perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
1
Fajar
33
Ketua dari Komunitas SCC
2
Heru
29
Wakil Ketua dari Komunitas SCC
3
Tomi
32
Sekretaris dari Komunitas SCC
4
Reog
30
Bendahara dari Komunitas SCC
5
Angga
25
Humas Komunitas SCC
6
Sudarno
50
Kolektor Motor Klasik dan Komunitas SCC
7
Ponang
25
Bagian Sie Touring SCC
8
Mustofa
29
Sie Keamanan dari Komunitas SCC
9
Bagus
22
Anggota Komunitas SCC juga Komunitas CB UNS
10
Ahmad
24
Anggota Komunitas Honda CB di Kota Jepara
11
Yanuar
23
Anggota club motor Solo Tiger Club
12
Imron
21
Anggota dari CB sukoharjo
13
Joko
28
Mekanik atau pemilik bengkel
(Sumber: Hasil wawancara dan observasi, Maret 2015)
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Lokasi 1. Kota Surakarta 48
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Surakarta sebagai salah satu Kota di Wilayah Propinsi Jawa Tengah yang pertumbuhannya sangat pesat, mengalami perkembangan di seluruh bidang kegiatan. Baik dalam bidang industri, jasa, permukiman, pendidikan, perdagangan maupun transportasi. Seiring dengan perkembangan wilayah perKotaan tersebut, maka terjadi alih fungsi lahan yang tadinya merupakan lahan pertanian yang tidak terbangun menjadi daerah terbangun (built up area). Perubahan ini menyebabkan peningkatan kepadatan penduduk dan kepadatan permukiman. Perluasan lahan terbangun baik difungsikan sebagai permukiman, perdagangan maupun industri secara otomatis memicu permasalahan penurunan kualitas lingkungan. Permasalahan tersebut sering terjadi di wilayah perKotaan pada umumnya. Masalah banjir, sampah, polusi udara, pencemaran air, penurunan kualitas dan kuantitas air tanah merupakan masalah pelik yang sering terjadi di wilayah perkotaan, sehingga masalah-masalah tersebut perlu segera ditanggulangi secara terencana dan terpadu. Sejak diundangkannya Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah maka urusan pengendalian lingkungan hidup merupakan urusan wajib daerah. Sebagai upaya untuk mengatasi permasalahan-permasalahan lingkungan hidup Kota Surakarta, maka Pemerintah Kota Surakarta kemudian menetapkan suatu peraturan daerah yaitu Peraturan Daerah Kota Surakarta No. 2 tahun 2006 tentang Pengendalian Lingkungan Hidup. Dengan ditetapkanya perda tersebut diharapkan agar pengendalian
lingkungan
hidup
dapat
dilaksanakan
dengan
secara
komprehensif, taat azas dan terpadu. Inti yang penting di dalam pengendalian lingkungan hidup tersebut adalah adanya upaya pencegahan, penanggulangan dan pemulihan pencemaran atau
kerusakan
lingkungan
melalui
kegiatan
perencanaan,
penataan,
pemanfaatan, pengembangan, pengawasan dan pemeliharaan. Pelaksanaan
49
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
pembangunan bidang sumber daya alam dan lingkungan hidup pada hakekatnya merupakan bagian integral dari pelaksanaan pembangunan Daerah Kota Surakarta. Oleh sebab itu perlu diupayakan terwujudnya keserasian, keselarasan antara pembangunan sektoral dan daerah. Kota Surakarta merupakan salah satu pemerintah daerah tingkat II yang ada di Jawa Tengah. Kota Surakarta di bagian selatan dibatasi oleh Kabupaten Klaten dan Kabupaten Sukoharjo. Bagian timur dibatasi oleh Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten Sukoharjo. Bagian utara dibatasi oleh Kabupaten Boyolali dan Kabupaten Karanganyar dan sebelah barat dibatasi oleh Kabupaten Karanganyar. Kota Surakarta merupakan salah satu Kota yang ada di Jawa Tengah dengan luas area sebesar 4.404,06 Ha yang terdiri dari lima Kecamatan dengan luasan setiap kecamatan sebagai berikut: a. Kecamatan Laweyan terdiri dari 11 Kelurahan dengan luas 863,83 Ha (19,62%) b. Kecamatan Serengan terdiri dari 7 Kelurahan dengan luas 319,5 Ha (7,25%) c. Kecamatan Pasar Kliwon terdiri dari 9 Kelurahan dengan luas 481,52 Ha (28,57%) d. Kecamatan Jebres terdiri dari 11 Kelurahan dengan luas 1.258,18 Ha (28,57%) e. Kecamatan Banjarsari terdiri dari 13 Kelurahan dengan luas 1.481,1 Ha (33,63%) Pada tahun 2009 dari total luas area Kota Surakarta terbagi menjadi lahan sawah teririgasi 18,94 Ha (0,43%), sawah tadah hujan seluas 126,52 Ha (2,87%) dan luas ladang (tegalan) seluas 84,73 Ha (1,92%). Kota Surakarta sebagian besar berupa tanah kering dengan penggunaan sebagian besar adalah
50
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
lahan pemukiman seluas 2.715,61 Ha (61,66%), lahan untuk usaha lain sebesar 399,44 Ha (9,07%) dan untuk lahan industri sebesar 101,42 Ha (2,3%). Meskipun demikian secara periodik telah terjadi alih fungsi dari lahan sawah menjadi lahan bukan sawah yang ditunjukkan dengan luas sawah irigasi pada tahun 2005 seluas 29, 97 ha dan tanah sawah nonirigasi seluas 136,27 Ha berubah fungsi sehingga pada tahun 2009 tinggal 18,94 Ha untuk lahan sawah irigasi dan 126,52 Ha sawah nonirigasi. Hal ini diduga disebabkan karena desakan jumlah penduduk yang terus meningkat sehingga kebutuhan akan tempat tinggal, fasilitas umum maupun sarana kerja yang terkait dengan penggunaan lahan di luar sektor pertanian. Luas lahan kelima kecamatan, sebagian besar sebagian besar bahkan lebih dari separuh lahannya digunakan untuk lahan perumahan. Untuk Kecamatan Jebres lahan untuk Jasa 14% merupakan lahan untuk jasa dimana lahan ini digunakan untuk Perguruan Tinggi UNS, ISI Surakarta, Solo Techno Park dan Terminal Peti Kemas. Pada kecamatan ini juga masih terdapat tanah tegalan 6,5% di Kelurahan Mojosongo, berupa perkebunan rakyat yang banyak diusahakan untuk kayu jati. Salah satu hal yang mengindikasikan pesatnya perkembangan Kota Surakarta adalah rendahnya laju pertumbuhan penduduk yang dikarenakan terdesaknya kawasan permukiman di pusat Kota yang beralih fungsi untuk kegiatan ekonomi. Beberapa indikator lainnya adalah tumbuhnya beberapa jenis kegiatan dan pusat-pusat lingkungan serta semakin padatnya arus lalu lintas di dalam Kota. Dalam sistem transportasi dan jaringan jalan di Jawa Tengah, Kota Surakarta merupakan simpul pergerakan yang sangat strategis dengan basis pertumbuhan ekonomi di bidang jasa dan industri yang merupakan pertemuan antara jalur pantura dan jalur selatan yang keduanya merupakan jalan nasional yang berfungsi sebagai jalan arteri primer, yaitu jalur Jakarta-Surabaya dan jalur Bandung-Yogyakarta-Surabaya.
51
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Selain pertemuan 2 buah jalur besar tersebut, dari wilayah hinterland menuju Kota dihubungkan dengan jalur jalan propinsi Jawa Tengah yang berfungsi sebagai jalan kolektor primer, yaitu jalur jalan Wonogiri-SukoharjoSurakarta dan jalur Semarang-Purwodadi-Surakarta. Jalur transportasi dan jaringan jalan ini menunjang laju sector perdagangan karena fungsi utama perhubungan dan transportasi ialah menjamin kelancaran hubungan transportasi yang baik antara pusat-pusat industri dengan daerah penghasil bahan baku dan pusat perdagangan hasil produksi. Tentunya hal ini hanya bisa dicapai jika adanya jaminan kualitas dari infrastruktur jalan, jembatan, terminal, gudang dan sarana transportasi yang baik. Jika dilihat dari panjang jalan maka sejak tahun 2005 hingga 2009 panjang jalan di Kota Surakarta tidak mengalami perubahan atau penambahan, maka panjang jalan Kabupaten juga tidak mengalami perubahan, yaitu sebesar 204,32 km. Untuk penambahan jalan Nasional, Propinsi maupun Kabupaten, Pemerintah Kota Surakarta menunggu perubahan SK Menteri PU atau Menteri Dalam Negeri. Sedangkan untuk kondisi jalan dari tahun 2005 sampai tahun 2009 untuk jalan yang diaspal mengalami pertumbuhan. Di pihak lain panjang jalan berbatu dari tahun ke tahun terus mengalami penurunan. Hal ini menandakan adanya peningkatan kualitas jalan dari jalan berbatu menjadi kualitas jalan aspal. Sistem jalan yang dikembangkan oleh Pemkot Surakarta ini menjadi pedoman pola jaringan drainase yang dikembangkan untuk mencegah genangan air dan banjir di Surakarta bagian Selatan yang mempunyai tingkat kelerengan yang relatif landai. Berdasarkan kondisi Kota Surakarta di atas maka menunjukkan Kota Surakarta sudah bergerak kearah yang lebih maju dengan berbagai teknologi dan modernisasi yang sudah merambah Kota ini. Dengan berbagai fasilitas dan prasarana sebagai Kota modern, maka Surakarta mulai membangun diri dengan berbagai Komunitas di dalamnya sebagai bentuk masyarakat Kota yang
52
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
heterogen. Salah satunya kemunculan Solo CB Club (SCC) sebagai konfigurasi masyarakat Kota dengan berbagai lapisan masyarakat yang beragam. 2. Komunitas Solo CB Club (SCC) Pada Tahun 2000, terdapat tiga orang yang tidak lagi terbilang muda yaitu Bapak Surya, Bapak Domo, dan Bapak Kelik yang sering melakukan perjalanan dengan kendaraan Honda CB. Dalam komunikasi antara ketiganya, kemudian tercetus ide untuk membentuk Komunitas Honda CB. Rekanan mulai bergabung satu demi satu, maka dengan kebulatan tekad bersama sehingga sepakat berikrar, dan akhirnya terbentuk Komunitas Honda CB yang diberi nama Solo CB Club (SCC). Semakin banyak orang yang tertarik dan bergabung dengan Komunitas tersebut. Salah satu konsekuensi hal tersebut adalah penyatuan kesepahaman tentang nama klub. Para anggota yang turut bergabung berasal dari berbagai lapisan masyarakat Surakarta dan berbagai latar belakang masing-masing. Hal tersebut berpengaruh pada penilaian tentang nama klub yang dinilai kurang mewakili nama Kota, dengan berbagai latar belakang anggotanya. Oleh karena itu, setelah melalui proses rapat oleh semua pengurus dan anggota pada tanggal 19 Mei 2008, lahirlah nama SCC atau Solo CB Club, dengan ketua umum terpilih Pak Domo. Mempertimbangkan banyaknya anggota yang memutuskan bergabung. SCC pun menyadari perlunya pelindung atapun penasihat yang menjadi rujukan atau panutan layaknya orang tua dalam berorganisasi. Akhirnya, Bapak Kelik yang juga menjabat sebagai anggota kesatuan polsek banjarsari dan Mas Reog terpilih sebagai penasihat SCC. Kemudian SCC juga mulai bermitra dengan pihak-pihak terkait, seperti bekerjasama dengan Polresta Surakarta. Komunitas Solo CB Club tidak hanya beranggotakan orang orang tua saja melainkan juga tidak sedikit anggota yang notabe nya masih remaja. Anggota dari Komunitas SCC terdiri dari pegawai swasta, pegawai negeri, wiraswasta dan mahasiswa, beberapa diataranya juga terdiri dari anggota
53
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
kepolisian, orang-orang yang sebelumnya sudah mengenal Honda CB ketika bergabung dengan Komunitas SCC dan juga beberapa diataranya berasal dari teman-teman bermain baik dari satu kompleks perumahan, pekerjaan dan juga teman-teman universitas di Kota Surakarta. Jangkauan Organisasi SCC meliputi wilayah yang cukup luas, yaitu dari Kota/Kabupaten hingga berbagai kecamatan di seluruh Kota Surakarta. Aksi sosial menjadi kegiatan yang menonjol dalam SCC, selain kegiatan seperti touring. Kegiatan menjadi agenda rutin mereka, berupa acara Touring antar anggota dan tidak jarang melakukan touring gabungan bersama club motor CB yang berada di kawasan Kota Surakarta dan sekitarnya. Diantara club motor yang tergabung tersebut terdapat beberapa club yang masih aktif touring bersama yaitu Solo King Club, C70 pletuk Solo, CB Bengawan Solo dan lain sebagainya. Tidak jarang kegiatan touring yang menjadi agenda rutin mereka juga mengundang club motor CB yang berasal dari luar Kota, seperti dari Yogyakarta, Magelang, Madiun, Wonogiri dan lain sebagainya. Sebagai bentuk solidaritas terhadap sesama pencinta Honda CB, kegiatan touring tersebut yang menghadirkan club motor dari luar Kota masih aktif dilakukan sampai saat ini. Setiap agenda kegiatan yang berhubungan dengan motor CB atau motor klasik, Komunitas Solo CB Club selalu membuat pesan singkat yang nanti nya akan disebarkan melalui media social seperti facebook yang juga disebut undangan forum. Bentuk kegiatan bakti sosial yang dilakukan oleh sebagian anggota SCC untuk masyarakat antara lain yaitu adalah aksi kolektif membagikan makanan gratis terhadap anak-anak jalanan, gelandangan, pengemis, tunawisma dan lain sebagainya. Kegiatan-kegiatan sosial tersebut, dilakukan pada segala bidang kegiatan rutin organisasi, hingga gaung sebagai salah satu Komunitas sangat melekat ditubuh SCC. Akhirnya SCC pun membulatkan tekad untuk mengedepankan kepentingan umum dalam segala hal, dan dengan semboyan SCC Paseduluran Sak Lawase yang berarti bahwa seluruh anggota SCC bertekad tetap bersatu, solid untuk mensukseskan 54
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Komunitas dengan Honda CB di Indonesia khususnya wilayah Kota Surakarta dan sekitarnya untuk menjalin hubungan kamunitas yang solid layaknya saudara selamanya. Tujuan didirikannya SCC selain melestarikan motor tua khususnya Honda CB adalah untuk menyatukan hobi bagi sesama pengguna dan pencinta motor Honda CB serta melakukan kegiatan-kegiatan sosial masyarakat. B. Hasil Penelitian 1. Adaptasi (Adaptation) dalam Pelestarian Kendaraan Bermotor di Komunitas SCC Berbagai tindakan dilakukan oleh Komunitas SCC sebagai wujud pelestarian dari kendaraan bermotor yang ada di Komunitasnya. Berbagai tindakan
tersebut
sebagai
upaya
adaptif
antar
anggota
agar
dapat
memungkinkan terciptanya pelestarian. Motor Honda CB bagi sebagian orang yang memiliki kegemaran terhadap keunikan dan daya cipta seni pada produk kendaraan bermotor, merupakan kendaraan yang hingga saat ini memiliki nilai seni yang tinggi. Bagi mereka, motor Honda CB adalah jenis motor yang menarik dan unik, tampilannya enak dipandang dan kecepatannya masih kompetitif dengan motor baru sekelasnya. Honda CB dikenal sebagai pelopor sepeda motor sport 4-langkah di Indonesia yang bertenaga, namun kosumsi BBM sangat irit. Motor Honda CB memiliki perbedaan-perbedaan yang mendasar dibanding jenis-jenis motor lainnya, seperti motor vespa, motor Harley Davidson, motor DKW tipe motor keluaran selain Jepang dan masih banyak lagi. Pada penelitian ini yang perlu ditanamkan adalah mengetahui selukbeluk motor Honda CB dengan cara menggambarkan SCC dalam memaknai motor tua yang disimbolkan dengan kesederhanaan ini, agar dapat memberikan suatu pemahaman terhadap motor Honda CB. Suatu makna dari motor Honda CB sebagai suatu simbol tergantung kepada kesepakatan Komunitas yang 55
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
mempergunakan simbol itu, sehingga dapat ditangkap melalui proses penafsiran. Hal ini disebabkan karena sekitar tahun 1970-an motor Honda CB masih menjadi transportasi mewah dan tidak semua lapisan masyarakat menggunakannya sebagai transportasi sehari hari, namun tidak begitu saja bisa langsung diterima dan dimengerti oleh semua orang di Kota Surakarta, maka simbol itu harus terlebih dulu ditafsirkan. Motor Honda CB pada masanya di gunakan oleh pemerintah Kota khususnya Surakarta sebagai motor dinas dan juga digunakan oleh pegawai kantor pos. Namun, seiring dengan modernitas alat transportasi di lingkungan dinas, motor Honda CB pun makin lama makin terkikis. Kini, motor Honda CB cenderung hanya dimiliki oleh kaum menengah kebawah dan cenderung digunakan sebagai koleksi. Mereka lebih bangga, kalau motor yang dimiliki adalah motor sport yang harganya jutaan bahkan puluhan juta dan motor Honda CB mengonggok di gudang. Hal ini disebabkan oleh pragmatisme (Kemampuan manusia berteori merupakan bagian integral dari praktik cerdas) yang telah menyingkirkan keberadaan motor Honda CB. Ada banyak tipe motor Honda CB, pada segmen premium terdapat merek CB650 dan CB400, kemudian segmen di bawahnya diisi oleh beberapa merek terkenal seperti CB200, CB175, CB125, CB100, dan CG125 yang terkadang masih asing di telinga orang awam. Pada kenyataannya motor Honda CB juga dapat menunjukkan kelas atau strata sosial seseorang. Sekitar tahun 1970-an, penampilan seseorang dapat diukur dari motor yang mereka miliki. Jika ada orang yang naik motor merek Honda CB, langsung dapat ditebak dia berstatus sosial tinggi atau orang kaya atau dari kalangan berduit dan berpenghasilan besar atau dari kelas strata sosial tinggi dan kemungkinan pegawai pemerintahan selain sebagai alat transportasi di dinas pemerintahan pada jamannya.
56
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Berdasarkan wawancara yang telah dilakukan, para informan memang tidak mempermasalahkan tipe motor Honda CB yang mereka gunakan atau hanya sekedar koleksi dan tidak memandang motor dari satu tipe saja, namun mereka mau membuka diri untuk mendengarkan pertimbangan yang mendasari setiap pilihan, baik individu maupun kolektif untuk mendapatkan banyak pengetahuan menarik yang bukan saja akan semakin memperluas wawasan mereka, melainkan juga semakin memperdalam kecintaan mereka terhadap motor Honda CB. Ketika peneliti menanyakan tentang jenis-jenis motor yang berbeda, Tomi mengatakan demikian: Walaupun tipe motornya berbeda tapi punya tujuan yang sama dan adanya Komunitas ini hanya sebagai wadah untuk melestarikan warisan nenek moyang kita dan menambah kegemaran kita terhadap motor Honda CB (Sumber: wawancara dan observasi, Maret 2015)
Gambar 01. Honda CB jenis motor kegemaran Komunitas SCC (Sumber: Dokumentasi oleh Alfian, 2015)
57
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Penampilan motor Honda CB yang terkesan tua dan sebagian besar digunakan oleh orang tua saat ini membuat masyarakat terutama anak muda kurang tertarik menggunakan motor CB ini untuk melakukan aktivitasnya. Hal ini sesuai dengan perkataan dari Bagus yang mengatakan demikian: Motor Honda CB itu cocok dikendarai pelan-pelan sambil bersantai tapi agak berat saat digas apalagi buat anak muda soalnya konstruksinya yang agak merebah, tetapi ini justru menjadi keunikan tersendiri di motor ini menurut saya. (Sumber: wawancara dan observasi, Maret 2015)
Gambar 02. Honda CB yang sudah dimodifikasi. (Sumber: Dokumentasi oleh Alfian, 2015)
Informan di atas menuturkan bahwa sebenarnya tidak banyak kesulitan bagi anak muda saat pertama kali memakai motor Honda CB ini. Namun, kesulitan yang dihadapi tidak menyurutkan geliat para pecinta motor Honda CB yang menamakan diri sebagai SCC ini. Komunitas yang menduduki wilayah Kota Surakarta ini merupakan Komunitas yang kreatif dengan upaya-upaya untuk melestarikan warisan sejarah yang sudah semakin tergerus perkembangan zaman sehingga motor Honda CB semakin terpinggirkan keberadaannya mulai dari merawat dalam wujud standart dari berbagai seri sampai memodifikasi toal yang juga di sebut costum motor.
58
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Menurut salah satu informan bernama Ahmad, sebagai anak muda yang mencintai keunikan sekaligus kelangkaan sebagaimana motor Honda CB, seharusnya menjaga dan merawat barang kebanggaan koloeksinya, seperti motor Honda CB karena memiliki nilai keunikan tersendiri. Berikut ini penuturan singkat dari Reog selaku Humas SCC mengenai makna motor Honda CB agar menjaga dan merawat alat transportasi utama sekitar di tahun tahun 1970-an ini, tetap eksis karena SCC sebagai Komunitas motor Honda CB akan menjadi salah satu garda terdepan dalam melakukan aksinya. Penuturan tersebut sebagai berikut: Semangat harus tinggi, motor Honda CB harus maju dan tetap melaju. (Sumber: wawancara dan observasi, Maret 2015) Dari jawaban yang diungkapkan oleh informan bernama Reog tersebut dapat dilihat satu semangat yang tinggi dan mendalam, sebagai pecinta dan penggemar motor Honda CB, Reog yang memliki motor Honda CB dengan seri CB 100 ini menerangkan bahwa semangat dapat dilihat dari sebagian anggota SCC yang bermotor untuk menunjang kehidupan mereka, mengingat motor ini merupakan salah satu alat untuk mencari nafkah dan menuntut ilmu walaupun ada motor lain yang notabe lebih baru, maksudnya motor Honda CB dipakai untuk pergi ke tempat kerja dan sekolah masih sangat sering dalam kapasitasnya. Bahkan dalam penuturannya, ketika peneliti menanyakan kegunaan motor Honda CB di luar kegiatan SCC, Ponang mengatakan sebagai berikut: Kalo aku sih bermotor juga untuk pergi ke kampus selain lebih cepat juga bisa tepat waktu dan terlihat sederhana dan unik ketika bersebelahan dengan motor lain kelihatan berbeda, yang jelas mengundang daya tarik tersendiri. (Sumber: wawancara dan observasi, Maret 2015) Selain itu, informan tersebut menilai pergi ke sekolah, kampus atau tempat kerja dengan bermotor adalah aktivitas yang sifatnya pribadi. Seringkali alasan mengapa menggunakan motor Honda CB dipengaruhi oleh pengalaman59
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
pengalaman pribadi mereka dalam memandang motor Honda CB yang mereka pakai, seperti apa yang diungkapkan oleh Joko sebagai berikut : Saya gunakan sebagai sarana transportasi sehari-hari terutama untuk pergi kerja, wong kerja saya juga seputaran motor khususnya Honda CB, lebih tepatnya bengkel khusus CB. (Sumber: wawancara dan observasi, Maret 2015)
Gambar 03. Honda CB sebagai alat transportasi untuk bekerja. (Sumber: Dokumentasi oleh Alfian, 2015)
Informan tersebut menuturkan bahwa telah lama memiliki motor Honda CB karena sudah sejak lama motor tersebut digunakan sebagai sarana transportasi oleh ayahnya sebelum digunakan oleh Joko. Joko yang berprofesi sebagai mekanik di bengkel miliknya sendiri di kawasan Ngemplak Kota Surakarta ini menuturkan bahwa motor-motor Honda CB itu diperolehnya dengan cara membeli maupun barter dengan ongkos biaya pengerjaan motor. Harganya bervariasi mulai dari jutaan sampai puluhan juta. Namun, biasanya Joko memperoleh motor Honda CB itu dalam kondisi kurang terawat sehingga harus diperbaiki dan dirakit satu per satu atau lebih tepatnya dimodifikasi. 60
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
Beberapa
digilib.uns.ac.id
informan
yang
lain
mempunyai
pemaknaan
dalam
menggunakan motor Honda CB yang berbeda terhadap Honda CB di luar kegiatan SCC. Heru Prasetya menerangkan bahwa terdapat perbedaan antara motor-motor jaman sekarang dari segi kecepatan, motor Honda CB yang digunakan juga dapat menjadi daya tarik tersendiri dari segi penampilan dan kecepatan yang kemudian mulai digemari oleh para anggota SCC. Bahkan sebagian besar dari penggemar motor Honda CB sengaja memodifikasi agar terasa nyaman saat digunakan mulai memodifikasi kaki-kaki (suspensi) hingga penggantian mesin. Berikut kutipan wawancara terkait informasi di atas: Biasanya saya memakai motor Honda CB saat touring luar Kota atau luar pulau dan ajang kontes karena sudah dimodifikasi sesuai kebutuhan. (Sumber: wawancara dan observasi, Maret 2015) Beberapa informan juga menceritakan bahwa tak sedikit pula yang menganggap bahwa motor Honda CB tidak hanya dimaknai sebagai sekedar alat transportasi. Motor ini sudah menjadi barang kesayangan, atau sering disebut klangenan (barang kesayangan) yang bagi sebagian kolektor bahkan terlalu sayang untuk dikendarai. Selain itu, beberapa informan juga memaparkan bahwa kebanyakan motor Honda CB memliki standarisasi harga yang berbeda. Contohnya seri Honda CB twin 650 produksi Jepang yang harganya bisa selangit, Ahmad Ikhsar memaparkan dalam penuturannya sebagai berikut: Saat ini motor Honda CB model lama tak lagi diproduksi jadi tak heran, harga motor Honda CB bermodel tua bisa menembus puluhan juta rupiah. Apabila Honda CB telah menjadi barang langka maka orang akan melakukan apa saja untuk mendapatkan motor itu, bahkan sampai membeli motor Honda CB dengan harga yang mahal. (Sumber: wawancara dan observasi, Maret 2015) Selain pendapat tersebut, untuk menguatkan pernyataan tersebut informan lain yaitu Sudarno memberikan pendapatnya, sebagai berikut: Ada satu unit motor Honda CB yang paling murah meski kondisinya sudah buruk, tapi seri Honda CB dream Twin 650 seri tertentu yang harganya bisa tembus di atas Rp 50 juta bahkan hampir 61
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
mencapai ratusan juta dan tentu satu motor bisa untuk membeli sebuah mobil. (Sumber: wawancara dan observasi, Maret 2015) Sesuai dengan pernyataan Sudarno sebagai kolektor motor tua dan juga Honda CB yang mengatakan bahwa keberadaan motor Honda CB pada jaman dulu sangat berbeda dengan saat ini yang kian langka, berikut penuturan informan tersebut: Kini keberadaan motor Honda CB telah banyak berubah karena usianya dan kelangkaannya, telah berubah menjadi barang antik dan unik serta mahal. Jadi apa yang kita lihat motor Honda CB dulu akan berbeda kondisinya dengan sekarang mulai tampilan dan harga tentunya. (Sumber: wawancara dan observasi, Maret 2015) Ketidakterdugaan dari harga sebuah motor Honda CB yang bisa selangit ini, justru saat ini semakin dicari oleh para kolektor motor Honda CB. Bahkan seorang anggota SCC, yakni Heru terbukti hingga merelakan waktu untuk berpetualang ke luar Kota hanya untuk mencari onderdil guna melengkapi motor Honda CB nya dengan seri Honda CB twin 200 dan koleksi Honda CB lain yang dia miliki. Selain itu informan ini merangkap sebagai Humas SCC sehingga memaknai motor Honda CB sebagai langkah awal dalam melestarikan motor
Honda
CB.
Kepemilikan
motor
Honda
CB
terkadang
juga
dilatarbelakangi karena alasan kelangkaan motor Honda CB yang tergolong unik bahkan berwarna mencolok dengan melalui berbagai macam jenis modifikasi dan terlihat antik yang menggerakkannya untuk menjalankan peran dalam melestarikan motor Honda CB agar dapat dilihat kembali seperti sekitar tahun 1970-an yang banyak ditemukan pegawai pemerintahan dan masyarakat saat mengendarai motor Honda CB ini. Memaknai motor Honda CB merupakan langkah awal yang selanjutnya dilakukan dengan cara berkendara dengan Honda CB, hal ini dapat diartikan
62
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
sebagai suatu aksi Komunitas, dimata para anggota SCC sendiri berkendara dengan Honda CB ini tidak berbeda dengan aktivitas sosial lainnya seperti Komunitas motor sport, motor bebek, motor antik lainnya dan masih banyak lagi, sebab di sana mereka yang mempunyai peran dipandang tak ubahnya seperti masyarakat yang lain. Salah satu keadilan Tuhan adalah bahwa manusia diciptakan dengan selera yang berbeda-beda. Perbedaan selera juga merupakan rahmat bagi para penggendara motor atau bikers. Beberapa anggota SCC suka motor buatan Jepang, sesama penyuka motor Jepang pun ternyata memiliki pilihan merek yang berbeda. Beberapa suka yang bermerek Honda, yang lain memilih Suzuki, Kawasaki, Yamaha, dan sebagainya. Jika segala perbedaan ini diterima sebagai rahmat dan disertai sikap mau membuka diri untuk mendengarkan pertimbangan yang mendasari setiap pilihan baik individu maupun kolektif, maka akan mendapatkan banyak pengetahuan menarik yang bukan saja akan semakin memperluas wawasan, melainkan juga semakin memperdalam kecintaan akan motor antik khususnya Honda CB. Ketika peneliti menanyakan tentang beragam seri motor Honda CB yang dimiliki para informan, hal tersebut senada dengan penuturan informan bernama Heru sebagai berikut: Total ada lebih dari 5 seri motor Honda CB di rumah tapi 2 masih dalam perbaikan namun yang sering saya gunakan mereknya Honda CB 100. (Sumber: wawancara dan observasi, Maret 2015) Hal ini juga ditambahkan oleh informan bernama Reog atau Mas Domo sebagai berikut: Ada Honda CB 100 dan Honda CB twin 125 tapi aku lebih sering pakai yang mereknya Honda CB 100 soalnya motor itu yang pertama kali aku punya dan sudah aku modifikasi total mulai dari kaki kaki sampai mesin. (Sumber: wawancara dan observasi, Maret 2015)
63
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Gambar 04. Honda CB untuk touring. (Sumber: Dokumentasi oleh Alfian, 2015)
Dari berbagai informasi di atas, nampaknya pengguna terbanyak adalah motor Honda CB seri CB 100 ada 4 orang, yang kemudian disusul twin 125 ada 2 orang dan masing-masing ada satu orang yang memilih seri twin 200. Jika dilihat dari selera yang berbeda-beda, para anggota SCC tidak pernah mempermasalahkan perbedaan selera ini. Hal tersebut akan membuka diri mereka dalam mendapatkan banyak pengetahuan menarik yang semakin memperdalam kecintaan akan motor Honda CB. Beberapa alasan para anggota SCC tertarik terhadap motor Honda CB cukup beragam, terlebih bagi mereka yang memilih motor Honda CB sebagai alat transportasi sehari-hari. Salah satunya Purwadi yang mengatakan asal mulanya dia tertarik terhadap motor Honda CB sebagai berikut: Kalo aku sih pakai motor Honda CB karena bentuknya yang unik. Lagipula motor yang aku pakai sekarang kebanyakan warisan dari kakek dan ayah jadi, kayak ada nilai sejarahnya gitu. (Sumber: wawancara dan observasi, Maret 2015)
64
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Alasan di atas juga nampaknya yang melatarbelakangi informan bernama Imron memberikan penuturan seperti yang diungkapkan di bawah ini sebagai beikut: Orang bilang, untuk menarik perhatian orang itu harus bermotor sport model baru dan berpenampilan keren, tetapi saya berangan-angan membalik itu semua dengan motor Honda CB yang terlihat antik dengan penampilan yang menarik dengan kapasitas tenaga sama kuat. (Sumber: wawancara dan observasi, Maret 2015) Motor Honda CB sudah lama tidak diproduksi, hal ini berimbas pada kesulitan mencari satu unit motor Honda CB yang masih lengkap. Mengingat sudah tidak ada perusahaan yang memproduksi onderdilnya yang asli. Satusatunya cara untuk membuat satu unit motor menjadi lengkap onderdilnya secara original adalah dengan cara kanibal atau repro, yakni dengan cara memakai onderdil motor sejenis untuk melengkapi satu motor. Hal ini sependapat dengan informan bernama Joko yang sehari-hari mengisi waktu senggangnya dengan berkeliling Kota memakai motor Honda CB miliknya sebagai berikut: Jaman sekarang ini tidak dibatasi penggunaan motor-motor keluaran baru sehingga minat masyarakat terhadap motor Honda CB pun hampir tidak ada selain itu sekarang jarang sekali nemuin motor Honda CB yang kondisinya masih bagus jadi untuk melengkapi satu motor bisa membutuhkan onderdil sampai tiga unit motor dan harus dirakit satu per satu. (Sumber: wawancara dan observasi, Maret 2015) Pernyataan dari informan bernama Heru tersebut sesuai dengan pandangan serupa bahwa saat ini di Kota Surakarta keberadaan motor Honda CB kalah bersaing dengan kendaraan bermotor sport modern yang kelasnya jauh di atas Honda CB. Hal ini juga diutarakan oleh informan bernama sudarno yang mengungkapkan bahwa motor Honda CB itu seperti sahabat dan tidak pernah lepas dari aktivitasnya sehari-hari, berikut ini penuturan informan tersebut:
65
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Sudah seperti sahabatku pokoknya bisa dibilang motor Honda CB itu separuh hidupku, (hehehe). Mulai dari kerja sampai sekedar berkendara Kota-Kota aku selalu pakai CB. (Sumber: wawancara dan observasi, Maret 2015)
Gambar 05. Menjual Sparepart dan variasi Honda. (Sumber: Dokumentasi oleh Alfian, 2015)
Para anggota SCC yang dinilai cukup heterogen ini mempunyai beragam pendapat dalam memaknai motor Honda CB sebagai simbol yang digunakan, namun mereka tetap memiliki satu tujuan dengan melirik dari sejarahnya, sehingga motor Honda CB dapat dihadirkan kembali sebagai hasil rekonstruksi sajarah kendaraan Honda CB. Oleh sebab itu, dengan menggunakan motor Honda CB bertujuan menanamkan pemahaman, tentang adanya perkembangan masyarakat dari masa lalu hingga masa kini dan menumbuhkan rasa tali silahturahmi sesama bikers terhadap motor Honda CB yang menjadi simbol kesederhanaan di Kota Surakarta. Untuk
mempermudah
penggambaran
berbagai
adaptasi
dalam
pelestarian kendaraan bermotor di Kumunitas SCC di atas, maka dapat disederhanakan ke dalam Matriks 01 sebagai berikut:
66
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Matriks 02 Adaptasi dalam Pelestarian Kendaraan Bermotor di Komunitas SCC No.
Adaptasi
Keterangan
67
commit to user
Relevansi
perpustakaan.uns.ac.id
1
digilib.uns.ac.id
Memodifikasi kendaraan
Modifikasi ini dilakukan Kegiatan ini sangat dengan
merekonstruksi memungkinkan aktor
kembali Honda CB yang untuk dapat semakin sudah
mulai
jarang beradaptasi
ditemui di Kota Solo. 2
Belajar tentang Honda CB
kehidupan CB.
Mempelajari berbagai hal Pembelajaran dapat mengenai
sejarah
dan memungkinkan aktor
perkembangan Honda CB semakin di Kota Surakarta. 3
4
6
7
dengan
kembali Honda CB.
Penyiapan dana didapat dari berbagai cara seperti bekerja, berwirausaha, ataupun juga berjualan spare part dari Honda CB. Simbol ini berwujud Pemaknaan simbol bahasa, gesture, warna, komunikasi dalam aliran modifikasi Honda CB, serta nama Komunitas Komunitas. Pemaknaan Simbol Kaos ini didapatkan dari setiap acara touring d melalui kaos Event atau berbagai club d luar kota solo dan biasa digunakan Club ketika berkumpul Identifikasi jenis Honda Identifikasi ini berupa pelacakan kembali jenis CB peredaran Honda CB di Solo. Menyiapkan dana
memaknai
Dana ini digunakan para aktor dalam menyesuaikan diri dengan berbagai rutinitas Komunitas. Simbol dimaknai untuk memudahkan diri aktor dalam berkomunikasi. Kaos dimaknai untuk memudahkan diri aktor dalam berkomunikasi. Identifikasi ini dapat berfungsi sebagai ide pemilihan dalam aliran berKomunitas.
(Sumber: Hasil wawancara dan observasi, Maret 2015)
2. Tujuan (Goal attainment) dalam Mempertahankan Identitas Kendaraan Bermotor di Komunitas SCC Para pakar dunia di bidang ilmu sosial, ilmu ekonomi, politik dan kebudayaan
nampaknya
terjebak 68
dalam
commit to user
mempersepsikan
apa
yang
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
sesungguhnya terjadi pada bangsa Indonesia. Penduduk seluruh dunia membayangkan Indonesia adalah kampung-kampung setengah hutan yang kumuh, banyak orang terduduk di tepi jalan karena busung lapar, anak anak putus sekolah, perampok di sana sini, orang berbunuhan karena berbagai macam sebab. Padahal di muka bumi ini tak ada orang bersukaria melebihi orang Indonesia. Tak ada masyarakat berpesta, tertawa-tawa, serta segala macam bentuk kehangatan hidup melebihi kebiasaan masyarakat kita dan budaya semacam itu sungguh memang hanya terdapat di kepulauan Nusantara (Nadjib, 2008: 14). Tak ada anggaran biaya pakaian dinas pejabat melebihi yang ada di Indonesia. Tak ada hamparan mobil-mobil mewah melebihi yang terdapat di Indonesia. Import sepeda motor apa saja dijamin laku. Hal di atas itulah yang tergambar di Indonesia, khususnya Kota Surakarta sebagai salah satu daerah kunjungan wisata, selalu banyak kunjungan baik domestik maupun mancanegara, terutama pada saat libur panjang. Peristiwa itu, terjadi karena Kota ini dikenal sebagai Kota Pariwisata, Kota Budaya, dan juga Kota Batik. Namun, tak sedikit wisatawan yang berkunjung ke Kota Surakarta karena Kota ini masih memiliki kebudayaan yang tetap ada keberadaannya dari dulu hingga sekarang, dan salah satunya adalah keberadaan motor klasik. Motor klasik dari berbagai merk dan seri atau di beberapa daerah disebut kuda besi masih populer hingga saat ini meskipun motor tersebut diproduksi puluhan tahun lalu. Sebagai Komunitas yang menduduki wilayah Kota Surakarta dan bertindak secara kolektif untuk menjadi Komunitas yang kreatif, tindakan sosial yang dilakukan oleh SCC diwujudkan dalam berbagai kegiatan. Hal ini tentunya berhubungan dengan citra Kota Surakarta sebagai Kota Budaya yang mulai pudar, tidak ditemukan lagi banyak pelajar, mahasiswa, pegawai, dan masyarakat lainnya mengendarai motor tua. Oleh sebab itu, memaknai motor Honda CB tidaklah cukup untuk melestarikan motor Honda CB di Kota Surakarta. Dengan hadirnya SCC akan menjadi tempat para anggota melakukan 69
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
aksi, sehingga dapat mewujudkan tujuan bersama melalui langkah-langkah yang tersistem. Hal tersebut dilakukan dengan beberapa hal melalui kegiatan baik dari Komunitas SCC maupun dari Pemerintah Kota Surakarta agar budaya melestarikan motor tua di masyarakat tidak semakin pudar yang dipengaruhi dari budaya barat. Selain hal di atas, tindakan tersebut tentunya disertai harapan agar masyarakat Kota Surakarta lebih dapat menghargai keberadaan kendaraan bermotor roda dua seperti Honda CB yang tergolong jenis motor tua dalam aktivitas kesehariannya. Dalam hal pelestarian motor Honda CB di Kota Surakarta, Ponang memberikan informasi sebagai berikut: Berkeliling Kota Surakarta, touring, bakti sosial, pameran motor Honda CB, mengikuti event kreatif maupun budaya yang diselenggarakan di tiap sudut Kota Surakarta dan memperingati hari besar Nasional. (Sumber: wawancara dan observasi, Maret 2015)
Gambar 06. Touring Anggota SCC ke Komunitas CB Nganjuk (Sumber: Dokumentasi oleh Alfian, 2015)
70
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Hal tersebut di atas juga sesuai dengan pernyataan dari informan bernama Tomi bahwa tidak ada siapa saja yang paling cocok melestarikan budaya Indonesia selain warga negaranya sendiri, khususnya di Kota Surakarta. SCC pun mengaku jatuh cinta pada motor Honda CB dan tidak menutup diri ketika ditawari untuk melestarikan motor Honda CB di Kota Surakarta. Apalagi hal ini juga termasuk budaya Indonesia dan dapat sebagai bentuk inovasi untuk menjaga eksistensi kendaraan tersebut dalam peredaran lalu lintas darat di Kota Surakarta. Berikut kutipan wawancara dari informan tersebut: Belum lama ini tanggal 27-28 Nopember 2015 Komunitas SCC mengikuti acara jambore Honda bikers day se-Indonesia di Bali, tujuannya ya buat menunjukkan eksistensi Komunitas SCC dan Honda CB seluruh Indonesia ke masyarakat. (Sumber: wawancara dan observasi, Maret 2015) Dalam acara ini, kurang lebih 200-an Komunitas Motor Honda seIndonesia hadir dengan jumlah partisipan kurang lebih 1.500-an. Selain dari Komunitas motor Honda CB di Kota Surakarta, peserta juga datang dari Solo, Purworejo, Kebumen, Muntilan, Magelang, Semarang, Tegal, Pekalongan, Ngawi, Kediri, Madiun, Magetan, Nganjuk, Jombang, Surabaya, Mojokerto, Depok, Jakarta, Bekasi, Tangerang, Karawang, Bogor, Bandung, Garut, Banjarbaru, Balikpapan, Kalimantan Selatan, Aceh, Bengkulu dan lain-lain. Hal ini perlu dicermati, sebab motor Honda CB telah menjadi sebuah kebutuhan yang membuat orang rela mengalokasikan waktu, menempuh beratus kilometer, dan menyisihkan anggaran secara khusus untuk menggalang keakraban dan kebersamaan secara massal, di sisi lain memungkinkan juga sebagai peluang bisnis yang menjanjikan, seperti yang terlihat pada acara ini. Dalam melakukan aksi, kegiatan yang sering dilakukan SCC adalah berkumpul setiap malam minggu di Jalan adi sumarmo tepatnya di depan Gor manahan yang bertujuan untuk tukar info seputar motor Honda CB, membicarakan tentang bisnis dan mempererat tali silahturahmi sesama anggota 71
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
SCC. Bukan tanpa alasan mereka setia dengan motor Honda CB-nya, beberapa alasannya seperti motor merupakan alat transportasi yang murah, hemat, mengurangi kemacetan, dan tentu saja lebih terlihat berkesan saat dikendari. Dari kegiatan itu, SCC semakin memperkenalkan diri sebagai salah satu Komunitas yang melakukan hal positif untuk melawan arus modernisasi yang sedang marak di Kota Surakarta. Pada kenyataannya SCC memang sangat aktif mengikuti berbagai kegiatan aksi di Kota Surakarta. Keberadaan SCC sebagai Komunitas saat ini sudah mengalami perkembangan sangat maju menjadi organisasi Komunitas yang dapat bergerak dalam banyak bidang. Perjuangan mereka memang diacungi jempol karena mereka dapat mempertahankan peninggalan sejarah dari masa lalu berupa alat transportasi yang masih dapat dikendarai di tengah arus modern yang menuntut segala aktivitas dimungkinkan dilakukan dengan sangat cepat dan tepat guna.
Setelah eksis berdiri, SCC semakin lama semakin mengukuhkan dirinya sebagai salah satu Komunitas yang patut diperhitungkan. Dalam sepak terjangnya, hal itu tentu saja menjadi nilai tambah tersendiri bagi SCC yang bisa menjadi bukti bahwa mereka sudah diterima oleh berbagai kalangan masyarakat. Namun, berbagai kendala juga dilalui oleh Komunitas yang berdiri pada tanggal 1 April 1997 ini, seperti sulit didapatkannya biaya dan kurang bersahabatnya waktu apabila kegiatan yang akan diikuti berbenturan dengan kesibukan para anggota SCC sebagai individu dengan beragam aktivitas yang heterogen. Selain itu, tidak diiringi dengan kesadaran masyarakat untuk kembali bermotor karena pada akhirnya motor Honda CB hanya menjadi pilihan kaum menengah ke bawah, baik yang karena tuntutan profesi maupun sekadar hobi koleksi. Tidak hanya itu, persaingan dalam masalah efisiensi, dan efektifitas, bisa jadi alasan untuk lebih memilih kendaraan bermotor yang lebih modern dan
72
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
nyaman untuk memenuhi kebutuhan secara cepat juga praktis yang menyebabkan ketergantungan masyarakat kepada motor-motor model baru sangat tinggi. Seperti pernyataan dari informan bernama Ahmad tentang mekanisme evaluasi aksi yang dilakukan dan hambatan-hambatan yang dihadapi SCC dalam penuturannya sebagai berikut: Kita selalu mengadakan rapat untuk mengevaluasi kegiatan yang telah dijalankan dan hambatannya selain dari biaya hanya pada anggota yang memang tidak terkumpul semua. (Sumber: wawancara dan observasi, Maret 2015)
Gambar 07. Anggota SCC sedang rapat. (Sumber: Dokumentasi oleh Alfian, 2015)
Hal di atas kembali ditegaskan juga oleh informan lain bernama fajar dalam penuturannya sebagai berikut: kurang maksimal buat masyarakat agar mau naik motor Honda CB lagi. (Sumber: wawancara dan observasi, Maret 2015) Namun, adanya permasalahan yang ada tersebut terbukti tidak mengikis semangat bermotor para anggota SCC untuk membuat motor Honda CB tetap
73
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
eksis di Kota Surakarta. Mereka tetap berusaha mengkampanyekan budaya bermotor di Kota Surakarta dengan mengikuti berbagai kegiatan yang diwujudkan sebagai gerakan mengurangi kepadatan lalu lintas karena dengan mengendarai motor yang sudah ada maka tidak perlu lagi membeli motor baru yang dapat menjadikan Kota Surakarta tambah padat oleh motor-motor baru. Sekitar 100 anggota telah bergabung dengan SCC dan bukan tidak mungkin masih banyak masyarakat yang ingin berpartisipasi seiring berjalannya aksi yang dilakukan SCC. Seperti pernyataan dari salah seorang informan bernama fajar yang mengungkapkan mengenai dasar pijakan SCC melakukan kegiatan dalam penuturannya sebagai berikut: Kita lebih sering dapat undangan dari pihak-pihak yang mengadakan acara dan meminta bantuan Komunitas SCC untuk ikut serta baik sebagai peserta atau panitia pembantu. (Sumber: wawancara dan observasi, Maret 2015) Hal di atas senada juga dengan pernyataan informan lain yang sering disapa Mas Reog dalam penuturannya sebagai berikut: Kita ngak pernah milih-milih mas jadi kalo dapat undangan ya kita ikut tapi menyesuaikan biaya soalnya kalo ngak mencukupi kadang kita terpaksa ngak bisa ikut karena masalah biaya itu tadi waktu dan jarak. (Sumber: wawancara dan observasi, Maret 2015) Berdasar uraian dan informasi di atas, maka untuk mempermudah penggambaran Tujuan dalam Pelestarian Kendaraan Bermotor di Komunitas SCC sendiri dapat disederhanakan ke dalam Matriks 02 sebagai berikut:
74
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Matriks 03 Tujuan dalam Pelestarian Kendaraan Bermotor di Komunitas SCC No. 1
Tipologi Tujuan Tujuan Kolektif
Rincian Tujuan
Keterangan
Melestarikan Honda CB Pelestarian semacam ini untuk sebagai alat transportasi
mendukung keberadaan Honda CB sebagai alat transportasi yang
layak
dipilih
untuk
masyarakat Kota. Menunjukkan eksistensi Mendukung bentuk eksistensi Komunitas.
Komunitas SCC semakin dapat dikenal Komunitas otomotif lain.
2
Tujuan Pribadi
Melestarian
warisan Menghargai warisan keluarga
keluarga
dalam wujud kendaraan yang masih bisa dirawat.
Pertimbangan
harga Pertimbangan
untuk alat transportasi
dalam kendaraan
logis
membeli dengan
aktor jenis harga
terjangkau tanpa sistem kredit.
75
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Ruang bisnis (profit)
Membuka ruang bisnis karena dapat diperjual-belikan antar sesama pecinta Honda CB.
Pemenuhan hobi
Sebagai
hobi
yang
layak
diminati masyarakat. Menambah relasi
Memungkinkan
dapat
pula
menambah relasi sosial dari anggota (Sumber: Hasil wawancara dan observasi, Maret 2015) 3. Integrasi (Integration) dalam Mempertahankan Identitas Kendaraan Bermotor di Komunitas SCC Integrasi tidak dapat dipungkiri selalu berkaitan erat dengan berbagai tindakan yang mengarah pada bentuk eksistensi, hal ini dikarenakan eksistensi sendiri tidak bisa lepas dari manusia yang menjadi titik sentral dalam menjalankan peran dan kedudukannya di dalam masyarakat melalui sikap, tindakan dan perilakunya untuk mempertahankan apa yang menjadi salah satu di antara pilihan yang jumlahnya tidak terbatas. Dari penelitian ini, dapat diketahui secara keseluruhan bahwa keberadaan motor Honda CB sebagai simbol yang digunakan SCC memang cukup unik. Para anggota SCC yang mengendarai motor Honda CB dengan tujuan melestarikan motor Honda CB agar tetap eksis di Kota Surakarta disertai penampilan jadul dari motor Honda CB yang kadang penuh dengan karat dan aksesoris aneh sehingga sering mengundang senyum dan tanggapan yang berbeda-beda, salah satunya pendapat dari informan bernama Imron yang pertama kali memang pernah mengetahui keberadaan Komunitas motor Honda CB ini dari media massa, dalam penuturannya sebagai berikut: Pernah, tapi saya taunya dari facebook masalah itu, sangat unik Komunitas motor tua Honda CB itu menurut saya. Ada yang catnya 76
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
bagus hingga yang tampak dekil juga ada bahkan motornya seperti berkarat tetap saja masih dikendarai. (Sumber: wawancara dan observasi, Maret 2015)
Gambar 07. Cover akun facebook Anggota SCC. (Sumber: Dokumentasi oleh Alfian, 2015)
Hal ini juga sesuai dengan penuturan informan bernama Bagus yang memaparkan sebagai berikut: Iya, aku pernah dengar SCC itu dari teman yang kebetulan adalah anggotanya. Komunitasnya terbilang atraktif banyak kegiatan yang positif menurut saya itu. (Sumber: wawancara dan observasi, Maret 2015) Selain itu, informan di atas juga menilai Komunitas motor Honda CB yang kerap berkumpul di depan Manahan ini tidak terkesan formal. Sehingga nampak seperti masyarakat biasa dengan pakaian biasa dan ramah dalam berkomunikasi dengan orang lain. Hal ini berdasar penuturan informan sebagai berikut: dengan adanya Komunitas ini karena tujuan mereka untuk melestarikan Honda CB agar kendaraan tersebut eksistensinya terjaga ya memang caranya dikenalkan kembali dengan cara sering berkumpul sehingga banyak orang yang melihat dan tertarik untuk mengendarainya. 77
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
(Sumber: wawancara dan observasi, Maret 2015) Bagus Kurniawan salah seorang informan yang juga salah satu penggemar motor Honda CB juga menambahkan bahwa bagi orang yang sudah berusia lanjut lebih cocok mengendarai motor Honda CB. Alasannya, motor Honda CB membuat pengendaranya duduk tegak, sedangkan motor model baru membuat punggung membungkuk. Namun tidak bagi anak muda, menurutnya motor Honda CB juga ringan dan cocok dikendarai pelan-pelan sambil bersantai juga terlihat unik ketika sudah melewati tahap modifikasi dari semua bagian. Mahasiswa Olahraga UTP Surakarta yang memiliki motor Honda CB Seri CB100 ini menambahkan bahwa memang sulit menemukan motor Honda CB dalam kondisi masih baik. Penggemar Honda CB harus mencari bagian motor satu per satu dari hasil berburu di berbagai pasar loak dan tukang besi tua lalu merangkainya, tapi yang paling penting adalah kerangka motornya itu masih dalam kondisi original dan terkesan antik. Selain hal tersebut, ada informan lain yaitu Bapak Sudarno yang mengatakan bahwa beliau tergabung dalam Komunitas Roda Besi Pasar Klitikan Surakarta merupakan tempat bertemunya para anggota yang sesama pedagang melalui kegiatan jual beli sehari hari. Memang berbeda dengan SCC yang melestarikan motor Honda CB, Komunitas Roda Besi Surakarta menggunakan Onderdil dan variasi motor tua berbagai merk sebagai alat untuk mempertahankan barang yang dulu pernah eksis pada masanya dan kini mulai dilupakan yang tidak terlepas dari perkembangan motor jenis baru yang berkembang dengan pesat. Namun informan ini memaparkan informasi terkait keberadaan SCC dalam penuturannya sebagai berikut: SCC mas ya cuma sekedar ngobrol dan pastinya jual beli onderdil variasi untuk Honda CB mereka dari orisinil sampai yang repro (Sumber: wawancara dan observasi, Maret 2015) Motor Honda CB memang bukan menjadi tontonan baru bagi warga di Kota Surakarta, motor Honda CB memang sudah ada jauh sebelum motor ini 78
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
hanya digunakan sebagai kendaraan dinas khusunya perhutani dan kantor pos dan berbagai komoditi sayuran di daerah pegunungan dan kegiatan pasar. Namun yang menjadi hal baru adalah motor Honda CB dimake-up dan diperbaharui seperti motor yang baru keluar dari pabrik bahkan terkadang lebih terlihat menarik dipandang, sekarang pandangan motor Honda CB menjadi besi tua tidak pernah ditemui lagi. Berbeda pada tahun 1970-an motor Honda CB yang menjadi alat transportasi oleh berbagai kalangan termasuk sebagai motor dinas pemerintahan di Kota Surakarta. Di jaman ini, tidak jarang motor Honda CB banyak dimanfaatkan sebagai sarana refreshing bagi para anggota SCC untuk menjelajah jalan raya di sore hari setelah kepenatan beraktifitas di kantor dan sekolah. Selain itu, motor Honda CB juga dimanfaatkan sebagai sarana bisnis di kalangan kolektor dan pengguna Honda CB. Ini tidak terlepas dari adanya Komunitas Honda CB, kolektor, dan penjual motor variasi serta onderdil Honda CB di Kota Surakarta ini. Informan bernama Imron mengungkapkan pendapatnya mengenai Komunitas motor di Kota Surakarta dalam penuturannya sebagai berikut: Biasanya itu saya bermotor buat kegiatan sehari-hari salah satunya berpergian ke suatu tempat untuk nongkrong, di sana banyak bertemu dengan anggota Komunitas lain untuk bertukar informasi tentang motor Honda CB yang sudah di modifikasi atau custom. (Sumber: wawancara dan observasi, Maret 2015) Berdasarkan wawancara yang telah dilakukan oleh beberapa informan di Kota Surakarta, para informan memang ada yang berpandangan positif dan negatif dengan keberadaan Komunitas motor Honda CB. Contohnya beragam pendapat muncul terhadap keberadaan SCC dalam melakukan aksi Komunitas melalui berbagai kegiatan baik dari SCC maupun dari Pihak Kepolisian atau Pemerintahan Kota Surakarta. Hal ini juga disampaikan oleh informan bernama Tomi yang memandang sangat positif terhadap kegiatan yang dilakukan SCC dalam penuturannya sebagai berikut:
79
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
sosial dan berkeliling Kota dengan motor Honda CB karena kegiatan itu sangat mendukung Kota Solo agar tidak terjadi kemacetan dan kepadatan lalu lintas dengan bermotor klasik sehingga tidak perlu membeli motor baru. (Sumber: wawancara dan observasi, Maret 2015) Sebuah pendapat dari Mahasiswa Sosiologi UNS ini tidak hanya sekedar ucapan saja, namun dia pernah melakukan aktivitas bermotor dengan motor Honda CB di Kota Surakarta. Meski pun hanya berkeliling di Kota Solo maupun di kampus, namun ia berperan kecil untuk mengurangi kepadatan lalu lintas yang semakin tidak terkendali khususnya di Kota Surakarta. Dari hasil aksi yang dilakukan SCC dalam melestarikan motor Honda CB di Kota Surakarta melalui kegiatan baik dari SCC sendiri, maupun dari pihak-pihak yang berkepentingan di Surakarta, diketahui bahwa terdapat minat dari masyakarat yang tertarik untuk bergabung dengan SCC, yang pada dasarnya berasal dari bermacam-macam daerah dari dalam maupun luar Kota Surakarta. Hal tersebut berdasar penuturan informan bernama Bagus sebagai berikut: Setiap kegiatan berlangsung ada juga orang yang tanya-tanya tentang SCC dan ingin bergabung. (Sumber: wawancara dan observasi, Maret 2015) Selain itu, SCC dalam pergerakannya tidak pernah memaksakan masyarakat untuk mau bergabung dengan Komunitas ini, hal ini seperti yang diungkapkan oleh Ponang dalam penuturannya sebagai berikut: Kita nggak pernah memaksa orang untuk ikut bergabung jadi ya kesadaran sendiri saja kalo tertarik pasti kita terima dengan baik tapi ya minimal tetep ada identitas untuk menjadi anggota, minimal motor CB, hehe. (Sumber: wawancara dan observasi, Maret 2015) Dari wawancara mendalam yang telah dilakukan, penelitian ini menemukan bahwa dalam penerimaan anggota baru, SCC selalu mengadakan kegiatan inisiasi atau ospek layaknya masuk sebagai pelajar baru yang penuh 80
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
keanehan dan keunikan. Bahkan anggota SCC bernama Budi yang kerap dipanggil Kuncung oleh teman-temannya, beranggapan bahwa kegiatan inisiasi memang terlihat aneh namun tujuannya melatih keberanian dari anggota baru dan mengakrabkan dengan anggota lainnya. Beberapa pendapat oleh para informan, salah satunya dari budi yang mengungkapkan mekanisme untuk bergabung dengan SCC dalam penuturannya sebagai berikut: nongkrong dulu bareng anggota lainnya dan kita lihat keseriusan dia habis itu baru kita beri inisiasi seperti menyanyi di depan umum tanya jawab seputar Honda CB dan wawasan tentang kebangsaan. (Sumber: wawancara dan observasi, Maret 2015) Hal serupa juga diungkapkan oleh informan bernama Mustofa dalam penuturannya sebagai berikut: Kayak masuk sekolah aja mas. Hehe kita kasih tantangan dulu ya tujuannya positif buat diri sendiri juga pengakraban dengan anggota lain. (Sumber: wawancara dan observasi, Maret 2015) Dari penyataan tersebut dapat diketahui bahwa tidak sulit untuk bergabung dengan SCC, bahkan siapapun bisa menjadi anggota SCC asalkan mempunyai motor Honda CB dan tidak ada batas usia. Salah satu informan lain yang bernama Eko juga menambahkan dalam penuturannya sebagai berikut: aja sih kalo mau bergabung tinggal datang aja dan jangan lupa bawa motor Honda CB soalnya kita sangat terbuka buat semua orang mau dalam bentuk orisinil ataupun sudah modifikasi motornya. (Sumber: wawancara dan observasi, Maret 2015) Mengembalikan Kota Surakarta ke jaman dimana motor klasik masih digunakan sehari hari memang tak semudah membalik telapak tangan, tapi itu bukan suatu hal yang mustahil. Hal ini terlihat dari pabrik kendaraan bermotor terus berinovasi serta kerap melakukan promosi besar-besaran pada masyarakat dengan tawaran yang menggiurkan. Betapa tidak, dengan uang muka ratusan 81
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ribu saja sudah bisa membawa pulang sepeda motor baru. Berikutnya mencicil sesuai dengan pilihan kemampuan ekonomi hingga jangka waktu tertentu. Fenomena tersebut dinilai para anggota SCC sebagai sebuah tantangan. Ini tidak terlepas dari figur publik di Kota Surakarta, terutama pemerintah yang mau turun tangan dengan memberi dukungan. Dukungan itu seperti mewujudkan dukungannya dengan memberi space ruang untuk Komunitas motor berkumpul seperti di manahan dan memberikan prioritas bagi pengendara motor dalam pemanfaatan ruas jalan setiap malam Minggu di seputaran Stadion Manahan dan di sekitar Kota Surakarta. Sebuah lompatan kebijakan yang cukup mengundang semua pihak untuk memanfaatkannya semaksimal mungkin. Hal ini juga dikeluhkan oleh para anggota SCC yang melihat banyak Komunitas motor yang berkumpul tak beraturan sehingga menggangu pengguna jalan yang lain khusunya mobil. Secara umum, SCC melestarikan motor Honda CB dan memperkenalkan kepada masyarakat tentang motor Honda CB dalam aktivitas kesehariannya melalui berbagai tampilan modifikasi jenis motor baru menjadi Honda CB. Di Kota Surakarta, banyak sekali pengguna kendaran bermotor khusunya roda dua namun jalur yang digunakan sama dengan kendaraan yang lain termasuk angkutan umum hal ini sangat berpengaruh terhadap kemacetan lalu lintas di Solo yang bertambah tahun bertambah macet juga. Praktis pengendara motor Honda CB juga tidak bisa memanfaatkan jalur motor yang ada seperti berhenti di ruang khusus pengendara bermotor ketika di lampu merah karena disebakan ruang khusunya lebih kecil sedangkan kendaraan bermotor lebih banyak, dan harus meliuk masuk jalur sebelah kanannya, yang artinya mengandung risiko yang lebih tinggi. Faktor keamanan memang hal yang paling penting. Bila adanya jalur motor tersebut lebih banyak memberikan nilai keamanan yang lebih baik bagi pengguna motor, tentu pemakai kendaraan motor bagi aktivitas sehari-hari akan meningkat lebih drastis. Dalam hal ini ada faktor lain yang berperan, yaitu faktor gebrakan dari suatu program. Tanpa pemahaman akan 82
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
pentingnya peningkatan nilai keamanan bagi pengendara motor, maka tidak bisa diharapkan pengguna motor khususnya Honda CB akan bisa meningkat tajam dan lebih kena pada sasaran agar SCC yang memliki peran menarik juga melestarikan motor Honda CB yang pernah menjadi alat transportasi jaman dahulu tetap eksis di Kota Surakarta. Dari wawancara mendalam yang telah dilakukan, diketahui bahwa keberadaan SCC dalam ikut serta menyukseskan program kepolisian dalam hal safety riding dan tertib berlalu lintas berjalan dengan cukup baik, namun kurang diminati oleh sebagian anak muda di Kota Surakarta yang merasa malu apabila naik motor Honda CB yang notabenya adalah motor tua. Padahal motor Honda CB ini dapat dilihat sebagai ajang berekspresi, menampilkan kreasi menyulap motor yang tidak bernilai, menjadi barang yang bernilai mahal tergantung kualitas besi, keunikan dan perpaduan warna motornya serta model modifikasi yang baru trend saat ini. Terlepas dari keunikan yang kurang digemari oleh mereka masih banyak ditemui melakukan aktivitasnya dengan mengendarai motor motor. Inilah fenomena yang ditemukan di Kota Surakarta di mana belum meratanya sosialisasi untuk merubah kebiasaan masyarakat yang sering menggunakan mobil menjadikan sarana jalan semakin sempit dan menyebabkan kemacetan, dalam mencapai suatu tempat membutuhkan waktu dan bahan bakar yamg lebih. Sementara itu, cukup sulit melakukan perubahan perilaku berkendara masyarakat dalam waktu singkat. Salah satu informan, Galih mengatakan bahwa kurang berminat bermotor karena mereka lebih memikirkan gengsi dari pada efesiensi jarak dan waktu. Hal ini menyebabkan pragmatisme menjadi pilihan yang tidak dapat ditawar. Ketika peneliti menanyakan apakah SCC melakukan pelanggaran setiap bermotor di jalan, Ponang menuturkan sebagai berikut: Soalnya aku belum pernah ketemu mereka pas di bangjo, jadi aku kurang tau banget mereka pernah melakukan pelanggaran apa ngak,
83
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
kebanyakan anggota selalu mengikuti aturan standart motor layak jalan. (Sumber: wawancara dan observasi, Maret 2015)
Gambar 08. Touring dan bakti sosial ke daerah bencana. (Sumber: Dokumentasi oleh Alfian, 2015)
Berbeda dengan Ponang, informan lain yang bernama Solikin menuturkan sebagai berikut: Nggak pernah, soalnya aku belum pernah melihat mereka melanggar, saat operasi pun lancar lancar saja. (Sumber: wawancara dan observasi, Maret 2015) Dengan maraknya penggemar motor Honda CB tentunya patut disyukuri, karena penggunaan kendaraan bermotor dan juga motor Honda CB yang saat ini semakin menjamur di kalangan anak muda, dengan demikian akan pula mengurangi kemacetan Kota di samping itu juga akan lebih menghemat waktu dan bahan bakar. Dampak lain yang juga patut disyukuri adalah terjadinya pergeseran nilai, kalau beberapa tahun silam yang lalu para penggemar motor Honda CB itu identik dengan kalangan atas dan pejabat pemerintahan sebagai motor dinas, sekarang ini ajang mengkoleksi motor klasik atau Honda CB menjadi suatu kebanggan dan menghilangkan gengsi. 84
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Keberadaan SCC sebagai Komunitas motor Honda CB saat ini sudah mengalami perkembangan sangat maju menjadi organisasi Komunitas yang dapat bergerak dalam kegiatan-kegiatan Komunitas motor yang semakin marak di Kota Surakarta. Tak sedikit event besar yang diselenggarakan di tiap sudut Kota diikuti Komunitas ini. Seperti penuturan dari Ketua SCC yang pernah memperingati hari ulang tahun Kota Surakarta dan salah satunya berpartisipasi mengikuti konvoi keliling Kota serta kampanye selamat berlalu lintas. Selain itu, iring-iringan motor Honda CB dan Komunitas lain sering terlihat melintasi ruas-ruas jalan Kota Surakarta. Meskipun motor Honda CB kini memang kian terpinggirkan. Namun, dengan segala upaya dari Komunitas ini tetap akan mempertahankan keberadaan motor Honda CB yang memiliki nilai sejarah yang tinggi ini dengan cara merawat mengkoleksi dan memodifikasi. Berkaca pada fenomena SCC dalam pelestarian alat transportasi berupa Honda CB, maka dapat dipandang bahwa para pelaku dalam SCC melakukan sebuah tindakan representasi kepercayaan yang diyakini dan diimplementasikan dalam sikap. Lebih lanjut komponen kognitif berisi persepsi, kepercayaan dan stereotipe yang dimiliki individu dalam SCC mengenai sesuatu merupakan perasaan yang menyangkut aspek emosional subjektif seseorang terhadap suatu objek sikap. Secara umum komponen semacam ini disamakan dengan perasaan yang dimiliki terhadap sesuatu. Pada lain hal tindakan konatif yang dilakukan oleh SCC merupakan aspek kecenderungan berperilaku tertentu sesuai dengan sikap yang dimiliki oleh seseorang. Dalam struktur sikap komponen ini menunjukan bagaimana perilaku atau kecenderungan berperilaku yang ada dalam diri seseorang berkaitan dengan objek sikap yang dihadapinya. Untuk menyederhanakan penjelasan di atas, maka dapat disederhanakan ke dalam Matriks 03 sebagai berikut:
85
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Matriks 04 Integrasi dalam Pelestarian Kendaraan Bermotor di Komunitas SCC No. 1
Bentuk Integrasi Touring
Keterangan
Fungsi
Kegiatan ini berwujud sebagai Semakin
menambah
perjalanan secara berkelompok kepercayaan diri dari untuk
menghadiri
kegiatan
di
berbagai aktor dalam mengukur
luar
wilayah kemampuan kendaraan
Komunitas SCC. 2
Arisan Komunitas
dalam jarak jauh.
Arisan dilakukan setiap tiga Selain bulan
sekali
dengan
dapat
iuran merekatkan
untuk anggota,
sebesar Rp. 120.000,- untuk arisan ini juga sebagai setiap anggota dan dilakukan bentuk dengan sistem bergilir. 3
Pendidikan Pelatihan
4
penggalangan
dana bagi Komunitas.
dan Kegiatan ini dilakukan setiap Diklat
ini
berfungsi
(Diklat) satu tahun sekali pada waktu sebagai pendidikan bagi
anggota baru
ulang tahun Komunitas SCC.
anggota secara mental.
Bakti Sosial
Bakti Sosial meliputi rutinitas Kegiatan
ini
sebagai
buka bersama dengan berbagai bentuk kepedulian dari panti asuhan, korban bencana, Komunitas hingga penggalangan dana. 5
terhadap
lingkungan sekitar.
Kontribusi di
Modifikasi dan kontribusi di Kegiatan
berbagai event
berbagai event balap motor semakin menunjukkan
modifikasi dan
selalu diikuti oleh perwakilan eksistensi dan prestisius
kejuaraan balap
dari Komunitas dan anggota bagi anggota dalam satu
motor
lain hanya menjadi crew. 86
commit to user
ini
dapat
Komunitas yaitu SCC.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
(Sumber: Hasil wawancara dan observasi, Maret 2015) 4. Pemeliharaan Pola (Latency) dalam Pelestarian Kendaraan Bermotor di Komunitas SCC Banyak masyarakat yang tertarik melestarikan motor Honda CB dikarenakan oleh publikasi yang diselenggarakan oleh para anggota SCC dan club motor klasik melalui acara kumpul rutin, event Komunitas dan juga kontes yang berhubungan dengan motor kalasik. Berikut temuan yang didapat oleh peneliti, ketika menanyakan kepada informan yang dalam penelitian ini sebagai masyarakat tentang tujuan berdirinya SCC, Angga dalam penuturannya memaparkan sebagai berikut: Kurang tau banyak sih mas tapi yang pernah aku dengar SCC itu Komunitas Honda CB yang tujuane untuk sekedar sharing dan melestarikan Honda CB di semua kalangan agar kendaraan seperti itu juga tidak semakin hilang di tengah peredaran berlalu-lintas Kota Surakarta. (Sumber: wawancara dan observasi, Maret 2015) Dari penyataan tersebut dapat diketahui bahwa perhatian dari masyarakat sedikit banyak berperan dalam kelestarian motor kalsik ataupun Honda CB di Kota Surakarta, terutama generasi muda yang semakin suka dengan motor jadul karena keunikannya dan juga mereka yang suka atau memiliki hobi modifikasi motor lama. Salah satu informan lain yang bernama shadam juga menambahkan dalam penuturannya sebagai berikut: Tau sedikit, kalo SCC itu gak cuman melestarikan budaya bermotor dengan motor Honda CB tapi pengen mengajak masyarakat juga mau menggemari motor model lama atau klasik dengan memodifikasi dalam berbagai bentuk tapi masih nyaman untuk dikendarai. (Sumber: wawancara dan observasi, Maret 2015) 87
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Selain event SCC, para anggota SCC juga memiliki serangkaian event lainnya dalam rangka melestarikan motor klasik khusunya modifikasi Honda CB di Kota Surakarta yang telah dipaparkan sebelumnya. Di samping itu, antusiasme masyarakat untuk menyaksikan event tersebut memang begitu besar, salah satu informan yang bernama Imron juga mengungkapkan demikian tentang kegiatan yang diikuti SCC sesuai dengan tujuan yang diharapkan dalam penuturannya sebagai berikut: Saya rasa sesuai karena setiap anggota maupun non anggota selalu punya semangat untuk mengikuti acara baik hanya sekedar berkendara atau ajang adu modifikasi motor Honda CB sebagai simbol SCC. (Sumber: wawancara dan observasi, Maret 2015) Pernyataan dari Imron tersebut sesuai dengan pendapat dari informan bernama Angga dalam penuturannya sebagai berikut: Kegiatan mereka sangat baik dalam rangka melestarikan motor Honda CB dan sangat sesuai dengan tujuan yang diharapkan terlihat dari kegiatan-kegiatan yang dilakukannya. (Sumber: wawancara dan observasi, Maret 2015)
Kegiatan atau event yang bertujuan untuk melestarikan motor Honda CB tersebut lambat laun bergerak perlahan menjadi kebudayaan yang sulit dihilangkan atau menjadi agenda rutin. Kebudayaan adalah kompleks yang mencakup keseluruhan pengetahuan, keyakinan, kesenian, moral, hokum, adat istiadat dan lain kemampuan-kemampuan serta kebiasaan-kebiasaan yang didapatkan manusia sebagai anggota masyarakat. Dalam beberapa hal, budaya merupakan kepribadian masyarakat, oleh sebab itu tidak mudah menentukan batasan-batasannya. Kebudayaan juga dipandang sebagai hasil karya, rasa dan cipta masyarakat. Karya masyarakat menghasilkan teknologi dan kebudayaan 88
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
kebendaan yang diperlukan manusia untuk menguasai alam sekitarnya, agar kekuatan serta hasilnya dapat diabdikan untuk keperluan masyarakat. Kebudayaan yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah SCC yang menjalankan
perannya
untuk
menghasilkan
kebudayaan
dengan
cara
melestarikan motor Honda CB di Kota Surakarta. Pemeliharaan pola dalam bahasan ini menjadi tanda dimana Komunitas SCC dalam berbagai tindakannya dan pergerakannya selalu memungkinkan upaya pelestarian Honda CB di dalam Komunitas atau di luar Komunitas. Berdasarkan sarian hasil dari wawancara dengan informan pada penelitian ini sendiri maka peneliti mulai mengidentifikasi berbagai tindakan yang mengarah pada pemeliharaan pola oleh Komunitas SCC, di antaranya yaitu: a. SCC dipercaya sebagai Tim Penyelenggara dari event Honda Classic Club Indonesia (HCCI) di tingkat Nasional SSC sebagai salah satu Komunitas motor di Kota Solo sudah berdiri sejak tahun 2000 dan masih eksis seiring perkembangan kelembagaan di dalamnya. Kekompakan dari para anggota yang diiringi loyalitas terhadapnya semakin menambah kuat modal diri dari SCC. Berbagai kegiatan yang sering diikuti oleh SCC terbukti mampu melambungkan dirinya sebagai Komunitas otomotif dengan loyalitas anggota yang tidak dapat diragukan kembali. Hal ini yang nampaknya ditangkap oleh Ikatan Motor Indonesia (IMI) untuk memilih SSC sebagai salah satu panitia penting dalam penyelenggaraan event Honda Classic Club Indonesia (HCCI) tingkat Nasional yang bertempat di Kota Solo. Kepercayaan ini kemudian dibayar oleh para anggota dengan kinerja yang sangat membanggakan,
terbukti
dari
publikasi
yang
dilakukan
mampu
mendatangkan massa kurang lebih sekitar 1000 personil pecinta motor klasik Honda di seluruh Indonesia. Acara ini merupakan acara tahunan yang selalu diselenggarakan rutin dan lokasinya bergilir.
89
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Kegiatan HCCI ini adalah sebuah acara yang dianggap penting oleh seluruh Komunitas CB yang ada di Indonesia karena di dalamnya disertakan berbagai piagam yang menjadi prestisius tersendiri bagi yang mendapatkannya. Kebanggaan untuk ikut serta dalam acara ini dirasakan sebagai bentuk upaya mendukung keberadaan motor klasik yang masih dapat dijaga untuk wilayah Indonesia. Acara ini juga terbukti semakin menjadikan anggota SCC bertambah loyal dalam Komunitasnya sendiri. b. Interaksi dijaga dengan rutinitas berkumpul anggota Untuk menjaga pola dalam pelestarian dan mendukung eksistensi dari Komunitas SCC sendiri, para anggota SCC selalu menyempatkan diri untuk berkumpul di sekitaran Stadion Manahan dan disertai acara rolling Kota untuk menunjukkan kepada masyarakat umum bahwa Komunitas dan kendaraan yang digemarinya masih ada di dekitaran warga Kota serta layak untuk dikenal. Kegiatan ini dimaksudkan untuk semakin menambah ruang anggota SCC dapat lebih berinteraksi dengan masyarakat umum ataupun juga dengan sesama anggota SCC lainnya. Kegiatan ini dimulai pukul 20.00 WIB yang selalu rutin diikuti oleh setiap anggota SCC. Interaksi menjadi bagian penting dalam sebuah gerak Komunitas, termasuk juga bagi SCC karena dengan interaksi inilah para anggota semakin dapat memahami aksi Komunitas tidak semata dikenal dan dianggap sebagai ceremonial otomotif saja. Interaksi berfungsi sebagai media dalam pelestarian kendaraan bermotor. Hal ini menjadi bagian penting karena dengan minimnya komunikasi maka akan semakin meruntuhkan eksistensi dari Komunitas yang bersangkutan, dampaknya adalah bahwa pelestarian yang menjadi tujuan bersama akan sangat sulit dimungkinkan.
90
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Rutinitas berkumpul SCC sendiri sering dipandang oleh warga sebagai bentuk koordinasi diri dalam pengembangan keberlangsungan kendaraan yang mereka jadikan tunggangan. Dari kegiatan ini pula para anggota semakin dapat saling unjuk kemampuan dan ide dalam memodifikasi kendaraannya sebagai bagian dari rekonstruksi kendaraan Honda CB yang sudah hampir punah di wilayah Kota Solo sendiri. Rutinitas ini pula yang menjadikan setiap anggota diharapkan mampu lebih mencintai Komunitasnya untuk menempa jiwa loyalitas anggota sebagai satu kesatuan yang memiliki peran pemeliharaan pada satu alat transportasi darat masyarakat berupa Honda CB. c. SCC dapat memungkinkan berkembang sebagai Event Organizer dalam suatu kegiatan otomotif Dari
berbagai
prestasi
yang
sudah
diraih
SCC,
seiring
pergerakannya nampaknya SCC memiliki berbagai potensi yang salah satunya dapat berkembang menjadi tim penyelenggara dari berbagai kegiatan otomotif. Hal ini dikarenakan sebagian besar anggota SCC sendiri sudah sangat berpengalaman dalam penyelenggaraan berbagai event. Bahkan beberapa Komunitas lain sering merapat ke SCC untuk ikut serta dalam proses penyelenggaraan event otomotif di Kota Solo. Pengembangan semacam ini tentunya tidak dapat mudah dilakukan karena biasanya selalu terbentur regulasi yang membatasi Klub motor tertentu dalam aktivitas profit. Namun ini tidak menjadi satu alasan baku untuk pergerakan SCC, tanpa menggunakan nama Komunitas, para anggota seringkali melebur menjadi satu Komunitas penyelenggara bersama anggota Komunitas lain dalam mengembangkan diri untuk kesuksesan satu acara yang mereka selenggarakan. Beberapa tokoh di dalamnya juga ada yang memiliki modal ekonomi kuat sehingga sangat memungkinkan dalam 91
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
hal pendanaan awal tidak akan menjadi satu kesulitan yang dirasakan oleh anggota. Pergerakan SCC di ranah penyelenggaraan kegiatan juga sudah sangat dikenal oleh Komunitas lain, tak jarang pula sistem bekerja mereka sering diadopsi dan diimitasi oleh Komunitas otomotif lain. Perkembangan yang lebih terkini, menunjukkan beberapa anggota SCC sudah mampu bergerak di bidang lain dengan bantuan dari beberapa rekan lain untuk rintisan usaha event organizer di luar Komunitas SCC. Hal ini secara tidak langsung dapat mempengaruhi loyalitas anggota SCC untuk selalu menjaga pola pergerakan di dalam maupun di luar Komunitas SCC sebagai bentuk eksistensi pemeliharaan pola yang dilakukan oleh setiap anggota dalam satu tujuan bersama. d. SCC sebagai ruang pembelajaran Komunitas dan pengembangan skill otomotif Uraian sebelumnya menunjukkan bahwa SCC semakin berkembang dari tahun ke tahun berikutnya sebagai Komunitas dengan eksistensi yang tidak diragukan lagi. SCC sendiri dapat terjaga eksistensinya salah satunya karena keberadaan Bengkel milik Mas Joko (JW Motor) dan milik Mas Bendot (B-Custom). Kedua tempat ini berlokasi di Mojosongo yang menjadi tempat berkumpul para anggota SCC dalam menggali informasi terkait perkembangan Honda CB di Kota Solo. Di tempat inilah pula para anggota sesekali juga menimba ilmu dalam perawatan dan penanganan mesin kendaraannya masing-masing. Bengkel ini menjadi bentuk representasi dari Komunitas SCC karena di kedua bengkel inilah berbagai tipe jenis dan aliran modifikasi Honda
CB
berbaur
dan
berkumpul
menjadi
satu
untuk
saling
mengakrabkan diri dan berbagi informasi dalam pemenuhan spare part kendaraan yang sudah mulai jarang ditemukan. Bengkel ini juga sekaligus 92
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
merangkap sebagai tempat sekretariat dari SCC yang sangat memudahkan orang lain untuk mengakses keberadaan SCC yang biasanya dilakukan oleh Komunitas lain dalam memberikan undangan kegiatan otomotif atau berbagi berbagai informasi lain yang kesemuanya berfungsi bagi pelestarian Honda CB di Kota Solo. Dari uraian ini maka jelas bahwa SCC tidak sekedar sebuah Komunitas motor, namun juga sebagai ruang dalam pembelajaran Komunitas serta ruang pengembangan skill anggotanya ataupun warga dan Komunitas lain kaitannya dalam perawatan mesin kendaraan yang mendukung eksistensi Honda CB sebagai bentuk pelestarian kendaraan bermotor alat transportasi darat masyarakat Kota yang layak digunakan dan dijaga pelestariannya. Hal ini sangat penting untuk mengontrol perkembangan dari kendaraan bermotor modern lain yang pertumbuhannya semakin tidak terkontrol untuk di wilayah Kota Solo. e. SCC
mendukung pergerakan
berbagai klub otomotif lain untuk
berkembang di Kota Solo Dengan eksistensi SCC di ranah Komunitas yang ada di Kota Solo sendiri nampaknya sangat berpengaruh pada perkembangan berdirinya Komunitas lain yang ada di Kota Solo. Berbagai klub seperti CB Bensol (Bengawan Solo) dan CB trah (Surakarta) serta CB ASU (Anak Surakarta) dan lain-lain adalah rintisan dari SCC dalam berKomunitas. Perintisan berbagai Komunitas baru Honda CB tersebut dilatar belakangi alasan jarak dan jangkauan dalam berKomunitas, sehingga Komunitas baru pun dirintis dengan tetap masih menginduk ke dalam SCC sendiri. Seiring perkembangannya, berbagai Komunitas baru tersebut juga semakin berkembang dengan keanggotaan beragam disertai aktivitas pelestarian Honda CB di Kota Solo yang beragam pula. Semakin berkembangnya Komunitas ini maka semakin menunjukkan giatnya para
93
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
pecinta Honda CB untuk semakin melestarikan dan merekonstruksi Honda CB kembali. Berbagai klub rintisan CB tersebut juga sering sesekali berkumpul dengan SCC sebagai bentuk perawatan jaringan antar anggota dan penegasan identitas diri kaitannya dalam pelestarian kendaraan bermotor berupa Honda CB di Kota CB. Terjaganya jaringan semacam ini terbukti sangat berpengaruh dalam komunikasi kolektif antar klub motor dalam penyelenggaraan berbagai kegiatan otomotif di Kota Solo. Bahkan dari itu pula maka jaringan sosial dapat dikembangkan sebagai ruang bisnis yang semakin dapat merangsang para anggota untuk tambah melestarikan kendaraan bermotor miliknya dan memudahkan ruang publikasi terkait eksistensi Komunitas bermotor Honda CB di wilayah Kota Solo. Untuk lebih menjelaskan berbagai uraian di atas, maka dapat dilihat dalam Matriks 04 sebagai berikut:
94
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Matriks 05 Pemeliharaan Pola dalam Pelestarian Kendaraan Bermotor di Komunitas SCC No.
Bentuk Pemeliharaan Pola
Keterangan
Relevansi
1
SCC dipercaya sebagai Tim Penyelenggara dari event Honda Classic Club Indonesia (HCCI) di tingkat Nasional
HCCI merupakan even nasional dengan sistem penyelenggaraan bergilir yang diselenggarakan rutin setiap tahun di Kota-Kota besar.
Kepercayaan sebagai panitia merupakan prestasi prestisius yang dimiliki SCC sebagai salah satu Komunitas di Solo.
2
Interaksi dijaga dengan Rutinitas mingguan rutin Rutinitas ini sebagai rutinitas berkumpul anggota bertempat di Manahan. ruang komunikasi.
3
SCC dapat memungkinkan berkembang sebagai Event Organizer dalam suatu kegiatan otomotif
4
SCC sebagai ruang Aktivitas ini berada di Komunitas menjadi pembelajaran Komunitas sekretariat SCC yang ada sebuah ruang untuk di Mojosongo. menunjukan identitas.
5
Menambah pengetahuan Aktifitas ini berguna tentang mesin dan skill ketika mengalami kendala individu mesin seprti macet ketika touring
Pengetahuan ini bertujuan agar tidak terlalu bergantung terhadap bengkel.
6
SCC mendukung pergerakan berbagai klub otomotif lain untuk berkembang di Kota Solo
Perintisan Komunitas dapat mendukung gerakan bersama dalam pelestarian.
Potensi ini muncul didasari oleh kekompakan tim dan kemampuan berorganisasi dari anggota
SCC dapat merintis Komunitas Honda CB baru lain di wilayah sekitaran Surakarta.
Pengembangan ini mampu merangsang minat dan loyalitas anggota dalam SCC.
(Sumber: Hasil wawancara dan observasi, Maret 2015)
95
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
C. Pembahasan Banyak ahli telah menyatakan bahwa Komunitas merupakan suatu kelompok yang anggotanya memiliki ciri-ciri serupa, yang biasanya dihimpun oleh rasa memiliki atau bisa pula ikatan dan interaksi sosial tertentu yang menjadikan kelompok itu sebagai suatu identitas sosial tersendiri. Berdasarkan pandangan Glen (dalam Adi, 2008) menerangkan bahwa aksi Komunitas melibatkan masyarakat untuk menyampaikan tuntutan mereka pada para pembuat kebijakan dan menunjukkan apa yang menjadi minat dan kepentingan mereka serta mereka mengharapkan agar para pembuat kebijakan mau menanggapi tuntutan mereka. Glen (1993) menyatakan bahwa aksi Komunitas biasanya terkait dengan suatu isu khusus yang dirasa merisaukan oleh suatu Komunitas. Isu tersebut mungkin merupakan isu yang khusus bagi sekelompok orang yang berada di wilayah tertentu atau mungkin merupakan isu yang dirasakan oleh masyarakat secara umum. Kesamaan pengalaman terhadap hal yang dianggap tidak menyenangkan tersebut dapat menjadi tenaga penggerak untuk mengorganisasi kekuatan yang akan memunculkan solidaritas kolektif. Solidaritas kolektif ini merupakan tenaga penggerak yang utama untuk munculnya suatu gerakan Komunitas (community movement). Tanpa adanya solidaritas kolektif sebagai energi utama dari gerakan ini, aksi-aksi yang akan dilakukan menjadi lemah dan tidak mempunyai cukup kekuatan untuk memengaruhi para pembuat kebijakan. Ketika masyarakat (Komunitas) ingin menggoyang suatu sistem yang sudah mapan, mereka sangat membutuhkan adanya solidaritas kolektif untuk menjamin keberhasilan gerakan mereka. Setiap orang harus belajar mengisi peran, seperti halnya suatu Komunitas yang mempelajari peran sekurang-kurangnya melibatkan dua aspek: (1) Kita harus belajar melaksanakan kewajiban dan menuntut hak-hak suatu peran. (2) Kita harus memiliki sikap, perasaan dan harapan-harapan yang sesuai
96
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dengan peran tersebut. Dari kedua aspek ini, aspek kedualah yang lebih penting. Hampir setiap orang dalam Komunitas dapat mempelajari bagaimana mengisi suatu peran. Apabila tidak dapat mengisi suatu peran dengan senang dan sukses tanpa disosialisasikan untuk menerima nahwa peran tersebut berguna, memuaskan dan sesuai (Horton dan Hunt, 1999). 1. Peran SCC Mempertahankan sebuah identitas Honda CB dilihat dari Aksi Komunitas Telah dijelaskan pada bab sebelumnya, ketika para anggota SCC menggunakan Honda CB untuk melestarikannya, maka yang terjadi bukan sekedar menjadikannya sebagai kegiatan relaksasi setelah disibukkan dengan rutinitas sehari-hari, lebih dari itu, melestarikan Honda CB dipahami sebagai bagian dari cara mereka menampilkan diri, mengidentifikasi kelas sosial di jaman nya dari masa mereka berasal, dan sekaligus merupakan bagian dari proses pencitraan. Memaknai Honda CB merupakan langkah awal yang selanjutnya dilakukan dengan cara berkendara dengan Honda CB di semua kalangan khusunya anak muda, hal ini dapat diartikan sebagai sebuah aksi komuitas, di mata para anggota SCC tidak berbeda dengan aktivitas sosial lainnya seperti Komunitas motor vespa, Komunitas RX King, motor bebek atau matic dan masih banyak lagi, sebab di sana mereka yang mempunyai peran dipandang tak ubahnya seperti masyarakat yang lain. Dilihat dari fenomena Komunitas Honda CB yang ada di Kota Surakarta cenderung menjadi gerakan Komunitas motor yang sadar berlalu lintas. Dalam kehidupan sehari-hari, orang begitu sering membicarakan soal kemacetan. Juga dalam kehidupan sehari-hari, orang tak mungkin tidak berurusan dengan hiruk pikuk Kota dengan berbagai masalah di jalan raya. SCC jika memakai konsep di atas, maka para anggotanya termasuk pada tindakan sosial melalui aksi Komunitas sebagai sebuah hasil karya. Berawal dari ketertarikan memiliki Honda CB. Namun, para anggota tidak mempermasalahkan banyaknya tipe
97
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Honda CB, melainkan mereka mau membuka diri untuk mendengarkan pertimbangan yang mendasari setiap hal yang berhubungan dengan Komunitas mereka. Menurut Goffman, bahwa kita menampilkan diri kita bila khalayak hadir memerankan peran sehingga kita memberikan diri yang telah diperhitungkan (Horton dan Hunt, 1999). Dengan mengetahui karakteristik para anggota SCC, maka yang menarik disimak apapun yang melatarbelakangi mereka menggemari Honda CB, entah itu membeli, meminjam atau warisan dari kakeknya, terlihat di antara mereka tetap terdorong untuk melestarikan Honda CB di Kota Surakarta dan bergabung dengan SCC. Hal ini mereka lakukan karena mereka merasa ada sesuatu yang kurang jika tidak bisa terlibat dalam Komunitas dengan sesamanya agar motor klasik atau Honda CB yang pernah menjadi alat transportasi di jaman nya tetap eksis dan SCC memerankan peran pada khalayak umum yang bertujuan untuk mensosialisasikan kembali tentang keberadaan Honda CB. Studi ini menemukan bahwa di kalangan anggota SCC menggunakan Honda CB tampaknya tidak berbeda atau sama pentingnya dengan menggunakan alat transportasi lain, seperti berkendara dengan sepeda motor, membeli atau juga mengganti onderdil sepeda motor. Meski tidak selalu eksplisit diutarakan, namun sejumlah informan yang diwawancarai umumnya mengaku bahwa jika mereka memiliki Honda CB tapi belum mengetahui seluk beluknya, rasanya kurang merasa enjoy seperti ketika mereka harus memakai Honda CB yang sama tipenya tapi berbeda bentuk modifikasi. Pada umumnya para anggota SCC selalu mengikuti kegiatan yang berhubungan dengan Komunitas motor khusunya motor klasik dan ingin selalu tampak eksis terhadap masyarakat.
98
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Dari berbagai alasan tersebut di atas dapat dilihat bahwa bergabung dengan Komunitas Honda CB, selain mempunyai satu fungsi yaitu tempat berkumpulnya para pecinta Honda CB, tetapi di sana juga ada fungsi lain yang ingin dicapai, yakni mempertahankan eksistensi Honda CB di Kota Surakarta. Ketika seorang anggota SCC mensosialisasikan pentingnya naik Honda CB, katakanlah berkendara berkeliling Kota menggunakan Honda CB, ternyata Komunitas tersebut bukan hanya ingin menunjukkan eksistensi Honda CB di Kota Surakarta, tetapi ia juga berkeinginan untuk melakukan tindakan sosial yang disebut Parsons salah satunya dalam menyusun skema unit-unit dasar tindakan sosial, yakni seorang mempunyai alternanif cara, alat serta teknik untuk mencapai tujuan yaitu untuk melestarikan dan membudayakan bertransportasi dengan sarana Honda CB sebagai motor klasik (Ritzer, 2009). Di kalangan para anggota SCC, aktivitas bermotor dengan menggunakan Honda CB disadari telah menjadi bagian dari tindakan sosial sebagai aksi dari suatu Komunitas untuk mencapai tujuan tertentu yang telah dipilih. Meski harus diakui bahwa masih banyak orang lain yang memilih untuk menggunakan sepeda motor mahal atau mobil yang memberikan rasa bangga dari pada bermotor dengan menggunakan motor Honda tua yang terasa murah dan terkesan tidak keren, tetapi para anggota SCC, Honda CB diibaratkan layaknya seperti sahabat yang setiap saat menemani mereka berpergian. Menggunakan Honda CB bagi anggota SCC adalah cara menjadi eksis sekaligus hadir pada saat yang bersamaan dimana tidak sekedar berhubungan dengan anggota sesama Komunitas, tetapi juga karena mereka dapat berinteraksi dengan para bikers lainnya untuk bertukar informasi dan jual beli onderdil. Teori Aksi yang termasuk ke dalam paradigma definisi sosial berusaha memahami kegiatan berkendara dengan Honda CB di kalangan anggota SCC, dalam hal ini mereka tetap lebih dari sekedar hal-hal yang sifatnya kelompok, menggunakan Honda CB dipahami sebagai bagian dari aksi Komunitas untuk mencapai tujuan tertentu jadi tindakan mereka bukan tanpa tujuan. Para anggota 99
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
SCC yang kesemuanya berasal dari bermacam-macam daerah dari dalam maupun luar Kota Surakarta, dalam Teori Aksi dari Talcott Parsons menyatakan secara tidak langsung suatu aktivitas, kreativitas dan proses penghayatan diri individu. Dari semula Parsons menjelaskan Teori Aksi memang tidak dapat menerangkan keseluruhan aspek kehidupan sosial. Walaupun Teori Aksi berurusan dengan unsur-unsur yang paling mendasar dari kehidupan sosial namun ia mengakui bahwa unsur-unsur yang mendasar itu tidaklah berurusan dengan keluruhan struktur sosial. Honda CB yang diminati anggota SCC, itu semua adalah cara, alat serta teknik untuk mencapai tujuannya yang tengah dibangun oleh anggotanya. 2. Honda CB Sebagai Simbol Identitas yang digunakan SCC Karakteristik para anggota SCC adalah mereka tidak terbatas dalam menggunakan satu makna terhadap Honda CB. Di dalam berkomunikasi mereka menggunakan simbol-simbol yang diungkapkan melalui kata-kata yang mengandung makna, namun memiliki arti yang dapat dimengerti secara sesama anggota. Suatu makna dari Honda CB sebagai suatu simbol tergantung kepada kesepakatan sesama Komunitas yang mempergunakan simbol itu, sehingga dapat ditangkap melalui proses penafsiran. Meskipun simbol bukanlah nilai itu sendiri, namun simbol sangatlah dibutuhkan untuk kepentingan penghayatan akan nilai-nilai yang diwakilinya. Dalam hal ini, perlu diingat SCC adalah suatu Komunitas yang bertujuan untuk melestarikan Honda CB di Kota Surakarta, maka mereka perlu menyampaikan makna Honda CB itu sendiri sebagai simbol yang digunakan kepada masyarakat. Hal ini disebabkan karena Honda CB yang disimbolkan dengan beragam sebutan seperti simbol kesederhanaan, simbol gaya hidup, simbol modernisasi, simbol kreatifitas tidak begitu saja bisa langsung diterima dan dimengerti oleh semua orang di Kota Surakarta, maka simbol itu harus terlebih dulu ditafsirkan.
100
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Hal ini dapat dipahami melalu pendapat Mead yang membedakan antara tanda-tanda alamiah (natural signs) dan simbol-simbol yang mengandung makna (significant symbols). Natural signs bersifat naluriah serta menimbulkan reaksi yang sama bagi setiap orang. Sedangkan, significant symbols tidak harus menimbulkan reaksi yang sama bagi setiap orang. Satu hal yang perlu menjadi perhatian adalah bahwa simbol komunikasi merupakan proses dua arah di mana kedua belah pihak saling memberikan makna atau arti terhadap simbol-simbol itu (Ritzer, 2009). Menurut pandangan Interaksionisme Simbolik, melalui proses berfikir itu maka tindakan manusia menjadi jauh lebih efisien dibandingkan dengan melalui proses belajar dengan coba-coba belaka. Dengan demikian tindakan sekarang dapat menjadi semacam tanggapan terhadap stimulus yang diharapkan di masa datang dan bagian-bangian tindakan tertentu dapat direncanakan segera untuk masa yang akan datang. Berfikir tidak hanya membawa orang ke masa datang, tetapi juga ke masa lalu. Teori Interaksionisme Simbolik yang juga termasuk ke dalam paradigma definisi sosial berusaha membentuk suatu Komunitas melalui proses penafsiran dengan cara komunikasi antar individu dan antar kelompok dengan menggunakan simbol-simbol yang dipahami maknanya oleh para anggota SCC yang kemudian saling menyesuaikan makna dari simbol yang digunakan. Meskipun makna dari simbol itu sendiri memberikan pembatasan tindakannya, namun dengan kemampuan berfikir yang dimiliki mereka yang mempunyai kebebasan untuk menentukan tindakan dan tujuan-tujuan yang hendak dicapai secara bersama. Dari hasil penelitian ini didapat beberapa informan yang tergabung dalam SCC tidak hanya memaknai Honda CB sebagai suatu simbol, melainkan dengan alasan bergabung dengan SCC dapat membentuk suatu Komunitas dalam mencapai tujuan yang sama, sehingga Honda CB kembali dapat
101
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
digunakan seperti layaknya motor jenis baru saat ini di Kota Surakarta. Tidak hanya karena alasan itu saja, tentunya beragam aksi Komunitas melalui kegiatan yang berhubungan dengan Honda CB berarti mereka sedang menampilkan proses dialog yang disatukan dalam sebuah kebudayaan yang dapat mencerminkan sikap untuk berinteraksi mengikuti modernisasi. Jadi, karena adanya
penggemar
sesama
Honda
CB
tentunya
hal
tersebut
dapat
mempermudah mereka berkendara, sehingga dapat diketahui sebuah gambaran kebergerakan Komunitas Honda CB agar tetap eksis yang secara umum terlihat dari peran SCC dalam melestarikan Honda CB di Kota Surakarta. Untuk
mempermudah
pembahasan
uraian
disederhanakan ke dalam Matriks 05 sebagai berikut:
102
commit to user
di
atas,
maka
dapat
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Matriks 06 Peran Komunitas Mempertahankan Sebuah Identitas yang ada di Kota Surakarta khususnya pada Komunitas Solo CB Club berdasar Analisa Struktural Fungsional No. Skema Struktural Rincian Fungsional 1 Adaptation a. Memodifikasi kendaraan, (adaptasi) b. Belajar tentang Honda CB, c. Menyiapkan dana, d. Pemaknaan simbol komunikasi dalam Komunitas, e. dan Identifikasi jenis Honda CB 2 Goal (Tujuan) a. Melestarikan Honda CB sebagai alat transportasi b. Menunjukkan eksistensi Komunitas. c. Melestarian warisan keluarga d. Pertimbangan harga untuk alat transportasi e. Ruang bisnis (profit) f. Pemenuhan hobi g. Menambah relasi 3 Integration a. Touring; (Integrasi) b. Arisan Komunitas c. Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) anggota baru; d. Bakti Sosial; e. Kontribusi di berbagai event modifikasi dan kejuaraan balap motor. 4 Latency a. SCC dipercaya sebagai Tim (Pemeliharaan Penyelenggara HCCI; Pola) b. Interaksi dijaga dengan rutinitas berkumpul; c. SCC dapat memungkinkan berkembang sebagai Event Organizer; d. SCC sebagai ruang pembelajaran Komunitas dan pengembangan skill; e. SCC mendukung pergerakan berbagai klub otomotif lain.
Relevansi Adaptasi tersebut memungkinkan para aktor semakin mudah dalam melakukan berbagai tindakan pelestarian Tujuan dalam pelestarian oleh SCC sendiri sebagai kerangka yang mengarahkan aktor dalam bertindak dan merepresentasikan tujuan. Berbagai bentuk integrasi tersebut sebagai kerangka yang menghindarkan konflik terjadi antar aktor dalam pergerakannya. Pemeliharaan pola memungkinkan aktor dalam Komunitas SCC mendapat berbagai latensi efek lain dari pergerakan yang dilakukannya baik dalam Komunitas atau di luar Komunitas.
(Sumber: Hasil wawancara dan observasi, Maret 2015) 103
commit to user