BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Penelitian Paradigma adalah pedoman yang menjadi dasar bagi para saintis dan peneliti di dalam mencari fakta–fakta melalui kegiatan penelitian yang dilakukannya. Paradigma dapat didefinisikan sebagai acuan yang menjadi dasar bagi setiap peneliti untuk mengungkapkan fakta–fakta melalui kegiatan penelitian yang dilakukannya39. Penelitian ini menggunakan paradigma Konstruktivisme. Paradigma ini memandang bahwa kenyataan itu hasil konstruksi atau bentukan dari manusia itu sendiri. Kenyataan itu bersifat ganda, dapat dibentuk, dan merupakan satu keutuhan. Kenyataan ada sebagai hasil bentukan dari kemampuan berpikir seseorang. Pengetahuan hasil bentukan manusia itu tidak bersifat tetap tetapi berkembang terus. Penelitian kualitatif berlandaskan paradigma konstruktivisme yang berpandangan bahwa pengetahuan itu bukan hanya merupakan hasil pengalaman terhadap fakta, tetapi juga merupakan hasil konstruksi pemikiran subjek yang diteliti. Pengenalan manusia terhadap realitas sosial berpusat pada subjek dan bukan pada objek, hal ini berarti bahwa ilmu pengetahuan bukan hasil pengalaman semata, tetapi merupakan juga hasil konstruksi oleh pemikiran40.
############################################################# !" 40
#
Arifin, & Barnawi. (2012). Etika dan Profesi Kependidikan. Jogjakarta: Ar-ruzz, hal 146 Ibid, hal 140
!"# http://digilib.mercubuana.ac.id/
# $%#
#
3.2 Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode analisis resepsi. Analisis resepsi merupakan bagian khusus dari studi khalayak yang mencoba mengkaji secara mendalam proses aktual di mana wacana media diasimilasikan melalui praktek wacana dan budaya khalayaknya. Untuk menganalisis resepsi khalayak, peneliti menggunakan Teori Pemaknaan oleh Stuart Hall tentang encoding-decoding. Dalam teori ini Stuart Hall mengatakan bahwa makna yang dimaksudkan dan yang diartikan dalam sebuah pesan bisa terdapat perbedaan. Kode yang digunakan atau disandi (encode) dan yang disandi balik (decode) tidak selamanya berbentuk simetris 41 . Derajat simetri dalam teori ini dimaksudkan sebagai derajat pemahaman serta kesalahpahaman dalam pertukaran pesan dalam proses komunikasi – tergantung pada relasi ekuivalen (simetri atau tidak) yang terbentuk diantara encoder dan decoder. Selain itu posisi encoder dan decoder, jika dipersonifikasikan menjadi pembuat pesan dan penerima pesan42. Teori Pemaknaan pada penelitian ini akan digunakan peneliti untuk memahami dan melihat bagaimana khalayak memaknai pesan yang dikomunikasikan dengan pendekatan emotional. Dengan mengacu pada Teori ############################################################# 41
Hall, Stuart, 2011, “Encoding/Decoding”. Dalam Stuart Hall, Dorothy Hobson,Andrew Lowe dan Paul Willis (eds.), Budaya Media Bahasa: Teks Utama Pencanang Cultural Studies 1972-1979, terjemahan Saleh Rahmana, Yogyakarta: Jalasutra. hal 32 42 Ibid.
#
# http://digilib.mercubuana.ac.id/
# $
#
Pemaknaan tersebut, peneliti akan mencoba untuk medeskripsikan hal-hal yang terkait dengan proses pemaknaan informan terhadap tayangan isi iklan minuman isotonik Isocup. 3.3 Subjek Penelitian Subjek penelitian dari penelitian ini adalah masyarakat yang merupakan informan. Informan memiliki definisi yang bermacam-macam. Sesuai bahasa, informan memiliki arti sebagai seseorang yang memiliki infromasi tentang subyek yang ingin diketahui oleh peneliti. Secara teknis juga, informan berarti orang yang dapat memberikan penjelasan mengenai yang kaya, detil, dan komprehensif, menyangkut apa, siapa, dimana, kapan, bagaimana, dan mengapa misalnya suatu peristiwa terjadi atau tidak terjadi. Dalam penelitian kualiatif, kedudukan informan menjadi sangat penting dan krusial, artinya, dia merupakan sumber informasi sekaligus sumber data yang utama bagi peneliti. Karena jika tak ada informan maka tidak ada informasi, dan bila ak ada informasi, maka tidak akan ada studi. Karena penelitian ini merupakan penelitian dengan metode analisis resepsi yang pada hakekatnya studi ini adalah mencoba untuk melihat penerimaan suatu media terhadap masyarakat umum yang menjadi audiencenya. Oleh karena itu pada suatu analisis resepsi, interpretasi dari setiap khalayak akan menjadi hal yang sangat utama. Audiences/khalayak dalam hal ini bisa saja pelajar, mahasiswa, karyawan, birokrat, pengangguran, pekerja sector informal, dan lain sebagainya. Tetapi dalam penelitian ini, peneliti
#
# http://digilib.mercubuana.ac.id/
# $'#
#
memilih informan berdasarkan purposive sampling, yaitu teknik pengambilan sampel tidak secara acak, tetapi dipilih dengan sengaja pada informan yang memenuhi criteria sesuai dengan kebijaksanaan peneliti43. Pengetahuan yang mendalam tentang permasalahan yang ingin diteliti sering kali tidak tersebar secara merata dalam suatu masyarakat atau unit social, maka dalam banyak situasi jumlah informan cenderung tidak perlu dalam jumlah yang banyak, dan oleh karena itu pula, peneliti tidak perlu untuk melakukan sampling atas informan. Jika dirasa cukup, satu informan sudah dapat dianggap valid untuk mendapatkan data dari sebuah permasalahan penelitian, namun jika dirasa kurang, mungkin peneliti harus melengkapi dengan beberapa informan tambahan yang dapat memberikan informasi yang lainnya. Yang perlu diingat juga dalam studi kualitatif, bahwa tidak ada patokan buku tentang berapa jumlah informan yang diperlukan, karena yang menjadi patokan dalam kualitatif adalah informasi itu sendiri, yaitu bagaimana informasi yang ersedia dapat menjawab permasalahan penelitian. Terlebih penelitian ini merupakan suatu reception study/analysis, maka jumlah informan tidak ada patokan harus berapa informan dan lain sebagainya. Hanya saja peneliti mencoba memilih informan berdasarkan kriteria-kriteria yang peneliti anggap dapat menjadi dasar utama dalam melakukan pemilihan informan terkait penelitian ini. Beberapa kriteria di
############################################################# $!
#Patton, Michael Quin. Qualitative and Evaluation Methods. Sage publication (3rd ed). 2002. hal169#
#
# http://digilib.mercubuana.ac.id/
# $!#
#
bawah ini menjadi dasar pemilihan informan secara purposive dalam penelitian ini, yaitu: a) Tingkat pendidikan. Jelas pada kriteria ini adalah tingkat pengetahuan dan pendidikan dari masing-masing informan menjadi hal yang mendasar untuk peneliti pilih sehingga menjadi informan. Terlebih dalam analisis resepsi, berpengetahuan atau berpendidikan akan memungkinkan setiap informan untuk memaknai setiap iklan-iklan tersebut dan pertanyaan lainnya secara lebih komprenhensif dan holistik berdasarkan skema pengetahuan yang telah mereka dapatkan. Untuk itu, khusus kriteria ini, peneliti memilih lagi informan ke dalam tiga jenjang pendidikan, yaitu: Setara sekolah menengah atas, Pendidikan Diploma atau Sarjana, Pendidikan Pascasarjana. Dengan 3 kriteria khusus tersebut diharapkan nantinya jawabanjawaban yang diberikan akan beragam sesuai dengan tingkat pengetahuan masing-masing informan. b) Kriteria selanjutnya adalah setidaknya pernah menonton televisi terutama iklan. Meskipun tidak menjadi suatu keharusan, kriteria ini menjadi penting karena dengan begitu setiap informan mempunyai skema pengetahuan bagaimana tipe-tipe iklan, televise terutama, yang tayang di stasiun televise nasional di Indonesia
#
# http://digilib.mercubuana.ac.id/
# $$#
#
c) Kriteria selanjutnya adalah setidaknya pernah menonton TVC Isocup versi ospek minimal 1 kali. Sebelum peneliti menetapkan informan, peneliti sengaja untuk memilih cukup banyak individuindividu yang peneliti berikan semacam probing mengenai TVC iklan Isocup. Dari situlah respon yang bermacam-macam, banyak yang mengetahui secara lebih mendalam, tetapi banyak juga yang pemahaman mereka atas tema yang peneliti ajukan sangat minim. Untuk mendapatkan data utama yang holistic, maka peneliti hanya memilih
beberapa
responden
yang
empunyai
pemahaman
mengenai penelitian ini yang kemudian peneliti pilih sebagai informan. d) Sementara kriteria yang terakhir adalah komunikatif. Artinya peneliti memilih informan yang mampu berkomunikasi secara baik dalam bahasa lisan agar mudah dimengeri oleh peneliti saat melakukan wawancara. Berdasarkan kriteria tersebut diatas, maka kemudian peneliti memilih informan-informan yang peneliti anggap dapat memberikan informasi yang mendalam dan komprehensif mengenai ema penelitian yang sedang peneliti lakukan. Mengenai deskripsi informan yang lebih mendetail, seperti siapa nama mereka, apa pekerjaan mereka, berapa umur mereka dan lain sebagainya, aka nada di bagian hasil penelitian dan analisa dari penelitian skripsi ini.
#
# http://digilib.mercubuana.ac.id/
# $(#
#
3.4 Teknik Pengumpulan Data Metode pengumpulan data adalah teknik atau cara-cara yang dapat digunakan peneliti untuk mengumpulkan data44. Penelitian ini menggunakan dua metode pengumpulan data yaitu: 3.4.1
Data Primer Data primer adalah data yang diperoleh dari sumber data pertama atau
tangan pertama di lapangan45. Adapun cara untuk mendapatkan data primer yaitu menggunakan metode pengumpulan sebagai berikut: •
Wawancara Mendalam Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu46. Jenis wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara mendalam. Wawancara mendalam menurut Kriyantono 47 adalah suatu cara mengumpulkan data atau informasi dengan cara langsung bertatap muka dengan informasi agar mendapatkan data lengkap dan mendalam. Sebelum melakukan wawancara mendalam dengan informan, dimulai dengan memilih narasumber yang berkompeten dalam menjawab pertanyaan yang berkaitan dengan penelitian.
############################################################# 44
Rahmat, Kriyantono 2006, Teknik Praktis Riset Komunikasi, Jakarta, PT Kencana Prenada Media Group, hal 91 Ibid., hal 43 Moleong, Lexy J. 2006. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, hal 186 $) #Rahmat, Kriyantono, op.cit.,92# 45 46
#
# http://digilib.mercubuana.ac.id/
# $*#
#
3.4.2 Data Sekunder Data sekunder adalah data penelitian yang diperoleh secara tidak langsung melalui media perantara (dihasilkan pihak lain). Pada umumnya data sekunder berbentuk catatan atau laporan data dokumentasi oleh lembaga tertentu. Marzuki48 menyatakan bahwa data sekunder berasal dari tangan ke dua, ketiga, dan seterusnya, artinya melewati satu atau lebih pihak yang bukan peneliti sendiri. Dalam penelitian ini pengumpulan data sekunder dilakukan dengan cara melakukan teknik-teknik kepustakaan seperti mencari, melihat dan membuka situs dan buku-buku ilmiah yang berhubungan dengan masalah yang akan dibahas. 3.5 Teknik Analisis Data Analisis data menurut Bogdan dan Biklen 49 adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilih-milihnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensistesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari dan memutuskan apa yang diceritakan kepada orang lain.
############################################################# $+
#Marzuki. Metodologi Riset .Yogyakarta: BPFE. 2002 hal 56# #Moleong, Lexy J. 2006. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya. hal 248#
$"
#
# http://digilib.mercubuana.ac.id/
# $)#
#
Matthew B. Miles dan Michael Huberman50 membagi tiga alur dalam proses analisis data kualitatif, yaitu: a) Reduksi data, proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakkan, dan transformasi data yang muncul dari catatan-cataan lapangan. b) Penyajian data, yaitu sekumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengamatan tindakan. c) Penarikan kesimpulan, kesimpulan akhir tergantung pada besarnya kumpulan-kumpulan catatan lapangan. Kegiatan analisis data dalam penelitian ini akan dimulai dengan menelaah seluruh data yang terkumpul baik data primer maupun data sekunder yang berupa suatu rekaman wawancara, atau catatan wawancara, atau dokumentasi wawancara. Sementara reduksi data meliputi pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data yang tercatat dalam catatan lapangan. Reduksi berlangsung bukan hanya saat sebelum wawancara berlangsung, tetapi bahkan pada saat wawancara sedang berlangsung, ini memungkinkan agar tidak terjadi data yang membingungkan dan kontradiktif antara pernyataan satu dengan pernyataan lainnya. Dalam penelitian kali ini, peneliti mencoba untuk melakukan reduksi data bahkan pada saat wawancara belum dilakukan. Reduksi yang peneliti ############################################################# (%
#Patilima, Hamid. 2001. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta, hal 96#
#
# http://digilib.mercubuana.ac.id/
# $+#
#
lakukan adalah dengan membuat pedoman wawancara agar wawancara tidak terlalu melebar kemana-mana. Pada saat wawancara pun, peneliti juga melakukan reduksi data dengan terus menerus melakukan cek dan ricek data dan jawaban dari informan. Reduksi data terakhir adalah saat proses wawancara sudah selesai dilakukan. Reduksi data pada tahap ini lebih mencari saripati jawaban-jawaban dari informan. Termasuk diantaranya membuat kategorisasi-kategorisasi dari jawaban-jawaban informan yang bermacam-macam. Hasil data yang diperoleh melalui teknik pengumpulan data itu, kemudian peneliti susun hingga membentuk laporan yang sistematis. Selanjutnya, data yang sudah disusun dibagi menjadi data utama dan data penjelas. Pembahasan hasil penelitian dijabarkan dalam bentuk deskripsi yang didukung dengan teori yang bersumber dari buku, kemudian dianalisis untuk mengetahui pemaknaan khalayak terhadap tayangan ikalan minuman isotonik Isocup versi Ospek. Selanjutnya, ditarik beberapa kesimpulan sebagai hasil dari penelitian. 3.6 Teknik Keabsahan Data Keabsahan data dimaksud untuk memperoleh tingkat kepercayaan yang berkaitan dengan seberapa jauh kebenaran hasil penelitian, mengungkapkan dan memperjelas data dengan fakta-fakta aktual di lapangan. Menurut Bachri kualitas keabsahan penelitian dalam data kualitatif meliputi empat teknik yaitu creadibility, transferability, dependability, dan confirmaility.
Creadibility
mempunyai arti yaitu kriteria untuk memenuhi nilai kebenaran dari data dan
#
# http://digilib.mercubuana.ac.id/
# $"#
#
informasi yang dikumpulkan. Untuk mencapai hal tersebut dalam penelitian ini dilakukan metode triangulasi data. Triangulasi data sendiri mempunyai arti pemeriksaan silang hasil data dengan hasil data pembanding yang lain, data primer hasil wawancara dengan data sekunder, atau sebelum wawancara dilakukan studi literatur. Transferability dalam penelitian kualitatif mengandung arti bahwa penelitian yang diakukan ini memiliki kemungkinan untuk diterapkan terhadap kasus lain yang memiliki tipologi serupa. Sementara dependability mengacu kepada hal apakah hasil penelitian mengacu kepada kekonsistenan peneliti dalam mengumpulkan data, membentuk, dan menggunakan konsep-konsep ketika membuat interpretasi untuk menarik kesimpulan. Sedangkan confirmability mengandung arti apakah hasil penelitian yang didapat bisa dibuktikan kebenarannya sesuai dengan data yang dikumpulkan dalam laporan lapangan. Teknik triangulasi data yang akan peneliti gunakan adalah triangulasi dengan sumber yaitu memeriksa konsistensi sumber data yang berbeda dengan metode perolehan data yang sama51. Dalam melakukan triangulasi data dengan sumber peneliti berpedoman pada langkah-langkah dalam (patton)52, yaitu: a) Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan b) Membandingkan keadaan & perspektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan masyarakat dari berbagai kelas ############################################################# 51
('
Patton, Michael Quin. Qualitative and Evaluation Methods. Sage publication (3rd ed). 2002. Hal 559
#Ibid. 331#
#
# http://digilib.mercubuana.ac.id/
# (%#
#
c) Membandingkan jawaban informan ketika diberikan pertanyaan yang sama. Langkah triangluasi dengan sumber disesuaikan dengan teknik pengumpulan data yang peneliti lakukan, sehingga terdapat beberapa langkah yang tidak peneliti lakukan sesuai dengan pedoman yang sebenarnya.
#
# http://digilib.mercubuana.ac.id/