Prosiding Skripsi Semester Ganjil 2010/2011
SK - 01
STUDI VOLTAMETRI SIKLIS ASAM SITRAT DAN KLOROKUIN DENGAN ELEKTRODA KERJA EMAS, KARBON, DAN PLATINA Maulida Achdilla*, Suprapto1 Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi Sepuluh Nopember ABSTRAK Elektroda emas, karbon dan platina telah diujikan untuk pengukuran asam sitrat dan klorokuin difosfat. Ketiga elektroda tersebut telah terbukti dapat digunakan untuk penentuan asam sitrat dan klorokuin difosfat namun karakteristik sinyal yang dihasilkan berbeda. Elektroda emas dan platina memberikan peningkatan sinyal arus seiring dengan naiknya konsentrasi asam sitrat. Voltamogram yang dihasilkan menggunakan elektroda karbon tidak menunjukkan perubahan sinyal arus secara signifikan. Nilai potensial arus oksidasi pada elektroda emas berada pada 0,458 V ± 0,257 vs Ag/AgCl sedangkan nilai potensial reduksinya yaitu 0,309 V ± 0,173 vs Ag/AgCl. Elektroda karbon menunjukkan peningkatan sinyal arus seiring dengan kenaikan konsentrasi klorokuin difosfat. Namun arus katodiknya cenderung mengalami penurunan arus seiring dengan peningkatan konsentrasi klorokuin difosfat. pada senyawa klorokuin difosfat diperoleh nilai potensial dari klorokuin difosfat dengan elektroda karbon sebesar 0,389V ±0,01 vs Ag/AgCl untuk nilai arus puncak oksidasi sedangkan pada potensial 0,0264V ±0,000894 vs Ag/AgCl terjadi arus puncak reduksi. Kata kunci: Voltametri siklis, Asam sitrat, Klorokuin difosfat
ABSTRACT Gold, carbon and platinum electrode have been tested for determination of citric acid and chloroquin difosfat. The third electrode has proven to be used for determination of citric acid and chloroquin difosfat but different signal characteristics was observed. Gold and platinum electrode provide increased current signal along with the increasing concentration of the citric acid. Voltammogram produced using carbon electrode showed no significant change in current signal. Potential value of oxidation current on the gold electrode is at 0,458 V ± 0,257 vs Ag/AgCl while the value of the potential reduction 0,309 V ± 0,173 vs Ag/AgCl. Carbon electrode showed increased signals along with the increasing concentration of chloroquin. but cathodic current tends to decrease with increasing current signal concentration of chloroquin. Potential value of oxidation current on the carbon electrode 0,389V ±0,01 vs Ag/AgCl while the value of potential reduction 0,0264V ±0,000894 vs Ag/AgCl. Key words CyclicVoltammetry, Citric acid,Chloroquin Diphospat
I. PENDAHULUAN Analisa menggunakan teknik elektrokimia dewasa ini berkembang pesat. * Corresponding author Phone : + 85710888357, e-mail:
[email protected] 1 Alamat sekarang : Jurusan Kimia, Fakultas MIPA, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya. 2 Alamat sekarang : Jurusan Kimia, Fakultas MIPA, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya. Prosiding KIMIA FMIPA - ITS
Kebutuhan akan teknik analisis yang cepat, murah dan alat yang kompak merupakan alasan berkembang pesatnya analisa menggunakan teknik elektrokimia. Kelebihan metode elektrokimia tidak hanya dari sensitifitasnya mencatat jumlah dan kesederhanaan peralatannya tetapi juga karena metode ini dapat digunakan untuk pemisahan muatan ionik dan pendeteksi (Harvey, 2000).
Ada banyak prinsip pengukuran yang dapat digunakan dalam analisis menggunakan elektrokimia seperti metoda konduktometri, spektrofotometri, dan voltametri. Thiago dkk menggunakan voltametri guna meperoleh informasi dari sampel dengan keuntungan: sangat sederhana, kecil dan murah. Metode voltametri telah diperkenalkan pertama kali oleh Winquist dkk dengan menggunakan elektroda kerja ganda ( Pt dan Au ). Sebuah metode baru untuk membedakan asam berdasarkan pada reduksi voltametri pada quinon telah dilakukan untuk penentuan kekuatan asam dari penggunaan metode konvensional melalui metode titrasi (Takamura,1999 ). Metode elektrokimia dari timah dalam larutan asam sitrat 0.5 M telah dipelajari dengan menggunakan teknik mikroskopi elektron dengan metode potensiodinamik yang dilakukan pada potensial -0.1 V s-1 (Giannetti, 1991 ). Dekomposisi elektrokimia dari asam sitrat pada elektroda emas dan stainless steel AISI 304 ( 18% Cr , 10% Ni ) telah diteliti dengan menggunakan pengukuran voltametri siklis. Potensial yang digunakan dimulai dari potensial 0.265 hingga +2.5 V pada elektroda emas kemudian pada elektroda baja dimulai dari potensial +0.4 V hingga +2.4 V. Potensial awal dekomposisi asam sitrat dapat terjadi pada kedua elektroda tersebut. Karbondioksida terdeteksi sebagai produk dekomposisinya. Pada penggunaan elektroda baja terjadi dekarboksilasi asam sitrat dan membentuk sitrat kompleks. Asam sitrat pada kedua elektroda tersebut terjadi dekomposisi anodik dan terbentuk kompleks sitrat dengan besi, nikel dan krom yang terlarut. Proses pembuatan tiruan dari siklus asam sitrat juga telah dilakukan untuk mengetahui hasil dari bahan bakar alam buatan melalui pengaruh penambahan enzim dehidrogenase yang diamati dari perubahan arus potensial puncak oksidasi voltamogram yang terbentuk ( Sokic- Lazic, 2008 ). Metode voltametri juga telah banyak digunakan untuk penentuan aktivitas dari obat antimalaria seperti yang telah dilakukan oleh HM. Mohammad yang mana dapat diketahui korelasi antara bioaktivitas dan sifat elektrokimia dari senyawa – senyawa antimalaria yang teliti. Metode ini dilakukan berdasarkan pada reaksi yang terjadi ketika suatu obat berinteraksi dengan penyakit, dengan reaksi yang terjadi antara lain reaksi metabolik yaitu reaksi oksidasi, reduksi, dan hidrolisis, serta reaksi konjugasi (Gringauz, 1978). Prosiding KIMIA FMIPA - ITS
Kurva voltamogram yang dihasilkan berupa arus dan potensial puncak oksidasi dan reduksi yang dipengaruhi oleh spesies yang ada dalam larutan. Penggunaan material yang berbeda pada sistem pengukuran secara voltametri tersebut juga akan berpengaruh pada hasil kurva voltamogram yang terbentuk sehingga adanya modifikasi pada permukaan elektroda yang digunakan akan mempengaruhi hasil pengukuran seperti modifikasi permukaan elektroda emas menggunakan prusian blue yang diendapkan dengan cara elektrolisis yang digunakan dalam analisis susu dengan perbedaan waktu pasteurisasi, kandungan lemak yang rendah serta pemalsuan dengan menggunakan hidrogen peroksida ( Thiago dkk, 2008 ). Fakta ilmiah itulah yang dapat dijadikan sebagai dasar pengujian senyawa klorokuin dan asam sitrat dengan menggunakan metode voltametri siklis serta dilakukan pengujian terhadap elektroda kerja yang berbeda yaitu emas, karbon dan platina untuk dibandingkan hasilnya guna mengetahui respon elektrokimianya. II. METODE PENELITIAN 2.1 Peralatan dan bahan 2.1.1 Peralatan Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah potensiostat EDAQ (berada di laboratorium instrument jurusan Kimia FMIPA ITS), tiga macam sel elektroda yaitu terdiri dari sel elektroda emas sebagai elektroda kerja dengan elektroda pembanding yang digunakan Ag/AgCl dan elektroda platina sebagai elektroda bantu. Elektroda kedua yang digunakan yaitu sel elektroda karbon sebagai elektroda kerja dengan elektroda pembanding yaitu Ag/AgCl disertai elektroda bantu yaitu elektroda platina. Elektroda yang ketiga yaitu sel elektroda platina sebagai elektroda kerja dengan elektroda bantu platina dan elektroda Ag/AgCl sebagai elektroda pembanding. Peralatan lain yang digunakan antara lain labu ukur, spatula, corong, beker gelas, pipet volume, kaca arloji, pipet tetes, neraca digital, botol ampul, pro pipet, dan botol gelap. 2.1.2 Bahan Bahan – bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Asam sitrat dan klorokuin difosfat, aqua DM, dan K3Fe(CN)6 0,1 M.
2.2 Prosedur Kerja 2.2.1. Pembuatan Larutan sampel dan blanko Larutan yang digunakan dalam penelitian ini adalah larutan Asam Sitrat 0,1 M yang dibuat dengan menimbang Asam Sitrat serbuk sebanyak 2,100 gram yang dilarutkan dengan aqua DM hingga volume 100 ml dengan menggunakan labu ukur. Larutan Asam Sitrat 0,1 M disimpan dalam botol gelap sebagai larutan stock. Larutan Asam Sitrat dijadikan dalam variasi konsentrasi yaitu 0,02 M ; 0,04 M ; 0,06 M ; 0,08 M yang dibuat melalui pengenceran larutan stok 0,1 M. Larutan Asam Sitrat 0,02 M dibuat dengan mengambil larutan stok sebanyak 5 ml dimasukkan dalam labu ukur 25 ml dan ditambahkan dengan aqua DM hingga tanda batas. Larutan Asam Sitrat 0,04 M dibuat dengan mengambil larutan stok sebanyak 10 ml dimasukkan dalam labu ukur 25 ml dan diencerkan dengan aqua DM hingga tanda batas. Larutan Asam Sitrat 0,06 M dibuat dengan mengambil larutan stok sebanyak 15 ml dimasukkan dalam labu ukur 25 ml dan diencerkan dengan aqua DM hingga tanda batas. Larutan Asam Sitrat 0,08 M dibuat dengan mengambil larutan stok sebanyak 20 ml dimasukkan dalam labu ukur 25 ml dan diencerkan dengan aqua DM hingga tanda batas. Hasil pengenceran tiap larutan dari masing – masing variasi konsentrasi tersebut disimpan dalam botol gelap dan diberi label. Larutan sampel klorokuin diphospat dilakukan dengan cara yang sama.
diukur sampel mulai dari konsentrasi terkecil dan dibaca hasil voltamogram. Perlakuan ini diulangi pada elektroda kerja karbon dan platina.
2.2.2 Voltametri Siklik 2.2.2.1 Pengukuran Voltamogram Komputer dan potensiostat dinyalakan dan diperiksa sambungan kabel dari potensiostat ke elektroda dan dipastikan telah terhubung. Pengukuran voltamogram dilakukan potensiostat E-Daq dinyalakan, kemudian menggunakan software EChem V2.013 yang telah diatur sedemikian rupa sehingga arus dan potensial yang digunakan berada pada daerah oksidasi / reduksi senyawa. Arus yang digunakan sebesar 100 mA dengan rentang poensial -1 V hingga +1V dan scan rate 200 mV/s, pembacaan voltamogram dilakukan 3 siklus. Kabel sambungan elektroda kerja dihubungkan dengan elektroda kerja emas, demikian halnya dengan elektroda pambanding dan elektroda bantu. Setelah semua kabel dipastikan telah terhubung dengan elektroda, elektroda dicelupkan dalam larutan K3Fe(CN)6 0,01 M. Setelah hasil voltamogram larutan blanko diperoleh bagus,
Sampel yang akan diuji dilarutkan dalam pelarut yang tidak dapat tereduksi ataupun teroksidasi pada daerah oksidasi dan reduksi dari analit, sehingga nantinya tidak akan menimbulkan puncak pada saat pengukuran analit. Pelarut juga tidak boleh bereaksi dengan analit. Pelarut yang digunakan dalam penelitian ini adalah aqua DM. Sampel dianalisis dengan metode voltametri silkis dengan mengukur perubahan arus sebagai fungsi perubahan potensial. Rentang potensial yang digunakan dalam penelitian ini adalah dari -1 sampai +1 V. Pemilihan rentang potensial tersebut dilakukan karena menyesuaikan dengan pelarut yang digunakan yaitu air yang dapat tereduksi pada daerah sekitar -1 dan teroksidasi pada daerah sekitar +1 V. Elektroda pambanding yang digunakan pada penelitian ini adalah Ag/AgCl. Elektroda bantu yang digunakan adalah elektroda platina. Elektroda kerja pada penelitian ini berupa
Prosiding KIMIA FMIPA - ITS
III. Hasil dan pembahasan Sensor elektrokimia menyajikan informasi mengenai parameter lingkungan dan mengubahnya menjadi parameter listrik, seperti arus, potensial atau perubahan tahanan listrik (Janata, 1988 ). Reaksi kimia yang terjadi pada elektroda kerja dapat berupa reaksi oksidasi atau reduksi. Adanya reaksi oksidasi reduksi dapat menyebabkan adanya aliran elektron, sehingga reaksi ini dapat diuji menggunakan metode voltametri siklis (Fry,1989). Metode voltametri siklis merupakan suatu metode elektroanalisis yang dapat digunakan untuk mempelajari mekanisme suatu reaksi oksidasi reduksi (Bott, 1986). Gambar 4.1 adalah gambar elektroda kerja yang digunakan pada penelitian ini.
platina; emas atau karbon
Gambar 3.1.Tipikal elektroda kerja piringan karbon; platina dan emas yang dibungkus Teflon
elektroda emas, karbon, dan platina. Penggunaan elektroda kerja yang berbeda tersebut bertujuan untuk membandingkan sensitivitas masingmasing elektroda terhadap analit yang diukur yaitu asam sitrat dan kloroquin. Konsentrasi asam sitrat dan klorokuin difosfat yang diukur divariasi yaitu 0,02 M; 0,04 M; 0,06 M; 0,08 M; dan 0,1 M.
0,0003
Aruss ( mikro ampere )
0,0002
0.384
0,0001
0.993 0,0000
-0.994 -0,0001
-0,0002
0.072 -0,0003 -1,0
-0,5
0,0
0,5
1,0
Potensial ( V )
(a) 0,0003
Arus ( Ampere )
0,0002
0,0001
0.407 0.998
0,0000
-1.007 0.068
-0,0001
-0,0002
-0,0003 -1,0
-0,5
0,0
0,5
1,0
Potensial ( V )
(b) 0,0003
0,0002
0.609 Arus ( Ampere )
4.1. Uji Sel Elektrokimia Pengujian pendahuluan pada potensiostat dilakukan untuk mengetahui kinerja alat dan sel elektrokimia sebelum digunakan untuk analisis sampel yang akan diukur secara voltametri siklis. Pengujian pendahuluan ini dilakukan dengan menggunakan elektroda kerja yang akan digunakan untuk analisis sampel tersebut. Dalam penelitian ini digunakan elektroda bantu, elektroda pembanding, dan tiga macam elektroda kerja yaitu elektroda emas, karbon, dan platina. Penggunaan material yang berbeda untuk elektroda tersebut dimaksudkan untuk mengetahui pengaruh jenis elektroda terhadap voltamogram yang dihasilkan. Elektroda yang digunakan yaitu mikroelektroda yang berbentuk silinder dalam sebuah bahan polimer yang inert sehingga mengurangi adanya pengaruh kontaminan yang dapat mempengaruhi pada hasil analisisnya, sebagaimana gambar 4.1. Penggunaan elektroda bantu berupa platina berfungsi untuk mengalirkan arus agar tidak terdapat arus yang mengalir pada elektroda pambanding yang digunakan. Pada pengujian pendahuluan ini digunakan scan rate sebesar 200 mV/s. Uji pendahuluan menggunakan larutan K3[Fe(CN)6] 0,1. Larutan K3[Fe(CN)6] 0,1 M mempunyai potensial oksidasi dan reduksi pada 0,36 V dengan elektroda pembanding elektroda hidrogen standard. Gambar 4.2 merupakan hasil voltamogram dari larutan K3[Fe(CN)6] 0,1 M yang diuji secara voltametri siklis dengan elektroda kerja emas, karbon, dan platina dan elektroda pembanding Ag/AgCl.
0,0001
1.003 0,0000
-0.994 -0,0001
-0.148
-0,0002
-0,0003 -1,0
-0,5
0,0
0,5
1,0
Potensial ( V )
(c ) Gambar 4.2. Hasil voltamogram larutan uji K3[Fe(CN)6] 0,1 M pada elektroda kerja ( a ) emas, ( b ) platina dan ( c ) karbon Hasil voltamogram dari larutan K3[Fe(CN)6] 0,1 M tersebut dapat dilihat dengan munculnya satu arus puncak oksidasi dan satu puncak arus reduksi pada ketiga variasi elektroda kerja mengindikasikan bahwa telah terjadi reaksi okasidasi dan reduksi K3[Fe(CN)6]. Reaksi yang terjadi pada larutan K3[Fe(CN)6] adalah : [Fe(CN)6]-3 + e-
[Fe(CN)6]-4 E0 = +0,36V
Prosiding KIMIA FMIPA - ITS
Tabel. 4.1. Nilai potensial puncak oskidasi dan reduksi dari K3[Fe(CN)6] 0,1 M Elektroda
Epc ( V )
Ipc ( A )
Emas
Epa ( V Ipa ( A ) ) 0,384 -0,000197
0,072
Karbon
0,609
0,000134
-0,148
Platina
0,407
0,000770
0,068
0,000229 0,000177 0,000087
(b)
4.3. Hasil pengukuran pada larutan blanko Pengujian selanjutnya adalah uji terhadap larutan blanko. Larutan blanko yaitu semua zat dalam larutan yang digunakan selain sampel. Dalam penelitian ini digunakan pelarut air yang digunakan sebagai larutan blanko. Pengujian terhadap larutan blanko ini dilakukan sebelum dilakukan uji terhadap sampel dengan menggunakan 3 buah elektroda yang berbeda sesuai yang akan digunakan pada pengukuran sampel yaitu karbon, emas dan platina. Hasil dari voltamogram yang dihasilkan dari pengukuran larutan blanko dengan menggunakan variasi elektroda kerja yaitu emas, karbon dan platina yang diukur dengan potensiostat dengan rentang potensial + 1 V hingga – 1 V dengan scan rate 200 mV/s ditunjukkan pada gambar 4.3:
(a)
Prosiding KIMIA FMIPA - ITS
(c) Gambar 4.3. Hasil pengukuran voltamogram Larutan Blanko dengan tiga elektroda kerja yaitu ( a ) karbon, ( b )platina, dan( c ) emas Dari hasil pengukuran terhadap larutan blanko pada potensial -1 V hingga + 1 V tidak dijumpai adanya kemunculan puncak oksidasi reduksi, sehingga diharapkan dari pengukuran terhadap larutan blanko kemunculan nilai arus puncak oksidasi atau reduksi dikehendaki berasal dari larutan uji yaitu asam sitrat dan klorokuin difosfat. Diharapkan dari tiap larutan senyawa yang berbeda tersebut dapat diketahui perbedaan dari voltamogram yang dihasilkan melalui adanya puncak arus potensial reduksi atau oksidasinya yang berbeda untuk setiap pola yang dihasilkan. 4.3. Hasil uji voltametri siklis Asam Sitrat dengan Elektroda kerja emas, karbon dan platina Asam sitrat yang merupakan salah satu larutan uji pada penelitian ini diukur pada variasi konenstrasi yang berbeda yaitu pada 0,02 M; 0,04 M; 0,06 M; 0,08 M dan 0,1 M. Dilakukan dengan metoda voltametri siklis sehingga diperoleh voltamogram yang terlihat dari nilai puncak arus oksidasi sebagaimana gambar 4.4. Dari data hasil voltamogram dengan metode
voltametri siklis terdapat dua arah arus, yaitu ke arah kanan ( atas ) dan ke arah kiri ( bawah ) sehingga dapat diketahui bahwa muncul satu arus puncak oksidasi dan puncak arus reduksi. Arus voltamogram ke arah kanan menunjukkan arus anodik, sedangkan arus voltamogram ke arah kiri menunjukkan arus katodik. Pada analisa secara voltametri, kedua arus ini dapat digunkanan untuk memprediksi konsentrasi senyawa yang teroksidasi.
(a)
(b )
arus puncak oksidasinya. Urutan sensitivitas ketiga elektroda kerja tersebut terhadap nilai arus puncak oksidasi maupun reduksinya dari yang besar hingga kecil yaitu elektroda emas, elektroda platina dan elektroda karbon. Karena asam sitrat tidak memberikan respon linear pada elektroda karbon namun memberikan respon linear pada elektroda emas dan platina. Dengan demikian dapat diketahui nilai potensial dari asam sitrat dengan elektroda karbon sebesar 0,508 V vs Ag/AgCl untuk nilai arus puncak oksidasi sedangkan pada potensial 0,142 V vs Ag/AgCl terjadi arus puncak reduksi. Nilai potensial oksidasi asam sitrat dengan elektroda emas pada potensial - 0,01 V± 0,053 vs Ag/AgCl, pada potensial reduksi pada asam sitrat -0,08 V ± 0,048 vs Ag/AgCl. Nilai potensial arus oksidasi pada elektroda emas berada pada 0,458 V ± 0,257 vs Ag/AgCl sedangkan nilai potensial reduksinya yaitu 0,309 V ± 0,173 vs Ag/AgCl. 3.4. Hasil uji voltametri siklis pada klorokuin difosfat dengan elektroda kerja emas, platina dan karbon Uji voltamteri siklis yang dilakukan diperoleh nilai arus puncak oksidasi dan reduksi serta potensial puncak oksidasi reduksi dari klorokuin difosfat dengan variasi konsentrasi yang berbeda yaitu 0,02 M; 0,04 M; 0,06 M; 0,08 M dan 0,1 M. masing – masing dari larutan klorokuin difosfat tersebut diuji menggunakan elektroda kerja yang berbeda yaitu elektroda karbon, emas dan platina sehingga menghasilkan tipe voltamogram yang berebeda dari tiap – tiap larutan tersebut yang mana hasilnya tampak seperti pada gambar berikut :
(c) Gambar 4.8. Perbandingan hasil voltamogram dari asam sitrat menggunakan elektroda kerja (a) platina, (b) emas dan (c) karbon Berdasar hasil pengukuran, elektroda emas memiliki nilai yang lebih baik dalam limit deteksi dan nilai r dari grafik menunjukkan bahwa elektroda emas memilki linearitas yang tinggi dari pada elektroda platina dan karbon. Kelebihan dari elektroda ini adalah adanya kenaikan arus reduksi yang sebanding dengan kenaikan konsentrasi klorokuin difosfat. Keteraturan ini dapat diamati pada grafik nilai Prosiding KIMIA FMIPA - ITS
(a)
sedangkan elektroda emas pada potensial reduksi 0,2792 V ±0,157077 vs Ag/AgCl. Nilai potensial arus oksidasi pada elektroda platina berada pada 0,1802 V ± 0,102089 vs Ag/AgCl sedangkan nilai potensial reduksinya dapat diabaikan karena nilainya relatif kecil. 5. Kesimpulan (b)
(c) Gambar 4.8. Perbandingan hasil voltamogram dari klorokuin menggunakan elektroda kerja (a) platina, (b) emas dan (c) karbon Dengan demikian dapat diketahui bahwasannya pengujian voltametri siklis klorokuin difosfat dengan menggunakan elektroda kerja yang berbeda juga dapat menunjukkan sensitivitas dari elektroda kerja tersebut. Berdasarkan hasil pengukuran, elektroda karbon memiliki nilai yang lebih baik dalam limit deteksi dan nilai R dari grafik menunjukkan bahwa elektroda karbon memilki linearitas yang tinggi dari pada elektroda emas. Kelebihan dari elektroda ini adalah adanya kenaikan arus oksidasi dan reduksi dengan linearitas yang tinggi sebanding dengan kenaikan konsentrasi klorokuin difosfat. Keteraturan ini dapat diamati pada grafik nilai arus puncak oksidasinya. Urutan sensitivitas ketiga elektroda kerja tersebut terhadap nilai arus puncak oksidasi maupun reduksinya dari yang besar hingga kecil yaitu elektroda karbon, elektroda emas dan elektroda platina. Karena klorokuin difosfat memberikan respon linear pada elektroda karbon lebih besar dibandingkan pada elektroda emas dan platina. Dengan demikian dapat diketahui nilai potensial dari klorokuin difosfat dengan elektroda karbon sebesar 0,389V ±0,01 vs Ag/AgCl untuk nilai arus puncak oksidasi sedangkan pada potensial 0,0264V ±0,000894 vs Ag/AgCl terjadi arus puncak reduksi. Nilai potensial oksidasi dengan elektroda emas pada potensial 0,3424 V±0,018676 vs Ag/AgCl, Prosiding KIMIA FMIPA - ITS
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, diperoleh kesimpulan bahwa aktivitas elektroda kerja emas, karbon dan platina ditunjukkan dengan adanya karakterisasi sinyal yang berbeda. Elektroda emas memberikan peningkatan sinyal arus seiring dengan naiknya konsentrasi asam sitrat, karena mempunyai linearitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan elektroda kerja karbon dan platina. Pada asam sitrat diperoleh nilai potensial dari asam sitrat dengan elektroda karbon sebesar 0,508 V vs Ag/AgCl untuk nilai arus puncak oksidasi sedangkan pada potensial 0,142 V vs Ag/AgCl terjadi arus puncak reduksi. Nilai potensial oksidasi asam sitrat dengan elektroda emas pada potensial - 0,01 V± 0,053 vs Ag/AgCl, pada potensial reduksi pada asam sitrat -0,08 V ± 0,048 vs Ag/AgCl. Nilai potensial arus oksidasi pada elektroda emas berada pada 0,458 V ± 0,257 vs Ag/AgCl sedangkan nilai potensial reduksinya yaitu 0,309 V ± 0,173 vs Ag/AgCl. Elektroda karbon memberikan peningkatan sinyal arus seiring dengan naiknya konsentrasi klorokuin difosfat, karena mempunyai linearitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan elektroda kerja emas dan platina. Sedangkan pada senyawa klorokuin difosfat diperoleh nilai potensial dengan elektroda karbon sebesar 0,389V ±0,01 vs Ag/AgCl untuk nilai arus puncak oksidasi sedangkan pada potensial 0,0264V ±0,000894 vs Ag/AgCl terjadi arus puncak reduksi. Nilai potensial oksidasi dengan elektroda emas pada potensial 0,3424 V±0,018676 vs Ag/AgCl, sedangkan elektroda emas pada potensial reduksi 0,2792 V ±0,157077 vs Ag/AgCl. Nilai potensial arus oksidasi pada elektroda platina berada pada -0,1802 V ± 0,102089 vs Ag/AgCl sedangkan nilai potensial reduksinya dapat diabaikan karena nilainya relatif kecil. Ucapan Terima Kasih 1. Bapak Suprapto M.Si, Ph.D, selaku dosen pembimbing II atas segala diskusi, bimbingan dan arahan dan semua ilmu yang bermanfaat.
2. Bapak dan Ibu serta adik saya atas segala doa, dorongan dan dukungannya secara materiil dan spiritualnya. 3. Rekan-rekan tugas akhir S1 Kimia ITS serta para analis khususnya di Laboratorium Kimia analitik.. 4. Serta pihak-pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu persatu Daftar Pustaka Bard,
A.J.. 2000. Electrochemical Methods: Fundamentals and Applications, 2nd Edition. New York: John Willey & Sons, Inc. Baranowska Irena. 2008. Determination of selected drugs in human urine by differential pulse voltammetry technique, Journal or Bioelectrochemistry. Sweden : p. 5 – 10 G. B. Martin, M. K. Gregory, and K. Didier. 2001. “Advanced Electronic Tongue Concept”. IEEE 1: 407-416 Gulaboski Rubin. 2008. Protein-film voltammetry: A theoretical study of the temperature effect using square-wave voltammetry. Germany : p. 49 – 55 Janata, Jiri., 1986, Chemically-Sensitive Field-Effect Transistors, Analytica Chimica Acta, 180: p. 323325 Ivarsson, Patrik, dkk. 2001. “Comparison of a Voltammetric Electronic Tongue and a Lipid Membrane Taste Sensor”. Analytical Chimica Acta 449: 59-68 G. B. Martin, M. K. Gregory, and K. Didier. 2001. “Advanced Electronic Tongue Concept”. IEEE 1: 407-416 Harvey. 2000. Modern Analitical Chemistry. North America: McGraw-Hill H. M. Mohammad, A. Mitra. 2009. “Voltammetric Determination of Some Anti-malarial Drugs Using a Carbon Paste Electrode Modified with Cu(OH)2 Nano-wire”. Talanta 78: 1440-1445 Kounaves, Samuel, P. 1987. Handbook of Instrumental Techniques for Analytical Chemistry. Department of Chemistry: Tufts University P. Vicente, A. A. Alvaro, A. FernandezEscudero, Jose, Luz RodriguezMendez, Maria, Antonio De Saja, Jose. 2006. “Electronic Tongue Based on Chemically Modified Electrodes and Voltammetry for The Detection of Adulterations in Wines”. Sensors and Actuators B 118: 448-453 Rieger, Philip H.. 1994. Electrochemistry, second Edition. New York: Chapman & Hall Inc Rocklin, R.D .1984. Working Electrode Material. L.C., 2, p. 588-593 Suprapto, 2007, Investigation of Organic Conducting Polymers For Gas Sensor, A thesis submitted to The University of Manchester for the degree of Doctor of Philosophy in the Faculty of Engineering and Physical Sciences Toko, Kiyoshi. 2000. “Taste Sensor”. Sensors and Actuators B 64: 205-215 Prosiding KIMIA FMIPA - ITS
Wang, Joseph, 2006, Analytical electrochemistry, 3rd ed., John Wiley & Sons, New Jersey Yi Tian, Shi, Ping Deng, Shao, Xiu Chen, Zhong. 2007. “Multifrequency Large Amplitude Pulse Voltammetry: A Novel Electrochemical Method for Electronic Tongue”. Sensors and Actuators B 123: 1049-1056 Zoski, C.G.. 2007. Handbook of Electrochemistry. Elsevier
Biografi Penulis Penulis dilahirkan di Surabaya pada tanggal 22 Nopember 1986, sebagai anak pertama dari dua bersaudara. Penulis dilahirkan dari kedua orang tua yang bernama Muhammad Yunus dan Sudarwati. Penulis adalah alumnus dari Tk. Muslimat, SD. Muhammadiyah 1 Waru, SLTPN 1 Waru dan Sekolah mEnegrah Farmasi Sekesal Surabaya, penulis melanjutkan Pendidikan Tinggi di Jurusan Kimia Fakultas MIPA Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya melalui Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) pada bulan Agustus 2006. Selama menempuh pendidikan tinggi di ITS, penulis pernah aktif dan berpartisipasi dalam organisasi pada HIMKA-ITS. Penulis juga aktif mengikuti beberapa pelatihan, seminar dan study tour diantaranya pernah mengikuti pelatihan. Penulis pernah menjdi asisten praktikum Kimia Dasar .