1.1.
.
Latar Belakang
Pinus merkusii Jungh. et
de Vriese
merupakan
salah
satu jenis pohon utama asli Indonesia yang disarankan ditanam pada pembangunan Hutan Tanaman Industri (HTI). Jenis tanaman ini di samping dapat menghasilkan kayu untuk bahan bangunan, bahan korek api, terpentin dan gondorukem, terutama dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan pulp I
untuk menghasilkan kertas. Lokasi Pembangunan HTI diutamakan pada lapangan yang berupa tanah kosong, padang alang-alang, semak belukar, dan hutan-hutan Menghadapi
tidak produktif
lokasi marginal
(Mangundikoro, 1984).
demikian,
berkualitas tinggi agar P. merkusii
diperlukan semai
mampu tumbuh normal.
Pembangunan HTI yang berimplikasi dengan penanaman pohon sejenis pada skala luas, menuntut tersedianya bibit berkualitas tinggi dalam jumlah yang cukup.
Serangan pa-
togen lodoh dapat-merupakan satu di antara beberapa penyebab utama berkurangnya
jumlah semai yang
Intensitas serangan lodoh sangat
disediakan.
bervariasi dan dapat
mencapai 100% (Suharti, Hardi dan Rianto, 1991). Perlindungan semai P. merkusii terhadap patogen lodoh dapat terjadi melalui faktor semainya sendiri, dalam ha1 ini berkaitan dengan ketahanan, ataupun melalui manipulasi
kondisi lingkungan.
Fenomena di lapangan menunjukkan bah-
wa ketahanan semai P. merkusii terhadap penyakit lodoh mqkin meningkat dengan bertambahnya umur.
Perubahan sifat
yang terjadi secara alami dengan bertambahnya umur tersebut diduga berkaitan dengan peningkatan ketahanan semai terhadap penyakit lodoh.
Meskipun demikian belum dila-
porkan mekanisme yang mungkin mendasari makin tahannya semai terhadap penyakit lodoh sejalan dengan bertambahnya umur
. Kemampuan untuk menghambat serangan patogen dapat
meningkatkan ketahanan semai.
Agrios (1988) mengemukakan
bahwa patogen menyerang inang dengan melibatkan beberapa mekanisme, seperti tekanan mekanik, senjata kimia yang dapat berupa enzim atau toksin, atau zat pengatur tumbuh. Selanjutnya Agrios (1988) mengemukakan keterlibatan enzimenzim
pektolitik,
selulolitik, dan
proteolitik
proses infeksi penyakit lodoh tipe lodoh benih.
dalam
Mekanisme
serangan patogen,lodoh tipe lodoh pangkal batang pada semai P. merkusii belum dilaporkan.
Meskipun demikian me-
kanisme serangan tersebut dapat diduga dari gejala yang muncul, karena menurut Bateman dan Basham (1976), tipe gejala penyakit dan sifat alami patogen dapat menggambarkan secara umum mekanisme serangan yang terjadi.
Oleh karena
patogen
diperlukan,
itu
pengetahuan
mekanisme serangan
karena dapat dimanfaatkan untuk memanipulasi semai agar ketahanannya meningkat. Perlindungan semai P. merkusii melalui manipulasi faktor lingkungan dapat dilakukan dengan pengendalian patogen secara hayati.
Penerapan pengendalian hayati bagi
patogen tumbuhan akhir-akhir ini mendapat perhatian besar. Pengendalian hayati meskipun tampaknya tidak seefektif pengendalian secara kimiawi, tetapi hasilnya dapat berjangka panjang, bahkan permanen, dan tidak mengakibatkan polusi atau gangguan bagi kesehatan manusia dan hewan, sehingga
secara ekonomi cukup kompetitif
terhadap cara
pengendalian yang lain (Bruehl, 1987). Pengendalian hayati dilakukan antara lain melalui introduksi antagonis yang dapat menghambat perkembangan patogen dan kolonisasinya pada rizosfer.
Penghambatan
tersebut terjadi melalui mekanisme antagonistik yang antara lain melibatkan peran enzim dan metabolit lain yang dihasilkan antagonis. Fungi mikoriza telah lazim dimanfaatkan untuk meningkatkan pertumbuhan semai P. merkusii (Manan, 1976).
Fungi
mikoriza juga dilaporkan mempunyai kemampuan antagonistik terhadap patogen (Marx, 1973).
Tang dkk.
(1988) mela-
porkan bahwa inokulasi Boletus sp., Gomphidius viscidus, dan Suillus greviellei mampu menekan serangan lodoh pada semai Pinus sp.
Chakravarty, Peterson dan Ellis (1991)
juga melaporkan kemampuan Paxillus involutus meningkatkan daya hidup semai Pinus resinosa bila ditumbuhkan secara in
vitro bersama-sama F. moniliforme atau F. oxysporum. Di Indonesia, Achmad (1991) melaporkan bahwa fungi mikoriza Rhizopogon sp. mampu menghambat patogen lodoh
Fusarium sp. dan Rhizoctonia sp. secara in vitro pada medium MMN.
Akan tetapi fungi mikoriza tersebut tidak
mampu melindungi semai P. merkusii dari serangan kedua patogen lodoh pada percobaan in vivo dengan teknik inokulasi langsung. porkan
Achmad dkk. (1994) selanjutnya juga mela-
ketidakmampuan fungi mikoriza Rhizopogon sp. dan
Scleroderma columnare melindungi secara hayati semai P. merkusii
dari patogen lodoh Pythium sp., Rhizoctonia sp.
dan Fusarium sp.
Oleh karena itu perlu dicari upaya lain
untuk mengisi fungsi perlindungan hayati tersebut dengan memanfaatkan fungi antagonis. Fungi antagonis Trichoderma sp. dan Gliocladium sp. dilaporkan mampu ,menghambat patogen lodoh (Boyce, 1961; Baker dan Cook, 1974).
Di Indonesia, upaya pengendalian
hayati penyakit lodoh pada P. merkusii yang disebabkan oleh Fusarium sp. , Pythium sp. dan Rhizoctonia sp. dengan menggunakan fungi antagonis Trichoderma sp. diteliti oleh Sudjud (1983). Hasilnya menunjukkan bahwa fungi antagonis mampu menghambat ketiga patogen lodoh tersebut.
Pemanfa-
atan lebih jauh fungi antagonis untuk mengendalikan secara
hayati penyakit lodoh pada P I merkusii belum dilaporkan kembali J
.
Perolehan informasi interaksi fungi patogen lodoh dan
fungi antagonis serta fungi mikoriza
secara in vitro
maupun in vivo pada semai P. merkusii merupakan langkah awal yang perlu dilakukan guna melihat kemungkinan pemanfaatan fungi antagonis untuk pengendalian hayati patogen lodoh tanpa mengganggu perkembangan dan asosiasi fungi mikoriza pada akar semai P. merkusii. Untuk memperoleh informasi yang mungkin dapat digunakan bagi pengembangan metode penanggulangan penyakit lodoh secara hayati pada P. merkusii,
dalam penelitian
ini
dipelajari mekanisme serangan patogen dan ketahanan inang sejalan dengan bertambahnya umur semai, serta pengendalian hayati penyakit lodoh. 1.2.
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian yang dilakukan adalah untuk mempe1)
lajari mekanisme serangan patogen lodoh, mekanisme ketahanan inang sejalan dengan bertambahnya umur semai P. merkusii, serta pengendalian hayati penyakit lodoh yang disebabkan oleh Fusarium oxysporum dan Rhizoctonia solani dengan memanfaatkan fungi antagonis yaitu Trichoderma barzianum
dan T. pseudokoningii.
1.3.
Hipotesis
Hipotesis yang diajukan pada penelitian ini adalah sgbagai berikut : 1. Serangan lodoh oleh F. oxysporum dan R. solani pada P.
nterkusii terjadi hanya pada periode umur tertentu. 2, Fungi patogen F. oxysporum dan R. solani menghasilkan
enzim
selulolitik dan pektolitik
serangan
sebagai mekanisme
.
3. Terdapat perubahan beraturan aktivitas peroksidase dan
polifenoloksidase serta kadar lignin sejalan dengan peningkatan ketahanan terhadap penyakit lodoh bersamaan dengan bertambahnya umur semai P o merkusii. 4. Secara in vitro, fungi antagonis T. harzianum dan T.
pseudokoningii dapat menekan perkembangan patogen lodoh F, oxysporum dan R. solani , akan tetapi tidak menekan perkembangan fungi mikoriza Rhizopogon sp. dan Sclero-
derma dictyosporum. 5. Fungi antagonis T. harzianum dan T
. pseudokoningii
da-
pat berperan sebagai pengendali hayati penyakit lodoh pada P. merkusii , 6. Secara in vivo, keberadaan fungi antagonis T. harzianum
dan T.
pseudokoningii tidak menghambat
pembentukan
mikoriza pada akar semai P. merkusii oleh Rhizopogon sp. dan Scleroderma dictyosporum.
1.4.
Kegunaan Hasil Penelitian
Bila fungi antagonis T. harzianum dan T. pseudokoni-
ngii terbukti dapat berperan melindungi semai P. merkusii dari serangan patogen lodoh tanpa mengganggu pembentukan mikoriza, maka hasil tersebut akan dapat dijadikan acuan dalam pengembangan pemanfaatan fungi antagonis dan fungi mikoriza secara bersama-sama di pesemaian. Pengetahuan mekanisme penyerangan inang oleh patogen maupun antagonisme antagonis terhadap patogen, akan dapat dimanfaatkan untuk memanipulasi kondisi lingkungan semai untuk meningkatkan ketahanan semai maupun untuk menekan aktivitas patogen. perlindungan
Demikian pula pengetahuan mekanisme
semai terhadap patogen
lodoh akan dapat
dipergunakan untuk memanipulasi kondisi semai sehingga ketahanannya dapat ditingkatkan.