Bab 3 Peran Agama
LO Manusia Sempurna-BAB 3.indd 73
6/4/15 00:11
Dalam hidup kontemplatif manusia hanya membiarkan dan menyerahkan dirinya untuk dikuasai serta dipergunakan sepenuhnya sesuai kehendak Tuhannya melalui peristiwa mistik.
LO Manusia Sempurna-BAB 3.indd 74
6/4/15 00:11
Bab 3
Peran Agama
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, AGAMA adalah sistem yang mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan Yang Mahakuasa serta tata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan manusia dan manusia serta lingkungannya. Kata agama berasal dari bahasa Sansekerta, yang berarti tradisi. Kata lain untuk menyatakan konsep ini adalah religi yang berasal dari bahasa Latin, religio, dan berakar pada kata kerja re-ligare yang berarti mengikat kembali. Maksudnya dengan bereligi, seseorang mengikat dirinya kepada Tuhan. Menurut filolog Max Müller, akar kata bahasa Inggris religion, yang dalam bahasa Latin religio, awalnya digunakan dengan arti sekadar “takut akan Tuhan atau dewa-dewa, merenungkan hati-hati tentang hal-hal ilahi, kesalehan” (kemudian Cicero menurunkannya menjadi berarti “ketekunan”).
75 LO Manusia Sempurna-BAB 3.indd 75
6/4/15 00:12
MANUSIA SEMPURNA, Dalam Renungan Manusia Biasa
Manusia memiliki kemampuan terbatas. Kesadaran dan pengakuan akan keterbatasannya menjadikan keyakinan bahwa ada sesuatu yang luar biasa di luar dirinya. Sesuatu yang luar biasa itu berasal dari sumber yang luar biasa pula. Sumber yang luar biasa itu ada bermacam-macam sesuai dengan bahasa manusianya sendiri. Misalnya Tuhan, Budha, Yesus, Dewa, God, Syang-ti, Kami-Sama dan lain-lain atau hanya menyebut sifat-Nya saja seperti Yang Mahakuasa, Ingkang Murbeng Dumadi, De Weldadige, dan lain-lain. Keyakinan ini membawa manusia untuk mencari kedekatan diri kepada Tuhan dengan cara menghambakan diri, yaitu: menerima segala kepastian yang menimpa diri dan sekitarnya dan yakin berasal dari Tuhan, menaati segenap ketetapan, aturan, hukum dan lain yang diyakini berasal dari Tuhan. Dengan demikian, agama adalah penghambaan manusia kepada Tuhannya. Dalam pengertian agama terdapat tiga unsur, yaitu manusia, penghambaan dan Tuhan. Suatu paham atau ajaran yang mengandung ketiga unsur pokok pengertian tersebut dapat disebut agama. Lebih luasnya, agama juga bisa diartikan sebagai jalan hidup. Yakni bahwa seluruh aktifitas lahir dan batin pemeluknya diatur oleh agama yang dianutnya. Bagaimana kita makan, bagaimana kita bergaul, bagaimana kita beribadah, dan sebagainya ditentukan oleh aturan/tata cara agama. Menurut beberapa ahli lain, agama adalah seperangkat aturan dan peraturan yang mengatur hubungan manusia dengan dunia gaib (mistis), khususnya dengan Tuhannya, mengatur hubungan manusia dengan manusia lainnya, dan mengatur hubungan manusia dengan lingkungannya. Secara khusus, agama didefinisikan sebagai suatu sistem keyakinan yang dianut dan tindakan-tindakan yang diwujudkan
76 LO Manusia Sempurna-BAB 3.indd 76
6/4/15 00:12
Bab 3 Peran Agama
oleh suatu kelompok atau masyarakat dalam menginterpretasi dan memberi tanggapan terhadap apa yang dirasakan dan diyakini sebagai yang gaib dan suci. Bagi para penganutnya, agama berisikan ajaran-ajaran mengenai kebenaran tertinggi dan mutlak tentang eksistensi manusia dan petunjuk-petunjuk untuk hidup selamat di dunia dan akhirat. Karena itu pula agama dapat menjadi bagian dan inti dari sistem-sistem nilai yang ada dalam kebudayaan masyarakat yang bersangkutan, dan menjadi pendorong serta pengontrol bagi tindakan-tindakan para anggota masyarakat tersebut untuk tetap berjalan sesuai dengan nilai-nilai kebudayaan dan ajaran-ajaran agamanya.1
Beberapa Definisi tentang Religion Apa itu religi? Sebab ia melintasi begitu banyak batasan berbeda dalam pengalaman manusia, religi sungguh sangat sulit dimaknai. Banyak upaya yang telah dilakukan, bagaimanapun, dan sementara setiap teori memiliki batasannya, masing-masing perspektif menyumbang kepada pemahaman kita mengenai fenomena kompleks ini. “Religi adalah sebuah sistem komunikasi yang dibangun oleh mahluk supranatural dan dikaitkan dengan pola-pola tingkahlaku spesifik.” -H. H. Penner “Religi adalah keterlibatan manusia dalam makna eksistensinya, dan kedalaman dari keterlibatan seseorang merupakan kedalaman
1
http://id.wikipedia.org/
LO Manusia Sempurna-BAB 3.indd 77
77 6/4/15 00:12
MANUSIA SEMPURNA, Dalam Renungan Manusia Biasa
religinya.” -James L. Christian. “Religi adalah pemahaman kesucian.” -Sir Julian Huxley. “Religi adalah pertimbangan sempurna manusia akan kesempurnaan.” -Paul Tillich “Religi adalah pertimbangan paripurna mahluk manusia menyangkut dunia Manusia.” -Arnold Toynbee. Religi bisa disuling seperti setiap sistem keyakinan manapun yang bersandar secara eksplisit kepada iman, tetapi jika Anda bertanya kepada 10 teolog apa itu “religi,” Anda akan mendapatkan 12 jawaban berbeda. Hal itu disebabkan religi merupakan pokok bahasan rumit dan “religi” itu semata sebuah kata. Seperti semua kata, ia bisa berarti apapun yang kita inginkan, tetapi dalam sebuah diskusi, penting bagi kita memahami bagaimana kata itu digunakan (sumber: http://en.wikibooks.org/). Teolog Antoine Vergote juga menekankan “realitas kultural” religi, yang ia maknai sebagai “keseluruhan ekspresi linguistik, emosi dan, aksi serta pertanda yang merujuk kepada mahluk supranatural atau zat adikodrati”; ia mengambil istilah “supranatural” semata untuk mengartikan apapun yang mengatasi kekuatan alam atau daya manusiawi. Ketika religi dipandang dalam pengertian “suci,” “ilahiah,” “penilaian” intensif, atau “pertimbangan “sempurna,” maka dimungkinkan untuk memahami kenapa temuan ilmiah dan kritisisme filosofis (mis. Richard Dawkins) tidaklah selalu mengganggu para penganutnya.
78 LO Manusia Sempurna-BAB 3.indd 78
6/4/15 00:12
Bab 3 Peran Agama
Perbedaan pengertian agama dalam bahasa Indonesia secara tegas mengatakan ada unsur Tuhan, sedangkan dalam pengertian religion lebih menekankan kepada kompleksitas dari masing-masing pengalaman yang dialami oleh manusia dengan keyakinan ada sesuatu yang luar biasa di luar kemampuan dirinya dan melampaui kekuatan alam serta sesuatu yang gaib/supernatural (mistis). Setelah mendapat pencerahan dari agama atau religion di atas maka pertanyaan berikutnya adalah bagaimana peranannya dalam menyempurnakan “aku” manusia? Agama pada umumnya memiliki tradisi, peraturan, dogma (ajaran agama), doktrin, tata cara ibadat, kitab suci, dan Tuhan (the higest ultimate) dengan nama yang berbeda sesuai dengan ajaran keyakinan atau kepercayaannya. Manusia beragama, baik secara langsung maupun tidak langsung akan mempengaruhi jalan hidup manusia itu dan mempengaruhi kehidupan sosial, budaya, serta cara memperoleh ekonominya. Hal terpenting adalah pada diri manusia sendiri, karena hakikatnya agama membawa manusia pada hubungan yang sangat pribadi berdasarkan keyakinan atau kepercayaan yang dianutnya dengan Tuhannya. Hubungan pada hal-hal lainnya sebenarnya hanya dampak dari hubungan pribadi tersebut. Hubungan pribadi agama atau kepercayaan ini biasanya sudah diperkenalkan oleh orang tua sejak manusia lahir sebagai bayi dengan berbagai macam tradisi yang disesuaikan dengan budayanya. Inilah awal di mana manusia sebagai bayi diperkenalkan kepada agama atau kepercayaan tertinggi (the highest power) yang diyakini oleh orang tuanya. Kepercayaan atau agama atau religion itu kemudian berurat-akar di dalam “aku” manusia sesuai dengan pertumbuhan umurnya, perkembangan tubuhnya, perkembangan pikirannya
79 LO Manusia Sempurna-BAB 3.indd 79
6/4/15 00:12
MANUSIA SEMPURNA, Dalam Renungan Manusia Biasa
dan perkembangan pengetahuannya. Pada titik tertentu di mana manusia dianggap dewasa, hendaknya agama atau kepercayaan ini juga diuji atau dipelajari kebenarannya. Pengujian ini bukan untuk meninggalkan agama atau kepercayaan yang diberikan oleh orang tua, tetapi supaya agama atau kepercayaan itu dapat diterima dengan penuh oleh rasional melalui alam sadar dan jika sudah sempurna atau penuh pengertian dan penerimaannya, maka saatnya nanti dapat dengan maksimal menjadi “bahan bakar” untuk mengaktifkan alam bawah sadar. Jadi, memang benar tanggung jawab orang tua untuk memberikan segalanya yang terbaik bagi anak-anaknya sejak lahir ke dunia termasuk agama atau kepercayaan yang terbaik menurut versinya. Pengujian yang dimaksud adalah mempelajari atau menggali lebih dalam lagi semua hal tentang agama atau kepercayaan yang sudah dimilikinya. Proses ini akan berdampak atau tersimpan selain pada alam sadar sebagai pengetahuan juga sebagai penguat pada alam bawah sadar sebagai iman. Pertanyaan menarik dan menggoda di sini adalah apakah Tuhan atau The Highest Power yang diyakini tersebut sudah HIDUP atau AKTIF di dalam kehidupan manusia? Ataukah masih sebagai “label” yang melekat pada “aku” manusia? Kenyataannya, seringkali dijumpai manusia yang sudah beragama tetapi masih saja susah, masih miskin dan masih menderita. Di mana Tuhan? Apakah Tuhan tidak peduli dengan manusia yang susah, miskin dan menderita? Bahkan, ada manusia yang sudah berdoa dan setia mengikuti ajaran agamanya masih juga menderita dan miskin. Selain itu, ada juga manusia yang tidak peduli dengan agama dan kepercayaannya, tetapi kaya dan hidup senang.
80 LO Manusia Sempurna-BAB 3.indd 80
6/4/15 00:12
Bab 3 Peran Agama
Ada lagi manusia yang sudah mengikuti segala tradisi agamanya dan sudah bekerja keras tetapi masih menderita stres atau penderitaan lainnya. Apa yang terjadi dengan Tuhan? Kenyataan-kenyataan ini dan banyak lagi yang tidak diuraikan di sini merupakan fenomena yang kerap terjadi bagi manusia yang beragama atau bertuhan. Apalagi, di zaman sekarang ini, di mana manusia lebih mengutamakan uang, kebendaan atau harta sebagai ukuran kesenangan atau kebahagiaan untuk memenuhi hasrat konsumtifnya dan hasrat gaya hidupnya. Kalau begitu untuk apa beragama? Untuk apa bertuhan? Apakah hanya untuk memenuhi rutinitas? Apakah hanya untuk pelampiasan atau curhat? Apakah hanya untuk berkomunikasi dengan sesuatu yang mistis? Apakah hanya karena ingin memuaskan aku? Banyak pertanyaan lagi yang bisa diajukan pada diri sendiri. Semua ini dapat terjadi dikarenakan manusia beragama atau bertuhan masih sekadar “label” yang melekat pada “aku” manusia. Jadi, Tuhan yang diyakini dan dipercayai melalui agama atau kepercayaannya belum sebagai PENCIPTA dan PENGUASA manusia. Untuk itu, kembali lagi kepada kisah awal penciptaan manusia dan agama atau kepercayaan pada umumnya mengatakan bahwa manusia adalah ciptaan dan berasal dari Tuhan (walaupun istilah Tuhan bisa bermacam-macam sesuai dengan sebutan dalam agamanya). Dari sini, dikatakan bahwa Tuhan berkuasa atas manusia dan manusia menghamba padaNya seperti unsur agama yang disebutkan di atas. Apakah manusia sebagai hamba sudah menggunakan Tuhannya sesuai dengan sifatNya sebagai pencipta, penguasa, pengendali, Tuan, atau sebagai yang terbesar dari dirinya sendiri? Pertanyaan ini akan sulit dijawab jika manusia masih mengandalkan alam sadar atau
81 LO Manusia Sempurna-BAB 3.indd 81
6/4/15 00:12
MANUSIA SEMPURNA, Dalam Renungan Manusia Biasa
rasionalnya yang 10 persen itu. Bagaimana manusia dapat mengerti dan memasukkan ke dalam pikirannya Tuhan yang maha besar dan Mahakuasa itu? Tidak akan bisa dan alih-alih bisa menjadi gila! Jadi, bagaimana caranya untuk menjawab pertanyaan atau fenomena manusia yang beragama atau bertuhan tersebut? Jika ini ada di dalam pikiran Anda, maka selamat karena Anda sekali lagi berhasil untuk mau menguji segalanya. Agama berperan untuk mengenalkan Tuhan atau the highest power yang diyakini atau dipercayai sesuai dengan ajaran agama masing-masing. Setelah itu maka agama atau Tuhan yang diajarkan tersebut akan tinggal sebagai pengetahuan melalui rasional atau alam sadar manusia dan kemudian mengendap atau menguat pada alam bawah sadar sebagai iman. Hanya saja, pada tahap ini semua ajaran agama atau Tuhan itu masih sekadar “label” yang melekat pada “aku” dan “aku” masih sebagai tuan atas Tuhan dan ajaran agamanya, sehingga Tuhan belum diaktifkan atau belum hidup di dalam diri manusia. Dengan kata lain, Tuhan dan ajaran agama masih bersifat konsep atau teori yang melekat pada “aku” manusia. Agama atau Tuhan dibutuhkan untuk menyempurnakan “aku” manusia pada tahap selanjutnya. Pada saat pengertian atau pengetahuan agama atau Tuhan pada alam sadar “dibakar” bersama dengan alam bawah sadar (seperti ilustrasi pembakaran yang sudah dijelaskan sebelumnya), maka pengertian alam sadar tentang Tuhan akan menjadi dominan atau 90 persen (ingat proses ilustrasi pembuatan kopi dengan moka express). Inilah yang dikatakan mengaktifkan Tuhan atau the higest power yang diyakini dan dipercayai pada “aku” manusia. Pada momen ini, manusia sudah penuh 100 persen menjadi “aku” dan menjadi
82 LO Manusia Sempurna-BAB 3.indd 82
6/4/15 00:12
Bab 3 Peran Agama
tuan atau “panglima” bagi dirinya sendiri. Sehingga, menciptakan “WADAH” atau tempat yang sempurna di dalam diri manusia itu untuk mengaktifkan, menghidupkan atau menghadirkan Tuhan yang diyakini. Pengaktifan ini untuk menghadirkan Tuhan sesuai dengan sifatNya di dalam diri manusia dan manusia tetap menjadi hamba sedangkan yang menjadi tuannya adalah Tuhan. Jadi, bisa dibayangkan jika tidak ada agama atau religion yang mengajarkan tentang adanya Tuhan atau the higest power melebihi dari manusia maupun alam semesta, maka setiap manusia akan berhenti pada dirinya sendiri karena dialah raja, penguasa, penentu, pencipta, pengendali dan sifat-sifat Tuhan lainnya. Agama berperan sangat besar bagi manusia untuk dapat mencapai segala hal di luar kemampuannya dan untuk melebihi keterbatasan mind-body-spirit/soul. Manusia hanya mampu mengembangkan bakat atau talentanya atau pikirannya atau mind-body-spirit/soul-nya pada titik tertentu (terbatas) dan di luar dari ketidaksanggupannya – termasuk hal mistis dan supernaturalhanya dapat dipenuhi dengan agama. Hal mistis yang dimaksud di sini akan dibahas selanjutnya. Dengan mengaktifkan Tuhan dari alam bawah sadar maka yang menjadi tuan atas “aku” manusia bukan lagi manusia itu tetapi sudah berganti menjadi Tuhan. Ini sudah naik satu tingkat kesempurnaan. Siapa yang paling tahu dan mengerti diri manusia selain manusia itu sendiri dan siapa yang paling sempurna tahu diri manusia selain penciptanya sendiri atau yang disebut Tuhan (the highest power) yang dipercayai dan diyakini. Pada tahap ini, kesempurnaan manusia belum lengkap. Masih ada proses selanjutnya untuk meningkat dari kesempurnaan “aku” menjadi kesempurnaan “Tuhan.” Pada tahap ini
83 LO Manusia Sempurna-BAB 3.indd 83
6/4/15 00:12
MANUSIA SEMPURNA, Dalam Renungan Manusia Biasa
juga masih terjadi kepercayaan diri berlebih (over/super confidence) pada diri manusia. Bisa juga dikatakan sebagai kesombongan jiwa (rohani). Untuk kepentingan dunia bisa disebut confidence, tetapi untuk ajaran agama (Tuhan) bisa disebut kesombongan jiwa (rohani). Dalam buku sebelumnya, saya mengatakan pada tahap ini adalah The Power of Nothing. Ternyata, pada tahap ini masih ada “power” (super confidence) dan belum “nothing” atau sempurna seperti seharusnya manusia yang bertuhan.
Meditasi Setelah menjalani tahap kesempurnaan “aku” dan kesempurnaan “Tuhan” dengan jalan pintas melalui hipnosis 7th PATH kemudian dilanjutkan ke proses atau tahap berikutnya yaitu, meditasi.
Apa itu Meditasi? “Meditasi yang saya bicarakan bukanlah meditasi mengenai sesuatu: alih-alih, ini adalah keadaan meditasi. Jadi inilah yang saya maksud ketika saya membicarakan meditasi sebagai keadaan. Meditasi tidaklah berarti mengingat sesuatu. Meditasi berarti meninggalkan segala hal yang ada dalam ingatan seseorang dan hadir ke dalam keadaan di mana hanya kesadaran yang tersisa, di mana hanya ada kewaspadaan yang tersisa. “Jika Anda menyalakan lampu dan membuang semua benda di sekitarnya, lampu akan tetap memberikan cahaya. Dalam cara yang sama, jika Anda membuang semua hal dari kesadaran Anda, semua pikiran, semua imajinasi, apa yang akan terjadi? – hanya kesadaran
84 LO Manusia Sempurna-BAB 3.indd 84
6/4/15 00:12
Bab 3 Peran Agama
yang tersisa. Keadaan kesadaran murni itu adalah meditasi. Anda tidak bermeditasi mengenai seseorang. Meditasi adalah keadaan di mana hanya kesadaran yang tersisa. Ketika hanya kesadaran yang tersisa tanpa sebuah benda, keadaan itu disebut meditasi. Saya menggunakan kata meditasi dalam pengertian ini. “Apa yang Anda praktikkan bukanlah meditasi dalam pengertian sebenarnya; ini hanyalah sebuah konsep. Tetapi meditasi akan terjadi dengan sendiri melalui ini. Cobalah pahami apa yang Anda praktikkan di malam hari, latihan-latihan cakra, dan di pagi hari, latihan-latihan pernapasan, semuanya sebuah disiplin, bukanlah meditasi. Melalui disiplin ini sebuah momen akan hadir ketika napas tampak akan hilang. Melalui disiplin ini sebuah momen akan hadir ketika tubuh tampak menghilang dan pikiran juga menghilang. Apa yang akan tersisa ketika semua hal menghilang? Yang tersisa adalah meditasi. Ketika semua hal menghilang, yang tertinggal di belakang itu disebut meditasi.” (sumber: http://www.meditate.org/).
Meditasi Menurut Dr Ramesh Manocha Apa itu Meditasi? Terlepas dari semua popularitasnya, hari ini sangat sedikit dari kita yang sungguh tahu apa itu meditasi. Beberapa menganggap meditasi sebagai konsentrasi mental mengenai sesuatu, yang lain menganggap bahwa kita bermeditasi ketika kita membayangkan sesuatu yang memberi kita kedamaian atau kepuasan. Semua metode ini bertujuan satu untuk memperlambat dan, pada akhirnya, sepenuhnya menghentikan aktifitas tak berkesudahan dari akal kita. Latihan-latihan ini bukan sungguh-sungguh meditasi – mereka adalah pengganti meditasi sebab biasanya sangat sulit untuk menghentikan
85 LO Manusia Sempurna-BAB 3.indd 85
6/4/15 00:12
MANUSIA SEMPURNA, Dalam Renungan Manusia Biasa
pikiran kita secara bersamaan. Dalam realitas, meditasi adalah sebuah keadaan sadar tanpa pikiran. Ia merupakan tindak perilaku– ia merupakan keadaan kesadaran. Kita berada dalam keadaan ini atau tidak, terlepas apa yang kita kerjakan dalam hidup. Sungguh, seorang manusia bisa dalam keadaan meditasi ketika melakukan kerja hariannya sementara manusia lain bisa jadi sangat jauh dari meditasi saat duduk dalam postur lotus di puncak gunung. Ketika kita mengamati berbagai penjelasan meditasi, hal lain yang sering kita lihat adalah bahwa meditasi itu dimaknai sebagai mengambil waktu untuk duduk dalam sunyi atau merenung. Meditasi sejati, bagaimanapun lebih dari semua ini. Ia adalah keadaan damai yang mendalam terjadi ketika pikiran ditenangkan dan sunyi, namun sepenuhnya terjaga. Ini hanyalah permulaan transformasi batini yang membawa kita kepada tingkatan kesadaran lebih tinggi. Hal ini membuat kita bisa memenuhi potensi manusiawi kita. Persoalannya, tentu saja, adalah bagaimana mencapai keadaan ini.
Meditasi Bukanlah: Konsentrasi Konsentrasi adalah upaya untuk menetapkan perhatian kepada obyek atau gagasan tertentu untuk titimangsa yang panjang. Teknikteknik yang digunakan dalam visualisasi adalah jenis konsentrasi yang lain.
Kehilangan Kendali Bunyi, suara, warna dan gerakan-gerakan disengaja tidak berurusan dengan meditasi atau spiritualitas. Semua ini gejala-gejala kehilangan kesadaran dan kehilangan kendali atas beberapa bagian
86 LO Manusia Sempurna-BAB 3.indd 86
6/4/15 00:12
Bab 3 Peran Agama
diri kita.
Latihan-latihan Latihan-latihan, seperti sikap dan pernapasan, tidak membentuk meditasi. Mereka mungkin mengukuhkan beberapa perimbangan jika di bawah bimbingan seorang suhu sejati (jiwa sadar). Praktik mereka tanpa tujuan spiritual sejati hanya mengarah kepada ketidakseimbangan dalam saluran yang benar.
Upaya Mental Kesadaran tanpa pikiran dicapai melalui pengangkatan Kundalini. Untuk melenyapkan halangan-halangan yang mencegah pendakiannya, kita menggunakan tangan dan introspeksi tetapi tidak pernah upaya mental (mis., pengulangan terus menerus dari “Aku harus berhenti berpikir”).
Kenapa Meditasi? Meditasi dipandang oleh sebagian peneliti sebagai secara potensial salah satu bentuk paling efektif mengurangi stres. Sementara teknik pengurangan stress telah dikembangkan dan dikaji di Barat kirakira 70 tahun, data menunjukkan bahwa mereka tidak efektif secara konsisten. Meditasi bagaimanapun, telah dikembangkan dalam kebudayaan Timur dan memiliki sejarah tercatat lebih dari beberapa ribu tahun. Teknik-teknik meditatif Timur telah berkembang, dicoba dan disempurnakan selama ratusan generasi dengan niatan spesifik mengembangkan sebuah cara di mana orang awam bisa secara teratur mencapai keadaan kedamaian mental dan ketenangan, mis. Terbebas dari stres. Ini adalah strategi yang bisa secara mudah disesuaikan dengan kebutuhan dokter dan pasien-pasien mereka di
87 LO Manusia Sempurna-BAB 3.indd 87
6/4/15 00:12
MANUSIA SEMPURNA, Dalam Renungan Manusia Biasa
Barat. Sebuah studi AS sebagai contoh, menunjukkan bahwa kursus singkat strategi-strategi modifikasi tingkahlaku yang menyertakan meditasi mengarah kepada kunjungan-kunjungan lebih sedikit secara signifikan kepada dokter selama enam bulan berikutnya. Penghematannya diperkirakan lebih dari $200 per pasien. Sebuah studi statistic asuransi menunjukkan bahwa penggunaan perawatan kesehatan secara signifikan berkurang bagi para pelaku meditasi dibandingkan dengan yang bukan pelaku meditasi. Penekanan selanjutnya kepada: konsep-konsep keluaran kualitas kehidupan seperti imunologi psikoneuro atau pengobatan pikiran-tubuh dan mengurangi biaya perawatan kesehatan serta meningkatkan kesehatan mental yang menjadi semakin terkait dengan perawatan kesehatan.
Beberapa Poin Utama Mengenai Meditasi Meditasi bisa menjadi bentuk efektif pengurangan stres dan memiliki potensi untuk meningkatkan kualitas hidup dan menurunkan biaya perawatan kesehatan. Meditasi itu menyenangkan dan membawa kepada keadaan ‘kesadaran tanpa pikiran’ di mana aktifitas pikiran yang menghasilkan stres berlebihan dinetralisir tanpa mengurangi kewaspadaan dan keefektifan. Meditasi otentik membuat seseorang fokus kepada saat kekinian alih-alih tenggelam dalam masa lalu yang tak bisa diubah atau masa depan yang tidak pasti. Ada sedikit bukti kualitas yang memperbandingkan satu teknik meditasi dengan yang lain atau meditasi dengan teknik-teknik relaksasi. Penjelasan teoretis bagi dampak meditasi dan teknik-teknik relaksasi adalah bahwa pelepasan katekolamin atau hormone-hormon stress lain dikurangi dan aktifitas
88 LO Manusia Sempurna-BAB 3.indd 88
6/4/15 00:12
Bab 3 Peran Agama
parasimpatetik ditingkatkan. Apakah meditasi melibatkan efek neurofisiologis unik lain tetap harus dibuktikan.
Bagaimana Meditasi Bekerja? Ada banyak bentuk meditasi, dengan beragam kompleksitas dari ketat, laku-laku teratur sampai saran-saran umum. Jika dipraktikkan secara teratur, meditasi mungkin bisa membantu mengembangkan kebiasaan, mikrotingkahlaku tak sadar yang bisa secara potensial menghasilkan efek positif meluas kepada fungsi fisik dan psikologis. Meditasi bahkan untuk 15 menit dua kali sehari terbukti membawa hasil-hasil menguntungkan.
Tanggapan Parasimpatetik Kebanyakan teori didasarkan kepada asumsi bahwa meditasi itu sebuah bentuk canggih relaksasi yang menyertakan konsep yang disebut tanggapan parasimpatetik. Stres psikologis dihubungkan dengan aktivasi komponen simpatetik system syaraf mandiri yang, pada titik ekstremnya, menyebabkan ‘tanggapan bertarung atau kabur.’ Meditasi dan setiap bentuk istirah atau laku relaksasi untuk mengurangi aktivasi simpatetik dengan menurunkan pelepasan katekolamin dan hormone-hormon stres lain semacam kortisol, dan memajukan peningkatan aktifitas parasimpatetik yang pada gilirannya memperlamban denyut jantung dan meningkatkan aliran darah ke usus dan jauh dari batas luar.
Dampak-Dampak Neurofisiologis Lain Para pendukung lain menyatakan bahwa meditasi melibatkan dampak-dampak neurofisiologis lain; bagaimanapun, hal ini
89 LO Manusia Sempurna-BAB 3.indd 89
6/4/15 00:12
MANUSIA SEMPURNA, Dalam Renungan Manusia Biasa
masih harus dibuktikan. Penelitian di Program Penelitian Meditasi menunjukkan sistem anggota tubuh bisa disertakan dalam Meditasi Sahaja Yoga sebab dampak-dampak signifikan menyertakan keadaan hati secara konsisten diamati.
Menentukan Apa Yang Kami Maknai Sebagai Meditasi Isu paling penting yang harus dialamatkan di bidang penelitian ini adalah untuk menentukan secara jelas meditasi itu dan lalu menyerahkan penentuan itu kepada pengujian ilmiah Meditasi secara popular dipahami sebagai setiap kegiatan di mana perhatian seseorang terutama difokuskan kepada aktifitas kognitif berulang. Definiasi yang sangat luas ini merupakan, dalam pandangan Program Penelitian Meditasi, penyebab utama bagi banyak hasil-hasil inkonsisten yang tampak dalam penelitian meditasi.
Kesadaran Tanpa Pikiran Jika seseorang dengan cermat menelisik tradisi otentik meditasi jelaslah bahwa meditasi merupakan pengalaman istimewa dan termaknai dengan baik dari sebuah keadaan yang disebut ‘kesadaran tanpa pikiran.’ Ini adalah keadaan di mana aktifitas pikiran berlebihan dan menimbulkan stres dinetralisir tanpa mengurangi kewaspadaan dan keefektifan. Meditasi otentik membuat seseorang memusatkan perhatian kepada ‘saat kekinian; alih-alih tenggelam ke dalam masa lalu yang tak bisa diubah atau masa depan yang tidak pasti. Ini adalah keadaan perimbangan daya (equipoise) yang dikatakan sebagai terapetik baik secara psikologis dan fisik dan yang secara mendasar membedakan meditasi dari relaksasi sederhana, istirahat fisik atau tidur.
90 LO Manusia Sempurna-BAB 3.indd 90
6/4/15 00:12
Bab 3 Peran Agama
(sumber: Dr Ramesh Manocha - Meditation Research Program – Royal Hospital for Women, Sydney: http://www.freemeditation.com/).
Dalam buku Magic and Mystery in Tibet, Alexandra DavidNeel mengisahkan bagi Sang pembaharu Tibet, Tsong Khapa, meditasi merupakan ‘sarana seseorang untuk menolak semua pemikiran imajinatif berikut benih-benihnya’, sehingga tidak ada ide-ide khayalan yang dapat muncul di masa mendatang, yang merupakan bagian dari ‘pembersihan’ yang telah disebutkan di atas. Dua latihan dijabarkan secara khusus oleh para pakar jalan mistik. Pertama, mengamati dengan sungguh-sungguh kerja pikiran tanpa berusaha mencampurinya. Duduk di tempat yang tenang, sang siswa berusaha sebisanya untuk tidak memusatkan perhatiannya secara sadar pada sebuah obyek atau arah tertentu. Dia menandai ide-ide, kenangan, keinginan, dsb. yang muncul secara spontan, dan mengamati bagaimana saat muncul yang lain, mereka lalu tenggelam untuk beristirahat di dalam pikiran. Dia juga memperhatikan citraan subyektif, yang tampak tak berkaitan dengan pikiran atau sensasinya saat itu, yang muncul kala matanya tengah terpejam: orang-orang, binatang, pemandangan alam, kerumunan orang yang bergerak, dsb. Selama latihan tersebut, dia berusaha untuk tidak membuat refleksi terhadap tontonan yang sedang dilihat, hanya memandang dengan pasif aliran pikiran yang cepat dan terus menerus, serta citraan mental yang berputar, saling mendorong, bergulat, dan mati. Dikatakan bahwa ketika sang siswa mulai melepaskan ‘pijakanpijakan kaku’ yang membelenggunya hingga saat itu, dalam
91 LO Manusia Sempurna-BAB 3.indd 91
6/4/15 00:12
MANUSIA SEMPURNA, Dalam Renungan Manusia Biasa
kualitasnya sebagai seorang penonton, berarti dia sudah mulai mengumpulkan buah dari latihan-latihannya itu. Dia juga –jadi harus dia mengerti– adalah seorang aktor di atas panggung yang ramai tersebut. Introspeksinya saat ini, semua tindakan dan pikiranpikirannya, dan gabungan semuanya yang lalu ia sebut diri, tak lain hanyalah buih-buih sesaat pada sebuah pusaran air yang terbentuk dari buih-buih berjumlah tak terhingga terkumpul sesaat, berceraian, pecah, dan terbentuk kembali, mengikuti irama membingungkan. Latihan kedua ditujukan untuk menghentikan penjelajahan sang pikiran sehingga seseorang dapat memusatkannya pada sebuah obyek tunggal. Latihan-latihan untuk mengembangkan sebuah konsentrasi pikiran yang sempurna, secara umum dianggap sangat diperlukan oleh para siswa tanpa kecuali. Sementara pengamatan aktifitas pikiran hanya direkomendasikan kepada para siswa yang paling cerdas. Beberapa hal penting tentang meditasi dapat dirangkum sebagai berikut: 1.
Meditasi adalah suatu keadaan di mana hanya mengembangkan kesadaran dengan mengamati pikiran serta kondisi mental lainnya.
2. Meditasi bukan tindakan tapi mengenai keadaan kesadaran. 3.
92
Mental yang konsentrasi dan membayangkan sesuatu sehingga memberikan kedamaian atau kepuasan di mana sepenuhnya menghentikan aktifitas gencarnya pikiran manusia adalah bukan benar-benar meditasi. Hal ini adalah pengganti untuk meditasi karena biasanya sangat sulit menghentikan pikiran semuanya secara bersamaan.
LO Manusia Sempurna-BAB 3.indd 92
6/4/15 00:12
Bab 3 Peran Agama
4.
Meditasi adalah keadaan yang mendalam, kedamaian yang mendalam yang terjadi ketika pikiran tenang dan diam, belum sepenuhnya waspada. Hal ini hanyalah awal dari transformasi batin yang membawa kita ke tingkat kesadaran lebih tinggi.
5. Meditasi bukan konsentrasi, kehilangan kendali, latihan, dan bukan usaha mental manusia. 6.
Meditasi adalah suatu usaha dan menyebabkan keadaan di mana diri mengembangkan kesadaran sehingga stres yang berlebihan memproduksi aktifitas pikiran dinetralkan tanpa mengurangi kewaspadaan dan efektifitas manusia.
7.
Meditasi dapat menjadi bentuk efektif pengurangan stres dan memiliki potensi untuk meningkatkan kualitas hidup dan mengurangi biaya kesehatan.
8.
Meditasi Otentik memungkinkan seseorang untuk fokus pada saat sekarang (present life) daripada berkutat pada masa lalu yang tidak bisa diubah atau masa depan yang belum ditentukan (tidak pasti).
9.
Jika dilakukan secara teratur, meditasi diduga membantu mengembangkan kebiasaan, kesadaran mikro-tingkahlaku (microbehaviours) yang berpotensi menghasilkan efek positif luas pada fungsi fisik dan psikologis.
10. Meditasi selama 15 menit dua kali sehari telah terbukti membawa hasil bermanfaat. 11. Meditasi dan bentuk istirahat atau relaksasi bertindak untuk mengurangi aktivasi simpatik dengan mengurangi pelepasan
93 LO Manusia Sempurna-BAB 3.indd 93
6/4/15 00:12
MANUSIA SEMPURNA, Dalam Renungan Manusia Biasa
katekolamin dan hormon stres lainnya seperti kortisol, dan mempromosikan peningkatan aktifitas parasimpatis yang pada gilirannya memperlambat denyut jantung dan meningkatkan aliran darah ke organ tubuh lainnya. 12.
Meditasi secara popular dianggap kegiatan di mana perhatian individu terutama difokuskan pada aktifitas kognitif berulangulang.
Cara Mengembangkan kesadaran adalah mengamati pikiran dan kondisi mental, perasaan dan emosional manusia yang muncul saat meditasi dengan apa adanya tanpa analisa juga tanpa penghakiman. Jadi, jika muncul rasa marah, sedih, kecewa, gelisah, sakit, dan lainnya, maka semua itu diamati dengan apa adanya tanpa perlawanan dan tanpa evaluasi. Singkatnya, marah adalah marah, sakit adalah sakit dan seterusnya. Selain itu, tidak perlu juga dipertanyakan apa dan kenapa dapat terjadi tapi cukup diamati saja. Pada saat diamati, maka semuanya akan berlalu karena meditasi juga seperti membersihkan semua “kotoran-kotroran” batin yang timbul dari salah paham atau ketidakmengertian manusia disebabkan keterbatasan, baik yang disadari maupun yang tidak disadari. Proses meditasi ini adalah kelanjutan dari proses “aku” manusia yang sudah sempurna (100 persen) di mana alam sadar dan alam bawah sadar sudah menjadi SATU “wadah” atau SATU “mesin” yang saling bekerjasama. Sehingga, keadaan yang diamati dalam meditasi adalah seluruh alam sadar dan alam bawah sadar. Jadi, dalam proses meditasi dapat muncul hal-hal masa lalu yang tidak terdeteksi sebelumnya pada sesi hipnosis atau bisa juga muncul
94 LO Manusia Sempurna-BAB 3.indd 94
6/4/15 00:12
Bab 3 Peran Agama
masalah tentang hal-hal masa depan yang sebelumnya terjadi karena keterbatasan dan salah paham di dalam diri manusia. Semua yang muncul dalam pikiran maupun perasaan pada mind-body-spirit/ soul diamati saja. Dengan pengamatan ini, maka kesadaran akan berkembang dan bertambah luas dengan sendirinya. Kesadaran yang luas ini sangat dibutuhkan untuk mencapai kesempurnaan manusia yang melampaui “aku” atau melampaui keterbatasannya sebagai manusia supaya dapat bersatu dengan Tuhannya, di dunia ini dan juga di akhirat sesuai dengan agama atau kepercayaan yang diyakininya. Setelah kesadaran ini berkembang luas dalam meditasi maka manusia dapat memahami segala kepalsuan yang telah dilekatkan kepadanya sejak dilahirkan ke dunia. Dengan memahami mana yang palsu dan mana kebenaran sejati (original), maka ini adalah jalan untuk bertemu dan bersatu dengan The First Original, yaitu Tuhan Sang Pencipta manusia (Orang tua sesungguhnya). Selain itu, dengan kesadaran yang luas, maka manusia dapat melampaui segala dogma dan doktrin agamanya karena semua air akan mengalir ke satu hulu: samudera raya. Artinya, melalui agama manusia sudah dibatasi dengan segala dogma, doktrin, aturan, hukum, dan lain sebagainya sesuai dengan denominasi agama atau kepercayaan masing-masing. Dalam agama atau kepercayaan, hal ini sangat dibutuhkan sebagai rambu-rambu supaya anggota atau jemaat pengikutnya dapat mengarahkan jalan hidupnya dengan teratur dan disiplin sesuai dengan agama atau kepercayaannya sehingga tidak melenceng kesana kemari. Sedangkan dengan kesadaran luas yang diperoleh dalam meditasi dapat membantu manusia menuju suatu kesadaran universal di mana semua air akan bermuara ke samudera raya. Bisa
95 LO Manusia Sempurna-BAB 3.indd 95
6/4/15 00:12
MANUSIA SEMPURNA, Dalam Renungan Manusia Biasa
pula dikatakan, semua agama akan bermuara pada satu Tuhan yaitu Tuhan yang tidak dikenal (karena agama merupakan “warisan” turun temurun atau tradisi yang mengikat umat atau anggotanya). Intinya, meditasi hanya cara mengembangkan kesadaran dan tidak MENGUBAH agama atau kepercayannya. Menurut pengalaman saya, dengan mengembangkan kesadaran yang luas membuat manusia akan lebih dalam imannya atau kepercayaannya kepada Tuhan sesuai denominasi agama atau kepercayaan yang diyakininya. Setelah luasnya tingkat kesadaran, maka akan muncul suatu pencerahan baru terhadap mind-body-spirit/soul manusia terhadap sesamanya, terhadap alam semesta dan terhadap Tuhannya sendiri. Meditasi bukan jalan atau usaha akhir manusia, tetapi merupakan SYARAT menuju proses selanjutnya untuk memahami Tuhan atau Sang Pencipta yang MISTIS, karena manusia terbatas dan tidak mampu memahami atau memikirkanNya.
Jenis-Jenis Meditasi Mindfulness is a general method that serves as a basis for techniques such as Vipassana meditation. It aims to use focused attention (often by using a physical sensation such as the breath) to cultivate mental calmness. Regular practice enables one to objectively observe one’s thoughts and therefore enhance one’s self understanding. Mindfulness approaches have been shown to be effective in certain clinical applications such as chronic pain. Vipassana is both a general term referring to a specialized form of mindfulness meditation and also a specific brand name. The following information refers to the latter. Vipassana is taught in Australia via a number of Vipassana retreats and centres.
96 LO Manusia Sempurna-BAB 3.indd 96
6/4/15 00:12
Bab 3 Peran Agama
Klasifikasi Meditasi menurut Narayo dan Onstein (Tart, 1997; Prabowo, 2007) 1.
Meditasi Konservatif;
2.
Meditasi Pembukaan (Opening up meditation);
3.
Meditasi Ekpresif.
Tart hanya memberikan gambaran pada dua jenis meditasi yaitu meditasi konservatif dan meditasi pembukaan. Teknik meditasi konservatif pada dasarnya memberikan instruksi untuk memperhatikan secara penuh pada hal tertentu, dapat berupa obyek eksternal yang terlihat nyata atau sensasi internal seperti tarikan napas. Sedangkan meditasi pembukaan pada dasarnya mengacu pada keragaman teknik bertujuan membantu seseorang meningkatkan kepekaan dan kesadaran penuh dari apapun yang terjadi kepadanya, menjadi pengamat yang sadar (Conscious Observer) dalam mengamati apa yang terjadi tanpa harus bereaksi kepadanya. Ken Wilber (Rowan, 1993; Prabowo, 2007) menggunakan dua dimensi untuk memahami proses perkembangan psikospiritual, di mana keduanya dilakukan dengan cara berbeda, yakni eros melawan thanos (cinta melawan mati). Berdasarkan kesadaran tersebut, Wilber membagi teknik meditasi dalam 4 kuadran, yaitu: 1.
The Way of Form.
2.
The Expressive Way.
3.
The Negative Way.
4.
The Facilitative Way.
The Way of Form dikenal sebagai meditasi konservatif atau absortif, yaitu beberapa cara yang melibatkan obyek nyata, seperti
97 LO Manusia Sempurna-BAB 3.indd 97
6/4/15 00:12
MANUSIA SEMPURNA, Dalam Renungan Manusia Biasa
mantra, yantra (desain simbolik), mudra (gerakan tangan), bija (afirmasi), kasina (permukaan atau warna), simbol (seperti naga, salib, teratai, hati, matahari). The Expressive Way berkaitan dengan Tuhan, roh dan energi. Ini merupakan versi dari meditasi dinamis meliputi: pernapasan kasar, gerakan cepat, nyanyian keras dan lain-lain. Dengan cara ini, seseorang mengambil sesuatu yang mengganggu, dan dalam bentuk meditasi lain seringkali musuh harus dikatakan dan menjadi pusat dari meditasi. Beberapa bentuk Schematic, Metode Tantri, dan Sufi Dancing (Dzikir) dan “Berbicara di lidah” dalam gereja Karismatik. The Negative Way, seseorang mencoba menyingkirkan semua bentuk dan semua ekspresi. Cara kerjanya adalah Letting Go, dengan mengosongkan pikiran. Beberapa contohnya adalah meditasi Pantjali yoga, Latihan Zen Shikantaza, Neti-neti (bukan ini bukan itu). The Facilitative Way, seseorang membuka kesadaran kepada “apa yang ada di sana.” Bentuk meditasi ini merupakan semua hal tentang kesaksian terhadap apa yang terjadi. Fokusnya adalah mengalir dengan apapun yang dialami, mengikutinya dan membiarkannya. Dengan meditasi Vipassana, Mahavipassana, dan Satipathana, seseorang berada pada pikiran penuh dari apapun yang berlalu. Dari pemaparan beberapa macam meditasi di atas, maka meditasi secara umum lebih mengarah kepada: 1.
98
Meditasi pernapasan (L. Lichstein, 1988). Termasuk di sini adalah Mindfulness dan Vipassana. Meditasi ini menghayati gerak napas seseorang dari detik ke detik, dengan proses bernapas secara alamiah dan mencermati daya upaya halus
LO Manusia Sempurna-BAB 3.indd 98
6/4/15 00:12
Bab 3 Peran Agama
untuk mengendalikan, memperpanjang atau memperpendek, mengubah atau menahan. Meditasi tidak memfokuskan pada napas sebagai obyek perhatian, tetapi sebatas memperhatikan saja tanpa daya upaya (Sudrijanta, 2011). Sedangkan efek dari tubuh memanipulasi karbondioksida merupakan cara ampuh dalam reaksi biokimia tubuh (L. Lichstein, 1988). 2.
Meditasi suara (Benson, 2000), obyek yang menjadi pusat perhatian dalam meditasi ini adalah suara.
3.
Meditasi gelembung pikiran, disebut sebagai penyadaran pikiran, karena dilaksanakan dengan memperhatikan pikiranpikiran yang muncul (Benson, 2000).2
Hidup Mistik Salah satu peran agama adalah mengatur dan menjelaskan hubungan manusia dengan Tuhannya secara gaib/mistis. Untuk itu perlu dipahami terlebih dahulu apa yang dimaksud dengan mistis tersebut. Sudah dipahami bahwa dalam kata mistik itu terkandung sesuatu yang misterius dan tidak bisa dicapai dengan cara-cara biasa atau dengan usaha intelektual. Misteri dan Mistik memang berasal dari kata Yunani “Myein,” menutup mata. Mistik telah disebut “arus besar kerohanian yang mengalir pada semua agama.” Dalam artinya yang paling luas, mistik bisa didefinisikan sebagai kesadaran terhadap kenyataan tunggal yang mungkin disebut kearifan, Cahaya, Cinta, atau
2
http://go2psychology.blogspot.com/
LO Manusia Sempurna-BAB 3.indd 99
99 6/4/15 00:12
MANUSIA SEMPURNA, Dalam Renungan Manusia Biasa
Nihil.3 Mistik juga bisa didefinisikan sebagai cinta kepada yang mutlak, sebab kekuatan yang memisahkan mistik sejati dari sekadar tapabrata (asceticism) adalah cinta. Cinta Ilahi membuat si pencari mampu menyandang, bahkan menikmati segala sakit dan penderitaan yang dianugerahkan Tuhan kepadanya untuk menguji dan memurnikan jiwanya. Cinta ini bisa menghantarkan jiwa sang ahli mistik ke hadapan Ilahi “bagaikan Elang yang membawa mangsanya,” memisahkannya dari segala yang tercipta dalam waktu. H. Clark (1969, 263), seorang ahli psikologi, mendefinisikan mistisisme sebagai sebuah pengalaman subyektif tentang pemahaman akan kekuatan kosmik atau kekuatan yang lebih besar dari dirinya. Pengalaman tersebut lebih bersifat intuitif daripada inderawi atau rasional. Leuba (1971) mendefinisikan mistisisme sebagai pengalaman apa saja yang dianggap oleh orang yang mengalaminya merupakan kontak (tindak melalui panca indera, tetapi tiba-tiba, intuitif) atau kekuatan diri dengan sesuatu yang lebih besar darinya yang disebut dunia roh, Tuhan, yang absolut atau lainnya. James B Pratt (1926, 337) menulis bahwa mistisisme adalah perasaan akan kehadiran atau keberadaan sesuatu atau realitas melalui proses atau alasan perspektif yang tidak lazim yaitu pengalaman tiba-tiba dan intuitif.4 Sementara itu, dalam Filsafat Agama: Tuhan Kaum Mistik karya Aprillins, kata mistik mempunyai hubungan linguistik antara tiga kata, yaitu “mitos”, “mistisisme”, dan “misteri.” Ketiganya berasal dari
100
3 4
Annemarie Schimmel, Dimensi Mistik dalam Islam, Pustaka Firddaus, Jakarta, 2000. Nils G.Holm, Berjumpa Tuhan, Fajar Pustaka Baru, Yogyakarta, 2002, hlm 33.
LO Manusia Sempurna-BAB 3.indd 100
6/4/15 00:12
Bab 3 Peran Agama
kata kerja bahasa Yunani musteion, yang berarti menutup mata atau mulut. Kata ini berakar dalam pengalaman tentang kegelapan dan kesunyian. Konotasi yang diberikan, terutama di Barat, menjuruskan ketiga kata ini kepada sinonim yang negatif. Kata “mitos” digunakan sebagai sinonim kebohongan. Kata “misteri” sering digunakan untuk sinonim suatu persoalan yang sulit dijelaskan dan mengusutkan pikiran. Begitupun dengan kata “mistisisme” yang sering dikaitkan dengan perihal kedukunan atau hal aneh lainnya. Pemikiran Barat tidak begitu tertarik akan hal-hal yang bersifat spiritual. Oleh karena itu, kata-kata seperti ini tidak begitu popular di Barat zaman sekarang. Namun, mulai terdapat tanda-tanda arus balik. Antusiasme Barat terhadap hal mistis terlihat sejak tahun 1960-an, di mana orang Barat mulai mempelajari beberapa bentuk Yoga. Ajaran Yoga yang diambil dari Budhisme mulai berkembang pesat di Eropa dan Amerika Serikat. Orang-orang di Barat mungkin tengah merasakan kebutuhan alternatif bagi cara pandang ilmiah murni terhadap alam semesta. Agama monoteis, khususnya monoteisme historis, pada dasarnya tidak bersifat mistis. Agama Yahudi, Kristen, dan Islam merupakan kepercayaan yang bersifat aktif. Motif utamanya adalah penghadapan atau pertemuan pribadi antara manusia dan Tuhan. Tuhan seperti ini berhubungan dengan manusia melalui dialog daripada perenungan yang hening. Namun, agama monoteis akhirnya mengembangkan suatu tradisi mistik yang membuat Tuhan mereka melampaui kategori personal dan lebih mirip dengan realitas impersonal. Agama yang membangun tradisi mistik lebih dekat dan cenderung lebih membantu pada saatsaat sulit daripada keimanan yang didominasi oleh otak. Tuhan yang dialami oleh kaum mistiklah yang akhirnya menjadi lazim diterima di kalangan penganutnya, hingga belakangan ini. Tuhan hanya
101 LO Manusia Sempurna-BAB 3.indd 101
6/4/15 00:12
MANUSIA SEMPURNA, Dalam Renungan Manusia Biasa
mungkin diketahui melalui pengalaman mistik. Kaum mistik Yahudi enggan mengakui penyatuan diri dengan Tuhan. Dalam tradisi mistik Yahudi, Tuhan En Sof akan tetap diselimuti kegelapan yang tak tertembus. Untuk mencapai Tuhan, orang harus melepaskan belenggu pada ide terbatas apapun tentang Tuhan. Mistisisme mampu menerobos lebih jauh ke dalam pikiran daripada bentuk agama lain yang lebih rasionalistik dan legalistik. Tuhan kaum mistik mampu menjawab kebutuhan, ketakutan, dan kecemasan primitif. Hal inilah yang tidak dapat dilakukan oleh Tuhan para filosof, Tuhan yang jauh tak terjangkau akal.
1.
Mistik pada Agama Yahudi
Mistisisme awal Yahudi berkembang selama abad 2-3 M. Menekankan keterpisahan antara Tuhan dan manusia. Orang Yahudi ingin menjauh dari dunia yang di dalamnya mereka dikucilkan. Mereka membayangkan Tuhan sebagai raja perkasa yang hanya bisa didekati melalui perjalanan penuh bahaya menembus tujuh lapis langit. Kaum mistis Yahudi menyebut mistisisme ini sebagai “Mistisisme Mahkota”, mengalami perkembangan sangat pesat seiring dengan pertumbuhan perguruan-perguruan besar para rabi. Orang Yahudi lainnya mencoba memberikan tafsiran mistik dan simbolik tentang Tuhan. Mereka mengajarkan disiplin esoterik yang diwariskan dari seorang guru pada muridnya, disebut Kabbalah (tradisi yang diwariskan) yang akhirnya menjadi mistisisme Yahudi Baru pada abad 12 dan 13 M. Jika Mistisme Mahkota telah puas dengan melihat kemuliaan Tuhan dari luar, Kabbalah berusaha menembus batin Tuhan dan kesadaran manusia. Tuhan Yahudi yang disebutkan di dalam kitab sucinya adalah Yahweh, yang kemudian diperbaiki dan
102 LO Manusia Sempurna-BAB 3.indd 102
6/4/15 00:12
Bab 3 Peran Agama
dihapus citra kesukuan dan personalnya menjadi YHWH. Berbeda dengan YHWH, Kabbalah menyebut Tuhan sebagai En Sof, Yang Tersembunyi. Bagi mereka, En Sof tidak diketahui, dan bahkan tidak pernah disebutkan di dalam kitab suci. En Sof tidak memiliki nama yang terdokumentasikan dan tidak bergender. Kaum mistik Yahudi memanifestasikan En Sof ke dalam 10 Sefiroth (bilangan) realitas ilahiah. Setiap Sefiroth mewakili satu tahap dalam pengungkapan wahyu En Sof. Sefiroth memiliki nama simboliknya sendiri. Sefiroth merupakan nama yang diberikan Tuhan untuk dirinya sendiri sekaligus sarana yang dengannya Ia menciptakan alam. Secara bersamaan, kesepuluh nama ini membentuk satu kesatuan. Sefiroth bukanlah realitas yang berada secara transenden di antara Tuhan dan alam. Sefiroth hadir dan aktif di dalam segala sesuatu yang ada, dan mewakili tahap-tahap kesadaran manusia yang dilalui seorang mistik untuk naik menuju Tuhan dengan cara turun ke dalam pikirannya sendiri. Kaum mistik mesti mengembara menuju singgasana Tuhan melalui alam mitologis tujuh langit. Namun, pengembaraan ini hanyalah pengembaraan imajiner yang tidak dipahami secara harfiah. Pengembaraan yang dimaksud dipandang sebagai pendakian simbolik melalui kawasan-kawasan misterius pikiran. Rabi Yahudi yang berhasil melakukan perjalanan mistik dengan selamat adalah Rabi Akiva. Rabi Akiva menyiratkan tentang saratnya bahaya dalam perjalanan spiritual ini. Peringatan Rabi Akiva mengenai batu pualam murni mungkin merujuk pada kata sandi yang harus diucapkan seorang mistikus pada berbagai titik penting dalam perjalanan imajinernya. Kumpulan imajinasi merupakan suatu ketidaksadaran yang mencuat di dalam mimpi, halusinasi, dan dalam kondisi psikis yang menyimpang. Kaum
103 LO Manusia Sempurna-BAB 3.indd 103
6/4/15 00:12
MANUSIA SEMPURNA, Dalam Renungan Manusia Biasa
mistis Yahudi tidak membayangkan mereka sungguh-sungguh terbang menembus langit, tetapi menjajarkan citra-citra yang memenuhi pikiran mereka secara tertata dan terkendali. Kaum mistis Yahudi juga tidak menguraikan apa-apa tentang Tuhan. Mereka hanya menceritakan tentang atribut Tuhan yang melindunginya dari tatapan manusia. Perjalanan ke kedalaman pikiran melibatkan risiko pribadi, karena kita mungkin tidak akan mampu memikul apa yang akan kita temukan di sana. Itulah sebabnya semua agama mengajarkan bahwa perjalanan mistik hanya mampu dilakukan di bawah bimbingan seorang ahli. Di dalam Kabbalah, spekulasi secara rasional tentang hakikat Tuhan dan persoalan metafisika hubungan Tuhan dengan alam, malah kemudian beralih kepada imajinasi. Kaum Kabbalah juga mengembangkan mitologi sendiri untuk menjelajahi alam kesadaran keagamaan baru. Orang Yahudi sedari awal telah menyadari adanya bahaya dalam penjelajahan imajiner semacam itu, maka belakangan, mereka tidak mengizinkan anak muda mengikuti disiplin Kabbalah, kecuali jika mereka telah benar-benar cukup matang. Untuk melakukannya, dibutuhkan keterampilan, konsentrasi pikiran (seperti dalam latihan Zen dan Yoga) dan menuntut latihan dalam suasana hati tertentu. Bahkan seorang mistik pun harus menikah untuk menjamin bahwa dia memiliki kesehatan seksual!
2.
Mistik pada Agama Kristen
Agama Kristen dapat dikatakan sebagai agama dengan kadar personalisasi paling tinggi dan berupaya meningkatkan kelayakan kultus terhadap Tuhan yang bereinkarnasi dengan cara memasukkan doktrin transpersonal trinitas. Di dalam Kristen, hubungan dengan
104 LO Manusia Sempurna-BAB 3.indd 104
6/4/15 00:12
Bab 3 Peran Agama
Tuhan dicirikan dengan cinta. Cinta yang berarti bahwa ego (dalam pengertian tertentu) telah dilenyapkan. Ada anggapan bahwa pengalaman mistis hanya merupakan sesuatu yang secara sengaja diciptakan oleh seorang mistikus di dalam dirinya sendiri. Menurut Paus Gregory, Tuhan yang dikonsepsikannya tetap tersembunyi dari manusia dalam kegelapan yang tak tertembus. Paus menggunakan metafora awan, kabut, atau kegelapan untuk melukiskan kesamaran semua pengetahuan manusia tentang yang ilahi. Tuhan merupakan pengalaman yang menegangkan bagi Gregory. Kita tidak bisa meramalkan perilaku Tuhan berdasarkan pengetahuan kita tentang manusia. Jadi, satu-satunya kebenaran dalam pengetahuan kita tentang Tuhan, adalah ketika kita menyadari bahwa kita tidak bisa sepenuhnya mengetahui apa pun tentang Tuhan. Tuhan hanya bisa dicapai setelah kerja keras pikiran. Jalan menuju Tuhan sarat dengan rasa bersalah, air mata, dan keletihan. Ketika jiwa mendekatinya, jiwa tidak bisa berbuat apa-apa kecuali menangis karena disiksa oleh hasratnya akan Tuhan. Jiwa hanya bisa menemukan ketenangan dalam air mata karena keletihan. Santo Yohanes dari Salib (St. John of the Cross), Imam Karmelit bangsa Spanyol, menulis buku terkenal Dark Night of the Soul pada tahun 1524-1591. Dia menjelaskan kehidupan dan jalan mistik klasik yaitu pemurnian (di mana semua indera dan semangat dimurnikan dari segala kehendak), iluminasi (di mana Allah menerangi jiwa-jiwa dengan sinar cinta Ilahiahnya sedangkan manusia tetap bersifat pasif), dan persekutuan (di mana jiwa-jiwa dipersatukan dengan Allah dalam kesempurnaan). Mistikus klasik terkenal lainnya, St. Teresa dari Avila menggambarkan hubungan mistik dengan Tuhan melalui tujuh puri
105 LO Manusia Sempurna-BAB 3.indd 105
6/4/15 00:12
MANUSIA SEMPURNA, Dalam Renungan Manusia Biasa
batin. Puri pertama lebih kepada menghindari dosa berat. Puri kedua adalah usaha yang keras dan berat di mana jiwa memberi diri pada doa, keterpusatan, memperbaiki kesalahan, menata hidup rohaninya dengan suatu peraturan dan kelepasan. Usaha keras dan tekun ini ditopang oleh bacaan rohani, bimbingan dan persahabatan rohani. Puri ketiga adalah kemenangan atas aktifitas pantas dalam suatu kehidupan yang saleh dan jiwa berusaha menghindari dosa serta mempraktikkan doa yang disederhanakan. Puri keempat adalah malam inderawi dan menghargai aktifitas Allah di dalam doa, menyempurnakannya: damai, keheningan, aktifitas tidak berlebihan. Puri kelima adalah persatuan kehendak dengan kesetiaan kepada hukum Tuhan; ketaatan. Puri keenam adalah malam gelap rohani melalui penyerahan diri dan kesabaran, kemiskinan dan harapan. Puri ketujuh adalah persatuan yang mengubah dengan kemurnian dan kasih sempurna dalam pengabdian kepada gereja.5 Di Timur, pengalaman orang Kristen tentang Tuhan lebih dicirikan oleh cahaya daripada kegelapan. Orang Yunani mengembangkan sebuah bentuk mistisisme yang berbeda, yang tidak bergantung pada gambaran atau penampakan, tetapi bersandar pada pengalaman sunyi semacam perenungan. Mereka secara alamiah mengesampingkan konsepsi rasionalistik tentang Tuhan. Tujuan perenungan itu sendiri adalah untuk melangkah melampaui gagasan dan gambaran apapun yang mampu menghambat kehadiran Tuhan. Sikap ini disebut hesychia (keheningan batin). Kristen menemukan cara menemukan Tuhan dengan
106
5 Bagian II.
P. Marie –Eugene, O.C.D, Aku Ingin Melihat Allah: Sintesa Praktis Spiritualitas Karmel,
LO Manusia Sempurna-BAB 3.indd 106
6/4/15 00:12
Bab 3 Peran Agama
mengembangkan metode-metode dalam berdoa. Doa membebaskan jiwa dari raga. Di dalam doa, dapat dirasakan energi, bukan esensi Tuhan. Energi inilah yang didefinisikan sebagai cahaya keilahian. Dalam Perjanjian lama, energi ini disebut dengan “kemuliaan” Tuhan, sedangkan dalam Perjanjian Baru, energi inilah yang telah menyinari pribadi Kristus di Gunung Tabor. Kini, energi itu menyinari setiap orang yang telah diselamatkan. Kita merasakan energi itu di dalam doa, yang dalam pengertian tertentu, ketika kita berada dalam doa, kita tengah berkomunikasi dengan Tuhan, meskipun realita-realita yang tak bisa diketahui itu tetap berada di dalam ketersembunyiannya. Selama abad ke-14 M, terjadi perkembangan pesat agama mistik di Eropa Utara. Salah satu tokohnya, Meister Eckhart menyebutkan bahwa doktrin trinitas sebenarnya merupakan sebuah doktrin mistik. Doktrin Trinitas tidak bisa diketahui oleh akal, namun akal jua yang mempersepsikan Tuhan sebagai tiga oknum. Namun, begitu seorang mistikus telah mencapai penyatuan dengan Tuhan, ia akan melihat Tuhan sebagai sesuatu Yang Esa. Eckhart juga menyukai pembicaraan Tuhan Bapa yang menurutnya telah melahirkan putera di dalam jiwa, mirip perawan Maria yang mengandung Kristus di dalam rahim. Dalam dokumen gereja Katolik disebutkan:
“Maka dari itu, mistikus memainkan peran sentral dalam kehidupan dunia. Ia menggemakan kalimat besar dari Konsili Vatikan II: Sukacita dan harapan, kesedihan dan kegelisahan orang zaman ini, teristimewa mereka yang miskin dan yang tersiksa entah bagaimana caranya, ini pun adalah sukacita dan
107 LO Manusia Sempurna-BAB 3.indd 107
6/4/15 00:12
MANUSIA SEMPURNA, Dalam Renungan Manusia Biasa
harapan, kesedihan dan kegelisahan para pengikut Kristus.”6 Berkat kasih Allah semata kita dijadikan anak-anakNya: “Lihatlah, betapa besarnya kasih yang dikaruniakan Bapa kepada kita, sehingga kita disebut anak-anak Allah, dan memang kita adalah anak-anak Allah” (Yoh. 3:1). Dengan apakah Allah menjadikan kita anak-anakNya? Dengan Roh KudusNya yang dicurahkan ke dalam hati kita (bdk. Rm 5:5), yakni sewaktu kita dibaptis. Lalu apa konsekuensinya bagi kita agar pantas disebut anak-anak Allah? Jawabannya kita temukan pada wejangan St. Paulus, yaitu kalau kita menyerahkan hidup kita untuk dibimbing oleh Roh Kudus (bdk. Rm 8:14, “Semua orang, yang dipimpin Roh Allah, adalah anak Allah”). Dipimpin Roh Allah, inilah spiritualitas utama dari anak-anak Allah. Apakah makna di balik spiritualitas yang luhur ini? Panggilan hidup mistik berada tersembunyi di balik spiritualitas ini. Roh Kudus ialah Roh Bapa dan Roh Putera. Roh Kudus diberikan Allah untuk bersemayam di dalam diri kita, membantu kita mengenal Bapa dan Yesus, Sang Putera. Tujuan Roh Kudus tidak lain adalah agar kita semakin mengenal Bapa dan Putera secara mendalam dan mesra. Pengenalan tersebut terjadi tidak saja lewat akal budi, tetapi lebih secara eksperiensial (lewat pengalaman). Sebagaimana Roh Kudus sendiri berada dalam kekerabatan yang amat mendalam dan mesra dengan Bapa dan Putera, begitu pula Dia menghendaki kemesraan yang sama terdapat pula di dalam relasi kita dengan Bapa dan Putera. Singkatnya, misi utama Roh Kudus adalah agar kita mengalami pengenalan Allah yang mendalam secara pribadi dan eksperiensial.
108
6
Gaudium et Spes, Prakata 1; Dokumen Konsili Vatikan II.
LO Manusia Sempurna-BAB 3.indd 108
6/4/15 00:12
Bab 3 Peran Agama
Pengalaman akan Allah yang mendalam inilah yang dimengerti sebagai hidup mistik dalam teologi Katolik. Hidup mistik merupakan pengalaman batin yang mendalam akan Allah. Mistik dalam teologi Katolik, bukan dimaksudkan sebagai segala perkara yang berbau gaib, klenik, magis. Hidup mistik merupakan suatu pengalaman akan Allah yang amat mesra dan mendalam, tidak saja lewat akal budi melainkan juga lewat pengenalan batin. Jadi, jelaslah bahwa Roh Kudus sebenarnya bermaksud membimbing kita kepada hidup mistik. Dengan demikian, anak Allah yang sejati seharusnya seorang mistikus. Hanya dengan menjadi seorang mistikus, anak-anak Allah baru bisa menjadi citra Allah yang sempurna. Begitu luhur panggilan kita sebagai anak-anak Allah. “Hidup mistik mempunyai nilai yang tak ada bandingnya dan yang akan menuntun kepada kebenaran suci dan kebahagiaan batin,” begitu seru St. Teresa dari Avila, seorang mistikus dan pujangga besar Gereja. Demi apakah Allah memberikan Roh-Nya sendiri ke dalam hati kita? Bukankah Roh Kudus itu anugerah Allah yang amat berharga dan tak ternilai? Roh Kudus dianugerahkan bukan demi tujuan sepele, melainkan demi suatu karya ilahi yang besar. Roh Kudus dicurahkan Allah agar menjadi Guru Mistik bagi kita, agar kita juga bisa menghayati dan mengalami hidup tak ternilai dan amat berharga: hidup mistik.
3.
Mistik pada Agama Islam
Islam merupakan agama yang dibawa oleh Muhammad. Meskipun perhatian utama Nabi Muhammad adalah penegakan suatu masyarakat yang adil, ia dan beberapa sahabat terdekatnya
109 LO Manusia Sempurna-BAB 3.indd 109
6/4/15 00:12
MANUSIA SEMPURNA, Dalam Renungan Manusia Biasa
juga memiliki kecenderungan mistik. Kaum Muslim dengan cepat mengembangkan tradisi mistik khas mereka sendiri. Tradisi Muslim menjadikan Khidir sebagai guru bagi semua kebenaran mistik. Khidir adalah guru spiritual Musa yang dianugerahi ilmu istimewa tentang Tuhan. Khidir tidak mengarahkan muridnya untuk sampai pada persepsi Tuhan yang sama bagi setiap orang, melainkan kepada Tuhan yang subyektif dalam pengertian paling dalam dari kata tersebut. Muhyiddin Ibn-Al Arabi adalah seorang tokoh berpengaruh dalam penggabungan filsafat dan mistisisme Islam. Ia menyebut dirinya sebagai murid Khidir. Ibn Al-Arabi tidak percaya bahwa Tuhan memiliki eksistensi obyektif. Eksistensi Tuhan tidak dapat dibuktikan melalui logika. Tuhan adalah realitas suci yang tidak terbatas, maka dari itu, Tuhan tidak dapat diringkas dalam satu ekspresi manusiawi. Ketuhanan dan kemanusiaan adalah dua hal berbeda, namun keduanya merupakan aspek kehidupan ilahiah yang menggerakkan seluruh kosmos. Ibn-Al Arabi tidak menerima gagasan yang menyataan bahwa satu orang manusia, seberapapun sucinya, bisa menampung ketidakterbatasan realitas Tuhan. Sebaliknya, ia percaya bahwa tiaptiap pribadi manusia merupakan avatar unik bagi yang ilahi. Namun demikian, Ibn-Al Arabi mengembangkan simbol Manusia Sempurna, yang tentu saja, bukan inkarnasi dari realitas yang tak terbatas. Misalnya, Nabi Muhammad SAW yang merupakan Manusia Sempurna bagi generasinya dan merupakan simbol ketuhanan paling efektif. Islam ternyata juga mengalami Mistisisme Mahkota milik Yahudi yang dialami oleh Nabi Muhammad SAW. Diriwayatkan Muhammad pernah mendapat pengalaman yang sangat mirip dengan pengalaman Mistisisme Mahkota milik Yahudi ketika ia melakukan
110 LO Manusia Sempurna-BAB 3.indd 110
6/4/15 00:12
Bab 3 Peran Agama
perjalanan malam (isra’) dari Makkah ke Masjidil Aqsa di Yerusalem. Di dalam lelap tidurnya, ia dibawa Jibril dengan berkendaraan seekor kuda langit. Setibanya disana, ia disambut oleh serombongan nabi terdahulu yang meneguhkan misi kenabian Muhammad sendiri. Setelah itu, Jibril dan Muhammad mulai melakukan pendakian (mi’raj) melewati tujuh lapis langit dan berhasil mencapai wilayah ilahi. Muhammad tidak melihat Tuhan secara langsung, tetapi hanya simbol-simbol yang mengarah pada realitas ilahi. Pendakian ke langit adalah simbol jangkauan terjauh roh manusia, yang menandai gerbang makna tertinggi. Kaum Muslim yang berspekulasi tentang kenaikan Muhammad ke langit menekankan watak paradoks penampakan Tuhan yang dialaminya selama perjalanan itu. Ia melihat sekaligus tidak melihat kehadiran Tuhan. Selama abad ke-8/9 M bentuk Islam asketik berkembang bersamaan dengan perkembangan sektesekte lain. Kaum asketik itu, sebagaimana kaum Mu’tazilah dan Syiah, memprihatinkan kehidupan mewah kelompok penguasa dan mengusahakan untuk kembali ke kehidupan sederhana yang dijalani kaum Muslim awal di Madinah. Berdasarkan hal itulah mereka disebut sebagai “sufi”. Cinta kepada Tuhan merupakan ciri khas sufisme. Sufi adalah istilah untuk mereka yang mendalami ilmu tasawwuf, ilmu yang mendalami ketakwaan kepada Allah SWT, seperti berzikir. Istilah Sufi akhirnya dipakai oleh dunia secara luas. Bukan saja untuk tokoh dari agama tertentu, tetapi bagi seseorang yang secara spiritual dan rohaniah telah matang dan yang kehidupannya tidak lagi membutuhkan dan melekat kepada dunia beserta segala isinya, kecuali untuk kebutuhan dasarnya saja. Sufi dalam konteks ini diamalkan sebagai cara sejati
111 LO Manusia Sempurna-BAB 3.indd 111
6/4/15 00:12
MANUSIA SEMPURNA, Dalam Renungan Manusia Biasa
untuk memurnikan jiwa dan hati, mendekatkan diri kepada Tuhan dan mendekatkan diri kepada SurgaNya. Mereka berharap bisa merasakan pengalaman tentang Tuhan yang sama dengan yang dialami oleh Muhammad ketika menerima wahyu. Dengan sendirinya mereka juga terpengaruh oleh peristiwa pendakian mistik Nabi ke langit. Di dalam kemistisan sufi Islam, terdapat dua jenis sufi yang dibagi menjadi sufi “mabuk” akan Tuhan, di mana sufi-sufi ini mempraktikkan perilaku yang tampak aneh dan tak terkendalikan demi mendekati Tuhan sebagai kekasih. Salah satu tokohnya adalah Abu Yazid Bistami. Adapun sufi “tidak mabuk” lebih menyukai spiritualitas yang tidak terlalu menyolok. Salah satu tokohnya Junaid Al-Baghdadi yang memetakan landasan mistisisme Islam masa depan, berkeyakinan bahwa ekstremisme Bistami bisa menimbulkan bahaya. Junaid sepenuhnya sadar akan bahaya mistisisme. Bagi orang-orang yang tidak terlatih dan tidak memiliki bekal dari seorang ahli, akan dengan mudah menyalahpahami ekstase seorang mistikus dan secara simpilistik mengambil gagasan yang menyatakan kebersatuannya dengan Tuhan.7
4.
Mistik pada Agama Budha
Menurut Abhidhamma, segala sesuatu yang terdapat di dunia ini, baik tampak atau tidak, bersifat fisik atau tidak, dapat dianalisa sebagai faktor penyusun yang disebut fenomena (dhamma). Salah satu fenomenanya yaitu realitas tertinggi atau Nibbana (Sansekerta: Nirvana), yang tidak berkondisi, tidak timbul oleh suatu sebab.
112
7
http://aprillins.com/
LO Manusia Sempurna-BAB 3.indd 112
6/4/15 00:12
Bab 3 Peran Agama
Nibbana merupakan realitas yang tidak berkondisi, yaitu tidak timbul oleh suatu sebab dan karenanya tidak lenyap serta tidak mengalami perubahan. Dalam Udana Sang Budha berkata:
“O, bhikkhu, terdapat keadaan di mana tidak ada tanah, tidak ada air, tidak ada api, dan tidak ada udara; tidak ada dasar yang terdiri dari ketidakterbatasan ruang, tidak ada dasar yang terdiri dari ketidakterbatasan kesadaran, tidak ada dasar yang terdiri dari kekosongan, tidak ada dasar yang terdiri dari bukan persepsi dan tidak bukan persepsi; tidak ada dunia ini atau dunia lain ataupun kedua dunia itu; tidak ada matahari atau rembulan. Di sini, O, bhikkhu, saya katakan tidak ada kedatangan, tidak ada kepergian, tidak ada yang tinggal, tidak ada kematian, tidak ada kemunculan. Tidak terpasang, tidak dapat digerakkan, tidak mempunyai penyangga (tidak berkondisi). Inilah akhir dari penderitaan.”8
Nibbana dikatakan sebagai keadaan di mana tidak terdapat semua yang berhubungan dengan fenomena berkondisi. Oleh sebab itu, Nibbana digambarkan sebagai negasi dari semua kualitas yang terbatas dari fenomena berkondisi. Dalam kanon Pali, Nibbana berlawanan dengan fenomena berkondisi atau samsara, karena Nibbana bersifat kekal, yang ada tanpa berawal mula. Walaupun terdapat ajaran atau jalan menuju Nibbana, namun jalan tersebut bukanlah sebab atau kondisi yang memunculkan Nibbana itu sendiri. Dengan mempraktikkan jalan menuju Nibbana, bukan berarti
8
Udana, Bab VIII Parinibbana Sutta 1
LO Manusia Sempurna-BAB 3.indd 113
113 6/4/15 00:12
MANUSIA SEMPURNA, Dalam Renungan Manusia Biasa
menyebabkan Nibbana itu timbul, melainkan menemukan sesuatu yang telah ada dan selalu ada. Nibbana merupakan kebahagiaan tertinggi, yang tidak dapat dirasakan dengan perasaan sebab perasaan adalah fenomena berkondisi yang telah dilenyapkan dengan lenyapnya nafsu keinginan (tanha). Kebahagiaan dengan terpenuhinya keinginan bukanlah kebahagiaan sejati karena kebahagiaan tersebut bergantung pada obyek-obyek berkondisi yang tidak kekal. Karena ketidakkekalan obyek dari kebahagiaan, maka muncul ketidakbahagiaan atau penderitaan ketika kita berpisah dengan obyek tersebut. Dengan demikian, di tengah-tengah kebahagiaan duniawi terdapat penderitaan yang membayanginya. Hanya dengan padamnya keinginan, pikiran menjadi tenang dan bahagia bagaimana pun kondisi eksternal di sekitar kita. Inilah kebahagiaan sejati dari Nibbana. Di lain pihak, seperti juga semua hal yang berkondisi, Nibbana tidak dicirikan dengan adanya aku, jiwa, roh atau sejenisnya. Nibbana merupakan fenomena yang bebas dari semua fenomena duniawi, tidak ada kata-kata yang tepat untuk menggambarkannya (karena semua kata-kata diciptakan untuk menggambarkan semua hal duniawi yang kita rasakan), kecuali ia tidak berkondisi. Hal ini diibaratkan seperti menggambarkan warna bagi orang yang buta sejak lahir. Tidak ada cara selain melihat warna itu sendiri agar orang tersebut mengerti. Nibbana bukan pemusnahan diri (nihilisme), karena pemusnahan diri merupakan salah satu bentuk keinginan (untuk menjadi tidak ada atau vibhava tanha) yang harus dilenyapkan untuk mencapai Nibbana. Nibbana juga bukan pengekalan diri (eternalisme), karena tidak ada diri yang kekal dapat mencapai Nibbana. Oleh sebab itu, lebih tepat mengatakan bahwa Nibbana merupakan akhir dari semua proses berkondisi yang tidak bisa digambarkan dengan
114 LO Manusia Sempurna-BAB 3.indd 114
6/4/15 00:12
Bab 3 Peran Agama
keterbatasan bahasa kita. Sang Budha pernah berkata: “Di manakah tanah, air, api, dan angin tidak menemukan landasannya? Di manakah yang panjang dan pendek, kecil dan besar, cantik dan buruk rupa –Di manakah batin dan jasmani dihancurkan seluruhnya? Di mana kesadaran adalah tanpa gambaran, tidak terbatas, cerah-cemerlang. Di sanalah tanah, air, api, dan angin tidak menemukan landasan. Di sanalah yang panjang dan pendek, kecil dan besar, cantik dan buruk rupa— Di sana batin dan jasmani dihancurkan seluruhnya. Dengan lenyapnya kesadaran, semuanya dihancurkan.”9 Dalam bahasa positif, Sang Budha menggambarkan Nibbana sebagai kedamaian, ketenangan, dan pembebasan. Kadang kala ia disebut sebagai pulau, di mana makhluk-makhluk yang bebas dari lautan penderitaan dapat mendarat. Ia disebut juga sebagai gua yang memberikan keamanan dari bahaya kelahiran dan kematian. Ia disebut keadaan damai yang berasal dari lenyapnya keserakahan (lobha), kebencian (dosa), dan kebodohan batin (moha). Nibbana atau Ketuhanan dalam agama Budha ini merupakan tujuan tertinggi dari ajaran Sang Budha. Seperti halnya semua air dari sebuah sungai bermuara dan menyatu dengan lautan. Demikian juga, jalan spiritual yang diajarkan Sang Budha. Jalan Mulia Berunsur Delapan (atthangika-ariya-magga) bermuara dan menyatu dengan Nibbana.10
9 10
Digha Nikaya 11 - Kevaddha Sutta “Solitary Wanderer,” http://filsafat.kompasiana.com/
LO Manusia Sempurna-BAB 3.indd 115
115 6/4/15 00:12
MANUSIA SEMPURNA, Dalam Renungan Manusia Biasa
Dalam agama Budha, Tuhan didefinisikan sebagai “Yang Mutlak.” Kita dapat merujuk pada uraian sabda Sang Budha tentang Nibbana yang ada pada Sutta Pitaka, Udana VIII : 3: “Ketahuilah para Bhikkhu, bahwa ada sesuatu Yang tidak dilahirkan, Yang tidak menjelma, Yang tidak tercipta, Yang mutlak. Apabila tidak ada Yang tidak dilahirkan, Yang tidak menjelma, Yang tidak diciptakan, Yang mutlak, maka tidak akan mungkin kita dapat bebas dari kelahiran, penjelmaan, pembentukan, pemunculan dari sebab yang lalu. Tetapi, karena ada Yang tidak dilahirkan, Yang tidak menjelma, Yang tidak tercipta, Yang mutlak, maka ada kemungkinan untuk bebas dari kelahiran, penjelmaan, pembentukan, pemunculan dari sebab yang lalu.” Dalam hal ini, agama Budha termasuk agama Theistik (berTuhan). “Yang Mutlak” itu sendiri adalah istilah filsafat, bukan istilah yang biasa dipakai dalam kehidupan keagamaan. Dalam kehidupan keagamaan, “Yang Mutlak” itulah yang disebut dengan “Ketuhanan Yang Maha Esa”. Yang Maha Esa dalam bahasa Pali adalah “Atthi Ajatang Abhutang Akatang Asamkhatang,” berarti “Sesuatu Yang Tidak Dilahirkan, Tidak menjelma, Tidak tercipta dan Yang Mutlak.” Dalam hal ini, Ketuhanan Yang Maha Esa adalah suatu yang “Tanpa Aku” (anatta/anatman), yang tidak dapat dipersonifikasikan dan yang tidak dapat digambarkan dalam bentuk apapun. Tetapi, dengan adanya Yang Mutlak, yang tidak berkondisi (asamkhata), maka manusia yang berkondisi (samkhata) dapat mencapai kebebasan dari lingkaran kehidupan (samsara) dengan cara bermeditasi. Mistisme dalam agama Budha tidak sama dengan agama lainnya yang mengenal adanya konsep Tuhan dengan definisi “Tuhan dipandang sebagai Sosok Pribadi,” pengatur dan pencipta
116 LO Manusia Sempurna-BAB 3.indd 116
6/4/15 00:12
Bab 3 Peran Agama
alam semesta beserta isinya. Alih-alih, bagaimana usaha manusia untuk mencapai nibbana agar bersatu atau bermuara kepada “Yang Mutlak.”
5.
Mistik di Tibet
Selama berabad-abad, Tibet dikenal sebagai rumah terakhir misteri. Sebuah daratan tersembunyi dan terasing, di mana misterimisteri kuno yang sudah musnah di dunia Timur masih tetap hidup dan bernapas di sana. Banyak kejadian, pengetahuan, pemahaman, dan nilai dari misteri atau mistik di Tibet, tetapi mistik yang hendak disajikan di sini adalah yang berhubungan dengan jalan mistik untuk mencapai kesempurnaan kepada Tuhan atau Yang Mahakuasa. Alexandra David-Neel menghabiskan waktu hampir 14 tahun di Tibet untuk menkaji penemuan psikis, sebuah deskripsi tentang teori-teori mistik dan gaib serta praktik-praktik psikis di Tibet. Ia menggambarkannya sebagai berikut: Dunia religius Tibet, secara umum terbagi atas dua bagian. Pertama, kelompok yang menganjurkan untuk menjalankan persepsipersepsi moral dan peraturan-peraturan biara dengan taat sebagai sarana untuk mencapai pembebasan. Kedua, mereka yang lebih menyukai metode intelektual yang membebaskan para pengikutnya dari segala peraturan yang berlaku. Dalam pembahasan ini saya akan menyoroti kelompok pertama yang menganjurkan untuk menjalankan persepsi-persepsi moral dan peraturan-peraturan biara dengan taat sebagai sarana mencapai pembebasan. Kelompok ini menjalankan kehidupannya dengan sebuah kehidupan suci, melakukan karma baik, jujur, belas
117 LO Manusia Sempurna-BAB 3.indd 117
6/4/15 00:12
MANUSIA SEMPURNA, Dalam Renungan Manusia Biasa
kasih, lepas dari hal-hal duniawi, tidak mementingkan diri sendiri, dan ketenangan pikiran –menurut mereka– akan bertindak sebagai sebuah alat pembersih yang secara perlahan menyingkirkan ‘debudebu kotor yang menutupi mata hati,’ yang kemudian akan menuntun kepada pencerahan sebagai pembebasan itu sendiri. Metode ini disebut kaum mistik ‘Jalan Pintas.’ ‘Jalan Langsung’ itu dianggap yang paling berisiko. Metode ini, menurut para guru yang mengajarkannya, diibaratkan seseorang yang ingin mencapai puncak gunung bukan melalui jalan melingkar dan mendaki secara perlahan, namun dengan jalan tegak lurus ke atas, memanjati bebatuan terjal dan melewati jurang dengan seutas tali. Hanya mereka yang memiliki keseimbangan sempurna, atlet-atlet andal, yang sepenuhnya terbebas dari rasa gamang, yang diharapkan dapat berhasil melalui ujian itu. Bahkan, mereka yang paling mantap pun bisa saja merasakan keletihan. Satu hal pasti, di sana terdapat kemungkinan jatuh ke bawah dengan akibat yang cukup mengerikan. Dengan ilustrasi ini, kaum mistik Tibet bermaksud mengatakan bahwa ada kemungkinan sebuah kejatuhan spiritual yang bisa membawa ke tingkat kesalahan dan penyimpangan yang paling rendah dan buruk, mengacu kepada kondisi para setan. Metode ibarat mendaki gunung ini juga disampaikan oleh St. Yohanes dari Salib dalam bukunya, Mendaki Gunung Karmel. Kaum mistik Tibet yang melatih dirinya sampai tingkat lanjut atau hingga mencapai puncak gunung yang diibaratkan tadi akan menyatu dalam That, dalam istilah Buddha Mahayana disebut ‘Kekosongan’. Lalu, setelah menyadari ‘Kehampaan’ itu, mereka menjadi terbebas dari ilusi dunia. Sebagai akibatnya, mereka pun terbebas dari kelahiran kembali, yang merupakan buah dari delusi kreatif tersebut.
118 LO Manusia Sempurna-BAB 3.indd 118
6/4/15 00:12
Bab 3 Peran Agama
Mistik Tibet juga menggambarkan hubungan antara mengembangkan kesadaran untuk mendapatkan pencerahan. Salah satu langkah untuk mencapai kesempurnaan sesungguhnya adalah melalui meditasi agar dapat mencapai nirvãna. Mencapai kesempurnaan bersatu dengan Tuhan. Menurut mereka, nirvãna, pembebasan absolut, bukanlah terpisah dari samsãra, dunia fenomenal. Tetapi, kaum mistik menemukan bahwa yang pertama berada dalam hati yang kedua, seperti halnya ‘sang permata’ yang dapat ditemukan dalam ‘bunga teratai.’ Nirvãna, ‘sang permata’, ada jika ada pencerahan. Samsãra, sang ‘bunga teratai’, ada jika ada delusi, yang menyelubungi nirvãna, sebagaimana halnya kelopakkelopak ‘teratai’ menyembunyikan ‘sang permata’ yang bersarang di dalamnya. Dikatakan bahwa label-label yang melekat pada “aku” itu muncul dari pikiran. Ke dalam pikiran pula mereka tenggelam. Cara untuk mencapai kesempurnaan “aku” adalah dengan membakar “label-label” yang melekat pada “aku.”. Sebenarnya inilah ajaran fundamental dari kaum mistik Tibet. Dimaksud dengan “mereka” di sini adalah segala “label” yang melekat pada “aku” dan kemudian yang menciptakan “aku” melalui pikiran manusia.
Proses Menuju Kesempurnaan Mistikus Tibet Trilogi: Pemeriksaan, Meditasi, Pemahaman, menjadi bagian terpenting bagi para pengikut ‘Jalan Pintas.’ Aktifitas intelektual sang siswa secara khusus diarahkan kepada tujuan-tujuan ini. Para mistikus Tibet terdahulu memamahi bahwa setiap manusia atau murid yang akan mempelajari trilogi “jalan pintas” tersebut pasti
LO Manusia Sempurna-BAB 3.indd 119
119 6/4/15 00:12
MANUSIA SEMPURNA, Dalam Renungan Manusia Biasa
memiliki latar belakang dan pengetahuan berbeda sehingga mereka merancangnya dengan beberapa tahap pengajaran, yaitu: 1.
Membaca sejumlah besar buku dari berbagai agama dan bermacam filosofi. Mendengarkan para cendekiawan yang memiliki doktrin-doktrin berbeda. Mencoba sendiri sejumlah metode yang ada.
2.
Memilih salah satu doktrin di antara beragam doktrin yang telah dipelajari dan membuang yang lain, sebagaimana elang yang hanya menyambar seekor dari sekawanan domba yang ada.
3.
Tetap berada di kalangan bawah, rendah hati dalam bersikap, tidak berusaha menjadi orang penting atau menyolok di mata dunia. Namun, di balik penampilan yang tidak menonjol, ia membiarkan pikirannya melesat melampaui semua kemegahan dan kekuatan duniawi.
4.
Tidak membeda-bedakan segala sesuatu. Berperilaku seperti seekor anjing atau babi yang melahap apapun yang disodorkan padanya. Tidak membuat pilihan pada apapun yang ditemui. Tidak melakukan usaha apapun untuk memperoleh atau menghindari sesuatu. Menerima apapun yang datang dengan sikap netral yang sama: kekayaan atau kemiskinan, pujian atau hinaan, melepaskan perbedaan antara perbuatan baik dan buruk, terhormat dan tercela, sifat baik dan jahat. Tidak meratapi atau menyesali segala sesuatu yang telah dilakukan, dan sebaliknya, tidak merasa tersanjung atau bangga atas segala sesuatu yang telah dicapai.
120 LO Manusia Sempurna-BAB 3.indd 120
6/4/15 00:12
Bab 3 Peran Agama
5.
Mempertimbangkan segala sesuatu dengan penuh ketenangan dan tidak terpengaruh opini-opini yang saling bertentangan dan berbagai manifestasi dari aktifitas semua makhluk. Mengerti bahwa semua itu merupakan sifat alamiah dari segala sesuatu, tindakan dari setiap entitas yang tak terelakkan dan tetap bersikap tenang. Memandang dunia ini seperti seorang yang berdiri di puncak gunung tertinggi. Memandang lembah-lembah dan puncak-puncak gunung yang lebih rendah terhampar di bawahnya.
6.
Langkah keenam tidak dapat dijelaskan dengan kata-kata. Hal itu berkaitan dengan penyadaran akan ‘Kekosongan,’ yang dalam terminologi kaum Lhamais, merupakan realitas yang tak terungkapkan.
Hal menarik dalam menerapkan pengajaran ini adalah para Llama memberikan kebebasan kepada setiap muridnya. Ini adalah hal yang penting karena hakikat manusia adalah kebebasan dan kebenaran mistiknya tidak ada yang salah dan benar pada diri manusia. Yang ada hanyalah “label-label” yang melekat pada “aku,” membuat manusia itu menjadi terbatas dengan kemampuan “aku”nya saja. ‘Kebebasan’ merupakan moto di ‘Tanah Bersalju’ ini. Namun, cukup aneh juga, karena seorang siswa memulai jalan kebebasan sepenuhnya itu dengan kepatuhan yang sangat kaku kepada pembimbing spiritualnya. Meski begitu, kepatuhan yang disyaratkan itu hanya terbatas pada latihan-latihan spiritual dan psikis serta pada cara hidup yang dijabarkan sang guru. Tidak ada pemaksaan dogma. Sang siswa boleh percaya, menolak atau meragukan apa saja sesuai dengan kata hatinya sendiri. Fungsi seorang guru, seorang ahli ‘Jalan
121 LO Manusia Sempurna-BAB 3.indd 121
6/4/15 00:12
MANUSIA SEMPURNA, Dalam Renungan Manusia Biasa
Pintas’, adalah untuk mengawasi sebuah ‘pembersihan.’ Dia harus mendorong sang siswa membebaskan diri dari semua kepercayaan, gagasan, kebiasaan lama, kecenderungan, yang merupakan bagian dari pikirannya sekarang, yang telah berkembang dari kehidupankehidupan lalu. Titik awalnya sendiri hilang ditelan waktu. Dengan kata lain, sang guru harus memperingatkan siswanya untuk berada di bawah bimbingannya saat menerima kepercayaan-kepercayaan baru, ide-ide, dan kebiasaan-kebiasaan tak beralasan serta irasional seperti yang telah ia lepaskan sebelumnya. Latihan meditasi diperlukan untuk memahami realitas yang tak terungkapkan manusia. Meraih “kekosongan” demi mencapai kesempurnaan “aku” yang terlepas dari segala “label” dengan mindbody-spirit/soul menjadi SATU dan kemudian bersatu dengan Tuhan.
Kontemplasi Dalam latihan meditasi, pada titik tertentu setelah kesadaran yang berkembang luas, manusia akan dibawa kepada hidup kontemplatif. Dalam hidup kontemplatif ini manusia akan mengalami peristiwa-peristiwa mistik. Penjelasan yang dipaparkan di atas mengenai apa yang dimaksud mistis/mistik baik secara umum maupun secara agama atau kepercayaan tertentu adalah untuk membuat alam sadar dan alam bawah sadar menjadi SATU “wadah” yang penuh. Kepenuhan sebagai pengetahuan ini diperlukan sebagai “bahan bakar” dalam hidup kontemplatif yang akan dijalani. Dalam hidup kontemplatif manusia hanya membiarkan dan menyerahkan dirinya untuk dikuasai serta dipergunakan sepenuhnya sesuai kehendak Tuhannya melalui peristiwa mistik seperti yang sudah dijelaskan
122 LO Manusia Sempurna-BAB 3.indd 122
6/4/15 00:12
Bab 3 Peran Agama
di atas. Perlu diingat bahwa dalam setiap proses kesempurnaan hidup manusia untuk bersatu dengan Tuhannya TIDAK PERNAH menghilangkan memori, pikiran, perasaan, emosi dan hal-hal lain yang ada di dalam mind-body-spirit/soul manusia. Hal ini sudah dijelaskan secara rinci dalam bab sebelumnya, sehingga dalam bab ini hanya sekadar pengingat. Untuk masuk dalam hidup kontemplatif maka perlu memahami apa itu kontemplatif.
The Contemplative Society What are Contemplative Practices? Contemplative Practices cultivate a critical, first-person focus, sometimes with direct experience as the object, while at other times concentrating on complex ideas or situations. Incorporated into daily life, they act as a reminder to connect to what we find most meaningful. Contemplative practices are practical, radical, and transformative, developing capacities for deep concentration and quieting the mind in the midst of the action and distraction that fills everyday life. This state of calm centeredness is an aid to exploration of meaning, purpose and values. Contemplative practices can help develop greater empathy and communication skills, improve focus and attention, reduce stress and enhance creativity, supporting a loving and compassionate approach to life. Contemplative practices are widely varied; for an illustration of just some of the many types of practices, please see the “Tree of Contemplative Practices” on this website. They come in many forms, from traditions all over the world. Examples of contemplative practices include various forms of meditation,
123 LO Manusia Sempurna-BAB 3.indd 123
6/4/15 00:12
MANUSIA SEMPURNA, Dalam Renungan Manusia Biasa
focused thought, time in nature, writing, contemplative arts, and contemplative movement. Some people find that active, physical practices, like yoga or tai chi, work best for them. Others find nourishment in still and silent practices, like mindfulness meditation. Some people find that rituals rooted in a religious or cultural tradition soothe their soul. And not all practices are done in solitude– groups and communities can engage in practices that support reflection in a social context. We encourage you to discover for yourself how contemplative practice, in whatever form is best for you, can enrich your life and work.
The Contemplative Society menggambarkan pohon renungan sebagaimana gambar di halaman berikut: Sesuai dengan penjelasan dalam laman situsnya, pohon renungan ini dapat disesuaikan dengan keadaan dan situasi masingmasing manusia. Pengertian kontemplatif sebagian besar sudah dijelaskan dalam bab-bab sebelumnya. Beberapa hal penting dalam artikel di atas menunjukkan bahwa hidup kontemplatif adalah hidup yang praktis, radikal, dan transformatif serta mengembangkan kapasitas untuk konsentrasi yang dalam dan menenangkan pikiran di tengah-tengah aksi dan gangguan yang mengisi kehidupan seharihari. Hal ini pula yang dikatakan dalam latihan meditasi.
124 LO Manusia Sempurna-BAB 3.indd 124
6/4/15 00:12
Bab 3 Peran Agama
125 LO Manusia Sempurna-BAB 3.indd 125
6/4/15 00:12
MANUSIA SEMPURNA, Dalam Renungan Manusia Biasa
Keadaan tenang yang terpusat dalam kontempaltif adalah bantuan untuk eksplorasi makna, tujuan dan nilai-nilai kehidupan dari manuisa. Selain itu dikatakan juga beberapa latihan yang termasuk kategori kontemplatif seperti contoh berbagai bentuk meditasi, pikiran terfokus, waktu di alam, menulis, seni kontemplatif, dan gerakan kontemplatif. Beberapa orang menemukan bahwa latihan fisik aktif, seperti yoga atau tai chi, merupakan yang terbaik bagi mereka. Lainnya praktik berdiam diri, seperti meditasi mindfulness dan hidup dalam ritual tradisi agama atau budaya yang menenangkan jiwa mereka. Dalam tradisi kontemplatif Kristen, kontemplasi ada satu kata yang memiliki arti khusus. St. Gregorius Agung menyimpulkan arti ini pada akhir abad ke-6 sebagai pengetahuan tentang Tuhan yang diresapi dengan cinta. Bagi Gregory, kontemplasi adalah buah merenungkan Firman Tuhan dalam Kitab Suci dan karunia yang berharga dari Tuhan. Kontemplasi ini disebutnya sebagai “beristirahat dalam Tuhan.” Dalam hal ini, “istirahat” pikiran dan hati tidak begitu banyak mencari Tuhan, sebuah awal untuk mengalami apa yang dicari manusia sempurna, yaitu untuk bersatu dengan Tuhannya. Keadaan ini bukan penghentian semua aktifitas, tetapi pengurangan banyak tindakan dan refleksi untuk tindakan atau pikiran tunggal dalam rangka mempertahankan persetujuan seseorang atas kehadiran dan tindakan Tuhan. Dalam pemahaman tradisional ini, kontemplasi, atau doa kontemplatif, bukanlah sesuatu yang dapat dicapai melalui kemauan, melainkan sebuah karunia Tuhan. Ini adalah pembukaan pikiran dan hati manusia dengan seluruh keberadaannya kepada Tuhan. Doa kontemplatif adalah suatu proses transformasi interior.
126 LO Manusia Sempurna-BAB 3.indd 126
6/4/15 00:12
Bab 3 Peran Agama
Ini adalah hubungan yang diprakarsai oleh Tuhan untuk menuju kesatuan denganNya. Suatu bentuk doa kontemplatif pertama kali dipraktikkan dan diajarkan oleh para Bapa Gurun Mesir, Palestina dan Suriah termasuk Evagrius, St. Agustinus dan St. Gregorius Agung di Barat, dan Pseudo –Dionysius dan Hesychast di Timur. Pada Abad Pertengahan, St. Bernard of Clarivaux, William of St. Thierry dan Guigo yang Carthusian mewakili tradisi kontemplatif Kristen, serta mistik Rhineland, termasuk St. Hildegard, St. Mechtilde, Meister Eckhart, Ruysbroek dan Tauler. Kemudian, penulis The Imitation of Christ dan para mistikus berbahasa Inggris dari abad ke-14 seperti penulis The Cloud of Unknowing, Walter Hilton, Richard Rolle, dan Julian dari Norwich menjadi bagian dari warisan kontemplatif Kristen. Setelah Reformasi, Karmelit St. Theresia dari Avila, St. Yohanes dari Salib dan St. Theresia dari Lisieux yang berasal dari sekolah Perancis bidang penulis spiritual, termasuk St. Francis de Sales, St. Jane de Chantal dan Kardinal Bérulle; Yesuit, termasuk ayah De Caussade, Lallemont dan Surin; Benediktin, seperti Dom Augustine Baker dan Dom John Chapman, dan Cistercian modern seperti Dom Vital Lehodey dan Thomas Merton. Mereka semua berkarya dan mempraktikkan hidup kontemplatif. Mereka percaya bahwa segalanya merupakan karunia kontemplasi. Dalam banyak kasus, praktik kontemplatif Kristen modern berfungsi sebagai jembatan dalam dialog Timur/Barat serta perjalanan pulang bagi banyak orang Kristen yang telah pergi ke Timur untuk mencari kebijaksanaan spiritual.11
11
http://www.contemplativeoutreach.org/
LO Manusia Sempurna-BAB 3.indd 127
127 6/4/15 00:12
MANUSIA SEMPURNA, Dalam Renungan Manusia Biasa
Osman Nuri Topbas tentang Kontemplasi Rasulullah berada dalam keadaan kontemplasi terus menerus. Rasulullah SAW meenyukai keheningan dan perenungan. Di masamasa sebelum kenabiannya, ia mendapati hasrat yang kuat untuk bertapa. Ia akan tinggal berhari-hari di Gua Hira, sekitar 5 kilometer dari Makkah. Peribadatannya pada masa-masa pertapaan ini terdiri dari kontemplasi, menatap Kabah dan merenungi harta karun langit dan bumi dalam jejak langkah leluhur agungnya Ibrahim –damai untuknya. Melalui cara ini, Sang Mahakuasa mempersiapkan dirinya untuk tugas suci. Kontemplasi semesta, Penciptanya dan ciptaan di mana sang Nabi –berkat dan damai untuknya- membenamkan dirinya sendiri selama masa-masa itu, tidak berhenti selama sisa hidupnya. Hind ibn Abi Hala –berkat Allah selalu bersamanya- menjelaskan: “Rasulullah berada dalam keadaan kepiluan dan perenungan terus menerus. Kenyamanan baginya tidaklah relevan. Ia tidak pernah berbicara siasia. Kesenyapannya lebih panjang ketimbang bicaranya. Ia akan selalu memulai dan mengakhirnya bicaranya dengan menyebutkan nama Allah …” (Ibn Sa’d, I, 422-423). Untuk mendorong kaum Muslim memulai kontemplasi, Nabi Allah –berkat dan damai untuknya- bersabda: “Tuhanku telah memerintahkan kesenyapanku menjadi kontemplasi” (İbrahim Canan, Hadis Ansiklopedisi, XVI, 252/5838). “Tidak ada peribadatan seperti kontemplasi”(Bayhakî, Shuab, IV, 157; Ali al-Muttaqî,XVI, 121). “Jadilah seperti musafir di dunia ini! jadikanlah masjid-masjid seperti rumah! Latihlah hatimu untuk kepekaan! Merenunglah dan menangislah yang banyak! Jangan biarkan hasrat-hasrat pribadimu mengubah dirimu!”
128 LO Manusia Sempurna-BAB 3.indd 128
6/4/15 00:12
Bab 3 Peran Agama
(Ebû Nuaym, Hilye, I, 358) Sang Nabi yang terahmati –berkat dan damai untuknyasekali lagi menuturkan dari tiga helai Wahyu yang diberikan kepada Ibrahim –damai untuknya: “Seorang manusia cerdas harus memiliki waktu-waktu tertentu: Satu bagian dari waktu-waktu itu harus digunakan untuk berdoa dan mencari Tuhan, bagian lainnya untuk merenungkan seni dan kuasa luhur Sang Mahakuasa, bagian lainnya untuk merenungkan apa yang sudah dilakukan di masa lalu dan merancang apa yang akan dilakukan di masa depan dan lainnya lagi untuk mencari nafkah dengan cara yang halal” (Ebû Nuaym, Hilye, I, 167; İbn-i Esîr, el-Kâmil, I, 124). Luqman –damai untuknya- sangat menyukai duduk sendiri daldi sebuah tempat terpencil untuk merenung, sesuatu yang seringkali ia lakukan. Saat ditanya, “Kamu seringkali menyendiri. Tidakkah lebih baik jika kamu bergaul dengan orang-orang dan berbicara dengan mereka?” Luqman –damai untuknya- memberikan jawaban berikut: “Tetap menyendiri untuk waktu yang panjang lebih cocok bagi perenungan. Dan tetap merenung selama waktu yang panjang merupakan bimbingan yang mengarahkan seseorang kepada surga.” Abu’d-Darda –Allah memberkatinya- sering mengatakan: “Satu jam kontemplasi itu lebih baik ketimbang empatpuluh malam ibadah sunnah” (Deylemî, II, 70-71, no: 2397, 2400). Said ibn Musayyab, seorang sarjana masyhur dari angkatan Tabiun, pernah ditanya laku ibadah apa yang memiliki nilai lebih tinggi. “Merenungkan ciptaan Allah”, jawabnya, “dan menumbuhkan wawasan ke dalam agamaNya.” (Bursevî, Rûhu’l-Bayân, [an-Nûr, 44]). Bishr ibn Khafiy sering menekankan pentingnya kontemplasi dalam kata-kata berikut: “Ketika manusia secara pantas merenungkan keagungan
129 LO Manusia Sempurna-BAB 3.indd 129
6/4/15 00:12
MANUSIA SEMPURNA, Dalam Renungan Manusia Biasa
Allah, mereka tidak akan mampu membangkangNya dan melakukan dosa” (Ibn Kathir, I, 448, [Âl-i İmrân, 190]). Seperti dijelaskan sebelumnya, kontemplasi yang mengarah kepada suatu pemahaman akan keagungan Allah, kemuliaanNya, merupakan suatu kegiatan nalar. Tetapi hati jualah yang menjadi puncak kegiatan ini dalam sebuah hasil sempurna. Sebab hati merupakan bagian termulia dari tubuh, merupakan satu-satunya hal paling alami bagi tindakannya untuk tegap dalam kebajikan lebih besar ketimbang semua yang diusung oleh bagian-bagian lainnya. Hati, lagipula, merupakan halaman Wawasan Ilahi. Tetaplah sebuah fakta tak terbantahkan di mana kontemplasi yang dilakukan dengan nalar yang terlatih di bawah wahyu merupakan kerlip cahaya pertama yang mencerahkan hati. Ia merupakan sarana utama dan satusatunya pada jalan yang mengarahkan seseorang kepada kesadaran dan kebijaksanaan. Sekali lagi, kontemplasi dengan mutu semacam itu merupakan sarana untuk membersihkan hati dari segala sesuatu kecuali bagi Yang Mahakuasa (masiwallah) dan dengan begitu meraih Cinta Ilahi. Hal paling menguntungkan dari seluruh kontemplasi adalah untuk memantulkan Keagungan Ilahi, Kemuliaan dan Kekuasaan, di mana orang mulai memikirkan cara mengatur kehidupannya dengan benar dan meninggalkan semua hal merugikan bagi kebahagiaan kekalnya. Merenungkan berkah, perintah, larangan, nama dan sifat Allah, kemuliaan bagiNya, memekarkan cinta dan kebajikan di dalam hati dan mulai menaikkan seseorang secara spiritual. Perenungan tentang Akhirat, kemuliaan dan kekekalannya dibandingkan dengan tahap ujian yaitu kehidupan duniawi meningkatkan hasrat bagi
130 LO Manusia Sempurna-BAB 3.indd 130
6/4/15 00:12
Bab 3 Peran Agama
kehidupan akhirat dan membuat seseorang menghargai dunia sepantasnya saja. Orang kemudian menyadari bahwa kehidupan duniawi tidak lain sebuah balap lari dari rahim ibu ke liang lahat. Menyadari kenyataan hidup merupakan aset berharga untuk meraih bahagia keabadiaan, membuat orang meningkatkan khidmatnya dan berupaya menjadikan kehidupan lebih bermakna. Ia memperlakukan waktu yang digenggamnya seperti harta karun, memastikan untuk melakukan hal terbaik dan bermanfaat. Abu’lHasan Harakani mengatakannya dengan indah: “Pada saat kapanpun, penting untuk setidaknya satu cabang Keimanan untuk dikuasai dengan ingatan akan Yang Mahakuasa. Seorang Muslim harus mengingat Allah baik dengan hati atau lidah, atau melihat sesuatu yang ingin dilihat Yang Mahakuasa, atau melakukan perbuatan dermawan dengan tangan, atau mengunjungi orang dengan kakinya, atau menetapkan pikiran untuk melayani sesama Muslim, atau bersembahyang dengan keteguhan iman, atau merenung untuk meraih kebajikan, atau melakukan perbuatan tulus, atau memperingatkan orang akan kemalangan Hari Pengadilan. Pribadi semacam itu pasti akan memasuki Surga seketika ia mengangkat kepalanya dari liang kubur, menyeret kain kafan di belakangnya; untuk manusia semacam itu, akulah penjaminnya!”
Kontemplasi dalam Quran Quran Suci merupakan uraian tentang manusia dan alam semesta. Alam semesta, manusia dan Quran merupakan tiga wahana yang saling berhubungan yang menerangi sinar sempurna antara satu sama lain. Mengajarkan Quran Suci sebagai perwujudan agung kasih
131 LO Manusia Sempurna-BAB 3.indd 131
6/4/15 00:12
MANUSIA SEMPURNA, Dalam Renungan Manusia Biasa
abadiNya, Yang Mahakuasa lantas memberikan manusia akses bagi banyak kebajikan dan jawaban bagi banyak misteri. Kemanusiaan dengan begitu perlu untuk belajar dari Quran dan pertama kali membangun dunia batin, kemudian berjuang untuk menjadikan Quran hadir dalam kehidupan dengan seluruh tindakan dan tingkahlaku manusia dan akhirnya bekerja untuk mengomunikasikannya kepada seluruh umat manusia dalam cara yang paling efektif. - Osman Nuri Topbas Bagi Islam, Quran merupakan manifestasi rahmat Allah yang kekal yang diturunkan kepada manusia untuk mendapatkan kebijaksanaan dalam kehidupan dan sekaligus jawaban dari semua misteri kehidupan. Jadi, menurut Islam, untuk hidup kontemplatif manusia harus mempelajari dan mendalami isi Quran pertama sekali. Setelah itu, mengolah atau mengembangkan batin berdasarkan Quran tersebut hingga Quran itu datang dan hidup di dalam diri manusia. Rasulullah sebagai contoh utama yang menjalankan kehidupan kontemplatif berada dalam keadaan terus-menerus berkesedihan dan berpikir. Kenyamanan baginya menjadi tidak relevan. Sang Nabi yang Dirahmati mencintai keheningan dan kontemplasi. Bagi Rasulullah, ibadatnya dalam masa pengasingan terdiri dari kontemplasi. Dia tidak pernah berbicara sia-sia. Sehingga Dia mendorong umat Islam untuk memulai hidup kontemplasi karena tidak ada ibadah seperti kontemplasi. Untuk itu seorang manusia harus membagi waktunya agar dapat hidup kontemplatif seperti berikut: 1.
Sebagian dari waktunya seharusnya untuk berdoa dan mencari Tuhan.
2.
Sebagian lain untuk merenungkan seni luhur dan kekuatan
132 LO Manusia Sempurna-BAB 3.indd 132
6/4/15 00:12
Bab 3 Peran Agama
Yang Mahakuasa. 3.
Bagian lain untuk merefleksikan apa yang telah dilakukan di masa lalu dan merencanakan apa yang harus dilakukan di masa depan.
4.
Sebagian lagi untuk mencari nafkah dengan cara yang halal.
Menyisihkan waktu yang panjang untuk kontemplasi merupakan panduan bagi manusia untuk sampai kepada surga. Pendapat lainnya di atas juga dikatakan tentang kontemplasi: “Satu jam dari kontemplasi lebih unggul dari pada empat puluh malam ibadah sunnah” (Deylemî, II, 70-71, no: 2397, 2400). Kontemplasi yang diberikan oleh alasan dilatih di bawah wahyu adalah secercah pertama dari sinar yang menerangi hati dan kontemplasi sekaliber ini merupakan sarana untuk membersihkan hati dari segala sesuatu kecuali untuk Yang Mahakuasa (masiwallah) dan dengan demikian mencapai Cinta Ilahi. Yang paling menguntungkan dari semua kontemplasi adalah untuk merefleksikan Keagungan, Kemegahan dan Kedaulatan Ilahi, di mana seseorang mulai memikirkan caracara pengaturan hak hidup dan meninggalkan segala sesuatu yang merugikan dirinya atau kebahagiaan abadinya. Dalam Kitab Suci Buddhis pada umumnya, disebutkan dan diakui oleh semua sekte Buddhis, ada empat meditasi kontemplatif sebagai bagian dari pelatihan spiritual yang secara perlahan akan mencapai berbagai tingkat kesadaran, yakni ‘murni, ruang tanpa batas,’ lalu ‘kesadaran tanpa batas,’ akhirnya seseorang akan tiba di ‘keadaan kekosongan,’ dan kemudian menuju keadaan ‘bukan kesadaran dan bukan pula tanpa kesadaran.’ Semua kontemplasi ini disebut kontemplasi tanpa bentuk. Latihan kontemplatif ini akan
133 LO Manusia Sempurna-BAB 3.indd 133
6/4/15 00:12
MANUSIA SEMPURNA, Dalam Renungan Manusia Biasa
membuat manusia melewati batas-batas fiktif yang kita berikan pada apa yang disebut diri. Keadaan itu membuat kita menyadari bahwa diri merupakan suatu persenyawaan, tidak kekal; dan bahwa diri itu, sebagai diri, sebenarnya tidak ada. (*)
134 LO Manusia Sempurna-BAB 3.indd 134
6/4/15 00:12