BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Laporan keuangan perusahaan merupakan aspek penting untuk menjalankan fungsi pasar modal (Owusu, 2006). Di Indonesa terdapat peraturan yang mengatur tentang penyampaian laporan keuangan, yaitu Peraturan Bapepam Nomor X.K.2 Lampiran Keputusan Ketua Bapepam Nomor: KEP- 36/PM/2003 tentang Kewajiban Penyampaian Laporan Keuangan Berkala yang menyatakan bahwa laporan keuangan tahunan harus disertai dengan laporan auditor independen dengan pendapat yang lazim dan disampaikan kepada Bapepam selambatlambatnya pada akhir bulan ketiga (90 hari) setelah tanggal laporan keuangan tahunan. Berdasarkan peraturan Bapepam, bahwa laporan keuangan yang disajikan harus disertai dengan laporan akuntan independen. Untuk memperoleh laporan akuntan independen, maka laporan keuangan suatu perusahaan harus terlebih dahulu diaudit. Selain pemenuhan regulasi, pengauditan ini juga dilakukan untuk memberikan keyakinan kepada para shareholders atau prinsipal atas laporan keuangan yang disajikan oleh manajer atau perusahaan. Berdasarkan teori agensi yang mengasumsikan bahwa manusia itu selalu self- interest maka kehadiran pihak ketiga yang independen sebagai mediator pada hubungan principal dan agent diperlukan, dalam hal ini adalah auditor independen. Auditor sebagai pihak eksternal bertugas menilai laporan keuangan telah disajikan sesuai kenyataan,
tanpa adanya manipulasi, sehingga keputusan yang dibuat oleh para shareholder tepat dan tidak merugikan investor itu sendiri. Auditor memiliki peran sangat penting untuk mengurangi resiko informasi, hal ini yang menjadikan alasan perusahaan membutuhkan jasa audit (Arezoo et al,2010). Perusahaan mempekerjakan auditor yang memiliki reputasi untuk menjamin para investor mengenai kredibilitas laporan keuangan yang disajikan, hal ini dilakukan untuk mengurangi permasalahan antara agen dan prinsipal Anderson et al (dalam Arezoo et al, 2010). Sehingga auditor dalam pemeriksaan terhadap laporan keuangan yang dilakukan oleh auditor harus sesuai dengan Standar Profesional Akuntan Publik, khususnya pada standar pekerjaan lapangan ketiga yang menyatakan bahwa audit harus dilaksanakan dengan penuh kecermatan dan ketelitian serta pengumpulan bukti-bukti yang cukup memadai. Kewajiban memenuhi standar ini menyebabkan waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan audit atas laporan keuangan ditentukan oleh waktu yang dibutuhkan auditor untuk memahami perusahaan guna memenuhi standar profesi yang berlaku (Rahayu, 2012). Adanya perbedaan waktu antara laporan keuangan dengan tanggal laporan auditor independen mengindikasikan tentang lamanya waktu penyelesaian audit oleh auditor. Perbedaan waktu ini sering disebut audit delay. Audit delay adalah jarak rentan waktu penyelesaian audit yang diukur dari tanggal akhir laporan keuangan fiskal dengan tanggal laporan auditan (Ashton et al., 1987). Audit delay sebagai isu penting karena dapat berpengaruh pada nilai perusahaan. Audit delay yang panjang akan berdampak negatif pada nilai
perusahaan. Perusahaan yang mempublikasikan laporan keuangan auditan akan memberikan informasi kepada pasar dan diharapkan pasar dapat merespon informasi sebagai suatu sinyal yang mampu berdampak pada nilai perusahaan. Hal ini berkaitan dengan teori sinyal, bahwa perusahaan yang mempublikasikan laporan keuangan secara tepat waku mampu memberikan sinyal positif pada pasar, sehingga para investor akan memberikan respon positif bagi perusahaan. Sebaliknya ketika perusahaan terlambat dalam mempublikasikan laporan keuangan, maka investor akan beranggapan bahwa terdapat badnews pada perusahaan dan pasar akan memberikan reaksi negatif pada perusahaan yang berdampak pada harga saham (Kartika, 2009). Untuk mengendalikan reaksi pasar pada nilai perusahaan, maka perusahaan diharapkan mampu mengendalikan terjadinya audit delay. Audit delay berhubungan dengan waktu penyampaian laporan keuangan, sehingga perusahaan dalam mengendalikan audit delay harus memperhatikan ketepatan waktu dalam pengungkapan laporan keuangan kepada publik (Ibadin, 2015). Ketepatan waktu diperlukan untuk menjaga kemanfaatan dari suatu laporan keuangan, sebab pengguna laporan keuangan memerlukan keakuratan dan ketepatan waktu dalam penyajian laporan keuangan untuk dapat membuat suatu keputusan (Prince et al.,2012). American Accounting Association (AAA) pertama kali mempertimbangkan bahwa ketepatan waktu merupakan salah satu syarat kualitatif dan karakteristik dari sebuah informasi yang bermanfaat. Penyajian laporan keuangan secara tepat waktu merupakan aspek yang strategis untuk memperoleh keunggulan kompetitif
dalam menunjang keberhasilan suatu perusahaan, dan membangun citra perusahaan di mata publik menjadi lebih baik, yang diharapkan kemudian muncul kepercayaan publik pada kualitas informasi yang disajikan oleh perusahaan (Christina, 2007). Ketepatan waktu laporan keuangan auditan merupakan faktor penting khususnya pada pasar modal negara berkembang, karena opini audit dalam laporan keuangan tahunan adalah satu-satunya sumber informasi terpercaya yang tersedia bagi investor (Ibadin, 2015). Proses
audit
sebagai
pemenuhan
regulasi
dan
ketepatan
waktu
pembulikasian laporan keuangan auditan untuk memproleh sinyal positif bagi perusahaan pada pasar menjadi hal yang kontradiktif. Perusahaan dalam mempublikasikan laporan keuangan pada satu sisi laporan keuangan yang dipublikasikan harus diaudit terlebih dahulu oleh auditor independen, yang bertujuan untuk memberikan keyakinan kepada para investor atas laporan keuangan tersebut sudah disajikan dengan benar, tanpa adanya manipulasi. Proses audit laporan keuangan inilah yang membutuhkan waktu dalam penyelesaian laporan keuangan auditan, khususnya pada proses audit yang dilakukan pada perikatan tahun pertama sebuah KAP dengan perusahaan sebagi klien. Waktu yang dibutuhkan untuk pemenuhan proses audit ini bertentangan dengan teori sinyal, bahwa perusahaan dengan nilai baik akan dengan sengaja mempublikasikan laporan keuangan mereka lebih awal, sehingga ketika perusahaan memiliki audit delay yang panjang maka pasar atau investor menganggap perusahaan tersebut memiliki badnews dan akan memberikan reaksi
negatif yang berpengaruh pada nilai perusahaan dan berdampak pada harga saham perusahaan (Kartika, 2009). Adanya hal yang bertentangan inilah menjadiakan audit delay penting untuk diteliti lebih jauh. Hal utama yang terjadi adalah bahwa audit delay disebabkan karena adanya proses audit yang membutuhkan waktu. Proses audit yang mengakibatkan terjadinya audit delay yang panjang dapat disebabkan karena terjadinya peristiwa dalam perusahaan, seperti perusahaan yang mengalami kerugian akan cenderung memerlukan auditor untuk memulai proses audit lebih lambat dari biasanya (Carslaw and Kaplan, 1991). Penelitian lainya menemukan bahwa klasifikasi industri berpengaruh pada terjadinya audit delay, hal ini karena setiap industri memiliki kriteria tersendiri, seperti halnya perusahaan pada sektor keuangan, yang kebanyakan asetnya merupakan aset moneter sehingga lebih mudah untuk diukur (Meylisa, 2010). Pengungkapan informasi pos – pos luar biasa atau kontijensi juga berpengaruh pada terjadinya audit delay, karena pos tersebut diungkapkan dalam laporan keuangan, sehingga manajer dan auditor harus memastikan bahwa pristiwa yang terjadi tepat dikatagorikan sebagai pos luar biasa, yang tentunya hal ini akan memakan waktu. Kejadian – kejadian yang dihadapi oleh perusahaan, yang menyebabkan audit delay yang panjang pada laporan keuangan auditan sehingga perusahaan memperoleh respon negatif dari pasar, hal tersebut dapat diatasi jika auditor yang digunakan oleh perusahaan memiliki pengetahuan dan pemahaman yang tinggi atas karakter bisnis dan operasional perusahaan (Rahayu, 2012). Lee et al (dalam Rahayu 2012), menyatakan bahwa semakin meningkat audit tenure maka
pemahaman auditor akan karakteristik, operasi, resiko bisnis,serta sistem akuntansi perusahaan juga akan meningkat, sehingga mampu menghasilkan proses audit yang efisien. Audit tenure adalah jumlah tahun KAP atau seorang auditor mengaudit suatu perusahaan. Berdasarkan penelitian Habib dan Bhuiyan (2011) penelitian ini mengidentifikasikan audit tenure sebagai tenure KAP. Chi dan Huang (2004) menyatakan bahwa audit tenure dapat meningkatkan pemahaman dan pengalaman dalam mempelajari karakteristik perusahaan. Geiger dan Raghunandan (2002) menemukan bahwa kegagalan audit sering terjadi di tahun pertaman auditor dan perusahaan menjalin hubungan, dibandingkan dengan auditor yang telah mengaudit klien untuk jangka waktu yang lebih panjang. Penelitian Permata (2013) dalam Rustiarini dan Sugiarti (2013) menyatakan bahwa audit tenure berpengaruh negatif pada penyampaian informasi laporan keuangan. Hasil penelitian yang dilakukan Giri (2010) menemukan hasil yang sama bahwa audit tenure berpengaruh negatif pada kualitas audit. Adapun alasan yang disimpulkan bahwa tenure yang panjang akan menciptakan pengetahuan cukup bagi auditor/KAP untuk melaksanakan tugas audit secara profesional. Semakin lama masa penugasan antar KAP dengan perusahaan, maka memungkinkan auditor untuk mengenali industri klien, sehingga mampu memperpendek masa penyelesaian audit dan dapat menyelesaikan laporan keuangan auditan secara tepat waktu. Namun penelitian – penelitian yang terdahulu masih memiliki hasil yang berbeda. Penelitian yang dilakukan oleh Rahayu (2012) menemukan bahwa hasil pengujiam pada variabel audit tenure tidak sesuai dengan prediksi. Kesimpulan
yang dihasilkan dari pengujin yang dilakukan bahwa audit delay berpengaruh positif. Hal ini dikarenakan semakin lama tenure maka akan menimbulkan kedekatan dengan perusahaan. Dugaan ini kemudian memberikan kesempatan KAP untuk mengulur waktu penyelesaian audit. Sejalan dengan penelitian Rahayu pada tahun 2012, Rustiarini dan Sugiarti (2013) menemukan hasil, bahwa audit tenure tidak bepengaruh pada audit delay, karena lamanya waktu penugasan auditor dengan perusahaan klien justru menyebabkan auditor tidak bisa menyelesaikan
kewajiban
secara
tepat
waktu
sehingga
mengurangi
ketepatanwaktu penyampaian laporan keuangan auditan. Selain audit tenure, terdapat beberapa penelitian yang menyatakan bahwa pergantian auditor juga berpengaruh, pada terjadinya audit delay. Pergantian auditor ditunjukan ketika berakhirnya hubungan antara klien dan auditor (Alim, 2010). Pergantian auditor dapat terjadi secara voluntary dan mandatory. Indonesia sebagai salah satu Negara yang mewajibkan dilakukannya pergantian auditor dengan batas waktu yang ditentukan, pemerintah telah mengatur kewajiban rotasi melalui Surat Keputusan Mentri Keuangan No. 17/PMK.01/2008 tentang Jasa Akuntan Publik. Peraturan ini mengatur tentang pemberian jasa audit umum enam tahun berturut – turut oleh kantor akuntan dan tiga tahun oleh seorang akuntan publik oleh satu klien yang sama. Akuntan publik dan kantor akuntan boleh menerima kembali penugasan setelah satu tahun buku tidak memberikan jasa audit kepada klien yang sama. Perusahaan yang mengganti auditornya dengan auditor yang baru akan membuat auditor yang baru harus memahami lingkungan bisnis kliennya dari
awal dan dituntut untuk berkomunikasi dengan auditor sebelumnya. Hal ini yang membuat auditor membutuhkan waktu yang lebih untuk memulai proses audit (Angga dan Sukirman, 2014). Auditor yang baru juga membutuhkan waktu untuk meningkatkan pemahaman tentang bisnis klien, untuk dapat menetapkan resiko inheren perusahaan (Alim and Md.Shakawat, 2010), serta berkomunikasi dengan auditor sebelumnya untuk mendapatkan informasi tentang transaksi perusahaan (Ettredge et al., 2005). Pergantian auditor dapat menimbulkan audit delay karena terdapat kemungkinan bahwa auditor pengganti belum tentu dapat menyelesaikan tugas auditnya dengan tepat waktu Imelda dan Heri (dalam Rustiarini dan Sugiarti, 2013). (Sylvia et al., 2012) menemukan hasil bahwa pergantian auditor (KAP) memiliki pengaruh positif pada kualitas audit (menurunkan kualitas audit), dalam hal ini audit delay salah satu syarat dari kualitas audit. Penelitian yang dilakukan oleh Rustiarini dan Sugiartini 2013, menemukan hasil yang sama dengan penelitian Sylvia et al bahwa pergantian auditor berpengaruh positif pada audit delay, hal ini disebabkan bahwa perusahaan belum dapat memilih auditor pengganti yang berkompeten dibidangnya sesuai dengan kebutuhan perusahaan masing – masing sehingga proses penyelesaian audit atas laporan keuangan belum dilaksanakan dengan tepat waktu. Penelitian lainnya yang menguji pergantian auditor pada audit delay memiliki hasil yang berbeda. Angga (2014) menyataka proses audit tidak dipengaruhi oleh adanya pergantian auditor. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Primsa dkk (2012) menemukan hasil bahwa pergantian auditor tidak
berpengaruh pada terjadinya audit delay, sebab pergantian auditor bisa saja dilakukan jauh sebelum tanggal berakhirnya tahun buku sehingga tidak mengganggu proses audit. Perbedan hasil yang sudah dilakukan pada beberapa penelitian sebelumnya untuk mencari pengaruh audit tenue dan pergantian auditor pada audit delay, yang menghasilkan kesimpulan yang berbeda, sehingga diduga adanya variabel yang memberikan pengaruh (memperkuat atau memperlemah) hubungan variabel tersebut. Jangka waktu atau tenure yang lebih panjang dan tidak adanya pergantian auditor akan memberikan pengetahuan yang lebih banyak mengenai bisnis klien kepada auditor. Pengetahuan yang lebih banyak inilah akan mempermudah auditor dalam merancang program audit yang akan dikerjakan (Giri, 2010). Kondisi ini akan diperkuat ketika sebuah perusahaan di audit oleh KAP yang memiliki predikat spesialisasi industri. Auditor dapat dikatakan sebagai spesialisasi di suatu industri apabila auditor telah mengikuti pelatihan – pelatihan yang berfokus pada suatu industri tertentu. Auditor yang juga memiliki pengalaman audit yang banyak pada jenis industri tertentu dapat juga dikatakan sebagai auditor spesialisasi. Simunic & Stein (1987) menyatakan bahwa auditor spesialisasi lebih berinvestasi pada teknologi, fasilitas, personil, dan sistem organisasi, sehingga mampu meningkatkan kualitas audit. Krishnan (dalam Kwon et al., 2007) auditor spesialisasi industri dapat mengurangi terjadinya manajemen laba. Habib dan Bhuiyan (2011) menyimpulkan bahwa auditor yang berpredikat spesialisasi
industri dapat menyelesaikan audit lebih cepat dibandingkan dengan auditor bukan spesialisasi industri, karena adanya pengetahuan spesifik mengenai suatu industri yang akan berperan dengan signifikan dalam penyelesaian proses audit. Berdasarkan hasil penelitian – penelitian terdahulu, yang memiliki kesimpulan berbeda dan diduga terdapat varibel yang memberi pengaruh (memperkuat dan memperlemah), sehingga memotivasi untuk menguji kembali pengaruh audit tenure dan pergantian auditor terhadap audit delay dengan menambahkan spesialisasi auditor sebagai pemoderasi. Sehingga judul penelitian adalah “Spesialisai Auditor sebagai Pemoderasi Pengaruh Audit Tenure dan Pergantian Auditor Pada Audit Delay” .
1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang, dan dengan adanya hasil – hasil penelitian sebelumnya, maka rumusan masalah penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Apakah audit tenure berpengaruh pada audit delay? 2. Apakah pergantian auditor berpengaruh pada audit delay? 3. Apakah spesialisasi auditor berpengaruh pada audit delay? 4. Apakah spesialisasi auditor memoderasi pengaruh audit tenure pada audit delay? 5. Apakah spesilasisai auditor memoderasi pengaruh pergantian audit terhadap audit delay?
1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah yang disajikan, tujuan penelitian ini yaitu: 1. Untuk mengetahui pengaruh audit tenure pada audit delay. 2. Untuk mengetahui pengaruh pergantian auditor pada audit delay. 3. Untuk mengetahui pengaruh spesialisasi auditor pada audit delay. 4. Untuk mengetahui spesialisasi auditor memoderasi pengaruh audit tenure pada audit delay. 5. Untuk mengetahui spesialisasi auditor memoderasi pengaruh pergantian auditor pada audit delay.
1.4 Kegunaan Penelitan 1. Kegunaan Ilmiah Penelitian ini diharapkan dapat menjadi refrensi bahwa teori keagenan dan teori sinyal dapat menjelaskan dan dijadikan dasar pada terjadinya audit delay. Serta menambah studi literatur akuntansi khususnya topik tentang audit delay,dan memberikan landasan bagi penelitian selanjutnya. Menjadi tambahan pengetahuan mengenai pengaruh audit tenure dan pergantian auditor pada audit delay pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI. 2. Kegunaan Praktisi 1) Bagi Auditor, menjadi informasi dan panduan dalam perencanaan pekerjaan lapangan, sehingga mampu meminimalisir keterlambatan pelaporan keuangan dalam usaha untuk memperbaiki ketepatan
pelaporan keuangan dan mempercepat proses publikasi laporan keuangan, sesuai dengan peraturan yang ditetapkan oleh pasar modal. 2) Bagi
Investor,
memberikan
informasi
mengenai
faktor
yang
mempengaruhi terjadinya audit delay sehingga mampu dijadikan bahan pertimbangan dalam menentukan keputusan.
1.5 Sistematika Penulisan Penulisan skripsi ini terbagi dalam 5 bab yaitu : BAB 1
: PENDAHULUAN Dalam bab ini menjelaskan dan menguraikan mengenai pembukaan dari skripsi yang terdiri dari latar belakang identifikasi, pembatasan, dan perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, serta sistematika penulisan.
BAB II
: KAJIAN PUSTAKAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN Dalam bab ini menguraiikan mengenai teori – teori yang digunakan sebagai dasar pemikiran dalam pembahasan masalah yang diteliti yang diambil dari berbagai literatur, ringkasan penelitian terdahulu yang berkaitan dengan penelitian ini, serta menjelaskan mengenai hipotesis dalam penelitian ini yang dibuat berdasarkan teori – teori relevan yang digunakan dalam penelitian ini.
BAB III : METODE PENELITIAN Dalam bab ini menguraikan cara – cara penelitian, kerangka pemikiran model penelitian, identifikasi varibel, definisi
operasional variabel, data dan sampel, metode pengumpulan data serta teknik analisis data. BAB IV : DATA DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN Dalam bab ini menjelaskan implementasi dan implikasi dari model yang dijelaskan pada Bab 3,serta menjelaskan hasil dari pengolahan data dalam menguji hipotesis yang telah dibuat sebelumnya. BAB V
: SIMPULAN DAN SARAN Dalam bab ini menguraikan bagian penutup dalam skripsi, yang terdiri dari kesimpulan hasil pengujian terhadap hipotesis yang telah ditentukan. Memberikan penjelasan mengenai keterbatasan yang terdapat pada penelitian ini, dan memberikan saran untuk penelitian selanjutnya.