BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Tarekat Naqsybandi didirikan oleh Muhammad Baha’udin Naqsybandi (717 H/1318 M–791 H/1389 M). Naqsybandi diambil dari kata “Naqsybandiah” menurut Syaikh Najmuddin Amin al-Kurdi dalam kitabnya “Tanwir Qulub” berasal dari dua buah kata bahasa arab, “Naqsy” artinya ukiran atau gambar dan “band” artinya bendera atau layar besar. Dinamakan dengan Naqsyabandi karena Syaikh Bahauddin pendiri Tarekat ini senantiasa berdzikir mengingat Allah berkepanjangan sehingga lafadz Allah itu terukir melekat ketat dalam kalbunya.1 Sejak digunakannya nama Naqsybandi sebagai nama dan identitasnya, tarekat ini bertambah masyur dan memiliki pengaruh yang luas dari masa kemasa. Pada masa ini perkembangan yang dapat dicatat adalah percabangan tarekat ini kedalam beberapa jalur; yang diantaranya adalah Mujaddidiyah, Khalidiyah, dan Mazhariyah. Nama-nama tarekat tersebut mengacu hanya kepada perkembangan dalam hal teknik dan doktrin. Seperti halnya dalam tarekat Naqsybandi Haqqani, yang didirikan oleh Syaikh Muhammad Nizam al-Haqqani (23 April 1922/28 Sya’ban 1340 H) di Siprus, Turki tahun 1973. Tarekat ini dinamakan Naqsyabandi karena ia merupakan satu aliran tarekat dalam tasawuf yang didirikan oleh sufi terkenal, Muhammad Baha’udin Naqsybandi (717 H/1318 M–791 H/1389 M).Sedangkan ”Haqqani” sendiri adalah diambil dari nama Syaikh Nazim karena beliau sudah
1
A. Fuad Said, Hakikat Tarikat Naqsybandi. (Jakarta: Al-Husna Zikra, 1996), h. 7.
1
2
mendapatkan ijazah yang memberikan wewenang kepada penerimanya yaitu Syaikh Nazim sendiri, untuk bertindak sebagai Syaikh dan mengambil Bai’at atas calon murid dengan namanya sendiri.2 Meskipun seara relatif ia mandiri, ia tetap memperlihatkan kepatuhannya yang mutlak kepada Syaikh-Syaikhnya terdahulu, sehingga nama Naqsybandi tetap melekat dalam tarekatnya. Tarekat tersebut dipercayai oleh para keturunan pengikutnya sehingga tarekat ini dinamakan tarekat Naqsybandi Haqqani, yang ajarannya adalah Muhabbatilah dan Muhabbatirosulillah yang isinya antara lain taubat, zuhud, taqwa, Qana’ah dan taslim (berserah diri). Sedangkan amalannya antara lain dzikir Mubtadi (dzikir harian untuk pemula), dzikir Musta’d (dzikir harian untuk tingkat persiapan), dzikir Ahlul ’Azim (dzikir harian untuk tingkat mapan atau dzikir untuk menghidupkan Ashrar ”kalbu paling dalam”), dan dzikir Khatam Kwajagan, serta amalan-amalan lainnya. Prinsip metode spiritual Tarekat Naqsybandi Haqqani adalah dzikir khafi dan dzikir jahir, Syaikh Nazim menggabungkan kedua dzikir tersebut untuk diamalkan dan diajarkan kepada murid-murid beliau. Dalam tarekat ini Syaikh Nazim juga mempopulerkan lagi tarian berputar (biasa disebut Whirling Darwis atau Darwis Rumi) yang pertama kali dilakukan oleh Sayyidina Abu Bakar dan dipopulerkan oleh Syaikh Jalaludin Rumi pendiri tarekat Maulawiyah. Tarian ini diiringi musik Shalawat (Hadrah). Tarekat Naqsybandi Haqqani dalam perkembangannya di Indonesia mendapatkan sambutan yang baik karena sererti diketahui tarekat Naqsybandi sudah ada sejak dua abad sebelum Belanda mengenalnya untuk pertama kali –
2
Yayasan Haqqani Indonesia, Ahl Haq V. 4 (Jakarta: Yayasan Haqqani Indonesia), h. 7.
3
kendatipun mungkbentuk tarekat itu berbeda-beda. Dimana ulama dan sufi Indonesia yang menyebut taekat ini dalam tulisannya adalah Syaikh Yusuf Makassar (1626-1699). Dan dalam perkembangannya di Indonesia juga sudah ada cabang-cabang tarekat Naqsybandi ini, diantaranya yaitu: Mujaddidiyah, Khalidiyah, setelah itu muncul pula Mazhariyah. Perkembangan tarekat Naqsybandi Haqqani sampai ke Jakarta dibawa oleh Syaik Hisham Kabbani, yaitu khalifah tarekat Naqsybandi Haqqani. Dimana melalui Syaikh Hisham masyarakat Jakarta mulai mengenal tarekat Naqsybandi Haqqani ini. Di tengah-tengah masyarakat yang cenderung mengarah ke arah dekadensi moral yang gejalanya mulai nampak saat ini, dan akibat negatifnya mulai terasa dalam kehidupan maka tarekat ini mulai mendapatkan perhatian dan di tuntut peranannya untuk terlibat secara langsung untuk terlibat secara aktif mengatasi masalah tersebut dan mengajak umat Islam untuk membersihkan diri dan lebih dekat dengan Tuhan. Tarekat ini dapat dikatakan sebagai tarekat yang paling transparan untuk semua kalangan yang dapat menerimanya, kerena seseorang dapat masuk ke dalam tarekat ini dengan syarat yang mudah, ajaran yang paling mudah di praktekkan dan paling ringan diamalkan. Karena Syaikh Nazim tidak mengharuskan anggotanya mengerjakan semua amalan di karenakan kesibukan mereka. Demikianlah sedikit gambaran tentang tarekat Naqsybandi Haqqani. Pada intinya tarekat adalah suatu jalan untuk mendekatkan diri (ma’rifat) kepada Allah, bagaimanapun sukarnya bentuk amalan dan gerakan yang diajarkannya. Mereka
4
berusaha meraihnya untuk mendapatkan ”Muthma-innah”, yaitu jiwa yang tenang penuh dengan kedamaian abadi. Dari uraian tersebut maka penulis mengenggap penting dan menarik untuk mengangkat masalah keberadaan perkembangan tarekat Naqsybandi Haqqani di Jakarta. Dengan ini penulis mengajukannya sebagai karya ilmiah skripsi dengan judul ”Berdiri dan Berkembangnya Tarekat Naqsybandi Haqqani di Jakarta”.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah di bahas di atas, dan untuk memudahkan penulisan ini maka perlu adanya pembatasan dan perumusan masalah agar tidak terjadi kesalahpahaman dan kesimpangsiuran dalam penggarapan skripsi ini. Pembatasan skripsi ini hanya membatasi dan lebih memfokuskan peranan Syaikh Muhammad Nazim al-Haqqani dalam membangun dan menembangkan ajaran tarekat Naqsybandi Haqqani di Jakarta. Dari pembatasan di atas agar bahasan tidak keluar dari permasalahan maka dirumuskan sebagai berikut: 1. Bagaimana sejarah masuk dan berkembangnya tarekat Naqsybandi Haqqani di Jakarta? 2. Bagaimana Struktur Organisasi dan kepengurusan tarekat Naqsybandi Haqqani di Jakarta? 3. Bagaimana pengaruh tarekat Naqsybandi Haqqani terhadap kehidupan masyarakat di Jakarta?
5
C. Tujuan dan Manfaat Penulisan Sesuai dengan perumusan yang telah penulis sampaikan maka tujuan diadakannya penulisan ini adalah; 1. Untuk mengetahui sejarah masuk dan berkembangnya tarekat Naqsybandi Haqqani di Jakarta. 2. Untuk
mengetahui
struktur
organisasi
dan
kepengurusan
tarekat
Naqsybandi Haqqani di Jakarta 3. Untuk mengetahui pengaruh tarekat Naqsybandi Haqqani terhadap kehidupan masyarakat di Jakarta Adapun manfaat penulisan ini diharapkan dapat menambah khazanah keilmuan mengenai tarekat Naqsybandi Haqqani, dan sebagai bahan penelitian lebih lanjut bagi yang ingin mengetahui sejarah tarekat Naqsybandi Haqqani lebih mendalam bagi mahasiswa/i Fakultas Adab khususnya dan bagi masyarakat pada umumnya.
D. Kajian Pustaka Sejauh pengetahuan penulis, riset mengenai tarekat Naqsybandi pernah dilakukan oleh beberapa peneliti sebelumnya. Akan tetapi penelitian mereka hanya terfokus pada tarekat Naqsybandi. Seperti yang ditulis oleh Martin van Bruinessen, merupakan orang pertama yang mengkaji secara umum sebuah tarekat di Indonesia. Tarekat Naqsybandi yang menjadi sasaran kajiannya, di tulis menjadi sebuah buku3 yang tersusun dalam 17 bab permasalahan. Masing-masing bab itu tidak mengikuti urutan kronologis secara ketat, yakni di mulai dengan 3
Martin van Bruinessen. Tarekat Naqsyabandiah di Indonesia, Survei Historis, Geografis dan Sosiologis. Bandung: Mizan, 1992.
6
periode di penghujung abad ke-19, yakni terutama memperkenalkan sumbersumber belanda dari masa itu yang berisi informasi tentang tarekat. Tiga bab berikutnya seara berurutan menyangkut: Tarekat Naqsybandi di Nusantara dari awal kehadirannya di abad ke-17 sampai dengan perkembangannya pada abad ke19; perkembangan tarekat itu pada abad ke -17 di Asia Tengah; dan perkembangannya pada dua abad selanjutnya di India dan semenanjung Arabia. Bab selanjutnya membicarakan dasar dan teknik spiritual Naqsybandi, yang dianut oleh cabang-cabangnya yang utama Naqsybandi Mujaddidiyah, Naqsybandi Khalidiyah, dan Naqsybandi Mazhariyah. Dalam pembahasan selanjutnya ia lebih mefokuskan perhatiannya pada perkembangan tarekat itu di daerah-daerah dengan prioritas pembahasan mengenai silsilah guru, ajaranajarannya dan kecenderungannya politik mereka. Kemudian buku kedua yang ditulis oleh Fuad Said, Hakikat Tarikat Naqsyabandiah4 mengkaji secara khusus tentang tarekat Naqsybandi. Dimana isinya antara lain menguraikan tentang hakikat tarekat Naqsybandi, bagaimana perkembangan dan pengaruh tarekat Naqsyabandi, silsilah, dzikir dan kaifiat serta adabnya, berkhalwat (bersuluk), Syarat Mursyid dan cara pengangkatannya, rabithah, wasilah, dan dilengkapi dengan sejumlah adab-adab. Dari pemaparan tentang para peneliti terdahulu di atas, maka dapat dilihat bahwa mereka memfokuskan penelitiannya hanya kepada tarekat Naqsybandi. Sedangkan buku yang membahas tentang tarekat Naqsybandi Haqqani belum ada yang membahasnya. Di sini penulis mencoba meneliti tentang sejarah masuk dan berkembangnya tarekat Naqsybandi di Jakarta, struktur organisasi dan pengaruh
4
Said, A. Fuad. Hakikat Tarikat Naqsyabandiah. Jakarta: Al-Husna Zikra, 1996.
7
tarekat ini terhadap kehidupan masyarakat. Oleh karena itu penulis ingin membahas dalam bentuk penelitian.
E. Metodelogi Penulisan Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian sejarah, dengan menggunakan pendekatan ilmu Sosiologi. Dalam konteks studi ini, tentu saja konsep keagamaan (Islam), ialah yang pertama-tama diperhatikan. Pengumpulan data atau sumber sebagai langkah pertama kali, dilangsungkan dengan metode penggunaan bahan dokumen.5 Metode ini dapat berlangsung, karena ditemukan sumber-sumber tertulis baik yang memberikan informasi di seputar objek maupun informasi langsung mengenai tarekat Naqsybandi Haqqani. Sumber tertulis yang berasal dari kalangan tarekat Naqsybandi Haqqani berupa, Ahl Haq, amalan shalat harian, Naqshbandi Sufi Way – The Story of The Golden Chain, artikel-artikel yang di terbitkan oleh Yayasan Haqqani Indonesia dan website
[email protected]. Selain itu sumber pustaka yang terkait dengan topik penelitian di dapat dari Perpustakaan utama UIN, Perpustakaan Iman Jama, dan Perpustakaan Nasional. Masih mengenai langkah pengumpulan data, observasi lapangan juga dilakukan dengan cara mengadakan wawancara kepada pengurus Yayasan Haqqani indonesia dan para jama’ah tarekat Naqsybandi Haqqani. Dan untuk melengkapi data juga dilakukan pengamatan di lokasi kegiatan tarekat dan kegiatan ritualnya yang bersifat kontinuitas.
5
Kuntowijoyo, Pengantar Ilmu Sejarah (Yogyakarta: Bentang 1995), h. 94-95.
8
Sumber-sumber yang telah dihimpun kemudian di analisa. Analisa sumber di fokuskan pada struktur sosial yang melatarbelakangi dinamika kaum tarekat dan perubahan-perubahan dalam masyarakat lingkungannya. Tak terkecuali di dalam konteks perubahan sosial ini, ialah konflik-konflik sosial, sistem-sistem tradisional dan keagamaan, pola hubungan antar kelompok di dalam masyarakat yang bersangkutan.6 Sedangkan teknik penulisan berpedoman pada buku Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, Disertasi) UIN Jakarta.
F. Sistematika Penulisan Untuk memudahkan pembahasan dalam tulisan ini maka secara sistematis pembahasan dalam tulisan ini disusun sebagai berikut: BAB I
: PENDAHULUAN Membahas tentang latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penulisan, kajian pustaka, metodelogi penelitian, dan sitematika penulisan.
BAB II : MENGENAL DUNIA TAREKAT Membahas tentang arti tarekat dan pengertiannya, hubungan tarekat dengan tasawuf dan berkembangnya terekat di dunia Islam. BAB III : SEJARAH BERDIRINYA TAREKAT NAQSYBANDI HAQQANI Membahas tentang berdirinya tarekat Naqsybandi Haqqani, biografi pendiri dan silsilahnya, serta ajaran-ajaran tarekat Naqsybandi Haqqani.
6
Margaret M. Poloma, Sosiologi Kontemporer, terj. YASOGAMA (Jakarta: CV. Rajawali, 1992), h. 23.
9
BAB IV : PERKEMBANGAN TAREKAT NAQSYBANDI HAQQANI DI JAKARTA Membahas tentang masuk dan berkembangnya tarekat Naqsybandi Haqqani di Jakarta, struktur organisasi tarekat, serta pengaruh tarekat Naqsybandi Haqqani terhadap kehidupan masyarakat di Jakarta. BAB V : PENUTUP Pada bab ini menjelaskan tentang kesimpulan dan saran.
10
BAB II MENGENAL DUNIA TAREKAT
A. Arti dan Pengertian Tarekat Kata ‘Tarekat” berasal dari kata Arab Tariqah, yang secara harfiah berarti jalan.7 Sedangkan secara estimologis berarti jalan, cara, metode, sistem, dan lainlain.8 Sedangkan secara praktis tarekat dapat dipahami sebagai sebuah pengalaman keagamaan yang bersifat esoterik (mementingkan dimensi dalam), yang dilakukan oleh orang-orang Islam dengan menggunakan amalan yang berbentuk wirid atau dzikir.9 Selanjutnya istilah tarekat lebih banyak digunakan para ahli tasawuf. Mustafa Zahri dalam hal ini mengatakan bahwa tarekat adalah jalan atau petunjuk dalam melakukan sesuatu ibadah sesuai dengan ajaran yang dicontohkan Nabi Muhammad dan dikerjakan oleh sahabat-sahabatnya, tabi’in dan tabi’in turuntemurun sampai kepada guru-guru secara berantai sampai pada masa kita ini.10 Dalam pada itu Harun Nasution mengatakan tarekat adalah jalan yang harus ditempuh seorang sufi dalam tujuan berada sedekat mungkin dengan Tuhan.11 Hamka mengatakan bahwa diantara makhluk dan khalik itu ada perjalanan hidup yang harus ditempuh, inilah yang kita katakan tarekat.12
7
Taufik Abdullah, dkk., Ensiklopedi Tematis Dunia Islam; Ajaran, Vol. 3 (Jakarta: Ihtiar Baru Van Hoeve, 2002), h. 316. 8 Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, Ensiklopedi Islam Vol 4 (Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve, 1977), h. 66. 9 Kharisudin Aqib, Al-Hikmah Memahami Teosofi Tarekat Qadiriyah Wa Naqsyabandiyah (Surabaya: Dunia Ilmu, 2000), cet. Revisi., h. 9. 10 Mustafa Zahri, Kunci Memahami Ilmu Tasawuf ( Surabaya: Bina Ilmu, 1995), h. 56. 11 Harun Nasution. et. al., Ensiklopedi Islam Indonesia (Jakarta: Djambatan, 1992), h. 89. 12 Hamka, Tasawuf Perkembangan dan Pemurniannya (Jakarta: Pustaka Panjimas, 1984), h. 104.
11
Dengan memperhatikan berbagai pendapat tersebut diatas, kiranya dapat di ketahui bahwa yang dimaksud dengan tarekat adalah jalan yang bersifat spiritual bagi seorang sufi yang didalamnya berisi amalan ibadah dan lainnya yang bertemakan menyebut nama Allah dan sifat-sifatnya disertai penghayatan yang mendalam. Amalan dalam tarekat ini di tujukan untuk memperoleh hubungan sedekat mungkin (secara ruhaniah) dengan Tuhan.13 Tarekat yang tadinya merupakan suatu sistem atau jalan yang ditempuh menuju kepada Tuhan, kemudian menjelma dalam bentuk organisasi-organisasi yang kemudian dalam perkembangannya timbul tarekat-tarekat cabang yang merupakan perpecahan dari tarekat induknya, sehingga dengan demikian timbullah banyak macam tarekat. Tarekat yang bermacam-macam itu oleh para penyelidik tidak dapat ditetapkan suatu jumlah yang pasti yang disepakati oleh mereka bersama. Tarekat pokok dan cabang dilihat dari segi sistem ajarannya, maka akan didapati perbedaaan-perbedaan. Tetapi perbedaan-perbedaan itu tidak prinsipil, dan dalam perkembangannya juga tidak dapat melepaskan diri dari faktor tempat dan faktor keadaan dari suatu bangsa yang menganut tarekat itu. Dari faktorfaktor tersebut timbullah ciri yang bersifat khas bagi suatu tarekat, yang kemudian membedakan yang satu dengan yang lainnya.14 Sebuah tarekat biasanya terdiri dari pensucian jiwa, kekeluargaan tarekat, upacara keagamaan dan kesadaran sosial.15 Yang dimaksud dengan pensucian jiwa adalah melatih rohani dengan hidup zuhud, menghilangkan sifat-sifat jelek 13
Abuddin Nata, Akhlak tasawuf (Jakarta: RajaGarafindo Persada, 2003), h. 270-271. Abdurrahman Musa, Tarekat-Tarekat Penting (Paper Wajib Peserta Studi Purna Sarjana Dosen-Dosen IAIN Seluruh Indonesia, thn. 1974/75. Yogyakarta), h. 1. 15 Musyrifah Sunarto, Sejarah Peradaban Islam Indonesia (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2005), h. 241. 14
12
yang menyebabkan dosa, dan mengisi dengan sifat-sifat terpuji, taat menjalankan perintah agama dan menjauhi larangan-Nya. Taubat atas segala dosa dan muhasabah, introspeksi, mawas diri terhadap semua amalan-amalannya. Kekeluargaan tarekat biasanya terdiri dari Syaikh tarekat, disebut juga murad, pir, atau mursyid yang memiliki peran penting bahkan mutlak ada dalam sebuah tarekat. Untuk mendeskripsikan syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh seorang guru yang sah, sumber-sumber Naqsybandi tampaknya memilih menggunakan dua sifat; ’sempurna’ (kamil) dan ”yang menyempurnakan” (mukammil atau mukmil). Guru yang sah sudah pasti memenuhi syarat yang mencakup tingkat kesempurnaan dan mampu mengantarkan (murid) kepada kesempurnaan.16 Seorang Syaikh atau mursyid harus menguasai ilmu syariat dan ilmu hakikat secara mendalam dan lengkap. Pemikiran, perkataan, dan perilakunya harus mencerminkan akhlak terpuji.17 Apabila pembangun yang asli meninggal dunia, yang biasanya beroleh kehormatan secara wali untuk penguburannya, maka salah seorang muridnya mengambil pimpinan menggantikannya. Penggantinya itu biasanya disebut khalifah atau Wali al-Sajadah “warisan sajadah (gurunya)”. Dipilih dan di Bai’at dalam tarekat yang tidak mempunyai larangan untuk menikah, pengganti pemimpin itu adalah turun temurun dalam keluarga pembangun semula dari suatu tarekat.18
16
Leonard Lewishon, Et. al. Warisan Sufi, Warisan Sufisme Persia Abad Pertengahan (1150-1500). (Jogyakarta: Pustaka Sufi, 2003), h. 549. 17 Taufik, Ensiklopedi Tematis, h. 318. 18 Abu Bakar, Pengantar Ilmu Tarekat: Uraian Tentang Mistik. (Solo: Ramadhani, 1986). h. 78.
13
Khalifah juga diberikan wewenang untuk bertindak sebagai wakil Syaikhnya dalam memberi pelajaran dan membimbing murid-murid lainnya.19 Sedangkan pengikut suatu tarekat dinamakan murid atau salik tarekat diisyaratkan harus berjanji setia kepada dirinya dihadapan mursyid, bahwa ia akan mengamalkan segala bentuk amalan dan wirid yang telah diajarkan guru kepadanya dengan sungguh-sungguh. Janji setia itu dikenal dengan istilah bai’at (Arab: bai’ah).20 Sedangkan tempat untuk belajar dan pondokan (semacam asrama) disebut Ribath atau Zawiyah dan juga dinamai Taqiyah yang dalam bahasa Persia di sebut Khanaqah.21 Sedangkan upacara keagamaan bisa berupa bai’at ijazah atau khirqah, latihan amalan-amalan tarekat, talqin, wasiat yang diberikan dan dilatihkan seorang Syaikh tarekat kepada murid-muridnya.22
B. Hubungan Tarekat dengan Tasawuf Sebagai tindak lanjut dalam perkembangan tasawuf, maka lahirlah sejumlah tarekat yang kian hari kian banyak jumlahnya. Seperti juga halnya dalam perkembangan ilmu kalam, lahirlah sejumlah aliran (mazhab) ilmu kalam yang cukup banyak jumlahnya dengan prinsip masing-masing. Demikianlah tasawuf melahirkan pula ajaran yang bermacam-macam yang di sebut thariqat.
19
Martin van Bruinessen, Tarekat Naqsyabandiyah di Indonesia (Bandung: Mizan, 1996), h. 87. 20 Ada dua jenis bai’at yang dikenal dalam kehidupan tarekat, yakni bai’at Suwariyah adalah bai’at kandidat salik yang mengakui bahwa mursyid yang membai’atnya itu adalah gurunya. Bai’at yang ke dua yaitu bai’at Ma’nawiyah adalah bai’at kandidat salik yang mengakui bahwa ia bersedia dididik dan dilatih menjadi sufi yang arif bi-Allah. Taufik Abdullah, Ibid, hal. 319. 21 H.A. Rivay Siregar, Tasawuf dan Sufisme Klasik ke Neo Sufisme (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2002), h. 264. 22 Ibid, h. 79.
14
Ada anggapan bahwa muncul dan timbulnya ajaran tasawuf yang di realisir dalam pelbagai tarekat, adalah karena pengaruh lain. Antara lain Kristen dengan faham menjauhi dunia dan mengasingkan diri dalam biara-biara. Dikatakan bahwa hidup zahid dan shufi yang membelakangi dunia, memilih hidup sederhana dan mengasingkan diri adalah pengaruh cara hidup rahib-rahib kristen. Salah satu faktor yang mematangkan timbulnya tarekat adalah adanya kecenderungan sebagian sufi untuk beribadat sebanyak-banyaknya. Sehingga sadar atau tidak timbullah ibadah dan dzikir yang tidak menurut sunnah nabi SAW. (bid’ah), baik dalam jumlahnya maupun dalam susunannya. Segolongan sufi merasa bebas melakukan sesuatu dan menciptakan dzikir-dzikir yang dianggap baik susunan dan jumlahnya, maka lama kelamaan bertambah jauhlah perbedaan sistem dan isi tashawufnya. Perbedaan-perbedaan itu membuka pintu timbulnya tarekat-tarekat yang mempunyai sistematika, ciri dan identitasnya masing-masing.23 Dalam ilmu tasawuf, istilah tarekat itu tidak saja di tujukan kepada aturan dan cara-cara tertentu yang digunakan oleh seorang Syaikh tarekat dan bukan pula terhadap kelompok yang menjadi pengikut salah seorang Syaikh tarekat. Tetapi meliputi segala aspek ajaran-ajaran yang ada dalam Islam, seperti shalat, puasa, zakat, haji dan sebagainya, yang adalah merupakan jalan atau cara mendekatkan diri kepada Tuhan. Sedangkan dalam tarekat yang sudah melembaga bahwa tarekat itu mencakup semua aspek ajaran Islam seperti shalat, zakat, puasa, jihad, haji dan lain-lain, dan pengamalan serta pengalaman seorang Syaikh, tetapi semua itu 23
Hamzah Ya’qub, Tashauf dan Taqarrub: Tingkat Ketenangan dan Kebahagiaan Muslim (Bandung: Pustaka Madya, 1987), h. 39-43.
15
terikat dengan tuntunan dan bimbingan seorang Syaikh melalui bai’at. Gambaran ini menunjukan bahwa tarekat itu adalah tasawuf yang sedang berkembang dengan beberapa variasi tertentu sesuai dengan spesifikasi yang diberikan seorang guru kepada muridnya, karena ajaran pokok tarekat adalah sama dengan ajaran pokok tasawuf.24 Berdasarkan pemaknaan tarekat tadi, terlihat bahwa lembaga tarekat adalah salah satu bentuk kelanjutan usaha para sufi terdahulu dalam menyebarluaskan tasawuf sesuai pemahamannya. Dalam ilmu tasawuf, kata tarekat diartikan sebagai “cara sufi” mendekatkan diri kepada Allah yang disebut thuruq as sufiyah. Sedangkan dalam tarekat, kata ini di maknai sebagai trade mark seorang sufi. Peralihan tasawuf yang bersifat personal kepada tarekat sebagai lembaga, tidak terlepas dari perkembangan dan perluasan tasawuf itu sendiri. Dengan semakin luasnya pengaruh tasawuf ini, maka semakin banyak pula orang yang berhasrat mempelajari tasawuf. Untuk itu mereka menemui orang yang memiliki pengetahuan dan pengalaman yang luas dalam pengamalan tasawuf yang dapat menuntun mereka. Sebab belajar dari seorang guru dengan metode belajar yang disusun berdasarkan suatu pengalaman dalam suatu ilmu yang bersifat praktikal untuk suatu keharusan. Oleh karena bertemunya kedua kepentingan itulah, kemudian seorang guru mempormulasikan suatu sistem pengajaran tasawuf berdasarkan pengalamannya sendiri, dalam mengajarkan tasawuf. Sistem pengajaran itulah yang menjadi ciri khas suatu tarekat yang membedakannya dengan tarekat lain. Dengan kata lain adanya perbedaan dalam ajaran dan sistem
24
IAIN Sumatera Utara, Pengantar Ilmu Tasawuf (Sumatera Utara, 1981/1982), h. 273.
16
pengajaran dalam tarekat, bersumber dari perbedaaan pemahaman dan pengalaman masing-masing guru atau Syaikh itu sendiri. Sebagaimana telah diupayakan penjelasannya, bahwa tujuan tasawuf adalah mendekatkan diri kepada Allah melalui pensucian jiwa. Ajaran tasawuf yang harus diamalkan dalam bimbingan seorang guru, itulah yang disebut tarekat. Dengan kata lain dapat dirumuskan bahwsa tasawuf adalah seperangkat ilmu mendekatkan diri kepada Allah, sedangkan tarekat adalah suatu sistem untuk mendekatkan diri kepada Allah yang salah satu unsur pokoknya adalah ilmu tasawuf. Rumusan ini menunjukan bahwa tarekat adalah sistemisasi pembelajaran dan pengamalan tasawuf yang berakar pada pengalaman seorang sufi. Karenanya ajaran pokok tarekat adalah tasawuf, atau sebahagiaan dari tasawuf. Sampai sini semakin jelas terlihat bahwa hubungan tarekat dengan tasawuf adalah “hubungan simbiosis” hubungan yang saling mengisi dan saling membutuhkan.25
C. Berkembangnya Tarekat di Dunia Islam Tarekat merupakan salah satu perkembangan yang amat menarik dalam perhatian sejarah Islam. Tarekat adalah pergerakan populer dalam asasnya, dalam cara menarik anggota dan menarik perhatian. Terekat tadi ialah pergerakan populer yang pertama, karena pergerakan sufi jemu akan i’tikad (doktrin) yang kaku, ahli kalam dan memudahkan jalan bagi orang yang ingin masuk Islam.26 Pada abad ke-9 dan ke-10 Masehi tarekat menjadi suatu metode ilmu moral jiwa yang menjadi pedoman praktek individu bagi orang yang dinamakan 25
Rivay Siregar, Tasawuf dan Sufisme Klasik ke Neo Sufisme (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2002), h. 264-265. 26 Mahlan, Sejarah Timbulnya Tarekat (Paper Wajib Peserta Studi Purna Sarjana DosenDosen IAIN Seluruh Indonesia, Thn. 1974/75). (Yogyakarta), h. 4. Dikutip dari H.A.R. Gibb, Islam dalam Lintas Sejarah (Bhatarata, terjemahan Abu Salamah, 1964), h. 127.
17
sufi. Setelah abad ke-11 ia menjadi seluruh sistem dari pada upacara latihan kerohanian dalam membina kehidupan bersama dalam berbagai jenis tata tertib keagamaan bagi orang muslim yang mulai di bina pada masa itu. Sejak abad ke-12 dan ke-13 tarekat-tarekat tersebut mulai meluaskan jaringannya di seluruh dunia Islam. Maksudnya yang sederhana memimpin muridmurid dalam jalan atau rintis masih terlihat pada namanya yaitu tarekat. Tetapi tarekat itu adalah beraneka warna dalam taraf organisasinya. Ada tarekat yang di bentuk dalam susunan martabat yang naik dengan ratusan ribu pengikut dan penyokong, ada tarekat yang dibentuk dalam susunan yang lebih bebas dari pada sufi-sufi yang bersahaja. Perbedaan yang utama terletak dalam upacara mereka, dzikir dan dalam diri pendirian keagamaan mereka, apakah mereka kurang atau lebih mentaati ibadat kaum ortodok, bersifat sabar, atau senang berperang dan lain sebagainya.27 Perkembangan yang terjadi pada abad ke-18 menyediakan landasan penting bagi peristiwa-peristiwa terkemudian dalam kehidupan Islam umumnya dan dalam sejarah tarekat khususnya. Adalah dunia Islam sebagaimana abad ke-18 dan ke-19 yang berjumpa dengan perluasan dan modernisasi Barat. Dalam perjumpaan-perjumpaan itu tarekat-tarekat memainkan peranan penting namun kadang-kadang tidak memperoleh perhatian sebanyak kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh gerakan yang lebih radikal ataupun gerakan-gerakan yang secara eksplisit dibentuk dan di pengaruhi oleh Barat. Pada abad ke-19 dan ke-20, banyak tema pokok dalam pengalamanpengalaman lama tarekat yang tetap berlanjut. Diantara aspek-aspek sejarah
27
Mahlan, Ibid, h. 4.
18
tarekat pada era modern adalah penting untuk memeriksa beberapa hal secara lebih dekat; tarekat-tarekat berfungsi sebagai basis penting bagi kehidupan pemujaan rakyat; mereka merupakan kekuatan penting dalam merespon kekuatan imperial dimana tarekat menyediakan organisasi dan dukungan yang signifikan bagi gerakan-gerakan perlawanan terhadap penguasa asing. Keadaan ini khususnya benar untuk abad ke-19, ketika banyak perang utama melawan perluasan kekuatan Eropa dilakukan oleh organisasi-organisasi muslim yang asalmuasalnya tarekat sufi.28 Corak aktifitas tarekat tidak terbatas pada jihad melawan kolonialisme, tetapi juga tampak dalam kancah politik pada umumnya. Secara potensial, tarekat dengan kerangka organisasinya yang sentralistis dan hierarkis bisa sangat efektif digunakan untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu termasuk sebagai alat politik. Khususnya pada saat fenomena negara-bangsa mulai dikenal dalam berbagai wilayah kaum muslim. Sifat kohesi yang timbul pada organisasi tarekat selanjutnya dapat mengembangkan tarekat menjadi struktur otonom dalam tatanan sosial politis masyarakat Islam. Dalam karakter seperti ini organisasi tarekat bahkan dapat menjadi basis bagi pembentukan negara.29 Pada masa modern, tarekat terus berfungsi sebagai sarana penting bagi perluasan Islam dalam masyarakat-masyarakat yang pada dasarnya non-muslim. Mereka menyediakan sarana yang jelas-jelas memuaskan dan efektif guna mengekspresikan kehidupan dan nilai-nilai religius dalam masyarakat Barat modern serta memiliki daya tarik dikalangan profesional maupun penduduk umum komunitas-komunitas yang telah didirikan oleh tarekat-tarekat di Eropa 28
Rivay, Tasawuf dan Sufisme, h. 219-220. Taufik Abdullah, Ensiklopedi Tematis Dunia Islam; Dinamika Masa Kini, Vol. 6. (Jakarta: Ihtiar Baru Van Hoeve, 2002), h. 388. 29
19
Barat dan Amerika telah diperkuat pada paro ke-2 abad ke-20 oleh pertumbuhan komunitas muslim dalam jumlah yang signifikan, baik melalui imigrasi maupun peralihan agama. Dengan cara seperti ini, tarekat-tarekat sufi terus berfungsi sebagai alat penting bagi perluasan modern Islam.30 Seperti dikemukakan di atas, organisasi tarekat sangat potensial untuk digunakan kepentingan tertentu. Dalam konteks ini, tarekat tidak jarang digunakan untuk menjawab berbagai macam tantangan dan masalah yang muncul sebagai akibat yang tidak diharapkan dari perkembangan dan tantangan dunia kontemporer. Adalah satu contoh penggunaan metode tasawuf dan tarekat untuk penyembuhan korban dan penyalahgunaan narkotika seperti yang dilakukan oleh pesantren Suralaya, dibawah pimpinan Abah Anom, pemimpin tarekat Qadiriyah wa Naqsyabandiyah. Lebih jauh lagi organisasi tarekat dalam waktu paling akhir juga digunakan untuk kepentingan militer yang terlihat dalam kasus perang Bosnia. Semua ini membuktikan bahwa tasawuf dan tarekat tidak hanya tetap relevan dengan peningkatan spiritual, tetapi juga dengan usaha perbaikan dan peningkatan kualitas hidup, dan bahkan eksistensi kaum muslim itu sendiri.31
30 31
Taufik, Ibid, h. 222-223. Ibid., h. 397.
20
BAB III SEJARAH BERDIRINYA TAREKAT NAQSYBANDI HAQQANI
A. Berdirinya Tarekat Naqsybandi Haqqani Dari
sudut
pandang
identitas
persaudaraan
dan
Tarekat
yang
dikembangkan, setidaknya ada tiga periode Naqsybandi yang pernah ada. Periode pertama mencakup apa yang disebut oleh Hamid Algar sebagai prasejarah berdirinya Tarekat ini. Periode ini dimulai dari masa Abu Bakar dan berakhir dengan Khwaja Abu Ali Farmadi (w. 478-79/1085-86). Pada periode ini Tarekat Naqsybandi belum mempunyai identitas sendiri, dan disamping itu tokoh-tokoh yang nama-nama mereka tercantum dalam garis silsilah Naqsyabandi tidak dengan sendirinya “dianggap sebagai ekslusif milik Naqsybandiyah”.32 Masingmasing guru secara relatif mempunyai sedikit murid, yang secara pribadi terikat padanya dan ikut dalam latihan mistik di bawah tuntunannya. Sejumlah kecil guru memiliki khanaqah, sebuah pemondokan dimana para murid dapat tinggal dan sekaligus merupakan tempat latihan mistik dijalankan. Tujuan murid-murid tersebut adalah pencapaian pengalaman mistik, dan mereka sering tanpa pikir panjang
berkelana
jauh
untuk
menjumpai
seorang
guru
yang
dapat
membimbingnya di jalan ini.33
32
Leonard Lewishon, Et. al. Warisan Sufi, Warisan Sufisme Persia Abad Pertengahan (1150-1500). (Jogyakarta: Pustaka Sufi, 2003), h. 540-541. 33 Martin van Bruinessen, Tarekat Naqsyabandiyah di Indonesia (Bandung: Mizan, 1996), h. 62-63.
21
Periode ke dua, yang merupakan fase formasi Tarekat ini, adalah fase dimana Tarekat ini memperoleh identitasnya sendiri. Pada periode ini terdapat beberapa guru (khwajagan), yang terdiri dari 7 Syaikh utama berkebangsaan Asia. Urutan pertama adalah Khwaja Abu Yakub Yusuf Hamdani (w. 114) dan yang paling akhir adalah Khwaja Amir Sayyid Khulal (w. 772/1371). Bagaimanapun juga, figur utama pada periode ini adalah Muhammad bin Baha’uddin al-Uwaisi al-Bukhari.34 Ia biasa disebut Naqsybandi diambil dari kata “Naqsybandiah” menurut Syaikh Najmuddin Amin al-Kurdi dalam kitabnya “Tanwir Qulub” berasal dari dua buah kata bahasa arab, “Naqsy” artinya ukiran atau gambar yang dicap pada sebatang lilin atau benda lainnya. Dan “band” artinya bendera atau layar besar. Jadi Naqsyabandi artinya ukiran atau gambar yang terlukis pada suatu benda, melekat dan tidak terpisah, seperti tertera pada sebuah bendera atau spanduk besar. Dinamakan dengan Naqsyabandi karena Syaikh Bahauddin pendiri tarekat ini senantiasa berdzikir mengingat Allah berkepanjangan sehingga lafadz Allah itu terukir melekat ketat dalam kalbunya.35 Pada periode ini telah ada sistem yang sudah ditetapkan dengan baik dalam hal teknik, yang dipakai oleh guru-guru Naqsybandi bersama-sama. Sang murid tidak lagi terikat pada sumpah setia kepada gurunya saja, tetapi juga kepada tarekatnya dan silsilah menjadi lebih penting.36
34
35 36
Leonard. Warisan Sufi, h. 541.
A. Fuad Said, Hakikat Tarikat Naqsybandi. (Jakarta: Al-Husna Zikra, 1996), h. 7. Martin, Tarekat Naqsyabandiyah, h. 63. .
22
Sejak digunakannya nama Naqsybandi sebagai nama dan identitasnya, tarekat ini bertambah masyhur dan memiliki pengaruh yang luas dari masa kemasa. Sedangkan periode ke-tiga mencakup sejarah perkembangan sejak Bahauddin Naqsyabandi hingga generasi sesudahnya. Pada periode ini kurang lebih berkenaan dengan penyebaran tarekat Naqsybandi. Walaupun masih saja ada orang-seorang yang mencari pengalaman mistik melalui metode tarekat, Naqsybandi pun menjadi suatu gerakan massa, dan bagi kebanyakan pengikutnya ritus-ritus tarekat tidak lain dari pada bentuk-bentuk peribadatan. Bai’at kepada seorang Syaikh condong berkembang menjadi kultus wali. Tarekat telah menjadi sebuah organisasi, dengan hierarkinya sendiri dan kecenderungan pada rutinitasnya. Ada khanaqah pusat dan ada khanaqah bawahan yang patuh pada khanaqah pusat. Pada masa ini perkembangan yang dapat dicatat adalah percabangan tarekat ini kedalam beberapa jalur; yang diantaranya adalah Mujaddidiyah, yang didirikan oleh Muhammad Sayfuddin al-Faruqi al-Mujaddidi, dan Khalidiyah yang didirikan oleh maulana Khalid al-Baghdadi (w. 1243/1827).37 Setelah itu muncul pula Mazhariyah yang didirikan oleh Syamsuddin Habibullah (Mirza Mazhar Jan-i Janan (w. 1195/1781)). Nama-nama tarekat tersebut mengacu hanya kepada perkembangan dalam hal teknik dan doktrin. Setelah ketiga cabang itu muncul, pada abad ini barulah muncul tarekat Naqsybandi Haqqani. Seperti halnya dalam tarekat Naqsybandi Mujaddidiyah, Khalidiyah, dan Mazhariyah, tarekat Naqsybandi Haqqani juga dinamakan ”Naqsybandi” karena ia merupakan satu aliran tarekat dalam tasawuf yang
37
Leonard, Warisan sufi, h. 541.
23
didirikan oleh sufi terkenal, Muhammad Baha’udin Naqsybandi (1317-1389).38 Sedangkan ”Haqqani” sendiri diambil dari nama salah seorang pengikut tarekat Naqsyabandi yang bernama Syaikh Muhammad Nazim al-Haqqani (23 April 1922/28 Sya’ban 1340 H) di Cyprus.39 Syaikh Muhammad Nazim Adil Haqqani diangkat sebagai Mursyid dalam mata rantai tarekat Naqsybandi setelah Syaikh Abdullah Faiz Ad-Daghestani berpulang ke Rakhmatullah pada tanggal 30 september 1973 (4 Ramadhan 1393 H). Dan sejak itu tarekat ini dikenal dengan tarekat Naqsybandi Haqqani. Di mulai pada tahun 1974 Syaikh Nazim Haqqani memulai dakwahnya di Eropa, khususnya Inggris dan Jerman. Di seantereo Turki, khususnya Cyprus sampai saat ini Syaikh Nazim Haqqani di kenal sebagai sebutan Shaykh Qubrusi atau Syaikh Nazim Yesilbas (Syaikh Nazim yang berturban hijau). Setelah itu sudah beriburibu non-muslim yang telah disyahadatkan oleh beliau, sekaligus diambil bai’at sebagai pengikut tarekat Naqsybandi bermursyidkan Syaikh Abdullah faiz AdDaghestani dari Damaskus. Sangat banyak para ulama dan Ahlul tarekat yang meyakini beliau adalah Sulthanul Awliya Hadzihiz Zaman.
B. Biografi Pendiri dan Silsilah Tarekat Naqsybandi Haqqani Syaikh Muhammad Nazim Adil Haqqani adalah pemimpin dunia Tarekat sufi Naqsybandi Haqqani. Beliau dilahirkan di Larnaka, Cyprus hari ahad, pada tanggal 23 April 1922 (28 Sya’ban 1340 H). Dari jalur Ayah beliau adalah keturunan dari Sayyid Syaikh Abdul Qadir Jailani, pendiri Tarekat Qadiriah. 38
Hassan Sadily, Ensiklopedi Indonesia V. 4 (Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve, 1984), h. 23-30. Lihat juga Cyril Glasse, Ensiklopedi Islam (Ringkas) (Jakarta:RajaGrafindo Persada, 1999), cet. ke-2, h. 302. 39 Yayasan Haqqani Indonesia, Ahl Haq V. 4 (Jakarta: Yayasan Haqqani Indonesia), hal. 7.
24
Sedangkan dari sisi Ibunya, beliau adalah keturunan dari Mawlana Jalaluddin Rumi, pendiri Tarekat Mawliah. Sejak usia belum dewasa beliau telah duduk mengikuti pelajaran dan kegiatan tarekat Qadiriah dari Datuknya yang bernama Muhammad Nazim di Cyprus yang pada saat itu adalah mursyid dan kaligrafer Kesultanan Ottoman. Disaat Syaikh Nazim Adil masih berusia lima tahun, beliau sering ditemui Ibunya dikala sedang ber-tafakur di Masjid dan makam Ummu Hiram (r.a), salah seorang sahabat Rasul saw.. Setelah menyelesaikan pendidikan sampai ke tingkat SMA di Cyprus pada tahun 1940, beliau pergi ke Istambul untuk melanjutkan pendidikannya di University of Istambul hingga mendapat gelar MA di bidang teknik kimia. Selama kuliah di Istambul beliau juga mempelajari bahasa Arab dan Syariah, di bawah bimbingan Syaikh Jamaluddin al-Lasuni (w. 1375 H/1955 M) dan menerima ijazah (otorita) dari beliau. Syaikh Nazim kemudian mengarahkan perhatiannya pada jalur spiritual, dengan mempelajari 7 (tujuh) tarekat sufi, yaitu: Naqsybandi, Chisti, Qadiri, Mawlawi, Rifa’i, Syadzili, dan Badawi. Syekh Nazim kemudian memperdalam ilmunya pada Tarekat Naqsybandi dibawah bimbingan syekhnya pada saat itu, yaitu Syaikh Sulayman Arzurumi (w.1368 H/1948 M) yang akhirnya mengirim beliau ke Syams (Syiria). Di siang hari Syaikh Nazim menuntut ilmu modern di Universitas, sedangkan malam hari beliau selalau berada dalam majelis tarekat yang dibimbing oleh Syaikh Sulayman Arzurumi. Syaikh Nazim Adil Haqqani menuntut ilmu dalam bidang tafsir al-Qur’an dari beberapa imam Mursyid.
25
Dalam perjalanannya ke Damaskus, beliau mengunjungi Aleppo, Hama dan Homs. Di Homs atas bimbingan Syaikhnya, beliau melakukan khalwat selama satu tahun di kompleks masjid dan makam seorang sahabat Nabi SAW yang terkenal, Khalid ibn Walid ra. Di sana, beliau menerima lebih banyak lagi instruksi yang intensif di bidang syariah, hadis, dan ilmu al-Qur’an di bawah bimbingan Syaikh Muhammad Ali Uyun al-Sud, Syaikh Abdul Azis Uyun al-sud (mufti dari Homs), Syaikh Abdul Jalil Murad dan Syaikh Said as-Suba’i (mursyid Naqsybandi), yang semuanya merupakan Syaikh Naqsybandi dan juga para muhadditsun (ahli hadis) dan ulama syariah yang terkenal. Pada tahun 1944, Syaikh Nazim pindah ke Tripoli, Lebanon dimana beliau menjadi tamu dari Syaikh Munir al-Malik, mufti Lebanon Utara dan Syaikh dari Tarekat Qadiri, Rifa’i dan Naqsybandi. Pada tahun 1945 beliau pindah dari Tripoli ke Damaskus, ke ha’i al-midan dimana akhirnya beliau bertemu dengan Syaikh Abdulah ad-Daghestani an-Naqsybandi (Grand Syekh). Pada saat pertemuan untuk pertama kali, selesainya bai’at diberikan oleh syaik Abdullah ad-Daghestani kepada syaik Nazim Adil, diperintahkanlah beliau untuk kembali ke Cyprus. Pada tahun 1952 Syaikh Nazim dinikahkan kepada salah seorang murid dari Syaikh Abdullah ad-Daghestani, bernama hajjah Amina Hattun Adil. Dari pernikahan tersebut mereka di karuniakan dua putri dan dua putra yaitu, Nazziha, Ruqayya, Abu Muhammad dan Baha’uddin.40
40
Yayasan Haqqani Indonesia. Profil Yayasan Haqqani Indonesia (Jakarta:
PT. Jayakarta Agung Offset, t.t.), h. 1.
26
Syaikh Nazim mempunyai dua orang khalifah yaitu: Syaikh Muhammad Hisham Kabbani di tugaskan untuk menyebarkan ajaran tarekat ini ke Argentina, Kanada, Eropa, Jerman, Belanda, Inggris dan Jepang selain ke Indonesia. Sedangkan khalifah Syaikh Adnan ditugaskan untuk menyebarkan ajaran tarekat Naqsybandi Haqqani di Damaskus, Timur Tengah, dan Malaysia. Syaikh Nazim melanjutkan perjalanannya ke Timur Tengah dan Turki selama 40 tahun. Setelah wafatnya grandsyekh dan dengan perintah spiritualnya, beliau meluaskan cakupan perjalanannya termasuk Eropa, Amerika, dan Timur Jauh. Beliau mendirikan ratusan pusat sufi di seluruh dunia, menyebarkan Islam sekaligus dengan pengetahuan spiritual sufi dan beliau telah membawa begitu banyak orang untuk masuk Islam. Syaikh Nazim juga sangat Aktif dalam membangun dialog perdamaian dengan para pemimpin Agama lain seperti para Misionaris Kristen dan Rabbi Yahudi, bahkan dengan aliran New Age. Tidak sedikit dari pemuka agama tersebut yang kemudian bersyahadat di tangan beliau, dan di bai’at menjadi pengikut tarekat Naqsybandi Haqqani. Bukan sesuatu yang berlebihan bila dikatakan bahwa beliau adalah seorang mujaddid di abad ini sebagaimana Sayyid ’Abdul Qadir Jailani di masanya, Syaikh Bahauddin Naqsyabandi di masanya, dan Jalaludin Rumi di masanya.41 Silsilah tarekat adalah ”nisbah” hubungan guru terdahulu sambung menyambung antara satu sama lain sampai kepada Nabi Muhammad SAW.42 Silsilah itu bagaikan kartu nama dan legitimasi seorang guru; menunjukan ke 41
Yayasan Haqqani, Ahl haq, h. 7-9. 42 Abu Bakar, Pengantar Ilmu Tarekat: Uraian Tentang Mistik. Solo: Ramadhani, 1986. h. 79.
27
cabang tarekat mana ia termasuk dan bagaimana hubungannnya dengan guru-guru tarekat lain.43 Oleh karena itu anggota sebuah tarekat sangat menganggap penting sebuah silsilah karena silsilah tarekat berperan sebagai sarana untuk menerangkan bahwa tarekat itu sah (mu’tabarah) atau tidak, bahwa dasar-dasar ajaran tarekat dan pengalaman-pengalaman tarekat yang mereka ajarkan itu berasal dari Nabi atau bukan. Pada silsilah seorang guru dari abad ke-20 biasanya tercantum 30-40 nama. Idealnya setiap guru yang terantum dalam silsilah ini seharusnya murid langsung dari guru yang sebelumnya. Akan tetapi pada kenyataannya kadangkadang dua orang yang berurutan dalam silsilah dapat saja tidak pernah berjumpa, karena yang pertama wafat sebelum yang ke dua lahir atau karena mereka tinggal di negeri yang berbeda dan berjauhan. Sebagian kaum sufi menolak tapi sebagian besar tidak menolak. Kemungkinan bahwa seorang wali memerima pelajaran dari guru yang mendahuluinya bukan lewat komunikasi langsung tetapi lewat komunikasi spiritual, yaitu melalui pertemuan dua wujud ruhaniahnya. Dalam silsilah hubungan yang demikian itu kadang-kadang di sebut alam barzakhi atau uwaisi.44 Silsilah guru-guru Naqsybandi yang belakangan berbeda satu sama lain, tentu saja tetap turun sampai Bahauddin Naqsyabandi semua silsilah itu serupa.
43
Martin Van Bruinessen, Tarekat Naqsybandi di Indonesia, Survei
Historis, Geografis dan Sosiologis. (Bandung: Mizan, 1992), h. 48. 44
Barzakhi karena pembaiatan ternyata berasal dari alam barzakh, alam antara, yaitu tempat bersemayamnya ruh orang yang meninggal sebelum datangnya hari kebangkitan. Istilah uwaisi berasal dari nama uwais al-qurani, seorang yaman yang sezaman dengan Nabi, yang tidak pernah berjumpa Nabi ketika beliau masih hidup tetapi di percaya telah di Islamkan oleh ruh rasulullah setelah beliau wafat.
28
Berikut adalah silsilah tarekat Naqsybandi Haqqani yang juga disebut sebagai rantai emas:
1. Nabi Muhammad bin Abdullah saw. 2. Abu Bakar as-Shiddiq r.a. 3. Salman al-Farisi r.a. 4. Qassim bin Muhammad bin Abu Bakar r.a. 5. Jafar as-Shaddiq r.a. 6. Thayfur Abu Yazid al-Bistami q.s. 7. Abul Hassan Ali al-Kharqani q.s. 8. Abu Ali al-Farmadi q.s. 9. Abu Yaqub Yusuf al-Hamadani q.s. 10. Abul Abbas, al-Khidr a.s. 11. Abdul Khaliq al-Ghujdawani q.s. 12. Arif ar-Riwakri q.s. 13. Khwaja Mahmud al-Anjir al-Faghnawi q.s. 14. Ali ar-Ramitani q.s. 15. Muhammad Baba as-Samasi q.s. 16. as-Sayyid Amir Kulal q.s. 17. Imam Tarekat Muhammad Baha-uddin Shah Naqshband q.s. 18. Ala'uddin al-Bukhari al-Attar q.s. 19. Yaqub al-Charkhi q.s. 20. Ubaydullah al-Ahrar q.s. 21. Muhammad az-Zahid q.s. 22. Darwish Muhammad q.s.
29
23. Muhammad Khwaja al-Amkanaki q.s. 24. Muhammad al-Baqi Billah q.s. 25. Ahmad al-Faruqi as-Sirhindi q.s. 26. Muhammad al-Masum q.s. 27. Muhammad Sayfuddin al-Faruqi al-Mujaddidi q.s. 28. as-Sayyid Nur Muhammad al-Badawani q.s. 29. Syamsuddin Habibullah q.s. 30. Abdullah ad-Dahlawi q.s. 31. Khalid al-Baghdadi q.s. 32. Ismail Muhammad asy-Syirwani q.s. 33. Khas Muhammad Syirwani q.s. 34. Muhammad Effendi al-Yaraghi q.s. 35. Jamaluddin al-Ghumuqi al-Husayni q.s. 36. Abu Ahmad as-Sughuri q.s. 37. Abu Muhammad al-Madani q.s. 38. Syarafuddin ad-Daghestani q.s. 39. Sulthanul Auliya Abdullah al-Fa-iz ad-Daghestani q.s. 40. Sulthanul Auliya Muhammad Nazim Adil al-Qubrusi al-Haqqani q.s.45
Berdasarkan data silsilah tarekat tersebut, dapat disimpulkan bahwa Syaikh Muhammad Nazim al-Haqqani mempunyai keterkaitan satu sama lain dengan Sayyid ’Abdul Qadir Jailani dan Jalaludin Rumi, pemimpin-pemimpin tarekat besar dan shahih.
45
Yayasan Haqqani, Profil Yayasan, h. 2.
30
C. Ajaran-ajaran Tarekat Naqsybandi Haqqani Ada berbagai pendekatan yang dilakukan orang dalam menulis sejarah sebuah tarekat, dan pendekatan itu tidaklah mudah diperdamaikan satu sama lainnya. Anggota-anggota sebuah tarekat cenderung menekankan bahwa ajaran dan amalan tarekat mereka tidak pernah berubah dan berlanjut terus, yang mereka percayai sepanjang abad, dan diturunkan tanpa perubahan dari sang guru kepada murid-muridnya. Tarekat Naqsyabandi Haqqani seperti halnya juga dengan tarekat yang lainnya mempunyai beberapa tata cara peribadatan, teknik spiritual, dan ritual tersendiri. Sebagai tarekat yang terorganisir, tarekat Naqsybandi mempunyai sejarah dalam rentangan masa enam abad, yang secara geografis penyebarannya meliputi tiga benua. Hal ini berimplikasi pada warna dan tata cara tarekat Naqsybandi yang sangat bervariasi, menyesuaikan masa, kondisi, dan tempat tumbuhnya. Adaptasi ini terjadi karena beberapa hal, diantaranya adalah karena keadaan yang memang berubah, guru-guru yang berbeda memberi penekanan yang berbeda dari asas yang sama, atau para pembaharu memperkenalkan sesuatu yang lain dengan menghapuskan pola pikir tertentu.46 Walaupun mempunyai tata cara yang berfariasi, namun tarekat ini mempunyai asas atau ajaran dasar yang sama, sebagai acuan dan pegangan bagi para pengikutnya. Ajaran-ajaran tarekat mempunyai kebenaran-kebenaran dan mempunyai cita-cita yang tinggi tetapi di dalam amalan-amalannya walaupun pada prinsipnya mempunyai kesamaan-kesamaan antara satu organisasi tarekat dengan lainya,
46
Martin, Tarekat Naqsybandi, h. 76.
31
namun terdapat fariasi yang berlainan antara satu dengan lainnya, di dalam cara mengamalkannya. Disamping itu di dalam ajaran tarekat terdapat suatu keyakinan/pendapat mengenai adanya wasilah/ tawasul yang harus di pegang oleh murid-murid dan ahli-ahli terekat. Untuk sampai kepada Tuhan mereka harus melalui guru, dan guru
menyampaikan
kepada
Rasulullah:
baru
kemudian
Rasulullah
menyampaikan langsung kepada Allah. Pengaruh dari pendapat ini menjadikan murid-murid tarekat tidak berani berhadapan langsung kepada Tuhan, dan mereka mesti mengikuti dan berserah diri kepada gurunya. Dengan demikian timbullah suatu kultus individu yang dibuat oleh murid-murid tarekat terhadap gurunya. Pengaruh ini tidak hanya hidup di kalangan murid-murid atau anggota organisasi tarekat, tetapi berjangkit pula hidup di tengah-tengah masyarakat umum. Betapa besarnya pengaruh dan wibawa guru tarekat di tengah-tengah masyarakat, sehingga banyak orang yang tertarik kepada tarekat dan masuk menjadi murid tarekat. Mereka mempunyai motifasi yang berbeda-beda di dalam memasuki organisasi tarekat itu, baik itu karena adanya silsilah/hubungan dengan mursyid tarekat, karena sudah tua dan ingin mendekatkan diri dengan Tuhan dengan cara mencari seseorang yang dapat membimbingnya untuk lebih dekat dengan Tuhan, atau hanya karena trend. Tetapi pada umumnya mereka masuk kedalam tarekat ini karena ingin mendapatkan ketenangan jiwa, dan mendapat keridhaan Allah. Kemudian terakhir dari pengaruh ajaran tarekat itu ialah bahwa ajaran tarekat pada dasarnya berpangkal; ajaran kebatinan atau tasawuf, maka prinsip memalingkan perhatian terhadap soal-soal keduniaan, dan justru hanya
32
memusatkan perhatiannya dan mengarahkan kepada mendapatkan keridhaan Allah, dengan menempuh cara-cara seperti; zuhud, sabar, tawakal, uzlah dan halwat, serta terus menerus berdzikir selalu dipegang teguh, maka kehidupan mereka menjadi berat sebelah terlalu berat kepada akhirat, dan sangat pasif terhadap kehidupan duniawi.47 Manusia yang diberkahi dengan pengetahuan batin memandang dzikir ”senantiasa dan terus menerus mengingat” Allah sebagai metode paling efektif untuk membersihkan hati dan mencapai kehadirat illahi. Objek segenap ibadah ialah mengingat Allah, dan hanya terus-menerus nengingat Allah sajalah yang bisa melahirkan cinta kepada Allah serta mengosongkan hati dari kecintaan dan keterikatan pada dunia yang fana ini. Ajaran Islam paling dasar dan tersirat dalam syahadah atau ”pengakuan keimanan”, la ilaha illa Allah, yang berarti ”tidak ada Tuhan selain Allah”,. Segenap bentuk ibadah lainnya menekankan pentingnya mengingat Allah. Tujuan puasa ialah menghancurkan sensualitas, sebab jika hati di bersihkan dari kotorannya, maka ia akan di penuhi dengan mengingat Allah. Tujuan menunaikan ibadah haji ialah mengingat Allah dan kerinduan untuk brerjumpa dengannya meretas keterikatan dengan dunia dan menjauhi sensualitas dilakukan demi memperoleh waktu luang guna menyibukkan diri dengan mengingat Allah saja. Jadi dengan dzikir hatipun di penuhi cinta pada Allah sedemikian banyak
47
Chumaidy Syamsuddin, Organisasi Tarekat dan Pengaruhnya (Paper
Wajib Peserta Studi Purna Sarjana Dosen-Dosen IAIN Seluruh Indonesia, Thn. 1974/75). (Yogyakarta), h. 6-7.
33
sehingga tidak ada lagi tempat bagi yang lainnya; hubungan cinta dengan segala sesuatu lainnya pun terputus dan yang tersisa hanyalah kecintaan pada Allah.48 Prinsip metode spiritual Tarekat Naqsybandi Haqqani adalah dzikir khafi dan dzikir jahir, Syaikh Nazim menggabungkan kedua dzikir tersebut untuk diamalkan dan diajarkan kepada murid-murid beliau. Dzikir khafi lebih sering dilakukan sendiri-sendiri, sedangkan dzikir jahir lebih sering dilakukan secara berjama’ah. Adapun amalan dari Tarekat Naqsybandi Haqqani ini adalah dzikir Mubtadi (dzikir harian untuk pemula), dzikir Musta’d (dzikir harian untuk tingkat Persiapan), dzikir Ahlul ’Azim (dzikir harian untuk tingkat mapan atau dzikir untuk menghidupkan Ashrar ”qalbu paling dalam”), serta dzikir Khatm Khwajagan. Khatm artinya penutup, atau akhir, khwajakan, berasal dari bahasa Persia, artinya Syaikh-Syaikh. Khatm khwajagan artinya serangkaian wirid, ayat, shalawat, dan doa yang menutup setiap dzikir berjemaah, dan selalu dibaca setiap selesai mengerjakan shalat wajib. Khatm dianggap sebagai tiang ketiga Naqsybandi, setelah dzikir ism al-dzat dan dzikir nafi wa itsbat. Khatm dibacakan ditempat yang tidak ada orang diluar, dan pintu harus tertutup. Tidak seorang pun boleh ikut serta tanpa izin terlebih dahulu dari Syaikh. Selain itu para peserta khatam haruslah dalam keadaan berwudhu.49 Dalam
pelaksanaan
dzikir
berjama’ah
ini
Syaikh
Nazim
juga
mempopulerkan lagi tarian berputar (biasa disebut Whirling Darwis atau Darwis
48
Mir Valiuddin. Zikir dan Kontemplasi dalam Tasawuf. (Bandung: Pustaka Hidayah, 1997), h. 84-85. 49 Sri Mulyati, Mengenal dan Memahami Tarekat-Tarekat Muktabarah di Indonesia. (Jakarta: Kencana, 2005), h. 112.
34
Rumi)50 yang pertama kali dilakukan oleh Sayyidina Abu Bakar dan dipopulerkan oleh Syaikh Jalaludin Rumi pendiri tarekat Maulawiah. Tarian ini diiringi musik Shalawat (Hadrah).51
Dalam
dzikir
harian
Syaikh
Nazim
mengajarkan
kita
untuk
bermuraqabah,52 kerena dengan bermuraqabah kita dapat menyatukan hati kita kepada Tuhan kita dan mata rantai emas (silsilah), dan itu dilakukan hampir sesering mungkin. Amalan inilah yang paling di tekankan oleh Syaikh Nazim agar kita selalu tetap terhubung dengan Allah dan Syaikh-Syaikh kita Dalam tarekat ini Syaikh Nazim mengajarkan Cinta, dalam hal ini Syaikh Nazim berkata ”kita telah diperintahkan untuk mencintai orang-orang suci. Mereka adalah Nabi, dan setelah para Nabi, adalah para pewaris mereka, Awliya. Kita telah diperintahkan untuk berfirman kepada Nabi, dan iman memberikan pada diri kita, Cinta. Cinta membuat manusia untuk mengikuti ia yang dicintai. Seseorang yang taat mungkin taat karena paksaan atau karena cinta, tetapi tidaklah selalu karena Cinta. Dan Allah swt. menginginkan hamba-hambanya untuk mencintai-Nya. Dan para hamba tidaklah mampu menggapai secara langsung cinta atas Tuhan mereka. Karena itulah, Allah swt. Mengutus, sebagai utusan dari diri-Nya, para
50
Berdzikir sambil menari, karena kecintaan kita kepada Allah. Suatu hal keindahan diwujudkan kedalam tarian dan tarian ini sebenarnya bukan untuk di pelajari tetapi di sini kita seperti kehilangan ingatan dan itu karena kecintaan kita kepada Allah maka terbentuklah tarian ini. (wawancara pribadi dengan Wike di Zawiyah Cinere, pada tanggal 15 Juni 2008). 51 Musik penyambutan berisi syair atau shalawat yang mengiringi kepulangan Nabi Muhammad saw., dari peperangan (wawancara pribadi dengan Sugiarto di Zawiyah Cinere, pada tanggal 15 Juni 2008). 52 Sasaran dan maksud dari muraqabah/meditasi/rabithah syarif adalah untuk memperagakan kehadiran terus-menerus ke dalam realitas syekh. Semakin seseorang memelihara pelatihan ini, semakin terungkapkan manfaatnya dalam kehidupan sehari-harinya sampai pada titik dia mencapai tataran fana dalam hadirat Syekh. (
[email protected])
35
Nabi yang mewakili-Nya diantara para hamba-Nya. Dan setiap orang yang mencintai Awliya dan Anbiya, melalui Awliya akan menggapai cinta para Nabi. Dan melalui cinta para Nabi, kalian akan menggapai cinta Allah swt. Jadi Cinta adalah pilar utama paling penting dari iman. Tanpa cinta tak akan ada iman.53
53
[email protected]
36
BAB IV PERKEMBANGAN TAREKAT NAQSYBANDI HAQQANI DI JAKARTA
A. Masuk dan berkembangnya Tarekat Naqsybandi Haqqani di Jakarta Tarekat Naqsybandi Haqqani pertama kali masuk ke Jakarta pada bulan April 1997. Orang yang pertama membawa tarekat ini ke Jakarta adalah Syekh Muhammad Hisham Kabbani. Beliau adalah seorang Ulama Ahl sunnah wal Jama’ah dengan wawasan dan pengalaman luas, serta memiliki pengaruh da’wah yang signifikan baik di tempat asalnya Beirut, dan Internasional. Beliau adalah keturunan Nabi Muhammad SAW baik dari jalur ayah atau pun ibunya. Latar belakang pendidikan beliau diawali dengan bidang kimia di Amerian University of Beirut, selanjutnya melanjutkan studi dalam bidang kedokteran specialis anak University of Louvain, Belgia. Semua di selesaikan dalam waktu yang singkat sehingga beliau sempat menyelesaikan gelar pula dalam bidang Syariah Islam dari Al-Azhar University, Damaskus, Syria hingga ke tingkat Masterate dalam bidang Tasawwuf, ilmu tafsir Qur’an, dan Ma’rifah beliau di bimbing oleh Grand Shaykh Abdullah Faiz Ad-Daghestani dan Syaikh Muhammad Nazim Al-Haqqani selama kurang lebih 30 tahun. Ayahnya seorang pendukung kuat gerakan muslim, terutama pada saat pemerintahan Gamal Abdul Nasser (Presiden Mesir). Salah seorang pamannya adalah pemimpin Majelis Ulama di Lebanon. Beliau juga menantu dari Syaikh Muhammad Nazim Adil Haqqani, di mana ia menikahi putrinya yaitu Hj. Nazihe
37
Adil dan di karuniai 3 putra dan 1 putri, serta beberapa cucu yang semuanya menetap di Fenton, Michigan.54 Pada tahun 1991 atas perintah Syaikh Nazim, Syaikh Hisham melangkahkan kakinya untuk memulai dakwah di benua Amerika. Pada saaat itu beliau memulai di California, sejak saat itu pula beliau di tasbihkan sebagai khalifah Syaikh Muhammad Nazim al-Haqqani. Misi dari Syaikh Hisham adalah untuk menyebarkan ajaran sufi dalm konteks persaudaraan umat manusia dan kesatuan dalam kepercayaan kepada Tuhan yang terdapat dalam semua agama dan jalur spiritual. Usahanya diarahkan untuk membawa spektrum keagamaan dan jalur-jalur spiritual yang beragam kedalam keharmonisan dan kerukunan.55 Secara kejama’ahan, masyarakat Naqsybandi Haqqani di Indonesia secara resmi mulai tergelar kebersamaannya sejak di tunjuknya Bapak K.H. Mustafa Mas’ud sebagai representatif (wakil) pertama dari As-Sayyid Mawlana Syaikh Muhammad Nazim Adil Haqqani an-Naqsybqandi untuk Indonesia pada tanggal 5 April 1997. Penunjukan dan bai’at sebagai representatif dilaksanakan oleh AsSayyid Mawlana Syaikh Muhammad Hisham Kabbani (khalifah Naqsybandi Haqqani untuk benua Amerika) pada kunjungan perdana beliau pada saat itu. Kedatangan tersebut bermula dari pertemuan beliau dengan beberapa Muslim Indonesia yang tinggal di California, dimana mereka secara konstan mengikuti ritual sohbet (ceramah) Naqsybandi Haqqani di USA, shalat jum’at, dzikir Khatam Kwajagan, dan lain sebagainya, di mesjid Mountain View, CA sebagai salah satu masjid utama jama’ah Naqsybandi Haqqani Amerika. Pada akhirnya Syaikh Muhammad Hisham Kabbani selaku khalifah Syaikh Nazim di USA 54
Yayasan Haqqani Indonesia, Ahl Haq Vol. 4. (Jakarta, t.t.), h. 11 55
[email protected].
38
bertemu dengan para muslim Indonesia dan mahasiswa (M. Hadid Subki) yang sedang berada di San Jose, CA. Selanjutnya beliau mengutarakan maksudnya untuk membuka hubungan ke Indonesia atas perintah Mawlana Syaikh Muhammad Nazim Haqqani. Persiapan yang dilaksanakan di Jakarta membawa saudara farid Bubbi Djamirin bertemu dengan K.H. Mustafa Mas’ud. Pada dua kunjungan berikutnya Syaikh Muhammad Hisham Kabbani mentasbihkan empat ulama lainnya sebagai representative (wakil) dari Syaikh Muhammad Nazim Adil Haqqani yang tersebar di Jawa Barat, Jakarta dan Jawa Tengah. Mereka adalah Kyai H. Taufiqurrahman al-Subky (Wonopringgo, Pekalongan), Al Habib Lutfi bin Yahya (Pekalongan, Jawa Tengah), K.H.Q. Ahmad Syahid (Nagrek, Jawa Barat), dan Al Ustadz H. Wahfiuddin, MBA (Jakarta). Mereka ini secara resmi sudah diizinkan untuk membai’at, memberikan ceramah kepada para jamaah tarekat Naqsybandi Haqqani di daerah masing-masing. Kunjungan ke-dua dilaksanakan pada tahun 1998, di mana Syaikh Hisham mengadakan pertemuan dengan tokoh-tokoh Agama dan MUI di Jakarta seperti Prof KH. Ali Yafie, dan sesepuh Pengurus Jami’ah Thariqoh Mu’tabaroh, Dr. KH. Idham Chalid. Sedangakan kedatangan yang ke-tiga dilaksanakan pada tahun 2000. Di mana perjalanan dakwah beliau di Indonesia berjalan baik dan mulus ditandai dengan didirikannya Zawwiyah Naqsybandi Haqqani pertama kalinya di wilayah kampung Melayu, Jakarta—beberapa tempat tersebar untuk diadakannya dzikir Khatam Kwajagan dua kali seminggu—seiring bertambahnya jama’ah dan murid beliau.
39
Sampai saat ini murid beliau tersebar di Bandung, Jakarta, Cililin, Nagrek dan pekalongan. Puluhan ribu santri beserta para pimpinan Pondok pesantren Cililin (Al-Bidayah), Nagrek/Cicalengka (Al Falah), Wonopringggo, Pekalongan (Al Taufiqy) menyerahkan bai’at Tarekat Naqsybandi Haqqani kepada beliau, atas nama Shaykh Muhammad Nazim Adil Haqqani An-Naqsybandi.56
B. Struktur Organisasi Tarekat Naqsybandi Haqqani di Jakarta Antara abad ke-12 dan ke-13 M. tarekat mulai mengarah bentuknya kepada suatu organisasi. Sejak tarekat terbentuk sebagai organisasi, maka mulailah tarekat tersebar ke berbagai daerah di dunia. Jumlah organisasi tarekat menjadi semakin banyak dan macam-macamnya pun menjadi beraneka ragam. Proses pertumbuhan organisassi tarekat itu sebenarnya pada mulanya hanya merupakan suatu bentuk persatuan yang sederhana dan sukrela dari orangorang sufi, yang pada umumnya mereka adalah orang-orang miskin, tetapi setelah organisasi itu menjadi populer, mulailah timbul jiwa persaudaraan di dalam tarekat itu, dan mulai teratur pula sistem organisasinya. Sebagaimana organisasi tarekat yang tumbuh dan hidup subur sampai abad ke 20 ini, unsur-unsur pokok sebagai kriteria suatu organisasi secara umum, kiranya jelas menunjukkan bahwa di dalam organisasi tarekat telah terdapat unsur-unsur pokok seperti yang terdapat di dalam organisasi secara umum. Di dalam organisasi tarekat terdapat kelompok orang yang terdiri dari seorang guru dan wakil-wakilnya serta para anggota atau murid-muridnya yang jumlahnya beratus-ratus bahkan bertibu-ribu orang. Sebagaimana diketahui bahwa 56
Yayasan Haqqani Indonesia, Profil Yayasan Haqqani Indonesia (Jakarta: PT. Jayakarta Agung Offset, t.t.), h. 5-6.
40
dalam organisasi tarekat terdapat tarekat induk dan tarekat cabang sehingga membentuk hubungan vertikal. Karena itu jumlah dari kelompok anggota itu akan mencapai jutaan orang. Di dalam organisasi tarekat terdapat kerjasama antar anggota tarekat itu, karena mereka mempunyai tujuan dan amalan serta ajaran yang sama bahkan mereka melakukannya di tempat yang sama. Dengan bentuk organisasi tarekat sebagai ikatan dari pada kelompok orang, maka kegiatan dari pada tarekat itu telah teroganisir di dalam suatu wadah atau organisasi. Terorganisirnya anggota tarekat di dalam suatu wadah organisasi tarekat, maka organisasi itu akan merupakan alat yang sangat efesien untuk mencapai tujuan yang hendak dicapai. Tentang struktur organisasi sebagai kerangka yang akan menunjukan tata kerja dan hubungan di dalam organisasi tarekat, meskipun tidak semodern dan sekonkrit seperti di dalam organisasi modern itu, namun melalui petunjukpetunjuk lisan yang langsung diberikan oleh guru tarekat kepada murid-murid atau anggota-anggotanya, dan juga dengan ajaran-ajaran yang diberikannya, disertai sikap setia dari pada murid-murid atau anggota-anggota tarekat, maka sistem dan pelaksanaan serta hubungan yang baik antara murid dengan gurunya, atau antara murid dengan murid itu sendiri, telah menjamin hidupnya organisasi tarekat itu. Dengan teroganisirnya murid-murid tarekat itu, dapat diciptakan suatu sistem kerjasama untuk membina dan mengembangkan organisasi tarekat, dan ternyata adanya cabang-cabang organisasi tarekat, telah mempermudah tersebar luasnya organisassi tersebut ke seluruh dunia. Dengan demikian organisasi tarekat merupakan alat perjuangan yang penting, efektif dan efisien. Sewaktu-waktu
41
potensi yang ada itu dapat digerakakkan dan dimanfaatkan untuk suatu perjuangan.57 Dalam perkembangannya struktur organisasi tarekat Naqsybandi Haqqani di Jakarta menggunakan struktur organisasi modern. Sistem itu tetap berada di bawah kontrol dan pengawasan seorang mursyid. Sebagaimana layaknya sebuah organisasi modern, dalam keorganisasiannya tarekat Naqsybandi Haqqani ini terdiri dari seorang ketua yang mengepalai dan memegang peranan penting dalam organisasi, wakil, sekretaris, bendahara, dan beberapa staf (pembantu umum) yang masing-masing mempunyai fungsi sesuai dengan jabatan yang diembannya. Struktur Naqsybandi Haqqani dapat dilihat pada skema berikut: Struktur organisasi dan pengurus tarekat Naqsybandi Haqqani ini dinaungi oleh Yayasan Haqqani Indonesia yang di dirikan oleh Syekh Muhammad Hisham Kabbani. Meskipun kegiatan sudah berjalan sejak tahun 1997, secara hukum Yayasan Haqqani Indonesia diresmikan pada akhir tahun 2000 sebagai cabang Haqqani Foundation International yang sudah tersebar di beberapa negara. Para pengurus Yayasan Haqqani sebagian adalah jama’ah tarekat Naqsybandi Haqqani, tanpa tertutup untuk muslim/muslimat yang tidak mengikuti tarekat untuk berpartisipasi. Pada prinsipnya mempunyai pola dasar keorganisasian yang tidak berbeda dengan Haqqani lainnya. Yayasan mempunyai fungsi sebagai payung kegiatan yang bersifat spiritual dan non-spiritual. Dalam bentuk kelembagaannya, Yayasan Haqqani diharapkan mampu memiliki peran
57
Chumaidy Syamsuddin, Organisasi Tarekat dan Pengaruhnya (Paper Wajib Peserta Studi Purna Sarjana Dosen-Dosen IAIN Seluruh Indonesia, Thn. 1974/75). (Yogyakarta). h. 1-2.
42
yang strategis dan berkesinambungan dalam melaksanakan syi’ar Islam kepada sesama umat manusia.58
C. Pengaruh
Tarekat
Naqsybandi
Haqqani
Terhadap
Kehidupan
Masyarakat Sebagaimana manusia pada umumnya, selain menghambakan diri sepenuhnya kepada Allah, manusia juga di tuntut untuk selalu hidup bermasyarakat, dan tidak meninggalkan kewajiban-kewajiban yang telah ditentukan seperti seorang suami yang berkewajiban memberi nafkah kepada keluarganya. Kewajiban berusaha bagi seorang hamba untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, tentunya mempunyai batasan yaitu tidak boleh bergantung kepada usaha itu karena di khawatirkan akan berkurangnya pengharapan terhadap rahmat Allah ketika terjadi padanya suatu kesalahan dan dosa.59 Secara ”zahir”, syariah menyuruh manusia berusaha, maka dari itu selain mengajarkan manusia untuk selalu dekat kepada Allah, tarekat ini juga mengajarkan kepada para pengikutnya agar dapat hidup mandiri dan tidak terperangkap dalam mengartikan kata ”zuhud”, dalam artian bahwa hidup bertarekat bukan berarti manusia harus meninggalkan kehidupan dunia seutuhnya dan bukan harus bermalas-malasan dalam berusaha dengan dalih setiap manusia mempunyai rizki masing-masing dan sudah ditetapkan tanpa harus bekerja keras dan berusaha maksimal.
58
Yayasan Haqqani Indonesia, Profil Yayasan, h. 6. 59
Syaikh Ma’mur bin Hasan Suhartawidjaya, Tasawuf (Jakarta: Majlis Naqhtujamin, 1981), hal. 6
43
Sehingga dalam usaha meningkatkan kesejahteraan ekonomi jama’ah tarekat Naqsybandi Haqqani ini, dalam hal ini Yayasan Haqqani Indonesia memberikan warna tersendiri dengan mendirikan percetakan kitab-kitab yang biasa di baca oleh para pengikut tarekat, misalnya amalan harian bagi para salik Naqsybandi, kitab Dalail al- Khayrat, Manaqib, Asma ul-Husna, Sohbet dari Mursyid tarekat Naqsybandi Haqqani, membuat kerajinan tangan, mendirikan band, berternak ikan dan lain sebagainya. Dalam bidang keagamaan pengaruh ajaran tarekat ini sangat berarti bagi masyarakat, khususnya ikhwan/akhwat tarekat Naqsybandi Haqqani. Setelah ikut ke dalam tarekat ini, mereka yang biasanya shalat karena paksaan dan gengsi, maka sekarang shalat karena ingin bertemu dengan Allah.60 Semua yang mereka kerjakan terasa lebih enak, karena semua dikerjakan dengan rasa cinta. Kalau kita sudah mengenal sesuatu dan kita mencintainya pasti kita akan melakukan apapun untuk mendapatkannya.61 Mereka yang awalnya mementingkan urusan duniawi dan sikap bisa di bilang brutal, tetapi setelah ikut tarekat ini mereka mulai memikirkan tentang kehidupan kedepan (surgawi) dan sekarang mereka bisa bersikap lebih bersabar terhadap sesuatu hal.62 Tarekat ini sesungguhnya adalah pelajaran menjaga hati untuk menata diri kita sendiri dari ego supaya tidak mencuat keluar, dan untuk sekarang pengaruh yang dirasakan dari menjaga hati itu, yaitu lebih bisa bersikap sabar terhadap apapun, lebih ikhlas dan bisa lebih mencintai sesama.63 Hidup juga menjadi lebih berwarna, karena yang diajarkan dalam tarekat ini adalah cinta, maka yang kita 60
Wawancara pribadi dengan Syahdan di zawiyah Cinere, pada tanggal 15 Juni 2008. Wawancara pribadi dengan Sugiarto di zawiyah Cinere, pada tanggal 15 Juni 2008. 62 Wawancara pribadi dengan Micky di zawiyah Cinere, pada tanggal 15 Juni 2008. 63 Wawancara pribadi dengan Meni di zawiyah Cinere, pada tanggal 15 Juni 2008. 61
44
curahkan adalah cinta dan kasih sayang. Hidup juga menjadi lebih damai tenang dan berarti karena semuanya itu jadi lebih indah. Syaikh Nazim juga mengajarkan untuk berpikiran positif maka semua yang kita lihat itu menjadi indah. Karena suatu hal apapun kalau kita lihat dari hal yang positif insya Allah akan ikut positif juga.64 Mereka tidak hanya melakukan ibadah lahir yang telah di tetapkan oleh syariat, seperti shalat, puasa maupun menunaikan ibadah haji. Namun mereka juga melakukan ibadah batin yaitu dengan mengamalkan ajaran-ajaran tarekat, seperti berdzikir dan lain-lain. Akan tetapi dzikir ini bukan suatu kewajiban karena sekarang kita berada di zaman modern, dan banyak orang yang sibuk dengan kesibukannya masingmasing, dan tidak mempunyai cukup waktu untuk melaksanakan dzikir tersebut. Sehingga Syaikh Nazim tidak pernah mempermasalahkan seberapa banyak dan lama dzikir yang akan mereka lakukan. Akan tetapi jika kita mempunyai waktu untuk melakukannya, baik itu siang, sore, malam ataupun subuh, maka akan baik sekali. Karena dengan melakukan dzikir kita seperti menyemir hati hingga hati kita menjadi baik dan bersih. Bagi yang ingin menjadi ikhwan tarekat tidak ada persyaratan khusus kecuali Islam dan baliqh. Dengan kedua syarat tersebut seseorang bisa di bai’at untuk menjadi ikhwan tarekat. Karena bagi Syaikh Nazim jika ada yang ingin masuk ke dalam tarekat ini mereka akan langsung di bai’at oleh Syaikh Nazim sendiri. Beda dengan zaman dulu, jika kita ingin masuk ke dalam satu tarekat dan ingin di bai’at kita harus melakukan amalan-amalan tertentu. Setelah mereka di bai’at, mereka mendapatkan bimbingan khusus secara spiritual yang di bimbing langsung oleh Syaik Nazim. Karena pada saat orang itu sudah dibai’at, beliau 64
Wawancara pribadi dengan Wike di zawiyah Cinere, pada tanggal 15 Juni 2008.
45
menganggap orang itu sebagai keluarga dan akan beliau rawat melebihi orang tuanya sendiri. Bagi Syaikh Nazim, murid yang sesungguhnya dalam tarekat Naqsybandi Haqqani ini adalah sahabat, penolong dan pendukung dari setiap pembela Sayyidina Muhammad saw., dan adalah tugasnya untuk bersahabat dan berasosiasi dengan para pembela seperti itu karena mereka berada pada jalan Mawlana, tak peduli apakah mereka Naqsybandi atau bukan. Telah berkata yang mempunyai Tarekat: ”Thariqatush Shuhba Wal Khairu Fil Jami’iyyah; Tarekat kita adalah persahabatan (kebersamaan) dan kebaikan berada dalam kebersamaan”. Tarekat ini bisa dibilang adalah tarekat yang sangat moderat. Moderat dalam arti orang yang masuk ke dalam tarekat ini latar belakangnya beragam dan sangat umum. Dan sampai sejauh ini, tidak pernah ada hambatan dalam berkembangnya tarekat Naqsybandi Haqqani di Jakarta, sehingga sampai sekarang jumlah murid (jama’ah) tarekat ini terus bertambah. Dan mereka dari berbagai kalangan baik itu elit politik; kepala negara, pejabat. Kaum intelektual; tokoh Agama, Kyai dan para santri pesantren, serta mahasiswa/mahasiswi. Masyarakat awam; pedagang, petani, pengangguran dan lain-lain. Tarekat ini juga di kenal dengan profil yang baik, sehingga tidak pernah ada predikat sebagai aliran sesat, terlebih jika kita melihat profil Syaikh Nazim.dan di negara-negara non-Muslim pun kita sangat dihormati. Untuk melaksankan dzikir atau amalan-amalan tarekat Naqsybandi Haqqani biasanya dilaksanakan setiap malam jum’at seminggu sekali, setelah Isya dan dilanjutkan dengan membaca dzikir kurang lebih satu atau setengah jam,
46
setelah melaksanakan dzikir biasanya ada ceramah atau hanya dzikir, karena orang yang mempunyai kapasitas untuk memberikan ceramah atau nasehatnasehat terbatas. Ada yang hanya untuk memimpin dzikir, dzikir dan memberikan bai’at, ataupun ketiga-tiganya. Karena jika mereka tidak mempunyai kapasitas untuk melakukan ketiganya mereka tidak akan di izinkan untuk memberikan ceramah ataupun memberikan bai’at. Sedangkan untuk jamaah yang datang ke dalam zawiyah tersebut sangat berfariatif, antara 100-200 orang secara rutin. Tetapi kadang-kadang karena kesibukan masing-masing jama’ah mereka bisa datang, bisa pula tidak datang dalam minggu-minggu yang telah ditentukan, dan kadang selalu ada saja orang baru. Karena pengajian ini bersifat terbuka, dan walaupun mempunyai lebel tarekat Naqsybandi Haqqani, masyarakat umum pun boleh mengikuti kegiatan ini. Sedangkan sikap ikhwan/akhwat terhadap masyarakat yang bukan pengikut tarekat dalam kehidupan bermasyarakat, menganggap mereka semua sama, sama-sama makhluk ciptaan Allah. Dan pastinya ada saja yang beranggapan bahwa tarekat ini sesat atau apapun, dan jika ada tanggapan yang negatif tidak akan dihiraukan, mereka (akhwat/ikhwan) hanya bisa bersabar, karena jika tidak bersabar takutnya akan menjadi perdebatan dengan mereka yang kontra. Nabi Muhammad saw. Pernah bersabda ”ada seseorang yang beriman tetapi menjadi tidak beriman karena sering berdebat” jadi saya hanya bisa mendoakan supaya orang itu di berikan kepahaman. Jadi walaupun ada yang pro dan kontra, tetapi bagi akhwat/ikhwan tarekat selagi mereka tidak berbuat yang aneh-aneh, mereka tidak akan memikirkan pendapat mereka yang kontra. Yang penting mereka tunjukan dengan mengikuti
47
dzikir di zawiyah ini insya Allah segala tingkah laku menjadi lebih baik dan cara berfikir lebih lurus. Di dalam kehidupan bermasyarakat Syaikh Nazim selalu mengajarkan untuk saling berinteraksi satu sama lain baik itu yang pro dengan tarekat ataupun yang
kontra.
Maulana
Syaikh
Nazim
juga
mengajarkan
untuk
tidak
mempermasalahkan keyakinan, karena keyakinan itu adalah suatu hal yang diberikan oleh Allah SWT untuk masing-masing pribadi bukan untuk di argumenkan ataupun di adu tetapi untuk dijalankan dengan keyakinannya masingmasing. Karena keyakinan apa pun asal dilakukan dengan yakin insya Allah akan bertemu di titik yang sama yaitu Allah.65 Dan dengan empat prinsip yang sangat di hormati Syaikh Nazim yaitu; cinta, saling menghormati, rendah hati, dan ikhlas. Syaikh Nazim berusaha membawa ke-empat prinsip itu ke dalam kehidupan bermasyarakat baik muslim maupun non-muslim. Sikap toleran inilah yang menjadi salah satu kunci keberhasilan perkembangan tarekat Naqsybandi Haqqani.66
65
Wawancara pribadi dengan Dewi Noli di zawiyah Cinere, pada tanggal 15 Juni 2008. 66 Wawancara Pribadi dengan Abdurrauf Kurniadi (Sekretaris I) di Yayasan Haqqani Indonesia, pada tanggal 18 Februari 2008
48
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang bermula dari literatur-literatur sederhana,
uraian-uraian
(deskripsi)
dan
analisis
tentang
berdiri
dan
berkembangnnya tarekat Naqsybandi Haqqani di Jakarta tersebut dapat disimpulkan bahwa tarekat Naqsybandi Haqqani merupakan cabang dari tarekat Naqsyabandiah yang di dirikan oleh Muhammad bin Baha’uddin al-Uwaisi alBukhari dan berantai hingga Syaikh Muhammad Nazim al-Haqqani sehingga tarekat ini di namakan dengan tarekat Naqsybandi Haqqani di Cyprus, Turki. Dan dari Cyprus inilah tarekat ini berkembang di seluruh dunia. Adapun tarekat Naqsybandi Haqqani yang di kembangkan di Jakarta di bawa oleh Syekh Muhammad Hisham Kabbani, beliau adalah khalifah yang di tunjuk untuk menyebarkan ajaran tarekat Naqsybandi Haqqani di Amerika. Di sana beliau bertemu dengan orang muslim Indonesia yang tertarik dengan ajaran tarekat Naqsybandi Haqqani. Sehingga Syaikh Nazim menugaskan Syaikh Hisham untuk menyebarkan luaskan ajaran tarekat Naqsybandi Haqqani di Indonesia. Dan dalam perkembangannya tarekat Naqsybandi Haqqani ini berjalan dengan baik dan pengikutnya sangat banyak, tetapi tidak dapat digambarkan atau di sebutkan dengan angka yang pasti karena belum di lakukan pendataan, yang pasti jumlahnya di perkiraan sekitar ratusan ribu orang, yang berasal bukan hanya
49
di daerah Jakarta saja tetapi juga di luar Jakarta. Dan semuanya itu berada di bawah naungan Yayasan Haqqani Indonesia, yang dipimpin langsung oleh ketua dan tetap di bawah kontrol seorang Mursyid. Sedangkan untuk ajaran yang dikembangkan tarekat Naqsybandi Haqqani ini meliputi dzikir Mubtadi (dzikir harian untuk pemula), dzikir Ahlul ’Azim (dzikir harian untuk tingkat mapan atau dzikir untuk menghidupkan Ashrar ”qalbu paling dalam”), serta dzikir Khatm Khwajagan. Adapun silsilah tarekat adalah bersambung sampai Rasulullah SAW, sehingga layak dikategorikan sebagai tarekat yang diakui kebenarannya dan boleh diikuti oleh semua kaum muslimin.
B. Saran Untuk lembaga pengawasan tarekat yang ada, sebaiknya bekerja sama dengan instansi pemerintah, perguruan tinggi Islam,dan Ormas Islam. Secara aktif menyelenggarakan kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan tarekat Naqsybandi Haqqani, serta di publikasikan dan di sebarluaskan kepada masyarakat luas.
50
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Taufik, et. al. Ensiklopedi Tematis Dunia Islam (Ajaran) Vol. 3. Jakarta: Ihtiar Baru Van Hoeve, 2002. _ _ ,, _ _ Ensiklopedi Tematis Dunia Islam (Dinamika Masa Kini) Vol. 6. Jakarta: Ihtiar Baru Van Hoeve, 2002. Abdurrahman, Dudung. Metode Penelitian Sejarah. Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1992. Cet. II. Aceh, Abubakar. Pengantar Ilmu Tarekat: Uraian Tentang Mistik. Solo: Ramadhani, 1986. Anwar, C. Ramli Bihar. Bertasawuf Tanpa Tarekat Aura Tasawuf Positif. Jakarta: Ilman dan Hikmah, 2002. Aqib, Kharisudin. Al-Hikmah Memahami Teosofi Tarekat Qadiriyah Wa Naqsyabandiyah. Surabaya: Dunia Ilmu, 2000, cet. Revisi. Bruinessen, Martin Van. Tarekat Naqsyabandiah di Indonesia, Survei Historis, Geografis dan Sosiologis. Bandung: Mizan, 1992. Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam. Ensiklopedi Islam Vol 4. Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve, 1977. Dhofier, Zamakhsyari. Tradisi Pesantren Suatu Studi Tentang Pandangan Hidup Kiai. Jakarta: LP3ES, 1985. Ernst, Carl W. Ajaran dan Amaliah Tasawuf; Sebuah Pengantar. Yogyakarta: Pustaka Sufi, 2003.
51
Esposito, John L.. Ensiklopedi Oxfort Dunia Islam Modern vol. 3. Jakarta: Mizan, 2001. _ _ ,,_ _ Ensiklopedi Oxfort Dunia Islam Modern vol. 5. Jakarta: Mizan, 2001. Glasse, Cyril. Ensiklopedi Islam (Ringkas). Jakarta: RajaGrafindo Persada, 1999. Hamka. Tasawuf Perkembangan dan Pemurniannya. Jakarta: Pustaka Panjimas, 1984. IAIN Sumatera Utara. Pengantar Ilmu Tasawuf. Sumatera Utara 1981/1982. Lewishon, Leonard. Et. al. Warisan Sufi, Warisan Sufisme Persia Abad Pertengahan (1150-1500). Jogyakarta: Pustaka Sufi, 2003. Mahlan. Sejarah Timbulnya Tarekat (Paper Wajib Peserta Studi Purna Sarjana Dosen-Dosen IAIN Seluruh Indonesia, Thn. 1974/75). Yogyakarta. Mulyati, Sri. Dkk.. Mengenal dan Memahami Tarekat-Tarekat Muktabarah di Indonesia. Jakarta: Kencana, 2005. Musa, Abdurrahman. Tarekat-Tarekat Penting (Paper Wajib Peserta Studi Purna Sarjana
Dosen-Dosen
IAIN
Seluruh
Indonesia,
Thn.1974/75).
Yogyakarta. Nasuhi, Hamid, dkk. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, Disertasi). Jakarta: CeQDA, UIN, 2007. Nasution, Harun. Et. al. Ensiklopedi Tematis Dunia Islam Vol. 3. Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve, 2002. _ _ ,, _ _ Falsafah dan Mistisisme dalam Islam. Jakarta: Bulan Bintang, 1963. Nata, Abuddin. Akhlak tasawuf. Jakarta: RajaGarafindo Persada, 2003. Noer, Deliar. Gerakan Modern Dalam Islam di Indonesia 1900-1942. Jakarta: LP3ES, 1990.
52
Said, A. Fuad. Hakikat Tarikat Naqsyabandiah. Jakarta: Al-Husna Zikra, 1996. Shadily, Hassan. Ensiklopedi Indonesia Vol. 4. Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve, 1984. Shihab, Alwi. Membedah Islam di Barat–Menepis Tudingan Meluruskan Kesalahpahaman. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2004. Siregar, Rivay. Tasawuf dan Sufisme Klasik ke Neo Sufisme. Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2002. Sunarto, Musyrifah. Sejarah Peradaban Islam Indonesia. Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2005. Syamsuddin, Chumaidy. Organisasi Tarekat dan Pengaruhnya (Paper Wajib Peserta Studi Purna Sarjana Dosen-Dosen IAIN Seluruh Indonesia, Thn. 1974/75). Yogyakarta. Thohir, Ajid. Gerakan Politik Kaum Tarekat; Telaah Historis Gerakan Politik Anti Kolonialisme Tarekat Qadiriyah-Naqsyabandiyah di Pulau Jawa, Pustaka Hidayah, 2002. Valiuddin, Mir. Zikir dan Kontemplasi dalam Tasawuf. Bandung: Pustaka Hidayah, 1997. Ya’qub, Hamzah. Tashauf dan Taqarrub: Tingkat Ketenangan dan Kebahagiaan Muslim. Bandung: Pustaka Madya, 1987. Yayasan Haqqani Indonesia. Ahl Haq Vol. 4. Jakarta, t.t. Yayasan Haqqani Indonesia. Amalam Shalat Harian, t.t. Yayasan Haqqani Indonesia. Profil Yayasan Haqqani Indonesia. Jakarta: PT. Jayakarta Agung Offset, t.t. Zahri, Mustafa. Kunci Memahami Ilmu Tasawuf. Surabaya: Bina Ilmu, 1995.
53
Rujukan Dokumentasi Wawancara pribadi dengan Abdurrauf Kurniadi (Sekretaris I) di Yayasan Haqqani Indonesia, pada tanggal 18 Februari 2008. Wawancara pribadi dengan Syahdan di zawiyah Cinere, pada tanggal 15 Juni 2008. Wawancara pribadi dengan Sugiarto di zawiyah Cinere, pada tanggal 15 Juni 2008. Wawancara pribadi dengan Micky di zawiyah Cinere, pada tanggal 15 Juni 2008. Wawancara pribadi dengan Meni di zawiyah Cinere, pada tanggal 15 Juni 2008. Wawancara pribadi dengan Wike di zawiyah Cinere, pada tanggal 15 Juni 2008. Wawancara pribadi dengan Ela di zawiyah Cinere, pada tanggal 15 Juni 2008. Wawancara pribadi dengan Dewi Noli di zawiyah Cinere, pada tanggal 15 Juni 2008.
Rujukan Internet
[email protected].
54
Pedoman Wawancara
1. Apakah perbedaan antara tarekat Naqsybandi Haqqani ini dengan tarekat Naqsybandi yang di dirikan oleh Syaikh Bahauddin Naqsybandi? 2. Kenapa dinamakan tarekat Naqsybandi Haqqani? 3.
Apa saja amalan yang diajarkan tarekat Naqsybandi Haqqani?
4. Di dalam profil yayasan ada pengertian Manaqib, apa yang di maksud dengan manaqib? 5. Juga ada Kitab Dalail al-Khayrat, apakah ini kitab pegangan bagi pengikut tarekat Naqsybandi Haqqani dan apa isi dari kitab tersebut? 6. Apakah Khalwat/suluk juga di amalkan dalam tarekat ini? Jika ya apakah wajib? 7. Apakah Muraqabah/Meditasi/Rabithah dianjurkan dalam amalan tarekat ini? 8. Dalam cahaya pagi di tulis bahwa Syaikh nazim selain mursyid tarekat Naqsybandi Haqqani juga menjadi mursyid tarekat Qadiriah, Syadziliyah, Chisti’iah, Kubrawiyah dan Suhrawardiah. Apakah bisa dijelaskan kenapa Syaikh Nazim bisa menjadi mursyid selain tarekat Naqsybandi Haqqani? 9. Di situ juga di tulis bahwa Syaikh Nazim sangat tangguh dalam menghadapi infiltrasi sekularisme, apakah bapak bisa menjelaskannya? 10. Selain bergerak dalam bidang keagamaan apakah tarekat ini juga bergerak dalam bidang politik, ekonomi dan lainnya?
55
Lampiran 7 Pedoman Wawancara II
2. Apa pekerjaan Bapak? 3. Dari mana Bapak mengetahui dan mengenal tarekat Naqsybandi Haqqani? 4. Kapan tepatnya Bapak masuk ke dalam tarekat ini dan apa yang menyebabkan Bapak masuk dalam tarekat ini? 5. Apa pengaruh yang Bapak rasakan setelah menjadi ikhwan tarekat? 6. Berapakah orang yang hadir dalam pengajian rutin ini? 7. Siapakah yang memberikan ceramah dalam pengajian ini? 8. Apa sajakah materi yang di sampaikan dalam pengajian rutin ini? 9. Selain berdzikir kegiatan apa lagi yang dilakukan yang berhubungan dengan tarekat ini? 10. Bagaimanakah sikap Bapak terhadap masyarakat yang bukan pengikut tarekat dalam kehidupan bermasyarakat?
56
Lampiran 9 Data Hasil Wawancara II
Nama : Syahdan Jabatan: Murid Alamat : Zawiyah Cinere Waktu : 15 Juni 2008
1. Apa pekerjaan Bapak? Jawab: Saya mahasiswa semester VI di Universitas Pelita Harapan. 2. Dari mana Bapak mengetahui dan mengenal tarekat Naqsybandi Haqqani? Jawab: Saya mengetahui tarekat ini dari internet. 3. Kapan tepatnya Bapak masuk ke dalam tarekat ini dan apa yang menyebabkan Bapak masuk dalam tarekat ini? Jawab: Saya masuk ke dalam tarekat ini tepatnya pada tahun 2007. Pada awalnya saya mencari tentang Jalaludin Rumi, karena saya tertarik dengan tarian Wirling Darwis (tarian berputar). Setelah mencari-cari akhirnya saya menemukan tarian Whirling Darwis yang notabennya ada di dalam tarekat Naqsybandi Haqqani ini. Dan saya di bai’at oleh Syaikh Barkah. 4. Apa pengaruh yang Bapak rasakan setelah menjadi ikhwan tarekat?
57
Jawab: Setelah ikut ke dalam tarekat ini, saya merasa menjadi diri saya sendiri. Jika dulu saya shalat ke masjid karena paksaan dan gengsi, maka sekarang saya shalat karena ingin bertemu dengan Allah 5. Berapakah orang yang hadir dalam pengajian rutin ini? Jawab: Jamaah yang hadir dalam pengajian rutin ini mencapai 200 orang, karena di dalam zawiyah ini ada yang menetap dan jumlahnya kirakira 100 orang. 6. Siapakah yang memberikan ceramah dalam pengajian ini? Jawab: Yang memberikan ceramah di pengajian ini adalah Syaikh Barkah atau Syaikh Zulfikar. Mereka dipilih oleh Syaikh Hisham sebagai spiritual gayden (penuntun spiritual) 7. Apa sajakah materi yang di sampaikan dalam pengajian rutin ini? Jawab: Materi yang disampaikan dalam pengajian ini bisa bermacam-macam, misalkan mengenai masalah pribadi seseorang yang secara tidak langsung bisa menjadi wejangan untuk umum. Ataupun dari sohbet (eramah) Syaikh Nazim maupun Syaikh Hisham. 8. Selain berdzikir kegiatan apa lagi yang dilakukan yang berhubungan dengan tarekat ini? Jawab: Di dalam Zawiyah ini ada kegiatan beladiri kendo, i kido, maupun membuat kerajinan tangan baik itu tasbih, kalung dan pernak-pernik lainnya. Di zawiyah ini juga band yang dinamakan band Haqqani Rabbani. 9. Bagaimanakah sikap Bapak terhadap masyarakat yang bukan pengikut tarekat dalam kehidupan bermasyarakat?
58
Jawab: Saya menganggap mereka sama dengan saya, sama-sama makhluk ciptaan Allah. Dan pastinya ada saja yang beranggapan bahwa tarekat yang saya masuki ini sesat atau apapun, tetapi saya tidak menanggapinya karena saya menganggap mereka belum mengetahui apa sebenarnya tarekat itu. Nama : Sugiarto Jabatan: Murid Alamat : Zawiyah Cinere Waktu : 15 Juni 2008
1. Apa pekerjaan Bapak? Jawab: Pekerjaan saya membantu apapun di zawiyah ini, karena saya tinggal di zawiyah ini. 2. Dari mana Bapak mengetahui dan mengenal tarekat Naqsybandi Haqqani? Jawab: Saya mengetahui tarekat ini dari saudara saya. 3. Kapan tepatnya Bapak masuk ke dalam tarekat ini dan apa yang menyebabkan Bapak masuk dalam tarekat ini? Jawab: Saya masuk ke tarekat ini pada tahun 2007 alasan saya masuk ke tarekat ini karena memang sedang mencari guru yang dapat membimbing saya untuk lebih dekat dengan tuhan. Dan saya di bai’at oleh Syaikh Zulfikar. 4. Apa pengaruh yang Bapak rasakan setelah menjadi ikhwan tarekat? Jawab: Semua yang saya kerjakan terasa lebih enak, karena semua dikerjakan dengan rasa cinta. Kalau kita sudah mengenal sesuatu dan kita
59
mencintainya
pasti
kita
akan
melakukan
apapun
untuk
mendapatkannya. 5. Berapakah orang yang hadir dalam pengajian rutin ini? Jawab: Jamaah yang hadir di zawiyah ini bisa mencapai 200 orang karena jamah yang hadir bisa dari zawiyah mana saja. 6. Siapakah yang memberikan ceramah dalam pengajian ini? Jawab: Yang memberikan ceramah di pengajian ini adalah Syaikh Barkah atau Syaikh Zulfikar. 7. Apa sajakah materi yang di sampaikan dalam pengajian rutin ini? Jawab: Materi yang di sampaikan dalam pengajian ini biasanya dari Subhah Syaikh Nazim atau Syaikh Hisham 8. Selain berdzikir kegiatan apa lagi yang dilakukan yang berhubungan dengan tarekat ini? Jawab: setiap ada pengajian rutin biasanya kita mengadakan pengumpulan dana untuk anak-anak yatim dan kegiatan amal lainnya. 9. Bagaimanakah sikap Bapak terhadap masyarakat yang bukan pengikut tarekat dalam kehidupan bermasyarakat? Jawab: saya menganggap kita semua bersaudara dan jika ada tanggapan yang negatif tidak akan saya hiraukan karena pada jaman dulu saja Nabi Muhammad saw. Dalam membawa ajaran Islam sering di lempari batu apalagi di jaman ini. Yang penting kita melihat diri kita sendiri, apakah sudah benar atau tidak.
60
Nama : Micky Jabatan: Murid Alamat : Zawiyah Cinere Waktu : 15 Juni 2008
1. Apa pekerjaan Bapak? Jawab: Pekerjaan saya di sini ikut bergabung dengan band Haqqani Rabbani yang ada di zawiyah ini. 2. Dari mana Bapak mengetahui dan mengenal tarekat Naqsybandi Haqqani? Jawab: saya mengenal tarekat ini awalnya tahu dari teman saya yang sudah menjadi murid. Ketika saya diajak untuk mengikuti pengajian, saya merasa tertarik hingga akhirnya sayapun masuk ke dalam tarekat ini. Saya sendiri di Bai’at oleh Barkah. 3. Kapan tepatnya Bapak masuk ke dalam tarekat ini dan apa yang menyebabkan Bapak masuk dalam tarekat ini?
61
Jawab: saya masuk ke dalam tarekat ini sejak tahun 2007 dan yang menyebabkan saya masuk ke tarekat ini karena ada perasaan nyaman, enak dan tenang ketika saya mengikutu pengajian ini. 4. Apa pengaruh yang Bapak rasakan setelah menjadi ikhwan tarekat? Jawab: Awalnya saya mementingkan urusan duniawi dan sikap saya bisa di bilang brutal, tetapi setelah saya ikut tarekat ini saya mulai memikirkan tentang kehidupan saya kedepannya dan sekarang saya bisa bersikap lebih bersabar terhadap sesuatu hal. 5. Bagaimanakah sikap Bapak terhadap masyarakat yang bukan pengikut tarekat dalam kehidupan bermasyarakat? Jawab: saya menganggap mereka semua sama, tidak pernah menganggap diri saya lebih baik dari mereka. Karena Nabi Muhammad saw. Tidak pernah mengajarkan seperti itu. Dan jika ada tanggapan yang negatif terhadap saya, saya hanya bisa bersabar, karena jika tidak bersabar takutnya akan menjadi perdebatan dengan mereka. Nabi Muhammad saw. Pernah bersabda ”ada seseorang yang beriman tetapi menjadi tidak beriman karena sering berdebat” jadi saya hanya bisa mendoakan supaya orang itu di berikan kepahaman.
62
Nama : Meni Jabatan: Murid Alamat : Zawiyah Cinere Waktu : 15 Juni 2008
1. Apa pekerjaan Ibu? Jawab: Saya seorang ibu rumah tangga 2. Dari mana Ibu mengetahui dan mengenal tarekat Naqsybandi Haqqani? Jawab: Pada awalnya suami saya mengikuti tabliq dan juga sedang dalam proses pencarian, kemudian bertemulah suami saya dengan Syaikh Doni hingga diapun ikut ke dalam tarekat ini kemudian mengajak saya ikut serta.
63
3. Kapan tepatnya Ibu masuk ke dalam tarekat ini dan apa yang menyebabkan Bapak masuk dalam tarekat ini? Jawab: Saya sudah 5 tahun ikut dalam tarekat ini. Saya di Bai’at oleh Syaikh Abu Tufail dan Syaikh Hisham. 4. Apa pengaruh yang Ibu rasakan setelah menjadi ikhwan tarekat? Jawab: tarekat ini sesungguhnya adalah pelajaran menjaga hati untuk menata diri kita sendiri dari ego supaya tidak mencuat keluar, dan untuk sekarang pengaruh yang saya rasakan dari menjaga hati itu, saya lebih bisa bersikap sabar terhadap apapun, lebih ikhlas dan bisa lebih mencintai sesama 5. Bagaimanakah sikap Ibu terhadap masyarakat yang bukan pengikut tarekat dalam kehidupan bermasyarakat? Jawab: biasa saja karena kita semua sama di mata Allah SWT.
Nama : Wike Jabatan: Murid Alamat : Zawiyah Cinere Waktu : 15 Juni 2008
1. Apa pekerjaan Ibu? Jawab: Saya seorang ibu rumah tangga 2. Dari mana Ibu mengetahui dan mengenal tarekat Naqsybandi Haqqani? Jawab: kebetulan suami saya teman pimpinan zawiyah ini yaitu Syaikh Abu Tufail, sehingga diapun ikut ke dalam tarekat ini kemudian mengajak saya ikut serta.
64
3. Kapan tepatnya Ibu masuk ke dalam tarekat ini dan apa yang menyebabkan Bapak masuk dalam tarekat ini? Jawab: Saya baru 1 tahun ikut dalam tarekat ini. Saya di Bai’at oleh Syaikh Abu Tufail. 4. Apa pengaruh yang Ibu rasakan setelah menjadi ikhwan tarekat? Jawab: Hidup saya menjadi lebih berwarna, karena yang diajarkan dalam tarekat ini adalah cinta, maka yang kita curahkan adalah cinta dan kasih sayang. Hidup juga menjadi lebih damai tenang dan berarti karena semuanya itu jadi lebih indah. Syaikh Nazim juga mengajarkan untuk berpikiran positif maka semua yang kita lihat itu menjadi indah. Karena suatu hal apapun kalau kita lihat dari hal yang positif insya Allah akan ikut positif juga. 5. Bagaimanakah sikap Ibu terhadap masyarakat yang bukan pengikut tarekat dalam kehidupan bermasyarakat? Jawab: Saya menganggap mereka sama, karena kita semua sama di mata Allah SWT.
Nama : Ela Jabatan: Murid Alamat : Zawiyah Cinere Waktu : 15 Juni 2008
1. Apa pekerjaan Ibu? Jawab: Saya seorang ibu rumah tangga 2. Dari mana Ibu mengetahui dan mengenal tarekat Naqsybandi Haqqani? Jawab: Saya mengenal tarekat ini dari teman.
65
3. Kapan tepatnya Ibu masuk ke dalam tarekat ini dan apa yang menyebabkan Bapak masuk dalam tarekat ini? Jawab: Saya baru 3 bulan ikut dalam tarekat ini. Awalnya saya bermimpi dan ketika saya sampai di zawiyah ini ternyata mimpi itu sama persis dengan kejadian yang saya alami, mungkin juga karena saya sudah di gariskan masuk ke dalam tarekat ini. Saya di Bai’at oleh Syaikh Abu Tufail. 4. Apa pengaruh yang Ibu rasakan setelah menjadi ikhwan tarekat? Jawab: merasa tenang dan Ikhlas. 5. Bagaimanakah sikap Bapak terhadap masyarakat yang bukan pengikut tarekat dalam kehidupan bermasyarakat? Jawab: Biasa saja, walaupun ada yang pro dan kontra tetapi bagi saya selagi saya tidak berbuat yang aneh-aneh, saya tidak memikirkan pendapat mereka. Yang penting aya tunjukan dengan saya mengikuti dzikir di zawiyah ini insya Allah tingkah laku saya menjadi lebih baik dan cara berfikir saya lebih lurus.
Nama : Dewi Noli Jabatan: Murid Alamat : Zawiyah Cinere Waktu : 15 Juni 2008
1. Apa pekerjaan Ibu?
66
Jawab: Saya sekretaris di sebuah perusahaan swasta 2. Dari mana Ibu mengetahui dan mengenal tarekat Naqsybandi Haqqani? Jawab: Saya mengenal tarekat ini dari suami saya. 3. Kapan tepatnya Ibu masuk ke dalam tarekat ini dan apa yang menyebabkan Bapak masuk dalam tarekat ini? Jawab: Saya baru 3 tahun ikut dalam tarekat ini. Saya di Bai’at oleh Syaikh Barkah. Awalnya saya tidak tahu kalau ini adalah tarekat, karena pada saat itu saya sedang belajar tentang Islam, jadi saya mengucapkan Syahadat di zawiyah ini. 4. Apa pengaruh yang Ibu rasakan setelah menjadi ikhwan tarekat? Jawab: Enak. Pada awalnya saya merasa seperti anak yang kabur dari rumah dan kehilangan arah tujuan, tetapi tanpa saya sadari orang tua saya memperhatikan saya dari jauh dan pada saat saya tidak mempunyai uang untuk makan, orang tua saya memberikan uang melalui orang lain dan pada akhirnya mereka menuntun saya untuk kembali ke rumah. Jadi ya saya seperti menemukan keluarga lama yang sudah tidak pernah bertemu. 5. Bagaimanakah sikap Ibu terhadap masyarakat yang bukan pengikut tarekat dalam kehidupan bermasyarakat? Jawab: Salah satu hal yang saya dapat di sini adalah semua makhluk diciptakan Allah SWT. Karena kita ini mempenyai tugas masingmasing.
Maulana
Syaikh
Nazim
mengajarkan
untuk
tidak
mempermasalahkan keyakinan, karena keyakinan itu adalah suatu hal yang diberikan oleh Allah SWT untuk masing-masing pribadi buakn
67
untuk di argumenkan ataupun di adu tetapi untuk dijalankan dengan keyakinannya masing-masing. Karena keyakinan apa pun asal dilakukan dengan yakin insya Allah akan bertemu di titik yang sama yaitu Allah.
Lampiran 10
Struktur Organisasi dan Pengurus Tarekat Naqsybandi Haqqani di Jakarta:
68
Mursyid
: Syaikh Muhammad Nazim al-Haqqani
Khalifah
: Syaikh Muhammad Hisham Kabbani
Ketua umum
: H. Soenarto
Ketua Harian : Ahmad Rizal Tarigan WK Harian
: Sulistyo Buddy Rakhmadi
Sekretaris I
: Abdurrauf Kurniadi
Sekretaris II
: Miftah
Bendahara I
: Utje Mustari
Bendahara II : Melza
Seksi-Seksi Humas
: Iswandi
Publikasi
: Verdino
Publikasi Web : Ade Ihsan, Erawan Dokumentasi
: Rifat Ali, Gege, Gatra, Rakhmat
Pendanaan
: Ermita Claudya, Tempa Imandala
Perizinan
: Haryanto
Merchandise
: Muhammad Hidayat
Konsumsi
: Fakhrul Rizal, Ace, Dewi, Ria, Enny, Vi
Transportasi
: Jon Afrizal, Ahmad Dipo Tarigan
Umum
: Heri Kuswoyo, Syarief, Muhammad Jamiel, Nashran, Mahda, Aptie
Kesehatan
: Ika Nurillah
69