PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI NOMOR: 151 /M-IND/PER/12/2010 TENTANG:
RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2010-2014
KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA
PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 151/M-IND/PER/12/2010 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN NOMOR 10/M-IND/PER/1/2010 TENTANG RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2010 – 2014 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang
: a. bahwa dalam rangka penyesuaian terhadap organisasi Kementerian Perindustrian sebagaimana diatur dalam Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas, dan Fungsi Kementerian serta Susunan Organisasi, Tugas, dan Fungsi Eselon I Kementerian Negara, perlu mengubah Rencana Strategis Kementerian Perindustrian Tahun 2010 – 2014 sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 10/M-IND/PER/1/2010; b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a perlu dikeluarkan Peraturan Menteri Perindustrian;
Mengingat
: 1.
Peraturan Presiden Nomor 28 Tahun 2008 tentang Kebijakan Industri Nasional;
2.
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas, dan Fungsi Kementerian serta Susunan Organisasi, Tugas, dan Fungsi Eselon I Kementerian Negara;
3.
Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 10/M-IND/PER/1/2010 tentang Rencana Strategis Kementerian Perindustrian Tahun 2010 2014;
4.
Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 105/M-IND/PER/10/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Perindustrian;
Peraturan Menteri Perindustrian RI Nomor : 151/M-IND/PER/12/2010
-2-
MEMUTUSKAN: Menetapkan
: PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN NOMOR 10/M-IND/PER/1/2010 TENTANG RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2010 – 2014. Pasal I Mengubah Lampiran Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 10/MIND/PER/1/2010 tentang Rencana Strategis Kementerian Perindustrian Tahun 2010 – 2014 menjadi sebagaimana tercantum dalam Lampiran Peraturan Menteri ini.
Pasal II Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 28 Desember 2010 MENTERI PERINDUSTRIAN RI ttd MOHAMAD S. HIDAYAT
Salinan Peraturan Menteri ini disampaikan kepada: 1. Para Eselon I di lingkungan Kementerian Perindustrian; 2. Pertinggal.
LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI NOMOR : 151/M-IND/PER/12/2010 TANGGAL : 28 Desember 2010 RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2010-2014 I
PENDAHULUAN A. Kondisi Umum B. Potensi dan Permasalahan 1. Perkembangan Industri Indonesia 2. Kontribusi Industri Terhadap Ekonomi 3. Struktur Industri 4. Persebaran Lokasi dan Konsentrasi Pertumbuhan Industri 5. Perkembangan Ekspor Impor dan Neraca Perdagangan 6. Penyerapan Tenaga Kerja C. Maksud dan Tujuan 1. Tugas Pokok dan Fungsi 2. Ruang Lingkup
II
VISI, MISI DAN TUJUAN KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN A. Visi B. Misi C. Pendekatan D. Kondisi yang Diharapkan Tahun 2020 – 2025 E. Kondisi yang Diharapkan Tahun 2010 – 2014 F. Tujuan G. Sasaran
III
ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI A. Arah Kebijakan dan Strategi Nasional B. Arah Kebijakan dan Strategi Kementerian Perindustrian
IV
PENUTUP
LAMPIRAN 1. Matriks Target Pembanguna Kementerian Perindustrian Tahun 2010-2014 2. Matriks Kebutuhan Pendanaan Pembangunan Kementerian Perindustrian 2010-2014
MENTERI PERINDUSTRIAN RI ttd MOHAMAD S. HIDAYAT
-1-
I
PENDAHULUAN
A.
KONDISI UMUM
Lampiran Peraturan Menteri Perindustrian RI Nomor: 151/M-IND/PER/12/2010
Situasi dunia saat ini dihadapkan pada berbagai tantangan ekonomi, energi minyak bumi, dan teknologi yang menjadikan pendekatan masa kini lebih cepat usang. Bahkan issue lingkungan dan perubahan iklim seperti menipisnya ozon yang berakibat pada pemanasan global
turut menjadi
pendorong gerakan masyarakat dunia untuk mencegah pengelolaan lingkungan yang merusak kualitas kehidupan masyarakat. Laju pertumbuhan ekonomi dunia selama periode 2005-2007 mencapai 4,8 persen dimana dalam periode tersebut dunia menghadapi beberapa permasalahan yang dampaknya berlanjut hingga tahun 2009. Salah satunya adalah peningkatan harga minyak, dimana sejak tahun 2005 telah mendorong laju inflasi dunia. Harga rata-rata minyak dunia telah meningkat dua kali lipat, dimana pada tahun 1996 hanya pada kisaran US$ 20 per barrel meningkat lebih dari dua kali lipat menjadi US$ 53,3 per barrel pada tahun 2005, bahkan harga minyak melonjak sangat tajam pada pertengahan tahun 2008 hingga mencapai US$ 146 per barrel, walaupun kemudian menurun hingga memasuki tahun 2009. Laju pertumbuhan ekonomi tahun 2005 mencapai 5,69 persen sedikit menguat dibandingkan tahun 2004 yang sebesar 5,03 persen. Kemudian, pada tahun 2006 pertumbuhan ekonomi melemah mencapai 5,50 persen. Memasuki pertengahan tahun 2007, muncul tekanan baru yang berawal dari gejolak di pasar keuangan Amerika Serikat. Masalah pemberian kredit yang tidak prudent dan regulasi yang kurang memadai, terutama berkaitan dengan pemberian kredit sektor perumahan (subprime mortgage) berdampak luas ke Eropa, kemudian meluas ke segala penjuru dunia, mengingat besarnya peran ekonomi Amerika Serikat. Krisis ini mengakibatkan memburuknya kinerja sektor riil yang mulai menunjukkan dampaknya pada tahun 2008. Meskipun pertumbuhan ekonomi pada tahun 2007 tetap tumbuh sebesar 6,35 persen, namun pada tahun 2008 mengalami perlambatan dimana ekonomi hanya tumbuh
-2-
Lampiran Peraturan Menteri Perindustrian RI Nomor: 151/M-IND/PER/12/2010 /M-IND/PER/1/2010
sebesar 6,01 persen. Pada tahun 2009 pertumbuhan ekonomi mengalami penurunan yang cukup besar dibanding dengan tahun 2008, yaitu tumbuh sebesar 4,55 persen. Sementara Bank Dunia lebih pesimis menyatakan perdagangan merosot ke tingkat paling rendah dalam 80 tahun terakhir dan perekonomian global kemungkinan menciut untuk pertama kalinya sejak Perang Dunia II, tanpa menyebutkan angka estimasinya. Menurut laporan Bank Dunia, Asia Timur akan menghadapi masalah paling berat akibat menurunnya perdagangan dunia tahun 2009, juga dilaporkan antara lain mengenai: 1.
Produksi industri dunia menurun 15 persen dibandingkan tahun 2008, dan akan lebih banyak negara emerging markets, baik pemerintah maupun swastanya mengambil hutang beresiko tinggi dari pasar modal dengan bunga sangat tinggi,
2.
Dalam tahun 2009 hutang swasta
yang jatuh tempo sebesar
US$ 1 triliun, dan hutang pemerintah mencapai US$ 3 triliun. 3.
Sekitar 94 negara akan mengalami perlambatan ekonomi diikuti melonjaknya tingkat kemiskinan hingga mencapai 43 persen dan krisis ekonomi tersebut akan menambah jumlah penduduk miskin hingga 46 juta, maka akibatnya ketergantungan pada bantuan luar negeri semakin lebih besar. Dampak krisis keuangan sebagaimana diuraikan di atas, yaitu terjadinya
capital outflow dari SBI, SUN dan pasar modal sehingga likuiditas US$ di pasar modal mulai mengering, rupiah terdepresiasi dan ekspor mulai menampakkan tanda-tanda terancam menurun. Walaupun perkembangan perekonomian pada tahun 2008 ternyata aman, namun keadaan makro pada tahun 2009 lebih berat, karena dampak krisis terasa signifikan oleh Indonesia pada awal tahun. Untuk itu perekonomian Indonesia hanya tumbuh sekitar 4,55 persen dan ekspor tumbuh di bawah posisi tahun 2008. Terdapat perubahan tiga indikator yang berpengaruh terhadap perekonomian dunia selama periode lima tahun, yaitu kebijakan dan pertumbuhan PDB dunia, perkembangan ekonomi dan harga minyak dunia, serta pengaruh krisis global.
-3-
Lampiran Peraturan Menteri Perindustrian RI Nomor: 151/M-IND/PER/12/2010
Selain tinjauan global, maka kondisi domestik dapat dijelaskan berikut ini. Selama tahun 2005-2009, tiga sektor utama yaitu sektor Pertanian, Industri Pengolahan, dan Perdagangan bersama-sama memberikan kontribusi sekitar 56 persen terhadap PDB total, sementara pada tahun 2004 ketiga sektor utama tersebut menyumbang sedikit lebih besar yaitu sebesar 58,45 persen. Masingmasing ketiga sektor utama tersebut memberi sumbangan dengan rincian: sektor Industri Pengolahan memberi sumbangan sebesar 28,07 persen pada tahun 2004 dan 26,38 persen pada tahun 2009; sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran sebesar 16,05 persen pada tahun 2004 dan 13,37 persen pada tahun 2009; dan sektor Pertanian sebesar 14,34 persen pada tahun 2004 dan 15,29 persen pada tahun 2009. Dari ketiga sektor utama di atas yang merupakan penyumbang utama bagi perekonomian nasional adalah sektor Industri Pengolahan karena merupakan penyumbang tertinggi. Rata-rata kontribusi sektor Industri Pengolahan (tahun 2005-2009) yaitu sebesar 27,47 persen terhadap PDB nasional. Dari tahun 2004 sampai dengan tahun 2009, sektor ekonomi yang mengalami pertumbuhan tertinggi dari tahun ke tahun adalah dari sektor Pengangkutan dan Komunikasi. Pertumbuhan dari sektor ini dari tahun 2004 sampai tahun 2009 berturut-turut adalah 13,38 persen; 12,76 persen; 14,23 persen; 14,04 persen; 16,57 persen dan 15,53 persen. Sementara untuk pertumbuhan sektor Industri Pengolahan selama periode 2004-2009 relatif mengalami penurunan pertumbuhan yaitu: 6,38 persen; 4,60 persen; 4,59 persen; 4,67 persen; 3,66 persen dan 2.11 persen. Menurut hasil pemeringkat World Economic Forum (WEF), pada tahun 2010 posisi daya saing Indonesia berada pada urutan ke-54 dari 133 negara. Rendahnya daya saing tersebut merupakan akibat dari berbagai faktor. Menurut tolok ukur WEF, diidentifikasi 15 faktor penting yang menjadi masalah utama yang menghambat dunia usaha yaitu : 1.
Birokrasi Pemerintah yang tidak efisien;
2.
Kurangnya infrastruktur yang memadai;
3.
Tidak konsistennya kebijakan pemerintah;
-4-
Lampiran Peraturan Menteri Perindustrian RI Nomor: 151/M-IND/PER/12/2010 /M-IND/PER/1/2010
4.
Tingginya tingkat korupsi;
5.
Sulitnya akses pembiayaan ;
6.
Peraturan ketenagakerjaan yang kurang akomodatif;
7.
Regulasi pajak yang memberatkan dunia usaha;
8.
Tingginya inflasi ;
9.
Tidak stabilnya regulasi mata uang asing;
10. Rendahnya tenaga kerja berpendidikan; 11. Rendahnya etos kerja tenaga kerja; 12. Ketidakstabilan pemerintahan ; 13. Tingginya tingkat pajak; 14. Rendahnya tingkat kesehatan masyarakat; 15. Tingginya tingkat kriminal dan kejahatan. United Nations Industrial Development Organization (UNIDO) dalam laporannya (Industrial Development Report 2004) menyatakan bahwa dalam periode 1980-2005, kinerja Industri Manufaktur Indonesia dikategorikan sebagai salah satu pemenang utama (main winners) bersama beberapa negara berkembang lain yang kebanyakan berasal dari kawasan Asia Timur. Di antara kinerja negara-negara tersebut, China berada pada posisi tertinggi. Sedangkan peringkat kinerja Industri Manufaktur Indonesia meningkat dari urutan ke-75 pada tahun 1980 menjadi urutan ke-54 pada tahun 1990 dan menjadi urutan ke-42 pada tahun 2005. Namun demikian, dibandingkan dengan beberapa negara pesaing utama di Asia Timur (termasuk ASEAN), peningkatan posisi Indonesia memang relatif rendah. Beberapa faktor penting di luar ekonomi juga belum menunjukkan perbaikan kinerja secara nyata. Sebagai contoh, pengembangan dan penerapan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) terutama untuk kepentingan produksi masih sangat terbatas. Dengan urutan Indonesia di posisi ke-60 dari 72 negara dalam Indeks Pencapaian Teknologi (IPT), mengindikasikan bahwa integrasi peningkatan IPTEK untuk produksi masih banyak mengalami hambatan. Pengembangan kelembagaan dan kemampuan untuk peningkatan kapasitas SDM pada tingkat perusahaan tidak berjalan sesuai harapan. Sementara itu, standardisasi nasional produk industri, pengembangan
-5-
Lampiran Peraturan Menteri Perindustrian RI Nomor: 151/M-IND/PER/12/2010
infrastruktur yang efisien dan sesuai dengan kebutuhan sektor industri, serta peningkatan kompetensi tenaga kerja belum sepenuhnya berjalan optimal karena keterbatasan sumber daya. Meskipun permasalahan penurunan daya saing berawal dari krisis tahun 1997, perkembangan industri ternyata memburuk setelah krisis dimaksud. Banyak pengamat mengindikasikan terjadinya “deindustrialisasi”, yang ditunjukkan dengan penurunan kapasitas terpasang Industri Manufaktur dari 80 persen pada periode sebelum krisis menjadi hanya berkisar 60 persen. Penurunan jumlah unit usaha perusahaan industri berskala sedang dan besar, dan juga penurunan signifikan dari indeks produksi industri pengolahan berskala sedang dan besar. Penyebab utama kondisi ini adalah daya saing produk-produk manufaktur yang terus melemah. Di dalam negeri, produk manufaktur seperti elektronika rumah tangga kalah bersaing dengan produk impor, apalagi diperburuk dengan banyaknya produk impor ilegal. Di pasar internasional, produk TPT dan produk kayu kalah bersaing dengan produk dari China dan negara ASEAN lainnya. Di bidang Pengembangan Industri, dalam rangka menentukan arah, sasaran dan kebijakan Pengembangan Industri Nasional ke depan, Pemerintah mengeluarkan Peraturan Presiden Nomor 28 Tahun 2008 tentang Kebijakan Industri Nasional, yang di dalamnya diatur mengenai pemberian fasilitas berupa Insentif Fiskal, Insentif Non-Fiskal, dan kemudahan lainnya sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku kepada pengusaha industri tertentu, seperti industri prioritas tinggi, industri pionir, industri yang dibangun di daerah terpencil dan sebagainya. Hasil-hasil yang dicapai oleh Kementerian Perindustrian dalam mengembangkan sektor industri, tergambar pada uraian berikut ini. Selama lima tahun terakhir, telah dilaksanakan berbagai langkah-langkah pengembangan industri. Hasil yang diperoleh dari langkah tersebut diantaranya dalam hal penguatan dan pengembangan 10 klaster Industri Inti yaitu Tekstil dan Produk Tekstil (TPT), Alas Kaki, Makanan, Pengolahan Sawit, Pengolahan Kayu/Rotan, Pengolahan Karet, Pulp & Kertas, Pengolahan Hasil Laut, Mesin & Peralatan Listrik dan Petrokimia serta beberapa klaster industri
-6-
Lampiran Peraturan Menteri Perindustrian RI Nomor: 151/M-IND/PER/12/2010 /M-IND/PER/1/2010
penunjang dan industri terkait. Pengembangan klaster industri telah dilaksanakan melalui : 1.
Sosialisasi pembangunan Klaster Industri.
2.
Diagnosis dan penyusunan Peta Jalan Pengembangan Klaster-klaster yang ditargetkan.
3.
Pembentukan working group serta forum komunikasi kerjasama industri pada masing-masing klaster industri.
4.
Perbaikan iklim usaha dan dukungan program kelembagaan.
5.
Pengembangan kerjasama antara industri inti, industri terkait dan industri penunjang.
Pada bidang Pengembangan Iklim Industri telah dilaksanakan berbagai langkah untuk mendukung peningkatan usaha, investasi dan produksi. Beberapa langkah penting antara lain : 1.
Penerbitan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2009 tentang Kawasan Industri dalam rangka lebih menertibkan dan mengatur sebaran industri sesuai kaidah efisiensi dan pengelolaan lingkungan yang baik.
2.
Penyusunan Kebijakan Percepatan Pengembangan Sektor Riil dan Pemberdayaan UMKM Kementerian Perindustrian tentang Peningkatan Efektivitas Pengembangan IKM melalui Pendekatan Satu Desa Satu Produk (One Village One Product - OVOP) dengan terbitnya Peraturan Menteri Perindustrian No. 78/M.IND/PER/9/2007.
3.
Pengakomodasian
usulan
beberapa
sektor
industri
(Perkapalan,
Komponen Otomotif, Elektronika) untuk mendapatkan fasilitas PPh (PP No 1 Tahun 2007 dan PP No. 62 Tahun 2008). 4.
Penerbitan Peraturan Menteri Perindustrian penting lainnya dalam upaya memfasilitasi iklim usaha yang lebih baik yang dapat memberikan kepastian
berusaha,
khususnya
yang
terkait
dengan
perbaikan
infrastruktur, teknologi, permodalan dan penanganan lingkungan. Pada bidang Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri, pemerintah telah menerbitkan Instruksi Presiden Nomor 2 Tahun 2009 dan Peraturan
-7-
Lampiran Peraturan Menteri Perindustrian RI Nomor: 151/M-IND/PER/12/2010
Menteri Perindustrian Nomor 49/M-IND/PER/4/2009 tentang Penggunaan Produk Dalam Negeri, yang telah disosialisasikan untuk diterapkan di Instansi Pemerintah Pusat maupun di Daerah. Pada sektor-sektor penting tertentu tengah dilaksanakan usaha-usaha untuk: 1) Memaksimalkan pemanfaatan kemampuan industri strategis dalam pengadaan Alutsista sektor Pertahanan; 2) Memberdayakan industri Perkapalan Nasional sesuai Inpres No 5 Tahun 2005; 3) Mendorong BUMN-BUMN memaksimalkan penggunaan produksi dalam negeri dalam rangka Program Percepatan Pembangunan PLTU Batubara dan Program Konversi Minyak Tanah ke LPG; 4) Memprakarsai penyusunan RUU Peningkatan Penggunaan produksi Dalam Negeri. Pada Perindustrian
bidang telah
Peningkatan melaksanakan
Kemampuan beberapa
Teknologi, langkah
Kementerian
penting
seperti:
1) Penetapan hasil-hasil riset unggulan untuk IKM yang diseleksi dari hasilhasil Litbang pada 11 Balai Besar dan 11 Balai Riset dan Standardisasi Industri; 2) Proyek Percontohan Coco-diesel; 3) Program Restrukturisasi Industri TPT; 4) Bantuan Mesin/Peralatan (untuk pengelasan, alsintan, fasilitas Pusat Desain Optik, fasilitas UPT Kulit Magetan, pembuatan bahan bakar nabati dari biji jarak, pabrik Biodiesel; 5) Bimbingan Teknis untuk pengelolaan limbah; 6) Penghargaan Rintisan Teknologi; 7) Penghargaan Indonesia Good Design Selection dan 8) Pembangunan Pusat Desain Industri Perkapalan. Pemerintah telah melaksanakan berbagai kegiatan pendidikan dan pelatihan untuk Peningkatan Kemampuan SDM Industri antara lain: 1) Dalam rangka peningkatan daya saing (HACCP, CEFE, Marketing, Manajemen Lingkungan, TQM) dsb; 2) Pengelasan Sertifikasi Internasional; 3) Konvervasi dan Audit Energi; 4) Teknologi Produksi & Design; 5) Penanganan Zat-zat Kimia Berbahaya; dan 6) Pelatihan Asesor terintegrasi ISO 9001. Sedangkan pada Bidang Peningkatan Kemampuan SDM Aparatur, pemerintah telah melaksanakan kegiatan antara lain: 1) Diklat Sistem Industri (I, II, III, dan IV) untuk
meningkatkan
kapasitas
aparatur
Dinas
Perindustrian
di
Propinsi/Kabupaten/Kota; 2) Diklat-diklat Struktural; 3) Diklat Teknis, Diklat Jabatan Fungsional; 4 ) Program beasiswa S2 dan S3; 5) Program Bea Siswa D3 Tenaga Penyuluh Lapangan Industri dengan ikatan dinas di Unit
-8-
Lampiran Peraturan Menteri Perindustrian RI Nomor: 151/M-IND/PER/12/2010 /M-IND/PER/1/2010
Pendidikan Tinggi di Lingkungan Kementerian Perindustrian dan 6) Pelatihan Petugas Pengawas Standar Barang dan Jasa di pabrik ( PPSP) sebanyak 8 angkatan . Industri Kecil Menengah (IKM) yang diharapkan dapat menjadi penggerak utama perekonomian nasional pada akhir RPJMN (2005-2009) telah memberikan kontribusi PDB Sektor Industri sebesar 24,95 persen. Program Pengembangan IKM dalam pelaksanaan program utama dan pelaksanaan program pendukung meliputi: Pengembangan 6 Klaster IKM; Pengembangan IKM penunjang klaster industri; Pengembangan IKM Unggulan Daerah; Pengembangan IKM di daerah tertinggal, perbatasan, pasca konflik & pasca bencana; Pengembangan Promosi dan Informasi; Peningkatan SDM IKM; Peningkatan Kerjasama Industri dan Peningkatan Standardisasi dan Teknologi. Dari sisi penyerapan tenaga kerja di sektor Industri Pengolahan, secara kumulatif dari tahun 2005-2009 mengalami peningkatan sebesar 2.551.507 orang atau rata-rata per tahun sekitar 519.137 orang (5,28 persen), yang berarti di atas yang ditargetkan pada RPJMN (2005-2009) sebesar 500 ribu per tahun. Pada periode yang sama pula penanaman modal di sektor Industri Pengolahan terealisasi rata-rata per tahun senilai 15,97 triliun rupiah untuk Proyek Penanaman Modal Dalam Negeri dan US $ 3,69 miliar untuk Proyek Penanaman Modal Asing. Dengan asumsi kurs rata-rata US $ 10.000 rupiah, maka PMA yang diserap sektor Industri Pengolahan sekitar 36,91 triliun rupiah per tahun. Bila dijumlahkan, total investasi PMA dan PMDN yang tertanam di sektor Industri Pengolahan rata-rata sebesar 52,88 triliun rupiah per tahun. Angka tersebut melebih sasaran investasi sektor Industri Pengolahan pada RPJMN (2005-2009) yaitu antara 40-50 triliun rupiah. Pertumbuhan sektor Industri Pengolahan Non Migas selama 5 tahun terakhir boleh dikatakan berada di bawah pertumbuhan ekonomi nasional. Tahun 2005, laju pertumbuhan sektor industri sebesar 5,86 persen sedikit diatas pertumbuhan ekonomi yang besarnya 5,69 persen. Pada tahun 2006, 2007 dan 2008 laju pertumbuhan sektor industri selalu di bawah pertumbuhan ekonomi. Pada tahun 2009
ekonomi tumbuh sebesar 4,93 persen sedangkan
-9-
Lampiran Peraturan Menteri Perindustrian RI Nomor: 151/M-IND/PER/12/2010
pertumbuhan sektor industri non migas pada tahun 2009 tumbuh sebesar 2,52 persen. Penurunan yang cukup besar pada tahun-tahun terakhir disebabkan terjadinya pertumbuhan negatif pada beberapa cabang industri, seperti Tekstil, Kertas, Semen dan Barang Galian Logam. Walau demikian, terdapat kelompok utama industri yang pertumbuhannya cukup tinggi, yaitu Industri Alat Angkut, Mesin dan Peralatan, yang memberikan sumbangan pertumbuhan besar, walau pada tahun 2009 sumbangan tersebut menjadi melemah. Menurun serta negatifnya pertumbuhan sektor-sektor industri tersebut disebabkan berbagai permasalahan yang dihadapi, seperti: keterbatasan infrastruktur dan listrik, kurangnya pasokan bahan baku untuk Industri Pengolahan Kayu dan Hasil Hutan lainnya, serta maraknya illegal loging dan illegal trade, kurangnya pasokan gas bumi sebagai bahan baku dan energi untuk industri pupuk, serta beredarnya isu penggunaan bahan tambahan pangan yang tidak diperbolehkan untuk industri makanan dan minuman yang sempat meresahkan masyarakat. Dari semua cabang industri, terdapat dua cabang industri yang mendominasi, yaitu Industri Makanan, Minuman dan Tembakau dan Industri Alat Angkut, Mesin dan Peralatan. Peran Industri Makanan, Minuman dan Tembakau relatif konstan sekitar 28-33 persen, tetapi Industri Alat Angkut, Mesin dan Peralatan pada periode tahun 2000-2005 perannya masih sekitar 20-26 persen, pada periode 2005-2009 meningkat menjadi sekitar 27-29 persen. Hal ini dapat disimpulkan bahwa telah terjadi pendalaman dan penguatan struktur industri ke arah produksi produk-produk yang bernilai tambah tinggi dan memiliki kandungan teknologi yang lebih tinggi . Utilisasi industri juga menjadi isu penting karena baru sekitar 47 sub sektor industri di Indonesia yang utilisasinya di atas 80 persen, sementara 96 sub sektor dan 83 sub sektor industri utilisasinya masing-masing baru mencapai antara 61 dan 79 persen dan bahkan di bawah 60 persen. Sub sektor yang memiliki utilitas di atas 80 persen didominasi oleh sub sektor Industri Kimia Hulu, dimana sektor hilir industri yang nilai tambahnya lebih tinggi,
- 10 - Lampiran Peraturan Menteri Perindustrian RI Nomor: 151/M-IND/PER/12/2010 /M-IND/PER/1/2010
utilisasi kapasitas terpasangnya lebih rendah. Kelompok industri yang memiliki nilai tambah yang tinggi dibandingkan dengan Industri Kimia seperti Industri Permesinan dan Elektronika, ternyata utilitasnya berkisar antara 61 sampai dengan 79 persen, bahkan beberapa diantaranya di bawah 60 persen seperti Industri Radio/Radio Cassette, Industri Mesin Proses Minyak Kelapa Sawit, Industri Mesin Proses Pengolahan Gula dan Mesin Proses Pengerjaan Logam. Penguatan struktur industri selama kurun waktu 2005-2009 telah terjadi pada Industri Turunan Minyak Sawit, Industri Petrokimia (aromatik, C1, Olefin), Industri Pasir Kuarsa, Industri Keramik, Industri Air Laut, Industri Mesin Proses Tekstil, Industri Mesin Proses Pabrik Gula, Industri Mesin Proses Pabik Minyak Kelapa Sawit, Industri Logam, Industri Aluminium, Industri Tembaga, Industri Perkapalan, Industri Bangunan Lepas Pantai, Industri Telematika, Industri TV, Industri Video Cassette/disc player dan Industri Lampu Listrik. Namun perkembangan tersebut dirasakan masih belum memenuhi sebagaimana yang diharapkan. Dari sisi pandang lain struktur yang belum lengkap yang diperlihatkan dengan banyak industri yang belum ada di tanah air, menunjukkan masih besarnya peluang investasi pada sektor industri tertentu, baik berupa pendirian perusahaan baru pada industri yang sudah ada maupun membuka perusahaan pada industri yang belum ada. Struktur industri pada pohon industri masih kurang lengkap dipandang dari dua sisi dimensi yang berbeda. Sisi pertama kurang lengkapnya struktur industri memperlihatkan masih besarnya peluang investasi pada sektor industri yang masih terbuka lebar, baik pendirian perusahaan baru pada industri yang sudah eksis (perluasan struktur) maupun membuka perusahaan pada industri yang belum eksis (pendalaman struktur). Sisi lain, kurang lengkapnya struktur industri pada pohon industri mencerminkan belum kokohnya kemampuan industri dan strategi yang diterapkan dalam pengembangannya. Sebaran industri di Indonesia masih terkonsentrasi secara geografis di Pulau Jawa dan Sumatera. Pada tahun 2008 persebaran Industri Manufaktur masih terfokus di Pulau Jawa dan Sumatera menyerap 79,83 persen. Adapun tahun 2006 kedua pulau tersebut menyerap 79,5 persen unit usaha yang ada di Indonesia, sementara pada tahun 2004 serapannya 77,5 persen.
- 11 - Lampiran Peraturan Menteri Perindustrian RI Nomor: 151/M-IND/PER/12/2010
Realisasi Investasi PMDN menunjukkan perkembangan yang makin membaik walau masih tetap di bawah periode sebelum krisis tahun 1998. Sektor industri merupakan sektor utama yang paling banyak diminati oleh perusahaan-perusahaan PMDN. Realisasi Investasi PMDN di sektor industri dari 2005-2009 mencapai Rp. 95,64 triliun dari Rp. 144,42 triliun PMDN secara keseluruhan. Investasi sektor industri paling besar terdapat pada industri Kertas dan Percetakan yaitu Rp. 28,95 triliun dengan 52 proyek. Penyerapan tenaga kerja di sektor industri pengolahan telah meningkat rata-rata 6,38 persen pada periode tahun 2005-2009. Dibandingkan tahun 2005, penyerapan tenaga kerja pada tahun 2006, 2007, 2008, dan 2009 masing-masing meningkat sebesar 14,82 persen; 20,527 persen, 22,36 persen, dan 27,49 persen. Dari sisi ekspor, nilai ekspor produk hasil Industri Manufaktur pada tahun 2005 sebesar US$ 55.566,99 juta dengan kontribusi 64,87 persen terhadap total nilai ekspor Indonesia dan 83,65 persen terhadap produk non migas. Pada tahun 2009, nilai ekspor produk hasil Industri Manufaktur meningkat menjadi sebesar US$ 73.435,84 juta serta mempunyai kontribusi 63,03 persen terhadap total nilai ekspor Indonesia dan 75,33 persen terhadap produk non migas dengan pertumbuhan dari tahun 2005-2009 sebesar 46,76 persen. B.
POTENSI DAN PERMASALAHAN Potensi Sumber daya alam Indonesia (cadangan hutan, kelautan dan perikanan, migas, mineral dan batubara, dsb) sangat potensial untuk menumbuh-kembangkan industri berbasis sumber daya alam. Letak Indonesia yang sangat strategis dapat mengakomodasi kepentingan berbagai negara serta kerjasama yang saling menguntungkan dengan negara-negara di sekelilingnya. Indonesia yang terdiri dari atas ribuan pulau dan penduduknya yang besar merupakan “captive market” bagi berbagai industri. Penduduk Indonesia yang besar tersebut tidak saja dapat merupakan modal bagi tumbuhnya industri (khususnya IKM) yang berbasis tenaga kerja, tetapi juga peluang bagi tumbuhnya sektor industri yang berbasis padat iptek dan daya kreatif.
- 12 - Lampiran Peraturan Menteri Perindustrian RI Nomor: 151/M-IND/PER/12/2010 /M-IND/PER/1/2010
Dengan Sumber Daya Industri yang begitu besar yang dimiliki baik itu Sumber Daya Alamnya maupun Sumber Daya Manusianya, dimana masingmasing memiliki kekuatan dan kelemahan antara lain sebagai berikut : 1. Faktor Sumber Daya Alam Kekuatan
Kelemahan 1. Rendahnya produktivitas pertanian & agrobisnis
1. Lahan Luas dan Subur 2. Penanaman sepanjang tahun 3. Cadangan hutan produksi cukup luas 4. Pembukaan lahan baru sektor pertanian 5. Ketersediaan sumber daya laut & potensi penangkapan ikan 6,7 juta ton per-tahun 6. Ketersediaan sumber mineral cukup besar.
daya
sektor
2. Melambatnya pertumbuhan sektor pertanian 3. Meningkatnya ketergantungan terhadap impor makanan 4. Bahaya kerusakan ekologi 5. Terjadinya berlebihan
penebangan
hutan
6. Bahaya atas terjadinya penangkapan ikan berlebihan di beberapa wilayah
2. Faktor Sumber Daya Manusia Kekuatan
Kelemahan 1. Tidak meratanya penyebaran penduduk dan pendapatan
1. Jumlah Penduduk Besar 2. Tingkat upah kompetitif 3. Keterampilan Seni (craftmanship) tinggi
2. Tingkat pendidikan, keterampilan dan produktifitas tenaga kerja relatif rendah
4. Tekun dan pelatihan
3. Disiplin rendah
mudah
menerima
5. Kemampuan bidang operasional 6. Kemampuan bidang rancang bangun dan perekayasaan sudah berkembang 3. Faktor Geografi Kekuatan 1. Terdiri dari ribuan pulau 2. Terletak di geo stasioner 3. Posisi strategis
Kelemahan 1. Belum bisa didayagunakan sebagai penggerak pertumbuhan industri 2. Peluang baru akan diambil oleh perusahaan-perusahaan asing 3. Infrastruktur telekomunikasi relatif belum memadai
- 13 - Lampiran Peraturan Menteri Perindustrian RI Nomor: 151/M-IND/PER/12/2010
4. Faktor Permodalan Kekuatan
Kelemahan
1. Telah adanya investasi ekstensi selama dua dekade lalu dalam bentuk aset tetap (bangunan, mesin, & peralatan)
1. Rendahnya pemanfaatan kapasitas terpasang pada beberapa sub-sektor industri 2. Terdapat mesin-mesin sudah tua di beberapa sektor industri. 3. Cadangan devisa, perbankan, pasar Modal belum cukup menunjang.
5. Faktor Prasarana (Fisik) Kekuatan
Kelemahan
1. Pernah melakukan investasi secara berarti dan adanya pertumbuhan selama dua dekade lalu sebelum krisis
1. Beberapa prasarana (jalan raya, pelabuhan, dll) & sarana kurang memadai. 2. Ketergantungan tinggi terhadap bantuan asing dan swasta dalam pengembangan prasarana 3. Angkutan Laut dikuasai asing dan belum memadai
6. Faktor Teknologi Kekuatan
Kelemahan
1. Investasi mendorong terjadinya impor teknologi
1. Kegiatan R&D industri dilakukan oleh pemiliknya di luar negeri
2. Jumlah SDM relatif besar pada lembaga-lembaga R&D Pemerintah
2. Relatif rendahnya pengembangan teknologi
3. Penyebaran Teknologi secara nyata lebih efektif melalui impor dan pengenalan mesin
tingkat
3. Rendahnya respon lembaga-lembaga R&D terhadap permintaan pasar 4. Rendahnya manufaktur
produktivitas
sektor
5. Relatif rendahnya biaya R&D per orang 6. Lemahnya keterkaitan antara lembaga-lembaga R&D pemerintah dengan swasta 7. Lemahnya koordinasi & pengembangan lembaga riset
arah
- 14 - Lampiran Peraturan Menteri Perindustrian RI Nomor: 151/M-IND/PER/12/2010 /M-IND/PER/1/2010
Walau telah dicapai berbagai perkembangan yang cukup penting dalam pengembangan industri, namun dirasakan industri belum tumbuh seperti yang diharapkan, khususnya bila dibandingkan dengan kinerja industri pada masa sebelum krisis multi dimensi pada tahun 1998. Berbagai masalah baik yang secara umum menghambat pertumbuhan industri, maupun yang secara khusus dihadapi oleh beberapa industri (penting) tertentu dipaparkan pada uraian di bawah ini. Masalah Umum a. Masalah Internal Industri 1. Struktur industri masih belum kuat. 2. Industri dasar yang menjadi pemasok bahan baku dan bahan penolong industri jumlah dan kemampuannya masih terbatas, dan sama halnya dengan kemampuan produksi barang setengah jadi dan komponen, sehingga ketergantungan impor masih tetap tinggi. 3. Masih terbatasnya populasi industri berteknologi tinggi. 4. Kapasitas produksi masih belum optimal. 5. Penurunan kinerja di beberapa cabang industri akibat terpaan krisis global. 6. Terganggunya
penguasaan
pasar
domestik
(khususnya
akibat
penyelundupan). 7. Ketergantungan ekspor pada beberapa komoditi dan beberapa negara
tujuan. 8. Lemahnya penguasaan desain dan rancang bangun untuk pembangunan industri. 9. Tidak tersedianya dana penelitian dan pengembangan produk industri untuk produk buatan lokal yang cukup di perusahaan industri. 10. Penerapan standar produk komponen dan bahan baku yang tersedia di pasar dalam negeri tidak atau belum memenuhi standar yang telah ditetapkan,
sehingga
menyulitkan
dalam
proses
manufacturing. 11. Belum kuatnya peranan industri kecil dan menengah.
fabrikasi
dan
- 15 - Lampiran Peraturan Menteri Perindustrian RI Nomor: 151/M-IND/PER/12/2010
b. Masalah Eksternal Industri 1. Keterbatasan infrastruktur (jaringan jalan, pelabuhan, kereta api, listrik, pasokan gas). 2. Birokrasi yang belum pro-bisnis. 3. Arus barang impor ilegal yang tinggi (penyelundupan), walau pada satu tahun terakhir ini sudah menunjukkan perbaikan yang berarti. 4. Masalah perburuhan (pesangon, premi jamsostek, UMR dan lain–lain). 5. Masalah kepastian hukum. 6. Insentif fiskal yang belum bersaing dibanding dengan yang ditawarkan oleh negara tetangga. 7. Suku bunga perbankan yang masih tinggi. 8. Ketentuan limbah B3 (limbah batu bara, baja, dan lain–lain) yang sering kali menyulitkan dunia usaha. 9. Kurangnya
keberpihakan
serta
kesadaran
masyarakat
untuk
menggunakan produk dalam negeri. 10. Belum tersedianya perbankan yang khusus ditunjuk pemerintah untuk pembangunan industri per sektor (misalnya: bank khusus untuk agro, untuk industri, untuk migas, untuk IKM, dan lain sebagainya), dengan tingkat bunga kompetitif. 11. Belum terjalinnya komunikasi/hubungan yang intensif antara hasil riset dari balai riset industri dalam negeri dengan perusahaan industri lokal. 1. Perkembangan Industri Indonesia Secara kumulatif petumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia tahun 2008 berada pada angka 6,01 persen (Tabel 1.1), lebih rendah dari target APBN sebesar 6,4 persen. Pencapaian pertumbuhan Produk Domestik Bruto tahun 2009 jauh lebih rendah yakni sebesar 4,55 persen. Kondisi ini terjadi akibat tekanan global karena kasus di Amerika Serikat dan akumulasi permasalahannya. Pertumbuhan sektor ekonomi tertinggi tahun 2009 disumbang oleh sektor Pengangkutan dan Komunikasi sebesar 15,53 persen yang berarti menurun dibandingkan tahun 2008 sebesar 16,57 persen, diikuti Listrik, Gas dan Air Bersih sebesar 13,78 persen yang meningkat dari tahun
- 16 - Lampiran Peraturan Menteri Perindustrian RI Nomor: 151/M-IND/PER/12/2010 /M-IND/PER/1/2010
2008 sebesar 10,92 persen. Namun, terjadi penurunan pertumbuhan pada Industri Pengolahan sebesar 1,55 persen dibandingkan tahun 2008 yakni semula tercatat 3,66 persen, menjadi hanya 2,11 persen pada tahun 2009. Secara keseluruhan terjadi penurunan pertumbuhan terkecuali sektor Pertambangan, Listrik dan Gas, dan sektor Jasa-Jasa. Kondisi ini menunjukkan imbas krisis finansial global di tengah berbagai permasalahan yang masih dihadapi pada lapangan usaha sektor dimaksud. Tabel 1.1. Pertumbuhan Sektor-sektor Ekonomi (tahun dasar 2000, persen) LAPANGAN USAHA
2004
2005
2006
2007
2008*
2009**
1. PERTANIAN, PETERNAKAN, 2.82
2.72
3.36
3.47
4.83
4.13
-4.48
3.20
1.70
1.93
0.68
4.37
6.38
4.60
4.59
4.67
3.66
2.11
-1.95
-5.67
-1.66
-0.06
-0.34
-2,21
7.51
5.86
5.27
5.15
4.05
2.52
4. LISTRIK, GAS, DAN AIR BERSIH
5.30
6.30
5.76
10.33
10.92
13.78
5. B A N G U N A N
7.49
7.54
8.34
8.53
7.51
7.05
6. PERDAGANGAN, HOTEL DAN RESTORAN
5.70
8.30
6.42
8.91
6.87
1.14
KEHUTANAN DAN PERIKANAN 2. PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN 3. INDUSTRI PENGOLAHAN a. Industri Migas b. Industri Non Migas
13.38
12.76
14.23
14.04
16.57
15.53
8. KEUANGAN, PERSEWAAN & JASA PERSH.
7.66
6.70
5.47
7.99
8.24
5.05
9. JASA - JASA
5.38
5.16
6.16
6.44
6.23
6.40
PRODUK DOMESTIK BRUTO
5.03
5.69
5.50
6.35
6.01
4.55
PRODUK DOMESTIK BRUTO TANPA MIGAS
5.97
6.57
6.11
6.95
4.46
4.93
7. PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI
Sumber : BPS diolah Kemenperin * Angka Sementara ** Angka Sangat Sementara
2. Kontribusi Industri Terhadap Ekonomi Sampai dengan tahun 2009, sektor Industri Pengolahan masih menjadi penyumbang tertinggi terhadap perekonomian nasional (Produk Domestik Bruto-PDB). Sektor Industri Pengolahan pada tahun 2009 menyumbang sekitar 26,38 persen, diikuti oleh sektor Pertanian 15,29 persen dan sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran 13,37 persen. Dari tahun 2005 sampai dengan 2009, kontribusi sektor Industri Pengolahan memberikan sumbangan rata-rata 27 persen, tetapi pada tahun 2009 turun mencapai 26,38 persen. Yang tampak memberikan kontribusi agak baik pada tahun 2009 adalah
- 17 - Lampiran Peraturan Menteri Perindustrian RI Nomor: 151/M-IND/PER/12/2010
sektor Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan , Konstruksi serta Jasa-jasa, sebagaimana terlihat pada tabel 1.2.
Tabel 1.2. Nilai PDB Sektoral dan kontribusinya terhadap PDB Nasional No
1
2 3
4 5 6 7 8 9 10 11
LAPANGAN USAHA
2005
2006
2007
2008*
Jumlah
%
Jumlah
%
Jumlah
364.169,3
13,13
433.223,4
12,97
541.931,5
13,72
716.065,3
PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN INDUSTRI PENGOLAHAN
309.014,1
11,14
366.520,8
10,98
440.609,6
11,15
760.361,3
27,41
919.539,3
27,54
1.068.653,9
a. Migas
138.440,9
5,63
172.094,9
5,15
b. Non Migas
621.920,4
21,78
747.444,4
26.693,8
0,96
PERTANIAN, PETERNAKAN, KEHUTANAN DAN PERIKANAN
LISTRIK, GAS, DAN AIR BERSIH KONSTRUKSI
%
Jumlah
2009** %
Jumlah
%
14,46
858.252,0
15,29
540.605,3
10,92
591.531,7
10,54
27,05
1.380.713,1
27,89
1.480.905,4
26,38
182.324,3
4,61
242.043,0
4,89
213.706,5
3,81
22,38
886.329,6
22,43
1.138.670,1
23,00
1.267.198,9
22,57
30.354,8
0,91
34.723,8
0,88
40.846,7
0,82
46.823,1
0,83
195.110,6
7,03
251.132,3
7,52
304.996,8
7,72
419.642,4
8,48
554.982,2
9,89
PERDAGANGAN, HOTEL DAN RESTORAN PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI KEUANGAN, REAL ESTAT & JASA PERSH.
431.620,2
15,56
501.542,4
15,02
592.304,1
14,99
691.494,7
13,97
750.605,0
13,37
180.584,9
6,51
231.523,5
6,93
264.263,3
6,69
312.190,2
6,31
352.407,2
6,28
230.522,7
8,31
269.121,4
8,06
305.213,5
7,73
368.129,7
7,43
404.116,4
7,20
JASA - JASA
276.204,2
9,96
336.258,9
10,07
398.196,7
10,08
481.669,9
9,73
573.818,7
10,22
PRODUK DOMESTIK BRUTO
2.774.281,1
100,00
3.339.216,8
100,00
3.950.893,2
100,00
4.951.356,7
100,00
5.613.441,7
100,00
PRODUK DOMESTIK BRUTO TANPA MIGAS
2.458.234,3
88,61
2.967.040,3
88,85
3.534.406,5
89,46
4.427.193,3
89,,41
5.146.512,1
91,68
Sumber : BPS diolah Kemenperin *Angka Sementara, ** Angka Sangat Sementara
Dampak krisis finansial global sangat dirasakan oleh beberapa industri terutama yang melakukan ekspor dengan tujuan pasar Amerika Serikat, Uni Eropa dan Jepang akibat melemahnya pasar di negara tersebut. Produk yang terkena dampak cukup berarti antara lain : TPT, Produk Karet, Produk Kayu, serta Pulp dan Kertas, Minyak Sawit dan produk-produk Logam. Industri Barang Kayu dan Hasil Hutan, mengalami pertumbuhan negatif karena sulitnya pasokan bahan baku dan menurunnya pasar ekspor. Kondisi yang sama juga terjadi pada Industri Kertas & Barang Cetakan. Industri Makanan, Minuman & Tembakau mengalami penurunan permintaan akibat penurunan daya beli masyarakat. Kondisi melemahnya pasar global tersebut, berakibat terganggunya rencana perluasan investasi. Sebagaimana terlihat pada Tabel 1.3, semua
cabang industri
Pengolahan Non Migas mendapat tekanan hebat. Dari sembilan cabang industri yang mengalami pertumbuhan positif sampai tahun 2009 adalah Industri Makanan, Minuman, dan Tembakau mengalami pertumbuhan
- 18 - Lampiran Peraturan Menteri Perindustrian RI Nomor: 151/M-IND/PER/12/2010 /M-IND/PER/1/2010
sebesar 11,29 persen, Industri Pupuk, Kimia dan Barang dari Karet sebesar 1,51 persen, Industri Tekstil, Barang Kulit dan Alas Kaki sebesar 0,53 persen, Industri Kertas dan barang cetakan sebesar 6,27 persen dan Barang Lainnya 3,13 persen. Sedangkan beberapa cabang industri yang mengalami pertumbuhan negatif pada tahun 2009 adalah industri Barang Kayu dan Hasil Hutan lainnya yang mencapai -1,46 persen, Industri Semen dan Barang Galian bukan logam sebesar -0,63 persen dan Industri Alat Angkut, Mesin dan Peralatannya sebesar -2,94 persen. Sedangkan cabang industri Logam Dasar Besi dan Baja mengalami penurunan terbesar dibanding cabang industri yang lain mencapai -4,53 persen.
Tabel 1.3. Pertumbuhan PDB: tradables (persen) No 1
LAPANGAN USAHA
2006
2007
2008*
2009**
2.82
2.72
3.36
3.47
4.83
4.13
a. Tanaman Bahan Makanan
2.89
2.60
2.98
3.35
6.06
4.71
b. Tanaman Perkebunan
0.40
2.48
3.79
4.55
3.67
2.46
c. Peternakan dan Hasil-hasilnya
3.35
2.13
3.35
2.36
3.52
3.72
d. K e h u t a n a n
1.28
-1.47
-2.85
-0.83
-0.03
1.51
e. P e r i k a n a n
5.56
5.87
6.90
5.39
5.07
5.20
PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN
-4.48
3.20
1.70
1.93
0.68
4.37
a. Minyak dan gas bumi
-4.32
-1.77
-1.07
-1.15
0.45
0.07
b. Pertambangan Bukan Migas.
-7.96
12.24
4.84
5.27
-1.10
10.56
7.46
7.69
8.33
8.53
7.51
7.04
c. Penggalian. 3
2005
PERTANIAN, PETERNAKAN, KEHUTANAN DAN PERIKANAN
2
2004
6.38
4.60
4.59
4.67
3.66
2.11
a. Industri M i g a s
-1.95
-5.67
-1.66
-0.06
-0.34
-2.21
1). Pengilangan Minyak Bumi
-0.23
-5.00
-1.89
-0.13
0.92
0.48
2). Gas Alam Cair
-3.22
-6.19
-1.48
-0.01
-1.30
-4.32
b. Industri bukan Migas
7.51
5.86
5.27
5.15
4.05
2.52
1). Makanan. Minuman dan Tembakau
1.39
2.75
7.21
5.05
2.34
11.29
2). Tekstil, Brg. kulit & Alas kaki
4.06
1.31
1.23
-3.68
-3.64
0.53
-2.07
-0.92
-0.66
-1.74
3.45
-1.46
4). Kertas dan Barang cetakan
7.61
2.39
2.09
5.79
-1.48
6.27
5). Pupuk, Kimia & Barang dari karet
9.01
8.77
4.48
5.69
4.46
1.51
6). Semen & Brg. Galian bukan logam
9.53
3.81
0.53
3.40
-1.49
-0.63
7). Logam Dasar Besi & Baja
-2.61
-3.70
4.73
1.69
-2.05
-4.53
8). Alat Angk., Mesin & Peralatannya
17.67
12.38
7.55
9.73
9.79
-2.94
9). Barang lainnya
12.77
2.61
3.62
-2.82
-0.96
3.13
INDUSTRI PENGOLAHAN
3). Brg. kayu & Hasil hutan lainnya.
- 19 - Lampiran Peraturan Menteri Perindustrian RI Nomor: 151/M-IND/PER/12/2010
No 4
LAPANGAN USAHA
2004
2005
2006
2007
2008*
2009**
LISTRIK, GAS, DAN AIR BERSIH
5.30
6.30
5.76
10.33
10.92
13.78
a. L i s t r i k
5.13
6.68
6.36
7.64
6.65
6.96
b. Gas Kota
9.40
6.48
5.33
30.16
33.21
41.03
c. Air bersih
2.47
4.53
3.57
3.28
3.74
3.91
5
KONSTRUKSI
7.49
7.54
8.34
8.53
7.51
7.05
6
PERDAGANGAN, HOTEL DAN RESTORAN
5.70
8.30
6.42
8.93
6.87
1.14
a. Perdagangan Besar dan Eceran
5.52
8.82
6.60
9.41
7.03
0.02
b. H o t e l
7.93
6.23
5.18
5.37
4.51
3.60
c. R e s t o r a n
6.08
5.88
5.75
7.08
6.58
7.53
13.38
12.76
14.23
14.04
16.57
15.53
8.76
6.25
6.61
2.82
2.74
5.46
-0.92
-2.98
6.44
1.28
14.31
-6.83
2). Angkutan Jalan raya
4.99
4.84
4.93
3.71
4.93
5.67
3). Angkutan laut
3.63
8.75
7.24
-2.30
-5.05
-2.50
4). Angk. Sungai, Danau & Penyebrangan
4.11
3.94
3.81
3.31
4.75
5.02
30.07
10.42
10.65
8.02
5.32
11.65
8.73
5.56
7.06
0.60
0.43
5.05
22.88
24.58
26.03
28.74
31.04
23.80
KEUANGAN, REAL ESTAT & JASA PERSH.
7.66
6.70
5.47
7.99
8.24
5.05
a. B a n k
6.02
4.50
1.55
7.96
7.41
2.40
b. Lembaga Keuangan Bukan Bank
9.24
8.35
7.15
8.14
9.03
7.61
c. Jasa Penunjang Keuangan
9.18
6.66
7.55
9.68
3.40
7.00
d. Real Estate
8.89
8.17
8.47
7.85
8.88
5.24
e. Jasa Perusahaan
9.23
9.28
9.49
8.15
8.97
9.64
JASA – JASA
5.38
5.16
6.16
6.44
6.23
6.40
a. Pemerintahan Umum
1.65
1.90
3.96
5.43
4.46
5.10
1). Adm. Pemerintahan & Pertahanan
1.46
1.81
3.74
5.15
4.07
4.91
2). Jasa Pemerintahan lainnya
2.00
2.06
4.34
5.92
5.12
5.43
b. S w a s t a
8.96
8.09
8.02
7.27
7.65
7.40
1). Sosial Kemasyarakatan
7.78
7.22
6.96
6.62
7.07
7.32
2). Hiburan dan Rekreasi
8.34
6.52
7.95
6.97
8.08
8.20
3). Perorangan dan Rumah tangga
9.51
8.62
8.45
7.56
7.82
7.34
PRODUK DOMESTIK BRUTO
5.03
5.69
5.50
6.35
6.01
4.55
PRODUK DOMESTIK BRUTO TANPA MIGAS
5.97
6.57
6.11
6.95
6.46
4.93
7
PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI a. P e n g a n g k u t a n 1). Angkutan Rel
5). Angkutan Udara 6). Jasa Penunjang Angkutan b. K o m u n i k a s i 8
9
Sumber : BPS, diolah *
Angka sementara, ** Angka sangat sementara
Industri Non Migas terus mengalami penurunan sejak tahun 2005 sebagaimana dilihat pada Tabel 1.4. Dari tabel tersebut terdapat lima industri yang mengalami pertumbuhan negatif sampai dengan tahun 2009 yakni : Barang kayu & Hasil Hutan Lainnya sebesar -1,46 persen; Semen & Barang
- 20 - Lampiran Peraturan Menteri Perindustrian RI Nomor: 151/M-IND/PER/12/2010 /M-IND/PER/1/2010
Galian bukan logam -0,63 persen; Logam Dasar Besi dan Baja sebesar -4,53 persen; serta Alat Angkut, Mesin dan Peralatannya sebesar -2,94 persen. Sedangkan cabang industri yang menunjukkan pertumbuhan positif ada empat yakni Makanan, Minuman dan Tembakau 11,29 persen; Tekstil, Brg. Kulit & Alas Kaki sebesar 0,53 persen; Kertas dan Barang Cetakan sebesar 6,27 persen; Pupuk, Kimia dan Barang dari Karet sebesar 1,51 persen serta Barang Lainnya sebesar 3,13 persen. Tabel 1.4. Pertumbuhan Industri Pengolahan Non Migas No 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Cabang Industri 2004 Makanan, Minuman dan Tembakau Tekstil, Brg. kulit & Alas kaki Brg. kayu & Hasil hutan lainnya. Kertas dan Barang cetakan Pupuk, Kimia & Barang dari karet Semen & Brg. Galian bukan logam Logam Dasar Besi & Baja Alat Angk., Mesin & Peralatannya Barang lainnya Total Industri Pengolahan Non Migas
2005
Pertumbuhan (%) 2006 2007 2008*
2009 **
1.39
2.75
7.21
5.05
2.34
11.29
4.06
1.31
1.23
-3.68
-3.64
0.53
-2.07
-0.92
-0.66
-1.74
3.45
-1.46
7.61
2.39
2.09
5.79
-1.48
6.27
9.01
8.77
4.48
5.69
4.46
1.51
9.53
3.81
0.53
3.40
-1.49
-0.63
-2.61
-3.70
4.73
1.69
-2.05
-4.53
17.67
12.38
7.55
9.73
9.79
-2.94
12.77
2.61
3.62
-2.82
-0.96
3.13
7.51
5.86
5.27
5.15
4.05
2.52
Sumber: BPS, diolah * Angka sementara, ** Angka sangat sementara.
Kondisi cabang-cabang industri masih menunjukkan kondisi tidak stabil pada tahun 2009, dimana ada lima cabang industri yang mengalami pertumbuhan negatif dan empat cabang industri yang positif. Terdapat dua industri yang mengalami penurunan dan kenaikan yang cukup tinggi, untuk kenaikan terjadi pada Industri Makanan, Minuman dan Tembakau sebesar 11,29 persen dan penurunan terjadi pada Industri Alat Angkut, Mesin dan Peralatannya sebesar
-2,94 persen. Alat Angkut,
Mesin dan Peralatan yang semula membukukan pertumbuhan positif 9,79 persen pada tahun 2008, turun drastis menjadi -2,94 persen kemudian Industri Makanan, Minuman dan Tembakau pada tahun 2008 sebesar 2,34 persen menjadi 11,29 persen pada tahun 2009. Perkembangan Pertumbuhan Industri Pengolahan Migas Tahun Tahun 2004-2009 dapat dilihat pada Gambar 1.1 .
- 21 - Lampiran Peraturan Menteri Perindustrian RI Nomor: 151/M-IND/PER/12/2010
Gambar 1.1. Pertumbuhan Industri Pengolahan Non Migas 2004-2009 Ditinjau dari realisasi investasi dalam negeri (PMDN), sebagian besar Industri Manufaktur mengalami peningkatan realisasi investasi pada tahun 2009 dibanding tahun 2008, dengan nilai realisasi tertinggi pada cabang Industri Kimia dan Farmasi sebesar 5.850,1 miliar rupiah diikuti dengan Industri Makanan sebesar 5.768,5 miliar rupiah. Nilai realisasi Industri Makanan mengalami penurunan sangat besar pada tahun 2009 sebesar 29,6 persen dibanding tahun sebelumnya (Tabel 1.5) dari 8.192,9 miliar rupiah pada tahun 2008 hanya dibukukan senilai 5.768,5 miliar rupiah di tahun 2009. Apabila ditinjau dari jumlah izin usaha tetap yang dikeluarkan, maka industri yang mencapai perkembangan significan dibanding tahun 2008 adalah cabang Industri Tekstil, diikuti cabang Industri Karet dan plastik dan industri lainnya. Tabel 1.5 Perkembangan Realisasi Investasi (PMDN) Industri NO.
2004
SEKTOR
2005
2006
2008
2007
2009
P 28,0
I 3.507,9
P 35,0
I 4.490,8
P 19,0
I 3.175,3
P 27
I 5.371,7
P 49
I 8.192,9
P 34
I 5.768,5
Industri Tekstil
7,0
70,0
22,0
1.640,7
7,0
81,7
8
228,2
20
719,6
23
2.645,7
3
Ind. Barang Dari Kulit & Alas Kaki
2,0
24,5
1,0
14,6
1,0
4,0
2
58,5
2
10,1
1
4,0
4
Industri Kayu
4,0
888,9
9,0
198,8
9,0
709,0
3
38,8
4
306,6
2
33,5
5
Ind. Kertas dan Percetakan
4,0
205,7
13,0
9.732,6
9,0
1.871,2
8
14.548,2
14
1.797,7
8
1.000,8
6
Ind. Kimia dan Farmasi
10,0
4.284,8
17,0
1.945,2
10,0
3.248,9
14
1.168,2
23
503,7
15
5.850,1
7
Ind. Karet dan Plastik
11,0
445,4
18,0
678,4
11,0
253,6
10
564,5
27
797,8
31
1.532,8
8
Ind. Mineral Non Logam
10,0
524,5
4,0
774,6
4,0
218,2
2
124,2
7
845,3
4
786,1
1
Industri Makanan
2
- 22 - Lampiran Peraturan Menteri Perindustrian RI Nomor: 151/M-IND/PER/12/2010 /M-IND/PER/1/2010
NO. 9 10 11 12
2004
SEKTOR Ind. Logam, Mesin & Elektronik Ind. Instru. Kedokteran, Presisi & Optik dan Jam Ind. Kendaraan Bermotor & Alat Transportasi Lain Industri Lainnya Jumlah
2005
2006
2008
2007
2009
P 19,0
I 546,6
P 16,0
I 1.151,5
P 22,0
I 3.334,2
P 17
I 3.541,6
P 31
I 2.381,1
P 31
I 1.466,8
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
-
-
2
7,0
-
-
1,0
19,6
6,0
284,6
4,0
116,6
8
609,4
6
314,7
3
66,5
0,0
0,0
8,0
79,4
0,0
0,0
2
36,5
4
38,4
6
279,5
96,0
10.517,9
149,0
20.991,2
96
13,012.7
101
26,289.8
189
15,914.8
158
19,434.4
Sumber : BKPM (2009) CATATAN : 1. Diluar Investasi Sektor Minyak & Gas Bumi, Perbankan, Lembaga Keuangan Non Bank, Asuransi, Sewa Guna Usaha, Pertambangan dalam rangka Kontrak Karya, Perjanjian Karya, Pengusahaan Pertambangan Batubara, Investasi yang perizinannya dikeluarkan oleh instansi teknis/sektor, Investasi Porto folio (Pasar Modal) dan Investasi Rumah Tangga. 2. P : Jumlah Izin Usaha Tetap yang dikeluarkan 3. I : Nilai Realisasi Investasi dalam Rp. Milyar 4. Data sementara, termasuk izin usaha tetap yang dikeluarkan oleh daerah yang diterima BKPM sampai dengan tanggal 31 Desember 2009
Perkembangan Realisasi Investasi PMDN per tahun dapat dilihat pada Gambar 1.2.
Gambar 1.2. Realisasi PMDN Industri (milyar Rp) Ditinjau dari realisasi Nilai investasi PMA pada tahun 2009 menunjukkan penurunan dibanding tahun 2008 yakni dari sebesar US$ 4.515,2 menjadi US$ 3.831,1 Juta. Dari sejumlah tersebut, kontribusi investasi 3 besar pada tahun 2009 berada pada sub sektor Industri Kimia dan Farmasi dengan nilai US$ 1.183,1 juta, kemudian diikuti industri Logam, Mesin & Elektronika
sebesar US$ 654,9 juta dan industri Kendaraan
Bermotor & Alat Transportasi Lain sebesar US$ 583,4 juta (Tabel 1.6). Jumlah izin usaha tetap yang dikeluarkan untuk investasi PMA rata-rata meningkat pada tahun 2009 terkecuali Industri Makanan yang mengalami
- 23 - Lampiran Peraturan Menteri Perindustrian RI Nomor: 151/M-IND/PER/12/2010
penurunan sejumlah 7 izin usaha. Total izin yang dikeluarkan adalah sejumlah 474 izin pada tahun 2009 dibandingkan 495 izin pada tahun 2008 atau terjadi penurunan realisasi pemberian izin usaha sebesar 4,24 persen dan secara nilai investasi terjadi penurunan sebesar 15,15 persen. Tabel 1.6. Perkembangan Realisasi Investasi (PMA) NO.
2004
SEKTOR
2005
2006
2008
2007
2009
P 29,0
I 574,3
P 46
I 603.2
P 45
I 354.4
P 53
I 704.1
P 42
I 491.4
P 49
I 552.1
24,0
165,5
31
71.1
61
424.0
63
131.7
67
210.2
66
251.4
6,0
13,2
6
47.8
11
51.8
10
95.9
20
145.8
21
122.6
4
Industri Tekstil Ind. Barang Dari Kulit & Alas Kaki Industri Kayu
6,0
4,1
18
75.5
18
58.9
17
127.9
19
119.5
18
62.1
5
Ind. Kertas dan Percetakan
16,0
414,5
6
9.9
16
747.0
11
672.5
15
294.7
18
68.7
6
Ind. Kimia dan Farmasi
39,0
614,1
41
1,152.9
32
264.6
32
1,611.7
42
627.8
41
1,183.1
7
Ind. Karet dan Plastik
16,0
81,0
27
392.6
33
112.7
36
157.9
50
271.6
42
208.1
8
Ind. Mineral Non Logam
10,0
108,1
11
66.2
7
94.8
6
27.8
11
266.4
8
19.5
9
Ind. Logam, Mesin & Elektronik Ind. Instru. Kedokteran, Presisi & Optik dan Jam Ind. Kendaraan Bermotor & Alat Transportasi Lain Industri Lainnya
51,0
312,8
87
521.8
86
955.7
99
714.1
141
1,281.4
121
654.9
4,0
13,0
2
3.1
1
0.2
1
10.9
7
15.7
5
5.1
22,0
402,6
31
360.6
28
438.5
38
412.3
47
756.2
52
583.4
1
Industri Makanan
2 3
10 11 12
Jumlah Sumber : BKPM (2009)
25,0
101,4
29
195.9
25
117.1
24
30.2
34
34.7
33
120.1
248,0
2.804,6
335
3,500.6
363
3,619.7
390
4,697.0
495
4,515.2
474
3,831.1
CATATAN : 1. Diluar Investasi Sektor Minyak & Gas Bumi, Perbankan, Lembaga Keuangan Non Bank, Asuransi, Sewa Guna Usaha, Pertambangan dalam rangka Kontrak Karya, Perjanjian Karya, Pengusahaan Pertambangan Batubara, Investasi yang perizinannya dikeluarkan oleh instansi teknis/sektor, Investasi Porto folio (Pasar Modal) dan Investasi Rumah Tangga. 2. P : Jumlah Izin Usaha Tetap yang dikeluarkan 3. I : Nilai Realisasi Investasi dalam US$ Juta 4. Data sementara, termasuk izin usaha tetap yang dikeluarkan oleh daerah yang diterima BKPM sampai dengan tanggal 31 Desember 2009
Perkembangan Realisasi Investasi PMA per tahun dapat dilihat pada Gambar 1.3.
1.2.3 Struktur Industri
Gambar 1.3. Realisasi PMA Industri (US$ Juta)
- 24 - Lampiran Peraturan Menteri Perindustrian RI Nomor: 151/M-IND/PER/12/2010 /M-IND/PER/1/2010
Sektor industri masih didominasi oleh industri padat tenaga kerja yang memiliki rantai pendek sehingga penciptaan nilai tambah juga relatif kecil. Industri dimaksud lebih menekankan penggunaan tenaga manusia untuk melakukan pemrosesan tahap awal yang berupa sedikit peningkatan mutu komoditas tanpa mengubah menjadi produk olahan. Pasar tujuan masih tertuju pasar-pasar tradisional (existing market) seperti ke Singapura, Amerika Serikat yang hanya menyerap komoditas dengan nilai tambah kecil yang kurang menguntungkan bagi Indonesia. Berbagai permasalahan dihadapi atas kondisi ini baik dari sisi eksternal dan internal. Permasalahan eksternal dihasilkan dari taktik perdagangan negara pembeli yang memiliki posisi rebut tawar (bargaining power) lebih tinggi sehingga memiliki kekuatan penekan untuk mengatur, kampanye negatif yang menunjukkan seakan Indonesia tidak mampu menjadi negara industri pengolah, dan penerapan hambatan perdagangan. Perlakuan tidak berkeadilan atas praktek hambatan perdagangan yang memaksa secara sepihak negara berkembang membuka pasar domestik atas pasar produk negara maju terutama Amerika Serikat, membuat industri negara berkembang yang baru tumbuh menjadi kalah bersaing ketika berhadapan dengan produk industi maju. Semua hambatan tarif di negara berkembang dipaksa dihapuskan hingga membuka luas pasar produk Pertanian tetapi sebaliknya Amerika Serikat dan Eropa melakukan subsidi sektor Pertanian di negara mereka. Bahkan industri maju meminta liberalisasi industri Kimia, Elektronik, maupun Keuangan. Inilah distrosi perdagangan global yang masih menjadi tantangan negara berkembang termasuk Indonesia. Walaupun sekarang negara
yang tergabung pada BRICS (Brazil, Rusia, India, China) telah
memiliki kekuatan dan menuntut World Trade Organization lebih berlaku adil dan memberlakukan akses pada produk-produk negara berkembang namun realisasinya belum secara nyata terwujud. Memang terdapat beberapa permasalahan dari kemampuan Sumber Daya Manusia terutama dalam pengolahan produk atau penanganan lepas
- 25 - Lampiran Peraturan Menteri Perindustrian RI Nomor: 151/M-IND/PER/12/2010
panen, hambatan teknologi pengolahan (processing), permodalan untuk industri padat modal, integrasi hulu dan hilir. Permasalahan generik yang ditemukan hampir di semua lokasi terdiri empat hal pokok yakni: rantai pasokan, sarana dan prasarana, permodalan dan kemampuan sumber daya manusia. Beberapa kondisi khusus diantaranya pemasaran, hubungan industri kecil menengah dan industri besar dan kebijakan pemerintah. 3. Struktur Industri Terdapat tiga unsur pelaku ekonomi yang mendukung perkembangan sektor industri, yaitu Badan Usaha Milik Swasta (BUMS), Badan Usaha Milik Negara (BUMN), dan Pengusaha Kecil/Menengah, serta Koperasi (Tabel 1.7). Jumlah Industri Kecil/Menengah sebesar 3.755.238 juta unit usaha sedangkan industri besar berkisar 2.867 unit usaha. Bangun industri di Indonesia terdiri dari 45 persen merupakan industri berbasis sumberdaya alam (resources based industries), 17 persen merupakan industri padat orang (labour intensives industries), sedangkan sisanya tersebar antara capital based industries, sciences based industries dan differentiated based industries.
Pembangunan
Industri
diharapkan
mampu
mewujudkan
perimbangan antara industri kecil-menengah dan industri besar. Industri berbasis padat modal dan teknologi difokuskan untuk menyeimbangkan industri yang berbasis Tenaga Kerja dan Sumber daya alam.
Tabel 1.7. Struktur industri Indonesia, 2005 - 2009 1 1.1 1.2 1.3 2 2.1 2.2 2.3
Uraian
Satuan
2005
2006
2007
Unit Usaha/Unit Industri Kecil Industri Menengah Industri Besar Tenaga Kerja Industri Kecil Industri Menengah Industri Besar
Unit Unit Unit Unit Orang Orang Orang Orang
2.811.468,0 2.795.237,0 13.712,0 2.519,0 10.971.630,0 6.745.086,0 140.992,0 4.085.552,0
3.220.061,0 3.200.620,0 16.886,0 2.555,0 12.597.214,0 7.195.356,0 175.901,0 5.011.535,0
3.442.306,0 3.422.672,0 15.782,0 3.852,0 13.223.776,0 7.441.995,0 190.936,0 5.590.844,0
2008* 3.545.100 3.526.420 15.709 2.971 13.424.341 7.800.576 190.696 5.433.069
2009** 3.758.105 3.739.507 15.731 2.867 13.987.659 7.871.888 201.966 5.913.805
- 26 - Lampiran Peraturan Menteri Perindustrian RI Nomor: 151/M-IND/PER/12/2010 /M-IND/PER/1/2010
Uraian
Satuan
2005
2006
3 PDB (adhk2000) Mil Rp 491.422,0 514.192,0 Industri Kecil 64.073,1 66.271,5 3.1 Mil Rp Industri Menengah 59.726,0 62.034,7 3.2 Mil Rp Industri Besar 367.622,8 385.886,0 3.3 Mil Rp Sumber: BPS diolah Kemenperin * ) Angka Sementara, ** ) Perkiraan Kriteria: Industri Kecil: penjualan / tahun < 1 Milyar Rupiah Industri Menengah: penjualan / tahun 1 – 10 Milyar Rupiah Industri Besar: penjualan / tahun > 10 Milyar Rupiah
2007
2009**
2008*
538.078,0 69.350,0 64.916,4 403.811,5
557.766 71.887 67.292 418.587
570.629 73.545 68.843 428.241
Ditinjau dari peranan cabang industri, cabang-cabang Industri Pengolahan Non Migas yang memberikan kontribusi tinggi terhadap PDB, adalah cabang Industri Makanan, Minuman dan Tembakau sebesar 33,19 persen. Cabang Industri Alat Angkut, Mesin dan Peralatannya 27,32 persen, Industri Pupuk, Kimia dan Barang dari Karet 12,84 persen, serta cabang industri lainnya memiliki peran di bawah 10 persen. Sebagaimana tersaji pada tabel 1.8. Tabel 1.8. Peranan Cabang Industri terhadap Total Sektor Industri CABANG INDUSTRI
1). Makanan, Minuman dan Tembakau 2). Tekstil, Brg. kulit & Alas kaki 3). Brg. kayu & Hasil hutan lainnya. 4). Kertas dan Barang cetakan 5). Pupuk, Kimia & Barang dari karet 6). Semen & Brg. Galian bukan logam 7). Logam Dasar Besi & Baja 8). Alat Angk., Mesin & Peralatannya 9). Barang lainnya Industri tanpa Migas
2004
2005
2006
2007
2008*
2009**
29,73
28,58
28,46
29,80
30,40
33,19
12,99
12,40
12,06
10,56
9,21
9,19
5,68
5,67
5,97
6,19
6,43
6,32
5,64
5,45
5,30
5,12
4,56
4,82
11,64
12,25
12,59
12,50
13,53
12,84
3,92
3,95
3,88
3,70
3,53
3,43
2,94
2,96
2,77
2,58
2,57
2,11
26,54
27,81
28,02
28,69
28,97
27,32
0,92
0,93
0,95
0,85
0,80
0,77
100,00
100,00
100.0
100.0
100.0
100.0
Sumber: BPS diolah Kemenperin * Angka Sementara ** Angka Sangat Sementara
4. Persebaran Lokasi dan Konsentrasi Pertumbuhan Industri Kontribusi industri selama ini masih disumbang sebesar 75 persen dari industri-industri yang berada di Pulau Jawa dan sisanya di luar Pulau Jawa dan Bali. Hal ini dapat dimengerti karena pesebaran masih terkonsentrasi di Pulau Jawa. Lokasi industri untuk Pulau Jawa, berada di Jawa Tengah sebesar 38.71 persen, diikuti Jawa Timur 31,05 persen dan Jawa Barat sebesar 21,29 persen (Tabel 1.9). Sedangkan di luar Pulau Jawa, terkonsentrasi di Sumatera. Selain
- 27 - Lampiran Peraturan Menteri Perindustrian RI Nomor: 151/M-IND/PER/12/2010
kedua daerah tersebut juga terdapat kawasan-kawasan lainnya, antara lain : Kawasan Timur Indonesia, Maluku dan Papua. Industri yang berada di Maluku dan Papua memiliki tingkat pertumbuhan industri terkecil kedua, dimana pertumbuhan industri terkecil terletak di kawasan pulau Bali, NTB, NTT. Share wilayah terhadap PDB Industri dan persebarannya dapat dilihat pada Gambar 1.4 dan 1.5. Secara lebih lengkap, persebaran industri di Luar Pulau Jawa dapat dilihat pada Tabel 1.10 .
Gambar 1.4. Share Wilayah terhadap PDB Industri Indonesia
Tabel 1.9. Persebaran Industri di Pulau Jawa. Jawa Banten Jawa Barat DKI Jakarta Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Total
PDRB IND (T Rp) 92,52 345,6 158,1 91,99 7,4 246,1 941,71
Sumber: BPS (Hasil sensus ekonomi 2006)
Unit Usaha 78.959 460.341 37.749 837.114 76.616 671.490 2.162.269
Persen 3.65 21.29 1.75 38.71 3.54 31.05 100
Share thd PDB Ind (%) 7,37 27,52 12,59 7,33 0,59 19,6 75
- 28 - Lampiran Peraturan Menteri Perindustrian RI Nomor: 151/M-IND/PER/12/2010 /M-IND/PER/1/2010
Tabel 1.10. Persebaran Industri di Luar Pulau Jawa
2,67
PDB Ind (%) 0,21
62.157
5.82
NTB
2,85
Share thd PDB Ind(%) 0,23
124.935
11.71
Sumatera Utara
75,67
6,03
78.449
7.35
NTT
0,57
0,05
70.081
6.57
Sumatera Barat
12,04
0,96
57.640
5.40
Sulawesi Utara
3,87
0,31
30.917
2.90
Riau
44,15
3,52
22.095
2.07
Gorontalo
0,4
0,03
14.996
1.41
Riau Kepulauan
49,4
3,93
7.958
0.75
Sulawesi Tengah
2,99
0,24
23.960
2.25
Jambi
4,66
0,37
17.423
1.63
Sulawesi Selatan
16,65
1,33
108.551
10.17
Bengkulu
0,85
0,07
12.092
1.13
Sulawesi Barat
0,84
0,07
13.584
1.27
Sumatera Selatan
20,98
1,67
5.2499
4.92
Sulawesi Tenggara
2,25
0,18
39.553
3.71
Bangka Belitung Lampung
6,49 13,66
0,52 1,09
6.119 88.395
0.57 8.28
Maluku Maluku Utara
0,52 1,02
0,04 0,08
14.826 7.654
1.39 0.72 0.24
Non Jawa
PDRB IND (T Rp)
NAD
Non Jawa
Persen
PDRB IND (T Rp)
Unit Usaha
6,43
0,51
83.831
7.85
Irian Jaya Barat
1,3
0,1
2.525
1,16
39.944
3.74
Papua
0,95
0,08
5.976
0.56
3,99
0,32
18.334
1.72
Total
313,9
25
1.067.233
100.00
Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan
9,74
0,7
48.392
4.53
Kalimantan Timur
15,45
1,23
14.347
1.34
Sumber: BPS (Hasil sensus ekonomi 2006)
Tabel 1.11. Persebaran Industri di Indonesia No I
WILAYAH/PROPINSI
1998 Unit persen Usaha*)
2003 Unit persen Usaha
2006 Unit persen Usaha
1.418.895
61,95
1.893.768
62,50
2.162.269
66,95
22.436
1,01
23/733
0,78
37.749
1,17
2. Jawa Barat dan Banten
314.014
13,71
387.983
12,80
539.300
16,70
3. Jaw tengah
556.748
24,31
798.814
26,36
837.114
25,92
75.131
3,28
133.613
4,41
76.616
2,37
5. Jawa Timur
450.566
19,67
549.625
18,14
671.490
20,79
Luar Jawa
871.394
38,05
1.136.342
37,50
1.067.234
33,05
1. Sumatera
288.829
12,61
381.611
12,60
404.827
12,54
Jawa 1. DKI Jakarta
4. DIY
II
Persen
14,54
Bali Kalimantan Barat
Unit Usaha
Share thd
97.738
4,27
694.844
4,83
121.018
3,75
3. Bali/NTB/NTT
212.680
9,29
333.989
11,02
278.847
8,63
4. Sulawesi
173.543
7,58
246.614
8,14
231.561
7,17
19.604
4,31
27.684
0,91
30.981
0,96
2.290.298
100,00
3.030.116
100,00
3.229.503
100,00
2. Kalimantan
5. Maluku / Papua INDONESIA
Sumber: BPS (Hasil sensus ekonomi 2006) Catatan : - Unit Usaha meliputi : Industri Mikro, Industri Kecil, Industri Menengah dan Industri Besar - Status Badan Hukum : BUMN, BUMD, PT, CV, Firma, Koperasi, Yayasan, Lainnya, Tidak berbadan Hukum, Tidak ditanyakan.
- 29 - Lampiran Peraturan Menteri Perindustrian RI Nomor: 151/M-IND/PER/12/2010
Gambar 1.5. Persebaran Industri Indonesia (%) 5. Perkembangan Ekspor Impor dan Neraca Perdagangan Perkembangan ekspor total industri nasional selama lima tahun terakhir mengalami pertumbuhan sebesar 32,16 persen. Pertumbuhan ini disumbang oleh 12 industri yang tumbuh selama lima tahun terakhir sebesar 31,39 persen. Total nilai sumbangan nilai ekspor sebesar
US $
65.376,57 juta dibandingkan tahun 2004 sebesar US $ 43.455,17 juta. Pengolahan Kelapa/Kelapa Sawit masih menjadi penyumbang paling tinggi dengan nilai US $ 12.924,89 juta diikuti Tekstil sebesar US $ 9.245,13 juta dan Besi Baja, Mesin-mesin dan Otomotif sebesar US $ 8.701,12 juta. Adapun penyumbang terkecil adalah industri Kulit, Barang Kulit dan Sepatu/Alas Kaki sebesar US $ 1.888,08 juta. Secara rinci Perkembangan Ekspor Non Migas tahun 2004-2009 dapat dilihat pada Tabel 1.12. dan Gambar 1.6.
- 30 - Lampiran Peraturan Menteri Perindustrian RI Nomor: 151/M-IND/PER/12/2010 /M-IND/PER/1/2010
Tabel 1.12. Perkembangan Ekspor Non Migas Tahun 2004 s/d 2009 (juta US $) No
URAIAN
2004
2005
1
Pengolahan Kelapa/Kelapa Sawit
4.840,30
2
Besi Baja, Mesin-mesin dan Otomotif
3
2007
5.419,19
6.407,27
10.476,83
16.168,07
12.924,89
138,50
4.581,84
5.949,69
7.712,68
9.606,92
11.814,98
8.701,12
46,24
Tekstil
7.626,15
8.584,85
9.422,75
9.790,09
10.116,35
9.245,13
7,69
4
Pengolahan Karet
2.954,10
3.545,82
5.465,16
6.179,87
7.579,66
5020,19
41,58
5
Elektronika
7.142,50
7.853,03
7.200,19
6.359,73
6.806,70
7.899,59
0,59
6
Pengolahan Tembaga, Timah dll.
2.165,08
3.133,52
4.133,97
6.156,04
5.660,67
4.241,50
35,36
7
Pulp dan Kertas
2.817,61
3.257,48
3.983,27
4.440,49
5.219,62
4.272,38
31,16
8
Pengolahan Kayu
4.461,62
4.476,25
4.757,59
4.485,14
4.206,12
3.441,45
-23,12
9
Kimia Dasar
2.640,07
2.750,22
3.521,44
4.492,50
3.738,35
3.161,16
14,94
10
Makanan dan Minuman
1.440,12
1.647,92
1.866,00
2.374,83
3.104,85
2.576,44
56,34
11
Alat-alat Listrik
1.232,73
1.456,03
1.770,93
2.148,88
2.390,24
2.004,60
37,68
12
2008
2009*
Pertumbuhan (%) 2005-2009
2006
Kulit, Barang Kulit dan Sepatu/Alas Kaki Total 12 Besar Industri
1.553,04
1.683,69
1.913,17
2.006,60
2.260,46
1.888,08
12,14
43.455,17
49.757,71
58.154,42
68.517,92
79.066,08
65.376,57
31,39
Total Industri
48.660,11
55.566,99
64.990,33
76.429,60
88.351,70
73.435,84
32,16
Non migas
55.939,28
66.428,36
79.589,15
92.012,32
107.894,15
97.491,73
46,76
Migas
15.645,33
19.231,60
21.209,48
22.088,57
29.126,27
19.018,30
-1,11
Sumber : BPS, diolah * Agka Sementara
Gambar 1.6. Total Ekspor Non Migas Tahun 2004 s/d 2009 (juta US $)
- 31 - Lampiran Peraturan Menteri Perindustrian RI Nomor: 151/M-IND/PER/12/2010
Total nilai impor nasional pada akhir tahun 2008 mengalami peningkatan hampir dua kali lipat dibandingkan dengan tahun 2007. Nilai total impor Non Migas tahun 2008 sebesar US $ 98.644,41 juta dan total industri sebesar US $ 91.800,67 juta. Dari total nilai impor tersebut terserap pada 9 industri sebesar US $ 80.372,42 juta. Industri yang menyerap impor paling tinggi adalah Industri Besi Baja, Mesin-mesin dan Otomotif sebesar US $ 31.683,82 juta pada tahun 2009. Nilai ini naik sebesar 80,73 persen dibandingkan tahun 2005. Industri Elektronika menyerap nilai impor sebesar US $ 10.496,71 juta dan Industri Kimia sebesar US $ 8.095,12 juta. Secara rinci perkembangan Impor Non Migas tahun 2004-2009 dapat dilihat pada Tabel. 1.13.
Tabel 1.13. Perkembangan Impor Non Migas Tahun 2004 s/d 2009 (US $ Juta) No
URAIAN
Pertumbuhan (%) 2005-2009
2004
2005
2006
2007
2008
2009*
13.620,20
17.531,04
17.031,41
20.539,04
39.978,69
31.683,82
80,73 334,92
1
Besi Baja, Mesin-mesin dan Otomotif
2
Elektronika
2.048,47
2.413,48
2.488,31
4.035,98
13.444,71
10.496,71
3
Kimia Dasar
5.690,64
5.935,32
6.315,39
7.115,75
10.716,70
8.095,12
36,39
4
Tekstil
1.036,36
1.026,87
1.085,68
1.192,00
3.901,78
3.396,92
230,80
5
Makanan dan Minuman
1.390,67
1.914,52
2.178,23
3.616,14
3.157,97
2.810,63
46,81
6
Pulp dan Kertas
1.299,76
1.298,95
1.392,04
1.692,60
2.518,49
1.883,21
44,98
7
Alat-alat Listrik
724,42
877,79
852,98
1.118,31
2.470,79
2.105,82
139,90
8
Pupuk
431,99
518,87
624,65
761,78
2.337,64
929,14
79,07
9
Barang-barang Kimia lainnya
1.078,06
1.167,23
1.170,03
1.293,82
1.845,64
1.661,88
42,38
Total 9 Besar Industri
27.320,57
32.684,07
33.138,71
41.365,42
80.372,42
63.063,25
92,95
Total Industri
31.550,79
37.300,34
38.624,63
48.084,08
91.800,67
72.398,09
94,09
Non Migas
34.792,48
40.243,21
42.102,59
52.540,61
98.644,41
77.848,50
93,45
Gas
11.732,05
17.457,68
18.962,87
21.932,82
30.552,90
18.980,75
8,72
Sumber : BPS, diolah *angka sementara
- 32 - Lampiran Peraturan Menteri Perindustrian RI Nomor: 151/M-IND/PER/12/2010 /M-IND/PER/1/2010
Total Impor Industri Non Migas 2004-2009 dapat dilihat pada Gambar 1.7.
Gambar 1.7. Total Impor Non Migas Tahun 2004 s/d 2009 (US $ Juta) Berdasarkan penggunaan, impor barang dibagi menurut barang konsumsi, bahan baku dan barang modal. Impor barang konsumsi, impor bahan baku/penolong dan impor barang modal pada periode yang sama di tahun 2009 terhadap 2008 mengalami penurunan. Peran impor bahan baku mengambil persentase paling besar yakni 71,36 persen diikuti barang modal 21,11 persen dan barang konsumsi 7,53 persen. Pada tahun 2008,
impor
barang
konsumsi
mengalami
penurunan
sebesar
24,37 persen dibanding tahun 2009, bahan baku menurun 29,70 persen dan barang modal sebesar 3,86 persen. Tahun 2007 impor barang konsumsi naik 33,99 persen dibandingkan tahun sebelumnya, impor bahan baku sebesar 19,95 persen dan barang modal sebesar 25,20 persen. Tabel 1.14. Perkembangan Impor Menurut Golongan Penggunaan Golongan Barang Barang Konsumsi Bahan Baku Barang Modal Total Impor
Persen Perub.
Persen Perub.
2007
Persen Perub.
2008
Persen Perub.
2004
2005
3.849,96
4.752,32
23,44
5.314,84
11,84
7.121,56
33,99
9.647,11
-24,37
7.296,08
7,53
36.138,52
44.658,23
23,58
46.592,24
4,33
55.885,14
19,95
98.291,74
-29,70
69.094,67
71,36
6.536,05
8.290,33
26,84
9.158,39
10,47
11.466,72
25,20
21.258,46
-3,86
20.438,50
21,11
46.524,53
57.700,88
24,02
61.065,47
5,83
74.473,43
21,96
129.197,31
-25,05
96.829,24
100,00
Sumber : BPS, diolah
2006
2009*
Peran (%) terhadap total impor
- 33 - Lampiran Peraturan Menteri Perindustrian RI Nomor: 151/M-IND/PER/12/2010
6. Penyerapan Tenaga Kerja Dari sisi penyerapan tenaga kerja di sektor industri pengolahan non migas secara kumulatif dari tahun 2005-2009 (prognosa) mengalami peningkatan sebesar 2.551.507 orang dari 10.971.630 orang pada tahun 2005 meningkat menjadi 13.987.659 orang pada tahun 2009 (prognosa). Penyerapan tenaga kerja terbanyak pada sub sektor industri makanan, minuman dan tembakau sebesar 1.559.117 orang dari 3.513.958 orang pada tahun 2005 meningkat menjadi 5.073.075 orang pada tahun 2009 (prognosa). Secara rinci perkembangan penyerapan tenaga kerja di sektor industri pengolahan non migas tersaji pada Tabel 1.15 dan perkembangan jumlah tenaga kerja dari tahun 2004-2009 dapat dilihat pada gambar 1.8. Tabel 1.15. Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Industri Pengolahan Non Migas Tahun 2004– 2009** INDUSTRI
2004
2005
2006
2007
2008*
2009**
Makanan, Minuman dan Tembakau
3.605.304
3.513.958
4.696.783
4.649.786
4.820.563
5.073.075
Tekstil, Barang Kulit dan Alas Kaki
2.182.795
2.212.119
2.241.723
2.337.045
2.350.885
2.404.431
Barang dari kayu dan Hasil Hutan Lainnya
1.661.799
1.701.000
1.706.074
1.823.827
1.814.020
1.834.805
Kertas dan Barang Cetakan
251.228
254.641
305.651
324.868
345.017
371.033
Pupuk, Kimia dan Barang dari Karet
611.545
603.804
750.104
756.908
791.638
839.805
Semen dan Barang galian bukan logam
946.584
966.480
995.671
1.061.571
1.077.890
1.112.437
Logam Dasar, Besi dan Baja
372.615
386.128
405.086
448.500
466.984
493.390
Alat Angkutan, Mesin dan Peralatannya
473.377
510.995
517.482
625.855
417.245
346.656
Barang Lainnya
767.587
822.505
978.640
1.195.776
1.340.100
1.512.027
10.872.834
10.971.630
12.597.214
13.223.776
13.424.341
13.987.659
Jumlah Sumber: BPS, diolah *) angka sementara **) prognosa
Gambar 1.8. Jumlah Tenaga Kerja Sektor Industri Pengolahan Non Migas Tahun 2004– 2009**
- 34 - Lampiran Peraturan Menteri Perindustrian RI Nomor: 151/M-IND/PER/12/2010 /M-IND/PER/1/2010
Kesimpulan dari berbagai permasalahan tersebut, melahirkan beberapa isu-isu strategis yang perlu mendapatkan perhatian dalam penyusunan Rencana Strategis tahun 2010-2014 terbagi menjadi Isu Nasional dan Isu Global dengan perincian sebagai berikut : Isu Nasional 1.
Peningkatan kesejahteraan rakyat.
2.
Perluasan pasar domestik.
3.
Perbaikan infrastruktur.
4.
Peningkatan kemampuan teknologi.
5.
Penyebaran industri di luar Pulau Jawa.
6.
Pemerataan kemampuan industri.
7.
Nilai tambah produk industri.
8.
Pemastian penerapan industri berwawasan lingkungan.
9.
Pemanfaatan energi terbarukan.
10. Penciptaan Lapangan Kerja Isu Global yang menjadi perhatian dalam penyusunan program-program Renstra adalah : 1.
Pemulihan ekonomi negara-negara maju.
2.
Perluasan pasar non tradisional.
3.
Diversifikasi produk ekspor.
4.
Perubahan Iklim
5.
Free Trade Area Terkait dengan Pembangunan Nasional secara terencana, diharapkan
mampu mewujudkan Visi Indonesia menjadi Negara Mandiri, Maju, Adil dan Makmur pada tahun 2025 dengan pengertian mampu mewujudkan kehidupan sejajar dan sederajat dengan bangsa lain dengan mengandalkan kemampuan dan kekuatan sendiri. Kata maju mempunyai pemaknaan kualitas Sumber Daya Manusia, tingkat kemakmuran, kemantapan sistem dan kelembagaan politik serta hukum dalam situasi tidak adanya diskriminasi dalam bentuk apapun terhadap kemampuan pemenuhan kebutuhan hidup. Untuk menjawab dan mengantisipasi
berbagai
masalah
dan
tantangan
di
atas,
Kebijakan
- 35 - Lampiran Peraturan Menteri Perindustrian RI Nomor: 151/M-IND/PER/12/2010
Pembangunan Industri Nasional disusun menggunakan pendekatan klaster guna membangun daya saing industri yang berkelanjutan. Sesuai kriteria daya saing yang telah ditetapkan, untuk kurun waktu jangka menengah 2010 - 2014, pemerintah telah menetapkan pengembangan 35 klaster industri prioritas. Pembangunan industri dengan pendekatan klaster merupakan upaya pengelompokkan industri inti yang saling berhubungan dan mendukung baik dengan industri terkait maupun dengan industri penunjang, infrastruktur ekonomi, dan berbagai lembaga yang relevan dalam rangka meningkatkan efisiensi, menciptakan aset kolektif, serta mendorong terjadinya inovasi. Dalam rangka mewujudkan sasaran jangka menengah seperti yang diamanatkan dalam Peraturan Presiden No. 5/2010 tentang RPJM Nasional, serta dalam menjabarkan Kebijakan Pembangunan Industri Nasional, Kementerian
Perindustrian melaksanakan langkah-langkah dan kegiatan-
kegiatan berkoordinasi dengan berbagai lembaga/instansi terkait. Untuk itu, Kementerian Perindustrian menyusun Rencana Strategis dalam mewujudkan visi/misi serta mencapai tujuan kementerian. Rencana Strategis (RENSTRA) kemudian dijabarkan dalam bentuk program kerja serta indikator kinerja untuk kurun waktu 2010-2014. RENSTRA dimaksud, selanjutnya diterjemahkan dalam rencana pelaksanaan kegiatan tahunan berupa Rencana Kerja (RENJA) Kementerian masing-masing unit Eselon I di lingkungan Kementerian Perindustrian.
C.
MAKSUD DAN TUJUAN Rencana Strategis (RENSTRA) disusun untuk memenuhi amanat Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 Tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan PP No. 40 Tahun 2006 tentang Tata Cara Penyusunan
Rencana
Pembangunan
Nasional,
yaitu:
“Pimpinan
Kementerian/Lembaga menyiapkan rancangan Renstra-KL sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya dengan berpedoman kepada rancangan awal RPJMN”. Penentuan arah kebijakan Industri Nasional Jangka Panjang mengacu pada Rencana
Pembangunan
Jangka
Panjang
Nasional
tahun
2005-2025
- 36 - Lampiran Peraturan Menteri Perindustrian RI Nomor: 151/M-IND/PER/12/2010 /M-IND/PER/1/2010
sebagaimana Undang-undang Nomor 17 Tahun 2007 dan Perturan Presiden Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2008 tentang Kebijakan Industri Nasional. Fokus Pembangunan Industri Nasional dengan memperhatikan pemerataan, persebaran dan pertumbuhan atau “pro job, pro poor dan pro growth”. Rencana
Strategis
Kementerian
Perindustrian
memberikan
arah
kebijakan dan strategi pembangunan industri dengan melakukan perencanaan terpadu dan menyelaraskan pelaksanaan program, serta pengendaliannya untuk kurun waktu 2010-2014, sehingga diharapkan mampu mendukung pencapaian tugas pokok dan fungsi Kementerian Perindustrian. Renstra merupakan acuan bagi seluruh unit kerja Eselon I di Kementerian Perindustrian dalam menyusun kebijakan, program, dan kegiatan pengembangan industri sesuai tugas pokok dan fungsi masing-masing unit selama kurun waktu 2010-2014.
1. TUGAS POKOK DAN FUNGSI Sesuai Peraturan Presiden RI No. 24 tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas, dan Fungsi Kementerian Negara serta Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi Eselon I Kementerian Negara maka Kementerian Perindustrian mempunyai tugas membantu Presiden dalam menyelenggarakan urusan di bidang perindustrian dalam pemerintahan untuk membantu Presiden dalam menyelenggarakan pemerintah negara. Dalam
melaksanakan
tugas
tersebut,
Kementerian
Perindustrian
menyelenggarakan fungsi: 1. Perumusan,
penetapan
dan
pelaksanaan
kebijakan
di
bidang
perindustrian; 2. Pengelolaan barang milik/ kekayaan Negara yang menjadi tanggung jawab Kementerian Perindustrian; 3. Pengawasan atas pelaksanaan tugas di lingkungan Kementerian Perindustrian; 4. Pelaksanaan bimbingan teknis dan supervisi atas pelaksanaan urusan Kementerian Perindustrian di daerah; 5. Pelaksanaan kegiatan teknis yang berskala nasional.
- 37 - Lampiran Peraturan Menteri Perindustrian RI Nomor: 151/M-IND/PER/12/2010
Untuk melaksanakan tugas dan fungsi di atas, sesuai dengan Peraturan Presiden RI No. 24 tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas, dan Fungsi Kementerian Negara serta Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi Eselon I Kementerian Negara, Kementerian Perindustrian dibagi menjadi Wakil Menteri Perindustrian, Sembilan (9) unit Eselon I dan 3 Staf Ahli Menteri yang masing-masing mempunyai tugas sebagai berikut: 1. Wakil Menteri Perindustrian mempunyai tugas membantu Menteri Perindustrian dalam memimpin pelaksanaan tugas Kementerian Perindustrian; 2. Sekretariat Jenderal mempunyai tugas melaksanakan koordinasi pelaksanaan tugas, pembinaan dan pemberian dukungan administrasi kepada seluruh unit organisasi di linkungan Kementerian Perindustrian; 3. Direktorat Jenderal Basis Industri Manufaktur mempunyai tugas merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standardisasi teknis di bidang basis industri manufaktur; 4. Direktorat Jenderal Industri Agro mempunyai tugas merumuskan serta melaksanakan standardisasi teknis di bidang industri agro; 5. Direktorat Jenderal Industri Unggulan Berbasis Teknologi Tinggi mempunyai tugas merumuskan serta melaksanakan standardisasi teknis di bidang industri unggulan berbasis teknologi tinggi; 6. Direktorat Jenderal Industri Kecil dan Menengah mempunyai tugas merumuskan serta melaksanakan standardisasi teknis di bidang industri kecil dan menengah; 7. Direktorat Jenderal Pengembangan Perwilayahan Industri mempunyai tugas merumuskan serta melaksanakan standardisasi teknis di bidang pengembangan perwilayahan industri; 8. Direktorat Jenderal Kerja Sama Industri Internasional
mempunyai
tugas merumuskan serta melaksanakan standardisasi teknis di bidang kerja sama industri internasional; 9. Inspektorat Jenderal mempunyai tugas melaksanakan pengawasan intern di lingkungan Kementerian Perindustrian;
- 38 - Lampiran Peraturan Menteri Perindustrian RI Nomor: 151/M-IND/PER/12/2010 /M-IND/PER/1/2010
10. Badan Pengkajian Kebijakan, Iklim, dan Mutu Industri mempunyai tugas melaksanakan penelitian dan pengkajian serta penyusunan rencana kebijakan makro pengembangan industri jangka menengah dan panjang, kebijakan pengembangan klaster industri prioritas serta iklim dan mutu industri; 11. Staf Ahli Bidang Penguatan Struktur Industri mempunyai tugas memberikan telaahan kepada Menteri Perindustrian mengenai masalah penguatan struktur industri; 12. Staf Ahli Bidang Pemasaran dan Peningkatan Penggunaan Produksi Dalam Negeri mempunyai tugas memberikan telaahan kepada Menteri Perindustrian
mengenai
masalah
pemasaran
dan
peningkatan
penggunaan produksi dalam negeri; 13. Staf Ahli Bidang Sumber Daya Industri dan Teknologi mempunyai tugas memberikan telaahan kepada Menteri Perindustrian mengenai masalah sumber daya industri dan teknologi.
2. RUANG LINGKUP Rencana Strategis Kementerian Perindustrian yang merupakan bagian dari perencanaan jangka panjang industri dan ekonomi yang bersifat rolling plan
dengan
ruang
lingkupnya
mencakup:
Visi,
Misi,
Analisis
Perkembangan Strategik, Tujuan dan Sasaran, Kebijakan, Program, dan Kegiatan dalam rangka Pembangunan Industri Nasional, Pembangunan Industri Andalan Masa Depan, Pengembangan Industri Kecil Menengah tertentu, serta penanganan masalah-masalah aktual sektor industri. Penyusunan Rencana Strategis Kementerian Perindustrian memiliki ruang waktu dari tahun 2010-2014.
- 39 - Lampiran Peraturan Menteri Perindustrian RI Nomor: 151/M-IND/PER/12/2010 ND/PER/12/2010
II VISI, MISI DAN TUJUAN KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN Sesuai dengan hasil analisis lingkungan strategis yang telah diidentifikasi dan dengan memperhatikan visi dan misi Industri Nasional Indonesia, maka dapat dirumuskan kondisi mendatang yang diharapkan dapat diwujudkan oleh Industri Nasional. Kondisi mendatang ini dibagi ke dalam tiga tahapan waktu, yaitu 2020-2025 sebagai kurun waktu untuk mewujudkan visi pembangunan industri nasional jangka panjang menjadikan Indonesia Negara Industri Tangguh Dunia, 2015-2019 sebagai kurun waktu mewujudkan visi pembangunan industri nasional menjadikan Indonesia Negara Industri Maju Baru, dan 2010-2014 sebagai titiktolak untuk mewujudkan kedua visi tersebut, arah Pembangunan Jangka Panjang adalah pembangunan daya saing bangsa dengan menghasilkan Sumber Daya Manusia yang berkualitas, terwujudnya perekonomian domestik berorientasi dan berdaya saing global, penguasaan, pengembangan, dan pemanfaatan IPTEK, tersedianya sarana dan prasarana yang memadai dan maju serta reformasi hukum dan birokrasi. Penjabaran
Renstra
merupakan
kerangka
berpikir
menyeluruh
yang
mengkaitkan penjabaran Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN), penetapan Kebijakan Pembangunan Industri dan penjabaran Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN). Integrasi Renstra diperlukan dengan terjabarnya Rencana Strategis Dinas Provinsi dan Kabupaten/Kota. Keberhasilan membaca fenomena masalah dan pemetaan keunggulan strategis Provinsi dan Kabupaten/Kota dipadu dengan pemetaan tantangan tingkat nasional dan makro akan menjadikan RENSTRA berpeluang terwujud dalam implementasi program-program yang dapat dipertanggungjawabkan. Lima garis besar pengembangan yang dijabarkan pada RPJPN adalah pengembangan industri yang mengolah Sumber Daya Alam, pengembangan industri yang memperkuat kemampuan dan pembangunan jaringan interaksi, komunikasi dan informasi, pengembangan industri yang mampu merespon dinamika pasar dalam negeri maupun pasar global dan pengembangan industri yang memperkuat integrasi ekonomi nasional, kemandirian bangsa, dan keterkaitan antar industri ke depan.
- 40 - Lampiran Peraturan Menteri Perindustrian RI Nomor: 151/M-IND/PER/12/2010 /M-IND/PER/12/2010
A.
VISI Visi Pembangunan Industri Nasional Jangka Panjang (2025) adalah Membawa Indonesia pada tahun 2025 untuk menjadi Negara Industri Tangguh Dunia yang bercirikan : 1.
Industri kelas dunia;
2.
PDB sektor Industri yang seimbang antara Pulau Jawa dan Luar Jawa;
3.
Teknologi menjadi ujung tombak pengembangan produk dan penciptaan pasar.
Untuk menuju Visi tersebut, dirumuskan Visi tahun 2020 yakni Tercapainya Negara Industri Maju Baru sesuai dengan Deklarasi Bogor tahun 1995 antar para kepala Negara APEC. Sebagai Negara Industri Maju Baru, Indonesia harus mampu memenuhi beberapa kriteria dasar antara lain: 1.
Kemampuan tinggi untuk bersaing dengan Negara industri lainnya;
2.
Peranan dan kontribusi sektor industri tinggi bagi perekonomian nasional;
3.
Kemampuan seimbang antara Industri Kecil Menengah dengan Industri Besar;
4.
Struktur industri yang kuat (pohon industri dalam dan lengkap, hulu dan hilir kuat, keterkaitan antar skala usaha industri kuat);
5.
Jasa industri yang tangguh.
Berdasarkan Visi tahun 2020, kemampuan Industri Nasional diharapkan mendapat pengakuan dunia internasional, dan mampu menjadi basis kekuatan ekonomi modern secara struktural, sekaligus wahana tumbuh-suburnya ekonomi yang berciri kerakyatan. Dalam mewujudkan Visi Kementerian Perindustrian tahun 2020, diperlukan upaya-upaya sistemik yang dijabarkan ke dalam peta strategi yang mengakomodasi perspektif pemangku kepentingan berupa pencapaian strategis (Strategic Outcomes) yaitu : 1.
Meningkatnya nilai tambah industri;
2.
Meningkatnya penguasaan pasar dalam dan luar negeri;
3.
Meningkatnya kemampuan SDM Industri, R&D dan kewirausahaan;
- 41 - Lampiran Peraturan Menteri Perindustrian RI Nomor: 151/M-IND/PER/12/2010 ND/PER/12/2010
4.
Meningkatnya penguasaan teknologi industri yang hemat energi dan ramah lingkungan;
5.
Lengkap dan menguatnya struktur industri;
6.
Tersebarnya pembangunan industri;
7.
Meningkatnya peran IKM terhadap PDB. Visi tersebut di atas kemudian dijabarkan dalam visi lima tahun sampai
dengan 2014 yakni Pemantapan daya saing basis industri manufaktur yang berkelanjutan serta terbangunnya pilar industri andalan masa depan.
B.
MISI Dalam rangka mewujudkan visi 2025 di atas, Kementerian Perindustrian sebagai institusi pembina Industri Nasional mengemban misi sebagai berikut: 1.
Menjadi wahana pemenuhan kebutuhan hidup masyarakat;
2.
Menjadi dinamisator pertumbuhan ekonomi nasional;
3.
Menjadi pengganda kegiatan usaha produktif di sektor riil bagi masyarakat;
4.
Menjadi wahana (medium) untuk memajukan kemampuan teknologi nasional;
5.
Menjadi wahana penggerak bagi upaya modernisasi kehidupan dan wawasan budaya masyarakat;
6.
Menjadi salah satu pilar penopang penting bagi pertahanan negara dan penciptaan rasa aman masyarakat;
7.
Menjadi andalan pembangunan industri yang berkelanjutan melalui pengembangan dan pengelolaan sumber bahan baku terbarukan, pengelolaan lingkungan yang baik, serta memiliki rasa tanggung jawab sosial yang tinggi. Sesuai dengan Visi tahun 2014 di atas, misi tersebut dijabarkan dalam
misi lima tahun sampai dengan 2014 sebagai berikut: 1.
Mendorong peningkatan nilai tambah industri;
2.
Mendorong peningkatan penguasaan pasar domestik dan internasional;
- 42 - Lampiran Peraturan Menteri Perindustrian RI Nomor: 151/M-IND/PER/12/2010 /M-IND/PER/12/2010
C.
3.
Mendorong peningkatan industri jasa pendukung;
4.
Memfasilitasi penguasaan teknologi industri;
5.
Memfasilitasi penguatan struktur industri;
6.
Mendorong penyebaran pembangunan industri ke luar pulau Jawa;
7.
Mendorong peningkatan peran IKM terhadap PDB.
PENDEKATAN Implementasi Kebijakan Industri Nasional (Perpres 28 Tahun 2008) dilakukan secara sinergi dan terintegrasi di seluruh daerah, dimana sinergi dengan daerah dilakukan dengan 2 (dua) pendekatan, yaitu : 1.
Atas - bawah (top-down) Dalam pendekatan top down, pemerintah menetapkan Klaster Industri Prioritas dari hasil pemetaan yang terdiri dari 35 industri prioritas dari 563 industri, dengan total output 78 persen dan total ekspor 83 persen,yang dipilih berdasarkan kemampuan nasional untuk bersaing di pasar domestik dan internasional. Dari 35 klaster industri prioritas tersebut, difokuskan pada enam kelompok yakni: 1. Kelompok Klaster Industri Basis Industri Manufaktur, 2. Kelompok Klaster Industri Agro, 3. Kelompok Klaster Industri Alat Angkut, 4. Kelompok Klaster Industri Elektronika & Telematika, 5. Kelompok Klaster Industri Penunjang Industri Kreatif dan Industri Kreatif Tertentu, dan 6. Kelompok Klaster Industri Kecil dan Menengah Tertentu. Kelompok Klaster Industri Agro diarahkan pada pemantapan dan pengembangan 12 cabang industri yakni: Kelapa Sawit, Karet dan Barang Karet, Kakao, Pengolahan Kelapa, Pengolahan Kopi, Gula, Hasil Tembakau, Pengolahan Buah, Furnitur, Pengolahan Ikan, Kertas, serta Pengolahan Susu. Adapun Kelompok Klaster Industri Alat Angkut difokuskan untuk meningkatkan produktivitas dan kualitas Industri Kendaraan Bermotor, Perkapalan, Kedirgantaraan dan Perkeretaapian. Kelompok Klaster Industri Elektronika & Telematika ditujukan untuk
- 43 - Lampiran Peraturan Menteri Perindustrian RI Nomor: 151/M-IND/PER/12/2010 ND/PER/12/2010
mendukung pengembangan Industri Elektronika, Telekomunikasi, serta Komputer & Peralatannya. Beberapa tahun belakangan ini, Industri Kreatif yang umumnya Industri Kecil Menengah menunjukkan peningkatan inovasi karena meningkatnya koordinasi dari desainer, pengrajin, dan pemroses. Keunikan budaya dalam menghasilkan desain-desain unik bercirikan kedaerahan yang setelah dibina dengan bantuan teknologi pewarnaan dan kombinasi pemenuhan tren menghasilkan produk fashion yang berkarya tinggi. Kelompok ini terdiri dari Industri Perangkat Lunak dan Konten Multimedia, Fashion, dan Kerajinan & Barang Seni. Sebagai contoh untuk produk fashion Desain yang terpaku pada motif tradisional diperbarui tanpa menghilangkan pola bakunya yang dianut, walau kelemahan dalam pemasaran masih terjadi dengan dibantunya melalui keikutsertaan pada berbagai ekshibisi/pameran oleh pemerintah. Selain itu, pengembangan juga ditujukan terhadap industri berbasis Manufaktur untuk
memantapkan antara lain: Industri Baja, Semen, Petrokimia,
Keramik, Industri Permesinan (Mesin Listrik & Peralatan Listrik, Mesin Peralatan Umum), serta Industri Manufaktur Padat Tenaga Kerja (Tekstil & Produk Tekstil, Alas Kaki). Kelompok klaster industri kecil dan menengah tertentu difokuskan pada 5 klaster
yaitu 1. Klaster Industri batu Mulia dan Perhiasan,
2. Klaster Industri garam, 3. Klaster Industri Gerabah dan Keramik Hias, 4. Klaster Industri Minyak Atsiri, 5. Klaster Industri Makanan Ringan. Pada tahun 2025 mendatang akan dikembangkan pula knowledge based industry yang merujuk kepada industri yang relatif intensif dalam memperlakukan teknologi dan/atau sumber daya manusia sebagai input dari keberlangsungan suatu industri, diantaranya industri bio-teknologi, nano-teknologi, perangkat lunak, perkapalan dan kedirgantaraan, elektronika dan peralatan listrik, teknologi informasi dan peralatan komunikasi, serta peralatan energi dan lingkungan.
- 44 - Lampiran Peraturan Menteri Perindustrian RI Nomor: 151/M-IND/PER/12/2010 /M-IND/PER/12/2010
2.
Bawah - atas (bottom up) Keberagaman daerah di Indonesia dengan kekayaan alam sebagai keunggulan komparatif menghadirkan potensi daerah yang layak dikembangkan. Pembangunan daerah harus berdasarkan keunikan daerah tersebut dan mendorong kemandirian daerah yang tidak dapat ditiru daerah lain atau dikenal dengan basis Kompetensi Inti Industri Daerah. Kompetensi Inti Industri Daerah adalah sekumpulan keunggulan atau keunikan sumber daya termasuk sumber daya alam dan kemampuan suatu
daerah
untuk
membangun
daya
saing
dalam
rangka
mengembangkan perekonomian Provinsi dan Kabupaten/Kota menuju kemandirian. Karakteristiknya yakni merupakan produk unggulan di daerah atau yang memiliki potensi sebagai unggulan, memiliki keterkaitan yang kuat (baik keterkaitan horizontal maupun keterkaitan vertikal), produk memiliki keunikan lokal, tersedianya sumber daya manusia dengan keterampilan yang memadai. Kompetensi Inti yang dipilih haruslah memenuhi kriteria yaitu: bernilai tambah tinggi, memiliki keunikan daerah, keterkaitan kuat dengan sumber daya yang dimiliki daerah, serta berpeluang menembus pasar internasional. Dengan kata lain, penentuan Kompetensi Inti suatu daerah haruslah memberikan dampak yang besar dalam merangsang pertumbuhan ekonomi daerah. Dengan mengambil pemikiran mengenai konsep One Village One Product (OVOP) yang dikembangkan di Oita-Jepang dan konsep SAKASAKTI (Satu Kabupaten/Kota Satu Kompetensi Inti) yang berkembang ditanah air, maka untuk membangun daya saing daerah diperlukan penciptaan Kompetensi Inti bagi daerah tersebut. Karenanya, pendekatan dari bawah - ke atas menjadi satu upaya untuk memperoleh masukan dari daerah yang lebih lanjut akan diselaraskan dengan program-program pemerintah yang dari atas – ke bawah. Sesuai
dengan
analisis
lingkungan
strategis
dan
dengan
memperhatikan Visi dan Misi Industri Nasional Indonesia, maka dapat
- 45 - Lampiran Peraturan Menteri Perindustrian RI Nomor: 151/M-IND/PER/12/2010 ND/PER/12/2010
dirumuskan kondisi yang diharapkan dapat diwujudkan oleh Industri Nasional. Kondisi mendatang dibagi ke dalam tiga tahapan waktu, yaitu: a.
Tahap 2020-2025 sebagai kurun waktu untuk mewujudkan Visi pembangunan industri nasional jangka panjang menjadikan Indonesia negara industri tangguh di dunia;
b.
Tahap 2015-2019 sebagai kurun waktu untuk mewujudkan Visi pembangunan industri nasional menjadikan Indonesia negara industri maju baru; dan
c.
Tahap 2010-2014 sebagai perbaikan fundamental industri untuk mencapai
visi
pemantapan
daya
saing
basis
industri
manufaktur yang berkelanjutan serta terbangunnya pilar industri andalan masa depan.
Operasionalisasi Perpres 28 Tahun 2008 tersebut perlu dilakukan secara terstruktur
dan
terukur
melalui
suatu
Peta
Panduan
(Roadmap)
Pengembangan Industri berdasarkan dua pendekatan tersebut (top-down) dengan pengembangan 35 klaster industri prioritas dan bottom-up dengan pengembangan industri unggulan provinsi serta kompetensi inti industri kabupaten/kota). Untuk maksud tersebut telah diterbitkan Peraturan Menteri Perindustrian sebagai berikut: 1. Peraturan Menteri Perindustrian Nomor: 103/M-IND/PER/10/2009 tentang Peta Panduan (Roadmap) Pengembangan Klaster Industri Baja; 2. Peraturan Menteri Perindustrian Nomor: 104/M-IND/PER/10/2009 tentang Peta Panduan (Roadmap) Pengembangan Klaster Industri Semen; 3. Peraturan Menteri Perindustrian Nomor: 105/M-IND/PER/10/2009 tentang Peta Panduan (Roadmap) Pengembangan Klaster Industri Petrokimia sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Perindustrian Nomor: 14/M-IND/PER/1/2010; 4. Peraturan Menteri Perindustrian Nomor: 106/M-IND/PER/10/2009 tentang Peta Panduan (Roadmap) Pengembangan Klaster Industri Keramik;
- 46 - Lampiran Peraturan Menteri Perindustrian RI Nomor: 151/M-IND/PER/12/2010 /M-IND/PER/12/2010
5. Peraturan Menteri Perindustrian Nomor: 107/M-IND/PER/10/2009 tentang Peta Panduan (Roadmap) Pengembangan Klaster Industri Mesin Listrik dan Peralatan Listrik; 6. Peraturan Menteri Perindustrian Nomor: 108/M-IND/PER/10/2009 tentang Peta Panduan (Roadmap) Pengembangan Klaster Industri Mesin Peralatan Umum; 7. Peraturan Menteri Perindustrian Nomor: 109/M-IND/PER/10/2009 tentang Peta Panduan (Roadmap) Pengembangan Klaster Industri Tekstil dan Produk Tekstil; 8. Peraturan Menteri Perindustrian Nomor: 110/M-IND/PER/10/2009 tentang Peta Panduan (Roadmap) Pengembangan Klaster Industri Alas Kaki; 9. Peraturan Menteri Perindustrian Nomor: 111/M-IND/PER/10/2009 tentang Peta Panduan (Roadmap) Pengembangan Klaster Industri Pengolahan Kelapa Sawit sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Perindustrian Nomor: 13/M-IND/PER/1/2010; 10. Peraturan Menteri Perindustrian Nomor: 112/M-IND/PER/10/2009 tentang Peta Panduan (Roadmap) Pengembangan Klaster Industri Karet dan Barang Karet; 11. Peraturan Menteri Perindustrian Nomor: 113/M-IND/PER/10/2009 tentang Peta Panduan (Roadmap) Pengembangan Klaster Industri Kakao; 12. Peraturan Menteri Perindustrian Nomor: 114/M-IND/PER/10/2009 tentang Peta Panduan (Roadmap) Pengembangan Klaster Industri Pengolahan Kelapa; 13. Peraturan Menteri Perindustrian Nomor: 115/M-IND/PER/10/2009 tentang Peta Panduan (Roadmap) Pengembangan Klaster Industri Pengolahan Kopi; 14. Peraturan Menteri Perindustrian Nomor: 116/M-IND/PER/10/2009 tentang Peta
Panduan
(Roadmap)
Pengembangan
Klaster
Industri
Gula
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Perindustrian Nomor: 11/M-IND/PER/1/2010;
- 47 - Lampiran Peraturan Menteri Perindustrian RI Nomor: 151/M-IND/PER/12/2010 ND/PER/12/2010
15. Peraturan Menteri Perindustrian Nomor: 117/M-IND/PER/10/2009 tentang Peta
Panduan
(Roadmap)
Pengembangan
Klaster
Industri
Hasil
Tembakau; 16. Peraturan Menteri Perindustrian Nomor: 118/M-IND/PER/10/2009 tentang Peta Panduan (Roadmap) Pengembangan Klaster Industri Pengolahan Buah; 17. Peraturan Menteri Perindustrian Nomor: 119/M-IND/PER/10/2009 tentang Peta Panduan (Roadmap) Pengembangan Klaster Industri Furnitur; 18. Peraturan Menteri Perindustrian Nomor: 120/M-IND/PER/10/2009 tentang Peta Panduan (Roadmap) Pengembangan Klaster Industri Pengolahan Ikan; 19. Peraturan Menteri Perindustrian Nomor: 121/M-IND/PER/10/2009 tentang Peta Panduan (Roadmap) Pengembangan Klaster Industri Kertas; 20. Peraturan Menteri Perindustrian Nomor: 122/M-IND/PER/10/2009 tentang Peta Panduan (Roadmap) Pengembangan Klaster Industri Pengolahan Susu; 21. Peraturan Menteri Perindustrian Nomor: 123/M-IND/PER/10/2009 tentang Peta Panduan (Roadmap) Pengembangan Klaster Industri Kendaraan Bermotor; 22. Peraturan Menteri Perindustrian Nomor: 124/M-IND/PER/10/2009 tentang Peta Panduan (Roadmap) Pengembangan Klaster Industri Perkapalan; 23. Peraturan Menteri Perindustrian Nomor: 125/M-IND/PER/10/2009 tentang Peta Panduan (Roadmap) Pengembangan Klaster Industri Kedirgantaraan; 24. Peraturan Menteri Perindustrian Nomor: 126/M-IND/PER/10/2009 tentang Peta Panduan (Roadmap) Pengembangan Klaster Industri Perkeretaapian; 25. Peraturan Menteri Perindustrian Nomor: 127/M-IND/PER/10/2009 tentang Peta Panduan (Roadmap) Pengembangan Klaster Industri Elektronika; 26. Peraturan Menteri Perindustrian Nomor: 128/M-IND/PER/10/2009 tentang Peta Panduan (Roadmap) Pengembangan Klaster Industri Telekomunikasi; 27. Peraturan Menteri Perindustrian Nomor: 129/M-IND/PER/10/2009 tentang Peta Panduan (Roadmap) Pengembangan Klaster Industri Komputer dan Peralatannya;
- 48 - Lampiran Peraturan Menteri Perindustrian RI Nomor: 151/M-IND/PER/12/2010 /M-IND/PER/12/2010
28. Peraturan Menteri Perindustrian Nomor: 130/M-IND/PER/10/2009 tentang Peta Panduan (Roadmap) Pengembangan Klaster Industri Perangkat Lunak dan Konten Multimedia; 29. Peraturan Menteri Perindustrian Nomor: 131/M-IND/PER/10/2009 tentang Peta Panduan (Roadmap) Pengembangan Klaster Industri Fashion; 30. Peraturan Menteri Perindustrian Nomor: 132/M-IND/PER/10/2009 tentang Peta Panduan (Roadmap) Pengembangan Klaster Industri Kerajinan dan Barang Seni; 31. Peraturan Menteri Perindustrian Nomor: 133/M-IND/PER/10/2009 tentang Peta Panduan (Roadmap) Pengembangan Klaster Industri Batu Mulia dan Perhiasan; 32. Peraturan Menteri Perindustrian Nomor: 134/M-IND/PER/10/2009 tentang Peta Panduan (Roadmap) Pengembangan Klaster Industri Garam; 33. Peraturan Menteri Perindustrian Nomor: 135/M-IND/PER/10/2009 tentang Peta Panduan (Roadmap) Pengembangan Klaster Industri Gerabah dan Keramik Hias; 34. Peraturan Menteri Perindustrian Nomor: 136/M-IND/PER/10/2009 tentang Peta Panduan (Roadmap) Pengembangan Klaster Industri Minyak Atsiri; 35. Peraturan Menteri Perindustrian Nomor: 137/M-IND/PER/10/2009 tentang Peta Panduan (Roadmap) Pengembangan Klaster Industri Makanan Ringan; 36. Peraturan Menteri Perindustrian Nomor: 138/M-IND/PER/10/2009 tentang Peta Panduan (Roadmap) Pengembangan Industri Unggulan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta; 37. Peraturan Menteri Perindustrian Nomor: 139/M-IND/PER/10/2009 tentang Peta Panduan (Roadmap) Pengembangan Industri Unggulan Provinsi Sulawesi Tengah; 38. Peraturan Menteri Perindustrian Nomor: 140/M-IND/PER/10/2009 tentang Peta Panduan (Roadmap) Pengembangan Industri Unggulan Provinsi Papua.
- 49 - Lampiran Peraturan Menteri Perindustrian RI Nomor: 151/M-IND/PER/12/2010 ND/PER/12/2010
Sementara itu penetapan peraturan Menteri Perindustrian tentang peta panduan pengembangan industri unggulan provinsi lainnya dan peta panduan pengembangan kompetensi inti industri kabupaten/kota dalam proses penyelesaian.
D.
KONDISI YANG DIHARAPKAN TAHUN 2020-2025 Penentuan arah Kebijakan Industri Nasional Jangka Panjang mengacu pada Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) tahun 2005 - 2025 sebagaimana dinyatakan dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007. Dalam jangka panjang, pembangunan industri diarahkan untuk: 1.
Mampu memberikan sumbangan nyata dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat;
2.
Membangun karakter budaya bangsa yang kondusif terhadap proses industrialisasi menuju terwujudnya masyarakat modern, dengan tetap berpegang kepada nilai-nilai luhur bangsa;
3.
Menjadi wahana peningkatan kemampuan inovasi dan wirausaha bangsa di bidang teknologi industri dan manajemen, sebagai ujung tombak pembentukan
daya
saing
industri
nasional
menghadapi
era
globalisasi/liberalisasi ekonomi dunia; 4.
Mampu ikut menunjang pembentukan kemampuan bangsa dalam pertahanan diri dalam menjaga eksistensi dan keselamatan bangsa, serta ikut menunjang penciptaan rasa aman dan tenteram bagi masyarakat. Arah kebijakan industri 2005-2025 seperti dinyatakan dalam Undang-
Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang RPJPN adalah sebagai berikut : 1.
Struktur perekonomian diperkuat dengan mendudukkan sektor industri sebagai motor penggerak yang didukung oleh kegiatan pertanian dalam arti luas, kelautan, dan pertambangan yang menghasilkan produk-produk secara efisien, modern, dan berkelanjutan, serta jasa-jasa pelayanan yang efektif, yang menerapkan praktek terbaik dan ketatakelolaan yang baik agar terwujud ketahanan ekonomi yang tangguh;
- 50 - Lampiran Peraturan Menteri Perindustrian RI Nomor: 151/M-IND/PER/12/2010 /M-IND/PER/12/2010
2.
Efisiensi, modernisasi, dan nilai tambah sektor primer terutama sektor pertanian dalam arti luas, kelautan, dan pertambangan ditingkatkan agar mampu bersaing di pasar lokal dan internasional serta untuk memperkuat basis produksi secara nasional;
3.
Pembangunan industri diarahkan untuk mewujudkan industri yang berdaya saing, baik di pasar lokal maupun internasional, dan terkait dengan pengembangan Industri Kecil dan Menengah, dengan struktur industri yang sehat dan berkeadilan serta mendorong perkembangan ekonomi di luar Pulau Jawa;
4.
Struktur dalam hal penguasaan usaha akan disehatkan dengan meniadakan praktik-praktik monopoli dan berbagai distorsi pasar melalui penegakan persaingan usaha yang sehat dan prinsip-prinsip pengelolaan usaha yang baik dan benar;
5.
Struktur industri dalam hal skala usaha akan diperkuat dengan menjadikan Industri Kecil dan Menengah sebagai basis industri nasional yang sehat, sehingga mampu tumbuh dan terintegrasi dalam mata rantai pertambahan nilai dengan industri hilir dan industri berskala besar;
6.
Dalam rangka memperkuat daya saing perekonomian secara global, sektor industri perlu dibangun guna menciptakan lingkungan usaha mikro (lokal) yang dapat merangsang tumbuhnya rumpun industri yang sehat dan kuat melalui : a.
Pengembangan rantai pertambahan nilai melalui diversifikasi produk (pengembangan ke hilir), pendalaman struktur ke hulu, atau pengembangan secara menyeluruh (hulu-hilir);
b.
Penguatan hubungan antarindustri yang terkait secara horisontal termasuk industri pendukung dan industri komplemen, termasuk dengan jaringan perusahaan multinasional terkait, serta penguatan hubungan
dengan
kegiatan
sektor
primer
dan
jasa
yang
mendukungnya dan; c.
Penyediaan berbagai infrastruktur bagi peningkatan kapasitas kolektif, yang, antara lain, sarana dan prasarana fisik (transportasi, komunikasi, energi),
sarana dan prasarana teknologi, prasarana
- 51 - Lampiran Peraturan Menteri Perindustrian RI Nomor: 151/M-IND/PER/12/2010 ND/PER/12/2010
pengukuran, standardisasi, pengujian, dan pengendalian kualitas, serta sarana dan prasarana pendidikan dan pelatihan tenaga kerja industri. Sesuai dengan visi 2025, menjadikan Indonesia Negara Industri Tangguh di dunia, dan arah kebijakan 2005-2025 di atas, serta dengan asumsi bahwa pencapaian industri di tahun-tahun sebelumnya sesuai dengan yang diharapkan, maka dapat dirumuskan kondisi yang diharapkan untuk kurun waktu tahun 2020-2025 sebagai berikut: 1.
Peran Industri Kecil dan Menengah telah mencapai keseimbangan dengan Industri Besar dalam hal kontribusi terhadap PDB Industri;
2.
Industri berbasis Agro, Industri Telematika, dan Industri Alat-Angkut telah menjadi tulang-punggung Industri Nasional, khususnya dalam kontribusi industri-industri tersebut dalam PDB Industri, sehingga bersama-sama dengan industri lainnya yang telah tumbuh telah merupakan basis industri dengan daya saing kelas dunia;
3.
Persebaran industri ke luar Pulau Jawa telah terwujud dengan baik, sehingga peran Pulau Jawa sebagai lokasi industri telah berkurang sampai di bawah 50 persen, sedangkan sisanya tersebar di luar Pulau Jawa;
4.
Terjadi pergeseran pertumbuhan industri dari industri berbasis tenaga kerja dan industri berbasis sumber daya alam ke industri padat modal dan industri berbasis teknologi yang didukung oleh kemampuan teknologi dan R&D sebagai ujung tombak daya saing industri;
5.
Sumbangan industri pengolahan non-migas terhadap PDB nasional telah mencapai sekitar 30 persen pada tahun 2025 yang dihitung dari harga konstan berdasarkan total sumbangan industri terhadap PDB nasional. Angka PDB nasional pada tahun 2025 dihitung menurut harga berlaku adalah sebesar Rp.16.269,84 triliun, atau menurut harga konstan tahun 2000 adalah sebesar Rp. 6.309,5 triliun, sehingga sumbangan industri non-migas bagi PDB nasional pada tahun 2025 menurut harga konstan tahun 2000 adalah sebesar Rp. 1.868,42 triliun;
- 52 - Lampiran Peraturan Menteri Perindustrian RI Nomor: 151/M-IND/PER/12/2010 /M-IND/PER/12/2010
6.
Berbagai infrastruktur untuk peningkatan kapasitas kolektif, antara lain, sarana dan prasarana fisik (transportasi, komunikasi, energi), sarana dan prasarana teknologi, prasarana pengukuran, standardisasi, pengujian, dan pengendalian kualitas; serta sarana dan prasarana pendidikan dan pelatihan tenaga kerja industri telah tersedia secara memadai;
7.
Regulasi yang meniadakan praktek-praktek monopoli dan berbagai distorsi pasar serta mendorong persaingan usaha yang sehat dan ditegakkannya prinsip-prinsip pengelolaan usaha yang baik dan benar telah tersedia dan ditegakkan secara memadai.
E.
KONDISI YANG DIHARAPKAN TAHUN 2010-2014 Kondisi yang harus dicapai pada tahun 2014 sebagai berikut: 1.
Terselesaikannya permasalahan yang menghambat, dan rampungnya program revitalisasi, konsolidasi, dan restrukturisasi industri yang terkena dampak krisis;
2.
Tumbuhnya industri yang mampu menciptakan lapangan kerja yang besar;
3.
Terolahnya potensi sumber daya alam daerah menjadi produk-produk olahan;
4.
Semakin meningkatnya daya saing industri berorientasi ekspor;
5.
Tumbuhnya industri-industri potensial yang akan menjadi kekuatan penggerak pertumbuhan industri di masa depan;
6.
Tumbuh berkembangnya IKM, khususnya industri menengah sekitar dua kali lebih cepat daripada industri kecil.
Keluaran jangka menengah yang diharapkan adalah : 1.
Besarnya kemampuan sektor industri untuk menyediakan lapangan kerja baru,
2.
Pulihnya industri yang terpuruk akibat krisis,
3.
Meningkatnya kemampuan daerah menghasilkan produk olahan,
- 53 - Lampiran Peraturan Menteri Perindustrian RI Nomor: 151/M-IND/PER/12/2010 ND/PER/12/2010
4.
Menguatnya struktur industri, seiring dengan tumbuhnya industri penunjang, komponen dan bahan baku industri,
5.
Meningkatnya ekspor secara signifikan,
6.
Terbangunnya pilar-pilar industri masa depan,
7.
Semakin kuatnya keterkaitan antar skala-industri, dan seimbangnya sumbangan nilai tambah antara industri besar dan IKM.
F.
TUJUAN Pembangunan industri merupakan bagian dari pembangunan nasional, oleh sebab itu pembangunan industri harus diarahkan untuk menjadikan industri mampu memberikan sumbangan berarti bagi pembangunan ekonomi, sosial dan politik Indonesia. Pembangunan sektor industri, tidak hanya ditujukan untuk mengatasi permasalahan dan kelemahan di sektor industri yang disebabkan oleh melemahnya daya saing dan krisis global yang melanda dunia saat ini saja, melainkan juga harus mampu turut mengatasi permasalahan nasional, serta meletakkan dasar-dasar membangun industri andalan masa depan. Secara kuantitatif peran industri ini harus tampak pada kontribusi sektor industri dalam Produk Domestik Bruto (PDB), baik kontribusi sektor industri secara keseluruhan maupun kontribusi setiap cabang industri. Dengan memperhatikan keenam kondisi yang diharapkan sebagaimana diuraikan pada Bagian E, maka dijabarkan Tujuan, Sasaran Strategis, Indikator Kinerja Utama, Sasaran Kuantitatif, Arah kebijakan dan Program. Sasaran strategis untuk mencapai tujuan adalah sebagai berikut: Tujuan Kokohnya basis industri manufaktur dan industri andalan masa depan menjadi tulang punggung perekonomian nasional.
- 54 - Lampiran Peraturan Menteri Perindustrian RI Nomor: 151/M-IND/PER/12/2010 /M-IND/PER/12/2010
Sasaran Strategis I : Tingginya nilai tambah industri, dengan Indikator Kinerja Utama terdiri dari: 1. Laju pertumbuhan industri yang memberikan nilai tambah; 2. Kontribusi industri manufaktur terhadap PDB nasional. Sasaran Strategis II: Tingginya penguasaan pasar dalam dan luar negeri, dengan Indikator Kinerja Utama: 1. Meningkatnya pangsa pasar ekspor produk dan jasa industri nasional. 2. Pangsa pasar produk industri nasional terhadap total permintaan di pasar dalam negeri. Sasaran Strategis III: Kokohnya faktor-faktor penunjang pengembangan industri, dengan Indikator Kinerja Utama: 1. Tingkat produktivitas dan kemampuan SDM industri; 2. Indeks iklim industri Nasional. Sasaran Strategis IV: Tingginya kemampuan inovasi dan penguasaan teknologi Industri, dengan Indikator Kinerja Utama: 1. Jumlah hasil penelitian dan pengembangan teknologi industri terapan inovatif; 2. Pemanfaatan hasil penelitian dan pengembangan oleh sektor industri. Sasaran Strategis V: Kuat, lengkap dan dalamnya struktur industri, dengan indikator Kinerja Utama: 1. Tumbuhnya Industri Dasar Hulu (Logam dan Kimia); 2. Tumbuhnya Industri Komponen automotive, elektronika dan permesinan; 3. Tumbuhnya Industri lainnya yang belum ada pada pohon industri.
- 55 - Lampiran Peraturan Menteri Perindustrian RI Nomor: 151/M-IND/PER/12/2010 ND/PER/12/2010
Sasaran Strategis VI : Tersebarnya pembangunan industri, dengan Indikator Kinerja Utama : 1. Meningkatkan kontribusi manufaktur diluar pulau Jawa terhadap PDB nasional; 2. Jumlah Investasi baru industri jasa pendukung dan komponen industri yang menyerap banyak tenaga kerja.
Sasaran Strategis VII : Meningkatnya peran industri kecil dan menengah terhadap PDB, dengan Indikator Kinerja Utama : 1. Tumbuhnya industri kecil diatas pertumbuhan eknomi nasional; 2. Tumbuhnya industri menengah dua kali diatas industri kecil; 3. Meningkatnya jumlah output IKM yang menjadi “Out-Source” Industri Besar.
G.
SASARAN Untuk mewujudkan pencapaian kondisi yang diinginkan dan tujuan di atas, maka perlu dirumuskan sasaran-sasaran yang sifatnya kuantitatif sehingga mudah untuk diukur keberhasilan pencapaiannya. Kondisi sektor industri pada lima tahun yang akan datang tidak bisa dilepaskan dari keadaan perekonomian dalam negeri saat ini dan proyeksinya untuk lima tahun mendatang. Seperti telah dijelaskan, ada keinginan kuat untuk lebih meningkatkan peran Industri Kecil dan Industri Menengah di semua cabang industri. Untuk itu diharapkan terjadi peningkatan peran Industri Kecil dan Menengah mulai dari tahun 2009 sampai ke tahun 2014 dan selanjutnya tahun 2025. Peningkatan peran yang diharapkan dari Industri Kecil dan Menengah untuk setiap cabang industri secara kuantitatif dapat dilihat pada Tabel 2.1.
- 56 - Lampiran Peraturan Menteri Perindustrian RI Nomor: 151/M-IND/PER/12/2010 /M-IND/PER/12/2010
Tabel 2.1. Perkiraan Pertumbuhan Industri Kecil, Menengah dan Besar Tahun 2009 – 2015, 2020, 2025 Keterangan
2009
2010
2011
2012
2013
2014
2015
2020
2025
Penduduk (juta orang)
230.85
233.85
236.90
239.99
243.11
246.28
249.49
266.17
283.93
Prosentase pertumbuhan PDB
4.50%
5.50%
6.15%
6.65%
7.05%
7.70%
7.00%
7.00%
7.00%
PDB dalam trilyun (Rp) Harga Berlaku
5,613.4
5,922.14
6,286.35
6,704.39
7,177.05
7,729.68
8,270.76
11,600.17
16,269.84
PDB dalam trilyun (Rp) Harga Konstan 2000
2,176.9
2,296.6
2,437.9
2,600.0
2,783.3
2,997.6
3,207.4
4,498.6
6,309.5
PDB/capita dalam rupiah (Rp)
24,316,568
25,324,096
26,535,860
27,936,580
29,521,822
31,385,860
33,151,030
43,581,721
57,302,825
PDB/capita dalam US $ (US $)
2,431.66
2,532.41
2,653.59
2,793.66
2,952.18
3,138.59
3,315.10
4,358.17
5,730.28
Industri Pengolahan Non Migas (% Ptbhn)
2.52%
4.65%
6.10%
6.75%
7.47%
8.95%
8.95%
8.98%
9.00%
Kontribusi Ind.Pengolahan non-migas (%) harga berlaku
22.57
22.98
23.39
23.81
24.24
24.67
25.11
27.45
30.00
1,267.19
1,360.86
1,470.46
1,596.37
1,739.55
1,907.10
2,077.19
3,184.13
4,880.95
24.02
23.83
23.82
23.84
23.93
24.21
24.65
27.01
29.61
522,939.60
547,256.29
580,645.46
619,842.85
666,166.25
725,780.17
790,762.51
1,214,867. 22
1,868,424. 15
1267.19
1360.86
1470.46
1596.37
1739.55
1907.10
2077.19
3184.13
4880.95
Industri Pengolahan Non Mgs (Rp. Triliun) Harga Berlaku Kontribusi Ind. Pengolahan Non Migas (% ) Harga konstan Industri Pengolahan Non Mgs (Rp. Miliar) Harga Konstan Nilai Kontribusi IKM-IB (Harga Berlaku) (Triliun Rp.) IK
198.02
207.45
217.60
228.54
240.36
253.17
267.06
358.57
517.38
IM
212.25
240.16
272.21
309.09
351.60
400.71
457.53
914.30
1,923.09
IB
858.84
913.25
973.53
1,044.33
1,125.77
1,223.86
1,316.09
1,853.67
2,440.48
Nilai Kontribusi IKM-IB (Rp. Triliun) Harga Konstan 2000
522.94
547.26
580.65
619.84
666.17
725.78
790.76
1,214.87
1,868.42
IK
79.64
83.38
87.41
91.74
96.41
101.45
106.89
141.53
190.57
IM
88.25
100.19
113.86
129.52
147.48
168.10
191.77
375.48
745.05
IB
355.04
364.98
380.72
399.97
423.73
457.77
493.73
699.97
935.62
30.83
32.25
31.24
30.26
29.31
28.39
27.50
23.45
20.00
Nilai IKM-IB (Harga Berlaku) (Triliun Rp)
390.73
438.85
459.33
483.03
509.85
541.44
571.24
746.75
976.19
1). % Kontribusi Makanan, Minuman dan Tembakau
IK
67.86
69.42
71.02
72.65
74.32
76.03
77.77
87.13
97.62
IM
69.35
77.26
86.07
95.89
106.83
119.01
132.59
227.54
390.48
IB
253.52
292.17
302.24
314.49
328.71
346.40
360.88
432.08
488.10
155.72
166.06
179.21
193.81
211.14
233.10
257.11
415.09
658.84
26.35
27.91
29.55
31.29
33.14
35.09
37.16
49.48
65.88
Nilai IKM-IB (Harga Konstan) (Triliun Rp) IK IM
28.62
32.88
37.77
43.40
49.86
57.28
65.80
131.69
263.54
IB
100.74
105.27
111.88
119.12
128.15
140.73
154.15
233.93
329.42
Pertumbuhan Mamintem
11.29%
6.64%
7.92%
8.15%
8.94%
10.40%
10.30%
9.90%
9.54%
- 57 - Lampiran Peraturan Menteri Perindustrian RI Nomor: 151/M-IND/PER/12/2010 ND/PER/12/2010 Keterangan
2009
2010
2011
2012
2013
2014
2015
2020
2025
2). % Kontribusi Tekstil, Brg. kulit & Alas kaki
9.60
9.22
8.96
8.70
8.46
8.22
7.99
6.92
6.00
Nilai IKM-IB (Harga Berlaku) (Triliun Rp)
121.66
125.42
131.70
138.94
147.13
156.76
165.92
220.43
292.86
IK
23.10
23.44
23.79
24.15
24.51
24.88
25.25
27.19
29.29
IM
33.36
36.08
39.03
42.21
45.66
49.39
53.43
79.11
117.14
IB
65.21
65.90
68.88
72.58
76.96
82.49
87.25
114.13
146.43
Nilai IKM-IB (Harga Konstan) (Triliun Rp)
52.54
53.67
55.50
57.58
60.05
63.42
67.00
88.02
115.59
IK
9.98
10.07
10.17
10.26
10.36
10.45
10.55
11.04
11.56
IM
14.21
15.29
16.46
17.72
19.08
20.54
22.11
31.98
46.24
IB
27.08
28.30
28.86
29.59
30.62
32.42
34.34
45.01
57.79
Pertumbuhan brg kulit
0.53%
2.15%
3.40%
3.75%
4.30%
5.60%
5.65%
5.60%
5.60%
3). % Kontribusi Brg. kayu & Hasil hutan lainnya.
3.91
3.86
3.80
3.73
3.67
3.61
3.55
3.26
3.00
Nilai IKM-IB (Harga Berlaku) (Triliun Rp)
49.54
52.57
55.85
59.62
63.88
68.87
73.76
103.92
146.43
IK
17.31
17.88
18.48
19.10
19.74
20.40
21.08
24.85
29.29
IM
17.97
19.01
20.10
21.25
22.47
23.76
25.13
33.22
43.93
IB
14.26
15.68
17.27
19.27
21.67
24.70
27.55
45.85
73.21
Nilai IKM-IB (Harga Konstan) (Triliun Rp)
20.04
20.39
20.95
21.56
22.29
23.16
23.99
28.65
34.19
IK
4.61
4.53
4.44
4.36
4.28
4.20
4.12
3.75
3.42
IM
4.72
5.04
5.39
5.76
6.15
6.58
7.03
9.80
13.68
IB
10.71
10.82
11.12
11.44
11.86
12.38
12.84
15.09
17.10
Pertumbuhan kayu
-1.46%
1.75%
2.75%
2.90%
3.40%
3.90%
3.60%
3.60%
3.60%
4). % Kontribusi Kertas dan Barang cetakan
4.68
4.50
4.53
4.56
4.59
4.62
4.66
4.83
5.00
Nilai IKM-IB (Harga Berlaku) (Triliun Rp)
61.28
61.18
66.57
72.79
79.88
88.20
96.75
153.66
244.05
IK
7.40
7.97
8.59
9.26
9.97
10.74
11.58
16.81
24.40
IM
7.89
9.23
10.80
12.64
14.79
17.31
20.26
44.47
97.62
IB
45.99
43.97
47.18
50.89
55.12
60.14
64.91
92.38
122.02
Nilai IKM-IB (Harga Konstan) (Triliun Rp)
27.07
28.32
29.68
31.13
32.78
34.61
36.52
47.50
61.49
IK
3.18
3.31
3.45
3.60
3.75
3.90
4.07
5.00
6.15 24.60
IM
3.51
3.96
4.48
5.06
5.71
6.45
7.28
13.39
IB
20.39
21.05
21.75
22.48
23.33
24.26
25.16
29.11
30.75
Pertumbuhan Kertas
6.27%
4.60%
4.80%
4.90%
5.30%
5.58%
5.50%
5.30%
5.30%
- 58 - Lampiran Peraturan Menteri Perindustrian RI Nomor: 151/M-IND/PER/12/2010 /M-IND/PER/12/2010
Keterangan
2009
2010
2011
2012
2013
2014
2015
2020
2025
5). % Kontribusi Pupuk, Kimia & Barang dari karet
12.53
12.15
12.47
12.80
13.14
13.49
13.8
15.8
18.00
Nilai IKM-IB (Harga Berlaku) (Triliun Rp)
158.84
165.32
183.38
204.37
228.61
257.29
287.68
502.74
878.57
IK IM
31.55 11.24
33.63 13.94
35.86 17.28
38.23 21.43
40.75 26.58
43.45 32.96
46.32 40.87
63.79 119.85
87.86 351.43
IB
116.05
117.75
130.24
144.71
161.28
180.88
200.49
319.10
439.29
Nilai IKM-IB (Harga Konstan) (Triliun Rp)
69.42
72.89
76.87
81.29
86.98
94.20
102.07
152.14
226.66
IK
13.70
14.14
14.59
15.06
15.54
16.03
16.55
19.37
22.67
IM
4.66
5.61
6.75
8.12
9.78
11.77
14.18
35.85
90.66
IB
51.06
53.15
55.53
58.11
61.66
66.39
71.35
96.92
113.33
Pertumbuhan pupuk
1.51%
5.00%
5.46%
5.75%
7.00%
8.30%
8.35%
8.30%
8.30%
6). % Kontribusi Semen & Brg. Galian bukan logam
2.99
2.91
2.91
2.92
2.93
2.93
2.94
2.97
3.00
Nilai IKM-IB (Harga Berlaku) (Triliun Rp)
37.92
39.58
42.85
46.62
50.90
55.92
61.04
94.54
146.43
IK IM
17.97 6.10
18.53 6.90
19.11 7.80
19.70 8.83
20.31 9.99
20.94 11.30
21.58 12.78
25.14 23.70
29.29 43.93
IB
13.85
14.15
15.94
18.09
20.61
23.69
26.67
45.70
73.21
Nilai IKM-IB (Harga Konstan) (Triliun Rp)
15.89
16.41
17.02
17.71
18.52
19.50
20.54
26.60
34.44
IK
6.37
6.57
6.77
6.98
7.20
7.42
7.65
8.91
6.89
IM
2.10
2.37
2.68
3.04
3.44
3.89
4.40
8.15
10.33
IB
7.42
7.47
7.56
7.69
7.89
8.20
8.50
9.54
17.22
Pertumbuhan Brg Galian
-0.63%
3.25%
3.74%
4.05%
4.60%
5.30%
5.33%
5.30%
5.30%
7). % Kontribusi Logam Dasar Besi & Baja
1.47
1.41
1.54
1.67
1.82
1.98
2.15
3.28
5.00
Nilai IKM-IB (Harga Berlaku) (Triliun Rp)
18.67
19.25
22.62
26.72
31.67
37.77
44.75
104.51
244.05
IK
0.04
0.06
0.09
0.13
0.20
0.29
0.44
3.28
24.40
IM
1.84
2.36
3.03
3.88
4.97
6.37
8.16
28.23
97.62
IB
16.79
16.83
19.51
22.71
26.50
31.11
36.15
73.00
122.02
Nilai IKM-IB (Harga Konstan) (Triliun Rp)
7.68
7.89
8.16
8.49
8.87
9.36
9.87
12.90
16.86
IK
0.01
0.01
0.02
0.03
0.04
0.05
0.07
0.34
1.69
IM
0.40
0.48
0.57
0.68
0.81
0.97
1.15
2.79
6.74
IB
7.27
7.40
7.57
7.78
8.02
8.34
8.65
9.77
8.43
Pertumbuhan Besi
-4.53%
2.75%
3.40%
4.00%
4.50%
5.50%
5.50%
5.50%
5.50%
8). % Kontribusi Alat Angkut, Mesin & Peralatannya
33.22
32.94
33.25
33.57
33.89
34.22
34.54
36.23
38.00
Nilai IKM-IB (Harga Berlaku) (Triliun Rp)
420.91
448.21
488.95
535.90
589.57
652.54
717.55
1,153.64
1,854.76
IK
27.74
31.24
35.18
39.61
44.61
50.23
56.57
102.43
185.48
IM
60.67
70.95
82.97
97.02
113.46
132.68
155.15
339.27
741.90
IB
332.49
346.03
370.81
399.27
431.50
469.63
505.83
711.94
927.38
- 59 - Lampiran Peraturan Menteri Perindustrian RI Nomor: 151/M-IND/PER/12/2010 ND/PER/12/2010 Keterangan
2009
2010
2011
2012
2013
2014
2015
2020
2025
Nilai IKM-IB (Harga Konstan) (Triliun Rp)
171.96
178.84
190.29
205.09
222.11
244.77
269.73
438.37
712.44
IK
13.48
14.96
16.60
18.42
20.44
22.68
25.17
42.34
71.24
IM
28.43
32.84
37.93
43.80
50.59
58.43
67.48
138.68
284.98
IB
130.05
131.04
135.76
142.87
151.08
163.66
177.08
257.35
356.22
Pertumbuhan Alat Angkut
-2.94%
4.00%
6.40%
7.78%
8.30%
10.20%
10.20%
10.20%
10.20%
9). % Kontribusi Barang lainnya
0.75
0.77
0.82
0.88
0.93
0.99
1.06
1.46
2.00
Nilai IKM-IB (Harga Berlaku) (Triliun Rp)
9.56
10.49
12.08
13.97
16.22
18.95
22.00
46.34
97.62
IK
5.05
5.27
5.49
5.72
5.96
6.21
6.47
7.95
9.76
IM
3.84
4.44
5.13
5.93
6.85
7.92
9.16
18.91
39.05
IB
0.67
0.78
1.46
2.32
3.41
4.82
6.37
19.48
48.81
Nilai IKM-IB (Harga Konstan) (Triliun Rp)
3.89
4.09
4.32
4.58
4.87
5.20
5.55
7.72
10.72
IK
1.96
1.89
1.82
1.75
1.69
1.62
1.56
1.30
1.07
IM
1.61
1.72
1.82
1.94
2.06
2.19
2.33
3.16
4.29
IB
0.31
0.48
0.67
0.89
1.12
1.39
1.66
3.26
5.36
Pertumbuhan Barang Lainnya
3.13%
5.18%
5.60%
6.00%
6.40%
6.80%
6.80%
6.80%
6.80%
Dari tabel di atas, pertumbuhan ekonomi pada 2014 diharapkan dapat tercapai sebesar 7,70 persen dengan PDB untuk harga berlaku sebesar Rp 7.729 triliun. PDB per kapita pada tahun 2009 sebesar Rp 24.316.568,diharapkan dapat meningkat pada tahun 2014 sebesar Rp 31.385.860,- atau meningkat sebesar Rp. 7.069.292,- dibandingkan tahun 2009. Kondisi ini tercapai dengan asumsi penduduk pada tahun 2014 sebesar 246,28 juta atau dijaga dengan pertambahan 1,3 persen per tahun. Industri Pengolahan Non Migas diharapkan tumbuh 8,95 persen pada tahun 2014 dengan kontribusi Industri Pengolahan Non Migas sebesar 22,57 persen (harga berlaku) pada tahun 2009 meningkat menjadi 24,67 persen pada tahun 2014. Peningkatan nilai tambah industri pengolahan non migas diharapkan meningkat dari Rp. 522.940 miliar pada tahun 2009 menjadi Rp. 725.780 miliar pada tahun 2014. Dari kontribusi tersebut diturunkan menjadi Kontribusi Industri Kecil, Menengah dan Industri Besar (harga berlaku) untuk tahun 2009 sebesar
- 60 - Lampiran Peraturan Menteri Perindustrian RI Nomor: 151/M-IND/PER/12/2010 /M-IND/PER/12/2010
Rp. 1.267,19 triliun; tahun 2014 Rp. 1.907,10 triliun; tahun 2015 Rp 2.077,19 triliun; tahun 2020 Rp. 3.184,13 triliun; dan tahun 2025 Rp.4.880,95 triliun. 1.
Cabang Industri Makanan, Minuman, dan Tembakau: Sasaran untuk cabang industri ini pada tahun 2014 adalah memberikan kontribusi sebesar 28,39 persen dari kontribusi total Industri Pengolahan Non Migas atau sebesar Rp. 541,44 triliun (harga berlaku), yang dirinci ke dalam kelompok IK sebesar Rp. 76,03 triliun, kelompok IM sebesar Rp. 119,01 triliun, dan kelompok IB sebesar Rp. 346,40 triliun. Sampai dengan tahun 2025, kontribusi diperkirakan turun hingga menjadi 20,00 persen.
2.
Cabang Industri Tekstil, Barang Kulit, dan Alas Kaki: Sasaran untuk cabang industri ini pada tahun 2014 adalah memberikan kontribusi sebesar 8,22 persen dari kontribusi total Industri Pengolahan Non Migas atau sebesar Rp. 156,76 triliun (harga berlaku), yang dirinci ke dalam kelompok IK sebesar Rp. 24,88 triliun, kelompok IM sebesar Rp. 49,39 triliun, dan kelompok IB sebesar Rp. 82,49 triliun. Sampai dengan tahun 2025, kontribusi
diperkirakan turun hingga
menjadi 6,00 persen. 3.
Cabang Industri Barang Kayu dan Hasil Hutan lainnya: Sasaran untuk cabang industri ini pada tahun 2014 adalah memberikan kontribusi sebesar 3,61 persen dari kontribusi total Industri Pengolahan Non Migas atau sebesar Rp. 68,87 triliun (harga berlaku), yang dirinci ke dalam kelompok IK sebesar Rp. 20,40 triliun, kelompok IM sebesar Rp. 23,76 triliun, dan kelompok IB sebesar Rp. 24,70 triliun. Sampai dengan tahun 2025, kontribusi
diperkirakan turun hingga
menjadi 3,00 persen. 4.
Cabang Industri Kertas dan Barang Cetakan: Sasaran untuk cabang industri ini pada tahun 2014 adalah memberikan kontribusi sebesar 4,62 persen dari kontribusi total Industri Pengolahan Non Migas atau sebesar Rp. 88,20 triliun (harga berlaku), yang dirinci ke dalam kelompok IK sebesar Rp. 10,74 triliun, kelompok
- 61 - Lampiran Peraturan Menteri Perindustrian RI Nomor: 151/M-IND/PER/12/2010 ND/PER/12/2010
IM sebesar Rp. 17,31 triliun, dan kelompok IB sebesar Rp. 60,14 triliun. Sampai dengan tahun 2025, kontribusi diperkirakan naik hingga menjadi 5,00 persen. 5.
Cabang Industri Pupuk, Kimia, dan Barang dari Karet: Sasaran untuk cabang industri ini pada tahun 2014 adalah memberikan kontribusi sebesar 13,49 persen dari kontribusi total Industri Pengolahan Non Migas atau sebesar Rp. 257,29 triliun (harga berlaku), yang dirinci ke dalam kelompok IK sebesar Rp. 43,45 triliun, kelompok IM sebesar Rp. 32,96 triliun, dan kelompok IB sebesar Rp. 180,88 triliun. Sampai dengan tahun 2025, kontribusi diperkirakan naik hingga menjadi 18,00 persen.
6.
Cabang Industri Semen dan Barang Galian bukan Logam: Sasaran untuk cabang industri ini pada tahun 2014 adalah memberikan kontribusi sebesar 2,93 persen dari kontribusi total Industri Pengolahan Non Migas atau sebesar Rp. 55,92 triliun (harga berlaku), yang dirinci ke dalam kelompok IK sebesar Rp. 20,94 triliun, kelompok IM sebesar Rp. 11,30 triliun, dan kelompok IB sebesar Rp. 23,69 triliun. Sampai dengan tahun 2025, kontribusi diperkirakan naik hingga menjadi 3,00 persen.
7.
Cabang Industri Logam Dasar, Besi dan Baja: Sasaran untuk cabang industri ini pada tahun 2014 adalah memberikan kontribusi sebesar 1,98 persen dari kontribusi total Industri Pengolahan Non Migas atau sebesar Rp. 37,77 triliun (harga berlaku), yang dirinci ke dalam kelompok IK sebesar Rp. 0,29 triliun, kelompok IM sebesar Rp. 6,37 triliun, dan kelompok IB sebesar Rp. 31,11 triliun. Sampai dengan tahun 2025, kontribusi diperkirakan naik hingga menjadi 5,00 persen.
8.
Cabang Industri Alat Angkut, Mesin dan Peralatannya: Sasaran untuk cabang industri ini pada tahun 2014 adalah memberikan kontribusi sebesar 34,22 persen dari kontribusi total Industri Pengolahan Non Migas atau sebesar Rp. 652,54 triliun (harga berlaku),
- 62 - Lampiran Peraturan Menteri Perindustrian RI Nomor: 151/M-IND/PER/12/2010 /M-IND/PER/12/2010
yang dirinci ke dalam kelompok IK sebesar Rp. 50,23 triliun, kelompok IM sebesar Rp. 132,68 triliun, dan kelompok IB sebesar Rp. 469,63 triliun. Sampai dengan tahun 2025, kontribusi diperkirakan naik hingga menjadi 38,00 persen. 9.
Cabang Industri Barang Lainnya: Sasaran untuk cabang industri ini pada tahun 2014 adalah memberikan kontribusi sebesar 0,99 persen dari kontribusi total Industri Pengolahan Non Migas atau sebesar Rp. 18,95 triliun (harga berlaku), yang dirinci ke dalam kelompok IK sebesar Rp. 6,21 triliun, kelompok IM sebesar Rp. 7,92 triliun, dan kelompok IB sebesar Rp. 4,82 triliun. Sampai dengan tahun 2025, kontribusi diperkirakan naik hingga menjadi 2,00 persen. Selanjutnya secara rinci sasaran pertumbuhan setiap cabang industri
tahun 2010-2014 setiap tahunnya dapat dilihat pada Tabel 2.2. Tabel 2.2. Target Pertumbuhan setiap Cabang Industri tahun 2010 – 2014 (%) Makanan, Minuman dan Tembakau Tekstil, barang Kulit & Alas kaki Barang Kayu & Hasil Hutan lainnya Kertas & barang Cetakan Pupuk, Kimia & barang dari Karet Semen & Barang Galian bukan Logam Logam Dasar, Besi & Baja Alat Angkut, Mesin & Peralatannya Barang lainnya
11,29 0,53 -1,46 6,27 1,51 -0,63 -4,53 -2,94
6,64 2,15 1,75 4,60 5,00 3,25 2,75 4,00
7,92 3,40 2,75 4,80 5,46 3,74 3,40 6,40
8,15 3,75 2,90 4,90 5,75 4,05 4,00 7,78
8,94 4,30 3,40 5,30 7,00 4,60 4,50 8,30
10,40 5,60 3,90 5,58 8,30 5,30 5,50 10,20
Rata-rata 2010-2014 8,41 3,84 2,94 5,04 6,30 4,19 4,03 7,34
3,13
5,18
5,60
6,00
6,40
6,80
6,00
Total Industri
2,52
4,65
6,10
6,75
7,47
8,95
6,78
Cabang Industri
2009
2010
2011
2012
2013
2014
- 63 - Lampiran Peraturan Menteri Perindustrian RI Nomor: 151/M-IND/PER/12/2010 ND/PER/12/2010
Gambar 2.1. Target Pertumbuhan Industri tahun 2010 – 2014 (%) Seperti telah dikemukakan di atas, diharapkan dalam kurun waktu 20102014 telah terjadi pergeseran penyebaran industri ke luar Pulau Jawa. Share Pulau Jawa diharapkan menurun dari angka tahun 2009 sebesar 75,00 persen menjadi 64,79 persen pada tahun 2014. Penurunan share ini diharapkan akan berlanjut terus sehingga mencapai 47,65 persen pada tahun 2025. Sebaliknya, peran industri di luar Pulau Jawa diharapkan mengalami peningkatan. Peran Sumatera secara keseluruhan diharapkan meningkat dari 18,37 persen pada tahun 2009 menjadi 22,24 persen pada tahun 2014 dan meningkat lagi menjadi 34,70 persen pada tahun 2025. Pulau Sulawesi yang share-nya hanya 2,16 persen pada tahun 2009 diharapkan akan mengalami peningkatan menjadi 2,89 persen pada tahun 2014 dan 5,65 persen pada tahun 2025. Peran Maluku dan Papua yang pada tahun 2009 hanya sebesar 0,30 persen diharapkan akan meningkat menjadi 0,47 persen pada tahun 2014 dan 1,25 persen pada tahun 2025. Kalimantan yang pada tahun 2009 memberikan share sebesar 3,41 persen, diharapkan akan meningkat share-nya menjadi 4,61 persen pada tahun 2014 dan 9,00 persen pada tahun 2025. Terakhir, Bali dan Nusa Tenggara yang pada tahun 2009 memberikan share sebesar 0,79 persen, diharapkan akan meningkat menjadi 0,99 persen pada tahun 2014, dan 1,75 persen pada tahun 2025.
- 64 - Lampiran Peraturan Menteri Perindustrian RI Nomor: 151/M-IND/PER/12/2010 /M-IND/PER/12/2010
Meskipun dari angka absolut peran industri di pulau-pulau luar Jawa terlihat kecil, pertumbuhan (growth) yang terjadi adalah sangat signifikan. Pertumbuhan rata-rata peran industri pulau Sumatera selama kurun waktu 2010-2014 sebesar 4,16 persen per tahun. Untuk kurun waktu 2014-2025, Sumatera tumbuh rata-rata sebesar sekitar 5,09 persen per tahun. Peran Sulawesi tumbuh lebih cepat lagi, yaitu sebesar 6,69 persen per tahun selama kurun waktu 2010-2014. Untuk kurun waktu 2014-2025, Sulawesi tumbuh sebesar 8,68 persen per tahun. Peran Maluku dan Papua terlihat meningkat secara drastis. Untuk kurun waktu 2010-2014 peran Maluku dan Papua tumbuh rata-rata sebesar 10,61 persen per tahun, sementara untuk kurun waktu 2014-2025 peran Maluku dan Papua tumbuh rata-rata sekitar 15,09 persen per tahun. Pulau Kalimantan yang pada tahun 2009 memberikan share sebesar 3,41 persen meningkat menjadi 4,61 persen pada tahun 2014, atau tumbuh rata-rata sebesar 6,93 persen per tahun. Untuk tahun 2014-2025 Kalimantan harus mencapai 8,66 persen per tahun. Terakhir untuk Bali dan Nusa Tenggara, pertumbuhan yang diharapkan untuk kurun waktu 2010-2014 rata-rata sekitar 5,18 persen per tahun. Pertumbuhan rata-rata Bali dan Nusa Tenggara untuk tahun 2014-2025 adalah sebesar 6,98 persen per tahun. Sasaran kuantitatif share industri sampai tahun 2020 secara rinci untuk setiap provinsi di Pulau Jawa dapat dilihat pada Tabel 2.3 dan luar Pulau Jawa dapat dilihat pada Tabel 2.4, Tabel 2.5, Tabel 2.6, Tabel 2.7, dan Tabel 2.8 di bawah ini. Tabel 2.3 Sasaran Kuantitatif Industri di Jawa (%) PROVINSI 1) 2) 3) 4) 5) 6)
Banten Jawa Barat DKI Jakarta Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Total
2009 7.37 27.52 12.59 7.33 0.59 19.6 75
2010 7.19 26.80 11.89 7.24 0.59 19.10 72.81
2014 6.53 24.1 9.43 6.88 0.61 17.24 64.79
2020 5.64 20.55 6.67 6.39 0.63 14.78 54.66
2025 5.00 18.00 5.00 6.00 0.65 13.00 47.65
Growth PDRB Industri 2010-2025
5.70 5.46 2.22 6.95 8.95 5.55
- 65 - Lampiran Peraturan Menteri Perindustrian RI Nomor: 151/M-IND/PER/12/2010 ND/PER/12/2010
Tabel 2.4 Sasaran Kuantitatif Industri di Sumatera (%) PROVINSI
1) 2) 3) 4) 5) 6) 7) 8) 9) 10)
2009
Nangroe Aceh Darussalam Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Riau Kepulauan Jambi Bengkulu Sumatera Selatan Bangka Belitung Lampung Total
2010
2014
2020
Growth PDRB Industri 2010-2025
2025
0.21
0.23
0.32
0.51
0.75
17.26
6.03 0.96 3.52 3.93 0.37 0.07 1.67 0.52 1.09 18.37
6.18 1.02 3.67 4.08 0.39 0.07 1.71 0.56 1.16 19.07
6.83 1.29 4.36 4.71 0.49 0.1 1.89 0.76 1.49 22.24
7.94 1.85 5.64 5.85 0.68 0.17 2.2 1.22 2.19 28.25
9.00 2.50 7.00 7.00 0.90 0.25 2.50 1.80 3.00 34.70
11.04 14.97 13.05 12.27 14.48 17.30 11.06 17.03 15.37
Tabel 2.5. Sasaran Kuantitatif Peran Industri di Sulawesi dan Gorontalo (%) PROVINSI
1) 2) 3) 4) 5) 6)
Sulawesi Utara Gorontalo Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Barat Sulawesi Tenggara Total
2009
2010
0.31 0.03 0.24 1.33 0.07 0.18 2.16
2014
0.33 0.03 0.26 1.40 0.07 0.19 2.28
2020
0.43 0.05 0.34 1.71 0.1 0.26 2.89
0.64 0.09 0.52 2.32 0.17 0.41 4.15
2025
0.90 0.15 0.75 3.00 0.25 0.60 5.65
Growth PDRB Industri 2010-2025
15.75 19.82 16.28 13.94 17.30 16.76
Tabel 2.6. Sasaran Kuantitatif Peran Industri di Maluku dan Papua (%) PROVINSI
1) 2) 3) 4)
Maluku Maluku Utara Irian Jaya Barat Papua Total
2009
0.04 0.08 0.1 0.08 0.3
2010
0.05 0.09 0.11 0.08 0.33
2014
0.07 0.12 0.16 0.12 0.47
2020
0.14 0.2 0.26 0.19 0.79
2025
0.25 0.30 0.40 0.30 1.25
Growth PDRB Industri 2010-2025
21.47 17.62 18.09 17.66
- 66 - Lampiran Peraturan Menteri Perindustrian RI Nomor: 151/M-IND/PER/12/2010 /M-IND/PER/12/2010
Tabel 2.7. Sasaran Kuantitatif Peran Industri di Kalimantan (%) PROVINSI
1) 2) 3) 4)
Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Total
2009
2010
2014
2020
2025
Growth PDRB Industri 2010-2025
1.16
1.23
1.56
2.23
3.00
14.92
0.32
0.34
0.45
0.7
1.00
16.29
0.7
0.74
0.97
1.44
2.00
15.64
1.23 3.41
1.30 3.61
1.63 4.61
2.27 6.64
3.00 9.00
14.50
Tabel 2.8. Sasaran Kuantitatif Peran Industri di Bali, NTB dan NTT PROVINSI
1) 2) 3)
Bali NTB NTT Total
2009
0.51 0.23 0.05 0.79
2010
0.52 0.25 0.05 0.82
2014
0.58 0.34 0.07 0.99
2020
0.67 0.54 0.13 1.34
2025
0.75 0.80 0.20 1.75
Growth PDRB Industri 2010-2025
10.93 17.07 18.15
Gambar 2. 2. Sasaran Kuantitatif Pertumbuhan Industri 2010-2025 per propinsi (%)
- 67 - Lampiran Peraturan Menteri Perindustrian RI Nomor: 151/M-IND/PER/12/2010 ND/PER/12/2010
Dalam rangka mencapai sasaran-sasaran di atas, dibutuhkan investasi selama tahun 2010-2014 sekitar Rp.735.956,48 Milyar atau rata-rata Rp.147.191,30 Milyar per tahun. Kebutuhan investasi per cabang industri setiap tahun tersaji pada Tabel 2.9.
Tabel 2.9. Perkiraan Kebutuhan Investasi Industri Pengolahan Non-Migas (dalam Milyar rupiah) CABANG INDUSTRI Industri Pengolahan Non Migas
2009
2010
2011
2012
2013
2014
Total 2010 2014
77,327.97 106,144.09 124,608.40 147,261.99 168,429.50 189,512.50 735,956.48
1 Makanan, Minuman, dan Tembakau
23,817.01
34,178.40
38,877.82
44,473.12
47,665.55
55,527.16 220,722.05
2 Tekstil, Barang Kulit, dan Alas Kaki
7,423.49
9,765.26
11,090.15
12,811.79
13,811.22
15,919.05
63,397.47
3,015.79
4,139.62
4,735.12
5,448.69
6,063.46
6,822.45
27,209.34
4 Kertas dan Barang Cetakan
3,634.41
4,776.48
5,607.38
6,626.79
7,747.76
8,528.06
33,286.47
5 Pupuk, Kimia, dan Barang dari Karet
9,666.00
12,843.43
15,451.44
18,849.53
22,569.55
24,826.14
94,540.10
6 Semen & Brg. Galian bukan logam
2,319.84
3,078.18
3,613.64
4,270.60
4,884.46
5,495.86
21,342.74
7 Logam Dasar Besi & Baja
1,159.92
1,486.02
1,869.13
2,356.19
3,200.16
3,411.23
12,322.72
25,672.89
34,921.41
41,369.99
49,332.77
57,602.89
618.62
849.15
996.87
1,178.10
1,515.87
3
Barang Kayu dan Hasil Hutan Lainnya
8 Alat Angkut, Mesin & Peralatannya 9 Barang Lainnya
64,055.23 247,282.27 1,705.61
6,245.59
Sumber: BKPM, diolah Kemenperin Catatan: Perkiraan berdasarkan perhitungan ICOR, belum termasuk kebutuhan investasi untuk revitalisasi industri Pupuk dan Gula.
Dengan sasaran pertumbuhan yang telah ditetapkan diharapkan dapat menyerap tenaga kerja sekitar 3.224.275 orang atau rata-rata 644.855 orang per tahun. Penyerapan tenaga kerja per cabang industri setiap tahun tersaji pada Tabel 2.10.
- 68 - Lampiran Peraturan Menteri Perindustrian RI Nomor: 151/M-IND/PER/12/2010 /M-IND/PER/12/2010
Tabel 2.10. Perkiraan Penyerapan Tenaga Kerja Industri Pengolahan Non Migas CABANG INDUSTRI Industri Pengolahan Non Migas
2009
2010
2011
2012
2013
2014
Rata-rata Penyerapan 2010-2014
13,987,659
14,374,299
14,905,019
15,528,061
16,264,371
17,211,934
1 Makanan, Minuman, dan Tembakau
5,073,075
5,244,260
5,471,939
5,730,657
6,027,298
6,396,018
264,589
2 Tekstil, Barang Kulit, dan Alas Kaki
2,404,431
2,453,341
2,518,288
2,592,819
2,677,863
2,784,701
76,054
3 Barang Kayu dan Hasil Hutan Lainnya
1,834,805
1,855,539
1,883,269
1,914,966
1,951,413
1,998,318
32,703
4 Kertas dan Barang Cetakan
371,033
394,956
427,795
466,345
511,905
571,838
40,161
5 Pupuk, Kimia, dan Barang dari Karet
839,805
904,132
994,620
1,104,275
1,236,903
1,411,492
114,337
1,112,437
1,127,854
1,149,017
1,173,861
1,203,221
1,241,005
25,714
7 Logam Dasar Besi & Baja
493,390
500,833
511,779
525,486
543,710
568,465
15,015
8 Alat Angkut, Mesin & Peralatannya
346,656
521,562
763,836
1,050,825
1,393,025
1,838,616
298,392
1,512,027
1,516,280
1,522,118
1,528,971
1,538,083
1,549,809
7,556
6 Semen & Brg. Galian bukan logam
9 Barang Lainnya
644,855
Sumber: BKPM, diolah Kemenperin Catatan: Perkiraan berdasarkan perhitungan ILOR, jumlah penyerapan tenaga kerja adalah akumulatif.
- 69 - Lampiran Peraturan Menteri Perindustrian RI Nomor: 151/M-IND/PER/12/2010
III ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI
A.
ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI NASIONAL Seperti telah diuraikan di bab-bab sebelumnya, pembangunan nasional secara terencana harus terus terjaga dengan seksama agar pemerintah mampu mewujudkan Visi Indonesia menjadi negara mandiri, maju, adil, dan makmur pada tahun 2025 sebagaimana diamanatkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005-2025. Visi pembangunan ini menjadi pertimbangan
dalam
menghasilkan
kebijakan-kebijakan
yang
menjamin
keberlanjutan pembangunan industri. Kebijakan
Pembangunan
Industri
Nasional
disusun
agar
dapat
merealisasikan cita-cita luhur bangsa Indonesia dan sekaligus menjawab tantangan perubahan lingkungan yang terjadi dengan cepat, serta mampu mengatasi dampak krisis finansial global yang terjadi saat ini. Kebijakan Industri Nasional (Peraturan Presiden No. 28 Tahun 2008) disusun dengan menggunakan pendekatan klaster industri dan kompetensi inti industri daerah guna membangun daya saing industri yang berkelanjutan. Visi pembangunan industri nasional jangka panjang tahun 2025 adalah membawa Indonesia pada tahun 2025 menjadi negara industri tangguh yang bercirikan: 1. Industri Kelas Dunia; 2. PDB Sektor Industri yang seimbang antara Pulau Jawa dan di Luar Jawa; 3. Teknologi telah menjadi ujung tombak pengembangan produk dan penciptaan pasar; Arah pembangunan nasional jangka panjang ini menjadi acuan bagi arah kebijakan dan strategi Kementerian Perindustrian dalam kurun waktu yang sama. Dalam dokumen RPJMN 2010-2014, telah ditetapkan visi Indonesia pada tahun 2014 yakni Indonesia yang Sejahtera, Demokratis, dan Berkeadilan. Dalam rangka mewujudkan visi tersebut di atas, telah ditetapkan misi sebagai berikut:
- 70 - Lampiran Peraturan Menteri Perindustrian RI Nomor: 151/M-IND/PER/12/2010
1.
Melanjutkan Pembangunan Menuju Indonesia yang Sejahtera
2.
Memperkuat Pilar-Pilar Demokrasi
3.
Memperkuat Dimensi Keadilan di Semua Bidang Adapun agenda yang akan dilaksanakan selama periode 2010-2014
antara lain: 1. Pembangunan Ekonomi dan Peningkatan Kesejahteraan Rakyat 2. Perbaikan Tata Kelola Pemerintahan 3. Penegakan Pilar Demokrasi 4. Penegakan Hukum dan Pemberantasan Korupsi 5. Pembangunan yang Inklusif dan Berkeadilan Pada RPJMN II 2010-2014 kerangka ekonomi makro adalah sebagai berikut: rata-rata pertumbuhan ekonomi diproyeksikan sebesar 6,3-6,8 persen, dimana pada tahun 2013 mencapai 7 persen dan pada tahun 2014 minimal tumbuh sebesar 7 persen. Hasil Retreat Kabinet Paripurna tanggal 19-21 April 2010 di Istana Tampak Siring, Bali tingkat pertumbuhan ekonomi diproyeksikan sebesar 7,7 persen pada tahun 2014. Sedangkan inflasi berdasarkan RPJMN II 2010-2014 diperkirakan rata-rata sebesar 4-6 persen, pengangguran dari tahun 2009 sebesar 8,1 persen menjadi 5-6 persen pada tahun 2014 sedangkan kemiskinan pada tahun 2009 sebesar 14,1 persen menjadi 8-10 persen pada tahun 2014. Oleh karena itu pembangunan ekonomi pada RPJMN II 2010-2014 diprioritaskan pada: 1. Pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan 2. Penciptaan stabilitas ekonomi yang kokoh 3. Pembangunan ekonomi yang inklusif dan berkeadilan
Disamping itu, arah kebijakan dan strategi nasional juga mengacu kepada Program 100 hari, 1 tahun, dan 5 tahun Kabinet Indonesia Bersatu II, 15 Program Pilihan Presiden periode 2010-2014, program prioritas nasional lainnya di bidang perekonomian, Isu-isu strategis lima tahun yang akan datang hasil temu nasional di bidang perekonomian, dan Kontrak Kinerja Menteri Perindustrian RI 2010-2014.
- 71 - Lampiran Peraturan Menteri Perindustrian RI Nomor: 151/M-IND/PER/12/2010
Program 100 hari Bidang Perekonomian: 1. Ketersediaan lahan dan keterpaduan tata ruang 2. Pembiayaan untuk pembangunan infrastruktur 3. Pembangunan dan pemeliharaan Infrastruktur Strategis 4. Pengadaan lahan bagi pertanian, perkebunan dan perikanan 5. Iklim investasi pertanian dan perikanan 6. Kesinambungan swasembada pangan 7. Jaminan pasokan energi 8. Sistem harga energi yang kompetitif 9. Ketahanan energi 10. Pengalihan sistem subsidi: BBM, pupuk, dan listrik 11. Pengembangan energi terba rukan nasional 12. Revitalisasi Kredit Usaha Rakyat (KUR) 13. Pengembangan UKM 14. Ketenagakerjaan 15. Kelancaran arus barang dan daya saing 16. Revitalisasi Industri pupuk dan gula 17. Pengembangan Klaster Industri berbasis sumber daya alam fosil terbarukan 18. Aksesibilitas dan keterhubungan (connectivity) Antar Wilayah 19. Keselamatan Transportasi
Program 5 tahun Kabinet Indonesia Bersatu II: Prioritas 1 : Reformasi Birokrasi dan “Good Governance” Prioritas 2
: Pendidikan
Prioritas 3
: Kesehatan
Prioritas 4
: Penanggulangan Kemiskinan
Prioritas 5 : Ketahanan Pangan Prioritas 6
: Infrastruktur
Prioritas 7 : Iklim Investasi dan Bisnis Prioritas 8
: Energi
Prioritas 9
: Lingkungan Hidup dan Penanggulangan Bencana
- 72 - Lampiran Peraturan Menteri Perindustrian RI Nomor: 151/M-IND/PER/12/2010
Prioritas 10 : Pembangunan Daerah Tertinggal, Terdepan, dan Pascakonflik Prioritas 11 : Kebudayaan, Kreativitas dan Inovasi Teknologi Dari kegiatan prioritas nasional diatas, Kementerian Perindustrian secara langsung maupun tidak langsung mendapat tugas khususnya
terkait pada
prioritas 1, prioritas 5, dan prioritas 7 dengan penjelasan sebagai berikut : Prioritas 1 : REFORMASI BIROKRASI DAN TATA KELOLA Tema Prioritas Pemantapan tata kelola pemerintahan yang lebih baik melalui terobosan kinerja secara terpadu, penuh integritas, akuntabel, taat kepada hukum yang berwibawa, dan transparan. Peningkatan kualitas pelayanan publik yang ditopang oleh efisiensi struktur pemerintah di pusat dan di daerah, kapasitas pegawai pemerintah yang memadai, dan data kependudukan yang baik Substansi Inti 1.
Struktur
2.
Otonomi
daerah:
Penataan
otonomi
daerah
melalui:
1) penghentian/pembatasan pemekaran wilayah; 2) peningkatan efisiensi dan
efektivitas
penggunaan
dana
perimbangan
daerah;
dan
3) penyempurnaan pelaksanaan pemilihan kepala daerah 3.
Sumber daya manusia
4.
Regulasi: Percepatan harmonisasi dan sinkronisasi peraturan perundangan di tingkat pusat maupun daerah hingga tercapai keselarasan arah dalam implementasi pembangunan, diantaranya penyelesaian kajian 12.000 peraturan daerah selambat-lambatnya 2011
5.
Sinergi antara pusat dan daerah
6.
Penegakan hukum
7.
Data kependudukan
- 73 - Lampiran Peraturan Menteri Perindustrian RI Nomor: 151/M-IND/PER/12/2010
Prioritas 5 : KETAHANAN PANGAN Tema Prioritas Peningkatan ketahanan pangan dan lanjutan revitalisasi pertanian untuk mewujudkan kemandirian pangan, peningkatan daya saing produk pertanian, peningkatan pendapatan petani, serta kelestarian lingkungan dan sumber daya alam. Peningkatan pertumbuhan PDB sektor pertanian sebesar 3,7 persen per tahun dan Indeks Nilai Tukar Petani sebesar 115-120 pada 2014. Substansi Inti 1. Lahan, Pengembangan Kawasan dan Tata Ruang Pertanian 2. Infrastruktur 3. Penelitian dan Pengembangan:
Peningkatan
upaya penelitian dan
pengembangan bidang pertanian yang mampu menciptakan benih unggul dan hasil penelitian lainnya menuju kualitas dan produktivitas hasil pertanian nasional yang tinggi 4. Investasi, Pembiayaan, dan Subsidi: Dorongan untuk investasi pangan, pertanian, dan industri perdesaan berbasis produk lokal oleh pelaku usaha dan pemerintah, penyediaan pembiayaan yang terjangkau, serta sistem subsidi yang menjamin ketersediaan benih varietas unggul yang teruji, pupuk, teknologi dan sarana pasca panen yang sesuai secara tepat waktu, tepat jumlah, dan terjangkau 5. Pangan dan Gizi 6. Adaptasi Perubahan Iklim Prioritas 7 : IKLIM INVESTASI DAN IKLIM USAHA Tema Prioritas Peningkatan investasi melalui perbaikan kepastian hukum, penyederhanaan prosedur, perbaikan sistem informasi, dan pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK)
- 74 - Lampiran Peraturan Menteri Perindustrian RI Nomor: 151/M-IND/PER/12/2010
Substansi Inti 1. Kepastian hukum: Reformasi regulasi secara bertahap di tingkat nasional dan daerah sehingga terjadi harmonisasi peraturan perundang-undangan yang
tidak
menimbulkan
ketidakjelasan
dan
inkonsistensi
dalam
implementasinya 2. Penyederhanaan prosedur:
Penerapan sistem pelayanan informasi dan
perizinan investasi secara elektronik (SPIPISE) pada Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) di beberapa kota yang dimulai di Batam, pembatalan perda bermasalah dan pengurangan biaya untuk memulai usaha seperti Tanda Daftar Perusahaan (TDP) dan Surat Ijin Usaha Perdagangan (SIUP) 3. Logistik nasional: Pengembangan dan penetapan Sistem Logistik Nasional yang
menjamin
kelancaran
arus
barang
dan
mengurangi
biaya
transaksi/ekonomi biaya tinggi 4. Sistem informasi: Beroperasinya secara penuh National Single Window (NSW)
untuk impor (sebelum Januari 2010) dan ekspor. Percepatan
realisasi proses penyelesaian bea cukai di luar pelabuhan dengan implementasi tahap pertama Custom Advanced Trade System (CATS) di dry port Cikarang 5. KEK: Pengembangan KEK di 5 lokasi melalui skema Public-Private Partnership sebelum 2012 6. Kebijakan ketenagakerjaan: Sinkronisasi kebijakan ketenagakerjaan dan iklim usaha dalam rangka penciptaan lapangan kerja Penjelasan 15 program pilihan presiden untuk tahun 2010-2014 adalah sebagai berikut : 1.
Pemberantasan Mafia Hukum
2.
Revitalisasi Industri Pertahanan
3.
Penanggulangan Terorisme
4.
Peningkatan Daya Listrik di seluruh Indonesia
5.
Peningkatan Produksi dan Ketahanan Pangan
6.
Revitalisasi Pabrik Pupuk dan Gula
- 75 - Lampiran Peraturan Menteri Perindustrian RI Nomor: 151/M-IND/PER/12/2010
7.
Penyempurnaan Peraturan Agraria dan Tata Ruang
8.
Pembangunan Infrastruktur
9.
Penyediaan dana penjaminan Rp 2 triliyun per tahun untuk Kredit Usaha Kecil Mengenah
10. Penetapan Skema Pembiayaan dan Investasi 11. Perumusan Kontribusi Indonesia dalam Isu Perubahan Iklim dan Lingkungan 12. Reformasi Kesehatan Masyarakat 13. Penyelarasan antara Pendidikan dan Dunia Kerja 14. Kesiapsiagaan Penanggulangan Bencana 15. Sinergi antara Pusat dan Daerah Program prioritas nasional lainnya di bidang perekonomian: 1. Melaksanakan pengembangan industri sesuai dengan Peraturan Presiden No. 28 Tahun 2008 tentang Kebijakan Industri Nasional 2. Meningkatkan peran dan kemampuan Republik Indonesia dalam diplomasi perdagangan internasional 3. Memastikan dukungan atas program pengembangan energi terbarukan antara lain energi-bio melalui penyediaan bahan baku 4. Meningkatan pelayanan dan perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (TKI) selama proses penyiapan, pemberangkatan, dan kepulangan 5. Meningkatkan upaya pelayanan dan perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di luar negeri 6. Mengembangkan model link and match dengan sektor pendidikan dalam upaya mencetak wiraswasta baru 7. Peningkatan penciptaan lapangan kerja melalui sinkronisasi kebijakan ketenagakerjaan dan iklim usaha 8. Merencanakan
dengan
seksama
tercapainya sasaran-sasaran nasional
program
pembangunan
menuju
- 76 - Lampiran Peraturan Menteri Perindustrian RI Nomor: 151/M-IND/PER/12/2010
Isu-isu strategis lima tahun yang akan datang hasil temu nasional di bidang perekonomian sebagai prioritas Kabinet Indonesia Bersatu II adalah sebagai berikut: 1. Pembangunan Infrastruktur, dengan isu strategis antara lain: a) Skema Public Private Partnership (PPP) b) Pembangunan Infrastruktur yang belum merata di berbagai daerah c) Penggunaan lahan yang berada di hutan lindung untuk pembangunan infrastruktur/ perkebunan d) Pengadaan Tanah e) Alternatif Pembiayaan Infrastruktur f) Revitalisasi Peran Pemerintah dalam Percepatan Pembangunan Infrastruktur g) Ketidaksinkronan
Peraturan
Perundang-Undangan
di
bidang
Infrastruktur 2. Ketahanan Pangan, dengan isu strategis antara lain: a) Ketersediaan Lahan dan Tata Ruang b) Pembiayaan dan iklim investasi c) Pengembangan dan Penerapan Teknologi serta Diversifikasi Pangan 3. Ketahanan Energi, dengan isu strategis antara lain: a) Jaminan pasokan energi b) Sistem harga yang kompetitif c) Investasi dan kemandirian pengelolaan energi d) Renewable energy e) Sistem harga yang kompetitif 4. Pengembangan UMKM, dengan isu strategis antara lain: a) Revitalisasi KUR b) Pemberdayaan Usaha Mikro dan Pengembangan LKM c) Pengembangan kapasitas UKM d) PengembanganIndustri kreatif/UKM
- 77 - Lampiran Peraturan Menteri Perindustrian RI Nomor: 151/M-IND/PER/12/2010
5. Revitalisasi Industri dan Jasa, dengan isu strategis antara lain: a) Ketenagakerjaan b) Infrastruktur Transport Arus barang dan bahan baku tersendat High cost economy Biaya tidak bersaing Pemberdayaan armada angkutan laut domestik c) Bank & Pendanaan (Akses ke permodalan terbatas, bunga 14%-20% tidak bersaing, perbankan tidak paham karakter industri) d) Investasi (Pengurusan ijin lama, tarif bea masuk tidak harmonis, tidak mendorong investasi baru) e) Perpajakan (Sistim perpajakan kurang fair dan tidak business friendly) f) Kepabenan
(Sistim
kepabeanan
rumit
dan
kurang transparan
menghambat kelancaran arus barang) g) Pasar (Penetrasi pasar lemah akibat unfair trade) h) Bahan Baku/Struktur Industri (Industri hulu lemah, bahan baku dan bahan penolong terbatas, kurang terintegrasi, Tarif kurang harmonis) i) Teknologi (Inovasi dan pengembangan produk) j) Pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus 6. Pembangunan Transportasi, dengan isu strategis antara lain: a) Transportasi multi moda diperlukan untuk mengarah ke “seamless” transport b) Transportasi laut yang diharapkan mampu menjadi penggerak Kalimantan, Sulawesi, Maluku dan Papua. c) Transportasi laut yang belum mampu menjalankan perannya dalam pembangunan wilayah d) Transportasi perkotaan yang belum efisien dan belum ramah lingkungan. e) Angka kecelakaan lalulintas yang relatif tinggi. f) Masih minimnya investasi swasta di sektor transportasi laut dan udara g) Masih
adanya
inefisiensi
karena
praktek
monopoli
penyelenggaraan transportasi (misalnya dalam hal TKBM)
dalam
- 78 - Lampiran Peraturan Menteri Perindustrian RI Nomor: 151/M-IND/PER/12/2010
h) Masih rendahnya aksesibilitas daerah perbatasan, kawasan terdepan dan terisolasi Kontrak Kinerja Menteri Perindustrian RI 2010-2014 antara lain adalah sebagai berikut: 1.
Melaksanakan pengembangan industri sesuai dengan Peraturan Presiden No. 28 Tahun 2008 tentang Kebijakan Industri Nasional.
2.
Revitalisasi industri Pupuk
3.
Revitalisasi industri Gula
4.
Peningkatan iklim usaha
5.
Pengamanan pasar dalam negeri
6.
Revitalisasi sektor industri
7.
Peningkatan investasi
8.
Pengembangan industri kecil dan menengah
9.
Peningkatan penggunaan produksi dalam negeri
10. Peningkatan pasar 11. Reformasi birokrasi di bidang pelayanan umum Arah kebijakan tersebut diatas yang akan merupakan bagian utama dari RPJMN 2010-2014 telah dibahas lebih dalam pada forum trilateral meeting antara Bappenas, Kementerian Keuangan dan Kementerian Perindustrian dengan hasil sebagai berikut: 1. Disepakati 5 kegiatan prioritas nasional terdiri dari : a) Revitalisasi Industri Pupuk b) Revitalisasi industri Gula c) Pengembangan klaster industri berbasis pertanian, oleochemical di Sumatera Utara, Kalimantan Timur dan Riau d) Pengembangan Klaster Industri berbasis migas , kondensat di Jawa Timur dan Kalimantan Timur e) Fasilitasi Pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK). 2.
Disepakati beberapa kegiatan prioritas bidang perekonomian terdiri dari : a)
Pengembangan Klaster Industri Petrokimia
b)
Pengembangan Klaster Industri Baja
- 79 - Lampiran Peraturan Menteri Perindustrian RI Nomor: 151/M-IND/PER/12/2010
c)
Pengembangan Klaster Industri Mesin dan Peralatan Listrik
d)
Pengembangan Klaster Industri Tekstil dan Produk Tekstil
e)
Pengembangan Klaster Industri Mesin dan Peralatan Umum
f)
Restrukturisasi Permesinan Industri
g)
Pengembangan Klaster Industri Semen
h)
Pengembangan Klaster Industri Keramik
i)
Pengembangan Klaster Industri Alas Kaki
j)
Pengembangan Klaster Industri Pengolahan Kelapa
k)
Pengembangan Klaster Industri Pengolahan Kakao
l)
Pengembangan Klaster Industri Gula
m)
Pengembangan Klaster Industri Karet
n)
Pengembangan Klaster Industri Pengolahan Kelapa Sawit
o)
Pengembangan Klaster Industri Furniture
p)
Pengembangan Klaster Industri Kertas
q)
Pengembangan Industri Bahan Bakar Nabati
r)
Pengembangan Klaster Industri Pengolahan Ikan
s)
Pengembangan Klaster Industri Pengolahan Tembakau
t)
Pengembangan Klaster Industri Pengolahan Buah
u)
Pengembangan Klaster Industri Pengolahan Kopi
v)
Pengembangan Klaster Industri Pengolahan Susu
w)
Pengembangan Klaster Industri Kendaraan Bermotor
x)
Pengembangan Klaster Industri Perkapalan
y)
Pengembangan Klaster Industri Kedirgantaraan
z)
Pengembangan Klaster Industri Perkeretaapian
aa)
Pengembangan Klaster Industri Elektronika
bb)
Pengembangan Klaster Industri Telekomunikasi
cc)
Pengembangan Klaster Industri Komputer dan Peralatannya
dd)
Pengembangan Klaster Industri Perangkat Lunak dan Konten Multimedia
ee)
Pengembangan Klaster Industri Kerajinan dan Barang Seni
ff)
Pengembangan Klaster Industri Garam
gg)
Pengembangan Klaster Industri Fashion dan Batik
hh)
Pengembangan Klaster Industri Batu Mulia dan Perhiasan
- 80 - Lampiran Peraturan Menteri Perindustrian RI Nomor: 151/M-IND/PER/12/2010
ii)
Pengembangan Klaster Industri Gerabah dan Keramik Hias
jj)
Pengembangan Klaster Industri Minyak Atsiri
kk)
Pengembangan Klaster Industri Makanan Ringan
ll)
Pengembangan Industri Unggulan Propinsi di Kawasan Barat Indonesia
mm) Pengembangan Kompetensi Inti Industri Kabupaten/Kota di Kawasan Barat Indonesia nn)
Pengembangan IKM melalui pendekatan OVOP di Kawasan Barat Indonesia
oo)
Pengembangan Industri Unggulan Propinsi di Kawasan Tengah Indonesia
pp)
Pengembangan Kompetensi Inti Industri Kabupaten/Kota di Kawasan Tengah Indonesia
qq)
Pengembangan IKM melalui pendekatan OVOP di Kawasan Tengah Indonesia
rr)
Pengembangan Industri Unggulan Propinsi di Kawasan Timur Indonesia
ss)
Pengembangan Kompetensi Inti Industri Kabupaten/Kota di Kawasan Timur Indonesia
tt)
Pengembangan IKM melalui pendekatan OVOP di Kawasan Timur Indonesia
B.
uu)
Pengembangan SDM Industri
vv)
Pengembangan Pendidikan Vokasi Industri
ARAH
KEBIJAKAN
DAN
STRATEGI
KEMENTERIAN
PERINDUSTRIAN Dalam rangka mewujudkan pencapaian sasaran-sasaran industri tahun 2010-2014 telah dibangun Peta Strategi Kementerian Perindustrian yang mengacu pada Visi 2025, yaitu: Indonesia mampu menjadi Negara Industri Tangguh pada tahun 2025. Visi ini kemudian dijabarkan ke dalam Misi membangun
industri
manufaktur
untuk
menjadi
perekonomian, yang secara detil dapat dirinci menjadi :
tulang
punggung
- 81 - Lampiran Peraturan Menteri Perindustrian RI Nomor: 151/M-IND/PER/12/2010
1. Wahana pemenuhan kebutuhan hidup masyarakat; 2. Dinamisator pertumbuhan ekonomi nasional; 3. Pengganda kegiatan usaha produktif di sektor riil bagi masyarakat; 4. Wahana (medium) untuk memajukan kemampuan teknologi nasional; 5. Wahana penggerak bagi upaya modernisasi kehidupan dan wawasan budaya masyarakat; 6. Salah satu pilar penopang penting bagi pertahanan negara dan penciptaan rasa aman masyarakat; 7. Andalan pembangunan industri yang berkelanjutan melalui pengembangan dan pengelolaan sumber bahan baku terbarukan, pengelolaan lingkungan yang baik, serta memiliki rasa tanggung jawab sosial yang tinggi. Selanjutnya dalam Peta Strategi diuraikan peta-jalan yang akan ditempuh untuk mewujudkan visi 2025 tersebut. Peta Strategi Kementerian Perindustrian dapat dilihat pada Gambar 3.1 di bawah ini.
Perspektif Pemangku Kepentingan
Perspektif Proses Pelaksanaan Tugas Pokok Kementerian
Perspektif Peningkatan Kapasitas Kelembagaan
Tingginya penguasaan pasar dalam dan luar negeri
Tingginya Nilai tambah industri
Membangun sistem inf ormasi industri yang terintegrasi & handal
Membangun organisasi yang Prof esional dan Probisnis
Mengembangkan kemampuan SDM yang kompeten
Dana Meningkatkan Sistem Tata Kelola Keuangan dan BMN yang prof esional Meningkatkan kualitas perencanaan dan pelaporan
Mengoptimalkan evaluasi pelaksanaan kebijakan dan ef ektif itas pencapaian kinerja industri
Mengoptimalkan budaya pengawasan pada unsur pimpinan dan staf
Pengawasan, Pengendalian & Evaluasi
Tersebarnya pembangunan industri
Perencanaan
Gambar 3.1 Peta Strategi Kementerian Perindustrian
Inf ormasi
Organisasi & Ketatalaksanaan
6
Meningkatnya peran industri kecil dan 7 menengah terhadap PDB
Kuat, lengkap dan 5 dalamnya Struktur industri
Mengkoordinasikan peningkatan kualitas lembaga pendidikan dan pelatihan serta kewirausahaan
Meningkatkan kualitas pelayanan publik
Memf asilitasi penerapan standardisasi
Memf asilitasi promosi industri
Memf asilitasi pengembangan industri
Memf asilitasi penerapan, pengembangan dan penggunaan Kekayaan intelektual
SDM
Mengusulkan insentif yang mendukung pengembangan industri
Menetapkan peta panduan pengembangan industri
Menetapkan rencana strategis dan/atau pengembangan industri prioritas dan industri andalan masa depan
Mempersiapkan dan/atau Menetapkan Kebijakan dan produk hukum Industri
Pelayanan & Fasilitasi
Tingginya kemampuan 4 inovasi dan penguasaan teknologi industri
Mengembangkan R&D di instansi dan industri
Kokohnya faktor-faktor 3 penunjang pengembangan industri
Perumusan Kebijakan
2
1
Kokohnya basis industri manufaktur dan industri andalan masa depan menjadi tulang punggung perekonomian nasional
Visi : Indonesia mampu menjadi negara industri tangguh pada tahun 2025 Misi : Membangun industri manufaktur untuk menjadi tulang punggung perekonomian
- 82 - Lampiran Peraturan Menteri Perindustrian RI Nomor: 151/M-IND/PER/12/2010 /M-IND/PER/12/2010
- 83 - Lampiran Peraturan Menteri Perindustrian RI Nomor: 151/M-IND/PER/12/2010 /M-IND/PER/12/2010
Berdasarkan Visi dan Misi tersebut disusun rencana strategis yang akan dicapai dalam kurun waktu lima tahun 2010-2014, yakni kokohnya basis industri manufaktur dan industri andalan masa depan yang menjadi tulang punggung perekonomian nasional. Untuk mewujudkan rencana strategis ini, telah ditetapkan proses yang harus dilakukan dalam pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Kementerian Perindustrian dan yang dikelompokkan ke dalam : (1) perumusan kebijakan; (2) pelayanan dan fasilitasi; serta (3) pengawasan, pengendalian, dan evaluasi yang secara langsung menunjang pencapaian sasaran-sasaran strategis yang telah ditetapkan, disamping dukungan kapasitas kelembagaan guna mendukung semua proses yang akan dilaksanakan. Untuk mendukung pencapaian sasaran strategis sebagaimana telah diuraikan pada bab sebelumnya, dijabarkan arah kebijakan yang menjadi pedoman untuk mencapai sasaran dimaksud. Kebijakan
ini
tertuang
dalam
Rencana
Strategis
Kementerian
Perindustrian 2010-2014. Pada dasarnya pembangunan sektor industri diserahkan kepada peran aktif sektor swasta, sementara pemerintah lebih banyak berperan sebagai fasilitator yang mendorong dan memberikan berbagai kemudahan bagi aktivitas-aktivitas sektor swasta. Intervensi langsung Pemerintah dalam bentuk investasi dan layanan publik hanya dilakukan bila mekanisme pasar tidak dapat berlangsung secara sempurna. Arah kebijakan dalam Rencana Strategis mencakup beberapa hal pokok sebagai berikut: 1. Merevitalisasi sektor industri dan meningkatkan peran sektor industri dalam perekonomian nasional. 2. Membangun struktur industri dalam negeri yang sesuai dengan prioritas nasional dan kompetensi daerah. 3. Meningkatkan kemampuan industri kecil dan menengah agar terkait dan lebih seimbang dengan kemampuan industri skala besar. 4. Mendorong pertumbuhan industri di luar pulau Jawa. 5. Mendorong sinergi kebijakan dari sektor-sektor pembangunan yang lain dalam mendukung pembangunan industri nasional.
- 84 - Lampiran Peraturan Menteri Perindustrian RI Nomor: 151/M-IND/PER/12/2010 /M-IND/PER/12/2010
Seperti telah dikemukakan dalam Bab 2, secara umum dikehendaki bahwa Visi Pembangunan Industri Indonesia pada tahun 2025 adalah menjadi Negara Industri Tangguh dengan ciri-ciri seperti yang telah disampaikan di atas. Untuk mencapai visi tersebut, ditetapkan visi antara untuk tahun 2020 yaitu Indonesia menjadi negara industri maju baru, dan visi sampai dengan 2014 yaitu Memantapkan daya saing basis industri manufaktur yang berkelanjutan (Suistainable) serta terbangunnya pilar industri andalan masa depan dengan ciri-ciri sebagai berikut: 1.
Tercapainya persebaran industri dengan rasio densitas yang lebih tinggi
2.
Terselesaikan penguatan kompetensi inti industri daerah dengan produk hilir bernilai tambah
3.
Penguatan struktur industri dengan kompetensi pelaku hubungan industri kecil, industri menengah, dan industri besar
4.
Tercapai peningkatan industri penunjang komponen
5.
Terbangun pilar industri masa depan (agro, telematika, transportasi) Sesuai dengan Visi tahun 2014 di atas, maka misi lima tahun sampai
dengan 2014 dijabarkan sebagai berikut: 1.
Mendorong peningkatan nilai tambah industri;
2.
Mendorong peningkatan penguasaan pasar domestik dan internasional;
3.
Mendorong peningkatan industri jasa pendukung;
4.
Memfasilitasi penguasaan teknologi industri;
5.
Memfasilitasi penguatan struktur industri;
6.
Mendorong penyebaran pembangunan industri ke luar pulau Jawa;
7.
Mendorong peningkatan peran IKM terhadap PDB. Sesuai dengan visi dan misi tersebut, maka telah ditetapkan 7 (tujuh)
sasaran strategis 2014 yang dapat dirinci sebagai berikut: Sasaran Strategis I : Tingginya nilai tambah industri, dengan Indikator Kinerja Utama : 1. Laju pertumbuhan industri yang memberikan nilai tambah; 2. Kontribusi industri manufaktur terhadap PDB nasional.
- 85 - Lampiran Peraturan Menteri Perindustrian RI Nomor: 151/M-IND/PER/12/2010 /M-IND/PER/12/2010
Sasaran Strategis II: Tingginya penguasaan pasar dalam dan luar negeri, dengan Indikator Kinerja Utama: 1. Meningkatnya pangsa pasar ekspor produk dan jasa industri nasional. 2. Pangsa pasar produk industri nasional terhadap total permintaan di pasar dalam negeri.
Sasaran Strategis III: Kokohnya faktor-faktor penunjang pengembangan industri, dengan Indikator Kinerja Utama: 1. Tingkat produktivitas dan kemampuan SDM industri; 2. Indeks iklim industri Nasional.
Sasaran Strategis IV: Tingginya kemampuan inovasi dan penguasaan teknologi Industri, dengan Indikator Kinerja Utama: 1. Jumlah hasil penelitian dan pengembangan teknologi industri terapan inovatif; 2. Pemanfaatan hasil penelitian dan pengembangan oleh sektor industri. Sasaran Strategis V: Kuat, lengkap dan dalamnya struktur industri, dengan indikator Kinerja Utama: 1. Tumbuhnya Industri Dasar Hulu (Logam dan Kimia); 2. Tumbuhnya Industri Komponen automotive, elektronika dan permesinan; 3. Tumbuhnya Industri lainnya yang belum ada pada pohon industri.
Sasaran Strategis VI : Tersebarnya pembangunan industri, dengan Indikator Kinerja Utama : 1. Meningkatkan kontribusi manufaktur diluar pulau Jawa terhadap PDB nasional; 2. Jumlah Investasi baru industri jasa pendukung dan komponen industri yang menyerap banyak tenaga kerja.
- 86 - Lampiran Peraturan Menteri Perindustrian RI Nomor: 151/M-IND/PER/12/2010 /M-IND/PER/12/2010
Sasaran Strategis VII : Meningkatnya peran industri kecil dan menengah terhadap PDB, dengan Indikator Kinerja Utama : 1. Tumbuhnya industri kecil diatas pertumbuhan eknomi nasional; 2. Tumbuhnya industri menengah dua kali diatas industri kecil; 3. Meningkatnya jumlah output IKM yang menjadi “Out-Source” Industri Besar.
Untuk merealisasikan visi, misi, dan sasaran strategis seperti diuraikan di atas, diperlukan sumber daya manusia, ketatalaksanaan, kelembagaan, dan struktur organisasi yang tepat dan efisien. Organisasi Kementerian Perindustrian yang ada selama lebih dari 30 tahun terakhir relatif tidak berubah sehingga diperkirakan sulit untuk mewujudkan pencapaian sasaran tersebut di atas. Oleh karenanya diperlukan kaji ulang terhadap organisasi yang ada disesuaikan terutama dengan pelaksanaan kebijakan industri nasional (Peraturan Presiden Nomor: 28 tahun 2008) dan dinamika lingkungan strategis. Berdasarkan hal tersebut melalui kajian akademis dan serangkaian Focused Group Discussion (FGD) serta dibahas dengan Kementerian Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi telah dirumuskan organisasi Kementerian Perindustrian seperti tertuang pada Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor: 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas, Dan Fungsi Kementerian Negara Serta Susunan Organisasi, Tugas, Dan Fungsi Eselon I Kementerian Negara tersaji pada Gambar 3.2.
BIRO UMUM
BIRO HUKUM DAN ORGANISASI
BIRO KEUANGAN
BIRO KEPEGAWAIAN
BIRO PERENCANAAN
SEKRETARIAT JENDERAL
DIREKTORAT INDUSTRI KIMIA HILIR
DIREKTORAT INDUSTRI KIMIA DASAR
DIREKTORAT INDUSTRI TEKSTIL DAN ANEKA
DIREKTORAT INDUSTRI MATERIAL DASAR LOGAM
TEMBAKAU
DIREKTORAT INDUSTRI MINUMAN, DAN
DIREKTORAT INDUSTRI MAKANAN, HASIL LAUT, DAN PERIKANAN
DIREKTORAT INDUSTRI HASIL HUTAN DAN PERKEBUNAN
PUSAT KOMUNIKASI PUBLIK
DIREKTORAT INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH WILAYAH III
DIREKTORAT INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH WILAYAH II
DIREKTORAT INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH WILAYAH I
DIREKTORAT KETAHANAN INDUSTRI
DIREKTORAT KERJA SAMA INDUSTRI INTERNASIONAL WILAYAH II DAN REGIONAL
DIREKTORAT KERJASAMA INDUSTRI INTERNASIONAL WILAYAH I DAN MULTILATERAL
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN INDUSTRI
DIREKTORAT PENGEMBANGAN FASILITASI INDUSTRI WILAYAH III
DIREKTORAT PENGEMBANGAN FASILITASI INDUSTRI WILAYAH II
DIREKTORAT PENGEMBANGAN FASILITASI INDUSTRI WILAYAH I
Gambar 3. 2 Struktur Organisasi Kementerian Perindustrian
PUSAT DATA DAN INFORMASI
DIREKTORAT INDUSTRI PERMESINAN, DAN ALAT MESIN PERTANIAN
DIREKTORAT INDUSTRI MARITIM, KEDIRGANTARAAN DAN ALAT PERTAHANAN
DIREKTORAT INDUSTRI ELEKTRONIKA DAN TELEMATIKA
DIREKTORAT INDUSTRI ALAT TRANSPORTASI DARAT
PUSAT PENGKAJIAN TEKNOLOGI DAN HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL
PUSAT PENGKAJIAN INDUSTRI HIJAU DAN LINGKUNGAN HIDUP
PUSAT PENGKAJIAN KEBIJAKAN DAN IKLIM USAHA INDUSTRI
PUSAT STANDARDISASI
SEKRETARIAT BADAN
BADAN PENGKAJIAN KEBIJAKAN IKLIM, DAN MUTU INDUSTRI
SEKRETARIAT DITJEN
DIREKTORAT JENDERAL KERJASAMA INDUSTRI INTERNASIONAL
SEKRETARIAT DITJEN
DIREKTORAT JENDERAL PENGEMBANGAN PERWILAYAHAN INDUSTRI
WAKIL MENTERI PERINDUSTRIAN
MENTERI PERINDUSTRIAN
SEKRETARIAT DITJEN
DIREKTORAT JENDERAL INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH
SEKRETARIAT DITJEN
DIREKTORAT JENDERAL INDUSTRI UNGGULAN BERBASIS TEKNOLOGI TINGGI
SEKRETARIAT DITJEN
DIREKTORAT JENDERAL INDUSTRI AGRO
SEKRETARIAT DITJEN
DIREKTORAT JENDERAL BASIS INDUSTRI MANUFAKTUR
STAF STAF STAF AHLI AHLI AHLI
INSPEKTORAT IV
INSPEKTORAT III
INSPEKTORAT II
INSPEKTORAT I
SEKRETARIAT ITJEN
INSPEKTORAT JENDERAL
- 87 - Lampiran Peraturan Menteri Perindustrian RI Nomor: 151/M-IND/PER/12/2010 /M-IND/PER/12/2010
- 88 - Lampiran Peraturan Menteri Perindustrian RI Nomor: 151/M-IND/PER/12/2010 /M-IND/PER/12/2010
Disamping itu, program-program yang ada di Kementerian Perindustrian selama ini antara lain: 1) Program Pengembangan Industri Kecil dan Menengah; 2) Program Peningkatan Kemampuan Teknologi Industri; 3) Program Penataan Struktur Industri; 4) Program Pembentukan Hukum; 5) Program Pengelolaan Sumber Daya Manusia Aparatur; 6) Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur Negara; 7) Program Peningkatan Pengawasan dan Akuntabilitas Aparatur Negara; 8) Program Pendidikan Tinggi; 9) Program Pendidikan Menengah; sudah tidak sesuai, sehingga diperlukan restrukturisasi program dan kegiatan. Selanjutnya berdasarkan Peraturan Menteri Negara PPN/Kepala Bappenas Nomor: 5 Tahun 2009 tentang Pedoman Penyusunan Renstra-KL 2010-2014, maka restrukturisasi program dan kegiatan Kementerian Perindustrian adalah sebagai berikut:
Program I : Program Revitalisasi dan Penumbuhan Industri Unggulan Berbasis Manufaktur Program ini bertujuan untuk memulihkan kinerja industri yang terdampak krisis finansial global, khususnya industri yang melakukan ekspor ke Eropa dan Amerika Serikat. Program ini tidak hanya dimaksudkan untuk mengatasi permasalahan aktual industri, melainkan juga untuk meghasilkan rumusan dalam pelaksanaan kebijakan dan
standarisasi
teknis
menumbuhkembangkan
di
klaster
bidang termasuk
basis
industri
dalam
manufaktur
penyusunan
peta
serta
panduan
pengembangan klaster basis industri manufaktur melalui pelaksanaan rencana aksi yang tercantum pada Peraturan Menteri Perindustrian tentang peta panduan klaster industri prioritas. Keberhasilan program ini diukur melalui 2 (dua) indikator kinerja utama (IKU) sebagai berikut: IKU pertama:
Persentase industri yang berhasil pulih; dengan target 100 persen
industri yang terkena dampak krisis pulih ke kondisi sebelum terkena krisis. Target ini diharapkan tercapai paling lambat pada akhir tahun 2012. IKU kedua : Persentase utilisasi kapasitas produksi pada industri; dengan target pencapaian sebesar 80 persen. Target ini diharapkan tercapai paling lambat pada akhir tahun 2014.
- 89 - Lampiran Peraturan Menteri Perindustrian RI Nomor: 151/M-IND/PER/12/2010 /M-IND/PER/12/2010
Program ini akan dilaksanakan melalui kegiatan-kegiatan sebagai berikut: Kegiatan 1
: Revitalisasi dan Penumbuhan Industri Material Dasar Logam, kegiatan ini diharapkan dapat menumbuhkan dan menguatkan struktur industri material dasar dengan indikator pencapaian meningkatnya jumlah populasi industri material dasar. Untuk mewujudkan hasil tersebut, kegiatan ini akan didukung antara lain oleh rencana aksi: 1) Pengembangan Klaster Industri Baja; 2) Penumbuhan industri baja hulu, baja khusus dan stainless steel; 3) Percepatan penerapan standar dan menekan impor baja kualitas rendah; 4) Peningkatan daya saing, efisiensi energi dan penurunan emisi CO2; 5) Penumbuhan industri alumina, Copper cathode baru, dan industri hilir aluminium; 6) Peningkatan kerjasama, promosi dan investasi Industri Material Dasar Logam ; 7) Peningkatan Iklim Usaha dan Jasa Industri Material Dasar Logam; 8) Pengembangan SDM Industri Material Dasar Logam.
Kegiatan 2
: Revitalisasi dan Penumbuhan Industri Kimia Dasar, kegiatan ini diharapkan dapat menumbuhkan dan menguatkan struktur industri kimia dasar dengan indikator pencapaian meningkatnya nilai tambah produk kimia dasar. Untuk mewujudkan hasil tersebut, kegiatan ini akan didukung antara lain oleh rencana aksi: 1) Revitalisasi Industri Pupuk; 2) Pengembangan klaster industri berbasis migas, kondesat di Jawa Timur dan Kalimantan Timur; 3) Penyusunan Revisi dan Monitoring SNI Wajib Produk Industri Kimia dasar serta Peraturan Menteri tentang SNI wajib Kimia Dasar; 4) Koordinasi Penerapan dan Pengembangan Teknologi Industri Kimia Dasar; 5) Koordinasi dan sinkronisasi kebijakan iklim usaha untuk industri kimia dasar; 6) Program Pelaksanaan Otoritas Nasional Senjata Kimia; 7) Finalisasi Penyempurnaan RUU Bahan Kimia; 8) Penyusunan Program, Rencana Kerja dan Pelaporan Direktorat Industri Kimia Dasar; 9) Partisipasi Direktorat Industri Kimia Dasar dalam rangka fora Kerjasama
- 90 - Lampiran Peraturan Menteri Perindustrian RI Nomor: 151/M-IND/PER/12/2010 /M-IND/PER/12/2010
Internasional dan organisasi lainnya; 10) Peningkatan Kerjasama industri Kimia Dasar dalam Rangka Peningkatan Daya Saing; 11) Penyusunan Kinerja Industri Kimia Dasar dalam Rangka Peningkatan Daya Saing; 12) Pengkajian Tindak Penanganan Issue-issue Aktual Industri Kimia Dasar; 13) Penyusunan Konsep Dasar Rule Of Origin (ROO) Produk Industri Kimia Dasar; 14) Pengembangan Bioteknologi Pada Industri Kimia Dasar; 15) Pengembangan Industri Pestisida Nasional Pemanfaatan Bahan Baku Nabati; 16) Kajian Pemanfaatan Bahan Baku Nabati untuk Industri Farmasi; 17) Monitoring dan evaluasi pemberian rekomendasi IP Limbah Non B3 (sisa, reja, skrap plastik); 18) Kaji tindak dampak perjanjian perdagangan bebas terhadap industri kimia Dasar; 19) Pengembangan Pembangunan industri propelan; 20) Pengembangan industri pestisida berbahan baku nabati; 21) Pembuatan Profil Investasi dan Produk Industri Kimia Dasar; 22)
Penyusunan
Data/Statistik
Industri
Kimia
Dasar;
23) Pengelolaan tertib administrasi rekomendasi industri kimia Dasar; 24) Pengembangan Industri Bahan kimia Khusus Berbasis Hasil Samping dan/atau limbah Industri CPO dan turunannya. Kegiatan 3
: Revitalisasi dan Penumbuhan Industri Kimia Hilir, kegiatan ini diharapkan dapat menumbuhkan dan menguatkan struktur industri kimia hilir dengan indikator pencapaian meningkatnya jumlah populasi industri kimia hilir. Untuk mewujudkan hasil tersebut, kegiatan ini akan didukung antara lain oleh rencana aksi: 1) Pengembangan Klaster Industri Semen; 2) Pengembangan Klaster Industri Keramik; 3) Pengembangan Klaster Industri Garam; 4) Penyusunan dan Penerapan Standar Industri; 5) Penciptaan Iklim Usaha yang Kondusif; 6) Penyebaran dan Pengembangan Industri tertentu; 7) Fasilitasi Promosi Industri; 8) Peningkatan Kompetensi SDM Industri/Aparatur; 9) Peningkatan Kerjasama Industri.
- 91 - Lampiran Peraturan Menteri Perindustrian RI Nomor: 151/M-IND/PER/12/2010 /M-IND/PER/12/2010
Kegiatan 4
: Revitalisasi dan Penumbuhan Industri Tekstil dan Aneka, kegiatan ini diharapkan dapat menumbuhkan dan menguatkan struktur industri tekstil dan aneka dengan indikator pencapaian meningkatnya nilai tambah produk industri tekstil dan aneka. Untuk mewujudkan hasil tersebut, kegiatan ini akan didukung antara lain oleh rencana aksi: 1) Restrukturisasi Permesinan Industri tekstil, alas kaki dan penyamakan kulit; 2) Pengembangan Klaster Industri Tekstil dan Produk Tekstil; 3) Pengembangan Klaster Industri Alas Kaki; 4) Peningkatan Standardisasi dan Teknologi Industri tekstil dan aneka; 5) Peningkatan Iklim Usaha dan Jasa Industri tekstil dan aneka; 6) Penyebaran dan Pengembangan Industri Tertentu; 7) Pengembangan SDM Industri; 8) Peningkatan kerjasama, promosi dan investasi Industri; 9) Peningkatan desain produk industri tekstil dan aneka;
Kegiatan 5
: Penyusunan Penumbuhan
dan Basis
Evaluasi Industri
Program
Revitalisasi
Manufaktur,
kegiatan
dan ini
diharapkan dapat mewujudkan kualitas program yang lebih baik dari tahun-tahun sebelumnya termasuk dalam implementasinya dengan indikator pencapaian meningkatnya utilisasi kapasitas produksi industri manufaktur dalam negeri. Untuk mewujudkan hasil tersebut, kegiatan ini akan didukung antara lain oleh rencana aksi:
1)
Sosialisasi
Kemampuan
Industri
Dalam
Negeri;
2) Fasilitasi Penyusunan dan Penerapan Standard Industri; 3) Fasilitasi Dukungan Kebijakan Pengembangan Basis Industri Manufaktur;
4)
Fasilitasi
Promosi
Industri;
5)
Fasilitasi
Peningkatan Kerjasama Industri; 6) Pengelolaan Gaji dan Operasional Ditjen BIM; 7) Peningkatan Kualitas Perencanaan dan Pelaporan; 8) Pengembangan Administrasi dan Kepegawaian Ditjen BIM; 9) Fasilitasi reformasi birokrasi Ditjen BIM; 10) Pemutakhiran Sistem Informasi dan Database Ditjen BIM; 11) Meningkatnya Sistem Tata Kelola Keuangan dan BMN Yang
- 92 - Lampiran Peraturan Menteri Perindustrian RI Nomor: 151/M-IND/PER/12/2010 /M-IND/PER/12/2010
Profesional; 12) Peningkatan Kompetensi SDM Aparatur Ditjen BIM.
Program II
: Program Revitalisasi dan Penumbuhan Industri Agro
Program ini bertujuan untuk memulihkan kinerja industri-industri yang terkena dampak krisis finansial global yang mengimbas pada industri-industri yang melakukan ekspor ke berbagai negara di Eropa dan Amerika Serikat. Program ini tidak saja dimaksudkan untuk mengatasi permasalahan aktual industri melainkan juga untuk menumbuh-kembangkan klaster industri Agro melalui pelaksanaan rencana aksi yang tercantum pada Peraturan Menteri Perindustrian tentang peta panduan klaster industri prioritas khususnya. Keberhasilan program ini diukur melalui 2 (dua) indikator kinerja utama (IKU) sebagai berikut: IKU pertama: Jumlah persentase industri yang berhasil pulih; dengan target 100 persen industri yang terkena dampak krisis pulih ke kondisi sebelum terkena krisis. Target ini diharapkan tercapai paling lambat pada akhir tahun 2012. IKU kedua: Besarnya persentase utilisasi kapasitas produksi dalam industri; dengan target pencapaian sebesar 80 persen. Target ini diharapkan tercapai paling lambat pada akhir tahun 2014. Program ini akan dilaksanakan melalui kegiatan-kegiatan sebagai berikut: Kegiatan 1
: Revitalisasi dan Penumbuhan Industri Hasil Hutan dan Perkebunan,
kegiatan
ini
diharapkan
dapat
memperbaiki/
memulihkan pertumbuhan industri hasil hutan dan perkebunan dengan indikator pencapaian
pada akhir tahun 2014, utilisasi
kapasitas produksi pulih mencapai 77% sebagaimana sebelum krisis. Untuk mewujudkan hasil tersebut, kegiatan ini akan didukung antara lain oleh rencana aksi: 1) Pengembangan klaster industri berbasis pertanian, oleochemical di Sumatera Utara, Kalimantan Timur, dan Riau; 2) Pengembangan Klaster Industri Furnitur dan Kertas; 3) Pengembangan Industri Bahan Bakar Nabati; 4) Peningkatan Kerjasama, promosi dan investasi industri;
- 93 - Lampiran Peraturan Menteri Perindustrian RI Nomor: 151/M-IND/PER/12/2010 /M-IND/PER/12/2010
5) Peningkatan iklim usaha dan jasa industri; 6) Peningkatan standarisasi dan teknologi industri; Kegiatan 2
: Revitalisasi dan Penumbuhan Industri Makanan, Hasil Laut, dan
Perikanan,
kegiatan
ini
diharapkan
dapat
memperbaiki/memulihkan pertumbuhan industri Makanan, Hasil Laut dan peningkatan nilai tambah industri berbasis hasil perikanan dengan indikator pencapaian pada akhir tahun 2014, utilisasi kapasitas produksi pulih mencapai 75% sebagaimana sebelum krisis. Untuk mewujudkan hasil tersebut, kegiatan ini akan didukung antara lain oleh rencana aksi: 1) Revitalisasi Industri Gula; 2) Pengembangan klaster industri pengolahan kakao, kelapa, hasil laut dan perikanan, serta gula; 3) Standarisasi Industri Makanan, hasil laut dan perikanan;
4) Ketahanan pangan; 5)
Kegiatan penunjang; Kegiatan 3
: Revitalisasi Tembakau,
dan
Penumbuhan kegiatan
ini
Industri
Minuman
diharapkan
dan dapat
memperbaiki/memulihkan pertumbuhan industri minuman dengan indikator pencapaian pada akhir tahun 2014, utilisasi kapasitas produksi pulih mencapai 87,5% sebagaimana sebelum krisis. Untuk mewujudkan hasil tersebut, kegiatan ini akan didukung antara lain oleh rencana aksi: 1) Pengembangan klaster industri pengolahan buah, kopi, susu dan tembakau; 2) Peningkatan Kerjasama, Promosi dan Investasi Industri; 3) Peningkatan Iklim Usaha Industri; 4) Pengembangan SDM industri; 5) Peningkatan standarisasi dan teknologi industri; 6) Peningkatan perumusan perencanaan, evaluasi dan pelaporan; Kegiatan 4
: Penyusunan
dan
Evaluasi
Program
Revitalisasi
dan
Penumbuhan Industri Agro, kegiatan ini akan didukung antara lain oleh rencana aksi: 1) Peningkatan penggunaan produk industri agro dalam negeri; 2) Peningkatan koordinasi perumusan perencanan, evaluasi dan laporan; 3) Peningkatan koordinasi perumusan kebijakan, iklim usaha, standarisasi, teknologi dan
- 94 - Lampiran Peraturan Menteri Perindustrian RI Nomor: 151/M-IND/PER/12/2010 /M-IND/PER/12/2010
kerjasama; 4) Peningkatan layanan perkantoran dan umum; 5) Peningkatan layanan administrasi keuangan.
Program III
: Program Penumbuhan Industri Unggulan Berbasis Teknologi Tinggi
Program ini bertujuan untuk menumbuhkan industri yang utamanya diarahkan pada penguasaan pasar ekspor. Program ini tidak saja dimaksudkan untuk mengatasi permasalahan aktual industri melainkan juga untuk menumbuh-kembangkan klaster industri unggulan berbasis teknologi tinggi melalui pelaksanaan rencana aksi yang tercantum pada Peraturan Menteri Perindustrian tentang peta panduan klaster industri prioritas. Keberhasilan program ini diukur melalui dua indikator kinerja utama (IKU) sebagai berikut: IKU pertama:
Besarnya persentase utilisasi kapasitas produksi dalam industri;
dengan target pencapaian sebesar 80 persen yang diharapkan tercapai paling lambat pada akhir tahun 2014. Program ini dilaksanakan melalui fokus kegiatan berikut: Kegiatan 1
: Penumbuhan Industri Alat Transportasi Darat. Kegiatan ini dimaksudkan agar dapat menumbuhkan dan mengembangkan industri alat transportasi darat kedirgantaraan dengan indikator pencapaian: 1) Perumusan dan pelaksanaan kebijakan, perumusan standar,
pemberian
bimbingan
teknis,
serta
evaluasi
pengembangan Industri Alat Transportasi Darat; 2) Penumbuhan Industri Alat Transportasi Darat; dan 3) Peningkatan nilai tambah produk Industri Alat Transportasi Darat. Untuk mewujudkan hasil tersebut, kegiatan ini akan didukung antara lain oleh rencana aksi: 1) Pengembangan
Klaster
Industri
Kendaraan
Bermotor;
2) Pengembangan Klaster Industri Perkeretaapian; 3) Peningkatan kerjasama, promosi dan investasi Industri; 4) Peningkatan Iklim Usaha dan Jasa Industri; 5) Pengembangan SDM Industri; 6) Peningkatan
Standardisasi
dan
Teknologi
Industri;
7) Peningkatan perumusan perencanaan, evaluasi dan laporan.
- 95 - Lampiran Peraturan Menteri Perindustrian RI Nomor: 151/M-IND/PER/12/2010 /M-IND/PER/12/2010
Kegiatan 2
: Penumbuhan Industri Elektronika dan Telematika. Kegiatan ini dimaksudkan agar dapat menumbuhkan dan mengembangkan Industri Elektronika dan Telematika dengan indikator pencapaian: 1) Perumusan dan pelaksanaan kebijakan, perumusan standar, pemberian bimbingan teknis, serta evaluasi pengembangan Industri Elektronika dan Telematika; 2) Penumbuhan Industri Elektronika dan Telematika; 3) Peningkatan nilai tambah produk Industri Elektronika dan Telematika. Untuk mewujudkan hasil tersebut, kegiatan ini akan didukung antara lain oleh rencana aksi: 1) Pengembangan Klaster Industri Elektronika; 2) Pengembangan Klaster Industri Telekomunikasi; 3) Pengembangan Klaster Industri Komputer dan Peralatannya; 4) Pengembangan Klaster Industri Perangkat Lunak dan Konten Multimedia; 5) Peningkatan kerjasama, promosi dan investasi Industri; 6) Peningkatan Iklim Usaha Industri; 7) Pengembangan SDM Industri; 8) Peningkatan Standardisasi dan Teknologi Industri; 9) Peningkatan Perumusan perencanaan, evaluasi dn laporan.
Kegiatan 3
: Penumbuhan Industri berbasis Maritim, Kedirgantaraan dan Alat
Pertahanan.
Kegiatan
ini
menumbuhkan dan mengembangkan
dimaksudkan
agar
dapat
Industri berbasis Maritim,
Kedirgantaraan dan Alat Pertahanan dengan indikator pencapaian: 1) Perumusan dan pelaksanaan kebijakan, perumusan standar, pemberian bimbingan teknis, serta evaluasi pengembangan Industri Maritim, Kedirgantaraan dan Alat Pertahanan; 2) Penumbuhan Industri Maritim, Kedirgantaraan dan Alat Pertahanan ; 3) Peningkatan nilai tambah produk Industri Maritim, Kedirgantaraan dan Alat Pertahanan. Untuk mewujudkan hasil tersebut, kegiatan ini
akan
didukung
antara
lain
oleh
rencana
aksi:
1)
Pengembangan Klaster Industri Perkapalan; 2) Pengembangan Klaster Industri Kedirgantaraan; 3) Peningkatan kerjasama, promosi dan investasi industri; 4) Peningkatan Iklim Usaha dan Jasa Industri; 5) Pengembangan SDM Industri; 6) Peningkatan
- 96 - Lampiran Peraturan Menteri Perindustrian RI Nomor: 151/M-IND/PER/12/2010 /M-IND/PER/12/2010
Standardisasi dan Teknologi Industri; 7) Peningkatan perumusan perencanaan, evaluasi dan laporan. Kegiatan 4
: Penumbuhan Industri Permesinan dan Alat Mesin Pertanian. Kegiatan ini diharapkan dapat menumbuhkan dan menguatkan struktur industri permesinan dan alat mesin pertanian dengan indikator pencapaian: 1) Perumusan dan pelaksanaan kebijakan, perumusan standar, pemberian bimbingan teknis, serta evaluasi pengembangan Industri Permesinan, Alat Mesin Pertanian, Mesin Peralatan Listrik, Alat Kesehatan, Mesin Perkakas, Mesin Pelestari Lingkungan, Peralatan Pabrik dan Alat Berat; 2) Penumbuhan Industri Permesinan, Alat Mesin Pertanian, Mesin Peralatan Listrik, Alat Kesehatan, Mesin Perkakas, Mesin Pelestari Lingkungan, Peralatan Pabrik dan Alat Berat; 3) Peningkatan nilai tambah produk Industri Permesinan, Alat Mesin Pertanian, Mesin Peralatan Listrik, Alat Kesehatan, Mesin Perkakas, Mesin Pelestari Lingkungan, Peralatan Pabrik dan Alat Berat. Untuk mewujudkan hasil tersebut, kegiatan ini akan didukung antara lain oleh rencana aksi: 1) Pengembangan Klaster Industri Mesin dan Peralatan Listrik; 2) Pengembangan Klaster Industri Mesin dan Peralatan Umum; 3) Restrukturisasi Permesinan Industri; 4) Penumbuhan Industri Alat Pertanian; 5) Peningkatan kerjasama, promosi dan investasi
Industri;
6)
Peningkatan
Iklim
Usaha
Industri;
7) Pengembangan SDM Industri; 8) Peningkatan Standarisasi dan Teknologi Industri; 9) Peningkatan perumusan perencanaan, evaluasi dan laporan Kegiatan 5
: Penyusunan dan Evaluasi Program Penumbuhan Industri Unggulan
Berbasis
Teknologi
Tinggi,
dengan
indikator
pencapaian: 1) Perumusan hasil koordinasi dibidang pelaksanaan kebijakan industri, administrasi, perencanaan, pelaporan dan evaluasi yang diperlukan berdasarkan kebijakan yang ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Pengembangan Industri Unggulan Berbasis
Teknologi;
2)
Tercapainya
peningkatan
kualitas
- 97 - Lampiran Peraturan Menteri Perindustrian RI Nomor: 151/M-IND/PER/12/2010 /M-IND/PER/12/2010
perencanaan dan pelaporan. Untuk mewujudkan hasil tersebut, kegiatan ini akan didukung antara lain oleh rencana aksi: 1) Meningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri Industri Unggulan Berbasis Teknologi Tinggi (Prioritas K/L); 2) Peningkatan Layanan Administrasi Keuangan; 3) Peningkatan koordinasi perumusan perencanaan, evaluasi dan laporan; 4) Peningkatan koordinasi perumusan kebijakan Iklim Usaha, Standarisasi, Teknologi dan Kerjasama.
Program IV : Program Revitalisasi dan Penumbuhan Industri Kecil dan Menengah.
Program ini bertujuan untuk merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standardisasi teknis di bidang pengembangan IKM, meningkatkan nilai tambah produk, menumbuhkan populasi IKM, memanfaatkan sumber daya termasuk SDA daerah secara optimal, mengembangkan OVOP, menyebarkan industri ke berbagai daerah, meningkatkan daya saing industri di daerah, meningkatkan nilai tambah sepanjang rantai nilai komoditi, prioritas, membangun keunikan yang dimiliki daerah, melakukan kerjasama antar daerah, serta membangun kerjasama yang harmonis antar daerah dan pengembangan Klaster Industri Kecil dan Menengah. Keberhasilan program ini diukur melalui dua indikator kinerja utama (IKU) sebagai berikut: IKU pertama: Rasio Industri Jawa dan luar Jawa dengan target rasio industri di pulau Jawa dan luar Jawa mencapai posisi 60:40. IKU Kedua: Kontribusi PDB IKM sebesar 34 % pada tahun 2014. Program ini dilaksanakan melalui fokus kegiatan sebagai berikut: Kegiatan 1
: Penyebaran dan Pengembangan Industri Kecil dan Menengah di Wilayah I, dengan indikator pencapaian tersusunnya kebijakan dan program, pelaksanaan kebijakan dan program, penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria, pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang pengembangan industri kecil dan menengah
- 98 - Lampiran Peraturan Menteri Perindustrian RI Nomor: 151/M-IND/PER/12/2010 /M-IND/PER/12/2010
Kawasan
Barat
Indonesia
yang
mencakup
Sumatera
dan
Kalimantan. Untuk mewujudkan hasil tersebut, kegiatan ini akan didukung antara lain oleh rencana aksi: 1) Pengembangan Klaster Industri Kecil dan Menengah Tertentu; 2) Pengembangan Industri Kreatif; 3) Pengembangan IKM melalui pendekatan OVOP; 4) Pengembangan Kewirausahaan; Kegiatan 2
: Penyebaran dan Pengembangan Industri Kecil dan Menengah di Wilayah II, dengan indikator pencapaian tersusunnya kebijakan dan program, pelaksanaan kebijakan dan program, penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria, pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang pengembangan industri kecil dan menengah Kawasan Tengah Indonesia yang mencakup Jawa dan Bali, Untuk mewujudkan hasil tersebut, kegiatan ini akan didukung antara lain oleh rencana aksi: 1) Pengembangan Klaster Industri Kecil dan Menengah Tertentu; 2) Pengembangan Industri Kreatif; 3) Pengembangan IKM melalui pendekatan OVOP; 4) Pengembangan Kewirausahaan;
Kegiatan 3
: Penyebaran dan Pengembangan Industri Kecil dan Menengah di Wilayah III, dengan indikator pencapaian tersusunnya kebijakan dan program, pelaksanaan kebijakan dan program, penyusunan norma, standar, prosedur dan
kriteria, pemberian
bimbingan teknis dan evaluasi di bidang pengembangan industri kecil dan menengah Kawasan Timur Indonesia mencakup Nusa Tenggara, Sulawesi, Maluku dan Papua. Untuk mewujudkan hasil tersebut, kegiatan ini akan didukung antara lain oleh rencana aksi: 1) Pengembangan Klaster Industri Kecil dan Menengah Tertentu; 2) Pengembangan Industri Kreatif; 3) Pengembangan IKM melalui pendekatan OVOP; 4) Pengembangan Kewirausahaan; Kegiatan 4
: Penyusunan
dan
Evaluasi
Program
Revitalisasi
dan
Penumbuhan Industri Kecil dan Menengah, dengan indikator pencapaian: 1) Koordinasi dan penyusunan rencana, program dan pelaporan di bidang Industri Kecil dan Menengah; 2) Koordinasi
- 99 - Lampiran Peraturan Menteri Perindustrian RI Nomor: 151/M-IND/PER/12/2010 /M-IND/PER/12/2010
dan pelaksanaan pengumpulan dan pengolahan data serta penyajian informasi di bidang Industri Kecil dan Menengah; 3) Koordinasi dan penyiapan telaahan hukum dan penyusunan rancangan peraturan perundang-undangan mengenai iklim usaha, standardisasi dan
teknologi
di
bidang
Industri
Kecil
dan
Menengah;
4) Koordinasi dan pelaksanaan administrasi kerjasama di bidang industri
kecil
masyarakat;
5)
dan
menengah
Pelaksanaan
dan
pelaksanaan
hubungan
urusan
administrasi
keuangan
Direktorat Jenderal Industri Kecil dan Menengah; 6) Pelaksanaan urusan administrasi kepegawaian, pengelolaan administrasi tenaga penyuluh, rumah tangga, perlengkapan tata usaha dan manajemen kinerja Direktorat Jenderal Industri Kecil dan Menengah; Untuk mewujudkan hasil tersebut, kegiatan ini akan didukung antara lain oleh rencana aksi: 1) Peningkatan layanan perkantoran dan umum 2) Peningkatan koordinasi, perumusan dan perencanaan, evaluasi dan laporan; 3) Peningkatan koordinasi perumusan kebijakan dan kerjasama; 4) Peningkatan layanan administrasi keuangan; 5) Peningkatan kegiatan lintas sektor. Kegiatan 5
: Pengembangan
Industri
Persepatuan
Indonesia,
dengan
indikator pencapaian adalah meningkatnya SDM dan mutu produk persepatuan Indonesia. Untuk mewujudkan hasil tersebut, kegiatan ini akan didukung antara lain oleh: 1) Pengembangan desain produk sepatu dan promosi; 2) Pengembangan Kerjasama dengan dunia
usaha;
3)
Peningkatan
SDM
IKM
Persepatuan;
4) Penyusunan modul pelatihan; 5) Peningkatan mutu produk persepatuan; 6) Peningkatan teknologi produk sepatu;
- 100 - Lampiran Peraturan Menteri Perindustrian RI Nomor: 151/M-IND/PER/12/2010 /M-IND/PER/12/2010
Program V
: Program Pengembangan Perwilayahan Industri.
Program ini bertujuan untuk mendorong pelaksanaan public-private partnership dan pengembangan kawasan industri serta mempersiapkan peta panduan industri unggulan provinsi dan kompetensi inti industri kabupaten/kota. Program ini juga bertujuan untuk menangani segala permasalahan aktual dalam pengembangan publicprivate partnership dan penyiapan penetapan peta panduan pengembangan industri unggulan
provinsi dan peta panduan pengembangan kompetensi inti industri
kabupaten/kota serta pengembangan kawasan industri. Selain hal tersebut juga melakukan monitoring dan mengevaluasi pelaksanaan peta panduan pengembangan industri unggulan dan kompetensi inti industri kabupaten/kota. Keberhasilan program ini diukur melalui dua indikator kinerja utama (IKU) sebagai berikut: IKU pertama: Meningkatnya jumlah investasi industri didaerah melalui pembangunan kawasan industri dengan target pertumbuhan sebesar 10 % pertahun. IKU kedua: tersusunnya kebijakan operasional pengembangan industri didaerah melalui pendekatan pengembangan kompetensi inti industri daerah Program ini dilaksanakan melalui fokus kegiatan berikut: Kegiatan 1
: Pengembangan Fasilitas Industri Wilayah I, dengan indikator pencapaian: 1) Tersusunnya kebijakan dan program, penyusunan standar
serta
pengembangan
pemberian industri
bimbingan
mencakup
teknis
Wilayah
dan
evaluasi
Sumatera
dan
Kalimantan , 2) Meningkatnya rasio industri di luar Pulau Jawa terhadap Pulau Jawa, 3) Tersusunnya Roadmap pengembangan kompetensi inti industri, dan 4) Terwujudnya pemerataan pembangunan industri Kabupaten/Kota. Untuk mewujudkan hasil tersebut, kegiatan ini akan didukung antara lain oleh rencana aksi: 1)
Fasilitasi
pengembangan
Kawasan
Ekonomi
Khusus;
2) Fasilitasi Pengembangan Kawasan Industri Berbasis Kompetensi Inti; 3) Penyusunan Peta Panduan Pengembangan Kompetensi Inti Industri Daerah Sumatera dan Kalimantan; 4) Koordinasi pelaksanaan Publik Private Partnership wilayah Sumatera dan Kalimantan .
- 101 - Lampiran Peraturan Menteri Perindustrian RI Nomor: 151/M-IND/PER/12/2010 /M-IND/PER/12/2010
Kegiatan 2
: Pengembangan Fasilitas Industri Wilayah II, dengan indikator pencapaian: 1) Tersusunnya kebijakan dan program, penyusunan standar, norma, pedoman kriteria dan prosedur serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi pengembangan industri yang mencakup Wilayah Jawa dan Bali, 2) Meningkatnya rasio industri di luar Pulau Jawa terhadap Pulau Jawa, 3) Tersusunnya Roadmap pengembangan kompetensi inti industri, dan 4) Terwujudnya pemerataan
pembangunan
industri
Kabupaten/Kota.
Untuk
mewujudkan hasil tersebut, kegiatan ini akan didukung antara lain oleh rencana aksi: 1) Fasilitasi Pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus; 2) Fasilitasi Pengembangan Kawasan Industri Berbasis Kompetensi Inti; 3) Pengembangan Kawasan garam Bahan Baku dan garam Beryodium di Madura; 4) Penyusunan Peta Panduan Pengembangan Kompetensi Inti Industri Daerah yang mencakup Wilayah Jawa dan Bali; 5) Koordinasi pelaksanaan Publik Private Partnership Wilayah Jawa dan Bali. Kegiatan 3
: Pengembangan Fasilitas Industri Wilayah III, dengan indikator pencapaian: 1) Tersusunnya kebijakan dan program, penyusunan standar,
serta
pemberian
bimbingan
teknis
dan
evaluasi
pengembangan industri mencakup Wilayah Nusa Tenggara, Sulawesi, Maluku dan Papua; 2) Meningkatnya rasio industri di luar Pulau Jawa terhadap Pulau Jawa; 3) Tersusunnya Roadmap pengembangan kompetensi inti industri. Untuk mewujudkan hasil tersebut, kegiatan ini akan didukung antara lain oleh rencana aksi: 1) Fasilitasi Pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus; 2) Kajian pengembangan industri pengolahan kakao di Wilayah Luwuk Raya Sulawesi Selatan; 3) Fasilitasi Pengembangan Kawasan Industri Berbasis
Kompetensi
Inti;
4)
Penyusunan
Peta
Panduan
Pengembangan Kompetensi Inti Industri Daerah yang mencakup; Wilayah
Nusa
Tenggara,
Sulawesi,
Maluku
dan
Papua;
5) Koordinasi pelaksanaan Public Private Partnership yang mencakup wilayah Nusa Tenggara, Sulawesi, Maluku dan Papua.
- 102 - Lampiran Peraturan Menteri Perindustrian RI Nomor: 151/M-IND/PER/12/2010 /M-IND/PER/12/2010
Kegiatan 4
: Penyusunan Perwilayahan
dan
Evaluasi
Industri,
Program
dengan
Pengembangan
indikator
pencapaian:
1) Tersusunnya kebijakan pelaksanaan program pengembangan Industri di Indonesia serta koordinasi yang diperlukan berdasarkan kebijakan yang ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Pengembangan Perwilayahan Industri; 2) Tercapainya peningkatan kualitas perencanaan dan pelaporan; 3) Terselesaikannya pelaporan tepat waktu.
Program VI : Program Kerjasama Industri Internasional Program ini bertujuan untuk menciptakan penyelenggaraan kerjasama industri internasional secara optimal, sehingga diharapkan dapat mempertahankan dan meningkatkan penguasaan pasar dalam dan luar negeri, menyiapkan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang kerjasama industri internasional, melaksanakan peningkatan kerjasama akses industri, kerjasama teknik serta promosi industri internasional baik secara bilateral, regional maupun multilateral sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, melaksanakan penanganan hambatan kerjasama industri internasional, melaksanakan pengamanan industri dalam negeri sebagai dampak pemberlakukan perjanjian perdagangan bebas, melaksanakan pedoman, kriteria dan prosedur bantuan luar negeri serta melaksanakan bimbingan teknis dan evaluasi di bidang kerjasama industri internasional. Program ini akan diukur dengan indikator pencapaian yaitu meningkatnya ekspor produk dan jasa industri ke manca negara dengan konstribusi sektor industri melalui peningkatan akses pasar, teknologi dan kerjasama internasional. Dalam pelaksanaannya program ini akan dilaksanakan melalui kegiatan – kegiatan sebagai berikut: Kegiatan 1 : Pengembangan Kerjasama Industri Internasional Wilayah I dan Multilateral, dengan indikator Terwujudnya Kerjasama Industri Internasional yang mengadopsi kepentingan sektor industri secara bilateral antara Indonesia dengan negara – negara di wilayah Amerika, Eropa dan Timur Tengah serta berbagai fora Multilateral yaitu peran dan posisi Indonesia dalam berbagai fora Kerjasama Multilateral.
- 103 - Lampiran Peraturan Menteri Perindustrian RI Nomor: 151/M-IND/PER/12/2010 /M-IND/PER/12/2010
Untuk mewujudkan keberhasilan kinerja, kegiatan ini akan didukung antara lain oleh rencana aksi: 1) Penyusunan rumusan kebijakan kerja sama industri internasional wilayh I dan Multilateral; 2) Partisipasi aktif dalam Forum kerjasama Internasional; 3) Monitoring dan evaluasi kerjasama industri Internasional wilayah I dan Multilateral; 4) Identifikasi dan analisa kerjasama industri Internasional Wilayah I dan Multilateral; 5) Peningkatan SDM dalam penanganan kerjasama Industri internasional; 6) Partisipasi aktif dalam promosi investasi dan pemasaran produk;
7) Dukungan operasional kerja Ditjen KII
Wilayah I dan Multilateral. Kegiatan 2 : Pengembangan Kerjasama Industri internasional Wilayah II dan Regional,
dengan
indikator
Terwujudnya
Kerjasama
Industri
Internasional yang mengadopsi kepentingan sektor industri secara bilateral antara Indonesia dengan negara – negara di wilayah Asia Timur, Asia Barat, Asia Selatan, Pasific, Australia dan Afrika serta secara Regional yaitu peran dan posisi Indonesia di berbagai fora kerjasama Regional. Untuk mewujudkan keberhasilan kinerja, kegiatan ini akan didukung antara lain oleh rencana aksi: 1) Penyusunan rumusan kebijakan kerja sama industri internasional wilayah II dan Regional; 2) Partisipasi aktif dalam Forum kerjasama Internasional; 3) Monitoring dan evaluasi kerjasama industri Internasional wilayah II dan Regional; 4) Identifikasi dan analisa kerjasama industri Internasional wilayah II dan Regional; 5) Peningkatan
SDM
internasional;
dalam
penanganan
kerjasama
Industri
6) Partisipasi aktif dalam promosi investasi dan
pemasaran produk; 7) Dukungan operasional kerja Ditjen KII wilayah II dan Regional. Kegiatan 3 : Peningkatan Ketahanan Industri, dengan indikator terwujudnya Kerjasama Industri Internasional yang mengadopsi kepentingan sektor industri
melalui
penanganan
hambatan
Kerjasama
Industri
Internasional serta peningkatan pengamanan industri dalam negeri sebagai
dampak
pemberlakukan
perdagangan
bebas.
Untuk
- 104 - Lampiran Peraturan Menteri Perindustrian RI Nomor: 151/M-IND/PER/12/2010 /M-IND/PER/12/2010
mewujudkan keberhasilan kinerja, kegiatan ini akan didukung antarai lain oleh rencana aksi: 1) Penyusunan kebijakan ketahanan industri dari pengaruh globalisasi; 2) Identifikasi dan analisa hambatan Industri dalam negeri di pasar internasional; 3)
Identifikasi
analisa penanganan hambatan kerjasama industri internasional;
dan 4)
Analisis kinerja dan pengamanan industri dalam negeri; 5) Monitoring dan evaluasi Peningkatan
penangana ketahanan industri SDM
dalam
penanganan
internasional;
kerjasama
6)
Industri
internasional; 7) Dukungan operasional kerja Ditjen KII wilayah II dan Regional. Kegiatan 4 : Peningkatan Dukungan Fasilitasi dan Koordinasi Kerjasama Industri Internasional, dengan indikator Terwujudnya Kerjasama Industri Internasional yang mengadopsi kepentingan sektor industri melalui dukungan fasilitasi dan koordinasi administratif pelaksanaan program Kerjasama Industri Internasional. Untuk mewujudkan keberhasilan kinerja, kegiatan ini akan didukung antara lain oleh rencana aksi : 1) Operasional Layanan perkantoran; 2) Penyusunan program dan anggaran Ditjen Kerjasama Industri Internasional; 3) Monitoring dan Evaluasi Pelaksanaan Koordinasi Penanganan Kerjasama Internasional; 4) Penyusunan Kebijakan teknis Kerja Sama Industri internasional. Program VII :
Program Pengkajian Kebijakan, Iklim dan Mutu Industri.
Program ini bertujuan untuk mewujudkan iklim usaha dan kebijakan yang kondusif melalui perumusan dan analisa kebijakan dan iklim di sektor industri, pelaksanaan kebijakan dan iklim di bidang penelitian dan pengembangan industri sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku serta untuk meningkatkan kemampuan industri dalam menciptakan, mengembangkan, menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam uji komersialisasi hasil penelitian dan pengembangan, rancangan produk baru, proses produksi, energi terbarukan, lingkungan hidup, dan tenaga kerja serta sarana dan prasarana industri sebagai faktor pendukung berhasilnya pembangunan industri.
- 105 - Lampiran Peraturan Menteri Perindustrian RI Nomor: 151/M-IND/PER/12/2010 /M-IND/PER/12/2010
Pelaksanaan kegiatan di bidang standardisasi sektor industri, perumusan kebijakan dan iklim serta analisa, standar, norma, pedoman, kriteria dan prosedur di bidang penelitian dan pengembangan industri, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang penelitian dan pengembangan industri. Pada dasarnya program ini memanfaatkan hasil litbang yang telah dilakukan oleh Balai-balai Penelitian dan Pengembangan dalam rangka mendukung daya saing maupun melindungi konsumen, seperti menetapkan standardisasi bagi produk hasil industri. Dengan indikator pencapaian tersusunnya rumusan dan analisis kebijakan dari iklim di sektor industri serta analisa, standar, dan prosedur di bidang industri serta terhasilkannya kuantitas, kualitas hasil litbang dan kebijakan pendukungnya yang mampu diaplikasikan hingga skala pabrik. Program ini dilaksanakan melalui kegiatan sebagai berikut: Kegiatan 1 :
Perencanaan Kebijakan Standardisasi Industri, dengan indikator pencapaian tersusunnya kebijakan, serta pengembangannya dan terlaksananya
penyiapan
perumusan
kebijakan
standardisasi,
Rancangan Standar Nasional Indonesia (RSNI), kaji ulang dan revisi Standar Nasional Indonesia (SNI), penyiapan pemberlakuan Standar Nasional Indonesia secara wajib. Untuk mewujudkan hasil tersebut, kegiatan ini akan didukung antara lain oleh rencana aksi: 1) Peningkatan Standardisasi Industri; 2) Penerapan standardisasi, akreditasi dan peningkatan mutu industri unggulan berbasis IPTEK; Kegiatan 2 :
Pengkajian Kebijakan dan Iklim Usaha Industri, dengan indikator pencapaian tersusunnya konsepsi dan koordinasi pelaksanaan kebijakan dalam rangka menciptakan iklim perlindungan industri yang wajar, iklim pengembangan usaha industri yang sehat serta iklim untuk mendorong ekspor hasil industri. Untuk mewujudkan hasil tersebut, kegiatan ini akan didukung antara lain oleh rencana aksi: 1) Peningkatan Iklim Usaha Industri;
2) Peningkatan Investasi
Industri; 3) Pemodelan dan analisis industri; 4) Membangun sistem informasi industri yang terintegrasi dan handal.
- 106 - Lampiran Peraturan Menteri Perindustrian RI Nomor: 151/M-IND/PER/12/2010 /M-IND/PER/12/2010
Kegiatan 3 :
Pengkajian Industri Hijau dan Lingkungan Hidup, dengan indikator pencapaian: 1) perumusan kebijakan, serta penelitian dan pengembangan lingkungan industri, energi dan diversifikasi hasil riset; 2) Terdapatnya peta sumber daya lingkungan hidup energi baru dan yang terbarukan pada sektor industri; 3) Terlaksananya penelitian dan pengembangan lingkungan industri hijau. Untuk mewujudkan hasil tersebut, kegiatan ini akan didukung antara lain oleh rencana aksi: 1) Pengembangan Lingkungan Industri; 2) Pengembangan diversifikasi dan konservasi energi industri.
Kegiatan 4:
Pengkajian Teknologi dan Hak Kekayaan Intelektual, dengan indikator pencapaian tersusunnya kajian teknologi industri dan pengelolaan Hak Atas Kekayaan Intelektual. Untuk mewujudkan hasil tersebut, kegiatan ini akan didukung antara lain oleh rencana aksi: 1) 2)
Kajian dan pendirian pusat industri teknologi baru;
Peningkatan
kerjasama
dan
promosi
industri
baru;
3) Menyebarluaskan hasil litbang di bidang industri dan HKI; 4) Mendorong pengembangan dan peningkatan inovasi industri. Kegiatan 5 :
Penyusunan dan Evaluasi Program Kebijakan Iklim, dan Mutu Industri, dengan indikator pencapaian: 1) Terlaksananya pelayanan teknis dan administratif kepada seluruh satuan organisasi di lingkungan Badan; 2) tercapainya peningkatan kualitas perencanaan dan pelaporan; 3) terselesaikannya pelaporan tepat waktu. Untuk mewujudkan hasil tersebut, kegiatan ini akan didukung antara lain oleh rencana aksi: 1) Pembayaran Gaji Pegawai; 2) Layanan Perkantoran; 3) Perencanaan, pelaksanaan, dan Evaluasi Kegiatan; 4) Dukungan manajemen dan teknis lainnya. Agar hasil yang diharapkan dari program ini dapat terwujud, maka disamping 5 (lima) kegiatan termasuk rencana aksinya sebagaimana telah diuraikan di atas masih juga diperlukan dukungan kegiatan unit pelayanan teknis sertifikasi
industri dan kegiatan penelitian dan
pengembangan teknologi untuk mendukung pengembangan industri sebagai berikut:
- 107 - Lampiran Peraturan Menteri Perindustrian RI Nomor: 151/M-IND/PER/12/2010 /M-IND/PER/12/2010
Kegiatan 6 :
Pelayanan
Teknis
Sertifikasi
Industri,
dengan
indikator
pencapaian: 1) Jumlah pelayanan teknis yang dihasilkan; 2) Jumlah kerjasama dengan dunia industri; 3) Jumlah PNBP yang dihasilkan. Kegiatan 7 :
Penelitian dan Pengembangan Teknologi Kulit, Karet dan Plastik, dengan indikator pencapaian: 1) Jumlah hasil litbang semakin meningkat dan berkualitas; 2) Jumlah kerjasama dengan dunia industri; 3) Jumlah PNBP yang dihasilkan di bidang teknologi kulit, karet dan plastik.
Kegiatan 8 :
Penelitian dan Pengembangan Teknologi Tekstil,
dengan
indikator pencapaian: 1) Jumlah hasil litbang semakin meningkat dan berkualitas; 2) Jumlah kerjasama dengan dunia industri; 3) Jumlah PNBP yang dihasilkan di bidang teknologi tekstil. Kegiatan 9 :
Penelitian dan Pengembangan Teknologi Kimia dan Kemasan, dengan indikator pencapaian: 1) Jumlah hasil litbang semakin meningkat dan berkualitas; 2) Jumlah kerjasama dengan dunia industri; 3) Jumlah PNBP yang dihasilkan di bidang teknologi kimia dan kemasan.
Kegiatan 10:
Penelitian dan Pengembangan Teknologi Industri Agro, dengan indikator pencapaian: 1) Jumlah hasil litbang semakin meningkat dan berkualitas; 2) Jumlah kerjasama dengan dunia industri; 3) Jumlah PNBP yang dihasilkan di bidang teknologi industri agro.
Kegiatan 11:
Penelitian dan Pengembangan Teknologi Hasil Perkebunan, dengan indikator pencapaian: 1) Jumlah hasil litbang semakin meningkat dan berkualitas; 2) Jumlah kerjasama dengan dunia industri; 3) Jumlah PNBP yang dihasilkan di bidang teknologi hasil perkebunan.
Kegiatan 12:
Penelitian dan Pengembangan Teknologi Pulp dan Kertas, dengan indikator pencapaian: 1) Jumlah hasil litbang semakin meningkat dan berkualitas; 2) Jumlah kerjasama dengan dunia industri; 3) Jumlah PNBP yang dihasilkan di bidang teknologi pulp dan kertas.
- 108 - Lampiran Peraturan Menteri Perindustrian RI Nomor: 151/M-IND/PER/12/2010 /M-IND/PER/12/2010
Kegiatan 13:
Penelitian dan Pengembangan Teknologi Logam dan Mesin, dengan indikator pencapaian: 1) Jumlah hasil litbang semakin meningkat dan berkualitas; 2) Jumlah kerjasama dengan dunia industri; 3) Jumlah PNBP yang dihasilkan di bidang teknologi logam dan mesin.
Kegiatan 14:
Penelitian dan Pengembangan Teknologi Keramik, dengan indikator pencapaian: 1) Jumlah hasil litbang semakin meningkat dan berkualitas; 2) Jumlah kerjasama dengan dunia industri; 3) Jumlah PNBP yang dihasilkan di bidang teknologi keramik.
Kegiatan 15:
Penelitian dan Pengembangan Teknologi Bahan dan Barang Teknik, dengan indikator pencapaian: 1) Jumlah hasil litbang semakin meningkat dan berkualitas; 2) Jumlah kerjasama dengan dunia industri; 3) jumlah PNBP yang dihasilkan di bidang teknologi bahan dan barang teknik.
Kegiatan 16:
Penelitian
dan
Pengembangan
Teknologi
Pencegahan
Pencemaran Industri, dengan indikator pencapaian: 1) Jumlah hasil litbang semakin meningkat dan berkualitas; 2) Jumlah kerjasama dengan dunia industri; 3) Jumlah PNBP yang dihasilkan di bidang teknologi pencegahan pencemaran industri. Kegiatan 17:
Penelitian dan Pengembangan Teknologi Kerajinan dan Batik, dengan indikator pencapaian: 1) Jumlah hasil litbang semakin meningkat dan berkualitas; 2) Jumlah kerjasama dengan dunia industri; 3) Jumlah PNBP yang dihasilkan di bidang teknologi Kerajinan dan Batik.
Kegiatan 18:
Riset dan Standardisasi Wilayah Surabaya, dengan indikator pencapaian: 1) Jumlah riset dan standard yang dihasilkan; 2) Jumlah kerjasama dengan dunia industri; 3) Jumlah PNBP yang dihasilkan di wilayah Surabaya.
Kegiatan 19:
Riset dan Standardisasi Wilayah Aceh, dengan indikator pencapaian: 1) Jumlah riset dan standard yang dihasilkan; 2) Jumlah
- 109 - Lampiran Peraturan Menteri Perindustrian RI Nomor: 151/M-IND/PER/12/2010 /M-IND/PER/12/2010
kerjasama dengan dunia industri, 3) Jumlah PNBP yang dihasilkan di wilayah Aceh. Kegiatan 20:
Riset dan Standardisasi Wilayah Medan, dengan indikator pencapaian: 1) Jumlah riset dan standard yang dihasilkan; 2) Jumlah kerjasama dengan dunia industri; 3) Jumlah PNBP yang dihasilkan di wilayah Medan.
Kegiatan 21:
Riset dan Standardisasi Wilayah Padang, dengan indikator pencapaian: 1) Jumlah riset dan standard yang dihasilkan; 2) Jumlah kerjasama dengan dunia industri; 3) Jumlah PNBP yang dihasilkan di wilayah Padang.
Kegiatan 22:
Riset dan Standardisasi Wilayah Palembang, dengan indikator pencapaian: 1) Jumlah riset dan standard yang dihasilkan; 2) Jumlah kerjasama dengan dunia industri; 3) jumlah PNBP yang dihasilkan di wilayah Palembang.
Kegiatan 23:
Riset dan Standardisasi Wilayah Tanjung Karang, dengan indikator pencapaian: 1) Jumlah riset dan standard yang dihasilkan; 2) Jumlah kerjasama dengan dunia industri, 3) jumlah PNBP yang dihasilkan di wilayah Tanjung Karang.
Kegiatan 24:
Riset dan Standardisasi Wilayah Banjarbaru, dengan indikator pencapaian: 1) Jumlah riset dan standard yang dihasilkan; 2) Jumlah kerjasama dengan dunia industri; 3) Jumlah PNBP yang dihasilkan di wilayah Banjar Baru.
Kegiatan 25:
Riset dan Standardisasi Wilayah Pontianak, dengan indikator pencapaian: 1) Jumlah riset dan standard yang dihasilkan; 2) Jumlah kerjasama dengan dunia industri; 3) Jumlah PNBP yang dihasilkan di wilayah Pontianak.
Kegiatan 26:
Riset dan Standardisasi Wilayah Samarinda, dengan indikator pencapaian: 1) Jumlah riset dan standard yang dihasilkan; 2) Jumlah kerjasama dengan dunia industri; 3) Jumlah PNBP yang dihasilkan di wilayah Samarinda.
- 110 - Lampiran Peraturan Menteri Perindustrian RI Nomor: 151/M-IND/PER/12/2010 /M-IND/PER/12/2010
Kegiatan 27:
Riset dan Standardisasi Wilayah Manado, dengan indikator pencapaian: 1) Jumlah riset dan standard yang dihasilkan; 2) Jumlah kerjasama dengan dunia industri; 3) Jumlah PNBP yang dihasilkan di wilayah Manado.
Kegiatan 28:
Riset dan Standardisasi Wilayah Ambon, dengan indikator pencapaian: 1) Jumlah riset dan standard yang dihasilkan; 2) Jumlah kerjasama dengan dunia industri; 3) Jumlah PNBP yang dihasilkan di wilayah Ambon.
Program VIII: Program
Pengawasan
dan
Peningkatan
Akuntabilitas
Aparatur Negara Kementerian Perindustrian. Program ini bertujuan untuk menjamin agar pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Kementerian Perindustrian berjalan sesuai dengan rencana dan ketentuan peraturan perundang-undangan, mendukung penyelenggaraan pemerintahan yang efektif, efisien, trasnparan, akuntabel, bersih dan bebas dari KKN, serta mewujudkan Good Governance
dan
Clean
Government.
Sebagai
alat
ukur
atau
indikator
keberhasilannya telah ditetapkan, yaitu: (a) tersusunnya norma, standar, kriteria dan prosedur
pengawasan yang efektif, (b) tersedianya hasil pengawasan yang
berkualitas, (c) tercapainya peningkatan akuntabilitas, transparansi, efektifitas dan efisiensi pelaksanaan program dan kegiatan. Program ini dilaksanakan melalui kegiatan-kegiatan sebagai berikut: Kegiatan 1 :
Peningkatan Pengawasan
dan
Akuntabilitas Pelaksanaan
Program Pengembangan Industri Inspektorat I, Indikator pencapaian: 1) tercapainya efektifitas pengawasan dan akuntabilitas pengawasan terhadap kinerja pada unit yaitu Direktorat Jenderal Industri Unggulan Berbasis Teknologi Tinggi, Badan Pengkajian Kebijakan, Iklim, dan Mutu Industri, Pusat Komunikasi Publik, Balai Besar, Baristand, Balai Diklat Industri dan Unit Pendidikan di lingkungan Kementerian Perindustrian, serta Dekonsentrasi
dan
tugas pembantuan, 2) terlaksananya reviu laporan keuangan/ BMN
- 111 - Lampiran Peraturan Menteri Perindustrian RI Nomor: 151/M-IND/PER/12/2010 /M-IND/PER/12/2010
unit vertikal, 3) terlaksananya pengawasan/pemeriksaan untuk tujuan tertentu, 4) terlaksananya monitoring dan evaluasi pelaksanaan kebijakan pengembangan industri di pusat dan prov/kab/kota, 5) terlaksananya monitoring dan evaluasi pelaksanaan program/ kegiatan prioritas/ aktual bidang industri, meliputi ; pelaksanan Sistem Pengendalian Internal Pemerintah (SPIP), program P3DN, pencapaian KPI (Key Performance Indicators) program dan kegiatan,
pemberian fasilitas pemerintah bagi pengembangan
industri, dukungan mempertahankan opini WTP laporan keuangan Kementerian Perindustrian, pelaksanaan reformasi birokrasi, serta konsultasi dan advokasi pengawasan. Kegiatan 2:
Peningkatan
Pengawasan
dan
Akuntabilitas
Program Pengembangan Industri
Pelaksanaan
Inspektorat II, dengan
indikator pencapaian: 1) tercapainya efektifitas pengawasan
dan
akuntabilitas pengawasan terhadap kinerja pada unit vertikal yaitu Direktorat Jenderal Basis Industri Manufaktur, Direktorat Jenderal Kerja Sama Industri Internasional, Inspektorat Jenderal, Balai Besar, Baristand, Balai Diklat Industri dan Unit Pendidikan di lingkungan Kementerian
Perindustrian,
serta
dekonsentrasi
dan
tugas
pembantuan, 2) terlaksananya reviu laporan keuangan/BMN unit vertikal, 3) terlaksananya pengawasan/pemeriksaan untuk tujuan tertentu, 4) terlaksananya monitoring dan evaluasi pelaksanaan kebijakan pengembangan industri di pusat dan prov/kab/kota, 5) terlaksananya monitoring dan evaluasi pelaksanaan program/ kegiatan prioritas/ aktual bidang industri, meliputi ; pelaksanan Sistem Pengendalian Internal Pemerintah (SPIP), program P3DN, pencapaian KPI (Key Performance Indicators) program dan kegiatan, pemberian fasilitas pemerintah bagi pengembangan industri, dukungan mempertahankan opini WTP laporan keuangan Kementerian Perindustrian, pelaksanaan reformasi birokrasi, serta konsultasi dan advokasi pengawasan.
- 112 - Lampiran Peraturan Menteri Perindustrian RI Nomor: 151/M-IND/PER/12/2010 /M-IND/PER/12/2010
Kegiatan 3 :
Peningkatan
Pengawasan
dan
Akuntabilitas
Pelaksanaan
Program Pengembangan Industri Inspektorat III, dengan indikator pencapaian: 1) tercapainya efektifitas pengawasan
dan
akuntabilitas pengawasan terhadap kinerja pada unit vertikal yaitu Direktorat Jenderal Industri Agro, Sekretariat Jenderal, Pusat Data dan Informasi, Balai Besar, Baristand, Balai Diklat Industri dan Unit Pendidikan di lingkungan Kementerian Perindustrian, Dekonsentrasi laporan
serta
dan tugas pembantuan, 2) terlaksananya reviu
keuangan/BMN
unit
vertikal,
3)
terlaksananya
pengawasan/pemeriksaan untuk tujuan tertentu, 4) terlaksananya monitoring dan evaluasi pelaksanaan kebijakan pengembangan industri di pusat dan prov/kab/kota, 5) terlaksananya monitoring dan evaluasi pelaksanaan program/ kegiatan prioritas/ aktual bidang industri, meliputi ; pelaksanan Sistem Pengendalian Internal Pemerintah
(SPIP),
program
P3DN,
pencapaian
KPI
(Key
Performance Indicators) program dan kegiatan, pemberian fasilitas pemerintah bagi pengembangan industri, dukungan mempertahankan opini
WTP
laporan
keuangan
Kementerian
Perindustrian,
pelaksanaan reformasi birokrasi, serta konsultasi dan advokasi pengawasan. Kegiatan 4 :
Peningkatan
Pengawasan
dan
Akuntabilitas
Pelaksanaan
Program Pengembangan Industri Inspektorat IV, dengan indikator pencapaian: 1) tercapainya efektifitas pengawasan
dan
akuntabilitas pengawasan terhadap kinerja pada unit vertikal yaitu Direktorat Jenderal Industri Kecil dan Menengah, Direktorat Jenderal Pengembangan Perwilayahan Industri, Pusat Pendidikan dan Pelatihan Industri, Balai Besar, Baristand, Balai Diklat Industri dan Unit Pendidikan di lingkungan Kementerian Perindustrian, serta Dekonsentrasi laporan
dan tugas pembantuan, 2) terlaksananya reviu
keuangan/BMN
unit
vertikal,
3)
terlaksananya
pengawasan/pemeriksaan untuk tujuan tertentu, 4) terlaksananya monitoring dan evaluasi pelaksanaan kebijakan pengembangan
- 113 - Lampiran Peraturan Menteri Perindustrian RI Nomor: 151/M-IND/PER/12/2010 /M-IND/PER/12/2010
industri di pusat dan prov/kab/kota, 5) terlaksananya monitoring dan evaluasi pelaksanaan program/ kegiatan prioritas/ aktual bidang industri, meliputi ; pelaksanan Sistem Pengendalian Internal Pemerintah
(SPIP),
program
P3DN,
pencapaian
KPI
(Key
Performance Indicators) Program dan Kegiatan, pemberian fasilitas pemerintah bagi pengembangan industri, dukungan mempertahankan opini
WTP
laporan
keuangan
Kementerian
Perindustrian,
pelaksanaan reformasi birokrasi, serta konsultasi dan advokasi pengawasan. Kegiatan 5 :
Dukungan
Manajemen,
Pembinaan
dan
Tindak
Lanjut
Pengawasan serta Dukungan Teknis Lainnya Inspektorat Jenderal, dengan indikator pencapaian: 1) fasilitasi kegiatan pengawasan
dan
dukungan
teknis
Inspektorat
Jenderal,
pembayaran gaji/ tunjangan/uang makan/ lembur Itjen,
2) 3)
peningkatan sistem dan penyempurnaan Norma, Standar, Prosedur dan Kriteria (NSPK) pengawasan, penyediaan data dan informasi serta pembinaan dan pengembangan SDM pengawasan (Capacity Building & Character Building), 4) koordinasi penyusunan rencana dan program pengawasan serta monitoring dan evaluasi pelaksanaan program, 5) pembinaan dan tindaklanjut hasil pengawasan, 6) koordinasi/konsultasi pengawasan dan pelaksanaan/tindak lanjut hasil pengawasan, 7) sosialisasi peraturan perundangan.
Program IX
: Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Kementerian Perindustrian.
Program ini bertujuan untuk memberikan dukungan manajemen terhadap pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Kementerian Perindustrian dalam hal persiapan internal, dengan indikator pencapaian: (a) terkoordinasinya pelaksanaan tugas unitunit organisasi di lingkungan Kementerian Perindustrian, (b) terbinanya pelaksanaan tugas
Kementerian
yang
meliputi
perencanaan,
pengorganisasian
dan
ketatalaksanaan, pendayagunaan sumber daya serta penghubung antar lembaga dan
- 114 - Lampiran Peraturan Menteri Perindustrian RI Nomor: 151/M-IND/PER/12/2010 /M-IND/PER/12/2010
masyarakat, (c) terlaksananya pemberian dukungan administrasi dan teknis kepada unit-unit organisasi di lingkungan Kementerian. Dalam pelaksanaannya akan dilakukan melalui berbagai kegiatan berikut: Kegiatan 1 :
Peningkatan Kualitas Perencanaan dan Pelaporan, dengan indikator
pencapaian
1)
Tercapainya
peningkatan
kualitas
perencanaan program sektoral dan regional, rencana dukungan sumber daya dan fasilitasi industri, rencana investasi dan kerja sama investasi industri; 2)
Terlaksananya penyiapan koordinasi dan
penyusunan rencana makro, program sektoral dan regional, serta anggaran; 3) Terlaksananya penyiapan koordinasi dan penyusunan rencana dukungan sumber daya, prasarana dan energi, serta fasilitasi industri; 4) Penyiapan koordinasi dan penyusunan rencana investasi dan kerja sama investasi industri; 5)
Terlaksananya penyiapan
koordinasi dan evaluasi pelaksanaan program dan kinerja industri, analisis data sektoral dan regional serta pelaporan; 6) Tercapainya peningkatan kualitas evaluasi pelaporan; Kegiatan 2 :
Pengembangan SDM Industri, dengan indikator pencapaian: 1) Tersusunnya dokumen pengelolaan urusan kepegawaian di lingkungan Kementerian Perindustrian; 2) Terlaksananya layanan manajemen kinerja di lingkungan Kementerian Perindustrian;
Kegiatan 3 :
Peningkatan Sistem Tata Kelola Keuangan dan Barang Milik Negara yang Profesional, dengan indikator pencapaian: 1) predikat WTP
bagi
Kementerian
Perindustrian
terus
bertahan;
2) Terlaksananya penyiapan pedoman teknis pengelolaan anggaran dan barang milik negara; 3) Terlaksananya pembinaan dan pengendalian pelaksanaan anggaran; 4) Terlaksananya pengelolaan perbendaharaan dan penyelesaian kerugian negara; 5) Terlaksananya pelaksanaan akuntansi dan administrasi pengelolaan barang milik negara; 6) Terlaksananya penyediaan data dan informasi keuangan serta
koordinasi
Kementerian;
dan
pelaksanaan
verifikasi
penganggaran
- 115 - Lampiran Peraturan Menteri Perindustrian RI Nomor: 151/M-IND/PER/12/2010 /M-IND/PER/12/2010
Kegiatan 4 :
Pelaksanaan Ketatausahaan Pimpinan, Pelaksanaan Urusan, Keprotokolan dan Keamanan Dalam, Tata Persuratan dan Kearsipan, dan Kerumahtanggan dengan indikator pencapaian: 1) Terlaksananya pelaksanaan urusan tata persuratan, kearsipan, dan dokumentasi Kementerian; 2) Terlaksananya pelayanan administrasi pimpinan, urusan keprotokolan, urusan rumah tangga Kementerian, urusan perlengkapan di lingkungan Kementerian;
Kegiatan 5 :
Pelayanan Hukum dan Organisasi, dengan outcome/output pencapaian: 1) Terlaksananya Peningkatan Koordinasi Penyusunan Rancangan Peraturan Perundang- undangan Bidang; 2) Peningkatan Kualitas Layanan Informasi Dokumentasi Peraturan Perundangundangan; 3) Peningkatan Kualitas Layanan dan Bantuan Hukum; 4) Peningkatan Koordinasi Penataan Organisasi dan Tata Laksana;
Kegiatan 6 :
Pembangunan Sistem Informasi Industri yang Terintegrasi dan Handal, dengan indikator pencapaian: 1) Terlaksananya penyusunan kebijakan teknis, rencana dan program di bidang pengelolaan data dan informasi; 2) Terlaksananya pelaksanaan pengumpulan, pengolahan dan analisis data serta pengelolaan basis data; 3) Terlaksananya pengelolaan dan pengembangan sistem informasi dan jaringan; 4) Terlaksananya pelayanan informasi industri; 5) Terlaksananya pemantauan, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan tugas di bidang pengelolaan data dan informasi ; 6) Terlaksananya pembinaan sistem informasi, pengumpulan dan pengolahan data, sistim jaringan informasi dan pelayanan data/informasi industri;
Kegiatan 7:
Peningkatan Pengelolaan Pelayanan Publik, dengan indikator pencapaian: 1) Terlaksananya fungsi pelayanan informasi kebijakan pembangunan industri, peraturan perundang-undangan di bidang industri dan perkembangan terkini sektor industri ke Masyarakat; 2) Terlaksananya hubungan media massa, pemberitaan, analisis opini publik,
promosi,
publikasi,
pameran,
dan
pencitraan;
3) Terlaksananya hubungan dengan lembaga negara, lembaga
- 116 - Lampiran Peraturan Menteri Perindustrian RI Nomor: 151/M-IND/PER/12/2010 /M-IND/PER/12/2010
pemerintah, dunia usaha dan
lembaga pendidikan, riset dan
teknologi; Kegiatan 8 :
Peningkatan Kemampuan Intelijen Industri dan Teknologi di Lingkup Internasional dengan indikator pencapaian terlaksananya peran intelijen Industri dan Teknologi di Lingkup Internasional, sebagai bahan masukan dalam peningkatan daya saing industri nasional;
Kegiatan 9:
Peningkatan Kualitas SDM Industri, Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan dan keahlian SDM aparatur dan industrial,
dengan
indikator
pencapaian:
1)
Terlaksananya
penyusunan kebijakan teknis rencana dan program di bidang pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia aparatur dan sumber daya manusia industri; 2) Terlaksananya pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia aparatur dan sumber daya manusia industri; 3) Terlaksananya kegiatan di bidang standardisasi SDM sektor industri,
4)
Terlaksananya
koordinasi
dan
pelaksanaan
pengembangan sumber daya manusia industri; 5) Terlaksananya pemantauan, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan tugas di bidang pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia aparatur dan sumber daya manusia industri 6) Terlaksananya rumusan peningkatan mutu SDM industri serta analisa, standar, norma, kegiatan ini dilakukan dengan sub kegiatan sebagai berikut: a) Pengembangan SDM Industri,
dengan
indikator
pencapaian:
1)
Meningkatnya
pengetahuan, keterampilan, dan sikap perilaku SDM industri; 2) Terwujudnya pendidikan untuk mendukung pengembangan kompetensi inti daerah; 3) Penguatan kelembagaan pelatihan dan pendidikan;
b) Pengembangan Pendidikan Vokasi Industri,
dengan indikator pencapaian: 1) Terciptanyan SDM industri terampil siap kerja, dan 2) Terciptanya SDM industri terampil dan ahli madya sesuai dengan kebutuhan industri; c) Pengembangan SDM Aparatur,
dengan
indikator
pencapaian:
1)
Meningkatnya
pengetahuan, keterampilan, dan sikap perilaku SDM aparatur, dan
- 117 - Lampiran Peraturan Menteri Perindustrian RI Nomor: 151/M-IND/PER/12/2010 /M-IND/PER/12/2010
2) Meningkatnya pelayanan Diklat SDM Industri; d) Assesment SDM, dengan indikator pencapaian: 1) Meningkatnya produktivitas SDM aparatur dan Industri;
e)
Pendidikan Tinggi, dengan
indikator pencapaian: 1) Meningkatnya produktivitas SDM aparatur dan Industri; f) Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya Badan Pengembangan SDM Industri, dengan indikator pencapaian: 1) Terlaksananya pelayanan teknis dan administratif kepada
seluruh
satuan
organisasi
di
lingkungan
Badan;
2) Meningkatnya kelancaran penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan dalam rangka pengembangan SDM; 3) Tersedianya dukungan sarana prasarana penyelenggaraan diklat.
Agar hasil yang diharapkan dari program ini dapat terwujud, maka disamping kegiatan termasuk rencana aksinya sebagaimana telah diuraikan di atas masih juga diperlukan dukungan kegiatan pengembangan diklat
industri, sebagai berikut:
Pengembangan Diklat Industri, Pendidikan Kejuruan Tinggi Industri, Pendidikan Kejuruan Menengah Industri, Balai Diklat Industri. Adapun kegiatan yang dimaksud adalah: Kegiatan 10:
Pendidikan dan pelatihan Balai Diklat Industri Regional I Medan, dengan indikator pencapaian: 1) Jumlah aparat yang kompeten dan berkualitas;
2) Jumlah kerjasama dengan dunia
industri; 3) Jumlah PNBP yang dihasilkan; Kegiatan 11:
Pendidikan dan pelatihan Balai Diklat Industri Regional II Padang, dengan indikator pencapaian: 1) Jumlah aparat yang kompeten dan berkualitas;
2) Jumlah kerjasama dengan dunia
industri; 3) Jumlah PNBP yang dihasilkan; Kegiatan 12:
Pendidikan dan pelatihan Balai Diklat Industri Regional III Jakarta, dengan indikator pencapaian: 1) Jumlah aparat yang kompeten dan berkualitas;
2) Jumlah kerjasama dengan dunia
industri; 3) Jumlah PNBP yang dihasilkan;
- 118 - Lampiran Peraturan Menteri Perindustrian RI Nomor: 151/M-IND/PER/12/2010 /M-IND/PER/12/2010
Kegiatan 13:
Pendidikan dan pelatihan Balai Diklat Industri Regional IV Yogyakarta, dengan indikator pencapaian: 1) Jumlah aparat yang kompeten dan berkualitas; 2) Jumlah kerjasama dengan dunia industri; 3) Jumlah PNBP yang dihasilkan;
Kegiatan 14:
Pendidikan dan pelatihan Balai Diklat Industri Regional V Surabaya, dengan indikator pencapaian: 1) Jumlah aparat yang kompeten dan berkualitas; 2) Jumlah kerjasama dengan dunia industri; 3) Jumlah PNBP yang dihasilkan;
Kegiatan 15:
Pendidikan dan pelatihan Balai Diklat Industri Regional VI Denpasar, dengan indikator pencapaian: 1) Jumlah aparat yang kompeten dan berkualitas; 2) Jumlah kerjasama dengan dunia industri; 3) Jumlah PNBP yang dihasilkan;
Kegiatan 16:
Pendidikan dan pelatihan Balai Diklat Industri Regional VII Makassar, dengan indikator pencapaian: 1) Jumlah aparat yang kompeten dan berkualitas; 2) Jumlah kerjasama dengan dunia industri; 3) Jumlah PNBP yang dihasilkan.
Program X
: Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur Kementerian Perindustrian.
Program ini bertujuan untuk memberikan dukungan dalam bidang penyediaan maupun pemeliharaan sarana dan prasarana yang diperlukan Kementerian Perindustrian dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya agar dapat memberikan pelayanan yang lebih baik dan nyaman bagi para pemangku kepentingan. Sebagai indikator pencapaiannya tersedianya sarana dan prasarana kerja sesuai kebutuhan. Untuk mencapai tujuan program ini, akan dilakukan kegiatan berikut: Kegiatan 1 :
Pembangunan, Pengadaan, perbaikan, dan Peningkatan Sarana dan Prasarana Kerja, dengan indikator pencapaian: 1) Terkelolanya sarana prasarana kerja; 2) Terwujudnya peningkatan kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana kerja.
- 119 - Lampiran Peraturan Menteri Perindustrian RI Nomor: 151/M-IND/PER/12/2010
IV PENUTUP
Rencana Strategis (Renstra) Kementerian Perindustrian 2010-2014 disusun dengan mengacu pada RPJPN 2005-2025, RPJMN II (2010-2014), dan Perpres 28 Tahun 2008 tentang Kebijakan Industri Nasional yang telah ditetapkan pemerintah. Renstra
Kementerian
Perindustrian
2010-2014
merupakan
landasan
untuk
mewujudkan Visi Indonesia 2025, yaitu mewujudkan Indonesia menjadi Negara Mandiri, Maju, Adil dan Makmur pada tahun 2025. Visi Indonesia 2025 ini telah
diterjemahkan ke dalam Visi Pembangunan
Nasional Jangka Panjang 2025, yaitu Membawa Indonesia Menjadi Negara Industri Tangguh Dunia. Untuk mencapai Visi tersebut maka telah ditetapkan tujuan Tahun 2020, yaitu Menjadikan Indonesia Negara Industri Maju. Berdasarkan Visi Pembangunan Nasional Jangka Panjang 2025 dan Tujuan 2020, telah disusun Kebijakan Pembangunan Industri Nasional yang tertuang dalam Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 28 Tahun 2008 yang pada dasarnya menggunakan pendekatan Klaster Industri Prioritas dan Kompetensi Inti Industri Daerah guna membangun daya saing industri yang berkelanjutan. Misi yang diemban oleh Kementerian Perindustrian sesuai dengan Perpres Nomor 28 Tahun 2008 adalah: 1) menjadi wahana pemenuhan kebutuhan hidup masyarakat; 2) menjadi dinamisator pertumbuhan ekonomi nasional; 3) menjadi pengganda kegiatan usaha produktif di sektor riil bagi masyarakat; 4) menjadi wahana (medium) untuk memajukan kemampuan teknologi nasional; 5) menjadi wahana penggerak bagi upaya modernisasi kehidupan dan wawasan budaya masyarakat; 6) menjadi salah satu pilar penopang penting bagi pertahanan negara dan penciptaan rasa aman masyarakat; 7) menjadi andalan pembangunan industri yang berkelanjutan melalui pengembangan dan pengelolaan sumber bahan baku terbarukan, pengelolaan lingkungan yang baik, serta memiliki rasa tanggung-jawab sosial yang tinggi.
- 120 - Lampiran Peraturan Menteri Perindustrian RI Nomor: 151/M-IND/PER/12/2010 /M-IND/PER/12/2010
Misi tersebut dijabarkan ke dalam misi lima tahun (2010-2014), yaitu: 1) mendorong peningkatan nilai tambah industri; 2) mendorong peningkatan penguasaan pasar domestik dan mancanegara; 3) mendorong peningkatan industri jasa pendukung; 4) memfasilitasi penguasaan teknologi industri; 5) memfasilitasi penguatan struktur industri; 6) mendorong penyebaran industri ke luar Pulau Jawa; 7) mendorong peningkatan peran IKM terhadap PDB. Untuk mewujudkan misi lima tahun 2010-2014, telah dirumuskan sasaran strategis yang terdiri atas: 1) tingginya nilai tambah industri; 2) Tingginya penguasaan pasar dalam dan luar negeri; 3) Kokohnya faktor-faktor penunjang pengembangan industri; 4) Tingginya kemampuan inovasi dan penguasaan teknologi Industri; 5) Kuat, lengkap dan dalamnya struktur industri; 6) Tersebarnya pembangunan industri; 7) Meningkatnya peran industri kecil dan menengah terhadap PDB. Akhirnya, untuk dapat mencapai sasaran-sasaran strategis di atas telah ditetapkan arah kebijakan, target kuantitatif, penyempurnaan organisasi Kementerian Perindustrian, restrukturisasi program dan kegiatan, serta indikatif pendanaannya. Sukses pelaksanaannya menjadi tanggung-jawab pemerintah pusat, pemerintah provinsi, pemerintah Kabupaten/Kota, dunia usaha industri, dan masyarakat luas.
MENTERI PERINDUSTRIAN,
MOHAMAD S. HIDAYAT
LAMPIRAN
Lampiran Peraturan Menteri Perindustrian R.I. Nomor: 151/M-IND/PER/12/2010 88
-121-
1. TARGET PEMBANGUNAN KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2010-2014 NO (1) I.
PROGRAM/KEGIATAN
OUTCOME/OUTPUT
(2)
(3)
PROGRAM REVITALISASI DAN PENUMBUHAN BASIS INDUSTRI MANUFAKTUR
INDIKATOR (4)
2010
2011
TARGET 2012
2013
2014
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
- Jumlah persentase industri yang berhasil pulih
100%
- Besarnya persentase utilisasi kapasitas produksi dalam industri 1 Revitalisasi dan Penumbuhan Industri Material Dasar Logam
80%
-
Tumbuh dan kuatnya struktur industri material dasar Logam
- Pada tahun 2014, utilisasi kapasitas produksi dapat mencapai pulih 100%
55%
60%
65%
70%
75%
-
Berkembangnya klaster industri baja
- Tumbuhnya industri pengolahan bijih besi dengan kapasitas 4 juta ton per tahun (laporan fasilitasi pengembangan industri pengolahan bijih besi)
1
1
3
4
4
- Tumbuhnya industri alumina dengan kapasitas 1 juta ton per tahun dan meningkatnya kapasitas industri peleburan menjadi 500 ribu ton pertahun serta industri alloy ingot dengan kapsitas 200 ribu ton pertahun (laporan fasilitasi pengembangan industri alumina
2
3
4
4
- Tumbuhnya industri pengolahan nikel (feronikel) dengan kapasitas 1 juta ton pertahun (laporan fasilitasi pengembangan industri nikel dan dokumentasi rekomendasi kebijakan pengembangan)
1
3
4
4
- Meningkatnya daya saing industri material dasar logam (laporan penguatan struktur industri melalui klaster dalam rangka peningkatan daya saing)
1
2
3
3
1
1
1
UNIT ORGANISASI PELAKSANA (15)
Direktorat Jenderal Basis Industri Manufaktur Direktorat Industri Material Dasar Logam
Prioritas Bidang Perekonomian a. Pengembangan Klaster Industri Baja
- Tersebarnya pertumbuhan industri material dasar logam ke seluruh wilayah indonesia (rekomendasi lokasi khusus pengembangan industri material dasar logam)
L1-1
Lampiran Peraturan Menteri Perindustrian R.I. Nomor: 151/M-IND/PER/12/2010 88
-122NO (1)
PROGRAM/KEGIATAN
OUTCOME/OUTPUT
INDIKATOR
(2)
(3)
(4)
2010
2011
TARGET 2012
2013
2014
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
25%
40%
50%
60%
70%
UNIT ORGANISASI PELAKSANA (15)
Prioritas Kementerian/Lembaga a. Menumbuhkan industri baja hulu, baja khusus dan stainless steel
b. Mempercepat penerapan standar dan menekan impor baja kualitas rendah
c.
Mendorong peningkatan daya saing, efisiensi energi dan penurunan emisi CO2
Tumbuhnya industri baja hulu, baja khusus dan stainless steel, melalui : 1. Pembentukan Pusat Pengembangan Teknologi Besi Baja
- Terbentuknya Pusat Pengembangan Teknologi Besi Baja (Persentase Kemajuan Pembentukan Unit Pustek Baja)
2. Peningkatan kapasitas produksi bahan baku industri logam hulu dengan memanfaatkan sumber daya lokal yang berbasis klaster Industri
- Meningkatnya kapasitas produksi industri logam hulu berbasis bahan baku lokal berdasarkan system klaster (perusahaan industri logam hulu terfasilitasi)
1
2
2
2
3. Fasilitasi kemitraan antara industri hulu dan hilir untuk memenuhi kebutuhan bahan baku industri baja hilir
- Terbentuknya embrio klaster baja baru (rekomendasi terbentuknya klaster industri baja)
1
1
1
1
4. Peningkatan investasi pada industri material dasar logam melalui penyusunan profil investasi
- Meningkatnya jumlah investasi pada industri logam (laporan data/pemetaan potensi investasi)
1
2
2
2
5. Pengembangan industri baja khusus, stainless steel dan baja hilir
- Berkembangnya industri baja khusus, stainless steel dan baja hilir (rekomendasi kebijakan pengembangan industri)
2
2
2
Terwujudnya percepatan penerapan standar dan menekan impor baja kualitas rendah
1
- Pengembangan dan pembinaan SNI produk logam
1. Penyusunan dan Penerapan SNI Wajib Produk Material Dasar Logam
Terlaksananya Implementasi SNI Wajib Produk Material Dasar Logam (Regulasi Teknis SNI Wajib)
5
8
10
10
2. Penyusunan RSNI Produk Industri Material Dasar Logam
RSNI Produk Industri Material Dasar Logam (RSNI)
16
18
20
20
3. Pembinaan Teknis Dalam Rangka Sertifikasi SNI Wajib Produk Material Dasar Logam
Perusahaan yang mendapatkan Pembinaan Teknis dalam rangka Sertifikasi SNI Wajib Produk Industri Material Dasar Logam (Bintek Perusahaan)
10
12
15
12
Meningkatnya daya saing, efisiensi energi dan penurunan emisi CO2 1. Pengembangan Kawasan Industri
- Berkembangnya kawasan industri yang terintegrasi (persentase kemajuan fasilitasi pembentukan kawasan industri yang terintegrasi)
30%
40%
60%
70%
80%
2. Pengembangan Iklim Usaha
- Berkembangnya iklim usaha industri material dasar yang kondusif (laporan rekomendasi kebijakan pengembangan iklim usaha)
2
2
3
3
3
L1-2
Lampiran Peraturan Menteri Perindustrian R.I. Nomor: 151/M-IND/PER/12/2010 88
-123NO (1)
PROGRAM/KEGIATAN
OUTCOME/OUTPUT
(2)
d. Menumbuhkan industri alumina, Copper cathode baru, dan industri hilir aluminium
(3)
INDIKATOR (4)
2010
2011
TARGET 2012
2013
2014
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
1
2
2
2
2
3. Pengembangan Kerjasama Industri
- Meningkatnya kerjasama dalam rangka pengembangan industri (dokumentasi optimalisasi kerjasama industri)
4. Konversi Energi
- Terciptanya optimalisasi penggunaan energi (laporan fasilitasi konversi energi)
1
2
2
5. Efesiensi Energi dan Pengurangan Emisi CO2
- Terciptanya efesiensi dengan pedoman teknis mengenai efesiensi energi dan pengurangan CO2 (laporan/dokumentasi efesiensi energi dan pengurangan emisi CO2)
1
2
2
UNIT ORGANISASI PELAKSANA (15)
Tumbuhnya industri alumina, Industri Aluminium Intermediate dan Ekstrusi serta industri hilir aluminium 1. Pengembangan industri aluminium terpadu (pembangunan industri alumina berbahan baku lokal (Smelter Grade Alumina) dan Industri Aluminium Smelter (Aluminium Ingot Primer dan Molten Aluminium), industri aluminium antara industri aluminium die casting)
- Bertumbuhnya industri aluminium terpadu (pembangunan industri alumina berbahan baku lokal (Smelter Grade Alumina) dan Industri Aluminium Smelter (Aluminium Ingot Primer dan Molten Aluminium), industri aluminium antara industri aluminium die casting) (lap
1
2
4
4
2. Pengembangan Industri Aluminium Intermediate dan Ekstrusi
- Bertumbuhnya Industri Aluminium Intermediate dan Ekstrusi (dokumentasi kebijakan pengembangan industri aluminium intermediate dan ekstrusi)
1
1
1
1
3. Fasilitasi Pengembangan Institusi/ lembaga Pendukung Klaster Industri Aluminium
- Terbentuknya Pusat Design dan Rekayasa Teknologi Aluminium (Persentase Kemajuan Pembentukan Unit Pusat Design dan Rekayasa Teknologi Aluminium)
25%
35%
50%
L1-3
Lampiran Peraturan Menteri Perindustrian R.I. Nomor: 151/M-IND/PER/12/2010 88
-124NO
PROGRAM/KEGIATAN
(1)
OUTCOME/OUTPUT
INDIKATOR
(3)
(4)
(2) e
Menumbuhkan Klaster industri Nikel (Ferronikel)
2010
2011
TARGET 2012
2013
2014
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
UNIT ORGANISASI PELAKSANA (15)
Tumbuhnya Klaster Industri Nikel (Ferronikel)
1. Pengembangan kawasan klaster industri Nikel terpadu (Ferronikel)
- Tersedianya database tentang potensi industri inti, industri pendukung dan terkait serta Potensi SDA, SDM, Infrastruktur dan kelembagaan Daerah. (laporan database tentang potensi pengembangan klaster nikel)
1
1
1
2. Pengembangan lembaga klaster industri Nikel terpadu (Ferronikel)
- Terbentuknya POKJA dan Tim Klaster industri Nikel terpadu (Ferronikel ) (persentase kemajuan pembentukan)
50%
75%
100%
a. Peningkatan kerjasama, promosi dan investasi Industri Material Dasar
-
Meningkatnya kerjasama, promosi dan investasi industri
2
2
4
4
4
b. Peningkatan Iklim Usaha dan Jasa Industri Material Dasar
-
Iklim usaha kondusif
- Laporan dalam rangka peningkatan daya saing industri material dasar logam - Rekomendasi Kebijakan Pengembangan Iklim Usaha
2
2
3
3
4
c. Peningkatan Kompetensi SDM Industri Material Dasar Logam d. Penyusunan Program dan Evaluasi Program Direktorat Industri Material Dasar Logam
-
Meningkatnya Kompetensi SDM Industri Material Dasar Logam Mengembangkan industri logam dengan program yang terarah dan terstruktur.
- Peserta Pelatihan Dalam Rangka Pengembangan Kompetensi SDM - Program & Evaluasi
80
150
150
180
210
1
1
1
1
1
Kegiatan Pendukung
-
2 Revitalisasi dan Penumbuhan Industri Kimia Dasar
Direktorat Industri Kimia Dasar
Prioritas Nasional a. Revitalisasi Industri Pupuk (Prioritas Nasional 5)
-
Fasilitasi pembangunan revitalisasi 6 pabrik pupuk
- Jumlah pabrik urea yang terfasilitasi pembangunan revitalisasinya
6
6
6
6
6
-
Subsidi bunga untuk pinjaman (10%)
- Jumlah pabrik urea yang diberikan subsidi bunga pinjaman
-
Penambahan penyertaan modal negara (PMN) Koordinasi pengamanan pasokan bahan baku gas bumi
-
6
6
6
6
6
-
Koordinasi pengamanan produksi pupuk dalam rangka ketahanan pangan nasional
- Terpenuhinya target produksi pupuk
-
Fasilitasi pembangunan restrukturisasi 5 pabrik pupuk NPK
- Jumlah pabrik NPK yang terfasilitasi restrukturisasinya
5
5
5
5
5
-
Fasilitasi koordinasi pengamanan pasokan bahan baku revitalisasi industri pupuk
- Kesepakatan ketersediaan bahan baku industri pupuk (Fosfat dan Kalium) dari 5 negara
5
5
5
5
5
-
Penyusunan master plan pengembangan industri pupuk NPK
- Dokumen master plan
1
-
Pembangunan 1 pabrik pupuk NPK
- Jumlah pabrik pupuk NPK
-
Pembangunan pabrik pupuk organik
- Jumlah pabrik pupuk organik
4
5
7
7
7
-
Penyusunan pemetaan potensi bahan baku industri pupuk organik di daerah
- Jumlah Kabupaten yang terpetakan potensi bahan baku pupuk organiknya
41
67
-
Jumlah pabrik urea yang diberikan PMN
- Jumlah pabrik urea yang di koordinasikan pengamanan pasokan gasnya
1
L1-4
Lampiran Peraturan Menteri Perindustrian R.I. Nomor: 151/M-IND/PER/12/2010 88
-125NO (1)
PROGRAM/KEGIATAN
OUTCOME/OUTPUT
(2)
INDIKATOR
(3)
b. Pengembangan klaster industri berbasis migas, kondesat (Prioritas Nasional 8 : Energi)
(4)
2010
2011
TARGET 2012
2013
2014
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
2
2
2
2
2
1
1
1
Berkembangnya klaster industri berbasis migas
Klaster Jawa Timur dan Klaster Kalimantan Timur, Banten
Fasilitasi pembangunan rafinery, olefin dan aromatik Tersusunnya model dan kebijakan (usulan) pemberian insentif (termasuk studi banding ke negara lain) Subsidi bunga untuk pinjaman pembangunan rafinery (5%) Subsidi bunga untuk pinjaman pembangunan pabrik olefin (5%) Subsidi bunga untuk pinjaman pembangunan pabrik aromatik (5%) Roadshow pengadaan bahan baku (termasuk pemenuhan kebutuhan kondensat untuk TPPI, crude untuk 3 refinery, dll
Jumlah rafinery
1
Model dan kebijakan pemberian insentif untuk pengembangan industri petrokimia Jumlah refinery
1
Jumlah pabrik Olefin diberikan subsidi bunga pinjaman Jumlah pabrik Aromatik diberikan subsidi bunga pinjaman Kesepakatan ketersediaan bahan baku
1
1
1
1
Kajian Pembangunan Refinery di Jatim Rancangan Pembangunan Refinery di Jatim, Banten,dan Kaltim
1
1
1
1
1
1
1
1
1
Dokumen Kajian Tersusunnya Feasibillity Study pembangunan kilang minyak (refinery) di Jawa Timur Kebijakan alokasi bahan baku
1 1
1
1
1
1
1
1
Kajian Bahan Baku Alternatif Petrokimia
Dokumen Kajian
1
Penyusunan kebijakan dan sosialisasi Business Plan Industri Petrokimia
Tersusunnya Business Plan pengembangan industri petrokimia Nasional dan Tersosialisasinya Business Plan Pengembangan Industri Petrokimia Nasional Program kerja
1
Koordinasi Pengalokasian Bahan Baku Migas dan Kondensat di Jatim dan Kaltim
Tersusunnya program kerja pengembangan Litbang dan SDM industri petrokimia
UNIT ORGANISASI PELAKSANA (15)
1
Promosi investasi pengembangan industri petrokimia
Jumlah komoditi
1
Terbangunnya Center of exellence Industri Petrokimia di Banten
DED Centre of Exellence
1
-
Tersusunnya SNI Baru , Revisi SNI
Jumlah SNI Baru, Revisi
-
Tersusunnya 1 konsep Peraturan Menteri
Konsep Peraturan SNI Industri Kimia Dasar
Teknologi yang sudah dan akan
Jumlah teknologi baru yang diterapkan
Prioritas Kementerian/Lembaga a. Penyusunan Revisi dan Monitoring SNI Wajib Produk Industri Kimia Dasar serta Peraturan Menteri tentang SNI Wajib Kimia Dasar b. Koordinasi Penerapan dan Pengembangan Teknologi Industri Kimia Dasar c. Koordinasi dan sinkronisasi kebijakan iklim
1
6
16
16
16
1
1
1
1
1
1
1
1
1
diterapkan pada industri kimia Dasar Usulan kebijakan harmonisasi tarif bea
Kebijakan iklim usaha untuk
masuk ik Dasar.
industri kimia dasar
d. Program Pelaksanaan Otoritas Nasional
Pelaksanaan Otoritas Nasional
Otoritas Nasional
Senjata Kimia e. Finalisasi Penyempurnaan RUU Bahan Kimia
Tersusunnya draft RUU
Tersusunnya Draft Final RUU tentang Bahan Kimia
1
1
1
1
1
f. Penyusunan Program, Rencana Kerja dan
Tersusunnya program kegiatan tahun
Tersusun dan terlaksananya
1
1
1
1
1
akan datang serta tercapainya program di tahun berjalan Laporan hasil
program kegiatan Industri Kimia Dasar 1
1
1
1
1
Pertemuan Internasional
dalam fora kerjasama internasional
usaha untuk industri kimia Dasar
Pelaporan Direktorat Industri Kimia Dasar g. Partisipasi industri kimia Dasar dalam rangka fora kerjasama internasional dan organisasi lainnya
Tersusunnya laporan partisipasi
L1-5
Lampiran Peraturan Menteri Perindustrian R.I. Nomor: 151/M-IND/PER/12/2010 88
-126NO
PROGRAM/KEGIATAN
(1)
OUTCOME/OUTPUT
(2) h. Peningkatan Kerjasama industri Kimia Dasar
(3) Laporan kerjasama industri
Dalam Rangka Peningkatan Daya Saing j. Kaji Tindak Penanganan Issue-issue Aktual
(4) Tersusunnya laporan
2010
2011
TARGET 2012
2013
2014
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
UNIT ORGANISASI PELAKSANA (15)
kerjasama industri
Dalam Rangka Peningkatan Daya Saing i. Penyusunan Kinerja Industri Kimia Dasar
INDIKATOR
Tersusunnya laporan kinerja Industri
Tersusunnya laporan kinerja
Kimia Dasar
Industri Kimia Dasar
Solusi penanganan issue-issue
Laporan solusi
1
Konsep dasar ROO
Konsep dasar
1
Informasi Bioteknologi di industri kimia Dasar
Laporan
1
Rekomendasi kebijakan pengembangan
Rekomendasi
1
Laporan
1
Jumlah verifikasi
1
1
1
1
Industri
1
1
1
1
Tersusunnya Detail Engineering
1
Industri Kimia Dasar k. Penyusunan Konsep Dasar Rule Of Origin (ROO) Produk Industri Kimia Dasar l. Pengembangan Bioteknologi Pada Industri Kimia Dasar m. Pengembangan Industri Pestisida Nasional Pemanfaatan Bahan Baku Nabati n. Kajian Pemanfaatan Bahan Baku Nabati untuk Industri Farmasi o. Monitoring dan evaluasi pemberian rekomendasi IP Limbah Non B3 (sisa,reja, skrap plastik) p. Kaji tindak dampak perjanjian perdagangan bebas terhadap industri kimia Dasar q. Pengembangan Pembangunan industri
industri pestisida berbahan baku nabati. Informasi nabati yang bisa dimanfaatkan untuk industri farmasi Peta pemanfaatan limbah non B3 (sisa, reja, skrap plastik) Jumlah industri yang telah melaksanakan perjanjian perdagangan DED pembangunan industri propelan
Design (DED) pabrik propellant
propelan r. Pembangunan Pabrik Propelan
Terpenuhinya bahan baku untuk
Jumlah pabrik propelan
1
industri alutsista nasional s. Pengembangan industri pestisida
Termanfaatkannya bahan baku nabati
Studi
1
Data Investasi
Laporan
1
Tersusunnya data/statistik industri
Laporan Data/statistik
1
1
1
1
Tertibnya administrasi rekomendasi industri kimia Dasar
Tata tertib
1
1
1
1
Data perkembangan industri kimia
Data
berbahan baku nabati t. Pembuatan Profil Investasi dan Produk Industri Kimia Dasar u. Penyusunan Data/Statistik Industri Kimia Dasar v. Pengelolaan tertib administrasi
kimia Dasar
rekomendasi industri kimia Dasar w. Pengembangan Industri Bahan kimia Khusus Berbasis Hasil Samping dan/atau limbah
1
khusus
Industri CPO dan turunannya x. Fasilitasi Pengembangan Garam Bahan Baku
Terfasilitasinya Bantuan Peralatan
Bantuan peralatan garam
dan Garam Beryodium y. Forum Komunikasi Pengembangan Industri Garam z. Business Plan Pengembangan Industri Garam zz. Publikasi Kinerja Industri Kimia Dasar
L1-6
Lampiran Peraturan Menteri Perindustrian R.I. Nomor: 151/M-IND/PER/12/2010 88
-127NO (1)
PROGRAM/KEGIATAN
OUTCOME/OUTPUT
(2)
INDIKATOR
(3)
(4)
2010
2011
TARGET 2012
2013
2014
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
Tumbuh dan kuatnya struktur Industri Kimia Hilir
Meningkatnya jumlah populasi Industri Kimia Hilir
-
Berkembangnya klaster industri semen
Entitas Kolaborasi Klaster
- Fasilitasi sarana distribusi Semen (packing plant di kawasan timur Indonesia)
-
Terjaminnya pasokan Semen di kawasan timur Indonesia
Jumlah packing plant
- Forum komunikasi pengembangan industri semen
-
Tersusunnya program masing-masing stakeholder dalam pengembangan industri Semen
Jumlah program
1
1
-
Berkembangnya klaster industri keramik
Entitas Kolaborasi Klaster
20
- Pengembangan bahan baku dan produk Keramik
-
Meningkatnya jenis dan kualitas bahan baku dan produk Keramik
Lokasi pengolahan bahan baku Keramik
1
- Bantuan peralatan bahan baku Keramik
-
Tersedianya sarana peningkatan kualitas dan teknologi bahan baku Keramik
Unit fasilitas pengolahan bahan baku
- Forum komunikasi pengembangan industri Keramik
-
Tersusunnya program masing-masing stakeholder dalam pengembangan industri Keramik
Jumlah program
-
Berkembangnya klaster industri Barang Karet
- Bantuan peralatan barang karet
-
- Forum komunikasi industri barang karet
3 Revitalisasi dan Penumbuhan Industri Kimia Hilir
UNIT ORGANISASI PELAKSANA (15) Direktorat Industri Kimia Hilir
Prioritas Bidang Perekonomian a Pengembangan Klaster Industri Semen
20
20
1
1
1
20
20
20
20
1
1
1
1
1
1
1
1
1
Entitas Kolaborasi Klaster
60
60
60
60
60
Tersedianya peralatan dan mesin
Jumlah unit
2
1
1
1
1
-
Tersusunnya program masing-masing stakeholder dalam pengembangan industri barang karet
Jumlah program
1
1
1
1
1
d Penyusunan, penerapan dan monitoring SNI
-
Meningkatnya SNI produk Kimia Hilir
Jumlah SNI
8
10
12
14
e Peningkatan teknologi Industri Kimia Hilir
-
Meningkatnya teknologi Industri Kimia Hilir
Jumlah penerapan
1
1
1
1
f Penciptaan Iklim Usaha Yang Kondusif
-
Berkembangnya iklim usaha industri kimia hilir yang kondusif
Jumlah kebijakan
3
3
3
3
a Penyebaran dan Pengembangan Industri Kimia Hilir Lainnya
Berkembangnya penyebaran industri kimia hilir tertentu
Jumlah lokus
3
3
3
3
b Fasilitasi Promosi Investasi
Tersebarnya promosi investasi industri kimia hilir
Jumlah komoditi
4
5
6
7
c Peningkatan Kompetensi SDM Industri/Aparatur
Meningkatnya kompetensi SDM Industri Kimia Hilir
Jumlah standar
1
2
3
4
d Fasilitasi Kerjasama Industri
Meningkatnya kerjasama Industri Kimia Hilir
Jumlah kerjasama
11
12
13
14
b Pengembangan Klaster Industri Keramik
c Pengembangan Klaster Industri Barang Karet
20
20
20 1
1
Prioritas Kementerian/Lembaga 3
10
L1-7
Lampiran Peraturan Menteri Perindustrian R.I. Nomor: 151/M-IND/PER/12/2010 88
-128NO (1)
PROGRAM/KEGIATAN
OUTCOME/OUTPUT
INDIKATOR
(2)
(3)
(4)
Pendukung a Pelaporan dan database
Tersedianya database
Jumlah data
b c
Tersedianya layanan publik Terlaksananya koordinassi pusat dan daerah
Jumlah bulan layanan Jumlah koordinasi
Tumbuh dan Kuatnya Industri Tekstil dan Aneka
Pelayanan publik Optimalisasi dan koordinasi
4 Revitalisasi dan Penumbuhan Industri Tekstil dan Aneka
Prioritas Bidang Perekonomian a Restrukturisasi Permesinan Industri tekstil, alas kaki dan penyamakan kulit b
Pengembangan Klaster Industri Tekstil dan Produk Tekstil
2010
2011
TARGET 2012
2013
2014
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
3
4
5
6
7
4
11 5
12 6
12 7
12 8
Pada akhir 2014, utilisasi kapasitas produksi pulih mencapai 72%
69%
69.5%
70%
71%
72%
Meningkatnya utilisasi, effisiensi, produktifitas, kualitas, dan penyerapan tenaga kerja industri Berkembangnya Klaster Industri Tekstil
Jumlah perusahaan yang terfasilitasi
140
165
165
165
165
Entitas kolaborasi klaster
100
125
150
175
200
UNIT ORGANISASI PELAKSANA (15)
Direktorat Industri Tekstil dan Aneka
Prioritas Kementerian/Lembaga a
Peningkatan Standardisasi dan Teknologi Industri tekstil dan aneka
Meningkatnya penerapan standar produk dan kompetensi SDM industri tekstil dan aneka
Jumlah SNI, RSNI dan RSKKNI
27
25
25
25
25
b
Peningkatan Iklim Usaha dan Jasa Industri tekstil dan aneka
Iklim usaha kondusif
Jumlah usulan kebijakan
2
2
2
2
2
c
Penyebaran dan Pengembangan Industri Tertentu
Jumlah daerah yang difasilitasi
4
4
4
4
4
d e
Pengembangan SDM Industri Peningkatan kerjasama, promosi dan investasi Industri
600 200
650 200
650 200
650 200
650 200
f
Peningkatan desain produk industri tekstil dan aneka
3
3
3
3
g Memfasilitasi pengolahan limbah di sentra industri pengolahan kulit
Tersebar dan berkembangnya industri tertentu Meningkatnya kompetensi SDM Industri Meningkatnya kerjasama, promosi dan investasi industri Meningkatnya kualitas desain produk industri tekstil dan aneka Meningkatnya sentra industri pengolahan kulit yang ramah lingkungan
Jumlah sentra industri yang terfasilitasi
2
2
2
2
2
h Meningkatkan P3DN bagi alat musik, alat pendidikan dan TPT
Meningkatnya penggunaan produksi dalam negeri
% peningkatan per tahun
5
5
5
5
5
Meningkatnya Kualitas Perencanaan dan Pelaporan
Jumlah laporan
2
2
2
2
2
Terwujudnya Kualitas Program yang Lebih Baik dari Tahun-Tahun Sebelumnya Termasuk dalam Implementasinya
Perumusan hasil koordinasi dibidang pelaksanaan kebijakan industri, administrasi, perencanaan, pelaporan dan evaluasi yang diperlukan berdasarkan kebijakan yang ditetapkan oleh Ditjen BIM
75%
80%
85%
87%
90%
Terwujudnya Belanja Pemerintah/BUMN Sebagai Basis Pasar Pengembangan Industri
Meningkatnya Jumlah Pemakai yang Menggunakan Produk Hasil Industri Dalam Negeri (Persentase)
15
25
35
45
50
Meningkatnya Pembelanjaan Produk Hasil Industri Dalam Negeri Oleh Pemerintah dan BUMN (Persentase)
30
45
60
75
90
Jumlah perusahaan yang terfasilitasi dalam penerapan konservasi energi
25
25
25
25
25
Jumlah SDM Industri yang terlatih Jumlah perusahaan yang terfasilitasi Jumlah pusat desain yang terfasilitasi
Kegiatan Dasar dan Pendukung a
Peningkatan Kualitas Perencanaan dan Pelaporan
5 Penyusunan dan Evaluasi Program Revitalisasi dan Penumbuhan Basis Industri Manufaktur
Prioritas Bidang Perekonomian a. Meningkatkan Penggunaan Produk Dalam Negeri untuk Basis Industri Manufaktur
Prioritas Kementerian / Lembaga a. Fasilitasi Dukungan Kebijakan Pengembangan Basis Industri Manufaktur
Fasilitasi peningkatan penerapan konservasi energi pada basis indutri manufaktur
Sekretariat Direktorat Jenderal Basis Industri Manufaktur
L1-8
Lampiran Peraturan Menteri Perindustrian R.I. Nomor: 151/M-IND/PER/12/2010 88
-129NO
PROGRAM/KEGIATAN
(1)
(2)
OUTCOME/OUTPUT (3) Fasilitasi perlindungan HAKI pada sub sektor basis industri manufaktur
INDIKATOR (4)
2010
2011
TARGET 2012
2013
2014
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
Jumlah perusahaan yang terfasilitasi dalam peningkatan kemampuan terkait dengan bidang HAKI Jumlah perusahaan industri yang terfasilitasi
25
25
25
25
25
60
60
60
60
60
b. Fasilitasi Promosi Industri
Terpromosikannya kemampuan industri manufaktur dalam negeri
c.
Terfasilitasikannya persiapan, implementasi dan evaluasi peningkatan kerjasama industri
Jumlah fasilitasi dan evaluasi pelaksanaan peningkatan kerjasama industri
25
25
25
25
25
Terfasilitasikannya peningkatan mutu dan standard produk pada industri basis manufaktur
Jumlah perusahaan yang terfasilitasi
3
3
3
3
3
Terbayarkan gaji pegawaiDitjen BIM
Jumlah Layanan Bulan Pembayaran Gaji dan Penyediaan Operasional Sarana dan Prasarana Kerja
12
12
12
12
12
Fasilitasi peningkatan kerjasama industri
d. Fasilitasi Penyusunan dan Penerapan Standar Industri
UNIT ORGANISASI PELAKSANA (15)
Kegiatan Dasar dan Pendukung a. Pengelolaan Gaji dan Operasional Ditjen BIM
Terpenuhinya sarana dan prasarana kerja Ditjen BIM b. Peningkatan Kualitas Perencanaan dan Pelaporan
Meningkatnya kesesuaian perencanaan kegiatan dengan Kebijakan Industri Nasional
Persentase keseuaian program kegiatan Dittjen BIM dengan Kebijakan Industri Nasional
75
80
85
87
90
c.
Tersedianya database struktur kepegawaian Ditjen BIM
Jumlah Dokumen databese kepegawaian Ditjen BIM
2
2
2
2
2
d. Fasilitasi reformasi birokrasi Ditjen BIM
Meningkatnya busines proses Ditjen BIM yang efisien, efektif dan akuntabel
Presentase efisiensi dan efektifitas business proses Ditjen BIM
85
90
95
100
100
e. Pemutakhiran Sistem Informasi dan Database Ditjen BIM
Tersedianya dan termutakhirkannya sistem informasi dan database perkembangan BIM
Jumlah pemutakhiran sistem informasi (aplikasi) dan database perkembangan basis industri manufaktur
5
5
5
5
5
f.
Tersusunnya laporan keuangan dan BMN Ditjen BIN yang akuntabel
Presentase pencapaian penilaian laporan keuangan Ditjen BIM dengan peringkat WTP
100
100
100
100
100
Meningkatnya kompetensi SDM aparatur Ditjen BIM
Jumlah aparatur yang terlatih
280
280
280
280
280
Pengembangan Administrasi dan Kepegawaian Ditjen BIM
Meningkatnya Sistem Tata Kelola Keuangan dan BMN Yang Profesional
g. Peningkatan Kompetensi SDM Aparatur Ditjen BIM
L1-9
Lampiran Peraturan Menteri Perindustrian R.I. Nomor: 151/M-IND/PER/12/2010 88
-130NO
PROGRAM/KEGIATAN
OUTCOME/OUTPUT
(2)
(3)
(1) II
PROGRAM REVITALISASI DAN PENUMBUHAN INDUSTRI AGRO
1 Revitalisasi dan Penumbuhan Industri Hasil Hutan dan Perkebunan Prioritas Nasional a. Pengembangan klaster industri berbasis pertanian, oleochemical (Prioritas Nasional Lainnya 2: Perekonomian) Prioritas Bidang Perekonomian
Pulihnya pertumbuhan industri hasil hutan dan perkebunan
INDIKATOR (4)
2010 (6)
Jumlah persentase industri yang berhasil pulih Besarnya persentase utilisasi kapasitas produksi dalam industri Pada akhir tahun 2014, utilisasi kapasitas pulih mencapai 77 % sebagaimana sebelum krisis
2011
TARGET 2012
2013
2014
(7)
(8)
(9)
(10)
80%
Direktorat Jenderal Industri Agro 100% 77%
Terbentuknya kawasan industri berbasis MSM di 3 propinsi
Lokus pengembangan
3
3
3
3
3
a. Pengembangan Klaster Industri Furniture
Berkembangnya klaster industri furniture
Lokus pengembangan
1
1
1
1
1
b. Pengembangan Klaster Industri Kertas
Berkembangnya klaster industri kertas
Lokus pengembangan
1
1
1
1
1
c. Pengembangan Industri Bahan Bakar Nabati
Teknologi dan pemanfaatan bahan bakar nabati
Jumlah mesin dan peralatan
2
1
2
2
2
Meningkatnya kerjasama, promosi dan investasi industri
Jumlah partisipasi dalam sidang di dalam dan luar negeri
8
10
10
10
10
10
10
10
Non Prioritas a Peningkatan kerjasama, promosi dan investasi Industri
Jumlah Dokumen kajian
Direktorat Industri Hasil Hutan dan Perkebunan
2
Partisipasi dalam pameran
4
10
b Peningkatan iklim usaha dan jasa industri
Iklim usaha yang kondusif
Jumlah kajian/studi/dokumen
1
1
c Peningkatan Standardisasi dan Teknologi Industri
Meningkatnya penerapan standar produk
Jumlah standar dan RSNI
13
20
20
20
20
d Peningkatan perumusan perencanaan, evaluasi dan laporan
Tersediannya dokumen perencanaan dan pengganggaran
Jumlah laporan
3
3
3
3
3
Pulihnya pertumbuhan industri makanan, hasil laut dan meningkatnya nilai tambah industri berbasis hasil perikanan
Pada akhir tahun 2014, utilisasi kapasitas produksi pulih mencapai 75% sebagaimana sebelum krisis
Terlaksananya kegiatan rencana aksi revitalisasi industri gula untuk mencapai swasembada gula
Jumlah kegiatan pelaksanaan rencana aksi mendukung revitalisasi industri gula
2
5
6
6
6
Meningkatnya peran dan fungsi kelembagaan klaster
Lokus pengembangan klaster
4
4
4
4
4
2 Revitalisasi dan Penumbuhan Industri Makanan, Hasil Laut, dan Perikanan
UNIT ORGANISASI PELAKSANA (15)
75%
Direktorat Industri Makanan, Hasil Laut, dan Perikanan
Prioritas Nasional a. Revitalisasi Industri Gula (Prioritas Nasional/ P5)
Prioritas Bidang Perekonomian a. Pengembangan klaster industri kelapa, kakao, gula, rumput laut dan perikanan
L1-10
Lampiran Peraturan Menteri Perindustrian R.I. Nomor: 151/M-IND/PER/12/2010 88
-131NO
PROGRAM/KEGIATAN
OUTCOME/OUTPUT
INDIKATOR
(2)
(3)
(4)
(1)
Non Prioritas a. Standarisasi Industri Makanan, Hasil Laut dan Perikanan
2010
2011
TARGET 2012
2013
2014
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
Terwujudnya standarisasi produk industri makanan, hasil laut dan perikanan
Rumusan SNI dan Revisi SNI Industri Makanan, Hasil Laut dan Perikanan
4
4
4
4
4
b. Ketahanan Pangan
Ketersediaan dan diversifikasi produk pangan yang mendukung ketahanan pangan
2
2
2
2
2
c. Kegiatan Penunjang
Terlaksananya sinkronisasi pameran, kerjasama internasional, penyususnan database, penyususnan kinerja, pelatihan ISO 22000, Partisipasi Sidang ACCSQ pada Industri Makanan, Hasil Laut dan Perikanan
Unit Mesin dan Peralatan, Pengolahan Makanan Hasil Laut dan Perikanan yang mendukung ketahanan Pangan Frekuensi Pameran, Jumlah Pelatihan, Jumlah Rapat dan Sidang Kerjasama Internasional dan Jumlah Rapat dan Sosialisasi
10
15
20
20
20
3 Revitalisasi dan Penumbuhan Industri Minuman dan Tembakau
Pulihnya pertumbuhan industri minuman, tembakau, dan rempah
Pada akhir tahun 2014 utilisasi kapasitas produksi pulih mencapai 87,5% sebagaimana sebelum krisis
87,5%
Jumlah instansi dan perusahaan terkait Prioritas Bidang Perekonomian a. Pengembangan klaster industri pengolahan buah, kopi, susu dan tembakau
185
188
191
195
Meningkatnya peran dan fungsi kelembagaan klaster
Lokus pengembangan klaster
4
6
6
6
6
a. Peningkatan Kerjasama, Promosi dan Investasi Industri
Meningkatnya kerjasama, promosi dan investasi industri
Frekuensi kepesertaan dalam pameran dan promosi Usulan posisi runding
6
8
8
8
8
7
7
7
7
7
b. Peningkatan Iklim Usaha Industri
Iklim usaha Kondusif
Jumlah usulan kebijakan
2
4
5
5
5
Jumlah kajian/studi
1
3
3
3
3
Jumlah bantuan mesin dan/atau peralatan
2
3
3
3
3
200
280
320
370
425
UNIT ORGANISASI PELAKSANA (15)
Direktorat Industri Minuman dan Tembakau
Non Prioritas
c. Pengembangan SDM Industri
Meningkatnya kompetensi SDM industri
Jumlah SDM industri yang terlatih
d. Peningkatan Standardisasi dan Teknologi Industri
Meningkatnya penerapan standard produk
Jumlah standard dan RSNI
3
4
5
5
5
Jumlah penerapan standard
1
1
1
1
2
Tersedianya dokumen perencanaan dan penganggaran
Jumlah laporan
2
2
2
2
2
Terfasilitasinya pelaksanaan revitalisasi dan penumbuhan industri agro
Terlaksananya koordinasi dan fasilitasi dibidang pelaksanaan kebijakan industri agro
e. Peningkatan Perumusan Perencanaan, evaluasi dan Pelaporan 4 Penyusunan dan Evaluasi Program Revitalisasi dan Penumbuhan Industri Agro
Sekretariat Direktorat Jenderal Industri Agro
Tercapainya peningkatan kualitas perencanaan dan pelaporan Prioritas Kementerian/Lembaga a. Meningkatkan Penggunaan Produk Industri Agro Dalam Negeri (Prioritas K/L)
Terwujudnya penggunaan produk unggulan di pasar dalam negeri
Jumlah perusahaan
8
9
10
12
13
b. Peningkatan koordinasi perumusan perencanaan, evaluasi dan laporan
Tersedianya dokumen perencanaan dan penganggaran
Jumlah laporan
3
3
3
3
3
Tersedianya data Industri Agro
Jumlah laporan
1
1
1
1
1
Tersusunnya laporan pelaksanaan pengembangan industri agro
Jumlah laporan
1
1
1
1
1
c. Peningkatan koordinasi perumusan kebijakan iklim usaha, standarisasi, teknologi dan kerjasama
Terlaksananya koordinasi iklim usaha, standardisasi, teknologi dan kerjasama
Jumlah Laporan
4
4
4
4
4
d Peningkatan layanan perkantoran dan umum
Terlaksananya peningkatan kualitas pelayanan Terlaksananya pelaksanaan urusan administrasi keuangan
Jenis sarana dan prasarana Jumlah SOP Jumlah Laporan
10 5 5
10 5 5
10 5 5
10 5 5
10 5 5
e Peningkatan layanan administrasi keuangan
L1-11
Lampiran Peraturan Menteri Perindustrian R.I. Nomor: 151/M-IND/PER/12/2010 88
-132NO (1) III
PROGRAM/KEGIATAN
OUTCOME/OUTPUT
(2)
(3)
PROGRAM PENUMBUHAN INDUSTRI UNGGULAN BERBASIS TEKNOLOGI TINGGI
INDIKATOR (4)
2010
2011
TARGET 2012
2013
2014
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
Besarnya persentase utilisasi kapasitas produksi dalam industri
Direktorat Jenderal Industri Unggulan Berbasis Teknologi Tinggi
0.8
Berkembangnya Industri Alat Transportasi Darat
1) Perumusan dan pelaksanaan kebijakan, perumusan standar, pemberian bimbingan teknis, serta evaluasi pengembangan Industri Alat Transportasi Darat 2) Penumbuhan Industri Alat Transportasi Darat; 3) Peningkatan nilai tambah produk Industri Alat Transportasi Darat
a. Pengembangan Klaster Industri Kendaraan Bermotor (Prioritas Bidang Perekonomian)
Berkembangnya klaster industri kendaraan bermotor
Jumlah Klaster
1
1
1
1
1
b. Pengembangan Klaster Industri Perkeretaapian (Prioritas Bidang Perekonomian) Non Prioritas
Berkembangnya klaster industri perkeretaapiaan
Jumlah Klaster
1
1
1
1
1
a Peningkatan kerjasama, promosi dan investasi Industri
Meningkatnya kerjasama, promosi dan investasi industri
Jumlah perusahaan yang terfasilitasi
10
10
10
10
10
b Peningkatan Iklim Usaha dan Jasa Industri
Iklim usaha kondusif
Jumlah usulan kebijakan
c Pengembangan SDM Industri
Meningkatnya kompetensi SDM Industri
Jumlah SDM Industri yang terlatih
d Peningkatan Standardisasi dan Teknologi Industri
Meningkatnya penerapan standar produk
e Peningkatan perumusan Perencanaan, evaluasi dan laporan
Tersedianya dokumen perencanaan dan penganggaran
Tumbuhnya Industri Elektronika dan Telematika
1) Perumusan dan pelaksanaan kebijakan, perumusan standar, pemberian bimbingan teknis, serta evaluasi pengembangan Industri Elektronika dan Telematika 2) Penumbuhan Industri Elektronika dan Telematika; 3) Peningkatan nilai tambah produk Elektronika dan Telematika.
a. Pengembangan Klaster Industri Elektronika (Prioritas Bidang Perekonomian)
Berkembangnya klaster industri elektronika
Jumlah klaster
1
1
1
1
1
b Pengembangan Klaster Industri Telekomunikasi (Prioritas Bidang Perekonomian)
Berkembangnya klaster industri telekomunikasi
Jumlah klaster
1
1
1
1
1
c Pengembangan Klaster Industri Komputer dan Peralatannya (Prioritas Bidang Perekonomian)
Berkembangnya klaster industri komputer dan peralatannya
Jumlah klaster
1
1
1
1
1
d Pengembangan Klaster Industri Perangkat Lunak dan Konten Multimedia (Prioritas Bidang Perekonomian)
Berkembangnya klaster industri perangkat lunak dan konten multimedia
Jumlah klaster
1
1
1
1
1
Meningkatnya kerjasama, promosi dan investasi industri
Jumlah perusahaan yang terfasilitasi
15
20
25
30
35
-
7
7
7
7
1. Penumbuhan Industri Alat Transportasi Darat
UNIT ORGANISASI PELAKSANA (15)
Direktorat Industri Alat Angkut
Prioritas Bidang Perekonomian
2 Pengembangan Industri Elektronika dan Telematika
1
1
1
1
1
200
200
200
200
200
Jumlah Standar dan RSNI
8
8
8
8
8
Jumlah Laporan
2
2
2
2
2
Direktorat Industri Elektronika dan Telematika
Prioritas Bidang Perekonomian
Non Prioritas a. Peningkatan kerjasama, promosi dan investasi Industri
Usulan posisi runding dalam kerjasama internasional
L1-12
Lampiran Peraturan Menteri Perindustrian R.I. Nomor: 151/M-IND/PER/12/2010 88
-133NO (1)
PROGRAM/KEGIATAN
OUTCOME/OUTPUT
(2)
INDIKATOR
(3)
(4)
2010
2011
TARGET 2012
2013
2014
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
-
4
5
6
7
b Peningkatan Iklim Usaha Industri
Iklim usaha kondusif
Jumlah usulan kebijakan
c Pengembangan SDM Industri
Meningkatnya kompetensi SDM Industri
Jumlah SDM Industri yang terlatih
40
100
130
150
200
d Peningkatan Standardisasi dan Teknologi Industri
Meningkatnya penerapan standar produk
Jumlah Standar dan RSNI
6
16
16
16
16
Tersusunnya panduan TKDN
Jumlah panduan
-
2
2
2
2
Tersedianya prototipe produk elektronika dan telematika
Jumlah prototipe
-
5
5
6
7
Tersedianya dokumen perencanaan dan penganggaran
Jumlah Laporan
2
2
2
2
2
Berkembangnya Industri Maritim, Kedirgantaraan dan Alat Pertahanan
1) Perumusan dan pelaksanaan kebijakan, perumusan standar, pemberian bimbingan teknis, serta evaluasi pengembangan Industri Maritim, Kedirgantaraan dan Alat Pertahanan 2) Penumbuhan Industri Maritim, Kedirgantaraan dan Alat Pertahanan 3) Peningkatan nilai tambah produk Industri Maritim, Kedirgantaraan dan Alat Pertahanan.
Berkembangnya klaster industri perkapalan
Jumlah klaster
1
1
1
1
1
Berkembangnya klaster industri kedirgantaraan
Jumlah klaster
1
1
1
1
1
Meningkatnya kerjasama, promosi dan investasi industri
Jumlah perusahaan yang terfasilitasi
-
10
10
10
10
Usulan posisi runding dalam kerjasama internasional Jumlah usulan kebijakan Jumlah Kajian Jumlah SDM Industri yang terlatih Jumlah Rancangan Standar Jumlah penerapan standar Jumlah Panduan Jumlah prototipe Jumlah Laporan
7
7
7
7
7
2 2 335 2 1 2
2 2 180 6 1 1 2 2
2 2 180 6 1 1 2 2
2 2 180 6 1 1 2 2
2 2 180 6 1 1 2 2
1
1
1
1
1
e Peningkatan perumusan Perencanaan, evaluasi dan laporan 3 Penumbuhan Industri berbasis Maritim, Kedirgantaraan dan Alat Pertahanan
a Pengembangan Klaster Industri Perkapalan (Prioritas Bidang Perekonomian)) b Pengembangan Klaster Industri Kedirgantaraan (Prioritas Bidang Perekonomian) Non Prioritas a Peningkatan kerjasama, promosi dan investasi Industri
b Peningkatan Iklim Usaha dan Jasa Industri
Iklim usaha kondusif
c Pengembangan SDM Industri d Peningkatan Standardisasi dan Teknologi Industri
Meningkatnya kompetensi SDM Industri Meningkatnya kualitas produk
e Peningkatan perumusan Perencanaan, evaluasi dan laporan
Tersusunnya panduan TKDN Tersedianya prototipe produk Tersedianya dokumen perencanaan dan penganggaran Tersedianya bank data industri
Jumlah direktori/profile
UNIT ORGANISASI PELAKSANA (15)
Direktorat Industri Maritim, Kedirgantaraan dan Alat Pertahanan
L1-13
Lampiran Peraturan Menteri Perindustrian R.I. Nomor: 151/M-IND/PER/12/2010 88
-134NO
PROGRAM/KEGIATAN
(1)
OUTCOME/OUTPUT
(2)
INDIKATOR
(3)
(4)
2010
2011
TARGET 2012
2013
2014
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
Berkembangnya Industri Permesinan, dan Alat Mesin Pertanian
1) Perumusan dan pelaksanaan kebijakan, perumusan standar, pemberian bimbingan teknis, serta evaluasi pengembangan Industri Permesinan, Alat Mesin Pertanian, Mesin Peralatan Listrik, Alat Kesehatan, Mesin Perkakas, Mesin Pelestari Lingkungan, Peralatan Pabrik dan Alat Berat 2) Penumbuhan Industri Permesinan, Alat Mesin Pertanian, Mesin Peralatan Listrik, Alat Kesehatan, Mesin Perkakas, Mesin Pelestari Lingkungan, Peralatan Pabrik dan Alat Berat; 3) Peningkatan nilai tambah produk Industri Permesinan, Alat Mesin Pertanian, Mesin Peralatan Listrik, Alat Kesehatan, Mesin Perkakas, Mesin Pelestari Lingkungan, Peralatan Pabrik dan Alat Berat.
Berkembangnya mesin dan peralatan listrik
Jumlah klaster
1
1
1
1
1
Meningkatnya penggunaan produksi dalam negeri produk ketenagalistrikan melalui prototipe mesin dan peralatan listrik
Jumlah prototipe
1
-
1
1
1
Berkembangnya klaster industri mesin dan peralatan umum
Jumlah klaster
1
1
1
1
1
Meningkatnya penggunaan produksi dalam negeri produk permesinan melalui prototipe mesin dan peralatan umum
Jumlah prototipe
2
-
3
3
3
Berkembangnya industri alsintan sesuai dengan kontur budaya lokal
Jumlah daerah/lokasi
3
3
3
3
3
Meningkatnya penggunaan produksi dalam negeri produk permesinan melalui prototipe Alat Mesin pertanian
Jumlah prototipe
2
3
3
3
3
Meningkatnya kerjasama, promosi dan investasi industri
Jumlah promosi/pameran
5
7
7
7
7
Usulan posisi runding dalam kerjasama internasional
1
1
1
1
1
b. Peningkatan Iklim Usaha Industri
Iklim usaha kondusif
Jumlah usulan kebijakan
1
1
1
1
1
c. Pengembangan SDM Industri
Berkembangnya SdM dan teknologi industri permesinan Berkembangnya SdM dan teknologi industri alsintan
Jumlah orang
220
220
220
220
220
Jumlah orang
80
80
80
80
80
Berkembangnya Institusi/Lembaga yang mendukung pengembangan Industri Permesinan dan alat mesin pertanian melalui bantuan mesin/peralatan
Lembaga/institusi
-
1
1
1
1
Meningkatnya jumlah SNI permesinan
RSNI
9
6
10
10
10
Terjaminnya kualitas produk permesinan
SNI
3
4
5
5
5
Terjadinya peningkatan kompetensi
SKKNI
1
1
1
1
1
4 Penumbuhan Industri Permesinan dan Alat Mesin Pertanian.
Prioritas Bidang Perekonomian a. Pengembangan Klaster mesin dan peralatan listrik
b. Pengembangan Klaster Industri mesin dan peralatan umum (Prioritas Bidang Perekonomian)
c. Penumbuhan Industri Alat Pertanian
UNIT ORGANISASI PELAKSANA (15) Direktorat Industri Permesinan dan Alat Mesin Pertanian
Non Prioritas a. Peningkatan kerjasama, promosi dan investasi Industri
d. Peningkatan Standardisasi dan Teknologi Industri
L1-14
Lampiran Peraturan Menteri Perindustrian R.I. Nomor: 151/M-IND/PER/12/2010 88
-135NO (1)
PROGRAM/KEGIATAN (2)
e Peningkatan perumusan Perencanaan, evaluasi dan laporan 5. Penyusunan dan Evaluasi Program Penumbuhan Industri Unggulan Berbasis Teknologi Tinggi
OUTCOME/OUTPUT
INDIKATOR
(3)
(4)
2010
2011
TARGET 2012
2013
2014
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
Berkembangnya lembaga penilaian kesesuaian
Jumlah lembaga uji
-
1
1
1
1
Tersedianya dokumen perencanaan dan penganggaran
Jumlah Dokumen
2
3
3
3
3
Terwujudnya kualitas program yang lebih baik dari tahun-tahun sebelumnya termasuk dalam implementasi
1) Perumusan hasil koordinasi dibidang pelaksanaan kebijakan industri, administrasi, perencanaan, pelaporan dan evaluasi yang diperlukan berdasarkan kebijakan yang ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Pengembangan Industri Unggulan Berbasis Teknologi
Terwujudnya penggunaan produk unggulan di pasar dalam negeri
Jumlah Perusahaan
8
9
10
12
13
Terlaksananya peningkatan kualitas pelayanan
Jenis sarana dan prasarana
15
15
15
15
15
UNIT ORGANISASI PELAKSANA (15)
Sekretariat Direktorat Jenderal Industri Unggulan Berbasis Teknologi Tinggi
Prioritas Kementerian/Lembaga a. Meningkatkan Penggunaan Produk Dalam Negeri Industri Unggulan Berbasis Teknoloi Tinggi (Prioritas K/L)
Non Prioritas a Peningkatan Layanan Perkantoran dan Umum
Jumlah SOP
15
15
15
15
15
b Peningkatan Layanan Administrasi Keuangan
Terlaksananya pelaksanaan urusan administrasi keuangan
Jumlah laporan
5
5
5
5
5
c Peningkatan koordinasi perumusan Perencanaan, evaluasi dan laporan
Tersedianya dokumen perencanaan dan penganggaran
Jumlah laporan
3
3
3
3
3
d Peningkatan koordinasi perumusan kebijakan Iklim Usaha, Standarisasi, Teknologi dan Kerjasama
Terlaksananya koordinasi iklim usaha, standarisasi, teknologi dan kerjasama
Jumlah laporan
4
4
4
4
4
L1-15
Lampiran Peraturan Menteri Perindustrian R.I. Nomor: 151/M-IND/PER/12/2010 88
-136-
NO (1) IV
PROGRAM/KEGIATAN (2) PROGRAM REVITALISASI DAN PENUMBUHAN INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH
1 Penyebaran dan Penumbuhan Industri Kecil dan Menengah di Wilayah I Indonesia ( Sumatera dan Kalimantan )
OUTCOME/OUTPUT (3) Meningkatnya pertumbuhan dan perkembangan IKM
INDIKATOR (4) 1. Rasio industri di Pulau Jawa dan luar Pulau Jawa mencapai 60:40
2010 (6) 72.81:27.19
32%
2011 (7) 70.81:29.19
33%
TARGET 2012 (8) 68.8:31.2
33%
2013 (9) 66.79:33.21
34%
UNIT ORGANISASI PELAKSANA 2014 (15) (10) 64.79:35.21 Direktorat Jenderal Industri Kecil dan Menengah
2.
Kontribusi PDB IKM sebesar 34% terhadap PDB sektor industri pada tahun 2014
34%
Tumbuh dan berkembangnya sentra IKM melalui pendekatan OVOP
-
Meningkatnya jumlah sentra IKM yang dibina melalui OVOP
- Pengembangan Klaster IKM Kerajinan dan Barang Seni - Pengembangan Klaster IKM Makanan Ringan - Pengembangan Klaster IKM Minyak Atsiri - Pengembangan Klaster IKM Fashion
-
Terlaksananya implementasi kolaborasi dan kelembagaan klaster yang semakin kuat. Diketahuinya efektifitas dan rekomendasi program selanjutnya. Terlaksananya kegiatan pengembangan Industri Kreatif Terselenggarakannya pelatihan peningkatan mutu dan desain serta pengembangan promosi industri kreatif
4 Klaster
4 Klaster
4 Klaster
4 Klaster
4 Klaster
Jumlah Sentra
24 sentra
27 sentra
30 sentra
33 sentra
36 sentra
Direktorat Pengembangan Industri Kecil dan Menengah Wilayah I
Prioritas Bidang Perekonomian a. Pengembangan Klaster IKM
-
2
b. Pengembangan IKM melalui pendekatan OVOP di Wilayah I Indonesia
Tumbuh dan berkembangnya sentra IKM melalui pendekatan OVOP
Penyebaran dan Penumbuhan Industri Kecil dan Menengah di Wilayah II Indonesia ( Jawa dan Bali )
Tumbuh dan berkembangnya sentra IKM melalui pendekatan OVOP
-
Meningkatnya jumlah sentra IKM yang dibina melalui OVOP
- Pengembangan Klaster IKM Kerajinan dan Barang Seni - Pengembangan Klaster IKM Batu Mulia dan Perhiasan - Pengembangan Klaster IKM Gerabah/Keramik Hias - Pengembangan Klaster IKM Garam rakyat/konsumsi - Pengembangan Klaster IKM makanan ringan Pengembangan Klaster IKM Minyak Atsiri - Pengembangan Klaster IKM Fashion -
-
Terlaksananya implementasi kolaborasi dan kelembagaan klaster yang semakin kuat. Diketahuinya efektifitas dan rekomendasi program selanjutnya. Terlaksananya kegiatan pengembangan Industri Kreatif Terselenggaranya pelatihan peningkatan mutu dan desain serta pengembangan promosi industri kreatif
7 Klaster
7 Klaster
7 Klaster
7 Klaster
7 Klaster
Jumlah Sentra
17 sentra
20 sentra
23sentra
26 sentra
29 sentra
Direktorat Pengembangan Industri Kecil dan Menengah Wilayah II
Prioritas Bidang Perekonomian a. Pengembangan Klaster IKM
b. Pengembangan IKM melalui pendekatan OVOP di Wilayah II Indonesia
3 Penyebaran dan Penumbuhan Industri Kecil dan Menengah di Wilayah III ( Nusa Tenggara, Sulawesi, Maluku dan Papua) Prioritas Bidang Perekonomian a. Pengembangan Klaster IKM
b. Pengembangan IKM melalui pendekatan OVOP di Wilayah III Indonesia
-
Tumbuh dan berkembangnya sentra IKM melalui pendekatan OVOP
Tumbuh dan berkembangnya sentra IKM melalui pendekatan OVOP
-
Meningkatnya jumlah sentra IKM yang dibina melalui OVOP
- Pengembangan Klaster IKM Kerajinan dan Barang Seni - Pengembangan Klaster IKM Gerabah/Keramik Hias - Pengembangan Klaster IKM garam rakyat/konsumsi - Pengembangan Klaster IKM makanan ringan Pengembangan Klaster IKM minyak atsiri - Pengembangan Klaster IKM fashion -
-
Terlaksananya implementasi kolaborasi dan kelembagaan klaster yang semakin kuat. Diketahuinya efektifitas dan rekomendasi program selanjutnya Terlaksananya kegiatan pengembangan Industri Kreatif Terselenggaranya pelatihan peningkatan mutu dan desain serta pengembangan promosi industri kreatif
6 Klaster
6 Klaster
6 Klaster
6 Klaster
6 Klaster
Jumlah Sentra
23 sentra
26 sentra
29 sentra
32 sentra
35 sentra
Tumbuh dan berkembangnya sentra IKM melalui pendekatan OVOP
-
Direktorat Pengembangan Industri Kecil dan Menengah Wilayah III
L1-16
NO
Lampiran TARGET
-137-
(1)
PROGRAM/KEGIATAN
OUTCOME/OUTPUT
INDIKATOR
(2)
(3) Terwujudnya kualitas program yang lebih baik dari tahun-tahun sebelumnya termasuk dalam implementasinya
(4) Tersusunnya kebijakan pelaksanaan program pengembangan IKM Tercapainya peningkatan kualitas perencanaan dan pelaporan Terselesaikannya pelaporan tepat waktu
4 Penyusunan dan Evaluasi Program Revitalisasi dan Penumbuhan Industri Kecil dan Menengah
-
-
2010
2011
2012
(6)
(7)
(8)
UNIT ORGANISASI Peraturan Menteri Perindustrian R.I. PELAKSANA Nomor: 151/M-IND/PER/12/2010 88 2013
2014
(9)
(10)
(15) Sekretariat Direktorat Jenderal Industri Kecil dan Menengah
Prioritas Kementerian/Lembaga a
Peningkatan layanan perkantoran umum
b. Peningkatan koordinasi dan perumusan dan perencanaan, evaluasi dan laporan
Terlaksananya peningkatan kualitas pelayanan
- Tersedianya dokumen perencanaan dan
Jenis sarana dan prasarana
3
3
3
3
3
Jumlah Dokumen
35
35
35
35
35
Jumlah Laporan
5
5
5
5
5
Jumlah laporan
3
3
3
3
3
Jumlah SNI
14
14
14
14
14
penganggaran
- Tersedianya data IKM - Tersusunnya laporan pelaksanaan Terlaksananya perumusan kebijakan dan kerjasam Terlaksananya pelaksanaan urusan administrasi keuangan e Peningkatan kegiatan lintas sektor - Terlaksananya pelaksanaan urusan administrasi keuangan - Terlaksanany kegiatan promosi dan pemasaran * Alokasi per kegiatan dapat diusulkan untuk berubah sepanjang tidak melebihi alokasi per program 1) Termasuk dana Wakil Menteri c Peningkatan koordinasi perumusan kebijakan dan kerjasama d Peningkatan layanan Administrai Keuangan
Jumlah laporan
L1-17
Lampiran Peraturan Menteri Perindustrian R.I. Nomor: 151/M-IND/PER/12/2010 88
-138NO (1) V
PROGRAM/KEGIATAN
OUTCOME/OUTPUT
(2)
(3)
INDIKATOR
PROGRAM PENGEMBANGAN PERWILAYAHAN INDUSTRI
1 Pengembangan Fasilitasi Industri Wilayah I (Sumatera dan Kalimantan)
Efektifnya percepatan pembangunan industri di daerah yang berlandaskan keunggulan komparatif yang dimiliki daerah melalui Fasilitasi Keindustrian Wilayah I
-
-
-
Prioritas Nasional a. Fasilitasi Pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus (Prioritas Nasional 7: Iklim Investasi dan Iklim Usaha)
Meningkatnya fasilitasi pengembangan zona industri di KEK
b. Fasilitasi Pengembangan Kawasan Industri c.
Fasilitasi Penetapan Perumusan dan Evaluasi Peta Panduan Pengembangan Kompetensi Inti Industri Daerah Wilayah I
d. Fasilitasi Penetapan, Perumusan dan Evaluasi Peta Panduan Pengembangan Produk Unggulan Provinsi Wilayah I e. Koordinasi pelaksanaan Publik Private Partnership Wilayah I
2011
TARGET 2012
2013
2014
(4)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
Meningkatnya jumlah investasi industri didaerah melalui pembangunan kawasan industri dan pengembangan kompetensi inti industri daerah dan industri unggulan provinsi
10%
10%
10%
10%
10%
Tersusunnya kebijakan dan program, penyusunan standar, pemberian bimbingan teknis dan evaluasi pengembangan industri di Wilayah I Indonesia Meningkatnya perkembangan dan pertumbuhan industri di daerah melalui pengembangan kawasan industri Meningkatnya rasio industri di luar Pulau Jawa terhadap Pulau Jawa Tersusunnya roadmap pengembangan produk unggulan provinsi dan kompetensi inti industri Kab/Kota
UNIT ORGANISASI PELAKSANA (15) Direktorat Jenderal Pengembangan Perwilayahan Industri
Direktorat Pengembangan Fasilitasi Keindustrian Wilayah I
Dokumen Fasilitasi (AMDAL, master plan, detailed engineering disign/DED, Renstra, studi kelayakan ekonomis dan finasial dan kelembagaan) Sarana dan prasrana yang terbangun (jalan, gedung pengelolah kawasan, IPAL, dan pusat inovasi)
3 dokumen
Tersedianya rencana model pengembangan industri terpadu yang implementatif
Tersusunnya dokumen model pengembangan industri terpadu
Meningkatnya fasilitasi pengembangan kawasan industri Meningkatnya pengembangan kompetensi inti industri daerah Wilayah I
Tersusunnya Dokumen Fasilitasi (dokumen perencanaan) Tersusunnya Peta Panduan
Meningkatnya pengembangan kompetensi inti industri daerah Wilayah I
Tersusunnya Dokumen Peta Panduan
Meningkatnya fasilitasi Publik Private Partnership Wilayah I
Tersusunnya Pedoman pelaksanaan P3
Terdukungnya lokasi yang layak untuk dikembangkan sebagai KEK
Prioritas Bidang Perekonomian a. Penyusunan rencana pelaksanaan pengembangan industri terpadu
2010
6 dokumen
6 dokumen
7 dokumen
1 sarana dan prasarana
2 sarana dan prasarana
2 sarana dan prasarana
2 dokumen
1 dokumen
1 dokumen
1 dokumen
3 dokumen
3 dokumen
3 dokumen
3 dokumen
75 peta panduan
70 peta panduan
25 peta panduan
25 peta panduan
5 peta panduan 5 peta panduan 5 peta panduan 5 peta panduan 1 Pedoman
1 Pedoman
1 Pedoman
L1-18
Lampiran Peraturan Menteri Perindustrian R.I. Nomor: 151/M-IND/PER/12/2010 88
-139NO
PROGRAM/KEGIATAN
(1)
(2) 2 Pengembangan Fasilitas Industri Wilayah II (Jawa dan Bali )
OUTCOME/OUTPUT
INDIKATOR
(3) Efektifnya percepatan pembangunan industri di daerah yang berlandaskan keunggulan komparatif yang dimiliki daerah melalui Fasilitasi Keindustrian Wilayah II
(4) -
-
-
Prioritas Nasional a. Fasilitasi Pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus (Prioritas Nasional 7: Iklim Investasi dan Iklim Usaha)
Meningkatnya fasilitasi pengembangan zona industri di KEK
2010
2011
TARGET 2012
2013
2014
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
Tersusunnya kebijakan dan program, penyusunan standar, pemberian bimbingan teknis dan evaluasi pengembangan industri di Wilayah II Indonesia Meningkatnya perkembangan dan pertumbuhan industri di daerah melaluli pengembangan kawasan industri Meningkatnya rasio industri di luar Pulau Jawa terhadap Pulau Jawa Tersusunnya roadmap pengembangan produk unggulan provinsi dan kompetensi inti industri Kab/Kota
Direktorat Pengembangan Fasilitasi Keindustrian Wilayah II
Dokumen Fasilitasi (AMDAL, master plan, detailed engineering disign/DED, Renstra, studi kelayakan ekonomis dan finasial dan kelembagaan) Sarana dan prasrana yang terbangun (jalan, gedung pengelolah kawasan, IPAL, dan pusat inovasi)
3 dokumen
Tersedianya rencana model pengembangan industri terpadu yang implementatif
Tersusunnya dokumen model pengembangan industri terpadu
1 dokumen
Meningkatnya fasilitasi pengembangan kawasan industri
Tersusunnya Dokumen Fasilitasi (dokumen perencanaan)
Meningkatnya pengembangan kompetensi inti industri daerah Wilayah II
Tersusunnya Peta Panduan
d. Fasilitasi Penetapan, Perumusan dan Evaluasi Peta Panduan Pengembangan Produk Unggulan Provinsi Wilayah II
Meningkatnya pengembangan kompetensi inti industri daerah Wilayah II
Tersusunnya Dokumen Peta Panduan
e. Koordinasi pelaksanaan Publik Private Partnership Wilayah II
Meningkatnya fasilitasi Publik Private Partnership Wilayah II
Terdukungnya lokasi yang layak untuk dikembangkan sebagai KEK
Prioritas Bidang Perekonomian a. Penyusunan rencana pelaksanaan pengembangan industri terpadu
b. Fasilitasi Pengembangan Kawasan Industri
c.
Fasilitasi Penetapan Perumusan dan Evaluasi Peta Panduan Pengembangan Kompetensi Inti Industri Daerah Wilayah II
3 Pengembangan Fasilitas Industri Wilayah III ( Nusa Tenggara, Sulawesi, Maluku dan Papua)
UNIT ORGANISASI PELAKSANA (15)
5 dokumen
6 dokumen
6 dokumen
1 sarana dan prasarana
1 sarana dan prasarana
1 dokumen
1 dokumen
1 dokumen
2 dokumen
3 dokumen
3 dokumen
3 dokumen
63 peta panduan
70 peta panduan
25 peta panduan
25 peta panduan
6 peta panduan 4 peta panduan 4 peta panduan 4 peta panduan
Efektifnya percepatan pembangunan industri di daerah yang berlandaskan keunggulan komparatif yang dimiliki daerah melalui Fasilitasi Keindustrian Wilayah III
Tersusunnya Pedoman pelaksanaan P3
-
-
-
Tersusunnya kebijakan dan program, penyusunan standar, pemberian bimbingan teknis dan evaluasi pengembangan industri di Wilayah III Indonesia Meningkatnya perkembangan dan pertumbuhan industri di daerah melaluli pengembangan kawasan industri Meningkatnya rasio industri di luar Pulau Jawa terhadap Pulau Jawa Tersusunnya roadmap pengembangan produk unggulan provinsi dan kompetensi inti industri Kab/Kota
1 Pedoman
1 Pedoman
1 Pedoman
1 Pedoman
Direktorat Pengembangan Fasilitasi Keindustrian Wilayah III
L1-19
Lampiran Peraturan Menteri Perindustrian R.I. Nomor: 151/M-IND/PER/12/2010 88
-140NO (1)
2010
2011
TARGET 2012
2013
2014
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
Dokumen Fasilitasi (AMDAL, master plan, detailed engineering disign/DED, Renstra, studi kelayakan ekonomis dan finasial dan kelembagaan) Sarana dan prasrana yang terbangun (jalan, gedung pengelolah kawasan, IPAL, dan pusat inovasi)
3 dokumen
5 dokumen
6 dokumen
7 dokumen
1 sarana dan prasarana
1 sarana dan prasarana
2 sarana dan prasarana
Tersedianya rencana model pengembangan industri terpadu yang implementatif
Tersusunnya dokumen model pengembangan industri terpadu
1 dokumen
1 dokumen
1 dokumen
1 dokumen
Meningkatnya fasilitasi pengembangan kawasan industri Meningkatnya pengembangan kompetensi inti industri daerah Wilayah III
Tersusunnya Dokumen Fasilitasi (dokumen perencanaan) Tersusunnya Peta Panduan
3 dokumen
3 dokumen
3 dokumen
3 dokumen
55 peta panduan
60 peta panduan
25 peta panduan
25 peta panduan
Meningkatnya pengembangan kompetensi inti industri daerah Wilayah III
Tersusunnya Dokumen Peta Panduan
Meningkatnya fasilitasi Publik Private Partnership Wilayah III Adanya Dukungan Manajemen, Administrasi dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya
Tersusunnya Pedoman pelaksanaan P3 - Tersusunnya kebijakan pelaksanaan program pengembangan industri di kawasan barat, tengah, dan timur Indonesia - Tercapainya peningkatan kualitas perencanaan dan pelaporan - Terselesaikannya pelaporan tepat waktu
PROGRAM/KEGIATAN
OUTCOME/OUTPUT
INDIKATOR
(2)
(3)
(4)
Prioritas Nasional a. Fasilitasi Pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus (Prioritas Nasional 7: Iklim Investasi dan Iklim Usaha)
Meningkatnya fasilitasi pengembangan zona industri di KEK
Terdukungnya lokasi yang layak untuk dikembangkan sebagai KEK
Prioritas Bidang Perekonomian a. Penyusunan rencana pelaksanaan pengembangan industri terpadu b. Fasilitasi Pengembangan Kawasan Industri c.
Fasilitasi Penetapan Perumusan dan Evaluasi Peta Panduan Pengembangan Kompetensi Inti Industri Daerah Wilayah III
d. Fasilitasi Penetapan, Perumusan dan Evaluasi Peta Panduan Pengembangan Produk Unggulan Provinsi Wilayah III e. Koordinasi pelaksanaan Publik Private Partnership Wilayah III 4 Penyusunan dan Evaluasi Program Pengembangan Perwilayahan Industri
UNIT ORGANISASI PELAKSANA (15)
5 peta panduan 3 peta panduan 4 peta panduan 4 peta panduan
1 paket laporan
1 Pedoman
1 Pedoman
1 Pedoman
1 Pedoman
1 paket laporan
1 paket laporan
1 paket laporan
1 paket laporan
Sekretariat Direktorat Jenderal Pengembangan Perwilayahan Industri
L1-20
Lampiran Peraturan Menteri Perindustrian R.I. Nomor: 151/M-IND/PER/12/2010 88
-141NO (1) VI
PROGRAM/KEGIATAN
OUTCOME/OUTPUT
(2)
(3)
(4)
2010
2011
(6)
(7)
meningkatnya ekspor produk dan jasa industri ke manca negara
PROGRAM KERJASAMA INDUSTRI INTERNASIONAL
1 Pengembangan Kerjasama Industri Internasional Wilayah I dan Multilateral
INDIKATOR
TARGET 2012
2013
2014
(8)
(9)
(10)
100%
Direktorat Jenderal Kerjasama Industri Internasional Direktorat Kerjasama Industri Internasional Wilayah I dan Multilateral
Terjalinnya kerjasama industri internasional wilayah I dan multilateral
Terwujudnya kerjasama internasional yang mengadopsi kepentingan sektor industri
Dokumen Rumusan kebijakan kerja sama industri internasional wilayah I dan Multilateral
paket kebijakan
0
4
4
4
4
b Partisipasi aktif dalam Forum kerjasama Internasional
Laporan Perkembangan kerja sama industri internasional wilayah I dan Multilateral
jumlah laporan perkembangan kerjasama
1
5
5
5
5
c Monitoring dan evaluasi kerjasama industri Internasional wilayah I dan Multilateral
Laporan Kegiatan/monev perkembangan kerja sama industri internasional wilayah I dan Multilateral Laporan analisa kerja sama industri internasional wilayah I dan Multilateral Orang peserta peningkatan kemampuan SDM penangana Kerja Sama Industri Internasional Promosi Investasi industri internasional
Jumlah laporan evaluasi pelaksanaan kerjasama industri internasional jumlah laporan analisa kerjasama industri internasional Jumlah orang
1
7
7
7
7
0
4
4
4
4
40
150
150
150
150
paket program promosi industri
0
5
5
6
7
Layanan manajemen Kinerja Direktorat Kerja Sama industri wilayah I dan Multilateral
Bulan layanan
0
12
12
12
12
Terjalinnya kerjasama industri internasional Wilayah II dan Regional
Terwujudnya kerjasama internasional yang mengadopsi kepentingan sektor industri
Dokumen Rumusan kebijakan kerja sama industri internasional wilayah II dan Regional
paket kebijakan
0
4
4
4
4
b Partisipasi aktif dalam Forum kerjasama Internasional
Laporan Perkembangan kerja sama industri internasional wilayah II dan Regional
jumlah laporan perkembangan kerjasama
1
4
4
4
4
c Monitoring dan evaluasi kerjasama industri Internasional wilayah II dan Regional
Laporan Kegiatan/monev perkembangan kerja sama industri internasional wilayah II dan Regional Laporan analisa kerja sama industri internasional wilayah II dan Regional Orang peserta peningkatan kemampuan SDM penangana Kerja Sama Industri Internasional Promosi Investasi industri internasional
Jumlah laporan evaluasi pelaksanaan kerjasama industri internasional jumlah laporan analisa kerjasama industri internasional Jumlah orang
1
4
4
4
4
Prioritas Kementerian/Lembaga a Penyusunan rumusan kebijakan kerja sama industri internasional wilayh I dan Multilateral
d Identifikasi dan analisa kerjasama industri Internasional Wilayah I dan Multilateral e Peningkatan SDM dalam penanganan kerjasama Industri internasional f Partisipasi aktif dalam promosi investasi dan pemasaran produk g Dukungan operasional kerja Ditjen KII Wilayah I dan Multilateral
2 Pengembangan Kerjasama Industri Internasional Wilayah II dan Regional Prioritas Kementerian/Lembaga a Penyusunan rumusan kebijakan kerja sama industri internasional wilayah II dan Regional
d Identifikasi dan analisa kerjasama industri Internasional wilayah II dan Regional e Peningkatan SDM dalam penanganan kerjasama Industri internasional f Partisipasi aktif dalam promosi investasi dan pemasaran produk g Dukungan operasional kerja Ditjen KII wilayah II dan Regional
3 Peningkatan Ketahanan Industri
UNIT ORGANISASI PELAKSANA (15)
Direktorat Kerjasama Industri Internasional Wilayah I dan Multilateral
0
4
4
4
4
0
180
180
180
180
paket program promosi industri
0
3
3
4
5
Layanan manajemen Kinerja Direktorat Kerja Sama industri wilayah II dan Regional
Bulan layanan
0
12
12
12
12
Terlaksananya penanganan hambatan kerjasama Industri Internasional dan pengamanan industri di dalam negeri
Terwujudnya kerjasama industri internasional yang mengadopsi kepentingan sektor industri
Direktorat Ketahanan Industri
L1-21
Lampiran Peraturan Menteri Perindustrian R.I. Nomor: 151/M-IND/PER/12/2010 88
-142NO (1)
PROGRAM/KEGIATAN
OUTCOME/OUTPUT
INDIKATOR
(2)
(3)
(4)
Prioritas Kementerian/Lembaga a Penyusunan kebijakan ketahanan industri dari pengaruh globalisasi b Identifikasi dan analisa hambatan Industri dalam negeri di pasar internasional c Identifikasi dan analisa penanganan hambatan kerjasama industri internasional d Analisis kinerja dan pengamanan industri dalam negeri e Monitoring dan evaluasi penangana ketahanan industri internasional f Peningkatan SDM dalam penanganan kerjasama Industri internasional g Dukungan operasional kerja Ditjen KII wilayah II dan Regional 4 Peningkatan Dukungan Fasilitasi dan Koordinasi Kerjasama Industri Internasional
2010
2011
TARGET 2012
2013
2014
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
Dokumen rumusan kebijakan ketahanan industri terkait kerjasama internasional Laporan identifikasi hambatan kerja sama den industri dalam negeri
paket kebijakan
0
4
4
4
4
Jumlah Lapora identifikasi hambata kerjasama industri internasional
0
2
2
2
2
Laporan analisa penanganan hambatan kerja sama industri internasional laporan analisa kinerja dan pengamanan industri dalam negeri Laporan kegiatan/monev bidang ketahanan industri internasional Orang Peserta Peningkatan kemampuan SDM penanganan ketahanan industri Layanan Manajemen Kinerja Direktorat Ketahanan Industri
Jumlah paket kajian
0
2
2
2
2
Jumlah paket kajian
0
1
1
1
2
Jumlah laporan evaluasi
1
2
2
2
2
Jumlah orang
0
100
120
120
125
Bulan layanan
0
12
12
12
12
Tersedianya dukungan fasilitasi dan koordinasi kerjasama industri internasional
Terwujudnya kerjasama industri internasional yang mengadopsi kepentingan sektor industri Bulan penyelenggaraan pelayanan perkantoran Dokumen Perencanaan Pelayanan perkantoran
12
12
12
12
12
2
2
2
2
2
UNIT ORGANISASI PELAKSANA (15)
Sekretariat Direktorat Jenderal Kerjasama Industri Internasional
a
Operasional Layanan perkantoran
Layanan Perkantoran
b
Penyusunan program dan anggaran Ditjen Kerjasama Industri Internasional
Dokumen perencanaan dan penganggaran Ditjen Kerja Sama Industri Internasional
c
Monitoring dan Evaluasi Pelaksanaan Koordinasi Penanganan Kerjasama Internasional
Laporan kegiatan/koordinasi/pembinaan dan tindak lanjut/monev bidang kerja sama industri internasional
Jumlah Laporan kegiatan
8
15
18
19
20
d
Penyusunan Kebijakan teknis Kerja Sama Industri internasional
Rekomendasi dukungan kebijakan teknis Kerja Sama Industri Internasional
Jumlah rekomendasi
0
1
1
1
1
L1-22
Lampiran Peraturan Menteri Perindustrian R.I. Nomor: 151/M-IND/PER/12/2010 88
-143NO (1)
PROGRAM/KEGIATAN
OUTCOME/OUTPUT
(2)
(3)
INDIKATOR (4)
Tersusunnya Kebijakan Standardisasi Industri
Tersusunnya Kebijakan serta pengembangannya dan terlaksananya penyiapan perumusan kebijakan standardisasi, Rancangan SNI, kaji ulang dan revisi SNI, penyiapan pemberlakuan SNI secara wajib
Prioritas Kementerian/Lembaga a. Peningkatan Standardisasi Industri
Meningkatnya RSNI
Jumlah RSNI
b.
Meningkatnya pemberlakuan SNI wajib
Permen SNI wajib
Terwujudnya pengkajian kebijakan dan iklim usaha industri
Tersusunnya konsepsi dan koordinasi pelaksanaan kebijakan dalam rangka menciptakan iklim perlindungan industri yang wajar, iklim pengembangan usaha industri yang sehat, iklim untuk mendorong ekspor hasil industri
Penerapan standardisasi, akreditasi dan peningkatan mutu industri unggulan berbasis Iptek
2 Pengkajian Kebijakan, dan Iklim Usaha Industri
2011
TARGET 2012
2013
2014
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
Tersusunnya rumusan dan analisis kebijakan dari iklim di sektor industri serta analisa, standar, dan prosedur di bidang industri serta terhasilkannya kuantitas, kualitas hasil litbang dan kebijakan pendukungnya yang mampu diaplikasikan hingga skala pabrik.
VII PROGRAM PENGKAJIAN KEBIJAKAN, IKLIM, DAN MUTU INDUSTRI
1 Perencanaan Kebijakan Standardisasi Industri
2010
UNIT ORGANISASI PELAKSANA (15) Badan Pengkajian Kebijakan, Iklim, dan Mutu Industri
100%
Pusat Standardisasi
100
100
100
100
100
5
5
5
5
5
Pusat Pengkajian Kebijakan, dan Iklim Usaha Industri
Prioritas Kementerian/Lembaga a.
Peningkatan Iklim Usaha Industri
Membaiknya iklim usaha di sektor industri
Kelompok/bidang Industri
30
30
30
30
30
b.
Peningkatan Investasi Industri
Meningkatnya investasi di sektor industri
Paket rumusan kebijakan
10
10
10
10
10
c.
Pemodelan dan analisis industri
Efektifitas dan efisiensi produksi cabang industri tertentu untuk meningkatkan daya saing
Model sistem pasok, produksi dan pemasaran
3
3
3
3
3
d.
Membangun sistem informasi industri yang terintegrasi dan handal
Meningkatnya pembangunan sistem informasi yang terintegrasi
Unit Pengguna
150
150
150
150
150
3 Pengkajian Industri Hijau dan Lingkungan Hidup
Terlaksananya Pengkajian Industri Hijau dan Lingkungan Hidup
-
-
-
Perumusan kebijakan, serta penelitian dan pengembangan lingkungan industri, energi dan diversifikasi hasil riset Terdapatnya peta sumber daya lingkungan hidup energi baru dan yang terbarukan pada sektor industri Terlaksananya penelitian dan pengembangan lingkungan industri hijau
Pusat Pengkajian Lingkungan Hidup dan Industri Hijau
L1-23
Lampiran Peraturan Menteri Perindustrian R.I. Nomor: 151/M-IND/PER/12/2010 88
-144NO (1)
PROGRAM/KEGIATAN
OUTCOME/OUTPUT
INDIKATOR
(2)
(3)
(4)
Prioritas Kementerian/Lembaga a. Fasilitasi Pengembangan Kawasan Industri Khusus
2010
2011
TARGET 2012
2013
2014
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
Tersedianya konsep kelayakan pengembangan kawasan ekonomi khusus
Rekomendasi usulan penetapan
1
2
3
1
2
b.
Pengembangan Kawasan Industri Berbasis Kompetensi Inti
Meningkatnya pengembangan kawasan industri berbasis kompetensi inti
Kebijakan-kebijakan teknis
5
5
7
7
7
c.
Pengembangan Lingkungan Industri
Meningkatnya industri berwawasan lingkungan
Dokumen konsep Green Industry
1
1
1
1
1
d.
Pengembangan diversifikasi dan konservasi energi industri
Meningkatnya efisiensi energi di industri
Penyusunan road map konservasi dan diversifikasi energi
2
2
2
2
2
e.
Pengembangan Lingkungan Industri
Meningkatnya industri berwawasan lingkungan
Dokumen Kebijakan/Peraturan
1
1
1
1
1
2%/tahun
2%/tahun
2%/tahun
3%/tahun
3%/tahun
Tingkat pengurangan emisi CO2 4 Pengkajian Teknologi dan Hak Kekayaan Intelektual
Prioritas Kementerian/Lembaga a. Kajian dan pendirian pusat industri teknologi Baru
Tersusunnya Kajian Teknologi, Hak Kekayaan Intelektual dan Jasa Industri
Tersusunnya Kajian Teknologi, Hak kekayaan Intelektual dan Jasa Industri
Tersedianya kajian dan berdirinya pusat industri
Jumlah kajian dan Jumlah pusat industri teknologi tinggi
Pusat Pengkajian Teknologi, Hak Kekayaan Intelektual dan Jasa Industri 1
1
1
1
1
200
225
250
275
300
b.
Peningkatan kerjasama dan promosi industri teknologi Baru
Memberdayakan potensi industri nano teknologi
Jumlah SDM
c.
Menyebarluaskan hasil litbang di bidang industri dan HKI
Meningkatnya hasil litbang yang dipatenkan
Hasil litbang yang dipatenkan
5
5
5
5
5
d.
Mendorong pengembangan dan peningkatan inovasi industri
Terwujudnya pilot project, pusat inkubator nano teknologi dan aliansi strategis serta terpilihnya hasil litbang teknologi industri bagi dunia usaha
Teknologi
9
9
9
9
9
5 Penyusunan dan Evaluasi Program Kebijakan, Iklim, dan Mutu Industri
Terwujudnya kualitas program yang lebih baik dari tahun-tahun sebelumnya termasuk dalam implementasinya
-
-
-
Prioritas Kementerian/Lembaga a. Penyusunan Program Kegiatan Badan Pengkajian Kebijakan Iklim dan Mutu Industri b.
Penyusunan Monitoring dan Evaluasi Program / Kegiatan Badan Pengkajian Kebijakan iklim dan Mutu Industri
6 Penelitian dan Pengembangan Teknologi dan Peningkatan JPT
Terlaksananya pelayanan teknis dan administratif kepada seluruh satuan organisasi di lingkungan Badan Pengkajian Kebijakan Iklim dan Mutu Industri Tersusunnya Program Kegiatan Badan Pengkajian Kebijakan Iklim dan Mutu Industri Tersusunnya Evaluasi Program Badan Pengkajian Kebijakan Iklim dan Mutu Industri
Sekretariat Badan Pengkajian Kebijakan, Iklim, dan Mutu Industri
Terwujudnya kebijakan dan program BPKIMI yang berkelanjutan
KPJM dan Rencana Kerja BPKIMI
2
2
2
2
2
Teridentifikasinya permasalahan iklim dan mutu industri sebagai masukan penyusunan kebijakan dan program BPKIMI
Jumlah dokumen monev
13
13
13
13
13
Terwujudnya litbang teknologi baru, dan terlaksananya pelayanan teknis sertifikasi industri
-
Jumlah pelayanan teknis yang dihasilkan Jumlah kerjasama dengan dunia industri Jumlah hasil litbang baru
UNIT ORGANISASI PELAKSANA (15)
Balai Besar dan Baristand
L1-24
Lampiran Peraturan Menteri Perindustrian R.I. Nomor: 151/M-IND/PER/12/2010 88
-145NO (1)
PROGRAM/KEGIATAN
OUTCOME/OUTPUT
INDIKATOR
(2)
(3)
(4)
Prioritas Kementerian/Lembaga a. Penelitian dan pengembangan teknologi industri
2010
2011
TARGET 2012
2013
2014
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
Terwujudnya hasil litbang industri baru sebagai upaya peningkatan daya industri
Jumlah hasil litbang teknologi baru
200
228
241
250
256
Terwujudnya kerjasama litbang dengan antar Badan Penelitian, PT, Dunia Usaha
Jumlah kerjasama itbang dan rancangbangun
100
129
154
178
210
b.
Pelayanan Teknis pengujian industri
Terwujudnya jasa pelayanan teknis kepada dunia usaha
Jumlah JPT
58.630
63.264
67.969
73.383
79.654
c.
Peningkatan Standardisasi Industri Daerah
Meningkatnya RSNI
Jumlah RSNI
86
120
139
143
155
UNIT ORGANISASI PELAKSANA (15)
L1-25
Lampiran Peraturan Menteri Perindustrian R.I. Nomor: 151/M-IND/PER/12/2010 88
-146NO
PROGRAM/KEGIATAN
(1)
(2)
VIII PROGRAM PENGAWASAN DAN PENINGKATAN AKUNTABILITAS APARATUR KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN
1.
Peningkatan Pengawasan dan Akuntabilitas Pelaksanaan Program Pengembangan Industri Inspektorat I
OUTCOME/OUTPUT
INDIKATOR
2010
2011
TARGET 2012
2013
2014
UNIT ORGANISASI PELAKSANA (15)
(3)
(4)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
Terlaksananya program dan kegiatan sesuai rencana dan ketentuan yang berlaku, terselenggaranya pemerintahan yang efektif, efisien, trnasparan, akuntabel, bersih dan bebas dari KKN, serta terwujudnya Good Governance dan Clean Government, melalui Pelaksanaan Pengawasan dan Akuntabilitas Kinerja Program/kegiatan, Reviu LK/BMN, Monitoring dan Evaluasi Kebijakan Industri dan Dukungan Manajemen/Teknis Lainnya
Tersusunnya norma, standar, kriteria dan prosedur pengawasan yang efektif, tersedianya hasil pengawasan yang berkualitas, serta tercapainya peningkatan akuntabilitas, transparansi, efektifitas dan efisiensi pelaksanaan program dan kegiatan Kementerian Perindustrian.
498 Unit/lap
576 Unit/lap
582 Unit/lap
600 Unit/lap
618 Unit/lap
Inspektorat Jenderal
Terlaksananya Pengawasan Kinerja, Monev Pengembangan Industri, reviu Lap Keuangan/BMN, Pemeriksaan Khusus dan Monev Program/ kegiatan prioritas dan aktual bidang industri oleh Inspektorat I
70 Unit/lap
84 Unit/lap
85 Unit/lap
89 Unit/lap
93 Unit/lap
Inspektorat I
Terlaksananya Pengawasan Kinerja, Monev Pengembangan Industri, reviu Lap Keuangan/BMN, Pemeriksaan Khusus dan Monev Program/ kegiatan prioritas dan aktual bidang industri oleh Inspektorat II
70 Unit/lap
84 Unit/lap
85 Unit/lap
89 Unit/lap
93 Unit/lap
Inspektorat II
Terlaksananya Pengawasan Kinerja, Monev Pengembangan Industri, reviu Lap Keuangan/BMN, Pemeriksaan Khusus dan Monev Program/ kegiatan prioritas dan aktual bidang industri oleh Inspektorat III
70 Unit/lap
84 Unit/lap
85 Unit/lap
89 Unit/lap
93 Unit/lap
Inspektorat III
- Pengawasan Kinerja pada unit/satker vertikal, Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan - Monitoring dan evaluasi pelaksanaan kebijakan Pengembangan Industri di Pusat dan Prov/Kab/Kota - Reviu Laporan keuangan/BMN unit vertikal - Pengawasan /Pemeriksaaan Khusus - Monitoring dan evaluasi pelaksanaan program/ kegiatan prioritas dan aktual bidang industri - Akuntabilitas Kinerja Pelaksanaan Kegiatan Pengawasan
2.
Peningkatan Pengawasan dan Akuntabilitas Pelaksanaan Program Pengembangan Industri Inspektorat II
- Pengawasan Kinerja pada unit/satker vertikal, Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan - Monitoring dan evaluasi pelaksanaan kebijakan Pengembangan Industri di Pusat dan Prov/Kab/Kota - Reviu Laporan keuangan/BMN unit vertikal - Pengawasan /Pemeriksaaan Khusus - Monitoring dan evaluasi pelaksanaan program/ kegiatan prioritas dan aktual bidang industri - Akuntabilitas Kinerja Pelaksanaan Kegiatan Pengawasan
3.
Peningkatan Pengawasan dan Akuntabilitas Pelaksanaan Program Pengembangan Industri Inspektorat III
- Pengawasan Kinerja pada unit/satker vertikal, Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan - Monitoring dan evaluasi pelaksanaan kebijakan Pengembangan Industri di Pusat dan Prov/Kab/Kota - Reviu Laporan keuangan/BMN unit vertikal
L1-26
Lampiran Peraturan Menteri Perindustrian R.I. Nomor: 151/M-IND/PER/12/2010 88
-147NO
PROGRAM/KEGIATAN
(1)
(2)
2010
2011
TARGET 2012
2013
2014
(4)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
Terlaksananya Pengawasan Kinerja, Monev Pengembangan Industri, reviu Lap Keuangan/BMN, Pemeriksaan Khusus dan Monev Program/ kegiatan prioritas dan aktual bidang industri oleh Inspektorat IV
70 Unit/lap
84 Unit/lap
85 Unit/lap
89 Unit/lap
93 Unit/lap
Inspektorat IV
- Layanan fasilitasi perkantoran dan dukungan manajemen /teknis Inspektorat
Terselenggaranya Pengelolaan dan fasilitasi serta dukunganPelaksanaan Program Pengawasan Inspektorat Jenderal
218 Unit/lap
240 Unit/lap
242Unit/lap
244 Unit/lap
246 Unit/lap
Sekretariat Inspektorat Jenderal
- Pembayaran Gaji/Tunjangan/Uang makan, Lembur Inspektorat Jenderal
Terlaksananya pembayaran gaji, tunjangan, uang makan dan lembur pegawai Inspektorat Jenderal
- Operasional perkantoran ketatalaksanaan dan layanman birokrasi
Terpeliharanya sarana kerja/ kantor, terpenuhinya kebutuhan sehari-hari perkantoran, tertib ketatalaksanaan dan layanan birokrasi
- Pembinaan dan Pengembangan SDM Pengawasan serta Pemantauan Tindak Lanjut Hasil Pengawasan
- Peningkatan sistim informasi pengawasan, penyusunan kebijakan/Pedoman Pengawasan, Sarana Kerja/Kantor dan Pendataan Bahan Pengawasan serta Pembinaan/Konsultasi Pengawasan Internal Kementerian
Meningkatnya kemampuan aparat pengawasan dalam rangka pembinaan terhadap pelaksanaan pengawasan dan penyelesaian tindak lanjut Tersedianya sistem informasi pengawasan dan sarana kerja, penyempurnaan kebijakan/pedoman pengawasan, updating data bahan pengawasan dan pembinaan yang berkesinambungan
- Koordinasi pelaksanaan pengawasan / Tindak Lanjut Hasil Pengawasan dengan aparat pengawasan internal Pemerintah (APIP) serta Monitoring Evaluasi Pelaksanaan Program Kementerian.
Terkoordinasinya Kegiatan Pengawasan Internal Pemerintah (APIP) dan pelaksanaan monitoring dan evaluasi program kegiatan kementerian
OUTCOME/OUTPUT
INDIKATOR
(3)
UNIT ORGANISASI PELAKSANA (15)
- Pengawasan /Pemeriksaaan Khusus - Monitoring dan evaluasi pelaksanaan program/ kegiatan prioritas dan aktual bidang industri - Akuntabilitas Kinerja Pelaksanaan Kegiatan Pengawasan 4.
Peningkatan Pengawasan dan Akuntabilitas Pelaksanaan Program Pengembangan Industri Inspektorat IV
- Pengawasan Kinerja pada unit/satker vertikal, Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan - Monitoring dan evaluasi pelaksanaan kebijakan Pengembangan Industri di Pusat dan Prov/Kab/Kota - Reviu Laporan keuangan/BMN unit vertikal - Pengawasan /Pemeriksaaan Khusus - Monitoring dan evaluasi pelaksanaan program/ kegiatan prioritas dan aktual bidang industri - Akuntabilitas Kinerja Pelaksanaan Kegiatan Pengawasan
5.
Dukungan Manajemen, Pembinaan dan Tindak Lanjut Pengawasan serta Dukungan Teknis Lainnya Inspektorat Jenderal
L1-27
Lampiran Peraturan Menteri Perindustrian R.I. Nomor: 151/M-IND/PER/12/2010 88
-148NO (1) IX
PROGRAM/KEGIATAN
OUTCOME/OUTPUT
(2)
(3)
PROGRAM DUKUNGAN MANAJEMEN DAN PELAKSANAAN TUGAS TEKNIS LAINNYA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN
1 Peningkatan Kualitas Perencanaan dan Pelaporan
2 Pengembangan SDM Industri
3 Meningkatkan Sistem Tata Kelola Keuangan dan Barang Milik Negara yang Profesional
4 Pelaksanaan Ketatausahaan Pimpinan, Pelaksanaan Urusan Keprotokolan dan Keamanan Dalam, Tata Persuratan dan Kearsipan, dan Kerumahtanggaan
5 Peningkatan Kualitas Layanan di Bidang Hukum dan Organisasi
INDIKATOR (4)
2010
2011
(6)
(7)
terlaksananya pemberian dukungan administrasi dan teknis kepada unitunit organisasi di lingkungan Kementerian
TARGET 2012
2013
2014
(8)
(9)
(10)
100%
Sekretariat Jenderal
Peningkatan koordinasi penyusunan rencana, program, anggaran sektoral, program investasi, kerjasama lintas sektoral dan regional serta evaluasi dan penyusunan laporan Kementerian
tercapainya peningkatan kualitas perencanaan
5
5
5
5
5
tercapainya peningkatan kualitas pelaporan
5
5
5
5
5
Peningkatan koordinasi, perencanaan, pengembangan dan pelaksanaan serta pengelolaan administrasi kepegawaian, sistem informasi dan manajemen kinerja sumber daya manusia aparatur di lingkungan Kementerian Perindustrian
Dokumen pengelolaan urusan kepegawaian
34
34
34
35
36
Layanan Manajemen Kinerja
7 laporan
7 laporan
7 laporan
7 laporan
7 laporan
Peningkatan pengelolaan keuangan dan inventarisasi kekayaan milik negara Kementerian,serta predikat WTP bagi Kementerian Perindustrian terus bertahan Terbayarkannya Gaji, Honorarium dan vakasi Pegawai
status WTP (unit)
57
57
57
57
57
Persentase pembayaran gaji tepat waktu (3 hari kerja)
100
100
100
100
100
Pemutakhiran data barang milik negara yang paling mutakhir
jumlah daerah
9
9
9
9
9
Peningkatan Pelaksanaan Ketatausahaan Pimpinan, Pelaksanaan Urusan Keprotokolan dan Keamanan Dalam, Tata Persuratan dan Kearsipan, dan Kerumahtanggaan
Terselenggaranya layanan administrasi dan Ketatausahaan pimpinan dan Kementerian
80
85
90
95
100
Terpeliharanya sarana dan prasarana kerja
7 Jenis
7 Jenis
7 Jenis
7 Jenis
7 Jenis
Terciptanya keamanan dan ketertiban lingkungan kantor
420 orang petugas keamanan
420 orang petugas keamanan
420 orang petugas keamanan
420 orang petugas keamanan
420 orang petugas keamanan
Jumlah Peraturan Perundangundangan Bidang Industri
50 Peraturan Perundangundangan
50 Peraturan Perundangundangan
50 Peraturan Perundangundangan
50 Peraturan Perundangundangan
Jumlah Kajian Hukum Bidang Industri
2 Kajian
2 Kajian
2 Kajian
2 Kajian
1 Aplikasi
1 Aplikasi
1 Aplikasi
1 Aplikasi
1 Aplikasi
550 Instansi
550 Instansi
550 Instansi
550 Instansi
550 Instansi
Peningkatan Koordinasi Penyusunan Rancangan Peraturan Perundang- undangan Bidang
Peningkatan Kualitas Layanan Informasi Dokumentasi Peraturan Perundangundangan
Database Informasi Peraturan Perundang-undangan Bidang Industri yang Up to Date Jumlah Peraturan Perundangundangan Bidang Industri yang Dipublikasi
UNIT ORGANISASI PELAKSANA (15)
50 Peraturan Perundangundangan 2 Kajian
Biro Perencanaan
Biro Kepegawaian
Biro Keuangan
Biro Umum
Biro Hukum dan Organisasi
L1-28
Lampiran Peraturan Menteri Perindustrian R.I. Nomor: 151/M-IND/PER/12/2010 88
-149NO (1)
PROGRAM/KEGIATAN (2)
OUTCOME/OUTPUT (3) Peningkatan Kualitas Layanan dan Bantuan Hukum
Peningkatan Koordinasi Penataan Organisasi dan Tata Laksana
INDIKATOR (4)
2010
2011
TARGET 2012
2013
2014
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
Jumlah Perkara Hukum yang Diadvokasi
6 Perkara
6 Perkara
6 Perkara
6 Perkara
6 Perkara
Jumlah Masalah Hukum yang disuluh
1 Masalah Hukum
1 Masalah Hukum
1 Masalah Hukum
1 Masalah Hukum
1 Masalah Hukum
1 Peraturan Ortaker Unit Organik
1 Peraturan Ortaker Unit Pelaksana Teknis
1 Peraturan Pedoman Penataan Kelembagaan dan ketatalaksanaa n
1 Peraturan Ortaker Unit Pendidikan
Jumlah Peraturan Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Perindustrian yang Efektif dan Efisien
Jumlah Kajian Kinerja Organisasi Kementerian Perindustrian
UNIT ORGANISASI PELAKSANA (15)
1 Kajian Kinerja 1 Kajian Kinerja 1 Kajian Kinerja 1 Kajian Kinerja Unit Organik Unit Organik Unit Organik Unit Organik 1 Kajian Kinerja 2 Kajian Kinerja 3 Kajian Kinerja Unit Pelaksana Unit Pelaksana Unit Pelaksana Teknis Teknis Teknis 1 Kajian Kinerja 2 Kajian Kinerja 3 Kajian Kinerja Unit Pendidikan Unit Pendidikan Unit Pendidikan
6 Pembangunan Sistem Informasi Industri yang Terintegrasi dan Handal
7 Peningkatan Pengelolaan Pelayanan Publik
Prosentase Unit Organisasi yang Menerapkan Budaya Kerja 5K
80%
85%
90%
95%
100%
Prosentase Unit Organisasi yang Menerapakan Sistem Manajemen Mutu Berbasis ISO 9001 - 2008
5%
25%
50%
75%
100%
Terlaksananya pembinaan sistem informasi, pengumpulan dan pengolahan data, sistim jaringan informasi dan pelayanan data/informasi industri
jumlah data perusahaan
4000
4000
4000
4000
4000
jumlah produk yang telah terverifikasi (perusahaan)
390
390
390
390
360
Terlaksananya pencitraan, pengelolaan layan publik, hubungan antar lembaga, publikasi dan penyebarluasan informasi kebijakan industri, ketatausahaan dan manajemen kinerja
Jumlah pelayanan publik 23.500 orang
-
4500 orang
6000 orang
6500 orang
6500 orang
Jumlah penyelenggaraan koordinasi lintas sektoral, lembaga tinggi negara dan sosialisasi kebijakan informasi sektor industri sebanyak 130 kali
-
25 kali
30 kali
35 kali
40 kali
Jumah informasi industri yang dipublikasikan 129500 Jumlah pelayanan ketatausahaan dan manajemen kinerja 250 orang
-
22,000.0
32,500.0
35,000.0
40,000.0
-
55
60
65
70
Pusat Data dan Informasi
Pusat Komunikasi Publik
L1-29
Lampiran Peraturan Menteri Perindustrian R.I. Nomor: 151/M-IND/PER/12/2010 88
-150NO (1)
PROGRAM/KEGIATAN
OUTCOME/OUTPUT
INDIKATOR
(2)
(3)
(4)
8 Peningkatan Kualitas SDM Industri a. Peningkatan Kompetensi SDM Industri
b. Peningkatan Layanan Pendidikan Kejuruan dan Vokasi Industri
c.
Peningkatan Layanan Manajemen Kinerja Pendidikan dan Pelatihan
d. Peningkatan Administrasi Kegiatan dan Pembinaan SDM Industri
- Pendidikan dan Pelatihan Industri Regional I Medan
(7)
(8)
(9)
(10)
1930 orang
2700 orang
3000 orang
3200 orang
3500 orang
4 Koordinasi dan Fasilitasi
4 Koordinasi dan Fasilitasi
3 Koordinasi dan Fasilitasi
3 Koordinasi dan Fasilitasi
Penguatan kelembagaan pelatihan dan pendidikan
Peningkatan sarana dan prasarana lembaga diklat dan tata kelola manajemen yang baik
8 unit layanan
8 unit layanan
8 unit layanan
8 unit layanan
8 unit layanan
Terciptanya SDM industri ahli madya sesuai dengan kebutuhan industri Terciptanya SDM industri ahli siap kerja sesuai dengan kebutuhan industri
Jumlah lulusan SDM ahli madya sebanyak 7670 orang Jumlah lulusan SDM terampil sebanyak 7150 orang
1360 orang
1450 orang
1540 orang
1620 orang
1700 orang
1100 orang
1250 orang
1400 orang
1600 orang
1800 orang
Meningkatnya kinerja pendidikan dan pelatihan SDM Industri
Layanan Manajemen Kinerja
Meningkatnya pelayanan Diklat SDM Industri
Indek kepuasan pelanggan meningkat (skala 1 - 5) Tersedianya Laporan Tugas Pokok dan Fungsi Tersedianya Dokumen Program dan Kegiatan
12 Bulan Layanan - 25 Unit 3
12 Bulan Layanan - 25 Unit 3.5
12 Bulan Layanan - 25 Unit 4
12 Bulan Layanan - 25 Unit 4.5
12 Bulan Layanan - 25 Unit 4.5
250 Laporan
250 Laporan
250 Laporan
250 Laporan
250 Laporan
100 Dokumen
100 Dokumen
100 Dokumen
100 Dokumen
100 Dokumen
Mewujudkan tertib administrasi dan akuntabilitas kinerja pendidikan dan pelatihan
Terlaksananya pendidikan dan pelatihan industri di regional I Medan
-
Terlaksananya pendidikan dan pelatihan industri di regional II Padang
-
Terlaksananya pendidikan dan pelatihan industri di regional III Jakarta
-
Terlaksananya pendidikan dan pelatihan industri di regional IV Yogyakarta
-
Terlaksananya pendidikan dan pelatihan industri di regional V Surabaya
-
Terlaksananya pendidikan dan pelatihan industri di regional VI Denpasar
-
- Pendidikan dan Pelatihan Industri Regional VII Makassar
(6)
1 Koordinasi dan Fasilitasi
-
- Pendidikan dan Pelatihan Industri Regional VI Denpasar
2014
15 Koordinasi dan fasilitasi
-
- Pendidikan dan Pelatihan Industri Regional V Surabaya
2013
Meningkatnya Koordinasi dan fasilitasi pengembangan SDM Industri
-
- Pendidikan dan Pelatihan Industri Regional IV Yogyakarta
TARGET 2012
Jumlah SDM Aparatur dan SDM Indutri telah mengikuti diklat sebanyak 14330 orang
-
- Pendidikan dan Pelatihan Industri Regional III Jakarta
2011
Meningkatnya kompetensi SDM Aparatur dan SDM Industri
-
- Pendidikan dan Pelatihan Industri Regional II Padang
2010
Terlaksananya pendidikan dan pelatihan industri di regional VII Makassar
-
UNIT ORGANISASI PELAKSANA (15) Pusat Pendidikan dan Pelatihan Industri
Jumlah aparat yang kompeten dan berkualitas Jumlah kerjasama dengan dunia industri Jumlah PNBP yang dihasilkan
Balai Diklat Industri Regional I Medan
Jumlah aparat yang kompeten dan berkualitas Jumlah kerjasama dengan dunia industri Jumlah PNBP yang dihasilkan
Balai Diklat Industri Regional II Padang
Jumlah aparat yang kompeten dan berkualitas Jumlah kerjasama dengan dunia industri Jumlah PNBP yang dihasilkan
Balai Diklat Industri Regional III Jakarta
Jumlah aparat yang kompeten dan berkualitas Jumlah kerjasama dengan dunia industri Jumlah PNBP yang dihasilkan
Balai Diklat Industri Regional IV Yogyakarta
Jumlah aparat yang kompeten dan berkualitas Jumlah kerjasama dengan dunia industri Jumlah PNBP yang dihasilkan
Balai Diklat Industri Regional V Surabaya
Jumlah aparat yang kompeten dan berkualitas Jumlah kerjasama dengan dunia industri Jumlah PNBP yang dihasilkan
Balai Diklat Industri Regional VI Denpasar
umlah aparat yang kompeten dan berkualitas Jumlah kerjasama dengan dunia industri Jumlah PNBP yang dihasilkan
Balai Diklat Industri Regional VII Makassar
L1-30
Lampiran Peraturan Menteri Perindustrian R.I. Nomor: 151/M-IND/PER/12/2010 88
-151NO (1) X
PROGRAM/KEGIATAN
OUTCOME/OUTPUT
INDIKATOR
(2)
(3)
(4)
2010
2011
TARGET 2012
2013
2014
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
PROGRAM PENINGKATAN SARANA DAN PRASARANA APARATUR 1. Pembangunan, pengadaan, perbaikan dan peningkatan sarana dan prasarana kerja
- Peningkatan Pengelolaan Pengadaan Barang dan Jasa
UNIT ORGANISASI PELAKSANA (15) Sekretariat Jenderal
Terkelolanya sarana prasarana kerja
Tersedianya sarana dan prasarana kerja yang memadai (%)
100
100
100
100
100
Terwujudnya peningkatan kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana kerja
Peningkatan sarana dan prasarana kerja
80
85
90
95
100
terlaksananya perencanaan, pengorganisasian, pembinaan, pengawasan serta evaluasi penggunaan kebutuhan tata kelola administrasi pengadaan barang dan jasa seluruh satuan organisasi di lingkungan Kementerian Perindustrian
- Pelaksanaan Lelang sesuai dengan waktu yang direncanakan (%)
100
100
100
100
100
Biro Umum
Unit Layanan Pengadaan
L1-31
Lampiran Peraturan Menteri Perindustrian R.I. Nomor: 151/M-IND/PER/12/2010 88
-152-
2. KEBUTUHAN PENDANAAN PEMBANGUNAN KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2010-2014 NO (1)
PROGRAM/KEGIATAN
OUTCOME/OUTPUT
INDIKATOR
(2)
(3)
(4)
TOTAL PAGU I.
PROGRAM REVITALISASI DAN PENUMBUHAN BASIS INDUSTRI MANUFAKTUR
- Jumlah persentase industri yang berhasil pulih
2010
PROYEKSI ANGGARAN 2011 2012
(Rp. 000,-) 2013
2014
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
1,564,455,743
2,240,113,178
2,581,264,699
2,986,213,649
3,471,245,697
387,500,000
445,625,000
512,468,750
589,339,063
15,348,500
19,159,670
142,500,000
159,500,000
164,000,000 Direktorat Industri Material Dasar Logam
900,000
5,936,670
22,000,000
29,500,000
36,000,000
900,000
671,360
4,500,000
6,000,000
7,500,000
- Tumbuhnya industri alumina dengan kapasitas 1 juta ton per tahun dan meningkatnya kapasitas industri peleburan menjadi 500 ribu ton pertahun serta industri alloy ingot dengan kapsitas 200 ribu ton pertahun (laporan fasilitasi pengembangan industri alumin - Tumbuhnya industri pengolahan nikel (feronikel) dengan kapasitas 1 juta ton pertahun (laporan fasilitasi pengembangan industri nikel dan dokumentasi rekomendasi kebijakan pengembangan)
4,571,600
9,000,000
12,000,000
15,000,000
405,400
4,500,000
6,000,000
7,500,000
- Meningkatnya daya saing industri material dasar logam (laporan penguatan struktur industri melalui klaster dalam rangka peningkatan daya saing)
288,310
3,000,000
4,500,000
5,000,000
1,000,000
1,000,000
1,000,000
-
Tumbuh dan kuatnya struktur industri material dasar Logam
- Pada tahun 2014, utilisasi kapasitas produksi dapat mencapai pulih 100%
-
Berkembangnya klaster industri baja
- Tumbuhnya industri pengolahan bijih besi dengan kapasitas 4 juta ton per tahun (laporan fasilitasi pengembangan industri pengolahan bijih besi)
Prioritas Bidang Perekonomian a. Pengembangan Klaster Industri Baja
Kementerian Perindustrian
345,276,777
- Besarnya persentase utilisasi kapasitas produksi dalam industri 1 Revitalisasi dan Penumbuhan Industri Material Dasar Logam
UNIT ORGANISASI PELAKSANA (15)
- Tersebarnya pertumbuhan industri material dasar logam ke seluruh wilayah indonesia (rekomendasi lokasi khusus pengembangan industri material dasar logam)
Direktorat Jenderal Basis Industri Manufaktur
L2-1
Lampiran Peraturan Menteri Perindustrian R.I. Nomor: 151/M-IND/PER/12/2010 88
-153NO (1)
PROGRAM/KEGIATAN
OUTCOME/OUTPUT
INDIKATOR
(2)
(3)
(4)
Prioritas Kementerian/Lembaga a. Menumbuhkan industri baja hulu, baja khusus dan stainless steel
Tumbuhnya industri baja hulu, baja khusus dan stainless steel, melalui : 1 Pembentukan Pusat Pengembangan Teknologi Besi Baja
- Terbentuknya Pusat Pengembangan Teknologi Besi Baja (Persentase Kemajuan Pembentukan Unit Pustek Baja)
2 Peningkatan kapasitas produksi bahan baku industri logam hulu dengan memanfaatkan sumber daya lokal yang berbasis klaster Industri
- Meningkatnya kapasitas produksi industri logam hulu berbasis bahan baku lokal berdasarkan system klaster (perusahaan industri logam hulu terfasilitasi)
3 Fasilitasi kemitraan antara industri hulu dan hilir untuk memenuhi kebutuhan bahan baku industri baja hilir
- Terbentuknya embrio klaster baja baru (rekomendasi terbentuknya klaster industri baja)
2010 (6)
PROYEKSI ANGGARAN 2011 2012 (7)
(8)
(Rp. 000,-) 2013 (9)
2014 (10)
11,214,000
7,724,300
110,000,000
118,000,000
114,500,000
1,200,000
2,281,420
37,500,000
38,000,000
40,000,000
4,000,000
2,700,000
10,000,000
15,000,000
5,000,000
6,014,000
2,289,700
20,500,000
21,000,000
22,000,000
UNIT ORGANISASI PELAKSANA (15)
4 Peningkatan investasi pada industri - Meningkatnya jumlah investasi pada material dasar logam melalui penyusunan industri logam (laporan profil investasi data/pemetaan potensi investasi) 5 Pengembangan industri baja khusus, stainless steel dan baja hilir
b. Mempercepat penerapan standar dan menekan impor baja kualitas rendah
c.
Mendorong peningkatan daya saing, efisiensi energi dan penurunan emisi CO2
Terwujudnya percepatan penerapan standar dan menekan impor baja kualitas rendah
- Berkembangnya industri baja khusus, stainless steel dan baja hilir (rekomendasi kebijakan pengembangan industri) - Pengembangan dan pembinaan SNI produk logam
1 Penyusunan dan Penerapan SNI Wajib Produk Material Dasar Logam
Terlaksananya Implementasi SNI Wajib Produk Material Dasar Logam (Regulasi Teknis SNI Wajib)
2 Penyusunan RSNI Produk Industri Material Dasar Logam
RSNI Produk Industri Material Dasar Logam (RSNI)
3 Pembinaan Teknis Dalam Rangka Sertifikasi SNI Wajib Produk Material Dasar Logam
Perusahaan yang mendapatkan Pembinaan Teknis dalam rangka Sertifikasi SNI Wajib Produk Industri Material Dasar Logam (Bintek Perusahaan)
Meningkatnya daya saing, efisiensi energi dan penurunan emisi CO2 1 Pengembangan Kawasan Industri
2 Pengembangan Iklim Usaha
- Berkembangnya kawasan industri yang terintegrasi (persentase kemajuan fasilitasi pembentukan kawasan industri yang terintegrasi) - Berkembangnya iklim usaha industri material dasar yang kondusif (laporan rekomendasi kebijakan pengembangan iklim usaha)
L2-2
Lampiran Peraturan Menteri Perindustrian R.I. Nomor: 151/M-IND/PER/12/2010 88
-154NO (1)
PROGRAM/KEGIATAN
OUTCOME/OUTPUT
(2)
(3)
(4)
3 Pengembangan Kerjasama Industri
- Meningkatnya kerjasama dalam rangka pengembangan industri (dokumentasi optimalisasi kerjasama industri)
4 Konversi Energi
- Terciptanya optimalisasi penggunaan energi (laporan fasilitasi konversi energi)
5 Efesiensi Energi dan Pengurangan Emisi CO2
d. Menumbuhkan industri alumina, Copper cathode baru, dan industri hilir aluminium
INDIKATOR
2010 (6)
PROYEKSI ANGGARAN 2011 2012 (7)
(8)
(Rp. 000,-) 2013 (9)
2014 (10)
UNIT ORGANISASI PELAKSANA (15)
- Terciptanya efesiensi dengan pedoman teknis mengenai efesiensi energi dan pengurangan CO2 (laporan/dokumentasi efesiensi energi dan pengurangan emisi CO2)
Tumbuhnya industri alumina, Industri Aluminium Intermediate dan Ekstrusi serta industri hilir aluminium
453,180
1 Pengembangan industri aluminium terpadu (pembangunan industri alumina berbahan baku lokal (Smelter Grade Alumina) dan Industri Aluminium Smelter (Aluminium Ingot Primer dan Molten Aluminium), industri aluminium antara industri aluminium die casting)
- Bertumbuhnya industri aluminium terpadu (pembangunan industri alumina berbahan baku lokal (Smelter Grade Alumina) dan Industri Aluminium Smelter (Aluminium Ingot Primer dan Molten Aluminium), industri aluminium antara industri aluminium die casting) (lap
2 Pengembangan Industri Aluminium Intermediate dan Ekstrusi
- Bertumbuhnya Industri Aluminium Intermediate dan Ekstrusi (dokumentasi kebijakan pengembangan industri aluminium intermediate dan ekstrusi)
3 Fasilitasi Pengembangan Institusi/ lembaga Pendukung Klaster Industri Aluminium
- Terbentuknya Pusat Design dan Rekayasa Teknologi Aluminium (Persentase Kemajuan Pembentukan Unit Pusat Design dan Rekayasa Teknologi Aluminium)
37,500,000
38,000,000
40,000,000
L2-3
Lampiran Peraturan Menteri Perindustrian R.I. Nomor: 151/M-IND/PER/12/2010 88
-155NO
PROGRAM/KEGIATAN
(1)
(2) e
Menumbuhkan Klaster industri Nikel (Ferronikel)
OUTCOME/OUTPUT
INDIKATOR
(3)
(4)
2010 (6)
PROYEKSI ANGGARAN 2011 2012 (7)
Tumbuhnya Klaster Industri Nikel (Ferronikel) 1 Pengembangan kawasan klaster industri Nikel terpadu (Ferronikel)
Tersedianya database tentang potensi industri inti, industri pendukung dan terkait serta Potensi SDA, SDM, Infrastruktur dan kelembagaan Daerah. (laporan database tentang potensi pengembangan klaster nikel)
2 Pengembangan lembaga klaster industri Nikel terpadu (Ferronikel)
Terbentuknya POKJA dan Tim Klaster industri Nikel terpadu (Ferronikel ) (persentase kemajuan pembentukan)
a. Peningkatan kerjasama, promosi dan investasi Industri Material Dasar
Meningkatnya kerjasama, promosi dan investasi industri
b. Peningkatan Iklim Usaha dan Jasa Industri Material Dasar
Iklim usaha kondusif
Laporan dalam rangka peningkatan daya saing industri material dasar logam Rekomendasi Kebijakan Pengembangan Iklim Usaha
c.
Meningkatnya Kompetensi SDM Industri Material Dasar Logam Mengembangkan industri logam dengan program yang terarah dan terstruktur.
Kegiatan Pendukung
Peningkatan Kompetensi SDM Industri Material Dasar Logam d. Penyusunan Program dan Evaluasi Program Direktorat Industri Material Dasar Logam
(9)
2014 (10)
4,500,000
6,000,000
7,500,000
3,234,500
5,498,700
10,500,000
12,000,000
13,500,000
1,120,000
1,240,000
5,000,000
5,000,000
5,000,000
900,000
1,958,700
2,500,000
3,000,000
3,500,000
514,500
1,300,000
1,500,000
2,000,000
2,500,000
700,000
1,000,000
1,500,000
2,000,000
2,500,000
Peserta Pelatihan Dalam Rangka Pengembangan Kompetensi SDM Program & Evaluasi
23,850,000
2 Revitalisasi dan Penumbuhan Industri Kimia
(8)
(Rp. 000,-) 2013
56,200,000
67,450,000
65,250,000
69,750,000
Dasar Prioritas Nasional a. Revitalisasi Industri Pupuk (Prioritas Nasional 5)
16,950,000 -
Fasilitasi pembangunan revitalisasi 6 pabrik pupuk
- Jumlah pabrik urea yang terfasilitasi pembangunan revitalisasinya
-
Subsidi bunga untuk pinjaman (10%)
- Jumlah pabrik urea yang diberikan subsidi bunga pinjaman
-
Penambahan penyertaan modal negara (PMN) Koordinasi pengamanan pasokan bahan baku gas bumi
- Jumlah pabrik urea yang diberikan PMN - Jumlah pabrik urea yang di koordinasikan pengamanan pasokan gasnya
-
32,800,000
27,500,000
27,500,000
1,500,000
1,500,000
1,500,000
800,000
1,000,000
1,000,000
1,000,000
1,000,000
800,000
1,200,000
1,200,000
1,200,000
1,200,000
3,500,000
3,500,000
3,500,000
2,000,000
2,000,000
2,000,000
2,000,000
15,000,000
15,000,000
15,000,000
Koordinasi pengamanan produksi pupuk - Terpenuhinya target produksi pupuk dalam rangka ketahanan pangan nasional
-
Fasilitasi pembangunan restrukturisasi 5 - Jumlah pabrik NPK yang terfasilitasi pabrik pupuk NPK restrukturisasinya
-
Fasilitasi koordinasi pengamanan pasokan bahan baku revitalisasi industri pupuk
- Kesepakatan ketersediaan bahan baku industri pupuk (Fosfat dan Kalium) dari 5 negara
1,200,000
-
Penyusunan master plan pengembangan industri pupuk NPK
- Dokumen master plan
2,000,000
-
Pembangunan 1 pabrik pupuk NPK
- Jumlah pabrik pupuk NPK
-
Pembangunan pabrik pupuk organik
- Jumlah pabrik pupuk organik
5,400,000
12,300,000
-
Penyusunan pemetaan potensi bahan baku industri pupuk organik di daerah
- Jumlah Kabupaten yang terpetakan potensi bahan baku pupuk organiknya
3,500,000
5,000,000
Direktorat Industri Kimia Dasar
27,500,000
1,300,000
-
UNIT ORGANISASI PELAKSANA (15)
L2-4
Lampiran Peraturan Menteri Perindustrian R.I. Nomor: 151/M-IND/PER/12/2010 88
-156NO
PROGRAM/KEGIATAN
(1)
OUTCOME/OUTPUT
(2)
INDIKATOR
(3)
b. Pengembangan klaster industri berbasis migas, kondesat (Prioritas Nasional 8 : Energi)
(4)
Berkembangnya klaster industri berbasis migas
Klaster Jawa Timur dan Klaster Kalimantan Timur, Banten
Fasilitasi pembangunan rafinery, olefin dan aromatik Tersusunnya model dan kebijakan (usulan) pemberian insentif (termasuk studi banding ke negara lain) Subsidi bunga untuk pinjaman pembangunan rafinery (5%)
Jumlah rafinery
Subsidi bunga untuk pinjaman pembangunan pabrik olefin (5%)
Jumlah pabrik Olefin diberikan subsidi bunga pinjaman
Subsidi bunga untuk pinjaman pembangunan pabrik aromatik (5%)
Jumlah pabrik Aromatik diberikan subsidi bunga pinjaman
Roadshow pengadaan bahan baku (termasuk pemenuhan kebutuhan kondensat untuk TPPI, crude untuk 3 refinery, dll Kajian Pembangunan Refinery di Jatim Rancangan Pembangunan Refinery di Jatim, Banten,dan Kaltim
Kesepakatan ketersediaan bahan baku
Menteri tentang SNI Wajib Kimia Dasar b. Koordinasi Penerapan dan Pengembangan Teknologi Industri Kimia Dasar c. Koordinasi dan sinkronisasi kebijakan iklim
(8)
(9)
(10)
1,000,000
1,000,000
1,000,000
1,000,000
1,000,000
1,000,000
800,000
800,000
800,000
500,000
500,000
500,000
1,000,000
Penyusunan kebijakan dan sosialisasi Business Plan Industri Petrokimia
Tersusunnya Business Plan pengembangan industri petrokimia Nasional dan Tersosialisasinya Business Plan Pengembangan Industri Petrokimia Nasional Program kerja
Terbangunnya Center of exellence Industri Petrokimia di Banten
DED Centre of Exellence
-
Tersusunnya SNI Baru , Revisi SNI
Jumlah SNI Baru, Revisi
-
Tersusunnya 1 konsep Peraturan Menteri
Konsep Peraturan SNI Industri Kimia Dasar
Teknologi yang sudah dan akan
Jumlah teknologi baru yang diterapkan
4,000,000
350,000
800,000
3,000,000 6,900,000 500,000
640,000
23,400,000 2,900,000
39,950,000 3,200,000
37,750,000 3,000,000
42,250,000 3,000,000
2,000,000
2,000,000
2,000,000
2,000,000
1,500,000
2,000,000
2,000,000
2,000,000
diterapkan pada industri kimia Dasar Usulan kebijakan harmonisasi tarif bea
Kebijakan iklim usaha untuk
masuk ik Dasar.
industri kimia dasar
d. Program Pelaksanaan Otoritas Nasional Senjata Kimia
Pelaksanaan Otoritas Nasional
Otoritas Nasional
500,000
1,500,000
2,000,000
e.
Tersusunnya draft RUU
800,000
1,500,000
1,500,000
1,500,000
1500000
Tersusunnya program kegiatan tahun
Tersusunnya Draft Final RUU tentang Bahan Kimia Tersusun dan terlaksananya
500,000
2,000,000
2,000,000
2,000,000
2,000,000
akan datang serta tercapainya
program kegiatan Industri Kimia
program di tahun berjalan
Dasar
usaha untuk industri kimia Dasar
Finalisasi Penyempurnaan RUU Bahan Kimia
f. Penyusunan Program, Rencana Kerja dan Pelaporan Direktorat Industri Kimia Dasar
UNIT ORGANISASI PELAKSANA (15)
1,300,000
Dokumen Kajian
Prioritas Kementerian/Lembaga
Produk Industri Kimia Dasar serta Peraturan
(7)
Kajian Bahan Baku Alternatif Petrokimia
Jumlah komoditi
2014
900,000
Model dan kebijakan pemberian insentif untuk pengembangan industri petrokimia Jumlah refinery
Promosi investasi pengembangan industri petrokimia
(Rp. 000,-) 2013
(6)
1,500,000
Tersusunnya program kerja pengembangan Litbang dan SDM industri petrokimia
PROYEKSI ANGGARAN 2011 2012
400,000
Dokumen Kajian Tersusunnya Feasibillity Study pembangunan kilang minyak (refinery) di Jawa Timur Kebijakan alokasi bahan baku
Koordinasi Pengalokasian Bahan Baku Migas dan Kondensat di Jatim dan Kaltim
a. Penyusunan Revisi dan Monitoring SNI Wajib
2010
L2-5
Lampiran Peraturan Menteri Perindustrian R.I. Nomor: 151/M-IND/PER/12/2010 88
-157NO
PROGRAM/KEGIATAN
(1)
OUTCOME/OUTPUT
(2) g. Partisipasi industri kimia Dasar dalam rangka fora kerjasama internasional dan
(3)
(4)
2010
2014
(7)
(8)
(9)
(10)
2,000,000
2,000,000
2,000,000
2,000,000
1,500,000
1,500,000
1,500,000
1,500,000
1,000,000
1,000,000
1,000,000
1,000,000
1,500,000
1,500,000
2,000,000
1,000,000
1,000,000
1,000,000
Rekomendasi
1,000,000
1,000,000
1,000,000
Laporan
1,000,000
1,500,000
1,500,000
1,500,000
Jumlah pabrik propelan
2,000,000
2,000,000
3,000,000
Termanfaatkannya bahan baku nabati
Studi
2,000,000
2,000,000
3,000,000
Data Investasi
Laporan
2,000,000
3,000,000
5,000,000
Tersusunnya data/statistik industri
Laporan Data/statistik
2,000,000
2,000,000
2,000,000
1,000,000
1,000,000
1,000,000
2,250,000
5,000,000
5,000,000
5,000,000
750,000
750,000
750,000
750,000
2,000,000
2,000,000
2,000,000
Pertemuan Internasional
dalam fora kerjasama
UNIT ORGANISASI PELAKSANA (15)
internasional Tersusunnya laporan
Tersusunnya laporan kinerja Industri
Tersusunnya laporan kinerja
Kimia Dasar
Industri Kimia Dasar
j. Kaji Tindak Penanganan Issue-issue Aktual
Solusi penanganan issue-issue
Laporan solusi
800,000
Industri Kimia Dasar k. Penyusunan Konsep Dasar Rule Of Origin
Konsep dasar ROO
Konsep dasar
600,000
Informasi Bioteknologi di industri
Laporan
500,000
kerjasama industri
Dalam Rangka Peningkatan Daya Saing
Dalam Rangka Peningkatan Daya Saing
(Rp. 000,-) 2013
(6)
Tersusunnya laporan partisipasi
Laporan kerjasama industri
i. Penyusunan Kinerja Industri Kimia Dasar
PROYEKSI ANGGARAN 2011 2012
800,000
Laporan hasil
organisasi lainnya h. Peningkatan Kerjasama industri Kimia Dasar
INDIKATOR
760,000
(ROO) Produk Industri Kimia Dasar l. Pengembangan Bioteknologi Pada Industri Kimia Dasar m. Pengembangan Industri Pestisida Nasional Pemanfaatan Bahan Baku Nabati
kimia Dasar Rekomendasi kebijakan pengembangan industri pestisida berbahan baku nabati.
n. Kajian Pemanfaatan Bahan Baku Nabati untuk Industri Farmasi o. Monitoring dan evaluasi pemberian rekomendasi IP Limbah Non B3 (sisa,
Informasi nabati yang bisa dimanfaatkan untuk industri farmasi Peta pemanfaatan limbah non B3
Jumlah verifikasi
(sisa, reja, skrap plastik)
reja, skrap plastik) p. Kaji tindak dampak perjanjian perdagangan bebas terhadap industri kimia Dasar q. Pengembangan Pembangunan industri
Jumlah industri yang telah
DED pembangunan industri propelan
propelan r. Pembangunan Pabrik Propelan
Industri
melaksanakan perjanjian perdagangan 1,500,000
Tersusunnya Detail Engineering Design (DED) pabrik propellant
Terpenuhinya bahan baku untuk industri alutsista nasional
s. Pengembangan industri pestisida berbahan baku nabati t. Pembuatan Profil Investasi dan Produk Industri Kimia Dasar u. Penyusunan Data/Statistik Industri Kimia Dasar
kimia Dasar
v. Pengelolaan tertib administrasi rekomendasi industri kimia Dasar w. Pengembangan Industri Bahan kimia Khusus Berbasis Hasil Samping dan/atau limbah Industri CPO dan turunannya
Tertibnya administrasi rekomendasi industri kimia Dasar Data perkembangan industri kimia khusus
Tata tertib
Fasilitasi Pengembangan Garam Bahan Baku x. dan Garam Beryodium
Terfasilitasinya Bantuan Peralatan
Bantuan peralatan garam
y. Forum Komunikasi Pengembangan Industri Garam
Data
500,000
z. Business Plan Pengembangan Industri Garam
2,000,000
zz. Publikasi Kinerja Industri Kimia Dasar
1,000,000
L2-6
Lampiran Peraturan Menteri Perindustrian R.I. Nomor: 151/M-IND/PER/12/2010 88
-158NO (1)
PROGRAM/KEGIATAN
OUTCOME/OUTPUT
(2)
INDIKATOR
(3)
(4)
Tumbuh dan kuatnya struktur Industri Kimia Hilir
Meningkatnya jumlah populasi Industri Kimia Hilir
-
Berkembangnya klaster industri semen
Entitas Kolaborasi Klaster
- Fasilitasi sarana distribusi Semen (packing plant di kawasan timur Indonesia
-
Terjaminnya pasokan Semen di kawasan timur Indonesia
Jumlah packing plant
- Forum komunikasi pengembangan industri Semen
-
Tersusunnya program masing-masing stakeholder dalam pengembangan industri Semen
Jumlah program
3 Revitalisasi dan Penumbuhan Industri Kimia Hilir Prioritas Bidang Perekonomian a. Pengembangan Klaster Industri Semen
b. Pengembangan Klaster Industri Keramik
2010
PROYEKSI ANGGARAN 2011 2012
(6)
(7)
19,850,000
27,750,000
15,600,000 500,000
17,750,000 1,750,000
1,500,000
(8) 145,625,000 127,325,000 500,000
(Rp. 000,-) 2013 (9) 42,250,000 18,150,000
2014 (10) 50,375,000
500,000
110,000,000
650,000
750,000
825,000
900,000
975,000
500,000
500,000
500,000
500,000
500,000
1,500,000
1,575,000
1,650,000
1,725,000
500,000
750,000
825,000
900,000
975,000
-
Berkembangnya klaster industri keramik
Entitas Kolaborasi Klaster
-
Meningkatnya jenis dan kualitas bahan baku dan produk Keramik
Lokasi pengolahan bahan baku Keramik
- Bantuan peralatan bahan baku Keramik
-
Tersedianya sarana peningkatan kualitas dan teknologi bahan baku Keramik
Unit fasilitas pengolahan bahan baku
- Forum komunikasi pengembangan industri Keramik
-
Tersusunnya program masing-masing stakeholder dalam pengembangan industri Keramik
Jumlah program
-
Berkembangnya klaster industri Barang Karet
Entitas Kolaborasi Klaster
1,200,000
2,250,000
2,350,000
2,450,000
2,550,000
- Bantuan peralatan barang karet
-
Tersedianya peralatan dan mesin
Jumlah unit
3,500,000
1,500,000
1,600,000
1,700,000
1,800,000
- Forum komunikasi industri barang karet
-
Tersusunnya program masing-masing stakeholder dalam pengembangan industri barang karet
Jumlah program
850,000
1,000,000
1,100,000
1,200,000
1,300,000
d. Penyusunan, penerapan dan monitoring SNI
-
Meningkatnya SNI produk Kimia Hilir
Jumlah SNI
1,650,000
4,500,000
4,600,000
4,700,000
4,800,000
e. Peningkatan teknologi Industri Kimia Hilir
-
Jumlah penerapan
1,750,000
1,000,000
1,100,000
1,200,000
1,300,000
f. Penciptaan Iklim Usaha Yang Kondusif
-
Meningkatnya teknologi Industri Kimia Hilir Berkembangnya iklim usaha industri kimia hilir yang kondusif
Jumlah kebijakan
1,500,000
2,250,000
2,350,000
2,450,000
2,550,000
a. Penyebaran dan Pengembangan Industri Kimia Hilir Lainnya
Berkembangnya penyebaran industri kimia hilir tertentu
Jumlah lokus
2,500,000 1,750,000
7,750,000 3,250,000
15,850,000 3,350,000
21,450,000 3,450,000
28,550,000 3,550,000
b. Fasilitasi Promosi Investasi
Tersebarnya promosi investasi industri kimia hilir
Jumlah komoditi
1,000,000
3,000,000
5,000,000
7,000,000
c. Peningkatan Kompetensi SDM Industri/Aparatur
Meningkatnya kompetensi SDM Industri Kimia Hilir
Jumlah standar
2,500,000
5,000,000
7,000,000
10,000,000
d. Fasilitasi Kerjasama Industri
Meningkatnya kerjasama Industri Kimia Hilir
Jumlah kerjasama
1,000,000
4,500,000
6,000,000
8,000,000
Prioritas Kementerian/Lembaga
Direktorat Industri Kimia Hilir
18,975,000
500,000
- pengembangan bahan baku dan produk Keramik
c. Pengembangan Klaster Industri Barang Karet
UNIT ORGANISASI PELAKSANA (15)
1,500,000
750,000
L2-7
Lampiran Peraturan Menteri Perindustrian R.I. Nomor: 151/M-IND/PER/12/2010 88
-159NO (1)
PROGRAM/KEGIATAN
OUTCOME/OUTPUT
INDIKATOR
(2)
(3)
(4)
Pendukung a. Pelaporan dan database b. Pelayanan publik c. Optimalisasi dan koordinasi
4 Revitalisasi dan Penumbuhan Industri Tekstil dan Aneka Prioritas Bidang Perekonomian a. Restrukturisasi Permesinan Industri tekstil, alas kaki dan penyamakan kulit b. Pengembangan Klaster Industri Tekstil dan Produk Tekstil
Tersedianya database Tersedianya layanan publik Terlaksananya koordinassi pusat dan daerah
Jumlah data Jumlah bulan layanan Jumlah koordinasi
Tumbuh dan Kuatnya Industri Tekstil dan Aneka
Pada akhir 2014, utilisasi kapasitas produksi pulih mencapai 72%
Meningkatnya utilisasi, effisiensi, produktifitas, kualitas, dan penyerapan tenaga kerja industri Berkembangnya Klaster Industri Tekstil
Jumlah perusahaan yang terfasilitasi
b. Peningkatan Iklim Usaha dan Jasa Industri tekstil dan aneka c. Penyebaran dan Pengembangan Industri Tertentu d. Pengembangan SDM Industri e. Peningkatan kerjasama, promosi dan investasi Industri f. Peningkatan desain produk industri tekstil dan aneka g. Memfasilitasi pengolahan limbah di sentra industri pengolahan kulit h. Meningkatkan P3DN bagi alat musik, alat pendidikan dan TPT
5 Penyusunan dan Evaluasi Program Revitalisasi dan Penumbuhan Basis Industri Manufaktur
Prioritas Bidang Perekonomian a. Meningkatkan Penggunaan Produk Dalam Negeri untuk Basis Industri Manufaktur
1,750,000 1,000,000
(7) 2,250,000
(8) 2,450,000
(Rp. 000,-) 2013 (9) 2,650,000
2014 (10)
1,350,000 1,100,000
1,450,000 1,200,000
1,550,000 1,300,000
235,349,331.00
217,000,000.00
241,100,000.00
263,120,000.00
289,432,000.00
204,891,800 200,000,000
192,504,822 188,961,450
213,655,304 207,857,595
232,930,835 228,643,355
256,223,918 251,507,690
Entitas kolaborasi klaster
2,500,000
1,740,000
3,814,000
2,105,400
2,315,940
Meningkatnya penerapan standar produk dan kompetensi SDM industri tekstil dan aneka Iklim usaha kondusif
Jumlah SNI, RSNI dan RSKKNI
29,057,531 5,200,000
23,358,448 4,835,306
26,194,293 5,318,837
28,813,722 5,850,720
31,695,094 6,435,792
269,954
2,169,816
2,386,798
2,625,477
2,888,025
Tersebar dan berkembangnya industri tertentu Meningkatnya kompetensi SDM Industri Meningkatnya kerjasama, promosi dan investasi industri Meningkatnya kualitas desain produk industri tekstil dan aneka Meningkatnya sentra industri pengolahan kulit yang ramah lingkungan
Jumlah daerah yang difasilitasi
6,273,341
3,067,140
3,373,854
3,711,239
4,082,363
Jumlah SDM Industri yang terlatih Jumlah perusahaan yang terfasilitasi
4,000,000 13,314,236
4,211,500 7,329,036
4,632,650 8,061,940
5,095,915 8,868,134
5,605,507 9,754,947
Jumlah pusat desain yang terfasilitasi
-
1,745,650
2,420,215
2,662,237
2,928,460
Meningkatnya penggunaan produksi dalam negeri
% peningkatan per tahun 1,400,000
1,136,730
1,250,403
1,375,443
1,512,988
Meningkatnya Kualitas Perencanaan dan Pelaporan
Jumlah laporan
1,400,000
1,136,730
1,250,403
1,375,443
1,512,988
Terwujudnya Kualitas Program yang Lebih Baik dari Tahun-Tahun Sebelumnya Termasuk dalam Implementasinya
Perumusan hasil koordinasi dibidang pelaksanaan kebijakan industri, administrasi, perencanaan, pelaporan dan evaluasi yang diperlukan berdasarkan kebijakan yang ditetapkan oleh Ditjen BIM
55,175,782
68,100,000
74,886,460
82,375,106
90,612,617
Terwujudnya Belanja Pemerintah/BUMN Sebagai Basis Pasar Pengembangan Industri
Meningkatnya Jumlah Pemakai yang Menggunakan Produk Hasil Industri Dalam Negeri (Persentase)
20,000,000 20,000,000
30,566,000 30,566,000
33,622,600 33,622,600
36,984,860 36,984,860
40,683,346 40,683,346
11,732,566 3,253,654
8,172,941 3,135,830
8,990,235 3,449,413
9,889,259 3,794,354
10,878,184 4,173,790
780,304
870,500
957,550
1,053,305
1,158,636
Jumlah usulan kebijakan
UNIT ORGANISASI PELAKSANA (15)
2,850,000
1,250,000 1,000,000
Direktorat Industri Tekstil dan Aneka
Jumlah sentra industri yang terfasilitasi
Kegiatan Dasar dan Pendukung a. Peningkatan Kualitas Perencanaan dan Pelaporan
(6)
PROYEKSI ANGGARAN 2011 2012
750,000
Prioritas Kementerian/Lembaga a. Peningkatan Standardisasi dan Teknologi Industri tekstil dan aneka
2010
Sekretariat Direktorat Jenderal Basis Industri Manufaktur
Meningkatnya Pembelanjaan Produk Hasil Industri Dalam Negeri Oleh Pemerintah dan BUMN (Persentase) Prioritas Kementerian / Lembaga a. Fasilitasi Dukungan Kebijakan Pengembangan Basis Industri Manufaktur
Fasilitasi peningkatan penerapan konservasi energi pada basis indutri manufaktur Fasilitasi perlindungan HAKI pada sub sektor basis industri manufaktur
Jumlah perusahaan yang terfasilitasi dalam penerapan konservasi energi Jumlah perusahaan yang terfasilitasi dalam peningkatan kemampuan terkait dengan bidang HAKI
L2-8
Lampiran Peraturan Menteri Perindustrian R.I. Nomor: 151/M-IND/PER/12/2010 88
-160NO
PROGRAM/KEGIATAN
(1)
(2)
OUTCOME/OUTPUT
PROYEKSI ANGGARAN 2011 2012
(Rp. 000,-) 2013
2014
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
Terpromosikannya kemampuan industri manufaktur dalam negeri
Jumlah perusahaan industri yang terfasilitasi
1,749,405
1,486,512
1,635,163
1,798,680
1,978,547
c.
Terfasilitasikannya persiapan, implementasi dan evaluasi peningkatan kerjasama industri
Jumlah fasilitasi dan evaluasi pelaksanaan peningkatan kerjasama industri
4,949,203
2,680,099
2,948,109
3,242,920
3,567,212
Terfasilitasikannya peningkatan mutu dan standard produk pada industri basis manufaktur
Jumlah perusahaan yang terfasilitasi
1,000,000
-
-
-
-
Terbayarkan gaji pegawaiDitjen BIM
Jumlah Layanan Bulan Pembayaran Gaji dan Penyediaan Operasional Sarana dan Prasarana Kerja
23,443,216 10,922,988
29,361,059 12,560,897
32,273,625 13,816,987
35,500,987 15,198,685
39,051,086 16,718,554
3,947,747
6,147,201
6,761,921
7,438,113
8,181,925
2,873,649
4,275,973
4,703,570
5,173,927
5,691,320
625,335
1,248,600
1,373,460
1,510,806
1,661,887
d. Fasilitasi Penyusunan dan Penerapan Standar Industri
(4)
2010
b. Fasilitasi Promosi Industri Fasilitasi peningkatan kerjasama industri
(3)
INDIKATOR
Kegiatan Dasar dan Pendukung a. Pengelolaan Gaji dan Operasional Ditjen BIM
Terpenuhinya sarana dan prasarana kerja Ditjen BIM b. Peningkatan Kualitas Perencanaan dan Pelaporan
Meningkatnya kesesuaian perencanaan kegiatan dengan Kebijakan Industri Nasional
Persentase keseuaian program kegiatan Dittjen BIM dengan Kebijakan Industri Nasional
c.
Tersedianya database struktur kepegawaian Ditjen BIM
Jumlah Dokumen databese kepegawaian Ditjen BIM
Meningkatnya busines proses Ditjen BIM yang efisien, efektif dan akuntabel Tersedianya dan termutakhirkannya sistem informasi dan database perkembangan BIM
Presentase efisiensi dan efektifitas business proses Ditjen BIM Jumlah pemutakhiran sistem informasi (aplikasi) dan database perkembangan basis industri manufaktur
1,093,530
-
-
-
-
758,099
1,270,000
1,373,460
1,510,806
1,661,887
Tersusunnya laporan keuangan dan BMN Ditjen BIN yang akuntabel
Presentase pencapaian penilaian laporan keuangan Ditjen BIM dengan peringkat WTP
1,906,501
1,989,588
2,188,547
2,407,401
2,648,142
Meningkatnya kompetensi SDM aparatur Ditjen BIM
Jumlah aparatur yang terlatih
1,315,367
1,868,800
2,055,680.00
2,261,248.00
2,487,372.80
Pengembangan Administrasi dan Kepegawaian Ditjen BIM
d. Fasilitasi reformasi birokrasi Ditjen BIM e. Pemutakhiran Sistem Informasi dan Database Ditjen BIM
f.
Meningkatnya Sistem Tata Kelola Keuangan dan BMN Yang Profesional
g. Peningkatan Kompetensi SDM Aparatur Ditjen BIM
UNIT ORGANISASI PELAKSANA (15)
L2-9
Lampiran Peraturan Menteri Perindustrian R.I. Nomor: 151/M-IND/PER/12/2010 88
-161NO
PROGRAM/KEGIATAN
OUTCOME/OUTPUT
(2)
(3)
(1)
II.
PROGRAM REVITALISASI DAN PENUMBUHAN INDUSTRI AGRO
1 Revitalisasi dan Penumbuhan Industri Hasil Hutan dan Perkebunan Prioritas Nasional a. Pengembangan klaster industri berbasis pertanian, oleochemical (Prioritas Nasional Lainnya 2: Perekonomian)
Pulihnya pertumbuhan industri hasil hutan dan perkebunan
INDIKATOR (4) Jumlah persentase industri yang berhasil pulih Besarnya persentase utilisasi kapasitas produksi dalam industri Pada akhir tahun 2014, utilisasi kapasitas pulih mencapai 77 % sebagaimana sebelum krisis
2010
2011
TARGET 2012
2013
2014
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
130,151,137
428,575,867
492,862,247
566,791,584
651,810,322
53,500,000
61,574,831
70,811,056
81,427,406
Terbentuknya kawasan industri berbasis MSM di 3 propinsi
Lokus pengembangan
1,400,000
13,500,000
3,500,000
6,000,000
6,000,000
a. Pengembangan Klaster Industri Furniture
Berkembangnya klaster industri furniture
Lokus pengembangan
400,000
1,000,000
1,000,000
1,000,000
1,000,000
b. Pengembangan Klaster Industri Kertas
Berkembangnya klaster industri kertas
Lokus pengembangan
400,000
1,000,000
1,000,000
1,000,000
1,000,000
c.
Teknologi dan pemanfaatan bahan bakar nabati
Jumlah mesin dan peralatan
16,000,000
15,000,000
15,000,000
15,000,000
15,000,000
a. Peningkatan kerjasama, promosi dan investasi Industri
Meningkatnya kerjasama, promosi dan investasi industri
Jumlah partisipasi dalam sidang di dalam dan luar negeri Partisipasi dalam pameran
b. Peningkatan iklim usaha dan jasa industri
Iklim usaha yang kondusif
Jumlah kajian/studi/dokumen
c.
Meningkatnya penerapan standar produk
Jumlah standar dan RSNI
d. Peningkatan perumusan perencanaan, evaluasi dan laporan
Tersediannya dokumen perencanaan dan penganggaran
Jumlah laporan
2 Revitalisasi dan Penumbuhan Industri Makanan, Hasil Laut, dan Perikanan
Pulihnya pertumbuhan industri makanan, hasil laut dan meningkatnya nilai tambah industri berbasis hasil perikanan
Pada akhir tahun 2014, utilisasi kapasitas produksi pulih mencapai 75% sebagaimana sebelum krisis
53,000,000
60,999,366
70,149,270
80,666,402
Terlaksananya kegiatan rencana aksi revitalisasi industri gula untuk mencapai swasembada gula
Jumlah kegiatan pelaksanaan rencana aksi mendukung revitalisasi industri gula
3,400,000
9,500,000
10,450,000
11,495,000
12,644,500
Meningkatnya peran dan fungsi kelembagaan klaster
Lokus pengembangan klaster
2,000
23,250
25,575
28,133
30,946
UNIT ORGANISASI PELAKSANA (15) Direktorat Jenderal Industri Agro
Direktorat Industri Hasil Hutan dan Perkebunan
Prioritas Bidang Perekonomian
Pengembangan Industri Bahan Bakar Nabati
Jumlah Dokumen kajian
Non Prioritas
Peningkatan Standardisasi dan Teknologi Industri
Direktorat Industri Makanan, Hasil Laut, dan Perikanan
Prioritas Nasional a. Revitalisasi Industri Gula (Prioritas Nasional/ P5)
Prioritas Bidang Perekonomian a. Pengembangan klaster industri kelapa, kakao, gula, rumput laut dan perikanan
L2-10
Lampiran Peraturan Menteri Perindustrian R.I. Nomor: 151/M-IND/PER/12/2010 88
-162NO
PROGRAM/KEGIATAN
OUTCOME/OUTPUT
INDIKATOR
(2)
(3)
(4)
(1)
Non Prioritas a. Standarisasi Industri Makanan, Hasil Laut dan Perikanan
Terwujudnya standarisasi produk industri makanan, hasil laut dan perikanan
Rumusan SNI dan Revisi SNI Industri Maknana, Hasil Laut dan Perikanan
b. Ketahanan Pangan
Ketersediaan dan diversifikasi produk pangan yang mendukung ketahanan pangan
c.
Terlaksananya sinkronisasi pameran, kerjasama internasional, penyususnan database, penyususnan kinerja, pelatihan ISO 22000, Partisipasi Sidang ACCSQ pada Industri Makanan, Hasil Laut dan Perikanan
Unit Mesin dan Peralatan, Pengolahan Makanan, Hasil Laut dan Perikanan yang mendukung ketahanan Pangan Frekuensi Pameran, Jumlah Pelatihan, Jumlah Rapat dan Sidang Kerjasama Internasional dan Jumlah Rapat dan Sosialisasi
Kegiatan Penunjang
3 Revitalisasi dan Penumbuhan Industri Minuman dan Tembakau
Pulihnya pertumbuhan industri minuman, tembakau, dan rempah
Pada akhir tahun 2014 utilisasi kapasitas produksi pulih mencapai 87,5% sebagaimana sebelum krisis
2010
2011
TARGET 2012
2013
2014
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
2,500
1,800
1,980
2,178
2,396
717
10,000
11,000
12,100
13,310
11,620
6,450
7,095
7,805
8,585
17,913,000
50,000,000
55,050,000
57,200,000
UNIT ORGANISASI PELAKSANA (15)
64,400,000 Direktorat Industri Minuman
dan Tembakau
Jumlah instansi dan perusahaan terkait Prioritas Bidang Perekonomian a. Pengembangan Klaster Industri Pengolahan buah, kopi, susu dan tembakau Non Prioritas a. Peningkatan Kerjasama, Promosi dan Investasi Industri
b. Peningkatan Iklim Usaha Industri
Meningkatnya peran dan fungsi kelembagaan klaster
Lokus Pengembangan Klaster
1,700,000
4,950,000
6,400,000
7,400,000
8,500,000
Meningkatnya kerjasama, promosi dan investasi industri
Frekuensi kepesertaan dalam pameran dan promosi Usulan posisi runding
2,250,000
3,650,000
4,400,000
5,100,000
5,900,000
Iklim usaha Kondusif
Jumlah usulan kebijakan
2,500,000
15,450,000
9,000,000
10,300,000
11,800,000
1,200,000
1,550,000
1,350,000
1,550,000
1,800,000
700,000
1,650,000
2,100,000
2,400,000
2,800,000
1,300,000
2,750,000
3,200,000
3,700,000
4,300,000
45,075,867
51,879,232
59,661,117
68,605,812
Jumlah kajian/studi
c.
Pengembangan SDM Industri
d. Peningkatan Standardisasi dan Teknologi Industri
Meningkatnya kompetensi SDM industri
Jumlah bantuan mesin dan/atau peralatan Jumlah SDM industri yang terlatih
Meningkatnya penerapan standard produk
Jumlah standard dan RSNI Jumlah penerapan standard
e. Peningkatan Perumusan Perencanaan, evaluasi dan Pelaporan 4 Penyusunan dan Evaluasi Program Revitalisasi dan Penumbuhan Industri Agro
Tersedianya dokumen perencanaan dan penganggaran
Jumlah laporan
Terfasilitasinya pelaksanaan revitalisasi dan penumbuhan industri agro
Terlaksananya koordinasi dan fasilitasi dibidang pelaksanaan kebijakan industri agro
Sekretariat Direktorat Jenderal Industri Agro
Tercapainya peningkatan kualitas perencanaan dan pelaporan Prioritas Kementerian/Lembaga a. Meningkatkan Penggunaan Produk Industri Agro Dalam Negeri (Prioritas K/L)
Terwujudnya penggunaan produk unggulan di pasar dalam negeri
Jumlah perusahaan
b. Peningkatan koordinasi perumusan perencanaan, evaluasi dan laporan
Tersedianya dokumen perencanaan dan penganggaran
Jumlah laporan
Tersedianya data Industri Agro
Jumlah laporan
Tersusunnya laporan pelaksanaan pengembangan industri agro
Jumlah laporan
c.
Peningkatan koordinasi perumusan kebijakan iklim usaha, standarisasi, teknologi dan kerjasama
Terlaksananya koordinasi iklim usaha, standardisasi, teknologi dan kerjasama
Jumlah Laporan
d
Peningkatan layanan perkantoran dan umum
Terlaksananya peningkatan kualitas pelayanan
Jenis sarana dan prasarana
e
Peningkatan layanan administrasi keuangan
Terlaksananya pelaksanaan urusan administrasi keuangan
Jumlah Laporan
L2-11
Lampiran Peraturan Menteri Perindustrian R.I. Nomor: 151/M-IND/PER/12/2010 88
-163NO (1)
III
PROGRAM/KEGIATAN
OUTCOME/OUTPUT
(2)
(3)
PROGRAM PENUMBUHAN INDUSTRI UNGGULAN BERBASIS TEKNOLOGI TINGGI
1 Penumbuhan Industri Alat Transportasi Darat
Berkembangnya Industri Alat Transportasi Darat
INDIKATOR (4)
2010
2011
TARGET 2012
2013
2014
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
Besarnya persentase utilisasi kapasitas produksi dalam industri
65,254,250
102,449,186
117,816,564
135,489,048
155,812,406
1. Perumusan dan pelaksanaan kebijakan, perumusan standar, pemberian bimbingan teknis, serta evaluasi pengembangan Industri Alat Transportasi Darat 2. Penumbuhan Industri Alat Transportasi Darat; 3. Peningkatan nilai tambah produk Industri Alat Transportasi Darat
17,480,206
18,249,186
20,986,564
24,134,548
27,754,731
5,214,293
5,996,437
6,895,902
7,930,288
a. Pengembangan Klaster Industri Kendaraan Bermotor (Prioritas Bidang Perekonomian)
Berkembangnya klaster industri kendaraan bermotor
Jumlah Klaster
5,214,293
5,996,437
6,895,902
7,930,288
b. Pengembangan Klaster Industri Perkeretaapian (Prioritas Bidang Perekonomian) Non Prioritas
Berkembangnya klaster industri perkeretaapiaan
Jumlah Klaster
585,707
673,563
774,598
890,787
a. Peningkatan kerjasama, promosi dan investasi Industri
Meningkatnya kerjasama, promosi dan investasi industri
Jumlah perusahaan yang terfasilitasi
1,500,000
1,725,000
1,983,750
2,281,313
b. Peningkatan Iklim Usaha dan Jasa Industri
Iklim usaha kondusif
Jumlah usulan kebijakan
1,800,000
2,070,000
2,380,500
2,737,575
c.
Meningkatnya kompetensi SDM Industri
Jumlah SDM Industri yang terlatih
1,749,186
2,011,564
2,313,298
2,660,293
d. Peningkatan Standardisasi dan Teknologi Industri
Meningkatnya penerapan standar produk
Jumlah Standar dan RSNI
4,900,000
5,635,000
6,480,250
7,452,288
e. Peningkatan perumusan Perencanaan, evaluasi dan laporan
Tersedianya dokumen perencanaan dan penganggaran
Jumlah Laporan
2,500,000
2,875,000
3,306,250
3,802,188
2 Pengembangan Industri Elektronika dan Telematika
Berkembangnya Industri Elektronika dan Telematika
Prioritas Bidang Perekonomian
Pengembangan SDM Industri
1. Perumusan dan pelaksanaan kebijakan, perumusan standar, pemberian bimbingan teknis, serta evaluasi pengembangan Industri Elektronika dan Telematika 2. Penumbuhan Industri Elektronika dan Telematika; 3. Peningkatan nilai tambah produk Elektronika dan Telematika.
21,233,701
18,700,000
21,505,000
24,730,750
28,440,363
UNIT ORGANISASI PELAKSANA (15) Direktorat Jenderal Industri Unggulan Berbasis Teknologi Tinggi Direktorat Industri Alat Angkut
Direktorat Industri Elektronika dan Telematika
Prioritas Bidang Perekonomian a. Pengembangan Klaster Industri Elektronika (Prioritas Bidang Perekonomian)
Berkembangnya klaster industri elektronika
Jumlah klaster
1,400,000
1,610,000
1,851,500
2,129,225
b. Pengembangan Klaster Industri Telekomunikasi (Prioritas Bidang Perekonomian)
Berkembangnya klaster industri telekomunikasi
Jumlah klaster
500,000
575,000
661,250
760,438
c. Pengembangan Klaster Industri Komputer dan Peralatannya (Prioritas Bidang Perekonomian)
Berkembangnya klaster industri komputer dan peralatannya
Jumlah klaster
350,000
402,500
462,875
532,306
d. Pengembangan Klaster Industri Perangkat Lunak dan Konten Multimedia (Prioritas Bidang Perekonomian)
Berkembangnya klaster industri perangkat lunak dan konten multimedia
Jumlah klaster
350,000
402,500
462,875
532,306
-
-
-
a. Peningkatan kerjasama, promosi dan investasi Industri
Meningkatnya kerjasama, promosi dan investasi industri
Jumlah perusahaan yang terfasilitasi
1,700,000
1,955,000
2,248,250
2,585,488
b. Peningkatan Iklim Usaha Industri
Iklim usaha kondusif
Jumlah usulan kebijakan
6,300,000
7,245,000
8,331,750
9,581,513
Non Prioritas
-
L2-12
Lampiran Peraturan Menteri Perindustrian R.I. Nomor: 151/M-IND/PER/12/2010 88
-164NO (1)
PROGRAM/KEGIATAN
OUTCOME/OUTPUT
(2)
INDIKATOR
(3)
(4)
c. Pengembangan SDM Industri
Meningkatnya kompetensi SDM Industri
Jumlah SDM Industri yang terlatih
d. Peningkatan Standardisasi dan Teknologi Industri
Meningkatnya penerapan standar produk
Jumlah Standar dan RSNI
Tersusunnya panduan TKDN
Jumlah panduan
Tersedianya prototipe produk elektronika dan telematika Tersedianya dokumen perencanaan dan penganggaran
Jumlah prototipe
e. Peningkatan perumusan Perencanaan, evaluasi dan laporan 3 Penumbuhan Industri Maritim, Kedirgantaraan dan Alat Pertahanan
a. Pengembangan Klaster Industri Perkapalan (Prioritas Bidang Perekonomian)) b. Pengembangan Klaster Industri Kedirgantaraan (Prioritas Bidang Perekonomian) Non Prioritas a. Peningkatan kerjasama, promosi dan investasi Industri
Berkembangnya Industri Maritim, Kedirgantaraan dan Alat Pertahanan
Berkembangnya klaster industri perkapalan
1. Perumusan dan pelaksanaan kebijakan, perumusan standar, pemberian bimbingan teknis, serta evaluasi pengembangan Industri Maritim, Kedirgantaraan dan Alat Pertahanan 2. Penumbuhan Industri Maritim, Kedirgantaraan dan Alat Pertahanan ; 3. Peningkatan nilai tambah produk Industri Maritim, Kedirgantaraan dan Alat Pertahanan. Jumlah klaster Jumlah klaster
Meningkatnya kerjasama, promosi dan investasi industri
Jumlah perusahaan yang terfasilitasi
Iklim usaha kondusif
c. Pengembangan SDM Industri d. Peningkatan Standardisasi dan Teknologi Industri
Meningkatnya kompetensi SDM Industri Meningkatnya kualitas produk
e. Peningkatan perumusan Perencanaan, evaluasi dan laporan
Tersusunnya panduan TKDN Tersedianya prototipe produk Tersedianya dokumen perencanaan dan penganggaran Tersedianya bank data industri
(6)
Usulan posisi runding dalam kerjasama internasional Jumlah usulan kebijakan Jumlah Kajian Jumlah SDM Industri yang terlatih Jumlah Rancangan Standar Jumlah penerapan standar Jumlah Panduan Jumlah prototipe Jumlah Laporan
2011
TARGET 2012
2013
2014
(7)
(8)
(9)
(10)
600,000
690,000
793,500
912,525
5,850,000
6,727,500
7,736,625
8,897,119
-
-
-
-
-
-
-
-
1,650,000
1,897,500
2,182,125
2,509,444
18,700,000
21,505,000
24,730,750
28,440,363
3,200,000
3,680,000
4,232,000
4,866,800
436,976
502,522
577,901
664,586
1,300,000
1,495,000
1,719,250
1,977,138
-
-
-
4,438,937 3,164,082 3,536,234 828,000 1,971,277 1,888,947
5,104,777 3,638,695 4,066,669 952,200 2,266,969 2,172,290
5,870,494 4,184,499 4,676,669 1,095,030 2,607,014 2,498,133
Jumlah Laporan
Berkembangnya klaster industri kedirgantaraan
b. Peningkatan Iklim Usaha dan Jasa Industri
2010
13,968,193
-
3,859,945 2,751,376 3,074,986 720,000 1,714,154 1,642,563
UNIT ORGANISASI PELAKSANA (15)
Direktorat Industri Maritim, Kedirgantaraan dan Alat Pertahanan
Jumlah direktori/profile
L2-13
Lampiran Peraturan Menteri Perindustrian R.I. Nomor: 151/M-IND/PER/12/2010 88
-165NO
PROGRAM/KEGIATAN
(1)
OUTCOME/OUTPUT
(2) 4 Penumbuhan Industri Permesinan dan Alat Mesin Pertanian.
Prioritas Bidang Perekonomian a. Pengembangan Klaster mesin dan peralatan listrik
INDIKATOR
(3) Berkembangnya Industri Permesinan, dan Alat Mesin Pertanian
(4) 1 Perumusan dan pelaksanaan kebijakan, perumusan standar, pemberian bimbingan teknis, serta evaluasi pengembangan Industri Permesinan, Alat Mesin Pertanian, Mesin Peralatan Listrik, Alat Kesehatan, Mesin Perkakas, Mesin Pelestari Lingkungan, Peralatan Pabrik dan Alat Berat Penumbuhan Industri Permesinan, 2 Alat Mesin Pertanian, Mesin Peralatan Listrik, Alat Kesehatan, Mesin Perkakas, Mesin Pelestari Lingkungan, Peralatan Pabrik dan Alat Berat; Peningkatan nilai tambah produk Industri Permesinan, Alat Mesin 3 Pertanian, Mesin Peralatan Listrik, Alat Kesehatan, Mesin Perkakas, Mesin Pelestari Lingkungan, Peralatan Pabrik dan Alat Berat.
2010
2011
TARGET 2012
2013
2014
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
39,150,995
21,800,000
27,325,000
31,520,000
36,258,000
930,000
1,069,500
1,300,000
1,495,000
-
800,000
920,000
1,058,000
1,200,000
1,380,000
1,600,000
1,840,000
-
1,400,000
1,600,000
1,840,000
Berkembangnya mesin dan peralatan listrik
Jumlah klaster
Meningkatnya penggunaan produksi dalam negeri produk ketenagalistrikan melalui prototipe mesin dan peralatan listrik
Jumlah prototipe
Berkembangnya klaster industri mesin dan peralatan umum
Jumlah klaster
Meningkatnya penggunaan produksi dalam negeri produk permesinan melalui prototipe mesin dan peralatan umum
Jumlah prototipe
Berkembangnya industri alsintan sesuai dengan kontur budaya lokal
Jumlah daerah/lokasi
1,500,000
1,725,000
2,000,000
2,300,000
Meningkatnya penggunaan produksi dalam negeri produk permesinan melalui prototipe Alat Mesin pertanian
Jumlah prototipe
1,450,000
1,667,500
2,000,000
2,300,000
-
-
-
Meningkatnya kerjasama, promosi dan investasi industri
Jumlah promosi/pameran
2,300,000
2,645,000
3,050,000
3,507,500
Usulan posisi runding dalam kerjasama internasional
1,000,000
1,150,000
1,350,000
1,552,500
b. Peningkatan Iklim Usaha Industri
Iklim usaha kondusif
Jumlah usulan kebijakan
4,700,000
5,405,000
6,250,000
7,187,500
c. Pengembangan SDM Industri
Berkembangnya SdM dan teknologi industri permesinan Berkembangnya SDM dan teknologi industri alsintan
Jumlah orang
1,825,000
2,098,750
2,400,000
2,760,000
Jumlah orang
825,000
948,750
1,100,000
1,265,000
Berkembangnya Institusi/Lembaga yang mendukung pengembangan Industri Permesinan dan alat mesin pertanian melalui bantuan mesin/peralatan
Lembaga/institusi
2,000,000
2,300,000
2,600,000
3,000,000
Meningkatnya jumlah SNI permesinan
RSNI
Terjaminnya kualitas produk permesinan
SNI
Terjadinya peningkatan kompetensi
SKKNI
b. Pengembangan Klaster Industri mesin dan peralatan umum (Prioritas Bidang Perekonomian)
c. Penumbuhan Industri Alat Pertanian
Non Prioritas a. Peningkatan kerjasama, promosi dan investasi Industri
d. Peningkatan Standardisasi dan Teknologi Industri
770,000
885,500
1,000,000
1,150,000
1,400,000
1,610,000
1,800,000
2,070,000
600,000
690,000
800,000
920,000
UNIT ORGANISASI PELAKSANA (15) Direktorat Industri Permesinan dan Alat Mesin Pertanian
L2-14
Lampiran Peraturan Menteri Perindustrian R.I. Nomor: 151/M-IND/PER/12/2010 88
-166NO (1)
PROGRAM/KEGIATAN (2)
e. Peningkatan perumusan Perencanaan, evaluasi dan laporan 5 Penyusunan dan Evaluasi Program Penumbuhan Industri Unggulan Berbasis Teknologi Tinggi
OUTCOME/OUTPUT
INDIKATOR
(3)
(4)
2010
TARGET 2012
2013
2014
(7)
(8)
(9)
(10)
Berkembangnya lembaga penilaian kesesuaian
Jumlah lembaga uji
450,000
550,000
600,000
690,000
Tersedianya dokumen perencanaan dan penganggaran
Jumlah Laporan
850,000
1,000,000
1,150,000
1,322,500
31,000,000
35,650,000
40,997,500
47,147,125
911,061
1,047,720
1,204,878
1,385,610
5,117,915
5,885,602
6,768,443
7,783,709
Terwujudnya kualitas program yang lebih baik 1. Perumusan hasil koordinasi dibidang dari tahun-tahun sebelumnya termasuk dalam pelaksanaan kebijakan industri, implementasi administrasi, perencanaan, pelaporan dan evaluasi yang diperlukan berdasarkan kebijakan yang ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Pengembangan Industri Unggulan Berbasis Teknologi Tercapainya peningkatan kualitas 2. perencanaan dan pelaporan.
(6)
2011
28,885,713
UNIT ORGANISASI PELAKSANA (15)
Sekretariat Direktorat Jenderal Industri Unggulan Berbasis Teknologi Tinggi
Prioritas Kementerian/Lembaga a. Meningkatkan Penggunaan Produk Dalam Negeri Industri Unggulan Berbasis Teknoloi Tinggi (Prioritas K/L)
Terwujudnya penggunaan produk unggulan di pasar dalam negeri
Jumlah Perusahaan
Terlaksananya peningkatan kualitas pelayanan
Jenis sarana dan prasarana Jumlah SOP Jumlah laporan
14,344,630
16,496,325
18,970,773
21,816,389
c. Peningkatan koordinasi perumusan Perencanaan, evaluasi dan laporan
Terlaksananya pelaksanaan urusan administrasi keuangan Tersedianya dokumen perencanaan dan penganggaran
Jumlah laporan
7,220,643
8,303,739
9,549,300
10,981,695
d. Peningkatan koordinasi perumusan kebijakan Iklim Usaha, Standarisasi, Teknologi dan Kerjasama
Terlaksananya koordinasi iklim usaha, standarisasi, teknologi dan kerjasama
Jumlah laporan
3,407,751
3,916,614
4,504,106
5,179,722
Non Prioritas a. Peningkatan Layanan Perkantoran dan Umum
b. Peningkatan Layanan Administrasi Keuangan
L2-15
Lampiran Peraturan Menteri Perindustrian R.I. Nomor: 151/M-IND/PER/12/2010 88
-167-
NO
PROGRAM/KEGIATAN
(1)
(2) IV PROGRAM REVITALISASI DAN PENUMBUHAN INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH
OUTCOME/OUTPUT (3) Meningkatnya pertumbuhan dan perkembangan IKM
INDIKATOR (4) Rasio industri di Pulau Jawa dan luar Pulau Jawa mencapai 60:40
1
2
1 Penyebaran dan Penumbuhan Industri Kecil dan Menengah di Wilayah I Indonesia ( Sumatera dan Kalimantan )
Tumbuh dan berkembangnya sentra IKM melalui pendekatan OVOP
2010 (6)
2011 (7)
TARGET 2012 (8)
2013 (9)
2014 (10)
313,451,921
371,000,000
426,650,000
490,647,500
564,244,625
UNIT ORGANISASI PELAKSANA (15) Direktorat Jenderal Industri Kecil dan Menengah
Kontribusi PDB IKM sebesar 34% terhadap PDB sektor industri pada tahun 2014 Meningkatnya jumlah sentra IKM yang dibina melalui OVOP
Direktorat Pengembangan Industri Kecil dan Menengah Wilayah I
Prioritas Bidang Perekonomian a. Pengembangan Klaster IKM
- Pengembangan Klaster IKM Kerajinan dan Barang Seni - Pengembangan Klaster IKM Makanan Ringan Pengembangan Klaster IKM Minyak Atsiri - Pengembangan Klaster IKM Fashion -
-
-
Terlaksananya implementasi kolaborasi dan kelembagaan klaster yang semakin kuat. Diketahuinya efektifitas dan rekomendasi program selanjutnya. Terlaksananya kegiatan pengembangan Industri Kreatif Terselenggarakannya pelatihan peningkatan mutu dan desain serta pengembangan promosi industri kreatif
b. Pengembangan IKM melalui pendekatan OVOP di Wilayah I Indonesia
Tumbuh dan berkembangnya sentra IKM melalui pendekatan OVOP
Jumlah Sentra
2 Penyebaran dan Penumbuhan Industri Kecil dan Menengah di Wilayah II Indonesia ( Jawa dan Bali )
Tumbuh dan berkembangnya sentra IKM melalui pendekatan OVOP
Meningkatnya jumlah sentra IKM yang dibina melalui OVOP
Direktorat Pengembangan Industri Kecil dan Menengah Wilayah II
Prioritas Bidang Perekonomian a. Pengembangan Klaster IKM
- Pengembangan Klaster IKM Kerajinan dan Barang Seni - Pengembangan Klaster IKM Batu Mulia dan Perhiasan - Pengembangan Klaster IKM Gerabah/Keramik Hias - Pengembangan Klaster IKM Garam rakyat/konsumsi - Pengembangan Klaster IKM makanan ringan Pengembangan Klaster IKM Minyak Atsiri - Pengembangan Klaster IKM Fashion -
-
-
Terlaksananya implementasi kolaborasi dan kelembagaan klaster yang semakin kuat. Diketahuinya efektifitas dan rekomendasi program selanjutnya. Terlaksananya kegiatan pengembangan Industri Kreatif Terselenggaranya pelatihan peningkatan mutu dan desain serta pengembangan promosi industri kreatif
b. Pengembangan IKM melalui pendekatan OVOP di Wilayah II Indonesia
Tumbuh dan berkembangnya sentra IKM melalui pendekatan OVOP
Jumlah Sentra
3 Penyebaran dan Penumbuhan Industri Kecil dan Menengah di Wilayah III ( Nusa Tenggara, Sulawesi, Maluku dan Papua)
Tumbuh dan berkembangnya sentra IKM melalui pendekatan OVOP
Meningkatnya jumlah sentra IKM yang dibina melalui OVOP
Prioritas Bidang Perekonomian a. Pengembangan Klaster IKM
b. Pengembangan IKM melalui pendekatan OVOP di Wilayah III Indonesia
- Pengembangan Klaster IKM Kerajinan dan Barang Seni - Pengembangan Klaster IKM Gerabah/Keramik Hias - Pengembangan Klaster IKM garam rakyat/konsumsi - Pengembangan Klaster IKM makanan ringan Pengembangan Klaster IKM minyak atsiri - Pengembangan Klaster IKM fashion Tumbuh dan berkembangnya sentra IKM melalui pendekatan OVOP
-
-
Direktorat Pengembangan Industri Kecil dan Menengah Wilayah III
Terlaksananya implementasi kolaborasi dan kelembagaan klaster yang semakin kuat. Diketahuinya efektifitas dan rekomendasi program selanjutnya Terlaksananya kegiatan pengembangan Industri Kreatif Terselenggaranya pelatihan peningkatan mutu dan desain serta pengembangan promosi industri kreatif Jumlah Sentra
L2-16
NO
Lampiran TARGET
-168PROGRAM/KEGIATAN
(1)
(2) 4 Penyusunan dan Evaluasi Program Revitalisasi dan Penumbuhan Industri Kecil dan Menengah
OUTCOME/OUTPUT (3) Terwujudnya kualitas program yang lebih baik dari tahun-tahun sebelumnya termasuk dalam implementasinya
INDIKATOR
-
-
(4) Tersusunnya kebijakan pelaksanaan program pengembangan IKM Tercapainya peningkatan kualitas perencanaan dan pelaporan Terselesaikannya pelaporan tepat waktu
UNIT ORGANISASI Peraturan Menteri Perindustrian R.I. PELAKSANA Nomor: 151/M-IND/PER/12/2010 88
2010
2011
2012
2013
2014
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(15) Sekretariat Direktorat Jenderal Industri Kecil dan Menengah
Prioritas Kementerian/Lembaga a
Peningkatan layanan perkantoran umum
Terlaksananya peningkatan kualitas pelayanan
b. Peningkatan koordinasi dan perumusan dan perencanaan, - Tersedianya dokumen perencanaan dan penganggaran evaluasi dan laporan - Tersedianya data IKM - Tersusunnya laporan pelaksanaan Terlaksananya perumusan kebijakan dan kerjasam Terlaksananya pelaksanaan urusan administrasi keuangan e Peningkatan kegiatan lintas sektor - Terlaksananya pelaksanaan urusan administrasi keuangan Terlaksanany kegiatan promosi dan pemasaran * Alokasi per kegiatan dapat diusulkan untuk berubah sepanjang tidak melebihi alokasi per program 1) Termasuk dana Wakil Menteri c Peningkatan koordinasi perumusan kebijakan dan kerjasama d Peningkatan layanan Administrai Keuangan
Jenis sarana dan prasarana Jumlah Dokumen
Jumlah Laporan Jumlah laporan Jumlah SNI Jumlah laporan
L2-17
Lampiran Peraturan Menteri Perindustrian R.I. Nomor: 151/M-IND/PER/12/2010 88
-169NO (1) V
PROGRAM/KEGIATAN
OUTCOME/OUTPUT
(2)
(3)
INDIKATOR (4)
PROGRAM PENGEMBANGAN PERWILAYAHAN INDUSTRI
1 Pengembangan Fasilitasi Industri Wilayah I (Sumatera dan Kalimantan)
Meningkatnya jumlah investasi industri didaerah melalui pembangunan kawasan industri Efektifnya percepatan pembangunan industri di daerah yang berlandaskan keunggulan komparatif yang dimiliki daerah melalui Fasilitasi Keindustrian Wilayah I
-
-
-
Prioritas Nasional a. Fasilitasi Pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus (Prioritas Nasional 7: Iklim Investasi dan Iklim Usaha)
Meningkatnya fasilitasi pengembangan zona industri di KEK
Dokumen Fasilitasi (AMDAL, master plan, detailed engineering disign/DED, Renstra, studi kelayakan ekonomis dan finasial dan kelembagaan) Sarana dan prasrana yang terbangun (jalan, gedung pengelolah kawasan, IPAL, dan pusat inovasi)
Terdukungnya lokasi yang layak untuk dikembangkan sebagai KEK
Prioritas Bidang Perekonomian a. Penyusunan rencana pelaksanaan pengembangan industri terpadu b. Fasilitasi Pengembangan Kawasan Industri c.
Fasilitasi Penetapan Perumusan dan Evaluasi Peta Panduan Pengembangan Kompetensi Inti Industri Daerah Wilayah I d. Fasilitasi Penetapan, Perumusan dan Evaluasi Peta Panduan Pengembangan Produk Unggulan Provinsi Wilayah I e. Koordinasi pelaksanaan Publik Private Partnership Wilayah I 2 Pengembangan Fasilitas Industri Wilayah II (Jawa dan Bali )
Tersusunnya kebijakan dan program, penyusunan standar, pemberian bimbingan teknis dan evaluasi pengembangan industri di Wilayah I Indonesia Meningkatnya perkembangan dan pertumbuhan industri di daerah melalui pengembangan kawasan industri Meningkatnya rasio industri di luar Pulau Jawa terhadap Pulau Jawa Tersusunnya roadmap pengembangan produk unggulan provinsi dan kompetensi inti industri Kab/Kota
Tersedianya rencana model pengembangan industri terpadu yang implementatif
Tersusunnya dokumen model pengembangan industri terpadu
Meningkatnya fasilitasi pengembangan kawasan industri Meningkatnya pengembangan kompetensi inti industri daerah Wilayah I
Tersusunnya Dokumen Fasilitasi (dokumen perencanaan) Tersusunnya Peta Panduan
Meningkatnya pengembangan kompetensi inti industri daerah Wilayah I
Tersusunnya Dokumen Peta Panduan
Meningkatnya fasilitasi Publik Private Partnership Wilayah I
Tersusunnya Pedoman pelaksanaan P3
Efektifnya percepatan pembangunan industri di daerah yang berlandaskan keunggulan komparatif yang dimiliki daerah melalui Fasilitasi Keindustrian Wilayah II
-
-
-
-
Tersusunnya kebijakan dan program, penyusunan standar, pemberian bimbingan teknis dan evaluasi pengembangan industri di Wilayah II Indonesia Meningkatnya perkembangan dan pertumbuhan industri di daerah melaluli pengembangan kawasan industri Meningkatnya rasio industri di luar Pulau Jawa terhadap Pulau Jawa Tersusunnya roadmap pengembangan produk unggulan provinsi dan kompetensi inti industri Kab/Kota
2010 (6)
-
2011 (7)
TARGET 2012 (8)
2013 (9)
2014 (10)
UNIT ORGANISASI PELAKSANA (15)
55,000,000
74,350,000
107,000,000
160,150,000
Direktorat Jenderal Pengembangan Perwilayahan Industri
8,911,220
18,100,000
36,150,000
50,700,000 Direktorat Pengembangan Fasilitasi Keindustrian Wilayah I
3,000,000
6,000,000
6,000,000
7,000,000
5,000,000
22,000,000
35,000,000
750,000
1,000,000
1,250,000
1,500,000
2,411,220
2,500,000
2,750,000
3,000,000
2,656,250
2,500,000
3,000,000
3,000,000
93,750
100,000
150,000
200,000
1,000,000
1,000,000
1,000,000
11,600,000
19,150,000
7,720,203
36,700,000 Direktorat Pengembangan Fasilitasi Keindustrian Wilayah II
L2-18
Lampiran Peraturan Menteri Perindustrian R.I. Nomor: 151/M-IND/PER/12/2010 88
-170NO (1)
PROGRAM/KEGIATAN
OUTCOME/OUTPUT
INDIKATOR
(2)
(3)
(4)
Prioritas Nasional a. Fasilitasi Pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus (Prioritas Nasional 7: Iklim Investasi dan Iklim Usaha)
Meningkatnya fasilitasi pengembangan zona industri di KEK
Dokumen Fasilitasi (AMDAL, master plan, detailed engineering disign/DED, Renstra, studi kelayakan ekonomis dan finasial dan kelembagaan) Sarana dan prasrana yang terbangun (jalan, gedung pengelolah kawasan, IPAL, dan pusat inovasi)
Terdukungnya lokasi yang layak untuk dikembangkan sebagai KEK
Prioritas Bidang Perekonomian a. Penyusunan rencana pelaksanaan pengembangan industri terpadu
b. Fasilitasi Pengembangan Kawasan Industri
c.
Fasilitasi Penetapan Perumusan dan Evaluasi Peta Panduan Pengembangan Kompetensi Inti Industri Daerah Wilayah II
d. Fasilitasi Penetapan, Perumusan dan Evaluasi Peta Panduan Pengembangan Produk Unggulan Provinsi Wilayah II e. Koordinasi pelaksanaan Publik Private Partnership Wilayah II
3 Pengembangan Fasilitas Industri Wilayah III Nusa Tenggara, Sulawesi, Maluku dan Papua)
(
Tersedianya rencana model pengembangan industri terpadu yang implementatif
Tersusunnya dokumen model pengembangan industri terpadu
Meningkatnya fasilitasi pengembangan kawasan industri
Tersusunnya Dokumen Fasilitasi (dokumen perencanaan)
Meningkatnya pengembangan kompetensi inti industri daerah Wilayah II
Tersusunnya Peta Panduan
Meningkatnya pengembangan kompetensi inti industri daerah Wilayah II
Tersusunnya Dokumen Peta Panduan
Meningkatnya fasilitasi Publik Private Partnership Wilayah II
Tersusunnya Pedoman pelaksanaan P3
Efektifnya percepatan pembangunan industri di daerah yang berlandaskan keunggulan komparatif yang dimiliki daerah melalui Fasilitasi Keindustrian Wilayah III
-
-
-
-
Prioritas Nasional a. Fasilitasi Pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus (Prioritas Nasional 7: Iklim Investasi dan Iklim Usaha)
Meningkatnya fasilitasi pengembangan zona industri di KEK
Terdukungnya lokasi yang layak untuk dikembangkan sebagai KEK
Prioritas Bidang Perekonomian a. Penyusunan rencana pelaksanaan pengembangan industri terpadu b. Fasilitasi Pengembangan Kawasan Industri
Tersusunnya kebijakan dan program, penyusunan standar, pemberian bimbingan teknis dan evaluasi pengembangan industri di Wilayah III Indonesia Meningkatnya perkembangan dan pertumbuhan industri di daerah melaluli pengembangan kawasan industri Meningkatnya rasio industri di luar Pulau Jawa terhadap Pulau Jawa Tersusunnya roadmap pengembangan produk unggulan provinsi dan kompetensi inti industri Kab/Kota Dokumen Fasilitasi (AMDAL, master plan, detailed engineering disign/DED, Renstra, studi kelayakan ekonomis dan finasial dan kelembagaan) Sarana dan prasrana yang terbangun (jalan, gedung pengelolah kawasan, IPAL, dan pusat inovasi)
Tersedianya rencana model pengembangan industri terpadu yang implementatif
Tersusunnya dokumen model pengembangan industri terpadu
Meningkatnya fasilitasi pengembangan kawasan industri
Tersusunnya Dokumen Fasilitasi (dokumen perencanaan)
2010
2011
(6)
(7)
2,500,000
TARGET 2012 (8)
5,000,000
2013
2014
(9)
(10)
6,000,000
6,000,000
5,000,000
22,000,000
750,000
1,000,000
1,250,000
1,500,000
1,611,220
2,500,000
2,750,000
3,000,000
2,750,983
2,000,000
3,000,000
3,000,000
108,000
100,000
150,000
200,000
1,000,000
1,000,000
1,000,000
14,650,000
19,200,000
8,961,220
UNIT ORGANISASI PELAKSANA (15)
37,750,000 Direktorat Pengembangan Fasilitasi Keindustrian Wilayah III
3,000,000
5,000,000
6,000,000
7,000,000
2,000,000
5,000,000
22,000,000
500,000
1,000,000
1,250,000
1,500,000
2,361,220
2,500,000
2,750,000
3,000,000
L2-19
Lampiran Peraturan Menteri Perindustrian R.I. Nomor: 151/M-IND/PER/12/2010 88
-171NO
PROGRAM/KEGIATAN
(1)
(2) c.
Fasilitasi Penetapan Perumusan dan Evaluasi Peta Panduan Pengembangan Kompetensi Inti Industri Daerah Wilayah III
OUTCOME/OUTPUT
INDIKATOR
(3)
(4)
Meningkatnya pengembangan kompetensi inti industri daerah Wilayah III
Tersusunnya Peta Panduan
d. Fasilitasi Penetapan, Perumusan dan Evaluasi Peta Panduan Pengembangan Produk Unggulan Provinsi Wilayah III
Meningkatnya pengembangan kompetensi inti industri daerah Wilayah III
Tersusunnya Dokumen Peta Panduan
e. Koordinasi pelaksanaan Publik Private Partnership Wilayah III
Meningkatnya fasilitasi Publik Private Partnership Wilayah III
Tersusunnya Pedoman pelaksanaan P3
4 Penyusunan dan Evaluasi Program Pengembangan Perwilayahan Industri
Adanya Dukungan Manajemen, Administrasi dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya
-
-
Tersusunnya kebijakan pelaksanaan program pengembangan industri di kawasan barat, tengah, dan timur Indonesia Tercapainya peningkatan kualitas perencanaan dan pelaporan Terselesaikannya pelaporan tepat waktu
2010
2011
(6)
(7)
TARGET 2012
2013
2014
(8)
(9)
(10)
2,975,000
3,000,000
3,000,000
3,000,000
125,000
150,000
200,000
250,000
1,000,000
1,000,000
1,000,000
UNIT ORGANISASI PELAKSANA (15)
Sekretariat Direktorat Jenderal Pengembangan Perwilayahan Industri
29,407,357
30,000,000
32,500,000
35,000,000
L2-20
Lampiran Peraturan Menteri Perindustrian R.I. Nomor: 151/M-IND/PER/12/2010 88
-172NO (1) VI
PROGRAM/KEGIATAN
OUTCOME/OUTPUT
(2)
(3)
(4) meningkatnya ekspor produk dan jasa industri ke manca negara
PROGRAM KERJASAMA INDUSTRI INTERNASIONAL
1 Pengembangan Kerjasama Industri Internasional Wilayah I ( Amerika, Eropa dan Timur Tengah ) dan Multilateral
INDIKATOR
2010 (6) -
2011 (7) 48,557,397
Terjalinnya kerjasama industri internasional wilayah I dan multilateral
Terwujudnya kerjasama internasional yang mengadopsi kepentingan sektor industri
Dokumen Rumusan kebijakan kerja sama industri internasional wilayah I dan Multilateral
paket kebijakan
b Partisipasi aktif dalam Forum kerjasama Internasional
Laporan Perkembangan kerja sama industri internasional wilayah I dan Multilateral
jumlah laporan perkembangan kerjasama
3,661,901
c Monitoring dan evaluasi kerjasama industri Internasional wilayah I dan Multilateral
Laporan Kegiatan/monev perkembangan kerja sama industri internasional wilayah I dan Multilateral Laporan analisa kerja sama industri internasional wilayah I dan Multilateral Orang peserta peningkatan kemampuan SDM penangana Kerja Sama Industri Internasional Promosi Investasi industri internasional
Jumlah laporan evaluasi pelaksanaan kerjasama industri internasional jumlah laporan analisa kerjasama industri internasional Jumlah orang
1,654,200
paket program promosi industri
2,697,982
Layanan manajemen Kinerja Direktorat Kerja Sama industri wilayah I dan Multilateral
Bulan layanan
Terjalinnya kerjasama industri internasional Wilayah II dan Regional
Terwujudnya kerjasama internasional yang mengadopsi kepentingan sektor industri
Dokumen Rumusan kebijakan kerja sama industri internasional wilayah II dan Regional
paket kebijakan
b Partisipasi aktif dalam Forum kerjasama Internasional
Laporan Perkembangan kerja sama industri internasional wilayah II dan Regional
jumlah laporan perkembangan kerjasama
4,796,257
c Monitoring dan evaluasi kerjasama industri Internasional wilayah II dan Regional
Laporan Kegiatan/monev perkembangan kerja sama industri internasional wilayah II dan Regional Laporan analisa kerja sama industri internasional wilayah II dan Regional Orang peserta peningkatan kemampuan SDM penangana Kerja Sama Industri Internasional Promosi Investasi industri internasional
Jumlah laporan evaluasi pelaksanaan kerjasama industri internasional jumlah laporan analisa kerjasama industri internasional Jumlah orang
1,382,460
paket program promosi industri
1,602,310
Tersedianya SDM yang berkualitas di bidang kerjasama industri Wilayah II dan Regional
Jumlah orang
Terlaksananya penanganan hambatan kerjasama Industri Internasional dan pengamanan industri di dalam negeri
Terwujudnya kerjasama industri internasional yang mengadopsi kepentingan sektor industri
Prioritas Kementerian/Lembaga a Penyusunan rumusan kebijakan kerja sama industri internasional wilayh I dan Multilateral
d Identifikasi dan analisa kerjasama industri Internasional Wilayah I dan Multilateral e Peningkatan SDM dalam penanganan kerjasama Industri internasional f Partisipasi aktif dalam promosi investasi dan pemasaran produk g Dukungan operasional kerja Ditjen KII Wilayah I dan Multilateral
2 Pengembangan Kerjasama Industri Internasional Wilayah II dan Regional Prioritas Kementerian/Lembaga a Penyusunan rumusan kebijakan kerja sama industri internasional wilayah II dan Regional
d Identifikasi dan analisa kerjasama industri Internasional wilayah II dan Regional e Peningkatan SDM dalam penanganan kerjasama Industri internasional f Partisipasi aktif dalam promosi investasi dan pemasaran produk g Peningkatan bimbingan teknis dibidang kerjasama Industri internasional Wilayah II dan Regional
3 Peningkatan Ketahanan Industri
TARGET 2012 (8) 49,875,551
2013 (9) 53,618,629
2014 (10) 61,661,423
UNIT ORGANISASI PELAKSANA (15) Direktorat Jenderal Kerjasama Industri Internasional Direktorat Kerjasama Industri Internasional Wilayah I dan Multilateral
250,000
710,850 583,380
591,545
Direktorat Kerjasama Industri Internasional Wilayah I dan Multilateral 250,000
815,360 515,300
250,000
250,000
300,000
300,000
Direktorat Ketahanan Industri
L2-21
Lampiran Peraturan Menteri Perindustrian R.I. Nomor: 151/M-IND/PER/12/2010 88
-173NO (1)
PROGRAM/KEGIATAN
OUTCOME/OUTPUT
INDIKATOR
(2)
(3)
(4)
Prioritas Kementerian/Lembaga a Penyusunan kebijakan ketahanan industri dari pengaruh globalisasi b Identifikasi dan analisa hambatan Industri dalam negeri di pasar internasional c Identifikasi dan analisa penanganan hambatan kerjasama industri internasional d Analisis kinerja dan pengamanan industri dalam negeri e Monitoring dan evaluasi penangana ketahanan industri internasional f Peningkatan SDM dalam penanganan kerjasama Industri internasional g Dukungan operasional kerja Ditjen KII wilayah II dan Regional 4 Peningkatan Dukungan Fasilitasi dan Koordinasi Kerjasama Industri Internasional
2010
2011
TARGET 2012
2013
2014
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
Dokumen rumusan kebijakan ketahanan industri terkait kerjasama internasional Laporan identifikasi hambatan kerja sama den industri dalam negeri
paket kebijakan
1,982,900
Jumlah Lapora identifikasi hambata kerjasama industri internasional
2,311,997
Laporan analisa penanganan hambatan kerja sama industri internasional laporan analisa kinerja dan pengamanan industri dalam negeri Laporan kegiatan/monev bidang ketahanan industri internasional Orang Peserta Peningkatan kemampuan SDM penanganan ketahanan industri Layanan Manajemen Kinerja Direktorat Ketahanan Industri
Jumlah paket kajian
662,612
Jumlah paket kajian
294,527
Jumlah laporan evaluasi
685,289
Jumlah orang
358,540
Bulan layanan
467,484
Tersedianya dukungan fasilitasi dan koordinasi kerjasama industri internasional
Terwujudnya kerjasama industri internasional yang mengadopsi kepentingan sektor industri Bulan penyelenggaraan pelayanan perkantoran Dokumen Perencanaan Pelayanan perkantoran
a
Operasional Layanan perkantoran
Layanan Perkantoran
b
Penyusunan program dan anggaran Ditjen Kerjasama Industri Internasional
Dokumen perencanaan dan penganggaran Ditjen Kerja Sama Industri Internasional
c
Monitoring dan Evaluasi Pelaksanaan Koordinasi Penanganan Kerjasama Internasional
Laporan kegiatan/koordinasi/pembinaan dan tindak lanjut/monev bidang kerja sama industri internasional
Jumlah Laporan kegiatan
d
Penyusunan Kebijakan teknis Kerja Sama Industri internasional
Rekomendasi dukungan kebijakan teknis Kerja Sama Industri Internasional
Jumlah rekomendasi
UNIT ORGANISASI PELAKSANA (15)
Sekretariat Direktorat Jenderal Kerjasama Industri Internasional
L2-22
Lampiran Peraturan Menteri Perindustrian R.I. Nomor: 151/M-IND/PER/12/2010 88
-174NO (1)
PROGRAM/KEGIATAN
OUTCOME/OUTPUT
(2)
(3)
INDIKATOR
VII PROGRAM PENGKAJIAN KEBIJAKAN, IKLIM, DAN MUTU INDUSTRI
2013
(6)
(7)
(8)
(9)
340,664,373
360,600,000
414,690,000
476,893,500
Prioritas Kementerian/Lembaga a. Peningkatan Standardisasi Industri
Meningkatnya RSNI
Jumlah RSNI
b.
Meningkatnya pemberlakuan SNI wajib
Permen SNI wajib
Terwujudnya pengkajian kebijakan dan iklim usaha industri
Tersusunnya konsepsi dan koordinasi pelaksanaan kebijakan dalam rangka menciptakan iklim perlindungan industri yang wajar, iklim pengembangan usaha industri yang sehat, iklim untuk mendorong ekspor hasil industri
2 Pengkajian Kebijakan, dan Iklim Usaha Industri
TARGET 2012
(4)
Tersusunnya Kebijakan serta pengembangannya dan terlaksananya penyiapan perumusan kebijakan standardisasi, Rancangan SNI, kaji ulang dan revisi SNI, penyiapan pemberlakuan SNI secara wajib
Penerapan standardisasi, akreditasi dan peningkatan mutu industri unggulan berbasis Iptek
2011
Tersusunnya rumusan dan analisis kebijakan dari iklim di sektor industri serta analisa, standar, dan prosedur di bidang industri serta terhasilkannya kuantitas, kualitas hasil litbang dan kebijakan pendukungnya yang mampu diaplikasikan hingga skala pabrik. Tersusunnya Kebijakan Standardisasi Industri
1 Perencanaan Kebijakan Standardisasi Industri
2010
2014 (10)
UNIT ORGANISASI PELAKSANA (15)
548,427,525 Badan Pengkajian Kebijakan, Iklim, dan Mutu Industri
Pusat Standardisasi
Pusat Pengkajian Kebijakan, dan Iklim Usaha Industri
Prioritas Kementerian/Lembaga a.
Peningkatan Iklim Usaha Industri
Membaiknya iklim usaha di sektor industri
Kelompok/bidang Industri
b.
Peningkatan Investasi Industri
Meningkatnya investasi di sektor industri
Paket rumusan kebijakan
c.
Pemodelan dan analisis industri
Efektifitas dan efisiensi produksi cabang industri tertentu untuk meningkatkan daya saing
Model sistem pasok, produksi dan pemasaran
d.
Membangun sistem informasi industri yang terintegrasi dan handal
Meningkatnya pembangunan sistem informasi yang terintegrasi
Unit Pengguna informasi
3 Pengkajian Industri Hijau dan Lingkungan Hidup
Terlaksananya Pengkajian Industri Hijau dan Lingkungan Hidup
-
-
-
Perumusan kebijakan, serta penelitian dan pengembangan lingkungan industri, energi dan diversifikasi hasil riset Terdapatnya peta sumber daya lingkungan hidup energi baru dan yang terbarukan pada sektor industri Terlaksananya penelitian dan pengembangan lingkungan industri hijau
Pusat Pengkajian Lingkungan Hidup dan Industri Hijau
L2-23
Lampiran Peraturan Menteri Perindustrian R.I. Nomor: 151/M-IND/PER/12/2010 88
-175NO (1)
PROGRAM/KEGIATAN
OUTCOME/OUTPUT
INDIKATOR
(2)
(3)
(4)
Prioritas Kementerian/Lembaga a. Fasilitasi Pengembangan Kawasan Industri Khusus
Tersedianya konsep kelayakan pengembangan kawasan ekonomi khusus
Rekomendasi usulan penetapan
b.
Pengembangan Kawasan Industri Berbasis Kompetensi Inti
Meningkatnya pengembangan kawasan industri berbasis kompetensi inti
Kebijakan-kebijakan teknis
c.
Pengembangan Lingkungan Industri
Meningkatnya industri berwawasan lingkungan
Dokumen konsep Green Industry
d.
Pengembangan diversifikasi dan konservasi energi industri
Meningkatnya efisiensi energi di industri
Penyusunan road map konservasi dan diversifikasi energi
e.
Pengembangan Lingkungan Industri
Meningkatnya industri berwawasan lingkungan
Dokumen Kebijakan/Peraturan
2010
2011
TARGET 2012
2013
2014
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
UNIT ORGANISASI PELAKSANA (15)
Tingkat pengurangan emisi CO2 4 Pengkajian Teknologi dan Hak Kekayaan Intelektual
Prioritas Kementerian/Lembaga a. Kajian dan pendirian pusat industri teknologi Baru
Tersusunnya Kajian Teknologi, Hak Kekayaan Intelektual dan Jasa Industri
Tersusunnya Kajian Teknologi, Hak kekayaan Intelektual dan Jasa Industri
Tersedianya kajian dan berdirinya pusat industri
Jumlah kajian dan Jumlah pusat industri teknologi tinggi
b.
Peningkatan kerjasama dan promosi industri teknologi Baru
Memberdayakan potensi industri nano teknologi
Jumlah SDM
c.
Menyebarluaskan hasil litbang di bidang industri dan HKI
Meningkatnya hasil litbang yang dipatenkan
Hasil litbang yang dipatenkan
d.
Mendorong pengembangan dan peningkatan inovasi industri
Terwujudnya pilot project, pusat inkubator nano teknologi dan aliansi strategis serta terpilihnya hasil litbang teknologi industri bagi dunia usaha
Teknologi
5 Penyusunan dan Evaluasi Program Kebijakan, Iklim, dan Mutu Industri
Terwujudnya kualitas program yang lebih baik dari tahun-tahun sebelumnya termasuk dalam implementasinya
-
-
-
Prioritas Kementerian/Lembaga a. Penyusunan Program Kegiatan Badan Pengkajian Kebijakan Iklim dan Mutu Industri b.
Penyusunan Monitoring dan Evaluasi Program / Kegiatan Badan Pengkajian Kebijakan iklim dan Mutu Industri
6 Penelitian dan Pengembangan Teknologi dan Peningkatan JPT
Terlaksananya pelayanan teknis dan administratif kepada seluruh satuan organisasi di lingkungan Badan Pengkajian Kebijakan Iklim dan Mutu Industri Tersusunnya Program Kegiatan Badan Pengkajian Kebijakan Iklim dan Mutu Industri Tersusunnya Evaluasi Program Badan Pengkajian Kebijakan Iklim dan Mutu Industri
Terwujudnya kebijakan dan program BPKIMI yang berkelanjutan
KPJM dan Rencana Kerja BPKIMI
Teridentifikasinya permasalahan iklim dan mutu industri sebagai masukan penyusunan kebijakan dan program BPKIMI
Jumlah dokumen monev
Terwujudnya litbang teknologi baru, dan terlaksananya pelayanan teknis sertifikasi industri
-
Pusat Pengkajian Teknologi, Hak Kekayaan Intelektual dan Jasa Industri
Sekretariat Badan Pengkajian Kebijakan, Iklim, dan Mutu Industri
Jumlah pelayanan teknis yang dihasilkan Jumlah kerjasama dengan dunia industri Jumlah hasil litbang baru
L2-24
Lampiran Peraturan Menteri Perindustrian R.I. Nomor: 151/M-IND/PER/12/2010 88
-176NO (1)
PROGRAM/KEGIATAN
OUTCOME/OUTPUT
INDIKATOR
(2)
(3)
(4)
Prioritas Kementerian/Lembaga a. Penelitian dan pengembangan teknologi industri
Terwujudnya hasil litbang industri baru sebagai upaya peningkatan daya industri
Jumlah hasil litbang teknologi baru
Terwujudnya kerjasama litbang dengan antar Badan Penelitian, PT, Dunia Usaha
Jumlah kerjasama itbang dan rancangbangun
b.
Pelayanan Teknis pengujian industri
Terwujudnya jasa pelayanan teknis kepada dunia usaha
Jumlah JPT
c.
Peningkatan Standardisasi Industri Daerah
Meningkatnya RSNI
Jumlah RSNI
2010
2011
TARGET 2012
2013
2014
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
UNIT ORGANISASI PELAKSANA (15)
L2-25
Lampiran Peraturan Menteri Perindustrian R.I. Nomor: 151/M-IND/PER/12/2010 88
-177NO
PROGRAM/KEGIATAN
(1)
(2)
VIII PROGRAM PENGAWASAN DAN PENINGKATAN AKUNTABILITAS APARATUR KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN
1.
Peningkatan Pengawasan dan Akuntabilitas Pelaksanaan Program Pengembangan Industri Inspektorat I
OUTCOME/OUTPUT
INDIKATOR
(3)
(4)
Terlaksananya program dan kegiatan sesuai rencana dan ketentuan yang berlaku, terselenggaranya pemerintahan yang efektif, efisien, trnasparan, akuntabel, bersih dan bebas dari KKN, serta terwujudnya Good Governance dan Clean Government, melalui Pelaksanaan Pengawasan dan Akuntabilitas Kinerja Program/kegiatan, Reviu LK/BMN, Monitoring dan Evaluasi Kebijakan Industri dan Dukungan Manajemen/Teknis Lainnya
Tersusunnya norma, standar, kriteria dan prosedur pengawasan yang efektif, tersedianya hasil pengawasan yang berkualitas, serta tercapainya peningkatan akuntabilitas, transparansi, efektifitas dan efisiensi pelaksanaan program dan kegiatan Kementerian Perindustrian.
- Pengawasan Kinerja pada unit/satker vertikal, Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan - Monitoring dan evaluasi pelaksanaan kebijakan Pengembangan Industri di Pusat dan Prov/Kab/Kota
2010 (6) 19,908,000
2011 (7) 45,500,000
TARGET 2012 (8) 52,325,000
2013 (9) 60,173,750
2014 (10) 69,199,813
UNIT ORGANISASI PELAKSANA (15) Inspektorat Jenderal
Terlaksananya Pengawasan Kinerja, Monev Pengembangan Industri, reviu Lap Keuangan/BMN, Pemeriksaan Khusus dan Monev Program/ kegiatan prioritas dan aktual bidang industri oleh Inspektorat I
Inspektorat I
Terlaksananya Pengawasan Kinerja, Monev Pengembangan Industri, reviu Lap Keuangan/BMN, Pemeriksaan Khusus dan Monev Program/ kegiatan prioritas dan aktual bidang industri oleh Inspektorat II
Inspektorat II
Terlaksananya Pengawasan Kinerja, Monev Pengembangan Industri, reviu Lap Keuangan/BMN, Pemeriksaan Khusus dan Monev Program/ kegiatan prioritas dan aktual bidang industri oleh Inspektorat III
Inspektorat III
- Reviu Laporan keuangan/BMN unit vertikal - Pengawasan /Pemeriksaaan Khusus - Monitoring dan evaluasi pelaksanaan program/ kegiatan prioritas dan aktual bidang industri - Akuntabilitas Kinerja Pelaksanaan Kegiatan Pengawasan 2.
Peningkatan Pengawasan dan Akuntabilitas Pelaksanaan Program Pengembangan Industri Inspektorat II
- Pengawasan Kinerja pada unit/satker vertikal, Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan - Monitoring dan evaluasi pelaksanaan kebijakan Pengembangan Industri di Pusat dan Prov/Kab/Kota - Reviu Laporan keuangan/BMN unit vertikal - Pengawasan /Pemeriksaaan Khusus - Monitoring dan evaluasi pelaksanaan program/ kegiatan prioritas dan aktual bidang industri - Akuntabilitas Kinerja Pelaksanaan Kegiatan Pengawasan
3.
Peningkatan Pengawasan dan Akuntabilitas Pelaksanaan Program Pengembangan Industri Inspektorat III
- Pengawasan Kinerja pada unit/satker vertikal, Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan - Monitoring dan evaluasi pelaksanaan kebijakan Pengembangan Industri di Pusat dan Prov/Kab/Kota - Reviu Laporan keuangan/BMN unit vertikal
L2-26
Lampiran Peraturan Menteri Perindustrian R.I. Nomor: 151/M-IND/PER/12/2010 88
-178NO
PROGRAM/KEGIATAN
(1)
(2)
OUTCOME/OUTPUT
INDIKATOR
(3)
(4)
2010
2011
TARGET 2012
2013
2014
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
UNIT ORGANISASI PELAKSANA (15)
- Pengawasan /Pemeriksaaan Khusus - Monitoring dan evaluasi pelaksanaan program/ kegiatan prioritas dan aktual bidang industri - Akuntabilitas Kinerja Pelaksanaan Kegiatan Pengawasan 4.
Peningkatan Pengawasan dan Akuntabilitas Pelaksanaan Program Pengembangan Industri Inspektorat IV
- Pengawasan Kinerja pada unit/satker vertikal, Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan
Terlaksananya Pengawasan Kinerja, Monev Pengembangan Industri, reviu Lap Keuangan/BMN, Pemeriksaan Khusus dan Monev Program/ kegiatan prioritas dan aktual bidang industri oleh Inspektorat IV
Inspektorat IV
- Layanan fasilitasi perkantoran dan dukungan manajemen /teknis Inspektorat
Terselenggaranya Pengelolaan dan fasilitasi serta dukunganPelaksanaan Program Pengawasan Inspektorat Jenderal
Sekretariat Inspektorat Jenderal
- Pembayaran Gaji/Tunjangan/Uang makan, Lembur Inspektorat Jenderal
Terlaksananya pembayaran gaji, tunjangan, uang makan dan lembur pegawai Inspektorat Jenderal
- Operasional perkantoran ketatalaksanaan dan layanman birokrasi
Terpeliharanya sarana kerja/ kantor, terpenuhinya kebutuhan sehari-hari perkantoran, tertib ketatalaksanaan dan layanan birokrasi
- Pembinaan dan Pengembangan SDM Pengawasan serta Pemantauan Tindak Lanjut Hasil Pengawasan
- Peningkatan sistim informasi pengawasan, penyusunan kebijakan/Pedoman Pengawasan, Sarana Kerja/Kantor dan Pendataan Bahan Pengawasan serta Pembinaan/Konsultasi Pengawasan Internal Kementerian
Meningkatnya kemampuan aparat pengawasan dalam rangka pembinaan terhadap pelaksanaan pengawasan dan penyelesaian tindak lanjut Tersedianya sistem informasi pengawasan dan sarana kerja, penyempurnaan kebijakan/pedoman pengawasan, updating data bahan pengawasan dan pembinaan yang berkesinambungan
- Koordinasi pelaksanaan pengawasan / Tindak Lanjut Hasil Pengawasan dengan aparat pengawasan internal Pemerintah (APIP) serta Monitoring Evaluasi Pelaksanaan Program Kementerian.
Terkoordinasinya Kegiatan Pengawasan Internal Pemerintah (APIP) dan pelaksanaan monitoring dan evaluasi program kegiatan kementerian
- Monitoring dan evaluasi pelaksanaan kebijakan Pengembangan Industri di Pusat dan Prov/Kab/Kota - Reviu Laporan keuangan/BMN unit vertikal - Pengawasan /Pemeriksaaan Khusus - Monitoring dan evaluasi pelaksanaan program/ kegiatan prioritas dan aktual bidang industri - Akuntabilitas Kinerja Pelaksanaan Kegiatan Pengawasan
5.
Dukungan Manajemen, Pembinaan dan Tindak Lanjut Pengawasan serta Dukungan Teknis Lainnya Inspektorat Jenderal
L2-27
Lampiran Peraturan Menteri Perindustrian R.I.0 Nomor: 151/M-IND/PER/12/2010181
-179NO (1) IX
PROGRAM/KEGIATAN
OUTCOME/OUTPUT
(2)
(3)
PROGRAM DUKUNGAN MANAJEMEN DAN PELAKSANAAN TUGAS TEKNIS LAINNYA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN
1 Peningkatan Kualitas Perencanaan dan Pelaporan
2 Pengembangan SDM Industri
3 Peningkatan Sistem Tata Kelola Keuangan dan Barang Milik Negara yang Profesional
4 Pelaksanaan Ketatausahaan Pimpinan, Pelaksanaan Urusan Keprotokolan dan Keamanan Dalam, Tata Persuratan dan Kearsipan, dan Kerumahtanggaan
INDIKATOR (4) a.
Terkoordinasinya pelaksanaan tugas unit-unit organisasi di lingkungan Kementerian Perindustrian.
b.
Terbinanya pelaksanaan tugas Kementerian yang meliputi perencanaan, pengorganisasian dan ketatalaksanaan, pendayagunaan sumber daya serta penghubung antar lembaga dan masyarakat.
c.
Terlaksananya pemberian dukungan administrasi dan teknis kepada unitunit organisasi di lingkungan Kementerian.
2010 (6) 341,586,685
2011 (7) 420,928,893
TARGET 2012 (8) 484,068,227
2013 (9) 556,678,461
2014 (10) 640,180,230
UNIT ORGANISASI PELAKSANA (15) Sekretariat Jenderal
Peningkatan koordinasi penyusunan rencana, program, anggaran sektoral, program investasi, kerjasama lintas sektoral dan regional serta evaluasi dan penyusunan laporan Kementerian
tercapainya peningkatan kualitas perencanaan tercapainya peningkatan kualitas pelaporan
Biro Perencanaan
Peningkatan koordinasi, perencanaan, pengembangan dan pelaksanaan serta pengelolaan administrasi kepegawaian, sistem informasi dan manajemen kinerja sumber daya manusia aparatur di lingkungan Kementerian Perindustrian
Dokumen pengelolaan urusan kepegawaian
Biro Kepegawaian
Peningkatan pengelolaan keuangan dan inventarisasi kekayaan milik negara Kementerian,serta predikat WTP bagi Kementerian Perindustrian terus bertahan
status WTP (unit)
Terbayarkannya Gaji, Honorarium dan vakasi Pegawai
Persentase pembayaran gaji tepat waktu (3 hari kerja)
Pemutakhiran data barang milik negara yang paling mutakhir
jumlah daerah
Peningkatan Pelaksanaan Ketatausahaan Pimpinan, Pelaksanaan Urusan Keprotokolan dan Keamanan Dalam, Tata Persuratan dan Kearsipan, dan Kerumahtanggaan
Terselenggaranya layanan administrasi dan Ketatausahaan pimpinan dan Kementerian
Layanan Manajemen Kinerja
Biro Keuangan
Biro Umum
Terpeliharanya sarana dan prasarana kerja Terciptanya keamanan dan ketertiban lingkungan kantor 5 Peningkatan Kualitas Layanan di Bidang Hukum dan Organisasi
Peningkatan Koordinasi Penyusunan Rancangan Peraturan Perundang- undangan Bidang
Jumlah Peraturan Perundangundangan Bidang Industri
Peningkatan Kualitas Layanan Informasi Dokumentasi Peraturan Perundangundangan
Database Informasi Peraturan Perundang-undangan Bidang Industri yang Up to Date
Biro Hukum dan Organisasi
Jumlah Kajian Hukum Bidang Industri
L2-28
Lampiran Peraturan Menteri Perindustrian R.I.0 Nomor: 151/M-IND/PER/12/2010181
-180NO (1)
PROGRAM/KEGIATAN
OUTCOME/OUTPUT
(2)
(3)
INDIKATOR (4)
2010
2011
TARGET 2012
2013
2014
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
UNIT ORGANISASI PELAKSANA (15)
Jumlah Peraturan Perundangundangan Bidang Industri yang Dipublikasi Peningkatan Kualitas Layanan dan Bantuan Hukum
Jumlah Perkara Hukum yang Diadvokasi Jumlah Masalah Hukum yang disuluh
Peningkatan Koordinasi Penataan Organisasi dan Tata Laksana
Jumlah Peraturan Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Perindustrian yang Efektif dan Efisien Jumlah Kajian Kinerja Organisasi Kementerian Perindustrian Prosentase Unit Organisasi yang Menerapkan Budaya Kerja 5K Prosentase Unit Organisasi yang Menerapakan Sistem Manajemen Mutu Berbasis ISO 9001 - 2008
6 Pembangunan Sistem Informasi Industri yang Terintegrasi dan Handal
Terlaksananya pembinaan sistem informasi, pengumpulan dan pengolahan data, sistim jaringan informasi dan pelayanan data/informasi industri
jumlah data perusahaan
7 Peningkatan Pengelolaan Pelayanan Publik
Terlaksananya pencitraan, pengelolaan layan publik, hubungan antar lembaga, publikasi dan penyebarluasan informasi kebijakan industri, ketatausahaan dan manajemen kinerja
Jumlah pelayanan publik 23.500 orang
Pusat Data dan Informasi
jumlah produk yang telah terverifikasi (perusahaan) Pusat Komunikasi Publik
Jumlah penyelenggaraan koordinasi lintas sektoral, lembaga tinggi negara dan sosialisasi kebijakan informasi sektor industri sebanyak 130 kali Jumah informasi industri yang dipublikasikan 129500 Jumlah pelayanan ketatausahaan dan manajemen kinerja 250 orang
8 Peningkatan Kualitas SDM Industri a. Peningkatan Kompetensi SDM Industri
b. Peningkatan Layanan Pendidikan Kejuruan dan Vokasi Industri
c. Peningkatan Layanan Manajemen Kinerja Pendidikan dan Pelatihan
Meningkatnya kompetensi SDM Aparatur dan SDM Industri
Jumlah SDM Aparatur dan SDM Indutri telah mengikuti diklat sebanyak 14330 orang
Meningkatnya Koordinasi dan fasilitasi pengembangan SDM Industri
15 Koordinasi dan fasilitasi
Penguatan kelembagaan pelatihan dan pendidikan
Peningkatan sarana dan prasarana lembaga diklat dan tata kelola manajemen yang baik
Terciptanya SDM industri ahli madya sesuai dengan kebutuhan industri
Jumlah lulusan SDM ahli madya sebanyak 7670 orang
Terciptanya SDM industri ahli siap kerja sesuai dengan kebutuhan industri
Jumlah lulusan SDM terampil sebanyak 7150 orang
Meningkatnya kinerja pendidikan dan pelatihan SDM Industri Meningkatnya pelayanan Diklat SDM Industri
Layanan Manajemen Kinerja
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Industri
Indek kepuasan pelanggan meningkat (skala 1 - 5)
L2-29
Lampiran Peraturan Menteri Perindustrian R.I.0 Nomor: 151/M-IND/PER/12/2010181
-181NO (1)
PROGRAM/KEGIATAN (2)
OUTCOME/OUTPUT
INDIKATOR
(3)
(4)
d. Peningkatan Administrasi Kegiatan dan Pembinaan SDM Industri
Mewujudkan tertib administrasi dan akuntabilitas kinerja pendidikan dan pelatihan
Tersedianya Laporan Tugas Pokok dan Fungsi Tersedianya Dokumen Program dan Kegiatan
- Pendidikan dan Pelatihan Industri Regional I Medan
Terlaksananya pendidikan dan pelatihan industri di regional I Medan
-
- Pendidikan dan Pelatihan Industri Regional II Padang
Terlaksananya pendidikan dan pelatihan industri di regional II Padang
-
- Pendidikan dan Pelatihan Industri Regional III Jakarta
Terlaksananya pendidikan dan pelatihan industri di regional III Jakarta
-
- Pendidikan dan Pelatihan Industri Regional IV Yogyakarta
Terlaksananya pendidikan dan pelatihan industri di regional IV Yogyakarta
-
- Pendidikan dan Pelatihan Industri Regional V Surabaya
Terlaksananya pendidikan dan pelatihan industri di regional V Surabaya
-
- Pendidikan dan Pelatihan Industri Regional VI Denpasar
Terlaksananya pendidikan dan pelatihan industri di regional VI Denpasar
-
- Pendidikan dan Pelatihan Industri Regional VII Makassar
Terlaksananya pendidikan dan pelatihan industri di regional VII Makassar
-
2010
2011
TARGET 2012
2013
2014
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
UNIT ORGANISASI PELAKSANA (15)
Jumlah aparat yang kompeten dan berkualitas Jumlah kerjasama dengan dunia industri Jumlah PNBP yang dihasilkan
Balai Diklat Industri Regional I Medan
Jumlah aparat yang kompeten dan berkualitas Jumlah kerjasama dengan dunia industri Jumlah PNBP yang dihasilkan
Balai Diklat Industri Regional II Padang
Jumlah aparat yang kompeten dan berkualitas Jumlah kerjasama dengan dunia industri Jumlah PNBP yang dihasilkan
Balai Diklat Industri Regional III Jakarta
Jumlah aparat yang kompeten dan berkualitas Jumlah kerjasama dengan dunia industri Jumlah PNBP yang dihasilkan
Balai Diklat Industri Regional IV Yogyakarta
Jumlah aparat yang kompeten dan berkualitas Jumlah kerjasama dengan dunia industri Jumlah PNBP yang dihasilkan
Balai Diklat Industri Regional V Surabaya
Jumlah aparat yang kompeten dan berkualitas Jumlah kerjasama dengan dunia industri Jumlah PNBP yang dihasilkan
Balai Diklat Industri Regional VI Denpasar
Jumlah aparat yang kompeten dan berkualitas Jumlah kerjasama dengan dunia industri Jumlah PNBP yang dihasilkan
Balai Diklat Industri Regional VII Makassar
L2-30
Lampiran Peraturan Menteri Perindustrian R.I.0 Nomor: 151/M-IND/PER/12/2010181
-182NO (1) X
PROGRAM/KEGIATAN
OUTCOME/OUTPUT
INDIKATOR
(2)
(3)
(4)
PROGRAM PENINGKATAN SARANA DAN PRASARANA APARATUR KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN
1. Pembangunan, pengadaan, perbaikan dan peningkatan sarana dan prasarana kerja
- Peningkatan Pengelolaan Pengadaan Barang dan Jasa
2010 (6) 8,162,600
Terkelolanya sarana prasarana kerja
Tersedianya sarana dan prasarana kerja yang memadai (%)
Terwujudnya peningkatan kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana kerja
Peningkatan sarana dan prasarana kerja
terlaksananya perencanaan, pengorganisasian, pembinaan, pengawasan serta evaluasi penggunaan kebutuhan tata kelola administrasi pengadaan barang dan jasa seluruh satuan organisasi di lingkungan Kementerian Perindustrian
Pelaksanaan Lelang sesuai dengan waktu yang direncanakan (%)
2011 (7) 20,001,835
TARGET 2012 (8) 23,002,110
2013 (9) 26,452,427
2014 (10) 30,420,291
UNIT ORGANISASI PELAKSANA (15) Unit Layanan Pengadaan
Biro Umum
Unit Layanan Pengadaan
L2-31