BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Kompetensi Guru Sekolah Dasar Menurut Kepmendiknas 045/U/2002 kompetensi adalah “seperangkat tindakan cerdas, penuh tanggung jawab yang dimiliki seseorang sebagai syarat untuk dianggap mampu oleh masyarakat dalam melaksanakan tugastugas di bidang pekerjaan tertentu. Selanjutnya kompetensi guru (Kunandar, 2010: 55) adalah “seperangkat kemampuan yang harus ada dalam diri guru agar dapat mewujudkan kinerjanya secara tepat dan efektif”, sedangkan menurut Training Agency (Jejen Musfah, 2011: 28), berpendapat bahwa, “Kompetensi adalah deskripsi tentang sesuatu yang harus dapat dilakukan oleh seseorang yang bekerja dalam bidang profesi tertentu. Ia adalah deskripsi tindakan. Perilaku, dan hasil yang harus dapat diperagakan oleh orang yang bersangkutan. ”Menurut Undang-undang Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen Pasal 1, ayat 10, disebutkan” Kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai
oleh
guru
atau
dosen
dalam
melaksanakan
tugas
keprofesionalannya”. Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 16 tahun 2007 tentang standar kualifikasi akademik dan kompetensi guru,”standar kompetensi guru dikembangkan secara utuh dari empat kompetensi utama, yaitu kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional. Keempat kompetensi tersebut terintegrasi dalam kinerja guru,” 9
untuk standar kompetensi guru kelas SD dalam peraturan menteri nomor 16 tahun 2007 dikembangkan sebagai berikut: kompetensi pedagogik, guru Sekolah Dasar harus mampu menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, sosial, kultural, emosional, dan intelektual, menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik, mengembangkan kurikulum yang terkait dengan mata pelajaran/bidang pengembangan yang diampu, menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik, memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk kepentingan pembelajaran, memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki, berkomunikasi secara efektif, empatik dan santun dengan peserta didik, menyelenggarakan penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar, memanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi untuk kepentingan pembelajaran, melakukan tindakan reflektif untuk kepentingan pembelajaran, dan yang terakhir melakukan tindakan reflektif untuk peningkatan kualitas pembelajaran. Kompetensi kepribadian guru Sekolah Dasar meliputi: bertindak sesuai dengan norma agama, hukum, sosial, dan kebudayaan nasional Indonesia, menampilkan diri sebagai pribadi yang jujur, berakhlak mulia, dan teladan bagi peserta didik dan masyarakat, menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif dan berwibawa, menunjukkan etos kerja, tanggungjawab yang tinggi, rasa bangga menjadi guru, dan rasa percaya diri, dan menjunjung tinggi kode etik profesi guru. Kompetensi sosial guru Sekolah Dasar meliputi: bersikap inklusif, bertindak objektif, serta tidak 10
diskriminatif karena pertimbangan jenis kelamin, agama, ras, kondisi fisik, latar belakang keluarga, dan status sosial ekonomi, berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua, dan masyarakat, beradaptasi di tempat bertugas di seluruh wilayah Republik Indonesia yang memiliki keberagaman sosial budaya, dan berkomunikasi dengan komunitas profesi sendiri dan profesi lain secara lisan dan tulisan atau bentuk lain. Kompetensi profesional guru Sekolah Dasar meliputi: menguasai materi struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu, menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran/bidang pengembangan yang diampu, mengembangkan
materi
pembelajaran
yang
diampu
secara
kreatif,
mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan melakukan tindakan reflektif, dan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk berkomunikasi dan mengembangkan diri. Dari pernyataan yang telah diungkapkan para ahli dan pemerintah, peneliti berpendapat bahwa kompetensi guru Sekolah Dasar harus dikembangkan secara utuh sehingga guru dapat menjalankan tugas sebagai seorang pendidik dengan baik. Kompetensi guru Sekolah Dasar meliputi kompetensi pedagogik, sosial, kepribadian, dan sosial yang semuanya merupakan syarat untuk menjadi guru yang profesional.
11
B. Sertifikasi Guru Sekolah Dasar 1.
Latar Belakang Program Sertifikasi Pendidik Pendidik (guru) merupakan tenaga profesional sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 1 ayat 1 undang-undang tentang Guru dan Dosen, ”Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah”. Pasal 42 ayat 1 UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, ”Pendidik harus memiliki kualifikasi minimum dan sertifikasi sesuai dengan jenjang kewenangan mengajar, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional”, dan Pasal 43 ayat 2 UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,“Sertifikasi pendidik diselenggarakan oleh perguruan tinggi yang memiliki program pengadaan tenaga kependidikan yang terakreditasi”. Berdasarkan landasan yuridis tersebut dapat diketahui bahwa tenaga kependidikan harus profesional sehingga mampu mewujudkan tujuan nasional yang telah dicanangkan. Penyelenggaraan sertifikasi pendidik diperlukan untuk meningkatkan kompetensi yang dimiliki guru sehingga benar-benar teruji yang dibuktikan dengan sertifikat pendidik yang dimiliki guru. Hal ini ditegaskan dalam Pasal 8 UU RI No 14 Tahun 2005 yang mengamanatkan bahwa guru Sekolah Dasar harus memiliki kualifikasi akademik minimal S1 dan kompetensi, yang 12
meliputi kompetensi kepribadian, pedagogik, profesional, dan sosial, sertifikat pendidik serta sehat jasmani dan rohani. Peneliti berpendapat bahwa program sertifikasi ini jika dijalankan sesuai dengan rambu-rambu yang sudah ada akan dapat meningkatkan kualitas guru, profesionalitas guru, dan masalah pendidikan mengenai belum optimalnya kualitas pendidik di Indonesia dapat teratasi. 2.
Pengertian Program Sertifikasi Pendidik Program sertifikasi pendidik merupakan program baru yang dilaksanakan di Indonesia. Program sertifikasi ini masih terdengar asing bagi kaum awam. Sebenarnya program ini telah direncanakan pemerintah sejak beberapa tahun yang lalu melalui landasan yuridis UU RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan dikaji lebih rinci pada UU RI Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Agar pemahaman tentang sertifikasi pendidik lebih jelas, berikut ini dikutipkan beberapa pasal yang yang tertuang dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen: a. Pasal 1 butir 11: Sertifikasi adalah proses pemberian sertifikat pendidik kepada guru dan dosen. b. Pasal 1 butir 12: Sertifikat pendidik adalah bukti formal sebagai pengakuan yang diberikan kepada guru dan dosen sebagai tenaga profesional.
13
c. Pasal 8: Guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. d. Pasal 10 ayat 1: Kompetensi guru sebagaimana dimaksud dalam pasal 8 meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi. e. Pasal 11 ayat 1: Sertifikat pendidik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 diberikan kepada guru yang telah memenuhi persyaratan. f. Pasal 11 ayat 2: Seritfikasi pendidik diselenggarakan oleh perguruan tinggi yang memiliki program pengadaan tenaga kependidikan yang terakreditasi dan ditetapkan oleh pemerintah. g. Pasal 16: Guru yang memiliki sertifikat pendidik memperoleh tunjangan profesi sebesar satu kali gaji, guru negeri maupun swasta dibayar pemerintah. Dari kutipan tersebut, Peneliti dapat menyimpulkan bahwa sertifikasi pendidik adalah proses pemberian sertifikat pendidik kepada guru dan dosen yang telah memenuhi persyaratan tertentu, yaitu memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional, disertai dengan peningkatan kesejahteraan bagi pendidik yang sudah bersertifikat pendidik.
14
3.
Tujuan dan Manfaat Program Sertifikasi Pendidik Setiap program yang dilaksanakan pasti memiliki tujuan dan manfaat. Begitupun program sertifikasi pendidik. Indonesia telah memiliki tujuan nasional, salah satunya adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Untuk itu dicanangkan tujuan pendidikan nasional. Guna mencapai tujuan pendidikan nasional, dilaksanakan program-program yang dapat mengembangkan dan meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia. Program sertifikasi pendidik adalah salah satunya. Menurut Masnur Muslich (2007: 9), manfaat sertifikasi pendidik antara lain: a. Melindungi profesi guru dari praktik-praktik yang tidak kompeten yang dapat merusak citra profesi guru. b. Melindungi masyarakat dari praktik-praktik pendidikan yang tidak berkualitas dan profesional yang akan menghambat upaya peningkatan kualitas pendidikan dan penyiapan sumber daya manusia. c. Menjadi
wahana
penjaminan
mutu
bagi
LPTK
yang
bertugas
mempersiapkan calon guru dan juga berfungsi sebagai kontrol mutu bagi pengguna layanan pendidikan. d. Menjaga lembaga penyelenggara pendidikan (LPTK) dari keinginan internal dan tekanan eksternal yang menyimpang dari ketentuan-ketentuan yang berlaku. Dari beberapa manfaat tersebut peneliti berpendapat bahwa manfaat sertifikasi guru adalah untuk meningkatkan kompetensi guru, meyakinkan masyarakat pada penyelenggaraan pendidikan yang bermutu, dan menjadi 15
wahana bagi LPTK untuk menjamin penyiapan calon guru yang berkompeten. Di samping itu, manfaat yang paling dirasakan langsung oleh guru adalah meningkatnya kesejahteraan sebagai seorang guru karena adanya tunjangan satu kali gaji pokok yang diterima guru setelah bersertifikat pendidik. 4.
Persyaratan Peserta Program Sertifikasi Pendidik bagi Guru Sekolah Dasar Persyaratan ujian sertifikasi pendidik dibedakan menjadi dua, yaitu persyaratan akademik dan nonakademik. “Bagi guru SD kualifikasi akademik minimum S1 latar belakang pendidikan tinggi di bidang pendidikan SD, kependidikan lain, atau psikologi, dan sertifikasi profesi guru untuk SD.” (Kunandar, 2010: 73). Persyaratan nonakademik untuk ujian sertifikasi pendidik dapat diidentifikasi sebagai berikut: a. Umur guru maksimal 56 tahun pada saat mengikuti ujian sertifikasi pendidik. b. Prioritas keikutsertaan dalam ujian sertifikasi bagi guru didasarkan pada jabatan fungsional, masa kerja, dan pangkat/golongan. c. Bagi guru yang memiliki prestasi istimewa dalam nonakademik, dapat diusulkan mengikuti ujian sertifikasi berdasarkan rekomendasi dari kepala sekolah, dewan guru, dan diketahui serta disahkan oleh kepala cabang dinas dan kepala dinas pendidikan.
16
d. Jumlah guru yang dapat mengikuti ujian sertifikasi di tiap wilayah ditentukan oleh Ditjen PMPTK berdasarkan prioritas kebutuhan. Persyaratan tersebut tercantum dalam Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen yang dijelaskan lebih rinci dalam Peraturan Pemerintah. Dengan persyaratan yang diatur dengan undang-undang tersebut diharapkan para guru memenuhi persyaratan dengan apa adanya tanpa adanya suatu konspirasi sehingga tujuan sertifikasi pendidik dapat tercapai sebagaimana mestinya. Peneliti berpendapat bahwa persyaratan bagi peserta ujian sertifikasi tidak menyulitkan seorang guru Sekolah Dasar sehingga guru dapat memenuhi persyaratan tersebut tanpa mengesampingkan pekerjaan sebagai seorang pendidik yang masih dijalaninya. Dalam memahami segenap persyaratan pun cukup mudah sehingga guru dapat mempersiapkan dirinya dengan baik sehingga bisa segera mengikuti ujian sertifikasi. 5.
Proses Sertifikasi Pendidik bagi Guru Sekolah Dasar Pelaksanaan sertifikasi pendidik yang saat ini diberlakukan dengan fokus kepada guru SD dan guru senior yang mendekati usia pensiun, akan membutuhkan waktu dan menghabiskan biaya yang cukup besar sekaligus mementahkan ijazah pengakuan guru yang diperoleh oleh lulusan sekolah guru atau fakultas pendidikan. Oleh karenanya sertifikasi pendidik harus dilaksanakan dengan beberapa kategori, yaitu: a. Guru-guru SD yang merupakan lulusan IKIP atau institusi pendidikan lainnya yang sederajat dan telah mengikuti program keguruan, berhak atas 17
sertifikat guru, tanpa harus menjalani uji portofolio. Usulan ini sebagai penghargaan terhadap ijazah kependidikannya yang sudah sejalan dengan profesi guru. Sertifikat otomatis ini juga diberikan kepada lulusan baru yang menjadi guru muda, dengan syarat selama menjadi mahasiswa, dia telah mengikuti praktik kerja di sebuah sekolah selama 2 hingga 3 bulan dan memenuhi jumlah kredit menjadi guru. b. Guru-guru Sekolah Dasar yang merupakan lulusan perguruan tinggi nonkependidikan,
maka
sertifikat
dapat
diperoleh
setelah
yang
bersangkutan mengikuti training tentang kepengajaran dan kependidikan yang belum didapatkannya selama menjadi mahasiswa. Dan apabila yang bersangkutan telah mengikuti training serupa sebelumnya yang dibuktikan melalui uji portofolio, maka dia dapat diberi sertifikat guru. c. Guru Sekolah Dasar yang belum memegang gelar sarjana harus ditangani secara serius oleh pemerintah. Guru-guru ini harus mengikuti program ekstention di LPTK yang ditunjuk, mengikuti sejumlah kuliah dengan kurikulum dan standar kredit yang sudah ditetapkan, sehingga memperoleh gelar sarjana. Selanjutnya sertifikat dapat diberikan. d. Guru-guru SD senior yang dalam jangka waktu 10 tahun belum pernah mengikuti training penyegaran sebagai guru, diharuskan mengikuti training singkat sebelum memperoleh sertifikat guru. Kategori guru senior adalah 40 tahun ke atas. Dengan petunjuk pelaksanaan sertifikasi yang sudah ada, peneliti berpendapat bahwa guru Sekolah Dasar peserta program diharapkan mampu 18
melaksanakan program dengan baik sesuai dengan prosedur. Hal ini dilakukan agar guru Sekolah Dasar tersebut dapat segera lulus dan bersertifikat pendidik sehingga mampu program yang dijalankan dapat berjalan lancar. C. Aktivitas
Guru
dalam
Kompetensi
Pedagogik
dan
Kompetensi
Profesional Dalam melaksanakan tugas sebagai pendidik, guru dituntut mempunyai kemampuan untuk mengajar dan mendidik. Peserta didik merupakan subjek pembelajaran yang dibimbing guru untuk mencapai tujuan pembelajaran sehingga mempunyai kompetensi dan kecakapan hidup. Untuk membimbing siswa guru melakukan aktivitas-aktivitas yang meliputi kompetensi pedagogik dan profesional. 1.
Aktivitas Guru dalam Kompetensi Pedagogik Pemerintah dan beberapa ahli telah mengutarakan pengertian kompetensi pedagogik. Dari pengertian yang telah diutarakan terdapat perbedaan maupun kesamaan yang terjadi. Berikut ini pengertian kompetensi pedagogik menurut peraturan pemerintah dan beberapa ahli: Menurut Peraturan Pemerintah nomor 74 tahun 2008 tentang guru, kompetensi pedagogik merupakan kemampuan guru dalam pengelolaan pembelajaran peserta didik yang sekurang-kurangnya meliputi: 1) Pemahaman wawasan atau landasan kependidikan; 2) Pemahaman terhadap peserta didik; 3) Pengembangan kurikulum atau silabus; 4) Perancangan pembelajaran; 5) Pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis; 6) Pemanfaatan teknologi pembelajaran; 7) Evaluasi hasil belajar; dan 19
8) Pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.
Kompetensi pedagogik, menurut Dwi Siswoyo, dkk (2007: 128) bukan hanya berupa kompetensi yang bersifat teknis belaka, yaitu “kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik”, akan tetapi juga mencakup pemahaman dan pengembangan kompetensi peserta didik, perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran, sistem evaluasi pembelajaran, serta menguasai ilmu pendidikan. Kompetensi ini diukur dengan performance test dan case based test yang dilakukan secara tertulis. Menurut Syaiful Sagala (2009: 32), kompetensi pedagogik merupakan kemampuan dalam pengelolaan peserta didik meliputi pemahaman wawasan guru akan landasan dan filsafat pendidikan, pemahaman guru terhadap potensi dan keberagaman peserta didik sehingga dapat didesain strategi pelayanan belajar sesuai keunikan masing-masing peserta didik, guru mampu mengembangkan kurikulum/ silabus baik dalam bentuk dokumen maupun implementasi dalam bentuk pengalaman belajar, guru mampu menyusun rencana dan strategi pembelajaran berdasarkan standar kompetensi dan kompetensi dasar, guru mampu melaksanakan pembelajaran yang mendidik dengan suasana yang dialogis dan interaktif sehingga pembelajaran menjadi aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan, guru mampu melakukan evaluasi hasil belajar dengan memenuhi prosedur dan standar yang dipersyaratkan, serta mampu mengembangkan bakat dan minat peserta didik melalui kegiatan intrakurikuler dan ekstrakurikuler untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya. “Kompetensi pedagogik meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai kompetensi yang dimilikinya.” (Kunandar, 2010: 76).
20
Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan Pasal 28 ayat (3) butir a (E Mulyasa, 2012: 75) dikemukakan bahwa “kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksananaan pembelajaran, evaluasi
hasil
belajar,
dan
pengembangan
peserta
didik
untuk
mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.” Berdasarkan pengertian kompetensi pedagogik yang dikemukakan pemerintah dan beberapa ahli, peneliti berpendapat bahwa kompetensi pedagogik guru Sekolah Dasar adalah kemampuan guru untuk memahami peserta didik baik aspek fisik, kepribadian, maupun psikologinya, perancangan kegiatan pembelajaran yang menyenangkan, dan kemampuan untuk menyelenggarakan evaluasi pembelajaran yang relevan dengan tujuan pembelajaran, dan kesesuaian landasan pendidikan yang dimilikinya yaitu jenjang Sekolah Dasar. Menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia nomor 16 tahun 2007 aktivitas guru Sekolah Dasar dalam kompetensi pedagogik meliputi: a. Menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, sosial, kultural, emosional, dan intelektual. Penguasaan guru mengenai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, sosial, kultural, emosional, dan intelektual ditunjukkan dengan, memahami karakteristik yang berkaitan dengan aspek fisik, intelektual, sosial- emosional, moral, spiritual, dan latar belakang sosial-budaya. 21
Mengidentifikasi potensi peserta didik dalam mata pelajaran yang diampu. Mengidentifikasi potensi peserta didik dalam mata pelajaran yang diampu. Mengidentifikasi bekal ajar awal peserta didik dalam mata pelajaran yang diampu. Mengidentifikasi kesulitan belajar peserta didik dalam mata pelajaran yang diampu. b. Menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik. Penguasaan teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik ditunjukkan dengan memahami berbagai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik terkait dengan mata pelajaran yang diampu. Menerapkan
berbagai
pendekatan,
strategi,
metode,
dan
teknik
pembelajaran yang mendidik secara kreatif dalam mata pelajaran yang diampu. c. Mengembangkan kurikulum yang terkait dengan mata pelajaran yang diampu. Pengembangan
kurikulum yang terkait dengan mata pelajaran yang
diampu ditunjukkan dengan memahami prinsip-prinsip pengembangan kurikulum. Menentukan tujuan pembelajaran yang diampu. Menentukan pengalaman belajar yang sesuai untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diampu. Memilih materi pembelajaran yang diampu yang terkait dengan pengalaman belajar dan tujuan pembelajaran. Menata materi pembelajaran secara benar sesuai dengan pendekatan yang dipilih dan karakteristik peserta didik. Mengembangkan indikator dan instrumen penilaian.
22
d. Menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik Penyelenggaraan pembelajaran yang mendidik ditunjukkan dengan memahami prinsip-prinsip perancangan pembelajaran yang mendidik. Mengembangkan
komponen-komponen
rancangan
pembelajaran.
Menyusun rancangan pembelajaran yang lengkap, baik untuk kegiatan di dalam kelas, laboratorium, maupun lapangan. e. Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk kepentingan pembelajaran. Pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi untuk kepentingan pembelajaran ditunjukkan dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi dalam pembelajaran yang diampu. f. Memfasilitasi
pengembangan
potensi
peserta
didik
untuk
didik
untuk
mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki. Memfasilitasi
pengembangan
potensi
peserta
mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki ditunjukkan dengan, “Menyediakan berbagai kegiatan pembelajaran untuk mendorong peserta didik mencapai prestasi secara optimal. Menyediakan berbagai kegiatan pembelajaran untuk mengaktualisasikan potensi peserta didik, termasuk kreativitasnya.” g. Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan peserta didik. Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan peserta didik ditunjukkan dengan memahami berbagai strategi berkomunikasi yang efektif, empatik, dan santun, secara lisan, tulisan, dan/atau bentuk lain. 23
Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan bahasa yang khas dalam interaksi kegiatan/permainan yang mendidik yang terbangun secara siklikal dari (a) penyiapan kondisi psikologis peserta didik untuk ambil bagian dalam permainan melalui bujukan dan contoh, (b) ajakan kepada peserta didik untuk ambil bagian, (c) respons peserta didik terhadap ajakan guru, dan (d) reaksi guru terhadap respons peserta didik, dan seterusnya. h. Menyelenggarakan penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar. Menyelenggarakan penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar ditunjukkan dengan memahami prinsip-prinsip penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar sesuai dengan karakteristik mata pelajaran yang diampu. Menentukan aspek-aspek proses dan hasil belajar yang penting untuk dinilai dan dievaluasi sesuai dengan karakteristik mata pelajaran yang diampu. Menentukan prosedur penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar. Mengembangkan instrumen penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar. Mengadministrasikan penilaian proses dan hasil belajar secara berkesinambungan dengan menggunakan berbagai instrumen. Menganalisis hasil penilaian proses dan hasil belajar untuk berbagai tujuan. Melakukan evaluasi proses dan hasil belajar.
24
i. Memanfaatkan
hasil
penilaian
dan
evaluasi
untuk
kepentingan
hasil
penilaian
dan
evaluasi
untuk
kepentingan
pembelajaran. Memanfaatkan
pembelajaran ditunjukkan dengan menggunakan informasi hasil penilaian dan evaluasi untuk menentukan ketuntasan belajar. Menggunakan informasi hasil penilaian dan evaluasi untuk merancang program remidial dan pengayaan. Mengkomunikasikan hasil penilaian dan evaluasi kepada pemangku kepentingan. Memanfaatkan informasi hasil penilaian dan evaluasi pembelajaran untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. j. Melakukan tindakan reflektif untuk peningkatan kualitas pembelajaran. Melakukan tindakan reflektif untuk peningkatan kualitas pembelajaran ditunjukkan dengan melakukan refleksi terhadap pembelajaran yang telah dilaksanakan. Memanfaatkan hasil refleksi untuk perbaikan dan pengembangan pembelajaran dalam mata pelajaran yang diampu. Melakukan penelitian tindakan kelas untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dalam mata pelajaran yang diampu. Menurut E Mulyasa (2012: 75), kompetensi pedagogik meliputi: 1. Kemampuan mengelola pembelajaran, 2. Pemanfaatan teknologi pembelajaran, 3. Pemahaman guru terhadap peserta didik, 4. Merancang pembelajaran yang mendidik dan dialogis, dan 5. 5. Pengembangan peserta didik.
25
Menurut E Mulyasa (2012:78), dalam mengelola pembelajaran “guru sebagai pengelola pembelajaran bersama tenaga kependidikan lain harus menjabarkan isi kurikulum secara lebih rinci dan operasional ke dalam program pembelajaran (silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran).” Menurut Kunandar (2010: 76), sub kompetensi pedagogik ada lima, yaitu: 1. Memahami peserta didik secara mendalam 2. Merancang pembelajaran, termasuk memahami landasan pendidikan untuk kepentingan pembelajaran 3. Melaksanakan pembelajaran 4. Merancang dan melaksanakan evaluasi pembelajaran 5. Mengembangkan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensinya
Standar aktivitas guru dalam kompetensi pedagogik dikemukakan oleh beberapa ahli. Berikut ini yang seharusnya dilakukan oleh seorang guru: a. Guru mempersiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran Menurut Kunandar (2010: 262), “rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)
adalah
rencana
yang
menggambarkan
prosedur
dan
pengorganisasian pembelajaran untuk mencapai satu kompetensi dasar yang ditetapkan dalam Standar Isi dan dijabarkan dalam silabus.” RPP yang disusun para guru harus sistematis. Menurut Kunandar (2010: 264), unsur-unsur yang perlu diperhatikan untuk menyusun RPP yaitu:
26
1) mengacu pada kompetensi dan kemampuan dasar yang harus dikuasai siswa, serta materi dan submateri pembelajaran, pengalaman belajar yang telah dikembangkan di dalam silabus. 2) menggunakan berbagai pendekatan yang sesuai dengan materi yang memberikan kecakapan hidup (life skills) sesuai dengan permasalahan dan lingkungan sehari-hari 3) menggunakan metode dan media yang sesuai, yang mendekatkan siswa dengan pengalaman langsung. 4) Penilaian dan sistem pengujian menyeluruh dan berkelanjutan didasarkan pada sistem pengujian yang dikembangkan selaras dengan pengembangan silabus. b.
Guru menjaga suasana kelas tetap kondusif saat kegiatan pembelajaran berlangsung Menurut E Mulyasa (2010: 91), Penciptaan dan pemeliharaan iklim pembelajaran yang optimal ditunjukkan dengan aktivitas guru sebagai berikut: 1) Menunjukkan sikap tanggap dengan cara: memandang secara seksama, mendekati, memberikan pernyataan, dan memberi reaksi terhadap gangguan di kelas 2) Membagi perhatian secara visual dan verbal 3) Memusatkan perhatian kelompok dengan cara menyiapkan peserta didik dalam pembelajaran 4) Memberi petunjuk yang jelas 5) Memberi teguran secara bijaksana 6) Memberi penguatan ketika diperlukan
c.
Guru menyediakan soal evaluasi untuk siswa Menurut Suharsimi Arikunto (2009: 24-25), evaluasi adalah kegiatan pengumpulan data untuk mengukur sejauh mana tujuan sudah tercapai. Ada satu prinsip umum dan penting dalam kegiatan evaluasi, yaitu adanya triangulasi atau hubungan erat tiga komponen, yaitu: a) Tujuan pembelajaran b) Kegiatan pembelajaran 27
c) Evaluasi Evaluasi disusun dengan mengacu pada tujuan. Selain mengacu pada tujuan, evaluasi juga mengacu pada kegiatan belajar mengajar. Sebagai misal, jika kegiatan belajar mengajar dilakukan oleh guru dengan menitikberatkan pada keterampilan, evaluasinya juga harus mengukur tingkat keterampilan siswa, bukan aspek pengetahuan. d.
Guru menggunakan media dan alat peraga dalam proses pembelajaran Menurut Haryanto (2006: 238), disebutkan bahwa, Pemilihan sekaligus pemanfaatan media dan alat peraga diperlukan kriteria berikut ini: 1) Tujuan Media dan alat peraga hendaknya menunjang tujuan pengajaran yang telah dirumuskan. 2) Keterpaduan (validitas) Tepat dan berguna bagi pemahaman yang dipelajari. 3) Keadaan peserta didik Kemampuan daya pikir dan daya tangkap peserta didik dan besar kecilnya kelemahan peserta didik perlu dipertimbangkan. 4) Ketersediaan Pemilihan perlu memperhatikan ada/tidak media tersedia di perpustakaan/ di sekolah serta mudah sulitnya diperoleh. 5) Mutu teknis Media harus memiliki kejelasan dan kualitas yang baik. 6) Biaya Hal ini merupakan pertimbangan bahwa biaya dikeluarkan apakah seimbang dengan hasil yang dicapai serta ada kesesuaian atau tidak. Aktivitas guru dalam menggunakan media dan alat peraga harus memperhatikan kriteria yang ada. Guru harus bisa menganalisis kesesuaian media dengan tingkat kemampuan siswa dan kesesuaian dengan tujuan pembelajaran.
28
e.
Guru menegur siswa yang tidak tertib saat pembelajaran berlangsung Menurut E Mulyasa (2010: 91) disebutkan bahwa, “ dalam memberikan teguran pada siswa, guru harus melakukannya dengan bijaksana.” Pernyataan tersebut mengandung maksud bahwa teguran yang diberikan guru tidak boleh melukai siswa baik fisik maupun mental. Guru harus memberikan teguran dengan bahasa yang santun dan jelas agar siswa mengerti dan tahu tindakan yang seharusnya siswa lakukan.
f.
Guru menyelenggarakan kegiatan pembelajaran yang membuat siswa aktif Menurut E Mulyasa (2010: 78) disebutkan bahwa, Mengadakan variasi merupakan keterampilan yang harus dikuasai guru dalam pembelajaran, untuk mengatasi kebosanan peserta didik, agar selalu antusias, tekun dan penuh partisipasi. Variasi dalam kegiatan pembelajaran dapat dikelompokkan dalam enam bagian, yaitu variasi gaya mengajar, variasi dalam penggunaan media dan sumber belajar, variasi dalam pola interaksi, dan variasi dalam kegiatan. Variasi yang dapat dilakukan guru dalam hal gaya mengajar dapat dilakukan dengan variasi suara, memusatkan perhatian, membuat kesenyapan sejenak, dan variasi gerakan tubuh dan mimik. Variasi dalam penggunaan media dan sumber belajar dapat dilakukan dengan variasi alat yang dapat dilihat, didengar, diraba, dan menggunakan sumber belajar di lingkungan sekitar. Variasi dalam pola interaksi dapat dilakukan dengan pengelompokan peserta didik, tempat kegiatan pembelajaran, variasi dalam struktur peristiwa, dan variasi dalam pengelolaan pesan. Variasi dalam kegiatan pembelajaran dilakukan dengan variasi metode pembelajaran, variasi media dan sumber belajar, variasi pemberian contoh dan ilustrasi, dan variasi dalam interaksi dan kegiatan peserta didik. Aktivitas guru untuk membuat siswa aktif harus dilakukan sedemikian rupa sehingga tidak terjadi kebosanan dalam diri siswa. Keaktifan siswa akan muncul ketika siswa merasa senang untuk belajar dan tertarik dengan materi yang sedang dipelajari. Guru harus bisa melakukan variasi baik gaya mengajar, media, pola interaksi, maupun kegiatan belajar mengajar. 29
g.
Guru mengadakan kegiatan untuk mengembangkan bakat siswa Menurut E Mulyasa (2012: 111), disebutkan bahwa, Pengembangan peserta didik dapat dilakukan dengan mengadakan kegiatan ekstrakurikuler. Meskipun sifatnya ekstra, namun tidak sedikit yang berhasil mengembangkan bakat peserta didik, bahkan dalam kegiatan ekskul inilah peserta didik mengembangkan berbagai potensi yang dimilikinya, atau bakat-bakatnya yang terpendam. Kegiatan ekstrakurikuler yang dikelola dengan baik oleh para guru akan dapat mengembangkan bakat siswa baik di bidang akademik maupun nonakademik. Siswa dapat mengembangkan bakat sekaligus mendapatkan prestasi dari kejuaraan-kejuaraan baik tingkat kota maupun provinsi. Seorang guru harus mampu mengampu kegiatan ekstrakurikuler baik sendiri maupun dengan bantuan tentor.
2.
Aktivitas Guru dalam Kompetensi Profesional Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan pasal 28 ayat (3) butir c (E Mulyasa, 2012: 135) dikemukakan bahwa yang dimaksud kompetensi profesional adalah “kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkan membimbing peserta didik memenuhi Standar Kompetensi yang ditetetapkan dalam Standar Nasional Pendidikan”. Adapun kompetensi profesional menurut Badan Standar Nasional Pendidikan (Jejen Musfah, 2011:54) adalah kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang meliputi: a. Konsep,
struktur,
dan
metode
keilmuan/teknologi/seni
menaungi/koheren dengan materi ajar; b. Materi ajar yang ada didalam kurikulum sekolah; 30
yang
c. Hubungan konsep antar mata pelajaran terkait; d. Penerapan konsep keilmuan dalam kehidupan sehari-hari; dan e. Kompetensi secara profesional dalam konteks global dengan tetap melestarikan nilai dan budaya nasional. Untuk analisis guru sebagai pengajar maka kemampuan guru atau kompetensi guru banyak menghubungkanya dengan usaha meningkatkan proses dan hasil belajar dapat digolongkan dalam beberapa standar kompetensi profesional guru SD/MI menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No.16 Tahun 2007 tentang kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru meliputi: 1. Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir
keilmuan yang
mendukung mata pelajaran yang diampu; 2. Menguasai
standar
kompetensi
dan
kompetensi
dasar
mata
pelajaran/bidang pengembangan yang diampu; 3. Mengembangkan materi pembelajaran yang diampu secara kreatif; 4. Mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan melakukan tindakan reflektif; 5. Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk berkomunikasi dengan mengembangkan diri.
Menurut Slamet PH dalam Syaiful Sagala (2008: 39) Kompetensi profesional terdiri dari lima sub kompetensi utama, yang meliputi: 1. Memahami materi pelajaran yang telah dipersiapkan untuk mengajar.
31
2. Memahami Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar mata pelajaran yang tertera dalam dalam peraturan materi serta bahan ajar yang ada dalam kurikulum. 3. Memahami struktur, konsep, dan metode keilmuan yang menaungi materi ajar. 4. Memahami hubungan konsep terkait antar mata pelajaran. 5. Menerapkan konsep-konsep keilmuan dalam kehidupan sehari-hari. Menurut E Mulyasa (2010: 135) Sub kompetensi profesional meliputi: 1. Memahami jenis materi pembelajaran dan mengembangkannya 2. Mengorganisasikan materi pembelajaran 3. Memilih dan menentukan materi pembelajaran 4. Mendayagunakan sumber pembelajaran Ada beberapa aktivitas guru dalam kompetensi profesional. Berikut ini aktivitas guru dalam kompetensi profesional: a. Guru memahami jenis materi dan mengembangkannya Beberapa kriteria yang harus diperhatikan guru dalam memilih dan menentukan materi standar yang akan diajarkan kepada peserta didik, menurut Hasan (E Mulyasa 2012: 139), Sedikitnya mencakup validitas, keberartian, relevansi, kemenarikan, dan kepuasan. Validitas mengandung maksud tingkat ketepatan materi. Sebelum memberikan materi pelajaran seorang guru harus yakin bahwa materi yang diberikan telah teruji kebenarannya. Artinya guru harus menghindari memberikan materi yang sebenarnya masih dipertanyakan atau masih diperdebatkan. Hal ini untuk menghindarkan salah konsep, salah tafsir atau salah pemakaian. Keberartian berarti tingkat kepentingan materi tersebut dikaitkan dengan kebutuhan dan kemampuan peserta didik. Materi standar yang diberikan harus relevan dengan keadaan dan kebutuhan peserta didik, sehingga bermanfaat bagi kehidupannya. 32
Kebermanfaatan tersebut diukur dari keterpakaian dalam pengembangan kemampuan akademis pada jenjang selanjutnya dan keterpakaiannya sebagai bekal untuk hidup sehari-hari sehingga dalam mempelajari materi tersebut, peserta didik memiliki kepercayaan bahwa ia akan mendapat penghargaan nantinya. Seorang guru harus menganalisis materi yang sesuai dengan peserta didik, tujuan pembelajaran, dan kesesuaian dengan kondisi masyarakat. Menurut Haryanto (2006: 222-224) disebutkan bahwa, materi pembelajaran harus sesuai dengan tujuan pembelajaran, kebutuhan siswa, kondisi masyarakat, mengandung segi etik, tersusun dalam ruang lingkup dan urutan sistematis logis, dan bersumber pada buku yang baku. Guru dituntut untuk bisa mengembangkan materi pembelajaran yang ada dalam buku referensi agar sesuai dengan lingkungan tempat siswa tinggal. Pembelajaran yang kontekstual tersebut berguna untuk menyesuaikan dengan kondisi siswa sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan efektif dan efisien. b. Guru memiliki acuan untuk menyusun materi pembelajaran. Menurut E Mulyasa (2012: 149) bahwa, Untuk memudahkan menghubungkan materi pembelajaran dengan tujuan dapat dilakukan dengan melihat domain kognitif, afektif, atau psikomotor. Berdasarkan domain tujuan yang akan dicapai tersebut dipilih materi yang relevan. Setelah materi ditentukan sesuai tujuan yang akan dicapai, langkah selanjutnya yang perlu diperhatikan adalah mengorganisasikan bahan tersebut agar dapat diasjikan secara efektif. Guru dituntut untuk dapat menyusun materi pembelajaran agar dapat dipahami oleh siswa dengan baik. Dalam menyusun materi pembelajaran seorang guru harus memperhatikan tingkat kesulitan materi.
33
Menurut E Mulyasa (2012: 144), materi pembelajaran dapat diurutkan sebagai berikut: 1) Menyusun standar kompetensi dan kompetensi dasar sebagai konsensus nasional, yang dikembangkan dalam standar isi, dan standar kompetensi setiap kelompok mata pelajaran yang akan dikembangkan 2) Menjabarkan SKKD ke dalam indikator, sebagai langkah awal untuk mengembangkan materi standar untuk membentuk kompetensi tersebut 3) Mengembangkan ruang lingkup dan urutan setiap kompetensi. c. Guru memiliki kriteria materi pembelajaran yang akan digunakan dalam mengajar Materi pembelajaran yang akan disajikan di kelas harus memenuhi kriteria-kriteria tertentu agar tujuan pembelajaran dapat tercapai dan siswa dapat memahami materi pembelajaran dengan baik. Menurut E Mulyasa (2012: 165-167), materi pembelajaran dipilih dengan kriteria: a. b. c. d. e. f. g. h. i. j.
Orientasi pada tujuan dan kompetensi Kesesuaian (relevansi) Efisien dan efektif Fundamental Keluwesan Berkesinambungan dan berimbang Validitas Keberartian Kemenarikan kepuasan Dengan kriteria yang telah ada diharapkan guru mampu untuk
memilih materi yang terbaik. Guru dapat memilih materi yang ada di buku, tersedia di lingkungan, maupun di suatu kasus aktual. Peran guru dalam menentukan materi menentukan keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran. 34
d. Mendayagunakan sumber pembelajaran dalam mengajar. Sumber pembelajaran atau sumber belajar dapat dirumuskan sebagai “segala sesuatu yang dapat memberikan kemudahan belajar, sehingga diperoleh sejumlah informasi, pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan yang diperlukan” (E Mulyasa 2010: 156). Seorang guru dituntut untuk dapat memilih sumber belajar dan menggunakannya sebagai sumber bagi siswa untuk memperoleh pengetahuan baru sesuai dengan tujuan pembelajaran. Kompetensi siswa salah satunya ditentukan oleh keberadaan sumber pembelajaran. Menurut E Mulyasa (2012: 157), sumber pembelajaran dapat dikelompokkan sebagai berikut: a. b. c. d. e.
Manusia (people), yaitu orang yang menyampaikan pesan pembelajaran secara langsung. Bahan (material), yaitu sesuatu yang mendandung pesan pembelajaran. Lingkungan (setting), yaitu ruang dan tempat ketika sumber-sumber dapat berinteraksi dengan para peserta didik. Alat dan peralatan (tools and equipment), yaitu sumber pembelajaran untuk produksi dan memainkan sumber-sumber lain. Aktivitas (activities), yaitu sumber pembelajaran yang merupakan kombinasi antara satu teknik dengan sumber lain untuk memudahkan belajar. Dalam menyelenggarakan kegiatan pembelajaran, seorang guru harus
menggunakan sumber pembelajaran. Seorang guru memilih sumber pembelajaran disesuaikan dengan tujuan yang akan dicapai para siswa. Para guru dapat menggunakan buku, lingkungan sekolah, peralatan yang ada, dan aktivitas siswa.
35
D. Penelitian yang Relevan 1. Sri Sularni (2011) di dalam penelitiannya yang berjudul “Peningkatan Kompetensi Guru Melalui Metode on The Job Training di SD Negeri Cacaban 4 Kota Magelang,” menyimpulkan bahwa dengan metode on the job training kompetensi guru mengalami peningkatan sebesar 10%, tetapi belum optimal dalam kompetensi pedagogik dan profesionalnya. 2. Gusrizal (2004) di dalam penelitiannya “Kemampuan Merancang Program Pembelajaran, Pengelolaan Kelas, dan Sikap Terhadap Profesi Guru serta Kontribusinya Terhadap Mengajar Efektif”, menyimpulkan bahwa kemampuan
guru
merancang
program
pembelajaran
memberikan
sumbangan 23,90% terhadap mengajar efektif. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat sumbangan yang berarti dari kemampuan guru merancang program pembelajaran terhadap mengajar efektif. 3. Nana Sudjana (2002) dalam tesisnya “Dasar-Dasar Proses Belajar dan Mengajar”, menyimpulkan bahwa dari variabel guru yang paling dominan mempengaruhi kualitas pembelajaran adalah kompetensi profesional. 76,6% hasil belajar siswa dipengaruhi oleh kompetensi guru dengan rincian
kemampuan
guru
mengajar
32,43%,
penguasaan
materi
pembelajaran 32,58%, dan sikap guru terhadap mata pelajaran 8,60%. 4. Bambang Wahyuni (2007) dalam tesisnya “Tingkat Kompetensi Mengajar dalam Konsep Diri Guru Kelas dan Faktor-Faktor yang Berkorelasi Pada SD/MI Kecamatan Pajangan Kabupaten Bantul”, menyimpulkan bahwa:
36
a. Tingkat pendidikan guru yang tinggi memberikan kontribusi positif terhadap peningkatan kompetensi mengajar. b. Tingkat pengalaman mengajar yang tinggi memberikan kontribusi positif dalam peningkatan kompetensi mengajar . c. Keaktifan guru dalam KKG memberikan kontribusi positif dalam peningkatan kompetensi mengajar. d. Daya
kreatif
inovatif
guru
memberikan
kontribusi
positif
meningkatkan kompetensi mengajar. 5. Mijahamuddin Alwi (2009) dalam tesisnya “Peran KKG dalam Meningkatkan Profesionalisme Guru Sains Sekolah Dasar Kecamatan Suralaga Lombok Timur NTB”, menyimpulkan bahwa: a. Adanya kelompok kerja guru yang anggotanya semua guru didalam gugus yang bersangkutan, dimaksudkan sebagai wadah pembinaan profesional bagi guru dalam upaya meningkatkan kemampuan profesional guru khususnya dalam melaksanakan dan mengelola pembelajaan di SD. b. Peran KKG sebagai wadah profesionalisme guru telah banyak membantu
guru
dibawah
bimbingan
guru
pemandu
dalam
menyelesaikan masalah-masalah pembelajaran yang dihadapi guru, seperti pembuatan silabus, RPP, penguasaan materi melalui diskusidiskusi dengan teman sejawat.
37
E. Kerangka Berpikir Aktivitas guru bersertifikat pendidik dalam kompetensi pedagogik adalah segala kegiatan guru bersertifikat pendidik yang meliputi kemampuan mengelola pembelajaran, pemanfaatan teknologi pembelajaran, pemahaman terhadap peserta didik, merancang pembelajaran yang mendidik dan dialogis, dan pengembangan peserta didik. Sementara itu aktivitas guru bersertifikat pendidik dalam kompetensi profesional adalah segala kegiatan guru yang berkaitan
dengan
pemahaman
jenis
materi
pembelajaran
dan
pengembangannya, mengorganisasikan materi pembelajaran, memilih dan menentukan
materi
pembelajaran,
dan
mendayagunakan
sumber
pembelajaran. Aktivitas kompetensi pedagogik dan profesional guru bersertifikat pendidik merupakan dua hal yang tidak dapat terpisahkan. Kedua hal tersebut merupakan yang dilakukan guru sebagai seorang pendidik. Aktivitas tersebut sebagian
besar
terjadi
di
sekolah
tempat
guru
bekerja.
Dalam
menyelenggarakan kegiatan pembelajaran, seorang guru harus menguasai materi pembelajaran yang akan disampaikan pada peserta didik. Sebaliknya, seorang guru yang sudah menguasai materi harus dapat menyampaikannya pada siswa dengan baik agar tujuan pembelajaran yang telah dicanangkan dapat terwujud.
38
F. Pertanyaan Penelitian 1. Aktivitas guru dalam kompetensi pedagogik: a. Bagaimana
aktivitas
guru
dalam
mempersiapkan
Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)? b. Bagaimana guru menjaga suasana kelas tetap kondusif saat kegiatan pembelajaran berlangsung? c. Bagaimana guru menggunakan media dan alat peraga dalam peroses pembelajaran? d. Bagaimana guru menegur siswa yang tidak tertib saat pembelajaran berlangsung? e. Bagaimana guru menyelenggarakan kegiatan pembelajaran yang membuat siswa aktif? f. Bagaimana guru mengadakan kegiatan untuk mengembangkan bakat siswa? 2. Aktivitas guru dalam kompetensi profesional: a. Apakah guru mempertimbangkan validitas dan relevansi materi? b. Bagaimana guru menyusun materi pembelajaran? c. Bagaimana guru memilih materi pembelajaran yang akan digunakan dalam mengajar? d. Bagaimana
guru
menggunakan
mengajar?
39
sumber
pembelajaran
dalam