hurlock (1980) yang mengkategorikan umur menjadi tiga kelompok, dewasa muda (18-40 tahun), dewasa madya (41-65 tahun), dan Tua (>65 tahun). Umur ayah mahasiswa berada pada rentang umur 40-70 tahun, dengan rata-rata umur 50,7 tahun. Pada mahasiswi, umur ayah berada pada rentang 39-70 tahun dengan rata-rata umur 49,8 tahun. Hampir seluruh mahasiswa (85,9%) dan mahasiswi (90,0%) memiliki ayah yang tergolong dewasa madya. Hanya sebagian kecil ayah mahasiswa (2,4%) dan mahasiswi (0,8%) yang masih tergolong dewasa muda. Selain itu, terdapat sebagian kecil mahasiswa TPB secara keseluruhan (9,3%) yang tidak memiliki ayah karena sudah meninggal. Hasil uji rata-rata menunjukkan adanya perbedaan karakteristik umur ayah antara mahasiswa dan mahasiswi dengan nilai signifikansi di bawah 0,05 yaitu sebesar 0,006 (Tabel 10). Tabel 10 Sebaran berdasarkan kategori umur ayah dan jenis kelamin Umur ayah (tahun) Dewasa Muda (18-40) Dewasa Madya (41-65) Tua (>65) Meninggal Total
Laki-laki (%) 2,4 85,9 1,2 10,6 100,0
Perempuan (%) 0,8 90,0 0,8 8,3 100,0
Total (%) 1,4 88,3 1,0 9,3 100,0
Umur ibu mahasiswa berada pada rentang umur 35-64 tahun, dengan ratarata umur 46,9 tahun. Pada mahasiswi, umur ibu berada pada rentang 37-69 tahun dengan rata-rata umur 46,5 tahun. Hampir seluruh mahasiswa (85,9%) dan mahasiswi (83,3%) memiliki ibu yang tergolong dewasa madya. Hanya sebagian kecil mahasiswa (10,6%) dan mahasiswi (13,3%) yang memiliki ibu berumur dewasa muda. Selain itu, terdapat sebagian kecil mahasiswa TPB secara keseluruhan (2,9%) yang tidak memiliki ibu karena sudah meninggal. Hasil uji rata-rata menunjukkan tidak ada perbedaan karakteristik umur ibu antara mahasiswa dan mahasiswi dengan nilai signifikansi 0,533 (Tabel 11). Tabel 11 Sebaran berdasarkan kategori umur ibu dan jenis kelamin Umur ibu (tahun) Dewasa Muda (18-40) Dewasa Madya (41-65) Tua (>65) Meninggal Total
Laki-laki (%) 11,8 84,7 0,0 3,5 100,0
Perempuan (%) 14,2 82,5 0,8 2,5 100,0
Total (%) 13,2 83,4 0,5 2,9 100,0
34
Kelengkapan Ayah-Ibu. Hasil penelitian menunjukkan hampir seluruh mahasiswa (83,5%) dan mahasiswi (88,4%) mempunyai kelengkapan ayah-ibu yang masih utuh. Sebagian kecil mahasiswa TPB secara keseluruhan lainnya memiliki kelengkapan ayah-ibu yang sudah tidak utuh karena telah ditinggal cerai mati (10,2%) maupun cerai hidup (3,4%) oleh pasangannya (Tabel 12). Tabel 12 Sebaran berdasarkan kelengkapan ayah-ibu dan jenis kelamin Kelengkapan ayah-ibu Tidak utuh Utuh Total
Laki-laki (%) 16,5 83,5 100,0
Perempuan (%) 11,6 88,4 100,0
Total (%) 13,6 86,4 100,0
Pendidikan Terakhir Ayah-Ibu. Berdasarkan jenjang pendidikan terakhir ayah, lebih dari seperempat mahasiswa (38,8%) dan mahasiswi (43,3%) memiliki ayah yang berpendidikan terakhir SMA/ sederajat. Terdapat sebagian kecil mahasiswa (7,1%) dan mahasiswi (2,5%) yang memiliki ayah yang tidak tamat SD. Untuk pendidikan terakhir ayah dengan jenjang yang tertinggi yaitu S3 hanya dimiliki oleh sebagian kecil (0,5%) mahasiswi (Tabel 13). Tabel 13 Sebaran berdasarkan kategori pendidikan terakhir ayah dan jenis kelamin Pendidikan terakhir ayah Tidak tamat SD SD/ sederajat SMP/ sederajat SMA/ sederajat Diploma Sarjana (S1) Pascasarjana (S2) Pascasarjana (S3) Total
Laki-laki (%) 7,1 14,1 3,5 38,8 7,1 22,4 7,1 0,0 100,0
Perempuan (%) 2,5 5,8 5,0 43,3 7,5 28,3 6,7 0,5 100,0
Total (%) 4,4 9,3 4,4 41,5 7,3 25,9 6,8 0,5 100,0
Lebih dari seperempat mahasiswa (34,1%) dan mahasiswi (42,5%) memiliki ibu yang berpendidikan terakhir SMA/ sederajat. Terdapat sebagian kecil mahasiswa (9,4%) dan mahasiswi (2,5%) yang memiliki ibu yang tidak tamat SD. Untuk pendidikan terakhir ibu dengan jenjang yang tertinggi yaitu S2 dimiliki oleh sebagian kecil (2,4%) mahasiswa dan sebagian kecil (2,5%) mahasiswi (Tabel 14).
35
Tabel 14 Sebaran berdasarkan kategori pendidikan terakhir ibu dan jenis kelamin Pendidikan terakhir ibu Tidak tamat SD SD/ sederajat SMP/ sederajat SMA/ sederajat Diploma Sarjana (S1) Pascasarjana (S2) Pascasarjana (S3) Total
Laki-laki (%) 9,4 15,3 10,6 34,1 4,7 23,5 2,4 0,0 100,0
Perempuan (%) 2,5 13,3 7,5 42,5 8,3 23,3 2,5 0,0 100,0
Total (%) 5,4 14,1 8,8 39,0 6,8 23,4 2,4 0,0 100,0
Pekerjaan Ayah-Ibu. Berdasarkan pekerjaan yang dimiliki ayah, lebih dari empat per lima mahasiswa (82,4%) dan mahasiswi (88,3%) memiliki ayah yang bekerja. Hampir seperempat mahasiswa (24,7%) dan seperempat mahasiswi (25,0%) memiliki ayah yang bekerja sebagai pegawai, guru, dan dosen yang tergolong sebagai pegawai negeri sipil (PNS). Selain itu, hampir seperempat mahasiswa (22,4%) memiliki ayah yang bekerja sebagai buruh tani maupun nontani dan lebih dari seperempat mahasiswi (27,5%) memiliki ayah yang bekerja sebagai pegawai atau karyawan BUMN maupun honorer. Kurang dari seperempat mahasiswa (17,6) dan mahasiswi (11,7) memiliki ayah yang tidak bekerja karena memang tidak bekerja (pengangguran), sudah pensiun, maupun sudah meninggal (Tabel 15). Tabel 15 Sebaran berdasarkan kategori pekerjaan ayah dan jenis kelamin Pekerjaan ayah Bekerja: PNS/ Guru/ Dosen Polisi/ Polri/TNI (AD,AL, AU) Pegawai/ Karyawan swasta/ BUMN/ Honorer Wiraswasta/ Wirausaha/ Pedagang Buruh tani/ Buruh non-tani Lainnya (ojek, supir, pendeta) Tidak bekerja Total
Laki-laki (%)
Perempuan (%)
Total (%)
24,7 4,7 10,6
25,0 1,7 27,5
24,9 2,9 20,5
16,5
21,7
19,5
22,4 3,5 17,6 100,0
10,8 1,7 11,7 100,0
15,6 2,4 14,1 100,0
Berdasarkan pekerjaan yang dimiliki ibu, lebih dari dua per lima mahasiswa (42,4%) dan hampir dua per lima mahasiswi (39,2%) memiliki ibu yang bekerja. Hampir seperempat mahasiswa (18,8%) dan mahasiswi (23,3%) memiliki ibu yang bekerja sebagai pegawai, guru, dan dosen yang tergolong
36
sebagai PNS Lebih dari setengah mahasiswa (57,6%) dan mahasiswi (60,8%) memiliki ibu yang tidak bekerja karena memang tidak bekerja atau sebagai ibu rumah tangga (IRT) maupun sudah meninggal dunia (Tabel 16). Tabel 16 Sebaran berdasarkan kategori pekerjaan ibu dan jenis kelamin Pekerjaan ibu Bekerja: PNS/ Guru/ Dosen Polisi/ Polri/TNI (AD,AL, AU) Pegawai/ Karyawan swasta/ BUMN/ Honorer Wiraswasta/ Wirausaha/ Pedagang Buruh tani/ Buruh non-tani Lainnya (Dokter) Tidak bekerja Total
Laki-laki (%)
Perempuan (%)
Total (%)
18,8 0,0 8,2
23,3 0,8 4,2
21,5 0,5 5,9
7,1
6,7
6,8
7,1 1,2 57,6 100,0
4,2 0,0 60,8 100,0
5,4 0,5 59,5 100,0
Pendapatan Ayah-Ibu. Berdasarkan pendapatan ayah, hampir setengah mahasiswa (35,3%) dan lebih dari seperempat mahasiswi memiliki ayah yang berpendapatan dibawah Rp1.000.000. Selain itu, Lebih dari seperempat (31,8%) mahasiswa memiliki ayah yang berpendapatan Rp1.000.001-Rp2.000.000 dan lebih dari seperempat mahasiswi (25,8%) memiliki ayah yang berpendapatan Rp2.000.001-Rp3.000.000. Rata-rata pendapatan ayah mahasiswa sebesar Rp1.980.000 dengan pendapatan maksimal Rp8.000.000. Pada mahasiswi, ratarata pendapatan ayah sebesar Rp2.480.000 dengan pendapatan maksimal sebesar Rp10.000.000. Hasil uji rata-rata menunjukkan tidak ada perbedaan karakteristik pendapatan ayah antara mahasiswa dan mahasiswi dengan nilai signifikansi 0,316 (Tabel 17). Tabel 17 Sebaran berdasarkan kategori pendapatan ayah dan jenis kelamin Pendapatan ayah (rupiah) ≤ 1.000.000 1.000.001-2.000.000 2.000.001-3.000.000 3.000.001-4.000.000 4.000.001-5.000.000 > 5.000.000 Total
Laki-laki (%) 35,3 31,8 11,8 10,6 9,4 1,2 100,0
Perempuan (%) 27,5 19,2 25,8 13,3 7,5 6,7 100,0
Total (%) 30,7 24,4 20,0 12,2 8,3 4,4 100,0
Berdasarkan pendapatan ibu, lebih dari setengah mahasiswa (74,1%) dan mahasiswi (70,0%) memiliki ibu yang berpendapatan dibawah Rp1.000.000. Selain itu, hampir seperempat mahasiswa (10,6%) memiliki ibu yang
37
berpendapatan Rp2.000.001-Rp3.000.000 dan hampir seperempat mahasiswi (15,0%) memiliki ibu yang berpendapatan Rp1.000.001-Rp2.000.000. Rata-rata pendapatan ibu mahasiswa sebesar Rp919.000 dengan pendapatan maksimal Rp8.000.000. Pada mahasiswi, rata-rata pendapatan ibu sebesar Rp824.000 dengan pendapatan maksimal sebesar Rp5.000.000. Hasil uji rata-rata menunjukkan tidak ada perbedaan karakteristik pendapatan ibu antara mahasiswa dan mahasiswi dengan nilai signifikansi 0,198 (Tabel 18). Tabel 18 Sebaran berdasarkan kategori pendapatan ibu dan jenis kelamin Pendapatan ibu (rupiah) ≤ 1.000.000 1.000.001-2.000.000 2.000.001-3.000.000 3.000.001-4.000.000 4.000.001-5.000.000 > 5.000.000 Total
Laki-laki (%) 74,1 9,4 10,6 2,4 1,2 2,4 100,0
Perempuan (%) 70,0 15,0 10,0 3,3 1,7 0,0 100,0
Total (%) 71,7 12,7 10,2 2,9 1,5 1,0 100,0
Besar Keluarga. Besar keluarga dalam penelitian ini merupakan jumlah anggota keluarga inti mahasiswa. Besar keluarga terbagi menjadi 3 kategori menurut BKKBN (1996), yaitu keluarga kecil (≤4 orang), keluarga sedang (5-7 orang), dan keluarga besar (≥8 orang). Besar keluarga mahasiswa TPB secara keseluruhan berkisar antara 3-12 orang, dengan rata-rata 5 orang. Rata-rata mahasiswa maupun mahasiswi memiliki besar keluarga yang beranggotakan 5 orang. Lebih dari setengah mahasiswa (63,5%) dan mahasiswi (61,7%) memiliki besar keluarga sedang. Keluarga mahasiswa TPB yang tergolong keluarga kecil atau Keluarga Berencana (KB) secara keseluruhan hanya 32,7%. Hasil uji ratarata menunjukkan adanya perbedaan karakteristik besar keluarga antara mahasiswa dan mahasiswi dengan nilai signifikansi di bawah 0,05 yaitu sebesar 0,023 (Tabel 19). Tabel 19 Sebaran berdasarkan besar keluarga dan jenis kelamin Besar Keluarga Keluarga kecil (≤4 orang) Keluarga sedang (5-7 orang) Keluarga besar (≥8 orang) Total
Laki-laki (%) 29,4 63,5 7,1 100,0
Perempuan (%) 35,0 61,7 3,3 100,0
Total (%) 32,7 62,4 4,9 100,0
38
Kemandirian Kemandirian merupakan salah satu karakteristik yang dimiliki oleh seseorang dengan tidak selalu bergantung pada orang tua maupun lingkungan luar dan lebih banyak mengandalkan potensi serta kemampuan yang dimiliki. Kemandirian yang diukur dalam penelitian ini adalah kemandirian mahasiswa TPB saat lulus SMA. Menurut Steinberg (1993), kemandirian terdiri atas tiga aspek, yaitu kemandirian emosional (emotional autonomy), kemandirian tingkah laku (behavioral autonomy), dan kemandirian nilai (value autonomy). Kemandirian Emosi. Kemandirian emosi merupakan aspek kemandirian yang menyatakan perubahan kedekatan hubungan emosional antar individu, seperti hubungan emosional remaja dengan orang tua (Steinberg 1999). Salah satu indikator kemandirian emosi adalah remaja tidak lagi memandang dan berinteraksi dengan orang tua. Kemandirian emosi terbentuk ketika remaja tidak lagi memandang orang tua sebagai orang yang mengetahui segalanya, serta mampu memandang dan berinteraksi dengan orang tua seperti dengan orang dewasa lain pada umumnya. No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12.
Tabel 20 Sebaran yang menyetujui pernyataan kemandirian emosi Pernyataan L P (%) (%) Menganggap semua pendapat orang tua benar, karena orang 44,7 45,8 tua tentunya lebih berpengalaman dibandingkan saya Merasa bahwa tidak selamanya pendapat orang tua benar 85,9 80,8 Tidak sanggup mempertahankan pendapat di depan orang 41,2 39,2 tua Dapat menolak pendapat orang tua karena hal itu merupakan 71,8 65,8 hal yang wajar Bisa mengoreksi pandangan orang tua yang saya rasa tidak 88,2 90,8 benar Berinteraksi secara terbuka dengan orang tua seperti 76,5 78,3 layaknya dengan orang lain Tidak segan mengkritik sikap orang tua, namun tetap 84,7 80,0 menaruh hormat kepadanya Tidak mempunyai keberanian mengajukan protes kepada 31,8 25,8 orang tua, karena orang tua patut dihormati Menganggap orang tua sebagai mediator dan teman diskusi 87,0 90,8 dalam menyelesaikan masalah Terbiasa mengajak orang tua sebagai teman diskusi 77,6 82,5 Merasa ragu untuk saling bertukar fikiran dengan orang tua 29,5 19,2 Memiliki kebebasan untuk mengajukan saran dan pendapat 88,2 90,8 kepada orang tua
Keterangan: L= Laki-laki, P= Perempuan
Total (%) 45,4 82,9 40,0 68,3 89,7 77,5 84,9 28,3 89,2 80,5 23,4 89,7
39
Masih terdapat lebih dari sepersepuluh mahasiswa TPB merasa bahwa pendapat orang tua selalu benar (17,1%) serta merasa segan mengkritik sikap orang tua (15,1%). Hampir sepertiga (31,7%) mahasiswa TPB tidak dapat menolak pendapat orang tua. Mahasiswa memiliki presentase lebih tinggi (10,3%) dibandingkan mahasiswi dalam hal masih merasa ragu untuk saling bertukar fikiran dengan orang tua (Tabel 20). Lebih dari setengah mahasiswa (69,4%) maupun mahasiswi (60,0%) memiliki kemandirian emosi yang berada pada kategori sedang. Skor rata-rata kemandirian emosi mahasiswa 23,1 dengan rentang skor 17-33 dan mahasiswi 23,4 dengan rentang skor 12-35 (Tabel 21). Tabel 21 Sebaran berdasarkan kemandirian emosi dan jenis kelamin Kategori Rendah (12-19) Sedang (20-27) Tinggi (28-35) Total
Laki-laki (%) 17,6 69,4 12,9 100,0
Perempuan (%) 19,2 60,0 20,8 100,0
Total (%) 18,5 63,9 17,6 100,0
Kemandirian Perilaku. Kemandirian perilaku, yaitu suatu kemampuan untuk membuat keputusan-keputusan tanpa tergantung pada orang lain dan melakukannya secara bertanggung jawab terhadap konsekuensi yang ada (Steinberg 1999). Kemandirian perilaku ditandai dengan adanya rasa tanggung jawab, rasa percaya diri, disiplin, inisiatif, dan motivasi dalam diri remaja. Masih terdapat lebih dari sepertiga (35,1%) mahasiswa TPB merasa belum mampu merencanakan sendiri hal-hal penting yang menyangkut masa depannya. Lebih dari seperempat (29,3%) mahasiswa TPB belum dapat mengambil keputusan sendiri dalam menentukan pilihan perguruan tinggi (Tabel 22). Lebih dari sepertiga (34,7%) mahasiswa TPB belum mampu menentukan pilihan sendiri tanpa bantuan orang tua atau teman. Persentase mahasiswa lebih rendah (17,9%) dibandingkan mahasiswi dalam hal meminta bantuan orang tua dalam menyelesaikan masalah yang sedang dihadapi (Tabel 22). Lebih dari setengah mahasiswa (71,8%) maupun mahasiswi (68,3%) memiliki kemandirian perilaku yang berada pada kategori sedang. Skor rata-rata kemandirian perilaku mahasiswa 44,3 dengan rentang skor 29-62 dan mahasiswi 41,7 dengan rentang skor 23-60 (Tabel 23).
40
No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21.
Tabel 22 Sebaran yang menyetujui pernyataan kemandirian perilaku Pernyataan L P (%) (%) Meminta bantuan orang tua dalam menyelesaikan masalah 52,9 70,8 yang sedang dihadapi Meminta bantuan kepada orang tua hanya untuk masalah 70,6 55,8 tertentu saja yang bukan menyangkut masalah pribadi Mampu merencanakan sendiri hal-hal penting yang 69,4 63,3 menyangkut masa depan Senantiasa berusaha sendiri mengatasi kesulitan yang 68,2 69,2 sedang dihadapi Merasa sudah sanggup melaksanakan keputusan secara 71,7 55,0 bertanggung jawab Mengetahui kapan harus meminta saran/ pendapat dari 91,8 95,8 orang tua tentang keputusan yang akan diambil Mampu mengambil sikap tegas terhadap pengaruh- 80,0 83,3 pengaruh yang merugikan diri sendiri Mampu mengambil jalan alternatif dari tindakan-tindakan 87,1 85,8 yang saya lakukan Melakukan aktivitas/ kegiatan yang sesuai dengan 69,4 65,8 pandangan orang tua Dapat menolak dengan tegas untuk melakukan sesuatu 83,6 94,2 yang dipandang dapat menyesatkan diri sendiri Mengambil keputusan sendiri dalam menentukan pilihan 77,7 65,8 perguruan tinggi Mampu menentukan pilihan sendiri tanpa bantuan orang 44,7 27,5 tua atau teman Dapat menggunakan uang dan mengatur keuangan pribadi 72,9 54,2 dengan baik Dapat menerima kritikan dan masukan dari orang lain yang 100,0 95,8 membangun bagi diri sendiri Tidak langsung menelan mentah-mentah informasi yang 97,6 95,0 didapat Mampu mengevaluasi kembali keyakinan dan nilai-nilai 97,6 95,0 yang diberikan oleh orang lain Merasa mampu untuk bertahan tinggal jauh dari orang tua 87,1 75,8 Merasa mampu menjaga kesehatan dan merawat diri sendiri 88,3 76,6 Dapat mengerjakan segala sesuatu yang menyangkut 91,8 88,3 kepentingan pribadi dengan mandiri Mampu menganalisa suatu masalah dengan baik 80,0 70,0 Mampu mencari solusi atas permasalahan yang saya hadapi 85,9 81,6
Total (%) 63,4
Keterangan: L= Laki-laki, Pi= Perempuan
Tabel 23 Sebaran berdasarkan kemandirian perilaku dan jenis kelamin Kategori Rendah (23-36) Sedang (37-50) Tinggi (51-64) Total
Laki-laki (%) 9,4 71,8 18,8 100,0
Perempuan (%) 23,3 68,3 8,3 100,0
Total (%) 17,6 69,8 12,7 100,0
62,0 65,9 68,8 62,0 94,1 82,0 86,3 67,4 89,8 70,7 34,7 61,9 92,1 97,5 96,1 80,4 81,5 89,8 74,1 84,3
41
Kemandirian Nilai. Kemandirian nilai adalah kemampuan memaknai seperangkat prinsip tentang hal yang benar dan salah, serta tentang hal apa saja yang penting dan apa yang tidak penting (Steinberg 1999). Keyakinan mengenai nilai-nilai yang dianggap prinsip oleh mahasiswa ditunjukkan dengan kemampuan mahasiswa dalam membedakan mana yang dianggap benar atau salah atau penting tidak penting. Seluruh mahasiswa (100,0%) dan sebagian besar mahasiswi (97,5%) menyatakan dapat menghargai perbedaan pendapat karena masingmasing orang mempunyai pendapatnya sendiri. Mahasiswa TPB menyetujui dalam menghargai hak orang lain karena hal itu merupakan kunci sukses dalam pergaulan. Selain itu, sebagian besar mahasiswa (96,4%) dan mahasiswi (98,4%) mempunyai keyakinan bahwa Tuhan itu ada dan menyatakan dapat membedakan perbuatan yang buruk dan baik (Tabel 24). Tabel 24 Sebaran yang menyetujui pernyataan kemandirian nilai No. Pernyataan L P (%) (%) 1. Mampu mengingatkan orang tua terhadap suatu hal tanpa 87,0 83,3 menimbulkan kesalahpahaman 2. Menghargai perbedaan pendapat karena masing-masing 100,0 97,5 orang mempunyai pendapatnya sendiri 3. Sulit menerima orang sebagai teman dengan agama, ras, 20,0 8,3 dan tingkat sosial ekonomi yang berbeda 4. Mempunyai keyakinan bahwa yang saya lakukan adalah hal 78,8 77,5 yang terbaik 5. Menghargai hak orang lain karena hal itu merupakan kunci 98,8 98,4 sukses dalam pergaulan 6. Agama yang saya anut bukan karena warisan dari orang tua 69,4 60,8 7. Menyakini bahwa nilai-nilai yang saya miliki lebih sesuai 67,1 43,4 dari pada yang diwariskan oleh orang tua kepada saya 8. Mempunyai keyakinan bahwa Tuhan itu ada 96,4 98,4 9. Dapat membedakan perbuatan yang buruk dan baik 97,6 97,5 10. Mempunyai prinsip sendiri atas suatu hal dan dapat 95,2 95,0 bertanggung jawab serta memiliki argumentasi terhadap prinsip tersebut 11. Merasa telah sesuai antara pikiran dan tingkah laku 74,1 74,2 berdasarkan prinsip yang saya miliki
Total (%) 84,8 98,6 13,2 78,1 98,5 64,3 53,2 97,6 97,5 95,1 74,1
Keterangan: L= Laki-laki, P= Perempuan
Hampir tiga per empat mahasiswa (74,1%) dan lebih dari tiga per empat mahasiswi (76,7%) memiliki kemandirian nilai yang berada pada kategori sedang. Skor rata-rata kemandirian nilai mahasiswa adalah 24,4 dengan rentang skor 1733 dan mahasiswi 23,5 dengan rentang skor 12-32 (Tabel 25).
42
Tabel 25 Sebaran berdasarkan kemandirian nilai dan jenis kelamin Kategori Rendah (12-19) Sedang (20-27) Tinggi (28-35) Total
Laki-laki (%) 4,7 74,1 21,2 100,0
Perempuan (%) 10,8 76,7 12,5 100,0
Total (%) 8,3 75,6 16,1 100,0
Berdasarkan sebaran tingkat kemandirian, lebih dari empat per lima mahasiswa (82,4%) dan lebih dari tiga per empat mahasiswi (78,3%) memiliki tingkat kemandirian yang berada pada kategori sedang dengan rentang skor 77102. Skor rata-rata tingkat kemandirian mahasiswa 91,8 dengan rentang skor 65127 dan mahasiswi 88,9 dengan rentang skor 51-119. Hal ini menunjukkan bahwa mahasiswa lebih mandiri dibandingkan mahasiswi (Tabel 26). Tabel 26 Sebaran berdasarkan kategori kemandirian total dan jenis kelamin Kategori Rendah (51-76) Sedang (77-102) Tinggi (103-128) Total
Laki-laki (%) 4,7 82,4 12,9 100,0
Perempuan (%) 10,8 78,3 10,8 100,0
Total (%) 8,3 80,0 11,7 100,0
Penyesuaian Diri Penyesuaian diri adalah reaksi seseorang karena adanya tuntutan yang dibebankan pada dirinya (Lazarus 1961). Sebagian besar mahasiswa (88,2%) dan mahasiswi (91,7%) merasa mampu mendapatkan nilai yang bagus karena merasa mampu membagi antara waktu belajar dan waktu bermain atau berkumpul bersama teman. Lebih dari setengah mahasiswa (56,5%) dan mahasiswi (53,5%) merasa membutuhkan banyak privasi karena tidak dapat belajar selama yang diinginkan (Tabel 27). Hampir tiga per empat mahasiswa (74,1%) dan hampir empat per lima mahasiswi (79,2%) mengkhawatirkan adanya pergaulan bebas karena takut terseret ke dalam arus pergaulan tersebut. Presentase mahasiswa lebih besar dalam hal mengalami kesulitan berteman dan bersosialisasi dalam suatu komunitas, serta kesulitan dalam mengakses informasi. Masih terdapat sepertiga (33,2%) mahasiswa TPB yang mengalami kesulitan untuk konsultasi/ curhat. Lebih dari dua per lima (42,4%) mahasiswa TPB mengalami kesulitan mendapatkan bantuan dari dosen pembimbing akademik/ konselor (Tabel 27).
43
Tabel 27 Sebaran yang menyetujui pernyataan penyesuaian diri No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23.
Pernyataan Merasa mampu mendapatkan nilai yang bagus Merasa mampu membagi antara waktu belajar dan waktu bermain/ berkumpul bersama teman Merasa bingung tentang prioritas, nilai, dan keyakinan Merasa kesulitan saat membuat pilihan prioritas antara kegiatan akademik dan non-akademik Merasa tidak tenang berangkat ke kampus jika cuaca buruk Mengalami kesulitan berteman Mengalami kesulitan untuk berpartisipasi dalam aktifitas sosial di kampus Merasa terasingkan dari komunitas di kampus Mengalami kesulitan berteman dengan komunitas tertentu (di kelas) Mengalami kesulitan berteman dengan teman sekamar di asrama Merasa sendirian karena rindu dengan keluarga Merasa tegang karena kehilangan kontak dengan teman SMA Mengalami konflik atau pertengkaran dengan teman sekamar di asrama Mengalami kesulitan menemukan seseorang yang dibutuhkan untuk konsultasi (bidang akademik maupun cuhat (curahan hati)) Mengalami kesulitan mendapatkan informasi yang dibutuhkan dan dapat membantu dari pihak asrama maupun perguruan tinggi Mengalami kesulitan mendapatkan bantuan yang dibutuhkan dari dosen pembimbing akademik/ konselor Tidak dapat menggunakan perpustakaan saat dibutuhkan Tidak dapat menemukan tempat yang cukup nyaman untuk belajar Merasa membutuhkan banyak privasi Tidak dapat belajar selama yang diinginkan Merasa bingung harus bagaimana dalam berteman dan bersosialisasi di asrama dan di kampus Khawatir tentang adanya pergaulan bebas Takut terseret pergaulan bebas
Keterangan: L= Laki-laki, P= Perempuan
L (%) 88,2 61,2
P Total (%) (%) 91,7 90,2 70,8 66,8
41,2 34,1
35,8 37,5
38,0 36,1
27,1 20,0 29,4
27,5 14,2 30,8
27,3 16,6 30,2
10,6 30,6
9,2 26,7
9,8 28,3
7,1
11,7
9,8
9,4 25,9
28,3 20,8
20,5 22,9
11,8
19,2
16,1
32,9
33,3
33,2
36,5
29,2
32,3
41,2
43,3
42,4
25,9 34,1
7,5 29,2
15,1 31,2
56,5 54,1 21,2
53,3 50,0 22,5
54,1 51,7 22,0
74,1 69,4
79,2 72,5
77,1 71,2
Hampir setengah mahasiswa (49,4%) memiliki penyesuaian diri yang berada pada kategori cukup baik dan lebih dari dua per lima (40,0%) berada pada kategori baik. Pada mahasiswi hampir setengahnya (48,3%) memiliki penyesuaian diri yang berada pada kategori baik dan hampir setengahnya lagi (42,5%) berada pada kategori cukup baik. Skor rata-rata penyesuaian diri mahasiswa adalah 16,9 dengan rentang skor 8-25 dan mahasiswi 17,4 dengan rentang skor 3-25 (Tabel 28).
44
Tabel 28 Sebaran berdasarkan kategori penyesuaian diri dan jenis kelamin Kategori Kurang (3-10) Cukup baik (11-18) Baik (19-25) Total
Laki-laki (%) 10,6 49,4 40,0 100,0
Perempuan (%) 9,2 42,5 48,3 100,0
Total (%) 9,8 45,4 44,9 100,0
Stres Stres merupakan hal yang secara alami menjadi bagian yang tidak mungkin dipisahkan dari kehidupan suatu keluarga maupun individu sebagai anggota keluarga (Hernawati 2006). Dalam penelitian ini, stres mahasiswa dilihat berdasarkan sumber stres yang didapat dari pengelompokan jawaban pertanyaan terbuka, gejala stres berdasarkan segi fisik dan emosional, serta tingkat stres yang dimiliki mahasiswa TPB. Sumber Stres. Sumber stres bagi mahasiswa baru antara lain belum pernah mengalami kost sebelumnya, terlalu banyak teman sekamar dimana satu kamar asrama dihuni oleh 4 orang. Selain itu, kesulitan beradaptasi dengan teman sekamar, masalah pribadi, kesulitan berteman dan memahami materi kuliah, masalah kesehatan, homesick (rindu keluarga), serta masalah keuangan dapat menjadi sumber stres tersendiri bagi mahasiswa baru (Hernawati 2006). Tabel 29 Sebaran berdasarkan pertanyaan terbuka mengenai sumber stres utama dan jenis kelamin Sumber Stres Tidak menjawab Tidak merasa stres Masalah akademik (ujian, nilai, tugas) Masalah keluarga Masalah dengan teman Masalah kesehatan Masalah keuangan Masalah pribadi Homesick (rindu keluarga) Masalah terkait Asrama Manajemen waktu Total
Laki-laki (%) 8,2 2,4 54,1 2,4 7,1 2,4 0,0 17,6 2,4 0,0 3,5 100,0
Perempuan (%) 5,8 2,5 38,3 0,8 9,2 3,3 1,7 17,5 2,5 7,5 10,8 100,0
Total (%) 11,7 4,2 76,7 2,5 14,2 5,0 1,7 17,6 2,4 4,4 7,8 100,0
Lebih dari setengah mahasiswa (54,1%) dan lebih dari seperempat mahasiswi (38,3%) merasa bahwa masalah yang menjadi sumber stres utama bagi dirinya adalah masalah akademik, seperti ujian, nilai yang kurang memuaskan dan banyaknya tugas kuliah. Persentase sumber stres utama terbesar lainnya setelah
45
masalah akademik adalah masalah pribadi (17,6%) dan masalah dengan teman (14, 2%) (Tabel 29). Gejala Stres. Gejala-gejala yang dialami oleh seseorang dalam keadaan stres dapat ditunjukkan secara fisik maupun emosional (Wilkinson 1989 dalam Hernawati 2006). Rata-rata skor jawaban untuk gejala stres dari 20 pernyataan dengan skala 0-4 yang diajukan adalah mahasiswa 1,4 dan mahasiswi 1,5. Hal ini berarti, mahasiswa jarang sedangkan mahasiswi hampir kadang-kadang mengalami gejala stres (Tabel 30). Tabel 30 Sebaran rata-rata skor pernyataan gejala stres berdasarkan jenis kelamin No.
Pernyataan
Gejala stres fisik 1. Saya merasa pusing atau sakit kepala tanpa alasan yang jelas 2. Badan saya terasa pegal-pegal, terutama pada bagian leher, punggung, dan bahu 3. Saya sering menjatuhkan barang atau tersandung 4. Saya mengalami kejang pada otot serta tangan yang gemetaran 5. Saya merasakan kering pada bagian mulut dan tenggorokan 6. Detak jantung saya berdebar dengan keras dan cepat 7. Saya merasakan nyeri yang teramat sangat di dada, lengan atau tungkai secara tiba-tiba 8. Saya merasa kedinginan dan berkeringat lebih banyak dari biasanya 9. Saya lebih sering buang air kecil dari biasanya 10. Saya mengalami perubahan berat badan Rata-rata Subskor Gejala stres emosional 11. Saya merasa lemas dan kurang energi 12. Saya merasa tidak punya waktu yang cukup untuk beristirahat 13. Saya membayangkan hal-hal yang buruk terjadi 14. Perasaan saya sensitif dan mudah tersinggung 15. Saya mengalami insomnia atau susah tidur 16. Saya merasa sangat sedih dan inginnya menangis 17. Saya merasa tegang dan tidak bisa tenang 18. Saya merasa tertekan karena peraturan asrama dan kuliah 19. Saya sulit untuk berkonsentrasi 20. Saya cepat sekali marah Rata-rata subskor Rata-rata total Keterangan: kisaran skor 0-4
Rata-rata skor Laki-laki Perempuan 1,52
2,04
1,94
2,46
1,26 0,95
1,47 1,11
1,42
1,56
1,20 0,84
1,12 0,79
0,99
0,91
1,06 1,68 1,28
1,14 1,98 1,45
1,68 1,91
1,69 1,99
1,53 1,69 1,36 1,05 1,19 1,06
1,76 1,91 1,28 1,71 1,23 1,13
1,91 1,47 1,48 1,38
1,92 1,42 1,60 1,53
46
Gejala stres yang dirasakan oleh mahasiswa TPB dengan skor tertinggi, menunjukkan bahwa gejala stres fisik yang kadang-kadang dialami oleh mahasiswa dan mahasiswi adalah badan terasa pegal-pegal, terutama pada bagian leher, punggung, dan bahu serta merasa pusing atau sakit kepala tanpa alasan yang jelas. Gejala stres emosional yang hampir kadang-kadang dirasakan oleh mahasiswa dan mahasiswi adalah merasa tidak punya waktu yang cukup untuk beristirahat serta sulit berkonsentrasi (Tabel 30).
Tingkat stres. Tingkat stres dalam penelitian ini dibagi menjadi tiga kategori yaitu rendah, sedang, dan tinggi yang diukur berdasarkan gejala stres yang dimiliki. Lebih dari setengah mahasiswa TPB (57,6%) mengalami stres dengan kategori sedang. Skor rata-rata tingkat stres mahasiswa adalah 27,7 dengan rentang skor 3-61 dan mahasiswi 30,6 dengan rentang skor 9-59 (Tabel 31). Tabel 31 Sebaran berdasarkan tingkat stres dan jenis kelamin Kategori Rendah (3-22) Sedang (23-42) Tinggi (43-61) Total
Laki-laki (%) 32,9 54,1 12,9 100,0
Perempuan (%) 23,3 60,0 16,7 100,0
Total (%) 27,3 57,6 15,1 100,0
Perbedaan Kemandirian, Penyesuaian Diri, dan Stres Mahasiswa TPB Berdasarkan uji beda variabel kemandirian, penyesuaian diri, dan stres mahasiswa TPB berdasarkan jenis kelamin, terdapat perbedaaan yang signifikan pada kemandirian mahasiswa mahasiswa dan mahasiswi. Hasil statistik menunjukkan mahasiswa lebih mandiri dibandingkan mahasiswi (Tabel 32). Tabel 32 Hasil uji beda kemandirian, penyesuaian diri, dan tingkat stres Variabel Kemandirian emosi Kemandirian perilaku Kemandirian nilai Kemandirian total Penyesuaian diri Stres Keterangan: *= p-value < 0,05
Rata-rata Laki-laki Perempuan 23,09 23,41 44,29 41,66 24,42 23,54 91,80 88,61 16,96 17,37 27,71 30,60
p-value 0,592 0,004* 0,071 0,039* 0,519 0,145
47
Pengaruh Karakteristik Individu dan Karakteristik Keluarga terhadap Kemandirian Hasil uji regresi untuk karakteristik individu dan karakteristik keluarga yang memengaruhi kemandirian mahasiswa TPB diperoleh adjusted R square sebesar 0,064. Artinya, sebesar 6,4% faktor yang berpengaruh terhadap kemandirian dapat dijelaskan oleh model, sedangkan sisanya dijelaskan oleh variabel lain yang tidak diteliti. Jenis kelamin dan lama pendidikan ibu berpengaruh terhadap kemandirian mahasiswa TPB. Mahasiswa lebih mandiri dibandingkan mahasiswi (B= -3,956; p= 0,017). Lama pendidikan ibu berpengaruh positif nyata (B= 0,675; p= 0,004) terhadap kemandirian (Tabel 33). Tabel 33 Hasil uji regresi karakteristik individu dan karakteristik keluarga terhadap kemandirian Variabel Konstanta Jenis kelamin (0= laki-laki, 1= perempuan) Urutan kelahiran (0= lainnya, 1= sulung) Lama pendidikan ibu (tahun) Adjusted R2 Signifikansi model
Ket: **= nyata pada p ≤ 0,01, *= nyata pada p ≤ 0,05
Koefisien tidak terstandarisasi (B) 81,696 -3,956
Koefisien terstandarisasi (β)
Sig.
0,000 -0,174 0,017*
1,180
0,093 0,201
0,675
0,212 0,004** 0,064 0,002
Pengaruh Karakteristik Individu, Karakteristik Keluarga, dan Kemandirian terhadap Penyesuaian Diri Hasil uji regresi untuk faktor-faktor yang memengaruhi penyesuaian diri mahasiswa TPB diperoleh adjusted R square sebesar 0,119. Artinya, sebesar 11,9% faktor yang berpengaruh terhadap penyesuaian diri dapat dijelaskan oleh model, sedangkan sisanya dijelaskan oleh variabel lain yang tidak diteliti. Pendapatan ayah (B= 54,252E-7, p= 0,039) dan kemandirian (B= 0,090; p= 0,059) berpengaruh positif nyata terhadap penyesuaian diri mahasiswa TPB (Tabel 34).
48
Tabel 34 Hasil uji regresi karakteristik individu, karakteristik keluarga, dan Kemandirian terhadap penyesuaian diri Variabel Konstanta Uang saku (rupiah/ bulan) Usia ayah (tahun) Kelengkapan ayah-ibu (0=tidak lengkap, 1= lengkap) Lama pendidikan ibu (tahun) Pendapatan ayah (rupiah/ bulan) Besar keluarga (orang) Kemandirian perilaku (skor) Adjusted R2 Signifikansi model (p)
Koefisien tidak terstandarisasi (B) 18,937 2,089E-6 -0,119 -1,038
Koefisien terstandarisasi (β)
Sig. 0,000 0,143 0,066 0,201
0,117 -0,139 -0,091
0,113 4,252E-7 -0,272 0,090
0,090 0,266 0,172 0,039* -0,078 0,315 0,135 0,050* 0,119 0,000
Ket: **= nyata pada p ≤ 0,01, *= nyata pada p ≤ 0,05
Pengaruh Karakteristik Individu, Karakteristik Keluarga, Kemandirian, dan Penyesuaian Diri terhadap Stres Hasil uji regresi untuk faktor-faktor yang memengaruhi stres mahasiswa TPB diperoleh adjusted R square sebesar 0,267. Artinya, sebesar 26,7% faktor yang berpengaruh terhadap stres dapat dijelaskan oleh model, sedangkan sisanya dijelaskan oleh variabel lain yang tidak diteliti. Umur ibu (B= -0,025, p= 0,031), kemandirian (B= -0,006; p= 0,039), dan penyesuaian diri (B= -0,71; p= 0,000) berpengaruh negatif nyata terhadap stres mahasiswa TPB (Tabel 35). Tabel 35 Hasil uji regresi karakteristik individu, karakteristik keluarga, kemandirian, dan penyesuaian diri terhadap stres Variabel Konstanta Umur (tahun) Jenis kelamin (0= mahasiswa, 1=mahasiswi) Uang saku (rupiah/bulan) Umur ayah (tahun) Umur ibu (tahun) Kemandirian total (skor) Penyesuaian diri (skor) Adjusted R2 Signifikansi model (p)
Koefisien tidak terstandarisasi (B) 4,261 -0,079 0,129
Ket: **= nyata pada p ≤ 0,01, *= nyata pada p ≤ 0,05
Koefisien terstandarisasi (β)
2,784E-7 0,16 -0,025 -0,006 -0,71 0,267 0,000
Sig.
-0,082 0,101
0,001 0,210 0,128
0,110 0,127 -0,209 -0,112 -0,500
0,101 0,194 0,031* 0,039* 0,000*
49
PEMBAHASAN Hasil penelitian menunjukkan bahwa mahasiswa TPB secara keseluruhan termasuk ke dalam kategori remaja akhir (18-21 tahun). Hal ini sesuai dengan pernyataan Monks, et al., 2001 yang menyatakan bahwa mahasiswa jika dilihat dari umur terbagi kedalam dua kategori, yaitu kategori remaja akhir (18-21 tahun) dan kategori dewasa awal (22-28 tahun). Menurut Hurlock (1980), urutan kelahiran menjadi salah satu faktor yang memengaruhi kepribadian dan pola perilaku individu. Bedasarkan urutan kelahiran, hampir keseluruhan mahasiswa TPB merupakan anak sulung. Hanya sebagian kecil saja yang merupakan anak tunggal. Berdasarkan uang saku per bulan, sebaran mahasiswa mendapatkan uang saku kurang dari Rp500.000, sedangkan mahasiswi mendapatkan uang saku di kisaran Rp500.001-Rp1.000.000. Hasil penelitian menunjukkan umur ayah-ibu mahasiswa TPB secara keseluruhan berada pada kategori dewasa madya (41-65 tahun), mengacu pada Hurlock (1980) yang mengkategorikan umur menjadi tiga kelompok, dewasa muda (18-40 tahun), dewasa madya (41-65 tahun), dan Tua (>65 tahun). Berdasarkan kelengkapan ayah-ibu mahasiswa TPB memiliki ayah-ibu yang masih utuh. Berdasarkan pendidikan terakhir ayah-ibu, sebaran mahasiswa TPB memiliki ayah-ibu yang menamatkan pendidikan hingga SMA/sederajat. Mahasiswa TPB sebagian besar memiliki ayah yang bekerja sebagai pegawai, guru, dan dosen yang tergolong sebagai pegawai negeri sipil (PNS). Ibu mahasiswa TPB sebagian besar tidak bekerja atau sebagai ibu rumah tangga (IRT). Pendapatan ayah mahasiswa TPB berada di kisaran Rp1.000.001Rp2.000.000, sedangkan pendapatan kurang dari Rp1.000.000. Besar keluarga mahasiswa TPB berdasarkan BKKBN (1996) berada pada kategori keluarga sedang (5-7 orang). Hasil
penelitian
menunjukkan
bahwa
mahasiswa
lebih
mandiri
dibandingkan mahasiswi. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Hawadi (2001) dalam Ruhidawati (2005) yang menunjukkan bahwa remaja laki-laki lebih mandiri dibandingkan perempuan. Hal ini disebabkan adanya perbedaan perlakuan dari orang tua dan lingkungan sosial terhadap remaja laki-laki dan perempuan sejak kecil.
50
Anak laki-laki lebih dituntut untuk tidak cengeng atau gampang menangis jika terjadi sesuatu padanya, sementara anak perempuan lebih bebas mengungkapkan dan menunjukkan ekspresi emosi yang dirasakan olehnya. Pada akhirnya, anak laki-laki telah terlatih dalam proses pemecahan masalah dan bersikap independent. Sifat kepatuhan yang dinilai lebih pada remaja perempuan menjadikannya kurang mandiri, sementara konflik yang terjadi antara remaja lakilaki dan orang tua menjadikannya lebih mandiri (Steinberg 1993). Tugas perkembangan masa remaja salah satunya mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan orang dewasa lainnya (Hurlock 1980). Hasil penelitian mengenai kemandirian mahasiswa TPB menunjukkan bahwa masih terdapat kurang dari sepertiga (31%) mahasiswa TPB merasa belum mampu merencanakan sendiri hal-hal penting yang menyangkut masa depannya. Lebih dari seperlima (22%) mahasiswa TPB belum dapat mengambil keputusan sendiri dalam menentukan pilihan perguruan tinggi. Lebih dari setengah mahasiswa TPB belum mampu menentukan pilihan sendiri tanpa bantuan orang tua atau teman (55%). Namun, hasil penelitian menunjukkan bahwa kemandirian emosi, perilaku, dan nilai, serta kemandirian mahasiswa dan mahasiswi tergolong sedang cenderung tinggi. Hal ini berarti mahasiswa dan mahasiswi sudah dapat dianggap telah memenuhi indikator kemandirian, meliputi kemandirian emosi, perilaku, dan nilai. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penyesuaian diri mahasiswa TPB tergolong baik. Hal ini menunjukkan bahwa mahasiswa TPB telah mampu menyesuaikan diri dengan baik setelah melewati satu semester di tingkat persiapan bersama. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Hurlock (1980) yang menyatakan bahwa penyesuaian diri kepada situasi baru selalu sulit dan selalu disertai dengan bermacam-macam ketegangan emosi, tetapi sebagian besar kesulitan dapat dihilangkan kalau individu sudah sadar akan apa yang terjadi kemudian dan secara bertahap mempersiapkan diri. Masalah yang paling banyak dianggap menjadi sumber stres mahasiswa adalah masalah akademik yang berkaitan dengan saat menghadapi ujian, nilai yang memuaskan, dan banyaknya tugas kuliah. Selain itu masalah pribadi, masalah dengan teman, kesulitan beradaptasi dengan lingkungan, dan manajemen
51
waktu juga menjadi sumber stres tersendiri bagi mahasiswa TPB. Hal ini selaras dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Hernawati (2006) mengenai tingkat stres mahasiswa TPB tahun akademik 2005/2006. Gejala-gejala yang dialami oleh seseorang dalam keadaan stres dapat ditunjukkan secara fisik maupun emosional (Wilkinson 1989 dalam Hernawati 2006). Berdasarkan skor rata-rata gejala stres fisik jarang dialami oleh mahasiswa dan mahasiswi, sedangkan gejala stres emosional jarang dialami oleh mahasiswa namun hampir kadang-kadang dialami oleh mahasiswi. Hasil penelitian menunjukkan stres mahasiswa dan mahasiswi tergolong sedang. Pengaruh karakteristik individu yang meliputi jenis kelamin serta karakteristik keluarga yang meliputi pendidikan ibu terhadap kemandirian mahasiswa TPB hanya dapat menjelaskan variabel yang berpengaruh sebesar 7,1%, sedangkan sisanya 92,9% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti. Gunarsa dan Gunarsa (1989) menyebutkan bahwa perbedaan antara laki-laki dan perempuan dalam hal perasaan, bertindak, dan berfikir sudah ada sebelum remaja mampu untuk menerima perbedaan perlakuan dari lingkungannya untuk berperan secara berbeda berdasarkan jenis kelamin. Jenis kelamin berpengaruh negatif nyata terhadap kemandirian mahasiswa TPB. Artinya, mahasiswa memiliki kemandirian yang lebih baik dibandingkan mahasiswi. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Oliva (2000) dalam Aprilia (2011) yang menemukan bahwa terdapat peningkatan kemandirian emosional yang signifikan pada remaja laki-laki, di sepanjang masa awal dan akhir remaja, sedangkan nilai kemandirian emosional pada remaja perempuan hampir sama pada semua kelompok umur remaja. Lama pendidikan ibu berpengaruh positif nyata terhadap kemandirian mahasiswa TPB. Artinya, semakin tinggi pendidikan ibu maka akan semakin tinggi pula tingkat kemandirian mahasiswa TPB. Hasil ini sesuai dengan pernyataan Watson (1967) dalam Aprilia (2011) yang menyebutkan bahwa tingkat pendidikan ibu akan memengaruhi sikap dan tingkah lakunya dalam menghadapi anak-anaknya, artinya ibu berpendidikan akan bersikap lebih baik. Hasil ini juga sejalan dengan penelitian Widjaja (1986) yang menemukan bahwa faktor pendidikan ibu berperan dalam pembentukan kemandirian pada anak, artinya
52
semakin tinggi tingkat pendidikan ibu, maka ia akan lebih mendorong kemandirian anak sehingga anak menjadi lebih mandiri. Pengaruh karakteristik pendapatan ayah serta kemandirian terhadap penyesuaian diri mahasiswa TPB hanya dapat menjelaskan 11,9% variabel yang berpengaruh, sedangkan sisanya 89,1% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti. Ayah bertanggung jawab secara primer terhadap kebutuhan finansial keluarga (Hidayati et.al. 2011). Pendapatan ayah berpengaruh positif nyata terhadap penyesuaian diri mahasiswa TPB. Artinya, semakin tinggi pendapatan ayah maka penyesuaian diri mahasiswa TPB juga akan semakin baik. Kemandirian berpengaruh positif nyata terhadap penyesuaian diri mahasiswa TPB. Artinya, semakin tinggi kemandirian mahasiswa TPB maka penyesuaian dirinya juga akan semakin tinggi. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Wulandari (2005) mengenai hubungan kemandirian dengan penyesuaian diri pada Siswi Mu’allimaat Muhammadiyah Yogyakarta yang menunjukkan bahwa faktor kemandirian memiliki peranan yang cukup besar dalam penyesuaian diri dengan memberikan sumbangan efektif sebesar 67,1% sisanya 32,9% adalah faktor lain di luar kemandirian. Faktor yang memengaruhi stres mahasiswa TPB adalah umur ibu, kemandirian, penyesuaian diri. Model uji regresi yang digunakan dapat menjelaskan sebesar 26,7% variabel yang berpengaruh, sedangkan sisanya 73,3% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak diteliti. Umur ibu berpengaruh negatif nyata terhadap stres mahasiswa TPB. Artinya, semakin tua umur ibu maka stres yang dimiliki mahasiswa TPB akan semakin rendah. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Astuti (2007) mengenai tingkat stres dan coping stress strategy pada prajurit Zeni di pusat pendidkan Zeni Kodiklat TNI AD, Kota Bogor yang juga menunjukkan umur ibu berpengaruh negatif terhadap tingkat stres, berhubungan dengan kelekatan anak-anak dan ibu serta dukungan yang diberikan ibu terhadap anak. Ibu yang berumur lebih tua relatif memiliki pengalaman yang lebih banyak dalam mengatasi masalah, sehingga dapat lebih bijak dalam memberikan nasehat kepada anaknya. Kemandirian berpengaruh negatif nyata terhadap stres, artinya semakin mandiri mahasiswa TPB maka stresnya akan semakin rendah. Menurut Papalia
53
et.al. (2008) bagi anak muda pada masa transisi dari remaja ke dewasa, keterbukaannya terhadap pendidikan atau lingkungan baru yang terkadang jauh dari rumahnya, menawarkan peluang untuk mengasah kemampuannya. Penyesuaian diri berpengaruh negatif nyata terhadap stres mahasiswa TPB. Artinya, semakin baik penyesuaian diri maka semakin rendah stres yang dimiliki oleh mahasiswa TPB. Hal ini sejalan dengan penelitian Herawati (2007) yang menyatakan bahwa seseorang yang mampu untuk menyesuaikan diri dengan baik maka stresnya rendah, sebaliknya jika orang tersebut tidak mampu melakukan penyesuaian diri dengan baik maka stresnya tinggi. Hal ini juga sesuai dengan pernyataan Hurlock (1980) bahwa orang-orang yang dapat menyesuaikan diri dengan baik, jarang dan tidak terlampau mengungkapkan perasaan negatif seperti takut, marah, dan iri hati daripada mereka yang tidak dapat menyesuaikan diri dengan baik. Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan yaitu pada teknik sampling dan pegumpulan data. Pada teknik sampling, penarikan mahasiswa TPB hanya diacak berdasarkan nama menurut data asrama putra dan asrama putri, sehingga mahasiswa TPB yang terpilih tidak seimbang di tiap gedung. Teknik sampling yang baik adalah dengan cara penarikan mahasiswa TPB yang diacak pada keseluruhan populasi yang ada, sehingga tiap unit penelitian dari populasi tersebut mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih. Hasil pernyataan mengenai sumber stres dalam penelitian ini hanya dibahas secara deskriptif dan tidak diuji pengaruh, hal ini dikarenakan data diperoleh secara terbuka sehingga tidak memiliki konstrak validitas.
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemandirian emosi, perilaku, nilai, dan tingkat kemandirian, serta penyesuaian diri mahasiswa dan mahasiswi termasuk pada kategori sedang. Tingkat stres mahasiswa TPB juga berada pada kategori sedang. Hasil ini berbeda dengan hasil penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Hal ini dikarenakan pelaksaan waktu penelitian yang berbeda, sehingga hasil ini menunjukkan adanya penurunan tingkat stres pada mahasiswa TPB setelah lebih dari enam bulan tinggal di asrama. Hasil
penelitian
juga
menunjukkan
bahwa
mahasiswa
memiliki
kemandirian yang lebih baik dibandingkan mahasiswi. Semakin tinggi pendidikan ibu, maka mahasiswa TPB akan memiliki kemandirian yang lebih baik. Semakin besar pendapatan ayah dan semakin mandiri mahasiswa TPB saat SMA, maka makin mudah baginya untuk melakukan penyesuaian diri saat memasuki dunia perkuliahan. Kemandirian, penyesuaian diri, dan umur ibu dapat menjelaskan sebesar 27,3% variabel yang berpengaruh negatif terhadap stres, sedangkan sisanya 73,3% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak diteliti. Saran Berdasarkan hasil penelitian, lebih dari seperlima mahasiswa TPB memiliki stres yang tinggi meskipun telah melewati enam bulan pertama di tingkat pertama. Oleh karena itu, disarankan kepada mahasiswa untuk memaksimalkan potensi dan kemampuannya dalam melakukan penyesuaian diri agar dapat meminimalisir stres. Selain itu, disarankan kepada orang tua untuk mendukung dan memotivasi mahasiswa TPB dalam melakukan penyesuaian diri. Kepada instansi perguruan tinggi yang terkait, disarankan untuk meningkatkan support system lainnya, seperti fungsi layanan konselor dan pendekatan secara intensif oleh Senior Resident (SR) kepada mahasiswa TPB untuk meminimalisir stres yang dihadapi. Kepada peneliti, disarankan untuk menambah variabel lain yang bisa diteliti, diantaranya motivasi, alokasi waktu belajar, dan goal orientation yang diduga juga memiliki pengaruh terhadap stres mahasiswa TPB.
DAFTAR PUSTAKA Abbas, YA. 2011. Perbandingan Metode Knowledge Graph (KG) dan Metode Concept Mapping (CM) dari Berbagai Jenis Teks sebagai Teknik Menangkap Pengetahuan. [Thesis]. http://repository.ipb.ac.id/. [terhubung berkala]. [1 Maret 2012] Aprilia ID. 2011. Perkembangan Kemandirian Remaja Tuna Rungu [artikel ilmiah]. http//file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR. [terhubung berkala]. [20 Juli 2012]. Astuti, DF. 2007. Tingkat Stres dan Coping Stress Strategy pada Prajurit Zebi di Pusat Pendidikan Zeni Kodiklat TNI AD, Kota Bogor [Skripsi]. Bogor. Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Fahmi, M. 1982. Penyesuaian Diri. Jakarta: Bulan Bintang. Fatimah, E. 2006. Psikologi Perkembangan (Perkembangan Peserta Didik). Bandung: CV Pustaka Setia. Greenberg, Jerrold S. 2002. Comprehensive Stress Management. Seventh Editon. New York: McGraw Hill Company. Gunarsa, SD; Gunarsa YSD. 1989. Psikologi Praktis: Anak, Remaja, dan Keluarga. Jakarta: BPK Gunung Mulia. Herawati, N. 2007. Hubungan Penyesuaian Diri dengan Tingkat Stres pada Narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Lamongan [Skripsi]. Malang: Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang. http://eprints.umm.ac.id/. [terhubung berkala]. [10 Mei 2012] Hernawati N. 2006. Tingkat Stres dan Strategi Koping Menghadapi Stres pada Mahasiswa Tingkat Persiapan Bersama Tahun Akademik 2005/2006. [artikel ilmiah]. Bogor: Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat, Institut Pertanian Bogor. Hidayati F., Kaloeti DVS., Karyono. 2011. Peran Ayah dalam Pengasuhan Anak. Jurnal Psikologi Undip Vol. 9. No. 1. http//ejournal.undip.ac.id/. [20 Juli 2012]. Hurlock, EB. 1980. Psikologi perkembangan: suatu pendekatan sepanjang rentang kehidupan. Istiwidayanti, Soedjarwo, penerjemah; Sijabat RM, editor. Jakarta: Erlangga. Terjemaan dari: Developmental, Psycoloy: A Life Span Approach. Lazarus, RS. 1961. Pattern of Adjusment: Third Edition. Newyork: McGraw-Hill. Monks, FJ; Knoers, A.M.P; Haditono, SR. 2001. Psikologi Perkembangan: Pengantar dalam Berbagai Bagiannya. Yogyakarta. Gadjah Mada University Press. Putri, IH. 2011. Hubungan Kemandirian dan Dukungan Sosial dengan Tingkat Stres Lansia [Skripsi]. Bogor: Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Ruhidawati C. 2005. Pengaruh pola pengasuhan, kelompok teman sebaya dan aktivitas remaja terhadap kemandirian [Tesis]. Bogor. Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Santrock JW. 2002. Life Span Development. New York: McGraw-Hill. Santrock JW, Kristiaji WC, Sumiharti Y. 2003. Adolescence Perkembangan Remaja. Shinto B Adelar dan Sherly Saragih, penerjemah. Jakarta: Erlangga.
57
58
Schneiders. 1964. Personal Adjustment and Mental Hygiene. N e w Y o r k : H o l t Rinehart dan Winston. Sriati A. 2008. Tinjauan Tentang Stres. Makalah Fakultas Keperawatan Universitas Padjajaran. http://resources.unpad.ac.id. [10 Mei 2012]. Steinberg L. 1999. Adolescence. Five Edition. New York: McGraw-Hill Inc. Wulandari A. 2005. Hubungan Kemandirian dengan Penyesuaian Diri pada Siswi Mu’allimaat Muhammadiyah Yogyakarta. [Abstrak]. Skripsi Psikologi UAD Hubungan Kemandirian dengan Penyesuaian Diri. Pdf. http//18.97.11.134/archivelama/skripsi/Psikologi/131998140732005. [10 Mei 2012] Wulanningrum DN. 2009. Hubungan antara urutan kelahiran dalam keluarga dengan kecerdasan emosional pada remaja di SMA Muhammadiyah I Klaten [Skripsi]. Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Surakarta. [online]. hptt//etd.eprints.ums.ac.id. [12 Juli 2012]
LAMPIRAN
61 Lampiran 1 Hasil uji reliabilitas variabel kemandirian emosi, kemandirian perilaku, kemandirian nilai, kemandirian total, penyesuaian diri, dan gejala stres No. Variabel Cronbach’s Alpha N of Item 1.
Kemandirian Emosi
0,754
12
2.
Kemandirian Perilaku
0,817
21
3.
Kemandirian Nilai
0,654
11
4.
Kemandirian Total
0,853
45
5.
Penyesuaian Diri
0,794
23
6.
Gejala Stres
0,882
20
62
No.
Lampiran 2 Hasil uji validitas variabel kemandirian emosi Pernyataan
Saya menganggap semua pendapat orang tua benar, karena orang tua tentunya lebih berpengalaman dibandingkan saya (-) 2. Saya merasa bahwa tidak selamanya pendapat orang tua benar 3. Saya tidak sanggup mempertahankan pendapat saya di depan orang tua (-) 4. Saya dapat menolak pendapat orang tua karena hal itu merupakan hal yang wajar 5. Saya bisa mengoreksi pandangan orang tua yang saya rasa tidak benar 6. Saya berinteraksi secara terbuka dengan orang tua seperti layaknya dengan orang lain 7. Saya tidak segan mengkritik sikap orang tua, namun tetap menaruh hormat kepadanya 8. Saya tidak mempunyai keberanian mengajukan protes kepada orang tua, karena orang tua patut dihormati (-) 9. Saya menganggap orang tua sebagai mediator dan teman diskusi dalam menyelesaikan masalah 10. Saya terbiasa mengajak orang tua sebagai teman diskusi 11. Saya merasa ragu untuk saling bertukar fikiran dengan orang tua (-) 12. Saya memiliki kebebasan untuk mengajukan saran dan pendapat kepada orang tua Keterangan: (-)= pernyataan negatif, skor dibalik
Validitas
1.
0,307** 0,325** 0,467** 0,233** 0,521** 0,577** 0,672** 0,540** 0,568** 0,677** 0,635** 0,692**
63
No. 1.
Lampiran 3 Hasil uji validitas variabel kemandirian perilaku Pernyataan
Saya selalu meminta bantuan orang tua dalam menyelesaikan masalah yang sedang dihadapi 2. Saya meminta bantuan kepada orang tua hanya untuk masalah tertentu saja yang bukan menyangkut masalah pribadi 3. Saya mampu merencanakan sendiri hal-hal penting yang menyangkut masa depan saya 4. Saya senantiasa berusaha sendiri mengatasi kesulitan yang sedang dihadapi 5. Saya merasa sudah sanggup melaksanakan keputusan secara bertanggung jawab 6. Saya mengetahui kapan harus meminta saran/ pendapat dari orang tua tentang keputusan yang akan diambil 7. Saya mampu mengambil sikap tegas terhadap pengaruh-pengaruh yang merugikan diri sendiri 8. Saya mampu mengambil jalan alternatif dari tindakan-tindakan yang saya lakukan 9. Saya melakukan aktivitas/ kegiatan yang sesuai dengan pandangan orang tua 10. Saya dapat menolak dengan tegas untuk melakukan sesuatu yang dipandang dapat menyesatkan diri sendiri 11. Saya mengambil keputusan sendiri dalam menentukan pilihan perguruan tinggi (p) 12. Saya mampu menentukan pilihan sendiri tanpa bantuan orang tua atau teman (p) 13. Saya dapat menggunakan uang dan mengatur keuangan pribadi dengan baik (p) 14. Saya dapat menerima kritikan dan masukan dari orang lain yang membangun bagi diri sendiri 15. Saya dapat menerima kritikan dan masukan dari orang lain yang membangun bagi diri sendiri (p) 16. Saya tidak langsung menelan mentah-mentah informasi yang didapat (p) 17. Saya mampu mengevaluasi kembali keyakinan dan nilai-nilai yang diberikan oleh orang lain (p) 18. Saya merasa mampu untuk bertahan tinggal jauh dari orang tua (p) 19. Saya merasa mampu menjaga kesehatan dan merawat diri sendiri (p) 20. Saya dapat mengerjakan segala sesuatu yang menyangkut kepentingan pribadi dengan mandiri (p) 21. Saya mampu menganalisa suatu masalah dengan baik (p) Keterangan: (-)= pernyataan negatif, skor dibalik p= pernyataan tambahan dari peneliti
Validitas 0,147* 0,351** 0,615** 0,598** 0,491** 0,514** 0,461** 0,520** 0,112 0,452** 0,424** 0,400** 0,423** 0,459** 0,412** 0,627** 0,536** 0,522** 0,610** 0,575** 0,526**
64
No. 1.
Lampiran 4 Hasil uji validitas variabel kemandirian nilai Pernyataan
Validitas
Saya mampu mengingatkan orang tua terhadap suatu hal tanpa 0,265** menimbulkan kesalahpahaman 2. Saya menghargai perbedaan pendapat karena masing-masing orang 0,3737** mempunyai pendapatnya sendiri 3. Saya sulit menerima orang sebagai teman dengan agama, ras, dan 0,339** tingkat sosial ekonomi yang berbeda (-) 4. Saya mempunyai keyakinan bahwa yang saya lakukan adalah hal yang 0,331** terbaik 5. Saya menghargai hak orang lain karena hal itu merupakan kunci sukses 0,187** dalam pergaulan 6. Agama yang saya anut bukan karena warisan dari orang tua 0,348** 7. Saya menyakini bahwa nilai-nilai yang saya miliki lebih sesuai dari 0,545** pada yang diwariskan oleh orang tua kepada saya 8. Saya mempunyai keyakinan bahwa Tuhan itu ada (p) 0,548** 9. Saya dapat membedakan perbuatan yang buruk dan baik (p) 0,430** 10. Saya mempunyai prinsip sendiri atas suatu hal dan dapat bertanggung 0,584** jawab serta memiliki argumentasi terhadap prinsip tersebut (p) 11. Saya merasa telah sesuai antara pikiran dan tingkah laku berdasarkan 0,388** prinsip yang saya miliki (p) Keterangan: (-)= pernyataan negatif, skor dibalik p= pernyataan tambahan dari peneliti
65
No. 1. 2.
Lampiran 5 Hasil uji validitas variabel penyesuaian diri Pernyataan
Merasa mampu mendapatkan nilai yang bagus Merasa mampu membagi antara waktu belajar dan waktu bermain/ berkumpul bersama teman 3. Merasa bingung tentang prioritas, nilai, dan keyakinan (-) 4. Merasa kesulitan saat membuat pilihan prioritas antara kegiatan akademik dan non-akademik (-) 5. Merasa tidak tenang berangkat ke kampus jika cuaca buruk (-) 6. Mengalami kesulitan berteman (-) 7. Mengalami kesulitan untuk berpartisipasi dalam aktifitas sosial di kampus (-) 8. Merasa terasingkan dari komunitas di kampus (-) 9. Mengalami kesulitan berteman dengan komunitas tertentu (di kelas) (-) 10. Mengalami kesulitan berteman dengan teman sekamar di asrama (-) 11. Merasa sendirian karena rindu dengan keluarga (-) 12. Merasa tegang karena kehilangan kontak dengan teman SMA (-) 13. Mengalami konflik atau pertengkaran dengan teman sekamar di asrama (-) 14. Mengalami kesulitan menemukan seseorang yang dibutuhkan untuk konsultasi (bidang akademik maupun cuhat (curahan hati)) (-) 15. Mengalami kesulitan mendapatkan informasi yang dibutuhkan dan dapat membantu dari pihak asrama maupun perguruan tinggi (-) 16. Mengalami kesulitan mendapatkan bantuan yang dibutuhkan dari dosen pembimbing akademik (-) 17. Tidak dapat menggunakan perpustakaan saat dibutuhkan (-) 18. Tidak dapat menemukan tempat yang cukup nyaman untuk belajar (-) 19. Merasa membutuhkan banyak privasi (-) 20. Tidak dapat belajar selama yang diinginkan (-) 21. Merasa bingung harus bagaimana dalam berteman dan bersosialisasi di asrama dan di kampus (-) 22. Khawatir tentang adanya pergaulan bebas (-) 23. Takut terseret pergaulan bebas (-) Keterangan: (-)= pernyataan negatif, skor dibalik
Validitas 0,265** 0,373** 0,339** 0,331** 0,348** 0,545** 0,548** 0,430** 0,584** 0,388** 0,383** 0,309** 0,294** 0,550** 0,489** 0,527** 0,310** 0,463** 0,458** 0,410** 0,576** 0,351** 0,376**
66 Lampiran 6 Hasil uji validitas variabel gejala stres No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20.
Pernyataan
Validitas
Saya merasa pusing atau sakit kepala tanpa alasan yang jelas Badan saya terasa pegal-pegal, terutama pada bagian leher, punggung, dan bahu Saya sering menjatuhkan barang atau tersandung Saya mengalami kejang pada otot serta tangan yang gemetaran Saya merasakan kering pada bagian mulut dan tenggorokan Detak jantung saya berdebar dengan keras dan cepat Saya merasakan nyeri yang teramat sangat di dada, lengan atau tungkai secara tiba-tiba Saya merasa kedinginan dan berkeringat lebih banyak dari biasanya Saya lebih sering buang air kecil dari biasanya Saya mengalami perubahan berat badan Saya merasa lemas dan kurang energi Saya merasa tidak punya waktu yang cukup untuk beristirahat Saya membayangkan hal-hal yang buruk terjadi Perasaan saya sensitif dan mudah tersinggung Saya mengalami insomnia atau susah tidur Saya merasa sangat sedih dan inginnya menangis Saya merasa tegang dan tidak bisa tenang Saya merasa tertekan karena peraturan asrama dan kuliah Saya sulit untuk berkonsentrasi Saya cepat sekali marah
0,564** 0,549** 0,521** 0,609** 0,664** 0,573** 0,518** 0,587** 0,581** 0,527** 0,639** 0,484** 0,618** 0,508** 0,414** 0,541** 0,676** 0,585** 0,492** 0,520**
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Madiun pada tanggal 13 November 1990. Penulis merupakan anak ketiga dari lima bersaudara, Radityo Andi Dharma, STP., Putri Widha Sari S.Si. (saudari kembar), Rofif Tyo Zaidan Fajar, Farhan Tyo Zahid Akbar, dari pasangan Dr. Ir. Suwarto, MS. (Alm.) dan Ir. Ermina Muhayati. Penulis menempuh pendidikan dasar di TK Arafah Medan, SD Eria Medan (kelas 1-2), SDN Panaragan 2 Bogor (kelas 3-5), dan SDN Polisi 5 Bogor (kelas 6), lulus pada tahun 2001. Kemudian penulis melanjutkan pendidikan ke SMPN 3 Bogor (kelas 1-3 semester awal), dan lulus tahun 2004 di SMPN 1 Lubuk Pakam-Medan, lalu penulis melanjutkan sekolah SMAN 1 Lubuk Pakam (kelas 1 semester awal) dan ke SMAN 5 Bogor, hingga lulus tahun 2007. Penulis sempat mengikuti bimbingan belajar di Nurul Fikri Mawar, Bogor hingga di tahun berikutnya (2008) penulis diterima di IPB melalui jalur SNMPTN. Penulis mendapatkan mayor Ilmu Keluarga dan Konsumen dan minor Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia. Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif pada beberapa organisasi kemahasiswaan, yaitu menjadi bendahara umum FORSIA, Lembaga Dakwah Fakultas (2009-2010), pengurus Himpunan Mahasiswa Ilmu Keluarga dan Konsumen (HIMAIKO) sebagai sekretaris CDC (Child Development Club) (2009-2010) dan sebagai ketua CDC pada periode 2010-2011, anggota IDC (IPB Debating Community) serta sebagai anggota aktif bela diri Tae Kwon Do (2009sekarang). Selain itu, penulis juga aktif di berbagai kepanitiaan, seminar, dan pelatihan yang diadakan di dalam lingkup kampus, diantaranya sebagai peserta “Kuliah Pencegahan HIV & AIDS pada Kalangan Remaja” oleh UNICEF, UIIPB (2012), menjadi peserta magang: teacher assistent di “Labschool Pendidikan Karakter IPB-ISFA” (2012) dan script writer Green TV IPB (2012). Penulis mendapatkan beberapa prestasi non-akademik selama kuliah baik di dalam maupun di luar kampus, yaitu Juara 2 (Tim Twins Chan) Lomba Memasak Pekan Olimpiade Muslimah (POM) New Ekspresi Muslimah LDK AlHurriyah IPB (2009), Juara 3 (tim) Lomba Kreatifitas Buatan Tangan Mother Day with Love, Himpunan Ilmu Keluarga dan Konsumen (2010) dan juara 2 dalam lomba yang sama pada tahun 2011, serta Finalis 4 besar (Tim Laskar Inspirasi) Program Kreativitas Mahasiswa bidang Pengabdian Masyarakat (PKM-M) se-IPB (2011). Sempat mengadakan ‘Pagelaran Seni dan Galeri Karya Luar Biasa’ yang bekerjasama dengan Sekolah Luar Biasa (SLB) sekota Bogor bersama temanteman Laskar Inspirasi (Putri Widha Sari, Novya Azhari, Marsudi Wijaya, Fahri Amirullah, dkk.) di tahun 2011. Penulis melaksanakan Kuliah Kerja Profesi (KKP) di Desa Krangkeng, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat. Kontak penulis: HP (+62813 6231 0259), E-mail (
[email protected]), FB (
[email protected]), Twitter: (@putriwikasari), Web: http://putrip0812.student.ipb.ac.id