PENGARUH DEBT DEFAULT, OPINION SHOPPING, KONDISI KEUANGAN PERUSAHAAN DAN OPINI AUDIT TAHUN SEBELUMNYA TERHADAP PENERIMAAN OPINI AUDIT GOING CONCERN (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia)
Oleh Yuli Yati NIM 107082000319
JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1432H/2011M
PENGARUH DEBT DEFAULT, OPINION SHOPPING, KONDISI KEUANGAN PERUSAHAAN DAN OPINI AUDIT TAHUN SEBELUMNYA TERHADAP PENERIMAAN OPINI AUDIT GOING CONCERN (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia)
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh Yuli Yati NIM 107082000319
Di Bawah Bimbingan
JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1432H/2011M ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF
Hari ini Rabu, 01 Juni 2011 telah dilakukan Ujian Komprehensif atas mahasiswa: 1. 2. 3. 4.
Nama NIM Jurusan Judul Skripsi
: : : :
Yuli Yati 107082000319 Akuntansi Pengaruh Debt Default, Opinion Shopping, Kondisi Keuangan Perusahaan dan Opini Audit Tahun Sebelumnya Terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern.
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang bersangkutan selama proses ujian komprehensif, maka diputuskan bahwa mahasiswa tersebut di atas dinyatakan lulus dan diberi kesempatan untuk melanjutkan ke tahap Ujian Skripsi sebagai satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Jakarta, 01 Juni 2011
1. Prof. Dr. Abdul Hamid, MS NIP. 19570617 198503 1 002
( _________________ ) Ketua
2. Wilda Farah, SE. Ak., M.Si NIP. 19830326 200912 2 005
( _________________ ) Sekretaris
3. Fitri Damayanti, SE., M.Si NIP. 19760924 200604 2 002
( _________________ ) Penguji Ahli
iii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI
Hari ini Rabu, 15 Juni 2011 telah dilakukan Ujian Skripsi atas mahasiswa: 1. 2. 3. 4.
Nama NIM Jurusan Judul Skripsi
: : : :
Yuli Yati 107082000319 Akuntansi Pengaruh Debt Default, Opinion Shopping, Kondisi Keuangan Perusahaan dan Opini Audit Tahun Sebelumnya Terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern.
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang bersangkutan selama proses ujian Skripsi, maka diputuskan bahwa mahasiswa tersebut di atas dinyatakan lulus dan skripsi ini diterima sebagai satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Jakarta, 15 Juni 2011 1. Prof. Dr. Abdul Hamid, MS NIP. 19570617 198503 1 002
( _______________ ) Ketua
2. Rahmawati, SE, MM NIP. 19770814 200604 2 003
( _______________ ) Sekretaris
3. Afif Sulfa, SE., Ak., M.Si
( _________________ ) Penguji Ahli
4. Dr. Yahya Hamzah, MM NIP. 19490602 197803 1 001
( _________________ ) Pembimbing I
5. Hepi Prayudiawan, SE., Ak., MM NIP. 19720516 200901 1 006
( _________________ ) Pembimbing II
iv
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH
Yang bertanda tangan di bawah ini, Nama No. Induk Mahasiswa Fakultas Jurusan
: : : :
Yuli Yati 107082000319 Ekonomi dan Bisnis Akuntansi
Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi ini saya : 1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan dan mempertanggungjawabkan 2. Tidak melakukan plagiat terhadap naskah karya orang lain 3. Tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebutkan sumber asli atau tanpa ijin pemilik karya 4. Tidak melakukan pemanipulasian dan pemalsuan data 5. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggungjawab atas karya ini Jikalau di kemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya, dan melalui pembuktian yang dapat dipertanggung-jawabkan, ternyata memang ditemukan bukti bahwa saya telah melanggar pernyataan diatas, maka saya siap untuk dikenai sanksi berdasarkan aturan yang berlaku di Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.
v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. DATA PRIBADI Nama
: Yuli Yati
Tempat/ Tgl. Lahir
: Jakarta, 02 Juli 1989
Jenis Kelamin
: Perempuan
Nama Ayah
: H. Sobri
Nama Ibu
: Hj. Maesaroh
Anak ke dari
: 4 dari 5 bersaudara
Status
: Belum menikah
Agama
: Islam
Alamat
: Jl. Masjid Raya Rt 01/05 No.12 Larangan Selatan, Larangan, Tangerang
No. Telp
: 021-60205357
Email
:
[email protected]
II. PENDIDIKAN FORMAL 1994 – 1995
: TK Islam Zulfikar
1995 – 2001
: MI Al-Munawwaroh, Tangerang
2001 – 2004
: MTs Al-Munawwaroh, Tangerang
2004 – 2007
: MAN 10 Joglo, Jakarta Barat
2007 – 2011
: S1 Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
III. PENDIDIKAN INFORMAL 2002-2003
: Kursus Bahasa Inggris di Easy Step
vi
EFFECT OF DBET DEFAULT, OPINION SHOPPING, FINANCIAL CONDITION AND PREVIOUS AUDIT REPORT WOULD RECEIVE A GOING CONCERN OPINION (Empirical Study on Manufacturing Companies listed at Indonesia Stock Exchange) By: Yuli Yati ABSTRACT The main purpose of this research is to analyze the effect of debt default, opinion shopping, financial condition and previous audit report would recieve a going concern opinion. A samples of 29 manufacturing companies listed at Indonesia Stock Exchange from 2005-2009. Logistic regression is used to examine the hypothesis. The result indicate that debt default, financial condition and previous audit report are significantly affect the going concern audit opinion. On the other hand, opinion shopping does not have effect on going concern audit opinion. Keywords: going concern, debt default, opinion shopping, financial condition, previous audit report.
vii
PENGARUH DEBT DEFAULT, OPINION SHOPPING, KONDISI KEUANGAN PERUSAHAAN, DAN OPINI AUDIT TAHUN SEBELUMNYA TERHADAP PENERIMAAN OPINI AUDIT GOING CONCERN (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI) Oleh: Yuli Yati ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh debt default, opinion shopping, kondisi keuangan perusahaan dan opini audit tahun sebelumnya terhadap penerimaan opini audit going concern. Populasi penelitian adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama tahun 2005-2009. Sampel dipilih berdasarkan metode purposive sampling dan dari hasil tersebut diperoleh 145 data laporan keuangan perusahaan. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi logistik. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa debt default, kondisi keuangan dan opini audit tahun sebelumnya berpengaruh signifikan terhadap pemberian opini audit going concern. Sedangkan, opinion shopping tidak berpengaruh signifikan terhadap pemberian opini audit going concern.
Kata Kunci: going concern, debt default, opinion shopping, kondisi keuangan perusahaan dan opini audit tahun sebelumnya.
viii
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah S.W.T yang telah memberikan rahmat dan karuniaNya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul PENGARUH DEBT DEFAULT, OPINION SHOPPING, KONDISI KEUANGAN
PERUSAHAAN
DAN
OPINI
AUDIT
TAHUN
SEBELUMNYA TERHADAP PENERIMAAN OPINI AUDIT GOING CONCERN. Penulisan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi sebagian syarat -syarat guna mencapai gelar Sarjana Ekonomi di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Dalam penulisan Skripsi ini tentu saja tidak terlepas dari bimbingan, bantuan, serta kerja sama berbagai pihak. Oleh karena itu tidak lupa penulis menyampaikan rasa terima kasih yang mendalam kepada: 1. Kedua orang tua dan seluruh keluarga yang telah memberikan semangat serta do’a yang tiada henti-hentinya kepada penulis. 2. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, MS selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Bapak Dr. Yahya Hamzah, MM selaku dosen pembimbing skripsi I yang telah bersedia meluangkan waktu, memberikan pengarahan dan bimbingan dalam penulisan skripsi ini. 4. Bapak Hepi Prayudiawan SE., Ak., MM selaku dosen pembimbing skripsi II yang telah memberikan banyak masukan dan bimbingan dalam penulisan skripsi ini. 5. Ibu Rahmawati SE., MM selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 6. Ibu Yessi Fitri, SE., Ak., M.Si selaku Sekretaris Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 7. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatulah Jakarta yang telah memberikan segenap ilmunya.
ix
8. Seluruh staf dan karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 9. For my special one “Muhamad Kadafi” yang selalu memberikan semangat dalam menyelesaikan skripsi ini. Dan terima kasih juga kepada ayah, mamah, dan seluruh keluarga ku di Joglo yang terus memberikan do’a dan semangatnya. 10. Teman-teman seperjuangan (Akuntansi A ’07) yang selalu membuat hari-hari penuh warna. Untuk kakak kelas ku Putro Juwono Siswantoro yang telah banyak membantu penulis dalam menyusun skripsi ini. 11. Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu-persatu, tanpa mengurangi rasa hormat, saya ucapkan terima kasih banyak atas masukkan, support, dan kenangan lainnya. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki penulis. Oleh karena itu, penulis mengharapkan segala bentuk saran serta masukkan bahkan kritik yang membangun dari berbagai pihak.
Jakarta, Juni 2011
Yuli Yati
x
DAFTAR ISI
Keterangan
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI ..............................
ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ............................
iii
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI......................................................................
iv
SURAT PERNYATAAN ...............................................................................
v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ......................................................................
vi
ABSTRACT .....................................................................................................
vii
ABSTRAK .....................................................................................................
viii
KATA PENGANTAR ...................................................................................
ix
DAFTAR ISI ..................................................................................................
xi
DAFTAR TABEL .........................................................................................
xiv
DAFTAR GAMBAR .....................................................................................
xv
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................
xvi
BAB I
BAB II
PENDAHULUAN.......................................................................
1
A. Latar Belakang ......................................................................
1
B. Perumusan Masalah ..............................................................
8
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .............................................
8
1. Tujuan Penelitian ............................................................
8
2. Manfaat Penelitian ..........................................................
9
TINJAUAN TEORITIS............................................................
11
A. Landasan Teori .....................................................................
11
1. Pengertian Auditing .......................................................
11
2. Jenis Audit.......................................................................
12
xi
BAB III
3. Standar Auditing .............................................................
13
4. Laporan Auditor ..............................................................
15
5. Laporan Audit Bentuk Baku ...........................................
16
6. Opini Audit .....................................................................
18
7. Jenis-jenis Pendapat Auditor...........................................
18
8. Going Concern ................................................................
22
9. Opini Audit Going Concern............................................
24
10. Debt Default ....................................................................
27
11. Opinion Shopping ...........................................................
28
12. Kondisi Keuangan Perusahaan........................................
30
13. Opini Audit Tahun Sebelumnya......................................
35
B. Keterkaitan Antar Variabel ...................................................
35
C. Penelitian Terdahulu .............................................................
40
D. Kerangka Pemikiran..............................................................
43
METODOLOGI PENELITIAN ..............................................
44
A. Ruang Lingkup Penelitian.....................................................
44
B. Metode Penentuan Sampel....................................................
44
C. Metode Pengumpulan Data ...................................................
45
D. Metode Analisis Data dan Pengujian Hipotesis ....................
45
1. Statistik Deskriptif ..........................................................
45
2. Pengujian Hipotesis.........................................................
45
E. Operasional Variabel.............................................................
48
1. Variabel Dependen..........................................................
48
2. Variabel Independen .......................................................
49
xii
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN........................
52
A. Hasil Penelitian .....................................................................
53
1. Deskripsi Objek Penelitian..............................................
53
2. Deskripsi Sampel Penelitian ...........................................
54
3. Deskripsi Variabel Penelitian..........................................
57
a. Opini Audit Going Concern......................................
57
b. Debt Default ..............................................................
59
c. Opinion Shopping .....................................................
61
d. Kondisi Keuangan Perusahaan..................................
63
e. Opini Audit Tahun Sebelumnya................................
66
4. Statistik Deskrptif ...........................................................
69
5. Analisis Inferensial..........................................................
71
a. Pengujian Model Fit dan Keseluruhan Model Fit .....
71
b. Pengujian Kelayakan Model Regresi ........................
74
c. Koefisien Determinasi...............................................
75
d. Pengujian Multikolinearitas ......................................
76
e. Matrik Klasifikasi......................................................
76
f. Pengujian Hipotesis...................................................
77
KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN .........................
86
A. Kesimpulan ...........................................................................
86
B. Implikasi................................................................................
87
C. Saran......................................................................................
88
DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................
91
LAMPIRAN....................................................................................................
94
BAB V
xiii
DAFTAR TABEL
No.
Keterangan
Halaman
2.1.
Hasil Penelitian Opini Audit Going Concern .............................
40
3.1.
Definisi Operasional Variabel ....................................................
51
4.1.
Proses Seleksi Sampel ................................................................
55
4.2.
Nama Perusahaan Hasil Observasi .............................................
56
4.3.
Distribusi Observasi Berdasarkan Opini Audit ..........................
58
4.4.
Frekuensi Debt Default...............................................................
59
4.5.
Frekuensi Opinion Shopping......................................................
61
4.6.
Hasil Analisis Altman Zscore.....................................................
65
4.7.
Frekuensi Opini Audit Tahun Sebelumnya ................................
67
4.8.
Statistik Deskriptif ......................................................................
69
4.9.
Iteration History 0.......................................................................
72
4.10.
Iteration History 1.......................................................................
73
4.11.
Uji Hosmer and Lemeshow.........................................................
74
4.12.
Koefisien Determinasi ................................................................
75
4.13.
Matrik Korelasi ...........................................................................
76
4.14.
Matrik Klasifikasi .......................................................................
77
4.15.
Pengujian Hipotesis ....................................................................
78
4.16
Model Opinion Shopping............................................................
78
xiv
DAFTAR GAMBAR
No.
Keterangan
Halaman
2.1.
Kerangka Pemikiran.............................................................
xv
43
DAFTAR LAMPIRAN
No. Keterangan
Halaman
1.
Laporan Auditor Independen ..................................................................
95
2.
Lampiran Dummy Debt Default .............................................................
96
3.
Lampiran Dummy Opinion Shopping.....................................................
97
4.
Lampiran Kondisi Keuangan 2005 .........................................................
98
5.
Lampiran Konsisi Keuangan 2006..........................................................
99
6.
Lampiran Kondisi Keuangan 2007 ......................................................... 100
7.
Lampiran Kondisi Keuangan 2008 ......................................................... 101
8.
Lampiran Kondisi Keuangan 2009 ......................................................... 102
9.
Lampiran Dummy Opini Audit Tahun Sebelumnya............................... 103
10. Lampiran Hasil Output SPSS (Regresi Logistik).................................... 104 11. Lampiran Hasil Output SPSS Statistik Deskriptif .................................. 108
xvi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian Saat ini hampir semua negara-negara di dunia menganut sistem pasar bebas sehingga terkait satu sama lain. Aliran dana bebas keluar masuk dari satu negara ke negara lain dengan regulasi moneter tiap negara yang beragam. Akibatnya setiap negara memiliki risiko terkena dampak krisis. Penanganan dampak krisis membutuhkan regulasi yang cepat dan tepat. Di setiap negara cara penanganannya dapat dipastikan akan berbeda, sebagaimana dampak krisis ekonomi yang juga berbeda. Secara umum, negara yang paling rentan terhadap
dampak
krisis
adalah
negara
yang
fundamental
ekonomi
domestiknya tidak kuat. Lemahnya fundamental ekonomi sebuah negara salah satunya dapat disebabkan oleh kebijakan yang tidak tepat. Dan salah satunya berkaitan dengan posisi bank sentral yang memiliki kewajiban mengatur kebijakan moneter. Bank sentral tentu akan memiliki kekuatan intervensi dalam mengatasi berbagai permasalahan ekonomi, misalnya kredit macet. Sektor industri yang dianggap mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Indonesia adalah industri manufaktur. Pada akhir tahun 1997, krisis ekonomi yang terjadi masih menyisakan sedikit permasalahan yang membuat pertumbuhan sektor ini bergerak lambat. Permasalahan tersebut dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal dipengaruhi oleh iklim usaha yang belum kondusif, penguasaan teknologi yang masih
1
lemah, dan kualitas sumber daya manusia masih belum memadai; sedangkan faktor eksternal muncul dari para pesaing di pasar internasional yang menawarkan produk sejenis. Pada era globalisasi saat ini, persaingan bisnis semakin ketat yang ditandai dengan semakin banyaknya perusahaan manufaktur baru yang memproduksi produk sejenis. Setiap perusahaan selalu berusaha merebut pasar global untuk memaksimalkan profit dan nilai perusahaan. Pada era globalisasi ini, perusahaan yang mampu memanfaatkan seluruh sumber dayanya secara efisien dan efektif akan memenangkan persaingan. Sebaliknya, perusahaan yang tidak mampu memanfatkan seluruh sumber daya yang dimiliki secara efisien dan efektif, tidak mampu bersaing di pasar global. Semua perusahaan manufaktur di Indonesia dalam era globalisasi selayaknya berusaha untuk memproduksi barang berkualitas tinggi dengan biaya rendah dalam rangka meningkatkan daya saing baik dipasar domestik maupun pasar global. Jika perkembangan perusahaan manufaktur tersebut tidak didukung oleh pengawasan yang ketat, maka hal ini dapat menimbulkan banyak permasalahan dalam dunia manufaktur seperti penyalahgunaan penyaluran kredit yang akhirnya menjadi kredit macet atau default terhadap hutang, sehingga perusahaan manufaktur tersebut mengalami masalah likuiditas yang parah, akibatnya menjadikan perusahaan tersebut mengalami pailit (dilikuidasi) dan akhirnya mengganggu kelangsungan hidup perusahaan tersebut (going concern).
2
Struktur modal dalam perusahaan menggambarkan masalah yang menyangkut komposisi pendanaan yang digunakan perusahaan, yaitu penentuan berapa banyak utang yang digunakan untuk mendanai aktivanya. Bila semua dana yang digunakan untuk mendanai aktiva perusahaan berasal dari pemilik dalam bentuk saham biasa, perusahaan tidak terikat pada kewajiban tetap berupa bunga. Bunga adalah biaya tetap keuangan yang harus dibayar dan ditambahkan pada biaya tetap keuangan yang harus dibayar. Jadi, suatu perusahaan yang menggunakan utang akan lebih berisiko dari pada perusahaan tanpa utang, karena selain mempunyai risiko bisnis, perusahaan yang menggunakan utang mempunyai risiko keuangan. Keberadaan entitas bisnis merupakan ciri dari sebuah lingkungan ekonomi, yang dalam jangka panjang bertujuan untuk mempertahankan kelangsungan hidup (going concern) usahanya melalui asumsi going concern. Ketika kondisi ekonomi merupakan sesuatu yang tidak pasti, para investor mengharapkan auditor memberikan peringatan dini akan kegagalan keuangan keuangan perusahaan. Opini audit atas laporan keuangan menjadi salah satu pertimbangan yang penting bagi investor dalam mengambil keputusan berinvestasi. Hal ini membuat auditor mempunyai tanggung jawab yang besar untuk mengeluarkan opini audit going concern yang konsisten dengan keadaan sesungguhnya (Santosa dan Linda, 2007:142). Auditor memiliki peranan penting dalam menjembatani antara kepentingan investor dan kepentingan perusahaan. Data dalam laporan keuangan yang dibuat oleh manajemen akan dipercaya oleh pemakai laporan
3
keuangan apabila laporan keuangan telah mendapat pernyataan wajar dari auditor. Pernyataan auditor diungkapkan melalui opini audit. Selain itu, peran auditor diperlukan untuk mencegah diterbitkannya laporan keuangan yang menyesatkan, sehingga para pemakai laporan keuangan dapat mengambil keputusan investasi dengan benar. Auditor juga bertanggung Jawab untuk menilai apakah terdapat kesangsian besar terhadap kemampuan perusahaan dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya (going concern) dalam periode waktu tidak lebih dari satu tahun sejak tanggal laporan audit (SPAP seksi 341, 2001). Saat ini, auditor harus mengemukakan secara eksplisit apakah perusahaan klien akan dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya sampai setahun kemudian setelah pelaporan. Masalah timbul ketika banyak terjadi kesalahan opini (audit failures) yang dibuat oleh auditor menyangkut opini going concern. Beberapa penyebabnya antara lain, masalah self-fulfilling prophecy yang mengakibatkan auditor enggan mengungkapkan status going concern yang muncul ketika auditor khawatir bahwa opini going concern yang dikeluarkan dapat mempercepat kegagalan perusahaan yang bermasalah (Venuti, 2007:2). Meskipun demikian, opini going concern harus diungkapkan dengan harapan dapat segera mempercepat upaya penyelamatan perusahaan yang bermasalah. Ramalan bahwa suatu perusahaan akan bangkrut atau tidak, termasuk dalam salah satu komponen atas keputusan tentang going concern. Akibatnya, jika suatu perusahaan dinyatakan dalam kategori bangkrut oleh model keputusan tersebut, hal ini akan membantu kepastian dalam opini auditor yang berkaitan dengan kelangsungan hidup suatu bisnis (Petronela, 2004:46)
4
Mutchler et al, (1997) dalam Praptitorini dan Indira (2007:2) menemukan bukti bahwa keputusan opini going concern sebelum terjadinya kebangkrutan secara signifikan berkorelasi dengan probabilitas kebangkrutan dan variabel lag laporan audit serta informasi berlawanan yang ekstrim (contrary information), seperti default. Jika default ini telah terjadi atau proses negosiasi tengah berlangsung dalam rangka menghindari default selanjutnya, auditor mungkin cenderung untuk mengeluarkan opini going concern. Dampak yang tidak diharapkan dari opini going concern yang tidak diinginkan tersebut mendorong manajemen untuk mempengaruhi auditor dan menimbulkan konsekuensi negatif dalam pengeluaran opini going concern. Geiger et al (1998:25) menemukan bukti terjadinya peningkatan pergantian auditor yang mengeluarkan opini going concern pada perusahaan financial distress. Kondisi tersebut memungkinkan manajemen untuk berpindah ke auditor lain apabila perusahaannya terancam menerima opini audit going concern. Fenomena seperti ini disebut opinion shopping. Lennox (2000:336) dalam penelitiannya berpendapat bahwa perusahaan yang mengganti auditor (switching auditor) menurunkan kemungkinan mendapatkan opini audit yang tidak diinginkan, daripada perusahaan yang tidak melakukan pergantian auditor. Perusahaan yang berhasil dalam opinion shopping melakukan pergantian auditor dengan harapan mendapat unqualified opinion dari auditor baru. Pada kenyataannya, masalah going concern merupakan hal yang kompleks dan terus ada. Sehingga diperlukan faktor-faktor sebagai tolak ukur
5
yang pasti untuk menentukan status going concern pada perusahaan. Dan kekonsistenan faktor-faktor tersebut harus diuji agar dalam keadaan ekonomi yang fluktuatif, status going concern tetap dapat diprediksi. Alasan penulis menggunakan industri manufaktur adalah karena industri manufaktur memiliki jumlah perusahaan yang listing paling banyak dibandingkan
sektor-sektor
lain,
serta
meningkatnya
barang
impor
mengakibatkan industri manufaktur kian tersungkur karena lemahnya pengusaan dan penerapan teknologi, rendahnya kualitas sumber daya manusia dan mahalnya biaya produksi sehingga sulit bersaing dengan produk impor. Tahun 2009, BPS (Badan Pusat Statistik) melaporkan bahwa manufaktur hanya tumbuh 2,1 persen, jauh lebih rendah dibandingkan tahun-tahun sebelumnya dan neraca perdagangan manufaktur Indonesia terhadap China mengalami defisit sebesar USD 4996,8 Juta (Latif, 2010:2). Keterpurukan ini menyebabkan industri manufaktur sulit meningkatkan labanya atau merugi sehingga mendapatkan opini audit going concern. Sedangkan alasan mengapa mengambil periode penelitian 2005 hingga 2009 adalah, karena pada periode tersebut terdapat gejolak ekonomi seperti krisis moneter, krisis global dan pascapemberlakuan ASEAN Free Trade Area (ACFTA) yang mengakibatkan meningkatnya barang impor sehingga pertumbuhan industri manufaktur berjalan lambat, serta mengetahui trend perkembangan opini audit going concern sebelum krisis keuangan global, semasa krisis global dan pasca pemberlakuan ACFTA.
6
Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Praptitorini dan Indira (2007). Perbedaan dengan penelitian terdahulu yaitu: 1. Tahun pengamatan. Pada penelitian sebelumnya dimulai dari tahun 1997 sampai dengan tahun 2002, sedangkan pada penelitian ini dimulai pada tahun 2005 sampai dengan tahun 2009. 2. Variabel independen yang digunakan oleh penelitian sebelumnya yaitu Kualitas Audit, Debt Default, dan Opinion Shopping. Sedangkan penilitian ini meneliti tentang variabel independen yaitu Debt Default, Opinion Shopping, dan kondisi keuangan perusahaan dan opini audit tahun sebelumnya. Penelitian ini menghilangkan variabel kualitas audit karena kesimpulan dari penelitian sebelumnya menjalaskan bahwa kualitas audit tidak berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini audit Going Concern. Berdasarkan pernyataan diatas dalam penyusunan karya akhir ini, penulis sangat tertarik untuk menganalisa faktor-faktor yang mempengaruhi opini going concern perusahaan. Maka dari itu penulis memutuskan untuk mengangkat judul “ Analisis Pengaruh Debt Default, Opinion Shopping, Kondisi Keuangan Perusahaan, dan Opini Audit Tahun Sebelumnya Terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern”
7
B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang dan identifikasi serta pembatasan masalah yang telah diuraikan, maka perumusan masalah adalah sebagai berikut : 1. Apakah faktor debt default berpengaruh signifikan terhadap kemungkinan penerimaan opini going concern? 2. Apakah faktor opinion shopping berpengaruh signifikan terhadap kemungkinan penerimaan opini going concern? 3. Apakah faktor kondisi keuangan perusahaan berpengaruh signifikan terhadap kemungkinan penerimaan opini going concern? 4. Apakah faktor opini audit tahun sebelumnya berpengaruh signifikan terhadap kemungkinan penerimaan opini going concern?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Sesuai dengan perumusan masalah, maka tujuan dari penelitian ini yaitu: a. Untuk menemukan bukti empiris apakah faktor debt default berpengaruh signifikan terhadap kemungkinan penerimaan opini going concern. b. Untuk menemukan bukti empiris apakah faktor debt default berpengaruh signifikan terhadap kemungkinan penerimaan opini going concern.
8
c. Untuk menemukan bukti empiris apakah faktor kondisi keuangan perusahaan berpengaruh signifikan terhadap kemungkinan penerimaan opini going concern. d. Untuk menemukan bukti empiris apakah faktor opini audit tahun sebelumnya berpengaruh signifikan terhadap kemungkinan penerimaan opini going concern.
2. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi sebagai berikut: a. Manfaat Akademisi Secara akademis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi perkembangan teori di Indonesia, khususnya mengenai masalah going concern. Penelitian ini diharapkan pula dapat menambah khasanah pengetahuan dan pemahaman serta dapat dijadikan sebagai referensi pengetahuan, bahan diskusi, dan bahan kajian lanjut bagi pembaca tentang masalah yang berkaitan dengan Opini Going Concern. b. Manfaat Praktis 1) Bagi Akuntan Publik Bagi praktisi akuntan publik terutama bagi auditor dalam memberikan penilaian keputusan opini audit yang mengacu pada kelangsungan hidup (going concern) perusahaan di masa yang
9
akan datang. Hal ini dengan memperhatikan kondisi keuangan dan non keuangan pada perusahaan. 2) Bagi Manajemen Perusahaan Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi manajemen untuk menentukan kebijakan-kebijakan yang akan dijalankan oleh perusahaan serta dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan oleh top manajemen.
10
BAB II TINJAUAN TEORITIS
A. Landasan Teori 1. Pengertian Auditing Ada beberapa definisi audit yang diberikan oleh beberapa ahli di bidang akuntansi, diantaranya: Menurut Arens, Elder, Beasley, dan Jusuf (2010:4) definisi auditing adalah sebagai berikut: “Auditing is the accumulation an evaluation of evidence about information to determine and report on the degree of correspondence between the information and established criteria. Auditing should be done by a competent, independent person”. Artinya auditing adalah pengumpulan dan penilaian bukti mengenai informasi untuk menentukan dan melaporkan tingkat kesesuaian antara informasi tersebut dan kriteria yang ditetapkan. Auditing harus dilakukan oleh orang yang kompeten dan independen. Sedangkan menurut Boynton dan Johnson (2006:6) definisi audit adalah: “A systemic process of objectively obtaining and evaluating evidence regarding assertion about the degree of correspondence between those assertion and established criteria and communicating the result to the interested users”. Artinya Auditing merupakan suatu proses yang sistematis untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif yang berhubungan dengan asersi-asersi tentang tindakan-tindakan dan peristiwa-peristiwa
11
ekonomi untuk menentukan tingkat kesesuaian antara asersi-asersi tersebut dengan kriteria yang ditetapkan serta mengkomunikasikan hasilnya kepada pengguna informasi tersebut. Auditing menurut Agoes (2004:3) adalah sebagai berikut: “Auditing adalah suatu pemeriksaan yang dilakukan secara kritis dan sistematis oleh pihak yang independen terhadap laporan keuangan yang telah disusun untuk manajemen, beserta catatancatatan pembukuan dan bukti-bukti pendukungnya dengan tujuan untuk dapat memberikan pendapat mengenai kewajaran Laporan Keuangan tersebut”.
Berdasarkan definisi diatas, maka dapat disimpulkan pengertian auditing adalah pemeriksaan terhadap laporan keuangan yang dilakukan secara sistematis dan dilakukan oleh orang yang independen yang bertujuan untuk dapat memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan. 2. Jenis Audit Menurut Kell, Johnson dan Boynton (2003:8-9) terdapat tiga jenis audit yang pada umumnya menunjukan karakteristik kunci yang tercakup dalam definisi audit. Jenis-jenis audit tersebut adalah sebagai berikut: a. Audit Laporan Keuangan Audit laporan keuangan bertujuan untuk menentukan apakah laporan keuangan secara keseluruhan telah disajikan sesuai dengan kriteria-kriteria tertentu. Kriteria tersebut adalah prinsip akuntansi yang berterima umum (PABU).
12
b. audit operasional Audit operasional merupakan penelaahan atas bagian manapun dari prosedur dan metode operasi suatu organisasi untuk menilai efisiensi dan efektivitasnya. Pada saat selesainya audit operasional, auditor akan memberikan sejumlah saran kepada manajemen untuk memperbaiki jalannya operasi perusahaan. c. audit ketaatan Audit ketaatan bertujuan untuk mempertimbangkan apakah auditee (klien) telah mengikuti prosedur atau aturan tertentu yang telah ditetapkan pihak yang memiliki otoritas lebih tinngi.
3. Standar Auditing Menurut IAI (Ikatan Akuntan Indonesia) (2001:150.1), Standar auditing berbeda dengan prosedur auditing, yaitu ”prosedur” berkaitan dengan tindakan yang harus dilaksanakan, sedangkan “standar” berkaitan dengan kriteria atau ukuran mutu kinerja tindakan tersebut, dan berkaitan dengan tujuan yang hendak dicapai melalui penggunaan prosedur tersebut. Standar auditing, yang berbeda dengan prosedur auditing, tidak hanya berkaitan dengan kualitas profesional auditor namun juga berkaitan dengan pertimbangan yang digunakan dalam pelaksanaan auditnya dan dalam laporannya. Terdapat tiga standar auditing yang telah ditetapkan dan disahkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia yaitu: standar umum, standar pekerjaan lapangan, dan standar pelaporan.
13
a. Standar Umum 1) Audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki keahlian dan pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor. 2) Dalam
semua
hal
yang
berhubungan
dengan
perikatan,
independensi dalam sikap mental harus dipertahankan oleh auditor. 3) Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama. b. Standar Pekerjaan Lapangan 1) Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan asisten harus disupervisi dengan semestinya. 2) Pemahaman memadai atas pengendalian intern harus diperoleh unutk merencanakan audit dan menentukan sifat, saat, dan lingkup pengujian yang akan dilakukan. 3) Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan, permintaan keterangan, dan konfirmasi sebagai dasar memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keungan yang diaudit. c. Standar Pelaporan 1) Laporan auditor harus menyatakan apakah laporan keuangan telah disusun sesuai dengan prinsip akuntansi yang berterima umum di Indonesia.
14
2) Laporan auditor harus menunjukkan atau menyatakan, jika ada, ketidakkonsistenan penerapan prinsip akuntansi dalam penyusunan laporan keuangan periode berjalan dibandingkan dengan penerapan prinsip akuntansi tersebut dalam periode sebelumnya. 3) Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus dipandang memadai, kecuali dinyatakan lain dalam laporan auditor. 4) Laporan auditor harus memuat suatu pernyataan pendapat mengenai laporan keuangan secara keseluruhan atau suatu asersi bahwa pernyataan demikian tidak dapat diberikan. Jika pendapat secara keseluruhan
tidak dapat diberikan,
maka
alasannya
harus
dinyatakan. Dalam hal nama auditor dikaitkan dengan laporan keuangan, maka laporan auditor harus memuat petunjuk yang jelas mengenai sifat pekerjaan audit yang dilaksanakan, jika ada, dan tingkat tanggung jawab yang dipikul oleh auditor.
4. Laporan Auditor Laporan auditor harus memuat suatu pernyataan pendapat atas laporan keuangan secara keseluruhan atau memuat suatu asersi, bahwa pernyataan demikian tidak dapat diberikan. Jika pendapat secara keseluruhan tidak dapat diberikan, maka alasannya harus dikemukakan. Dalam hal nama auditor dikaitkan dengan laporan keuangan, maka laporan auditor harus memuat petunjuk yang jelas mengenai sifat pekerjaan audit yang dilaksanakan, jika ada, dan tingkat tanggung jawab yang dipikul oleh auditor (IAI, 2001:504.1).
15
Laporan auditor biasanya diterbitkan dalam hubungannya dengan laporan keuangan pokok suatu entitas yang tediri dari neraca, laporan labarugi, laporan perubahan ekuitas, dan laporan arus kas. Setiap laporan keuangan auditan harus secara khusus disebut dalam paragraf pengantar dalam laporan auditor. Jika laporan keuangan pokok meliputi suatu laporan terpisah tentang perubahan akun (account) ekuitas, hal ini harus disebutkan dalam paragraf pengantar dalam laporan auditor, namun tidak perlu disebut secara terpisah dalam paragraf pendapat, karena perubahan tersebut merupakan bagian dari penyajian posisi keuangan, hasil usaha, dan arus kas (IAI, 2001:508.2).
5. Laporan Audit Bentuk Baku Menurut IAI (2001:508.2), Laporan auditor bentuk baku memuat suatu pernyataan bahwa laporan keuangan menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan suatu entitas, hasil usaha, dan arus kas sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. Kesimpulan ini dibuat hanya bilamana auditor telah merumuskan pendapat demikian berdasarkan suatu audit yang dilaksanakan berdasarkan standar auditing. Laporan auditor bentuk baku harus menyebutkan laporan keuangan auditan dalam paragraf pengantar, menggambarkan sifat audit dalam paragraf lingkup audit, dan menyatakan pendapat auditor dalam paragraf pendapat. Ada sepuluh unsur pokok laporan auditor bentuk baku, yaitu:
16
a. Suatu judul yang memuat kata independen. b. Suatu pernyataan bahwa laporan keuangan yang disebutkan dalam laporan auditor telah diaudit oleh auditor. c. Suatu pernyataan bahwa laporan keuangan adalah tanggung jawab manajemen perusahaan dan tanggung jawab auditor terletak pada pernyataan pendapat atas laporan keuangan berdasarkan atas auditnya. d. Suatu pernyataan bahwa audit dilaksanakan berdasarkan standar auditing yang ditetapkan Ikatan Akuntan Indonesia. e. Suatu pernyataan bahwa standar auditing tersebut mengharuskan auditor merencanakan dan melaksanakan auditnya agar memperoleh keyakinan memadai bahwa laporan keuangan bebas dari salah saji material. f. Suatu pernyataan bahwa audit meliputi: 1) Pemeriksaan (examination), atas dasar pengujian, bukti-bukti yang mendukung jumlah-jumlah dan pengungkapan dalam laporan keuangan. 2) Penentuan prinsip akuntansi yang digunakan dan estimasi-estimasi signifikan yang dibuat manajemen. 3) Penilaian penyajian laporan keuangan secara keseluruhan. g. Suatu pernyataan bahwa auditor yakin bahwa audit yang dilaksanakan memberikan dasar memadai untuk memberikan pendapat. h. Suatu pendapat mengenai apakah laporan keuangan menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan perusahaan
17
pada tanggal neraca dan hasil usaha dan arus kas untuk periode yang berakhir pada tanggal tersebut sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. i. Tanda tangan, nama rekan, nomor izin akuntan publik, nomor izin usaha kantor akuntan publik j. Tanggal laporan auditor.
6. Opini Audit Menurut Petronela (2004:46), Auditor sebagai pihak yang independen dalam pemeriksaan laporan keuangan suatu perusahaan akan memberikan opini atas laporan keuangan yang diauditnya. Laporan penting sekali dalam suatu audit karena laporan menginformasikan pemakai informasi mengenai apa yang dilakukan auditor dan kesimpulan yang diperolehnya. Petronela (2004:47) menyatakan bahwa opini audit diberikan oleh auditor dalam beberapa tahap audit sehingga auditor dapat memberi kesimpulan atas opini yang harus diberikan atas laporan keuangan yang diauditnya. Arens (2010:46) mengemukakan bahwa laporan audit adalah langkah terakhir dari seluruh proses audit. Dengan demikian, auditor dalam memberikan opini sudah didasarkan pada keyakinan profesionalnya.
7. Jenis-jenis Pendapat Auditor IAI (2001:508.6) menyatakan bahwa terdapat lima jenis pendapat auditor, yaitu: Pendapat Wajar tanpa pengecualian (unqualified opinion),
18
Pendapat wajar tanpa pengecualian dengan paragraf penjelas (modified unqualified opinion), Pendapat wajar dengan pengecualian (qualified opinion), Pendapat tidak wajar (adverse opinion), dan Pernyataan tidak memberikan pendapat (disclaimer). a. Pendapat wajar tanpa pengecualian (unqualified opinion). Pendapat wajar tanpa pengecualian menyatakan bahwa laporan keuangan menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan, hasil usaha, dan arus kas entitas tertentu sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. Ada lima kondisi yang dapat mendukung dikeluarkannya pendapat audit wajar tanpa pengecualian, yaitu: 1) Semua laporan keuangan seperti neraca, laporan laba rugi, saldo laba dan arus kas sudah tercantum di dalam laporan keuangan. 2) Ketiga standar umum telah diikuti sepenuhnya dalam penugasan. 3) Bahan bukti yang cukup telah dikumpulkan dan auditor tersebut telah melaksanakan penugasan dengan cara yang memungkinkan baginya untuk menyimpulkan bahwa ketiga standar pekerjaan lapangan telah dipenuhi. 4) Laporan keuangan disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum. Ini berarti bahwa pengungkapan yang memadai telah disertakan dalam catatan kaki dan bagian-bagian laporan keuangan. 5) Tidak terdapat situasi yang memerlukan penambahan paragraf penjelasan atau modifikasi kata-kata dalam laporan.
19
b. Pendapat wajar tanpa pengecualian dengan paragraf penjelas (modified unqualified opinion). Keadaan tertentu mungkin mengharuskan auditor menambahkan suatu paragraf penjelasan (atau bahasa penjelasan yang lain) dalam laporan auditnya. Ada enam keadaan tertentu yang mungkin mengharuskan penambahan suatu paragraf penjelas dalam laporan audit, yaitu: 1) Pendapat auditor sebagian besar didasarkan atas laporan auditor independen lain. 2) Untuk mencegah agar laporan keuangan tidak menyimpang karena keadaan-keadaan yang luar biasa, laporan keuangan disajikan menyimpang dari suatu prinsip akuntansi yang dikeluarkan oleh IAI. 3) Laporan keuangan dipengaruhi oleh ketidakpastian peristiwa masa yang akan datang, yang hasilnya belum dapat diperkirakan pada tanggal laporan audit. 4) Terdapat keraguan yang besar tentang kemampuan suatu usaha dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya. 5) Diantara dua periode akuntansi terdapat suatu perubahan materiil dalam
penggunaan
prinsip
akuntansi
atau
dalam
metode
penetapannya. 6) Keadaan tertentu yang berhubungan dengan laporan audit atas laporan keuangan komparatif.
20
c. Pendapat wajar dengan pengecualian (qualified opinion). Pendapat wajar dengan pengecualian, menyatakan bahwa laporan keuangan menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan, hasil usaha, dan arus kas entitas tertentu sesuai dengan prinsip akuntansi yang berterima umum di Indonesia, kecuali untuk dampak hal-hal yang berhubungan dengan yang dikecualikan. Ada dua keadaan dimana auditor mengeluarkan pendapat wajar dengan pengecualian, yaitu: 1) Ketiadaan bukti kompeten yang cukup atau adanya pembatasan terhadap lingkup audit yang mengakibatkan auditor berkesimpulan bahwa ia tidak dapat menyatakan pendapat wajar tanpa pengecualian dan ia berkesimpulan tidak menyatakan tidak memberikan pendapat. 2) Auditor yakin atas dasar auditnya, bahwa laporan keuangan berisi penyimpangan dari prinsip akuntansi yang berterima umum di Indonesia, yang berdampak material, dan ia berkesimpulan untuk tidak menyatakan pendapat tidak wajar. d. Pendapat tidak wajar (adverse opinion). Pendapat tidak wajar menyatakan bahwa laporan keuangan tidak menyajikan secara wajar posisi keuangan, hasil usaha, dan arus kas entitas tertentu sesuai dengan prinsip akuntansi yang berterima umum di Indonesia. Pendapat tidak wajar hanya diberikan jika auditor merasa yakin bahwa keseluruhan laporan keuangan yang disajikan memuat salah saji yang
21
material atau menyesatkan sehingga tidak menyajikan secara wajar posisi keuangan atau hasil operasi perusahaan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berterima umum. Pendapat tidak wajar hanya dibuat jika auditor telah memiliki bukti yang cukup melalui penyidikan yang memadai tentang ketidaksesuaian tersebut. Pendapat tidak wajar sangat jarang diberikan. e. Pernyataan tidak memberikan pendapat (disclaimer). Pernyataan tidak memberikan pendapat menyatakah bahwa auditor tidak menyatakan pendapat atas laporan keuangan. Suatu pernyataan tidak memberikan pendapat dilakukan jika auditor tidak berhasil meyakinkan dirinya sendiri bahwa keseluruhan laporan keuangan telah disajikan secara wajar. Pernyataan tidak memberikan pendapat timbul karena banyak pembatasan lingkup audit atau hubungan yang tidak independen antara auditor dengan klien menurut kode etik profesional.
8. Going concern IAI (2001:341.1) menyatakan bahwa Auditor bertanggung jawab untuk
mengevaluasi
apakah
terdapat
kesangsian
besar
terhadap
kemampuan entitas dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam periode waktu pantas, tidak lebih dari satu tahun sejak tanggal laporan keuangan yang sedang diaudit (selanjutnya periode tersebut akan disebut dengan jangka waktu pantas). Evaluasi auditor berdasarkan atas pengetahuan tentang kondisi dan peristiwa yang ada pada atau yang telah terjadi sebelum pekerjaan lapangan selesai.
22
Petronela (2004:46) menyatakan bahwa going concern merupakan asumsi dalam pelaporan keuangan suatu entitas sehingga jika suatu entitas mengalami kondisi yang sebaliknya, entitas tersebut menjadi bermasalah. Masithoh (2009:21) menyatakan bahwa going concern adalah kemampuan suatu perusahaan atau entitas dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya. Dengan adanya going concern maka suatu badan usaha dianggap akan mampu mempertahankan kegiatan usahanya dalam jangka waktu panjang dan tidak akan dilikuidasi dalam jangka waktu pendek. Going concern dipakai sebagai asumsi dalam pelaporan keuangan sepanjang tidak terbukti adanya informasi yang menunjukkan hal berlawanan. Biasanya informasi yang secara signifikan dianggap berlawanan dengan asumsi kelangsungan hidup satuan usaha adalah berhubungan dengan ketidakmampuan satuan usaha dalam memenuhi kewajiban pada saat jatuh tempo tanpa melakukan penjualan sebagian besar aktiva kepada pihak luar melalui bisnis biasa, restrukturisasi utang, perbaikan operasi yang dipaksakan dari luar dan kegiatan serupa yang lain (IAI, 2001:341.1). Menurut Altman dan Mcgough (1974) dalam Praptitorini dan Indira (2007:7) masalah going concern terbagi menjadi dua, yaitu masalah keuangan yang meliputi kekurangan (defisiensi) likuiditas, defisiensi ekuitas, penunggakan hutang, kesulitan memperoleh dana, serta masalah operasi yang meliputi kerugian operasi terus-menerus, prospek pendapatan
23
yang meragukan, kemampuan operasi terancam, dan pengendalian yang lemah atas operasi. Dari beberapa penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa going concern
adalah
perusahaan
yang
memiliki
kemampuan
untuk
mempertahankan keberlangsungan usahanya dalam jangka waktu panjang dan tidak terlikuidasi dalam jangka waktu pendek.
9. Opini Audit Going Concern Opini audit going concern adalah opini yang diberikan auditor ketika auditor meyakini rencana manajemen, dan auditor berkesimpulan bahwa rencana manajemen tersebut dapat secara efektif dilaksanakan dan pengungkapan mengenai hal itu telah memadai. Opini audit going concern ini berada dalam lingkup pemberian pendapat wajar tanpa pengecualian dengan bahasa penjelasan. Jika auditor merasa yakin bahwa terdapat kesangsian mengenai kelangsungan hidup perusahaan maka auditor harus melakukan hal sebagai berikut, (SPAP, 2001): a. memperoleh
informasi
mengenai
rencana
manajemen
untuk
mengurangi dampak tersebut. b. menentukan keyakinan bahwa rencana tersebut akan dilaksanakan. Jika manajemen tidak memiliki rencana maka auditor akan memberikan opini disclaimer. Petronela (2004:47) menyatakan ada tiga pedoman bagi auditor tentang dampak kemampuan satuan usaha dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya terhadap opini auditor, yaitu sebagai berikut:
24
a. Jika auditor yakin bahwa terdapat kesangsian mengenai kemampuan satuan usaha dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam jangka waktu pantas, ia harus: 1) Memperoleh informasi mengenai rencana manajemen yang ditujukan untuk mengurangi dampak kondisi dan peristiwa tersebut. 2) Menetapkan kemungkinan bahwa rencana tersebut secara efektif dilaksanakan. Dijelaskan dalam SA seksi 341, paragraph 06 mengenai pertimbangan auditor atas kemampuan entitas dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya, auditor dapat mengidentifikasi informasi mengenai kondisi atau peristiwa tertentu yang jika dipertimbangkan secara keseluruhan, menunjukan adanya kesangsian besar tentang kemampuan entitas dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam jangka waktu yang pantas. Signifikan atau tidaknya kondisi atau peristiwa tersebut akan tergantung atas keadaan, dan beberapa diantaranya kemungkinan hanya menjadi signifikan jika ditinjau bersama-sama dengan kondisi atau peristiwa yang lain. Berikut ini adalah contoh kondisi dan peristiwa tersebut: 1) Trend negatif–sebagai contoh, kerugian operasi yang berulang kali terjadi, kekurangan modal kerja, arus kas negative dari kegiatan usaha, rasio keuangan penting yang jelek. 2) Petunjuk lain tentang kemungkinan kesulitan keuangan-sebagai contoh, kegagalan dalam memenuhi kewajiban utangnya atau
25
perjanjian serupa, penunggakan pembayaran deviden, penolakan oleh pemasok terhadap pengajuan permintaan pembelian kredit biasa, rektrukturisasi utang, kebutuhan untuk mencari sumber atau metode pendanaan baru, atau penjualan sebagian besar aktiva. 3) Masalah intern sebagai contoh, pemogokan kerja atau kesulitan hubungan perburuhan yang lain, ketergantungan besar atas sukses projek tertentu, komitmen jangka panjang yang tidak bersifat ekonomis, kebutuhan untuk secara signifikan memperbiki operasi. 4) Masalah luar yang telah terjadi, sebagai contoh, pengaduan gugatan pengadilan, keluarnya undang-undang, atau masalahmasalah lain yang kemungkinan membahayakan kemampuan entitas untuk beroperasi, kehilangan franchise, lisensi atau patenpenting, kehilangan pelanggan atau pemasok utama, kerugian akibat bencana besar seperti gempa bumi, banjir, kekeringan, yang tidak
diasuransikan
atau
diasuransikan
namun
dengan
pertanggungan yang tidak memadai. b. Jika manajemen tidak memiliki rencana yang mengurangi dampak kondisi dan peristiwa terhadap kemampuan satuan usaha dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya auditor mempertimbangkan untuk
memberikan
pernyataan
(Disclaimer).
26
tidak
memberikan
pendapat
c. Jika manajemen memiliki rencana tersebut, langkah selanjutnya yang harus dilakukan oleh auditor adalah menyimpulkan (berdasarkan pertimbangannya) atas efektivitas rencana tersebut. Auditor
harus
memperoleh
informasi
tentang
rencana
manajemen tersebut dan mempertimbangkan apakah ada kemungkinan bila rencana manajemen tersebut dapat secara efektif dilaksanakan, mampu mengurangi dampak negatif merugikan kondisi dan peristiwa tersebut dalam jangka waktu yang pantas. Pertimbangan auditor yang berhubungan dengan rencana manajemen dapat meliputi (sukrisno, agoes, 2004:67): 1) rencana untuk menjual aktiva 2) rencana penarikan utang atau restrukturisasi utang 3) rencana untuk mengurangi atau menunda pengeluaran 4) rencana untuk menaikan modal pemilik
10. Debt default Dalam PSA 30, indikator going concern yang banyak digunakan auditor dalam memberikan keputusan opini audit adalah kegagalan dalam memenuhi kewajiban hutangnya (default). Debt default didefinisikan sebagai kegagalan debitor (perusahaan) untuk membayar hutang pokok dan/ atau bunganya pada waktu jatuh tempo. Manfaat status default hutang sebelumnya telah diteliti oleh Chen dan Church (1992:2) yang menemukan hubungan yang kuat status default terhadap opini going concern. semenjak auditor lebih cenderung disalahkan karena tidak berhasil mengeluarkan
27
opini going concern setelah peristiwa-peristiwa yang menyarankan bahwa opini seperti itu mungkin telah sesuai, biaya kegagalan untuk mengeluarkan opini going concern ketika perusahaan dalam keadaan default, tinggi sekali. Karenanya, diharapkan status default dapat meningkatkan kemungkinan auditor mengeluarkan laporan going concern (Praptitorini dan Indira, 2007:7). Praptitorini dan Indira (2007:17) menunjukan bahwa variabel debt default, kondisi keuangan, dan opini audit tahun sebelumnya signifikan berpengaruh terhadap penerimaan opini going cocern.
11. Opinion Shopping Geiger et al (1998:25) menemukan bukti terjadinya peningkatan pergantian auditor yang mengeluarkan opini going concern pada perusahaan
financial
disstress.
Kondisi
tersebut
memungkinkan
manajemen untuk berpindah ke auditor lain apabila perusahaannya terancam menerima opini audit going concern. Fenomena seperti ini disebut opinion shopping. Perusahaan biasanya menggunakan pergantian auditor (auditor switching) untuk menghindari penerimaan opini going concern dalam dua cara (Teoh, 1992) dalam Praptitorini dan Indira (2007:8). Pertama, jika auditor bekerja pada perusahaan tertentu, perusahaan dapat mengancam melakukan pergantian auditor. Kedua, bahkan ketika auditor itu independen, perusahaan akan memberhentikan akuntan publik (auditor) yang cenderung memberikan opini going concern, atau sebaliknya akan
28
menunjuk auditor yang cenderung memberikan opini non going concern. Tujuan
pelaporan
dalam
opinion
shopping
dimaksudkan
untuk
meningkatkan (memanipulasi) hasil operasi atau kondisi keuangan perusahaan. Opinion shopping menyebabkan dampak negatif (Praptitorini dan Indira, 2007:8). Sekarang ini, isu independensi auditor telah semakin penting dalam hal pemberian jasa audit oleh akuntan publik. Pihak pemerintah sebagai regulator diharapkan dapat memfasilitasi kepentingan dari semua pihak, baik pihak perusahaan, pihak akuntan, dan pihak eksternal. Bentuk campur tangan pemerintah dalam hal isu independensi adalah adanya peraturanperaturan yang mewajibkan adanya rotasi auditor ataupun masa kerja audit (audit tenure) (wijayanti, 2010:29). Di Indonesia sendiri, peraturan yang mengatur tentang audit tenure adalah Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 359/KMK.06/2003 pasal 2 tentang “Jasa Akuntan Publik”. Peraturan tersebut merupakan perubahan atas Keputusan Menteri Keuangan Nomor 423/KMK.06/2002, yang mengatur bahwa pemberian jasa audit umum atas laporan keuangan dari suatu entitas dapat dilakukan oleh KAP paling lama untuk 5 (lima) tahun buku berturut-turut dan oleh seorang akuntan publik paling lama untuk 3 (tiga) tahun buku berturut-turut. Peraturan tersebut kemudian diperbaharui dengan dikeluarkannya Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 17/PMK.01/2008 tentang “Jasa Akuntan Publik” pasal 3. Peraturan ini mengatur tentang pemberian jasa audit umum atas laporan keuangan dari suatu entitas 29
dilakukan oleh KAP paling lama untuk 6 (enam) tahun buku berturut-turut, dan oleh seorang akuntan publik paling lama untuk 3 (tiga) tahun buku berturut-turut. Akuntan publik dan kantor akuntan boleh menerima kembali penugasan setelah satu tahun buku tidak memberikan jasa audit kepada klien yang di atas. Peraturan terbaru mengenai akuntan publik yaitu dengan dikeluarkannya Undang-undang No.5 tahun 2011 tentang “Akuntan Publik” yang mengatur pembatasan pemberian jasa yaitu, pemberian jasa audit oleh Akuntan Publik dan/atau KAP atas informasi keuangan historis suatu klien untuk tahun buku yang berturut-turut dapat dibatasi dalam jangka waktu tertentu (pasal 4 ayat 1), ketentuan mengenai pembatasan pemberian jasa audit atas informasi keuangan historis diatur dalam peraturan pemerintah (pasal 4 ayat 2). Lebih lanjut dijelaskan perizinan akuntan publik diberikan oleh menteri (pasal 5 ayat 1) dan izin menjadi akuntan publik berlaku selama 5 tahun sejak tanggal ditetapkan dan dapat diperpanjang dengan cara administratif (pasal 5 ayat 2). Penelitian ini menggunakan dasar Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 359/KMK.06/2003 pasal 2 tentang “Jasa Akuntan Publik” karena setting penelitian ini adalah tahun 2005-2009.
12. Kondisi Keuangan Perusahaan Kondisi keuangan perusahaan merupakan kondisi yang dapat diukur secara kuantitatif untuk menggambarkan keadaan perusahaan. Kondisi keuangan perusahaan yang dimaksud adalah kondisi keuangan yang umumnya tergambar dalam Laporan Keuangan yang diterbitkan oleh
30
perusahaan. Ukuran kondisi keuangan ini meliputi Likuiditas, Struktur Modal, Aset, dan Profitabilitas. Kondisi keuangan internal
perusahaan
tersebut menggambarkan secara kuantitatif kemampuan perusahaan untuk menutup kewajiban keuangannya khususnya yang telah dan akan jatuh tempo dalam waktu kurang dari satu tahun (Dewi, 2001:4). Auditor hampir tidak pernah memberikan opini audit going concern pada perusahaan yang tidak mengalami kesulitan keuangan (Setyarno dan Indira, 2006:17). Budi dan Indira (2006:7), dalam penelitiannya menggunakan empat model prediksi kebangkrutan untuk mengukur kondisi keuangan perusahaan yaitu The Zmijeski Model, The Altman Model, Revised Altman Model, dan The Springate Model. a. The Zmijeski Model (1984) Zmijeski (1984) menggunakan analisis rasio yang mengukur kondisi keuangan perusahaan dengan menggunakan leverage dan likuiditas model untuk prediksinya. Model yang dikembangkannya adalah sebagai berikut: X = -4.3-4.5 X1 + 5.7X2-0.004X3 X1 = ROA (return on asset) X2 = Leverage (debt rasio) X3 = Likuiditas (current ratio) b. The Altman Model (1968) Altman
(1968)
menemukan
bahwa
perusahaan
dengan
profitabilitas serta solvabilitas yang rendah sangat berpotensi
31
mengalami
kebangkrutan.
kebangktutan dengan
Altman
menggunakan
mengembangkan
model
22 rasio keuangan
yang
diklasifikasikan kedalam lima kategori yaitu likuiditas, profitabilitas, leverage, rasio uji pasar dan aktivitas. Model Altman sebagai berikut: Z = 1.2Z1 + 1.4Z2 + 3.3Z3 + 0.6Z4 + 0.999Z5 Z1 = working capital/total asset Z2 = retained earnings/tatal asset Z3 = earnings before interest and taxes/total asset Z4 = market capitalization/book value of debt Z5 = sales/total aset c. Revised Altman Model (1993) Model yang dikembangkan sebelumnya mengalami revisi yang tujuannya adalah agar model prediksinya tidak hanya digunakan pada perusahaan manufaktur tetapi juga dapat digunakan untuk perusahaaan selain manufaktur. Model rivisi Altman adalah sebagai berikut: Z’ = 0.717Z + 0.874Z2 + 3.107Z3 + 0.420Z4 + 0.998Z5 Z1 = working capital/total asset Z2 = retained earnings/total asset Z3 = earnings before interest and taxes/total asset Z4 = book value of equity/book value of debt Z5 = sales/total asset d. The Springate model (1978) Springate menggunakan analisis multidiskriminan untuk memprediksi 40 perusahaan sampelnya. Model prediksinya: 32
S = 1.03A + 3.07B + 0.66C + 0.4D A = working capital/total asset B = net profit before interst and taxes/total asset C = net profit before taxes/current liabilities D = sales/total asset Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan salah satu rasio yaitu, analisis Z-Score. Analisis Z-Score dapat digunakan sebagai alat prediksi kebangkrutan dan penilaian kinerja keuangan perusahaan, analisis ini pertama kali dikemukakan oleh Edward I. Altman pada pertengahan tahun 1968 di New York City. Dalam studinya setelah menyeleksi 22 rasio keuangan dikemukakan 5 rasio yang dapat dikombinasikan untuk melihat perusahaan yang bangkrut dan tidak bangkrut.
Kemudian
Altman
melakukan
perbaikan
dengan
membuatnya dalam versi 5 variebel, yaitu: Z = 1.2Z1 + 1.4Z2 + 3.3Z3 + 0.6Z4 + 0.999Z5 Z1 = working capital/total asset Z2 = retained earnings/tatal asset Z3 = earnings before interest and taxes/total asset Z4 = market capitalization/book value of debt Z5 = sales/total asset Dengan formula Z-Score tersebut daerah ambang batasnya adalah 2,67 dan 1,81 artinya perusahaan yang mempunyai Z-Score diatas 2,67 diklasifikasikan sebagai perusahaan yang sehat, sedangkan perusahaan yang mempunyai Z-Score dibawah 1,81 diklasifikasikan sebagai 33
perusahaan berpotensi bangkrut. Selanjutnya nilai diantara 1,81 dan 2,67 disebut grey area (berpotensi sehat/bangkrut) (Altman 1968:602). Hasil perhitungan Z-Score dapat dibandingkan dengan standar yang ditetapkan atau dapat pula dilihat perkembangannya dari tahun ke tahun. Apabila dari tahun ke tahun Z-Score mengalami penurunan nilai, hal ini dapat mengidentifikasikan terjadinya gejala kesulitan keuangan yang pada akhirnya dapat menyebabkan kebangkrutan. Dari keempat variabel yang digunakan pada model analisis ini oleh perusahaan, semuanya berasal dari kelompok-kelompok rasio keuangan yang dapat dilihat keterkaitannya dalam menilai kinerja keuangan perusahaan. Variabel Z1 memperlihatkan likuiditas perusahaan, variabel Z2 memperlihatkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba kumulatif, variabel Z3 mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba setiap tahunnya dengan penggunaan aktifa yang dimiliki dan variabel Z4 memperlihatkan solvabilitas perusahaan. Kebaikan analisis Z-Score adalah dapat mengkombinasikan berbagai rasio menjadi suatu model prediksi yang berarti dan dapat dipergunakan untuk seluruh perusahaan, baik perusahaan publik, perusahaan pribadi, perusahaan manufaktur, ataupun perusahaan jasa dalam berbagai ukuran. Sedangkan kelemahan dari model ini adalah tidak adanya rentang waktu yang pasti kapan kebangkrutan akan terjadi setelah hasil Z-Score diketahui lebih rendah dari standar yang ditetapkan. Model ini juga tidak dapat mutlak digunakan kaena adakalanya terdapat hasil yang berbeda. Meski demikian kita dapat tetap menggunakannya untuk 34
memberikan peringatan yang berharga sehingga kesulitan keuangan perusahaan dapat diatasi segera (Pramudita, 2010:24). 13. Opini Audit Tahun Sebelumnya Opini
audit
tahun
sebelumnya
ini
akan
menjadi
faktor
pertimbangan penting auditor untuk mengeluatkan kembali opini audit going concern pada tahun berikutnya. Apabila auditor menerbitkan opini audit going concern tahun sebelumnya maka akan semakin besar kemungkinan perusahaan akan menerima kembali opini audit going concern pada tahun berjalan (Santosa dan Linda, 2007:146) Penelitian Setyarno dan Indira (2006:16) serta Praptitorini dan Indira (2007:17) memperkuat bukti mengenai opini audit going concern yang diterima tahun sebelumnya dengan opini audit going concern tahun berjalan. Ada hubungan positif yang signifikan antara opini audit going concern tahun sebelumnya dengan opini audit going concern tahun berjalan.
B. Keterkaitan Antar Variabel 1. Hubungan Debt Default dengan penerimaan opini going concern Penelitian yang dilakukan oleh Praptitorini dan Indira (2007:15) menunjukan bahwa variabel debt default berpengaruh positif signifikan terhadap penerimaan opini audit going concern. Kegagalan dalam memenuhi kewajiban hutang dan atau buhunnga merupakan indikator going concern yang banyak digunakan oleh auditor dalam menilai
35
kelangsungan hidup suatu perusahaan. Dalam masa krisis, dimulai tahun 1997, terjadi fluktuasi nilai tukar mata uang rupiah. Hal ini mengakibatkan jumlah hutang perusahaan dalam mata uang asing meningkat secara signifikan,disamping itu banyak perusahaan yang mengalami rugi operasi, dan realisasi penjualan pun anjlok. Akhirnya, keadaan ini mempengaruhi kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban pokok dan beban bunga serta terjadi rugi selisih kurs. Likuiditas pun terganggu. Penelitian yang dilakukan chen dan church (1992) juga konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Praptitorini dan Indira (2007:17) yang mengatakan bahwa variabel debt default berpengaruh positif signifikan terhadap penerimaan opini audit going concern. Ha1:
Debt default berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini audit going concern
2. Hubungan opinion shopping dengan penerimaan opini going concern Penelitian dengan topik opini going concern terus dilakukan. Perkembangan baru mengenai topik ini adalah adanya fenomena opinion shopping. Lennox (2000:336) menggunakan model pelaporan audit untuk memprediksi opini yang tidak diteliti dan menguji dampaknya pada pergantian auditor. Hasil dari metode ini berkesimpulan bahwa perusahaan-perusahaan di Inggris melakukan praktik opinion shopping. Lennox berpendapat bahwa perusahaan yang mengganti auditor (switching auditor) menurunkan kemungkinan mendapatkan opini audit yang tidak
36
diinginkan, daripada perusahaan yang tidak melakukan pergantian auditor. Perusahaan yang berhasil dalam opinion shopping melakukan pergantian auditor dengan harapan mendapat unqualified opinion dari auditor baru. Penelitian yang dilakukan oleh Praptitorini dan Indira (2007:16) memperoleh hasil yang tidak konsekuen dengan penelitian yang dilakukan oleh lennox (2000:336). Hasil penelitian Praptitorini dan Indira (2007:16) menunjukan bahwa perusahaan di Indonesia cenderung tidak menerima opini going concern ketika mempertahankan auditornya disimpulkan dari koefisien variabel opinion shopping yang bertanda positif. Ini memberikan bukti bahwa kondisi di Indonesia lebih sesuai dengan praktik opinion shopping yang dikemukakan oleh Teoh (1992), yaitu cara yang pertama, argument ancaman pergantian auditor. Dan auditor akhirnya mengeluarkan opini non going concern untuk mempertahankan kliennya tersebut. Ha2:
Opinion
shopping
berpengaruh
signifikan
terhadap
penerimaan opini audit going concern
3. Hubungan kondisi keuangan perusahaan dengan penerimaan opini going concern Hasil penelitian yang dilakukan pramudita (2010:53) menunjukan bahwa kondisi keuangan yang dihitung dengan metode kebangkrutan revised Z-Score berpengaruh positif terhadap penerimaan opini going concern. kondisi keuangan perusahaan dikatakan bermasalah jika perusahaan memiliki beberapa indikator seperti total modal negatif, arus kas negatif, pendapatan operasi negatif, modal kerja negatif, kerugian
37
tahun berjalan, dan defisit saldo laba tahun berjalan. Jadi, apabila perusahaan memiliki indikator-indikator tersebut, maka perushaan memiliki probabilitas menerima opini going concern. Hasil penelitian Praptitorini dan Indira (2007:16) memperlihatkan hasil yang konsekuen dengan penelitian yang dilakukan oleh pramudita (2010:53). Penelitian ini menunjukan bahwa prediksi kebangkrutan berpengaruh positif terhadap penerimaan opini going concern. berarti bahwa perusahaan yang cenderung menerima opini going concern adalah perusahaan yang kondisi keuangannnya tidak sehat. Ha3:
kondisi
keuangan
perusahaan
berpengaruh
signifikan
terhadap penerimaan opini audit going concern.
4. Hubungan antara opini audit tahun sebelumnya dengan penerimaan opini going concern Perusahaan yang menerima opini going concern akan berdampak pada kemunduran harga saham, kesulitan dalam meningkatkan modal pinjaman, ketidakpercayaan investor, kreditur, pelanggan, dan karyawan. Perusahaan dengan opini going concern akan semakin mengalami keterpurukan baik dari segi keuangan maupun eksistensinya dimata masyarakat. Kesulitan keuangan (financial distressed) pada perusahaan yang menerima opini audit going concern akan semakin parah apabila tidak ada tindakan perbaikan yang radikal dan efektif sesuai dengan permasalahan yang sedang dihadapai perusahaan. Menurut Tamba dan Siregar (2008:3) auditor lebih sering mengeluarkan opini audit going
38
concern jika opini audit tahun sebelumnya yang diterima perusahaan adalah opini going concern. Oleh karena itu, ketika perusahaan menerima opini going concern pada tahun sebelumnya, maka kecenderungannya perusahaan tersebut akan mendapatkan opini serupa (going concern) pada tahun berjalan (Praptitorini dan Indira, 2009:17). Hasil penelitian Praptitorini dan Indira (2007:23) menunjukkan opini audit going concern yang diterima auditee pada tahun sebelumnya berpengaruh secara signifikan terhadap kemungkinan penerimaan opini audit going concern oleh auditor pada auditee. Hal ini dapat dilihat dari hasil uji regresi logistik yang menunjukkan angka probabilitas 0,000 yang berada di bawah signifikansi 0,05. Pernyataan tersebut diperkuat dengan hasil penelitian Setyarno dkk. (2007), Santosa dan Wedari (2007). Ha4:
opini audit tahun sebelumnya berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini audit going concern.
39
C. Penelitian Terdahulu Adapun hasil perbedaan dan persamaan penelitian sekarang dengan sebelumnya adalah: Tabel 2.1 Hasil Penelitian Opini Audit Going Concern No Peneliti Sampel Variabel Alat Hasil Analisis Penelitian 1 Chen and 127 6 Rasio Regresi Variabel Church Perusahaan Keuangan Logistik keuangan (1992) dan Status merupakan Default indikator yang Hutang penting untuk memprediksi penerimaan opini audit going concern. 2 Eko Budi 295 4 rasio Regresi Variabel Setyarno Perusahaan keuangan Logistik kondisi dan Manufaktur dan 3 rasio keuangan Indira non perusahaan dan Januarti keuangan opini audit Faisal tahun (2006) sebelumnya berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini audit going concern. 3 Arga 310 3 Rasio Regresi Kondisi Fajar Perusahaan Keuangan Logistik keuangan Santoso Manufaktur dan 2 non dengan The dan Keuangan Altman Model Linda dan Springate Kusuman Model, Opini ing tahun Wedari sebelumnya (2006) berpengaruh signifikan Bersambung pada halaman selanjutnya
40
Tabel 2.1 (lanjutan) No
4
5
Peneliti
Sampel
Variabel
Alat Analisis
Hasil Penelitian terhadap penerimaan opini going concern. Variabel kondisi keuangan, debt default, dan opini tahun sebelumnya berpengaruh signifikan. Sedangkan opinion shopping memiliki pengaruh yang negatif terhadap penerimaan opini going concern. Kondisi keuangan perusahaan berpengaruh negatif signifikan terhadap penerimaan opini going concern.
Mirna 348 Dyah Perusahaan Praptitorini Manufaktur dan Indira Januarti (2007)
2 Rasio Keuangan dan 5 non keuangan
Regresi Logistik
Ginanjar 65 Satria Perusahaan Febriandito Perbankan (2008)
1 Rasio Keuangan dan 2 non keuangan
Regresi Logistik
Bersambung pada halaman selanjutnya
41
Tabel 2.1 (lanjutan) No 6
Peneliti
Sampel
Brian Pramudita (2010)
130 Perusahaan Manufaktur
Variabel 1 Rasio Keuangan dan 3 non keuangan
Sumber: diolah dari berbagai refrensi
42
Alat Hasil Analisis Penelitian Regresi Variabel Logistik kondisi keuangan, debt default, dan opini tahun sebelumnya berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini going concern.
D. Kerangka Pemikiran Dari uraian di atas dapat dijelaskan pada bagan sebagai berikut: Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Judul Pengaruh Debt Default, Opinion Shopping, Kondisi keuangan Perusahaan dan Opini Audit Tahun Sebelumnya Terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern
Krisis Ekonomi di Indonesia Tahun 1997
Debt Default (X1)
Opinion Shopping (X2)
Kondisi Keuangan Perusahaan (X3)
Opini Audit Going Concern (Y)
Perusahaan Sektor Manufaktur di BEI Metode Analisis : Model Regresi Logistik Hasil Pengujian dan Pembahasan Kesimpulan, Implikasi dan Saran
43
Opini Audit Tahun Sebelumnya (X4)
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini dilakukan pada perusahaan atau emiten yang memperoleh opini going concern dan opini non going concern dengan time series penelitian selama 5 tahun yaitu periode Januari 2005 sampai dengan Desember 2009 pada perusahaan manufaktur yang listing di Bursa Efek Indonesia (BEI).
B. Metode Penentuan Sampel Dalam penelitian ini, peneliti memilih seluruh auditee manufaktur yang tecata di Bursa Efek Indonesia (BEI) sebagai populasi yang akan diteliti. Metode yang digunakan untuk pemilihan sampel adalah purposive sampling. Penelitian secara purposive sampling mengindikasikan bahwa sampel yang digunakan dalam penelitian ini merupakan representasi dari populasi yang ada serta sesuai dengan tujuan dari penelitian. Kriteria sampel dalam penelitian ini dijelaskan sebagai berikut: 1. Perusahaan manufaktur yang listing di BEI tahun 2005-2009 2. Menerbitkan laporan keuangan auditan selama tahun 2005-2009. 3. Auditee tidak keluar (delisting) pada periode penelitian. 4. Laporan keuangan diterbitkan dengan menggunakan mata uang rupiah.
44
C. Metode Pengumpulan Data Horison waktu yang digunakan peneliti pada penelitian ini adalah studi time series. Dimana studi ini lebih menekankan pada data penelitian berupa data rentetan waktu. Pada penelitian ini dilakukan pengamatan selama periode 2005-2009. Jenis data yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah data dokumenter, yaitu laporan keuangan auditee manufaktur yang tercatat di BEI selama periode 2005-2009. Data dokumenter dalam penelitian ini dapat menjadi bahan atau dasar analisis data yang kompleks yang dikumpulkan melalui metode observasi dan analisis dokumen. Sumber data yang didapat penulis dalam melakukan penelitian ini adalah data sekunder yaitu data yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media perantara. Data sekunder umumnya berupa bukti, catatan atau laporan historis yang telah tersusun dalam arsip (data dokumenter) yang dipublikasikan untuk umum. Data sekunder dalam penelitian adalah laporan keuangan selama periode 2005-2009 yang diterbitkan oleh auditee manufaktur yang tercatat di BEI.
D. Metode Analisis Data dan Uji Hipotesis 1. Statistik Deskriptif Statistik deskriptif dalam penelitian pada dasarnya merupakan proses transformasi data penelitian dalam bentuk ringkasan, pengaturan atau penyusunan data dalam bentuk tabel numeric ataupun grafik, sehingga mudah dipahami dan diinterpretasikan. Analisis deskriptif
45
memberikan gambaran atau deskriptif suatu data yang dilihat dari nilai frekuensi, tendensi sentral (mean, median, modus), disperse (standar, deviasi, dan varian) maksimum, minimum, sum, range, kurtosis dan skewness (kemencengan distribusi) dan koefisien korelasi antar variabel penelitian. Penelitian ini memakai nilai maksimum, minimum, rata-rata, sum, dan menjelaskan analisis deskriptif. 2. Pengujian Hipotesis Pengujian ke empat hipotesis dilakukan dengan analisis multivariat dengan menggunakan regresi logistik (logistic regression), yang variabel bebasnya merupakan kombinasi antara metric dan non metric (nominal) untuk menguji pengaruh debt default, opinion shopping, dan kondisi keuangan perusahaan, serta opini audit tahun sebelumnya sebagai variabel kontrol terhadap penerimaan opini audit going concern. Teknik analisis ini tidak memerlukan lagi uji normalitas dan uji asumsi klasik pada variabel bebasnya (Ghozali, 2009:261) Kriteria penerimaan atau penolakan hipotesis dengan logistic regression adalah sebagai berikut. a.Jika hasil signifikasinya < 0,05 maka Ha diterima. b.Jika hasil signifikasinya > 0,05 maka Ha ditolak. SPSS menyediakan prosedur regresi logistik yaitu: Regresi Logistik Binner (Binary Logistic Regression), adalah regresi logistik dimana variabel dependennya berupa variabel dikotomi atau variabel
46
biner. Contoh: variabel dikotomi atau varibel biner adalah sukses-gagal, ya-tidak, benar-salah, hadir-bolos, pria-perempuan dan seterusnya. Model regresi logistik yang digunakan untuk menguji hipotesis sebagai berikut: LN
GC = α + β1 DD + β2 OS + β3 (Z score) + β4 OATS + ε 1 − GC
Keterangan: LN
GC 1 − GC
= Dummy variabel opini audit (kategori 1 untuk auditee dengan opini audit going concern (GCAO) dan 0 untuk auditee dengan opini audit non going concern (NGCAO).
α
= Konstanta
β1 DD
= Debt default sebagai variabel dummy, (1 jika perusahaan dalam keadaan default, dan 0 jika tidak)
β2 OS
= Opinion shopping sabagi variabel dummy, (1 jika perusahaan berpindah auditor, dan 0 jika tidak)
β3 (Z score)
= Kondisi keuangan perusahaan yang diproksikan dengan menggunakan model prediksis kebangkrutan
β4 OATS
= Opini audit yang diterima pada tahun sebelumnya (kategori 1 bila opini audit going concern (GCAO), 0 bila bukan (NGCAO))
ε
= Kesalahan Residual
47
Dengan Model Pergantian Auditor (Lennox, 2002:14) adalah sebagai berikut: OS = θ0 + θ1 (GC1-GC0) + ε Keterangan: (GC1-GC0) = variabel opinion shopping yang menangkap dampak perbedaan pelaporan arena keputusan pergantian auditor
E. Operasional Variabel Penelitian ini menggunakan dua kelompok variabel yaitu variabel terikat (Dependent Varabel) dan variabel bebas (Independent Variabel). Variabel dependen dalam penelitian ini adalah variabel dummy. Dimana kategori 1 untuk auditee yang menerima opini audit going concern dan kategori 0 untuk auditee yang menerima opini audit non going concern. Variabel independen terdiri atas debt default, opinion shopping, kondisi keuangan perusahaan dan opini audit tahun sebelumnya. Definisi operasional variabel-variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Variabel Dependen Opini audit going concern Opini audit going concern merupakan opini audit modifikasi yang dalam pertimbangan auditor terdapat ketidakmampuan atau ketidakpastian atas kelangsungan hidup perusahaan dalam menjalankan operasinya (SPAP, 2001).
48
Termasuk dalam opini audit going concern ini adalah opini going concern unqualified dan going concern disclaimer opinion. Opini audit going concern diberi kode 1, sedangkan opini audit non going concern diberi kode 0. 2. Variabel Independen a. Debt Default Debt default atau kegagalan membayar hutang didefinisikan sebagai kelalaian atau kegagalan perusahaan untuk membayar hutang pokok atau bunganya pada saat jatuh tempo (Chen dan Church, 1992). Variabel dummy digunakan (1 = stasus debt default, 0 = tidak debt default) untuk menunjukan apakah perusahaan dalam keadaan default atau tidak sebelum pengeluaran opini audit. b. Opinion Shopping Opinion shopping didefinisikan sebagai perpindahan atau pergantian auditor (KAP) yang dilakukan oleh perusahaan klien. Variabel opinion shopping menggunakan variabel dummy. Jika perusahaan klien mengganti auditornya, maka diberikan nilai 1. Sedangkan jika perusahaan klien tidak mengganti auditornya, maka diberikan nilai 0.
49
c. Kondisi Keuangan Perusahaan Alman Model (1968) Z = 1.2Z1 + 1.4Z2 + 3.3Z3 + 0.6Z4 + 0.999Z5 Z1 = working capital/total asset Z2 = retained earnings/tatal asset Z3 = earnings before interest and taxes/total asset Z4 = market capitalization/book value of debt Z5 = sales/total asset d. Opini audit tahun sebelumnya Didefinisikan sebagai opini audit yang diterima oleh auditee pada tahun sebelumnya.Variabel dummy digunakan, opini audit going concrn (GCAO) diberi kode 1, sedangkan opini audit non going concern (NGCAO) diberi kode 0.
50
Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel Variabel
Konsep
Variabel Dependen (Y) : Opini Audit Going Concern
Opini audit modifikasi yang dalam pertimbangan auditor terdapat ketidakmampuan atau ketidakpastian atas kelangsungan hidup perusahaan dalam menjalankan operasinya Kegagalan perusahaan untuk membayar hutang pokok atau bunganya pada saat jatuh tempo
Variabel Independen (X): X1: Debt Default X2 : Opinion Shopping
X3 : Kondisi Keuangan Perusahaan
Perpindahan atau pergantian auditor (KAP) yang dilakukan oleh perusahaan klien Kondisi keuangan perusahaan yang dihitung berdasarkan The Altman Model (1968)
Sub variabel -
-
-
-
Indikator
Sumber data Sekunder
Skala ukuran Nominal
Alat analisis
Terjadi debt default di perusahaan atau tidak terjadi debt default
Sekunder
Nominal
Regresi Logistik
Melakukan pergantian KAP atau tidak melakukan pergantian KAP
Sekunder
Nominal
Regresi Logistik
Z’ = 1.2Z1 + 1.4Z2 + 3.3Z3 + 0.6Z4 + 0.999Z5 Z1 = working capital/total asset Z2 = retained earnings/total asset Z3 = earnings before interst
Sekunder
Rasio
Regresi Logistik
Mendapatkan opini audit going concern atau tidak mendapatkan opini audit going concern
Bersambung pada halaman berikutnya
51
Regresi Logistik
Tabel 3.1 (Lanjutan) Variabel
X4 : Opini Audit Tahun Sebelumnya
Konsep
Opini audit yang diterima oleh auditee pada tahun sebelumnya
Sub variabel
-
Indikator and taxes/total asset Z4 = market capitalization/book value of debt Z5 = sales/total asset Mendapatkan opini GCAO atau NGCAO
Sumber: data yang diolah, 2010
52
Sumber data
Skala ukuran
Alat analisis
Sekunder
Nominal
Regresi Logistik
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian 1. Deskripsi Obyek Penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang listing di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2005-2009. Sektor Manufaktur dipilih karena memiliki jumlah perusahaan yang listing paling banyak dibandingkan sektor-sektor lain dan industri manufaktur memiliki kontribusi besar pada PDB (Produk Domestik Bruto). Pemilihan BEI sebagai populasi penelitian ini dengan alasan bahwa BEI merupakan bursa efek terbesar dan representatif di Indonesia sesuai dengan tema penelitian yaitu dari tahun 2005-2009, hal ini dikarenakan pada periode waktu tersebut keadaan Indonesia sangat rentan terhadap dampak ekonomi global yang terjadi, terutama pasca pemberlakuan ASEAN Free Trade Area (ACFTA) yang menjatuhkan industri manufaktur di Indonesia. Perekonomian mengalami keterpurukan, sehingga banyak perusahaan yang dinyatakan pailit. Adapun tahun penelitian ini terdiri atas 5 (lima) periode, dimana sampel yang dipilih dari populasi menggunakan teknik purposive sampling, yaitu berdasarkan kriteria tertentu. Pemilihan populasi pada sektor manufakur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yaitu karena industri manufaktur memiliki jumlah perusahaan yang listing paling
53
banyak dibandingkan sektor-sektor lain, serta meningkatnya barang impor mengakibatkan industri manufaktur kian tersungkur karena lemahnya pengusaan dan penerapan teknologi, rendahnya kualitas sumber daya manusia dan mahalnya biaya produksi sehingga sulit bersaing dengan produk impor. Tahun 2009, BPS (Badan Pusat Statistik) melaporkan bahwa manufaktur hanya tumbuh 2,1 persen, jauh lebih rendah dibandingkan
tahun-tahun
sebelumnya
dan
neraca
perdagangan
manufaktur Indonesia terhadap China mengalami defisit sebesar USD 4996,8 Juta (Latif, 2010:2). Keterpurukan ini menyebabkan industri manufaktur
sulit
meningkatkan
labanya
atau
merugi
sehingga
mendapatkan opini audit going concern.
2. Deskripsi Sampel Penelitian Dalam penelitian ini sampel dipilih dengan metode purposive sampling. Dengan metode purposive sampling diharapkan sampel dapat mewakili populasinya dan tidak menimbulkan bias bagi tujuan penelitian yang telah dijelaskan sebelumnya. Adapun kriteria sampel yang dipilih pada penelitian ini adalah: 1. Perusahaan manufaktur yang listing di BEI tahun 2005-2009 2. Menerbitkan laporan keuangan auditan selama tahun 2005-2009. 3. Auditee tidak keluar (delisting) pada periode penelitian. 4. Laporan keuangan diterbitkan dengan menggunakan mata uang rupiah.
54
Proses seleksi sampel berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan tampak pada tabel 4.1. berdasarkan proses seleksi sampel tersebut terpilih sebanyak 145 perusahaan dengan rincian proses sebagai berikut: Tabel 4.1. Proses Seleksi Sampel No 1.
2. 3. 4.
Kriteria
Pelanggaran Kriteria
Total perusahaan manufaktur yang listing di BEI pada tahun 20052009. Auditee tidak keluar (delisting) (5) selama periode penelitian. Menerbitkan laporan keuangan (102) auditan selama periode penelitian. Auditee menerbitkan laporan (3) keuangan dengan menggunakan mata uang rupiah. Jumlah sampel Tahun Pengamatan (tahun) Jumlah Sampel Total Selama Periode Penelitian Sumber: Data Sekunder yang Dianalisis
55
Akumulasi 139
134 33 29
29 5 145
Berikut adalah nama-nama perusahaan yang menjadi objek dalam penelitian ini: Tabel 4.2 Nama Perusahaan Hasil Observasi
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 Total
Going Concern & Non Going Concern Opinion Nama Perusahaan 2005 2006 2007 2008 Aqua Golden Missisippi Tbk NGCO NGCO NGCO NGCO Barito Pasific Tbk GCO GCO GCO GCO Budi Acid Jaya Tbk NGCO NGCO NGCO NGCO Darya-Varia LaboratoriaTbk NGCO NGCO NGCO NGCO Delta Djakarta Tbk NGCO NGCO NGCO NGCO Dynaplast Tbk NGCO NGCO NGCO NGCO Fajar Surya Wisesa Tbk GCO NGCO NGCO NGCO Goodyear Indonesia Tbk NGCO NGCO NGCO NGCO HM Sampoerna Tbk NGCO NGCO NGCO NGCO Indal Alumunium Industry GCO NGCO NGCO NGCO Tbk Indo Kordsa Tbk Jakarta Kyoei Steel Work Tbk Merck Tbk Mulia Industrindo Tbk Multi Bintang Indonesia Tbk Multi Prima Sejahtera Tbk Mustika Ratu Tbk Panasia Filament Inti Tbk Pelangi Indah Canindo Tbk Primarindo Asia Infrastructur Tbk Pyridam Farma Tbk Semen Gresik (Persero) Tbk Siantar Top Tbk Sierad Produce Tbk Suparma Tbk Surya Intrindo Makmur Tbk Tempo Scan Pasific Tbk Tiga Pilar Sejahtera Tbk Trias Sentosa Tbk
145 Laporan Keuangan
2009 NGCO NGCO NGCO NGCO NGCO NGCO NGCO NGCO NGCO NGCO
NGCO GCO NGCO GCO NGCO GCO NGCO NGCO GCO NGCO
NCGO GCO NGCO GCO NGCO GCO NGCO GCO GCO NGCO
NGCO GCO NGCO GCO NGCO GCO NGCO GCO NGCO GCO
NGCO GCO NGCO GCO NGCO GCO NGCO GCO NGCO GCO
NGCO GCO NGCO GCO NGCO GCO NGCO GCO NGCO GCO
NGCO NGCO NGCO GCO NGCO GCO NGCO NGCO GCO 29
NGCO NGCO NGCO GCO NGCO GCO NGCO NGCO NGCO 29
NGCO NGCO NGCO GCO NGCO GCO NGCO NGCO NGCO 29
NGCO NGCO NGCO NGCO NGCO GCO NGCO NGCO NGCO 29
NGCO NGCO NGCO NGCO NGCO GCO NGCO NGCO NGCO 29
Sumber: Data Sekunder yang Dianalisis
56
Berdasarkan kriteria sampel yang telah ditetapkan maka diperoleh sebanyak 29 auditee sektor manufaktur yang digunakan sebagai sampel dan dikelompokan kedalam dua kelompok atau kategori berdasarkan atas jenis opini audit yang diterimanya, yaitu: kelompok auditee dengan opini audit going concern (GCAO) dan auditee dengan opini audit non going concern (NGCAO).
3. Deskripsi Variabel Penelitian a. Opini Audit Going Concern Opini audit going concern dalam penelitian ini menjadi variabel dependen yang merupakan variabel dummy. Berdasarkan hasil analisis terhadap laporan auditor independen yang diterima oleh auditee pada tahun-tahun penelitian, dapat diketahui jenis-jenis opini yang diterima masing-masing perusahaan selama periode penelitian. Opini tersebut kemudian digolongkan menjadi dua jenis opini audit yaitu opini audit going concern (GCAO) dan opini audit non going concern (NGCAO). Distribusi auditee sektor manufaktur berdasarkan opini audit yang diterima, ditampilkan dalam tabel 4.3 berikut ini.
57
Tabel 4.3 Distribusi Observasi Berdasarkan Opini Audit 2005
2006 %
2007
GCAO
10
34
8
28
8
28
7
24
6
21
39
27
19
66
21
72
21
72
22
76
23
79
106
73
29
100
29
100
29
100
29
100
29
100
145
100
Auditee
%
Total
Auditee
Auditee
%
2009
Opini
Auditee
%
2008
Auditee
%
Auditee
%
(dummy=1) Non GCAO (dummy=0) Total
Sumber: Data Sekunder yang Dianalisis
Dalam tabel 4.3 diatas, menyajikan mengenai frekuensi data perusahaan yang menerima opini going concern dan yang tidak menerima opini going concern selama tahun penelitian, mulai dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2009. Secara rata-rata dapat dikatakan bahwa 27% perusahaan menerima opini audit going concern atau sebanyak 39 laporan keuangan perusahaan. Hal ini dapat terjadi dimana pada tahun-tahun sebelumnya perusahaan tersebut pernah mengalami diantaranya kerugian operasi yang berulang kali, kekurangan modal kerja, arus kas negatif dari kegiatan usaha, kegagalan dalam memenuhi kewajiban utangnya, penunggakan pembayaran deviden, restrukturisasi hutang, pengaduan gugatan pengadilan dan dapat pula keadaan keberlangsungan hidup perusahaan sangat terpengaruh oleh kondisi ekonomi Indonesia sejak tahun sebelumnya yang dijelaskan dalam CALK (Catatan Atas Laporan Keuangan). Sedangkan 106 laporan keuangan perusahaan atau 73% dari total sampel tidak menerima opini audit going concern pada
58
perusahaan yang sama. Jadi dapat dikatakan, bahwa dari tahun ke tahun terdapat penurunan jumlah laporan keuangan perusahaan yang menerima opini audit going concern, hal ini terjadi akibat kondisi ekonomi Indonesia yang semakin membaik dari tahun ke tahun. b. Debt Default Debt default merupakan kegagalan suatu perusahaan dalam membayar kewajiban hutangnya pada saat jatuh tempo, baik pokok hutangnya maupun bunga hutangnya. Debt default dalam penelitian ini merupakan variabel dummy. Berdasarkan hasil analisis terhadap laporan auditor independen yang diterima oleh auditee pada tahuntahun penelitian, dapat diketahui status debt default yang diterima masing-masing perusahaan selama periode penelitian. Status tersebut kemudian digolongkan menjadi dua jenis status yaitu satatus default dan non default. Distribusi auditee sektor manufaktur berdasarkan status yang diterima, ditampilkan dalam tabel 4.4 berikut ini. Tabel 4.4 Frekuensi Debt Default Opini Debt Default Non Default
Non Going Concern (NGC)
Going Concern (GC)
Total
7 (17,5%) 99 (94,3%)
33 (82,5%) 6 (5,7%)
40 (100%) 105 (100%)
Sumber: Data Sekunder yang Dianalisis
Dari tabel 4.4 menunjukan bahwa perusahaan yang mengalami debt default lebih besar kemungkinannya untuk mendapatkan opini
59
going concern terlihat sebanyak 33 laporan keuangan (82,5%) yang mengalami
debt
default
mendapatkan
opini
going
concern
dibandingkan dengan perusahaan yang tidak mengalami debt default hanya 7 laporan keuangan atau sekitar (17,5%) yang mendapatkan opini going concern. Hal ini juga terjadi pada laporan keuangan yang tidak mengalami going concern (Non Going Concern/NGC) hanya mayoritas perusahaan yang tidak mengalami debt default-lah yang tidak mendapatkan opini going concern yaitu 99 laporan keuangan atau 94,3% . Jadi, dapat diambil kesimpulan bahwa faktor debt default ini adalah faktor determinan atau penentu bagi pertimbangan auditor dalam memberikan opini going concern. Dari 145 laporan keuangan yang diobservasi dalam penelitian ini, terdapat banyak perusahaan yang mengalami debt default yang diungkapkan (disclose) dalam paragraf penjelasan pada opini auditor maupun yang dijelaskan dalam catatan atas laporan keuangan. Terdapat beberapa alternatif pilihan yang dapat dilakukan oleh para auditee dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya antara lain menjadwalkan kembali jatuh tempo pembayarannya, melakukan langkah penjualan aktiva-aktivanya atau mengkonversi kewajiban dengan asset-aset yang dimiliki atau konversi dengan saham-saham, dan dapat pula meminta kepada para kreditur untuk menghapus bunga dari pokoknya. Dari beberapa alternatif pilihan diatas, mayoritas dari 29 auditee yang mendapatkan opini going concern dalam penelitian
60
ini,
cenderung
memilih
alternatif
pilihan
untuk
melakukan
restrukturisasi hutang-hutangnya yaitu dengan penjadwalan kembali (reschedule) jatuh tempo pembayaran untuk jumlah cicilan pokok dan bunga hutangnya. c. Opinion Shopping Opinion Shopping merupakan kondisi yang memungkinkan manajemen untuk berpindah ke auditor lain apabila perusahaannya terancam menerima opini audit going concern. Opinion Shopping dalam penelitian ini merupakan variabel dummy. Berdasarkan hasil analisis terhadap laporan auditor independen yang diterima oleh auditee pada tahun-tahun penelitian, dapat diketahui perusahaan yang melakukan pergantian auditor selama periode penelitian. Opinion shopping tersebut kemudian digolongkan menjadi dua jenis yaitu perusahaan yang melakukan pergantian auditor, dan perusahaan yang tidak melakukan pergantian auditor. Distribusi auditee sektor manufaktur berdasarkan pergantian auditor, ditampilkan dalam tabel 4.5 berikut ini. Tabel 4.5 Frekuensi Opinion Shopping Opini OS Ganti Auditor Tidak Ganti Auditor
Non Going Concern (NGC)
Going Concern (GC)
Total
15 (55,6%) 91 (77,1%)
12 (44,4%) 27 (22,9%)
27 (100%) 118 (100%)
Sumber: Data Sekunder yang telah diolah
61
Dari tabel 4.5 menunjukan bahwa perusahaan yang mengganti auditor dan menerima opini going concern hanya sebanyak 12 laporan keuangan (44,4%), sedangkan yang melakukan pergantian auditor dan menerima opini non going concern jumlahnya lebih banyak yakni sebanyak 15 laporan keuangan (55,6%). Hal ini juga terjadi pada laporan keuangan yang tidak mengalami going concern (Non Going Concern/NGC)
mayoritas
perusahaan
yang
tidak
melakukan
pergantian auditor-lah yang tidak mendapatkan opini going concern yaitu 91 laporan keuangan atau 77,1%. Jadi, dapat diambil kesimpulan bahwa faktor opinion shopiing tidak memiliki bukan merupakan faktor determinan atau penentu bagi pertimbangan auditor dalam memberikan opini going concern. Hasil dari tabel diatas menunjukan bahwa di Indonesia cenderung
tidak
mempertahankan
menerima auditornya.
opini Auditee
going yang
concern
ketika
mempertahankan
auditornya berharap akan mendapatkan opini non going concern pada laporan keuangannya, hal ini didapatkan auditee dengan cara mengancam akan melakukan pergantian auditor jika auditee menerima opini going concern. Kejadian seperti ini dapat dicegah oleh pemerintah Indonesia dengan cara menetapkan peraturan kepada perusahaan untuk mempertahankan auditor selama beberapa tahun agar tidak terjadi praktek opinion shopping.
62
d. Kondisi Keuangan Perusahaan Pada variabel kondisi keuangan digunakan analisis rasio keuangan dengan menggunakan metode analisis Altman Z-Score model tahun 1968 dengan persamaan sebagai berikut: Z = 1.2Z1 + 1.4Z2 + 3.3Z3 + 0.6Z4 + 0.999Z5
Dimana: Z1 = working capital/total asset Z2 = retained earnings/total asset Z3 = earnings before interest and taxes/total asset Z4 = market capitalization/book value of debt Z5 = sales/total asset
Dengan formula Z-Score tersebut daerah ambang batasnya adalah 2,67 dan 1,81 artinya perusahaan yang mempunyai Z-Score diatas 2,67 diklasifikasikan sebagai perusahaan yang sehat, sedangkan perusahaan yang mempunyai Z-Score dibawah 1,81 diklasifikasikan sebagai perusahaan berpotensi bangrut. Selanjutnya nilai diantara 1,81 dan 2,67 disebut grey area (berpotensi sehat/bangkrut). Penjelasan mengenai rasio keuangan dengan metode Altman ZScore adalah sebagai berikut: a. Rasio Likuiditas Merupakan rasio untuk mengukur perbandingan Working Capital (Aktiva Lancar – Kewajiban lancar) dengan Total Aktiva. Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban
63
jangka pendeknya. Yang termasuk dalam aktiva lancar dalam perusahaan manufaktur adalah kas dan setara kas, piutang usaha, persadiaan, pajak dibayar dimuka, biaya dibayar dimuka dan aktiva lancar lain-lain. Sedangkan yang termasuk kewajiban lancar adalah hutang usaha, hutang lain-lain, biaya masih harus dibayar, hutang pajak, hutang jangka panjang yang akan jatuh tempo dalam waktu satu tahun, uang muka pelanggan yang akan jatuh tempo dalam satu tahun, bagian pinjaman investasi jangka panjang yang akan jatuh tempo dalam satu tahun dan sebagainya. b. Rasio Profitabilitas: Retained Earnings to Total Asset dan Earnings before Interest and tax to Total Asset 1) Rasio Retained Earnings/Total Asset mengukur kemampuan laba kumulatif dari perusahaan. Rasio ini juga mencerminkan umur perusahaan, karena semakin lama perusahaan beroperasi memungkinkan untuk memperlancar akumulasi laba ditahan. 2) Rasio Earnings before Interest and Tax/Total Asset mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dari aktiva yang digunakan.. c. Rasio Aktivitas: Market Capitalization to Book Value of Debt dan Sales to Total Asset. 1) Rasio Market Capitalization/Book Value of Debt menunjukan kemampuan
perusahaan
untuk
memenuhi
kewajiban-
kewajibannya dari nilai pasar modal sendiri (saham biasa).
64
Nilai pasar modal sendiri diperoleh dengan mengalikan jumlah lembar saham biasa dibagi market capital. Nilai buku hutang diperoleh dengan menjumlahkan kewajiban lancar dengan kewajiban jangka panjang. 2) Rasio Sales/Total Asset menunjukan efektivitas penggunaan seluruh
harta
perusahaan
dalam
rangka
menghasilkan
penjualan. Penjualan pada perusahaan manufaktur terdiri dari penjualan ekspor, lokal maupun kepada pihak ketiga. Tabel 4.6. Hasil Analisis Altman Zscore Kategori
2005
2006
2007
2008
2009
Bangkrut
16
55,2%
16
55,2%
12
41,4%
15
51,7%
11
37,9%
Grey area
3
10,3%
1
3,4%
5
17,2%
4
13,8%
4
13,8%
Sehat
10
34,5%
12
41,4%
12
41,4%
10
34.5%
14
48,3%
Total
29
100%
29
100%
29
100%
29
100%
29
100%
Sumber: Data Sekunder yang telah diolah
Dari hasil analisi tabel 4.6 diatas dapat dilihat bahwa tingkat kebangkrutan perusahaan yang ada di Indonesia semakin lama semakin membaik, hanya pada tahun 2008 sedikit mengalami kenaikan sebesar 10,3% jika dibandingkan dengan tahun 2007, dari 12 laporan keuangan (41,4%) yang mengalami kebangkrutan menjadi 15 laporan keuangan (51,7%). Hal ini berarti bahwa krisis global yang terjadi pada tahun 2008 juga mempengaruhi perusahaan di Indonesia. Kondisi keuangan perusahaan dikatakan bermasalah jika perusahaan memiliki beberapa indikator seperti total modal negatif, kerugian tahun berjalan, dan defisit saldo laba tahun berjalan. 65
Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan pula bahwa mayoritas perusahaan yang menerima opini going concern memiliki modal kerja, saldo pendapatan setelah pajak, dan saldo laba ditahan pada tahun berjalan negatif. Hal ini disebabkan karena pada beberapa perusahaan manufaktur memiliki kewajiban atau hutang yang besar yang terjadi akibat transaksi pada masa lalu dan ditambah lagi perusahaan dituntut untuk segera melunasinya pada jangka waktu yang pendek sehingga menyebabkan kemampuan perusahaan dalam menyediakan modal kerja sedikit bahkan cenderung negatif. Modal kerja adalah selisih dari aset lancar dengan kewajiban lancar. Jika modal kerja yang digunakan oleh perusahaan sebagai modal untuk menjalankan kegiatan operasi perusahaan tidak mencukupi (negatif), perusahaan akan mengalami kesulitan dalam menjalankan kegiatan operasinya secara normal, yang pada
akhirnya
berakibat
pada
kesulitan
perusahaan
dalam
menghasilkan pendapatan setelah pajak (earnings after tax) bahkan menyediakan laba ditahan (retained earnings) untuk periode akuntansi tahun berikutnya. e. Opini Audit Tahun Sebelumnya Opini audit tahun sebelumnya adalah opini audit yang diterima auditee pada tahun sebelumnya atau satu tahun sebelum tahun penelitian. Opini audit tahun sebelumnya ini dikelompokkan menjadi dua yaitu auditee dengan opini going concern (GCAO) dan tanpa opini going concern (NGCAO). Variabel ini merupakan variabel dummy,
66
dimana opini audit going concern (GCAO) diberi kode 1, sedangkan opini audit non going concern (NGCAO) diberi kode 0. Laporan Auditor Independen masing-masing auditee pada tahun 2005-2009 dianalisis kemudian dikelompokkan kedalam dua kategori yaitu GCAO(1) dan NGCAO(0) Tabel 4.7 Frekuensi Opini Audit Tahun Sebelumnya Opini Opini tahun sebelumnya Non Going Concern Audit Opinion
Non Going Concern Audit Opinion (NGCAO) 96 (97%)
Going Concern Audit Opinion (GCAO)
Total
3 (3%)
99 (100%)
10 (22%)
36 (78%)
46 (100%)
(NGCAO) Going Concern Audit Opinion (GCAO)
Opini tahun sebelumnya yang digunakan menjadi salah satu variabel dalam penelitian ini, berkaitan dengan variabel debt default yang terjadi pada perusahaan hal ini disebabkan oleh ketidaksiapan atau
ketidakmampuan
perusahaan
untuk
melunasi
kewajiban-
kewajibannya yang telah jatuh tempo ditambah lagi dalam jumlah yang sangat material membuat perusahaan mengambil langkah untuk segera merestrukturisasi kewajibannya dengan menjadwalkan kembali jatuh temponya dan menyesuaikan kembali jumlah dari cicilan-cicilan hutang pokok maupun bunganya yang akan terakumulasi pada tahun-
67
tahun berikutnya sampai seluruh kewajibannya lunas atau cicilannya selesai. Pada laporan keuangan terdapat salah satu rasio keuangan yaitu modal kerja yang diperoleh dari selisih antara aset lancar dengan kewajiban lancar, dimana kejadian debt default ini terjadi (jumlah kewajibannya akan semakin besar) akan menyebabkan modal kerja yang negatif. Modal kerja yang negatif akan menyebabkan perusahaan mengalami kesulitan dalam melaksanakan kegiatan operasional pada tahun berjalan. Hal tersebut akan terus berdampak pada laporan keuangan pada tahun berikutnya apabila perusahaan mengalami terus kesulitan dalam melakukan pencicilan hutangnya sampai lunas. Lain halnya ketika perusahaan tersebut mampu meningkatkan penjualan sekaligus mengefisienkan biaya yang terjadi untuk menghasilkan produk sehingga
pada akhirnya mampu untuk meningkatkan laba
bersih yang dihasilkan guna membayarkan hutang-hutangnya. Pemberian opini going concern pada tahun sebelumnya memiliki kecenderungan yang besar akan diberikan opini yang sama pada tahun berikutnya, apabila kesulitan keuangan terjadi. Tabel 4.7 menunjukan bagaimana opini yang terbit pada tahun sebelumnya berpengaruh besar pada pemberian opini yang sama pada tahun berikutnya dengan jumlah 96 laporan keuangan (97%) dibandingkan perusahaan yang sebelumnya mendapatkan opini going concern sebasar 3 laporan keuangan (3%).
68
4. Statistik Deskriptif Statistik deskriptif digunakan untuk memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang dilihat dari rata-rata (mean), standar deviasi, varian, maksimum dan minimum (Ghozali, 2009:19). Standar deviasi sangat besar (lebih dari 30% dari mean) menunjukkan adanya variasi yang sangat besar atau adanya kesenjangan cukup besar dari nilai maximum dan minimum (Santoso, 2010:41). Pengolahan data menggunakan SPSS 17 pada Statistic Descriptive. Tabel 4.8 Statistik Deskriptif Descriptive Statistics N
Minimum
Maximum
Mean
Std. Deviation
DD
145
0
1
.28
.448
OS
145
0
1
.19
.391
ZS
145
-4.769
18.579
2.88541
3.954720
OATS
145
0
1
.32
.467
OAGC
145
0
1
.27
.445
Valid N (listwise)
145
Sumber: Hasil Pengolahan Data dengan SPSS
Tabel 4.8. hasil uji statistik deskriptif untuk 145 sampel perusahaan adalah Nilai minimum debt default (DD) dari 145 sampel sebesar 0 dan nilai maximum DD sebesar 1. Nilai rata-rata DD sebesar 0,28 dengan standar deviasi sebesar 0,448. Hal ini berarti standar deviasi sangat besar (lebih dari 30% dari mean) menunjukkan adanya variasi yang sangat besar atau adanya kesenjangan yang cukup besar dari DD tertinggi dan terendah. Nilai minimum opinion shopping (OS) dari 145 sampel sebesar 0 dan nilai
69
maximum OS sebesar 1. Nilai rata-rata OS sebesar 0.19 dengan standar deviasi sebesar 0.391. Hal ini berarti standar deviasi sangat besar (lebih dari 30% dari mean) menunjukkan adanya variasi yang sangat besar atau adanya kesenjangan yang cukup besar dari OS tertinggi dan terendah. Nilai minimum arus Z-Score (ZS) dari 145 sampel sebesar -4,769 dan nilai maximum sebesar 18,579. Nilai rata-rata ZS sebesar 2,88541 dengan standar deviasi sebesar 3,954720. Hal ini berarti standar deviasi sangat besar (lebih dari 30% dari mean) menunjukkan adanya variasi yang sangat besar atau adanya kesenjangan yang cukup besar dari ZS tertinggi dan terendah. Nilai minimum Opini Audit Tahun Sebelumnya (OATS) dari 145 sampel sebesar 0 dan nilai maximum sebesar 1. Nilai rata-rata OATS sebesar 0,32 dengan standar deviasi sebesar 0,467. Hal ini berarti standar deviasi sangat besar (lebih dari 30% dari mean) menunjukkan adanya variasi yang sangat besar atau adanya kesenjangan yang cukup besar dari OATS tertinggi dan terendah. Nilai minimum Opini Audit Going Concern (OAGC) dari 145 sampel sebesar 0 dan nilai maximum sebesar 1. Nilai rata-rata OAGC sebesar 0,27 dengan standar deviasi sebesar 0,445. Hal ini berarti standar deviasi sangat besar (lebih dari 30% dari mean) menunjukkan adanya variasi yang sangat besar atau adanya kesenjangan yang cukup besar dari OAGC tertinggi dan terendah. Berdasarkan uraian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa setiap variabel independen memiliki standar deviasi sangat besar (lebih dari 30% dari mean)
70
menunjukkan adanya variasi yang sangat besar atau adanya kesenjangan yang cukup besar dari tiap variabel independen tertinggi dan terendah sehingga kualitas data buruk.
5. Analisis Inferensial Analisis statistik inferensial digunakan untuk pengujian hipotesis yang diajukan. Pengujian hipotesis dalam penelitian ini dengan menggunakan model regresi logistik, yang variabel bebasnya merupakan kombinasi antara metrik dan non metrik (nominal). Analisis ini tidak memerlukan lagi uji normalitas dan uji asumsi klasik pada variabel bebasnya (Ghozali, 2009:8). Regresi logistik digunakan untuk menguji pengaruh model debt default (DD), opinion shopping (OS), Kondisi Keuangan (ZS), dan opini audit tahun sebelumnya (OATS) terhadap penerimaan opini audit going concern (OAGC). Pengujian dilakukan pada tingkat signifikasi (α) 5 persen. a. Pengujian Model Fit dan Keseluruhan Model Fit Analisis pertama yang dilakukan adalah menilai overall fit model terhadap data. Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah model fit dengan data baik sebelum maupun sesudah variabel bebas dimasukkan kedalam model. Hipotesis untuk menilai model fit adalah : H0 : Model yang dihipotesiskan fit dengan data. Ha : Model yang dihipotesiskan tidak fit dengan data.
71
Tabel 4.9. Iteration History 0 a,b,c
Iteration History
Coefficients Iteration Step 0
-2 Log likelihood
Constant
1
169.011
-.924
2
168.846
-.999
3
168.846
-1.000
4
168.846
-1.000
a. Constant is included in the model. b. Initial -2 Log Likelihood: 168.846 c. Estimation terminated at iteration number 4 because parameter estimates changed by less than .001. Sumber: Hasil Pengolahan Data dengan SPSS
Output SPSS pada Tabel 4.14. menunjukkan nilai -2 Log Likelihood pertama sebesar 168.846, angka ini secara matematik signifikan pada alpha (α) 5% dan hipotesis nol ditolak. Hal ini berarti bahwa hanya konstanta saja yang tidak fit dengan data (sebelum variabel bebas dimasukkan ke dalam model regresi). Langkah selanjutnya adalah menguji keseluruhan model (overall model fit). Pengujian dilakukan dengan membandingkan nilai antara -2 Log Likelihood (-2LL) pada awal (Block Number = 0) dengan nilai -2 Log Likelihood (-2LL) pada akhir (Block Number = 1). Adanya pengurangan nilai antara - 2LL awal (initial - 2LL function) dengan nilai - 2LL pada langkah berikutnya (-2LL akhir) menunjukkan bahwa model yang dihipotesiskan fit dengan data (Ghozali, 2009:269).
72
Tabel 4.10. Iteration History 1 a,b,c,d
Iteration History
Coefficients Iteration Step 1
-2 Log likelihood
Constant
DD
OS
ZS
OATS
1
69.027
-1.739
1.588
.192
-.068
1.694
2
46.466
-2.321
2.126
.373
-.217
2.308
3
33.196
-2.203
2.428
.414
-.572
2.351
4
24.892
-1.820
2.844
.319
-1.111
2.319
5
21.176
-1.560
3.246
.368
-1.700
2.581
6
19.554
-1.267
3.569
.697
-2.366
2.843
7
19.017
-1.003
3.968
1.176
-2.987
2.995
8
18.938
-.889
4.258
1.478
-3.320
3.058
9
18.936
-.874
4.319
1.538
-3.382
3.072
10
18.936
-.873
4.321
1.540
-3.384
3.073
11
18.936
-.873
4.321
1.540
-3.384
3.073
a. Method: Enter b. Constant is included in the model. c. Initial -2 Log Likelihood: 168.846 d. Estimation terminated at iteration number 11 because parameter estimates changed by less than .001.
-2LL awal Block Number = 0) 168.846 -2LL akhir (Block Number = 1) 18.939 Sumber: Hasil Pengolahan Data dengan SPSS
Setelah keseluruhan variabel bebas yaitu debt default (DD), opinion shopping (OS), Kondisi Keuangan (ZS), dan opini audit tahun sebelumnya (OATS) dimasukkan ke dalam model, -2 Log Likelihood menunjukkan angka 68.702, atau terjadi penurunan nilai -2 Log Likelihood sebesar 149.907. Penurunan nilai -2 Log Likelihood ini dapat diartikan bahwa penambahan variabel bebas ke dalam model dapat
73
memperbaiki model fit serta menunjukkan model regresi yang lebih baik atau dengan kata lain model yang dihipotesiskan fit dengan data. b. Pengujian Kelayakan Model Regresi Analisis selanjutnya yang dilakukan adalah menilai kelayakan model regresi logistik yang akan digunakan. Pengujian kelayakan model regresi logistik dilakukan dengan menggunakan Goodness of fit test yang diukur dengan nilai Chi-Square pada bagian bawah uji Homser and Lemeshow. Probabilitas signifikansi yang diperoleh kemudian dibandingkan dengan tingkat signifikasi (α) 5 %. Hipotesis untuk menilai kelayakan model regresi adalah: H0 : Tidak ada perbedaan antara model dengan data Ha : Ada perbedaan antara model dengan data Tabel 4.11. Uji Homser and Lemeshow Hosmer and Lemeshow Test Step 1
Chi-square .253
df
Sig. 8
1.000
Sumber: Hasil Pengolahan Data dengan SPSS
Tabel 4.11. menunjukkan hasil pengujian Hosmer and Lemeshow. Dengan probabilitas signifikansi menunjukkan angka 1.000, nilai signifikansi yang diperoleh lebih besar daripada 0,05, maka H0 tidak dapat ditolak (diterima). Hal ini berarti model regresi layak untuk digunakan dalam analisis selanjutnya, karena tidak ada perbedaan yang nyata antara klasifikasi yang diprediksi dengan klasifikasi yang diamati.
74
c. Koefisien Determinasi Koefisien determinasi digunakan untuk mengetahui seberapa besar variabilitas variabel–variabel independen mampu memperjelas variabilitas variabel dependen. Koefisien determinasi pada regresi logistik dapat dilihat pada nilai Nagelkerke R Square. Nilai Nagelkerke R Square dapat diinterpretasikan seperti nilai R Square pada regresi berganda (Ghozali, 2009:269). Nilai ini didapat dengan cara membagi nilai Cox & Snell R Square dengan nilai maksimumnya. Tabel 4.12. Koefisien Determinasi Model Summary
Step 1
-2 Log likelihood 18.936
a
Cox & Snell R
Nagelkerke R
Square
Square .644
.937
a. Estimation terminated at iteration number 11 because parameter estimates changed by less than .001.
Sumber: Hasil Pengolahan Data dengan SPSS
Tabel 4.12. menunjukkan nilai Nagelkerke R Square. Dilihat dari hasil output pengolahan data nilai Nagelkerke R Square adalah sebesar 0,937 yang berarti variabilitas variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh variabel independen adalah sebesar 93,7%, sisanya sebesar 6,3% dijelaskan oleh variabel lain diluar model penelitian, misalnya kualitas Audit dan kepemilikan perusahaan yang dilakukan praptitorini (2007).
75
d. Menguji Multikolinearitas Regresi yang baik adalah regresi dengan tidak adanya gejala korelasi
yang
kuat
antara
variabel
bebasnya.
Pengujian
multikolinearitas menggunakan mertrik korelasi antar variabel bebas untuk melihat besarnya korelasi antar variabel bebas. Untuk melihat besarnya korelasi antar variabel independen di dalam penelitian ini debt default (DD), opinion shopping (OS), kondisi keuangan (ZS), opini audit tahun sebelumnya (OATS). Tabel 4.13 menunjukan korelasi antar variabel independen dalam penelitian ini. Matriks korelasi dibawah menunjukan tidak adanya gejala multikolinearitas yang serius antar variabel bebas masih jauh dibawah 0,8 Tabel 4.13. Matrik Korelasi Correlation Matrix Constant Step 1
Constant
DD
OS
ZS
OATS
1.000
.145
.202
-.474
-.510
DD
.145
1.000
.439
-.688
.003
OS
.202
.439
1.000
-.643
.004
ZS
-.474
-.688
-.643
1.000
-.197
OATS
-.510
.003
.004
-.197
1.000
Sumber: Hasil Pengolahan Data dengan SPSS
e. Matrik Klasifiksi Matrik klasifikasi akan menunjukkan kekuatan prediksi dari model regresi untuk memprediksi kemungkinan penerimaan opini audit going concern pada auditee.
76
Tabel 4.14 Matrik Klasifikasi Classification Table
a
Predicted OAGC Observed Step 1
OAGC
0
Percentage Correct
1
0
104
2
98.1
1
1
38
97.4
Overall Percentage
97.9
a. The cut value is .500
Sumber: Hasil Pengolahan Data dengan SPSS
Tabel 4.14. menunjukkan kekuatan prediksi dari model regresi untuk memprediksi kemungkinan penerimaan opini audit going concern pada auditee adalah sebesar 97,4%. Hal ini berarti bahwa dengan menunjukkan model regresi yang diajukan ada 38 auditee (97,4%) yang diprediksi akan menerima opini audit going concern (GCAO) dari total 39 auditee yang menerima GCAO. Kekuatan prediksi model adalah sebesar 98,1%, yang berarti bahwa dengan model regresi yang diajukan ada 104 auditee (98,1%) yang diprediksi akan menerima opini audit non going concern (NGCAO) dari total 106 auditee yang menerima opini audit non going concern. Kekuatan model prediksi keseluruhan 97,9%. f. Pengujian Hipotesis Pengujian hipotesis dalam penelitian ini untuk menguji pengaruh variabel-variabel bebas yaitu model debt default (DD), opinion shopping (OS), Kondisi Keuangan (ZS), dan opini audit tahun 77
sebelumnya (OATS) terhadap penerimaan opini audit going concern dengan menggunakan hasil uji regresi yang ditunjukkan dalam variabel in the equation. Dalam uji hipotesis dengan regresi logistik cukup dengan melihat Variables in the Equation, pada kolom Significant dibandingkan dengan tingkat kealfaan 0.05 (5%). Apabila tingkat signifikansi < 0.05, maka Ha diterima. Tabel 4.15. Pengujian Hipotesis Variables in the Equation B Step 1
a
S.E.
Wald
df
Sig.
Exp(B)
DD
4.321
1.701
6.449
1
.011
75.246
OS
1.540
1.844
.697
1
.404
4.663
ZS
-3.384
1.516
4.984
1
.026
.034
OATS
3.073
1.404
4.789
1
.029
21.602
Constant
-.873
1.356
.415
1
.520
.418
a. Variable(s) entered on step 1: DD, OS, ZS, OATS.
Sumber: Hasil Pengolahan Data dengan SPSS
Tabel 4.16. Model Opinion Shopping Variables in the Equation B Step 1
a
Switch Constant
S.E.
Wald
df
Sig.
Exp(B)
.751
.801
.878
1
.349
2.119
-1.453
.214
46.042
1
.000
.234
a. Variable(s) entered on step 1: Switch.
Sumber: Hasil Pengolahan Data dengan SPSS
78
Tabel 4.15. menunjukkan hasil pengujian dengan regresi logistik pada tingkat signifikasi 5 persen. Dari pengujian dengan regresi logistik diatas maka diperoleh persamaan regresi logistik sebagai berikut : OPINI = -0,873 + 4,321 DD + 1,540 OS – 3,384 ZS + 3,073 OATS + Є
Ha1: model
debt
default
berpengaruh
signifikan
terhadap
kemungkinan penerimaan opini going concern. Variabel debt default pada tabel 4.15 menunjukan nilai koefisien positif sebesar 4,321 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,011 lebih kecil dari 0,05 (5%). Dapat disimpulkan bahwa hipotesis 1 (Ha1) berhasil didukung, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa debt default berpengaruh positif terhadap kemungkinan pemberian opini wajar dengan bahasa penjelasan mengenai keberlangsungan usaha (going concern) oleh auditor. Hasil ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Praptitorini dan Indira (2007:15) yang menunjukan bahwa gagal bayar (debt default) berpengaruh positif 2,428 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,000 terhadap penerimaan opini audit going concern. kegagalan dalam memenuhi kewajiban hutang dan atau bunga merupakan indikator going concern yang banyak digunakan oleh auditor dalam menilai kelangsungan hidup suatu perusahaan. Pada masa krisis moneter yang melanda Indonesia dimulai tahun 1997, nilai tukar mata uang rupiah Indonesia dengan dollar Amerika Serikat mengalami fluktuasi yang melemahkan nilai rupiah pada level 1 dollarnya mencapai diatas Rp. 13.000,- yang disebabkan kurangnya jumlah mata
79
uang dollar yang beredar. Hal ini mengakibatkan jumlah hutang perusahaan yang menggunakan dollar pada waktu itu meningkat secara signifikan yang membuat perusahaan sulit untuk membayar pada saat jatuh tempo dikarenakan harga dollar yang tinggi.
Selain itu pula
banyak perusahaan yang mengalami rugi operasi dan realisasi penjualan yang menurun. Akhirnya keadaan ini yang mempengaruhi kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban pokok dan beban bunga hutang serta terjadi rugi selisih kurs. Pada saat ini pun, pengaruh kondisi ekonomi tersebut masih mempengaruhi perusahaan-perusahaan pada masa sekarang. Karena rentannya kondisi ekonomi regional maupun internasional akibat krisis finansial
global
pada
tahun
2007
dan
2008
kemarin
yang
mempengaruhi industri manufaktur terutama dalam hal permodalan, perolehan bahan baku yang diperoleh secara kredit dan penjualan produk-produknya dipasar dalam negeri maupun luar negeri.
Ha2: model opinion shopping berpengaruh signifikan terhadap kemungkinan penerimaan opini going concern. Variabel opinion shopping pada tabel 4.15 menunjukan nilai koefisien positif sebesar 1,540 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,404 lebih besar dari 0,05 (5%). Koefisien positif ditunjukan oleh tabel 4.16 yang menggambarkan model dari opinion shopping. Dapat disimpulkan bahwa hipotesis 2 (Ha2) ditolak, jadi dapat disimpulkan jika perusahaan yang menerima opini audit going concern tidak akan berganti auditor.
80
Koefisien opinion shopping yang bertanda positif dapat diartika bahwa perusahaan di Indonesia cenderung tidak menerima opini going concern ketika mempertahankan auditornya. Hasil ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Praptitorini dan Indira (2007:17) yang menunjukan bahwa
opinion
shopping
berpengaruh
positif
dengan
tingkat
signifikansi sebesar 0,495 terhadap penerimaan opini audit going concern. Hasil penelitian ini memberikan bukti bahwa kondisi di Indonesia lebih sesuai dengan praktik opinion shopping yang dikemukakan oleh Teoh (1992), yaitu cara yang pertama, argumen ancaman pergantian auditor. Dan auditor akhirnya mengeluarkan opini non going concern untuk mempertahankan kliennya tersebut. Bukti empiris ini menunjukkan indikasi kurangnya independensi auditor di Indonesia. Untuk menghilangkan praktik opinion shopping yang terus terjadi, diperlukan campur tangan pemerintah sebagai regulator untuk membuat peraturan yang mengatur hubungan antara auditor dengan auditee, hal itu dimaksudkan untuk selalu menjaga independensi auditor. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, Indonesia telah mengeluarkan peraturan-peraruran yang membatasi hubungan auditor dengan auditee. Menurut peraturan Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 359/KMK.06/2003 pasal 2 tentang “Jasa Akuntan Publik”. Peraturan tersebut merupakan perubahan atas Keputusan Menteri Keuangan Nomor 423/KMK.06/2002, yang mengatur bahwa pemberian jasa audit umum atas laporan keuangan dari
81
suatu entitas dapat dilakukan oleh KAP paling lama untuk 5 (lima) tahun buku berturut-turut dan oleh seorang akuntan publik paling lama untuk 3 (tiga) tahun buku berturut-turut. Peraturan tersebut digunakan dalam penelitian ini, karena peraturan tersebut sesuai dengan time series penelitian. Ha3: model kondisi keuangan berpengaruh signifikan terhadap kemungkinan penerimaan opini going concern. Model prediksi kebangkutan yang diproksikan dengan Zscore pada tabel 4.15. menunjukkan hasil yang signifikan (nilai siginifikansi 0,026 lebih kecil dari 0,05). Dengan demikian maka hipotesis 3 (Ha3) berhasil didukung. Model prediksi kebangkrutan berpengaruh negatif terhadap kemungkinan penerimaan opini audit going concern. Dalam penelitian ini model prediksi kebangkrutan mempunyai koefisien negatif sebesar 3,384. Hal ini menunjukkan bahwa model prediksi kebangkrutan memiliki hubungan berbanding terbalik yang artinya semakin tinggi nilai Zscore maka semakin kecil kemungkinan perusahaan menerima opini audit going concern (hasil perhitungan dapat dilihat pada lampiran data keuangan sampel dan hasil perhitungan Zscore). Sesuai dengan PSA No.30 (IAI, 2009:341.6) mengenai kondisi atau peristiwa tertentu yang menunjukkan adanya kesangsian besar tentang kemampuan entitas dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya. Kondisi atau peristiwa tersebut antara lain kondisi keuangan yang buruk, kesulitan keuangan dan rasio keuangan penting yang buruk. 82
Pada dasarnya rasio Zscore ini mengindikasikan kondisi keuangan suatu perusahaan yang sebenarnya serta merupakan peringatan dini bagi suatu perusahaan akan ancaman kebangkrutan usahanya. Semakin tinggi rasio ini mengindikasikan keadaan yang semakin baik atau tidak terdapat permasalahan. Penelitian ini sesuai dengan penelitian Setyarno dkk. (2007:17) yang mengemukakan bahwa model prediksi kebangkrutan Altman Zscore menunjukkan berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini going concern (nilai signifikansi 0,02 dan koefisien negatif 0,367). Hasil penelitian Santosa dan Wedari (2007:154) juga menunjukan hasil yang signifikan dengan koefisien yang negatif ( 0,003,-0,360). Santoso dan wedari juga menyatakan bahwa semakin baik kondisi keuangan perusahaan maka akan semakin kecil kemungkinan bagi auditor untuk memberikan opini audit going concern, karena auditor hanya akan memberikan opini ini jika perusahaan dikatakan bangkrut atau mengalami kesulitan dalam melanjutkan kelangsungan hidup usahanya.
Ha3:
model
opini
audit
tahun
sebelumnya
berpengaruh
signifikan terhadap kemungkinan penerimaan opini going concern. Opini audit tahun sebelumnya ini dikelompokkan menjadi dua yaitu auditee dengan opini going concern (GCAO) dan tanpa opini going concern (NGCAO). Variabel ini merupakan variabel dummy,
83
dimana opini audit going concern (GCAO) diberi kode 1, sedangkan opini audit non going concern (NGCAO) diberi kode 0. Pengujian atas variabel opini audit tahun sebelumnya ditemukan bukti empiris bahwa opini audit yang diterima tahun sebelumnya pada tabel 4.15. menunjukkan koefisien positif 3,073 dengan tingkat signifikansi 0,029 kurang dari 0,05. Artinya dapat disimpulkan bahwa Ha4 berhasil didukung dengan demikian terbukti bahwa opini audit tahun sebelumnya berpengruh signifikan terhadap penerimaan opini audit going concern. Koefisien positif opini audit sebelumnya menunjukkan bahwa opini audit tahun sebelumnya memiliki hubungan searah yang artinya apabila auditee pada tahun sebelumnya menerima opini audit going concern, maka besar kemungkinan untuk menerima opini going concern pada tahun sekarang. Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian Setyarno dkk. (2007:17), Santosa dan Wedari (2007:154), praptitorini dan Indira (2007:17) bahwa opini audit tahun sebelumnya berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini audit going concern. Dari hasil penelitian ini pula memberikan bukti empiris bahwa auditor
dalam
proses
pemberian
opini
auditnya
juga
mempertimbangkan opini audit tahun sebelumnya, terutama masalah yang berkaitan dengan keberlangsungan hidup (going concern) auditee. Kaitan pertimbangan ini disebabkan oleh salah satu dari beberapa kemungkinan yang dapat mempengaruhi perusahaan yaitu terjadinya
84
gagal bayar hutang (debt default) yang terjadi pada perusahaan yang sedang mengalami kesulitan atau pun tidak mengalami kesulitan keuangan yang sangat mempengaruhi kegiatan operasional perusahaan. Karena dampak dari kejadian tersebut akan terakumulasi di tahun-tahun berikutnya.
85
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Kesimpulan Berdasarkan analisis data dan pembahasan yang telah dilakukan maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Berdasarkan hasil pengujian terhadap 145 perusahaan sampel, hasil pengujian dengan menggunakan regresi logistik menunjukkan bahwa variabel: a. Debt default berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini audit going concern. Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian Praptitorini dan Indira (2007). b. Opinion shopping tidak berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini
audit going concern. Hasil penelitian ini mendukung hasil
penelitian Praptitorini dan Indira (2007). c. Kondisi keuangan berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini audit going concern. Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Setiawati, Indira, dan Faisal (2006), Sentosa dan Wedari (2007). d. Opini audit tahun sebelumnya berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini audit going concern. Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Setiawati, Indira, dan Faisal (2006), Sentosa dan Wedari (2007), Praptitorini dan Indira. (2007).
86
2. Variabel paling dominan yang mempengaruhi opini audit going concern adalah variabel debt default dengan tingkat signifikansi 0,011.
B. Implikasi Berdasarkan penelitian yang dilakukan, maka dapat diketahui bahwa debt default, kondisi keuangan dan opini audit tahun sebelumnya memiliki probabilitas yang besar terhadap penerimaan opini audit going concern. Dalam menjalankan penugasan audit, kegagalan perusahaan dalam memenuhi kewajiban hutang dan atau bunga merupakan indikator going concern yang banyak digunakan oleh auditor dalam menilai kelangsungan hidup suatu perusahaan. Jadi apabila perusahaan tidak dapat melunasi hutang dan bunganya pada saat jatuh tempo, maka kemungkinan auditor akan memberikan opini going concern terhadap laporan keuangan perusahaan akan semakin besar. Selain debt default, untuk menentukkan dan mengeluarkan opini going concern, auditor juga harus mempertimbangkan kondisi keuangan perusahaan secara keseluruhan, bukan hanya dari sisi hutang dan bungannya saja, Apabila kondisi keuangan perusahaan secara keseluruhan tidak sehat (bangkrut), maka semakin besar kemungkinan auditee untuk menerima opini going concern. Karena kebangkrutan merupakan salah satu dasar bagi auditor untuk memberikan opini going concern. Opini audit tahun sebelumnya juga menjadi pertimbangan auditor untuk menetapkan dan memberikan opini pada periode berikutnya karena perusahaan yang pada tahun sebelumnya menerima opini
87
going concern dianggap memiliki masalah kelangsungan usahanya, sehingga berpotensi menerima opini going concern pada tahun sekarang. sedangkan opinion shopping kurang dipertimbangkan auditor dalam pemberian opini going concern. Dalam penentuan keputusan untuk memberikan opini audit going concern, hendaknya mempertimbangkan faktor-faktor lain seperti kondisi ekonomi nasional yang selalu berubah seiring perkembangan zaman. Hal
ini
dikarenakan
opini
audit
going
concern
membutuhkan
pertanggungjawaban besar dari auditor yang memberikannya karena akan mempengaruhi keputusan para pemakai laporan keuangan. Pengeluaran opini audit going concern ini sangat berguna bagi para pemakai laporan keuangan untuk membuat keputusan yang tepat dalam berinvestasi. Bagi pihak manajemen perusahaan, manajemen harus menjaga kinerja perusahaan dalam mengelola perusahaan sehingga tidak mengalami kebangkrutan dan opini audit going concern pada tahun-tahun berikutnya.
C. Saran 1. Bagi Akuntan Publik Auditor memiliki peranan penting dalam menjembatani antara kepentingan investor dan kepentingan perusahaan. Data dalam laporan keuangan yang dibuat oleh manajemen akan dipercaya oleh pemakai laporan keuangan apabila laporan keuangan telah mendapat pernyataan wajar dari auditor. Pernyataan auditor diungkapkan melalui opini audit. Selain itu, peran auditor diperlukan untuk mencegah diterbitkannya
88
laporan keuangan yang menyesatkan, sehingga para pemakai laporan keuangan dapat mengambil keputusan investasi dengan benar. Auditor juga bertanggung jawab untuk menilai apakah terdapat keraguan besar terhadap kemampuan perusahaan dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya (going concern) dalam periode waktu tidak lebih dari satu tahun sejak tanggal laporan audit (SPAP seksi 341, 2001). Jadi untuk akuntan publik di harapkan agar lebih objektif dalam menyatakan pendapatnya agar hasil auditnya tidak menyesatkan para pengguna laporan keuangan tersebut. 2. Bagi Perusahaan Penentuan untuk berinvestasi memerlukan informasi-informasi yang dibutuhkan oleh investor baik dari segi laporan keuangan dan juga dari segi yang lain, misalnya faktor makro ekonomi (eksternal). Yang paling dibutuhkan oleh investor bukan hanya dari return yang akan mereka peroleh tetapi juga informasi-informasi yang berhubungan dengan kelangsungan hidup (going concern) perusahaan. Keberadaan entitas bisnis merupakan ciri dari sebuah lingkungan ekonomi, yang dalam jangka panjang bertujuan untuk mempertahankan kelangsungan hidup (going concern) usahanya melalui asumsi going concern. Kelangsungan hidup suatu perusahaan selalu dihubungkan dengan kemampuan manajemen dalam mengelola perusahaan untuk dapat bertahan hidup dan berkembang (Fijriantoro, 2010). Jadi bagi para perusahaan di harapkan selalu menjaga kesehatan keuangan perusahaannya agar bisa meminimalisir kemungkinan
89
pemberian opini audit going concern yang dapat menghilangkan kepercayaan investor untuk berinvestasi di perusahaan tersebut. 3. Bagi Peneliti Selanjutnya a. Menambah populasi perusahaan dari semua jenis kategori industri yang ada di BEI. b. Memasukkan variabel tambahan seperti audit client tenure, auditor industry specialization, strategic action perusahaan, kepemilikan perusahaan, sehingga hasil penelitian akan lebih bisa memprediksi penerbitan opini audit going concern dengan lebih tepat. c. Memperpanjang rentang waktu penelitian, sehingga dapat lebih menggambarkan tren penerbitan opini going concern oleh auditor dalam jangka panjang. d. Jika dilihat dari statistik deskriptif dalam penelitian ini, variance (variasi) yang terjadi terlalu besar antara nilai minimum dan maksimumnya, sehingga peneliti menyarankan agar penelitian selanjutnya dilakukan dengan analisa lain yang memungkinkan nilai konstantanya menjadi positif.
90
DAFTAR PUSTAKA
Agoes, Sukrisno. “Auditing (Pemeriksaan Akuntansi) oleh Kantor Akuntan Publik”. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Jakarta. 2004. Altman, Edwad I, “Financial Ratio Discriminant Analysis and the Prediction of Corporate Bankrupty”, Journal Of Finance,1968. Diakses tanggal 26 Januari 2011 dari http://www.defaultrisk.com/_pdf6j4/Financial_Ratios_Discriminant_Anl ss_n_Prdctn_o_Crprt_Bnkrptc.pdf Arens, Alvin & Beasley. “Auditing and Assurance Service an Integrated Approach”. 13th edition. Pearson Education International. New Jersey. 2010. Ariandi, Irfan. “Analisis Opini Going Concern Pada Kondisi Keungan dan Pertumbuhan Perusahaan (Analisis Model Probit)”, Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2009. Boynton, William & Johnson. “Modern Auditing”. John Willey & Sons, Inc. New Jersey. 2006 Chen, K. C., Church, B. K. 1992. “Default on Debt Obligations and The Issuance of Going-Concern Report”. Auditing : Journal Practice and Theory, Fall. pp 30-49. Dewi, Nanny. “Model Restrukturisasi Utang sebagai dampak dari Karakteristik KeuanganPerusahaan dan Kondisi Industri”, diakses pada tanggal 1 mei 2011, dari http://www.pdfqueen.com/html/aHR0cDovL3B1c3Rha2EudW5wYWQuY WMuaWQvd3AtY29udGVudC91cGxvYWRzLzIwMDkvMDIvbW9kZW xfcmVzdHJ1a3R1cmlzYXNpX3V0YW5nLnBkZg Fijriantoro, M Yuniar. “Analisis Pengaruh Ukuran KAP, Kondisi Keuangan Perusahaan, Opini Audit Tahun Sebelumnya, Pertumbuhan Perusahaan dan Ukuran Perusahaan Terhadap Opini Audit Going Concern”, Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret, Surakarta, 2010. Geiger, M., Dasaratha V. Rama. “Audit Firm Size and Going-Concern Reporting Accuracy”. Accounting Horizons. Vol.20 No 1. Pp 1-17. 2006 Geiger, M., K. Raghunandan, and D.V. Rama. ”Going-Concern Audit Report Recipients Before and After SAS No 59”. National Public Accountant. pp 24-25. 1998
91
Geiger, M, and K Raghunandan. “ Going Concern Opinions in The “New” Legal Environment”. Accounting Horizons. Vol No 1. pp 17-26. 2002 Ghozali, Imam. “Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS”, Badan Penerbit Universitas Diponegoro, 2009. Gustyus, Berlian Camelia Tryna. “Analisis Opini Going Concern dan Kualitas Auditor Pada Pertumbuhan Kredit, Ukuran Perusahaan dan Pertumbuhan Perusahaan (Analisis Model Probit) ”, Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2009. Hamid, Abdul, “Buku Panduan Penulisan Skripsi”, Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Jakarta,2007. Ikatan Akuntan Indonesia – Kompartemen Akuntan Publik. “Standar Profesional Akuntan Publik, per 1 Januari 2001”. Penerbit Salemba Empat. Jakarta. 2001 Latif, Adam, “Industri Manufaktur yang Kian Tersungkur”, Penelitian Ekonomi (P2E)-LIPI, artikel diakses tanggal 3 Mei 2011 dari http://www.lipi.go.id/www.cgi?berita&1266205756&38&2010&. Lennox, C., 2000. “Do Companies Successfully Engage in Opinion Shopping: Evidence from The UK?”. Journal of Accounting and Economics 29. pp 321-37. Jurnal diakses tanggal 15 Desember 2010, dari http://ihome.ust.hk/~accl/JAE00.pdf Lennox, C., 2002. “Opinion Shopping and Audit Committees”. Diakses pada tanggal 15 Desember 2010, dari http://hermes-ir.lib.hitu.ac.jp/rs/bitstream/10086/13893/1/wp2002-12a.pdf Masithoh, Wahidah Intan. “Pertimbangan Going Concern Perusahaan dalam Pemberian Opini Audit”. Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2010. Pramudita, Brian. “Analisis Faktor Determinan Atas Pemberian Opini Audit Going Concern Oleh Auditor”, Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2010. Petronela, Thio Anastasia. “Pertimbangan going concern perusahaan dalam pemberian opini audit”. Jurnal Riset Akuntansi, balance 1 (Maret), 2004. Praptitorini, Mirna Dyah dan Indira, Januarti. “Analisis Pengaruh Kualitas Audit, Debt Default dan Opinion Shopping terhadap Penerimaan Opini Going Concern”, Simposium Nasional Akuntansi X, Makasar, 2007. Riyanto, Agus. “Pengaruh Krisis Moneter Amerika Serikat”, di akses pada tanggal 11 Desember 2010, dari 92
http://agusriyanto.wordpress.com/2008/10/28/pengaruh-krisismoneter-amerika-serikat/ Santosa, Arga Fajar dan Linda Kusumaning Wedari. “Analisis Faktor-Faktor Yang Menpengaruhi Kecenderungan Penerimaan Opini Audit Going Concern”. Fakultas Ekonomi UNIKA Soegijapranata, Semarang, 2007 Santosa, Singgih. “Statistik Parametrik: Konsep Aplikasi dengan SPSS”, Elex Media Komputindo, Jakarta, 2010. Setyarno, Eko Budi dkk. “Pengaruh Kualitas Audit, Kondisi Keuangan Perusahaan, Opini Audit Tahun Sebelumnya, Pertumbuhan Perusahaan Terhadap Opini Audit Going Concern”, Simposium Nasional Akuntansi IX, Padang, 2006 Tamba, Revol Ulung Bisara dan Hasan Sakti Siregar, “Pengaruh Debt Default, Kualitas Audit, dan Opini Audit Terhadap Penerimaan Opini Going Concern Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”, Jurnal Akuntansi 4, 2009. Diakses Pada Tanggal 25 April 2011 dari http://akuntansi.usu.ac.id/jurnal-akuntansi-4.htm. Undang-undang Akuntan Publik No.5 Tahun 2011 Venuti, Elizabeth K. 2004. “The Going-Concern Assumption Revisited: Assessing a Company’s Future Viability”, The CPA Journal. Diakses pada tanggal 12 Desember 2010, dari http://proquest.umi.com/pqdweb?index=3&sid=1&srchmode=1&vinst=PR OD&fmt=3&startpage=1&vname=PQD&did=644949491&scaling=FULL&pmid=26131&vtype=P QD&fileinfoindex=%2Fshare4%2Fpqimage%2Fpqirs104v%2F201012202 123%2F03408%2F13222%2Fout.pdf&source=%24source&rqt=309&TS= 1292898185&clientId=56330
93
LAMPIRAN-LAMPIRAN
94
95
Lampiran 2
Dummy Debt Default No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29
2005 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 1 1 0 0 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 1
Nama Perusahaan Aqua Golden Missisippi Tbk Barito Pasific Tbk Budi Acid Jaya Tbk Darya-Varia LaboratoriaTbk Delta Djakarta Tbk Dynaplast Tbk Fajar Surya Wisesa Tbk Goodyear Indonesia Tbk HM Sampoerna Tbk Indal Alumunium Industry Tbk Indo Kordsa Tbk Jakarta Kyoei Steel Work Tbk Merck Tbk Mulia Industrindo Tbk Multi Bintang Indonesia Tbk Multi Prima Sejahtera Tbk Mustika Ratu Tbk Panasia Filament Inti Tbk
Pelangi Indah Canindo Tbk Primarindo Asia Infrastructur Tbk Pyridam Farma Tbk Semen Gresik (Persero) Tbk Siantar Top Tbk Sierad Produce Tbk Suparma Tbk Surya Intrindo Makmur Tbk Tempo Scan Pasific Tbk Tiga Pilar Sejahtera Tbk Trias Sentosa Tbk
96
2006 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 1 0 1 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0
2007 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0
2008 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 1 0 1 0
2009 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Lampiran 3
Dummy Opinion Shopping No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29
Nama Perusahaan Aqua Golden Missisippi Tbk Barito Pasific Tbk Budi Acid Jaya Tbk Darya-Varia LaboratoriaTbk Delta Djakarta Tbk Dynaplast Tbk Fajar Surya Wisesa Tbk Goodyear Indonesia Tbk HM Sampoerna Tbk Indal Alumunium Industry Tbk Indo Kordsa Tbk Jakarta Kyoei Steel Work Tbk Merck Tbk Mulia Industrindo Tbk Multi Bintang Indonesia Tbk Multi Prima Sejahtera Tbk Mustika Ratu Tbk Panasia Filament Inti Tbk
2005 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0
Pelangi Indah Canindo Tbk Primarindo Asia Infrastructur Tbk Pyridam Farma Tbk Semen Gresik (Persero) Tbk Siantar Top Tbk Sierad Produce Tbk Suparma Tbk Surya Intrindo Makmur Tbk Tempo Scan Pasific Tbk Tiga Pilar Sejahtera Tbk Trias Sentosa Tbk
97
2006 0 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0
2007 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1 1 0 0
2008 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
2009 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 1 0 1 0 0 0 0
Lampiran 4
Kondisi Keuangan (tahun 2005) No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29
Nama Perusahaan Aqua Golden Missisippi Tbk Barito Pasific Tbk Budi Acid Jaya Tbk Darya-Varia LaboratoriaTbk Delta Djakarta Tbk Dynaplast Tbk Fajar Surya Wisesa Tbk Goodyear Indonesia Tbk HM Sampoerna Tbk Indal Alumunium Industry Tbk Indo Kordsa Tbk Jakarta Kyoei Steel Work Tbk Merck Tbk Mulia Industrindo Tbk Multi Bintang Indonesia Tbk Multi Prima Sejahtera Tbk Mustika Ratu Tbk Panasia Filament Inti Tbk
Pelangi Indah Canindo Tbk Primarindo Asia Infrastructur Tbk Pyridam Farma Tbk Semen Gresik (Persero) Tbk Siantar Top Tbk Sierad Produce Tbk Suparma Tbk Surya Intrindo Makmur Tbk Tempo Scan Pasific Tbk Tiga Pilar Sejahtera Tbk Trias Sentosa Tbk
Z1 0.631 0.078 0.046 0.611 0.623 -0.066 0.096 0.333 0.363 0.154 0.440 -2.142 0.662 -1.134 -0.210 -0.114 0.744 0.008 -0.133 0.105 0.081 0.263 0.311 0.196 -0.060 -0.021 0.580 -0.106 0.054
Z2 0.713 -1.618 -0.013 0.083 0.966 0.274 -0.083 0.707 0.415 -0.123 0.451 -2.124 0.893 -1.189 0.499 -0.669 0.604 -0.583 -1.296 0.259 0.144 0.508 0.574 -3.417 0.009 -0.501 0.802 -0.688 0.397
98
Z3 0.411 0.482 0.191 0.598 0.433 0.212 0.091 -0.065 1.085 0.055 0.465 -0.017 1.272 -0.056 0.732 -0.257 0.115 -0.176 0.263 0.170 0.121 0.713 0.123 -0.336 0.127 -0.281 0.500 0.222 0.090
Z4 0.293 -0.780 -0.003 0.049 0.418 0.058 -0.008 -0.046 0.450 -0.007 0.210 0.009 8.673 0.018 1.819 0.117 1.980 0.039 0.096 0.205 1.105 2.311 0.792 2.371 0.117 1.283 3.229 0.513 0.220
Z5 2.137 0.357 1.046 0.981 0.804 0.825 0.522 1.934 2.064 0.992 1.032 0.380 1.770 0.660 1.480 0.370 0.715 0.632 0.927 0.306 0.517 1.031 1.343 1.230 0.438 0.582 1.064 0.642 0.513
Z Score 4.186 -1.481 1.267 2.322 3.243 1.302 0.619 2.861 4.377 1.072 2.598 -3.893 13.270 -1.701 4.321 -0.554 4.158 -0.079 -0.143 1.045 1.968 4.826 3.142 0.043 0.631 1.062 6.175 0.583 1.275
Status Sehat Bangkrut Bangkrut Grey area Sehat Bangkrut Bangkrut Sehat Sehat Bangkrut Grey area Bangkrut Sehat Bangkrut Sehat Bangkrut Sehat Bangkrut Bangkrut Bangkrut Grey area Sehat Sehat Bangkrut Bangkrut Bangkrut Sehat Bangkrut Bangkrut
Kondisi Keuangan (2006) No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29
Nama Perusahaan Aqua Golden Missisippi Tbk Barito Pasific Tbk Budi Acid Jaya Tbk Darya-Varia LaboratoriaTbk Delta Djakarta Tbk Dynaplast Tbk Fajar Surya Wisesa Tbk Goodyear Indonesia Tbk HM Sampoerna Tbk Indal Alumunium Industry Tbk Indo Kordsa Tbk Jakarta Kyoei Steel Work Tbk Merck Tbk Mulia Industrindo Tbk Multi Bintang Indonesia Tbk Multi Prima Sejahtera Tbk Mustika Ratu Tbk Panasia Filament Inti Tbk
Pelangi Indah Canindo Tbk Primarindo Asia Infrastructur Tbk Pyridam Farma Tbk Semen Gresik (Persero) Tbk Siantar Top Tbk Sierad Produce Tbk Suparma Tbk Surya Intrindo Makmur Tbk Tempo Scan Pasific Tbk Tiga Pilar Sejahtera Tbk Trias Sentosa Tbk
Z1 0.685 0.026 0.074 0.685 0.642 -0.126 0.104 0.450 0.362 0.334 0.490 0.411 0.758 -1.759 -0.349 -0.101 0.788 0.029 -0.053 0.355 0.103 0.431 0.358 0.346 0.177 -0.098 0.597 0.042 0.020
Z2 0.722 -3.045 0.017 0.136 0.977 0.253 -0.028 0.739 0.515 -0.077 0.505 -2.303 0.962 -1.484 0.403 -0.732 0.645 -0.699 -1.193 0.263 0.162 0.683 0.629 -3.500 0.032 -0.550 0.837 -0.676 0.426
Z3 0.306 -0.111 0.349 0.447 0.300 0.143 0.231 0.242 1.430 0.273 0.150 0.315 1.420 0.133 0.616 -0.015 0.127 -0.220 0.251 0.379 0.174 0.798 0.147 0.212 0.215 -0.227 0.404 0.289 0.301
99
Z4 2.533 1.484 0.172 3.498 1.588 0.231 0.761 0.935 3.711 0.040 1.009 0.021 11.409 0.018 1.688 0.162 2.994 0.196 0.224 0.386 0.895 6.745 1.326 2.184 0.134 0.930 5.432 0.408 0.234
Z5 2.092 0.371 1.151 1.034 0.686 0.893 0.494 2.158 2.331 1.042 0.980 0.477 1.723 0.651 1.458 0.269 0.775 0.534 0.920 0.348 0.737 1.163 1.186 0.997 0.498 0.942 1.100 0.915 0.597
Z Score 6.338 -1.275 1.763 5.800 4.194 1.394 1.562 4.524 8.350 1.612 3.133 -1.079 16.273 -2.441 3.817 -0.418 5.330 -0.160 0.150 1.731 2.071 9.821 3.646 0.238 1.055 0.997 8.370 0.979 1.577
Status Sehat Bangkrut Bangkrut Sehat Sehat Bangkrut Bangkrut Sehat Sehat Bangkrut Sehat Bangkrut Sehat Bangkrut Sehat Bangkrut Sehat Bangkrut Bangkrut Bangkrut Grey area Sehat Sehat Bangkrut Bangkrut Bangkrut Sehat Bangkrut Bangkrut
Kondisi Keuangan (2007) No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29
Nama Perusahaan Aqua Golden Missisippi Tbk Barito Pasific Tbk Budi Acid Jaya Tbk Darya-Varia LaboratoriaTbk Delta Djakarta Tbk Dynaplast Tbk Fajar Surya Wisesa Tbk Goodyear Indonesia Tbk HM Sampoerna Tbk Indal Alumunium Industry Tbk Indo Kordsa Tbk Jakarta Kyoei Steel Work Tbk Merck Tbk Mulia Industrindo Tbk Multi Bintang Indonesia Tbk Multi Prima Sejahtera Tbk Mustika Ratu Tbk Panasia Filament Inti Tbk
Pelangi Indah Canindo Tbk
Z1 0.653 0.173 0.177 0.703 0.666 -0.006 0.158 0.177 0.371 0.224 0.562 0.335 0.800 -2.016 -0.305 0.692 0.779 0.053 -0.174
Z2 0.735 -0.215 0.044 0.260 1.001 0.254 0.020 0.624 0.624 -0.084 0.527 -2.261 1.011 -1.838 0.394 -0.070 0.639 -0.895 0.022
Z3 0.353 0.003 0.276 0.404 0.329 0.151 0.312 0.334 1.150 0.279 0.189 -0.367 1.235 -0.348 0.700 0.511 0.128 -0.368 0.252
Z4 2.709 2.193 0.837 5.447 1.169 0.220 1.070 1.142 4.939 0.067 1.110 0.032 13.882 0.034 1.640 0.332 2.080 0.499 0.547
Z5 2.187 0.020 0.908 0.907 0.742 1.013 0.704 1.877 1.898 1.064 0.994 0.452 1.651 0.725 1.572 0.353 0.797 0.640 0.742
Z Score 6.637 2.173 2.242 7.721 3.906 1.632 2.264 4.154 8.982 1.550 3.382 -1.808 18.579 -3.443 4.001 1.818 4.423 -0.071 1.389
Status Sehat Grey area Grey area Sehat Sehat Bangkrut Grey area Sehat Sehat Bangkrut Sehat Bangkrut Sehat Bangkrut Sehat Bangkrut Sehat Bangkrut Bangkrut
Primarindo Asia Infrastructur Tbk Pyridam Farma Tbk Semen Gresik (Persero) Tbk Siantar Top Tbk Sierad Produce Tbk Suparma Tbk Surya Intrindo Makmur Tbk Tempo Scan Pasific Tbk Tiga Pilar Sejahtera Tbk Trias Sentosa Tbk
-0.386 0.134 0.539 0.206 0.353 0.219 -0.024 0.608 -0.174 0.029
-3.395 0.164 0.787 0.611 -2.988 0.055 -0.737 0.832 -0.434 0.405
0.509 0.155 0.943 0.156 0.183 0.208 -0.048 0.409 0.320 0.111
0.160 0.922 11.099 1.831 1.307 0.293 1.362 3.627 1.162 0.253
2.430 0.891 1.126 1.159 1.260 0.542 1.122 1.125 0.969 0.699
-0.681 2.265 14.494 3.963 0.114 1.317 1.675 6.601 1.843 1.496
Bangkrut Grey area Sehat Sehat Bangkrut Bangkrut Bangkrut Sehat Grey area Bangkrut
100
Kondisi Keuangan (Tahun 2008) No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29
Nama Perusahaan Aqua Golden Missisippi Tbk Barito Pasific Tbk Budi Acid Jaya Tbk Darya-Varia LaboratoriaTbk Delta Djakarta Tbk Dynaplast Tbk Fajar Surya Wisesa Tbk Goodyear Indonesia Tbk HM Sampoerna Tbk Indal Alumunium Industry Tbk Indo Kordsa Tbk Jakarta Kyoei Steel Work Tbk Merck Tbk Mulia Industrindo Tbk Multi Bintang Indonesia Tbk Multi Prima Sejahtera Tbk Mustika Ratu Tbk Panasia Filament Inti Tbk
Pelangi Indah Canindo Tbk Primarindo Asia Infrastructur Tbk Pyridam Farma Tbk Semen Gresik (Persero) Tbk Siantar Top Tbk Sierad Produce Tbk Suparma Tbk Surya Intrindo Makmur Tbk Tempo Scan Pasific Tbk Tiga Pilar Sejahtera Tbk Trias Sentosa Tbk
Z1 0.689 0.195 0.023 0.653 0.688 -0.093 0.184 0.171 0.253 0.137 0.382 0.333 0.833 -2.188 -0.046 0.192 0.781 -0.057 0.009 -0.568 0.197 0.565 0.096 0.366 0.207 -0.887 0.614 -0.049 0.005
Z2 0.749 -0.487 0.038 0.329 0.972 0.231 0.025 0.350 0.602 -0.063 0.545 -2.323 1.073 -2.167 0.478 -0.261 0.649 -0.807 0.048 -3.353 0.194 0.848 0.519 -2.415 0.058 -2.087 0.851 -0.181 0.430
101
Z3 0.360 -0.467 0.161 0.530 0.491 0.128 0.202 0.034 1.221 0.182 0.356 -0.329 1.211 -0.525 1.075 0.172 0.267 -0.772 0.272 -0.943 0.181 1.056 0.076 0.164 0.103 -3.241 0.420 0.338 0.112
Z4 2.432 0.302 0.279 2.485 1.102 0.171 0.937 0.170 2.635 0.021 1.012 0.011 9.994 0.021 1.048 0.140 0.768 0.399 0.366 0.144 0.546 6.116 0.448 0.802 0.086 0.880 1.647 0.681 0.248
Z5 2.321 1.062 0.913 0.905 0.964 1.118 0.813 1.216 2.147 1.030 0.978 0.632 1.697 0.896 1.407 0.324 0.867 0.563 1.019 2.640 1.211 1.150 0.995 1.682 0.662 0.566 1.223 0.481 0.838
Z Score 6.551 0.606 1.413 4.901 4.217 1.555 2.161 1.941 6.858 1.308 3.273 -1.676 14.807 -3.964 3.961 0.567 3.332 -0.673 1.713 -2.079 2.329 9.735 2.134 0.599 1.116 -4.769 4.755 1.269 1.632
Status Sehat Bangkrut Bangkrut Sehat Sehat Bangkrut Grey area Grey area Sehat Bangkrut Sehat Bangkrut Sehat Bangkrut Sehat Bangkrut Sehat Bangkrut Bangkrut Bangkrut Grey area Sehat Grey area Bangkrut Bangkrut Bangkrut Sehat Bangkrut Bangkrut
Kondisi Keuangan (Tahun 2009) No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29
Nama Perusahaan Aqua Golden Missisippi Tbk Barito Pasific Tbk Budi Acid Jaya Tbk Darya-Varia LaboratoriaTbk Delta Djakarta Tbk Dynaplast Tbk Fajar Surya Wisesa Tbk Goodyear Indonesia Tbk HM Sampoerna Tbk Indal Alumunium Industry Tbk Indo Kordsa Tbk Jakarta Kyoei Steel Work Tbk Merck Tbk Mulia Industrindo Tbk Multi Bintang Indonesia Tbk Multi Prima Sejahtera Tbk Mustika Ratu Tbk Panasia Filament Inti Tbk
Pelangi Indah Canindo Tbk Primarindo Asia Infrastructur Tbk Pyridam Farma Tbk Semen Gresik (Persero) Tbk Siantar Top Tbk Sierad Produce Tbk Suparma Tbk Surya Intrindo Makmur Tbk Tempo Scan Pasific Tbk Tiga Pilar Sejahtera Tbk Trias Sentosa Tbk
Z1 0.688 0.241 0.017 0.623 0.762 -0.063 0.198 -0.045 0.402 0.024 0.414 0.439 0.761 -1.900 -0.351 0.463 0.789 -0.120 -0.066 -0.603 0.286 0.548 0.166 0.317 0.081 0.004 0.616 0.057 0.035
Z2 0.753 -0.466 0.149 0.352 1.022 0.275 0.130 0.465 0.743 -0.121 0.692 -2.540 1.014 -1.875 0.116 -0.242 0.688 -1.028 0.085 -3.616 0.244 0.880 0.697 0.022 0.089 -2.995 0.851 -0.097 0.567
102
Z3 0.388 0.267 0.469 0.456 0.694 0.393 0.501 0.540 1.361 0.161 0.342 0.017 1.547 1.460 1.522 0.328 0.233 -0.070 0.328 1.120 0.244 1.108 0.289 0.189 0.285 -0.034 0.423 0.274 0.372
Z4 0.004 0.735 0.608 2.248 0.004 0.208 1.140 0.332 3.772 0.050 1.741 0.011 13.476 0.039 2.520 0.311 2.061 0.482 0.198 0.156 1.312 10.204 1.363 0.609 0.247 1.020 2.405 0.393 0.477
Z5 2.381 0.878 1.114 1.108 0.973 1.155 0.744 1.145 2.198 0.999 1.111 0.758 1.730 0.976 1.625 0.421 0.944 0.532 1.118 2.550 1.320 1.110 1.142 1.974 0.711 0.070 1.377 0.395 0.817
Z Score 4.213 1.656 2.357 4.787 3.455 1.968 2.712 2.437 8.476 1.114 4.300 -1.315 18.526 -1.299 5.432 1.280 4.716 -0.204 1.663 -0.392 3.406 13.850 3.656 3.112 1.414 -1.935 5.672 1.023 2.268
Status Sehat Bangkrut Grey area Sehat Sehat Grey area Sehat Grey area Sehat Bangkrut Sehat Bangkrut Sehat Bangkrut Sehat Bangkrut Sehat Bangkrut Bangkrut Bangkrut Sehat Sehat Sehat Sehat Bangkrut Bangkrut Sehat Bangkrut Grey area
Lampiran 9
Dummy Opini Audit Tahun Sebelumnya No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29
Nama Perusahaan Aqua Golden Missisippi Tbk Barito Pasific Tbk Budi Acid Jaya Tbk Darya-Varia LaboratoriaTbk Delta Djakarta Tbk Dynaplast Tbk Fajar Surya Wisesa Tbk Goodyear Indonesia Tbk HM Sampoerna Tbk Indal Alumunium Industry Tbk Indo Kordsa Tbk Jakarta Kyoei Steel Work Tbk Merck Tbk Mulia Industrindo Tbk Multi Bintang Indonesia Tbk Multi Prima Sejahtera Tbk Mustika Ratu Tbk Panasia Filament Inti Tbk
2004 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 1 0 1 0 1 0 0 1
Pelangi Indah Canindo Tbk Primarindo Asia Infrastructur Tbk Pyridam Farma Tbk Semen Gresik (Persero) Tbk Siantar Top Tbk Sierad Produce Tbk Suparma Tbk Surya Intrindo Makmur Tbk Tempo Scan Pasific Tbk Tiga Pilar Sejahtera Tbk Trias Sentosa Tbk
103
2005 0 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 1 0 1 0 1 0 0 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 1
2006 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 0 1 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0
2007 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 0 0 1 0 1 0 0 0
2008 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0
Lampiran 10 Hasil Output SPSS (Regresi Logistik)
a,b,c
Iteration History
Coefficients Iteration Step 0
-2 Log likelihood
Constant
1
169.011
-.924
2
168.846
-.999
3
168.846
-1.000
4
168.846
-1.000
a. Constant is included in the model. b. Initial -2 Log Likelihood: 168.846 c. Estimation terminated at iteration number 4 because parameter estimates changed by less than .001. a,b,c,d
Iteration History
Coefficients Iteration Step 1
-2 Log likelihood
Constant
DD
OS
ZS
OATS
1
69.027
-1.739
1.588
.192
-.068
1.694
2
46.466
-2.321
2.126
.373
-.217
2.308
3
33.196
-2.203
2.428
.414
-.572
2.351
4
24.892
-1.820
2.844
.319
-1.111
2.319
5
21.176
-1.560
3.246
.368
-1.700
2.581
6
19.554
-1.267
3.569
.697
-2.366
2.843
7
19.017
-1.003
3.968
1.176
-2.987
2.995
8
18.938
-.889
4.258
1.478
-3.320
3.058
9
18.936
-.874
4.319
1.538
-3.382
3.072
10
18.936
-.873
4.321
1.540
-3.384
3.073
11
18.936
-.873
4.321
1.540
-3.384
3.073
a. Method: Enter b. Constant is included in the model. c. Initial -2 Log Likelihood: 168.846 d. Estimation terminated at iteration number 11 because parameter estimates changed by less than .001.
104
Hosmer and Lemeshow Test Step
Chi-square
1
df
Sig.
.253
8
1.000
Model Summary
Step
Cox & Snell R
Nagelkerke R
Square
Square
-2 Log likelihood
1
18.936
a
.644
.937
a. Estimation terminated at iteration number 11 because parameter estimates changed by less than .001.
Correlation Matrix Constant Step 1
Constant DD
DD
OS
ZS
OATS
1.000
.145
.202
-.474
-.510
.145
1.000
.439
-.688
.003
OS
.202
.439
1.000
-.643
.004
ZS
-.474
-.688
-.643
1.000
-.197
OATS
-.510
.003
.004
-.197
1.000
Classification Table
a
Predicted OAGC Observed Step 1
OAGC
0
Percentage Correct
1
0
104
2
98.1
1
1
38
97.4
Overall Percentage
97.9
a. The cut value is .500
105
Variables in the Equation B Step 1
a
S.E.
Wald
df
Sig.
Exp(B)
DD
4.321
1.701
6.449
1
.011
75.246
OS
1.540
1.844
.697
1
.404
4.663
ZS
-3.384
1.516
4.984
1
.026
.034
OATS
3.073
1.404
4.789
1
.029
21.602
Constant
-.873
1.356
.415
1
.520
.418
a. Variable(s) entered on step 1: DD, OS, ZS, OATS.
Variables in the Equation B Step 1
a
Switch Constant
S.E.
Wald
df
Sig.
Exp(B)
.751
.801
.878
1
.349
2.119
-1.453
.214
46.042
1
.000
.234
a. Variable(s) entered on step 1: Switch.
106
Lampiran 11 Hasil Output SPSS Statistik Deskriptif
Descriptive Statistics N
Minimum
Maximum
Mean
Std. Deviation
DD
145
0
1
.28
.448
OS
145
0
1
.19
.391
ZS
145
-4.769
18.579
2.88541
3.954720
OATS
145
0
1
.32
.467
OAGC
145
0
1
.27
.445
Valid N (listwise)
145
107