Universitas Paramadina Program Studi Ilmu Komunikasi
Judul : Penilaian Anggota Club Fitnes Tentang Daya Tarik Maskulinitas Iklan L-Men 2014 “Versi Basket” (Survei Pada Anggota Fitness First Oakwood Mega Kuningan, Jakarta Selatan). Nama : Karina Amelia Nim
: 209000294 ABSTRAK
Tujuan Penelitian: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar penilaian daya tarik maskulinitas pada iklan L-Men 2014 “Versi Basket”. Penilaian daya tarik ini diukur dari dimensi rasional, Tegar, Kuat, Mandiri, Tegas dan Dominan Metodologi Penelitian: Penelitian kuantitatif bersifat deskriptif. Peneliti menggunakan metode dengan teknik pengumpulan data melalui kuesioner berupa pertanyaan tertutup, serta melakukan purposive sampling. Populasi penelitian yaitu anggota Fitness First tahun 2013 sebanyak 100 orang. Skala yang digunakan peneliti adalah skala Likert. Teknik analisis dalam penelitian ini menggunakan Pearson’s Correlation dan Distribusi Frekuensi. Hasil Penelitian variabel daya tarik maskulinitas iklan L-Men 2014 versi “Bermain Basket” (X) dalam penelitian menunjukkan hasil sebanyak 74 responden (74%) dinyatakan tinggi. Kesimpulan Hasil dari penelitian secara keseluruhan menunjukkan sebagian besar responden berdasarkan total kategori jawaban daya tarik maskulinitas dalam iklan L-Men 2014 versi “Bermain Basket” adalah tinggi. Hasil penilaian responden ini didasarkan bahwa unsur-unsur daya tarik maskulintas yang terdapat dalam iklan L-Men 2014 versi “Bermain Basket” ditelevisi dikemas dengan baik dan menarik sehingga dapat menyampaikan pesan yang terdapat pada iklan L-Men 2014 versi “Bermain Basket. Saran yang meneliti harapkan, dapat menjadi referensi bagi penelitian lainnya yang sejenis terutama penelitian kuantitatif dan Peneliti berharap iklan L-Men selalu mempertahankan strategi dalam membuat iklan agar terlihat selalu menarik dan pesan yang ada pada iklan dapat diterima oleh khalayak permirsa.
Kata Kunci Daftar Pustaka
: Daya Tarik, Maskulinitas, Iklan L-Men 2014 versi “Bermain Basket” : 14 Buku (2000-2007), 1 Website
1
Pendahuluan Perkembangan dunia iklan pada era globalisasi ini sudah sangat bervariasi. Iklan pada umumnya digunakan oleh produsen untuk merangsang penjualan dan mengangkat citra perusahaan. Bahkan iklan dapat dipakai untuk menjelaskan perilaku perusahaan kepada konsumen dan khalayak nonkonsumen. Lebih jauh dapat dikatakan bahwa iklan dapat mempengaruhi opini publik. Persaingan dunia bisnis yang semakin ketat membuat pelaku pasar bersaing dalam menampilkan iklan produk andalannya untuk menyampaikan pesan iklan kepada khalayak langsung ke intinya. Dengan begitu dapat menempatkan target, segmentasi, serta positioning secara tepat dan efektif. Banyak cara yang digunakan oleh perusahaan agar dapat merebut pangsa pasar yang luas. Salah satunya adalah dengan menggunakan iklan, seperti: memasang poster-poster di tempat strategis, membuat iklan yang menarik serta penyampaian yang jelas lewat televisi, radio, majalah, surat kabar, dan lain-lain. Hal ini diperjelas oleh Darmadi Durianto (2003:2) dalam pernyataannya ”Kehidupan dunia modern saat ini sangat bergantung pada iklan”. Tanpa iklan, para produsen dan distributor tidak dapat menjual barangnya dalam maksimal. Sedangkan dari sisi lain, para pembeli tidak akan mempunyai cukup informasi mengenai produk –produk atau jasa yang tersedia dipasaran tanpa melalui iklan”. Kartajaya dalam bukunya (2006:9) menyatakan : Sedemikian pentingnya peran iklan, Stuart Ewen menyebutnya sebagai Captain Industry, yang mengamankan bagian pasar dengan cara mengorganisir dan mengontrol selera dan perilaku masyarakat. Roger Thomson mengatakan ”Marketing is a global language” kalimat tersebut memiliki alasan kuat untuk menyatakan bahwamarketing adalah bahasa global dan salah satu aplikasinya dapat diwujudkan melalui media periklanan. Seperti yang kita ketahui, proses komunikasi (penyampaian pesan atau informasi) bisa terjadi pada siapa saja, kapan saja dan dimana saja. Cara penyampaiannya pun juga bermacam–macam, mulai dari tatap muka, melalui surat, telepon atau media massa seperti radio, televisi bahkan internet sekalipun. Dari berbagai cara berkomunikasi yang ada, bentuk komunikasi yang melibatkan media massa dinilai cukup efektif jika dilihat dari proses penyampaiannya. Hal ini dikarenakan selain mampu menyampaikan pesan atau informasi dengan baik dan menyeluruh, media massa juga terbukti memiliki kekuatan untuk mempengaruhi khalayak. Menurut Wahyu Wibowo (2003:5) “Iklan atau periklanan di definisikan sebagai kegiatan berpromosi barang atau jasa melalui media massa yang menggunakan media. Iklan yang selalu mewarnai layar televisi semakin banyak dan beragam”. Sutisna (2003:275) menyatakan 2
Dari ratusan tampilan iklan di setiap media massa, baik televisi, radio, surat kabar, majalah ataupun media lainnya. Selalu menampilkan yang terbaik, meskipun terkadang kurang menarik atau bahkan sama sekali tidak membuat kita teringat akan iklan tersebut. Tampaknya iklan di percaya sebagai cara untuk mendongkrak penjualan oleh kebanyakan pengusaha yang mempunyai anggaran yang besar untuk kegiatan promosi. Iklan merupakan bentuk menyajian dan promosi mengenai suatu produk, jasa atau ide yang penyajiannya dan promosinya itu dilakukan dan dibayar oleh perusahaan. Iklan telah lama digunakan sebagai media untuk mengkomunikasikan kebutuhan membeli bagi konsumen atau menjual berbagi produk barang ataupun jasa. Iklan di pandang sebagai “senjata” yang ampuh bagi pengiklan memamerkan produknya. Dalam bukunya Lwin dan Aitchison (2005:79) “Televisi adalah sesuatu yang diperdagangkan, ini berarti bahwa upaya “menjual” dapat dilakukan dengan cara yang berbeda selain dengan cara menyisipkan sesuatu iklan pada jeda waktu tertentu”. Bagi perusahaan yang mampu mengiklankan produknya di televisi merupakan suatu prestige karena biasanya akan lebih mudah menjadi sangat dikenal orang. Ketika suatu produk diiklankan di televisi, pada waktu tertentu terjadi dimana potensial pembeli akan muncul di saat sedang berada di depan televisi. Televisi merupakan salah bentuk media yang sering digunakan untuk beriklan. Hal ini dikarenakan televisi memiliki keunggulan dibanding dengan media lain. Televisi mempunyai segmentasi pasar yang lebih luas daripada media cetak atau radio. Audience yang heterogen dan jangkauan yang luas membuat para pengiklan lebih tertarik menggunakan media ini. Selain itu televisi mempunyai perbedaan yang mendasar dibanding media lain, dimana televisi memadukan antara audio (seperti yang dinilai radio) dengan visual. Televisi dan iklan memiliki kolerasi timbal balik yang saling menguntungkan. Di satu sisi televisi sangat diuntungkan, karena melalui media televisi, produk yang diiklankan kan lebih cepat atau jauh lebih dikenal oleh khalayak, khususnya pemirsa televisi. Pengiklan juga dituntut untuk responsif dalam membaca situasi dan kondisi yang berkembang saat ini. Oleh karena itu pengiklan harus mampu mengemas iklan secara aktual dn bervariatif agar dapat menarik simpati khalayak. Beriklan di televisi sangatlah efektif karena media ini mempunyai khalayak yang luas, sehingga produk yang diiklankan memiliki daya jangkau yang luas pula. Berdasarkan hal tersebut diatas peneliti memutuskan untuk meneliti seberapa besar daya tarik maskulinitas yang terdapat pada iklan L-Men 2014 versi “Bermain Basket” di televisi, karena iklan L-Men memiliki kemasan iklan yang menarik di setiap versi iklannya. Target pasar L-Men adalah 3
pria muda yang mempunyai aktifitas yang padat dan membutuhkan nutrisi untuk membantu pembentukan badan yang ideal. Peneliti ingin mengetahui apakah anggota club Fitness dimana mayoritasnya adalah pria muda yang rajin berolahraga dan menginginkan mempunyai badan yang sehat dan ideal seperti pesan yang disampaikan pada iklan L-Men. Penggunaan media massa seperti televisi dalam memasarkan suatu produk sangat besar berpengaruh terhadap produk yang ditawarkan, hal tersebut disebabkan karena televisi banyak diminati khalayak. Suatu daya tarik iklan dalam televisi harus benar-benar menyampaikan pesan terhadap produk yang ditawarkan. Iklan L-Men selalu menampilkan maskulinitas laki-laki. Media telah berperan aktif dalam mengekspresikan langsung realitas sosial tentang laki-laki. Media juga telah melakukan penggambaran atas definisi laki– laki itu sendiri dalam wacana maskulinitas. Seperti dalam kehidupan social kerap kali maskulinitas digambarkan sebagai sikap yang memiliki kejantanan, baik berupa kepribadian maupun fisiknya. Dalam media diperlihatkan bahwa seseorang laki–laki dengan penekanan sikap-sikap diatas yang diterima di masyarakat luas dan sesuatu yang sepantasnya ada dalam di jati diri sebagai laki-laki. Nilai-nila maskulinitas laki-laki kini telah dijadikan komoditas dan telah disebarluaskan. “Maskulinitas identik dengan penggambaran fisik yang besar, agresif, prestatif, dominan-superior, asertif, dan dimitoskan sebagai pelindung: kuat, rasional, jantan, dan perkasa” (Widyatama,2006:6). Handoko yang menjelaskan “Wacana maskulinitas pemberani, tidak boleh cengeng, tidak boleh menangis, tidak boleh bersifat pengecut, adalah nilai-nilai dan
kode-kodesifat kejantanan yang identik dengan laki-laki. Laki-laki dapat dikatakan
maskulinjika laki-lakitersebut mempunyaisifatrasional, cerdas, pengambil keputusan yang baik, tegas dan perkasa” (Handoko, dalam jurnal Diskomvis, 2005). Dikutip dari buku Barker dan Nasir (2007:l) “Maskulinitas adalah imaji kejantanan, ketangkasan, keperkasaan, keberanian untuk menantang bahaya, keuletan, keteguhan hati, hingga keringat yang menetes, otot laki-laki yang menyembul atau bagian tubuh tertentu dari kekuatan daya tarik laki-laki”. Dari penjelasan tentang maskulinitas diatas, singkatnya maskulinitas dapat diartikan sebagai komoditas yang dipergunakan produsen dengan memberikan janji-janji sebuah solusi bahwa maskulinitas bagi laki-laki bisa didapatkan dari produk-produk yang mereka tawarkan. Hal ini terlihat pada iklan produk L-Men ditujukan untuk para pria yang berkeingingan mempunyai tubuh ideal (atletis). Di dalam susu L-Men terdapat kandungan-kandungan yang dapat membantu tubuh untuk membuat tubuh kita mendai ideal. PT. Nutrifood Indonesia 4
membuat berbagai versi iklan L-Men di televisi dengan target pasar adalah pria muda yang mempunyai aktifitas padat yang membutuhkan nutrisi untuk menyehatkan tubuh mereka. Dari setiap iklan L-men yang berdurasi 30 detik menggambarkan sosok pria yang aktif dan dinamis serta penyuka olahraga. Penggambaran daya tarik maskulinitas iklan L-Men versi “Bermain Basket” diperlihatkan dari setiap adegan yang memperlihatkan pria yang aktif, sporty, agresif, berotot, dan dikagumi oleh para wanita. Kasiyan (2008:51) “Pada dimensi lain, konsep stereotip gender laki-laki atau stereotip maskulinitas dikonstruksikan secara kutural dalam periode waktu yang panjang, bahkan diwariskan dari generasi ke generasi, kemudian menjelma menjadi seola-olah merupakan kodrat Tuhan”. Selanjutnya stereotip maskulinitas senantiasa dilekatkan pada kaum laki-laki dalam bentuk konsepsi sifat-sifat yang selalu bermakna positif, diantaranya yakni: rasional, tegar, kuat, mandiri, tegas dan dominan”. Dari kutipan diatas, peneliti akan menjadikan konsep maskulinitas diatas sebagai indikator untuk meneliti seberapa besar penilaian anggota fitness tentang daya tarik maskulinitas yang terdapat pada iklan L-Men 2014 versi “Bermain Basket”. Terkait dengan penelitian ini bahwa aksi dan gerakan para talent yang ada pada iklan L-Men versi “Bermain Basket” merupakan salah satu faktor yang mengandung unsur maskulinitas; Talent merupakan para pemain yang ada dalam suatu iklan berperan seperti menjadi announcer, presenter, spoke person, “benda” yang berbicara, tipe-tipe karakter, ataupun selebriti; Visual merupakangambaran yang mendukung salinan kata-kata. Keduanya hampir selalu menggunakan baik berupa foto-foto atau gambar ilustrasi; Voice atau suara yang ada di iklan merupakan elemen penting karena dapat didengarkan oleh khlayak; dan Alur cerita / Story Line,digunakan untuk memperjelas isi pesan iklan tersebut”. Berdasarkan pada teori tentang periklanan berkaitan erat dengan pemasaran suatu produk dan hasil penelitian terdahulu yang telah diuraikan di atas, bahwa dalam pemasaran suatu produk iklan sangat berpengaruh besar untuk membuat masyarakat tertarik dengan produk yang ditawarkan. Iklan yang bertema maskulinitas ternyata banyak digunakan para pesaing dunia industri dalam pemasarannya, salah satu produk yang menggunakan iklan yang bertema maskulinitas yaitu L-Men. Peneliti beranggapan bahwa iklan L-Men dalam berbagai versi menggunakan story line atau jalan cerita yang mengandung unsur maskulinitas yang bertujuan untuk menarik perhatian konsumen baik dalam pesan maupun dalam produknya. Oleh karena itu, peneliti memilih iklan L-Men versi “Bermain Basket” karena sesuai dengan tujuan peneliti ingin mengetahui daya tarik sebuah iklan khususnya daya tarik maskulinitas. Penelitian ini memfokuskan pada objek penelitian yaitu target pasar dari iklan tersebut yang merupakan pria 5
muda yang senang memperhatikan tubuh dan senang berolahraga. Peneliti ingin mengukur seberapa besar daya tarik maskulinitas iklan susu L-Men versi “Bermain Basket”. Dengan target sasarannya yaitu anggota club Fitness First, dimana sebagai club yang beranggotakan orang-orang yang senang berolahraga dan mempunyai badan yang ideal (atletis) serta memperhatikan bentuk tubuh mereka. Peneliti menganggap iklan L-men versi “Bermain Basket” menarik untuk diteliti dan dipelajari lebih mendalam mengingat aspek maskulinitas kini sudah berkembang lebih luas. Apa yang ditampilkan oleh iklan tersebut mencerminkan sebuah pesan dari produk berkenaan dengan kemenarikan maskulinitas, tidakhanya dilihat dari seberapa gagahnya seseorang pria saat beraktifitas dan mengeluarkan keringat atau seberapa kuatnya pria dalam beraktifitas diluar, melainkan bagaimana seseorang laki-laki menjaga badannya agar tetap sehat dan mempunyai bentuk badan yang ideal. Produk tersebut sangat erat kaitannya dengan maskulinitas, untuk menarik minat atau membuat masyarakat tertarik dengan produk L-Men. Peneliti ingin mengetahui seberapa besar daya tarik maskulinitas yang terdapat pada iklan L-Men. maka dilakukan penelitian dengan judul penelitian “Penilaian Anggota Club Fitness First Tentang Daya Tarik Maskulinitas Iklan L-Men versi “Bermain Basket. Untuk memahami pengertian komunikasi pada iklan susu L-Men versi “Bermain Basket” kita bisa melihat formula Harrold Lasswaell (Fajar, 2009:28-30) yang sering dipakai oleh pakar komunikasi : “siapa” mengatakan “apa” dengan “saluran apa” “kepada siapa” dan “dengan akibat apa”. (who says what in wich channel to whom with what effect). Dengan penjelasan elemen-elemen apa saja yang terdapat dalam komunikasi sebagai berikut. Fajar (2008:28-30):
Komunikator Pesan Media Komunikan Umpan balik/effect
Peneliti
menyimpulkan
: orang yang menyampaikan pesan : Idea tau informasi yang disampaikan : Sarana Komunikasi : Audience, pihak yang menerima pesan : Respon dari komunikan terhadap pesan yag diterima dari
kutipan
diatas
bahwa
komunikasi
adalahsesuatupenyampaian pesan yang dilakukan oleh komunikator kepada kepada komunikan melalui media dan mendapatkan effect/respon. Teori Lasswell ini akan digunakan sebagai model teori komunikasi untuk penelitian ini.
Komunikator : PT Nutrifood Indonesia (sebagai yang menyampaikan pesan)
Pesan Media Komunikan
: Iklan susu L’Men : Televisi (ATL) : Khalayak ( Anggota Fitness First Club) 6
Feedback
: Penilaian Iklan Produk susu L-Menmendapat perhatian dari khalayak, tertarik, membutuhkan lalu berminat.
Menurut Peneliti Teori Lasswell sangat cocok untuk dimasukan dalam penelitian yang akan peneliti bahas dalam penelitian ini.Karena teori ini menekankan pada respon yang diberikan khalayak. Peneliti ingin melihat seberapa besar respon atau penilaian daya tarik maskulinitas pada iklan susu L-Men 2014 versi “Bermain Basket”. Menurut para anggota Fitness First Oakwood,Mega Kuningan.
Tujuan Penelitian Setelah peneliti melakukan identifikasi masalah, maka penelitian yang dilakukan melalui observasi terhadap anggota pusat kebugaran Fitness First Oakwood,Mega Kuningan mempunyai beberapa tujuan penelitian sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui seberapa besar penilaian dimensi variabele “Rasional” pada iklan L-men versi “ Bermain Basket “? 2. Untuk mengetahui seberapa besar penilaian dimensi variabel “Tegar” pada iklan Lmen versi “ Bermain Basket “? 3. Untuk mengetahui seberapa besar penilaian dimensi variabel “Kuat” pada iklan Lmen versi “ Bermain Basket “? 4. Untuk mengetahui seberapa besar penilaian dimensi variabel “Mandiri” pada iklan L-men versi “ Bermain Basket “? 5. Untuk mengetahui seberapa besar penilaian dimensi variabel “Tegas” pada iklan Lmen versi “ Bermain Basket “? 6. Untuk mengetahui seberapa besar penilaian dimensi variabel “Dominan” pada iklan L-men versi “ Bermain Basket “? Metodologi Penelitian Menggunakan metodologi kuantitatif dan metode survey dengan menyebarkan kuisioner. Populasi dalam penelitian ini adalah Anggota club Fitness First Oakwood, Mega Kuningan sebanyak 100 responden. Sedangkan teknik pengambilan sampelnya dengan nonprobability yaitu sampling purposif ( purposive sampling ) untuk melakukan pengambilan sampel dalam penelitian. Karena teknik ini mencakup orang-orang yang diseleksi atas dasar kriteria-kriteria tertentu yang dibuat peneliti berdasarkan tujuan penelitian. Data yang diperoleh dari kuisioner diproses menggunakan Pearson’s Correlations menggunakan aplikasi SPSS statistic 17.0. 7
Hasil Penelitian Peneliti mendapatkan hasil perhitungan dari hasil penyebaran kuisioner kepada 100 responden yang merupakan anggota club Fitness First Oakwood, Mega Kuningan yang terdiri dari 13 penyataan. Pada penelitian ini, penilaian terhadap Daya Tarik Maskulinitas dinyatakan tinggi dengan total presentase sebesar 74%. disimpulkan sebagian besar responden berdasarkan total kategori jawaban menganggap daya tarik maskulinitas dalam
iklan L-Men versi
“Bermain Basket” adalah tinggi. Peneliti menyimpulkan, penilaian responden ini didasarkan unsur-unsur iklan L-Men versi “Bermain Basket” ditelevisi dikemas dengan baik dan menarik sehingga dapat menyampaikan pesan pada produknya. Seperti manfaat dari L-Men dalam membentuk tubuh yang ideal, memperoleh badan yang sehat apabila mengkonsumsi susu L-Men setiap hari dan penuh percaya diri untuk melakukan segala aktivitas termasuk berolahraga sebagaimana yang digambarkan dalam iklan L-Men versi “Bermain Basket” ditelvisi. Kemudian terdapat juga penilaian terhadap dimensi Rasional yang dinyatakan tinggi dengan total presentase sebesar 76%, dimensi Tegar yang dinyatakan tinggi dengan total presentase sebesar 57%, dimensi Kuat yang dinyatakan sedang dengan total presentase sebesar 47%, dimensi Mandiri yang dinyatakan sedang dengan total presentase sebesar 52%, dimensi Tegas yang dinyatakan sedang dengan total presentase sebesar 67%, dimensi Dominan yang dinyatakan sedang dengan total presentase 56%. Dari dimensi-dimensi tersebut, yang mendapatkan presentase tertinggi adalah dimensi Rasional yaitu sebesar 76%. Peneliti menyimpulkan, dengan tingginya angka tersebut menunjukkan bahwa responden menilai dimensi rasional sangat baik, karena sikap pemeran utama terlihat berpikir logis dari setiap kata yang diucapkan pemeran laki-laki L-Men, sangat masuk akal dengan menceritakan pengalamannya kepada temannya yang merasa gagal tentang bagaiaman pemeran iklan L-Men mendapatkan tubuh yang ideal.
Kesimpulan Hasil dari penelitian secara keseluruhan variabel X menunjukkan sebagian besar responden berdasarkan total kategori jawaban daya tarik maskulinitas dalam iklan L-Men 2014 versi “Bermain Basket” adalah tinggi. Hasil penilaian responden ini didasarkan bahwa unsur-unsur daya tarik maskulintas yang terdapat dalam iklan L-Men 2014 versi “Bermain 8
Basket” ditelevisi dikemas dengan baik dan menarik sehingga dapat menyampaikan pesan yang terdapat iklan L-Men 2014 versi “Bermain Basket. Saran Peneliti berharap penelitian ini dapat menjadi referensi bagi penelitian lainnya yang sejenis terutama penelitian kuantitatif dan Peneliti berharap iklan L-Men selalu mempertahankan strategi promosi yang digunakan dan mempunyai ide-ide dalam membuat iklan yang lebih menarik. Biasanya jenis penelitian ini lebih spesifik dalam mengulas berbagai faktor yang berhubungan dengan penggunaan unsur-unsur tayangan iklannya sehingga dapat menciptakan sikap khalayak terhadap produk itu sendiri.
9
Daftar Pustaka
A. Shimp, Terence.(2003). Periklanan Promosi dan Aspek Tambahan Komunikasi Pemasaran Terpadu, Jilid 1 (Edisi5), Jakarta, Erlangga. Barker, Chris. (2007): Cultural Studies. Yogyakarta: Kreasi Wacana Bovee, Courtland L, dan Arens, William F, Irwin Homewood. Illionis. (1992). Contemporary Advertising Durianto, Darmadi, Sugiarto dan Tang Sitinjak. (2004). Strategi Menaklukan Pasar Melalui Riset dan Perilaku Merek Cetakan Ketiga. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Effendy, Onong Uchajana. (2006), Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung: Rosdakarya. Fakih, Mansour, (2012), Masyarakat Sipil Untuk Transformasi Sosial, Pergolakan Ideologi LSM di Indonesia, Pustaka Pelajar, Yogyakarta. Kasiyan. (2008). Manipulasi dan dehumanisasi perempuan dalam iklan. Yogyakarta: Ombak Kriyanto, Rachmat. (2006). Tehnik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta: Kencana Prenada Media. Kountur, R. (2004), Metode Penelitian untuk Penulisan Skripsi dan Tesis, PPM, Jakarta. Morisan. (2007). Periklanan Komunikasi Pemasaran Terpadu. Tanggerang: Ramdina Prakarsa. Soehadi, Agus W., (2007). Effective Branding: Konsep dan Aplikasi Pengembangan Merek yang Sehat dan Kuat. Bandung: PT. Mizan Pustaka. Sugiyono, (2008). Metode Penelitian Kunatitatif Kualitatif dan R&D. Bandung Alfabeta. Sutisna. (2003), Perilaku Konsumen dan Komunikasi Pemasaran, Penerbit PT. Remaja Rosdakarya, Bandung, Cetakan 3. Widyatama, Rendra, (2006), Bias Gender Dalam Iklan Televisi, Yogyakata, Penerbit Media Pressindo Jurnal: Handoko, dalam jurnal Diskomvis, (2005). (Jurnal)
10