Berita
WISATA
Cover story:
Educate the Educators through Teacher Internship Program
3rd Edition July - September 2015
04
Flores
Kelimutu Festival and Exhibition 2015
07
Tanjung Puting
Lopus: A Fan of Hope
14
Toraja
The Black Gold from Toraja
17
Wakatobi
Potapaki Festival
WISATA - Tourism Development for Selected Destinations in Indonesia
1
WISATA Program
Professor Morrison received certificate as guest lecture from AKPAR Makassar Makassar
Professor Morrison Lectured in AKPAR Makassar E On July 2nd - 3rd, 2015, Professor Alastair Morrison delivered a lecture in AKPAR Makassar (Tourism Academy of Makassar). The two-day lecture raised issues about international journal and research publication and tourism destination management concept in Indonesia and worldwide.” Alastair Morrison is a professor emeritus on tourism and hospitality marketing in Purdue University, Indiana, USA.
Various questions and argumentations marked the huge interest of the participants on the delivered material, considering the limited access AKPAR Makassar has in publishing on international journal. The discussion got warmer when Professor Morrison explained about the strategy to publish researches on international journals. The topic on destination management addressed in the lecture increase AKPAR Makassar teachers’ understanding about the importance of the issue, in terms of the need on the destination, availability and readiness of the human resources. AKPAR and other tourism higher education institution has a significant position in implementing destination management program. The day before the lecture, Swisscontact WISATA together with practitioner from DMO Toraja shared their experience on Toraja and Flores destination management program.
2
WISATA - Tourism Development for Selected Destinations in Indonesia
I Pada tanggal 2 - 3 Juli 2015, Profesor Alastair Morrison memberikan kuliah umum di Akademi Pariwisata (AKPAR) Makassar. Dua hari kuliah tersebut mengangkat isu publikasi jurnal dan penelitian pariwisata serta konsep pengelolaan destinasi pariwisata di dunia dan di Indonesia. Alastair Morrison adalah seorang professor emeritus yang memiliki spesialisasi pada bidang tourism and hospitality marketing di Universitas Purdue, Indiana, Amerika Serikat.
Berbagai pertanyaan maupun argumentasi menandai ketertarikan para peserta yang besar atas materi yang disampaikan, mengingat terbatasnya akses untuk mempublikasikan penelitian dari AKPAR Makassar dalam jurnal internasional. Diskusi menghangat ketika Professor Morrison menyampaikan strategi untuk mempublikasikan hasil penelitian dalam jurnal internasional. Topik mengenai pengelolaan destinasi yang diangkat makin menguatkan pemahaman para pengajar AKPAR Makassar mengenai pentingnya isu ini, ditinjau dari kebutuhan di lapangan maupun ketersediaan dan kesiapan sumber daya manusianya. AKPAR maupun institusi pendidikan tinggi pariwisata lainnya memiliki posisi penting dalam penyelenggaraan program pengelolaan destinasi tersebut. Sehari sebelum kuliah umum, praktisi dari DMO Toraja dan Swisscontact WISATA bersama-sama berbagi pengalaman yang telah didapat mengenai program pengelolaan destinasi di Toraja dan Flores.
Content & Publisher's Note
Apa Kabar
Ruedi Nuetzi Swisscontact WISATA Program Manager
We are delighted to share the new Berita Wisata with you, this time with a different style. This edition highlights the importance of education especially vocational training which plays an important role to prepare youth for their professional future. It is necessary that such a training meets the requirements of the industry and vocational teachers have an understanding about this. WISATA II through its education and training program realized a Teacher Internship Program which brought 14 vocational teachers from the 7 partner schools in Flores, Wakatobi, Toraja, and Tanjung Puting to have onemonth practical training at starred hotels, international, and national tour operators as well as national airline company in Bali. Through this exposure the participants could improve their knowledge and practical capacities. In addition they got insights on updated developments and trends now applied in the hospitality and travel industry. With such a cooperation, where schools and industries work together, we believe it makes vocational education more beneficial for the students and relevant for the industrial need. Happy reading and warmest regards from all of us.
Contents 04
Flores
Kelimutu Festival and Exhibition 2015
07
Tanjung Puting
Lopus: A Fan of Hope
08 Cover Story
Educate the Educators through Teacher Internship Program
14
Toraja
The Black Gold from Toraja
17
Wakatobi
Potapaki Festival, Wakatobi
18 Vocational & Higher Education International Tourism and Hospitality Grand Recruitment
Correction E In the article “Wakatobi Stakeholder Meeting and Workshop” appeared on Berita Wisata, 2nd Edition of April-June 2015, page 13, the correct sentences should read: • “The Head of Destination Development representing Tourism Office of Wakatobi, National Park Section III Tomia, village official,…” • “…two art shops in Tomia (one for each sub-district).” We apologize for the error. - Editor
Pada tulisan “Wakatobi Stakeholder Meeting and Workshop” di I Berita Wisata, Edisi 2 (April-June 2015), halaman 13, kalimat yang benar seharusnya: • “Kepala Pengembangan Destinasi sebagai perwakilan dari Dinas Pariwisata Wakatobi, Taman Nasional Seksi III Tomia, pejabat desa,…” • “… 2 toko kerajinan di Tomia untuk tiap kecamatan pada tahun mendatang.” Demikian kesalahan diperbaiki. - Redaksi
Publisher Publisher
Photography
Design & Layout
Printer
Swisscontact WISATA Jl. Batur Sari No. 20SB, Sanur Denpasar - Bali 80227 Indonesia
Swisscontact WISATA Djuna Ivereigh (www.djunapix.com)
Swisscontact WISATA
PT Cintya Denpasar
The project is supported by SECO in cooperation with Ministry of Tourism, implemented by Swisscontact *No part of this publication may be copied or reproduced in any form by any means.
WISATA - Tourism Development for Selected Destinations in Indonesia
3
Mosalaki in Pati Ka Du’a Bapu Ata Mata Ende, Flores
Kelimutu Festival and Exhibition 2015 E Kelimutu festival and exhibition was once again carried out at Woloara Sub-district, Ende Regency on 13-15 August 2015. Marselinus Y.W. Petu, the Regent of Ende, attended the annual event to also commemorate Indonesia’s Independence Day.
In the event, many competitions were conducted in each village in Ende Regency, such as cooking challenge aimed to improve local women’s creativity in serving traditional dishes. The food was also sold in each exhibition booth. In addition, Kelimutu National Park and the adat community, together with the Tourism Office held Pati Ka Du’a Bapu Ata Mata on 14 August 2015. The ritual was based on the belief of Lio Tribe that Kelimutu Crater Lake is a place where the soul returns to in the afterlife. Lio is an indigenous tribe living in the eastern part of Flores, in Ende Regency. In the rite Lio people dedicated various food offering to the ancestor’s souls. Brown rice, pork, and moke were offered through a dance and traditional song sung by the mosalaki (elderly chief) of Lio. In addition to honoring the ancestors, Pati Ka Du’a Bapu Ata Mata is also an expression of gratitude for all the blessings and wealth in their life.
4
WISATA - Tourism Development for Selected Destinations in Indonesia
I Pameran dan Festival Kelimutu kembali digelar pada tanggal 13-15 Agustus 2015 di Kecamatan Woloara, Kabupaten Ende. Bupati Ende, Marselinus Y.W. Petu hadir di acara tahunan yang digelar sekaligus dalam rangka Hari Kemerdekaan Indonesia.
Dalam acara ini, berbagai lomba diadakan di setiap desa di Kabupaten Ende, seperti lomba masak yang bertujuan mendorong kreatifitas wanita dalam menyajikan makanan tradisional yang nantinya dijual di stan pameran. Selain itu, Taman Nasional Kelimutu dan masyarakat adat bersama dengan Dinas Pariwisata juga menggelar tradisi Pati Ka Du’a Bapu Ata Mata pada tanggal 14 Agustus 2015. Acara ini diselenggarakan sesuai adat Suku Lio yang mempercayai Danau Kelimutu sebagai tempat berpulangnya roh dari mereka yang telah meninggal dunia. Suku Lio merupakan suku asli yang tinggal di Flores bagian Timur di Kabupaten Ende. Dalam ritual ini masyarakat Lio mempersembahkan bermacam makanan kepada arwah nenek moyang. Beras merah, daging babi, dan moke dihaturkan melalui tarian dan nyanyian khas adat yang dilakukan oleh para mosalaki (tetua adat) Suku Lio. Selain menjadi penghormatan bagi nenek moyang, Pati Ka Du’a Bapu Ata Mata adalah ungkapan rasa syukur atas kenikmatan dan kesejahteraan di kehidupan mereka.
Flores
The Winners of Clean Up Competition Labuan Bajo, Flores
Labuan Bajo Clean Up Competition E The community of Labuan Bajo is aware that environment closely relates to every tourism development. It therefore needs attention from tourism actors. Komodo Dive Operator Community together with BPLH (Environment Management Agency) of Manggarai Barat and Kelurahan (Village Administrative) of Labuan Bajo sponsored an event aimed at raising awareness of leaders and the community members in keeping the environment clean.
IMasyarakat Labuan Bajo menyadari lingkungan erat berhubungan dengan setiap pengembangan pariwisata. Karenanya perlu perhatian dari para pelaku pariwisata. Komunitas Operator Selam Komodo bersama-sama dengan BPLH (Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup) Manggarai Barat dan Kelurahan dari Labuan Bajo mensponsori acara yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran para pemimpin dan anggota masyarakat dalam menjaga kebersihan lingkungan.
To change the mindset of the community to be more eco-friendly, a clean-up competition involving 19 RT (neighborhood group) in Labuan Bajo was organized. The competition was held from July to September to keep the participating neighborhoods committed to the clean-up actions. Swisscontact facilitated the meetings and field visits also contributed the prizes.
Untuk mengubah pola pikir masyarakat agar menjadi lebih ramah lingkungan, lomba kebersihan yang melibatkan 19 RT di Labuan Bajo diselenggarakan. Kompetisi ini diadakan dari Juli hingga September untuk menjaga komitmen RT yang berpartisipasi dalam menjaga kebersihan. Swisscontact memfasilitasi pertemuan dan kunjungan lapangan juga memberikan kontribusi hadiah bagi pemenang.
The winners are RT18, RT06, and RT09 who were presented trophies on the commemoration of Indonesia’s Independence Day. This event managed to reach the expectations of the organizers because there was an initiative proposed by the participants to keep their environment clean. They also hoped the same event held annually to create a collective mindset on sustainable and healthy environment.
Para pemenang adalah RT18, RT06, dan RT09 yang menerima piala pada peringatan Hari Kemerdekaan Indonesia. Acara ini berhasil mencapai harapan penyelenggara karena adanya inisiatif yang diusulkan oleh warga untuk menjaga kebersihan lingkungan mereka. Mereka juga berharap acara yang sama diadakan setiap tahun untuk menciptakan pola pikir kolektif dalam menjaga lingkungan yang sehat dan berkelanjutan.
WISATA - Tourism Development for Selected Destinations in Indonesia
5
Bebantan Laman ritual Tanjung Puting
Bebantan Laman: Appreciating Nature & Ancestors E It is such a great local wisdom where tradition and custom of the ancestors are still well-preserved when surrounded by an emerging industrial neighborhood. Bebantan (read: Bobantan) Laman, an annual ritual of Dayak Tomun community in the territory of Delang Sub-district, Lamandau District, Kalimantan Tengah has been held as a tradition to remark the incoming harvest season.
I Adalah sebuah kearifan lokal yang agung ketika tradisi dan adat leluhur masih lestari di tengah lingkungan industri yang sedang bertumbuh. Bebantan (baca: Bobantan) Laman, sebuah ritual tahunan masyarakat Dayak Tomun di wilayah Kecamatan Delang, Kabupaten Lamandau, Kalimantan Tengah dilaksanakan sebagai tradisi untuk menandai musim panen yang segera tiba.
Held every July 7th, the ritual continues the tradition of their predecessors, about expressing their gratitude to nature and their ancestors. The ritual is part of Kaharingan, Dayak folk’s belief that has a strong connection with nature and various rituals marking the cycle of life of the believers.
Diselenggarakan setiap tanggal 7 Juli, ritual ini melanjutkan tradisi pendahulu mereka, mengungkapkan rasa syukur kepada alam dan leluhur. Ritual ini merupakan bagian dari Kaharingan, kepercayaan masyarakat Dayak yang berkaitan erat dengan alam dan berbagai ritual yang menandai lingkaran kehidupan para penganutnya.
As time goes by, the social system of the Dayak community subsequently has evolved due to influences from various new beliefs. The younger generations, especially those who have embraced other beliefs, have difficulties in understanding the tradition and custom of the Dayak Tomun’s ancestors. The situation created a gap between those who still believe in Kaharingan and those who no longer practice it. Fortunately, the local community is aware of the importance of preserving culture and tradition. This was evident in the ritual whereby all members of the community worked hand-in-hand to show respect in the adat ceremony. The event was held in eleven villages and in each village the community expressed their gratitude before harvesting their farms.
6
WISATA - Tourism Development for Selected Destinations in Indonesia
Seiring berjalannya waktu, sistem sosial masyarakat Dayak Tomun mengalami perubahan karena pengaruh berbagai kepercayaan baru. Tradisi dan adat para leluhur Dayak Tomun ini cukup sulit dipahami oleh para generasi muda, terutama yang memeluk kepercayaan lain. Hal ini menciptakan kesenjangan antara masyarakat yang masih berpegang pada Kaharingan dan mereka yang sudah tidak lagi melakoninya. Untungnya, masyarakat lokal sadar akan pentingnya pelestarian budaya dan tradisi. Hal ini terlihat dalam ritual dimana semua masyarakat bekerjasama menunjukkan rasa hormat dalam penyelenggaraan upacara tersebut. Acara ini diselenggarakan di 11 desa dan di setiap desa, masyarakat menyampaikan rasa syukur sebelum memanen ladangnya.
Tanjung Puting Lopus: A Fan of Hope E The women of Lopus village learn making handicrafts from local natural materials. Almost dancing, their hands and fingers move rhythmically and turn the bamboo, rattan, purun (a type of marsh grass) and kapuak (a type of tree bark) into fans and handbags.
“Look what we’ve made,” said Mrs. Jenta when Swisscontact WISATA team visited her stilt wooden house. Mrs. Jenta came out of her room and showed two fans made by her and Mrs. Helda. They made their first fans with kapuak on one side and woven bamboo on the other. The fans were not of a good quality unfortunately. As part of local product development, Swisscontact WISATA therefore supports the implementation of a series of relevant trainings to improve their work. In August, a sample of well-handmade fan and handbag were left to spark the women’s interest in improving quality. Local handicraft industries has the potential to provide an alternative income for the people of Lopus village in the future. Handmade fan and bags are the step to get closer to it. The fan the Lopus women make is small, yet it represents a big hope of generating more appealing handicrafts to attract visitors to buy that in the end will improve their livelihood.
I Ibu-Ibu dari desa Lopus belajar membuat kerajinan dari bahanbahan alami lokal. Seakan menari, tangan dan jari-jari mereka bergerak berirama dan mengubah bilah-bilah bambu, rotan, purun (sejenis rumput rawa) dan kapuak (sejenis kulit pohon) menjadi kipas dan tas tangan.
“Lihat apa yang sudah kami buat,” kata Ibu Jenta saat tim Swisscontact WISATA mengunjungi rumah panggungnya. Ibu Jenta keluar dari kamarnya dan menunjukkan dua buah kipas yang dibuat bersama dengan Ibu Helda. Mereka membuat kipas pertamanya dari kapuak di satu sisi dan di sisi lainnya dibuat dari anyaman bambu. Sayangnya hasilnya masih terlihat kasar. Untuk itu, perlu adanya pelatihan dan percobaan lagi dalam waktu dekat untuk membuatnya lebih bagus. Pada bulan Agustus, sebuah contoh kipas buatan tangan dan tas diberikan untuk memicu semangat Ibu-Ibu tersebut dalam meningkatkan kualitas. Industri kerajinan lokal memiliki potensi untuk memberikan penghasilan alternatif bagi masyarakat desa Lopus di masa depan. Kipas buatan tangan dan tas adalah langkah untuk lebih dekat dengan itu. Kipas yang dibuat perempuan Lopus memang kecil, namun ini merupakan harapan besar untuk bisa menghasilkan kerajinan yang lebih menarik agar pengunjung tertarik untuk membeli yang pada akhirnya akan meningkatkan mata pencaharian mereka.
The women of Lopus Village showed the handmade fans Tanjung Puting
WISATA - Tourism Development for Selected Destinations in Indonesia
7
Mr. Heribertus Hegar do intership in Garuda Indonesia Airlines Office Bali
Educate the Educators through Teacher Internship Program Indonesia has great potential for tourism with its extraordinary natural and cultural diversity. Tourism destinations should be managed to attract visitors to experience Indonesia. Speaking of tourism destination management, quality of human resources becomes an important and interesting issue to discuss. In this regard, education is the best tool to produce quality human resources. The tourism industry does not only require staff with outstanding ability and knowledge, but rather those with good attitudes. Whereas hospitality education is designed to create professionals with promising careers, in fact, tourism schools face many constraints in meeting the expectations of the industry. E
Vocational High School (SMK) as an educational institution focusing on practical skill development, play a significant role in human resources development. Swisscontact WISATA partners with 7 SMKs namely SMK Negeri 1 Labuan Bajo, SMK Swakarsa Ruteng, SMK St. Thomas Maumere, SMK 1 Wangi-Wangi Wakatobi, SMK Negeri Eran Batu, and SMK Wirawisata Toraja to create innovations to cope with demand on quality and quantity of human resources in the tourism sector. Issues identified were lack of competent teachers, in terms of quality and quantity, minimum school facilities, and lack of access to the industry. In SMK Negeri 1 Pangkalan Bun and SMK Negeri 1 Wangi-Wangi Wakatobi for instance, there were only 3 teachers for tourism lessons. Therefore, the teachers did not have the opportunity to do practical work in industry to develop skills and experience that can be applied to school teaching materials. Swisscontact linked schools with the industry through Teacher Internship Program (TIP) conducted from June 12 to July 2015. During the period, teachers from four target destinations went to
8
WISATA - Tourism Development for Selected Destinations in Indonesia
Bali for internship programs at hotels, tour operators, and airline companies, namely Novotel Nusa Dua, Bali Dynasty Resort, Melia Bali Indonesia, Asian Trails, Flores Trails, Pacific World, and Garuda Indonesia. The teachers also attended workshops to develop skills in writing proposals and teaching methods. As a means of evaluation, every Saturday during the internship month, the teachers gathered to report on their activities and shared knowledge with others. They also described challenges encountered and how to deal with them in the industry. A short story of Mrs. Anastasia Edelfina Noeng, teacher of SMK St. Thomas Maumere, was that she was very excited to participate in the internship program at the Asian Trails, a well-known tour operator. She said, “What I got as an intern at Asian Trails are very useful to improve my knowledge on tour guide operations. The materials that I had been teaching my students with were outdated, everything was just around theory, without understanding of the real conditions in the field. After participating in this internship program, I feel confident to share my experiences and new knowledge with my students. Asian Trails was excellent and very organized in arranging tours and providing guides for the guests. I feel very fortunate to have the opportunity to do my internship there. Quoted from other participant, Mr. Avelinus Pakas of SMK Swakarsa Ruteng, “Swisscontact managed TIP 2015 well. The program is very useful to improve teachers’ competence and we will share the knowledge with other teachers and students upon our return.”
Cover Story I Indonesia memiliki potensi pariwisata yang besar dengan alam dan keberagaman budayanya yang luar biasa. Pengelolaan destinasi wisata seharusnya menjadi perhatian utama untuk dapat menarik pengunjung menikmati pengalaman mereka di Indonesia. Berbicara mengenai pengelolaan destinasi wisata, faktor sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas menjadi masalah penting dan menarik untuk didiskusikan. Dalam hal ini, peran pendidikan sepertinya merupakan alat terbaik untuk menghasilkan SDM yang berkualitas. Industri pariwisata tidak hanya menuntut SDM dengan kemampuan dan pengetahuan yang luar biasa, namun lebih membutuhkan mereka yang berperilaku yang baik. Pendidikan pariwisata didesain untuk mendidik menjadi seorang profesional dan menawarkan pekerjaan, namun dalam kenyataannya, sekolah pariwisata menghadapi kendala dalam mempersiapkan kebutuhan industri pariwisata.
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) memainkan peranan penting sebagai sebuah institusi pendidikan yang fokus pada pengembangan kemampuan praktis dalam pembangunan kualitas SDM. Swisscontact WISATA bekerja sama dengan 7 SMK sebagai sekolah mitra yakni SMK Negeri 1 Labuan Bajo, SMK Swakarsa Ruteng, SMK St. Thomas Maumere, SMK Negeri 1 Wangi-Wangi Wakatobi, SMK Negeri Eran Batu, and SMK Wirawisata Toraja dengan harapan bahwa hal ini menjadi inovasi dalam menjawab pertanyaan mengenai kualitas dan kuantitas dari SDM pariwisata di tingkat SMK. Permasalahan yang teridentifikasi adalah kurangnya guru yang kompenten, baik dari segi kualitas maupun kuantitas, minimnya fasilitas sekolah, dan belum terbukanya akses langsung yang menghubungkan sekolah dengan industri. Seperti yang terjadi di SMK Negeri 1 Pangkalan Bun dan SMK Negeri 1 Wangi-Wangi Wakatobi, yang hanya memiliki 3 guru untuk kelas pariwisata. Para guru tidak mendapat kesempatan untuk melakukan praktek kerja di dalam industri guna mengembangkan kemampuan dan pengalaman mereka yang kemudian dapat diaplikasikan dalam materi pembelajaran di sekolah. Swisscontact mencoba menghubungkan sekolah dengan industri melalui Program Magang Guru (TIP) yang diadakan pada tanggal 12 Juni
hingga Juli 2015. Selama satu bulan, para guru dari 4 destinasi binaan datang ke Bali untuk melakukan program magang di hotel, operator tur, dan perusahaan maskapai penerbangan, di antaranya adalah Novotel Nusa Dua, Bali Dynasty Resort, Melia Bali Indonesia, Asian Trails, Flores Trails, Pacific World, dan Garuda Indonesia. Mereka juga mengikuti lokakarya untuk mengembangkan kemampuan mereka dalam menulis proposal dan metode mengajar. Sebagai sarana evaluasi, setiap hari Sabtu selama bulan magang, para guru berkumpul untuk melaporkan kegiatan magang mereka dan membagikan pengetahuan yang mereka dapat kepada yang lain. Mereka juga menceritakan tantangan yang mereka temui dan cara menghadapi tantangan tersebut di dunia industri. Cerita singkat dari Ibu Anastasia Edelfina Noeng, guru SMK Santo Thomas Maumere dimana ia sangat bersemangat mengikuti program magang di Asian Trails, sebuah operator tur ternama. “Apa yang saya dapatkan sebagai peserta magang di Asian Trails sangat berguna untuk meningkatkan pengetahuan saya mengenai proses pemanduan. Selama ini, yang saya tahu dan saya ajarkan kepada anak didik sudah ketinggalan jaman, semuanya hanya berkisar mengenai teori tanpa pemahaman mengenai kondisi nyata di lapangan. Setelah mengikuti program magang ini, saya merasa percaya diri untuk membagikan pengalaman dan pengetahuan baru saya kepada anak didik saya. Asian Trails mengatur perjalanan wisata dan memandu tamu dengan sangat baik dan sangat teratur. Saya merasa sangat beruntung mendapatkan kesempatan untuk menjadi peserta magang di sana,” tutur Ibu Adel saat diwawancara perihal pengalamannya selama mengikuti TIP. Dikutip dari peserta lain, Bapak Avelinus Pakas dari SMK Swakarsa Ruteng, “Swisccontact mengelola TIP 2015 dengan baik. Program ini sangat berguna untuk memperbaiki kompetensi para guru yang nantinya akan dibagikan kepada guru dan anak didik sekembalinya kami ke sekolah asal.”
Mr. Heribertus and Ms. Adel join guiding process with tour guide from Asian Trails Bali
WISATA - Tourism Development for Selected Destinations in Indonesia
9
Representative of hotels received certificate as gratitude of their partnership on TIP 2015 Bali
Partnership Gathering for Better SMK E As an evaluation of the TIP, a meeting with the companies were held in Bali Dynasty Resort on September 17, 2015. Representatives from the host, Melia Bali Indonesia, Novotel Nusa Dua, and 2 model schools (SMK 3 Denpasar and SMK Pariwisata Harapan Denpasar) attended and shared their experiences. Evaluators from the hotels commented that the teachers’ basic knowledge on the tourism industry needed to be improved and there was a need for prior briefing on how to work in a professional manner. Cultural differences between Bali and where the teachers came from was a major challenge given the short time during which they had to make adjustments. The hotel suggested for the TIP to be conducted during off-season so that the learning process may be conducted optimally. During the session, the schools were also able to hear the expectations of the industry.
Mrs. Lucia, Training Manager of Bali Dynasty Resort in an interview said that this program was a new challenge because this was the first time they received teacher interns instead of student interns. As a training manager who had met many interns, she asserted that human resources development is not just about developing students, but also teachers. “This is a big responsibility because we need to train those who will pass on the knowledge to students who will work in the tourism industry in the future. One major challenge is that we have to adjust what is required by the Bali Dynasty while providing what is needed by the teachers.” TIP was designed to meet teachers’ expectations. The teachers had to prepare a weekly summary of the newly acquired knowledge
10
WISATA - Tourism Development for Selected Destinations in Indonesia
so that it can be used as an additional teaching materials later. Mrs. Lucia added, “What I found from the interns who came to Bali Dynasty is that the schools only focus on two aspects: skill and knowledge. The fact that the industry prefers an employee who has a good attitude instead of just a brilliant student is not taken into account yet. Attitudes are very important because the tourism industry sells services.” Mr. Björn Schimanski, Managing Director Asian Trails in an interview said, “Education is the key to all professions and we need qualified staff to meet the demands and expectations of clients and guests.” Mr. Benediktus Onor, Operation Manager of Asian Trails who supervised the interns added “There needs to be a synchronization between what schools teach and the practice of the tourism industry. Education has a major role in the development of destinations; that is why human resources development and education are equally important. We strongly support this teacher internship program because it will enable schools to provide higher quality human resources for our businesses.” Being a teacher is not just about teaching, but it is also about learning. Teaching alone is not enough. The teacher must be able to educate the students to have a better understanding of the knowledge. Through TIP, Swisscontact WISATA opens the opportunity to educate the educators to produce more qualified human resources for the tourism sector. As a follow-up activity, a cultural-based internship development tool/pocket book will be created this year as a trial of its application in 2016.
Cover Story I Sebagai evaluasi dari TIP, sebuah pertemuan antara industri dimana para guru menjalankan program magang diadakan di Bali Dynasty Resort pada tanggal 17 September 2015. Perwakilan dari tuan rumah, Melia Bali Indonesia, Novotel Nusa Dua, dan 2 sekolah model (SMKN 3 Denpasar dan SMK Pariwisata Harapan Denpasar) turut menghadiri pertemuan ini dan membagikan pengalaman mereka selama melatih para guru. Evaluasi dari pihak hotel adalah pengetahuan dasar para guru mengenai industri pariwisata yang perlu diperbaiki dan perlunya penjelasan awal sebelum memulai program mengenai bagaimana bekerja secara profesional. Perbedaan budaya antara Bali dan tempat asal para guru merupakan tantangan besar mengingat singkatnya waktu yang mereka miliki untuk menyesuaikan diri. Pihak hotel menyarankan agar TIP selanjutnya dapat dilaksanakan pada musim sepi agar lebih maksimal dalam proses pembagian pengetahuan. Dari umpan balik tersebut, sekolah model juga dapat mendengar secara langsung apa yang diharapkan oleh industri dari para siswa.
Ms. Lucia, Training Manager Bali Dynasty Resort
Ibu Lucia, Manajer Pelatihan dari Bali Dynasty Resort dalam wawancaranya menyampaikan bahwa program ini merupakan tantangan baru karena ini merupakan kali pertama dimana mereka menerima guru sebagai peserta magang, bukan siswa. Sebagai manajer pelatihan yang sudah banyak bertemu dengan anak magang, beliau menegaskan bahwa berbicara mengenai manusia dan pengembangan tidak hanya melihat dari sisi siswa, tetapi juga guru. Ibu Lucia menyampaikan bahwa, “Ini merupakan tanggung jawab besar karena kami harus melatih mereka yang akan mengajarkan apa yang sudah kami bagikan kepada para murid untuk nantinya diaplikasikan dalam praktek kerja industri.” Satu tantangan besar adalah kami harus menyesuaikan apa yang dibutuhkan oleh Bali Dynasty sekaligus menyediakan apa yang diperlukan oleh para guru.” TIP dirancang untuk mencapai harapan guru. Para guru harus membuat rangkuman mingguan dari pengetahuan terbaru yang mereka dapat dengan harapan agar dapat digunakan sebagai tambahan materi pengajaran nantinya. Ibu Lucia menambahkan, “Apa yang saya lihat dari para murid yang datang ke Bali Dynasty sebagai peserta magang adalah bahwa sekolah mereka hanya menitikberatkan pada dua aspek, yaitu pengetahuan dan kemampuan. Kenyataan bahwa industri mengharapkan karyawan dengan perilaku baik dibandingkan sekedar murid yang pandai jelas terlihat sebagai hal yang kurang diperhatikan. Cara berperilaku sangatlah penting karena industri pariwisata menjual jasa.” Bapak Björn Schimanski, Direktur Utama Asian Trails dalam wawancaranya menyampaikan, “Pendidikan merupakan kunci dari segala profesi profesional dan kita memerlukan staf berkualitas untuk dapat memenuhi permintaan dan harapan dari klien dan tamu.” Bapak Benediktus Onor, Manajer Operasional Asian Trails yang menjadi supervisor dari guru magang menambahkan “Perlu adanya sinkronisasi antara apa yang sekolah ajarkan dan praktek kerja industri pariwisata. Pendidikan memiliki peran yang besar dalam pengembangan destinasi, itulah mengapa pengembangan SDM menjadi tidak kalah pentingnya dengan pendidikan. Kami sangat mendukung program guru magang ini karena hal ini juga akan berguna untuk bisnis kami apabila sekolah dapat menyiapkan SDM yang lebih berkualitas.”
Mr. Benediktus Onor, Operational Manager Asian Trails
Menjadi seorang guru tidak hanya mengenai mengajar, tetapi juga belajar. Mengajar saja tidak cukup, para guru juga harus berpikir cara untuk mendidik para murid agar memahami apa yang mereka berikan. Swisscontact melalui TIP menciptakan kesempatan mendidik para pendidik untuk dapat mencetak lebih banyak lagi SDM yang berkualitas untuk pembangunan pariwisata. Sebagai kegiatan lanjutan, pengembangan perangkat magang/buku saku untuk kegiatan magang berbasis budaya tengah dikerjakan tahun ini untuk kemudian akan diujicoba sebagai permulaan penggunaan buku saku pada tahun 2016.
WISATA - Tourism Development for Selected Destinations in Indonesia
11
On behalf of SMK Wirawisata Toraja, Mr. Ruedi received donation from Bali Dynasty Resort Bali
12
WISATA - Tourism Development for Selected Destinations in Indonesia
Cover Story
Handing over Bali Dynasty Resort's Donation to SMK Wirawisata Toraja Toraja
WISATA - Tourism Development for Selected Destinations in Indonesia
13
Toraja's coffee beans Toraja
The Black Gold from Toraja
E A visit to Toraja will not be complete without tasting its coffee. In addition to its natural beauty and rich culture, Toraja is also famous for its local product: Arabica coffee. Located in the highlands with an elevation between 1000m–1500m above sea level gives Toraja cool weather that makes it a paradise for coffee plantation. Most communities in Toraja plant coffee either for personal consumption or for sale.
I Tidak lengkap rasanya jika berwisata ke Toraja tanpa menikmati kopinya. Selain kekayaan budaya dan keindahan alamnya, Toraja juga terkenal dengan produk lokalnya: kopi Arabika. Berada di dataran tinggi dengan ketinggian antara 1000mdpl– 1500mdpl memberi Toraja iklim yang sejuk yang menjadikannya surga bagi perkebunan kopi. Sebagian besar masyarakat di Toraja menanam pohon kopi, baik untuk konsumsi sendiri maupun dijual.
Mr. Suleman Miting, a Toraja coffee expert, explained that there are various stories about how coffee arrived in Toraja. One of them was through Arabian traders. Like any other valuable treasures, Toraja coffee lid “Coffee War,” an epic battle started when the Buginese tried to conquer Toraja in the 1890s, solely triggered by the highly valued ‘Black Gold.’ We can still find the original Arabica coffee trees which have lived for hundreds of years at several locations.
Bapak Suleman Miting, seorang pemerhati kopi Toraja, menjelaskan bahwa terdapat beberapa versi asal muasal masuknya kopi di Toraja. Salah satunya adalah lewat saudagar Arab. Seperti barang berharga lainnya, Toraja kopi memicu “Perang Kopi,” sebuah pertempuran epik yang dimulai ketika Bugis mencoba menaklukkan Toraja pada tahun 1890, terpicu karena emas hitam yang sangat berharga. Pohon induk kopi Arabika asli berusia ratusan tahun masih dapat ditemui di beberapa tempat.
Due to the special aroma of Toraja coffee, PT Toarco Jaya (known as Key Coffee Inc. in Japan) has been operating a coffee plantation in Padamaran since 1976. On 4 August, Swisscontact WISATA brought Toraja DMO to visit Padamaran, located 18 kilometer from Rantapao town. The team saw Arabica coffee processing at PT Toarco Jaya, starting from the harvesting, washing, drying, sorting, up to the cup testing process. The visit was conducted to learn how to manage coffee tourism in Toraja in the future.
Aroma yang khas dari kopi Toraja membuat PT. Toarco Jaya (dari Jepang, dikenal dengan nama Key Coffee Inc.) membuka perkebunan kopi di Padamaran sejak tahun 1976. Pada tanggal 4 Agustus lalu, Swisscontact WISATA mengajak DMO Toraja berkunjung ke Padamaran yang berjarak 18 kilometer dari kota Rantepao. Tim berkesempatan melihat pengolahan kopi Arabika, mulai dari pemetikan, pencucian, pengeringan, pemilahan, dan tes rasa sebagai pengelolaan wisata kopi di Toraja nantinya.
14
WISATA - Tourism Development for Selected Destinations in Indonesia
Toraja Toraja DMO Support Promotion Plan 2016 E Toraja DMO supported the formation of Toraja’s upcoming marketing program. On 27 July 2015 in cooperation with Indonesian Hotel and Restaurant Association (PHRI), Toraja DMO and Swisscontact WISATA held a discussion to synchronize next year’s planning on marketing and promotion.
Participated by representatives of Ministry of Tourism, local governments of Tana Toraja and Toraja Utara Regency, Toraja Diaspora, tourism association, and tourism experts, the meeting resulted in a marketing and promotion work plan for 2016 that will be implemented in accordance with the capacity of respective agency, institution and community. Since its establishment on 3 May 2012, Toraja DMO slowly but surely has been coordinating integrated efforts among Toraja stakeholders to support economic advancement through the development of sustainable tourism. Run under the DMO Program declared by the Ministry of Tourism and Creative Economy in 2010, Toraja DMO manages tourism destination development on the highlands along with the other members comprising of representatives of local government, tourism practitioners, associations, academics, NGOs, and tourism key actors. The recent achievement DMO Toraja has performed is rebrand Toraja that leads to the establishment of the destination’s logo and tagline to help promote the area.
I Toraja DMO telah mendukung pembentukan program pemasaran Toraja mendatang. Pada tanggal 27 Juli 2015 dalam kerjasama dengan Persatuan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI), Toraja DMO dan Swisscontact WISATA mengadakan diskusi untuk menyinkronkan perencanaan tahun depan pada pemasaran dan promosi.
Diikuti oleh perwakilan dari Kementerian Pariwisata, pemerintah daerah Kabupaten Tana Toraja dan Toraja Utara, Toraja Diaspora, asosiasi, dan ahli pariwisata, pertemuan menghasilkan rencana kerja pemasaran dan promosi untuk 2016 yang akan dilaksanakan sesuai dengan kapasitas masing-masing instansi, lembaga, dan masyarakat. Sejak berdirinya pada tanggal 3 Mei 2012, Toraja DMO perlahan tapi pasti telah mengkoordinasikan upaya terpadu antara para pemangku kepentingan Toraja untuk mendukung kemajuan ekonomi melalui pengembangan pariwisata berkelanjutan. Berjalan di bawah Program DMO yang dinyatakan oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif pada tahun 2010, Toraja DMO mengelola pengembangan destinasi pariwisata di dataran tinggi Toraja bersama dengan anggota lain yang terdiri dari wakil-wakil dari pemerintah daerah, praktisi pariwisata, asosiasi, akademisi, LSM, dan aktor kunci pariwisata. Pencapaian terbaru DMO Toraja yang telah dilakukan adalah mengubah pencitraan Toraja yang mengarah ke pembentukan logo dan tagline untuk membantu mempromosikan destinasi pariwisatanya.
Promotion Plan Meeting with DMO Toraja Toraja
WISATA - Tourism Development for Selected Destinations in Indonesia
15
Visitors enjoyed the trip in Liya Togo Wakatobi
Liya Togo is Ready to Serve Visitors E Kepooli, a local community based tourism organization in Liya Togo, Wakatobi has its first trial on managing a tourist visit to the area. A group of visitors from Poland had the honor of being the first official guests visiting the village. They were guided as they walked down the village and enjoyed some local attractions. They also had the opportunity to try cooking Soami – a traditional dish made from cassava.
I Kepooli, sebuah organisasi pariwisata berbasis masyarakat di Liya Togo, Wakatobi melaksanakan trial perdana mengelola kunjungan wisata di daerahnya. Sekelompok wisatawan dari Polandia mendapat kehormatan menjadi tamu resmi pertama. Mereka dipandu saat berjalan menyusuri desa dan menikmati beberapa atraksi lokal. Mereka juga berkesempatan belajar memasak Soami - hidangan tradisional yang terbuat dari singkong.
The visitors were very impressed with the whole tour arrangement offered by Kepooli. The group leader said, “This is the first time Kepooli organizes a tour package, manages the tour independently, and hosts overseas guests. The villagers happily provide the best service and satisfy the visitors.”
Para wisatawan ini sangat terkesan dengan seluruh pengaturan tur yang ditawarkan oleh Kepooli. Pimpinan kelompok mengatakan, “Ini adalah pertama kalinya Kepooli menyelenggarakan paket wisata, mengelola tur mandiri, dan menjadi tuan rumah bagi tamu luar negeri. Para penduduk desa dengan senang hati memberikan pelayanan yang terbaik dan memuaskan pengunjung.”
The tour was a continuation of the previous English and tour guide training facilitated by Swisscontact WISATA. During the tour, the training participants were able to practice the skills learned from the training, ranging from welcoming to serving food to the guests.
16
WISATA - Tourism Development for Selected Destinations in Indonesia
Tur tersebut adalah kelanjutan dari pelatihan bahasa Inggris dan pemandu wisata sebelumnya yang difasilitasi oleh Swisscontact WISATA. Selama tur, peserta pelatihan mempraktekkan keterampilan yang dipelajari dari pelatihan, mulai dari menyambut hingga menghidangkan makanan untuk tamu.
Wakatobi Potapaki Festival, Wakatobi E Perhaps Potapaki Festival is the only celebration devoted to welcome home the returning villagers. Potapaki in local language means ‘let’s talk,’ so this is an event of happiness while at the same time do a discussion when the family returning home.
The 4th triennial Potapaki Festival was held on 10 June to 19 July 2015 in Kulati, a village in Tomia, Wakatobi. Various cultural attractions - dances, songs, games, race, and religious activities enliven Kulati for over a month.
I Mungkin Festival Potapaki adalah yang dikhususkan untuk menyambut bahasa setempat Potapaki berarti ‘mari merupakan ajang bergembira sekaligus perantau mudik ke desanya.
satu-satunya perayaan para perantau. Dalam bermusyawarah,’ jadi ini musyawarah besar saat
Festival tiga tahunan Potapaki ke-4 digelar pada 10 Juni-19 Juli 2015 di Desa Kulati. Desa Kulati adalah sebuah desa di Pulau Tomia, Kabupaten Wakatobi. Berbagai tarian, nyanyian, permainan daerah, lomba, dan kegiatan keagamaan menyemarakkan Kulati selama sebulan lebih.
The highlight of the festival presents two parades: Lemba Kangsodha and Pajuju. Lemba Kangsodha is a parade of teenagers who just turned puberty. Adolescent sons and daughters are carried on a decorated cart after an 8 days 8 nightperiod of seclusion known as Sombo Alalungku ritual. Lemba Kangsodha followed by a parade of Pajuju, a native culture Kulati that is rarely found. Pajuju is a pile of Karasi - Wakatobi traditional cake - shaped like a dome layered with food.
Puncak acara festival menghadirkan dua arak-arakan: Lemba Kangsodha dan Pajuju. Lemba Kangsodha adalah parade remaja yang baru saja menginjak usia akil balig. Remaja putera dan puteri ini dipikul di atas tandu berhias setelah melewati masa pingitan selama 8 hari 8 malam yang dikenal dengan ritual Sombo Alalungku. Lemba Kangsodha diikuti oleh pawai Pajuju, sebuah budaya asli Kulati yang sudah jarang ditemukan. Pajuju adalah tumpukan Kue Karasi –kue tradisional Wakatobi– yang dibentuk menyerupai kubah bertingkat berisi makanan.
When ‘Hematua,’ the entire community members gathered on the beach and enjoy the food baked on stone. Potapaki Festival was closed with the release of 1000 young turtles in Hu’untete Beach on 19 July 2015. This is in line with local community’s efforts of to preserve the environment.
Saat ‘Hematua,’ penduduk berkumpul di tepi pantai dan menikmati hasil laut dan bumi yang dipanggang di atas batu. Festival Potapaki ditutup dengan pelepasan 1000 anak penyu di Pantai Hu’untete pada 19 Juli 2015. Ini sejalan dengan upaya masyarakat untuk menjaga kelestarian lingkungan.
Potapaki Festival in Kulati Tomia, Wakatobi WISATA - Tourism Development for Selected Destinations in Indonesia
17
Vocational & Higher Education International Tourism and Hospitality Grand Recruitment E Wiweka and Astawa, students of SMKN 3 Denpasar, have learned the art of carving since the 1st year. Being F&B department students, they don’t use wood or other materials, but fruits and vegetables. The knives were dancing between their fingers then a flower burst from the watermelon. The magic hands are trained by Mr. Purwata who teaches fruit carving extracurricular. “Why not change the simple round shape of watermelon to a really impressive form of a blooming rose, goose, or face mask. It’s a beautiful art and we can sell it for party decoration or even win many competitions,” Wiweka said.
As a Swisscontact WISATA school model of Sister School Program, SMKN 3 Denpasar manages well the students’ extracurricular activity which requires them take 1 language course and 1 optional extracurricular with fruit carving as one of them. Astawa said, “We usually sell our fruit carving for a minimum of Rp 300.000, depending on the type of fruit used.” Wiweka and Astawa have proven how extracurricular activity can be a potential skill for students. On 25 August 2015, SMKN 3 Denpasar shared its experience to SMK partner - SMKN 1 Labuan Bajo and SMK Swakarsa Ruteng - on the second visitation on extracurricular management.
Wiweka carves a flower from radish SMK Negeri 3 Denpasar
I Wiweka dan Astawa, siswa kelas 3 SMKN 3 Denpasar, telah mempelajari teknik memahat sejak tahun pertama. Sebagai siswa jurusan tata boga, mereka tidak menggunakan kayu atau bahan lainnya, namun menggunakan buah dan sayuran. Pisau-pisau seakan menari di antara jemari mereka lalu sekuntum bunga mawar muncul dari sebuah semangka. Tangan-tangan terampil itu dilatih oleh Bapak Purwata selaku guru ekstra kurikuler fruit carving. “Mengapa tidak, bila kita bisa mengubah bentuk bulat semangka menjadi mawar, angsa, atau topeng. Ini merupakan seni yang indah dan kita dapat menjualnya untuk dekorasi pesta, bahkan memenangkan banyak perlombaan,” kata Wiweka.
SMKN 3 Denpasar sebagai sekolah model dalam program Sister School Swisscontact WISATA mengelola dengan baik kegiatan ekstrakurikuler siswa di mana siswa diwajibkan mengambil 1 kelas bahasa asing dan 1 ekstrakurikuler pilihan yang salah satunya adalah fruit carving. Menurut Astawa, “Biasanya kami menjual buah hias seharga minimal Rp 300.000, bergantung dari jenis buah yang dipakai.” Wiweka dan Astawa membuktikan kegiatan ekstrakurikuler bisa menjadi keahlian potensial bagi anak didik. Pada 25 Agustus 2015, SMKN 3 Denpasar membagi pengalaman kepada sekolah mitra - SMKN 1 Labuan Bajo dan SMK Swakarsa Ruteng - pada kegiatan visitasi kedua mengenai pengelolaan kegiatan ekstrakurikuler.
Astawa is showing his fruit carving SMK Negeri 3 Denpasar
18
WISATA - Tourism Development for Selected Destinations in Indonesia
Success Story
Mr. Luther Barrung the chairman of Toraja DMO Toraja
An Interview with Mr. Luther Barrung
Developing Toraja with No Territorial Boundaries E “Toraja has experienced its golden days as a tourist destination. Unlike DMOs in other destinations, the Toraja DMO is better positioned and has greater experience. We are happy to have Swisscontact assisting the development of the tourism industry in Toraja, as we are extremely eager to have our tourism back on its feet. We need support in promoting tourism in Toraja and building the capacity of our human resources (community, education, associations, etc).
I “Toraja merupakan destinasi yang pernah berjaya. Berbeda dengan DMO di destinasi lainnya, DMO Toraja sudah lebih siap dan berpengalaman. Kami senang dengan adanya Swisscontact WISATA yang mendukung pengembangan pariwisata Toraja karena kami memang ingin sekali pariwisata Toraja bisa bangkit kembali. Kami membutuhkan dukungan dalam promosi pariwisata Toraja serta peningkatan kapasitas sumber daya manusia (masyarakat, pendidikan, asosiasi, dan sebagainya).
To achieve these goals, in line with the recommendations of the Toraja DMO, Swisscontact WISATA was immediately initiate a process to reinstate Toraja’s brand. On behalf of the people of Toraja, I would like to express my gratitude and appreciation. Going forward, the DMO is expected to be a partner of all stakeholders including Swisscontact WISATA in a collaboration to develop tourism in Toraja, unhindered by territorial boundaries.”
Untuk mencapai tujuan tersebut, sesuai dengan usulan DMO Toraja, Swisscontact WISATA telah memulai proses menciptakan kembali branding Toraja. Mewakili masyarakat Toraja, saya mengucapkan terima kasih dan bersyukur akan hal tersebut. Kedepannya, DMO diharapkan menjadi rekan dari semua pemangku kepentingan, termasuk Swisscontact WISATA dalam berkolaborasi mengembangkan pariwisata Toraja tanpa dibatasi oleh administrasi wilayah.”
WISATA - Tourism Development for Selected Destinations in Indonesia
19
Participants of Teacher Internship Program Bali
20
WISATA - Tourism Development for Selected Destinations in Indonesia