Prosiding Skripsi Semester Genap 2008/2009
SK - 43
IDENTIFIKASI SENYAWA PENANDA DALAM PELUMAS HASIL DAUR ULANG (RECYCLE) MENGGUNAKAN EKSTRAKSI METIL ETIL KETON DENGAN PENAMBAHAN DEMULSIFIER CaCl2 ANHIDRAT MELALUI ANALISA KG-SM Aries Tri Windarti*, R.Y. Perry Burhan1 Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi Sepuluh Nopember ABSTRAK Minyak pelumas daur ulang dapat diketahui melalui keberadaan senyawa penanda dalam pelumas melalui analisa KG-SM. Pada penelitian ini minyak pelumas daur ulang di ekstraksi menggunakan pelarut metil etil keton dengan penambahan demulsifier CaCl2 anhidrat. Perbandingan pelarut dan minyak 4:1 dengan demulsifier sebesar 1% dari jumlah total minyak dan pelarut. Hasil ekstraksi difraksinasi, fraksi yang diperoleh diidentifikasi menggunakan KG-SM. Hasil identifikasi menunjukan terdapat senyawa baru dalam pelumas hasil daur ulang yang dapat dibedakan dengan pelumas barunya yaitu senyawa ester dengan base peak m/z 55 dan 74 serta perilen m/z 252, 266, 280 dan 294. Senyawa ester yang terbentuk adalah kelompok metil ester dari rantai panjang dengan jumlah rantai terkecil (heksadekenoat) dan rantai terpanjang (nonadekenoat). Spesifikasi perylen memiliki perbedaan rantai alifatik yang mengikat cincin perylen dengan berbagai jumlah rantai alifatik Kata kunci : Pelumas bekas, ekstraksi pelarut, demulsifier, Kromatografi Gas- Spektrometer Massa, senyawa penanda.
ABSTRACT A recycled lubricant oil can be known through the existence of marking compound by KG-SM analysis. In this research the recycled lubricant oil was extracted by using methyl ethyl keton solvent added demulsifier CaCl2 anhidrat. The ratio of solvent and oil is 4:1 with addition demulsifier 1% of the total oil and solvent. Then the result of extraction is fractionated. The result of fractionation is identified by KG-SM analysis. The result of identification show that there is new compound in the recycled lubricant oil which can be differed with a new lubricant oil such as ester compound with base peak m/z 55 and 74, perylene with base peak m/z 252, 266, 280 and 294. The formed ester compound is methyl ester group from long chain with the sum of smallest chain (heksadecenoat) and the longest chain (nonadecenoat). Perylene specification have difference of aliphatic chain that tie perylene ring with various sum of aliphatic chain. Keyword : Used lubricant oil, solvent extraction, demulsifier, KG-SM, marking compound
PENDAHULUAN Peningkatan jumlah sarana transportasi bermotor dan pertumbuhan industri baik di dalam negeri maupun di dunia yang sangat pesat menyebabkan kebutuhan penggunaan pelumas semakin meningkat. Tingginya kebutuhan pelumas tersebut akan menimbulkan dampak lingkungan yang berbahaya antara lain peningkatan jumlah limbah pelumas bekas hasil aktifasi permesinan akibat adanya proses reaksi oksidasi dan dekomposisi suhu yang tinggi. Limbah pelumas bekas mengandung kotoran-kotoran logam, aditif, sisa bahan bakar dan kotoran yang lain. Limbah ini dapat diregenerasi dan dijadikan bahan dasar minyak pelumas yang baru (Ali, 1980; Repoussis, et al., 2009). Secara sederhana minyak pelumas memiliki komposisi utama berupa base oil dan aditif. Base oil merupakan senyawa yang berasal dari tumbuhan, hewan, minyak bumi dan senyawa sintetik. Aditif sebagian besar berupa garam dari asam organik dan beberapa logam seperti besi, barium, magnesium dan kalsium. Masing-masing pelumas mengandung jenis aditif yang berbeda (ZeibaPalus,1999). Aditif yang ditambahkan dalam base oil berfungsi untuk memperbaiki *Corresponding author. Phone:+628175093378 e-mail:
[email protected] 1 Alamat sekarang: Jurusan Kimia, FMIPA ITS Surabaya Prosiding KIMIA FMIPA - ITS
kualitas dari penggunaan pelumas (Al-Ghouti, 2009). Parameter kualitas pelumas didasarkan pada nilai : (1) viskositas (2) kandungan air (3) kandungan garam (4) polutan padat terlarut (5) total nilai basa, dan (6) total nilai asam. Parameter tersebut akan mengalami perubahan jika terjadi kerusakan pada pelumas yang disebabkan adanya partikel asing yang terlarut, proses oksidasi, peningkatan partikel tak larut (Rincon, 2007). Penurunan kualitas pelumas tersebut akan sangat membahayakan kerja mesin sehingga harus dilakukan penggantian dengan minyak pelumas baru. Minyak pelumas baru dapat diperoleh dari hasil pengolahan minyak mentah atau dibuat secara sintetik maupun melalui pemanfaatan minyak pelumas bekas. Pengolahan minyak pelumas bekas menjadi bahan dasar pelumas baru dapat dilakukan dengan berbagai metoda. Salah satu alternatif pemanfaatan dari besarnya jumlah minyak pelumas bekas adalah melalui proses pemisahan material yang tidak diinginkan dari pelumas, seperti penyingkiran air dan sedimen melalui daur ulang (recycle) (Rincon, 2007). Proses ini secara umum dilakukan dengan beberapa tahap yaitu penghilangan material larut anorgnik dan penghilangan material terlarut fraksi rendah yang terdapat dalam pelumas. Metode penghilangan minyak fraksi rendah dapat melalui proses ekstraksi pelarut, salah satu pelarut yang digunakan adalah metil etil keton (MEK)
dengan penambahan demulsifier. Demulsifier berfungsi untuk mengurangi ikatan air dengan minyak pada pelumas bekas (Elbashir, 2002). Pembuatan pelumas daur ulang tersebut telah diproduksi secara komersial sebagai bagian dari pemanfaatan minyak pelumas bekas bahkan cara ini ada pula yang memanfaatkan untuk tujuan pemalsuan. Pelumas hasil daur ulang (recycle) memiliki karakteristik kimia yang berbeda dengan pelumas murni. Beberapa karakteristik dapat dibedakan pada minyak pelumas daur ulang yaitu kandungan air dan sedimen lebih besar, kandungan logamnya yang lebih tinggi seperti Fe, Cd, Cr, Pb, adanya fraksi-fraksi hasil oksidasi selama pemakaian yang tidak dapat dihilangkan dari pelumas tersebut. Perbedaannya telah dibuktikan dengan pengamatan memakai metode analisa Fourier Transform Infrared (FTIR). Metode ini berdasarkan fakta bahwa molekul yang gugus fungsinya spesifik akan terabsorb dalam daerah yang khusus pada IR sehingga dapat digunakan untuk identifikasi aditif, kontaminan, produk oksidasi dan produk pengganggu (AlGhouti, 2007). Hasil pengamatan akan menunjukkan munculnya gugus karbonil yang mengalami stretching vibrasi pada peak 1716 cm -1. Gugus ini merupakan produk oksidasi dari pelumas selama pemakaian (Al- Ghouti, 2007). Teknik ini secara kualitatif dapat pula digunakan untuk mendeteksi pelumas daur ulang yang kurang baik prosesnya atau dalam penyidikan pada kasus pemalsuan pelumas. Faktor yang mempengaruhi kerusakan pelumas yaitu jenis mesin yang digunakan, umur mesin, model pelumasan dan lain-lain. Pelumas mesin akan menghasilkan produk oksidasi yang spesifik akibat kerja jenis-jenis mesin tersebut. Bila menginginkan melihat produk oksidasi secara global maka minyak pelumas dapat dideteksi dengan metode FTIR, namun untuk mengetahui secara spesifik produk oksidasi pelumas dan apa konsekuensinya terhadap mesin tidak dapat diketahui secara pasti. Untuk mesin yang menuntut spesifikasi tinggi, analisa gugus fungsi saja belum cukup memberikan informasi kemungkinan pelumas menjadi faktor penyebab kerusakan mesin atau disebabkan oleh faktor lain. Oleh karena itu, penentuan spesifikasi hasil oksidasi dipandang perlu untuk diungkapkan sebagai senyawa-senyawa apa yang terdapat dalam minyak pelumas daur ulang dan bagaimana distribusi komposisinya.
METODOLOGI PENELITIAN Alat dan Bahan Alat Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah gelas piala, gelas ukur, corong pisah, labu distilasi, neraca analitik, pengaduk magnetik, termometer, pipet pasteur, pinset, seperangkat alat ekstraksi, alat distilasi kolom, distilasi vakum, seperangkat piranti Kromatorafi Gas-Spektrometer Massa (KG-SM), serta seperangkat alat gelas, seperti gelas beaker, labu erlenmeyer, gelas kaca kecil, chamber, kertas saring whattman 41 Bahan Bahan yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah minyak pelumas bekas mesin motor Used Lubricant Oil (ULO), minyak pelumas baru untuk mesin motor berbahan dasar minyak mineral dengan jenis SAE 20W-50, metil etil keton (MEK), n-heksana, demulsifier (CaCl2.anhidrat), aquades, aseton, dan diklorometana.
Prosiding KIMIA FMIPA - ITS
PROSEDUR KERJA Distilasi Minyak Pelumas Bekas Minyak pelumas bekas used lubricant oil (ULO) sebanyak 400 ml atau 345,52 gram didistilasi menggunakan distilasi vakum untuk menghilangkan fraksi hidrokarbon ringan dan air yang teruapkan pada suhu 60-70 °C dalam tekanan 630 mmHg. Hasilnya berupa distilat yang mengandung campuran hidrokarbon ringan dan air serta residu yang mengandung fraksi minyak dan partikel yang tak terlarut (endapan) dalam minyak pelumas (sludge). Residu yang diperoleh disaring menggunakan corong Buchner dengan kertas saring Whattman 41. Filtrat (sampel A) digunakan untuk tahap ekstraksi Ekstraksi Metil Etil Keton dengan penambahan Demulsifier CaCl2.anhidrat. Sampel A ditambahkan dengan pelarut metil etil keton (MEK). Perbandingan antara pelarut dan sampel A yaitu 4:1 dalam penelitian ini digunakan pelarut MEK sebesar 80 gram dan sampel A sebanyak 20 gram dengan jumlah total sampel A dan pelarut sebesar 100 g. Larutan minyak diaduk dengan pengaduk elektrik pada 275 rpm dengan suhu 50oC selama 15 menit, selanjutnya ditambah demulsifier sebanyak 1% dari volume total larutan minyak. Demulsifier yang digunakan adalah garam CaCl2.2H 2O sebanyak 1 gram yang telah diaktivasi selama 1 jam pada suhu 105°C. Larutan minyak diaduk kembali dengan pengaduk elektrik pada 275 rpm dengan suhu 50oC selama 15 menit. larutan didiamkan selama 24 jam kemudian disaring (sampel B). Sampel B di sentrifuge untuk mengendapkan partikel yang tak terlarut (sludge) yang masih ada dalam pelumas hasil ekstraksi. Hasil yang didapatkan berupa lapisan endapan sludge pada lapisan bawah dan lapisan minyak yang berada pada lapisan atas. Kedua lapisan dipisahkan dengan cara mendekantasi lapisan minyak dengan menggunakan pipet pasteur. Lapisan minyak (sampel C) digunakan untuk tahap recovery pelarut. Recovery Pelarut Sampel C didistilasi dengan menggunakan alat distilasi dan evaporasi Butchi pada suhu 40°C dalam vakum. Hasil yang diperoleh berupa distilat yang berisi murni pelarut dan residu yang berupa minyak hasil ekstraksi Metil Etil Keton (sampel D) Identifikasi Pendahuluan Minyak pelumas bekas used lubricant oil (ULO) yang akan dipakai sebagai bahan uji diukur sifat fisik antara lain viskositas (ASTM D-445), densitas (ASTM D1298), TAN (ASTM D-974), TBN (ASTM D-2896), warna (ASTM D-1500), kandungan air (ASTM D-95), Titik nyala D-92). Minyak pelumas baru yang belum digunakan juga dianalisa kandungannya sebagai bahan perbandingan Identifikasi Minyak Hasil Daur Ulang (Recycle) I. Fraksinasi Sampel D ini difraksinasi menggunakan metode Kromatografi Lapis Tipis Preparatif (KLTP). Sampel D yang telah dilarutkan dalam Metil Etil Keton (MEK) kemudian ditotolkan pada plat KLTP berukuran 20x20 cm sebanyak 2 buah dengan fasa diam silika gel GF 254 60 mesh. Plat tersebut lalu dielusi dalam bejana pengembang (chamber) berisi n-heksana sebanyak 50 ml sebagai fasa gerak. Plat yang sudah dielusi tersebut dikeluarkan dari chamber, dikeringkan di udara terbuka dan dideteksi di bawah sinar lampu UV pada daerah panjang gelombang 254 nanometer dan 366 nanometer. Pita yang diinginkan dikerok dan diekstrak dalam Metil Etil Keton (MEK) dan disaring
dengan kertas saring. Filtrat (sampel E) digunakan untuk analisa Kromatografi Gas-Spektrometer Massa (KG-SM). II Analisa Kromatografi Gas-Spektrometer Massa (KGSM). Sampel E dianalisa dengan KG-MS Shimadzu QP2010. Kolom yang dipakai HP-5MS Kapiler 30 meter. Kondisi operasi 70oC selama 2 menit awal, suhu injektor 310 oC waktu jalan selama 19 menit. Gas pembawa yang dipakai adalah Helium dengan arus 3 mL/min, energi ionisasi 70 eV dan rasio pemisahan 73.
berwarna hijau kehitaman sebanyak 111,389 gram atau 32.24% dari seluruh sampel minyak pelumas bekas yang dipakai. Fraksi minyak ini dianalisa menggunakan KG-SM yang sebelumnya difraksinasi dengan KLTP hasil fraksinasi diperoleh dua daerah pita yaitu Rf 0,20 -0,94 dan Rf = 0,070,20. Kedua fraksi ini lalu dianalisa menggunakan KG-SM dan selanjutnya diidentifikasi senyawanya. Identifikasi senyawa penanda dalam pelumas daur ulang (recycle) menggunakan analisa KG-SM diperoleh dua data kromatogram yang membedakan antara pelumas baru dengan pelumas hasil daur ulang(recycle) sebagai berikut:
HASIL DAN DISKUSI Pada penelitian ini sampel minyak pelumas bekas sebelumnya dilakukan identifikasi secara fisika untuk mengetahui seberapa tingkat perbedaan sifat fisik antara minyak pelumas baru dan minyak pelumas bekas. Hasil pengukuran fisika sampel dapat dilihat pada table 3.1 Tabel 3.1 Hasil pengujian sifat kimiadan fisika dari pelumas Gambar 3.1 Perbedaan kromatogram pelumas baru dan pelumas (recycle) pada Rf 0,20-0,94
Tabel 3.1 merupakan hasil pengujian sifat fisik dan kimia dari pelumas baru dan pelumas bekas.terlihat dalam tabel ada penurunan sifat dari pelumas yaitu penurunan viskositas pada suhu 40 oC turun sebesar 57.85% dan viskositas pada suhu 100oC turun sebesar 74.15% yang menandakan pelumas sudah tidak dapat melakukan proses pelumasan. Perubahan warna 5-7 kali lebih pekat dari warna pelumas baru yang menandakan banyaknya partikel yang tersuspensi dalam minyak pelumas bekas, penurunan titik nyala (flash point) sebesar 35.42% yang menandakan pelumas bekas banyak mengandung komponen hidrokarbon ringan yang mudah terbakar pada suhu rendah. Terjadi kenaikan TAN sebesar sebesar 2.5 mg KOH/ml dan penurunan TBN sebesar 69.60%. Perubahan TAN dan TBN menyebabkan terjadinya perubahan reaktifitas minyak pelumas dengan badan mesin. Kandungan air dalam pelumas bekas sangat tinggi sebesar 0.04 %vol Tingginya kadar ini kemungkinan disebabkan akibat hasil reaksi dalam minyak pelumas atau tangkapan uap air yang menerobos keluar dari ruang bakar akibat sistem ruang bakar kurang terisolasi. Kadar air yang melebihi batas ambang akan turun dan dapat dibuang sebagian namun apabila tersuspensi dalam pelumas maka dapat menyebabkan peristiwa korosi (Hamad, 2005). Hasil proses daur ulang (Recycle) minyak pelumas bekas Used Lubricant Oil (ULO) menggunakan ekstraksi metil etil keton dengan penambahan demulsifier CaCl 2 anhidrat didapatkan fraksi minyak sebesar 8,35 gram atau 41,75% dari setiap 20 gram sampel yang diekstrak. Jika seluruh sampel diekstrak maka diperoleh fraksi minyak yang Prosiding KIMIA FMIPA - ITS
Gambar 3.2 Perbedaan kromatogram pelumas baru dengan pelumas (recycle) pada Rf 0,07-0,20 Gambar 3.1 dan 3.2 terlihat jelas perbedaan antara kedua pelumas yaitu munculnya puncak baru yang dilingkari garis biru. Pada Rf 0,20-0,94 terdapat 4 puncak baru. Puncak-puncak tersebut diidentifikasi dan ditentukan struktur senyawanya dengan Spektrometer Massa. Hasil identifikasi puncak ke-1 yaitu:
Gambar 3.3 Spektrum Massa Senyawa Puncak ke 1 pada Rf 0,20-0,94 Senyawa ini mempunyai spektrum massa dengan massa molekul 268 dan fragmen ion m/z 55 (sebagai puncak dasar), 96, 152, 236, 268. Spektrum massa ini merupakan spektrum massa metil, 13- Heksadekenoat (1). Ketiga puncak lainnya diidentifikasi dengan cara yang sama dan diperoleh puncak ke-2 adalah metil heksadekanoat, puncak ke-3 metil, 16-Nonadekenoat dan puncak ke-4 adalah metil oktadekanoat. Keempat puncak tersebut merupakan senyawa senyawa ester dengan base peak m/z 55 dan 74. Senyawa ester ini diidentifikasi sebagai senyawa hasil oksidasi akibat proses pemakaian atau pembakaran minyak pelumas. Reaksi oksidasi ini terjadi pada rantai hidrokarbon
panjang penyusun minyak pelumas dasar yang mengalami reaksi perengkahan termal. Komponen penyusun minyak pelumas dasar dikelompokkan menjadi 3 yaitu komponen parafinik (alifatik panjang), olefin merupakan rantai alkena panjang dan aromatik. Senyawa ester yang terbentuk kemungkinan berasal dari reaksi oksidasi dari komponen penyusun pelumas baru. Terjadi reaksi homolitik yang membentuk molekul radikal baik berasal dari aditif yang digunakan ataupun oksigen dari udara maka molekul radikal akan menyerang rantai tak jenuh pada komponen penyusun pelumas baru. Penyerangan radikal inilah yang akan membentuk senyawa ester. (Manjarrez, et al, 1998) gambaran dari reaksi pembentukan ester ini dari komponen penyusun pelumas pada rantai tak jenuh adalah sebagai berikut:
RCOO OOCR i nisiator RCOO
2RCO O
C
C
C
C
RCOO
ikatan tak jenuh
Radikal Ester
H C
C
C
RCOO
CH
RCOO
R a d ik a l E s te r
E st e r
O R
C
O
C
C
R
Senyawa E ster
Senyawa ester ini tidak dapat dihilangkan meskipun pelumas telah mengalami proses daur ulang (recycle) sehingga dapat diduga bahwa senyawa ini dapat dijadikan senyawa penanda (marka) untuk membedakan pelumas baru dengan pelumas hasil daur ulang (recycle)(AlGhouti, 2009) Pada Rf 0,07-0,20 muncul puncak yang berbeda yang tidak ada dalam pelumas baru dari waktu retensi antara 46.775 sampai 52.031. Hasil identifikasi untuk puncakpuncak pada daerah waktu retensi antara 46.775 sampai 52.031 dari puncak ke-30 sampai 54 untuk puncak ke-30 yaitu:
Gambar 3.4 Spektrum Massa Senyawa Puncak ke-30 pada Rf 0,07-0,20 Gambar 3.4 merupakan spektra senyawa dari puncak ke-30 yang diidentifikasi bahwa senyawa ini mempunyai spektrum massa dengan massa molekul 338 dan fragmen ion m/z 252 (sebagai puncak dasar), 294, 338. Spektrum massa ini merupakan spektrum massa 2-Heksil Perylen. Puncak lainnya diidentifikasi dengan cara yang sama dan diperoleh data hasil sebagai berikut: Prosiding KIMIA FMIPA - ITS
Tabel 3.2 Hasil identifikasi senyawa daerah waktu retensi 46.775 sampai 52.031
Senyawa penanda yang lain yang ditemukan adalah senyawa jenis perilen dengan base peak m/z 252, 266, 280 dan 294, sepsifikasi perylen ini memiliki perbedaan rantai alifatik yang mengikat cincin perylen. Senyawa perylen ini diidentifikasi merupakan senyawa yang spesifik yang ada dalam pelumas hasil daur ulang (recycle) karena senyawa ini dalam kromatogram yang membedakan dengan pelumas barunya. KESIMPULAN Hasil identifikasi senyawa pada pelumas hasil daur ulang (recycle) yang telah diolah menggunakan teknik ekstraksi pelarut Metil Etil Keton (MEK) dengan penambahan demulsifier (CaCl 2.anhidrat) melalui analisa KG-SM didapat hampir semua senyawa baru yang muncul merupakan senyawa ester dengan base peak m/z 55 dan 74. Senyawa ini terbentuk dari kelompok metil ester rantai panjang dengan jumlah rantai terkecil (heksadekenoat) dan rantai terpanjang (nonadekenoat). Senyawa penanda yang lain yang ditemukan adalah senyawa jenis perylen dengan base peak m/z 252, 266, 280 dan 294, sepsifikasi perylen ini memiliki perbedaan rantai alifatik yang mengikat cincin perylen. UCAPAN TERIMA KASIH 1.Prof.Dr.R.Y. Perry Burhan, M.Sc selaku dosen pembimbing atas segala diskusi, bimbingan, arahan dan semua ilmu yang bermanfaat 2.Prof.Dr. Taslim Ersam, MS dan Drs.R.Djarot K.S, MS selaku dosen penguji atas waktu, saran dan ilmunya 3.Bapak dan Mami selaku orang tua terbaik yang tak pernah putus do’a dan kasih sayangnya 4.Lab Organik UGM khususnya pak domo dan pak pribady serta Lab. Organik Kimia ITS yang telah menyediakan bahan, alat dan analisa yang diperlukan. 5.Alan’z Club, harsa, dias dan Sahabat dari berbagai angkatan yang telah membantu dalam proses penelitian ini. 6.seseorang yang yang belum bisa disebutkan namanya terimakasih atas semua perhatian,cinta, kasih sayang, semangat selama pengerjaan penelitian ini. DAFTAR PUSTAKA Al-Ghouti, M. A. and Al-Atoum, L., (2009), Virgin and Recycled Engine Oil Differentiation: A- Spectroscopic Study, Journal of Environmental Management, 90, 187 - 195
Ali,L. H. and Al-Ghannam,K. A.,(1980), Studies on Reclaiming spent Lubricating Oil, Chemistry Departement, College of Science, University of Mosul,Irak Elbashir, N.O., Al-Zahrani, S.M., Abdul Mutalib, M.I. and Abasaeed, A.E.,(2002), A Method of Predicting effective solvent extraction parameters for recycling of used lubricating oils, Chemical Engineering and Processing, 4, 765-769 Manjarrez, A.,, Capella, S., Herna´ndez jz (1998), Supercritical fluid elution chromatography for lube basestock refining, Fuel Processing Technology, 58, 25-31 Repoussis,P.P, Paraskevopoulos,D.C, Zobolas,G., Tarantilis, C.D., Ioannou, G., (2009), A web- based decision support system for waste lube oils collection and recycling, European Journal of Operational Research, 195, 676–700 Rincon,J., Canizares, P. and Maria, T.G, (2007), Regeneration of used lubricant oil by ethane extraction, Journal of Supercritical Fluids, 39, 315e322 BIOGRAFI PENULIS Penulis dilahirkan di Nganjuk pada tanggal 23 Februari 1987, sebagai anak ketiga dari tiga bersaudara. Penulis adalah alumnus dari TK Pertiwi, SD Negeri Mancon I Wilangan, SLTP Negeri I Nganjuk dan SMA Negeri 2 Nganjuk. Setelah lulus menempuh Pendidikan Menengah atas, penulis melanjutkan Pendidikan Tinggi di Jurusan Kimia Fakultas MIPA Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya melalui jalur Penelusuran Minat dan Bakat (PMDK) pada bulan Agustus 2005. Selama menempuh pendidikan tinggi di ITS, penulis pernah aktif dan berpartisipasi dalam organisasi HIMKA-ITS, BEM-ITS periode 2007/2008 dan menjadi asisten di Laboratorium Kimia Organik. Penulis juga aktif mengikuti beberapa pelatihan diantaranya LKMM tingkat pra-Dasar, LKMM TD, LKMM TM dan LKMM TL. Penulis sempat menempuh Kerja Praktek di PT. PERTAMINA (Persero) Unit Produksi Pelumas Surabaya yang kemudian menginspirasi penulis untuk mengambil Tugas Akhir mengenai identifikasi senyawa dalam pelumas hasil daur ulang (recycle). Penulis menamatkan studi S1 di Jurusan Kimia MIPA dengan mengambil Tugas Akhir pada bidang Kimia Organik dan berhasil lulus selama 4 tahun dengan predikat Sangat Memuaskan.
Prosiding KIMIA FMIPA - ITS