Lampiran 1. Jadwal Acara Kegiatan Pelatihan Inovasi Teknologi Pupuk, Gianyar, 16 Juni 2009 No Waktu (WIT) Acara Pengisi/Instruktur 1
8.00-08.30
Pendaftaran peserta
2
08.30-09.30*)
Pembukaan: -Sambutan Selamat Datang -Sambutan BPTP Bali -Sambutan BBSDLP/Balittanah -Sambutan dan pembukaan secara resmi
Sekretaris Desa Kerta Dr. IGA Sudarmadje Dr. Mamat HS Bappeda Kab. Gianyar
3
09.30-10.30
Penggalian masalah usahatani tanaman pangan secara partisipatif
Dr. Irawan
4
10.30-12.00
Pembahasan mengenai pengomposan dan pembuatan MOL
Drs. Edi Husen, M.Sc.
5
12.00-13.00
Istirahat dan makan siang
6
13.00-14.00
Pembahasan mengenai karakteristik dan kualitas pupuk serta praktek PUP
Dr. Diah Setyorini
7
14.00-15.00
Pembahasan mengenai pemupukan berimbang dan praktek PUTK
Dr. Sri Rochayati
8
15.00 – 16.00 **)
Pembahasan aspek konservasi tanah dan air
Dr. Abdullah Abbas Id.
9
16.00-17.00 ***)
Praktek Pembuatan MOL
Drs. Edi Husen, M.Sc.
Catatan: *) termasuk break untuk makan snack **) sekaligus pembagian dan pengisian lembaran evaluasi kegiatan pelatihan oleh peserta ***) sekaligus penutupan setelah praktek
Lampiran 2. Hasil penggalian masalah Peserta pelatihan dibagi ke dalam empat kelompok, yakni Kelompok I beranggotakan petani, Kelompok II beranggotakan penyuluh, Kelompok III beranggotakan birokrat, dan Kelompok IV beranggotakan petani. Petani dibagi dua kelompok karena jumlahnya relatif banyak. Setiap kelompok diminta untuk menuliskan tiga buah permasalahan usahatani tanaman pangan di lingkungan Kabupaten Gianyar, kemudian permasalahan tersebut diurut berdasarkan urgensinya untuk dipecahkan pada kesempatan pertama (Prioritas 1), kedua, dan ketiga. Permasalahan yang sudah disepakati kelompok dituliskan pada karton yang sudah disediakan oleh panitia, masing-masing untuk Prioritas 1, 2, dan Prioritas 3, sebagaimana hasilnya disajikan pada tabel di bawah ini. Permasalahan usahatani tanaman pangan di Kab. Gianyar menurut peserta pelatihan, 2009 Kelompok
Prioritas 1
Prioritas 2
Prioritas 3
Petani-1
Permodalan dalam arti luas
Teknologi budidaya dari awal hingga akhir
Pemasaran hasil pertanian
PPL
Ketergantungan terhadap pupuk buatan (urea) sangat tinggi
Hasil sayuran tidak tahan lama jika disimpan sehingga menjadi kendala dalam pemasaran
Kurangnya koordinasi antara kelompok tani dalam penyediaan komoditas
Birokrat
Penyediaan produksi yang tidak kontinnyu dan kualitasnya belum memenuhi pasar
Belum diterapkannya pengaturan pola tanam
Fluktuasi harga hasil pertanian tinggi
Petani-2
Produk-produk yang disosialisasikan (seperti pupuk) sulit didapatkannya
Banyak beredar pupuk palsu dan sulit membedakannya
-
Berdasarkan tabel di atas ternyata masalah MOL tidak muncul secara eksplisit, namun demikian setelah didiskusikan menurut petani (Kel. Petani-1) masalah kompos dan pembuatan MOL tersebut terkait dengan masalah budidaya sebagaimana dinyatakan pada permasalahan Prioritas 2. Kemudian masalah pupuk juga menjadi penting dan disepakati untuk dibahas, sebagaimana dinyatakan dalam permasalahan Prioritas 1 (Kel. PPL) dan Prioritas 2 (Kel. Petani-2). Peserta pelatihan juga sepakat bahwa penggunaan pupuk pada lahan kering perlu didukung oleh penerapan konservasi tanah dan air yang tepat.
2
Lampiran 3. Beberapa hal hasil evaluasi kegiatan pelatihan inovasi teknologi pupuk disajikan sebagai berikut: 1. Persentase jumlah peserta pelatihan yang sudah mengetahui produk, peralatan, dan konsep terkait dengan pemupukan dan konservasi tanah dan air sebelum mengikuti kegiatan pelatihan disajikan pada gambar di bawah ini. -Dekomposer seperti MDEC dan Probion, PUTK dan PUP merupakan sesuatu hal yang sangat baru bagi peserta pelatihan dimana hanya sekitar 10% peserta yang sudah mengetahui hal-hal tersebut sebelum mengikuti pelatihan. Dengan demikian pelatihan tersebut telah menambah pengetahuan mengenai dekomposer dan perangkat uji tanah dan pupuk bagi sekitar 90-95% peserta. Selain itu juga menambah pengetahuan mengenai MOL 75 peserta pelatihan. -Pemupukan Berimbang (PB) dan konservasi tanah/air (KTA) merupakan hal-hal yang sudah diketahui oleh sebagian besar (70-80%) peserta.
90
80
80
70
70 60 %
50 35
40 25
30 20
10
10 5
10
5
0 MDEC
Probion
MOL
PUTS
PUTK
PUP
PB
KTA
2. Bagaimana petani memperlakukan daun-batang jagung setelah panen pada lahan kering? Respon peserta atas pertanyaan tersebut disajikan pada gambar di bawah ini. Sebagian besar peserta menyatakan bahwa daun-batang jagung dipakai sendiri untuk pakan (70%) atau untuk pembuatan kompos (45%). Ada sekitar 10% petani yang masih membakar daunbatang jagung pada lahan kering dengan tujuan agar lahan cepat bersih.
3
80 70 70 60 45
%
50 40 30 15
20
10 10 0 Biarkan
U/pakan
U/kompos
Dibakar
3. Respon peserta pelatihan terhadap pertanyaan apakah produk-produk BBSDLP terkait dengan inovasi teknologi pupuk akan bermanfaat bagi petani disajikan pada gambar di bawah ini. Pada skala penilaian 5-1 (dimana 5 =sangat bermanfaat dan 1=tidak bermanfaat), respon peserta pelatihan umumnya menilai produk BBSDLP pada skala bermanfaat-sangat bermanfaat dengan skala tertinggi pada perangkat uji tanah.
5
4.7
4.7 4.5
4.4
4.5
4.3
Skala
4
3
2
1 PUTS
PUTK
PUP
Tithoganik
Beta
Smesh
4. Respon peserta pelatihan atas pertanyaan apakah materi yang diberikan mudah dimengerti disajikan pada gambar di bawah ini. Pada skala penilaian 5-1 (dimana 5 =sangat mudah dimengerti dan 1=tidak mudah dimengeri), respon peserta pelatihan umumnya menilai materi yang diberikan termasuk pada skala mudah dimengerti dengan kisaran skala rata-ratanya 4,0-4,3.
4
5 4.3
4.2
4.2
PB+PUTK
KTA
4.0
Skala (1-5)
4
3
2
1 MOL
KKP+PUP
5. Respon peserta pelatihan atas pertanyaan apakah materi yang diberikan bermanfaat disajikan pada gambar di bawah ini. Pada skala penilaian 5-1 (dimana 5 =sangat bermanfaat dan 1=tidak bermanfaat), respon peserta pelatihan umumnya menilai materi yang diberikan termasuk pada skala bermanfaat-sangat bermanfaat dengan kisaran rata-rata skala 4,2-4,4.
5 4.3
4.4
4.3
4.2
Skala
4
3
2
1 MOL
PB+PUTK
KKP+PUP
KTA
6. Apa sumber informasi pertanian utama bagi peserta saat ini? Respon peserta pelatihan atas pertanyaan tersebut disajikan pada gambar di bawah ini. Sampai saat ini PPL masih merupakan sumber informasi pertanian yang lebih utama daripada sumber informasi pertanian lainnya, seperti media massa elektronik, media massa cetak, radio, ataupun sesama petani (kolega).
5
5 4.2
Skala
4
3 2.0
2.1
2.0
2
1.6
1 MM elektronik
MM cetak
Radio
Kolega
PPL
7. Tingkat pendidikan peserta pelatihan relatif beragam, yakni 20% tamatan SD, 15% SLTP, 40% SLTA dan 25% berpendidikan sarjana (gambar di bawah ini). Umur peserta pelatihan tergolong masih produktif, yakni rata-ratanya 46 tahun dengan kisaran antara 24 – 65 tahun.
20%
25%
SD SLP SLTA 15%
40%
6
PT
