االخاص (Khusus) A. Pengertian lafal Khash (khusus) Lafal khash adalah lafal yang menunjuk pada satu individu seperti muhammad, atau menunjuk pada satu jenis seperti ( رج لlaki-laki), atau menunjuk pada beberapa individu yang terbatas seperti عشلةsepuluh, مائل seratus, قومkaum, فةيقgrup, dan lain-lain yang tidak mencakup semua unsur. B. Hukum lafal khash Ulama sepakat bahwa lafal khash menunjuk pada makna yang ditunjuk secara pasti selama tidak ada dalil yang menghendaki makna lain. Misalnya : لَا يُؤَ ا ِخ ُذ ُك ُم ا َّلل ُه ِبا َّلل ِغ ِو فِي َأِيمَااِِ ُل ِم ََللِا ِ ُيؤَاخِا ُذ ُك ِم ِبمَاا دَتَّا ُُِا ُم اِلَِيمَاا ََ َفلََُّا َاُا ُه ِم ِ َااُ َدشَاََِِ َََااِك َ َِا ِ أََََِا ِ ََاا .. ٍاُطِِمُوََ أَهِلِي ُلمِ أََِ ِكَِوَُاُهمِ أََِ اَحِ َِيَُ َقَبَةٍ فَمَ ِ َلمِ يَجُِِ فَصِيَاُ ثَلَاثَةِ َأيَّا Artinya: Allah tidak menghukum kamu disebabkan sumpah-sumpahmu yang tidak dimaksud (untuk bersumpah), tetapi Dia menghukum kamu disebabkan sumpah-sumpah yang kamu sengaja, maka kaffarat (melanggar) sumpah itu, ialah memberi makan sepuluh orang miskin, yaitu dari makanan yang biasa kamu berikan kepada keluargamu, atau memberi pakaian kepada mereka atau memerdekakan seorang budak. Barangsiapa tidak sanggup melakukan yang demikian, maka kaffaratnya puasa selama tiga hari. (Q.S.AlMaidah (5) : 89). Pada kedua angka di atas bermakna jelas, yang wajib tidak lebih dan tidak kurang dari yang diterntukan. C. Macam-macam lafal Khash Lafal Khash itu ada yang tidak diberi batasan (mutlaq), dan ada pula yang diberi batasan (muqayyad). Secara bahasa lafal mutlaq ( ) مطلقberarti bebas tanpa ikatan Menurut istilah ushul fiqh lafal mutlaq ( ) مطلadalah lafal yang menunjuk pada satuan tanpa dibatasi seperti ( مصريmishriy=orang mesir), dan ( يجرrajulun=orang laki-laki). Lafal muqayyad ( )مقيقsecara bahasa berarti terikat. Menurut istilah ushul fiqh lafal muqayyad adalah lafal yang menunjuk pada satuan yang dibatasi secara bahasa dengan suatu ketentuan. Misalnya ( يجر ملرlaki-laki muslim), ( مصي يشيدorang mesir yang cerdas). 1. Hukum lafal Mutlaq Lafal mutlaq harus dipahami secara mutlaq selama tidak ada dalil yang membatasinya. Contoh ( = أَ ْو َتحْ ِييري َي ََ ََرatau memerdekakan budak) pada (Q.S.Al-Maidah (5) : 89). Kata َي ََ ََرpada ayat itu mutlaq, tidak dibedakan antara budak yang muslim atau kafir. Dengan demikin, orang yang melanggar sumpah boleh memerdekakan budak yang muslim atau kafir.
1
Jika ada dalil yang membatasi lafal mutlaq, maka lafal mutlaq itu berubah menjadi lafal muqayyad. Misalnya ayat : (ْ مِرْْ ََْْ ر ِد َوصِ ري يوصِ ر َِ َهرا أَ ْو دَ يْر: … sesudah dipenuhi wasiat yang ia buat atau (dan) sesudah dibayar hutangnya…Q.S.An-Nisa' (4): 11). Wasiat dalam ayat itu mutlak, tidak dibatasi jumlahnya. Kemudian jumlah wasiat dibatasi maksimal sepertiga oleh sabda Nabi SAW kepada Saad bin Abi Waqash, yaitu: َا... ِم َأ ِنِييَاا َخ َخيِا َْ َِا ِ َأ َِ اَا َُ َدُه ِم َدالَا ّة َيَل ََُُُّاوََ اليَّااََ فِاي َأيِاُِيِهم َ م َأ َِ اَا ََُ ََ ََثََا َ َِّث َكِث ْري ِم ُ ث ََا ُّلثُل ُ َفا ُّلثُل... .7352 : البخا ي Artinya: …sepertiga, dan sepertiga itu banyak. Anda meninggalkan ahli warismu dalam keadaan kaya lebih baik dari pada meninggalkan mereka dalam keadaan fakir yang menadahkan tangan meminta-minta pada orang lain. (H.R.Al-Bukhari, no 2537). 2. Hukum Lafal Muqayyad Lafal Muqayyad harus dipahami sebagai lafal muqayyad (dibatasi) selama tidak ada dalil yang menghilangkan batasannya. Seperti dalam ayat tentang zihar: )5 ََالَّ ِذي َ يُظَاهََََُِ َِ ََِِِاِئِهمِ ثُمَّ يَ ُودَََُلِمَا قَالُوا فََحِ َِيَُ َقَبَةٍ َِ ِ قَبِلِ أََِ يََمَاََّا ذَِللُا ِم اُو َدظُاو ََ بِاِه ََاللَّا ُه ِبمَاا َا ِ َملُاو ََ خَاِب ْري ََِ َ ََِِالِييّا ذَلِامَلَُِ ِؤَِيُاوا بِاللَّاهِ ََ ََُاولِهِ ََاِلِام َِّ ُشهِ ََيِ ِ ََََُابِ َيِ ِ َِ ِ قَبِلِ أََِ يََمَاََّا فَمَ ِ َلمِ َيََِطِعِ فَإِ ِ َا َ ُفَمَ ِ َلمِ يَجُِِ فَصِيَا )4 ْحَُُُدُ اللَّهِ ََلِلِلَافِ َِي َ دَذَابْ أَلِيم Artinya: Orang-orang yang menzhihar isteri mereka, kemudian mereka hendak menarik kembali apa yang mereka ucapkan, maka (wajib atasnya) memerdekakan seorang budak sebelum kedua suami isteri itu bercampur. Demikianlah yang diajarkan kepada kamu, dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. Barangsiapa yang tidak mendapatkan (budak), maka (wajib atasnya) berpuasa dua bulan berturut-turut sebelum keduanya bercampur. Maka siapa yang tidak kuasa (wajiblah atasnya) memberi makan enam puluh orang miskin. Demikianlah supaya kamu beriman kepada Allah dan Rasul-Nya. Dan itulah hukum-hukum Allah, dan bagi orang-orang kafir ada siksaan yang sangat pedih. (Q.S. Al-Mujadilah (58) : 3-4). Berdasarkan ayat di atas, maka suami yang menzihar isterinya (menyerupakan punggung isterinya dengan punggung ibunya, jika hendak kembali pada isterinya, sebelum meniduri isterinya wajib memerdekakan budak. Jika tidak dapat memerdekakan budak dia wajib berpuasa dua bulan berturut-turut, tidak boleh terputus-putus. Jika suatu lafal dalam satu nash mutlaq dan pada nash yang lain muqayyad, maka hukum lafal tersebut diatur sebagai berikut: 1. Jika lafal mutlaq dan muqayyad terdapat pada dua nash yang sama sebab dan hukumnya, maka semua ulama sepakat bahwa lafal mutlaq dibawa pada makna muqayyad. ...ِحمُ الِخِيِ ِزيَِ ََََا أُهِلَّلِغَيَِِ اللَّهِ بِه ِ ََُ َتِ دَلَيِ ُلمُ الِمَيَِةُ ََالَُُّ َل ِّ ح
2
Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi, (daging hewan) yang disembelih atas nama selain Allah…(Q.S.Al-Maidah (5): 3). َُاا ِدمٍ يَطِ َمُاهُ مِلَّاا أََِ يَلُاوََ َيََِاةّ أََِ َدَّاا ََِاُُوحّا أََِ لَحِامَ خِيِ ِزياٍَ فَِإَِّاه
َََّا دَلَا َّ قُلِ لَا َأجُُِ فِي ََا أَُحِيَ مِلَيَّ َُح
)543 َْتّا أُهِلَّلِغَيَِِ اللَّهِ بِهِ فَمَ ِ اضِطََُّ نَيََِ بَاغٍ ََلَا دَادٍ فَإََِّ َبَّمَ َنُُو ْ َحِيم ِ ِ ِجسْ أََِ ِف Katakanlah: "Tiadalah aku peroleh dalam wahyu yang diwahyukan kepadaku, sesuatu yang diharamkan bagi orang yang hendak memakannya, kecuali kalau makanan itu bangkai, atau darah yang mengalir atau daging babi --karena sesungguhnya semua itu kotor-- atau binatang yang disembelih atas nama selain Allah. Barangsiapa yang dalam keadaan terpaksa sedang dia tidak menginginkannya dan tidak (pula) melampaui batas, maka sesungguhnya Tuhanmu Maha Pengampun lagi Maha Penyayang". (Q.S.Al-An'am (6) : 145). Pada nash/teks pertama, darah yang diharamkan tidak dibedakan antara yang mengalir dan tidak mengalir. Sedangkan pada nash kedua, darah yang diharamkan adalah darah yang mengalir. Hukum pada kedua nash sama, yakni haramnya memakan darah. Sebab pada kedua nash sama pula, yakni karena darah berbahaya. Ulama sepakat bahwa lafal mutlak (darah) pada nash pertama dibawa pada lafal muqayyad (darah yang mengalir) pada nash kedua. Dengan demikian, darah yang haram dimakan adalah darah yang mengalir. Darah yang tinggal dalam daging atau urat dibolehkan. 2. Jika lafal mutlaq dan muqayyad terdapat pada dua nash yang berbeda sebab dan hukumnya ulama sepakat bahwa lafal mutlaq tidak dibawa pada makna muqayyad, artinya dilaksanakan sendiri-sendiri. Misalnya: ِيَاَأُّيهَا الَّ ِذي َ خَا َيُوا ِمذَا قُمَُِمِ مِلَ الصَّلَاِِ فَا ِنَِلُوا َُجُوهَلُمِ َََأيِ ُِيَ ُلمِ مِلَ الِمَََافِق Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku,. … Q.S.AlMaidah (5): 6). )53 ََْالََّا ِقُ ََالََّا ِقَةُ فَاقِطَ ُوا َأيِ َُِيهُمَا جَزَاخّ بِمَا َكََبَا َِلَالّا َِ َ اللَّهِ ََاللَّهُ دَ ِزيزْ حَلِيم Laki-laki yang mencuri dan perempuan yang mencuri, potonglah tangan keduanya (sebagai) pembalasan bagi apa yang mereka kerjakan dan sebagai siksaan dari Allah. Dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (Q.S.Al-Maidah (5): 38). Kata Aidy/tangan pada kalimat pertama muqayyad, yakni hingga siku, sedangkan pada kalimat kedua mutlaq. Sebab pada ayat pertama karena bersuci hendak salat sedangkan sebab pada ayat kedua karena mencuri. Hukum pada ayat pertama adalah membasuh tangan sedangkan pada ayat kedua adalah memotong tangan. Dalam hal ini ulama sepakat bahwa lafal mutlaq tidak dibawa pada makna muqayyad. Dengan demikian hukum potong tangan tidak sampai siku. 3. Jika lafal mutlaq dan muqayyad terdapat pada dua nash yang sama sababnya namun beda hukumnya, ulama berbeda pendapat. Misalnya:
3
َيَاَأُّيهَا الَّ ِذي َ خَا َيُوا ِمذَا قُمَُِمِ مِلَ الصَّلَاِِ فَا ِنَِلُوا َُجُوهَ ُلمِ َََأيِ ُِيَ ُلمِ مِلَ الِمَََافِقِ ََاَََِحُوا بِ َُخََُِ ُلمِ ََأَ ِجُلَ ُلمِ مِل ِاِل َل َِبِي ِ ََِم َِ ُكِيَُ ِم ُجُيبّا فَا ََّّهََُا ََِم َِ ُكيِاَُ ِم َ َِضَا َأ َِ َدلَا ََا َُ ٍَ َأ َِ جَاا َخ َأحَا ُْ َِاِي ُل ِم َِا َ الِغَاائِ ِ أََِ لَاََِاَُمُ ا ِّليََااخَ فَلَام .... ُاَجَُُِا ََاخّ فََيَمَّمُوا صَِيُّا َيِّبّا فَاَََِحُوا بِ ُوجُوهِ ُلمِ َََأيِ ُِي ُلمِ َِيِه
Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki, dan jika kamu junub maka mandilah, dan jika kamu sakit atau dalam perjalanan atau kembali dari tempat buang air (kakus) atau menyentuh perempuan, lalu kamu tidak memperoleh air, maka bertayamumlah dengan tanah yang baik (bersih); sapulah mukamu dan tanganmu dengan tanah itu. … Q.S.Al-Maidah (5): 6). Kata Aidykum /tanganmu pada kalimat pertama muqayyad, yakni hingga siku, sedangkan pada kalimat kedua mutlaq. Sebab pada kalimat yang digarisbawahi pertama dan kedua sama, yakni bersuci untuk melaksanakan salat. Sedangkan hukum pada kedua kalimat berbeda. Pada kalimat pertama hukumnya kewajiban membasuh, sedangkan pada kalimat kedua adalah kewajiban mengusap. Menurut mazhab Hanafi dan Mayoritas malikiyah, lafal mutlaq tidak dibawa pada makna muqayyad. Dengan demikian, mengusap tangan tidak sampai siku, beda dengan wudhu. Menurut Mazhab Syafi'I, lafal mutlaq dibawa pada lafal muqayyad. Menurut mazhab Syafii, mengusap tangan hingga siku sebagaimana halnya membasuh tangan. 4. Jika lafal mutlaq dan muqayyad terdapat pada dua nash yang sama hukumnya namun beda sebabnya, ulama berbeda pendapat. Misalnya tentang hukum memerdekakan budak: ٍََ َ ِ قََلَ َُ ِؤَِيّا خَطََّ فََحِ َِيَُ َقَبَةٍ َُ ِؤََِية ….dan barangsiapa membunuh seorang mu'min karena tersalah (tidak sengaja) (hendaklah) ia memerdekakan seorang hamba sahaya yang beriman….(Q.S.An-Nisa' (4) : 92). … ٍََالَّ ِذي َ يُظَاهََََُِ َِ ََِِِاِئِهمِ ثُمَّ يَ ُودَََُلِمَا قَالُوا فََحِ َِيَُ َقَبَة Orang-orang yang menzhihar isteri mereka, kemudian mereka hendak menarik kembali apa yang mereka ucapkan, maka (wajib atasnya) memerdekakan seorang budak. (Q.S. Al-Mujadilah (58) : 3-4). Lafal raqabah pada ayat pertama muqayyad, yakni raqabah mukminah, sedangkan raqabah pada ayat kedua mutlak. Kedua ayat berbeda sebab, yakni sebab ayat pertama adalah menzihar isteri dan hendak kembali berhubungan seks dengannya, sedangkan sebab ayat kedua karena membunuh orang mukmin tidak sengaja. Menurut Hanafiyah dan mayoritas Malikiyah, lafal mutlaq tidak dibawa pada makna muqayyad. Orang
4
menzihar isterinya lalu hendak kembali berhubungan seks wajib memerdekakan budak, muslim atau non muslim sama saja. Menurut Syafiiyah dan Hanabilah, lafal mutlaq dibawa pada makna muqayyad. Maka orang yang menzihar isterinya wajib memerdekakan budak muslim jika hendak kembali berhubungan seks dengannya.
5