diaplikasikan pada tenlpat dan musim yang berbeda, dengan syarat adanya asumsi-asumsi yang hams dipenuhi (Sulistiono, 2005) 1.2. Tujuan penelitian adalah Tujuan dari penelitian ini mensimulasikan hubungan antara keadaan cuaca di suatu daerah terhadap pertunibuhan dan perkembangan tanaman kentang dan juga pengaluhnya terhadap peiiyakit hawar daun kentang (Pliylophthora irfesmns). 1.3. Manfaat Penelitian
Ada beberapa manfaat yalig dapat diambil dari 11asil penelitian ini antara lain : 1. Resiko kerugian yang diderita petani akibat w a h tanam yang kurang tepat dapat dikurangi. 2. Efisiensi biaya pembelian fungisida dapat dilakukan karena petani dapat memprediksikan kapan penyakit dapat menyerang tanaman mereka. 11. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tanaman Kentang Secara taksonomi tanaman kentang dapat diklasifikasikan sebagai berikut : - Kingdom : Plantae - Divisi : Spern~atophyta - Subdivisi :Angiosperntae - Kelas : Dicotiledonae - Family : Solonaceae - Genus : so la nun^ - Spesies : Solal~umtuberosuln L. Tanaman ini berasal dari daerah Amerika Selatan, lalu diintroduksi ke wilayah Eropa pada abad ke -16, sedangka~ike wilayah asia bar11 pada abad ke-17. Menurut Sunarjono (1975), saat masuknya tanaman kentang di Indonesia tidak diketaliui dengan pasti, tetapi pada tahun 1794 tanamall kentang ditemukan telah ditanam di sekitar Cisarua (Kabupaten Bandung), dan pada taliun IS1 1 tanaman kentang telali tersebar luas di Indonesia, terutama di daerah-daerali pegoiinngati di Aceh, Tanah Karo, Su~ilatel-a Ba~at,Bengkulu, Suniatera Selatan, Minaliasa, Bali, dan Flores. Di pulau Jawa daerah-daerah pertanaman kentang berpusat di Pengalensan, Len~bang,dan Pacet (Jawa Barat), Wonosobo d a t ~Tawangmangu (Jawa Tengah), serta Batu dan Tengger (Tawa Timur).
2.1.1. Syarat Tunibuh 1. Ketinggian tempat Secara unrutn tanam;lii kentang termasuk tanaman yang dapat tum1)uh di daerah tropika dan subtropika (Ewing dali Keller, 1982). Tanaman ini dapat tumbul~pada ketinggian 500 sampai 3000 ni di atas pennukaan laut, dan yang terbaik pada ketinggian 1300 m di atas permukaan laut. Tanaman ini termasiik taliaman be~umurpendek dengan kisaran 85-180 hari. 2. Jenis Tauall
Kentang dapat tumbuh baik pada tanah yang subur, mempunyai drainasa yang baik, tanah liat yang gembur, debu atau debu be~pasir,dan jellis tanah yang paling cocok unluk tanaman ini ialah andosol. Tanaman iui tole>-anterhadap pH pada selang yang cukup luas, yaitu 4,5 sampai 8,0, tetapi u n h ~ k peitumbuhan yang baik dan ketersediaan unsur hara, pII yang baik adalah 5,O sampai 6,5. Menurut -4sandlii dan Gunadi (1989, diacu dalam Nurmayulis 2005), tanaman kentang yang dita~iampad;^ pH h a n g dari 5,O akan mengliasilka~lumbi yang bermutu kurang bagus. Di daerah-daerah yang akan ditanam kentang yang menitnbulka~i masalah penyakit kudis, pH tanali diturunlcan menjadi 5,O sampai 5,2. 3. ICeadaan Cuaca
a. Suhu dnn Kelembabao Pertumbuhan tanaman kctitang sangat dipengaruhi oleh keadaan cuaca. Tanaman kentang tumbuh bait pada lingkungan dengan suhu rendah, yaitu 15 sampai 20UC,cukup si~iar matahari, dan kelembaban udara 80% sampai 90 % (Sunarjono, 2007). Suhu yang dibutuliknn oleli tanaman ini berbeda untuk tiap periode pertumbuhannya. Pada periode vegetatif, tanalnali ini memerlukan suhu antara 12 - 16 'C. Sed;tngkan pada periode selanjuh~ya antara 19 - 21 OC (Anonimous 1997). b. Cul.ali I-Injan Curali huja~iyang dibutuhkan adalali sekitar 300 n ~ d b ~ ~atau l a n 1000 1nlnlta11ttn( Sulistiono 2005). Apabila cura11 hujan terlalu tiiiggi, linibi tana~nanakan nii~daliterserang penyakit, karcna tanah me~ijadijenuh ail-. Untiik mcngatasi ha1 ini tentu diperlukan sistem drainase yang baik asar tanali tidak menjadi terlalu jenuh air.
c. Kandur~ganair Tanali Seperti pada suhu, kandungan air tanah yang dibutuhkan untuk tiap periode perturnhuban tanaman berbeda-beda, pada fase awal hingga tumbuh tunas, kandungan air yang dibutuhkan herkisar antara 70-80%. Pada fase pengisian umhi kandungan air yang dihutuhkan antara 7585% dan pada fase pematangan kebutuhan air berkisar antara 80-90% (Sulistiono, 2005). 2.1.2. Morfologi tanaman kentang
a. Dann Daunnya majemuk menempel di satu tangkai (rachis) jumlah helai daun umumnya ganjil, saling berhadapan, dan di antara pasang daun terdapat pasangan daun kecil seperti telinga, yang disebut daun sela. Pada pangkal tangkai daun majemuk terdapat sepasang daun kecil yang disebut daun penumpu (stipz~lae). Tangkai lembar daun @etioltrs) sangat pendek dan seolah-olah duduk. Warna daun hjau muda sampai hijau gelap dan tertutup bulu-bulu halus.
c. Umbi Umbi terhentuk dari ujung stolon yang membengkak. Umbi kentang melupakan gudang makanan yang terdiri dari karbohidrat, protein, dan mineral yang merupakan hasil fotosintesis. Pada bagian ujung umbi (nose) terdapat banyak mata yang bersisik, sedangkan pada bagian pangkal (heel) atau tangkai umbi tidak ada matanya. Mata umbi tersebut dapat tumbuh menjadi tananian baru. Satu mata umbi bisa menrhasilkan satu hatana utama atau lebih.
Gamhar 2. Daun kentang b. Batang Batang kentang kecil, lunak, dan bagiau dalamnya berlubang serta bergabus. Bentulinya persegi dan tertutup dilapisi hulu-bulu halus. Batang yang muncul dari mata umbi ini berwarna hijau kemerahan dan bercabang samping. Pada dasar batang utama akan tumbuh menjadi tanaman barn. Dengan demikian, stolon mempakan perpanjangan dari batang. Dengan kata lain umhi kentang merupakan batang yang membesar, sementara itu akamya bercahang membentuk akar rambut yang berhngsi menyerap bara makanan dari dalam tanah.
d. Buah Buah kentang terdapat dalam tandan, berbentuk bulat, dengan ukuran sebesar kelereng, ketika muda benvarna hijau, setelah tua bernbah wnma menjadi hitam. Tiap buah berisi lebih dari 500 biji benvarna putih kekuningan, tanatnan kentang akan mati setelah berbunga dan berbuah.
tepung sari. Sewaktu tepung sari matang, putiknya telah layu sehingga tidak reseptif. Oleh karena itu, bisa tejadi penyerbukan silang dengan tepung sari dari bunga lain atau tanaman lain. Bertindak sebagai penyerbuknya adalah lebah madu (Apis indica) yang memberi madu pada bunga mekar. Pada usaha tani kentang adanya pembungaan dapat menghambat pembentukan umbi, kaena itu hunaa vane
Gnmbar 5. Builh kentang e. Bunga Bentuknya menyerupai terompet dan muncul pada ujung cabang. Kelopak bunga benvarna hijau dan berjumlah 5 helai, mahkotanya melehar dan bercanggap lima sehingga menyerupai bintang, wamanya hervariasi putih, merah, atau u n y . Wama hunga herkorelasi positif (cocok) dengan warna hatang dan kulit umbinya. Bunga kentang termasuk bunga sempurna (hernzaphrodit) atau berumah satu (inoiroceus), yakni memiliki organ jantan dan betina, seperangkat organ jantan ini ini disebut stamen atau androecium. Sementara seperangkat organ betina yang terdiri dari kepala putik (stigma), tangkai putik (sfylltrs) yang~panjang,din bakai buah (ovmizinz) disebut pistillum atau gynoecium. Jumlah henang sari 5 buah dengan tepung sari terdapat dalam kantong (nrrfltera) yang berbentuk gada atau bulat panjang. Kantung tersehut terdiii dari dua mans (locus), hertangkai pendek yang melekat pada dasar bakal buah. Dalam bakal buah terdapat 500 bakal biji (ol~~ilum). Kedudukan benang sari umumnya lebih rendah daripada putiknya, tetapi adapula yang lebih tinggi atau sama tinggi dengan putiknya. Hal ini yang memungkinkan hunganya menyerbuk sendiri (self pollirratioiz) atau menyerbuk silang (self incontpalible). Bunga akan menyerbuk sendiri hila kedudukan benang sari lebih tingi dari putiknya. Sebaliknya bila kedudukan benang sari lebih rendah dari putik maka akan terjadi penerbukan silang. Besarnya tingkat penyerbukan sendiri diduga mencapai 30%. Tepung sarinya kering, sehingga mudah terhambur keluar apabila telah matang. Pada bunga kentang, organ kelamin betina atau putiknya lebih cepat matang (resepfij')dari pada
2.1.3. Pertumbul~anTnnaman Kentang
Menurut Beukema dan van der Zaag (1979 diacu dalam Sulistiono 2005), pertumbuhan tanaman kentang dapat dihagi menjadi tiga fase, yaitu (1) fase pertumbuhan tunas @reemergence-ernergeuce), (2) fase pertumbuhan brangkasan (halrlnr growth), dan (3) fase pertumbuhan umbi (Ilrber growllz). Pada fase pertumbuhan tunas @reemergence), tunas dapat tumbuh, baik di dalam luangan penyimpanan maupun di lapangan, dengan atau tanpa cahaya matahari. Moorby dan Milthorpe (1975) menyatakan bahwa setelah umbi mengakhiri masa dormansi, tunas mulai tumbuh. Laju pertumbuhan tunas bergantung pada suhu dan kelembaban. Pada suhu tinggi tunas tumbuh lebih cepat sehingga tanaman tumhuh lebih awal di atas permukaan tanah. Jika kondisi tanah kering, umbi kehilangan hobot sehingga tunas tumbub lebib lambat. Umbi yang diynakan sebagai bibit adalah umbi yang telah keluar tiinas sepanjang 1 cm. Tunas apikal yang telah tumbub lebih dari 3 cm biasanya dibuang sebelum umbi ditanam untuk menghilangkan dominansi apikal dan memacu
pertumbuhan tunas lateral. agar pemmbuhan tanaman lebih seragam. Pembuangan tunas apikal tidak berpengaruh terhadap luas daun dan bahan kering tanaman, tetapi akan mempengmhi saat munculnya tanaman di atas pemukaan .tanah . w o o d y .dan Milthrope, 1975). Tuoas a p h l akan tumhuh lebih awl yang selanjutnyadiikuti. oleh pemmbuhan tunaslateral. Pase peaumbuhan brangkaan i seluluh organ tanamaa (liatd~~z grmvih) dimulai' sejak .dam pertama terbuka di . a m pennukaan tanah sampai tercapai bobot k e r i g maksimum. Sejak dim pertama terbulia. kegiatan fotosintesis dimulai sehingga peran m b j iudllk .sebag,ai pemasok karhohidnt dalam pemmbuhan tawman sedikir demi s e d i i t berkurang dan. akhimya tidak berfunysi sama sekali (Beukema dan van der Zaag, W m ) Pada ffise pertumbuhan umbi (trrber gmvtlr) terjadipenaingan yang kuat antam utnbi dengan bayan atas tanaman .(shoot) yang sama-sama tumbuh dan sama-sama berpemn sebagai penenma (siizli). Persaingan itu berhenti setelah pemmbuhan brangkasan mencapai maksimum d a r hanya umbi- yang berfungsi sebagaipenetima, sedangkan brangkasan berubah menjadi somber (Bbnkema dan van der Zaag, 1979) 2.2. ftnvar Dam Kertta~ip
Hawar daun kentaly (late-blile) mempakan sdah satu penyakit terpenting pada tanaman kentang. Penyakit ini diduga berasal dari pegunungan Andes di daerah Amerika Selatan lalu nlasuk ke wilayah perhiau di An~erikadan m e l m hingga kc Eropa. Penyakit. in$ mula? menyerang tanaman kentang sejak mulai dibudidayakan pada tahun 1794 (Semangun, 1996) Pads tahun 11845-1860 tejadi gaga1 panen besar-besaran di Irlandia karena penyakit hawar daun sehingga terjadi bencana kelapamn yang menewaskan lebmh dari satu juta orang. JumIah tersebut merupakan seperdelapm penduduk Irlandia pada waktu i h , (Semangun, 1996). Kerugian karena hawar daun kentang dewasa ini ditaksir sekitar YO% untuk seluruh dunja, yang h e r d hjlangnya sekjtar 30 juta ton umbi kentang setiap tahun (Semangun, 1996) Di Indonesia hawar dann mulai menjangkiti kentang pada tahun 193511936, Penyakit ini menyebar cepat di daerah l a w , diduga penyakit i n ! terbawa oleh bibit kentang yang diimpor dari
Beta%&(Thumlg 1947, diacu dalat~lSetnanguri 19%). Penyakit ini dapat menghancurkan bagian tamman, terutama bagian daun. Kerusakan pada bagian daun dapat mencapsi 100%.pada infeksi yang berat, lnokulum yang diproduksi pada ba@m daun dapu. mayebiu den@ cepat, ke organ lubuh lainnya, seperti batang d m u~nbi. K e r u ~ m lyang .diakibatkan oleh penyakit ini terbadap tanman kentang adalah tejadinya pengurangan. &mli fotosinlesis. pada &aun sehingp pasokau produksi makanan untuk tanaman akan terganggu, akibatnya proses p e m b u h a n . tanaman akan ikut terganggu sehiigga produksi umbi tanaman akan berkurang,. bahkan padl beberapa kasus tanaman menjadi. kerdil: dm. mati (Semangun, 1996) 2.2.1. Gejafapenyakit
Gejala awal dari penyakit ini adalah terdapat bercak-hercak nekratii (busuk yang semaErin lebar)' pada tepi dan ujungny, pada keadaan cuaea dimana suhu tidak terlalu rendah dan kelembaban cukup tinggi bercak-bercak tadi akan menyebar dengan cepar ke seluruh bagian dam, sehisgga dane yang terserang akan segera mati. Apabila cuaca seperti ini berlangsung cuknp- lama maka seluruh bagian tanaman akan segem mati, apabila keada&nya c u h p kering bercak pada hnaman mmsebui akan segera menbering d m tidak meluas. Pada umumnnya gejala penyakit ini akm terlihat pada tanaman ketika tanamai herumur lebih dari satu bulan; meskipun terkadang gejala terlihat ketika umur tammail 21 tmi(AbJdi 2003) Pada cutim ymg lemb;rb pada sisi bawah daun yang sakit ierdayat lapisan kelabu tipis yang terdiri dari konidiofor dan konidium cendawm (Semanpn, 1996). Cendawan jug% terkadang menyerang bagian umbi kentang, pada keaadan optimum bagi pemmbuhan cendawan, bercak pnda umbi akun mengendap Jan masuk s e d a h 3 -6 mu1 pada umbi, bercak ini biasanya berwama coklat alau hitam ungu dan bagian umbi yang terserang akan meniadi Lunak. Bagian umbi yang terserang dapat merupakan bagian-bagiru~ kecil namun dapat juga merupnkan snh! bngian yang l u s ppada umbi. Gejala pembusukan pada umbi biasanya terlihat ketika umbi digali d m akan tampak lebih jelas ketika umbi disimpan, apabila keadaan lingkungan menduknng, umbi &an mengalami pembusukan totarsebelum di gali
tanaman kentang 2.2.2. Penyebab Penyakit Penyakit hawar daun kentang disebabkan oleh patogen Phytoplhora itfestans, patogen ini berupa cendawan yang memiliki miselium interseluler, tidak bersekat, memiliki banyak haustorium (alat penetrasi). Konidiofor keluar dari mulut kulit, berkumpul 1-5, dengan percabangan simpodial (seperti hifa pada umumnya), memiliki bengkakan-bengkakan yang khas. Konidium berbentuk buah per. Dengan ukuran 22-32 x 16-24 pm, berinti banyak, 7-32 (benang) b m , atau secara tidak langsung dengan membentuk spora kembara, konidium (kotak spora) dapat pula disebut sebagai sporangium atau zoosporangium (Semangun, 1996). Cendawan dapat membentuk oospora meskipun agak jarang. Secara taksonomi cendawan ini dapat dikategorikan sebagai berikut - Domain : Eukatyota - Kingdom : Chromalveolafa - Kelas : Ootnycetes - Family : Pylrtiaceae - Genus : Phpophthora - Spesies : Phytoplhora hzjestans. Cendawan ini diketahui memiliki beberapa ras fisiologi, menurut Suhardi (1979, diacu dalam Semangun 1996), di kebun percobaan Segunung, Cipanas, Jawa Barat terdapat ras 0, 1, 2, 1.2, 1.3, 1.2.3, dan 5 dan ditempat lain ditemukan pula ras yang berbeda, Namun pada penelitian ini tidak dibahas mengenai ras-ras penyakit tersebut.
permukaan daun tlmaman kentang Sumber: ASPB (2008) 2.2.3. Daur Penyakit
i
~
I
I ( , 1 1
Phytop/~t/~orn it?festat?s dapat mempertahankan diri dari musim kemusim dalam umbi yang telah terinfeksi, apabila umbi tersebut ditanam kembali maka cendawan dapat menaiki tunas muda yang baru tumbuh dan membentuk banyak konidium atau sporangium disini, pada umbi yang dibuang karena diketahui telah terinfeksi dan pada keadaan tumbuh optimal umbi-umbi tersebut akan tumbuh sehingga cendawan akan kembali membentuk konidium dan menyerang tanaman sebat, namun di daerah Indonesia sangat jarang terjadi cendawan PlzyfopI7rhoi~ainfestatls menyerang bagian umbi kentang. Konidium yang telah I terbentuk pada tunas yang terinfeksi akan I disebarkan dengan perantara angin, sehingga penyakit ini dapat n~enyebar hingga radius I ratusan kilometer, gambar berikut menjelaskan daur hidup patogen Phylophthora i~?fesIar~s
1
1 1
Pengaruk Lingkuugan penyebaran penyakit 2U.
TeAdap
Menurut Abadi (2003); lingkungan memiliki peran yang penting dalam proses pemmbuhan dan perkembangan tanaman, h i t u pula halnya dengan penyebarm penyakit. Kondisi Iingkungan yang mendubng akan membuat penyebaran penyakit pa& tanaman akan menyebar dengan cepat, begitupun sebaliknya apabiIa kondisi. lingknngan. lid&. mendukung maka penyakit tanaman tidak akan menyebar, seliimgga kerugian yang diderita akibat penyakit tersebut tidakterlalu mengkhawatirkan. Pada umumnya pembentukan din perkecambahan. konidium Phytophll~ora inj~~~i0n.r sangat dipengsmhi. deb. kcfernhaban dan suhu, dan ywg paling berpengamh adalah kelembaban.. Pada kondisi. kering konidium biasanya akan mat? dafam waktu 1-2 jam, sedangkan pada kelembaban 5U-80% biasanya akan bertahan h i n g a 3-6 jam saja Pada suhu 10-25"C, katau ada air konidium &an membentuk spora kembara dalam waktu %-2 jam, clan s p a n kembara iai &an. membenlnk pembuhh kecambah dalam wrrktu 2-2 %j m . Perkembkngan bercak pada daun sangat cepat tejadi pada kondisi dimana suhu lingkungan berkisar antara 18-20°C, sedangkan padz mhu->30QCperkembangan cend~wan&an terhan~bat. Oleh kmena itu untuk tanaman kentang &tamrendah (5 500 mdpl} penyakit ini bukarr merupakan masalah. Berikut ini adalah -grafik fluktuasi serangsn hawar daun kentang mhrk s e l d wilayah pemnian kentan2 di Indonesia
sub- sistemf yang. terdtur sehingga karalTer atau proses yang tejadi didalamnya dapat digambarkan secara jelas yang menjadi dasar pembriatan modelnya @&ndoko,1996). Dalam perkernbangannya model dspat dipilah dengan beberapa cam, yaitu model fisik dan mental, deskriptif d m iwmik, m l i i dan m W t & , dinamik dan statik, detenninistik dan stokastik, dan deslcriptif .dm numeik. Model yang dibuat pada penelitian ini addah model numedk diimana pengolahan data input dilakukan dengan perhitungan matematis sel~ingga didapatkan autput yangdiinginkan 2.3.1. Perhitungan Mntem:~tisPada Model
P e n d u e a n Hari Infeksi Pendugaan hari pertama terjadinya infeksi didasarkao pada beberapa kondisi Jingkungan yang mendukung, terjadinya infeksi penyakit pada tanaman.. Ada beberapa pendapat yang dikemukakan untuk menentukan hari pertama tejadibya infeksi penyakit bawar daun pada kentang Van E v e r d i n ~ n (1933, diacu dalam Sulistiono 2005) menyatakan bahwa infeksi akan terjadi bila syarat-syarar berikut terpenuhi - Malam hari berembun minim;rl4 jam - Suhu minimum > 10°C - Penurnpan awarr > 80% sepanjang.hari - Curah hujan 5 0,l mm sebelum emhun matam hari Menurut Bourke(1953) : - Terdapat periode 12 jam dimana suhu > 10°C d m kebasal~andaun pada RH >90% selama4jam Kebasahan daun pada RW < 90% seliilna 16 jam Menuntt Beaumont (1947) : - Gejala epidemik nasnpak 7-21 hari kemudiatl bilasuhu->lO°C minimal 48 jam - RH minimal berad'pada kisaran 75% E/IenunrtFoeund (1983) : Suhu maksimum henda padn kisaran 17-
-
-
24°C
2.3. Model Secara singkat model dapat d~defin~s~kan sebagi penyederhanaan dari sebuah sistem. sebagai implikasi dan pengertian itu adalnh iidak semua proses di dalam harus dijelaskan dengan model yang menggambarkann.ya. Definisi dari yaitu gali~baransuatu atau beherapa proses (beberapa
-
-
Sul~uminimum 2 iO°C RH sebesar? 75% selama 12 jam Curah hujan mlnlmal0,I nlm
ThermnlUnit Menunit K i n k (1 99 1. dkcu dalalu Hall 1995) sistem derajat hari (l>cgree Day) atau waktu thermal unit (Daily T!~erfna/U r ~ i f ) telah digunakan untuk simulasi semua proses peaumbuhan kecuali indgksi fotoperiode.
Waktu thermal unit dalam model yang dikembangkan oleh Kiniry menggunakarl suhu dasar 8 OC untuk sebagian besar tanaman. Pada suhu 34 OC pertumbuhan tanaman akan maksimum, sedaugkan di atas 34 OC pertumbuhan menurun secara linear hingga pertumbuhan terhenti pada suhu 44 OC. Laju perkembangan tanaman terjadi apabila suhu rata-rata harian melebihi suhu dasar tanaman. Thermal unit digunakan untuk menduga waktu yang dibutuhkan tanaman untuk ~nencapai suatu fase perkembangannya, persamaan yang digunakan adalah
TU =t(T-To) Dimana :
TU =Thermal Unit t T To
= fase perkembangan tanaman = Suhu rata-rata harian = Suhu dasar tanaman, ditentukan 7'C
menurut Delden 2001 Menurut Baharsyah (1991, diacu dalam Bey 1991), konsep degree day ini memiliki beberapa kelemahan, antara lain adanya perbedaan suhu minimum untuk berbagai tahap pertumbuhan, dan tidak mempertimbangkan variasi kisaran suhu diurnal yang sering menentukan dalam pertumbuhan tanaman daripada suhu rataan. Walupun tnasih banyak kelemahan dari konsep ini, penggunaannya telah banyak diterapkan pada bidang pertanian, terutama untuk pemuliaan tanaman Biomassa Biomassa tanaman adalah berat kering total tanaman, Biomassa digunakan untuk melihat kemampuan tumbuh dan bertahan tanaman, persamaan yang digunakan adalah
Bb =sQi= ~ ( 1 e- - " L D ) ~ , Diniana : = Produksi Biomassa (Kg h d ' d'2) Bb c = Efisiensi pengunaan radiasi ~natahari,ditentukan sebesar 0,0014 ~ t gM J - I = Radiasi yang sampai di alas tajuk Q0 (MJI~.') = Radiasi yang diserap (M~rn.') (3 k = ICoefisien pemadarnall sebesar 0.35 (Sulistiono, 2005) ILD = Indeks luas daun
Gambar I I. Diagram perkembangan bercak infeksi pada daun tanaman kentang Sumber:Powell ( 2002) Gambar diatas menjelaskan perkembangan bercak infeksi pada daun. Lokasi llifa terjauh pada bercak diga~llbarltan sebagai lingkaran dengan wama lebih gelap, tepi dari bagian bercak yang terlillat adalah daerah sporulasi, diindikasikan diatas diantara lingkaran tebal yang muncul dari per~nnkaan daun lima hari setelah infeksi oleh hifa dan memproduksi badan sporulasi. Pada daer,%hradial dibelakang daerah sporulasi merupakan bagian daun lain yang diperkirakan akan terkena infeksipada beberapa waktu berltutnya, pertumbuhan maksimum bercak harian uutuk penyakit hawar daun kentang diperitirakan sebesar 4mmlhari. Pertamballan luas bercak pada daun dipengaruhi oleh keadaan lingkungan, pada keadaan yang mendukung, luas bercak penyakit akan sangat pesat perkembanga~mya, bahkan dapat membunuh tanaman kentang hanya dalam dua hingga tiga hari saja.
3.1
Walctu dan Ternpat
Penelitian dilakukan rnulai bulan April 2006 sampai dengan Agllstus 2006. Pengotahan data dilakukan di Laboratorium Agro~neteorologi Departemen Geofisika dan Meteorologi.
Data cuaca harian sclama masa tanan\ dari beberapa daerah observasi. Berupa data radiasi surya, corah hujan, suho rata-rata .harian, suhu ~ninimum,suhu tnaksitnum, suhu titik embun dan RH