--Raudhatul Muna-Nama Pondok Pesantren Raudhatul Muna
Lokasi Jl. Tapaktuan-Medan Gampong Ujong Pulo Kecamatan Bakongan Timur Kabupaten Aceh Selatan Provinsi Aceh
Pendiri dan Pengasuh Tgk. Syeikh. H. Marhaban Adnan (Waled)
Tahun berdiri 1990
Jumlah Santri Laki-laki =54 orang Perempuan =19 orang Jumlah Keseluruhan = 73 orang
Jumlah Ustadz Laki-laki = 9 orang Perempuan = 4 orang
Jumlah Keseluruhan = 13 orang
Lembaga Pendidikan Jalur Luar Sekolah
Ciri Khas Salafiah
Sejarah Setelah mengabdi selama dua tahun menjadi Pengajar / guru pada Pondok Pesantren Ashhabul Yamin Kecamatan Bakongan yaitu pada tahun 1988 – 1989 Tgk. Syeikh. H. Marhaban Adnan (Waled) mendirikan sebuah Lembaga Pendidikan Islam tepatnya di Gampong Ujong Pulo Kecamatan Bakongan Timur Aceh Selatan. Lembaga Pendidikan Islam yang beliau dirikan adalah merupakan satu-satunya yang pertama berdiri di Kecamatan Bakongan Timur yaitu pada tahun 1990. Dari berbagai hasil pemantauan Tgk. Syeikh H Marhaban Adnan (Waled) terhadap perkembangan pendidikan agama yang ada dilingkungan masyarakat Gampong/Desa setempat memang dianggap perlu adanya pembangunan dayah/pesantren untuk memberi pelayanan pendidikan khussus dibidang agama, akhlaq dan tauhid terutama bagi masyarakat sekitar. Dengan bermodal dana yang sangat terbatas dan serba kekurangan, dengan penuh kesabaran dan ketabahan hati, beliau mendirikan sebuah gubuk tempat tinggal bersama dengan anak dan istri di Desa Ujong Pulo Kecamatan Bakongan Timur dalam lahan seluas 2 (dua) Ha yang masih dalam keadaan hutan belantara, beliau mengadakan usaha bercocok tanam. Sambil mengadakan kegiatan bidang pertanian dan atas bantuan Ayahanda Kandung beliau Abuya Tgk. Syeikh. H. Adnan Mahmud ( Pimpinan Yayasan Tgk. Chik Diribee Chik – Pesantren Ashhabul Yamin Bakongan) sehingga pada tahun 1990 cita-cita beliau dapat tercapai dalam membangun sebuah Lembaga Pendidikan Islam yang sekarang ini bernama: PESANTREN RAUDHATUL MUNA. Peresmian Pesantren dilaksanakan pada tanggal 24 September 1990 oleh Abuya Tgk. Syeikh. H. Adnan Mahmud bersama Bapak Camat Azwir serta dihadiri oleh berbagai unsur tokoh masyarakat, tokoh adat dan tokoh pemuda dan berbagai elemen lainnya. Pada akhir tahun 2005 beliau kembali mendirikan sebuah Yayasan yang bernama YAYASAN RAUDHATUL AITAM WADHU’AFA yang membawahi Pesantren Raudhatul Muna dan juga terdapat sebuah Rumah Asuh (Panti Asuhan) yang memelihara anak Yatim dari berbagai daerah di wilayah Aceh. Mungkin berbeda dengan Pondok Pesantren lainnya yang ada di Daerah Aceh, semenjak berdirinya pada tahun 1990 Pesantren Raudhatul Muna baru pertama menerima bantuan dari Pemerintah Aceh pada tahun 2004 dengan jumlah dana Rp. 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah). Dari dana yang sebesar itulah pembangunan Pesantren mulai diadakan perbaikan / renovasi. Selama tahun 2005 s/d tahun 2007 Pesantren Raudhatul Muna tidak pernah mendapat bantuan dari pemerintah baik dari pemerintah pusat atau pemerintah daerah sehingga demi untuk tetap berlangsung proses kegiatan pendidikan hanyalah diampu pada hasil tanaman kelapa yang pembibitannya dari bantuan Pemerintah. Bantuan Pemerintah kembali diterima pada tahun 2008 – 2009 sedangkan pada tahun 2010 bantuan kembali terhenti dan pada tahun 2011 Pemerintah kembali memberikan bantuan sarana dan prasarana. Sekarang ini Pesantren Raudhatul Muna sedang melaksanakan pembangunan baru dan rehabilitasi beberapa bangunan yang sudah rusak. Seperti halnya pesantren lain, Pesantren Raudhatul Muna menerima santri yang pertama dari masyarakat sekitar gampong Ujong Pulo yang kemudian sekarang sudah banyak didatangi santri dari luar daerah Kecamatan dan bahkan dari luar Kabupaten Aceh Selatan. Dalam menerima kedatangan para santri baru setiap tahun Yayasan Raudhatul Aitam tidak membatasi jumlah penerimaan karena lahan dan sarana tempat tinggal para santri atau anak asuh saat ini masih mempunyai daya tampung yang cukup hanya keadaan bangunan saja yang masih perlu direhabilitasi. Kegiatan para santri selain dari proses pengajian Kitab Kuning dan Alquran juga dianjurkan untuk mengikuti pendidikan formal tingkat SD-MTs dan MA, sehingga bagi santri yang berstatus sebagai siswa setiap pagi diantar kesekolah oleh petugas angkutan yang dibiayai oleh Yayasan. Dalam mendidik santri Yayasan Rauhdatul Aitam Wadhu’afa – Pesantren Raudhatul Muna tetap mengedepankan Ilmu Agama dengan tidak meninggalkan Ilmu Pengetahuan Umum. Hal ini merupakan Visi Yayasan: Mempertahankan Islam dalam Bingkai Ahlulsunnah Waljamaah I’tiqadan dan bermahzab Syafi’ie ‘Amalan.
Sedangkan Misi yang dibawa adalah : 1. Menghasilkan lulusan mahasantri yang memiliki keunggulan kompetitif dalam bidang ilmu keislaman. 2. Melakukan reintegrasi ilmu-ilmu keislaman 3. Mengembangkan ilmu keislaman melalui kegiatan penelitian dan pengabdian terhadap masyarakat. 4. Memberikan kontribusi kualitas hidup berbangsa dan bernegara terutama dalam upaya mengembangkan wawasan keislaman yang baik, menyejukkan, menciptakan kedamaian yang abadi ditengah masyarakat serta membawa rahmatan lil’alamin. PROFIL TENGKU Tgk. Syeikh. H. Marhaban Adnan (Waled) lahir di Kecamatan Bakongan Kabupaten Aceh Selatan pada tanggal 24 September 1950 dari pasangan Abuya Tgk. Syeikh. H. Adnan Mahmud (Pimpinan Yayasan Tgk. Chik Diribee Chik – Pesantren Ashhabul Yamin Bakongan ) dengan Hj. Hasani Binti Ali. Tgk. Syeikh. H. Marhaban Adnan dikenal oleh masyarakat luas dengan nama Panggilan: WALED MARHABAN. Waled Marhaban merupakan anak kelima dari 7 (tujuh) bersaudara dari sejak kecil Waled Marhaban diajarkan oleh Ibu kandung kitab Juzz Amma dan Alquran. Setelah menamatkan pendidikan SR (Sekolah Rakyat) pada tahun 1963 dan SMPS di Bakongan tahun 1966. Beliau pernah menderita penyakit paru-paru selama 3 (tiga) tahun. Pada masa itu dalam usaha pengobatan beliau mengikuti pengajian dengan Ayahanda Abuya Tgk. Syeikh.H. Adnan Mahmud. Berkat pertolongan Allah SWT serta adanya usaha pengobatan kampung dan juga bantuan dokter alhamdulillah penyakit tersebut bisa disembuhkan. Pada tahun 1968 mengikuti pendidikan agama di Pesantren Darussalam Kecamatan Labuhan Haji Aceh Selatan. Pendidikan Pesantren yang paling lama ditekuni adalah ketika beliau pindah ke Pesantren Mudi Mesjid Raya di Samalanga Kabupaten Aceh Utara yaitu selama 17 (tujuh belas) tahun, (1972-1989). Beliau mengadakan Ibadah Haji pada tahun 1994. Dalam perjalanan karir sebagai seorang ulama Aceh beliau mendapat kepercayaan dari Pemerintah Aceh pada tahun 1996 untuk mengadakan studi banding keluar negeri yaitu ke Negara Eropha, Asia dan Timur Tengah, kemudian diangkat menjadi salah seorang guru tetap bidang Akhlaq pada Universitas Negeri Malikussaleh Lhokseumawe Aceh Utara sejak tahun 2004 - 2010. Dan juga sebagai guru tetap bidang Akhlaq dalam kelompok Majelis Ta’lim di Pendopo Bupati Aceh Selatan sejak tahun 2000 sampai sekarang. Dan juga mulai tahun 2004 sampai sekarang masih menjabat sebagai angota MPU Provinsi Aceh. Sebagai Ulama yang kharismatik, Waled Marhaban juga ikut bergabung dalam memperjuangkan Perdamaian Aceh yang bergolak selama terjadinya krisis kepercayaan antara rakyat Aceh dan Pemerintah Pusat dalam masa itu beliau ikut bersama dengan sejumlah ulama besar lainnya selalu mengadakan pertemuan dan perundingan dengan Mentri Polhukam yang pada masa itu dijabat oleh Bapak Susilo Bambang Yudhoyono dan Presiden Bapak Abdurrahman Wahid (Gusdur) juga sampai pada masa kepemimpinan Presiden Ibu Megawati. Sebagai ulama, beliau tak pernah jenuh dalam memberi penyuluhan dan petunjuk kepada orangorang yang membutuhkan siraman rohani demi untuk kedamaian dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Hingga saat ini walau usia sudah lanjut namun keikutsertaan beliau masih sangat diperlukan oleh berbagai pihak baik ditingkat Kecamatan hingga ke tingkat Pusat. Dan masih tetap aktif dalam berbagai bidang terutama bidang Keagamaan dan juga bidang Pemerintahan.
KONDISI LINGKUNGAN SOSIAL PONDOK PESANTREN Pesantren Raudhatul Muna berdiri sejak tahun 1990 yang terletak dikawasan cukup strategis di Kecamatan Bakongan Timur pada perbatasan antara Desa Ujong Pulo Cut dan Desa Ujong Pulo Rayeuk yang berada tepat di pinggiran Jalan Utama jalur Lintasan Tapaktuan-Medan yang sangat mudah dicapai oleh setiap orang. Daerah ini pada awalnya adalah berupa Hutan Belantara yang tidak ada satupun pen- duduk yang mendiami kawasan tersebut, namun dengan berdirinya Yayasan Raudhatul Aitam Wadhu’afa – Pesantrean Raudhatul Muna, maka keadaan daerah yang selama ini dianggap angker kini menjadi satu lahan yang sudah ramai dihuni oleh para santri yang mondok serta adanya para tamu dari pemerintahan dan swasta yang sering datang mengunjungi atau bertemu dengan Pimpinan Pesantren (Waled Marhaban.) Kondisi lingkungan disekitar Yayasan Raudhatul Aitam Wadhu’afa – Pesantren Raudhatul Muna seperti halnya pesantren-pesantren lain yang ada di daerah Aceh selalu dalam keadaan penuh semangat dan semarak oleh kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan, baik yang berkaitan dalam proses belajar mengajar ataupun kegiatan yang berkenaan dengan ibadah lainnya. MODEL KEPEMILIKAN Pesantren Raudhatul Muna dibawah Pimpinan Tgk. Syeikh. H. Marhaban Adnan (Waled) dibawah naungan Yayasan Raudhatul Aitam Wadhua’afa. Dalam proses menjalankan setiap kegiatan selalu mengadakan koordinasidengan pihak-pihak terkait dan tetap memberikan kesempatan pada siapapun yang punya kemampuan dan kemauan serta punya keahlian dalam management kepemimpinan dayah. Dan juga setiap petugas pengajar atau guru tetap disetujui dalam tugas-tugas mengajar dan tidak mesti harus dari lulusan pesantren. Hal ini merupakan satu tujuan demi tidak tersendatnya program pendidikan dan supaya dapat terwujudnya proses pendidikan yang berhasil guna. PENDIDIKAN YANG DISELENGGARAKAN Pendidikan pada saat ini yang diselenggarakan adalah Pendidikan Non Formal. Yaitu pengajian berbagai Kitab serta kegiatan Pelatihan Dalail Khairat, Lomba Pidato / Muhazarah. Dalam proses belajar Mengajar selalu diadakan evaluasi terhadap para santri yang bertujuan untuk mengetahui tingkat kemampuan akhir setiap santri. Sedangkan Pendidikan Formal untuk para santri diantar kesekolah Tingkat Tsanawiyah dan Aliyah yang ada pada Yayasan Tgk. Chik Diribee Chik-Pesantren Ashhabul Yamin Bakongan. SANTRI, BADAL DAN USTADZ Seperti yang dijelaskan bahwa santri yang berada di Pesantren Raudhatul Muna bukan hanya berasal dari dalam Kecamatan namun ada yang dari luar Kecamatan bahkan ada yang dari luar Kabupaten Aceh Selatan yang semuanya tinggal / mondok di Asrama Pesantren. Dalam hal pelaksanaan tugas mengajar, Pimpinan Pesantren mempunyai Badal/Asisten untuk tetap melanjutkan tugas ketika Pimpinan dalam keadaan tidak ada ditempat atau berhalangan. SARANA DAN PRASARANA Sarana dan prasaran yang dimiliki oleh Pesantren Raudhatul Muna adalah seperti berikut ini :
5 unit ruang belajar/balai
34 unit asrama santri 1 buah Mushalla 1 buah Dapur Umum 1 buah ruangan Perpustakaan 3 unit kamar mandi/wc 1 unit ruang koperasi 2 unit perumahan guru 1 unit ruang pimpinan 1 unit Aula.
MODEL/SISTEM PENGEMBANGAN EKONOMI Model Pengembangan Ekonomi Pesantren Raudhatul Muna saat ini yang dilakukan adalah perkebunan Kelapa Sawit, hal ini jika dihitung dengan kebutuhan biaya operasional sangatlah tidak mencukupi. Sedangkan dalam bidang lainnya seperti peternakan, perikanan belum dapat dijalankan karena masih terhambat dari berbagai faktor. PROGRAM PENGEMBANGAN Program Pengembangan yang sekarang sedang dirancang meliputi bidang fisik dan non fisik seperti berikut ini :
-
-
Fisik Pengadaan Sarana Olahraga, renovasi fasilitas pengasuh dan santri. Membangun sarana bangunan yang belum ada seperti Aula, Dapur Umum untuk Santri dan tambahan Asrama sebagai usaha untuk daya tampung melonjaknya jumlah santri dimasa yang akan datang. Non Fisik Peningkatan kewirausahaan para santri, pembentukan organisasi santri dalam bidang olahraga bela diri, peningkatan ketrampilan ceramah, khutbah serta memimpin tahlil dan sejenisnya.
PROGRAM UNGGULAN Pesantren Raudhatul Muna akan merencanakan program unggulan dalam pendidikan berbahasa Asing (Bahasa Inggris). Karena bahasa Inggris saat ini bisa dikatakan sebagai bahasa kedua setelah bahasa Arab yang harus dipelajari oleh para santri. Hal ini merupakan kebutuhan para santri dalam menunjang keberhasilan sebagai calon Ustadz yang siap menghadapi segala macam masalah yang dihadapi terutama dalam bidang pengetahuan umum dan tekhnologi yang menggunakan bahasa asing.