/1
/.(1
) 1.:,. .•
tl \
ANALISIS BIAYA DAN PENERIMAAN PRODUKSI CPO DI PTPN V SEI PAGAR KABUPATEN KAMPAR PROPINSI RIAU
BOYYUSUF A08495029
PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN DAN SUM.BERDAYA JURUSAN ILMU-ILMU SOSIAL EKONOMI PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2001
RINGKASAN
BOY YUSUF. Analisis Biaya Dan Pellcrimaan Produksi CPO Oi PTPN V S.EI PAGAR, Kabnpaten Kampar, Propinsi Riau. Oi bawah bimbingan SRI HARTOYO.
Kelapa Sawit merupakan tanaman penghasil minyak nabati yang paling efisien dan' menguntungkan jika dibandingkan dengan penghasil minyak nabati lainnya. Kalapa sawit dapat menghasilkan sekitar 5 ton min yak per hektar. Sebagai tanaman keras (tahunan), perubahan iklim tidak terlalu berpengharuh terhadap pada tanaman kelapa sawit dibandingkan dengan tanaman sumber min yak nabati lain yang umumnya adalah tanaman semusill1. Disamping itu kelapa sawit mempunyai Ul11ur yang eukup lama (25 tahun) sedangkan tanaman penghasil min yak nabati lainnya , selain kelapa, umumnya berumur penciek dan hal ini berarti produksi minyak kelapa sawit teljamin sepanjang tahun. Seeara garis besar perkebunan kelapa sawit di Indonesia ciiklasifikasikan ke dalam tiga golongan, yaitu Perkebunan Rakyat (Small Holders), Perkebunan Negara (Governmen!
EY!a!e)
dan
Perkebunan
Swasta
(Private
E,·/a/e).
Dalam
perkembangannya luas areal perkebunan kelapa sawit meningkat clari tahun ke tahun. Tujuan yang henclak dieapai pacla penelitian ini aclalah ntuk mengetahui seeal'a jelas prospek clan kinerja PTPN V SEl PAGAR yang clapat melllberikan keuntungan pacla perusahaan, maim pacla penelitian clilakukan anal isis-anal isis yang bertujuan: (1) Menganalisis harga pokok (biaya rata-rata produksi), volume procluksi; (2) Menganalisis harga jual terhaclap titik impas; (3) Menganalisis kemampuan perusahaan memperoleh laba (pro±itabi Iitas). Penelitian clilaksanakan di PTPN V SEI PAGAR, Keeamatan Siak Hulu, Kabupaten Kampar, Propinsi Riau. Perusahaan ini merupakansalah satu peusahaan negara yang bergerak cli sektor kelapa sawit mulai dari penanaman sampai mengolah kelapa sawit salllpai lllenjadi CPO (minyak sawit mentah). Penelitian ini clilakukan pada bulan Juli sampai September 1999 dan pemilihan tempat dilakukan seeara
plllposive. Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan sekunder yang
didapatkan dari berbagai sumber. Untuk mendapatkan keuntungan maksimum pada perusahaan digunakan analisis harga pokok (biaya rata-rata produksi), pendekatan garis lurus, analisis titik impas dan arralisis kemampulabaan (Profitabilitas). Perkembangan produksi TBS (tan dan buah segar) pada PTPN V SEI PAGAR menunjukkan peningkatan
dari tahun 1996-1999. Pada tahun 1997 produksi TBS
melampaui target yaitu sebesar 102,37 persen. Peningkatan produksi ini disebabkan meningkatnya produktivitas TBS ton Iha dari 16,21 TBS ton Iha menjadi 18,67 TBS ton Iha. Sedangkan pada talmn 1998 teljadi penurunan peroduksi TBS yang banyak disebabkan oleh kemarau panjang. Basil produksi CPO sangat ditentukan oleh jumlah TBS yang akan diolah dan besarnya kapasitas olah pabrik. Semakin besar kapasitas olah pabrik dan jumlah TBS yang diolah maka semakin besar pula produksi CPO yang dihasilkan. Kapasitas olah pabrik PRPT V SEl PAGAR sebesar 30 ton TBS/jam. Pada tahun 1996 kapasitas olahnya adalah yang tertinggi sebesar 30,83 ton TBS.ljam, yang dikarenakan pabik PKS SEl PAGAR masih bersifat cOIlIITIissiolling. Dari kapasaitas olah terpakai produksi CPO maim dari tahun 1996-1999 produksi CPO PTPN V SEI PAGAR sebesar 31.244 ton, 35.788 ton, 34.561 ton dan 16.321 ton. Kualitas rendemen TBS cenderung mangalami penurunan. Kualitas rendemen tertinggi teljadi pada tahun 1996 yaitu sebesar 22.31 persen sedangkan untuk tahun 1997 sebesar 22. 16 perasen, tahun 1998 sebesar 21.36 persen dan tahun 1999 sebesar 21.58 persen. Penurunan kualitas rendemen tersebut dikarenakan berproduksinya tanaman menghasilkan tahun 1993 yang berpengaruh terhadap menurunnya kualitas rendemen. Pada' Analisa harga pokok, selama periode 1996-1999, biaya rata-rata untuk menghasilkan satu kilogram CPO masing-masing adalah Rp657,33, Rp740,OS, Rp1.841,86 dan Rp1.845,94. Pada tahun 1997 harga pokok naik sebesar 12,58 persen, sedang pada tahun 1998 harga pokok mengalami kenaikan sebesar 148,88 persen .. Keadaan terbaik ditunjukkan pada tahun 1996 karena biaya rata-rata untuk
menghasilkan satu kilogram CPO paling kecil. Sedangkan terbesar terjadi pada tahun 1999. Marjin antara harga jual dengan harga pokok tingkat pelabuhan dimana perusahaan selalu memperoleh keuntungan. Nilai marjin tertinggi terjadi pada tahun 1998, yaitu sebesar Rp 1.048,3 per kilogram. Artinya setiap penjualan CPO per kilogram dengan harga jual Rp2.890,16, keuntungan yang diperoleh per kilogram sebesar Rpl.048,3. Peningkatan harga jual CPO ini lebih besar dari peningkatan harga pokok di tingkat pelabuhan. Pada tahun 1997 peningkatannya sebesar 12,05 persen, pada tahun 1998 adalah 148,8 persen dan pada tahun 1999 menu run sebesar 7,62 persen. Sedangkan harga pokok pada tahun 1997 naik sebesar 12,58 persen, pada tahun 1998 naik sebesar 148,88 persen dan pada tahun 1999 naik sebesar 0,22 persen. Titik imp as CPO selama periode tahun 1996-1999 maslng-mas1l1g sebesar 14.042,66 ton, 13.256,20 ton, 6.405,57 ton dan 6.255,07 ton. Sedangkan titik impas dalam satuan rupiah masing-masing sebesar adalah RpI4.559,71 (Juta), RpI5.400,13 (Juta), RpI8.513,14 (Juta) dan RpI6.700,91 (Juta)
Titik il11pas dalal11 satuan
kilogram tertinggi pada tahun 1996 dikarenakan tingkat harga jual CPO paling rendah selama periode, sedangkan titik impas terendah teljadi pada tahun 1999. Biaya
variabel
rata-rata
selal11a
periode
1996-1999
l11asing-masing
Rp609,22/Kg, Rp684,21/Kg, Rp 1. 778,81/Kg dan Rp 1.764,51 IKg. Biaya variabel rata-rata terendah teljadi pada tahun 1996 yang disebabkan total biaya variabelnya terendah, yaitu sebesar Rp 19.034,33 (Juta). Sedangkan Ave terbesar pada tahun 1998 dikarenakan TVC paling besar yaitu Rp61.477,61 (Juta) naik sebesar 159,98 persen. Selisih produksi nyata (Ton) dengan titik impas cenderung mengalami peningkatan yaitu sebesar 17.201,34 ton, 22.531,80 ton, 28.155.43 ton dan 10.065,93 ton. Selisih ·terendah terjadi pada tahun 1999 sedang tel1inggi pada tahun 1998. Semakin besar selisih antara produksi nyata dengan titik il11pas, maka keadaan perusahaan semakin bailc
Nilai MOS meningkat selama periode tahun 1996-1999. M OS tertinggi pada tahun 1998 sebesar 81.47 persen, artinya tingkat penurunan produksi yang dapat dito1erir sehjngga perusahaan berada dalam keadaan tidak untung dan tidak rugi sebesar 81,47 persen dari volume produksi semula. Sedangkan nilai MIR cenderung mengalami penurunan. Pada tahun 1996 sebesar 41,24 persen, aI1inya dari 100 rupiah dari hasil penjualan, sebesar 41,24 rupiah tersedia untuk menutupi biaya tetap dan biaya laba. Dengan diketahuinya MOS dan NllR maka profitabilitas yang diterima oleh perusahaan tahun 1996-1999 cenderung mengalami peningkatan yaitu masing-masing sebesar 22,71 persen, 25,88 persen, 31,33 persen dan 20,92 persen. Profitabilitas perusahaan yang terbesar terjadi pada tahun 1998 dengan kenaikan sebesar 21,05 persen. Posisi perusahaan pada titik 1l11paS menunjukkan perusahaan mendapatkan selisuh yang meningkat dim ana pada tahun 1997 selisih produksi CPO mencapai 22.531,80 ton atau Rp.26.175,81 (Juta), tahun 1998 sebesar 28.155,43 ton atau Rp81.373,68 (Juta). Keadaan ini 111engakibatkan perusahaan 111encapai profit sebesar 25,8 persen dan 31,33 persen. Dengan memperhatikan posisi titik imp as, maka harga pokok (biaya rata-rata produksi) semakin meningkat dari tahun ke tahun dimana harga pokok terbesar terjadi pada tahun -1999 yaitu Rp 1.845,94. Hal ini lllengakibatkan nilai MIR perusahaan mengalami penurunan tetapi nilai MOS lllengalami kenaikan. Kenaikan nilai MOS ini dikarenakan kenaikan harga jual CPO di pasaran dan juga besal'nya selisih antal'a produk nyata dengan produk pada titik illlpas. Penurunan nilai MTR tersebut tidak sebesar kenaikan dari nilai MOS, sehingga profitabilitas yang diperoleh perusahaan lllengalallli kenaikan, dilllana profitabilatas tel1inggi dicapai pad a tahun 1998 sebesar 3 1,3 3 persen. Perusahaan
agar
melllperoleh
protitabilitas
yang
tinggi
sebaiknya
lllengurangi/menekan beban biaya terutama biaya variabel seperti biaya pe111eliharaan TM dan Biaya bahan baku TBS (Tandan Buah Segar) yang dapat 111enyebabkan meningkatnJ:a harga pokok (biaya rata-rata produksi) CPO.
Penekanan barga pokok akan membuat selisih antara produk nyata dengan produk pada titik impas semakin tinggi, sehingga nilai MOS dan MTR yang diperoleh perusahaan akan semakin tinggi. Untuk l11engantisipasi penurunan/kenaikan barga jual CPO, perusahaan memproduksi CPO pada posisi titik impas dengan harga pokok( biaya rata-rata produksi) sama dengan marginal cost, sehingga perusahaan akan mampu menutup biaya tetap dan baiya variabel.