Dari Redaksi Kali ini, Fokuss hadir dengan artikel dormant account untuk mendisiplinkan Pemegang Rekening. Saat ini, ternyata ada sejumlah Sub Rekening Efek yang tercatat di C-BEST berstatus tidak aktif alias tak berisi dana maupun Efek. Nah, KSEI akan mulai mendisiplinkan Pemegang Rekening dengan cara menonaktifkan rekeningrekening tidak aktif. Tentunya, ada sejumlah prosedur yang akan diterapkan KSEI sebelum membekukan rekening-rekening itu, yang bisa disimak dalam artikel ini. Tulisan lain mengulas informasi menarik seperti komentar dari partisipan KSEI seputar penggunaan fasilitas ‘Pre-matching’. Seberapa besar manfaat fasilitas baru ini bagi aktivitas para pelaku pasar. Ada pula ulasan hasil seminar yang mengangkat tema “REPO, EBA dan Perkembangan Layanan KSEI”. Tak ketinggalan kami tampilkan profil salah satu profesional KSEI, Bapak Syafruddin, kolom seri manajemen serta berbagai aktivitas yang terekam Tim Fokuss.
Implementasi ‘Dormant Account’
Sebagai upaya untuk menghindari penyalahgunaan Sub Account dan menunjang kestabilan performance C-BEST, KSEI akan menerapkan aturan baru dormant account. Langkah ini dilakukan untuk mendisiplinkan Pemegang Rekening dalam membuka Sub Account.
S
Selamat Membaca
Redaksi
������������� ��������������
daftar 1 3 4 6 7 8
aat ini perjalanan layanan jasa kustodian sentral yang didukung The Central Book- Entry Settlement System (C-BEST) telah memasuki tahun ke-8 sejak diimplementasikan pada pertengahan tahun 2000. Kini, beban C-BEST dirasakan mulai berat karena selain pengembangan fitur-fitur yang dilakukan oleh KSEI baik perubahan tampilan, berbagai pengembangan atas permintaan pemakai jasa KSEI maupun meningkatnya jumlah aset yang dikelola oleh C-BEST yang sudah beraneka
��������������� ����������������� isi ������������������
Implementasi ‘Dormant Account’ “Pre-matching” Cepat, Akurat & Hemat Seminar REPO, EBA & Perkembangan Layanan Jasa KSEI Syafruddin: Kesempatan Membuka Wawasan Siklus Produktivitas Kinerja aktivitas & Statistik
ragam jenis instrumennya. Seiring dengan pengembangan aneka la yanan jasa KSEI dan fitur-fitur dalam C-BEST tersebut, KSEI berusaha menjaga keandalan dan kestabilan C-BEST dengan cara memonitor aset dan fitur-fitur tersebut. Dilihat dari kondisi saat ini, ditemukan fakta adanya sejumlah Sub Rekening Efek yang dibuka oleh Pemegang Rekening dengan status tidak aktif. Hal ini bisa mengakibatkan penyalahgunaan Sub Account dan membe ratkan sistem C-BEST dalam operasional
04 Edisi
Tahun 2008
������������� ����������
Sub Rekening Efek Tidak Aktif
0
Edisi 04, 2008
- No balance account - No movement
Fokuss
sehari-hari. Di sisi lain pertumbuhan Reke ning Efek (account) di C-BEST pada tahuntahun mendatang tentunya akan mening kat secara significant. Untuk mengurangi beban C-BEST di kemudian hari dan guna mendisiplinkan Pemegang Rekening terkait pembukaan Sub Rekening Efek, maka KSEI akan menerapkan dormant account (Sub Rekening Efek Tidak Aktif ). Untuk lebih jelasnya lihat bagan. Di KSEI, Sub Rekening Efek Tidak Aktif didefinisikan sebagai Sub Rekening Efek yang tidak mempunyai saldo Efek dan atau dana serta tidak ada mutasi Efek dan atau dana dalam jangka waktu enam bulan berturut-turut terhitung sejak tanggal penarik an atau tanggal pencatatan terakhir saldo Efek dan atau dana. Setiap proses akhir hari (End of the Day Process), C-BEST akan menjalankan job yang berfungsi untuk memeriksa apakah terdapat Rekening Efek dengan tipe depository yang tidak memiliki posisi Efek dan atau dana serta tidak ada mutasi Efek dan atau dana. Data tersebut nanti akan tersimpan dalam database C-BEST dan selanjutnya akan dihitung umur dari Reke ning Efek dalam kondisi tersebut. Selanjutnya dalam satu bulan atau beberapa minggu sebelum suatu rekening
3 months
5
6
Report, pre advice to close account
- Dormant account - Start calculating daily penalty fee of dormant account
dinyatakan sebagai Sub Rekening Efek Tidak Aktif, C-BEST akan mengirimkan preadvice report yang berisi himbauan kepada Pemegang Rekening untuk mengaktifkan atau menutup rekening tersebut. Tujuannya, agar Pemegang Rekening dapat mempersiapkan diri apakah akan tetap mengaktifkan atau menutup Rekening Efek tersebut. Secara otomatis C-BEST akan menge nakan daily penalty fee of dormant account, yaitu satu hari setelah rekening tersebut dinyatakan sebagai Sub Rekening Efek Tidak Aktif. Penalty fee of dormant account dihitung harian secara proporsional yang ditagih setiap bulan bersama invoice KSEI. Satu hari setelah rekening tersebut di nyatakan sebagai Sub Rekening Efek Tidak Aktif, C-BEST akan mengirimkan laporan yang berisikan informasi sebagai berikut: • Sub Rekening Efek tersebut sudah di nyatakan sebagai Sub Rekening Efek Tidak Aktif. • Ada perhitungan daily penalty fee of dor mant account. • Himbauan kembali agar Pemegang Re kening menutup Sub Rekening Efek tidak aktif atau mengaktifkan kembali Rekening Efek tersebut dengan me nempatkan posisi Efek atau dana. • Apabila dalam waktu tiga bulan tidak ada penutupan dan pengaktifan kembali Sub Rekening Efek Tidak Aktif, maka KSEI akan melakukan pemblokir an secara otomatis atas Sub Rekening Efek tersebut. Selanjutnya, setelah dinyatakan sebagai Sub Rekening Efek Tidak Aktif, antara bulan
9 Bloked for closure Stop calculating daily penalty fee of dormant account if the account have balance position or movement or the account is closed
ke-6 dan bulan ke-9, Sub Rekening Efek tersebut dapat secara langsung diaktifkan kembali oleh Pemegang Rekening dengan menempatkan posisi Efek dan atau dana pada rekening tersebut. Secara otomatis sistem akan menghentikan perhitungan daily penalty fee of dormant account. C-BEST akan memblokir secara otomatis rekening kosong yang telah berumur 9 bulan dengan blocking reason: blocked for closure. Pemegang Rekening akan menerima laporan pemberitahuan adanya pemblokiran Sub Rekening Efek. Pemegang Rekening harus mengajukan permohonan ke KSEI untuk membuka blokir atau penutupan Sub Rekening Efek Tidak Aktif setelah bulan ke-9. Sub Rekening Efek Tidak Aktif yang sudah dilepas blokir Rekening Efeknya tidak secara otomatis menjadi Rekening Efek Aktif. Sub Rekening Efek Tidak Aktif yang sudah dilepas blokir Rekening Efeknya dapat secara langsung diaktifkan kembali oleh Pemegang Rekening dengan menem patkan posisi Efek dan atau dana pada rekening tersebut. Penempatan posisi Efek dan atau dana pada Sub Rekening Efek Tidak Aktif dan Penutupan Sub Rekening Efek Tidak Aktif akan menghentikan perhitungan umur rekening Efek tidak aktif dan perhitungan daily penalty fee of dormant account. Namun demikian, implementasi dormant account akan dilakukan setelah rancangan peraturan KSEI memperoleh persetujuan Bapepam dan LK, dimana saat ini rancangan peraturan KSEI masih dalam proses Rule Making Rule. l [ Astanti P. Mulyani ]
Penerbit: PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) • Penasihat: Direksi KSEI • Dewan Redaksi: Zylvia Thirda, Dharma Setyadi, Susiyanti, Astanti P. Mulyani, Novian Harry Wibowo, Rachmat Irfan • Penanggung Jawab: Bagian Komunikasi Perusahaan KSEI • Alamat Redaksi: Gedung Bursa Efek Indonesia, Tower I Lt. 5, Jl. Jend. Sudirman Kav 52-53, Jakarta 12190, Telp. 52991099, Fax. 52991199 • Sirkulasi: Bagian Komunikasi Perusahaan KSEI
“Pre-matching” Cepat, Akurat & Hemat Pemegang Rekening KSEI yang telah merasakan manfaat modul Pre-matching mengajak para pelaku pasar lainnya untuk menggunakan fasilitas ini. Melalui otomatisasi, instruksi transaksi Over The Counter lebih cepat, akurat, dan hemat.
Edisi 04, 2008
S
Afdhal Aliasar. Perlu Lawan Transaksi
kemudian cenderung membuat OTC instruction di C-BEST pada saat-saat akhir menjelang tanggal penyelesaian, khususnya transaksi OTC yang melibatkan dana seperti DVP dan RVP. Kondisi itulah yang mendorong KSEI menyediakan fasilitas Pre-matching. Dan salah satu pemakai jasa yang telah merasakan manfaat modul ini adalah Citibank. Menurut Afdhal, rata-rata perusaha annya melakukan 1.000 transaksi per hari. Citibank telah menggunakan modul Prematching secara aktif sejak awal Juli. “Sekarang kita memakainya setiap hari, kita punya schedule untuk upload data trans aksi ke sistem C-BEST,” katanya. Dengan fasilitas baru ini, proses matching menjadi lebih cepat, dan akurasi data juga lebih baik, serta mengurangi human error. “Dengan 300 kali transaksi kita input bersamaan, bisa langsung terkonfirmasi berkat aplikasi pendukung yang disebut ORCHiD (Online Research and Centralized
Historical Data) untuk reporting data dari Pre-matching,” paparnya. Data-data yang di-input pada fasilitas Pre-matching akan dikeluarkan dalam bentuk laporan dan dikeluarkan oleh modul ORCHiD. Saat ini KSEI baru menyediakan reporting 30 menit sekali. Afdhal berharap, reporting bisa lebih ditingkatkan kecepatannya, kalau bisa secara real time. Profesional yang sempat berkarier di bank publik ini juga menuturkan selalu berupaya menyampaikan berbagai infor masi kepada KSEI apabila ada sesuatu yang dirasakannya masih perlu disempur nakan pada modul anyar ini. Ia membe rikan contoh, sempat menyampaikan masalah kecepatan upload yang perlu ditingkatkan. “Kalau kita masukkan sekali gus 500 transaksi misalnya, agak lama prosesnya. KSEI harus mampu mening katkan kecepatan sistem secara bertahap,” tandasnya.
Fokuss
ejumlah Pemegang Rekening KSEI kini merasa lebih nyaman bertransaksi Over The Counter (OTC) melalui modul Pre-matching. Sejak April lalu, KSEI meluncurkan fasilitas baru ini untuk lebih memudahkan para pelaku pasar bertransaksi sehingga dapat meningkatkan kinerja proses penyelesaian transaksi. Dengan adanya fasilitas ini, Pemegang Rekening KSEI yang melakukan instruksi pemindahbukuan Efek untuk OTC transaction dapat melakukan penco cokan lebih awal (pre-matching) atas instruksi yang dibuat sendiri atau status instruksi yang telah dibuat oleh pihak lawan. Sebelum fasilitas ini tersedia dalam sistem C-BEST, proses matching dilakukan secara manual. Untuk menghindari perbedaan settlement, masing-masing pihak (seller dan buyer) melakukan matching proses melalui telepon. Seiring perkembangan waktu, jumlah transaksi makin meningkat, sehingga mulai dirasakan proses manual tidak lagi efisien dilakukan. “Bayangkan, seberapa banyak telepon harus dilakukan dalam satu hari. Padahal ada kalanya terjadi ratusan sampai ribuan transaksi per hari,“ ujar Afdhal Aliasar, Assistant Vice President Settlement & Transaction Processing-Securities & Funds Service Operations Markets & Banking Citibank Aktivitas penyelesaian transaksi yang selama ini dilakukan oleh pelaku pasar seperti yang tergambarkan di atas dirasakan kurang efisien dan melibatkan banyak aktivitas komunikasi manual. Hal ini dapat memperlambat proses penyelesaian apalagi jika transaksi OTC tersebut akan digunakan untuk penyelesaian transaksi bursa. Banyak pelaku pasar baik Anggota Bursa maupun Bank Kustodian yang
Edisi 04, 2008 Fokuss
Meski demikian, Afdhal mengaku puas pada layanan Pre-matching walaupun masih ada kekurangan seperti tampilan nya. “Namun, ini sudah membantu ope rasional kita sehari-hari. Yang menye nangkan, KSEI selalu menanggapi input dari partisipan dengan sangat baik. Selain itu, KSEI memberikan komitmennya untuk terus mengembangkan layanannya. Dan terpenting, untuk klien kita, dengan fasilitas ini proses Pre-matching menjadi lebih cepat,” urainya. Satu hal lagi, Afdhal mengharapkan partisipan lain baik sesama Bank Kustodian maupun Anggota Bursa untuk segera menggunakan modul Pre-matching bersama-sama. ”Namanya otomasi kan harus ada lawannya. Kita lagi meminta beberapa broker besar yang menjadi counterpart untuk memakai Pre-matching ini. Karena kita tidak bisa ready sendirian. Saat ini KSEI membuka fleksibilitas dalam menggunakan Pre-matching. Transaksi masih bisa matching di C-BEST walaupun menggunakan modul clearing-settlement. Namun, beberapa broker masih belum mau memasukkan Pre-matching ke dalam sistemnya, sebelum mereka melakukan konfirmasi manual melalui telepon,” jelas Afdhal. Pernyataan serupa disampaikan Dwi Marajuni Hardjojuwono dari PT Wanteg Securindo. Ia berharap, untuk menghin dari kesalahan input, semua rekan Anggo ta Bursa ikut serta menggunakan Prematching agar transaksi menjadi lebih cepat dan efektif. Dwi juga menyebut penggunaan modul ini akan menghindari biaya OTC dari kesalahan input, dan me ringankan biaya operasional (telepon) untuk konfirmasi. Dari pengalamannya, cara penggunaan fasilitas Pre-matching sudah nyaman karena tidak ada perubahan sedikitpun, tampilan, inquiry, dan sebagai nya juga sudah fleksibel. l
“Dengan fasilitas baru ini, proses matching menjadi lebih cepat, dan akurasi data juga lebih baik, serta mengurangi human error.”
Seminar REPO, EBA & Perkembangan Layanan Jasa KSEI Sebagai bentuk penghargaan atas kerja sama yang telah terjalin selama ini, KSEI menggelar seminar ”REPO, EBA dan Perkembangan Layanan Jasa KSEI” untuk Pemegang Rekening dan BAE.
T
anggal 29 Juli 2008, KSEI kembali menyelenggarakan seminar yang dihadiri para Pemegang Rekening (Perusahaan Efek dan Bank Kustodian) serta Biro Administrasi Efek (BAE) di The Ritz Carlton Hotel - Pacific Place, Jakarta. Bertemakan ”REPO, EBA dan Perkembangan Layanan Jasa KSEI”, seminar ini diha diri 147 perwakilan dari Pemegang Reke ning dan BAE. KSEI mengundang nara sumber sekaligus praktisi di bidang Efek Beragun Aset (EBA), yaitu: Direktur PT Sarana Multigriya Finansial (Persero), Paulus Nurwadono dan di bidang Repurchase Agreement (REPO), Head of Retail Distribution PT Danareksa Sekuritas, Sujadi. Direktur KSEI, Trisnadi Yulrisman memandu seminar ini sebagai moderator. Menurut Direktur KSEI, Risbadi Purbowo pada saat pembukaan, tujuan seminar adalah untuk meningkatkan pe ngetahuan mengenai pasar modal bagi Pemegang Rekening dan BAE sekaligus mengakrabkan pemakai jasa KSEI dengan KSEI.
danaan jangka panjang. KIK EBA didefinisikan sebagai Efek yang portofolionya terdiri atas aset ke uangan berupa tagihan yang timbul dari surat berharga komersial, tagihan kartu kredit, tagihan yang timbul di kemudian hari (future receivables), pemberian kredit termasuk kredit pemilikan rumah atau apartemen, Efek bersifat utang yang dijamin pemerintah. Selain itu, sebagai Sarana Peningkatan Kredit (credit enhancement)/Arus Kas (cash flow), serta aset keuangan setara dan aset keuangan lain yang berkaitan dengan aset keuangan tersebut. KIK EBA memiliki perbedaan dengan Kontrak Investasi Kolektif Reksa Dana, dimana pada KIK EBA terdapat beberapa kondisi, antara lain:
Topik I: Kontrak Investasi Kolektif - Efek Beragun Aset
4. Diperdagangkan di bursa.
Paulus Nurwadono memaparkan, KIK EBA merupakan instrumen pasar modal yang telah diatur melalui Peraturan Bapepam No. IX K.1 tentang Pedoman Kontrak Investasi Kolektif Efek Beragun Aset (Asset Backed Securities) dan sudah dimasukkan ke dalam INPRES No. 6 tahun 2007. Awalnya, KIK EBA diimplementasikan untuk memberikan solusi atas kesulitan sektor infrastruktur, perumahan dan perbankan dalam mencari alternatif sumber pen
6. Adanya prepayment risk.
1. Perlu dilakukan proses untuk membentuk EBA. 2. Underlying asset berupa aset keuangan (piutang KPR) dan tidak dapat diubah. 3. Peran Manajer Investasi dan Bank Kustodian dalam pengelolaan terbatas. 5. Pembayaran Pokok dan Bunga periodik (Amortisasi KPR).
KIK EBA terdiri dari Senior Class dan Junior Class. Senior Class adalah Efek yang ditawarkan kepada investor dan listing di bursa serta didaftarkan pada lembaga rating dengan target rating AAA (merupakan Efek yang mempunyai tingkatan lebih tinggi dalam pelunasan utang). Sedangkan Junior Class adalah Efek yang akan diambil oleh organizer dan global
(1). Originator: kreditur asal aset ke uangan (KPR). (2). Manajer Investasi: bertugas memantau penerimaan arus kas dari aset keuangan yang dilakukan Pemberi Jasa, menagih pendukung kredit dan mengawasi pembayaran yang dilakukan oleh Bank Kustodian.
dan Kepala Bagian Riset dan Pengembangan-Divisi Penelitian dan Pengembangan KSEI, Dian Kurniasarie, menyampaikan informasi seputar perkembangan layanan jasa KSEI, yaitu tampilan baru dari C-BEST, kalender Corporate Action di website KSEI, Pre-Matching Over The Counter Transaction dan fungsi upload pada Bond Management. Disampaikan pula informasi atas pengembangan yang tengah dilaksanakan, yaitu: REPO, modul Efek Beragun Aset, fasilitas Blocking Balance, Investor Area, Real Time Interface dan SWIFT. Seminar ditutup dengan acara ra-
dilakukan transaksi crossing di bursa sehingga pajak sudah final, dan Clean Price Repo (dengan simple interest) REPO yang lebih sederhana dimana terjadi jual beli dengan interest tertentu sesuai kese pakatan. Untuk para investor, REPO merupakan alternatif dalam melakukan transaksi di saat market sedang turun. Bagi pihak pembeli, REPO memberikan keuntungan antara lain investasi yang lebih aman karena ada jaminan, jangka waktu yang mudah disesuaikan, likuiditas cukup tinggi dan return yang cukup kompetitif. Pihak penjual juga menjadikan REPO sebagai alternatif pendanaan. Risiko REPO yang muncul adalah risiko kredit dan pasar. Untuk risiko pasar, pelaku tidak perlu khawatir karena ada jaminan yang biasanya diperhitungkan sekitar 150% dari jumlah dana. Sedangkan risiko market terjadi ketika market turun.
mah tamah dan makan siang bersama. Mudah-mudahan pada tahun-tahun mendatang, KSEI dapat menyelenggarakan acara serupa dengan topik yang berbeda. l
(3). Bank Kustodian: menyimpan dan mencatat EBA milik Pemodal, melaksanakan pengelolaan hasil penagihan, melakukan pembagian, dan pembayaran hasil tagihan kepada pihak-pihak dalam transaksi sekuritisasi, menyampaikan laporan kepada Wali Amanat tentang seluruh kegiatan Kustodian, melakukan pencatatan setiap peralihan kepemilikan atas EBA, melindungi dan mewakili kepentingan Pemodal di dalam dan di luar pengadilan. (4). Servicer: bertugas dalam hal pena gihan atas pembayaran angsuran KPR dari obligor, proses loan workout/foreclosure, pemindahan dana ke Paying Agent, pembukuan, pelaporan kepada pihakpihak yang telah ditentukan pada waktu yang telah ditetapkan (5). Penata Sekuritisasi: melakukan uji tuntas terhadap Originator dan mempersiapkan proses sekuritisasi antara lain dengan membentuk Selection Criteria dan menyeleksi KPR yang akan dibeli dan sekuritisasi, mempersiapkan analisa cash flow dan financial modeling terhadap transaksi dan settlement dan pencatatan di Bursa Topik II: Repurchase Agreement Menurut Sujadi, REPO merupakan kegiatan transaksi jual Efek dengan janji dibeli kembali dengan harga dan jangka waktu yang telah ditentukan. Suatu perjanjian antara dua pihak dimana pihak pertama menjual Efek ke pihak kedua pada harga spesifik dengan suatu komitmen untuk membeli kembali Efek tersebut di kemudian hari dengan harga spesifik yang lain. Pihak-pihak yang melakukan transaksi REPO yaitu pihak
Topik III: Perkembangan Layanan Jasa KSEI Selanjutnya, Kepala Divisi Jasa Kustodian Sentral KSEI, Gusrinaldy Akhyar,
[ Nina Rizalina ]
Untuk para investor, REPO merupakan alternatif dalam melakukan transaksi di saat market sedang turun.
Edisi 04, 2008
Pihak yang terlibat dalam KIK EBA ini adalah:
yang memiliki barang dan butuh dana, pihak yang memiliki dana dan pihak nasabah. Payung hukum produk ini adalah Peraturan Bapepam No. VIII.G.13 tentang Perlakuan Akuntansi Repurchase Agreement (REPO) Dengan Menggunakan Master Repurchase Agreement (MRA). Saat ini REPO terdiri atas 3 (tiga) jenis, yaitu: Collateralized Facility Agreement (CFA) / Pledge, dimana dalam REPO ini ada penjamin dan yang dijaminkan serta transaksinya dilakuan di luar market; Repo Sell-Buy Back (Classic Repo) adalah REPO yang biasanya dilakukan, terjadi pemindahan kepemilikan dan
Fokuss
coordinator dalam hal ini adalah PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk dan PT Sarana Multi Finansial (Persero), merupakan tingkatan terendah dalam pelunasan utang.
Syafruddin
Kesempatan Membuka Wawasan Pria bersahaja ini mengaku memperoleh kesempatan memperluas wawasan dengan mengemban tugas baru membawahi Divisi Penelitian dan Pengembangan Usaha. Ia menargetkan finalisasi sejumlah pengembangan produk dan layanan yang dijanjikan KSEI dalam jangka pendek.
Edisi 04, 2008
B
Fokuss
oleh dibilang, profesional yang kerap disapa dengan panggilan Alec oleh rekan-rekannya ini adalah sosok yang loyal. Sejak lulus dari Fakultas Teknik Informatika Institut Teknologi Bandung (ITB) tahun 1996, pria bernama asli Syafruddin ini berkarier di KSEI dan bertahan hingga saat ini. Sesuai bidang ilmunya, ia bekerja di Divisi Teknologi Informasi, hingga dipercaya mengomandani Divisi Pengembang an Sistem Informasi sejak tahun 2005 sampai awal Juli lalu. Kini, ia diserahkan tugas menjadi nakhoda Divisi Penelitian dan Pengembangan Usaha (PPU). Bagi Alec, tantangan di divisi yang kini dipimpinnya adalah peralihan bidang keahlian atau profesi. Dari sebelumnya lebih condong ke sisi teknologi informasi menjadi ke arah bisnis. Ayah dua orang putri ini juga menyebut tantangan akan lebih besar karena lingkup pekerjaan menjadi lebih luas dan harus banyak berinteraksi dengan banyak pihak. Di sisi lain, penugasan yang baru ini menurutnya, memberikan kesempatan untuk membuka wawasan yang lebih luas.
“Saya berusaha untuk bekerja sebaik-baiknya, biarkan orang lain yang menilai hasil kerja saya”
Dalam jangka pendek, selain pengembangan organisasi divisi, program kerjanya diarahkan untuk memfinalisasi pengembangan produk dan layanan baru KSEI, seperti fasiltas pre-matching OTC Settlement, Investor Area dan fasilitas penunjang penyimpanan dan penyelesaian tipe Efek baru seperti KIK-EBA dan Options.
Sementara program jangka panjang dan menengah secara garis besar diarahkannya sejalan dengan visi KSEI sebagai central depository untuk semua instrumen pasar modal serta pelaksanaan program bersama dengan SRO dan Bapepam terkait wacana Straight Through Processing di pasar modal Indonesia. “Beberapa inisiatif program jangka menengah antara lain pengembangan fasilitas Repurchase Agreement (REPO) dan Securities Lending and Borrowing (SLB) dengan PT Kliring Penjaminan Efek Indonesia, pengembangan konsep Single ID investor, kajian integrasi sistem pembayaran secara langsung dengan BI-RTGS serta infrastruktur komunikasi data melalui jaringan SWIFT dan fasilitas interface de ngan sistem backoffice partisipan. Dalam jangka panjang, persiapan infrastruktur
ini diharapkan dapat menunjang wacana efisiensi proses bisnis di pasar modal Indonesia dengan pendekatan STP,” paparnya. Ketika ditanyakan apa filosofinya da lam berkarier, Alec menyebut, tidak pu nya filosofi khusus. “Yang penting, asalkan saya bisa profesional dan menjaga integri tas, sejauh ini saya rasa sudah cukup. Saya juga tidak terlalu pikirkan apakah saya hard worker atau smart worker. Saya berusaha untuk bekerja sebaik-baiknya dan selepasnya terserah kepada orang lain untuk menilai hasil kerja saya,” ungkap pria yang punya hobi nonton film, bermain squash dan sauna ini. Dan menurutnya, ia bertahan di KSEI karena masih menemukan hal-hal baru untuk dipelajari. De ngan segala suka dukanya, ia cukup bangga bisa menjadi bagian dari tim KSEI sejak awal berdirinya dan merasa beruntung dapat dapat mengikuti cerita sukses pencapaian-pencapaian yang telah diraih KSEI. Di masa mendatang, lanjutnya, ada target-target yang ingin dicapai KSEI dan dirinya berharap masih bisa ikut mendukung dan menjadi bagian dari pencapaian-pencapaian tersebut. Alec bercerita, pernah punya anganangan untuk mendirikan perusahaan Information Technology (IT). Namun, walaupun keinginan untuk berwirausaha masih ada, ia tidak lagi keukeuh mau mendirikan perusahaan IT. Yang terutama ingin segera diwujudkannya saat ini adalah melengkapi diri dengan pendidikan formal melalui bersekolah lagi, yang sudah ditempuh sejak setahun terakhir ini di Magister Manajemen Universitas Indonesia. Sukses untuk Alec... l
Seri Manajemen
Siklus Produktivitas Kinerja Sebagaimana sebuah produk, produktivitas tenaga kerja juga mengalami siklus, dimulai dari fase pengenalan, fase pertumbuhan, sampai fase penurunan. Prestasi menuju Fase Prestasi Puncak antara lain sebagai berikut : [1] Re-motivasi: memotivasi kembali – baik secara tim maupun individu –, tentang hasil kerja yang seharusnya dicapai dan dampak dari hasil yang ingin dicapai tersebut. Sadarkan bahwa tim kerja tersebut bukanlah tim yang buruk dan bahkan mempunyai potensi kerja yang masih banyak lagi untuk menghasilkan hal yang lebih dari yang sekarang dicapai. Melihat dunia di luar lingkungan kerja saat ini merupakan salah satu cara re-motivasi dengan tujuan menunjukkan pada tim bahwa ada banyak hal yang dapat dilakukan di dalam lingkungan kerja se bagaimana yang dapat diterapkan di ling kungan kerja lain. [2] Re-edukasi: penambahan pengetahuan baru untuk meningkatkan kembali kemampuan kerja sebuah tim. Tujuan sebenarnya adalah knowledge update atas perkembangan teknologi dan kemampuan yang dapat dihasilkan darinya, yang dapat diaplikasikan baik secara langsung maupun tak langsung dalam tim kerja.
nuhan yang berkepanjangan. Pada tahap ini, penurunan produktivitas mulai terasa, dimulai dari berkurangnya prestasi yang dicapai, karya yang dihasilkan, sampai semangat kerja yang ditunjukkan. Seringkali fase ini terjadi tanpa disada ri pelakunya, yaitu sebuah tim kerja atau individu-individu dalam tim kerja tersebut. Namun dapat ditengarai dengan mudah, jika sebuah tim kerja mulai lama tidak menunjukkan hal baru atau ide baru dalam pekerjaannya, mulai timbul ketidakpuasan dan kebosanan, maka hampir bisa dipastikan tim kerja tersebut berada dalam fase penurunan. Hal ini perlu dicermati, utamanya oleh team leader —atasan atau supervisor,— untuk dapat mengarahkan timnya kembali ke arah dan tujuan yang seharusnya. Hal-hal yang sebaiknya dilakukan untuk mengembalikan Fase Penurunan
[3] Revaluasi: evaluasi kebutuhan tim dan individu didalamnya menyangkut hal-hal yang diperlukan dalam proses dan pencapaian hasil kerja yang maksimal. Kenali kendala dan potensi, kemudian minimalisir kendala dan tingkatkan potensi. Jadikan kendala sebagai tantangan dalam pencapaian hasil dan potensi se bagai modal utama yang luar biasa dalam meraih hasil. 4. Re-visi: upaya untuk menunjukkan kembali pandangan dan tujuan organisasi pada tim kerja. Sadarkan kembali tentang hasil besar keseluruhan organisasi yang ingin diraih dari tim-tim kerja yang ada pada organisasi tersebut. l [ Rachmat Irfan ]
Edisi 04, 2008
Fase Prestasi Puncak adalah tahap tertinggi dalam kinerja suatu tim kerja. Dalam tahap ini tim kerja telah menghasilkan sebuah karya yang merupakan hasil dari kerja sama antar anggota tim. Hal ini merupakan pembuktian dari kematangan dan kedewasaan sebuah tim. Bisa dikatakan juga, tahap ini merupakan tahap produktivitas tertinggi yang mampu dipersembahkan oleh sebuah tim kerja kepada sebuah organisasi. Fase Penurunan Prestasi, merupakan tahap paling kritis yang seharusnya dihindari dalam sebuah kinerja. Penyebabnya bisa berbagai macam, namun yang paling sering terjadi adalah karena keje-
Fokuss
D
alam kenyataannya, produktivitas tenaga kerja sesungguhnya memiliki siklus. Sebagaimana sebuah produk, maka kita mengenal fase pengenalan, fase pertumbuhan, fase “sapi perah” atau keuntungan dan fase penurunan. Demikian juga dengan produktivitas sebuah kinerja. Tak jauh berbeda, produktivitas kinerja juga mengalami hal yang serupa. Hanya saja faktor-faktor yang terlibat didalamnya lebih banyak dan lebih kompleks. Wajar jika hal-hal yang melibatkan manusia dan atau pihak lain selalu menjadi kompleks karena berkaitan dengan benturan kepentingan atau ego. Siklus produktivitas kerja dapat dibagi dalam beberapa fase, yaitu Fase Semangat Baru, Fase Kemajuan dan Pertumbuhan, Fase Prestasi Puncak dan Fase Penurunan Prestasi. Fase Semangat Baru biasanya terjadi pada sebuah tim kerja atau organisasi yang baru terbentuk, dimana masing-masing anggota tim berusaha mengemukakan idealismenya atas tim kerja tersebut. Friksi-friksi akan sering terjadi dalam hal penyesuaian antar anggota tim sampai tim tersebut menemukan bentukan format yang tepat untuk timnya. Pembagian tugas yang tegas akan mengurangi terjadinya friksi. Antusias untuk pembuktian idealisme dan kemampuan akan sangat terlihat diantara anggota tim. Kemauan dan kemampuan bekerjasama juga sa ngat dominan dalam setiap aktivitas tim. Peranan team leader akan sangat diperlukan dalam pengarahan visi dan upaya pencapaian tujuan dari sebuah tim kerja yang mengalami fase ini. Fase Kemajuan dan Pertumbuhan adalah tahapan selanjutnya yang dicapai dari tim kerja yang telah mengalami fase sebelumnya. Tim kerja telah menemukan bentukan format yang tepat dan mulai melakukan tugas dan kewajibannya secara terarah dan konsisten. Nuansa kerja sama yang kuat sangat terlihat dalam fase ini. Friksi-friksi antar anggota tim sangat jauh menurun dan bahkan mulai tidak terjadi. Peranan team leader menjadi sangat mudah dan lebih sering berfungsi sebagai pengawas daripada sebagai pengarah.
aktivitas Konperensi Pers Tengah Tahun HUT Pasar Modal Indonesia ke-31 Dalam rangka memperingati HUT Pasar Modal Indonesia ke-31 tanggal 10 Agustus 2008, pada tanggal 11 Agustus 2008 Bapepam-LK bersama dengan SRO (BEI, KPEI dan KSEI) menggelar Konperensi Pers Tengah Tahun. Acara yang diselenggarakan di Galeri BEJ - Lantai 1 ini dibuka oleh Ketua Bapepam-LK Bapak Ahmad Fuad Rahmany yang menyampaikan kinerja pasar modal Indonesia dalam kurun semester 1 tahun 2008 serta pengembangan industri jasa keuangan. Acara dilanjutkan dengan laporan kinerja dan peran masing-masing SRO dalam perkembangan pasar modal yang dibawakan oleh Direktur Utama SRO secara bergantian. l
“SRO Team Building 2008”
Sosialisasi Fasilitas OTC Pre-Matching
Dalam rangka mempererat hubungan kerja sama yang baik antar SRO, pada tanggal 25-27 Juli 2008 BEI, KPEI dan KSEI bersama-sama menyelenggarakan Team Building di Bali untuk komisaris, direksi dan karyawan. Acara Team Building yang bertema “Jammin’ Together” ini diselenggarakan di Kebun Raya Bedugul, Bali. Seperti halnya Team Building SRO pada tahun lalu, acara ini dimeriahkan dengan performance masing-masing SRO yang dilombakan serta hiburan live band hasil kolaborasi karyawan BEI, KPEI dan KSEI. Puncak acara adalah penampilan penyanyi Shanty dan Ira Swara dengan MC Sophie Navita dan Denny-P Project. Semoga rasa kebersamaan antar karyawan SRO semakin erat! l
Edisi 04, 2008
Dalam rangka memberikan layanan terbaik bagi Pemegang Rekening, KSEI melaksanakan pelatihan (hands on) untuk fasilitas Pre-Matching pada Over The Counter (OTC) transaction pada tanggal 30 Juni hingga 4 Juli 2008 di KSEI. Fasilitas ini memungkinkan Pemegang Rekening melakukan pencocokan lebih awal (pre-matching) atas instruksi yang dibuat sendiri atau status instruksi yang telah dibuat oleh pihak lawan dalam melakukan instruksi pemindahbukuan Efek de ngan melibatkan dana (Delivery Versus Payment) dan tanpa melibatkan dana (Delivery Free of Payment). l
Fokuss
statistik ����������������������������������������� �����������������������������
Total Distribusi “Corporate Action” Periode Januari - Juli 2008 Jan - Juli 2008
Dana
Rp (triliun)
USD (juta)
Equity (Dividen dan Exercise)
22,50
40,16
Debt (Bunga dan Pokok)
47,31
112,71
Total Dana
69,81
152,87
Efek
(Jumlah/Unit Efek)
Saham
92.331.290.308
Waran
1.746.781.730 109.775.800.374
HMETD
���
������
���
�������
���
������
���
������
���
������
���
������
���
�������
�������
����������������������������������������������� �����������������������������
���������������������������������� ����������������������������� �����������������������
������� ������� ������� ������� ������� ������� �������
��������� ���������
��������� ���������
���������
��������� ���������
�������
���
���
���
���
���
���
���
�������
���
���
���
���
���
���
���