ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI PAPRIKA HIDROPONIK DI DESA PASIR LANGU, KECAMATAN CISARUA, KABUPATEN BANDUNG
Oleh : NUSRAT NADHWATUNNAJA A14105586
PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008
RINGKASAN NUSRAT NADHWATUNNAJA. Analisis Pendapatan Usahatani dan FaktorFaktor Yang Mempengaruhi Produksi Paprika Hidroponik di Desa Pasir Langu, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bandung. Di bawah bimbingan HARMINI. Paprika merupakan salah satu komoditas hortikultura yang potensial untuk dikembangkan, karena selain tingkat permintaannya yang cukup tinggi paprika juga termasuk sayuran yang bernilai ekonomis tinggi, dan sebagai salah satu penyumbang devisa bagi negara melalui ekspor. Peningkatan permintaan paprika terjadi baik di pasar lokal maupun ekspor. Namun demikian Indonesia belum mampu memanfaatkan peluang pasar secara optimal, khususnya pasar ekspor. Salah satu indikasinya adalah belum terpenuhinya permintaan ekspor. Koperasi Petani (Koptan) Mitra Sukamaju merupakan perintis budidaya paprika hidroponik di Desa Pasir Langu. Produksi paprika Koptan Mitra Sukamaju masih belum dapat memenuhi permintaan pasar. Faktor yang menjadi kendala bagi para petani di Desa Pasir Langu baik petani anggota Koptan Mitra Sukamaju maupun petani non anggota adalah tingginya fluktuasi harga paprika dan produktivitas yang dirasakan petani masih kurang, sehingga para petani sulit untuk mengembangkan usahataninya. Untuk melihat dampak dari keberadaan Koptan Mitra Sukamaju terhadap kemajuan usahatani paprika di Desa Pasir Langu maka perlu dilakukan penelitian mengenai analisis pendapatan usahatani dan faktor-faktor yang mempengaruhi produksi paprika hidroponik di Desa Pasir Langu. Tujuan dari penelitian ini adalah: (1) Menganalisis tingkat pendapatan usahatani paprika hidroponik di Desa Pasir Langu; (2) Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi produksi usahatani paprika hidroponik di Desa Pasir Langu. Penelitian ini dilakukan di Desa Pasir Langu, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bandung. Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder yang bersifat kualitatif dan kuantitatif. Responden dalam penelitian ini terdiri dari petani paprika hidroponik yang menjadi anggota Koptan Mitra Sukamaju dengan jumlah 20 orang dan petani yang tidak menjadi anggota dengan jumlah 20 orang. Wilayah kerja Koptan Mitra Sukamaju berada di Desa Pasir Langu yang terletak di Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bandung, Propinsi Jawa Barat. Desa Pasir Langu merupakan daerah perbukitan yang subur sehingga menjadi sentra produksi sayur-mayur dan bunga. Luas lahan yang digunakan untuk tanaman paprika adalah 15 hektar. Budidaya paprika hidroponik di Desa Pasir Langu dimulai pada tahun 1994 oleh para petani perintis yang tergabung dalam Kelompok Tani Mitra Sukamaju. Dengan semakin berkembangnya usahatani paprika hidroponik di Desa Pasir Langu, maka petani-petani yang tidak tergabung dalam Koptan Mitra Sukamaju mulai tertarik, sehingga ada beberapa petani yang bergabung menjadi anggota, dan sebagian besar lainnya mempelajari budidaya paprika dari petani lain yang sudah berhasil. Proses budidaya paprika hidroponik di Desa Pasir Langu baik untuk petani anggota koptan maupun petani non anggota koptan sama, yaitu terdiri dari proses persiapan tanam, persemaian dan pembibitan, penanaman, penyiraman dan pemberian nutrisi, perawatan dan pemeliharaan serta panen dan pasca panen. Namun dalam proses pasca panen
berbeda antara petani anggota Koptan Mitra Sukamaju dengan petani non anggota, karena untuk petani anggota proses pasca panen dilakukan oleh Koptan Mitra Sukamaju. Sebagian besar responden berusia antara 39-45 yaitu sebanyak 30 persen untuk petani anggota Koptan Mitra Sukamaju dan 35 persen untuk petani non anggota. Petani responden yang merupakan anggota Koptan Mitra Sukamaju pada umumnya berpendidikan SMA yaitu sebanyak sembilan orang atau 45 persen, sedangkan responden non anggota sebagian besar berpendidikan SMP yaitu sebanyak tujuh orang atau 35 persen. Petani anggota Koptan Mitra Sukamaju memiliki pengalaman antara 10-12 tahun yaitu sebanyak tujuh orang atau 35 persen, sedangkan petani non anggota memiliki pengalaman antara 4-6 tahun yaitu sebanyak delapan orang atau 40 persen. Responden anggota Koptan Mitra Sukamaju sebagian besar memiliki luas lahan untuk seluruh green house antara 500-1.500m2 yaitu sebanyak tujuh orang atau 35 persen, sedangkan petani non anggota sebagian besar memiliki luas lahan untuk seluruh green house antara 1.501-2.500m2 yaitu sebanyak tujuh orang atau 35 persen. Berdasarkan analisis pendapatan usahatani diperoleh bahwa pendapatan petani anggota Koptan Mitra Sukamaju lebih tinggi dibandingkan petani non anggota. Pendapatan atas biaya tunai dan atas biaya total petani anggota Koptan Mitra Sukamaju masing-masing sebesar Rp 19.638.973,12 dan Rp 7.916.973,12. Sedangkan pendapatan atas biaya tunai dan pendapatan atas biaya total petani non anggota masing-masing sebesar Rp 15.943.192,79 dan Rp 4.221.192,79. Sama halnya dengan pendapatan, nilai R/C pada petani anggota koptan Koptan Mitra Sukamaju lebih tinggi dibandingkan petani non anggota. Nilai R/C rasio atas biaya tunai petani anggota Koptan Mitra Sukamaju adalah 1,74 dan nilai R/C rasio atas biaya total adalah 1,21. Sedangkan nilai R/C rasio petani non anggota adalah 1,62 untuk biaya tunai dan 1,11 untuk biaya total. Lebih besarnya pendapatan dan nilai R/C petani anggota Koptan Mitra Sukamaju dibandingkan petani non anggota karena pada saat penelitian harga paprika di pasar sedang turun, sehingga petani anggota koptan lebih diuntungkan karena harga paprika pada koptan stabil. Berdasarkan analisis fungsi produksi, faktor produksi luas lahan (X1), nutrisi (X3), pestisida (X4), dan tenaga kerja (X5) secara bersama-sama berpengaruh nyata pada selang kepercayaan 99 persen terhadap produksi paprika hidroponik. Nilai koefisien determinasi untuk pendugaan didapat sebesar 94,1 persen, yang berarti bahwa 94,1 persen variasi produksi paprika dapat diterangkan oleh variabel-variabel bebas yang diduga sedangakan sisanya sebesar 5,9 persen dijelaskan oleh variabel-variabel lain yang tidak terdapat dalam model. Pengaruh variabel bebas secara parsial dilakukan dengan uji-t, hasil uji ini menunjukkan faktor produksi) nutrisi (X3) dan pestisida (X4) berpengaruh nyata pada selang kepercayaan 99 persen, dan faktor produksi luas lahan (X1berpengaruh nyata pada selang kepercayaan 95 persen. Sedangkan faktor produksi tenaga kerja (X5) tidak berpengaruh nyata terhadap produksi pada selang kepercayaan yang diharapkan. Dalam fungsi produksi Cobb-Douglas koefisien regresi juga menunjukkan elastisitas dari masing-masing variabel. Nilai koefisien regresi pada masingmasing faktor produksi adalah positif lebih kecil dari satu. Nilai positif ini menandakan bahwa pengaruh faktor-faktor produksi tersebut terhadap produksi paprika adalah berbanding lurus. Hasil uji skala usaha menunjukkan bahwa
usahatani paprika hidroponik di Desa Pasir Langu berada pada kondisi kenaikan hasil yang tetap (constant return to scale). Saran yang diberikan dalam penelitian ini adalah: (1) Kepada petani yang tidak ingin terlalu merasakan fluktuasi harga disarankan bergabung menjadi anggota koptan; (2) Untuk dapat meningkatkan produktivitas diharapkan Koptan Mitra Sukamaju dan Pemerintah memberikan bantuan dana kepada petani sehingga para petani dapat memperbaiki green house yang dimilikinya yang tentunya akan dapat meningkatkan produktivitas; (3) Pemerintah juga diharapkan memberikan bantuan modal kepada petani lainnya agar dapat membudidayakan paprika hidroponik, selain itu peranan Pemerintah mengenai informasi harga juga dibutuhkan terutama bagi petani non anggota; (4) Penelitian-penelitian lebih lanjut diharapkan dapat menganalisis efisiensi usahatani paprika hidroponik dari segi ekonomis yang tidak terdapat dalam penelitian ini.
ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI PAPRIKA HIDROPONIK DI DESA PASIR LANGU, KECAMATAN CISARUA, KABUPATEN BANDUNG
Oleh : NUSRAT NADHWATUNNAJA A14105586
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian Pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor
PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008
Judul : Analisis Pendapatan Usahatani Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Produksi Paprika Hidroponik Di Desa Pasir Langu, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bandung Nama : Nusrat Nadhwatunnaja NRP
: A14105586
Menyetujui, Dosen Pembimbing
Ir. Harmini, MSi NIP 131 688 732
Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian
Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M.Agr NIP 131 124 019
Tanggal Kelulusan :
PERNYATAAN DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH HASIL KARYA SENDIRI DAN BELUM PERNAH DIAJUKAN PADA PERGURUAN MEMPEROLEH
TINGGI GELAR
ATAU
LEMBAGA
AKADEMIK
MANAPUN
TERTENTU,
DAN
UNTUK SAYA
MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI TIDAK MENGANDUNG BAHANBAHAN YANG PERNAH DITERBITKAN OLEH PIHAK LAIN KECUALI SEBAGAI BAHAN RUJUKAN YANG TELAH DINYATAKAN DALAM NASKAH DAN DICANTUMKAN DALAM DAFTAR PUSTAKA PADA BAGIAN AKHIR SKRIPSI INI .
Bogor, Januari 2008
Nusrat Nadhwatunnaja A14105586
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 24 September 1984 sebagai anak dari Bapak Machdum Rasyid dan Ibu Enung Nurjanah, penulis adalah anak kedua dari tiga bersaudara. Penulis memulai pendidikan di SD Negeri Pengadilan 1 Bogor dan lulus pada tahun 1996. Pendidikan tingkat menengah diselesaikan penulis pada tahun 1999 pada SLTP Negeri 8 Bogor. Pendidikan tingkat atas diselesaikan penulis pada tahun 2002 pada SMU Al Azhar Plus Bogor. Pada Tahun 2002, penulis diterima di Institut Pertanian Bogor, pada Program Studi Diploma III Manajemen Agribisnis, Departemen Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian dan selesai pada tahun 2005. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan pada Program Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Analisis Pendapatan Usahatani Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Produksi Paprika Hidroponik Di Desa Pasir Langu, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bandung yang merupakan syarat dalam menyelesaikan pendidikan pada Program Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya dapat membangun terutama untuk kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Bogor, Januari 2008
Penulis
UCAPAN TERIMAKASIH
Syukur Alhamdulillah akhirnya penulisan skripsi ini dapat diselesaikan. Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan mendoa’kan, serta memberikan dukungan baik moril maupun materil. Oleh karena itu pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih sebesarbesarnya kepada : 1.
Kedua orang tua atas doa, perhatian dan kasih sayang yang tulus serta dukungan moril dan materil yang telah diberikan selama ini.
2.
Ibu Ir. Harmini, MSi sebagai dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan arahan dalam penyelesaian skripsi ini.
3.
Ibu Ir. Yayah K Wagiono, MEc selaku dosen evaluator pada kolokium yang telah memberikan kritik, saran dan masukan kepada penulis.
4.
Ibu Dr. Ir. Rita Nurmalina, MS selaku dosen penguji utama pada ujian sidang skripsi.
5.
Ibu Tintin Sarianti, Sp selaku dosen penguji komdik pada ujian sidang skripsi.
6.
Para petani responden di Desa Pasir Langu, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bandung yang telah bersedia memberikan informasi dan data mengenai usahatani paprika hidroponik.
7.
Ibu Darwilah yang telah menyediakan tempat tinggal kepada penulis selama penelitian.
8.
Kakakku Restu Amalia dan adikku Tri Nurmalasari yang selalu mendoa’kan.
9.
Shanty, Nita, Renie, dan Chacha atas dukungan dan kebersamaan selama kuliah dan menyelesaikan skripsi.
10. Teman-teman ekstensi MAB 11. Sahabat-sahabatku Dini, Novi, Tutik, Arry yang selalu mendoa’kan 12. Semua pihak yang turut membantu dalam penulisan skripsi ini. Terima kasih atas bantuan dan kerjasamanya, semoga Allah SWT memberikan rahmat dan hidayah-Nya, serta membalas segala kebaikannya.
Bogor, Januari 2008
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman DAFTAR ISI.................................................................................................. DAFTAR TABEL ......................................................................................... DAFTAR GAMBAR..................................................................................... DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................
xi xii xii xii
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang .................................................................................. 1.2. Rumusan Masalah ............................................................................. 1.3. Tujuan Penelitian .............................................................................. 1.4. Kegunaan Penelitian .........................................................................
1 4 6 6
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Paprika ............................................................................................... 7 2.2. Hidroponik ......................................................................................... 9 2.3. Penelitian Terdahulu .......................................................................... 10
III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis ............................................................. 3.1.1. Konsep Usahatani ..................................................................... 3.1.2. Fungsi Produksi ........................................................................ 3.1.4. Model Fungsi Produksi............................................................. 3.2. Kerangka Pemikiran Operasional ...................................................... 3.3. Hipotesis ............................................................................................
17 17 19 24 26 28
IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................................. 4.2. Jenis dan Sumber Data....................................................................... 4.3. Metode Penarikan Contoh ................................................................. 4.4. Metode Analisis ................................................................................. 4.4.1. Analisis Pendapatan Usahatani................................................. 4.4.2. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Produksi............ 4.5. Definisi Operasional ..........................................................................
29 29 29 30 30 31 39
V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Keadaan Umum Wilayah................................................................... 5.2. Sejarah dan Perkembangan Paprika di Desa Pasir Langu ................. 5.3. Sistem Agribisnis Paprika Hidroponik .............................................. 5.3.1. Subsistem Sarana Produksi.......................................................
41 42 43 43
5.3.2. Subsistem Usahatani ................................................................ 45 5.4. Karakteristik Responden ................................................................... 51
VI. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI 6.1. Analisis Usahatani Paprika Hidroponik Petani Anggota Koptan Mitra Sukamaju .................................................................................. 6.1.1. Penerimaan Usahatani .............................................................. 6.1.2. Biaya Usahatani ........................................................................ 6.1.3. Pendapatan Usahatani............................................................... 6.2. Analisis Usahatani Paprika Hidroponik Petani Non Anggota ........... 6.2.1. Penerimaan Usahatani .............................................................. 6.2.2. Biaya Usahatani ........................................................................ 6.2.3. Pendapatan Usahatani............................................................... 6.3. Analisis Perbandingan Usahatani Paprika Petani Anggota Koptan Mitra Sukamaju dan Petani Non Anggota .............................
54 54 55 57 58 58 59 61 61
VII.ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI PAPRIKA HIDROPONIK 7.1. Analisis Fungsi Produksi Paprika Hidroponik................................... 65 7.2. Analisis Skala Usaha ........................................................................ 70
VIII. KESIMPULAN DAN SARAN 8.1. Kesimpulan ....................................................................................... 72 8.2. Saran ................................................................................................. 73 DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 75 LAMPIRAN ................................................................................................... 77
DAFTAR TABEL
Nomor
Halaman
1. Volume dan Nilai Ekspor Paprika Indonesia ke Singapura Tahun 2004-2005................................................................................
3
2. Kandungan Gizi Paprika Dalam 100 gram Buah Hijau Segar ...........
8
3. Jumlah Penduduk Desa Pasir Langu Berdasarkan Mata Pencaharian Pokok, Tahun 2006 ............................................... 42 4. Komponen Nutrisi Koptan Mitra Sukamaju berdasarkan Unsur dan Dosis ............................................................................................ 45 5. Sebaran Jumlah Responden Petani Anggota Koptan Mitra Sukamaju dan Petani Non Anggota Menurut Umur................ 51 6. Sebaran Jumlah Responden Petani Anggota Koptan Mitra Sukamaju dan Petani Non Anggota Menurut Tingkat Pendidikan ............................................................. 51 7. Sebaran Jumlah Responden Petani Anggota Koptan Mitra Sukamaju dan Petani Non Anggota Menurut Pengalaman....... 52 8. Sebaran Jumlah Responden Petani Anggota Koptan Mitra Sukamaju dan Petani Non Anggota Menurut Luas Lahan ....... 53 9. Analisis Struktur Biaya dan Pendapatan Usahatani Paprika Hidroponik Petani Anggota Koptan Mitra Sukamaju per Luas Green House 1.000m2......................................................................... 55 10. Analisis Struktur Biaya dan Pendapatan Usahatani Paprika Hidroponik Petani Non Anggota per Luas Green House 1.000m2......................................................................... 59 11. Analisis Perbandingan Usahatani Paprika Hidroponik Petani Anggota Koptan Mitra Sukamaju dan Petani Non Anggota per Luas Green House 1.000m2 .......................................................... 62 12. Perbandingan Produktivitas Usahatani Paprika Hidroponik Petani Anggota Koptan Mitra Sukamaju dan Petani Non Anggota............................................................................ 64 13. Hasil Analisis Regresi Fungsi Produksi Paprika Hidroponik dengan Metode OLS Setelah Menghilangkan Variabel Bebas Benih dan Dummy Status Petani................................................................... 67
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Halaman
1. Daerah Produksi dan Elastisitas Produksi .......................................... 22 2. Kerangka Pemikiran Operasional ....................................................... 28
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
Halaman
1. Perhitungan Penyusutan Alat dan Green House per 1.000m2 ............ 77 2. Data Penggunaan Faktor Produksi Usahatani Paprika Hidroponik per Musim Tanam .............................................. 78 3. Hasil Analisis Regresi Fungsi Produksi Usahatani Paprika Hidroponik dengan Metode OLS Sebelum Menghilangkan Variabel Bebas Benih ......................................................................... 79 4. Hasil Analisis Regresi Fungsi Produksi Usahatani Paprika Hidroponik dengan Metode OLS Setelah Menghilangkan Variabel Bebas Benih ......................................................................... 80 5. Hasil Analisis Regresi Fungsi Produksi Usahatani Paprika Hidroponik dengan Metode OLS Setelah Menghilangkan Variabel Bebas Benih dan Dummy Status Petani .............................. 81 6. Uji Normalitas dan Homoskedastisitas Fungsi Produksi Paprika Hidroponik dengan Metode OLS Setelah Menghilangkan Variabel Bebas Benih.......................................................................... 82 7. Uji Skala Usaha .................................................................................. 83
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Sektor pertanian memiliki peranan yang penting dalam pembangunan perekonomian nasional diantaranya dalam pembentukan PDB, penyerapan tenaga kerja, pembangunan ekonomi daerah, ketahanan pangan, dan dalam pelestarian lingkungan hidup. 1 Kontribusi sektor pertanian terhadap PDB tahun 2007 pada triwulan pertama adalah sebesar 13,7 persen 2 . Sektor pertanian terdiri dari sub sektor tanaman pangan yang meliputi padi, palawija dan hortikultura, serta sub sektor tanaman perkebunan. Dari keempat sub sektor tersebut hortikultura merupakan salah satu bagian dari sektor pertanian yang dapat dijadikan sumber pertumbuhan ekonomi. Pelaksanaan pengembangan hortikultura dilakukan melalui pengembangan budidaya dan penerapan teknologi, pemberdayaan kelembagaan petani, penguatan modal usaha, fasilitas promosi investasi dan produk, serta fasilitas kerjasama dan kemitraan usaha antara produsen dan pelaku usaha di sentra produksi dan sentra pemasaran. Secara keseluruhan, produksi dan luas panen hortikultura menunjukan adanya peningkatan. Produksi hortikultura pada tahun 2006 meningkat sebesar 5,47 persen dibandingkan tahun 2005, sedangkan peningkatan luas areal panen sebesar 2,62 persen. Peningkatan produksi ini terjadi akibat dari pertambahan luas areal tanam, semakin banyaknya tanaman yang berproduksi, berkembangnya teknologi produksi yang diterapkan petani, semakin intensifnya bimbingan dan
1 2
Departemen Pertanian, 2006. www.deptan.go.id “Berita Resmi Statistik No 27/05/TH X”. www.bps.go.id
fasilitas yang diberikan kepada petani dan pelaku usaha, dan adanya penguatan kelembagaan agribisnis petani (Ditjen Hortikultura, 2006). 3 Sayuran merupakan salah satu komoditi hortikultura yang mengalami peningkatan produksi. Produksi sayuran pada tahun 2005 meningkat sebesar 42.310 ton atau sebesar 18,82 persen dibandingkan tahun 2004 (BPS, 2006). Pemerintah juga menyarankan agar masyarakat Indonesia mengikuti anjuran FAO untuk mengkonsumsi sayuran minimal 65,75 kilogram/kapita/tahun untuk menjaga keseimbangan tubuh. 4 Seiring dengan perkembangan industri yang semakin maju, maka lahanlahan pertanian khususnya di pulau Jawa beralih fungsi menjadi lahan non pertanian. 5 Oleh karena itu untuk menyesuaikan dengan kondisi pertanian saat ini diperlukan peningkatan produktivitas, sehingga diharapkan dapat meningkatkan hasil produksi. Salah satu teknologi yang tepat untuk mencapai peningkatan produksi khususnya sayuran dengan kualitas dan kontinuitas yang baik adalah dengan pembudidayaan secara hidroponik. Paprika merupakan salah satu komoditas sayuran komersial yang dapat dibudidayakan
secara
hidroponik.
Saat
ini
penanaman
paprika
terus
dikembangkan karena adanya kebutuhan pasar yang terus meningkat, sehingga paprika memiliki prospek yang cerah untuk dibudidayakan (Prihmantoro dan Indriani, 2003). Dalam beberapa tahun terakhir terdapat peningkatan permintaan paprika di Indonesia, baik untuk pasar lokal maupun ekspor. Namun petani belum mampu memenuhi kebutuhan konsumen terutama pasar ekspor. Konsumen paprika dalam negeri adalah penduduk asing yang menetap di Indonesia dan 3
Ditjen Hortikultura, 2006. www.hortikultura.gi.id Departemen Pertanian, 2003. www.deptan.go.id 5 “Pengaruh Alih Fungsi Lahan Petanian”. www.digilib.itb.ac.id 4
masyarakat kalangan menengah ke atas, sehingga pasar yang banyak meminta komoditas paprika ini adalah swalayan, hotel, restoran, dan katering. Paprika Indonesia diekspor ke beberapa negara diantaranya Belanda, Hongkong, Singapura dan Taiwan. Saat ini negara tujuan utama ekspor paprika adalah Singapura. Hingga saat ini Indonesia hanya mampu memenuhi paprika kualitas ekspor maksimal empat ton per minggu ke Singapura dari permintaan 10 ton. 6 Volume dan Nilai Ekspor Paprika Indonesia ke Singapura dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Volume dan Nilai Ekspor Paprika Indonesia ke Singapura Tahun 20042005 Bulan Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Total
2004 Volume (kg) Nilai (Rp) * * * * * * * * * * * * 2.050 19.470.000 3.105 29.761.000 1.869 18.625.000 2.165 21.807.500 3.920 34.645.000 3.235 28.997.500 16.344 153.306.000
2005 Volume (kg) Nilai (Rp) 2.185 21.293.000 2.205 24.763.000 1.390 15.164.000 1.965 21.184.500 2.700 25.328.000 6.285 75.166.500 1.500 17.516.500 4.175 48.231.500 3.405 38.771.000 6.670 82.150.000 7.420 90.637.750 10.485 44.438.500 50.365 505.274.750
Sumber : Asosiasi Pengusaha Paprika, 2005 dalam Kartikasari, 2006 Keterangan :* Tidak ada data
Pada Tabel 1 dapat dilihat ekspor paprika ke Singapura pada tahun 20042005 berfluktuatif baik volume maupun nilainya, kenaikan terbesar terjadi pada bulan Juni 2005 sedangkan penurunan terbesar terjadi pada bulan Juli 2005. Pada tabel tersebut juga dapat diketahui bahwa trend ekspor paprika ke Singapura 6
Gunadi, Nikardi 2007 “Perdagangan Ekspor Paprika Belum Dioptimalkan”. www.kompas.com. Selasa, 15 mei 2007.
mengalami peningkatan. Keadaan tersebut merupakan peluang bagi petani paprika di Indonesia untuk menghasilkan paprika dengan kualitas dan kontinuitas yang baik.
1.2. Rumusan Masalah Paprika merupakan salah satu komoditas hortikultura yang potensial untuk dikembangkan, karena selain tingkat permintaanya yang cukup tinggi paprika juga termasuk sayuran yang bernilai ekonomis tinggi, dan sebagai salah satu penyumbang devisa bagi negara melalui ekspor. Peningkatan permintaan paprika terjadi baik di pasar lokal maupun ekspor. Namun demikian Indonesia belum mampu memanfaatkan peluang pasar secara optimal, khususnya pasar ekspor. Salah satu indikasinya adalah belum terpenuhinya permintaan ekspor. Budidaya paprika secara hidroponik akan memberikan penerimaan yang lebih besar dibandingkan budidaya paprika secara konvensional, karena produksi yang dihasilkan lebih besar. Namun usaha budidaya paprika hidroponik memerlukan biaya yang besar untuk investasinya yaitu green house dan sarana penunjang lainnya. Selain itu diperlukan juga biaya yang besar untuk kegiatan budidayanya seperti biaya input, biaya pemeliharaan, dan biaya lain-lain. Di Kabupaten Bandung terdapat tiga kecamatan yang merupakan sentra produksi paprika, yaitu Kecamatan Parongpong, Kecamatan Cisarua dan Kecamatan Lembang. Menurut Dinas Pertanian Kabupaten Bandung, luas lahan paprika di Kabupaten Bandung pada tahun 2003 mencapai 40 hektar dengan jumlah tanaman mencapai 1.200.000 pohon. 7 Desa Pasir Langu merupakan salah 7
www.pikiran-rakyat.com
satu daerah di Kecamatan Cisarua yang membudidayakan paprika secara hidroponik dengan teknik irigasi manual. Sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani, dan sekitar 100 orang diantaranya merupakan petani paprika. Koperasi Petani (Koptan) Mitra Sukamaju pada awalnya merupakan kelompok tani yang merupakan perintis budidaya paprika hidroponik di Desa Pasir Langu. Koptan Mitra Sukamaju merupakan perkumpulan petani paprika di Desa Pasir Langu yang dibentuk untuk menjalin komunikasi antar petani paprika. Koptan Mitra Sukamaju juga melakukan pembinaan terhadap petani melalui pelatihan teknis dan pelatihan manajemen secara berkesinambungan, sehingga dapat meningkatkan kinerja dan mampu menciptakan komoditas yang diharapkan dengan kuantitas dan kualitas yang tinggi. Tahun 2006 produksi paprika di Koptan Mitra Sukamaju yaitu sebesar 305.185 kilogram, namun produksi tersebut masih belum dapat memenuhi permintaan pasar. Saat ini permintaan yang belum terpenuhi oleh Koptan Mitra Sukamaju sebanyak 70 ton per minggunya. 8 Faktor yang menjadi kendala bagi para petani di Desa Pasir Langu baik yang menjadi anggota Koptan Mitra Sukamaju maupun yang tidak menjadi anggota (non anggota) adalah tingginya fluktuasi harga paprika dan produktivitas paprika yang dirasakan petani masih kurang, sehingga para petani sulit untuk mengembangkan usahataninya. Untuk melihat dampak dari keberadaan Koptan Mitra Sukamaju terhadap kemajuan usahatani paprika di Desa Pasir Langu maka permasalahan yang perlu dikaji dalam penelitian ini adalah:
8
Wawancara dengan Sekertaris Koptan Mitra Sukamaju
1. Bagaimana tingkat pendapatan usahatani paprika hidroponik di Desa Pasir Langu? 2. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi produksi usahatani paprika hidroponik di Desa Pasir Langu?
1.3. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas maka penelitian ini bertujuan: 1. Menganalisis tingkat pendapatan usahatani paprika hidroponik di Desa Pasir Langu. 2. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi produksi usahatani paprika hidroponik di Desa Pasir Langu.
1.4. Kegunaan Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan masukan dan pertimbangan bagi petani di Desa Pasir Langu selaku unit pengambil keputusan tentang usahatani paprika hidroponik, dan bahan pertimbangan untuk penelitian selanjutnya serta pihak lain yang berkepentingan. Bagi peneliti sendiri hasil penelitian ini digunakan sebagai sarana untuk menerapkan ilmu yang diperoleh di bangku kuliah.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Paprika Tanaman paprika memiliki nama ilmiah Capsium annum var.grossum. Cabai ini termasuk satu keluarga dengan tanaman tomat dan terung yaitu famili Solonaceae karena memiliki bunga seperti terompet. Paprika merupakan tanaman yang berasal dari negara sub tropis dan bukan tanaman asli Indonesia sehingga dalam pembudidayaanya diperlukan kondisi yang mirip daerah asalnya. Di Indonesia paprika umumnya dibudidayakan secara hidroponik. Paprika telah dikembangkan di daerah dataran tinggi seperti Lembang, Cipanas, Cisarua (Jawa Barat); Dieng, Purwokerto (Jawa Tengah); dan Brastagi (Sumatera Utara). Selain di dataran tinggi, paprika juga mulai ditanam di dataran menengah antara lain Karanganyar (Jawa Tengah) dan Sukabumi (Jawa Barat) (Prihmantoro dan Indriani, 2003). Tanaman paprika merupakan tanaman semusim yang berbentuk perdu dan perakarannya berbentuk horizontal. Batang utama tegak, halus, pangkalnya berkayu dan bercabang banyak. Daun tunggal, berbentuk bulat telur mengkilat serta daunnya runcing dengan ukuran yang agak besar dan berwarna hijau gelap. Bentuk buah paprika sangat unik karena mirip cabai besar atau tomat, tetapi lebih bulat, pendek dengan permukaan bergelombang besar atau bersegisegi yang jelas. Paprika memiliki daging yang tebal, berbiji sedikit, rasa buahnya tidak pedas karena tidak mengandung zat capcaisin yaitu semacam senyawa alkaloid yang menyababkan rasa pedas. Selain bentuk buahnya yang unik, paprika juga memiliki berbagai macam warna, yang umumnya dijumpai adalah hijau,
merah dan kuning. Saat ini cabai paprika ada juga yang berwarna ungu, orange, dan putih. Seperti cabai lainnya, paprika juga mengandung zat gizi yang cukup tinggi yaitu terdiri dari protein, lemak, karbohidrat, vitamin A, B dan C, serta mineral. Jumlah kandungan gizi paprika dalam 100 gram buah hijau dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Kandungan Gizi Paprika Dalam 100 gram Buah Hijau Segar Komponen Protein (g) Lemak (g) Karbohidrat (g) Ca (mg) Fe (mg) P (mg) K (mg) Vitamin A (IU) Vitamin B1 (mg) Vitamin B2 (mg) Niacin (mg) Vitamin C (mg)
Jumlah 0,90 0,30 4,40 7,00 0,40 2,00 11,00 22,00 540,00 0,02 0,40 160,00
Sumber: Prihmantoro dan Indriani, 2003
Dalam pembudidayaan paprika perlu diperhatikan faktor lingkungan yang menjadi syarat tumbuhnya yaitu tanah atau media, suhu, air, cahaya dan kelembapan. Menurut Prihmantoro dan Indriani (2003) tanah yang baik untuk pertumbuhan paprika adalah yang cukup subur, gembur, kaya akan bahan organik atau humus dan beraerasi baik. Ukuran PH yang cocok untuk tanaman paprika berkisar antara 5,5-6,5. Tanaman paprika tumbuh dengan baik pada kisaran suhu antara 16-25 derajat, namun paprika masih dapat tumbuh dengan baik pada suhu sampai 30 derajat dengan kelembapan udara berkisar 80 persen, paprika merupakan tanaman yang tidak tahan terhadap intensitas cahaya matahari yang tinggi karena akan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangannya sehingga untuk menanggulanginya dibutuhkan naungan. Paprika juga merupakan tanaman
yang sangat responsif terhadap air, kebutuhan tanaman paprika dewasa terhadap air dalam satu hari rata-rata 0,5 liter, namun demikian kebutuhan tersebut tergantung dari keadaan suhu, kelembapan dan sirkulasi udara di sekitar tanaman.
2.2. Hidroponik Hidroponik berasal dari bahasa Yunani, yaitu Hydro yang berarti air dan Phonos yang berarti bekerja, sehingga hidroponik berarti pekerjaan yang menggunakan air atau secara lebih luas dapat diartikan sebagai cara bercocok tanam tanpa tanah. Media yang digunakan dalam hidroponik adalah media yang porus, ringan dan steril sehingga tidak mempengaruhi jumlah unsur hara yang diberikan. Contoh media yang digunakan dalam hidroponik adalah arang sekam, pasir, zeolit dan serbuk kelapa. Kegiatan budidaya hidroponik memerlukan suatu lingkungan tumbuh yang terkendali, tanaman harus terlindung dari siraman air hujan, angin yang terlalu kencang, dan cahaya sinar matahari langsung. Oleh karena itu dikembangkan sistem rumah plastik (green house), sehingga dapat mengendalikan faktor alam (Prihmantoro dan Indriani, 2003). Alasan utama untuk menanam hidroponik adalah dapat menanam berbagai jenis sayuran sepanjang musim dengan hasil melimpah dan berkualitas tinggi. Selain itu ada beberapa keuntungan dari penanaman hidroponik yaitu: (1) Produktivitas tanaman lebih tinggi dibandingkan penanaman secara konvensional; (2) Tanaman tumbuh lebih cepat; (3) Bila ada tanaman yang mati, dapat diganti dengan tanaman baru dengan mudah; (4) Tanaman akan memberikan hasil yang kontinu; (5) Kualitas daun, buah dan bunga lebih terjamin; (6) Beberapa jenis
tanaman dapat ditanam di luar musim; (7) Mengurangi ketergantungan kondisi alam; (8) Mengatasi keterbatasan ruang; dan (9) Pengendalian hama penyakit tanaman lebih terjamin (Lingga, 1995). Cara penanaman paprika secara hidroponik agak berbeda dengan cara menanam ditanah, namun secara garis besarnya sama yaitu meliputi persiapan, persemaian, pembibitan, penanaman, pemeliharaan dan panen. Menanam paprika secara hidroponik lebih menguntungkan dibandingkan secara konvensional karena jumlah produksi yang lebih tinggi, harga jual lebih tinggi, dan produknya lebih berkualitas. Selain itu paprika dapat ditanam dua kali dalam setahun (Prihmantoro dan Indriani, 2003).
2.3. Penelitian Terdahulu Dalam penelitian Badrutamam (2005) yang berjudul Pengembangan Usahatani Cabai Paprika Pada Tiga Sistem Hidroponik di PD Lima Bersaudara menunjukkan bahwa pada tingkat suku bunga 18 persen hasil kelayakan secara finansial pada masing-masing sistem hidroponik yang dilakukan menunjukkan NPV positif yaitu sebesar Rp 30.615.416,00 untuk sistem penyiraman manual, Rp 46.238.389,00 untuk sistem irigasi tetes, dan Rp 54.152.092,00 untuk sistem NFT (Nutrient Film Technique). Nilai Net B/C, IRR dan payback period untuk sistem penyiraman manual masing-masing adalah 1,4; 35 persen dan dua tahun tujuh bulan. Untuk sistem irigasi tetes masing-masing adalah 1,68; 47 persen dan dua tahun enam bulan, dan untuk sistem NFT masing-masing adalah 1,79; 51 persen dan dua tahun lima bulan. Dengan demikian usahatani paprika hidroponik ini layak diusahakan pada ketiga sistem hidroponik tersebut. Analisis sensitivitas
menunjukkan usahatani paprika hidroponik tidak layak dijalankan saat terjadi penurunan produktivitas hingga 1,978 kilogram per tanaman untuk sistem penyiraman manual, 2,332 kilogram per tanaman untuk sistem irigasi tetes dan 2,467 kilogram per tanaman untuk sistem NFT. Usaha ini juga menjadi tidak layak jika terjadi peningkatan harga nutrisi sebesar 42,28 persen untuk sistem penyiraman manual, 67,14 persen untuk sistem irigasi tetes dan 78,63 persen untuk sistem NFT. Selain itu usahatani paprika hidoponik ini juga menjadi tidak layak jika terjadi penurunan harga jual masing-masing sebesar 10,8 persen, 15,7 persen dan 17,78 persen. Ningsih (2005) melakukan penelitian mengenai analisis usahatani paprika hidroponik di Desa Pasir Langu, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bandung. Fokus utama dalam penelitian ini adalah analisis kesempatan kerja dan analisis pendapatan usahatani paprika. Analisis kesempatan kerja dilakukan dengan menggunakan analisis HOK per 300 m2 per musim tanam (240 hari). Penggunaan TKDK untuk petani golongan I (luas green house <1900m2) yaitu 202,9 HOK, sedangkan TKLK sekitar 65,5 HOK. Petani golongan II (luas green house >1900m2) membutuhkan TKDK sebesar 180,2 HOK dan TKLK 85,5 HOK. Porsi pemakaian tenaga kerja tidak tetap terbesar pada jenis pekerjaan persiapan lahan dan green house sebesar 60 HOK untuk petani golongan I dan 61,6 HOK untuk petani golongan II, sedangkan pemakaian tenaga kerja dalam keluarga terbesar pada kegiatan pemeliharaan. Petani golongan I menggunakan TKDK sebesar 198,4 HOK dan petani golongan II sebesar 178,1 HOK. Biaya yang dikeluarkan untuk TKLK rata-rata petani golongan I adalah Rp 546.168,60 per musim tanam, sedangkan biaya yang dibutuhkan untuk TKLK rata-rata petani golongan II adalah
Rp 712.471, 50 per musim tanam. Hasil analisis pendapatan atas biaya tunai dan atas biaya total usahatani paprika hidroponik petani golongan I lebih besar dibandingkan petani golongan II. Petani golongan I memiliki pandapatan atas biaya tunai sebesar Rp 11.753.657,90 dan pendapatan atas biaya totalnya sebesar Rp 8.612.819,20, sedangkan besarnya pendapatan atas biaya tunai dan atas biaya total untuk petani golongan II adalah Rp 10.546.489,50 dan Rp 7.913.911,90 selama satu musim tanam. Nilai R/C rasio atas biaya tunai usahatani hidroponik paprika petani golongan I sebesar 2,7 dan petani golongan II sebesar 2,4. Nilai R/C rasio atas biaya total sebesar 1,9 untuk petani golongan I dan 1,8 untuk petani golongan II. Nur‘Iman (2001) melakukan penelitian mengenai analisis perbandingan efisiensi produksi dan pendapatan usahatani tomat antara petani Gapoktan (gabungan kelompok tani) Goalpara dan petani Non Gapoktan di Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Sukabumi. Analisis yang dilakukan adalah analisis fungsi produksi Cobb-Douglas dengan metode regresi komponen utama. Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa penggunaan faktor-faktor produksi baik petani gapoktan maupun petani non gapoktan belum mencapai kondisi optimal, karena rasio NPM dan BKM tidak sama dengan satu. Hal ini menunjukkan petani gapoktan tidak lebih efisien dibandingkan petani non gapoktan dalam penggunaan input produksi. Hasil analisis imbangan penerimaan dan biaya menunjukkan nilai R/C rasio atas biaya tunai dan nilai R/C rasio atas biaya total petani gapoktan adalah sebesar 1,71 dan 1,63. Sedangkan petani non gapoktan lebih rendah yaitu 1,54 untuk R/C rasio atas biaya tunai dan 1,42 untuk R/C rasio atas biaya total.
Sehingga usahatani gapoktan lebih efisien dibandingkan dengan usahatani non gapoktan. Irawati (2006) menganalisis pendapatan dan efisiensi penggunaan faktorfaktor produksi usahatani padi program PTT dan non program PTT. Berdasarkan hasil analisis pendapatan diperoleh bahwa pendapatan atas biaya tunai dan pendapatan atas total petani non program lebih tinggi dibandingkan petani program PTT. Rata-rata pendapatan atas biaya tunai dan pendapatan atas biaya total untuk petani program PTT masing-masing adalah Rp 6.849.493,58 dan Rp 4.606.644,07. Sedangkan untuk petani non program PTT adalah Rp 7.683.263,14 dan Rp 4.743.219,76. Nilai R/C rasio atas biaya tunai dan atas biaya total masingmasing sebesar 2,66 dan 1,72 untuk petani program PTT, sedangkan untuk petani non program PTT sebesar 2,97 dan 1,69. Pada kondisi optimal pendapatan total yang diterima petani program PTT lebih besar dibandingkan dengan petani non program PTT, masing-masing sebesar Rp 35.807.791,02 dan Rp 32.709.864,52, serta nilai R/C rasio atas biaya total masing-masing sebesar 2,49 dan 2,01. Hasil analisis fungsi produksi Cobb-Douglas untuk petani program PTT menunjukkan bahwa faktor produksi luas lahan, benih, pupuk urea, pupuk NPK, obat cair dan tenaga kerja berpengaruh nyata terhadap produksi, sedangkan pupuk sp-36 dan obat padat tidak nyata pada tingkat kepercayaan 95 persen. Untuk petani non program PTT faktor produksi yang berpengaruh nyata yaitu luas lahan, benih, NPK dan tenaga kerja, sedangkan sp-36, obat padat dan obat cair tidak nyata pada tingkat kepercayaan 95 persen. Baik petani program PTT maupun petani non program PTT belum efisien dalam penggunaan faktor-faktor produksi, karena rasio NPM dan BKM tidak sama dengan satu. Kombinasi optimal pada usahatani
padi program PTT dapat tercapai apabila penggunaan lahan, benih, urea, sp-36 dan NPK ditingkatkan, dan penggunaan obat padat, obat cair dan tenaga kerja dikurangi. Sedangkan kombinasi optimal pada usahatani padi non program PTT dapat tercapai apabila penggunaan lahan, benih, urea, NPK, obat cair dan tenaga kerja ditingkatkan, sedangkan penggunaan sp-36 dan obat padat dikurangi. Farah (2007) melakukan penelitian mengenai evaluasi pemanfaatan tanah wakaf pertanian terhadap pendapatan petani penggarap di Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur dengan menganalisis pendapatan usahatani dan faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas usahatani yang dilakukannya yaitu usahatani padi. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa usahatani padi sawah beririgasi dengan status sewa memiliki pendapatan paling tinggi baik pendapatan kotor maupun pendapatan bersih dibandingkan usahatani padi sawah beririgasi dengan status bagi hasil dan usahatani padi sawah tadah hujan. Nilai R/C rasio baik atas biaya tunai maupun atas biaya total usahatani sawah beririgasi dengan status sewa adalah 2,10 dan 1,88. Sedangkan nilai R/C rasio baik atas biaya tunai maupun atas biaya total usahatani sawah beririgasi dengan status bagi hasil adalah 1,44 dan 1,34, dan untuk usahatani sawah tadah hujan adalah 1,44 dan 1,28. Sehingga usahatani sawah beririgasi dengan status sewa dianggap yang paling menguntungkan petani. Berdasarkan hasil analisis fungsi produksi diperoleh bahwa faktor produksi benih, pupuk urea, pupuk TSP, pestisida, tenaga kerja, status lahan, dan sistem irigasi secara bersama-sama mempengaruhi produktivitas padi. Secara parsial faktor produksi yang berpengaruh nyata terhadap produktivitas padi pada selang kepercayaan 95 persen adalah benih, pupuk TSP, dummy status lahan dan dummy status irigasi, sedangkan faktor produksi lainnya
tidak berpengaruh nyata. Berdasarkan nilai koefisien regresi masing-masing faktor produksi memiliki nilai positif kecuali faktor produksi pestisida. Nilai koefisien regresi juga menunjukkan skala usaha dari usahatani yang sedang berlangsung, nilai total koefisien regresi sebesar 0,6803 yang berarti bahwa usahatani padi petani penggarap ini berada pada skala hasil yang menurun (decreasing return to scale). Kartikasari (2006) melakukan penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi produksi usahatani paprika hidroponik dengan sistem penyiraman irigasi tetes di Kecamatan Parongpong, Kabupaten Bandung. Berdasarkan analisis fungsi produksi, hasil uji F sebesar 130,97 menunjukkan secara bersama-sama faktor-faktor produksi berpengaruh nyata terhadap produksi paprika hidroponik pada tingkat kepercayaan 99 persen. Hasil uji t menunjukkan variabel luas green house, benih, tenaga kerja dan obat-obatan berpengaruh nyata terhadap produksi, sedangkan variabel pengalaman dan tingkat pendidikan tidak berpengaruh nyata. Analisis efisiensi penggunaan faktor produksi menunjukkan bahwa faktor produksi belum efisien. Rasio NPM dan BKM faktor produksi luas green house, benih, tenaga kerja, dan obat-obatan lebih besar dari satu artinya jumlah faktorfaktor produksi tersebut harus ditingkatkan untuk mendapatkan hasil yang optimal. Hasil analisis pendapatan menunjukkan rata-rata penerimaan petani sebesar Rp 166.688.615,00 dan total biaya sebesar Rp 91.812.267,00, sehingga pendapatan yang diperoleh petani paprika sebesar Rp 74.867.347,29, dan nilai R/C rasio yang diperoleh sebesar 1,82. Berdasarkan hasil penelitian terdahulu di atas, penulis mencoba menganalisis
mengenai
pendapatan
usahatani
dan
faktor-faktor
yang
mempengaruhi produksi paprika hidroponik di Desa Pasir Langu, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bandung. Penelitian mengenai analisis pendapatan usahatani sekaligus mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi produksi paprika hidroponik di daerah penelitian belum pernah dilakukan. Penelitian-penelitian yang dilakukan oleh peneliti sebelumnya dijadikan sebagai referensi terhadap perbandingan hasil penelitian ini.
III. KERANGKA PEMIKIRAN
3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Usahatani Usahatani adalah setiap organisasi dari alam, tenaga kerja dan modal yang ditujukan kepada produksi di lapangan pertanian. Pada dasarnya unsur-unsur pokok usahatani terdiri atas lahan, tenaga kerja dan manajemen. Keempat unsur tersebut memiliki peranan yang cukup penting dalam kegiatan usahatani (Rivai dalam Hernanto, 1988). Mosher dalam Mubyarto (1989), mengemukakan usahatani adalah himpunan dari sumber-sumber alam yang terdapat di suatu tempat yang diperlukan untuk produksi pertanian seperti tanah dan air, sinar matahari, bangunan-bangunan yang didirikan di atas tanah tersebut dan sebagainya. Tujuan dari berusahatani dapat dikategorikan menjadi dua yaitu memaksimumkan keuntungan atau meminimumkan biaya. Konsep maksimisasi keuntungan adalah bagaimana mengalokasikan sumberdaya dengan jumlah tertentu
seefisien
mungkin,
untuk
memperoleh
keuntungan
maksimum.
Sedangkan konsep minimisasi biaya adalah bagaimana menekan biaya produksi sekecil-kecilnya untuk mencapai tingkat produksi tertentu (Soekartawi, 2002). Keberhasilan suatu usahatani tidak terlepas dari faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhinya. Pertama adalah faktor didalam usahatani (intern) itu sendiri yang meliputi petani pengelola, tanah usahatani, tenaga kerja, modal, tingkat teknologi, kemampuan petani mengalokasikan penerimaan keluarga, dan jumlah keluarga petani. Yang kedua faktor diluar usahatani (ekstern) yang
meliputi
ketersediaan
sarana
transportasi
dan
komunikasi,
aspek-aspek
menyangkut pemasaran hasil dan input usahatani, fasilitas kredit dan sarana penyuluhan bagi petani (Hernanto,1988). Dalam usahatani tentunya para petani memperhitungkan biaya-biaya yang dikeluarkan serta memperhitungkan penerimaan yang diperoleh. Menurut Soekartawi et, al (1986), biaya atau pengeluaran total usahatani adalah semua nilai masukan yang habis dipakai atau dikeluarkan dalam produksi, tetapi tidak termasuk tenaga kerja keluarga petani. Biaya usahatani dapat dibedakan menjadi biaya tunai dan biaya yang diperhitungkan. Biaya tunai usahatani didefinisikan sebagai jumlah uang yang dibayarkan untuk pembelian barang dan jasa bagi usahatani. Sedangkan biaya yang diperhitungkan merupakan pengeluaran secara tidak tunai yang dikeluarkan oleh petani, biaya ini dapat berupa faktor produksi yang digunakan petani tanpa mengeluarkan uang tunai seperti sewa lahan yang diperhitungkan atas lahan milik sendiri, penggunaan tenaga kerja dalam keluarga, penggunaan bibit dari hasil produksi dan penyusutan dari sarana produksi. Berdasarkan sifatnya biaya produksi usahatani meliputi biaya tetap (fixed cost) dan biaya tidak tetap (variabel cost). Biaya tetap ialah pengeluaran usahatani yang tidak bergantung kepada besarnya produksi, sedangkan biaya tidak tetap didefinisikan sebagai pengeluaran yang digunakan untuk tanaman tertentu dan jumlahnya berubah kira-kira sebanding dengan besarnya produksi tanaman tersebut. Penerimaan tunai usahatani adalah nilai uang yang diterima dari penjualan produk usahatani. Pengeluaran tunai usahatani merupakan sejumlah uang yang dibayarkan untuk pembelian barang dan jasa bagi usahatani. Selisih antara
penerimaan tunai usahatani dan pengeluaran tunai usahatani disebut pendapatan tunai usahatani. Pendapatan kotor usahatani didefinisikan sebagai nilai produk total usahatani dalam jangka waktu tertentu baik yang dijual maupun yang tidak dijual. Selisih antara pendapatan kotor usahatani dan pengeluaran total usahatani disebut pendapatan bersih usahatani. Soeharjo dan Patong (1973) menyatakan bahwa pendapatan yang besar tidak selalu menunjukan efisiensi yang tinggi, karena ada kemungkinan pendapatan yang besar itu diperoleh dari investasi yang berlebihan. Oleh karena itu, analisis pendapatan selalu diikuti dengan pengukuran efisiensi. Salah satu ukuran efisiensi adalah penerimaan untuk rupiah yang dikeluarkan (revenue per cost ratio atau R/C rasio). R/C rasio menunjukan besarnya penerimaan yang diperoleh dengan pengeluaran dalam satu satuan biaya. Apabila R/C = 1 berarti usahatani yang dijalankan tidak untung dan tidak pula rugi. Apabila R/C > 1 berarti penerimaan yang diperoleh lebih besar dari unit biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh penerimaan tersebut. Sedangkan apabila R/C rasio < 1 maka tiap unit biaya yang dikeluarkan akan lebih besar dari penerimaan yang diperoleh. R/C rasio atas biaya tunai diperoleh dari rasio penerimaan tunai usahatani dengan pengeluaran tunai usahatani, sedangkan R/C rasio atas biaya total diperoleh dari rasio penerimaan kotor usahatani dengan pengeluaran total usahatani.
3.1.2. Fungsi Produksi Menurut Soekartawi et al,(1986), fungsi produksi merupakan hubungan fisik antara masukan dan produksi. Masukan seperti tanah, pupuk, tenaga kerja, modal, iklim dan sebagainya itu mempengaruhi besar kecilnya produksi yang
diperoleh. Tidak semua masukan dipakai dalam analisis, hal ini tergantung dari penting tidaknya pengaruh masukan itu terhadap produksi. Jika bentuk produksi diketahui maka informasi harga dan biaya yang dikorbankan dapat dimanfaatkan untuk menentukan kombinasi masukan terbaik. Namun biasanya petani sukar melakukan kombinasi ini, karena: (1) Adanya faktor ketidaktentuan mengenai cuaca, hama dan penyakit tanaman; (2) Data yang dipakai untuk melakukan pendugaan fungsi produksi mungkin tidak benar; (3) Pendugaan fungsi produksi hanya dapat diartikan sebagai gambaran rata-rata suatu pengamatan; (4) Data harga dan biaya yang dikorbankan mungkin tidak dapat dilakukan secara pasti; dan (5) Setiap petani dan usahataninya mempunyai sifat yang khusus. Soekartawi (2003), juga mendefinisikan fungsi produksi sebagai hubungan fisik antara variabel yang dijelaskan (Y) dan variabel yang menjelaskan (X). Variabel yang dijelaskan biasanya berupa output dan variabel yang menjelaskan biasanya berupa input. Secara matematis fungsi produksi dapat ditulis sebagai berikut (Soekartawi et al, 1986) : Y = f (X1, X2, X3, …, Xm) dimana : Y f
= output = bentuk hubungan yang mentransformasikan faktor-faktor produksi dengan hasil produksi X1, X2, …, Xm = input-input yang digunakan Hubungan masukan dan produksi pertanian mengikuti hukum kenaikan hasil yang berkurang (the law of diminishing return). Hukum ini memiliki arti bahwa setiap tambahan unit masukan akan mengakibatkan proporsi unit tambahan produksi yang semakin kecil dibanding tambahan unit masukan tersebut,
kemudian suatu ketika sejumlah unit tambahan masukan akan menghasilkan produksi yang terus berkurang. Menurut Soekartawi (2003), untuk mengukur tingkat produktivitas dari suatu produksi terdapat dua tolak ukur yaitu produk marjinal (PM) dan produk rata-rata (PR). Produk marjinal adalah tambahan satu-satuan input X yang dapat menyebabkan pertambahan atau pengurangan satu-satuan output Y. Sedangkan produk rata-rata adalah perbandingan antara produk total per jumlah input. Kedua tolak ukur ini dapat dirumuskan sebagai berikut : PM =
ΔY ΔXi
PR =
Y Xi
Untuk mengukur perubahan dari jumlah produk yang dihasilkan yang disebabkan oleh faktor produksi yang dipakai dapat dinyatakan dengan elastisitas produksi. Elastisitas produksi (Ep) adalah persentase perubahan dari output sebagai akibat dari persentase perubahan dari input. Persamaan elastisitas produksi dapat dirumuskan sebagai berikut : Ep =
ΔY/Y ΔY Xi PM = ⋅ = ΔXi/Xi ΔXi Y PR
dimana : Ep ΔY ΔXi Y Xi
= elastisitas produksi = perubahan hasil produksi = perubahan faktor produksi ke-i = hasil produksi = jumlah faktor produksi ke-i Berdasarkan nilai elastisitas produksi, fungsi produksi dibagi atas tiga
daerah yaitu daerah dengan elastisitas produksi lebih dari satu (daerah I), antara
nol dan satu (daerah II), dan lebih kecil dari nol (daerah III), dapat dilihat pada Gambar 1.
Y
PT I
II
Ep>1
III
0<Ep<1
Ep<0 X
PM/PR
PM X1
X2
PR X
X3
Gambar 1. Daerah Produksi dan Elastisitas Produksi Sumber : Soekartawi, 2003 Keterangan : PT = Produk Total PM = Produk Marjinal PR = Produk Rata-rata Y = Produksi X = Faktor Produksi
Daerah I mempunyai nilai elastisitas produksi lebih dari satu, yang berarti bahwa penambahan faktor produksi sebesar satu persen akan menyebabkan penambahan produksi lebih besar dari satu persen. Pada daerah ini produksi masih dapat ditingkatkan dengan pemakaian faktor produksi yang lebih banyak, oleh karena itu daerah ini disebut daerah irrasional.
Daerah II mempunyai nilai elastisitas produksi antara nol dan satu, yang berarti bahwa setiap penambahan faktor produksi sebesar satu persen akan menyebabkan penambahan produksi paling tinggi satu persen dan paling rendah nol. Daerah ini dicirikan dengan penambahan hasil produksi yang menurun, pada daerah ini dicapai keuntungan maksimum dengan tingkat penggunaan faktor tertentu, daerah ini disebut daerah rasional. Daerah produksi III mempunyai elastisitas produksi lebih kecil dari nol, yang artinya setiap penambahan faktor produksi sebesar satu persen akan menyebabkan penurunan jumlah produksi sebesar nilai elastisitasnya. Daerah ini mencerminkan pemakaian faktor-faktor produksi yang tidak efisien sehingga daerah ini disebut daerah irrasional. Soekartawi (2003), mendefinisikan skala usaha (return to scale) sebagai penjumlahan dari semua elastistas faktor-faktor produksi. Skala usaha dibagi menjadi tiga bagian, yaitu : 1. Kenaikan hasil yang meningkat (increasing return to scale). Pada daerah ini Σbi>1, yang berarti proporsi penambahan faktor produksi akan menghasilkan tambahan produksi yang proporsinya lebih besar. 2. Kenaikan hasil yang tetap (constant return to scale). Pada daerah ini Σbi =1, yang berarti penambahan faktor produksi akan proporsional dengan penambahan produksi yang diperoleh. 3. Kenaikan hasil yang menurun (decreasing return to scale). Pada daerah ini Σbi<1, yang berarti proporsi penambahan faktor produksi melebihi proporsi penambahan produksi.
3.1.3. Model Fungsi Produksi Fungsi produksi menjelaskan hubungan antara produksi dengan faktorfaktor produksi yang mempengaruhinya. Bentuk fungsi produksi yang digunakan dalam menduga variabel-variabel yang mempengaruhinya ada beberapa macam, tetapi yang umum dan sering digunakan adalah model fungsi linier, model fungsi kuadaratik dan model fungsi Cobb-Douglas. Menurut Soekartawi et, al (1986), pemilihan model fungsi produksi hendaknya memenuhi syarat berikut: (1) Dapat dipertanggungjawabkan; (2) Mempunyai dasar yang logis secara fisik maupun ekonomis; (3) Mudah dianalisis dan; (4) Mempunyai implikasi ekonomi. Model yang digunakan dalam penelitian ini adalah fungsi produksi CobbDouglas. Menurut Soekartawi (2003), fungsi produksi Cobb-Douglas merupakan suatu fungsi atau persamaan yang melibatkan dua atau lebih variabel, variabel yang dijelaskan disebut variabel dependen (Y), dan variabel yang menjelaskan disebut variabel independen (X). Penyelesaian hubungan antara Y dan X biasanya ditunjukan dengan cara regresi, yaitu variasi dari Y akan dipengaruhi oleh variasi dari X. Penggunaan fungsi produksi ini didasarkan pada pertimbangan adanya kelebihan dari fungsi produksi Cobb-Douglas, antara lain : 1.
Penyelesaian fungsi produksi Cobb-Douglas relatif lebih mudah dibandingkan dengan fungsi lain, karena fungsi Cobb-Douglas dapat diubah ke dalam bentuk linier.
2. Hasil pendugaan garis melalui fungsi Cobb-Douglas akan menghasilkan koefisien regresi yang sekaligus menunjukan elastisitas. 3. Besaran elastisitas tersebut juga sekaligus menunjukan return to scale.
Namun fungsi produksi Cobb-Douglas juga memiliki kelemahan. Menurut Soekartawi et, al (1986), beberapa kelemahan fungsi produksi Cobb-Douglas, yaitu: 1. Spesifikasi variabel yang keliru, akan menghasilkan elastisitas produksi yang negatif atau nilainya terlalu besar atau terlalu kecil. Spesifikasi yang keliru juga sekaligus mendorong terjadinya multikolinearitas pada variabel independen yang dipakai. 2. Kesalahan pengukuran variabel akan menyebabkan besaran elastisitas menjadi terlalu tinggi atau terlalu rendah. 3. Terjadinya multikolinearitas, yaitu situasi dimana nilai-nilai pengamatan dari X1… Xn mempunyai hubungan yang kuat sehingga variabel X tertentu tidak mempengaruhi variabel Y, tetapi justru variabel X tersebut dipengaruhi oleh variabel X lainnya. Persamaan matematis dari fungsi produksi Cobb-Douglas secara umum dapat dirumuskan sebagai berikut: Y = b0 X1 b1 X2 b2 X3 b3 … Xi bi eu dimana: Y X bo, bi u e
= variabel yang dijelaskan = variabel yang menjelaskan = besaran yang akan diduga = unsur sisa (galat) = logaritma natural (2,718) Dengan mentransformasikan dari fungsi Cobb-Douglas ke dalam bentuk
linier logaritmik, maka model fungsi produksi dapat dituliskan sebagai berikut: lnY = ln b0 + b1 ln X1 + b2 ln X2 + …+ bi ln Xi + u
Pendugaan parameter dari fungsi produksi dilakukan dengan metode kuadrat terkecil (ordinary least square, OLS). Menurut Gujarati (1993), metode ini dipakai jika memenuhi asumsi : 1. ui ~ N (0,σ2) Unsur sisa (ui) menyebar normal (N) dengan nilai rata-rata nol dan variance konstan (σ2), dimana : Rata-rata
: E (ui) = 0
varians
: E (ui2) = σ2
cov (ui, uj)
: E (ui, uj) = 0, i ≠ j
2. Homoskedastisitas, bahwa var (ui) = E (ui2) = σ2 3. Tidak ada multikolinearitas antar variabel bebas 4. Tidak ada autokorelasi, yaitu : cov (ui, uj) = 0, untuk i ≠ j 5. Unsur sisa (ui) dan variabel xi bebas, yaitu cov (ui, uj) = 0
3.2. Kerangka Pemikiran Operasional Produksi usahatani paprika ini dipengaruhi oleh berbagai faktor baik internal maupun eksternal. Faktor-faktor internal merupakan faktor yang dapat dikendalikan oleh petani sendiri, sedangkan faktor eksternal tidak dapat dikendalikan oleh petani seperti iklim, harga, serangan hama penyakit, dan lainnya. Kombinasi antara berbagai macam faktor produksi yang digunakan dalam membudidayakan paprika hidroponik merupakan faktor penting sehingga dapat memberikan keuntungan maksimal bagi petani. Peranan Koptan Mitra Sukamaju terhadap kemajuan usahatani paprika hidroponik di Desa Pasir Langu dapat dianalisis dengan melakukan perbandingan
antara petani anggota Koptan Mitra Sukamaju dengan petani yang tidak tergabung dalam koptan (non anggota). Penelitian ini dilakukan pada kedua kelompok, yaitu dengan menganalisis pendapatan usahatani dan menganalisis faktor-faktor produksi apa saja yang berpengaruh terhadap produksi paprika hirdoponik. Analisis yang dilakukan meliputi analisis pendapatan usahatani dan analisis faktor-faktor yang mempengaruhi produksi paprika hidroponik. Analisis pendapatan usahatani meliputi pengukuran tingkat pendapatan dan R/C rasio. Sebelum melakukan analisis faktor-faktor yang mempengaruhi produksi maka dilakukan pendugaan model fungsi produksi terlebih dahulu yaitu dengan model Cobb-Douglas. Data yang dianalisis berupa data penggunaan faktor produksi yang meliputi luas lahan (green house), benih, nutrisi, pestisida, tenaga kerja, dan dummy status petani (D=1 untuk petani anggota Koptan Mitra Sukamaju, dan D=0 untuk petani non anggota). Pengalaman bertani dan tingkat pendidikan tidak dimasukan ke dalam model karena pada penelitian sebelumnya faktor produksi tersebut tidak berpengaruh nyata. Pemilihan model fungsi produksi berdasarkan kriteria pemilihan model fungsi produksi yang baik yaitu dilihat dari koefisien determinasi (R2), banyaknya variabel yang nyata, dan kesesuaian dengan asumsi OLS. Setelah model dugaan sesuai dengan asumsi OLS, maka dilakukan analisis faktor-faktor yang mempengaruhi produksi paprika hidroponik. Dari hasil analisis tersebut dapat dilihat bagaimana peran Koptan Mitra Sukamaju terhadap kemajuan usahatani paprika hidroponik di daerah penelitian. Kerangka pemikiran operasional dapat dilihat seperti pada Gambar 2.
1. Tingginya fluktuasi harga paprika 2. Produktivitas yang rendah
Petani anggota Koptan Mitra Sukamaju
Faktor-faktor produksi: 1. Luas lahan 2. Benih 3. Nutrisi 4. Pestisida 5. Tenaga kerja 6. Dummy
Petani non anggota
Analisis pendapatan usahatani 1. Analisis pendapatan 2. Analisis R/C rasio
Dampak keberadaan Koptan Mitra Sukamaju terhadap kemajuan usahatani paprika hidroponik di Desa Pasir Langu
Gambar 2. Kerangka Pemikiran Operasional
3.3. Hipotesis Dalam penelitian ini digunakan beberapa hipotesis. Hipotesis yang diajukan sebagai dasar pertimbangan untuk melaksanakan penelitian ini adalah : 1. Faktor produksi luas luas lahan, benih, nutrisi, pestisida, tenaga kerja, dan dummy status petani diduga berpengaruh positif dan nyata terhadap produksi dalam proses usahatani paprika hidroponik. 2. Efisiensi usahatani paprika hidoponik petani anggota Koptan Mitra Sukamaju lebih efisien dibandingkan petani non anggota.
IV. METODE PENELITIAN
4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Desa Pasir Langu, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bandung. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) karena Desa Pasir Langu merupakan salah satu sentra produksi paprika hidroponik yang potensial untuk dikembangkan. Kegiatan pengambilan data dilakukan kurang lebih selama bulan September 2007. Waktu tersebut digunakan untuk memperoleh data dari usahatani paprika hidroponik.
4.2. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian terdiri dari data primer dan data sekunder yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif. Data primer yang diperlukan dalam penelitian ini terdiri dari data mengenai karakteristik petani, data mengenai usahatani dan data mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi produksi paprika. Data primer ini diperoleh dengan cara melakukan wawancara langsung ke petani dengan menggunakan kuisioner yang telah disiapkan sebelumnya. Data sekunder diperoleh dari literatur-literatur yang berkaitan dengan penelitian ini serta data dari berbagai instansi-instansi terkait seperti Departemen Pertanian, dan Kantor Desa Pasir Langu.
4.3. Metode Penarikan Contoh Responden dalam penelitian ini adalah petani paprika hidroponik di Desa Pasir Langu yang terdiri dari petani anggota Koptan Mitra Sukamaju dan petani non anggota. Anggota Koptan Mitra Sukamaju terdiri dari 20 orang sehingga
seluruh populasi dijadikan sebagai reponden, sedangkan untuk kelompok non anggota koptan pengambilan sampel dilakukan dengan cara snowballing, yaitu nama-nama petani didapat dari petunjuk satu petani ke petani lainnya dengan jumlah 20 orang. Hal ini dilakukan karena tidak terdapat daftar petani paprika yang lengkap di Kantor Desa.
4.4. Metode Analisis Data yang diperoleh dari hasil penelitian dikumpulkan dan diolah untuk dilakukan analisis lebih lanjut baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Analisis kualitatif diringkas dari hasil wawancara mendalam dengan beberapa narasumber untuk mendapatkan informasi berkaitan dengan aspek-aspek usahatani paprika hidroponik di wilayah penelitian. Sedangkan analisis kuantitatif digunakan untuk menganalisis pendapatan usahatani dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi produksi paprika hidroponik. Analisis data dilakukan dengan menggunakan program Microsoft Excel dan Minitab 14, kemudian setelah dilakukan analisis tersebut dilanjutkan dengan tahap interpretasi data.
4.4.1. Analisis Pendapatan Usahatani Pendapatan usahatani paprika dibedakan menjadi pendapatan atas biaya tunai dan pendapatan atas biaya total. Pendapatan atas biaya tunai merupakan pendapatan yang diperoleh atas biaya-biaya yang benar-benar dikeluarkan oleh petani, sedangkan pendapatan atas biaya total merupakan pendapatan setelah dikurangi biaya tunai dan biaya diperhitungkan. Pendapatan usahatani tersebut dirumuskan sebagai berikut :
π = NP − BT − BD
dimana:
π NP BT BD NP-BT NP-BT-BD
= = = = = =
Pendapatan Nilai Produksi (hasil kali jumlah fisik produk dengan harga) Biaya Tunai Biaya Diperhitungkan Pendapatan atas biaya tunai Pendapatan atas biaya total
R/C rasio menunjukan berapa besarnya peneriman yang diperoleh sebagai manfaat dari setiap rupiah yang dikeluarkan. Analisa R/C rasio dibedakan atas jenis biaya yang dikeluarkan, yaitu R/C rasio atas biaya tunai dan R/C rasio atas biaya total. R/C rasio atas biaya tunai diperoleh dari rasio penerimaan usahatani dengan pengeluaran tunai usahatani, sedangkan R/C rasio atas biaya total diperoleh diperoleh dari rasio penerimaan usahatani dengan pengeluaran total usahatani. Secara matematis R/C rasio dirumuskan sebagai berikut: R/C rasio =
TR TC
dimana: TR = Total Revenue (Total Penerimaan) TC = Total Cost (Total Biaya) 4.4.2. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi
Analisis fungsi produksi adalah analisis yang menjelaskan hubungan antara produksi dengan faktor-faktor produksi yang mempengaruhinya. Fungsi produksi yang digunakan untuk menduga variabel tidak bebas (Y) dan variabel bebas (X) pada usahatani paprika hidroponik ini adalah fungsi produksi CobbDouglas.
Dalam melakukan analisis fungsi produksi Cobb-Douglas dilakukan dengan menetapkan terlebih dahulu faktor-faktor produksi yang digunakan, kemudian disusun suatu model fungsi produksi untuk menduga hubungan antar faktor-faktor produksi yang digunakan dengan jumlah produksi yang dihasilkan. Faktor-faktor produksi yang digunakan untuk menganalisis usahatani paprika adalah: 1. Luas lahan (X1) Lahan (green house) merupakan faktor produksi utama dalam usahatani paprika hidroponik. Satuan luas yang digunakan untuk mengukur green house adalah meter persegi. Hipotesisnya adalah semakin luas green house
yang digunakan maka semakin tinggi produksi paprika. 2. Benih (X2) Benih merupakan faktor produksi utama produksi dalam usahatani paprika hidroponik selain lahan. Hipotesisnya adalah semakin banyak benih yang digunakan maka semakin tinggi produksi paprika hidroponik, satuan yang digunakan untuk benih adalah butir. 3. Nutrisi (X3) Nutrisi merupakan pupuk racikan yang digunakan untuk budidaya paprika hidroponik. Jumlah nutrisi akan mempengaruhi produksi yang dihasilkan. Hipotesisnya adalah semakin banyak penggunaan nutrisi maka semakin tinggi produksi paprika hidroponik, satuan yang digunakan untuk pupuk adalah paket.
4. Pestisida (X4) Semakin banyak pestisida yang digunakan maka semakin banyak paprika yang dihasilkan, karena pestisida dapat menjaga tanaman dari serangan hama dan penyakit, satuan untuk pestisida adalah mililiter. 5. Tenaga kerja (X5) Tenaga kerja merupakan jumlah tenaga kerja yang digunakan dalam proses produksi, semakin luas lahan (green house) yang digunakan untuk budidaya paprika maka semakin banyak tenaga kerja yang digunakan. 6. Dummy status petani (X6) Responden dalam penelitian ini terdiri dari petani anggota Koptan Mitra Sukamaju dan petani non anggota, untuk mengelompokannya dibuat dua variabel dummy, yaitu: D = 1, untuk petani anggota Koptan Mitra Sukamaju D = 0, untuk petani non anggota Jika ternyata setelah diregresikan terlihat bahwa status petani sebagai pembeda menunjukan adanya pengaruh yang nyata terhadap produksi paprika pada selang kepercayaan yang diharapkan, maka akan dilakukan regresi secara terpisah pada petani anggota Koptan Mitra Sukamaju dan petani non anggota. Regresi secara terpisah ini dilakukan untuk mengetahui secara lebih rinci pengaruh produksi paprika pada masing-masing kelompok. Secara matematis model fungsi produksi Cobb-Douglas dapat ditulis sebagai berikut : Y = bo X1 b1 X2 b2 X3 b3 X4 b4 X5 b5 e b6D+u Dari fungsi produksi Cobb-Douglas di atas, kemudian model diubah ke bentuk linier, sehingga fungsi produksi dapat dituliskan sebagai berikut :
ln Y = lnb0 + b1lnX1 + b2lnX2 + … + b5lnX5 + b6D + u dimana: Y X1 X2 X3 X4 X5 D ln b0 b1,b2, …, b6 u
= = = = = = = = = =
hasil produksi per musim tanam (kg) luas lahan (m2) jumlah benih per musim tanam (butir) jumlah nutrisi per musim tanam (paket) jumlah pestisida per musim tanam (ml) jumlah tenaga kerja per musim tanam (HOK) status petani (D =1 anggota koptan, D = 0 non anggota ) intersep, merupakan besaran parameter nilai dugaan besaran parameter unsur sisa (galat)
1) Pengujian Analisis Regresi a. Pengujian asumsi OLS
Metode pendugaan model yang digunakan adalah metode kuadrat terkecil (ordinary least square, OLS), sehingga agar model yang digunakan sesuai dengan asumsi OLS maka dilakukan pengujian-pengujian: 1. Normalitas Residual model regresi telah menyebar mengikuti distribusi normal jika Pvalue uji normal residual pada grafik telah melebihi 15 persen (Iriawan dan Astuti, 2006). 2. Homoskedastisitas Suatu model memenuhi asumsi homoskedastisitas jika memiliki varians error yang sama, yaitu nilai-nilai Y bervariasi dalam satuan yang sama baik untuk nilai X yang tinggi maupun nilai X yang rendah, hal ini dapat dilihat dari plot antara sisaan dengan nilai dugaan telah menunjukan bahwa titik-titik telah menyebar secara acak dan tidak membentuk pola (Iriawan dan Astuti, 2006).
3. Multikolinearitas Multikolinearitas adalah suatu situasi dimana nilai-nilai pengamatan mempunyai hubungan yang kuat sehingga variabel X tertentu tidak begitu mempengaruhi variabel Y, tetapi justru variabel X tertentu dipengaruhi variabel
X
(Soekartawi,
2003).
Untuk
mengidentifikasi
adanya
multikolinearitas dalam model digunakan nilai VIF (Variance Inflation Factor), pengujiannya adalah jika nilai VIF lebih besar dari 10 untuk
masing-masing variabel maka terdapat multikolinearitas (Iriawan dan Astuti, 2006). 4. Autokorelasi Autokorelasi merupakan kondisi linier antara anggota serangkaian observasi yang diurutkan menurut waktu dan ruang (Gujarati, 1993). Masalah autokorelasi ini umumnya terjadi pada data time series, sehingga pada penelitian tidak dilakukan, karena data yang digunakan adalah cross section. b. Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi adalah besaran yang dipakai untuk menunjukkan sampai sejauh mana keragaman produksi (Y) dapat diterangkan oleh model dugaan. Nilai koefisien determinasi berkisar antara nol dan satu, jika nilai koefisien determinasi semakin mendekati satu berarti semakin besar keragaman hasil produksi dapat dijelaskan oleh faktor-faktor produksinya. Koefisien determinasi dirumuskan sebagai berikut: R2 = 1 −
ˆ - Y) 2 ∑ (Y i ∑ (Yi - Y) 2
c. Pengujian Parameter secara Keseluruhan (Uji-F)
Tujuan pengujian ini adalah untuk melihat apakah variabel bebas yang digunakan secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap variabel tidak bebas, atau dengan kata lain apakah model dugaan yang digunakan signifikan untuk menduga produksi paprika. Pengujiannya adalah sebagai berikut: Hipotesis: H0 : b1 = b2 = … = b5 = 0 H1 : paling sedikit ada satu bi ≠ 0 Uji statistik yang digunakan adalah uji F F − hitung =
R 2 / (k − 1) (1 − R 2 ) / (n − k)
dimana: R2 k n
= koefisien determinasi = jumlah variabel bebas = 5 = jumlah sampel
Kriteria uji: F-hitung > F- tabel (k-1, n-k), maka tolak H0 F-hitung < F- tabel (k-1, n-k), maka terima H0 Jika tidak menggunakan tabel, maka dapat dilihat dari nilai P dengan kriteria uji sebagai berikut: P-value< α , maka tolak H0 P-value>α , maka terima H0 Apabila nilai F-hitung lebih besar dari F-tabel atau P< α (tolak H0) berarti secara bersama-sama variabel bebas dalam proses produksi mempunyai pengaruh yang nyata terhadap hasil produksi (Y). Sebaliknya apabila nilai F-hitung lebih
kecil dari F-tabel atau P>α (terima H0) berarti secara bersama-sama variabel bebas tidak berpengaruh nyata terhadap hasil produksi (Y). c. Pengujian Parameter secara Individu (Uji-t)
Tujuan pengujian ini adalah untuk mengetahui apakah koefisien regresi dari masing-masing variabel bebas (Xi) yang dipakai secara terpisah berpengaruh nyata atau tidak terhadap variabel tidak bebas (Y). Pengujian secara statistik sebagai berikut: Hipotesis: H0 : bi = 0 H1 : bi ≠ 0 Uji statistik yang digunakan adalah uji t t-hitung =
bi Sb i
dimana: bi Sbi
= koefisien regresi ke-i = standar deviasi koefisien regresi ke-i
Kriteria uji: t-hitung > t-tabel (α/2, n-k), maka tolak H0 t-hitung < t-tabel (α/2, n-k), maka terima H0 Jika tidak menggunakan tabel, maka dapat dilihat dari nilai P dengan kriteria sebagai berikut: P-value <α, maka tolak H0 P-value> α, maka terima H0 Jika nilai t-hitung lebih besar dari t-tabel atau P-value<α (tolak H0) maka variabel yang diuji (faktor-faktor produksi) berpengaruh nyata terhadap variabel
tidak bebas (hasil produksi), dan sebaliknya jika nilai t-hitung lebih kecil dari ttabel atau P-value>α (terima H0) berarti variabel yang diuji tidak berpengaruh nyata terhadap variabel tidak bebas. 2) Pengujian Skala Usaha
Pengujian skala usaha dilakukan dengan menggunakan model regresi yang terbatas
(constraint
regression).
Dimana
dilakukan
pembatasan
model
berdasarkan kondisi skala hasil yang tetap (constant return to scale, Σbi = 1). Hipotesis yang digunakan dalam pengujian ini adalah : H0 : Σbi = 1 H1 : Σbi ≠ 1 Uji statistik yang digunakan : F − hitung =
(∑ e
2
2
)
− ∑ e1 /m 2 ∑ e1 /(n − k) 2
dimana : Σe12 Σe22 m n k (n-k)
= ESS dari regresi yang tidak dibatasi = ESS dari regresi yang dibatasi = banyaknya pembatasan linier (constraint) = jumlah sampel = banyaknya parameter dalam regresi yang tidak dibatasi = derajat bebas
Kriteria uji : F-hitung < F tabel (m, n-k) maka terima H0 F-hitung > F tabel (m, n-k) maka tolak H0 Jika kesimpulan yang diperoleh terima H0, maka usahatani berada pada kondisi skala hasil yang tetap (constant return) dan sebaliknya.
4.5. Definisi Operasional
Variabel yang diamati merupakan data dan informasi mengenai usahatani paprika hidroponik yang diusahakan petani pada satu musim tanam (delapan bulan). Dalam menganalisis pendapatan usahatani dan faktor-faktor yang mempengaruhi produksi dalam usahatani paprika hidroponik variabel-variabel yang digunakan yaitu: 1. Luas lahan (green house) adalah luasan rumah plasik yang digunakan untuk menanam paprika yang diukur dalam satuan meter persegi. 2. Modal adalah barang ekonomi berupa lahan (green house), alat-alat pertanian, sarana produksi dan uang tunai yang digunakan untuk memproduksi paprika. 3. Tenaga kerja adalah jumlah tenaga kerja yang digunakan dalam proses produksi. Tenaga kerja ini dibedakan menjadi tenaga kerja dalam keluarga dan tenaga kerja luar keluarga. Tenaga kerja dihitung berdasarkan orang. 4. Produksi total adalah hasil paprika yang terdiri dari paprika hijau, paprika merah dan paprika kuning yang didapat dari luasan lahan (green house) tertentu, diukur dalam kilogram. 5. Biaya total adalah jumlah biaya yang dikeluarkan selama proses produksi, yang meliputi biaya tunai dan biaya yang diperhitungkan, diukur dalam satuan rupiah. 6. Biaya tunai adalah besarnya nilai uang tunai yang dikeluarkan petani, diukur dalam satuan rupiah. 7. Biaya diperhitungkan adalah biaya faktor produksi milik sendiri yang digunakan dalam usahatani. Biaya ini sebenarnya tidak dibayarkan secara
tunai hanya diperhitungkan saja untuk melihat pendapatan petani bila faktor produksi milik sendiri tidak dibayar. Biaya diperhitungkan terdiri dari biaya penyusutan, nilai kerja keluarga, dan sewa lahan yang diperhitungkan atas lahan milik sendiri. 8. Harga produk adalah harga paprika berdasarkan warnanya yang diterima oleh petani, diukur dalam satuan rupiah per kilogram. 9. Penerimaan usahatani adalah nilai produk yang diperoleh dari produk total dikalikan dengan harga jual dengan satuan rupiah. 10. Pendapatan usahatani adalah selisih antara penerimaan dengan biaya usahatani yang diukur dalam satuan rupiah. 11. Benih adalah jumlah benih yang digunakan oleh petani yang diukur dalam satuan butir. 12. Nutrisi adalah jumlah pupuk yang mengandung unsur-unsur penting bagi tanaman, diukur dalam satuan paket. 13. Pestisida adalah jumlah pestisida yang digunakan oleh petani untuk mengatasi serangan hama dan penyakit, dihitung dalam satuan mililiter. 14. Status petani (dummy) adalah status keanggotaan petani, yaitu petani anggota Koptan Mitra Sukamaju (D=1) dan petani non anggota (D=0).
V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
5.1. Keadaan Umum Wilayah
Wilayah kerja Koptan Mitra Sukamaju berada di Desa Pasir Langu yang terletak di Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bandung, Propinsi Jawa Barat. Luas wilayah Desa Pasir Langu mencapai 1.020 hektar. Jarak desa dengan ibukota kecamatan relatif dekat yaitu lima kilometer, sedangkan jarak ke ibukota kabupaten yaitu 34 kilometer dan jarak ke ibukota propinsi yaitu 25 kilometer. Berdasarkan letak administratif, Desa Pasir Langu berbatasan dengan Kabupaten Subang di sebelah utara, sebelah selatan berbatasan dengan Desa Cimanggu Kecamatan Ngamprah, sebelah timur berbatasan dengan Desa Tugu Mukti Kecamatan Cisarua dan sebelah barat berbatasan dengan Desa Cipada Kecamatan Cisarua. Secara topografi Desa Pasir Langu berada pada ketinggian 1.400 meter di atas permukaan laut. Curah hujan rata-rata per tahun adalah 1.500 milimeter dengan suhu berkisar antara 20-22 derajat. Desa Pasir Langu merupakan daerah perbukitan yang subur sehingga menjadi sentra produksi sayur-mayur dan bunga. Luas lahan yang digunakan untuk tanaman pangan adalah 76 hektar, yang terdiri dari padi sawah seluas enam hektar, buncis seluas lima hektar, labusiam 50 hektar dan paprika 15 hektar. Jumlah penduduk Desa Pasir Langu pada tahun 2006 adalah 9.262 jiwa dengan jumlah penduduk laki-laki lebih banyak yaitu sebesar 4.691 jiwa atau 50,65 persen, sedangkan jumlah penduduk wanita berjumlah 4.571 jiwa atau 49,35 persen. Berdasarkan mata pencaharian, dari total penduduk di Desa Pasir
Langu sebagian besar bermata pencaharian di bidang pertanian. Petani terdiri dari dua yaitu petani pemilik sebesar 2.563 jiwa atau 46,85 persen dan buruh tani sebesar 2.706 jiwa atau 49,46 persen dari total jumlah penduduk. Mata pencaharian lainnya selain petani adalah pedagang, PNS, pengrajin, TNI/Porli, peternak, dan karyawan swata. Jumlah penduduk berdasarkan mata pencaharian dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Jumlah Penduduk Desa Pasir Langu Berdasarkan Mata Pencaharian Pokok, Tahun 2006 Mata Pencaharian Petani Buruh Tani Padagang/Wiraswasta/Pengusaha Pegawai Negeri Sipil Pengrajin TNI/Porli Peternak Karyawan Swasta Total
Jumlah (Jiwa) 2.563 2.706 83 14 7 11 25 62 5.471
Persentase (%) 46.85 49.46 1.517 0.256 0.128 0.201 0.457 1.133 100
Sumber : Laporan Data Monografi Desa Pasir Langu, 2006.
5.2. Sejarah dan Perkembangan Paprika di Desa Pasir Langu
Budidaya paprika hidroponik di Desa Pasir Langu dimulai pada tahun 1994 oleh para petani perintis yang tergabung dalam Kelompok Tani Mitra Sukamaju. Sebelum melakukan uji coba pembudidayaan paprika hidroponik, kelompok tani tersebut melakukan kunjungan studi banding ke Saung Mirwan yang terletak di Kabupaten Bogor dan kunjungan ke Yayasan Hortikultura yang terletak di Kabupaten Bandung. Uji coba pembudidayaan paprika hidroponik yang pertama dilakukan pada green house seluas 200m2 dengan jumlah pohon 800 dan tingkat produktivitas sembilan ons per pohon. Setelah keberhasilan uji coba tersebut kemudian dilakukan penanaman tahap kedua di green house seluas
400m2 dengan jumlah pohon 1.600 dan tingkat produktivitas 1,5 kilogram per pohon. Melihat keberhasilan pada kedua uji coba tersebut kemudian para petani anggota kelompok tani mulai melakukan pembudidayaan di lahannya masingmasing. Pada 13 April 1999 Kelompok Tani Mitra Sukamaju berubah menjadi Koperasi Petani dengan nomor badan hukum 180/BH/518-KOP/IV/1999. Alasan utama perubahan menjadi koperasi adalah untuk mempermudah dalam pencarian dana dalam rangka pengembangan usaha dan perbaikan sistem manajemen agar lebih teratur. Dengan semakin berkembangnya usahatani paprika hidroponik di Desa Pasir Langu, maka petani-petani yang tidak tergabung dalam Koptan Mitra Sukamaju mulai tertarik, sehingga ada beberapa petani yang bergabung menjadi anggota, dan sebagian besar lainnya mempelajari budidaya paprika dari petani lain yang sudah berhasil. Adapun hak para petani anggota Koptan Mitra Sukamaju adalah memperoleh input dari koperasi, sedangkan kewajiban petani adalah menjual hasil produksi ke koperasi.
5.3. Sistem Agribisnis Paprika Hirdoponik 5.3.1. Subsistem Sarana Produksi
Sarana produksi yang utama dalam budidaya paprika secara hidroponik adalah green house. Persiapan green house meliputi pembangunan green house dan kegiatan penyempurnaan berupa pembuatan bedengan, pemasangan kawat untuk benang ajir dan pemasangan benang ajir. Green house dalam produksi paprika terbagi menjadi dua, yaitu green house persemaian dan green house
penanaman. Luas bangunan green house disesuaikan dengan luas lahan yang tersedia dan jumlah tanaman yang akan dibudidayakan. Benih paprika terdiri dari berbagai varietas. Para petani di Desa Pasir Langu baik petani anggota Koptan Mitra Sukamaju maupun petani non anggota umumnya menggunakan benih varietas Edison dan Capino. Edison menghasilkan paprika berwarna merah, sedangkan Capino menghasilkan paprika berwarna kuning. Kemasan benih tersebut terdiri dari dua ukuran, yaitu isi 250 benih dan isi 1.000 benih, dan harga setiap satu benih adalah Rp1.400,00. Pada umumnya para petani lebih sering menggunakan benih paprika kemasan 250 benih. Media tanam yang digunakan adalah arang sekam. Kebutuhan arang sekam tergantung pada jumlah tanaman. Ukuran arang sekam adalah karung, karena kadar air dalam arang sekam pada umumnya tidak sama sehingga sulit untuk mengukur dalam satuan berat. Satu karung arang sekam dapat digunakan untuk 10 polibag ukuran 35 cm X 40 cm. Nutrisi merupakan pupuk dalam bentuk serbuk yang mengandung unsurunsur penting yang dibutuhkan tanaman. Saat ini penyiraman nutrisi yang dilakukan petani di Desa Pasir Langu masih menggunakan pola penyiraman manual. Nutrisi yang digunakan para petani anggota koptan adalah hasil racikan Koptan Mitra Sukamaju sendiri sehingga harganya relatif lebih murah, satu paket nutrisi dijual kepada anggotanya dengan harga Rp 220.000,00 dengan sistem pembayaran secara kredit yaitu pembayaran dipotong dari hasil penjualan paprika. Nutrisi tersebut juga dijual kepada petani non anggota dengan harga Rp 225.000,00 dengan sistem pembayaran tunai. Komposisi dari satu paket nutrisi dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Komposisi Nutrisi Koptan Mitra Sukamaju berdasarkan Unsur dan Dosis Kandungan
Stok Nutrisi A Nutrisi B
Nutrisi Mikro
Unsur KNO3 CaNO3 FeSO4 MgSO4 KNO3 KH2PO4 Br Mn ZnSO4 CuSO4 NaMO3
Dosis (kg) 3 12 1 7 4 4 0,03 0,04 0,005 0,004 0,005
Sumber : Koperasi Petani Mitra Sukamaju, 2007
Tanaman paprika tidak terlepas dari serangan hama dan penyakit. Hama dan penyakit ini harus dikendalikan agar tidak menurunkan produksi atau menggagalkan panen. Hama dan penyakit tanaman paprika dapat diatasi dengan menggunakan berbagai macam obat-obatan, umumnya obat-obatan yang digunakan oleh petani di Desa Pasir Langu adalah Score, Anvil, Dense, dan Rubigan untuk fungisida. Sedangkan untuk insektisida adalah Treasure, Demolis, Confidor, Agrimec, Buldog dan Rampage.
5.3.2. Subsistem Usahatani
Proses budidaya paprika hidroponik di Desa Pasir Langu baik untuk petani anggota koptan maupun petani non anggota koptan sama, yaitu terdiri dari proses persiapan tanam, persemaian dan pembibitan, penanaman, penyiraman dan pemberian nutrisi, perawatan dan pemeliharaan serta panen dan pasca panen. Namun dalam proses pasca panen berbeda antara petani anggota Koptan Mitra
Sukamaju dengan petani non anggota, karena untuk petani anggota proses pasca panen dilakukan oleh Koptan Mitra Sukamaju. Persiapan Tanam
Lahan untuk penanaman paprika merupakan lahan datar yang dibuat bedengan-bedengan yang ditutupi mulsa. Pembuatan bedengan ini dimaksudkan untuk menghindari pengaruh buruk lantai penanaman. Bedengan yang lebih tinggi akan memudahkan keluarnya kelebihan air sehingga tidak menggenangi lantai, selain itu kotoran atau bibit penyakit yang tertular lewat tanah tidak terkumpul atau terbawa ke polibag tetapi mengumpul di selokan antar bedengan. Sedangkan penutupan bedengan dengan mulsa bertujuan agar lahan bersih dari gulma. Bedengan umunya dibuat dengan dengan lebar 90-120 centimeter, tinggi 20-40 centimeter dan jarak antar bedengan 80-100 centimeter, sedangkan panjang bedengan disesuaikan dengan luas lahan. Diatas bedengan inilah polibag diletakan. Lahan ini berada dalam green house yang terbuat dari plastik ultraviolet (UV) untuk menjaga sistem iklim mikro di dalamnya, seperti suhu dan kelembaban. Lahan harus bersih dari gulma, hama maupun bibit penyakit lainnya dan tidak boleh becek, selain itu mulsa penutup bedengan tidak boleh tersobek, terbuka atau kerusakan lainya karena akan menjadi sumber masuknya bibit penyakit atau hama yang akan menyerang tanaman. Sebelum melakukan kegiatan penanaman umumnya petani melakukan sterilisasi green house terlebih dahulu, yang bertujuan memberantas gulma yang tumbuh dengan menggunakan formalin yang dicampur dengan kapur. Instalasi green house dibuat dengan menggunakan plastik UV. Pengerjaannya umumnya dilakukan oleh para tukang yang dibayar secara khusus,
biasanya disebut sistem borongan. Syarat terpenting dari green house adalah bahwa aliran udara harus sebaik mungkin dan bangunan harus kokoh sehingga tidak rusak bila diterpa angin kencang. Instalasi lainnya adalah penampungan air. Bak-bak penampungan air dengan kapasitas 1.000 liter air harus berada di dekat green house, karena air merupakan sumber kehidupan dalam teknik hidroponik,
sehingga kelancaran dan kontinuitas sumber air dengan kuantitas tertentu harus dapat dijaga kelancarannya. Persemaian dan Pembibitan
Kegiatan persemaian dan pembibitan dilakukan di green house khusus persemaian dan pembibitan. Sebelum penyemaian dilakukan, sekam yang akan digunakan harus disemprot dengan air hangat, dan benih paprika yang akan disemai direndam dengan air hangat terlebih dahulu. Setelah itu barulah benih ditaruh dalam media semai tray platik dengan menggunakan pinset. Setelah semua benih disemai dalam media, tray tersebut kemudian ditutup dengan menggunakan plastik mulsa hitam perak dan disusun ke dalam rak persemaian. Suhu yang baik untuk persemaian antara 25-30 derajat dan kelembabannya 70-85 persen. Pengontrolan dilakukan setiap saat untuk menjaga kelembaban media semai dengan menyemprotkan air bila media semai tersebut telah kering. Benih yang disemai tersebut akan mulai berkecambah dalam waktu sembilan hari, dan kemudian kecambah tersebut dapat dipindahkan ke dalam polibag untuk disimpan dalam green house pembibitan. Kegiatan pembibitan ini berlangsung selama 2830 hari, dimana bibit paprika yang sehat telah memiliki daun sekitar lima helai siap untuk dipindahkan ke greenhouse penanaman.
Penanaman
Bibit paprika yang sudah siap tanam, akan ditanam pada polibag besar yang sudah diisi dengan media tanam berupa arang sekam. Masing-masing polibag dibasahi air tanpa diberikan air nutrisi. Air nutrisi dapat diberikan bila umur tanaman kurang lebih tiga hari. Pada masing-masing media dibuatkan lubang tanaman seukuran masing-masing bibit. Bibit tanaman dilepaskan dari polibag semai bersama dengan medianya, dan setelah media tanam persemaian dibuang, maka dengan hati-hati agar tidak merusak daerah perakaran, bibit tersebut ditanam ke dalam polibag tanam. Satu polibag tanam biasanya berisi satu tanaman dengan jarak antar tanaman 30 X 30 cm atau 25 X 25 cm. Penyiraman dan Pemberian Nutrisi
Penyiraman dan pemberian nutrisi pada budidaya paprika dengan sistem hidroponik merupakan kegiatan yang penting, karena didalam media tanam arang sekam tidak terdapat penunjang air dan makanan seperti pada media tanah. Penyiraman dan pemberian nutisi diberikan secara bersamaan. Nutrisi dilarutkan dengan air dalam bak penampungan yang berkapasitas 1.000 liter, kemudian diberikan secara manual setiap hari yaitu disiramkan ke tanaman dengan menggunakan emrat, handsprayer atau selang air. Volume dan frekuensi pemberian pemberian nutrisi disesuaikan dengan kondisi cuaca dan umur tanaman. Apabila kondisi cuaca normal, pemberian nutrisi pada tanaman dewasa dilakukan sebanyak 3-4 kali sehari, jika cuaca sangat panas pemberian nutrisi dilakukan sekitar 4-5 kali, sedangkan jika kondisi cuaca mendung pemberian nutrisi dilakukan sebanyak 2-3 kali.
Perawatan dan Pemeliharaan
Pemeliharaan dan perawatan tanaman akan menentukan kualitas produk yang dihasilkan. Kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan perawatan dan pemeliharaan tanaman adalah pengajiran dan pelilitan, pembentukan dan pemilihan batang produksi, pewiwilan dan pengendalian hama dan penyakit tanaman. Pengajiran dilakukan pada saat usia tanaman mencapai 1-2 minggu setelah tanam. Ajir yang digunakan terbuat dari tali rami yang dililitkan pada batang tanaman dan bagian atasnya diikatkan pada kawat-kawat melintang pada bagian atas green house. Pemberian ajir ini harus hati-hati agar tidak sampai mencekik tanaman namun tetap dapat menopang tanaman dengan kuat. Tanaman paprika akan terus tumbuh semakin tinggi mengikuti ajir. Agar tali ajir tetap melekat pada batang tanaman maka setiap dua hari harus dilakukan pemutaran atau pelilitan tali pada cabang utama. Pada umur tiga minggu setelah tanam, pada ujung batang utama akan muncul tiga sampai empat cabang. Tidak semua cabang tersebut dibiarkan tumbuh, tetapi hanya dipilih dua cabang utama saja yang dipelihara. Cabang yang dipilih adalah cabang yang kuat dan membentuk sudut paling lebar. Cabang yang tidak diinginkan dipotes dengan tangan pada titik percabangannya, hal ini dimaksudkan agar luka pada titik percabangan tersebut seolah-olah terjadi secara alami dan diharapkan cepat pulih kembali. Pewiwilan dilakukan terhadap tunas air, cabang yang rusak, bunga yang terkena hama dan penyakit, maupun buah yang jelek. Pewiwilan ini akan menghasilkan buah yang terseleksi dan berkualitas baik, karena tanaman tidak
harus membagi nutrisinya pada bagian tubuh yang jelek tersebut, karena sudah dibuang. Kegiatan pewiwilan dilakukan setiap dua hari sekali. Seperti tanaman lainnya, tanaman paprika tidak terlepas dari serangan hama dan penyakit. Hama yang sering menyerang diantaranya thrips, kutu daun, dan penyakit layu. Pengendalian hama dan penyakit terdiri dari pengendalian secara kimia melalui penggunaan pestisida, dan pengendalian secara mekanik dengan membuang dan membakar hama dan bagian tanaman yang terserang penyakit, serta dengan memasang kertas perangkap hama yang berwarna kuning. Penyemprotan pestisida dalam setiap musim tanam berbeda karena tergantung dari serangan hama, pada umumnya petani melakukan penyemprotan setiap lima sampai tujuh hari sekali, namun jika serangan hama sedang tinggi penyemprotan pestisida dilakukan setiap tiga hari sekali. Panen dan Pasca Panen
Setelah 60 hari sejak masa tanam paprika sudah dapat dipanen hijau, dan untuk menghasilkan paprika berwarna (merah atau kuning) dapat dipanen jika umur tanaman sudah mencapai 85-90 hari. Paprika yang siap panen ditandai dengan warna buah merata dan mengkilat, serta daging buah keras dan tebal yaitu jika diketuk buah berbunyi nyaring dan jika ditekan buah tidak berubah bentuk. Hasil panen biasanya dimasukan ke dalam keranjang besar atau plastik bening besar dengan kapasitas 15 kilogram. Untuk petani anggota Koptan Mitra Sukamaju, proses sortasi, grading, penimbangan, pencatatan dan pengemasan dilakukan oleh koptan sesuai dengan pesanan dari konsumennya yaitu bandar, eksportir, dan supplier. Sedangkan untuk petani non anggota, proses sortasi, grading, penimbangan, pencatatan dan pengemasan dilakukan oleh petani sendiri.
5.4. Karakteristik Responden
Responden dalam penelitian ini adalah petani paprika hidroponik di Desa Pasir Langu yang terdiri dari petani anggota Koptan Mitra Sukamaju dan petani non anggota. Berdasarkan usianya, responden dalam penelitian ini dikelompokan ke dalam enam kelompok, yaitu responden usia 25-31, usia 32-38, usia 39-45, usia 46-52, usia 53-59 dan usia 60-66. Sebagian besar responden berusia antara 39-45 yaitu sebanyak 30 persen untuk petani anggota Koptan Mitra Sukamaju dan 35 persen untuk petani non anggota. Adapun sebaran umur petani responden di Desa Pasir Langu dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Sebaran Jumlah Responden Petani Anggota Koptan Mitra Sukamaju dan Petani Non Anggota Menurut Umur Usia (tahun) 25-31 32-38 39-45 46-52 53-59 60-66 Jumlah
Petani Anggota Koptan Jumlah (jiwa) Persentase (%) 3 15 5 25 6 30 5 25 1 5 20 100
Petani Non Anggota Jumlah (jiwa) Persentase (%) 2 10 3 15 7 35 4 20 4 20 20 100
Dalam usahatani paprika hidroponik ini dibutuhkan pengetahuan dan keterampilan khusus, namun tidak menutup kemungkinan bagi petani yang berpendidikan rendah untuk melakukan usahatani ini, karena petani dapat belajar dari petani lainnya yang sudah berhasil ataupun melalui penyuluhan pertanian yang diberikan oleh PPL. Petani responden yang merupakan anggota Koptan Mitra Sukamaju pada umumnya berpendidikan SMA yaitu sebanyak sembilan orang atau 45 persen, sedangkan responden non anggota sebagian besar
berpendidikan SMP yaitu sebanyak tujuh orang atau 35 persen. Sebaran tingkat pendidikan petani responden dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Sebaran Jumlah Responden Petani Anggota Koptan Mitra Sukamaju dan Petani Non Anggota Menurut Tingkat Pendidikan Petani Anggota Koptan Tingkat Pendidikan Jumlah (jiwa) Persentase (%) SD 4 20 SMP 3 15 SMA 9 45 PT 4 20 Jumlah 20 100
Petani Non Anggota Koptan Jumlah (jiwa) Persentase (%) 6 30 7 35 5 25 2 10 20 100
Pengalaman petani umumnya berpengaruh terhadap perkembangan usahataninya, karena semakin berpengalaman maka semakin tinggi pula kemampuan dan keterampilan petani dalam mengelola usahataninya. Sebaran pengalaman petani responden dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Sebaran Jumlah Responden Petani Anggota Koptan Mitra Sukamaju dan Petani Non Anggota Menurut Pengalaman Petani Anggota Koptan Petani Non Anggota Koptan Pengalaman (tahun) Jumlah (jiwa) Persentase (%) Jumlah (jiwa) Persentase (%) 1-3 2 10 2 10 4-6 2 10 8 40 7-9 3 15 4 20 10-12 7 35 5 25 13-15 6 30 1 5 16-19 Jumlah 20 100 20 100 Berdasarkan Tabel 7, pada umumnya petani responden anggota Koptan Mitra Sukamaju memiliki pengalaman dalam usahatani paprika hidroponik antara 10-12 tahun yaitu sebanyak tujuh orang atau 35 persen, sedangkan responden non anggota pada umumnya memiliki pengalaman antara 4-6 tahun yaitu sebanyak delapan orang atau 40 persen.
Luas green house petani di Desa Pasir Langu berbeda-beda tergantung dari luasan lahan yang dimiliki para petani. Sebaran luas lahan petani dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8. Sebaran Jumlah Responden Petani Anggota Koptan Mitra Sukamaju dan Petani Non Anggota Menurut Luas Lahan Petani Anggota Koptan Luas Lahan (m2) Jumlah (jiwa) Persentase (%) 500-1.500 7 35 1.501-2.500 3 15 2.501-3.500 6 30 3.501-4.500 2 10 4.501-5.500 >5.500 2 10 Jumlah 20 100
Petani Non Anggota Koptan Jumlah (jiwa) Persentase (%) 6 30 7 35 2 10 1 5 4 20 20 100
Berdasarkan Tabel 8, dapat disimpulkan bahwa petani responden anggota Koptan Mitra Sukamaju sebagian besar memiliki lahan dengan luas antara 5001.500 m2 yaitu sebanyak tujuh orang atau 35 persen, sedangkan petani non anggota sebagian besar memiliki lahan dengan luas antara 1.501-2.500 m2 yaitu sebanyak tujuh orang atau 35 persen. Status lahan seluruh responden tersebut adalah milik pribadi.
VI. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI
Analisis
pendapatan
usahatani
menunjukan
struktur
biaya
yang
dikeluarkan dan penerimaan yang diperoleh dari usahatani tersebut. Analisis pendapatan paprika hidroponik dalam penelitian ini dibedakan berdasarkan status petani, yaitu petani anggota Koptan Mitra Sukamaju dan petani non anggota. Perhitungan analisis usahatani dalam penelitian ini dilakukan untuk satu musim tanam (delapan bulan) dan dikonversi kedalam luas green house 1000m2, hal ini dilakukan karena sebagian besar luas green house yang dimiliki petani di Desa Pasir Langu adalah 1000m2, selain itu untuk mempermudah perhitungan, serta memudahkan dalam menganalisis perbandingan usahatani petani anggota Koptan Mitra Sukamaju dan petani non anggota.
6.1. Analisis Usahatani Paprika Hidroponik Petani Anggota Koptan Mitra Sukamaju
Hasil analisis pendapatan dan R/C rasio untuk petani anggota Koptan Mitra Sukamaju dapat dilihat pada Tabel 9.
6.1.1. Penerimaan Usahatani
Penerimaaan usahatani paprika hidroponik petani anggota Koptan Mitra Sukamaju diperoleh dari total produksi paprika yang dihasilkan selama satu musim tanam dikalikan dengan harga standar yang terjadi pada saat penelitian. Harga standar ini merupakan harga yang ditetapkan sesuai kesepakatan antara Koptan Mitra Sukamaju dengan konsumennya, yaitu bandar, eksportir, dan supplier. Harga standar ini juga disesuaikan dengan harga paprika yang terjadi di
pasar, jika harga paprika di pasar sedang turun maka harga standar akan lebih tinggi Rp 1.000,00, sedangkan jika harga paprika di pasar sedang naik maka harga standar akan lebih rendah Rp 1.000,00. Harga standar yang terjadi pada saat penelitian adalah Rp 6.000,00 per kilogram untuk paprika hijau, Rp 4.000,00 per kilogram untuk paprika merah, dan Rp 7.000,00 per kilogram untuk paprika kuning. Total penerimaan yang diperoleh per luas green house 1000m2 yaitu 9.244,94 kilogram sebesar Rp 46.224.692,62 Tabel 9. Analisis Struktur Biaya dan Pendapatan Usahatani Paprika Hidroponik Petani Anggota Koptan Mitra Sukamaju per Luas Green House 1000 m2 Komponen PENERIMAAAN Paprika hijau (kg) Paprika merah (kg) Paprika kuning (kg) Total penerimaan (Rp) BIAYA TUNAI : Benih (butir) Arang sekam (karung) Nutrisi (paket) Polibag (kg) Pestisida (ml) TKLK (orang) Pajak lahan (Rp) Total Biaya Tunai (Rp) BIAYA DIPERHITUNGKAN: TKDK (orang) Penyusutan GH dan alat (Rp) Sewa lahan (Rp) Total Biaya Diperhitungkan (Rp) TOTAL BIAYA (Rp) Pendapatan atas biaya tunai (Rp) Pendapatan atas biaya total (Rp) Nilai R/C atas biaya tunai Nilai R/C atas biaya total
Jumlah Fisik
Harga/Satuan (Rp)
Nilai Produksi (Rp)
(%)
3,235.73 5,084.72 924.49 9,244.94
6,000.00 4,000.00 7,000.00
19,414,370.90 20,338,864.75 6,471,456.97 46,224,692.62
4,121 300 34 75 2,353 1
1,400.00 5,000.00 220,000.00 14,000.00 3,000.00
5,768,839.94 1,500,000.00 7,588,464.74 1,050,000.00 7,059,364.82 3,600,000.00 19,050.00 26,585,719.50
15.06 3.92 19.81 2.74 18.43 9.40 0.05 69.40
3,600,000.00 7,122,000.00 1,000,000.00 11,722,000.00 38,307,719.50 19,638,973.12 7,916,973.12 1.74 1.21
9.40 18.59 2.61 30.60 100.00
1
6.1.2. Biaya Usahatani
Biaya dalam usahatani dibedakan menjadi biaya tunai dan biaya diperhitungkan. Komponen biaya tunai dalam usahatani paprika hidroponik petani
anggota Koptan Mitra Sukamaju meliputi biaya sarana produksi yang terdiri dari benih, arang sekam, nutrisi, polibag, pestisida, TKLK, serta biaya pajak lahan. Biaya yang digunakan untuk pembelian benih sebesar Rp 5.768.839,94 atau 15,06 persen. Biaya benih tersebut diperoleh dari rata-rata jumlah benih yang digunakan oleh petani yaitu sebesar 4.121 butir dikalikan dengan harga benih per butir yaitu Rp 1.400,00. Tanaman paprika dibudidayakan dalam media arang sekam, biaya yang dikeluarkan untuk pembelian arang sekam adalah Rp 1.500.000,00 atau 3,92 persen dari total biaya. Sedangkan biaya yang dikeluarkan untuk polibag sebesar Rp 1.050.000,00 atau 2,74 persen dari total biaya. Penggunaan nutrisi dalam budidaya secara hidroponik sangat penting, karena dalam budidaya ini tanaman tidak memperoleh makanan lainnya dalam media yang digunakan. Alokasi biaya terbesar yang dikeluarkan petani anggota Koptan Mitra Sukamaju adalah biaya nutrisi yaitu sebesar Rp 7.588.464.74,00 atau 19,81 persen. Besarnya biaya nutrisi ini karena harga satu paket nutrisi cukup mahal yaitu sebesar Rp 220.000,00. Penggunaan pestisida pada setiap musim tanam berbeda-beda karena tergantung hama dan penyakit yang menyerang tanaman pada saat tanam. Biaya yang dikeluarkan untuk pestisida sebesar Rp 7.059.364,82 atau 18,43 persen dari total biaya. Perhitungan biaya TKLK di Desa Pasir Langu ditentukan berdasarkan jumlah pohon yang dirawat, sehingga rata-rata biaya TKLK per musim tanam per luas green house 1000m2 adalah sebesar Rp 3.600.000,00 atau 9,40 persen dari total biaya. Biaya yang dikeluarkan untuk pajak lahan yaitu Rp 400,00 per tumbak per tahun (1 tumbak = 14m2). Untuk luas green house 1000m2 pajak lahan yang
dikeluarkan sebesar Rp 19.050,00 per musim tanam atau 0,05 persen dari total biaya. Biaya diperhitungkan meliputi biaya penggunaan TKDK, penyusutan green house dan alat, serta biaya sewa lahan. Biaya TKDK petani anggota Koptan
Mitra Sukamaju untuk luas green house 1000m2 sebesar Rp 3.600.000,00 atau 9,40 persen dari total biaya. Komponen biaya diperhitungkan yang lainya adalah biaya penyusutan green house dan alat. Nilai penyusutan dihitung berdasarkan metode garis lurus,
yaitu nilai pembelian dikurangi taksiran nilai sisa dibagi umur teknis. Nilai sisa green house dan alat dianggap nol karena diasumsikan tidak laku lagi dijual
setelah digunakan, dan umur teknis green house dan alat diasumsikan lima tahun. Besarnya biaya penyusutan untuk luas green house 1.000m2 adalah Rp 7.122.000,00 atau 18,59 persen. Perhitungan biaya penyusutan ini dapat dilihat pada Lampiran 1. Lahan usahatani paprika hidroponik petani anggota Koptan Mitra Sukamaju adalah lahan milik pribadi, sehingga sewa lahan dimasukan kedalam biaya diperhitungkan. Biaya sewa lahan di Desa Pasir Langu adalah Rp 21.000,00 per tumbak per tahun, sehingga biaya sewa lahan per meter persegi adalah Rp 15.000,00 per tahun. Rata-rata biaya sewa lahan untuk luas 1000m2 adalah Rp 1.000.000,00 per musim tanam.
6.1.3. Pendapatan Usahatani
Usahatani paprika hidroponik petani anggota Koptan Mitra Sukamaju layak untuk dijalankan. Pendapatan atas biaya tunai diperoleh dari penerimaan
dikurangi dengan biaya tunai yaitu sebesar Rp 19.638.973,12. Pendapatan atas biaya total diperoleh dari penerimaan dikurangi biaya tunai dan dikurangi biaya diperhitungkan yaitu sebesar dan Rp 7.916.973,12. Efisiensi usahatani dilihat dari nilai R/C rasio. Nilai R/C rasio atas biaya tunai adalah 1,74 yang artinya setiap pengeluaran biaya tunai sebesar Rp 100,00 akan menghasilkan penerimaan sebesar Rp 174,00. Nilai R/C atas biaya total adalah 1,21 yang artinya setiap pengeluaran biaya total sebesar Rp 100,00 akan menghasilkan penerimaan sebesar Rp 121,00.
6.2. Analisis Usahatani Paprika Hidroponik Petani Non Anggota
Hasil analisis pendapatan dan R/C rasio untuk petani non anggota dapat dilihat pada Tabel 10.
6.2.1. Penerimaan Usahatani
Penerimaan usahatani paprika hidroponik petani non anggota diperoleh dari total produksi paprika yang dihasilkan selama satu musim tanam dikalikan dengan harga pasar yang terjadi saat peneliltian. Harga pasar yang terjadi saat penelitian berlangsung sedang turun yaitu sebesar Rp 5.000,00 per kilogram untuk paprika hijau, Rp 3.000,00 per kilogram untuk paprika merah dan Rp 6.000,00 per kilogram untuk paprika kuning. Total penerimaan yang diperoleh per luas green house 1.000m2 yaitu Rp 41.490.170,91.
Tabel 10. Analisis Struktur Biaya dan Pendapatan Usahatani Paprika Hidroponik Petani Non Anggota per Luas Green House 1000 m2 Komponen PENERIMAAAN Paprika hijau (kg) Paprika merah (kg) Paprika kuning (kg) Total penerimaan (Rp) BIAYA TUNAI Benih (butir) Arang sekam (karung) Nutrisi (paket) Polibag (kg) Pestisida (ml) TKLK (HOK) Pajak lahan (Rp) Total Biaya Tunai (Rp) BIAYA DIPERHITUNGKAN TKDK (HOK) Penyusutan GH dan alat (Rp) Sewa lahan (Rp) Total Biaya Diperhitungkan (Rp) TOTAL BIAYA (Rp) Pendapatan atas biaya tunai (Rp) Pendapatan atas biaya total (Rp) Nilai R/C atas biaya tunai Nilai R/C atas biaya total
Jumlah Fisik
Harga/Satuan (Rp)
Nilai Produksi (Rp)
(%)
5,532.02 2,766.01 922.00 9,220.04
5,000.00 3,000.00 6,000.00
27,660,113.94 8,298,034.18 5,532,022.79 41,490,170.91
3,908 300 33 75 2,126 1
1,400.00 5,000.00 225.000.00 14,000.00 3,000.00
5,470,553.95 1,500,000.00 7,530,750.00 1,050,000.00 6,376,624.17 3,600,000.00 19,050.00 25,546,978.12
14.68 4.02 20.21 2.82 17.11 9.66 0.05 68.55
3,600,000.00 7,122,000.00 1,000,000.00 11,722,000.00 37,268,978.12 15,943,192.79 4,221,192.79 1.62 1.11
9.66 19.11 2.68 31.45 100.00
1
6.2.2. Biaya Usahatani
Komponen biaya tunai dalam usahatani paprika hidroponik petani non anggota meliputi biaya sarana produksi yang terdiri dari benih, arang sekam, nutrisi, polibag, pestisida, TKLK, serta biaya pajak lahan. Biaya yang digunakan untuk pembelian benih sebesar Rp 5.470.553,95 atau 14,68 persen. Biaya benih tersebut diperoleh dari rata-rata jumlah benih yang digunakan oleh petani yaitu sebesar 3.908 butir dikalikan dengan harga benih per butir yaitu Rp 1.400,00. Tanaman paprika dibudidayakan dalam media arang sekam, biaya yang dikeluarkan untuk pembelian arang sekam adalah Rp
1.500.000,00 atau 4,02 persen dari total biaya. Sedangkan biaya yang dikeluarkan untuk polibag sebesar Rp 1.050.000,00 atau 2,82 persen dari total biaya. Seperti petani anggota Koptan Mitra Sukamaju, alokasi biaya terbesar yang dikeluarkan petani non anggota juga biaya nutrisi yaitu sebesar Rp 7.530.750,00 atau 20,21 persen. Besarnya biaya nutrisi ini karena harga satu paket nutrisi cukup mahal yaitu sebesar Rp 225.000,00. Kebutuhan pestisida pada setiap musim tanam berbeda-beda karena tergantung dari serangan hama dan penyakit. Biaya yang dikeluarkan untuk pestisida sebesar Rp 6.376.624,17 atau 17,11 persen dari total biaya. Biaya rata-rata TKLK untuk petani non anggota per musim tanam per luas green house 1.000m2 adalah Rp 3.600.000,00 atau 9,66 persen dari total biaya.
Untuk luas green house 1.000m2 pajak lahan yang dikeluarkan sebesar Rp 19,050.00 per musim tanam atau 0,05 persen dari total biaya. Biaya diperhitungkan meliputi biaya penggunaan TKDK, penyusutan green house dan alat, serta biaya sewa lahan. Biaya penggunaan TKDK petani
non anggota sebesar Rp 3.600.00 atau 9,66 persen dari total biaya. Komponen biaya diperhitungkan yang lainya adalah biaya penyusutan green house dan alat. Sama halnya dengan petani anggota Koptan Mitra Sukamaju
nilai penyusutan dihitung berdasarkan metode garis lurus. Besarnya biaya penyusutan adalah Rp 7,122,000.00 atau 19,11 persen dari total biaya. Lahan usahatani paprika hidroponik petani non anggota adalah lahan milik pribadi, sehingga sewa lahan dimasukan kedalam biaya diperhitungkan. Rata-rata biaya sewa lahan untuk luas 1.000m2 adalah Rp 1.000.000,00 per musim tanam.
6.2.3. Pendapatan Usahatani
Pendapatan atas biaya tunai diperoleh dari penerimaan dikurangi dengan biaya tunai yaitu sebesar Rp 15,943,192.79. Pendapatan atas biaya total diperoleh dari penerimaan dikurangi biaya tunai dan dikurangi biaya diperhitungkan yaitu sebesar dan Rp 4,221,192.79. Nilai R/C rasio atas biaya tunai dan biaya total masing-masing lebih besar dari satu, yaitu 1,62 dan 1,11. Artinya setiap pengeluaran biaya tunai sebesar Rp 100,00 akan menghasilkan penerimaan sebesar Rp 162,00, dan setiap setiap pengeluaran biaya total sebesar Rp 100,00 akan menghasilkan penerimaan sebesar Rp 111,00.
6.3. Analisis Perbandingan Usahatani Paprika Hidroponik Petani Anggota Koptan Mitra Sukamaju dan Petani Non Anggota
Perbandingan analisis usahatani paprika hidroponik ini dilakukan untuk mengetahui usahatani mana yang lebih efisien dan menguntungkan petani. Hasil analisis perbandingan tersebut dapat dilihat pada Tabel 11. Berdasarkan hasil perhitungan pada Tabel 11 dapat dilihat bahwa penerimaan petani anggota Koptan Mitra Sukamaju sebesar Rp 46,224,692.62, sedangkan penerimaan petani non anggota sebesar Rp 41,490,170.91. Lebih tingginya pendapatan petani anggota Koptan Mitra Sukamaju dibandingkan petani non anggota disebabkan pada saat penelitian dilakukan harga paprika dipasaran sedang turun, sehingga dengan keadaan ini tentunya petani anggota Koptan Mitra Sukamaju lebih diuntungkan karena harga yang ditetapkan Koptan Mitra Sukamaju adalah harga standar. Selain itu produksi yang dihasilkan petani anggota Koptan Mitra Sukamaju juga lebih tinggi, hal ini terjadi karena beberapa petani anggota Koptan Mitra Sukamaju menanam paprika dengan jarak yang lebih rapat, yaitu terdapat empat
pohon dalam satu meter, sedangkan pada umumnya dalam satu meter terdapat tiga pohon. Lebih rapatnya jarak antar pohon tersebut dikarenakan green house yang digunakan beberapa petani tersebut masih baru, sehingga sinar matahari dapat diserap dengan baik. Tabel 11. Analisis Perbandingan Usahatani Paprika Hidroponik Petani Anggota Koptan Mitra Sukamaju dan Petani Non Anggota per Luas Green House 1000m2
Komponen PENERIMAAAN Paprika hijau (kg) Paprika merah (kg) Paprika kuning (kg) Total penerimaan (Rp) BIAYA TUNAI Benih (butir) Arang sekam (karung) Nutrisi (paket) Polibag (kg) Pestisida (ml) TKLK (HOK) Pajak lahan (Rp) Total Biaya Tunai (Rp) BIAYA DIPERHITUNGKAN TKDK (HOK) Penyusutan GH dan alat (Rp) Sewa lahan (Rp) Total Biaya Diperhitungkan (Rp) TOTAL BIAYA (Rp) Pendapatan atas biaya tunai (Rp) Pendapatan atas biaya total (Rp) Nilai R/C atas biaya tunai Nilai R/C atas biaya total
Anggota Koptan Mitra Sukamaju Nilai Produksi % (Rp) 19,414,370.90 20,338,864.75 6,471,456.97 46,224,692.62
Non Anggota Nilai Produksi (Rp)
%
27,660,113.94 8,298,034.18 5,532,022.79 41,490,170.91
5,768,839.94 1,500,000.00 7,588,464.74 1,050,000.00 7,059,364.82 3,600,000.00 19,050.00 26,585,719.50
15.06 3.92 19.81 2.74 18.43 9.40 0.05 69.40
5,470,553.95 1,500,000.00 7,530,750.00 1,050,000.00 6,376,624.17 3,600,000.00 19,050.00 25,546,978.12
14.68 4.02 20.21 2.82 17.11 9.66 0.05 68.55
3,600,000.00 7,122,000.00 1,000,000.00 11,722,000.00 38,307,719.50 19,638,973.12 7,916,973.12 1.74 1.21
9.40 18.59 2.61 30.60 100.00
3,600,000.00 7,122,000.00 1,000,000.00 11,722,000.00 37,268,978.12 15,943,192.79 4,221,192.79 1.62 1.11
9.66 19.11 2.68 31.45 100.00
Perhitungan persentase biaya terhadap biaya total dilakukan untuk mengetahui biaya apa yang paling besar dan memiliki pengaruh paling tinggi terhadap pendapatan usahatani. Berdasarkan struktur biaya dapat dilihat, baik petani anggota Koptan Mitra Sukamaju maupun petani non anggota mengeluarkan biaya terbesar untuk komponen nutrisi. Besarnya biaya komponen
nutrisi ini dikarenakan harga nutrisi per paketnya cukup mahal, selain itu nutrisi juga merupakan faktor yang sangat penting dalam budidaya secara hidroponik, karena media yang digunakan dalam budidaya paprika hidroponik adalah arang sekam dan didalam media arang sekam tidak terdapat penunjang air dan makanan seperti pada media tanah. Petani anggota Koptan Mitra Sukamaju menggunakan nutisi lebih banyak dibandingkan petani non anggota, hal ini dapat disebabkan jumlah pohon yang ditanam petani anggota Koptan Mitra Sukamaju lebih banyak, selain itu harga beli nutrisi petani anggota Koptan Mitra Sukamaju lebih murah Rp 5.000,00 dibandingkan petani non anggota, serta sistem pembayaran untuk petani anggota koptan adalah secara kredit yaitu pembayaran dipotong dari hasil penjualan paprika, sedangkan untuk petani non anggota dengan cara tunai. Persentase biaya terbesar kedua adalah penyusutan green house dan alat, besarnya biaya penyusutan tersebut karena investasi yang dibutuhkan untuk membangun green house sangat besar. Penggunaan pestisida juga memiliki persentase biaya yang besar, untuk petani anggota Koptan Mitra Sukamaju persentase biaya pestisida sebesar 18,43 persen dari total biaya, sedangkan untuk petani non anggota persentase biaya pestisida sebesar 17,11 persen dari seluruh biaya. Besarnya biaya pestisida ini karena dalam budidaya paprika hidroponik serangan hama cukup tinggi khususnya hama thrips, penyemprotan pestisida umumnya dilakukan lima sampai tujuh hari sekali, namun jika serangan hama sedang tinggi umumnya petani akan menyempot pestisida setiap tiga hari. Berdasarkan analisis pendapatan dan nilai R/C rasio, petani anggota Koptan Mitra Sukamaju memiliki pendapatan baik pendapatan atas biaya tunai maupun pendapatan atas biaya total dan nilai R/C rasio atas biaya tunai serta nilai
R/C rasio atas biaya total lebih besar dibandingkan petani non anggota. Seperti telah dijelaskan diatas, hal ini dikarenakan pada saat penelitian dilakukan harga paprika di pasar sedang turun. Tetapi jika harga paprika di pasar sedang naik, maka yang akan terjadi adalah hal sebaliknya yaitu pendapatan petani non anggota lebih tinggi, namun hal ini tidak menjadi masalah bagi petani anggota Koptan Mitra Sukamaju, karena petani anggota koptan merasa sudah diuntungkan dengan adanya penyediaan input dan pemasaran hasil. Perbandingan produktivitas paprika pada petani anggota Koptan Mitra Sukamaju dan petani non anggota dapat dilihat pada Tabel 12. Tabel 12. Perbandingan Produktivitas Usahatani Paprika Hidroponik Petani Anggota Koptan Mitra Sukamaju dan Petani Non Anggota Status Petani Anggota Koptan Mitra Sukamaju Non Anggota
Luas Green House (m2) 1.000 1.000
Produksi (kg) 9.224,94 9.220,04
Tabel tersebut menunjukan rata-rata produktivitas paprika per meter petani anggota Koptan Mitra Sukamaju dan petani non anggota tidak jauh berbeda, lebih tinggi dibandingkan petani non anggota. Seperti telah dijelaskan sebelumnya, perbedaan produktivitas tersebut disebabkan jarak tanam. Jarak tanam yang digunakan beberapa petani anggota Koptan Mitra Sukamaju lebih rapat, yaitu dalam satu meter ditanami empat pohon. Lebih rapatnya jarak tanam tersebut karena green house yang digunakan oleh beberapa petani tersebut masih baru sehingga sinar matahari dapat diserap lebih baik.
VII. ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI PAPRIKA HIDROPONIK
7.1. Analisis Fungsi Produksi Paprika Hidoponik
Model fungsi produksi yang digunakan dalam penelitian ini adalah fungsi produksi Cobb-Douglas dengan menggunakan metode penduga OLS. Faktorfaktor yang diduga berpengaruh dalam model ini adalah luas lahan (X1), benih (X2), nutrisi (X3), pestisida (X4), tenaga kerja (X5) dan dummy status petani (X6). Semua faktor-faktor produksi tersebut merupakan peubah bebas yang akan menduga produksi paprika hidroponik (Y) baik untuk petani anggota Koptan Mitra Sukamaju maupun petani non anggota. Data penggunaan faktor produksi tersebut dapat dilihat pada Lampiran 2. Hasil pendugaan model dengan menggunakan faktor produksi luas lahan (X1), benih (X2), nutrisi (X3), pestisida (X4), tenaga kerja (X5), dan dummy status petani (X6) dapat dilihat pada Lampiran 3. Dari hasil pendugaan model tersebut diketahui adanya multikolinearitas yaitu terdapatnya hubungan linier diantara peubah bebas, hal ini dapat dilihat dari nilai VIF yang nilainya lebih besar dari 10 untuk variabel bebas benih (X2) dan nutrisi (X3) yaitu 13,9 dan 10,3. Masalah multikolinearitas merupakan salah satu kelemahan dari fungsi produksi CobbDouglas. Dengan demikian perlu adanya perbaikan model fungsi produksi untuk menghilangkan masalah multikolinearitas sehingga memenuhi asumsi OLS. Untuk menghilangkan adanya korelasi tersebut maka faktor produksi benih dihilangkan dari model fungsi produksi paprika sehingga faktor produksi yang masih digunakan adalah luas lahan (X1), nutrisi (X3), pestisida (X4), tenaga
kerja (X5) dan dummy status petani (X6) (Lampiran 4). Hasil pendugaan yang diperoleh dari model tersebut adalah: ln Produksi (Y) = 2.98 + 0.263 ln Luas lahan (X1) + 0.337 ln Nutrisi (X3) + 0.263 ln Pestisida (X4) + 0.183 ln TK (X5) + 0.0242 D status (X6) Nilai koefisien determinasi (R2) diperoleh sebesar 94,1 persen, yang berarti bahwa 94,1 persen variasi produksi paprika dapat diterangkan oleh model tersebut yang terdiri dari variabel-variabel luas lahan (X1), nutrisi (X3), pestisida (X4), tenaga kerja (X5) dan dummy status petani (X6), sedangkan sisanya sebesar 5,9 persen dijelaskan oleh variabel-variabel lain yang tidak terdapat dalam model. Nilai F-hitung sebesar 108,32 berpengaruh nyata pada pada selang kepercaan 99 persen, yang berarti bahwa secara bersama-sama variabel-variabel luas lahan (X1), nutrisi (X3), pestisida (X4), tenaga kerja (X5) dan dummy status petani (X6) berpengaruh nyata terhadap produksi paprika hidroponik pada selang kepercaan 99 persen. Pengujian variabel bebas secara parsial dilakukan dengan uji-t, hasil uji ini menunjukkan hanya ada satu faktor produksi yang nyata pada selang kepercayaan 99 persen yaitu nutrisi (X3). Faktor produksi luas lahan (X1) pestisida (X4) berpengaruh nyata pada selang kepercayaan 95 persen. Sedangkan faktor produksi tenaga kerja (X5) dan dummy status petani (X6) tidak berpengaruh nyata terhadap produksi paprika hidroponik. Produksi paprika hidroponik ini tidak dipengaruhi oleh status keanggotaan petani dalam koptan, karena produksi paprika hidroponik ini lebih dipengaruhi oleh penggunaan faktor-faktor produksi. Untuk melakukan pengujian skala usaha, maka dilakukan pendugaan model kembali, karena dalam menghitung skala usaha hanya faktor teknis saja yang dapat dihitung sedangkan faktor produksi status petani sebagai dummy tidak dapat
dihitung, hasil pendugaan yang diperoleh dari model tersebut adalah sebagai berikut: ln Produksi (Y) = 3.03 + 0.262 ln Luas lahan (X1) + 0.342 ln Nutrisi (X3) + 0.270 ln Pestisida (X4) + 0.167 ln TK (X5) Nilai koefisien determinasi (R2) diperoleh sebesar 94,1 persen, yang berarti bahwa 94,1 persen variasi produksi paprika dapat diterangkan oleh model tersebut yang terdiri dari variabel-variabel luas lahan (X1), nutrisi (X3), pestisida (X4), dan tenaga kerja (X5), sedangkan sisanya sebesar 5,9 persen dijelaskan oleh variabel-variabel lain yang tidak terdapat dalam model. Hasil pendugaan fungsi produksi tersebut dapat dilihat pada Tabel 13. Tabel 13. Hasil Analisis Regresi Fungsi Produksi Usahatani Paprika Hidroponik dengan Metode OLS Setelah Menghilangkan Variabel Bebas Benih dan Dummy Status Petani Variabel konstanta ln Luas Lahan (X1) ln Nutrisi (X3) ln Pestisida (X4) ln Tenaga Kerja (X5) R2 R2-adj F-hitung P
Koefisien Regresi 0,0316 0,2617 0,3424 0,26985 0,1673 94,1% 94,1% 138,79 0,000
P-value 0,028* 0,005** 0,010** 0,162
VIF 7,3 6,7 7,7 4,7
Keterangan: * = Nyata pada tingkat kepercayaan 95 % ** = Nyata pada tingkat kepercayaan 99%
Nilai F-hitung sebesar 138,79 berpengaruh nyata pada pada selang kepercaan 99 persen, yang berarti bahwa secara bersama-sama variabel-variabel luas lahan (X1), nutrisi (X3), pestisida (X4), dan tenaga kerja (X5) berpengaruh nyata terhadap produksi paprika hidroponik pada selang kepercaan 99 persen. Pengujian variabel bebas secara parsial dilakukan dengan uji-t, hasil uji ini
menunjukkan faktor produksi nutrisi (X3) dan pestisida (X4) berpengaruh nyata pada selang kepercayaan 99 persen. Faktor produksi luas lahan (X1) berpengaruh nyata pada selang kepercayaan 95 persen. Sedangkan faktor produksi tenaga kerja (X5) tidak berpengaruh nyata terhadap produksi paprika hidroponik. Hasil output pengolahan data lebih lengkap dapat dilihat pad lampiran 5. Dari pendugaan model tersebut Dari pendugaan model tersebut dilakukan pemeriksaan terhadap asumsi OLS. Uji multikolinearitas dilakukan dengan melihat nilai VIF, nilai VIF untuk masing-masing faktor produksi lebih kecil dari 10, sehingga dapat disimpulkan bahwa model yang digunakan tidak terdapat masalah multikolinearitas. Analisis sisaan menunjukkan bahwa sisaan telah menyebar normal, kenormalan sisaan ditunjukan oleh tebaran titik-titik sisaan yang menyebar membentuk garis lurus, selain itu P-value pada uji normal residual pada grafik telah melebihi 15 persen. Plot antara sisaan dengan nilai dugaan juga telah menunjukkan bahwa titik-titik telah menyebar secara acak dan tidak membentuk pola. Hasil uji normalitas dan uji homoskedastisitas dapat dilihat pada Lampiran 6. Pada model tersebut diperoleh dapat dilihat bahwa nilai koefisien regresi pada masing-masing faktor produksi adalah positif. Nilai positif ini menandakan bahwa pengaruh faktor-faktor produksi tersebut terhadap produksi paprika adalah berbanding lurus. Untuk melihat besarnya pengaruh faktor-faktor produksi tersebut yang juga merupakan nilai elastisitas untuk masing-masing peubah bebas pada fungsi produksi Cobb-Douglas adalah sebagai berikut :
Luas lahan (X1)
Berdasarkan uji parameter secara parsial, faktor produksi luas lahan (X1) berpengaruh nyata pada tingkat kepercayaan 95 persen, hal ini sesuai dengan hipotesis yaitu semakin luas lahan yang digunakan maka produksi paprika hidroponik akan semakin tinggi. Berpengaruhnya faktor produksi luas lahan terhadap produksi paprika dikarenakan dalam budidaya secara hidroponik luas lahan (green house) merupakan faktor yang utama. Faktor produksi luas lahan memiliki nilai elastisitas sebesar 0,2617, yang berarti bahwa penambahan luas lahan sebesar satu persen dapat meningkatkan produksi paprika sebesar 0,2617 persen (cateris paribus). Nilai elastisitas faktor produksi luas lahan yang sebesar 0,2617 menunjukkan bahwa luas lahan yang digunakan berada pada daerah II, yaitu daerah rasional karena nilai elastisitas produksinya berada antara nol dan satu. Nutrisi (X3)
Berdasarkan uji parameter secara parsial, faktor produksi nutrisi berpengaruh nyata pada tingkat kepercayaan 99 persen, hal ini sesuai dengan hipotesis yaitu semakin banyak nutrisi yang digunakan maka produksi paprika hidroponik akan semakin tinggi. Berpengarunya faktor produksi nutrisi ini karena tanaman paprika yang dibudidayakan secara hidroponik hanya mendapatkan makanan dari nutrisi. Faktor produksi nutrisi ini memiliki nilai elastisitas sebesar 0,3424, yang berarti bahwa penambahan penggunaan nutrisi sebesar satu persen dapat meningkatkan produksi paprika hidroponik sebesar 0,3424 persen (cateris paribus). Nilai elastisitas faktor produksi nutrisi positif dan kurang dari satu
berarti penggunaan nutrisis berada pada daerah II, yaitu daerah rasional karena nilai elastisitas produksinya berada antara nol dan satu. Pestisida (X4)
Berdasarkan uji parameter secara parsial, faktor produksi pestisida berpengaruh nyata terhadap produksi paprika hidroponik pada tingkat kepercayaan 99 persen, dan dari nilai koefisien regresinya faktor produksi pestisida bernilai positif yaitu 0,26985. Hal ini menunjukkan bahwa pestisida memiliki pengaruh positif terhadap produksi paprika. Besarnya pengaruh pestisida terhadap produksi karena serangan hama khususnya thrips dalam budidaya paprika cukup tinggi sehingga penyemprotan pestisida sangat perlu dilakukan. Arti dari nilai koefisien regresi tersebut adalah bahwa penambahan penggunaan pestisida sebesar satu persen dapat meningkatkan produksi paprika sebesar 0,26985 persen (cateris paribus). Nilai elastisitas faktor produksi pestisida yang bernilai positif dan kurang dari satu menunjukkan bahwa pestisida yang digunakan berada pada daerah II, yaitu daerah rasional karena nilai elastisitas produksinya berada antara nol dan satu. Tenaga Kerja (X5)
Koefisien regresi dari faktor produksi tenaga kerja sebesar 0,1673 yang berarti bahwa jika penggunaan tenaga kerja ditingkatkan sebesar satu persen maka jumlah produksi paprika akan meningkat sebesar 0,1673 persen (cateris paribus). Nilai elastisitas produksi untuk variabel tenaga kerja yang sebesar 0,1673 menunjukkan bahwa penggunaan tenaga kerja berada pada daerah II, yaitu daerah rasional karena nilai elastisitas produksinya berada antara nol dan satu. Hipotesis yang digunakan adalah semakin banyak tenaga kerja maka semakin banyak
produksi paprika, namun berdasarkan uji-t, tenaga kerja tidak berpengaruh nyata terhadap produksi paprika. Tidak berpengaruhnya tenaga kerja ini diduga karena produksi paprika lebih dipengerahui oleh keterampilan tenaga kerja bukan oleh jumlah tenaga kerja.
7.2. Analisis Skala Usaha (Return to Scale)
Berdasarkan hasil pengujian skala usaha, diperoleh nilai F-hitung sebesar 0,54 sedangkan nilai F-tabel sebesar 4,17 sehingga usahatani paprika hidroponik di Desa Pasir Langu berada pada kondisi kenaikan hasil yang tetap (constant return to scale). Dari hasil pengujian tersebut dapat disimpulkan bahwa secara
teknis penggunaan faktor-faktor produksi oleh para petani telah sesuai. Kondisi ini juga menunjukkan bahwa penambahan faktor produksi akan proporsional dengan penambahan produksi yang diperoleh. Hasil Pengujian skala usaha dapat dilihat pada Lampiran 7.
VIII. KESIMPULAN DAN SARAN
8.1. Kesimpulan
Pengusahaan paprika hidroponik di daerah penelitian baik petani anggota Koptan Mitra Sukamaju maupun petani non anggota layak untuk diusahakan. Pendapatan petani anggota Koptan Mitra Sukamaju sebesar Rp 19.638.973,12 untuk pendapatan atas biaya tunai dan Rp 7.916.973,12 untuk pendapatan atas biaya total. Sedangkan pendapatan petani non anggota sebesar Rp 15.943.192,79 untuk pendapatan atas biaya tunai dan Rp 4.221.192,79 untuk pendapatan atas biaya total. Dilihat dari nilai R/C baik petani anggota Koptan Mitra Sukamaju maupun petani non anggota lebih besar dari satu. Nilai R/C rasio atas biaya tunai dan total untuk petani anggota Koptan Mitra Sukamaju masing-masing sebesar 1,74 dan 1,21. Sedangkan nilai R/C rasio untuk petani non anggota adalah 1,62 untuk R/C rasio atas biaya tunai dan 1,11 untuk nilai R/C rasio atas biaya total. Berdasarkan pendugaan fungsi produksi Cobb-Douglas diperoleh hasil bahwa faktor-faktor produksi luas lahan (X1), nutrisi (X3), pestisida (X4), dan tenaga kerja (X5) secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap produksi paprika pada selang kepercayaan 99 persen. Sedangkan secara parsial, faktor produksi nutrisi (X3) dan pestisida (X4) berpengaruh nyata pada selang kepercayaan 99 persen dan faktor produksi luas lahan (X1) berpengaruh nyata pada selang kepercayaan 95 persen. Sedangkan faktor produksi tenaga kerja (X5) tidak berpengaruh nyata terhadap produksi pada selang kepercayaan yang diharapkan. Berdasarkan nilai elastisitas produksi, masing-masing faktor produksi memiliki nilai elastisitas yang positif kurang dari satu. Nilai koefisien regresi yang
positif dan kurang dari satu menunjukkan penggunaan faktor-faktor produksi tersebut berada pada daerah yang rasional. Berdasarkan hasil uji skala usaha, usahatani paprika hidroponik berada pada kondisi kenaikan hasil yang tetap (constant return to scale) yang berarti bahwa penambahan faktor produksi akan proporsional dengan penambahan produksi yang diperoleh.
8.2. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, saran yang dapat diberikan adalah: 1. Berdasarkan analisis pendapatan usahatani, dapat dilihat bahwa usahatani petani
anggota
Koptan
Mitra
Sukamaju
lebih
menguntungkan
dibandingkan petani non anggota koptan pada saat keadaan harga sedang turun, sehingga bagi petani yang tidak ingin merasakan fluktuasi harga yang terlalu tinggi disarankan bergabung menjadi anggota Koptan Mitra Sukamaju. 2. Berdasarkan uji skala usaha, usahatani paprika hidroponik berada pada kondisi
kenaikan
hasil
yang
tetap.
Untuk
dapat
meningkatkan
produktivitas diharapkan Koptan Mitra Sukamaju memberikan bantuan dana kepada petani anggotanya dan Pemerintah juga diharapkan memberikan bantuan dana kepada petani non anggota sehingga para petani dapat memperbaiki green house yang dimilikinya yang tentunya akan dapat meningkatkan produktivitas. 3. Pemerintah juga diharapkan memberikan bantuan modal kepada petani lainnya agar dapat membudidayakan paprika hidroponik, selain itu
peranan Pemerintah mengenai informasi harga juga dibutuhkan terutama bagi petani non anggota. 4. Penelitian-penelitian lebih lanjut diharapkan dapat menganalisis efisiensi usahatani paprika hidroponik dari segi ekonomis yang tidak terdapat dalam penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA
Badrutamam. 2005. Pengembangan Usahatani Cabai Paprika Pada Tiga Sistem Hidroponik di PD Lima Bersaudara. Skripsi. Departemen Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. BPS. 2006. Statistik Produksi Sayuran Tahun 2004-2005. BPS. Jakarta. Desa Pasir Langu, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bandung. 2006. Laporan Data Monografi. Farah, Anis Hamlatil. 2007. Evaluasi Pemanfaatan Tanah Wakaf Pertanian Terhadap Pendapatan Petani Penggarap di Kabupaten Bojonegoro, Propinsi Jawa Timur. Skripsi. Program Studi Manajemen Agribisnis. Departemen Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Gujarati, Damodar.1993. Ekonometrika Dasar. Erlangga. Jakarta. Hernanto, Fadholi. 1988. Ilmu Usahatani. Penebar Swadaya. Jakarta. Irawati, Ira Novita. 2006. Analisis Pendapatan dan Efisiensi Penggunaan FaktorFaktor Produksi Usahatani Padi Program PTT dan Non-Program PTT (Kasus: Penerapan Program Pengelolaan Tanaman dan Sumberdaya Terpadu (PTT) di Kabupaten Karawang). Skripsi. Departemen Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Iriawan, Nur dan Septi Puji Astuti. 2006. Mengolah Data Statistik dengan Mudah Menggunakan Minitab 14. Edisi 1. Andi: Yogyakata. Kartikasari, Dien. 2006. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Produksi Usahatani Paprika Hidroponik di Kecamatan Parongpong, Kabupaten Bandung. Skripsi. Program Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Lingga, Pinus. 1998. Hidroponik Bercocok Tanam Tanpa Tanah. Penebar Swadaya. Jakarta. Mubyarto. 1994. Pengantar Ekonomi Pertanian. Edisi Ketiga. Pustaka LP3ES. Jakarta. Ningsih, Widyawati Kesuma. 2005. Analisis Usahatani Hidroponik Paprika di Desa Pasir Langu, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bandung. Skripsi. Departemen Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Nur‘Iman. 2001. Analisis Perbandingan Efisiensi Produksi dan Pendapatan Usahatani Tomat Antara Petani Gapoktan dan Petani Non Gapoktan (Studi Kasus Gapoktan Goalpara di Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat). Skripsi. Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Prihmantoro, Heru dan Yovita Hety Indriani. 2003. Paprika Hidroponik dan Non Hidroponik. Penebar Swadaya. Jakarta. Soeharjo, A dan Dahlan Patong. 1973. Studi Pokok Ilmu Usahatani. Departemen Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian. Bogor. Bogor. Soekartawi et,al. 1986. Ilmu Usahatani dan Penelitian Untuk Pengembangan Petani Kecil. UI-Press. Jakarta. Soekartawi. 2002. Prinsip Dasar Ekonomi Pertanian: Teori dan Aplikasi. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta. Soekartawi. 2003. Teori Ekonomi Produksi dengan Pokok Bahasan Analisis Fungsi Cobb-Douglas. Edisi Revisi. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta. Sugiarto et, al. 2003. Teknik Sampling. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
LAMPIRAN
Lampiran 1. Perhitungan Penyusutan Alat dan Green House per 1.000m2
Nilai Bangunan dan Alat
: Rp 35.610.000,00
Umur Teknis
: lima tahun
Nilai Sisa
: nol
Penyusutan per tahun =
Investasi − Nilai Sisa Umur Teknis
=
Rp 35.610.000,00 − 0 5
= Rp 7,122,000.00
Lampiran 2. Data Penggunaan Faktor Produksi Usahatani Paprika Hidroponik per Musim Tanam Resp 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40
Luas Lahan (X1) 2,000 2,500 4,000 9,000 700 3,000 1,100 5,600 2,700 3,200 2,800 2,150 2,800 1,200 3,200 1,260 4,480 630 1,400 840 7,400 1,200 2,000 500 2,100 560 2,100 5,600 1,200 5,300 2,200 2,100 3,500 1,800 2,800 4,508 6,250 1,400 1,400 1,600
Benih (X2) 6,000 12,300 18,900 34,400 2,100 13,000 5,200 20,000 12,000 13,650 7,300 7,100 11,000 6,000 10,750 5,250 17,300 3,500 5,750 4,800 19,500 8,000 5,200 2,500 5,800 3,500 8,200 22,300 3,500 21,500 8,700 9,000 8,000 5,500 15,700 17,000 28,500 6,500 3,800 4,000
Nutrisi (X3) 56 105 150 306 21 176 60 157 70 105 56 42 112 25 84 55 90 25 77 28 155 63 56 28 58 28 67 195 30 200 82 84 56 56 145 90 200 53 30 28
Keterangan: D=1 : Petani Anggota Koptan Mitra Sukamaju D=0 : Petani non anggota
Pestisida (X4) 7,500 8,700 12,400 25,000 1,400 6,200 2,000 10,800 6,800 8,100 7,000 3,700 8,500 1,200 9,000 2,800 8,100 850 2,500 2,400 20,000 3,400 3,200 1,100 3,250 1,800 4,900 14,000 2,400 16,500 2,500 6,400 2,500 3,250 6,000 9,000 15,000 3,300 2,000 2,300
TK (X5) 780 780 1260 2460 360 780 600 1440 720 720 600 540 750 240 780 480 960 300 540 240 1440 720 720 480 720 480 300 1440 540 1680 720 600 960 600 1200 1500 2080 540 360 480
Dummy Status (X6) 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Produksi (Y) 17,500 23,000 31,000 99,000 6,600 36,000 11,550 48,300 28,250 28,000 17,500 15,450 24,000 5,340 25,000 14,200 38,250 5,800 16,500 12,500 47,780 14,100 11,400 5,000 15,240 7,500 15,880 70,800 10,000 47,500 13,500 20,000 18,410 18,000 36,400 46,000 71,750 15,000 8,750 10,800
Lampiran 3. Hasil Analisis Regresi Fungsi Produksi Usahatani Paprika Hidroponik dengan Metode OLS Sebelum Menghilangkan Variabel Bebas Benih The regression equation is ln Produksi (Y) = 2.02 + 0.144 ln Luas lahan (X1) + 0.288 ln Benih (X2) + 0.192 ln Nutrisi (X3) + 0.241 ln Pestisida (X4) + 0.195 ln TK (X5) + 0.0108 D status (X6)
Predictor Constant ln Luas lahan (X1) ln Benih (X2) ln Nutrisi (X3) ln Pestisida (X4) ln TK (X5) D status (X6)
S = 0.184708
Coef 2.0212 0.1441 0.2881 0.1923 0.24095 0.1955 0.01076
R-Sq = 94.6%
SE Coef 0.7313 0.1301 0.1606 0.1379 0.09933 0.1223 0.06349
T 2.76 1.11 1.79 1.39 2.43 1.60 0.17
P 0.009 0.276 0.082 0.173 0.021 0.120 0.866
R-Sq(adj) = 93.6%
Analysis of Variance Source Regression Residual Error Total
DF 6 33 39
SS 19.7938 1.1259 20.9197
MS 3.2990 0.0341
F 96.70
P 0.000
VIF 9.8 13.9 10.3 8.1 5.3 1.2
Lampiran 4. Hasil Analisis Regresi Fungsi Produksi Usahatani Paprika Hidroponik dengan Metode OLS Setelah Menghilangkan Variabel Bebas Benih The regression equation is ln Produksi (Y) = 2.98 + 0.263 ln Luas lahan (X1) + 0.337 ln Nutrisi (X3) + 0.263 ln Pestisida (X4) + 0.183 ln TK (X5) + 0.0242 D status (X6)
Predictor Constant ln Luas lahan (X1) ln Nutrisi (X3) ln Pestisida (X4) ln TK (X5) D status (X6)
S = 0.190639
Coef 2.9843 0.2631 0.3368 0.2631 0.1833 0.02420
R-Sq = 94.1%
SE Coef 0.5126 0.1156 0.1156 0.1017 0.1261 0.06508
T 5.82 2.28 2.91 2.59 1.45 0.37
P 0.000 0.029 0.006 0.014 0.155 0.712
R-Sq(adj) = 93.2%
Analysis of Variance Source Regression Residual Error Total
DF 5 34 39
SS 19.6840 1.2357 20.9197
MS 3.9368 0.0363
F 108.32
P 0.000
VIF 7.3 6.8 7.9 5.3 1.2
Lampiran 5. Hasil Analisis Regresi Fungsi Produksi Usahatani Paprika Hidroponik dengan Metode OLS Setelah Menghilangkan Variabel Bebas Benih dan Dummy Status Petani The regression equation is ln Produksi (Y) = 3.03 + 0.262 ln Luas lahan (X1) + 0.342 ln Nutrisi (X3) + 0.270 ln Pestisida (X4) + 0.167 ln TK (X5)
Predictor Constant ln Luas lahan (X1) ln Nutrisi (X3) ln Pestisida (X4) ln TK (X5)
S = 0.188278
Coef 3.0316 0.2617 0.3424 0.26985 0.1673
R-Sq = 94.1%
SE Coef 0.4904 0.1141 0.1132 0.09886 0.1170
T 6.18 2.29 3.03 2.73 1.43
P 0.000 0.028 0.005 0.010 0.162
R-Sq(adj) = 93.4%
Analysis of Variance Source Regression Residual Error Total
DF 4 35 39
SS 19.6790 1.2407 20.9197
MS 4.9197 0.0354
F 138.79
P 0.000
VIF 7.3 6.7 7.7 4.7
Lampiran 6. Uji Normalitas dan Homoskedastisitas Fungsi Produksi Paprika Hidroponik Setelah Menghilangkan Variabel Bebas Benih dan Dummy Status Petani Normalitas Probability Plot of RESI3 Normal 99
Mean StDev N KS P-Value
95 90
-6.66134E-16 0.1784 40 0.076 >0.150
Percent
80 70 60 50 40 30 20 10 5
1
-0.50
-0.25
0.00 RESI3
0.25
0.50
Homoskedastisitas Residuals Versus the Fitted Values (response is ln Produksi (Y))
Standardized Residual
3
2
1
0
-1
-2 8.5
9.0
9.5
10.0 Fitted Value
10.5
11.0
11.5
Lampiran 7. Uji Skala Usahatani (Return to scale)
Hipotesis : H0 : Σ bi = 1 (Constant Return to Scale) H1 : Σ bi ≠ 1 (tidak Constant Return to Scale) Uji statistik : F-hitung =
(1,25920 − 1,2407) / 1 1,2407 /(40 − 4)
= 0,54 F-tabel (1,35;0,05) = 4,17 Karena F-hitung < F-tabel (1,35;0,05), maka terima H0 berarti usahatani berada pada kondisi skala kenaikan hasil yang tetap (constant return to scale).