www.carmelia.net Written by Tim carmelia.net Published Date Pada masa akhir hidupnya, Paus Yohanes Paulus II menetapkan tahun Ekaristi yang dimulai pada bulan Oktober tahun 2004 sampai bulan Oktober tahun 2005. Hal ini menunjukkan suatu kecintaan yang luar biasa dari Paus Yohanes Paulus II kepada Ekaristi yang diimaninya sebagai Tubuh Kristus sendiri. Teladan iman akan Ekaristi yang ditunjukkannya kepada kita, memiliki nilai yang sangat penting khususnya pada zaman sekarang ini di mana banyak orang Katolik sendiri yang mulai kehilangan iman dan rasa hormat kepada Ekaristi sebagai Tubuh Kristus. Apa sebenarnya Sakramen Ekaristi itu dan bagaimana perannya dalam hidup kita sebagai pengikut Kristus serta apa yang harus kita lakukan untuk menerima-Nya secara layak dalam hidup kita? Marilah kita lihat bersama. Setiap orang Katolik, tentunya sering mendengar istilah sakramen, baik di dalam Gereja maupun di kalangan umat. Dalam ajaran Gereja Katolik dikenal adanya tujuh Sakramen, yaitu: Sakramen Baptis, Sakramen Tobat, Sakramen Krisma, Sakramen Perminyakan, Sakramen Imamat, Sakramen Perkawinan, dan Sakramen Ekaristi. Bagaimanakah hubungan semua Sakramen itu dengan Sakramen Ekaristi? Hubungannya adalah bahwa semua Sakramen itu terarah pada Sakramen Ekaristi. Sakramen Baptis memberikan kehidupan yang adikodrati dan ilahi, sementara Sakramen Ekaristi merupakan makanan hariannya, karena Yesus sendiri adalah rotinya. Sakramen Baptis dan Sakramen Krisma merupakan persiapan yang memampukan kita untuk ikut ambil bagian dalam Sakramen Ekaristi. Seandainya kita kehilangan hidup adikodrati ini karena dosa, maka Sakramen Tobat akan memulihkan kehidupan dalam rahmat ini sebelum akhirnya kita dapat menerima Komuni lagi secara pantas. Sakramen Imamat memberi kuasa kepada imam untuk menghadirkan Yesus Kristus di altar. SementaraSakramen Perkawinan merupakan simbol kesatuan cinta antara Kristus, yang adalah Sang Mempelai Pria, dengan jiwa kita dalam Komuni. Sedangkan Sakramen Perminyakan mempersiapkan orang sakit untuk perjamuan Ekaristi Surgawi. Sakramen Ekaristi merupakan Sakramen dari Sakramen-sakramen. Artinya, Sakramen Ekaristi merupakan perwujudan paling istimewa atau paling unggul dari Sakramen lainnya, karena di dalam Sakramen Ekaristi ini kita disatukan dengan Kristus. Apabila Sakramen lain mengandung karunia-karunia Allah, Sakramen Ekaristi mengandung Allah itu sendiri. Jadi Sakramen-sakramen lain ditetapkan oleh Yesus Kristus untuk mempersiapkan orang kepada Sakramen Ekaristi. Sakramen Ekaristi sesungguhnya merupakan makanan bagi hidup rohani, sebab dari Sakramen inilah mengalir segenap kesempurnaan jiwa. Karena semua kesempurnaan berisikan suatu persatuan dengan Allah, dari semua sarana yang bisa dipakai untuk persatuan dengan Allah, tidak ada yang lebih baik dari Sakramen Ekaristi. Oleh Sakramen Ekaristilah orang benar-benar disatukan dengan Kristus, seperti yang dikatakannya sendiri, “Dia yang makan tubuh-Ku .., tinggal dalam Aku dan Aku dalam dia” (Yoh 6:57). Yesus telah memberikan tubuh-Nya bagi kita dalam rupa roti supaya kita bisa menjadi satu tubuh dengan Dia. Oleh karena itu, semakin intim hubungan kita dengan Yesus Kristus dalam Ekaristi, semakin besar dan semakin sejatilah iman kita. Sakramen Ekaristi merupakan sumber kehidupan rahmat bagi kita karena kehadiran Yesus Kristus di dalam-Nya. Ia hadir dalam Sakramen Ekaristi dengan karya penebusan-Nya yang utuh: Yesus bersama kita selalu, yaitu melalui kehadiran-Nya dalam Tabernakel, Dia hadir untuk kita dengan mempersembahkan diri-Nya sebagai kurban dalam Ekaristi, dan Dia hadir di dalam kita yaitu melalui Komuni yang kita sambut.
DASAR ALKITABIAH DARI EKARISTI Secara historis dan teologis, Ekaristi dan ajaran-ajaran utama tentang hal ini, bersumber dari apa yang dikatakan dan dilakukan Yesus pada perjamuan malam terakhir bersama para murid-muridNya. Penafsiran khusus yang dikatakan oleh Yesus pada makan malam tersebut membedakan perjamuan malam itu dengan perjamuan makan malam yang lainnya.
Konteks Perjamuan Malam Terakhir Ekaristi sebenarnya berasal dari doa sebelum dan sesudah makan dalam perjamuan Yahudi. Dalam perjamuan itu, sang bapa keluarga mengucapkan doa atas roti yang bulat, pipih, dan besar, kemudian roti itu dipecah-pecah dan dibagikan kepada semua yang hadir sebagai tanda bahwa perjamuan itu sudah dimulai. Kemudian bapa keluarga mengambil piala anggur, mengucapkan doa syukur atas cawan itu dan membagikannya kepada semua yang hadir atau masing-masing hadirin minum dari pialanya sendiri. Perbuatan ini menyatakan kesatuan dari para hadirin dengan doa syukur dari bapa keluarga, yang kemudian ditutup dengan jawaban “AMIN.” Jadi roti dan anggur mempersatukan para hadirin dengan pemim-pinnya, dan lewat doa sang pemimpin,
1/7 Phoca PDF
www.carmelia.net Written by Tim carmelia.net Published Date mereka dipersatukan dengan Allah sehingga mereka memperoleh berkat. Dengan cara inilah Yesus merayakan perjamuan malam terakhir. Menurut ketiga Injil Sinoptik (Matius, Markus, Lukas), perjamuan malam terakhir terjadi dalam konteks Paskah Yahudi atau Hari Raya Roti Tak Beragi (Mat16:17; Mrk14:12; Luk22:7). Hari Raya Paskah Yahudi memperingati perjanjian Yahweh dengan Musa dan orang Yahudi yang mewarisi Israel. Paskah ini diperingati setiap tahun, yaitu untuk mengingatkan setiap generasi akan perbuatan besar yang telah dilakukan Allah bagi orang Yahudi (bdk. Kel 10). Perjanjian itu berarti bahwa Allah akan selalu menjadi Allah yang mengasihi dan selalu setia kepada umat-Nya. Paskah Yahudi ini merayakan secara baru pembebasan orang Yahudi dari Mesir dan juga akan berkat yang tidak terbilang dari Allah yang dilimpahkan-Nya kepada bangsa Yahudi yang sudah diselamatkan-Nya dari perbudakan. Dengan ikut merayakan pesta ini berarti menghadirkan kembali kasih Allah yang amat besar kepada orang Yahudi.
Kisah Perjamuan Malam Terakhir Dalam Perjanjian Baru ada 4 kisah tentang perjamuan malam terakhir, yaitu Mat 26:20-21.26-29; Mrk 14:17-18.22-25; Luk22:14-20; 1Kor 11:23-26. Dari keempat kisah ini, ada 3 peristiwa penting yang mendasari terbentuknya Sakramen Ekaristi, yaitu:
1. Tindakan profetis Yesus dan kata-kata penafsirannya Beberapa jam sebelum pengorbanan diri-Nya di Gunung Kalvari, Yesus melakukan beberapa tindakan dan mengucapkan beberapa kata, yaitu mengambil roti, mengucap syukur, memecah roti dan membagikannya, kemudian mengambil cawan anggur dan dituangkan-Nya cawan itu untuk diminum. Tindakan-tindakan serupa, menurut tradisi biblis, bermaksud mengantisipasi dan menghadirkan sebuah peristiwa yang masih akan terjadi serta membangun suatu kaitan antara tindakan simbolis itu dengan kenyataan atau peristiwa yang dirujuk yaitu pemberian diri-Nya secara sukarela pada kematian di atas salib. Dengan kata lain, karena sadar akan kenyataan yang akan terjadi, Yesus melakukan tindakan profetis untuk mengantisipasi dan mengungkapkan diri dengan tindakan dan kata, kenyataan yang akan dihadapi-Nya, yaitu sengsara dan wafat-Nya. Kata-kata penafsiran yang diucapkan Yesus atas roti dan anggur menyatakan kehadiran Yesus dalam roti dan anggur yang diberikan kepada para rasul. Maka roti yang dipecah berarti tubuh-Nya yang dikurbankan, dan cawan, pada waktu anggur dituangkan, adalah penumpahan darah-Nya. Inilah penyerahan diri Yesus. Kematiannya memiliki arti tertentu yang pasti yaitu bahwa Dia secara sukarela akan mati untuk murid-murid-Nya dan untuk semua manusia. Maka jiwa peristiwa itu dihadirkan kembali, roti akan berarti tubuh-Nya: “Inilah tubuh-Ku yang diserahkan bagi kamu” dan cawan akan berarti Perjanjian Baru yang abadi dalam darah-Nya: “Cawan ini adalah perjanjian baru oleh darah-Ku.”
2. Undangan untuk mengambil bagian dalam perjamuan Undangan ini terungkap dalam kata-kata Yesus sendiri: “ambillah dan makanlah” dan “ambillah dan minumlah.” Undangan untuk makan tubuh-Nya dan minum darah-Nya berarti undangan kepada peserta perjamuan itu untuk menyatukan diri dengan kematian-Nya dan membuat mereka masuk dalam Perjanjian Baru. Yesus menghubungkan para murid dengan tindakan profetis yang menghadirkan kematian-Nya dan mendasari perjanjian. Hal ini merupakan awal dari sebuah komunitas persekutuan. Dengan mengambil bagian dalam perjamuan itu, orang-orang Kristiani menyatukan diri dengan Kristus secara pribadi dan diselamatkan, dibebaskan dari perbudakan dosa dan membangun perjanjian dengan Allah. Persatuan dengan Yesus ini tidak terlepas dari iman. Hanya dengan menghayati Ekaristi dalam semangat iman maka menyantap tubuh dan darah Kristus mempunyai arti. Kesatuan fisik dengan Kristus dalam rupa roti dan anggur tidak menjamin keselamatan. Sehingga hanya bila disertai iman, Ekaristi mempunyai arti.
3. Perintah untuk mengulangi
2/7 Phoca PDF
www.carmelia.net Written by Tim carmelia.net Published Date Perintah ini diungkapkan satu kali dalam Injil Lukas dan dua kali dalam surat Rasul Paulus kepada jemaat di Korintus yaitu diungkapkan dengan kata-kata: “Lakukanlah ini sebagai kenangan akan Daku.” Kata-kata Yesus ini merupakan pelemba-gaan suatu penyembahan kepada Allah yang dihadirkan kembali di masa mendatang oleh para Rasul dan oleh Gereja. Penghadiran kembali itu harus dilakukan sebagai kenangan akan Dia atau merupakan cara terbaik untuk menghadirkan kembali Yesus. Kenangan di sini bukanlah dalam arti psikologis, tetapi lebih dalam arti menghadirkan kembali secara nyata. Jika para murid melakukan apa yang telah dilakukan Yesus di dunia, yaitu saling mencintai sampai saling memberikan diri satu sama lain maka Yesus kembali hadir secara konkrit dan riil. Semua yang dilakukan Yesus itu dihadirkan kembali dalam tindakan liturgis supaya semua bisa mengambil bagian dalam kepenuhan di masa mendatang, dalam penantian akan kedatangan-Nya kembali.
Perayaan Ekaristi dalam Komunitas Kristiani Pertama Kisah Para Rasul beberapa kali mencatat suatu tindakan yang dilakukan oleh Komunitas Awali, sejak saat paling awal dan yang dianggap sebagai pusat hidup Gereja yaitu pemecahan roti. Tindakan ini pada awalnya adalah perjamuan Yahudi yang diawali dengan doa syukur dan diikuti oleh pembagian potongan roti kepada masing-masing hadirin. Perbuatan ini secara mendasar memiliki arti sebagai persekutuan meja dan partisipasi pada berkat Allah, Sang Pemberi, yang hadir dalam perjamuan bersama itu. Pemecahan roti itu ditandai juga oleh kesederhanaan, suasana gembira dan persaudaraan (Kis 2:42-46).
APA ITU SAKRAMEN EKARISTI ? Konsili Vatikan II mengatakan bahwa Ekaristi adalah sumber dan puncak seluruh hidup Kristiani (LG 11). Sedangkan Sakramen-sakramen lain juga merupakan pelayanan Gerejani serta karya kerasulan yang berhubungan erat dengan Ekaristi suci dan terarahkan kepada-nya. Sebab dalam Ekaristi tercakuplah seluruh kekayaan Gereja yakni Kristus sendiri (PO 5).
Berbagai Nama Perayaan Ekaristi dikenal dengan berbagai nama dan masing-masing nama menekankan salah satu dari kekayaan Ekaristi itu sendiri, misalnya Perjamuan Tuhan (1Kor 11;20), Pemecahan Roti (Mat 26:26; Mat 14:19;15:36; Mrk 8:6.19), Perhimpunan Ekaristi (1Kor 11:17-34), Kurban Syukur (Ibr13:15), Misa Kudus, dan sebagainya. Di antara semua nama itu, ada dua nama yang paling sering digunakan, yaitu Ekaristi dan Misa.
1. Ekaristi Ekaristi artinya adalah ucapan syukur. Kata ini berasal dari kata-kata Yesus sendiri dalam Perjamuan Terakhir ketika Ia mengucap syukur kepada Bapa sebelum membagi-bagikan cawan kepada para rasul (Mat 26:27).
2. Misa Dalam Bahasa Latin, kata missa artinya dipersilakan keluar. Kalau kita melihat liturgi dalam Bahasa Latin maka kita akan mengetahui bahwa liturgi ini berakhir dengan perintah Ite missa est, yang artinya: “Pergilah, engkau
3/7 Phoca PDF
www.carmelia.net Written by Tim carmelia.net Published Date diutus.” Makna yang terdalam dari perintah ini adalah bahwa setelah menerima Tubuh Kristus sendiri, kita diutus untuk melakukan apa yang dilakukan oleh Kristus sendiri, atau melakukan yang dilakukan oleh Kristus sendiri, yaitu pergi ke dunia untuk mencintai dan melayani sesama.
Unsur-unsur Sakramen Ekaristi Sakramen Ekaristi memiliki 4 unsur utama, yaitu sarana yang digunakan, rumusan doa yang diucapkan, pelaksana Sakramen, dan penerima Sakramen.
1. Sarana yang digunakan Sarana yang digunakan dalam perayaan Sakramen Ekaristi adalah roti dan anggur. Penggunaan sarana ini bersumberkan pada tradisi, baik dari Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru yang memiliki arti yang mendalam dalam penggunaan roti dan anggur untuk acara ibadat. Tanda ini pada jaman Perjanjian Lama, dipakai oleh Melkisedek yang adalah raja dan imam. Dia membawa roti dan anggur sebagai tanda persembahannya sendiri (Kej 14:18). Selain itu dalam Perjanjian Lama, roti mengingatkan pada pembebasan bangsa Israel dari Mesir yaitu ketika Israel hidup dari roti Sabda Allah (Ul 8:3). Sedangkan pesta anggur dalam Perjanjian Lama, mempunyai arti eskatologis, yaitu penantian mesianis akan pembangunan kembali Yerusalem. Dalam Perjanjian baru, bisa kita temukan adalah mukjizat pergandaan roti yang menunjukkan kelimpahan roti istimewa Ekaristi. Mukjizat di Kana juga menandakan penyempurnaan perjamuan nikah dalam Kerajaan Bapa yang membawa umat beriman untuk menikmati anggur baru.
2. Rumusan doa yang diucapkan Rumusan doa yang diucapkan yaitu yang terdapat dalam doa konsekrasi dalam Perayaan Ekaristi: “Terimalah dan makanlah...” dan “Terimalah dan minumlah...” Pada waktu imam mengucapkan doa ini sambil mengangkat roti dan kemudian mengangkat piala yang berisikan anggur, saat itulah roti berubah menjadi Tubuh Kristus dan anggur dalam cawan berubah menjadi Darah Kristus.
3. Pelaksana Sakramen Pelaksana Sakramen disebut juga pelayan Sakramen. Mereka adalah para Uskup dan Imam, yaitu yang sudah menerima Sakramen Imamat.
4. Penerima Sakramen Siapakah penerima Sakramen? Penerima Sakramen adalah semua orang Kristen Katolik yang sudah dibaptis. Identifikasi roti dengan Tubuh-Nya dan anggur dengan Darah-Nya menunjukkan kehendak Yesus untuk hadir secara nyata dalam roti dan anggur. Oleh Konsili Trente, perubahan dalam perayaan Ekaristi ini dijelaskan dengan istilah transubstansiasi. Artinya dalam konsekrasi, substansi atau bahan roti diubah ke dalam substansi Tubuh Kristus dan substansi anggur diubah ke dalam substansi Darah-Nya. Perubahan ini terjadi karena kekuatan Sabda-Nya dan karena kekuatan Roh Kudus, yang tidak berubah adalah rupa, warna, berat, rasa, dan bentuk dari roti dan anggur itu. Kehadiran nyata Kristus dalam Ekaristi ini dimulai dari saat konsekrasi dan berlangsung selama rupa Ekaristi itu ada. Setiap rupa, baik roti maupun anggur, dalam setiap bagiannya, tercakup seluruh Kristus, sehingga
4/7 Phoca PDF
www.carmelia.net Written by Tim carmelia.net Published Date pemecahan roti tidak membagi Kristus. Barang siapa menerima roti atau anggur berarti menerima Kristus yang utuh.
Arti Perayaan Ekaristi Ada 4 arti utama dari Perayaan Ekaristi:
1. Ekaristi menunjukkan cinta Allah yang tidak berkesudahan bagi kita Dari semua Sakramen, Ekaristi melambangkan peristiwa cinta antara Allah dan umat-Nya secara paling dramatis. Melalui Sakramen Ekaristi, Putra-Nya Yesus Kristus diberikan kepada kita dalam rupa roti dan anggur yang dikonsakrir. Ekaristi mengingatkan kita terus menerus bahwa Allah mencintai kita, mempedulikan kita dan datang kepada kita secara intim. Ia menyatukan diri-Nya dengan kita supaya kita bisa menjalani kehidupan dalam kasih.
2. Ekaristi mengingat dan menghadirkan kembali kurban Kristus yang berpuncak di salib Kurban Kristus dan kurban Ekaristi hanyalah satu kurban, yang dilakukan Kristus sekali untuk semuanya. Pengertian kurban ini tidak dibatasi pada sengsara dan wafat Yesus di salib, tetapi menyangkut seluruh proses hidup Yesus, yaitu penyerahan hidup-Nya kepada Bapa yang berpuncak di salib. Karena itu, kurban Kristus merupakan ungkapan kasih Allah. Dalam perayaan Ekaristi, Gereja atau seluruh umat, diundang untuk ikut serta dalam kurban Kristus, yaitu dengan mempersembahkan kurban rohani (LG 34). Oleh Karena itu, Ekaristi adalah juga kurban Gereja. Inilah salah satu bentuk partisipasi aktif umat yang diminta dalam perayaan Ekaristi. Dengan mempersatukan diri dengan kurban Kristus maka Gereja disucikan sebagai Tubuh-Nya.
3. Ekaristi menciptakan dan merayakan kesatuan di antara umat Katolik Kita makan dari roti yang sama dan minum dari anggur yang sama pula. Karena kita ambil bagian dalam Tuhan yang sama maka kita disatukan sebagai satu jemaat. Ekaristi merupakan kesatuan itu dan Ekaristi dalam perayaan kesatuan itu.
4. Ekaristi mengingatkan kita akan perjanjian cinta kasih antara Allah dan manusia serta perintah-Nya untuk mencintai dan melayani sesama Yesus memecahkan roti sebagai simbol kehidupan abadi yang akan Dia berikan kepada kita dan Ia menuangkan anggur sebagai simbol penyelamatan kita oleh Darah-Nya yang tercurah. Suatu perjanjian meminta tanggapan. Maka Ekaristi mengingatkan kita agar kita memecah-mecah diri kita dan mencurahkan hidup kita, artinya kita harus mengatasi egoisme kita dan melayani sesama sebagaimana Yesus melayani kita. Pada akhir Misa kita diutus sebagaimana Yesus diutus Bapa untuk mewartakan Kabar Gembira.
Manfaat Ekaristi Ada 3 manfaat Ekaristi bagi setiap orang Kristiani yang rajin menerima-Nya dan menerima-Nya dengan penuh kerinduan dan iman.
5/7 Phoca PDF
www.carmelia.net Written by Tim carmelia.net Published Date 1. Ekaristi memelihara hidup kita di dalam rahmat Allah Tuhan Yesus telah menetapkan Sakramen ini dalam rupa makanan untuk memperlihatkan, bahwa sebagaimana makanan jasmani diubah ke dalam tubuh kita, begitu juga roti surgawi menyatu dengan tubuh kita. Jika makanan duniawi diubah menjadi zat-zat bagi tubuh kita, roti ilahi mengubah siapapun yang memakannya menjadi serupa dengan Yesus Kristus. Seperti halnya roti duniawi menopang hidup jasmani, roti surgawi pun memelihara hidup bagi jiwa, yakni kehidupan dalam rahmat Allah.
2. Ekaristi adalah obat ilahi yang menyembuhkan dan melindungi kita Menurut Konsili Trente, Ekaristi merupakan obat ilahi yang menyucikan jiwa dari dosa ringan dan sekaligus melindunginya dari dosa berat. Seperti aliran air, Sakramen ini mematikan api hawa nafsu yang menguasai kita. Apabila kita memiliki nyala hawa nafsu seperti itu, hendaknya kita menyambut Ekaristi, agar kita bisa mengalami gelora yang sama, tetapi bersifat menghancurkan nafsu-nafsu itu. Ekaristi memberikan kekuatan kepada kita untuk menolak semua serangan iblis. Pada saat kita menerima Ekaristi, Iblis menyingkir dari kita dan para malaikat segera datang membantu kita. Terlebih lagi, Ekaristi mengalirkan ke dalam jiwa kita kedamaian batin yang luar biasa dan dorongan kuat untuk berbuat kebajikan serta kerelaan besar untuk melakukannya. Akibatnya, kitapun menjadi lebih mudah melangkah pada jalan kesempurnaan.
3. Ekaristi mengalirkan cinta kasih ilahi ke dalam hati kita Ekaristi merupakan sumber cinta kasih ilahi. Tidak ada misteri penebusan yang lebih tepat untuk menyalakan hati kita dengan cinta Kristus selain dari pada Sakramen Ekaristi, yang di dalamnya Dia memberikan diri sepenuhnya bagi kita dan mencurahkan seluruh cinta-Nya dengan berlimpah. Konsili Trente menyatakan bahwa dalam Sakramen ini, Yesus telah mencurahkan dengan berlimpah segenap kekayaan cinta ilahi-Nya untuk manusia.
BAGAIMANA MENGHAYATI MISA Tuhan mencurahkan banyak rahmat kepada kita melalui Perayaan Ekaristi. Akan tetapi rahmat itu akan tetap tinggal rahmat, tidak bisa bekerja di dalam diri kita tanpa ada kerja sama dari kita karena kita memiliki kebebasan.Supaya kita bisa bekerja sama dengan rahmat itu maka dalam mengikuti perayaan Ekaristi, hendaknya kita sungguh-sungguh sadar pada apa yang kita doakan. Kalau tidak, kita akan kehilangan banyak rahmat.Untuk itu kita perlu berdoa sesuai dengan unsur-unsur perayaan Ekaristi dan memiliki sikap yang benar selama liturgi berlangsung.
Beberapa Petunjuk Praktis Pada waktu masuk Gereja: 1. Kita membuat tanda salib dengan air suci dan berdoa: “Bersihkanlah aku, ya Allahku dari dosa-dosaku.” 2. Kemudian kita berlutut di depan Tabernakel dengan penuh rasa hormat dan berdoa: “Terpujilah Sakramen Mahakudus di altar.” Bagaimanakah sikap kita selama Misa? Kalau kita tidak sakit, hendaknya kita mengikuti semua sikap badan, kalau waktu berlutut hendaklah berlutut, demikian juga waktu berdiri dan duduk, inilah salah satu sikap berkurban yang bisa kita lakukan. Waktu Imam hadir di altar, naikkanlah doa: “Bapa di Surga, aku ingin ambil bagian dalam Misa untuk
6/7 Phoca PDF
www.carmelia.net Written by Tim carmelia.net Published Date menghormati-Mu, untuk berkat yang akan kuterima dan untuk penghiburan jiwa-jiwa yang menderita. Bantulah agar aku mampu ikut ambil bagian dengan khidmat.” Kemudian waktu Doa Tobat, periksalah hati nurani, sesalilah dosa-dosa, dan munculkanlah niat untuk mengakukan secepat mungkin apabila memiliki dosa berat. Dalam doa Tuhan Kasihanilah Kami, berdoalah pada Allah Tritunggal untuk mohon belas kasihan-Nya dengan segenap jiwa. Melalui doa Kemuliaan, kita mau memuliakan Allah Tritunggal, mau menyembah Dia dan mau membaktikan hidup kita kepada-Nya. Pada waktu Sabda Tuhan dibacakan, marilah kita mendengarkannya dengan penuh perhatian karena hanya orang yang mendengarkan Sabda serta melakukannya akan selamat. Pada waktu Imam mempersiapkan Kurban Ekaristi, marilah kita menyadari bahwa roti dan anggur yang ada di atas altar itu akan segera berubah menjadi Tubuh dan Darah Kristus. Setelah doa Prefasi, sadarilah bahwa saat itu kita mau memuji Allah bersama para malaikat di Surga, sudah seharusnyalah kita menghayati dan menyadari dengan sungguh-sungguh waktu kita mendoakan “Kudus, kudus, kudus..” Kemudian waktu Imam menaikkan hosti suci, pandanglah hosti itu dan sembahlah. Kemudian kita menundukkan kepala sambil berdoa: “Kami memuja-Mu, Tubuh Kristus.” Kemudian ketika piala diangkat, lihatlah piala itu dan sembahlah. Kemudian sambil menundukkan kepala kita berdoa: Kami menyembahmu, Darah Kristus. Setelah konsekrasi, bersama-sama dengan para imam, kita berdoa untuk jiwa-jiwa yang menderita di api penyucian, khususnya keluarga dan teman kita. Melalui doa Anak Domba Allah, kita memohon belas kasihan Tuhan supaya Dia menghapus segala dosa-dosa kita dan memberikan damai kepada kita. Sebelum menerima Komuni, kita mengucapkan doa: “Ya Tuhan saya tidak pantas Tuhan datang pada saya, tetapi bersabdalah saja maka saya akan sembuh.” Kita mengucapkan doa itu dengan rendah hati, walaupun kita merasa tidak pantas menyambut Tubuh dan Darah Yesus. Kita mohon kehadiran Yesus untuk menyembuhkan tubuh, jiwa dan roh kita. Dalam hati, kita dapat mengulang-ulang serta meresapkan doa ini. Setelah Komuni, dalam iman kita menerima berkat Tuhan dari seorang imam untuk sepanjang hari itu. Berkat akhir Misa itu sangat penting bagi hidup kita, sepanjang hidup kita selama satu hari atau satu minggu sampai ke Misa berikutnya.
7/7 Phoca PDF