1. Kalau kalian sudah mengenal tentang fraktur coba jelaskan klasifikasi fraktur terbuka menurut Gustilo dan Jelaskan critical point serta implikasi bagi perawat dari masing - masing derajat? Klasifikasi patah tulang terbuka: menurut Gustilo Tipe I Luka kecil kurang dan 1 cm, terdapat sedikit kerusakan jaringan, tidak terdapat tandatanda trauma yang hebat pada jaringan lunak. Fraktur yang terjadi biasanya bersifat simpel, tranversal, oblik pendek atau komunitif. Biasanya berupa tusukan dari dalam kulit menembus keluar dan terjadi kerusakan jaringan lunak sedikit. Tipe II Laserasi kulit melebihi 1 cm tetapi tidak terdapat kerusakan jaringan yang hebat atau avulsi kulit. Terdapat kerusakan yang sedang dan jaringan. Sedikit kontaminasi dari fraktur. Tipe III Terdapat kerusakan yang hebat pada jaringan lunak termasuk otot, kulit dan struktur neovaskuler dengan kontaminasi yang hebat. Dibagi dalam 3 sub tipe: 1. tipe IIIA : jaringan lunak cukup menutup tulang yang patah. Fraktur bersifat segmental atau komunitif hebat. 2. tipe IIIB : disertai kerusakan dan kehilangan janingan lunak, pendorongan periosteum, tulang terbuka, kontaminasi hebat dan fraktur bersifat komunitif hebat. Tulang tidak dapat do cover soft tissue 3. tipe IIIC : Fraktur terbuka yang disertai kerusakan arteri dan saraf tanpa memperhatikan tingkat kerusakan jaringan lunak yang memerlukan repair segera
Critical Point yang dapat ditarik dari type 1 adalah Nyeri, dengan Implikasi : Pada luka derajat I biasanya tidak mengalami kerusakan kulit, sehingga penutupan kulit dapat ditutup secara primer. Pertahankan imobilisasi bagian yang sakit dengan tirah baring, gips, pembebat, traksi.
Evaluasi keluhan nyeri/ketidaknyamanan , perhatikan lokasi dan karakteristik, termasuk intensitas nyeri (skala 1-10). Perhatikan petunjuk nyeri nonverbal (perubahan pada skala vital dan emosi/perilaku) Lakukan dan awasi latihan gerak pasif/aktif Dorong menggunakan teknik manajemen nyeri, seperti relaksasi, latihan nafas dalam, imajinasi visualisasi. Critical Point yang dapat ditarik dari type 2 adalah Gangguan Mobilisasi, dengan Implikasi: Pada derajat II, luka lebih besar dan bila dipaksakan menutup luka secara primer akan terjadi tegangan kulit. Hal ini akan menganggu sirkulasi bagian distal. Sebaiknya luka dibiarkan terbuka dan luka ditutup setelah 5-6 hari (delayed primary suture). Untuk fiksasi tulang pada derajat II dan III paling baik menggunakan fiksasi eksterna. Kaji derajat imobilitas yang dihasilkan oleh cedera/pengobatan dan perhatikan persepsi pasien terhadap imobilisasi Dorong partisipasi pada aktivitas terapeutik/rekreasi. Instruksikan pasien untuk bantu dalam rentang gerak pasien/aktif pada ekstremitas yang sakit dan tak sakit Dorong penggunaan latihan isometrik mulai dengan tungkai yang tak sakit Berikan diet Tinggi protein, karbohidrat dan vitamin. Critical Point yang dapat ditarik dari tipe 3 adalah Resiko Infeksi , dengan Implikasi :
Salah satu penanganan fraktur type III adalah dengan penanganan intraoperatif yaitu dengan cara reduksi terbuka diikuti fiksasi eksternal (open reduction and external fixation=OREF) sehingga diperoleh stabilisasi fraktur yang baik. Keuntungan fiksasi eksternal adalah memungkinkan stabilisasi fraktur sekaligus menilai jaringan lunak sekitar dalam masa penyembuhan fraktur. Penanganan pascaoperatif yaitu perawatan luka dan pemberian antibiotik untuk mengurangi risiko infeksi, pemeriksaan radiologik serial, darah lengkap, serta rehabilitasi berupa latihan-latihan secara teratur dan bertahap sehingga ketiga tujuan utama penanganan fraktur bisa tercapai, yakni union (penyambungan tulang secara sempurna), sembuh secara anatomis (penampakan fisik organ anggota gerak; baik, proporsional), dan sembuh secara fungsional (tidak ada kekakuan dan hambatan lain dalam melakukan gerakan).
Inspeksi kulit untuk adanya iritasi atau robekan kontinuitas Kaji sisi pen/kulit . Perhatikan keluhan peningkatan nyeri/rasa terbakar atau adanya edema, eritema , drainase, bau tak enak.
Kaji tonus otot, refleks tendon dalam dan kemampuan untuk berbicara Observasi luka untuk pembentukan bula, krepitasi, perubahan warna kulit kecoklatan, bau drainase yang tidak enak.
2. Jika kalian sudah membahas kasus 1 tentunya kalian sudah memahami klasifikasi tentang fraktur tertutup atau dengan kata kerennya close fracture, untuk mengevaluasi coba kalian bisa jelaskan apa yang dimaksud :
a. fraktur midshaft : Fraktur tulang radius atau patah tulang jari-jari adalah cedera umum, yang dapat terjadi pada segala usia. Tulang jari-jari ini ada di lengan bawah bersama dengan ulna, antara siku dan pergelangan tangan. Ini adalah kunci tulang lengan, memberikan gerakan berputar sekitar sumbu panjang. Cedera bersamaan ke tulang ulna juga cukup banyak terjadi dan disebut sebagai patah kedua tulang atau fraktur lengan radius dan ulna. Patah tulang jari-jari tidak boleh dianggap enteng, harus segera dirawat oleh seorang dokter ortopedi. b. fraktur comminuted :
Fraktur yang terjadi dimana tulang patah menjadi beberapa bagian, sebagian dari mereka menjadi lebih kecil dengan sedikit aliran darah. Walaupun fraktur pulih dalam waktu yang lama, kadangkala tidak dapat disatukan tanpa adanya tindakan operasi. Patah tulang seperti ini disebabkan oleh tekanan yang sangat besar. Kerusakan jaringan lunak sangat banyak dan disertai pembengkakan. Pemasangan gips sirkumferensial sebaiknya diberi jarak karena memperhitungkan adanya pembengkakan. c. fraktur segmental : Fraktur segmental adalah dua fraktur berdekatan pada satu tulang yang menyebabkan terpisahnya segmen sentral dari suplai darahnya. Fraktur semacam ini sulit ditangani. Biasanya satu ujung yang tidak memiliki pembuluh darah menjadi sulit untuk menyembuh, dan keadaan ini mungkin memerlukan pengobatan secarah bedah. d. fraktur incomplete :
Diskontinuitas jaringan tulang dengan garis patah tidak menyeberang, sehingga tidak mengenai seluruh korteks (masih ada korteks yang utuh). garis patah tidak melalui seluruh penampang tulang. e. fraktur supracondiler :
Fraktur supracondyler fragment femur bagian distal selalu terjadi dislokasi ke posterior, hal ini biasanya disebabkan karena adanya tarikan dari otot – otot gastrocnemius, biasanya fraktur supracondyler ini disebabkan oleh trauma langsung karena kecepatan tinggi sehingga terjadi gaya axial dan stress valgus atau varus dan disertai gaya rotasi. f.
fraktur colles:
Fraktur pergelangan tangan yang paling sering ditemukan, dengan insidens sebesar 24% di antara populasi pekerja, dimana fraktur yang melalui radius menyebabkan bagian distalnya tergeser secara radial dan dorsal. g. fraktur Bennett"s:
Fraktur dasar tulang metakarpal pertama yang meluas ke dalam sendi (CMC) carpometacarpal [1]. Ini fraktur intra-artikular adalah jenis yang paling umum dari fraktur jempol, dan hampir selalu disertai dengan beberapa derajat dislokasi atau subluksasi jujur sendi carpometacarpal. h. fraktur Boxers : Fraktur kolum metakarpal V, dan posisi kaput metakarpal angulasi ke volar/palmar. Terjadi pada keadaan tidak tahan terhadap trauma langsung ketika tangan mengepal. i.
fraktur cruris:
Terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya, terjadi pada tulang tibia dan fibula. Fraktur terjadi jika tulang dikenao stress yang lebih besar dari yang dapat diabsorbsinya. j.
deformitas :
Adalah daya terik kekuatan otot menyebabkan fragmen tulang berpindah dari tempatnya perubahan keseimbangan dan contur terjadi seperti : a. Rotasi pemendekan tulang b. Penekanan tulang k. fraktur Bucket Handle:
Fragmentasi radiologi forensik dari ujung distal dari satu atau kedua Femurs muncul di margin tulang sebagai kepadatan berbentuk bulan sabit osseous paralel dengan metafisis, yang terlihat pada x-ray ketika lempeng pertumbuhan miring ke balok radiografi, ember lengkap 'menangani 'merupakan karakteristik dari pelecehan anakterkait cedera, yang juga dapat dikaitkan dengan trauma neoosteogenesissubperiosteal asal baru-baru ini, distal garis-sebelumnya padat melintang pertumbuhan gangguan dan kortikal penebalan-bukti trauma terpencil. l.
angulasi: Fraktur dengan fragmen membentuk sudut satu sama lain,penyebabnnya adalah gaya langsung atau lateral, yang menyebabkan patahan dan hilangnya posisi anatomis.
m. avulsi:
Memisahkan suatu fragmen tulang pada tempat insersi tendon ataupun ligament. Biasanya tidak ada pengobatan spesifik yang diperlukan. Namun bila diduga akan menyebabkan kecacatan, maka perlu dilakukan pembedahan untuk membuang atau meletakkan kembali fragmen tulang taersebut. n. displaced : Terjadi pergeseran fragmen-fragmen fraktur yang juga disebut lokasi fragmen. Terbagi atas:
Dislokasi ad longitudinal cum contractionum: pergeseran searah sumbu dan overlapping. Dislokasi ad axim: pergeseran yang membentuk sudut.
Dislokasi ad latus: pergeseran di mana kedua fragmen saling menjauh.
o. fraktur impacted: Fraktur seperti ini sulit dideteksi, seperti patah pada tibia yang berada di bawah persendian lutut. Tanda-tanda adanya patah terlihat adanya puncak pada bagian atas tibia yang seharusnya berada dalam posisi horizontal, tapi terkadang posisinya bergeser ke belakang. Contoh yang paling sering ditemukan untuk kasus ini adalah patah tulang pada pergelangan tangan. p. fraktur patologi:
Terjadi pada daerah-daerah tulang yang menjadi lemah oleh karena tumor atau proses patologik lainnya. Tulang seringakali menunjukkan penurunan densitas. Penyebab yang paling sering dari fraktur semacam ini adalah tumor baik primer ataupun tumor metastasis. q. fraktur straddle: Fraktur bilateral pada pelvis dan ramus pubis. Penyebabnya adalah jatuh yang menyebabkan atau mengkibatkan bokonng mennduduki objek keras. r.
fraktur torus:
Fraktur lengkung (buckle) adalah ketika satu sisi tulang melengkung sedikit terjungkat, tanpa mematahkan sisi yang lain.
sehingga